Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di era globalisasi seperti saat ini, Indonesia khususnya di Nusa

Tenggara Timur telah mngalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini

dapat dilihat dari berbagai macam jenis usaha yang tersebar merata hingga ke

pelosok daerah, mulai dari usaha kecil, menengah, hingga usaha berskala

besar yang tengah bersaing di kancah lokal maupun internasional.

Salah satu jenis usaha adalah perusahaan dagang. Perusahaan dagang

merupakan perusahaan yang aktivitas utamanya adalah membeli, menyimpan

dan menjual kembali barang-barang dagang tanpa memberi nilai tambah

terhadapnya. Dalam hal ini nilai tambah adalah seperti mengolah dan

mengubah sifat atau bentuk barang asli sedemikian rupa sehingga barang

tersebut mempunyai nilai jual tinggi.

Setiap perusahaan pasti bertujuan untuk menghasilkan laba yang

optimal guna mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya,

memajukan, serta mengembangkan usaha ke tingkat yang lebih tinggi. Dalam

operasionalnya, perusahaan dagang menghasilkan pendapatan namun

pendapatan yang dihasilkan asalnya dari transaksi jual beli barang. Kegiatan

1
utama perusahaan dagang adalah melakukan jual beli barang dagang yang

berupa bahan baku, bahan setengah jadi ataupun barang jadi.

Salah satu unsur yang paling aktif dalam perusahaan dagang adalah

persediaan. Menurut Rangkuti (2004:1) mengatakan bahwa persediaan

merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan

dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau

persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi,

ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu

proses produksi. Dalam perusahaan dagang, persediaan terdiri atas semua

barang dagangan yang dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan untuk dijual

kepada pelanggan. Sebagai suatu factor dalam penentuan biaya pokok

penjualan, banyaknya persediaan mempunyai pengaruh langsung terhadap

profitabilitas kegiatan perusahaan.

Jumlah dan persentase persediaan barang dagang berbeda antara

perusahaan yang satu dengan lainnya. Pada perusahaan tertentu, kadang-

kadang persediaan menggambarkan 70% dari keseluruhan aktiva lancar.

Angka persentase ini merupakan bukti betapa pentingnya kegiatan pembelian

dan penjualan persediaan dalam operasi perusahaan dagang. Dalam laporan

rugi-laba, persediaan memegang peranan sangat vital dalam penentuan hasil

operasi suatu perusahaan untuk suatu periode. Angka laba kotor misalnya

(penjualan dikurangi harga pokok penjualan), adalah sesuatu yang diamati

2
terus-menerus oleh manajamen pemilik, dan pihak-pihak lain yang

berkepentingan.

Dalam perjalanannya sering timbul masalah-masalah yang disebabkan

karena lemahnya pengendalian terhadap barang dagang seperti penumpukan

barang, stock yang terlambat dikirim dan sebagainya. Manajemen persediaan

yang efektif seringkali merupakan kunci keberhasilan operasi perusahaan.

Manajemen berusaha untuk mempertahankan kuantitas dan jenis persediaan

yang cukup untuk memenuhi permintaan konsumen, tapi di sisi lain

manajemen juga harus menghindarkan biaya penyimpanan persediaan yang

terlalu tinggi sebagai akibat penentuan persediaan yang tinggi. Manajemen

harus berusaha untuk menjaga keseimbangan persediaan agar tidak terlalu

tinggi dan juga tidak terlalu rendah. Persediaan yang terlalu kecil akan

menimbulkan kekecawaan konsumen, sebaliknya persediaan yang terlalu

tinggi akan menyebabkan biaya penyimpanan dan pemeliharaan persediaan

akan melambung. Cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kerugian

yang timbul akibat hal tersebut adalah dengan melakukan pengendalian

persediaan.

CV. Sampurna yang berlokasi di Jalan Yos Sudarso kelurahan Bolok

kecamatan Alak kota Kupang merupakan perusahaan dagang yang aktifitas

utamanya adalah menjual beras. Beras yang dijual merupakan beras dengan

kualitas menengah hingga premium yang diperoleh dari beberapa daerah di

Pulau Timor dan Pulau Jawa. CV. Sampurna menjalankan usahanya dengan

3
memesan beras dari Supplier yang transportasi pengirimannya menggunakan

transportasi darat dan perairan/laut. Terdapat beberapa jenis beras yang akan

di jual kembali kepada pengecer maupun ke konsumen. Permintaan beras

yang berfluktuatif menyebabkan para pedagang harus mempunyai suatu

sistem pengelolaan persediaan yang efektif. Aktivitas pengelolaan persediaan

meliputi pengarahan arus dan penanganan persediaan secara wajar mulai dari

pengadaannya, penyimpanannya sampai pengeluarannya.

Sejak awal berdirinya, perusahaan menerapkan kebijkan pembelian

barang dagang beras dengan frekuensi pesanan enam kali dalam satu periode

atau satu tahun penjualan. Kebijakan yang diambil dari perusahaan ini

dimaksudkan untuk menghemat biaya pemesanan, biaya transportasi, namun

disisi lain terjadi penumpukan barang dagang sehingga menimbulkan biaya

penyimpanan yang besar.

4
Tabel 1
Data Arus Barang CV. Sampurna

Persediaan Awal Penjualan Persediaan

Nama Barang Tahun (Kg) Pembelian (Kg) (Kg) Akhir (Kg)

Beras Cucu Emas 20 kg 2015 200 27.700 25.580 2.320

Beras Lonceng 10 kg 150 18.870 17.430 1.590

Beras Lonceng 20 kg ( MERAH ) 400 717.300 691.720 25.980

Beras Tugu buaya 10 kg 130 15.670 15.480 320

Beras Tugu Buaya 20 kg 160 367.280 347.080 20.360

Beras Si Cantik 20 kg 180 2.000 1.560 620

Beras Doraemon 38 kg 456 557.650 526.262 31.844

Beras Cucu Emas 20 kg 2016 2.320 29.260 26.460 5.120

Beras Lonceng 10 kg 1.590 22.130 21.760 1.960

Beras Lonceng 20 kg ( MERAH ) 25.980 773.480 750.840 48.620

Beras Tugu buaya 10 kg 320 22.840 19.380 3.780

Beras Tugu Buaya 20 kg 20.360 515.680 487.440 48.600

Beras Si Cantik 20 kg 620 3.000 2.720 900

Beras Doraemon 38 kg 31.844 719.188 666.444 84.588

Beras Cucu Emas 20 kg 2017 5.120 31.560 28.640 8.040

Beras Lonceng 10 kg 1.960 24.880 23.510 3.330

Beras Lonceng 20 kg ( MERAH ) 48.620 839.120 792.860 94.880

Beras Tugu buaya 10 kg 3.780 32.850 31.260 5.370

Beras Tugu Buaya 20 kg 48.600 583.780 564.600 67.780

Beras Si Cantik 20 kg 900 4.000 3.740 1.160

Beras Doraemon 38 kg 84.588 885.134 835.506 134.216

Sumber : Data Olahan Penulis

5
Dalam usaha ini, kebutuhan masyarakat akan beras terus meningkat dari tahun

ke tahun. Sayangnya hal ini tidak ditunjang dengan sistem pengendalian yang baik

sehingga arus barang tidak berjalan secara seimbang. Dari data diatas dapat dilihat

terjadinya penumpukan barang dagang yang berdampak pada pembengkakan biaya

penyimpanan, selain itu resiko lain yang dapat terjadi adalah rusaknya barang dagang

(beras) yang diakibatkan kutu atau jamur apabila disimpan terlalu lama. Untuk itu

penulis memfokuskan penelitian ini pada barang dagang dengan jumlah persediaan

akhir terbanyak yaitu Beras Doraemon 38 Kg, sebagai acuan dalam pengendalian

terhadap persediaan CV. Sampurna Kupang.

