Anda di halaman 1dari 10

Ternyata Bukan Pohon Penghasil Oksigen Terbesar, Tapi Ini loh !

Sudah baca pertanyaan di atas? nah kalau udah dibaca, silakan dijawab.
Siapa sih yang rela-rela memberikan Oksigen bagi manusia..berjasa
banget kan?

Kalau anda jawab : Pohon

http://bumisme13.blogspot.co.id/2011/11/ternyata-bukan-pohon-penghasil-
oksigen.html

diunduh 7/5/2017 pukul 8:15

Jawabannya: sorry..masih salah..pohon adalah salah satu penyumbang


oksigen, akan tetapi hanya sebesar 20% untuk bumi. pohon berguna untuk
mitigasi (mengurangi) karbondioksida yang ada di bumi. jadi untuk
mengurangi dampak pemanasan global, tanamlah pohon agar CO2 nya
dapat dimanfaatkan oleh pohon. karena nilai wajar dari CO2 adalah 0,1%
di bumi ini, tetapi tahun 2013 ini kadar CO2 di atmosfer bumi sudah
mencapai 0,3% bro!!

Bumisme- Banyak dari Kita mengganggap bahwa pohon lah


penyumbang oksigen terbesar untuk bumi. Pada kenyataannya
pohon hanya bisa menyumbang sekitar 20% oksigen bagi bumi.
Pohon hanya difungsikan sebagai penyaring karbon dioksida dan
penghasil oksigen. Walaupun begitu, pohon bukan penyumbang
oksigen terbesar. Lalu siapa dong pahlawan Kita ?

Fitoplanton, Penghasil Oksigen Terbesar Di Bumi


Sumber

Yah, mungkin Anda kenal dengan planton ? Planton yang Saya


maksud bukan tokoh dalam animasi spongebob. Planton sendiri
adalah organisme kecil yang berada permukaan laut maupun
samudra dan menjadi produsen untuk beberapa makhluk hidup di
habitatnya seperti batu karang, kerang, dan ikan paus.

Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan


laut. Memiliki Ukurantubuh yang kecil. Walaupun termasuk
sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk
melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya.

Plankton (khususnya fitoplanton) menyumbang 80% kebutuhan


oksigen yang ada di bumi ini. dengan kemampuannya,
planton menghasilkan gelembung-gelembung oksigen yang
terdapat di dalam laut, oksigen tersebut terlepas ke udara dan
menjadi gas yang bisa kita nikmati sekarang. Dierdre Toole dari
Institusi Oceanografi Woods Hole (WHOI) dan David Siegel dari
Universitas California, Santa Barbara (UCSB) adalah dua peneliti
itu.

Penelitian yang dibiayai oleh NASA tersebut mengungkapkan


ketika matahari menyinari lautan, lapisan atas laut (sekitar 25
meter dari permukaan laut) memanas, dan menyebabkan
perbedaan suhu yang cukup tinggi dengan lapisan laut di
bawahnya. Lapisan atas dan bawah tersebut terpisah dan tidak
saling tercampur.

Karena rentan terhadap sinar ultraviolet, plankton mencoba


melindungi diri dengan menghasilkan zat
dimethylsulfoniopropionate (DMSP) yang berfungsi untuk
menguatkan dinding sel mereka. DMSP akan terurai ke
air danmenjadi zat dimethylsulfide (DMS). DMS kemudian
terlepas dengan sendirinya dari permukaan laut ke udara. Di
atmosfer, DMS bereaksi dengan oksigen sehingga membentuk
sejenis komponen sulfur. Komponen sulfur DMS itu kemudian
saling melekat dan membentuk partikel kecil seperti debu.
Partikel-partikel kecil tersebut kemudian memudahkan uap air
dari laut untuk berkondensasi dan membentuk awan. Jadi, secara
tidak langsung, plankton membantu menciptakan awan. Awan
yang terbentuk menyebabkan semakin sedikit sinar ultraviolet
yang mencapai permukaan laut, sehingga plankton pun terbebas
dari gangguan sinar ultraviolet.

Penelitian yang dilakukan di Laut Sargasso, lepas pantai Bermuda


ini juga menemukan secara mengejutkan bahwa partikel DMS ini
dapat terurai dengan sendirinya di udara setelah tiga sampai lima
hari saja. Padahal, karbondioksida di udara, dapat bertahan
hingga berpuluh-puluh tahun.

Para ahli mengatakan plankton berkontribusi banyak pada


kesejahteraan Bumi, sama pentingnya dengan hutan tropis
dalam hal kontribusi global.

Makhluk-makhluk mungil di lautan yang disebut plankton sebagian besar


dianggap sebagai makanan bagi paus dan hewan laut besar lainnya. Namun
sebuah studi global selama empat tahun menemukan, antara lain, bahwa
plankton merupakan sumber oksigen di planet ini.

Plankton adalah binatang, ganggang, bakteri dan organisme mikroskopis


lainnya yang tidak kasat mata. Mereka mendiami lapisan-lapisan atas
samudera, laut dan perairan tawar di dunia.

Dalam sebuah proyek "Tara Oceans" yang dipimpin oleh organisasi nirlaba
Perancis Tara Expeditions, 200 ilmuwan dari 45 negara bergantian
meneliti plankton di atas sebuah kapal.

Mulai berlayar pada September 2009, kapal Tara mengunjungi 210 lokasi,
tempat para ilmuwan mengumpulkan 35.000 sampel, meneliti kehidupan,
susunan genetis dan pergerakan makhluk-makhluk mungil tersebut.

Chris Bowler, koordinator ilmiah Tara Oceans, mengatakan para peneliti


menemukan bahwa plankton berkontribusi banyak pada kesejahteraan
planet kita. Makhluk-makhluk itu menghasilkan oksigen yang kita hirup,
membuang karbon dioksida dari atmosfer dan secara umum
mempertahankan kondisi Bumi agar layak ditinggali manusia, ujarnya.

Bowler mengatakan hampir setengah dari oksigen yang kita hirup berasal
dari diatom, atau ganggang mini berfotosintesis yang menempati lapisan
semua perairan yang mendapat cahaya matahari.

Pada dasarnya hal itu berarti bahwa setiap tarikan nafas ke lima, Anda
menghirup oksigen yang dapat secara langsung dilacak kembali ke diatom,
ujarnya.

"Jadi mereka sama pentingnya dengan hutan tropis dalam hal kontribusi
global.

Direktur eksekutif ekspedisi, Romain Troubl mengatakan, penelitian


tersebut jelas menunjukkan bahwa lautan adalah mesin iklim Bumi.

Kita percaya bahwa lautan juga merupakan pendorong utama perubahan


iklim, pengelola utama dalam penyimpanan karbon dioksida dan panas,
ujarnya.

Dan mesin ini bekerja karena laut ada dalam kondisi kesehatan yang
baik.

Kelompok ilmuwan yang berbeda meneliti hal-hal yang berbeda. Satu grup,
misalnya, membuat katalog untuk lebih dari 40 juta gen plankton yang
sebelumnya tidak diketahui. Yang lainnya menemukan bahwa sebagian
besar interaksi plankton bersifat parasit.

Data yang terkumpul akan digunakan untuk menentukan mana dari


organisme-organisme tersebut yang paling bisa beradaptasi terhadap
kondisi-kondisi air yang berubah.

Hasil-hasil dari studi-studi pertama tersebut diterbitkan dalam edisi Mei


jurnal ilmiah Science, dan banyak analisis lainnya akan menyusul.
LAUT SEBAGAI THE NEXT PARU-PARU DUNIA
http://pencariilmu-goresantinta.blogspot.co.id/2012/01/laut-sebagai-next-
paru-paru-dunia.html

diunduh 7/5/2017 pukul 8:17

Dua pertiga luasan dari bumi ini adalah lautan. Laut menyimpan potensi
sumberdaya yang sangat besar. Laut sebagai ekosistem dari berbagai
organisme. Hubungan antara organisme laut juga menjalin hubungan erat
dengan ekosistem darat dan udatra. Semakin mendekati daratan, di lautan
dangkal terdapat terumbu karang dengan pesonanya. Matahari juga
memberikan sinarnya, masuk perlahan ke laut hingga dapat terbentuk
terumbu karang yang indah tersebut.

Laut memiliki fungsi yang tidak kalah pentingnya dengan hutan. Hutan
disebut sebagai paru-paru dunia, sebagai tempat hidup berbagai pohon
dan tumbuhan dengan luasan yang sangat besar. Begitu pula terjadi untuk
laut. Apabila kita cermati konferensi dunia yang membahas tentang
kelautan pada mei 2009 lalu, yaitu WOC (World Ocean Conference) di
Indonesia, membahas mengenai fungsi laut yang dapat mengurangi
dampak dari global warming. Ada hubungan timbal balik antara laut dengan
iklim yang dapat dikaji kembali bagaimana langkah-langkah yang harus
dilakukan untuk menjaga ekosistem laut, menghentikan eksploitasi laut dan
pencemaran laut agar laut tetap terjaga dan mampu menjalankan
fungsinya dengan baik sebagai penangkap gas CO2.

Didalam laut terdapat berbagai organisme seperti fitoplankton, algae,


terumbu karang, padanglamnun dan organism lain yang dapat
berfotosintesis dengan menangkap CO2. Fitoplankton, alga maupun
tumbuhan pada padang lamun mensintesis makanan sendiri dari bahan
anorganik menjadi bahan organic dengan bantuan cahaya matahari dan
menyerap CO2. Hal tersebut karena fitoplankton, alga dan lamun mirip
seperti tumbuhan lainnya, yaitu memiliki kandungan klorofil. Untuk dapat
berfoosintesis organism-organisme tersebut harus berada pada daerah
yang terjangkau sinar matahari. Sinar matahari hanya dapat menembus air
laut pada kedalaman tertentu saja. Sehingga organism-organisme tersebut
tumbuh dan berada pada bagian permukaan atau pada daerah lautan
dangkal.

http://images.sciencedaily.com/2008/12/081217190334-large.jpg

Terumbu karang merupakan kumpulan hewan yang bersimbiosis dengan


alga yang dapat melakukan fotosintesis. Fotosintesis dilakukan terumbu
karang dengan menghasilkan oksigen-oksigen yang dilarutkan dalam air.
Untuk berfotosintesis terumbu karang juga memerlukan cahaya matahari,
sehingga terumbu karang banyak terdapat pula pada lautan dangkal.
Selain itu adanya terumbu karang juga dipengaruhi oleh suhu dan
kandungan zat kapur dengan kadar tertentu.
http://blueseafer.files.wordpress.com/2010/03/terumbu-karang.jpg

Tak hanya organism-organisme tersebut saja, masih banyak organism di


laut yang jumlahnya sangat banyak, berupa tumbuhan, maupun jasad renik
versel satu sampai bersel banyak mampu mengurangi dampak pemanasan
global dengan menyerap oksigen. Hal tersebut seperti hutan, yang
posisinya di perairan laut. Sungguh sangat luar biasa kekayaan laut
tersebut.

Penelitian dalam skala laboratorium yang dilakukan Badan Pengkajian dan


Penerapan Teknologi (BPPT) membuktikan algae di laut mampu tumbuh
20-25 kali hanya dalam 15 hari dengan diberi makan karbondioksida
(CO2). Bahkan Chlorella sp dengan jumlah awal 40.000 sel per ml menjadi
1 juta sel per ml dalam 15 hari, kata Kepala BPPT Dr Marzan Aziz Iskandar
dalam seminar Implementasi Pengurangan Emisi Karbondioksida sebagai
Upaya Mitigasi Global Warming di Jakarta. (Harian Seputar Indonesia,
Jumat 15 Mei 2009)

Ketika kita telah mengetahui bahwa terdapat organism-organisme di lautan


yang mampu mengkonversi karbondioksida menjadi oksigen, tentunya
akan menjadi semangat kita untuk paling tidak menjaga ekosistem laut
supaya tetap terjaga. Sesuai data yang telah disampaikan oleh pihak BPPT
bahwa algae mampu tumbuh sampai 20-25 kali dalam 15 hari dengan
menyerap karbondioksida. Padahal di beberapa wilayah laut memiliki
kekayaan berupa alga/ganggang hijau, biru, merah, coklat dan jenis
lainnya yang sangat melimpah. Sebarannya dibatasi pada zona daerah
yang masih terdapat cahaya matahari yang terdiri atas batuan-batuan dan
juga dipengaruhi pula oleh tingkat salinitas.
Terumbu karang juga tak kalah melimpah. Terumbu karang membentuk
pola seperti hutan yang berada di dalam lautan. Terumbu karang sebagai
rumah dari berbagai organism lainnya, terutama ikan yang banyak
berkembangbiak pada daerah terumbu karang. Semakin banyak jumlah
terumbu karang, maka jumlah oksigen yang dihasilkan juga semakin besar,
Namun pemanasan global mengancam terumbu karang yang dapat
mengakibatkan naiknya permukaan laut sehingga terjadi kerusakan karang
karena tidak mempu mendapatkan sinar matahari dan terjadinya
pemutihan karang/coral bleeching.
Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan luasan laut lebih luas dari
daratannya. Kekayaan sumberdaya kelautan Indonesia begitu besar dan
beragam, mulai dari terumbu karang, alga, padang lamun, dan masih
banyak lagi potensi sumberdaya laut lainnya. Hal tersebut tentunya
menjadi sebuah nilai penting untuk Indonesia untuk berperan secara aktif
kepada dunia untuk memulai mengembangkan dan melestarikan
sumberdaya laut. Isu tentang kemampuan organism dalam mengurangi
dampak global warming dapat dikembangkan pula dengan penelitian,
misalnya dengan mencari tahu sebaran dan sekaligus seberapa besar
kemampuan dari organism laut untuk mengambil dan menghasilkan
oksigen. Tentunya akan sangat bermanfaat sekali bagi berbagai kalangan.

Sumber :
http://teenforgreen.blogspot.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang
http://id.wikipedia.org/wiki/Fitoplankton
http://www.nytimes.com/2007/05/01/business/01plankton.html?ref=science
http://id.wikipedia.org/wiki/Alga
http://www.scribd.com/doc/29838613/PADANG-LAMUN
http://alinur.wordpress.com/2009/06/04/pentingnya-world-ocean-
conference-woc-bagi-indonesia/
at January 16, 2012
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Anda mungkin juga menyukai