Anda di halaman 1dari 2

KISAH CINTA APOLLO DAN DAPHNE

Suatu hari, Apollo melihat Eros, seorang anak kecil yang membawa panah atau biasa
disebut dengan Cupid. Karena Apollo masih merasa mabuk, ia mendekati Eros dan mulai
mengejeknya.
Apollo : “Hei kau, Eros. Apa yang kau lakukan dengan panah itu? Kau tak pantas
menggunakannya!”
Eros : “Apa kau bilang?”
Apollo : “Kau tak pantas menggunakan senjata itu, berikan senjata itu kepada yang
lebih mampu, Eros! Contohnya aku yang bisa membunuh ular raksasa”
Eros : “Asal kau tau, panahku mungkin tak bisa mengalahkan seekor ular raksasa,
tapi panahku ini bisa membuatmu sengsara”
Apollo : “Benarkah? Coba kau buktikan”
Eros mengambil dua buah anak panah. Anak panah yang satu berwarna emas dengan
ujung yang runcing, panas tersebut bisa membuat orang jatuh cinta. Lalu panah satunya
berwarna perak yang tumpul. Panah tersebut bisa membuat orang benci kepada orang yang
mencintainya.
Eros pun memanah Apollo menggunakan panah berwarna emas dan tepat mengenai
hatinya. Sedangkan panah yang berwana perak ia tembakkan kepada Daphne, seorang peri
hutan yang tidak tertarik sama sekali dengan laki-laki.
Eros : “Dengan ini kau akan menderita, Apollo”
Di satu sisi, Daphne sedang bermain main dengan hewan hewan di hutan. Meski dengan
keadaan rambut yang berantakan dan hanya memakai bawahan selutut serta atasan tampa
lengan, aura kecantikannya tetap terpancar. Tiba tiba datanglah ayah Daphne, Paneus, seorang
dewa sungai.
Paneus : “Daphne!”
Daphne : “Ada apa, ayah?”
Paneus : “Apa kau tidak ingin menikah? Aku sudah mendamba dambakan ingin
menimang seorang cucu”
Daphne : “Maaf ayah, aku tidak bisa”
Paneus : “Kenapa tidak bisa, Daphne?”
Daphne : “Aku ingin menjadi seperti Artemis, tidak menikah tetapi bisa hidup dengan
bebas”
Paneus : “Kalau itu mau mu, aku tak bisa memaksa. Tapi aku yakin kecantikan mu akan
menghianatinya”
Setelah mengatakan seperti itu, Paneus pun meninggalkan Daphne bersama hewan
hewan yang ada di hutan. Tak lama kemudian, datanglah Apollo. Dia melihat Daphne dan jatuh
cinta pada pandangan pertama. Ia pun mendekati Daphne. Daphne yang sadar akan kehadiran
Apollo pun segera menghindar.
Daphne : “Siapa kau?”
Apollo : “Aku Apollo, dewa musik yang telah menaruh rasa kepadamu”
Daphne : “Maaf aku tidak tertarik denganmu”
Apollo tak menggubris pernyataan dari Daphne. Daphne pun lari ke ujung dunia,
Apollo pun mengikutinya. Ia terus berlari sampai sampai tenaga nya habis. Daphne pun
meminta permohonan kepada dewi bumi, Gaia.
Daphne : “Dewi Gaia, tolonglah aku!”
Dewi Gaia : “Apa yang terjadi denganmu, Daphne?’
Daphne : “Aku dikejar oleh Apollo, maukah kau mengubah wujudku?”
Dewi Gaia : “Aku akan berusaha semaksimal mungkin, Daphne”
Tiba tiba kaki Daphne tak bisa digerakkan seperti mengakar ke dalam tanah.
Rambutnya berubah menjadi helai helai daun. Dan tangannya pun berubah menjadi ranting.
Daphne pun berubah menjadi pohon Laurel ( salam ) dengan posisi merunduk sebagai ucapan
terimakasih kepada Apollo.
Apollo yang melihat ini pun terkejut. Ia dekati pohon itu dan menyentuhnya. Ia masih
bisa merasakan masih ada daging yang bergetar di bawah pohon baru itu.
Apollo : “Mungkin kau tak bisa menjadi istriku, tapi aku berjanji akan membuat mu
menjadi mahkota ku, harpaku dan tempat anak panahku”

Anda mungkin juga menyukai