Anda di halaman 1dari 37

BAB III

PEMBAHASAN

ELECTROSURGICAL UNIT

3.1. Spesifikasi Alat

Gambar 3.1 ESU merek Bovie IDS-400


Nama Alat : Electrosurgical Unit
Tegangan : 100-240 VAC
input
Frek Input : 50 – 60 Hz
Frek Output : 490 kHz ± 5 kHz
Tinggi : 15.30 cm
Lebar : 31.10 cm
Panjang : 41.30 cm
Output power : Cut (400 W)
monopolar Cut II (300 W)
Blend (200 W)
Pinpoint (120 W)
Spray (80 W)
Bipolar : 120 W

18
3.2. Teori Dasar
3.2.1. Sejarah
Para ahli bedah biasanya menamai instrumen bedah mereka
sebagai “Bovie”. Ini dikarenakan teori electrosurgery ditemukan oleh Dr.
William T. Bovie, beliau adalah seorang fisikawan lulusan Harvard
University. Bovie, bersama seorang ahli bedah saraf bernama Harvey W.
Chusing, M.D., disebut-sebut sebagai penemu alat ESU ini. Pada Tahun
1926 Chusing pertama kali menggunakan alat ini pada pasien yang
menderita tumor otak. Dengan bantuan generator ESU Chusing berhasil
mengambil sisa-sisa tumor otak si pasien tanpa mengalami pendarahan
saat operasi berlangsung.

Gambar 3.2.1 Dr. William T. Bovie dan Harvey W. Chusing, M.D


Mesin “Bovie” yang asli memiliki banyak kekurangan sehingga pada
tahun 1970-an mesin ini disempurnakan dengan penambahan solid-state
generator dan isolated circuit. Keuntungan dengan menggunakan
generator ini adalah alat dapat memproduksi tegangan yang lebih rendah
dan bentuk sinyal yang konsisten sementara isolated circuit didesain
untuk sistem pengaman bagi pasien.
Pada awal abad ke-21, muncullah sistem bipolar dengan
tambahan sistem RF-electrosurgical yaitu berupa coagulating dan

19
desiccation yang dimanfaatkan untuk menutup pendarahan dengan
mengurangi cidera pada pasien.
3.2.2. Prinsip Kerja
Selama proses pembedahan dengan menggunakan sistem RF
energi elektromagnetik diubah dalam tubuh menjadi energi kinetik
kemudian diubah lagi menjadi energi panas. Panas didapat dengan cara
pemusatan arus listrik frekuensi tinggi pada jaringan tubuh dengan
menggunakan elektroda sebagai medianya. Faktor yang mempengaruhi
efek pada pasien adalah waktu ekspos alat terhadap pasien serta ukuran
dan bentuk permukaan elektroda yang ada kontak dengan target.
Di Indonesia jala-jala listrik yang kita gunakan memiliki
frekuensi 50 Hz yang artinya listrik berubah polaritasnya sebanyak 50
kali dalam 1 detik. Frekuensi inilah yang kita manfaatkan untuk
menyalakan segala jenis peralatan listrik di rumah, namun frekuensi ini
juga mampu mengubah polaritas dalam tubuh kita apabila kita mendapat
kontak langsung dengan listrik. Namun, jika frekuensinya naik menjadi
100 kHz, tubuh kita tidak akan merasakannya, jenis frekuensi inilah yang
dapat berdampak untuk proses pembedahan dengan efektif. Karena
frekuensi yang umumnya digunakan dalam bedah adalah 500 kHz, maka
digunakanlah RF (radio frequency).
Ada dua jenis RF yaitu unipolar dan bipolar, perbedaan dari dua
jenis ini adalah elektrodanya masing-masing. Pada unipolar hanya ada 1
elektroda yang bersifat aktif sementara elektroda satunya bertindak
sebagai elektroda pasif (dispersive electrode) yang dipasang pada
punggung atau paha sehingga alur aliran listrik pada pasien lebih banyak.
Elektroda aktif mengkonsentrasikan arus pada target, sementara
elektroda pasifnya bertindak sebagai kutub yang berlawanan memproses
arus yang sama banyak, namun menghamburkannya terhadap seluruh
permukaan elektroda pasif tersebut sehingga suhu pada kulit di elektroda
pasif tidak naik dan menghindari cidera pada jaringan. Berbeda dengan
unipolar, 2 elektroda aktif pada bipolar menyebabkan alur aliran listrik
pada pasien lebih terfokus dan sedikit.
20
Gambar 3.2.2 Perbedaan instrument monopolar dan bipolar
Ada empat faktor yang sangat berpengaruh terhadap RF yaitu
arus (I), tegangan (V), impedansi atau resistensi (R), daya (P) dan energi
(Q). Arus adalah satuan dari pergerakan elektron pada rangkaian listrik
dalam suatu waktu dengan satuan ampere. Tegangan merupakan
ungkapan untuk besarnya tekanan untuk mendorong elektron di
rangkaian dalam hal ini jaringan tubuh manusia dengan satuan volt.
Resistansi adalah satuan dari bentuk substansi (jaringan atau komposisi
dari sebuah komponen) yang menghambat pergerakan elektron.
Resistansi dalam tubuh manusian berbeda-beda pada tiap jaringan atau
organ. Di bawah ini merupakan beberapa jenis resistansi dalam jaringan
atau organ tubuh manusia.

21
Jaringan atau organ
manusia (dalam rentangan Besar resistansi (ohm)
0.3 sampai 1 MHz)
Darah 0.16 x 103
Otot, ginjal, jantung 0.2 x 103
Hati 0.3 x 103
Otak 0.7 x 103
Paru-paru 1.0 x 103
Lemak 3.3 x 103
Tabel 3.2 Jenis resistansi dalam jaringan atau organ tubuh manusia
Daya adalah jumlah energi yang dikeluarkan dalam suatu waktu.
Dalam hukum ke-5 Joule pada termodinamika, hubungan antara arus,
resistansi dan waktu dituliskan dalam rumus berikut.
Q = I2 . R . t

Gambar 3.2.3 Ilustrasi Hukum ke-5 Joule

Besar panas pada RF dapat ditentukan oleh:


1. Besar arus yang mengalir

22
2. Besar daya yang digunakan
3. Resistansi dalam jaringan atau organ tubuh manusia yang ada
kontak dengan elektroda aktif
4. Resistansi antara elektroda aktif dan pasif
5. Frekuensi yang diberikan
6. Jenis elektroda yang digunakan
Dalam ESU mungkin konsep yang paling penting adalah daya
dan arus yang dialirkan pada jaringan tubuh pasien. Konsentrasi arus
yang tinggi yang ada pada elektroda mampu digunakan untuk
memanaskan dan menguapkan sel, namun dengan arus yang lebih rendah
dapat menggumpalkan sel.
 Generator ESU
Generator ESU umumya memiliki dua output yaitu cutting dan
coagulating. Output yang berlabel cutting merupakan jenis gelombang
yang terus-menerus (continous) dan bertegangan rendah. Output berlabel
coag merupakan jenis gelombang yang terputus-putus dan bertegangan
tinggi. Biasanya duty cycle-nya hanya 6% saja. Ada satu tambahan untuk
output ESU ini yaitu “blended”. Output ini merupakan kombinasi 2 jenis
sinyal di atas yaitu sinyal bertegangan rendah dengan duty cycle yang
bermacam-macam misal 50% atau 80%.

23
Gambar 3.2.4 Sinyal output mode cutting dan coagulating

Gambar 3.2.5 Sinyal mode blended

24
 Instrumen monopolar dan sistemnya
Sistem monopolar menyangkut dua buah elektroda yaitu aktif dan
pasif (dispersive). Elektroda aktif didesain untuk memfokuskan arus
atau daya pada target pembedahan. Elektroda ini memiliki berbagai
macam jenis, seperti berbentuk kait, tipis atau ujung yang mirip pisau
umumnya digunakan untuk mengkonsentrasikan arus dan daya pada
target.

Gambar 3.2.6 Jenis-jenis elektroda aktif monopolar


Gambar di atas adalah elektroda yang digunakan untuk open
surgery. Gambar kanan bawah dengan bentuk menyerupai kait adalah
elektroda yang digunkan untuk laparoscopic. Gambar kiri bawah adalah
elektroda monopolar yang didesain untuk ablasi dalam jumlah yang
besar.

25
Gambar 3.2.7 Elekroda pasif monopolar
ESU merupakan mesin dengan generator dengan daya yang
besar yang dapat membahayakan bagi pasien dan pengguna jika
disalahgunakan. Cidera yang paling sering terjadi pada pasien
menyangkut bagian yang terbakar pada kulit pasien. Mungkin masalah
yang paling sering terjadi adalah kesalahan pemasangan elektroda
dispersive atau pasif atau biasa disebut plate pada kulit pasien. Elektroda
yang biasanya dipasang pada paha atau bokong pasien memiliki 2
kemungkinan. Apabia plate tersebut terpasang pada bagian yang
strukturnya keras seperti pada bagian tulang maka akan muncul lebih
banyak tekanan pada elektroda sehingga impedansi kontak menurun
menyebabkan meningkatnya arus. Namun apabila plate terpasang pada
bagian yang berdaging misal otot maka hal sebaliknya akan terjadi,
tekanan lebih kecil impedansi kontak menurun sehingga arus lebih
sedikit.

