PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan. Bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan
bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia, termasuk di rumah sakit (Kemenkes RI, 2013).
Rumah Sakit Haji Lalu Manambai Abdulkadir yang berdiri pada tahun 2012,
mempunyai visi sebagai rumah sakit rujukan pusat regional sepulau Sumbawa memiliki
beberapa fungsi salah satunya adalah menyiapkan sarana prasarana penunjang medis yang
berkaitan dengan pelayanan gizi maka didirikan tempat penyelenggaraan makanan di rumah
sakit yang awalnya terdapat dapur biasa yang hanya melayani penyediaan makanan pasien
saja. Sesuai dengan perkembangan pelayanan gizi di rumah sakit serta berdasarkan SK.
134/Menkes/IV/78 Tentang Susunan dan Pengorganisasian Rumah Sakit maka ditetapkan
ada 4 (empat) kegiatan pokok pelayanan gizi rumah sakit yaitu :
1. Produksi/pengolahan makanan ( pengadaan sampai penyalurannya ke pasien).
2. Pelayanan gizi di ruang perawatan ( perencanaan hingga evaluasi diit ).
3. Penyuluhan, konsultasi serta rujukan gizi ( pasien rawat tinggal, rawat jalan,
petugas rumah sakit ).
4. Penelitian dan pengembangan gizi terapan.
Salah satu bentuk kegiatan pemulihan dan peningkatan kesehatan yang dilakukan di
rumah sakit adalah dengan mengadakan pelayanan gizi di rumah sakit. Resiko kurang gizi
dapat terjadi pada keadaan sakit, yang dipengaruhi banyak faktor. Asupan energi yang tidak
adekuat, lama hari rawat, penyakit non infeksi dan diet khusus merupakan faktor yang
menyebabkan terjadinya manutrisi di rumah sakit (Kusumayanti, et all, JICN 2004).
Pelayanan gizi di rumah sakit sudah menjadi tanggung jawab seorang nutrisionis.
Pelayanan gizi rumah sakit mencakup pelayanan gizi pasien rawat jalan, pelayanan gizi
pasien rawat inap, penyelenggaraan makanan serta penelitian dan pengembangan di bidang
gizi. Untuk menjaga komitmen mutu pelayanan gizi maka diperlukan sebuah standar dalam
proses asuhan gizi sehingga dapat memberikan pelayanan gizi yang berkualitas dan
terorganisir.
Nutrisionis yang merupakan jabatan fungsional mempuyai amanah dan tanggung
jawab penuh dalam bidang pelayanan gizi diharapkan mampu mengimplementasikan nilai-
nilai dasar ASN dalam kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dalam rangka peningkatan
serta pengendalian mutu pelayanan sebagai salah satu tugas pokok Aparatur Sipil Negara
(ASN) yang disebutkan dalam UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN adalah sebagai pelayan
publik.
Dengan demikian perlu dibangun ASN yang memiliki integritas, professional, netral
dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. Serta
mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran
sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Nilai-nilai tersebut kemudian tertuang sebagai nilai dasar ASN yang meliputi Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika publik, Komitmen mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA).
Nilai-nilai dasar tersebut menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan gizi
khususnya pada pelayanan asuhan gizi pasien rawat inap yang akan saya lakukan di R.S.
H.L. Manambai Abdulkadir. Penerapan nilai-nilai dasar ASN tersebut diharapkan dapat
membentuk ASN yang berkarakter dan professional sesuai bidang masing-masing demi
mewujudkan pelayanan yang optimal bagi masyarakat umum.
2. Tujuan
Adapun tujuan aktualisasi nilai dasar ASN sebagai Nutrisionis di R.S. H.L.
Manambai Abdulkadir adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan integritas profesi ASN di lingkungan kerja R.S. H.L. Manambai
Abdulkadir.
2. Menciptakan ASN yang berkarakter dan professional.
3. Meningkatkan mutu pelayanan instalasi gizi dalam pelayanan asuhan gizi sesuai
visi misi instalasi gizi di R.S. H.L. Manambai Abdulkadir dengan penerapan nilai
dasar ANEKA.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan aktualisasi ini adalah tugas jabatan dan fungsi pokok sesuai
Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) atau tugas tambahan yang diberikan atau disetujui oleh
atasan maupun kegiatan lain yang merupakan inisiatif sendiri yag telah mendapat persetujuan
langsung dari atasan. Dalam penulisan ini, hal yang dibahas adalah kegiatan aktualisasi
sesuai dengan SKP dan akan diaktualisasikan ke dalam nilai-nilai dasar ANEKA.
Berdasarkan SKP Nutrisionis Ahli Pertama terdapat beberapa poin kegiatan yang menjadi
penilaian angka kredit pada SKP, maka poin yang dibahas oleh penulis dalam aktualisasi
ANEKA adalah :
1. Menganalisis data dalam rangka menyusun kebutuhan gizi, makanan dan dietetic
2. Melakukan penilaian pemeriksaan penunjang meliputi laboratorium, klinik, dan
lain-lain.
3. Melakukan konsultasi diet khusus
4. Munyusun perencanaann diet sesuai penyakit dan preskripsi diet dengan dua
komplikasi
Kegiatan aktualiasasi ini akan dilaksanakan selama 18 hari di Rumah Sakit mulai dari
tanggal 10 Juni sampai dengan 29 Juni 2019.
BAB II
PENETAPAN ISU
1. Identifikasi Isu
Isu adalah sebuah masalah yang muncul pada sebuah instansi akibat dari kesenjangan
antara realita (kondisi saat ini) dengan kondisi ideal (harapan para stakeholder). Rancangan
aktualisasi ini dimulai dengan mengidentifikasi isu yang muncul pada instansi kerja penulis,
yaitu Instaasi Gizi RS HL Manambai Abdulkadir. Isu muncul dari berbagai sumber, yaitu : 1)
Hasil observasi dan pengalaman penulis selama masa percobaan (CPNS), 2) Tugas pokok
dan fungsi penulis sebagai Nutrisionis dan 3) Sasaran kinerja pegawai.
Beberapa isu yang muncul dari sumber di atas kemudian di inventarisir dengan
mengkategorikannya ke dalam tiga prinsip ASN yaitu: 1) Manajemen ASN. 2) Pelayanan
public, dan 3) Whole of Government (WoG). Langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan
isu yang telah teridentifikasi kepada rekan sejawat, coach, dan mentor, kemudian dapat
dianalisis secara mendalam sehingga terpilihlah sebuah core issue.
Berdasarkan alur tersebut, maka didapatkanlah isu yang telah diidentifikasi dan
terkategorisasi dengan prinsip ASN, sebagai berikut :
1. Kurangnya kepatuhan pegawai produksi penyelenggaraan makanan pasien dalam
menggunakan APD (Alat Perlindungan Diri) sebagai bentuk komitmen mutu agar
tidak terjadi kontaminasi dalam penyelenggaraan makan pasien.
2. Kurangnya penerapan nilai-nilai dasar ASN dalam pelayanan asuhan gizi
terstandar untuk pasien rawat inap, terutama nilai akuntabilitas karena belum
dilakukannya pengisian form asuhan gizi pasien secara maksimal
3. Keterlambatan distribusi makanan kepada pasien karena kurangnya disiplin
pegawai dalam hal ini pramusaji yang sering datang tidak tepat waktu. Hal ini
juga mempengaruhi mutu pelayanan makanan pasien di rumah sakit.
4. Kurangnya tingkat pengetahuan pasien yang dirawat jalan maupun rawat inap
terkait pentingnya pemenuhan gizi yang tepat dan seimbang.
5. Belum adanya menu khusus anak untuk meningkatkan selera makan anak
sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya malnutrisi pada anak yang sedang
dalam masa perawatan di rumah sakit.
2. Isu yang Diangkat
Penetapan isu strategis yang akan diangkat dalam kegiatan aktualisasi ini memerlukan
suatu pemilihan isu. Pemilihan isu dilakukan dengan memberikan penilaian dan skala
prioritas utuk setiap isu yang tlah diidentifikasi sebelumnya. Analisis pemilihan isu yang
digunakan dalam kegiatan ini adalah menggunakan dua alat bantu penetapan kriteria kualitas
isu. Kriteria pertama adalah APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan, dan Kelayakan).
Berdasarkan definisi operasional isu yang telah ditetapkan, akan menggambarkan
kesenjangan antara kondisi realita dan kondisi ideal yang diharapkan oleh stakeholder. Hasil
penilaian berdasarkan alat bantu penetapan kriteria APKL dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1 Hasil Penetapan Kualitas Isu denan APKL
No Isu Kriteria APKL Total Rangking
A P K L Skor
1 Kurangnya kepatuhan 3 4 4 3 14 4
pegawai produksi
penyelenggaraan makanan
pasien dalam menggunakan
APD (Alat Perlindungan Diri)
2 Kurangnya penerapan nilai- 5 5 5 4 19 1
nilai dasar ASN dalam
pelayanan asuhan gizi
terstandar untuk pasien rawat
inap
3 Keterlambatan distribusi 4 4 4 3 15 3
makanan kepada pasien
karena kurangnya disiplin
pegawai dalam hal ini
pramusaji yang sering datang
tidak tepat waktu.
4 Kurangnya tingkat 4 5 4 4 17 2
pengetahuan pasien yang
dirawat jalan maupun rawat
inap terkait pentingnya
pemenuhan gizi yang tepat
dan seimbang.
5 Belum adanya menu khusus 3 4 2 3 12 5
anak
Keterangan Tabel :
A : Aktual
P : Problematik
K : Kekhalayakan
L : Kelayakan
WoG : Whole of Government
MA : Manajemen ASN
PP : Pelayanan Publik
Kriteria selanjutnya untuk menentukan isu yang akan diangkat dilakukan dengan
menggunakan USG (Urgency, Serious-ness dan Growth). Metode USG merupakan salah satu
cara untuk menentukan urutan prioritas isu dengan metode skoring. Metode ini
memperhatikan urgensi dari isu tersebut harus segera ditindaklanjuti. Kriteria USG
dikategorikan ke dalam rentang penilaian skala Likert 1-5 dengan ketentuan semakin besar
nilainya, maka semakin strategis isu tersebut harus diselesaikan. Variabel dari metode USG
dapat dijabarkan sebagai berikut: Urgency, artinya seberapa mendesak suatu isu harus
dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti. Seriousness merujuk pada seberapa seriu suatu isu
harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan. Growth merujuk pada seberapa
kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani.
Tabel 2. Analisis Penentuan Isu dengan USG
No Skor
Isu Jumlah Peringkat
. U S G
1. Kurangnya penerapan nilai-nilai dasar 5 5 5 15 1
ASN dalam pelayanan asuhan gizi
terstandar untuk pasien rawat inap
2. Keterlambatan distribusi makanan kepada 4 4 4 12 3
pasien karena kurangnya disiplin pegawai
dalam hal ini pramusaji yang sering
datang tidak tepat waktu.
3. Kurangnya tingkat pengetahuan pasien 5 4 5 14 2
yang dirawat jalan maupun rawat inap
terkait pentingnya pemenuhan gizi yang
tepat dan seimbang.
Keterangan :