Pengendalian persediaan adalah penting karena persediaan merupakan

“darah” bagi perusahaan. Tujuan pengendalian terhadap persediaan adalah untuk

memastikan persediaan diamankan dan dilaporkan secara benar dalam laporan

keuangan. Mengingat bahwa pengendalian persediaan sangat penting bagi perusahaan

dalam mencapai efisiensi dan efektifitas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan mengambil judul “Analisis Pengendalian Persediaan Barang

Dagang Pada CV. Sampurna Di Kupang”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

rumusan masalah yang akan dibahas oleh penulis dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimanakah pengendalian persediaan barang dagang pada CV. Sampurna

Kupang?”

6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

A. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengendalian persediaan barang dagang pada CV. Sampurna Kupang.

B. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

a) Manfaat akademik: Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat sehingga bisa memperkaya ilmu pengetahuan dibidang

manajemen keungan, dan terutama dalam hal menganalisis persediaan

barang dagang.

b) Manfaat bagi penulis: Sebagai syarat agar dapat menyelesaikan tugas

akhir pada Jurusan Administrasi Bisnis Program Studi Manajemen

Keuangan Politeknik Negeri Kupang.

c) Manfaat bagi perusahaan: Hasil penelitian ini diharapkan dapat

digunakan perusahaan sebagai bahan evaluasi dalam membuat

keputusan dengan persediaan barang dagang.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

2.1.1. Persediaan

Pada setiap tingkat perusahaan, baik perusahaan kecil, menengah

maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan hidup

perusahaan. Perusahaan harus dapat memperkirakan jumlah persediaan yang

dimilikinya. Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan tidak boleh terlalu

banyak dan juga tidak boleh terlalu sedikit karena akan mempengaruhi biaya

yang akan dikeluarkan untuk persediaan tersebut.

Menurut Prasetyo (2006 : 65), “Persediaan adalah suatu aktiva yang

meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam

satu periode usaha yang normal, termasuk barang yang dalam pengerjaan /

proses produksi menunggu masa penggunaannya pada proses produksi”.

Menurut Warren Reeve (2005 : 452), “Persediaan juga didefenisikan

sebagai aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam

proses produksi atau yang dalam perjalanan dalam bentuk bahan atau

perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau

pemberian jasa”.

8
Menurut Stice dan Skousen (2009 : 571), “Persediaan adalah istilah

yang diberikan untuk aktiva yang akan dijual dalam kegiatan normal

perusahaan atau aktiva yang dimasukkan secara langsung atau tidak langsung

ke dalam barang yang akan diproduksi dan kemudian dijual”. Kesimpulannya

adalah bahwa persediaan merupakan suatu istilah yang menunjukkan segala

sesuatu dari sumber daya yang ada dalam suatu proses yang bertujuan untuk

mengantisipasi terhadap segala kemungkinan yang terjadi baik karena adanya

permintaan maupun ada masalah lain.

Persediaan memiliki beberapa fungsi penting bagi perusahaan, yaitu :

a) agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi,

b) untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi,

c) untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena

membeli dalam jumlah yang banyak ada diskon,

d) untuk hedging dari inflasi dan perubahan harga,

e) untuk menghindari kekurangan persediaan yang dapat terjadi karena

cuaca, kekurangan pasokan, mutu, dan ketidaktepatan pengiriman,

f) untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam

proses.

Biaya persediaan terdiri dari seluruh pengeluaran, baik yang langsung

maupun yang tidak langsung, yang berhubungan dengan pembelian,

persiapan, dan penempatan persediaan untuk dijual. Biaya persediaan bahan

9
baku atau barang yang diperoleh untuk dijual kembali, biaya termasuk harga

pembelian, pengiriman, penerimaan, penyimpanan dan seluruh biaya yang

terjadi sampai barang siap untuk dijual.

Masalah penentuan besarnya persediaan sangatlah penting bagi

perusahaan, karena persediaan memiliki efek langsung terhadap keuntungan

perusahaan. Kesalahan dalam menentukan besarnya investasi (yang

ditanamkan) dalam persediaan akan menekan keuntungan perusahaan.

Menurut Hansen dan Mowen (2001 : 584), ”adapun biaya yang timbul

karena persediaan adalah:

a. Biaya penyimpanan

Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan

persediaan. Terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi langsung

dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode

akan semakin besar apabila kuantitas persediaan semakin

banyak.

b. Biaya pemesanan

Setiap kali suatu bahan baku dipesan, perusahaan harus

menanggung biaya pemesanan. Biaya pemesanan total per

periode sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan dalam

satu periode dikali biaya per pesanan.

c. Biaya penyiapan

10
Biaya penyiapan diperlukan apabila bahan-bahan tidak dibeli,

tetapi diproduksi sendiri. Biaya penyiapan total per periode

adalah jumlah penyiapan yang dilakukan dalam satu periode

dikali biaya per penyiapan.

d. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan

Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi

permintaan proses produksi. Biaya kekurangan bahan sulit

diukur dalam praktek terutama dalam kenyataan bahwa biaya

ini merupakan opportunity cost yang sulit diperkirakan secara

objektif”.

2.1.2 Jenis-Jenis Pesediaan

Jenis-jenis persediaan akan berbeda sesuai dengan bidang atau

kegiatan normal usaha perusahan tersebut. Berdasarkan bidang usaha

perusahaan dapat terbentuk perusahaan industri (manufacture), perusahaan

dagang, ataupun perusahaan jasa. Untuk perusahaan industri maka jenis

persediaan yang dimiliki adalah persediaan bahan baku (raw material), barang

dalam proses (work in process), persediaan barang jadi (finished goods), serta

bahan pembantu yang akan digunakan dalam proses produksi. Dan

perusahaan dagang maka persediaannya hanya satu yaitu barang dagang.

