Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis getaran sistem pengereman dengan penambahan komponen
vibrator solenoid yang diatur dengan sistem kontrol untuk menghasilkan efek ABS. Pengambilan data dilakukan
dengan menggunakan slam stick. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sinyal domain frekuensi dengan
penambahan komponen vibrator solenoid mempunyai puncak-puncak pada frekuensi 10 Hz, sedangkan sinyal
domain frekuensi saat pengereman tanpa penambahan komponen vibrator solenoid tidak terdapat puncak-
puncak pada frekuensi 10 Hz. Dari data tersebut maka sistem pengereman ABS bekerja sesuai dengan setting
sistem pengereman ABS yang memberikan sinyal 10 Hz.
Kata kunci: getaran, abs, vibrator solenoid, frekuensi 10 hz.
Abstract
This study aims to analyze the vibration of the braking system equipped by solenoid vibrator component
arranged with a control system to produce an ABS effect. Data collection is done by using slam stick. The results
showed that the frequency domain signal with the addition of the solenoid vibrator component had peaks at 10
Hz frequency, while the frequency domain signal during braking without the addition of the solenoid vibrator
component there were no peaks at 10 Hz frequency. From the data, the ABS braking system works in accordance
with the ABS braking system that provides 10 Hz signal.
Keywords: vibration, abs, solenoid vibrator, frekuency 19 hz.
83 | J T M I
Zakaria, dkk./ Jurnal Teknik Mesin Indonesia, Vol. 11 No. 2 (Oktober 2016) 83-88
Slip ratio =
Kecepatan bodi – kecepatan roda
x100 % (1)
kebutuhan frekuensi getaran kampas rem yang
Kecepatan bodi dibutuhkan sehingga menimbulkan efek ABS.
Gambar 3. Solenoid
Keterangan :
F = Gaya (N)
R = Jari-jari pipa (cm)
B = Medan magnet (T)
𝜇𝑚 = Permeabilitas magnetik induktor (H/m)
𝜇𝑜 = Permeabilitas ruang hampa (H/m)
Arduino
Arduino adalah mikrokontroler yang bisa diprogram
Gambar 2. Komponen utama rem ABS untuk mengendalikan berbagai komponen
elektronika. Arduino bersifat open-source hardware
Gambar 2 menunjukan komponen utama rem ABS yang fleksibel dan mudah digunakan.[2]
antara lain: Electronic Control Unit (ECU), sensor
kecepatan, dan Modulator Unit.
Dasar pengoperasian sistem ABS standar yang ada
adalah sebagai berikut:
Dalam situasi pengereman mendadak, sensor
kecepatan roda akan mengirim sinyal ke ECU saat
terjadi perubahan kecepatan roda secara
mendadak.
ECU akan memberikan signal pada Modulator
Unit (unit-unit pengontrol hidrolis) untuk
mengurangi atau menambah tekanan minyak rem
agar rem bekerja sesuai dengan keadaan yang
diperlukan. Pada kondisi tersebut pad bergetar 10-
20 kali perdetik sehingga slip ratio pengereman
(10% - 30%)dan mencegah penguncian Gambar 4. Rangkain Sistem Kontrol
rodaKampas rem adalah bagian dari rem yang
berfungsi memberikan gesekan pada piringan saat Keterangan :
mendapatkan tekanan hidraulik dari master 1. Kabel dari Aki
silinder. 2. Rangkaian elektronik ke Solenoid A
3. Inverter dari 12 V menjadi 24 V
Solenoid 4. Rangkaian elektronik ke Solenoid B
Solenoid adalah salah satu perangkat terapan yang 5. Arduino ATMEGA 2560
sederhana sebuah magnet listrik. Solenoid 6. Rangkaian elektronik dari Rotary Encoder
mempunyai koil yang akan berubah menjadi medan
magnet apabila dialiri arus listrik sehingga 2. Metode
menggerakan logam besi di bagian dalamnya. Pengujian getaran sistem pengereman dilakukan
Komponen ini yang akan digunakan untuk dengan menggunakan slam stick. Pengujian ini
menggetarkan tekanan fluida yang diaktifkan dengan dilakukan untuk mendapatkan nilai frekuensi dan
rangkaian arduino yang diprogram sesuai dengan
84 | J T M I
Zakaria, dkk./ Jurnal Teknik Mesin Indonesia, Vol. 11 No. 2 (Oktober 2016) 83-88
amplitudo sistem pengereman. Data yang didapatkan listrik menggunakan inverter dengan meng-input
dari metode ini berupa sinyal dalam domain waktu. nilai frekuensi inverter, sehingga didapatkan output
Dari data domain waktu tersebut kemudian sinyal putaran piringan 425, 675, 850 dan 1062 rpm.
diproses ke dalam domain frekuensi dan selanjutnya Kemudian menjalankan motor listrik melalui
dianalisis dengan menggunakan Matlab. Skema dan inverter sesuai dengan putaran yang telah
setup pengujian ditunjukkan pada gambar 3dan 4 disesuaikan. Meletakan slam stick pada kaliper rem
sebagai berikut: (arah radial) . Lalu menekan tombol on pada slam
stick. Setelah slam stick aktif, tekan tombol stop pada
inverter disaat yang bersamaan tekan pedal rem.
Langkah akhir yaitu menghubungkan slam stick ke
komputer sehingga didapatkan data amplitudo dan
frekuensi getaran sistem pengereman.
85 | J T M I
Zakaria, dkk./ Jurnal Teknik Mesin Indonesia, Vol. 11 No. 2 (Oktober 2016) 83-88
r 2
T = 2087,5 x 0.33 l m
Fsolenoid 1 (10)
= 688,87 Nm 2o o
Tekanan Pad Keterangan:
T (7) F solenoid = Gaya pada Solenoid (N)
Pa r = Jari-jari Solenoid (cm)
( 2 1 )
ri ro ri
2 2
𝜇𝑚 = Permeabilitas logam
180 𝜇𝑜 = Permeabilitas udara
Keterangan: i = Arus (A)
Pa = Tekanan pad (N/cm2) l = Panjang solenoid (m)
T = Torsi roda (Nm) θ1 = Sudut antara garis normal terhadap garis
µ = Koefisien geser maya ri
ri = Jarak dari pusat cakram ke tepi pad (m) θ2 = Sudut antara garis normal terhadap garis
ro = Jarak dari pusat cakram ke ujung pad (m) maya ro
θ1 = Sudut antara garis normal terhadap garis maya n = Jumlah lilitan
Ri Sehingga besarnya gaya pada solenoid adalah
θ2 = Sudut antara garis normal terhadap garis maya i n
2
2 0
Ro
r
Sehingga tekanan pad sebesar: Fsolenoid l m 1
2o
o
688,87
Pa 4 . 3,14 . 107 . 0,35 . 907
2
0,35 . 0,075 . 0,115 0,075
3,14 . 0,0132
(120 77) . 2 2
0,03 4 . 3,14 . 103
180 Fsolenoid 1
2 . 4 . 3,14 . 107 4 . 3,14 . 10 7
= 4592466,67 N/m2
= 459,25 N/cm2 = 372,95 N
Gaya pada Pad Luas solenoid
F 2 1
Pa ri ro ri
2 2
(8) A = π x r2 (11)
180 Keterangan:
Keterangan: A = Luas solenoid (m2)
F = Gaya pada Pad (N) r = Jari-jari solenoid (m)
Pa= Tekanan (N/ cm2) Sehingga luas solenoid adalah
ri = Jarak dari pusat cakram ke tepi pad (m)
ro = Jarak dari pusat cakram ke ujung pad (m) A = 3,14 x 0,0122
θ1 = Sudut antara garis normal terhadap garis maya ri = 4,52 x 10-4 m2
θ2 = Sudut antara garis normal terhadap garis maya ro
Sehingga besarnya gaya pada pad adalah Tekanan yang dihasilkan oleh solenoid
F 120 77 4592466 ,67 . 0,075 0,115 0,075
2 2
𝐹
180 P= (12)
𝐴
= 1963,57 N
Keterangan:
Tekanan fluida oli rem F = Gaya pada Pad (N)
𝐹 Psolenoid = Tekanan Pad (N/m2)
Phydraulic = (9) A = Luas solenoid (m2)
𝐴
86 | J T M I
Zakaria, dkk./ Jurnal Teknik Mesin Indonesia, Vol. 11 No. 2 (Oktober 2016) 83-88
(b)
Pada gambar 7 adalah sinyal domain frekuensi pada Gambar 8 adalah sinyal domain frekuensi saat
sistem pengereman dengan penambahan komponen pengereman (a) dengan penambahan komponen
vibrator solenoid variasi kecepatan putaran piringan vibrator solenoid (b) tanpa penambahan komponen
rem 425, 675, 850, 1062 rpm pada frekuensi 10 Hz. vibrator solenoid pada frekuensi 10 Hz .Dari gambar
Data tersebut diambil pada kondisi saat pengereman. 8 terlihat bahwa sinyal domain frekuensi dengan
penambahan komponen vibrator solenoid
Tabel 1. Amplitudo getaran saat proses pengereman mempunyai puncak-puncak pada frekuensi 10 Hz,
sedangkan sinyal domain frekuensi saat pengereman
RPM Amplitudo (m/s2) tanpa penambahan komponen vibrator solenoid tidak
terdapat puncak-puncak pada frekuensi 10 Hz.
425 0,0012 Adanya puncak-puncak pada frekuensi 10 Hz
menunjukan bahwa sistem pengereman ABS bekerja
637 0,0016 sesuai dengan setting sistem pengereman ABS yang
memberikan sinyal 10 Hz. Hal tersebut terlihat pada
850 0,0019 gambar 8.
1062 0,0025
(c)
87 | J T M I
Zakaria, dkk./ Jurnal Teknik Mesin Indonesia, Vol. 11 No. 2 (Oktober 2016) 83-88
vibrator solenoid pada sistem pengereman variasi domain frekuensi saat pengereman tanpa
kecepatan putaran piringan rem 425 rpm pada penambahan komponen vibrator solenoid tidak
frekuensi 10 Hz. Data tersebut diambil pada kondisi terdapat puncak-puncak pada frekuensi 10 Hz.
sebelum, saat, dan sesudah pengereman. Adanya puncak-puncak pada frekuensi 10 Hz
Tabel 2. Amplitudo getaran pada berbagai kondisi
menunjukan bahwa sistem pengereman ABS bekerja
pengereman sesuai dengan setting sistem pengereman ABS yang
memberikan sinyal 10 Hz.
Amplitudo pada frekuensi 10 Hz
Kondisi Pengereman Nilai amplitudo mengalami kenaikan dari kondisi
RPM sebelum pengereman ke kondisi saat pengereman,
Sebelum Saat Sesudah
kemudian kembali turun pada kondisi setelah
425 0.00026 0.0012 0.00018
pengereman. Pada kondisi sebelum dan setelah
675 0.00058 0.0016 0.00024
pengereman tidak terdapat puncak yang menunjukan
850 0.00060 0.0019 0.00040 bahwa pada frekuensi 10 Hz tidak ada komponen
1062 0.00087 0.0025 0.00019 yang bergetar pada frekuensi tersebut, sedangkan
pada kondisi saat pengereman menunjukan puncak
Pada tabel 2 adalah tabel hubungan variasi kecepatan pada frekuensi 10 Hz yang menunjukan frekuensi
putaran piringan rem dengan penambahan komponen kerja dari vibrator solenoid.
vibrator solenoid pada frekuensi 10 Hz terhadap
Daftar Pustaka
kondisi pengereman. Kondisi sebelum pengereman
memiliki amplitudo 0.0005 m/s2, saat pengereman [1] (2011). Anti-Lock Braking System (ABS) and
memiliki amplitudo 0.0012 m/s2, dan setelah Anti-Slip Regulation (ASR) 2nd Edition.
pengereman memiliki amplitudo 0.0002 m/s2 pada WABCO.
variasi kecepatan 425 rpm. Nilai amplitudo [2] Bhatt, P. P., Chaudhari, K. A., Chaudhary, K.
mengalami kenaikan dari kondisi sebelum A., Goyal, S. S., & Pandey, A. B. (2014).
pengereman ke kondisi saat pengereman, kemudian Programming for Automatic over speed Control
kembali turun pada kondisi setelah pengereman. System for Safety in Automobiles. Gujarat:
Pada kondisi sebelum dan setelah pengereman tidak International Journal on Theoretical and
terdapat puncak yang menunjukan bahwa pada Applied Research in Mechanical Engineering
frekuensi 10 Hz tidak ada komponen yang bergetar (IJTARME).
pada frekuensi tersebut, sedangkan pada kondisi saat [3] Budynas, R. G., & Nisbett, J. K. (2011).
pengereman menunjukan puncak pada frekuensi 10 Shigley's Mechanics Engineering Design Ninth
Hz yang menunjukan frekuensi kerja dari vibrator Edition. New York: McGraw-Hill.
solenoid. [4] Elhafid, M. M., Susilo, D. D., & Widodo, P. J.
(2014). Pengaruh Bahan rem Terhadap Respon
Nilai amplitudo sebelum pengereman dari kecepatan Getaran Pada Sistem Rem Cakram. Mekanika.
425 hingga 1062 rpm pada frekuensi 10 Hz naik [5] Erwin. R.D., 1975, Mobile Measurement of
turun. Hal tersebut karena pada kondisi sebelum Truck Tire Traction, Proceding of a Symposium
pengereman di frekuensi 10 Hz tidak terdapat on Commercial Vehicle Braking and Handling,
puncaknya. Hal yang sama juga terjadi pada kondisi Highway Safety Research Institute, University
setelah pengereman, nilai amplitudo dari kecepatan of Michigan, MI.
425 hingga 1062 rpm pada frekuensi 10 Hz. Pada [6] Giannini, O. (2006). Experinmental analysis of
kondisi saat pengereman nilai amplitudo mengalami brake squel noise on a laboratory brake setup.
kenaikan seiring kenaikan kecepatan putaran. Elsevier.
[7] Wibowo. (2011). The Elastic Vibration
4. Kesimpulan
Behaviour of Steel Spring for Mechanism of
Dari analisa data dan pembahasan dapat diambil Antilock Brake System (ABS) on Vehicle. Solo-
kesimpulan sebagai berikut: Indonesia: International Conference and
Exhibition on Sustainable Energy and
Solenoid yang dirancang dengan jumlah lilitan 907
Advanced Materials (ICE SEAM 2011).
dan jari-jari solenoid 1.3 cm menghasilkan tekanan
82,51N/cm2. Tekanan solenoid lebih besar dari
tekanan rem yaitu 59,50 N/cm2.
Nilai amplitudo dari kecepatan 425 hingga 1062 rpm
pada frekuensi 10 Hz pada kondisi saat pengereman
mengalami kenaikan seiring kenaikan kecepatan
putaran.
Sinyal domain frekuensi dengan penambahan
komponen vibrator solenoid mempunyai puncak-
puncak pada frekuensi 10 Hz, sedangkan sinyal
88 | J T M I