Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KESEHATAN KERJA

DI PKS II DI PT. MUSIRAWAS CITRAHARPINDO


PADA TANGGAL 18 MEI 2017

KELOMPOK II
NANANG NATHA PERWIRA Amd.Kep
Ns. ARTA QUELLE TAMBUNAN S.Kep
TEGUH WICAKSONO Amd.Kep
ARIYANTI Amd.Kep
FITRIA WULANDARI Amd.Keb
MERY TRIYANA Amd.Keb

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


BAGI PARAMEDIS
DERANGGA, MEI 2017

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat
dan Kasih Karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Kesehatan kerja” tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi
persyaratan pelatihan Hiperkes Paramedis.

Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan dan pengarahan,
baik berupa materil maupun spiritual dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Sahat Silalahi, SE. MM. Selaku Kepala Pusat Hiperkes
2. Dr. Agung Cahyo T, MKKK
3. Dr. Sofi Kumala Dewi
4. Dr. Elprania
5. Rekan-rekan peserta pelatihan Hiperkes yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian makalah ini

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan jauh dari
kesempurnaan. Oleh Karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dengan harapan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan
perawat khususnya dalam peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kita
bekerja.

Derangga, 18 Mei 2017

Kelompok II

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………… 2

2
DAFTAR ISI……………………………………………………………. 3
BAB I
A. Latar Belakang…………………………………………………….. 4
B. Tujuan ………………………………………………………… ……. 5
C. Dasar Hukum………………………………………………………. 5
D. Profil Perusahaan…………………………………………………. 6
E. Alur Produksi……………………………………………………… 6

BAB II LANDASAN TEORI………………………………………….. 8


BAB III PEMBAHASAN……………………………………………… 13

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………………………………… 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan akan tenaga paramedis yang memiliki sertifikasi hiperkes baik sebagai perawat
ataupun dokter diperusahaan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena sebagai
persyaratan perundang-undangan (merujuk pada peraturan MENAKERTRANS No.
1/MEN/1976 mengenai wajib HIPERKES bagi dokter perusahaan dan MENAKERTRANS
No. 1/MEN/1979 tentang wajib HIPERKES bagi paramedis) . Perusahaan juga menerapkan

3
sistem manajemen K3 untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan, meningkatkan daya
saing perusahaan dan sebagai upaya dalam menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja.

Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi atau bebas dari masalah kesehatan kerja dan penyakit berhubungan
dengan kerja pada akhirnya dapat meningkatkan efesiensi dan produktivitas kerja.
Pabrik pengolahan kelapa sawit PT Musirawas Citraharpindo mengelola tandan buah segar
(TBS ) menjadi minyak sawit ( Crude Palm Oil : CPO) dan inti sawit (kernel) yang
berkualitas baik. Dan mendapat sertifikasi dari lembaga sertifikasi Indonesia tahun 2015.
PKS II ini telah beroperasi sejak tahun 2011dan telah menghasilkan produksi yang dapat
bersaing dengan produksi nasional lainnya. Peran pekerja sangat menentukan mutu dan
kwantitas dari hasil produksi perusahaan, dalam hal ini perlunya menjaga kesehatan para
pekerja agar dapat beraktivitas tanpa ada kendala tentang masalah kesehatan pekerja. Setelah
meninjau langsung ke PKS II kami menemukan beberapa masalah yang dapat mengganggu
kesehatan pekerja. Maka untuk meningkatkan mutu dan kwantitas produksi kami membuat
makalah tentang kesehatan kerja pada pekerja di PKS II PT. Musirawas Citraharpindo.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberi gambaran dan pengetahuan tentang kesehatan kerja pada pekerja di PKS II.
2. Tujuan khusus
a. Mampu mengidentifikasi masalah kesehatan kerja yang mungkin terjadi PKS II
b. Mampu menganalisa upaya yang perlu dilakukan terhadap masalah kesehatan yang mungkin
terjadi di PKS II
c. Sebagai bagian dari tugas akhir pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja

C. Dasar Hukum
Berikut ini adalah dasar hukum mengenai kesehatan kerja
1. Undang-undang No1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
2. Undang –undang republik indonesia no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

4
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per-01/MEN/1980 tentang
keselamatan dan kesehatan kerja pada Konstruksi bangunan
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per-04/MEN/1980 tentang syarat-
syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan
5. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. 186/MEN/1999 tentang penanggulangan kebakaran
ditempat kerja
6. Keputusan direktur jendral pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan Nomor Kep-
45/DJPPk/IX/2008 tentang pedoman keselamatan dan kesehatan kerja bekerja pada
ketinggian dengan menggunakan akses tali (Rope Akses).
7. Permenaker No. 02/MEN/1980 tentang pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dan
penyelenggaraan keselamatan kerja.

D. Profil Perusahaan
Nama Perusahaan : PKS II PT MUSIRAWAS CITRAHARPINDO
Alamat Perusahaan : Jl. Jend. Sudirman Km. 120,ds.Asam Baru
Jumlah Karyawan : 120 orang
Asuransi : BPJS (kesehatan, ketenagakerjaan, pensiun), MANULIFE
Jenis Usaha : Pengolahan kelapa sawit

Visi:
Meningkatan kinerjadan produktifitas kebun melalui suvervisi agronomi secara terpadu dan
berkesinambungan.

Misi:
1. Meningkatkan produktivitas PT. Musirawas Citraharpindo group melalui penanganan culture
teknis yang tepat dan terprogram.
2. Mencurahkan perhatian, tenaga, dan pikiran bagi kemajuan perusahaan, mengacu target Ton
CPO /hectare/tahun.
3. Menuingkatkan kesadaran dan kemampuan untuk mengembangkan diri dan berusaha menjadi
lebih baik dimasa yang akan datang.

5
4. Mewujudkan PT. Musirawas Citraharpindo group menjadi perusahaan yang menerapkan best
practices dalam pengelolahannya sehingga memiliki produktifitas yang tinggi, keunggulan
dan daya saing.

E. Alur Produksi
1. Stasiun penerimaan tandan buah segar (TBS)
Stasiun dimana pertama kali TBS diterima dimana semua kelengkapan dokumen asal usul
dan tonase buah dicatat dan di dokumentasikan. Terdapat tiga tahap dalam stasiun
penerimaan :
a. Truck tiba di PKS
b. Truck masuk dan di timbang ke PKS
c. Dikumpulkan ditempat pengumpulan buah kemudian di grading kemudian TBS di
pindahkan ke tempat perebusan.

2. Stasiun sterilizer
Tempat dimana dilakukan proses perebusan TBS dengan menggunakan panas dari uap yang
bertekanan tinggi. Fungsi utama rebusan yaitu untuk melepaskan berondolan dari
janjangannya.
3. Stasiun thersing
Proses pemisahan TBS yang telah direbus menjadi berondolan dan janjangan kosng dengan
system diputar dan dibanting. Fungsinya untuk mengirimkan berondolan rebusan kestasiun
threshing dengan pencapaian 60 ton TBS/jam dan meminimalkan loses CPO dijanjangan
kosong.
4. Stasiun press
Merupakan stasiun utama intinya pengambilan minyak dari TBS dan distasiun ini terjadinya
pemisahan fiber dan nut dengan CPO.
5. Stasiun clarifikasi
Tempat dimana proses penjernihan CPO dari ekstrasi stasiun press yang masih mengandung
sejumlah kadar air, lumpur, melalui tahapan-tahapan klarifikasi yang merupakan factor yang
sangat menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi CPO.
6. Stasiun kernel dan nut
Stasiun yang melakukan proses pencapaian efisiensi recoveri kernel yang maksimal dengan
kualitas produksi yang optimal dan loses yang minimal.
7. Stasiun kamar mesin
Merupakan pembangkit energy listrik yang digunakan didalam pabrik untuk mensuplai listrik
untuk mesin-mesin pabrik dan kantor. Peralatan yang ada dikamar mesin diesel genset, steam
turbin main swich board, distribution, back preasure vessel.
8. Stasiun boiler
Boiler atau katel uap merupakan stasiun untuk mengubah air menjadi uap bertekanan dengan
memanfaatkan energy hasil pembakaran.

6
9. Stasiun water treatmen
Tempat pengolahan air agar dapat digunakan untuk operasional pabrik.
10. Final effluent
Proses pengendalian limbah cair pabrik kelapa sawit yaitu proses perobakan secara aneorobik
yang berlangsung tanpa menggunakan oksigen untuk mendapatkan senyawa-senyawa limbah
menjadi energy dan nutrisi yang sesuai untuk kebutuhan.

BAB II
LANDASAN TEORI

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan standar kerja yang harus dipenuhi oleh
suatu perusahaan guna menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan produktif dengan
mengendalikan berbagai resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja. Ruang lingkup K3
terdiri dari aspek tenaga kerja, sistem kerja, sarana dan prasarana perusahaan. Sistem
manajemen K3 (SMK3) wajib diterapkan oleh perusahaan di indonesia dan memiliki
landasan hukum yang diatur dalam UUD 45 pasal 27 ayat 2, UU No. 1 1970, UU No. 13
tahun 2003 dan permenaker No. 5/MEN/1996.
Mangkunegara (2001:161) menyatakan program kesehtan kerja menunjukan pada kondisi
yang bebas dari fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
Kesehatan kerja (occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan factor potensial yang
mempengaruhi kesehatan pekerja.
Sedangkan menurut suma’mur (2001:161) kesehtan kerja merupakan psesialisasi ilmu
kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat memperoleh
derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik,mental, maupun social dengan usaha preventif
atau kuratif terhadap gangguan kesehatan yang diakibatkan factor pekerjaan dan lingkungan
kerja serta terhadap penyakit tertentu.
Suatu pencegahan kecelakaan kerja yang efektif memerlukan pelaksanaan pekerjaan dengan
baik oleh setiap orang ditempat kerja. Semua pekerja harus mengetahui bahaya dari bahan
dan peralatan yang mereka tangani, semua bahaya dari operasi perusahaan serta cara
pengendaliannya. Untuk itu diperlukan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan pekerja
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja atau dijadikan satu paket dengan pelatihan lain
(Depnaker RI, 1996:48).
Menurut ILO dalam ILO (1989:20) berbagai cara yang umum digunakan untuk
meningkatkan keselamatan kerja bidang industri dewasa ini diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Peraturan
Peraturan merupakan ketentuan yang harus dipatuhi mengenai hal-hal yang seperti
kondisi kerja umum, perancangan, kontruksi, pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan

7
pengoperasian peralatan industri, kewajiban para pengusaha dan pekerja, pelatihan,
pengawasan kesehatan, pertolongan pertama, dan pemeriksaan kesehatan.

b. Standarisasi
Yaitu menetapkan standar resmi, setengah resmi, ataupun tidak resmi, misalnya
mengenai konstruksi yang aman dari jenis peralatan industri tertentu, kebiasaan yang
aman dan sehat, ataupun tentang alat pengaman perorangan.
c. Pengawasan
Untuk meningkatkan keselamatan kerja perlu dilakukan pengawasan yang berupa usaha
penegakan peraturan yang harus dipatuhi. Hal ini dilakukan supaya peraturan yang ada
benar-benar dipatuhi atau tidak dilanggar, sehingga apa yang menjadi sasaran maupun
tujuan dari peraturan keselamatan kerja dapat tercapai. Bagi yang melanggar peraturan
tersebut sebaiknya diberikan sanksi atau punishment.
d. Riset Teknis
Hal yang termasuk dalam riset teknis berupa penyelidikan peralatan dan ciri-ciri dari
bahan berbahaya, penelitian tentang perlindungan mesin, pengujian masker pernafasan,
dan sebagainya. Riset ini merupakan cara paling efektif yang dapat menekan angka
kejadian kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.
e. Riset medis
Termasuk penyelidikan dampak fisiologis dan patologis dari faktor lingkungan dan
teknologi, serta kondisi fisik yang amat merangsang terjadinya kecelakaan. Setelah
diketahui faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan, maka seseorang
dapat menghindari dan lebih berhati-hati dengan potensi bahaya yang ada.
f. Riset Psikologis
Sebagai contoh adalah penyelidikan pola psikologis yang dapat menyebabkan
kecelakaan. Psikologis seseorang sangat membawa pengaruh besar dengan kecelakaan.
Karena apa yang dirasakan/sedang dialami cenderung terus menerus berada dalam
pikiran, hal inilah yang dapat mempengaruhi konsentrasi saat bekerja sehingga adanya
bahaya kadang terabaikan.
g. Riset Statistik
Digunakan untuk mengetahui jenis kecelakaan yang terjadi, berapa banyak, kepada tipe
orang yang bagaimana yang menjadi korban, dalam kegiatan seperti apa, dan apa saja
yang menjadi penyebabnya. Riset seperti ini dapat dijadikan sebagai pelajaran atau
acuan agar dapat terhidar dari kecelakaan, kerena belajar dari pengalaman yang
terdahulu.
h. Pendidikan
Hal ini meliputi pengajaran subyek keselamatan sebagai mata ajaran dalam akademi
teknik, sekolah dagang ataupun kursus magang. Pemberian pendidikan mengenai

8
keselamatan dan kesehatan kerja pada usia sekolah diharapkan sebelum siswa terjun ke
dunia kerja sudah memiliki bekal terlebih dahulu tentang bagaimana cara dan sikap
kerja yang yang aman dan selamat, sehingga ketika terjun ke dunia kerja mereka
mampu menghindari potensi bahaya yang dapat menyebabkan celaka.
i. Pelatihan
Salah satu contoh pelatihan yaitu berupa pemberian instruksi praktis bagi para pekerja,
khususnya bagi pekerja baru dalam hal keselamatan kerja. Perlunya pemberian
pelatihan karena pekerja baru cenderung belum mengetahui hal-hal yang ada di
perusahaan yang baru ditempatinya. Karena setiap tempat kerja mempunyai kebijakan
dan peraturan yang tidak sama dengan tempat kerja lain. Bahaya kerja yang ada juga
sangat berbeda.
j. Persuasi
Penerapan berbagai metode publikasi dan imbauan untuk mengembangkan ”kesadaran
akan keselamatan” dapat dijadikan sebagai contoh dari persuasi. Persuasi dapat
dilakukan anatar individu maupun melalui media seperti poster, spanduk, dan media
lainnya.
k. Asuransi
Dapat dilakukan dengan cara penyediaan dana untuk untuk meningkatkan upaya
pencegahan kecelakaan. Selain itu asuransi juga dapat digunakan untuk membantu
meringankan beban korban kecelakaan karena sebagian dari biaya di tanggung asuransi.
l. Tindakan Pengamanan oleh Masing-masing Individu.
Hal ini dilakukan dengan meningkatkan kesadaran tiap individu terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja. Peningkatan kesadaran dimulai dari diri sendiri kemudian
menularkannya kepada orang lain
Beberapa hal juga dapat mempengaruhi masalah kesehatan kerja dalam lingkungan yaitu P3K
berperan penting dalam mengurangi kerugian-kerugian yang timbul baik untuk tenaga kerja
maupun perusahaan. Oleh sebab itu pelaksanaan P3K ditempat kerja harus menjadi bagian
integral dari perlindungan terhadap keselamatan kerja dan secara tidak langsung dapat
menjaga kesehatan pekerja. Jumlah petugas ditempat kerja da isi kotak P3K diatur
ketentuannya dalam permenaker trans no.15/men/VIII/2008. Rasio jumlah petugas P3K
ditempat kerja dengan jumlah pekerja berdasarkan klasifikasi tempat kerja adalah sebagai
berikut :

Klasifikasi tempat kerja Jumlah pekerja Jumlah petugas P3K


Tempat kerja dengan potensi 25 – 150 1 orang
bahaya rendah
 150 1 orang untuk setiap 150

9
orang atau kurang
Tempat kerja dengan bahaya = 100 1 orang
potensi tinggi
 100 1 orang untuk setiap 100
orang atau kurang

Isi kotak P3K

No. Nama isi P3K Kotak A (untuk Kotak B (untuk 50 Kotak C (untuk
25 pekerja atau pekerja atau 100 pekerja atau
kurang) kurang) kurang)
1. Kasa steril terbungkus 20 40 40
2. Perban (lebar 5 cm) 2 4 6
3. Perban (lebar 10 cm) 2 4 6
4. Plester (lebar 1,25 cm) 2 4 6
5. Plester cepat 10 15 20
6. Kapas (25 gram) 1 4 6
7. Gunting 1 1 1
8. Peniti 12 12 12
9. Sarung tangan sekali 2 3 4
pakai (pasangan)
10. Masker 2 4 6
11. Pinset 2 1 1
12. Lampu senter 1 1 1
13. Gelas pencuci mata 1 1 1
14. Kantong plastic bersih 1 2 3
15. Aquadest 100 ml 1 1 1
larsaline
16. Povidon lodin 60 ml 1 1 1
17. Alcohol 70 % 1 1 1
18. Buku panduan P3K 1 1 1

10
ditempat kerja
19. Buku catatan 1 1 1
20. Daftar isi kotak 1 1 1

11
BAB III
PEMBAHASAN

No Peluang Potensi Lokasi Analisa Rekomendasi Peraturan


Bahaya Kesehatan
1. Penggunaan APD tidak PKS II memiliki rambu tatacara penggunaan Penggunaaan APD Peraturan menteri
sesuai dengan rambu APD yang benar dan pekerja tidak semuanya dengan benar akan bisa tenaga kerja dan
menerapkan dengan benar sesuai dengan rambu menghindarkan diri transmigrasi no.
yang ada. pekerja dari masalah 03/men/1982 tentang
kesehatan kerja. pelayananan kesehatan
kerja

2. Kotak P3K yang Kurangnya obat-obatan dan bahan yang Pelengkapan obat- Peraturan menteri
kurang lengkap isi nya diperlukan pada P3K yang ada di beberapa obatan dan bahan yang tenaga kerja dan
kotak P3K PKS II diperlukan untuk kotak transmigrasi No.
P3K sesuai dengan 15/men/VIII/2008
Materi ajar table. 16.2 tentang pertolongan
hal. 137. pertama pada kecelakan
kerja
3. Bak sampah yang tidak Penggolongan limbah/sampah meliputi warna Penggolongan jenis Peraturan menteri
sesuai dengan rambu hijau organik, warna kuning anorganik, dan limbah/ sampah akan perburuhan no.7 tahun
12
penggolongan sampah. warna merah B3 (barang berbahaya dan mempermudah 1964 tentang syarat
beracun). Tidak adanya tempat limbah warna mengelola dan memilih kesehatan kebersihan
hijau dan merah ditempat yang tersedia. limbah tersebut agar serta penerangan dalam
tidak menimbulkan tempat kerja
masalah kesehatan
kerja.
4. Kurangnya kebersihan Parit dalam lingkungan kerja PKS II terlihat Parit yang bersih dan Peraturan menteri
parit dalam lingkungan kotor dan ada botol bekas minuman dan warna terawat akan tenaga kerja dan
kerja air yang menghitam. mempercantik transmigrasi no.
keindahan ditempat 03/men/1982 tentang
tersebut, bila parit itu pelayananan kesehatan
kotor maka bisa kerja
menimbulkan masalah
kesehatan kerja seperti
typus, dan diare.

13
14
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil identifikasi tanggal 18 mei 2017 di PKS II
PT.Musirawas Citraharpindo P3K dan rambu APD sudah terkelolah dengan
baik hanya perlu sosialisai dalam penggunaannya ditempat kerja agar bisa
terhindar dari masalah kesehatan kerja. Peningkatan kebersihan lingkungan
kerja juga menjadi prioritas dalam menigkatan angka kesehatan kerja.
SARAN
1. Bagi Perusahaan
Diharapkan PKS II dapat mensosialisasikan P3K, APD dan kebersihan
lingkungan bekerja sama dengan departemen yang terkait untuk
mencegah terjadinya masalah kesehatan kerja
2. Bagi Pekerja
Agar pekerja dapat memahami dan melaksanakan kesehatan kerja yang
berpengaruh pada meningkatkan produktivitas perusahaan

3. Bagi Peserta Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja


Agar peserta dapat memahami dan mengaplikasikan kesehatan kerja
ditempat kerja masing masing peserta.

15

Anda mungkin juga menyukai