11
Untuk dapat memahami perbedaan serta keberadaan dari tiap-tiap jenis

persediaan tersebut maka dapat dilihat dari penggolongan persediaan secara

garis besar yaitu :

1. Persediaan bahan baku (raw material), merupakan barang-barang

yang diperoleh untuk digunakan dalam proses produksi. Beberapa

bahan baku diperoleh dari sumber-sumber alam. Akan tetapi lebih

sering bahan baku diperoleh dari perusahaan lain yang merupakan

bahan baku dari perusahaan lain yang merupakan produk akhir

pemasok bahan baku. Sebagai contoh kertas cetak merupakan

bahan baku dari perusahaan percetakan. Meskipun istilah bahan

baku dapat digunakan secara luas untuk mencukupi seluruh bahan

baku yang digunakan dalam produksi, namun sebutan ini sering

kali dibatasi untuk barang-barang yang secara fisik dimasukkan

dalam produk yang dihasilkan. Istilah bahan penolong atau

pembantu (factory supplies) digunakan untuk menyebut bahan

tambahan yaitu bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi

tetapi tidak secara langsung dimasukkan dalam produk.

2. Barang dalam proses (goods in process), yang juga disebutkan

pekerjaan dalam proses (work inprocess) terdiri dari bahan baku

yang sebagian telah diproses dan perlu dikerjakan lebih lanjut

sebelum dijual.

12
3. Barang jadi (finished goods), merupakan produk/barang yang telah

selesai diproduksi dan menjadi persediaan perusahaan untuk dijual.

Untuk persediaan barang setelah jadi atau barang jadi harus

dipahami bahwa mungkin saja barang setengah jadi bagi suatu

perusahaan merupakan barang jadi bagi perusahaan lain karena proses

produksi bagi perusahaan tersebut hanya sampai disitu. Namun dapat

saja terjadi barang setengah jadi atau barang jadi bagi suatu

perusahaan merupakan bahan baku bagi perusahaan lainnya. Jadi,

untuk menentukan apakah persediaan tersebut merupakan bahan baku

barang setengah jadi, ataupun barang jadi bagi perusahaan. Harus

dilihat apakah persediaan tersebut sebagai input atau output dari

perusahaan atau hasil dari bagian yang mana dari proses perusahaan

tersebut.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan

barang dagang tidak berhubungan dengan tingkat penyelesaian seperti

pada perusahaan industri, sebab persediaan barang dagang dapat

berupa persediaan bahan baku, barang setengah jadi, ataupun barang

jadi.

Selain jenis-jenis persediaan yang telah dijelaskan diatas

berdasarkan jenis, untuk perusahaan jasa persediaannya secara

eksplisit sulit didefenisikan, namun persediaannya dapat diartikan

13
sebagai besarnya biaya jasa yang meliputi upah dan biaya personalia

lainnya yang secara langsung belulm dikeluarkan dalam menangani

pemberian jasa.

2.1.3. Sistem Pencatatan Persediaan

Metode pencatatan persediaan ada dua, yaitu metode perpetual dan

metode periodik. Metode perpetual disebut juga metode buku, karena setiap

jenis persediaan mempunyai kartu persediaan, sedangkan metode periodik

disebut juga metode fisik. Dikatakan demikian karena pada akhir periode

dihitung fisik barang untuk mengetahui persediaan akhir yang nantinya akan

dibuat jurnal penyesuaian.

Menurut Stice dan Skousen (2009 : 667), ”Ada beberapa macam

metode penilaian persediaan yang umum digunakan, yaitu : identifikasi

khusus, biaya rata-rata (Average), masuk pertama, keluar pertama (FIFO),

masuk terakhir, keluar pertama (LIFO)”.

a. Identifikasi Khusus

Pada metode ini, biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama

periode berjalan dan ke barang yang ada di tangan pada akhir periode

berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut. Metode ini diperlukan untuk

mengidentifikasi biaya historis dari unit persediaan. Dengan identifikasi

khusus, arus biaya yang dicatat disesuaikan dengan arus fisik barang.

14
b. Metode Biaya Rata-Rata (Average)

Metode ini membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit.

Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya

dibebankan dengan biaya rata-rata, yaitu rata-rata tertimbang dari jumlah

unit yang dibeli pada

tiap harga. Metode rata-rata mengutamakan yang mudah terjangkau untuk

dilayani, tidak peduli apakah barang tersebut masuk pertama atau masuk

terakhir.

c. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (FIFO)

Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit

yang terlebih dahulu masuk. FIFO dapat dianggap sebagai sebuah

pendekatan yang logis dan realistis terhadap arus biaya ketika penggunaan

metode identifikasi khusus tidak memungkinkan atau tidak praktis. FIFO

mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati paralel dengan arus

fisik dari barang yang terjual. Beban dikenakan pada biaya yang dinilai

melekat pada barang yang terjual. FIFO memberikan kesempatan kecil

untuk memanipulasi keuntungan karena pembebanan biaya ditentukan

oleh urutan terjadinya biaya. Selain itu, didalam FIFO unit yang tersisa

pada persediaan akhir adalah unit yang paling akhir dibeli, sehingga biaya

yang dilaporkan akan mendekati atau sama dengan biaya penggantian

diakhir periode.

15
d. Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (LIFO)

Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling barulah

yang terjual. Metode LIFO sering dikritik secara teoritis tetapi metode ini

adalah metode yang paling baik dalam pengaitan biaya persediaan dengan

pendapatan. Apabila metode LIFO digunakan selama periode inflasi atau

harga naik, LIFO akan menghasilkan harga pokok yang lebih tinggi,

jumlah laba kotor yang lebih rendah dan nilai persediaan akhir yang lebih

rendah. Dengan demikian, LIFO cenderung memberikan pengaruh yang

stabil terhadap margin laba kotor, karena pada saat terjadi kenaikan harga

LIFO mengaitkan biaya yang tinggi saat ini dalam perolehan barang-

barang dengan harga jual yang meningkat, dengan menggunakan LIFO,

persediaan dilaporkan dengan menggunakan biaya dari pembelian awal.

Jika LIFO digunakan dalam waktu yang lama, maka perbedaan antara

nilai persediaan saat ini dengan biaya LIFO akan semakin besar.

2.1.4 Economic Order Quantity

Menentukan pesanan persediaan ialah dengan menentukan berapa

banyak jumlah persediaan yang dibutuhkan perusahaan dalam menjalankan

kegiatannya. Untuk itu diperlukan metode EOQ (Economic Order Quantity)

agar dapat menentukan kuantitas persediaan yang ekonomis. Menurut Carter

(2009 : 314) Kuantitas Pemesanan Ekonomis (Economic Order Quantity -

16
EOQ) adalah jumlah persediaan yang di pesan pada suatu waktu yang

meminimalkan biaya persediaan tahunan.

Perhitungan EOQ menurut Heizer, Render (2009 : 94) yaitu:

2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑄 ∗ = √
𝐻

Keterangan:

Q = Jumlah unit per pesanan

Q* = Jumlah optimum unit per pesanan

D = Permintaan tahunan dalam unit

S = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan

H = Biaya penyimpanan per unit per tahun

2.1.5 Safety Stock

Untuk memesan suatu barang sampai barang itu datang, diperlukan

jangka waktu yang bervariasi dari beberapa jam sampai beberapa bulan.

