Anda di halaman 1dari 2

Analisis Film Gridiron Gang

Film Gridiron Gang dibintangi oleh Dwayne “The Rock” Johnson dan Xzibit. Film ini
berdasarkan pada kisah nyata (based on true story). Film ini berkisah tentang kondisi
sosiologis di Amerika Serikat (AS) beberapa tahun lampau dimana lebih dari 120.000 remaja
AS usia antara 16-20an tahun dipenjara di Penjara Anak di seluruh Amerika Serikat karena
berbagai tindak kriminalitas. Masuknya para remaja tersebut ke hotel prodeo dilatarbelakangi
oleh berbagai tindak kriminal yang bermacam-macam. Ada sebagian yang masuk jeruji
penjara karena narkoba, ada yang karena mencuri, dan tidak sedikit yang terlibat
pembunuhan.
Karena tindakan-tindakan kriminal yang mereka lakukan tersebut akhirnya mereka harus
masuk penjara di usia belia. Namun, hukuman penjara tidak memberikan efek jera bagi
mereka. Tetapi mungkin justru menjadi tempat perkuliahan dan bertukar pikiran antar para
penjahat. Diantara mereka yang kemudian bebas dari penjara, tercatat sebanyak 75% diantara
mereka akan kembali ke penjara lagi karena kembali melakukan tindak kriminal atau justru
menjemput maut di jalanan karena konflik antar genk yang tak jelas dan tak berujung. Film
tersebut berdasarkan pada kisah nyata di Camp Kilpatrick dan petugasnya yang berusaha
merubah keadaan di AS. Para petugas di Camp Kilpatrick ingin memberikan sumbangsih
dalam mengeliminir dan mengurangi tingkat kenakalan remaja AS saat itu dengan cara
mereka sendiri.
Cara yang mereka tempuh terbilang lain dari yang lain. Umumnya, para pelaku kriminal
selalu diposisikan sebagai sosok bersalah dan harus menerima hukuman atas kesalahannya itu
tanpa diberi kesempatan bagi mereka untuk memperbaiki sendiri. Akhirnya, hidup mereka
seringkali berpindah-pindah dari penjara satu ke penjara lain. Berpindah dari kejahatan satu
kepada kejahatan yang lain sampai mati menjemput mereka.
Namun di Camp Kilpatrick, para penjahat kecil tersebut diberi kesempatan untuk
membuktikan diri mereka bahwa mereka bukanlah sampah masyarakat, tetapi sebuah mutiara
hitam yang belum terasah. Beberapa penghuni Camp dipilih untuk dilatih menjadi pemain
football dalam sebuah tim dari dalam penjara. Mereka diberi bekal motivasi melalui olahraga.
Mereka dididik memiliki solidaritas dalam sebuah tim dengan cara yang lebih tepat. Mereka
diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri. Tak berhenti dengan berlatih football semata.
Mereka pun diberi kesempatan untuk bertanding dalam sebuah liga football melawan tim-tim
football di seantero AS, yang nota bene bukanlah para penghuni penjara. Dari sini, mereka
belajar merasakan kegagalan, kekalahan, kesedihan, dan kekompakan dalam menjalani
‘sepotong roti kehidupan’.
Dalam tahun pertama uji coba program pelatihan football di dalam penjara tersebut,
menghasilkan sebuah data statistik yang membawa angin positif. Kendatipun tidak bisa
menghapus kenakalan remaja secara menyeluruh, program tersebut menuai sebuah
kesuksesan yang diharapkan mampu menurunkan tingkat kenakalan remaja. Dari seluruh tim
football Camp Kilpatrick tahun pertama yang seluruhnya dibebaskan dari penjara, tercatat 24
orang remaja akhirnya kembali bersekolah. Kemudian 3 orang memiliki pekerjaan tetap dan
hanya 5 orang yang kembali ke penjara.
Analisis Data Menggunakan Perilaku Agresi
Difinisi :
 serangan yang dilakukan s/ organisme pd organisme lain, obyek lain/ pd dirinya
sendiri.
 secara umum agresi: setiap prlk yg merugikan/ menimbulkan korban pd pihak org lain
 prlk agresif: prlk fisik/ lisan yg disengaja dg u/ mnyakiti/ merugikan orang lain
(Myers, ’66)
 Baron: tingkah laku yang bertujuan untuk melukai/ mncelakakan individu lain
Agresi menurut Sears, Freedman & Peplau (‘91):
 Prlk melukai dan maksud melukai: Prlk agresif: paling sedikit mpyi unsur maksud
melukai & lebih pasti tdp perbuatan yg bmaksud melukai & berdampak benar2
melukai
Sumber rasa marah :
Δ Serangan
Δ Frustrasi
Δ Atribusi
Munculnya tindak kriminalitas mereka tersebut tidak bisa lepas dari keberadaan keluarga
mereka yang kacau (broken home) sehingga memaksa mereka mencari kasih sayang di
jalanan. Ratusan bahkan ribuan remaja berkumpul karena alasan yang sama, broken home,
kemudian bersosialisasi dan membentuk genk. Melalui kelompok-kelompok genk-genk inilah
mereka hendak menunjukkan eksistensi dan saling memperoleh kasih sayang semu serta
mendapatkan keluarga baru di jalanan dengan cara yang salah. Ujung-ujungnya, mereka
menganggap pencurian, penjarahan, narkoba, perkelahian massal, dan membunuh adalah
sebuah ritual biasa
Mereka dalam melancarkan tujuannya melakukan tindakan yang merugikan orang lain, baik
menyerang dengan kata-kata maupun menyerang secara fisik. Hal ini didasari karena adanya
pengaruh dari sebuah kelompok dan kelompok tersebut membunuh anggota kelompok lain,
sehingga geng yang dirugikan dengan terbunuhnya anggota mereka menaruh dendam
terhadap kelompok geng lain untuk membalasnya.
Dampak Agresi :
 Agresi yang dilakukan berturut-turut dalam jangka lama, apalagi terjadi pada anak2/
sejak masa kanak2 dapat berdampak pada kepribadian
 Agresi dapat berlanjut drari generasi ke generasi
Jenis agresi (Myers, ’66) :
 Agresi rasa benci/ agresi emosi (hostile aggression)
 Ungkapan kemarahan & ditandai dg emosi yg tinggi
 Tujuan: melampiaskan emosi
 Pelaku tindakan memikirkan dampak perbuatannya
instrumental aggression :
 Mnggunakan agresi untuk memperoleh tujuan praktis dengan melukai orang lain
 Tidak disertai emosi.
 Biasanya antara pelaku & korban tidak ada hubungan pribadi
 agresi merupakan sarana untuk mencapai tujuan lain

Anda mungkin juga menyukai