Anda di halaman 1dari 19

MODUL BETON I

MIX DESIGN BETON NORMAL

A. Definisi Beton Normal

Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200 – 2500 kg/m3 menggunakan
agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah yang tidak menggunakan bahan tambahan.

B. Mix Design Beton Normal Berdasarkan SNI T-15-1990-03

Berdasarkan SK SNI T-15-1990-03 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton


Normal, mix design beton normal dapat diringkas dalam langkah-langkah seperti dibawah ini.
(Langkah-langkah ini juga dapat ditemukan dalam Buku Pedoman Pekerjaan Beton PT
Wijaya Karya).

1. Menentukan kuat tekan beton karakteristik yang disyaratkan (fc’) pada umur
tertentu.
Perlu dicatat bahwa nilai fc’ berarti kuat tekan beton dengan benda uji berbentuk silinder.
Jika yang diketahui adalah nilai K, maka nilai kuat tekan beton perlu dikonversi. Lebih
lanjut tentang konversi ini dapat dibaca di Buku Pedoman Pekerjaan Beton PT Wijaya
Karya. Uraian singkat tentang konversi ini adalah sebagai berikut (Rumusan berdasarkan
PBBI’71 juga dicantumkan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan):

Tabel 1. Notasi Kuat Tekan Beton


Notasi Bentuk Benda Uji Ukuran Umur yang Diperhitungkan
K kubus 15 x 15 x 15 cm 28 hari
f’c silinder Dia. 15 cm tinggi 30 cm 28 hari

Tabel 2. Rumus Konversi dari K (fck’ atau σbk) ke C (f’c) atau Konversi Kubus ke Silinder
Rumus Keterangan dan Satuan Referensi
[
f’c = 0.76 + 0.2
10
⋅ log( fck ' / 15) f ' ck ] fck’ = kuat tekan karakteristik
beton Kubus (Mpa)
SNI T-15-1991-03
K = kuat tekan karakteristik PBBI’71
C = 0.83 x K
beton Kubus (kg/cm2) SK SNI T-15-1991-03

Jika umur beton yang dikehendaki saat diuji belum mencapai 28 hari, maka harus
dikonversi juga dengan konstanta sebagai berikut :

Tabel 3. Nilai Perbandingan Kuat Tekan Beton Normal pada Berbagai Umur untuk Benda
Uji Silinder yang Dirawat di Laboratorium
Umur Beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365 Referensi
Semen Portland Tipe I 0.46 0.70 0.88 0.96 1.00 - - SNI T-15-1990-03
Semen Portland Biasa 0.40 0.65 0.88 0.95 1.00 1.20 1.35
Semen Portland dengan PBBI’71
0.55 0.75 0.90 0.95 1.00 1.15 1.20
Kuat Awal Tinggi
*Beton tidak menggunakan bahan tambahan ataupun agregat ringan
2. Menetapkan deviasi standar (SD)
a. Jika pelaksana mempunyai catatan data hasil pembuatan beton serupa pada masa
yang lalu.
Deviasi standar yang didapat dari pengalaman lapangan selama produksi beton
harus dihitung menurut rumus:

n _
∑ ( xi − x) 2
i =1
SD =
n −1

Dimana :
SD = deviasi standar
xi = kuat tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji
_
xi = kuat tekan beton rata-rata menurut rumus :

n
_ ∑ xi
x= i =1

n = jumlah nilai hasil uji, yang harus diambil minimum 30 buah (satu hasil uji
adalah nilai uji rata-rata dari 2 buah benda uji)

Catatan : Contoh perhitungan dan detail tentang standar deviasi dapat dipelajari pada
Bab IV. Pengujian dan Evaluasi Pekerjaan Beton

Data hasil uji yang akan digunakan untuk menghitung standar deviasi harus :
ƒ Mewakili bahan-bahan, prosedur pengawasan mutu dan kondisi produksi yang
serupa dengan pekerjaan yang diusulkan
ƒ Mewakili kuat tekan beton yang disyaratkan, f’c, yang nilainya dalam batas ±7
MPa dari nilai f’c yang ditentukan
ƒ Paling sedikit terdiri dari 30 hasil uji yang berurutan atau dua kelompok hasil uji
berurutan yang jumlahnya minimum 30 hasil uji diambil dalam produksi selama
jangka waktu tidak kurang dari 45 hari
ƒ Bila suatu produksi beton hanya memiliki data hasil uji yang memenuhi syarat
sebanyak 15-29 hasil uji yang berurutan, maka nilai deviasi standar adalah
perkalian deviasi standar yang dihitung dari data hasil uji tersebut dengan faktor
pengali dari tabel dibawah ini :

