KONTROL
PRAKTIKUM LEVEL CONTROL
DISUSUN OLEH :
NAMA / NIM : 1. Septian Budi Cahyono (15 644 003)
2. Muhammad Anas Shodiqin (15 644 013)
3. Noor Rizky Maulyrysadeaa (15 644 014)
4. Putri Fatmawati Syaifudin (15 644 004)
JENJANG : S1
KELAS : IV B
KELOMPOK : 1 (Satu)
Untuk jenis sensor level, dimana tangki sebagai sistem proses dan
terdapat katup pengendali yang bentuknya berupa selenoid (SOL). Pada
sensor level ini terdapat 3 buah SOL, yang berfungsi :
On-off level switch dari tipe float switch adalah sebuah objek
pengukur yang dapat bergerak secara vertical mengikuti permukaan
cairan. Penggerak float ini akan mengaktifkan katup on/off SOL 1 untuk
pengendalian aliran air masuk kedalam tanki proses.
Beban
Settling time
Variabel
proses
Maximum error
(overshoot)
1.2.5 Instrumentasi Proses
1) Unit proses.
2) Unit pengukuran. Bagian ini bertugas mengubah nilai variable proses
yang berupa besaran fisik atau kimia menjadi sinyal standar (sinyal
pneumatic dan sinyal listrik).
Unit pengukuran ini terdiri atas:
a) Sensor: elemen perasa (sensing element) yang langsung “merasakan”
variable proses. Sensor merupakan bagian paling ujung dari sistem/unit
pengukuran dalam sistem pengendalian. Contoh dari elemen perasa yang
banyak dipakai adalah thermocouple, orificemeter, venturimeter, sensor
elektromagnetik, dll.
b) Transmitter atau tranducer: bagian yang menghitung variable proses dan
mengubah sinyal dari sensor menjadi sinyal standar atau menghasilkan
sinyal proporsional
3) Unit pengendali atau controller atau regulator yang bertugas
membandingkan, mengevaluasi dan mengirimkan sinyal ke unit kendali
akhir. Hasil evalusi berupa sinyal kendali yang dikirim ke unit kendali
akhir. Sinyal kendali berupa sinyal standar yang serupa dengan sinyal
pengukuran. Pada controller bisaanya dilengkapi dengan control unit
yang berfungsi untuk menentukan besarnya koreksi yang diperlukan.
Unit ini mengubah error menjadi manipulated variable berupa sinyal.
Sinyal ini kemudian dikirim ke unit pengendali akhir (final control
element). Pada praktikum kontrol ini yang berperan sebagai unit
pengendali adalah komputer.
4) Unit kendali akhir yang bertugas menerjemahkan sinyal kendali menjadi
aksi atau tindakan koreksi melalui pengaturan variable termanipulasi.
Pada praktikum kontrol ini yang berperan sebagai unit pengendali akhir
adalah solenoid valve. Unit kendali akhir ini terdiri atas:
a) Actuator atau servo motor: elemen power atau penggerak elemen kendali
akhir. Elemen ini menerima sinyal yang dihasilkan oleh controller dan
mengubahnya ke dalam action proporsional ke sinyal penerima.
b) Elemen kendali akhir atau final control element: bagian akhir dari sistem
pengendalian yang berfungsi untuk mengubah measurement variable
dengan cara memanipulasi besarnya manipulated variable yang
diperintahkan oleh controller. Contoh paling umum dari elemen kendali
akhir adalah control valve (katup kendali).
1.2.6 Sistem Pengendalian
Berdasarkan atas ada atau tidak adanya umpan balik, sistem
pengendalian dibedakan atas sistem pengendalian simpal terbuka (open –
loop control system) dan sistem pengendalian simpal tertutup (closed loop
control system).
y-
Keterangan gambar :
H = transmiter
Solenoid Valve (SV) atau Katup listrik adalah katup yang digerakan oleh
energi listrik, mempunyai koil sebagai penggeraknya yang berfungsi untuk
menggerakan piston yang dapat digerakan oleh arus AC maupun DC, sv
mempunyai lubang keluaran, lubang masukan dan lubang exhaust, lubang masukan
diberi kode P, berfungsi sebagai terminal / tempat udara masuk atau supply, lalu
lubang keluaran, diberi kode A dan B, berfungsi sebagai terminal atau tempat udara
keluar yang dihubungkan ke beban, sedangkan lubang exhaust diberi kode R,
berfungsi sebagai saluran untuk mengeluarkan udara terjebak saat piston bergerak
atau pindah posisi ketika solenoid valve ditenagai atau bekerja.
