Analisis Mikroplastik
Analisis Mikroplastik
Mikroplastik, plastik dengan ukuran partikel <5mm, terdeteksi di banyak wilayah perairan di
seluruh dunia. Mikroplastik yang terdeteksi berasal dari sumber primer dan sekunder. Sumber
primer mikroplastik adalah saluran pembuangan limbah rumah tangga dan industri. Sementara
itu, sumber sekunder berasal dari pencucian pakaian sehingga umumnya berupa serat. Jumlah
mikroplastik akan terus bertambah akibat proses pemutusan rantai sampah plastik makro yang
terjadi secara kontinu di wilayah perairan. Distribusi mikroplastik di wilayah perairan belum
diketahui sepenuhnya namun dapat diestimasi dengan memahami dorongan eksternal yang
menyebabkan pergerakannya. Pemahaman akan adanya mikroplastik dalam wilayah perairan
masih sangat rendah.
Pada umumnya, proses dekomposisi plastik berlangsung sangat lambat. Diperlukan waktu
hingga ratusan tahun agar plastik terdegradasi menjadi mikroplastik dan nanoplastik melalui
berbagai proses fisik, kimiawi, maupun biologis. Mikroplastik merupakan partikel plastik yang
diameternya berukuran kurang dari 5 mm. Batas bawah ukuran partikel yang termasuk dalam
kelompok mikroplastik belum didefinisikan secara pasti namun kebanyakan penelitian
mengambil objek partikel dengan ukuran minimal 300 µm3. Mikroplastik terbagi lagi menjadi
kategori ukuran, yaitu besar (1-5 mm) dan kecil (<1 mm). Mikroplastik hadir dalam bermacam-
macam kelompok yang sangat bervariasi dalam hal ukuran, bentuk, warna, komposisi, massa
jenis, dan sifat-sifat lainnya.
b. Penyebab
Sejumlah faktor telah diperkirakan sebagai penyebab banyaknya mikroplastik yang ada di
lingkungan perairan tawar. Beberapa di antaranya adalah perbandingan populasi manusia
dibandingkan dengan jumlah sumber air, letak pusat perkotaan, waktu tinggal air, ukuran
sumber air, jenis pengolahan limbah, dan jumlah saluran pembuangan. Para peneliti
mengatakan bahwa jumlah partikel pelagis tinggi ditemukan dalam danau-danau dengan
populasi manusia yang rendah akibat waktu tinggal air yang tinggi dan ukuran danau yang
besar. Mereka juga mengatakan bahwa pola tersebut juga menjelaskan alasan danau-danau
yang lebih besar mengandung lebih sedikit mikroplastik pelagis bila dibandingkan dengan
danau yang ukurannya lebih kecil namun densitas partikelnya lebih tinggi. Proses distribusi
mikroplastik di wilayah laut masih belum diketahui secara menyeluruh namun intinya adalah
adanya dorongan eksternal yang menyebabkan pergerakan mikroplastik. Pendekatan
kuantitatif dan pemodelan menunjukkan peran dorongan fisik yang mempengaruhi transportasi
dan pemencaran partikel dalam rentang skala spasial. Sebuah pengamatan menunjukkan
dorongan berskala besar seperti angin mendorong arus permukaan dan sirkulasi geostropik
mendorong pola pemencaran partikel. Sementara itu, dalam skala yang lebih kecil, percobaan
dan bukti lapangan menunjukkan angin menyebabkan turbulensi yang berpengaruh pada posisi
vertikal dari partikel neustonik partikel, sedangkan modelmodel menunjukkan aliran turbulen,
dari gelombang atau ombak, dapat mengakibatkan resuspensi dari partikel bentik.
c. Masalah terhadap keamanan pangan
NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) sendiri mendefinisikan
mikroplastik memiliki ukuran partikel kurang dari 5mm. Mikroplastik ini menjadi sangat
mudah untuk terdistribusi lewat aliran-aliran badan air di permukaan tanah maupun laut dan
mengendap dalam sedimen atau ikut masuk dalam rantai makanan karena sifatnya yang tidak
larut dalam air (hidrofobik). Hal ini tentunya menjadi sangat berbahaya apabila kita berbicara
tentang keamanan pangan dimana seharusnya tidak terdapat sama sekali kontaminasi dan
toksik dalam bahan maupun makanan yang akan dimakan.
Mikroplastik ini bisa berasal dari beragam sumber yang bersinggungan langsung dengan
sumber. Mulai dari dalam penggunaan belanja, pembungkus (packaging), penggunaan dalam
material perangkat, dll. Bahkan sebelum terurai menjadi mikroplastik, racun-racun yang
terkandung dalam plastik selama proses pembuatannya akan terlepas dan mencemari apapun,
termasuk apabila termakan oleh makhluk hidup. Dalam satu penelitian dikatakan bahwa, bisa
jadi mikroplastik yang terdapat pada makanan yang kita konsumsi masuk dan beredar dalam
pembuluh darah melalui pencernaan. Tentunya hal tersebut dapat menyebabkan gangguan-
gangguan penyakit kronis dan degeneratif dalam tubuh.
d. Solusi
a) Menghindari membeli dan menggunakan produsen kosmetik yang mengandung
microbeads.
b) Mengurangi sampah yang kita hasilkan, membuang sampah pada tempatnya, memilah
sampah organik dan anorganik, dan mendaur ulang sampah.
c) Mengonsumsi Air Minum dalam Kemasan yang memiliki standard BPOM.
d) Mengurangi penggunaan plastic.
e) Melakukan reduce, reuse, recycle.
f) Menggunakan transportasi yang tertutup untuk distribusi AMDK agar tidak terkena sinar
matahari.
REFERENSI
[1] Tanković, M.S. Perusco, V.S., J. Godrijan, D., M. Pfannkuchen. Marine plastic debris in
the northeastern Adriatic. (2015) Micro 2015: Book of abstracts.
[2] Oliver Bajt*, Karolina Szewc, Petra Horvat, Polona Pengal, Mateja Grego1. Microplastics
in sediments and fish of the Gulf of Trieste. (2015) Micro 2015: Book of abstracts.
[3] Galgani, F. The Mediterranean Sea: From litter to microplastics. (2015) Micro 2015: Book
of abstracts.
[4] Barnes, D.K.A., Walters, A., Gonc¸alves, L., 2010. Macroplastics at sea around Antarctica.
Mar. Environ. Res. 70, 250-252.
[5] Storck, F.R. et al. 2015. Microplastics in Fresh Water Resources. Global Water Research
Coalition.
[6] Carr, A., 1987. Impact of nondegradable marine debris on the ecology and survival outlook
of sea turtles. Mar. Pollut. Bull. 18 (6B), 352-356.
[7] Fry, D.M., Fefer, S.I., Sileo, L., 1987. Ingestion of plastic debris by Laysan albatrosses and
Wedgetailed Shearwaters in the Hawaiian Islands. Mar. Pollut. Bull. 18 (6B), 339-343