Anda di halaman 1dari 8

Vol.13 No.2.

Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

Perancangan Instalasi Penangkal Petir Eksternal


Gedung Bertingkat
(Aplikasi Balai Kota Pariaman)

Oleh:

Sepannur Bandri

Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Padang
Email: sepannurbandria@yahoo.com

Intisari

Gedung Balai Kota Pariaman merupakan pusat Pemerintahan Kota Pariaman, dibangun diatas tanah
seluas 4 Ha dengan ukuran 63,70 m x 51,70 m x 27,3 m. Secara fisik bangunannya lebih tinggi dan
menonjol dari bangunan yang berada disekitarnya. Sebagai pusat pemerintahan bangunan ini banyak
terdapat peralatan-peralatan elektronik seperti komputer, telephone, AC dan lain-lain. Untuk
mengamankan gedung dan peralatan tersebut perlu dilindungi dari bahaya sambaran petir. Dalam
penelitian ini analisa dilakukan berdasarkan kajian teori-teori yang berhubungan dengan sistem proteksi
gedung terhadap sambaran petir. Penelitian dilakukan dengan survey ke lokasi, kemudian data-data teknis
dilokasi diolah dengan data dari BMKG Stasiun Sicincin. Data yang telah terkumpul dianalisa bedasarkan
persamaan yang ada dan dengan melukis wilayah perlindungan pada perlindungan Gedung Balai Kota
Pariaman tersebut baik tampak depan, samping, belakang dan atas. Dari hasil analisa, perkiraan bahaya,
luas daerah yang menarik sambaran petir 14530,882 m², jumlah sambaran petir 0,06 sambaran petir per
hari per km² dan kemungkinan gedung tersambar petir 0,5231 sambaran per tahun.

Kata kunci : Sambaran petir, peralatan-peralatan elektronik, proteksi gedung bertingkat

1. Latar Belakang Masalah kepala desa sampai dengan gedung Balai


1.1 Pendahuluan Kota Pariaman. Pasca gempa secera
Kota Pariaman merupakan salah satu bertahap Pemerintah Kota Pariaman mulai
daerah otonom yang ada di Provinsi melakukan perbaikan-perbaikan
Sumatera Barat dibentuk melalui Undang- infrastruktur pemerintahan, salah satunya
Undang Nomor 12 Tahun 2002. Sebagai pembangunan kembali gedung Balai Kota
kota otonom yang baru dalam menjalani Pariaman. Gedung ini dibangun diatas tanah
roda pemerintahan Kota Pariaman secara seluas 4 Ha berukuran 63,70 m x 51,70 m
bertahap melengkapi sarana dan prasarana dengan ketinggian 23,70 m.
pemerintahan. Salah satunya membangun Secara fisik bangunan ini lebih tinggi
gedung Balai Kota Pariaman, gedung ini dan menonjol dari pada bangunan
pembangunannya dimulai pada tahun 2005 disekitarnya karena berdiri didaerah
dan diresmikan pemakaiannya pada tahun permukaan tanah yang datar diantara
2007. Gedung ini ditempati oleh Walikota, bangunan rumah-rumah penduduk dan
Wakil Walikota, Sekretaris Daerah dan masih terdapat hamparan sawah dibelakang
beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah. lokasi bangunan ini. Bangunan ini akan
Pada tanggal 30 September 2009 terjadi banyak terdapat peratan-peralatan seperti
gempa 7,9 SR yang meluluhlantakan Komputer, Radio, Televisi, Air Condisioner,
Provinsi Sumatera Barat. Kota Pariaman pesawat telepon, dan peralatan listrik
merupakan salah satu daerah terparah lainnya. Sebagai pusat pemerintahan,
terkena dampak dari gempa tersebut. gedung dan peralatan tersebut tentunya perlu
Sebanyak 83 unit fasilitas perkantoran di lingdungi dari kemungkinan gangguan-
mengalami kerusakan, mulai dari kantor

97
Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

gangguan yang terjadi, salah satunya Kota Pariaman untuk pengamanan dari
perlindungan terhadap sambaran petir. sambaran petir?
Ditinjau disegi kelistrikan suatu 2. Komponen-komponen apakah yang
bangunan belum dapat dikatakan aman terdapat pada instalasi penangkal petir?
apabila bangunan tersebut belum dilengkapi
dengan sistem pengamanan dari bahaya 1.3 Pembatasan Masalah
sambaran petir. Maksudnya perlindungan Mengingat luasnya cakupan bahasan
bangunan beserta isinya terhadap bahaya yang dapat dilakukan, namun
yang ditimbulkan oleh sambaran petir. mempertimbangkan waktu yang tersedia
Terutama peralatan yang menfaatkan untuk melaksanakan tugas akhir ini dan agar
keunggulan elektronika dan mikroprosesor. tidak timbulnya perluasan makna, maka
Bedasarkan hasil pengolahan data yang penulis membatasi permasalahan pada:
dilakukan, Badan Meteorologi Klimatologi 1. Tugas akhir ini hanya berdasarkan
dan Geofisika Stasiun Klimatologi Sicincin analisis dan hasil observasi ke lapangan.
(Januari –Oktober 2010), daerah Kota 2. Pembahasan hanya pada masalah
Pariaman mempunyai hari guruh atau perencanaan instalasi penangkal petir
Isocronic Level (IKL) yang cukup tinggi gedung Balai Kota Pariaman.
yang mencapai angka 300 hari guruh 3. Perhitungan biaya untuk jenis penangkal
pertahun. Hal ini didukung dengan curah petir tidak dilakukan.
hujan yang tinggi pula 240 hari hujan
pertahun. Sehingga daerah ini cukup 1.2 Tujuan
pontensial terhadap bahaya sambaran petir. Tujuan penelitian ini adalah:
Salah satu cara yang ditempuh untuk 1. Memperoleh informasi tentang tingkat
melindungi Gedung Balai Kota Pariaman perkiraan bahaya gedung Balai Kota
dari sambaran petir adalah dengan Pariaman terhadap sambaran petir.
pemasangan penangkal petir yang andal dan 2. Memperoleh informasi tentang luas
memenuhi persyaratan yang berlaku karena daerah yang menarik sambaran petir.
pengamanan suatu bangunan atau objek 3. Memperoleh informasi mengenai tingkat
terhadap sambaran petir pada hakekatnya kebutuhan pengamanan gedung terhadap
adalah penyediaan suatu sistim yang sambaran petir.
direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, 4. Memperoleh informasi tentang radius
sehingga jika terjadi sambaran maka sarana proteksi dan penangkal petir yang cocok
inilah yang akan menyalurkan arus petir ke di gunakan pada gedung Balai Kota
dalam tanah dengan aman tanpa Pariaman.
menimbulkan bahaya bagi manusia atau 5. Merencanakan instalasi penangkal petir
benda berbahaya lainnya yang berada di di gedung Balai Kota Pariaman.
dalam, di luar atau di sekitar bangunan.
Setelah penulis melakukan survey dan 1.4 Manfaat
pengamatan pada gedung Balai Kota Penelitian ini merencanakan instalasi
Pariaman yang masih dalam tahap penangkal petir pada sebuah bangunan,
pembangunan, ternyata instalasi penangkal diharapkan bermanfaat untuk:
petir pada bangunan tersebut masih dalam 1. Sebagai Referensi bagi mahasiswa
perencanaan. Jurusan Teknik Elektro tentang
perencanaan sistim penangkal petir pada
1.2 Perumusan Masalah suatu gedung.
Berdasarkan latar belakang di atas, 2. Sebagai masukan untuk Pemerintah
maka rumusan masalah yang diangkat dalam Kota Pariaman mengingat pentingnya
penelitian ini adalah : pemasangan instalasi penangkal petir
1. Berdasarkan bentuk dan tinggi pada suatu gedung pemerintahan.
bangunan, jenis penangkal petir apakah 3. Meningkatkan kesadaran masyarakat
yang cocok dipasang pada gedung Balai akan pentingnya peranan sistim

98
Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

pengamanan petir terhadap bahaya yang 3. Menentukan tingkat perkiraan


ditimbulkan dan kerugian yang bahaya gedung Balai Kota
diakibatkan sambaran petir, baik secara Pariaman.
langsung maupun tidak langsung. R=A+B+C+D+E
4. Meningkatkan kemampuan dan 4. Menentukan luas daerah yang
keterampilan teknis masyarakat dalam menarik sambaran petir (Ca)
memilih dan memanfaatkan instalasi Ca = (L x W) + (4L x H) + (4W x
penangkal petir yang efektif H) + 4 ( H2)
5. Menentukan jumlah sambaran petir
2. METODOLOGI PERANCANGAN per hari per km2
Penelitian ini bertujuan untuk NE = (0,1 + 0,35 sin ) (0,4 
merencanakan suatu sistim instalasi 0,2)
penangkal petir yang sesuai untuk dipasang 6. Menentukan perkiraan kemungkinan
pada gedung Balai Kota Pariaman, sehingga gedung tersambar petir (Ps)
gedung tersebut benar-benar dapat Ps = Ca x NE x IKL x 10-6 x C1
terlindungi dari bahaya sambaran petir. 7. Menentukan tingkat kebutuhan
Langkah-langkah yang digunakan dalam pengamanan terhadap sambaran
perencanaan adalah sebagai berikut: petir
Pr = Ps x C2 x C3 x C4 x C5
2.1 Prosedur 8. Menentukan radius perlindungan
Dalam melakukan pengumpulan data- terhadap sambaran petir
data penulis melalui beberapa prosedur,
diantaranya adalah: D
Rp = h    1
1. Melakukan observasi lapangan ke Dinas h
Pekerjaan Umum Kota Pariaman dan 9. Menentukan luas daerah
Badan Meteorologi Klimatologi dan perlindungan terhadap sambaran
Geofisika Stasiun Klimatologi Sicincin. petir
Ap = . Rp2
2.2 Objek Perencanaan 10. Menentukan luas penampang
Objek dalam penelitian ini adalah penghantar turun
Gedung Balai Kota Pariaman dengan
berukuran 63,70 m x 51,70 m dengan 8,5 x10 6 S
A=Io mm2
ketinggian 23,70 m, yang terletak di Jalan  1


1 
 274 
Imam Bonjol No.44 Pariaman Kecamatan log10
Pariaman Tengah Kota Pariaman. 11. Menentukan besarnya tahanan
pentanahan dari batang elektroda
2.3 Metode Pengumpulan Data 1 x
Metode pengumpulan data yang diambil R= ohm
dalam penelitian ini adalah metode 2
observasi dan studi kepustakaan.  L 
X=   d
 Ln48 L / a 1 
2.4 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh akan diolah dan
4. Hasil dan Pembahasan
dianalisis. Langkah-langkah perencanaan
instalasi penangkal petir yang dilakukan
adalah: 4.1 Deskripsi Lokasi
1. Menentukan kepadatan sambaran Dalam perencanaan akan dilakukan
petir analisa mengenai perencanaan instalasi
Ft = 0,25 .T sambaran/km2/tahun penangkal petir dengan menggunakan
2. Menentukan jarak pukul petir penangkal petir franklin pada Gedung Balai
d = 6,7 . I0,8 meter Kota Pariaman. Adapun kondisi, situasi dan

99
Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

lokasi dari gedung tersebut adalah sebagai indek-indek sebagai berikut dengan
berikut: menggunakan Persamaan (2.13) :
1. Gedung terletak pada posisi 0000530 LS 1) Indek A, penggunaan dan isi
dan 1000220 BT Gedung Balai Kota Pariaman
2. Konstruksi gedung terdiri dari beton merupakan gedung perkantoran tempat
bertulang dengan ukuran : pusat pemerintahan yang digunakan
Tinggi gedung = 23,70 meter untuk menyimpan arsip dan dokumen
Panjang gedung = 63,70 meter penting lainya, pemasaran barang-
Lebar gedung = 51,70 meter barang berharga
3. Gedung berdiri di daerah dataran rendah Nilai = 2
dengan ketinggian  2,7 meter dari 2) Indek B, konstruksi bangunan
permukaan laut. Gedung Balai Kota Pariaman termasuk
4. Curah hujan per tahun di daerah gedung bangunan dengan menggunakan
yang dibangun cukup tinggi dengan konstruksi beton bertulang
rata-rata 240 hari per tahun Nilai = 2
5. Hari guruh per tahun (IKL) untuk 3) Indek C, tinggi bangunan
daerah Pariaman : 300 hari pertahun Gedung Balai Kota Pariaman
6. Keadaan tanah pada Gedung Balai Kota mempunyai ketinggian 23,70 meter
Pariaman adalah tanah pada lapisan atas Nilai = 3
yaitu tanah pasir dan berdebu karena 4) Indek D, situasi bangunan
adanya penimbunan pada lokasi, Gedung Balai Kota Pariaman berdiri di
sedangkan lapisan bawah tanah adalah daerah dataran rendah dengan
tanah rawa yang dulunya lokasi tersebut ketinggian  2,7 meter dari permukaan
bekas sawah. laut
Nilai = 0
4.2 Perencanaan Instalasi Penangkal 5) Indek E, pengaruh kilat
Petir Hari guruh per tahun di daerah Kota
1. Penentuan Tingkat Proteksi Pariaman adalah 300
Untuk merencanakan instalasi Nilai = 7
penangkal petir, maka terlebih dahulu Jadi jumlah R=A+B+C+D+E
ditentukan tingkat proteksi pada R = 2 + 2 + 3 + 0 + 7 =14
bangunan tersebut dengan cara Karena nilai R = 14 maka indeks perkiraan
mengikuti aturan yang berlaku, antara bahaya pada gedung Balai Kota Pariaman
lain: terhadap sambaran petir adalah besar.
a. Menentukan kepadatan sambaran petir Dengan sendirinya pengamanan gedung
(Ft). terhadap sambaran petir sangat dianjurkan.
Kepadatan sambaran petir (Ft) dengan c. Menentukan luas daerah bangunan yang
IKL (T) untuk Kota Pariaman dari tahun menarik sambaran petir (Ca)
2008 sampai tahun 2010 yakni 300 Perhitungan luas daerah bangunan yang
adalah : menarik sambaran petir dilakukan
Ft = 0,25 .T sambaran/km2/tahun dengan menggunakan persamaan (2.10)
Ft = 0,25 x 300 berikut:
= 75 sambaran/km2/tahun Ca = (L x W) + (4L x H) + (4W x H) +
b. Menentukan tingkat perkiraan bahaya 4 ( H2)
Gedung Balai Kota Pariaman Berdasarkan rumus tersebut dan data
Untuk mengetahui diperlukan atau yang diperoleh mengenai gedung Balai
tidaknya gedung Balai Kota Pariaman Kota Pariaman dengan tinggi gedung
menggunakan instalasi penangkal petir dapat (H) 23,70 meter, panjang gedung (L)
ditentukan berdasarkan nilai perkiraan 63,70 meter, dan lebar gedung (W)
bahaya (R) = A + B + C + D + E dengan 51,70 meter maka luas daerah yang
menarik sambaran petir adalah:

100
Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

Ca = (63,70 m x 51,70 m) + (4 x 63,70 proteksi tingkat III dengan nilai jarak
m) x 23,70 m + (4 x 51,70 m) x inisiasinya (D) = 60 m
23,70 m + 4 (3,14 x 23,70 m2)
Ca = (3293,29 + 6038,76 + 4901,16 + 2. Pemilihan Penangkal Petir
297,672) m2 Dalam perencanaan instalasi penangkal
Ca = 14530,882 m2 petir pada Gedung Balai Kota Pariaman
d. Menentukan perkiraan kemungkinan adalah penangkal petir system pranklin.
Gedung Balai Kota Pariaman tersambar Proses pemilihan penangkal petir system
petir Franklin adalah :
Dari luas daerah yang menarik 1. Bangunan Balai Kota Pariaman
sambaran petir tersebut (Ca), maka memiliki atap jurai yang memiliki
kemungkinan daerah Gedung Balai Kota bidang datar pada tengah atapnya.
Pariaman tersambar petir dapat Sehingga akan sangat efektif
diketahui dengan menggunakan dipasangi penangkal petir system
persamaan (2.11) berikut: Franklin dengan perhitungan luas
Ps = Ca x NE x IKL x 10-6 x C1 daerah proteksi yang tepat.
karena terkait dengan jumlah sambaran 2. Tiap-tiap Finial penangkal petir
petir per hari per km2 (NE) dengan  Franklin dihubungkan dengan
untuk Kota Pariaman adalah 0,0000530, menggunakan kawat BC 10 mm2,
maka dari persamaan (2.1): dimulai dari ujung atap bangunan
NE = (0,1 + 0,35 sin ) (0,4  0,2) sampai dengan tengah atap
= (0,1 + 0,35 sin 0,00053) (0,4  bangunan.
0,2) Radius perlindungan (Rp) pada
system Franklin dapat dihitung
= (0,1 + 0,35 x 9,25 x 10-6) (0,4 
dengan menggunakan persamaan
0,2)
(2.4) dan (2.5)
= (0,1) (0,4  0,2)
= 0,04  0,02 sambaran petir/hari/ D
Rp = h    1
km2 h
untuk ini diambil nilai maksimum Ap = π. Rp2
yaitu Bedasarkan perencanaan tinggi
= 0,04 + 0,02 sambaran petir/hari/ finial system Franklin (h) adalah 30
km2. cm.
= 0,06 sambaran petir/hari/ km2.
Sehingga: D
Rp = h    1
Ps = 14530,882 m2 x 0,06 x 300 h
-6
x 10 x 2,0 (dari tabel C1). Rp = 0,3 √ ± (60/0,3) – 1
= 0, 5231 sambaran petir/tahun Rp = 3,2 meter
e. Menentukan tingkat kebutuhan Maka luas daerah proteksi :
pengamanan gedung terhadap sambaran Ap = π. Rp2
petir
Ap = 3,14. 3,22
Berdasarkan perhitungan di atas maka Ap = 32,15 m2
tingkat kebutuhan pengamanan dari
daerah Gedung Balai Kota Pariaman
3. Penentuan Penghantar Penangkal
adalah berdasarkan persamaan (2.12):
Petir
P r = P s x C 2 x C 3 x C4 x C 5 Luas penghantar turun dari suatu
Pr = 0, 5231 x 1,4 x 2 x 1,5 x 1,5 instalasi penangkal petir dengan arus
= 3,2955 gangguan berlangsung selama 0,001 detik,
sehingga tingkat proteksi dari daerah arus petir maksimum 220 kA dan temperatur
Gedung Balai Kota Pariaman termasuk konduktor yang diizinkan 10000 C adalah
dari persamaan (2.6) :

101
Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

b. Pengukuran 2
8,5 x10 6 S Sistim Kedalaman Tahanan
A =Io  T 
 1  Penanaman Ditanam Pentanahan
 274 
log10 Elektroda (Meter) (Ohm)
Dua Batang
1 1,26
3 8,5 x10  60,001 Elektroda
= 220 x 10  1000  Ditanam
 1 
 274  Dalam
log 10 Tanah
2 0,55
2
= 9,406 mm (Diparalel)
Karena hasil perhitungan didapatkan
lebih kecil, maka Andrias (2000) yang Berpedoman pada hasil pengukuran
dikutip oleh Gusrita (2009) mernyatakan yang telah dilaksanakan maka disini
bahwa jika luas penampang kabel atau perencanaan yang dilakukan adalah sistim
kawat yang diperoleh dari perhitungan tidak penanaman dua batang elektroda tegak lurus
ada maka dapat digunakan kawat atau kabel di permukaan tanah dengan panjang
dengan luas penampang yang mendekati elektroda 2,4 meter, jarak antar elektroda 3
hasil perhitungan dan tidak diizinkan lebih meter dan jari-jari batang elektroda 31,5 10-3
kecil dari hasil perhitungan. Menurut meter.
diameter dari penangkal petir yang Maka perhitungan harga tahanan
digunakan maka luas penampang penghantar pentanahannya dapat dilakukan dengan
turun yang cocok untuk penangkal petir ini persamaan (2.8) dan (2.9):
adalah 10 mm2 1 x
R= ohm
4. Sistim Pentanahan 2
Untuk sistim pentanahan terlebih dahulu  L 
X=   d
dilakukan beberapa pengukuran tahanan  Ln48 L / a 1 
tanah di daerah Gedung Balai Kota =
Pariaman yang menggunakan Eart Tester
dengan spesifikasi:  2,4 
 3
 3
Eart Tester  Ln48 x 2,4 / 31,5 x10  1 
Merk : National Type BN- m
303 V = -0,08890
Batas Ukur :1/10/100 Ohm Jadi harga tahanan pentanahannya (R) untuk
Kelas Alat Ukur : 0,1 satu titik perencanaan adalah:
Sehingga didapatkan hasil pengukuran 1 x
sebagai berikut: R= ohm
Tabel (4.1). Hasil pengukuran 2
a. Pengukuran 1 1  (0,08890)
=
Sistim Kedalaman Tahanan 2
Penanaman Ditanam Pentanahan 0,917
Elektroda (Meter) (Ohm) =
Satu Batang 2
1 4,5 = 0,4585 ohm
Elektroda
Ditanam di 4.3 Komponen Instalasi Penangkal Petir
Dalam 2,4 2,1 Yang Dipasang
Tanah Bahan-bahan dan material yang
dibutuhkan dalam perencanaan instalasi
penangkal petir ini adalah:

102
Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

Tabel (4.2). Bahan-bahan instalasi meter tiap-tiap final penangkal petir.


penangkal petir Sehingga dibutuhkan sebanyak 20 batang
Bahan-Bahan Yang Jumlah finial, dihubungkan dengan kawat BC 10
Digunakan mm2 menuju tanah. Bedasarkan hasil
(1) (2) perhitungan didapatkan luas penampang
Finial penangkal petir 20 buah turun adalah 9,406 mm2, karena luas
Franklin penampang kabel yang sesuai tidak ada
Kawat BC 10 mm2 250 meter maka diizinkan memakai yang mendekati
Pipa galvanis 20 batang
hasil perhitungan. Namun tidak diizinkan
Pipa fiber glass 6 meter
memakai yang lebih kecil dari hasil
Elektroda batang (8 16 batang
titik)
perhitungan.
Sepatu kabel Secukupnya Sistem pentanahan yang digunakan
Klem Secukupnya dalam perencanaan instalasi penangkal petir
Besi Pejal Secukupnya Gedung Balai Kota Pariaman adalah sistim
Pasir dan bata Secukupnya penanaman dua batang elektroda dengan
panjang 2,4 meter ke dalam tanah untuk satu
titik, direncanakan untuk pentanahan ada 8
4.4 Pembahasan Hasil Perencanaan titik dengan jumlah elektroda keseluruhan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah adalah 16 batang. Tanah pada daerah
dilakukan dapat diketahui bahwa Gedung gedung ini adalah tanah rawa, sehingga
Balai Kota Pariaman terletak di daerah besar tahanan jenis tanah apabila dilihat
dataran rendah dengan ketinggian dari pada tabel 2.3 tahanan pentanahan adalah 30
permukaan laut  2,7 meter, dan ohm. Hal ini berarti belum baik karena
mempunyai curah hujan serta hari guruh tahanan pentanahan masih besar dari 1 ohm.
yang cukup tinggi, mencapai 240 hari Untuk itu dilakukan usaha untuk
pertahun diiringi dengan hari guruh yang menghasilkan tahanan pentanahan yang
tinggi mencapai 300 hari guruh pertahun. kecil, diantaranya dengan memparalelkan
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai dua batang elektroda, sehingga tahanan
perkiraan bahaya 14, maka Gedung Balai pentanahan yang didapatkan sebesar 0,4585
Kota Pariaman mempunyai tingkat bahaya ohm.
yang sangat besar. Selanjutnya luas daerah Untuk lebih jelasnya gambar
yang menarik sambaran petir pada Gedung perencanaan instalasi penangkal petir di
Balai Kota Pariaman sebesar 14530,882 m2 Gedung Balai Kota Pariaman ini dapat
dengan jumlah sambaran petir 0,06 dilihat pada lampiran.
sambaran petir per hari per km2.
Kemungkinan gedung tersambar petir 0,154 5.1 Kesimpulan
sambaran petir per tahun dan tingkat bahaya Hasil analisis dan pembahasan
dari gedung 52 %. Oleh sebab itu gedung ini perencanaan instalasi penangkal petir
sangat membutuhkan instalasi penangkal Gedung Balai Kota Pariaman dapat
petir yang benar-benar handal dan mampu disimpulkan sebagai berikut:
melindungi gedung dari sambaran petir yang 1. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
bisa terjadi setiap saat. Dengan didapatkan besarnya indeks perkiraan bahaya 14
tingkat bahaya sebesar 52 % sehingga sehingga mempunyai tingkat bahaya
tingkat proteksi merupakan proteksi tingkat yang tergolong besar dan membutuhkan
tiga dengan jarak inisiasi (D) 60 meter. suatu instalasi penangkal petir yang baik
Gedung Balai Kota Pariaman memiliki dan andal.
atap jurai, direncanakan memakai instalasi 2. Dalam satu tahun kepadatan sambaran
penangkal petir jenis Franklin dengan petir di Kota Pariaman sebesar 75
diameter 2 inchi dan panjang 30 cm sambaran /km/tahun.
ditambah penopang pipa 50 cm sehingga 3. Luas daerah yang menarik sambaran
didapatkan radius proteksinya sebesar 3,2 petir sebesar 14530,882 m2 dengan

103
Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

jumlah sambaran petir 0,06 per hari per Sistem Tenaga Listrik. Bandung :
km2 dan kemungkinan gedung ITB
tersambar petir 0,5231 sambaran petir Departemen Pekerjaan Umum (1987),
per tahun. Pedoman Perencanaan Instalasi
4. Tingkat proteksi merupakan proteksi Penangkal Petir. Jakarta : Yayasan
tingkat III dengan jarak inisiasi (D) 60 Bandung Penerbit PU
meter. Antonov (1994), Perlindungan Bangunan
5. Jenis penangkal petir digunakan Terhadap Sambaran Petir, Padang :
Franklin, karena gedung tersebut skripsi ITP
mempunyai atap yang luas berbentuk Rice Candra Gunawan (2000), Studi
jurai maka diperlukan perhitungan Perhitungan Daerah Perlindungan
radius proteksi dari setiap fanial Penangkal Petir Terhadap Gedung
penangkal petir tersebut. Bertingkat,Padang : Padang Tugas
6. Finial penangkal petir Franklin Akhir ITP
digunakan sebanyak 20 buah, antara Ria Gusnita Jufri (2009), Perencanaan
fanial dihubungkan menggunakan Instalasi Penangkal Petir di
penghantar kawat BC 10 mm2. Laboratarium Terpadu Fakultas
7. Sistim pentanahan yang digunakan Ekonomi UNP, Padang : Tugas Akhir
dalam perencanaan instalasi penangkal UNP
petir adalah penanaman elektroda
pentanahan secara horizontal didalam
tanah yang dipasang secara parallel
kedalaman 2,4 meter sebanyak 8 titik,
setiap titiknya menggunakan dua batang
elektroda pentanahan, sehingga
elektroda pentanahan yang digunakan
sebanyak 16 batang.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil perencanaan dan
kesimpulan, maka penulis mengemukakan
beberapa saran yaitu:
1. Hendaknya pengelola Gedung Balai
Kota Pariaman memperhitungan
keselamatan gedung dari bahaya
sambaran petir, dengan memasang
penangkal petir system Frenklin sesuai
dengan kemampuan proteksi finialnya.
2. Karena Gedung Balai Kota Pariaman
berada didaerah tepi pantai dan
mempunyai hari guruh dan curah hujan
yang cukup tinggi, sebaiknya dilakukan
pemiliharaan dan pemeriksaan secara
berkala untuk menjaga umur dan
kemampuan finial dalam mengamankan
gedung dari bahaya sambaran petir yang
sewaktu-waktu dapat terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Sirait, K.T dan Zorro (1987), Proteksi
Terhadap Tegangan Lebih Pada

104

Anda mungkin juga menyukai