Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan secara efektif dan Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting
dalam perancangan ruang untuk menunjang kenyamanan pengguna. Ruang dengan sistem
pencahayaan yang baik dapat mendukung aktivitas yang dilakukan di dalamnya. Sistem
pencahayaan yang baik harus dapat memenuhi tiga kriteria utama, yaitu kualitas, kuantitas, dan
aturan pencahayaan. Kurangnya dukungan pencahayaan dalam suatu ruang mengakibatkan
aktivitas dalam ruangan tersebut menjadi terganggu misalnya ketika pencahayaan terlalu
berlebihan akan berakibat mengganggu pengelihatan. Dengan demikian intensitas cahaya perlu
diatur untuk menghasilkan kesesuaian kebutuhan penglihatan di dalam ruang berdasarkan jenis
aktivitas-aktivitasnya.
Perencanaan penerangan harus mempertimbangkan faktor intensitas penerangan di
bidang kerja, karena perbedaan penggunaan ruangan memerlukan intensitas penerangan yang
juga berbeda Semakin tinggi tingkat ketelitian suatu pekerjaan, maka semakin besar pula
kebutuhan intensitas pencahayaan yang diperlukan.. Kualitas penerangan yang tidak memadai
berefek buruk bagi penglihatan, juga untuk lingkungan sekeliling tempat kerja, maupun aspek
psikologis, yang dapat dirasakan seperti kelelahan, rasa kurang nyaman, kurang kewaspadaan
sampai kepada pengaruh yang terberat seperti kecelakaan. Pencahayaan buatan harus dilihat
dari sisi kualitas dan kuantitasnya. Makna buatan bukanlah sekedar menyediakan lampu dan
terangnya, pencahayaan bukan hanya masalah praktis namun juga estetika. tidak hanya
memberikan terang untuk bekerja, tetapi juga membantu membentuk agar suasana kerja
menjadi nyaman dan menyenangkan.
Lingkungan kerja yang tidak ergonomis efeknya dapat terlihat dalam waktu yang lama
sehingga pencapaian kerja yang optimal, efektif dan efisien sulit untuk dicapai. Kondisi yang
ergonomis merupakan lingkungan kerja yang memberikan kenyamanan dan keamanan bagi
pekerja. Rasa nyaman sangat penting secara biologis karena akan mempengaruhi kinerja pada
organ tubuh manusia ketika sedang bekerja. Penyimpangan dari batas kenyamanan akan
menyebabkan perubahan secara fungsional yang pada akhirnya berpengaruh pada fisik maupun
mental pekerja.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1


Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan mencapai hasil yang
optimal apabila lingkungan kerjanya mendukung. Kualitas lingkungan kerja yang baik dan
sesuai dengan kondisi manusia sebagai pekerja akan mendukung kinerja dan produktivitas
kerja yang dihasilkan. Lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk
dapat bekerja lebih produktif, karena itu lingkungan kerja harus didesain sebaik-baiknya
sehingga lingkungan kerja menjadi kondusif bagi pekerja untuk melaksanakan kegiatan dalam
suasana yang aman dan nyaman. Di dalam mendesain ruang kerja perlu diperhatikan faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan kerja. Salah satu faktor penting dari
lingkungan kerja yang dapat memberikan kepuasan kerja dan produktivitas adalah adanya
pencahayaan yang baik. Pencahayaan yang baik memungkinkan pekerja dapat melihat obyek-
obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa mengupayakan usaha yang berlebih.
Intensitas penerangan yang sesuai dengan jenis pekerjaannnya akan dapat meningkatkan
produktivitas Kerja, Sebaliknya, penerangan yang tidak didesain dengan baik akan
menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Pengaruh dan penerangan
yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan dampak, yaitu:
a) Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan effisiensi kerja.
b) Kelelahan mental.
c) Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
d) Kerusakan indra mata dan lain-lain.
Pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara kepada penurunan performansi kerja,
seperti:
a) Kehilangan produktivitas.
b) Kualitas kerja rendah.
c) Banyak terjadi kesalahan.
d) Kecelakaan kerja meningkat.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan Kerja Praktek ini adalah :
1. Untuk menyelesaikan perkuliahan semester ini, dimana Kerja Praktek merupakan mata
kuliah wajib bagi mahasiswa sebelum mengambil Tugas Akhir.
2. Untuk menerapkan dan membandingkan teori-teori yang didapatkan di bangku kuliah pada
praktek dilapangan yang sebenarnya. Sehingga diharapkan adanya input balik kepada

LAPORAN KERJA PRAKTEK 2


lembaga pendidikan (Perguruan Tinggi) sebagai barometer untuk pengembangan
selanjutnya.
3. Mengembangkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa melalui penerapan latihan kerja
dan pengamatan teknik-teknik yang diterapkan dilapangan dalam bidang keahliannya.
4. Mendekatkan perguruan tinggi dengan masyarakat dan dunia kerja.
5. Menghasilkan lulusan yang terampil dan relefan dengan pembangunan untuk memecahkan
permasalahan yang kompleks dalam dunia kerja secara sistematis.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan


Mengingat waktu yang tersedia dalam Kerja Praktek penulis/pelaksana praktek kerja lapangan
membatasi permasalahan maupun penyusunannya lebih difokuskan pada “SIMULASI
PENCAHAYAAN PADA RUANG KERJA DI GEDUNG MEDCO INTIDINAMIKA
MENGGUNAKAN SOFTWARE DIALUX 4.12” dengan tujuan agar tidak terlalu luas
permasalahannya dan agar memperoleh hasil yang memuaskan sesuai dengan harapan.

1.4 Sistematika Penulisan


 BAB I. PENDAHULUAN
Pada bab ini meliputi latar belakang permasalahan, batasan masalah, tujuan kerja
praktek, ruang lingkup pembahasan dan sistematika penulisan.
 BAB II. URAIAN UMUM PT. MEDCO INTIDINAMIKA
Menguraikan secara singkat mengenai sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan,
lingkup perusahaan dan struktur organisasi perusahaan.
 BAB III. KEGIATAN Menjelaskan tentang ‘’SIMULASI PENCAHAYAAN PADA
RUANG KERJA DI GEDUNG MEDCO INTIDINAMIKA MENGGUNAKAN
SOFTWARE DIALUX 4.12’’
 BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Memaparkan implementasi penggunaan software DIALux pada proses engineering
pada sebuah proyek ,
 BAB V. KESIMPULAN
Kesimpulan

LAPORAN KERJA PRAKTEK 3


BAB II

PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Pendahuluan

Medco Group adalah sebuah kelompok perusahaan Indonesia yang bergerak di berbagai
bidang, yaitu energi, makanan, agrobisnis, finansial, pabrikasi, perhotelan, dan properti.
Perusahaan ini bermula dari sebuah perusahaan kontraktor partikelir di bidang jasa pengeboran
minyak dan gas bumi darat (onshore drilling), Meta Epsi Pribumi Drilling. Medco Group
merupakan salah satu kelompok perusahaan yang ikut ambil bagian ke dalam perusakan alam
di merauke dalam proyek MIFEE.

Kantor PT. Medco Group beralamat di Medco Building III, LT 2-3, Jalan Ampera Raya No.18-
20, Cilandak Timur, Pasar Minggu, RT.12/RW.2, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 12560.

Gambar 2.1 Lokasi Kantor Utama PT Medco Intidinamika

LAPORAN KERJA PRAKTEK 4


2.2 Sejarah Perusahaan

Gambar 2.2 Sejarah Perusahaan

Perusahaan Pengeboran Meta Epsi (Medco) didirikan oleh Arifin Panigoro pada tahun 1980.
Selama boom minyak dari 1979 - 1981, ia melihat peluang emas untuk bergabung dengan
bisnis ini dan juga pemerintah saat itu mendorong pemain lokal untuk mendapatkan
kemampuan dan bersaing secara langsung dengan beberapa kontraktor asing skala besar di
sektor energi. Dengan dukungan pemerintah, Arifin bermitra dengan pemain asing untuk
memenangkan proyek yang lebih besar dengan memasang jaringan pipa raksasa.

