Anda di halaman 1dari 7

ASAS EKSKLUSI PERSAINGAN

DAN PEMISAHAN RELUNG EKOLOGI

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Interaksi Makhluk Hidup
yang dibina oleh Ibu Novida Pratiwi, S.Si, M.Sc.

oleh

Marta Refila Malik


140351604537

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Februari 2016

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Hewan dan tumbuhan memiliki suatu hubungan timbal balik untuk saling
berinteraksi guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan oleh
beberapa spesies hewan menimbulkan suatu kompetisi. Dalam suatu ekosistem
terdapat suatu populasi yang hidup berdampingan. Populasi tersebut akan saling
mempengaruhi satu sama lain, terutama dalam hal pemenuhan makanan.
Sekumpulan harimau dan cheetah yang memiliki habitat hampir sama,
saling berkompetisi untuk memangsa seekor jerapah atau rusa. Hal ini
dikarenakan keduanya memiliki kebutuhan yang sama. Adanya persaingan
tersebut dapat menimbulkan ketidakselarasan kehidupan diantara kedua spesies
dalam satu habitat yang sama secara terus menerus. Hewan yang mampu bersaing,
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik dan mampu bertahan,
sedangkan hewan yang kalah bersaing akan kekurangan makanan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat menimbulkan kepunahan.
Akan tetapi, pada dua spesies yang memiliki kebutuhan atau makanan
berbeda dapat hidup lebih lama dalam satu habitat yang sama. Oleh sebab itu,
pemakalah mengangkat judul “Asas Eksklusi Persaingan dan Pemisahan
Relung Ekologi” untuk menjelaskan beberapa konsep asas persaingan dan
pemisahan relung tersebut dan dampaknya terhadap suatu ekosistem.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dibuat rumusan masalah
yakni :
1) Apa yang dimaksud dengan asas esklusi persaingan dan pemisahan relung
ekologi?
2) Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari adanya pemisahan relung
ekologi?
3) Apa tujuan dari penyederhanaan relung ekologi?
I.3 Tujuan
Tujuan yang diharapkan berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat
adalah sebagai berikut :
1) Dapat menjelaskan yang maksud asas esklusi persaingan dan pemisahan
relung ekologi.
2) Mampu menjelaskan dampak yang ditimbulkan dari adanya pemisahan
relung ekologi.
3) Mampu menjelaskan tujuan dilakukannya penyederhanaan relung ekologi.
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Asas Persaingan dan Pemisahan Relung Ekologi


