Beton merupakan sebuah material yang menggunakan bahan baku semen, pasir, kerikil dan air.
Semua bahan tersebut diaduk hingga menjadi adonan yang siap dituang pada cetakan (bekisting).
Sedangkan beton pracetak adalah salah satu jenis beton yang proses pembuatannya adalah dengan cara
dicetak di sebuah pabrik menjadi panel-panel yang nantinya akan dirakit. Pengertian beton pracetak
tersebut adalah yang dipahami oleh masyarakat umum. Sebenarnya terdapat pengertian yang lebih teknis,
yang mungkin belum diketahui oleh orang awam. Sebagai pengetahuan kita bersama, berikut dipaparkan
lebih jelas tentang produk beton pracetak beserta fungsinya.
Dari kedua pengertian beton pracetak diatas menunjukkan bahwa beton pracetak merupakan
sebuah proses pengolahan semen portland atau semen hidraulik lain, pasir (agregat halus), kerikil (agregat
kasar), air dan zat zat aditif menjadi sebuah massa padat yang dilakukan secara fabrikasi (cetak). Hasil
pencetakan tersebut nantinya akan dipasang di lapangan untuk membentuk sebuah bangunan. Dapat
disimpulkan bahwa cetakan / panel beton yang dihasilkan merupakan sebuah bagian / elemen dari
bangunan yang akan disusun pada site.
Lebih dalam lagi, disebutkan dalam SNI 03-2847-2002 bahwa beton pracetak dapat berupa beton
bertulang ataupun tidak bertulang. Mutu beton yang biasa dipersyaratkan untuk beton pracetak adalah
mutu beton f‘ç = 14,5 MPA ( K-175) dan f‘ç = 14,5 MPA( K-350) dengan toleransi slump (12 ± 2) cm. Khusus
beton pracetak struktural menggunakan mutu beton K-350. Beton pracetak dapat diangkat dalam 24 jam
dengan komposisi sebagai berikut (SNI-03-7832-2012):
Bahan Satuan indeks
PC kg 448,000
Pasir Beton kg 667
Kerikil (ukuran maksimal 30mm) kg 1 000
Bahan tambahan kimia L 4,5
Air L 200
dengan catatan bahwa bobot pasir beton yang digunakan 1400kg/m3, kerikil 1350kg/m3 dan bukling factor
pasir 20%.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa mutu beton yang dipersyaratkan ada dua yaitu K-175 dan K-
350. Angka tersebut menunjukkan bahwa beton pracetak dapat memenuhi dua fungsi. Fungsi pertama
adalah beton non struktural yang menggunakan mutu beton K-175. Fungsi kedua adalah beton struktural
dengan menggunakan mutu beton K-350.
1. Beton pracetak non struktural
Beberapa contoh fungsi beton pracetak non struktural antara lain :
Gorong-gorong
Panel dinding
Inlet
Barier (batas tol, kanstin )
Ruang pompa
2. Beton pracetak struktural
Sedangkan contoh untuk beton pracetak struktural adalah :
Pondasi
Culvert
Jembatan, dan sebagainya.
Basin dan inlet
sumber : www.precast.org
Sedangkan fungsi umum dari beton precast adalah untuk menggantikan beton cor ditempat dalam
rangka untuk mempermudah proses pembangunan. Proses pembangunan menggunakan sistem precast
diharapkan menjadi lebih cepat serta aman dari polusi, baik polusi suara ataupun udara. Selain itu, dengan
menggunakan beton precast, maka akan didapatkan konsistensi ukuran dan mutu beton pada setiap panel,
sehingga dihasilkan kekuatan struktur bangunan yang optimal.