Anda di halaman 1dari 28

PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
1 of 27

PERUSAHAAN : PT. PERTAMINA (PERSERO)


KONTRAKTOR : PT. Bangun Bejana Baja
JUDUL PROYEK : Pekerjaan Jasa Pembangunan Tangki Timbun LPG,
Piping dan Instrument Di Depot Dumai Kap. 2 x 3000 MT
LOKASI : Dumai - Riau, INDONESIA
NO. KONTRAK : 004/R10000/2018-S3

4 19-06-19 Untuk disetujui NM MUL AZS


3 02-05-19 Untuk disetujui NM MUL AZS
2 09-04-19 Untuk disetujui NM MUL AZS
1 20-03-19 Untuk diperiksa NM AN AZS
0 25-02- 19 Untuk diperiksa RS AN AZS
PRE CHK APP CHK APP
REV. DATE DESCRIPTION PT. BANGUN
PT. PERTAMINA
BEJANA BAJA
PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
2 of 27

REVISION SHEET

No. Revision Date Remarks


1 0 25 Feb 19 Untuk diperiksa
2 1 20 Mar 19 Untuk diperiksa
3 2 09 Apr 19 Untuk disetujui
4 3 02 May 19 Untuk disetujui
5 4 19 Juni 19 Untuk disetujui
PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
3 of 27

DAFTAR ISI

1.UMUM.................................................................................................................................. 4
1.1 TUJUAN ............................................................................................................................ 4
1.2 RUNG LINGKUP .............................................................................................................. 4
1.3 DEFINISI DAN ISTILAH ................................................................................................. 4
1.4 RUJUKAN / ACUAN ........................................................................................................ 5
2. PERSYARATAN UMUM ................................................................................................. 6
2.1 TOLERANSI ...................................................................................................................... 6
2.2 PENGAJUAN KESIAPAN KERJA .................................................................................. 7
2.3 PENYIMPANAN DAN PERLINDUNGAN BAHAN ...................................................... 8
2.4 MUTU PEKERJAAN DAN PERBAIKAN ATAS PEKERJAAN YANG TIDAK
MEMENUHI ............................................................................................................................ 9
2.5 SAFETY ........................................................................................................................... 10
3.PENGETESAN TIANG PANCANG ............................................................................... 10
4.PELAKSANAAN PEKERJAAN ..................................................................................... 13
4.1 PENGANGKUTAN ......................................................................................................... 13
4.2 ALAT PEMANCANGAN ............................................................................................... 13
5.PENYIMPANAN ............................................................................................................... 13
6.PENYAMBUNGAN .......................................................................................................... 14
6.1 PEKERJAAN PENGELASAN ........................................................................................ 14
6.2 PENYAMBUNGAN TIANG PANCANG ...................................................................... 15
7.PEMBUATAN PERAWATAN ........................................................................................ 16
8.PENGUPASAN KEPALA TIANG PANCANG ............................................................. 17
9.PEMANCANGAN TIANG............................................................................................... 17
9.1 UMUM ............................................................................................................................. 17
9.2 METODE PELAKSANAAN PANCANG STEEL ......................................................... 23
9.3 BATASAN-BATASAN ................................................................................................... 24
9.4 TIANG PANCANG YANG NAIK.................................................................................. 24
9.5 TIANG PANCANG YANG CACAT .............................................................................. 24
9.6 CATATAN PEMANCANGAN (CALENDERING) ....................................................... 25
10.KRITERIA PEMANCANGAN ..................................................................................... 26
PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
4 of 27

1. UMUM

1.1 TUJUAN

Tujuan dari dokumen ini adalah sebagai dasar dalam perencanaan, pemenuhan persyaratan

dan pelaksanaan Pekerjaan Pemancangan pada proyek Pekerjaan Jasa Pembangunan Tangki

Timbun LPG, Piping dan Instrument Di Depot Dumai Kap. 2 x 3000 MT .

1.2 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dari dokumen ini mencakup :

- Standard, code dan ketentuan internasional dan nasional yang berlaku dan

pemenuhannya.

- Persyaratan disain yang harus dipenuhi sesuai standard dan code yang berlaku.

- Persyaratan bagi vendor/kontraktor dalam perencanaan, pemilihan material,

packaging, pemasangan dan konstruksi.

- Dokumen dan sertifikasi.

1.3 DEFINISI DAN ISTILAH

Persyaratan berikut digunakan dalam spesifikasi ini, mengingat arti yang diberikan di bawah ini:

1. Perusahaan :PT. PERTAMINA (PERSERO) Direktorat Logistik Supply Chain

Infrastruktur (LSCI), the owner of the Project “Pekerjaan Jasa Pembangunan Tangki

Timbun LPG, Piping dan Instrument di Depot Dumai Kap. 2x3000 MT”

2. Kontraktor :PT. Bangun Bejana Baja


PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
5 of 27

3. Subkontraktor: Perusahaan dipilih oleh Kontraktor, yang bertanggung jawab untuk

melaksanakan pekerjaan yang ditentukan dalam lingkup pekerjaan ini

4. Vendor : Pemasok peralatan bahan atau layanan yang ditentukan dalam proyek ini

1.4 RUJUKAN / ACUAN

Persyaratan yang diterapkan dalam perencanaan dan pelaksanaan pemancangan harus

mengikuti spesifikasi ini dan standard drawing serta spesifikasi lainnya yang terkait.

[1] AASHTO M183 - 90 Structural Steel

[2] AASHTO M202 – 90 Steel Pipe

[3] ASTM A252 Steel Pipe Piling

[4] ASTM 1143 Method Of Testing Piles Under Static Axial

Compressive Load

[5] JIS A 5335 Pretensioned Spun Concrete Tiangs

[6] SSPC Steel Structure Painting Council

[7] ASME Sect. IX Qualification Standard for Welding and Brazing Procedure,

Welders, Brazers,Welding and Brazing Operators

[8] ANSI / AWS D1-1 Structural Welding Code – Steel

[9] ACI American Concrete Institute

[10] SNI Standar Nasional Indonesia


PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
6 of 27

2. PERSYARATAN UMUM

Tiang pancang harus dirancang, dicor dan dirawat untuk memperoleh kekuatan yang

diperlukan sehingga tahan terhadap pengangkutan, penanganan, dan tekanan akibat

pemancangan tanpa kerusakan.

Pada bagian bawah tiang pancang Spun pile harus runcing dan jika terjadi panjang yang

kurang pada tiang berongga (hollow piles) maka dilakukan penyambungan dengan cara

pengelasan.

Besi tulangan harus disediakan untuk menahan tegangan yang terjadi akibat pengangkatan,

dan Menahan Beban Vertikal yang terjadi akibat pemancangan dan beban-beban yang

didukung.

Selimut beton tidak boleh kurang dari 40 mm dan apabila tiang pancang terekspos terhadap

air laut atau pengaruh korosi lainnya, selimut beton tidak boleh kurang dari 50 mm.

2.1 TOLERANSI

- Posisi Kepala Tiang Pancang

Tiang pancang harus ditempatkan sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Penggeseran lateral kepala tiang pancang dari posisi yang ditentukan tidak boleh

melampaui 75 mm dalam segala arah.


PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
7 of 27

2.1 Gambar Detail, Piling Plan dan Detail potongan

- Kemiringan Tiang Pancang

Penyimpangan arah vertikal atau kemiringan yang disyaratkan tidak boleh lebih

melampaui 20 mm per meter (yaitu 1 dalam 50).

- Kelengkungan (Bow)

Kelengkungan tiang pancang beton cor langsung di tempat harus tidak boleh melampaui

0,01 dari panjang suatu tiang pancang dalam segala arah.

Kelengkungan lateral tiang pancang baja tidak boleh melampaui 0,0007 dari panjang

total tiang pancang.

2.2 PENGAJUAN KESIAPAN KERJA

Sebelum memulai suatu pekerjaan pemancangan, Kontraktor harus mengajukan

kepada Direksi Pekerjaan hal-hal sebagai berikut :

- Program yang terinci untuk pekerjaan pemancangan.


PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
8 of 27

- Rincian metode yang diusulkan untuk pemancangan atau penurunan tiang bersama dengan

peralatan yang akan digunakan.

- Perhitungan pemancangan, termasuk rumus penumbukan, yang menunjukkan kapasitas

tiang pancang Spun Pile penumbukan menggunakan peralatan yang diusulkan oleh

Kontraktor.

- Usulan untuk pengujian pembebanan tiang pancang. Usulan ini mencakup metode

pemberian beban, pengukuran beban dan penurunan serta penyajian data yang diusulkan.

- Dalam proses pemancangan harus diperhatikan safety procedure. Penggunaan

pemancangan harus mendapatkan ijin dari PT Pertamina Patra Niaga, selaku pemilik lahan

dan Perusahaan

- Sebelum pelaksanaan Pemancangan, kontraktor terlebih dahulu ijin gangguan ke lurah

setempat akibat adanya getaran dan suara dentuman akibat pelaksanaan pemancangan.

Persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan untuk pengajuan tersebut di atas harus diperoleh

terlebih dahulu sebelum memulai setiap pekerjaan pemancangan.

2.3 PENYIMPANAN DAN PERLINDUNGAN BAHAN

- Apabila, unit-unit tersebut disusun dalam lapisan-lapisan, maka tidak melebihi dari 3

lapis dengan penyangga kayu dipasang di antara tiap lapisan.

- Penyangga untuk setiap lapisan harus dipasang di atas lapisan yang terdahulu.

- Untuk gelagar dan tiang pancang, penyangga harus dipasang pada jarak tidak lebih dari

20 % dari ukuran panjang unit, yang diukur dari setiap ujung.


PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
9 of 27

2.4 MUTU PEKERJAAN DAN PERBAIKAN ATAS PEKERJAAN YANG TIDAK

MEMENUHI

Dengan ketentuan sebagai berikut :

- Apabila toleransi yang diberikan telah melampaui toleransi yang ditentukan, maka

kontraktor harus menyelesaikan setiap perbaikan yang dianggap perlu oleh Direksi

Pekerjaan dengan biaya sendiri.

- Setiap tiang pancang yang rusak akibat cacat dalam (internal) atau pemancangan

yang tidak sesuai, maka harus dipancang keluar dari lokasi yang ditentukan atau dipancang

di bawah elevasi yang ditunjukkan pada desain dan yang telah ditetapkan oleh Direksi

Pekerjaan. Biaya perbaikan ditanggung oleh Kontraktor.

- Pekerjaan perbaikan, seperti yang telah ditentukan oleh Direksi Pekerjaan dan dikerjakan

atas biaya Kontraktor, akan mencakup, tetapi tidak perlu dibatasi berikut ini :

 Penarikan kembali tiang pancang yang rusak dan penggantian dengan tiang

pancang baru atau lebih panjang, sesuai dengan yang diperlukan.

 Pemancangan tiang pancang kedua sepanjang sisi tiang pancang yang cacat atau

pendek. Penyambungan tiang pancang dengan cara penyambungan, seperti yang

telah disyaratkan di bagian lain, untuk memungkinkan penempatan kepala tiang

pancang yang sebagaimana mestinya dalam poer (pile cap).

- Jika tiang pancang mengalami retak atau pecah pada saat pemancangan dan tidak dapat

digunakan kembali,maka kontraktor harus dilakukan penambahan titik pondasi tiang


PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
10 of 27

disamping titik pancang yang rusak, jika rusak karena kondisi tanah maka akan dijadikan

pekerjaan tambah

- Jika tiang pancang sudah mentok pada kedalaman yang tidak sesuai dengan desain maka,

kontraktor harus dilakukan penambahan titik pondasi tiang disamping titik pancang yang

sudah mentok,jika mentok karena kondisi tanah maka akan dijadikan pekerjaan tambah.

- Jumlah PDA test minimal 1%-3% dari keseluruhan jumlah titik tiang pancang

2.5 SAFETY

Kontraktor harus bertanggung jawab atas keselamatan dan integritas struktur yang berdekatan

dan harus mengidentifikasi struktur yang rentan terhadap kerusakan akibat operasi tiang

pancang. Kontraktor akan mengusulkan kepada Perusahaan metode untuk melindungi struktur

yang ada, dan jika tiang pancang yang digerakkan dapat digantikan oleh sistem tiang pancang

lainnya sebagaimana disetujui oleh Perusahaan.

3. PENGETESAN TIANG PANCANG

- Loading Test

Teknik yang digunakan untuk uji beban tiang adalah uji laju-penetrasi-konstan, di mana

beban pada tiang terus meningkat untuk mempertahankan laju penetrasi yang konstan, yang

dapat bervariasi dari 0,25 hingga 2,5 (0,01 hingga 0,1). Tes ini memberikan plot penurunan

beban yang serupa dengan yang diperoleh dari uji terkontrol beban. Jenis lain dari uji beban

tiang adalah pembebanan siklik, di mana beban tambahan diterapkan berulang kali dan

dihilangkan.
PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
11 of 27

Diagram skematis pengaturan uji beban tiang pancang.

Untuk melakukan uji beban pada tiang pancang, penting untuk memperhitungkan selang

waktu setelah akhir mengemudi (End of Driving /EOD). Ketika tumpukan didorong ke tanah

liat lunak, zona tertentu yang mengelilingi tanah liat menjadi dibentuk kembali atau

dikompresi, seperti yang ditunjukkan pada Gambar di bawah ini:

Zona yang dirancang ulang atau dipadatkan di sekitar tumpukan yang digerakkan ke tanah liat lunak.

Hasil didapat adalah pengurangan kekuatan geser yang tidak terdrainase. Seiring berjalannya

waktu, hilangnya kekuatan geser yang tidak terlatih sebagian atau sepenuhnya pulih kembali.

Selang waktu dapat berkisar antara 30 hingga 60 hari.

- PDA Test

Prosedur pengujian standar dilakukan sesuai dengan prosedur pengujian ASTM (American

Standard Testing and Materials) D4945-96.


PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
12 of 27

Prinsip kerjanya, ketika palu jatuh ke kepala tiang akan menghasilkan lonjakan tegangan

yang kemudian menyebar ke seluruh tubuh tiang. Pergerakan material akibat perambatan

gelombang tegangan adalah partikel yang dipercepat, yang bila diintegrasikan sehubungan

dengan waktu akan menjadi kecepatan partikel (V) yang secara profesional dapat diubah

menjadi gaya (F).

Ketegangan dan akselerasi selama ereksi diukur menggunakan transduser regangan dan

akselerometer. Dua transduser regangan dan dua accelerometer dipasang di bagian atas tiang

yang sedang diuji (sekitar 1,5 x diameter kepala tiang).

Fungsi perekaman data alat PDA (F) dan (V) dalam fungsi waktu, menganalisis,

menampilkannya dalam grafik, serta metode penghitungan daya dukung statis Case-pole

Goble serta output turunan lainnya, yang umumnya dikenal, didasarkan pada teori

gelombang satu dimensi.

Pemasangan kedua pada setiap instrumen pengukuran dimaksudkan untuk memastikan

rekaman yang baik dan pengukuran tambahan jika satu instrumen tidak berfungsi dengan

baik.
PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
13 of 27

4. PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1.PENGANGKUTAN

Pengangkutan muat dan bongkar Spun Pile dari tempat pengiriman ke lokasi proyek yang di

tentukan oleh Direksi Pekerjaan harus dilaksanakan atas tanggung jawab pihak kontraktor dan

dilaksanakan dengan hati-hati.

Spun Pile yang mengalami kerusakan selama penanganan dan pengangkutan harus

diperiksa oleh pihak Direksi Pekerjaan untuk menentukan apakah Spun Pile tersebut dapat

diterima atau ditolak.

4.2.ALAT PEMANCANGAN

Hydraulic Static Pile Driver

5. PENYIMPANAN

Lokasi penyimpanan Spun Pile yang akan digunakan harus diletakkan sedekat mungkin

ke lokasi titik pengerjaan dan diatur penyusunanya sesuai dengan urutan yang akan di

kerjakan.
PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
14 of 27

6. PENYAMBUNGAN

6.1 PEKERJAAN PENGELASAN

- Sambungan pengelasan untuk Spun Pile harus merupakan alur las alur (groove) penetrasi

penuh (full penetration groove weld). Pada menyambung dua Spun Pile, ujung Spun Pile

yang akan digabungkan harus dialinemen seakurat mungkin dalam batas toleransi yang

ada berkenaan dengan diameter, ketebalan dan kebulatan luarnya.

- Pada ujung sambungan pengelasan harus memenuhi persyaratan bagian ANSI/AWS

D1, setelah dilakukan penyikatan dan pengerindaan untuk membersihkan scale, kerak,

karat, gemuk/oli dan zat asing lain- nya.

- Sebelum melakukan pengelasan pada deposit metal sebelumnya, semua kerak harus

dibersihkan dari las dan logam dasar didekatnya harus digerinda agar permukaannya halus

dan kemudian disikat bersih.

- Pekerjaan pengelasan tidak di perkenankan bila permukaan pengelasan berada dalam

keadaan basah, terkena hujan atau angin kencang.

- Untuk proses SMAW (Shield Metal Arc Welding), hanya elektroda Tipe Low Hydrogen

(AWS klas SFA 5.1, E7016 atau 7018) yang boleh digunakan. Bahan pengelasan lainnya

seperti tipe selulosa tinggi atau tipe ilumenit tidak boleh digunakan.

- Elektroda tipe Low Hydrogen harus dikeringkan dioven pada temperature 300C -

400C, selama 1 jam, sebelum digunakan. Pengeringan tidak boleh dilakukan lebih dari dua

kali.
PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
15 of 27

- Setelah melakukan pengeringan, personil juru las harus menyimpan elektroda tipe

Low Hydrogen dalam alat pengering portable dryer pada temperatur 100 oC - 150oC

untuk mencegah agar tidak terjadi penyerapan kelembaban udara.

- Setelah pengelasan selesai dilakukan, diperiksa dan diuji, semua permukaan

sambungan baja harus dilapisi dengan coal tar epoxy coating atau yang setara.

6.2 PENYAMBUNGAN TIANG PANCANG

- Penyambungan tiang pancang beton pracetak dilaksanakan dengan penyambungan

tumpang tindih (overlap) baja tulangan. Beton pada kepala tiang pancang akan dipotong

hingga baja tulangan yang tertinggal mempunyai panjang paling sedikit 40 kali diameter

tulangan.

- Penyambungan tiang pancang beton harus dilaksanakan dengan menggunakan baja

tulangan yang sama (mutu dan diameternya) seperti pada tiang pancang yang akan

diperpanjang. Baja spiral harus dibuat dengan tumpang tindih sepanjang 2 kali lingkaran

penuh dan baja tulangan memanjang harus mempunyai tumpang tindih minimum 40 kali

diameter.

- Apabila penyambungan melebihi 1,50 m, acuan harus dibuat sedemikian hingga tinggi

jatuh pengecoran beton tak melebihi 1,50 m.

- Sebelum pengecoran beton, kepala tiang pancang harus dibersihkan dari semua bahan

lepas atau pecahan, dibasahi sampai merata dan diberi adukan semen yang tipis.

- Mutu beton yang digunakan sesuai dengan spesifikasi.


PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
16 of 27

- Semen yang digunakan haruslah dari mutu yang sama dengan yang dipakai pada tiang

panjang yang akan disambung, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.

- Acuan tidak boleh dibuka sekurang-kurangnya 7 hari setelah pengecoran.

- Penyambungan tiang pancang akan dirawat dan dilindungi dengan cara yang sama seperti

tiang pancang yang akan disambung.

- Spun Pile tiang pancang akan diperpanjang setelah operasi pemancangan

sedang berjalan, kepala tiang pancang direncanakan tertanam dalam poer (pile cap),

maka penyambungan baja tulangan yang diperlukan harus seperti yang ditunjukkan dalam

Gambar 2.1.

- Apabila tidak disebutkan dalam Gambar 2.1, maka panjang tumpang tindih baja tulangan

harus 40 kali diameter untuk tulangan memanjang, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi

Pekerjaan.

- Pengelasan pada proses penyambungan terdiri atas satu layer dengan 4 titik pengelasan.

7. PEMBUATAN DAN PERAWATAN

- Tiang pancang dibuat dan dirawat sesuai dengan ketentuan dari spesifikasi.

- Waktu yang diijinkan untuk memindahkan tiang pancang harus ditentukan dengan

menguji empat buah benda uji yang telah dibuat dari campuran yang sama dan dirawat

dengan cara yang sama seperti tiang pancang tersebut.

- Tiang pancang tersebut dapat dipindahkan apabila pengujian kuat tekan pada keempat

benda uji menunjukkan kekuatan yang lebih besar dari tegangan yang terjadi pada tiang
PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
17 of 27

pancang yang dipindahkan, ditambah dampak dinamis yang diperkirakan dan dikalikan

dengan faktor keamanan, semuanya harus berdasarkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

- Tidak ada tiang pancang yang akan dipancang sebelum berumur paling sedikit 28 hari atau

telah mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan.

- Selama operasi pengangkatan, tiang pancang harus didukung pada titik seperempat

panjangnya atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

- Kontraktor harus memberitahu secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan atas penggunaan

jenis dan pabrik pembuat semen yang diusulkan.

8. PENGUPASAN KEPALA TIANG PANCANG

Beton harus dikupas sampai pada elevasi yang sedemikian sehingga beton yang tertinggal

akan masuk ke dalam pur (pile cap) sedalam 50 mm sampai 75 mm atau sebagaimana

ditunjukkan di dalam Gambar2.1

9. PEMANCANGAN TIANG

9.1 UMUM

[1] Alat Hydraulic Static Pile Driver terdiri dari beberapa sub mesin yang memiliki fungsi

kerja masing-masing berbeda. Sehingga setiap sub-mesin memiliki metode kerja

masing-masing yang digabungkan kemudian menjadi kesatuan metode kerja

pemancangan. Adapun jenis pekerjaan pemancangan oleh alat Hydraulic Static Pile

Driver meliputi:

1. Move To The Point;


PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
18 of 27

2. Lifting Pile, Clamping & Piling;

3. Joint Pile (Welding);

4. Doli;

5. Cutting Pile.

Jenis-jenis pekerjaan tersebut memiliki durasi pekerjaan yang berbeda satu dengan

yang lainnya,sehingga perlu dianalisis bagaimana metodenya agar mendapatkan durasi

1 siklus pemancangan 1 titik pancang pada suatu proyek. Tiang pancang yang diangkat

dan dimasukkan perlahan ke dalam lubang pengikat tiang yang disebut grip, kemudian

sistem jack-in akan naik dan mengikat atau memegangi tiang tersebut. Ketika tiang

sudah dipegang erat oleh grip, maka tiang mulai ditekan..

[2] Spun Pile harus diletakkan pada titik-titik lokasi yang telah direncanakan sesuai

dengan gambar rencana konstruksi yang sudah ditentukan.

[3] Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau penetrasi tertentu,

sebagaimana yang diperintahkan oleh Perusahaan, atau ditentukan dengan pengujian

pembebanan sampai mencapai ke dalaman penetrasi akibat beban pengujian tidak

kurang dari dua kali beban yang dirancang, yang diberikan menerus untuk sekurang-

kurangnya 60 mm.

 Dalam hal tersebut, posisi akhir kepala tiang pancang tidak boleh lebih tinggi

dari yang ditunjukkan dalam gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh

Direksi Pekerjaan setelah pemancangan tiang pancang uji.

 Posisi tersebut dapat lebih tinggi jika disetujui oleh Perusahaan.


PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
19 of 27

[4] Pada waktu pekerjaan pemancangan Spun Pile dimulai, Proses awal dari

pemasangan tiang dengan sistem tekan , posisikan alat HSPD unit pada koordinat yang

ditentukan , check keadaan HSPD unit dalam keadaan rata dengan bantuan alat “

Nivo” yang terdapat dalam ruang operator dibantu dengan alat waterpass yang

diletakkan pada posisi chasis panjang. Pekerjaan harus dilanjutkan tanpa henti kecuali

penyambungan, hingga Spun Pile selesai dipancangkan menurut kriteria pemancangan

yang ditentukan.

[5] Kriteria pemancangan akan dievaluasi dan direvisi oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan

pada data pemancangan Spun Pile pada tahap-tahap awal pemancangan dan uji beban

Spun Pile, lalu kriteria tersebut akan digunakan sebagai kontrol bagai pemancangan

berikutnya.

[6] Agar terhindar dari tiang freeze-up didalam tanah, pelaksanaan pemancangan hanya

boleh dihentikan untuk minimum waktu yang diperlukan untuk menyambung Spun

Pile (sekitar 30 menit).

[7] Pemancangan harus dilakukan dengan menggunakan sistem jack-in dan grip yang

kemudian akan menenekan Spun Pile agar berada diposisi yang tepat dan memiliki

alinemen aksial yang tepat dengan kepala tiang dilindungi driving cap..

[8] Untuk pekerjaan pemancangan kelompok Spun Pile harus harus dipancang dari bagian

dalam menuju keluar agar tidak terjadi densifikasi dan kondisi pemancangan yang

sangat berat pada bagian dalam.


PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
20 of 27

[9] Apabila ketentuan rancangan tidak dapat dipenuhi, maka Direksi Pekerjaan dapat

memerintahkan untuk menambah jumlah tiang pancang dalam kelompok tersebut

sehingga beban yang dapat didukung setiap tiang pancang tidak melampaui kapasitas

daya dukung yang aman, atau Direksi Pekerjaan dapat mengubah rancangan apabila

dianggap perlu.

[10] Kontraktor harus melaporkan kepada Perusahaan untuk menentukan langkah-langkah

yang akan diambil apabila terjadi keadaan di bawah ini, bila:

 Menemui hambatan selama pemancangan Spun Pile.

 Spun Pile sudah tidak dapat masuk lebih dalam lagi dimana elevasi ujung tiang

kurang dari yang ditetapkan

 Kriteria pemancangan Spun Pile yang telah ditetapkan tidak dapat dicapai

menurut elevasi ujung yang telah ditetapkan.

[11] Suatu catatan pemancangan yang lengkap harus dilakukan sesuai dengan metode

kalendering.

 Setiap perubahan yang mendadak dari kecepatan penetrasi yang tidak dapat

dianggap sebagai perubahan biasa dari sifat alamiah tanah harus dicatat dan

penyebabnya harus dapat diketahui, bila memungkinkan, sebelum pemancangan

dilanjutkan.

[12] Tidak diperkenankan memancang tiang pancang dalam jarak 6 m dari beton yang

berumur kurang dari 7 hari.


PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
21 of 27

 Apabila pemancangan dengan menggunakan palu yang memenuhi ketentuan

minimum tidak dapat memenuhi Spesifikasi, maka Kontraktor harus

menyediakan palu yang lebih besar dan/atau menggunakan water jet atas biaya

sendiri.

[13] Apabila pekerjaan pemancangan Spun Pile akan mengakibatkan gangguan yang

berbahaya terhadap fasilitas, struktur, dll, disekitarnya kontraktor harus melapor

kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuannya sebelum memulai

pekerjaan.

9.2 METODE PELAKSANAAN PANCANG STEEL


Instalasi:
a. Moving To The Point
Moving to the point merupakan proses bergeraknya alat hydraulic static pile driver

ke titik yang telah ditentukan. Alat ini bergerak menggunakan kaki rel yang disebut

Long Boat untuk bergerak arah depan–belakang dan menggunakan kaki rel yang

disebut Short Boat untuk bergerak arah kanan-kiri.

b. Lifting Pile

Lifting Pile merupakan pekerjaan mengangkat tiang pancang yang sudah siap untuk

diletakkan pada clamping box untuk dipancang. Tiang pancang yang sudah dilansir

dan siap untuk dipancang, kemudian dipasangkan kabel dari mesin crane diangkat dan

dipasangkan pada mesin clamp box.Pekerjaan ini dilakukan setelah move to the point

dan juga pada saat proses pemancangan, yaitu untuk tiang pancang sambungan.
PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
22 of 27

c. Joint ( Welding)

Welding (pengelasan) dilakukan untuk menyambung tiang pancang yang

membutuhkan kedalaman yang tidak bisa dijangkau menggunakan tiang pancang

tunggal (single). Karena produksi tiang pancang terbatas oleh kapasitas panjang

kendaraan angkut tiang pancang tersebut. Jenis sambungan berupa lapisan plat baja

diujung tiang pancang yang membutuhkan sambungan.

d. Dolly

Sub-pekerjaan ini adalah bagian dari pemancangan yang berfungsi sebagai penambah

kedalaman tiang pancang apabila tiang pancang yang tertanam belum sampai dengan

kuat tekan yang diinginkan. Kedalaman tiang pancang ditambahkan dengan dibantu

dengan tiang pancang yang tidak lagi digunakan yang kemudian dicabut kembali

sehingga akan menyisakan lubang pada tanah yang ditanam tiang pancang.

Perhitungan durasi proses ini sama saja dengan durasi pemancangan (clamp & piling).

e. Cutting Pile (Bobok Beton)


Pekerjaan ini timbul jika kedalaman tiang pancang, kekerasan tanah maupun kuat

tekan yang tertera pada manometer di ruang operator sudah tercapai namun tiang

pancang masih tersisa diatas tanah, maka sisa tiang pancang tersebut harus dipotong

untuk mempermudah pergerakan alat tersebut sendiri.Untuk hydraulic static pile

driver type tidak tersedia alat potong yang bergabung dengan elemen clamp,sehingga
PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
23 of 27

pemotongan/cutting/bobok beton dilakukan secara manual dengan pahat beton, palu

besi, dan las listrik untuk memotong strand yang dipasang didalam tiang pancang.
PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
24 of 27

9.3 BATASAN-BATASAN

Batasan-batasan yang diijinkan pada pekerjaan pemancangan sebagai berikut:

- Kemiringan 1 cm untuk setiap 100 cm sepanjang sumbu membujur untuk batter pile ( tiang

miring ).

- Maksimal 75 mm dalam bidang horisontal dalam arah manapun dari posisi yang

ditunjukkan pada gambar.

- Spun Pile harus dipotong pada elevasi tertentu seperti pada gambar teknik dengan toleransi

+/- 12 mm.

9.4 TIANG PANCANG YANG NAIK

- Apabila tiang pancang naik akibat naiknya dasar tanah, maka elevasi kepala tiang pancang

harus diukur dalam interval waktu dimana tiang pancang yang berdekatan sedang

dipancang.

- Tiang pancang yang naik sebagai akibat pemancangan tiang pancang yang berdekatan,

harus dipancang kembali sampai ke dalaman atau ketahanan semula, kecuali jika

pengujian pemancangan kembali pada tiang pancang yang berdekatan menunjukkan

bahwa pemancangan ulang ini tidak diperlukan.

9.5 TIANG PANCANG YANG CACAT

- Prosedur pemancangan tidak mengijinkan tiang pancang mengalami tegangan yang

berlebihan sehingga dapat mengakibatkan pengelupasan dan pecahnya beton.

- Manipulasi tiang pancang dengan memaksa tiang pancang kembali ke posisi yang

sebagaimana mestinya merupakan tindakan yang tidak diijinkan.


PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
25 of 27

- Tiang pancang yang cacat harus diperbaiki atas biaya Kontraktor sebagaimana disyaratkan

dalam mutu pekerjaan tiang pancang dan sebagaimana yang disetujui oleh Perusahan.

- Spun Pile pemancangan ulang untuk mengembalikan ke posisi semula tidak

memungkinkan, tiang pancang harus dipancang sedekat mungkin dengan posisi semula,

atau tiang pancang tambahan harus dipancang sebagaimana yang diperintahkan oleh

Perusahaan.

9.6 CATATAN PEMANCANGAN (CALENDERING)

Sebuah catatan yang detil dan akurat tentang pemancangan harus disimpan oleh Perusahaan

dan Kontraktor harus membantu Perusahaan dalam menyimpan catatan ini yang meliputi

berikut ini : jumlah tiang pancang, posisi, jenis, ukuran, panjang aktual, tanggal

pemancangan, panjang dalam pondasi telapak, penetrasi pada saat penekanan terakhir,

pencatatan tekanan yang timbul kontra kedalaman tiang yang tertanam, panjang

penyambungan, panjang pemotongan dan panjang akhir yang dapat dibayar.

Pada buku log catatan pemancangan, kontraktor harus menyimpan catatan lengkap untuk

masing-masing Spun Pile dan harus menyediakan informasi yang disebut dibawah ini setiap

hari kepada Perusahaan, antara lain :

- Waktu dan tanggal mulai/selesai untuk setiap kegiatan pemancangan.

- Uraian tentang pondasi, lokasi, nomor gambar dan nomor Spun Pile (tidak boleh terjadi

penggandaan nomor Spun Pile)

- Ukuran dan jenis Spun Pile.

- Pilling Record tekanan yang timbul kontra kedalaman tiang yang tertanam
PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
26 of 27

- Elevasi permukaan tanah.

- Elevasi ujung bawah Spun Pile jika pemancangan selesai dilakukan.

- Observasi terhadap permukaan tanah.

- Elevasi cut off.

- Panjang Spun Pile.

- Penyimpangan pada center cut off level dari posisi sebenarnya.

- Catatan khusus jika ada.

10. KRITERIA PEMANCANGAN

Pekerjaan pemancangan harus dilaksanakan menurut kriteria yang akan disebutkan seperti

dibawah ini :

[1] Kapasitas ijin Spun Pile sementara dapat dihitung dengan menggunakan rumus Hiley

di bawah ini.

Dengan :

R = Kapasitas daya dukung batas (ton)

W = Berat palu atau ram (ton)

P = Berat tiang pancang (ton)

H = tinggi jatuh ram

S = Penetrasi tiang pancang pada saat penumbukan terakhir, atau “set” (cm)

K = Rata-rata Rebound untuk 10 pukulan terakhir (cm)

N = Koefisien restitusi*
PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
27 of 27

0,4-0,5 untuk palu besi cor, tiang beton tanpa helm

0,3-0,4 untuk palu kayu (landasan kayu)

0,25-0,3 untuk tiang kayu

Kapasitas daya dukung tiang pancang harus diperkirakan dengan menggunakan

rumus dinamis (Hiley). Kontraktor dapat mengajukan rumus lain untuk mendapat

persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

dimana :

Ra = Provisional allowable pile capacity, (ton)

Ru = Provisional ultimate pile capacity, (ton)

Fs = Security Factor

H = Hammer height (cm), average for 10 final set

N = Restitution Coeficient

N = 0,25 for concrete pile

Wp = Pile weight (ton)

S = Final set (cm), average for 10 final set

K = Rebound (cm), average for 10 final set


PROSEDUR

Document No. REV . : 4


DMI-PR-50-001-A4 PROSEDUR PEMANCANGAN Nomor Halaman
28 of 27

Nf = Negative skin friction, if available (ton)

Provisional driving criteria ini akan dikoreksi disesuaikan hasil uji beban Spun Pile

(pile loading test) dan PDA test (Pile Driving Analysis), yang mana keutuhan

penampang Spun Pile yang diijinkan pada PDA test tidak boleh kurang dari 75%

[2] Kriteria pemancangan akhir

 Spun Pile harus dipancang sesuai dengan kriteria pemancangan akhir.

 Kriteria pemancangan akhir akan ditetapkan berdasarkan pada uji beban Spun

Pile (pile load test) & Pile Driving Analysis.

 Jika terjadi penundaan pemancangan tiang selama 1 jam atau lebih, kriteria

pemberhentian di atas tidak dapat diaplikasikan hingga tiang dipancang lagi

setidaknya sedalam 1 kaki (0.3 m).

Anda mungkin juga menyukai