Anda di halaman 1dari 24

KUALITAS EKSTERIOR DAN INTERIOR TELUR TETAS PUYUH

PADADJARAN PADA GALUR MURNI HITAM GENERASI KEENAM

USULAN PENELITIAN

AULIA RACHMATINA ULFAH

NPM. 200110150308

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
ii

KUALITAS EKSTERIOR DAN INTERIOR TELUR TETAS PUYUH


PADADJARAN PADA GALUR MURNI HITAM GENERASI KEENAM

Oleh :

AULIA RACHMATINA ULFAH


NPM. 200110150308

Menyetujui :

Endang Sujana, S.Pt., MP.


Pembimbing Utama

Dr. Ir. Iwan Setiawan, DEA


Pembimbing Anggota
Mengetahui :

Dr. Ir. H. Iman Hernaman, M.Si.


Wakil Dekan Fakultas Peternakan

ii
iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat

dan karunia-Nya penulis telah menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul

“Kualitas Eksterior dan Interior Telur Tetas Puyuh Padadjaran Galur Murni

Hitam Generasi Keenam” sebagai syarat untuk menyelesaikan program strata satu

di Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.

Penulis menyadari di dalam penulisan usulan penelitian ini banyak


mengalami hambatan dan kesulitan, namun alhamdulillah akhirnya dapat tersusun

dengan baik atas bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Dosen Tim Pembimbing, Bapak Endang Sujana, S.Pt., MP. dan Dr. Ir. Iwan

Setiawan, DEA yang telah meluangkan waktu dan memberi bantuannya

kepada penulis untuk menyelesaikan proposal usulan penelitian.

2. Kedua orangtua dan keluarga yang telah memberikan dukungan moril

maupun materil.

3. Dosen Tim Pembahas yang akan memberikan saran dan masukannya

kepada penulis.

4. Prof. Dr. Ir. Husmy Yurmiati, MS., Dekan Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran.

5. Teman-teman penulis, Eriska, Elma, Laras, Bahraina, Linda, Tyara, Danim,

Fulqi, Gina, Yasmin, Lusti, Is dan masih banyak lagi yang tidak bisa

disebutkan satu persatu.

iii
iv

Penulis berharap semoga segala bentuk bantuan dan dukungannya

mendapat balasan dan ridho dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kelancaran pelaksanaan

penelitian. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat khususnya bagi

penulis dan umumnya bagi semua pihak yang membaca. Aamiin.

Sumedang, Oktober 2018

Penulis

iv
v

DAFTAR ISI

Bab Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. vi

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................... 2
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ............................................... 2
1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................... 3
1.5 Kerangka Pemikiran ............................................................... 3
1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................. 7

II BAHAN DAN METODE PENELITIAN


2.1 Bahan dan Objek Penelitian .................................................. 6
2.2 Metode Penelitian ................................................................... 6
2.2.1 Prosedur Pengambilan Data ......................................... 6
2.2.2 Peubah yang Diamati .....................................................
7 2.2.3 Analisis Statistik ........................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 11

LAMPIRAN .................................................................................... 12

v
vi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Rencana Jadwal Penelitian .................................................. 11


2 Rencana Biaya Penelitian .................................................... 12

vi
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puyuh merupakan salah satu jenis unggas yang sering dimanfaatkan untuk

dikonsumsi baik daging maupun telurnya di Indonesia. Jenis puyuh yang banyak

beredar di Indonesia adalah hasil perkawinan dan keturunan Coturnix-coturnix

japonica atau Japanese quail. Puyuh jenis ini menghasilkan telur relatif banyak

yaitu 250-300 butir per ekor per tahun (Amo, dkk., 2013) sehingga bisa dikatakan

sebagai puyuh jenis petelur. Puyuh Padjadajaran merupakan pemurnian hasil

seleksi jenis Coturnic-coturnic japonica dengan warna bulu hitam, coklat dan hasil

persilangan dua galur tersebut, tujuan persilangan ini adalah untuk menghasilkan

produksi telur yang tinggi dengan bobot telur yang besar.

Persilangan untuk menghasilkan puyuh Padjadajaran diambil betina dari

galur murni hitam. Galur ini memproduksi telur yang relatif besar dengan asupan

pakan cukup banyak dan mulai berproduksi lebih lama. Puyuh hitam tersebut

memiliki ukuran tubuh sedang, berbulu gelap dan berparuh tebal (Rospitasari, dkk.

2009). Puyuh hampir seluruh tubuh dan paruh berwarna hitam dan berwarna coklat

dengan ciri-ciri memiliki dada pucat serta sisik hitam tebal, pada penutup sayap dan

tenggorokannya memiliki iris berwarna coklat tua.

Pengujian dengan seleksi telur baik eksterior maupun interior merupakan

langkah utama untuk mengetahui kualitas dan kelayakan telur yang akan ditetaskan.

Menurut Lasmini dkk., (1992) tinggi rendahnya daya tetas bergantung kepada

kualitas telur tetas, sarana penetasan, keterampilan dan lama simpan telur.

Pengujian eksterior telur berupa berat telur dan shape indeks, pengujian interior
2

berupa indeks albumen, indeks yolk, haugh unit (HU), presentase yolk, presentase

albumen, presentase kerabang, warna yolk dan tebal kerabang.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai

kualitas eksterior dan interior puyuh Padjadjaran galur murni hitam mengenai berat

telur dan shape indeks, pengujian interior berupa indeks albumen, indeks yolk,

haugh unit (HU), presentase yolk, presentase albumen, presentase kerabang, warna

yolk dan tebal kerabang.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemumakan pada latar belakang, maka

dapat diidentifikasi masalah yaitu:

1) Bagaimana kualitas eksterior dan interior telur tetas puyuh Padjadjaran

galur murni hitam generasi keenam.

2) Bagaimana kurva kualitas eksterior dan interior telur tetas puyuh

Padjadjaran galur murni hitam generasi keenam.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan, maka maksud dan tujuan

penelitian ini yaitu untuk:

1) Mengetahui kualitas eksterior dan interior telur tetas puyuh Padjadjaran

galur murni hitam generasi keenam.

2) Mengetahui kurva kualitas eksterior dan interior telur tetas puyuh

Padjadjaran galur murni hitam generasi keenam.


3

1.4 Kegunaan Penelitian

Keguanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Hasil penelitian diharapkan dapat memperluas ilmu pengetahuan dan

memberikan informasi mengenai mengenai kualitas eksterior dan interior

pada telur tetas puyuh Padjadjaran pada galur murni hitam.

2) Memberikan informasi mengenai kualitas eksterior dan interior pada telur

tetas puyuh Padjadjaran pada galur murni hitam untuk penelitian

selanjutnya.

1.5 Kerangka Pemikiran

Puyuh Padjadajaran dihasilkan dari pemurnian warna bulu hitam yang

disilangkan dengan pemurnian warna bulu coklat. Tujuan persilangan tersebut

adalah mengahasilkan puyuh yang memproduksi telur yang tinggi dengan bobot

telur yang besar. Setelah disilangkan, sexing pada puyuh dapat dilakukan pada

umur 1 hari dengan melihat perubahan morfologi warna bulu puyuh dengan tingkat

keberhasilan 92,72% (Tumbilung, 2014). DOQ betina berwarna bulu coklat dan

DOQ jantan berwarna bulu hitam, hal tersebut terjadi karena aplikasi wana terpaut

kromosom kelamin.

Kualitas eksterior telur dilakukan dengan mengamati bobot telur dan shape

indeks. Bobot telur puyuh tidak hanya berpengaruh terhadap keberhasilan menetas

tetapi juga berpengaruh terhadap bobot tetas. Selain mempengaruhi daya tetas,

bobot telur juga mempengaruhi bobot tetas, dimana bobot telur tetas tinggi akan

menghasilkan bobot tetas yang tinggi dan sebaliknya (Butcher, dkk., 2004). Bobot

telur galur murni hitam lebh kecil dari hasil silangannya (puyuh Padjadjaran).

Bobot telur puyuh Padjadjaran galur warna coklat (populasi dasar) memiliki rata-
4

rata 10,88 gram dan rata-rata bobot telur puyuh galur warna hitam sebesar 10,74

(Sujana, 2014),

Shape index merupakan salah satu karakteristik sifat yang diwariskan dari

tetuanya, sehingga telur setiap jenis unggas memiliki shape index yang khas (Jull,

1977). Shape indeks telur puyuh Padjadjaran populasi dasar galur murni hitam yaitu

82,38 (Sujana, 2014). Bentuk telur bulat memeiliki nilai > 7, normal (avoid) 69-

77, dan lonjong <69 (Yuwanta, 2004).

