PENDAHULUAN
A. Rasional
Kurikulum merupakan salah satu komponen pokok input pendidikan. Kualitas
Kurikulum menentukan kualitas proses pendidikan. Kurikulum adalah keseluruhan
program aktivitas pembelajaran baik terstruktur maupun hidden yang terdokumentasi
dengan rapi, digunakan sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran untuk memberikan
berbagai pengalaman belajar bermakna dan berdampak bagi peserta didik dan diatur oleh
sekolah.Pengalaman belajar harus terprogram dan berpusat pada peserta didik “student is
the central focus of the curriculum”. Keluasan dan kedalaman level kompetensi sebagai
pengalaman dan aktivitas pembelajaran terstruktur dan terukur dengan baik.
Kurikulum Pendidikan Menengah Kejuruan (PMK) berisi seperangkat program
pencapaian tujuan PMK yaitu terwujudnya Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
kompetensi dasar dalam setiap Mata Pelajaran, dan bahan pelajaran serta cara-cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Definisi ini
menunjukkan bahwa setiap satuan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
membutuhkan kurikulum implementatif yang relevan dan cocok dengan kebutuhan peserta
didik dan seluruh stakeholders serta siap diimplementasikan oleh SMK guna memberi
pengalaman belajar bermakna dan berdampak besar bagi peserta didik.
Kurikulum dikembangkan untuk memberi solusi tantangan internal dan eksternal.
Tantangan internal yang mendasar adalah: Indonesia merupakan negara kepulauan yang
terdiri atas pulau besar dan kecil yang berjumlah sekitar 17.500. Penduduk Indonesia
berdasarkan pada Sensus Penduduk tahun 2010 berjumlah lebih dari 238 juta jiwa.
Keragaman yang menjadi karakteristik dan keunikan Indonesia antara lain keragaman
geografis, keragaman demografis, keragaman potensi sumber daya daerah, keragaman latar
belakang dan kondisi sosial budaya, keragaman potensi SMK, keragaman ketersediaan
sarana dan prasarana di SMK, dan berbagai keragaman lainnya yang ada di setiap daerah.
Keragaman tersebut selanjutnya melahirkan perbedaan jenis kebutuhan,tingkatkebutuhan,
tingkat kesiapan, peluang dan tantangan pengembangan yang berbeda antar daerah dan
antar SMK. Keragaman tersebut harus diadaptasi dalam rangka peningkatan relevansi mutu
PMK sebagai upaya mencerdaskan dan meningkatkan kesejahteraan kehidupan
masyarakatdi setiap daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, mengamanatkan tersusunnya kurikulum pada tingkat
satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah, mengacu kepada Standar
Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian. Terkait dengan
1
pembangunan PMK, masing-masing daerah dan masing-masing SMK memerlukan
kurikulum yang sesuai dengan karakteristik dan potensi daerah atau potensi SMK.
Kurikulum tersebut adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMK
implementatif. KTSP SMK sebagai ”the sum of the learning activities and experiences a
student under directions of the school” perlu dikembangkan dan diimplementasikan secara
dinamis kontekstual dan otentik untuk merespon kebutuhan peserta didik, masyarakat dan
pemerintah daerah, SMK, dan dunia kerja. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:
1. Pasal 36 ayat (2) menyebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
2. Pasal 36 ayat (3) menyebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang
pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan: (a) peningkatan iman dan takwa; (b) peningkatan akhlak mulia; (c)
peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; (d) keragaman potensi
daerah dan lingkungan; (e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional; (f) tuntutan
dunia kerja; (g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (h) agama;
(i) dinamika perkembangan global; dan (j) persatuan nasional dan nilai-nilai
kebangsaan.
3. Pasal 38 Ayat (2) mengatur bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah
dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan
pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas
pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar
dan provinsi untuk pendidikan menengah.
Dari amanat undang-undang tersebut dapat ditegaskan bahwa:
1. KTSP SMK dikembangkan dengan prinsip diversifikasi dengan maksud agar
memungkinkan adanya kesesuaian program-program pendidikan pada SMK dengan
situasi, kondisi dan kekhasan potensi yang ada di daerah dan potensi SMK serta
potensi peserta didik;
2. KTSP SMK dikembangkan, diterapkan, dimonitor dandievaluasi secara terus
menerus oleh SMK dan Dinas Pendidikan sebagai bentuk penjaminan mutu PMK;
3. KTSP SMK merupakan salah satu standar akreditasi BAN SM.
Tantangan eksternal pengembangan KTSP SMK adalah adanya globalisasi industri
dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO),
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Economic Community (AEC), Asia-
Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN FreeTrade Area(AFTA). Tantangan
eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas
2
teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Pendidikan
Menengah Kejuruan ditantang turut memberi andil menyiapkan modal manusia kompeten
untuk bersaing di pasar tenaga kerja global.
Kurikulum implementatif dikembangkan dan dilaksanakan oleh SMK diwujudkan
dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disebut dengan KTSP
SMK. KTSP SMK dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) paling
rendah setara dengan jenjang 2 KKNI untuk setiap Kompetensi Keahlian Program
Pendidikan 3 tahun dan paling rendah setara dengan jenjang 3 KKNI untuk setiap
Kompetensi Keahlian Program Pendidikan 4 tahun, Standar Isi (SI), Standar Proses (SPr),
Standar Penilaian (SPn) setiap satuan pendidikan SMK. Semua SMK diharapkan dapat
menyiapkan kurikulum implementatif KTSP SMK yang digunakan sebagai pedoman atau
landasan program-program pembelajaran di SMK.
Berdasar uraian di atas, SMK Negeri 2 Cibinong, melalui berbagai strategi dan
pendekatan yang sesuai dengan peraturan dan pedoman teknis, telah berupaya
mengembangkan Kurikulum SMK Negeri 2 Cibinong Tahun Pelajaran 2017-2018 untuk
Bidang Keahlian Bisnis dan Managemen, Program Keahlian Akuntansi dan Keuangan,
Kompetensi Keahlian Perbankan dan Keuangan Mikro melalui pembentukan tim
pengembang yang mengkordinasikan kegiatan sesuai prosedur yang telah ditetpkan.
Kiranya upaya pengembangan kurikulum ini dapat mendorong SMK Negeri 2
Cibinong untuk menjadi SMK yang berkualitas dan sesuai dengan tuntutan dan tantangan
era global.
3
1. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa
ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;
2. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar
terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke
masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam
berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
5. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti mata pelajaran yang dirinci
lebih lanjut dalam kompetensi dasar;
6. Kompetensi intimenjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar,
dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk
mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;
7. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata pelajaran dan jenjang
pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
4
Dinas Pendidikan Provinsi dikembangkan oleh SMK secara cermat memperhatikan: visi-
misi-tujuan sekolah, Profil Lulusan, SKL, SI, SPr, SPn, KKNIdan ketersediaan sarana
prasarana pendidikan di SMK. KTSP SMK dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
berikut.
1. Peningkatan Iman, Takwa, dan Akhlak Mulia
Iman, takwa, dan akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik
secara utuh. KTSP SMK disusun agar semua mata pelajaran dapat menunjang
peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia.
2. Pengembangan Kompetensi secara Komprehensif
Kompetensi peserta didik dikembangkan secara seimbang. Keseimbangan antara
pengembangan sikap spiritual, sosial, kerja, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama
dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik. Sekolah merupakan bagian dari
masyarakat dan dunia kerja yang memberikan pengalaman belajar terencana, dimana
peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan dunia
kerja, serta memanfaatkan masyarakat dan dunia kerja sebagai sumber belajar.
Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam
berbagai situasi di sekolah dan di masyarakat. Memberi waktu yang cukup leluasa
untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi
dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti mata pelajaran yang dirinci lebih lanjut
menjadikompetensi dasar. Kompetensi inti mata pelajaran menjadi unsur
pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi
dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang
dinyatakan dalam kompetensi inti.
3. Kebutuhan Kompetensi Masa Depan
Kemampuan peserta didik yang diperlukan yaitu antara lain kemampuan
berkomunikasi, berpikir kritis, berkolaborasi dan kreatif dengan mempertimbangkan
nilai dan moral Pancasila agar menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung-jawab, toleran dalam keberagaman, mampu hidup dalam masyarakat
global, memiliki minat luas dalam kehidupan dan kesiapan untuk bekerja, kecerdasan
sesuai dengan bakatdan minatnya, serta peduli terhadap lingkungan. Kurikulum
harus mampu menjawab tantangan ini sehingga perlu mengembangkan kemampuan-
kemampuan ini dalam proses pembelajaran.
4. Peningkatan Potensi, Kecerdasan, dan Minat sesuai dengan Tingkat Perkembangan
dan Kemampuan Peserta Didik
Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia
secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor)
berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu, KTSP SMK disusun dengan
5
memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual,
emosional, sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik.
5. Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah dan Lingkungan
Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan karakteristik
lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan kejuruan yang sesuai
dengan potensi, karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena
itu, KTSP SMK perlu memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang
relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah.
6. Tuntutan Pembangunan Daerah dan Nasional
Dalam era otonomi dan desentralisasi, kurikulum adalah salah satu media pengikat
dan pengembang keutuhan bangsa yang dapat mendorong partisipasi masyarakat
dengan tetap mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu, kurikulum perlu
memperhatikan keseimbangan antara kepentingan daerah dan nasional.
7. Tuntutan Dunia Kerja
Tuntutan dunia kerja merupakan variabel pokok pengembangan pendidikan kejuruan.
Pengembangan KTSP SMK berbasis tuntutan kompetensi dunia kerja. Kegiatan
pembelajaran di SMK harus dapat mendukung tumbuh-kembangnya:(1) keterampilan
kebekerjaan(employability skills)yakni kemampuan individu untuk menyesuaikan diri
dengan iklim kerja di dunia kerja; (2) keterampilan teknis (technical skills) adalah
kemampuan melakukan pekerjaan sesuai dengan mekanisme, prosedur, cara, serta
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sesuai bidang kerjanya; (3)
bertindak produktif, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif dalam melaksanakan tugas
dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta
menyelesaikan masalah kompleks sesuai dengan bidang kerja; (4) menampilkan
kinerja mandiri dengan pengawasan tidak langsung atasan dan atau secara mandiri
berdasarkan kuantitas dan kualitas terukur sesuai standar kompetensi kerja, serta
bertanggung jawab atas hasil kerja orang lain; (5) berjiwa wirausahaan dan
mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, KTSP SMK perlu memuat kecakapan
hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja.
8. Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis
pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan.
Pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan
IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Pendekatan sains
dan rekayasa penting dijadikan model pendekatan pembelajaran kejuruan di SMK.
Oleh karena itu, KTSP SMK harus dikembangkan secara berkala dan
6
berkesinambungan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
9. Dinamika Perkembangan Global
KTSP SMK dikembangkan untuk menciptakan kemandirian, baik pada individu
maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar bebas.
Pergaulan antarbangsa yang semakin dekat memerlukan individu yang mandiri dan
mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan dengan
suku dan bangsa lain.
10. Persatuan Nasional dan Nilai-Nilai Kebangsaan
Kurikulum diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta
didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan
bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena
itu, KTSP SMK K-13harus menumbuhkembangkan wawasan dan sikap kebangsaan
serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI.
11. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat
KTSP SMK K-13dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya
masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan
dan apresiasi pada budaya setempat ditumbuhkan terlebih dahulu sebelum
mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.
12. Kesetaraan Jender
KTSP SMK K-13diarahkan kepada pengembangan sikap dan perilaku yang
berkeadilan dengan memperhatikan kesetaraan jender.
13. Karakteristik Satuan Pendidikan
KTSP SMK K-13dikembangkan sesuai dengan kondisi dan ciri khas satuan
pendidikan.
7
lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan
selalu menjadi tujuan dasar KTSP SMK . Hal ini mengandung makna bahwa KTSP
SMK adalah rancangan program pembelajaran PMK untuk mempersiapkan
kehidupan generasi muda sebagai human capital bangsa. Dengan demikian, tugas
mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tenaga kerja menengah yang handal
merupakan tugas utama SMK. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa
depan peserta didik, KTSP SMK mengembangkan pengalaman belajar yang
memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai berbagai
kompetensi. Kompetensi yang diajarkan dan dilatihkan pada SMK diprogramkan
untuk memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja (labour market), hal ini sejalan
dengan pandangan filsafat esensialisme. Di sisi lain dalam pandangan filosofi
pragmatisme PMK diselenggarakan untuk maksud memenuhi seluruh kebutuhan
individu peserta didik dalam mempersiapkan diri menjalani dan memecahkan
permasalahan-permasalahan kehidupan sehari-hari di masyarakat dan keluarga.
2. KTSP SMK disusun untuk membangun budaya tekno-sain-sosio-kultural yaitu suatu
budaya masyarakat yang secara sosial baik di sekolah, dunia kerja, keluarga, maupun
di masyarakat secara sinergi tumbuh budaya pemecahan masalah secara terencana,
terprogram, produktif, terdesain dan dijelaskan atau diberi eksplanasi melalui proses
inkuiri dan diskoveri. Budaya teknologi melakukan rekayasa pemecahan masalah
kehidupan dan masalah pekerjaan melalui pengembangan disain dan temuan-temuan
baru. KTSP SMK mengembangkan kemampuan peserta didik sebagai pewaris
budaya bangsa dan peduli terhadap permasalahan dunia kerja, masyarakat dan bangsa
masa kini dan masa depan.
3. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Peserta didik SMK belajar
membangun pengalaman diri dalam memecahkan permasalahan-permasalahan secara
kreatif. Untukitu peserta didik SMK perlu memiliki pengalaman belajar berpikir
kreatif, bekerja kreatif sendiri-sendiri maupun dengan orang lain, dan menerapkan
inovasi-inovasi dalam setiap pemecahan masalah kerja dan kehidupan. Menurut
pandangan filosofi ini, proses pendidikan kejuruan adalah suatu proses pemberian
dan fasilitasipengalaman dan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
proses mind on, hands on, dan heart on secara seimbang melalui penguatan
kemampuan milihat, mendengar, membaca, bertindak secara matang dan cermat.
KTSP SMK mengunggulkan budaya tekno-sain-sosio-kultural dalam memecahkan
masalah-masalah kerja dan sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
4. Pendidikan menengah kejuruan membutuhkan penumbuhan atitude pokok (core
attitudes) yaitu disiplin diri (self-discipline), keterbukaan terhadap pengalaman diri
dan orang lain (openness to experience), kemampuan pengambilan resiko (risk-
8
taking), toleran terhadap dualisme (tolerance for ambiguity), dan kepercayaan
kelompok (group trust).
5. Pendidikan menengah kejuruan mengembangkan kecerdasan emosional-spiritual,
sosial-ekologis, intelektual, kinestetis, ekonomika, teknologi, seni-budaya, dan
kecerdasan belajar sebagai pusat pengembangan kecerdasan (Sudira, 2015). Filosofi
ini menentukan bahwa isi KTSP SMK mencakup kecerdasan ganda dan bersifat
kontekstual. Filosofi ini mensyaratkan KTSP SMK memberi pengalaman belajar
yang utuh dan menyeluruh dalam mengembangkan kecerdasan peserta didik.
6. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik
dari masa lalu dengan berbagai kemampuan belajar yang cerdas dalam
menumbuhkan kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial,
kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa
yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism).
Merujuk enam filosofi tersebut, maka KTSP SMK Negeri 2 Cibinong dikembangkan
dengan maksud untuk mengembangkan seluruh potensi kecerdasan peserta didik agar
kompeten dalam memecahkan masalah-masalahkerja, masalah-masalahsosial di
masyarakat secara kreatif, memiliki kemampuan berpikir kreatif, bekerja kreatif dengan
orang lain dan mampu menerapkan inovasi serta dilandasi disiplin diri yang tinggi,
keterbukaan terhadap pengalaman diri dan orang lain (openness to experience),
kemampuan pengambilan resiko (risk-taking), dan toleran terhadap dualisme untuk
membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.
2. Landasan Teoritis
Dua tokoh pendidikan kejuruan berbeda aliran sangat kuat mewarnai teori-teori
pendidikan kejuruan dunia. Tokoh tersebut adalah Charles Prosser dan John Dewey. Teori
Prosser menyatakan bahwa Pendidikan Kejuruan membutuhkan lingkungan pembelajaran
menyerupai dunia kerja dan peralatan yang memadai sesuai kebutuhan pelaksanaan
pekerjaan di dunia kerja. Agar efektif Pendidikan Kejuruan harus melatih dan membentuk
kebiasaan kerja sebagai suatu kebutuhan yang harus dimiliki bagi setiap individu yang mau
bekerja. Penguatan kemampuan dan skill kerja dapat ditingkatkan melalui pengulangan
cara berpikir dan cara bekerja yang efisien. Pendidikan Kejuruan harus melakukan seleksi
bakat dan minat. Guru Pendidikan Kejuruan akan berhasil jika telah memiliki pengalaman
sukses dalam menerapkan skill dan pengetahuan sesuai bidang yang diajarkan.
Kemampuan produktif sebagai standar performance dikembangkan berdasarkankebutuhan
industri sesuai actual jobs. Pendidikan Kejuruan membutuhkan biaya pendidikan dan
pelatihan yang harus terpenuhi dan jika tidak sebaiknya tidak diselenggarakan.
9
Pendidikan Kejuruan dalam pandangan teori John Dewey menegaskan bahwa
Pendidikan Kejuruan menyiapkan peserta didik memiliki kemampuann memecahkan
permasalahan sesuai perubahan-perubahan dalam cara-cara berlogika dan membangun
rasional melalui proses pemikiran yang semakin terbuka dalam menemukan berbagai
kemungkinan solusi dari berbagai pengalaman. Dampak pokok dari TVET yang diharapkan
oleh Dewey adalah masyarakat berpengetahuan yang mampu beradaptasi dan menemukan
kevokasionalan dirinya sendiri dalam berpartisipasi di masyarakat, memiliki wawasan
belajar dan bertindak dan melakukan berbagai perubahan sebagai proses belajar sepanjang
hayat. Belajar berlangsung selama jiwa masih dikandung badan. Dewey juga mengusulkan
agar Pendidikan Kejuruan dapat mengatasi permasalahan diskriminasi pekerjaan,
diskriminasi kaum perempuan, dan minoritas. Dewey memberi advokasi
modernisasikurikulum Pendidikan Kejuruan menjadi "scientific-technical". Studi ini
mengkaitkan cara-cara bekerja yang didukung pengetahuan yang jelas dan memadai.
Dewey berargumen bahwa sekolah tradisional yang tumpul dan mekanistis harus
dikembangkan menjadi pendidikan yang demokratis dimanapeserta didik mengeksplorasi
kapasitas dirinya sendiri untuk berpartisipasi dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
Dewey memberi wawasan bahwa sekolah harus mampu melakukan proses transmisi dan
transformasi budaya dengan peningkatan dan kesetaraan posisi dalam ras, etnik, posisi
sosial ekonomi di masyarakat.Setiap individu memiliki pandangan positif terhadap satu
sama lain. Pendidikan Kejuruan tidak hanya fokus pada bagaimana memasuki lapangan
pekerjaan, tetapi juga fokus pada peluang-peluang pengembangan karir, adaptif terhadap
perubahan lapangan kerja dan berbasis pengetahuan atau ide-ide kreatif.
Kurikulum Pendidikan Kejuruan menurut Dewey memuat kemampuan akademik
yang luas dan kompetensi generik, skill teknis, skillinterpersonal, dan karakter kerja.
Kurikulum Pendidikan Kejuruan mengintegrasikanpendidikan akademik, karir, dan teknik.
Ada artikulasi di antara pendidikan dasar, menengah, pendidikan tinggi, dandekat dengan
dunia kerja. Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu membangun komunitas
masyarakatsecara bersama-sama menjadi anggota masyarakat yang aktifmengembangkan
budaya. Menurut Dewey hanya pengalaman yang benar dan nyatayang dapat membuat
peserta didik dapat menghubungkanpengetahuan yang dipelajari. Teori pendidikan
demokratis Dewey cocok dengan tuntutan Pendidikan Kejuruan Abad XXI.
Selain dua teori induk Pendidikan Kejuruan yaitu Teori Efisiensi Sosial dari Charles
Prosser dan Pendidikan Vokasional Demokratis dari John Dewey, adaTeori Tri Budaya
sebagai pemikiran awal yang dapat digunakan untuk pengembangan kompetensi
kevokasionalan. Teori Tri Budaya menyatakan Pendidikan Kejuruan akan berhasil jika
mampu mengembangkan budaya berkarya, budaya belajar, dan budaya melayani secara
simultan. Pendidikan Kejuruan dalam melakukan proses pendidikan dan pelatihan harus
10
membangun budaya berkarya, belajar, dan menerapkan hasil-hasil karya inovatif sebagai
bentuk-bentuk layanan kemanusiaan. Karya sebagai hasil inovasi belajar harus digunakan
untuk kesejahteraan bersama melayani orang lain.
Pendekatan pembelajaran yang diterapkan di SMK Negeri 2 Cibinong adalah
pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran yang membangun performa peserta didik
“individual ability to perform” mencakup penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap secara terpadu. Pendekatan pembelajaran ini harus menganut pembelajaran tuntas
(mastery learning) untuk dapat menguasai sikap (attitude), pengetahuan (knowledge) dan
keterampilan (skills) agar dapat bekerja sesuai profesinya. Agar peserta didik dapat belajar
secara tuntas, dikembangkan prinsip pembelajaran sebagai berikut.
1) Learning by doing (belajar melalui aktivitas/kegiatan nyata, otentik, kontekstual
yang memberikan pengalaman belajar bermakna), dikembangkan menjadi
pembelajaran berbasis produksi, pembelajaran berbasis pemecahan masalah,
pembelajaran berbasis kerja, pembelajaran berbasis inkuiri, pembelajaran berbasis
diskoveri;
2) Individualized learning yakni pembelajaran dengan memperhatikan keunikan setiap
individu dan dilaksanakandengan sistem modular.
3) Team work learning adalah pembelajaran yang mengembangkan kemampuan bekerja
secara tim dengan penguatan kompetensi diri bertanggung-jawab dengan tugas-tugas
dan memahami posisi dan fungsinya dalam tim. Pembelajaran kejuruan tidak cukup
belajar menguasai kompetensi secara individu tetapi perlu belajar dalam kelompok.
Pendidikan Kejuruan sebagai pendidikan untuk dunia kerja sangat penting fungsi dan
posisinya dalam memenuhi tujuan kebijakan ketenagakerjaan. Kebijakan ketenagakerjaan
suatu negara diharapkan mencakup lima hal pokokyaitu: (1) memberi peluang kerja untuk
semua angkatan kerja yang membutuhkan; (2) pekerjaan tersedia seimbang dan merata di
setiap daerah dan wilayah; (3) memberi penghasilan yang mencukupi sesuai dengan
kelayakan hidup dalam bermasyarakat; (4) pendidikan dan pelatihan mampu secara penuh
mengembangkan semua potensi dan masa depan setiap individu; (5) matching man and
jobs dengan kerugian-kerugian minimum, pendapatan tinggi dan produktif. Kebijakan
ketenagakerjaan tidak boleh memihak hanya pada sekelompok atau sebagian dari
masyarakatnya. Jumlah dan jenis-jenis lapangan pekerjaan tersedia, tersebar merata,
seimbang, dan layak untuk kehidupan seluruh masyarakat. Pendidikan kejuruan menjadi
tidak efisien jika lapangan pekerjaan tidak tersedia merata dan seimbang bagi lulusannya.
KTSP SMK Negeri 2 Cibinong dikembangkan atas teori Efisiensi Sosial dan
Pendidikan Demokratis, “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan
teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum), pembelajaran
berbasis kerja, pembelajaran berbasis produksi, danpembelajaran berbasis pemecahan
11
masalah. Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai
standar minimal warga negara yang dirinci menjadi standar kompetensi lulusan, standar isi,
standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum
berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi
peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,
berketerampilan, dan bertindak.
KTSP SMK Negeri 2 Cibinong menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru
dalam bentuk proses belajar mengajar yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran
teori di kelas, pembelajaran pembuktian teori di laboratorium, pembelajaran skill di
bengkel/studio/workshop/kebun dsb, pembelajaran ketrampilan kerja di tempat kerja (DU-
DI, Teaching factory, Business centre); dan (2) pengalaman belajar langsung di dunia kerja
untuk membangun kebiasan kerja. Demikian juga dengan pembelajaran langsung di
masyarakat sesuai dengan latar belakang, karakteristik, kompetensi keahlian dan
kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik
menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi
hasil kurikulum.
3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
3) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
4) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
5) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Peraturan Pemerintah Nomor
13 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
6) Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahum 2008 tentang Guru
7) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 16 tahun
2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru
8) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 40 tahun
2008 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Menengah Kejuruan /
Madras Aliah (SMK /MAK)
9) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah
10) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar Dan Menengah
12
11) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22.Tahun
2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah
12) Permendikbud Nomor 80 tahun 2013 tentang Pendidikan Universal
13) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 60 tahun
2014 tentang Kurikulum SMK
14) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 61 tahun
2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan dasar dan
Menengah
15) Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4678/D/KEP/MK/2016 tentang Spektrum
Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan;
16) Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 130/D/KEP/KR/2017 tentang Struktur Kurikulum
Pendidikan Dasar dan Menengah.
17) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 tahun
2014 tentang Ekstra Kurikuler
18) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63 tahun
2014 tentang Kepramukaan
19) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 tahun
2014 tentang Peminatan
20) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 tahun 2014 tentang
Pemberlakukan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013
21) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 Tentang
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar Menengah
22) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014 Tentang
Bimbingan dan Konsellng pada Pendidikan Dasar dan Menengah
23) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan
24) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2017 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan
25) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2016 Tentang Komite Sekolah
26) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun
2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah
27) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 082 Tahun
2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan
Satuan Pendidikan
28) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No 23 tahun 2015
Tentang penumbuhan budi pekerti
29) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 18 tahun
2016 tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah Bagi Siswa Baru
13
30) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 28 Tahun 2016 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah
31) Surat Edaran Bersama Menteri Dalam Negeri dan Mendikbud No: 420/176/SJ dan
No: 0258 /MP.A/KR /2014 tentang implementasi kurikulum 2013
32) Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Nomor:
253/Kep.D/Kr/2017 Tanggal: 7 April 2017 Tentang Sekolah Menengah
Kejuruan Pelaksana Kurikulum 2013 Penetapan Satuan Pendidikan Pelaksana
Kurikulum 2013 Tahun 2017
33) Surat Edaran Direktur Jendral Pendidikan islam No: SE/DJ.I/PP.00/143/2015 tentang
implementasi kurikulum 2013 PAI
34) Keputusan Drektorat Jendral Pendidikan Menengah Nomor: 7013/D/P/2013 Tentang
Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan
35) Peraturan Bersama Dirjen Pendidikan Dasar Dan Dirjen Pendidikan Menengah
(Nomor:5496/C/KR/2014 dan Nomor 7915/D/KP/2014) Tentang Juknis Pemberlakuan
Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah
36) Pergub Jabar No. 69-2013 tentang mulok bahasa sunda
37) Pergub Jabar No 25 Thn 2007 Tentang PLH
14
10. Pembelajaran berbasis alat nyata dan multimedia;
11. Pembelajaran memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap
peserta didik, dan
12. Pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidiscipline).
No Nama Jabatan
1 Juniartini, S.Pd Kepala Sekolah/ Penanggung Jawab
2 DR. Charles Butar Butar, MM, M.Pd Nara Sumber/ Pengawas Pembina
3 Heri Muliadi Sasmita, M.Pd Nara Sumber/ Dinas Pendidikan Prov. Jawa Barat
4 DRS. Herry Syahriban, MM Nara Sumber/ Dinas Pendidikan Prov. Jawa Barat
5 Jaini, S.Pd Nara Sumber/ Komte Sekolah
6 Sulistyorini,S.Pd Waka. Kurikulum/Ketua Tim
7 Ka.Kompetensi Keahlian /Kordinator Perbankan
15
No Nama Jabatan
dan Keuangan Mikro
8 Ir. Dadang Suedarsana, M.Pd Kaur. TU /Anggota
9 Eka Juliana Maharani,S.Pd Guru BP-BK/ Anggota
10 Citra Sekarpramanik,S.Pd Guru Mapel/ Anggota
11 Iwan Sutrisno,S.PdI Guru Mapel/ Anggota
12 Dede,S.Pd Guru Mapel/ Anggota
13 Nining Setyaningsih,S.Pd Guru Mapel/ Anggota
14 Sumaryanto,S.Pd Guru Mapel/ Anggota
15 Azis Iskandar,S.Pd Guru Mapel/ Anggota
16 Dra.Tati Sumartini Guru Mapel/ Anggota
17 Heri Prasetyo,S.T Guru Mapel/ Anggota
18 Rita Nurhayati,S.Pd Guru Mapel/ Anggota
19 Peni Febiyanti,S.Pd Guru Mapel/ Anggota
Validasi –
Sinkronisasi
dengan DU/DI
Tahapan pengembangan KTSP SMK berdasarkan Gambar di atas dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1. Analisis SWOT potensi SMK dan wilayah tempat sekolah didirikan dilakukan untuk
menemukan kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan SMK terkait potensi
sekolahnya dan potensi wilayah. SMK membuat analisis sehingga menemukan strategi
bagaimana: (1) menggunakan kekuatan (S) yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang
(O) yang ada di lingkungannya; (2) menggunakan kekuatan (S) yang dimiliki untuk
menghindari ancaman (T); (3) menghilangkan kelemahan (W) dengan memanfaatkan
peluang (O); (4) meminimalkan kelemahan (W) dengan menghindari ancaman (T).
16
2. Need Assessment dilakukan sebagai studi analisis kebutuhan kompetensi kerja tenaga
kerja tingkat menengah yang dibutuhkan di suatu daerah dengan mempertimbangkan
Standar Kompetensi Kerja yang berlaku baik tingkat nasional, regional dan
internasional. Studi ini diperkuat dengan studi pelacakan (tracer study) lulusan yang
sudah bekerja dan analisis kebutuhan daerah.
3. Memperhatikan hasil-hasil analsis SWOT, need analysis, tracer study lulusan, dan
analisis kebutuhan wilayah maka dapat selanjutkan dirumuskan profil lulusan. Profil
lulusan menggambarkan peran dan fungsi yang diharapkan dapat dijalankan oleh
lulusan nantinya setelah memasuki dunia kerja dan berpartisipasi dalam pembangunan
di masyarakat selanjutnya disusun deskripsi kompetensi dasar seseuai profil lulusan;
4. Tim pengembang KTSP SMK pada masing-masing Kompetensi Keahlian, harus
mencermati Struktur Kurikulum sesuai Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor
130/D/KEP/KR/2017, deskripsi KI/KD setiap mata pelajaran C2 dan C3. Selanjutnya
deskripsi KD padan mata pelajaran C2 dan C3 diselaraskan dengan KD profil lulusan.
5. Kompetensi Dasar pada setiap mata pelajaran divalidasi dan di sinkronisasi dengan
industri pasangan
6. Silabus masing-masing Mata Pelajaran dikembangkan sesuai Standar Proses. Masing-
masing KD dideskripsikan indikator-indikatornya, cakupan materi, sumber belajar,
waktu yang diperkirakan dibutuhkan.
7. Pengembangan RPP Mata Pelajaran mengacu pada Silabus Mata Pelajaran. RPP
dikembangkan untuk setiap pasang KD.
8. RPP dirancang dan dilaksanakan dalam Pembelajaran Teori, Pembelajaran Praktik, dan
atau PKL sesuai karakteristik KD pada masing-masing Mata Pelajaran. PKL
dilaksnakan secara blok waktu diupayakan sepenuhnya untuk pengembangan
kompetensi pada silabus sesuai kebutuhan pengembangan SKL.
Naskah KTSP
Penetapan dan Pengesahan KTSP
SMK/MAK K-13(5)
SMK/MAK K-13(6)
17
K. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
Sistem penjaminan mutu pendidikan merupakan kesatuan unsur yang terdiri atas
organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur segala kegiatan untuk
meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah yang saling berinteraksi secara
sistematis, terencana dan berkelanjutan. SPMP meliputi Sistem Penjaminan Mutu Internal
(SPMI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME). Sistem Penjaminan Mutu Internal
Pendidikan Dasar dan Menengah, adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas kebijakan
dan proses yang terkait untuk melakukan penjaminan mutu pendidikan yang dilaksanakan
oleh setiap satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan menengah untuk menjamin
terwujudnya pendidikan bermutu yang memenuhi atau melampaui Standar Nasional
Pendidikan. Sistem Penjaminan Mutu Eksternal adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri
atas organisasi, kebijakan, dan proses yang terkait untuk melakukan fasilitasi dan penilaian
melalui akreditasi untuk menentukan kelayakan dan tingkat pencapaian mutu satuan
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Sistem Penjaminan Mutu Internal merupakan suatu siklus yang kontinu yang
dilaksanakan oleh Satuan Pendidikan dalam menjamin peningkatan mutu pendidikan
berkelanjutan serta terbangunnya budaya mutu pendidikan di sekolah. Dalam menjalankan
penjaminan mutu pendidikan di setiap satuan pendidikan merupakan upaya terpadu dan
sistematis antara seluruh pemangku kepentingan di sekolah yang meliputi Kepala Sekolah,
Guru, dan Tenaga Kependidikan/Tata Usaha, dan bekerja sama dengan komite sekolah.
Sistem penjaminan mutu pendidikan di sekolah dibagi menjadi lima tahapan yaitu:
1. Pemetaan mutu; penyusunan rencana peningkatan mutu
2. Implementasi rencana peningkatan mutu
3. Evaluasi/audit internal
4. Penetapan standar mutu pendidikan
Tugas Sekolah dalam kaitannya implementasi SPMI ini adalah:
1. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan mengembangkan SPMI
2. Menyusun dokumen SPMI
3. Membuat perencanaan peningkatan mutu yang dituangkan dalam Rencana Kerja
Sekolah
4. Melaksanakan pemenuhan mutu baik dalam pengelolaan satuan pendidikan maupun
proses pembelajaran
5. Menetapkan standar baru dan menyusun strategi peningkatan mutu berdasarkan hasil
monitoring dan evaluasi
6. Membentuk unit penjaminan mutu pada satuan
18
Hasil dari Sistem Penjaminan Mutu Internal adalah terjadinya peningkatan mutu
pendidikan pada level sekolah dari waktu ke waktu untuk setiap standar dari 8 SNP yang
telah ditetapkan. Keberhasilan SPMI di setiap satuan pendidikan ditunjukkan oleh
peningkatan skor dari setiap standar setiap kali dilakukan penilaian.
Lembar Penetapan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I.Pendahuluan
A. Rasional
B. Tujuan KTSP SMK
C. Karakteristik KTSP SMK
D. Ruang Lingkup Penyusunan KTSP SMK
E. Prinsip pengembangan dan pengelolaan KTSP-SMK
F. Landasan Pengembangan KTSP
G. Tim Pengembangan KTSP SMK
H. Penyusunan KTSP SMK
I. Alur penyusunan KTSP-SMK
J. Sistem penjaminan Mutu Internal
K. Outline penulisan KTSP SMK
BAB II.Analisis Konteks Lingkungan Strategis dan Need Assessment
A. Tujuan Pendidikan
B. Tujuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
C. Visi Misi dan Tujuan SMK Negeri 2 Cibinong
D. Tujuan Kompetensi Keahlian Perbankan dan Keuangan Mikro
BAB IV. Kurikulum SMK Negeri 2 Cibinong Tahun Pelajaran 2017-2018 Bidang
Keahlian Bisnis dan Managemen, Program Keahlian Akuntansi dan Keuangan,
Kompetensi Keahlian Perbankan dan Keuangan Mikro
A. Profil Lulusan
B. SKL Komptensi Keahliann
C. Kompetensi Inti
D. Struktur dan Muatan KTSP
E. Muatan Lokal
F. Pengembangan Diri
G. Bimbingan dan Konseling
H. Rencana Pembelajaran
19
I. Penumbuhan Budi Pekerti
J. Pendidikan Kecakapan Hidup
K. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan global
L. Karakteristik Pembelajaran
M.Desain Pembelajaran
N. Pengembangan Silabus
O. Pelaksanaan Pembelajaran
P. Pengawasan Proses Pembelajaran
Q. Pelaksanaan dan pelaporan penilaian
R. Pelaksanaan dan pelaporan oleh satuan pendidikan
S. Pelaksanaan dan pelaporan penilaian oleh pemerintah
T. Ujian Mutu tingkat Kompetensi
U. Kenaikan Kelas
V. Kelulusan
W.Ketuntasan Belajar
BAB V. Kalender Pendidikan
A. Alokasi Waktu
B. Kalender Pendidikan
BAB VI Penutup
Lampiran
BAB II
ANALISIS KONTEKS
20
4. Threath (Ancaman) merupakan setiap faktor/kondisi negatif yang berasal dari luar
organisasi yang dapat mengakibatkan organisasi tersebut mengalami kehancuran,
kemunduran, atau jatuh ke kondisi yang lebih buruk. Ancaman atau tantangan dari
pihak luar yang mempengaruhi kondisi dan pengembangan sekolah serta menjadi
faktor tuntutan sehingga SMK Negeri 2 Cibinong melakukan tindakan / perubahan /
peningkatan kualitas
Langkah-langkah Penerapan analisis SWOT dilaksanakan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi STRENGTHS (Kekuatan), WEAKNESSES (Kelemahan),
OPPORTUNITIES (Peluang) dan THREATS (Ancaman) dari aspek-aspek yang akan
dinilai dalam organisasi sekolah, dengan sekup analisis, menyeluruh atau parsial.
Dalam melaksanakan analisis ini dilakukan analisis secara menyeluruh sesuai dengan
delapan standar nasional pendidikan.
2. Menyusun instrumen untuk melakukan assessment / pembobotan, yaitu menganalisis
secara kuwantitatif kekuatan dan kelemahan serta Peluang dan Ancaman dengan
menghitung bobot (skala 1 s.d 10) berdasar ada kepentinghan / urgensi, mendesaknya
serta pengaruhnya. Dari pembobotan ini muncul STRENGTHS (Kekuatan),
WEAKNESSES (Kelemahan), OPPORTUNITIES (Peluang) dan THREATS
(Ancaman) potensial.
3. Kwadran SWOT
Kwadran SWOT dilakukan untuk mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik
(x,y) pada kuadran SWOT. Dengan memperhatikan skor bobot pada langkah ke dua di
atas, titik kwadran dieroleh dengan melakukan pengurangan antara jumlah total faktor
S dengan W (titik x) dan faktor O dengan T (titik y). Jika ditarik garis panah dari titik O
ke (X,Y) diperoleh sebuah posisi yang memiliki makna :
a. Kuadran I (positif, positif):
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan
mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi,
memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
b. Kuadran II (positif, negatif):
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan
yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi,
artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan
berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus
berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi
disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.
c. Kuadran III (negatif, positif):
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi
21
disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama
dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus
memperbaiki kinerja organisasi.
d. Kuadran IV (negatif, negatif):
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan
besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya
kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi
disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal
agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya
membenahi diri.
4. Tarik kesimpulan dan susun strategi, kebijakan, program dan kegiatan berdasarkan hasil
analisis.
Strengths Weaknesses
Kode Kode
(Kekuatan) (Kelemahan)
Sekolah Negeri dibawah
S.1 W.1 Jumlah siswa sedikit
pengelolaan Disdik Prov Jabar
Memiliki lahan sekolah yang luas Minat pada program keahlian seni
S.2 W.2
dilokasi yang strategis musik klasik terbatas
Biaya operasional tinggi tidak
Memiliki prasarana sarana kosong
S.3 W.3 didukung adanya anggaran dari
belum dimanfaatkan
pemda Disdik Prov Jabar
Memiliki kesiapan melaksanakan SMK baru belum banyak memiliki
S.4 W.4
pembukaan program keahlian baru guru/ TU PNS / Tetap
Guru kejuruan seni musik
Telah dicanangkan menjadi SMK sebelumnya dibiayai pemda Kab.
S.5 W.5
rujukan Bogor sekarang harus dibiaya oleh
anggaran sekolah
Memiliki sarana praktik lengkap
Jumlah pendidik PNS masih kurang
S.6 untuk progra keahlian seni musik W.6
dipenuhi oleh pendidik honorer
klasik
22
Kode Opportunities (Peluang) Kode Threats (Ancaman)
23
Tuntutan kebutuhan calon tenaga
T2 kerja menengah yang berkualitas dan 9 8 8 25
siap bersaing di era global
Bantuan anggaran untuk pendidik dll
T3 dari pemda Kab Bogor tidak diberikan 8 7 7 22
lagi
Biaya operasional pendidikan dari
T4 Disdik Prov Jabar tidak mencukupi 10 10 10 30
biaya operasional pendidikan
Tantangan persaingan sekolah
T5 kejuruan menyediakan layanan 9 7 9 25
pendidikan berkualitas
Jumlah 46 41 43 130
24
Minat pada program keahlian seni
W.2 9 8 10 27
musik klasik terbatas
Biaya operasional tinggi tidak
W.3 didukung adanya anggaran dari 9 7 10 26
pemda Disdik Prov Jabar
SMK baru belum banyak memiliki
W.4 8 9 9 26
guru/ TU PNS / Tetap
Guru kejuruan seni musik
sebelumnya dibiayai pemda Kab.
W.5 9 8 10 27
Bogor sekarang harus dibiaya oleh
anggaran sekolah
Jumlah pendidik PNS masih
W.6 kurang dipenuhi oleh pendidik 9 7 10 26
honorer
Jumlah 54 48 59 161
O = 96,70
T = 86,67
S = 94,44
W = 89,44
25
Berdasar analisis di atas, upaya mengkaji peningkatan peran SMK Negri 2
Cibinong pada Tahun pelajaran 2017/2018 berada pada posisi yang sangat baik, yaitu
berada di Kuadran I (POSITIF, POSITIF) yang memiliki makna / menandakan bahwa smk
Negri 2 Cibinong memiliki Kekuatan dan peluang untuk meningkatkan perannya dalam
pengembangan sekolah, melalui penyusunan rencana dan strategi baru dengan
memanfaatkan kekuatan dan pekuang yang ada. Oleh karenya, sekolah disarankan untuk
segera merencanakan dan mengembangkan kebijakan peningkatan dan pengembangan
sekolah.
Rekomendasi strategi yang harus dilaksanakan adalah Progresif, artinya SMKN 2
Cibinong dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus
melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal
melalui pembukaan program keahlian baru.
Strengths (Kekuatan)
26
Peringkat Kode Uraian scor
Memiliki kesiapan melaksanakan pembukaan
2 S.4 30
program keahlian baru
Memiliki prasarana sarana kosong belum
3 S.3 29
dimanfaatkan
Memiliki lahan sekolah yang luas dilokasi yang
4 S.2 28
strategis
5 S.5 Telah dicanangkan menjadi SMK rujukan 27
Memiliki sarana praktik lengkap untuk
6 S.6 26
progra keahlian seni musik klasik
Opportunities (Peluang)
Kebijakan
Pengambilan kebijakan pengembangan SMK Negeri 2 Cibinong dilakukan melalui
kajian matrik analisis SWOT berikut:
MATRIK ANALISIS STRATEGI SWOT
Opportunities (Peluang)
Lingkungan Ekternal
Lingkungan Internal
27
Dari hasil analisis di atas, SMK Negeri 2 Cibinong dibawah pengelolaan Disdik
Prov Jabar telah dicanangkan menjadi SMK rujukan dan berada di bawah binaan P4TK
Bandung, memiliki kesiapan melaksanakan pembukaan program keahlian baru. Memiliki
lahan sekolah yang luas dan prasarana sarana yang belum dimanfaatkan dan dapat
digunakan/dimanfaatkan untuk pengembangan program keahlian. Sementara ini SMKN 2
Cibinong memiliki program keahlian seni musik klasik dan dengan sarana praktik lengkap,
namun animo masyarakat untuk belajar di program keahlian tersebut rendah. Walaupun
demikian animo masyarakat untuk belajar di SMKN 2 Cibinong selain seni musik klasik
sangat besar, hal ini dibuktikan dengan berdatangannya calon siswa dan orangtua siswa
yang menanyakan program keahlian lain yang di buka di SMKN 2 Cibinong.
Dukungan institusi dan DU/DI untuk membuka program keahlian baru telah di
jajaki dan secara umum fihak instansi dan dunia industri memberikan dukungan yang baik,
kekuatan SMK Negeri 2 Cibinong untuk membuka program keahlian baru juga telah
didukungan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, BP3 Wilayah I, Disdik Provinsi
Jawa Barat dan Direktorat PSMK secara lisan pada saat tim pengkajian pengembangan
SMKN 2 Cibinong melaporkan hasil analisis ini. Dengan catatan SMK Negeri 2 Cibinong
tetap mengembangkan program keahlian seni musik klasik sebagai program keahlian
unggulan.
Dengan pembukaan program keahlian yang baru di SMK Negeri 2 Cibinong akan
memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas layanan pendidikan di SMK Negeri
2 Cibinong dan masyarakat serta kepentingan daerah dan nasonal dalam penyediaan
sumber daya manusia berkualitas.
Dengan penambahan program keahlian baru permasalahan sedikitnya jumlah siswa
yang berdampak pada rendahnya/ terbatasnya biaya operasional sekolah akan mulai
teratasi, sekolah dapat lebih leluasa menerapkan sistem pembiayaan subsidi silang.
Demikian halnya dengan berbagai bantuan berupa Ruang kelas baru, ruang praktik, sarana
praktikum sampai biaya operasional sekolah dari pemerintah pusat da daerah akan
meningkat. Dengan peningkatan anggaran ini maka sekolah akan mampu menutupi biaya
operasional tetap untuk pembelajaran, honor guru, pemeliharaan gedung bangunan dan
lainnya, sehingga harapan SMK Negeri 2 Cibinong menjadi SMK rujukan dan SMK
keunggulan pada program keahlian seni musik klasik dapat terealisasi. Secara luas,
penambahan program keahlian baru juga memberikan kesempatan lebih luas pada
masyarakat untuk belajar di sekolah yan memiliki sarana prasarana lebih baik. Tuntutan
kebutuhan calon tenaga kerja menengah yang berkualitas dan siap bersaing di era global
akan dapat terwujud melalui pendidikan dan pelatihan yang baik di SMKN 2 Cibinong.
28
Penambahan program keahlian baru merupakan sebuah tuntutan yang realistis dan
memiliki dampak positif, karenanya dilakukan langkah-langkah untuk menuju hal tersebut,
sebagai berikut:
tidak
Verifika
B. Need AssessmentsiTracer Study
Lengkap
Need Assessment dilakukan sebagai studi analisis kebutuhan kompetensi kerja tenaga
Penerimaan
kerja tingkat menengah yang dibutuhkan di suatu daerah dengan mempertimbangkan
Peserta Dididk
Standar Kompetensi Kerja yang berlaku baik tingkat nasional, regional dan internasional.
Studi ini diperkuat dengan studi pelacakan (tracer study) lulusan yang sudah bekerja dan
analisis kebutuhan daerah.
Perbankan adalah salah satu sektor yang diharapkan berperan aktif dalam
menunjang kegiatan pembangunan nasional atau regional. Peran itu diwujudkan dalam
fungsi utamanya sebagai lembaga intermediasi atau institusi perantara antara debitor dan
kreditor. Dengan demikian, pelaku ekonomi yang membutuhkan dana untuk menunjang
kegiatannya dapat terpenuhi dan kemudian roda perekonomian bergerak. Tumbuhnya
perbankan di perkotaan sampai pelosok desa tentu saja mendorong tumbuhnya kebutuhan
tenaga kerja d bidang perbankan. Demikian halnya dengan Lembaga Keuangan Mikro
29
atau Micro Finance Institution merupakan lembaga yang melakukan kegiatan penyediaan
jasa keuangan kepada pengusaha kecil dan mikro serta masyarakat berpenghasilan rendah
yang tidak terlayani oleh Lembaga Keuangan formal dan yang telah berorientasi pasar
untuk tujuan bisnis, Pesatnya Lembaga Keuangan Mikro tentu juga mendorong terhadap
kebutuhan tenga kerja dibidang perbankan dan lembaga keuangan mikro.
Program keahlian perbankan dan ekonomi mikro merupakan program keahlian baru
yang merupakan pengembangan program keahlian perbankan pada spektrum sebelumnya.
Dengan pembukaan program keahlian ini, lulusan diharapkan mampu bekerja di lembaga
lembaga keuangan baik Bank maupun Lembaga Keuangan Mikro seperti koperasi, Bank
perkreditan, jasa keuangan dan lainnya. Selain itu lulusan juga dapat melanjutkan
pendidikan di jenjang yang lebih tinggi.
BAB III
VISI, MISI DAN TUJUAN PENDDIKAN
A. Tujuan Pendidikan
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watakserta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupanbangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusiayang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
sertabertanggung jawab.
30
B. Tujuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
1. Mempersiapkan siswa menjadi manusia produktif, kompetitif dan mampu bekerja
mandiri, dan dapat diserap oleh DU/DI sebagai tenaga kerja tingkat menengah pada
Paket Keahlian yang dimilikinya.
2. Memberikan bekal kepada siswa agar mampu berkarir, ulet dan giat dalam
berkompetisi, mampu beradaptasi di lingkungan kerja dan dapat mengembangkan
sikap profesional sesuai Paket Keahlian yang dimilikinya
3. Membekali siswa dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan wawasan
enterpreneur agar mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik secara
mandiri maupun melanjutkan pada jenjang pendidikan lebih tinggi.
VISI
Mewujudkan SMKN 2 Cibinong Sebagai Sekolah Berbasis Budaya Lokal dan
Nasional Bertaraf Internasional, Menghasilkan Lulusan yang Cerdas dan kompeten
dilandasi Imtaq.
MISI
1. Mengintegrasikan kompetensi berbasis imtaq pada semua mata pelajaran
2. Mengembangkan sistem pembelajaran berbasis teknologi informasi
3. Melaksanakan pembelajaran dengan sistim individual, mastery learning, modular
system, production based training (PBT), dan competency based training (CBT)
4. Menjadikan musik klasik sebagai landasan dalam penyajian musik local.
5. Mengembangkan materi musik local berbasis musik klasik sebagai landasan karya
6. Mengembangkan kegiatan apresiasi untuk meningkatankan kompetensi.
7. Menjalin kerjasama antar pemangku kepentingan (stakeholder) dengan dunia usaha
dan dunia industry di bidang seni musik.
8. Menciptakan suasana harmonis dan kekeluargaan bagi semua warga sekolah.
Tujuan
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
31
D. Tujuan Kompetensi Keahlian Perbankan dan Keuangan Mikro
a. Mempersiapkan siswa menjadi manusia produktif, kompetitif dan mampu bekerja
mandiri, dan dapat diserap oleh DU/DI sebagai tenaga kerja tingkat menengah pada
Kompetensi Keahlian Perbankan dan Keuangan Mikro
b. Memberikan bekal kepada siswa agar mampu berkarir, ulet dan giat dalam
berkompetisi, mampu beradaptasi di lingkungan kerja dan dapat mengembangkan
sikap profesional pada Kompetensi Keahlian Perbankan dan Keuangan Mikro
c. Membekali siswa dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan wawasan
enterpreneur pada Kompetensi Keahlian Perbankan dan Keuangan Mikro agar
mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik secara mandiri maupun
melanjutkan pada jenjang pendidikan lebih tinggi.
BAB IV
KURIKULUM SMK NEGERI 2 CIBINONG
TAHUN PELAJARAN 2017-2018
BIDANG KEAHLIAN BISNIS DAN MANAGEMEN
PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
KOMPETENSI KEAHLIAN PERBANKAN DAN KEUANGAN MIKRO (111)
32
3. Menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta memiliki keterampilan
sesuai dengan kebutuhan pembangunan;
4. Memiliki kemampuan produktif sesuai dengan bidang keahliannya baik untuk
bekerja pada pihak lain atau berwirausaha, dan
5. Berkontribusi dalam pengembangan industri Indonesia yang kompetitif menghadapi
pasar global.
2. Dimensi Pengetahuan
Berfikir secara faktual, konseptual, operasional dasar, prinsip, dan metakognitif
sesuai denganbidang dan lingkup kerjapada tingkat teknis, spesifik, detil, dan
kompleks, berkenaan dengan:
1) ilmu pengetahuan,
2) teknologi,
3) seni,
4) budaya, dan
5) humaniora
dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah,
dunia kerja, warga masyarakat lokal, nasional, regional, dan internasional.
3. Dimensi Keterampilan
Bertindak produktif, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif dalam:
33
1) melaksanakan tugas dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur
kerja yang lazim dilakukan serta menyelesaikan masalah sederhana sesuai
dengan bidang kerja, dan
2) menampilkan kinerja mandiri dengan pengawasan langsung atasan
berdasarkan kuantitas dan kualitas terukur sesuai standar kompetensi kerja,
dan dapat diberi tugas membimbing orang lain.
C. Kompetensi Inti
Sebagaimana tertuang pada rumusan SKL, kompetensi yang bersifat generik
mencakup 3 (tiga) ranah yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ranah sikap dipilah
menjadi sikap spiritual dan sikap sosial. Pemilahan ini diperlukan untuk menekankan
pentingnya keseimbangan fungsi sebagai manusia seutuhnya yang mencakup aspek
spiritual dan aspek sosial sebagaimana diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional.
Dengan demikian kompetensi yang bersifat generik tersebut diuraikan menjadi empat
yaitu kompetensi inti sikap spiritual disebut KI-1, kompetensi inti sikap sosial disebut KI-
2, kompetensi inti pengetahuan disebut KI-3, dan kompetensi inti keterampilan disebut KI-
4. Uraian Kompetensi Inti untuk program pendidikan 3 tahun dan 4 tahun pada SMK
disajikan dalam Tabel berikut:
KOMPETENSI
DESKRIPSI KOMPETENSI
INTI
Sikap Spritual
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
(KI-1)
Sikap Sosial Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli
(KI-2) (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), bertanggung-jawab,
responsif, dan proaktif melalui keteladanan, pemberian nasehat,
penguatan, pembiasaan, dan pengkondisian secara berkesinambungan
serta menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
Pengetahuan Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang
(KI-3) pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif
sesuai dengan bidang dan lingkup kerja pada tingkat teknis, spesifik,
detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri
sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat
nasional, regional, dan internasional.
34
KOMPETENSI
DESKRIPSI KOMPETENSI
INTI
Keterampilan Melaksanakan tugas spesifik, dengan menggunakan alat, informasi, dan
(KI-4) prosedur kerja yang lazim dilakukan serta menyelesaikan masalah
sederhana sesuai dengan bidangkerja.
Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang
terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkanketerampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif,
kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif
dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah
pengawasan langsung.
Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan,
gerak mahir, menjadikan gerak alami, dalam ranah konkret terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
35
ALOKASI
MATA PELAJARAN
WAKTU
A. Muatan Nasional
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 318
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 212
3. Bahasa Indonesia 354
4. Matematika 424
5. Sejarah Indonesia 108
6. Bahasa Inggris danBahasa Asing Lainnya 352
B. Muatan Kewilayahan
7. Seni Budaya 108
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 144
9 Muatan Lokal: Bahasa Sunda 72
10 Pendalaman Minat:
Praktik Kerja Lapangan
1. Kunjungan Industri
Guru Tamu
Jumlah A danB 2.092
C. Muatan Peminatan Kejuruan
C1. Dasar Bidang Keahlian
11 Simulasi dan Komunikasi Digital 108
12 Ekonomi Bisnis 72
13 Administrasi Umum 72
14 IPA 72
C2. Dasar Program Keahlian
15 Etika Profesi 72
15 Aplikasi Pengolah Angka/Spreadsheet 108
17 Akuntansi Dasar 180
18 Perbankan Dasar 108
C3. Kompetensi Keahlian
19 Pengelolaan Kas 144
20 Layanan Lembaga Perbankan dan Keuangan Mikro 488
21 Akuntansi Perbankan dan Keuangan Mikro 454
22 Komputer Akuntansi 348
23 Administrasi Pajak 280
24 Produk Kreatif dan Kewirausahaan 350
Jumlah C (C1, C2, dan C3) 2.856
Total 4.876
36
KELAS
MATA PELAJARAN X XI XII XIII
1 2 1 2 1 2 1 2
A.Muatan Nasional
1. Pendidikan Agama dan BudiPekerti 3 3 3 3 3 3 - -
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2 - -
3. Bahasa Indonesia 4 4 3 3 3 3 - -
4. Matematika 4 4 4 4 4 4 - -
5. Sejarah Indonesia 3 3 - - - - - -
6. Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya 3 3 3 3 4 4 - -
B.Muatan Kewilayahan
7. Seni Budaya 3 3 - - - - - -
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 2 2 2 2 - - - -
9 Muatan Lokal: Bahasa Sunda 2 2
10 Pendalaman Minat:
Praktik Kerja Lapangan
2. Kunjungan Industri
Guru Tamu
Jumlah A dan B 26 26 17 17 16 16 - -
C.Muatan Peminatan Kejuruan
C1.Dasar Bidang Keahlian
Simulasi dan Komunikasi Digital 3 3 - - - - - -
Ekonomi Bisnis 2 2 - - - - - -
Administrasi Umum 2 2 - - - - - -
IPA 2 2 - - - - - -
C2.Dasar Program Keahlian
Etika Profesi 2 2 - - - - - -
Aplikasi Pengolah Angka/Spreadsheet 3 3 - - - - - -
Akuntansi Dasar 5 5 - - - - - -
Perbankan Dasar 3 3 - - - - - -
C3.Kompetensi Keahlian
Pengelolaan Kas - - 4 4 - - - -
Layanan Lembaga Perbankan dan Keuangan
- - 6 6 8 8 - -
Mikro
Akuntansi Perbankan dan Keuangan Mikro - - 6 6 7 7 - -
Komputer Akuntansi - - 4 4 6 6 - -
Administrasi Pajak - -
4 4 4 4 - -
Produk Kreatif dan Kewirausahaan 5 5 5 5 - -
Jumlah C (C1, C2, dan C3) 22 22 29 29 30 30 - -
Total 48 48 46 46 46 46 - -
1. Beban belajar di Sekolah Menengah Kejuruan dinyatakan dalam jam pelajaran per
minggu. Beban belajar satu minggu Kelas X, XI, XII, dan XIII adalah 46 jam
pelajaran. Durasi setiap satu jam pelajaran adalah 45 menit.
37
2. Beban belajar di Kelas X dan XIdalam satu semester 18 minggu.
3. Beban belajar di kelas XII dan XIII pada semester ganjil 18 minggu.
4. Beban belajar di kelas XII dan XIII pada semester genap paling sedikit 14 minggu
dan paling banyak 16 minggu.
Setiap satuan pendidikan SMK boleh menambah jam belajar per minggu berdasarkan
pertimbangan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial,
budaya, dan faktor lain yang dianggap penting.
F. Peminatan
Harapan dari implementasi kurikulum 2013 adalah; 1) menyiapkan peserta didik
sukses dalam menghadapi tantangan kehidupan di era globalisasi; 2) memberikan
kesempatan peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya sesuai
dengan kesempatan dan layanan pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah; 3)
menuntut adanya kolaborasi antara Guru Mapel, Guru BK/Konselor dan Orang Tua dalam
mengoptimalkan perkembangan peserta didik; 4) proses pendidikan mengarah kepada
orientasi perkembangan dan pembudayaan peserta didik.
Pengembangan kurikulum 2013 dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan
dan didalamnya terdapat perubahan program yang berkaitan langsung dengan layanan
bimbingan dan konseling dan penguasaan vokasional atau keterampilan di SMK, yaitu
peminatan peserta didik. Dengan peminatan berarti memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan kemampuan dan minat.Hal ini tergambar dan secara dapat dilihat
pad Struktur Kurikulum yang membolehkan peserta didik melakukan pilihan Peminatan
Kelompok Mapel, Lintas Mapel, dan/atau Pendalaman Mapel.
Peminatan adalah proses yang berkesinambungan, yang harus berpijak pada kaidah-
kaidah dasar yang secara eksplisit dan implisit, terkandung dalam kurikulum. Pelayanan
peminatan peserta didik membantu dalam memilih dan menetapkan mata pelajaran yang
diikuti pada sma/ma dan smk, memahami dan memilih arah pengembangan
karir,menyiapkan diri serta memilih pendidikan lanjutan sampai ke perguruan tinggi, sesuai
dengan potensi dirinya, kelompok mata pelajaran peminatanmemberikan kesempatan
peserta didik mengembangkan minatnyadalam kelompok mata pelajaran sesuai dengan
minat keilmuannya di perguruan tinggi, dan terhadap suatu disiplin ilmu atau keterampilan
tertentu.
Peminatan dapat menimbulkan masalah bagi peserta didik yang tidak mampu
menentukan pilihan peminatansecara tepat, dampaknya kesulitan belajar dan
kecenderungan gagal dalam belajar. Karenanya penetapan peminatan peserta didik
hendaknya sesuai dengan potensi diri, minat dankecenderungan pilihan peserta didik,agar
proses dan hasil belajar baik.Pelayanan peminatan peserta didik diharapkan dilaksanakan
38
dengan upaya advokasi dan fasilitasi perkembangan peserta didik agar mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara sehingga mencapai perkembangan optimum, bukan sebatas
tercapainya prestasi sesuai dengan kapasitas intelektual dan minat yang dimilikinya,
melainkan sebuah kondisi perkembangan siswa mampu mengambil pilihan dan keputusan
secara sehat bertanggungjawab,serta memiliki daya adaptasi tinggi terhadap dinamika
kehidupan memilih dan menentukan arah peminatan peserta didikadalah sebuah proses
yang akan melibatkan serangkaian pengambilan pilihan dan keputusan didasarkan atas
pemahaman potensi diri dan peluang yang ada di lingkungannya. Peminatan di SMK
Negeri 2 Cibinong dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Peminatan dilaksanakan pada saat pelaksanaan penerimaan siswa baru. Paket yang
dipilih terdiri dari Kompetensi Keahlian Musik Klasik, Perbankan dan Keuangan
Mikro , Produksi dan Siaran Program Televisi, dan Animasi
2. Peserta didik mendaftar, mengambil formulir peminatan. Pengisian dapat dilakukan
dirumah dan dengan persetujuan Orang Tua.
3. Peserta didik mengembalikan formulir peminatan belajar yang telah diisi lengkap
kepada Tim Peminatan yang dikoordinir oleh Guru Bimbingan dan Konseling
4. Peminatan dilaksanakan oleh Tim yang diketuai oleh Ketua Program dan
beranggotakan Wali Kelas, Guru Bimbingan dan Konseling, serta guru lain sesuai
kebutuhan. Tim melakukan seleksi administrasi dan wawancara peminatan belajar.
Jika diperlukan sesuai kebutuhan dapat melakukan pemeriksaan fisik/kesehatan
peserta didik.
5. Penetapan peminatan belajar peserta didik ditetapkan dalam sidang penetapan
peminatan belajar peserta didik dipimpin oleh Kepala Sekolah.
6. Bagi peserta didik yang tidak dapat diterima peminatannya sesuai dengan pilihan,
dilakukan konsultasi bersama antara Wali Kelas, Guru bimbingan dan konseling,
Ketua Program dengan peserta didik dan orang tua.
7. Hasil penetapan peminatan belajar peserta didik diumumkan secara tertulis dan
terbuka. Peserta didik dikelompokkan berdasarkan peminatan belajarnya
Dalam konteks ini bimbingan dan konseling membantu peserta didik
untukmemahami diri, menerima diri, mengarahkan diri, mengambil keputusan diri,
merealisasikan keputusannyasecara bertanggung jawab.Bimbingan dan konseling
membantu peserta didik perkembangan optimal,kemandirian,menyelesaikan permasalahan
serta memilih, meraih dan mempertahankan kariruntuk kehidupan produktif ,
kreatif,inovatif,afektif dan sejahtera. Proses peminatan digambarkan dalam tabel berikut.
39
Nilai Prestasi Prestasi Non Minat
UN SMP Belajar Akademik Siswa
G. Muatan Lokal
Muatan lokal, sebagaimana dimaksud dalam Penjelasan Atas Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan bahan kajian yang
dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di daerah
tempat tinggalnya. Dalam Pasal 77 N Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
dinyatakan bahwa : (1) Muatan lokal untuk setiap satuan pendidikan berisi muatan dan
proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal; (2) Muatan lokal dikembangkan
dan dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan.
Selanjutnya, dalam Pasal 77 antara lain dinyatakan bahwa : (1) Pemerintah daerah
provinsi melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan
menengah; (2) Pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan koordinasi dan supervisi
pengelolaan muatan lokal pada pendidikan dasar; (3) Pengelolaan muatan lokal meliputi
penyiapan, penyusunan, dan evaluasi terhadap dokumen muatan lokal, buku teks pelajaran,
dan buku panduan guru; dan (4) Dalam hal seluruh kabupaten/kota pada 1 (satu) provinsi
sepakat menetapkan 1 (satu) muatan lokal yang sama, koordinasi dan supervisi pengelolaan
kurikulum pada pendidikan dasar dilakukan oleh pemerintah daerah provinsi.
Muatan lokal sebagai bahan kajian yang membentuk pemahaman terhadap potensi di
daerah tempat tinggalnya bermanfaat untuk memberikan bekal sikap, pengetahuan, dan
keterampilan kepada peserta didik agar:
1. mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya;
2. memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai
daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada
umumnya; dan
40
3. memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang
berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur
budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
Pelaksanaan muatan lokal diimplementasikan melalui pedoman yang disusun oleh
sekolah.Pedoman muatan lokal merupakan acuan bagi satuan pendidikan (guru, kepala
sekolah, dan komite sekolah) dalam pengembangan muatan lokal oleh masing- masing
satuan pendidikan.Ruang lingkup muatan lokal adalah sebagai berikut:
1. Lingkup keadaan dan kebutuhan daerah.
Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang pada
dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan
lingkungan sosial budaya.Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan
oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan
peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah
perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan. Kebutuhan daerah
tersebut adalah seperti kebutuhan untuk:
a. melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah;
b. meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu sesuai dengan
keadaan perekonomian daerah;
c. meningkatkan penguasaan Bahasa Inggris untuk keperluan peserta didik dan
untuk mendukung pengembangan potensi daerah, seperti potensi pariwisata;
dan
d. meningkatkan kemampuan berwirausaha.
2. Lingkup isi/jenis muatan lokal.
Lingkup isi/jenis muatan lokal dapat berupa: bahasa daerah, bahasa Inggris,
kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan
tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap
perlu untuk pengembangan potensi daerah yang bersangkutan.
Pengembangan muatan lokal memperhatikan beberapa prinsip pengembangan sebagai
berikut.
1) Utuh
Pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan pendidikan
berbasis kompetensi, kinerja, dan kecakapan hidup.
2) Kontekstual
Pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan budaya,
potensi, dan masalah daerah.
3) Terpadu
Pendidikan muatan lokal dipadukan dengan lingkungan satuan pendidikan,
termasuk terpadu dengan dunia usaha dan industri.
41
4) Apresiatif
Hasil-hasil pendidikan muatan lokal dirayakan (dalam bentuk pertunjukkan,
lomba-lomba, pemberian penghargaan) di level satuan pendidikan dan daerah.
5) Fleksibel
Jenis muatan lokal yang dipilih oleh satuan pendidikan dan pengaturan
waktunya bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan karakteristik satuan
pendidikan.
6) Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan muatan lokal tidak hanya berorientasi pada hasil belajar, tetapi juga
mengupayakan peserta didik untuk belajar secara terus- menerus.
