Anda di halaman 1dari 6

ESAI TOPIK 1:

LANGKAH STRATEGIS PENGAWALAN BEM UI 2019 TERHADAP VISI,


MISI, SERTA JANJI KAMPANYE PASANGAN CALON PRESIDEN DAN
WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI PEMILIHAN UMUM 2019

Manik Marganamahendra//1506732942//Fakultas Kesehatan Masyarakat


Muhammad Rifadli//1506675144//Fakultas Teknik

Universitas Indonesia
2018
Depok
Menyegarkan Kembali Peran Badan Eksekutif Mahasiswa Sebagai Sebuah Gerakan
Mahasiswa

Ditulis oleh
Manik Marganamahendra
Muhammad Rifadli

“Dulu, nama besar kampus disebabkan oleh karena kehebatan mahasiswanya. Sekarang,
mahasiswa ingin hebat karena nama besar kampusnya.” - Pidi Baiq

Berbicara mengenai mahasiswa berarti berbicara tentang saya, kamu, dan kita yang
dipersatukan oleh sebuah ikatan bernama: kesadaran. Mahasiswa, yang oleh Gie disebut the
happy selected few; ialah tentang suatu perjalanan kronologis, tentang epos kepahlawanan, dan
juga lakon anti-hero soal hal-hal yang mungkin dianggap sederhana. Semuanya terhimpun dalam
sebuah cakram harmonis yang bertajuk: perjuangan.
Jika mahasiswa ialah tentang kesadaran kolektif mengenai peran dan status sosial tertentu
di masyarakat, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) adalah manifestasi konkret dari semangat
perjuangan itu. Sebuah entitas pergerakan yang pada hakikatnya berkewajiban mewadahi
ekspresi dan pengalaman aktual dari tiap elemen penopangnya, yakni mahasiswa. Badan
Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) bukanlah pengecualian.
Dalam tataran praksis, menjelang tahun 2019 ini, BEM UI menghadapi tantangan besar
sebagai mitra kritis pemerintah. Tidak lain adalah Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
2019-2024, sebuah ruang dialektis dimana visi dan misi masing-masing pasangan calon
diperdebatkan juga tentang janji-janji kampanye yang diobralkan. BEM UI dengan segala
obligasi moril yang melingkupinya, berkewajiban untuk menghadirkan diri dalam ruang
diskursus itu. Tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga dalam bentuk pengejawantahan
pemikiran layaknya insan akademis. Demikian pula dengan fungsi mahasiswa dalam perannya
sebagai edukator politik masyarakat.

