Anda di halaman 1dari 18

Perhitungan dan Analisis Laju Korosi dan Sisa Umur Pipa Gas Api 5 L

Grade B Menggunakan Standar Asme B.31.8 Dan Api 570 serta Perangkat
Lunak Rstreng Pada Pt.X

Meryanalinda, Andi Rustandi

1,2. Departemen Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Depok, 16424, Indonesia

Email : meryanalinda@ui.ac.id

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui laju korosi dan sisa umur dari empat jalur pipa yang
diinspeksi pada PT.X. Kecepatan korosivitas, keadaan lingkungan dan kandungan gas akan mempengaruhi nilai
ketahanan pipa. Perhitungan ini menggunakan standar ASME B.31.8, API 570 dan perangkat lunak RSTRENG.
Berdasarkan hasil inspeksi, keempat jalur pipa mengalami pengurangan ketebalan, semakin besar pengurangan
ketebalan maka laju korosi semakin meningkat dan sisa umur pipa semakin menurun. Berdasarkan kekuatan
pipa, keempat jalur pipa masih dalam batas aman ( MAOP > P desain). Secara umum, semua jalur pipa dalam
keadaan aman kecuali daerah B jalur PPP 1 – SKG 1.

Calculation and Analysis of Corrosion Rate and Remainig Life Pipa gas API 5L Grade
B Using Standard ASME B.31.8 and API 570 and Software RSTRENG in PT.X
Abstract

The purpose of this study is to determine the corrosion rate and the remaining life of four pipa gas inspected at
PT.X. Corrosion rate, environmental and gas content will affect the resistance of the pipe. This calculation
based on standard ASME B.31.8, API 570 and software RSTRENG. The results of the inspection, four pipa gass
experienced a reduction in thickness, the greater the reduction in the thickness, the corrosion rate will increase
and the remaining life in safe limits (MAOP> P design). Genarally, all of the gaslines are safe, except gaslines
area B PPP 1 – SKG 1.

Keywords:
Corrosion rate; remaining life; RSTRENG; thickness,

Perhitungan dan..., Meryanalinda, FT, 2014


Pendahuluan

Indonesia memiliki sumber daya energi khususnya minyak bumi dan gas yang sangat
banyak, sehingga mendominasi pasar energi global. Cadangan sumber daya energi yang
dimiliki oleh Indonesia tahun 2014 adalah sebesar 7,76 miliar barel minyak dan 157,14 TSCF
gas[1]. Sumber energi alternatif yang banyak digunakan untuk mengantikan kebutuhan minyak
mentah adalah gas alam. hal ini dikarenakan menipisnya cadangan minyak mentah yang ada
di Indonesia. Saat ini penggunaan gas alam telah banyak digunakan untuk kebutuhan industri,
rumah tangga maupun sebagi sumber daya pembangkit tenaga listrik. Energi yang dihasilkan
oleh gas alam lebih efisien dan biaya investasi pembangkit listrik lebih ekonomis.
Jaringan pipa adalah bagian dalam suatu proses flow diagram suatu industri gas. Pipa
rentan memiliki resiko kegagalan yang perlu diperhitungkan sehingga perlu diadakannya
pemeriksaan. Pada industri minyak dan gas, bagian yang paling sering mengalami kegagalan
adalah pada pipa penyalur, hal ini dikarenakan pipa merupakan bagian terbesar dari unit
produksi minyak dan gas, sehingga peluang kegagalan juga besar dibandingkan dengan
equipment lain [2].
Material baja karbon adalah material yang banyak digunakan untuk pembuatan pipa
pada industri eksplorasi dan produksi minyak dan gas alam[3]. Material baja digunakan karena
sifatnya yang mudah di machining, memiliki keuletan yang tinggi, dan harganya murah.
Kelemahan dari material baja adalah kekerasannya rendah dan ketahanan terhadap korosi
yang tidak begitu baik pada berbagai lingkungan.
Kehadiran gas CO2 tidak membahayakan terhadap terjadinya proses korosi pada pipa
penyalur, tetapi jika gas CO2 berinteraksi dengan fasa liquid maka akan membentuk asam
lemah yang akan menyebabkan terjadinya sweet corrosion atau korosi internal pada material,
yang disebut CO2/CO2 corrosion[2]. Korosi CO2 dapat dipengaruhi oleh laju aliran, sifat kimi,
kecepatan, temperatur, tekanan parsial CO2 dan pH [2][4].
Berdasarkan hal diatas, diketahui bahwa korosivitas yang terjadi, material pipa yang
digunakan dan kandungan gas yang mengalir akan memperngaruhi ketahanan pipa pada
industri minyak dan gas. Semakin tinggi nilai korosivitas dan kecepatan aliran gas, maka akan
memicu semakin tingginya nilai penipisan ketebalan pipa, hal ini menyebabkan nilai sisa
umur pipa semakin berkurang. Hal ini menyebabkan kegagalan pada produksi gas dan
minyak. Oleh sebab itu, maka diperlukanlah suatu analisis mengenai nilai sisa umur pipa yang
digunakan untuk mencegah kegagalan lebih lanjut pada jalur pipa dan pencegahan lebih dini
dalam melakukan pemeliharaan dan menentukan ketebalan pipa yang tepat.

Perhitungan dan..., Meryanalinda, FT, 2014


Tinjauan Teoritis
1. Pipa Penyalur

Pipa API 5L Grade B. Pipa API 5 L Grade B memiliki kandungan karbon 0,28% C.
Kandungan karbon yang dimiliki oleh API 5 L Grade B mengkategorikan bahwa pipa ini
termasuk pada jenis medium carbon steel, dimana medium carbon steel merupakan baja
dengan kandungan karbon 0,25%-0,55% C[8]. Baja jenis ini memiliki kemampukerasan yang
rendah. Adanya penambahan crom, nikel, dan molybdenum dapat meningkatkan kemampuan
paduan ini untuk diberikan perlakuan panas sehingga memiliki kekuatan dan keuletan yang
beragam. Heat treated alloy ini memiliki kekuatan yang lebih baik dibandingkan dengan low
carbon steel namun keuletan dan ketangguhan tidak sebaik low carbon steel.

Selain itu, pipa juga dibedakan berdasarkan NPS (nominal pipe size dan schedule) /
(ketebalan pipa)[6]. Hal ini berdasarkan pada ANSI (American National Standard Institute ) /
ASME B.36.10. Ukuran mewakili diameter tertentu, sedangkan schedule mewakili rasio
antara tekanan operasi dengan tekanan yang diperbolehkan. Jika ukuran tetap, maka semakin
besar schedule maka ketebalan semakin besar.

2. Korosi
Baja adalah material yang banyak digunakan untuk aplikasi pipa pada industri minyak
dan gas. Dengan adanya karbon, kekerasan dan kekuatan baja akan meningkat, mudah
difabrikasi dan harga yang murah. Sifat mekanis dari baja akan menjadi lebih baik jika
ditambahkan dengan paduan lainnya. Tatapi, baja terdiri dari beberapa fasa yang
menyebabkan ketidakhomogenan pada permukaan, sehingga menyebabkan terbentuknya sel
elektrokimia secara lokal. Hal ini menyebabkan rendahnya ketahanan korosi dari baja kerena
reduksi katodik mudah terjadi sehingga menimbulkan terbentukanya porous sebagai produk
korosi dan proses korosi pada baja tidak menyebabkan terbentuknya lapisan pasif[7].

Proses korosi dari Fe adalah:


2Fe + 2H2O + O2  2Fe(OH)2 (1)
2Fe(OH)2 + H2O + O2  2Fe(OH)3 (2)

Perhitungan dan..., Meryanalinda, FT, 2014


Gambar 1. Proses korosi pada Fe di larutan Netral dan Basa [13]

Besarnya tingkat korosi yang terjadi pada material dapat diketahui dengan cara
menghitung laju korosi pada material tersebut. Laju korosi adalah banyaknya logam yang
dilepas tiap satuan waktu pada permukaan tertentu[8]. Laju korosi sangat berhubungan dengan
ketahanan korosi suatu material. Hubungan laju korosi dan ketahanan korosi dapat dilihat
pada tabel berikut[9]:

Tabel 1. Hubungan laju korosi dengan ketahanan korosi[9]

Ketahanan Laju korosi


korosi relatif mpy mm/yr nm/yr nm/hr pm/s
Sangat baik <1 < 0,02 < 25 <2 <1
Baik 1-5 0,02-0,1 25-100 2-10 1-5
Cukup 5-20 0,1-0,5 100-500 10-50 20-50
Kurang 20-50 0,5-1 500-1000 50-150 20-50
Buruk 50-200 1-5 1000-5000 150-500 50-200

Faktor- faktor yang mempengaruhi laju korosi adalah jenis logam dan struktur
mikrosruktur logam, tekstur tanah dan struktur tanah, pH, resistivitas, bahan pengotor, gas
terlarut, temperatur, tekanan dan fluida yang mengalir.

3. Sisa Umur Pipa


Sisa umur pipa bergantung pada nilai laju korosinya. Salah satu cara meningkatkan
nilai sisa umur pipa adalah melakukan corrosion monitoring. Tujuan dari corrosion
monitoring adalah memperkirakan adanya permasalahan korosi., monitoring dari metode
korosi kontrol (contohnya: inhibition, pH control dll) memberi peringatan dari kerusakan

Perhitungan dan..., Meryanalinda, FT, 2014


korosi, melakukan proses control dan melakukan perhitungan pada insperksi dan
menjadwakan waktu maintenance.

4. Perangkat Lunak RSTRENG.

Kekuatan pipa dapat dihitung secara manual menggunakan standar ASME B.31.8,
dimana pada perhitungan ini kekuatan pipa dihitung dengan memperhatikan sisa ketebalan
dinding tanpa memperhatikan cacat dan korosi. Hasil perhitungan akan menghasilkan nilai
MAOP (maximum allowable operating pressure) yang dapat dibandingkan dengan tekanan
desain untuk menentukan kekuatan pipanya. Selain menggunakan cara manual, kekuatan pipa
juga dapat dihitung menggunakan perangkat lunak RSTRENG 5.5. Hal ini dijelaskan pada
ASME B31.G Method For Determining The Remaining Strength of Corroded Pipes. Salah
satu cara perhitungan yaitu menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh proyek PR-3-
805 dari institusi PRCI (Pipeline Research Center Internasional) dengan cara memodifikasi
persamaan dari ASME B.31.G.

Jenis perhitungannya perangkat lunak RSTRENG adalah:

a. Conventional B31.G Criterion

Perhitungan ini mengasumsikan kondisi cacat yng terjadi sangat panjang, dan
mengabaikan korosi yang terjadi, sehingga hasil kekuatan pipa tinggi. Perhitungan ini
mengasumsikan nilai tegangan aliran 1.1 kali lipat dari nilai yield strength dan cacat yang
terjadi, sehingga nanti akan membentuk kurva parabola (2/3 area factor).

b. Modified B31.G Criterion (0,85 dL area)

Perhitngan ini mengasumsikan penyederhanaan dari bentuk dan geometri dari korosi
yangterjadi, sehingga tidak akurat untuk cacat yang panjang dan dalam. Persamaan ini
menggunakan 0,85 Luas area mengantikan 2/3 area factor. Persamaan ini menunjukan prinsip
bentuk dari cacat pitting yang dialami oleh pipa. Nilai P yang didapat harus lebih rendah atau
sebanding dari nilai MAOP.

c. RSTRENG Modified B31.G Criterion (effective area)

Perhingan ini sangat efektif, perhitungan ini hanya menggunakan internal stress tanpa
memperhitungkan external stress seperti torsi, bending, dll. Metode ini melakukan

Perhitungan dan..., Meryanalinda, FT, 2014


perhitungan dengan memperhitungkan nilai metal loss pada daerah yang berbeda, sehingga
dapat menghitung berbagai kemungkinan failue pressure pipa tersebut. Metode ini disebut
effective area karena metode perhitungan ini menghitung panjang dan luas daerah cacat pada
pipa.

Ketiga perhitungan ini memiliki pendekatan yang berbeda, dimana ketiga persamaan
ini akan memperhatikan pengukuran luas atau panjang cacat dan korosi yang terjadi pada
pipa. Namun ketiga metode perhitungan bisa digunakan untuk menghitung nilai kekuatan
piping dengan melakukan sedikit modifikasi. Untuk pengembangan metode ini, Kiefner
menggunakan pengujian burst pressure dengan menggunakan material API 5L X42, X46,
X52, X60 dan X65 serta batasan allowable stress (σa).

σa= (3)

Oleh karena adanya batasan ini, maka nilai perhitungan tekanan menggunakan
RTSTRENG (Pf) harus dibagi 3 terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai nilai MAOP dari
piping yang dihitung kekuatannya.[25]

P= (4)

Hasil dari output RSTRENG adalah :

Gambar 2. Contoh corrosion profile dari perhitungan RSTRENG

Metode Penelitian

1. Pengumpulan Data Sekunder


 Untuk mengetahui data-data sejarah pipa berupa data awal pipa, material pipa,
tahun pemasangan pipa, panjang pipa.

Perhitungan dan..., Meryanalinda, FT, 2014


2. Inspeksi NDT dan Visual Inspection
 Metode inspeksi adalah visual/naked eye inspection, wall ketebalan measurenment
dan hardnes test. Pengukuran ketebalan pipa menggunakan alat ultrasonic
ketebalan measurement pada 4 arah (12,3,6,9)
3. Pengukuran Resistivitas Tanah
 Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kondisi tanah terhadap
pipa. Nilai resistivitas di ambil secara acak di point-point pipa untuk memastikan
pengaruh resistivitas terhadap korosi pipa.
4. Pengukuran pH
 Pengukuran pH dilakukan mengetahui pH tanah yang dilalui oleh pipa, apakah
pipa berada dalam kondisi normal, asam atau basa. Dimana nilai laju korosi akan
meningkat ketika pH kecil dari 4 dan diatas 12 hal ini karena tidak terbentuknya
lapisan pelindung pada besi.

