Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL

TAK STIMULASI PERSEPSI : PRILAKU KEKERASAN

Dosen Pembimbing : Ns. Marisca Agustina, S.Kep., M.Kes

Ns. Sri Supami S.Kep S.Pd M.Kes

Disusun oleh kelompok 2 :

Putri Depitriah 09170000001 Dui Ernawati 09170000026

Kristin Pebriyani 09170000009 Yunita 09170000027

Fita Febriyanti 09170000013 Vidiarini Arista 09170000031

Mira Anggraeni 09170000014 Valeri Lumongga 09170000034

Siti Hajar Sangadji 09170000017 Rosyidah Gustiyani 09170000040

Uswatun Hasanah 09170000021 Sepliana 09170000043

Annisa Zulkarnaen 09170000025 Hatim Saleh 09170000074

Alya Marwah 09170000099

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

TAHUN AJARAN 2017-2018


KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan ridhonya lah kami dapat menyelesaikan “PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS
KELOMPOK : PERILAKU KEKERASAN” ini dengan tepat waktu.

Proposal ini kami buat dengan tujuan melatih psikomotorik dan aktivitas pada klien
dengan gangguan kejiwaan dengan masalah keperawatan perilaku kekerasan.

Diharapkan dalam pelaksanaannya perawat dapat kompeten melakukan terapi aktivitas


kelompok dengan klien resiko perilaku kekerasan. Tak ada gading yang tak retak, begitu pula
dalam pembuatan proposal masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan sangat kami harapkan.

Jakarta, Juni 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................... iii
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................................................. 1
B. TUJUAN ................................................................................................................................................. 2
C. KERANGKA TEORI .................................................................................................................................. 3
D. RENCANA KEGIATAN ............................................................................................................................. 3
1. Pengorganisasian .............................................................................................................................. 3
2. Metode.............................................................................................................................................. 5
3. Persiapan Klien .................................................................................................................................. 5
4. Persiapan Alat ................................................................................................................................... 5
5. Setting Tempat .................................................................................................................................. 6
6. Waktu Pelaksanaan ........................................................................................................................... 7
7. Langkah – Langkah ............................................................................................................................ 7
E. ANTISIPASI........................................................................................................................................... 27
F. RENCENA EVALUASI ................................................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................................ iv

iii
iv
PERENCANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
PERILAKU KEKERASAAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial, yang terus menerus membutuhkan adanya orang
lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk melakukan interaksi dengan
sesame manusia. Interaksi ini dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh individu. Sedingga mungkin terjadi suatu gangguan
terhadap kemampuan individu untuk interaksi dengan orang lain.
Salah satu contoh gangguan interaksi dengan orang lain (gangguan berhubungan
social) klien menarik diri, curiga. Alas an untuk memilih menarik diri, curiga dalam
terapi aktivitas kelompok, karena banyak klien menarik diri yang ditemui di ruangan dan
sesuai dengan kebutuhan ruangan sebagai transisi dimana klien perlu belajar untuk
interaksi.
Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu dengan yang
lain (struart & Laraia 2001).Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar
belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut,
kebencian, kompetitif, kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan menarik (Yalom, 1995
dalam Stuart & Laria 2001).
Terapi kelompok adalah suatu psikotherapi yang dilakukan oleh sekelompok
penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan
oleh terapis/ petugas kesehatan yang telah dilatih.
Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi dengan sejumlah
klien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok, agar klien dapat belajar
kembali bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain, sesuai dengan kebutuhannya
memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang sederhana dan memberikan respon
terhadap pertanyaan yang lain. Sehingga klien dapat berinteraksi dengan orang lain dan
dapat merasakan arti berhubungan dengan orang lain.

