Anda di halaman 1dari 10

PEMUTIHAN TERUMBU KARANG DI LAUT AKIBAT PENGGUNAAN

BAHAN BAKAR FOSIL

oleh
SASVITA GEVI MELIYASARI
18/426124/SV/15266

1. Pendahuluan

Terumbu karang adalah ekosistem bawah laut yang terdiri dari sekelompok

binatang karang yang membentuk struktur kalisum karbonat, semacam batu kapur.

Ekosistem terumbu karang menjadi habitat hidup berbagai satwa laut. Terumbu

karang bersama-sama hutan mangrove merupakan ekosistem penting yang menjadi

gudang keanekaragaman hayati di laut. Dari sisi keanekaragaman hayati, terumbu

karang disebut-sebut sebagai hutan tropis di lautan yang menjadi sumber

penghidupan bagi mahkluk hidup di lautan.

Terumbu karang merupakan suatu habitat dari sejumlah spesies bintang

laut, ikan, tempat pemijahan, peneluran, pembesaran anak-anak ikan serta tempat

berlindung dari serangan predator. Terumbu karang memiliki kurang lebih satu juta

spesies dalam ekosistem ini. Terumbu karang sangat rentan terhadap perubahan

lingkungan. Suhu optimum bagi pertumbuhan terumbu karang yang disampaikan

pada website Coremap CTI dari kementerian kelautan dan perikanan yaitu

mencapai 26-28°C dengan toleransi suhu berkisar 17-34°C. Perubahan suhu jangka

panjang seperti laut yang mulai menghangat karena diakibatkan oleh peningkatan
suhu dapat membunuh terumbu karang. Selain itu sampah yang menutupi

permukaan air juga dapat mengganggu pertumbuhan terumbu karang karena

terumbu karang membutuhkan sinar matahari untuk melakukan proses produksi

makanan dan pertumbuhan.

Gambar 1. Sebaran pertumbuhan terumbu karang

Sebaran terumbu karang dapat ditemukan di daerah tropis dan sub tropis.

Sebagian besar berada pada suhu sekitar 30º arah utara dan selatan khatulistiwa.

Sebaran terbesar dari ekosistem terumbu karang paling banyak berada di Wilayah

Indo-Pasifik dan Atlantik. Wilayah indo-pasifik merupakan tempat terumbu karang

terluas dengan keanekaragaman paling banyak. Di Great Barrier Reef Australia saja

luasnya mencapai 200.000 km2. Daerah-daerah lain yang memiliki terumbu karang

luas antara lain perairan laut merah, bagian timur dan barat Samudera Hindia,

perairan Indonesia, Malaysia dan Filipna, dan di kepulauan pasifik.

Perubahan iklim global dipicu karena meningkatnya temperatur rata rata

bumi. 11 sampai 12 tahun terakhir merupakan tahun terhangat dalam temperatur

permukaan global sejak tahun 1850. Meningkatnya temperatur rata rata global

mencapai 0.74 derajat Celcius selama abad ke-20. Peningkatan temperatur tersebut

disebabkan oleh jumlah karbondioksida yang lebih banyak di atmosfer.


Karondioksida menjadi penyebab yang paling dominan hal tersebut beralasan

karena pada masa kini prabk prabik industri masih ada yang menggunakan bahan

bakar fossil sebagai bahan pembakaran dari kegiatan produksi. Hal tersebut memicu

naiknya konsentrasi karbondioksida naik dari masa pra-industri dari 278ppm

(parts-permillion) menjadi 379 ppm pada tahun 2005.

Peningkatan temperatur sangat membahayakan sistem alami bumi. Apabila

peningkatan temperatur rata-rata global melebihi 1.5 – 2.5°C, maka sekitar 20% -

30% spesies tumbuhan dan hewan terancam punah.

2. Pemutihan Terumbu Karang di Laut Akibat Penggunaan bahan Bakar

Fossil

Terumbu karang di dunia sekarang dalam kondisi sangat memprihatinkan,

hal tersebut dikarenakan terumbu karang sangat sensitif dengan kenaikan

temperatur. Kenaikan 1°C pada temperatur laut dapat menyebabkan pemutihan

pada karang.

Definisi pemutihan karang (Coral Bleaching) dilansir dari website National

Geographics yaitu suatu kejadian memudarnya warna seluruh terumbu karang

menjadi bewarna putih yang disebabkan oleh keluarnya zooxanhella yang

merupakan mikroalgae yang memiliki peran dalam menentukan pigmen warna pada

terumbu karang. Zooxanhella tidak hanya hidup pada karang keras namun juga

hidup pada karang lunak. Sehingga apabila terjadi pemutihan maka tidak hanya

karang keras yang memutih namun juga semua hewan yang bersimbiosis dengan

zooxanhella.
Gambar 2. Pemutihan Karang

Penyebab utama dari pemutihan karang yaitu perubahan temperatur suhu air

yang diatas atau dibawah normal. Namun hingga saat ini disebabkan oleh suhu yang

terus naik diatas normal. Bila kenaikan suhu 2-3°C dalam kurun waktu 1-2 minggu

maka terumbu karang akan menunjukkan tanda-tanda pemutihan dan apabila

kenaikan terus berlanjut maka satu bulan kemudian terumbu karang akan mati.

Sehingga dapat dikatakan bahwa fase pemutihan merupakan fase sekarat dari

terumbu karang yang merupakan alarm bahwa keadaan terumbu karang tidak

sedang baik baik saja.

Pemutihan karang (Coral Bleaching) akan menampakkan warna putih

bersih hal tersebut disebabkan karena pada dasarnya terumbu karang tersebut tidak

membiarkan hal lain atau organisme lain hidup diatasnya dan kemungkinan dapat

hidup kembali jika tempeatur air kembali normal namun jika terumbu karang yang

sudah terlihat terdapat orgaisme yang tumbuh diatasnya atau terlihat kotor maka

terumbu karang tersebut sudah mati


Gambar 4. perbandingan gambar atas terumbu karang yang mengalami

pemutihan dan gambar bawah terumbu karang yang telah mati.

Pemanasan global adalah akar dari naiknya suhu permukaan bumi.

Penggunaan bahan bakar fosil yang terus menerus baik digunakan dalam kegiatan

transportasi maupun industri membuat konsentrasi karbondioksida semakin

bertambah yang menyebabkan pada lapisan bumi dan membentuk efek rumah kaca

(Greenhouse Effect). Efek rumah kaca adalah saat panas matahari merambat dan

masuk ke permukaan bumi. Kemudian panas matahari tersebut akan dipantulkan

kembali oleh permukaan bumi ke angkasa melalui atmosfer. Radiasi yang diserap

dipancarkan kembali dalam bentuk sinar inframerah.


Gambar 3. proses pembentukan efek rumah kaca

Penggunaan bahan bakar fosil bahan bakar minyak (BBM), pembakaran


batu bara, pembakaran lahan, dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui
batas maksimal yang mampu di absorbsinya oleh tumbuhan-tumbuhan dan hutan.
Pada bahan bakar fosil terjadi pembakaran yang tidak sempurna sehigga
menghasilkan asap yang mengandung gas karbon monoksida (CO), partikel karbon
(jelaga), dan sisa bahan bakar (hidroksida) yang merupakan bagian dari gas
pembentuk efek rumah kaca, selain itu bahan bakar fosil terdapat pengotor
didalamnya yang disebabkan pembakaran belerang yang menghasilkan oksida
belerang (O2 atau SO3).
Hal tersebutlah yang menyebabkan temperatur udara meningkat dan laut
berperan dalam menyerap panas bumi jika tidak maka suhu pada permukaan bumi
akan terus meningkat. Namun laut yang menyerap panas tersebut menyebabkan
temperatur dalam air semakin naik yang memicu terjadinya pemutihan karang.
Ketergantugan bahan bakar fosil sebagai penggerak mesin dalam industri dan
transportasi harus segera dibatasi mengingat dampak yang akan terjadi jika terus
digunakan.
Perlunya riset mengenai sumber energi terbarukan yang menjadi bahan
bakar pengganti bahan bakar fosil perlu dikiatkan. Seperti yang telah dilakukan
beberapa perusaan otomotif Tesla yang menggunakan bahan bakar listrik yang
ramah lingkungan namun hal tersebut terkendala dengan harga yang tergolong
cukup mahal.
3. Cara Mencegah dan Mengatasi Pemutihan Karang (Coral Bleaching)

Selogan “mencegah lebih baik daripada mengobati” terdengar cocok


untuk terumbu karang kali ini. Mencegah kerusakan teumbu karang lebih
mudah daripada memulihkan terumbu karang yang telah sakit (memutih).
Dalam mencegah pemutihan terumbu karang terdapat beberapa kegiatan yang
mudah dilakukan namun memiliki efek dan dampak yang besar bagi
lingkungan.
Contoh kegiatan sederhana yang dapat dilakukan untuk mencegah
pemutihan karang diantaraya adalah mengurangi menggunakan kendaraan
pribadi dengan menggunakan speda atau mengganti dengan mengunakan
transportasi umum, dengan demikian pembakaran bahan bakar fossil akan
berkurang dan dapat perlahan menurunkan temperatur suhu bumi jika
dilakukan dengan konsisten dan dilakukan oleh banyak orang. Selain itu
membiasakan untuk gemar menanam pohon yang mana daun dari pohon
tersebut menggunakan karbondioksida sebagai hasil pembakaran digunakan
untuk bahan fotosintesis dan diubah menjadi oksigen.
Selain itu tindakan yang besar harus segera dilakukan karena mengingat
dampak dari temperatur yang terus naik menyebabkan terumbu karang
memutih dan mati, padahal terumbu karang merupakan rumah dan makanan
bagi ikan ikan kecil jika ikan ikan kecil kehilangan rumah dan sumber makanan
maka ikan ikan kecil akan mati, yangn mana ikan kecil adalah makanan dari
ikan yang lebih besar. Hal tersebut merupakan bagian dari rantai makanan dan
kehidupan di laut, dan jika salah satu rantai lepas maka kehidupan di laut akan
terancam.
Tindakan yang besar diantaranya seperti mulai menggunakan
pembangkit listrik, nuklir dan inovasi teknologi lain digunakan sebagai bahan
bakar meninggalkan bahan bakar fossil batu bara. Dan juga mulai melakukan
inovasi mengganti bahan bakar transportasi dari bensin ataupun dengan dengan
menggunakan listrik yang lebih ramah lingkungan.
Sedangkan solusi yang dapat dilakukan untuk memulihkan terumbu
karang yang telah memutih dapat dilakukan dengan menggunakan metode
yang telah dilakukan riset oleh Gator Halpern seorang pendiri Coral Vita.
Dilansir dalam salah satu artiker DW Indonesia menyebutkan bahwa Gator
Halpern dan mitranya di Laboratorium Laut Mote di Florida Keys serta Institut
Biologi Kelautan Hawaii menemukan cara untuk menunbuhkan terumbu
karang 50 kalilebih cepat. Metode yang digunakan adalah dengan cara mengisi
beberapa tank dengan air laut lalu mengendalikan pertumbuhan karang.
Pendekatan tersebut memungkinkan untuk melatih karang agar lebih
tahan terhadap pemanasan dan pengasaman laut, dengan meningkatkan panas
atau keasaman tangki, karang dapat belajar hidup dan membangun ketahanan
terhadap kondisi perubahan iklim metode tersebut dinamakan dengan teknik
rekayasa evolusi.
Dengan begitu terumbu karang yang nantinya dilepas habitatkan lagi ke
lautan menjadi lebih terlatih dalam menghadapi perubahan suhu ekstrem,
sehingga terumbu karang dapat beradaptasi dah mampu bertahan hidup lebih
lama.

3. Simpulan
Terumbu karang merupakan hewan yang memiliki tingkat sensitivitas yang
tinggi, dimana perubahan kecil temperatur air laut sangat berpengaruh terhadap
daya tahan tubuh dari terumbu karang. Apabila kenaikan tersebut dirasakan
oleh terumbu karang dalam jangka 1-2 minggu tanpa adanya pemulihan
temperatur maka karang akan menjadi putih yang disebut dengan pemutihan
karang (Coral Bleaching) dimana teumbu karang berhenti melkaukan aktivitas
dalam membuat makanan dan membuat tubuhnya menjadi kekuranga
makanan.Hal tersebut jika dilakukan terus menerus akan menyebabkan
terumbu karang menjadi mati.
Penyebab utama dari naiknya temperatur adalah pemanasan global, yang
mana temperatur rata rata bumi semakin naik dikarenakan penggunaan bahan
bakar fossil yang masih sering digunakan dalam bidang industri, transportasi.
Contohnya pada transportasi masih menggunakan bensin sebagai bahan bakar
sepeda motor atau mobil dan beberapa industri maupun pembangkit listrik yang
masih menggunakan batu bara sebagai bahan bakar. Yang mengakibatkan hasil
pembakaran seperti karbondioksida dan karbonmonoksida yang memenuhi
udara kemudia dipantulankan lagi oleh atmosfer sehingga menyebabkan
temperatur rata ratanya meningkat.
Riset mendalam perlu dilakukan untuk menciptakan teknologi ramah
lingkungan. Seperti menciptakan mesin yang tidak lagi bergantung dengan
bahan bakar fossil. Contohnya pembangkit listrik tenaga listrik, nuklir maupun
yang lainnya. Bagi terumbu karang juga diperlukan penanaman bibit kembali
oleh manusia yang berupaya untuk melakukan konservasi alam dengan
menggunakan teknik rekayasa evolusi dimana terumbu karang mampu
bertahan hidup dalam perubahan temperatur ekstrem yang terjadi.
Kepedulian masyarakat akan pentingnya terumbu harus ditingkatkan karena
merupakan suatu pondasi kehidupan bawah laut yang penting. Dimana apabila
terumbu karang rusak maka berimbas pada keberadaan ikan yang merupakan
sumber pemasukan bagi masyarakat yang merupakan penggerak ekonomi
keluarga.
Sehingga perlu ditingkatkan penyuluhan pentingnya monitoring dan
konservasi terumbu karang, yang mana masyarakat terlibat langsung dalam
menjaga dan melestarikan kehidupan terumbu karang.

DAFTAR PUSTAKA
Sumber Laman:

http://coremap.or.id/berita/1172
https://nationalgeographic.grid.id/read/131623449/coral-bleaching-
fenomena-hilangnya-warna-indah-terumbu-karang?page=all nathania
kinanti
https://www.dw.com/id/membuat-terumbu-karang-tumbuh-50-kali-lebih-cepat/a-
45813159
https://jurnalbumi.com/knol/terumbu-karang/ cecep risnandar

https://nasional.tempo.co/read/656918/kenaikan-suhu-permukaan-laut-ancam-

terumbu-karang/full&view=ok ahmad nurhasim

giyanto, muhammad abrar, tri aryono hadi, agus budiyanto. 2017. STATUS TERUMBU

KARANG INDONESIA 2017. Jakarta utara: Puslit Oseanografi

Anda mungkin juga menyukai