Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF DAN

INSTRUMENTASI TEKNIK PADA PASIEN DENGAN RELEASE TENDON ATAS


INDIKASI DE QUAIRVAIN TENOSYNOVITIS DI RUANG OPERASI RS KARSA
HUSADA BATU

Disusun Oleh :
Pradnja Paramitha Chandra Devi
NIM 1301460016

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN MALANG
2017
2

LAPORAN PENDAHULUAN
Asuhan Keperawatan
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian

De Quervain tendinosis/tenosynovitis adalah peradangan atau pembengkakan tendon ibu


jari dan selubungnya, yang terletak di sisi pergelangan tangan di pangkal ibu jari tangan.
Kelainan ini sering juga dikenal sebagai gamer’s thumb, Blackberry thumb.
Tendon adalah ujung-ujung otot yang berbentuk pita dan terdiri dari serat kolagen, yang
melekatkan otot ke tulang. Tendon menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot ke
tulang. Tendon tidak memiliki kemampuan berkontraksi seperti otot, tetapi dapat memanjang
(meregang). Aktivitas berulang yang memicu timbulnya peregangan berlebihan dapat
menyebabkan kerusakan atau masalah pada tendon dan selubungnya.
Pada gamer’s thumb, tendon yang terlibat adalah tendon dari otot ekstensor policis brevis
(EPB) dan otot abduktor policis longus (APL) yang berfungsi untuk menggerakkan ibu jari
menjauhi dan mendekati telapak tangan.
Kedua tendon berjalan berdampingan pada sisi pergelangan tangan di pangkal ibu jari
tangan melewati suatu terowongan yang berfungsi sebagai pemegang. Tendon ditutupi oleh
lapisan jaringan lunak licin tipis, disebut sinovium. Lapisan ini memungkinkan tendon untuk
meluncur dengan mudah melalui terowongan yang juga dilapisi dengan lapisan licin yang
disebut tenosynovium. Peradangan tendon dan pembengkakan tendon dan selubung
tenosynovium, disebut sebagai tenosynovitis.

2. Etiologi
Penyebab pasti dari De Quervain tendinosis/tenosynovitis atau gamer’s thumb tidak
diketahui. Namun setiap kegiatan yang mengandalkan gerakan tangan berulang atau gerakan
3

pergelangan tangan, seperti bekerja di kebun, bermain golf atau mengangkat raket atau
menggendong bayi, barang bawaan, dll, akan menyebabkan tendon bergerak keluar masuk
melewati terowongan (selubung tenosynovium) berulangkali. Peningkatan gesekan ini mungkin
mengiritasi dan memicu terjadinya peradangan tendon dan pembengkakan tendon maupun
lapisan tenosynovium.

Penyebab De Quervain tendinosis/tenosynovitis yang lain, meliputi:

 Cedera langsung yang mengenai pergelangan tangan atau tendon, dapat memicu
terjadinya jaringan parut dan akhirnya dapat membatasi pergerakan tendon.

 Penyakit arthritis inflamasi, seperti rheumatoid arthritis, dapat menyebabkan terjadinya


tenosynovitis di area tersebut.

 Orang yang berusia 30 hingga 50 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena De Quervain
tenosynovitis dibanding kelompok usia lainnya.

 Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, dengan perbandingan ±
8:1 dan mungkin berhubungan dengan kehamilan. Pekerjaan rumah tangga yang
melibatkan penggunaan ibu jari dan pergelangan tangan, seperti saat mengangkat anak,
mencuci pakaian, dll, juga dapat dikaitkan dengan kondisi tersebut.

 Pekerjaan atau hobi yang melibatkan pergerakan tangan dan pergelangan tangan
berulang-ulang juga dapat berkontribusi terhadap terjadinya De Quervain tenosynovitis
atau gamer's thumb

3. Tanda & Gejala

 Nyeri pangkal ibu jari. Merupakan gejala yang sering timbul di awal kelainan.

 Bengkak disertai kemerahan di pangkal ibu jari dan timbul gangguan gerak ibu jari.

 Kesulitan menggerakkan ibu jari dan pergelangan tangan ketika sedang melakukan
kegiatan yang melibatkan memegang atau mencubit.
4

 Terkadang terdengar bunyi ”krepitus” yang terjadi di saat kedua tendon yang meradang
saling bergesekan dalam terowongan, ketika penderita melakukan gerakan yang
menggunakan ibu jari dan pergelangan tangan.