Tabel 4. Faktor Pengali Deviasi Standar


Jumlah Data 30 25 20 15 <15
Faktor Pengali 1.0 1.03 1.08 1.16 Tidak boleh

b. Jika pelaksana tidak mempunyai catatan hasil pengujian beton serupa pada masa
yang lalu / bila data hasil uji kurang dari 15 buah, maka nilai tambah (margin/M)
langsung diambil sebesar 12 Mpa.
3. Menghitung nilai tambah (M)

a. Jika nilai tambah sudah ditetapkan sebesar 12 Mpa, maka langsung ke Langkah 4
b. Jika nilai tambah dihitung berdasarkan deviasi standar SD, maka dilakukan dengan
rumus berikut:

M = k * SD

Dengan: M = nilai tambah, Mpa


SD = deviasi standar, MPa
k = tetapan statistik yang nilainya tergantung pada presentase hasil
uji yang lebih rendah dari f’c. Dalam hal ini diambil 5%, sehingga
nilai k = 1.64. Lebih lengkap tentang k dapat dilihat pada Bab IV.
Pengujian dan Evaluasi Pekerjaan Beton

4. Menetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan (f’cr)

f’cr = f’c + M

Dengan: f’cr = Kuat tekan rata-rata, MPa


f'c = Kuat tekan yang disyaratkan, MPa
M = Nilai tambah, Mpa

5. Menetapkan jenis semen portland

Tabel 5. Jenis Semen Portland Menurut PUBI 1982


Tipe
Syarat Penggunaan Pemakaian
PC
I Kondisi biasa, tidak memerlukan persyaratan Perkerasan jalan, gedung, jembatan
khusus biasa dan konstruksi tanpa serangan
sulfat
II Serangan sulfat konsentrasi sedang Bangunan tepi laut, dam, bendungan,
Catatan: semen jenis ini menghasilkan panas irigasi dan beton massa
hidrasi yang lebih rendah daripada tipe I
III Kekuatan awal tinggi Jembatan dan pondasi dengan beban
Catatan: semen tipe ini cepat mengeras dan berat
menghasilkan kekuatan besar dalam waktu
singkat, kekuatan beton yang dihasilkan semen
tipe ini dalam 24 jam, sama dengan kekuatan
beton dengan semen biasa dalam 7 hari
IV Panas hidrasi rendah Pengecoran yang menuntut panas
hidrasi rendah dan diperlukan setting
time yang lama
V Ketahanan yang tinggi terhadap sulfat dalam air Bangunan dalam lingkungan asam,
tanah, daya resistensinya lebih baik dari semen tangki bahan kimia dan pipa bawah
tipe II tanah
Catatan: penggunaan terutama ditujukan untuk
memberikan perlindungan terhadap bahaya
korosi akibat air laut, air danau dan air tambang

6. Menetapkan jenis agregat


Jenis kerikil dan pasir ditetapkan, apakah berupa agregat alami (tak dipecahkan) atau
agregat jenis batu pecah (crushed aggregate)
7. Menentukan faktor air semen (FAS)
Faktor air semen yang diperlukan untuk mencapai kuat tekan rata-rata yang ditargetkan
didasarkan pada hubungan kuat tekan dan FAS yang diperoleh dari penelitian lapangan
sesuai dengan bahan dan kondisi pekerjaan yang diusulkan. Bila tidak tersedia data hasil
penelitian sebagai pedoman, dapat dipergunakan Tabel dan Grafik-grafik dibawah ini :

Tabel 6. Perkiraan Kekuatan Tekan(N/mm2) Beton dengan Faktor Air Semen 0.5 dan
Jenis Semen dan Agregat Kasar yang Biasa Dipakai di Indonesia
Kekuatan Tekan (N/mm2) pada Umur (Hari)
Jenis Semen Jenis Agregat Kasar
3 7 28 91 Benda Uji
Portland tipe I, dan Batu tak dipecahkan 17 23 33 40
Silinder
semen tahan sulfat Batu pecah 19 27 37 45
tipe II dan V Batu tak dipecahkan 20 28 40 48
Kubus
Batu pecah 23 32 45 54
Portland Tipe III Batu tak dipecahkan 21 28 38 44
Silinder
Batu pecah 25 33 44 48
Batu tak dipecahkan 25 31 46 53
Kubus
Batu pecah 30 40 53 60
Catatan :
* 1 N/mm2 = 1 MN/m2 = 1 MPa
* Kuat tekan silinder (dia.150 mm, h=300 mm) = 0.83 kuat tekan kubus (150x150x150 mm3)

Cara menggunakan grafik dan tabel tersebut adalah :

Lukislah titik A pada Gambar Hubungan Kuat Tekan dan Faktor Air Semen (Pilih
Grafik 1 untuk Silinder atau Grafik 2 untuk Kubus) dengan FAS 0.5 sebagai absis dan
kuat tekan beton yang diperoleh dari Tabel 6 diatas sebagai ordinat. Dari titik A dibuat
grafik baru yang bentuknya sama dengan dua grafik yang sudah ada didekatnya.
Selanjutnya tarik garis mendatar dari sumbu tegak di kiri pada kuat tekan rata-rata yang
dikehendaki sampai memotong grafik baru tersebut, lalu ditarik kebawah untuk
mendapatkan FAS yang dicari.
Grafik Hubungan
Kuat Tekan vs FAS
Benda Uji Berbentuk Silinder
(diameter 150 mm, tinggi 300 mm)

Gambar 1. Grafik Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen
(Benda Uji Berbentuk Silinder Dia. 150 mm Tinggi 300 mm)
Grafik Hubungan
Kuat Tekan vs FAS
Benda Uji Berbentuk Kubus
(Ukuran 150 x 150 x 150 mm)

Gambar 2. Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen


(Benda Uji Berbentuk Kubus 150 x 150 x 150 mm)
8. Menetapkan Faktor Air Semen Maksimum
Lihat Tabel 7- 9 dibawah ini, jika FAS maksimum ini lebih rendah dari Langkah 7, maka
FAS maksimum ini yang digunakan.

Tabel 7. FAS Maksimum untuk Berbagai Pembetonan dan Lingkungan Khusus


Jenis Pembetonan FAS Maksimum
Beton didalam ruang bangunan:
a. Keadaan keliling non-korosif 0.60
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh kondensasi atau uap korosi 0.52
Beton diluar ruang bangunan:
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 0.55
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 0.60
Beton yang masuk kedalam tanah:
a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti 0.55
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah Tabel 8
Beton yang selalu berhubungan dengan air tawar/payau/laut Tabel 9

Tabel 8. Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton yang
Berhubungan dengan Air Tanah yang Mengandung Sulfat
Konsentrasi Sulfat (SO3) Kandungan
Dalam Tanah semen minimum Faktor
SO3
(kg/m3) Air-
SO3 dalam dalam
Total Jenis Semen Semen
campuran air air
SO3 Ukuran Maks. (FAS)
: tanah = 2:1 tanah
(%) Agregat (mm) Maks.
(g/lt) (g/lt)
40 20 10
Tipe I dengan atau tanpa
<0.2 <0.1 <0.3 Pozzolan (15-40%) 280 300 350 0.5

Tipe I tanpa Pozzolan 290 330 380 0.5

Tipe I dengan Pozzolan


(15-40%)
0.2-0.5 1.0-1.9 0.3-1.2 Atau 270 310 360 0.55
Semen Portland
Pozzolan

Tipe II atau V 250 290 430 0.55


Tipe I dengan Pozzolan 340 380 430 0.45
(15-40%)
Atau
0.5-1.0 1.9-3.1 1.2-2.5 Semen Portland
Pozzolan

Tipe II atau V 290 330 380 0.5


1.0-2.0 3.1-5.6 2.5-5.0 Tipe II atau V 330 370 420 0.45
Tipe II atau V dan
>2.0 >5.6 >5.0 330 370 420 0.45
lapisan pelindung
Tabel 9. Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton
Bertulang/Prategang Kedap Air
Kandungan semen
minimum (kg/m3)
Berhubungan FAS
Tipe Semen
dengan: Maksimum Ukuran Maksimum
Agregat (mm)
40 20
Air tawar 0.50 Semua tipe I-V 280 300
0.45 340 380
Tipe I + Pozzolan (15-40%)
Atau Semen Portland Pozzolan
Air payau
290 330
Tipe II atau V
0.50
Air laut 0.45 Tipe II atau V 330 370

9. Menetapkan nilai slump


Penetapan nilai slump harus memperhatikan metode pembuatan, pengangkutan,
penuangan, pemadatan dan jenis strukturnya agar diperoleh beton yang mudah
dituangkan, dipadatkan dan diratakan. Misal: pengecoran dengan concrete pump
membutuhkan nilai slump besar, pemadatan dengan vibrator dapat dilakukan dengan
nilai slump yang agak kecil. Lihat Tabel 10 sebagai pertimbangan jika tidak ada data.

Tabel 10. Penetapan Nilai Slump (PBI’71)


Pemakaian Beton Maks (cm) Min (cm)
Dinding, plat fondasi dan fondasi telapak bertulang 12.5 5.0
Fondasi telapak tidak bertulang, kaison dan struktur dibawah tanah 9.0 2.5
Pelat, balok, kolom dan dinding 15.0 7.5
Pengerasan jalan 7.5 5.0
Pembetonan masal 7.5 2.5

10. Menetapkan besar butir agregat maksimum


Besar butir agregat maksimum tidak boleh melebihi :
ƒ Seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan
ƒ Sepertiga dari tebal pelat
ƒ Tiga perempat dari jarak bersih minimum diantara batang atau berkas-berkas tulangan

11. Menetapkan kadar air bebas


a. Untuk agregat tak dipecah dan agregat dipecah menggunakan tabel dibawah ini :

