Anda di halaman 1dari 35

164

3.2.1.1. Prinsip Sumur Sembur Alam


Minyak yang berasal dari reservoir minyak, umumnya mengandung gas yang
larut didalamnya dalam jumlah yang besar atau kecil, tergantung tekanannya. Selama
sumur diproduksikan tentunya akan terjadi penurunan tekanan reservoir. Penurunan
tekanan ini akan mengakibatkan keluarnya gas dari larutan dan GOR akan bertambah
sejalan dengan berlangsungnya produksi. Bersamaan dengan minyak dan gas yang
terdapat dalam larutan masuk ke dalam sumur, masuk pula gas bebas yang berasal dari
tudung gas.
Baik gas bebas maupun gas yang berasal dari larutan minyak, keduanya
memiliki tenaga, dimana pada kondisi tertentu tenaga tersebut dapat menaikkan fluida
dari dasar sumur ke permukaan melalui tubing tanpa memerlukan tenaga bantuan yang
berasal dari luar. Metoda produksi yang mempergunakan tenaga yang berasal dari
reservoir untuk menaikkan fluida dari dasar sumur inilah yang disebut dengan metoda
sembur alam.
Untuk menjaga sumur-sumur produksi tetap berproduksi dalam jangka waktu
semburan yang agak lama, maka pada alat christmas tree dipasang choke yang
mempunyai diameter jauh lebih kecil dari pada diameter tubing.

3.2.1.2. Peralatan Sumur Sembur Alam


Peralatan dari sumur sembur alam pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua
komponen besar, yaitu peralatan di atas permukaan dan di bawah permukaan.

3.2.1.2.1. Peralatan di Atas Permukaan


Peralatan yang terletak di atas permukaan untuk sumur sembur alam
terdiri dari :
a. Wellhead
Adalah peralatan yang digunakan untuk mengontrol sumur dipermukaan. Wellhead
tersusun dari dua rangkaian didalamnya, yaitu casing head dan tubing head.
Casing head berfungsi sebagai tempat menggantungkan rangakaian casing dan
mencegah terjadinya kebocoran. Pada casing head terdapat gas outlet untuk
meredusir gas yang mungkin terkumpul diantara rangkaian casing. Tubing head
adalah bagian dari wellhead untuk menyokong rangkaian tubing yang berada di
165

bawahnya dan untuk menutup ruangan yang terdapat diantara casing dan tubing,
sehingga aliran fluida dapat keluar melalui tubing.
b. Christmas tree
Adalah kumpulan dari valve, fitting, choke dan manometer pengukur tekanan sumur
yang dipasang di atas tubing head. Peralatan ini terbuat dari bahan besi baja yang
berkualitas tinggi, sehingga selain dapat menahan tekanan tinggi dari sumur juga
dapat menahan reaksi dari air formasi yang bersifat korosif yang mengalir
bersama-sama dengan minyak atau dapat menahan pengikisan pasir yang terbawa
ke permukaan. Pada dasarnya, christmas tree terdiri dari komponen-komponen
peralatan utama, yaitu :
 Manometer pengukur tekanan
Adalah peralatan yang digunakan untuk mengukur besarnya tekanan pada casing
(Pc) dan tekanan pada tubing (Pt).
 Master gate (master valve)
Merupakan jenis valve yang digunakan untuk menutup sumur jika diperlukan.
Untuk sumur-sumur yang bertekanan tinggi, disamping master gate dipasang
pula valve lain yang terletak di bawah master gate.
 Choke
Choke atau bean ini berfungsi untuk menahan sebagian aliran dari sumur,
sehingga produksi minyak dan gas pada sumur dapat diatur sesuai yang
diinginkan atau diharapkan.
Dalam prakteknya dikenal dua jenis choke, yaitu :
1. Positive choke, jenis ini terbuat dari bahan besi baja pejal dimana pada
bagian dalam terdapat lubang kecil berbentuk silinder sebagai tempat untuk
mengalir minyak dan gas menuju separator. Besar perbedaan tekanan aliran
fluida sebelum dan sesudah melewati choke pada dasarnya tergantung dari
diameter choke yang digunakan.
2. Adjustable choke, diameternya dapat disetel sesuai dengan kebutuhan,
dengan jalan memutar handwheel yang terdapat di atasnya, tanpa harus
melepas untuk menggantinya. Pemasangan jenis choke ini dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya penggantian choke yang terlalu sering, terutama
166

pada sumur-sumur yang menggunakan christmas tree singgle wings.

3.2.1.2.2. Peralatan di Bawah Permukaan


Peralatan di bawah permukaan sumur sembur alam meliputi sekumpulan
peralatan di dalam sumur yang terdiri dari tubing, packer, nipple, sliding sleeve door,
bottom hole choke, blast joint dan flow coupling.
a. Tubing
Merupakan pipa vertikal di dalam sumur yang berfungsi untuk mengalirkan fluida
reservoir dari dasar sumur ke permukaan.
b. Packer
Berfungsi untuk menyekat annulus antara casing dan tubing serta memberikan draw-
down yang lebih besar.
c. Nipple
Merupakan alat yang berfungsi untuk menempatkan alat-alat kontrol aliran di dalam
tubing. Terdapat dua jenis nipple, yaitu leading dan no-go nipple.
d. Sliding sleeve door
Digunakan untuk memproduksi hidrokarbon dari beberapa zona produktif dengan
menggunakan single tubing string. Dengan adanya alat ini dimungkinkan ada
hubungan antara annulus dengan tubing.
e. Bottom hole choke
Disamping choke yang dipasang di permukaan, kadang-kadang juga dibutuhkan choke
yang dipasang di dalam sumur. Pemasangan bottom hole choke ini diantaranya
dimaksudkan untuk :
 Mendapatkan koefisien pemakaian tenaga ekspansi gas yang lebih tinggi.
 Memperpanjang umur sumur sembur alam dengan jalan membebaskan gas
yang berasal dari larutan minyak untuk memperingan kolom minyak dan
menambah besar kecepatan alir di dalam tubing.
 Mengurangi atau mencegah pembekuan (freezing) pada alat-alat kontrol di
atas permukaan dengan jalan memasang choke pada ujung bawah tubing.
 Mencegah atau mengurangi air yang masuk ke dalam sumur dengan jalan
menjaga tekanan dasar sumur tetap konstan.
167

 Mencegah terjadinya endapan hydrate, karbonat dan parafin yang mengalir


bersama-sama dengan fluida dari formasi ke permukaan.
f. Blast joint
Merupakan sambungan pada tubing yang memiliki dinding tebal, dipasang tepat di
depan formasi produktif yang untuk menahan semburan aliran fluida formasi.
g. Flow coupling
Alat ini memiliki bentuk sama dengan blast joint, pemasangnnya terletak di atas dan di
bawah nipple dan berfungsi untuk menahan turbulensi fluida akibat adanya kontrol
aliran yang dipasang pada nipple.

3.2.1.3. Perencanaan Sumur Sembur Alam


Dalam perencanaan sumur sembur alam, selain mengetahui keadaan reservoir
sumur yang bersangkutan, juga harus mengetahui mekanisme pendorongnya dan
beberapa metoda yang digunakan untuk menentukan aliran fluida dalam tubing, juga
harus diketahui bagaimana perencanaan peralatan sumur tersebut.
Untuk perencanaan peralatan sumur sembur alam, terdapat dua hal yang perlu
diperhatikan, yaitu verifikasi tubing dari segi kekuatan bahan dan penentuan panjang
dan diameter tubing yang digunakan. Hal tersebut harus dipahami agar tidak terjadi
kesalahan dalam perencanaan peralatan sumur sembur alam.