1
Pada klien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk melakukan
kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan.Dan perilaku kekerasan tidak
jauh dari kemarahan.Kemarahan adaah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. (Keliat, 1996)
Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan hal ini kadang
menyulitkan karena secara cultural ekspresi marah yang tidak diperbolehkan.Oleh karena
itu, marah sering diekspresikan secara tidak langsung.
Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, Hlm 52 tahun 1996 : “Marah adalah pengalaman
emosi yang kuat dari individu dimana hasil / tujuan yang harus dicapai terhambat”.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri
dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung
dan tidak konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu
mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan fungsi positif marah.
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan terapi aktivitas kelompok
(TAK) klien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti terapi ini adalah klien yang
mampu mengontrol dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat TAK klien dapat
bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok lain.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenal prilaku kekerasan yang biasa dilakukannya
b. Klien dapat mencegah prilaku kekerasan melalui kegiatan fisik
c. Klien dapat mencegah prilaku kekerasan melalui interaksi sosial
d. Klien dapat mencegah prilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual yang biasa
dilakukannya
e. Klien dapat mencegah prilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat

2
C. KERANGKA TEORI
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. (Berkowitz, 1993)
Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua yaitu
perilaku kekerasan secara verbal dan fisik. (Keltner et al, 1995)
Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus.Marah lebih menunjuak
kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu dengan perasaan marah. (Berkowitz,
1993)

D. RENCANA KEGIATAN
1. Pengorganisasian

a. Susunan Perawat dan Pasien TAK PK sesi 1 sebagai berikut :


Leader : Dui Ernawati
Co-leader : Yunita
Observasi : Uswatun Hasanah
Fasilitator : - Valeri Lumongga
-Annisa Zulkarnaen
- Putri Depitriah

Pasien : - Fita Febriyanti

-Sepliana

-Mira Anggraeni

b. Susunan Perawat dan Pasien TAK PK sesi 2 sebagai berikut :


Leader : Dui Ernawati
Co Leader : Yunita
Observer : Uswatun Hasanah
Fasilitator : - Alya Marwah

3
-Kristin Febriyani
- Rosyidah Gustiyani
Pasien : - Hatim Saleh
-Siti Hajar Sangajdi
-vidiarini Arista

 Pembagian Tugas :
Leader, uraian tugas :
a.Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
b. Memimpin jalannya terapi kelompok.
c. Memimpin diskusi.

Co Leader, uraian tugas:


a. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
b. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
c. Membantu memimpin jalannya kegiatan.
d. Menggantikan leader jika ada berhalangan.

Observer, uraian tugas:


a. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara.
b. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok
dengan evaluasi kelompok.

Fasilitator, uraian tugas :


a. Memasang name tag pada semua klien
b. Memfaslitasi klien yang kurang aktif
c. Berperan sebagai role model bagi klien selama kegiatan berlangsung
d. Mempertahankan kehadiran peserta

4
2. Metode

Sesi 1 dan sesi 2 :


1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi

3. Persiapan Klien

Sesi 1 dan sesi 2

1). Karakteristik/Kriteria
a. Klien perilaku kekerasan yang sudah mulai mampu bekerja sama dengan
perawat.
b. Klien perilaku kekerasan yang dapat berkomunikasi dengan perawat.

2). Proses Seleksi


a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
c. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAKPK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAKPK pada klien, rencana kegiatan kelompok, dan aturan
main dalam kelompok.
4. Persiapan Alat

Alat Sesi 1 :
1. Papantulis/flipchart/whitebord
2. Kapur/ spidol
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien

5
Alat sesi 2 :
1. Kasur/Kantong Baju/Gendang/Bantal
2. Papan tulis/flipchart/whiteboard
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien

5. Setting Tempat

Sesi 1 dan sesi 2

Papan tulis

Keterangan :

Klien
Fasilitator
Leader
Co leader
Observer

6
6. Waktu Pelaksanaan

Sesi 1
a) Hari/Tanggal : Rabu, 19 Juni 2019
b) Jam atau waktu : 09.00 WIB
c) Waktu : 45 menit
d) Tempat : Demonstrasi Room
e) Jumlah pasien :3

Sesi 2
a) Hari/Tanggal : Rabu, 19 Juni 2019
b) Jam atau waktu : 15.00 WIB
c) Waktu : 45 menit
d) Tempat : Demonstrasi Room
e) Jumlah pasien :3

7. Langkah – Langkah

TAK STIMULASI PERSEPSI : PRILAKU KEKERASAN


Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
Tujuan :
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya
2. Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala
marah).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan)
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
Setting :
1. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang

7
Alat :
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard
2. Kapur/spidol
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
Metode :
1. Dinamika Kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran /simulasi