Tabel 11. Perkiraan Kebutuhan Air (liter) Per Meter Kubik Beton
Besar Ukuran Slump (mm)
Jenis
Maksimum
Batuan 0-10 10-30 30-60 60-180
Agregat (mm)
Alami 150 180 205 225
10
Batu pecah 180 205 230 250
Alami 135 160 180 195
20
Batu pecah 170 190 210 225
Alami 115 140 160 175
40
Batu pecah 155 175 190 205
Catatan:
• Koreksi suhu diatas 200C, setiap kenaikan 50C harus ditambah air 5 liter per m3 adukan
beton
• Kondisi permukaan: untuk permukaan agregat yang kasar harus ditambah air ± 10 liter per
m3 adukan beton
b. Untuk agregat campuran (gabungan antara agregat tak dipecah dan agregat dipecah),
dihitung menurut rumus berikut :

A = 0.67Ah + 0.33 Ak

Dengan: A = Jumlah air yang dibutuhkan (lt/m3 beton)


Ah = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya
Ak = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya

12. Menghitung berat semen yang diperlukan


Dihitung dengan membagi jumlah air dari Langkah 11 dengan FAS yang diperoleh pada
Langkah 7 dan 8

13. Mempertimbangkan kadar semen maksimum


Dapat diabaikan jika tidak ditetapkan

14. Menghitung kebutuhan semen minimum


Ditetapkan dengan tabel-tabel dibawah ini. Kebutuhan semen minimum ini ditetapkan
untuk menghindari beton dari kerusakan akibat lingkungan khusus, misalnya: lingkungan
korosif, air payau dan air laut.

Tabel 12. Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai Pembetonan dan Lingkungan
Khusus
Semen Minimum
Jenis Pembetonan
(kg/m3 beton)
Beton didalam ruang bangunan:
a. Keadaan keliling non-korosif 275
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh kondensasi atau uap
korosif 325
Beton diluar ruang bangunan:
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 325
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 275
Beton yang masuk kedalam tanah:
a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti 325
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah Tabel 8
Beton yang selalu berhubungan dengan air tawar/payau/laut Tabel 9

15. Menghitung kebutuhan semen


Apabila kebutuhan semen yang diperoleh dari Langkah 12 ternyata lebih sedikit
daripada Langkah 14, maka kebutuhan semen harus dipakai yang minimum (yang
nilainya lebih besar)

16. Menghitung penyesuaian jumlah air atau FAS


Jika jumlah semen tidak ada perubahan akibat Langkah 15, langkah ini dapat diabaikan,
tetapi jika ada perubahan, maka nilai faktor air semen berubah. Dalam hal ini dilakukan
dua cara berikut:
• Cara pertama, faktor air semen dihitung kembali dengan cara membagi jumlah air
dengan jumlah semen minimum
• Cara kedua, jumlah air disesuaikan dengan mengalikan jumlah semen minimum
dengan faktor air semen
Catatan: Cara pertama akan menurunkan faktor air semen, sedangkan cara kedua akan
menaikkan jumlah air yang diperlukan
17. Menentukan daerah gradasi agregat halus
Klasifikasikan daerah gradasi agregat dengan menggunakan Tabel 3.10.

Tabel 13. Batas Gradasi Pasir


Lubang Ayakan Persen Berat Butir yang Lewat Ayakan
(mm) 1 2 3 4
10.00 100 100 100 100
4.80 90-100 90-100 90-100 95-100
2.40 60-95 75-100 85-100 95-100
1.20 30-70 55-90 75-100 90-100
0.60 15-34 35-59 60-79 80-100
0.30 5-20 8-30 12-40 15-50
0.15 0-10 0-10 0-10 0-15

18. Menghitung perbandingan agregat halus dan agregat kasar


Diperlukan untuk memperoleh gradasi agregat campuran yang baik. Pada langkah ini
dicari nilai banding antara berat agregat halus dan berat agregat campuran. Penetapan
dilakukan dengan memperhatikan besar butir maksimum agregat kasar, nilai slump, FAS
dan daerah gradasi agregat halus. Berdasarkan data tersebut dan Gambar 3-5 dapat
diperoleh persentase berat agregat halus terhadap berat agregat campuran

Gambar 3. Grafik Persentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan


(Untuk Ukuran Butir Maksimum 10 mm)

Gambar 4. Grafik Persentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan


(Untuk Ukuran Butir Maksimum 20 mm)
Gambar 5. Grafik Persentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan
(Untuk Ukuran Butir Maksimum 40 mm)

19. Menghitung berat jenis agregat campuran

Bj camp = P/100*bj ag hls + K/100*bj ag ksr

Dengan: Bj camp = Berat jenis agregat campuran


Bj ag hls = Berat jenis agregat halus
Bj ag ksr = Berat jenis agregat kasar
P = Persentase agregat halus terhadap agregat campuran
K = Persentase agregat kasar terhadap agregat campuran

Berat jenis agregat ditentukan berdasarkan dengan data hasil uji laboratorium, bila tidak
tersedia dapat dipakai nilai dibawah ini :
ƒ Agregat tak dipecah / alami = 2.6 gr/cm3
ƒ Agregat dipecah = 2.7 gr/cm3