 Jika kondisi berlangsung terlalu lama tanpa pengobatan, rasa sakit dapat menyebar jauh
ke ibu jari, dan ke arah lengan atau keduanya dan bersifat progresif dengan keterbatasan
dalam menggerakkan tangan yang terkena. Gerakan-gerakan mencubit, menggenggam
dan gerakan lain dari ibu jari dan pergelangan tangan dapat memperburuk keluhan.

4. Penegakkan Diagnosis
Dokter biasanya mendiagnosis De Quervain tendinosis/tenosynovitis melalui
pemeriksaan fisik dengan melihat gambaran khas dari kelainan, lokasi nyeri dan gerakan-gerakan
pergelangan dan ibu jari yang memicu nyeri. Tidak ada tes khusus yang diperlukan. Masalah lain
yang dapat memberikan keluhan serupa adalah sindrom persimpangan (intersection syndrome),
yang merupakan kondisi yang sangat mirip.

The Finklestein tes adalah salah satu cara terbaik untuk membuat diagnosis De Quervain
tendinosis/tenosynovitis.
5

Tes ini dilakukan dengan cara meletakkan ibu jari ke dalam telapak tangan dan jari-jari
lainnya menutupinya, seperti pada posisi mengepalkan tangan. Kemudian lakukan gerakan
pergelangan tangan menjauhi ibu jari, atau ditekuk keluar (seperti gambar) yang akan memicu
gerakan tendon yang membengkak ditarik melalui ruang yang ketat dan membentang. Bila
timbul nyeri saat melakukan gerakan ini, maka kemungkinan telah terjadi De Quervain
tendinosis/tenosynovitis. Tes pencitraan, seperti sinar-X, umumnya tidak diperlukan untuk
mendiagnosis tenosynovitis de Quervain.

5. Penanganan Medis
Penanganan De Quervain tendinosis/tenosynovitis dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
secara konservatif (non operasi) dan operasi. Penanganan De Quervain tendinosis/tenosynovitis
secara konservatif umumnya dilakukan di awal keluhan.
Beberapa cara yang dilakukan pada pengobatan De Quervain tendinosis/tenosynovitis secara
konservatif yaitu:
a. Penggunaan penyangga (brace atau tapping) yang berguna untuk mengistirahatkan
pergelangan tangan dan ibu jari dari gerakan-gerakan yang dapat memperburuk iritasi dan
peradangan. Alat ini dapat digunakan selama 4 hingga 6 minggu.

Penggunaan brace atau alat penyangga

Penggunaan tape
6

b. Kompres es dapat dilakukan pada kondisi akut dengan nyeri yang hebat. Lakukan
kompres kurang dari 20 menit setiap kalinya dan dapat dilakukan 3-4 kali dalam sehari
selama 3 hari.
c. Obat-obat pereda nyeri sederhana dapat digunakan. Namun bila keluhan semakin
berlanjut, biasanya dokter akan memberikan obat pereda nyeri dan obat anti inflamasi
generasi lanjut seperti ibuprofen, naproxen atau obat lainnya.
d. Jika langkah-langkah sederhana gagal untuk mengontrol gejala, dokter mungkin
menyarankan suntikan kortison ke dalam terowongan tendon. Kortison dapat mengurangi
pembengkakan tenosynovium dan dapat meredakan gejala sementara. Suntikan kortison
biasanya akan mengontrol peradangan pada tahap awal dari masalah dan harus dilakukan
oleh dokter yang berpengalaman melakukannya.

Injeksi kortison pada daerah tendon dan selubungnya


e. Terapi Fisik (Fisioterapi) dan latihan fisik
Terapi ini memadukan antara latihan fisik dan terapi dengan menggunakan beberapa alat
yang menggunakan metode fisika seperti alat ultrasound (menggunakan gelombang
suara), laser, terapi cahaya infrared (panas) dan alat-alat lain dengan tujuan untuk
mengurangi peradangan, rasa sakit dan meningkatkan penyembuhan.