Sebagaimana diuraikan dalam perjanjian bisnis dengan mitra asingnya, Arifin telah
memberikan kepemilikan logistik dan alat berat untuk proyek awal. Dengan alat berat, Medco
bercabang ke proyek-proyek lain dan akhirnya memasuki bisnis pengeboran minyak dan gas.

Setelah mendapatkan kesuksesan dengan bisnis pengeboran minyak dan gas, Grup Medco
mulai memperluas bisnis lini mereka. Pada tahun 1993, Grup Medco mengakuisisi Bank
Saudara, sebuah bank komersial berlisensi valuta asing menengah dengan aset mendekati US
$ 2 juta. Pada tahun yang sama, Grup Medco juga memperoleh konsesi kelapa sawit seluas 300
km2 di pulau Kalimantan. Akuisisi tersebut berdasarkan rencana manajemen Grup Medco
untuk memberikan stabilitas jangka panjang dalam pasokan energi

LAPORAN KERJA PRAKTEK 5


2.3 Logo Perusahaan

Gambar 2.3 Logo Perusahaan

 Filosofi Logo Medco Grup


1. Makna lingkaran itu universal, sakral dan ilahi. Ini mewakili sifat energi yang tak
terbatas, dan inklusivitas alam semesta.
2. Arti dari lingkaran putih adalah sebagai proses kreatif yang mengubah pikiran di
mana tindakan menciptakan spiral dalam pekerjaan kita melepaskan pikiran kita
menjadi keindahan kreatif.
3. Warna oranye logo Medco Group terinspirasi oleh matahari, sebagai sumber energi
bagi seluruh umat manusia. Matahari sendiri adalah sumber energi yang bisa bertahan
selama 4 miliar tahun. Warna oranye adalah warna yang sangat mencolok dan
cenderung berbeda dari warna merek pada umumnya.
Secara keseluruhan, Logo Grup Medco mewakili perusahaan induk yang dinamis,
berkembang dan inovatif.

2.4 Visi dan Misi Perusahaan


 Visi
Untuk menempatkan nilai tertinggi dalam profesionalisme, kewirausahaan, integritas,
dan kemitraan, serta berupaya memberdayakan orang-orang yang bekerja keras di
Indonesia melalui pengembangan dan kepedulian yang tulus untuk kepedulian mereka
terhadap kesejahteraan.

 Misi
Untuk tetap harmonis, berbaur, dan hidup berdampingan dengan lingkungan dan
masyarakat setempat tempat kami menjalankan bisnis kami.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 6


 Nilai-nilai
Komitmen Grup Medco untuk selalu memberikan yang terbaik kepada bangsa bukan
semata-mata persyaratan yang dibebankan pada perusahaan oleh Pemerintah atau
lembaga lain, tetapi itu adalah bagian dari tradisi Medco Group yang tertanam dalam
memasukkan nilai-nilai perusahaan yang bertanggung jawab dalam semua kegiatan
bisnisnya.

Semua pekerjaan kami dilakukan dalam 9 prinsip bisnis yang menjadi nilai-nilai perusahaan
kami:

1. Intuisi: Mengintegrasikan intuisi dan akal sehat


2. Keadilan: Bersikap adil bahkan terhadap pesaing Anda
3. Kejujuran: Kejujuran dan kepercayaan adalah nilai yang bertahan lama
4. Percaya Diri: Mempengaruhi orang lain melalui kepastian batin
5. Jaringan: Satu juta teman tidak cukup
6. Tanggung jawab: Menyelesaikan kewajiban, Menghadapi masalah
7. Sumber Daya Manusia: Pilih yang terbaik dan berdayakan mereka
8. Inovasi: Kreativitas berkelanjutan
9. Peduli dan Berbagi: Memupuk kewirausahaan

2.5 Management Perusahaan

Dedi S. Panigoro
Presiden Komisaris

Dedi lulus dari Institut Teknologi Bandung (ITB), jurusan


teknik elektro. Karirnya dimulai pada tahun 1973 dengan
mendirikan CV Corona Electric bersama saudaranya, Arifin
Panigoro. Setahun kemudian, Dedi bekerja di PT Fortune
Indonesia sebagai Manajer Produksi. Semangatnya untuk
berbisnis mendorongnya untuk mendirikan perusahaan sendiri
seperti Bandung International Developers (1981), PT Satria
Balitama (1987), dan PT Grahamas Citrawisata (1989). Dedi
diangkat sebagai presiden komisaris PT Medco Intidinamika
sejak 2012 dan saat ini menjabat sebagai komisaris di beberapa perusahaan.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 7


Hadi Basalamah
Komisaris

Dia diangkat sebagai komisaris sejak 2012 dan saat ini juga
menjabat sebagai presiden komisaris di PT Multi Fabrindo
Gemilang (Multifab), salah satu anak perusahaan Grup
Medco. Sebelumnya ia menjabat sebagai Komisaris Utama
Medco Agro (1998 - 2003), Presiden Direktur PT Multi
Fabrindo Gemilang (1993 - 2006), Direktur Perwakilan
CEGELEC dan COGLEX Alsthom Jakarta (1985-1993) dan
berbagai posisi penting. Dia lulus dari Universitas Sorbonne
Paris I, jurusan ilmu ekonomi.

Hilmi Panigoro
Direktur Utama

Selama 15 tahun Hilmi Panigoro mengembangkan karir di


Huffco / Vico Indonesia. Dari Wellsite Geologist (1981) ke
posisi tertinggi sebagai Wakil Presiden & Direktur
Reengineering Proses Bisnis (1998). Jalur berikutnya
membawa Hilmi untuk bergabung dengan Medco Group,
sebuah perusahaan yang didirikan oleh Arifin Panigoro.
Tawaran itu dibuat dengan persetujuan resmi dan secara
profesional. Sejak lulus sebagai Insinyur Geologi dari Institut
Teknologi Bandung pada tahun 1981, Hilmi juga memperoleh
gelar MBA dari Universitas Thunderbird di Arizona pada tahun 1984, dan M. Sc. dari Colorado
School of Mines, USA pada tahun 1988. Hilmi diangkat sebagai Presiden Direktur Medco
Intidinamika pada tahun 2012 dan saat ini ia juga menjabat sebagai Komisaris di beberapa anak
perusahaan Medco.
Yani Panigoro
Direktur

Yani Panigoro lulus dari Institut Teknologi Bandung (ITB)


jurusan Teknik Elektro pada tahun 1975. Dia memulai
karirnya sebagai peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI). Pada tahun 1994, Yani Panigoro
memutuskan untuk memulai perjalanannya di Medco,
perusahaan yang didirikan oleh kakaknya, Arifin Panigoro.
Selain kegiatannya di Medco, Yani Panigoro juga telah
mendukung beberapa Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
yang beroperasi di bawah PT. Sarana Jabar Ventura (SJV). Di
luar bisnis, Yani Panigoro aktif memberikan kuliah umum tentang kewirausahaan di beberapa
universitas di Indonesia, seperti Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Surabaya,
Universitas Indonesia, dan universitas lainnya.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 8


Farid Rahman
Direktur

Telah menjabat sebagai Direktur sejak 30 Oktober 2012, Farid


Rahman lahir di Jakarta pada tahun 1958 dan lulus dari
Universitas Indonesia jurusan Fakultas Ekonomi dan
memperoleh gelar MBA dari Golden Gate University, San
Fransisco, AS. Tonggak karirnya telah dimulai sejak 1984,
sebagai Corporate Banking Bank Duta, Chief Executive
Officer Duta International Finance Co.Ltd (anak perusahaan
Bank Duta, yang berbasis di Hongkong), hingga saat itu
sebagai Kepala Divisi Perbankan Internasional di Kantor Pusat Bank Duta. Dengan menempati
posisi penting sebagai Direksi dari Bank Saudara sejak tahun 1994 kemudian secara berturut-
turut menjadi Komisaris pada tanggal 26 Mei 2011 hingga 12 Maret 2012