20. Menentukan berat jenis beton


Caranya adalah :
ƒ Dari berat jenis agregat campuran pada Langkah 19 dibuat garis kurva berat jenis
gabungan yang sesuai dengan garis kurva yang paling dekat dengan garis kurva pada
Gambar 6
ƒ Kebutuhan air yang diperoleh pada Langkah 11 dimasukkan dalam Gambar 6 dan
dari nilai ini ditarik garis vertikal keatas sampai mencapai kurva yang dibuat pada
langkah pertama
ƒ Dari titik potong ini, tarik garis horisontal kekiri sehingga diperoleh nilai berat jenis
beton
Kadar Air Bebas (ltr/m3)

Gambar 6. Perkiraan Berat Jenis Beton Basah yang Dimampatkan Secara Penuh

21. Menghitung kebutuhan agregat campuran


Dihitung dengan cara mengurangi berat beton per meter kubik dikurangi kebutuhan air
dan semen

22. Menghitung berat agregat halus yang dibutuhkan


Kebutuhan agregat halus diperoleh dengan cara mengalikan kebutuhan agregat
campuran (Langkah 21) dengan persentase berat agregat halusnya (Langkah 18)

23. Menghitung berat agregat kasar yang diperlukan


Kebutuhan agregat kasar dihitung dengan cara mengurangi kebutuhan agregat
campuran (Langkah 21) dengan kebutuhan agregat halus.(Langkah 22)

24. Koreksi proporsi campuran


Dalam perhitungan diatas, agregat halus dan agregat kasar dianggap dalam keadaan
jenuh kering muka (SSD), sehingga di lapangan yang pada umumnya keadaan
agregatnya tidak jenuh kering muka, harus dilakukan koreksi terhadap kebutuhan
bahannya. Koreksi harus dilakukan minimum satu kali per hari.

Jika kadar air agregat melebihi kemampuan penyerapan agregat, maka agregat sudah
mengalami kejenuhan dan mengandung air berlebih, maka harus mengurangi kadar air
bebas agar komposisi tetap seimbang, dan demikian pula sebaliknya.
Hitungan koreksi dilakukan dengan rumus berikut:

Air = B - [(Ck-Ca)xC/100] - [(Dk-Da)xD/100]


Agregat halus = C + [(Ck-Ca)xC/100]
Agregat kasar = D + [(Dk-Da)xD/100]

Dengan: B = Jumlah kebutuhan air (kg/m3 atau ltr/m3)


C = Jumlah kebutuhan agregat halus (kg/m3)
D = Jumlah kebutuhan agregat kasar (kg/m3)
Ck = Kandungan air dalam agregat halus (%)
Dk = Kandungan air dalam agregat kasar (%)
Ca = Absorpsi air pada agregat halus (%)
Da = Absorpsi air pada agregat kasar (%)

C. Contoh Perencanaan Campuran Beton

1. Soal

Buatlah campuran beton dengan ketentuan sebagai berikut :


ƒ Kuat tekan yang disyaratkan = 22.5 N/mm2 (umur 28 hari)
ƒ Benda uji berbentuk = kubus
ƒ Jumlah yg mungkin tidak memenuhi syarat = 5 %
ƒ Semen yang dipakai = Portland Tipe I
ƒ Tinggi slump = 3-6 cm
ƒ Ukuran besar butir agregat maksimum = 40 mm
ƒ Nilai FAS maksimum = 0.60
ƒ Kadar semen minimum = 275 kg/m3
ƒ Susunan besar butir agregat halus = Susunan butir no. 2 (ditetapkan)
ƒ Perbandingan berat pasir IV : pasir V = 36% : 64%
ƒ Berat Jenis, Penyerapan Air dan Kadar Air Bebas masing-masing agregat adalah :

Tabel 14. Sigat-sifat Agregat untuk Contoh Mix Design


Agregat Pasir IV Pasir V Kerikil VII
Sifat (Halus tak Dipecah) (Kasar tak Dipecah) (Batu Pecah)
- Berat Jenis (Kering
2.50 2.44 2.66
permukaan/SSD)
- Penyerapan air (%) 3.10 4.20 1.63
- Kadar air (%) 6.50 8.80 1.06