26
Cidera juga bisa terjadi jika ada bagian yang bengkok,
bergelombang, kasar pada permukaan plate sehingga permukaan
elektroda ini harus benar-benar datar. Anomali pada permukaan plate
dapat menimbulkan cidera terbakar pada kulit pasien. Plate yang rusak
permukaannya harus diganti dengan yang baru.
Pemberian gel pada seluruh permukaan plate ini juga dapat
menghindari cidera terbakar pada kulit pasien. Gel ini bersifat
elektrokonduktif sama halnya seperti gel ECG atau gel yang biasa
digunakan pada defibrilator.
 Instrumen bipolar dan sistemnya
Pada instrumen bipolar elektroda-elektrodanya merupakan
elektroda aktif, jaringan pasien yang ingin dilibatkan dalam sistem
ditempatkan diantara dua elektroda tersebut. Namun, dalam sistem ini
juga memiliki kerugian yaitu lebih sulit untuk menggunakan metode
cutting.
Bipolar instrumen mengandung dua buah elektroda monopolar
yang terisolasi satu sama lain dalam alat ESU. Elektroda-elektroda
tersebut didesain datar agar dalam pembedahan dokter dapat dengan
mudah menggenggam jarigan yang diinginkan.

27
Gambar 3.2.8 Ilustrasi elektroda grasper monopolar dan bipolar
Pada gambar di bawah A merupakan monopolar grasper dan B
merupakan bipolar grasper. Perhatikan pada panel kanan bawah terdapat
isolator pada B dan tidak ada pada A.

28
Gambar 3.2.9 Perbedaan elektroda grasper monopolar dan bipolar
Walaupun susah untuk mendesain elektroda bipolar untuk
cutting namun bukan hal yang tidak mungkin. Pada gambar di bawah
dijelaskan bahwa elektroda bipolar menyerupai jarum (A) dengan
elektroda dispersvise di atasnya (B). Elektroda dihubungkan dengan alat,
sedangkan titik-titik merah merupakan alur aliran arus listrik di antara
elektroda, zona vaporasi berada di sekitar elektroda jarum (A).

Gambar 3.2.10 Ilustrasi elektroda bipolar untuk cutting

29
 Efek Frekuensi dalam Jaringan Tubuh Manusia
Jika frekuensi AC berkisar 20-30 kHz, energi RF akan
mempengaruhi depolarisasi otot tubuh dan saraf-saraf otak efek ini
disebut efek faradik. Saat frekuensi meningkat berkisar antara 100 kHz -
3.0 MHz diberikan pada sel, depolarisasi tidak akan terjadi karena ion
sodium dan kalsium di sel tidak terbuka. Namun energi elektromagnetik
dikonversikan menadi energy mekanik sehingga kation dan anion
berosilasi dengan cepat.

Gambar 3.2.11 Kondisi sel saat dialiri arus DC dan AC


Sel-se dalam tubuh bereaksi terhadap arus DC aupun AC. Sel-
sel mengandung anion dan kation. Saat arus DC mengalir pada sel,
anion akan berpindah dalam sitoplasma menuju kutub positif dan kation
akan berpindah menuju kutub negatif. Namun, apabila kutub positif dan
negatif berubah-ubah dalam 500.000 kali per detik (AC dengan frekuensi
500 kHz), energi elektromagnetik akan berubah menjadi energi mekanik
diakibatkan pergerakan molekul yang sangat cepat dalam sitoplasma.
Dengan kecepatan yang tinggi ini dan khususnya molekul protein yang
besar, mengakibatkan perubahan energi mekanikal menjadi energi panas.

30
3.3. Blok Diagram

Gambar 3.3.1 Blok Diagram ESU Bovie/IDS-400


3.4. Cara Kerja
3.4.1. Control and Indicator
Merupakan board rangkaian panel bagian depan yang terdiri dari 12
buah tombol fungsi. Tombol-tombol tersebut digunakan untuk mengatur
besar ouput yang diinginkan user.
3.4.2. Footswitch sensor

Adalah rangkaian untuk mendeteksi terpasang atau tidaknya


footswitch monopolar ataupun bipolar. Rangkaian ini dibuat dari osilator
dan rangkaian pendeteksi.

