Modul Teknik Bangunan - 1 - 24 PDF
Modul Teknik Bangunan - 1 - 24 PDF
Penulis:
1. Kata Pengantar
Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami keterbelakangan. Keterbelakangan tersebut
disebabkan oleh (1) pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan penyelenggara bukan untuk
peserta didik; (2) pembelajaran yang diselenggarakan bersifat pemindahan isi (content transmission).
Tugas pengajar hanya sebagai penyampai pokok bahasan. Mutu pengajaran menjadi rendah karena
yang diukur hanya daya serap sesaat yang dungkap lewat proses penilaian hasil belajar yang artifisial.
Pengajaran tidak diarahkan kepada partisipasi total peserta didik yang pada akhirnya dapat melekat
sepenuhnya dalam diri peserta didik; (3) aspek afektif cenderung terabaikan; (4) diskriminasi
penguasaan wawasan yang terjadi akibat anggapan bahwa yang di pusat mengetahui segalanya
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dibandingkan dengan yang di daerah, yang di daerah merasa mengetahui semuanya dibandingkan
dengan yang di cabang, yang di cabang merasa lebih tahu di bandingkan dengan yang di ranting,
begitu seterusnya. Jadi, diskriminasi sistematis terjadi akibat pola pembelajaran yang subjek—objek;
dan (5) pengajar selalu mereduksi teks yang ada dengan harapan tidak salah melangkah. Teks atau
buku acuan dianggap segalanya jika telah menyampaikan isi buku acuan berhasillah dia.
Dapat pula dikatakan bahwa sistem pendidikan yang ada selama ini ibarat sebuah bank.
Peserta didik diberikan pengetahuan agar kelak mendatangkan hasil yang berlipat-lipat. Peserta didik
lantas diperlakukan sebagai bejana kosong yang akan diisi, sebagai sarana tabungan. Guru atau
pelatih adalah subjek aktif. Peserta didik adalah subjek pasif yang penurut dan diperlakukan tidak
berbeda. Pendidikan akhirnya bersifat negatif dengan guru memberikan informasi yang harus ditelan
oleh peserta didik yang wajib diingat dan dihapalkan. Berikut daftar antagonis pendidikan gaya bank
yang sangat magis dan naif.
guru mengajar murid belajar
guru tahu segalanya murid tidak tahu apa-apa
guru berpikir murid dipikirkan
guru bicara murid mendengarkan
guru mengatur murid diatur
guru memilih dan memaksakan pilihannya murid menuruti
guru bertindak murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan guru
guru memilih apa yang diajarkan murid menyesuaikan diri
guru mengacaukan wewenang wawasan yang dimilikinya dengan wewenang profesionalismenya
dan mempertentangkannya dengan kebebasan murid
guru adalah subjek proses belajar murid objeknya.
Oleh karena guru atau pelatih menjadi pusat segalanya. Karenanya menjadi hal yang wajar
jika murid mengidentifikasikan diri seperti gurunya sebagai prototipe manusia ideal yang harus ditiru
dan digugu serta diteladani dalam segala hal. Implikasinya, kelak murid-murid itu sebagai duplikasi
guru mereka dulu. Pada saat itu, akan lahir generasi baru yang penindas. Jadi, penindasan bisa jadi
diawali dari dunia pendidikan.
Berdasar beragam kesenjangan dan kelemahan praktik pendidikan, khususnya pembelajaran
tersebut, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005,
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 mengamanatkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi
dan kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi akademik, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial. Bahkan, untuk memenadu impelementasi kompetensi pedagogis di kelas,
diterbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses yang
mengatur aktivitas guru menyusun perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan
pengevaluasiannya. Tiap guru dituntut mengembangkan kapasitasnya secara optimal, kreatif, dan
adaptif dalam situasi yang cepat berubah.
Sistem transformasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap di sekolah dikembangkan agar
sesuai dengan karakteristik siswa. Sistem transformasi itu dikembangkan melalui model-model
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). Model PAIKEM
merupakan model pembelajaran yang dipayungi oleh teori psikologi mutakhir, antara lain kognitif,
konstruktivistik, dan humanistik yang menekankan pada belajar untuk menjadi tahu ( learning to
model-model pembelajaran, dan contoh pembelajaran PAIKEM. Setelah itu, Anda dapat menguatkan
pemahaman melalui rangkuman dan evaluasi yang terdapat pada modul ini. Selamat belajar modul
ini. Salam PAIKEM!
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat:
a. mengenali PAIKEM baik dari segi konsep dan ciri-ciri nya;
b. mengenali selayang pandang teori belajar yang melandasi model-model PAIKEM;
c. mengidentifikasi model- model pembelajaran berbasis PAIKEM sehingga dapat membedakan
model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lain;
d. mengenali contoh-contoh kegiatan pembelajaran yang berbasis PAIKEM.
Sebelum mempelajari modul ini, Anda diharapkan memahami teori belajar dan karakteristik
peserta didik agar lebih menguatkan pemahaman Anda tentang PAIKEM. Agar isi modul dapat
melekat dalam pengalaman belajar Anda, cara penggunaan modul ini perlu Anda cermati dengan
seksama. Berikut ini cara menggunakan modul tersebut.
a. Lakukanlah orientasi modul terdahulu dengan membaca sekilas dari awal sampai akhir modul.
b. Bacalah daftar isi untuk memberikan pemahaman awal tentang isi modul.
c. Cermati dengan seksama tujuan, prasyarat, dan cara menggunakan modul untuk membekali
arah yang akan dituju dalam mempelajari modul ini.
d. Bacalah secara cermat dari pengantar sampai pada rangkuman.
e. Contoh pembelajaran berbasis PAIKEM pada modul ini hanya sebatas ilustrasi sebagian, Anda
dapat mengembangkan dan menerapkan dengan contoh-contoh lainnya di kelas masing-masing.
f. Silahkan menguji diri melalui mengerjakan evaluasi dengan cara menjawab pertanyaan yang
ada pada evaluasi.
g. Berdiskusilah dengan teman lain tentang isi modul ini untuk memperdalam kemampuan Anda di
bidang PAIKEM.
dalam pembentukan kebiasaan yaitu kekerapan dan kebaruan. Prinsip kekerapan menyatakan
bahwa makin kerap individu bertindak balas terhadap suatu stimuli, apabila kelak muncul lagi stimuli
itu maka akan lebih besar kemungkinan individu memberikan respon yang sama terhadap stimuli
tersebut.
Edwin Guthrie berdasarkan konsep contiguity menyatakan bahwa suatu kombinasi stimuli
yang dipasangkan dengan suatu gerakan akan diikuti oleh gerakan yang sama apabila stimuli tersebut
muncul kembali. Pergerakan ini diperoleh melalui latihan. Guthrie juga mengemukakan prinsip tentang
pembinaan dan perubahan kebiasaan. Pada dasarnya pembinaan dan perubahaan kebiasaan dapat
dilakukan melalui threshold method (metode ambang), the fatigue method (metode meletihkan), dan
the incompatible response method (metode rangsangan tidak serasi).
Thorndike berpendapat bahwa belajar pada dasarnya merupakan pembinaan hubungan
antara stimuli tertentu dengan respon tertentu. Semua proses belajar dilakukan dengan coba-salah
(trial and error). Ada tiga hukum dalam hal tersebut yaitu (1) hukum hasil (law of effect), (2) hukum
latihan (law of exercise), (3) hukum kesiapan (law of readiness). Skinner menyatakan bahwa
peneguhan (reinforcement) memegang peran penting dalam mewujudkan tindak balas baru.
Peneguhan diartikan sebagai suatu konsekuensi perilaku yang memperkuat perilaku tertentu.
Kegiatan belajar mengajar berdasarkan prinsip-prinsip Behavioristik merupakan kegiatan
belajar figuratif. Belajar seperti ini hanya menekankan perolehan informasi dan penambahan
informasi. Belajar merupakan proses dialog imperatif, bukan dialog interaktif. Belajar bukan proses
organik dan konstruktif melainkan proses mekanik. Aktivitas belajar didominasi oleh kegiatan
menghafal dan latihan.
Perkembangan kognitif yang digambarkan oleh Peaget merupakan proses adaptasi intelektual.
Proses adaptasi tampak pada asimilasi, akomodasi, dan equilibration. Asimilasi ialah proses
perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur kognitif (skemata) yang ada sebelumnya.
Pengintegrasian informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Akomodasi
adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi. Equilibration adalah pengaturan diri
secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Dengan demikian
proses belajar terjadi jika mengikuti tahap-tahap tersebut.
Menurut Bruner, kognitif berkembang melalui tiga tahap yaitu, enaktif (melakukan aktivitas
memahami lingkungan), ikonik (memahami objek melalui gambar dan visualisasi verbal), dan
simbolik (memiliki ide abstrak yang dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa dan berlogika).
Jika Jean Peaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif sangat berpengaruh terhadap
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Behavioristik Konstruktivistik
Pengetahuan adalah objektif, pasti, dan Pengetahuan adalah non-objective, tempo- rer,
tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah selalu berubah, dan tidak menentu
terstruktur dengan rapi.
Belajar adalah perolehan pengetahuan, Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari
sedang mengajar adalah memindah pengalaman konkret, aktivitas kolaboratif, dan
pengetahuan ke orang yang belajar. refleksi serta interpretasi. Mengajar adalah
menata lingkungan agar siswa termotivasi dalam
menggali makna dan menghargai ketidakmampuan
ORIENTATION
ELICITATION OF IDEAS
RESTRUCTURING OF
IDEAS
Evaluation
APPLICATION OF IDEAS
REVIEW CHANGE IN
IDEAS
a. Orientasi merupakan fase untuk memberi kesempatan kepada siswa memperhatian dan
mengembangkan motivasi terhadap topik materi pembelajaran.
b. Elicitasi merupakan fase untuk membantu siswa menggali ide-ide yang dimilikinya dengan
memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan
dasar atau ide mereka melalui poster, tulisan yang dipresentasikan kepada seluruh siswa.
c. Restrukturisasi ide dalam hal ini siswa melakukan klarifikasi ide dengan cara
mengkontraskan ide-idenya dengan ide orang lain atau teman melalui diskusi. Berhadapan
Teori belajar sosial (Humanistik) diperkenalkan oleh Albert Bandura (1977--1986) yang
menjelaskan tentang pengaruh penguatan dari luar diri atau lingkungan seorang siswa. Aktivitas
kognitif dalam diri siswa (kemampuan) belajar iswa dilaului dengan cara “modelling” atau mencontoh
perilaku orang lain. Teori ini mementingkan pilihan pribadi, kreativitas, dan aktualisasi dari setiap
individu yang belajar.
Bandura mengemukakan ada 6 (enam) prinip yang mendasar dalam menerapkan teori belajar
Humanistik, yaitu (1) menyatakan perilaku, (2) kemampuan membuat atau memahami
simbol/tanda/lambang, (3) kemampuan berpikir ke depan, (4) kemampuan untuk seolah-olah
mrngalami sendiri apa yang dialami orang lain, (5) kemampuan mengatur diri sendiri dan (6)
kemampuan untuk berefleksi.
8. Rangkuman
a. Belajar menurut perspektif Behavioristik adalah perubahan perilaku sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungannya. Proses interaksi tersebut merupakan hubungan antara stimuli
(S) dan respon (R). Muara belajar adalah terbentuknya kebiasaan.
b. Teori Kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral meskipun hal-
hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar. Belajar
adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, danmenggunakan pengetahuan.
Belajar menurut teori kognitif adalah perceptual.
c. Pandangan belajar menurut teori Konstruktivistik memandang bahwa ilmu pengetahuan harus
dibangun oleh siswa di dalam benaknya sendiri melalui pengembangan proses mentalnya, dan
siswalah yang membangun dan menciptakan makna pengetahuannya.
d. Belajar menurut pandangan teori sosial (Humanistik) merupakan suatu proses di mana siswa
mengembangkan kemampuan pribadi yang khas dalam bereaksi terhadap lingkungan sekitar.
Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa tersebut mengembangkan kemampuan terbaik dalam
diri pribadinya.
e. Bandura mengemukakan ada 6 (enam) prinip yang mendasar dalam menerapkan teori belajar
humanistik yaitu: (1) menyatakan perilaku, (2) kemampuan membuat atau memahami
simbol/tanda/lambang, (3) kemampuan berpikir ke depan, (4) kemampuan untuk seolah-olah
mrngalami sendiri apa yang dialami orang lain, (5) kemampuan mengatur diri sendiri, dan (6)
kemampuan untuk berefleksi.
9. Pelatihan
a. Jelaskan perbedaan antara teori behavioristik dan konstrukstif dalam hal
1) Belajar
2) Mengajar
3) Kedudukan peserta didik
4) Pengetahuan
5) Fungsi Mind
b. Jelaskan secara runtut perkembangan teori belajar behavioristik berdasarkan prespektif
sekurang-kurangnya dua tokoh yang Anda ketahui!
c. Jelaskan secara runtut tahapan perkembangan kognitif anak menurut Piaget!
d. Jelaskan perbedaan penerapan kegiatan pembelajaran yang menganut pandangan teori
belajar behavioristik dan konstruktivistik secara aplikatif yang selama ini telah Anda lakukan!
e. Jelaskan 6 (enam) prinip yang mendasar dalam menerapkan teori belajar humanistik yang
dikemukan oleh Bandura!
Banyak guru yang apatis untuk terus membangun prestasi. Sikap apatis tersebut biasanya
dipengaruhi oleh usia yang menjelang pensiun, kondisi tempat mengajar yang tidak mendukung,
teman-teman lain yang juga apatis, serta kepala sekolah yang tidak menuntut apa-apa dari guru.
Hilman (sebut saja begitu) suatu saat berkata, "Mengapa bersusah payah, kan sebentar lagi pensiun",
jawabnya dengan enteng ketika ditanya tentang mengapa tidak kreatif. Kebiasaan mengajar
dijalaninya seperti biasanya. Kebiasaan itu telah dibangunnya dari 20 tahun yang lalu. Jadi, gaya
mengajar saat ini sama dengan gaya mengajar 20 tahun yang lalu. Padahal, rentang tahun yang
begitu panjang amat baik jika diisi dengan perubahan positif gaya mengajar.
Lain lagi dengan Dewi (nama disamarkan), apa yang dilakukannya tidak sedikit pun
mencerminkan perubahan karena teman guru di sekolahnya tidak aktif dan tidak berprestasi. "Maunya
sih kreatif dan kepingin berprestasi, tapi teman lain juga biasa-biasa saja. Saya ya ngikut aja", ujarnya
tanpa beban. Ungkapan seperti tersebut tampaknya juga dilakukan oleh guru-guru yang lainnya.
Budi (lagi-lagi nama samaran) sangat jengah karena kreativitas yang pernah dimunculkannya suatu
waktu tidak mendapatkan tanggapan dari kepala sekolahnya. Sejak kejadian itu, Budi pasif dan apatis.
Tidak ada satu pun pembaharuan dilakukannya.
Dari ilustrasi di atas, terlihat bahwa pengaruh lingkungan tempat berkomunitas teramat kuat.
Pengaruh diri sendiri tidak muncul. Bahkan, pengaruh diri sendiri tenggelam jauh di lubuk hati. Untuk
itu, agar dapat kreatif, Anda harus berani menutup kran pengaruh dari luar. Guru kreatif
menggunakan kata jangan berikut.
1) Jangan membayangkan sesuatu itu sulit dan akan menemui kegagalan sebelum Anda mencoba
beberapa kali.
2) Jangan takut dengan alat dan bahan yang sulit didapat
3) Jangan berpikiran bahwa kreatif itu berkaitan dengan dana besar
4) Jangan beranggapan bahwa kreativitas itu membutuhkan waktu yang banyak.
5) Jangan percaya dengan anggapan bahwa untuk kreatif dibutuhkan pemikiran yang mendalam.
6) Jangan memvonis bahwa kreativitas itu milik orang-orang tertentu.
7) Jangan menuduh bahwa diri Anda tidak dapat kreatif.
8) Jangan takut bertanya kepada siapa saja.
9) Jangan terlalu asyik dengan kebiasaan selama ini
10) Jangan mudah putus asa, mudah jenuh, mudah marah, dan mudah mengatakan gagal.
Mengajar merupakan tugas yang sangat kompleks. Menurut Arends (dalam Kardi dan Nur,
2000:6), menjadi seorang guru yang berhasil memerlukan sifat-sifat sebagai berikut.
1) Guru yang berhasil memiliki kualitas pribadi yang memungkinkan ia mengembangkan hubungan
kemanusiaan yang tulus dengan siswa, orang tua, dan kolega-koleganya.
Dryden dan Vos (2000:296) secara khusus menyarankan kepada guru agar menggunakan
enam kiat mengajar dengan efektif apabila mengharapkan hasil belajar siswa secara maksimal.
Keenam kiat mengajar dengan efektif di kelas sebagai berikut.
1) Ciptakan kondisi yang benar
a) Orkestrakan lingkungan;
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Salah satu bentuk yang diujicobakan dalam sekolah rintisan adalah pendekatan PAIKEM.
PAIKEM adalah sebuah istilah untuk menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang
agar mengaktifkan peserta didik, mengembangkan inovasi dan kreativitas sehingga proses
pembelajaran efektif dalam suasana menyenangkan. Pembelajaran tersebut juga dikenal dengan
nama Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang lazim disebut pembelajaran
CTL.
Pembelajaran aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan
suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, menanyakan, dan mengemukakan
gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran informasi atau pengetahuan dari
guru belaka.
tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran yang di dalamnya terdapat kohesi yang
kuat antara guru dan peserta didik dalam suasana yang sama sekali tidak ada tekanan, baik fisik
maupun psikologis. Jika pembelajaran berada dalam kondisi tekanan, maka akan mengerdilkan pikiran
siswa, sedangkan kebebasan apapun wujudnya akan dapat mendorong terciptanya iklim
pembelajaran (learning climate) yang kondusif.
Berdasarkan uraian di atas, sudahkan Anda memahami PAIKEM? Dapatkah Anda
menyebutkan ciri-ciri PAIKEM? Cobalah cocokkan pemahaman Anda tentang PAIKEM dengan uraian
berikut. PAIKEM mengambarkan hal-hal sebagai berikut:
1) Peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2) Guru menggunakan berbagai media pembelajaran dan berbagai cara untuk membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan
pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik.
3) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan
menyediakan ‘pojok baca’ dan memajang hasil karya siswa.
4) Guru menerapkan strategi pembelajaran yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara
belajar kelompok.
5) Guru mendorong peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam peserta didik dalam menciptakan
lingkungan sekolahnya.
Tabel 2.1 Tingkat Kemampuan Guru yang harus Dikuasai dalam Pembelajaran
Kemampuan Guru Kegiatan Belajar Mengajar
1. Guru merancang dan Guru melaksanakan KBM, mendorong peserta didik berperan aktif
mengelola pembelajaran yang dalam kegiatan yang beragam, misalnya:
mendorong peserta didik untuk Percobaan
berperan aktif dalam Diskusi kelompok
pembelajaran. Memecahkan masalah
Mencari informasi
Menulis laporan/cerita/puisi
Berkunjung keluar kelas
2. Guru menggunakan media Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal:
pembelajaran dan sumber - media yang tersedia atau yang dibuat sendiri
belajar yang beragam. - gambar
- studi kasus
- nara sumber
- lingkungan
3. Guru memberi kesempatan Peserta didik:
kepada peserta didik untuk melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara
sehari-hari. sehari-hari
7. Menilai proses pembelajaran Guru memantau kerja peserta didik
dan kemajuan belajar peserta Guru memberikan umpan balik
didik secara terus menerus.
Berdasarkan paparan tersebut, hubungan antara teori, model pembelajaran PAIKEM , dan CTL
dapat digambarkan sebagai berikut.
a. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan oleh John Dewey dan Herbert Thelan. Menurut
Dewey seharusnya kelas merupakan cerminan masyarakat yang lebih besar. Thelan telah
mengembangkan prosedur yang tepat untuk membantu para siswa bekerja secara berkelompok.
Tokoh lain adalah ahli sosiologi Gordon Alport yang mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam
kelompok akan memberikan hasil lebih baik. Menurut Shlomo Sharan dalam model pembelajaran
kooperatif haruslah diciptakan setting kelas dan proses pengajaran yang mensyaratkan adanya
kontak langsung, berperan serta dalam kerja kelompok dan adanya persetujuan antar anggota
dalam kelompok.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai sintaks tertentu yang merupakan ciri khususnya.
Tabel 2.2 berikut ini adalah sintaks model pembelajaran kooperatif dan perilaku laku guru pada setiap
sintaks.
Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif seperti tipe STAD ( Student Teams
Achievement Division), tipe Jigsaw dan investigasi kelompok dan pendekatan struktural.
pelajarannya. Siswa dalam kelompok kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami
bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, atau melakuan diskusi. Setiap periode waktu tertentu, misalnya
dua minggu siswa diberi kuis. Kuis tersebut menghasilkan skor, dan tiap individu dapat diukur skor
perkembangannya.
2). Jigsaw
Tipe Jigsaw diterapkan dengan membagi siswa dalam kelompok dengan 5 atau 6 orang
anggota kelompok belajar heterogen. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks.
Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari bahan yang diberikan
tersebut. Sebagai contoh, jika materi yang diajarkan itu adalah hirarki kehidupan dalam ekosistem,
seorang siswa mempelajari tentang populasi, siswa lain mempelajari tentang komunitas, siswa lain
lagi belajar tentang ekosistem, dan yang terakhir belajar tentang biosfer. Anggota dari kelompok lain
yang mendapat tugas topic yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topic tersebut. Kelompok ini
disebut kelompok ahli. Setelah berdiskusi dalam kelompok ahli selama selang waktu tertentu, setiap
anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menyampaikan apa yang telah didiskusikan di
dalam kelompok ahli kepada teman-temannya dalam kelompok asal. Evaluasi dilakukan pada
kelompok asal (lihat gambar 112)
1 2 1 2 1 2 1 2 Kelompok asal
3 3 3 3
1 1 2 2 3 3
Kelompok ahli
1 1 2 2 3 3
Gambar 1.2
Model Kooperatif Tipe Jigsaw
Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap kelompok asal
3) Investigasi Kelompok
Dalam penerapan Investigasi Kelompok guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok
dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Untuk beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk
dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu.
Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan diteruskan melakukan penyelidikan yang
mendalam atas topik yang dipilih itu. Akhirnya kelompok-kelompok tersebut akan menyiapkan dan
mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
Pendekatan
Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw Investigasi Kelompok
Struktural
Tujuan Informasi akademik Informasi akademik Informasi akademik Informasi
kognitif sederhana sederhana tingkat tinggi & ketr. akademik
inkuiri sederhana
Tujuan Kerja kelompok dan Kerja kelompok dan Kerjasama dalam Keterampilan
sosial kerja sama kerja sama kelompok kompleks kelompok an
keterampilan
sosial
Struktur tim Kelompok Kelompok belajar Kelompok belajar Bervariasi, berdua,
heterogen dengan heterogen dengan 5-6 dengan 5-6 anggota bertiga, kelompok
4-5 orang anggota orang anggota heterogen dengan 4-6
menggunakan pola anngota.
kelompok ”asal” dan
kelompok ”ahli”
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
diuraikan sebelumnya. Model pengajaran berdasarkan masalah mempunyai ciri umum, yaitu
menyajikan kepada siswa tentang masalah yang autentik dan bermakna yang akan memberi
kemudahan kepada para siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Model ini juga mempunyai
beberapa ciri khusus yaitu adanya pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus pada keterkaitan
antar disiplin ilmu, penyelidikan autentik, menghasilkan produk/karya dan memamerkan produk
tersebut serta adanya kerja sama. Sebagai contoh masalah autentik adalah ”bagaimanakah kita dapat
memperbanyak bibit bunga mawar dalam waktu yang singkat supaya dapat memenuhi permintaan
pasar” Apabila pemecahan terhadap masalah ini ditemukan, maka akan memberikan keuntungan
secara ekonomis. Masalah seperti ”bagaimanakah kandungan klorofil daun pada tumbuhan-tumbuhan
yang tumbuh pada tempat yang tingkat intensitas cahanyanya berbeda” merupakan masalah
akademis yang apabila ditemukan jawabannya belum dapat memberi manfaat praktis secara
langsung.
Landasan teoretik dan empirik model pengajaran berdasarkan masalah adalah gagasan dan ide-
ide para ahli seperti Dewey dengan kelas demokratisnya, Piaget yang berpendapat bahwa adanya
rasa ingin tahu pada anak akan memotivasi anak untuk secara aktif membangun tampilan dala otak
mereka tentang lingkungan yang mereka hayati, Vygotsky yang merupakan tokoh dalam
pengembangan konsep konstruktivisme yang merupakan konsep yang dianut dalam model
pengajaran berdasarkan masalah.
Model pengajaran berdasarkan masalah juga mempunyai sintaks tertentu yang merupakan ciri
khas dari model ini. Tabel 2.5 berikut ini adalah sintaks model pengajaran berdasarkan masalah dan
tingkah laku guru pada setiap tahap sintaks.
e. Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi
menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu
bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan menulis.
Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan membaca. Materi kebahasaan diintegrasikan dengan
keterampilan bahasa. Sedangkan, antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa
bidang studi. Misalnya, antara bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi
lainnya.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang studi lebih banyak digunakan.
Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara langsung menyodorkan materi kalimat ke siswa tetapi
diawali dengan membaca atau yang lainnya. Perpindahannya diatur secara tipis. Bahkan, guru yang
pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat menyebabkan siswa tidak merasakan
perpindahan materi.
Pengintegrasian diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang perlu dimiliki siswa.
Materi tidak dipisah-pisahkan. Materi ajar justru merupakan kesatuan yang perlu dikemas secara
menarik.
f. Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema
yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah bahwa tema bukanlah tujuan
tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan
disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, kongkret, dan konseptual.
Tema yang telah ditentukan haruslah diolah dengan perkembangan lingkungan siswa yang
terjadi saat ini. Budaya, sosial, dan religiusitas mereka menjadi perhatian. Begitu pula, isi tema
disajikan secara kontemporer sehingga siswa senang. Apa yang terjadi sekarang di lingkungan siswa
juga harus terbahas dan terdiskusikan di kelas. Kemudian, tema tidak disajikan secara abstrak tetapi
diberikan secara kongkret. Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang
g. Metode Kuantum
Metode Pembelajaran kuantum (Quantum Learning and Teaching) dimulai di Super Camp,
sebuah program percepatan berupa Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu
sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan
akademis dan keterampilan pribadi (DePorter, 1992). Metode kuantum diciptakan berdasarkan teori
pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intellegences (gardner), Neuro-Linguistic
Programming (Grinder dan Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative
Learning (Johnson dan Johnson), dan Element of Effective Instruction (Hunter).
Dalam QL, yang dipentingkan adalah pemercepatan belajar, fasilitasi, dan konteks dengan
prinsip segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum menemukan, akui setiap
usaha pembelajar, dan jika layak dipelajari berarti layak untuk dirayakan. QL menutamakan konteks
dan isi. Konteks berisi tentang (1) suasana yang memberdayakan, (2) landasan yang kukuh, (3)
lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Kemudian isi terdiri atas (1)
penyajian yang prima, (2) fasilitas yang luwes, (3) keterampilan belajar untuk belajar, dan
keterampilan hidup.
Metode kuantum mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar. Ada lima
prinsip yang mempengaruhi seluruh aspek metode kuantum. Prinsip tersebut adalah (1) segalanya
berbicara, (2) segalanya bertujuan, (3) pengalaman sebelum pemberian nama, (4) akui setiap usaha,
dan (5) jika layak dipelajari, layak pula dirayakan. Konteks dan isi sangat mendominasi dalam
pelaksanaan pembelajaran kuantum. Konteks adalah latar untuk pengalaman pembelajaran. Konteks
dianggap sebagai suasana yang mampu memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang
mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Sedangkan isi berkaitan dengan penyajian yang
prima, fasilitas yang luwes, keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.
Keranngka perancangan pembelajaran kuantum lebih popular dengan istilah TANDUR, yaitu
1) TUMBUHKAN : sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan AMBAK
2) ALAMI: berikan pengalaman belajar dan kebutuhan untuk mengetahui
3) NAMAI: berikan data yang tepat saat minat memuncak
4) DEMONSTRASIKAN: kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan data
baru
5) ULANG: rekatkan gambaran keseluruhan”saya tahu”
6) RAYAKAN: jika layak dipelajari, layak pula dirayakan
Oleh metode kuantum, siswa dianggap sebagai pusat keberhasilan belajar. Saran-saran yang
dikemukakan dalam membangun hubungan dengan siswa adalah:
perlakukan siswa sebagai manusia sederajat;
ketahuilah apa yang disukai siswa, cara pikir mereka, dan perasaan mereka;
bayangkan apa yang mereka katakan kepada diri sendiri dan mengenai diri sendiri;
ketahuilah apa yang menghambat mereka untuk memperoleh hal yang benar-benar mereka
inginkan jika guru tidak tahu tanyakanlah ke siswa;
berbicaralah dengan jujur kepada mereka dengan cara yang membuat mereka mendengarnya
dengan jelas dan halus; dan
bersenang-senanglah bersama mereka.
Dalam metode partisipatori, siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek. Namun, bukan berarti
guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar,
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
tulisan dinding, dan sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi,
pandai berperan sebagai mediator, dan kreatif. Konteks siswa menjadi tumpuan utama.
Menurut Freire (dalam Fakih, 2001:58) Pemandu diharapkan memiliki watak sebagai berikut.
Kepribadian yang menyenangkan dengan kemampuannya menunjukkan persetujuan dan apa
yang dipahami partisipan.
Kemampuan sosial dengan kecakapan menciptakan dinamika kelompok secara bersama-sama
dan mengontrolnya tanpa merugikan partisipan.
Mampu mendesain cara memfasilitasi yang dapat membangkitkan partisipan selama proses
berlangsung.
Kemampuan mengorganisasi proses dari awal hingga akhir.
Cermat dalam melihat persoalan pribadi partisipan dan berusaha memberikan jalan agar
partisipan menemukan jalannya.
Memilki ketertarikan kepada subjek belajar.
Fleksibel dalam merespon perubahan kebutuhan belajar partisipan.
Pemahaman yang cukup atas materi pokok kursus.
Berikutnya, metode partisipatori mempunyai ciri-ciri pokok:
belajar dari realitas atau pengalaman,
tidak menggurui, dan
dialogis.
Kemudian, panduan prosesnya disusun dengan sistem daur belajar dari pengalaman yang
distrukturkan saat itu (structural experiences learning cycle). Proses tersebut sudah teruji sebagai
suatu proses yang memenuhi tuntutan pendidikan partisipatori.
Berikut rincian proses tersebut.
Rangkai-Ulang
Ungkapan
Kaji-Urai
Kesimpulan
Tindakan
Hal di atas sebagai metode pertama. Kemudian, metode berikutnya adalah siswa sebagai subjek,
pendekatan prosesnya menerapkan pola induktif kemudian tahapannya sebagai berikut.
Persepsi
Identifikasi diri
Aplikasi diri
Penguatan diri
Pengukuhan diri
Refleksi diri
Semua metode tersebut tentunya memperhatikan tujuan yang akan dicapai, bentuk
pendidikannya, proses yang akan dilakukan, materi yang akan disajikan, media atau sarana yang
perlu disiapkan, dan peran fasilitator/pemandu.
keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan di luar sekolah
agar siswa dapat memecahakan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang
disimulasikan. Dalam perkembangannya, metode kontekstual terdiri atas berbagai strategi yang
dikembangkan oleh berbagai institusi. University of Washington (2001) mengembangkan metode
kontekstual dengan strategi (1) pengajaran autentik, (2) pembelajaran berbasis inkuiri, (3)
pembelajaran berbasis masalah, dan (4) pembelajaran berbasis kerja.
Blanchard (2001) mengembangkan strategi pembelajaran metode kontekstual dengan:
1) menekankan pemecahan masalah,
2) menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam berbagai konteks seperti
rumah, masyarakat, dan pekerjaan,
3) mengajar siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri sehingga menjadi
siswa mandiri,
4) mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda,
5) mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman dan belajar bersama, dan
6) menerapkan penilaian autentik.
Dalam strategi ini ada tujuh elemen penting, yaitu: inquiry, questioning, constructivism,
metodeling, learning, community, authentic assesment, dan reflection. Diha-rapkan ketujuh unsur ini
dapat diaplikasikan dalam keseluruhan proses pembelajaran.
2) Penemuan
Penemuan (inquiry) merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Siswa
tidak menerima pengetahuan dan keterampilan hanya dari mengingat seperangkat fakta-fakta saja,
tetapi berasal dari pengalaman menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang pembelajaran yang
bersumber dari penemuan. Tentunya, pembelajaran dirancang dengan menarik dan menantang.
Siswa dapat menemukan sendiri tanpa harus dari buku.
Berikut ini siklus penemuan:
a) observasi
b) bertanya
c) mengajukan dugaan
d) pengumpulan data
e) penyimpulan
3) Pertanyaan
Biasanya, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang berawal dari sebuah
pertanyaan. Untuk mengetahui Chairil Anwar, biasanya muncul pertanyaan Siapa Chairil Anwar itu?