5. Teknik Perhitungan
a. ASME B 31. 8

Perhitungan wall thickness (t required) adalah:

(5)
Dimana :
P : MAOP (Psi)
t : minimum wall ketebalan (inci)
S : Kekuatan mulur minimum
F : Faktor desain lokasi
E : Faktor sambungan arah memanjang pipa
T : Faktor derating suhu
OD : diameter luar nominal pipa (inci)

b. API 570 Inspection, Repair, Alteration, and Rerating of In-service Piping


Systems
Penggunaan standart ini adalah untuk menentukan nilai dari laju korosi dan sisa
umur pipa.

Perhitungan dan..., Meryanalinda, FT, 2014


CR = (6)

Dimana :
CR : Laju korosi (ipy)
t nom : t nominal adalah nilai ketebalan pipa pada saat di
pasang,berdasarkan schedule dan NPS dari pipa (inch)
t act : t actual adalah nilai ketebalan pipa yang didapat dari hasil
inspeksi di lapangan (inch)
age of pipe : Umur pipa (tahun)
c. Perhitungan sisa umur pipa
Berdasarkan standart diketahui bahwa untuk menghitung sisa umur pipa
maka dibutuhkan nilai wall ketebalan (t required) yang dihitung berdasarkan
ASME B31.8.

RL = (7)

Dimana:
CR : Laju korosi (ipy)
t act : t actual adalah nilai ketebalan pipa yang didapat dari hasil
inspeksi di lapangan (inch)
t req : t required adalah nilai minimum wall ketebalan calculation
berdasarkan perhitungan ASME B31.8 sebelum nilai corrosion
allowance dan manufacturer’s tolerance ditambahkan (inch)
RL : Sisa umur pipa (tahun)

Perhitungan dan..., Meryanalinda, FT, 2014


Hasil Penelitian
Grafik Ketebalan

12 12

10 10

8 8

6 6

4 4

2 2

0 0
1 3 5 7 9 1113151719212325 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31

t act t nom t req t act t nom t req

Gambar 3. Perbandingan ketebalan pipa Daerah A. SKG A  SP A (Kiri) dan


Perbandingan ketebalan pipa Daerah A. SP B  SP (Kanan)

12 100%
90%
10 80%
70%
8
60%
6 50%
40%
4 30%
20%
2
10%
0 0%
103
120
137
154
1
18
35
52
69
86

1 5 9 13 17 21 25 2933 37 41 45

t act t nom t req t act t nom t req

Gambar 4. Perbandingan ketebalan pipa Daerah B. SP 1  PPP 1 (Kiri) dan


Perbandingan ketebalan pipa Daerah B. PPP 1  SKG 1 (Kanan)

Perhitungan dan..., Meryanalinda, FT, 2014


Dilihat dari hasil perhitungan laju korosi menggunakan standar API 570 diketahui laju
korosi masing-masing jalur adalah:

Tabel 2: Hasil Perhitungan Laju Korosi Keempat Jalur Pipa

Age Of Laju
Ketebalan Ketebalan Ketebalan Kriteria
Pipa Titik Pipe korosi
Nominal Aktual Required Korosi
(year) (mpy)
Daerah A 7,112 mm 5,7 mm 2,504 mm
17 40 1,4 Baik
SKG A – SP A (0,28”) (0,2246“) (0,098”)
Baik
10,9728
Daerah A 8,1 mm 2,504 mm
36 mm 40 2,8
SP B – SP C (0,319”) (0,098”)
(0,432”)

10,9728
Daerah B. 9 mm 2,837 mm
20 mm 16 4,8 Baik
SP 1 – PPP 1 (0,3546 “) ( 0,1117”)
(0,432”)
10,9728
Daerah B. 6,4 mm 2,964 mm
105 mm 6,5 27 Kurang
PPP 1 – SKG 1 (0,25216”) (0,1167”)
(0,432”)

Berdasarkan rumus perhitungan dimetodelogi penelitian, didapat nilai sisa umur pipa
pada setiap jalur pipa seperti tabel berikut.
Tabel 3. Nilai Sisa Umur Pipa Pada Setiap Jalur Pipa

Age Of Laju
Nominal Actual Required Sisa umur
Pipa Point Pipe korosi
Ketebalan Ketebalan Ketebalan pipa (year)
(year) (mpy)
Daerah A 7,112 mm 5,7 mm 2,504 mm
17 40 1,4 91
SKG A – SP A (0,28”) (0,2246“) (0,098”)
78
10,9728
Daerah A 8,1 mm 2,504 mm
36 mm 40 2,8
SP B – SP C (0,319”) (0,098”)
(0,432”)

Daerah B. 20 10,9728 9 mm 2,837 mm 16 4,8 50

Perhitungan dan..., Meryanalinda, FT, 2014


SP 1 – PPP 1 mm (0,3546 “) ( 0,1117”)
(0,432”)
10,9728
Daerah B. 6,4 mm 2,964 mm
105 mm 6,5 27, 4
PPP 1 – SKG 1 (0,25216”) (0,1167”)
(0,432”)
Berdasarkan RSTRENG, diketehui mengenai kekuatan pipa untuk menahan tekanan
Jika kekuatan pipa kecil,maka sisa umur pipa juga rendah, hal ini karena rendahnya
kemungkian kegagalan sangat besar.

Pembahasan
1. Analisa Ketebalan
Daerah A jalur SKG A- SP A terlihat bahwa ketebalan saat ini masih berada jauh
diatas ketebalann required dan terlihat hanya sedikit mengalami pengurangan ketebalan dari
nominal ketebalan. Titik 6, 17 dan 21 mengalami pengurangan ketebalan yang lebih besar,
hal ini dikarenakan pada titik tersebut pengurangan ketebalan juga dipengaruhi oleh korosi
pitting dan korosi merata dan tanpa proteksi wrapping. Daerah A jalur SP B - SP C memiliki
NPS 4” dan 6” schedule 40 dan 80 , pipa ini juga mengalami kehilangan ketebalan tetapi
masih jauh diatas required thickness. Titik 25,31,33,34,35 juga mengalami pengurangan
ketebalan yang cukup besar, hal ini karena pada point tersebut tidak menggunakan coating
dan wrapping sehingga laju terbentuknya korosi pitting dan merata lebih tinggi
dibandingkan pada titik lain. Pada titik ini ada bagian yang tidak aman, dimana nilai
ketebalan aktual lebih besar dari nilai ketebalan nominal, sehinggamengindikasi bagian ini
sangat parah dan perlu diganti.
Daerah B. jalur SP 1 - PPP 1 juga menunjukkan bahwa kehilangan ketebalan pipa
masih sedikit dan masih aman untuk beroperasi, hal ini dikarenakan nilai ketebalan aktual
masih jauh diatas ketebalan required . Grafik ketebalan aktual daerah B. SP 1 - PPP 1
menunjukan garis yang fluktuatif, dimana titik yang memiliki kekurangan ketebalan yang
besar adalah titik mengalami korosi pitting dan korosi merata. Selain itu keadaan pipa
terekspos ke lingkungan tanpa adanya proteksi mekanik atau proteksi katodik. Titik terakhir
menunjukaan adanya perbedaan schedule dengan titik-titik yang lain yang tidak diketahui
historynya. Biasanya perbedaan ini terjadi karena pipa ini mengalami kebocoran dan diganti
dengan pipa lain.

Perhitungan dan..., Meryanalinda, FT, 2014


Daerah B. jalur PPP 1 - SKG 1 , grafik menunjukan bahwa nilai ketebalan aktual
mengalami pengurangan yang cukup besar (setengah dari nilai nominal thickness) hal ini
dikarenakan kondisi pipa tidak dicoating, tidak di proteksi dengan wrapping maupun proteksi
katoda. Hal ini menyebabkan hampir semua titik di jalur pipa tersebut mengalami korosi
merata dan korosi pitting.

2. Analisa Laju Korosi


Berdasarkan hal tersebut, maka lokasi pipa dan lingkungan yang dilalui pipa akan
mempengaruhi pengurangan ketebalan pipa. Semakin besar perngurangan ketebalan pipa,
maka laju korosi semakin tinggi. Keempat pipa ini berada pada posisi underground dan above
ground dan kondisi pipa berada diatas tanah tanpa support (pipa dalam keadaan tidak ada
penyangga, tidak di coating, wrapping dan proteksi katodik). Lokasi keempat jalur pipa juga
mempengaruhi nilai ketebalan aktual yang didapat, dimana pipa ini melewati daerah
perkebunan karet, semak belukar, dan perumahan penduduk.

Penggunaan material medium carbon steel menyimpulkan bahwa semua titik pada
pipa akan memiliki laju korosi yang tinggi karena medium carbon steel sering digunakan pada
indusri oil and gas dikarenakan murah,mudah didapatkan, dan mudah di fabrikasi. Tetapi
medium carbon steel ini memiliki sifat kemampukerasan yang rendah, ketahanan korosi
rendah karena merupakan logam yang tidak inert, tidak bisa membentuk lapisan dan
membentuk karat yang rapuh yang menyebakan metal loss pada material.

Semakin asam sifat tanah maka nilai korosivitas juga akan semakin tinggi. Ukuran
partikel juga mempengaruhi nilai resisitivitas tanah, dimana tanah yang lebih halus memiliki
resistivitas tanah rendah sehingga memudahkan terjadinya reaksi korosi. Nilai resistivitas
berbanding terbalik dengan konduktivitas tanah, tanah yang memiliki konduktivitas tanah
yang tinggi akan mengakibatkan laju korosi tinggi. Tekanan parsial CO2 akan berbanding
lurus dengan laju korosi internal sehingga semakin tinggi tekanan parsial CO2 maka laju
korosi internal CO2 pada pipa juga semakin tinggi.

3. Analisa Sisa Umur Pipa


Semakin tinggi nilai laju korosi pipa maka nilai sisa umur pipa semakin rendah,
begitu sebaliknya. Semakin besar nilai pengurangan ketebalan pipa, maka semakin tinggi laju
korosi pipa, dan semakin rendah umur pipa. Selain itu, sisa umur pipa dipengaruhi oleh
adanya pitting atau tidak, jenis korosi yang terbentuk, pemasangan pipa dan lingkungan pipa.

Perhitungan dan..., Meryanalinda, FT, 2014


Pengaruh dari hal tersebut menyebabkan seberapa banyak nilai pengurangan ketebalan pada
saat inspeksi. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa nilai sisa umur pipa akan
berbanding terbalik dengan nilai laju korosi pipa. Berdasarkan analisa-analisa diatas, pipa
yang paling membutuhkan proteksi sekunder selain coating adalah pipa jalur Daerah B. jalur
PPP 1 - SKG 1. Selain itu pipa pada Daerah B. jalur PPP 1 - SKG 1 menunjukan penaikan
sisa umur pipa secara drastis pada bagian ujung pipa. Penyebab dari kenaikan ini
diasumsikan karenakan adanya pergantian pipa, tetapi pergantian tersebut tidak diikuti dengan
laporan inspeksi pipa terbaru, jadi data pipa ini hanya mengaju pada pipa pertama kali di
gunakan.

4. Analisa RSTRENG

a. Daerah SKG A – SP A

Tabel 4. Nilai MAOP Daerah A Jalur SKG A – SP A

Design
Ketebalan MAOP
Titik Pressure Analisa MAOP
Aktual (Psig)
(Psig)
Nilai MAOP diatas dari nilai desaign
pressure. Pipa ini masih aman untuk
beroperasi, dan memiliki kekuatan yang
17 5,7 mm 750 1708
tinggi untuk beroperasi. Perlu kontrol
tekanan dan analisis gas untuk
mempertahankan kekuatan pipa.

Tabel 5. Hasil Perhitungan RSTRENG Daerah A Jalur SKG A – SP A

NPS Metode B31G Metode 0,85 Metode effective Analisa MAOP


dan (psig) dL (psig) area (psig) RSTRENG
SCH Pf Pf/3 Pf Pf/3 Pf Pf/3
4” 80 3541 1180,33 3774 1258 3774 1258 Nilai MAOP > dari
tekanan desain (aman)
6” 40 23307 776,67 2642 880,67 2643 881 Nilai MAOP > dari
tekanan desain (aman)
6” 80 2667 889 3283 1094 3284 1094 Nilai MAOP > dari

Perhitungan dan..., Meryanalinda, FT, 2014


tekanan desain (aman).

Grafik corrosion profile yang terbentuk, terdapat bentuk cekungan yang lebar tetapi
tidak dalam. Bentuk corrosion profile ini cocok untuk perhitungan RSTRENG menggunakan
Modified B31.G Criterion (0,85 dL area).

b. Daerah A SP B – SP C

Tabel 6. Nilai MAOP Daerah A Jalur SP B – SP C

Design
Actual MAOP
Point Pressure Analisa MAOP
Ketebalan (Psig)
(Psig)
Nilai MAOP diatas dari nilai desaign
3353 pressure. Menyimpulkan pipa masih aman
15 7,6 mm 750
(Max) untuk beroperasi, dan memiliki kekuatan yang
tinggi untuk beroperasi.

Tabel 7. Hasil Perhitungan RSTRENG pada Daerah A Jalur SP B – SP C

NPS Metode B31G Metode 0,85 Metode


dan (psig) dL (psig) effective area Analisa MAOP
SCH (psig) RSTRENG
Pf Pf/3 Pf Pf/3 Pf Pf/3
4” 40 2619 873 2654 884 2654 884 Nilai MAOP > dari tekanan
desain. Pipa masih aman.
4” 80 36861 1228 3774 1258 - - No corrosion present
6” 40 2183 727 2352 784 2352 784 Nilai MAOP > dari tekanan
desain, komponesn masih
layak digunakan dan hanya
perlu deratering tekanan
desain sampai 727 psig.
6” 80 2667 889 3283 1094 3284 1094 Nilai MAOP > dari tekanan
desain (aman).

Perhitungan dan..., Meryanalinda, FT, 2014


Berdasarkan RSTRENG, nilai MAOP lebih besar dari pada tekanan desain. Hal ini
sesuai dengan hasil perhitungan. Secara keseluruhan pipa jalur ini masih bisa beroperasi dan
memiliki kekuatan pipa yang relatif aman sehingga sisa umur pipa pipa juga menjadi lama.
Berdasarkan profil korosi, korosi yang terbentuk hampir rata pada semua titik. Hal ini
menunjukan kalo tidak ada korosi yang terjadi pada pipa ini, atau dikarenakan nilai korosi
yang diberikan kecil jadi no corrosion present. Sebagian besar nilai MAOP RSTRENG yang
seharusnya di gunakan adalah hasil dari Modified B31.G Criterion (0,85 dL area).

c. Daerah B SP 1 – PPP 1

Tabel 8. Nlai MAOP Daerah B Jalur SP 1- PPP 1

Design
Actual MAOP
Point Pressure Analisa MAOP RSTRENG
Ketebalan (Psig)
(Psig)
Nilai MAOP diatas dari nilai desaign
pressure. Pipa ini masih aman untuk
beroperasi, dan memiliki kekuatan yang
2697
20 9 mm 850 Psig tinggi untuk beroperasi. Disarankan untuk
(min)
melakukan kontrol tekanan dan analisis
gas untuk mempertahankan kekuatan
pipa.
Corrosion profile menunjukan ada beberapa lembah curam pada beberapa titik.
Remaining thickness terendah terlihat pada 2 titik yaitu pada point 20 (9mm) dan poin 46
(6,6mm). Bagian akhir dari profil ini menunjukan perbedaan titik yang cukup jauh dengan
titik-titik pada pipa lainnya, hal ini diasumsikan pipa tersebut telah mengalami pergantian
pipa dikarenan telah terjadi kebocoran pada pisa sebelumnya. Dilihat dari bentuk corrosion
profile yang terbentuk, dapat terlihat bahwa bentuk grafik ada beberapa cekungan yang tidak
dalam dan lebar. Hal ini menunjukan korosi pitting yang terjadi. Nilai MAOP RSTRENG
yang cocok untuk corrosion profile ini adalah Modified B31.G Criterion (0,85 dL area),
dimana dengan memperhitungkan nilai ini, maka nilai MAOP yang didapat akan mewakili
cacat pada pipa tersebut

Perhitungan dan..., Meryanalinda, FT, 2014


Tabel 9. Hasil Perhitungan RSTRENG pada Daerah B Jalur SP 1 – PPP 1

Metode
NPS Metode Metode 0,85
effective area
dan B31G (psig) dL (psig) Analisa MAOP RSTRENG
(psig)
SCH
Pf Pf/3 Pf Pf/3 Pf Pf/3
Pipa rentan mengalami penurunan
kekuatan, Nilai MAOP ada yang
dibawah tekanan desain, dan ada
6” 80 2041 680 2661 887 3117 1039
yang diatas tekanan desain. Hanya
perlu perlu melakuakn deratering
tekanan desain menjadi 680.

d. Daerah B PPP 1 – SKG 1

Tabel 10. Nilai MAOP Daerah B Jalur PPP 1- SKG 1

Design
Actual MAOP
Titik Pressure Analisa MAOP RSTRENG
Ketebalan (Psig)
(Psig)
Nilai MAOP diatas dari nilai desaign
pressure. Pipa ini masih aman untuk
beroperasi, dan memiliki kekuatan yang
177 8,4 740 2098 tinggi untuk beroperasi. Pencegahan
kegagalan dilakukan kontrol tekanan
dan analisis gas untuk mempertahankan
kekuatan pipa.
RSTRENG pada perhitungan ini mengalami masalah dalam penginputan data, dimana
pada jalur ini terdapat 177 titik inspeksi. Banyaknya titik inspeksi ini mengakibatkan
increment length tidak dapat digunakan dalam perhitungan RSTRENG. Oleh karena itu
dilakukan penginputan ulang data, dimana hanya 50 data yang dimasukan, sehingga
didapatkan increment length yang sesuai untuk perhitungan RSTRENG. Sisa ketebalan
terendah adalah 6,4 mm. Bentuk corrosion profile lebih homogen, dimana terdapat cekungan-
cekungan halus. Hasil perhitungan MAOP RSTRENG yang efektif adalah RSTRENG
Modified B31.G Criterion (effective area), karena perhitungan menggunakan metode ini

Perhitungan dan..., Meryanalinda, FT, 2014


melibatkan seluruh luas permukaan dan efektif untuk berbagai macam kemungkinan cacat dan
korosi yang terjadi.

Tabel 11. Hasil Perhitungan RSTRENG pada Daerah B Jalur PPP 1 – SKG 1

NPS Metode Metode 0,85 Metode effective Analisa


dan B31G (psig) dL (psig) area (psig)
SCH Pf Pf/3 Pf Pf/3 Pf Pf/3
6” 80 1893 631 2408 802 2229 743 Nilai MAOP termasuk kritis,
dimana nilai mendekati
tekanan desain dan sangat
berbahaya karena memiliki
kekuatan pipa yang rendah,
perlu deratering tekanan
desain sampai 631

Kesimpulan
1. Pipa pada Daerah B PPP 1 – SKG 1 memiliki laju korosi yang lebih tinggi dan sisa
umur pipa yang lebih pendek dibandingkan dengan pipa lain, karena memiliki umur
pipa yang rendah dan lingkungan yang korosif

2. Berdasarkan komposisi gas dan tekanan gas yang melewati keempat jalur pipa, jalur
pipa SKG A – SP A, SP 1 – PPP 1 dan PPP 1 – SKG 1 memiliki tingkat korosivitas
internal (CO2 corrosion) yang tinggi dibandingkan dengan pipa jalur SP B – SP C.

3. Berdasarkan nilai kekuatan pipa terhadap tekanan, keempat pipa yang diukur
menggunakan standar ASME B31.8 memiliki nilai MAOP yang lebih besar dari pada
tekanan desain, sehingga pipa masih bisa beroperasi.

4. Berdasarkan perhitungan RSTRENG, kekuatan pipa yang paling rendah adalah pipa
Daerah B, pipa ini memiliki nilai MAOP yang lebih kecil dibanding tekanan desain.
Menentukan nilai MAOP RSTRENG juga berdasarkan pada benturk corrosion profile
pada jalur tersebut. Bentuk corrosion profile mengindikasikan bentuk cacat,
kedalaman pitting pada korosi pitting maupun menunjukan adanya korosi merata.

Perhitungan dan..., Meryanalinda, FT, 2014


Saran
1. Diperlukan proteksi katodik berupa anoda korban atau ICCP (Impresed Current
Cathodic Protection) untuk menghambat laju korosi dan meningkatkan sisa umur pipa
pipa.
2. Diperlukan inhibisi korosi internal dengan inhibitor atau pemasangan instalasi CO2
removal untuk mengurangi korosivitas internal pada pipa SKG A – SP A, SP 1 – PPP
1 dan PPP 1 – SKG 1.
3. Disarankan untuk melalukan deratering tekanan desain atau tekanan operasi pada pipa
Daerah B yang memiliki kekuatan pipa rendah.
4. Melakukan inspeksi berkala dan pengontrolan secara terus-menerus terhadap tekanan
operasi, dan kandungan gas yang mengalir.

Daftar Referensi
[1] http://www.skkmigas.go.id/ Diakses pada 02 Mei 2014 pukul 09.40 WIB
[2] M. B. Kermani, J. C. Gonzales, G. L. Turconi, T. Perez, dan C. Morales ,Material
Optimisation in Hydrocarbon Production, Corrosion paper 2005 No. 05111, NACE
International, 2005
[3] Tien, Shiaw-Wen, dkk. Study Of Risk-Based Piping Inspection Guidline System.
ScienceDirect Journal, diakses 15 April 2011. 2007
[4] Johnson, Roy. Corrosion of Carbon Steel in Hydrocarbon Environment.NTNU
Institute of Engineering Design and Material. Norway. 2004
[5] American iron and steel institute ANSI/ASMEB.16.9. Designation system of carbon
steel. 2004
[6] ASME B36.10 Carbon steel Seamless pipe API 5L Gr.B. 2004
[7] M.G. Fontana,Corrosion Engineering, 3rd ed.,McGraw-Hill Book Company, 1986.
[8] Pierre R. Roberge, Corrosion Engineering –Principles and Practice,The McGraw-Hill
Companies Inc., USA, 2008
[9] Jones. Denny A, Principles and Preventation of Corrosion, Maxwell Macmillan,
Singapura, 1992
[10] Keith Escoe. Piping and Pipeline Assesment Guide. Oxford: Elsevier Book,
2006

Perhitungan dan..., Meryanalinda, FT, 2014

Anda mungkin juga menyukai