2.6 Struktur Management

Gambar 2.4 Struktur Organisasi

LAPORAN KERJA PRAKTEK 9


BAB III KEGIATAN
“SIMULASI PENCAHAYAAN PADA RUANG KERJA DI GEDUNG MEDCO
INTIDINAMIKA MENGGUNAKAN SOFTWARE DIALUX 4.12”

3.1 Pencahayaan
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan secara efektif dan Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting
dalam perancangan ruang untuk menunjang kenyamanan pengguna. Ruang dengan sistem
pencahayaan yang baik dapat mendukung aktivitas yang dilakukan di dalamnya. Sistem
pencahayaan yang baik harus dapat memenuhi tiga kriteria utama, yaitu kualitas, kuantitas, dan
aturan pencahayaan. Kurangnya dukungan pencahayaan dalam suatu ruang mengakibatkan
aktivitas dalam ruangan tersebut menjadi terganggu misalnya ketika pencahayaan terlalu
berlebihan akan berakibat mengganggu pengelihatan. Dengan demikian intensitas cahaya perlu
diatur untuk menghasilkan kesesuaian kebutuhan penglihatan di dalam ruang berdasarkan jenis
aktivitas-aktivitasnya.

3.1.1 Fungsi Pencahayaan


A. Penerangan
Fungsi utama dari pencahayaan adalah sebagai sumber penerangan. Pada bangunan
yang memiliki banyak ruangan aktifitas tentu juga akan membutuhkan banyak penerangan.
Selain dengan menggunakan pencahayaan alami dengan memanfaatkan sinar matahari,
perlu pencahayaan buatan untuk ruangan – ruangan tertentu yang tidak boleh atau tidak
biasa mendapatkan sinar cahaya alami / matahari.

B. Kesehatan
Selain berfungsi sebagai penerangan, pencahayaan pada bangunan juga perlu bagi
kesehatan pengguna ruangan tersebut. Seperti untuk kesehatan mata, atau untuk ruang-
ruang periksa dan alat pengobatan pada rumah sakit.

C. Kenyamanan
Pencahayaan akan memberikan kenyamanan bagi penghuni suatu bangunan apalagi
jika bangunan / ruangan tersebut berfungsi sebagai tempat belajar atau tempat membaca

LAPORAN KERJA PRAKTEK 10


seperti perpustakaan atau lain-lain. Kita tentu tidak akan nyaman apabila membaca dan
melihat di ruangan yang gelap.

D. Keamanan
Pencahayaan juga berfungsi sebagai alat bantu keamanan bagi penghuni gedung dan
juga area sekitarnya, terutama di malam hari. Jika tidak ada penerangan atau penerangan
tidak memadai tentu akan memberikan rasa takut bagi pengguna bangunan karena suasana
yang gelap biasanya akan rawan kejahatan.

E. Dekorasi
Pencahayaan dekoratif dalam ruang (interior) dapat meliputi elemen-elemen
pencahayaan yang ditempatkan pada dinding, plafon, juga dapat berupa perabotan lampu-
lampu dalam atau luar ruang. Penataan lampu tersebut juga akan mampu memberikan nilai-
nilai keindahan (estetis).

3.1.2 Jenis-jenis pencahayaan


Pada umum nya jenis pencahayaan yang didapat oleh manusia terdapat dua jenis yaitu :
A. Pencahayaan Alami (Daylighting)

Gambar 3.1 Pencahayaan Alami (Daylighting)


Pencahayaan alamiah adalah pencahayaan yang bersumber dari sinar matahari yang
muncul dari pagi menjelang siang hingga sore hari. Kelebihan dari pencahayaan ini adalah
hemat biaya, karena tidak bergantung kepada energi listrik, serta tidak membutuhkan
perawatan instalasi seperti pencahayaan buatan. Namun kerugiannya ada pada intensitas

LAPORAN KERJA PRAKTEK 11


cahaya yang tidak dalam kendali manusia. Akibatnya, hasil pencahayaan kerapkali tidak
konsisten. Pada umumnya pencahayaan alamiah diperoleh melalui pintu, jendela, atau
dengan cara memasang jendela kaca di atap (skylight).
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar
alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat
membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan
jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas
lantai. Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan
penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber
alami menghasilkan panas terutama saat siang hari. Factor-faktor yang perlu diperhatikan
agar penggunaan sinar cahaya alami mendapat keuntungan yaitu :
1) Variasi intensitas cahaya matahari.

2) Distribusi dari terangnya cahaya.

3) Efek dari lokasi, pemantulan cahaya.

4) Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung.

Pencahayaan alami dalam sebuah bangunan akan mengurangi penggunaan cahaya buatan,
sehingga dapat menghemat konsumsi energi dan mengurangi tingkat polusi. Tujuan
digunakannya pencahayaan alami yaitu untuk menghasilkan cahaya berkualitas yang
efisien serta meminimalkan silau dan berlebihnya rasio tingkat terang. Selain itu cahaya
alami dalam sebuah bangunan juga dapat memberikan suasana yang lebih menyenangkan
dan membawa efek positif lainnya dalam psikologi manusia.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 12


B. Pencahayaan Buatan (Artificial Lighting)

Gambar 3.2 Pencahayaan Buatan (Artificial Lighting)


Pencahayaan buatan merupakan pencahayaan yang memanfaatkan teknologi buatan
manusia atau energi olahan seperti lampu. Pencahayaan buatan bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan cahaya pada siang maupun malam hari, dan terutama untuk kebutuhan cahaya
di dalam ruang. Tujuannya adalah, untuk membantu indra visual manusia melakukan
aktivitasnya dengan tepat.

Dalam penempatannya, intensitas sumber cahaya harus bersifat tetap, merata, tidak
menyilaukan, tidak kedap-kedip, dan sehat untuk mata. Kelebihan dari konsep
pencahayaan buatan adalah, intensitas cahaya yang lebih stabil serta pilihan warna yang
bervariasi. Sementara itu kerugiannya adalah, memerlukan perawatan untuk sumber cahaya
dan instalasinya. Selain itu, pencahayaan ini sangat bergantung pada energi buatan
sehingga membutuhkan biaya. Fungsi pokok pencahayaan buatan di lingkungan kerja yaitu
:
1) Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta
terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat.
2) Memungkinkan penghuni untuk berjalan dan bergerak secara mudah dan aman.
3) Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja

LAPORAN KERJA PRAKTEK 13


4) Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak
berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayang-bayang.
5) Meningkatkan lingkungan visual nyaman dan meningkatkan prestasi.

3.1.3 Pengelompokan distribusi pencahayaan


Berdasarkan cara distribusi cahayanya, pencahayaan dapat dibedakan menjadi lima
macam, yaitu :

A. Distribusi pencahayaan langsung (direct lingting)


Pada sistem pencahayaan langsung, sebanyak 90-100% cahaya diarahkan secara
langsung ke benda-benda, yang perlu diterangi. Sistem ini paling efektif dalam mengatur
pencahayaan . akan tetapi sistem ini memiliki kelemahan, yaitu dapat menimbulkan
bayangan serta kesilauan yang dapat mengganggu, baik karena penyinaran langsung
maupun karena pantulan cahaya. Untuk mendapatkan efek yang optimal, disarankan langit-
langit, dinding serta benda-benda yang ada dalam ruangan perlu diberi warna cerah agar
tampak menyegarkan.

B. Distribusi pencahayaan semi langsung


Pada sistem pencahayaan semi langsung, sebanyak 60-90% cahaya diarahkan langsung
kepada benda-benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya akan dipantulkan ke langit-
langit dan dinding. Sistem pencahayaan ini dapat mengurangu kelemahan sistem
pencahayaan langsung.

C. Distribusi pencahayaan difus (general diffuse lighting)


Pada sistem pencahayaan difus, sebanyak 40-60% cahaya diarahkan kepada permukaan
yang perlu diterangi, selebihnya lagi menerangi langit0langit dan dinding untuk kemudian
dipantulkan. Pada sistem ini, nilai pantulan dari langit-langit harus tinggi agar cahaya yang
dipantulkan ke bawah cukup banyak. Namun masih ada masalah bayangan dan kesilauan
dalam sistem pencahayaan ini.

D. Distribusi pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting)


Pada sistem pencahayaan semi tidak langsung, sebanyak 60-90% cahaya diarahkan ke
langit-langit dan dinding bagian atas dan sisanya ke bawah. Dengan demikian, langit-langit

LAPORAN KERJA PRAKTEK 14


memerlukan perhatian lebih dengan dilakukannya pemeliharaan yang lebih baik. Pada
sistem pencahayaan ini praktis tidak ada masalah bayangan dan kesilauan juga dapat
dikurangi.

E. Distribusi pencahayaan tidak langsung (indirect lighting)


Pada sistem pencahayaan tidak langsung, sebanyak 90-100% cahaya diarahkan ke
langit-langit dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh
ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat dijadikan sumber cahaya, maka diperlukan
pemeliharaan yang baik. Kelebihan dari sistem pencahayaan ini adalah tidak menimbulkan
bayangan dan kesilauan, sedangkan kelemahannya yaitu dapat mengurangi efesiensi
cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.

3.1.4 Faktor yang Dapat Mempengaruhi Pencahayaan


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencahayaan di ruangan termasuk ditempat kerja
adalah:
A. Desain sistem pencahayaan
Faktor ini berpengaruh terhadap penyebaran cahaya ke seluruh ruangan. Dengan desain
yang baik dapat dihindarinya sudut atau bagian ruangan yang gelap.

B. Distribusi cahaya
Faktor ini berpengaruh terhadap penyebaran cahaya. Jika distribusi sumber cahaya
tidak merata, maka akan menimbulkan sudut dan bagian ruangan yang gelap.

C. Pemantulan cahaya
Pemantulan cahaya dari langit-langit tergantung dari warna dan finishing. Pemantulan
cahaya ini tidak berlaku pada sistem pencahayaan langsung, tetapi sangat penting pada
pencahayaan tidak langsung.

D. Utilitas cahaya
Utilitas cahaya adalah presentase cahaya dari sumber cahaya yang secara nyata
mencapai dan menerangi benda-benda yang diterangi
E. Pemeliharaan desain dan sumber cahaya

LAPORAN KERJA PRAKTEK 15


Apabila pemeliharaan desain dan sumber cahaya tidak baik, misalnya penuh debu,
maka akan mempengaruhi pencahayaan yang dihasilkan.

3.1.5 Istilah dan Definisi


1) Candela
Intensitas luminus dari sebuah sumber cahaya, dan didefinisikan sebagai 1/60 intensitas
luminus per cm2, pada black bodi dengan temperatur solidification platinum (2045° K).
Satu candela sama dengan satu lumen per steredian. Dengan total seluruhnya 4π x 1 = 4π
lumen.

2) Fluks Luminus (F atau ϕ)


Radiasi energi cahaya yang keluar per detik dari bodi dalam bentuk gelombang
cahaya luminus. Satuan fluks luminus adalah lumen. Dan didefinisikan sebagai fluks
yang terbawa pada sudut kuat dari sumber satu candela atau standar candela. 1 lumen =
0.0016 watt (pendekatan).

3) Intensitas Luminus (I) atau Candle – Power


Titik sumber dengan arah tertentu yang diberikan oleh radiasi luminous flux per unit
sudut solid pada arah yang sama. Jika dϕ adalah radiasi luminous flux yang keluar dari
sebuah sumber cahaya dengan sudut solid dω steredian, maka :
Jika sumber cahaya dengan rata – rata intensitas luminous adalah I lm/sr ( atau I candela),
maka total radiasi flux adalah ϕ = ω I = 4π I lumen.

4) Iluminasi (Intensitas Pencahayaan)


Intensitas pencahayaan pada suatu bidang adalah fluks yang jatuh pada luasan 1 m2
dari bidang tersebut. Intensitas pencahayaan ditentukan di tempat mana kegiatan
dilakukan. Umumnya bidang kerja diambil 80 cm di atas lantai. Bidang kerja dapat
berupa meja atau bangku kerja, atau bidang horisontal khayal. Intensitas pencahayaan E
dinyatakan dalam satuan lux atau lumen/m2. Jadi flux

LAPORAN KERJA PRAKTEK 16


cahaya yang diperlukan untuk bidang kerja seluas A m2 ialah:

ϕ = E · A lumen .

dimana:
ϕ : flux cahaya (lux.m2)

5) Luminus Exitance (M)


Luminus Exitance (M) pada sebuah permukaan didefinisikan sebagai fluks luminus
dipancarkan per unit area pada semua arah. Jika elemen iluminasi area A dan pancaran
total fluks adalah Δϕ pada semua arah, maka :

(lm/m2)...........................................................................................

Nama Unit Simbol

Fluks Luminus Lumen F atau ϕ

Intensitas Luminus Candela I

Iluminasi lm/m2 atau Lux E

Luminasi cd/m2 L atau B

Luminance Exitance lm/m2 M

Gambar 3.1 Unit dan symbol dalam pencahayaan

6) Armatur
Adalah rumah lampu yang digunakan untuk mengendalikan dan mendistribusikan
cahaya yang dipancarkan oleh lampu yang dipasang didalamnya, dilengkapi dengan
peralatan untuk melindungi lampu dan peralatan pengendali listrik

7) Koefisien Depresiasi

LAPORAN KERJA PRAKTEK 17


Adalah perbandingan antara tingkat pencahayaan setelah jangka waktu tertentu dari
instalasi pencahayaan digunakan terhadap tingkat pencahayaan pada waktu instalasi
baru.

8) Koefisien Penggunaan
Adalah perbandingan antara fluks luminus yang sampai di bidang kerja terhadap
fluks luminus yang dipancarkan oleh semua lampu.

3.1.6 Hukum-hukum Iluminasi


1) Besarnya E proporsional dengan intensitas iluminus I, atau E ≈ I.

2) Inverse Square Law.


Illuminasi pada sebuah permukaan besarnya proporsional berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak permukaan dengan sumber.

E ≈ 1/r2..................................................................................................

Gambar 3.4 Inverse Square Law

Pada gambar diatas diperlihatkan bahwa jarak antar permukaan berbanding 1:2:3.
Dengan luasan yang tercakup berbanding 1:4:9, maka iluminasi akan berbanding 1:
1/4 : 1/9.

3) Lambert’s Cosine

Besarnya E proporsional dengan sudut yang dibentuk oleh permukaan illuminasi


dan arah dari fluks cahaya.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 18


Gambar 3.5 Lambert's Cosine Law
Besarnya ilumnasi E pada posisi 1 adalah E1 = ϕ/A, tetapi pada posisi 2 E2 = (ϕ cos

θ )/A atau E2 = E1 cos θ atau E = I cos θ/r2.

3.1.7 Space Rasio / Tinggi


Adalah perbadingan antara jarak horisontal dua lampu dengan tinggi lampu. Nilainya
untuk indoor berkisar antara 1 sampai 2, tetapi untuk kapal tergantung pada tinggi
ruangan yang ada.

3.1.8 Faktor Utilisasi (η)


Merupakan perbandingan antara lumens aktual yang diterima pada meja kerja
dengan lumens yang dibangkitkan oleh sumber cahaya. Ini tergantung beberapa
faktor antara lain :

1. Type penerangan (direct atau indirect).


2. Type dan tinggi fitting.
3. Warna permukaan dinding dan atap.
4. Dimensi ruangan.
Nilainya berkisar antara 0.4 sampai 0.6 untuk pencahayaan langsung, dan 0.1
sampai 0.35 untuk pencahayaan tidak langsung.