Terapi laser
Terapi fisik De Quervain tendinosis/tenosynovitis umumnya dilakukan 6 sampai 8
minggu bersamaan dengan latihan fisik yang bertujuan untuk memperkuat dan menstabilkan
7

otot-otot dan sendi di tangan dan ibu jari. Latihan lain digunakan untuk meningkatkan kontrol
motorik halus dan ketangkasan ibu jari dan pergelangan tangan.
Dokter atau terapis juga akan mengajarkan dan membantu menemukan cara untuk
melakukan tugas-tugas atau aktivitas sehari-hari dengan tidak terlalu banyak memberi tekanan
pada ibu jari dan pergelangan tangan. Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya kekambuhan
dan kelainan berlanjut.
Pengobatan De Quervain tendinosis/tenosynovitis secara operasi dilakukan apabila dalam
waktu 6-8 minggu tidak ada perbaikan dengan terapi konservatif atau bahkan keluhan semakin
bertambah hebat.
Dokter bedah akan melakukan sayatan untuk membuka dan memberikan lebih banyak
ruang untuk tendon sehingga tendon tidak saling bergesekan saat bergerak.

Sayatan untuk merobek terowongan (selubung tendon) pada tindakan operasi


Operasi De Quervain tendinosis/tenosynovitis dilakukan dengan rawat jalan, pasien tidak
diharuskan bermalam di rumah sakit.
Proses pemulihan dapat memakan waktu beberapa bulan. Rasa sakit dan gejala umumnya
mulai membaik setelah operasi, kecuali pada area bekas sayatan, yang harus mendapatkan
perawatan khusus untuk mencegah terjadinya infeksi.
Selama masa pemulihan, dokter atau terapis juga akan melatih penderita untuk mulai
menggunakan dan menggerakkan tangan secara aktif dan melatih rentang gerak sendi
pergelangan tangan dan ibu jari. Waktu pemulihan bervariasi, bergantung pada usia, kesehatan
umum penderita, dan berapa lama gejala telah ada sebelumnya.

B. Konsep Dasar Keperawatan Perioperatif


1. Pengertian
Pada fase preoperatif ini perawat akan mengkaji kesehatan fisik dan emosional
klien,mengetahui tingkat resiko pembedahan,mengkoordinasi berbagai pemeriksaan
diagnostik,mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang mengambarkan kebutuhan klien dan
keluarga,mempersiapkan kondisi fisik dan mental klien untuk pembedahan.
8

2. Perawatan Preoperatif
a. Kelengkapan rekam medis dan status
b. Memeriksa kembali persiapan pasien
c. Informed concent
d. Menilai keadaan umum dan TTV
e. Memastikan pasien dalam keadaan puasa
Pada fase intraoperatif perawat melakukan 1 dari 2 peran selama pembedahan
berlangsung,yaitu perawat sebagai instrumentator atau perwat sirkulator.Perawat instrumentator
memberi bahan-bahan yang dibutuhkan selama pembedahan berlangsung dengan menggunakan
teknik aseptic pembedahan yang ketat dan terbiasa dengan instrumen pembedahan.Sedangkan
perawat sirkulator adalah asisten instrumentator atau dokter bedah.

3. Perawatan Intraoperatif
a. Melaksanakan orientasi pada pasien
b. Melakukan fiksasi
c. Mengatur posisi pasien
d. Menyiapkan bahan dan alat
e. Drapping
f. Membantu melaksanakan tindakan pembedahan
g. Memeriksa persiapan instrument

4. Perawatan Postoperatif
Pada fase postoperasi setelah pembedahan,perawatan klien dapat menjadi komplek akibat
fisiologis yang mungkin terjadi.klien yang mendapat anastesi umum cenderung mendapat
komplikasi yang lebih besar dari pada klien yang mendapat anastesi lokal. Perawatan
postoperative meliputi :
a. Mempertahankan jalan napas dengan mengatur posisi kepala.
b. Melaksanakan perawatan pasien yang terpasang infus di bantu dengan perawat
anastesi
c. Mengukur dan mencatat produksi urine
d. Mengatur posisi sesuai dengan keadaan.
e. Mengawasi adanya perdarahan pada luka operasi
f. Mengukur TTV setiap 15 menit sekali

5. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada keperawatan perioperatif
adalah sebagai berikut:
a. Pre Operasi :
1) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur tindakan operasi
2) Resiko injuri berhubungan dengan perpindahan pasien
b. Intra Operasi :
1) Risiko defisist volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2) Resiko infeksi berhubungan dengan port de entrée luka pembedahan
3) Risiko cedera berhubungan dengan pemajanan peralatan, pemasangan ESU yang
tidak adekuat dan pengaturan posisi bedah
9

c. Post Operasi :
Diagnosa post operasi juga tergantung pada tindakan pembiusan yang dilakukan,
misalnya dengan general anestesi, SAB dan epidural
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anasthesi
2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
dan otot

6. Intervensi Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur tindakan operasi
Tujuan :
 Pasien tidak cemas
 Pasien mengerti tentang prosedur tindakan operasi
Intervensi :
a) Jelaskan tentang prosedur operasi secara singkat dan mudah dimengerti.
b) Berikan dukungan nyata pada emosional klien dengan rasa simpati dan
empati.
c) Anjurkan klien untuk tenang dan rileks dengan nafas panjang.
2) Resiko injuri berhubungan dengan perpindahan pasien dibrancart ke meja operasi
Tujuan :
 Tidak terjadi injuri perpindahan pasien
Intervensi :
a) Bantu pasien untuk berpindah dari brancart ke meja operasi atau angkat
pasien dari brancart ke meja operasi dengan bantuan 3 orang.
b) Pasang alat pengaman meja operasi

b. Intra Operasi
1) Resiko infeksi berhubungan dengan port de entrée luka pembedahan
Tujuan :
 Tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil :
 Limfosit dalam batas normal
 Tanda-tanda vital dalam batas normal
 Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
Intervensi :
a) Kaji lokasi dan luas luka
b) Pantau jika terdapat tanda infeksi (rubor,kalor,dolor,tumor dan perubahan
fungsi)
c) Pantau tanda-tanda vital pasien
d) Kolaborasi dalam pemberian antibiotic
e) Gantu balut dengan prinsip steril
2) Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan :
 Tanda-tanda sirkulasi normal
Intervensi :
a) Monitor urine meliputi warna dan jumlah sesuai indikasi
b) Observasi tanda-tanda vital
c) Pertahankan pencatatan komulatif, jumlah dan tipe pemasukan cairan
d) Monitor status mental pasien

c. Post Operasi
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anastesi.
10

Tujuan :
Tidak terjadi gangguan pernafasan
Kriteria Hasil :
 Tidak tersedak
 Sekret tidak menumpuk dijalan nafas
 Tidak ditemukan tanda cyanosis
Intervensi :
a) Kaji pola nafas pasien
b) Kaji perubahan tanda-tanda vital secara drastic
c) Kaji adanya cyanosis
d) Bersihan sekret dijalan nafas
e) Ciptakan lingkungan yang nyaman
f) Amati fungsi otot pernafasan
2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan dan otot
Tujuan :
 Nyeri dapat berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
 Nyeri berkurang atau hilang
 Klien tampak tenang
Intervensi :
a) Lakukan pendekatan pada keluarga dan klien
b) Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri
c) Jelaskan pada klien penyebab nyeri
d) Observasi tanda-tanda vital
e) Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
komulatif, jumlah dan tipe pemasukan cairan
f) Monitor status mental klien
11

LAPORAN PENDAHULUAN
Instrumentasi Teknik
1. Definisi

Tenosynovitis De Quervain adalah kondisi yang menimbulkan rasa sakit dan


mempengaruhi tendon di sisi ibu jari pergelangan tangan. Pada mereka yang menderita de
Quervain tenosynovitis, menggerakkan pergelangan tangan dan memegang sesuatu atau
mengepalkan tangan pun akan menimbulkan rasa sakit pada tendon.
Release tendon adalah memotong sheath/ selubung tendon untuk membuka dan
memberikan lebih banyak ruang untuk tendon sehingga tendon tidak saling bergesekkan saat
bergerak.

2. Indikasi
Adapun indikasi dilakukan release tendon adalah apabila dalam waktu 6-8 minggu tidak
ada perbaikan dengan terapi konservatif atau bahkan keluhan semakin bertambah hebat.

