Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH TEKNOLOGI BUDIDAYA MUTIARA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4

ABDURRAHMAN ( C1K016001 )
FAHRURIZAL AMRI M. ( C1K016033 )
RIZKA ABDI ( C1K016085 )
SHURATIL UYUN ( C1K016091 )
SULFAH RAHMADIAH ( C1K016093 )
SATRIA FAJRI ( C1K016088 )
ANISA LARASATI ( C1K016016 )
M.MUTAWALLI WIRA S ( C1K016060)
SUYATNI ( C1K016096)
REGINA ADELIA B. ( C1K016082)
NUR ANGGRAENI A ( C1K015059)
DWI INDAH PRATIWI ( C1K016030)
RABIATUN ABI A. ( C1K015067)
IIN SATRIA ( C1K014039)
PATHULLAH AL AYUBI ( C1K015064)

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
Budidaya tiram mutiara dari P.maxima memiliki Faktor keterbatasan untuk
mencapai hasil yang baik. Pertama, Penyakit adalah salah satu faktor yang bisa
menurunkan produksi tiram mutiara (Southgate dan Lucas 2008). Virus, bakteri, protozoa
organisme, metazoan, dan blooming fitoplankton atau perpaduannya dapat menyebabkan
penyakit pada P.maxima. Misalnya di Oktober 2006, Australia Barat, kematian massal
dari P.maxima terjadi karena infeksi virus yang mengganggu industri tiram mutiara
(Southgate dan Lucas 2008). blooming dari cyanobacteria juga dilaporkan sebagai utama
penyebab kematian P.maxima di Australia (Negri dkk. 2004). Tiram mutiara yang
mendapat penyakit dapat diidentifikasi berdasarkan tanda-tanda klinis seperti lambatnya
pertumbuhan, penarikan kembali mantel, kematian, tiram kosong dan menganga
(Southgate dan Lucas 2008). Kedua, penghambat produksi tiram mutiara adalah
pemangsa. Ada beberapa predator untuk tiram mutiara yang telah dilaporkan seperti
gastropoda, turbellarians, krustasea, gurita, echinodermata dan ikan pari (Southgate dan
Lucas 2008). Misalnya, di Okinawa-Jepang, gastropoda telah dilaporkan sebagai masalah
serius dalam budiaya P.maxima, gastropoda melekat pada cangkang dan belalainya
menembus cangkang samapi ke daging predator lain tiram mutiara adalah kepiting atau
stomatopod yang membunuh P.maxima dengan menghancurkan cangkang mereka dan
dari racun (turbellarians) (Pit dan Southgate 2003). Pemangsa tiram mutiara akan
berkurang sejalan dengan bertambahnya ukuran tiram tersebut (Southgate dan Lucas
2008).
Kendala lain di budaya tiram mutiara adalah biofouling atau pencemaran
organisme (fitoplankton atau zooplankton) yang menempel pada cangkang atau jala yang
memiliki dampak terhadap kualitas mutiara atau produktivitas tiram (Pit dan Southgate
2003). Fisik kerusakan akan terjadi jika fouling organisme seperti jamur atau porifera
menanggung kerang P.maxima, sehingga nacre atau produksi mutiara dan bahkan
kematian. Teritip juga mengganggu fungsi mekanik seperti membuka dan menutup katup
dari P.maxima oleh menetap pada mulut atau engsel mereka. fouling lainnya organisme
juga memberikan dampak negatif dengan menjadi pesaing untuk asupan sumber makanan
(fitoplankton) (Southgate dan Lucas 2008).
1. Polydora sp.
2. Organisme pest (perusak)

