Bab 1
Bab 1
USULAN PENELITIAN
NPM. 200110150308
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
ii
Oleh :
Menyetujui :
ii
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat
“Kualitas Eksterior dan Interior Telur Tetas Puyuh Padadjaran Galur Murni
Hitam Generasi Keenam” sebagai syarat untuk menyelesaikan program strata satu
dengan baik atas bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Dosen Tim Pembimbing, Bapak Endang Sujana, S.Pt., MP. dan Dr. Ir. Iwan
maupun materil.
kepada penulis.
4. Prof. Dr. Ir. Husmy Yurmiati, MS., Dekan Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran.
Fulqi, Gina, Yasmin, Lusti, Is dan masih banyak lagi yang tidak bisa
iii
iv
penelitian. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat khususnya bagi
Penulis
iv
v
DAFTAR ISI
Bab Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................... v
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................... 2
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ............................................... 2
1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................... 3
1.5 Kerangka Pemikiran ............................................................... 3
1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................. 7
LAMPIRAN .................................................................................... 12
v
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
vi
I
PENDAHULUAN
Puyuh merupakan salah satu jenis unggas yang sering dimanfaatkan untuk
dikonsumsi baik daging maupun telurnya di Indonesia. Jenis puyuh yang banyak
japonica atau Japanese quail. Puyuh jenis ini menghasilkan telur relatif banyak
yaitu 250-300 butir per ekor per tahun (Amo, dkk., 2013) sehingga bisa dikatakan
seleksi jenis Coturnic-coturnic japonica dengan warna bulu hitam, coklat dan hasil
persilangan dua galur tersebut, tujuan persilangan ini adalah untuk menghasilkan
galur murni hitam. Galur ini memproduksi telur yang relatif besar dengan asupan
pakan cukup banyak dan mulai berproduksi lebih lama. Puyuh hitam tersebut
memiliki ukuran tubuh sedang, berbulu gelap dan berparuh tebal (Rospitasari, dkk.
2009). Puyuh hampir seluruh tubuh dan paruh berwarna hitam dan berwarna coklat
dengan ciri-ciri memiliki dada pucat serta sisik hitam tebal, pada penutup sayap dan
langkah utama untuk mengetahui kualitas dan kelayakan telur yang akan ditetaskan.
Menurut Lasmini dkk., (1992) tinggi rendahnya daya tetas bergantung kepada
kualitas telur tetas, sarana penetasan, keterampilan dan lama simpan telur.
Pengujian eksterior telur berupa berat telur dan shape indeks, pengujian interior
2
berupa indeks albumen, indeks yolk, haugh unit (HU), presentase yolk, presentase
kualitas eksterior dan interior puyuh Padjadjaran galur murni hitam mengenai berat
telur dan shape indeks, pengujian interior berupa indeks albumen, indeks yolk,
haugh unit (HU), presentase yolk, presentase albumen, presentase kerabang, warna
selanjutnya.
adalah mengahasilkan puyuh yang memproduksi telur yang tinggi dengan bobot
telur yang besar. Setelah disilangkan, sexing pada puyuh dapat dilakukan pada
umur 1 hari dengan melihat perubahan morfologi warna bulu puyuh dengan tingkat
keberhasilan 92,72% (Tumbilung, 2014). DOQ betina berwarna bulu coklat dan
DOQ jantan berwarna bulu hitam, hal tersebut terjadi karena aplikasi wana terpaut
kromosom kelamin.
Kualitas eksterior telur dilakukan dengan mengamati bobot telur dan shape
indeks. Bobot telur puyuh tidak hanya berpengaruh terhadap keberhasilan menetas
tetapi juga berpengaruh terhadap bobot tetas. Selain mempengaruhi daya tetas,
bobot telur juga mempengaruhi bobot tetas, dimana bobot telur tetas tinggi akan
menghasilkan bobot tetas yang tinggi dan sebaliknya (Butcher, dkk., 2004). Bobot
telur galur murni hitam lebh kecil dari hasil silangannya (puyuh Padjadjaran).
Bobot telur puyuh Padjadjaran galur warna coklat (populasi dasar) memiliki rata-
4
rata 10,88 gram dan rata-rata bobot telur puyuh galur warna hitam sebesar 10,74
(Sujana, 2014),
Shape index merupakan salah satu karakteristik sifat yang diwariskan dari
tetuanya, sehingga telur setiap jenis unggas memiliki shape index yang khas (Jull,
1977). Shape indeks telur puyuh Padjadjaran populasi dasar galur murni hitam yaitu
82,38 (Sujana, 2014). Bentuk telur bulat memeiliki nilai > 7, normal (avoid) 69-
Bentuk telur akan berpengaruh terhadap daya tetas dan lama tetas telur
tersebut, telur dengan bentuk yang bulat akan menghasilkan lama tetas dan daya
tetas yang tinggi. Telur dengan bentuk bulat mempunyai nilai indeks yang lebih
tinggi dibandingkan bentuk lainnya, bentuk telur yang lancip menunjukan nilai
indeks yang lebih kecil, artinya telur yang relatif panjang dan sempit (lancip) pada
berbagai ukuran memiliki indeks telur yang rendah sehingga daya tetasnya tinggi
(North dan Bell, 1990). Bentuk telur yang bulat akan mempunyai lama tetas yang
lebih lama dari bentuk yang lainnya, hal ini disebabkan karena penyerapan panas
pada telur bulat kurang merata sehingga anak puyuh pada saat menetas kesulitan
memecahkan telur karena sisi bagian kerabang masih lembab dan sulit untuk
unit (HU), warna Kuning telur dan tebal kerabang. Kualitas interior telur dapat
dipengaruhi oleh struktur genetik, umur induk, lama waktu dan penyimapan, nutrisi
yang terkandung dalam pakan, temperature lingkungan serta penyakit (Alkan dkk.,
Putih telur atau albumen yang berperan sebagai tempat utama untuk
menyimpan makanan dan minuman embrio dalam telur selama proses penetasan.
5
akan menyebabkan rendahnya daya tetas. Pengenceran pada albumen terjadi akibat
kerja enzim-enzim proteolitik yaitu enzim yang memecah protein terutama protein
menjadi mudah bergerak atau berpindah tempat serta terjadi difusi air dari bagian
albumen ke bagian yolk melalui membran vitelin (Soekarto, 2013). Indeks albumen
telur puyuh segar bervariasi antara 0,050-0,174 (Romanoff dan Romanoff, 1963).
Penentuan kualitas albumen dapat dilihat pula dari haugh unit (HU).
Ketinggian berkorelasi dengan berat menentukan Haugh unit (HU), semakin tinggi
nilai HU maka semakin baik kualitas dan kesegaran telur tersebut. Variabel yang
mempengaruhi nilai HU adalah tinggi putih telur dan berat telur. Haugh Unit
tinggi putih telur dan bobot telur (Sudaryani, 2006). Terdapat korelasi positif antara
nilai HU dan tinggi putih telur, yaitu semakin tinggi putih telur maka nilai HU
semakin meningkat (Stadelman, W.F dan O.J. Cotteril, 1995). Nilai rataan telur
dan diameter yolk (Mountney, 1976). Kemampuan yolk untuk tetap utuh selama
memiliki variasi nilai indeks kuning telur yang relatif kecil (Mountney, 1976).
Kuning telur merupakan bagian yang paling penting pada isi telur, pada bagian
inilah terdapat embrio dan tempat tumbuh embrio hewan khususnya pada telur yang
6
dibuahi. Kuning telur memiliki komposisi yang lengkap dibandingkan putih telur.
Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, karbohidrat, mineral, lemak,
dan vitamin (Sarwono, 1995). Nilai indeks yolk yang diberi pakan protein kasar
sebesar 20,1% adalah 0,422, sedangkan yang diberi pakan dengan kandungan
protein kasar 18% mempunyai nilai indeks yolk sebesar 0,406 (Suprijatna, dkk.,
2008). Kandungan pakan yang diberikan berdampak pula kepada warna yolk puyuh
tersebut. Warna yolk termasuk parameter dalam kualitas interior telur tetas. warna
kuning telur ditentukan oleh kandungan β-karoten yang terdapat pada kuning telur.
Warna kuning telur unggas adalah kuning orange yang disebabkan adanya
(Yuwanta, 2010). Warna yolk bisa menjadi cerminan konsumsi pakan induk untuk
kebutuhan nutrisi embrio pada saat di dalam telur. Berbagai nutrisi didalam telur
ini akan dibutuhkan embrio ketika dalam masa perkembangan sampei ketika sudah
Bagian-bagian utama dari telur yaitu albumen, yolk, kerabang telur dan
kerabang tipis. Setiap bagian mempunyai fungsi dan peranan tersendiri dalam
proses penetasan. Bobot kuning telur, albumen dan kerabang telur puyuh normal
telur karena dapat melindungi kualitas bagian dalam telur, kerusakan pada kerabang
menjadikan telr tersebut tidak layak untuk dijadikan telur tetas. Faktor yang
mempengaruhi tebal kerabang salah satunya yaitu umur puyuh, pengambilan data
secara berkala setiap minggunya dapat menghasilkan nilai ketebalan kerabang yang
berbeda. Kualitas kerabang telur dipengaruhi oleh umur puyuh, pakan yang
diberikan, dan konsumsi pakan puyuh (Stadelman dan Cotterill, 1977). Tebal
7
1992). Puyuh yang diberikan pakan dengan kandungan protein kasar 20%
dkk., 2008).
Kualitas interior dan eksterior telur tetas puyuh Padjadjaran galur murni
hitam pada generasi sebelumnya memiliki kualitas yang baik. Kualitas tersebut
telur.
8
II
Bahan dalam penelitian ini yaitu telur tetas sebanyak xxxxx butir telur
puyuh galur murni hitam. Telur diambil setiap satu minggu sekali selama 7 minggu
sebanyak 10% dari populasi telur yang dihasilkan. Pengambilan telur dimulai dari
Padjadjaran.
4) Jangka sorong digital, digunakan untuk mengukur panjang dan lebar telur,
interior.
