Anda di halaman 1dari 24

PENGENALAN GEJALA PENYAKIT TUMBUHAN

Nama : Rr. Nibras Khairunnisa Sari


NIM : B1J013137
Rombongan : IV
Kelompok :2
Asisten : Devi Fatkuljannah

LAPORAN PRAKTIKUM FITOPATOLOGI

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tanaman dapat menunjukan gejala perubahan bentuk, dan kelayuan pada


tanaman, tanaman dapat menunjukan kelompok gejala yang membentuk
penyakit atau sindrom penyakit yang disebabkan oleh penyebab abiotik dan
biotik. Suatu tanaman dapat dikatakan sehat atau normal, jika tanaman tersebut
dapat menjalankan fungsi-fungsi fisiolgis dengan seperti perkembangan dan
pembelahan sel (Setiadi, 2000). Penyakit pada tanaman disebabkan oleh
patogen penyakit yaitu bakteri dan virus yang kesemuanya disebut
mikroorganisme lainnya. Karena ukurannya sangat kecil dan halus maka tidak
dapat dilihat dengan kasat mata maka digunakan mikroskop elektron (Pracaya,
1999).
Penyakit pada tumbuhan tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan
seluruh atau sebagian organ tanaman yang menyebabkan terganggunya
kegiatan fisiologis sehari-hari. Secara singkat penyakit tanaman adalah
penyimpangan dari keadaan normal. Penyebab sakit bermacam-macam antara
lain cendawan, bakteri, virus, kekurangan air, kekurangan atau kelebihan unsur
hara (Pracaya, 1999).
Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu biotik atau
parasit dan abiotik atau non parasit. Biotik yaitu penyebab penyakit yang
sifatnya menular atau infeksius, msalnya jamur, bakteri, nematoda,
mycoplasma dan tanaman tinggi parasitik. Abiotik yaitu penyebab penyakit
yang sifatnya tidak menular atau non infeksius. Penyakit-penyakit karena
penyebab abiotik sering disebut penyakit fisiologis/fisiogenis, sedangkan
patogennya disebut fisiopath. Fisiopath tersebut antara lain kondisi cuaca yang
tidak menguntungkan, kondisi tanah yang kurang baik, dan kerusakan karena
mekanik dan zat-zat kimia (Semangun, 1994).

B. Tujuan

Tujuan acara praktikum kali ini adalah untuk mengetahui berbagai


macam gejala penyakit tumbuhan.
II. TELAAH PUSTAKA

Gejala yang diakibatkan oleh bakteri yaitu timbulnya gejala penyakit


disebabkan karena adanya interaksi antara tanaman inang dan patogen. Penanaman
gejala penyakit dapat didasarkan kepada tanda penyakit, perubahan bentuk, tanaman,
pertumbuhan tanaman dan sebagainya. Parasit yang menyebabkan penyakit pada
tanaman pada umumnya membentuk bagian vegetatifnya di dalam jaringan tanaman
sehingga tidak tampak dari luar. Tetapi walaupun demikian ia membentuk bagian
reproduktifnya pada permukaan tanaman yang diserangnya atau hanya sebagian
tampak pada permukaan tersebut. Selain itu sering terjadi pembentukan propagul
dalam bentuk istirahat pada permukaan tanaman (Filzaharani, 2008).
Suatu penyebab penyakit pada tumbuhan dibedakan menjadi dua golongan
yaitu yang disebabkan oleh faktor abiotik dan faktor biotik. Penyakit abiotik adalah
penyakit tanaman noninfeksius atau tidak dapat ditularkan antar tanaman satu dengan
yang lain. Oleh sebab itu penyakit abiotik juga disebut sebagai penyakit
noninfeksius. Mekanisme terjadinya penyakit pada tanaman sangat berbeda,
tergantung dari penyebab penyakitnya dan kadang-kadang tergantung pula pada
tumbuhan inangnya. Reaksi pertama tanaman terhadap penyebab penyakit terjadi
pada tempat penyerangan patogen dan reaksi itu bersifat kemis dan tidak terlihat.
Setelah itu reaksinya segera meluas dan terjadi perubahan-perubahan histologis di
dalam tanaman sehingga hasil reaksi tersebut dapat terlihat secara makroskopis
(dapat dilihat dengan mata telanjang tanpa alat bantu). Sel-sel dan jaringan tanaman
yang diserang patogen akan menyebabkan sel-sel dan jaringan tersebut mengalami
kerusakan atau lemah, sehingga tanaman tidak dapat melaksanakan seluruh fungsi-
fungsi fisiologisnya secara normal dan pertumbuhan tanaman terganggu (Sinaga,
2006).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah buku identifikasi,
kamera dan alat tulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah 12 sampel
tumbuhan atau bagian tumbuhan yang sakit yaitu buah dan daun cabai
(Capcisum annum), daun jagung (Zea mays), buah strawberry (Fragaria sp.)
umbi kentang (Solanum tuberosum), labu siam (Sechium edule), buah pisang
(Musa sp), bayam (Amaranthus spinosusu), tomat (Solanum lycopersicum),
terong (Solanum melongena), sawi (Brassica rapa), dan kangkung (Ipomoea
aquatica).

B. Metode

Diidentifikasi
Diamati gejalanya Preparat digambar
dengan buku
dan difoto
identifikasi
a

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Preparat (a) dan gambar skematis (b) buah pisang (Musa sp)
Gejala : adanya miselium yang berwarna putih, bercak-bercak berwarna
kehitaman dan tekstur terasa lebih lunak.
Penyakit : Busuk buah (antraknosa) pada Pisang (Musa sp).
Penyebab : Colletotrichum gloeosporioides

ba

Gambar 2. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) Daun Bayam
(Amaranthus spinosus)
Keterangan :
Gejala : Adanya bercak-bercak putih terutama pada sisi bawah daun
Penyakit : Karat Putih
Penyebab: Albuga candida
a

b
Gambar 3. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) Kangkung
(Ipomoea aqustica)
Keterangan :
Gejala : Adanya bercak daun berwarna kuning kecoklatan
Penyakit : Bercak daun
Penyebab :Fusarium spp

Gambar 4. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) Stroberi


(Fragaria sp)
Keterangan :
Gejala : Bercak berwarna kecoklatan dan tekstur kebasah-basahan
Penyakit : Busuk buah matang.
Penyebab: Colletotrichum fragariae
a

b
Gambar 5. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) daun Jagung
(Zea mays)
Keterangan :
Gejala : terdapat bercak-bercak berwarna kuning kecoklatan dan
hanya terdapat pada salah satu sisi.
Penyakit : Bulai pada jagung
Penyebab: Perenosclerospora maydis

Gambar 6. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) Terong (Solanum
melongena)
Keterangan :
Gejala : Adanya berubahan warna menjadi coklat, terdapat lubang di
tengah buah dan tekstur terasa lebih lunak.
Penyakit : Antraknosa (Busuk Buah) terong
Penyebab: Gloeosporium melongena
a

b
Gambar 7. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) Sawi
(Brassica rapa)
Keterangan :
Gejala : Adanya bercak kuning di sisi atas pada daun
Penyakit : Bercak daun kubis
Penyebab: Coreospora cruciferarum

Gambar 8. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) Umbi


Kentang (Solanum tuberosum)
Keterangan :
Gejala :Adannya bercak-bercak dan berlekuk dengan warna yang
lebih tua dibandingkan sekitarnya
Penyakit : Busuk kering fusarium
Penyebab: Fusarium spp.
b

ba

Gambar 9. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) Buah Cabai
(Capcisum annum)
Keterangan :
Gejala : Buah mengering dan busuk
Penyakit : Busuk buah
Penyebab: Phythopthora

ba

Gambar 10. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) Daun Cabai
(Capcisum annum)
Keterangan :
Gejala : Adanya bercak berwarna kuning
Penyakit : Bercak daun cabai
Penyebab: Cereospora capsici

Gambar 11. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) daun Tomat
(Solanum lycopersicum)
Keterangan :
Gejala : Terdapat bintik hitam, bercak berwarna kuning dengan batas yang
kurang jelas
Penyakit : Kapang daun
Penyebab: Fulvia fulva

ba

Gambar 12. Preparat awetan (a) dan gambar skematis (b) Labu Siam
(Sechium edule)