Pada tiram mutiara terdapat beberapa jenis organisme pest (perusak) yang ditemukan
dan sering menempel pada tiram mutiara, di CV. Duta Aru Indah penyakit dari organisme
ini diistilakan sebagai pantat merah karena dengan cara mengebor pada bagian pantat
cangkang dengan warna merah atau kuning. Yaitu dari jenis teritip (Belanus sp), jenis
hama yaitu bunga karang (Rhiomulga japonica) dan Ostrea gigas yang sering
mengganggu dan dapat mematikan tiram mutiara yang dipelihara serta dari jenis cacing
(Polychaeta) yang membuat lubang pada bagian luar cangkang sampi ke dalam tubuh
tiram. Sedangkan untuk jenis teritip, ini menempel pada bagian cangkang tiram dengan
cara mengebor cangkang sampai ke bagian dalam sehingga dapat menyebabkab kematian.
Dalam kegiatan pembersihan dari organisme pest (perusak) ini,
sebelumnya dilakukan dengan cara disemprot menggunakan mesin penyemprotan,
kemudian dilakukan pemeriksaan pada tiram apabila terdapat pori-pori (lubang kecil)
pada bagian cangkang maka ini menandahkan bahwa tiram tersebut terserang penyakit
dari organisme pest maka segera dicukur pada bagian luar cangkang dan engsel cangkang
yang terserang penyakit sampai kelihatan warna dari organisme pest tersebut dengan
menggunakan pisau atau parang kecil. Selanjutnya tiram ini disemprot kembali pada
bagian yang dicukur tadi sampai warna dari organisme pest tersebut hilang, kemudian
dilakukan pengobatan dengan cara direndam pada air laut dengan salinitas tinggi dan
diolesi dengan menggunakan kapur tembok. Cara pengobatan ini dimaksudkan untuk
membunuh organisme pest yang mengebor pada bagian cangkang. Tiram yang sudah
dilakukan pengobatan segera dimasukkan kedalam pocket net kemudian digantung pada
rumah rakit selama 3 hari baru digantung pada sarana tali rentang, karena ini dianggap
organisme pest sudah mati sedangkan untuk tiram yang tidak terserang penyakit
langsung gantung pada sarana long line setelah dibersihkan dari kompetitor dengan
kedalaman 5 m.

3. Bakteri
DYBDAHL & PASS (dalam TUN, 2000) menyatakan bahwa bakteri yang umum
menyerang kerang mutiara adalah Vibrio harveyi. LESTER (1989) juga melaporkan
bahwa kematian dalam pembenihan moluska ada kaitannya dengan keberadaan V.
tubiashi, Vibrio sp. dan Alteromonas sp. Menurut PASS (dalam GERVIS & SIMS,
1992) infeksi V. harveyi pada umumnya terjadi ketika kerang mutiara diangkut dalam
tangki dengan sirkulasi air dan udara yang tidak mencukupi selama perjalanan. Ketika
kondisi kerang melemah akibat berkurangnya jumlah oksigen dan meningkatnya suhu
dalam tangki pengangkut, diduga telah menjadi penyebab V. harveyi berkembang dengan
pesat. Hal ini dapat juga terjadi dalam tangki pembenihan yang kerang mutiaranya masih
berupa larva.

4. Gastropoda
Gastropoda jenis Cymatium cingulatum dan Murex virgeneus telah diketahui sebagai
predator pada kerang mutiara yang dipelihara di alam (BUENO et al., 1991). Kematian
kerang mutiara banyak terjadi ketika kerang masih berupa “spat”, berukuran 0-3 cm yang
dimangsa oleh gastropoda. Studi terhadap pemangsaan kerang mutiara oleh C.
cingulatum dalam laboratorium menunjukkan bahwa 20 kerang mutiara dimakan oleh
dua C. cingulatum berukuran 26 mm dalam jangka waktu 37 hari; 20 kerang mutiara
dalam 20 hari oleh dua C. cingulatum berukuran 40,5 mm dan 20 kerang mutiara dalam
19 hari oleh dua C. cingulatum yang berukuran 61,8 mm. Dua spesimen M. virgeneus
berukuran 54 mm memakan 20 kerang dalam 49 hari di dalam sebuah laboratorium
percobaan. Gastropoda tersebut telah menunjukkan bertahan selama 57 sampai 125 hari
(BUENO et al., 1991). Beberapa larva predator dapat masuk kedalam kantong dan jaring
yang melindungi kerang mutiara. Kemudian larva predator tersebut tumbuh dan
berkembang bersama kerang mutiara. Beberapa jenis udang juga bersimbiose di dalam
tubuh kerang mutiara dari jenis Anchistus custos (DAVIE, 1998). Untuk mengurangi
kematian kerang yang disebabkan oleh predator seperti gastropoda, perlu dilakukan
pemeriksaan rutin terhadap tiram mutiara yang dipelihara.

5. Virus Herpes
Infeksi virus herpes merupakan salah satu penyebab kematian asal moluska salah
satunya adalah tiram mutiara. Infeksi virus ini dapat menjadi parah oleh infeksi bakteri
yang berkontribusi terhadap tingkat kepunahan kasus. Penyakit yang disebabkan oleh
virus ini dapat menyebabkan pertumbuhan melambat bahkan kematian. Untuk
mengurangi tingkat kematian tiram mutiara akibat virus ini, perlu diperhatikan kualitas air
selama budidaya.
DAFTAR PUSTAKA

Dien,A. 2008. Kematian Masal Pada Usaha Budidaya Kerang Mutiara. Oseana. Volume 33
Nomor 2. 9–14
Mulyanto. 1970. Teknik Budidaya Laut Tiram Mutiara di Indonesia. Jakarta : Diklat Ahli
Usaha Perikanan.

Anda mungkin juga menyukai