Perbedaan waktu antara saat memesan sampai saat barang datang dikenal

dengan istilah waktu tenggang (lead time). Waktu tenggang sangat

dipengaruhi oleh ketersediaan dari barang itu sendiri dan jarak lokasi antara

pembeli dan pemasok berada. Maka dari itu safety stock sangat diperlukan.

17
Besarnya persediaan pengaman dapat dihitung sebagai

berikut:
𝑆𝑆
𝑍= 𝜎
atau SS = Zσ

Keterangan:

X = Tingkat persediaan

μ = Rata-rata permintaan

σ = Standar deviasi permintaan selama waktu tenggang

SS = Persediaan Pengaman

Z = Safety Factor

2.1.6 Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)

Menurut Heizer, Render (2010 : 98) Tingkat pemesanan kembali

(Reorder Point/ ROP) adalah suatu titik atau batas dari jumlah persediaan

yang ada pada suatu saat dimana pemesanan harus diadakan kembali. Cara

menghitung titik pemesanan kembali (reorder point):

ROP = (LT x AU) + SS

18
Keterangan:

ROP = titik pemesanan kembali

LT = waktu tenggang

AU = Pemakaian rata-rata dalam

satuan waktu tertentu

SS = persediaan pengaman

2.2 KAJIAN EMPIRIK

NO PENELITI JUDUL PENELITIAN HASIL

1 Rapina dan Peranan system Kegiatan operasional dalam siklus

Leo (2011) Pengendalian Internal persediaan dan pergudangan pada PT.

Dalam Meningkatkan Ultrajaya Milk Industri & Trading

Efektifitas dan Company, Tbk sudah efektif dan efisien.

Efisiensi Kegiatan Hal ini dapat terlihat dari hasil kuesioner

Operasional Pada yang ada dimana: perusahaan telah

Siklus Persediaan dan melaksanakan kegiatannya dengan

Pergudangan efektif, perusahaan telah dengan baik

melaksanakan prosedur yang terkait

dengan sistem pengendalian internal pada

siklus persediaan dan pergudangan.

2 Wika Wiryanti Analisis Pengendalian Dengan menggunakan variable

19
(2011) Persediaan Bahan Baku Pengendalian Persediaan Bahan Baku

dengan Metode EOQ dan metode EOQ kesimpulan yang dapat

(Eqonomic Order ditarik adalah perhitungan trend bahan

Quantity) pada CV. baku benang pada CV. Maju Mapan

Maju Mapan menunjukan bahwa kebutuhan bahan

Tulungagung dalam setiap bulan tidak sama. Hal ini

disebabkan jumlah pemesanan konsumen

atas produk berbeda. Dalam upaya

pemenuhan kebutuhan bahan baku

benang, perusahaan melakukan

pembelian secara rutin setiap satu bulan

sekali. Ongkos angkut menjadi semakin

besar karena bahan baku langsung dibeli

di Jakarta. Selain itu, perusahaan belum

melakukan perhitungan dengan tepat

mengenai besarnya kebutuhan bahan

baku yang diperlukan setiap bulan, oleh

karena itu sering terjadi penumpukan

bahan baku digudang.

3 Oktaviani Pengujian Prosedul Pengendalian Barang Dagang

(2009) Pengendalian sudah efektif hal ini terlihat dari bagan

20
Persediaan Barang alur system (flowchart), meskipun masih

Dagang di CV. terdapat beberapa kelemahan.

Kamdatu Palembang

2.3 KONSEP PENELITIAN

1. Pengendalian persediaan barang dagang adalah penentuan jumlah

pembelian pada barang dagang (beras) yang ekonomis dengan metode

EOQ yang dilakukan oleh CV. Sampurna selama setahun dalam upaya

mengendalikan pesanan persediaan.

2. Barang dagang yang dijual oleh perusahaan dagang ini adalah beras.

Variabel Definisi Operasional Indikator

Pengendalian meliputi struktur organisasi, metode dan Analisis EOQ,

Intern ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga Safety Stock,

Persediaan kekayaan organisasi. Reorder Point

Barang

Dagang

21
2.4 KERANGKA BERPIKIR

Pesanan persediaan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam

suatu perusahaan dagang sehingga mengharuskan pihak perusahaan

khususnya manajemen keuangan untuk mampu mengelola sehingga tidak

terjadi pembengkakan biaya yang mengakibatkan menurunnya penghasilan

perusahaan.

Pengendalian pesanan persediaan dalam bentuk penentuan jumlah

pesanan persediaan ini akan membantu CV. Sampurna untuk dapat

meminimalkan jumlah pesanan barang dagang. Uraian ini secara skema dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1

Skema Kerangka Berpikir

EOQ

CV. Sampurna Pengendalian Atas SS Evaluasi


Persediaan

Efektivitas dan
Efisiensi
ROP

Kesimpulan

Sumber : Data Olahan Penulis

22
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu mendeskripsikan

secara kuantitatif model pengendalian barang dagang dengan mengunakan

metode EOQ, Safety Stock dan Reorder Point

3.2 Jenis dan sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data kuantitatif adalah data yang dapat diinput ke dalam skala

pengukuran statistik. Fakta dan fenomena dalam data ini tidak

dinyatakan dalam bahasa alami, melainkan dalam numerik.

2. Data kualitatif adalah data yang dapat mencakup hampir semua data

non-numerik. Data ini dapat menggunakan kata-kata untuk

menggambarkan fakta dan fenomena yang diamati.

Sumber data dalam penelitian ini adalah

1. Data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung dari

sumber aslinya yang berupa wawancara, jajak pendapat dari individu

atau kelompok (orang) maupun hasil observasi dari suatu obyek,

kejadian, atau hasil pengujian (benda).

2. Data Sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui

media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan,

23
bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang

tidak dipublikasikan secara umum

3.3 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada CV. Sampurna dengan focus kajian pada

kebijakan persediaan barang dagang melalui analisis EOQ, Safety Stock dan

Reorder Point.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Observasi

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan

pengamatan secara langsung obyek atau lokasi penelitian.

b. Wawancara

Mengadakan tanya jawab secara langsung kepada pihak

perusahaan, terutama pada pihak yang terkait atau yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

c. Studi dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

mempelajari dokumen atau arsip-arsip dari perusahaan yang

berkaitan dengan keperluan penelitian. Berupa laporan dan catatan

harian mengenai arus barang pada CV Sampurna Kupang.

24
d. Studi Kepustakaan

Suatu bentuk metode pengumpulan data yang dilakukan dengan

mencari bahan rujukan dan buku-buku sumber data, perbandingan

yang dapat dipakai sebagai landasan teori yang berkaitan dengan

pokok suatu masalah.

3.5 Metode Analisis Data

Data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis menggunakan teknik

analisa EOQ dengan rumus sebagaimana dikemukakan oleh Heizer, Render

(2010, h.94) adalah sebagai berikut:

A. Metode Economic Order Quantity (EOQ)

√2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑄 ∗ =
𝐻

Keterangan:

Q = Jumlah unit per pesanan

Q* = Jumlah optimum unit per pesanan

D = Permintaan tahunan dalam unit

S = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan

H = Biaya penyimpanan per unit per tahun

B. Persediaan Keamanan atau Safety Stock (SS):

𝑆𝑆
𝑍= 𝜎
atau SS = Zσ

25
Keterangan:

X = Tingkat persediaan

μ = Rata-rata permintaan

σ = Standar deviasi permintaan selama waktu tenggang

SS = Persediaan Pengaman

Z = Safety Factor

C. Reorder point atau titik pemesanan kembali:

ROP = (LT x AU) + SS

Keterangan:

ROP = titik pemesanan kembali

LT = waktu tenggang

AU = Pemakaian rata-rata dalam

satuan waktu tertentu

SS = persediaan pengaman

26
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

4.1.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

a. Sejarah Berdirinya Perusahaan

CV. Sampurna adalah perusahaan dagang yang pada mulanya

bergerak dalam bidang penjualan beras. Berdiri sejak tahun 1952, CV

Sampurna awalnya hanya sebuah toko yang beralamat di Jl. Siliwangi.

Namun seiring dengan pertumbuhan usaha yang terus meningkat, CV.

Sampurna mulai melebarkan sayapnya dengan menjual produk-produk lain

seperti minyak goreng Bimoli, terigu Bogasari, keju Prochiz dan berbagai

produk lainnya. Perusahaan ini merupakan perusahaan keluarga dan saat ini

dikelola oleh Bapak Alexander Fulbertus yang merupakan putra dari Bapak

Krisantus Fulbertus, pendiri CV. Sampurna.

Dalam perjalanannya CV. Sampurna memperoleh beras dari suplier

yang berada di Pulau Timor dan Pulau Jawa. Beras yang dijual antara lain

beras Cucu Emas, beras Tugu Buaya, beras Lonceng, beras Si Cantik dan

beras Doraemon. Untuk menunjang kegiatan usahanya CV. Sampurna

memiliki 9 unit truk guna mempercepat proses pengiriman barang kepada

konsumen.

CV. Sampurna hanyalah satu dari sekian banyak perusahaan di Kota

Kupang yang bergerang dalam bidang perdagangan. Sampai saat ini CV.

27
Sampurna tetap berusaha mempertahankan market share-nya dengan

mempertahankan kualitas produk sehingga tidak mengecewakan pelanggan.

b. Struktur Organisasi

a. Nama Perusahaan : CV. Sampurna Kupang

b. Alamat : Jl. Yos Sudarso Kel. Osmok Kec. Alak,

Kupang – NTT

c. Bidang Usaha : Perusahaan Dagang

d. Tahun Berdiri : 1952

e. Jumlah Karyawan : 57 orang

f. Owner : Alexander Fulbertu

g. Manager : Roy Ndapa

4.1.2 ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1.2.1 Prosedur Pemesanan Barang

Pemesanan barang dilakukan jika ada permintaan dari bagian

penjualan kemudian bagian gudang mengecek stock barang yang diminta

melalui data yang ada dikomputer dan jika barang yang diminta mengalami

kekurangan bagian gudang akan melakukan permintaan barang pada bagian

purchasing menggunakan sistem yang ada di perusahaan tersebut. Bagian

purchasing membuat surat permintaan barang sesuai dengan merk, jumlah

barang dan bentuk kemasan yang ditujukan ke pihak produsen beras.

28
Kemudian barang dikirim sesuai dengan permintaan beserta dengan invoice.

setelah itu, perusahaan melakukan pembayaran ke pihak produsen.

4.1.2.2 Prosedur Penjualan

Penjualan dilakukan berdasarkan permintaan dari pelanggan. Bagian

marketing membuat surat penawaran sesuai dengan merk, jumlah dan bentuk

kemasan yang diminta oleh pelanggan beserta harganya. Jika pelanggan deal

dengan harga yang diberikan maka barang dikirim ke pelanggan beserta

dengan invoicenya. Kemudian pelanggan membayarkan sesuai dengan harga

yang telah disepakati. Jika pelanggan membayar dengan cara kredit maka

pelanggan mengisi daftar isian pelanggan terlebih dahulu dan menyertakan

NPWP, TDP, dan SIUP.

4.1.2.3 Pembahasan

CV. Sampurna merupakan salah satu perusahaan dagang yang ada di

Kota Kupang. Terdapat beberapa jenis beras yang akan dijual kembali.

Perusahaan masih menggunakan perhitungan tradisional dalam melakukan

pengendalian persediaan. Untuk menghadapi permintaan konsumen yang

berfluktuatif CV. Sampurna harus memiliki sistem pengendalian pada

persediaan barang dagang yang efisien agar perusahaan dapat memenuhi

permintaan konsumen dan tidak terjadi penumpukan persediaan yang akan

mengakibatkan biaya penyimpanan tinggi yang akan memperkecil

29
keuntungan perusahaan. Setelah dilakukan identifikasi pada barang dagang

beras penulis mendapatkan 1 jenis beras yaitu beras Doraemon 38 Kg pada

tahun 2015, 2016 dan tahun 2017 merupakan beras dengan persediaan

tertinggi untuk dijadikan sampel penelitian. Berikut adalah data persediaan

beras Doraemon pada tahun 2015, 2016 dan tahun 2017.

Tabel 2

Data Persediaan Beras

No Tahun Jumlah Persediaan Beras (Kg)

1 2015 31.844
2 2016 84.588

3 2017 134.216
Sumber : Data Olahan Penulis

4.1.2.4. Biaya Persediaan

Biaya persediaan terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

Biaya pemesanan adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan

kegiatan pemesanan barang yang dimulai dari penempatan pemesanan

hinggantersediannya barang tersebut. Biaya penyimpanan adalah biaya yang

timbul karena perusahaan menyimpan persediaan. Biaya penyimpanan

tergantung pada jumlah barang yang disimpan, bila persediaan dalam

30
gudang tinggi maka biaya penyimpanan akan tinggi begitu juga dengan

sebaliknya.Berikut adalah biaya persediaan pada tahun 2015, 2016 dan 2017.

1) Biaya Pemesanan

Penulis mendapatkan data biaya pemesanan berdasarkan laporan

keuangan perusahaan pada tahun 2015, 2016 dan tahun 2017.

Biaya pemesanan terdiri dari biaya telepon dan biaya transportasi.

Berikut adalah data biaya pemesanan pada tahun 2015, tahun

2016, dan tahun 2017]

Tabel 3
Data Biaya Pemesanan
No Jenis Biaya Jumlah
2014 (Rp) 2015 (Rp) 2016 (Rp)
1 Biaya 700.000 820.000 950.000
Telepon
2 Biaya 1.200.000 1.500.000 1.700.000
Transportasi
3 Biaya Buruh 300.000 450.000 600.000
Angkut
Jumlah 2.200.000 2.770.000 3.250.000
Rata-rata per 367.000 462.000 542.000
periode
Sumber : Data Olahan Penulis

Diantara ketiga biaya diatas, biaya terbesar adalah biaya

transportasi karena biaya transportasi mancakup biaya

pengankutan barang dari tempat pesanan sampai pada tempat

tujuan. Sedangkan biaya telepon lebih sedikit dikarenakan biaya

telepon hanya terdiri dari biaya pulsa yang dikeluarkan untuk

31
menghubungi pihak-pihak tertentu yang berkaitan dengan

pemesanan barang dagang selama proses pemesanan barang

hingga selesainya pengangkutan barang tersebut.

2) Biaya Penyimpanan

Biaya penyimpanan didapat dari laporan keuangan perusahaan

pada tahun 2015,2016, dan tahun 2017. Berikut adalah data biaya

penyimpanan pada tahun 2015, 2016 dan tahun 2017.

Tabel 4
Data Biaya Penyimpanan
No Tahun Biaya Gudang (Rp)
1 2015 1.000.000
2 2016 2.500.000
3 2017 5.298.000
Sumber : Data Olahan Penulis

4.1.2.5 Econimic Order Quantiity

Model economic order quantity merupakan model yang menentukan

jumlah barang yang harus dipesan untuk memenuhi permintaan konsumen

dengan biaya yang dimaksimalkan. Berikut adalah perhitungan economic

order quantity.

32
Tahun 2015

Jumlah kebutuhan barang dalam 1 tahun didapat berdasarkan laporan

persediaan barang beras tahun 2015 dengan merk Doraemon (38 Kg)

sebanyak 838 karung dalam 1 tahun. Biaya pemesanan setiap kali pesan

berdasarkan laporan keuangan tahun 2015 sebesar Rp 2.200.000. Sedangkan

untuk biaya penyimpanan didapat berdasarkan laporan keuangan pada tahun

2015 sebesar Rp 1000.000. Untuk mendapatkan biaya penyimpanan per

bulan didapat dari jumlah biaya penyimpanan per tahun di bagi jumlah bulan

dalam satu tahun.

2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑄 ∗ = √
𝐻

Dimana:

Q = Jumlah unit per pesanan

Q* = Jumlah optimum unit per pesanan

D = Permintaan tahunan dalam unit

S = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan

H = Biaya penyimpanan per bulan

Sehingga

D = 838

S = Rp 2.200.000

33
H = Rp 83.333

2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑄 ∗ = √
𝐻

2x838x2.200.000
𝐸𝑂𝑄 = √ 83.333
= 210 Karung (7.980 Kg)

D
F=Q

Dimana

D= 838 Karung

Q = 210 Karung

Sehngga

D
F=Q

838
= 210 = 4 Kali

jumlah hari kerja dlm 1 thn


T= Frekuensi

Dimana :

Jumlah hari kerja 1 th = 312 hari dalam setahun

Frekuensi pembelian = 4 kali dalam setahun

Sehingga :

jumlah hari kerja dlm 1 thn


T= Frekuensi

312
= = 78 hari
4

34
Jadi, jumlah beras dengan merk Doraemon 38 Kg yang dapat dipesan

berdasarkan metode economic order quantity adalah 210 Karung (1900

Kg) karung dengan frekuensi pembelian 4 kali dalam jangka waktu

pembelian 78 hari sekali.

Tahun 2016

Jumlah kebutuhan barang dalam 1 tahun didapat berdasarkan laporan

persediaan barang dagang beras tahun 2016 dengan merk Doraemon (38 Kg)

sebanyak 2.226 karung dalam 1 tahun. Biaya pemesanan setiap kali pesan

berdasarkan laporan keuangan tahun 2016 sebesar Rp 2.770.000. Sedangkan

untuk biaya penyimpanan didapat berdasarkan laporan keuangan pada tahun

2016 sebesar Rp 2.500.000. Untuk mendapatkan biaya penyimpanan per

bulan didapat dari jumlah biaya penyimpanan per tahun di bagi jumlah bulan

dalam satu tahun.

2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑄 ∗ = √
𝐻

Dimana:

Q = Jumlah unit per pesanan

Q* = Jumlah optimum unit per pesanan

D = Permintaan tahunan dalam unit

35
S = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan

H = Biaya penyimpanan per bulan

Sehingga

D = 2.226

S = Rp 2.770.000

H = Rp 208.333

2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑄 ∗ = √
𝐻

2x2.226x2.770.000
𝐸𝑂𝑄 = √ = 243 Karung ( 9.2344 Kg)
208.333

D
F=Q

Dimana

D= 2.226 Karung

Q = 243 Karung

Sehngga

D
F=Q

2.226
= = 9 Kali
243

jumlah hari kerja dlm 1 thn


T= Frekuensi

Dimana :

Jumlah hari kerja 1 th = 312 hari dalam setahun

Frekuensi pembelian = 9 kali dalam setahun

36
Sehingga :

jumlah hari kerja dlm 1 thn


T= Frekuensi

312
= = 34 hari
9

Jadi, jumlah beras dengan merk Doraemon 38 Kg yang dapat dipesan

berdasarkan metode economic order quantity adalah 243 (9.234 Kg)

karung dengan frekuensi pembelian 9 kali dalam jangka waktu

pembelian 34 hari sekali.

Tahun 2017

Jumlah kebutuhan barang dalam 1 tahun didapat berdasarkan laporan

persediaan barang dagang beras tahun 2017 dengan merk Doraemon (38 Kg)

sebanyak 3.532 karung dalam 1 tahun. Biaya pemesanan setiap kali pesan

berdasarkan laporan keuangan tahun 2016 sebesar Rp 3.250.000. Sedangkan

untuk biaya penyimpanan didapat berdasarkan laporan keuangan pada tahun

2016 sebesar Rp 3.298.000. Untuk mendapatkan biaya penyimpanan per

bulan didapat dari jumlah biaya penyimpanan per tahun di bagi jumlah bulan

dalam satu tahun.

2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑄 ∗ = √
𝐻

37
Dimana:

Q = Jumlah unit per pesanan

Q* = Jumlah optimum unit per pesanan

D = Permintaan tahunan dalam unit

S = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan

H = Biaya penyimpanan per unit per tahun

Sehingga

D = 3.532

S = Rp 3.250.000

H = Rp 274.833

2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑄 ∗ = √
𝐻

2x3.532x3.250.000
𝐸𝑂𝑄 = √ = 289 Karung ( 10.982 Kg)
274.833

D
F=Q

Dimana

D= 3.532 Karung

Q = 289 Karung

Sehngga

D
F=Q

3.838
= = 12 Kali
289

38
jumlah hari kerja dlm 1 thn
T= Frekuensi

Dimana :

Jumlah hari kerja 1 th = 312 hari dalam setahun

Frekuensi pembelian = 22 kali dalam setahun

Sehingga :

jumlah hari kerja dlm 1 thn


T= Frekuensi

312
= = 26 hari
12

Jadi, jumlah beras dengan merk Doraemon 38 Kg yang dapat dipesan

berdasarkan metode economic order quantity adalah 289 karung

(10.982 Kg) dengan frekuensi pembelian 12 kali dalam jangka waktu

pembelian 26 hari sekali.

4.1.2.6 Safety Stock

Perhitungan Safety Stock Tahun 2015

Dalam analisis persediaan ini penulis menenetukan service level

berdasarkan tingkat kebutuhan produk. Untuk beras Doraemon 38 Kg

penulis menentukan service level sebesar 90% atau 1,28 dikarenakan

beras Doraemon 38 kg memiliki kebutuhan yang tidak terlalu tinggi

jika dibandingkan dengan produk yang lain. Untuk perhitungan standar

deviasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

39
Tabel 5
Deviasi Beras Doraemon Th 2015

Rata- Deviasi Kuadrat


Bulan X
Rata (x-μ) (x-μ)2
Jan 65 69 -4 16
Feb 72 69 3 9
Mar 74 69 5 25
April 64 69 -5 25
Mei 69 69 0 0
Juni 69 69 0 0
Juli 68 69 -1 1
Agust 86 69 17 289
Sept 87 69 18 324
Okt 56 69 -13 169
Nov 46 69 -23 529
Des 82 69 13 169
Total 838 10 1556
Sumber : Data Olahan Penulis

Adapun rumus penghitungan safety stock sebagai berikut :

SS = Z σ

Keterangan :

Z : Luas kurva normal

σ : Deviasi standar

Dimana σ diperoleh dari

40
∈((x−μ)2
σ=√ 𝑛

Keterangan :

X : Kebutuhan

μ : Rata-rata pemakaian

n : Jumlah bulan

Sehingga :

Z = 1,28

∈= (x-μ)2 = 1.556

n = 12

∈((x−μ)2
σ=√
𝑛

1.556
σ=√ 12
=8

SS = Z σ

SS = 1,28 x 8 = 10 Karung

Jadi, jumlah safety stock beras Doraemon 38 Kg untuk mengatasi permintaan

konsumen yang berfluktuatif pada tahun 2015 adalah 10 Karung (380 Kg).

Perhitungan Safety Stock Tahun 2016

Dalam analisis ini, penulis menerapkan hal yang sama seperti pada

perhitungan Safety Stock pada tahun 2015. Untuk beras Doraemon 38

Kg penulis menentukan service level sebesar 90% atau 1,28

41
dikarenakan beras Doraemon 38 kg memiliki kebutuhan yang tidak

terlalu tinggi jika dibandingkan dengan produk yang lain. Untuk

perhitungan standar deviasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 6
Deviasi Beras Doraemon Th 2016

Rata- Deviasi Kuadrat


Bulan X
Rata (x-μ) (x-μ)2
Jan 82 185 -103 10609
Feb 140 185 -45 2025
Mar 165 185 -20 400
April 180 185 -5 25
Mei 192 185 7 49
Juni 184 185 -1 1
Juli 189 185 4 16
Agust 235 185 50 2500
Sept 228 185 43 1849
Okt 196 185 11 121
Nov 210 185 25 625
Des 225 185 40 1600
Total 2.226 6 19.820
Sumber : Data Olahan Penulis

Adapun rumus penghitungan safety stock sebagai berikut :

SS = Z σ

Keterangan :

Z : Luas kurva normal

σ : Deviasi standar

Dimana σ diperoleh dari

∈((x−μ)2
σ=√ 𝑛

Keterangan :

42
X : Kebutuhan

μ : Rata-rata pemakaian

n : Jumlah bulan

Sehingga :

Z = 1,28

∈= (x-μ)2 = 19.820

n = 12

∈((x−μ)2
σ=√
𝑛

19.820
σ=√ 12
== 40

SS = Z σ

SS = 1,28 x 40 = 51 Karung

Jadi, jumlah safety stock beras Doraemon 38 Kg untuk mengatasi permintaan

konsumen yang berfluktuatif pada tahun 2016 adalah 51 Karung (1.938 Kg).

Perhitungan Safety Stock Tahun 2017

Dalam analisis ini, penulis menerapkan hal yang sama seperti pada

perhitungan Safety Stock pada tahun 2015 dan 2016. Untuk beras

Doraemon 38 Kg penulis menentukan service level sebesar 90% atau

1,28 dikarenakan beras Doraemon 38 kg memiliki kebutuhan yang

tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan produk yang lain. Untuk

perhitungan standar deviasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

43
Tabel 7
Deviasi Beras Doraemon Th 2017

Rata- Deviasi Kuadrat


Bulan X
Rata (x-μ) (x-μ) 2
Jan 225 294 -69 4761
Feb 258 294 -36 1296
Mar 270 294 -24 576
April 231 294 -63 3969
Mei 336 294 42 1764
Juni 298 294 4 16
Juli 287 294 -7 49
Agust 365 294 71 5041
Sept 281 294 -13 169
Okt 267 294 -27 729
Nov 339 294 45 2025
Des 375 294 81 6561
Total 35.32 4 26.956
Sumber : Data Olahan Penulis

Adapun rumus penghitungan safety stock sebagai berikut :

SS = Z σ

Keterangan :

Z : Luas kurva normal

σ : Deviasi standar

Dimana σ diperoleh dari

∈((x−μ)2
σ=√ 𝑛

Keterangan :

X : Kebutuhan

μ : Rata-rata pemakaian

44
n : Jumlah bulan

Sehingga :

Z = 1,28

∈= (x-μ)2 = 26.956

n = 12

∈((x−μ)2
σ=√ 𝑛

26.956
σ=√ = 47
12

SS = Z σ

SS = 1,28 x 47 = 60 Karung

Jadi, jumlah safety stock beras Doraemon 38 Kg untuk mengatasi permintaan

konsumen yang berfluktuatif pada tahun 2017 adalah 60 Karung (2.280 Kg).

4.1.2.7 Reorder Point

Reorder Point adalah titik dimana perusahaan harus melakukan pemesanan

kembali, sehingga barang yang dipesan dapat diterimatepat waktu dan tidak

mengganggu proses penjualan barang. CV. Sampurna memiliki lead time

(waktu tunggu) pemesanan barang adalah selama 3 hari dengan jumlah hari

kerja 312 hari dalam setahun.

Perhitungan Reorder Point tahun 2015

ROP = (LT x AU) + SS

45
Keterangan:

ROP = titik pemesanan kembali

LT = waktu tenggang

SS = persediaan pengaman

AU = Pemakaian rata-rata dalam

satuan waktu tertentu dimana AU diperoleh dari :


𝐷
AU = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎

Dimana :

LT = 3 hari

SS = 10 karung

AU = Pemakaian rata-rata dalam

satuan waktu tertentu dimana AU diperoleh dari :


𝐷
AU = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎

D : 838 Karung

Waktu kerja : 312 hari

Sehingga :

ROP = (LT x AU) + SS

𝐷
AU = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎

838
AU = 312 = 2,6 = 3

46
ROP = (3x 3) + 10
= 19
Hasil yang diperoleh menunjukkan perusahaan melakukan
pemesanan kembali pada saat persediaan tersisa 19 Karung (722
Kg).

Perhitungan Reorder Point tahun 2016

ROP = (LT x AU) + SS

Keterangan:

ROP = titik pemesanan kembali

LT = waktu tenggang

SS = persediaan pengaman

AU = Pemakaian rata-rata dalam

satuan waktu tertentu dimana AU diperoleh dari :


𝐷
AU = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎

Dimana :

LT = 3 hari

SS = 51 karung

AU = Pemakaian rata-rata dalam

satuan waktu tertentu dimana AU diperoleh dari :


𝐷
AU = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎

47
D : 2.226 Karung

Waktu kerja : 312 hari

Sehingga :

ROP = (LT x AU) + SS

𝐷
AU =
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎

2.226
AU = =7
312

ROP = (3x 7) + 51
= 72
Hasil yang diperoleh menunjukkan perusahaan melakukan
pemesanan kembali pada saat persediaan tersisa 72 Karung (2.736
Kg).

Perhitungan Reorder Point tahun 2017

ROP = (LT x AU) + SS

Keterangan:

ROP = titik pemesanan kembali

LT = waktu tenggang

SS = persediaan pengaman

AU = Pemakaian rata-rata dalam

48
satuan waktu tertentu dimana AU diperoleh dari :
𝐷
AU = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎

Dimana :

LT = 3 hari

SS = 60 karung

AU = Pemakaian rata-rata dalam

satuan waktu tertentu dimana AU diperoleh dari :


𝐷
AU = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎

D : 3.532 Karung

Waktu kerja : 312 hari

Sehingga :

ROP = (LT x AU) + SS

𝐷
AU = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎

3.532
AU = = 11
312

ROP = (3x 11) + 60


= 93
Hasil yang diperoleh menunjukkan perusahaan melakukan
pemesanan kembali pada saat persediaan tersisa 93 Karung (3.534 Kg).

49
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Dari data yang diperoleh dari perusahaan menunjukan bahwa
hubungan antara EOQ, SS dan ROP barang dagang selama periode tahun
2014 – 2016 adalah sebagai berikut :

Tabel 8
Hasil Perhitungan
EOQ, Safety Stock dan Reorder Point
Tahun 2015-2017
No Tahun EOQ (Kg) SS (Kg) ROP (Kg)
1 2015 7.980 380 722

2 2016 9.234 1.938 2.736

3 2017 10.982 2.280 3.534

Sumber : Data Olahan Penulis

1) Tahun 2015

Menunjukan bahwa jumlah pembelian barang dagang yang paling

ekonomis untuk setiap kali pemesanan berdasarkan EOQ adalah sebesar 7.980

Kg. Dengan Frekuensi pemesanan 4 kali dalam jangka waktu pembelian 78

hari sekali. Persediaan pengaman yang harus ada sebesar 380 Kg dapat dijual

selama menunggu barang dagang yang di pesan dan perusahaan melakukan

pembelian kembali pada saat persediaan barang dagang di gudang sebesar 722

Kg.

2) Tahun 2016

50
Menunjukan bahwa jumlah pembelian barang dagang yang paling

ekonomis untuk setiap kali pemesanan berdasarkan EOQ adalah sebesar 9.234

Kg. Dengan Frekuensi pemesanan sebanyak 9 kali dalam jangka waktu

pembelian 34 hari sekali. Persediaan pengaman yang harus ada sebesar 1.938

Kg dapat dijual selama menunggu barang dagang yang di pesan dan

perusahaan melakukan pembelian kembali pada saat persediaan barang

dagang di gudang sebesar 2.736 Kg.

3) Tahun 2017

Menunjukan bahwa jumlah pembelian barang dagang yang paling

ekonomis untuk setiap kali pemesanan berdasarkan EOQ adalah sebesar

10.982 Kg. Dengan Frekuensi pemesanan sebanyak 12 kali dalam jangka

waktu pembelian 26 hari sekali. Persediaan pengaman yang harus ada sebesar

2.280 Kg dapat dijual selama menunggu barang dagang yang di pesan dan

perusahaan melakukan pembelian kembali pada saat persediaan barang

dagang di gudang sebesar 3.534 Kg.

51
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Jumlah pembelian barang dagang beras yang paling optimal adalah sebagai

berikut :

a. Pada tahun 2015 barang dagang sebesar 7.980 Kg

b. Pada tahun 2016 barang dagang sebesar 9.234 Kg

c. Pada tahun 2017 barang dagang sebesar 10.982 Kg

2. Frekuensi pemesanan barang dagang CV. Sampurna Kupang bila menggunakan

EOQ adalah sebagai berikut :

a. Pada tahun 2015 adalah sebanyak 4 kali dalam jangka waktu

pembelian 78 hari sekali.

b. Pada tahun 2016 adalah sebanyak 9 kali dalam jangka waktu

pembelian 34 hari sekali.

c. Pada tahun 2017 adalah sebanyak 12 kali dalam jangka waktu

pembelian 26 hari sekali.

3. Persediaan pengaman (Safety Stock) barang dagang dihitung menurut EOQ

adalah sebagai berikut :

52
a. Tahun 2015 barang dagang sebesar 380 Kg dengan pemesanan barang

dagang diterima dengan lead time adalah 3 hari.

b. Tahun 2016 barang dagang sebesar 1.938 Kg dengan pemesanan barang

dagang diterima dengan lead time adalah 3 hari.

c. Tahun 2017 barang dagang sebesar 2.280 Kg dengan pemesanan barang

dagang diterima dengan lead time adalah 3 hari.

4. Titik pemesanan kembali (ROP) barang dagang beras Doraemon bila dihitung

menggunakan metode EOQ adalah sebagai berikut :

a. Tahun 2015 barang dagang sebesar 722 Kg

b. Tahun 2016 barang dagang sebesar 2.736 Kg

c. Tahun 2017 barang dagang sebesar 3.534 Kg

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan saran yang

digunakan sebagai bahan pertimbangan adalah :

a. Perusahaan sebaiknya meninjau kembali kebijakan yang selama ini diterapkan

oleh perusahaan.

b. Perusahaan sebaiknya dapat menentukan besarnya biaya persediaan pengaman

(Safety Stock) dan titik pemesanan kembali (Reorder Point) agar dapat

meminimalisir kelebihan biaya bagi perusahaan.

53

Anda mungkin juga menyukai