Modul 8 Pumping Test
Modul 8 Pumping Test
MODUL 0
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
validasi dan penyempurnaan Modul Pumping Test sebagai Materi Substansi dalam
Pelatihan Perencanaan Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT). Modul ini disusun untuk
memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang
Sumber Daya Air.
Modul Pumping Test disusun dalam 6 (enam) bab yang terbagi atas Pendahuluan,
Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis diharapkan mampu
mempermudah peserta pelatihan dalam memahami pumping test dalam perencanaan
JIAT. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini lebih menekankan pada
partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber Validasi, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan
baik. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat
bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang Sumber Daya Air.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... vi
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ...................................................................... vii
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI iii
MODUL 8 PUMPING TEST
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Nilai Porositas dan Parameter Lain dalam Batuan (Dikutip Dari Delleur,J.
(1999) .......................................................................................................................... 9
Tabel 2.2. Nilai Spesific Yield Beberapa Material (Johnson, 1967) ........................... 13
Tabel 4.1. Harga Koefisien Kehilangan Tinggi Tekan Pada Sumur (Well Loss) ........ 30
Tabel 4.2 Klasifikasi Sumur Berdasarkan Faktor Pengembangan Menurut Bierschenk
.................................................................................................................................. 30
Tabel 4.3. Tabel Contoh Data Hasil Pengujian......................................................... 33
Tabel 5.1. Jenis Akuifer dan Beberapa Metode Uji Pemompaannya ........................ 36
Tabel 5.2. Nila fungsi W(u) untuk Berbagai Nilai u ................................................... 43
DAFTAR GAMBAR
Deskripsi
Modul Uji Pemompaan (Pumping Test) ini terdiri dari empat kegiatan belajar
mengajar. Kegiatan belajar pertama membahas konsep dasar uji pemompaan.
Kegiatan belajar kedua membahas persiapan iji pemompaan. Kegiatan belajar
ketiga membahas uji pemompaan debit bertingkat. Kegiatan belajar keempat
membahas uji pemompaan debit konstan.
Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami pumping
test. Setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan latihan atau evaluasi yang menjadi
alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah mempelajari materi dalam
modul ini.
Persyaratan
Metode
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI vii
MODUL 8 PUMPING TEST
Setelah mengikuti semua kegiatan pembelajaran dalam mata pelatihan ini, peserta
diharapkan mampu melaksanakan kegiatan perencanaan uji pemompaan
(Pumping Test).
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI viii
MODUL 8 PUMPING TEST
BAB I
PENDAHULUAN
7) Rangkuman
8) Evaluasi
c) Materi Pokok 3: Uji Pemompaan Debit Bertingkat
1) Pengertian Uji Pemompaan Debit Bertingkat
2) Tujuan Uji Pemompaan Debit Bertingkat
3) Dasar Teori Uji Pemompaan Debit Bertingkat
4) Prosedur Uji Pemompaan Debit Bertingkat
5) Latihan
6) Rangkuman
7) Evaluasi
d) Materi Pokok 4: Uji Pemompaan Debit Konstan
1) Pengertian Uji Pemompaan Debit Konstan
2) Akuifer Tekanan
3) Akuifer Semi Tertekan (Akuifer Bocor)
4) Akuifer Tidak Tertekan (Akuifer Bebas)
5) Uji Kambuh
6) Latihan
7) Rangkuman
8) Evaluasi
BAB II
KONSEP DASAR UJI PEMOMPAAN
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan konsep dasar uji
pemompaan
https://water.usgs.gov/edu/earthgwakuifer.html
1.2 Akuifer
Dalam uji pemompaan terdapat tiga tipe utama akuifer, (Kruseman dan de
Ridder, 2000), adalah sebagai berikut :
besar dari atmosfer. Sehingga jika sumur mencapai lapisan ini maka
permukaan air akan berada diatas permukaan akuifer, bahkan sering
mencapai diatas permukaan tanah, sehingga disebut sumur mengalir bebas
atau artesis.
akuifer semi tertekan, adalah akuifer yang batas atas dan bawahnya adalah
akuitar, atau salah satu batasnya adalah akuitar dan yang lainnya adalah
akuiklud. Air bebas bergerak melewati akuitar, baik ke atas maupun ke
bawah. Jika akuifer bocor berada dalam kondisi hidrologi yang ekuilibrium,
permukaan air dalam sumur penyadapan dapat bertepatan dengan muka air
tanah bebas.
Muka air juga dapat berada di atas atau di bawah muka air tanah bebas,
tergantung pada kondisi pengisian dan pelepasan. Pada cekungan sedimen
yang dalam, (atau cekungan air tanah yang tebal) sistem formasi batuan
berlapis-lapis tipis (interbedded), lapisan permeabel dan kurang permeabel
akan membentuk sistem akuifer berlapis tipis dan banyak sangat umum
terjadi. Sistem akuifer semacam itu lebih merupakan akuifer yang bocor yang
dipisahkan oleh akuitar,dari pada tipe akuifer utama.
Dalam perkembanganya, akuifer bocor (leaky aquifer) sering dipisahkan lagi
menjadi menjadi akuifer semi bebas dan akuifer semi tertekan.
Tabel 2.1. Nilai Porositas dan Parameter Lain dalam Batuan (Dikutip
Dari Delleur,J. (1999)
1.3.3 Permeabilitas
Kemampuan batuan untuk melewatkan air atau gas. Batuan permeabel
adalah batuan yang memilik rongga pori yang berhubungan satu dengan
lainnya dan dapat melewatkan zat cair atau gas, sedangkan batuan
impermeable adalah batuan yang tidak dapat melewatkan. Besaran rongga
dalam batuan, konektifitas rongga dan sifat yang dimiliki dari cat cair akan
menentukan permeabilitas batuan.
Suatu material dapat permeabel terhadap suatu zat cair (gas) tertentu akan
tetapi dapat bersifat impermeabel terhadap zat lainnya. Permeabilitas suatu
material batuan merupakan hal yang amat penting dalam uji pemompaan ini.
Sifat permeabilitas berhubungan dengan porositas.
Secara kualitatif, permeabilitas dinyatakan sebagai kapasitas batuan berpori
atau tanah melewatkan cairan, bukaan pori interkoneksi yang besar dikaitkan
dengan permeabilitas tinggi, sementara bukaan pori kecil yang tidak
berhubungan dikaitkan dengan permeabilitas rendah. Pasir dan kerikil
dengan bukaan pori interkoneksi yang besar memiliki porositas dan
permeabilitas tinggi.Lempung cenderung memiliki porositas tinggi, tapi
bukaan yang sangat kecil cenderung menghalangi jalannya air. Oleh karena
itu, lempung menampilkan permeabilitas rendah.
𝑇 = √𝑇𝑓(𝑥). 𝑇𝑓(𝑦)
dimana f mengacu pada fungsi retakan dalam arah x dan y pada poros
utama permeabilitas.
Storativitas melibatkan volume air per volume akuifer, kuantitas itu tidak
berdimensi. Nilai-nilainya di akuifer tertekan berkisar antara 5 x 10 -5 sampai
5 x10-3
1.4 Latihan
1. Di sebuah desa terdapat lapisan batuan yang berlubang lubang tetapi
tidak saling berhubungan, ketika dibuat sumur, setelah dipompa airnya
habis, jika ditinjau dari segi hidrogeologi batuan bersifat apakah itu?
Uraikan!
2. Sebuah sumur bor, dilengkapi dengan pipa 0,5 m diatas permukaan
tanah, pada musim hujan, air dapat mengalir keluar sendiri dari pipa,
tetapi pada musim kemarau kedalaman air 0,5 m dibawah permukaan
tanah, ada selisih 1 meter atara musim kemarau dan musim hujan,
disampingnya terdapat sumur gali penduduk kedalamanya 15 m, pada
musim hujan muka air 5 m di bawah muka tanah, dimusim kemarau
kering sama sekali. Pertanyaaannya adalah, Lapisan yang jenis aquifer
apa yang ditembus sumur bor tersebut?
3. Ada 2 gumpal batuan yang persis sama ukurannya, keduanya
dituangkan sedikit air dipermukaanya, gumpalan yang satu segera
meresap air, tetapi langsung keluar air dibagian dasarnya. Gumpalan lain
dituang air yang sama dan jumlahnya juga sama, tetapi air agak pelan
meresap kedalam batuan, sedangkan pada dasarnya tidak keluar air.
Sifat apanya yang berbeda dalam kedua batuan tersebut? Uraikan sifat
itu!
1.5 Rangkuman
Batuan kulit bumi memiliki sifat sifat hdrogeologis, diantaranya adalah,
batuan bersifat akuifer, akuiklud, akuitard dan akuifug, Akuifer sendiri dapat
tertekan jika diatas dan dibawahnya terdapat lapisan kedap air yang
mendasari dan atau menutupinya, jika salah satu dan atau keduanya yang
menutupi atau mendasarinya batuan bersifat akuitar dan atau batas lainya
adalah akuiklud maka akuifer tersebut bersifat sebagai aquifer bocor, tetapi
jika tidak terdapat lapisan penutup, melainkan hanya bagian bawahnya yang
didasari oleh akuiklud maka akuifer tersebut disebut akuifer bebas.
Sifat sifat akuifer sendiri secara hidrogeologis banyak ragam sifatnya
diantaranya adalah :
Porositas, konduktivitas hidrolik, permeabilitas, transmisibilitas, spesific
storage, storativity dan spesific yield
1.6 Evaluasi
1. Akuifer jenis apakah jika bagian atas dan bagian dasarnya tertutup oleh
lanau pasiran ?
a. Akuifer bebas
b. Akuifer terperangkap
c. Akuifer bocor.
2. Apa yang dimaksud dengan koefisien permeabilitas lapangan ?
a. Konduktivitas hidroloik
b. Transmisivitas efektif
c. Permeabilitas retakan.
3) Celah kecil tidak berkontribusi pada porositas efektif mengapa ?
a. Daya retensi di dalamnya lebih besar.
b. Sulit dimasuki air kedalam celah
c. Cepat tertutup lagi oleh pengotoran
BAB III
PERSIAPAN UJI PEMOMPAAN
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menjelaskan persiapan yang harus dilakukan
dalam uji pemompaan.
3.1 Umum
Perencanaan uji pemompaan dilapangan diperlukan pengetahuan beberapa
peralatan yang perlu disiapkan dan parameter yang rencana diukur, yaitu
waktu pemompaan, debit pemompaan, dan kedudukan muka air tanah
selama pemompaan berlangsung. Untuk itu diperlukan peralatan seperti
mesin pompa air, pencalat waktu, pengukur kedudukan muka air tanah, dan
pengukur debit
Ketidak siapan bahan dan alat dapat mengganggu pelaksanaan, dan jika
terpaksa pengujian harus diulangi dari awal akan membuang waktu dan
biaya.
