Febryan Romadhona
(201623007)
MAKALAH
Disusun Oleh :
Febryan Romadhona (201623007)
Dosen :
Agus Holid, ST.
ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
Latar Belakang .............................................................................................. 1
Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
BAB II TURBIN GAS ............................................................................................ 3
Sejarah Turbin Gas ........................................................................................ 3
Pengertian Turbin Gas................................................................................... 5
Prinsip Kerja Turbin Gas .............................................................................. 7
Klasifikasi Turbin Gas .................................................................................. 9
Siklus-siklus Turbin Gas ............................................................................. 11
Modifikasi Turbin Gas ................................................................................ 13
Siklus Brayton dengan Intercooler, Reheater, dan Regenerator ................. 13
Komponen Turbin Gas ................................................................................ 14
Komponen Penunjang Sistem Turbin Gas .................................................. 19
Aplikasi Turbin Gas .................................................................................... 21
BAB III BAHAN BAKAR TURBIN GAS .......................................................... 23
Bahan Bakar Turbin Gas ............................................................................. 23
Proses Pembakaran Turbin Gas .................................................................. 24
BAB IV INTERCOOLER..................................................................................... 27
Intercooler ................................................................................................... 27
BAB V MAINTENANCE & TROBLESHOOTING ........................................... 31
Maintenance Turbin Gas ............................................................................. 31
Trobleshooting ............................................................................................ 32
BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 33
Kesimpulan ................................................................................................. 33
Saran ............................................................................................................ 33
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Turbin adalah mesin penggerak, dimana energy fluida kerja
dipergunakan langsung untuk memutar roda turbin. Jadi, berbeda
dengan yang terjadi dengan mesin torak, pada turbin tidak terdapat
bagian mesin yang bergerak translasi. Bagian turbin yang berputar
dinamai rotor atau roda turbin., sedangkan bagian yang tidak berputar
dinamai stator atau rumah turbin. Roda turbin terletak di dalam
rumah turbin dan roda turbin memutar poros daya yang menggerakkan
atau memutar bebannya (generator listrik, pompa, kompresor, baling-
baling atau mesin lainnya). Di dalam turbin, fluida kerja mengalami
proses ekspansi, yaitu proses penurunan tekanan dan mengalir secara
kontinu. Kerja fluida dapat berupa air, uap air, atau gas.
Secara umum, sistem turbin terdiri dari beberapa komponen,
antara lain: kompresor, pompa, ketel uap (boiler), ruang bakar, kondensor
dan turbin. Turbin banyak di manfatkan untuk pembangkit listrik,
pesawat terbang, di dalam industry, dan lain-lain. Di dalam makalah
ini, akan di bahas khusus pada turbin gas baik dalam siklus, klasifikasi,
komponen-komponen yang ada, dan prinsip
kerja dari turbin tersebut serta aplikasi turbin yang akan di gunakan.
PLTG difungsikan untuk mengatasi kebutuhan energi listrik saat
beban puncak. Alasan pemilihan jenis pembangkit ini adalah operasi
penyediaan daya dibangkitkan lebih cepat. Kelebihan lain yang dimiliki
yaitu untuk menghasilkan daya yang besar dibutuhkan ruangan yang kecil.
Konsumsi energi pada peralatan PLTG bersumber dari putaran turbin gas.
Daya poros yang dihasilkan turbin gas digunakan untuk memutar
accessory gear. Alat ini digunakan untuk memutar alat-alat pendukung,
yaitu pompa dan kompresor pengabut.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah turbin gas?
1
2. Bagaimana prinsip kerja turbin gas?
3. Bagaimana klasifikasi tubin gas?
4. Apa saja siklus-siklus turbin gas?
5. Bagaimana persamaan energy yang umum untuk proses aliran tunak
dan penerapannya pada system turbin gas?
6. Bagaimana SOP turbin gas?
7. Bagaimana troubleshooting turbin gas?
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sejarah turbin gas.
2. Mengetahui prinsip kerja turbin gas.
3. Mengetahui klasifikasi turbin gas.
4. Mengetahui siklus-siklus turbin gas.
5. Mengetauhi persamaan energy yang umum untuk proses aliran tunak
dan penerapannya pada system turbin gas.
6. Mengetahui SOP turbin gas.
7. Mengetahui troubleshooting turbin gas.
2
BAB II
TURBIN GAS
3
daripada mesin torak. Perkembangannya memang lamban, karena
pengetahuan tentang material dan aerotermodinamika belum memadai.
Selanjutnya prinsip system turbin gas yang terdiri dari kompresor, ruang
bakar (pembakaran kontinyu pada tekanan konstan) dan turbin (impuls)
yang banyak digunakan sekarang oleh John Barber (Nuneaton, Inggris)
pada tahun 1791. Kemajuan teknologi turbin gas juga dipacu oleh temuan
oleh turbin uap reaksi oleh Sir Charles Parsons (Inggris) pada tahun 1884.
Turbin uap kemudian diterapkan pada system propulsi kapal dan pusat
tenaga listrik.
Usaha pengembangan system turbin gas diteruskan terutama
dengan terlebih dahulu meningkatkan efisiensi kompresor. Penggunaan
turbin impuls pada system turbin gas juga dilakukan oleh Rene
Armengaud dan Charles Lemale (Perancis) yang menghasilkan daya poros
500 Hp pada 5000 rpm, dengan efisiensi termal disekitar 3-5%. Pada
waktu itu sudu-sudu didinginkan dengan air yang disemprotkan.
Sedangkan jenis turbin yang digunakan adalah turbin bertekanan rendah.
Namun F. Stolze (Jerman) kemudian juga mencoba menggunakan turbin
reaksi yang dirancang pada tahun 1872 tetapi baru dapat dibuat dan diuji
sekitar tahun 1904.
Sementara itu Hans H. Holzwarth (Jerman) mencoba merancang
system turbin gas dengan pembakaran volume konstan (pembakaran tidak
kontinyu). Walaupun demikian hasilnya dianggap tidak praktis dan
efisiensinya rendah. Penggunaan turbin gas sebagai turbocarjer pada motor
diesel dirintis oleh Dr. Sefred Buchi (Swiss) pada tahun 1908. Penggunaan
turbocarjer pada motor bensin untuk propulsi pada pesawat terbang untuk
pertama kalinya dirintis oleh A. Rateau (Perancis) pada tahun 1917. Pada
waktu itu teknologi motor bakar torak lebih maju dan berkembang. Dalam
hal tersebut penggunaan turbocarjer diperlukan untuk meningkatkan daya
motor atau mengkompensasi turunnya daya dengan ketinggian terbang.
Penggunaan turbin gas sebagai motor propulsi pesawat terbang dirintis
oleh Frank Whittle (Inggris) yang mengajukan paten untuk system turbin
gas dan saluran pmbangkit jet, pada bulan Januari tahun 1930. Berbagai
4
usaha telah dilakukan untuk mengatasi kesulitan biaya dan mendapatkan
dukungan, tetapi baru 5 tahun kemudian konsep rancangannya mendapat
tanggapan. Pada tahun 1937 motor turbojet berhasil diuji dengan hasil
yang baik. Hal tersebut kemudian memicu pengembangan desain dan
pembuatan motor turbojet. Penelitian dan pengembangan ditekankan pada
peningkatan efisiensi kompresor (sentrifugal). Namun, perlu perlu dicatat
bahwa sebelum Frank Whittle, sebenarnya sudah ada paten motor jet oleh
Lorin (1908) berdasarkan prinsip motor torak sebagai pembangkit gas,
kemudian juga Lorin (1913) tentang prinsip ramjet, dan M. Guillaume
(1921) berdasarkan prinsip turbin gas sebagai pembangkit turbin gas.
Tetapi hal tersebut baru diketahui pada tahun 1939 oleh Gohlke, seorang
pemeriksa paten dari Jerman.
5
Gambar 2.2 Turbin gas
Berbeda dengan motor bakar torak, pada terbin gas tidak terdapat
bagian yang bergerak translasi sehingga turbin gas dikatakan bebas
getaran. Disamping itu proses kompresi, pembakaran, dan ekspansi terjadi
secara terpisa, masing-masing didalam kompresor, ruang bakar, dan
turbin. Turbin menghasilkan daya yang sebagian besar diperlukan untuk
menggerakan kompresornya sendiri, sisanya untuk menggerakan beban
disebut daya poros seperti ditunjukan pada gambar 2.3.
6
Beban dapat berupa roda penggerak, propeller, generator listrik,
pompa, fan, atau kompresor. Apabila semua daya turbin untuk
menggerakan kompresornya sendiri, maka pasangan kompresor, turbin,
dan ruang bakar tersebut hanya berfungsi menghasikan gas panas. Oleh
karena itu pasangan tersebut dinamai pembangkit-gas (gas generator)
seperti pada motor turbo jet tersebut pada gambar 2.4. pada motor turbojet,
turbin gas berfungsi sebagai pembangkit-gas untuk nosel yang berfungsi
menghasilkan pancaran (jet) gas berkecepatan tinggi, untuk menghasilkan
gaya dorong.
7
dan memutar beban lainnya seperti generator listrik, dll. Setelah melewati
turbin ini gas tersebut akan dibuang keluar melalui saluran buang
(exhaust).
8
Adanya kerja yang berlebih waktu proses kompresi yang
menyebabkan terjadinya gesekan antara bantalan turbin dengan
angin.
Berubahnya nilai Cp dari fluida kerja akibat terjadinya perubahan
temperatur dan perubahan komposisi kimia dari fluida kerja.
Adanya mechanical loss, dsb.
Untuk memperkecil kerugian ini hal yang dapat dilakukan antara lain
dengan perawatan (maintenance) yang teratur atau dengan memodifikasi
peralatan yang ada.
9
digunakan.
5 Sudu turbin tidak cepat aus, Sudu turbin cepat au, karena udara
karena gas tidak terkontaminasi dari atmosfir terkontaminasi ketika
ketika melewati ruang bakar. melewati ruang bakar.
6 Karena udara didinginkan dengan Karena udara dari turbin dibuang ke
sirkulasi air, cocok digunakan atmosfir, cocok digunakan untuk
untuk jenis instalasi stasioner atau kendaraan yang bergerak.
di kapal.
7 Biaya perawatan tinggi Biaya perawatan rendah
8 Berat instalasi perdaya (HP) lebih Berat instalasi perdaya (HP) lebih
besar. kecil.
10
Turbin Stage 2
Turbin Speed 5100 rpm
Inlet Temperature 32.2oC
Inlet Pressure 1.0333 kg/cm2
Exhaust Temperature 488oc
Exhaust Pressure 1.0333 kg/cm2
Pressure Ratio 9.4
Desired min. Horse Power 33.000 HP
Fuel Natural Gas
Fuel Systems Gas/Oil (Unit A dan B)
Gas (Unit C, D, E, F, G, dan H)
Control system Speedtronic
Accessory Gear Type A500
Starting System 400 HP Induction Motor (Unit
C/H)
500 HP Motor Diesel (Unit A/B)
11
Merupakan siklus mesin kalor yang dapat balik (reversible) yang
terdiri dari dua proses isotermis dapat balik (reversible isotermic)
dan dua proses isobarik dapat balik (reversible isobaric). Proses
perpindahan panas pada proses isobarik berlangsung di dalam
komponen siklus internal (regenerator), dimana effisiensi
termalnya adalah : hth = 1 – T1/Th, dimana T1 = temperatur buang
dan Th = temperatur panas.
2. Siklus Stirling
Merupakan siklus mesin kalor dapat balik, yang terdiri dari dua
proses isotermis dapat balik (isotermal reversible) dengan volume
tetap (isokhorik). Efisiensi termalnya sama dengan efisiensi termal
pada siklus Ericson.
3. Siklus Brayton
Siklus ini merupakan siklus daya termodinamika ideal untuk turbin
gas, sehingga saat ini siklus ini yang sangat populer digunakan
oleh pembuat mesin turbine atau manufacturer dalam analisa untuk
performance upgrading. Siklus Brayton ini terdiri dari proses
kompresi isentropik yang diakhiri dengan proses pelepasan panas
pada tekanan konstan. Pada siklus Bryton tiap-tiap keadaan proses
dapat dianalisa secara berikut:
12
Proses 2 ke 3, pemasukan bahan bakar pada tekanan
konstan. Jumlah kalor yang dihasilkan: Qa = (ma + mf) (h3
– h2).
Proses 3 ke 4, ekspansi isentropik didalam turbin. Daya
yang dibutuhkan turbin: WT = (ma + mf) (h3 – h4).
Proses 4 ke 1, pembuangan panas pada tekanan konstan ke
udara. Jumlah kalor yang dilepas: QR = (ma + mf) (h4 –
h1).
14
Air Inlet Housing, merupakan tempat udara masuk dimana
didalamnya terdapat peralatan pembersih udara.
Inertia Separator, berfungsi untuk membersihkan debu-debu atau
partikel yang terbawa bersama udara masuk.
Pre-Filter, merupakan penyaringan udara awal yang dipasang pada
inlet house.
Main Filter, merupakan penyaring utama yang terdapat pada
bagian dalam inlet house, udara yang telah melewati penyaring ini
masuk ke dalam kompresor aksial.
Inlet Bellmouth, berfungsi untuk membagi udara agar merata pada
saat memasuki ruang kompresor.
Inlet Guide Vane, merupakan blade yang berfungsi sebagai
pengatur jumlah udara yang masuk agar sesuai dengan yang
diperlukan.
2. Compressor Section.
Komponen utama pada bagian ini adalah aksial flow compressor,
berfungsi untuk mengkompresikan udara yang berasal dari inlet air
section hingga bertekanan tinggi sehingga pada saat terjadi
pembakaran dapat menghasilkan gas panas berkecepatan tinggi yang
dapat menimbulkan daya output turbin yang besar. Aksial flow
compressor terdiri dari dua bagian yaitu:
A. Compressor Rotor Assembly.
Merupakan bagian dari kompresor aksial yang berputar pada
porosnya. Rotor ini memiliki 17 tingkat sudu yang mengompresikan
aliran udara secara aksial dari 1 atm menjadi 17 kalinya sehingga
diperoleh udara yang bertekanan tinggi. Bagian ini tersusun dari
wheels, stubshaft, tie bolt dan sudu-sudu yang disusun kosentris di
sekeliling sumbu rotor.
15
Gambar 2.11 Tipe turbin rotor assembly
B. Compressor Stator.
Merupakan bagian dari casing gas turbin yang terdiri dari:
Inlet Casing, merupakan bagian dari casing yang mengarahkan
udara masuk ke inlet bellmouth dan selanjutnya masuk ke inlet
guide vane.
Forward Compressor Casing, bagian casing yang didalamnya
terdapat empat stage kompresor blade.
Aft Casing, bagian casing yang didalamnya terdapat
compressor blade tingkat 5-10.
Discharge Casing, merupakan bagian casing yang berfungsi
sebagai tempat keluarnya udara yang telah dikompresi.
16
Gambar 2.12 Casing Kompresor
3. Combustion Section.
Pada bagian ini terjadi proses pembakaran antara bahan bakar
dengan fluida kerja yang berupa udara bertekanan tinggi dan
bersuhu tinggi. Hasil pembakaran ini berupa energi panas yang
diubah menjadi energi kinetik dengan mengarahkan udara panas
tersebut ke transition pieces yang juga berfungsi sebagai nozzle.
Fungsi dari keseluruhan sistem adalah untuk mensuplai energi
panas ke siklus turbin. Sistem pembakaran ini terdiri dari
komponen-komponen berikut yang jumlahnya bervariasi
tergantung besar frame dan penggunaan turbin gas. Komponen-
komponen itu adalah :
Combustion Chamber, berfungsi sebagai tempat terjadinya
pencampuran antara udara yang telah dikompresi dengan
bahan bakar yang masuk.
Combustion Liners, terdapat didalam combustion chamber
yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
pembakaran.
17
Fuel Nozzle, berfungsi sebagai tempat masuknya bahan
bakar ke dalam combustion liner.
Ignitors (Spark Plug), berfungsi untuk memercikkan bunga
api ke dalam combustion chamber sehingga campuran
bahan bakar dan udara dapat terbakar.
Transition Fieces, berfungsi untuk mengarahkan dan
membentuk aliran gas panas agar sesuai dengan ukuran
nozzle dan sudu-sudu turbin gas.
Cross Fire Tubes, berfungsi untuk meratakan nyala api
pada semua combustion chamber.
Flame Detector, merupakan alat yang dipasang untuk
mendeteksi proses pembakaran terjadi.
4. Turbin Section
Turbin section merupakan tempat terjadinya konversi energi
kinetik menjadi energi mekanik yang digunakan sebagai penggerak
compresor aksial dan perlengkapan lainnya. Dari daya total yang
dihasilkan kira-kira 60 % digunakan untuk memutar kompresornya
sendiri, dan sisanya digunakan untuk kerja yang dibutuhkan.
Komponen-komponen pada turbin section adalah sebagai berikut :
Turbin Rotor Case
First Stage Nozzle, yang berfungsi untuk mengarahkan gas
panas ke first stage turbine wheel.
First Stage Turbine Wheel, berfungsi untuk
mengkonversikan energi kinetik dari aliran udara yang
berkecepatan tinggi menjadi energi mekanik berupa putaran
rotor.
Second Stage Nozzle dan Diafragma, berfungsi untuk
mengatur aliran gas panas ke second stage turbine wheel,
sedangkan diafragma berfungsi untuk memisahkan kedua
turbin wheel.
Second Stage Turbine, berfungsi untuk memanfaatkan
energi kinetik yang masih cukup besar dari first stage
18
turbine untuk menghasilkan kecepatan putar rotor yang
lebih besar.
5. Exhaust Section
Exhaust section adalah bagian akhir turbin gas yang berfungsi
sebagai saluran pembuangan gas panas sisa yang keluar dari turbin
gas. Exhaust section terdiri dari beberapa bagian yaitu :
Exhaust Frame Assembly
Exhaust Diffuser assembly
Exhaust gas keluar dari turbin gas melalui exhaust diffuser pada
exhaust frame assembly, lalu mengalir ke exhaust plenum dan
kemudian didifusikan dan dibuang ke atmosfir melalui exhaust
stack, sebelum dibuang ke atmosfir gas panas sisa tersebut diukur
dengan exhaust thermocouple dimana hasil pengukuran ini
digunakan juga untuk data pengontrolan temperatur dan proteksi
temperatur trip. Pada exhaust area terdapat 18 buah termokopel
yaitu, 12 buah untuk temperatur kontrol dan 6 buah untuk
temperatur trip.
19
3. Gas Expansion Turbine (Starting Turbine)
20
Pada turbin gas terdapat tiga buah pompa yang digunakan untuk
mensuplai lube oil guna keperluan lubrikasi, yaitu:
1. Main Lube Oil Pump, merupakan pompa utama yang digerakkan
oleh HP shaft pada gear box yang mengatur tekanan discharge
lube oil.
2. Auxilary Lube Oil Pump, merupakan pompa lube oil yang
digerakkan oleh tenaga listrik, beroperasi apabila tekanan dari
main pump turun.
3. Emergency Lube Oil Pump, merupakan pompa yang beroperasi
jika kedua pompa diatas tidak mampu menyediakan lube oil.
E.Cooling System.
Sistem pendingin yang digunakan pada turbin gas adalah air dan
udara. Udara dipakai untuk mendinginkan berbagai komponen pada
section dan bearing. Komponen-komponen utama dari cooling
system adalah:
Off base Water Cooling Unit
Lube Oil Cooler
Main Cooling Water Pump
Temperatur Regulation Valve
Auxilary Water Pump
Low Cooling Water Pressure Swich
21
Gambar 2.14 Prinsip kerja unit pembangkit turbin gas
22
BAB III
BAHAN BAKAR TURBIN GAS
23
3. Kemurnian dan kestabilan bahan bakar harus terjamin, yaitu bahan
bakar tidak mudah mengendap, tidak banyak mengandung zat-
zat seperti air, debu, dan belerang. Kandungan zat zat tersebut
apabila terlalu banyak akan sangat membahayakan pada proses
pembakaran. Khusus untuk belerang, zat ini akan korosif sekali
pada material sudu turbin.
4. Flash point dan titik nyala tidak terlalu rendah, sehingga
penyimpanan lebih aman.
5. Gradenya harus tinggi, bahan bakar harus mempunyai kualitas
yang bagus, tidak banyak mengandung unsur-unsur yang
merugikan seperti dyes dan tretaetyl lead.
Dengan karakteristik bahan bakar untuk turbin gas pesawat terbang
seperti yang disebutkan di atas, terlihat bahwa bahan bakar tersebut
adalah bermutu tinggi, untuk menjamin faktor keamanan yang tinggi
pada operasi turbin gas selama penerbangan. Kegagalan operasi
berakibat sangat fatal yaitu turbin gas mati, pesawat terbang
kehilangan gaya dorong, kondisi ini dapat dipastikan pesawat terbang
akan jatuh. Bahan bakar pesawat yang biasa digunakan adalah dari
jenis gasoline dan kerosene atau campuran keduanya, tentunya sudah
dimurnikan dari unsur-unsur yang merugikan. Sebagai contoh, standar
yang dikeluarkan American Society for Tinting Material Spesification
(ASTM) seri D-1655, yaitu Jet A, Jet A1, Jet B. Notasi A, A, dan B
membedakan titik bekunya.
24
Gambar 3.1 Ruang bakar dan proses pembakaran turbin gas
25
pada sekunder pada zona itu adalah mendinginkan gas pembakaran
yang bertemperatur tinggi menjadi temperatur yang aman apabila
mengenai sudu-sudu turbin ketika gas pembakaran berekspansi.
Disamping itu, udara sekunder juga akan menambah massa dari gas
pembakaran sebelum masuk turbin, dengan massa yang lebih besar
energi potensial gas pembakaran juga bertambah. Apabila Wkinetik adalah
energi kinetik gas pembakaran dengan kecepatan V, massa sebelum
ditambah udara sekunder adalah m1 maka energi kinetiknya adalah
sebagai berikut:
Dengan penambahan massa dari udara sekunder m2, maka energy kinetic
menjadi:
Jadi, dapat dilihat Wkinetik,2 ( dengan udara sekunder) lebih besar dari
Wkinetik,1 (tanpa udara sekunder).
Proses pembakaran pada turbin gas memerlukan udara yang
berlebih, biasanya sampai 30% dari kondisi normal untuk proses
pembakaran dengan jumlah bahan bakar tertentu. Kondisi ini akan
berkebalikan, apabila udara pembakaran terlalu berlimpah (lebih
30%), udara justru akan mendinginkan proses pembakaran dan mati,
karena panas banyak terbuang ke luar melalui gas bekas yang
bercampur udara dingin sekunder. Dengan pemikiran yang sama, apabila
jumlah udara kurang dari normal, yaitu terjadi overheating, material ruang
bakar dan sudu-sudu turbin bekerja melampaui kekuatannya dan ruang
bakar dapat pecah, hal ini berarti turbin gas berhenti bekerja atau
proses pembakaran terhenti.
26
BAB IV
INTERCOOLER
Intercooler
Daya yang dihasilkan turbin sebagian besar digunakan oleh
kompresor. Daya ini bisa diturunkan dengan mengkompresi udara secara
dua tingkat dan menggunakan intercooler diantara kedua tingkat tersebut.
Pengaturan secara skematik untuk intercooler diperlihatkan oleh gambar
4.1.
27
Gambar 4.2 Diagram T-s untuk intercooling
28
Tb = Ti (Pd/Pi)(n-1)/n
dimana:
Tb = temperatur akhir kompresi
Ti = temperatur awal kompresi
pd = tekanan akhir kompresi
pi = tekanan hisap kompresi
n = faktor politropie ( n=1 ~n = 1,4)
dan persamaan kerja dari kompresor
29
Gambar 4.2 Diagram p-v kompresor bertingkat dengan intercooler
30
BAB V
MAINTENANCE DAN TROUBLESHOOTING TURBIN GAS
1. Preventive Maintenance.
Suatu kegiatan perawatan yang direncanakan baik itu secara rutin maupun
periodik, karena apabila perawatan dilakukan tepat pada waktunya akan
mengurangi down time dari peralatan. Preventive maintenance dibagi menjadi:
Running Maintenance. Suatu kegiatan perawatan yang dilakukan hanya
bertujuan untuk memperbaiki equipment yang rusak saja dalam satu unit.
Unit produksi tetap melakukan kegiatan.
Turning Around Maintenance. Perawatan terhadap peralatan yang sengaja
dihentikan pengoperasiannya.
Repair Maintenance. Perawatan yang dilakukan terhadap peralatan yang
tidak kritis, atau disebut juga peralatan-peralatan yang tidak mengganggu
jalannya operasi.
31
terjadi pada bagian utama, apakah peralatan tersebut berjalan dengan
normal atau tidak.
Corrective Maintenance.
Perawatan yang dilakukan dengan memperbaiki perubahan kecil yang
terjadi dalam disain, serta menambahkan komponen-komponen yang
sesuai dan juga menambahkan material-material yang cocok.
Break Down Maintenance.
Kegiatan perawatan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan atau kelainan
pada peralatan sehingga tidak dapat berfungsi seperti biasanya.
Modification Maintenance.
Pekerjaan yang berhubungan dengan disain suatu peralatan atau unit.
Modifikasi bertujuan menambah kehandalan peralatan atau menambah
tingkat produksi dan kualitas pekerjaan.
Shut Down Maintenance.
Kegiatan perawatan yang dilakukan terhadap peralatan yang sengaja
dihentikan pengoperasiannya.
Trobleshooting
Secara umum ada beberapa permasalahan yang sering terjadi pada PLTG :
Pengoperasian pembangkit LTG dalam waktu yang lama secara terus menerus,
dengan kondisi lingkungan yang berdebu (lingkungan tropis) semakin
mempercepat penurunan kinerja kompresor ditandai dengan menurunnya
tekanan.Kinerja kompresor dapat menerun dikaranakan adnya kontaminan deposit
yang menempel pada kompresor dan inlet guide vane. Semakin tebal deposit yang
menempel semakin menurun unjuk kerja kompresor.
Penurunan kinerja kompresor mengakibatkan penurunan output turbin gas, yang
mana menjadikan kinerja turbin gas mejadi menurun. Dengan menurunnya kinerja
kompresor dan turbin gas sangat mempegaruhi efisiensi pembangkit.
Permasalahan tersebut diatas dapat ditanggulangi lagi dengan melakukan
pembersihan pada kompresor(Compressor C leaning) atau pasir halus.
32
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan
1. Turbin gas adalah motor bakar yang terdiri dari tiga komponen
utama, yaitu : kompresor, ruang bakar, dan turbin
2. Bahan bakar untuk turbin gas harus memenuhi persyaratan tertentu
sebelum digunakan pada proses pembakaran. Persyaratan tersebut
yaitu bahan bakar mempunyai kadar abu yang tidak tinggi.
3. Kenaikan kerja kompresor sangat tidak menguntungkan, karena
kerja kompresor adalah negatif. Apabila kondisi ini diaplikasikan
pada kompresor turbin gas pada rasio tekanan tinggi, maka akan
banyak mengurangi daya dari turbin gas, hal ini akan
menurunkan efisiensi secara keseluruhan.
4. Persamaan energy pada turbin
𝑊𝑇 = 𝐽(ℎ𝑡𝑖 − ℎ𝑡𝑒 ) = 𝐽∆ℎ𝑡𝑇 = 𝐶𝑝 𝐽(𝑇𝑡𝑖 − 𝑇𝑡𝑒 )
𝑊𝑇𝑆 = 𝐽(ℎ𝑡𝑖 − ℎ𝑡𝑒𝑠 ) = 𝐽∆ℎ𝑡𝑇𝑠 = 𝐶𝑝 𝐽(𝑇𝑡𝑖 − 𝑇𝑡𝑒𝑠 )
33
DAFTAR PUSTAKA
34