Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kamera merupakan salah satu penemuan penting bagi umat manusia. Lewat

jepretan dan bidikan kamera, manusia bisa merekam dan mengabadikan beragam

bentuk gambar. Peletak prinsip kerja kamera itu adalah seorang saintis legendaris

Muslim bernama Ibnu al-Haitham.

Pada akhir abad ke-10 M, Al-Haitham berhasil menemukan sebuah kamera

obscura. Itulah salah satu karya Al-Haitham yang paling menumental. Penemuan

yang sangat inspiratif itu berhasil dilakukan Al-Haithan bersama Kamaluddin al-

Farisi. Keduanya berhasil meneliti dan merekam fenomena kamera obscura.

Penemuan itu berawal ketika keduanya mempelajari gerhana matahari. Untuk

mempelajari fenomena gerhana, Al-Haitham membuat lubang kecil pada dinding

yang memungkinkan citra matahari semi nyata diproyeksikan melalui permukaan

datar.

Kamera sebagai alat pengambil gambar telah menjadi perangkat umum bagi

banyak orang. Salah satu jenis kamera yaitu kamera DSLR. Kamera DSLR menjadi

pilihan bagi sebagian orang yang peduli terhadap kualitas gambar yang dihasilkan.

Sebagian besar orang yang memiliki kamera tersebut belum benar-benar mengerti

bagaimana cara menggunakannya. Jika kamera DSLR tersebut digunakan dengan

pengaturan tertentu yang disediakan maka hasil serta kualitas gambar yang

dihasilkan akan lebih baik dibandingkan hanya menggunakan fitur auto mode standar

kamera.

1
Keberadaan perangkat telekomunikasi yaitu telepon pintar sudah menjadi

perangkat yang universal. Fungsinya antara lain menjadi alat komunikasi data seperti

melakukan akses jaringan internet, panggilan video, dan lain sebagainya. Telepon

genggam yang banyak beredar telah banyak menggunakan sistem operasi untuk

menunjang kinerjanya secara lebih baik lagi. Sistem operasi yang sedang

berkembang adalah system operasi Android. Bahasa pemrograman yang digunakan

untuk membuat aplikasi di dalam sistem android bersifat universal yaitu bahasa

pemrograman Java. Penggunaan bahasa pemrograman java juga memperkecil

keterbatasan sebuah aplikasi untuk berjalan pada sistem operasi yang berbeda-beda.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menganalisis optik kamera obscura Ibnu Haitsam secara
ontologi?
2. Bagaimana menganalisis optik kamera obscura Ibnu Haitsam secara
epistemologi?
3. Bagaimana menganalisis optik kamera obscura Ibnu Haitsam secara
axiologi?

C. Tujuan
1. Mampu menganalisis teori optik kamera obscura Ibnu Haitsam secara

ontologi,

2. Mampu menganalisis teori optik kamera obscura Ibnu Haitsam secara

epsitemologi

3. Mampu menganalisis teori optik kamera obscura Ibnu Haitsam secara

axiology

2
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

A. Landasan Filsafat Ilmu

1. Landasan Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-

benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya

memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan,

kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemungkinan.

Cabang Ontologi, yaitu berada dalam wilayah ada. Kata Ontologi berasal dari

Yunani, yaitu onto yang artinya ada dan logos yang artinya ilmu. Dengan demikian,

ontologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang keberadaan. Pertanyaan yang

menyangkut wilayah ini antara lain: apakah objek yang ditelaah ilmu?

Bagaimanakah hakikat dari objek itu? Bagaimanakah hubungan antara objek tadi

dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan dan ilmu?

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan

berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat

konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah

seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum

membedakan antara penampakan dengan kenyataan. Dan pendekatan ontologi dalam

filsafat mencullah beberapa paham, yaitu: (1) Paham monisme yang terpecah

menjadi idealisme atau spiritualisme; (2) Paham dualisme, dan (3) pluralisme dengan

berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik.

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan

manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia.

3
Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia.

Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti

penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi

ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu. Beberapa aliran dalam bidang

ontologi, yakni realisme, naturalisme, empirisme.

2. Landasan Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode

dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the

origin, nature, methods and limits of human knowledge). Epistemologi juga disebut

teori pengetahuan (theory of knowledge). berasal dari kata Yunani episteme, yang

berarti “pengetahuan”, “pengetahuan yang benar”, “pengetahuan ilrniah”, dan logos

= teori. Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari

asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya (validitas) pengetahuan.

Epistemologi, yaitu berada dalam wilayah pengetahuan. Kata Epistemologi

berasal dari Yunani, yaitu episteme yang artinya cara dan logos yang artinya ilmu.

Dengan demikian, epistemologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang bagaimana

seorang ilmuwan akan membangun ilmunya. Pertanyaan yang menyangkut wilayah

ini antara lain: bagaimanakah proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan

menjadi ilmu? Bagaimanakah prosedurnya? Untuk hal ini, kita akan mengarah ke

cabang fisafat metodologi.

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah: 1) Apakah pengetahuan itu ?;

2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu ?; 3) Darimana pengetahuan itu

dapat diperoleh ?; 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai ?; 5) Apa

4
perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan

pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) ?; 6) Apa perbedaan di

antara: kepercayaan, pengetahuan, pendapat, fakta, kenyataan, kesalahan, bayangan,

gagasan, kebenaran, kebolehjadian, kepastian ?

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif

Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan

bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan se,belumnya Secara

sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan

menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang

telah ada. Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan

yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan.

3. Landasan Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai

dan logos yang berarti teori. Dengan demikian maka aksiologi adalah “teori tentang

nilai” (Amsal Bakhtiar, 2004: 162). Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang

berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S. Suriasumantri,

2000: 105). Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004: 163) aksiologi terbagi

dalam tiga bagian: Pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral yang melahirkan

etika; Keduei,- esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan, Ketiga, sosio-political

life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosio-politik.

Aksiologi, yaitu berada dalam wilayah nilai. Kata Aksiologi berasal dari

Yunani, yaitu axion yang artinya nilai dan logos yang artinya ilmu. Dengan

demikian, aksiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai etika seorang

5
ilmuwan. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: untuk apa

pengetahuan ilmu itu digunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya

dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan

pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan

norma-norma moral dan profesional? Dengan begitu , kita akan mengarah ke cabang

fisafat Etika.

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan

dengan value dan valuation. Ada tiga bentuk value dan valuation, yaitu: 1) Nilai,

sebagai suatu kata benda abstrak; 2) Nilai sebagai kata benda konkret; 3) Nilai juga

digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai.

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan

sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut

sebagai netralitas pengetahuan (value free). Sebaliknya, ada jenis pengetahuan yang

didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound.

Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan

yang didasarkan pada keterikatan nilai.

B. Analisis Ibnu Haitsam dibidang Optika

The Book of Optics (bahasa Arab: ‫كتا ب المناظر‬, translit. Kitab Al-Manazir,

Latin: De Aspectibus atau Perspectiva; Italia: Deli Aspecti) adalah risalah tujuh jilid

pada bidang optik dan bidang studi lain yang disusun oleh Ibnu Haitsam (Al-

Haytham & Risner, 1572; Al-Haitham & Sabra, 1989; Al Haytham & Smith, 2001b,

2001a, 2006, 2008, 2010, 2016). The Book of Optics mempresentasikan argument

yang dibuat secara eksperimental melawan teori visi extramission yang telah

6
berkembang secara luas (seperti yang dipegang oleh Euclid dalam Opticanya) dan

mendukung teori intromission, sebagaimana didukung oleh para pemikir seperti

Aristoteles, model yang sekarang yang diterima bahwa visi terjadi oleha cahaya yang

memasuki mata. Karya Al-Hazen secara ekstensif mempengaruhi perkembangan

optik Eropa diantara 1260 M dan 1650 M (Al-Haitham & Risner, 1572; Al-Haytham

& Sabra, 1989).

Sebelum lahirnya kitab Al-Manazir karya ibnu Haitsam, terdapat dua teori

yang menjelaskan bagaimana mata manusia dapat melihat. Teori pertama yang

paling banyak di ikuti adalah teori extramission yang dicetuskan oleh Ptolemeus dan

Euclid (Kheirendish, 1999). Teori extramission menjelaskan bahwa mata manusia

dapat melihat karena adanya cahaya yang diteruskan keluar dari mata pada saat mata

membuka menuju lingkungan objek sehingga manusia dapat melihat, sebaliknya saat

mata manusia menutup, tidak ada cahaya yang diteruskan keluar dari mata menuju

lingkungan objek sehingga mata manusia tidak dapat melihat. Dalam sebuah diskusi

ilmiah sebelum kepergian Ibnu Haitsam ke Kairo Mesir, Ibnu Al-Haitsam

mengajukan bantahan terhadap teori extramission tersebut, dan Ibnu Al-Haitsam

menyatakan teori intromission yang dicetuskan oleh Aristoteles yang menyatakan

bahwa mata manusia dapat melihat karena adanya cahaya yang dipantulkan oleh

objek lingkungan dari suatu sumber cahaya, yang pada akhirnya terpantul dan masuk

menuju mata manusia. Namun, pada saat itu ibnu Haitsam belum dapat membuktikan

secara eskperimen, bagaimana proses pembentukan bayangan pada mata yang dapat

menggambarkan objek yang dilihatnya.

7
Hingga pada masa kesepuluh tahun menjadi tahanan rumah dari Al-Hakim di

Kairo Mesir, yaitu didalam tahanan rumah yang gelap, Ibnu Haitsam menemukan

suatu fenomena langka, yaitu Ibnu Haitsam melihat terbentuknya suatu bayangan di

dinding dalam kamarnya yang gelap yang membentuk suatu bayangan benda secara

terbalik yang dihasilkan dari suatu celah kecil. Saat Ibnu Haitsam melihat keluar

kamar dari celah tersebut, ternyata bentuk bayangan di dinding tersebut sama dengan

bentuk benda aslinya, hanya bentuknya saja yang terbalik. Dari fenomena

terbentuknya bayangan benda pada ruang gelap yang dihasilkan celah kecil tersebut,

Ibnu Haitsam kemudian teringat dengan teori intromission. Ternyata fenomena

langka tersebut dapat dijadikan eksperimen sebagai pembuktian dari teori

intromission, bahwa mata manusia dapat dianalogikan dengan ruang gelap. Proses

mata manusia dapat melihat objek juga serupa dengan terbentuknya bayangan pada

dinding ruang gelap, yang mana bentuk bayangan tersebut menyerupai benda

aslinya. Ruang gelap tersebut saat ini kita kenal dengan sebutan “Kamera Obscura”.

(Al-Haytham & Sabra, 1989).

Kamera Obscura adalah bahasa Latin untuk “ruang gelap.” Ini adalah nama

yang diberikan kepada perangkat sederhana yang digunakan untuk menghasilkan

gambar yang akan menjadi dasar pada penemuan fotografi. Pada dasarnya, kamera

obscura adalah kotak sederhana (berbagai ukuran) dengan lubang kecil di salah satu

sisinya (kamera pinhole). Cahaya berasal dari satu bagian melewati lubang dan di

tangkap oleh bagian tertentu dari dinding belakang. Ketika celah dibuat lebih kecil,

bayangan menjadi lebih tajam, tetapi sensitivitas cahaya menurun. Dengan apparatus

sederhana ini, bayangan yang terbentuk akan terbalik.

8
Studi eksperimen pertama kamera obscura, dibuat oleh Ibnu Haitsam yang

dapat dilihat pada salah satu karya awalnya mengenai optika sebelum menulis kitab

al-Manazir yaitu maqalah fi surat al kusuf (on the shape of the eclipse) yang berisi

pengamatan bentuk gerhana matahari menggunakan kamera obscura. Telah

dilakukan analisis secara lengkap terhadap Maqalah fi surat al-kusuf oleh Dominique

Raynaud pada tahun 2016 (Al-Haitsam & Raynaud, 2016).

C. Perkembangan Kamera Obscura Ibnu Haitsam

Kajian epistemologi ilmu optik berupa kamera obscura itulah yang mendasari kinerja

kamera yang saat ini digunakan umat manusia. Oleh kamus Webster, fenomena ini secara

harfiah diartikan sebagai” ruang gelap”. Biasanya bentuknya berupa kertas kardus dengan

lubang kecil untuk masuknya cahaya. Teori yang dipecahkan Al-Haitham itu telah

mengilhami penemuan film yang kemudiannya disambung-sambung dan dimainkan kepada

para penonton.

1. “Kamera obscura pertama kali dibuat ilmuwan Muslim, Abu Ali Al-Hasan Ibnu

al-Haitham, yang lahir di Basra (965-1039 M),” ungkap Nicholas J Wade dan

Stanley Finger dalam karyanya berjudul The eye as an optical instrument: from

camera obscura to Helmholtz’s perspective.

2. Dunia mengenal al-Haitham sebagai perintis di bidang optik yang terkenal lewat

bukunya bertajuk Kitab al-Manazir (Buku optik). Untuk membuktikan teori-teori

dalam bukunya itu, sang fisikawan Muslim legendaris itu lalu menyusun Al-Bayt

Al-Muzlim atau lebih dikenal dengan sebutan kamera obscura, atau kamar gelap.

3. Bradley Steffens dalam karyanya berjudul Ibn al-Haytham: First Scientist

mengungkapkan bahwa Kitab al-Manazir merupakan buku pertama yang

menjelaskan prinsip kerja kamera obscura. “Dia merupakan ilmuwan pertama

9
yang berhasil memproyeksikan seluruh gambar dari luar rumah ke dalam gambar

dengan kamera obscura,” papar Bradley.

4. Istilah kamera obscura yang ditemukan al-Haitham pun diperkenalkan di Barat

sekitar abad ke-16 M. Lima abad setelah penemuan kamera obscura, Cardano

Geronimo (1501 -1576), yang terpengaruh pemikiran al-Haitham mulai

mengganti lobang bidik lensa dengan lensa (camera).

5. Setelah itu, penggunaan lensa pada kamera onscura juga dilakukan Giovanni

Batista della Porta (1535–1615 M). Ada pula yang menyebutkan bahwa istilah

kamera obscura yang ditemukan al-Haitham pertama kali diperkenalkan di Barat

oleh Joseph Kepler (1571 – 1630 M). Kepler meningkatkan fungsi kamera itu

dengan menggunakan lensa negatif di belakang lensa positif, sehingga dapat

memperbesar proyeksi gambar (prinsip digunakan dalam dunia lensa foto jarak

jauh modern).

6. Setelah itu, Robert Boyle (1627-1691 M), mulai menyusun kamera yang

berbentuk kecil, tanpa kabel, jenisnya kotak kamera obscura pada 1665 M.

Setelah 900 tahun dari penemuan al-Haitham pelat-pelat foto pertama kali

digunakan secara permanen untuk menangkap gambar yang dihasilkan oleh

kamera obscura. Foto permanen pertama diambil oleh Joseph Nicephore

Niepce di Prancis pada 1827.

7. Tahun 1855, Roger Fenton menggunakan plat kaca negatif untuk mengambil

gambar dari tentara Inggris selama Perang Crimean. Dia mengembangkan

plat-plat dalam perjalanan kamar gelapnya – yang dikonversi gerbong. Tahun

1888, George Eastman mengembangkan prinsip kerja kamera obscura ciptaan

10
al-Hitham dengan baik sekali. Eastman menciptakan kamera kodak. Sejak

itulah, kamera terus berubah mengikuti perkembangan teknologi.

8. Sebuah versi kamera obscura digunakan dalam Perang Dunia I untuk melihat

pesawat terbang dan pengukuran kinerja. Pada Perang Dunia II kamera

obscura juga digunakan untuk memeriksa keakuratan navigasi perangkat

radio. Begitulah penciptaan kamera obscura yang dicapai al-Haitham mampu

mengubah peradaban dunia.

9. Peradaban dunia modern tentu sangat berutang budi kepada ahli fisika

Muslim yang lahir di Kota Basrah, Irak. Al-Haitham selama hidupnya telah

menulis lebih dari 200 karya ilmiah. Semua didedikasikannya untuk

kemajuan peradaban manusia. Sayangnya, umat Muslim lebih terpesona pada

pencapaian teknologi Barat, sehingga kurang menghargai dan mengapresiasi

pencapaian ilmuwan Muslim di era kejayaan Islam.

D. Manfaat Kamera Obscura Di Era 4.0

Keberhasilan lainnya yang terbilang fenomenal adalah kemampuannya

menggambarkan indra penglihatan manusia secara detail. Tak heran, jika ‘Bapak

Optik’ dunia itu mampu memecahkan rekor sebagai orang pertama yang

menggambarkan seluruh detil bagian indra pengelihatan manusia. Hebatnya lagi, ia

mampu menjelaskan secara ilmiah proses bagaimana manusia bisa melihat.

Asas manfaat kamera obscura seiring dengan perkembangan teknologi antara

lain :

11
1. Kamera DSLR merupakan salah satu jenis kamera yang saat ini banyak

digunakan oleh masyarakat. Cara kerja kamera ini sangat canggih yaitu dapat

mengambil gambar secara digital dan selanjutnya disimpan dalam memori.

2. Kamera Smartphone-mu dapat melakukan tugas ganda sebagai kamera

keamanan yang mengawasi properti, hewan peliharaan, atau bahkan anak-

anakmu. Untuk fungsi ini, kamu memerlukan dua perangkat, satu untuk

memfilmkan videonya dan satu lagi untuk menyetelnya.

3. Dengan Kamera bisa menggunakan foto-foto tersebut untuk memudhakan

mengingat hal-hal penting dan mengambil foto, selain cepat dan praktis, juga

lebih mudah diatur karena sifatnya visual.

4. Memotret kode QR — kotak-kotak yang dipenuhi mosaik ubin hitam dan

putih yang tampak acak — yang memberimu jalan pintas untuk membuka

situs web yang relevan. Sehingga lebih muda menemukan kode QR

pada menu, paket, poster, brosur, alat tulis dan barang-barang lainnya.

Misalnya, memindai salah satu kotak yang terdapat pada iklan majalah dan

secara otomatis mengarahkan ke situs web dengan informasi lebih lanjut

tentang item tersebut, atau membuka diskon online khusus.

5. Membantu digitalisasi dokumen cetak dengan kamerai pemindai, mulai dari

laporan bank sampai kartu nama, kemudian menyimpannya di penyimpanan

lokal atau mengunggahnya ke cloud. Dropbox dan Google Drive, yang

keduanya diperuntukkan Android maupun iOS, menjadi yang paling banyak

dipilih banyak orang.

12
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Optika kamera obscura dalam pandangan ilmu filsafat Ibnu Haitsam adalah
memadukan metode eksperimental dengan metode analisis geometri
sebagaimana dalam karyanya maqalah fi surat maupun kitab Al-Manazair.
2. Pengetahuan yang disampaikan oleh Ibnu Al-Haitsam membebaskan
dirinya dari konteks dimana kamera obscura biasa digunakan (yaitu
menverifikasi perambatan cahaya linier, yang pernah dibahas oleh Al-
Kindi) untuk terlibat dalam pemahaman menyeluruh tentang prinsip kerja
kamera obscura dalam menghasilkan citra.
3. Dengan kamera obscura temuan Ibnu Haitsam memberikan sumbangsih
besar dalam dunia teknologi digital sehingga dalam perkembangannya
memberikan warna baru di era 4.0 yang fungsi penggunaannya bermanfaat
bagi umat manusia.
B. Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca supaya tidak menjadikan makalah ini

sebagai satu-satunya referensi tentang optika kamera obscura Ibnu Haitsam sebagai

ilmu karena masih terdapat kekurangan terutama informasi tentang referensi karya

Ibnu Haistam secara mendetail dan lengkap. Namun, dengan membaca makalah ini

penulis berharap dapat memberi informasi sesuai dengan yang diinginkan oleh

pembaca. Mari meningkatkan budaya membaca agar cakrawala pemikiran kita

semakin luas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ws Mada, Sanjaya, 2019. Optika Kamera Obscura Ibnu Haitsam, Bandung: Bolabot.

Tafsir, Ahmad. 1990. Filsafat Umum, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

http://ekzone.com/read//mengintip-sejarah-obscura-kamera-pertama-di-dunia.html

(online, diakses tanggal 10 April 2019

14

Anda mungkin juga menyukai