45 123 1 PB PDF
45 123 1 PB PDF
Oleh:
Sepannur Bandri
Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Padang
Email: sepannurbandria@yahoo.com
Intisari
Gedung Balai Kota Pariaman merupakan pusat Pemerintahan Kota Pariaman, dibangun diatas tanah
seluas 4 Ha dengan ukuran 63,70 m x 51,70 m x 27,3 m. Secara fisik bangunannya lebih tinggi dan
menonjol dari bangunan yang berada disekitarnya. Sebagai pusat pemerintahan bangunan ini banyak
terdapat peralatan-peralatan elektronik seperti komputer, telephone, AC dan lain-lain. Untuk
mengamankan gedung dan peralatan tersebut perlu dilindungi dari bahaya sambaran petir. Dalam
penelitian ini analisa dilakukan berdasarkan kajian teori-teori yang berhubungan dengan sistem proteksi
gedung terhadap sambaran petir. Penelitian dilakukan dengan survey ke lokasi, kemudian data-data teknis
dilokasi diolah dengan data dari BMKG Stasiun Sicincin. Data yang telah terkumpul dianalisa bedasarkan
persamaan yang ada dan dengan melukis wilayah perlindungan pada perlindungan Gedung Balai Kota
Pariaman tersebut baik tampak depan, samping, belakang dan atas. Dari hasil analisa, perkiraan bahaya,
luas daerah yang menarik sambaran petir 14530,882 m², jumlah sambaran petir 0,06 sambaran petir per
hari per km² dan kemungkinan gedung tersambar petir 0,5231 sambaran per tahun.
97
Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X
gangguan yang terjadi, salah satunya Kota Pariaman untuk pengamanan dari
perlindungan terhadap sambaran petir. sambaran petir?
Ditinjau disegi kelistrikan suatu 2. Komponen-komponen apakah yang
bangunan belum dapat dikatakan aman terdapat pada instalasi penangkal petir?
apabila bangunan tersebut belum dilengkapi
dengan sistem pengamanan dari bahaya 1.3 Pembatasan Masalah
sambaran petir. Maksudnya perlindungan Mengingat luasnya cakupan bahasan
bangunan beserta isinya terhadap bahaya yang dapat dilakukan, namun
yang ditimbulkan oleh sambaran petir. mempertimbangkan waktu yang tersedia
Terutama peralatan yang menfaatkan untuk melaksanakan tugas akhir ini dan agar
keunggulan elektronika dan mikroprosesor. tidak timbulnya perluasan makna, maka
Bedasarkan hasil pengolahan data yang penulis membatasi permasalahan pada:
dilakukan, Badan Meteorologi Klimatologi 1. Tugas akhir ini hanya berdasarkan
dan Geofisika Stasiun Klimatologi Sicincin analisis dan hasil observasi ke lapangan.
(Januari –Oktober 2010), daerah Kota 2. Pembahasan hanya pada masalah
Pariaman mempunyai hari guruh atau perencanaan instalasi penangkal petir
Isocronic Level (IKL) yang cukup tinggi gedung Balai Kota Pariaman.
yang mencapai angka 300 hari guruh 3. Perhitungan biaya untuk jenis penangkal
pertahun. Hal ini didukung dengan curah petir tidak dilakukan.
hujan yang tinggi pula 240 hari hujan
pertahun. Sehingga daerah ini cukup 1.2 Tujuan
pontensial terhadap bahaya sambaran petir. Tujuan penelitian ini adalah:
Salah satu cara yang ditempuh untuk 1. Memperoleh informasi tentang tingkat
melindungi Gedung Balai Kota Pariaman perkiraan bahaya gedung Balai Kota
dari sambaran petir adalah dengan Pariaman terhadap sambaran petir.
pemasangan penangkal petir yang andal dan 2. Memperoleh informasi tentang luas
memenuhi persyaratan yang berlaku karena daerah yang menarik sambaran petir.
pengamanan suatu bangunan atau objek 3. Memperoleh informasi mengenai tingkat
terhadap sambaran petir pada hakekatnya kebutuhan pengamanan gedung terhadap
adalah penyediaan suatu sistim yang sambaran petir.
direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, 4. Memperoleh informasi tentang radius
sehingga jika terjadi sambaran maka sarana proteksi dan penangkal petir yang cocok
inilah yang akan menyalurkan arus petir ke di gunakan pada gedung Balai Kota
dalam tanah dengan aman tanpa Pariaman.
menimbulkan bahaya bagi manusia atau 5. Merencanakan instalasi penangkal petir
benda berbahaya lainnya yang berada di di gedung Balai Kota Pariaman.
dalam, di luar atau di sekitar bangunan.
