Anda di halaman 1dari 5

Indikator 2-3 mengartikan Surat An-Nur Ayat 2

(2) ‫اللزانميننة ْنو ْاللزاني ْنفاؤجلمندوا ْنكلل ْوامحةد ْممؤننهمِا ْممائننة ْنجؤلندةة ْنولَ ْتنأؤنخؤذنكؤم ْبممهمِا ْنرؤأفنةة ْفي ْديمن ْما ْإمؤن ْنكؤنتنؤم ْتنؤؤممننوُنن‬
‫شنهؤد ْنعذابننهمِا ْطائمفنةة ْممنن ْاؤلنمِؤؤممنينن‬
‫ل ْنو ْاؤلينؤوُمم ْاؤلمخمر ْنو ْؤلين ؤ‬
‫مبا م‬

Perempuan yang berzina dengan laki-laki yang berzina, hendaklah kamu dera tiap-
tiap satu dari keduanya itu dengan seratus kali deraan.Dan janganlah kamu
dipengaruhi oleh perasaan kasihan kepada keduanya di dalam menjalankan
(ketentuan) agama Allah yaitu jika kamu sebenarnya beriman kepada Allah dan hari
akhirat. Dan hendaklah hukuman keduanya itu disaksikan oleh sekumpulan orang-
orang yang beriman.

Di dalam ayat-ayat yang pertama ini sudah jelas bahwa Surat an-Nur
ini diturunkan berisi peraturan-peraturan dan perintah yang wajib
dijafankan masyarakat Islam, dilakukan dan tidak boleh diabaikan,
mesti dijadikan dan yang berjalan kuat kuasanya atas masyarakat.

Dan di samping peraturan-peraturan yang mesti dijalankan itu. Surat


ini tetap mengandung ayat-ayat yang terang dan jelas, diterangkan
atau dijelaskan terutama berkenaan dengan hubungan seseorang
dengan Tuhannya , dalam rangka kepercayaan Tauhid, yang menjadi
pokok pangkal pendirian seorang Islam dan masyarakat Islam.

Dengan keduanya ini, peraturan yang diwajibkan dan ayat-ayat yang


jelas tumbuhnya masyarakat dengan kuat dan teguhnya sebab segala
peraturan yang berlaku bukan semata kehendak manusia, tetapi
bersumber daripada Allah. Dijelaskan hal ini supaya kita segenap
pendukung masyarak islam ingat benar-benar pegangan hidup atau
sendi tempat menegakkan masyarakat Islam itu. Dari ayat-ayat
seperti inilah tumbuhnya cita (ideologi) yang tak kunjung padam di
dalam hati setiap Muslim hendak mengurus betapa supaya
masyarakat yang baik dan terpuji, adil dan makmur, rambah dan
ripah bisa terbntuk .

Ini pula sebabnya maka dalam titik tolak fikiran Islam tidak ada
pemisahan antara agama dengan masyarakat , baik masyarakat
kesukuan dan kabilah atau pun kelaknya masyarakat yang telah
membentuk dirinya sebagai negara . Tuhan mendatangkan perintah,
dan perintah itu wajib dilaksanakan dijadikan kenyataan dalam
masyarakat Tuhan menjadi pembentuk undang undang (legislatif),
dan manusia sejak pemegang pemerintahan sampai rakyat
pelaksananya (eksekutif).

Apabila dia dapat berjihad (berjuang) untuk capai cita-cita itu, berapa
pun tercapainya, si Muslim merasa mendapat dari Tuhan, bukan saja
kebahagiaan dunia, bahkan pula kebahagiaan syurga di akhirat. Dan
kalau dia berlengah diri itu , dia merasa berdosa. Celakalah di dunia
dan neraka di akhirat. Adapun, kuat lemahnya cita yang demikian
dalam dirinya adalah bergantung dari kuat atau lemahnya
pengertiannya atas tuntutan-tuntutan agamanya.