Barulah, seseorang membuka buku, bertanya, dan mendiskusikan Chairil Anwar. Pertanyaan berguna
untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan siswa. Bagi siswa, pertanyaan berguna
untuk menggali informasi, mengecek informasi yang didapatnya, mengarahkan perhatian, dan
memastikan penemuan yang dilakukannya.
4) Konstruktivistik
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-idenya. Dengan begitu, siswa dapat mengkonstruksikan gejala-gejala
5) Pemodelan
Pernahkah Anda menunjukkan rekaman membaca puisi kepada siswa agar siswa tahu bahwa
membaca puisi yang indah dan bagus itu seperti suara dari rekaman? Jika pernah, berarti Anda telah
melakukan pemodelan. Pemodelan adalah pemberian model agar siswa dapat belajar dari model
tersebut. Bisa jadi, guru memberikan model karya tulis, model paragraf, model kalimat, dan
seterusnya. Dari model itu, siswa mengidentifikasi selanjutnya membuat seperti model yang
ditunjukkan. Dalam kontekstual, guru bukanlah model satu-satunya. Model dapat diambil dari mana
saja.
6) Komunitas Belajar
Kerja sama dengan orang lain dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa. Siswa dapat
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
7) Penilaian Autentik
Perkembangan belajar siswa tentunya perlu Anda ketahui. Dalam kontekstual, perkembangan
belajar siswa dapat diketahui melalui pengumpulan data dari aktivitas belajar siswa secara langsung di
kelas. Penilaian tidak dilakukan di belakang meja atau di rumah saja tetapi juga di saat siswa aktif
belajar di kelas. Dengan begitu, tidak akan ada komentar dari siswa bahwa siswa X meskipun tidak
banyak omong di kelas ternyata nilainya bagus. Sedangkan siswa Y yang banyak mendebat,
berbicara, dan bercerita mendapatkan nilai rendah karena dalam ujian tulis bernilai rendah.
8) Refleksi
Refleksi merupakan respon terhadap pengalaman yang telah dilakukan, aktivitas yang baru
dijalani, dan pengetahuan yang baru saja diterima. Dengan merefleksikan sesuatu, siswa merasa
memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajari. Refleksi tersebut
dapat dilakukan per bagian, di akhir jam pelajaran, di akhir bab/tema, atau dalam kesempatan
apapun. Realisasi refleksi dapat berupa pernyataan spontan siswa tentang apa yang diperolehnya hari
itu, lagu, puisi, kata kunci, cerita siswa, cerita guru, catatan di lembar kertas, diskusi, dan yang lain-
lainnya.
Contoh refleksi sebagai berikut. Setelah siswa melakukan pembelajaran menulis. Siswa
menuliskan di kertas yang di tempel di tembok dengan spidol besar. Tulisan yang muncul adalah aha
saya bisa, gampang, logis, ide, gabungan kalimat, dan seterusnya. Bisa juga siswa menulis puisi yang
isinya tenatang pembelajaran yang baru saja dilakukan. Misalnya puisi menulis itu gampang/ seperti
makan pisang/ kita tidak perlu bimbang/ karena hati senang.
1) Rombongan belajar
Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah:
SD/MI : 28 peserta didik
SMP/MTs : 32 peserta didik
SMA/MA : 32 peserta did 1k
SMK/MAK : 32 peserta didik
1) Beban kerja minimal guru
a) beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta
didik, serta melaksanakan tugas tambahan;
b) beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas adalah se kurang-kurang nya
24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
2) Buku teks pelajaran
a) buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah dipilih melalui rapat guru
dengan pertimbangan komite sekolah/madrasah dari bukubuku teks pelajaran yang
ditetapkan oleh Menteri;
b) rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata pelajaran;
c) selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku pengayaan, buku
referensi dan sumber belajar lainnya;
d) guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain yang ada
di perpustakaan sekolah/madrasah.
k) guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.
3. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran
meliputi kegiatan pendahuluan, ::ayiatan inti dan kegiatan penutup.
a. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan
materi yang akan dipelajari;
3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
4) menyampaikan cakupan materi dan penjelasanuraian kegiatan sesuai silabus.
b. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang
dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
1) Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema
materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan
belajar dari aneka sumber;
b) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber
belajar lain;
c) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan
guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
d) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
e) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau
lapangan.
2) Elaborasi
Dalarn kegiatan elaborasi, guru:
a) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas
tertentu yang bermakna;
b) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
c) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut;
d) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can kolaboratif;
eksperimen untuk menguji hipotesis, menganalisis data hasil eksperimen, dan menarik
kesimpulan.
i. Secara umum pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua yaitu, pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu.
Sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan
sesuatu.
j. Pembelajaran langsung sangat cocok diberikan pada penguasaan keterampilan prosedural
terutama yang mengandung resiko (berbahaya) tetapi model ini kurang merangsang
penalaran tingkat tinggi, keterampilan sosial dan kreativitas.
5. Pelatihan
a. Jelaskan hubungan antara teori belajar, model pembelajaran PAIKEM dan CTL!
b. Jelaskan perbedaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tipe Jigsaw!
c. Jelaskan perbedaan penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dan model
pembelajaran melalui penemuan!
d. Jelaskan karakteristik tipe materi ajar yang sesuai dibelajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw?
e. Pilihlah contoh materi (sesuai dengan latar belakang keilmuan Anda), kemudian deskripsikan
tahapan implementasi pembelajaran model Jigsaw!
f. Siswa ingin memcahkan masalah “Bagaimanakah hubungan jumlah baterai terhadap nyala
lampu?” Untuk memecahkan masalah tersebut model pembelajaran kooperatif tipe investigasi
kelompok atau model pembelajaran problem based instruction yang tepat untuk dipilih,
berikan argumentasi Anda!
g. Jelaskan alasan bahwa hanya siswa yang nomornya disebut yang boleh menjawab dalam
pembelajaran kooperatif tipe numbered-head together, padahal sebelum menjawab semua
anggota kelompok telah berdiskusi dulu!
h. Buatlah contoh langkah pembelajaran yang menerapkan model kooperatif tipe think-pair-
share!
i. Buatlah contoh permasalahan autentik yang tepat untuk dipecahkan melalui model
pembelajaran problem based instruction?
j. Jelaskan kelebihan dan kelemahan penggunaan model pembelajaran langsung.
k. Berikan contoh materi pembelajaran yang bisa diberikan melalui model pembelajaran
langsung.
l. Jelaskan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam meningkatkan proses
pembelajaran!
m. Aspek apa saja yang diatur oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait dengan
persiapan proses pembelajaran?
n. Jelaskan yang bdimaksud eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dalam proses pelaksanaan
pembelajaran!
o. Bagaimana hubungan antara eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dengan pembelajaran CTL!
p. Bagaimana hubungan antara eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dengan pembelajaran
PAIKEM!
Dryden, Gordon dan Vos, Jeanette. Revolusi Cara Belajar (bagian I dan II). Bandung: Kaifa.
Fakih, Mansur, dkk. 2001. Pendidikan Popular, Membangun Kesadaran Kritis. Jogyakarta: Insist dan
Read Book.
Fairclough, Norman. 1995. Kesadaran Bahasa Kritis (terj. Hartoyo). Semarang: IKIP Semarang Press.
Gardner, Howard. 2003. Kecerdasan Majemuk . Batam: Interaksara.
Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press, Inc.
Nur, M. dan Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivistik
dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Nurhadi, Buhan Yasin, Agus. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning
(CTL)) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang : UM PRESS.
Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Nurhadi, Buhan Yasin, Agus. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning
(CTL)) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang : UM PRESS.
Rooijakkers, 1982. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Gramedia.
Saekhan, Muchith, 2008, Pembelajaran Kontekstual, Semarang: Rasail
Silberman, Melvin L. 2004. Active Learning. Bandung: Nusa Media.
Sindhunata (ed.). 2000. Membuka Masa Depan Anak-Anak Kita, Mencari Kurikulum Pendidikan Abad
XXI. Jogyakarta: Kanisius.
Suyatno dan Subandiyah, Heny. 2002. Metode Pembelajaran. Jakarta: Modul Pelatihan Guru
Terintegrasi Berbasis Kompetensi.
a. Pengertian Media
Medium atau media (jamak) berasal dari kata Latin “medium” yang berarti “di antara”, suatu
istilah yang menunjukkan segala sesuatu yang membawa informasi antara sumber dan penerima
(Soekamto, 1993). Martin dan Briggs (1986) menyatakan bahwa media pembelajaran mencakup
semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa, dapat berupa perangkat
keras, seperti komputer, televisi, projektor, dan perangkat lunak yang digunakan dalam perangkat-
perangkat keras tersebut. Dengan menggunakan batasan Martin dan Briggs, guru atau pengajar juga
termasuk media pembelajaran (Degeng, Tanpa Tahun).
Dengan demikian, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan bahan pembelajaran sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan
perasaan pebelajar (siswa) dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Tidak dapat dipisahkannya antara materi, media, dan sumber, dilihat dari pengertian dan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Dalam proses komunikasi atau proses informasi (dan juga proses pembelajaran) sering
dijumpai masalah atau kesulitan. Beberapa masalah dalam proses komunikasi, misalnya: a) Ditinjau
dari pihak siswa: Kesulitan bahasa, sukar menghafal, terjadi distorsi atau ketidakjelasan, gangguan
pancaindera, sulit mengungkap kembali, sulit menerima pelajaran, tidak tertarik terhadap materi yang
dipelajari, dan sebagainya; b) Ditinjau dari pendidik, misalnya pendidik tidak mahir mengemas dan
menyajikan materi pelajaran, faktor kelelahan, ketidakajegan, dan sebagainya; dan c) Ditinjau dari
pesan atau materi yang disampaikan, misalnya: materi berada jauh dari tempat siswa, materi terlau
kecil, abstrak, terlalu besar, berbahaya kalau disentuh, dan sebagainya.
3). Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Kerucut Pengalaman (Cone of Experience)
Berdasar alasan bahwa tidak semua pengalaman dapat diberikan secara langsung, maka
diperlukan media. Dengan menggunakan media, diharapkan masalah-masalah komunikasi dan
masalah pembelajaran dapat diatasi. Kerucut Pengalaman Edgar Dale sebagaimana pada Gambar 1
menggambarkan semakin ke atas semakin abstrak, semakin ke bawah semakin konkret. Dalam proses
pembelajaran, manakala pendidik dapat memberikan pengalaman langsung, nyata, dan konkret
kepada peserta didik adalah ideal. Jika tidak mungkin, maka diberikan berturut-turut pengalaman
tiruan, dramatisasi, demonstrasi, pengalaman lapangan, pameran, gambar bergerak, gambar mati,
rekaman radio/audio, lambang visual, dan lambang verbal.
Teori kerucut pengalaman tersebut dikembangkan Edgar Dale. Berdasar kerucut pengalaman
tersebut, dalam pembelajaran mula pertama kita mengajak siswa terlibat dalam pengalaman nyata
atau pengalaman langsung. Jika tidak memungkinkan, kita mengajak siswa untuk mengamati
peristiwa yang dimediakan (peristiwa yang disajikan dengan menggunakan media), dan akhirnya kita
mengajak siswa mengamati lambang atau simbul yang merupakan representasi kejadian.
c. Fungsi Media
Menurut Degeng (1998), media-media tertentu memiliki keistimewaan, antara lain: a)
Kemampuan fiksatif, artinya media memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan, kemudian
menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan kemampuan ini berarti suatu objek atau
kejadian dapat digambar, dipotret, difilmkan, atau direkam kemudian disimpan lama dan pada saat
diperlukan dapat ditunjukkan lagi dan diamati seperti keadaan aslinya; b) Kemampuan manipulatif,
artinya media dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam cara
disesuaikan dengan keperluan. Maksudnya, penampilan suatu objek atau kejadian dapat diubah-ubah
ukurannya, kecepatannya serta dapat diulang-ulang penampilannya; dan c) Kemampuan distributif,
artinya dalam sekali penampilan suatu objek atau kejadian dapat menjangkau pengamat yang sangat
banyak, misalnya dengan media TV atau radio.
Dilihat dari keistimewaan yang dimilikinya, media mempunyai fungsi yang jelas untuk
menghindari atau memperkecil gangguan komunikasi penyampaian pesan pembelajaran. Secara garis
besar, fungsi media menurut (Degeng, 1998) dapat dikemukakan sebagai berikut, yakni (1)
menghindari terjadinya verbalisme, (2) membangkitkan minat/motivasi, (3) menarik perhatian siswa,
(4) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran, (5) mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar,
serta (6) mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.
dirancang untuk memperlihatkan hubungan timbal balik yang biasanya disajikan melalui garis-garis
simbol, (3) bagan, yaitu perpaduan sajian kata-kata, garis, dan simbol yang merupakan ringkasan
suatu proses, perkembangan, atau hubungan-hubungan penting, (4) sketsa, yaitu gambar yang
sederhana atau draf kasar yang melukiskan bagian-bagian pokok dari suatu bentuk gambar, (5)
poster, yaitu sajian kombinasi visual yang jelas, menyolok, dan menarik dengan maksud untuk
menarik perhatian orang yang lewat, (6) papan flanel, yaitu papan yang berlapis kain flanel untuk
menyajikan gambar atau kata-kata yang mudah ditempel dan mudah pula dilepas, (7) bulletin board,
yaitu papan biasa tanpa dilapisi kain flanel. Gambar-gambar atau tulisan-tulisan biasanya langsung
ditempelkan dengan menggunakan lem atau alat penempel lainnya.
Lambang
verbal
Lambang
Rekaman
Visualradio/
Gambar
audiomati
Gambar bergerak
Pameran
Pengalaman lapangan
Demonstrasi
Dramatisasi
Pengalaman langsung
c) Media OHP
OHT (Overhead Transparency) adalah media visual yang diproyeksikan melalui alat proyeksi
yang disebut OHP (Overhead Projector). OHT terbuat dari bahan transparan yang biasanya berukuran
8,5 X 11 inci.
Ada 3 jenis bahan yang dapat digunakan sebagai OHT, yaitu: a) Write on film (plastik
transparansi), yaitu jenis transparansi yang dapat ditulisi atau digambari secara langsung dengan
menggunakan spidol; b) PPC transparancy film (PPC= Plain Paper Copier), yaitu jenis transparansi
yang dapat diberi tulisan atau gambar dengan menggunakan mesin fotokopi; dan c) Infrared
transparancy film, yaitu jenis transparansi yang dapat diberi tulisan atau gambar dengan
menggunakan mesin thermofax.
OHP (Overhead Projector) adalah media yang digunakan untuk memproyeksikan program-
program transparansi pada sebuah layar. Biasanya alat ini digunakan untuk menggantikan papan tulis.
Ada dua jenis model OHP, yaitu: a) OHP Classroom, yaitu OHP yang dirancang dan dibuat
secara permanen untuk disimpan di suatu kelas atau ruangan. Biasanya memiliki bobot yang lebih
berat dibandingkan dengan OHP jenis portable; dan b) OHP Portable, yaitu OHP yang dirancang agar
mudah dibawa ke mana-mana, ukurannya lebih kecil dan bobot beratnya lebih ringan.
tapi tidak terprogram; sebagai contoh dapat dilihat pada berbagai permainan pendidikan atau simulasi
yang melibatkan siswa dalam kegiatan atau masalah, yang mengharuskan mereka untuk membalas
serangan lawan atau kerjasama dengan teman seregu dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini
siswa harus dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang timbul karena tidak ada batasan yang kaku
mengenai jawaban yang benar. Jadi permainan pendidikan dan simulasi yang berorientasikan pada
masalah memiliki potensi untuk memberikan pengalaman belajar yang merangsang minat dan
realistis.
Karakteristik pembelajaran dengan multimedia, antara lain: a) Memiliki lebih dari satu media
yang konvergen, misalnya media yang menggabungkan unsur audio dan visual; b) Bersifat interaktif,
memiliki kemampuan untuk mengakomodasikan respon pengguna; dan c) Bersifat mandiri, member
kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan media tanpa
bimbingan orang lain.
3. Pemilihan Media
Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan pengertian, media pembelajaran pada
dasarnya merupakan semua alat bantu yang dimanfaatkan guru dalam rangka mempermudah
pembelajaran.
Berkaitan dengan media pembelajaran itu, berikut dikemukakan beberapa prinsip yang dapat
Anda gunakan sebagai pertimbangan untuk memilih dan menentukan media pembelajaran.
b. Tersedia
Pertimbangan lain dalam pemilihan dan penentuan media pembelajaran adalah ketersediaan
media itu. Artinya, pada saat Anda perlukan dalam pembelajaran, media itu dapat Anda dapatkan.
Misalnya, ketika Anda akan melatih siswa agar siswa Anda memiliki kompetensi tertentu dan Anda
memutuskan untuk menggunakan media pembelajaran yang berupa kaset rekaman berita dan tape
recorder, kaset rekaman berita dan tape recorder itu benar-benar tersedia. Seandainya tidak tersedia,
kaset rekaman berita dan tape recorder itu dapat Anda upayakan sehingga pada saat Anda perlukan
media itu tersedia. Ternyata, di sekolah Anda kaset rekaman berita, tape recorder, beserta perangkat
c. Murah
Media pembelajaran yang Anda gunakan untuk melatih siswa tidak harus yang mahal. Pada
dasarnya segala sesuatu yang ada di lingkungan siswa, di lingkungan sekolah, dan di lingkungan Anda
dapat Anda gunakan untuk media pembelajaran. Misalnya, pada saat tertentu Anda membeli surat
kabar. Dalam surat kabar itu ada berita, ada iklan, ada surat pembaca, dan lain-lain. Koran yang Anda
beli itu dapat Anda gunakan sebagai media pembelajaran. Di sekolah Anda terdapat taman atau
pohon besar dengan berbagai jenisnya. Taman dan berbagai pohon besar di sekolah Anda itu dapat
Anda gunakan sebagai media pembelajaran. Bahkan, Anda dapat meminjam alat peraga mata
pelajaran yang lain, misalnya IPA, untuk Anda gunakan sebagai media pembelajaran bahasa. Hal ini
dapat dipahami karena membicarakan tentang apa pun melibatkan kemahiran berbahasa dalam
proses komunikasi. Oleh karena itu, Anda tidak perlu memikirkan media pembelajaran yang mahal
yang memang tidak dapat Anda dapatkan di sekolah Anda. Bungkus obat, bungkus roti, bungkus
makanan, slogan di sekolah, dan lain-lain dapat pula Anda manfaatkan sebagai media pembelajaran.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
d. Menarik
Pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya dalam pemilihan dan penentuan media
pembelajaran adalah tingkat kemenarikan. Artinya, media pembelajaran yang Anda gunakan dalam
pembelajaran Anda adalah media yang menarik bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk terlibat
dalam proses pembelajaran Anda secara lebih inten. Untuk dapat memilih dan menentukan media
pembelajaran yang menarik, setidaknya Anda perlu mempertimbangkan (1) kesesuaian media itu
dengan kebutuhan siswa, (2) kesesuaian media pembelajaran itu dengan dunia siswa, (3) baru, (4)
menantang, dan (5) variatif.
yang harus diperhatikan dalam membuat prototipe suatu alat adalah: a) Jika prototipe dari suatu alat
ukur , maka prinsip kerja harus sesuai dengan benda aslinya; b) Jika prototipe suatu alat untuk
menjelaskan komponen-komponen alat tersebut, maka komponen penting dari alat tersebut harus
terwakili dalam prototipe tersebut; dan c) Jika prototipe berupa maket, maka perbandingan ukuran
benda asli dan prototipe harus mengacu pada skala tertentu.
Prinsip-prinsip pembuatan media visual dalam bentuk grafis yaitu: kesederhanaan, kesatuan,
penekanan, dan keseimbangan serta dilengkapi dengan garis, bentuk, warna, tekstur, dan ruang.
1) Kesederhanaan. Bentuk media harus diringkas, sederhana, dan dibatasi pada hal hal yang
penting saja. Konsep tergambar dengan jelas, tulisan jelas, sederhana dan mudah dibaca.
2) Kesatuan. Adanya hubungan antara unsur-unsur visual yang ada dalam kesatuan fungsinya
secara keseluruhan. Bentuk kesatuan ini dapat dinyatakan dengan unsur-unsur yang saling
menunjang. Kesatuan dapat ditunjukkan dengan alur-alur tertentu, misalnya dengan garis, anak
panah, bentuk, warna, dan sebagainya.
3) Penekanan. Media visual ditunjukkan sebagai suatu gagasan tunggal, yang dikembangkan
secara sederhana, merupakan suatu kesatuan, dan diperlukan penekanan pada bagian-bagian
tertentu untuk memusatkan perhatian. Penekanan dapat ditunjukkan melalui penggunaan ukuran
tertentu, warna tertentu, dan sebagainya.
4) Keseimbangan. Ada dua macam yaitu: keseimbangan formal, ditunjukkan dengan pembagian
secara simetris, sedang keseimbangan informal , yang ditunjukkan dengan pembagian yang
asimetris.
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip di atas, dapat dibuat lay-out atau susunan suatu media grafis
dengan baik. Lay-out dibuat jika akan menyusun beberapa benda, gambar, atau tulisan menjadi satu
2) Pemberian Suara.
Pemberian suara dapat berasal dari suara manusia, musik, atau suara efek ( sound-effect ).
Pemberian suara manusia dapat dilakukan oleh penyiar (announcer), yang di dalam penulisan naskah
dengan istilah ANN yaitu penyiar yang tugasnya memberitahukan bahwa suatu acara atau program
akan disampaikan. Selain itu dapat dilakukan oleh narator, yang di dalam penulisan naskah dengan
istilah NAR yaitu hampir sama dengan penyiar , bedanya apa yang dibaca narator sudah memasuki
program. Yang akan disampaikan mungkin tentang pokok bahasan, tujuan, dan sebagainya. Untuk
membedakan pembaca narasi laki-laki atau perempuan , pada penulisan naskah ditulis NAR 1 dan
NAR 2.
Pemberian suara berbentuk musik dalam program audio berfungsi untuk:
a) Menggambarkan suasana, yaitu membantu melukiskan suasana atau situasi yang dikehendaki
dalam naskah.
b) Melatar belakangi suatu adegan agar dapat merangsang emosi pendengar.
c) Jembatan, untuk menyambung bagian yang satu dengan yang lain, sehingga mempercepat
kelangsungan cerita dan memperjelan kesan yang sedang dirangsang.
d) Pemersatu, sehingga cerita atau pesan yang disampaikan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Pemberian suara berupa efek suara (sound-effect). Efek suara adalah bunyi benda, gerakan,
dan suara yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu, yang dalam penulisan naskah ditulis
dengan FX. Ada dua jenis efek suara, yaitu: pertama adalah bunyi dan suara tiruan, yang kedua
adalah bunyi barang, gerakan atau suara yang sesungguhnya. Efek suara ada yang sudah tersedia
dalam bentuk rekaman, tetapi ada juga efek suara yang dibuat di luar studio dan dibuat di dalam
studio secara hidup dengan alat-alat yang tersedia, misalnya membuka dan menutup pintu, orang
berjalan mendekat dan menjauh, orang berteriak dan sebagainya.
pelaku yang baik, lincah, hidup, sehingga seolah-olah peristiwa itu benar-benar terjadi. Selain
itu hendaknya pelaku mempunyai dua tipe suara yang berbeda, dan naskah menunjukkan
kesinambungan argumentasi.
c) Format Wawancara: merupakan format percakapan antara dua pihak yang berbeda
kedudukannya. Yang satu berperan sebagai pewawancara yang bertugas untuk menggali
informasi sebanyak-banyaknya, dan yang satu sebagai yang diwawancarai. Jika wawancara
dlakukan di luar studio, maka diperlukan peralatan untuk merekam.
d) Format Diskusi: merupakan bentuk pembicaraan yang khusus dimana masing-masing
pembicara mempertahankan pernyataannya tentang suatu masalah rasional dalam suatu
tempat, waktu, dan bentuk tertentu. Agar dapat dibedakan antara format wawancara dan
format diskusi.
Perangkat keras yang biasa digunakan untuk merekam audio adalah tape recorder. Pada saat
ini proses merekam audio banyak dilakukan dengan bantuan komputer. Dengan bantuan komputer
proses editing dapat dilakukan lebih mudah.
5. Pembuatan Multimedia
Berbagai kemungkinan penggunaan komputer meliputi: tutorial, latihan tes, simulasi,
permainan, dan pemecahan masalah (Sudjana dan Rivai, 1989).
Tutorial. Tutorial digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dengan menguraikan
penjelasan setahap demi setahap. Paket program tutorial ini mula-mula menyajikan materi pelajaran
tertentu, adakalanya komputer memberikan suruhan-suruhan yang harus dijawab oleh siswa. Bila
siswa menjawab degan benar maka komputer akan menyajikan materi berikutnya. Bila siswa
menjawab salah atau tidak menjawab dalam waktu tertentu, maka komputer akan menuntun siswa
agar mendapat jawaban yang benar. Jawaban siswa perlu diketik melalui papan ketik agar dapat
memperoleh umpan balik lebih lanjut dalam komputer.
Latihan. Latihan digunakan memantapkan konsep yang telah dipelajari dan merangsang
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
siswa untuk bekerja secara tepat dalam menyelesaikan soal-soal dari yang seerhana sampai
kompleks. Setelah siswa selesai menjawab melalui papan ketik, komputer segera memberi umpan
balik yang berupa penguatan jika siswa menjawab benar atau dapat berupa informasi lain yang dapat
membimbing siswa untuk menjawab dengan benar pada akhir latihan. Siswa juga mendapatkan
informasi yang jelas tentang kemampuannya dalam menerima pelajaran, sehingga dapat segera
dilakukan perbaikan apabila terjadi kekurangan atau langsung melanjutkan ke materi selanjutnya.
Tes. Tes hanya berisi pertanyaan-pertanyaan. Perbedaan dengan latihan adalah pada tes
tidak tidak diberikan umpan balik pada siswa, tidak peduli jawaban siswa benar atau salah,
pertanyaan berikutnya segera muncul setelah pertanyaan berikutnya selesai dijawab. Rangkaian tes
yang biasanya digunakan adalah tes objektif atau isian singkat. Sampai saat ini pemeriksaan jawaban
soal-soal esai dengan komputer masih belum berhasil dengan memuaskan.
Simulasi. Paket program digunakan sebagai model di suatu proses atau sistem dan siswa
mencobanya. Di sini komputer dapat digunakan untuk memperagakan untuk hal-hal yang tidak
mungkin diperagakan secara langsung seperti reaksi kimia yang menimbulkan ledakan, mengukur
ledakan laut, mengukur tinggi menara atau menentukan proses suatu tempat pada pola bumi.
Permainan. Paket program permainan ini diarahkan agar siswa dapat belajar sambil
bermain, karena isinya dibuat sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur tantangan, rasa
ingin tahu, menyenangkan dan fantasi tanpa mengabaikan unsur mendidik. Paket program ini dapat
mengembangkan daya pikir siswa.
Pemecahan Masalah. Paket program ini diarahkan agar siswa dapat belajar berbuat karena
siswa dituntut dapat memecahkan permasalahan secara aktif. Paket program ini bervariasi dari yang
sederhana sampai dengan yang rumit. Tergantung pada rumitnya permasalahan dan kecanggihan
respon komputer terhadap respon siswa. Misalnya; persoalan pemacahan terhadap pencemaran
lingkungan. Bentuk penyajian materi, digunakan bentuk tutorial, yaitu menyampaikan materi
pelajaran setahap demi setahap meliputi materi, contoh soal latihan, dan kesimpulan.
Sebuah media pembelajaran berbasis komputer tidak hanya menuangkan teks atau buku ke
dalam medium elektronik. Jika hal itu dilakukan maka akan mengkasilkan “buku elektronik” yang
manfaatnya tidak jauh berbeda dengan membaca buku secara langsung.
Untuk menghasilkan suatu media pembelajaran yang baik diperlukan kerjasama yang baik
antara guru, desainer, analis, image supplier, programer, dan maintenance, dengan tugas masing-
masing: a) Guru: sebagai orang yang menguasai materi pelajaran dan teori belajar; b) Desainer:
sebagai penerjemah ide guru ke dalam skenario atau skrip media; c) Analis: melakukan analisis
skenario/skrip media dalam hal: kelengkapan komponen skenario, struktur skenario, dan dapat
tidaknya skenario dipahami oleh programer; d) Image supplier: sebagai pemasok gambar ( foto,
ilustrasi, grafik) dan audio; e) Programer: merupakan pekerjaan inti dalam membuat media berbasis
komputer, yang bertugas menuangkan skenario/skrip media ke dalam komputer dengan bahasa
pemrograman tertentu; dan f) Maintenance: bertugas menjaga keberlangsungan program yang
dihasilkan agar tetap up to date.
Idealnya, keenam pihak tersebut duduk bersama untuk menghasilkan media yang baik. Tetapi
hal tersebut sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu diusahakan syarat minimal yang harus dipenuhi
agar pemrograman dapat dilakukan. Salah satu alternatif adalah membekali orang yang mempunyai
salah satu keahlian dengan keahlian yang lain. Membekali seorang programer dengan materi-materi
bidang studi dan teori belajar tentu sangat tidak mungkin. Alternatif yang lebih mungkin adalah
Media Siswa
Keterangan :
:
komunikasi
Guru utama
: konsultatif (kalau perlu saja)
Tugas guru : Fasilitator pembelajaran
Gambar 1:
Penggunaan Media dalam Belajar Individual
Belajar individual adalah tipe belajar yang berpusat pada siswa, sehingga dituntut peran dan
aktivitas siswa secara utuh dan mandiri agar prestasi belajarnya tinggi. Dalam belajar individual ada
tiga pendekatan atau cra belajar individual yang banyak dikenal sekarang ini, antara lain adalah
belajar jarak jauh.
b. Penggunaan Media dengan Format Belajar Secara Klasikal
Pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi langsung antara guru dan siswa.
Keberhasilan belajar amat ditentukan oleh kualitas guru, karena guru merupakan media utama. Media
lain seolah-olah tidak ada perannya karena frekuensi belajar dengan guru hampir 90% dari waktu
yang tersedia. Bentuk komunikasinya dapat disajikan pada Gambar 2 sebagai berikut:
Guru Siswa
Keterangan :
: komunikasi utama
: Media Lain
konsultatif
(kalau perlu saja)
Gambar 2:
Penggunaan Media dalam Belajar Klasikal
Keterangan:
G : Guru
S : Siswa
S S : Arus interaksi
S Gambar 3:
Penggunaan Media dalam Belajar Kelompok
a. Strategi untuk pembelajaran yang bersifat teoretik dan media dipergunakan oleh guru
untuk membantu proses mengajarnya
Jika materi yang akan disajikan bersifat teoretik dan media yang digunakan (kebanyakan
bersifat by design) terutama untuk membantu guru dalam proses mengajarnya, strategi yang
dikembangkan oleh Ivor K. Davies ini dapat dipertimbangkan untuk digunakan, meliputi:
1) Tahap pendahuluan
Tahap ini umumnya terdiri atas 3 peristiwa pembelajaran, yakni (1) pembukaan pelajaran, (2)
pemberitahuan tujuan pembelajaran, dan (3) menarik perhatian siswa ke arah materi baru yang
akan disajikan dengan cara memberikan bahan pengait. Media yang dapat digunakan pada
tahapan ini, misalnya media cetak, medis grafis, media audio, media audio-visual, atau
pengamatan di lingkungan dan berbagai media tiga dimensi.
2) Tahap pengembangan
Pada tahap ini materi baru disajikan. Disarankan agar materi baru tersebut dibagi dalam beberapa
unit. Pada akhir setiap unit atau bagian materi, diadakan tanya jawab (review) untuk mengetahui
tingkat penguasaan siswa atas materi yang baru disajikan. Dengan demikian kesalahpahaman atau
kekurangjelasan materi dapat segera diatasi. Pada tahap pengembangan ini sebaiknya digunakan
berbagai media seperti halnya pada tahap pendahuluan, yang disesuaikan dengan karakteristik
tujuan pembelajaran, materi dan siswa.
3) Tahap konsolidasi
Tahap ini merupakan akhir pembelajaran. Ada 3 peristiwa pembelajaran yang hendaknya
dilaksanakan pada tahap ini, yakni (1) penyimpulan seluruh materi yang telah disajikan, (2)
pemberian tugas/latihan, (3) pemberian umpan balik atas tugas/pelatihan yang telah dikerjakan
siswa, dan (4) pemberian pekerjaan rumah jika diperlukan. Pada tahap ini dapat digunakan media,
media cetak (bagan), OHP atau papan tulis dan beberapa media yang lain.
mereka hendaknya sudah disiapkan sebelumnya. Selama siswa mengerjakan tugas/pelatihan, guru
hendaknya berkeliling melihat apakah siswa telah melakukan prosedur kerja yang benar.
3) Tahap pemberian umpan balik kepada siswa
Setelah tahap berlatih/pengerjaan tugas selesai, siswa perlu mendapat informasi tentang hasil
belajarnya atau sekurang-kurangnya, kesalahan-kesalahan yang telah mereka lakukan. Dengan
demikian siswa mendapat umpan balik yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar
mereka.
4) Tahap evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui pemahaman dan penguasaan siswa atas materi yang telah
disajikan, juga seberapa jauh siswa telah memilih keterampilan/kemampuan yang diajarkan. Hasil
evaluasi akan dapat memberikan gambaran tentang keberhasilan pembelajaran guru.
Prosedur penggunaan media pembelajaran (baik audio, audio visual, maupun media grafis)
secara klasikal terdiri dari 4 kegiatan, yakni (1) persiapan, (2) pelaksanaan, (3) evaluasi, dan (4)
tindak lanjut. Keempat kegiatan itu disajikan dalam Gambar 4 sebagai berikut.
Kegiatan Persiapan
Kegiatan Evaluasi
Gambar 4:
Prosedur Penggunaan Media Pembelajaran
8. Lembar Latihan
a. Setelah membaca deskripsi pengertian media dalam modul ini, selanjutnya, jelaskan
pengertian media pembelajaran menurut Anda secara sederhana.
b. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengklasifikasian media ini. Berdasarkan
bentuk dan cara penyajiannya, sebutkan jenis media pembelajaran?
c. Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk memilih dan
menentukan media pembelajaran. Apa saja yang menjadi pertimbangan dalam memilih dan
menentukan media pembelajaran?
d. Jelaskan langkah-langkah penyusunan dalam pembuatan slide suara media audio untuk
pembelajaran.
3. Berikut ini adalah beberapa prinsip yang dapat Anda gunakan sebagai pertimbangan untuk memilih
dan menentukan media pembelajaran, kecuali:
A. Sesuai dengan tujuan fungsional
B. Perlu tenaga khusus untuk menggunakannya
C. Murah dan menarik
D. Tersedia
E. Sesuai dengan tujuan fungsional
4. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media antara lain:
A. Karakteristik materi pembelajaran dan kebutuhan belajar peserta didik
B. Perlu tenaga khusus untuk menggunakannya
C. Media yang dipilih cukup memadai dengan hasil yang dicapai
D. Tidak semua guru bisa memanfaatkannya
E. A dan C benar
5. Berikut ini adalah asumsi yang perlu dikembangkan dalam memilih media, kecuali:
A. Pemilihan media merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pengembangan
pembelajaran
B. Pengembangan media perangkat lunak akan memiliki peranan yang lebih fungsional
dibandingkan pengembangan media perangkat keras
C. Dalam proses pemilihan sering diperlukan kompromi dan dilakukan sesuai dengan kepentingan,
kondisi serta fasilitas dan sarana yang ada
D. Dalam proses pemilihan media pembelajaran yang efektif dan efisien, makna isi dan tujuan
haruslah sesuai dengan karakteristik media tertentu
E. Pengembangan media perangkat keras tidak harus dilakukan secara kondisional sesuai dengan
tersedianya fasilitas, sarana dan dana yang ada
DAFTAR PUSTAKA
1. Hakikat Asesmen
Tujuan:
1. Membandingkan pengukuran, asesmen, dan evaluasi
2. Menjelaskan berbagai metode asesmen
suatu kriteria atau ukuran; asesmen adalah proses mengumpulkan informasi/bukti melalui
pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti hasil pengukuran,
sedangkan evaluasi adalah proses mengambil keputusan (judgment) berdasarkan hasil-hasil asesmen.
Johnson & Johnson (2002) menegaskan tidak seharusnya melakukan evaluasi tanpa melakukan
pengukuran dan penilaian terlebih dulu.
Cakupan asesmen amat luas, meliputi berbagai aspek pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan sikap. Berbagai metode dan instrumen -baik formal maupun nonformal- digunakan
dalam asesmen untuk mengumpulkan informasi. Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua
perubahan yang terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Johnson & Johnson, 2002; Gronlund,
2003; Oosterhof, 2003). Asesmen yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung disebut sebagai
asesmen proses, sedangkan asesmen yang dilakukan setelah pembelajaran usai dilaksanakan dikenal
dengan istilah asesmen hasil/produk. Asesmen proses dibedakan menjadi asesmen proses informal
dan asesmen proses formal.
Asesmen informal bisa berupa komentar-komentar guru yang diberikan/diucapkan selama
proses pembelajaran. Saat seorang peserta didik menjawab pertanyaan guru, saat seorang peserta
didik atau beberapa peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat
seorang peserta didik memberikan komentar terhadap jawaban guru atau peserta didik lain, guru
telah melakukan asesmen informal terhadap performansi peserta didik-peserta didik tersebut.
Asesmen proses formal, sebaliknya, merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang
dirancang untuk mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Berbeda
dengan asesmen proses informal, asesmen proses formal merupakan kegiatan yang disusun dan
dilakukan secara sistematis dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan peserta
didik.
B. Metode Asesmen
Asesmen dapat dilakukan melalui metode tes maupun nontes. Metode tes dipilih bila respons
yang dikumpulkan dapat dikategorikan benar atau salah (Djemari, 2008). Bila respons yang
dikumpulkan tidak dapat dikategorikan benar atau salah digunakan metode nontes.
Menurut Gronlund (2008), metode tes dapat berupa tes tulis ( paper and pencil) atau tes kinerja
(performance test). Tes tulis dapat dilakukan dengan cara memilih jawaban yang tersedia ( selected-
response), misalnya soal bentuk pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan; ada pula yang
meminta peserta menuliskan sendiri responsnya (supply-response), misalnya soal berbentuk esai, baik
esai isian singkat maupun esai bebas.
Tes kinerja juga dibedakan menjadi dua, yaitu restricted performance, yang meminta peserta
untuk menunjukkan kinerja dengan tugas-tugas tertentu yang terstruktur secara ketat, misalnya
peserta diminta menulis paragraf dengan topik yang sudah ditentukan, atau mengoperasikan suatu
alat tertentu; dan extended performance, yang menghendaki peserta untuk menunjukkan kinerja
lebih komprehensif dan tidak dibatasi, misalnya peserta diminta merumuskan suatu hipotesis,
kemudian diminta membuat rancangan dan melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis
tersebut.
Dari segi otentisitas dan kompleksitas tugas, selected response memiliki cakupan aspek yang
lebih sederhana dibandingkan supply response dan performance assessment. Hal ini antara lain
dikarenakan pada selected response: (a) alternatif pilihan jawaban sudah disediakan, (b) pada
kelebihan dalam hal waktu. Karena tugas yang dinilai tidak begitu kompleks, maka waktu yang
diperlukan untuk menyelenggarakan tes menjadi relatif lebih singkat. Karena penskorannya relatif
mudah dilakukan, maka waktu penskoran dan pengolahannya juga menjadi relatif lebih cepat.
Kelebihan dalam hal penskoran dan waktu itulah yang menyebabkan metode selected response
utamanya bentuk pilihan ganda tetap dipilih untuk melakukan penilaian-penilaian dalam skala besar,
misalnya ujian semester, ujian kenaikan kelas, ujian sekolah, seleksi masuk perguruan tinggi, dan
ujian akhir nasional (Dittendik, 2003; Oosterhof, 2005; Rodriguez, 2005).
Metode nontes digunakan bila kita ingin mengetahui sikap, minat, atau motivasi. Metode
nontes umumnya digunakan untuk mengukur ranah afektif dan lazimnya menggunakan instrumen
angket atau kuisioner. Respons yang dikumpulkan melalui angket atau kuisioner tidak dapat
diinterpretasi ke dalam kategori benar atau salah.
Berdasar uraian di atas, setiap metode asesmen memiliki keunggulan dan keterbatasan,
sehingga tidak ada satu pun metode yang selalu cocok untuk semua keperluan, kondisi, situasi,
cakupan, dan karakteristik kemampuan yang hendak diukur. Karena itu, untuk melakukan asesmen
yang lengkap, utuh, dan akurat sebaiknya dipergunakan berbagai metode sesuai dengan karakteristik
dan tujuannya.
Pertanyaan:
1. Apakah perbedaan antara pengukuran, asesmen, dengan evaluasi?
2. Berikan contoh aktivitas riil dalam dunia pendidikan yang menunjukkan kegiatan pengukuran,
asesmen, dan evaluasi!
3. Identifikasi berbagai metode asesmen beserta kelebihan dan kekurangannya!
4. Jelaskan mengapa asesmen harus dilakukan dengan berbagai metode?
Tujuan:
1. Menjelaskan karakteristik asesmen dalam KBK/KTSP
2. Menerapkan berbagai teknik asesmen
b. Teknik Asesmen
Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik dapat dilakukan berbagai
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
teknik, baik berhubungan dengan proses maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi
tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian
kompetensi. Asesmen dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil relajar, baik pada
domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu :
Penilaian
No Aspek yang dinilai
1 2 3
1 Merangkai alat
2 Pengamatan
3 Data yang diperoleh
4 Kesimpulan
Rubriknya
Penilaian
Aspek yang dinilai
1 2 3
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2) Penilaian Sikap
a) Pengertian
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan
seseorang dalam merespons sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau
pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif,
kognitif, dan konatif/perilaku. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang
atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan
seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku
atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah:
1) Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap mata
pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat
belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran
yang diajarkan.
2) Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru.
Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan
hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap
guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
3) Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhadap
proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana
pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses
pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi
belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
4) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran.
Misalnya, masalah lingkungan hidup (materi Biologi atau Geografi). Peserta didik perlu
memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus lingkungan
tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik
memiliki sikap positif terhadap program perlindungan satwa liar.
sikap peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di sekolah,
guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta didik.
3) Laporan pribadi
Teknik ini meminta peserta didik membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya
tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, peserta didik
diminta menulis pandangannya tentang “Kerusuhan Antaretnis” yang terjadi akhir-akhir ini di
Indonesia. Dari ulasan yang dibuat peserta didik dapat dibaca dan dipahami kecenderungan
sikap yang dimilikinya.
Tanggung jawab
SIKAP
Tenggang rasa
Menepati janji
Keterbukaan
Kedisiplinan
Kepedulian
Kerjasama
Kejujuran
Kerajinan
No
NAMA
1
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan:
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 sampai dengan 5.
1 = sangat kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik dan 5 = amat baik.
3) Tes Tertulis
a) Pengertian
Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik
dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk
menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai,
menggambar, dan lain sebagainya.
4) Penilaian Proyek
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
a) Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian
proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan,
kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran
tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu
pengumpulan data serta penulisan laporan.
2) Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta
didik.
b) Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir
proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti
penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis.
Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan
penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala
penilaian.
Mata Pelajaran :
Nama Proyek :
Alokasi Waktu :
Guru Pembimbing :
Nama :
NIS :
Kelas :
No. ASPEK SKOR (1 - 5)
1 PERENCANAAN :
a. Persiapan
b. Rumusan Judul
TOTAL SKOR
Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan , proses pengerjaan sampai dengan
akhir proyek. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai.
Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan rating scale dan cheklist
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
5) Penilaian Produk
a) Pengertian
1) Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk.
Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk
teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar),
barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan produk
meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
2) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali,
dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
3) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam
menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
4) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik
sesuai kriteria yang ditetapkan.
b) Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada
tahap appraisal.
2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua
kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
Catatan :
*) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 5, dengan ketentuan semakin
lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses pembuatan maka semakin tinggi nilainya.
portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh peserta didik itu
sendiri.
2) Saling percaya antara guru dan peserta didik
Dalam proses penilaian guru dan peserta didik harus memiliki rasa saling percaya, saling
memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses pendidikan berlangsung dengan
baik.
3) Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu dijaga dengan
baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan sehingga memberi
dampak negatif proses pendidikan
4) Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru
Guru dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio sehingga peserta
didik akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan akhirnya akan berupaya terus
meningkatkan kemampuannya.
5) Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang memberikan dorongan
peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.
6) Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi yang
tercantum dalam kurikulum.
7) Penilaian proses dan hasil
Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya
diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan karya peserta didik.
8) Penilaian dan pembelajaran
Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Manfaat
utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan
dan kekurangan peserta didik.
Sekolah :
Mata Pelajaran :
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Durasi Waktu :
Nama Peserta didik :
Kelas / SMT :
KRITERIA
No. SK / KD / PI Waktu Ket
Speaking Grammar Vocab Pronounciation
16/07/07
24/07/07
1 Introduction
17/08/07
Dst....
12/09/07
2 Writing 22/09/07
15/10/07
Memorize 15/11/07
3
Vocab 12/12/07
Untuk setiap karya peserta didik dikumpulkan dalam satu file sebagai bukti pekerjaan sesuai
dengan SK/KD/PI, yang masuk dalam portofolio. Skor yang digunakan dalam penilaian portofolio
menggunakan rentang antara 0 -10 atau 10 – 100. Kolom keterangan diisi oleh guru untuk
menggambarkan karakteristik yang menonjol dari hasil kerja tersebut.
6) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap sampel
hasil penilaian yang diambil secara acak.
Alternatif
No Pernyataan
Ya Tidak
1 Saya berusaha meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan YME agar mendapat ridho-Nya dalam belajar
2 Saya berusaha belajar dengan sungguh-sungguh
3 Saya optimis bisa meraih prestasi
4 Saya bekerja keras untuk meraih cita-cita
5 Saya berperan aktif dalam kegiatan sosial di sekolah dan
masyarakat
6 Saya suka membahas masalah politik, hukum dan
pemerintahan
7 Saya berusaha mematuhi segala peraturan yang berlaku
8 Saya berusaha membela kebenaran dan keadilan
9 Saya rela berkorban demi kepentingan masyarakat, bangsa
dan negara
10 Saya berusaha menjadi warga negara yang baik dan
bertanggung jawab
JUMLAH SKOR
Inventori digunakan untuk menilai konsep diri peserta didik dengan tujuan untuk mengetahui
kekuatan dan kelemahan diri peserta didik. Rentangan nilai yang digunakan antara 1 dan 2. Jika
jawaban YA maka diberi skor 2, dan jika jawaban TIDAK maka diberi skor 1. Kriteria penilaianya
adalah jika rentang nilai antara 0 – 5 dikategorikan tidak positif; 6 – 10 kurang positif; 11 – 15 positif
dan 16 – 20 sangat positif.
Latihan
Pilihlah salah satu Kompetensi Dasar dan buatlah rancangan asesmen sesuai dengan karakteristik
Kompetensi Dasar tersebut!
Tujuan:
Peserta mampu memanfaatkan hasil asesmen untuk meningkatkan proses pembelajaran dan mampu
menyusun laporan hasil asesmen.
Penilaian kelas menghasilkan informasi pencapaian kompetensi peserta didik yang dapat
digunakan antara lain: (1) perbaikan (remedial) bagi peserta didik yang belum mencapai kriteria
ketuntasan, (2) pengayaan bagi peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan lebih cepat dari
waktu yang disediakan, (3) perbaikan program dan proses pembelajaran, (4) pelaporan, dan (5)
penentuan kenaikan kelas.
a. Pemanfaatan Hasil Penilaian
1) Bagi peserta didik yang memerlukan remedial
Remedial dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru kelas, atau oleh guru lain yang
memiliki kemampuan memberikan bantuan dan mengetahui kekurangan peserta didik.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar.
Kegiatan dapat berupa tatap muka dengan guru atau diberi kesempatan untuk belajar sendiri,
kemudian dilakukan penilaian dengan cara: menjawab pertanyaan, membuat rangkuman
pelajaran, atau mengerjakan tugas mengumpulkan data. Waktu remedial diatur berdasarkan
kesepakatan antara peserta didik dengan guru, dapat dilaksanakan pada atau di luar jam
efektif. Remedial hanya diberikan untuk indikator yang belum tuntas.
2) Bagi peserta didik yang memerlukan pengayaan
Pengayaan dilakukan bagi peserta didik yang memiliki penguasaan lebih cepat
dibandingkan peserta didik lainnya, atau peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar
ketika sebagian besar peserta didik yang lain belum. Peserta didik yang berprestasi baik perlu
mendapat pengayaan, agar dapat mengembangkan potensi secara optimal.
3) Bagi Guru
Guru dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan program dan kegiatan
pembelajaran. Misalnya, guru dapat mengambil keputusan terbaik dan cepat untuk
memberikan bantuan optimal kepada kelas dalam mencapai kompetensi yang telah
ditargetkan dalam kurikulum, atau guru harus mengulang pelajaran dengan mengubah
strategi pembelajaran, dan memperbaiki program pembelajarannya.
4) Bagi Kepala Sekolah
Hasil penilaian dapat digunakan Kepala sekolah untuk menilai kinerja guru dan tingkat
keberhasilan peserta didik.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, informasi yang diberikan kepada orang tua
hendaknya;
Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Lorin W. (2003). Classroom assessment, enhancing the quality of teacher decision making.
Marwah: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
Anderson, O.W. dan Krathwohl, D. R. (2001). A taxonomy for learning, teaching, and assessing. New
York:
Bailey, D. Kenneth. 1982. Methods of Social Research (second edition). New York. The Free Press.
Brown, D.H. 2004. Language Assessment: Principles and Classroom Practices. White Plains, NY:
Pearson Education, Inc.
Cohen, Louis and Lawrence Manion. 1990. Research Methods in Education (third edition). London:
Routledge.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Djemari Mardapi. 2008. Teknik Penyususnan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra Cendekia
Johnson D.W. dan Johnson R.T. (2002). Meaningful assessment. Boston: Allyn and Bacon.
Kaufman, R. & Thomas, S. (1980). Evaluation without fear. New York: NewViewpoints.
Kemp, J.E., G.R. Morrison, M.R. Ross. 1991. Designing Effective Instruction. New York: Macmillan
College Publishing Company.
National Research Council (2000). The assessment of science meets the science of assessment.
Washington, D.C.: National Academy Press. Diambil pada tanggal 27 September 2002 dari
http://www.nap.edu
Phillips, J.J. (1991). Handbook of evaluation and measurement methods. Houston: Gulf Publishing
Company.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Model
Penilaian Kelas KTSP SMP/MTs.
Stufflebeam, D.L. dan Shinkfield, A.J. (1985). Systematic evaluation. Boston: Kluwer-Nijhoff
Publishing.
Tierney, R.J., M.A. Carter, dan L.E. Desai. 1991. Portfolio Assessment in the Reading-Writing
Classroom. Norwood, MA: Christopher-Gordon.
Tuckman, Bruce W. 1975. Measuring Educational Outcomes: Fundamentals of Testing . New York:
Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
________. 2007. Permendiknas No 20 tentang Standar Penilaian.
Asesmen ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran. Pelaksanaan asesmendapat
dilakukan saat awal, selama dan di akhir pembelajaran. Salah satu tugas guru adalah membuat
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
rencana asesmen dalam bentuk a) penilaian proses, b) portofolio, c) wawancara dan diskusi, serta d)
tes formatif/sumatif.Asesmen dilakukan oleh guru melalui bukti-bukti kegiatan yang dilakukan oleh
siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan data empirik yang diperoleh dari kelas melalui
teknik-teknik yang tepat seperti observasi, wawancara, dan evaluasi.
Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik dan terprogram menggunakan bentuk tes
atau non tes, bentuk soal tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap,
penilaian hasil karya (berupa tugas, proyek dan/atau produk), portofolio dan penilaian diri.
Berikut ini diberikan contoh membuatkisi-kisi penilaian berbasis pendidikan karakter, Lembar Kegiatan
Siswa, Lembar Penilaian (LP1, LP2, LP3, LP4, dan LP5) dalam bentuk pengamatan (daftar cek dan
skor),dilengkapi dengan rubrik kemajuan belajar pada mata pelajaran Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi Beton.
Kelas/semester : XI/1
Mata Pelajaran : Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Beton
Standar Kompetensi : Memasang Tulangan / Pembesian
No. Kompetensi Dasar Indikator Lembar Penilaian dan Butir Kunci Lembar
Soal Penilaian
3. Menempatkan dan 1. Kognitif
memasang tulangan Produk LKS
pada setiap elemen a. Menjelaskan simbol arah tulangan dan posisi pembesian LP1: Produk Kunci LP 1: Produk
struktur. pada gambar kerja. Butir 1, 2, 3 Butir 1, 2,3
b. Menjelaskan posisi pembesian pada pelat kantilever.
c. Menjelaskan posisi bidang geser pada gambar kerja.
Proses
a. Membedakan simbol arah tulangan dan posisi pembesian LP2: Kunci LP 2: Proses
pada gambar kerja dari pelat lantai satu arah dan dua Butir 4 Butir 4
arah.
2. Psikomotorik
a. Menggambar sketsa rangkaian pembesian pada pelat LP3: Kunci LP3:
lantai dengan ly/lx ≥ 2 (satu arah) dan ly/lx ≤ 2 (dua arah) Butir 5 Psikomotorik
Butir 5
3. Afektif
a. Mengembangkan perilaku karakter, meliputi jujur, peduli, LP4:perilaku karakter Sesuai rincian tugas
teliti, kedisiplinan, tidak bergurau, dan tanggungjawab Pengamatan perilaku berkarakter kinerja LP 4.
b. Mengembangkan keterampilan sosial, meliputi bertanya,
menjadi pendengar yang baik, menyumbang
ide/berpendapat, dan berkomunikasi dalam bekerja LP 5: Keterampilan Sosial Sesuai rincian tugas
kelompok. Pengamatan keterampilan sosial kinerja LP 5
A. Soal Obyektif
1. Cocokkan dengan pilihan jawaban di samping
a
1. Besi tulangan
menghadap ke
b bawah
2. Besi tulangan
menghadap ke
c atas
3. Besi tulangan
d pada arah lx
4. Besi tulangan
pada arah ly
e
f
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2. Manakah dari Gambar 1. berikut menunjukkan letak pembesian penahan momen pada balok
kantilever yang tepat?
a c
b d
ly=4.000
Kunci LP3:
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
skor Deskripsi
Istimewa (4) Siswa menampilkan kinerja yang sangat baik, konsisten dan
terus berusaha meningkatkan kinerjanya.
Baik (3) Siswa menampilkan kinerja yang baik dan menunjukkan
peningkatan secara umum.
Cukup (2) Siswa menampilkan sedikit kinerja yang baik dan
menunjukkan beberapa ketidak-konsistenan.
Kurang (1) Kinerja siswa kurang baik dari waktu ke waktu atau kinerja
siswa benar-benar tidak konsisten
Sangat kurang Tidak ada upaya untuk menampilkan kemajuan dan
(0) pencapaian tujuan
Penilaian
No. Rincian Tugas Kinerja (RTK)
1 2 3 4
1. Kejujuran
2. Peduli
3. Teliti
4. Disiplin
5. Tidak bergurau
6. Tanggungjawab
1. Pengembangan Silabus
E. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 10
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah berhak mengarahkan, membimbing, dan
mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya, Pasal 11 Ayat (1) juga menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu
bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, wewenang Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pendidikan di
daerah menjadi semakin besar. Lahirnya kedua undang-undang tersebut menandai sistem baru dalam
penyelenggaraan pendidikan dari sistem yang cenderung sentralistik menjadi lebih desentralistik.
Selain itu dalam UU No 20 Tahun 2003 Pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang,
harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan
dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan
santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika
Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh
pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri
dan orang lain (soft skill). Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih
banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu
pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu didesentralisasikan terutama dalam
pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa,
keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan demikian, sekolah atau daerah memiliki
cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
Banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh daerah karena sebagian besar kebijakan yang
berkaitan dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan dilaksanakan oleh sekolah atau daerah.
Sekolah harus menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang terdiri dari tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan, dan silabus
dengan cara melakukan penjabaran dan penyesuaian Standar Isi yang ditetapkan dengan
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dan Standar Kompetensi Lulusan yang ditetapkan dengan
Permendiknas No. 23 Tahun 2006
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
dijelaskan:
a. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan
kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum
dan standar kompetensi lulusan di bawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang
bertangung jawab terhadap pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, serta Departemen
yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK ( Pasal
17 Ayat 2)
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), Materi Pokok/Pembelajaran, Kegiatan
Pembelajaran, Indikator, Penilaian, Alokasi Waktu, dan Sumber Belajar. Dengan demikian, silabus
pada dasarnya menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut.
a) Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang dirumuskan oleh Standar
Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar).
b) Materi Pokok/Pembelajaran apa saja yang perlu dibahas dan dipelajari peserta didik untuk
mencapai Standar Isi.
c) Kegiatan Pembelajaran apa yang seharusnya diskenariokan oleh guru sehingga peserta didik
mampu berinteraksi dengan sumber-sumber belajar.
d) Indikator apa saja yang harus dirumuskan untuk mengetahui ketercapaian KD dan SK.
e) Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan Indikator sebagai
acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai.
f) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar Isi tertentu.
g) Sumber Belajar apa yang dapat diberdayakan untuk mencapai Standar Isi tertentu.
hal belum dapat melaksanakan penyusunan silabus. Kelompok sekolah ini juga dapat
meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, dan lembaga terkait seperti
Balitbang Depdiknas dalam menyusun silabus.
d) Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk
sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya masing-masing. Dalam
pengembangan silabus ini sekolah, kelompok kerja guru, atau dinas pendidikan dapat
meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, atau unit utama terkait yang ada di
Departemen Pendidikan Nasional.
G. Komponen silabus
Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen berikut ini.
1. Identitas silabus
2. Standar Kompetensi
3. Kompetensi Dasar
4. Indikator
5. Materi Pembelajaran
6. Kegiatan Pembelajaran
7. Penilaian
8. Alokasi waktu
9. Sumber BelajarKomponen-komponen silabus di atas, selanjutnya dapat disajikan dalam
contoh format silabus secara horisontal atau vertikal sebagai berikut.
6) Merumuskan Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang
dapat diukur mencakup ranah atau dimensi pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan
sikap (afektif). Ranah kognitif meliputi pemahaman dan pengembangan keterampilan intelektual,
dengan tingkatan: ingatan, pemahaman, penerapan/aplikasi, analisis, evaluasi, dan kreasi. Indikator
kognitif dapat dipilah menjadi indikator produk dan proses. Ranah psikomotorik berhubungan dengan
gerakan sengaja yang dikendalikan oleh aktivitas otak, umumnya berupa keterampilan yang
memerlukan koordinasi otak dengan beberapa otot. Ranah afektif meliputi aspek-aspek yang
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
berkaitan dengan hal-hal emosional seperti perasaan, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap.
Ranah afektif terentang mulai dari penerimaan terhadap fenomena, tanggapan terhadaap fenomena,
penilaian, organisasi, dan internalisasi atau karakterisasi. Berkaitan dengan hal ini, maka karakter
merupakan bagian dari indikator pada ranah afektif.
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang
dapat diukur mencakup sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Untuk mengembangkan instrumen
penilaian, terlebih dahulu diperhatikan indikator. Oleh karena itu, di dalam penentuan indikator
diperlukan kriteria-kriteria berikut ini.
Kriteria indikator adalah sebagai berikut.
a) Setiap KD dikembangkan menjadi beberapa indikator (lebih dari dua)
b) Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan/atau diobservasi
c) Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan kata kerja dalam KD
maupun SK
d) Prinsip pengembangan indikator adalah sesuai dengan kepentingan (Urgensi), kesinambungan
(Kontinuitas), kesesuaian (Relevansi) dan Kontekstual
e) Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku, dan lain-lain untuk
pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara
konsisten.
f) Sesuai tingkat perkembangan berpikir siswa.
g) Berkaitan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
h) Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skills).
i) Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh (kognitif, afektif, dan
psikomotor).
j) Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan.
k) Dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati.
l) Menggunakan kata kerja operasional.
7) Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan
proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan untuk menentukan tingkat
keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah ditentukan. Penilaian pencapaian kompetensi dasar
peserta didik dilakukan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan mencakup tiga ranah (kognitif,
psikomotor dan afektif). Perkembangan karakter peserta didik dapat dilihat pada saat melakukan
penilaian ranah afektif.. Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat tiga komponen penting, yang
meliputi: (a) teknik penilaian, (b) bentuk instrumen, dan (c) contoh instrumen.
I. Teknik Penilaian
Teknik penilaian adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh informasi mengenai
proses dan produk yang dihasilkan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Ada beberapa
teknik yang dapat dilakukan dalam rangka penilaian ini, yang secara garis besar dapat dikategorikan
sebagai teknik tes dan teknik nontes. Penggunaan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun
dan psikomotor dengan menggunakan berbagai model penilaian, baik formal maupun
nonformal secara berkesinambungan.
(7) Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan dan penggunaan informasi tentang hasil
belajar siswa dengan menerapkan prinsip berkelanjutan, bukti-bukti outentik, akurat, dan
konsisten sebagai akuntabilitas publik.
(8) Penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang
dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai
disertai dengan peta kemajuan hasil belajar siswa.
(9) Penilaian berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator. Dengan
demikian, hasilnya akan memberikan gambaran mengenai perkembangan pencapaian
kompetensi.
(10) Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan dilakukan terus menerus) guna
mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan penguasaan kompetensi
siswa, baik sebagai efek langsung (main effect) maupun efek pengiring (nurturant effect)
dari proses pembelajaran.
(11) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang ditempuh dalam
proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas
observasi lapangan, penilaian harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses)
misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil dengan melakukan observasi lapangan
yang berupa informasi yang dibutuhkan.
J. Bentuk Instrumen
Bentuk instrumen yang dipilih harus sesuai dengan teknik penilaiannya. Berikut ini disajikan
ragam teknik penilaian beserta bentuk instrumen yang dapat digunakan.
Tabel 1. Ragam Teknik Penilaian beserta Ragam Bentuk Instrumennya
Teknik Bentuk Instrumen
Tes tulis Tes isian
Tes uraian
Tes pilihan ganda
Tes menjodohkan
Dll.
Tes lisan Daftar pertanyaan
Tes unjuk kerja Tes identifikasi
Tes simulasi
Uji petik kerja produk
Uji petik kerja prosedur
Uji petik kerja prosedur dan produ
Penugasan Tugas proyek
Tugas rumah
Observasi Lembar observasi
Wawancara Pedoman wawancara
Portofolio Dokumen pekerjaan, karya, dan/atau prestasi siswa
Penilaian diri Lembar penilaian diri
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran,
yang dapat berupa: buku teks, media cetak, media elektronika, nara sumber, lingkungan alam sekitar,
dan sebagainya.
Format 1: Horizontal
SILABUS
Format 2: Vertikal
SILABUS
a. Latar Belakang
Dalam rangka mengimplementasikan program pembelajaran yang sudah dituangkan di dalam
silabus, guru harus menyusun sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP ini merupakan
pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, di laboratorium, dan/atau di
lapangan untuk setiap Kompetensi Dasar. Oleh karena itu, RPP harus memuat hal-hal yang langsung
berkait erat dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya penguasaan satu Kompetensi Dasar.
Landasan yang digunakan dalam penyusunan RPP adalah Peraturan Pemerintah Nomor
19/2005 Pasal 20, yang berbunyi: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Standar Kompetensi:
Kompetensi Dasar :
Indikator :
Kognitif
Psikomotor
Afektif (termask perilaku berkarakter)
A. Tujuan Pembelajaran
Kognitif
Psikomotor
Afektif
B. Materi Pembelajaran
C. Metode Pembelajaran
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran (menunjukkan / mengeksplisitkan bentuk-bentuk
perilaku berkarakter dalam setiap langkah)
Pertemuan Kesatu:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (…menit)
Pertemuan Kedua:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (…menit)
E. Media/Alat/Sumber Belajar
a) Media
b) Alat/Bahan
c) Sumber Belajar
F. Penilaian
1. Jenis/teknik penilaian (harus dibedakan untuk ranah kognitif, psikomotor, dan afektif)
2. Bentuk instrumen dan instrumen (disertai kunci jawaban atau rambu-rambu jawaban
3. Pedoman penskoran (untuk penilaian ranah afektif digunakan lembar observasi/lembar
pengamatan)
A. Latar Belakang
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas I, II, dan III berada pada rentangan usia
dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan
berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu
sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara
sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang
dialami secara langsung. Oleh sebab itu sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih
melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistik) tersebut, pembelajaran yang menyajikan
mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir
holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik
Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam
Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yakni kelas I, II, dan
III lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik.
Landasan psikologis: dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi
perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama
dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat
keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar
memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan
kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
Landasan yuridis: dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau
peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis
tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap
anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan
tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V
Pasal 1-b).
secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
e) Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar
dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan
kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
f) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat
dan kebutuhannya.
g) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Rambu-Rambu
a) Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan
b) Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
c) Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan.
Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.
d) Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik
melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.
e) Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung
serta penanaman nilai-nilai moral dan perilaku berkarakter.
f) Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan
daerah setempat
1. Menentukan tema
Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:
a. Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:
b. Dari yang termudah menuju yang sulit
c. Dari yang sederhana menuju yang kompleks
d. Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
e. Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa
f. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat,
kebutuhan, dan kemampuannya.
6. Menyusunan Silabus
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar
dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, pengalaman belajar, alat/sumber, dan penilaian.
harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar
untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan
pembukaan, inti dan penutup).
g. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta
sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai.
h. Penilaian
Pada pembelajaran tematik penilaian dilakukan untuk mengkaji ketercapaian Kompetensi
Dasar dan Indikator pada tiap-tiap mata pelajaran yang terdapat pada tema tersebut. Dengan
demikian penilaian dalam tematik tidak lagi terpadu melalui tema, melainkan sudah terpisah-pisah
sesuai dengan Kompetensi Dasar, Hasil Belajar dan Indikator mata pelajaran.
LATIHAN
1. Komponen-komponen dalam silabus harus saling berhubungan secara fungsional dalam rangka
mencapai kompetensi tertentu. Pernyataan tersebut merupakan prinsip pengembangan silabus:
A. ilmiah
B. relevan
C. sistematis
D. Aktual dan kontekstual
2. Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan sistem penilaian perlu
memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata.
Pernyataan tersebut merupakan prinsip pengembangan silabus:
A. ilmiah
B. relevan
C. sistematis
D. aktual dan kontekstual
2. Koordinator dan supervisor pengembangan silabus dilakukan oleh ...
A. kepala sekolah
B. Ketua KKG
C. KKKS
D. Dinas Pendidikan
3. Untuk mengimplementasikan program pembelajaran yang tertuang dalam silabus, guru
mengembangkan ....
A. RPP
B. Media pembelajaran
C. Bahan pembelajaran
D. Penilaian pembelajaran
4. Rumusan tujuan pembelajaran yang tepat adalah ....
A. Siswa dapat menunjukkan ibu kota Provinsi Jawa Timur.
B. Ditampilkan peta siswa dapat menunjukkan ibu kota Provinsi Jawa Timur.
C. Ditampilkan peta Pulau Jawa siswa dapat menunjukkan ibu kota Provinsi Jawa Timur.
D. Ditampilkan peta Pulau Jawa siswa dapat menunjukkan ibu kota Provinsi Jawa Timur
dalam waktu 5 menit.
7. Kegiatan pembelajaran dalam Silabus memuat kegiatan yang berfokus pada ....
A. kegiatan siswa
B. kegiatan guru
C. kegiatan siswa dan guru
D. pengalaman guru
8. Berikut ini merupakan prinsip pengembangan indikator, KECUALI....
A. sesuai dengan SK dan KD
B. menggunakan kata kerja operasional yang terukur
C. memperhatikan tingkat perkembangan berpikir siswa
D. kata kerja operasionalnya lebih tinggi dari kata kerja dalam SK/KD
9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai ....
A. satu SK
B. satu KD
C. satu tujuan
D. satu indikator
DAFTAR PUSTAKA
ALOKASI
KOMPETENSI MATERI KEGIATAN WAKTU SUMBER
INDIKATOR PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
10. 4. Merakit A.Indikator Kognitif Ku sen Ceramah Penjelasan Tanya jawab 4 12 AG Tamrin.
bagian- 1. Indikator Produk Komponen ranka pemahaman kusen Mengacu pada (24) Ilmu Teknik
bagian a. Menjelaskan komponen kosen dibuat kosen Demosntrasi LP1, LP2 konstruksi
komponen sesuai gambar kerja Komponen Kusen menunjukkan danLP.3 bangunan
kusen, daun b. Menjelaskan sambungan rangka kusen, Sistem perakitan bagian-baian Pengamatan Gedung jilid 2.
pintu dan yang digunakan sesuai gambar kerja komponen kusen kerangka kusen karakter LP.4 SMK. Depen
jendela kayu 2. Indikator Proses Penjelsan komponen dan Nur, Muhamad,
a. Mengidentifikasi pekerjaan persiapan kusen LP 5 dkk. 2008.
perakitan rangka kosen kayu, berdasarkan Melaksanakan Model
gambar kerja perakitan bagian- Pembelajaran
b. Menganalisis komponen kosen bagian komponen Langsung
B. Indikator Psikomotor kusen, daun pintu, Surabaya: PSMS
a. Menjelaskan kedepan pengecekan dan jendela. UNESA
rangkaian kusen untuk menjamin kusen Menggunakan Hand out
tidak berubah bentuk. peralatan dan Sambungan Pen
b. Menjelaskan kedepan cara meratakan di perlengkapan
bagian sambungan. perakitan sesuai
C. Indikator Afektif dengan jenis dan
1. Mengembangkan perilaku berkarakter spesipikasi
Tanggungjawab, Peduli, Bersikap positip, pekerjaan.
Bekerjasama/bersikap terbuka,
Disiplin/tangguh Jujur, Percaya diri
2. Mengembangkan berketrampilan sosial
Mendengarkan (menerima) , Bertanya,
Menyampaikan ide menghargai,
Mendiskusikan tugas/aktif berpatisipasi,
Berkomunikasi
a. Pada saat guru menjelaskan siswa mendengarkan dengan sopan, tidak ramai,
berkomunikasi dengan baik.
b. Pada saat menjawab pertanyaan siswa jujur , berani, penuh tanggung jawab,
terbuka dan percaya diri.
2. Ketrampilan Sosial, diharapakan pada saat KBM siswa mempunyai ketrampilan sosial ,
sesuai pengamatan dalam LP.5
a. Pada saat guru menjelaskan siswa mendengarkan dg tidak ramai
b. Siswa aktip bertanya dan menjawab pertanyaan dengan jujur.
c. Pada saat tanya jawab/ umpan balik, berkomunikasi dengan baik, saling menghargai
sesama tim
V. MATERI PEMBELAJARAN: Komponen rangka kusen dan kompunen kosen
VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
1. Model pembelajaran : Model pembelajaran langsung
2. Metode pembelajaran : Ceramah (Menjelaskan), demonstrasi , tanya jawab, pemberian tugas
dan diskusi,
VII. BAHAN PEMBELAJARAN
1. Model Kusen dan sambungan
2. Buku Konstruksi Bangunan Gedung hal 125 s/d 144
VIII. ALAT PEMBELAJARAN
1. Alat tulis Guru : LCD/OHP, papan, boardmarker, pensil, pulpen, penghapus.
2. Alat tulis Siswa : pensil, pulpen, busur, penggaris, busur, penghapus
Uraian Terlaksana
1 2 3 4
Fase 1: Mempersiapkan siswa dengan memberi motivasi siswa tentang
pentingnya menyambung komponen kusen supaya tidak baling dan ukuran sesuai
dengan gambar kerja dan mencapaikan tujuan.
1. Memotivasi siswa memperlihatkan model kusen dan menunjukan hasil
pembuatan kusen yang ada di dalam ruangan. Sambil memberikan orientasi
masalah dengan mengajukan pertanyaan: (misalnya: apakah anak-anak dapat
menjawab tentang kompunen pada kosen ini dan bagaimana cara perakitan
supaya tidak baling? Dilanjutkan dengan memberi kesempatan siswa untuk
menjawab dengan sopan atau membantu meneruskan jawaban temannya
dengan jujur. Guru mendengarkan dan memberikan ucapan membenarkan
/ memberi pujian pada siswa yang menjawab dan bertanya tanpa ada
penjelasan, dan menekankan pada siswa bahwa semua itu benar akan lebih
sempurna bila ada penjelasan yang tepat dari pemahaman setelah
pembelajaran ini selesai.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran: ”Siswa dapat pengetahuan tentang cara
nenganalisis komponen kosen untuk pembuatan kosen”.
C. Penutup (5 menit)
X. SUMBER PEMBELAJARAN
1. Silabus
2. Buku Siswa : Ilmu Teknik konstruksi bangunan Gedung jilid 2, SMK , AG Tamrin
3. Handout sambungan pen
4. LP.1. Siswa : Pemahaman kognitip produk komponen kosen
5. LP.2. Siswa : Pemahanan kognitip proses komponen kosen
6. LP.3. Siswa : Pemahanan psikomotor komponen kosen
7. LP.4. Siswa : Pengamatan Perilaku Berkarakter
DAFTAR PUSTAKA
LP DAN KUNCI
INDIKATOR BUTIR JAWABAN
SOAL
A. Indikator Kognitif
1. Indikator Produk
a. Menjelaskan komponen kosen dibuat LP.1: 1, 2 LP.1: 1, 2
b. Menjelaskan Sambungan antara komponen
keranggka kosen LP.1: 3-5 LP.1: 3-5
2. IndikatorProses
a. Mengidentifikasi pekerjaan persiapan LP.2: 1 LP.2: 1
perakitan rangka kosen kayu
b. Menganalisis komponen kosen LP.2: 2 LP.2: 2
B. Indikator Psikomotor
1. Menjelaskan kedepan penyambungan antar LP.2: 3 LP.2: 3
komponen rangka kusen
2. Menjelaskan kedepan pengecekan rangkaian LP.3: 1 LP.3: 1
kusen tentang ukuran dan kesikuannya,
kemudian diberi pengaku-pengaku untuk LP.3: 2 LP.3: 2
menjamin kusen tidak berubah bentuk.
3. Menjelaskan kedepan cara meratakan sisi LP.3: 3 LP.3: 3
samping kusen kerataan permukaan terutama di
bagian sambungan.
C. Indikator Afektif
1. Mengembangkan perilaku berkarakter
a. Tanggungjawab, Peduli, Bersikap positip LP 4.
b. Bekerjasama/bersikap terbuka Disiplin Kemampuan
c. Jujur, Percaya diri Berkarakter
2. Mengembangkan berketrampilan sosial
a. Mendengarkan (menerima) LP 4. Sikap
b. Bertanya Sosial
c. Menyampaikan ide
d. menghargai
e. Mendiskusikan tugas/aktif berpatisipasi
Berkomunikasi
LP. 4 dan LP 5
Pengamatan Perilaku Berkarakter dan Pengamatan Ketrampilan Sosial
(Sesuai teori)
Gambar 1.1
Contoh Gambar Ortagonis
Gambar 1.3
Gambar Denah, Potongan, dan Tampak
Denah dan potongan bangunan keduanya merupakan potongan atau irisan: denah terpotong
menurut arah horizontal; potongan merupakan irisan arah vertikal. Di dalam gambar-gambar kerja
(untuk pelaksanaan denah dan potongan) menunjukkan bagaimana bangunan tersebut dirangkai, di
dalam gambar-gambar perencanaan atau penyajian tujuannya adalah untuk menunjukkan bentuk dai
hubungan ruang-ruangnya maupun sifat-sifat unsur dai permukaan bidang yang membentuk ruang-
ruang tersebut.
Gambar 1.4
Denah Sebagai Irisan Bangunan
proyeksi. Pada hakekatnya gambar proyeksi ini dibagi dalam 3 (tiga) bagian yaitu:
- Proyeksi Ortogonal
- Proyeksi Piktorial dan
- Proyeksi Perspektif / Gambar Perspektif
Pada proyeksi ortogonal benda atau obyek dapat dilihat dalam satu arah bidang saja,
misalnya dari arah muka, samping atau atas, dan seterusnya. Sedangkan pada proyeksi piktorial
benda atau obyek dapat dilihat langsung dalam tiga arah bidang pandangan dari arah depan, samping
dan atas, sehingga memberikan kesan gambaran yang lebih nyata pada benda atau obyek tersebut,
dan pada proyeksi perspektif / gambar perspektif serupa dengan gambar proyeksi piktorial, namun
pada gambar ini mempunyai kekhususan dalam tarikan garisnya selalu menuju pada satu titik yang
dinamakan titik hilang, dan sering digunakan dalam gambar arsitektur, dari ketiga bagian ini sering
dilakukan pada proyek / pekerjaan dibidang teknik sipil terutama pada pembangunan gedung.
3. Proyeksi Ortogonal
Gambar proyeksi ortogonal dipergunakan untuk memberikan informasi yang lengkap dan
tepat dari suatu benda tiga dimensi dengan meletakan benda dan bidang-bidangnya sejajar dengan
bidang proyeksi terutama bidang yang penting diletakkan sejajar dengan bidang proyeksi vertikal.
Proyeksi ortogonal memberi gambaran lengkap dari benda dalam beberapa bidang proyeksi.
dengan menggabungkan gambar proyeksi dari beberapa bidang proyeksi tersebut dapat diperoleh
gambaran yang jelas dari benda yang dimaksud.
Karena proyeksi ortogonal memberikan gambaran dari benda dalam beberapa bidang proyeksi
maka cara proyeksi ini juga dikenal dengan istilah gambar pandangan majemuk.
Cara menggambar proyeksi ortogonal ada dua cara yaitu :
a. Proyeksi Eropa (Kuadran I)
Cara Eropa, memberikan bentuk pandangan yang dilihat dari bidang yang dibekangnya/ baliknya
sehingga bila dibandingkan dengan cara Amerika pandangannya berlawanan, tetapi untuk
pandangan depan tetap ditengah cara ini banyak dipakai negara Eropa kecuali Belanda.
b. Proyeksi Amerika (Kuadran III )
Cara Amerika, memberikan bentuk pandangan proyeksi dari bidang yang dilihat, jadi misalnya
pandangan sisi kiri harus ditempatkan pada sisi tersebut. begitu pula pada pandangan yang lain,
misalnya pandangan atas, harus diatas dan seterusnya kecuali pandangan depan tetap ditengah,
cara ini banyak dipakai di negara- negara Pantai Laut Pasifik misalnya USA, Kanada Jepang.
Korea-Australia dan bagaimana dengan Indonesia ?
Gambar 1.6
Proyeksi Amerika
4. Sistem Kuadran
Kemudian pada tata letak menggambarnya proyeksi ortogonal ada 4 (empat) model dalam
satuan sistem kuadran yaitu :
a. Kuadran I (biasa disebut sebagai cara proyeksi Eropa/Gambar 1.7 dan 1.8)
b. Kuadran II
c. Kuadran III (biasa disebut sebagai cara proyeksi Amerika)
d. Kuadran IV.
Gambar 1.7
Bidang Koordinat Utama Pada Sistem Kuadran
Gambar 1.8
Bukaan Sistem Kuadran
Untuk menjalankan AutoCAD, mula-mula klik tombol ‘Start’ pada sudut kiri bawah tampilan
Windows, kemudian arahkan kursor pada item ‘All Programs’ dan pilihlah Autodesk → AutoCAD.
Tampilan AutoCAD yang pertama kali atau disebut AutoCAD Screen akan muncul seperti pada Gambar
1.9 baik pada saat memulai suatu file baru maupun membuka file yang telah ada.
Gambar 1.9
Tampilan Awal AutoCAD
Keterangan :
- Command Window / Command Line, adalah tempat memasukkan perintah melalui keyboard
dan melihat pesan-pesan atau penuntun tiap perintah yang diberikan oleh AutoCAD. Command
Line ini dapat diubah ukuran dan letaknya sesuai dengan kemauan kita.
- Status Bar, selalu terletak di sebelah bawah dari menu AutoCAD, menunjukkan informasi
koordinat dan setting yang bekerja pada saat kita menggambar seperti grid, snap, dan
model/paperspace
- Drawing Area, merupakan area tempat kita menggambar atau mengedit gambar
- Scrollbars, untuk menggeser tampilan, baik secara vertikal maupu horisontal
- Menu Bar, berisi pull-down menus, yang dapat diaktifkan dengan menggerakkan kursor menuju
menu bar dan menentukan pilihan dengan menekan tombol kiri mouse. Ketika anda memilih
salah satu menu, menu tersebut akan memperlihatkan berbagai pilihan dimana anda dapat
memilih satu dari berbagai pilihan tersebut.
- Floating Toolbar, merupakan menu atau perintah yang berbentuk gambar. Ketika ursor
terletak di atas gambar, akan tampil keterangan perintah dari gambar tersebut. Jika pada
gambar tersebut terdapat tanda segitiga di sebelah kanan bawah ( flyout indicator), hal itu
menandakan gambar tersebut mempunyai gambar atau perintah berikutnya ( sub-command).
- Cursor Menu, merupakan menu yang tampil jika kita menggabungkan tombol keyboard dengan
tombol mouse, misalnya Shift + tombol kanan mouse untuk menampilkan Object Snap Mode dan
Filters Menu
- Dialogue Boxes, merupakan tampilan pendukung perintah yang kita masukkan melalui
keyboard atau melalui menu pick
- Crosshairs Cursor, merupakan alat gambar dan alat pemilih objek
- UCS Icon, merupakan tanda letak bidang gambar
Pada tahun 1960 Conference Generale des Poids st Measures (CGPM) meresmikan suatu sitem
satuan yang dikenal sebagai System Internationale d’United disingkat SI.SI adalah suatu satuan
yang koheren bila hasil kali atau hasil bagi antara dua satuan besaran dalam suatu sistem akan
menghasilkan satuan besaran lainnya. Setiap sistem koheran satuan luas dihasilkan bila satuan
panjang dikalikan dengan satuan lebar, kecepatan bila satuan jarak dibagi dengan satuan waktu
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dan satuan gaya dihasilkan dari satuan massa dikalikan dengan satuan percepatan.Dalam Si ini
terdapat tujuh besaran pokok berdimensi dan dua buah besaran tambahan tak berdimensi.
Simensi adalah suatu besaran yang tersusun oleh besaran pokok.
Tabel 1.1
Besar Pokok Dalam SI
Tabel 1.2
Besaran Tambahan
b. Besaran turunan
Besaran turunan adalah besaran-besaran yang terbentuk dari besaran-besaran pokok. Bila
besaran pokok kita gunakan dalam pengukuran besaran-besaran turunan maka akan diperoleh:
Tabel 1.3
Besaran Turunan
Gambar 1.10
Skala Mendatar
Gambar 1.11
Skala Tegak
d. Skala Kemiringan
Skala yang menyatakan perbandingan antara sisi tegak dan sisi mendatar, sehingga
mendapatkan hasil kemiringan suatu lereng atau kemiringan dataran. Dan dapat juga dipakai
pedoman dalam menentukan kemiringan saluran untuk arah pengaliran.
e. Skala Balok
Skala yang menyatakan perbandingan antara ukuran gambar yang diperkecil atau diperbesar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
tidak sesuai aturan. Gambar balok sudah diukur berdasarkan skala awal. Jadi skala yang dibuat
mengikuti perbandingan panjang balok, karena bila diperhitungkanakan mengalami kesulitan dalam
perkaliannya.
Gambar 1.13
Skala Balok
• tampak/sudut-
sudut/perpotongan bidang-
bidang
• konstruksi/rencana/garis-garis di
atas bidang-bidang/tekstur
Jika dua garis yang membentuk sudut tidak bertemu, sudutnya tampak
tumpul.
benar
Garis yang dibuat dengan sekali tarik jadi selalu lebih baik.
Gambar 1.14
Pemasangan Keramik/Ubin Satu Ruangan
Gambar 1.15
Pemasangan Keramik/Ubin Seluruh Ruangan
Sumber: Petunjuk Praktek Batu dan Beton, DPMK, jakarta
Bata utuh/streek
Bata
Bata ½
Berikut ini contoh-contoh gambar susunan batu bata dapat digambar dengan Skala 1 : 5.
Gambar 1.16
Gambar 1.18
Gambar Pondasi Batu Kali
Gambar 1.19
Proses Penyediaan Bahan
Konstruksi papan blok sama dengan kayu lapis yaitu saling tegak lurusantar lapisan. Persiapan
strip-strip kayu untuk inti menurut Tsoumis (1991), strip inti dibuat dari kayu yang bebas dari cacat-
cacat yang serius, umumnya dengan kayu yang berat jenisnya rendah dan stabilitas yang cukup
tinggi, jenis yang umum digunakan adalah spruce, fir, pine, poplar danberbagai jenis kayu tropika.
Selanjutnya dinyatakan bahwa strip berubah-ubah dalam ukuran lebar, tebal dan panjang,
lebar bervariasi dari ukuran kurang dari 1 cm – 12cm, ketebalan 1 – 2 cm. Strip biasa diproduksi
dengan menggergaji,tetapi strip yang tipis (0,6 – 0,8 cm) dibuat dengan mesin rotari.
Ukuran strip umumnya sempit dan lebar strip dirancang dengan arahtangensial yang
mempunyai kecendrungan alami melengkung jikadigunakan, dan idealnya disusun berlawanan
menurut lingkaran tumbuhnamun prosedurnya tidak praktis dan pada industri diproduksi secaraacak.
Inti dibuat dengan mesin dan jarang dengan tangan, mesin secara terusmenerusmemotong
strip dari awal sampai akhir, perekat diberikansambil dipanaskan dan keluar setelah dilapisi, dimana
Mesin Bor
Bor tangan listrik yang dapat dijinjing merupakan sebuah alat yang
sangat populer dan berguna untuk pekerjaan kayu.
Alat tersebut tersedia dalam bermacam-macam ukuran, fungsi,
bentuk dan kapasitas.
Mesin Router
Gambar 1.20
Hubungan Ekor Burung Terbuka (Tembus)
Gambar 1.21
Hubungan Ekor Burung Tertutup (Tak Tembus)IO
Gambar 1.22
Hubungan Ekor Burung TertutupSorong
Gambar 1.23
Hubungan Ekor Burung Tertutup (Tidak Rata Sisinya)
Gambar 1.24
Hubungan Ekor Burung Pada Konstruksi Kuda-kuda
Gambar 1.25
Hubungan dengan Pen dan Lobang Terbuka
Hubungan kayu banyak dibuat dengan pen dan lobang, bila ukuran penampang kayu cukup
besar. Hubungan dengan pen dan. lobang lebih kuat jika dibandingkandengan coakan ½ tebal kayu,
karena pada hubungan pen lobang dibatasi/ditahari oleh dua atau lebih bidang pengapit. Apabila akan
menghubungkan kayu yang sangat tebal, maka lebih baik/kuat kalau dibuatkan dengan pen ganda
(dobel). Untuk memperkuat (mengunci) hubungan pen dan lobang selalu menggunakan paku kayu
atau paku bambu yang cukup keras yang dinamakan toog. Toog ini terbuat dari kayu kering dan kuat
yang berserat lurusatau dapat juga dari bambu yang telah betul-betul kering dan keras. Bentuk toog
ini bersegi banyak, dengan penampang mendekati lingkaran yang berdiameter 6 @ 12mm. Bentuknya
ke arah panjang sedikit demi sedikit mengecil/agak runcing dengan maksud agar lebih mudah dapat
Gambar 1.26
Sistem Melamine Warna Transparan
Gambar 1.27
Sistem Melamine Warna Enamel
Gambar 1.28
Sistem Alkyd Synthetic Resin Enamel (Cat Enamel)
Ilmu Statika mempelajari tentang keseimbangan gaya (gaya luar dan gaya dalam) tentunya
berbeda dengan Ilmu Dinamika yang mempelajari gerak dan sebab-sebabnya. Tetapi pada tingkatan
lebih lanjut dalam dunia teknik bangunan dipelajari juga statika akibat beban statis dan beban dinamis
yang bekerja pada konstruksi.
Gaya luar dan beban sendiri yang bekerja pada konstruksi akan menimbulkan GAYA-GAYA
DALAM yang lazim disebut M = momen, N = gaya normal/aksial, D = gaya lintang/geser, serta
deformasi (perubahan bentuk) berupa defleksi dan rotasi . Kegunaan analisis statika dalam dunia
teknik bangunan adalah hasilnya dapat dijadikan input dalam perencanaan struktur bangunan.
Setelah didapat Gaya-gaya Dalam berupa M, N, D, , maka nilai-nilainya dapat diaplikasikan
dalam penentuan:
Dimensi, perhitungan dimensi akan menentukan ukuran-ukuran dari konstruksi bangunan secara
ilmiah dengan penggunaan bahan bangunan seefisien mungkin dengan faktor keamanan tertentu.
Kontrol Kekuatan, kontrol ini menekankan pada pemeriksaan apakah elemen/struktur bangunan
cukup kaku/kuat terhadap beban-beban yang bekerja/direncanakan juga apakah perubahan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tabel 2.1
Satuan Dasar SI
Tabel 2.2
Nomenklatur Untuk Perkalian Satuan SI
2. Pengertian Gaya
Gaya adalah penyebab sebuah benda yang awalnya diam kemudian bergerak, perubahan
gerak ini menyebabkan besar dan atau arah kecepatannya berubah pula. Gaya ditentukan oleh
besarnya garis kerja, arah kerja dan titik tangkapnya. Besarnya gaya (dimensi) yang dipakai dalam
P = 30 kN
Garis kerja gaya
A
Gambar 2.1
Menggambar Gaya Dengan Skala 1 cm : 10 kN
Titik A Adalah Titik Tangkap Gaya (Titik Berat benda).
energi) dan lain-lain. Sedangkan vektor ialah besaran yang ditentukan oleh arah dan besarnya, misal
gaya, kecepatan, impuls, dan sebagainya).
Menyusun Gaya, bila dua gaya atau lebih bekerja pada satu sistem diganti dengan satu gaya
yang ekivalen, maka gaya ekivalen ini disebut dengan resultan gaya (R). Mengganti dua gaya atau
lebih menjadi sebuah R disebut menyusun gaya sedang gaya-gaya yang diganti kemudian disebut
sebagai komponen gaya. Untuk menyusun gaya dapat digunakan dua cara: Cara Analitis dan Cara
Grafis.
4. Pengertian Beban
Pengertian “muatan” pada peraturan lama (PMI’71) telah disepakati oleh para ahli bahasa
untuk diganti dengan “pembebanan” sebagai terjemahan yang benar dari istilah Inggris yaitu
“loading”, hal ini terlihat pada Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 yang diterbitkan
oleh Departemen Pekerjaan Umum atau disingkat dengan PPI’83. PPI’83 memuat informasi lebih
lengkap daripada PMI’71 karena telah ditambah tentang pembebanan untuk kemiringan atap > 1:20,
gedung parkir bertingkat dan beban hidup helicopter.
Dalam rekayasa teknik sipil, struktur yang dirancang harus kokoh dan kuat artinya struktur
tersebut harus mampu menahan beban dari luar maupun beban berat sendiri dari struktur. Beban
dari luar biasanya bersesuaian dengan fungsi/kegunaan struktur/bangunan tersebut dibangun, maka
beban yang bekerja dapat berupa (PPI’83):
Beban Mati ialah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala
unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari gedung itu.
Beban Hidup ialah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung,
dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat
berpindah, mesin-mesin serta peeralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatjkkan
perubahan dalam pembebanan lantai atau atap tersebut. Khusus pada atap kedalam beban hidup
dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan, baik akibat genangan maupun akibat tekanan
jatuh (energi kinetik) butiran air. Ke dalam beban hidup tidak termasuk beban angin, beban
gempa dan beban khusus.
Beban Angin ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan
oleh selisih dalam tekanan udara.
Beban Gempa ialah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Dalam hal pengaruh gempa pad
struktur gedung ditentukan berdasarkan suatu analisa dinamik, maka yang diartikan dengan
beban gempa disini adalah gaya-gaya di dalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah
akibat gempa itu.
Beban Khusus ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian yang terjadi akibat
seleisih suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan pondasi, susut, gaya-gaya tambahan
yang berasal dari beban hidup seperti gaya rem yang berasal dari keran, gaya sentrifugal dan
gaya dinamis yang berasal dari mesin-mesin, serta pengaruh-pengaru khusus lainnya.
250 kg/m2
Tangga & Bordes untuk lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, restoran,
hotel dan asrama = 300 kg/m2
Lantai ruang olahraga = 400 kg/m2
Lantai ruang dansa = 500 kg/m2
Dan lain-lain, lihat PPI’83
Gambar 2.2
Beban Terpusat, P1& P2 = Bisa Berasal dari Beban Balok Anak (Balok Memanjang) atau
Beban Roda Kendaraan
(a) (b)
Gambar 2.3
Beban Merata
Beban pada struktur Gambar 2.3.(a), dapat dimodelkan menjadi Gambar 2.3.(b). Beban q
dapat berasal dari berat sendiri balok beton, berat sendiri plat, berat spesi + tegel, berat plafon,
beban berguna dan lain-lain, bergantung dari fungsi bangunannya.
R = 1/2h2 h
Kolam air
h
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar 2.4
Beban Terbagi Tidak Merata
6. Gaya Dalam
Beban yang dikerjakan pada konstruksi disebut gaya luar, akibat gaya luar akan timbul
perubahan bangun (deformasi) pada konstruksi, untuk melawan perubahan tersebut timbul gaya-gaya
yang disebut gaya dalam. Gaya dalam dibagi menjadi:
Internal force (gaya internal, bisa berupa Fx, Fy, Fz) berupa gaya normal/aksial dan gaya
lintang/geser gaya N dan D
Internal momen (momen internal, bisa berupa Mx, My, Mz) M
Akibat gaya luar juga terjadi defleksi/penurunan () dan rotasi ()
Dengan adanya gaya dalam N dan D diharapkan struktur kemungkinan tidak terjadi
penurunan, sedang adanya momen diharapkan tidak terjadi rotasi pada struktur.
Bila konstruksi dalam keseimbangan maka gaya dalam harus sama dengan gaya luar,
sehingga tidak terjadi perubahan bentuk. Perubahan bentuk sebenarnya juga bergantung dari cara
pembebanan struktur. Beberapa jenis pembebanan gaya luar:
Pembebanan dari gaya luar berupa beban tarik
Pembebanan dari gaya luar berupa beban tekan
Pembebanan dari gaya luar berupa beban geser
Pembebanan dari gaya luar berupa beban lentur (momen)
Pembebanan dari gaya luar berupa beban puntir/torsi
Pluar
Gambar 2.5
Gaya Dalam Akibat Pluar Tarik
Pluar
Gambar 2.6
Gaya Dalam Akibat Pluar Tekan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pluar
Gambar 2.7
Gaya Dalam Akibat Pluar Beban Geser
Gambar 2.8
Gaya Dalam Akibat Mluar (Beban Lentur)
P luar
Mp dalam = Torsi
(a)
Fy
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
My
Fx
Mx
Mz
Fz
(b)
Gambar 2.9
Ilustrasi Putaran Momen
Apabila pada Gambar 2.9.(b) dikerjakan beban P yang miring terhadap sumbu X, Y dan Z maka akan
timbul enam buah stress resultante yang merupakan gaya-gaya dalam Internal force (gaya internal
Fx, Fy, Fz) berupa gaya normal/aksial (N) dan gaya lintang/geser (D) serta Internal momen (momen
internal Mx, My, Mz).
Dimana:
Fx = gaya aksial
Fy = gaya vertikal (geser vertikal)
Fz = gaya horisontal (geser horisontal)
Mx = momen yang melintasi sb.X, merupakan momen torsi
My = momen yang melintasi sb.Y, merupakan momen lentur horisontal
Mz = momen yang melintasi sb.Z, merupakan momen lentur vertikal
7. Macam-macam Tumpuan
Konstruksi apapun biasanya mempunyai tugas mendukung gaya-gaya luar (beban) yang
bekerja padanya. Agar memenuhi tugas itu maka konstruksi harus ditumpu atau diletakkan pada
perletakan tertentu. Perletakan ini dapat berupa tanah, pondasi atau kontruksi yang difungsikan
sebagai perletakan. Seperti sebuah jembatan, gaya yang bekerja pada jembatan akan diterima oleh
pangkal jembatan berupa gaya tumpuan (reaksi perletakan) keatas, kemudian tumpuan ini mendesak
tanah.Mencari reaksi gaya dapat dengan cara: Analitis (perhitungan matematis) & Grafis (bantuan
gambar).
Beberapa macam tumpuan: tumpuan bidang datar/miring, tumpuan titik, tumpuan
engsel/sendi, tumpuan rol, tumpuan jepit, pendel, tali/kabel dan lain-lain.
G
G
Gambar 2.10
Reaksi Gaya pada Bidang
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tumpuan Titik
Bila suatu batang/benda disandarkan pada garis potong dua bidang datar atau titik singgung
silinder, maka gaya reaksi berupa bidang normal N akan bekerja tegak lurus batang/benda
N
N
Gambar 2.11
Arah Reaksi Gaya Tumpuan Titik
Tumpuan Engsel/Sendi
Tumpuan engsel dapat menerima gaya arah sembarang asal melalui titik pusat engsel, gaya
ini dapat diurai menjadi vertikal dan gaya horisontal, maka gaya engsel dapat berupa R, R V dan RH.
Tetapi tumpuan ini tidak dapat menerima momen karena tumpuan ini masih menyebabkan
batang/benda bisa berotasi. Persamaan keseimbangan yang tidak diketahui hanya ada dua, yaitu V
= 0 dan H = 0.
Rv
R Rv R
RH
RH
Gambar 2.12
Arah Reaksi Gaya Tumpuan Engsel/Sendi
Tumpuan Rol
Tumpuan rol hanya dapat menerima gaya searah tegak lurus bidang perletakan rol, juga tidak
dapat menerima momen karena tumpuan ini masih menyebabkan batang/benda bisa berotasi.
Persamaan keseimbangan yang tidak diketahui hanya ada satu persamaan, yaitu V= 0 atau H = 0,
bergantung bidang perletakan rolnya, pada Gambar 2.13, RV≠ 0 tapi RH = 0.
Gambar 2.13
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tumpuan Jepit
Pada beam column joint atau pertemuan balok dan kolom yang di cor secara monolit, pertemuan ini
dapat dianggap sebagai tumpuan jepit. Persamaan keseimbangan yang tidak diketahui terdapat tiga
persamaan, yaitu V=0 , H=0, dan M= 0. Dengan demikian tumpuan ini dapat menerima gaya
dan momen jepit. Gaya yang diterima tumpuan jepit dapat berarah sebarang, gaya ini dapat diurai
menjadi vertikal dan gaya horisontal, maka gayanya berupa R, RV dan RH. Momen jepit yang diterima
oleh tumpuan jepit sebenarnya dalam rangka mengamankan batang/benda tidak terjadi rotasi atau
= 0.
Kolom beton
M
M
RH
RH Balok beton
Rv
Rv
Gambar 2.14
Arah Reaksi Gaya Tumpuan Jepit
Pendel
Pendel ialah suatu batang dengan kedua ujung batang berupa engsel, batang ini tidak boleh dibebani
dengan gaya, reaksi yang timbul pada pendel ialah gaya yang berimpit dengan batang tersebut.