Apabila tidak ada footswitch terhubung ke unit, osilator beroperasi


sesuai dengan frekuensi yang diatur dan memunculkan gelombang sinus
ke rangkaian pendeteksi. Rangkaian pendeteksi ini akan mengubah
sinyal sinus menjadi sinyal kotak.

Apabila ada footswitch terhubung ke unit maka rangkaian osilator


akan tidak aktif sehingga akan mengeluarkan logika 1 (+5VDC). Hal ini
31
mengakibatkan rangkaian logika mendeteksi footswitch telah terhubung
ke unit.

3.4.3. Activation Sense


Rangkaian ini digunakan untuk mendeteksi aktif atau tidaknya
footswitch dan elektroda. Rangkaian ini terbentuk dari rangakain osilator
dan rangkian pendeteksi.
Saat status non-aktif osilator beroprasi sesuai dengan frekuensi
yang diatur dan memunculkan gelombang sinus ke rangkaian pendeteksi.
Rangkaian pendeteksi ini akan mengubah sinyal sinus menjadi sinyal
kotak. Pengaktifan tidak akan terjadi jika muncul sinyal kotak.

Apabila ada footswitch dan elektroda aktif pada unit maka rangkaian
osilator akan tidak aktif sehingga akan mengeluarkan logika 1 (+5VDC).
Hal ini mengakibatkan rangkaian logika mendeteksi footswitch dan
elektroda aktif pada unit.

3.4.4. Temperature Sensing


Rangkaian ini terdiri dari sensor suhu yang berfungsi untuk
mengukur suhu pada unit atau alat selain itu sebagai sensor juga
sebagai pengaman apabila suhu pada alat tinggi. Apabila suhu terlalu
tinggi maka akan muncul error pada display.
3.4.5. Neutral Electrode Monitoring (NEM)
Rangkaian ini mendeteksi jenis elektroda pasif (split atau solid)
apa yang dipasang. Rangkaian ini juga untuk memonitor kontak pasien
dengan elektroda secara terus-menerus untuk menghindari kemungkinan
pasien terbakar.
Apabila yang dipasang adalah elektroda pasif jenis solid, rangkaian
NEM ini akan mendeteksi jika resistansi di bawah 5 Ω maka LED pada
display akan menyala hijau.
Apabila yang dipasang adalah elektroda pasif jenis split, rangkaian
NEM ini akan mendeteksi jika resistansi di antara 10 sampai 135 Ω maka
LED pada display akan menyala hijau.

32
Jika impedansi berubah drastis, maka unit akan menyalakan alarm
dan akan mematikan generator RF dengan segera.
3.4.6. Input Voltage
Unit dapat beroperasi dalam rentang tegangan 100 sampai 240
VAC 50/60 Hz.
3.4.7. Display Control
Rangkaian display control merupakan rangkaian untuk mengontrol
display seven segment pada panel depan.
3.4.8. Control Circuit
Rangakaian ini merupakan otak dari seluruh rangkaian. Kontrol
circuit akan menerjemahkan seluruh input dan memprosesnya menjadi
output yang diinginkan.
3.4.9. Power Factor Correction
Merupakan rangkaian untuk menyesuaikan agar output yang
dikeluarkan sesuai dengan daya yang dibutuhkan operator.
3.4.10. Power Supply
Rangkaian Power Supply menyediakan tegangan DC yaitu +12VDC,
-12VDC, +3.3 VDC dan +5 VDC untuk menyuplai rangkaian kontrol
logika.
3.4.11. Auxiliary relay
Rangkaian ini digunakan untuk mengontrol kerja relay dalam unit.
Selama pengaktifan mode-mode dalam unit, sinyal logika dikirim untuk
mengaktifkan kerja relay ini. Relay akan aktif selama 3 detik setelah
mode yang diinginkan diaktifkan. Rangkaian ini terdiri dari relay dan
driver relay.
3.4.12. RF Drive
Rangkaian kontrol logika akan mengirim sinyal ke rangkaian RF
drive ntuk mengeluarkan sinyal sesuai dengan yang dikehendaki user.
3.4.13. HV Relay
Rangkaian HV (high voltage) relay digunakan oleh rangkaian
kontrol logika untuk mengatur daya output yang baik.

