Metode Produksi
Metode Produksi
bawahnya dan untuk menutup ruangan yang terdapat diantara casing dan tubing,
sehingga aliran fluida dapat keluar melalui tubing.
b. Christmas tree
Adalah kumpulan dari valve, fitting, choke dan manometer pengukur tekanan sumur
yang dipasang di atas tubing head. Peralatan ini terbuat dari bahan besi baja yang
berkualitas tinggi, sehingga selain dapat menahan tekanan tinggi dari sumur juga
dapat menahan reaksi dari air formasi yang bersifat korosif yang mengalir
bersama-sama dengan minyak atau dapat menahan pengikisan pasir yang terbawa
ke permukaan. Pada dasarnya, christmas tree terdiri dari komponen-komponen
peralatan utama, yaitu :
Manometer pengukur tekanan
Adalah peralatan yang digunakan untuk mengukur besarnya tekanan pada casing
(Pc) dan tekanan pada tubing (Pt).
Master gate (master valve)
Merupakan jenis valve yang digunakan untuk menutup sumur jika diperlukan.
Untuk sumur-sumur yang bertekanan tinggi, disamping master gate dipasang
pula valve lain yang terletak di bawah master gate.
Choke
Choke atau bean ini berfungsi untuk menahan sebagian aliran dari sumur,
sehingga produksi minyak dan gas pada sumur dapat diatur sesuai yang
diinginkan atau diharapkan.
Dalam prakteknya dikenal dua jenis choke, yaitu :
1. Positive choke, jenis ini terbuat dari bahan besi baja pejal dimana pada
bagian dalam terdapat lubang kecil berbentuk silinder sebagai tempat untuk
mengalir minyak dan gas menuju separator. Besar perbedaan tekanan aliran
fluida sebelum dan sesudah melewati choke pada dasarnya tergantung dari
diameter choke yang digunakan.
2. Adjustable choke, diameternya dapat disetel sesuai dengan kebutuhan,
dengan jalan memutar handwheel yang terdapat di atasnya, tanpa harus
melepas untuk menggantinya. Pemasangan jenis choke ini dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya penggantian choke yang terlalu sering, terutama
166
kondisi pada bagian terakhir dari periode semburan, dalam suatu daerah kerja optimal
(qopt). Tubing yang diperoleh dari hasil perhitungan harus diverifikasi apakah dengan
diameter tersebut produksi cairan dan gas dalam kondisi permulaan dari eksploitasi
lapangan tersebut dapat dinaikkan ke permukaan, yang sesuai dengan debit pada
permulaan periode eksploitasi mempunyai harga maksimal.
Apabila dalam tubing yang dihitung menurut kondisi optimal dan berlaku
untuk periode terakhir pada semburan dapat menghasilkan debit cairan yang sesuai
dengan kondisi permulaan, maka tubing tersebut dapat dipakai selama periode
semburan.
Perlu diperhatikan bahwa, untuk menghindari kepasiran di dalam tubing pada
sumur-sumur yang menghasilkan pasir disamping minyak, maka pada waktu memilih
diameter tubing harus diperhatikan kecepatan mengalir cairan dan gas di dalam tubing
tersebut.
Adapun dasar operasi gas lift untuk mengangkat minyak dari dasar sumur ke
permukaan, adalah sebagai berikut :
Pengurangan atau penurunan gradien fluida di dalam tubing.
Pengembangan gas yang diijeksikan ke dalam sumur.
Pendorongan fluida reservoir ke permukaan oleh gas injeksi bertekanan tinggi.
Ketiga faktor diatas dapat bekerja sendiri-sendiri atau merupakan kombinasi
dari ketiganya. Proses pengangkatan fluida pada gas lift ini dapat ditunjukkan pada
gambar 3.42.
Gambar 3.42 (A), (B), (C) dan (D) menunjukkan urutan proses gas lift, yaitu
kondisi sumur mula-mula (A), proses injeksi gas (B), proses terangkatnya fluida ke
permukaan (C), dan kondisi setelah injeksi (D). Fluida yang berada di dalam annulus
antara tubing dan casing ditekan dengan gas injeksi, sehingga permukaan fluidanya
akan turun di bawah valve, selanjutnya valve ini (valve paling atas) akan membuka,
sehingga gas injeksi akan masuk ke dalam tubing. Dengan bercampurnya gas injeksi
dengan fluida reservoir, maka densitas minyak akan turun dan mengakibatkan gradien
tekanan minyak berkurang sehingga akan mempermudah fluida reservoir mengalir ke
permukaan.