Bentuk telur akan berpengaruh terhadap daya tetas dan lama tetas telur

tersebut, telur dengan bentuk yang bulat akan menghasilkan lama tetas dan daya

tetas yang tinggi. Telur dengan bentuk bulat mempunyai nilai indeks yang lebih

tinggi dibandingkan bentuk lainnya, bentuk telur yang lancip menunjukan nilai

indeks yang lebih kecil, artinya telur yang relatif panjang dan sempit (lancip) pada

berbagai ukuran memiliki indeks telur yang rendah sehingga daya tetasnya tinggi

(North dan Bell, 1990). Bentuk telur yang bulat akan mempunyai lama tetas yang

lebih lama dari bentuk yang lainnya, hal ini disebabkan karena penyerapan panas

pada telur bulat kurang merata sehingga anak puyuh pada saat menetas kesulitan

memecahkan telur karena sisi bagian kerabang masih lembab dan sulit untuk

dipecahkan (Fitriansyah., A. G. G dkk., 2016).

Pengukuran kualitas interior berupa indeks albumen, inedks yolk, haugh

unit (HU), warna Kuning telur dan tebal kerabang. Kualitas interior telur dapat

dipengaruhi oleh struktur genetik, umur induk, lama waktu dan penyimapan, nutrisi

yang terkandung dalam pakan, temperature lingkungan serta penyakit (Alkan dkk.,

2010; Robets, 2004).

Putih telur atau albumen yang berperan sebagai tempat utama untuk

menyimpan makanan dan minuman embrio dalam telur selama proses penetasan.
5

Menurunnya kekentalan pada albumen menyebabkan kualitas telur menurun karena

akan menyebabkan rendahnya daya tetas. Pengenceran pada albumen terjadi akibat

kerja enzim-enzim proteolitik yaitu enzim yang memecah protein terutama protein

ovomusin, ovomusin merupakan salah satu protein yang diperlukan untuk

perkembangan embrio (North dan Bell, 1990). Pengenceran albumen juga

berpengaruh terhadap rusaknya chalazae yang menyebabkan yolk mudah bergerak.

Pegenceran albumen, termasuk khalaza juga menyebabkan bagian yolk telur

menjadi mudah bergerak atau berpindah tempat serta terjadi difusi air dari bagian

albumen ke bagian yolk melalui membran vitelin (Soekarto, 2013). Indeks albumen

telur puyuh segar bervariasi antara 0,050-0,174 (Romanoff dan Romanoff, 1963).

Penentuan kualitas albumen dapat dilihat pula dari haugh unit (HU).

Ketinggian berkorelasi dengan berat menentukan Haugh unit (HU), semakin tinggi

nilai HU maka semakin baik kualitas dan kesegaran telur tersebut. Variabel yang

mempengaruhi nilai HU adalah tinggi putih telur dan berat telur. Haugh Unit

digunakan sebagai parameter mutu kesegaran telur yang dihitung berdasarkan

tinggi putih telur dan bobot telur (Sudaryani, 2006). Terdapat korelasi positif antara

nilai HU dan tinggi putih telur, yaitu semakin tinggi putih telur maka nilai HU

semakin meningkat (Stadelman, W.F dan O.J. Cotteril, 1995). Nilai rataan telur

puyuh adalah 87,1±2,39 (Tiwari dan Panda, 1978).

Pengukuran indeks yolk dilakukan berdasarkan perbandingan antara tinggi

dan diameter yolk (Mountney, 1976). Kemampuan yolk untuk tetap utuh selama

pemecahan telur menunjukkan fungsi kekuatan selaput vitelina, telur segar

memiliki variasi nilai indeks kuning telur yang relatif kecil (Mountney, 1976).

Kuning telur merupakan bagian yang paling penting pada isi telur, pada bagian

inilah terdapat embrio dan tempat tumbuh embrio hewan khususnya pada telur yang
6

dibuahi. Kuning telur memiliki komposisi yang lengkap dibandingkan putih telur.

Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, karbohidrat, mineral, lemak,

dan vitamin (Sarwono, 1995). Nilai indeks yolk yang diberi pakan protein kasar

sebesar 20,1% adalah 0,422, sedangkan yang diberi pakan dengan kandungan

protein kasar 18% mempunyai nilai indeks yolk sebesar 0,406 (Suprijatna, dkk.,

2008). Kandungan pakan yang diberikan berdampak pula kepada warna yolk puyuh

tersebut. Warna yolk termasuk parameter dalam kualitas interior telur tetas. warna

kuning telur ditentukan oleh kandungan β-karoten yang terdapat pada kuning telur.

Warna kuning telur unggas adalah kuning orange yang disebabkan adanya

karotenoid yang mengandung banyak zeaxantin, kriptoxantin, dan lutein (xantofil).

(Yuwanta, 2010). Warna yolk bisa menjadi cerminan konsumsi pakan induk untuk

kebutuhan nutrisi embrio pada saat di dalam telur. Berbagai nutrisi didalam telur

ini akan dibutuhkan embrio ketika dalam masa perkembangan sampei ketika sudah

menetas (Anggorodi, 1994).

Bagian-bagian utama dari telur yaitu albumen, yolk, kerabang telur dan

kerabang tipis. Setiap bagian mempunyai fungsi dan peranan tersendiri dalam

proses penetasan. Bobot kuning telur, albumen dan kerabang telur puyuh normal

secara berurutan adalah 2,4-3,3 g; 4,1-6 g; 56-0,9 g dengan persentase 30%-33%;

52%-60%; 7%-9% (Yuwanta, 2010). Ketebalan kerabang menentukan kualitas

telur karena dapat melindungi kualitas bagian dalam telur, kerusakan pada kerabang

menjadikan telr tersebut tidak layak untuk dijadikan telur tetas. Faktor yang

mempengaruhi tebal kerabang salah satunya yaitu umur puyuh, pengambilan data

secara berkala setiap minggunya dapat menghasilkan nilai ketebalan kerabang yang

berbeda. Kualitas kerabang telur dipengaruhi oleh umur puyuh, pakan yang

diberikan, dan konsumsi pakan puyuh (Stadelman dan Cotterill, 1977). Tebal
7

kerabang ditambah selaput telur berkisar antara 0,176-0,184 mm (Vilchez, dkk.,

1992). Puyuh yang diberikan pakan dengan kandungan protein kasar 20%

menghasilkan telur dengan tebalan kerabang telur yaitu 0,298 mm (Suprijatna,

dkk., 2008).

Kualitas interior dan eksterior telur tetas puyuh Padjadjaran galur murni

hitam pada generasi sebelumnya memiliki kualitas yang baik. Kualitas tersebut

diharapkan dapat dipertahankan untuk menghasilkan silangan yang baik. Pengujian

secara berkala dengan waktu yang konsisten diharapkan dapat memberikan

informasi waktu kualitas telur terbaik.

1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September hingga November

2018 yang bertempat di Pusat Pembibitan Puyuh Padjadjaran Fakultas Peternakan

Universitas Padjadajaran, serta di Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas

Peternakan Universitas Padjadjaran untuk dilakukannya pengambilan data kualitas

telur.
8

II

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

2.1 Bahan Penelitian

2.1.1 Bahan Penelitian

Bahan dalam penelitian ini yaitu telur tetas sebanyak xxxxx butir telur

puyuh galur murni hitam. Telur diambil setiap satu minggu sekali selama 7 minggu

sebanyak 10% dari populasi telur yang dihasilkan. Pengambilan telur dimulai dari

puyuh berusia 7 minggu hingga xxx di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas

Peternakan Universitas Padjadjaran dan diamati kualitas eksterior serta interiornya

di Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran.

2.1.2 Alat Penelitian

1) Egg tray, digunakan untuk menyimpan telur yang akan diamati.

2) Label, digunakan untuk menandai setiap telurnya.

3) Timbangan digital, digunakan untuk menimbang berat (berat telur,

kerabang, dan kuning telur).

4) Jangka sorong digital, digunakan untuk mengukur panjang dan lebar telur,

lebar albumen, tinggi yolk dan albumen, serta diameter yolk.

5) Pisau, digunakan untuk memecahkan telur yang akan diamati kualitas

interior.

6) Alas kaca, digunakan sebagai alas pngamatan kualitas interior telur.

7) Egg yolk colour fan, digunakan untuk mengukur tingkat warna yolk.

8) Spatula, digunakan untuk memisahkan yolk dan albumen.

9) Wadah kecil, digunakan untuk wadah saat penimbangan berat yolk.


9

10) Baki, digunakan sebagai wadah pembuangan sementara telur yang telah

diamati.

11) Tisu atau lap, digunakan untuk membersihkan alat kaca dari sisa telur.

12) Mikrometer sekrup digital, digunakan untuk mengukur tebal kerabang telur.

13) Plastik, digunakan sebagai tempat pembuangan telur setelah pengamatan.

14) Bulpoin, digunakan untuk mencatat hasil pengukuran.

15) Kertas, digunakan untuk media pencatatan sementara hasil pengukuran.

16) Kalkulator, digunakan sebagai alat menghitung shapes index, rata-rata lebar

albumen, indeks yolk, indeks albumen, dan haugh unit.

17) Laptop, digunakan untuk mengolah data hasil penelitian.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian

deskriptif yaitu dengan mengambil telur tetas puyuh Padjadjaran galur murni hitam,

lalu dilakukan pengukuran sifat kuantitatif bobot telur, shapes index, indeks yolk,

indeks albumen, dan haugh unit, persentase yolk, persentase albumen, persentase

kerabang, tebal kerabang dan warna yolk. Data kemuadian ditabulasikan ke dalam

format excel lalu disajikan dalam bentuk kurva.

3.2.1 Prosedur Penelitian

1) Telur tetas puyuh Padjadjaran galur murni hitam dikumpulkan dari kandang

pusat Pembibitan Puyuh Padjadajran Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran setiap satu minggu sekali yang dilakukan sebanyak 7 minggu

dimulai dari puyuh berumur 7 minggu.


10

2) Penghitungan jumlah populasi telur tetas puyuh Padjadajaran, lalu

dilakukan perhitungan dan pengambilan sampel sebanyak 10% dilakukan

dengan metode sampel random sampling.

3) Penamaan masing-masing telur menggunakan label

4) Bobot telur ditimbang menggunakan timbangan digital.

5) Panjang dan lebar telur diukur menggunakan jangka sorong digital.

6) Telur dipecahkan diatas alas kaca, kerabang disimpan sementara.

7) Lebar albumen dan tinggi albumen diukur menggukan jangka sorong digital

untuk mengetahui nilai indeks albumen dan haugh unit.

8) Diameter dan tinggi yolk diukur menggukan jangka sorong digital untuk

mengetahui nilai indeks yolk.

9) Yolk dipisahkan dari albumen oleh spatula ke wadah kecil dan ditimbang

beratnya oleh timbangan digital untuk mengetahui presentase berat yolk,

albumen, dan kerabang.

10) Yolk diukur tingkat warnanya menggunakan egg yolk colour fan.

11) Kerabang telur dikeringkan atau dibersihkan dari albumen dengan tisu lalu

diukur beratnya menggunakan timbangan digital.

12) Ketebalan kerabang diukur menggunakan mikrometer sekrup digital yang

dilakukan tiga kali pada bagian telur yang lancip, tengah dan tumpul lalu

dihitung rata-ratanya.

13) Pengukuran dilakukan setiap seminggu sekali setelah pengambilan telur, hal

ini menjadikan telur yang diamati masih dalam keadaan segar tanpa adanya

masa penyimpanan.
11

3.2.3 Peubah yang diamati

1. Shape Indeks, dihitung menggunakan rumus menurut Panda (1996):


𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟
Shape Indeks = x 100
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟

2. Indeks Albumen, dihitung menggunakan rumus menurut Rumanoff dan

Rumanoff (1963) sebagai berikut:


𝐻
IA = 𝐴𝑣

Keterangan: IA = Indeks Albumen

H = High atau tinggi albumen (mm)


Av= Average atau rata-rata lebar albumen (mm)

3. Indeks Yolk, dihitung menggunakan rumus menurut Rumanoff dan

Rumanoff (1963) sebagai berikut:


𝐻
IY = 𝑊

Keterangan: IY= Indeks Yolk

H = High atau tinggi yolk (mm)

W = Diameter yolk (mm)

4. Haugh Unit, dihitung menggunakan rumus menurut Yuwanta (2010)

sebagai berikut:

HU = 100log(H+7,57-1,7.W0,37)

Keterangan: HU = Haugh Unit

H = High atau tinggi yolk (mm)

W = Weight atau berat telur (g)

5. Bobot Yolk, Kull dan Seker (2004), bobot yolk diperoleh dari menimbang

putih telur yang telah dipisahkan dari albumen. Presentase yolk dapat

dihitung dengan rumus:


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑦𝑜𝑙𝑘
% Bobot Yolk = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑥 100%
12

6. Bobot Kerabang, Kull dan Seker (2004), bobot kerabang diperoleh dengan

cara menimbang kerabang telur setelah dipisahkan dari isi telur. Presentase

bobot kerabang telur dihitung dengan rumus:


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑏𝑎𝑛𝑔
% Bobot Kerabang = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟

7. Bobot Albumen, Kull dan Seker (2004), bobot albumen diperoleh dari

selisih antara bobot telur dan penjumlahan bobot kuning dan bobot

kerabang. Presentase albumen dapat dihitung dengan rumus:


𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑙𝑏𝑢𝑚𝑒𝑛
% Bobot Albumen = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟

3.2.2 Analisis Statistik

Data dideskripsikan terhadap nilai maksimum dan nilai minimum, rata-rata,

standar deviasi, dan koevisien variasi kualitas telur dari masing-masing peubah

yang diamati dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

1. Nilai Maksimum dan Minimum

Nilai maksimum adalah nilai x tebesar pada suatu interval data, sedangkan

nilai minimum adalah nilai x terendah suatu dari interval data.

2. Rata-rata (µ)
Menurut Sudjana (2005), rumus untuk menghitung data kuantitatif yaitu:

∑𝑁
𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥̃ =
𝑛

Keterangan: 𝑥̃ = 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎


∑𝑁
𝑖=1 𝑥𝑖 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑥 𝑘𝑒 − 𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 𝑘𝑒 − 𝑛

n = Jumlah data
13

3. Simpangan Baku

Menurut Sudjana (2005), rumus untuk menghitung simpangan baku yaitu:


∑(𝑥𝑖 − 𝑥̃)2
s=√ 𝑛−1

Keterangan: s = simpangan baku

𝑥𝑖 = nilai data ke-i

𝑥̃= Rata-rata

n = Jumlah data

4. Koevisien Variasi (KV)

Koefisien variasi merupakan suatu ukuran yang menyatakan besarnya

keragaman yang dinyatakan dalam suatu presentase. Menurut Sudjana

(2005), rumus menghitung koevisien variasi adalah:


𝑆
KV= 𝑥̃ x 100%

Keterangan: KV = Koefsien Variasi

S = Simpangan baku

𝑥̃ = Rata-rata
14

DAFTAR PUSTAKA

Amo, M. ,J. L. P. Saerang, M. Najoan dan J. Keintjem. 2013. Pengaruh


Penambahan Tepung Kunyit (Curcuma domestica val) dalam Ransum
Terhadap Kualitas Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica). Jurnal
Zootek, 33(1) : 48–57.

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Butcher, Gary D and RD. Miles. 2004. Egg Specific Gravity Designing a
Monitoring Program. University of Florida. Florida.

Fitriansyah, A. G G ,. Ulfa I. L. R., Dini W. 2016. Performa Telur Tetas Burung


Puyuh Jepang (Coturnix-coturnix japonica) berdasarkan Perbedaan
Bentuk Telur. Fakultas Pertanian Universitas Majalengka. Majalengka.

Jull, M. A.1977. Poultry Husbandry. 3 rd Ed. Tata Mc Graw-Hill Publishing


Company Ltd, New Delhi. 150-182.

Kul S, Seker I. 2004. Phenotypic Correlations Between some External and Internal
Egg Quality Traits in The Japanese Quail (Coturnix-coturnix japonica).
Poult Sci 3(6):400-405.

Lasmini, A., R. Abdelsamie, dan N.M. Parwati. 1992. Pengaruh Cara Penetasan
terhadap Telur Itik Tegal dan Alabio. Pengolahan dan Komunikasi Hasil
Penelitian Balai Penelitian Ternak. Ciawi. Bogor.

Mountney, G. I. 1976. Poultry Technology. 2nd Edit. The AVI publising Inc.,
Westport

North, M. O. dan D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th


Edition. Van Nostrad Reinhold, New York.