7) Manfaat
Pendidikan muatan lokal berorientasi pada upaya melestarikan dan
mengembangkan budaya lokal dalam menghadapi tantangan global.
Strategi Pengembangan Muatan Lokal, dilaksanakan melalui dua strategi dalam
pengembangan muatan lokal, yaitu:
1. Dari bawah ke atas (bottom up)
Penyelenggaraan pendidikan muatan lokal dapat dibangun secara bertahap tumbuh
di dan dari satuan-satuan pendidikan.Hal ini berarti bahwa satuan pendidikan diberi
kewenangan untuk menentukan jenis muatan lokal sesuai dengan hasil analisis
konteks.Penentuan jenis muatan lokal kemudian diikuti dengan penyusunan
kurikulum yang sesuai dengan identifikasi kebutuhan dan/atau ketersediaan sumber
daya pendukung.Jenis muatan lokal yang sudah diselenggarakan satuan pendidikan
kemudian dianalisis untuk mencari dan menentukan bahan kajian umum/
besarannya.
42
Identifikasi konteks kurikulum meliputi analisis ciri khas, potensi, keunggulan,
kearifan lokal, dan kebutuhan/tuntutan daerah. Metode identifikasi dan analisis
disesuaikan dengan kemampuan tim.
2. Menentukan jenis muatan lokal yang akan dikembangkan.
Jenis muatan lokal meliputi empat rumpun muatan lokal yang merupakan
persinggungan antara budaya lokal (dimensi sosio-budaya-politik), kewirausahaan,
pra-vokasional (dimensi ekonomi), pendidikan lingkungan, dan kekhususan lokal
lainnya (dimensi fisik).
a. Budaya lokal mencakup pandangan-pandangan yang mendasar, nilai-nilai sosial,
dan artifak-artifak (material dan perilaku) yang luhur yang bersifat lokal.
b. Kewirausahaan dan pra-vokasional adalah muatan lokal yang mencakup
pendidikan yang tertuju pada pengembangan potensi jiwa usaha dan
kecakapannya.
c. Pendidikan lingkungan & kekhususan lokal lainnya adalah mata pelajaran muatan
lokal yang bertujuan untuk mengenal lingkungan lebih baik, mengembangkan
kepedulian terhadap lingkungan, dan mengembangkan potensi lingkungan.
d. Perpaduan antara budaya lokal, kewirausahaan, pra-vokasional, lingkungan
hidup, dan kekhususan lokal lainnya yang dapat menumbuhkan suatu kecakapan
hidup.
3. Menentukan bahan kajian muatan lokal
Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan
muatan lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajian sesuai dengan dengan
keadaan dan kebutuhan satuan pendidikan. Penentuan bahan kajian muatan lokal
didasarkan pada kriteria berikut:
a. kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik;
b. kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan;
c. tersedianya sarana dan prasarana;
d. tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa;
e. tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan;
f. kelayakan yang berkaitan dengan pelaksanaan di satuan pendidikan;
g. karakteristik yang sesuai dengan kondisi dan situasi daerah;
h. komponen analisis kebutuhan muatan lokal (ciri khas, potensi, keunggulan, dan
kebutuhan/tuntutan);
i. mengembangkan kompetensi dasar yang mengacu pada kompetensi inti;
j. menyusun silabus muatan lokal.
Rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam pengembangan muatan lokal:
43
1. Satuan pendidikan yang mampu mengembangkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar beserta silabusnya dapat melaksanakan mata pelajaran muatan
lokal. Apabila satuan pendidikan belum mampu mengembangkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar beserta silabusnya, maka satuan pendidikan dapat
melaksanakan muatan lokal berdasarkan kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh
satuan pendidikan, atau dapat meminta bantuan kepada satuan pendidikan terdekat
yang masih dalam satu daerahnya. Beberapa satuan pendidikan dalam satu daerah
yang belum mampu mengembangkannya dapat meminta bantuan tim pengembang
kurikulum daerah atau meminta bantuan dari Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP) di propinsinya.
2. Bahan kajian disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik yang
mencakup perkembangan pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial
peserta didik. Pembelajaran diatur agar tidak memberatkan peserta didik dan tidak
mengganggu penguasaan kurikulum nasional.Oleh karena itu, pelaksanaan muatan
lokal dihindarkan dari penugasan pekerjaan rumah (PR).
3. Program pengajaran dikembangkan dengan melihat kedekatannya dengan peserta
didik yang meliputi kedekatan secara fisik dan secara psikis. Dekat secara fisik
berarti bahwa terdapat dalam lingkungan tempat tinggal dan sekolah peserta didik,
sedangkan dekat secara psikis berarti bahwa bahan kajian tersebut mudah dipahami
oleh kemampuan berpikir dan mencerna informasi sesuai dengan usia peserta didik.
Untuk itu, bahan pengajaran perlu disusun berdasarkan prinsip belajar yaitu: (1)
bertitik tolak dari hal-hal konkret ke abstrak; (2) dikembangkan dari yang diketahui
ke yang belum diketahui; (3) dari pengalaman lama ke pengalaman baru; (4) dari
yang mudah/sederhana ke yang lebih sukar/rumit. Selain itu, bahan kajian/pelajaran
diharapkan bermakna bagi peserta didik yaitu bermanfaat karena dapat membantu
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
4. Bahan kajian/pelajaran diharapkan dapat memberikan keluwesan bagi guru dalam
memilih metode mengajar dan sumber belajar seperti buku dan nara sumber. Dalam
kaitan dengan sumber belajar, guru diharapkan dapat mengembangkan sumber
belajar yang sesuai dengan memanfaatkan potensi di lingkungan satuan pendidikan,
misalnya dengan memanfaatkan tanah/kebun satuan pendidikan, meminta bantuan
dari instansi terkait atau dunia usaha/industri (lapangan kerja) atau tokoh-tokoh
masyarakat. Selain itu, guru diharapkan dapat memilih dan menggunakan strategi
yang melibatkan peserta didik aktif dalam proses belajar mengajar, baik secara
mental, fisik, maupun sosial.
5. Bahan kajian muatan lokal yang diajarkan harus bersifat utuh dalam arti mengacu
kepada suatu tujuan pengajaran yang jelas dan memberi makna kepada peserta
44
didik. Namun demikian bahan kajian muatan lokal tertentu tidak harus secara terus-
menerus diajarkan mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI, atau dari kelas VII
sampai dengan kelas IX, atau dari kelas X sampai dengan kelas XII.Bahan kajian
muatan lokal juga dapat disusun dan diajarkan hanya dalam jangka waktu satu
semester, dua semester, atau satu tahun ajaran.
6. Alokasi waktu untuk bahan kajian/pelajaran muatan lokal perlu memperhatikan
jumlah hari/minggu dan minggu efektif untuk mata pelajaran muatan lokal pada
setiap semester.
Langkah pelaksanaan muatan lokal mengikuti rambu-rambu pelaksanaan
pendidikan muatan lokal di satuan pendidikan:
1. Muatan lokal diajarkan pada setiap jenjang kelas mulai dari tingkat pra satuan
pendidikan hingga satuan pendidikan menengah. Khusus pada jenjang pra satuan
pendidikan, muatan lokal tidak berbentuk sebagai mata pelajaran.
2. Muatan lokl dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri dan/atau bahan kajian
yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain dan/atau pengembangan diri.
3. Alokasi waktu adalah 2 jam/minggu jika muatan lokal berupa mata pelajaran khusus
muatan lokal.
4. Muatan lokal dilaksanakan selama satu semester atau satu tahun atau bahkan selama
tiga tahun.
5. Proses pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek (kognitif, afektif,
psikomotor, dan action).
6. Penilaian pembelajaran muatan lokal mengutamakan unjuk kerja, produk, dan
portofolio.
7. Satuan pendidikan dapat menentukan satu atau lebih jenis bahan kajian mata
pelajaran muatan lokal.
8. Penyelenggaraan muatan lokal disesuaikan dengan potensi dan karakteristik satuan
pendidikan.
9. Satuan pendidikan yang tidak memiliki tenaga khusus untuk muatan lokal dapat
bekerja sama atau menggunakan tenaga dengan pihak lain.
Daya dukung pelaksanaan muatan lokal meliputi segala hal yang dianggap perlu dan
penting untuk mendukung keterlaksanaan muatan lokal di satuan pendidikan. Beberapa hal
penting yang perlu diperhatikan adalah kebijakan mengenai muatan lokal, guru, sarana dan
prasarana, dan manajemen sekolah.
1. Kebijakan Muatan Lokal
Pelaksanaan muatan lokal harus didukung kebijakan, baik pada level pusat,
provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan. Kebijakan diperlukan dalam hal:
a. kerja sama dengan lembaga lain, baik pemerintah maupun swasta;
45
b. pemenuhan kebutuhan sumber daya (ahli, peralatan, dana, sarana dan lain-lain);
c. penentuan jenis muatan lokal pada level kabupaten/kota/provinsi sebagai muatan
lokal wajib pada daerah tertentu. Yang dimaksud daerah tertentu adalah daerah
yang memiliki kondisi khusus seperti: rawan konflik, rawan sosial, rawan
bencana, dan lain-lain.
2. Guru
Guru yang ditugaskan sebagai pengampu muatan lokal adalah yang memiliki:
a. kemampuan atau keahlian dan/atau lulusan pada bidang yang relevan;
b. pengalaman melakukan bidang yang diampu; dan
c. minat tinggi terhadap bidang yang diampu.
Guru muatan lokal dapat berasal dari luar satuan pendidikan, seperti: satuan
pendidikan terdekat, tokoh masyarakat, pelaku sosial-budaya, dan lain-lain.
3. Sarana dan Prasarana Sekolah
Kebutuhan sarana dan prasarana muatan lokal harus dipenuhi oleh satuan
pendidikan. Jika satuan pendidikan belum mampu memenuhi kebutuhan sarana dan
prasarana, maka pemenuhannya dapat dibantu melalui kerja sama dengan pihak
tertentu atau bantuan dari pihak lain.
4. Manajemen Sekolah
Untuk memfasilitasi implementasi muatan lokal, kepala sekolah:
a. menugaskan guru, menjadwalkan, dan menyediakan sumber daya secara khusus
untuk muatan local;
b. menjaga konsistensi pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran
umum dan muatan lokal khususnya; dan
c. mencantumkan kegiatan pameran atau sejenisnya dalam kalender akademik
satuan pendidikan.
Muatan lokal di dalam kurikulum SMK Negeri 2 Cibinong merupakan bagian dari
struktur dan muatan kurikulum, merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi peserta didik yang disesuaikan dengan ciri khas dan sumber daya sekolah di
Jawa Barat Khususnya Kabupaten Bogor. Muatan lokal tersebut meliputi:
1. Bahas sunda
Mengacu kepada Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa barat nomor:
423/2372-set.Disdik tanggal 26 Maret 2013 Perihal Pembelajaran Muatan lokal
Bahas Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/M.Ts, SMA/SMK/MA dan Surat Edaran
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa barat nomor: 423/15281-set. Disdik tanggal
5 Juli 2013 Perihal Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI-KD) Mata Pelajaran
Bahasa Daerah.
46
H. Lintas Minat
Lintas Minat adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi
perluasan pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik peserta didik dengan
orientasi penguasaan kelompok mata pelajaran keilmuan di luar pilihan minat. Pilihan
lintas minat atau pendalaman minat di SMK/MAK dapat dilakukan sesuai dengan sumber
daya pendidikan, dapat dilakukan pada Program Kejuruan dan Paket Kejuruan. Pilihan
lintas minat Program Kejuruan tersebut dapat dilakukan dengan mengambil mata pelajaran
di luar Program Kejuruan yang sudah dipilih, dalam Bidang Kejuruan yang sama.
Pilihan lintas minat Program Kejuruan dilaksanakan di Kelas X dengan beban paling
banyak 4 jam pelajaran per minggu. Pilihan lintas minat Paket Kejuruan dapat dilakukan
dengan mengambil mata pelajaran di luar Paket Kejuruan yang sudah dipilih, dalam
Program Kejuruan yang sama. Pilihan lintas minat Paket Kejuruan dilaksanakan di Kelas
XI dan Kelas XII dengan beban paling banyak 4 jam pelajaran per minggu.
Mata pelajaran lintas minat yang diambil oleh peserta didik pada kelas X, kelas XI,
kelas XII masing-masing sejumlah satu atau lebih mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan
peserta didik. Mata pelajaran lintas minat dan/atau pendalaman minat yang diambil oleh
peserta didik pada kelas XII sejumlah satu atau lebih mata pelajaran sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
47
1) Memberikan pengalaman kerja langsung (real) kepada peserta didik dalam
rangka menanamkan (internalize) iklim kerja positif yang berorientasi pada
peduli mutu proses dan hasil kerja.
2) Menanamkan etos kerja yang tinggi bagi peserta didik untuk memasuki dunia
kerja dalam menghadapi tuntutan pasar kerja global.
3) Memenuhi hal-hal yang belum dipenuhi di sekolah agar mencapai keutuhan
standar kompetensi lulusan.
4) mengaktualisasikan salah satu bentuk aktivitas dalam penyelenggaraan Model
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) antara SMK dan Institusi Pasangan Du/Di
yang memadukan secara sistematis dan sistemik.
Manfaat PKL bagi peserta didik
a. Mengaplikasikan dan meningkatkan ilmu yang telah diperoleh di sekolah.
b. Menambah wawasan mengenai dunia kerja khususnya berupa pengalaman
kerja langsung (real) dalam rangka menanamkan iklim kerja positif yang
berorientasi pada peduli mutu proses dan hasil kerja.
c. Menambah dan meningkatkan kompetensi serta dapat menamkan etos
kerja yang tinggi.
d. Memiliki kemampuan produktif sesuai dengan kompetensi keahlian yang
dipelajari.
e. Mengembangkan kemampuannya sesuai dengan bimbingan/ arahan
pembimbing industri dan dapat berkontribusi kepada dunia kerja.
Manfaat PKL bagi sekolah
a. Terjalinnya hubungan kerjasama yang saling menguntungkan antara sekolah
dengan Du/Di
b. Meningkatkan kualitas lulusannya melalui pengalaman kerja selama PKL.
c. Mengembangkan program sekolah melalui sinkronisasi kurikulum, proses
pembelajaran, teaching factory, dan pengembangan sarana dan prasarana
praktik berdasarkan hasil pengamatan di tempat PKL.
d. Meningkatkan kualitas lulusan.
Manfaat PKL bagi dunia kerja
a. Du/Di lebih dikenal oleh masyarakat khususnya masyarakat sekolah
sehingga dapat membantu promosi produk.
b. Adanya masukan yang positif dan konstruktif dari SMK untuk
perkembangan Du/Di.
c. Du/Didapat mengembangkan proses dan atau produk melalui optimalisasi
peserta PKL.
48
d. Mendapatkan calon tenaga kerja yang berkualitas sesuai dengan
kebutuhannya.
e. Meningkatkan citra positif Du/Dikarena dapat berkontribusi terhadap dunia
pendidikan sekaligus sebagai implementasi dari Inpres No 9 Tahun 2016.
Pelaksanaan PKL mencakup serangkaian fase yang membantu mengartikulasikan
peran peserta didik, guru dan pembimbing industri. Ruang Lingkup PKL
meliputi:
1. Tahap I: Pengamatan. Peserta didik mengamati kinerja dari suatu kegiatan
di tempat PKL kemudian merencanakan mengartikulasikannya dalam suatu
kegiatan nyata/riil.
2. Tahap II: Meniru tindakan (approximating). Peserta didik meniru tindakan
yang dilakukan oleh staf Du/Di/ pembimbing industri. Peserta didik
mencoba melakukan kegiatan seperti yang dilakukan oleh ahli dan
membandingkannya
3. Tahap III: Kerja dalam bantuan dan pengawasan. Peserta didik mulai
bekerja secara lebih rinci dibawah pengawasan dan bantuan pembimbing
industri. Mereka bekerja sesuai dengan standar tempat kerja. Kemampuan
peserta didik meningkat melalui bantuan ahli atau pembimbing industri.
4. Tahap IV: Bekerja Mandiri (Self-directed Learning). Peserta didik hanya
minta bantuan jika diperlukan. Peserta didik mencoba tindakan nyata di
dunia kerja Du/Di, namun tetap membatasi dirinya untuk lingkup tindakan
di lapangan yang dipahami. Peserta didik melakukan tugas yang sebenarnya
dan hanya mencari bantuan bila diperlukan dari ahli.
5. Tahap V: Aktualisasi dan eksplorasi. Peserta didik melakukan aktualisasi
dan eksplorasi dalam penerapan pengetahuan dan keterampilan yang sudah
dimiliki. Dalam tahap ini peserta didik memberikan tanggapan terhadap
pengembangan metode kerja, prosedur kerja, formula dan hal lain yang
digunakan di DU/DI.
3. Kunjungan Industri
Kunjungan industri adalah salah satu bentuk dari implementasi pendidikan Sistem
ganda yang dilaksanakan di sekolah menengah kejuruan. Kunjungan industri
merupakan suatu bentuk pembelajaran yang dilaksanakan diluar sekolah guna
menambah wawasan dan pengetahuan peserta didik dalam mengenal dunia industri.
Kunjungan industri memberikan mabfaat bagi siswa dalam aspek sikap profesional,
pengetahuan dan keteramplan sebagai berikut:
1) Memperluas pengatahuan siswa dalam lingkungan dunia kerja.
49
2) Mendorong siswa agar mempunyai minat bekerja di perusahaan.
3) Memberi informasi tentang cara kerja dan tenaga kerja perusahaan.
4) Mendorong siswa agar mempunyai rasa kedisiplinan dan tanggung jawab.
5) Membantu siswa memahami materi pembelajaran yang disekolah tidak
memungkinkan diberikan gambaran secara nyata.
4. Guru Tamu
Secara khusus, materi pembelajaran yang belum atau kurang dikuasai guru yang ada
dapat dilakukan melalui program guru tamu, yaitu menghadirkan tenaga ahli yang
mampu memberikan penjelasan kepada siswa bahkan kepada guru terkait materi
tersebut. Selain itu, guru tamu dapat dihadirkan di kelas untuk memberi motifasi
kepada siswa dalam mendalami dan mempelajari kompetensinya.
J. Pengembangan Diri
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Pengembangan potensi peserta didik sebagaimana dimaksud dalam tujuan pendidikan
nasional tersebut dapat diwujudkan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan salah
satu kegiatan dalam program kurikuler.Kegiatan ekstrakurikuler adalah program kurikuler
yang alokasi waktunya tidak ditetapkan dalam kurikulum. Jelasnya bahwa kegiatan
ekstrakurikuler merupakan perangkat operasional (supplement dan complements)
kurikulum, yang perlu disusun dan dituangkan dalam rencana kerja tahunan/kalender
pendidikan satuan pendidikan.
Kegiatan ekstrakurikuler menjembatani kebutuhan perkembangan peserta didik yang
berbeda; seperti perbedaan sense akan nilai moral dan sikap, kemampuan, dan kreativitas.
Melalui partisipasinya dalam kegiatan ekstrakurikuler peserta didik dapat belajar dan
mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain, serta
menemukan dan mengembangkan potensinya. Kegiatan ekstrakurikuler juga memberikan
manfaat sosial yang besar.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu perangkat operasional (supplement
dan complements) kurikulum, yang perlu disusun dan dituangkan dalam rencana kerja
tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan (seperti disebutkan pada Pasal 53 ayat (2)
butir a Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
50
Pendidikan) serta dievaluasi pelaksanaannya setiap semester oleh satuan pendidikan
(seperti disebutkan pada Pasal 79 ayat (2) butir b Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan).
Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik di luar
jam belajar kurikulum standar sebagai perluasan dari kegiatan kurikulum dan dilakukan di
bawah bimbingan sekolah dengan tujuan untuk mengembangkan kepribadian, bakat, minat,
dan kemampuan peserta didik yang lebih luas atau di luar minat yang dikembangkan oleh
kurikulum. Berdasarkan definisi tersebut, maka kegiatan di sekolah atau pun di luar
sekolah yang terkait dengan tugas belajar suatu mata pelajaran bukanlah kegiatan
ekstrakurikuler.
Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh
seluruh peserta didik, terkecuali bagi peserta didik dengan kondisi tertentu yang tidak
memungkinkannya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Ekstrakurikuler
pilihan merupakan program ekstrakurikuler yang dapat diikuti oleh peserta didik sesuai
dengan bakat dan minatnya masing-masing.
Tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan
adalahmeningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik dan untuk
mengembangkan bakat dan minat peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi menuju
pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan memiliki
fungsi pengembangan, sosial, rekreatif, dan persiapan karir.
2. Fungsi pengembangan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi
untuk mendukung perkembangan personal peserta didik melalui perluasan minat,
pengembangan potensi, dan pemberian kesempatan untuk pembentukan karakter
dan pelatihan kepemimpinan.
3. Fungsi sosial, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.
Kompetensi sosial dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk memperluas pengalaman sosial, praktek keterampilan sosial, dan
internalisasi nilai moral dan nilai sosial.
4. Fungsi rekreatif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalam
suasana rileks, menggembirakan, dan menyenangkan sehingga menunjang proses
perkembangan peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat menjadikan
kehidupan atau atmosfer sekolah lebih menantang dan lebih menarik bagi peserta
didik.
51
5. Fungsi persiapan karir, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi
untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik melalui pengembangan
kapasitas.
Kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dikembangkan dengan prinsip sebagai
berikut.
1. Bersifat individual, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan sesuai
dengan potensi, bakat, dan minat peserta didik masing-masing.
2. Bersifat pilihan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan sesuai dengan
minat dan diikuti oleh peserta didik secara sukarela.
3. Keterlibatan aktif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler menuntut keikutsertaan
peserta didik secara penuh sesuai dengan minat dan pilihan masing-masing.
4. Menyenangkan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan dalam suasana
yang menggembirakan bagi peserta didik.
5. Membangun etos kerja, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan dan
dilaksanakan dengan prinsip membangun semangat peserta didik untuk berusaha
dan bekerja dengan baik dan giat.
6. Kemanfaatan sosial, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan dan
dilaksanakan dengan tidak melupakan kepentingan masyarakat.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat berbentuk.
1. Krida; meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang
Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), dan
lainnya;
2. Karya ilmiah; meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan
keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, dan lainnya;
3. Latihan/olah bakat/prestasi; meliputi pengembangan bakat olahraga, seni dan
budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan, dan lainnya; atau
4. Jenis lainnya.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat diselenggarakan dalam berbagai bentuk.
1. Individual; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang diikuti
oleh peserta didik secara perorangan.
2. Kelompok; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang diikuti
oleh kelompok-kelompok peserta didik.
3. Klasikal; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang diikuti
oleh peserta didik dalam satu kelas.
4. Gabungan; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang diikuti
oleh peserta didik antarkelas.
52
5. Lapangan; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang diikuti
oleh seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar sekolah atau
kegiatan lapangan.
Kegiatan ekstrakurikuler dalam Kurikulum 2013 dikelompokkan berdasarkan kaitan
kegiatan tersebut dengan kurikulum, yakni ekstrakurikuler wajib dan ekstrakurikuler
pilihan.Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh
seluruh peserta didik, terkecuali peserta didik dengan kondisi tertentu yang tidak
memungkinkannya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Dalam Kurikulum
2013, Kepramukaan ditetapkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib, dalam pendidikan
dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Pelaksananannya dapat bekerja sama
dengan organisasi Kepramukaan setempat/terdekat. Ekstrakurikuler pilihan merupakan
kegiatan yang antara lain OSIS, UKS, dan PMR. Selain itu, kegiatan ini dapat juga dalam
bentuk antara lain kelompok atau klub yang kegiatan ekstrakurikulernya dikembangkan
atau berkenaan dengan konten suatu mata pelajaran, misalnya klub olahraga seperti klub
sepak bola atau klub bola voli.
Berkenaan dengan hal tersebut, satuan pendidikan (kepala sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan) perlu secara aktif mengidentifikasi kebutuhan dan minat peserta didik yang
selanjutnya dikembangkan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler yang bermanfaat positif bagi
peserta didik.Ide pengembangan suatu kegiatan ekstrakurikuler dapat pula berasal dari
peserta didik atau sekelompok peserta didik.
Program ekstrakurikuler berikut adalah contoh yang dapat dikembangkan di satuan
pendidikan sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang dimilikinya.
Peserta didik harus mengikuti program ekstrakurikuler wajib (kecuali bagi yang
terkendala), dan dapat mengikuti suatu program ekstrakurikuler pilihan baik yang terkait
maupun yang tidak terkait dengan suatu mata pelajaran di satuan pendidikan tempatnya
belajar. Penjadwalan waktu kegiatan ekstrakurikuler sudah harus dirancang pada awal
tahun atau semester dan di bawah bimbingan kepala sekolah atau wakil kepala sekolah
bidang kurikulum dan peserta didik.Jadwal waktu kegiatan ekstrakurikuler diatur
sedemikian rupa sehingga tidak menghambat pelaksanaan kegiatan kurikuler atau dapat
menyebabkan gangguan bagi peserta didik dalam mengikuti kegiatan kurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan di luar jam pelajaran kurikuler yang terencana
setiap hari. Kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan setiap hari atau waktu tertentu (blok
waktu). Kegiatan ekstrakurikuler seperti OSIS, klub olahraga, atau seni mungkin saja
dilakukan setiap hari setelah jam pelajaran usai. Sementara itu kegiatan lain seperti Klub
Pencinta Alam, Panjat Gunung, dan kegiatan lain yang memerlukan waktu panjang dapat
direncanakan sebagai kegiatan dengan waktu tertentu (blok waktu). Khusus untuk
Kepramukaan, kegiatan yang dilakukan di luar sekolah atau terkait dengan berbagai satuan
53
pendidikan lainnya, seperti Jambore Pramuka, ditentukan oleh pengelola/pembina
Kepramukaan dan diatur agar tidak bersamaan dengan waktu belajar kurikuler rutin.
Penilaian perlu diberikan terhadap kinerja peserta didik dalam kegiatan
ekstrakurikuler. Kriteria keberhasilan lebih ditentukan oleh proses dan keikutsertaan
peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler yang dipilihnya. Penilaian dilakukan secara
kualitatif.Peserta didik diwajibkan untuk mendapatkan nilai memuaskan pada kegiatan
ekstrakurikuler wajib pada setiap semester.Nilai yang diperoleh pada kegiatan
ekstrakurikuler wajib Kepramukaan berpengaruh terhadap kenaikan kelas peserta
didik.Nilai di bawah memuaskan dalam dua semester atau satu tahun memberikan sanksi
bahwa peserta didik tersebut harus mengikuti program khusus yang diselenggarakan bagi
mereka. Persyaratan demikian tidak dikenakan bagi peserta didik yang mengikuti program
ekstrakurikuler pilihan.Meskipun demikian, penilaian tetap diberikan dan dinyatakan dalam
buku rapor.Penilaian didasarkan atas keikutsertaan dan prestasi peserta didik dalam suatu
kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti.Hanya nilai memuaskan atau di atasnya yang
dicantumkan dalam buku rapor.
Satuan pendidikan dapat dan perlu memberikan penghargaan kepada peserta didik
yang memiliki prestasi sangat memuaskan atau cemerlang dalam satu kegiatan
ekstrakurikuler wajib atau pilihan.Penghargaan tersebut diberikan untuk pelaksanaan
kegiatan dalam satu kurun waktu akademik tertentu; misalnya pada setiap akhir semester,
akhir tahun, atau pada waktu peserta didik telah menyelesaikan seluruh program
pembelajarannya.Penghargaan tersebut memiliki arti sebagai suatu sikap menghargai
prestasi seseorang. Kebiasaan satuan pendidikan memberikan penghargaan terhadap
prestasi baik akan menjadi bagian dari diri peserta didik setelah mereka menyelesaikan
pendidikannya.
Program ekstrakurikuler merupakan program yang dinamis.Satuan pendidikan dapat
menambah atau mengurangi ragam kegiatan ekstrakurikuler berdasarkan hasil evaluasi
yang dilakukan pada setiap semester.Satuan pendidikan melakukan revisi “Panduan
Kegiatan Ekstrakurikuler” yang berlaku di satuan pendidikan untuk tahun ajaran berikutnya
berdasarkan hasil evaluasi tersebut dan mendiseminasikannya kepada peserta didik dan
pemangku kepentingan lainnya.
Pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan
ekstrakurikuler antara lain :
a. Satuan Pendidikan
Kepala sekolah, dewan guru, guru pembina ekstrakurikuler, dan tenaga
kependidikan bersama-sama mengembangkan ragam kegiatan ekstrakurikuler;
sesuai dengan penugasannya melaksanakan supervisi dan pembinaan dalam
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, serta melaksanakan evaluasi terhadap
program ekstrakurikuler.
54
b. Komite Sekolah/Madrasah
Sebagai mitra sekolah yang mewakili orang tua peserta didik memberikan usulan
dalam pengembangan ragam kegiatan ekstrakurikuler dan dukungan dalam
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.
c. Orang tua
Memberikan kepedulian dan komitmen penuh terhadap suksesnya kegiatan
ekstrakurikuler pada satuan pendidikan karena pendidikan holistik bergantung pada
pendekatan kooperatif antara satuan pendidikan/sekolah dan orang tua
Berdasar pertimbangan kebutuhn peserta didik dan program keahlian, Pengembangan diri
di SMK Negeri 2 Cibinong sebagaimana di jelaskan tabel berikut:
Jenis Pelaksanaan
No Kegiatan Wajib Pilihan
Pengembangan Diri di Kelas
1 Krida Kepramukaan V X, XI, XII
Palang Merah Remaja
2 Krida V XI, XII
(PMR)
Pasukan Pengibar Bendera
3 Krida V XI, XII
Pusaka (Paskibraka)
Kegiatan Ilmiah Remaja
4 Karya Ilmiah V XI, XII
(KIR),
5 Karya Ilmiah Jurnalistik V XI, XII
Sepak Bola
6 Olah Bakat/Prestasi V XI, XII
Footsal
Band
7 Seni Dan Budaya Paduan Suara V XI, XII
Angklung
8 Keagamaam Rohis V X, XI, XII
K. Kepramukaan
Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup,
dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai nilai kepramukaan.
Dilaksanakan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar dan
menengah, yaitu kegiatan ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik.
Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dalam 3 (tiga) Model meliputi Model Blok,
Model Aktualisasi, dan Model Reguler.
(1) Model Blok sebagaimana dimaksud merupakan kegiatan wajib dalam bentuk
perkemahan yang dilaksanakan setahun sekali dan diberikan penilaian umum.
(2) Model Aktualisasi sebagaimana merupakan kegiatan wajib dalam bentuk penerapan
sikap dan keterampilan yang dipelajari didalam kelas yang dilaksanakan dalam
kegiatan Kepramukaan secara rutin, terjadwal, dan diberikan penilaian formal.
(3) Model Reguler merupakan kegiatan sukarela berbasis minat peserta didik yang
dilaksanakan di Gugus depan.
55
Pendidikan Kepramukaan berisi perpaduan proses pengembangan nilai sikap dan
keterampilan. Pola Kegiatan Pendidikan Kepramukaan diwujudkan dalam bentuk upacara
dan keterampilan Kepramukaan dengan menggunakan berbagai metode dan teknik.
(1) Upacara meliputi upacara pembukaan dan penutupan.
(2) Keterampilan Kepramukaan dilaksanakan sebagai perwujudan komitmen
Kepramukaan dalam bentuk pembiasan dan penguatan sikap dan keterampilan sesuai
dengan kebutuhan pembelajaran.
Metode dan teknik dituangkan dalam bentuk belajar interaktif dan progresif disesuaikan
dengan kemampuan fisik dan mental peserta didik.
Penilaian dalam Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dengan menggunaka penilaian
yang bersifat otentik mencakup penilaian sikap dan keterampilan.
(1) Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan penilaian berdasarkan
pengamatan, penilaian diri, dan penilaian teman sebaya.
(2) Penilaian keterampilan dilakukan dengan menggunakan penilaian unjuk kerja.
(3) Penilaian sikap dan keterampilan menggunakan jurnal pendidik dan portofolio.
Pengelolaan Pendidikan Kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib pada satuan
pendidikan dasar dan menengah merupakan tanggung jawab kepala sekolah dengan
pelaksana pembina pramuka. Pembina adalah Guru kelas/Guru mata pelajaran yang telah
memperoleh sertifikat paling rendah kursus mahir dasar atau Pembina Pramuka yang bukan
guru kelas/guru mata pelajaran.
Guru kelas/guru mata pelajaran yang melaksanakan tugas tambahan sebagai Pembina
Pramuka dihitung sebagai bagian dari pemenuhan beban kerja guru dengan beban kerja
paling banyak 2 jam pelajaran per minggu.
Pendidikan Kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib merujuk pada Pedoman
Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib dan
Prosedur Operasi Standar (POS) Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai
Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan
sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib serta Prosedur Operasi Standar (POS)
Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib
dijelaskan dalam ketentuan terpisah.
56
dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan memiliki kompetensi di bidang Bimbingan
dan Konseling.
Layanan Bimbingan dan Konseling bagi Konseli pada satuan pendidikan memiliki
fungsi:
a. pemahaman diri dan lingkungan;
b. fasilitasi pertumbuhan dan perkembangan;
c. penyesuaian diri dengan diri sendiri dan lingkungan;
d. penyaluran pilihan pendidikan, pekerjaan, dan karir;
e. pencegahan timbulnya masalah;
f. perbaikan dan penyembuhan;
g. pemeliharaan kondisi pribadi dan situasi yang kondusif untuk perkembangan diri
Konseli;
h. pengembangan potensi optimal;
i. advokasi diri terhadap perlakuan diskriminatif; dan
j. membangun adaptasi pendidik dan tenaga kependidikan terhadap program dan
aktivitas pendidikan sesuai dengan latar belakang pendidikan, bakat, minat,
kemampuan, kecepatan belajar, dan kebutuhan Konseli.
Layanan Bimbingan dan Konseling memiliki tujuan membantu Konseli mencapai
perkembangan optimal dan kemandirian secara utuh dalam aspek pribadi, belajar, sosial,
dan karir. Layanan Bimbingan dan Konseling dilaksanakan dengan asas:
a. kerahasiaan sebagaimana diatur dalam kode etik Bimbingan dan Konseling;
b. kesukarelaan dalam mengikuti layanan yang diperlukan;
c. keterbukaan dalam memberikan dan menerima informasi;
d. keaktifan dalam penyelesaian masalah;
e. kemandirian dalam pengambilan keputusan;
f. kekinian dalam penyelesaian masalah yang berpengaruh pada kehidupan Konseli;
g. kedinamisan dalam memandang Konseli dan menggunakan teknik layanan sejalan
dengan perkembangan ilmu Bimbingan dan Konseling;
h. keterpaduan kerja antarpemangku kepentingan pendidikan dalam membantu Konseli;
i. keharmonisan layanan dengan visi dan misi satuan pendidikan, serta nilai dan norma
kehidupan yang berlaku di masyarakat;
j. keahlian dalam pelayanan yang didasarkan pada kaidah-kaidah akademik dan
profesional di bidang Bimbingan dan Konseling;
k. Tut Wuri Handayani dalam memfasilitasi setiap peserta didik untuk mencapai tingkat
perkembangan yang optimal.
Layanan Bimbingan dan Konseling dilaksanakan berdasarkan prinsip:
a. diperuntukkan bagi semua dan tidak diskriminatif;
57
b. merupakan proses individuasi;
c. menekankan pada nilai yang positif;
d. merupakan tanggung jawab bersama antara kepala satuan pendidikan, Konselor atau
guru Bimbingan dan Konseling, dan pendidik lainnya dalam satuan pendidikan;
e. mendorong Konseli untuk mengambil dan merealisasikan keputusan secara
bertanggungjawab;
f. berlangsung dalam berbagai latar kehidupan;
g. merupakan bagian integral dari proses pendidikan;
h. dilaksanakan dalam bingkai budaya Indonesia;
i. bersifat fleksibel dan adaptif serta berkelanjutan;
j. dilaksanakan sesuai standar dan prosedur profesional Bimbingan dan Konseling;
k. disusun berdasarkan kebutuhan Konseli.
Komponen layanan Bimbingan dan Konseling memiliki 4 (empat) program yang
mencakup:
a. layanan dasar;
b. layanan peminatan dan perencanaan individual;
c. layanan responsif; dan
d. layanan dukungan sistem.
Bidang layanan Bimbingan dan Konseling mencakup:
a. bidang layanan pribadi;
b. bidang layanan belajar;
c. bidang layanan sosial;
d. bidang layanan karir.
Komponen layanan Bimbingan dan Konseling dituangkan ke dalam program
tahunan dan semester dengan mempertimbangkan komposisi dan proporsi serta alokasi
waktu layanan baik di dalam maupun di luar kelas. Layanan Bimbingan dan Konseling
yang diselenggarakan di dalam kelas dengan beban belajar 2 (dua) jam perminggu.
Layanan Bimbingan dan Konseling yang diselenggarakan di luar kelas, setiap kegiatan
layanan disetarakan dengan beban belajar 2 (dua) jam perminggu.
Strategi layanan Bimbingan dan Konseling dibedakan atas:
a. jumlah individu yang dilayani;
b. permasalahan; dan
c. cara komunikasi layanan.
Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan jumlah individu yang
dilayani dilaksanakan melalui layanan individual, layanan kelompok, layanan klasikal, atau
kelas besar. Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan permasalahan
dilaksanakan melalui pembimbingan, konseling, atau advokasi. Strategi layanan
58
Bimbingan dan Konseling berdasarkan cara komunikasi layanan dilaksanakan melalui
tatap muka atau media.
Mekanisme layanan Bimbingan dan Konseling meliputi:
a. mekanisme pengelolaan;
Mekanisme pengelolaan merupakan langkah-langkah dalam pengelolaan program
Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan yang meliputi langkah: analisis
kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut
pengembangan program.
b. mekanisme penyelesaian masalah.
Mekanisme penyelesaian masalah merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh
Konselor dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling kepada Konseli atau peserta
didik yang meliputi langkah: identifikasi, pengumpulan data, analisis, diagnosis,
prognosis, perlakuan, evaluasi, dan tindak lanjut pelayanan.
Program Bimbingan dan Konseling dievaluasi untuk mengetahui keberhasilan layanan
dan pengembangan program lebih lanjut.
Layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan dilakukan oleh Konselor atau
Guru Bimbingan dan Konseling. Tanggung jawab pelaksanaan layanan Bimbingan dan
Konseling pada satuan pendidikan dilakukan oleh Konselor atau Guru Bimbingan dan
Konseling. Pada satuan pendidikan yang mempunyai lebih dari satu Konselor atau Guru
Bimbingan dan Konseling kepala satuan pendidikan menugaskan seorang koordinator.
Tanggung jawab pengelolaan program layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan
pendidikan dilakukan oleh kepala satuan pendidikan. Dalam melaksanakan layanan,
Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling dapat bekerja sama dengan berbagai
pemangku kepentingan di dalam dan di luar satuan pendidikan. Pemangku kepentingan
mendukung pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling yang dilakukan dalam bentuk
antara lain: mitra layanan, sumber data/informasi, konsultan, dan narasumber melalui
strategi layanan kolaborasi, konsultasi, kunjungan, ataupun alih-tangan kasus.
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling SMK dilakukan oleh Konselor atau
Guru Bimbingan dan Konseling dengan rasio satu Konselor atau Guru Bimbingan dan
Konseling melayani 150 orang Konseli atau peserta didik. Guru Bimbingan dan Konseling
dalam jabatan yang belum memiliki kualifikasi akademik Sarjana Pendidikan (S-1) dalam
bidang bimbingan dan konseling dan kompetensi Konselor, secara bertahap ditingkatkan
kompetensinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Calon Konselor atau Guru
Bimbingan dan Konseling harus memiliki kualifikasi akademik Sarjana Pendidikan (S-1)
dalam bidang bimbingan dan konseling dan telah lulus pendidikan profesi Guru Bimbingan
dan Konseling/Konselor. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling menggunakan Pedoman
Bimbingan dan Konseling dan Panduan operasional.
59
M. Penumbuhan Budi Pekerti
Penumbuhan Budi Pekerti yang selanjutnya disingkat PBP adalah kegiatan
pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah yang dimulai sejak dari hari pertama
sekolah, masa orientasi peserta didik baru untuk jenjang sekolah menengah pertama,
sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan, sampai dengan kelulusan sekolah.
Metode pelaksanaan kegiatan PBP untuk semua jenjang pendidikan disesuaikan dengan
tahapan usia perkembangan peserta didik yang berjenjang dari mulai sekolah dasar;
untuk jenjang SMP, SMA/SMK, dan sekolah pada jalur pendidikan khusus dimulai sejak
dari masa orientasi peserta didik baru sampai dengan kelulusan. Sekolah Menengah
Kejuruan dilakukan dengan kemandirian peserta didik membiasakan keteraturan dan
pengulangan, yang dimulai sejak dari masa orientasi peserta didik baru, proses kegiatan
ekstrakurikuler, intra kurikuler, sampai dengan lulus.
Penumbuhan Budi Pekerti di Sekolah melalui pembiasaan-pembiasaan:
1. Menumbuhkembangkan Nilai-nilai Moral dan Spiritual
Mewujudkan nilai-nilai moral dalam perilaku sehari-hari. Nilai moral diajarkan
pada siswa, lalu guru dan siswa mempraktekkannya secara rutin hingga menjadi
kebiasaan dan akhirnya bisa membudaya. Guru dan peserta didik berdoa bersama
sesuai dengan keyakinan masing-masing, sebelum dan sesudah hari pembelajaran,
dipimpin oleh seorang peserta didik secara bergantian dibawah bimbingan guru.
Membiasakan untuk menunaikan ibadah bersama sesuai agama dan
kepercayaannya baik dilakukan di sekolah maupun bersama masyarakat;
Membiasakan perayaan Hari Besar Keagamaan dengan kegiatan yang sederhana
dan hikmat.
2. Menumbuhkembangkan Nilai-nilai Kebangsaan dan
Kebhinnekaan
Menumbuhkan rasa cinta tanah air dan menerima keberagaman sebagai anugerah
untuk bangsa Indonesia. Anugerah yang harus dirasakan dan disyukuri sehingga
manfaatnya bisa terasa dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan wajib:
1) Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dengan mengenakan
seragam atau pakaian yang sesuai dengan ketetapan sekolah.
2) Melaksanakan upacara bendera pada pembukaan MOPDB untuk jenjang
SMP, SMA/SMK, dan sekolah pada jalur pendidikan khusus yang setara SMK
dengan peserta didik bertugas sebagai komandan dan petugas upacara serta
kepala sekolah/wakil bertindak sebagai inspektur upacara;
60
3) Sesudah berdoa setiap memulai hari pembelajaran, guru dan peserta didik
menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan/atau satu lagu wajib
nasional atau satu lagu terkini yang menggambarkan semangat patriotisme
dan cinta tanah air.
4) Sebelum berdoa saat mengakhiri hari pembelajaran, guru dan peserta didik
menyanyikansatu lagu daerah (lagu-lagu daerah seluruh Nusantara).
5) Contoh-contoh pembiasaan baik yang dapat dilakukan oleh sekolah:
Mengenalkan beragam keunikan potensi daerah asal siswa melalui berbagai
media dan kegiatan.
6) Membiasakan perayaan Hari Besar Nasional dengan mengkaji atau
mengenalkan pemikiran dan semangat yang melandasinya melalui berbagai
media dan kegiatan.
3. Mengembangkan Interaksi Positif Antara Peserta Didik dengan Guru dan Orangtua
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara sekolah, peserta didik dan
orangtua. Interaksi positif antara tiga pihak tersebut dibutuhkan untuk membangun
persepsi positif, saling pengertian dan saling dukung demi terwujudnya pendidikan
yang efektif.
Kegiatan wajib:
Sekolah mengadakan pertemuan dengan orangtua siswa pada setiap tahun ajaran
baru untuk mensosialisasikan: (a) visi; (b) aturan; (c) materi; dan (d) rencana
capaian belajar siswa agar orangtua turut mendukung keempat poin tersebut.
Contoh-contoh pembiasaan baik yang dapat dilakukan oleh sekolah:
1) Memberi salam, senyum dan sapaan kepada setiap orang di komunitas
sekolah.
2) Guru dan tenaga kependidikan datang lebih awal untuk menyambut
kedatangan peserta didik sesuai dengan tata nilai yang berlaku.
3) Membiasakan peserta didik (dan keluarga) untuk berpamitan dengan
orangtua/wali/penghuni rumah saat pergi dan lapor saat pulang, sesuai
kebiasaan/adat yang dibangun masing-masing keluarga;
4) Secara bersama peserta didik mengucapkan salam hormat kepada guru
sebelum pembelajaran dimulai, dipimpin oleh seorang peserta didik secara
bergantian.
2. Mengembangkan Interaksi Positif Antar Peserta Didik. Peserta didik hadir di
sekolah bukan hanya belajar akademik semata, tapi juga belajar bersosialisasi.
Interaksi positif antar peserta didik akan mewujudkan pembelajaran dari rekan
(peer learning) sekaligus membantu siswa untuk belajar bersosialisasi.
61
Kegiatan wajib: Membiasakan pertemuan di lingkungan sekolah dan/atau rumah
untuk belajar kelompok yang diketahui oleh guru dan/atau orangtua. Contoh-
contoh pembiasaan baik yang dapat dilakukan oleh sekolah:
1) Gerakan kepedulian kepada sesama warga sekolah dengan menjenguk warga
sekolah yang sedang mengalami musibah, seperti sakit, kematian, dan
lainnya.
2) Membiasakan siswa saling membantu bila ada siswa yang sedang mengalami
musibah atau kesusahan.
3. Merawat Diri dan Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah akan mempengaruhi warga sekolah baik dari aspek fisik,
emosi, maupun kesehatannya. Karena itu penting bagi warga sekolah untuk
menjaga keamanan, kenyamanan, ketertiban, kebersihan dan kesehatan lingkungan
sekolah serta diri.
62
didik dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal yang sudah memperoleh
akreditasi.
Sebagai upaya pelaksanaan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global di SMK
Negeri 2 Cibinong di semua Program Keahlian, dilaksanakan proses pembelajaran dan
peningkatan pelayanan penunjang pendidikan melalui pengadaan fasilitas internet yang
dapat diakses oleh peserta didik di lingkungan sekolah dengan menggunakan jaringan LAN
dan hotspot, sebagai sarana eningkatan wawasan global siswa yang dimanfaatkan pada
semua proses pembelajaran di semua mata pelajaran.
P. Karakteristik Pembelajaran
Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat padaStandar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi.Standar Kompetensi Lulusanmemberikan kerangka
konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harusdicapai.Standar Isi memberikan
kerangka konseptual tentang kegiatan belajardan pembelajaran yang diturunkan dari
tingkat kompetensi dan ruang lingkupmateri.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup
pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap
satuan pendidikan.Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan
(prosespsikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas“ menerima,
menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui
aktivitas“ mengingat, memahami, menerapkan,menganalisis, mengevaluasi, mencipta.
Keterampilan diperoleh melalui aktivitas“ mengamati, menanya, mencoba, menalar,
menyaji, danmencipta”.Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehanturut
serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah
(scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata
pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/ penelitian
(discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk
menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat
disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning). Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sebagai berikut
63
Karakteristik proses pembelajaran di SMK secara keseluruhan berbasis mata
pelajaran, meskipunpendekatan tematik masih dipertahankan.Secara umum pendekatan
belajar yang dipilih berbasis pada teori tentangtaksonomi tujuan pendidikan yang dalam
lima dasawarsa terakhir yang secaraumum sudah dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi
tersebut capaianpembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah kognitif,
affektif dan psikomotor. Penerapan teori taksonomi dalam tujuan pendidikandi berbagai
negara dilakukan secara adaptif sesuai dengan kebutuhannyamasing-masing.Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional telah mengadopsi
taksonomi dalam bentuk rumusansikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah
tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidakbisa dipisahkan
dengan ranah lainnya. Dengan demikian proses pembelajaran secara utuh melahirkan
kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Q. Desain Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar,
perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan
RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.
1. Pengembangan Silabus
Silabus Mencakup seluruh mata pelajaran yang terdapat pada Struktur Kurikulum
Kompetensi Keahlian masing-masing. Silabus disusun oleh satuan pendidikan. Silabus
adalah bagian dari perencanaan pembelajaran pada suatu kelompok kompetensi atau
mata pelajaran sebagai acuan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dan pelaksanaan pembelajaran. Silabus memuat rumusan kompetensi Bidang Keahlian
masing-masing mata pelajaran yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar,
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK), materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
64
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan acuan
penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran.
Pengembangan silabus dilaksanakan dengan prinsip-prinsip:
1) Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan pebelajaran yang menjadi muatan dalam
silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2) Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam
silabus masing-masing mata pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan
fisik, intelektual, sosial, emosional, spiritual peserta didik, dan level 2 dan 3
KKNI.
3) Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam
pencapaian kompetensi inti sikap spiritual (KI-1), sikap sosial (KI-2),
pengetahuan (KI-3), dan ketrampilan (KI-4). (Lihat Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3,
Tabel 4, Tabel 5 di atas).
4) Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar,
indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan
sistem penilaian.
5) Memadai
Cakupan IPK, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan
sistem penilaian memadai untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar dan
KI.
6) Aktual dan kontekstual
Cakupan IPK, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan
sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni
mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi di dunia kerja.
7) Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik,
pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan
masyarakat.
8) Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi dimensi sikap
spiritual, sosial, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif, afektif, dan
psikomotor).
Langkah-langkah pengembangan silabus disajikan pada diagram alir berikut.
65
Diagram Alir Pengembangan Silabus Mata Pelajaran
Pengembangan Silabus dilakukan melalui dua langkah yaitu: (1) pengkajian profil
lulusan, SKL, KKNI, dan Kompetensi Inti; (2) penyusunan silabus.
Penyusunan silabus dilakukan melalui tahapan-tahapan:
1) Mengkaji kompetensi inti dan kompetensi dasar
66
Silabus pada Kurikulum 2013 yang disempurnakan dan dikembangkan pada tingkat
nasional merupakan silabus minimal. Satuan pendidikan SMK dapat
mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan dunia kerja yang menjadi institusi
pasangan dan nilai-nilai lokal dimana SMK tersebut berada.
67
a. Perbedaan individual peserta didikantara lain kemampuan awal,tingkat
intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar,kemampuan sosial, emosi,
gaya belajar, kebutuhan khusus,kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma,
nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
b. Partisipasi aktif peserta didik.
c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar,motivasi, minat,
kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dankemandirian.
d. Pengembangan budaya membaca dan menulisyang dirancang untuk
mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan
berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program
pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
f. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber
belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
g. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata
pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
h. Penerapan teknologi informasi dan komunikasisecara terintegrasi, sistematis, dan
efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
3. Pelaksanaan Pembelajaran
Alokasi Waktu Jam Tatap Muka Pembelajaran SMK adalah 45 menit dimana dalam
pelaksanaan pembelajaran Buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatan efisiensi
danefektivitas yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Pengelolaan
Kelas dilaksanakan melalui:
a. Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik seduaidengan tujuan
dan karakteristik proses pembelajaran.
b. Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harusdapat didengar
dengan baik oleh peserta didik.
c. Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah dimengerti oleh
peserta didik.
d. Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar
peserta didik.
e. Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan keselamatan dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran.
f. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar
peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
g. Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan mengemukakan
pendapat.
h. Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi.
i. Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didik silabus mata
pelajaran; dan
68
j. Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang
dijadwalkan.
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup.
Dalam kegiatan pendahuluan, guru melaksanakan kegiatan:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
b. memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi
materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan
perbandingan lokal, nasional dan internasional;
c. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari;
d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akandi capai;
e. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran,media
pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau
saintifik dan/atau inkuiridan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project basedlearning) disesuaikan
dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.
a. Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah
proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga
mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi
yang mendorong siswa untuk melakuan aktivitas tersebut.
b. Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam
domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar
dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik
terpadu, dan tematik sangat disarankan untukmenerapkan belajar berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta
didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok,
disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya
berbasis pemecahan masalah (project based learning).
c. Keterampilan
Keterampilan diperoleh melaluikegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar,
menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan subtopik) mata pelajaran yang
diturunkan dari keterampilanharus mendorong siswa untuk melakukan proses
69
pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut
perlumelakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/inquirylearning) dan pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individual maupun kelompok
melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
a. seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk
selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung
dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;
b. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
c. melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas
individual maupun kelompok;
d. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
70
b. pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti program pengembangan
keprofesionalan berkelanjutan.
71
kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh
indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
g. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik diakhir semester. Cakupan ulangan
meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester
tersebut.
h. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakankegiatan
pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untukmengetahui pencapaian
tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputisejumlah Kompetensi Dasar yang
merepresentasikan Kompetensi Intipada tingkat kompetensi tersebut.
i. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan
kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintahuntuk mengetahui pencapaian
tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang
merepresentasikanKompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.
j. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatanpengukuran
kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai pencapaian
Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional.
k. Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi
di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan pendidikan.
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi
b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,menyatu
dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
c. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporannya.
d. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasarpengambilan
keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
b. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal
sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik,prosedur, dan hasilnya.
c. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
d. Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan criteria (PAK). PAK
merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria
ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal
yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik
Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik.
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk
menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan.
Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi
matapelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses. Teknik dan instrumen
72
yang digunakan untuk penilaian kompetensisikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai
berikut.
a. Penilaian kompetensi sikap
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi,penilaian diri,
penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) olehpeserta didik dan jurnal. Instrumen
yang digunakan untukobservasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik
adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan
pada jurnal berupa catatan pendidik.
1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan
dengan menggunakan indera, baik secaralangsung maupun tidak langsung
dengan menggunakanpedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku
yang diamati.
2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangandirinya dalam konteks
pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.
3) Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi.
Instrumen yang digunakan berupalembar penilaian antar peserta didik.
4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang
berkaitan dengan sikap dan perilaku.
b. Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah,
menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.
2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan
secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
c. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian
yang menuntut peserta didik mendemonstrasikansuatu kompetensi tertentu dengan
menggunakan tes praktik,projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan
berupadaftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupaketerampilan melakukan
suatu aktivitas atau perilaku sesuaidengan tuntutan kompetensi.
2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputikegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secaratertulis maupun lisan dalam
waktu tertentu.
3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai
kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat
73
reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau
kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat
berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap
lingkungannya.Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:
a) substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;
b) konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan; dan
c) penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik.
Mekanisme dan prosedur penilaian dilaksanakn dengan;
1) Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, Pemerintah dan/atau lembaga
mandiri.
2) Penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian otentik, penilaian diri,
penilaian projek, ulangan harian, ulangan tengahsemester, ulangan akhir
semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian
sekolah, dan ujian nasional.
a. Penilaian otentik dilakukan oleh guru secara berkelanjutan.
b. Penilaian diri dilakukan oleh peserta didik untuk tiap kali sebelum ulangan
harian.
c. Penilaian projek dilakukan oleh pendidik untuk tiap akhir bab atau tema
pelajaran.
b. Ulangan harian dilakukan oleh pendidik terintegrasi dengan proses
pembelajaran dalam bentuk ulangan atau penugasan.
c. Ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester, dilakukan oleh
pendidik di bawah koordinasi satuan pendidikan.
d. Ujian tingkat kompetensi dilakukan oleh satuan pendidikan pada akhir
kelas XII (tingkat 6) dilakukan melalui UN.
e. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi dilakukan dengan metode survey oleh
Pemerintah pada akhir kelas XI (tingkat 5).
f. Ujian sekolah dilakukan oleh satuan pendidikan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
g. Ujian Nasional dilakukan oleh Pemerintah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
3) Perencanaan ulangan harian dan pemberian projek oleh pendidik sesuai dengan
silabus dan dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
4) Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan dengan langkah-langkah:
a. menyusun kisi-kisi ujian;
b. mengembangkan (menulis, menelaah, dan merevisi) instrumen;
c. melaksanakan ujian;
d. mengolah (menyekor dan menilai) dan menentukan kelulusan peserta didik;
74
e. melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian.
5).Ujian nasional dilaksanakan sesuai langkah-langkah yang diatur dalam Prosedur
Operasi Standar (POS).
6).Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan
ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus
mengikuti pembelajaran remedial.
7). Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan dilaporkan dalam bentuk
nilai dan deskripsi pencapaian kompetensi kepada orangtua dan pemerintah.
75
f. Laporan hasil penilaian oleh pendidik disampaikan kepada kepala sekolah/madrasah
dan pihak lain yang terkait (misal: wali kelas, guru Bimbingan dan Konseling, dan
orang tua/wali) pada periode yang ditentukan.
g. Penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial dilakukan oleh semua pendidik
selama satu semester, hasilnya diakumulasi dan dinyatakan dalam bentuk deskripsi
kompetensi oleh wali kelas/guru kelas.
76
Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan melalui UjianNasional dan ujian mutu
Tingkat Kompetensi, dengan memperhatikanhal-hal berikut.
a. Ujian Nasional
1) Penilaian hasil belajar dalam bentuk UN didukung oleh suatusistem yang menjamin
mutu dan kerahasiaan soal sertapelaksanaan yang aman, jujur, dan adil.
2) Hasil UN digunakan untuk:
a) pemetaan mutu program dan/atau Satuan Pendidikan;
b) pertimbangan seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; dan
c) pertimbangan dalam pembinaan dan pemberian bantuan kepada Satuan
Pendidikan dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
3) Dalam rangka standarisasi UN diperlukan acuan berupa kisi-kisi bersifat nasional
yang dikembangkan oleh Pemerintah, sedangkan soalnya disusun oleh Pemerintah
Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dengan komposisi tertentu yang ditentukanoleh
Pemerintah.
4) Sebagai salah satu penentu kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, kriteria
kelulusan UN ditetapkan setiap tahun oleh pemerintah.
5) Dalam rangka penggunaan hasil UN untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan
pendidikan, Pemerintah menganalisis dan membuat peta daya serap UN dan
menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.
9. Kenaikan Kelas
Pesyaratan kenaikan kelas ditetapkn sebagai berikut;
1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam dua semester pada tahun
pelajaran yang diikuti.
2) Nilai (deskripsi) sikap sekurang-kurangnya BAIK sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan satuan pendidikan.
3) Nilai ekstrakurikuler pendidikan kepramukaan sekurang-kurangnya BAIK.
77
4) Tidak memiliki lebih dari dua mata pelajaran yang masing-masing nilai kompetensi
pengetahuan dan/atau kompetensi keterampilannya di bawah Ketuntasan Belajar
(KB). Apabila ada mata pelajaran yang tidak mencapai ketuntasan belajar pada
semester ganjil, nilai akhir diambil dari rerata semester ganjil dan genap pada
semester tersebut.
5) Kenaikan kelas peserta didik SMK Negeri 2 Cibinong ditentukan berdasarkan
rapat Dewan Guru
10. Kelulusan
Peserta didik dinyatakan lulus dari SMK Negeri 2 Cibinong setelah memenuhi
kriteria:
1). menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
Peserta didik dinyatakan menyelesaikan seluruh program pembelajaran
sebagaimana dimaksud adalah apabila telah menyelesaikan pembelajaran dari
kelas X sampai dengan kelas XII;
2). memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik
Nilai sikap/perilaku peserta didik sebagaimana dimaksud adalah nilai prilaku
siswa selama mengikuti kegiatan belajar di SMK Negeri 2 Cibinong
sebagaimana tercantum dalam buku rapot semester I sampai dengan VI
3). lulus Ujian Sekolah
Peserta didik dinyatakan lulus dari SMK Negeri 2 Cibinong apabila telah
memenuhi kriteria kelulusan Ujian Sekolah yang ditetapkan oleh SMK Negeri 2
Cibinong berdasarkan perolehan Nilai Ujian Sekolah.
Nilai Ujian Sekolah dimaksud di atas diperoleh dari Nilai ujian Sekolah pada
semua mata pelajaran adalah Nilai Ujian Sekolah pada semua mata pelajaran
yang diujikan minmal 70 (Tujuh Puluh)
Kelulusan peserta didik dari SMK Negeri 2 Cibinong ditentukan berdasarkan rapat
Dewan Guru, dan ditetapkan setelah satuan pendidikan menerima hasil UN peserta
didik yang bersangkutan
78
dilaksanakan oleh guru, sedangkan untuk kelas XI dan XI didasari oleh nilai rata-rata
pada semester sebelumnya.
2. Kompleksitas diperoleh dengan
mengidentifiasi indikator sebagai penanda tercapainya kompetensi dasar
3. Kemampuan daya dukung, yang
berorientasi pada sumber belajar.
KKM minimal yang ditetapkan minimal 60 untuk pengetahuan dan keterampilan,
sedangkan sikap minimal baik. Nilai perolehan siswa untuk pengetahuan menggunakan
rerata, keterampilan menggunakan rata-rata optimum dengan skala 1 – 100. Untuk Tahun
pelajaran 2017-2018 KB setiap mata pelajaran adalah sebagai berikut:
KETUNTASAN BELAJAR
Kelas : X ( Sepuluh )
Semester : 1 (Ganjil)
KB Kelas X
No Mata Pelajaran
Sikap Pengetahuan Ketrampilan
A.Muatan Nasional
1. Pendidikan Agama dan BudiPekerti 71 71 75
2. Pendidikan Pancasila dan
71 71 75
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 71 71 75
4. Matematika 71 71 75
5. Sejarah Indonesia 71 71 75
6. Bahasa Inggris dan Bahasa Asing
71 71 75
Lainnya
B.Muatan Kewilayahan
7. Seni Budaya 71 71 75
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
71 71 75
Kesehatan
9 Muatan Lokal : Bahasa Sunda 71 71 75
C.Muatan Peminatan Kejuruan
C1.Dasar Bidang Keahlian
Simulasi dan Komunikasi Digital 71 71 75
Ekonomi Bisnis 71 71 75
Administrasi Umum 71 71 75
IPA 71 71 75
C2.Dasar Program Keahlian
Etika Profesi 71 71 75
Aplikasi Pengolah
71 71 75
Angka/Spreadsheet
79
KB Kelas X
No Mata Pelajaran
Sikap Pengetahuan Ketrampilan
Akuntansi Dasar 71 71 75
Perbankan Dasar 71 71 75
Kelas : X ( Sepuluh )
Semester : 2 (Genap)
KB Kelas X
No Mata Pelajaran
Sikap Pengetahuan Ketrampilan
A.Muatan Nasional
1. Pendidikan Agama dan BudiPekerti 71 71 75
2. Pendidikan Pancasila dan
71 71 75
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 71 71 75
4. Matematika 71 71 75
5. Sejarah Indonesia 71 71 75
6. Bahasa Inggris dan Bahasa Asing
71 71 75
Lainnya
B.Muatan Kewilayahan
7. Seni Budaya 71 71 75
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
71 71 75
Kesehatan
9 Muatan Lokal : Bahasa Sunda 71 71 75
C.Muatan Peminatan Kejuruan
C1.Dasar Bidang Keahlian
Simulasi dan Komunikasi Digital 71 71 75
Ekonomi Bisnis 71 71 75
Administrasi Umum 71 71 75
IPA 71 71 75
C2.Dasar Program Keahlian
Etika Profesi 71 71 75
Aplikasi Pengolah
71 71 75
Angka/Spreadsheet
Akuntansi Dasar 71 71 75
Perbankan Dasar 71 71 75
Keterangan:
80
BAB V
KALENDER PENDIDIKAN
A. Alokasi Waktu
Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lainnya tertera
pada tabel berikut.
Tabel ...
Alokasi Waktu pada Kelender Pendidikan
81
No Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan
5. Hari libur 2 – 4 minggu Daerah khusus yang memerlukan
keagamaan libur keagamaan lebih panjang dapat
mengaturnya sendiri tanpa
mengurangi jumlah minggu efektif
belajar dan waktu pembelajaran
efektif.
6. Hari libur Maksimum 2 Disesuaikan dengan Peraturan
umum/nasional minggu Pemerintah.
7. Hari libur Maksimum 1 Untuk satuan pendidikan sesuai
khusus minggu dengan ciri kekhususan masing-
masing.
8. Kegiatan Maksimum 3 Digunakan untuk kegiatan yang
khusus minggu diprogramkan secara khusus oleh
sekolah/madras sekolah/madrasah tanpa mengurangi
ah jumlah minggu efektif belajar dan
waktu pembelajaran efektif.
82
B. KALENDER PENDIDIKAN
83
Kepla Sekolah
Juniartini, S.Pd
NIP. 197106162000032005
84
BAB VI
PENUTUP
85
LAMPIRAN
1
VERIFIKASI DOKUMEN KTSP (KURIKULUM 2013)
SMK KABUPATEN BOGOR
TAHUN PELAJARAN 2017-2018
Hasil Verifikasi
Komponen KTSP/Indikator Ket
Sesuai Tidak
Memiliki program kerja pengembangan kuriulum
Memiliki SK Tim Pengembang KTSP
Memiliki POS pengembangan KTSP
Melakukan identifikasi SNP
Menyusun Analisis Konteks
Pengembangan Kurikulum Dilakukan oleh Tim
pengembang KTSP di sekolah melibatkan unsur sekolah
dan komite
Pengembangan Kurikulum Dilakukan oleh tim pengembang
KTSP di sekolah melibatkan unsur DU/DI
Pengembangan Kurikulum Dilakukan oleh Tim
pengembang KTSP di sekolah melibatkan unsur Dinas
Pendidikan
Pengembangan Kurikulum Dilakukan oleh Tim
pengembang KTSP di sekolah melibatkan unsur sekolah
dan komite
Halaman sampul dilengapi logo sekolah/daerah, Judul
Kerikulum, tahun pelajaran dan alamat sekolah
Lembar pengesahan dengan kalimat yang benar,
ditandatangani dan distempeloleh Kepala Sekolah, Komite
Sekolah serta pejabat Dinas Pendidikan Provinsi
Daftar isi sesuai isi dan halaman dokumen kurikulum
Bab I
Pendahuluan: Rasional/ Latar belakang menjelaskan kondisi
ideal, kondisi nyata dan potensi/karakteristik satuan
pendidikan
Mencantumkan dasar hukum yang sesuai dan berlaku
Mencantumkan Tujuan pendidikan menengah kejuruan
Mencantumkan Visi, misi dan tujuaan satuan pendidikan
Profil dan standar kompetensi lulusan
Bab II
Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
meliputi; muatan nasional, muatan kewilayahan, dan
2
Hasil Verifikasi
Komponen KTSP/Indikator Ket
Sesuai Tidak
muatan peminatan Kejuruan
Pengaturan alokasi waktu per mata pelajaran disesuaikan
struktur kurikulum, minat dan kebutuhan peserta didik dan
sekolah dengan jumlah waktu minimal 42 jam pelajaran per
minggu
Mencantumkan penjelasan implementasi pengaturan beban
belajar
Mencantumkan penjelasan keunggulan lokal/ global dan
muatan lokal
Mencantumkan KKM setiap mata pelajaran
Mencantumkan penjelasan peminatan
Mencantumkan penjelasan lintas minat
Mencantumkan penjelasan pendalaman minat
Mencantumkan penjelasan implementasi kegiatan
pengembangan diri
Mencantumkan penjelasan kriteria kenaikan kelas
Mencantumkan penjelasan kriteria kelulusan
Bab. III Memuat kalender pendidikan yang memuat awal
tahun pelajaran, hari efektif belajar, jadwal libur, agenda
kegiatan sekolah selama satu tahun pelajaran
Bab. IV Penutup
Melampirkan SK Tim pengemnag kurikulum
Catatan:
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................