2. Jawaban dalam Bentuk Isian Formulir

Tabel 15. Contoh Formulir Mix Design


No Uraian Tabel/Grafik/Perhitungan Nilai
1. Kuat tekan yang ditetapkan 22.5 N/mm2 pada 28 hari.
disyaratkan Bagian tak memenuhi syarat 5%
2. Deviasi standar tanpa data 7 N/mm2
3. Nilai tambah / margin Dihitung (5% Æ k = 1.64) 1.64 x 7 = 11.5 N/mm2
4. Kuat tekan rata-rata yang dihitung 22.5 + 11.5 = 34.0 N/mm2
direncanakan
5. Jenis semen ditetapkan Semen Potland Tipe I
6. Jenis agregat
- Agregat Kasar ditetapkan Batu pecah
- Agregat Halus ditetapkan Alami
7. Faktor air semen bebas Tabel 6 dan Gambar 2 0.6
8. Faktor air semen ditetapkan 0.6
maksimum
9. Slump ditetapkan 30-60 mm
10. Ukuran agregat ditetapkan 40 mm
maksimum
11. Kadar air bebas Tabel 11 dan Rumus (0.67 x 160) + (0.33 x 190)
Agregat Gabungan (Pasir = 170 liter = 170 kg
alami dan kerikil batu
dipecah)
12. Berat semen 11 : 8 170 : 0.60 = 283 kg
13. Kadar semen maksimum Tidak ditetapkan -
14. Kebutuhan semen ditetapkan 275 kg
minimum
15. Koreksi kadar semen Pakai kadar semen -
Langkah 14, jika lebih
besar nilainya dari
Langkah 12. Lalu hitung
Langkah 15
16. Penyesuaian faktor air - -
semen
17. Gradasi agregat halus ditetapkan dari Tabel 13. Gradasi daerah 2
Karena agregat halus BJ agregat halus campuran =
merupakan campuran, (0.36 x 2.50) + (0.64 x 2.44)
hitung berat jenis = 2.46
campuran terlebih dahulu
sebelum Langkah 19.
18. Perbandingan agregat Gambar 3 – Gambar 5 dan 35 %
halus dan kasar ambil rata-rata dari
rentang nilai
19. Berat jenis agregat dihitung (0.35 x 2.46) + (0.65 x 2.66)
campuran (SSD) = 2.59
20. Berat jenis beton Gambar 6 2380 kg
21. Kebutuhan agregat Langkah 20 – (Langkah 2380 – (170 + 283) = 1927 kg
Langkah 11 + Langkah 12)
22. Kebutuhan agregat halus Langkah 21 x Langkah 18 1927 x 0.35 = 674 kg
23. Kebutuhan agregat kasar Langkah 21 – Langkah 22 1927 – 674 = 1253 kg

Jadi perincian kebutuhan material untuk 1 m3 beton (kondisi SSD) adalah :


1. Semen = 283 kg
2. Air = 170 kg
3. Pasir IV = 0.36 x 674 = 242.6 kg
4. Pasir V = 0.64 x 674 = 431.4 kg
5. Agregat kasar = 1253 kg

Untuk pelaksanaan dilapangan, angka teoritis tersebut perlu dikoreksi dengan


memperhitungkan jumlah air bebasyang terdapat dalam atau masih dibutuhkan oleh
masing-masing agregat.

Jumlah air yang terdapat dalam :


- Pasir IV = (6.50-3.10)x242.6/100 = 8.25 kg
- Pasir V = (8.80-4.20)x431.4/100 = 19.8 kg

Sedangkan kerikil masih membutuhkan sejumlah air untuk memenuhi kapasitas


penyerapannya, yaitu :
- Agregat kasar = (1.63-1.06)*1253/100 = 7.14 kg
Dengan mengurangkan dan menambahkan angka-angka tersebut, maka kita peroleh
susunan campuran yang akan kita timbang untuk tiap m3 beton (ketelitian 5 kg) :
1. Semen = 283 kg
2. Pasir IV = 242.6 + 8.25 = 251 kg
3. Pasir V = 431.4 + 19.8 = 451.2 kg
4. Agregat Kasar = 1253 – 7.14 = 1245.86 kg
5. Air = 170 - 28.05 + 7.14 = 149.09 kg

D. Mix Design Praktis

Dibawah ini diberikan tabel mix design secara praktis yang dapat diikuti jika terdapat kendala
dalam menentukan mix design secara analitis. Perlu dicatat bahwa nilai ini hanya
pendekatan dan tetap disarankan agar proyek juga tetap melakukan trial mix.

Tabel 16. Mix Design Praktis*


Mutu Beton Bahan / m3 beton
K f'c Air (liter) PCI (Kg) Pasir (Kg) Kerikil (Kg)
175 145 190 274 784 1152
225 185 190 298 755 1157
300 250 190 336 721 1153
350 290 190 362 364 1164
450 375 190 415 637 1158
500 415 190 434 622 1154
* Diambil dari www.semengresik.com
* Semen Gresik OPC
* Agregat dalam kondisi SSD dengan ukuran maks. 40 mm
* Proporsi tersebut mempunyai toleransi + 5 %

E. Trial Mix & Penyesuaian Proporsi Campuran

Setelah membuat mix design, trial mix dalam volume yang kecil (misalnya 0.1 atau 0.05 m3)
akan dibuat untuk memastikan mix design tersebut telah sesuai. Trial mix ini harus diuji dari
segi:
ƒ Kuat Tekan
ƒ Slump
ƒ Sifat-sifat lain yang sesuai spesifikasi