33
3.4.14. Output
Rangkaian output mengatur unit yang mengeluarkan tegangan
tinggi dan daya yang memiliki frekuensi tinggi.
3.4.15. Primary Sense and Backup Sense
Rangkaian ini berfungsi untuk menentukan tegangan output dan
arus. Hal ini juga digunakan oleh rangkaian kontrol logika untuk
menentukan daya output dan impedansi jaringan.
3.5. Teknik Pemeliharaan
3.5.1. Pembersihan Unit
Langkah-langkah pembersihan unit:
1. Lepas sambungan alat dari sumber tegangan
2. Bersihkan seluruh permukaan alat dengan kain basah dan disinfektan.
Jangan sampai ada cairan yang masuk kea lat. Jangan mensterilisasi alat.
3.5.2. Pemeriksaan secara berkala
Setiap 6 bulan sekali lakukan pengecekan pada alat apabila terjadi
kerusakan seperti berikut.
1. Cacat poda body alat
2. Kerusakan pada kabel power
3. Kerusakan pada kabel elektroda
4. Ada kumpulan pung-puing di sekitar unit
3.5.3. Penggantian Fuse pada Panel
Langkah-langkah penggantian fuse pada panel:
1. Lepas sambungan alat dari sumber tegangan
2. Lepas kabel power dari unit
3. Buka soket fuse
4. Ganti fuse dengan nilai dan ukuran yang sama dengan sebelumnya
5. Pasang kembali kabel power pada unit
3.5.4. Penggantian Fuse pada Rangkaian dalam Unit
Langkah-langkah pengganian fuse pada rangkaian:
1. Lepas sambungan alat dari sumber tegangan
2. Lepas kabel power dari unit
3. Lepas semua baut yang terpasang pada unit
34
4. Angkat penutup atas pada unit
5. Lepas buah fuse pada rangkain
6. Ganti fuse dengan nilai dan ukuran yang sama dengan sebelumnya
7. Pasang kembali baut dan kabel power pada unit

3.6. Perbaikan
No Masalah Analisa Tindakan
1. Generator tidak merespon Lepas sambungan
saat diaktifkan 1. Cek sambungan
pada sumber
kabel power
listrik
1. Cek fuse, jika
putus ganti fuse
2. Jika masalah
Fuse putus
tersebut terjadi
lagi, gunakan
backup generator
Internal kabel Cek sambungan
putus internal
Saklar power Ganti saklar power
rusak
Power supply Ganti power supply
rusak
2. Mode pada panel tidak Sambungan Cek sambungan kabel
bekerja dengan baik saat internal kabel interal
ditekan longgar
Power supply Ganti board power
rusak supply
Main board rusak Ganti main board
3. Generator dan aksesoris Instrumen 1. Matikan generator
handpiece diaktifkan handswitching dan kemudian cek
namun tidak ada output footswitch apabila ada
yang diinginkan mengalami sambungan
kerusakan aksesoris yang
longgar dan
pasang dengan
baik jika perlu
2. Nyalakan
generator

35
3. Ganti aksesoris
jika masalah
terjadi kembali
Pengaturan power Naikkan power setting
terlalu rendah
Kerusakan display Ganti display board
board
Kerusakan main Ganti main board
board
Alarm NEM 1. Cek sambungan
elektroda pasif ke
pasien dan
sambungakan
dengan generator
2. Ganti elektroda
pasif
4. Tidak ada output saat Sambungan Ganti sambungan
footswitch diaktifkan footswitch rusak kabel footswitch
Sinyal pengaktifan 1. Cek dan
footswitch tidak sambungkan
ada pada main apabila ada kabel
board yang rusak atau
longgar
2. Ganti main board
Rangkaian sensing Ganti display board
rusak
5. Generator dan aksesoris Sambungan kabel 1. Cek jika ada kabel
handpiece diaktifkan internal longgar yang putus atau
namun tidak ada output longgar
yang diinginkan 2. Hubungkan atau
sambungkan
kembali kabel
tersebut
Kabel handpiece 1. Cek bagian dalam
putus kabel dengam
membuka pelapis
kabel
2. Cek sambungan
switch handpiece
dengan konektor
3. Sambung kembali

36
jika ada kabel
yang putus
Tabel 3.6 Troubleshooting ESU

37
BAB IV

PEMELIHARAAN

4.1. Pemeliharaan Alat Defibrilator

Gambar 4.1 Defibrilator merek Mediana/D500


 Spesifikasi Alat
1. Merek : Mediana
2. Type : D500
3. Serial Number : 159216030049

38
 Fungsi Alat
Untuk mengatasi kelainan pada jantung dan dapat digunakan
untuk memulihkan irama denyut jantung.
 Tindakan Pemeliharaan
1. Cek keadaan fisik dan tombol-tombol pada alat
2. Cek fungsi kerja pada alat

4.2. Pemeliharaan Alat ECG

Gambar 4.2 ECG merek Lumed


 Spesifikasi Alat
1. Merek : Lumed
2. Type :-
3. Serial Number : 1605059
 Fungsi Alat
Untuk mendeteksi aktivitas listrik jantung dan kelainan
jantung berupa grafik yang merekam perubahan potensial listrik
jantung sebagaimana jantung berkontraksi.
 Tindakan Pemeliharaan
1. Cek keadaan fisik dan tombol-tombol pada alat
2. Cek fungsi kerja pada alat

39
4.3. Pemeliharaan Alat Syringe Pump

Gambar 4.3 Syringe Pump merek Terumo/TE-311


 Spesifikasi Alat
1. Merek : Terumo
2. Type : TE-311
3. Serial Number : 1506000029
 Fungsi Alat
Untuk membantu memberikan dosis obat kepada pasien dalam
dosis mikro secara tepat.
 Tindakan Pemeliharaan
1. Cek keadaan fisik dan tombol-tombol pada alat
2. Cek fungsi kerja pada alat

40
4.4. Pemeliharaan Alat Patient Monitor

Gambar 4.4 Patient Monitor merek Drager/Vista 120


 Spesifikasi Alat
1. Merek : Drager
2. Type : Vista 120
3. Serial Number : V2SHF0115
 Fungsi Alat
Alat yang difungsikan untuk memonitor kondisi fisiologi
pasien secara real-time sehingga dapat diketahui kondisi fisiologi
pasien pada saat itu juga. Adapun yang dimonitoring berupa ECG,
tekanan darah, Respirasi, SPO2, dan temperatur.
 Tindakan Pemeliharaan
1. Cek keadaan fisik dan tombol-tombol pada alat
2. Cek fungsi kerja pada alat

41
4.5. Pemeliharaan Alat Patient Monitor

Gambar 4.5 Patient monitor merek Bionet/BM5


 Spesifikasi Alat
1. Merek : Bionet
2. Type : BM5
3. Serial Number : D7l05000132
 Fungsi Alat
Alat yang difungsikan untuk memonitor kondisi fisiologi
pasien secara real-time sehingga dapat diketahui kondisi fisiologi
pasien pada saat itu juga. Adapun yang dimonitoring berupa ECG,
tekanan darah, Respirasi, SPO2, dan temperatur.
 Tindakan Pemeliharaan
1. Cek keadaan fisik dan tombol-tombol pada alat
2. Cek fungsi kerja pada alat

42
4.6. Pemeliharaan Alat ECG

Gambar 4.6 ECG merek Fukuda Denshi/Cardimax


 Spesifikasi Alat
1. Merek : Fukuda Dhensi
2. Type : Cardimax
3. Serial Number : 15028195
 Fungsi Alat
Untuk mendeteksi aktivitas listrik jantung dan kelainan
jantung berupa grafik yang merekam perubahan potensial listrik
jantung sebagaimana jantung berkontraksi.
 Tindakan Pemeliharaan
1. Cek keadaan fisik dan tombol-tombol pada alat
2. Cek fungsi kerja pada alat

4.7. Pemeliharaan Alat Blood Warmer

Gambar 4.7 Blood Warmer merek Animec

43
 Spesifikasi Alat
1. Merek : Animec
2. Type : AM-25-5A
3. Serial Number : 08311065
 Fungsi Alat

Untuk menghangatkan darah yang akan ditransfusi kedalam


tubuh pasien.

 Tindakan Pemeliharaan
1. Cek keadaan fisik dan tombol-tombol pada alat
2. Cek fungsi kerja pada alat

4.8. Pemeliharaan Alat Syringe Pump

Gambar 4.8 Syringe Pump merek B.Braun/Perfusor


 Spesifikasi Alat
1. Merek : B.Braun
2. Type : Perfusor
3. Serial Number : 41879
 Fungsi Alat
Untuk membantu memberikan dosis obat kepada pasien dalam
dosis mikro secara tepat.

44
 Tindakan Pemeliharaan
1. Cek keadaan fisik dan tombol-tombol pada alat
2. Cek fungsi kerja pada alat

4.9. Pemeliharaan Alat Infus Pump

Gambar 4.9 Infusion Pump merek Terumo/Medifusion


 Spesifikasi Alat
1. Merek : Terumo
2. Type : Medifusion
3. Serial Number : 09040273
 Fungsi Alat
Untuk membantu memberikan dosis obat kepada pasien dalam
dosis makro secara tepat.
 Tindakan Pemeliharaan
1. Cek keadaan fisik dan tombol-tombol pada alat
2. Cek fungsi kerja pada alat

45
4.10. Pemeliharaan Alat Patient Monitor

Gambar 4.10 Patient Monitor merek GE/Dash 2500


 Spesifikasi Alat
4. Merek : GE
5. Type : Dash 2500
6. Serial Number : SCG 12.454942 WA
 Fungsi Alat
Alat yang difungsikan untuk memonitor kondisi fisiologi
pasien secara real-time sehingga dapat diketahui kondisi fisiologi
pasien pada saat itu juga. Adapun yang dimonitoring berupa ECG,
tekanan darah, Respirasi, SPO2, dan temperatur.
 Tindakan Pemeliharaan
3. Cek keadaan fisik dan tombol-tombol pada alat
4. Cek fungsi kerja pada alat

46
BAB V
PERBAIKAN

5.1. Suction Pump merek New Hospivac type 400 (SN 3350)

Gambar 5.1 Suction Pump merek New Hospivac type 400 (SN 3350)

5.1.1. Fungsi Alat

Untuk menghisap cairan yang tidak dibutuhkan pada tubuh manusia.

5.1.2. Keluhan
 Alat tidak dapat menghisap
 Meter tidak bisa bergerak karena tidak adanya daya hisap alat
5.1.3. Analisa Kerusakan
 Motor kotor
 Alat dalam keadaan kotor
 Selang kotor
5.1.4. Tindakan/Langkah Kerja
 Uji coba alat
 Membuka cashing alat
 Cek kerja motor

47
 Cek koneksi selang
 Pembersihan bagian dalam alat pada shield
 Memberikan pelumas pada motor
5.1.5. Hasil
Shield kotor dan rotor motor berkarat. Setelah dilakukan pembersihan,
dan pemberian oli pada rotor motor penyedotan bisa mencapai tekanan
maksimal.

5.2. Heat Echanger merek SARNS INC. Michigan (SN 1147)

Gambar 5.2 Heat Exchanger merek SARNS INC. Michigan (SN 1147)

5.2.1. Fungsi Alat


Untuk menyesuaikan suhu darah pasien yang sedang melakukan
operasi jantung.
5.2.2. Keluhan
 Air pada camber tidak mencapai suhu sesuai dengan yang setting
5.2.3. Analisa Kerusakan
 Kerusakan pada sensor suhu
 Kerusakan pada heater
 Heater tidak mendapat tegangan
 Kerusakan driver control heater
5.2.4. Tindakan/Langkah Kerja
 Uji coba alat

48
 Mengukur tegangan input pada alat
 Mengukur tegangan input pada heater
 Mengukur tegangan output pada T1 dan T2 Triac
5.2.5. Hasil
 Komponen triac rusak yang mengakibatkan heater tidak mendapat
tegangan. Apabila heater tidak mendapat tegangan maka heater tidak
akan panas dan tidak akan tercapai suhu yang diinginkan
 Masih dicari penyebab kerusakan komponen Triac. Analisa
menyimpulkan bahwa driver heater mengalami kerusakan juga hal ini
di lihat daripengukuran pada Kaki Gate Triac yang mendapatkan
tengangan yang sama dengan T1 yakni 215 Vac yang mengakibatkan
triac rusak.

5.3. Mesin Anestesi merk HEYER Pasithec ( SN 0835-1210-0023 )

Gambar 5.3 Mesin Anastesi merek HEYER Pasithec (SN 0835-1210-0023)

5.3.1. Fungsi Alat


Untuk menyalurkan gas atau campuran gas anestetik yang aman
kerangkaian sirkuit anestetik yang kemudian dihisap oleh pasien dan
membuang sisa campuran gas dari pasien.

49
5.3.2. Keluhan
 Kadar CO2 pasien yang terdeteksi di patient monitor tinggi
5.3.3. Analisa Kerusakan
 Sirkulasi udara tidak maksimal
 Pembuangan gas tersumbat
5.3.4. Tindakan/Langkah Kerja
 Mengecek O2, NO2 dan Udara
 Uji coba alat
 Cek fungsi pada tombol control alat
 Mengamati bentuk fisik alat
5.3.5. Hasil
 Katup valve inspirasi dan eksprasi mengalami pelengkungan terhadap
lempengan katub. Akibatnya sirkulasi pasien tidak baik, CO2 yang
sudah dihembuskan pasien masuk ke selang ekspirasi. Dikarenakan
Katub valve pada bagian ekspirasi tidak tertutup dengan benar maka
CO2 yang sudah dihembuskan, dihirup kembali oleh pasien.