A. Verifikasi Tubing dari Segi Kekuatan Bahan


Pengujian tubing dari segi kekuatan bahan meliputi joint strength, collapse
pressure serta bursting pressure tubing dalam menahan tekanan. Sedangkan besarnya
diameter dari segi kekuatan bahan, tubing yang direncanakan tergantung pada
beberapa faktor, antara lain :
1. Kemungkinan menghilangkan parafin secara mekanis.
2. Kemungkinan memasukkan tubing ke dalam string produksi.
3. Kemungkinan evaluasi pasir yang masuk ke dalam sumur.
4. Sifat-sifat kekuatan bahan yang dipakai untuk membuat tubing terutama kalau
tubing tersebut dimasukkan pada sumur yang dalam.
Ukuran tubing yang telah diperoleh dari perhitungan-perhitungan perlu
diperiksa benar tidaknya dipandang dari sudut ilmu kekuatan bahan. Dalam hal ini
168

perlu diperhatikan, yaitu :


 Stress yang disebabkan oleh bahan itu sendiri.
 Konstruksi dari ulir (tubing thread).
 Keadaan di dalam sumur (lihat kondisi konsentrasi garam).
 Keausan yang mungkin terjadi yang disebabkan oleh adanya pasir yang mengalir
bersama-sama cairan dan gas dari lapisan formasi yang masuk ke dalam sumur.
 Frekuensi masuk dan keluarnya tubing dari dasar sumur.
 Perbedaan tekanan di luar dan di dalam tubing pada saat sumur sedang bekerja.
Dalam prakteknya yang perlu diperhatikan hanya stress yang ditimbulkan oleh
berat tubing itu sendiri, sedangkan pengaruh faktor-faktor lain sudah termasuk dalam
suatu faktor keamanan (safety factor) yang diijinkan.

B. Penentuan Panjang dan Diameter Tubing yang Digunakan


Selama sumur flowing dieksploitasi, kondisi di dalam sumur dapat berubah
(produksi sumur, GOR, tekanan dasar sumur, dan sebagainya). Oleh sebab itu, untuk
menyesuaikan dengan keadaan baru ini, maka tubing sudah seharusnya diganti pula
seandainya penyesuaian laju aliran dengan merubah ukuran choke sudah tidak dapat
dilakukan lagi. Operasi untuk mengganti tubing pada sumur flowing, merupakan
operasi yang cukup sulit. Karena itu ukuran tubing yang dipakai ditentukan sehingga
ukuran tubing tersebut benar-benar dapat digunakan selama waktu sumur menyembur.
a. Perencanaan Panjang Tubing
Metoda atau cara apapun yang digunakan untuk merencanakan panjang
tubing, akhirnya bahwa tubing yang dimasukkan ke dalam sumur kurang lebih
mencapai top perforasi. Cara pemasangan tubing yang demikian itu memiliki
keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
1. Bagian tubing yang terbenam di dalam cairan dapat mencapai panjang yang
maksimal terhadap permukaan yang dinamis.
2. Baik untuk evaluasi pasir dalam lapisan yang masuk ke dalam sumur, karena
kecepatan mengalir di dalam tubing lebih besar dari pada annulus.
Dalam praktek, biasanya tubing diset kira-kira 10 meter di atas top perforasi.
b. Perencanaan Ukuran Diameter Tubing
Perhitungan-perhitungan untuk diameter tubing seharusnya dibuat untuk
169

kondisi pada bagian terakhir dari periode semburan, dalam suatu daerah kerja optimal
(qopt). Tubing yang diperoleh dari hasil perhitungan harus diverifikasi apakah dengan
diameter tersebut produksi cairan dan gas dalam kondisi permulaan dari eksploitasi
lapangan tersebut dapat dinaikkan ke permukaan, yang sesuai dengan debit pada
permulaan periode eksploitasi mempunyai harga maksimal.
Apabila dalam tubing yang dihitung menurut kondisi optimal dan berlaku
untuk periode terakhir pada semburan dapat menghasilkan debit cairan yang sesuai
dengan kondisi permulaan, maka tubing tersebut dapat dipakai selama periode
semburan.
Perlu diperhatikan bahwa, untuk menghindari kepasiran di dalam tubing pada
sumur-sumur yang menghasilkan pasir disamping minyak, maka pada waktu memilih
diameter tubing harus diperhatikan kecepatan mengalir cairan dan gas di dalam tubing
tersebut.

3.2.2. Metoda Sembur Buatan


Pengangkatan buatan adalah merupakan suatu usaha untuk membantu
mengangkat fluida produksi sumur ke permukaan dengan jalan memberikan energi
mekanis dari luar. Metoda pengangkatan buatan yang umum digunakan selama ini
dalam metoda artificial lift adalah dengan menggunakan jenis peralatan gas lift, pompa
sucker rod, dan pompa sentrifugal (pompa reda) yang masing-masing peralatan
tersebut akan dijelaskan di bawah ini.
3.2.2.1. Gas Lift
Gas lift adalah suatu usaha pengangkatan fluida sumur dengan cara
menginjeksikan gas bertekanan tinggi (minimal 250 psi) sebagai media pengangkat ke
dalam kolom fluida melalui valve-valve yang dipasang pada tubing dengan kedalaman
dan spasi tertentu. Syarat-syarat suatu sumur yang harus dipenuhi agar dapat
diterapkan metoda gas lift antara lain :
1. Tersedianya gas yang memadai untuk injeksi, baik dari reservoir itu sendiri
maupun dari tempat lain.
2. Fluid level masih tinggi.

3.2.2.1.1. Prinsip Kerja Gas Lift


170

Adapun dasar operasi gas lift untuk mengangkat minyak dari dasar sumur ke
permukaan, adalah sebagai berikut :
 Pengurangan atau penurunan gradien fluida di dalam tubing.
 Pengembangan gas yang diijeksikan ke dalam sumur.
 Pendorongan fluida reservoir ke permukaan oleh gas injeksi bertekanan tinggi.
Ketiga faktor diatas dapat bekerja sendiri-sendiri atau merupakan kombinasi
dari ketiganya. Proses pengangkatan fluida pada gas lift ini dapat ditunjukkan pada
gambar 3.42.
Gambar 3.42 (A), (B), (C) dan (D) menunjukkan urutan proses gas lift, yaitu
kondisi sumur mula-mula (A), proses injeksi gas (B), proses terangkatnya fluida ke
permukaan (C), dan kondisi setelah injeksi (D). Fluida yang berada di dalam annulus
antara tubing dan casing ditekan dengan gas injeksi, sehingga permukaan fluidanya
akan turun di bawah valve, selanjutnya valve ini (valve paling atas) akan membuka,
sehingga gas injeksi akan masuk ke dalam tubing. Dengan bercampurnya gas injeksi
dengan fluida reservoir, maka densitas minyak akan turun dan mengakibatkan gradien
tekanan minyak berkurang sehingga akan mempermudah fluida reservoir mengalir ke
permukaan.
Ditinjau dari cara penginjeksian gas, maka gas lift dibedakan menjadi
dua, yaitu :
171

Gambar 3.42. Siklus Pengangkatan Fluida pada Gas Lift14)

 Continuous gas lift, yaitu gas diinjeksikan secara terus menerus ke dalam annulus
melalui valve yang dipasang pada tubing, maka gas akan masuk ke dalam tubing.
 Intermittent gas lift, yaitu gas diinjeksikan secara terputus-putus pada selang waktu
tertentu, sehingga dengan demikian injeksi gas merupakan suatu siklus dan diatur
sesuai dengan laju fluida yang mengalir dari formasi ke lubang sumur.
Pertimbangan utama yang digunakan dalam penentuan kedua cara tersebut
adalah tekanan dasar sumur (BHP) dan productivity index (PI). Ada empat kategori
pemakaian gas lift yang dianjurkan, seperti pada tabel 3-8.

Tabel 3-8. Kategori Pemakaian Gas Lift7)


PI BHP Sistem Injeksi
Tinggi Tinggi Continuous
Tinggi Rendah Intermittent
Rendah Tinggi Intermittent
Rendah Rendah Intermittent
dimana :
PI tinggi : > 0.5 BBL/hari/psi
PI rendah : < 0.5 BBL/hari/psi
BHP tinggi : artinya dapat mengangkat kolom cairan minimum 70% dari
kedalaman sumur.
BHP rendah : kolom cairan yang terangkat kurang dari 70% dari kedalaman sumur.