Sebelum membuat penyesuaian, sebaiknya diperiksa kembali untuk memastikan bahwa


ketidaktepatan hasil tidak terjadi akibat:
ƒ Kesalahan perhitungan matematis sedehana atau salah baca angka
ƒ Sarana batching berbeda dari rencana semula
ƒ Timbangan tidak bekerja secara memuaskan

Biasanya sedikit penyesuaian akan diperlukan dan sebaiknya mengacu pada cara-cara
penyesuaian dibawah ini:
ƒ Penyesuaian Kuat Tekan atau Durabilitas:
Menyesuaikan Faktor Air-Semen / FAS sesuai dengan grafik hubungan Kuat Tekan-FAS.
Misal: untuk meningkatkan kekuatan dan durabilitas, maka FAS harus dikurangi.
80
70

Kuat Tekan 28 Hari (MPa)


60

50

40
30
20
10

0
0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

Faktor Air-Semen / FAS (by weight)

GRAFIK PENGARUH FAS PADA KUAT TEKAN


Gambar 7. Pengaruh FAS pada Kuat tekan

ƒ Penyesuaian Slump, Workability atau Sifat Kohesif:


- Penyesuaian tipe ini tidak mengubah FAS, juga tidak akan merubah kuat tekan maupun
durabilitas.
- Penyesuaian dilakukan dengan merubah rasio agregat-semen atau gradasi agregat.
- Sebagai acuan, kombinasi gradasi agregat yang memuaskan adalah bila agregat halus
memiliki porsi 35-40 % berat total agregat.
- Misal: pengurangan rasio agregat-semen (berarti campuran kaya semen) berarti
peningkatan slump dan workability beton meskipun FAS tidak berubah

F. Prinsip Penyesuaian Proporsi Campuran Secara Praktis (Terhadap Berat)

Dibawah ini adalah panduan praktis untuk penyesuaian proporsi campuran berdasarkan
output trial mix yang ingin diperbaiki.

Tabel 17. Panduan Praktis Penyesuaian Trial Mix (per 1 m3 Beton)


Penyesuaian Korektif
Hasil Sebab yang Mungkin Agregat
Air Semen Pasir
Kasar
Slump 1. Perkiraan kadar air Kurangi Tetap Naikkan Tetap
terlalu pasir yang terlalu penambahan sebesar 5 kg
tinggi rendah atau perkiraan air sebesar 5 untuk setiap
daya serap agregat kg untuk tiap perubahan
yang terlalu tinggi 20 mm slump slump sebesar
20 mm
2. Perkiraan kebutuhan Air dan semen dikurangi Pasir dan agregat kasar
air yang terlalu besar, sebagaimana ditunjukkan ditambahkan sebagaimana
sebagai contoh: kerikil Tabel Koreksi Air, Semen ditunjukkan Tabel Koreksi Air,
yang permukaannya dan Agregat untuk Slump Semen dan Agregat untuk
halus memerlukan air Selain 80 mm Slump Selain 80 mm
yang lebih sedikit
ketimbang batu pecah
yang kasar.
Slump 1. Perkiraan kadar air Naikkan Tetap Turunkan Tetap
terlalu pasir yang terlalu tinggi penambahan sebesar 5 kg
rendah atau perkiraan daya air sebesar 5 untuk setiap
serap agregat yang kg untuk tiap perubahan
terlalu rendah 20 mm slump slump sebesar
20 mm
2. Perkiraan kebutuhan Air dan semen ditambahkan Pasir dan agregat kasar
air yang terlalu kecil sebagaimana ditunjukkan dikurangi sebagaimana
Tabel Koreksi Air, Semen ditunjukkan Tabel Koreksi Air,
dan Agregat untuk Slump Semen dan Agregat untuk
Selain 80 mm Slump Selain 80 mm
Terlalu 1. Kesalahan asumsi Tetap Tetap - 50 kg + 50 kg
banyak yang menganggap pasir
pasir lebih kasar dari yang
seharusnya
2. Specific gravity Tetap Tetap Tetap SG (agr )
agregat kasar lebih x
besar dari 2.65 2.65
3. Specific gravity dari Tetap Tatap SG ( pasir ) Tetap
pasir lebih kecil dari x
2.60 2.60
Kekurang 1. Kesalahan asumsi Tetap Tetap + 50 kg - 50 kg
an pasir yang menganggap pasir
lebih halus dari yang
seharusnya
2. Specific gravity Tetap Tetap Tetap SG (agr )
agregat kasar lebih kecil x
dari 2.65 2.65
3. Specific gravity dari Tetap Tetap SG ( pasir ) Tetap
pasir lebih besar dari x
2.60 2.60
Keras 1. Pengaruh ukuran Tetap Tetap Tetap a).
material 20mm–50kg
a). Ukuran maksimum 40mm+50kg
agregat 40 mm
b). Ukuran maksimum b).
agregat 20 mm 10mm-50kg
20mm+50kg