Langkah kegiatan :
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi
a. Salam teraupetik
* Salam dari terapis kepada klien
* Perkenalkan nama panggilan terapis kepeda klien (pakai papan nama)
* Menanyakan nama panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi /validasi
* Menanyakan perasaan klien saat ini
* Menanyakan masalah yang dirasakan
c. Kontrak
* Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengenal perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
* Menjelaskan aturan main berikut :

8
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.
- Lama kegiatan 45 menit.
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Mendiskusikan penyebab marah
* Tanyakan pengalaman tiap klien marah
* Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh
penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi
* Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala)
* Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboard
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal,
merusak lingkungan, menciderai/memukul orang lain, dan memukul diri
sendiri)
* Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah
* Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboard
d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering
dilakukan untuk diperagakan.
e. Melakukan bermain peran/simulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak
berbahaya (terapis sebagai sumber penyebab dan klien yang melakukan
perilaku kekerasan).
f. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/simulasi.
g. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan
* Tanyakan akibat perilaku kekerasan
* Tuliskan di papan tulis /flipchart/whiteboard

9
Terapis dapat membuat table di white board atau flipchart sehingga masing-
masing cerita klien dapat tergambar dan klien dapat menganalida runtutan
peristiwa dari penyebab, tanda dan gejala, PK yang dilakukan dan akibat PK,
serta manilai dampak PK serta komitmen perubahan perilaku yang akan
diterapkan berikutnya.
h. Memberikan reinforcement pada peran serta klien.
i. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibat.
j. Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan akibat
perilaku kekerasan.
k. Menanyakan kesedian klien untuk mempelajari cara baru yang sehat
menghadapi kemarahan.

4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
* Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
* Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yangpositif.
b. Tindak lanjut
* Menganjurkan klien memulai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah,
yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku
kekerasan.
*Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala perilaku
kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.
c. Kontrak yang akan datang
*Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
*Menyepakatiwaktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi

10
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK.Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 1, kemampuan
klien yang diharapkan adalah mengetahui penyebab prilaku, mengenal tanda
dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan akibat perilaku kekerasan.
Formulir evaluasi sebagai berikut:
Sesi 1 : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mengenal perilaku kekerasan
Memberi Tanggapan Tentang
Nama klien Penyebab PK Tanda & Perilaku Akibat
No.
gejala PK kekerasan PK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku
kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan
akibat perilaku kekerasan, serta mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan nafas dalam. Beri tanda (+) jika mampu dan beri tanda (-) jika tidak mampu.

11
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien.Contoh: Klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulus persepsi
perilaku kekerasan.Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku
kekerasannya(disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang
dirasakan (”gregeten” dan ”deg-degan”), perilaku kekerasan yang dilakukan
(memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit
jiwa), dan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan tarik nafas dalam.
Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan selama di
rumah sakit.

Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik


Tujuan :
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisikyang dapat mencegah perilaku kekerasan.
3. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.
Setting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat :
1. Kasur/kantong tinju/ gendang
2. Papan tulis/ flipchart/whiteboard
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ simulasi

12
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontak dengan klien yang telah ikut sesi 1.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
* Salam dari terapis kepala klien.
* klien dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi/ validasi
* Menanyakan perasaan klien saat ini.
* Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan:
penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan serta akibatnya.
c. Kontrak
* Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan.
* menjelaskan aturan main berikut.
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasanya dilakukan oleh klien.
* Tanyakan kegiatan: rumah tangga, harian, dan olah raga yang biasa
silakukan oleh klien.
* Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan
kemarahan secara sehat: tarik napas dalam, menjemur/memukul kasur/bantal,
menyikat kamar mandi, main bola,senam, memukul gendang.

13
Meredakan marah dengan napas dalam: Jika merasakan tanda-tanda marah,
lakukan:
a. Duduk tegak, boleh juga berbaring.
b. Tarik napas melalui hidung. Tahan sambil menghitung dalam hati 1,2,3.
c. Hembyskan napas melalui mulut sambil dalam hati menghitung mundur dari
angka 10 sampai 0
d. Ulangi nomor 1-3 sebanyak 5x

Meredakan marah dengan pukul bantal/kasur/bantal/karung pasir/ gendang:


Saat ada tanda-tanda marah yang dirasakan lakukan pukul bantal/kasur /karung
pasing/ gendang brylang-ulang sampai marah mereda

c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.