Pengaturan jumlah dan rencana tugas masing masing personil perlu
disiapkan sejak dini sebelum ke lapangan, perlu dibuatkan daftar personil
dan penjadwalan serta tugas masig masing, mengingat uji pemompan
memakan waktu yang cukup lama dan menyita konsentrasi pelaksana tugas,
hal tersebut diperlukan agar hasil yang diperoleh teliti dan akurat tidak perlu
Setiap personil yang bertugas mengukur muka air tanah harus memegang
pengukur waktu, dan semua pengukur waktu atau stopwatch atau jam yang
digunakan untuk pengukuran sumur pengamat, harus di kalibrasi bersama
lebih dahulu atau disamakan atau disinkronkan. Peralatan ini tidak semua
mempunyai performance atau ketelitian yang sama. Untuk Jam juga perlu
sinkronisasi mencocokan jam bagi semua petugas.pengamat dan pengukur.
Gambar 3.5. Water Level Sounding Atau Deep Meter, Alat Pengukur
Kedalaman Muka Air Tanah
Kabel harus cukup lemas sehingga dengan beban sensor sudah cukup lurus,
tetapi kabel harus cukup kuat. Alat sounding biasanya sudah dilengkapi
dengan angka atau garis garis yang menunjukkan panjang kabel dari ujung
b) Ambang pengukur
Ambang pengukur dipasang di ujung saluran atau bak dan ambang ini
dapat berbentuk segitiga, trapesium, atau segi empat. Permukaan air
d) Meter air
Debit pemompaan dapat pula diukur dengan memasang meter air di
ujung pipa pengeluaran/ discharge pipe.
Masalah pompa ini sangat vital karena data uji pemompaan harus bisa
diperoleh dari satu kali peniompaan uji. Oleh karenanya untuk uji akuifer
pompa harus prima dan minimal harus dapat bekerja selama tidak kurang
dari 72 jam. Kerusakan pompa selama uji pemompaan berlangsung akan
mengakibatkan penambahan biaya yang sangat mahal dan akurasi data
tidak tepat, dan wajib diulang.
Besarnya debit pemompaan harus diperiksa dan dicatat setiap saat.
Pengendalian debit pemompaan selama pengujian memerlukan peralatan
yang akurat untuk mengendalikan debit pemompaan dan yang paling
sederhana adalah memasang katup pengendali yang sesuai dengan pipa
pembuangan. Dianjurkan untuk membuka katup pengendali 1/4 sampai 3/4
bukaan (Driscoll, 1986), sehingga terjadi tekanan balik atau terjadinya tinggi
tekanan yang akan mengurangi fluktuasi debit pemompaan yang disebabkan
ketidakstabilan kecepatan putar pompa yang disebabkan arus listrik yang
tidak stabil, terjadinya perubahan temperatur, kelembaban, atau
pencampuran bahan bakar di motor penggerak.
3.6 Latihan
1. Apa pendapat anda jika pemompaan uji dilakukan pada sawah yang
sedang kekeringan, daripada air dibuang buang air akan digunakan
petani untuk mengolah sawah disekitar sumur itu. Jelaskan pendapat
anda!
2. Sebutkan kelemahan uji pemompaan menggunakan pompa sentrifugal,
uraikan?
3. Kapankah pengukuran Ph, EC dan TDS itu sebaiknya dilakukan?
3.7 Rangkuman
Uji pemompaan harus diawali dengan persiapan yang matang, persiapan
meliputi kondisi jalan yang akan dilewati, kondisi medan, bahan yang akan
digunakan, alat-altat tulis dan pelaporan serta formatnya.
Persiapan personil juga harus memadai, persiapan alat ukur dan sarana
komunikasi juga perlu diperhatikan.
Sebelum beranngkat dianjurkan membuat daftar peralatan dan tugas
personil masing-masing.
3.8 Evaluasi
1. Untuk mengukur muka air tanah digunakan alat :
a. EC meter
b. Ph Meter
c. Sounding Water Level
2. Di lapangan, untuk mengukur Ph kadang tidak memiliki alat Ph meter
elektrik, lalu menggunakan alat ukur apa ?
a. Merasakanya
b. Dianalisa di laboratorium
c. Gunakan kertas Laksmus
3. Air hasil uji pemompaan yang melimpah :
a. Seharusnya di gunakan untuk irigasi di tempat pengujian
b. Disalurkan untuk dibuang jauh-jauh
c. Dimasukkan dalam sumur lagi atau sumur disebelahnya
BAB IV
UJI PEMOMPAAN DEBIT BERTINGKAT
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menjelaskan pengertian dan uji pemompaan
debit bertingkat secara baik dan benar.
Fd = C / B x 100
Sehingga total penurunan muka air di sumur dinyatakan sebagai :
SW = BQ + CQ2
dimana :
Sw = Total penurunan muka air (m)
BQ = kehilangan tinggi tekan pada akuifer (m)
B = koefisien kehilangan tinggi tekan akuifer (head loss) (dt/m2)
C = koefisien kehilangan tinggi tekan pada sumur (well loss) (dt2/m5)
CQ2 = kehilangan tinggi tekan pada sumur (m)
Tabel 4.1. Harga Koefisien Kehilangan Tinggi Tekan Pada Sumur (Well Loss)
C
Kondisi Sumur
(menit2 / m5)
Fd Kelas
(hari / m3)
0,5 - 1 Sedang
>1 Jelek
Sumber: Bisri. M, 2012; 91
Sumur yang produktif menurut Walton dan Bierschenk adalah sumur yang
mempunyai harga koefisien kehilangan tinggi tekan pada sumur (C) dan
faktor pengembangan (Fd) yang kecil. Nilai C dan Fd dapat dilihat pada
Tabel 4.1 dan 4.2. Faktor pengembangan (Fd) dinyatakan dengan Fd = (c/b)
x 100
Debit optimum pompa adalah besarnya debit air yang diambil / dipompa
dengan menghitung nilai Q maksimum dan Sw maksimum.
Kemudian Qmaks dan Swmaks diplotkan pada grafis penurunan dengan garis
linier sehingga antara garis persinggungan tersebut diperoleh nilai Q optimum
dan Sw optimum.
1. Dari data hasil uji pemompaan ini, pada setiap harga Q akan diperoleh
nilai sw yang konstan, maka selanjutnya hitung nilai sw/Q untuk Q yang
bersesuaian,
2. Plot titik-titik hubungan antara sw/Q sebagai sumbu Y dan Q sebagai
sumbu X pada skala normal.
3. Regresikan tititk-titik data tersebut dengan persamaan linier.
4. Nilai B diperoleh dari perpotongan garis regresi dengan sumbu Y.
5. Nilai C diperoleh dari kemiringan garis regresi, atau :
y
C tg
x
Sebagai Contoh, hasil uji pemompaan diperoleh data sebagai berikut :
Setelah diplot diperoleh grafik seperti dalam gambar 4.1 dan hasilnya
sebagai berikut :
Nilai B = 8.4 dt/m2 = 0.14 menit/m2
Nilai C = 40.44.dt2/m5 = 0.674 menit2/dt5
FD = 4.81.429 menit/m3 = 0.334 hari/m3
10 y = 40.438x + 8.4084
8
Sw/Q (dt/m2)
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04 0.045 0.05
Q (m3/dt)
4.5 Latihan
1. Faktor apa yang mempengaruhi efisiensi sumur?
2. Apa tujuan dari uji pemompaan debit bertingkat itu? Uraikan!
3. Dari hasil uji pemompaan debit bertingkat, apa ciri sumur yang produktif?
4.6 Rangkuman
Step test biasa dilakukan pada tahap akhir pelaksanaan pekerjaan konstruksi
pemboran sumur produksi yang telah diselesaikan dan telah dilakukan
pembersihan / penyempurnaan sumur (well jetting / development). Step test
dilakukan dengan cara mengukur penurunan muka air tanah didalam sumur
bor produksi dengan debit pemompaan yang ditambah secara bertahap
dalam kurun waktu tertentu. Tujuan uji pemompaan debit bertingkat adalah
untuk mengetahui :
a) Kesempurnaan konstruksi sumur bor produksi
b) Mengetahui nilai effisiensi sumur
c) Menentukan besaran kapasitas jenis sumur
4.7 Evaluasi
1. Koefisien kehilangan tinggi tekan pada sumur (well loss) (dt2/m5)
a. B
b. Fd
c. C
2. Dari hasil analisa suatu uji pemompaan, diperoleh nilai C = 3, apa
artinya ?
a. Sumur kondiisi baik
b. Sumur kondisi tersumbat sebagian
c. Sumur dalam kondisi sulit diperbaiki
3. Pemompaan dikatakan efisien atau efisiensi pemompaan jikalau :
a. Besarnya nilai Ep minimal 50 %
b. Nilai Fd nya kurang dari 0,1 hari/ m3
c. Nilai Sw nya kurang dari 1 meter
BAB V
UJI PEMOMPAAN DEBIT KONSTAN
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menjelaskan pengertian dan uji pemompaan
debit bertingkat secara baik dan benar.
Hantush's inflection-
Hantush-Jacob's method
point method
Neuman-Witherspoon's
method
Secara teori, karena air yang dipompa harus berasal dari pengurangan
penyimpanan (sorage) di dalam akuifer, maka aliran taktunak (unsteady) bisa
saja terjadi. Namun dalam prakeiknya, aliran air kedalam sumur dianggap
menjadi sangat kecil terhadap waktu selama perubahan drawdown sehingga
aliran dianggap dalam kondisi tunak (steady).
Asumsi dan kondisi yang mendasari metode dalam aquifer tertekan ini
adalah:
a) Akuifer tertekan;
b) Akuifer memiliki luas areal yang tak terbatas;
c) Akuifer homogen, isotropik, dan ketebalan seragam pada daerah yang
dipengaruhi oleh pengujian;
d) Sebelum memompa, permukaan pisometri horizontal (atau hampir)
seluruh daerah yang akan dipengaruhi oleh pengujian;
e) Akuifer dipompa dengan debit konstan;
2𝜋𝐾𝐷(ℎ2 −ℎ1 )
Q=
2.30 log(𝑟2 /𝑟1)
2𝜋𝐾𝐷(𝑠𝑚1 −𝑠𝑚2)
Q= 𝑟 (5.1)
2.30 log( 2 )
𝑟21
2𝜋𝐾𝐷(𝑠𝑚𝑤 −𝑠𝑚1)
Q= 𝑟 (5.2)
2.30 log( 1 )
𝑟𝑤
dimana
Q = Debit Sumur (m3/d)
KD = Transmissivity akuifer (m2/d) = T
smw dan sm1, sm2 adalah drawdown kondisi tunak pada sumur,
piezometer-1 dan piezometer-2 (m)
h1 dan h2 = kedalaman muka air dalam piezometer
r1 dan r2 = jarak piezometer ke sumur (m)
rw = radius sumur
Persamaan tersebut penggunaannya terbatas, karena kondisi hidrolik lokal
di dalam dan di dekat sumur sangat mempengaruhi drawdown sumur
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 38
KONSTRUKSI
MODUL 8 PUMPING TEST
(misalnya s, dipengaruhi oleh well losses baik yang disebabkan oleh aliran
melalui screen sumur dan aliran di dalam sumur (masuk kedalam pompa).
Persamaan tersebut harus digunakan dengan hati-hati dan hanya bila
metode lain tidak dapat diterapkan.
Untuk ketelitian, sebaiknya dalam pengujian ini menggunakan dua atau
lebih piezometer yang terletak cukup dekat dengan sumur, sehingga
drawdown lebih jelas diamati dan mudah diukur.
a) Prosedur analisa 1.
1) Plot drawdown yang diamati pada setiap piezometer terhadap waktu
yang sesuai pada kertas semi-log, drawdown diplot pada sumbu
vertikal berskala linier dan waktu (t) diplot pada sumbu horizontal
dengan skala logaritmik
2) Buat kurva drawdown vs waktu untuk setiap piezometer; kurva
terbaik jika dibuat tepat melalui tiap titik. Hasilnya akan nampak
bahwa garis kurva piezometer di ujung akhir tiap kurva masing
masing piezomeer kurang lebih akan paralel atau sebangun. Ini
berarti gradien hidroliknya konstan dan alirannya di akuifer dapat
dianggap dalam keadaan tunak (steady);
3) Baca setiap drawdown yang tunak pada piezometer sebagai nilai sm1.
4) Masukkan nilai drawdown yang tunak sm1 dan sm2 untuk dua
piezometer ke dalam persamaan 5.1. bersama dengan nilai r yang
sesuai dan nilai Q yang diketahui, akan diperoleh nila KD atau T
(transmissivity);
5) Ulangi prosedur ini untuk semua kemungkinan kombinasi
piezometer. Secara teoritis, hasilnya harus menunjukkan kemiripan
yang dekat; Namun dalam prakteknya, perhitungan tersebut
mungkin memberi nilai KD yang sedikit berbeda, hal ini karena
kondisi homogenitas akuifer tidak terpenuhi. Maka hasil akhirnya
menggunakan rata-ratanya.
b) Prosedur analisa 2.
1) Plot pada kertas semi-log yang diamati drawdown tunak transien s,
masing-masing piezometer terhadap jarak r antara sumur dan
piezometer. (Gambar 5.2.)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 39
KONSTRUKSI
MODUL 8 PUMPING TEST
2) Gambarkan garis lurus terbaik melalui titik-titik yang diplot; ini adalah
grafik jarak-drawdown.
3) Tentukan kemiringan garis sm. yaitu perbedaan drawdown per
siklus log dari r, untuk r2/r1 = 10 atau log r2/r1 = 1; (satu siklus log)
Dengan demikian persamaan 5.1 menjadi
2𝜋𝐾𝐷
𝑄 = ∆𝑠𝑚 (5.3)
2.30
Masukkan nilai numerik Q dan sm. dalam persamaan, akan diperoleh
nilai KD
𝑢2 𝑢3 𝑢4
W(u) = -0.5772 – ln u +u - + 3.3! − 4.4! + ⋯
2.2!
𝑄
log 𝑠 = log( ⁄4𝜋𝐾𝐷) + log(𝑊(𝑢) ) (5.6)
Prosedur analisa
a) Pada kertas log-log, buat grafik nilai sw melawan t yang diukur selama
uji pemompaan,
b) Kurva teoritis W(u) versus 1/u diplot pada kertas log-log. Hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan nilai tabulasi fungsi sumur (lihat Tabel
5.2). Kurva tipe siap cetak juga tersedia (lihat Gambar 5.3),
c) Pengukuran lapangan juga diplot pada plot log-log dengan (t)
sepanjang sumbu x dan (sw) sepanjang sumbu y (lihat Gambar 5.4).
Gambar 5.4. Ploting Data Lapangan Pada Kertas Logaritmis Untuk Cara
Cuva Matching
Titik pada plot data yang sesuai dengan waktu awal adalah yang paling tidak
dapat diandalkan. Match point tidak harus berada pada kurva tipe.
Sebenarnya perhitungannya dapat disederhanakan jika memilih titik dimana
W(u) = 1 dan 1/u = 10.
𝑄 𝑄 𝑢2 𝑢3 𝑢4
𝑠 = 4𝜋𝐾𝐷 𝑊(𝑢) = 4𝜋𝐾𝐷(-0.5772 – ln u +u - + − + ⋯)
2.2! 3.3! 4.4!
𝑟2𝑆
Dari u =
2𝐾𝐷𝑡
2.30𝑄 2.25𝐾𝐷𝑡
s= log( ) (5.8)
4𝜋𝐾𝐷 𝑟 2𝑆
Kemiringan garis lurus (Gambar 5.6), yaitu perbedaan drawdown ∆𝑠 per log
cycle waktu t / to = 1, sama dengan 2,30Q / 4𝜋KD. Karenanya
2.30𝑄
KD = (5.10)
4𝜋∆𝑠
Demikian pula, dapat ditunjukkan bahwa, untuk waktu yang tetap t, ploting s
versus r pada kertas semi-log membentuk garis lurus dan persamaan berikut
dapat diturunkan
2.25𝐾𝐷𝑡
S= (5.11)
𝑟0 2
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 46
KONSTRUKSI
MODUL 8 PUMPING TEST
2.30𝑄
Dan KD =
2𝜋∆𝑠
Jika semua data drawdown dari semua piezometer digunakan, nilai s versus
t/r2 dapat diplotkan pada kertas semi-log. Selanjutnya, garis lurus bisa ditarik
melalui titik-titik yng diplotkan. Selanjutnya dapat diturunkan rumus :
S = 2.25KD(t/r^2 )0 (5.12)
Dan
2.30𝑄
KD = ; (5.13)
4𝜋∆𝑠
Perlu di ingat bahwa metode ini untuk aliran taktunak
Nilai u sangat kecil (u,<0.01), r kecil dan t cukup besar.
(5.13)
Dimana :
r = jarak radial dari sumur yang dipompa (m)
𝑇𝑏′
B adalah fakor kebocoran = √ 𝐾′ (𝑚) (5.17)
dimana
𝑟 2𝑆
u= (5.19)
4𝐾𝐷𝑡
Persamaan 5.18 memiliki bentuk yang sama dengan fungsi sumur Theis
(Persamaan 5.4) namun ada dua parameter dalam integral: u dan r / L. Bila
eksponensial r2/4L2y mendekati nol, persamaan 5.18 mendekati fungsi
sumur Theis untuk nilai L yang besar.
Berdasarkan persamaan 5.18, Walton (1962) mengembangkan sebuah
modifikasi dari metode kurva Theis, namun alih-alih menggunakan satu jenis
kurva, Walton menggunakan kurva tipe untuk setiap nilai r/L. Keluarga tipe
kurva jenis ini (Gambar 5.7) dapat diambil dari tabel nilai untuk fungsi W (u,
r / L) yang diterbitkan oleh Hantush (1956).
a) Metode Walton dapat diterapkan jika asumsi dan kondisi berikut
terpenuhi.
b) Berlaku asumsi dalam akuifer bocor ( paragrap 5.3).
c) Aquitard tidak komresible, yaitu perubahan pada penyimpanan aquitard
dapat diabaikan.
d) Aliran ke sumur adalah dalam kondisi unsteady state.
Prosedur :
a) Menggunakan keluarga kurva tipe Walton (Gambar 5.7);
b) Plot untuk drawdown s salah satu piezometer versus waktu t yang sesuai
pada lembar kertas log-log lain dalam skala yang sama; Ini menghasilkan
kurva data time-drawdown yang diamati;
c) Cocokkan kurva data yang diamati dengan salah satu kurva tipe.
d) Pilih match point A dan catat A untuk nilai W (u,r/L), 1/u, s, dan t;
e) Mengganti nilai W (u,r/L) dan s dan nilai Q yang diketahui kedalam
persamaan 5.18 dan hhitung KD
f) Substitusikan nilai KD, nilai kebalikan 1/u dan nilai t dan r dalam
persamaan 5.19 dan hitung S
g) Dari kurva tipe yang paling sesuai dengan kurva data yang diamati, ambil
nilai numerik dari r/L dan hitung L. Kemudian, karena L = √𝐾𝐷𝑐 hitung c;
h) Ulangi prosedur untuk semua piezometer. Nilai yang dihitung KD, S, dan
c harus menunjukkan kecocokan yang masuk akal.
dimana
𝑟 2 𝑆𝐴
𝑢𝐴 = (5.22)
4𝐾𝐷𝑡
SA = volume air yang dilepas seketika dari penyimpanan per luas permukaan
unit daerah per unit penurunan head (= storativitas dini waktu elastis).
Gambar 5.8. Keluarga Kurve Tipe Neuman : W(uA,𝜷) vs 1/UA dan W(uB,𝜷) vs
1/uB dengan Berbagai Harga 𝜷
Pada kondisi akhir, Equation 5.21 menggambarkan segmen ketiga.
Dari kurva time-drawdown dan mengurangi ke
𝑄
s= 𝑊(𝑢𝐵 , 𝛽) (5.23)
4𝜋𝐾𝐷
dimana
𝑟 2 𝑆𝑦
𝑢𝐵 = (5.24)
4𝐾𝐷𝑡
d) Sy / SA> 10;-
e) Sebuah sumur pengamat dengan saringan/screen menembus penuh
sepanjang keseluruhan tebal akuifer
f) Diameter sumur pemompaan dan observasi kecil, artinya penyimpanan
di dalamnya bisa diabaikan.
Prosedur :
a) Siapkan tipe kurva Neuman atau memplot W(uA,uB, 𝛽) versus 1/uA dan
1/uB,
b) Bagian kiri gambar 5.8 menunjukkan type kurve A [W(uA, 𝛽) vs 1/uA] dan
bagian kanan type kurve B [(uB,𝛽) vs 1/uB]
c) Siapkan kurve data pengukuran pada kertas log-log lain yang skalanya
sama dengan ploting nilai drawdown s terhadap waktu t yang berkaitan
untuk pengamatan sumur observasi tungal pada jarak r dari sumur yang
dipompa.
d) Cocokkan plot data awal yang diamati dengan salah satu kurva tipe A.
Perhatikan nilai 𝛽 dari kurva tipe A yang dipilih;
e) Pilih titik sembarang A pada bagian lembar yang menumpang dari dua
lembar dan catat nilai – nilai s, t, 1/uA, dan W(uA, 𝛽) untuk titik ini;
f) Masukkan harga-harga ini ke dalam persamaan 5.21 dan 5.22 dan,
dengan mengetahui Q dan r, hitunglah KhD dan SA;
g) Geser curve data pengamtan sampai sebanyak mungkin data
pengamatan waktu akhir jatuh pada kurve B dengan harg 𝛽 yang sama
seperti kurve A yang dipilih
h) Pilih titik B sembarang pada lembaran yang ditumpangkan dan catat nilai
s,t, 1/uB, dan W (uB, 𝛽) untuk titik ini;
i) Gantikan nilai-nilai ini ke dalam persamaan 5.23 dan 5.24 dan, dengan
mengetahui Q dan r, hitunglah KhD dan Sy. Kedua perhitungan harus
memberikan nilai yang kira-kira sama untuk KhD;
j) Dari nilai KhD dan ketebalan akuifer jenuh yang diketahui D,hitung nilai
Kh
k) Masukkan nilai numeris Kh, 𝛽, D dan r kedalam persamaan 5.25. lalu
hitung harga Kv
Setelah integrasi antara r, dan r2 (dengan r2> r1, maka persamaan debit ini
menjadi :
ℎ22 −ℎ12
𝑄 = 𝜋𝐾 𝑟 (5.26)
ln( 2 )
𝑟1
Rumus ini identik dengan formula Thiem (Persamaan 5.1) untuk akuifer
tertekan, jadi metode di Bagian 5.2.1 juga dapat digunakan untuk akuifer
bebas.
Data drawdown sisa lebih dapat diandalkan daripada data memompa uji
karena pemulihan terjadi pada kecepatan yang konstan, sedangkan debit
yang benar benar konstan selama pemompaan seringkali sulit dicapai di
lapangan.
dimana :
s’ = residual drawdown
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 57
KONSTRUKSI
MODUL 8 PUMPING TEST
Ploting s’ versus t/t’ pada kertas semi-log (t/t’ pada skala logaritmis) akan
menghasikan garis lurus. Kemiringan garis tersebut :
2.30𝑄
∆𝑠 ′ = (5.30)
4𝜋𝐾𝐷
Dimana ∆𝑠′ adalah perbedaan residual drawdown per siklus log dari t/t’.
Asumsi dalam rumus ini adalah disamping asumsi dalam aquifer tertekan,
ditambahkan :
Aliran kedalam sumur dalam kondisi taktunak (unsteady state)
U < 0.01 yaitu waktu pemompaan tp > (25 r2s)/KD
U < 0.01 yaitu t’ > (25 r2s)/KD
Prosedur
a) Untuk setiap pengamatan nilai s’, hitung nilai t/t’ yang berhubungan
b) Untuk tiap satu piezometer, plot s’ versus t/t’ pada kertas semi log (t/t’
pada skala logaritmis,
c) Garis lurus melalui setiap titik yang diplot
d) Tentukan kemiringan garis lurus, yaitulah selisih residual drawdown ∆𝑠 ′
per satu siklus log t/t’.
e) Substitusikan nilai Q yang diketahui dan ∆𝑠 ′ kedalam persamaan 5.30
dan hitung KD
5.6. Latihan
1. Uraikan prinsip uji pemompaan, Apa yang setidaknya dapat anda ketahui
dari hasil uji pemompaan? uraikan
2. Pada analisa akuifer tertekan yang kondisi tunak dengan sistim ploting,
Waktu (t) diplot pada sumbu yang mana, dan satu sumbu lagi diplot data
apa?
3. Analisis Uji pemompaan sangat rumit dan banyak faktor yang
mempengaruhi, oleh karena itu beberapa parameter analisis perlu
diasumsikan. Uraikan asumsi yang disyaratkan dalam uji pemompaan
akuifer tunak tertekan!
5.7. Rangkuman
Pemompaan uji menerus hakekatnya adalah untuk menguji kemampuan
Akuifer (Akuifer Performance Test) yaitu untuk menentukan besarnya nilai
karakter akuifer.
Metode analisis yang digunakan tergantung pada kondisi akuifernya sendiri.
Apakah akuifer tertekan atau bocor atau akuifer bebas.
Untuk masing masing kondisi akuifer kemudian ditinjau jenis aliran yang
terjadi apakan aliran tunak atau aliran taktunak. Analisa dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus rumus, atau dapat juga dengan melakukan
dengan cara kurva fittoinga atau matching data dengan kurva standart, kurva
standart dibuat dengan memasukkan nilai ideal kedalam rumus.
5.8. Evaluasi
1. Kemampuan seluruh ketebalan akuifer dalam melalukan air pada tiap
gradien hidrolik, disebut sebagai :
a. Konduktivitas hidrolik
b. Storage Capacity
c. Transmissivity
2. Dalam Analisa recovery test / Uji Kambuh, dilakukan ploting data
secara grafis dalam Log Paper. Dalam ploting tersebut lazimnya sumbu
horisontal / mendatar diplot nilai apa ?
a. Rasio t/t”
b. Nilai s
c. Nilai Δs
3. Salah satu alat dalam kegiatan uji pemompaan adalah :
a. Electric Logger
b. Electric Sounding
c. Electric Transformer
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Keterdapatan air dalam tanah disebut sebagai air tanah mempunyai perilaku
yang dipengaruhi banyak faktor, faktor sifat pori dalam batuan memberikan
alternatif dapat atau tidak dapat diambil.
Pengabilan air tanah melalui sumur bor, dipengaruhi juga oleh kondisi
konstruksi sumur. Sumur yang kurang baik, meskipun air tanah melimpah
juga akan terasa miskin air. Sebaliknya sumur yang baik tetapi akuifer
mempunyai sifat kikir memberikan air juga sama saja terasa miskin air.
Kalaupun sumur buah rekayasa manusia konstruksinya kurang baik,
manusia akan berupaya memperbaikinya, dan mungkin berhasil. Akan tetapi
jika alam hanya memberikan sedikit, meskipun rekayasa sumur sudah sebaik
baiknya, maka akal pikir kita akan muncul untuk menyesuaikan disain hilirnya
yang mangkus dan sangkil.
Tetapi sebenarnya mana yang benar, apakah akuifer yang kikir, atau
konstruksi sumur yang jelek, itu urusan uji pemompaan yang akan
menjawabnya, tetapi jika pengujiannya tidak sahih, maka jawaban yang
diperoleh adalah dusta.
Sahih tidaknya pengujian didasari oleh suatu perencanaan yang baik.