2. Kekurangan pasir Lihat bagian Kekurangan Pasir diatas


Lengket 1. Pasir terlalu halus Tetap Tetap Ganti + 50 kg
sebagian
(atau
keseluruhan)
dengan pasir
yang lebih
kasar -50 kg
2. Terlalu banyak pasir Lihat bagian Terlalu Banyak Pasir diatas
F’c terlalu 1. FAS terlalu tinggi Tetap Naikkan 10 Tetap Tetap
rendah kg untuk tiap
kenaikan 1
MPa
2. Pelapisan Cek kandungan material merugikan pada bahan pembuat
permukaan, agregat beton
lemah, masalah
organik, rongga,
lempung pada agregat,
semen kadaluarsa dan
air tercemar
F’c terlalu 1. FAS terlalu rendah Tetap Turunkan 10 Tetap Tetap
tinggi kg setiap turun
1 MPa
Tabel 18. Koreksi Air, Semen dan Agregat untuk Slump Selain 80 mm
(untuk Agregat max. 20 mm dan 40 mm *)
Water Perubahan
Perubahan Semen (kg) untuk nilai FAS dibawah
Slump Change Agregat (kg)
(kg or lt.) 0.35 0.4 0.5 0.55 0.6 0.7 Sand Coarse
20 -20 -57 -50 -40 -36 -33 -29 +40 +40
40 -12 -34 -30 -24 -22 -20 -17 +20 +20
60 -6 -17 -15 -12 -11 -10 -9 +10 +10
80 0 0 0 0 0 0 0 0 0
100 +5 +14 +12 +10 +9 +8 +7 -10 -10
120 +8 +23 +20 +16 +15 +13 +11 -15 -15
140 +10 +29 +25 +20 +18 +17 +14 -20 -20
* untuk beton dengan agregat 10 mm atau beton pasir, naikkan nilai numerik perubahan semen diatas
dengan 25%. Untuk mortar, gandakan angka perubahan pasirnya.

Note : Kesalahan perhitungan sebesar 1% dalm perkiraan kadar air, baik pasir maupun agregat kasar,
akan menyebabkan 10 kg kesalahan (kira-kira) dalam penambahan air dan berat agregat.

Beberapa tampilan beton yang mungkin didapat saat trial mix adalah :

Adukan yang Baik. Proporsi yang benar dari pasta


semen, pasir, dan agregat kasar memberikan adukan
beton yang secara komparatif mudah untuk dikerjakan
dan dipadatkan. Pemadatan yang benar akan
menghasilkan permukaan tanpa cacat. Sedikit
trowelling (manual dan mekanis) akan mampu
menghasilkan permukaan beton yang padat dan halus.

Gambar 8. Adukan yang Baik

Pasir terlalu banyak. Jika adukan nampak seperti


gambar disamping maka adukan tersebut mengandung
terlalu banyak pasir dan kekurangan agregat kasar.
Meskipun relatif lebih mudah dicor dan di-finishing,
tetapi adukan ini bukanlah adukan yang ekonomis.
Adukan seperti ini akan mudah mengalami retak.

Gambar 9. Adukan Kelebihan Pasir


Agregat kasar terlalu banyak. Adukan ini memiliki
agregat kasar terlalu banyak dan pasir yang tidak
cukup. Adukan seperti ini akan sulit untuk dikerjakan
tanpa harus mengalami segregasi. Adukan seperti ini
juga akan susah untuk dipadatkan dan di-finishing,
serta kemungkinan akan menghasilkan cacat ‘sarang
lebah’ / honeycomb dan beton yang porous.

Gambar 10. Adukan Kelebihan Agregat

Air terlalu banyak. Adukan jenis ini dapat tejadi saat


ada penambahan air kedalam adukan beton yang
sudah bagus. Hasilnya adalah pengurangan kekuatan
dan keawetan secara drastis, serta kemungkinan besar
untuk mengalami retak.

Ada kemungkinan lain yang dapat menghasilkan


adukan seperti ini, yaitu adukan yang memiliki
kandungan pasir dan agregat kasar yang terlalu sedikit
dibandingkan kandungan pasta semennya. Adukan
jenis ini sangat tidak ekonomis dan cenderung
mengalami retak.

Gambar 11. Adukan Kelebihan Air

Adukan terlalu kaku. Adukan seperti ini mempunya


slump rendah (± 20 mm) dan terlalu keras untuk
dikerjakan pada berbagai jenis pekerjaan pembetonan.
Adukan jenis ini memiliki kandungan pasir dan agregat
kasar yang terlalu banyak jika dibandingkan kandungan
pasta semen. Adukan jenis ini akan sulit untuk
dikerjakan, dipadatkan dan di-finishing. Penambahan
sedikit air dan semen (dengan rasio yang benar) akan
menghasilkan adukan yang benar seperti yang
diperlihatkan gambar pertama bagian ini : Adukan
yang Baik.

Gambar 12. Adukan Terlalu Kaku

Anda mungkin juga menyukai