7) Egg yolk colour fan, digunakan untuk mengukur tingkat warna yolk.
10) Baki, digunakan sebagai wadah pembuangan sementara telur yang telah
diamati.
11) Tisu atau lap, digunakan untuk membersihkan alat kaca dari sisa telur.
12) Mikrometer sekrup digital, digunakan untuk mengukur tebal kerabang telur.
16) Kalkulator, digunakan sebagai alat menghitung shapes index, rata-rata lebar
deskriptif yaitu dengan mengambil telur tetas puyuh Padjadjaran galur murni hitam,
lalu dilakukan pengukuran sifat kuantitatif bobot telur, shapes index, indeks yolk,
indeks albumen, dan haugh unit, persentase yolk, persentase albumen, persentase
kerabang, tebal kerabang dan warna yolk. Data kemuadian ditabulasikan ke dalam
1) Telur tetas puyuh Padjadjaran galur murni hitam dikumpulkan dari kandang
7) Lebar albumen dan tinggi albumen diukur menggukan jangka sorong digital
8) Diameter dan tinggi yolk diukur menggukan jangka sorong digital untuk
9) Yolk dipisahkan dari albumen oleh spatula ke wadah kecil dan ditimbang
10) Yolk diukur tingkat warnanya menggunakan egg yolk colour fan.
11) Kerabang telur dikeringkan atau dibersihkan dari albumen dengan tisu lalu
dilakukan tiga kali pada bagian telur yang lancip, tengah dan tumpul lalu
dihitung rata-ratanya.
13) Pengukuran dilakukan setiap seminggu sekali setelah pengambilan telur, hal
ini menjadikan telur yang diamati masih dalam keadaan segar tanpa adanya
masa penyimpanan.
11
sebagai berikut:
HU = 100log(H+7,57-1,7.W0,37)
5. Bobot Yolk, Kull dan Seker (2004), bobot yolk diperoleh dari menimbang
putih telur yang telah dipisahkan dari albumen. Presentase yolk dapat
6. Bobot Kerabang, Kull dan Seker (2004), bobot kerabang diperoleh dengan
cara menimbang kerabang telur setelah dipisahkan dari isi telur. Presentase
7. Bobot Albumen, Kull dan Seker (2004), bobot albumen diperoleh dari
selisih antara bobot telur dan penjumlahan bobot kuning dan bobot
standar deviasi, dan koevisien variasi kualitas telur dari masing-masing peubah
Nilai maksimum adalah nilai x tebesar pada suatu interval data, sedangkan
2. Rata-rata (µ)
Menurut Sudjana (2005), rumus untuk menghitung data kuantitatif yaitu:
∑𝑁
𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥̃ =
𝑛
n = Jumlah data
13
3. Simpangan Baku
𝑥̃= Rata-rata
n = Jumlah data
S = Simpangan baku
𝑥̃ = Rata-rata
14
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Butcher, Gary D and RD. Miles. 2004. Egg Specific Gravity Designing a
Monitoring Program. University of Florida. Florida.
Kul S, Seker I. 2004. Phenotypic Correlations Between some External and Internal
Egg Quality Traits in The Japanese Quail (Coturnix-coturnix japonica).
Poult Sci 3(6):400-405.
Lasmini, A., R. Abdelsamie, dan N.M. Parwati. 1992. Pengaruh Cara Penetasan
terhadap Telur Itik Tegal dan Alabio. Pengolahan dan Komunikasi Hasil
Penelitian Balai Penelitian Ternak. Ciawi. Bogor.
Mountney, G. I. 1976. Poultry Technology. 2nd Edit. The AVI publising Inc.,
Westport
Roberts, J. R. 2004. Factors Affecting Eggs Internal Quality in Laying Hens. Rev.
J. Poul. Sci. 41: 161-177.
Romanoff, A. L. and A. J. Romanoff. 1963. The Avian Eggs. John Willey and Sons.
Inc. New York.
Stadelman, W. J. & O. J. Cotteril. 1977. Egg Science and Technology. The AVI
Publishing Co. Inc., Westport, Connecticut.
Sujana, E., Tuti, W. dan Asep, A. 2014. Karaskteristik Kualitas Eksterior Telur
Puyuh Populasi Dasar Pada galur Warna Bulu Coklat dan Hitam di Sentra
Pembibitan Puyuh Kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor. Seminar
Nasional Peternakan Berkelanjutan 6. Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran, Jatinangor.
_______, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
LAMPIRAN
17
Bulan Kegiatan
No. Kegiatan Oktober Noovember Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
a. Administrasi
Akademik
b. Studi
Kepustakaan
c. Bimbingan UP
2 Seminar UP
Pelaksanaan
3
Penelitian
a. Pengambilan
Data
b. Analisis Data
4 Bimbingan Skripsi
5 Sidang Skripsi
6 Perbaikan Skripsi
18
3. Pasca Penelitian
Print Skripsi 6 Buah Rp. 30.000 Rp. 180.000**
Perbaikan Skripsi
(Print + Jilid) 4 Buah Rp. 50.000 Rp. 200.000**
Total Rp. 2.659.400
Keterangan :