Pentingnya Pembuatan Kajian dan Aksi Strategis yang Berkualitas


Berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa mahasiswa UI yang turut aktif mengikuti
perkembangan sosial politik kampus maupun nasional, kami mencatat kerap kali BEM UI
mengeluarkan kajian dan rangkaian aksi yang tak tepat guna, salah sasaran sehingga hasilnya
memiliki dampak yang kurang signifikan. Kami mensinyalir hal ini terjadi oleh sebab selama ini
BEM UI cenderung melihat suatu kejadian secara reaksioner, tidak melalui kajian yang
mendalam, dan cenderung melihat permasalahan dengan perspektif kacamata kuda. Kajian yang
kerap terperangkap dalam selalu kutub ekstrim benar-salah. Bahwa di antara kebenaran dan
kebatilan berdiri suatu dinding demarkasi yang kokoh. Hal itulah yang kemudian tidak tergali
secara mendalam selama ini.
Dampaknya, isu yang dikawal dan diperjuangkan BEM UI cenderung berdiri dari satu
perspektif saja. Padahal, kita tahu realitas tidak berjalan dengan logika hitam putih. Kajian
monodimensial dan parsial seperti ini mengakibatkan adanya dampak yang tidak dikonsiderasi
dan meng-overestimate satu faktor tertentu. Maka menjadi wajar seringkali aksi demonstrasi
BEM dirasa tidak mewakili sebagian besar masyarakat hingga berujung pada cemoohan
masyarakat luas. Sebab bisa jadi demonstrasi yang dilancarkan justru akan merugikan dan
mengancam kepentingan masyarakat. Alih-alih bermaksud membela kepentingan mereka.
Kunci dari permasalahan ini menurut kami terletak pada proses pembuatan kajian untuk
aksi strategis yang akan dilaksanakan. Mengingat besarnya tanggung jawab yang diemban dalam
proses pergerakan kemahsiswaan ditambah dengan banyaknya stakeholder yang terlibat,
pembuatan kajian secara reaksioner dan gegabah merupakan hal yang tidak dapat diterima.
Alasan lain seperti ketidaktersediaan sumber daya manusia yang kompeten ditambah dengan
koordinasi internal yang payah, semuanya tidak bisa dijadikan justifikasi pembuatan kajian yang
nirkualitas. Oleh karenanya, dilandasi dengan semangat quality improvement, kami mengajukan
beberapa langkah strategis yang mendukung peran BEM UI sebagai mitra kritis pemerintah,
khususnya sebagai watchdog jalannya Pilpres 2019.
Pertama, BEM UI harus menjamin adanya proses manajemen kualitas di tiap-tiap kajian
yang dikeluarkan. Hal ini sangatlah penting supaya kajian yang dibuat merupakan hasil dari
diskursus yang ciamik serta mengikuti alur logika ilmiah yang ketat. Dalam penyusunannya,
sebuah kajian haruslah mengikuti metode saintifik yang sarat akan skeptisisme serta penuh
kehati-hatian hingga lahirlah tesis-tesis yang argumentatif dan rasional. Tak lupa argumen
tersebut didukung data yang up-to date dan dapat dipertanggungjawabkan. Bentuk kajian seperti
ini memang tidak dapat disusun secara instan, oleh sebab itu proses pengerjaannya memang harus
terjadwal secara ketat dan sistematis. Pengawalan yang konsisten dalam satu platform isu
menjadi salah satu upaya mencegah proses kajian yang tidak terstruktur.
Kedua, sebuah kajian BEM UI tidak bisa hanya disusun oleh segelintir orang yang
tergabung dalam suatu divisi saja, melainkan harus melibatkan banyak unsur mahasiswa maupun
masyarakat dari berbagai golongan, kepentingan, dan latar belakang ilmu yang berbeda. BEM UI
sebisa mungkin harus berusaha melihat permasalahan dalam perpspektif pancawarna. Mengajak
dan melibatkan stakeholder lain selain dari BEM UI sendiri dalam proses brainstorming kajian
menjadi sebuah cara yang baik dan partisipatif untuk mahasiswa UI lainnya. Perspektif dalam
kajian yang dibuat menjadi kaya akan dimensi pengetahuan. Kajian yang semakin banyak
memasukan pandangan tentunya semakin menguatkan keabsahan kajian tersebut. Serta, adanya
partisipasi ini meningkatkan sense of belonging mahasiswa UI untuk terlibat dalam gerakan
mahasiswanya.
Setiap akan melakukan rangkaian aksi, BEM harus menyediakan forum dialektika untuk
mahasiswa dari latar belakang yang berbeda dalam rangka penyusunan kajian sebagai landasan
keilmuan rangkaian aksi tersebut. Misalnya, BEM UI bisa mengkoordinasi tiap fakultas atau
bahkan tiap jurusan untuk mengirimkan utusan mereka yang mampu menyampaikan gagasan-
gagasan terkait isu yang sedang dikaji. Selain agar kajian menjadi multiperspektif dan
komprehensif, usaha ini juga akan meningkatkan awareness mahasiswa non-BEM dan
meningkatkan kepedulian mahasiswa akan isu-isu yang sedang dibawa BEM.
Ketiga, dalam penyusunan kajian strategis, perspektif yang digunakan sebisa mungkin harus
menghindari bias kognitif mahasiswa yang kini sangat berjarak dengan masyarakat. Penting
untuk dicatat, pergerakan mahasiswa tidak bisa dilakukan secara top-down buah dari elitisme
kemahasiswaan. Hal yang seyogyanya dilakukan secara bottom-up produk semangat orisinil dari
para grass root. Perlu diketahui, -meminjam istilah Wiji Thukul- nyanyian akar rumput, bukan
hanya tentang mahasiswa; melainkan buruh, petani, pelajar, dan elemen kerakyatan lainnya.

Penafikkan terhadap realitas ini adalah bentuk lain dari banalitas serta pemungkiran
terhadap titel “penyambung lidah rakyat. Mengutip Rendra, ada orang yang berkata: kami ada
maksud baik. Dan kita bertanya; Lantas, maksud baik saudara untuk siapa?
Untuk itu, setiap kajian yang disusun oleh BEM UI haruslah melibatkan perwakilan
masyarakat apabila kajian tersebut menyangkut kepentingan masyarakat yang sedang
diperjuangkan. Keterlibatan masyarakat tersebut bukan berarti mereka harus hadir ketika
perumusannya, namun kita bisa melibatkan masyarakat dengan cara menggali lebih dalam apa
yang sebenarnya diinginkan oleh mereka dan apa yang menjadi keresahan mereka. Misal, dapat
dilakukan via metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang notabene sebuah framework
multi-criteria decision making untuk menganalisis preferensi yang ada di masyarakat secara
reliable dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini perlu guna memperkuat legitimasi etis dari
tiap tindakan yang dilakukan oleh BEM UI.