Di alam atau di lingkungan sekitar, dapat ditemui berbagai jenis makhluk
hidup berupa hewan, tumbuhan dan mikroorganisme. Didalam tanah yang lembab
dan gembur, sering ditemukan cacing tanah, diperairan sungai sering di temukan
berbagai jenis ikan, di rerumputan sering ditemukan belalang, di semak belukar
sering ditemukan ular. Hewan-hewan tersebut sering ditemukan di tempat
tertentu, bukan disembarang tempat. (Dharmawan, 2004)
Kehadiran suatu populasi di dalam suatu tempat dan penyebaran
(distribusi) spesies hewan tersebut dimuka bumi, selalu berkaitan dengan masalah
habitat dan relung ekologi. Habitat secara umum merupakan corak lingkungan
yang ditempati populasi hewan, sedangkan relung ekologi menunjukkan dimana
dan bagaimana kedudukan populasi hewan terhadap faktor biotic dan abiotic di
lingkungan tersebut. Habitat dapat dianggap sebagai “alamat” dari populasi
hewan, sedangkan relung ekologi ialah “profesi” di alamat tersebut. (Dharmawan,
2004)
Kanguru, hanya ditemukan di Australia. Hal ini disebabkan oleh faktor-
faktor yang mempengaruhi pendistibusiannya. Faktor tersebut ialah faktor biotic
atau faktor-faktor hidup (semua organisme yang merupakan bagian dari
lingkungan suatu individu), dan faktor abiotik atau faktor-faktor tak hidup (semua
faktor kimiawi dan fisik, misalnya suhu, cahaya, air dan nutrient) yang
mempengaruhi distribusi dan kelimpahan organisme. (Campbell, 2010)
Gambar tersebut menunjukkan tentang pengaruh dari faktor abiotik
terhadap distribusi suatu spesies, misalnya kanguru merah yang melimpah di
bagian dalam benua Australia dengan curah hujan relative jarang dan bervariasi.
Sebagian besar kanguru merah tidak ditemukan di tepi benua Australia, dengan
iklim bervariasi dari lembab ke basah. Distribusi ini dapat menunjukkan bahwa
suatu faktor abiotik (jumlah dan variabilitas curah hujan) secara langsung
menentukan letak kanguru merah hidup. Akan tetapi, iklim dapat pula
mempengaruhi populasi kanguru merah secara tidak langsung melalui faktor-
faktor biotic seperti pathogen, parasit, predator, competitor, dan kesediaan
makanan. (Campbell, 2010)
Kepadatan populasi merupakan suatu ciri kuantitatif ekosistem, aspek
kualitatifnya adalah penyebaran (dispersal) individu-individu dalam ruang yang
tersedia (seperti kanguru tersebut). Ahli-ahli ekologi telah menunjukkan bahwa
tidak ada dua spesies yang bisa menempati relung yang sama dalam waktu yang
terlalu lama akibat kompetisi diantara keduanya. Pernyataan tersebut merupakan
aturan Niche. Pada tahun 1930-an, serangkaian percobaan rumit dengan
Paramecium sp. yang dilakukan oleh G. F. Gause mengembangkan aturan itu
dengan menunjukkan bahwa dalam berkompetisi demi sumber daya yang langka,
satu spesies cenderung menyingkirkan spesies yang bersaing dengannya. (Fried
& Hademenos, 2006)
Adanya interaksi antar dua spesies atau lebih yang memiliki relung
ekologi sangat mirip, dapat menyebabkan spesies-spesies tersebut tidak
berkoeksistensi (dua spesies hewan atau lebih yang hidup bersama dalam satu
habitat) secara terus menerus. Menurut asas koeksistensi, beberapa spesies dapat
hidup lebih lama dalam habitat yang sama ialah spesies yang memiliki relung
ekologi berbeda-beda. Pentingnya perbedaan-perbedaan diantara berbagai spesies
dikemukakan oleh Darwin, yang menyatakan bahwa semakin besar perbedaan-
perbedaan yang diperlihatkan oleh berbagai spesies yang hidup di suatu tempat,
semakin besar pula jumlah spesies yag dapat hidup ditempat tersebut. Pernyataan
tersebut dikenal sebagai “asas divergensi”. (Dharmawan, 2004)
Prinsip ekslusi kompetitif, atau prinsip Gause, telah dikonfirmasi berulang
kali dalam berbagai percobaan laboratorium. Prinsip itu menekankan peranan
kompetisi dalam hal menentukan kesintasan spesies dalam suatu ekosistem. Akan
tetapi, pada tahun 1980-an, ahli-ahli ekologi menyadari adanya kemungkinan
spesies menempati relung yang sama dan sama-sama sintas di alam. Untuk saat
ini, diyakini bahwa eksklusi kompetitif memang berlaku, tetapi masih terus
dievaluasi. (Fried & Hademenos, 2006)

Dampak dari Pemisahan Relung Ekologi


Pemisahan relung ekologi dicontohkan oleh berbagai spesies yang
berkohabitasi seperti serumpun padi dapat menjadi sumberdaya berbagai jenis
spesies hewan. Orong-orong (Gryllotalpa africana) memekan akarnya, walang
sangit (Leptocorisa acuta) memakan buahnya, ulat tentara kelabu (Spodoptera
maurita) yang memakan daunnya, ulat penggerek batang (Chilo supressalis) yang
menyerang batangnya, hama ganjur (Pachydiplosis oryzae) menyerang pucuknya,
wereng coklat (Nilaparvata lugens) dan wereng hijau (Nephotettix apicalis) yang
menghisap cairan batangnya. Tiap jenis hama tersebut masing-masing telah
teradaptasi khusus untuk memanfaatkan tanaman padi sebagai sumberdaya
makanan pada bagian-bagian yang berbeda-beda. (Dharmawan, 2004)
Adanya pemisahan relung ekologi pada spesies-spesies tersebut dapat
menimbulkan suatu keberlangsungan organisme. Hal ini disebabkan karena setiap
spesies dalam habitat yang sama memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.
Sehingga spesies tersebut dapat hidup lebih lama karena pemenuhan kebutuhan
untuk hidup pada spesies-spesies tersebut mampu diperoleh dengan baik.
Persaingan yang terjadi dalam pemenuhan kebutuhan tersebut tidak signifikan.
Akibatnya spesies-spesies tersebut dapat hidup bersama dalam suatu habitat yang
sama atau berkoeksistensi dengan baik.
Tujuan dari Penyederhanaan Relung Ekologi
Penelaahan organisme dapat dilakukan dengan mengenal status
fungsionalnya dalam komunitas alami, mengetahui kegiatannya terutama
mengenai sumber nutrisi dan energi, kecepatan metabolism dan tumbuhnya,
pengaruh terhadap organisme lain apabila berdampingan atau bersentuhan, dan
sampai seberapa jauh organisme tersebut mempengaruhi atau mampu mengubah
berbagai proses dalam ekosistem. (Resosoedarmo, Kartawinata, & Soegiarto,
1986)
Keberagaman spesies yang luar biasa, berpola kompleks dan rumit dari
interaksi-interaksi diantara populasi-populasi dan komunitas diduga memberikan
stabilitas yang besar pada suatu ekosistem. Ekosistem yang lebih sederhana,
dengan percabangan yang lebih sedikit pada jaring-jaring fungsionalnya (rantai
makanan, siklus nutrient) menunjukkan degradasi yang lebih jelas akibat
serangan-serangan dari lingkungan. Akan tetapi, hal tersebut dapat pulih lebih
cepat dan memperoleh susunan baru yang stabil. Ekosistem yang kompleks, pada
awalnya tidak teganggu secara hebat akibat gangguan-gangguan lingkungan fisik,
tetapi terjadi efek-efek jangka panjang yang pada akhirnya dapat menyebabkan
kerusakan permanen. (Fried & Hademenos, 2006)
Fakta bahwa keberagaman fisk memberikan efek positif pada stabilitas
komunitas. Beberapa pengaruh yang bergabung untuk mempengaruhi temperatur,
curah hujan, kecepatan dan arah lain, serta hal lainnya, ekosistem lebih mampu
menyesuaikan diri terhadap gangguan-gangguan temporer. Campur tangan
manusia umumnya menyederhanakan semua aspek dari suatu ekosistem. Di
tempat yang secara alamiah memiliki berbagai spesies pada tingkat trofik yang
berbeda, spesies-spesies dikurangi menjadi hanya satu atau bahkan tidak sama
sekali. (Fried & Hademenos, 2006)

BAB III
PENUTUP

Berdasarkan uraian pada pembahasan dapat disimpulkan bahwa asas


eksklusi persaingan adalah suatu relung ekologi tidak dapat ditempati pada waktu
yang bersamaan secara terus menerus oleh populasi stabil lebih dari satu spesies.
Pemisahan relung ekologi dilihat dari berbagai aspek relung ekologi yang
menyangkut dimensi sumberdaya, khususnya yang vital untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan, dan aspek waktu aktif.
Dampak dari pemisahan relung ekologi adalah spesies-spesies dapat
berkoeksistensi dalam habitat yang sama, dapat memenuhi kebutuhannya,
meminimalisir terjadinya kepunahan. Tujuan dari penyederhanaan relung untuk
mengurangi spesies-spesies didalam ekosistem kompleks agar ketika terjadi suatu
gangguan, ekosistem tersebut dapat pulih lebih cepat dan tidak menimbulkan
kerusakan permanen.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A. 2010. Biologi (Edisi kedelapan Jilid 3). Jakarta: Erlangga.

Dharmawan, A. 2004. Ekologi Hewan. Malang: Jurusan Biologi FMIPA UM.

Fried, G. H., & Hademenos, G. J. 2006. Schaum's Outlines Biologi (Edisi Kedua).
Jakarta: Erlangga.

Resosoedarmo, S., Kartawinata, K., & Soegiarto, A. 1986. Pengantar Ekologi.


Bandung: Remadja Karya CV.

Anda mungkin juga menyukai