Setelah penulis melakukan survey dan 1.4 Manfaat
pengamatan pada gedung Balai Kota Penelitian ini merencanakan instalasi
Pariaman yang masih dalam tahap penangkal petir pada sebuah bangunan,
pembangunan, ternyata instalasi penangkal diharapkan bermanfaat untuk:
petir pada bangunan tersebut masih dalam 1. Sebagai Referensi bagi mahasiswa
perencanaan. Jurusan Teknik Elektro tentang
perencanaan sistim penangkal petir pada
1.2 Perumusan Masalah suatu gedung.
Berdasarkan latar belakang di atas, 2. Sebagai masukan untuk Pemerintah
maka rumusan masalah yang diangkat dalam Kota Pariaman mengingat pentingnya
penelitian ini adalah : pemasangan instalasi penangkal petir
1. Berdasarkan bentuk dan tinggi pada suatu gedung pemerintahan.
bangunan, jenis penangkal petir apakah 3. Meningkatkan kesadaran masyarakat
yang cocok dipasang pada gedung Balai akan pentingnya peranan sistim
98
Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X
99
Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X
lokasi dari gedung tersebut adalah sebagai indek-indek sebagai berikut dengan
berikut: menggunakan Persamaan (2.13) :
1. Gedung terletak pada posisi 0000530 LS 1) Indek A, penggunaan dan isi
dan 1000220 BT Gedung Balai Kota Pariaman
2. Konstruksi gedung terdiri dari beton merupakan gedung perkantoran tempat
bertulang dengan ukuran : pusat pemerintahan yang digunakan
Tinggi gedung = 23,70 meter untuk menyimpan arsip dan dokumen
Panjang gedung = 63,70 meter penting lainya, pemasaran barang-
Lebar gedung = 51,70 meter barang berharga
3. Gedung berdiri di daerah dataran rendah Nilai = 2
dengan ketinggian 2,7 meter dari 2) Indek B, konstruksi bangunan
permukaan laut. Gedung Balai Kota Pariaman termasuk
4. Curah hujan per tahun di daerah gedung bangunan dengan menggunakan
yang dibangun cukup tinggi dengan konstruksi beton bertulang
rata-rata 240 hari per tahun Nilai = 2
5. Hari guruh per tahun (IKL) untuk 3) Indek C, tinggi bangunan
daerah Pariaman : 300 hari pertahun Gedung Balai Kota Pariaman
6. Keadaan tanah pada Gedung Balai Kota mempunyai ketinggian 23,70 meter
Pariaman adalah tanah pada lapisan atas Nilai = 3
yaitu tanah pasir dan berdebu karena 4) Indek D, situasi bangunan
adanya penimbunan pada lokasi, Gedung Balai Kota Pariaman berdiri di
sedangkan lapisan bawah tanah adalah daerah dataran rendah dengan
tanah rawa yang dulunya lokasi tersebut ketinggian 2,7 meter dari permukaan
bekas sawah. laut
Nilai = 0
4.2 Perencanaan Instalasi Penangkal 5) Indek E, pengaruh kilat
Petir Hari guruh per tahun di daerah Kota
1. Penentuan Tingkat Proteksi Pariaman adalah 300
Untuk merencanakan instalasi Nilai = 7
penangkal petir, maka terlebih dahulu Jadi jumlah R=A+B+C+D+E
ditentukan tingkat proteksi pada R = 2 + 2 + 3 + 0 + 7 =14
bangunan tersebut dengan cara Karena nilai R = 14 maka indeks perkiraan
mengikuti aturan yang berlaku, antara bahaya pada gedung Balai Kota Pariaman
lain: terhadap sambaran petir adalah besar.
a. Menentukan kepadatan sambaran petir Dengan sendirinya pengamanan gedung
(Ft). terhadap sambaran petir sangat dianjurkan.
Kepadatan sambaran petir (Ft) dengan c. Menentukan luas daerah bangunan yang
IKL (T) untuk Kota Pariaman dari tahun menarik sambaran petir (Ca)
2008 sampai tahun 2010 yakni 300 Perhitungan luas daerah bangunan yang
adalah : menarik sambaran petir dilakukan
Ft = 0,25 .T sambaran/km2/tahun dengan menggunakan persamaan (2.10)
Ft = 0,25 x 300 berikut:
= 75 sambaran/km2/tahun Ca = (L x W) + (4L x H) + (4W x H) +
b. Menentukan tingkat perkiraan bahaya 4 ( H2)
Gedung Balai Kota Pariaman Berdasarkan rumus tersebut dan data
Untuk mengetahui diperlukan atau yang diperoleh mengenai gedung Balai
tidaknya gedung Balai Kota Pariaman Kota Pariaman dengan tinggi gedung
menggunakan instalasi penangkal petir dapat (H) 23,70 meter, panjang gedung (L)
ditentukan berdasarkan nilai perkiraan 63,70 meter, dan lebar gedung (W)
bahaya (R) = A + B + C + D + E dengan 51,70 meter maka luas daerah yang
menarik sambaran petir adalah:
100
Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X
Ca = (63,70 m x 51,70 m) + (4 x 63,70 proteksi tingkat III dengan nilai jarak
m) x 23,70 m + (4 x 51,70 m) x inisiasinya (D) = 60 m
23,70 m + 4 (3,14 x 23,70 m2)
Ca = (3293,29 + 6038,76 + 4901,16 + 2. Pemilihan Penangkal Petir
297,672) m2 Dalam perencanaan instalasi penangkal
Ca = 14530,882 m2 petir pada Gedung Balai Kota Pariaman
d. Menentukan perkiraan kemungkinan adalah penangkal petir system pranklin.
Gedung Balai Kota Pariaman tersambar Proses pemilihan penangkal petir system
petir Franklin adalah :
Dari luas daerah yang menarik 1. Bangunan Balai Kota Pariaman
sambaran petir tersebut (Ca), maka memiliki atap jurai yang memiliki
kemungkinan daerah Gedung Balai Kota bidang datar pada tengah atapnya.
Pariaman tersambar petir dapat Sehingga akan sangat efektif
diketahui dengan menggunakan dipasangi penangkal petir system
persamaan (2.11) berikut: Franklin dengan perhitungan luas
Ps = Ca x NE x IKL x 10-6 x C1 daerah proteksi yang tepat.
karena terkait dengan jumlah sambaran 2. Tiap-tiap Finial penangkal petir
petir per hari per km2 (NE) dengan Franklin dihubungkan dengan
untuk Kota Pariaman adalah 0,0000530, menggunakan kawat BC 10 mm2,
maka dari persamaan (2.1): dimulai dari ujung atap bangunan
NE = (0,1 + 0,35 sin ) (0,4 0,2) sampai dengan tengah atap
= (0,1 + 0,35 sin 0,00053) (0,4 bangunan.
0,2) Radius perlindungan (Rp) pada
system Franklin dapat dihitung
= (0,1 + 0,35 x 9,25 x 10-6) (0,4
dengan menggunakan persamaan
0,2)
(2.4) dan (2.5)
= (0,1) (0,4 0,2)
= 0,04 0,02 sambaran petir/hari/ D
Rp = h 1
km2 h
untuk ini diambil nilai maksimum Ap = π. Rp2
yaitu Bedasarkan perencanaan tinggi
= 0,04 + 0,02 sambaran petir/hari/ finial system Franklin (h) adalah 30
km2. cm.
= 0,06 sambaran petir/hari/ km2.
Sehingga: D
Rp = h 1
Ps = 14530,882 m2 x 0,06 x 300 h
-6
x 10 x 2,0 (dari tabel C1). Rp = 0,3 √ ± (60/0,3) – 1
= 0, 5231 sambaran petir/tahun Rp = 3,2 meter
e. Menentukan tingkat kebutuhan Maka luas daerah proteksi :
pengamanan gedung terhadap sambaran Ap = π. Rp2
petir
Ap = 3,14. 3,22
Berdasarkan perhitungan di atas maka Ap = 32,15 m2
tingkat kebutuhan pengamanan dari
daerah Gedung Balai Kota Pariaman
3. Penentuan Penghantar Penangkal
adalah berdasarkan persamaan (2.12):
Petir
P r = P s x C 2 x C 3 x C4 x C 5 Luas penghantar turun dari suatu
Pr = 0, 5231 x 1,4 x 2 x 1,5 x 1,5 instalasi penangkal petir dengan arus
= 3,2955 gangguan berlangsung selama 0,001 detik,
sehingga tingkat proteksi dari daerah arus petir maksimum 220 kA dan temperatur
Gedung Balai Kota Pariaman termasuk konduktor yang diizinkan 10000 C adalah
dari persamaan (2.6) :
101
Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X
b. Pengukuran 2
8,5 x10 6 S Sistim Kedalaman Tahanan
A =Io T
1 Penanaman Ditanam Pentanahan
274
log10 Elektroda (Meter) (Ohm)
Dua Batang
1 1,26
3 8,5 x10 60,001 Elektroda
= 220 x 10 1000 Ditanam
1
274 Dalam
log 10 Tanah
2 0,55
2
= 9,406 mm (Diparalel)
Karena hasil perhitungan didapatkan
lebih kecil, maka Andrias (2000) yang Berpedoman pada hasil pengukuran
dikutip oleh Gusrita (2009) mernyatakan yang telah dilaksanakan maka disini
bahwa jika luas penampang kabel atau perencanaan yang dilakukan adalah sistim
kawat yang diperoleh dari perhitungan tidak penanaman dua batang elektroda tegak lurus
ada maka dapat digunakan kawat atau kabel di permukaan tanah dengan panjang
dengan luas penampang yang mendekati elektroda 2,4 meter, jarak antar elektroda 3
hasil perhitungan dan tidak diizinkan lebih meter dan jari-jari batang elektroda 31,5 10-3
kecil dari hasil perhitungan. Menurut meter.
diameter dari penangkal petir yang Maka perhitungan harga tahanan
digunakan maka luas penampang penghantar pentanahannya dapat dilakukan dengan
turun yang cocok untuk penangkal petir ini persamaan (2.8) dan (2.9):
adalah 10 mm2 1 x
R= ohm
4. Sistim Pentanahan 2
Untuk sistim pentanahan terlebih dahulu L
X= d
dilakukan beberapa pengukuran tahanan Ln48 L / a 1
tanah di daerah Gedung Balai Kota =
Pariaman yang menggunakan Eart Tester
dengan spesifikasi: 2,4
3
3
Eart Tester Ln48 x 2,4 / 31,5 x10 1
Merk : National Type BN- m
303 V = -0,08890
Batas Ukur :1/10/100 Ohm Jadi harga tahanan pentanahannya (R) untuk
Kelas Alat Ukur : 0,1 satu titik perencanaan adalah:
Sehingga didapatkan hasil pengukuran 1 x
sebagai berikut: R= ohm
Tabel (4.1). Hasil pengukuran 2
a. Pengukuran 1 1 (0,08890)
=
Sistim Kedalaman Tahanan 2
Penanaman Ditanam Pentanahan 0,917
Elektroda (Meter) (Ohm) =
Satu Batang 2
1 4,5 = 0,4585 ohm
Elektroda
Ditanam di 4.3 Komponen Instalasi Penangkal Petir
Dalam 2,4 2,1 Yang Dipasang
Tanah Bahan-bahan dan material yang
dibutuhkan dalam perencanaan instalasi
penangkal petir ini adalah:
102
Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X
103
Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X
jumlah sambaran petir 0,06 per hari per Sistem Tenaga Listrik. Bandung :
km2 dan kemungkinan gedung ITB
tersambar petir 0,5231 sambaran petir Departemen Pekerjaan Umum (1987),
per tahun. Pedoman Perencanaan Instalasi
4. Tingkat proteksi merupakan proteksi Penangkal Petir. Jakarta : Yayasan
tingkat III dengan jarak inisiasi (D) 60 Bandung Penerbit PU
meter. Antonov (1994), Perlindungan Bangunan
5. Jenis penangkal petir digunakan Terhadap Sambaran Petir, Padang :
Franklin, karena gedung tersebut skripsi ITP
mempunyai atap yang luas berbentuk Rice Candra Gunawan (2000), Studi
jurai maka diperlukan perhitungan Perhitungan Daerah Perlindungan
radius proteksi dari setiap fanial Penangkal Petir Terhadap Gedung
penangkal petir tersebut. Bertingkat,Padang : Padang Tugas
6. Finial penangkal petir Franklin Akhir ITP
digunakan sebanyak 20 buah, antara Ria Gusnita Jufri (2009), Perencanaan
fanial dihubungkan menggunakan Instalasi Penangkal Petir di
penghantar kawat BC 10 mm2. Laboratarium Terpadu Fakultas
7. Sistim pentanahan yang digunakan Ekonomi UNP, Padang : Tugas Akhir
dalam perencanaan instalasi penangkal UNP
petir adalah penanaman elektroda
pentanahan secara horizontal didalam
tanah yang dipasang secara parallel
kedalaman 2,4 meter sebanyak 8 titik,
setiap titiknya menggunakan dua batang
elektroda pentanahan, sehingga
elektroda pentanahan yang digunakan
sebanyak 16 batang.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil perencanaan dan
kesimpulan, maka penulis mengemukakan
beberapa saran yaitu:
1. Hendaknya pengelola Gedung Balai
Kota Pariaman memperhitungan
keselamatan gedung dari bahaya
sambaran petir, dengan memasang
penangkal petir system Frenklin sesuai
dengan kemampuan proteksi finialnya.
2. Karena Gedung Balai Kota Pariaman
berada didaerah tepi pantai dan
mempunyai hari guruh dan curah hujan
yang cukup tinggi, sebaiknya dilakukan
pemiliharaan dan pemeriksaan secara
berkala untuk menjaga umur dan
kemampuan finial dalam mengamankan
gedung dari bahaya sambaran petir yang
sewaktu-waktu dapat terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Sirait, K.T dan Zorro (1987), Proteksi
Terhadap Tegangan Lebih Pada
104