3. Tujuan

a. Tujuan dilakukan release tendon adalah untuk membuka dan memberikan lebih banyak
ruang untuk tendon sehingga tendon tidak saling bergesekkan saat bergerak.
b. Tujuan tehnik instrumentasi yaitu :
1) Mengatur alat secara sisternatis di meja instrumen
2) Memperlancar handling instrumen
3) Mempertahankan kesterilan alat-alat instrumen selama operasi.

4. Persiapan Operasi

a. Persiapan lingkungan
1) Menyiapkan dan mengecek fungsi mesin suction, couter, lampu op, meja op,
meja mayo, meja instrument, suhu ruangan dan viewer
2) Memberi perlak dan duk pada meja operasi.
3) Menyiapkan linen dan instrumen yang akan di gunakan
4) Menempatkan tempat sampah agar mudah dijangkau

b. Persiapan pasien
1) Pasien harus menanggalkan semua perhiasan dan gigi palsu, informed consent
harus terisi/disetujui, dan pasien dipuasakan.
2) Pasien dibaringkan di meja operasi dan dibaringkan dengan posisi supine,
dipasang alat pengukur vital sign dan oksigen.
3) Pasien dipasang negative cauter dibawah pantat, kaki (massa ototnya banyak
dan tidak berambut)

c. Persiapan alat
1) Alat on steril
a) Meja instrument : 1 buah
12

b) Meja mayo : 1 buah


c) Meja operasi : 1 buah
d) Mesin couter : 1 buah
e) Mesin suction : 1 buah
f) Standart infuse : 1 buah
g) Gunting verban : 1 buah
h) Arde / plat diatermi : 1 buah
i) Viewer Rontgen : 1 buah
j) Tempat sampah : 3 buah

2) Alat steril
a) Di meja mayo
(1) Washing and dressing forcep (desinfeksi klem) : 1 buah
(2) Towel clamp (duk klem) : 6 buah
(3) Hand fat mess no. 3 : 1/1 buah
(4) Tissue forceps (pinset chirurgis) : 2 buah
(5) Dissecting forceps (pinset anatomis ) : 2 buah
(6) Metzenboum scissor (gunting metsenboum) : 1 buah
(7) Surgical scissors (gunting kasar) : 1 buah
(8) Gunting benang lurus : 1 buah
(9)Delicate hemostatic forcep pean curved (mosquito klem):1 buah
(10) Hemostatic forceps kockher straight (koekher lurus) : 1 buah
(11) Needle holder (nald voeder) : 2 buah
(12) Sen-miller (hak tajam) : 2 buah
(13) Retractor us army (langenbeck) : 2 buah

b) Meja instrumen
(1) Bengkok/kidney tray : 1 buah
(2) Kom + NS 0,9% : 1 buah
(3) Cucing + Povidone iodine 10% : 1 buah
(4) Canule suction : 1 buah
(5) ESU pencil : 1 buah
(6) Duk Besar : 3 buah
(7) Duk Panjang : 4 buah
(8) Duk Kecil : 5 buah
(9) Baju (Gown Steril) : 4 buah
(10) Sarung Meja Mayo : 1
buah
(11) Handuk steril : 4 buah

c) Bahan habis pakai


(1) Handscoon steril / on : 6/6 buah
(2) Mess 10/15 : 1/1 buah
(3) Ns 0,9% 500 cc : 1 buah
(4) Povidone iodine 10% : 250 cc
(5) Alkohol 70% : secukupnya
(6) Spuit 3 cc : 1 buah
(7) Under pad steril/on : 1/1 buah
(8) Deppers/kassa : 5/30 buah
(9) Softband 7,5cm/tensocrap 7,5 cm : 1/1 buah
(10) PGA 4/0 : 1 buah
(11) Tulle dressing : 1 buah
(12) Hipafix : secukupnya
(13) Lidokain 2 ml : 1 ampul
(14) Trilac (triamcinocole acetinode) 10 mg
: 1 vial
13

4. Teknik Instrumentasi

a. Sign In (konfirmasi identitas, informed consent pasien, sign mark area operasi,
kesiapan mesin anastesi dan pulse oksimetri, konfirmasi riwayat alergi pasien,
adanya penyulit airways atau resiko aspirasi)
b. Tim anastesi melakukan induksi
c. Setelah pasien dibius oleh tim anastesi, selanjutnya perawat sirkuler memposisikan
pasien supine, tangan kanan terlentang dan tangan kiri diletakkan di sisi tubuh.
Perawat sirkuler memasang underpad di bawah tangan yang akan di operasi.
d. Perawat sirkuler mencuci daerah yang akan dioperasi dengan hibiscrub+kassa lalu
dikeringkan dengan duk steril
e. Perawat instrumen : lakukan surgical scrub, gowning dan gloving, kemudian
membantu tim bedah yang lain untuk gowning dan gloving.
f. Berikan desinfeksi klem dan cucing yang berisi deppers dan betadine kepada
asisten untuk melakukan desinfeksi pada daerah yang akan dioperasi
g. Perawat instrument dan asisten melakukan drapping :
1) Duk sedang (1) diletakkan di bagian bawah tangan
2) Duk kecil (1) diletakkan di bagian bawah tangan diatas duk sedang
3) Duk kecil (1) dibentuk segitiga di pangkal lengan
4) Duk besar (1) untuk bagian atas badan
5) Duk besar (1) untuk bagian bawah badan
h. Pasang kabel couter, selang suction didekat daerah yang akan dioperasi. Ikat
dengan kasa dan difiksasi dengan duk klem. Cek fungsi alat.
i. Time out (konfirmasi nama tim operasi, pemberian antibiotik profilaksis 60 menit
sebelum operasi, tindakan darurat di luar standart operasi, estimasi lama operasi,
antisipasi kehilangan darah, perhatian khusus selama pembiusan, sterilitas
instrumen bedah)
j. Pembacaan doa sebelum operasi yang dipimpin oleh operator
k. Berikan kassa + alcohol untuk membersihkan area operasi
l. Berikan mess 1/mess no.10 untuk melakukan insisi pertama pada kulit
m. Berikan double pinset sirugis pada asisten dan operator. Berikan klem pean + kassa
pada asisten untuk merawat perdarahan dan juga menggunakan couter
n. Berikan mess 2/mess no.15 untuk memperdalam insisi sampai terlihat tendon
kemudian berikan sen-miller (2) untuk memperluas area operasi
o. Berikan klem pean mosquito (1) untuk mengidentifikasi tendon sheath. Asisten
membantu suction perdarahan untuk memperjelas lapang pandang
p. Berikan gunting metzemboum dang anti pinset sirugis dengan pinset anatomis lalu
gunting dengan metzemboum bagian kapsul/sheath
q. Apabila tendon sheath sudah dibebaskan/disayat lakukan irigasi dengan NS 0,9%
pada area operasi
r. Sign Out (hitung jumlah kasa, dan jumlah alat), kesesuaian jenis tindakan.
s. Berikan nald foeder + benang PGA 4/0 dan pinset sirugis pada operator. Berikan
klem pean dan gunting benang kepada asisten dan mulai menjahit fat – kulit
14

t. Bersihkan area operasi yang sudah dijahit dengan kassa basah dan keringkan
dengan kassa kering
u. Tutup luka operasi dengan tulle dressing, kemudia kassa kering lalu fiksasi dengan
hipafix
v. Lepas linen dan duk klem, lalu bersihkan pasien dan alat-alat
w. Pasang softband dan tensocraft/elastic bandage pada area operasi
x. Operasi selesai, bersihkan pasien, catat bahan habis pakai dan rapikan kembali
ruangan
y. Pindahkan pasien ke RR
z. Dekontaminasi alat – packing dan sterilisasi alat

DAFTAR PUSTAKA

Flex Free Clinic. 2015. De Quervain Tendinosis Tenosynovitis. (Online),


(http://www.flexfreeclinic.com/detail-artikel/de-quervain-tendinosis-tenosynovitis-33,
diakses pada 9 April 2017).

Instalasi Bedah Sentral. (2014). Manajemen Kamar Bedah Dalam Modul Pelatihan
Instrumentator Kamar Operasi. Malang : RSUD dr. Saiful Anwar Malang.

J. Gruendemann Barbara, Fernsebner Billie. (2005). Buku AjarKeperawatan Perioperatif Volume


1. Jakarta : EGC

Jitowiyono, Sugeng & Kristiyanasari, Weni. (2010). Asuhan Keperawatan Post Operasi.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. (2012). Buku Ajar Imu Bedah Edisi Revisi, Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Volume 3, Edisi 8. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai