PEMBAHASAN
ELECTROSURGICAL UNIT
18
3.2. Teori Dasar
3.2.1. Sejarah
Para ahli bedah biasanya menamai instrumen bedah mereka
sebagai “Bovie”. Ini dikarenakan teori electrosurgery ditemukan oleh Dr.
William T. Bovie, beliau adalah seorang fisikawan lulusan Harvard
University. Bovie, bersama seorang ahli bedah saraf bernama Harvey W.
Chusing, M.D., disebut-sebut sebagai penemu alat ESU ini. Pada Tahun
1926 Chusing pertama kali menggunakan alat ini pada pasien yang
menderita tumor otak. Dengan bantuan generator ESU Chusing berhasil
mengambil sisa-sisa tumor otak si pasien tanpa mengalami pendarahan
saat operasi berlangsung.
19
desiccation yang dimanfaatkan untuk menutup pendarahan dengan
mengurangi cidera pada pasien.
3.2.2. Prinsip Kerja
Selama proses pembedahan dengan menggunakan sistem RF
energi elektromagnetik diubah dalam tubuh menjadi energi kinetik
kemudian diubah lagi menjadi energi panas. Panas didapat dengan cara
pemusatan arus listrik frekuensi tinggi pada jaringan tubuh dengan
menggunakan elektroda sebagai medianya. Faktor yang mempengaruhi
efek pada pasien adalah waktu ekspos alat terhadap pasien serta ukuran
dan bentuk permukaan elektroda yang ada kontak dengan target.
Di Indonesia jala-jala listrik yang kita gunakan memiliki
frekuensi 50 Hz yang artinya listrik berubah polaritasnya sebanyak 50
kali dalam 1 detik. Frekuensi inilah yang kita manfaatkan untuk
menyalakan segala jenis peralatan listrik di rumah, namun frekuensi ini
juga mampu mengubah polaritas dalam tubuh kita apabila kita mendapat
kontak langsung dengan listrik. Namun, jika frekuensinya naik menjadi
100 kHz, tubuh kita tidak akan merasakannya, jenis frekuensi inilah yang
dapat berdampak untuk proses pembedahan dengan efektif. Karena
frekuensi yang umumnya digunakan dalam bedah adalah 500 kHz, maka
digunakanlah RF (radio frequency).
Ada dua jenis RF yaitu unipolar dan bipolar, perbedaan dari dua
jenis ini adalah elektrodanya masing-masing. Pada unipolar hanya ada 1
elektroda yang bersifat aktif sementara elektroda satunya bertindak
sebagai elektroda pasif (dispersive electrode) yang dipasang pada
punggung atau paha sehingga alur aliran listrik pada pasien lebih banyak.
Elektroda aktif mengkonsentrasikan arus pada target, sementara
elektroda pasifnya bertindak sebagai kutub yang berlawanan memproses
arus yang sama banyak, namun menghamburkannya terhadap seluruh
permukaan elektroda pasif tersebut sehingga suhu pada kulit di elektroda
pasif tidak naik dan menghindari cidera pada jaringan. Berbeda dengan
unipolar, 2 elektroda aktif pada bipolar menyebabkan alur aliran listrik
pada pasien lebih terfokus dan sedikit.
20
Gambar 3.2.2 Perbedaan instrument monopolar dan bipolar
Ada empat faktor yang sangat berpengaruh terhadap RF yaitu
arus (I), tegangan (V), impedansi atau resistensi (R), daya (P) dan energi
(Q). Arus adalah satuan dari pergerakan elektron pada rangkaian listrik
dalam suatu waktu dengan satuan ampere. Tegangan merupakan
ungkapan untuk besarnya tekanan untuk mendorong elektron di
rangkaian dalam hal ini jaringan tubuh manusia dengan satuan volt.
Resistansi adalah satuan dari bentuk substansi (jaringan atau komposisi
dari sebuah komponen) yang menghambat pergerakan elektron.
Resistansi dalam tubuh manusian berbeda-beda pada tiap jaringan atau
organ. Di bawah ini merupakan beberapa jenis resistansi dalam jaringan
atau organ tubuh manusia.
21
Jaringan atau organ
manusia (dalam rentangan Besar resistansi (ohm)
0.3 sampai 1 MHz)
Darah 0.16 x 103
Otot, ginjal, jantung 0.2 x 103
Hati 0.3 x 103
Otak 0.7 x 103
Paru-paru 1.0 x 103
Lemak 3.3 x 103
Tabel 3.2 Jenis resistansi dalam jaringan atau organ tubuh manusia
Daya adalah jumlah energi yang dikeluarkan dalam suatu waktu.
Dalam hukum ke-5 Joule pada termodinamika, hubungan antara arus,
resistansi dan waktu dituliskan dalam rumus berikut.
Q = I2 . R . t
22
2. Besar daya yang digunakan
3. Resistansi dalam jaringan atau organ tubuh manusia yang ada
kontak dengan elektroda aktif
4. Resistansi antara elektroda aktif dan pasif
5. Frekuensi yang diberikan
6. Jenis elektroda yang digunakan
Dalam ESU mungkin konsep yang paling penting adalah daya
dan arus yang dialirkan pada jaringan tubuh pasien. Konsentrasi arus
yang tinggi yang ada pada elektroda mampu digunakan untuk
memanaskan dan menguapkan sel, namun dengan arus yang lebih rendah
dapat menggumpalkan sel.
Generator ESU
Generator ESU umumya memiliki dua output yaitu cutting dan
coagulating. Output yang berlabel cutting merupakan jenis gelombang
yang terus-menerus (continous) dan bertegangan rendah. Output berlabel
coag merupakan jenis gelombang yang terputus-putus dan bertegangan
tinggi. Biasanya duty cycle-nya hanya 6% saja. Ada satu tambahan untuk
output ESU ini yaitu “blended”. Output ini merupakan kombinasi 2 jenis
sinyal di atas yaitu sinyal bertegangan rendah dengan duty cycle yang
bermacam-macam misal 50% atau 80%.
23
Gambar 3.2.4 Sinyal output mode cutting dan coagulating
24
Instrumen monopolar dan sistemnya
Sistem monopolar menyangkut dua buah elektroda yaitu aktif dan
pasif (dispersive). Elektroda aktif didesain untuk memfokuskan arus
atau daya pada target pembedahan. Elektroda ini memiliki berbagai
macam jenis, seperti berbentuk kait, tipis atau ujung yang mirip pisau
umumnya digunakan untuk mengkonsentrasikan arus dan daya pada
target.
25
Gambar 3.2.7 Elekroda pasif monopolar
ESU merupakan mesin dengan generator dengan daya yang
besar yang dapat membahayakan bagi pasien dan pengguna jika
disalahgunakan. Cidera yang paling sering terjadi pada pasien
menyangkut bagian yang terbakar pada kulit pasien. Mungkin masalah
yang paling sering terjadi adalah kesalahan pemasangan elektroda
dispersive atau pasif atau biasa disebut plate pada kulit pasien. Elektroda
yang biasanya dipasang pada paha atau bokong pasien memiliki 2
kemungkinan. Apabia plate tersebut terpasang pada bagian yang
strukturnya keras seperti pada bagian tulang maka akan muncul lebih
banyak tekanan pada elektroda sehingga impedansi kontak menurun
menyebabkan meningkatnya arus. Namun apabila plate terpasang pada
bagian yang berdaging misal otot maka hal sebaliknya akan terjadi,
tekanan lebih kecil impedansi kontak menurun sehingga arus lebih
sedikit.
26
Cidera juga bisa terjadi jika ada bagian yang bengkok,
bergelombang, kasar pada permukaan plate sehingga permukaan
elektroda ini harus benar-benar datar. Anomali pada permukaan plate
dapat menimbulkan cidera terbakar pada kulit pasien. Plate yang rusak
permukaannya harus diganti dengan yang baru.
Pemberian gel pada seluruh permukaan plate ini juga dapat
menghindari cidera terbakar pada kulit pasien. Gel ini bersifat
elektrokonduktif sama halnya seperti gel ECG atau gel yang biasa
digunakan pada defibrilator.
Instrumen bipolar dan sistemnya
Pada instrumen bipolar elektroda-elektrodanya merupakan
elektroda aktif, jaringan pasien yang ingin dilibatkan dalam sistem
ditempatkan diantara dua elektroda tersebut. Namun, dalam sistem ini
juga memiliki kerugian yaitu lebih sulit untuk menggunakan metode
cutting.
Bipolar instrumen mengandung dua buah elektroda monopolar
yang terisolasi satu sama lain dalam alat ESU. Elektroda-elektroda
tersebut didesain datar agar dalam pembedahan dokter dapat dengan
mudah menggenggam jarigan yang diinginkan.
27
Gambar 3.2.8 Ilustrasi elektroda grasper monopolar dan bipolar
Pada gambar di bawah A merupakan monopolar grasper dan B
merupakan bipolar grasper. Perhatikan pada panel kanan bawah terdapat
isolator pada B dan tidak ada pada A.
28
Gambar 3.2.9 Perbedaan elektroda grasper monopolar dan bipolar
Walaupun susah untuk mendesain elektroda bipolar untuk
cutting namun bukan hal yang tidak mungkin. Pada gambar di bawah
dijelaskan bahwa elektroda bipolar menyerupai jarum (A) dengan
elektroda dispersvise di atasnya (B). Elektroda dihubungkan dengan alat,
sedangkan titik-titik merah merupakan alur aliran arus listrik di antara
elektroda, zona vaporasi berada di sekitar elektroda jarum (A).
29
Efek Frekuensi dalam Jaringan Tubuh Manusia
Jika frekuensi AC berkisar 20-30 kHz, energi RF akan
mempengaruhi depolarisasi otot tubuh dan saraf-saraf otak efek ini
disebut efek faradik. Saat frekuensi meningkat berkisar antara 100 kHz -
3.0 MHz diberikan pada sel, depolarisasi tidak akan terjadi karena ion
sodium dan kalsium di sel tidak terbuka. Namun energi elektromagnetik
dikonversikan menadi energy mekanik sehingga kation dan anion
berosilasi dengan cepat.
30
3.3. Blok Diagram
Apabila ada footswitch dan elektroda aktif pada unit maka rangkaian
osilator akan tidak aktif sehingga akan mengeluarkan logika 1 (+5VDC).
Hal ini mengakibatkan rangkaian logika mendeteksi footswitch dan
elektroda aktif pada unit.
32
Jika impedansi berubah drastis, maka unit akan menyalakan alarm
dan akan mematikan generator RF dengan segera.
3.4.6. Input Voltage
Unit dapat beroperasi dalam rentang tegangan 100 sampai 240
VAC 50/60 Hz.
3.4.7. Display Control
Rangkaian display control merupakan rangkaian untuk mengontrol
display seven segment pada panel depan.
3.4.8. Control Circuit
Rangakaian ini merupakan otak dari seluruh rangkaian. Kontrol
circuit akan menerjemahkan seluruh input dan memprosesnya menjadi
output yang diinginkan.
3.4.9. Power Factor Correction
Merupakan rangkaian untuk menyesuaikan agar output yang
dikeluarkan sesuai dengan daya yang dibutuhkan operator.
3.4.10. Power Supply
Rangkaian Power Supply menyediakan tegangan DC yaitu +12VDC,
-12VDC, +3.3 VDC dan +5 VDC untuk menyuplai rangkaian kontrol
logika.
3.4.11. Auxiliary relay
Rangkaian ini digunakan untuk mengontrol kerja relay dalam unit.
Selama pengaktifan mode-mode dalam unit, sinyal logika dikirim untuk
mengaktifkan kerja relay ini. Relay akan aktif selama 3 detik setelah
mode yang diinginkan diaktifkan. Rangkaian ini terdiri dari relay dan
driver relay.
3.4.12. RF Drive
Rangkaian kontrol logika akan mengirim sinyal ke rangkaian RF
drive ntuk mengeluarkan sinyal sesuai dengan yang dikehendaki user.
3.4.13. HV Relay
Rangkaian HV (high voltage) relay digunakan oleh rangkaian
kontrol logika untuk mengatur daya output yang baik.
33
3.4.14. Output
Rangkaian output mengatur unit yang mengeluarkan tegangan
tinggi dan daya yang memiliki frekuensi tinggi.
3.4.15. Primary Sense and Backup Sense
Rangkaian ini berfungsi untuk menentukan tegangan output dan
arus. Hal ini juga digunakan oleh rangkaian kontrol logika untuk
menentukan daya output dan impedansi jaringan.
3.5. Teknik Pemeliharaan
3.5.1. Pembersihan Unit
Langkah-langkah pembersihan unit:
1. Lepas sambungan alat dari sumber tegangan
2. Bersihkan seluruh permukaan alat dengan kain basah dan disinfektan.
Jangan sampai ada cairan yang masuk kea lat. Jangan mensterilisasi alat.
3.5.2. Pemeriksaan secara berkala
Setiap 6 bulan sekali lakukan pengecekan pada alat apabila terjadi
kerusakan seperti berikut.
1. Cacat poda body alat
2. Kerusakan pada kabel power
3. Kerusakan pada kabel elektroda
4. Ada kumpulan pung-puing di sekitar unit
3.5.3. Penggantian Fuse pada Panel
Langkah-langkah penggantian fuse pada panel:
1. Lepas sambungan alat dari sumber tegangan
2. Lepas kabel power dari unit
3. Buka soket fuse
4. Ganti fuse dengan nilai dan ukuran yang sama dengan sebelumnya
5. Pasang kembali kabel power pada unit
3.5.4. Penggantian Fuse pada Rangkaian dalam Unit
Langkah-langkah pengganian fuse pada rangkaian:
1. Lepas sambungan alat dari sumber tegangan
2. Lepas kabel power dari unit
3. Lepas semua baut yang terpasang pada unit
34
4. Angkat penutup atas pada unit
5. Lepas buah fuse pada rangkain
6. Ganti fuse dengan nilai dan ukuran yang sama dengan sebelumnya
7. Pasang kembali baut dan kabel power pada unit
3.6. Perbaikan
No Masalah Analisa Tindakan
1. Generator tidak merespon Lepas sambungan
saat diaktifkan 1. Cek sambungan
pada sumber
kabel power
listrik
1. Cek fuse, jika
putus ganti fuse
2. Jika masalah
Fuse putus
tersebut terjadi
lagi, gunakan
backup generator
Internal kabel Cek sambungan
putus internal
Saklar power Ganti saklar power
rusak
Power supply Ganti power supply
rusak
2. Mode pada panel tidak Sambungan Cek sambungan kabel
bekerja dengan baik saat internal kabel interal
ditekan longgar
Power supply Ganti board power
rusak supply
Main board rusak Ganti main board
3. Generator dan aksesoris Instrumen 1. Matikan generator
handpiece diaktifkan handswitching dan kemudian cek
namun tidak ada output footswitch apabila ada
yang diinginkan mengalami sambungan
kerusakan aksesoris yang
longgar dan
pasang dengan
baik jika perlu
2. Nyalakan
generator
35
3. Ganti aksesoris
jika masalah
terjadi kembali
Pengaturan power Naikkan power setting
terlalu rendah
Kerusakan display Ganti display board
board
Kerusakan main Ganti main board
board
Alarm NEM 1. Cek sambungan
elektroda pasif ke
pasien dan
sambungakan
dengan generator
2. Ganti elektroda
pasif
4. Tidak ada output saat Sambungan Ganti sambungan
footswitch diaktifkan footswitch rusak kabel footswitch
Sinyal pengaktifan 1. Cek dan
footswitch tidak sambungkan
ada pada main apabila ada kabel
board yang rusak atau
longgar
2. Ganti main board
Rangkaian sensing Ganti display board
rusak
5. Generator dan aksesoris Sambungan kabel 1. Cek jika ada kabel
handpiece diaktifkan internal longgar yang putus atau
namun tidak ada output longgar
yang diinginkan 2. Hubungkan atau
sambungkan
kembali kabel
tersebut
Kabel handpiece 1. Cek bagian dalam
putus kabel dengam
membuka pelapis
kabel
2. Cek sambungan
switch handpiece
dengan konektor
3. Sambung kembali
36
jika ada kabel
yang putus
Tabel 3.6 Troubleshooting ESU
37
BAB IV
PEMELIHARAAN
38
Fungsi Alat
Untuk mengatasi kelainan pada jantung dan dapat digunakan
untuk memulihkan irama denyut jantung.
Tindakan Pemeliharaan
1. Cek keadaan fisik dan tombol-tombol pada alat
2. Cek fungsi kerja pada alat
39
4.3. Pemeliharaan Alat Syringe Pump
40
4.4. Pemeliharaan Alat Patient Monitor
41
4.5. Pemeliharaan Alat Patient Monitor
42
4.6. Pemeliharaan Alat ECG
43
Spesifikasi Alat
1. Merek : Animec
2. Type : AM-25-5A
3. Serial Number : 08311065
Fungsi Alat
Tindakan Pemeliharaan
1. Cek keadaan fisik dan tombol-tombol pada alat
2. Cek fungsi kerja pada alat
44
Tindakan Pemeliharaan
1. Cek keadaan fisik dan tombol-tombol pada alat
2. Cek fungsi kerja pada alat
45
4.10. Pemeliharaan Alat Patient Monitor
46
BAB V
PERBAIKAN
5.1. Suction Pump merek New Hospivac type 400 (SN 3350)
Gambar 5.1 Suction Pump merek New Hospivac type 400 (SN 3350)
5.1.2. Keluhan
Alat tidak dapat menghisap
Meter tidak bisa bergerak karena tidak adanya daya hisap alat
5.1.3. Analisa Kerusakan
Motor kotor
Alat dalam keadaan kotor
Selang kotor
5.1.4. Tindakan/Langkah Kerja
Uji coba alat
Membuka cashing alat
Cek kerja motor
47
Cek koneksi selang
Pembersihan bagian dalam alat pada shield
Memberikan pelumas pada motor
5.1.5. Hasil
Shield kotor dan rotor motor berkarat. Setelah dilakukan pembersihan,
dan pemberian oli pada rotor motor penyedotan bisa mencapai tekanan
maksimal.
Gambar 5.2 Heat Exchanger merek SARNS INC. Michigan (SN 1147)
48
Mengukur tegangan input pada alat
Mengukur tegangan input pada heater
Mengukur tegangan output pada T1 dan T2 Triac
5.2.5. Hasil
Komponen triac rusak yang mengakibatkan heater tidak mendapat
tegangan. Apabila heater tidak mendapat tegangan maka heater tidak
akan panas dan tidak akan tercapai suhu yang diinginkan
Masih dicari penyebab kerusakan komponen Triac. Analisa
menyimpulkan bahwa driver heater mengalami kerusakan juga hal ini
di lihat daripengukuran pada Kaki Gate Triac yang mendapatkan
tengangan yang sama dengan T1 yakni 215 Vac yang mengakibatkan
triac rusak.
49
5.3.2. Keluhan
Kadar CO2 pasien yang terdeteksi di patient monitor tinggi
5.3.3. Analisa Kerusakan
Sirkulasi udara tidak maksimal
Pembuangan gas tersumbat
5.3.4. Tindakan/Langkah Kerja
Mengecek O2, NO2 dan Udara
Uji coba alat
Cek fungsi pada tombol control alat
Mengamati bentuk fisik alat
5.3.5. Hasil
Katup valve inspirasi dan eksprasi mengalami pelengkungan terhadap
lempengan katub. Akibatnya sirkulasi pasien tidak baik, CO2 yang
sudah dihembuskan pasien masuk ke selang ekspirasi. Dikarenakan
Katub valve pada bagian ekspirasi tidak tertutup dengan benar maka
CO2 yang sudah dihembuskan, dihirup kembali oleh pasien.
50
5.4.2. Keluhan
Lampu tidak bisa menyala
5.4.3. Analisa Kerusakan
Bateray habis
Lampu mati
Kabel Fitting lampu putus
5.4.4. Tindakan/Langkah Kerja
Uji coba alat
Cek tegangan masuk
Cek kondisi lampu
Cek sambungan fitting lampu
5.4.5. Hasil
Lampu tidak menyala karena kabel fitting tidak terhubung yang
mengakibatkan lampu tidak mendapat tegangan dari battery.
51
5.5.3. Analisa Kerusakan
Piezoelektrik rusak
Blower terhalang atau tertutup
5.5.4. Tindakan/Langkah Kerja
Cek tegangan masuk
Ganti penutup blower
Ganti penutup uap
5.5.5. Hasil
Tidak dapat keluar uap karena penutup blower dan uap ruak
sehingga menghalangi jalan keluarnya uap. Piezoelektrik masih dalam
kondisi baik dan alat dapat digunakan kembali.
52
5.6.3. Tindakan/Langkah Kerja
Mengganti konektor dan selang outlet
5.6.4. Hasil
Ventilator dapat berfungsi dengan baik dan dapat digunakan oleh
pasien lagi setelah dikalibrasi.
53
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
54