Ini adalah tujuan hidup seorang Muslim: yaitu melaksanakan


kehendak hukum Allah dalam masyarakat. Sebab menurut Islam,
sumber hukum Allah dan Rasul, yang dinamai Syari'at. Tetapi
tidaklah dapat kita melupakan bahwasanya keadaan adalah terbagi
dua. Yaitu tujuan (Ghayah) dan taktik untuk mencapai tujuan
(Wasilah). Kadang-kadang dia jatuh karena ke - salahan taktik, yang
karena hebatnya rintangan atau karena belum adanya pengalaman
Tetapi kesalahan taktik atau kegagalan haruslah dijadikannya
pengajaran melanjutkan lagi mencapai yang ditujunya.

‫بو هسنم ل يسنفتبسنوُن‬ َّ‫س أبنن يسنتبرسكوُا أبنن يبسقوُسلوُا آبمننا‬ ‫أببحسس ب‬
‫ب النناَّ س‬
‫لبيبنعلببمنن انلكْاَّسذبِيبن‬ ‫صبدسقوُا بو‬ ‫بو لبقبند فبتبنناَّ انلذَّيبن سمنن قبنبلسسهنم فبلبيبنعلببمنن اس انلذَّيبن ب‬
'Apakah manusia menyangka bahwa mereka akan dibiarkan saja
berkata "Kami beriman." Padahal mereka belum diuji? Sungguh telah
Kami uji orang yang sebelum, mereka, maka diketahui Allah siapa di
antara mereka yang benar-benar beriman dan siapa pula yang hanya
berbohong belaka (al-Ankabut 2-3)

‫النزانسيبةس بو النزاني فباَّنجلسسدوا سكنل واسحدد سمننهسماَّ سماَّئبةب بجنلبددة بول تبأنسخنذَّسكنم بِسسهماَّ برنأفبةة في ديسن‬
‫اس إسنن سكننتسنم تسنؤسمسنوُبن بِساَّلس بو انليبنوُسم انلسخسر بو نليبنشهبند بعذَّابِبهسماَّ طاَّئسفبةة سمبن انلسمنؤسمنيبن‬

(2) Perempuan yang berzina dengan laki-laki yang berzina, hendaklah


kamu dera tiap-tiap satu dari keduanya itu dengan seratus kali
deraan.Dan janganlah kamu dipengaruhi oleh perasaan kasihan
kepada keduanya di dalam menjalankan (ketentuan) agama Allah
yaitu jika kamu sebenarnya beriman kepada Allah dan hari akhirat.
Dan hendaklah hukuman keduanya itu disaksikan oleh sekumpulan
orang-orang yang beriman.

Hukuman Zina (I)

Berzina adalah segala persetubuhan di luar nikah. Asal persetubuhan


itu belum atau tidak disahkan dengan nikah, atau tidak dapat
disahkan dengan nikah, termasuklah dia dalam golongan zina.
Tidaklah diperhitungkan sukakah kedua belah pihak atau tidak suka,
misal pihak yang seorang memaksa atau memperkosa atas pihak lain.

Kita jelaskan hal ini karena dalam buku-buku hukum pidana barat,
yang sudah banyak ditiru oleh negara-negara orang Islam yang
dijajah oleh orang Barat, ataupun terpengaruh oleh cara berfikir
orang Barat yang disebut berzina ialah jika seorang laki-laki
bersetubuh dengan seorang perempuan yang bersuami, dan suami
perempuan itu mengadu kepada hakim. Maka kalau suaminya tidak
keberatan tidak kena hukuman lagi.

Dalam hukuman pidana Barat itu juga, baru disebut berzina kalau
misalnya si perempuan diperkosa, artinya dia tidak suka, karena dia
masih di bawah umur. Lalu dia mengadu kepada hakim, dan
pengaduannya itu diterima, maka dipersalahkan laki-laki itu. Maka
segala persetubuhan suka sama suka, dalam cara fikiran demikian,
tidaklah termasuk zina walaupun yang bersetubuh itu tidak nikah.
Dan baru mendapat hukuman keras kalau terjadi perkosaan kepada
gadis di bawah umur, sehingga pecah perawannya, padahal dia belum
matang buat menerima persetubuhan. Tetapi walaupun dia masih
perawan, kalau dia sendiri suka, tidaklah dihukum.
Maka perzinaan menurut yang ditentukan oleh Islam itu ialah
persetubuhan yang terjadi di luar nikah, walau suka sama suka.
Mana pula perzinaan yang tidak suka sama suka.

Sumber hukum yang pertama dalam Islam- ialah al-Quran. Dengan


demikian sudahlah ada patokan hukum dengan adanya ayat 2 pada
Surat an-Nur ini. Tetapi belumlah cukup berpegang pada bunyi ayat
saja, melainkan hendaklah diperhatikan pula betapa caranya Rasul
Allah melaksanakan hukum itu Sebab itu maka "Sunnah Rasulullah"
adalah sumber hukum yang kedua Menurut Rasul Allah s.a.w.: Yang
melakukan zina itu dibagi atas dua tingkat, yaitu yang mendapat
hukum sangat berat dan yang dijatuhi hukumar berat. Yang
mendapat hukum sangat berat ialah orang muhshan . Arti aslinya
ialah orang-orang yang terbenteng, orang-orang yang tidak patut
berzina, karena hidupnya berbenteng oleh pandangan masyarakat,
sehingga pandangan umum sudah menganggap dia tidaklah patut
berbuat demikian. Yaitu keduanya itu telah cukup umur (baligh) dan
berakal (`aqil) lagi merdeka, lagi Islam dan laki-lakinya ada isteri, dan
perempuannya ada bersuami, dihubungkan "keberatan" atau
tidaknya suaminya atau isterinya yang sah itu, hukumannya ialah
rajam, yaitu diikat dan dibawa ke tengah kumpulan , orang ramai
kaum Muslimin, lalu dilempari dengan batu sampai mati.

Meskipun pelemparan dengan batu itu tidak tersebut dalam ayat, dia
menjadi hujjah (alasan), karena demikianlah telah diakukan oleh
Rasulullah s.a.w. Dan menjalankan hukum ini diterima dari perawi-
perawi yang dapat dipercaya, yaitu: Abu Bakar, Umar, Ali, Jahir bin
Abdullah, Abu Said al-Khudari, Abu Hurairah, Zayid bin Khalid dan
Buraidah al-Aslami. Semuanya sahabat-sahabat yang besar-besar
dan ternama.

Hukuman ini pernah dilakukan oleh Rasul Allah s.a.w. kepada


seorang sahabat yang bernama Ma'iz, yang datang sendiri mengakui
terus-terang ke pada Nabi bahwa dia telah bersalah berbuat zina. Dia
sendiri yang minta dihukum. Berkali-kali Nabi s.a.w. mencoba
meringankan soal ini, sehingga beliau berkata: "Mungkin baru engkau
pegang-pegang saja," "mungkin tidak sampai engkau setubuhi," dan
sebagainya, tetapi Ma'iz berkata juga terus terang bahwa dia memang
telah berzina, bahwa dia memang telah melangar larangan Tuhan,
dan belumlah dia merasa ringan dari pukulan dan pukulan batin
sebelum dia dihukum. Maka atas permintaannya sendirilah dia
dirajam sampai mati.

Kejadian itu pula hal demikian pada dua orang wanita, seorang dari
suku Bani Lukham dan seorang lagi persukuan Bani Ghamid, datang
pula mengaku di hadapan Nabi bahwa mereka telah terlanjur berzina.
Seorang di antara sedang hamil dari perzinahan itu. Sebagai Ma'iz,
kedua perempuan itu rupanya merasa tekanan batin yang amat
sangat sebelum hukuman itu dijalankan pada diri mereka, sehingga
dijalankan pula hukuman rajam itu, sampai mati. Dan terhadap
kepada perempuan yang hamil itu, hukum tersebut baru dijalan
setelah anaknya lahir dan besar, lepas dari menyusu. Itu pun
perempuan sendiri juga yang datang melaporkan diri .

Adapun perempuan dan laki-laki yang tidak muhshan, misalnya


perempuan yang tidak atau belum bersuami dan laki-laki yang tidak
atau belum beristeri, dilakukankan hukuman sebagai tersebut dalam
ayat tadi, yaitu dipukul cambuk, atau dengan rotan 100 kali, di
hadapan khalayak ramai kaum Muslimin.

Itulah hukuman duniawi. Adapun dalam perhitungan agama, zina


adalah fermasuk dosa yang amat besar. dan azab siksa yang akan
diterimanya di akhirat sangat besar pula

Anda mungkin juga menyukai