Cara Kerja Solenoid Valve
Solenoid valve merupakan salah satu alat atau komponen kontrol yang salah
satu kegunaannya yaitu untuk menggerakan tabung cylinder, Solenoid Valve
merupakan katup listrik yang mempunyai koil sebagai penggeraknya yang mana
ketika koil mendapat supply tegangan maka koil tersebut akan berubah menjadi
medan magnet sehingga menggerakan piston pada bagian dalamnya ketika piston
berpindah posisi maka pada lubang keluaran A atau B dari Solenodi Valve akan
keluar udara yang berasal dari P atau supply, pada umumnya Solenoid Valve
mempunyai tegangan kerja 100/200 VAC namun ada juga yang mempunyai
tegangan kerja DC.
1.2.10.2 Propotional Solenoide Valve
Proportioning Solenoid valve adalah katup yang digerakan oleh energi listrik,
mempunyai kumparan sebagai penggeraknya yang berfungsi untuk menggerakan
piston yang dapat digerakan oleh arus AC maupun DC, proportioning solenoid
valve atau katup (valve) solenoida mempunyai lubang keluaran, lubang masukan
dan lubang exhaust, lubang masukan, berfungsi sebagai terminal / tempat cairan
masuk atau supply, lalu lubang keluaran, berfungsi sebagai terminal atau tempat
cairan keluar yang dihubungkan ke beban, sedangkan lubang exhaust, berfungsi
sebagai saluran untuk mengeluarkan cairan yang terjebak saat piston bergerak atau
pindah posisi ketika solenoid valve bekerja. Proportioning Solenoid Valve juga
dilengkapi oleh Amplifier yang berfungsi sebagai penguat arus (signal) sehingga
hasil keluaran terbebas dari gangguan.
Prinsip kerja dari proportioning solenoid valve/katup (valve) solenoida yaitu
katup listrik yang mempunyai koil sebagai penggeraknya dimana ketika koil
mendapat supply tegangan maka koil tersebut akan berubah menjadi medan magnet
sehingga menggerakan piston pada bagian dalamnya ketika piston berpindah posisi
maka pada lubang keluaran dari solenoid valve akan keluar cairan yang berasal
dari supply, pada umumnya solenoid valve mempunyai tegangan kerja 100/200
VAC namun ada juga yang mempunyai tegangan kerja DC.
Kemudian hubungan antara PSV dan Control Valve yaitu signal kendali di
kirim ke katup kendali (control valve), pada praktikum kali ini katup kendali yang
digunakan adalah PSV (Proportioning Solenoid Valve), PSV akan menerjemahkan
signal kendali menjadi aksi / koreksi sehingga hasil keluaran sesuai dengan yang di
inginkan (mendekati set point).
Proprotional Band
1. Memasang selang penghubung dari out put SOL 1 ke konektor yg
terdapat pada bagian bawah tangki proses.
2. Setelah menghidupkan komputer, mengklik “Start”
3. Memilih program PCT 40 dan memilih “section 1 :level Control
(inflow)” lalu “load”
4. Mengklik “control” dan mengeset
Sampling : automatic
Setpoint : 100 mm
Proposional band : 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%
Integral time :0s
Derivative time :0s
5. Mengklik apply lalu mengklik OK
6. Klik SOL 3 untuk membuka valve
7. Mengklik ikon GO untuk memulai percobaan
8. Menunggu sampai 10 menit lalu mengklik ikon STOP untuk
menghentikan proses pengambilan data
9. Simpan data dengan mengklik save as, ganti nama dan ubah type
file dengan xls
Integral Time
10. Memasang selang penghubung dari out put SOL 1 ke konektor
ynag terdapat pada bagian bawah tangki proses.
11. Setelah menghidupkan komputer, mengklik “Start”
12. Memilih program PCT 40 dan memilih “section 1 :level Control
(inflow)” lalu “load”
13. Mengklik “control” dan mengeset
Sampling : automatic
Setpoint : 100 mm
Proposional band : 20
Integral time : 40 s, 80 s, 120 s, 160 s, 200 s
Derivative time :0s
14. Mengklik apply lalu mengklik OK
15. Klik SOL 3 untuk membuka valve
16. Mengklik ikon GO untuk memulai percobaan
17. Menunggu sampai 5 menit lalu mengklik ikon STOP untuk
menghentikan proses pengambilan data
18. Simpan data dengan mengklik save as, ganti nama dan ubah type
file dengan xls
Derivatif Time
19. Memasang selang penghubung dari out put SOL 1 ke konektor
ynag terdapat pada bagian bawah tangki proses.
20. Setelah menghidupkan komputer, mengklik “Start”
21. Memilih program PCT 40 dan memilih “section 1 :level Control
(inflow)” lalu “load”
22. Mengklik “control” dan mengeset
Sampling : automatic
Setpoint : 100 mm
Proposional band : 20
Integral time : 40 s
Derivative time : 3 s, 6 s, 9 s
23. Mengklik apply lalu mengklik OK
24. Mengklik ikon GO untuk memulai percobaan
25. Klik SOL 3 untuk membuka valve
26. Menunggu sampai 5 menit lalu mengklik ikon STOP untuk
menghentikan proses pengambilan data
27. Simpan data dengan mengklik save as, ganti nama dan ubah type
file dengan xls
BAB III
DATA DAN PEMBAHASAN
3.1 Data
Terlampir
Semua proses terjadi di dalam tangki proses. Pada saat level air
dalam tangki meningkat sehingga permukaan air menyentuh float switch
sensor dan menyebabkan sensor apung bergerak naik ke batas atas lalu
menghasilkan perintah berupa sinyal kendali ke komputer sebagai unit
kendali , setelah itu komputer mengirim sinyal kendali ke unit pengendali
akhir berupa solenoid valve untuk meng-off-kan (menutup) sol 1sehingga
tidak ada air yang masuk kedalam tangki. Karena terdapat variable
gangguan berupa terbukanya sol 2 dan sol 3 menyebabkan level air didalam
tangki berkurang sekaligus menyebabkan sensor apung bergerak turun ke
batas bawah lalu menghasilkan perintah ke solenoid valve untuk meng-on-
kan (membuka) sol 1 sehingga level air di dalam tangka meningkat kembali
. Begitupula seterusnya.
Percobaan kedua adalah control level dengan menggunakan sensor
differential switch sensor . sensor ini bekerja berdasarkan pada beda
potensial yang dihasikan oleh kedua elektroda. Elektroda dipasang pada
bagian atas tangki pada ketinggian yang berbeda (tidak dalam keadaan
sejajar). Saat level air dalam tangki telah menyentuh kedua elektroda, akan
menimbulkan perbedaan potensial dan transmitter akan mengirimkan sinyal
listrik kepada sistem untuk mengirimkan sinyal kepada solenoid valve untuk
menutup katup karena terdapat variable gangguan berupa terbukanya sol 2
dan sol 3 sehingga menyebabkan level air turun dan level air hanya
menyentuh salah satu elektroda selanjutnya Transmitter akan membaca
beda potensial yang akan diubah menjadi sinyal listrik untuk dikirim ke
sistem komputer yang selanjutnya akan memberikan perintah kepada sol 1
untuk membuka katup. Sehingga ada aliran yang masuk ke dalam tangki
kembali dan proses akan terjadi seperti itu secara terus-menerus.
TIME VS LEVEL
300
250
200
LEVEL
150
100
50
0
00:01 01:01 02:01 03:01 04:01 05:01 06:01 07:01 08:01 09:01 10:01
ELAPSED TIME
Grafik 4.3.2.1
Dari grafik 4.3.2.1 dapat kita ketahui bahwa sensor apung (float
switch sensor) memiliki settling time ( waktu yang dibutuhkan sampai
mencapai keaadaan stabil) lebih cepat dibandingkan differential sensor.
Stabilitas (kepekaan) float switch sensor adalah cukup baik hal ini
dikarenakan singkatnya waktu yang dibutuhkan untuk fluida mencapai
batas atas dan batas bawah dari sensor apung sehingga sensibilitas sensor
untuk mengirim sinyal ke final controller juga semakin baik , sedangkan
untuk differential sensor memiliki nilai sensibilitas yang kurang baik
dikarenakan jarak antar elektroda yang cukup jauh sehingga waktu yang
dibutuhkan oleh permukaan air untuk menyentuuh masing-masing
elektroda juga semakin lama sehingga tingkat kepekaan nya juga rendah.
Selanjutnya tolak ukur yang ketiga ialah sensitivitas, baik float switch
sensor maupun differential sensor memiliki sensitivitas yang cukup baik ,
hal ini dapat dilihat dari respon yang ditunjukkan saat terjadi perubahan
pada PV ( level air ) maka secara otomatis sensor akan mengirimkan sinyal
kendali sehingga final controller (solenoid) dapat memberikan aksi dengan
membuka atau menutup sol sesuai dengan perubahan level yang terjadi.
Jadi berdasarkan tolak ukur diatas , float switch sensor memiliki
keunggulan yakni respon cepat , sensibilitas dan seensitifitas yang baik serta
dapat digunakan untuk semua jenis cairan baik volatile, non volatile maupun
flammable liquid. Berbeda halnya dengan defferential sensor yang memiliki
respon sangat lambat walaupun memiliki sensitivitas yang baik juga namun
penggunaan sensor ini terbatas hanya untuk larutan yang bersifat non
flammable sebab sensor ini bekerja dengan electrode menggunakan prinsip
perbedaan potensial yang tentunya berbahaya diterapkan pada cairan yang
mudah terbakar.
3.2.3 Karakteristik Proportional Band
Proportional Band
180
160
140
120
Level (mm)
100
80
60
40
20
0
00:00 01:40 03:20 05:00 06:40 08:20 10:00
Time (s)
Grafik 4.2.12
160
140
120
Level (mm)
100
80
60
40
20
0
00:00 01:40 03:20 05:00 06:40 08:20 10:00
Time (s)
140
120
100
Level (mm)
80
60
40
20
0
00:01 05:01 10:00 15:01 20:00 25:01 30:01
Time (s)
100
80
60
40
20
0
00:01 05:01 10:00 15:01 20:00 25:01 30:01
Time (s)
Grafik.4.2.15
- Prinsip kerja dari kontrol level ini adalah mengendalikan flow in (MV)
agar level air (PV) dalam tangki proses sesuai dengan nilai level yang
diinginkan (set point) walaupun terdapat flow out (Disturbance
variable).
- Float switch sensor lebih baik digunakan karena memiliki respon yang
cepat , sensibilitas dan sensitivitas yang baik, stabil, tidak berosilasi ,
dan dapat digunakan untuk berbagai jenis larutan.
- Sistem pengendalian yang optimum ialah sistem dengan variasi nilai
pengendalian Proporsional band 20%, Integral 40% dan Derivatif 9%
.sehingga diperoleh offset kecil dan respon cepat.
- Pengendali Proporsional yang baik yaitu dengan nilai PB yang kecil dan
Kp yang besar sehingga respon lebih cepat dan memiliki tanggapan
yang cepat juga dapat mengkoreksi suatu kesalahan.
- Semakin tinggi nilai Kd maka dapat meningkatkan stabilitas sistem dan
mengurangi overshoot.
4.2 Saran
- Sebaiknya praktikan menunggu hingga grafik telah menunjukan
kestabilan sehingga dapat diamati nilai sensibilitas , sensitivitas dan
akurasi masing-masing data yang diperoleh.
- Sebaiknya praktikan memastikan level tangki benar-benar kosong
sebelum melakukan pembacaan data, sehingga perlakuan pada semua
variasi sistem sama dan dapat dibandingkan.
Daftar Pustaka
0
50
100
150
200
250
300
0
20
40
60
80
100
120
140
00:01 00:01
00:21 00:11
00:41 00:21
01:01 00:31
01:21 00:41
01:41 00:51
02:01 01:01
02:21 01:11
02:41 01:21
03:01 01:31
03:21 01:41
03:41 01:51
04:01 02:01
4.1 Grafik level sistem pengendalian on/off
04:21 02:11
04:41 02:21
Lampiran
Level
Level
05:01 02:31
05:21 02:41
ELAPSED TIME
ELAPSED TIME
05:41 02:51
FLOATING SWITCH
06:01 03:01
DIFFERENSIAL SENSOR
06:21 03:11
06:41 03:21
07:01 03:31
07:21 03:41
07:41 03:51
08:01 04:01
08:21 04:11
08:41 04:21
09:01 04:31
09:21 04:41
09:41 04:51
10:01 05:01
Grafik 4.1.3 On/Off Level Switch (Differential Level dan float switch sensor)
Solenoid 1 Open
TIME VS LEVEL
300
250
200
LEVEL
150
100
50
0
00:01
00:21
00:41
01:01
01:21
01:41
02:01
02:21
02:41
03:01
03:21
03:41
04:01
04:21
04:41
05:01
05:21
05:41
06:01
06:21
06:41
07:01
07:21
07:41
08:01
08:21
08:41
09:01
09:21
09:41
10:01
ELAPSED TIME
0
20
40
60
80
100
120
140
160
00:20
00:00
00:40
00:20
01:00
00:40
01:20
01:00
01:40
01:20
02:00
01:40
02:20 02:00
02:40 02:20
03:00 02:40
03:20 03:00
03:40 03:20
04:00 03:40
04:20 04:00
Level
Level
04:40 04:20
05:00 04:40
PB 40%
PB 20%
05:20 05:00
TIME
05:40 05:20
Set
Set
Point
Point
06:00 05:40
06:00
06:20
06:20
06:40
06:40
07:00
07:00
07:20
07:20
07:40
07:40
08:00 08:00
08:20 08:20
08:40 08:40
09:00 09:00
09:20 09:20
09:40 09:40
10:00 10:00
20
40
60
80
100
120
140
160
180
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
0
00:00 00:00
00:20 00:20
00:40
00:40
01:00
01:00
01:20
01:20 01:40
01:40 02:00
02:00 02:20
02:20 02:40
03:00
02:40
03:20
03:00
03:40
03:20 04:00
03:40 04:20
Level
Level
04:00 04:40
04:20 05:00
PB 60%
PB 100%
05:20
04:40
Set
05:40
Set
Point
Point
05:00
06:00
Grafik 4.2.3 Proposional 60% PSV Solenoid 2,3 Open
05:20 06:20
0
00:01 00:01
00:21 00:21
00:41 00:41
01:01 01:01
01:21 01:21
01:41 01:41
02:01 02:01
02:21 02:21
02:41 02:41
03:01 03:01
03:21 03:21
03:41 03:41
04:01 04:01
04:21 04:21
Level
Level
04:41 04:41
05:01 05:01
PI 80%
PI 40%
05:21 05:21
Set
Set
05:41 05:41
Point
Point
06:01 06:01
06:21 06:21
06:41 06:41
07:01 07:01
07:22 Grafik 4.2.6 Proposional Integral 80% PSV Solenoid 2,3 Open 07:22
Grafik 4.2.5 Proposional Integral 40% PSV Solenoid 2,3 Open
07:40 07:40
08:00 08:00
08:20 08:20
08:41 08:41
09:00 09:00
09:20 09:20
09:40 09:40
10:02 10:02
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0
20
40
60
80
100
120
140
160
00:00 00:01
00:20 00:21
00:41 00:41
01:01 01:01
01:21 01:21
01:41 01:41
02:01 02:01
02:21 02:21
02:41 02:41
03:01 03:01
03:21 03:21
03:41 03:41
04:01 04:01
04:21 04:21
Level
Level
04:41 04:41
05:01 05:01
PI 160%
PI 120%
05:21 05:21