Perencanaan uji pemompaan menghendaki pada pelaksanaan uji nanti
harus tak terhenti, harus tak kurang suatu apa pun, baik waktu, alat, bahan,
personil dan lancar menjalankan prosedur, karena dilandasi teori dasar yang
juga sudah diberikan disini.
Suatu kegagalan kadangkala disebabkan oleh keterkejutan dan keterkejutan
identik dengan tanpa perencanaan yang baik, apalagi perencanaan yang
buruk, dan sungguh celaka jika tanpa perencanaan sama sekali. Tetapi
perencanaan yang baik, hasilnya dapat saja mengejutkan.
DAFTAR PUSTAKA
Boonstra, J., 1999. Well Hydraulic and Akuifer Test. In Hand Book of Groundwater
Engineering. Delleur, J. CRC Press LLC. Boca Raton, FL, USA.
Camppbell, M.D. and Lehr, J.H.,1974. Water Well Technology, National Water Well
Association. McGraw-Hill Book Company, New York, 681 p.
Delleur, J., 1999. The Handbook of Groundwater Engineering, CRC Press LLC
Boca Raton, FL, USA.
Driscoll, F. G., 1986. Ground Water and Wells, 2nd Edition. Johnson Division, St.
Paul, MN, 1089 pages
Fontana, M.G. (1986). Corrosion Engineering, 3rd ed. New York: McGraw-Hill Book
Company.
Uhlig, H.H. (1985). Corrosion and Corrosion Control, 3rd ed. New York: John Wiley
and Sons.
U.S. Department of the Interior Water and Power Resources Service, 1981, Ground
Water Manual, Revised Reprint, A Wiley-Interscience Publication, JOHN
WILEY & SONS, New York, 480 p
GLOSARIUM
KUNCI JAWABAN
2. Sebuah sumur bor, dilengkapi dengan pipa 0,5 m diatas permukaan tanah,
pada musim hujan, air dapat mengalir keluar sendiri dari pipa, tetapi pada
musim kemarau kedalaman air 0,5 m dibawah permukaan tanah, ada
selisih 1 meter atara musim kemarau dan musim hujan, disampingnya
terdapat sumur gali penduduk kedalamanya 15 m, pada musim hujan muka
air 5 m di bawah muka tanah, dimusim kemarau kering sama sekali.
Pertanyaaannya adalah, Lapisan yang jenis aquifer apa yang ditembus
sumur bor tersebut?
Jawaban:
Akuifer Tertekan (Confined Aquifer) Adalah akuifer yang diatas dan
dibawahnya dibatasi oleh akuiklud. Dalam akuifer jenis ini, tekanan air yang
terkandung dalam akuifer tersebut lebih besar dari atmosfer. Sehingga jika
sumur mencapai lapisan ini maka permukaan air akan berada diatas
permukaan akuifer, bahkan sering mencapai diatas permukaan tanah,
sehingga disebut sumur mengalir bebas atau artesis.
Jawaban :
Permeabilitasnya yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan air atau gas.
Batuan permeabel adalah batuan yang memilik rongga pori yang
berhubungan satu dengan lainnya dan dapat melewatkan zat cair atau gas,
sedangkan batuan impermeable adalah batuan yang tidak dapat
melewatkan. Besaran rongga dalam batuan, konektifitas rongga dan sifat
yang dimiliki dari cat cair akan menentukan permeabilitas batuan.
Suatu material dapat permeabel terhadap suatu zat cair (gas) tertentu akan
tetapi dapat bersifat impermeabel terhadap zat lainnya. Permeabilitas suatu
material batuan merupakan hal yang amat penting dalam uji pemompaan
ini.
Sifat permeabilitas berhubungan dengan porositas.
Secara kualitatif, permeabilitas dinyatakan sebagai kapasitas batuan
berpori atau tanah melewatkan cairan, bukaan pori interkoneksi yang besar
dikaitkan dengan permeabilitas tinggi, sementara bukaan pori kecil yang
tidak berhubungan dikaitkan dengan permeabilitas rendah. Pasir dan kerikil
dengan bukaan pori interkoneksi yang besar memiliki porositas dan
permeabilitas tinggi.Lempung cenderung memiliki porositas tinggi, tapi
bukaan yang sangat kecil cenderung menghalangi jalannya air. Oleh karena
itu, lempung menampilkan permeabilitas rendah.
2. Pada analisa akuifer tertekan yang kondisi tunak dengan sistim ploting,
Waktu (t) diplot pada sumbu yang mana, dan satu sumbu lagi diplot data
apa?
Jawaban:
Plot drawdown yang diamati pada setiap piezometer terhadap waktu yang
sesuai pada kertas semi-log, drawdown diplot pada sumbu vertikal berskala
linier dan waktu (t) diplot pada sumbu horizontal dengan skala logaritmik.
3. Analisis Uji pemompaan sangat rumit dan banyak faktor yang
mempengaruhi, oleh karena itu beberapa parameter analisis perlu
diasumsikan. Uraikan asumsi yang disyaratkan dalam uji pemompaan
akuifer tunak tertekan
Jawaban:
1. Akuifer tertekan;
2. Akuifer memiliki luas areal yang tak terbatas;
3. Akuifer homogen, isotropik, dan ketebalan seragam pada daerah yang
di pengaruhi oleh pengujian;
4. Sebelum memompa, permukaan pisometri horizontal (atau hampir)
seluruh daerah yang akan dipengaruhi oleh pengujian;
5. Akuifer dipompa dengan debit konstan;
6. Sumur menembus seluruh ketebalan akuifer dengan demikian
menerima aliran air secara horisontal.