Anda di halaman 1dari 29

PENGUJIAN KEKERASAN

(HARDNESS TEST)

Oleh
SURYA DHARMA, ST, MT
Pengujian Kekerasan adalah satu dari sekian banyak pengujian yang dipakai,
karena dapat dilaksanakan pada benda uji yang kecil tanpa kesukaran
mengenai spesifikasi.
Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical properties)
dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk
material yang dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan (frictional
force) dan dinilai dari ukuran sifat mekanis material yang diperoleh dari
DEFORMASI PLASTIS (deformasi yang diberikan dan setelah dilepaskan, tidak
kembali ke bentuk semula akibat indentasi oleh suatu benda sebagai alat uji.
Dalam hal ini bidang keilmuan yang berperan penting mempelajarinya adalah
Ilmu Bahan Teknik (Metallurgy Engineering). Mengapa diperlukan pengujian
kekerasan? Di dalam aplikasi manufaktur, material terutama semata diuji untuk
dua pertimbangan: sebagai riset dari karakteristik suatu material baru dan juga
sebagai suatu cek mutu untuk memastikan bahwa contoh material tersebut
menemukan spesifikasi kualitas tertentu .
. Prinsip pengujian

Dari uraian singkat di atas maka kekerasan suatu material


dapat didefinisikan sebagai ketahanan material tersebut
terhadap gaya penekanan dari material lain yang lebih
keras.
Penekanan tersebut dapat berupa mekanisme
penggoresan (scratching), pantulan ataupun indentasi dari
material keras terhadap suatu permukaan benda uji.
Berdasarkan mekanisme penekanan tersebut, dikenal 3
metode uji kekerasan:
Metode gores

Metode ini tidak banyak lagi digunakan dalam dunia metalurgi dan material
lanjut, tetapi masih sering dipakai dalam dunia mineralogi. Metode ini
dikenalkan oleh Friedrich Mohs yang membagi kekerasan material di dunia ini
berdasarkan skala (yang kemudian dikenal sebagai skala Mohs). Skala ini
bervariasi dari nilai 1 untuk kekerasan yang paling rendah, sebagaimana
dimiliki oleh material talk, hingga skala 10 sebagai nilai kekerasan tertinggi,
sebagaimana dimiliki oleh intan. Dalam skala Mohs urutan nilai kekerasan
material di dunia ini diwakili oleh:
1. Talc 6. Orthoclase
2. Gipsum 7. Quartz
3. Calcite 8. Topaz
4. Fluorite 9. Corundum
5. Apatite 10. Diamond (intan)
Prinsip pengujian: bila suatu mineral mampu digores oleh Orthoclase (no. 6)
tetapi tidak mampu digores oleh Apatite (no. 5), maka kekerasan mineral
tersebut berada antara 5 dan 6. Berdasarkan hal ini, jelas terlihat bahwa
metode ini memiliki kekurangan utama berupa ketidak akuratan nilai kekerasan
suatu material. Bila kekerasan mineral-mineral diuji dengan metode lain,
ditemukan bahwa nilai-nilainya berkisar antara 1-9 saja, sedangkan nilai 9-10
memiliki rentang yang besar.
Metode elastik/pantul (rebound)

Dengan metode ini, kekerasan suatu material ditentukan oleh


alat Scleroscope yang mengukur tinggi pantulan suatu
pemukul (hammer) dengan berat tertentu yang dijatuhkan dari
suatu ketinggian terhadap permukaan benda uji. Tinggi
pantulan (rebound) yang dihasilkan mewakili kekerasan
benda uji. Semakin tinggi pantulan tersebut, yang ditunjukkan
oleh dial pada alat pengukur, maka kekerasan benda uji
dinilai semakin tinggi.
Metode indentasi

Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan penekanan


benda uji dengan indentor dengan gaya tekan dan waktu
indentasi yang ditentukan. Kekerasan suatu material
ditentukan oleh dalam ataupun luas area indentasi yang
dihasilkan (tergantung jenis indentor dan jenis pengujian).
Berdasarkan prinsip bekerjanya metode uji kekerasan dengan
cara indentasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Metode Brinell
Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh J.A. Brinell pada tahun
1900. Pengujian kekerasan dilakukan dengan memakai bola baja
yang diperkeras (hardened steel ball) dengan beban dan waktu
indentasi tertentu, sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 2.1. Hasil
penekanan adalah jejak berbentuk lingkaran bulat, yang harus
dihitung diameternya di bawah mikroskop khusus pengukur jejak.
Contoh pengukuran hasil penjejakan diberikan oleh Gambar 2.2.
Pengukuran nilai kekerasan suatu material diberikan oleh rumus:

dimana P adalah beban (kg), D diameter indentor (mm) dan d


diameter bekas injakan (mm).
Gambar Skematis prinsip indentasi dengan metode Brinell
Prosedur standar pengujian mensyaratkan bola baja dengan diameter
10 mm dan beban 3000 kg untuk pengujian logam-logam ferrous, atau
500 kg untuk logam-logam non-ferrous. Untuk logam-logam ferrous,
waktu indentasi biasanya sekitar 10 detik sementara untuk logam-
logam non-ferrous sekitar 30 detik. Walaupun demikian pengaturan
beban dan waktu indentasi untuk setiap material dapat pula ditentukan
oleh karakteristik alat penguji. Nilai kekerasan suatu material yang
dinotasikan dengan ‘HB’ tanpa tambahan angka di belakangnya
menyatakan kondisi pengujian standar dengan indentor bola baja 10
mm, beban 3000 kg selama waktu 1—15 detik. Untuk kondisi yang lain,
nilai kekerasan HB diikuti angka-angka yang menyatakan kondisi
pengujian. Contoh: 75 HB 10/500/30 menyatakan nilai kekerasan Brinell
sebesar 75 dihasilkan oleh suatu pengujian dengan indentor 10 mm,
pembebanan 500 kg selama 30 detik.
Gambar Hasil indentasi Brinell berupa jejak berbentuk lingkaran dengan
ukuran diameter dalam skala mm.
Metode Vickers

Pada metode ini digunakan indentor intan berbentuk piramida dengan


sudut 136o, seperti diperlihatkan oleh Gambar 2.3. Prinsip pengujian
adalah sama dengan metode Brinell, walaupun jejak yang dihasilkan
berbentuk bujur sangkar berdiagonal. Panjang diagonal diukur dengan
skala pada mikroskop pengujur jejak. Nilai kekerasan suatu material
diberikan oleh:

dimana d adalah panjang diagonal rata-rata dari jejak berbentuk bujur


sangkar.
Gambar Skematis prinsip
indentasi dengan metode Vickers
Metode Rockwell

Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers dimana kekerasan suatu


bahan dinilai dari diameter/diagonal jejak yang dihasilkan maka metode
Rockwell merupakan uji kekerasan dengan pembacaan langsung (direct-
reading). Metode ini banyak dipakai dalam industri karena pertimbangan
praktis. Variasi dalam beban dan indetor yang digunakan membuat
metode ini memiliki banyak macamnya. Metode yang paling umum
dipakai adalah Rockwell B (dengan indentor bola baja berdiameter 1/6
inci dan beban 100 kg) dan Rockwell C (dengan indentor intan dengan
beban 150 kg). Walaupun demikian metode Rockwell lainnya juga biasa
dipakai. Oleh karenanya skala kekerasan Rockwell suatu material harus
dispesifikasikan dengan jelas. Contohnya 82 HRB, yang menyatakan
material diukur dengan skala B: indentor 1/6 inci dan beban 100 kg.
Berikut ini diberikan Tabel dibawah yang memperlihatkan perbedaan
skala dan range uji dalam skala Rockwell:
Digunakan kombinasi variasi indenter dan beban untuk bahan metal dan campuran
mulai dari bahan lunak sampai keras.
Indenter :
- bola baja keras
ukuran 1/16 , 1/8 , 1/4 , 1/2 inci (1,588; 3,175; 6,350; 12,70 mm)
-intan kerucut

Hardness number (nomor kekerasan) ditentukan oleh perbedaan kedalaman penetrsi


indenter, dengan cara memberi beban minor diikuti beban major yang lebih besar.
Berdasarkan besar beban minor dan major, uji kekerasan rockwell dibedakan atas 2 :
- rockwell
- rockwell superficial bahan tipis

Uji kekerasan rockwell :


- beban minor : 10 kg
- beban major : 60, 100, 150 kg

Uji kekerasan rockwell superficial :


- beban minor : 3 kg
- beban major : 15, 30, 45, kg
Tabel Skala pada Metode Uji Kekerasan Rockwell
Uji kekerasan Mikro Knoop dan Vickers

Indeter : intan piramid


Beban : 1 - 1000 gr
Hasil test berupa lekukan diperiksa dengan mikroskop
HK = hardness numberknoop (KHN)
HV = hardness number vickers (VHN)
Knoop dan Vickers digunakan untuk uji kekerasan
mikro : - daerah kecil dr spesimen
- uji bahan getas : keramik.
Pengujian yang paling banyak dipakai adalah dengan menekankan
penekan tertentu kepada benda uji dengan beban tertentu dan dengan
mengukur ukuran bekas penekanan yang terbentuk diatasnya, cara ini
dinamakan cara kekerasan dengan penekanan.

Kekerasan juga didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk


menahan beban identasi atau penetrasi (penekanan). Didunia teknik,
umumnya pengujian kekerasan menggunakan 4 macam metode
pengujian kekerasan, yakni :
1. Brinnel (HB / BHN)
2. Rockwell (HR / RHN)
3. Vikers (HV / VHN)
4. Micro Hardness (Namun jarang sekali dipakai-red)
Sedangkan pengujian Rockwell cocok untuk semua material yang keras dan yang
lunak, penggunaannya sederhana dan penekanannya dapat dilakukan dengan
leluasa. Tabel di bawah menunjukkan bagaimana memilih skala rockwell.

Beban Skala
Skala Penekan Warna Angka
Awal Utama Jumlah Kekerasan

A Kerucut Intan 120° 10 50 60 100


Hitam
B Bola Baja 1,588 mm (1/6”) 10 90 100 130
Merah
C Kerucut Intan 120° 10 140 150 100
Hitam
D Kerucut Intan 120° 10 90 100 100
Hitam
E Bola Baja 3,175 mm (1/8”) 10 90 100 130
Merah
F Bola Baja 1,588 mm (1/6”) 10 50 60 130
Merah
G Bola Baja 1,588 mm (1/6”) 10 140 150 130
Merah
H Bola Baja 3,175 mm (1/8”) 10 50 60 130
Merah
K Bola Baja 3,175 mm (1/8”) 10 140 150 130
Merah
L Bola Baja 6,35 mm (1/4”) 10 50 60 130
Merah Merah
M Bola Baja 6,35 mm (1/4”) 10 90 100 130
Merah
P Bola Baja 6,35 mm (1/4”) 10 140 150 130
Merah
R Bola Baja 12,7 mm (1/2”) 10 50 60 130
Merah
S Bola Baja 12,7 mm (1/2”) 10 90 100 130
Merah
V Bola Baja 12,7 mm (1/2”) 10 140 150 130
Pengujian kekerasan Brinell merupakan pengujian standard secara industri, tetapi
karena penekannya terbuat dari bola baja yang berukuran besar dan beban besar, maka
bahan lunak atau keras sekali tidak dapat diukur kekerasannya.

Rockwell Superficial Hardness Test Block


Hardness Scale Part No: Penetrator Load Ranges Material
15N Scale S15N10 N Diamond 15 Kg All Steel
30N Scale S30N10 N Diamond 30 Kg All Steel
45N Scale S45N10 N Diamond 45 Kg All Steel
15T Scale S15T10 1/16" Ball 15 Kg All Brass
30T Scale S30T10 1/16" Ball 30 Kg All Brass
45T Scale S45T10 1/16" Ball 45 Kg All Brass
15W Scale S15W10 1/8" Ball 15 Kg All Brass
30W Scale S30W10 1/8" Ball 30 Kg All Brass
45W Scale S45W10 1/8" Ball 45 Kg All Brass
15X Scale S15X10 1/4" Ball 15 Kg All Brass
30X Scale S30X10 1/4" Ball 30 Kg All Brass
45X Scale S45X10 1/4" Ball 45 Kg All Brass
15Y Scale S15Y10 1/2" Ball 15 Kg All Brass
30Y Scale S30Y10 1/2" Ball 30 Kg All Brass
45Y Scale S45Y10 1/2" Ball 45 Kg All Brass
Pada Tabel ditunjukkan skala kekerasan A, B dan C adalah untuk bahan logam, skala A
dapat dipakai untuk bahan sangat keras seperti Karbida tungsen. Skala D dan di
bawahnya dipakai untuk batu gerinda sampai plastik.
Pengujian Rockwel superfisial mempergunakan beban yang ringan untuk memperbaiki
ketelitian dari penekan dengan cara penggunaan yang sama, juga dapat mengukur
kekerasan permukaan dari bahan yang dikeraskan kulitnya.
Gambar di bawah ini menunjukkan ukuran perbandingan dari penekanan pada pengujian
bahan yang sama dengan berbagai pengujian kekerasan.
Brinell
Bola Baja 10 mm
Beban 300 Kg
Rockwell
Penekan C, 150 Kg

Rockwell
Penekan N, 30 Kg

Permukaan
Pemilihan masing-masing skala (metode pengujian) tergantung pada :
a. Permukaan material
b. Jenis dan dimensi material
c. Jenis data yang diinginkan
d. Ketersedian alat uji
Pengujian Kekerasan dengan metode : Brinnel, Rockwell dan Vickers menggunakan:
Alat/ Pengujian
Benda Uji (test speciment)
yang bertujuan untuk Memahami cara Menguji Kekerasan logam dengan ketiga Metode
tersebut
Dalam pengujian kekerasan seperti pada pengujian statik lainnya, diukur ketahanan
terhadap deformasi. Tetapi ukuran penekan, beban dan ukuran penekanan, derajat
pengerasan regangan, berbeda. Jadi pertama korelasi antara kekerasan yang diperoleh
dengan berbagai cara pengujian kekerasan menjadi permasalahan.
Tidak ada cara lain kecuali mendapatkan hubungan tersebut secara eksperimen, jadi
kekerasan yang diperoleh dengan berbagai cara ditulis sebagai tabel konversi kekerasan.
Tetapi hal yang diutarakan di atas berbeda menurut bahan, oleh karena itu untuk baja
atau paduan tembaga perlu memakai tabel yang berlainan sesuai dengan paduan mesing-
masing.
Sejumlah data tersedia berkenaan dengan hubungan antara kekerasan dan kekuatan tarik
atau kekuatan lelah. Hubungan ini sangan memudahkan untuk mengetahui kekuatan
bahan dengan pengujian sederhana dari kekerasan. Tetapi karena hubungan itu memuat
banyak faktor variabel, perlu berhati-hati dalam penggunaannya. Sebagai tambahan
dalam penggunaan bagi bahan yang sama jenisnya, disarankan untuk memperhatikan
metalografinya.
Menyiapkan Specimen: Pengujian kekerasan

-Baja (Masing-masing dari tiga metode)

-Besi Cor
-Tembaga Pengambilan Data
-Alumunium

Memotong Specimen:
Menggrinda -Ukuran : 5 s/d 8 mm
-Harus rata

Mengampelas
ALAT UJI KEKERASAN MATERIAL LOGAM
ROCKWELL VICKERS
BRINELL

Anda mungkin juga menyukai