Grade B Menggunakan Standar Asme B.31.8 Dan Api 570 serta Perangkat
Lunak Rstreng Pada Pt.X
1,2. Departemen Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Depok, 16424, Indonesia
Email : meryanalinda@ui.ac.id
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui laju korosi dan sisa umur dari empat jalur pipa yang
diinspeksi pada PT.X. Kecepatan korosivitas, keadaan lingkungan dan kandungan gas akan mempengaruhi nilai
ketahanan pipa. Perhitungan ini menggunakan standar ASME B.31.8, API 570 dan perangkat lunak RSTRENG.
Berdasarkan hasil inspeksi, keempat jalur pipa mengalami pengurangan ketebalan, semakin besar pengurangan
ketebalan maka laju korosi semakin meningkat dan sisa umur pipa semakin menurun. Berdasarkan kekuatan
pipa, keempat jalur pipa masih dalam batas aman ( MAOP > P desain). Secara umum, semua jalur pipa dalam
keadaan aman kecuali daerah B jalur PPP 1 – SKG 1.
Calculation and Analysis of Corrosion Rate and Remainig Life Pipa gas API 5L Grade
B Using Standard ASME B.31.8 and API 570 and Software RSTRENG in PT.X
Abstract
The purpose of this study is to determine the corrosion rate and the remaining life of four pipa gas inspected at
PT.X. Corrosion rate, environmental and gas content will affect the resistance of the pipe. This calculation
based on standard ASME B.31.8, API 570 and software RSTRENG. The results of the inspection, four pipa gass
experienced a reduction in thickness, the greater the reduction in the thickness, the corrosion rate will increase
and the remaining life in safe limits (MAOP> P design). Genarally, all of the gaslines are safe, except gaslines
area B PPP 1 – SKG 1.
Keywords:
Corrosion rate; remaining life; RSTRENG; thickness,
Indonesia memiliki sumber daya energi khususnya minyak bumi dan gas yang sangat
banyak, sehingga mendominasi pasar energi global. Cadangan sumber daya energi yang
dimiliki oleh Indonesia tahun 2014 adalah sebesar 7,76 miliar barel minyak dan 157,14 TSCF
gas[1]. Sumber energi alternatif yang banyak digunakan untuk mengantikan kebutuhan minyak
mentah adalah gas alam. hal ini dikarenakan menipisnya cadangan minyak mentah yang ada
di Indonesia. Saat ini penggunaan gas alam telah banyak digunakan untuk kebutuhan industri,
rumah tangga maupun sebagi sumber daya pembangkit tenaga listrik. Energi yang dihasilkan
oleh gas alam lebih efisien dan biaya investasi pembangkit listrik lebih ekonomis.
Jaringan pipa adalah bagian dalam suatu proses flow diagram suatu industri gas. Pipa
rentan memiliki resiko kegagalan yang perlu diperhitungkan sehingga perlu diadakannya
pemeriksaan. Pada industri minyak dan gas, bagian yang paling sering mengalami kegagalan
adalah pada pipa penyalur, hal ini dikarenakan pipa merupakan bagian terbesar dari unit
produksi minyak dan gas, sehingga peluang kegagalan juga besar dibandingkan dengan
equipment lain [2].
Material baja karbon adalah material yang banyak digunakan untuk pembuatan pipa
pada industri eksplorasi dan produksi minyak dan gas alam[3]. Material baja digunakan karena
sifatnya yang mudah di machining, memiliki keuletan yang tinggi, dan harganya murah.
Kelemahan dari material baja adalah kekerasannya rendah dan ketahanan terhadap korosi
yang tidak begitu baik pada berbagai lingkungan.
Kehadiran gas CO2 tidak membahayakan terhadap terjadinya proses korosi pada pipa
penyalur, tetapi jika gas CO2 berinteraksi dengan fasa liquid maka akan membentuk asam
lemah yang akan menyebabkan terjadinya sweet corrosion atau korosi internal pada material,
yang disebut CO2/CO2 corrosion[2]. Korosi CO2 dapat dipengaruhi oleh laju aliran, sifat kimi,
kecepatan, temperatur, tekanan parsial CO2 dan pH [2][4].
Berdasarkan hal diatas, diketahui bahwa korosivitas yang terjadi, material pipa yang
digunakan dan kandungan gas yang mengalir akan memperngaruhi ketahanan pipa pada
industri minyak dan gas. Semakin tinggi nilai korosivitas dan kecepatan aliran gas, maka akan
memicu semakin tingginya nilai penipisan ketebalan pipa, hal ini menyebabkan nilai sisa
umur pipa semakin berkurang. Hal ini menyebabkan kegagalan pada produksi gas dan
minyak. Oleh sebab itu, maka diperlukanlah suatu analisis mengenai nilai sisa umur pipa yang
digunakan untuk mencegah kegagalan lebih lanjut pada jalur pipa dan pencegahan lebih dini
dalam melakukan pemeliharaan dan menentukan ketebalan pipa yang tepat.
Pipa API 5L Grade B. Pipa API 5 L Grade B memiliki kandungan karbon 0,28% C.
Kandungan karbon yang dimiliki oleh API 5 L Grade B mengkategorikan bahwa pipa ini
termasuk pada jenis medium carbon steel, dimana medium carbon steel merupakan baja
dengan kandungan karbon 0,25%-0,55% C[8]. Baja jenis ini memiliki kemampukerasan yang
rendah. Adanya penambahan crom, nikel, dan molybdenum dapat meningkatkan kemampuan
paduan ini untuk diberikan perlakuan panas sehingga memiliki kekuatan dan keuletan yang
beragam. Heat treated alloy ini memiliki kekuatan yang lebih baik dibandingkan dengan low
carbon steel namun keuletan dan ketangguhan tidak sebaik low carbon steel.
Selain itu, pipa juga dibedakan berdasarkan NPS (nominal pipe size dan schedule) /
(ketebalan pipa)[6]. Hal ini berdasarkan pada ANSI (American National Standard Institute ) /
ASME B.36.10. Ukuran mewakili diameter tertentu, sedangkan schedule mewakili rasio
antara tekanan operasi dengan tekanan yang diperbolehkan. Jika ukuran tetap, maka semakin
besar schedule maka ketebalan semakin besar.
2. Korosi
Baja adalah material yang banyak digunakan untuk aplikasi pipa pada industri minyak
dan gas. Dengan adanya karbon, kekerasan dan kekuatan baja akan meningkat, mudah
difabrikasi dan harga yang murah. Sifat mekanis dari baja akan menjadi lebih baik jika
ditambahkan dengan paduan lainnya. Tatapi, baja terdiri dari beberapa fasa yang
menyebabkan ketidakhomogenan pada permukaan, sehingga menyebabkan terbentuknya sel
elektrokimia secara lokal. Hal ini menyebabkan rendahnya ketahanan korosi dari baja kerena
reduksi katodik mudah terjadi sehingga menimbulkan terbentukanya porous sebagai produk
korosi dan proses korosi pada baja tidak menyebabkan terbentuknya lapisan pasif[7].
Besarnya tingkat korosi yang terjadi pada material dapat diketahui dengan cara
menghitung laju korosi pada material tersebut. Laju korosi adalah banyaknya logam yang
dilepas tiap satuan waktu pada permukaan tertentu[8]. Laju korosi sangat berhubungan dengan
ketahanan korosi suatu material. Hubungan laju korosi dan ketahanan korosi dapat dilihat
pada tabel berikut[9]:
Faktor- faktor yang mempengaruhi laju korosi adalah jenis logam dan struktur
mikrosruktur logam, tekstur tanah dan struktur tanah, pH, resistivitas, bahan pengotor, gas
terlarut, temperatur, tekanan dan fluida yang mengalir.
Kekuatan pipa dapat dihitung secara manual menggunakan standar ASME B.31.8,
dimana pada perhitungan ini kekuatan pipa dihitung dengan memperhatikan sisa ketebalan
dinding tanpa memperhatikan cacat dan korosi. Hasil perhitungan akan menghasilkan nilai
MAOP (maximum allowable operating pressure) yang dapat dibandingkan dengan tekanan
desain untuk menentukan kekuatan pipanya. Selain menggunakan cara manual, kekuatan pipa
juga dapat dihitung menggunakan perangkat lunak RSTRENG 5.5. Hal ini dijelaskan pada
ASME B31.G Method For Determining The Remaining Strength of Corroded Pipes. Salah
satu cara perhitungan yaitu menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh proyek PR-3-
805 dari institusi PRCI (Pipeline Research Center Internasional) dengan cara memodifikasi
persamaan dari ASME B.31.G.
Perhitungan ini mengasumsikan kondisi cacat yng terjadi sangat panjang, dan
mengabaikan korosi yang terjadi, sehingga hasil kekuatan pipa tinggi. Perhitungan ini
mengasumsikan nilai tegangan aliran 1.1 kali lipat dari nilai yield strength dan cacat yang
terjadi, sehingga nanti akan membentuk kurva parabola (2/3 area factor).
Perhitngan ini mengasumsikan penyederhanaan dari bentuk dan geometri dari korosi
yangterjadi, sehingga tidak akurat untuk cacat yang panjang dan dalam. Persamaan ini
menggunakan 0,85 Luas area mengantikan 2/3 area factor. Persamaan ini menunjukan prinsip
bentuk dari cacat pitting yang dialami oleh pipa. Nilai P yang didapat harus lebih rendah atau
sebanding dari nilai MAOP.
Perhingan ini sangat efektif, perhitungan ini hanya menggunakan internal stress tanpa
memperhitungkan external stress seperti torsi, bending, dll. Metode ini melakukan
Ketiga perhitungan ini memiliki pendekatan yang berbeda, dimana ketiga persamaan
ini akan memperhatikan pengukuran luas atau panjang cacat dan korosi yang terjadi pada
pipa. Namun ketiga metode perhitungan bisa digunakan untuk menghitung nilai kekuatan
piping dengan melakukan sedikit modifikasi. Untuk pengembangan metode ini, Kiefner
menggunakan pengujian burst pressure dengan menggunakan material API 5L X42, X46,
X52, X60 dan X65 serta batasan allowable stress (σa).
σa= (3)
Oleh karena adanya batasan ini, maka nilai perhitungan tekanan menggunakan
RTSTRENG (Pf) harus dibagi 3 terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai nilai MAOP dari
piping yang dihitung kekuatannya.[25]
P= (4)
Metode Penelitian
5. Teknik Perhitungan
a. ASME B 31. 8
(5)
Dimana :
P : MAOP (Psi)
t : minimum wall ketebalan (inci)
S : Kekuatan mulur minimum
F : Faktor desain lokasi
E : Faktor sambungan arah memanjang pipa
T : Faktor derating suhu
OD : diameter luar nominal pipa (inci)
Dimana :
CR : Laju korosi (ipy)
t nom : t nominal adalah nilai ketebalan pipa pada saat di
pasang,berdasarkan schedule dan NPS dari pipa (inch)
t act : t actual adalah nilai ketebalan pipa yang didapat dari hasil
inspeksi di lapangan (inch)
age of pipe : Umur pipa (tahun)
c. Perhitungan sisa umur pipa
Berdasarkan standart diketahui bahwa untuk menghitung sisa umur pipa
maka dibutuhkan nilai wall ketebalan (t required) yang dihitung berdasarkan
ASME B31.8.
RL = (7)
Dimana:
CR : Laju korosi (ipy)
t act : t actual adalah nilai ketebalan pipa yang didapat dari hasil
inspeksi di lapangan (inch)
t req : t required adalah nilai minimum wall ketebalan calculation
berdasarkan perhitungan ASME B31.8 sebelum nilai corrosion
allowance dan manufacturer’s tolerance ditambahkan (inch)
RL : Sisa umur pipa (tahun)
12 12
10 10
8 8
6 6
4 4
2 2
0 0
1 3 5 7 9 1113151719212325 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31
12 100%
90%
10 80%
70%
8
60%
6 50%
40%
4 30%
20%
2
10%
0 0%
103
120
137
154
1
18
35
52
69
86
1 5 9 13 17 21 25 2933 37 41 45
Age Of Laju
Ketebalan Ketebalan Ketebalan Kriteria
Pipa Titik Pipe korosi
Nominal Aktual Required Korosi
(year) (mpy)
Daerah A 7,112 mm 5,7 mm 2,504 mm
17 40 1,4 Baik
SKG A – SP A (0,28”) (0,2246“) (0,098”)
Baik
10,9728
Daerah A 8,1 mm 2,504 mm
36 mm 40 2,8
SP B – SP C (0,319”) (0,098”)
(0,432”)
10,9728
Daerah B. 9 mm 2,837 mm
20 mm 16 4,8 Baik
SP 1 – PPP 1 (0,3546 “) ( 0,1117”)
(0,432”)
10,9728
Daerah B. 6,4 mm 2,964 mm
105 mm 6,5 27 Kurang
PPP 1 – SKG 1 (0,25216”) (0,1167”)
(0,432”)
Berdasarkan rumus perhitungan dimetodelogi penelitian, didapat nilai sisa umur pipa
pada setiap jalur pipa seperti tabel berikut.
Tabel 3. Nilai Sisa Umur Pipa Pada Setiap Jalur Pipa
Age Of Laju
Nominal Actual Required Sisa umur
Pipa Point Pipe korosi
Ketebalan Ketebalan Ketebalan pipa (year)
(year) (mpy)
Daerah A 7,112 mm 5,7 mm 2,504 mm
17 40 1,4 91
SKG A – SP A (0,28”) (0,2246“) (0,098”)
78
10,9728
Daerah A 8,1 mm 2,504 mm
36 mm 40 2,8
SP B – SP C (0,319”) (0,098”)
(0,432”)
Pembahasan
1. Analisa Ketebalan
Daerah A jalur SKG A- SP A terlihat bahwa ketebalan saat ini masih berada jauh
diatas ketebalann required dan terlihat hanya sedikit mengalami pengurangan ketebalan dari
nominal ketebalan. Titik 6, 17 dan 21 mengalami pengurangan ketebalan yang lebih besar,
hal ini dikarenakan pada titik tersebut pengurangan ketebalan juga dipengaruhi oleh korosi
pitting dan korosi merata dan tanpa proteksi wrapping. Daerah A jalur SP B - SP C memiliki
NPS 4” dan 6” schedule 40 dan 80 , pipa ini juga mengalami kehilangan ketebalan tetapi
masih jauh diatas required thickness. Titik 25,31,33,34,35 juga mengalami pengurangan
ketebalan yang cukup besar, hal ini karena pada point tersebut tidak menggunakan coating
dan wrapping sehingga laju terbentuknya korosi pitting dan merata lebih tinggi
dibandingkan pada titik lain. Pada titik ini ada bagian yang tidak aman, dimana nilai
ketebalan aktual lebih besar dari nilai ketebalan nominal, sehinggamengindikasi bagian ini
sangat parah dan perlu diganti.
Daerah B. jalur SP 1 - PPP 1 juga menunjukkan bahwa kehilangan ketebalan pipa
masih sedikit dan masih aman untuk beroperasi, hal ini dikarenakan nilai ketebalan aktual
masih jauh diatas ketebalan required . Grafik ketebalan aktual daerah B. SP 1 - PPP 1
menunjukan garis yang fluktuatif, dimana titik yang memiliki kekurangan ketebalan yang
besar adalah titik mengalami korosi pitting dan korosi merata. Selain itu keadaan pipa
terekspos ke lingkungan tanpa adanya proteksi mekanik atau proteksi katodik. Titik terakhir
menunjukaan adanya perbedaan schedule dengan titik-titik yang lain yang tidak diketahui
historynya. Biasanya perbedaan ini terjadi karena pipa ini mengalami kebocoran dan diganti
dengan pipa lain.
Penggunaan material medium carbon steel menyimpulkan bahwa semua titik pada
pipa akan memiliki laju korosi yang tinggi karena medium carbon steel sering digunakan pada
indusri oil and gas dikarenakan murah,mudah didapatkan, dan mudah di fabrikasi. Tetapi
medium carbon steel ini memiliki sifat kemampukerasan yang rendah, ketahanan korosi
rendah karena merupakan logam yang tidak inert, tidak bisa membentuk lapisan dan
membentuk karat yang rapuh yang menyebakan metal loss pada material.
Semakin asam sifat tanah maka nilai korosivitas juga akan semakin tinggi. Ukuran
partikel juga mempengaruhi nilai resisitivitas tanah, dimana tanah yang lebih halus memiliki
resistivitas tanah rendah sehingga memudahkan terjadinya reaksi korosi. Nilai resistivitas
berbanding terbalik dengan konduktivitas tanah, tanah yang memiliki konduktivitas tanah
yang tinggi akan mengakibatkan laju korosi tinggi. Tekanan parsial CO2 akan berbanding
lurus dengan laju korosi internal sehingga semakin tinggi tekanan parsial CO2 maka laju
korosi internal CO2 pada pipa juga semakin tinggi.
4. Analisa RSTRENG
a. Daerah SKG A – SP A
Design
Ketebalan MAOP
Titik Pressure Analisa MAOP
Aktual (Psig)
(Psig)
Nilai MAOP diatas dari nilai desaign
pressure. Pipa ini masih aman untuk
beroperasi, dan memiliki kekuatan yang
17 5,7 mm 750 1708
tinggi untuk beroperasi. Perlu kontrol
tekanan dan analisis gas untuk
mempertahankan kekuatan pipa.
Grafik corrosion profile yang terbentuk, terdapat bentuk cekungan yang lebar tetapi
tidak dalam. Bentuk corrosion profile ini cocok untuk perhitungan RSTRENG menggunakan
Modified B31.G Criterion (0,85 dL area).
b. Daerah A SP B – SP C
Design
Actual MAOP
Point Pressure Analisa MAOP
Ketebalan (Psig)
(Psig)
Nilai MAOP diatas dari nilai desaign
3353 pressure. Menyimpulkan pipa masih aman
15 7,6 mm 750
(Max) untuk beroperasi, dan memiliki kekuatan yang
tinggi untuk beroperasi.
c. Daerah B SP 1 – PPP 1
Design
Actual MAOP
Point Pressure Analisa MAOP RSTRENG
Ketebalan (Psig)
(Psig)
Nilai MAOP diatas dari nilai desaign
pressure. Pipa ini masih aman untuk
beroperasi, dan memiliki kekuatan yang
2697
20 9 mm 850 Psig tinggi untuk beroperasi. Disarankan untuk
(min)
melakukan kontrol tekanan dan analisis
gas untuk mempertahankan kekuatan
pipa.
Corrosion profile menunjukan ada beberapa lembah curam pada beberapa titik.
Remaining thickness terendah terlihat pada 2 titik yaitu pada point 20 (9mm) dan poin 46
(6,6mm). Bagian akhir dari profil ini menunjukan perbedaan titik yang cukup jauh dengan
titik-titik pada pipa lainnya, hal ini diasumsikan pipa tersebut telah mengalami pergantian
pipa dikarenan telah terjadi kebocoran pada pisa sebelumnya. Dilihat dari bentuk corrosion
profile yang terbentuk, dapat terlihat bahwa bentuk grafik ada beberapa cekungan yang tidak
dalam dan lebar. Hal ini menunjukan korosi pitting yang terjadi. Nilai MAOP RSTRENG
yang cocok untuk corrosion profile ini adalah Modified B31.G Criterion (0,85 dL area),
dimana dengan memperhitungkan nilai ini, maka nilai MAOP yang didapat akan mewakili
cacat pada pipa tersebut
Metode
NPS Metode Metode 0,85
effective area
dan B31G (psig) dL (psig) Analisa MAOP RSTRENG
(psig)
SCH
Pf Pf/3 Pf Pf/3 Pf Pf/3
Pipa rentan mengalami penurunan
kekuatan, Nilai MAOP ada yang
dibawah tekanan desain, dan ada
6” 80 2041 680 2661 887 3117 1039
yang diatas tekanan desain. Hanya
perlu perlu melakuakn deratering
tekanan desain menjadi 680.
Design
Actual MAOP
Titik Pressure Analisa MAOP RSTRENG
Ketebalan (Psig)
(Psig)
Nilai MAOP diatas dari nilai desaign
pressure. Pipa ini masih aman untuk
beroperasi, dan memiliki kekuatan yang
177 8,4 740 2098 tinggi untuk beroperasi. Pencegahan
kegagalan dilakukan kontrol tekanan
dan analisis gas untuk mempertahankan
kekuatan pipa.
RSTRENG pada perhitungan ini mengalami masalah dalam penginputan data, dimana
pada jalur ini terdapat 177 titik inspeksi. Banyaknya titik inspeksi ini mengakibatkan
increment length tidak dapat digunakan dalam perhitungan RSTRENG. Oleh karena itu
dilakukan penginputan ulang data, dimana hanya 50 data yang dimasukan, sehingga
didapatkan increment length yang sesuai untuk perhitungan RSTRENG. Sisa ketebalan
terendah adalah 6,4 mm. Bentuk corrosion profile lebih homogen, dimana terdapat cekungan-
cekungan halus. Hasil perhitungan MAOP RSTRENG yang efektif adalah RSTRENG
Modified B31.G Criterion (effective area), karena perhitungan menggunakan metode ini
Tabel 11. Hasil Perhitungan RSTRENG pada Daerah B Jalur PPP 1 – SKG 1
Kesimpulan
1. Pipa pada Daerah B PPP 1 – SKG 1 memiliki laju korosi yang lebih tinggi dan sisa
umur pipa yang lebih pendek dibandingkan dengan pipa lain, karena memiliki umur
pipa yang rendah dan lingkungan yang korosif
2. Berdasarkan komposisi gas dan tekanan gas yang melewati keempat jalur pipa, jalur
pipa SKG A – SP A, SP 1 – PPP 1 dan PPP 1 – SKG 1 memiliki tingkat korosivitas
internal (CO2 corrosion) yang tinggi dibandingkan dengan pipa jalur SP B – SP C.
3. Berdasarkan nilai kekuatan pipa terhadap tekanan, keempat pipa yang diukur
menggunakan standar ASME B31.8 memiliki nilai MAOP yang lebih besar dari pada
tekanan desain, sehingga pipa masih bisa beroperasi.
4. Berdasarkan perhitungan RSTRENG, kekuatan pipa yang paling rendah adalah pipa
Daerah B, pipa ini memiliki nilai MAOP yang lebih kecil dibanding tekanan desain.
Menentukan nilai MAOP RSTRENG juga berdasarkan pada benturk corrosion profile
pada jalur tersebut. Bentuk corrosion profile mengindikasikan bentuk cacat,
kedalaman pitting pada korosi pitting maupun menunjukan adanya korosi merata.
Daftar Referensi
[1] http://www.skkmigas.go.id/ Diakses pada 02 Mei 2014 pukul 09.40 WIB
[2] M. B. Kermani, J. C. Gonzales, G. L. Turconi, T. Perez, dan C. Morales ,Material
Optimisation in Hydrocarbon Production, Corrosion paper 2005 No. 05111, NACE
International, 2005
[3] Tien, Shiaw-Wen, dkk. Study Of Risk-Based Piping Inspection Guidline System.
ScienceDirect Journal, diakses 15 April 2011. 2007
[4] Johnson, Roy. Corrosion of Carbon Steel in Hydrocarbon Environment.NTNU
Institute of Engineering Design and Material. Norway. 2004
[5] American iron and steel institute ANSI/ASMEB.16.9. Designation system of carbon
steel. 2004
[6] ASME B36.10 Carbon steel Seamless pipe API 5L Gr.B. 2004
[7] M.G. Fontana,Corrosion Engineering, 3rd ed.,McGraw-Hill Book Company, 1986.
[8] Pierre R. Roberge, Corrosion Engineering –Principles and Practice,The McGraw-Hill
Companies Inc., USA, 2008
[9] Jones. Denny A, Principles and Preventation of Corrosion, Maxwell Macmillan,
Singapura, 1992
[10] Keith Escoe. Piping and Pipeline Assesment Guide. Oxford: Elsevier Book,
2006