Roberts, J. R. 2004. Factors Affecting Eggs Internal Quality in Laying Hens. Rev.
J. Poul. Sci. 41: 161-177.

Romanoff, A. L. and A. J. Romanoff. 1963. The Avian Eggs. John Willey and Sons.
Inc. New York.

Sarwono, Bambang. 1995. Pengawetan dan Pemanfaatan Telur. Swadaya, Jakarta.

Soekarto ST. 2013. Teknologi Penanganan dan Pengolahan Telur. Penerbit


Alfabeta. Bandung.
15

Stadelman, W. J. & O. J. Cotteril. 1977. Egg Science and Technology. The AVI
Publishing Co. Inc., Westport, Connecticut.

___________________________. 1995. Egg Science and Technology 4th edition.


Food Product Press. New York.

Sudaryani, T. 2006. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Edisi 6. Penerbit Tarsito. Bandung.

Sujana, E., Tuti, W. dan Asep, A. 2014. Karaskteristik Kualitas Eksterior Telur
Puyuh Populasi Dasar Pada galur Warna Bulu Coklat dan Hitam di Sentra
Pembibitan Puyuh Kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor. Seminar
Nasional Peternakan Berkelanjutan 6. Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran, Jatinangor.

Suprijatna, E.,U. Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak


Unggas. Cetakan ke-2. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tiwari, K. S. & B. Panda. 1978. Production and Quality Characteristics of Quail


Egg. Indian J. Poultry Sci. 13 (1): 27-32.

Tumbilung, W., Lambey, L. E., dan Pudjihastuti, E. 2014. Sexing Berdasarkan


Morfologi Burung Puyuh. Jurnal zootek Vol 34 No 2: 170 - 184 , 170 - 184.

Vilchez, C. S. P. Touchburn, E. R. Chavez, and P. C. Laque. 1992. Research Note:


Egg Shell Quality in Japanese Quail Feed Difference Fatty Acid. Poultry
Science 71:1568-1571.

Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

_______, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
LAMPIRAN
17

Lampiran 1. Rencana Jadwal Penelitian

Bulan Kegiatan
No. Kegiatan Oktober Noovember Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
a. Administrasi
Akademik

b. Studi
Kepustakaan
c. Bimbingan UP
2 Seminar UP
Pelaksanaan
3
Penelitian
a. Pengambilan
Data
b. Analisis Data
4 Bimbingan Skripsi
5 Sidang Skripsi
6 Perbaikan Skripsi
18

Lampiran 2. Rencana Anggaran Biaya Penelitian

No Uraian Vol Satuan Harga/Satuan Biaya


1. Pra Penelitian
Print dan Fotokopi
Usulan Penelitian 6 Buah Rp. 10.000 Rp. 60.000**
Perbaikan Usulan
Penelitian 4 Buah Rp. 10.000 Rp. 40.000**
2. Pelaksanaan
Penelitian
Pembelian
bahan
penelitian:
1) Telur tetas puyuh
Padjadjaran warna
bulu hitam 250 Butir Rp. 600 Rp. 150.000*

2) Spidol 1 Buah Rp. 7.000 Rp. 7.000**


3) Kertas Label 1 Buah Rp. 5.000 Rp. 5.000**
4) Tisu 2 Buah Rp. 7.000 Rp. 14.000**
5) Puyuh betina
warna hitam
umur 3-5 bulan 150 Ekor Rp. 12.000 Rp. 1.800.000*
6) Pakan SP-22 50 kg 6 Buah Rp 600.000 Rp. 104.400*
7) Neo Antisep 2 Botol Rp. 15.000 Rp. 30.000*
8) Egg Stimulant 10 g 1 Box Rp. 44.000 Rp. 44.000*
9) Antibiotik Therapy
120 g 1 Sachet Rp. 25.000 Rp. 25.000*

3. Pasca Penelitian
Print Skripsi 6 Buah Rp. 30.000 Rp. 180.000**
Perbaikan Skripsi
(Print + Jilid) 4 Buah Rp. 50.000 Rp. 200.000**
Total Rp. 2.659.400

Keterangan :

* Didanai oleh program Riset Hilirisasi Produk Unggulan Universitas


Padjadjaran (RHPU) (Asep Anang., dkk, 2018)
** Biaya Pribadi

Anda mungkin juga menyukai