Ditinjau dari cara penginjeksian gas, maka gas lift dibedakan menjadi
dua, yaitu :
171
Continuous gas lift, yaitu gas diinjeksikan secara terus menerus ke dalam annulus
melalui valve yang dipasang pada tubing, maka gas akan masuk ke dalam tubing.
Intermittent gas lift, yaitu gas diinjeksikan secara terputus-putus pada selang waktu
tertentu, sehingga dengan demikian injeksi gas merupakan suatu siklus dan diatur
sesuai dengan laju fluida yang mengalir dari formasi ke lubang sumur.
Pertimbangan utama yang digunakan dalam penentuan kedua cara tersebut
adalah tekanan dasar sumur (BHP) dan productivity index (PI). Ada empat kategori
pemakaian gas lift yang dianjurkan, seperti pada tabel 3-8.
Pada posisi A menunjukkan naiknya minyak dalam tubing dan casing adalah sama,
yang mana tinggi permukaan cairan ini tergantung dari tekanan formasi itu sendiri.
Makin besar tekanan formasi, makin tinggi permukaan cairan yang terjadi. Selama
periode penutupan jarak antara A dan B disebut static submergence.
Pada posisi B menunjukkan adanya gas yang diinjeksikan dengan tekanan tinggi ke
dalam annulus (antara tubing dan casing) agar minyak dalam annulus tertekan ke
bawah sedangkan minyak dalam tubing akan naik. Semakin banyak volume minyak
di annulus yang dipindahkan, maka semakin tinggi permukaan cairan di dalam
tubing, meskipun ada sebagian gas yang masuk kembali ke dalam formasi karena
lapisan cukup permeable. Tekanan gas akan menjadi maksimum, jika fluida di
dalam annulus sudah mencapai dasar/kaki tubing dan ditunjukkan oleh tingginya
permukaan cairan di dalam tubing.
Pada posisi C menunjukkan adanya gas injeksi yang mengalir masuk ke dalam kaki
tubing. Jika gas tersebut ditambah sedikit, mulai saat itu gas yang masuk ke dalam
tubing akan bercampur dengan minyak, sehingga kepadatan volume campuran
tersebut akan berkurang.
173
Dalam analisis vertikal lift dibagi dua bagian, yaitu aliran dibawah titik injeksi
dengan GLR formasi dan aliran diatas titik injeksi dengan GLR formasi + GLR
injeksi.
Dari gambar 3.44 dapat dibuat suatu persamaan sebagai berikut:
Pwf = Pwh + Gfa (L) + Gfb (D L) ....................................................... (3-149)
dimana :
Pwf = tekanan aliran dasar sumur, psi
Pwh = tekanan kepala sumur, psi
Gfa = gradien aliran rata-rata di atas titik injeksi, psi/ft
L = kedalaman titik injeksi
Gfb = gradien aliran rata-rata di bawah titik injeksi, psi/ft
D = kedalaman sumur, ft.
dengan countinuous gas lift. Pada continuous gas lift kolom cairan dicampur dengan
gas injeksi untuk mengurangi gradien kolom cairan sehingga tekanan aliran di dalam
tubing turun. Sedangkan pada intermittent gas lift, gas diinjeksikan dengan tekanan
tinggi (lebih besar dari tekanan kolom cair), sehingga cairan terangkat akibat
pengembangan dan pendorongan gas injeksi.
Proses pengangkatan cairan pada intermittent gas lift ditunjukkan pada
gambar 3.45. Sedangkan kelakuan tekanan dasar sumur selama proses tersebut
ditunjukkan pada gambar 3.46.
Intermittent gas lift merupakan proses yang berulang dan dapat dibagi dalam
tiga periode (Gambar 3.46), yaitu :
1. Periode aliran masuk.
Ditunjukkan oleh distribusi tekanan dari awal sampai titik A. Selama periode ini cairan
mengalir dari reservoir masuk ke dalam lubang sumur dan terkumpul di dalam
tubing di atas katup (valve) operasi. Selama periode ini valve dalam keadaan
tertutup. Kenaikan tekanan yang ditunjukkan dalam kurva diakibatkan oleh
bertambahnya cairan yang masuk ke dalam tubing.
175
2. Periode pengangkatan.
Ditunjukkan oleh kurva dari titik A sampai dengan titik D. Apabila cairan yang
terkumpul di dalam tubing sudah cukup, maka valve akan terbuka dan gas injeksi
bertekanan tinggi masuk ke dalam tubing untuk mengangkat slug (kolom) cairan
ke permukaan. Dari kurva tersebut terlihat bahwa pada saat valve terbuka terjadi
kenaikan tekanan dalam tubing yang tajam sehingga mencapai maksimum
(kurva BC) kemudian turun (kurva CD). Turunnya tekanan ini disebabkan oleh
penurunan tekanan dalam casing dan pengembangan gas dalam tubing.
3. Periode penurunan Tekanan.
Ditunjukkan oleh kurva DE, dimana setelah valve tertutup dan slug terangkat ke
permukaan, maka pengaruh tekanan injeksi hilang. Pada kurva tersebut terlihat
bahwa, penurunan tekanan terjadi sedikit demi sedikit dan hal ini disebabkan oleh
cairan yang tidak ikut terangkat ke permukaan jatuh kembali ke dasar sumur,
sehingga menimbulkan tekanan balik. Tekanan tubing mencapai minimum pada
titik E, kemudian proses berulang ke inflow periode (perioda masuk aliran).
176
Gambar 3.46. Grafik Tekanan Dasar Sumur pada Proses Intermittent Gas Lift12)
3.2.2.1.2. Peralatan Gas Lift
Peralatan gas lift dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu :
dimana :
181
D1 = kedalaman valve 1, ft
Pvo1 = tekanan pembuka valve 1 saat dites, psi
Psp = tekanan separator, psia (jika produksi tidak ke separator, misalnya ke pit,
maka Psp = 0)
Gs = Gradien statik fluida, biasanya diambil = 0.5 psi/ft.
Pvo2 G f D1 Psp
D2 ...................................................................... (3-152)
Gs
dimana :
D2 = jarak antara valve 2 dengan valve 1, ft
G2 = unloading gradient, psi/ft.
Pvon ( D1 D2 .... Dn 1 ) G f Psp
Dn ......................................... (3-153)
Gs
dimana:
Dn = jarak antara valve ke-n dengan valve n-1, ft.
Pada saat down-stroke, standing valve tertutup karena tekanan dari minyak dalam
barrel pompa, sedangkan pada bagian atasnya, yaitu traveling valve terbuka oleh
tekanan minyak akibat dari turunnya plunger, selanjutnya minyak akan masuk ke
dalam tubing. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga minyak akan
sampai ke permukaan dan terus ke separator melalui flow line.
Dipasang di atas kepala sumur (casing/tubing head) untuk mencegah atau menahan
minyak agar tidak ikut keluar bersama dengan naik turunnya polished rod. Dengan
demikian seluruh minyak hasil pemompaan akan mengalir ke flow line lewat cross
tree. Disamping itu juga berfungsi sebagai tempat kedudukan polished rod
sehingga polished rod dapat bergerak naik turun tegak lurus dengan leluasa.
b. Polished rod
Merupakan bagian dari tangki atau string pompa yang terletak paling atas. Fungsinya
adalah untuk menghubungkan antara rangkaian sucker rod dengan peralatan-
peralatan di atas permukaan.
c. Carrier bar
Merupakan alat yang berfungsi sebagai penyangga polished rod clamp, dan pada
carrier bar ini dikaitkan dengan wire line hanger yang selanjutnya dihubungkan
dengan horse head.
d. Polished rod clamp
Komponen yang terletak di atas carrier bar yang berfungsi untuk mengeraskan kaitan
polished rod dengan komponen-komponen di atasnya agar tidak dapat lepas
selama operasi pemompaan minyak berlangsung.
e. Briddle
Merupakan nama lain dari wire line hanger, yaitu merupakan sepasang kabel baja yang
dihubungkan pada carrier bar, dengan demikian carrier bar bergantung pada
briddle dan briddle ini kemudian dihubungkan dengan horse head.
f. Horse head
Fungsinya meneruskan gesekan dari walking beam ke unit pompa di dalam sumur
melalui briddle, polished rod dan sucker rod string atau merupakan kepala dari
walking beam yang menyerupai bentuk kepala kuda.
g. Walking beam
Merupakan tangkai horisontal di belakang horse head.
Walking beam berfungsi untuk :
mengubah gerak berputar dari prime mover menjadi gerak naik turun
meneruskan energi prime mover ke rangkaian pompa di dalam sumur melalui
polished rod dan sucker rod string.
a. Pitman
184
Merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan antara crank pada pitman bearing
dengan ujung belakang dari walking beam pada tail bearing. Fungsinya mengubah
dan meneruskan gerak berputar menjadi gerak bolak-balik naik turun dan pitman
ini akan menggerakkan walking beam.
b. Crank
Merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan crank shaft pada gear reducer
dengan counter balance. Pada crank ini terdapat lubang-lubang tempat kedudukan
pada pitman bearing dan ujung bawah dari pitman. Besar kecilnya langkah atau
stroke pemompaan yang diinginkan dapat diatur dari sini dengan mengubah-ubah
letak ujung bawah pitman, bila mendekatkan atau ke arah counter balance maupun
menjauhi counter balance. Apabila kedudukan ujung bawah pitman digeser ke
posisi lubang mendekati counter balance, maka langkah pemompaan menjadi
bertambah besar, demikian pula sebaliknya apabila menjauhi counter balance yaitu
ke arah crank shaft maka langkah pemompaan menjadi kecil.
c. Gear reducer
Merupakan transmisi yang berfungsi untuk mengubah kecepatan putar dari prime
mover. Gerak putaran dari prime mover diteruskan ke gear reducer dengan
menggunakan belt.
d. Crank shaft
Merupakan poros dari crank. Gerakan berputar yang telah diperlambat oleh gear
reducer akan menggerakkan crank shaft dan crank.
e. Counter balance
Adalah sepasang pemberat yang berfungsi untuk :
Mengubah gerakan berputar dari prime mover menjadi gerakan bolak-balik
naik turun.
Menyimpan tenaga prime mover pada saat down-stroke atau pada saat counter
balance menuju ke atas yaitu pada saat kebutuhan tenaga kecil atau minimum.
Membantu tenaga prime mover pada saat up-stroke atau saat counter balance
bergerak ke bawah, sebesar tenaga potensialnya, karena kerja prime mover
terbesar yang dibutuhkan adalah pada saat up-stroke, dimana minyak ikut
terangkat ke atas atau ke permukaan.
h. Sampson post
185
d. Travelling valve
Travelling valve terdiri dari ball dan seat yang terletak pada bagian bawah dari plunger
dan akan ikut bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti gerakan dari gerak
plunger-nya. Travelling valve ini berfungsi untuk mengalirkan minyak dari working
barrel masuk menuju plunger, hal seperti ini terjadi pada saat plunger bergerak ke
bawah. Selain itu akan menahan keluarnya minyak dari plunger pada saat plunger
bergerak ke atas (up-stroke) sehingga minyak tersebut dapat diangkat ke tubing
yang seterusnya ke permukaan.
e. Gas anchor
Komponen ini dipasang pada bagian bawah pompa, fungsinya adalah memisahkan gas
dari minyak agar gas tersebut tidak ikut masuk ke dalam pompa bersama-sama
dengan minyak, karena dengan adanya gas akan mengurangi efisiensi pompa.
f. Tangki pompa
Tangki pompa atau sucker rod string terdiri dari :
Sucker rod
Merupakan bagian dari unit pompa yang sangat penting, karena merupakan
penghubung antara plunger dengan peralatan-peralatan penggerak yang ada di
permukaan. Sedangkan fungsinya adalah melanjutkan gerak lurus naik turun
dari horse head ke plunger pompa. Umumnya panjang satu single dari sucker
rod yang sering digunakan berkisar antara 25 sampai 30 ft, dan untuk
menghubungkan antara dua buah sucker rod digunakan sucker rod coupling.
Pony rod
Merupakan sucker rod yang mempunyai ukuran panjang lebih pendek dari pada
sucker rod-nya sendiri. Fungsinya untuk melengkapi panjang dari sucker rod
apabila sucker rod tidak mencapai target yang dituju. Umumnya memiliki
ukuran panjang 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 ft.
Polished rod
Adalah tangkai yang menghubungkan sucker rod string dalam carrier (wire line
hanger pada horse head) yang naik turun di dalam stuffing box.
Pada saat up-stroke (langkah pompa ke atas) fluida membebani plunger yang
menyebabkan travelling valve tertutup dan fluida akan mendorong dari tubing ke
187
SN 2
.......................................................................................... (3-154)
70500
dimana :
= faktor percepatan
S = panjang langkah polished rod, inchi
N = kecepatan pemompaan, SPM.
Jadi untuk mendapatkan beban yang maksimum yang terdapat pada sucker rod string
adalah berat sucker rod dikalikan dengan faktor percepatan.
2. Effective plunger stroke
Selama pemompaan berlangsung jumlah minyak yang diperoleh, tidaklah
tergantung dari panjang langkah polished rod, tetapi tergantung dari gerakan relatif
plunger terhadap working barrel dan ini umumnya disebut dengan effective plunger
stroke (Sp). Pada dasarnya langkah ini berbeda dengan polished stroke, hal ini
disebabkan oleh dua faktor yaitu yang pertama adanya rod stretch dan tubing stretch,
selanjutnya yang kedua adanya plunger over-travel karena adanya percepatan.
Rod yang digunakan dari permukaan sampai sub surface pump tidak perlu
sama diameternya, tetapi dapat dilakukan kombinasi dari beberapa ukuran rod, yaitu
5/8”, 3/4”, 7/8”, 1”, dan 9/8”.
Selanjutnya effective plunger stroke (Sp) dapat dihitung dari persamaan :
40.8 L2 5.20 G D A p L L L L
Sp S ( 1 2 ... n ) ................. (3-155)
E E At A1 A2 An
dimana:
L1, L2, Ln = panjang rod string, ft
E = modulus elastisitas (besarnya tergantung dari bahan), psi
At = luas penampang dari dinding tubing, inchi2
Ar = luas penampang rod, inch2
G = specific gravity fluida.
D = working fluid level, ft
L = kedalaman pompa, ft
Ap = luas permukaan plunger, inchi2
3. Perhitungan beban polished rod
Perhitungan beban peralatan di permukaan untuk instalasi pompa sangat
dipengaruhi beban polished rod maksimum. Perkiraan mula-mula terhadap counter
balance yang diperlukan berdasarkan beban polished rod maksimum dan minimum.
Selama siklus pemompaan, terdapat lima faktor yang mempengaruhi beban
bersih (net load) dari polished rod, yaitu :
a. Beban fluida
b. Beban mati dari sucker rod
c. Beban percepatan dari sucker rod
d. Gaya ke atas pada sucker rod
e. Gaya gesakan.
Beban gesekan tidak dapat diturunkan secara matematis tetapi beban ini dapat
diperkirakan secara empiris dari dynamometer test. Sedangkan untuk keperluan
disain, beban gesekan ini dapat dinyatakan sebagai +F (up-stroke) dan sebagai F
(down-stroke).
Beban maksimum polished rod (saat up-stroke) adalah :
Wmax = Wf + Wr + (Wr ) + F ......................................................... (3-157)
Beban minimum polished rod (saat down-stroke) adalah :
Wmin = Wr (Wr ) (0.217 Wr G) F ..................................... (3-158)
dimana :
Wmax = beban maksimum yang diderita polished rod, lb
190
dan :
R1 + R2 + R3 + R4 = 1 ......................................................................... (3-160)
dimana :
i4
Li
Ri
L
, dan L
i 1
Li
i = 1, 2, 3, 4.
Persamaan (3-160) adalah untuk tappered rod string yang terdiri dari empat
bagian. Jadi untuk tappered rod string yang hanya terdiri dari dua bagian, R 3 dan R4
sama dengan nol, dan untuk tiga bagian, maka R4 sama dengan nol.
Untuk suatu kombinasi rod yang tertentu, harga M (berat rod) dan harga A
(luas penampang rod) merupakan suatu konstanta, dengan demikian dapat dibuat
hubungan antara R sebagai fungsi dari Ap untuk kombinasi rod tertentu.
5. Pump displacement dan laju produksi
Secara teoritis pump displacement dapat dihitung dengan menggunakan
effective plunger stroke, yaitu :
V = K Sp N .......................................................................................... (3-161)
dan :
q = Ev V ........................................................................................... (3-162)
dimana :
191
Sumber energi sebagai penggerak pompa, pada umumnya ada dua jenis, yaitu :
Motor bakar (combustion engine)
Motor listrik (electrical engine).
Apabila fluida dengan laju = q (BBL/hari) dan SG = G, diangkat dari
kedalaman L (ft), maka kebutuhan power dapat dihitung dengan persamaan :
Hh = 7.36 106 q G L, HP ...................................................... (3-165)
Persamaan (3-165 menganggap bahwa, pompa dipasang pada fluid level dan pengaruh
tubing diabaikan. Dan dalam bentuk umum menjadi :
Hh = 7.36 106 q G LN ........................................................... (3-166)
dimana : LN = perbedaan tekanan yang menyebabkan adanya aliran fluida dari pompa
ke permukaan, dinyatakan dalam ft dari fluida yang diproduksi.
Pt
LN L ( L D) D pengaruh tekanan tubing ..................(3-167)
0.433 G
Sedangkan tenaga yang diperlukan untuk mengatasi gesekan antara pompa dan
polished rod per stroke adalah :
Hf = 6.31 107 Wr S N, HP ............................................................. (3-168)
dimana :
Wr = berat tapered rod string, lb.
Jadi total polished rod horse power adalah merupakan jumlah tenaga untuk
mengangkat fluida dan tenaga untuk gesekan, atau :
Hb = 1.5 (Hh + Hf) .............................................................................. (3-169)
Tujuan dari perencanaan instalasi sucker rod pump adalah pengangkatan fluida
formasi ke permukaan pada laju produksi yang diinginkan. Untuk mengurangi jumlah
perhitungan trial and error dalam perencanaan pompa ini, maka digunakan suatu
grafik, selanjutnya dari grafik ini dapat ditentukan kondisi pemompaan yang optimum
sesuai dengan laju produksi dan kedalamannya. Prosedurnya adalah sebagai berikut :
1. Persiapkan data-data yang diperlukan, yaitu :
Laju produksi dan kedalaman pompa
Volumetric efficiency pump
Specific gravity fluida
Working fluid level.
193
c. Pompa
Setiap pompa terdiri dari beberapa tingkat (multistage) dimana masing-masing terdiri
dari impeller dan diffuser. Jumlah tingkat tergantung dari head pengangkatannya.
d. Gas separator (pump intake)
Pada sumur-sumur yang tidak banyak mengandung gas, cukup menggunakan pump
intake saja. Tetapi pada sumur-sumur dengan GOR tinggi, gas separator dapat
disambungkan pada pompa guna memberikan effisiensi pompa. Dalam hal ini gas
separator berfungsi antara lain :
Mencegah menurunnya head capacity yang dihasilkan pompa.
Mencegah terjadinya fluktuasi beban pada motor.
Mengurangi adanya surging pressure.
e. Kabel listrik
Berfungsi sebagai penyalur aliran listrik dari permukaan ke motor. Kabel ini
di-clamp pada tubing dengan interval yang sama, mulai dari bawah sampai tubing
head. Diameter kabel disesuaikan dengan besarnya arus listrik yang mengalir,
penurunan tegangannya dan clearence antara tubing dan casing. Kabel listrik ini
terdiri dari tiga kabel tembaga yang diisolasi satu sama lain dengan pembalut dari
karet. Ketiganya terbungkus oleh suatu pelindung yang terbuat dari baja. Ada dua
buah jenis kabel yang biasa digunakan, yaitu round dan flat. Biasanya kabel jenis
round mempunyai usia pakai lebih lama dari pada jenis flat, tetapi memerlukan
ruang penempatan yang lebih besar. Bila digunakan flat cable seluruhnya maka
kehilangan tenaga listrik akan bertambah 8%. Juga flat cable mudah rusak dalam
pemasangannya. Tenaga listrik yang melalui kabel akan mengalami kehilangan
tekanan (voltage drop).
Pt
TDH Z f H f ........................................................................... (3-170)
Gf
dimana:
Zf = jarak dari permukaan sampai batas fluida (fluid level), ft
Pt = tekanan kepala tubing, psia
Gf = gradien fluida, psia/ft
Hf = jarak antara pompa sampai ke permukaan, ft.
2. Daya listrik.
Daya listrik yang digunakan ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
Hidraulic Horse Power :
q TDH S gr
HHP ......................................................................... (3-171)
135770
dimana :
q = kapasitas produksi pompa, BBL/hari.
Breake Horse Power :
HHP
BHP ......................................... (3-172)
Efisiensi volumetrik dan mekanik