PENDAHULUAN
A. Rasional
1. Pasal 36 ayat (2) menyebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan,
potensi daerah, dan peserta didik.
2. Pasal 36 ayat (3) menyebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang
pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
(a) peningkatan iman dan takwa; (b) peningkatan akhlak mulia; (c) peningkatan potensi,
kecerdasan, dan minat peserta didik; (d) keragaman potensi daerah dan lingkungan; (e)
tuntutan pembangunan daerah dan nasional; (f) tuntutan dunia kerja; (g) perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (h) agama; (i) dinamika perkembangan global; dan
(j) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
3. Pasal 38 Ayat (2) mengatur bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah
dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan
dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau
kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk
pendidikan menengah.
Direktorat Pembinaan SMK sesuai dengan tugas dan fungsinya berkewajiban untuk
memberikan bimbingan teknis kepada setiap SMK/MAK melalui berbagai strategi dan
pendekatan, agar pada saatnya setiap SMK/MAK memiliki kemampuan untuk menyiapkan
KTSP SMK/MAK sebagaimana diharapkan.
B. Landasan Filosofis
1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini
dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan KTSP SMK/MAK dikembangkan
berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun
kehidupan masa kini dan untuk membangun dasar-dasar kehidupan bangsa yang lebih
baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu
menjadi tujuan dasar KTSP SMK/MAK . Hal ini mengandung makna bahwa KTSP
SMK/MAK adalah rancangan program pembelajaran PMK untuk mempersiapkan
kehidupan generasi muda sebagai human capital bangsa. Dengan demikian, tugas
mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tenaga kerja menengah yang handal
merupakan tugas utama SMK/MAK. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan
masa depan peserta didik, KTSP SMK/MAK mengembangkan pengalaman belajar yang
memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai berbagai kompetensi.
Kompetensi yang diajarkan dan dilatihkan pada SMK/MAK diprogramkan untuk
memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja (labour market), hal ini sejalan dengan
pandangan filsafat esensialisme. Di sisi lain dalam pandangan filosofi pragmatisme
PMK diselenggarakan untuk maksud memenuhi seluruh kebutuhan individu peserta didik
dalam mempersiapkan diri menjalani dan memecahkan permasalahan-permasalahan
kehidupan sehari-hari di masyarakat dan keluarga.
3. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Peserta didik SMK/MAK
belajar membangun pengalaman diri dalam memecahkan permasalahan-permasalahan
secara kreatif. Untukitu peserta didik SMK/MAK perlu memiliki pengalaman belajar
berpikir kreatif, bekerja kreatif sendiri-sendiri maupun dengan orang lain, dan
menerapkan inovasi-inovasi dalam setiap pemecahan masalah kerja dan kehidupan.
Menurut pandangan filosofi ini, proses pendidikan kejuruan adalah suatu proses
pemberian dan fasilitasipengalaman dan kesempatan kepada peserta didik untuk
melakukan proses mind on, hands on, dan heart on secara seimbang melalui penguatan
kemampuan milihat, mendengar, membaca, bertindak secara matang dan cermat. KTSP
SMK/MAK mengunggulkan budaya tekno-sain-sosio-kultural dalam memecahkan
masalah-masalah kerja dan sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
6. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari
masa lalu dengan berbagai kemampuan belajar yang cerdas dalam menumbuhkan
kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan
berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik
(experimentalism and social reconstructivism).
C. Landasan Teoritis
Dua tokoh pendidikan kejuruan berbeda aliran sangat kuat mewarnai teori-teori
pendidikan kejuruan dunia. Tokoh tersebut adalah Charles Prosser dan John Dewey. Teori
Prosser menyatakan bahwa Pendidikan Kejuruan membutuhkan lingkungan pembelajaran
menyerupai dunia kerja dan peralatan yang memadai sesuai kebutuhan pelaksanaan pekerjaan
di dunia kerja. Agar efektif Pendidikan Kejuruan harus melatih dan membentuk kebiasaan
kerja sebagai suatu kebutuhan yang harus dimiliki bagi setiap individu yang mau bekerja.
Penguatan kemampuan dan skill kerja dapat ditingkatkan melalui pengulangan cara berpikir
dan cara bekerja yang efisien. Pendidikan Kejuruan harus melakukan seleksi bakat dan minat.
Guru Pendidikan Kejuruan akan berhasil jika telah memiliki pengalaman sukses dalam
menerapkan skill dan pengetahuan sesuai bidang yang diajarkan. Kemampuan produktif
sebagai standar performance dikembangkan berdasarkankebutuhan industri sesuai actual
jobs. Pendidikan Kejuruan membutuhkan biaya pendidikan dan pelatihan yang harus
terpenuhi dan jika tidak sebaiknya tidak diselenggarakan.
Dewey berargumen bahwa sekolah tradisional yang tumpul dan mekanistis harus
dikembangkan menjadi pendidikan yang demokratis dimanapeserta didik mengeksplorasi
kapasitas dirinya sendiri untuk berpartisipasi dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
Dewey memberi wawasan bahwa sekolah harus mampu melakukan proses transmisi dan
transformasi budaya dengan peningkatan dan kesetaraan posisi dalam ras, etnik, posisi sosial
ekonomi di masyarakat.Setiap individu memiliki pandangan positif terhadap satu sama lain.
Pendidikan Kejuruan tidak hanya fokus pada bagaimana memasuki lapangan pekerjaan,
tetapi juga fokus pada peluang-peluang pengembangan karir, adaptif terhadap perubahan
lapangan kerja dan berbasis pengetahuan atau ide-ide kreatif.
Selain dua teori induk Pendidikan Kejuruan yaitu Teori Efisiensi Sosial dari Charles
Prosser dan Pendidikan Vokasional Demokratis dari John Dewey, adaTeori Tri Budaya
sebagai pemikiran awal yang dapat digunakan untuk pengembangan kompetensi
kevokasionalan (Sudira, 2011). Teori Tri Budaya menyatakan Pendidikan Kejuruan akan
berhasil jika mampu mengembangkan budaya berkarya, budaya belajar, dan budaya melayani
secara simultan. Pendidikan Kejuruan dalam melakukan proses pendidikan dan pelatihan
harus membangun budaya berkarya, belajar, dan menerapkan hasil-hasil karya inovatif
sebagai bentuk-bentuk layanan kemanusiaan. Karya sebagai hasil inovasi belajar harus
digunakan untuk kesejahteraan bersama melayani orang lain.
Pendekatan pembelajaran yang diterapkan di SMK/MAK adalah pembelajaran berbasis
kompetensi. Pembelajaran yang membangun performa peserta didik “individual ability to
perform” mencakup penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara terpadu.
Pendekatan pembelajaran ini harus menganut pembelajaran tuntas (mastery learning) untuk
dapat menguasai sikap (attitude), pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skills) agar
dapat bekerja sesuai profesinya. Agar peserta didik dapat belajar secara tuntas, dikembangkan
prinsip pembelajaran sebagai berikut.
Pendidikan Kejuruan sebagai pendidikan untuk dunia kerja sangat penting fungsi dan
posisinya dalam memenuhi tujuan kebijakan ketenagakerjaan. Kebijakan ketenagakerjaan
suatu negara diharapkan mencakup lima hal pokokyaitu: (1) memberi peluang kerja untuk
semua angkatan kerja yang membutuhkan; (2) pekerjaan tersedia seimbang dan merata di
setiap daerah dan wilayah; (3) memberi penghasilan yang mencukupi sesuai dengan
kelayakan hidup dalam bermasyarakat; (4) pendidikan dan pelatihan mampu secara penuh
mengembangkan semua potensi dan masa depan setiap individu; (5) matching man and jobs
dengan kerugian-kerugian minimum, pendapatan tinggi dan produktif. Kebijakan
ketenagakerjaan tidak boleh memihak hanya pada sekelompok atau sebagian dari
masyarakatnya. Jumlah dan jenis-jenis lapangan pekerjaan tersedia, tersebar merata,
seimbang, dan layak untuk kehidupan seluruh masyarakat. Pendidikan kejuruan menjadi
tidak efisien jika lapangan pekerjaan tidak tersedia merata dan seimbang bagi lulusannya.
KTSP SMK/MAK menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru dalam bentuk
proses belajar mengajar yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran teori di kelas,
pembelajaran pembuktian teori di laboratorium, pembelajaran skill di
bengkel/studio/workshop/kebun dsb, pembelajaran ketrampilan kerja di tempat kerja (DU-DI,
Teaching factory, Business centre); dan (2) pengalaman belajar langsung di dunia kerja untuk
membangun kebiasan kerja. Demikian juga dengan pembelajaran langsung di masyarakat
sesuai dengan latar belakang, karakteristik, kompetensi keahlian dan kemampuan awal
peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar
bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
D. Landasan Yuridis
A. Visi Sekolah
Terwujudnya lulusan yang berakhlak mulia, cerdas terampil dan mampu mandiri
Di Dunia kerja berlandaskan Pancasila, Iman dan Taqwa.