d. Bersama klien mempraktekan dua kegiatan yang dipilih.
* Terapis mempraktikkan (mendemonstrasikan).
* Klien mendemonstrasikan ulang.
e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikkan cara penyaluran kemarahan.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien
g. Upayakan semua klien berperan aktif.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
* Terapi menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
* Menanyakan ulang cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan..
b. Tindak lanjut
* Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika menghadapi (lagi)
stimulus penyebab perilaku kekerasan.
* Menganjurkan klien malatih secara teratur cara yang telah dipelajari.
* Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontak yang akan datang

14
* Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial yang asertif.
* Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 2, kemampuan yang di
harapakan adalah dua kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik.
Formulir evaluasi sebagai berikut:

Sesi 2:
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan fisik
Mempraktekkan cara fisik yang Mempraktekkan cara
No Nama klien
pertama fisik yang kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

15
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktekkan 2 cara fisik untuk
mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda (+) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien
tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan, klien mampu mempraktekkan tarik nafas dalam, tetapi belum
mampu mempraktekkan pukul kasur dan bantal. Anjurkan dan bantu klien
mempraktekkan di ruang rawat(buat jadwal).
Sesi 3 : Mencegah perilaku kekerasan Sosial
Tujuan :
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan
Setting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat :
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan harian klien
Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran / simulasi
Langkah kegiatan :
1. Persiapan
* Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2
* Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

16
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
* Salam dari terapis kepada klien
* Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/Validasi
* Menanyakan perasaan klien saat ini
* Menanyakan apakah ada penyebab marah,tanda dan gejala marah,serta
perilaku kekerasan
* Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan sudah
dilakukan

c. Kontrak
* Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu cara sosial untuk mencegah perilaku
kekerasan
* Menjelaskan aturan main berikut:
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta
izinkepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dariorang
lain.
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan, yaitu,”
Sayaperlu/ingin/minta ….,yang akan saya gunakan untuk ….,.
d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada
poin c.
e. Ulangi d sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.

17
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit hati
pada orang lain, yaitu,”Saya tidak dapt melakukan...”atau”Saya tidak menerima
dikatakan .....”atau” Saya kesal dikatakan seperti...”.
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada
poin d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j. Memberikan pujian pada peran serta klien.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
* Terapis menanyakan perasaan klien setelah melakukan TAK.
* Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
* Memberikan pujian dan penghargaan untuk jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
* Menganjurkan klien menggunakn kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif
(cara verbal), jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
* Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif (cara
verbal) secara teratur.
* Memasukkan interaksi sosial yang asertif (cara verbal) pada jadwal kegiatan
harian pasien.
c. Kontrak yang akan datang
* Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.
* Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses Tak berlangsung, khususnya pada tahap
kerja.Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 3, kemampuan klien yang

18
diharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan secara sosial (cara verbal).
Formulir evaluasi sebagai berikut:
Sesi 3 : TAK
Stimulasi Persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan carar interaksi sosial asertif (cara verbal)
Mamperagaan
Memperagakan
No. Memperagakan cara
Nama Klien cara menolak yang
cara meminta mengungkapkan
baik
marah yang baik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktekkan 2 cara fisik untuk
mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda (+) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien
tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 5, TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan. Klien mampi menyebutkan lima bener cara minum obat,
belum dapat menyebutkan keuntunganminum obat dan akibat tidak minum obat.

19
Anjurkan klien mempraktikkan lima bener cara minum obat, bantu klien
merasakan keuntungan minum obat, dan akibat tidak minum obat.

Sesi 4 : Mencegah Perilaku Kekerasan spiritual


Tujuan :
Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur.
Setting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat :
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboarddan alat tulis
2 Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/stimulasi

Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.
b. Menyiapkan alat dan tempat.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
* Salam dari terapis kepada klien
* Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
* Menanyakan perasaan klien saat ini.
* Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku
kekerasan.

20
* Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk mencegah
perilaku kekerasan sudah dilakukan.

c. Kontrak
* Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku
kekerasan
* Menjelaskan aturan main berikut:
Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing klien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
f. Memberikan pujian pada penampilan klien.
Kegiatan ibadah untuk meredakan marah antara lain :
1. Islam : istigfar, berwudhu, sholat
2. Kristen : Doa Bapa Kami
3. Katholik : Doa Bapak Kami, Doa Novena
4. Hindu dan Budha : Meditasi, Yoga

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
* Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
* Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
* Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.

21
b. Tindak lanjut
* Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan
kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
* Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan
kegiatan ibadah secara teratur.
* Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
* Menyepakati untuk balajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur.
* Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien yang
diharapkan adalah perilaku 2 kegiatan ibadah untuk mencegah kekerasan.Formulir
evaluasi sebagai berikut.
Sesi 4 : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan spiritual
Mempraktikkan kegiatan Mempraktikkan kegiatan
No Nama klien
ibadah pertama ibadah kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

22
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan perilaku
kekerasan secara social: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik, mengungkapkan
kekesalan dengan baik. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien tidak
mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 4, TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien
melakukannya secara teratur di ruangan (buat jadwal).

Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Patuh Mengonsumsi Obat


Tujuan :
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat
2. Klien dapat menyebutkan akibat/ kerugian tidak patuh minum obat
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
Setting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat :
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
4. Beberapa contoh obat
Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab

23
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 4.
b. menyiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
* Salam dari terapis kepada klien
* Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
* Menanyakan perasaan klien saat ini.
* Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan.
* Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk
mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
* Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu petuh minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan
* Menjelaskan aturan main berikut:
Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien: nama dan warna (upayakan tiap
klien menyampaikan).
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.

24
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum
obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis
obat.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat(catat di whiteboard).
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di whiteboard).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
perilaku kekerasan/ kambuh.
j. Menjelaskan akibat/ kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian perilaku
kekerasan/ kambuh.
k. Minta klien menyebutkaa kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian
tidak patuh minum obat.
l. Memberikan pujian setiap kali klien benar.

3. Tahap terminasi
a. Evaluasi
* Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
* Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
* Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
* Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial asertif kegiatan
ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan.
* Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan dan disepakati jika klien
perlu TAK yang lain.

25
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan yang diharapkan
adalah mengetahui lima benar cara minum obat, keuntungan minum obat, dan
akibat tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 5: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan dengan patuh minum obat
Menyebutkan Menyabutkan Menyebutkan
No Nama klien lima benar keuntungan minum akibat tidak patuh
minum obat obat minum obat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan perilaku
kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik, mengungkapkan
kekesalan dengan baik. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien tidak
mampu.

26
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan tiap klien.
Contoh : klien mengikuti Sesi 5, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien
mampu menyebutkan keuntungan minum obat, belum dapat menyebutkan keuntungan
minum obat dan akibat tidak minum obat. Anjurkan klien mempraktikkan lima benar cara
minum obat, bantu klien merasakan keuntungan minum obat, dan akibat tidak minum
obat.

E. ANTISIPASI
1. Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam kegiatan
a. Memanggil klien
b. Member kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau klien lain
2. Bila klien meninggalkan tempat tanpa izin
a. Panggil nama klien
b. Tanyakan alas an meninggalkan kegiatan
3. Bila klien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditunjukan kepada klien yang telah dipilih
b. Katakana pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin diikuti oleh klien
tersebut
c. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak member pesan
kegiatan ini.

F. RENCENA EVALUASI
1. Evalusai Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan di tempat tertutup, dan memungkinkan
klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
b. Klien dan terapi duduk bersama membentuk lingkaran.
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
e. Leader, co-leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya.

27
2. Evaluasi proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir.
b. Leader mampu memimpin acara
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotiivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam
antisipasi masalah
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang
berfungsi sebagai evaluator kelompok.
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakkukan sampai akhir.

3. Evaluasi hasil
Diharapkan 80% dari kelompok mampu:
a. Memperkenalkan diri
b. Membicarakan perilaku kekerasan yang sedang dialami
c. Membicarakan cara-cara menanggulangi perilaku kekerasan yang dialami
d. Bekerjasama dengan perawat selama berinteraksi
e. Mengevaluasi kemampuan menanggulangi perilaku kekerasan

28
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna; Pawirowiyono, Akemat;. (2013). Keperawatan jiwa (Terapi


Aktivitas Kelompok) (2 ed). Jakarta: BUKU KEDOKTERAN.
http://ariokeputra.blogspot.com/2013/11/proposal-tak-stim-ulasi-persepsi-rpk.html?m=1
https://www.slideshare.net/mobile/lukmanurhayadi/proposal-terapi-aktivitas-kelompok-
pk

iv

Anda mungkin juga menyukai