Strategi Propaganda yang Masif, Kreatif, dan Inovatif

Setelah melakukan perbaikan dalam proses pembuatan serta konten kajian, hal yang perlu
dilakukan selanjutnya ialah tentang bagaimana proses diseminasi informasi dan marketing
campaign. Selain fungsi kontrol kebijakan via policy paper yang diterbitkan, perlu juga adanya
misi edukasi kepada masyarakat guna mendukung urgensitas isu yang diangkat. Tidak bisa
dinafikkan, seringkali tekanan dari masyarakat menjadi katalisator perubahan kebijakan publik
tersebut. Untuk memperoleh atensi publik, menjadikan turun ke jalan menggunakan cara-cara
lama seperti baliho dan pelantang suara sebagai satu-satunya solusi merupakan bentuk dari
kegagapan dalam beradaptasi dengan dinamika zaman. Perlu adanya aksi-aksi simbolik,
monumental, dan memorable seperti yang dilakukan “Tank Man” di Tiananmen Square. Akan
tetapi, hal yang perlu diingat baik-baik ialah segala proses marketing yang hendak dilakukan
haruslah berisikan konten yang substantif, jangan sampai justru menjadi boomerang yang
menjatuhkan marwah dari BEM UI.
Sebagai bentuk adaptivitas terhadap dinamika zaman, proses diseminasi informasi
seyogyanya mengutilisasi kanal digital yang ada sesuai dengan segmentasi pasar yang hendak
dijangkau. Praktisnya, BEM UI harus lebih memanfaatkan lagi potensi saluran media sosial
daring maupun media cetak yang disesuaikan dengan target pembaca yang hendak dijangkau.
Salah satu contohnya, apabila ingin kajian yang dikeluarkan sampai ke tangan policy-maker,
perlu adanya proses market targeting dengan kanal yang lebih cocok dibanding Line ataupun
Instagram, yakni Twitter. Hal ini mengingat sebaran demografi Line dan Instagram yang
didominasi anak muda dan kelas menengah dibanding Twitter yang memiliki segmentasi pasar
yang lebih cocok. Tidak hanya itu, perlu juga dilakukan brand positioning dari produk-produk
kajian. Jika tujuan dari pembuatan kajian adalah misi edukasi, penggunaan bahasa informal dan
slang merupakan ide yang bagus untuk menjangkau segmen milenial. Akan tetapi, apabila
tujuannya adalah memberikan rekomendasi kebijakan adalah keharusan menggunakan bahasa
yang baik dan benar. Proses segmenting-targeting-positioning merupakan hal yang esensial agar
dampak dari kajian tersebut lebih masif.

Sekilas, melalui tulisan ini, proses panjang BEM UI dalam pembuatan kajian strategis untuk
fungsi kontrol pemerintahan dan juga untuk membela kepentingan masyarakat luas sangatlah
berat dan menyita waktu, terlebih sebagai mahasiswa kita masih punya tanggung jawab pribadi
untuk berkuliah dengan baik. Tapi bagaimanapun beratnya, kita juga harus menyadari bahwa
untuk “sekadar” menyusun kajian dan melancarkan aksi strategis atas nama kepentingan
masyarakat, memang wajib hukumnya hal tersebut dilakukan dengan totalitas. Sebab akhirnya,
kita hanya bisa menyumbangkan niat baik, kemurnian hati, tekad yang bulat, dan sikap yang adil
sebagai bentuk tuntutan tanggung jawab dari status kemahasiswaan kita.

Pilpres dan Penyegaran BEM UI tahun 2019

Setelah adanya penyegaran kembali gerakan mahasiswa BEM UI 2019. Maka langkah strategis
yang perlu dilakukan oleh Mahasiswa atas dasar independensinya ialah mampu mengawal
Pemilihan Presiden 2019 secara sadar. Oleh karenanya, mahasiswa diharuskan fokus pada ide
dan gagasan pasangan calon presiden Republik Indonesia tahun 2019 ini. BEM UI membuat
strategi edukasi politik yang mencerdaskan masyarakat agar paham pilihan yang akan dipilihnya.
Tentunya dengan langkah-langkah strategis diantaranya:
- Konsolidasi massa yang mengakar pada seluruh lapisan mahasiswa
- Kajian terhadap isu yang mengakar dan melibatkan seluruh elemen mahasiswa dan
masyarakat
- Menciptakan ruang diskusi terbuka pada mahasiswa yang membahas gagasan dari paslon
Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia
- Memanfaatkan kanal informasi yang ramah dengan masyarakat untuk menyebarkan
informasi yang berimbang terkait paslon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia

Oleh karena itu, independensi yang dimiliki mahasiswa haruslah dioptimalkan sebagai
fasilitator gerakan dan edukator politik untuk membuka pintu pilihan bagi masyarakat agar dapat
memilih berdasarkan gagasan yang ditawarkan.

Anda mungkin juga menyukai