B. Misi Sekolah
1. Melaksanakan Pelayanan Pendidikan Agama, Budi Pekerti Luhur dan Karakter Bangsa
yang diintegrasikan dalam setiap Mata Diklat Normatif, Adaptif dan Produktif.
2. Melaksanakan Kegiatan Pengembangan Diri dibidang Lingkungan Hidup, Bela Negara,
Olahraga dan Seni.
3. Membekali Siswa dengan berbagai Keterampilan Produktif dalam rangka memasuki
Dunia Kerja dan membuka Lapangan Kerja.
C. Tujuan Sekolah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMK Negeri 1 Pugaan bertujuan
menyediakan program pembelajaran untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki
kemampuanmulia, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif dalam menyelesaikan
permasalahan kehidupan serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. KTSP SMK Negeri 1 Pugaan diharapkan
membangun dampak pendidikan berupa kompetensi untuk dapat melakukan seperangkat
tindakan cerdas, penuh tanggungjawab sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh
masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Luaran hasil
pendidikanpada SMK Negeri 1 Pugaan dinilai oleh sekolah danmasyarakat pemangku
kepentingan. Sehingga KTSP SMK Negeri 1 Pugaan ditetapkan bersama dengan pemangku
kepentingan dan kalangan profesi,ditetapkan oleh Kepala SMK Negeri 1 Pugaan, dan
disahkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi
7. TuntutanDuniaKerja
Tuntutan dunia kerja merupakan variabel pokok pengembangan pendidikan kejuruan.
Pengembangan KTSP SMK Negeri 1 Pugaan berbasis tuntutan kompetensi dunia kerja.
Kegiatan pembelajaran di SMK Negeri 1 Pugaan harus dapat mendukung tumbuh-
kembangnya:(1) keterampilan kebekerjaan(employability skills) yakni kemampuan
individu untuk menyesuaikan diri dengan iklim kerja di dunia kerja; (2) keterampilan
teknis (technical skills) adalah kemampuan melakukan pekerjaan sesuai dengan
mekanisme, prosedur, cara, serta penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
sesuai bidangkerjanya; (3) bertindak produktif, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif
dalam melaksanakan tugas dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang
lazim dilakukan serta menyelesaikan masalah komplek ssesuai dengan bidang kerja; (4)
menampilkan kinerja mandiri dengan pengawasan tidak langsung atasan dan atau
secaraman diri berdasarkan kuantitas dan kualitas terukur sesuai standar kompetensi
kerja, serta bertanggung jawab atas hasil kerja orang lain; (5) berjiwa wirausahaan dan
mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, KTSP SMK Negeri 1 Pugaan perlu memuat
kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja.
8. PerkembanganIlmuPengetahuan, Teknologi, danSeni
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis
pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan.
Pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan
IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan.Pendekatan sains dan
rekayasa penting dijadikan model pendekatan pembelajaran kejuruan di SMK1 Negeri
Pugaan. Olehkarenaitu, KTSP SMK Negeri 1 Pugaan harus dikembangkan secara berkala
dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
9. DinamikaPerkembangan Global
KTSP SMK Negeri 1 Pugaan dikembangkan untuk menciptakan kemandirian, baik pada
individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar bebas.
Pergaulan antar bangsa yang semakin dekat memerlukan individu yang mandiri dan
mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku
dan bangsa lain.
10. Persatuan Nasional dan Nilai-Nilai Kebangsaan
Kurikulum diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik
yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Oleh karena itu, KTSP
SMK Negeri 1 Pugaan K-13 harus menumbuh kembangkan wawasan dan sikap
kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah
NKRI.
11. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat
KTSP SMK Negeri 1 Pugaan K-13 dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
social budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya.
Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat ditumbuhkan terlebih dahulu sebelum
mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.
12. Kesetaraan Jender
KTSP SMK Negeri 1 Pugaan K-13 diarahkan kepada pengembangan sikap dan perilaku
yang berkeadilan dengan memperhatikan kesetaraan jender.
13. KarakteristikSatuanPendidikan
KTSP SMK Negeri 1 Pugaan K-13 dikembangkan sesuai dengan kondisi dan ciri khas
satuan pendidikan.
5. Tata Kelola KTSP SMK Negeri 1 Pugaan
Penyempurnaan tata kelola KTSP SMKNegeri 1 Pugaan diarahkan pada peningkatan
hal-hal sebagai berikut.
1. Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat
kolaboratif.
2. Penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala
sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader).
3. Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.
4. Penguatan kerjasama dengan dunia kerja melalui sharing sumber daya.
5. Pengelolaan pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki
pilihan –pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama.
6. Pembelajaran interaktif (interaktif guru-pesertadidik-masyarakat-lingkungan alam,
sumber/media lainnya).
7. Pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari
mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet).
8. Pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan
model pembelajaran pendekatan sains).
9. Belajar kelompok berbasis tim.
10. Pembelajaran berbasis alat nyata dan multimedia.
11. Pembelajaran memperkuat pengembangan potensikhusus yang dimiliki setiap peserta
didik, dan Pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidiscipline).
6. Tim Pengembang KTSP SMK Negeri 1 Pugaan
KTSP SMK Negeri 1 Pugaan dikembangkan secara tim di bawah koordinasi dan
supervise dinas pendidikan atau kantor wilayah kementerian agama provinsi. Tim
pengembang KTSP SMK Negeri 1 Pugaan terdiriatas:
1. Ketua kompetensi keahlian
2. Kelompok gurukompetensi keahlian
3. Wakil kepala sekolah bidang kurikulum
4. Wakil kepala sekolah bidang humas
5. Kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota. Dalamkegiatan pengembangan
KTSP SMKNegeri 1 Pugaan, tim pengembang melibatkan :
1. Komite sekolah
2. Pengawas SMK Negeri 1 Pugaan
3. Praktisi dunia kerja terkait
4. Koordinasi dan supervise dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan
BAB III
A. Kerangka Dasar
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis penting kedudukannya dalam pengembangan
kurikulum.Landasan filosofis memberi arah ideal dan pemikiran yang mendasar tentang
isi suatu kurikulum, konsep pembelajaran yang tepat, posisi peserta didik, penilaian hasil
belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan kerja serta
lingkungan alam di sekitarnya.KTSP SMK Negeri 1 Pugaan dikembangkan dengan
landasan filosofis sebagai berikut :
1) Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa
kini dan masa mendatang.
2) KTSP SMK K-13disusun untuk membangun budaya tekno-sain-sosio-kultural yaitu
suatu budaya masyarakat yang secara sosial baik di sekolah,dunia kerja, keluarga,
maupun di masyarakatsecara sinergi tumbuh budaya pemecahan masalah secara
terencana, terprogram, produktif, terdesain dan dijelaskan atau diberi eksplanasi
melalui proses inkuiri dan diskoveri. Pendidikan harus menanamkan tata nilai yang
kuat dan jelas sebagai landasan pembentukan watak dan perkembangan kehidupan
manusia.
3) Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif
4) Pendidikan menengah kejuruan membutuhkan penumbuhan atitude pokok (core
attitudes) yaitu disiplin diri (self-discipline), keterbukaan terhadap pengalaman diri
dan orang lain (openness to experience), kemampuan pengambilan resiko (risk-
taking), toleran terhadap dualisme (tolerance for ambiguity), dan kepercayaan
kelompok (group trust).
5) Pendidikan menengah kejuruan mengembangkan kecerdasan emosional-spiritual,
sosial-ekologis, intelektual, kinestetis, ekonomika, teknologi, seni-budaya, dan
kecerdasan belajar sebagai pusat pengembangan kecerdasan (Sudira, 2015). Filosofi
ini menentukan bahwa isi KTSP SMK mencakup kecerdasan ganda dan bersifat
kontekstual. Filosofi ini mensyaratkan KTSP SMK memberi pengalaman belajar
yang utuh dan menyeluruh dalam mengembangkan kecerdasan peserta didik.
6) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik
dari masa lalu dengan berbagai kemampuan belajar yang cerdas dalam
menumbuhkan kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial,
kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa
yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism).
Merujuk enam filosofi tersebut,maka KTSP SMK dikembangkan dengan maksud
untuk mengembangkan seluruh potensi kecerdasan peserta didik agar kompeten dalam
memecahkan masalah-masalahkerja, masalah-masalahsosial di masyarakat secara kreatif,
memiliki kemampuan berpikir kreatif, bekerja kreatif dengan orang lain dan mampu
menerapkan inovasi serta dilandasi disiplin diri yang tinggi, keterbukaan terhadap
pengalaman diri dan orang lain (openness to experience), kemampuan pengambilan resiko
(risk-taking), dan toleran terhadap dualisme untuk membangun kehidupan masyarakat
demokratis yang lebih baik.
Pendidikan menjadi bermakna apabila secara pragmatis dapat mendidik manusia dapat
hidup sesuai dengan zamannya. Pendidikan harus dilihat sebagai wahana untuk membekali
peserta didik dengan berbagai kemampuan guna menjalani dan mengatasi masalah
kehidupan pada hari esok maupun masa depan yang selalu berubah. Pendidikan kejuruan
perlu mengajar dan melatih peserta didik untuk menguasai kompetensi dan kemampuan lain
yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan sebagai modal untuk pengembangan dirinya di
kemudian hari.
Secara filosofis, penyusunan kurikulum SMK perlu mempertimbangkan
perkembangan psikologis peserta didik dan perkembangan/kondisi kehidupan sosial budaya
masyarakat.
a. Perkembangan Psikologis Peserta Didik
Secara umum, manusia mengalami perkembangan psikologis sesuai dengan
pertambahan usia dan berbagai faktor lainnya yaitulatar belakang pendidikan, ekonomi
keluarga, dan lingkungan pergaulan, yang mengakibatkan perbedaan dalam dimensi
fisik, intelektual, emosional, dan spiritual. Pada kurun usia peserta didik di SMK,
mereka memiliki kecenderungan untuk mencari identitas atau jati diri.
Pondasi kejiwaan yang kuat diperlukan oleh peserta didik agar berani
menghadapi, mampu beradaptasi dan mengatasi berbagai masalah kehidupan, baik
kehidupan profesional maupun kehidupan keseharian, yang selalu berubah bentuk dan
jenisnya serta mampu meningkatkan diri dengan mengikuti pendidikan yang lebih
tinggi.
b. Kondisi Sosial Budaya
Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan
pemerintah. Pendidikan yang diterima dari lingkungan keluarga (informal), yang diserap
dari masyarakat (nonformal), maupun yang diperoleh dari sekolah (formal) akan menyatu
dalam diri peserta didik, menjadi satu kesatuan yang utuh, saling mengisi, dan diharapkan
dapat saling memperkaya secara positif.
Peserta didik SMK berasal dari anggota berbagai lingkungan masyarakat yang
memiliki budaya, tata nilai, dan kondisi sosial yang berbeda.Pendidikan kejuruan
mempertimbangkan kondisi sosial. Karenanya, segala upaya yang dilakukan harus selalu
berpegang teguh pada keharmonisan hubungan antar individu dalam masyarakat luas
yang dilandasi dengan akhlak dan budi pekerti yang luhur, serta keharmonisan
antarsistem pendidikan dengan sistem-sistem yang lain (ekonomi, sosial, politik, religi,
dan moral). Secara sosial-budaya, Kurikulum SMK edisi 2013 dikembangkan dengan
memperhatikan berbagai dinamika, kebutuhan masyarakat, dan tidak meninggalkan akar
budaya Indonesia.
Dengan mempertimbangkan faktor budaya, tata nilai, dan opini sosiologis
masyarakat, kurikulum SMK juga disusun berdasarkan prinsip diversifikasi dimaksudkan
untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan pada satuan pendidikan, baik
dengan kondisi dan kekhasan potensi yang ada di daerah, maupun dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, berbagai jenis program keahlian pada
pendidikan menengah kejuruan semestinya dapat diterima dan diapresiasi secara positif
oleh berbagai kelompok masyarakat Indonesia.
2. Landasan Teoritis
Dua tokoh pendidikan kejuruan berbeda aliran sangat kuat mewarnai teori-teori
pendidikan kejuruan dunia. Tokoh tersebut adalah Charles Prosser dan John Dewey.
Teori Prosser menyatakan bahwa Pendidikan Kejuruanmembutuhkan lingkungan
pembelajaran menyerupai dunia kerja danperalatan yang memadai sesuai
kebutuhanpelaksanaan pekerjaan di dunia kerja. Agar efektif Pendidikan Kejuruan harus
melatih dan membentuk kebiasaan kerja sebagai suatu kebutuhan yang harus dimiliki
bagi setiap individu yang mau bekerja. Penguatan kemampuan dan skill kerja dapat
ditingkatkan melalui pengulangan cara berpikir dan cara bekerja yang efisien. Pendidikan
Kejuruan harus melakukan seleksi bakat dan minat. Guru Pendidikan Kejuruan akan
berhasil jika telah memiliki pengalaman sukses dalam menerapkan skilldan pengetahuan
sesuai bidang yang diajarkan. Kemampuan produktif sebagai standar performance
dikembangkan berdasarkankebutuhan industri sesuai actual jobs.Pendidikan Kejuruan
membutuhkan biaya pendidikan dan pelatihan yang harus terpenuhi dan jika tidak
sebaiknya tidak diselenggarakan.
Pendidikan Kejuruan dalam pandangan teori John Dewey menegaskan bahwa
Pendidikan Kejuruan menyiapkan peserta didik memiliki kemampuann memecahkan
permasalahan sesuai perubahan-perubahan dalam cara-cara berlogika dan membangun
rasional melalui proses pemikiran yang semakin terbuka dalam menemukan berbagai
kemungkinan solusi dari berbagai pengalaman. Dampak pokok dari TVET yang
diharapkan oleh Dewey adalah masyarakat berpengetahuan yang mampu beradaptasi dan
menemukan kevokasionalan dirinya sendiri dalam berpartisipasi di masyarakat, memiliki
wawasan belajar dan bertindak dan melakukan berbagai perubahan sebagai proses belajar
sepanjang hayat. Belajar berlangsung selama jiwa masih dikandung badan. Dewey juga
mengusulkan agar Pendidikan Kejuruan dapat mengatasi permasalahan diskriminasi
pekerjaan, diskriminasi kaum perempuan, dan minoritas. Dewey memberi advokasi
modernisasikurikulum Pendidikan Kejuruan menjadi "scientific-technical". Studi ini
mengkaitkan cara-cara bekerja yang didukung pengetahuan yang jelas dan memadai.
Dewey berargumen bahwa sekolah tradisional yang tumpul dan mekanistis harus
dikembangkan menjadi pendidikan yang demokratis dimanapeserta didik mengeksplorasi
kapasitas dirinya sendiriuntuk berpartisipasi dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
Dewey memberi wawasan bahwa sekolah harus mampu melakukan proses transmisi dan
transformasi budaya dengan peningkatan dan kesetaraan posisi dalam ras, etnik, posisi
sosial ekonomi di masyarakat.Setiap individu memiliki pandangan positif terhadap satu
sama lain. Pendidikan Kejuruan tidak hanya fokus pada bagaimana memasuki lapangan
pekerjaan, tetapi juga fokus pada peluang-peluang pengembangan karir, adaptif terhadap
perubahan lapangan kerja dan berbasis pengetahuan atau ide-ide kreatif.
Kurikulum Pendidikan Kejuruan menurut Dewey memuat kemampuan akademik
yang luas dan kompetensi generik, skill teknis, skillinterpersonal, dan karakter kerja.
Kurikulum Pendidikan Kejuruan mengintegrasikanpendidikan akademik, karir, dan
teknik. Ada artikulasi di antara pendidikan dasar, menengah, pendidikan tinggi, dandekat
dengan dunia kerja. Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu membangun
komunitas masyarakatsecara bersama-sama menjadi anggota masyarakat yang
aktifmengembangkan budaya. Menurut Dewey hanya pengalaman yang benar dan
nyatayang dapat membuat peserta didik dapat menghubungkanpengetahuan yang
dipelajari. Teori pendidikan demokratis Dewey cocok dengan tuntutan Pendidikan
Kejuruan Abad XXI.
Selain dua teori induk Pendidikan Kejuruan yaitu Teori Efisiensi Sosial dari Charles
Prosser dan Pendidikan Vokasional Demokratis dari John Dewey, adaTeori Tri Budaya
sebagai pemikiran awal yang dapat digunakan untuk pengembangan kompetensi
kevokasionalan (Sudira, 2011). Teori Tri Budaya menyatakan Pendidikan Kejuruan akan
berhasil jika mampu mengembangkan budaya berkarya, budaya belajar, dan budaya
melayani secara simultan. Pendidikan Kejuruan dalam melakukan proses pendidikan dan
pelatihan harus membangun budaya berkarya, belajar, dan menerapkan hasil-hasil karya
inovatif sebagai bentuk-bentuk layanan kemanusiaan. Karya sebagai hasil inovasi belajar
harus digunakan untuk kesejahteraan bersama melayani orang lain.
Pendekatan pembelajaran yang diterapkan di SMK/MAK adalah pembelajaran
berbasis kompetensi. Pembelajaran yang membangun performa peserta didik “individual
ability to perform” mencakup penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara
terpadu. Pendekatan pembelajaran ini harus menganut pembelajaran tuntas (mastery
learning) untuk dapat menguasai sikap (attitude), pengetahuan (knowledge) dan
keterampilan (skills) agar dapat bekerja sesuai profesinya. Agar peserta didik dapat
belajar secara tuntas, dikembangkan prinsip pembelajaran sebagai berikut.
4. Learning by doing (belajar melalui aktivitas/kegiatan nyata, otentik, kontekstual yang
memberikan pengalaman belajar bermakna), dikembangkan menjadi pembelajaran
berbasis produksi, pembelajaran berbasis pemecahan masalah, pembelajaran berbasis
kerja, pembelajaran berbasis inkuiri, pembelajaran berbasis diskoveri;
5. Individualized learning yakni pembelajaran dengan memperhatikan keunikan setiap
individu dan dilaksanakandengan sistem modular.
6. Team work learning adalah pembelajaran yang mengembangkan kemampuan bekerja
secara tim dengan penguatan kompetensi diri bertanggung-jawab dengan tugas-tugas
dan memahami posisi dan fungsinya dalam tim. Pembelajaran kejuruan tidak cukup
belajar menguasai kompetensi secara individu tetapi perlu belajar dalam kelompok.
Pendidikan Kejuruan sebagai pendidikan untuk dunia kerja sangat penting fungsi
dan posisinya dalam memenuhi tujuan kebijakan ketenagakerjaan. Kebijakan
ketenagakerjaan suatu negara diharapkanmencakup lima hal pokokyaitu: (1) memberi
peluang kerja untuk semua angkatan kerja yang membutuhkan; (2) pekerjaan tersedia
seimbang dan merata di setiap daerah dan wilayah; (3)memberi penghasilan yang
mencukupi sesuai dengan kelayakan hidup dalam bermasyarakat; (4) pendidikan dan
pelatihan mampu secara penuh mengembangkan semua potensi dan masa depan setiap
individu; (5) matching man and jobs dengan kerugian-kerugian minimum, pendapatan
tinggi dan produktif. Kebijakan ketenagakerjaan tidak boleh memihak hanya pada
sekelompok atau sebagian dari masyarakatnya. Jumlah dan jenis-jenis lapangan
pekerjaantersedia, tersebar merata, seimbang, dan layak untuk kehidupan seluruh
masyarakat. Pendidikan kejuruan menjadi tidak efisien jika lapangan pekerjaan tidak
tersedia merata dan seimbang bagi lulusannya.
KTSP SMK/MAK dikembangkan atas teoriEfisiensi Sosial dan Pendidikan
Demokratis, “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori
kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum), pembelajaran berbasis
kerja, pembelajaran berbasis produksi, danpembelajaran berbasis pemecahan masalah.
Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai standar
minimal warga negara yang dirinci menjadi standar kompetensi lulusan, standar isi,
standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum
berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya
bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,
berketerampilan, dan bertindak.
KTSP SMK/MAK menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru dalam bentuk
proses belajar mengajar yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran teori di kelas,
pembelajaran pembuktian teori di laboratorium, pembelajaran skill di
bengkel/studio/workshop/kebun dsb, pembelajaran ketrampilan kerja di tempat kerja
(DU-DI, Teaching factory, Business centre); dan (2) pengalaman belajar langsung di
dunia kerja untuk membangun kebiasan kerja.Demikian juga dengan pembelajaran
langsung di masyarakat sesuai dengan latar belakang, karakteristik, kompetensi keahlian
dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik
menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi
hasil kurikulum.
3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis pengembangan KTSP SMK Negeri 1 Pugaan K-13 antara lain:
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Peraturan Pemerintah Nomor13
Tahun2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 61 tahun
2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor ....tahun
2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Menengah Kejuruan;
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor ....tahun
2016 tentang Standar Isi Pendidikan Menengah Kejuruan;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor ....tahun
2016 tentang Standar Proses Pendidikan Menengah Kejuruan;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor ....tahun
2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan Menengah Kejuruan;
8. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4678/D/KEP/MK/2016 tentang Spektrum
Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan;
9. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 130/D/KEP/KR/2017 tentang Struktur
Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah.
10. Permendikbud Nomor : 07 / D.D5 / KK/ 2018 tentang Strktur kurikulum SMK /
MAK
11. Permendikbud Nomor : 06 / D.D5 / KK / 2018 tentang Spektrum Keahlian Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) / Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
B. Struktur Kurikulum , Muatan Kurikulum Tingkat Nasional dan Daerah
KELAS
MATA PELAJARAN X XI XII
1 2 1 2 1 2
A. Muatan Nasional
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 3 3
2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 4 4 3 3 2 2
4 Matematika 4 4 4 4 4 4
5 Sejarah Indonesia 3 3 - - - -
6 Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya*) 3 3 3 3 4 4
Jumlah A 19 19 15 15 15 15
B. Muatan Kewilayahan
1 Seni Budaya 3 3 - - - -
2 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2 2 2 2 - -
Jumlah B 5 5 2 2 - -
C. Muatan Peminatan Kejuruan
C1. Dasar Bidang Keahlian
1 Simulasi dan Komunikasi Digital 3 3 - - - -
2 Fisika 3 3 - - - -
3 Kimia 3 3 - - - -
C2. Dasar Program Keahlian
1 Gambar Teknik Otomotif 4 4 - - - -
2 Teknologi Dasar Otomotif 4 4 - - - -
3 Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif 5 5 - - - -
C3. Kompetensi Keahlian
1 Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan - - 8 8 9 9
Muatan : Nasional
bertanggung-jawab, responsif,
pengkondisian secara
berkesinambungan serta
permasalahan dalam
Allah swt.
agama
terkait
di Makkah
Madinah
terkait
Allah swt.
kebenaran) dalam
mewujudkan kejujuran
terkait
dakwah di masyarakat
kejayaan
demokratis
sesama manusia
kehidupan sehari-hari
dalam memajukan
perkembangan Islam di
Indonesia
masyarakat di Indonesia
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
Menunjukkan keterampilan
berkenaan dengan ilmu
Menunjukkan keterampilan
mempersepsi, kesiapan,
(mujahadah an-nafs),
terkait
dan lancar
4.4 Mempresentasikan
3.4 Menganalisis makna
hubungan makna beriman
beriman kepada malaikat-
kepada malaikat-malaikat
malaikat Allah swt.
Allah swt dengan perilaku
wakaf
Makkah
dan lancar
Al-Maidah (5): 32
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR
perawatan jenazah
perawatan jenazah
dakwah
dengan perkembangan
peradaban Islam pada masa
modern
dengan lancar
Baqarah (2): 83
Allah swt.
4.32Menyajikan faktor-faktor
3.32 Mengevaluasi faktor-faktor
Islam di dunia
di dunia
4.33Menyajikan faktor-faktor
3.33 Mengevaluasi faktor-faktor
penyebab kemunduran
kemunduran peradaban
Muatan : Nasional
bertanggung-jawab, responsif,
pergaulan dunia.
1.3 Mengakui peran Roh Kudus 2.3 Menyatakan bersedia hidup baru
pembaharu
identitas
alam alam
kini
1.8 Mengakui peran k eluarga dan 2.8 Mengkritis peran keluarga dan
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
Menunjukkan keterampilan
berkenaan dengan ilmu
dipelajarinya di sekolah.
dan internasional.
Menunjukkan keterampilan
dipelajarinya di sekolah.
menjadi dewasa
3.3 Menganalisis peran Roh Kudus 4.3 Mempresentasi peran Roh Kudus
kehilangan identitas
masa kini
sosiodrama
kehidupan kehidupan
Muatan : Nasional
bertanggung-jawab, responsif,
pergaulan dunia.
1.2 Bersyukur kepada Allah yang 2.2 Santun sebagai perempuan atau
1.3 Bersyukur atas peran dan fungsi 2.3 Bersikap santun menurut peran
berkembang
1.5 Beriman kepada Allah melalui 2.5 Responsif dan proaktif dalam
1.6 Percaya kepada Yesus Kristus 2.6 Bertanggung jawab untuk ikut
1.7 Percaya pada pribadi Yesus 2.7 Peduli terhadap orang lain
kebahagiaan manusia
1.10 Percaya pada peran Roh Kudus 2.10 Peduli terhadap pelbagai
manusia
Allah
beragama lain
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
Menunjukkan keterampilan
berkenaan dengan ilmu
dipelajarinya di sekolah.
3.1 Menganalisis diri sebagai citra 4.1 Menunjukkan diri sebagai citra
3.2 Menganalisis jati diri sebagai 4.2 Menyajikan jati diri sebagai
3.3 Menjabarkan peran dan fungsi 4.3 Mengamalkan peran dan fungsi
3.5 Menguraikan Kitab Suci dan 4.5 Menyajikan Kitab Suci dan
kristiani kristiani
3.6 Mengemukakan Yesus Kristus 4.6 Menyadari Kristus yang datang
Allah
tokoh idola, dan Juru Selamat tokoh idola, dan Juru Selamat
3.10 Menerapkan peran Roh Kudus 4.10 Melaksanakan peran Roh Kudus
3.13 Menyelidiki fungsi dan peranan 4.13 Menyajikan fungsi dan peranan
dengan dunia agar dapat terlibat dengan dunia agar dapat terlibat
Negara Indonesia
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
Kewarganegaraan
bertanggung-jawab, responsif,
pergaulan dunia.
Indonesia
Maha Esa
Maha Esa
1.12 Menghayati hak asasi manusia 2.12 Peduli terhadap hak asasi
bernegara
Maha Esa
1945
Maha Esa
Maha Esa
bernegara
strategi mengatasinya
Tunggal Ika
berlandaskan nilai-nilai
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
internasional.
Menunjukkan keterampilan
langsung.
3.2 Menganalisis fungsi dan peran 4.2 Menyaji hasil analisis fungsi
Pancasila dalam kehidupan dan peran Pancasila dalam
Indonesia
dan keamanan
Tahun 1945
Tunggal Ika
Indonesia
Indonesia
Tahun 1945
3.15 Menganalis sistem hukum dan 4.15 Menyaji hasil analisis tentang
1945
internasional
1945
BhinnekaTunggal Ika
governance
Tunggal Ika
Indonesia
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
Muatan : Nasional
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
Menunjukkan keterampilan
maupun tulis
dan nilai-nilai
yang dibaca
tulis
bidang pekerjaan
tertulis
pekerjaan tulis
perwajahan)
3.18 Menganalisis isi dari minimal 4.18 Menyajikan replikasi isi buku
satu buku fiksi dan satu buku ilmiah yang dibaca dalam
tulis
dan kebahasaan
pekerjaan
dibaca
yang dibaca
buku fiksi yang dibaca pesan dari satu buku fiksi yang
dibaca
bidang pekerjaan
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR
yang diperlukan
dan esensi sebuah karya ilmiah dan esensi yang harus disajikan
dan kebahasaan
demi babak, dan konflik dalam tokoh dalam drama yang dibaca
ditonton
kebahasaan
buku fiksi (novel dan buku pesan dari dua buku kumpulan
situasi kekinian
maupun tulis
dan kebahasaan
kebahasaan
3.43 Menilai isi dua buku fiksi 4.43 Menyusun laporan hasil diskusi
dibaca
3.45 Menganalisis struktur dan ciri 4.45 Menyusun teks iklan sesuai
maupun tulis
dibaca
(fiksi)
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
Muatan : Nasional
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
internasional.
Menunjukkan keterampilan
langsung.
masalah
variabel
kontekstual
variabel
aritmatika
geometri
dengan pertumbuhan,
siku
kuadran
sebaliknya
trigonometri
dengan matriks
3.16 Menetukan nilai determinan, 4.16 Menyelesaikan masalah yang
lingkaran
tiga
geometri
kejadian
data kelompok
data kelompok
aljabar
penerapannya
kurva
aljabar
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
keluarga, sekolah, dunia pengembangan dari yang dipelajarinya
Menunjukkan keterampilan
langsung.
keberlanjutan)
budaya)
budaya)
DI/TII, APRA, Andi Aziz, RMS, PKI Madiun 1948, DI/TII, APRA,
G-30-S/PKI
3.10 Mengevaluasi perkembangan 4.10 Menyajikan hasil telaah tentang
pada masa Orde Baru sampai pada masa Orde Baru sampai
Indonesia Indonesia
Reformasi) Reformasi)
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
internasional.
Menunjukkan keterampilan
langsung.
informasi terkait jati diri dan fungsi sosial, struktur teks, dan
subjective, objective,
possessive)
sesuai konteks.
konteks penggunaannya.
‘k u’
dengan konteks
penggunaannya
penggunaannya
dengan konteks
penggunaannya
penggunaannya.
in my opinion)
dengan konteks
penggunaannya di dunia
kerja
dengan konteks
penggunaannya
dengan konteks
penggunaannya
penggunaannya
voice)
3.20 Menganalisis fungsi sosial, 4.20 Menyusun teks lisan dan tulis
konteks penggunaannya
sesuai konteks
What if ...?)
penggunaannya
di dunia kerja.
3.30 Menganalisis fungsi sosial, 4.30 Menyusun teks lisan dan tulis
sesuai konteks.
koran/radio/TV, sesuai
dengan konteks
penggunaannya
penggunaannya. (Perhatikan
Tahun)
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
Menunjukkan keterampilan
langsung.
keindahan
3.4 Menganalisis jenis, fungsi dan 4.4. Memilah jenis, fungsi dan
budaya Nusantara
Nusantara
Kesehatan
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
internasional.
Menunjukkan keterampilan
langsung.
baik baik
baik baik
gerak gerak
baik baik
baik baik
salah satu gaya renang pada salah satu gaya renang pada
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
langsung.
Menunjukkan keterampilan
langsung.
Mata Pelajaran : Simulasi dan Komunikasi Digital
minda
slide
daring
pra-produksi produksi
rekayasa penting.
hari.
energi terbarukan
hukum kekekalan
momentum
Distructive Testing)
3.10 Memahami teori bumi dan 4.10 Mendiskusikan teori bumi dan
dengan termodinamika.
hari.
hari
penyusunnya
sel volta dan sel eletrolisa, sel, reaksi reaksi pada sel volta
mengatasinya hidrokarbon
kegunaannya kegunaannya.
polimer
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
Menunjukkan keterampilan
humaniora dalam konteks
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
langsung.
Menunjukkan keterampilan
langsung.
Mata Pelajaran : Gambar Teknik Otomotif
teknik
ukuran khusus
Kerja (K3)
engine
3.6 Memahami cara kerja engine 2 4.6 Menjelaskan cara kerja engine 2
peruntukannya
equipment
hoses
adhesive
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
(C3)
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
Menunjukkan keterampilan
pengetahuan, teknologi, seni,
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
mampu melaksanakan tugas
langsung.
Menunjukkan keterampilan
langsung.
konvensional/karburator konvensional/karburator
Injection/EFI) Injection/EFI)
System (EMS)
kelengkapannya Kelengkapannya
kelengkapannya Kelengkapannya
konvensional/karburator konvensional/karburator
Injection/EFI) Injection/EFI)
(EMS)
Ringan
kopling
Differential
poros roda
Steering
Dalam
Kopling
Memperbaiki
3.19 Mendiagnosis kerusakan 4.19 Differential
Differential
Memperbaiki poros
3.20 Mendiagnosis kerusakan 4.20 roda
poros roda
Memperbaiki sistem
3.21 Mendiagnosis kerusakan 4.21 rem
Memperbaiki
3.22 Mendiagnosis kerusakan 4.22 Antilock Break
Memperbaiki sistem
3.23 Mendiagnosis kerusakan 4.23 suspense
sistem suspensi
Memperbaiki sistem
3.24 Mendiagnosis kerusakan 4.24 kemudi
sistem kemudi
Memperbaik
3.25 Mendiagnosis kerusakan 4.25 Spooring
Spooring
Roda/Ban Roda/Ban
Melakukan
3.28 Mengevaluasi hasil perbaikan 4.28 pengujian akhir
hasil perbaikan
sasis dan pemindah tenaga sasis dan
pemindah tenaga
KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR DASAR
Merawat secara
3.1 Menerapkan cara perawatan 4.1 berkala
Memasang
4.2 Perlengkapan
3.2 Menerapakan Perlengkapan
Kelistrikan
Tambahan
Kelistrikan Tambahan (Asesoris)
(Asesories)
Merawat secara
3.3 Menerapkan cara perawatan 4.3 berkala
Merawat secara
3.4 Menerapkan cara perawatan 4.4 berkala
Merawat secara
3.5 Menerapkan cara perawatan 4.5 berkala
Konvensional
Merawat secara
3.6 Menerapkan cara perawatan 4.6 berkala
sistem pengapian
sistem pengapian elektronik elektronik
instrument Instrument
ringan Ringan
tambahan Tambahan
starter
Memperbaiki
3.14 Mendiagnosis kerusakan sistem 4.14 system
pengisian Pengisian
Memperbaiki
3.15 Mendiagnosis kerusakan sistem 4.15 system
pengapian
pengapian konvensional konvensional
Memperbaiki
3.16 Mendiagnosis kerusakan sistem 4.16 system
pengapian
pengapian elektronik elektronik
Memperbaiki
3.17 Mendiagnosis kerusakan sistem 4.17 system
penerangan dan
penerangan dan panel panel
instrumen Instrument
Memperbaiki sistem
3.18 Mendiagnosis kerusakan sistem 4.18 Air
KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR DASAR
Memperbaiki sistem
3.19 Mendiagnosis kerusakan sistem 4.19 audio
audio
Memperbaiki
3.20 Mendiagnosis kerusakan sistem 4.20 system
pengaman Pengaman
kelistrikan
kelistrikan kendaraan ringan kendaraan ringan
KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR DASAR
Memresentasikan sikap
3.1 Memahami sikap dan perilaku 4.1 dan
Menentukan peluang
3.2 Menganalisis peluang usaha 4.2 usaha
Memresentasikan hak
3.3 Memahami hak atas kekayaan 4.3 atas
Membuat
3.4 Menganalisis konsep 4.4 desain/prototype dan
kemasan produk
desain/prototype dan kemasan barang/jasa
pembuatan prototype
pembuatan prototype produk produk
barang/jasa barang/jasa
Membuat lembar kerja/
3.6 Menganalisis lembar kerja/ 4.6 gambar
prototype produk
prototype produk barang/jasa barang/jasa
Menghitung biaya
3.7 Menganalisis biaya produksi 4.7 produksi
prototype produk
prototype produk barang/jasa barang/jasa
Membuat prototype
3.8 Menerapkan proses kerja 4.8 produk
barang/jasa
Menguji prototype
3.9 Menentukan pengujian 4.9 produk
produk barang/jasa
keberhasilan tahapan
keberhasilan tahapan produksi produksi
massal Missal
massal
produk barang/jasa
4.15 Melakukan
3.15 Mengevaluasi kesesuaian hasil pemeriksaan
kelayakan
produk/standar
Operasional
naratif, argumentatif,
naratif, argumentatif, atau atau
KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR DASAR
persuasif tentang
persuasif tentang produk/jasa produk/jasa
Membuat media
3.17 Menentukan media promosi 4.17 promosi
berdasarkan
segmentasi pasar
Membuat bagan
3.19 Menilai perkembangan usaha 4.19 perkembangan
Usaha
keuangan
Keterangan notasi
a) Durasi waktu adalah jumlah jam minimal yang digunakan oleh setiap program keahlian.
Program keahlian yang memerlukan waktu lebih jam tambahannya
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang sama, di luar jumlah jam yang
dicantumkan.
b) Terdiri dari berbagai mata pelajaran yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan
setiap program keahlian.
3. Evaluasi pembelajaran dilakukan setiap akhir penyelesaian satu standar kompetensi atau
beberapa penyelesaian kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.
6. Beban belajar SMK/MAK meliputi kegiatan pembelajaran tatap muka, praktik di sekolah
dan kegiatan kerja praktik di dunia usaha / industri ekuivalen dengan 36 jam pelajaran per
minggu.
7. Minggu efektif penyelenggaraan pendidikan SMK/MAK adalah 38 minggu dalam satu
tahun pelajaran.
8. Lama penyelenggaraan pendidikan SMK/MAK tiga tahun, maksimum empat tahun
sesuai dengan tuntutan program keahlian.
C. Muatan KTSP
1. Muatan Kurikulum Kekhasan Satuan Pendidikan
1) Mata Pelajaran
Mata pelajaran merupakan materi bahan ajar berdasarkan landasan keilmuan yang
akan dibelajarkan kepada peserta didik sebagai beban belajar melalui metode dan
pendekatan tertentu. Beban belajar pada mata pelajaran ditentukan oleh keluasan dan
kedalaman pada masing-masing tingkat satuan pendidikan. Metode dan pedekatan pada
mata pelajaran bergantung pada ciri khas dan karakteristik masing-masing mata pelajaran
dengan menyesuaikan pada kondisi yang tersedia di sekolah. Sejumlah mata pelajaran
tersebut terdiri dari mata pelajaran wajib dan pilihan pada SMK.Untuk mencapai standar
kompetensi yang telah ditetapkan oleh industri/dunia usaha/asosiasi profesi, subtansi
mata pelajaran di SMK dikemas dalam berbagai mata pelajaran yang dikelompokkan dan
diorganisasikan kelompok A (Muatan Nasional), kelompok B (Muatan Kewilyahan),
kelompok C (Muatan Peminatan Kejuruan), muatan lokal (Bataqu) dan pengembangan
diri. Mata Pelajaran Kelompok A (Muatan Nasional) adalah kelompok mata pelajaran
yang berfungsi membentuk peserta didik menjadi pribadi utuh, yang memiliki norma-
norma kehidupan sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial (anggota
masyarakat) baik sebagai warga negara Indonesia maupn sebagai warga dunia. Mata
pelajaran kelompok B (Muatan Kewilayahan) diberikan agar peserta didik bisa hidup dan
berkembang selaras dalam kehidupan pribadi, sosial dan bernegara. Program ini berisi
mata pelajaran yang lebih menitik beratkan pada norma, sikap dan perilaku yang harus
diajarkan, ditanamkan dan dilatihkan pada peserta didik, disamping kandungan
pengetahuan dan keterampilan yang ada di dalamnya. Mata pelajaran pada kelompok A
dan B berlaku sama untuk semua program keahlian.Mata Pelajaran Kelompok B (Muatan
Kewilyahan) adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi membentuk peserta didik
sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk
menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial,
lingkungan kerja, serta mampu mengembangkan diri sesuai denga perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni. Mata Pelajaran Kelompok B (Muatan Kewilayahan)
berisi mata pelajaran yang lebih menitikberatkan pada pemberian kesempatan pada
peserta didik untuk memahami dan menguasai konsep dan prinsip ilmu dan teknologi
yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari dan atau melandasi kompetensi untuk
bekerja.Mata Pelajaran Kelompok B (Muatan Kewilayahan) diberikan agar peserta didik
tidak hanya memahami dan menguasai ”apa” dan ”bagaimana” suatu pekerjaan
dilakukan, tetapi juga memberi pemahaman dan penguasaan tentang ”mengapa” hal
tersebut harus dilakukan. Mata Pelajaran Kelompok B (Muatan Kewilayahan) terdiri dari
kelompok mata pelajaran yang berlaku sama bagi semua program keahlian dan mata
diklat yang hanya berlaku bagi program keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan
masing-masing program keahlian.Mata pelajaran kelompok C (Muatan Peminatan
Kejuruan) adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi membekali peserta didik agar
memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI). Dalam hal SKKNI belum ada, maka digunakan standar kompetensi yang
disepakati oleh forum yang dianggap mewakili dunia usaha/industri atau asosiasi profesi.
Program produktif melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan
oleh dunia usaha/industri atau asosiasi profesi. Program peminatan diajarkan secara
spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian.
2) Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi
yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah,
dimana SMK Negeri 1 Pugaan terletak di , agamis . Untuk saat ini SMK Negeri 1 Pugaan
menerapkan mata pelajaranBataqu dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran sebagai salah
satu muatan lokal untuk tingkat X, XI, XII.
3) Pengembangan Diri
a. Pengertian
Bimbingan Karir dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik
secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara
optimal, dalam mengembangkan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan
belajar, terkait dengan pengembangan karir, melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku. Bimbingan Karir dan
Konseling bagi peserta didik meliputi kemampuan menentukan pilihan jenis karir,
menerapkan nilai-nilai hubungan industrial dalam lingkup dunia kerja atau
ketenagakerjaan, dan layanan belajar baik pribadi maupun kelompok.
Tujuan Bimbingan Karir dan Konseling adalah sebagai berikut.
a) Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait
dengan pekerjaan.
b) Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang
menunjang kematangan kompetensi kerja.
c) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam
bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya,
dan sesuai dengan norma agama.
d) Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran)
dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi
cita-cita karirnya masa depan.
e) Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali
ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan
sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
f) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan
secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat,
kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
g) Mengenal keterampilan, minat dan bakat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam
suatu karir amat dipengaruhi oleh minat dan bakat yang dimiliki. Oleh karena itu,
maka setiaporang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam
bidangpekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan
tersebut.
h) Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karier.
i) Memiliki kemampuan untuk menciptakan suasana hubungan industrial yang
harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
b. Bidang Pengembangan
a) Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami, menilai bakat dan minat,
b) Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan
sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
c) Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan
sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.
d) Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
c. Jenis Layanan
a) Layanan Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan
baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk
menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di
lingkungan yang baru.
b) Layanan Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan
memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan
lanjutan.
c) Layanan Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik
memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar,
jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler.
d) Layanan Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai
konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam
kehidupan di sekolah, keluarga, industri dan masyarakat.
e) Layanan Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
mengentaskan masalah pribadinya.
f) Layanan Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan,
dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika
kelompok.
g) Layanan Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.
h) Layanan Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain
dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan
dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.
i) Layanan Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan
permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.
4) Pengaturan Beban
Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta
didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan
terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk mencapai standar kompetensi
lulusan serta kemampuan lainnya dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta
didik.
1. Rumusan satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam mengikuti program
pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri
tidak terstruktur untuk mencapai standar kompetensi lulusan serta kemampuan lainnya
dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik.
2. Waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan sistem :
1). Tatap Muka (TM)
Kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi langsung antara pendidik
dengan peserta didik
2). Penugasan Terstruktur (PT)
Kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi untuk peserta didik, dirancang
guru untuk mencapai kompetensi.Waktu penyelesaian penugasan ditentukan oleh
guru.Dalam kegiatan ini tidak terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan
peserta didik.
3). Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur (KMTT)
Kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi untuk peserta didik, dirancang
guru untuk mencapai kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan ditentukan oleh
peserta didik dan tidak terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta
didik.
Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada masing-masing satuan
pendidikan ditetapkan sebagai berikut :
a. 45 menit kegiatan tatap muka terjadwal dengan guru, sepertiKBM, diskusi, Kerja
kelompok, diskusi dan presentasi.
b. 25 menit kegiataan terstruktur, yaitu kegiatan belajar yang tidak terjadwal tetapi
direncanakan oleh guru, seperti membuat pekerjaan rumah (PR), atau bentuk-bentuk
tagihaan lain
c. 25 menit kegiatan mandiri peserta didik, yaitu kegiatan belajar yang harus dilakukan
peserta didik secara mandiri seperti membaca modul bahan ajar, membaca buku
anjuran/pengayaan dan pembuatan resume/pelaporan
5) Ketuntasan Belajar
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang
ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk
kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan batas ambang
kompetensi (Permendiknas Nomor: 20/2007 tentang Standar Peniaian Pendidikan,
Pengertian butir 10).
Nilai ketuntasan belajar untuk aspek kompetensi pengetahuan dan praktik dinyatakan
dalam bentuk bilangan bulat, dengan rentang 0 -100.
Penetapan KKM dilakukan oleh dewan pendidik pada awal tahun pelajarandan atau awal
semester melalui proses penetapan KKM setiap Indikator, Kompetensi Dasar (KD),
Standar Kompetensi(SK) menjadi KKM mata pelajaran, dengan mempertimbangkan, hal-
hal sebagai berikut:
a) Tingkat kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) setiap KD yang harus dicapai oleh
peserta didik..
b) Tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa pada sekolah yang bersangkutan.
c) Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada
masing-masing sekolah.
d) Ketuntasan belajar setiap indikator, KD, SK dan mata pelajaran yang telah ditetapkan
dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0% sd 100%. Kriteria ideal
ketuntasan masing-masing indikator 75 %.
e) Dewan guru dapat menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dibawah nilai
ketuntasan belajar ideal, namun secara bertahap harus meningkatkan kriteria
ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.
f) KKM tersebut dicantumkan dalam LHB (berlaku untuk pengetahuan maupun praktik)
dan diinformasikan kepada seluruh warga sekolah dan orang tua peserta didik.
KKM Program Produktif
KKM program produktif mengacu kepada standar minimal penguasaan kompetensi yang
berlaku di dunia kerja yang bersangkutan. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing
indikator pada KD program produktif pada dasarnya adalah lulus/tidak lulus atau
kompeten/tidak kompeten. Peserta didik yang mencapai kompetensi minimal diberi skor
75 . Penentuan nilai ketuntasan belajar program produktif dapat dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut :
a). Tentukan proporsi pembobotan untuk pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai
dengan indikator/ kompetensi dasar/standar kompetensi mengarah pada kebutuhan
ranah taksonomi.
b). Tentukan batas kompeten untuk pengetahuan, keterampilan dan sikap. Batas
kompeten adalah cerminan penguasaan indikator yang dipersyaratkan pada setiap
SK/KD/indikator yang merupakan kemampuan minimal. Peserta didik dinyatakan
kompeten jika memenuhi persyaratan minimal berikut :
1). Pengetahuan : sesuai dengan kisi-kisi soal teori.
2). Keterampilan dan sikap : sesuai dengan indikator yang dijabarkan menjadi
aspek penilaian pada lembar observasi (lihat lampiran RPP Perangkat Penilaian).
c). Menghitung perolehan nilai untuk setiap ranah dan menggabungkannya sesuai dengan
bobot yang telah ditentukan.
Peserta didik yang telah mencapai standar minimal sesuai dengan indikator
dinyatakan kompeten dan memperoleh nilai konversi 75. Gradasi nilai hanya
diberikan kepada peserta didik yang telah dinyatakan kompeten, yang berarti nilai 75
telah dimiliki peserta didik. Jika peserta didik memiliki performansi/unjuk kerja
melebihi standar minimal yang ditetapkan dalam aspek penilaian seperti : Lebih
cepat, lebih presisi, lebih indah, lebih kreatif, lebih bersih, dan lebih teliti, maka
peserta didik dapat memperoleh nilai lebih dari 75.
6) Kreteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan Peserta Didik
Seluruh hasil penilaian untuk semua mata pelajaran yang diperoleh siswa baik sikap,
pengetahuan, maupun keterampilan setelah diolah dan dianalisis akan menentukan apakah
siswa tersebut berhak naik kelas atau tidak. Secara umum siswa dinyatakan naik kelas
apabila memenuhi syarat:
a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam dua semester pada tahun
pelajaran yang diikuti.
b. Nilai (deskripsi) sikap sekurang-kurangnya BAIK sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan satuan pendidikan.
c. Nilai ekstrakurikuler pendidikan kepramukaan sekurang-kurangnya BAIK.
d. Tidak memiliki lebih dari dua mata pelajaran yang masing-masing nilai kompetensi
pengetahuan dan/atau kompetensi keterampilannya di bawah kriteria ketuntasan
minimal (KKM).
e. Apabila ada mata pelajaran yang tidak mencapai ketuntasan belajar pada semester
ganjil, nilai akhir diambil dari rerata semester ganjil dan genap pada tahun pelajaran
tersebut
7) Pendidikan Kecakapan Hidup
Kecakapan hidup (life skill) adalah kemampuan dan keberanian untuk menghadapi
problematika kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif, mencari serta menemukan
solusi untuk mengatasi permasalahan.Brolin (dalam Imam Mawardi, 2012, hlm. 287)
mendefinisikan life skill atau kecakapan hidup sebagai “kontinum pengetahuan dan
kemampuan yang diperlukan oleh seseorang untuk berfungsi secara independen dalam
kehidupan”. Di sisi lain, Depdiknas (2002, hlm. 9) mengartikan kecakapan hidup sebagai
“kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problem hidup dan
kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan”.Berdasar sejumlah pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan kecakapan hidup (life skill) adalah pendidikan kecakapan-
kecakapan yang secara praktis dapat membekali peserta didik dalam mengatasi berbagai
macam persoalan hidup dan kehidupan.Depdiknas (2007, hlm. 11) menyatakan bahwa “life
skill atau kecakapan hidup dapat dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu: (1) kecakapan
hidup generik (generic life skill/ GLS) dan (2) kecakapan hidup spesifik (specific life skill/
SLS)”. Masing-masing jenis kecakapan ini dibagi menjadi sub kecakapan. Kecakapan
hidup generik terdiri atas kecakapan personal (personal skill) dan kecakapan sosial (sosial
skill).Kecakapan personal mencakup kecakapan dalam memahami diri sendiri (self
awareness skill) dan kecakapan berpikir (thinking skill). Sedangkan kecakapan sosial
mencakup kecakapan berkomunikasi (communication skill) dan kecakapan kerja sama
(collaboration skill). Kecakapan hidup spesifik adalah kecakapan untuk menghadapi
pekerjaan atau keadaan tertentu.Kecakapan ini terdiri atas kecakapan akademik (academic
skill) atau kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional (vocational skill).Kecakapan
akademik terkait dengan bidang-bidang pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran atau
kerja intelektual.Kecakapan vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih
memerlukan keterampilan motorik.Kecakapan vokasional terdiri atas kecakapan
vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (accuptional
skill). Kesemuaan tersebut dijabarkan secara terperinci, sebagai berikut:
1. Kecakapan personal (personal skill)
Kecakapan personal mencakup kesadaran diri dan berpikir rasional.Kesadaran diri ini
lebih difokuskan pada kemampuan peserta didik untuk melihat potretnya sendiri dalam
lingkungan keluarga, kebiasaannya, kegemarannya, dan sebagainya.Sedangkan
kecakapan berpikir lebih terfokus dalam menggunakan rasio atau pikiran yang meliputi
menggali informasi, mengolah informasi, dan mengambil keputusan secara cerdas, serta
mampu memecahkan masalah secara tepat dan baik.
2. Kecakapan sosial (social skill)
Kecakapan sosial terdiri atas kecakapan berkomunikasi yang dilakukan secara lisan
maupun tulisan dan kecakapan kerja sama, maksudnya adanya saling pengertian dan
saling membantu antar sesama untuk mencapai tujuan yang baik, karena hal tersebut
merupakan suatu kebutuhan yang tidak dielakan sepanjang hidup manusia.
3. Kecakapan akademik (academic skill)
Kecakapan akademik sering kali disebut dengan kecakapan intelektual atau kemampuan
berpikir ilmiah yang pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berpikir
secara umum, namun mengarah kepada kegiatan yang bersifat keilmuan. Kecakapan ini
mencakup antara lain kecakapan mengidentifikasi variabel, menjelaskan hubungan
suatu fenomena tertentu, merumuskan hipotesis, merancang dan melaksanakan
penelitian. Untuk membangun kecakapan tersebut diperlukan sikap ilmiah, kritis,
obyektif, dan transparan.
4. Kecakapan vokasional (vocational skill)
Kecakapan vokasional sering kali disebut dengan kecakapan kejuruan, artinya suatu
kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat
atau lingkungan peserta didik.Kecakapan vokasional lebih cocok untuk peserta didik
yang menekuni pekerjaan yang mengandalkan keterampilan psikomotorik daripada
kecakapan berpikir ilmiah. Kecakapan vokasional terdiri atas kecakapan vokasional
dasar yang berkaitan dengan bagaimana peserta didik menggunakan alat sederhana,
misalnya obeng, palu, dan sebagainya, dan kecakapan vokasional khusus hanya
diperlukan bagi mereka yang akan menekuni pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya,
misalnya pekerja montir, apoteker, tukang, dan sebagianya.
Pendidikan kecakapan hidup (life skill) memiliki tujuan, sebagai berikut:
1. Memberdayakan asset kualitas batiniyah, sikap, dan perbuatan
lahiriyah peserta didik melalui pengenalan (logos), penghayatan (etos), dan pengalaman
(patos) nilai-nilai kehidupan sehari-hari sehingga dapat digunakan untuk menjaga
kelangsungan hidup dan perkembangannya.
2. Memberikan wawasan yang luas tentang perkembangan karir,
yang dimulai dari perkembangan diri, eksplorasi karir, orientasi karir, dan penyiapan
karir.
3. Memberikan bekal dasar dan latihan-latihan yang dilakukan
secara benar mengenai nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang dapat memampukan
peserta didik untuk berfungsi menghadapi kehidupan masa depan yang sarat kompetisi
dan kolaborasi sekaligus.
4. Mengoptimalisasi pemanfaatan sumber daya sekolah melalui
pendekatan manajemen berbasis sekolah, partisipasi stakeholder, dan fleksibilitas
pengelolaan sumber daya sekolah.
5. Memfasilitasi peserta didik dalam memecahkan masalah
kehidupan yang dihadapi sehari-hari.
Secara umum manfaat pendidikan kecakapan hidup bagi peserta didik adalah sebagai bekal
dalam menghadapi problema hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri,
warga masyarakat, dan warga negara. Adapun secara khusus manfaat pendidikan kecakapan
hidup, di antaranya:
1. Menurunkan angka pengangguran.
2. Meningkatkan produktivitas nasional.
3. Memperluas lapangan kerja.
4. Memahami konsep kecakapan hidup dan
menerapkannya sesuai prinsip pendidikan berbasis luas dan pendidikan berbasis
masyarakat.
Usaha-usaha dalam memberikan kecakapan hidup kepada peserta didik sebenarnya telah
dilaksanakan, namun masih memerlukan peningkatan dalam hal efektivitas dan efisiensi,
sehingga diperlukan pemahaman dari pendidik (guru) mengenai konsep kecakapan hidup
tersebut.Pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup dapat diwujudkan melalui penerapan
prinsip-prinsip pendidikan berbasis luas yang merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran pada Kurikulum 1999 yang berbasis kompetensi.Menurut Indra Jati Sidi
(2004, hlm. 11) “pendidikan berbasis luas adalah pendidikan yang memberi bekal learning
how to learn (belajar bagaimana belajar) dan general life skill (kecakapan hidup generik),
tidak hanya memberikan teori saja tetapi juga mempraktikannya untuk memecahkan
problema kehidupan sehari-hari”.
Terdapat sejumlah strategi penerapan life skill dalam kegiatan pembelajaran, sebagai berikut:
1. Life skill diimplementasikan secara integratif dalam
kegiatan pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Dengan demikian tujuan
pembelajaran ada tiga, yakni:
a. Penguasaan konsep utama materi
pembelajaran.
b. Mendapatkan kemampuan learning how to
learn atau keterampilan proses melalui metode-metode
pembelajaran inquiry/discovery.
c. Memperoleh kemampuan general life skill.
2. Life skill diimplementasikan melalui kegiatan
ekstrakurikuler, sehingga peserta didik mendapatkan kemampuan general life skill.
3. General life skill dan academic life skill dilaksanakan
dengan diintregasikan ke dalam kegiatan pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang
ada dalam bentuk paket pembelajaran life skill.
2). Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global. Pendidikan berbasis keunggulan local
dan global yaitu
a. Pendidikan berbasis keunggulan local Kabupaten Tabalong memiliki
kekhasan sebagai daerah pertambangan dan perkebunan, maka untuk menyikapi
tantangan yang dihadapi saat ini serta melestarikan keunggulan Kabupaten Tablong,
peserta didik dituntut memiliki kemampuan pendidikan berwawasaan local
diantaranya :
a) Bidang pertambangan dan perkebunan yang menjadi ciri khas akan diusahakan
semaksimal mungkin menjadi media pembelajaran di berbagai mata pelajaran.
b) Seni dan budaya Banjar dilatihkan kepada peserta didik dalam kegiatan
ekstrakurikuler sejak dini.
c) Bahasa dan sastra banjar sebagai bahasa ibu dijadikan mata pelajaran tersendiri
dalam kegiatan kurikuler.
d) Kabupaten Tabalong sebagai kota religious maka peserta didik diwajibkan mampu
membaca dan menulis Al Quran dan memasukkan kegiatan keagamaan dalam
kegiatan belajar mengajar.
b. Pendidikan berbasis keunggulan global menyikapi tantangan era
globalisasi yang semakin besar, arus informasi semakin cepat dan persaingan semakin
kuat, maka dipersiapkan sejak dini berbagai kegiatan yang menunjang diantaranya :
a) Pembelajaran bahasa inggris lebih ditingkatkan
b) Memberikan pemahaman dampak informasi dari media
c) Memberikan pemahaman dan pembelajaran tentang TIK
d) Memberikan ketrampilan melalui TEFA (teaching factory) sehingga lulusan SMK
Negeri 1 Pugaan trampil dan diserap DU/DI.
D. Pengaturan Beban Belajar
Pengaturan beban belajar terlampir (SK mengajar semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019)
BAB IV
PENUTUP
Seperti telah diuraikan pada awal pendahuluan bahwa fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa selain mengembangkan dan memperkuat potensi pribadi juga menyaring pengaruh dari luar
yang akhirnya dapat membentuk karakter peserta didik yang dapat mencerminkan budaya bangsa
Indonesia. Upaya pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa ini tentu tidak semata-mata
hanya dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar baik melalui mata
pelajaran maupun serangkaian kegiatan pengembangan diri yang dilakukan di kelas dan luar sekolah.
Pembiasaan-pembiasan (habituasi) dalam kehidupan, seperti: religius, jujur, disiplin, toleran, kerja
keras, cinta damai, tanggung-jawab, dsb. perlu dimulai dari lingkup terkecil seperti keluarga sampai
dengan cakupan yang lebih luas di masyarakat. Nilai-nilai tersebut tentunya perlu
ditumbuhkembangkan yang pada akhirnya dapat membentuk pribadi karakter peserta didik yang
selanjutnya merupakan pencerminan hidup suatu bangsa yang besar.
Pedoman yang disusun ini lebih diperuntukkan kepada kepala sekolah. Pembentukan budaya
sekolah (school culture) dapat dilakukan oleh sekolah melalui serangkaian kegiatan perencanaan,
pelaksanaan pembelajaran yang lebih berorientasi pada peserta didik, dan penilaian yang bersifat
komprehensif. Perencanaan di tingkat sekolah pada intinya adalah melakukan penguatan dalam
penyusunan kurikulum di tingkat sekolah (KURIKULUM 2013), seperti menetapkan visi, misi,
tujuan, struktur kurikulum, kalender akademik, dan penyusunan silabus. Keseluruhan perencanaan
sekolah yang bertitik tolak dari melakukan analisis kekuatan dan kebutuhan sekolah akan dapat
dihasilkan program pendidikan yang lebih terarah yang tidak semata-mata berupa penguatan ranah
pengetahuan dan keterampilan melainkan juga sikap prilaku yang akhirnya dapat membentuk ahklak
budi luhur.
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa bukan merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri
atau merupakan nilai yang diajarkan, tetapi lebih kepada upaya penanaman nilai-nilai baik melalui
mata pelajaran, program pengembangan diri maupun budaya sekolah. Peta nilai dan indikator yang
disajikan dalam naskah ini merupakan contoh penyebaran nilai yang dapat diajarkan melalui berbagai
mata pelajaran sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) dan Kompetensi Inti (KI) yang terdapat dalam
standar isi (SI). Begitu pula melalui program pengembangan diri, seperti kegiatan rutin sekolah,
kegiatan spontan, keteladanan, pengkondisian. Perencanaan pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa ini perlu dilakukan oleh semua pemangku kepentingan di sekolah yang secara
bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik diterapkan ke dalam kurikulum sekolah yang
selanjutnya diharapkan menghasil budaya sekolah.
Penyempurnaan pedoman ini akan terus menerus dilanjutkan seiring dengan kompleksnya
permasalahan pendidikan terutama dalam pembentukan budaya dan karakter bangsa. Penyajian
pembelajaran yang bernuansa belajar aktif dengan muatan budaya dan karakter bangsa perlu menjadi
perhatian terutama dalam membelajarkan peserta didik. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan dari semua pihak pemerhati, pelaksana pendidikan untuk
kesempurnaan yang akhirnya dapat memberikan pencerahan pelaksanaan di tingkat sekolah.
Selanjutnya diharapkan kualitas produk peserta didik yang memiliki ahklak budi mulia sebagai
pencerminan bangsa yang besar.