Keterangan :
Gejala : A
Penyakit : Busuk buah
Penyebab:
B. Pembahasan

Gejala adalah keadaan penyakit yang merupakan perwujudan dari reaksi


fisiologis dari tanaman terhadap kegiatan yang bersifat merusak yang disebabkan
patogen. Setiap penyakit pada tanaman tertentu akan memberikan gejala khusus,
yang biasanya timbul dalam suatu rangkaian selama terjadinya penyakit (Mashari,
2008). Gejala penyakit tanaman adalah kelainan atau penyimpangan dari keadaan
normal tanaman akibat adanya gangguan penyebab penyakit dan gejala dapat dilihat
dengan mata telanjang. Berdasarkan sifatnya, ada dua tipe gejala: a). Gejala lokal,
yaitu gejala yang dicirikan oleh perubahan struktur yang jelas dan terbatas. Biasanya
dalam bentuk bercak atau kanker. Gejalanya terbatas pada bagian-bagian tertentu dari
tanaman (pada daun, buah, akar). b). Gejala sistemik, yaitu kondisi serangan
penyakit yang lebih luas, bisanya tidak jelas batas batasnya. Contohnya adalah
serangan oleh virus mosaic, belang maupun layu. Gejalanya terdapat di seluruh tubuh
tanaman (layu, kerdil) (Triharso, 1996).
Gejala yang dapat diamati secara langsung disebut juga gejala morfologis.
Gejala ini dapat dilihat dengan mata tanpa bantuan alat, atau juga dapat dirasa, dibaui
dan diraba. Sedangkan gejala yang hanya diamati dengan bantuan alat seperti
mikroskop disebut sebagai gejala histologist. Penyakit tumbuhan berdasarkan gejala
dibedakan menjadi tiga macam yaitu, nekrosis, hipoplasia dan hiperplasia. Penyakit
yang disebabkan oleh serangga dari parasit atau virus biasanya dibagi dalam tiga
kelompok yaitu penyakit enspordemi, epidemi dan sporadis. Penyebab penyakit yang
bersifat biotis (parasit) meliputi jamur, bakteri, virus, nematoda sedangkan penyebab
penyakit yang bersifat abiotis (non parasit) meliputi defisiensi unsur hara, keracunan
mineral, kelembapan, suhu, sinar yang tidak sesuai dan pH tanah (Sastrahidayat,
1996).
Gejala morfologis ada tiga macam yaitu: nekrosa, hipoplasia, hyperplasia.
Nekrosa adalah gejla penyakit yang disebabkan oleh protoplas yang diikuti oleh
kematian sel, jaringan, organ dan seluruh tanaman. Gejala nekrotik yang timbul
sebelum kematian protoplas disebut plesionekrotik. Ada tiga gejala yang termasuk
dalam plesionekrotik yaitu menguning (yellowing), layu (wilting), dan hidrosis
(adanya jaringan yang tampak bening). Gejala nekrotik yang ada setelah kematian
protoplas disebut holonekrotik. Gejala holonekrotik dapat dibagi menjadi 3
berdasarkan tempat terjadinya, yaitu pada organ bahan penyimpanan (buah, biji,
umbi dan akar). Pembusukan yang terjadi bersifat lunak atau basah disebut gejala
bocor (leak), sedangkan yang kering disebut mumifikasi. Nekrosa pada jaringan
tanaman yang hijau misalnya rebah kecambah (damping off), bercak (spot), bintik
kecil (fleck), nekrotik pada batang dan tulang daun (streak), nekrosa tanpa batas yang
jelas karena kematian yang cepat dari seluruh tanaman atau bagian daun
(hawar=blight), kematian mendadak dari kuncup yang belum membuka atau
pembungaan (blast), rontoknya buah akibat nekrosis yang meluas (shelling) dan lain-
lain. Nekrosa pada jaringan kayu yang sakit (bleeding) (Jackson, 2009).
Hipoplasia merupakan kegagalan tanaman atau organ untuk berkembang secara
penuh, missal kerdil (dwarfing), kegagalan membentuk warna hijau dan hanya
menghasilkan warna kuning (klorosis), daun bercorak warna hijau dan kuning
(mosaik). Hyperplasia merupakan hasil dari perkembangan yang berlebihan baik
ukuran dan warna atau juga perkembangan bagian organ yang terlalu dini secara
tidak wajar, missal : pertumbuhan yang berlebihan (gigantisme), perkembangan
warna yang berlebihan (hiperkronik), perubahan dari jaringan dari satu bentuk
menjadi bentuk lain (metaplastik), perkembangan pucuk yang prematur dan mati
pucuk (proleptik) (Agrios, 1996).
Seringkali beberapa penyebab penyakit menunjukkan gejala yang sama
sehingga dengan memperhatikan gejala saja, tidak dapat ditentukan diagnosis dengan
tepat. Dalam hal ini harus diperhatikan adanya tanda (sign) dari penyebab
penyakitnya. Gejala dapat setempat (lesional) atau meluas (habital, sistemik). Gejala
dapat dibedakan yaitu gejala primer dan sekunder. Gejala primer terjadi pada bagian
yang terserang oleh penyebab penyakit. Gejala sekunder adalah gejala yang terjadi di
tempat lain dari tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada bagian yang
menunjukkan gejala primer (Martoredjo, 1989).
Gejala penyakit dapat bermacam-macam dan sering memberikan suatu
petunjuk yang khas untuk suatu penyakit tertentu. Itulah sebabnya mengapa banyak
nama umum penyakit diberi nama sesuai dengan gejala yang ditunjukkannya;
misalnya penyakit karat, penyakit kudis, penyakit layu, penyakit gosong, penyakit
mosaik, penyakit kanker dan lain sebagainya. Berdasarkan sifatnya, gejala penyakit
dibagi dalam dua golongan sebagai berikut: (Pracaya, 1995)
1. Gejala lokal, yaitu gejala penyakit hanya terbatas pada bagian-bagian
tertentu dari tanaman, misalnya hanya terdapat pada daun, bunga, buah, ranting,
cabang, batang dan akar.
2. Gejala sistemik, yaitu gejala penyakit yang terdapat di seluruh bagian
tanaman; misalnya gejala layu atau gejala yang disebabkan oleh visrus-virus tertentu
(kerdil). Hal ini terjadi karena virusnya tersebar di seluruh bagian tanaman (Pracaya,
1995).
Berdasarkan bentuknya gejala penyakit tumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu :
a). Gejala Morfologi : gejala luar yang dapat dilihat dan dapat diketahui melalui bau,
rasa, raba dan dapat ditunjukkan oleh seluruh tumbuhan atau tiap organ dari
tumbuhan.
b). Gejala Histologi : gejala yang hanya dapat diketahui lewat pemeriksaan-
pemeriksaan mikroskopis dari jaringan yang sakit (Semangun, 2001).
Diagnosis penyakit tanaman dan identifikasi penyebab penyakit pada tanaman
yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi maka diagnosis yang lebih akurat
sangat diperlukan. Hal ini dapat dicapai melalui prosedur isolasi dan seleksi patogen
dan jika perlu dilakukan konfirmasi pengujian pada tanaman inang yang sesuai.
Tahapan dalam diagnosis penyakit tanaman, antar lain adalah adalah :
a. Amati gejala yaitu segala kelainan bentuk atau kelainan sifat tanaman.
b. Pilih bagian tanaman sakit yang memperlihatkan gejala yang belum lanjut
(belum rusak atau busuk keseluruhan) atau terlalu awal. Gejala yang terlalu
lanjut biasanya sudah ditumbuhi cendawan serta bakteri saprofit yang sering
kali mengganggu pertumbuhan. Gejala yang terlalu awal juga menyulitkan
diagnosa karena sukar memperoleh tanda penyakit.
c. Bersamaan dengan melihat gejala ini perlu pula dilihat tanda penyakit untuk
memperkuat hasil pemeriksaan gejala.
d. Gejala dan tanda penyakit yang belum dikenal atau diragukan
identifikasinya yang nampaknya penyebab penyakit tersebut belum pernah
dilaporkan sebelumnya (penyakit baru) maka harus dilakukan serangkaian
pengujian untuk membuktikan hipotesa bahwa mikrorganisme yang diisolasi
adalah penyebab penyakitnya melalui postulat Koch.
e. Gejala yang disertai tanda keberadaan (Semangun, 2001).
Berikut ini merupakan hasil identifikasi penyakit pada sampel tanaman yang
digunakan pada saat praktikum yatu dengan 12 sampel tanaman :
1. Busuk buah (Antraknosa) Pisang (Musa sp.)
Klasifikasinya yaitu:
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Musales
Famili: Musaceae
Genus: Musa
Spesies : Musa sp.
Antraknose pada pisang menyerang permukaan buah, pada awalnya berupa
bintik-bintik coklat, kemudian makin melebar, cekung, kemudian muncul spora
berwarna merah bata di tengah noda tersebut. Semakin lama bintik-bintik tersebut
saling menyambung dan penampilan buah menjadi buruk. Antraknosa muncul
setelah buah matang kemudian menyebar dengan cepat, dan dalam 2-3 hari
permukaan kulit buah telah rusak. Antraknos disebabkan oleh infeksi laten
Colletotrichum sp yang telah menginfeksi buah sejak di kebun (Murtiningsih, 1995).
Spora Colletotrichum gloeosporioides berkecambah di permukaan buah yang
sedang berkembang dan setelah beberapa saat ujung hifa menggelembung dan
membentuk alat pelekat, antara 24-72 jam, ujung hifa yang membengkak membentuk
alat yang dapat menembus kutikula secara mekanik dan kapang masuk ke dalam
buah serta akar dorman di bawah kutikula. Dengan semakin tua dan matangnya buah,
maka cendawan yang dorman itu akan berangsur-angsur berkembang. Perkembangan
cendawan makin cepat dengan makin matangnya buah setelah dipanen. Cendawan
Colletotrichum gloeosporioides, adalah cendawan penyebab penyakit antraknosa,
tumbuh makin meluas menimbulkan gejala warna coklat pada kulit buah. Warna
coklat ini timbul karena cendawan tersebut menghasilkan enzim selulase yang dapat
menghidrolisis selulosa kulit buah, sehingga kulit buah menjadi terdisintegrasi dan
lunak serta berubah warna menjadi coklat. Noda coklat lama kelamaan meluas dan
warnanya makin gelap dan akhirnya busuk. Adanya noda-noda berwarna coklat
sampai hitam di permukaan kulit buah, seperti pada mangga dan pisang, merupakan
indikator adanya serangan antraknose. Luka pada buah-buahan dapat terjadi pada
saat penanganan di lapangan, panen, penanganan saat proses pengepakan
(packinghouse), transportasi dan pemasaran. Adanya luka menjadi pintu gerbang
masuknya cendawan penyebab kebusukan. Cendawan yang masuk lewat luka akan
berkembang di dalam buah bersamaan dengan makin matangnya buah. Adanya
aktivitas cendawan pembusuk dapat dilihat dengan perubahan warna kulit buah ke
arah coklat dan akhirnya hitam. Serangan yang parah menyebabkan busuk berair
pada bagian yang terinfeksi (Murtiningsih, 1995).
Klasifikasinya yaitu :
Kingdom : Fungi
Divisio : Mycota
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Melanconiales
Famili : Melanconiaceae
Genus : Colletotrichum
Spesies : Colletorichum gleosporioides (Murtiningsih, 1995).
2. Karat Putih Bayam (Amaranthus spinosus)
Gejala awal berupa adanya bercak kecil berwarna kekuningan berada
di atas permukaan daun. Gejala yang terdapat di bawah jaringan sakit yang
terserang berwarna cokelat (nekrotik). Gejala serangan yang terdapat di atas
permukaan tanah berupa gejala lokal dan serangan yang terdapat di bawah
permukaan tanah tampak berupa gejala sistemik. Gejala yang terdapat pada
daun berupa ukuran daun mengecil dan menggulungnya daun ke arah dalam.
Gejala sistemik dan lokal pada perakaran berupa gejala pembengkakan
(Tjahjadi, 1989).
Penyebabnya adalah Albugo candida (Pers. ex Hook.) O. Kuntze.
Cendawan ini bersifat parasit obligat, hanya dapat hidup pada jaringan
inangnya. Cendawan berkembang biak menggunakan spora seksual dan
aseksual. Spora cendawan ini bersifat sensitif terhadap suhu. Perkembangan
optimum cendawan terdapat pada suhu 14-20 0C. Gejala pertama biasanya
muncul pada saat 5-20 hari setelah infeksi (Tjahjadi, 1989).
Klasifikasinya yaitu:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus spinosus
3. Bulai pada Jagung (Zea mays)
Gejala khas bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar
tulang daun dengan batas yang jelas antara daun sehat. Daun permukaan atas
dan bawah terdapat warna putih seperti tepung dan ini sangat jelas pada pagi
hari., selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, termasuk
pembentukan tongkol, bahkan tongkol tidak terbentuk, daun-daun
menggulung dan terpuntir serta bunga jantan berubah menjadi massa daun
yang berlebihan. Penyebab penyakit bulai di Indonesia yaitu jamur
Peronosclerospora maydis, P. maydis umumnya menyerang tanaman jagung
di Pulau Jawa seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta (Azri, 2009).
Klasifikasinya yaitu:
Kerajaan : Plantae
(unranked): Angiospermae
(unranked): Monokotil
(unranked): Commelinids
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Z. mays
4. Bercak daun Kangkung (Ipomoea aquatica)
Bercak daun, penyebabnya adalah Cendawan Fusarium sp.
mengakibatkan bercak daun tidak beraturan sampai warna coklat kehitam-
hitaman, yang kedua disebabkan oleh Cendawan Cerospora bataticola
sehingga mengakibatkan daun bercak-bercak belang. Tanaman kangkung
yang mati mungkin disebabkan kekurangan air karena setelah panen pertama
jarang sekali untuk menyiramnya (Taylor, 1978).
Kerajaan: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : I. Aquatica (Taylor, 1978).
5. Busuk buah(Antraknosa) Terong (Solanum melongena)
Gejala-gejala yang ditimbulkan yaitu sebagai berikut: bercak-bercak
melekuk, bulat, yang dapat bersatu menjadi bercak besar yang tidak teratur.
Bercak berwarna coklat dengan titik-titik hitam yang terdiri dari aservulus
jamur. Gejala serangan penyakit antraknosa atau patek pada buah ditandai
buah busuk berwarna kuning-coklat seperti terkena sengatan matahari diikuti
oleh busuk basah yang terkadang ada jelaganya berwarna hitam. Penyebab
dar penyakit ini yaitu Jamur Gloesporium melongena (Pyenson, 1979).
Klasifikasinya yaitu:
Kerajaan: Plantae
Kelas : Magnoliopsida
Upakelas: Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : S. Melongena (Whitehead, 1998).
6. Bercak Daun Kubis
Gejala-gejala yang ditimbulkan dari penyakit ini yaitu sebagai
berikut: adanya bercak berwarna coklat yang tersebar di permukaan daun
dengan bentuk bulat atau memanjang. Bercak yang memanjang lebih banyak
ditemukan di tepi daun. Oleh karena pertumbuhan jaringan di tempat yang
berbercak lebih lambat, maka daun menjadi keriting. Penyebab dari penyakit
bercak daun kubis ini adalah Jamur Gloesporium melongena (Pracaya, 2001).
Klasifikasi dari sawi (Brassica rapa):
Kerajaan: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Brassicales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : B. rapa
7. Busuk Kering Fusarium pada Umbi Kentang (Solanum tuberosum)
Fusarium busuk kering dicirikan oleh cahaya internal untuk busuk
coklat atau hitam gelap dari umbi-kentang dan biasanya kering. Busuk dapat
dikarenakan cedera seperti memar atau dipotong, sehingga patogen mudah
masuk, dan biasanya busuk dari pusat dan menyebabkan busuk jaringan
ekstensif sehingga tanaman menyusut dan rebah, serta biasanya
meninggalkan daerah cekung gelap pada bagian luar umbi dan rongga
internal berwarna kuning, putih, atau merah muda (Koike, 2003).
Diagnosis dari penyakit busuk kering sangat rumit dikarenakan
kehadiran bakteri busuk lunak, yang sering menyerang lesi busuk kering,
terutama jika umbi-umbian telah disimpan pada kelembaban yang tinggi dan
kondensasi telah terjadi pada permukaan. bakteri busuk lunak menyebabkan
busuk basah yang dapat sangat cepat mencakup seluruh umbi dan topeng
gejala awal busuk kering (Purwanti, 2008).
Klasifikasi dari umbi kentang ini yaitu:
Kerajaan: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Upakelas: Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies: S. Tuberosum

Kerajaan: Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Famili : Nectriaceae
Genus : Fusarium
8. Bercak daun Cabai (Capcisum annum)
Cercospora capsici, (trotol pada daun, bercak daun) gejala serangan
dapat kita lihat pada daun yang terdapat bercak-bercak kecil berbentuk bulat,
bercak ini dapat meluas hingga mencapai garis tengah daun cabai. Titik
utama bercak berwarna pucat dampai putih dengan tepi berwarna lebih tua,
pada \serangan tingkat tinggi daun akan menjadi rontok, selain menyerang
daun, penyakit ini juga dapat menyerang batang, tangkai buah dan jika tiodak
cepat dikendalikan maka akan meluas mengenai buah dan selanjutnya buah
akan menjadi rontok (Semangun, 2000).
Klasifikasi dari cabai yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.

Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Dothideomycetes
Subclass : Dothideomycetidae
Order : Capnodiales
Family : Mycosphaerellaceae
Genus : Cercospora
Species : C. capsici
9. Busuk Buah Cabai (Capcisum annum)
Gejala-gejala yang tampak pada penyakit ini adalah adanya bercak
atau busuk basah berwarna coklat kehitaman. Semua bagian tanaman bisa
terinfeksi oleh cendawan ini, mulai dari akar, umbi, batang, daun, tunas,
hingga buah. Serangan pada batang bisa menyebabkan tanaman membusuk
kemudian layu. Serangan pada umbi menimbulkan bercak berwarna coklat
karena jaringan umbi mati. Sementara serangan pada daun, bunga, dan buah
dapat mengakibatkan kerontokan. Pada musim hujan, spora cendawan
berkembang sangat cepat (Semangun, 2000).
10. Kapang Daun Tomat
Penyakit ini terlihat pada sisi atas daun terdapat bercak bewarna
kuning dengan batas yang kurang jelas. Sisi bawah daun tampak bahwa pada
bercak ini terdapat satu lapisan beludu ungu kehijauan yang terdiri dari
konidiofor dan konidium jamur. Bercak-bercak dapat bersatu menjadi bercak
yang besar. Daun yang sakit lebih cepat mongering (Holiday, 1980).
Penyakit kapang daun disebabkan oleh Fulvia fulva yang pada waktu
ini masih banyak disebut sebagai Cladosporium fulvum. Konidiofor rapat,
menembus kutikula, sedikit bercabang bersepta, mendukung sedikit konidium
didekat ujungnya (Holiday, 1980).
Klasifikasinya yaitu:
Kingdom : Fungi (Fungi)
Phylum : Ascomycota
Class : Dothideomycetes
Subclass: Dothideomycetidae
Order : Capnodiales
Family : Mycosphaerellaceae
Genus : Fulvia
Kerajaan : Plantae
(unranked) : Angiospermae
(unranked) : Eudikotil
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : S. lycopersicum
11. Busuk Buah Matang Stroberi (Fragaria sp.)
Penyakit ini biasanya timbul pada buah yang sudah matang penuh.
Gejala pada buah berupa bercak cokelat muda, kebasah-basahan, agak
mengendap, dan sedikit-demi sedikit warnanya berubah menjadi cokelat tua.
Bercak-bercak yang bersatu dapat membentuk bercak yang lebih besar. Pada
bercak terbentuk massa spora berwarna merah muda. Penyebab dari penyakit
busuk buah matang stroberi ini yaitu Colletotrichum fragariae. bakteri
patogen penyebab busuk lunak akan masuk ke jaringan buah dan
menghasilkan enzim yang menghancurkan ikatan antar sel dan menimbulkan
luka. Luka tersebut akan memunculkan cairan dari jaringan yang rusak
sehingga terjadi busuk lunak (Yuliasari et al., 2015).
Jamur termasuk jumlah patogen tanaman utama pentingnya,
menyebabkan penyakit pada berbagai kayu dan herba tanaman dan
Colletotrichum adalah salah satu yang paling umum dan tidak biasa pada
tanaman genera patogen. Hal ini didistribusikan terutama untuk daerah tropis
dan subtropis, menyebabkan antraknosa dari berbagai seluruh sel inang.
Gejala invasi antaraknosa cekung lesi nekrotik pada daun, batang, bunga dan
buah, serta mahkota dan batang membusuk, bibit kanker. Semua anggota dari
genus menyebabkan kerugian ekonomi yang besar, terutama buah-buahan,
sayuran, dan tanaman hias (Gautam, 2014).
Colletotrichum, sebagai genus jamur aseksual, termasuk dalam
klasifikasi morfologi dari Ascomycota sebagai genus seksualnya Glomerella.
Gejala utama dari patogen muncul sebagai cekung, lesi direndam air yang
berkembang cepat pada permukaan tanaman yang terinfeksi pertama. Lesi
sepenuhnya diperluas lembut, cekung dan berbagai warna dari merah gelap
hitam, umumnya digambarkan sebagai penyakit antraknosa. Tubuh buah
berbentuk cangkir bernama acervuli yang hifa subur membentuk pagar pada
permukaan conidiomata yang dapat diamati di permukaan tanaman yang sakit
(Gautam, 2014).
Klasifikasinya yaitu:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Bangsa : Potentilleae
Genus : Fragaria
Spesies : Fragaria sp.
11. Busuk buah Labu siam (Sechium edule)
Penyebab penyakit dari buah labu siam ini adalah kepik Leptoglossus
australis. Kepik ini menyerang dengan membuat tusukan pada buah labu,
sehingga ketika buah tersebut terkena air hujan, akan mudah dimasuki
cendawan. Akibat yang ditimbulkan, buah menjadi lembek dan busuk
(Semangun, 2001).

Klasifikasinya yaitu:
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Violales
Famili: Cucurbitaceae
Genus: Sechium
Spesies: S. edule
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diperoleh maka dapat


disimpulkan bahwa berbagai gejala penyakit pada tumbuhan dapat dibedakan
berdasarkan bentuknya (gejala morfologi dan gejala histologi), berdasarkan
timbulnya gejala (gejala primer dan sekunder), dan morfologi (gejala nekrotik,
hipoplastik, dan hiperplastik).

B. Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah sebaiknya lebih teliti kembali
dalam mengamati atau mengidentifikasi gejala penyakit sehingga hasil yang
diperoleh dapat lebih akurat.
DAFTAR REFERENSI

Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Terjemahan Munzir Busnia).


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Azri, 2009, Teknologi Pengendalian Penyakit Bulai Tanaman Jagung. Jakarta: Badan
Litbang Pertanian.
Filzaharani, 2008. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Gautam, Ajay Kumar. 2014. The Genera Colletotrichum: An Incitant Of Numerous
New Plant Diseases In India. Journal on New Biological Reports 3(1): 09 – 21.
Holiday, P. 1980. Fungus Disease of Tropical Crops. Cambridge: Cambridge
University Press.
Jackson RW (editor). (2009). Plant Pathogenic Bacteria: Genomics and Molecular
Biology. New York : Caister Academic Press.
Koike, Steven T. 2003. Vegetable Diseases Caused by Soilborne Pathogens.
California: Universitas of California.
Martoredjo, T. 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bagian dari Perlindungan
Tanaman. Yogyakarta: Andi Offset.
Mashari, M. A. 2008. Mengenal Penyebab Penyakit Pada Tanaman Bagian 1.
Surabaya: Universitas Pertanian UPN.
Murtiningsih, Sulusi Prabawati, & Imam Muhajir. 1995. Kapang Penyebab Busuk
Crown Pada Pisang Rajabulu dan Cara Pengendaliannya. J. Hort, 5(3): 70-75.
Pracaya, 1999. Hama Dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pracaya. 2001. Kol alias Kubis Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pracaya. 1995. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Purwanti, S. dan Hastuti, R. B. 2008. Uji Antagonisme Jamur Patogen Phytophthora
infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman Kentang Dengan
Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal. Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Biologi FMIPA Undip. 11 (1) pp. 24-32.
Pyenson, L. 1979. Fundamental Of Entomology and Plant Patology. Yogyakarta: Avi
Publishing Co. Wasport Press.
Sastrahidayat, I. R. 1996. Penyakit-Penyakit Tanaman Holtikultura di Indonesia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Semangun, 1994. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Semangun, H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Setiadi, 2000. Dasar–Dasar Perlindungan Tanaman Umum. Padang : Bumi Aksara.
Sinaga, S.M, 2006. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Taylor, A.L. and J.N. Sasser. 1978. Biologi, identification and control of root knot
nematodes (Meloidogyne spp) International Carolina Meloidogyne Project.
Printed by Nor
Tjahjadi, N. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.
Triharso. 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada
UniversityPress.
Whitehead, A.G. 1998. Plant Nematode Control. London: CAB International.
Yuliasari, Made Mega, Retno Kawuri, Meitini Wahyuni P. 2015. Isolasi dan
Identifikasi Bakteri Penyebab Penyakit Busuk Lunak Pada Buah Stroberi
(Fragaria X Ananassa). Jurnal Metamorfosa II (1): 23-28
Yunasfi, 2002. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit dan
Penyakit yang Disebabkan oleh Jamur. Medan:Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai