Anda di halaman 1dari 64

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Keperawatan Kertas Karya Diploma

2017

Asuhan Keperawatan pada Ny.P


dengan Prioritas Masalah Gangguan
Rasa Nyaman: Nyeri Gastritis di
Lingkungan VI Kelurahan Sari Rejo
Kecamatan Medan Polonia

Purba, Tafrina R

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2859
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
Asuhan Keperawatan pada Ny.P dengan Prioritas Masalah
Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Gastritis di Lingkungan
VI Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia

Karya Tulis Ilmiah (KTI)


Disusun dalam rangka Menyelasaikan
Program Studi DIII Keperawatan

Oleh
Tafrina R Purba
142500099

PROGRAM STUDI DIII


KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JULI 2017

Universitas Sumatera Utara


i
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

PujidansyukurpenulispanjatkankepadaTuhan Yang MahaEsa yang


telahmemberikanrahmatdanberkatnyasehinggapenulisdapatmenyelesaikan“AsuhanKepe
rawatanpadaKliendenganPrioritasMasalahKebutuhanDasar Nyeri Gastritis di
Lingkungan VI Kelurahan Sari RejoKecamatan Medan Polonia”.
KaryaTulisIlmiahinidisusunsebagaisalahsatusyaratuntukmenyelesaikan program
PendidikanAhlimadyaKeperawatan di Program Studi DIII
KeperawatanFakultasKeperawatanUniversitas Sumatera Utara Medan.
DalampenyelesaianKaryaTulisIlmiahinitidakterlepasdaribantuan, bimbingan,
danarahandarisemuapihaksecaralangsungmaupuntidaklangsung.Olehkarenaitudalamkes
empataninipenulismengucapkanterimakasihkepada:

1. BapakSetiawan, S.Kp, MNS, Ph.DselakuDekanFakultasKeperawatanUniversitas


Sumatera Utara Medan.
2. Ibu Sri EkaWahyuni, S.Kep, Ns, M.KepselakuPembantuDekan I
FakultasKeperawatanUniversitas Sumatera Utara Medan.
3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep. Ns, M.Kep, Sp KMB, selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, SKp,M.Kep. Sp. Mat, selaku Pembantu Dekan III
Fakultas Universitas Sumatera Utara.
5. IbuMahnumLailanNasution, S.Kep, Ns, M.Kep, selakuKetua Program Studi
DIII KeperawatanFakultasKeperawatanUniversitas Sumatera Utara Medan.
6. IbuEviKarota, S.Kp, MNS, selakupembimbing yang
telahmemberikanarahandanmeluangkanwaktudalampenyusunanKaryaTulisIlmia
hini.
7. BapakIwanRusdi, S.Kp, MNS selakupenguji yang
telahmeluangkanwaktusertadengansabarmemberikan saran-sarannya.
8. SegenapDosendanStafAdministrasiFakultasKeperawatanUniversitas Sumatera
Utara Medan.
9. Keluargakelolaansaya yang
telahmemberikanwaktunyauntukmelakukanAsuhanKeperawatan.

Universitas Sumatera Utara


10. TeristimewabuatkeduaorangtuatercintaNurhainiNababandan Roy Batman yang
Telahmendukungdan member motivasidalampenyelesaianKaryaTulisIlmiahini.
Semuainikupersembahkanbuatkeluargatersayang.
11. Buatseluruhrekan-rekan DIII Keperawatanangkatantahun 2017 khususnyateman
ii
yang
telahmemberikandukunganpadapenulisdalammenyelesaikanKaryaTulisIlmiahini
yaituRapmauliNababan, FaifPrito, Onishara, Angres, Naomi munthe.
12. Semuapihak yang penulistidakdapat di sebutkansatupersatu yang
telahmemberikan saran sehinggakaryatulisinidapatterselesaikan.

Medan, Juli 2017

Tafrina R Purba

Universitas Sumatera Utara


DaftarIsi

LembarPengesahan ......................................................................................................... i
Kata Pengantar ............................................................................................................... ii
Daftarisi .......................................................................................................................... iv
Bab IPendahuluan
1.1 LatarBelakang .............................................................................................. 1
2.1 Tujuan ......................................................................................................................... 2
3.1 Manfaat ....................................................................................................................... 2
Bab IIPengelolaanKasus
2.1 Konsep Gastritis
2.1.1 Defenisi .................................................................................................................... 4
2.2.2Etiologi...................................................................................................................... 4
2.1.3Patofisiologi .............................................................................................................. 6
2.1.4ManifestasiKlinis ...................................................................................................... 9
2.1.5Klasifikasi ............................................................................................................... 11
2.1.6 PemeriksaanPenunjang .......................................................................................... 12
2.1.7 Pencegahan ............................................................................................................ 13
2.1.8 Penatalaksanaan ..................................................................................................... 16
2.1.9 Komplikasi ............................................................................................................. 19
2.2 KonsepNyeri
2.2.1 Defenisi .................................................................................................................. 20
2.2.1 Etiologi................................................................................................................... 22
2.2.2 Klasifikasi .............................................................................................................. 23
2.2.3 Mekanisme ............................................................................................................. 25
2.3AskepKasus
2.3.1 Pengkajian.............................................................................................................. 44
2.3.2 Analisa Data ........................................................................................................... 50
2.3.3 DiagnosaMasalah ................................................................................................... 51
2.3.4 ImplementasidanEtiologi ....................................................................................... 54
Bab III Kesimpulandan Saran..................................................................................... 56
DaftarPustaka ............................................................................................................... 57
Lampiran

Universitas Sumatera Utara


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Salah satu masalah kesehatan yang sering di masyarakat adalah penyakit saluran
pencernaan seperti gastritis.Penyakit gastritis bila tidak diatasi dengan cara yang tepat
maka dapat menimbulkan komplikasi resiko perdarahan selain itu juga dapat
menimbulkan tukak lambung, kanker lambung sehingga dapat menyebabkan kematian
(Hirlan,2009).
Gastritis dikatakan sebagai proses inflamasi pada mukosa dan submukosa
lambung. Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di
klinik karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan
histopatologi (Hirlan, 2006, hlm. 337).
Gastritis merupakan peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik
difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh , tidak enak pada epigastrik,
mual dan muntah. Gastritis dibedakan menjadi 2 jenis yaitu gastritis akut dan gastritis
kronik. Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang menyebabkan
erosi dan perdarahan mukosa lambung. Sedangkan gastritis kronik, merupakan gastritis
yang terkait dengan atropi mukosa gastric sehingga produksi asam lambung menurun
dan menimbulkan ulserasi peptik. Gastritis kronik dapat diklasifikasikan pada tipe A
dan tipe B. Tipe A merupakan gastritis autoimun adanya antibody terhadap sel parietal
menimbulkan atropi mukosa lambung. Pada 95% pasien dengan anemia pernisiosa dan
60% pasien dengan gastritis atropi kronik memiliki antibody terhadap sel parietal .
Biasanya kondisi ini merupakan tendensi terjadinya Ca lambung pada fundus atau
korpus. Tipe B merupakan gastritis yang terjadi akibat infeksi helicobacter pylori
(Suratun dan Lusianah, 2010).
Salah satu permasalahan yang umum terjadi pada klien penderita gastritis adalah
gangguan nyeri. Gangguan nyeri yang dialami oleh klien menyebabkan keterbatasan
aktivitas, kelemahan, stress frustasi (Kozier, 2015).
Kebutuhan dasar manusia terdiri atas unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan manusia.Kebutuhan dasar manusia
menurut teori Hirarki Abraham Maslow terdiri atas kebutuhan fisiologis, keamanan,
cinta, dan harga diri, dan aktualisasi diri.Teori hirarki merupakan teori yang dapat
digunakan perawat untuk memahami kebutuhan dasar manusia mempunyai banyak

Universitas Sumatera Utara


kategori atau jenis. Salah satunya ialah kebutuhan fisiologis (seperti oksigen, nutrisi,
eliminasi, keselamatan dan keamanandan lain-lain) (Asmadi, 2008)
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan aktual dan potensial.Nyeri adalah alasan utama seseorang
untuk mencari bantuan perawatan kesehatan (Brunner dan suddarth, 2002).
Ketidaknyamanan atau nyeri bagaimanapun keadaanya harus diatasi , karena
kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia. Seseorang yang mengalami nyeri
akan berdampak pada aktifitas sehari-hari dan istirahatnya. Secara garis besar nyeri
dibagi menjadi 2 yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.Nyeri akut biasanya awitannya tiba-
tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spefisik. Waktunya kurang dari enam bulan
dan biasanya kurang dari satu bulan . Nyeri kronik adalah nyeri yang konstan atau
intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronis berlangsung
selama enam bulan atau lebih (Potter dan Perry, 2006).
Nyeri akut seringkali memiliki penyebab yang jelas, misalnya trauma, operasi,
atau terjadinya proses penyakit yang diakui dengan baik. Intensitas nyeri dapat diukur
menggunakan skala numerik dari angka 0-10, dengan kriteria 0 tidak ada nyeri, kriteria
1-3 nyeri ringan, kriteria 4-6 nyeri sedang, kriteria 7-9 nyeri berat, kriteria 10 nyeri
sudah tidak dapat ditoleransi. Nyeri akut biasanya berkurang sejalan dengan terjadinya
penyembuhan (Brunner dan Suddarth , 2002)
Berdasarkan pemaparan diatas penelitian ini menjadi penting dilakukan untuk
mengetahui Gangguan Aman Nyaman Nyeri pada Klien Gastritis di Kelurahan Sari
Rejo.

Universitas Sumatera Utara


2.1 TUJUAN
2.1.1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
kebutuhandasar nyeri gastritis di lingkungan VI, Kelurahan Sari Rejo,
Kecamatan Medan Polonia.

2.1.2 Tujuan khusus


1. Melakukan pengkajian dengan masalahkebutuhan dasar nyeri gastritis.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan dengan masalah kebutuhan dasar nyeri
gastritis.
3. Menyusun rencana asuhan keperawatan dengan masalah kebutuhan dasar nyeri
gastritis.
4. Melakukan implementasi dengan masalah kebutuhan dasar nyeri gastritis.
5. Melakukan evaluasi pada dengan masalah kebutuhan dasar nyeri gastritis.

3.1 MANFAAT
1. Bagi Pasien
Karya Tulis Ilmiah ini dapat memenuhi kebutuhan klien tentang Asuhan
Keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar nyeri.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan informasi kepada petugas kesehatan
terkait dengan upaya meningkatkan pemberian asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan kebutuhan dasar nyeri.
3. Bagi mahasiswa
Karya tulis ini dapat digunakan sebagai informasi terkait dengan pemenuhan
kebutuhan dasar manusia melalui asuhan keperawatan dengan gangguan nyeri.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Gastritis


2.1.1 Defenisi Gastritis
Gastritis merupakan peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik
difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh , tidak enak pada epigastrik,
mual dan muntah(Suratun dan Lusianah, 2010).
Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung, yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan
lain (Reeves, 2001).

2.1.2 Etiologi
Gastritis Bakterialis merupakan infeksi bakteri helikobakter pylori yang hidup di
dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.Diperkirakan ditularkan melalui
jalur oral atau akibat memakan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri
ini.Infeksi ini sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahn seumur hidup
jika tidak dilakukan perawatan.Gastritis karena stress akut, penyakit berat atau trauma
(cedera) yang terjadi tiba-tiba, pembedahan ,infeksi beratcederanya sendiri mungkin
tidak mengenai lambung seperti terjadi pada luka bakar yang luas atau terjadi cedera
yang menyebabakan perdarahan hebat.
Gastritis erosif kronispemakaian obat penghilang rasa nyeri secara terus menerus
obat analgesic anti inflamasi non steroid (AINS) seperti aspirin ibuprofen, dan naproxen
dapat menyebabkan perdarahan pada lambung. Dengan cara menurunkan Prostaglandin
yang bertugas untuk melindungi dinding lambung.Penyakit kronis, gejalanya sakit perut
dan diare dalam bentuk cairan.Bisa menyebabkan peradangan kronis pada dinding
cairan saluran cerna, namun, kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada
dinding lambung.Infeksi bakteri atau virus, sebagian besar populasi di dunia terinfeksi
oleh bakteri H.Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding
lambung.Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat
ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat
memakan makan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H.Pyolri
sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak
dilakukan perawatan.

Universitas Sumatera Utara


Infeksi H.Pyolri ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya
peptikulser dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang
lama akan menyebapkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan
perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan adalah
atropic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung
secara perlahan rusak. Penelitian menyimpukan bahwa tingkatasam lambung yang
rendah dapt mengakibatkan racun-racun yang dihasilakan oleh kanker tidak dapat
dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung, sehingga meningkatkan
resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi sebagian orang yang terinfeksi
H.Pyolri kronis tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini
mengidikasikan, ada penyebab lain yang membuat sebagian orang rentan terhadap
bakteri sedangkan yang alin tidak.Penggunaan alcohol secara berlebihan, alcohol dapat
mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung
lebih rentan terhadap asam lambung walaupun dalam kondisi normal.
Gastritis Hipotrofi dan Atropi terjadi karena kelainan autoimmune, auto imun
atrofik gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel yang sehat yang
berada dalm dinding lambung . hal ini dapat mengakibatkan peradangan dan secara
bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelnjar asam lambung
dan mengganggu produksi factor intrinsik (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh
mengabsorbsi vitamin B12) kekurangan vitamin B12 akhirnya, dapt mengakibatkan
pernicious anemia, sebuah kondisi yang serius bila tidak segera dirawat dapt
mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Penyakit meniere Dinding lambung menjadi
tebal, lipatannya melebar , kelenjarnya membesar, dan memiliki kista yang terisi cairan.
Sekitar 10 persen penderita ini menderita kanker lambung.Gastritis sel plasma Sel
plasma (salah satu sel darah putih) terkumpul dalam dinding lambung dan organ
lainnya.Penyakit bile refluk Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna
lemak-lemak dalam tubuh.Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu
akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju keusus kecil. Radiasi dan
kemotrapi Perawatan terhadap kanker seperti kemotrapi dan radiasi dapat
mengakibatkan peradangan pada dinding lambung dan selanjutnya dapat berkembang
menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi,
kerusakan yang terjadi biasanay sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatakan
kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta
merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.

Universitas Sumatera Utara


2.1.3Patofisiologi
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat merusak mukosa
lambung (gastritis erosif).Mukosa lambung berperan penting dalam melindungi
lambung dari autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak terjadi difusi
HCl ke mukosa dan HClakan merusak mukosa. Kehadiran HCl di mukosa lambung
menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi pepsin.Pepsin merangsang pelepasan
histamine dari sel mast. Histamin akanmenyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler
sehingga terjadi perpindahancairan dari intrasel ke ekstrasel dan menyebabkan edema
dan kerusakan kapiler sehingga timbul perdarahan pada lambung. Biasanya lambung
dapat melakukan regenerasi mukosa oleh karena itu gangguan tersebut menghilang
dengan sendirinya (Suratun dan Lusianah 2010). Namun bila lambung sering terpapar
dengan zat iritan maka inflamasi akan terjadi terus menerus. Jaringan yang meradang
akan di isi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan
terjadi atropi sel mukosa lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa
lambung akan menurun atau hilang sehingga cobalamin (vitamin B12) tidak dapat
diserap di usus halus. Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam pertumbuhan
dan maturasi sel darah merah.Pada akhirnya klien gastritis dapat mengalami
anemia.Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan
perdarahan (Suratun dan Lusianah 2010).
Lambung adalah sebuah kantong otot yang kosong, terletak dibagian kiri atas
perut tepat dibagian tulang iga.Lambung orang dewasa memiliki panjang berkisar antar
10 inci dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1
galon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah
arkadion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan- lipatan tersebut secara
bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannnya kedalam usus kecil. Ketika makanan masuk kedalam esophagus dan
lambung (Esophangeal Sphincter) akan membuka dan membiarkan makanan masuk
lewat lambung. Setelah masuk ke lambung cincin ini menutup.Dinding lambung terdiri
dari lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada dilambung, dinding lambung akan
mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar-kelenjar yang
berada di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk
enzim-enzim dan asam lambung) untuk lebih menhancurkan makanan tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Suatu komponen cairan lambung adalah asam ini sangat koresif sehingga paku
besipun dapat larut dalam cairan ini.Dinding lambung dilindungi oleh mucosa-mucosa
bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara
regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari
sifat korosif hidroklorida.Fungsi dari lapisan lambung ini adalah agar cairan asam dalm
lambung tidak merusak dinding lambung.
Ketika terjadi proses gastritis perjalanannya adalah sebagai berikut ini lambung
yang terkena paparan baik oleh bakteri, obat-obatan anti nyeri yang berlebihan, infeksi
bakteri atau virus, maka hal tersebut akan merusak epitel-epitel sawar dalam lambung.
Ketika asam berdifusi ke mukosa, dengan keadaan epitel sawar yang dihancurkan tadi
maka akan terjadi penghancuran sel mukosa. Dengan sel mukosa yang hancur ini
mengakibatkan fungsi dari mukosa tidak berfungsi yang akhirnya asam tidak bisa
control sehingga terjadi peningkatan asam hidroklorida dilambung dan ketika mengenai
di dinding lambung akan menimbulkan nyeri lambung (perih) karena dinding lambung
yang inflamasi tersebut, masalah keperawatan yang mucul adalah nyeri akut.
Dalam penghancuran sel mukosa tadi oleh asam maka mengakibatkan
peningkatan histamine sehingga meningkatkan permeabilitas terhadap protein
meningkatkan kemudian plasma bocor ke intestinum terjadi edema dan akhirnya plasma
bocor kedalam lambung sehingga terjadi perdarahan (hematemesis dan melena)
Ketika terjadi peningkatan asam hidroklorida akan merangsang kolinergik
sehingga potilitis (sekresi) pepsinogen meningkat, yang kemudian akan diubah menjadi
pepsin dan berakibat akan menurun fungsi sawar kemudian terjadi penghancuran vena-
vena kecil dan kapiler kemudian terjadi perdarahan. Masalah keperawatan yang muncul
seperti perfusi jaringan tidak efektif, keseimbangan nutrisi terkait pasien merasa perih
lambung sehingga merasa tidak nafsu untuk makan, kemudian bila disertai output cairan
yang berlebih akan muncul resiko kekurangan volume cairan ataupun bahkan bisa
muncul masalah kekurangan volume cairan.

Universitas Sumatera Utara


Pathway Gastritis

Obat- Alokohol Bakteri Genetik Stress


obatan H.Pylori

Histamine
↑Produksi As.Lambung

Penghancuran sawar
Vasodilatasi &
epitel
phermeabilitas kapiler

Asam berdifusi ke mukosa


Plasma bocor ke
lumen lambung

Penghancuran sel mukosa

↓fungsi Sawar Mukosa

Distruksi kapiler dan vena

Universitas Sumatera Utara


2.1.4 Manisfestasi Klinik
Manifestasi klinik bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul
perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien tidak menimbulkan
gejala yang khas. Manifestasi gastritis akut dan kronik hamper sama, seperti; anoreksia,
rasa penuh, nyeri pada epigastrium, mual dan muntah, sendawa, hematemesis (Suratun
dan Lusianah 2010).
Menurut Mansjoer, 2001 tanda dan gejala pada gastritis adalah :
 Gastritis akut
a. Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa lambung.
b. Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Hal ini
dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung sehingga terjadi peningkatan asam
lambung yang mengakibatkan mual hingga muntah.
c. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian
disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
 Gastritis kronis
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan.Hanya sebagian kecil
mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan
kelainan.
Gejalanya bermacam-macam , tergantung pada penyebab gastritisnya. Biasanya
penderita gastritis mengalami gangguan pencernaan (indigesti) dan merasa tidak
nyaman diperut sebelah atas.
1. Gastritis Bakterialis
Dapat ditandai dengan adanya demam, sakit kepala dan kejang otot.
Infeksi bakteri helikobakter pylori yang hidup di dalam lapisan mukosa yang
melapisi dinding lambung.Diperkirakan ditularkan melalui jalur oral atau akibat
memakan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini.Infeksi ini sering
terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahn seumur hidup jika tidak
dilakukan perawatan.

2. Gastritis karena stress akut


Penyebabnya (misalnya penyakit berat, luka bakar atau cedera biasanya
menutupi gejala-gejala kejang lambung: tetapi perut sebelah atas terasa tidak
enak.

Universitas Sumatera Utara


Segera setelah cedera timbul memar kecil dalam lapisan lambung dalam
beberapa jam memar ini bisa berubah menjadi ulkus. Ulkus dan gastritis bisa
menghilang bila penderita sembuh dengan cepat dari cederanya.Bila penderita
tetap sakit ulkus bisa membesar dan mulai mengalami pendarahan, biasanya
dalam waktu 2 sampai 5 hari setelah terjadi cedera.Perdarahan menyebabkan
tinja berwarna kehitaman seperti aspal, cairan lambung menjadi kemerahan dan
jika sangat berat, tekanan darah bisa turun.Perdarahan bisa melukai dan
berakibat fatal.

3. Gastritis erosive kronik


Gejalanya berupa mual ringan, dan nyeri di perut sebelah atas, tetapi banyak
penderita (misalnya pemakai aspirin jangka panjang) tidak merasakan nyeri.
Penderita lainnya merasakan gejala yang mirip ulkus yaitu nyeri ketika perut
kosong.Jika gastritis menyebabkan perdarahan dari ulkus lambung, gejalanya
berupa tinja berwarna kehitaman seperti aspal (melena), muntah darah
(hematemesis) atau makanan yang usdah dicerna yang menyerupai endapan
kopi.

4. Gastritis eosinofilik
Gejalanya berupa nyeri perut muntah dah muntah bisa disebabkan penyempitan
atau penyumbatan ujung aluran lambung yang menuju ke usus 12 jari.

5. Penyakit maniere gejala yang sering ditemukan adalah nyeri lambung.


Hilangnya nafsu makan, mual, muntah dan penurunan berat badan lebih jarang
terjadi. Tidak pernah terjadi perdarahan lambung. Penimbunan cairan dan
pembengkakan jaringan (edema) bisa disebabkan karena hilangnya protein dari
lapisan lambung yang meradang. Protein yang hilang ini bercampur dengan isi
lambung dan dibuang dari tubuh.

6. Gastritis sel plasma


Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa terjadi bersamaan dengan
timbulnya ruam dikulit dan diare.

Universitas Sumatera Utara


7. Gastritis akibat terapi penyinaran
Menyebabkan nyeri, mual dan hearedburen (rasa hangat /rasa terbakar
dibelakang tulang dada, yang terjadi karena adanya peradangan dan kadang
karenya tukak dilambung.Tukak bisa menebus dinding lambung sehingga isi
lambung tumpah kedalam rongga perut, menyebabkan peritonitis (peradangan
lapisan perut) dan nyeri yang luar biasa.Perut kaku dan keadaaan ini
memerlukan tindakan pembedahan darurat.Kadang setelah terapi penyinaran,
terbentuk jaringan perut yang menyebabkan menyempitnya saluran lambung
yang menuju ke usus 12 jari, sehingga terjadi nyeri perut dan muntah.
Penyinaran dapat merusak lapisan pelindung lambung, sehingga bakteri dapat
masuk kedalam dinding lambung dan menyebabkan nyeri yang hebat yang
muncul secara tiba-tiba.

Gejala gastritis secara umum :


• Hilangnya nafsu makan.
• Sering disertai rasa pedih atau kembung di ulu hati, mual dan muntah.
• Perih atau rasa sakit seperti rasa terbakar pada perut bagian atau yang dapat
menjadi lebih baik atau buruk ketika makan.
• Kehilangan berat badan.

2.1.5 Klasifikasi
Gastritis dibagi menjadi 2 jenis (Charlene J. Reeves, 2001) yaitu:
Gastritis akut
Gastritis akut adalah proses peradangan jangka pendek dengan konsumsi agen kimia
atau makanan yang menggangu dan merusak mucosa gastrik.
Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya adalah:
Gastritis akut erosif disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam
dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung) sedangkan gastritis akut
hemoragic disebut hemoragic karena pada penyakitini akan dijumpai perdarahan
mukosa lambung yang menyebabkan erosidan perdarahan mukosa lambung
dalamberbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnyakontinuitas
mukosalambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung
tersebut. (Hirlan, 2001)

Universitas Sumatera Utara


Gastritis kronis
Gastritis kronis dibagi dalam tipe A dan B. gastritis tipe A mampu menhasilkan
imun sendrii, tipe ini dikaitkan dengan atropi kelenjar lambung dan penurunan
mukosa. Penurunan pada secret gastric mempengaruhi produksi antibody.Anemia
Pernisiosa berkembang dengan proses ini. Pernisiosa Anemia berkembang dengan
proses ini. Sedangkan gastritis tipe B lebih lazim, tipe ini dikaitkan dengan bakteri
helicobakter pyolori, yang ini dikaitkan dengan infeksi bakteri helicobacter pylori,
yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung. Gastritis kronik diklasifikasikan
dengan tiga perbedaansebagai berikut : Gastritis superfisial, dengan manifestasi
kemerahan ; edema , sertaperdarahan dan erosi mukosa. Gastritis atrofik, dimana
peradangan terjadi di seluruh lapisan mukosa pada perkembanganya dihubungkan
dengan ulkus dankanker lambung, serta anemia pernisiosa.Hal ini
merupakankarakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.Gastritis
hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-nodul pada mukosa lambung
yang bersifat iregular, tipis, danhemoragik.

2.1.6Pemeriksaan Penunjang
Bila pasien didiagnosis terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan
pemeriksaan penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya, pemeriksaan ini
meliputi :
Pemeriksaan darah tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H.Pylori
dalam darah. Hasil test yang positif menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi.
Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat perdarahan
lambung akibat gastritis.
Pemeriksaan pernafasan tes ini dapat menentukan apakah pasien dapat terinfeksi oleh
bakteri H.Pyolri atau tidak.
Pemeriksaan feses tes ini memeriksa apakah terhadap H.Pyolri atau tidak. Tes hasil
yang berikut warna fese merah kehitaman-hitaman, bau sedikit amis, konsistensinya
lembek tetapi ada juga agak keras terdapat lender. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feses.Hal ini menunjukkan adanya perdarahan pada lambung.
Endoskopi saluran cerna bagian atas dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat oleh sinar
X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel atau
(endoskopi) melalui mulut dan masuk kedalam esofagus, lambung dan bagian atas usus

Universitas Sumatera Utara


kecil.Tenggorokan akan lebih dahulu diamati – dirasakan (anastesi) sebelum endoskopi
dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman dalam melakukan tes ini.
Jika jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel (biopsi) dari jaringan tersebut. Kemudian sampel tersebut
akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Test ini memakan waktu kurang lebih 20
sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika selesai test ini,
tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesinya menghilang, karena kurang lebih
satu atau dua jam. Ronsen saluran cerna test ini akan melihat adanya tanda-tanda
Gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan
cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi
saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen.

2.1.7Pencegahan
Walaupun infeksi H.Pylori tidak dapt selalu dicegah, berikut beberapa saran
untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis.
• Makan secara teratur
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas,
asam, gorengan, atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan
jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaiman cara
memakannya. Makanlah dalam jumlah yang cukup pada waktunya dan
lakukan dengan santai.

• Hindari alkohol
Penggunaan alkohol dapt mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa lambung
dan dapat mengakibatkan peradangan dan perdarahan.

• Jangan merokok
Merokok menggangu kerja lapisan lambung, membuat lambung lebih rentan
terhadap gastritis dan borok.merokok juga dapat meningkatkan asam
lambung sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan
penyebab utama terjadinya kanker lambung.

• Lakukakan olahraga secar teratur

Universitas Sumatera Utara


Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernafasan dan jantung juga dapat
menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah
makanan dari usus secara lebih cepat.

• Kendalikan stress
Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem
kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stress
juga dapat meningkatkan produksi asam lambung dan memperlambat
kecepatan pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat
dihindari, maka kuncinya adalah dengan mengendalikannya secara efektif
dengan cara diit yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olahraga teratur dan
relaksasi yang cukup.

Management stress
Manajemen stres.Stres dapat meningkatkan serangan jantung dan stroke.
Kejadian ini akan menekan respons imun dan akan mengakibatkan gangguan
pada kulit. Selain itu, kejadian ini juga akan meningkatkan produksi asam
lambung dan menekan pencernaan. Tingkat stres seseorang berbeda-beda
untuk setiap orang. Untuk menurunkan tingkat stress anda disarankan
banyak mengkonsumsi makanan bergizi, cukup istirahat, berolahraga secara
teratur, serta selalu menenangkan pikiran. Anda dapat menenangkan pikiran
dengan melakukan meditasi atau yoga untuk menurunkan tekanan darah,
kelelahan dan rasa letih.

Management stress

Universitas Sumatera Utara


Exercise
Time

Hobby
Theraphy

Management
stress
SPA

Nature

Music
Yoga

• Ganti obat penghilang nyeri


Jika memungkinkan hindari penggunaan obat Anti Inflamasi Non Steroid
(AINS) obat-obatan golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan
dan akan membuat perdangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti
dengan penghilang nyeri yang mengandung Achtaminophen.

• Ikuti rekomendasi dokter


Untuk konsumsi makanan yang sehat, yang tidak merangsang asam lambung
naik berproduksi lebih banyak dan dapat menyebabkan perforasi dinding
lambung sehingga mengakibatkan terjadinya perdarahan.Hindari minuman
yang mengandung alkohol, merokok, hindari penggunaan obat-obatan keras
dalam jangka waktu yang panjang.Melakukan olahraga secara teratur.

• Memelihara tubuh

Universitas Sumatera Utara


Problem saluran pencernaan seperti rasa terbakar di lambung, kembung, dan
konstipasi lebih umum terjadi pada orang yang mengalami kelebihan berat
badan (obesitas).Oleh karena itu, memelihara berat badan agar tetap ideal
dapat mencegah terjadinya sakit maag.

2.1.8 Penatalaksanaan
Gastritis akut
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan
posisi kecil dan sering.Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung
berupa antagonis reseptor H2 Inhibition pompa proton, antikolinergik dan antasid juga
ditujukan sebagai sifo protektor berupa sukralfat dan prostaglandin (Mansjoer, 1999).
Penatalaksanaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap pasien dengan resiko
tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan menghentikan obat yang
dapat menjadi kuasa dan pengobatan suportif.Pencegahan dapat dilakukan dengan
pemberian antasida dan antagonis H2 sehingga mencapai PH lambung 4.Meskipun
hasilnya masih jadi perdebatan, tetapi pada umumnya tetap dianjurkan.Pencegahan ini
terutama bagi pasien yang menderita penyakit dengan keadaan klinis yang berat.Untuk
pengguna aspirin atau anti inflamasi nonsteroid pencegahan yang terbaik adalah dengan
Misaprostol, atau Devivat Prostaglandin Mukosa.
Dahulu sering dilakukan kuras lambung dengan air es untuk menghentikan
perdarahan saluran cerna bagian atas, karena tidak ada bukti klinis yang dapat
menunjukkan manfaat tindakan tersebut untuk menghenti-kan perdarahan saluran cerna
bagian atas, pemberian antasida, antagenis H2 dan sukralfat tetap dianjurkan walaupun
efek teraupetiknya masih diragukan. Biasanya perdarahan akan segera berhenti bila
keadaan si pasien membaik dan lesi mukosa akan segera normal kembali, pada sebagian
pasien biasa mengancam jiwa. Tindakan-tindakan itu misalnya dengan endoskopi
skleroterapi, embolisasi arteri gastrika kiri atau gastrektomi.Gastrektomi sebaiknya
dilakukan hanya atas dasar abolut (Hirlan, 2009).
Penatalaksanaan medikal untuk gastritis akut dilakukan dengan menghindari
alkohol dan makanan sampai gejala, dilanjutkan diet tidak mengiritasi.Bila gejala
menetap, diperlukan cairan intravena.Bila terdapat perdarahan, penatalaksanaan
serupadengan pada hemoragi saluran gastrointestinal atas.Bila Gastritis dihubungkan
dengan alkali kuat, gunakan jus karena adanya bahaya perforasi.

Universitas Sumatera Utara


Gastritis kronis
Faktor utama adalah ditandai oleh progesif epitel kelenjar disertai sel parietal
dan chief cell.Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang
rata, Gastritis kronis ini digolongkan menjadi dua kategori Tipe A (Altrofik atau
Fundal) dan tipe B (Antral).
Gastritis kronis Tipe A disebut juga gastritis altrofik atau fundal, karena
mempunyai fundus pada lambung Gastritis kronis Tipe A merupakan suatu penyakit
auto imun yang disebabkan oleh adanya auto antibodi terhadap sel. Parietal kelenjar
lambung dan faktor intrinsik dan berkaitan dengan tidak adanya sel parietal dan Chief
Cell, yang menurunkan sekresi asam dan menyebabkan tingginya kadar gastrin.
Gastritis kronis Tipe B disebut juga sebagai gastritis antral karena umunya
mengenai daerah atrium lambung dan lebih sering terjadi dibandingkan dengan Gastritis
kronis Tipe A. Penyebab utama gastritis Tipe B adalah infeksi kronis oleh Helicobacter
Pylory.Faktor etiologi gastritis kronis lainnya adalah asupan alkohol yang berlebihan,
merokok, dan refluks dapat mencetuskan terjadinya ulkus peptikum dan
karsinoma.Pengobatan gastritis kronis bervariasi, tergantung pada penyakit yang
dicurigai.Bila terdapat ulkus duodenum, dapat diberikan antibiotik untuk membatasi
Helicobacter Pylory.Namun demikian lesi tidak selalu muncul dengan gastritis kronis
alkohol dan obat yang diketahui mengiritasi lambung harus dihindari.Bila terjadi
anemia defisiensi besi (yang disebabkan oleh perdarahan kronis), maka penyakit ini
harus diobati, pada anemia pernisiosa harus diberi pengobatan vitamin B.12 dan terapi
yang sesuai.Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet dan meningkatkan
istirahat mengurangi dan memulai farmakoterapi. Helicobacter Pylory dapat diatasi
dengan antibiotik (seperti Tetrasiklin atau Amoxicillin) dan garam bismuth (Pepto
bismol). Pasien dengan Gastritis Tipe A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B.12.
Terapi gastritis sangat sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan
mungkin memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau dalam kasus yang
jarang pembedahan untuk mengobatinya.
Jika penyebabnya adalah infeksi oleh H.Pylori, maka diberikan bismuth, antibiotik
(misalnya Amoxcillin & Claritromycin) dan obat anti-tukak (misalnya
Omeprazole).Penderita gastritis karena stress akut banyak mengalami perubahan
(penyakit berat, cedera atau perdarahan) berhasil diatasi. Tetapi sekitar 2% penderita
gastritis karena stress akut mengalami perdarahan yang sering berakibat fatal. Karena

Universitas Sumatera Utara


itu dilakukan pencegahan dengan memberikan antisid. (untuk menetralkan asam
lambung) dan anti-ulkus yang kuat (untuk mengurangi atau menghentikan pembentukan
asam lambung). Perdarahan hebat karena gastritis akibat stress akut bisa diatasi dengan
menutup sumber perdarahan dengan tindakan endoskopi.
Bila telah terjadi perdarahan akibat erosi mukosa lambung maka perlu dilakukan
transfusi darah untuk mengganti cairan yang keluar dari tubuh dan dilakukan lavage
(bilas) lambung.Bila tidak dapat dikoreksi maka pembedahan dapat menjadi
alternatif.Pembedahan yang dapat dilakukan pada klien dengan gastritis adalah
gastrectomi parsial, vagotomi atau pyloroplasti.Injeksi intravena cobalamin dilakukan
bila terdapat anemia pernisiosa. Fokus intervensi keperawatan adalah bagaimana
mengevaluasi dan mengeliminasi faktor penyebab gastritis antara lain anjurkan klien
untuk tidak mengkonsumsi alkohol, kafein, the panas, atau zat iritan bagi lambung serta
merubah gaya hidup dengan pola hidup sehat dan meminimalisasi stress (Suratun dan
Lusianah 2010).
Jika perdarahan masih berlanjut mungkin seluruh lambung harus
diangkat.Penderita Gastritis erosif kronis bisa diobati dengan antasid penderita
sebaiknya menghindari obat tertentu (misalnya aspirin atau obat anti peradangan non-
steroid lainnya) dan makanan yang menyebabkan iritasi lambung. Misroprotol mungkin
bisa mengurangi resiko terbentuknya ulkus karena obat anti peradangan non-
steroid.Untuk meringankan penyumbatan disalurkan keluar lambung pada gastritis
Eosinofilik, bisa diberikan kortikosteroid atau dilakukan pembedahan.Gastritis Atrofik
tidak dapat disembuhkan, sebagian penderita harus mendapat suntikan vitamin
B12.Penderita meyner bisa disembukan dengan mengangkat sebagian atau seluruh
lambung.
Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti-ulkus yang menghalangi
pelepasan asam lambung.Pengaturan diet yaitu pemberian makanan lunak dengan
jumlah sedikit tapi sering.Makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang dan
berlemak sperti sambal, bumbu dapur dan gorengan.Kedisiplinan dalam pemenuhan
jam-jam makan juga sangat membantu pasien dengan gastritis.Daftar makanan yang
direkomendasikan untuk membantu diet gastritis. Hal yang paling mudah diingat untuk
gastritis adalah : Kecambah, brokoli, yang memiliki bahan kimia di dalamnya disebut
sulforpahane, yang membantu membunuh H. Pylori karena memiliki efek
antibakteri.Sebuah studi 2009 yang dipublikasikan dalam jurnal CancerPrevention
Research menunjukkan bahwa sekelompok orang dengan H. Pylori yang makan

Universitas Sumatera Utara


secangkir brokoli setiap hari selama delapan minggu mengalami berkurangnya radang
lambung dan infeksi. Yogurt juga merupakan pilihan yang sangat baik untuk membantu
usus kembali normal dan tingkat keseimbangan asam di perut (Hirlan, 2009).
Buah pilihan untuk gastritis seperti makan sehari 2-4 porsi apel, pisang, pir,
peach, anggur, melon, dan kiwi untuk meringankan asam lambung, ada juga beberapa
buah dan permen yang dianjurkan untuk penderita gastritis seperti : cranberry, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa cranberry dapat menghambat pertumbuhan lebih lanjut
dari H. Pylori. Mastic, Secara tradisional digunakan untuk tukak lambung dan
menghambat pertumbuhan lebih lanjut dari H. Pylori.DGL-licorice, permen ini adalah
yang terbaik memakannya satu jam sebelum atau dua jam setelah makan.Peppermint,
ini dapat membantu meringankan gejala tukak lambung (Hirlan, 2009).

2.1.9 Komplikasi
Jika dibiarkan tidak terawat gastritis akan dapat mengakibatkan peptic ulcers
dan perdarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat mengakibatkan
resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus-menerus pada
dinding lambung dan perubahan pada sel-sel dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah Adenocarcinomas, yang bermula pada sel-
sel kelenjar dalam mukosa. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H.Pylori
adalah MALT (mukosa associated lympoihoid tissue), Lymphomas, kanker ini
berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekbalan pada dinding lambung.
Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahun awal.

2.2 Konsep dasar nyeri


2.2.1Defenisi nyeri
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri.
Apabila seseoramg merasakan nyeri, maka perilakunya akan berubah. Nyeri mengarah
pada ketidakmampuan. Seiring dengan peningkatan usia harapan hidup, lebih banyak
orang mengalami penyakit kronik, dengan nyeri merupakan suatu gejala umum (Potter
dan Perry, 2005).
Nyeri merupakan suatu hal yang tidak asing bagi kita.Nyeri menjadi alasanyang
paling banyak dan paling umum dikeluhkan seorang pasien untuk mencariperawatan
kesehatan dibandingkan keluhan-keluhan lainnya (Prasetyo, 2010).

Universitas Sumatera Utara


Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensai tunggal yang
disebabkan oleh stimulus tertentu.Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat
individual.Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan/atau mental,
sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang
individu (Potter dan Perry, 2005).
Nyeri diartikan berbeda-beda antarindividu, bergantung pada persepsinya,
walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai persepsi nyeri. Secara sederhana
nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara
sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan
atau faktor lain. Sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan
mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, dan lain-lain.
Faktor yang mempengaruhi persepsi dan reaksi terhadap nyeri :
1. Usia
Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri padaindividu. Anak
yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam memahami nyeri danprosedur pengobatan
yang dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak kecil yang belumdapat mengucapkan kata-
kata juga mengalami kesuliatan dalam mengungkapkankeberadaan nyeri yang ia alami,
mereka takut akan tindakan perawatan yang harusmereka terima nantinya (Prasetyo,
2010).
2. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalammenganggap bahwa
seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangisdibandingkan anak
perempuan dalam situasi yang sama ketika meraasakan nyeri. Akantetapi dari penelitian
terakhir memperlihatkan hormon seks pada mamalia berpengaruhterhadap tingkatan
toleransi terhadap nyeri (Prasetyo, 2010).
3. Kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengari nyeri.Orang dari
latarkebudayaan yang berbeda mengikuti praktik perawatan diri yang
berbeda.Disebagianmasyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan
(Prasetyo, 2010).
4. Makna Nyeri
Makna nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri dan caraseseorang
beradaptasi terhadap nyeri. Seseorang wanita yang merasakan nyeri saatbersalin akan

Universitas Sumatera Utara


memepersepsikan nyeri secara berbeda dengan berbeda lainnya ynagnyeri karena
dipukul oleh suaminya (Prasetyo, 2010).
5. Lokasi dan Tingkat Keperahan Nyeri
Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas yang tingkat keparahan padamasing-
masing individu.Nyeri yang dirasakan mungkin terasa ringan, sedang atau bisajadi
merupakan nyeri yang berat. Dalam kaitannya dengan kualitas nyeri, masing-
masingindividu juga bervariasi, ada yang melaporkan nyeri seperti tertusuk,
nyeritumpul, berdenyut, terbakar, dan lain-lain(Prasetyo, 2010).
6. Perhatian
Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi persepsi
nyeri.Perhatian nyeri akan mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat
terhadapnyeri aka meningkatkan respon nyeri sedangkan upaya pengalihan
(distraksi)dihubungkan dengan penurunan respon nyeri (Prasetyo, 2010).
7. Ansietas ( kecemasan)
Hubungan antar nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang dirasakanseseorang
seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan tetapi nyeri juga dapatmanimbulkan
perasaan ansietas (Prasetyo, 2010).
8. Keletihan
Keletihan/kelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan sensasi nyeridan
menurunkan kemampuan koping individu (Prasetyo, 2010).
9. Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri, akan tetapi pengalaman yangtelah
dirasakan individu tersebut tidak berarti bahwa individu tersebut akan mudahdalam
menghadapi nyeri pada masa yang akan datang. Seseorang yang terbiasamerasakan
nyeri akan lebih siap dan mudah mengantisipasi nyeri daripada individuyang
mempunyai pengalaman sedikit tentang nyeri (Prasetyo, 2010).
10. Dukungan keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan dukungan,
bantuan,perlindungan dari anggota keluarga lain, atau teman terdekat. Walaupun nyeri
masihdirasakan oleh klien, kehadiran orang terdekat akan meminimalkan kesepian
danketakutan (Prasetyo, 2010).

2.2.2 Penyebab nyeri

Universitas Sumatera Utara


Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu penyebab
yang berhubungan dengan psikis secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma
(baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik), neoplasma, peradangan
gangguan sirkulasi darah dan lain-lain.Secara psikis, penyebab nyeri dapat terjadi oleh
karena adanya trauma psikologis.
Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas mengalami
kerusakan akibat benturan, gesekan, atau luka.Trauma termis menimbulkan nyeri karena
ujung saraf reseptor mendapatkan rangsangan akibat panas, dingin.Trauma kimiawi
terjadi karena tersentuh zat asam atau basah yang kuat.Trauma elektrik dapat
menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa
nyeri.
Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau kerusakan
jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena tarikan, jepitan, atau
metalse.Nyeri pada peradangan terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor
akibat akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nyeri yang disebabkan oleh faktor
fisik berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf ini
terletak dan tersebar pada lapisan kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak
lebih dalam.
Nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan
karena penyakit organik, melainkan akibat akibat trauma psikologis dan pengaruhnya
terhadap fisik.Kasus ini dapat dijumpai pada kasus yang termasuk kategori
psikomatik.Nyeri karena faktor oni disebut pula psychogenic pain.

2.2.3 Klasifikasi nyeri


Nyeri yang diklasifikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat, sifat,
berat ringannya nyeri, dan lama waktunya serangan
a. Nyeri berdasarkan tempatnya:
1) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada
kulit, mukosa.
2) Deep pain yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang dlam atau pada
organ-organ tubuh visceral.

Universitas Sumatera Utara


3) Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur
dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh didaerah yang berbeda, bukan
daerah asal nyeri.
4) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem saraf
pusat spinal chord, batang otak, thalamus dan lain-lain.
b. Nyeri berdasarkan sifatnya:
1) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang
2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam
waktu yang lama
3) Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi kuat
sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap ± 10-15 menit, lalu menghilang,
kemudian timbul lagi.
c. Nyeri berdasarkan berat ringannya:
1) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah.
2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.
3) Nyeri hebat, yaitu nyeri dengan intensitas tinggi.
d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan (Tabel 8.1):
1) Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan
berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui
dengan jelas. Rasa nyeri mungkin akibat dari luka, seperti luka operasi
ataupun pada suatu penyakit arteriosklerosis pada arteri koroner.
2) Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri
kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun. Ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul dengan
periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali lagi
nyeri, dan begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang konstan,
artinya rasa nyeri tersebut terus-menerus terasa makin lama semakin
meningkat intensitasnya walaupun telah diberikan pengobatan. Misalnya,
pada nyeri karena neoplasma.

Table 8.1 Perbedaan nyeri akut dan kronis

Universitas Sumatera Utara


Nyeri akut: Nyeri kronis:
• Waktu kurang dari enam bulan • Waktu lebih dari enam bulan
• Daerah nyeri terlokalisasi • Daerah nyeri menyebar
• Nyeri terasa tajam seperti ditusuk, • Nyeri tersa tumpul seperti ngilu, linu,
disayat, dicubit dan lain-lain. dan lain-lain.
• Respons sistem saraf simpatis; • Respons sistem saraf parasimpatis
takikardia, peningkatan respirasi, penurunan tekanan darah, bradikardia,
peningkatan tekanan darah, pucat, kulit kering, panas, dan pupil
lembap, berkeringat, dan dilatasi konstriksi
pupil. • Penampilan klien tampak depresi dan
• Penampilan klien tampak cemas, menarik diri
gelisah, dan terjadi ketegangan otot.

Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan
oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual, dan
kemungkinan nyari dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua
orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling
mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu
sendiri.Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran
pasti tentang nyeri itu sendiri. (Prasetyo, 2010)
a. Karakteristik Nyeri
Karakteristik nyeri meliputi lokasi, penyebaran nyeri, dan kemungkinan penyebaran,
durasi (menit, jam, hari, bulan) serta irama (terus-menerus, hilang timbul, periode
bertambah atau berkurangnya intensitas nyeri) dan kualitas nyeri.(Prasetyo, 2010)

b. Faktor yang meningkatkan dan menurunkan nyeri


Berbagai perilaku sering diidentifikasi klien sebagai faktor yang mengubah intensitas
nyeri, dan apa yang diyakini klien dapat membantu dirinya.Perilaku ini sering
didasarkan pada upaya try and error. (Prasetyo, 2010)

c. Efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari

Universitas Sumatera Utara


Misalnya, terhadap pola tidur, nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain,
gerakan fisik, bekerja, dan aktivitas santai.Nyeri akut sering berkaitan dengan
ansietas dan nyeri kronis yang berhubungan dengan depresi. (Prasetyo, 2010)

d. Kekhawatiran individu tentang nyeri


Dapat meliputi masalah yang luas seperti beban ekonomi, prognosis berpengaruh
terhadap peran dan citra diri. (Prasetyo, 2010)

2.2.4Mekanisme nyeri
Nyeri merupakan suatu fenomena yang penuh rahasia dan mengunggah rasa ingin tahu
para ahli.Begitu pula untuk menjelaskan bagaiman nyeri tersebut terjadi masih
merupakan suatu misteri.Namun demikian ada beberapa teori yang menjelaskan
mekanisme transmisi nyeri.Teori tersebut di antaranya adalah the specifity theory, the
intensity, dan gate control theory.

The specificity theory (teori spesifik)


Otak menerima informasi mengenai objek eksternal dan struktur tubuh melalui saraf
sensoris, saraf sensoris untuk setiap indra perasa bersifat spesifik. Artinya, saraf sensoris
dingin hanya dapat dirangsang oleh sensasi dingin, bukan oelh panas.Begitu pula
dengan saraf sensoris lainnya.
Ada 2 tipe serabut saraf yang menghantarkan stimulus nyeri yaitu serabut saraf
tipe delta A dan serabut saraf tipe delta C (Table 8.2)

Table 8.2 perbedaan serabut saraf nyeri tipe delta A dan C

Universitas Sumatera Utara


Serabut Saraf Tipe Delta A: Serabut Saraf Tipe C:
• Daya hantar sinyal realtif relatif cepat • Daya hantar sinyal lebih lambat
• Bermielin halus dengan diameter 2-5 • Tidak bermielin dengan diameter 0.4-
mm 1.2 mm.
• Membawa rangsangan nyeri yang • Membawa rangsangan nyeri terbakar
menusuk dan tumpul
• Serabut saraf tipe ini berakhir di kornu • Serabut saraf tipe ini berakhir di
dorsalis dan lamina I. lamina II, III, dan IV.

Menurut teori spesifik ini, timbulnya sensasi nyeri berhubungan dengan


pengaktifkan ujung-ujung serabut saraf bebas oleh perubahn mekanik, rangsangan
kimia, atau temperature yang berlebihan.Persepsi nyeri yang dibawa oleh serabut saraf
nyeri diproyeksikan oleh spinotalamik ke spesifik pusat nyeri di thalamus.

The Intensity Theory (Teori intensitas)


Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor.Setiap rangsangan sensori
punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat.

The Gate Control Theory (Teori Kontrol Pintu)


Teori ini menjelaskan mekanisme mekanisme transmisi nyeri.Kegiatannya bergantung
pada aktivitas saraf-saraf aferen berdiameter besar atau kecil yang dapat memengaruhi
sel saraf di substansi gelatinosa.Aktivitas serat yang berdiameter besar menghambat
tranmisi yang artinya “pintu ditutup” sedangkan serat saraf yang berdiameter kecil
mempermudah transmisi yang artinya “pintu dibuka”.
Tetapi menurut penelitian terakhir, tidak ditemukan hambatan presinaptik.
Hambatan oleh presinaptik pada serat berdiameter besar maupun kecil hanya terjadi bila
serat tersebut dirangsang secara berturut-turut oleh karena tidak semua sel saraf di
substansi gelatinosa menerima input konvergen dari sel saraf maupun kecil baik yang
membahayakan atau tidak, maka peranan control pintu ini menjadi tidak jelas.

Gambar mekanisme nyeri :

Universitas Sumatera Utara


Cedera

Eksitasi pada ujung saraf sensorik

Implus nosiseptif

Kornu dorsalis medula spinalis

Eksitasi dalam traktus nervus asendus

Batang otak & medula

Dihantarkan ke talamus

Nyeri

1. Pengkajian nyeri
Prasetyo (2010) mengatakan tindakan perawat yang perlu dilakukan oleh perawat dalam
melakukan pengkajian pada pasien nyeri akut adalah :
a. Mengkaji perasaaan klien (respon psikologi yang muncul).
b. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.
c. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.
Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien
dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri ), sebaiknya perawat
berusaha untuk mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba
mengkaji kuantitas persepsi klien terhadap nyeri. Terdapat komponen yang
harus diperhatikan seorang perawat didalam memulai mengkaji respon nyeri
yang dialami oleh klien. Girton (1984 dalam Prasetyo, 2010), mengidentifikasi
komponen- komponen tersebut, diantaranya :
1. Penentuan ada tidaknya nyeri:

Universitas Sumatera Utara


Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai
ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun adanya observasi perawat
tidak menemukan adanya cedera atau luka.Setiap nyeri yang dilaporkan oleh
klien adalah nyata.Sebaliknya ada beberapa pasien yang terkadang justru
menyambunyikan rasa nyerinya untuk menghindari pengobatan.

2. Karakteristik nyeri (Metode P,Q,R,S,T)


1. Faktor pencetus (P:Provocate )
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada
klien, dalam hal iniperawat juga dapat melakukan observasi bagian-
bagian tubuh yang mengalami cidera. Apabila perawat mencurigai
adanya nyeri psikogenetik maka perawat harus dapat mengekspor
perasaan klien dan menanyakan perasaan-perasaan apa yang dapat
mencetuskan nyeri.
2. Kualitas (Q:Quality)
Kualitas nyeri merupakan suatu yang subjektif yang diungkapkan oleh
klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat:
tajam, tumpul berdenyut, berpindah-pindah, seperti bertindih, perih,
tertusuk dan lain-lain, dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda –beda
dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.
3. Lokasi (R:Region)
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk
menunjukan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh
klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat
meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri,
kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat
difus (menyebar).
4. Keparahan (S:severe)
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakterisitk yang
paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk
mengambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri
sedang, atau berat.
Pengukuran Skala Nyeri

Universitas Sumatera Utara


Intensitas nyeri ( skala nyeri ) adalah gambaran tentang seberapa
parah nyeri yang dirasakan individu pengukuran intensitas nyeri
sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam
intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang
berbeda (Prasetyo, 2010 ).

1. Face rating scale ( FRS )


Pengukuran skala nyeri untuk anak pra sekolah dan sekolah,
pengukuran skala nyeri menggunakan face rating scale yaitu terdiri
dari 6 wajah kartun mulai dari wajah yang tersenyum untuk “tidak ada
nyeri” hingga wajah yang menangis untuk “nyeri berat”.

2. Skala Numerik
Skala Numerik digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian
kata.Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan skala 0 sampai
10.Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10
mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini
efektif digunakan untuk mengkaji intensitas terapeutik

Skala Intensitas Nyeri (0-10)

5. Durasi (T:time)
Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukadurasi,rangkaianyer

Universitas Sumatera Utara


Table skala nyeri
Skala Keterangan
0 Tidak ada nyeri
1-3 Nyeri ringan
4-6 Nyeri sedang
7-9 Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol dengan
aktivitas yang biasa dilakukan
10 Sangat nyeri dan tak bisa dikontrol

5. Durasi (T: Time)


Menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi,
danrangkaiian
nyeri. Menanyakan “Kapan nyeri mulai dirasakan?”, “Sudah berapa
lama nyeridirasakan?”(Prasetyo, 2010).
6. Faktor yang memperberat/memperingan nyeri : perawat perlu
mengkaji faktor-faktor yang memperberat nyeri pasien misalnya
peningkatan aktivitas, perubahan suhu, stres dan yang lainnya,
sehingga dengan demikian perawat dapat memberikan tindakan yang
tepat untuk menghindari peningkatan respon nyeri pada klien.

3. Respon fisiologis : pada saat impuls nyeri naik ke medula spinalis menuju ke
batang otak dan thalamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai
bagian dari repoon stres. Stimulus pada cabang simpatis pada sistem saraf
otonom menghasilkan respon fisiologis.
4. Respon perilaku : perawat perlu belajar dan mengenal berbagai respon
perilaku tersebut untuk memudahkan dan membantu dalam mengidentifikasi
masalah nyeri yang dirasakan klien. Respon perilaku yang biasa ditunjukkan
adalah merubah posisi tubuh, menghusap bagian yang sakit, menggeretakkan
gigi, menunjukkan ekspresi wajah meringis, mengerang, mengaduh, menjerit,
meraung.
5. Respon afektif : respon afektif juga perlu diperhatikan oleh seorang perawat
di dalam melakukan pengkajian terhadap pasien dengan gangguan rasa nyeri.
Annsietas (kecemasan) perlu digali dengan menanyakan pada pasien seperti:
“apakah saat ini Anda merasakan cemas?.Selain itu juga adanya depresi,

Universitas Sumatera Utara


ketidaktertarikan pada aktivitas fisik dan perilaku menarik diri dari
lingkungan yaang perlu diperhatikan.
6. Pengaruh nyeri terhadap kehidupan klien: klien yang merasakan nyeri setiap
hari akan mengalami gangguan dalam kegiatan sehari-harinya.
7. Persepsi klien tentang nyeri : dalam hal ini perawat perlu mengkaji persepsi
klien tentang nyeri, bagaimana klien menghubungkan antara nyeri yang ia
alami dengan proses penyakit atau hal lain dalam diri atau lingkungan
disekitarnya.
8. Mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri : terkadang individu memiliki cara
masingmasing dalam beradaptasi terhadap nyeri. Perawat dalam hal ini perlu
mengkaji cara-cara apa saja yang biasa klien gunakan untuk menurunkan
nyeri yang ia rasakan.

2. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai statuskesehatan
klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri,dan hasil
konsultasi dari medis atau pun profesi kesehatan lainnya. Data focus adalah data tentang
perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatandan masalah kesehatannya
serta hal-hal yang mencakup tindakan yangdilaksanakan terhadap klien. (Prasetyo,
2010)Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yangdilakukan
secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhankeperawatan dan
kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahapawal dalam proses
keperawatan. Dari informasi yang tekumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-
masalah yang dihadapi klien.Selanjutnya data dasar itudigunakan untuk menentukan
diagnonis keperawatan, merencanakan asuhankeperawatan, serta tidakan keperawatan
untuk mengatasi masalah-masalah klien.Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk
rumah sakit, selama klien dirawatsecara terus menerus, serta pengkajian ulang untuk
menambah/melengkapi data(Prasetyo, 2010).
Tujuan pengumpulan data
1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien.
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.
3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien.

Universitas Sumatera Utara


4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya.
Tipe Data:
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi
dankejadian.Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup
persepsi, perasaan,ide klien terhadap status kesehatannya, misalnya tentang nyeri,
perasaan lemah, ketakutan,kecemasan, frustasi, mual, perasaan malu.
2. Data Objektif
Adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca
indera(lihat, dengar, cium, sentuh/raba) selama pemeriksaan fisik.Misalnya frekuensi
nadi,pernafasan, tekanan darah, berat badan, tingkat kesadaran.
Karakteristik Data
1. Lengkap
Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang
adekuat.Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari. Perawat harus mengkaji
lebih dalammengenai masalah klien tersebut dengan menanyakan hal-hal sebagai
berikut: apakah tidakmau makan karena tidak ada nafsu makan atau disengaja?,
apakah karena adanya perubahanpola makan atau hal-hal yang patologis?, bagaimana
respon klien mengapa tidak mau makan.
2. Akurat dan Nyata
Untuk menghindari kesalahan, maka perawast harus berpikir akurat dan nyata
untukmembuktikan benar tidaknya apa yang didengar, dilihat, diamatii dan diukur
melaluipemeriksaan, ada tidaknya validasi terhadap semua data yang mungkin
meragukan. Apabila perawat masih kurang jelas atau kurang mengerti terhadap data
yang telah dikumpulkan, maka perawat harus berkonsultasi dengan perawat yang
lebih mengerti. Misalnya, pada observasi: “klien selalu diam dan sering menutup
mukanya dengan kedua tangannya. Perawat berusaha mengajak klien untuk
berkomunikasi, tetapi klien selalu diam dan tidak menjawab pertanyaan
perawat.Selama sehari klien tidak mau makan makanan yang diberikan”, jika
keadaan klien itu ditulis oleh perawat bahwa klien depresi berat, maka hal itu
merupakan perkiraan dari perilaku klien dan bukan data yang aktual.Diperlukan
penyelidikan lebih lanjut untuk menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa
adanya sesuai yang ditemukan pada saat pengkajian.

Universitas Sumatera Utara


4. Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyyebabkan banyak sekali data yang
harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu dalam mengidentifikasi.Kondisi seperti
ini bisadiantisipasi dengan membuat data komprehensif tapi singkat dan jelas.Dengan
mencatat datarelevan sesuai dengan masalah klien, yang merupakan data fokus
terhadap masalah klien dan sesuai dengan situasi khusus.
Sumber Data
1. Sumber Data Primer: klien adalah sumber utama data (primer) dan perawat dapat
menggali informasi yang sebenarnya menggenai masalah kesehatan klien.
2. Sumber Data Sekunder: orang terdekat, informasi dapat diperoleh melalui orang
tua,suami atau istri, anak, teman klien, jika klien mengalami gangguan keterbatasan
dalamberkomunikasi atau kesadaarn yang menurun, misalnya klien bayi atau anaka-
anak, qatauklien dalam kondisi tidak sadar.
3. Sumber Data Lainnya
a. Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya: catatan kesehatan terdahulu dapat
digunakan sebagai sumber informasi yang dapat mendukung rencana tindakan
perawatan.
b. Riwayat penyakit: pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan riwayat
penyakit yang diperoleh dari terapis. Informasi yang diperoleh adalah hal-hal yang
difokuskan pada identifikasi patologis dan untuk menentukan rencana tindakan
medis.
c. Konsultasi: kadang terapis memerlukan konsultasi dengan anggota tim kesehatan
spesialis, khususnya dalam menentukan diagnosa medis atau dalam merencanakan
dan melakukan tindakan medis. Informasi tersebut dapat diambil guna membantu
meneggakkan diagnosa.
d. Hasil pemeriksaan diagnostik: seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan tes
diagnostik, dapat digunakan perawat sebagai data objektif yang dapat disesuaikan
dengan masalah kesehatan klien. Hasil pemeriksaan diagnostik dapat digunakan
membantu mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan.
e. Perawat lain: jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya, maka
perawat harus meminta informasi kepada perawat yang telah merawat klien
sebelumnya. Hal ini untuk kelanjutan tindakan keperawatan yang telah diberikan.
f. Kepustakaan: untuk mendapatkan data dasar klien yang komprehensif, perawat dapat
membaca literatur yang berhubungan dengan masalah klien. Memperoleh literatur

Universitas Sumatera Utara


sangat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar dan
tepat.
Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara
2. Observasi
3. Pemeriksaan fisik
4. Studi dokumentasi

North American Nursing Diagnosis Assoation (NANDA, 2001) merencanakan


diagnosa untuk klien mengalami nyeri atau ketidak nyamanan yaitu nyeri akut atau
nyeri kronik (Koizer, Erb, Berman, & Snyder, 2010). Nyeri akut didefinisikan sebagai
“suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan sebagai akibat dari
kerusakan jaringan yang bersifat aktual maupun pontensial, dengan onset tiba-tiba
ataupun lambat, dengan intensitas yang ringan sampaiberat dapat diprediksi untuk
berakhir dan durasi kurang dari enam bulan (NANDA, 2001). Nyeri kronik
didefenisikan sebagai “suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkana sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat aktul maupun
potensial, dengan onset tiba-tiba ataupun lambat, dengan intensitas yang ringan samapi
berat tidak dapat diprediksi untuk berakhirnya dan durasi lebih dari enam bulan
(NANDA, 2001).
Penegakan diagnosa keperawatan yang akurat akan dapat dilaksanakan apabila
analisa data yang dilakukan cermat dan akurat. Berikut ini contoh proses analisa data
untuk menegakkan diagnosa keperawatan pada klien (Prasetyo, 2010).
Data subjektif :
Komunikasi (verbal atau kode) tentang gambaran nyeri.
Data objektif :
1) Perilaku berhati-hati seperti melindungi daerah yang nyeri.
2) Memfokuskan pada diri sendiri.
3) Penyempitan fokus (perubahan persepsi waktu, menarik diri dari kontak sosial,
kerusakan proses berpikir).
4) Perilaku distraksi (merintih, mengangis, mencari orang lain/aktivitas, gelisah).
5) Perubahan pada tonus otot (dapat direntang dari lesu sampai kaku).
6) Respon autonomik tidak tampak pada nyeri kronis, stabil (tekanan darah dan
frekuensi nadi berubah, dilatasi pupil, peningkatan atau penurunan frekuensi nafas).

Universitas Sumatera Utara


Analisis data mencakup mengenali pola atau kecenderungan, membandingkan
pola ini dengan kesehatan yang normal, dan menarik konklusi tentang respon
klien.Perawat memperhatikan pola kecendrungan sambil memeriksa kelompok
data.Kelompok data terdiri atas batas karakteristik.Batas karekteristik adalah kriteria
klinis yang mendukung adanya kategori diagnostik. Kriteria klinis adalah tanda dan
gejala ob Karakteristik Data menurut (Prasetyo, 2010 )
Data Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan ( Nyeri ) dengan isyarat.
Data Objektif
• Posisi untuk menghidari nyeri.
• Perubahan tonus otot ( dengan rentang dari lemas tidak bertenagasampai kaku ).
• Respon autonomik ( misalnya, diaforsis, perubahan tekanan darah,pernafasan,
atau nadi, dilatasi pupil ).
• Perubahan selera makan.
• Prilaku distraksi ( misalnya, mondar-mandir, mencari orang danaktivitas lain,
aktivitas berulang ).
• Perilaku ekspresif ( misalnya, gelisah, merintih, menangis,kewaspadaan
berkebihan, peka terhadap rangsang, dan menghelanafas panjang ).
• Wajah topeng ( Nyeri ).
• Perilaku menjaga atau sikap melindungi.
• Fokus menyempit ( misalnya, gangguan persepsi waktu, gangguanproses piker,
interaksi dengan orang lain atau lingkungan menurun ).
• Bukti nyeri yang dapat diamatai.
• Berfokus pada diri sendiri.
Gangguan tidur ( mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau tidakmenentu )
Batasan Karakteristik Lain ( non NANDA International )
Mengomunikasikan descriptor nyeri ( misalnya, rasa tidak nyaman,mual, berkeringat
malam hari, kram otot, gatal kulit ).
• Menyeringai.
• Rentang perhatian terbatas.
• Pucat dan menarik diri. yektif dan subyektif atau faktor risiko.

Universitas Sumatera Utara


3. Diagnosa Masalah
Perumusan masalah keperawatan didasarkan pada identifikasi kebutuhan klien.
Bila data pengkajian mulai menunjukan masalah, perawat diarahkan pada pemilihan
diagnosa yang sesuai. Diagnosa keperawatan berfokus pada mendefinisikan kebutuhan
dasar keperawat dari klien (Gordon, 1994). Untuk mengidentivikasi kebutuhan klien,
perawat harus lebih dulu menentukan apa masalah kesehatan klein dan apakah maslah
tersebut potensial atau aktual (Potter & Perry, 2005). Diangnosa keperawatan NANDA
mungkin muncul pada klien dengan masalah nyeri adalah (Potter & Perry, 2006).
Nyeri yang berhubungan dengan: Cedera fisik dan trauma,penurunan suplay
darah kejaringan,Proses melahirkan normal.Nyeri kronik yang berhubungan dengan:
Jaringan parut, Kontrol nyeri yang tidak adekuat. Ketidak berdayaan yang berhubungan
dengan: Nyeri kronik.Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan: Nyeri
muskuloskeleta, nyeri insisi. Resiko cedera yang berhubungan dengan: Penurunan
resepsi nyeri. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan: Nyeri
muskuloskeletal.Disfungsi seksual yang berhubungan dengan: Nyeri artritis panggul.
Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan: Nyeri punggung bagian bawah Ketika
menuliskan pernyataan diagnostik, perawat harus menyebutkan lokasinya (misalnya,
nyeri pada pergelangan tangan kanan). Lebih lanjut, karena nyeri dapat mempengaruhi
banyak aspek pada fungsi individu, kondisi tersebut dapat juga menjadi etiologi untuk
diagnosis keperawatan lain.
Diagnose keperaawatan yang muncul pada gangguan rasa nyaman nyeri(NANDA
dalam Potter & Perry, 2006) yaitu :
a. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) akut berhubungan dengan dengan iritasi
mukosa lambung.
b. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang diterima
pasien tentang penyakit yang dialami oleh pasien. Kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi yang diterima pasien tentang penyakit
yang dialami oleh pasien yang di tandai dengan keterbatasan kognitif, kesalhan
interpretasi informasi dan tidak mengenal sumber-sumber informasi.

Universitas Sumatera Utara


4.Perencanaan
Untuk setiap diagnosa keperawatan yang telah teridentifikasi,
perawatmengembangkan rencana keperawatan untuk kebutuhan klien. Perawat dan
kliensecara bersama-sama mendiskusikan harapan yang realistis dari tindakanmengatasi
nyeri, derajat pemulihan nyeri yang di harapkan, dan efek-efek yangharus di antisipasi
pada gaya hidup dan fungsi klien.Hasil akhir yang diharapkan dan tujuan perawatan
diseleksi berdasarkan pada diagnosa keperawatan dan kondisi klien.Terapi yang tepat
dipilih berdasarkan pada diagnosa keperawatan dan kondisi klien.Terapi yang tepat
dipilih berdasarkan pada faktor-faktor terkait yang menyebabkan nyeri atau masalah
kesehatan klien (Potter & Perry, 2005). Perawat memberi asuhan keperawatan pada
klien yang mengalami nyeri, tujuan berorientasi pada klien dapat mencakup hal-hal :
Klien menyatakan merasa sehat dan nyaman, klien mempertahankan kemampuan untuk
melakukan perawatan diri, klien mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang
dimiliki saat ini , klien menjelaskan faktor-faktor penyebab ia merasa nyeri, klien
menggunakan terapi yang diberikan di rumah dengan aman. (Potter & Perry, 2005)
Tidak benar apabila perawat memastiakan kembali kepada klien dan keluarga
bahwa kebanyakan nyeri dapat dihilangkan dengan cara yang aman dan efektif (Potter
dan Perry, 2010). Hal ini tentu saja bergantung kepada rencana keperawatan yang
komprehensif dan ditangani dengan baik.
Hasil akhir yang di harapkan dan tujuan perawatan diseleksi berdasarkan pada
diagnosa keperawatan dan kondisi klien.Terapi yang tepat dipilih berdasrkan pada
faktor-faktor terkait yang menyebabkan nyeri yang masalah kesehatan klien. Misalnya,
nyeri yang bebrhubungan dengan nyeri insisi akut berespons terhadap
analgesik,sedangkan nyeri yang berhubungan dengan kontraksi persalinan dini dapat
dikurangi dengan latihan relaksasi.
Terapi yang berhasil untuk seorang klien tidak akan berhasil untuk semua klien.
di rumah, Perawat menggunakan beberapa obat yang telah klien konsumsi sejak
lama.Namun,perawat tidak dapat menggunakan terapi yang tidak aman.
Saat menegembangkan rencana keperawatan, perawat menyeleksi prioritas
berdasarkan tingkat nyeri klien dan efeknya pada kondisi klien.Untuk nyeri akut dan
berat adalah penting untuk melakukan upaya untuk menghilangkan nyeri sesegera
mungkin.Analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan cepat dan meurunkan
kesempatan nyeri yang klien rasakan hilang, Perawat merencanakan terapi lain, seperti
relaksasi atau aplikasi panas untuk meningkatkan efek analgesik.

Universitas Sumatera Utara


Rencana yang komprehensif terdiri dari berbagai sumber untuk pengontrolan
nyeri.Penting melibatkan keluarga dalam rencana perawatan.Keluarga harus memahami
sifat dan luasnya nyeri klien dan bentuk terapi yang di gunakan. Anggota keluarga yang
tampak tidak tertarik atau mempunyai prasangka terhadap nyeri dapat memperlambat
proses penyembuhan klien. Sumber-sumber tambahan yang tersedia meliputi perawat
dengan keahlian khusus, ahli terapi fisik dan ahli okupasi.
Perencanaan keperawatan yang dibuat untuk klien nyeri diharapkan berorientasi
untuk memenuhi hal-hal berikut (Prasetyo, 2010):
1) Klien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri
2) Klien melaporkan adanya peningkatan rasa nyaman
3) Klien mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki
4) Klien mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab nyeri
5) Klien mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri

Tujuan:
1. Klien mengatakan merasa sehat dan nyaman.
2. Klien mempertahankan kemampuan untuk melakukan perawatan diri.
3. Klien mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki saat ini.
4. Klien menjelaskan faktor-faktor penyebab merasa nyeri.
5. Klien menggunakan terapi yang diberikan di rumah dengan aman.

Rencana Tindakan:
1. Kaji faktor yang dapat menurunkan toleransi nyeri (ketidakpercayaan) orang
lain, kurang pengetahuan, keletihan, kehidupan yang monoton).
2. Kurangi atau hilangkan faktor yang dapat meningkatkan nyeri.
3. Kolaborasikan bersama klien untuk menentukan metode mana yang dapat
digunakan untuk mengurangi intensitas nyeri. Pertimbangkan hal berikut
sebelum memilih metode pereda nyeri yang spesifik, yakni kemauan klien
untuk berpartisipasi (motivasi), kemampuann berpartisipasi (ketangkasan,
penurunan sensorik), hal-hal yang disukai, dukungan orang terdekat,
kontraindikasi (alergi, masalah kesehatan), biaya yang dibutuhkan, tingkat
kerumitan, tindkan pencegahan, dan kenyamanan. Jelaskan berbagai metode
pereda nyeri (mis, aplikasi panas atau aplikasi dingin) berikut kewaspadaan
yang diperlukan.

Universitas Sumatera Utara


4. Beri pereda nyeri yang optimal bersama analgesik yang diresepkan.
5. Kaji respons klien terhadap obat-obatan pereda nyeri.
6. Bantu keluarga berespons positif terhadap pengalaman nyeri klien.
7. Kaji penegtahuan keluarga dan responsnya terhadap nyeri. Beri klien
kesempatan untuk mendiskusikan ketakutan, kemarahan, dan rasa
frustasinya secara pribadi. Libatkan keluarga dalam sejumlah prosedur
untuk menurunkan nyeri.
8. Berikan informasi kepada klien setelah nyeri hilang atau berkurang.
9. Dorong klien untuk mendiskusikan nyeri yang dialami.
10. Beri pujian untuk kesabaran klien dan sampaikan padanya bahwa ia telah
mengatasi nyeri dengan baik, tanpa memperhatikan perilaku yang ditujukan
klien.
11. Lakukan penyuluhan kesehatan, serta indikasi
Diskusikan bersama klien dan keluarga mengenai metode nyeri noninvasif
(mis, relaksasi, distraksi, masase) dan ajarkan berbagai teknik pilihan pada
klien dan keluarga.

5. Tindakan keperawatan
Menurut Doengoes, 2000 implementasi adalah tindakan pemberiankeperawatan
yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada rencana tindakan
keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan keperawatan yang dilaksanakan dicatat
dalam catatan keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi
terapeutik serta penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada pasien. Dalam
melakukan tindakan keperawatan menggunakan 3 tahap pendekatan, yaitu independen,
dependen, interdependen.Tindakan keperawatan secara independen adalah suatu
kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau
tenaga kesehatan lainnya. Interdependen adalahtindakan keperawatan yang menjelaskan
suatu kegiatan dan memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya
tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter. Sedangkan dependen adalah tindakan yang
berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis.Keterampilan yang harus
dipunyai perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu kognitif, sikap dan
psikomotor.Dalam melakukan tindakan khususnya pada klien dengan gastritis yang
harus diperhatikan adalah pola nutrisi, skala nyeri klien, serta melakukan pendidikan
kesehatan pada klien.

Universitas Sumatera Utara


Berbagai tindakan yang dilakukan perawat untuk mengurangi rasa nyeri yang
klien derita, tindakan tersebut meliputi tindakan non farmakologis dan tindakan
farmakologis (Prasetyo, 2008).

A. Tindakan Peredaan Nyeri Nonfarmakologis


1. Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara
mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga klien akan lupa terhadap
nyeri yang dialami. Misalnya seorang klien sehabis operasi mungkin tidak merasakan
nyeri sewaktu melihat pertandingan sepakbola di televisi.Cara bagaimana distraksi
dapat mengurangi nyeri, dapat dijelaskan dengan teori Gate Control. Pada spina cord,
sel-sel reseptor yang menerima stimuli nyeri peripheral dihambat oleh stimulus dari
serabutserabut saraf yang lain. Karena pesanm-pesan nyeri menjadi lebih lambat
daripada pesan-pesan diversional maka pintu spinal cord yang mengontrol jumlah
input ke otak menutup dan pasien merasa nyerinya berkurang. Beberapa teknik
distraksi antara lain: bernafas secara pelan-pelan, masase sambil bernafas pelan-
pelan, mendengar lagu sambil menepuk-nepukkan jari-jari atau kaki, atau
membayangkan hal-hal yang indah sambil tutup mata.
2. Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan
stress.Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri.Ada tiga hal utama yang
diperlukan dalamrelaksasi yaitu posisi yang tepat, pikiran beristirahat, lingkungan yang
tenang.Posisi tubuh disokong (mis, bantal menyokong leher), persendian fleksi, dan
otot-otot tidak tertarik (mis, tangan dan kaki tidak disilangkan).Untuk menenangkan
pikiran pasien dianjurkan pelan-pelan memandang sekeliling ruangan misalnya
melintasi atap turun ke dinding, sepanjang jendela, dll.Untuk melestarikan wajah klien
dianjurkan untuk tersenyum atau membiarkan geraham bawah kendor.
teknik relaksasi sebagai berikut:
2.1 Klien menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara.
2.2 Perlahan-lahan udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh menjadi
kendordan merasakan betapa nyaman hal tersebut.
2.3 Klien bernafas beberapa kali dengan irama normal.

Universitas Sumatera Utara


2.4 Klien bernafas menarik nafas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan
danmembiarkan hanya kaki dan telapak kaki yang kendor. Minta klien
untukmengkonsentrasikan pikiran klien pada kakinya yang terasa ringan dan
hangat.
2.5 Klien mengulang langkah 4 dan mengkonsentrasikan pikiran pada lengan,
perut,punggung dan kelompok otot-otot yang lain.
2.6 Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara pelan-pelan.
Bilanyeri menjadi hebat, klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat.
Efek Relaksasi:
− Penurunan nadi, tekanan darah, dan pernafasan
− Penurunan konsumsi oksigen
− Penurunan ketegangan otot
− Penurunan kecapatan metabolism
− Peningkatan kesadaran global
− Kurang perhatian terhadap stimulus lingkungan
− Tidak ada perubahan posisi yang volunteer
− Perasaan damai dan sejahtera
− Periode kewaspadaan yang santai, terjaga, dan dalam
3. Hipnosis Diri
Hipnosis dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh
sugestipositif.Suatu pendekatan kesehatan holistik, hipnosis diri menggunakan sugesti
diri dankesan tentang perasaan yang rileks dan damai. Individu memasuki keadaan
rileks dengan menggunakan berbagai ide pikiran dan kemudian kondisi-kondisi
yangmenghasilkan respons tertentu bagi mereka. Hipnosis dirisama seperti dengan
melamun .konsentrasi yang intensif mengurangi ketakutan danstress karena individu
berkonsentrasi hanya pada satu pikiran.
4. Stimulasi Kulit
Stimulasi kulit dapat dilakukan dengan cara pemberian kompres dingin,
kompreshangat/panas, masase, dan stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS). Kompres
dingindapat memperlambat impuls-impuls motorik menuju otot-otot pada area yang
nyeri.Kompres dingin dan panas dapat menghilangkan nyeri dan meningkatkan
prosespenyembuhan. Pilihan dengan terapi panas dengan terapi dingin bervariasi
menurutkondisi klien. Misalnya, panas lembab menghilangkan kekakuan pada pagi hari
akibatartritis, tetapi kompres dingin mengurangi nyeri akut dan sendi yang mengalami

Universitas Sumatera Utara


peradangan akibat penyakit tersebut.Masase dengan menggunakan es dan kompres
menggunakan kantong esmerupakan dua jenis terapi dingin yang sangat efektif untuk
menghilangkan nyeri.Masase menggunakan es dilakukan dengan menggunakan sebuah
balok es yang besaratau sebuah cangkir kertas berukuran kecil, yang disisi dengan air
dan dibekukan (airkeluar dari cangkir saat beku untuk menciptakan permukaan es yang
lembut untukmasase).Kompres dingin dapat dilakukan di dekat lokasi nyeri, di sisi
tubuh yangberlawanan tetapi berhubungan dengan lokasi nyeri, atau di lokasi yang
terletak antaraotak dan lokasi nyeri.Hal ini memakan waktu 5 sampai 10 menit untuk
kompres dingin.Pengompresan di dekat lokasi aktual nyeri cenderung memberi hasil
yang terbaik.
Seorang klien merasakan sensasi dingin, terbakar, dan sakit serta baal.Apabila
klienmerasa baal, maka es harus diangkat.Suatu bentuk lain stimulasi kutaneus yang
kadang kala disebut stimulasi yangberlawanan (counterstimulation), yaitu stimulasi
saraf elektrik transkutaneus(transcutaneous electrical nerve stimulation, TENS),
dilakukan dengan stimulasi padakulit dengan menggunakan arus listrik ringan yang
dihantarkan melalui elektroda luar.Terapi ini dilakukan berdasarkan resep dokter.Unit
TENS terdiri dari transmitterbertenaga baterai, kabel timah, dan elektroda.Elektroda
dipasang langsung pada ataulokasi nyeri.Rambut atau bahan-bahan yang digunakan
untuk persiapan kulit dibuangsebelum elektroda dipasang.Apabila klien merasa nyeri,
transmitter dan menimbulkansensasi kesemutan atau sensasi dengung.Klien dapat
menyesuaikan intensitas dankualitas stimulasi kulit.Sensasi kesemutan dapat dibiarkan
sampai nyeri hilang.TENS efektif untuk mengontrol nyeri pascabedah dan mengurangi
nyeri yang disebabkan prosedur pascaoperasi (mis, mengangkat drain dan
membersihkan serta kembalimembungkus luka bedah).

B. Terapi Nyeri Farmakologis


1. Analgesik
Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri.Walaupun
analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan efektif, perawat dan doktermasih
cenderung tidak melakukan upaya analgesik dalam penanganan nyeri karenainformasi
obat yang tidak benar.
Ada tiga jenis analgesik, yakni : (1) non-narkotik dan obat antiinflamsinonsteroid
(NSAID), (2) analgesik narkotik atau opiate, dan (3) obat tambahan(adjuvant) atau
koanalgesik.

Universitas Sumatera Utara


Terapi Farmakologi (Analgesik dan Antipiretik)
1. Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian
oral),Colchicine 1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena), phenilbutazone,
Indomethacin.
2. Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari
Kristalasam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
3. Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan inflamasi.
4. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan
untukmencegah serangan.

6. Evaluasi
Menurut Doengoes, 2000 evaluasi adalah tingkatan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Kemungkinan yang dapat
terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian,
masalah belum teratasi atau timbul masalah baru. Evaluasi yang dilakukan
adalahevaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan masalah nyeri dilakukan dengan
menilai kemampuan klien dalam merespon rangsangan nyeri, mampu mempertahankan
fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki, mampu menggunakan terapi yang diberikan
untuk mengurangi rasa nyeri (Prasetyo, 2008).
Evaluasi proses adalah evaluasi yang harus dilaksanakan segera setelah
perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifitasan terhadap
tindakan.Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilaksanakan pada akhir
tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada
tujuan.Adapun evaluasi dari diagnosa keperawatan gastritis secara teoritis adalah
apakah rasa nyeri klien berkurang, apakah klien dapat mengkonsumsi makanan dengan
baik, apakah terdapat tanda-tanda infeksi, apakah klien dapat melakukan aktivitasnya
secara mandiri, apakah klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyakit
gastritis.
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam
meresposns rangsangan nyeri, di antaranya hilangnya perasaan nyeri,
menurunnyaintensitas nyeri, adanya respons fisiologis yang baik, dan pasien mampu
melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri.

Universitas Sumatera Utara


2.3 Asuhan Keperawatan Kasus
2.3.1 Pengkajian

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN USU
I. FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama :Ny.P
Jenis kelamin :Perempuan
Umur :46 tahun
Status perkawinan :Sudah menikah
Agama :Islam
Pendidikan :SLTA
Pekerjaan :Wiraswasta
Alamat :Jln.Antariksa Gg.Pipa 4 No.40
Tanggal pengkajian :3 Mei 2017
Diagnosa medis :Gastritis

II. KELUHAN UTAMA :


Nyeri yang menyebar sampai ke bagian ulu hati

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG :


Klien merasakan mual tapi tidak ingin muntah klien juga mengatakan bisa sampai
keringat dingin, nyeri bertambah ketika selesai makan. Setiap maag klien kambuh,
klien dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan, jika maag klien kambuh

Universitas Sumatera Utara


tekanan darah bisa sampai 150/80 mmhg, suhu 37ºc, respirasi 26 kali per menit, nadi
92 kali per menit dan mendapat obat oral yaitu Antasida Doen dan Mylanta sirup.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


Riwayat kesehatan terdahulu pasien sudah 3 tahun mempunyai penyakit gastritis
(maag).Pasien juga mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan
atau obat-obatan.

V. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL


A. PERSEPSI PASIEN TENTANG PENYAKITNYA
Pasien merasa depresi dan malu bergaul dengan yang lain karena merasa
terganggu dengan kondisi yang sekarang.
B. KONSEP DIRI
1. Gambaran diri
Ny.P mengatakan menyukai bentuk tubuhnya.
2. Idel Diri
Ny.P mengatakan dirinya ingin cepat sembuh.
3. Harga diri
Ny.P mengatakan harga dirinya tidak terganggu.
4. Peran diri
Ny. P mengatakan sebagai ibu rumah tangga.
5. Identitas
Ny.P mengatakan bersyukur sebagai ibu rumah tangga karena bisa
mengurus anak-anaknya.

C. RIWAYAT PSIKOLOGI
Ny.P mengatakan cemas dengan gangguan kebutuhan tidur yang dialami
klien.
D. RIWAYAT SOSIAL
Ny.P mengikuti acara perwiritan setiap hari jumat yang dilakukan
dirumah warga lingkungan VI tersebut.

E. SPIRITUAL

Universitas Sumatera Utara


Ny.P menganut agama islam dan klien mengatakan selalu melakukan
sholat lima waktu.

VI. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


1. Pola makan dan minum
Klien mengatakan cara penyajian makanan dengan terbuka dan dalam
mengelola air minum klien memasaknya terlebih dahulu, klien juga
mengatakan dalam mengelola makanan terlebih dahulu dipotong lalu dicuci,
klien mengatakan 2 kali makan dalam sehari, pada pagi hari klien makan jam
08.00 WIB dan pada malam hari jam 20.00 WIB, klien juga mengatakan
tidak nafsu makan pada saat maagnya kambuh, perut terasa kenyang. klien
mengatakan sebelumnya sewaktu bekerja di hotel klien suka tidak teratur
makan/terlambat makan.
2. Pola aktifitas dan olahraga
Riwayat kesehatan terdahulu pasien sudah 12 tahun mempunyai penyakit
gastritis (maag).Pasien juga mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi
terhadap makanan atau obat-obatan.
3. Pola eliminasi
Klien mengatakan BAB 1x dalam sehari, BAK 5x dalam sehari, tidak
ada keluhan apapun pada pola eliminasi klien.
4. Kebiasaan Olahraga
Klien jarang melakukan olahraga, hanya saja kadang-kadang berjalan
sekitar rumah.
5. Kemampuan melakukan aktivitas
Aktivitas sehari-hari adalah membersihkan sekitar rumah dan menonton
TV, Terkadang klien berkunjung kerumah tetangganya.
6. Rekreasi
Mengatakan biasanya menonton TV dan untuk rekreasi dilakukan
keluarga untuk mengunjungi keluarga hanya pada saat libur saja.
7. Pola Istirahat dan Tidur
Ny. J mulai masuk kamar pukul 22.00 WIB, tetapi klien susah untuk
memulai tidur. Klien berusaha untuk memulai tidur dengan cara menghayal
dan membaca Koran, tetapi klien mengatakan dengan cara itu pun tidak bisa.
Sehingga Klien mengatakan bahwa klien tidur pukul 02.00 pagi dan kadang

Universitas Sumatera Utara


cepat bangun.Klien juga tidur pada siang hari sehingga pada malam hari
klien hanya bisa tidur 4 jam setiap malam.

VII. STATUS MENTAL


Dari hasil pengkajian didapat kondisi perasaan klien stabil, ingatan pasien kuat,
klien masih bisa mengingat kejadian pada masa lalu.

IX. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum
Compos mentis
B. Tanda-tanda Vital
- Suhu :37 °C
- Tekanan Darah : 150/80
- Nadi : 92x/i
- Pernafasan : 26x/i
- Skala Nyeri :3
- Tinggi Badan : 154 cm
- Berat Badan : 50 kg
C. Pemeriksaan Head to Toe
Kepala dan Rambut
- Bentuk : Simetris
- Ubun-ubun : Tidak ada Benjolan
- Kulit Kepala : Bersih dan tidak berketombe.
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut : Merata dan bersih
- Bau : Tidak berbau
- Kulit Kepala : Tidak berketombe
Wajah
- Warna Kulit :Normal, sawo matang
- Struktur wajah :Oval dan simetris
Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan : Lengkap dan simetris
- Palpebra : Merah muda
- Konjungtiva dan Sklera : Merah muda dan putih

Universitas Sumatera Utara


- Pupil : Isokor dan coklat muda
- Cornea dan iris : Bening
- Visus : Ketajaman penglihatan baik
- Tekanan bola mata : Baik
Hidung
- Tulang hidung dan posisi septumnasi : Simetris dan di
tengah
- Lubang hidung : Bersih
- Cuping hidung :Tidak ada
Telinga
- Bentuk telinga : Normal dan simetris
- Ukuran telinga : Normal, simteris kanan dan kiri
- Lubang telinga : Bersih
- Ketajaman pendengaran : Baik

Mulut dan Faring


- Keadaan bibir : Lembab dan simetris
- Keadaan gusi dan gigi : Merah muda,gigi putih
- Keadaan lidah : Bersih
- Orofaring : Normal
Leher
- Posisi Trachea : Normal
- Thyroid : Tidak ada pembesaran
- Suara : Normal
- Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
- Vena jugularis : Tidak ada distensi
- Denyut nadi karotis : Teraba
Pemeriksaan Integumen
- Kebersihan : Bersih
- Kehangatan : Hangat
- Warna : Normal , sawo matang
- Turgor : Baik
- Kelembaban : Lembab
- Kelainan pada kulit : Tidak ada

Universitas Sumatera Utara


Pemeriksaan Thoraks/dada
- Inspeksi thoraks/dada : Normal
- Pernafasan (frekuensi, irama) : 20x/menit
- Tanda kesulitan bernafas :Tidak ada kesulitan bernafas
Pemeriksaan Paru
- Palpasi getaran suara : Ada getaran
- Perkusi : Resonan
- Auskultasi : Vesikuler dan tidak ada tambahan
Suara
Pemeriksaan Muskuloskeletal/Ekstremitas
Normal, Berfungsi dengan baik, tidak ada edema.
Pemeriksaan Fungsi Sensorik
Pasien dapat merasakan sentuhan, getaran, panas, dingin, dan tajam
tumpul.

VII. RIWAYAT PSIKOLOGIS


Klien mengatakan bahwa pola komunikasi dalam keluarga terbuka, bahasa yang
digunakan adalah bahasa indonesia. Pada pola pertahanan, mekanisme
penanggulangan masalah dalam keluarga yaitu bersama sama untuk
menyelesaikannya, dan jika salah satu anggota keluarga mengalami masalah maka
respon keluarga membantu mencari jalan keluar.

VIII. RIWAYAT FAKTOR LINGKUNGAN


Jenis rumah klien petak, status rumah ngontrak dengan beratapkan seng, dan
tidak memilki jendela, pencahayaan rumah kurang baik, penerangan yang
digunakan adalah listrik, lantai rumah klien yaitu keramik, vektor yang banyak
disekitar rumah dan membahayakan kesehatan adalah nyamuk, dan lalat,
kebersihan dalam rumah bersih, jika rumah tidak bersih disebabkan oleh debu,
klien tidak memiliki halaman rumah. klien mengatakan memiliki sumber air
sendiri yaitu pam, dan untuk kebutuhan minum, air diambil dari sumur bor,
tempat penyimpanan air tertutup, klien juga mengatakan 2x dalam seminggu
menguras tempat penampungan air, air minum yang digunakan terlebih dahulu
dimasak dengan kualitas sumber air tak berbau, tak berasa, tak berwarna, sumber

Universitas Sumatera Utara


air yang digunakan untuk kebersihan juga berasal dari pam, jarak sumber air
dengan tempat penampungan limbah 10 m.

2.3.2 Analisa Masalah

No. Data Penyebab Masalah


keperawatan
1. DS: Peningkatan kadar Gangguan rasa
- Klien mengatakan nyeri asam lambung nyaman (nyeri)
terasa setelah selesai makan
- Klien mengatakan perut
terasa nyeri jika terlambat
makan dan nyerinya hilang
timbul jika epigastrium di
tekan
- Klien mengeluh sering
merasa mual dan muntah
DO:
- Nyeri tekan pada daerah
ulu hati (epigastrium)
dengan skala 3
2. DS: Rasa tidak nyaman Risiko tinggi nutrisi
- Klien mengatakan nafsu setelah makan, kurang dari
makan berkurang pada saat anoreksia, mual, kebutuhan tubuh
maag kambuh. muntah
- Klien mengeluh sering
merasa mual tetapi tidak
ingin muntah
- Klien mengatakan hanya 2
kali makan dalam sehari
- Klien mengatakan kalau
dia hilang selera makan

Universitas Sumatera Utara


- Klien sering merasa
kenyang
DO:
- Wajah klien kelihatan
pucat.
- Klien tampak lemah dan
tidak berenergi.
- Klien tidak menghabiskan
1 porsi nasi dengan lauk
dan sayur.

3. DS: Kurang informasi Kurang


- Klien mengatakan selama pengetahuan
ini sering sekali tentang diit gastritis
mengkonsumsi tape, nangka
dan makanan pedas.
DO:
- Klien tampak bertanya
kepada saya mengenai
makanan yang boleh dan
tidak boleh dikonsumsi
pasien gastritis

2.3.3 Diagnosa Masalah


a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan kadar asam
lambung ditandai dengan nyeri tekan pada daerah ulu hati (epigastrium).
b. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganrasa tidak
nyaman setelah makan, anoreksia, mual, muntah ditandai dengan wajah
kelihatan pucat,tampak lemah dan tidak berenergi.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan
klien tampak bertanya mengenai makanan yang boleh dikonsumsi dan tidak
boleh dikonsumsi untuk gastritis

Universitas Sumatera Utara


Hari/ No. Perencanaan keperawatan
Tanggal Dx
1. Tujuan :
Nyeri dapat berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat,
skala nyeri menunjukkan angka 0.
Rencana Tindakan Rasional
a. Kaji dan catat keluhan nyeri a. Untuk menentukan intervensi
termasuk lokasi, lamanya, dan mengetahui efek terapi.
intensitas skala nyeri (0-10). b. Makanan sebagai penetralisasi
b. Berikan makan sedikit tapi asam lambung.
sering. c. Makanan yang merangsang
c. Jelaskan agar klien dapat mengiritasi mukosa
menghindari makanan yang lambung.
merangsang lambung, d. Posisi yang nyaman dapat
seperti makanan pedas, asam menurunkan nyeri.
dan mengandung gas. e. Teknik relaksasi dapat
d. Atur posisi tidur yang mengalihkan perhatian klien
nyaman bagi klien. sehingga dapat menurunkan
e. Anjurkan klien melakukan nyeri.
teknik relaksasi, seperti tarik f. Untuk menghilangkan nyeri
nafas dalam, mendengarkan lambung.
music nonton TV, membaca.
f. Berikan terapi analgesik dan
antasid.

Universitas Sumatera Utara


2. Tujuan: Gangguan nutrisi teratasi
Mengetahui masalah yang dia alami dengan memberikan
informasi terhadap masalah dari klien
Kriteria Hasil:
Mempertahankan masukan makanan yang adekuat
Rencana Tindakan : Rasional:
a. Kaji status nutrisi dan pola a. Sebagai dasar untukmenentukan
makan klien. intervensi.
b. Jelaskan agar klien b. Kafein dapatmerangsang
menghindari minuman yang aktivitasgaster.
mengandung kafein. c. Untuk mengetahuistatus nutrisi
c. Timbang berat badan klien klien.
setiap hari dengan alat ukur d. Untuk meningkatkannafsu
yang sama. makan danmenghilangkan
d. Berikan terapi multivitamin mual.
dan antasid sesuai program
medik.
3. Tujuan : Mengetahui masalah yang dia alami dengan memberikan
informasi terhadap masalah dari klien
Kriteria Hasil :
Klien tahu tentang penyakitnya

Rencana Tindakan : Rasional:


a. Kaji tingkat pengetahuan a. Untuk mengetahui sampai
tentang penyakitnya. mana pengetahuan klien
b. Berikan pendidikan sehingga memudahkan untuk
kesehatan tentang memberikan penyuluhan
penyakitnya b. Untuk menambah informasi
c. Motivasi klien untuk c. Untuk menambah semangat
melakukan anjuran dalam dan harapanya klien mau
pendidikan kesehatan melakukan hal positif untuk
d. Beri kesempatan untuk klien kesehatan
bertanya tentang d. Untuk menambah pengetahuan
penyakitnya. klien

Universitas Sumatera Utara


2.3.4 Implementasi Keperawatan dan Evaluasi
Hari/ No. Implementasi Evaluasi
Tanggal Dx
Rabu / 1. a. Mengkaji dan mencatat keluhan nyeri S :
3 mei termasuk lokasi, lamanya nyeri, Klien melaporkan
2017 karakteristik nyeri. nyerinya berkurang
b. Karakteristik : intensitas nyeri sedang O:
c. Memberikan makan sedikit tapi sering Klien tampak
d. Menjelaskan agar klien menghindari tenang, klien dapat
makanan yang merangsang peningkatan mengontrol nyeri
gas pada lambung, seperti makanan yang dirasakan.
pedas, asam dan mengandung gas. A:
e. Memberikan klien posisi yang nyaman Masalah sebagian
pada waktu tidur atau duduk. Teratasi : Nyeri
f. Mengajarkan tehnik relaksasi seperti tarik berkurang denhan
nafas dalam, mendengarkan musik, skala nyeri 2
nonton TV dan membaca. P:
g. Memberikan terapi analgesik dan antasid. intervensi
h. Mengkaji tanda-tanda vital klien. TD= dilanjutkan
110/80mmHg HR= 82x/menit RR= Mengajarkan
24x/menit T= 36,7ºc. penggunaan teknik
relaksasi.
Jumat / 2. a. Mengkaji status nutrisi dan pola makan S :
7 mei klien. Klien mengatakan
2017 b. Menjelaskan agar klien menghindari sudah bisa
minuman yang mengandung kafein. menghabiskan
c. Menimbang berat badan klien setiap hari makanan yang

Universitas Sumatera Utara


dengan alat ukur yang sama. disajikan
d. Memberikan terapi multivitamin dan O:
antasid sesuai program medik. Makanan klien
habis
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi
dihentikan
senin / 3. a. Mengkaji tingkat pengetahuan tentang S :
10 mei penyakitnya Klien mengatakan
2017 b. Memberikan pendidikan kesehatan mengerti tentang
tentang penatalaksanaan nyeri pada penatalaksanaan
gastritis nyeri gastritis,
c. Memotivasi klien untuk melakukan mengetahui tentang
anjuran dalam pendidikan kesehatan diet gastritis yang
d. Memberi kesempatan untuk klien benar
bertanya tentang penyakitnya. O:
Klien terlihat tidak
bingung lagi.
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan Intervensi

Universitas Sumatera Utara


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung, yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan
lain. (Charlene J, Reeves, 2001)
Dari asuhan keperawatan pada Ny.P dengan Gastritis di Lingkungan VI
Kelurahan Sari Rejo Kecamatan MedanPolonia, penulis melakukan tindakan selama 3
hari dan penulis menemukan 3 diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny.P yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan kadar asam
lambung ditandai dengan nyeri tekan pada daerah ulu hati (epigastrium).
2. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rasa tidak nyaman
setelah makan , anoreksia, mual, muntah ditandai dengan wajah Ny.P kelihatan
pucat ,tampak lemah dan tidak berenergi.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan klien
tampak bertanya mengenai makanan yang boleh dikonsumsi dan tidak boleh
dikonsumsi untuk gastritis.

3.2 SARAN
1. Bagi Mahasiswa Dalam Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini memberikan
pengalaman belajar yang komprehensif bagi penulis, khususnya dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan prioritas masalah nyeri Gastritis di
kelurahan sari rejo.
2. Bagi Keluarga Peran dan perhatian keluarga sebagai support sistem perlu
ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan klien selama sakit agar dapat
mempercepat proses penyembuhan klien, keluarga diharapkan selalu menjaga
lingkungan yang sehat, sehingga klien bisa istirahat dengan tenang dan nyaman.
3. Bagi pelayan kesehatan agar penerapan pengkontrolan nyeri dapat di maksimalkan,
mengingat pentingnya intervensi tersebut dilakukan pada pasien gastritis sehingga
masalah dapat diatasi dan untuk lebih meningkatkan kepedulian pada pasien
gastritis dalam pengontrolan rasa nyaman nyeri.

Universitas Sumatera Utara


Daftar pustaka

Asmadi. (2008) Teknik Procedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien, Salemba Jakarta
Doenges, M.E.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Karyono, Ni Made
Sumarwati, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Gordon, N F. (2002).The Cooper Clinik And Research Institute Fitness Series. Fajar
Interpratama Offset.
Hirlan. (2009). Buku Ajar Imu Penyakit Dalam: Gastritis. Edisi 5. Jakarta: Interna
Publishing
Iskandar, H Yul. 2009. Saluran Cerna. Jakarta : Gramedia
Muttaqqin, Arif dan Kumalasari (2011).Gangguan Gastro Intestenal. Jakarta: Salemba
Nanda Internasional. (2012). Diagnosis Keperawatan 2012-2014. EGC: Jakarta.
Potter dan Perry. 2005. BukuAjar Fundamental Keperawatan. Konsep, Proses, dan
Pediatrik ; Edisi 4. EGC. Jakarta.
Prasetyo, N S. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Reeves, J R., Roux G., Lockhart,R. (2001). Medical-Surgical Nursing. Jakarta: Salemba
Medika
Sharif, La dan Ode.(2016) Asuhan Keperawatan Gerontik.Yogyakarta : Sadewa
Suratun dan Lusianah (2010).Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Gastrointestinal. TIM. Jakarta

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai