Tinjauan Pustaka HIPERTENSI
Tinjauan Pustaka HIPERTENSI
PENDAHULUAN
Hipertensi telah menjadi permasalahan kesehatan yang sangat umum terjadi. Data dari
National Health and Nutrition Examination (NHANES) menunjukkan bahwa 50 juta atau
bahkan lebih penduduk Amerika mengalami tekanan darah tinggi. Angka kejadian hipertensi
di seluruh dunia mungkin mencapai 1 milyar orang dan sekitar 7,1 juta kematian akibat
hipertensi terjadi setiap tahunnya (WHO, 2003 dan Chobanian et.al, 2004).
Hipertensi berasal dari dua kata, hiper=tinggi dan tensi=tekanan darah, merupakan
penyakit yang sudah lama dikenal. Menurut American Society of Hypertension (ASH),
pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang
progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani,
2008).
Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya. Tubuh akan bereaksi lapar, yang mengakibatkan jantung harus bekerja
lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan
menetap, timbulah gejala yang disebut sebagai penyakit tekanan darah tinggi (Vitahealth,
2005).
Adanya pemahaman yang keliru bahwa hipertensi bukan merupakan penyakit akan
tetapi merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah dengan pertambahan usia. Hal ini
menyebabkan penanganannya menjadi terlambat. Hipertensi yang dibiarkan tanpa
penanganan akan mengakibatkan komplikasi berupa penyakit jantung dan pembuluh darah,
stroke, gangguan fungsi ginjal, kerusakan mata dan kematian dini
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Shankie (2001) tekanan darah (blood presure, TD) adalah tekanan
yang dilakukan darah atas dinding pembuluh darah. Besaran yang dipakai dalam
pengukuran dengan mercury sphygnomanometer yaitu tekanan darah sistolik (SBP)
dan diastolik (DBP).
2.1.2 Darah mengangkut berbagai zat di dalam tubuh sewaktu dipompa melintasi
pembuluh darah.
2.1.3 Pengaturan tekanan darah arteri rata-rata dilakukan dengan mengontrol curah
jantung, resistensi perifer total, dan volume darah.
Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong darah ke
jaringan. Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan
tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup; tanpa
tekanan ini, otak dan jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat
seberapapun penyesuaian lokal mengenai resistensi arteriol ke organ-organ tersebut
yang dilakukan. Kedua, tekanan tidak boleh terlalu tinggi, sehingga menimbulkan
beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan risiko kerusakan pembuluh
serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus.
Pusat integrasi yang menerima impuls aferen mengenai status tekanan arteri
adalah pusat kontrol kardiovaskuler, yang terletak di medula di dalam batang
otak. Sebagai jalur aferen adalah sistem saraf otonom. Pusat kontrol kardiovaskuler
mengubah rasio antara aktivitas simpatis dan parasimpatis ke organ-organ efektor
(seperti jantung dan pembuluh darah).
Ringkasan efek sistem saraf simpatis dan parasimpatis pada faktor-faktor yang
mempengaruhi tekanan darah.
↑ potensial ↑ kecepatan
Bila tekanan darah ↑ reseptor sinus pembentukan
Pusat kardiovaskuler
diatas normal karotikus & potensial aksi
lengkung aorta saraf aferen
Tekanan darah
menurun kearah
normal
2.2 Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Kaplan N.M , 2006).
2.2.2 Epidemiologi
2) Ras
Orang-orang afro yang hidup di masyarakat barat mengalami hipertensi
secara merata yang lebih tinggi daripada orang berkulit putih. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena tubuh mereka mengolah garam secara
berbeda
3) Usia
Hipertensi lebih umum terjadi berkaitan dengan usia, Khususnya pada
masyarakat yang banyak mengkonsumsi garam. Wanita premenopause
cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada
usia yang sama, meskipun perbedaan diantara jenis kelamin kurang
tampak setelah usia 50 tahun. Penyebabnya, sebelum menopause, wanita
relatif terlindungi dari penyakit jantung oleh hormon estrogen. Kadar
estrogen menurun setelah menopause dan wanita mulai menyamai pria
dalam hal penyakit jantung.
4) Jenis kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi
daripada wanita. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula
dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada pria seringkali dipicu oleh
perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi dan
rendahnya status pekerjaan Sedangkan pada wanita lebih berhubungan
dengan pekerjaan yang mempengaruhi faktor psikis kuat
5) Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini
mempengaruhi meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila
stress berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap
tinggi. Secara fisiologis apabila seseorang stress maka kelenjer pituitary
otak akan menstimulus kelenjer endokrin untuk mengahasilkan hormon
adrenalin dan hidrokortison ke dalam darah sebagai bagian homeostasis
tubuh. Penelitian di AS menemukan enam penyebab utama kematian
karena stress adalah PJK, kanker, paru-paru, kecelakan, pengerasan hati
dan bunuh diri
6) Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untuk
memompa darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh
tersebut. Berat badan yang berlebihan menyebabkan bertambahnya
volume darah dan perluasan sistem sirkulasi. Bila bobot ekstra
dihilangkan, TD dapat turun lebih kurang 0,7/1,5 mmHg setiap kg
penurunan berat badan. Mereduksi berat badan hingga 5-10% dari bobot
total tubuh dapat menurunkan resiko kardiovaskular secara signifikan
7) Asupan garam Na
Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah
bertambah dan menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga
memperkuat efek vasokonstriksi noradrenalin. Secara statistika, ternyata
bahwa pada kelompok penduduk yang mengkonsumsi terlalu banyak
garam terdapat lebih banyak hipertensi daripada orang-orang yang
memakan hanya sedikit garam
8) Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal
ini karena nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru-
paru dan disebarkan keseluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10
detik bagi nikotin untuk sampai ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin
dengan memberikan sinyal kepada kelenjer adrenal untuk melepaskan
efinephrine (adrenalin). Hormon yang sangat kuat ini menyempitkan
pembuluh darah, sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih
keras dibawah tekanan yang lebih tinggi
9) Konsumsi alkohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara
keseluruhan semakin banyak alkohol yang di minum semakin tinggi
tekanan darah. Tapi pada orang yang tidak meminum minuman keras
memiliki tekanan darah yang agak lebih tinggi daripada yang meminum
dengan jumlah yang sedikit.
B. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder memiliki patogenesis yang spesifik. Hipertensi
sekunder dapat terjadi pada individu dengan usia sangat muda tanpa
disertai riwayat hipertensi dalam keluarga. Individu dengan hipertensi
pertama kali pada usia di atas 50 tahun atau yang sebelumnya diterapi
tapi mengalami refrakter terhadap terapi yang diberikan mungkin
mengalami hipertensi sekunder. Penyebab hipertensi sekunder antara
lain penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler ginjal,
hiperaldosteronisme primer dan sindroma chusing feokromsitoma,
koarktasio aorta, kehamilan, serta penggunaan obat-obatan. (Ilmu
Penyakit Dalam II, 2011).
Hipertensi sekunder adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar
kedua selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui
dan ini menyangkut + 10% dari kasus-kasus hipertensi. (Sheps, 2005).
2.2.5 Patomekanisme
http://physicianjobster.com/wp-content/uploads/2009/11/Renal-Sodium-Retention-
Compensatory-Mechanism-Diagram-in-Essensial-Hypertension.jpg
c. Aldosteron
Aldosteron beredar dalam darah dan berikatan dengan sel-sel duktus
pengumpul di korteks ginjal. Pengikatan dengan aldosteron menyebabkan
peningkatan reabsorpsi natrium dari filtrate urin dan menyebabkan natrium
masuk kembali ke kapiler peritubulus. Peningkatan reabsorbsi air sehingga
volume plasma meningkat. Peningkatan volume plasma akan meningkatkan
aliran balik vena ke jantung sehingga volume sekuncup dan curah jantung
meningkat. Peningkatan curah jantung, seperti peningkatan TPR, secara langsung
meningkatkan tekanan darah sistemik.
Rangsangan lain untuk pelepasan aldosteron, selain angiotensin II,
adalah kadar kalium plasma yang tinggi dan suatu hormone hipofisis anterior,
hormone adrenokortikotropik (ACTH). Selain mempengaruhi reabsorpsi natrium,
aldosteron juga merangsang sekresi (dan dengan demikian ekskresi) kalium dari
duktus pengumpul di korteks ginjal ke dalam filtrate urin.
Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam
pengendalian tekanan darah yang mempengaruhi rumus dasar :
Tekanan Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer. (Sudoyo, 2009).
Mekanisme patofisiologi yang berhubungan dengan peningkatan hipertensi
esensial antara lain :
2) Sistem Renin-Angiotensin
http://images.wikia.com/psychology/images/a/a2/Renin-angiotensin-aldosterone_system.png
4) Disfungsi Endotelium
Pembuluh darah sel endotel mempunyai peran yang penting dalam
pengontrolan pembuluh darah jantung dengan memproduksi sejumlah vasoaktif
lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium
banyak terjadi pada kasus hipertensi primer. Secara klinis pengobatan dengan
antihipertensi menunjukkan perbaikan gangguan produksi dari oksida nitrit.
Banyak sistem vasoaktif yang mempengaruhi transpor natrium dalam
mempertahankan tekanan darah dalam keadaan normal. Bradikinin merupakan
vasodilator yang potensial, begitu juga endothelin. Endothelin dapat
meningkatkan sensitifitas garam pada tekanan darah serta mengaktifkan sistem
renin-angiotensin lokal. Arterial natriuretic peptide merupakan hormon yang
diproduksi di atrium jantung dalam merespon peningkatan volume darah. Hal ini
dapat meningkatkan ekskresi garam dan air dari ginjal yang akhirnya dapat
meningkatkan retensi cairan dan hipertensi .
5) Hiperkoagulasi
Pasien dengan hipertensi memperlihatkan ketidaknormalan dari dinding
pembuluh darah (disfungsi endotelium atau kerusakan sel endotelium),
ketidaknormalan faktor homeostasis, platelet, dan fibrinolisis. Diduga hipertensi
dapat menyebabkan protombotik dan hiperkoagulasi yang semakin lama akan
semakin parah dan merusak organ target. Beberapa keadaan dapat dicegah
dengan pemberian obat anti-hipertensi .
6) Disfungsi diastolik
Hipertrofi ventrikel kiri menyebabkan ventrikel tidak dapat beristirahat
ketika terjadi tekanan diastolik. Hal ini untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
input ventrikel, terutama pada saat olahraga terjadi peningkatan tekanan atrium
kiri melebihi normal, dan penurunan tekanan ventrikel.
2.2.7 Penatalaksanaan
Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya komplikasi. Langkah awal biasanya adalah merubah gaya
hidup penderita:
a. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurutnkan berat badannya sampai batas ideal.
b. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol
darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium
atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,
magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol.
c. Olah raga teratur yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial tidak perlu
membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali.
d. Berhenti merokok karena merokok dapat merusak jantung dan sirkulasi darah dan
meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
e. Pemberian obat-obatan:
1. Diuretik thiazide biasaanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk
mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air,
yang akan mengurangi volume cairan diseluruh tubuh sehingga menurutnkan
tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah.
Diuretik menyebabkan hilangnya kalium melalui air, sehingga harus
diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium.
2. Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-
blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang mengambat efek
system saraf simpatis. System saraf simpatis adalah system saraf yang
dengan segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara
meningkatkan tekanan darah.
3. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-Inhibitor)
menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
4. Angiotensin II Blocker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu
mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor.
5. Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan
mekanisme yang benar-benar berbeda.
6. Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari
golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat anti
hipertensi lainnya.
2.2.8 Pencegahan
Stres tidak menyebabkan hipertensi yang menetap, tetapi stress berat dapat
menyebabkan kenaikan tekanan darah yang bersifat sementara yang sangat tinggi.
Jika periode stress sering terjadi maka akan mengalami kerusakan pada pembuluh
darah, jantung dan ginjal sama halnya seperti yang menetap (Amir,2002).
Manfaat olah raga yang sering di sebut olah raga isotonik seperti jalan kaki,
jogging, berenang dan bersepeda sangat mampu meredam hipertensi. Pada olah raga
isotonik mampu menurunkan hormone noradrenalin dan hormone – hormone lain
penyebab naiknya tekanan darah. Hindari olah raga Isometrik seperti angkat beban,
karena justru dapat menaikkan tekanan darah ( Mayer,1999).
Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam
tubuh,istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Meluangkan waktu tidak
berarti minta istirahat lebih banyak dari pada bekerja produktif samapai melebihi
kepatuhan.Meluangkan waku istiraha itu perlu dilakukan secara rutin diantara
ketegangan jam sibuk bekerja sehari – hari. Bersantai juga bukan berarti melakukan
rekreasi yang melelahkan,tetapi yang dimaksudkan dengan istirahat adalah usaha
untuk mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan keseimbangan hormon
dan dalam tubuh ( Amir,2002).
2.2.9 Komplikasi
1. Stroke
Dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya
berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah
sehinggA meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2000).
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung,
limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa
lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak
dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso,
2006).
2. Infark Miokard
Dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai
cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat
aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan
hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian
juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran
listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan (Corwin, 2000).
3. Gagal Ginjal
Dapat terjadi kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler
ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit
fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin
sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang
sering dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2000). Penyakit ginjal dan saluran
kemih telah menyumbang 850.000 kematian setiap tahunnya, hal ini berarti
meduduki peringkat ke-12 tertinggi angka kematian atau peringkat terringgi ke-17
angka kecacatan. (Global Burden of Disease dan WHO, 2002)
4. Gagal Jantung
Atau bisa disebut kegagalan jantung dalam memompa darah keseluruh tubuh,
sehingga mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki dan jaringan lain sering
disebut edema. Cairan didalam paru – paru menyebabkan sesak napas,timbunan
cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema (Amir,
2002)
5. Ensefalopati
Dapat terjadi terutama pada Hipertensi Maligna (hipertensi yang cepat).
Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler
dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat.
Neron-neron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2000).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17124/4/Chapter%20II.pdf