Gambar 2.15
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tali/Kabel
Gaya reaksi F yang diterima oleh tali/kabel ialah gaya yang terletak didalam tali/kabel, contoh seperti
gaya kabel pada katrol.
F F1
F2
G G
Gambar 2.16
Arah Reaksi Gaya Kabel
+M -M +D -D
+N -N
Gambar 2.17
Gambar Notasi Elemen yang Mengalami Deformasi
z
W P
Gambar 2.18
Arah Gaya Aksi dan Arah Reaksi Gaya
Dari gambar diatas ditinjau dengan tiga persamaan kesetimbangan didapat sebagai berikut:
Px = 0 atau H = 0, didapat P – W = 0
Py = 0 atau V = 0, didapat N – G = 0
M = 0, didapat jumlah semua momen = 0, karena titik z terletak pada garis kerja kerja gaya-
gaya yang ada atau karena lengan gaya = 0 maka gaya kali jarak = 0.
Jenis gaya yang menyebabkan suatu benda dalam keseimbangan adalah:
Adanya gaya-gaya luar (gaya aksi), gaya luar bisa diartikan beban yang bekerja pada suatu benda
Akibat gaya luar maka akan timbul reaksi gaya (gaya tumpuan).
d
P’ O
Bidang datar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar 2.19
Momen Gaya Terhadap Poros.
Dimensi: Gaya P Dalam N, Jarak d Dalam m, Momen M Dalam N.m.
P2
P1
Mo = + P1.d
d d
O O
Mo = - P2.d
Gambar 2.20
Momen Gaya Terhadap Suatu Titik O
Vektor Momen
Bila kita menggambar momen Mo sebagai vektor momen, maka arah vektor itu disesuaikan dengan
arah memasukkan sekrup dan vektornya diambil tegak lurus pada bidang datar yang ditentukan oleh
titik o dan garis kerjanya.Arah vektor momen sebenarnya juga mengikuti aturan (kaidah) tangan
kanan seperti gambar berikut ini.
Bidang datar
Mo
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar 2.21
Vektor Momen
Y
Y
Z
X
X
Z
Gambar 2.22
Ilustrasi Arah Vektor Momen Mengikuti Kaidah
Tangan Kanan
Kopel
Kopel adalah sistem dua gaya dimana kedua gaya tersebut sama besarnya tetapi berlawanan
arah serta garis kerjanya sejajar. Momen kopel = hasil kali salah satu P dengan panjang lengannya =
P.d, dan diberi tanda sesuai dengan rotasinya. Bila arah rotasi searah jarum jam diberi tanda positip
(+), sebaliknya arahnya yang berlawanan dengan arah jarum jam diberi tanda negatif (-).
P1 P1 B
P
d d d
P1 P1 P A
M = + P1.d M = - P2.d
O
Gambar 2.23
Momen Kopel
Sifat kopel:
Kopel memberi sifat rotasi dalam bidang datar kopel.
Kopel boleh dipindahkan pada bidang tempat kopel itu berada dan bidang datar sejajar dengan
bidang kopel itu sendiri.
Kontrol momen kopel:
Mo = -P.OA + P.OB = P.(OB – OA) = P.(d)
Mo = P.d.
tumpuan, gaya D, gaya N, momen, gambar bidang D, gambar bidang N dan gambar bidang M.
Apabila ada struktur yang persamaan keseimbangan lebih dari tiga syarat tersebut di atas maka
termasuk konstruksi statis tak tentu, ketidaktentuan statisnya bisa tingkat satu, dua, tingkat n. Hal ini
sangat bergantung dengan sistem struktur yang dirancang oleh konstruktor (perancang konstruksi).
Dalam bahasan ini diberikan beberapa contoh jenis konstruksi statis tertentu dan statis tak
tentu. Tetapi pembahasan utamanya hanya akan dibahas struktur statis tertentu (disesuaikan dengan
kisi-kisi dari KSG).
3
(a)
1 2
3
2
3
(b) P
1 (c) 2
1
3 4
1 (d) 2
Gambar 2.24
Konstruksi Statis Tertentu
Gambar 2.24.a. Konstruksi balok statis tertentu dengan tiga unknow, hanya ada tiga bilangan yang
tidak diketahui yaitu gaya 1,2,3.
Gambar 2.24.b. Konstruksi konsol statis tertentu dengan tiga unknow, hanya ada tiga bilangan
yang tidak diketahui yaitu gaya 1,2 dan momen 3.
Gambar 2.24.c. Konstruksi portal statis tertentu dengan tiga unknow, hanya ada tiga bilangan yang
tidak diketahui yaitu gaya 1,2,3.
Gambar 2.24.d. Konstruksi balok statis tak tentu dengan empat unknow, lebih dari ada tiga
bilangan yang tidak diketahui yaitu gaya 1,2,3, 4.
Contoh Soal 1:
Diketahui struktur di bawah ini, hitung dan gambar bidang M, N dan D.
Penyelesaian:
P2X = P2. cos600 = 3000.cos600 = 1500 kN
P2Y = P2. sin600 = 3000.sin600 = 2598 kN
MB = 0
P1 = 2000 P2 = 3000
kN P2Y kN
+
0
60 P2X
A
AH B
+
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
+
Av Bv
2m 2m 2m
6m
Gambar 2.25
Struktur Contoh 1, dan Perjanjian Tanda Putaran Momen
Bidang D
DA = Av = 2199 kN, Dc = DA - P1 = 2199 – 2000 = 199 kN
DD = Dc - P2Y = 199 – 2598 = - 2399 kN, DB kiri = Bv = 2399 kN
DB kanan = DB kiri + Bv = - 2399 + 2399 = 0
Bidang N
NA = AH = 1500 kN, Nc = NA = 1500 kN, ND = Nc - P2X = 1500 – 1500 = 0, NB = 0
600 P2X
A
AH=1500 kN B
Av = 2199 kN 2m 2m 2m Bv = 2399 kN
6m
2000
2199 + 199
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
- 2399
Bid. D
0 0
+ 4796
4398
Bid. M
1500 -
Bid. N
Gambar 2.26
Gambar Bidang M, N dan D Contoh 1
Contoh Soal 2:
Diketahui struktur di bawah ini, hitung dan gambar bidang M, N dan D.
q = 1000 kN/m’
A B A B
D C E
Q= q.L = 1000.4 = 4000
Av 4m Bv Av ½.L Bv
kN½.L
Gambar 2.27
Struktur Contoh 2
Penyelesaian:
Titik C berada ditengah-tengah bentang (½.L)
Titik D dan E masing berada di ¼.L
MB = 0
Av.4 – Q. ½.L = 0, 4Av –q.L. ½.L = 0, 4Av – ½.q.L2 = 0, 4Av – 4000.2 = 0
8000
Av 2000
4 kN ( )
Karena simetris, maka:
Av = Bv = 2000 kN ( ) atau
Bv = Q – Av = 4000 – 2000 = 2000 kN ( )
H = 0, maka AH = 0.
A D A C A E
Av Q1=¼.L.q=1000 Av Q2=½.L.q=2000 Q3 =¾.L.q=3000
kN
¼.L=1 kN kN
½.L= Av ¾.L=3
2
Gambar 2.28
Irisan Beban Pada Titik D, C, & E.
DA = Av = 2000 kN
DD = DA - Q1 = 2000 – ¼.L.q = 2000 – ¼.4.1000 = 2000 – 1000 = 1000 kN
Dc = DA - Q2 = 2000 – ½.L.q = 2000 – ½.4.1000 = 2000 – 2000 = 0
DE = DA - Q3 = 2000 – ¾.L.q = 2000 – ¾.4.1000 = 2000 – 3000 = - 1000 kN
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
DB kiri = Bv = 2000 kN
DB kanan = DA – Q + Bv = 2000 – 4000 + 2000 = 0
Bidang N
NA = AH = 0
q = 1000 kN/m’
A B
D C E
Av 4m Bv
2000
+
Bid. D _- 2000
+ 2000
1500 1500
Bid. M
Bid. N = 0
Gambar 2.29
Gambar Bidang M, N, dan DContoh Soal 2.
P1 = 20 kN P2Y P2 = 60 kN
P3 = 10 kN
0
30 P2X
A B C D
Av 1,5 m 1,5 m 2m
5m
Gambar 2.30
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Struktur Contoh 3
Penyelesaian:
P2X = P2. cos300 = 60.cos300 = 51,96 kN
P2Y = P2. sin300 = 6000.sin300 = 30 kN
V = 0
Av = P1 + P2Y + P3 = 20 + 30 + 10 = 60 kN ( )
H = 0
AH - P2X = 0, AH = P2X = 51,96 kN ( )
Bidang D
DA = Av = 60 kN, DB = DA - P1 = 60 – 20 = 40 kN, Dc = DB - P2Y = 40 – 30 = 10 kN
DD = Dc - P3 = 10 – 10 = 0
Bidang N
NA = AH = 51,96 kN, NB = NA = 51,96 kN
Bidang M
MAD = 0 dari D ke A
MAD + P1.1,5 + P2Y.3 + P3.5 = 0, MAD + 20.1,5 + 30.3 + 10.5 = 0
MAD +170 = 0 MA = - 170 kN
MBD = 0 dari D ke B
MBD + P2Y.1,5 + P3.3,5 = 0, MBD + 30.1,5 + 10.3,5 = 0
MBD + 80 = 0 MBD = - 80 kN
MC = 0 dari D ke C
MCD + P3.2 = 0, MCD + 10.2 = 0, MCD + 20 = 0 MCD = - 20 Kn
5m
20
60 30
10
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Bid. D
170
80
- 20
0
Bid. M
51,96 -
Bid. N
Gambar 2.31
Bidang M, N, dan D Contoh 3
Anggap 1 liter air = 1 kg. Penakaran air harus dilakukan dengan teliti mengingat pentingnya
perbandingan air-semen yang dapat mempengaruhi kekuatan beton.
3) Penakaran Agregat.
Menakar bahan-bahan agregat dengan ukuran isi tidak dibenarkan, kecuali bila disertai
pengawasan yang ketat.Sedikit saja air dalam bahan agregat halus dapat menyebabkan
bahan itu mengembang yang dapat merubah harga berat isinya. Kadar air bebas pada
agregat harus ditentukan, diperhitungkan dan diawasi dengan teliti. Kadar air dari agregat
dapat beubah setiap saat dan perbedaan kecil saja sudah cukup menyebabkan penambahan
isi yang cukup berarti, sehingga cara yang praktis untuk menakar agregat, terutama agregat
halus, adalah penimbangan.
b. Pengadukan dengan tangan.
Untuk beton yang bermutu rendah, atau pada saat pengaduk mekanis rusak, dapat
dipertimbangkan untuk mengaduk beton dengan tangan, dengan catatan hanya untuk pekerjaan
kecil dalam keadaan darurat. Untuk beton pratekan, tidak diperkenankan pengadukan dengan
tangan.Adukan beton hanya boleh dibuat sebanyak yang dibutuhkan, dan bilamana ada sisa
adukan beton yang belum dpat dicorkan, maka sisa ini harus dilindungi dari panas matahari atau
hujan untuk tetap mempertahankan banyaknya kandungan air. Sebelum pengecoran dilanjutkan,
beton harus diaduk kembali sampai merata.Penambahan air kepada adukan beton yang telah
menjadi lebih kental dari yang disyaratkan, tidak diizinkan. Adukan beton yang telah dibiarkan
mengering lebih dari ½ jam setelah selesai pengadukan, tidak boleh digunakan lagi.Jumlah
semen yang digunakan harus 10% lebih banyak dibandingkan dengan jumlah semen pada
pengadukan mekanis dan penurunan tidak boleh melebihi 150 mm.Prosedur pengadukan beton
dengan tangan dilakukan diatas sebuah kotak kayu yang kuat serta cukup luas, atau diatas lantai
bersih yang tidak menyerap air. Bilamana beton yang akan diaduk itu jumlahnya banyak,
pekerjaan harus dilakukan ditempat yang terlindung dari sinar matahari dan hujan.Hamparkanlah
pasir sebanyak yang dibutuhkan, kemudian diatasnya dituangkan semen sesuai dengan yang
diperlukan, sambil diusahakan terbentuknya lapisan semen yang sama tebalnya. Semen dan pasir
ini diaduk sampai merata, minimum dilakukan 2 kali sampai terdapat suatu campuran yang sama
warnanya. Diatas campuran kering ini dituangkan agregat kasar dan diaduk sambil diberi air
sedikit demi sedikit sampai menghasilkan adukan yang seragam, pengadukan paling sedkit
dilakukan 2 kali.
c. Campuran Beton
Untuk beton mutu Bo dapat dipakai setiap campuran yang lazim dipakai untuk pekerjaan-
pekerjaan non strukturil dengan syarat bahwa perbandingan jumlah pasir & kerikil terhadap jumlah
semen tidak melampui 8 : 1 atau 1PC : 3 PS : 5 KR.
Untuk beton mutu B1 dan K125 harus dipakai campuran nominal semen :Pasir:Kerikil dalam
perbandingan isi 1 : 2 : 3 atau 1 : 1 ½ : 2 ½.
Untuk beton mutu K175 dan mutu-mutu lainnya yang lebih tinggi, harus dipakai campuran
yang direncanakan. Yang diartikan dengan campuran beton yang direncanakan adalah campuran
yang dapat dibuktikan dengan data otentik dari pengalaman-pengalaman pelaksanaan beton diwaktu
yang lalu atau dengan data dari percobaan-percobaan pendahuluan, bahwa kekuatan karakteristik
yang diisyaratkan dapat tercapai.
lolos di dalam suatu susunan ayakan. Susunan ayakan ialah ayakan dengan lubang 3 “, 2 ½ “, 2
“, 1 ½ “,1 “,3/4 “, ½ “, 3/8 “, no.4 (4,80 mm), 8 (2,40 mm), 16 (1,20 mm), 30 (0,60 mm), 50
(0,30 mm) 100 (0,15mm), pan.Menurut peraturan di Inggris ( British Standart ) yang juga dipakai
di Indonesia saat ini ( dalam SKSNI-T15-1991) kekasaran pasir dapat dibagi menjadi 3 kelompok
menurut gradasinya, yaitu kerikil dengan butiran maks 10 mm, butiran 20 mm , butiran 30
mmdan butiran 40 mm.Gradasi kerikil masuk pada kurva 1 dan 2 akan diperoleh adukan beton
yang kasar diperlukan factor air semen yang rendah , bila gradasi kerikil masuk kurva 3 dan 4
akan diperoleh adukan beton yang halus diperlukan factor air semen yang tinggi, jadi sebaiknya
gradasi yang baik masuk dalam kurva 2 dan 3.
Tabel 3.2
Persen Butiran yang Lolos Ayakan , Ukuran Maks Kerikil 40 mm
Tabel 3.3
Persen Butiran yang Lolos Ayakan , Ukuran Maks Kerikil 30 mm
Tabel3.5
Persen Butiran yang Lolos Ayakan, Ukuran Maks. Kerikil 10 mm
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tabel 3.6
Persyaratan Kekerasan Agregat Kasar
Bejana Rudeloff
Kuat beton Mesin Los Angeles
19-30 mm 9,5 – 19 mm
Kelas I
30 32 50
Sd 10 MPa
Kelas II
22 24 40
10-20MPa
Kelas III
14 16 27
> 20 Mpa
Tabel 3.7
Pembatasan Modulus Kehalusan
Untuk penyelesaian analisa ayakan campuran ini sebetulnya banyak cara menganalisa seperti : cara
Grafis, Cara Matematis dan cara Numerik. Untuk hal numeric memakai persamaan dasar yaitu :
p.x k(100-x)
A= 100 100
1) Penetapan kekuatan beton karakteristik pada umur tertentu. Yang dimaksudkan adalah kuat
tekan beton yang disyaratkan dari sejumlah benda uji yang kekuatannya lebih rendah dari yang
disyaratkan hanya 5 % saja. Mutu beton karakteristik dapat juga ditulis K175, K200, K225, K250,
K275, K300, K350, K400 diatas K400 termasuk beton mutu tinggi.
2) Penetapan standart deviasi (s) , adalah berdasarkan tingkat mutu pengendalian pelaksanaan
pencampuran beton dilapangan, makin baik mutu pelaksanaannya makin kecil standart
deviasinya, makin jelek mutu pelaksanaannya makin besar standart deviasinya.
Tabel 3.9
Mutu Pelaksanaan Diukur dengan Standart Deviasi
3) Penghitungan nilai tambah : Jika dihitung nilai tambah berdasarkan standart deviasi maka
besarnya = 1,64 x s
4) Menetapkan kekuatan beton rata-rata yaitu dengan cara mutu beton yang direncanakan ditambah
dengan nilai tambah sebagai contoh mutu beton K175 dan s = 46 kg/cm2 , maka besarnya mutu
beton rata-rata yang dikehendaki = 175 + 1,64 x 46 = 250 kg/cm2
5) Menetapkan jenis semen, semen normal type I atau S 550.
6) Menetapkan jenis agregat: Agregat halus memakai pasir alami atau yang diambil dari sungai dan
agregat kasar memakai kerikil buatan atau kerikil pecah ( crushed aggregate ).
7) Faktor air semen bebas menggunakan Tabel 5.2 dan Grafik 5.2 akan mendapatkan nilai.
8) Faktor air semen maksimum dapat ditetapkan dengan PBI 1971 Tabel 3.10.
Tabel 3.10
Jumlah Semen Minimum dan Nilai fas Maksimum
Jumlah Semen
Nilai Faktor Air
Uraian Minimum per m3
Semen Maksimum
Beton (kg)
Beton didalam ruangan bangunan:
a. Keadaan keliling non korosif 275 0,60
b. Keadaan keliling korosif disebabkab oleh 325 0,52
kondensasi atau uap-uap korosif
Beton diluar ruang bangunan:
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari
langsung 325 0,60
Tabel 3.11
Nilai Slump Untuk Berbagai-bagi Pekerjaan Beton
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Slump ( cm )
Uraian
Minimum Maksimum
Dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak 5,0 12,5
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan konstruksi 2,5 9,0
dibawah tanah
Pelat , balok, kolom dan dinding 7,5 15,0
Pengerasan jalan 5,0 7,5
Pembetonan massal 2,5 7,5
Banyaknya bahan Semen (kg) Pasir (kg) Kerikil (kg) Air (kg)
Tiap 1 m3 ………….. ……………. …………….. …………….
Karang-karang beton dapat diperbaiki dengan mengaduk butir-butir agregat kasar yang terpisah
dengan adukan beton yang masih lembek dengan pertolongan getaran atau cara lain. Cara ini
tidak dapat memperbaiki kesalahan yang telah terjadi dengan sempurna. Yang paling baik
adalah mencegah terjadinya pemisahan-pemisahan dengan cara-cara pengecoran yang baik.
ditentukan lain cetakan samping dari balok, kolom dan dinding boleh dibongkar setelah 3 hari.
2. Konstruksi Baja
Modul ini mengungkapkan aktualisasi sikap dan perilaku yang harus dimiliki seoarang tenaga
teknik bangunan dalam menghadapi pekerjaan konstruksi baja. Hal yang dimaksudkan adalah
mengetahui detail-detail perencanaan dan dapat menjelaskan secara nyata atau mempresentasikan
hasil karyanya.Modul ini mengungkapkan cara-cara serta langkah-langkah merncanakan bangunan
konstruksi baja yang terdiri dari bangunan tertutup dan bangunan terbuka, konstruksi bangunan
menggunakan konstruksi atap kerangka dan konstruksi portal gewel (gable frames).
Perencanaan akan diuraikan secara singkat dan berurutan dengan menggunakan metode
elastis (Allowable Stress Design), yang disesuaikan dengan peraturan baja di Indonesia (PPBBI-
1983).Sedangkan untuk menggambarkan hasil secara nyata akan digunakan gambar-gambar
dalambentuk tiga dimensi, dengan tujuan untuk lebih mengenalkan hasil perencanaan lebih
komunikasi. Untuk menggambar tiga dimensi digunakan program 3DSMax.
Pada sesi latihan peserta akan dikenalkan penggunaan program tersebut sehingga peserta
nantinya akan dapat melanjutkan dan menggembangkan materi yang diperolah. Berikut akan
dijelaskan perhitungan konstruksi baja untuk perencanaan gudang terbuka.
Data perencanaan:
Bentang kuda-kuda = 16,000 m
Panjang gudang = 40,000 m
Tinggi kolom = 9,000 m
Jarak kolom = 5,000 m
Tipe kuda-kuda : Polenceau
Penutup atap : Seng gelombang
Mutu baja : BJ.37 tegangan dasar ( ) = 1600 kg/cm2
Peraturan muatan : PMI tahun 1983
Peraturan baja : PPBBI-1983
Metode : Analisis elastis
Bagian-bagian perencanaan:
Gambar 3.1
Bagian-bagian Perancanaan
a. Perhitungan Gording
Panjang lereng atap = 8: 0,9563 = 8,366 m
Jumlah lapangan gording = 8,366 : (1,80-0,20) = 5,235
Jarak gording = 8,366 : 5 = 1,674 m
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
y
x
q.sin
q q.cos
Gambar 3.3
Uraian Pembebanan pada Gording
Keadaan I Keadaan II
Gambar 3.4
Koefisien Angin (c) pada Bangunan Terbuka
4) Kontrol tegangan :
a. Kombinasi beban 1 + 2 :
(7471,1 16875) (761,5 0)
24,706 8,429
= 985,5 + 90,4 = 1075,9 kg/cm2 < 1600 kg/cm2
b. Kombinasi beban 1 + 3 :
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
5) Kontrol lenturan
a. Kombinasi 1 + 2 :
5 x(0,2391 0,54) x500 4
fx = = 2,04 cm
384 x 2,1x10 6 x148,24
5 x(0,073 0) x(500 / 3) 4
fy = = 0,011 cm
384 x 2,1x10 6 x32,96
f= (2,04) 2 (0,11) 2 = 2,05 cm
b. Kombinasi 1 + 3 :
5 x0,2391x500 4 96,53x500 3
fx = = 1,43 cm
384 x 2,1x10 6 x148,24 48 x2,1x10 6 x148,24
5 x0,073x(500 / 3) 4 29,24 x(500 / 3) 2
fy = = 0,052 cm
384 x 2,1x10 6 x32,96 48 x2,1x10 6 x32,96
f= (1,43) 2 (0,052) 2 =1,44 cm
T/sin T T T/sin
5,000m
Gambar 3.5
Penggantung Gording dan Uraian Gaya
0,500m
8,500m
5,000m
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar 3.6
Pemasangan Regel (pengaku)
Gambar 3.7
Pembebanan pada Konstruksi Kuda-kuda
Gambar 3.8
Diagram Cremona Akibat Beban P
Gambar 3.9
Diagram Cremona Akibat Beban Angin Dari Kiri
Gambar 3.10
Diagram Cremona Akibat Beban Angin Dari Kanan
2) Batang tarik 9.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
F9 = +4050 kg
Lx =Ly = 1,600 m
An = F : (0,75x) = 4050 : (0,75x1600) = 3,375 cm2
i min = (Lk/240) = 1600 : 240 = 0,667 cm
Dipakai profil 40.40.5 A = 2x3,24 = 6,48 cm2 ,iy = 1,20 cm
f. Perhitungan Sambungan
1) Apabila menggunakan baut 10 mm
P ijin geser = (1/4 x 3,14 x 12 )x 2 x (0,6 x 1600) = 1507 kg
P ijin tumpu = 1 x 1 x (1,2 x 1600) = 1920 kg
Contoh:
Batang 6, F6=5214 kg
a. Apabila menggunakan baut 10 mm, n = 5214:1507 = 4 buah
b. Apabila menggunakan paku keling 11 mm, n = 5214:2431 = 3 buah
c. Apabila menggunakan las, l netto = 5214 : (5214x4) = 2,25 cm (4 sisi)
l bruto = 2,25 +(3x0,35) = 3,3 cm
g. Perhitungan Kolom
1) Beban vertikal (V)
Beban mati = 7x210 = 1470 kg
Beban angin = 4,7x270 = 1269 kg
Beban kolom (ditafsir) = 9x45 = 405 kg
Jumlah = 3144 kg
Besi-besi kecil = 20% = 629 kg
Jumlah (V) = 3773 kg
2) Beban horisontal (H) = 540 kg
3. Perhitungan penampang:
Mx2
Gambar 3.12
Pembebanan pada kolom
ix = (2x900) : 200 = 9 cm
iy = 850 : 200 = 4,25 cm Dicoba profil WF.300.200.8.12
2
A = 73,38 cm ; b = 200 mm; h = 294 mm; tb =8 mm ; ts =12mm; ix = 12,5 cm; iy= 4,71
cm; Wx = 771 cm3; Wy = 160 cm3 ; Ix = 11300 cm4 ; Iy =1600 cm4
a) Faktor KIP ( )
Lky =850 cm
h/tb = 29,4:0,8 = 36,75 < 75
L/h = 850: 147 = 57 >1,25x b/ts = 20,8
Katagori: penampang tidak berubah bentuk
Lxh 850 x 29,4
C1 = 1041
bxts 20 x1,2
0,63xE 0,63x 2,1x10 6
C2 = 827 < 1041
1600
827
kip x0,7 x1600 889 kg/cm2
1041
5 x1600
1,19
0
889.(8 3x )
4860
b) Kontrol lipat
Kontrol lipat pada sayap:
r = 3267 kg/cm2
3773 486000
d 52 631 = 683 kg/cm2
72,38 771
3267
bs/ts = 10/1,2=8,4 < 10 21,8 OK
683
Kontrol lipat pada badan:
0,8 2
pl 1,266.10 6.( ) 93 kg/cm2
29,4
1 =52+631=683 kg/cm2
2 =52-631=-579 kg/cm2
579
0,85 ;
683
kr = 19,1x93=1776 kg/cm2> 1600 kg/cm2
nx
c) Faktor pembesaran momen ( )
nx 1
= (2x900):12,5 = 144 < 200, ex = 1000 kg/cm2
nx =Ax ex/V = 72,28x1000/3773 = 19
nx/(nx-1) = 19/18 = 1,06
Lky = 850 cm
y = 850: 4,71 = 181 >x yang menentukan mak = 6,323
f) Kontrol interaksi
6,323x3773 486000
0,85 x1,19 x1,04 x = 994 kg/cm2< 1600 kg/cm2
72,38 771
3773 486000
1,19 x = 804 kg/cm2 < 1600 kg/cm2
72,8 771
Profil WF.300.200 .8.12 dapat dipakai.
M=4860 kgm
H=540 Kg
340 mm
L
T T
50
300
50
53 294 53
Gambar 3.13
Penampang Kaki Kolom
2) Pemeriksaan angker
T = 486000/34 + 3773/2 =16181 kg ; Luas angker = 16181 : 1600 = 10,12 cm2
Dipasang 3 22, A=11,39 cm2 >10,12cm2 ---OK
akibat M, = 16181 : 11,39 = 1420 kg/cm2
akibat H, = 540 : 22,78 = 24 kg/cm2
i 1420 2 3.(24) 2 = 1421 kg/cm2 < 1600 kg/cm2
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Panjang angker:
16181
lekat = 15 kg/cm2 ,
L= = 79 cm
15 x 2 x(3,14 x 2,2)
3) Pemeriksaan pelat kaki
Dicoba ukuran 300x400 mm
beton = 60 kg/cm2
3773 486000
terjadi = = 23,4 kg/cm2 < 60 kg/cm2 OK
30 x 40 1 2
x 40 x60
6
Tebal pelat kaki :
1422
M = 1/12x23,4x272 = 1422 kgcm ; t = 2,31 cm
1600 x1 / 6 x1
3,348m
5,022m
S1
5,000m
H1 5,022m H2 3,348m H3
Gambar 3.14
Pembebanan Pada Ikatan Angin
Gambar 3.15
Pembebanan 1 Satuan di Pucak
Gambar 3.16
Diagram Cremona Akibat Beban 1 Satuan
Tabel 3.13
Perhitungan Penurunan Kuda-kuda
b) Bahan
(1) Semen
(2) Air suling
c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
d) Langkah Kerja
(1) Siapkan alat-alat dan bahan tersebut diatas, kemudian mintalah bahan-bahan yang
diperlukan diatas kepada teknisi yang bertugas.
(2) Timbanglah semen sebanyak 250 gram.
(3) Pertama cobalah air suling sebanyak 28 % dari berat semen, kemudian campurkan dengan
semen yang 250 gram tadi selama 1 menit.
(4) Buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tangan, kemudian dilemparkan 6 kali dari
satu tangan ke tangan yang lain dengan jarak kira-kira 15 cm.
(5) Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan kedalam cincin konikal yang
dipegang dengan tangan yang lain melalui lobang besar, sehingga cincin konikal penuh
dengan pasta.
(6) Kelebihan pasta pada lobang besar diratakan dengan sendok perata yang digerakkan
dalam posisi miring terhadap permukaan cincin konikal.
(7) Letakkan pada pelat kaca pada lobang besar cincin konikal, balikkan, ratakan dan licinkan
kelebihan pasta pada lobang kecil cincin konikal dengan sendok perata.
(8) Letakkan cincin konikal dibawah jarum vicat besar dan kontakkan jarum yang diameternya
9mm dengan bagian tengah permukaan pasta.
(9) Jatuhkan jarum dan catat penurunan yang berlangsung selama 30 detik.
(10) Setelah 30 detik langsung dibaca berapa penurunannya, kalau belum mencapai 10
mm dicoba lagi perlu penambahan jumlah air.
b) Bahan
(1) Semen
(2) Air suling
d) Langkah Kerja
(1) Siapkan alat-alat dan bahan tersebut diatas, kemudian mintalah bahan-bahan yang
diperlukan diatas kepada teknisi yang bertugas.
(2) Timbanglah semen sebanyak 250 gram.
(3) Ambil air suling sebanyak sesuai dengan hasil uji konsistensi semen 29,5 % dari berat
semen misalnya , kemudian campurkan dengan semen yang 250 gram tadi selama 1
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
menit.
(4) Buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tangan, kemudian dilemparkan 6 kali dari
satu tangan ke tangan yang lain dengan jarak kira-kira 15 cm.
(5) Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan kedalam cincin konikal yang
dipegang dengan tangan yang lain melalui lobang besar, sehingga cincin konikal penuh
dengan pasta.
(6) Kelebihan pasta pada lobang besar diratakan dengan sendok perata yang digerakkan
dalam posisi miring terhadap permukaan cincin konikal.
(7) Letakkan pada pelat kaca pada lobang besar cincin konikal, balikkan, ratakan dan licinkan
kelebihan pasta pada lobang kecil cincin konikal dengan sendok perata.
(8) Letakkan cincin konikal dibawah jarum vicat besar dan kontakkan jarum yang diameternya
1mm dengan bagian tengah permukaan pasta.
(9) Jatuhkan jarum setiap 15 menit sampai mencapai penurunan dibawah 25 mm dan setiap
menjatuhkan jarum catat penurunan yang berlangsung selama 30 detik. Jarak antara titik-
titik setiap menjatuhkan jarum adalah ½ cm dan jarak titik dari pinggir cincin konikal tidak
boleh kurang dari 1 cm.
b) Bahan
(1) Minyak tanah dengan berat jenis 62 API (American Petroleum Institute).
(2) Contoh semen sebanyak 64 gram.
c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
(2) Bersihkan bangku-bangku laboratorium dari kotoran-kotoran seperti sisa-sisa semen,pasir
dan sebagainya.
(3) Jagalah alat-alat dan perlengkapan kerja lainnya secara teratur dan rapi.
(4) Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan kepada benda pekerjaan.
(5) Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya ,hindari bekerja sambil bergurau.
(6) Hati-hati waktu mencampur semen dengan minyak tanah agar minyak tanah tidak banyak
yang hilang.
(7) Hati-hatilah melihat hasil pengamatan dalam Lie Chatelir dalam mililiter.
d) Langkah Kerja
(1) Isi botol Lie Chatelir dengan minyak tanah sampai antara sekala 0 .
(2) Masukkan botol kedalam bak air dengan suhu konstan dalam waktu yang lama untuk
menghindarkan variasi suhu botol lebih besar dari 0,2oC.
(3) Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca sekala pada botol ( V1).
(3) Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat sebaiknya terbuat
dari baja tahan karat.
(4) Mistar perata.
(5) Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder berdiameter 15 cm ketinggian 30 cm.
b) Bahan
(1) Pasir secukupnya dimasukkan kedalam oven untuk ditimbang supaya beratnya tetap atau
constant.
c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
(2) Bersihkan bangku-bangku laboratorium dari kotoran-kotoran seperti sisa-sisa semen,pasir
dan sebagainya.
(3) Jagalah alat-alat dan perlengkapan kerja secara teratur dan rapi.
(4) Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan dalam perhatian kepada benda pekerjaan.
(5) Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya dan hindarilah bekerja sambil bergurau.
(6) Hati-hati waktu mengisikan pasir dalam silinder jagalah dengan cermat jangan sampai
ada yang hilang karena angin.
(7) Hati-hatilah waktu menimbang hasil pengujian.
d) Langkah Kerja
(1) Timbang dan catatlah beratnya silinder kosong = W1
(2) Masukkan pasir dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahanbutir –butir, dari ketinggian
maksimum 5 cm ( 1/3 bagian silinder ) diatas wadah dengan menggunakan sendok atau
sekop sampai penuh.
(3) Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
(4) Timbang dan catatlah berat wadah dan benda ujinya = W2
(5) Hitung berat benda uji W3 = W2 – W1
W3
(6) Perhitungan berat isi =
V
(7) V = volume dari silinder
b) Bahan
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau dengan cara perempatan (quartring)
sebanyak :
(1) Agregat kasar ukuran maksimum 2,5“,berat minimum 25 kg.
(2) Agregat kasar ukuran maksimum 2“,berat minimum 20 kg.
(3) Agregat kasar ukuran maksimum 1½“,berat minimum 16 kg.
(4) Agregat kasar ukuran maksimum 1“,berat minimum 12 kg.
(5) Agregat kasar ukuran maksimum ¾“,berat minimum 5 kg.
(6) Agregat kasar ukuran maksimum ½ “,berat minimum 2,5 kg.
(7) Agregat kasar ukuran maksimum 3/8 “,berat minimum 1 kg.
c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
(2) Bersihkan bangku-bangku laboratorium dari kotoran-kotoran seperti sisa-sisa semen,pasir
dan sebagainya.
(3) Jagalah alat-alat dan perlengkapan kerja secara teratur dan rapi.
(4) Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan dalam perhatian kepada benda pekerjaan.
(5) Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya dan hindarilah bekerja sambil bergurau.
(6) Hati-hati waktu menimbang kerikil jagalah dengan cermat jangan sampai ada yang hilang
karena kurang hati-hati.
(7) Hati-hatilah melihat nomor hasil timbangan kerikilnya.
d) Langkah Kerja
(1) Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu 110oC sampai beratnya tetap.
(2) Saring benda uji lewat susunan ayakan dengan ukuran ayakan yang paling besar diatas
dan paling kecil dibawah.
(3) Ayakan diguncang dengan tangan atau mesin penguncang selama 15 menit.
(4) Hitung prosentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing ayakan terhadap
berat total benda uji.
b Bahan
Benda uji dan gradasi benda uji seperti tabel dibawah ini:
Ukuran Ayakan Berat dan Gradasi Benda Uji (gram)
Lolos Tertahan A B C D E F G
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
(2) Bersihkan bangku-bangku laboratorium dari kotoran-kotoran seperti sisa-sisa semen,pasir
dan sebagainya.
(3) Jagalah alat-alat dan perlengkapan kerja secara teratur dan rapi.
(4) Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan dalam perhatian kepada benda pekerjaan.
(5) Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya dan hindarilah bekerja sambil bergurau.
(6) Hati-hati waktu mengisikan kerikil dalam bejana los angeles abration jagalah dengan
cermat jangan sampai ada yang hilang karena angin.
(7) Hati-hatilah melihat nomor ukuran dalam timbangan.
d) Langkah Kerja
(1) Benda uji dan bola-bola baja dimasukkan kedalam mesin Los Angeles.
(2) Putar mesin dengan kecepatan 30 – 33 rpm sebanyak 500 putaran.
(3) Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring dengan
Ayakan No.12. Butiran yang tertahan diatasnya dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan
dalam oven suhu 110oC.
ab
(4) Keausan = x 100 %
a
Dimana: a= Berat benda uji semula
b= Berat benda uji yang tertahan saringan
b) Bahan
(1) Agregat kasar (kerikil) yang tertahan saringan No.4 diperoleh dari alat pemisah contoh
cara peremapatan sebanyak 3000 gram
(2) Air PDAM secukupnya.
c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
(2) Bersihkan bangku-bangku laboratorium dari kotoran-kotoran seperti sisa-sisa semen,pasir
dan sebagainya.
(3) Jagalah alat-alat dan perlengkapan kerja lainnya secara teratur dan rapi.
(4) Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan dalam perhatian kepada benda pekerjaan.
(5) Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya dan hindarilah bekerja sambil bergurau.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
(6) Hati-hati waktu mengisikan kerikil dalam cawan jagalah dengan cermat jangan sampai
ada yang hilang karena kurang ketelitian.
(7) Hati-hatilah waktu menimbang hasil pengujian.
d) Langkah Kerja
(1) Keringkan benda uji dalam oven pada suhu 110oC , sampai beratnya tetap, ambillah
seberat 3000 gram lalu rendam dalam air selama mininam 24 jam.
(2) Buang air perendam hati-hati, jangan ada butiran yang hilang, tebarkan kerikil diatas
talam, keringkan diudara panas dengan cara mengelap dengan kain pel satu persatu
hingga kering permukaan(SSD)
(3) Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan menggoreskan tembaga kedalam batu
kalau kelihatan putih maka sudah dapat dikatakan kering udara.
(4) Segera setelah tercapai kering permukaan jenuh timbanglah 2500 gram(Bj) masukkan
benda uji ke dalam bejana dan timbanglah kerikil dalam air (Ba).
(5) Setelah ditimbang dalam air keluarkan kerikilnya dan keringkan oven dan timbanglah
hasilnya (Bk)
Bj
(6) Perhitungan : Berat jenis SSD =
Bj Ba
Bk
(7) Berat jenis semu =
Bk Ba
Bk
(8) Berat Jenis Kering oven=
Bj Ba
Bj Bk
(9) Penyerapan = x 100 %
Bk
b) Bahan
Kerikil secukupnya dimasukkan kedalam oven untuk ditimbang supaya beratnya tetap atau
constant.
c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
d) Langkah Kerja
(1) Timbang dan catatlah beratnya silinder kosong = W1
(2) Masukkan kerikil dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir –butir, dari ketinggian
maksimum 5 cm ( 1/3 bagian silinder ) diatas wadah dengan menggunakan sekop sampai
penuh.
(3) Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
(4) Timbang dan catatlah berat wadah dan benda ujinya = W2
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b) Bahan
(1) Kerikil
(2) Air
c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
(2) Bersihkan bangku-bangku laboratorium dari kotoran-kotoran seperti sisa-sisa semen,pasir
dan sebagainya.
(3) Jagalah alat-alat dan perlengkapan kerja lainnya secara teratur dan rapi.
(4) Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan dalam perhatian kepada benda pekerjaan.
(5) Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya dan hindarilah bekerja sambil bergurau.
(6) Hati-hati waktu mencuci kerikil dalam talam dan menumpah ke ayakan no. 200 jagalah
dengan cermat jangan sampai ada yang hilang karena guyuran air.
(7) Hati-hatilah waktu menimbang hasil pengujian.
d) Langkah Kerja
(1) Kerikil diambil dan ditimbang sebanyak 2500 gram netto( A )
(2) Pasir dicuci dengan air PDAM, yang keruh dituangkan kedalam ayakan no.200 dan kerikil
yang tertinggal dalam ayakan dikembalikan lagi kedalam talam kerikil tadi dan diusahakan
jangan ada yang berceceran.
(3) Pencucian dilakukan berkali-kali hingga air dalam kerikil jernih
(4) Kerikil hasil cucian yang telah bersih dioven selama 24 jam dengan suhu 110oC.
(5) Setelah 24 jam kerikil tersebut didinginkan , ditimbang beratnya.( B )
A B
(6) Kadar Lumpur = x 100 %
B
d) Langkah Kerja
(1) Siapkan data-data dari analisa ayakan pasir dan kerikil
(2) Tentukan nomor ayakan di mana campuran pasir dan kerikil tertinggal
p.x k.(100-x)
(3) A = 100 100
dimana: A = Persamaan Dasar (Tabel 3.8 Materi)
Yp = Agregat halus yang tertinggal pada ayakan
Yk = Agregat kasar yang tertinggal pada ayakan
b) Bahan
(1) Hasil perhitungan campuran beton (mix desain)
(2) Semen
(3) Pasir
(4) Kerikil
(5) Air
c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
(2) Bersihkan bangku-bangku laboratorium dari kotoran-kotoran seperti sisa-sisa semen,pasir ,
kerikil dan sebagainya.
(3) Jagalah alat-alat dan perlengkapan kerja secara teratur dan rapi.
(4) Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan dalam perhatian kepada benda pekerjaan.
(5) Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya dan hindarilah bekerja sambil bergurau.
(6) Hati-hati waktu menimbang semen, pasir, kerikil jagalah dengan cermat jangan sampai
ada yang hilang karena kurang hati-hati.
(7) Hati-hatilah melihat hasil timbangan semen,pasir,kerikil, dan jumlah airnya.
d) Langkah Kerja
(1) Timbang semen, pasir, dan kerikil sesuai dengan hasil mix desain
(2) Ukurlah air sesuai dengan hasil mix desain
(3) Masukan bahan-bahan yang telah ditimbang dan diukur ke dalam molen
(4) Setelah bahan telah tercampur dengan baik, lakukanlah pengujian slump
(5) Masukanlah beton segar tersebut ke dalam cetakan benda uji yang telah ditentukan
1. Pendahuluan
Ada sekitar 4.500 jenis kayu Indonesia, dari jumlah kayu ini hanya sebagian kecil yang dapat
diketahui sifat dan kegunaannya. Sebagian masyarakat masih cenderung menggunakan jenis kayu
tertentu. Yaitu, kayu yang ada di Pulau Jawa, kayu sebagian orang lebih menyukai kayu jati dari pada
kayu lainnya dandi Pulau.Irian Jaya cenderung memakai Kayu Bangalau, yang biasa disebut Kayu Jati
Papua. Demikian pula orang-orang di Kalimantan lebih mantap memakai kayu ulin dan sebagainya.
Akibatnya, jenis lainnya yang justru memiliki potensi besar tidak mendapatkan tepat di hati
masyarakat pemakaian kayu. Jika semua jenis kayu yang telah diketahui sifat-siafatnya, maka akan
dapat dimanfaatkan sesuai tujuan dan penggunaannya, terutama pada konstruksi bangunan.
Kayu sebagai bahan konstruksi sudah sejak dulu dikenal orang. Dahulu menggunakan kayu
sebagai bahan konstruksi hanya didasarkan pada pengalaman dan institusi. Berkat kemajuan ilmu
pengetahuan, terutama dibidang matematik, mekanik teknik dan juga ditemukan alat – alat
penyambung modern, maka dapat dibuat konstruksi yang berat utamanya pada konstruksi kayu.
Kayu sebagai hasil utama hutan akan tetap terjaga keberadaannya selama hutan telah
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dikelola secara baik menurut aturan pengelolaan dan berkesinambungan. Bila dibandingkan dengan
material struktur lain, material kayu mempunyai berat jenis yang ringan dan proses pengerjaannya
dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana dan ringan. Sebagai bahan dari alam kayu dapat
terurai secara sempurna sehingga tidak ada istilah limbah pada konstruksi kayu ( environmental
friendl). Hutan dan kayu merupakan rahmat pemberiaan Tuhan Yang Maha Esa yang dapat
dimanfaatkan sepenuhnya untuk kesejahteraan manusia dimuka bumi, akan tetapi perlu
memeliharanya secara rutin (reboisasi) supaya dalam siklus ekositem tidak mengalami kepunahan.
2. PengertianTentang Kayu
Kayu suatu bahan bangunan berupa pohon yang disebut bahan pohon kayu, yang diperoleh
dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan yang dipilih secara cemat sesuai penggunaanya atau
sering dikelompokan jenisnya kedalam bagian klas kuat serta awet kayu, sebagai bagian dari satu
pohon. Dalam bagian–bagian inti potongan kayu dapat dilihat struktur bagian kayu yang biasa
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam dasar perhitungan struktur kekuatanya di suatu
bangunan, khususnya bangunan yang dibuat pada konstruksi kuda-kuda kayu. Adapun bagian-bagian
ini dapat diihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
Pohon sebagai satu kesatuan bagian-bagian yang penting. Yaitu bagian –bagian tersebut
ialah akar, batang, cabang, ranting dan daun.Bagian-bagian kayu secara singkat dapat dipaparkan
seperti gambar berikut:
Gambar 4.1
Bagian-bagian di Pohon Kayu
Gambar 4.2
Kulit pada Pohon Kayu
Kulit berfungsi sebagai pelindung bagian-bagian yang lebih dalam terhadap kemungkinan
pengaruh dari luar bersifat merusak, misalnya iklim, serangan serangga, hama, kebakaran, serta
perusak-perusak kayu lainnya. Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai bahan makanan dari daun
ke bagian-bagian tanaman.
b. Kambium
Kambium merupakan jaringan yang mempunyai lapisan tipis dan bening, melingkari kayu. Fungsi
kambium kearah luar, kambium membentuk kulit baru mengantikan kulit lama yang rusak; dan
kearah dalam, memebentuk kayu yang baru. Dengan adanya kambium pohon lambat laun dapat
bertambah besar. Sementara itu, pertumbuhan meninggi ditentukan jaringan meristem.Kambium
terletak antara kulit dan kayu gubal.
c. Kayu Gubal
Kayu gubal terdiri dari sel-sel yang dibentuk melalui perubahan sel-sel yang masih hidup dan
terletakdi sebelah dalam kambium .Kayu gubal berfungsi sebagai penyalur cairan dan tempat
penimbunan zat-zat makanan.Tebal lapisan kayu gubal bervariasi, menurut jenis
pohonnya.Umumnya jenis pohon yang tumbuh cepat mempunyai lapisan kayu gubal lebih tebal
dibanding kayu terasnya. Kayu gubal biasanya mempunyai warna terang.
d. Kayu Teras
Kayu teras terdiri dari sel-sel yang dibentuk melalui perubahan-perubahan sel hidup pada
lingkaran kayu gubal bagian dalam. Terbentuknya kayu teras disebabkan oleh terhentinya fungsi
sebagai penyalur cairan dan proses lain dalam kehidupan kayu. Ruang dalam kayu teras terdapat
mengandung berbagai macam zat yang memberikan warna lebih gelap, tetapi tidak semua kayu
teras bersifat demikian. Hanya pada jenis-jenis kayu tertentu, terasnya berisi tiloses. Pada
bebrapa jenis kayu yang lain, kayu terasnya banyak mengandung bahan-bahan ekstraktif yang
membuat kayu tersebut lebih berat dan lebih awet . Tetapi tidak semua jenis kayu yang memiliki
zat ekstraktif dapat dipastikan keawetannya.
e. Hati
Hati merupakan bagian kayu yang terletak pada pusat lingkaran tahun (tidak mutlak pada pusat
bontos). Hati berasal dari kayu awal, yaitu bagian kayu yang pertama kali dibentuk oleh cambium
dan umumnya hati mempunyai sifat rapuh atau lunak.
f. Lingkaran Tahun
Lingkaran tahun adalah batas antara kayu yang membentuk pada permulaan dan akhir suatu
musim. Melalui lingkaran-lingkaran tahun ini dapat diketahui umur suatu pohon. Apabila
pertumbuhan diameter (membesar) terganggu musim kering karena pengguran daun atau
serangan serangga/ hama, maka dapat terbentuk lebih dari satu lingkaran tahun (lingkaran
tumbuh) dalam satu musim yang sama. Hal ini disebut lingkaran tahun palsu. Lingkaran tahun
dapat dilihat dengan mudah pada beberapa jenis kayu daun lebar. Pada jenis-jenis kayu yang
terdapat pada semua kayu . Sifat-sifat umum tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Sifat fisik Kayu
Beberapa hal yang tergolong dalam fisik kayu adalah berat jenis , keawetan alami, warna,
higrokopik, tekstur, serat, berat, kekerasan, kesan raba, baudan rasa, nilai dekoratif dan beberapa
sifat lainnya.
Sifat-sifat tersebut antara lain:
1) Berat Jenis
Kayu memiliki berat jenis (BJ) yang berbeda-beda, berkisar anatara minimum 0,2 (kayu balsa)
hingga 1,28 (kayu nani). Berat jenis merupakan petunjuk penting bagi aneka sifat kayu.
Makin berat BJ-nya umumnya makin kuat pula kayunya. Semakin ringan suatu jenis kayu,
akan berkurang pula kekuatannya. Berat jenis ditentukan anatara lain oleh tebal dinding
seldan kecilnya rngga sel yang membentuk pori-pori. Berat jenis diperoleh dari perbandingan
antara berat sesuatu volume kayu tertentu dengan volume air yang sama pada suhu standar.
Umumnya berat jenis kayu ditentukan berdasarkan kayu kering udara atau kering tanur dan
volume kayu pada posisi kadar air tertentu.
2) Keawetan Alami Kayu
Keawetan alami kayu ternyata berbeda-beda. Maksud keawetan alami ialah ketahanan kayu
terhadap serangan unsur-unsur perusak kayu dari luar misalnya jamur,rayap, bubuk, cacing,
laut, dan makluklainnya, yang diukur dengan jangjka waktu tahunan. Keawetan kayu tersebut
disebabkan oleh adanya suatu zat di dalam kayu (zat ekstraktif). Zat-zat tersebut merupakan
sebagian unsur racun bagi perusak-perusak kayu, sehingga perusak tersebut tidak sampai
masuk atau tinggal di dalamnya dan merusak kayu. Misalnya kayu jati memiliki tectoquinon,
kayu ulin memiliki silica, dan lain-lain, sehingga kayu-kayu jenis ini mempunyai tingkat
keawetan secara alami.Indonesia membedakan lima kelas keawetan kayu (PKKI NI-5) Zat
ekstraktif pada kayu mulai terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras. Oleh
karena itu, kayu teras pada semua jenis kayu umumnya lebih awet dibandingkan dengan
kayu gubal. .Hal itu disebabkan pada kayu gubal sel-selnya masih hidup, kayunya lunak dan
sebagi tempat cadangan bahan makanan, sehingga perusak-perusak kayu lebih mudah
menembus dan merusak kayu tersebut.
3) Warna Kayu
Ada beraneka macam warna kayu, antara lain warna kuning, keputih-putihan, cokelat muda,
cokelat tua, kehitam-hitaman, kemerah-merahan, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan
oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda. Warna sesuatu jenis kayu dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain; tempat di dalam batang, umur pohon, dan
kelembaban udara.Kayu teras umumnya warna yang lebih jelasatau lebih gelap dibandingkan
kayu yang ada di luar kayu teras, yakni kayu gubal. Kayu dari pohon yang lebih tua dapat
lebih gelap dari pada kayu dari pohon yang lebih muda meskipun jenisnya sama. Kayu yang
kering berbeda pula warnanya dengan kayu yang basah. Kayu yang lama berada terbuka
dapat lebih gelap, dapat juga lebih pucat dari pada kayu yang segar dan kering udara. Pada
pengenalan kayu, warna kayu yang dipakai adalah warna terasnya. Pada umumnya warna
suatu jenis warna. Kadangkala terdapat satu warna mencolok dengan kombinasi warna-warna
lain yang sukar dipisahkan. Sebagai contoh, kayu yang berwarna putih seperti jelutung dan
kayu yang berwarna merah seperti kempas, renghas, dan lain sebagainya.
Tabel 4.1
Kelas Kayu Berdasarkan Berat Jenisnya
Kelas Berat Kayu Berat Jenis Kayu
1. Sangat berat 1. lebih besar dari 0.90
2. Berat 2. 0,75 s/d 0,90
3. Agak Berat 3. 0,60 s/d 0,75
4. Ringan 4. lebih kecil dari 0,60.
Sumber: PKKI NI-5
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
5) Kekerasan
Pada umumnya terdapat hubungan langsung antara kekerasan kayu dan berat kayu. Kayu-
kayu yang keras yang termasuk kayu-kayu yang berat . Sebaliknya kayu ringan adalah juga
kayu yang lunak. Berdasarkan kekerasannya, jenis-jenis kayu dapat digolongkan:
- Kayu sangat keras, contohnya balau dan giam
- Kayu keras, contohnya kulim dan pilang
- Kayu sedang kekerasanya, contohnya mahoni dan meranti
- Kayu lunak, contohnya pinus dan balsa
6) Kesan raba
Kesan raba suatu jenis kayu adalah kesan yang diperoleh pada saat kita meraba permukaaan
kayu tersebut. Jika kayu diraba akan memberikan kesan kasar, halus,licin,dingin dan
sebagainya.Kesan raba yang berbeda-beda untuk tiap-tiap jenis kayu tergantung pada tekstur
kayu, besar kecilnya air yang dikandung, dan kadar zat ekstraktif didalam kayu. Kesan raba
kasar , apabila keadaan bertekstur halus dan berat jenisnya tinggi, sebaliknya terasa panas
jika teksturnya kasar dan berat jenisnya rendah. Jati memberikan kesan agak berlemak atau
berlilin jika diraba, sedangkan kayu renghas memeberikan kesan gatal pada kulit ( alergi).
7) Baudan Rasa
Baudan rasa kayu mudah hilang jika kayu itu lama tersimpan di udara luar.Untuk mengetahui
baudan rasa suatu kayu , perlu dilakukan pemotongan atau sayatan baru pada kayu atau
dengan membasahi kayu tersebut, sebab ada jenis-jenis kayu yang mempunyai bau sangat
cepat hilang, atau memiliki bau yang cukup merangsang . Sifat bau dari kayu dapat
digambarkan sesuai dengan bau yang umumnya di kenal. Untuk menyatakan bau sesuatu
kayu, sering kali kita gunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal, misalnya bau bawang
putih ( kulim), bau keasam-asaman (ulin), bau zat penyamak (Jati), bau kamper (Kapur).
Kesan rasa dan bau tidak jauh berbeda. Adanya persamaaan diantara kesan baudan rasa
disebabkan oleh adanya hubungan erat yang terdapat pada indra pembau dan indra perasa
kita.
8) Nilai dekoratif
Nilai dekoratif umumnya menyangkut jenis-jenis kayu yang akan dibuat untuk tujuan tertentu
yang hanya mementingkan keindahan pada kayu tersebut. Nilai dekoratifsesuatu jenis kayu
tergantung pada penyebaran warna, arah serat kayu, tekstur, dan pemunculan riap-riap
tumbuh bersama muncul dalam pola atau bentuk tertentu. Pola gambar inilah yang membuat
suatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif. Kayu-kayu yang memiliki nilai dekoratif antara
lain sonokeling, sonokembang, renghas, dan eboi.
9) Sifat-sifat lain
Dua hal yang termasuk sifat-sifat lain yaitu pembakaran dan kayu terhadap suara:
- Sifat pembakaran
Sifat lain suatu kayu adalah sifat pembakaran. Semua jenis kayu dapat terbakar, menjadi
arang dan menjadi abu. Sifat mudah terbakar ini pada satu sisi memberi keuntungan,
misalnya kalu kayu itu akan dipergunakan sebagai bahan pembakar.Di sisi lain,
merugikan, misalnya kalau kayu itu dipakai sebagai bahan perabot atau bangunan.
Walaupun demikian kayu tidak dapat ditinggalakan karena memiliki sifat-sifat logam.
Proses pembakaran sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik , kimia dan anatomikayu.
Tabel 4.2
Kekuatan Kayu Menurut Jenisnya
Kelas Berat Jenis Keteguhan Lentur Keteguhan Tekan
kuat Kering Udara Mutlak (kg/cm2) Mutlak (kg/cm2)
I > 0,90 .> 1100 > 650
II 0,90 – 0,60 1100 – 725 650 – 425
III 0,60 – 0,40 725 – 500 425 – 300
IV 0,40 – 0,30 500 - 360 300 – 215
V < 0,30 < 360 < 215
Sumber: LPHH-Bogor
Tabel 4.3
Unsur Kimia dan Komposisi Kayu
Unsur Kimia Komposisi
Karbon 50%
Hidrogen 6%
Nitrogen 0,04 – 0,10 %
Abu 0,20 – 0,50 %
Oksigen Sisanya
2) Bidang radial, yaitu bidang kayu yang diperoleh dengan memotong kayu searah serat melalui
sumbu kayu.
3) Bidang aksial /Kepala kayu, yaitu bidang yang diperoleh dengan memotong kayu tegak luruss
dengan sumbu kayu.
Komponen kimia kayu sangat berariasi, karena dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh, iklim dan
letaknya di dalam batang atau cabang. Berikut ini dipaparkan komponen kimia kayu menurut
golongan kayu.
Tabel 4.4
Komponen Kimia Menurut Golongan Kayu
Golongan Kayu
Komponen Kimia
Kayu Daun lebar (%) Kayu Daun Jarum (%)
Selulosa 40 – 45 41 – 44
Lignin 18 – 33 28 -32
Pentosa 21 – 24 8 -13
Zat ekstraktif 1-12 2,03
Abu 0,22 - 6 0,89
Gambar 4.3
Lingkaran Tahun pada Inti Kayu
1) Selulosa
Selulosa adalah bahan kristalis membangun dinding-dinding sel. Bahan dasar selulosa ialah
glukosa, gula bermatabat enam, dengan rumus C6, H12,O6 Mo, Molekul-molekul glukosa
disambung menjadi molekul-molekul besar, panjang dan berbentuk rantai dalam susunan
4. Tegangan Kayu
a. Tegangan dan Modulus Elastisitas
Tegangan ijin dan modulus elastisitas kayu mutu A untuk empat kelaskuat kayu dapat dilihat pada
Tabel 4.5. Sedangkan tegangan ijin kayu mutu B adalah 75% dari tegangan ijin kayu mutu A.
Tabel 4.5
Tegangan dan Kelas Kuat Kayu
Teganagan Kelas kuat kayu kg/cm² Kayu Jati
ijin I II III IV V
lt 150 100 75 50 - 130
tr // tk // 130 85 60 45 - 110
tkL 40 25 15 10 - 30
τ 20 12 8 5 - 15
Tegangan ijin untuk kayu mutu A juga dapat didasarkan pada berat jenis (g), seperti dinyatakan
dalam persamaa dibawah ini :
lt = 170.g
tr // tk // = 150.g
tkL = 40.g
τ = 20.g
Tegangan ijin pada Tabel 4.5perlu dikalikan dengan factor-faktorpengaruh keadaan konstruksi
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dan sifat pembebanan. Besarnya factor-faktor pembebanan tersebut adalah sebagai berikut:
1) faktor 2/3
- Untuk konstruksi yang selalu terendam air.
- Untuk bagian konstruksi yang tidak terlindung, dan kemungkinan kadar air kayu akan
tinngi.
2) faktor 5/6.
Untuk konstruksi yang tidak terlindung, tetapi kayu dapat cepat mengering.
3) faktor 5/4.
- untuk bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh muatan tetap dan muatan
angin.
- untuk bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh muatan tetap dan muatan
tidak tetap.
Definisi konstruksi yang terlindung adalah konstruksi yang dilindungi dari perubahan udara yang
besar, dari hujan, dari matahari, sehingga tidak akan menjadi basah dan kadar airnya tidak akan
berubah banyak.
Tabel 4.7
Kelas Awet Kayu Pada Kondisi Konstruksi
Kelas awet
Kondisi Konstruksi
I II III IV V
a. Selalu berhubungan dengan 8 5 3 Sangat Sangat
tanah lembab. Tahun Tahun Tahun pendek pendek
b. Hanya terbuka terhadap angin 20 15 10 Beberapa Sangat
dan iklim tetapi dilindungi Tahun Tahun Tahun Tahun pendek
terhadap pemasukan dan
kelemasan
c. Di bawah atap tidak Tak Tak Sangat Beberapa pendek
berhubungan dengan tanah Terbatas terbatas lama Tahun
lembab dan dilindungi terhadap
kelemasan.
d. Seperti no: c tetapi dipelihara Tak Tak Tak 20 20
dengan, baik selalu dicat, dan Terbatas terbatas terbatas Tahun Tahun
sebagainya.
e. Serangan oleh rayap Tidak Jarang Hampir Tak Sangat
tidak seberapa cepat
f. Serangan oleh bubuk kayu kering Tidak Jarang
21 Benuas,bangkira
i,enggelam
Diotero Shorea Bangki (Kaltim) I-II 0,60 1,16 0,91 I-II
Carpacease Laevifolia Rai Kaltim: benua, (III)
22 Endert benuas,enggela
m,bangkirai
Idem Shorea Belange (balik papan) (I)-II 0,73 0,98 0,86 II
Balange Ran Belangeran (I-III)
Ran (Bangka,Biliton,
Kal.Tengga
Ra), kahoi
23 (Kalimatan
Idem Cotyle- Giam Tenggara) I 0,83 1,15 0,99 I
lobium (Resak Resak(juga
24 Spec.div. teem digunakan untuk
Dan Vatica baga) jenis jenis Vatika
Spec.div. drajat rendah)
R.bukit,R.Tem
baga
(Riau)R.tembaga
, R.Durian
25 Dipterocar- Diptero Keruing (Kal.Barat) I-II 0,51 1,01 0,54 III
Pageae Carpus Keruing,Suma
Spec.div. Tera: Lagan
26 Kal.Kruen
Atau Tampudau
Idem Shorea dan Meranti Jawa:palahlar II-IV 0,29 0,96 0,54 II-III
27 Para- putih Banyak sekali
Shorea Nama-nama
Spec.div. yang umum
Adalah me
28 ranti, dammar,
kendontang, d.
buah lempong,
lanan d. kelipik.
Berapa dari
29 nama-nama
tersebut di Atas
juga digunakan
30 Dipteroca- Shorea Meranti untuk jenis lain. II-IV 0,29 1,09 0,55 II-III
Pacease Spec.div. Merah Banyak sekali
dengan jenis
yang variasinya
besar, Nama yg
31 umum ialah
meranti,damar,
seraya,keruko,k
Idem Hopea Mersa- alup, lam pong, II-III 0,42 1,03 0,55 II-III
Pllancho Tembesu
Magnolia Nia valida
Ceae BI Cempa III-IV 0,31 0,69 0,53 II
Lagers Ka Putat
troemia
Speciosa
Pers Bungur
Michelia
Malva ceae Spec.div
Waru III 0,41 0,55 0,50 III
Meliaceae gunung Manglid, baros
Mahoni (sund) II-III 0,56 0,72 0,64 III
daun kecil champaka
Meliaceae (jawa), medang
Hibiscus Mindi (Sumatra) II-III 0,42 0,65 0,53 IV-V
(Sumatra)
Albizia Weru ingul (Batam) I – II 0,60 0,95 0,77 II
Moraceae Falcate Lalumpue
Backer (Menado)
Adenan Tempi Jawa:sengon I 0,92 1,20 1,01 I
thera nis Sunda
Spec.div. Jerungjing
Albizia
procera Raja Bunga
Benth Saga
Sloetia (Palembang)
Elongate
Backer Kihiyang
(Sunda)
Weru,Wangkal
Tekik (Jawa)
Mal: kapinis,
tempinis; bat
damuli
Gambar 4.4
Balok Terdapat Gaya Tarikan
Didalam menentukan luas tampang batang yang mengalami tarikan harus diperhitungkan
berkurangnya luas tampang adanya alat-alat sambung (perlemahan). Untuk itu dalam hitungan
digunakan luas tampang netto (Fn). Besarnya Fn= c. Fbr dengan c adalah faktor perlemahan akibat
alat sambung, dan Fbr = luas tampang bruto.
Besarnya faktor perlemahan dapat diambil seperti di bawah ini:
10 % untuk sambungan dengan paku
20 % untuk sambungan dengan baut dan sambungan gigi
20 % untuk sambungan dengan kokot dan cincin belah
30 % untuk sambungan dengan pasak kayu
0 % untuk sambungan dengan perekat (Konstruksi Kayu oleh Ir.Suwamo W)
Contoh Soal 1:
Suatu detail batang kerangka kuda-kuda mendapatkan pembebanan berupa tarikan S=7000 kg,
dengan sambungan perlengkapan baut. Jika kayu yang digunakan adalah kayu Jati Klas II,
rencanakan dimensi batang tersebut ?
Contoh Soal2:
Suatu detail batang kerangka kuda-kuda mendapatkan pembebanan berupa tarikan S=9000 kg,
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dengan sambungan perlengkapan pasak kayu. Jika kayu yang digunakan adalah kayu Jati Klas II,
rencanakan dimensi batang tersebut ?
Jawab :
S 9000
Ditapsir ukuran kayu b= 10 cm tr // 85 kg/cm 2
Fn 0,7 Fbr
S 9000 9000
Sehingga perumusanya menjadi tr // 85 kg/cm 2
Fn 0,7 Fbr 0,7.b.h
b.h. tr // .0,70 = S jika harga dimasuk
maka h.10. 0,70. 85 = 9000 h= 151,26 / 10 = 15,126 dibulatkan 16 cm
Jadi ukuran kayu yang dipilih adalah b= 10 cm h=16 cm
S 9000
Kontrol tegangan yang terjadi tr // 56,25 85 kg/cm 2
Fbr 10.16
Gambar 4.5
Balok Mendapatkan Gaya Tekanan
Untuk batang yang terkena Gaya desakan tidak perlu adanya perlemahan, yang terjadi pada
batang perlu adanya perhitungan:
1) Batang tunggal
Gambar 4.6
Batang Atau Balok Tegak Terdapat Gaya Tekanan
Hubungan antara λ belum dapat diketahui maka dapat pendekatan secara praktis λ ≥ 100
akan dipakai rumus dalam mekanika teknik Rumus Euler, sedangkan bila λ ≤ 100 akan dipakai rumus
Tetmayer. Maka umumnya didalam merencanakan sesuatu batang desak dianggap lebih dulu bahwa
batang itu mengikuti rumus Euler, kemudian apabila perlu ukuran-ukuran ditentukan menurut
rumusan EULER dapat diubah menjadi:
Ptk = π². E . I min/ n..lkt²
dimana :
n =Faktor keamanan
Ptk = Gaya tekuk
π² = 10 (dibulatkan)
E = 100.000 kg/cm² (jika kayu yang dipakai adalah kayu Klas II).
Maka akan terdapat perumusan: 10 .n.Ptk. tk² dan bila sesuai klas kayu masing-maing yang
digunakan untuk batang tunggal desak, dapat memakai pedoman awal dapat digunakan rumus-rumus
sebagai berikut:
- untuk kayu klas-kuat I , Imin = 40 . Ptk . tk2
- untuk kayu klas-kuat II , Imin = 50 . Ptk . tk2
- untuk kayu klas-kuat III , Imin = 60 . Ptk . tk2
- untuk kayu klas-kuat IV, Imin = 80. Ptk. tk2
Selanjutnya tegangan desak yang terjadi tidak boleh melampaui tegangan desak yang diijinkan.
P.ω
σds σds //
Fbr
2) Batang ganda
Batang ganda dapat terdiri dari dua, tiga ataupun empat batang tunggal yang digabung
dengan diberi jarak antara. Pemberian jarak ini dengan maksud untuk memperbesar momen inersia
yang berarti juga memperbesar daya dukung.Besamya momen inersia terhadap sumbu bebas bahan
dalam hal ini sumbu Y- (lihat gambar 20) harus diberi faktor reduksi sehingga besarnya dihitung
sebagai berikut:
Iy = ¼ . (It + 3.Ig)
It = Momen inersia yang dihitung secara teoritis (apa–adanya).
Ig = momen inersia yang dihitung dengan menggangap bagian-bagian ganda menjadi
tunggal.
Untuk momen inersia terhadap sumbu X tidak perlu direduksi.
Disyaratkan bahwa a < 2b . Jika a > 2b, maka untuk menghitung It tetap diambil a=2b.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
c. Balok Lentur
Gambar 4.8
Balok Terdapat Momen
Pada sebuah balok yang dibebani momen lentur harus dipenuhi syarat batas tegangan lentur dan
lendutan. Tegangan lentur yang terjadi tidak boleh melampaui tegangan lentur yang diijinkan.
Mmaks
σ lt σlt
Wn
Wn = c . W , dengan c adalah faktor perlemahan seperti pada batang tarik, dan W adalah tahanan
momen. Juga lendutan yang terjadi tidak boleh lebih besar dari lendutan yang diijinkan seperti yang
disyaratkan pada PKKI 1961 ps.125.Syarat panjang betang balok yang efektif dapat dilihat pada PPKI
1961 ps. 12.1.
Gambar4.9
Balok terdapat Momen dan Gaya Tarikan
Pada konstruksi yang mengalami lenturan dan tarikan, tegangan yang terjadi tidak diijinkan lebih
besar dari tegangan tarik yang disyaratkan.
Gambar 4.10
Balok terdapat Momen dan Gaya Tekanan
Contoh Soal3:
Sebuah batang tarik dari kayu dengan Bj = 0,5 menahan gaya sebesar 5 ton. β = 1, = 1,
sambungan dengan baut. Diminta untuk menentukan dimensi batang tarik tersebut yang aman dan
ekonomis.
Penyelesaian:
Kayu dengan Bj = 0,5, β=1, γ=1
tr // = 150 .03 = 75 kg/cm2
P = 5000kg
Diambil b = 7cm
Ϋh = 12 cm (h ~ 2b)
Contoh Soal4:
Suatu batang desak panjangnya 2 m mendukung gaya 12 ton. Batang tersebut merupakan bagian
dari suatu konstruksi kuda-kuda dan direncanakan untuk menahan beban tetap + beban angin. Jika
kayu mempunyai Bj = 0,65 , diminta untuk merencanakan dimensi batang desak tersebut.
Penyelesaian :
Konstruksi kuda-kuda, terlindung β = 1
Beban tetap + beban angin, γ = 5/4
Konstruksi kuda-kuda = konstruksi rangka, ltk = = 2 m
Catatan : Sebenarnya dimensi bisa lebih kecil lagi karena tengangan ijin desak
diperhitungkan dengan faktor 5/4 sedangkan gaya desak pada rumus Imin tidak
dikalikan dengan faktor tersebut.
misal direncanakan tampang empat-persegi-panjang dengan h = 2b
Imin = 50 .Ptk.ltk2
1/12.b3.h = 50.4/5.Ptk.Ltk2
1/6.b4 = 50.4/5.12.4
b = 10,36 cm diambil b = 10 cm
h akan dicari lagi
1/12.b3 .2b
imin 0,289.b 2,89cm
2b.b
200 dari daftar III PPKI 1961, dengan
λ 69,2
2,89 interpolasi linier didapat ω = 1,854
P.ω 12000.1,854
σ ds 121,875kg/cm2
Fbr 10.h
12000.1,854
h 18,25kg/cm2
10.121,875
Diambil b = 10 cm
h = 19 cm (atau 20 cm tergantung dimensi kayu yang ada)
Catatan : Tampak bahwa luas tampang bujur-sangkar yang digunakan ternyata lebih
kecil dari luas tampang empat-persegi-panjang.Hal ini karena imin tergantung pada
b, sedangkan pada tampang persegi b-nya diam-bil lebih kecil dari b pada tampang
bujur-sangkar.
Contoh Soal5:
Diketahui a = b = 3 cm. Kayu dari Suren. P=3 ton
desak. Batang tersebut (gambar 4) terdapat pada
sebuah konstruksi rangka kuda-kuda. Beban per-
manen. Panjang batang 220 cm Diminta untuk
menentukan h.
Gambar 4.11
Potongan Melintang Batang Tekan
Iy 281,25
iy 2,17cm
Fbr 2.3.10
P.ω 3000.3,0966
σ ds 154,83kg/cm2 45kg/cm2 - tidak aman –
Fbr 10.6
setelah beberapa kali dicoba,
diambil h = 35 cm
ix = 0,289.h = 10,115 cm
It = 2.1/12.35.33 + 2.35.3.32 = 2047,5 cm4
Ig = 1/12.35.63 = 630 cm4
Iy = ¼.(2047,5 + 3.630) = 984,375 cm4
Iy 984,375
iy 2,17cm
Fbr 2.3.35
220 dari daftar III PPKI 1961, dengan
λ 101,38 interpolasi linier didapat ω = 3,0966
2,17
P.ω 3000.3,0966
σ 44,24kg/cm2 45kg/cm2 -OK-
Fbr 35.6
h = 35 cm
Ditentukan a = b = 4 cm kayu
Meranti (klas-kuat III) 1 = 250
cm, ujung-ujungnya bersendi.
Tentukan h jika P = 40 ton desak
akibat beban sementara dan
konstruksi terlindung.
Gambar 4.12
Potongan Melintang Batang Tekan
Penyelesaian :
β = 1, γ = 5/4, klas-kuat III daftar Iihat PPKI 1961
σ ds//r 60.1.5/4 75kg/cm 2
ltk = = 250 cm
dicoba h = 14 cm
ix = 0,289.14 = 4,046 cm
It = 3.1/12.1443 + 2.14.4.82 = 7392 cm4
Catatan: Di sini tampak bahwa walaupun h berubah namun iy tetap tidak berubah.
Pada soal-10 setelah trial pertama tampak bahwa yang digunakan adalah iy
(selama iy < ix), jadi karena iy tidak berubah untuk semua h, maka h bisa
langsung dicoba sebagai berikut.
P.ω
σ ds σ ds//r
Fbr
P.ω 3000.3,0966
h 34,41cm 35cm
b.σ ds//r 6.45
300
λ 74,15
4,046
P.ω 70,83.28.20
σ ds//r P 20088,53kg P Maks ijin = 20,08853 ton
Fbr 1,9745
ContohSoal6:
Direncanakan sebuah balok pada suatu konstruksi jembatan yang mem-punyai
panjang 4m mendukung beban tank 5 ton serta momen lentur 4 tm. Apabila balok
tersebut mendukung beban tetap + angin serta digunakan kayu Bangkirai pada Bj-
rata-rata, berapakah dimensi balok tersebut yang memenuhi syarat?
Penyelesaian:
Beban tetap + angin, γ =5/4
Konstruksi jembatan, β = 5/6
Kayu Bangkirai dengan Bj-rata-rata = 0,91
tr // r 150.0,91.5 / 4.5 / 6
= 142,1875 kg/cm2
142.1875.b3- 2500.b-529440 =0
dengan “trial and error” didapat b = 15,8776 cm
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
6. Sambungan Baut
a. Sambungan Dengan Perlengkapan Baut
Sambungan baut adalah Sambungan konstruksi kayu dengan baut, dimana
keuntungan yang didapat dari alat sambung baut dengan kuat dukung alat sambung
baut untuk gaya tarik maupun gaya tekan (desak) tidak berbeda dan alat sambung
baut dapat berfungsi dengan baik walaupun pada sambungan tampang banyak.
Gambar 4.13
Sambungan Baut Tampang Satu
Gambar 4.14
Sambungan Baut Tampang Dua
Dalam penggunaan pada sambungan baut digolongkan atau dikempokan
menjadi 2 kelompok yaitu: Sambungan tampang satu (Gambar 4.13)dan tampang
dua atau ganda (Gambar 4.14).
Gambar 4.15
Grafik Tegangan
d ≥ 0,93478
b
x
d ≥ 0,935 ………………………………………. (2)
b
Gambar 4.17
Baut Ikut Bengkak
P2 d3
Jadi : . b
2b .d 32
2
P2 = . d4 b .k
32
2
P= . d4 .b .k
32
P = 0,443 d2 .b .k …………………………………………....................... (3.a)
Z = 0,414 L
1 2 Mmax
Sehingga l batas =
0,414 P
M
l batas = lb = 3,414
P
Catatan
Dalam perhitungan dipilih hasil Pl yang paling kecil dari rumus 2 dan 3.a atau
3.b.
- Sambungan tampangdua
Beberapa kemungkinan adalah :
Baut tidak membengkok
Gambar 4.18
Baut Tidak Bengkok
P = 2.k . d. z
2 3 b d2
P= .b.d.l(1 4 . . 2 …………………………………………. (5)
3 8 k l
2 1
P = .b.d.l(1 4 12. .d3 .b.
3 32 d.b.l2
M
P = 4 12. max2 ……………………………………………………….. (5.a)
tb.d.l
Catatan:
Untuk menghitung Mmax adalah
Mmax = px 1 ½ x – px ½ x
d3
Karena baut bagian tepi tidak ikut membengkok, maka Mmax ≤ .b
32
d3
(Px . 1 1/3 x – px ½ x) ≤ b
32
d3
Pa ≤2 .b
32
Baut membengkok bagian tengah dan tepi
Kita akan mencari Pluncur (kita sebut dalam gambar P)
½p=p.z
= 2p . z
Seperti yang lalu kita harus mencariharga z dengan cara sebagai berikut :
Kita pandang M+max. Karena baut dibentang membengkok, makaM+max = b .
Wb
d3
M+max = .b
32
Sedangkan M+max harus dicari dengan jalan sebagai berikut, ilmu mekanik
terkait di kenalpernyataan“bertambahnya Mx dari momen lengkung antara
titik x dan x1 adalah sama dengan luas bagian dari bidang gaya lintang antara
x dan x1.”Dengan dalild tersebut, maka:
Gambar 4.19
Baut Ikut Membengkok
d3 b
z= .
16 d k
b
z = 0,443 d .
k
Kita kembali pada persamaan awal
P = 2p.z
P = 2 . k. d. z
b
P = 2 . k. d2. 0,443
k
b
P = 0,886 d2 ………………………………………………….. (6)
k
Dapat juga luncur dipecahkan sebagai berikut
M+max = ½ . k. d.z2 (lihat persamaan diatas)
2m
z=
k.d
P = 2 b . d. z
2M 8M.b 2 .d2
P = 2 b . d. P=
b.d b.d
P= 8m. b .d. ……………………………………………………… (6.a)
Catatan :
Mmax = p . x . 3/2x – px . ½ x
Mmax = px2
nk nb
Sambungan tampangSatu
- Baut kaku dan tidak ikut membengkak
1 …………...…….(7)
P = 0,414 Tk . d . l jika l/d ≤
0,935
Tb
Tk
- Baut ikut membengkak
1 Tb …………..(8)
P = 0,443 d2 Tb.Tk jika l/d ≥
0,935 Tk
Sambungan tampangDua
- Baut kaku dan tidak ikut membengkak
P = 2 Tk . d . l jika m ≥ 2 l ……………(9)
P = Tk . m .dl jika m ≤ 2 l
- Baut bengkok di tengah, tidak bengkok di tepi
3 b d2 ……………(10)
P = 0,667.Tk. d.l (-1 + . . 4
8 k l2
- Baut bengkok tengah dan tepi
P = 0,886. d2 Tb.Tk ……………(11)
Tabel 4.9
Jenis Kayu dan Tegangan
Jenis Kayu k (kg/cm2)
JATI 470
RASAMALA 550
PINUS 330
DAMAR 300
SUREN 240
dan b = 5400 kg/cm2
P = 0,667 x x 1,27 x 4 ( -1 + 4 . . 2
4 8 500 / 4 4
P = 637,871 kg/cm2 (perhitungan dengan nk = 4; nb = 2,25)
Jika tanpa faktor keamanan :
3 5400 1,272
P = 0,667 x 500 x 1,27 x 4 (-1 + 1 4 . .
8 500 4 2
P = 2199,709 kg/cm 2
2199,709
Atau ns = = 3,45
637,871
Pada Rumus 11
Kasusnya sama dengan rumus 8, jadi ns berkisar antar 3 dan 4
Guna penyederhanaan dalam perhitungan, maka kayu digolongkan menjadi 3
golongan, yaitu
Golongan I kayu dengan k = ± 500 kg/cm2
Golongan II kayu dengan k = ± 400 kg/cm2
Golongan III kayu dengan k = ± 300 kg/cm2
Kayu golongan I adalah semua kayu kelas kuat ditambah dengan kayu rasamala.
Kayu golongan II adalah semua kayu kelas kuat II
Kayu golongan III adalah semua kayu kelas kuat II
Dengan penyederhanaan ini maka rumus-rumus diatas dapat disederhanakan
sebagai berikut:
Tampang Satu
- Baut cukup kaku
P = 0,414 k . d. l
500
P = 0,414. . d. l = 51,75 d.l
4
P 50 d.l
- Baut ikut membengkok
P = 0,443 . d2 Tb .Tk
5400 500
P = 0,443.d2 . = 242,64 d2
2,25 4
P 240 d2
Tampang Dua :
- Baut Kaku
m > 2l : P = 240 d.l
m < 2l : P = 125 d.m
- Baut bengkok tengah dan tepi
: P = 480 d2
Catatan
1) Rumus 5 dan 5a, untuk tampang dua baut bengkok pas bagian tengah, dan
bagian tepi tidak bengkok hanya bisa terjadi, jika 2 l<m. Dalam kenyataan
praktek plat sambung l> ½ m atau minimal l = ½ m, jadi rumus 5 dan 5a tidak
dipakai dalam praktek.
2) Rumus : diatas P dalam kg; d, l dan m dalam cm.
3) b tidak perlu ditentukan
4) Dari hasil nilai dari rumus-rumus tersebut diatas dipilih yang terkecil.
d. Pengaruh sudut yang dibentuk antara arah gaya dan arah serat pada
sambungan kayu.
Pengaruh sudut yang terbentuk antara arah gaya dan arah serat identik juga
pengaruhnya pada sambungan kayu, yaitu dengan memakai rumus sinusoida (PKKI
PNS 7). Penelitian dari Ir. Suwarno Wiryomantoro tk : tk// = 0,4 sehingga:
tk = tk// – (tk// – tk) sin
= tk// – (tk// – 0,4 tk) sin
tk = tk// – (1– 0,6 sin )
Jadi P berbanding lurus dengan k . Jika gaya membentuk sudut 90o terhadap arah
serat, maka:
P = 0,443 d2 0,4 k . b
P = 0,443 d2 . 0,632 k . b
Atau
500 5400
P = 0,443 d2 . 0,65 .
4 2,25
P = 242 d2 . 0,65
P 240 d2 . 0,65
P 240 d2 (1 – 0,35)
P 240 d2 (1 – 0,35 sin 90o)
Dengan dasar ini maka
P = 240 d2 (1 – 0,35 sin )
( bergerak dari 0o sampai dengan 90o)
Tabel 4.10
Rumus Perhitungan Kekuatan Baut Untuk Tampang Satu dan Dua
Golongan Jenis Sambungan
Kayu Tampang Satu Tampang Dua
S= 50 . d . b. ( 1 - 0,6 . Sinα) S= 125 . d . b2. ( 1 - 0,6 . Sinα)
I(satu) S=240. d² . b. ( 1 – 0,35 . S= 250 . d . b1. ( 1 - 0,6 . Sinα)
Sinα)
Contoh Soal 7:
Salah satu batang struktur rangka batang pada kuda-kuda dari kayu kelas kuat III,
menerima tarikan sebesar 5000kg dan dimensi kayu dengan ukuran 8/18 cm, karena
kekurangan panang kayu batang tersebut disambung dengan baut. Jika plat
penyambung nya adalah kayu dengan ukuran 2 x 4/18. Rencanakan kebutuhan
baut yang diperlukan pada sambungan tersebut, dengan sambungan tampang dua.
Penyelesaian:
Pemilihan diameter baut, dengan sambungan tampang dua, dan golongan III, maka
menghitug diameter baut dapat diambil perkiraan:
Ǿ (diameter) baut = b1 / λ
= 8/ 5,7 = 1,4 cm digunakan baut diameter 1,59 cm = 5/8"
Kekuatan baut (P1), untuk sambungan tampang dua dan sudut adalah 0 atau sejajar
dengan sumbu inti, maka besarnya α = 0, maka kekuatan baut adalah :
P1 = 60. d. b1. = 60. 1,59. 8 = 636 kg
P1 = 120.d.b2 = 120. 1,59. 4 = 636 kg
P1 = 340. d² . = 340 .1,59² = 860 kg
Jumlah baut yang diperlukan adalah :
n (jumlah baut) = Beban gaya tarik di rangka batang / P1 (kekuatan satu baut)
n = 5000 / 636 = 7,86 baut dibulatkan menjadi 8 baut.
Gambar 4.20
Sambungan Baut Tampang Dua
ContohSoal 8:
Pada buhul di konstruksi kuda-kuda pada bangunan mempunyai beban permanen
(beban tetap γ=1), dalam keadaan terbuka (β=5/6) dan sambungan tersebut
membentuk sudut pertemuan α =90◦ Kayu rasamala batan vertikal ukurana 2 x
4/18 cm, sedangkan batang horizontal ukuran dipakai 8/18 cm. Rencanakan
sambungan tersebut dengan baut.
Gambar 4.21
Sambungan Dengan Perlengkapan Baut, Dengan Sudut 900
Gambar4.22
Sambungan Perlengkapan Memakai Baut Tampang Dua
Gambar 4.23
Sambungan Perlengkapan Baut, Dengan Penguat Besi Beugel
Karena tambahan plat sabuk ( bentuk U) , maka Gaya yang bekerja pada masing-
masing baut (P) ditambah 25% yaitu menjadi 1,25 x 318 = 397,5 kg
Perhitungan n (jumlah) baut = 1000 / 397,5 = 2,52 baut dibulatkan 3 baut.
Kontrol kekuatan plat besi.
P
Pada bahan plat σ ds σ ds = 1000/ 0,5. 5.14 = 28,57 kg/cm²< 1400 kg/cm (ok)
Fbr
P
Pada batang σ dskayu σ ds.Kayu = 1000/5.14 = 4,29 kg/cm² <15 kg/cm² (ok)
Fbr
ContohSoal 10:
Sebuah buhul pada batang Kuda-kuda dengan Bangunan keadaan terlindung seperti
pada Gambar 4.24, Kayu yang dipakai adalah kayu kelas kuat III. Rencanakan
sambungan tersebut memakai perlengkapan baut dimana besaran baut = b1 /λ =
4,3.
a. Penonjolan batang vertikal diperbolehkan
Pemilihan diameter baut = b1 /λ = 8/4,3 = 1,86 dipilih baut 1,59 mm(5/8")
Menghitung kekuatan aut (P1) :
P1 = 200. d . b2. = 200. 1,59. 4 = 1272 kg
P1 = 100. d . b1 . ( 1 -0,6. Sin.α )
= 100. 1,59 . 8. . ( 1 -0,6. Sin.35 ) = 834 kg
P1 = 430. d² . γ . β . ( 1 -0,6. Sin.α )
= 430. 1,59² . 1 . 1 . ( 1 -0,35. Sin.35 ) = 430. (1,59)² . 0,8 = 869 kg
Kekuatan satu baut yang dipilih adalah 834 kgn baut = 2750 / 834 = 3,3
dibulatkan 4 baut.
Gambar 4.24
Sambungan Dengan Baut Pada Tampang Dua
Gambar 4.25
Sambungan dengan Perlengkapan Baut Tampang Satu, Gabungan
Kekuatan Gigi Tunggal dan Penguatan Besi Beugel
Gambar 4.26
Sambungan Gigi dengan Arah Gigi Tegak Lurus dengan Batang
Gambar 4.27
Sambungan Gigi Dengan Membagi Sudut Luar Sama
Gambar 4.28
Sambungan gigi rangkap (gigi dan tumit)
Gambar 4.29
Kerangka kuda-kuda bangunan Gedung
Setelah dihitung dengan pemebebanan atap dari genteng, maka gaya-gaya terdapat
pada titik simpul atau batang-batang dapat diketahui gayatarik atau tekan yang
bekerja lewat perhitungan SAP atau Cremona seperti pada tiap simpul masing-
masing sebagai berikut:
Dimensi Rangka Batang
Lm2 = = = 20,62 cm
.b 12 . 10
Gambar 4.30
Sambungan Gigi Rangkap (Gigi dan Tumit) Pada Titik Buhul A
1,25 . 461,17
dipasang syarat minimum 2 10 mm
Kontrol tegangan :
606. Cos 60°
a = = 505 kg/cm2<a = 1400 kg/cm2
2 . (0,5 . 0,6)
Gambar 4.31
Sambungan Baut Dengan Penguat Besi Beugel
Dan Gigi Tunggal Pada Titik Buhul C
b = 5,4 5,4 = b : d
d = 40 mm : 5,4 = 7,4 20 mdipakai baut 5/8 “ (16 mm)
805
n baut = =1,40 2 baut
1,25 . 461,17
Gambar 4.32
Sambungan Baut Dengan Perlengkapan Penguat Besi Beugel
dan Gigi Tunggal Pada Titik Buhul D
Gambar 4.33
Sambungan Baut Dengan Penguat Beugel Besi
dan Gigi Tunggal Pada Titik BuhulE
Gambar 4.34
Sambungan Baut dengan Perlengkapan Penguat Besi Beugel
dan Gigi Tunggal pada Titik BuhulF
Contoh Soal17:
Titik Simpul G
Gambar 4.35
Sambungan Baut Dengan Perkuatan Beugel Besi
dan Gigi Tunggal Pada Titik Buhul G
Contoh Soal18:
Titik Simpul H
Gambar 4.36
Sambungan Baut Dengan Penguat Besi Beugel
dan Gigi Tunggal Pada Titik Buhul H
Contoh Soal19:
Titik Simpul I
Gambar 4.37
Sambungan Baut Dengan Penguat Beugel
dan Gigi Tunggal Pada Titik Buhul I
Contoh Soal20:
Titik Simpul J
Gambar 4.38
Sambungan Baut Dengan Penguat Besi Beugel
dan Gigi Tunggal Pada Titik Buhul J
Gambar 4.39
Kerangka Pada Gelegar Jembatan
Suatu kerangka jembatan dibuat terdiri kayu bulat klas II, dengan
pembebanan tetap permanen.
Contoh Soal 21:
Dimensi Rangka Batang
Titik Simpul A
Gambar 4.40
Sambungan Gigi Tunggal Pada Kayu Bulat pada Titik Buhul A
It 4.068
i min = = = 5,999 cm
Fbr 113,04
Panjang batang untuk kedua ujungnya jepit-jepit
lk = 0,75 x 140 = 105 cm
lk 105
= = = 17,5
imin 5,99
= 1,125 (daftar angka tekuk Daftar III PKKI 1961 NI.5)
Kontrol tegangan :
Pembebanan tetap dan sementara
S. 6134 . 1,125
tk // = = = 61,05 kg/cm2 5/4x85=106,25 kg/cm2
Fbr 113,04
Batang 2,3,4 (Tekan) Miring Atas pada titk B-C,C-D dan D-E
diambil beban yang maksimal, Panjang batang 125 cm.
Panjang batang untuk kedua ujungnya jepit-jepit
lk = 0,75 x 135 =101,25 cm
Fbr = . r2 = 3,14 . 62 = 113,04 cm2
It = Ix + 3.Ig dimana harga Ix = Iy= Imin = Ig
= 1017 + 3.1017 = 4.068 cm4
. d4 3,14 .(12)4
Imin = = = 1017,36 cm4
64 64
It 1017,36
i min = = = 5,999 cm
Fbr 113,04
Panjang batang untuk kedua ujungnya sendi lk = 140 = 140 cm
lk 101,25
= = = 16,878
imin 5,999
= 1,13 (daftar angka tekuk Daftar III PKKI 1961 NI.5)
S 975,56 kg
tr // = = = 11,506 kg/cm2 5/4x85=106,25 kg/cm2
Fn 84,78
Batang 13,14, 15 (Tekan) Miring pada titik B-G, C-H dan D-I
Batang Tekan 13 miring pada titik B-G (panjang batang 175 cm)
Dicoba kayu ukuran 2x 1/2 12 cm.
Fbr =2x ½ ( . r2)) = 3,14 . 62= 113,04 cm2
It 5086,80
i min = = = 6,71 cm
Fbr 113,04
Panjang batang untuk kedua ujungnya jepit-jepit lk = 131,25 cm
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
lk 131,25
= = = 19,56
imin 6,71
= 1,15 (daftar angka tekuk Daftar III PKKI 1961 NI.5)
Kontrol tegangan :
Pembebanan tetap dan sementara
S. 1250.1,15
tk // = = = 12,72kg/cm2 5/4x85=106,25 kg/cm2
Fbr 113,04
Batang 14 miring pada titik B-G (panjang batang 185 cm)
Dicoba kayu ukuran 2x 1/2 12 cm.
Fbr=2x ½ ( . r2)) = 3,14 . 62= 113,04 cm2
. D4 3,14 .(12)4
Imin = = = 1017,36 cm4
65 64
lk= 0,75 x1,85 m 138,75 cm (kedua ujung jepit-jepit )
It =Ix + 3 Ig dimana harga Ix = Iy = 2[½ (D4/64) + F. a²]
dimana harga a=9 cm
It = 2[½ (3,14. 124/64) + ½.3,14. (6)² (9)²]
= 2 [508,68 + 4578,12] = 5086,80 cm4
It 5086,80
i min = = = 6,71 cm
Fbr 113,04
Panjang batang untuk kedua ujungnya jepit-jepit lk = 138,75 cm
lk 138,75
= = = 20,68
imin 6,71
= 1, 16 (daftar angka tekuk Daftar III PKKI 1961 NI.5)
Kontrol tegangan :
Pembebanan tetap dan sementara
S. 3436 . 1,16
tk // = = =35,26 kg/cm2 5/4x85=106,25 kg/cm2
Fbr 113,04
It 5086,80
i min = = = 6,71 cm
Fbr 113,04
Panjang batang untuk kedua ujungnya jepit-jepit lk = 146,25 cm
lk 146,25
= = = 21,79
imin 6,71
= 1, 17 (daftar angka tekuk Daftar III PKKI 1961 NI.5)
Kontrol tegangan :
Pembebanan tetap dan sementara
S. 3405 . 1,17
tk // = = = 35,24 kg/cm2 5/4x85=106,25 kg/cm2
Fbr 113,04
Gambar 4.41
Sambungan Gigi Ganda(Gigi dan Tumit)dengan
Kayu Bulat PadaTitik Buhul A
Gambar 4.43
Sambungan Gigi Ganda (Gigi dan Tumit) dan Baut Dengan Plat Beugel Besi
Gambar 4.44
Sambungan Gigi Tunggal dan Baut DenganPenguat
Besi Beugel Kayu Bulat Pada Titik Buhul C
1250
n baut = = 1,644 2 baut
760,04
Gambar 4.46
Sambungan Gigi Tunggal dan Baut denganPenguat
Besi Beugel Kayu Bulat padaTitik Buhul D
Gambar 4.49
Sambungan Gigi Tunggal dan Baut denganPenguat Besi
Beugel Kayu Bulat padaTitik Buhul I
Karena tegangan yang timbul jauh lebih besar dari hasil hitungan yang diijinkan yaitu:268,19 kg/cm²
≥ 26,311 kg/ cm2, berarti sambungan tidak dapat dipertanggung jawabkan, maka dipakai
sambungan gigi ganda (gigi dan tumit).
j) Sambungan Paku
Sambungan paku termasuk alat bantu sambungan yang jarang sekali atau tidak lazim
diapakai sebagai sambungan pada Kostruksi, karenasementara dianggap tidk kuat tahan terhadap
menahan kekuatan Konstruksi.Padahal di negara lain, sambungan paku termasuk sambungan yang
terua disbanding dengan sambungan baut. Paku biasanya dibuat dari Baja Thomas, yang mempunyai
σ mak = 6000 -8000 kg/cm2 dan σlt max = 8000-12000 kg/cm2.
Di Indonesia satu-satunya macam paku yang dipergunakan ialah paku bertampang bulat,
walaupun daya dukungnya rendah (kecil). Paku-paku tampang-tampang tersebut daiatas jarang
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dijumpai di Indonesia, kecuali paku bentuk tampang bulat, hal ini dikarenakan tidak adanya produksi
yang ada dipasaran.
Sambungan dengan paku pada dasarnya serupa dengan sambungan dengan sambungan
dengan baut tanpa mur serta cicin-cicing (ring penguat/tutup), tetapi pemindahan gaya dapat
berlangung lebih baik dari pada seperi sambungan dengan ring hal ini tidak dapat dilaksanakan,
karena paku itu tertanam erat kedalam batang/papan kayu.
Penanaman paku-paku kedalam batang kayu ini dilakukan dengan bantuan memukul-pukul
memakai palu, sehingga paku-paku masuk kedalam lubang yang lebih sempit menjadika kekuatan
daya lekatnya menjadi kuat dan tidak mudah ditarik atau dicabut.
Jadi pada dasarnya perumusan dapat diasumsikan sambungan baut tanparing penututp
(penguat), maka perumusan dapat dijabarkan sebagai berikut :
P ijin = 0,414 σtk. ld atau P= 0,443 d 2 TtxTb Jika rumus tersebut apabila unsur W paku
bulat = 1/23. .d dan untuk alur persegi W=1/6. d3 dimasukan dalam pertimbangan kesimpulan
3
Di dalam praktek angka kelangsingan paku pada umumnyabesar, sehingga paku-paku itu ikut
membengkok. Jika gaya yang didukung melampaui batas kekuatan sambungan, maka rumus tersebut
dapat dipakai sebagai dasar perhitungan kekuatan paku dan dapat memakai perumusan Sambungan
dengan Paku dibawah:
Paku yang dipergunakan dapat mempunyai tampang melintang yang berbentukbulat, persegi atau
beralur lurus.
Kekuatan paku bertampang bulat diberikan dalam daftar Tabel 9 dan berlaku untuktebal kayu
sepert tertera dalam daftar tersebut.
Untuk sambungan yang menyimpang dari daftar tabel 9 dan 10 dapat dipakai rumus-rumus pada
Sambungan dibawah ini.
Tabel 4.12
Daftar Kawat Biasa untuk Paku
Jumlah paku
No. UkuranPaku d (mm)
kira-kira per kg
1 2" BWG 12 2,77
3" BWG 11 3,05 400
2" BWG 10 3,40
2 21/2" BWG 11 3,05
21/2" BWG 10 3,4 280
21/2" BWG 9 3,76
3 3" BWG 10 3,40
3" BWG 9 3,76 185
3" BWG 8 4,19
4 31/2" BWG 9 3,76
31/2" BWG 8 4,19 120
31/2" BWG 7 4,57
5 4" BWG 8 4,19
4" BWG 7 4,57 93
4" BWG 6 5,15
Gambar 4.51
SambunganPapan dengan Paku
a. Dari Tabel Daftar 9 dan 10 diambil ukuran Paku 4" BWG 8 dan Berat Jenis (BJ) = 0,4, terdapat
P ijin per satu paku = 61 kg
Jadi banyak paku yang diperlukan adalah :
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar 4.52
Sambungan Papan Membentuk Sudut 30º dengan Paku
Gambar 4.53
Posisi Letak Papan (Berdampingan)Sambungan Tunggal
Kalau diperhatikan ukuran kayu yang digunakan dalam sambungan, sesuai syarat penempatan letak
paku adalah memenuhi syarat (PPKI – N5)
Gambar 4.55
Sambungan Kombinasi Gigi Ganda dan Paku
amat luas yaitu merencanakan dan mengendalikan sumber daya lainnya. RAB disusun dengan
memperkirakan biaya komponen-komponennya dengan memperhatikan faktor waktu pelaksanaan
pekerjaan. Sesuai dengan namanya yaitu rencana (estimate), maka RAB mengandung arti bahwa
angka yang dihasilkan tidak akan 100 % akurat.