A. Continuous Gas Lift


Continuous gas lift merupakan proses pengangkatan fluida dari suatu sumur
dengan menginjeksikan gas bertekanan yang relatif tinggi secara terus menerus ke
dalam tubing, dengan maksud untuk meringankan kolom cairan yang ada dalam
tubing tersebut. Karena penginjeksian gas dilakukan terus menerus, maka memerlukan
kesinambungan aliran minyak dari formasi ke dalam sumur dengan laju yang cukup
tinggi. Prinsip kerja dari continuous gas lift adalah sebagai berikut seperti ditunjukkan
dalam gambar 3.43.
172

 Pada posisi A menunjukkan naiknya minyak dalam tubing dan casing adalah sama,
yang mana tinggi permukaan cairan ini tergantung dari tekanan formasi itu sendiri.
Makin besar tekanan formasi, makin tinggi permukaan cairan yang terjadi. Selama
periode penutupan jarak antara A dan B disebut static submergence.
 Pada posisi B menunjukkan adanya gas yang diinjeksikan dengan tekanan tinggi ke
dalam annulus (antara tubing dan casing) agar minyak dalam annulus tertekan ke
bawah sedangkan minyak dalam tubing akan naik. Semakin banyak volume minyak
di annulus yang dipindahkan, maka semakin tinggi permukaan cairan di dalam
tubing, meskipun ada sebagian gas yang masuk kembali ke dalam formasi karena
lapisan cukup permeable. Tekanan gas akan menjadi maksimum, jika fluida di
dalam annulus sudah mencapai dasar/kaki tubing dan ditunjukkan oleh tingginya
permukaan cairan di dalam tubing.
 Pada posisi C menunjukkan adanya gas injeksi yang mengalir masuk ke dalam kaki
tubing. Jika gas tersebut ditambah sedikit, mulai saat itu gas yang masuk ke dalam
tubing akan bercampur dengan minyak, sehingga kepadatan volume campuran
tersebut akan berkurang.
173

Gambar 3.43. Prinsip Kerja Continuous Gas Lift14)

Dalam analisis vertikal lift dibagi dua bagian, yaitu aliran dibawah titik injeksi
dengan GLR formasi dan aliran diatas titik injeksi dengan GLR formasi + GLR
injeksi.
Dari gambar 3.44 dapat dibuat suatu persamaan sebagai berikut:
Pwf = Pwh + Gfa (L) + Gfb (D  L) ....................................................... (3-149)
dimana :
Pwf = tekanan aliran dasar sumur, psi
Pwh = tekanan kepala sumur, psi
Gfa = gradien aliran rata-rata di atas titik injeksi, psi/ft
L = kedalaman titik injeksi
Gfb = gradien aliran rata-rata di bawah titik injeksi, psi/ft
D = kedalaman sumur, ft.

Gambar 3.44. Mekanisme Operasi Continuous Gas Lift7)

B. Intermittent Gas Lift


Proses pengangkatan cairan pada intermittent gas lift berbeda dibanding
174

dengan countinuous gas lift. Pada continuous gas lift kolom cairan dicampur dengan
gas injeksi untuk mengurangi gradien kolom cairan sehingga tekanan aliran di dalam
tubing turun. Sedangkan pada intermittent gas lift, gas diinjeksikan dengan tekanan
tinggi (lebih besar dari tekanan kolom cair), sehingga cairan terangkat akibat
pengembangan dan pendorongan gas injeksi.
Proses pengangkatan cairan pada intermittent gas lift ditunjukkan pada
gambar 3.45. Sedangkan kelakuan tekanan dasar sumur selama proses tersebut
ditunjukkan pada gambar 3.46.
Intermittent gas lift merupakan proses yang berulang dan dapat dibagi dalam
tiga periode (Gambar 3.46), yaitu :
1. Periode aliran masuk.
Ditunjukkan oleh distribusi tekanan dari awal sampai titik A. Selama periode ini cairan
mengalir dari reservoir masuk ke dalam lubang sumur dan terkumpul di dalam
tubing di atas katup (valve) operasi. Selama periode ini valve dalam keadaan
tertutup. Kenaikan tekanan yang ditunjukkan dalam kurva diakibatkan oleh
bertambahnya cairan yang masuk ke dalam tubing.
175

Gambar 3.45. Siklus Operasi Intermittent Gas Lift7)

2. Periode pengangkatan.
Ditunjukkan oleh kurva dari titik A sampai dengan titik D. Apabila cairan yang
terkumpul di dalam tubing sudah cukup, maka valve akan terbuka dan gas injeksi
bertekanan tinggi masuk ke dalam tubing untuk mengangkat slug (kolom) cairan
ke permukaan. Dari kurva tersebut terlihat bahwa pada saat valve terbuka terjadi
kenaikan tekanan dalam tubing yang tajam sehingga mencapai maksimum
(kurva BC) kemudian turun (kurva CD). Turunnya tekanan ini disebabkan oleh
penurunan tekanan dalam casing dan pengembangan gas dalam tubing.
3. Periode penurunan Tekanan.
Ditunjukkan oleh kurva DE, dimana setelah valve tertutup dan slug terangkat ke
permukaan, maka pengaruh tekanan injeksi hilang. Pada kurva tersebut terlihat
bahwa, penurunan tekanan terjadi sedikit demi sedikit dan hal ini disebabkan oleh
cairan yang tidak ikut terangkat ke permukaan jatuh kembali ke dasar sumur,
sehingga menimbulkan tekanan balik. Tekanan tubing mencapai minimum pada
titik E, kemudian proses berulang ke inflow periode (perioda masuk aliran).
176

Gambar 3.46. Grafik Tekanan Dasar Sumur pada Proses Intermittent Gas Lift12)
3.2.2.1.2. Peralatan Gas Lift
Peralatan gas lift dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu :

A. Peralatan di Atas Permukaan


Peralatan di atas permukaan adalah semua peralatan yang diperlukan untuk
proses injeksi gas ke dalam sumur yang terletak di permukaan. Peralatan-peralatan
tersebut meliputi :
1. Wellhead dengan Christmas tree.
Rangkaian peralatan di atas permukaan untuk gas lift sama seperti peralatan wellhead
dan christmas tree pada sumur sembur alam. Untuk gas lift, christmas tree ini
ditambah dengan peralatan khusus untuk mengatur jumlah gas yang masuk ke
dalam sumur serta tekanannya.
2. Stasiun kompresor.
Kompresor digunakan untuk menaikkan tekanan gas yang diijeksikan. Di dalam
stasiun kompresor terdapat beberapa buah kompresor yang dihubungkan dengan
manifold. Dari stasiun kompresor ini gas bertekanan tinggi dikirimkan ke sumur-
sumur melalui stasiun distribusi.
3. Stasiun distribusi.
Adalah fasilitas penyaluran gas injeksi dari stasiun kompresor ke sumur-sumur dengan
sistem manifold-nya. Dalam menyalurkan gas injeksi dari kompresor ke sumur
terdapat beberapa macam cara, yaitu :
 Stasiun distribusi langsung.
Pada sistem ini gas dari kompresor disalurkan langsung ke sumur produksi.
Sistem ini mempunyai kelemahan yaitu bila kebutuhan gas untuk masing-
masing sumur tidak sama sehingga injeksi tidak efisien.
 Stasiun distribusi dengan pipa induk.
Sistem ini lebih ekonomis karena panjang pipa dapat diperpendek. Tetapi karena
sumur yang satu berhubungan dengan sumur yang lain, maka bila salah satu
sumur sedang dilakukan injeksi gas, sumur lain bisa terpengaruh.
177

 Stasiun distribusi dengan stasiun distribusi.


Stasiun ini sangat efektif sehingga sering digunakan. Gas dikirim dari stasiun
pusat kompresor ke stasiun distribusi kemudian dibagi ke sumur-sumur dengan
menggunakan pipa.
4. Alat-alat kontrol
Alat-alat ini meliputi choke, regulator, time cycle control, pressure control. Choke
yang dirangkai dengan regulator berfungsi untuk mengatur (membatasi) jumlah
gas yang diinjeksikan sesuai dengan tekanan yang dibutuhkan. Sedangkan time
cycle control dipergunakan untuk mengontrol laju injeksi aliran gas dengan
interval waktu yang dikehendaki. Alat ini dipakai pada intermittent flow.
Penggunaan gas lift pada sumur-sumur minyak mempunyai keuntungan tersendiri
bila dibandingkan dengan metoda pengangkatan lainnya, keuntungan itu antara
lain adalah :
 Dapat dilakukan pada sumur-sumur yang mempunyai tekanan sampai
4000 psi, dan dapat menghasilkan rate produksi sebesar 5000 BBL/hari.
 Dapat dilakukan untuk sistem komplesi dengan menggunkan tubing yang kecil
(macaroni), dengan berbagai jenis valve-valve dan dioperasikan dengan wire
line. Dapat digunakan untuk operasi kick-off ataupun untuk proses
pengosongan (unloading).
 Digunakan pada sumur-sumur yang mempunyai problem kepasiran.
 Masih mungkin digunakan pada sumur-sumur yang memilki GOR tinggi.
 Umur peralatan relatif lebih lama.
 Mempunyai biaya awal dan biaya operasi lebih murah untuk kondisi-kondisi
seperti di atas.

B. Peralatan di Bawah Permukaan


Peralatan bawah permukaan dari gas lift tidak berbeda jauh dengan peralatan
pada sembur alam, hanya disini ditambah dengan valve-valve gas lift. Yang paling
umum dipakai pada saat ini adalah jenis pressure charge bellow valve. Dalam keadaan
normal valve ini tertutup (karena adanya tekanan di dalam bellow) dan akan bekerja
berdasarkan tekanan injeksi.
178

Valve-valve ini dipasang pada tubing dan berfungsi untuk :


 Mengosongkan sumur dari fluida workover atau kill fluid supaya injeksi gas dapat
mencapai titik optimum di dalam tubing.
 Mengatur aliran injeksi gas ke dalam tubing, baik pada proses unloading
(pengosongan sumur) maupun pada proses pengangkatan fluida.
Pabrik-pabrik industri valve gas lift menggolongkan valve gas lift berdasarkan
macam tekanan (tekanan casing atau tekanan tubing) yang berpengaruh terhadap
operasi valve. Berdasarkan hal tersebut, maka valve gas lift dapat dibagi dalam tiga
kelompok, yaitu :
1. Casing pressure operating valve.
Valve ini bekerja karena tekanan casing dan biasanya disebut pressure valve. Valve ini
memiliki sensitifitas untuk tekanan casing dari 50% hingga 100% pada saat posisi
valve tertutup, dan 100% pada saat dalam posisi terbuka. Hal ini berarti untuk
membuka valve diperlukan kenaikan tekanan dalam casing dan untuk menutup
valve diperlukan adanya penurunan tekanan dalam casing.
2. Fluid operated valve
Valve ini bekerja karena tekanan fluida dalam tubing. Dalam posisi tertutup, valve ini
memiliki sensitifitas untuk tekanan casing 50%  100% terhadap tekanan dalam
tubing, dan dalam posisi terbuka memiliki sensitifitas 100% terhadap tekanan
dalam tubing. Hal ini berarti valve akan membuka bila tekanan dalam tubing naik
dan valve akan menutup bila tekanan dalam tubing menurun.
3. Throttling pressure valve
Valve ini disebut juga valve proporsional atau valve aliran kontinyu. Dalam posisi
tertutup valve ini sama dengan pressure valve (valve tekanan), tetapi bila dalam
terbuka valve ini sensitif terhadap tekanan dalam tubing. Berarti untuk membuka
valve diperlukan tekanan dalam casing dan untuk menutup valve diperlukan
penurunan tekanan dalam tubing atau casing.
4. Combination valve
Valve jenis ini disebut juga dengan fluid open-pressure closed valve, dimana untuk
membukanya diperlukan penambahan tekanan fluida dan untuk menutup valve
jenis ini diperlukan pengurangan tekanan casing atau tekanan tubing.
179

3.2.2.1.3. Perencanaan Gas Lift


Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan gas lift.
Umumnya perencanaan intermittent flow akan lebih rumit dari pada continuous flow,
karena peralatannya lebih komplek dan adanya pengaturan siklus injeksi.
Dalam perencanaan gas lift, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :
a. Kondisi sumur, yang terdiri dari :
 Kedalaman sumur dan perforasi
 Diameter tubing dan casing.
b. Kondisi reservoir, yang terdiri dari :
 Tekanan statik dasar sumur dan tekanan aliran dasar sumur
 Gradien statik cairan dan gradien temperatur
 Indek produktivitas.
c. Data-data produksi sumur, yang terdiri dari :
 Laju aliran/laju produksi
 Gas liquid ratio (GLR)
 Tekanan di kepala sumur (THP)
 Tekanan balik separator dan kadar air.
d. Keadaan lingkungan, yang terdiri dari :
 Tekanan gas injeksi yang tersedia di permukaan
 Cadangan gas yang tersedia
 Gradien fluida untuk mematikan sumur.
Adapun prosedur untuk perencanaannya adalah sebagai berikut :
1. Kumpulkan data yang diperlukan, seperti kedalaman sumur, ukuran tubing dan
casing, panjang flow line, water cut, SG gas, BHT, IPR dan PI, oAPI minyak, Pwf
dan Pws, Bo pada berbagai tekanan, viskositas minyak, tekanan aliran di dalam
tubing dan permukaan serta tekanan separator.
2. Tentukan tipe instalasi yang diperlukan.
3. Pilih tipe valve berdasarkan gradien unloading, berat fluida dalam tubing, back
pressure dari formasi, kedalaman permukaan fluida dalam casing dan tekanan
injeksi.
180

4. Tentukan spasi valve, titik injeksi dan penempatan valve.


5. Perkirakan gas yang dibutuhkan, tekanan injeksi gas, pemilihan kompresor yang
sesuai, dan laju produksi minyak yang diharapkan.
6. Perkirakan frekuensi siklus dan tekanan waktu stabilisasi untuk intermittent flow.
7. Kontrol injeksi gas ke dalam sumur melalui choke control, regulator control dan
pengamatan time cycle.
Untuk menentukan titik injeksi sumur continuous gas lift, dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1. Hitung GLR formasi dengan persamaan berikut :
GOR formasi
GLR formasi  ............................................................ (3-150)
WOR  1
2. Pilih grafik pressure traverse yang sesuai dengan spesifikasi yang diketahui,
kemudian buat tabulasi flowing pressure traverse sebagai berikut :

No Actual Depth, ft ECD, ft Tubing Pressure Traverse

3. Tentukan casing pressure traverse


Ada dua cara :
 Bila diketahui gradien tekanannya (Gfc), maka casing pressure pada
kedalaman tertentu (CPT) dapat dihitung dengan persamaan berikut :
CPT = (Gfc  Kedalaman sumur) + Tekanan di permukaan
 Dengan menggunakan grafik hubungan antara injection gas pressure
(sumbu x) dan injeksi gas di permukaan (sumbu y).
4. Tentukan kedalaman titik injeksi (operating valve) Lov dan tekanan tubingnya (P t
@ Lov), dari perpotongan grafik flowing pressure traverse dengan grafik CPT.
5. Bila terdapat pressure differential cross valve maka kedalaman titik injeksi sama
dengan kedalaman Lov, tetapi Pov2 = Pov1  differential valve.
Spasi valve dapat ditentukan secara analitis sebagai berikut :
Pvo1  Psp
D1  ................................................................................... (3-151)
Gs

dimana :
181

D1 = kedalaman valve 1, ft
Pvo1 = tekanan pembuka valve 1 saat dites, psi
Psp = tekanan separator, psia (jika produksi tidak ke separator, misalnya ke pit,
maka Psp = 0)
Gs = Gradien statik fluida, biasanya diambil = 0.5 psi/ft.
Pvo2  G f D1  Psp
D2  ...................................................................... (3-152)
Gs
dimana :
D2 = jarak antara valve 2 dengan valve 1, ft
G2 = unloading gradient, psi/ft.
Pvon  ( D1  D2 .... Dn 1 ) G f  Psp
Dn  ......................................... (3-153)
Gs
dimana:
Dn = jarak antara valve ke-n dengan valve n-1, ft.

3.2.2.2. Pompa Sucker Rod


Sucker rod pump merupakan salah satu metoda pengangkatan buatan, dimana
untuk mengangkat minyak ke permukaan digunakan pompa dengan tangkai pompa
(rod). Pompa ini digunakan pada sumur-sumur dengan viskositas rendah  medium,
tidak ada problem kepasiran, GOR tinggi, sumur-sumur lurus dan fluid level tinggi.

3.2.2.2.1. Prinsip Kerja Pompa Sucker Rod


Prinsip kerja dari pompa sucker rod dapat dijelaskan sebagai berikut :
Gerak rotasi dari prime mover diubah menjadi gerak naik turun oleh pumping unit
terutama oleh sistem pitman crank assembly. Kemudian gerak angguk (naik turun) ini
oleh horse head dijadikan gerak lurus naik turun untuk menggerakkan plunger.
Instalasi pumping unit di permukaan dihubungkan dengan pompa yang ada dalam
sumur oleh sucker rod sehingga gerak lurus naik turun dari horse head dipindahkan ke
plunger pompa dan plunger bergerak naik turun dalam barrel pompa.
Pada saat up-stroke, plunger bergerak ke atas, di bawah plunger terjadi
penurunan tekanan. Karena tekanan dasar sumur lebih besar dari tekanan dalam
pompa maka akibatnya standing valve terbuka dan minyak masuk ke dalam pompa.
182

Pada saat down-stroke, standing valve tertutup karena tekanan dari minyak dalam
barrel pompa, sedangkan pada bagian atasnya, yaitu traveling valve terbuka oleh
tekanan minyak akibat dari turunnya plunger, selanjutnya minyak akan masuk ke
dalam tubing. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga minyak akan
sampai ke permukaan dan terus ke separator melalui flow line.

3.2.2.2.2. Peralatan Pompa Sucker Rod


Peralatan yang utama dari pompa sucker rod dapat dikelompokan berdasarkan
letaknya, yaitu peralatan di atas permukaan dan di bawah permukaan.

A. Peralatan di Atas Permukaan


Gambar 3.47 menunjukkan peralatan pompa sucker rod di atas permukaan.
Mesin penggerak (prime mover ) merupakan sumber tenaga penggerak utama dari
seluruh rangkaian unit peralatan pompa, baik peralatan di atas permukaan maupun
peralatan di dalam sumur. Fungsi utama peralatan pompa sucker rod di atas
permukaan adalah:
 Memindahkan energi atau tenaga dari prime mover ke unit peralatan pompa di
dalam sumur.
 Mengubah gerak berputar dari prime mover menjadi suatu gerak bolak-balik naik
turun.
 Mengubah kecepatan putar prime mover menjadi suatu langkah pemompaan
(stroke/menit, SPM) yang sesuai atau yang diinginkan.

Gambar 3.47. Instalasi Pompa Sucker Rod di Atas Permukaan12)


Komponen-komponen peralatan sucker rod di atas permukaan dan fungsinya
adalah sebagai berikut :
a. Stuffing box
183

Dipasang di atas kepala sumur (casing/tubing head) untuk mencegah atau menahan
minyak agar tidak ikut keluar bersama dengan naik turunnya polished rod. Dengan
demikian seluruh minyak hasil pemompaan akan mengalir ke flow line lewat cross
tree. Disamping itu juga berfungsi sebagai tempat kedudukan polished rod
sehingga polished rod dapat bergerak naik turun tegak lurus dengan leluasa.
b. Polished rod
Merupakan bagian dari tangki atau string pompa yang terletak paling atas. Fungsinya
adalah untuk menghubungkan antara rangkaian sucker rod dengan peralatan-
peralatan di atas permukaan.
c. Carrier bar
Merupakan alat yang berfungsi sebagai penyangga polished rod clamp, dan pada
carrier bar ini dikaitkan dengan wire line hanger yang selanjutnya dihubungkan
dengan horse head.
d. Polished rod clamp
Komponen yang terletak di atas carrier bar yang berfungsi untuk mengeraskan kaitan
polished rod dengan komponen-komponen di atasnya agar tidak dapat lepas
selama operasi pemompaan minyak berlangsung.
e. Briddle
Merupakan nama lain dari wire line hanger, yaitu merupakan sepasang kabel baja yang
dihubungkan pada carrier bar, dengan demikian carrier bar bergantung pada
briddle dan briddle ini kemudian dihubungkan dengan horse head.
f. Horse head
Fungsinya meneruskan gesekan dari walking beam ke unit pompa di dalam sumur
melalui briddle, polished rod dan sucker rod string atau merupakan kepala dari
walking beam yang menyerupai bentuk kepala kuda.
g. Walking beam
Merupakan tangkai horisontal di belakang horse head.
Walking beam berfungsi untuk :
 mengubah gerak berputar dari prime mover menjadi gerak naik turun
 meneruskan energi prime mover ke rangkaian pompa di dalam sumur melalui
polished rod dan sucker rod string.
a. Pitman
184

Merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan antara crank pada pitman bearing
dengan ujung belakang dari walking beam pada tail bearing. Fungsinya mengubah
dan meneruskan gerak berputar menjadi gerak bolak-balik naik turun dan pitman
ini akan menggerakkan walking beam.
b. Crank
Merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan crank shaft pada gear reducer
dengan counter balance. Pada crank ini terdapat lubang-lubang tempat kedudukan
pada pitman bearing dan ujung bawah dari pitman. Besar kecilnya langkah atau
stroke pemompaan yang diinginkan dapat diatur dari sini dengan mengubah-ubah
letak ujung bawah pitman, bila mendekatkan atau ke arah counter balance maupun
menjauhi counter balance. Apabila kedudukan ujung bawah pitman digeser ke
posisi lubang mendekati counter balance, maka langkah pemompaan menjadi
bertambah besar, demikian pula sebaliknya apabila menjauhi counter balance yaitu
ke arah crank shaft maka langkah pemompaan menjadi kecil.
c. Gear reducer
Merupakan transmisi yang berfungsi untuk mengubah kecepatan putar dari prime
mover. Gerak putaran dari prime mover diteruskan ke gear reducer dengan
menggunakan belt.
d. Crank shaft
Merupakan poros dari crank. Gerakan berputar yang telah diperlambat oleh gear
reducer akan menggerakkan crank shaft dan crank.
e. Counter balance
Adalah sepasang pemberat yang berfungsi untuk :
 Mengubah gerakan berputar dari prime mover menjadi gerakan bolak-balik
naik turun.
 Menyimpan tenaga prime mover pada saat down-stroke atau pada saat counter
balance menuju ke atas yaitu pada saat kebutuhan tenaga kecil atau minimum.
 Membantu tenaga prime mover pada saat up-stroke atau saat counter balance
bergerak ke bawah, sebesar tenaga potensialnya, karena kerja prime mover
terbesar yang dibutuhkan adalah pada saat up-stroke, dimana minyak ikut
terangkat ke atas atau ke permukaan.
h. Sampson post
185

Merupakan kaki-kaki penyangga atau penompang walking beam.


i. Saddle bearing
Adalah tempat kedudukan dari walking beam pada sampson post bagian atas.
j. Equalizer
Adalah bagian atas dari pitman yang dapat bergerak secara leluasa menurut kebutuhan
pada saat operasi pemompaan minyak berlangsung.
k. Brake
Berfungsi untuk mengerem gerakan pompa jika dibutuhkan, misalnya pada saat
dilakukan reparasi sumur atau unit pompanya sendiri.

B. Peralatan di Bawah Permukaan


Seperti telah dijelaskan bahwa, fungsi pompa adalah untuk menaikkan fluida
dari formasi ke dalam tubing dan mengangkatnya ke permukaan. Untuk maksud
tersebut suatu pompa harus terdiri empat komponen utama, yaitu:
a. Working barrel
Merupakan tempat dimana plunger dapat bergerak naik turun sesuai dengan langkah
pemompaan dan menampung minyak yang terhisap oleh plunger pada saat
bergerak ke atas.
b. Plunger
Merupakan bagian dari pompa yang terdapat di dalam barrel yang dapat bergerak naik
turun. Plunger ini berfungsi sebagai penghisap minyak dari formasi masuk ke
dalam barrel dan mengangkat minyak yang telah terakumulasi dalam barrel ke
permukaan melalui tubing.
c. Standing valve
Merupakan suatu komponen katup yang terdapat di bagian bawah dari working barrel
yang berfungsi untuk mengalirkan minyak dari formasi masuk ke working barrel
dan hal ini terjadi pada saat plunger bergerak ke atas, kemudian standing valve
membuka. Disamping itu untuk menahan minyak agar tidak dapat keluar dari
working barrel pada saat plunger bergerak ke bawah. Standing valve terdiri dari
sebuah bola besi dan tempat dudukannya. Standing valve memiliki peran yang
sangat penting dalam sistem pemompaan, karena efisiensi volumetris pompa
sangat tergantung pada cara kerja dan bentuk dari ball dan seat-nya.
186

d. Travelling valve
Travelling valve terdiri dari ball dan seat yang terletak pada bagian bawah dari plunger
dan akan ikut bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti gerakan dari gerak
plunger-nya. Travelling valve ini berfungsi untuk mengalirkan minyak dari working
barrel masuk menuju plunger, hal seperti ini terjadi pada saat plunger bergerak ke
bawah. Selain itu akan menahan keluarnya minyak dari plunger pada saat plunger
bergerak ke atas (up-stroke) sehingga minyak tersebut dapat diangkat ke tubing
yang seterusnya ke permukaan.
e. Gas anchor
Komponen ini dipasang pada bagian bawah pompa, fungsinya adalah memisahkan gas
dari minyak agar gas tersebut tidak ikut masuk ke dalam pompa bersama-sama
dengan minyak, karena dengan adanya gas akan mengurangi efisiensi pompa.
f. Tangki pompa
Tangki pompa atau sucker rod string terdiri dari :
 Sucker rod
Merupakan bagian dari unit pompa yang sangat penting, karena merupakan
penghubung antara plunger dengan peralatan-peralatan penggerak yang ada di
permukaan. Sedangkan fungsinya adalah melanjutkan gerak lurus naik turun
dari horse head ke plunger pompa. Umumnya panjang satu single dari sucker
rod yang sering digunakan berkisar antara 25 sampai 30 ft, dan untuk
menghubungkan antara dua buah sucker rod digunakan sucker rod coupling.
 Pony rod
Merupakan sucker rod yang mempunyai ukuran panjang lebih pendek dari pada
sucker rod-nya sendiri. Fungsinya untuk melengkapi panjang dari sucker rod
apabila sucker rod tidak mencapai target yang dituju. Umumnya memiliki
ukuran panjang 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 ft.
 Polished rod
Adalah tangkai yang menghubungkan sucker rod string dalam carrier (wire line
hanger pada horse head) yang naik turun di dalam stuffing box.
Pada saat up-stroke (langkah pompa ke atas) fluida membebani plunger yang
menyebabkan travelling valve tertutup dan fluida akan mendorong dari tubing ke
187

permukaan. Gerakan plunger ini menyebabkan penurunan tekanan di atas standing


valve, maka standing valve terbuka dan fluida dari formasi masuk ke dalam pompa.
Pada saat down-stroke (langkah pompa ke bawah), plunger akan turun dan
pada saat ini travelling valve akan terbuka dan standing valve akan tertutup sehingga
fluida akan bergerak dari plunger ke dalam tubing. Peralatan pompa sucker rod di
bawah permukaan dapat dilihat pada gambar 3.48.

3.2.2.2.3. Perencanaan Pompa Sucker Rod


Sebelum dilakukan perencanaan pompa perlu dilakukan analisis perhitungan
perilaku pompa. Tujuan dari analisis perhitungan pompa sucker rod ini adalah untuk
mendapatkan perilaku yang effisien dari peralatan yang tersedia.
1. Analisis gerakan rod
Apabila sucker rod yang digantungkan pada polished rod ini bergerak naik
turun dengan kecepatan yang tetap, maka gaya yang bekerja pada polished rod adalah
berat dari sucker rod, Wr. Dalam hal ini sucker rod mengalami suatu percepatan, maka
dari itu polished rod akan menderita beban sebagai beban tambahan, yaitu beban
percepatan, .
Apabila panjang langkah polished rod dinyatakan dalam inchi dan kecepatan
pemompaan dalam stroke per menit (SPM), maka beban percepatan dapat dihitung
dengan persamaan :
188

Gambar 3.48. Peralatan Pompa Sucker Rod di Bawah Permukaan12)

SN 2
  .......................................................................................... (3-154)
70500
dimana :
 = faktor percepatan
S = panjang langkah polished rod, inchi
N = kecepatan pemompaan, SPM.
Jadi untuk mendapatkan beban yang maksimum yang terdapat pada sucker rod string
adalah berat sucker rod dikalikan dengan faktor percepatan.
2. Effective plunger stroke
Selama pemompaan berlangsung jumlah minyak yang diperoleh, tidaklah
tergantung dari panjang langkah polished rod, tetapi tergantung dari gerakan relatif
plunger terhadap working barrel dan ini umumnya disebut dengan effective plunger
stroke (Sp). Pada dasarnya langkah ini berbeda dengan polished stroke, hal ini
disebabkan oleh dua faktor yaitu yang pertama adanya rod stretch dan tubing stretch,
selanjutnya yang kedua adanya plunger over-travel karena adanya percepatan.
Rod yang digunakan dari permukaan sampai sub surface pump tidak perlu
sama diameternya, tetapi dapat dilakukan kombinasi dari beberapa ukuran rod, yaitu
5/8”, 3/4”, 7/8”, 1”, dan 9/8”.
Selanjutnya effective plunger stroke (Sp) dapat dihitung dari persamaan :
40.8 L2  5.20 G D A p L L L L
Sp  S   (  1  2  ...  n ) ................. (3-155)
E E At A1 A2 An

Dalam hal tappered rod string, persamaan (3-155) menjadi :


40.8 L2  5.20 G D A p L 1 1 1
Sp  S   (   ...  ) ...................... (3-156)
E E At Ar An
189

dimana:
L1, L2, Ln = panjang rod string, ft
E = modulus elastisitas (besarnya tergantung dari bahan), psi
At = luas penampang dari dinding tubing, inchi2
Ar = luas penampang rod, inch2
G = specific gravity fluida.
D = working fluid level, ft
L = kedalaman pompa, ft
Ap = luas permukaan plunger, inchi2
3. Perhitungan beban polished rod
Perhitungan beban peralatan di permukaan untuk instalasi pompa sangat
dipengaruhi beban polished rod maksimum. Perkiraan mula-mula terhadap counter
balance yang diperlukan berdasarkan beban polished rod maksimum dan minimum.
Selama siklus pemompaan, terdapat lima faktor yang mempengaruhi beban
bersih (net load) dari polished rod, yaitu :
a. Beban fluida
b. Beban mati dari sucker rod
c. Beban percepatan dari sucker rod
d. Gaya ke atas pada sucker rod
e. Gaya gesakan.
Beban gesekan tidak dapat diturunkan secara matematis tetapi beban ini dapat
diperkirakan secara empiris dari dynamometer test. Sedangkan untuk keperluan
disain, beban gesekan ini dapat dinyatakan sebagai +F (up-stroke) dan sebagai F
(down-stroke).
Beban maksimum polished rod (saat up-stroke) adalah :
Wmax = Wf + Wr + (Wr  ) + F ......................................................... (3-157)
Beban minimum polished rod (saat down-stroke) adalah :
Wmin = Wr  (Wr  )  (0.217 Wr  G)  F ..................................... (3-158)
dimana :
Wmax = beban maksimum yang diderita polished rod, lb
190

Wmin = beban minimum yang diderita polished rod, lb


Wr = bobot mati dari rod, lb
Wf = beban berat fluida, lb
F = beban gesekan.
4. Pemilihan panjang rod
Tujuan pemilihan panjang rod adalah untuk mendapatkan unit stress pada
puncak setiap bagian rod adalah sama besarnya. Stress ini akibat dari beban plunger
dan berat rod di bawah titik yang ditentukan.
Apabila stress pada puncak dari setiap bagian sama besarnya, maka didapat
hubungan sebagai berikut :
0.433 A p  R1 M 1 0.433 A p  R1 M 1  R2 M 2  R3 M 3  R4 M 4
 ........ (3-159)
A1 A4

dan :
R1 + R2 + R3 + R4 = 1 ......................................................................... (3-160)
dimana :
i4
Li
Ri 
L
, dan L  
i 1
Li

i = 1, 2, 3, 4.
Persamaan (3-160) adalah untuk tappered rod string yang terdiri dari empat
bagian. Jadi untuk tappered rod string yang hanya terdiri dari dua bagian, R 3 dan R4
sama dengan nol, dan untuk tiga bagian, maka R4 sama dengan nol.
Untuk suatu kombinasi rod yang tertentu, harga M (berat rod) dan harga A
(luas penampang rod) merupakan suatu konstanta, dengan demikian dapat dibuat
hubungan antara R sebagai fungsi dari Ap untuk kombinasi rod tertentu.
5. Pump displacement dan laju produksi
Secara teoritis pump displacement dapat dihitung dengan menggunakan
effective plunger stroke, yaitu :
V = K Sp N .......................................................................................... (3-161)
dan :
q = Ev  V ........................................................................................... (3-162)
dimana :
191

K = konstanta plunger tertentu


V = pump displacement, BBL/hari
N = kecepatan pompa, SPM
Ev = volumetric efficiency dari pompa (perbandingan antara rate fluida dengan
pump displacement).
Besarnya efisiensi volumetrik pompa ini sangat dipengaruhi oleh adanya beberapa
faktor, yaitu :
 karakteristik pompa, seperti plunger slippage dan clearance pompa
 sifat fluida, kandungan gas, fluida berbuih.
6. Perencanaan counter balance
Secara teoritis efek counter balance ideal (Ci) harus sedemikian rupa, sehingga
prime mover akan membawa beban rata-rata yang sama besarnya baik pada waktu up-
stroke maupun pada waktu down-stroke.
Selain efek counter balance yang ditimbulkan oleh berat counter balance,
terdapat pula efek counter balance yang disebabkan oleh keadaan instalasi di
permukaan yang tidak seimbang (Cs) dimana Cs ditentukan oleh pabrik pembuat.
Dengan demikian, total efek counter balance dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
d L
C  Cs  Wc ( ) ( 1 ) ......................................................................... (3-163)
r L2
dimana :
d = jarak crank shaft dengan pusat gravitasi dari counter weight, ft
r = jarak antara crank shaft dengan pitman bearing, ft
Wc = counter weight, lb
L1 = jarak dari sadle bearing ke tail bearing, ft
L2 = jarak dari sadle bearing ke bridle, ft.
Sedangkan harga puntiran maksimum dihitung dengan persamaan :
S
Tp  (Wmax  C )  ........................................................................... (3-164)
2
dimana:
Wmax = beban polished rod maksimum, lb.
7. Prime mover
192

Sumber energi sebagai penggerak pompa, pada umumnya ada dua jenis, yaitu :
 Motor bakar (combustion engine)
 Motor listrik (electrical engine).
Apabila fluida dengan laju = q (BBL/hari) dan SG = G, diangkat dari
kedalaman L (ft), maka kebutuhan power dapat dihitung dengan persamaan :
Hh = 7.36  106  q  G  L, HP ...................................................... (3-165)
Persamaan (3-165 menganggap bahwa, pompa dipasang pada fluid level dan pengaruh
tubing diabaikan. Dan dalam bentuk umum menjadi :
Hh = 7.36  106  q  G  LN ........................................................... (3-166)
dimana : LN = perbedaan tekanan yang menyebabkan adanya aliran fluida dari pompa
ke permukaan, dinyatakan dalam ft dari fluida yang diproduksi.
Pt
LN  L  ( L  D)   D  pengaruh tekanan tubing ..................(3-167)
0.433 G

Sedangkan tenaga yang diperlukan untuk mengatasi gesekan antara pompa dan
polished rod per stroke adalah :
Hf = 6.31  107 Wr S N, HP ............................................................. (3-168)
dimana :
Wr = berat tapered rod string, lb.
Jadi total polished rod horse power adalah merupakan jumlah tenaga untuk
mengangkat fluida dan tenaga untuk gesekan, atau :
Hb = 1.5 (Hh + Hf) .............................................................................. (3-169)
Tujuan dari perencanaan instalasi sucker rod pump adalah pengangkatan fluida
formasi ke permukaan pada laju produksi yang diinginkan. Untuk mengurangi jumlah
perhitungan trial and error dalam perencanaan pompa ini, maka digunakan suatu
grafik, selanjutnya dari grafik ini dapat ditentukan kondisi pemompaan yang optimum
sesuai dengan laju produksi dan kedalamannya. Prosedurnya adalah sebagai berikut :
1. Persiapkan data-data yang diperlukan, yaitu :
 Laju produksi dan kedalaman pompa
 Volumetric efficiency pump
 Specific gravity fluida
 Working fluid level.
193

2. Langkah-langkah perencanaan instalasi pompa adalah sebagai berikut :


a. Dari produksi maksimum, perkirakan besarnya volumetric efficiency, dan
hitung pump displacement.
b. Tentukan stroke length dan API rating dari pumping unit.
c. Dari hasil pembacaan grafik, tentukan ukuran tubing rod dan kecepatan
pompa dengan menggunakan tabel-tabel yang telah ditentukan.
d. Hitung panjang dari bagian-bagian rod string.
e. Hitung panjang dari bagian-bagian rod string berdasarkan kelipatan 25 ft.
f. Tentukan faktor percepatan.
g. Tentukan effective plunger stroke length.
h. Dengan menggunakan volumetric efficiency yang diperkirakan, tentukan laju
produksi yang mungkin dan check terhadap laju yang diinginkan.
i. Hitung bobot mati dari rod.
j. Hitung berat fluida.
k. Tentukan beban polished rod maksimum dan check hasilnya terhadap beban
maksimum dari peralatan yang dipilih.
l. Hitung stress maksimum pada puncak dari rod string dan check hasilnya
terhadap working stress maksimum yang diinginkan dari rod yang
dipergunakan.
m. Hitung counter balance effect ideal dan check hasilnya terhadap counter
balance yang dapat digunakan pada peralatan yang dipilih.
n. Dari buku petunjuk pabrik, tentukan posisi counter weight untuk
mendapatkan counter balance effect ideal.
o. Dengan anggapan bahwa penyimpangan counter balance tidak lebih dari 5%,
tentukan torsi maksimum pada gear reducer dan check hasilnya terhadap API
rating yang tertera pada alat yang dipilih.
p. Hitung break horse power.
q. Dari buku petunjuk pabrik, tentukan gear reducer ratio dan unit sheave size
untuk peralaan yang dipilih. Dari hasil ini tentukan engine sheave size untuk
mendapatkan pumping speed yang diinginkan.

3.2.2.3. Electric Submersible Pump (ESP)


194

Electric submersible pump digunakan pada sumur-sumur yang dalam dan


dapat memberikan laju produksi yang besar. Selain untuk sumur produksi, ESP juga
dapat untuk proyek-proyek water flooding dan pressure maintenance, dimana ESP
dipasang pada sumur-sumur injeksi. Selain dari itu dapat juga digunakan pada sumur-
sumur yang tidak menggunakan tubing (tubingless completion) dan produksi
dilakukan melalui casing. Pada umumnya pompa jenis ini digunakan pada sumur-
sumur artificial lift dengan produksi besar dan GOR rendah.
Pada dasarnya electric submersible pump ini adalah merupakan pompa
sentrifugal bertingkat banyak, dimana poros dari pompa sentrifugal dihubungkan
langsung dengan penggerak. Motor penggerak ini menggunakan tenaga listrik,
sedangkan sumber listriknya diambil dari power plant, dimana tenaga listrik untuk
pompa disuplai dari switch board dan transformator di permukaan dengan perantara
kabel listrik yang di-clamp pada tubing dengan jarak 15 hingga 20 ft.
Setiap tingkat dari pompa sentrifugal terdiri dari impeller (bagian yang
berputar) dan diffuser (bagaian yang diam). Tenaga dalam bentuk tekanan didapat dari
cairan yang dipompakan disekitar impeller. Gerakan berputar impeller mengakibatkan
cairan ikut berputar, yaitu arah radial (akibat dari gaya sentrifugal) dan arah
tangensial.

3.2.2.3.1. Prinsip Kerja Electric Submersible Pump


Prinsip kerja Electric submersible pump adalah berdasarkan pada prinsip kerja
pompa sentrifugal dengan sumbu putarnya tegak lurus. Pompa sentrifugal adalah
motor hidrolik dengan jalan memutar cairan yang melalui impeller pompa, cairan
masuk ke dalam impeller pompa menuju poros pompa, dikumpulkan oleh diffuser
kemudian akan dilempar ke luar. Oleh impeller tenaga mekanis motor dirubah menjadi
tenaga hidrolik. Impeller terdiri dari dua piringan yang didalamnya terdapat sudu-
sudu, pada saat impeller diputar dengan kecepatan sudut , cairan dalam impeller
dilemparkan keluar dengan tenaga potensial dan kinetik tertentu. Cairan yang
ditampung dalam rumah pompa kemudian dievaluasikan melalui diffuser, sebagian
tenaga kinetik dirubah menjadi tenaga potensial berupa tekanan. Karena cairan
dilempar ke luar maka terjadi proses penghisapan.
195

3.2.2.3.2. Peralatan Electric Submersible Pump


Peralatan pompa sentrifugal dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

A. Peralatan di Atas Permukaan


Peralatan di atas permukaan terdiri dari :
a. Tubing head
Tubing head untuk pompa reda agak berbeda dengan tubing head biasa. Perbedaannya
terletak pada adanya kabel yang melalui tubing head tersebut. Adapun fungsi dari
tubing head ini adalah sebagai penyokong dari rangkaian tubing dan untuk
menutup ruang antara casing dengan tubing.
b. Drum
Merupakan alat yang digunakan sebagai tempat untuk menggulung kabel apabila
pompa dicabut.
c. Junction box
Diperlukan sebagai tempat menghubungkan kabel dari dalam sumur dengan kabel dari
switch board.
196

Gambar 3.49. Peralatan Pompa Sentrifugal di Atas dan di Bawah Permukaan16)


d. Switch board
Berfungsi untuk mengontrol kerja pompa. Peralatan yang ada pada switch board
adalah :
 Start stop panel, yang berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan motor.
 Breaker, sebagai pemutus aliran listrik saat dilakukan reparasi pompa.
 Sekering, merupakan pengaman jika terjadi hubungan singkat pada arus listrik
atau bila terjadi over voltage.
 Recording ammeter, sebagai pencatat besarnya arus yang digunakan motor.
e. Transformer
Berfungsi sebagai perubah tegangan primer yang tinggi menjadi tegangan sekunder
(yang rendah) yang dibutuhkan motor.

B. Peralatan di Bawah Permukaan


a. Motor listrik
Motor listrik pada jenis pompa reda adalah motor induksi sinkron dua katub, tiga fasa,
berbentuk sangkar (two pole, three-phase, squirrel cage, induction type electric
motor) mempunyai kecepatan 3500 rpm pada 60 Hz dan 2915 rpm pada 50 Hz.
Karena diameter motor terbatas untuk ukuran casing tertentu, maka untuk
mendapatkan daya kuda yang cukup, motor dibuat panjang dan kadang-kadang
dibuat double (tandem).
b. Protektor
Protektor ini dipasang di atas motor dan dibawah pompa. Fungsinya antara lain :
 Memberikan ruangan untuk pengembangan/penyusutan minyak pelumas.
 Mencegah fluida masuk ke rumah motor.
 Menyimpan minyak motor dan minyak pelumas.
 Memberikan keseimbangan tekanan dalam motor dengan tekanan luar, yaitu
tekanan fluida sumur pada kedalaman tertentu.
197

c. Pompa
Setiap pompa terdiri dari beberapa tingkat (multistage) dimana masing-masing terdiri
dari impeller dan diffuser. Jumlah tingkat tergantung dari head pengangkatannya.
d. Gas separator (pump intake)
Pada sumur-sumur yang tidak banyak mengandung gas, cukup menggunakan pump
intake saja. Tetapi pada sumur-sumur dengan GOR tinggi, gas separator dapat
disambungkan pada pompa guna memberikan effisiensi pompa. Dalam hal ini gas
separator berfungsi antara lain :
 Mencegah menurunnya head capacity yang dihasilkan pompa.
 Mencegah terjadinya fluktuasi beban pada motor.
 Mengurangi adanya surging pressure.
e. Kabel listrik
Berfungsi sebagai penyalur aliran listrik dari permukaan ke motor. Kabel ini
di-clamp pada tubing dengan interval yang sama, mulai dari bawah sampai tubing
head. Diameter kabel disesuaikan dengan besarnya arus listrik yang mengalir,
penurunan tegangannya dan clearence antara tubing dan casing. Kabel listrik ini
terdiri dari tiga kabel tembaga yang diisolasi satu sama lain dengan pembalut dari
karet. Ketiganya terbungkus oleh suatu pelindung yang terbuat dari baja. Ada dua
buah jenis kabel yang biasa digunakan, yaitu round dan flat. Biasanya kabel jenis
round mempunyai usia pakai lebih lama dari pada jenis flat, tetapi memerlukan
ruang penempatan yang lebih besar. Bila digunakan flat cable seluruhnya maka
kehilangan tenaga listrik akan bertambah 8%. Juga flat cable mudah rusak dalam
pemasangannya. Tenaga listrik yang melalui kabel akan mengalami kehilangan
tekanan (voltage drop).

3.2.2.3.3. Perencanaan Electric Submersible Pump


Terdapat beberapa parameter dalam perencanaan pompa sentrifugal, yaitu :
1. Total Dynamic Head (TDH).
Total dynamic head adalah tekanan total dimana pompa beroperasi, dinyatakan dalam
tinggi cairan (ft) yang sama dengan kerja yang dilakukan pompa pada cairan untuk
menaikkan energi dari tingkat tertentu ke tingkat lain. Secara matematis
dinyatakan sebagai berikut :
198

Pt
TDH  Z f   H f ........................................................................... (3-170)
Gf

dimana:
Zf = jarak dari permukaan sampai batas fluida (fluid level), ft
Pt = tekanan kepala tubing, psia
Gf = gradien fluida, psia/ft
Hf = jarak antara pompa sampai ke permukaan, ft.
2. Daya listrik.
Daya listrik yang digunakan ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
 Hidraulic Horse Power :
q  TDH  S gr
HHP  ......................................................................... (3-171)
135770
dimana :
q = kapasitas produksi pompa, BBL/hari.
 Breake Horse Power :
HHP
BHP  ......................................... (3-172)
Efisiensi volumetrik dan mekanik

3. Total head dari impeller untuk pompa multistage.


DN 2
HS ...................................................................................... (3-173)
1840
dimana :
S = jumlah stage
D = diameter impeller, in
N = putaran pompa, RPM.
Langkah-langkah perencanaan pompa reda adalah sebagai berikut :
1. Kumpulkan data yang diperlukan, seperti diameter casing, kedalaman perforasi
dan interval perforasi, diameter tubing dan ulirnya, permukaan fluida, laju
produksi yang diharapkan, SG cairan dan gas yang akan diproduksikan,
temperatur dasar sumur, fluid level, GOR, THP, dan BHP.
2. Pilih tipe pompa, yaitu pompa dengan effisiensi yang tertinggi dan termurah.
3. Tentukan head per stage dan HP per stage.
4. Hitung TDH dan total head dari seluruh impeller.
5. Hitung HP pompa yang dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai