Anda di halaman 1dari 18

Analisis Interpersonal Pemerintah dengan Masyarakat dalam

Menangani Konflik Pembebasan Lahan Proyek Kereta Cepat


Jakarta-Bandung

Disusun oleh:

Kelompok 6

Muhammad Hisyam K U 10212012


Mauliddina Zulrahmiwati 10315019
Dini Ambya Fahira 11215015
Ahmad Noufal S 12114066
Dhimas Upadyandaru S B 12916004
Juan Felix Parsaoran Tarigan 13516143
Peterson Parsaoran Siahaan 15516055
Embrin Fernando Pakpahan 18015034
Jones Boy Simbolon 19016003
Sarah Mutia Putri 19016137
Nyimas Carissa Nur Annisa 19216026
Daftar Isi

Bab I………………………………………………………………………………………………3
Pendahuluan...……………………………………………………………………………………3
1.1. Latar Belakang Penelitian...………………………………………………………………3
1.2. Identifikasi Masalah………………………………………………………………………5
1.3. Rumusan Masalah………………………………………………………………………...5
1.4. Tujuan Penelitian…………………………………………………………………………5
1.5. Manfaat Penelitian………………………………………………………………………..5
Bab II……………………………………………………………………………………………..7
Landasan Teori…………………………………………………………………………………..7
2.1. Landasan Teori Rumusan Masalah I..……………………………………………………7
2.1.1 Teori Interpesonal (Antar Pribadi) ..………………………………………………..7
2.1.2 Teori Kumpulan Tindakan..………………………………………………………...7
2.2. Landasan Teori Rumusan Masalah II...…………………………………………………..7
2.2.1 Teori Konflik..………………………………………………………………………7
2.2.2 Teori Sibernetik..……………………………………………………………………7
2.3. Landasan Teori Rumusan Masalah III..………………………………………………….8
2.3.1 Teori Komunikasi Kewenangan..…………………………………………………...8
2.3.2 Teori Sistem..………………………………………………………………………..8
Bab III…………………………………………………………………………………………….9
Metode Penelitian 9
3.1 Metode Penelitian Kualitatif..……………………………………………………………..9
3.2 Teknik Pengumpulan Data..……………………………………………………………… 9
3.3 Model
Komunikasi..……………………………………………………………………...11
Bab IV……………………………………………………………………………………………12
Hasil Penelitian 12

Bab V…………………………………………………………………………………………….13
Analisis 13
5.1 Analisis Rumusan Masalah 1..…………………………………………………………...13
5.2 Analisis Rumusan Masalah 2..…………………………………………………………...13
5.3 Analisis Rumusan Masalah 3..…………………………………………………………...14

Laporan Penelitian Kelompok 6


KU4182 - Komunikasi Pembangunan Halaman 1 dari 18
BAB VI…………………………………………………………………………………………..16
SIMPULAN DAN SARAN 16
6.1 Simpulan..………………………………………………………………………………...16
6.2 Saran..…………………………………………………………………………………….16
Bab VII…………………………………………………………………………………………..17

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………….17

Laporan Penelitian Kelompok 6


KU4182 - Komunikasi Pembangunan Halaman 2 dari 18
Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Penelitian


Kota Jakarta dan Bandung merupakan 2 kota besar di Indonesia yang menjadi pusat
perekonomian saat ini. Dengan potensi ekonomi yang masih sangat tinggi, Pemerintah merasa
perlu menyelaraskan pembangunan infrastruktur koridor Jakarta-Bandung dengan gerak
pembangunan perekonomian yang terjadi di sekitar Jakarta dan Bandung. Dengan kondisi
tersebut, kereta cepat menjadi pilihan pemerintah sebagai bentuk modernisasi transportasi massal
di Indonesia dalam membangun konektivitas antar kota dan pembangunan kawasan. Dalam hal
ini, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sepanjang 142,3 km merupakan salah satu bagian dari
rencana pembangunan transportasi massal yang akan dilakukan di Jawa, Sumatera, Sulawesi,
Kalimantan, dan Papua dengan total panjang 3258 km.
Untuk mencapai sasaran utama dalam pembangunan nasional 2015-2019, maka arah
kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019 adalah mempercepat pembangunan
infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan. Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk
memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai proporsionalitas pembangunan, mempercepat
penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan
air, pangan, dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem
transportasi massal perkotaan yang kesemuanya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan
meningkatkan peran kerjasama pemerintah-swasta.
Seiring dengan itu, pemerintah juga melakukan terobosan dalam peningkatan pelayanan
melalui pengadaan prasarana dan sarana transportasi yang mumpuni dan mampu memenuhi
keinginan masyarakat dalam semua tingkatan pelayanan. Masyarakat tinggal memilih jenis moda
yang diinginkan untuk menuju suatu destinasi atau suatu tempat, salah satunya adalah dengan
dihadirkannya Kereta Api Cepat (High Speed Train) Indonesia-Cina (KCIC). Dasar
pertimbangan adanya kereta api cepat adalah untuk meningkatkan pelayanan transportasi guna
mendukung pembangunan di wilayah Jakarta-Bandung. Hal lain yang mendasari diadakannya
kereta api cepat ini adalah kereta cepat akan menjadi alternatif transportasi lain karena padatnya
rute jalan tol serta kereta regular. Kereta ini untuk memenuhi kebutuhan kereta jangka panjang
dalam jangka waktu 50 tahun. Hal ini dapat dilihat dengan kecenderungan pertumbuhan
penumpang yang meningkat setiap tahun.
Pemerintah menugaskan kepada PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk sebagai leading
consortium dari tiga badan usaha milik Negara lainnya yaitu PT. Kereta Api Indonesia (Persero),
PT. Jasa Marga (Persero) dan PT. Perkebunan Nusantara VIII. Konsorsium ini yang kemudian
bekerjasama dengan badan usaha lain yaitu China Railway Corporation untuk membentuk
perusahaan patungan (Joint Venture Company) dengan nama PT. Kereta Api Cepat Indonesia-
Cina (KCIC).
Laporan Penelitian Kelompok 6
KU4182 - Komunikasi Pembangunan Halaman 3 dari 18
Pola pembiayaan kereta api cepat ini bersifat non APBN jadi murni Pembiayaan dari
badan usaha itu sendiri dengan konsep Business to Business (B to B) dan tidak menggunakan
jaminan pemerintah. Konsep pembangunan prasarana kereta api cepat ini menggabungkan
tranportasi dengan penyedia fasilitas penunjang lain seperti pusat belanja dan penginapan.
Proyek kereta cepat Jakarta Bandung diselenggarakan konsorsium BUMN berdasarkan
peraturan presiden Nomor 107 tahun 2015. Artinya pembangunan kereta cepat tidak
menggunakan APBN dan tidak mendapat jaminan pemerintah, payung hukum tersebut
bertentangan dengan petaturan yang lebih tinggi, yakni Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun
2005 tentang pendirian, pengurusan, pengawasan, dan pembubaran BUMN yang menyatakan,
setiap risiko kerugian finansial ataupun selisih margin dari yang diharapkan pada proyek
penugasan BUMN, maka pemerintah harus memberikan kompensasi atas semua biaya yang telah
dikeluarkan. Artinya apabila proyek ini mengalami kerugian, setiap risiko kerugian finansial
ataupun selisih margin dari yang diharapkan pada proyek penugasan BUMN, maka
pemerintah harus memberikan kompensasi atas semua biaya yang telah dikeluarkan.
Mengingat untuk pertama kalinya pemerintah memberikan konsesi pada badan usaha
patungan asing dan Indonesia di bidang perkeretaapian dan Pemerintah tidak mengeluarkan dana
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sama sekali dan jaminan apapun.4 Terhadap
pelaksanaan penyediaan infrastruktur Kereta Cepat dengan bentuk Kerjasama Pemerintah dan
Swasta dengan skema Business to Business (B to B), maka perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai Potensi Keuntungan Bagi Kepentingan Pemerintah dan Swasta dalam
Penyelenggaraan Kereta Cepat Jakarta-Bandung dan penerapan prinsip Business to Business (B
to B) dalam Perjanjian Penyelenggaraan Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Dari uraian latar belakang diatas untuk memudahkan dalam menganalisa masalah,
penulis menemukan identifikasi masalah yaitu pembebasan lahan untuk pembangunan Kereta
Api Cepat Jakarta-Bandung

Das Sollen
1. Peraturan presiden Nomor 107 tahun 2015. Artinya pembangunan kereta cepat tidak
menggunakan APBN dan tidak mendapat jaminan pemerintah
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2005 tentang pendirian, pengurusan, pengawasan,
dan pembubaran BUMN yang menyatakan, setiap risiko kerugian finansial ataupun
selisih margin dari yang diharapkan pada proyek penugasan BUMN, maka pemerintah
harus memberikan kompensasi atas semua biaya yang telah dikeluarkan.

Das Sein
1. Untuk pertama kalinya pemerintah memberikan konsesi pada badan usaha patungan asing
dan Indonesia di bidang perkeretaapian dan Pemerintah tidak mengeluarkan dana
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sama sekali dan jaminan apapun
2. Penetapan lahan tanah dan tata ruangnya untuk kereta api cepat yang belum jelas.

Laporan Penelitian Kelompok 6


KU4182 - Komunikasi Pembangunan Halaman 4 dari 18
3. Pembebasan lahan yang dilakukan tidak sesuai jadwal seharusnya

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, peneliti melakukan identifikasi terhadap
masalah yang ada, yaitu:
1. Lahan tanah untuk kereta api cepat ini sudah dibeli lebih dahulu lewat skema business to
business (B2B). Padahal penetapan lokasi (penlok) dan tata ruangnya belum jelas.
2. Komunikasi yang tidak berjalan dengan baik antara pemerintah dan masyarakat dalam
masalah pembebasan lahan ini.
3. Terlambatnya jadwal pembebasan lahan dari jadwal yang sudah ditentukan
4. Banyaknya titik krusial yang dapat menghambat berjalannya proyek
5. Kurangnya komunikasi antara masyarakat dan pemerintah terkait pembebasan lahan

1.3. Rumusan Masalah


1. Apakah Komunikasi Interpersonal yang dilakukan pemerintah dalam mengupayakan
pembebasan lahan untuk pembangunan Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung?
2. Mengapa pembebasan lahan untuk Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung sulit dilakukan?
3. Bagaimana bentuk komunikasi yang dapat dilakukan antar elemen terkait sehingga proses
pembebasan lahan Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung terhindar dari konflik?

1.4. Tujuan Penelitian


1. Mengidentifikasi komunikasi yang dilakukan pemerintah dalam upaya pembebasan lahan
untuk pembangunan Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung
2. Mengidentifikasi penyebab dari permasalahan pembebasan lahan dalam proyek Kereta
Api Cepat Jakarta-Bandung
3. Menentukan bentuk komunikasi yang dilakukan antar elemen terkait dalam proses
pembebasan lahan proyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung

1.5. Manfaat Penelitian


1. Memberikan wawasan kepada masyarakat umum terhadap masalah pembangunan Kereta
Api Cepat Jakarta-Bandung
2. Sebagai saran bagi pemerintah terhadap masalah pembebasan lahan Kereta Api Cepat
Jakarta-Bandung, sehingga tidak menimbulkan konflik antara pemerintah dan
masyarakat.
3. Hasil penelitian dapat digunakan untuk sarana analisis penyebab masalah yang terjadi
pada proyek pembangunan Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung.

Laporan Penelitian Kelompok 6


KU4182 - Komunikasi Pembangunan Halaman 5 dari 18
Laporan Penelitian Kelompok 6
KU4182 - Komunikasi Pembangunan Halaman 6 dari 18
Bab II

Landasan Teori

2.1. Landasan Teori Rumusan Masalah I

2.1.1 Teori Interpesonal (Antar Pribadi)


Menurut Joseph A.Devito dalam buku The Interpersonal Communication Book
(Devito, 1989:4), komunikasi antar pribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan
pesan antara dua individu atau antar individu dalam kelompok dengan beberapa efek dan
umpan balik seketika

2.1.2 Teori Kumpulan Tindakan


Teori ini memberikan perhatian pada bagaimana individu sebagai komunikator
mengelola pesan yang hendak disampaikannya. Berbagai riset dan teori yang berada
dalam tradisi ini cenderung berorientasi yang menjelaskan bagaimana manusia
mengintegrasikan informasi dan merencanakan pesan. Kumpulan tindakan membutuhkan
waktu dan upaya untuk melaksanakannya. Berfikir adalah kerja. Semakin kompleks tugas
kumpulan tindakan semakin banyak waktu dan tenaga yang diperlukan.

2.2. Landasan Teori Rumusan Masalah II

2.2.1 Teori Konflik


Teori konflik memiliki asumsi dasar bahwa perbedaan kepentingan antar kelas
sosial menciptakan relasi sosial yang bersifat konfliktual. Akar dari terciptanya konflik
dalam masyarakat adalah ketidakmerataan distribusi kekuasaan dan kekayaan yang
menciptakan kesenjangan kelas sosial. Kekuasaan meliputi akses terhadap sumber daya.
Level kekuasaan individu atau kelompok berbeda-beda. Perbedaan inilah yang disebut
kesenjangan. Semakin besar kesenjangan, semakin besar potensi timbulnya konflik
sosial. Kesenjangan tidak hanya ditentukan oleh perbedaan kelas, namun bisa juga ras,
gender, kultur, selera, agama, dan lainnya.

2.2.2 Teori Sibernetik


Wiener (1945) adalah tokoh dibalik teori ini. Teori ini tergolong teori baru sejalan
dengan berkembangnya teknologi informasi dan ilmu sosial. Teori sibernatik merupakan

Laporan Penelitian Kelompok 6


KU4182 - Komunikasi Pembangunan Halaman 7 dari 18
suatu sistem pengontrol yang didasarkan pada komunikasi, antara sistem dengan
lingkungan dan antar sistem itu sendiri. Pengontrol dari sistem berfungsi dalam
memperhatikan lingkungan. Penerapan teori sibernetik biasanya diperuntukkan kepada
siswa agar mencapai hasil yang efektif

2.3. Landasan Teori Rumusan Masalah III

2.3.1 Teori Komunikasi Kewenangan


Teori ini berfokus pada sumber kewenangan dari pemerintah dalam menjalankan
proses hukum publik maupun pribadi. Indroharto menyampaikan tiga macam
kewenangan yang bersumber dari perundang-undangan kewenangan di antaranya adalah
atribusi, delegasi, dan mandat. Atribusi merupakan pemberian kewenangan oleh pembuat
undang-undang sendiri kepada suatu organ pemerintahan, baik yang sudah maupun yang
masih baru. Delegasi merupakan penyerahan wewenang yang dimiliki oleh organ
pemerintahan kepada organ yang lain. Sedangkan mandat merupakan suatu pelimpahan
wewenang kepada bawahan dari atasan.

2.3.2 Teori Sistem


Teori ini memberikan arti sebagai kesatuan yang terbentuk dari beberapa unsur.
Unsur yang banyak ini berada dalam keterkaitan yang mengikat dan fungsional. Masing-
masing individu saling kohesif satu sama lain, hingga ketotalitasannya unit dapat terjaga
utuh eksistensinya.
Tinjauan tersebut merupakan pandangan dari segi bentuknya. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pengertian sistem, di samping dapat diterapkan pada sesuatu yang
bersifat ‘immaterial’ atau suatu proses ‘immaterial’, juga dapat diterapkan pada sesuatu
yang bersifat material. Dalam sifat ‘immaterial’, penentuan modelnya lebih cenderung
berfungsi sebagai alat analisis, dan merupakan suatu cara, tata, rencana, skema, prosedur,
atau metode. Sistem sendiri merupakan suatu cara yang mekanismenya berpola tapi tetap
konsisten dan otomatis

Laporan Penelitian Kelompok 6


KU4182 - Komunikasi Pembangunan Halaman 8 dari 18
Bab III

Metode Penelitian

3.1 Metode Penelitian Kualitatif


Metode pengumpulan data atau penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data
yang berkualitas dan valid dengan tujuan agar data tersebut dapat dikembangkan dan dibuktikan
sehingga pada waktu yang tepat dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah lain yang serupa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif. Adapun pemilihan metode tersebut karena penelitian ini fokus di
satu tempat saja, yaitu Institut Teknologi Bandung sehingga tidak membutuhkan jumlah data
yang besar (sampling).

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada kondisi
alamiah dimana peneliti adalah instrumen kunci, sehingga pengambilan sampel sumber data
dilakukan dengan wawancara mendalam, analisis, interpretasi, dan dokumentasi. Metode
kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, yaitu data yang mengandung
suatu nilai di balik data yang tampak atau disebut juga makna. Terdapat lima karakteristik
penelitian kualitatif, yaitu:
1. Dilakukan pada kondisi alamiah, langsung pada ke sumber data, dan peneliti sebagai
instrumen kunci.
2. Lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berupa kata-kata atau gambar, tidak
menekankan pada angka.
3. Lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome.
4. Melakukan analisis data secara induktif.
5. Lebih menekankan pada makna (data dibalik yang teramati).

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data primer. Data Primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama
atau tangan pertama di lapangan. Sumber data ini bisa narasumber atau subjek riset dari hasil
pengisian kuesioner, wawancara, ataupun observasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara.

Wawancara adalah percakapan antara periset (seseorang yang berharap mendapatkan informasi)
dan informan (seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek).

Laporan Penelitian Kelompok 6


KU4182 - Komunikasi Pembangunan Halaman 9 dari 18
Menurut Kriyantono, terdapat beberapa jenis wawancara yang biasa digunakan dalam kegiatan
riset, yaitu:
● Wawancara Mendalam (In-Depth Interview)
Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara
langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam.
Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif. Pada
wawancara mendalam ini, pewawancara relatif tidak mempunyai kontrol atas respon
informan, artinya informan bebas memberikan jawaban.
● Wawancara Terstruktur (Structured Interview)
Wawancara jenis ini dikenal juga sebagai wawancara sistematis atau terpimpin, sehingga
pertanyaan yang diajukan kepada narasumber sudah disusun secara teratur, dimulai dari
yang mudah menuju yang lebih kompleks. Wawancara terstruktur membuat peneliti
terpaku pada susunan pertanyaan yang telah ditetapkan.
● Wawancara Semistruktur (Semi-structured Interview)
Wawancara semistruktur adalah wawancara yang dilakukan secara bebas, tapi terarah
dengan tetap berada di jalur pokok permasalahan yang akan ditanyakan dan telah
disiapkan terlebih dahulu. Pada wawancara semistruktur, pewawancara mempunyai
daftar pertanyaan, namun masih mungkin untuk mengembangkan pertanyaan yang tetap
berkaitan dengan penelitian.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode wawancara semistruktur karena metode
ini cenderung lebih fleksibel. Penulis belum mengetahui dengan pasti jawaban yang akan
diberikan narasumber sehingga tidak dapat menggunakan metode wawancara terstruktur.
Sedangkan wawancara mendalam tidak digunakan karena waktu terbatas yang dimiliki
penulis sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan wawancara secara berulang-
ulang.

Narasumber yang kami wawancarai adalah Bapak Ir. Harun Al Rasyid M.Sc.,Ph.D. Kelompok
Keahlian, : Rekayasa Transportasi, LAPI ITB dan Badan Pertanahan Nasional Bandung (BPN
Bandung)

Laporan Penelitian Kelompok 6


KU4182 - Komunikasi Pembangunan Halaman 10 dari 18
3.3 Model Komunikasi

Laporan Penelitian Kelompok 6


KU4182 - Komunikasi Pembangunan Halaman 11 dari 18
Bab IV

Hasil Penelitian

4.1 Hasil Penelitian Rumusan Masalah 1


Dari penelitian yang telah dilakukan didapat bahwa terdapat beberapa kewajiban yang
harus dilakukan pemerintah dalam hal pembebasan lahan milik warga. Untuk melakukan
pembebasan lahan, pemerintah harus memberikan kompensasi atau ganti rugi kepada warga
dengan menggantinya dengan tanah lain, uang atau dengan pemberian saham sesuai kesepakatan
antara pemerintah dengan warga yang terkena masalah pembebasan lahan.

4.2 Hasil Penelitian Rumusan Masalah 2


Hal yang menjadikan masalah pembebasan lahan untuk pengerjaan proyek kereta api
cepat Jakarta-Bandung rumit yaitu ketidakjelasan langkah yang dilakukan pemerintah dalam
menindaklanjuti usaha pembebasan lahan serta minimnya dokumen administratif yang dimiliki
warga terkait kepemilikan lahan. Dokumen administratif yang menyatakan kepemilikan warga
terkadang tidak sah atau bahkan tidak ada sama sekali. Hal ini mempersulit pengusahaan
pembebasan lahan karena tidak dapat dibuktikannya kejelasan tentang pemilik legal dari tanah
yang akan dibebaskan. Selain itu, usaha pembebasan yang dilakukan oleh pemerintah tidak
cukup jelas dimana langkah yang dilakukan sangat berlarut-larut sehingga kemajuan yang
dihasilkan dicapai dalam waktu yang lama dan menghambat pengerjaan proyek kereta api cepat
Jakarta-Bandung. Hal ini menjadikan warga semakin enggan untuk melepas lahannya karena
tidak adanya kompensasi yang jelas dari pihak pemerintah.

4.3 Hasil Penelitian Rumusan Masalah 3


Usaha yang dapat dilakukan dalam penyelesaian masalah pembebasan lahan ini adalah
berkoordinasi dengan Badan Layanan Umum Manajemen Aset Negara (BLUMAN) yang berada
di bawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Koordinasi dengan BLUMAN diperlukan
karena tanah yang telah dibebaskan nantinya akan menjadi milik negara dan BLUMAN berperan
dalam melakukan manajamen aset terkait lahan yang telah dibebaskan. Dengan adanya
BLUMAN maka akan ada pihak yang dapat fokus untuk membantu mempercepat pengurusan
pembebasan lahan dari proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung.

Laporan Penelitian Kelompok 6


KU4182 - Komunikasi Pembangunan Halaman 12 dari 18
Bab V

Analisis

5.1 Analisis Rumusan Masalah 1


- Teori Birokrasi
Teori birokrasi digunakan untuk komunikasi organisasi. Teori ini didukung oleh Max
Weber (1948). Ia mengungkapkan birokrasi seringkali dipakai untuk mencapai komunikasi
organisasi yang efektif. Menurut Weber, ada delapan karakteristik struktural terkait birokrasi
organisasi,yaitu :
1. Terdapat aturan dan prosedural standar
2. Mampu meminimalisir pekerjaan yang sulit
3. Hierarki organisasi yang terstruktural
4. Kemampuan anggota yang mumpuni
5. Memiliki kemampuan multi-tasking
6. Profesionalitas tinggi
7. Uraian tugas yang tersturktur dan teratur
8. Rasionalitas untuk mencapai keberhasilan

Pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung tengah berjalan saat ini. Salah satu kerja
yang harus dilakukan pemerintah adalah melakukan pembebasan lahan. Sesuai dengan aturan
yang ada, maka pemerintah wajib berkomunikasi dengan masyarakat pemilik lahan. Adapun hal-
hal yang telah dilakukan pemerintah dalam melakukan pembebasan lahan adalah memberikan
kompensasi kepada pemilik lahan. Kompensasi yang diberikan pemerintah berupa uang, tanah di
tempat lain dan saham. Berdasarkan teori Birokrasi, tindakan pemerintah sudah sesuai dengan
teori tersebut. Pemerintah sudah sesuai dengan delapan karakteristik struktural terkait birokrasi
yang digunakan untuk komunikasi organisasi yang efektif. Pemerintah sudah mengikuti aturan
yang ada dengan mengikuti prosedur yang sesuai untuk melakukan pembebasan lahan.
Pemerintah dapat melaksanakan proses pembebasan lahan walaupun ada beberapa masalah.
Pemerintah sudah memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan terstruktur,
Profesional, Rasional dan kemampuan multi-tasking.

5.2 Analisis Rumusan Masalah 2


- Teori Behaviorisme
Teori ini dikembangkan oleh ilmuan Amerika Serikat bernama Jhon B. Watson
(1878-1958). Menurutnya Teori Behaviorisme mencakup semua perilaku, termasuk tindakan
batasan atau respon terhadap suatu rangsangan atau stimulus. Artinya bahwa selalu ada
Laporan Penelitian Kelompok 6
KU4182 - Komunikasi Pembangunan Halaman 13 dari 18
kaitan antara stimulus dengan respon pada perilaku manusia. Jika suatu stimulus atau
rangsangan yang diterima seseorang telah teramati, maka dapat diprediksi pula respon dari
orang tersebut.

Permasalahan mulai muncul pada beberapa pembebasan lahan karena masyarakat


yang mengaku menjadi pemilik lahan tidak memiliki dokumen administratif terkait
kepemilikan lahan tersebut. Kesalahan tidak bisa juga sepihak disalahkan kepada
masyarakat pemilik. Disisi lain pemerintah juga belum melakukan tindakan yang jelas dan
nyata dalam mengatasi masalah akibat kurangnya dokumen administratif yang
mengakibatkan enggannya masyarakat untuk melepas lahan mereka karena ketakutan tidak
adanya kejelasan kompensasi yang dapat merugikan mereka. Dengan menggunakan Teori
Behaviorisme permasalahan yang ada ini sesuai dengan Teori Behaviorisme. Teori
Behaviorisme mengatakan bahwa adanya kaitan antara stimulus dengan respon pada
perilaku manusia. Kurangnya dokumen administratif merupakan stimulus bagi pemerintah,
respon pemerintah sendiri adalah melakukan koordinasi dengan Badan Layanan Umum
Manajemen Aset Neara (BLUMAN). Tindakan pemerintah yang berlarut-larut dan tidak
jelas juga menimbulakn respon dari masyarakat yang enggan untuk melepas lahan.

5.3 Analisis Rumusan Masalah 3


- Teori Systematic Behavior (Hull)
Clark C Hull mendalami teori Thorndike dalam usahanya mengembangkan teori
belajar dalam komunikasi. Beberapa prinsip yang digunakan memilki kesamaan dengan
prinsip para behaviorus yang berdasarkan adanya stimulus dan respon serta motivasi.
Teori ini mengungkapkan bahwa suatu kebutuhan atau keadaan terdesak oleh motif
tujuan, maksud tertent, harus dimiliki dalam seseorang yang sedang belajar. Kebutuhan
tersebut harus ada sebelum suatu respon yang dapat diperkuat oleh dasar pengurangan
kebutuhan. Kemudian, dalam hal efisiensi belajar, tergantung pada besarnya tingkat
pengurangan serta kepuasan motif. Lalu timbul usaha belajar dari keberadaan respon
tersebut. Di sisi lain, setiap obyek atau situasi dapat memiliki nilai motivasi apabila hal itu
berhubungan dengan penurunan terhadap kekurangan pada diri individu tersebut.

Berkoordinasi dengan Badan Layanan Umum Manajemen Aset Negara (BLUMAN)


merupakan solusi yang baik yang dilakukan pemerintah. Berdasarkan teori Systematic
Behaviour respon karena keadaan terdesak dalam pembebasan lahan ini memang haruslah
ada. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 54/PMK.01/2017 Tentang organisasi
dan Tata Kerja Lembaga Manajemen Aset Negara Pasalnya yang kedua mengatakan bahwa
tugas dari Layanan Umum Aset Negara adalah
1. Pelayanan pengembangan usaha, analisis pasar properti, pengembangan strategi
bisnis Jasa penilaian dan konsultasi manajemen aset
2. Penelitian di bidang properti;

Laporan Penelitian Kelompok 6


KU4182 - Komunikasi Pembangunan Halaman 14 dari 18
3. Pemanfaatan dalam bentuk pendayagunaan dan kerjasama operasional aset negara
termasuk pinjam pakai;
4. Pemindah tanganan
5. Pelaporan, monitoring dan evaluasi manajemen aset negara;
6. pengadaan, konstruksi, pengamanan, pemeliharaan, pengurusan perizinan,
pendokumentasian, publikasi, pemasaran, dan penanganan hukum;
7. penyusunan perjanjian; dan
8. perencanaan kebutuhan dan pengembangan lahan/tanah, pengelolaan dana
investasi pemerintah termasuk pendanaan pengadaan tanah untuk Proyek Strategis
Nasional sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Tindakan pemerintah dalam berkoordinasi dengan BLUMAN akan mempercepat


proses pembebasan lahan. Hal tersebut dapat dilihat dari tugas-tugas BLUMAN yang sangat
jelas dapat mengatasi ketidakjelasan dokumen administratif dan juga dapat melakukan
penyusunan perjanjian.

Laporan Penelitian Kelompok 6


KU4182 - Komunikasi Pembangunan Halaman 15 dari 18
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
Dari hasil yang sudah diperoleh melalui metode wawancara terhadap beberapa narasumber,
dapat disimpulkan bahwa :
● Hal-hal yang telah dilakukan pemerintah dalam melakukan pembebasan lahan adalah
memberikan kompensasi kepada pemilik lahan. Kompensasi yang diberikan pemerintah
berupa uang, tanah di tempat lain dan saham.
● Pembebasan sulit dilakukan karena memiliki dokumen administratif terkait kepemilikan
lahan yang kurang jelas dan belum adanya tindakan langsung dari pemerintah, sehingga
warga khawatir akan ketidakjelasan apabila melepas lahannya
● Berkoordinasi dengan Badan Layanan Umum Manajemen Aset Negara (BLUMAN)
merupakan solusi yang baik yang dilakukan pemerintah.

6.2 Saran
Terdapat beberapa saran dari peneliti:
● Selain kompensasi bersifat materil perlu juga adanya kompensasi yang bersifat
immaterial, dengan mengadakan follow up secara berkala terhadap warga yang diberikan
kompensasi
● Diperjelasnya dokumen administrasi kepemilikan tanah dari warga baik di daerah proyek
ataupun secara umum agar tidak ada kesulitan administrasi yang dialami warga
● Koordinasi sebaiknya dilakukan sejak awal perencanaan proyek agar keberjalanan proyek
bisa sesuai dengan jadwal.
● Pihak pemerintah sebaiknya melakukan follow up setelah sosialisasi dilakukan berupa
pertemuan-pertemuan terjadwal dengan perwakilan warga
● Warga lebih memperhatikan legalitas dokumen kepemilikan tanah yang dimiliki
● Warga lebih aktif mencari informasi dari sumber yang dapat dipercaya
● Warga sebaiknya melakukan usaha follow up terhadap pemerintah

Laporan Penelitian Kelompok 6


KU4182 - Komunikasi Pembangunan Halaman 16 dari 18
Bab VII

Daftar Pustaka

Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2005. Diambil pada 20 September 2018 dari
http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt59d30d3640698/parent/23130

Peraturan Presiden Nomor 107 tahun 2015. Diambil pada 20 September 2018 dari
https://www.ekon.go.id/hukum/download/1876/1316/perpres-nomor-107-tahun-2015.pdf

Bogdan, Robert C and Biklen, Sari K. 1982. Qualitative Research for Education: An
Introduction to Theory and Method. Boston: Allyn and Bacon Inc.

Moleong, L.J.2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 54/PMK.01/2017 Tentang organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Manajemen Aset Negara. (Diambil pada 27 Oktober 2018 dari
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/peraturan/download/217/Peraturan-Menteri-Keuangan-
Nomor-54PMK012017.html).

Laporan Penelitian Kelompok 6


KU4182 - Komunikasi Pembangunan Halaman 17 dari 18

Anda mungkin juga menyukai