3.1.9 Faktor Depresiasi (p)


Merupakan nilai perbandingan antara iluminasi pada saat aktual dengan nilai
iluminasi pada saat lampu dan komponennya sangat bersih, atau dengan kata lain nilai
iluminasi pada saat awal lampu tersebut dipasang. Nilai muncul disebabkan adanya kotoran

LAPORAN KERJA PRAKTEK 19


ataupun debu yang menempel pada reflektor lampu. Atau dapat pula disebut sebagai
maintenance faktor. . Sehingga total nilai lumens yang dibutuhkan adalah :

𝐸𝑥𝐴
K= η x p lumen……………………………………………….

dimana :
φ : flux cahaya (lux.m2)
E : intensitas pencahayaan (lux)
A : luas bidang kerja (m2)
η : faktor utilisasi
p : faktor depresiasi

3.1.10 Indeks Ruangan


Indeks ruangan diperlukan untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan
pencahayaan ruang. Indeks ruangan atau indeks bentuk k menyatakan perbandingan antara
ukuran-ukuran utama ruangan yang berbentuk bujur sangkar, rumus:

𝑝.𝑙
K=ℎ(𝑝+𝑙) ……………………………………………….

dimana:
p : panjang ruangan (meter)
l : lebar ruangan (meter)
h : tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja (meter)

3.1.11 Perhitungan Tingkat Pencahayaan


1) Tingkat Pencahayaaan Rata-rata (Erata-rata)
Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan pada umumnya didefinisikan sebagai
tingkat pencahayaan rata-rata pada bidang kerja. Yang dimaksud dengan bidang kerja
ialah bidang horisontal imajiner yang terletak 0,75 meter di atas lantai pada seluruh
ruangan. Tingkat pencahayaan rata-rata Erata-rata (lux), dapat dihitung dengan
persamaan :
𝐹 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥 𝑘𝑝 𝑥 𝑘𝑑
Erata-rata = ( lux ) ………………………………………………..
𝐴

Dimana :
Ftotal = fluks luminous total dari semua lampu yang menerangi bidang kerja ( lumen )
A = luas bidang kerja (m2).
kp = koefisien penggunaan.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 20


kd = koefisien depresiasi.

2) Koefisien Penggunaan (kp).


Sebagian dari cahaya yang dipancarkan oleh lampu diserap oleh armatur, sebagian
dipancarkan ke arah atas dan sebagian lagi dipancarkan ke arah bawah. Faktor
penggunaan didefinisikan sebagai perbandingan antara fluks luminus yang sampai di
bidang kerja terhadap keluaran cahaya yang dipancarkan oleh semua lampu. Besarnya
koefisien penggunaan dipengaruhi oleh faktor :
 Distribusi intensitas cahaya dari armatur;
 Perbandingan antara keluaran cahaya dari armatur dengan keluaran
cahaya dari lampu di dalam armatur;
 Reflektansi cahaya dari langit-langit, dinding dan lantai;
 Pemasangan armatur apakah menempel atau digantung pada langitlangit;
 Dimensi ruangan.
Besarnya koefisien penggunaan untuk sebuah armatur diberikan dalam bentuk tabel
yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat armatur yang berdasarkan hasil pengujian dari
instansi terkait. Merupakan suatu keharusan dari pembuat armatur untuk memberikan tabel
kp, karena tanpa tabel ini perancangan pencahayaan yang menggunakan armatur
tersebuttidak dapat dilakukan dengan baik.

3) Koefisien Depresiasi (penyusutan) (kd)


Koefisien depresiasi atau sering disebut juga koefisien rugi-rugi cahaya atau koefisien
pemeliharaan, didefinisikan sebagai perbandingan antara tingkat pencahayaan setelah
jangka waktu tertentu dari instalasi pencahayaan digunakan terhadap tingkat
pencahayaan pada waktu instalasibaru.Besarnya koefisien depresiasi dipengaruhi oleh :
 Kebersihan dari lampu dan armatur;
 Kebersihan dari permukaan-permukaan ruangan;
 Penurunan keluaran cahaya lampu selama waktu penggunaan;
 Penurunan keluaran cahaya lampu karena penurunan tegangan listrik.
Besarnya koefisien depresiasi biasanya ditentukan berdasarkan estimasi. Untuk ruangan
dan armatur dengan pemeliharaan yang baik pada umumnya koefisien depresiasi diambil
sebesar 0,8.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 21


4) Jumlah Armatur Yang Diperlukan Untuk Mendapatkan Tingkat Pencahayaan
Tertentu
Untuk menghitung jumlah armatur, terlebih dahulu dihitung fluks luminus total yang
diperlukan untuk mendapatkan tingkat pencahayaan yang direncanakan, dengan
menggunakan persamaan :

𝐸𝑥𝐴
F total =kp x kd lumen………………………………………….

Kemudian jumlah armature dihitung dengan persamaan :

𝐹 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
N total = F1 x n …………………………………………………..

Dimana :

F1 = Fluks luminus satu buah lampu.


n = Jumlah lampu dalam satu armatur.

5) Tingkat pencahayaan oleh komponen cahaya langsung.


Tingkat pencahayaan oleh komponen cahaya langsung pada suatu titik pada bidang
kerja dari sebuah sumber cahaya yang dapat dianggap sebagai sumber cahaya titik, dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

𝐼𝑎.𝐶𝑂𝑆3.𝑎
Ep = ………………………………………………..
n2

dimana :
Iα = intensitas cahaya pada sudut α
h = tinggi armatur diatas bidang kerja (meter).

LAPORAN KERJA PRAKTEK 22


Gambar 3.6 Pencahayaan Langsung

Jika terdapat beberapa armatur, maka tingkat pencahayaan tersebut merupakan


penjumlahan dari tingkat pencahayaan yang diakibatkan masing-masing armatur dan
dinyatakan sebagai berikut :
E total = EP 1 + EP 2 + EP 3 +………… ( lux )

3.1.12 Tingkat Pencahayaan Minimum yang Direkomendasikan


Tingkat pencahayaan minimum dan renderasi warna yang direkomendasikan untuk
berbagai fungsi ruangan ditunjukkan pada tabel 4.1.2.

Tingkat Kelompok
Fungsi ruangan Pencahayaan renderasi Keterangan
(lux) warna
Rumah Tinggal :
Teras 60 1 atau 2
Ruang tamu 120 ~ 250 1 atau 2
Ruang makan 120 ~ 250 1 atau 2
Ruang kerja 120 ~ 250 1
Kamar tidur 120 ~ 250 1 atau 2
Kamar mandi 250 1 atau 2
Dapur 250 1 atau 2
Garasi 60 3 atau 4
Perkantoran :
Ruang Direktur 350 1 atau 2
Ruang kerja 350 1 atau 2
Gunakan armatur berkisi untuk
Ruang komputer 350 1 atau 2 mencegah silau akibat pantulan
layar monitor.
Ruang rapat 300 1 atau 2
Ruang gambar Gunakan pencahayaan setempat
750 1 atau 2
pada meja gambar.
Gudang arsip 150 3 atau 4
Ruang arsip aktif. 300 1 atau 2
Lembaga Pendidikan :
Ruang kelas 250 1 atau 2
Perpustakaan 300 1 atau 2
Laboratorium 500 1
Gunakan pencahayaan setempat
Ruang gambar 750 1
pada meja gambar.
Kantin 200 1
Hotel dan Restauran
Pencahayaan pada bidang vertikal
Lobby, koridor 100 1 sangat penting untuk menciptakan
suasana/kesan ruang yang baik.
Sistem pencahayaan harus di
rancang untuk menciptakan
suasana yang sesuai. Sistem

LAPORAN KERJA PRAKTEK 23


Ballroom/ruang sidang. 200 1 pengendalian “switching” dan
“dimming” dapat digunakan untuk
memperoleh berbagai efek
pencahayaan.
Ruang makan. 250 1
Cafetaria. 250 1
Diperlukan lampu tambahan pada
Kamar tidur. 150 1 atau 2 bagian kepala tempat tidur dan
cermin.
Dapur. 300 1
Rumah Sakit/Balai
pengobatan
Ruang rawat inap. 250 1 atau 2

Gambar 3.2 Tingkat pencahayaan minimum yang di rekomendasi

Gunakan pencahayaan setempat


Ruang operasi, ruang bersalin. 300 1
pada tempat yang diperlukan.
Laboratorium 500 1 atau 2
Ruang rekreasi dan
250 1
rehabilitasi.
Pertokoan/Ruang pamer.
Tingkat pencahayaan ini harus di-
Ruang pamer dengan obyek penuhi pada lantai. Untuk
berukuran besar (misalnya 500 1 beberapa produk tingkat
mobil). pencahayaan pada bidang vertikal
juga penting.
Toko kue dan makanan. 250 1
Toko buku dan alat
300 1
tulis/gambar.
Toko perhiasan, arloji. 500 1
Toko Barang kulit dan sepatu. 500 1
Toko pakaian. 500 1
Pencahayaan pada bidang vertikal
Pasar Swalayan. 500 1 atau 2
pada rak barang.
Toko alat listrik (TV,
Radio/tape, mesin cuci, dan 250 1 atau 2
lain-lain).
stri (Umum).
Ruang Parkir 50 3
Gudang 100 3
Pekerjaan kasar. 100 ~ 200 2 atau 3
Pekerjaan sedang 200 ~ 500 1 atau 2
Pekerjaan halus 500 ~ 1000 1
Pekerjaan amat halus 1000 ~ 2000 1
Pemeriksaan warna. 750 1
Rumah ibadah.
Untuk tempat-tempat yang mem
butuhkan tingkat pencahayaan
Mesjid 200 1 atau 2
yang lebih tinggi dapat digunakan
pencahayaan setempat.
Gereja 200 1 atau 2 Idem
Vihara 200 1 atau 2 idem

Gambar 3.3 Tingkat pencahayaan minimum yang di rekomendasi

LAPORAN KERJA PRAKTEK 24


3.1.13 Sistem pencahayaan
Sistem pencahayaan dapat dikelompokkan menjadi :
a) Sistem pencahayaan merata
Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan yang merata di seluruh ruangan,
digunakan jika tugas visual yang dilakukan di seluruh tempat dalam ruangan
memerlukan tingkat pencahayaan yang sama.

Tingkat pencahayaan yang merata diperoleh dengan memasang armatur secara merata
langsung maupun tidak langsung di seluruh langit-langit.

a) Sistem pencahayaan setempat.


Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang tidak merata.
Di tempat yang diperlukan untuk melakukan tugas visual yang memerlukan tingkat
pencahayaan yang tinggi, diberikan cahaya yang lebih banyak dibandingkan dengan
sekitarnya. Hal ini diperoleh dengan mengkonsentrasikan penempatan armatur pada
langit-langit di atas tempat tersebut.

b) Sistem pencahayaan gabungan merata dan setempat.


Sistem pencahayaan gabungan didapatkan dengan menambah sistem pencahayaan
setempat pada sistem pencahayaan merata, dengan armatur yang dipasang di dekat
tugas visual.
Sistem pencahayaan gabungan dianjurkan digunakan untuk :
 tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi.
 memperlihatkan bentuk dan tekstur yang memerlukan cahaya datang dari arah
tertentu.
 pencahayaan merata terhalang, sehingga tidak dapat sampai pada tempat yang
terhalang tersebut.
 tingkat pencahayaan yang lebih tinggi diperlukan untuk orang tua atau yang
kemampuan penglihatannya sudah berkurang.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 25


3.1.14 Jenis Lampu
Pada saat sekarang, lampu listrik dapat dikategorikan dalam tiga golongan, yaitu : lampu pijar,
lampu pelepasan gas, dan LED.

Gambar 3.7 Jenis Lampu

1. Lampu Pijar (Incandescent)


Lampu pijar menghasilkan cahayanya dengan pemanasan listrik dari kawat
filamennya pada temperatur yang tinggi. Temperatur ini memberi radiasi dalam daerah
tampak dari spektrum radiasi yang dihasilkan. Komponen utama lampu pijar terdiri dari
: filamen, bola lampu, gas pengisi dan kaki lampu (fitting).

2. Lampu Pelepasan Gas.


Lampu ini tidak sama bekerjanya seperti lampu pijar. Lampu ini bekerja berdasarkan
pelepasan elektron secara terus menerus di dalam uap yang diionisasi. Kadang – kadang
dikombinasikan dengan fosfor yang dapat berpendar. Pada umumnya lampu ini tidak
dapat bekerja tanpa balast sebagai pembatas arus pada sirkit lampu. Lampu pelepasan
gas mempunyai tekanan gas tinggi atau tekanan gas rendah. Gas yang dipakai adalah
merkuri atau natrium. Salah satu lampu pelepasan gas tekanan rendah dan memakai
merkuri adalah lampu fluoresen tabung atau disebut TL (Tube Lamp).

3. Lampu Fluoresen Tabung.


Lampu fluoresen tabung dimana sebagian besar cahayanya dihasilkan oleh bubuk
fluoresen pada dinding bola lampu yang diaktifkan oleh energi ultraviolet dari pelepasan
energi elektron. Umumnya lampu ini berbentuk panjang yang mempunyai elektroda
pada kedua ujungnya, berisi uap merkuri pada tekanan rendah dengan gas inert untuk
penyalaannya. Jenis fosfor pada permukaan bagian dalam tabung lampu menentukan

LAPORAN KERJA PRAKTEK 26


jumlah dan warna cahaya yang dihasilkan. Lampu fluoresen mempunyai diameter antara
lain 26 mm dan 38 mm, mempunyai bermacam-macam warna; merah, kuning, hijau,
putih, daylight dan lain-lain serta tersedia dalam bentuk bulat (TLE). Lampu fluoresen
mempunyai dua sistem penyalaan, yaitu memakai starter dan tanpa starter. Lampu
fluoresen jenis tanpa starter antara lain TL-RS, TL-X dan TL-M. Ada dua jenis lampu
fluoresen tanpa starter yaitu rapid start dan instant start. Bentuk lampu fluoresen dapat
berbentuk miniatur dan ada yang dilengkapi dengan balast dan starter dalam satu
selungkup gelas dan kaki lampunya sesuai dengan kaki lampu pijar . Lampu ini memakai
balast elektronik atau balast konvensional dan disebut lampu fluoresen kompak Lampu
ini mengkonsumsi hanya 25% energi dibandingkan dengan lampu pijar untuk fluks
luminus yang sama serta umurnya lebih panjang.

3.1.15 Armatur Lampu


Armatur adalah rumah lampu yang digunakan untuk mengendalikan dan
mendistribusikan cahaya yang dipancarkan oleh lampu yang dipasang didalamnya,
dilengkapi dengan peralatan untuk melindungi lampu dan peralatan pengendalian listrik.
Armatur sangat membantu dalam pengoptimalan penggunaan cahaya lampu dengan
armatur pendistribusian cahaya lebih terarah. Pendistribusian cahaya armatur tergantung
pada konstruksi armatur dan sumber cahaya yang digunakan. Penempatan armatur yang
sesuai pada ruangan sangat berpengaruh terhadap efisiensi pencahayaan yang dihasilkan.

3.1.16 Pemilihan Armatur ( Luminair )


Untuk memilih armatur yang akan digunakan, perlu dipertimbangkan faktor-faktor
yang berhubungan dengan pencahayaan, sebagai berikut :
 Distribusi intensitas cahaya;
 Efisiensi cahaya;
 Koefisien penggunaan;
 Perlindungan terhadap kejutan listrik;
 Ketahanan terhadap masuknya air dan debu;
 Ketahanan terhadap timbulnya ledakan dan kebakaran; Kebisingan yang
ditimbulkan.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 27


3.1.17 Distribusi Intensitas Cahaya
Data distribusi intensitas cahaya pada umumnya dinyatakan dalam suatu diagram
polar yangberupa kurva-kurva yang memberikan hubungan antara besarnya intensitas
terhadap arah dari intensitas tersebut. Untuk armatur yang memancarkan distribusi cahaya
yang simetris hanya diperlukan diagram polar pada satu bidang vertikal yang memotong
armatur melalui sumbu armatur.
Untuk armatur yang tidak simetris, misalnya armatur lampu Fluoresen (TL), paling
sedikit diperlukan 2 diagram polar, masing-masing pada bidang vertikal yang terletak
memanjang melalui sumbu armatur dan bidang vertikal yang tegak lurus pada sumbu
tersebut (lihat gambar.).

Gambar 3.8 Diagram Polar Armatur

LAPORAN KERJA PRAKTEK 28


BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Kebutuhan Pencahayaan


Dalam sebuah ruangan kerja dibutuhkan suatu pencahayaan yang optimal yang
didasarkan pada spesifikasi tingkat pencahayaan minimum yang direkomendasikan oleh Badan
Standar Nasional Indonesia SNI-03-6575-2001.
Sistem pencahayaan yang memadai harus terpasang di area kerja untuk menyediakan
penerangan yang cukup selama bekerja, dan juga untuk memastikan kondisi kerja yang
aman. Berikut adalah nilai penerangan minimum yang dibutuhkan di area perkantoran :

Tingkat Kelompok
Fungsi ruangan Pencahayaan renderasi Keterangan
(lux) warna
Perkantoran :
Ruang Direktur 350 1 atau 2
Ruang kerja 350 1 atau 2
Gunakan armatur berkisi untuk
Ruang komputer 350 1 atau 2 mencegah silau akibat pantulan
layar monitor.
Ruang rapat 300 1 atau 2
Ruang gambar Gunakan pencahayaan setempat
750 1 atau 2
pada meja gambar.
Gudang arsip 150 3 atau 4
Ruang arsip aktif. 300 1 atau 2
Lembaga Pendidikan :
Ruang kelas 250 1 atau 2
Perpustakaan 300 1 atau 2
Laboratorium 500 1
Gunakan pencahayaan setempat
Ruang gambar 750 1
pada meja gambar.
Kantin 200 1

Gambar 4.1 Tingkat Pencahayaan Minimum Yang Direkomendasikan Untuk Area Perkantoran

LAPORAN KERJA PRAKTEK 29


4.2 Lay-out (denah) Ruangan
Pada simulasi evaluasi system pencahayaan dibutuhkan denah lokasi yang akan di
simulasikan untuk mengevaluasi pencahayaan pada ruangan tersebut . Berikut adalah Lay-out
(denah) Ruangan kerja di Gedung perkantoran PT.Medco Intidinamika yang berlokasi
JL.Ampera Raya no 18-20, Jakarta Selatan :

Gambar 4.1 Lay-out (denah) Ruangan kerja PT.Medco Intidinamika

LAPORAN KERJA PRAKTEK 30


4.3 Armatur Ruang Kerja
Armatur yang digunakan pada ruang kerja perkantoran PT.Medco Intidinamika
JL.Ampera Raya no 18-20, Jakarta Selatan adalah armatur Lampu RM Philips TL-D 2x36W
TBS 318 .

Gambar 4.2 Armatur lampu RM Philips TL-D 2x36W TBS 318.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 31


4.4 Jenis Lampu yang digunakan
Pada ruang kerja PT.Medco Intidinamika menggunakan jenis lampu TL-D 36W/54-765
1SL/25. Berikut adalah gambar jenis lampu yang digunakan.

Gambar 4.3 Lampu Philips TL-D 36W/54-765 1SL/25

LAPORAN KERJA PRAKTEK 32


 Lampu Philips TL-D 36W/54-765 1SL/25
Lampu TL-D Standard Colors (diameter tabung 26 mm) menciptakan suasana dari
cahaya putih hangat hingga cahaya siang hari yang sejuk. Lampu dengan efektivitas dan
renderasi warna menengah.

Gambar 4.2 Product data Lampu Philips TL-D 36W/54-765 1SL/25

4.5 Dialux
DIALux adalah software gratis dan komplit yang dibangun untuk perencana
pencahayaan profesional yang terbuka dari seluruh manufaktur lampu. Sebuah software dari
perencana untuk perencana. Telah digunakan oleh ratusan ribu perencana pencahayaan dan
desainer di seluruh dunia. Dan angka tersebut semakin tumbuh dari hari ke hari.
Dokumentasikan hasil dalam hembusan nafas, visualisasi photorealistic.
Menyenangkan pelanggan dengan sekenario pencahayaan alami dan pencahayaan buatan
yang mereka dapat meluncur dengan kamera. Mengandalkan data CAD pada program
arsitektur dan mengekspor ulang file dengan mudah. Atau gunakan model 3D dari internet.

DIALux dapat menentukan energi dari solusi pencahayaan yang dibutuhkan serta
membantu memenuhi persyaratan masing – masing negara dan internasional.

Dengan DIALux kita dapat merencanakan pencahayaan dengan armatur dari


manufaktur unggulan di dunia dan berarti memiliki kebebasan besar dalam proses desain.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 33


Dan daftar partner dari perusahaan internasional semakin berkembang. DIALux tidak
dikenakan biaya dan dapat di unduh dari website dengan banyak bahasa.

Keuntungan menggunakan DIALux :


 Sederhana, perencana pencahayaan yang efektif dan profesional;
 Data armatur dari manufaktur unggulan yang terkini;
 Software yang selalu gratis;
 Pemandangan cahaya yang berwarna dengan LED atau armatur berubah warna
lainnya;
 Merencanakan seluruh bangunan termasuk di luar ruangan.

Gambar 4.4 Logo Dialux

LAPORAN KERJA PRAKTEK 34


4.6 Persiapan Ruangan Dengan Dialux
1) Untuk memulai project baru, klik New Interior Project.

Gambar 4.5 Memulai projek baru dengan Dialux

2) Input dimensi panjang (length), lebar (width), dan tinggi (height) ruangan pada Room
Editor.

Gambar 4.6 Input Room Editor Dialux

LAPORAN KERJA PRAKTEK 35


3) Untuk membuat objek pintu dan jendela, klik Object, lalu klik Windows and Door.

Gambar 4.7 Memasukan Objek

LAPORAN KERJA PRAKTEK 36


4) Untuk membuat pintu, klik ikon Door lalu drag ke dinding ruangan yang telah

terbentuk.

Gambar 4.8 Memasukan Pintu

5) Untuk mengatur posisi dan ukuran (lebar, tinggi, jarak dari sisi kiri, dan jarak dari sisi
bawah) pintu tersebut terdapat pada tab Position/Size yang berada di Project Manager.

Gambar 4.9 Mengatur posisi dan ukuran

LAPORAN KERJA PRAKTEK 37


6) Untuk menentukan material yang digunakan pada objek klik pada tab Material. Pada
tab ini juga dapat kita tentukan warna, faktor refleksi, transparansi, dan kekasaran
yang dimiliki pada objek yang kita telah masukkan.

Gambar 4.10 Pengaturan Material

7) Selanjutnya kita akan memasukan material untuk dinding dan lantai. Untuk
melakukannya klik Colour  Texture  Indoor  Wall (untuk dinding).
Kemudian pilih material yang digunakan dengan cara men-drag-nya.

Gambar 4.11 Memasukan Material dinding

LAPORAN KERJA PRAKTEK 38


Gambar 4.12 Memasukan Material dinding (2)

8) Dengan cara yang sama untuk lantai yaitu klik Colour  Texture  Indoor 

Floor. Kemudian pilih material yang digunakan dengan cara men-drag-nya.Dan saat

ini ruangan telah siap untuk dilakukan simulasi pencahayaan.

Gambar 4.12 Ruangan Dalam Dialux

LAPORAN KERJA PRAKTEK 39


4.7 Memasukkan armatur ke dalam DIALux
1) Untuk memasukkan armatur yang akan digunakan dalam DIALux perlu dilakukan
penginstallan plug-in yang dapat di unduh pada web site dari masing – masing
manufaktur lampu. Untuk memilih armatur yang akan digunakan klik Luminaire
Selection  DIALux luminaire catalogues Philips .

Gambar 4.13 Memilih Armatur

2) Setelah itu akan muncul jendela pilihan untuk pemilihan armatur dari produk Philips.

Gambar 4.14 Pemilihan Armatur Philips

LAPORAN KERJA PRAKTEK 40


3) Pada kolom Filter pilih family Code TCW097, dan pada housing pilih TCW097
2x36W. Selanjutnya pilih add.

Gambar 4.15 Memilih TCW097 2x36W

4) Maka pada tab Project dalam Project Manager akan muncul untuk armatur yang
digunakan yaitu PHILIPS TCW097 2x36W EBS.

Gambar 4.16 Armatur Yang digunakan dalam DIALux

LAPORAN KERJA PRAKTEK 41


5) Untuk menyusun armatur dalam ruangan klik insert Luminaire arrangement.
Pada ruangan substation ini akan dibuat susunan area, maka pilih field arrangement.

Gambar 4.17 . Memasukkan Armatur Susunan Area

6) Pada tab luminaire, pilih armatur yang telah ditentukan sebelumnya.

Gambar 4.18 . Memilih Armatur Untuk Field Arrangement

LAPORAN KERJA PRAKTEK 42


7) Pada tab mounting, akan dimasukkan nilai untuk iluminasi yang diinginkan untuk
ruangan, dan penempatan armatur (tinggi pemasangan). Karena dalam spesifikasi
proyek telah menyebutkan minimal 300 lux untuk ruang kerja maka masukkan nilai
300 pada E yang ada pada baris Roughcalculation. Dengan meng-klik suggestion
maka DIALux akan memberikan saran untuk rows dan Luminaires per row yang
ada pada baris field parameters. Kemudian klik insert.

Gambar 4.19 . Memasukkan Parameter Untuk Pemasangan Armatur

8) Setelah itu akan terlihat penempatan armatur dalam ruangan.

Gambar 4.20 Penempatan Armatur Dalam Ruangan (Tampak Atas)

LAPORAN KERJA PRAKTEK 43


Gambar 4.21 Penempatan Armatur Dalam Ruangan (Tampak 3D)

4.8 Kalkulasi Pencahayaan Pada Dialux


1) Untuk melakukan kalkulasi iluminasi yang terjadi pada ruang substation ini pada

menu bar klik output  start calculation.

Gambar 4.22 . Memulai Kalkulasi

LAPORAN KERJA PRAKTEK 44


2) Maka akan muncul jendela Start Calculation, kemudian klik OK.

Gambar 4.23 Jendela Start Calculation

3) Setelah dilakukan kalkulasi, maka dalam visualisasinya akan terlihat bahwa pada
armatur lampu telah menyala.

Gambar 4.24 Lampu Telah menyala Menandakan Kalkulasi Sudah Dilakukan

4) Untuk melihat hasil kalkulasi secara langsung pada CAD dapat digunakan isoline
dan false colour. Untuk mengaktifkan false colour klik View show false colour
in CAD.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 45


False Colour adalah visualisasi iluminasi dengan cara mendefinisikan sebuah
besaran lux menjadi warna tertentu.

Gambar 4.25 Menampilkan False Colour

5) Hasil dari false color adalah seperti gambar berikut:

Gambar 4.26 Hasil False Colour

Dari gambar tersebut masing – masing warna memiliki nilai lux tertentu yang dapat
disesuaikan. Pada gambar di atas warna putih menunjukkan bahwa permukaan tersebut
memiliki iluminasi 300 lux, warna merah 270 lux, warna oranye 240 lux, warna kuning 210

LAPORAN KERJA PRAKTEK 46


lux, warna hijau 180 lux, warna buru muda 150 lux, warna biru 120 lux, warna ungu 90 lux
dan warna hitam 60 lux.

4.9 Laporan Pencahayaan Dialux


Untuk dokumentasi simulasi pencahaan ini, DIALux telah menyediakan fasilitas untuk
mencetak laporan hasil simulasi yang dapat berupa :

 Armatur data sheet; Ringkasan;


 Daftar armatur yang digunakan; Tata ruang armatur;
 Hasil fotometri;
 Renderasi dalam 3D;
 Renderasi dalam false colour; Hasil iluminasi dalam garis iso;
 Hasil iluminasi dalam skala abu – abu; Hasil iluminasi dalam chart nilai;
 Hasil iluminasi dalam tabel;

Untuk membuat laporan klik output, kemudian pilih apa saja yang ingin dicetak.

Gambar 4.27 Mencetak Laporan DIALux

LAPORAN KERJA PRAKTEK 47


BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat oleh penulis dari kerja praktek ini adalah :

1. DIALux adalah salah satu software yang digunakan dalam menganalisa dan
mensimulasikan pencahayaan buatan. Dengan menggunakan DIALux pekerjaan
engineering khususnya perencanaan penerangan akan menjadi lebih cepat dan
mudah, serta dapat divisualisasikan.

2. Untuk memastikan pencahayaan yang akan dibangun telah memenuhi standar yang
digunakan umumnya owner akan meminta laporan hasil kalkulasi dari software yang
digunakan, salah satunya adalah DIALux.

3. Dari hasil simulasi pencahayaan dengan menggunakan DIALux4.12 pada ruang


kerja di Gedung Medco Intidinamika yang dilakukan bawha tingkat pencahayaan
yang terdapat di ruang R.1 – R.6 memiliki nilai lx dengan rata-rata di tiap ruangan
tersebut sebesar 500 lx yang mana tingkat pencahayaan tersebut telah melebihi batas
tingkat pencahayaan minimum yang direkomendasikan oleh Badan Standar Nasional
Indonesia SNI-03-6575-2001 untuk nilai penerangan minimum yang dibutuhkan di
area perkantoran khusus ruang kerja sebesar 350 lx.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 48


DAFTAR PUSTAKA

1. http://dimensiinterior.petra.ac.id/index.php/int/article/view/18670
2. https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPF/article/view/3567
3. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj/article/view/21901
4. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-29834-2411105010-Paper.pdf
5. http://ejournal-polnam.ac.id/index.php/JurnalSimetrik/article/view/72
6. https://ejournal.undip.ac.id/index.php/index/oai?verb=ListRecords&set=modul&metadata
Prefix=oai_dc
7. https://jurnal.ugm.ac.id/teknofisika/article/view/11522
8. http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/sitekin/article/view/1131
9. http://ojs.unm.ac.id/pinisi/article/view/2123
10. http://publication.petra.ac.id/index.php/desain-interior/article/download/1576/1425
11. http://journal.ppns.ac.id/index.php/seminarK3PPNS/article/view/162
12. http://dinarek.unsoed.ac.id/jurnal/index.php/dinarek/article/view/69
13. https://ejournal.itp.ac.id/index.php/momentum/article/view/40
14. http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/sitekin/article/view/1131
15. http://dimensiinterior.petra.ac.id/index.php/int/article/view/18178
16. https://www.youtube.com/watch?v=QBnxnEvLn1w
17. http://www.medcogroup.co.id/
18. http://www.SNI 03-6575-2001/

LAPORAN KERJA PRAKTEK 49

Anda mungkin juga menyukai