5.4. Laringoscope merek Riester germany

Gambar 5.4 Laringoscope merek Riester germany

5.4.1. Fungsi Alat


Untuk penerangan ketika dilakukan pemeriksaan terhadap laring
pasien

50
5.4.2. Keluhan
 Lampu tidak bisa menyala
5.4.3. Analisa Kerusakan
 Bateray habis
 Lampu mati
 Kabel Fitting lampu putus
5.4.4. Tindakan/Langkah Kerja
 Uji coba alat
 Cek tegangan masuk
 Cek kondisi lampu
 Cek sambungan fitting lampu
5.4.5. Hasil
Lampu tidak menyala karena kabel fitting tidak terhubung yang
mengakibatkan lampu tidak mendapat tegangan dari battery.

5.5. Nebulizer Comfort KU-400 (SN 0918020)

Gambar 5.5 Nebulizer merek Comfort/KU-400


5.5.1. Fungsi Alat
Untuk obat cair menjadi aerosol, alat ini merupakan jenis lat terapi
inhaler.
5.5.2. Keluhan
 Alat tidak mampu mengeuarkan uap

51
5.5.3. Analisa Kerusakan
 Piezoelektrik rusak
 Blower terhalang atau tertutup
5.5.4. Tindakan/Langkah Kerja
 Cek tegangan masuk
 Ganti penutup blower
 Ganti penutup uap
5.5.5. Hasil
Tidak dapat keluar uap karena penutup blower dan uap ruak
sehingga menghalangi jalan keluarnya uap. Piezoelektrik masih dalam
kondisi baik dan alat dapat digunakan kembali.

5.6. CPAP merek Fanem (SN NAL045712)

Gambar 5.6 CPAP merek Fanem (SN NAL045712)

5.6.1. Fungsi Alat


Untuk membantu memberikan kadar oksigen kepada pasien
khususnya bayi.
5.6.2. Keluhan
 Konektor dan selang outlet rusak

52
5.6.3. Tindakan/Langkah Kerja
 Mengganti konektor dan selang outlet
5.6.4. Hasil
Ventilator dapat berfungsi dengan baik dan dapat digunakan oleh
pasien lagi setelah dikalibrasi.

5.7. Mikroskop Operasi merek Olympus (Type OME 5000)


5.7.1. Fungsi Alat
Untuk membantu operator dalam hal ini dokter dalam proses
pembedahan untuk memperjelas objek yang ingin dibedah.
5.7.2. Keluhan
 Lampu tidak menyala
5.7.3. Analisa Kerusakan
 Lampu rusak
 Fitting lampu rusak
 Kabel dalam fitting lampu putus
5.7.4. Tindakan/Langkah Kerja
 Uji coba alat
 Cek tegangan masuk
 Cek kondisi lampu
 Cek sambungan fitting lampu
5.7.5. Hasil
Lampu tidak menyala karena baut fitting berkarat sehingga kabel
lampu tidak pas berada di fitting dan lampu lainnya telah mati, baut dan
lampu tersebut perlu diganti.

53
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penulis selama 2 bulan Praktik Kerja Lapangan di RSUP


Sanglah, banyak hal yang penulis alami dan rasakan ketika terjun langsung ke
lapangan dengan membawa ilmu dari Kampus Jurusan Teknik Elektromedik
POLTEKKES KEMENKES Surabaya. Hal yang penulis alami diantara
lainnya:
a) Mengoperasikan, memperbaiki dan memelihara alat-alat yang belum pernah
penulis lihat di kampus.
b) Berinteraksi langsung dengan user ketika ada alat yang rusak.
c) Membangun sebuah teamwork bersama teman-teman TEM Surabaya dan
TEM Jakarta dengan karakter yang berbeda-beda.
d) Mendapatkan ilmu-ilmu baru dari pegawai IPS MNP mengenai alat yang
baru.
e) Merasakan uji fungsi alat medis secara langsung yang belum pernah penulis
alami di kampus.
f) Mendapatkan keluarga baru IPS MNP RSUP Sanglah Denpasar dan
mahasiswa/i TEM Jakarta POLTEKKES KEMENKES Jakarta 2.
6.2. Pesan
Penulis memberikan sebuah saran kepada IPS MNP RSUP Sanglah untuk
menjadi lebih baik lagi kedepannya, diantara lain:
a) Perlu adanya tempat yang memadai untuk penyimpanan peralatan medis
yang masih dalam proses perbaikan.
b) Perlu adanya kelayakan ruang kerja yang sesuai standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), sehingga menciptakan suasan kerja yang nyaman.
c) Perlu adanya pembinaan teknis terhadap operator dalam pemeliharaan harian
serta penempatan dan penyipannan peralatan medis.
d) Dalam penyediaan suku cadang diharapkan jangan terlalu memakan waktu
yang lama demi kelancaran pelayanan rumah sakit.

54

Anda mungkin juga menyukai