05:41 05:41
Set
Set
Point
PoiNT
06:01 06:01
06:21 06:20
06:40 06:40
07:00 07:02
07:20 Grafik 4.2.8 Proposional Integral 160% PSV Solenoid 2,3 Open 07:21
Grafik 4.2.7 Proposional Integral 120% PSV Solenoid 2,3 Open
07:41 07:41
08:01 08:01
08:20 08:21
08:40 08:41
09:00 09:01
09:21 09:20
09:41 09:40
10:01 10:01
]
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0
20
40
60
80
100
120
140
160
00:01 00:00
00:31 00:20
01:01 00:40
01:31 01:00
02:01 01:20
02:31 01:40
03:01 02:00
03:31 02:20
04:01 02:40
04:31 03:00
05:01 03:20
05:31 03:40
06:01 04:00
06:30 04:20
LEVEL
07:00
Level
04:40
07:30 05:00
08:00 05:20
PI 200%
08:31 05:41
Set
09:01
06:00
Point
09:31
PB 20% PI 40 s D 3 s
SET POINT
06:21
10:00
06:41
10:31
07:00
11:01
07:21
11:31
07:41
12:01
Grafik 4.2.9 Proposional Integral 200% PSV Solenoid 2,3 Open
08:00
12:31
08:21
Grafik 4.2.10 Proposional Integral Derivatif PSV Solenoid 2,3 Open
13:00
08:40
13:30
09:01
14:01
09:21
14:30
09:40
15:00
10:01
15:31
10:20
0
20
40
60
80
100
120
140
160
LEVEL
00:01
0
20
40
60
80
100
120
160
140
00:31
00:01
01:01
01:01
01:31
02:01
02:01
03:01
04:01 02:31
05:01 03:01
06:01 03:31
07:00 04:01
08:00 04:31
09:01 05:01
10:00 05:31
11:01 06:01
12:01
Level
Level
06:31
13:00 07:01
14:00 07:31
15:01
08:01
TIME
16:01
08:30
17:00
PID 20% , 40 s, 9 s
pid 20% , 40 s , 6 s
Set Point
Set Point
09:01
18:00
09:30
19:01
10:00
20:00
21:00 10:31
22:01 11:00
23:01 11:30
24:01 12:00
Grafik 4.2.11 Proposional Integral Derivatif PSV Solenoid 2,3 Open
Grafik 4.2.11 Proposional Integral Derivatif PSV Solenoid 2,3 Open
25:01 12:30
26:01 13:00
27:01 13:30
28:01 14:00
29:01 14:31
30:01
Grafik 4.2.12 Proposional Band
Proportional Band
180
160
140
120
Level (mm)
100
80
60
40
20
0
00:00 01:40 03:20 05:00 06:40 08:20 10:00
Time (s)
Propotional Integral
180
160
140
120
Level (mm)
100
80
60
40
20
0
00:00 01:40 03:20 05:00 06:40 08:20 10:00
Time (s)
140
120
100
Level (mm)
80
60
40
20
0
00:01 05:01 10:00 15:01 20:00 25:01 30:01
Time (s)
24:41
24:21
24:01
23:41
PI 20%, 160 s
23:21
PI 20%, 40 s
23:01
22:41
22:21
22:01
21:41
PB 60%
21:21
21:00
20:41
20:20
20:00
19:41
19:20
19:01
18:41
18:20
18:00
17:41
17:21
17:00
PID 20%, 40 s , 3 s
16:40
16:21
16:01
15:40 Time (s)
PI 20%, 120 s
15:20
15:01
kontinu
14:41
14:21
14:00
set point
13:40
PB 40%
13:21
13:00
12:40
12:21
12:01
11:41
11:20
11:01
10:41
10:20
10:00
09:41
09:21
09:01
PID 20%, 40 s , 9 s
08:40
08:21
08:00
07:40
PI 20%, 200 s
07:21
07:00
PI 20%, 80 s
06:40
06:21
06:01
PB 100%
05:41
PB 20%
05:21
05:01
04:41
04:21
04:01
03:41
03:21
03:01
02:41
02:21
02:01
01:41
01:21
01:01
00:41
00:21
00:01
160
180
140
120
100
80
60
40
20
0
Level (mm)