Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Penelitian Deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis metode


penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan
apa adanya ( Best,1982 : 119). Penelitian Deskriptif ini juga sering disebut
noneksperimen, karena pada penelitian ini peneliti tidak melakukan kontrol dan
manipulasi variabel penelitian. Dengan penelitian metode deskriptif, memungkinkan
peneliti untuk melakukan hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan
generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas universal (west, 1982).
Di samping itu, penelitian deskriptifjuga merupakan penelitian dimana pengumpulan
data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadan
dan kejadian sekarang. Mereka melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti
sesuai dengan apa adanya.

Pada umumnya tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan


secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat.
Dalam perkembangannya, akhir-akhir ini metode penelitian deskriptif banyak digunakan
oleh peneliti karena dua alasan. Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa
sebagian besar laporan penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode
deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan
dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia.

Di samping kedua alasan tersebut di atas, penelitian deskriptif pada umumnya menarik
bagi para peneliti muda, karena bentuknya sangat sederhana dengan mudah dipahami
tanpa perlu memerlukan teknik statiska yang kompleks. Walaupun sebenarnya tidak
demikian kenyataannya. Karena penelitian ini sebenarnya juga dapat ditampilkan dalam
bentuk yang lebih kompleks, misalnya dalam penelitian penggambaran secara faktual
perkembangan sekolah, kelompok anak, maupun perkembangan individual. Penenelitian
deskriptif juga dapat dikembangkan ke arah penenelitian naturalistic yang menggunakan
kasus yang spesifik malalui deskriptif mendalam atau dengan penelitian seting alami
fenomenologis dan dilaporkan secara thick description (deskripsi mendalam) atau dalam
penelitian ex-postfacto dengan hubungan antarvariabel yang lebih kompleks.

Penelitian deskriptif yang baik sebenarnya memiliki proses dan sadar yang sama
seperti penelitian kuantitatif lainnya. Disamping itu, penelitian ini juga memerlukan
tindakan yang teliti pada setiap komponennya agar dapat menggambarkan subjek atau
objek yang diteliti mendekati kebenaranya. Sebagai contoh, tujuan harus diuraikan
secara jelas, permasalahan yang diteliti signifikan, variabel penelitian dapat diukur, teknik
sampling harus ditentukan secara hati-hati, dan hubungan atau komparasi yang tepat
perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran objek atau subjek yang diteliti secara
lengkap dan benar.

Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi variabel dan tidak
menetapkan peristiwa yang akan terjadi, dan biasanya menyangkut peristiwa-peristiwa
yang terjadi saat ini. Dengan penelitian deskriptif, memungkinkan peneliti untuk
menjawab pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan hubungan variabel atau
asosiasi, dan juga mencari hubungan komparasi antar variabel.

Keunikan yang ada pada metode penelitian deskriptif antara lain seperti berikut :

1. Penelitian deskriptif menggunakan kuesioner dan wawancara, seringkali


memperoleh responden yag sangat sedikit, akibatnya bias dalam membuat
kesimpulan.
2. Penelitian deskriptif yang menggunakan observasi, terkadang dalam pengumpulan
data tidak memperoleh data yang memadai. Untuk itu diperlukan para observer yang
terlatih dalam observasi, dan jika perlu membuat chek list lebih dahulu tentang objek
yang perlu dilihat, sehingga peneliti memperoleh data yang diinginkan secara objektif
dan reliable.
3. Penelitian deskriptif juga membutuhkan permasalahan yang harus diindentifikasi dan
dirumuskan dengan jelas, agar peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menjaring
data ketika di lapangan.

PENELITIAN DESKRIPTIF

Berorientasi Pemecahan Masalah


Dalam kaitannya dengan tugas mengajar guru maka jenis penelitian yang dilakukan guru
sebaikinya adalah penelitian yang memiliki dampak terhadap pengembangan profesi
guru dan peningkatan mutu pembelajaran. Salah satu jenis penelitian ditinjau dari tingkat
eksplanasinya adalah penelitian deskriptif (Sugiyono: 2006, 5), jenis penelitian ini dapat
dilakukan oleh guru dalam kaitannya dengan pembelajaran di kelasnya. Walaupun
penelitian yang dilakukan oleh guru merupakan penelitian deskriptif, namun tetap harus
mendeskripsikan upaya yang telah dilakukan guru untuk memecahkan masalah dalam
pembelajaran (Suhardjono: 2005). Upaya tersebut dapat berupa penggunaan metode
pembelajaran yang baru, metode penilaian atau upaya lain dalam rangka memecahkan
masalah yang dihadapi guru atau dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran.
Dilihat dari syarat penelitian deskriptif yang sesuai dengan kegiatan pengembangan
profesi tersebut (mendeskripsikan upaya yang telah dilakukuan), maka apabila penelitian
seperti itu dilakukan secara terencana oleh peneliti maka dapat dikategorikan sebagai
jenis penelitian Pre Experimental Design One Shot Case Study atau One-Group Pretest-
Posttest Design (Sugiyono: 2006, 83). Namun demikian, karena pelaksanaan penelitian
dilakukan setelah kejadian berlangsung (ini ciri penelitian deskriptif) maka
tetap dikatakan sebagai penelitian deskriptif. Jenis penelitian deskriptif sendiri dapat
dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu (1) apabila hanya mendeskripsikan data apa
adanya dan menjelaskan data atau kejadian dengan kalimat-kalimat penjelasan secara
kualitatif maka disebut penelitian deskriptif kualitatif; (2) Apabila dilakukan analisis data
dengan menghubungkan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka disebut
deskriptif asosiatif; dan (3) apabila dalam analisis data dilakukan pembandingan maka
disebut deskriptif komparatif. Dan karena untuk penelitian deskriptif yang dilakukan guru
harus berorientasi pada pemecahan masalah atau peningkatan mutu
pembelajaran maka lebih tepatnya rancangan penelitian seperti itu disebut penelitian
deskriptif yang berorientasi pemecahan masalah atau peningkatan mutu

A. Ilustrasi

Sebagai ilustrasi dapat digambarkan sebagai berikut. Pak Sahid seorang guru Fisika
SMP kelas IX. Dia mempunyai masalah di kelas IX-A karena siswanya sering gaduh dan
malas dalam mengikuti pelajaran. Berkali-kali pak Sahid sudah memperingatkan
siswanya agar mengikuti pelajaran dengan baik, tetapi masih belum berhasil juga. Untuk
itu dia berfikir untuk menemukan cara bagaimana menarik perhatian siswa agar mau
mengikuti pelajaran dengan baik dan aktif dalam belajar. Untuk itu pak Sahid mencoba
menerapkan metoda pembelajaran dengan metode penemuan/inkuiri ditambah
penggunaan berbagai media pembelajaran. Mulailah dirancang langkah-langkah
pembelajaran tersebut dan dituangkannya dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Selanjutnya pak Sahid mulai menerapkan metode tersebut yang ternyata mampu
menarik siswanya sehingga mau mengikuti pelajaran dengan baik dan lebih aktif dari
sebelumnya. Selama pelajaran berlangsung pak Sahid mencatat segala tingkah laku
siswa, mana hal-hal yang membuat siswa senang dan termotivasi, dan mana yang
kurang menarik siswa. Dia juga merekam nilai yang diperoleh siswa sebelum dan setelah
metode tersebut diterapkan.

Pada waktu setelah kejadian berlangsung dan karena melihat keberhasilannya tersebut
kemudian pak Sahid ingin mengetahui lebih mendalam tentang sebab-sebab siswa tidak
tertarik dan kemudian menjadi tertarik untuk mengikuti pelajaran. Dia mulai menanyai
(wawancara) siswanya tentang apa yang membuat menarik dan mana yang tidak
menarik, mana yang perlu dilakukan dan mana yang tidak perlu dan sebagainya. Selain
itu dia juga membuat angket yang dimaksudkan untuk mengetahui lebih dalam pendapat
siswa terhadap metode pembelajaran yang diterapkannya. Dari hasil wawancara, angket
maupun hasil penilaian, kemudian dilakukan analisis dan pembahasan tentang penyebab
ketidaktertarikan dan penyebab ketertarikan siswa, hal-hal yang membuat siswa
bergairah dan sebagainya. Selanjutnya pak Sahid menuliskan segala pengalamannya
dalam bentuk laporan penelitian, dituliskannya upaya yang telah dilakukan tersebut
secara sistematis mulai dari latar belakang mengapa dia menerapkan metode
pembelajaran baru, rumusan masalahnya, landasan teori dan metode penelitian yang
digunakan serta teknik analisis/pembahasan dan akhirnya menyusun kesimpulan hasil
penelitiannya.
Demikian tadi, pak Sahid sudah melakukan penelitian deskriptif kualitiatif tentang upaya
yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah dalam proses pembelajaran di
kelasnya.

B. Persiapan Penelitian

Sebuah penelitian beranjak dari masalah yang ditemukan atau dirasakan. Yang
dimaksud masalah adalah setiap hambatan atau kesulitan yang membuat seseorang
ingin memecahkannya. Jadi sebuah masalah harus dapat dirasakan sebagai satu
hambatan yang harus diatasi apabila kita ingin melakukan sesuatu. Dalam arti lain
sebuah masalah terjadi karena adanya kesenjangan (gap) antara kenyataan dengan
yang seharusnya. Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah itu, atau dengan
kata lain dapat menutup atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan itu.

Setelah masalah diidentifikasi, dipilih, maka lalu perlu dirumuskan. Perumusan ini
penting, karena berdasarkan rumusan tersebut akan ditentukan metode pengumpulan
data, pengolahan data maupun analisis dan peyimpulan hasil penelitian. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam merumuskan masalah, yaitu: Sebaiknya dirumuskan
dalam bentuk kalimat tanya, padat dan jelas, memberi petunjuk tentang
memungkinkannya pengumpulan data, dan cara menganalisisnya.
Setelah masalah dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah mencari teori-teori,
konsep-konsep yang dapat dijadikan landasan teoritis penelitian yang akan dilakukan itu.
Hal lain yang lebih penting makna dari penelaahan kepustakaan adalah untuk
memperluas wawasan keilmuan bagi para calon peneliti, karena kita sadari bahwa semua
informasi yang berkaitan dengan keilmuan dalam hal ini teori ataupun hasil penelitian
para ahli semua sudah tertuang dalam kepustakaan.
Selanjutnya ditentukan metode pengumpulan data, yang diantaranya meliputi metode
wawancara, angket, pengamatan dan dokumentasi.

Apabila kita katakan bahwa untuk memperoleh data kita gunakan metode wawancara,
maka di dalam melaksanakan pekerjaan wawancara ini, pewawancara menggunakan
alat bantu. Secara minimal alat bantu tersebut berupa rambu-rambu pertanyaan yang
akan ditanyakan dan biasanya disebut pedoman wawancara. Untuk memperoleh
jawaban secara tertulis dari responden, digunakan angket atau kuesioner. Angket adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memproleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Istilah angket
digunakan untuk menyebutkan metode maupun instrumen. Jadi dalam menggunakan
metode angket berarti instrumen yang digunakan adalah angket. Selanjutnya data dapat
diambil melalui proses pengamatan atau observasi. Pengamatan dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu pengamatan non sistematis yang dilakukan oleh pengamat
dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan dan pengamatan sistematis, yang
dilakukan oleh pengamatan dengan menggunakan pedoman dalam melakukan
pengamatan. Saat melakukan penelitian di mana sumber datanya berupa tulisan atau
dokumen, digunakan metode dokumentasi

C. Pelaksanaan Pengumpulan dan Pengolahan Data


Setelah peneliti melakukan persiapan seperti dijelaskan di atas, maka selanjutnya
dilakukan pengumpulan data. Untuk seorang guru, pengumpulan data dapat dilakukan di
kelasnya sendiri. Dalam hal rancangan penelitian deskriptif aplikatif, maka pengumpulan
data dapat dilakukan dengan menggunakan angket (bagi siswa SMP, SMA, SMK) atau
wawancara (bagi siswa TK atau SD) dan data yang dikumpulkan misalnya tentang
tanggapan siswa atas metode pembelajaran baru yang telah dilakukan guru atau hasil
observasi atas sikap siswa pada saat guru menyajikan pembelajaran dengan metode
baru.

Data lain yang perlu dikumpulkan misalnya adalah nilai hasil belajar siswa, yang
diperoleh dari metode dokumentasi, dan keaktifan siswa, yang diperoleh dari hasil
pengamatan. Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera
dilakukan pengolahan data. Selanjutnya data yang telah diolah tersebut disajikan dalam
bentuk tabel, diagram, dan lain-lain agar memudahkan dalam pengolahan serta analisis
selanjutnya.

D. Analisis dan Penarikan Kesimpulan

Data hasil olahan tersebut kemudian harus dianalisis, data deskriptif kualitatif sering
hanya dianalisis menurut isinya dan karenanya analisis seperti ini juga disebut analisis
isi (content analysis). Dalam analisis deskriptif, data disajikan dalam bentuk tabel data
yang berisi frekuensi, dan kemudian dihitung mean, median, modus, persentase, standar
deviasi atau lainnya. Untuk analisis statistik, model analisis yang digunakan harus sesuai
dengan rancangan penelitiannya. Apabila penelitian yang dilakukan guru hanya berhenti
pada penjelasan masalah dan upaya pemecahan masalah yang telah dilakukan (untuk
meningkatkan mutu pembelajaran), maka setelah disajikan data hasil wawancara,
angket, pengamatan atau dokumentasi, maka selanjutnya dianalisis atau dibahas dan
diberi makna atas data yang disajikan tersebut.

Tetapi apabila penelitian juga dimaksudkan untuk mengetahui tingkat hubungan maka
harus dilakukan pengujian hipotesis sebagaimana hipotesis yang telah ditetapkan untuk
diuji. Misalnya uji statistik yang dilakukan adalah uji hubungan, maka akan diperoleh hasil
uji dalam dua kemungkinan, yaitu hubungan antar variabel-variabel penelitian atau
perbedaan antara sampel-sampel yang diteliti, dengan taraf signifikansi tertentu,
misalnya 5% atau 10%., atau dapat terjadi hubungan antar variabel penelitian atau
perbedaan antara sampel yang diteliti tidak signifikan. Apabila ternyata dari hasil
pengujian diketahui bahwa hipotesis alternatif diterima (hipotesis nol ditolak) berarti
menyatakan bahwa dugaan tentang adanya saling hubungan atau adanya perbedaan
diterima sebagai hal yang benar, karena telah terbukti demikian. Sebaliknya dalam
kemungkinan hasil yang kedua dinyatakan hipotesis alternatif tidak terbukti
kebenarannya, maka berati hipotesis nol yang diterima. Dengan telah diambilnya hasil
pengujian mengenai penerimaan atau penolakan hipotesis maka berati analisis statistik
telah selesai, tetapi perlu diingat bahwa pelaksanaan penelitian masih belum selesai,
karena hasil keputusan tersebut masih harus diberi interprestasi atau pemaknaan.
Hasil analisis dari pengujian hipotesis dapat dikatakan masih bersifat faktual, untuk itu
selanjutnya perlu diberi arti atau makna oleh peneliti. Dalam pemaknaan sering kali hasil
pengujian hipotesis penelitian didiskusikan atau dibahas dan kemudian ditarik
kesimpulan. Dalam penelitian dipastikan seorang peneliti mengharapkan hipotesis
penelitiannya akan terbukti kebenarannya. Jika memang demikian yang terjadi, maka
kemungkinan pembahasan menjadi tidak terlalu berperan walaupun tetap harus
dijelaskan arti atau maknanya. Tetapi jika hipotesis penelitian itu ternyata tidak tahan uji,
yaitu ditolak, maka peranan pembahasan menjadi sangat penting, karena peneliti harus
mengekplorasi dan mengidentifikasi sumber masalah yang mungkin menjadi penyebab
tidak terbuktinya hipotesis penelitian. Akhirnya dalam kesimpulan harus mencerminkan
jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Jangan sampai antara masalah penelitian,
tujuan peneltian, landasan teori, data, analisis data dan kesimpulan tidak ada runtutan
yang jelas. Apabila penelitian mengikuti alur atau sistematika berpikir yang runut seperti
itu maka penelitian akan dapat dikatakan telah memiliki konsistensi dalam alur
penelitiannya.

Anda mungkin juga menyukai