Meskipun memiliki kegunaan yang sama, namun masing-masing tim peserta proyek memiliki
penekanan yang berbeda-beda tentang RAB. RAB sesungguhnya merupakan suatu perencanaan
terinci perkiraan biaya dari bagian atau keseluruhan kegiatan proyek yang dikaitkan dengan waktu
(time-phased). Menyusun RAB berarti melihat masa depan, memperhitungkan dan mengadakan
prakiraan atas hal-hal yang akan dan mungkin terjadi berdasarkan pada pengkajian dan pembahasan
biaya kegiatan di masa lalu.
Perkiraan biaya menurut National Estimating Society – USA sebagai berikut “Perkiraan biaya
adalah seni memperkirakan (the art of approximating) kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan
untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada waktu itu”. Berdasarkan
pengertian di atas dapat dikatakan bahwa perkiraan biaya erat hubungannya dengan analisis biaya,
berupa pekerjaan yang menyangkut pengkajian biaya kegiatan-kegiatan terdahulu yang akan dipakai
sebagai bahan untuk menyusun perkiraan biaya.
4. Metode Parametrik
Pendekatan yang dipakai dalam metode ini adalah mencoba meletakkan dasar hubungan
matematis yang mengaitkan biaya dengan karateristik fisik tertentu dari obyek seperti volume,
luas, berat dan lain-lain. Misalnya biaya per luas lantai (Rp/m2), biaya per murid (Rp/org), biaya
per kapasitas produksi (Rp/ton), biaya per km jalan (Rp/km) dan lain-lain. Metode ini amat praktis
untuk melakukan pengujian secara cepat dalam suatu kegiatan menganalisis biaya. Hal ini tepat
digunakan pada waktu belum tersedianya data dan informasi untuk membuat perkiraan biaya yang
lebih akurat.
Terdapat beberapa rumus matematis yang biasa digunakan untuk menghubungkan biaya dengan
variabel fisik pada metode parametrik ini, antara lain:
a. Kurva linier
y = ax
dimana : y = biaya
x = variabel
a = parameter yang menerangkan hubungan antara y dengan x
atau
y = px + y
dimana : y = biaya
px = komponen biaya variabel
q = komponen biaya tetap
Y2 Y1 2
X1
0, 6
1000
Y2 45.000.000.000
750
Y2 53.478.000.000,
Jadi biaya pembangunan proyek perumahan yang sama dengan jumlah 1000 unit adalah Rp.
53.478.000.000,-
Angka indeks dapat digunakan untuk membuat perkiraan kasar. Penggunaan metode ini dianggap
paling baik untuk menyiapkan perkiraan biaya pendahuluan karena menghasilkan angka yang
masih dalam batas kewajaran, tanpa mengeluarkan usaha dan tenaga yang terlalu banyak.
Terdapat banyak jenis indeks harga yang dikeluarkan oleh instansi atau perusahaan tertentu.
Selain itu data-data dari manual, hand-book, katalog dan penerbitan berkala sangat membantu
dalam memperkirakan biaya proyek. Data dan informasi dari proyek sejenis yang terdahulu amat
berguna sebagai panduan atau referensi. Data dan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber
dapat dikumpulkan, dikaji dan diolah yang akan menghasilkan grafik-grafik korelasi yang sejenis.
Dengan melakukan berbagai penyesuaian seperti eskalasi, perbedaan teknis dan lingkup proyek
data-data tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya biaya proyek.
Contoh Soal:
Harga pembangunan sebuah proyek jalan pada tahun 1993 adalah Rp. 25.000.000,-/km.
Perkirakan harga pembangunan jalan tersebut pada tahun 2003 jika indeks harga pembangunan
jalan tersebut pada tahun 1993 adalah 599 dan pada tahun 2003 adalah 1154!
Jawaban:
1154
Harga di tahun 2003 = 25.000.000 x
599
= 48.163.000,-
Jadi biaya pembangunan jalan tersebut di tahun 2003 diperkirakan Rp. 48.163.000,-/km.
berdasarkan fungsi telah tersusun, maka perkiraan biaya dapat dimulai sejak awal proyek
(membuat perkiraan biaya kasar) sampai kepada anggaran yang amat akurat. Penggunaan
metode ini dalam perkiraan biaya seringkali dijumpai pada proyek-proyek gedung.
7. Metode Faktor
Metode faktor memperkirakan biaya proyek dengan menggunakan asumsi bahwa terdapat angka
korelasi (faktor) di antara harga peralatan utama dengan komponen-komponen lainnya yang
terkait. Di sini biaya komponen-komponen tersebut dihitung dengan cara memakai faktor perkalian
terhadap harga peralatan utama. Metode ini memerlukan design engineering sampai suatu
tahapan tertentu sehingga diperoleh data dan informasi mengenai jumlah, ukuran dan spesifikasi
peralatan utama sehingga dapat diperhitungkan perkiraan harganya.
Sistematika perkiraan biaya proyek dengan metode faktor ini selanjutnya adalah sebagai berikut:
a. Menentukan harga yang telah pasti dari peralatan utama (PCE).
b. Mengitung biaya pemasangan sampai peralatan utama berungsi (PPC). Perhitungan ini
dilakukan dengan menggunakan berbagai faktor yang tergantung dari jenis proses dan
material (f1 – fn) dapat dilihat pada Tabel 5.1.
PPC = PCE (1 + f1 + f2 + ... + fn)
c. Menjumlahkan PPC dan biaya engineering (fe), biaya kontigensi (fc) dan fee kontraktor (ff)
sehingga akan diperoleh modal tetap proyek.
Modal tetap = PPC (1 + fe + fc + ff)
d. Menjumlahkan modal tetap dan modal kerja (diperkirakan 5 – 10 %) sehingga diperoleh total
biaya proyek.
Total biaya proyek = modal tetap + modal kerja
Tabel 5.1
Berbagai Angka Metode Faktor
Jenis Proses
Diskripsi Fluida-
Fluida padat
padat
f1 Memasang peralatan 0,40 0,45 0,50
f2 Pipa terpasang 0,70 0,45 0,20
f3 Instrumen terpasang 0,20 0,15 0,10
f4 Alat listrik 0,10 0,10 0,10
f5 Bangunan 0,30 0,20 0,15
f6 Utiliti 0,50 0,45 0,25
f7 Tempat penampungan 0,15 0,20 0,25
f8 Pekerjaan tanah 0,05 0,05 0,05
fe Desain engineering 0,30 0,25 0,20
fc Kontigensi 0,10 0,10 0,10
ff Fee kontraktor 0,05 0,05 0,15
Pengelompokkan lain dari metode faktor adalah dengan memisahkan tenaga kerja, seperti
diperlihatkan pada Tabel 5.2.
Rumus Hirch dan Glazier :
I = E [A (1 + Fl + Fp + Fm) + B + C]
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Contoh Soal:
Hitunglah perkiraan biaya total proyek industri yang memproses bahan cair, jika total biaya
peralatan utama adalah Rp. 12.000.000.000,-. Hitunglah perkiraan biaya total proyek dengan
menggunakan metode faktor sesuai Tabel 5.1 dengan mengambil modal kerja 10 %!
Jawaban:
Harga pembelian peralatan utama (PCE) adalah Rp. 12.000.000.000,-
Jumlah faktor f1 – f8 sesuai dengan Tabel 5.1 di atas adalah 2,4.
PPC = PCE (1 + f1 + f2 + ... + f8)
= 12.000.000.000 (1 + 2,4)
= 40.800.000.000,-
Jumlah fe, fc dan ff adalah 0,45
Modal tetap = PPC (1 + fe + fc + ff)
= 40.800.000.000 (1 + 0,45)
= 59.160.000.000,-
Modal kerja 10 %
Total biaya proyek = Modal tetap (1 + 10%)
= 59.160.000.000 (1 + 0.1)
= 65.0760.000.000,-
Jadi biaya pembangunan proyek industri tersebut diperkirakan Rp. 65.0760.000.000,-
harga satuan antara lain dengan menggunakan Analisa B.O.W, SNI, HSPK, Man-Day, Man-Hour.
Cara-cara tersebut dalam pemakaiannya masih harus disesuaikan dengan faktor-faktor tertentu
berdasarkan pengalaman masing-masing.
10. Bahan/Material
Dalam perhitungan RAB biaya material kira-kira 70 % dari total biaya proyek, sehingga dalam
perhitungannya perlu mendapat perhatian serius. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menghitung biaya material adalah:
Bahan sisa yang terbuang (waste) diusahakan seminimal mungkin.
Harga loco dan franco.
Cari harga terbaik yang masih memenuhi RKS.
Cara pembayaran kepada penjual (supplier).
Analisis bahan/material meliputi perhitungan seluruh kebutuhan volume dan biaya material yang
digunakan untuk setiap komponen bangunan, baik material pekerjaan pokok maupun penunjang.
Biaya material diperoleh dengan menerapkan harga satuan yang berlaku pada saat dibeli. Harga
satuan material merupakan harga di tempat pekerjaan jadi sudah termasuk memperhitungkan
biaya pengangkutan, menaikkan dan menurunkan, pengepakan, asuransi, pengujian, penyusutan,
penyipanan di gudang dan lain sebagainya.
12. Peralatan
Dalam memperhitungkan biaya peralatan konstruksi hendaklah diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
Untuk peralatan yang disewa perlu diperhatikan ongkos sewa, biaya keluar masuk proyek,
ongkos operator, bahan bakar dan biaya reparasi kecil.
Untuk peralatan yang dibeli perlu diperhatikan bunga investasi, depresiasi, reparasi besar,
pemeliharaan dan ongkos mobilisasi.
Perkiraan biaya peralatan antara lain meliputi pembelian atau sewa alat, mobilisasi dan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
serius.
Eskalasi
Eskalasi mempunyai makna yang lebih penting, karena mencerminkan perubahan harga akibat
inflasi ditambah faktor-faktor lain, seperti upah tenaga kerja, subkontrak dan lain-lain yang
dipengaruhi oleh keadaan ekonomi pada saat proyek tersebut dikerjakan. Atau dengan kata
lain, dalam menganalisis ekskalasi perkiraan biaya proyek, estimator menghadapi kenyataan
bahwa harga penjualan barang dan jasa yang sesungguhnya, sebagian besar dipengaruhi oleh
kegiatan usaha atau situasi ekonomi pasar saat itu, tidak hanya oleh biaya sesungguhnya yang
dikeluarkan oleh manufakturer untuk memproduksinya. Eskalasi dapat dikatakan sebagai
provisi atau cadangan pada perkiraan biaya yang dimaksudkan untuk menutup kenaikan
tingkat harga karena waktu. Cara yang lazim dipakai untuk menghitung eskalasi adalah
dengan menggunakan indeks harga atau faktor indeks yang diterbitkan oleh kalangan dagang
dan industri atau oleh pemerintah.
15. Keuntungan/Profit
Keuntungan (profit) merupakan motivasi utama seseorang atau sebuah perusahaan mau
mengambil risiko menjadi rekanan/kontraktor. Kalau tanpa keuntungan siapa yang akan mau
menjadi kontraktor dengan segala risiko yang harus dihadapi. Dalam melakukan penawaran
terhadap sebuah pekerjaan kontraktor telah menghitung segala biaya yang diperlukan untuk
penyelenggaraan proyek ditambah dengan keuntungan sebagai imbalan terhadap jasa yang telah
diberikan. Perlu dipahami bersama bahwa keuntungan bukanlah gaji. Keuntungan adalah hasil
jerih payah dari sebuah keahlian ditambah hasil dari faktor risiko (Paulus Nugraha, dkk, 1985).
Biaya-biaya langsung dan tak langsung yang disebutkan di atas adalah biaya-biaya yang
harus dikeluarkan untuk dapat menyelenggarakan proyek, sehingga mau tak mau harus
dikeluarkan dan tidak dapat dikurangi apabila segala sesuatunya berjalan sesuai rencana. Biaya-
biaya tersebut harus dimasukkan secara keseluruhan di dalam menentukan harga penawaran.
Satu-satunya komponen biaya yang dapat dikurangi atau ditambahkan dalam menentukan harga
penawaran adalah keuntungan/profit. Sehingga nilai keuntungan sebuah proyek memiliki tingkat
ketidakpastian yang sangat tinggi. Karena nilai keuntungan memiliki tingkat ketidakpastian yang
sangat tinggi, maka tidak dapat ditentukan melalui perhitungan matematis biasa.
Besarnya keuntungan sangat tergantung pada masing-masing kontraktor yang dianggap pantas
untuk mendapatkan sebuah kontrak. Sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan besarnya
keuntungan antara lain adalah besarnya risiko pekerjaan, kesulitan-kesulitan yang dihadapi pada
saat melaksanakan pekerjaan ataupun dari cara pembayaran pemberi pekerjaan ( owner).
Besarnya keuntungan yang akan diambil haruslah dikaji dengan lebih mendalam sehingga dapat
memenangkan kontrak dan dalam pelaksanaannya akan menghasilkan sebuah nilai yang wajar.
Bila ingin memenangkan sebuah penawaran sedangkan terdapat banyak saingan, satu-satunya
komponen biaya yang dapat diturunkan adalah keuntungan. Secara praktis untuk proyek kecil
keuntungan diambil 15 %, untuk proyek sedang 12,5 % dan untuk proyek besar 8 % dari biaya
langsung.
Meneliti Gambar
&RKS
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Penentuan
Jenis Pekerjaan
Perhitungan
Volume
Harga
Satuan
RAB
Proyek
Gambar 5.1
Flow Chart Penyusunan RAB
koefisien bahan, upah dan peralatan suatu item pekerjaan dengan harga satuannya. Harga satuan
bahan, upah dan peralatan juga umumnya berbeda antara RAB Tender dan RAB Pelaksanaan.
e. Menghitung total harga pekerjaan
Total harga pekerjaan dapat dihitung dengan mengalikan volume dengan harga satuan pekerjaan.
Pada RAB Tender total harga pekerjaan yang diperoleh adalah merupakan penggabungan antara
biaya langsung (direct cost) dan biaya tak langsung (indirect cost). Pada RAB Pelaksanaan hasil ini
hanya merupakan biaya langsung, sedangkan biaya tak langsung dihitung secara terpisah.
f. Rencana anggaran biaya
RAB Tender diperoleh dengan langsung menjumlahkan total harga pekerjaan, sedangkan RAB
Pelaksanaan masih harus ditambahkan dengan biaya tak langsung.
g. Perhitungan kebutuhan material, upah dan peralatan
Perhitungan kebutuhan material, upah dan peralatan dapat dilakukan dengan mengalikan
koefisien upah, bahan dan peralatan pada analisa harga satuan dengan volume pekerjaan. Untuk
material tertentu seperti besi, kayu dan material yang dapat dihitung kebutuhannya secara
matematis, maka perhitungan kebutuhan materialnya dilakukan dengan berdasarkan pada
gambar kerja yang ada.
Penyelesaian:
1) Meneliti gambar dan RKS yang ada.
Gambar dan RKS sederhana dapat dilihat pada kasus tersebut di atas.
2) Membuat klasifikasi jenis pekerjaan.
Berdasarkan gambar dan RKS yang ada, klasifikasi jenis pekerjaan adalah sebagai berikut :
V =pxlxt
= 87,43 x 0,80 x 0,10
= 6,99 m3
c). Aanstamping
V =pxlxt
= 87,43 x 0,80 x 0,20
= 13,99 m3
d). Pasangan Batu Kali 1 : 4
a b
V = 2 x t x p
0,8 0,3
= x 0,80 x 87,43
2
= 38,47 m3
e). Urugan Kembali
V = Vgalian – Vurugan pasir – Vaanstamping – Vbatu kali
a b
Vbatu kali = 2 x t x p
0,8 0,43
= x 0,60 x 87,43
2
= 32,13 m3
= 102,29 - 6,99 - 13,99 - 32,13
= 49,18 m3
4) Membuat analisa harga satuan pekerjaan (HSPK).
a). Galian Tanah (m3)
A. Upah :
Mandor o.h 0.0250 x 60,000.00 = 1,500.00
Pekerja o.h 0.7500 x 25,000.00 = 18,750.00
Total upah = 20,250.00
Harga Satuan Pekerjaan = 20,250.00
b). Urugan Pasir (m3)
A. Bahan :
Pasir Urug m3 1.2000 x 66,600.00 = 79,920.00
Total bahan = 79,920.00
B. Upah :
Mandor o.h 0.0100 x 60,000.00 = 600.00
Pekerja Terampil o.h 0.3000 x 30,000.00 = 9,000.00
9,600.00
Total upah =
Tabel 5.3
Bestat/Bar Bending Schedule
Diameter Panjang Banyak Total Berat
No. Skets/Bentuk Besi Potongan Potongan Panjang
(mm) (m) (bh) (m) (kg)
1 0.12
12 4.30 64 275.20 244.38
4.06
0.12
0.11
2 8 0.57 584 331.71 131.03
0.11
B. Upah :
Tukang batu OH 0.3500 x
40,000.00 = 14,000.00
Kepala tukang OH 0.0350 x
50,000.00 = 1,750.00
Pekerja OH 2.0000 x
25,000.00 = 50,000.00
Mandor OH 1.0000 x
60,000.00 = 60,000.00
Total upah = 125,750.00
Harga Satuan Pekerjaan (A+B) = 539,000.00
b). Pekerjaan Pembesian (kg)
A. Bahan :
Besi kg 1.0500 x 5,500.00 = 5,775.00
Kawat Bendrat kg 0.0150 x 10,000.00 = 150.00
Total bahan = 5,925.00
B. Upah :
Tukang besi OH 0.0070 x 40,000.00 = 280.00
Kepala tukang OH 0.0007 x 50,000.00 =
35.00
Pekerja OH 0.0070 x 25,000.00 = 175.00
Mandor OH 0.0003 x 60,000.00 =
18.00
Total bahan = 508.00
Harga Satuan Pekerjaan (A+B) = 6,433.00
c). Pekerjaan Acuan/Bekisting (m2)
A. Bahan :
Kayu terentang m3 0.040 x 1,600,000 = 64,000
Paku biasa 2" - 5" kg 0.400 x 9,200 = 3,680
Minyak bekisting ltr 0.200 x 2,600 = 520
Balok kayu borneo m3 0.015 x 1,400,000 = 1,000
Plywood tebal 9 mm lbr 0.350 x 86,500 = 0,275
Dolken kayu galam Ø-8-10/4
m btg 2.000 x 8,750 = 7,500
Total bahan = 36,975
B. Upah :
Pekerja OH 0.300 x 25,000 = 7,500
Tukang kayu OH 0.330 x 40,000 = 13,200
Kepala tukang OH 0.033 x 50,000 = 1,650
Mandor OH 0.006 x 60,000 = 360
Total bahan = 22,710
Harga Satuan Pekerjaan (A+B) = 159,685
Harga Satuan Pekerjaan 4 Kali Penggunaan ((A+B)/4) = 39,921
d). Analisa Harga Satuan Pekerjaan Beton Bertulang (m3)
Untuk 1 m3 pekerjaan beton, membutuhkan besi sebanyak : 375,40/1,35 = 278,0769 kg dan
acuan sebanyak : 36/1,35 = 26,6667 m2.
c. Pekerjaan Dinding
Diketahui gambar salah satu penampang melintang dinding setengah bata sebuah rumah tinggal
dua lantai dan detail jendelanya adalah sebagai berikut (satuan mm).
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
1) Jika diketahui jarak antar tepi dan as kolom adalah 3 m, dengan ukuran penampang kolom adalah
12x25 cm. Balok lantai berukuran 12x30 cm dan ringbalk berukuran 12x20 cm. Hitunglah rencana
anggaran biaya pekerjaan dinding tersebut hingga pengecatan, dengan spesifikasi trasram dan
plesterannya menggunakan campuran 1 : 2 setinggi 30 cm dari elevasi + 0.00, sedangkan dinding
dan plesterannya menggunakan campuran 1 : 4!
2) Hitunglah seluruh kebutuhan material pekerjaan dinding tersebut hingga pengecatan!
Penyelesaian:
1) Membuat klasifikasi jenis pekerjaan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat diidentifikasi jenis pekerjaan dinding rumah
tersebut adalah:
Lantai I
a) Pasangan Batu Bata Trasram (1 Pc : 2 Ps)
b) Pasangan Batu Bata (1 Pc : 4 Ps)
c) Plesteran Halus Dinding (1 Pc : 2 Ps)
d) Plesteran Halus Dinding (1 Pc : 4 Ps)
e) Pekerjaan Acian
f) Pengecatan
j = 2 2 bh
L = 19,58 4,76 m2
Lnetto = 14,82 m2
c) Plesteran Halus Dinding (1 Pc : 2 Ps)
p = 6,00 m
t = 0,30 m
j = 2 bh
L tot = 3,60 m2
d) Plesteran Halus Dinding (1 Pc : 4 Ps)
Dinding Jendela
p = 6,00 1,40 m
t = 3,70 1,70 m
j = 2 4 bh
L = 44,40 9,52 m2
Lnetto = 34,88 m2
e) Pekerjaan Acian
L = 3,60 + 34,88
= 38,48 m2
f) Pengecatan
L = 38,48 m2
Lantai II
a) Pasangan Batu Bata (1 Pc : 4 Ps)
Dinding Jendela
p = 2,88 1,40 m
t = 3,30 1,70 m
j = 2 2 bh
L = 19,01 4,76 m2
Lnetto = 14,25 m2
Dibulatkan = 22.343,00
A. LANTAI I
1 Pasangan Batu Bata Trasram (1 Pc : 2 Ps) m2 1,73 60.354,00 104.412,42
2 Pasangan Batu Bata (1 Pc : 4 Ps) m2 14,82 53.660,00 795.241,20
3 Plesteran Halus Dinding (1 Pc : 2 Ps) m2 3,60 23.394,00 84.218,40
4 Plesteran Halus Dinding (1 Pc : 4 Ps) m2 34,88 20.378,00 710.784,64
5 Pekerjaan Acian m2 38,48 13.856,00 533.178,88
6 Pengecatan m2 38,48 10.227,00 393.534,96
SUB TOTAL I 2.621.370,50
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
B. LANTAI II
1 Pasangan Batu Bata (1 Pc : 4 Ps) m2 14,25 56.174,00 800.479,50
2 Plesteran Halus Dinding (1 Pc : 4 Ps) m2 32,48 22.343,00 725.700,64
3 Pekerjaan Acian m2 32,48 15.446,00 501.686,08
4 Pengecatan m2 32,48 10.943,00 355.428,64
SUB TOTAL I 2.383.294,86
TOTAL 5.004.665,36
PPN (10%) 500.466,54
GRANDTOTAL 5.505.131,90
DIBULATKAN 5.505.000,00
Tabel 5.4
Perhitungan Volume Konstruksi Baja
PANJANG JUMLAH TOTAL
BERAT/M' BERAT
NO. SKETSA POTONGAN PROFIL POTONGAN POTONGAN PANJANG
(M) (BH) (M) (KG/M') (KG)
Harga Satuan
No. Uraian Pekerjaan Sat. Volume Jumlah Harga (Rp.)
(Rp.)
1 Pekerjaan Kuda-kuda
WF 300.150.6,5.6 kg 11.527,47 15,008.60 173.011.186,24
2 Pekerjaan Gording
CNP 150.65.20 kg 2.841,30 14,733.60 41.862.577,68
Total 214.873.763,92
1 A. WF 300.150.6,5.6 12 6 6 6 - -
12
B. WF 300.150.6,5.6 3 6 4 4 - -
3
7 WF 300.150.6,5.6 1.41 12
1.41
8 A. CNP 150.65.20 12 18 18 18 - -
12
B. CNP 150.65.20 9 18 18 18 3.00 -
9
a. Safety Plan
Setelah memenuhi persyaratan tersebut di atas maka proyek wajib menyusun safety plan.
Safety plan adalah rencana pelaksanaan K3 untuk proyek yang bertujuan agar dalam pelaksanaan
nantinya proyek akan aman dari kecelakaan dan bahaya penyakit sehingga menghasilkan
produktivitas kerja yang tinggi. Safety plan berisi:
1) Pembukaan berupa gambar proyek dan pokok perhatian untuk kegiatan K3.
2) Risiko kecelakaan dan pencegahannya.
3) Tata cara pengoperasian peralatan.
4) Alamat instansi terkait yang diperlukan, seperti rumah sakit, polisi, Depnaker, dan dinas
pemadam kebakaran.
Safety plan pada proyek akan risiko kecelakaan dan pencgahannya serta tata cara pengoperasian alat
dapat dilihat ada Tabel 5.6 dan 5.7 berikut ini.
Tabel 5.6
Contoh Safety Plan Risiko Kecelakaan dan Pencegahannya
b.
c. Perisa tutup kipas angin alat memutar
d. Periksa pen-pen excavator c. Utamakan keselamatan kerja
e. Periksa switch hidrolik d. Istirahat alat keruk pada posisi bawah
3. Tower Crane
a. Periksa pen-pen booml section a. Angkat sesuai dengan kapasitas
b. Periksa oli hidrolik b. Sewaktu swing sling angkut dalam
c. Periksa sling angkat posisi aman
d. Periksa panel listrik c. Aba-aba sesuai dengan alat HT
e. Periksa switch otomatis d. Pengikat bahan-bahan yang mau
f. Periksa kanvas rem diangkut dalam keadaan kuat
g. Periksa seluruh bearing e. Bucket cor dalam keadaan tidak bocor
h. Periksa poli sling f. Sewaktu istirahat dalam keadaan
terkunci
g. Utamakan keselamatan kerja
4. Bar Cutter
a. Periksa pisau potong a. Pemotongan sesuai dengan kapasitas
b. Periksa switch b. Memakai sarung tangan
c. Periksa kabel-kabel c. Memakai helm
d. Periksa baut-baut d. Memakai sepatu kerja
e. Periksa kekencangan van belt
f. Cek stop limit switch
g. Periksa pelumas
5. Bar Bender
a. Periksa kabel-kabel a. Pembengkokan sesuai dengan
b. Periksa switch-switch kapasitas
c. Periksa stop limit switch b. Memakai sarung tangan
d. Periksa van belt c. Memakai sepatu kerja
e. Periksa baut-baut d. Memakai helm
f. Periksa oli
6. Generating Set
a. Periksa oli mesin Jauhkan tempat bahan bakar
a.
b. Periksa air radiator Memakai tutup telinga
b.
c. Periksa bahan bakar Menyediakan tabung
c.
d. Periksa tutup kipas angin Tidak boleh ada jemuran dekat kipas
d.
e. Periksa van belt radiator
f. Periksa baut-baut e. Sewaktu membersihkan alat mesin
g. Cek warna gas dalam keadaan mati
f. Periksa panel listrik
g. Utamakan keselamatan kerja
Sumber: PT. Pembangunan Perumahan, 2003
13) Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan pondasi pile dan strutting
14) Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan pembongkaran
Pelatihan khusus proyek, yang diberikan pada saat awal proyek dan di tengah periode
pelaksanaan proyek sebagai penyegaran, dengan peserta seluruh petugas yang terkait dalam
pengawasan proyek, dengan materi tentang pengetahuan umum K3 atau safety plan proyek yang
bersangkutan.
Gambar 5.2
Peralatan Pelindung Mata
Gambar 5.3
Peralatan Pelindung Wajah
- Pelindung pendengaran, dan jenis yang paling banyak digunakan adalah foam earplugs, PVC
earplugs, earmuffs.
Gambar 5.4
Macam-macam Pelindung Pendengaran
- Pelindung kepala atau helm (hard hat) yang melindungi kepala karena memiliki hal berikut:
lapisan yang keras, tahan dan kuat terhadap benturan yang mengenai kepala; sistem
suspensi yang ada didalamnya bertindak sebagai penahan goncangan; beberapa jenis
dirancang tahan terhadap sengatan listrik; serta melindungi kulit kepala, wajah, leher, dan
bahu dari percikan, tumpahan, dan tetesan. Jenis-jenis pelindung kepala antara lain:
Gambar 5.5
Jenis Helm Pelindung Kepala
Gambar 5.6
Jenis Sepatu dan Boots Pelindung Kaki
o Reinforced sole, sepatu ini didesain dengan bahan penguat dari besi yang akan
melindungi dari tusukan pada kaki (c).
o Latex/Rubber, sepatu yang tahan terhadap bahan kimia dan memberikan daya cengkeram
yang lebih kuat pada permukaan yang licin (d).
o PVC boots, sepatu yang melindungi dari lembab dan membantu berjalan di tempat becek
(e).
o Vinyl boots, sepatu yang tahan larutan kimia, asam, alkali, garam, air dan darah (f).
o Nitrile boots, sepatu yang tahan terhadap lemak hewan, oli, dan bahan kimia (g).
- Pelindung tangan berupa sarung tangan dengan jenis-jenisnya antara lain:
Gambar 5.7
Jenis Sarung Tangan Pelindung
o Life Line (tali kaitan), tali kaitan lentur dengan kekuatan tarik minimum 500 kg yang salah
satu ujungnya diikatkan ketempat kaitan dan menggantung secara vertikal, atau diikatkan
padatempat kaitan yang lain untuk digunakan secara horisontal (b).
o Anchor Point (Tempat Kaitan), tempat menyangkutkan pengait yang sedikitnya harus
mampu menahan 500 kg per pekerja yang menggunakan tempat kaitan tersebut. Tempat
kaitan harus dipilih untuk mencegah kemungkinan jatuh. Tempat kaitan, jika
memungkinkan harus ditempatkan lebih tinggi dari bahu pemakainya (c).
Gambar 5.8
Jenis Peralatan Pelindung Jatuh
o Lanyard (Tali Pengikat), tali pendek yang lentur atau anyaman tali, digunakan untuk
menghubungkan pakaian pelin-dung jatuh pekerja ke tempat kaitan atau tali kaitan.
Panjang tali pengikat tidak boleh melebihi 2 meter dan harus yang kancing pengaitnya
dapat mengunci secara otomatis (d).
o Refracting Life Lines (Pengencang Tali kaitan), komponen yang digunakan untuk
mencegah agar tali pengikat tidak terlalu kendor. Tali tersebut akan memanjang dan
memendek secara otomatis pada saat pekerja naik maupun pada saat turun (e).
Sarana peralatan lingkungan berupa:
- tabung pemadam kebakaran
- pagar pengamanan
- penangkal petir darurat
Gambar 5.9
Contoh Rambu-rambu Peringatan
o
perancangan dan pengadaan konsultan perencana (filosofi desain).
o Pengendalian kegiatan manajemen konstruksi dan kegiatan perancangan.
o Menentukan bobot sasaran pokok proyek.
o Memilih jenis kontrak.
o Penyusunan berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan untuk pembayaran angsuran,
dan berita acara lain yang berkaitan dengan kegiatan perencanaan.
- Pada tahap pelaksanaan fisik;
o Pengadaan pelaksana VE, konsultan pengawas, kontraktor, sub-kontraktor.
o Pengendalian kegiatan VE, MK atau pengawasan dan konstruksi fisik.
o Penilaian terhadap tahap konstruksi.
o Pengelolaan keuangan proyek.
o Administrasi kontrak berupa penyusunan berita acara kemajuan pekerjaan untuk
pembayaran angsuran dan berita acara lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan
konstruksi.
o Penerimaan hasil proyek yang telah selesai dikerjakan oleh kontraktor, sesuai dengan
berita acara.
- Pada tahap pemanfaatan; (khusus untuk proyek pemerintah)
o Penyiapan dokumen teknis dan administratif proyek.
o Penyerahan hasil proyek dari pimpinan proyek kepada departemen atau lembaga
pemerintahan.
2) Konsultan Manajemen Konstruksi (MK)
Konsultan MK termasuk profesi yang baru di Indonesia. Profesi ini tumbuh dengan semakin
meningkatnya kompleksitas pekerjaan proyek konstruksi. Terutama untuk proyek-proyek yang
melibatkan lebih dari satu konsultan perencana atau lebih dari satu kontraktor peranan konsultan
MK sebagai salah satu tim proyek konstruksi sangat dibutuhkan. Konsultan MK bertugas sebagai
pengendali dan koordinator dalam keseluruhan sistem rekayasa, sejak persiapan perencanaan
dimulai sampai dengan pelaksanaan konstruksi berakhir.Tugas dan tanggung jawab konsultan MK
sebagai salah satu tim proyek konstruksi sangat ditentukan oleh kontrak kerja yang
ditandatangani dengan pemilik proyek. Terdapat beberapa jenis hubungan kerja antara tim MK
dalam proyek konstruksi, antara lain sebagai berikut :
a) Konvensional tanpa fast track, dimana tim MK dalam melaksanakan tugasnya cenderung
berfungsi sebagai konsultan pengawas.
b) Semi konvensional tanpa fast track, dimana tim MK berfungsi sebagai koordinator pekerjaan
perencanaan dan kontraktor utama beserta sub kontraktor spesialis lainnya.
c) Semi murni tanpa fast track, yang memungkinkan tim MK memiliki banyak otoritas dalam
mengkoordinir pekerjaan perencanaan maupun pelaksanaan.
d) MK murni dengan fast track, dimana tim MK memiliki otoritas yang paling besar dan bertindak
sebagai perancang dan pengelola teknis operasional secara penuh, baik dalam bidang
rancang bangun, perekayasaan maupun implementasi dari pelaksanaan fisik di lapangan.
Penggunaan konsultan MK memungkinkan pelaksanaan fisik di lapangan dapat langsung dimulai
tanpa harus menunggu pekerjaan perencanaan selesai secara keseluruhan, sehingga waktu
proyek dapat dipersingkat. Dengan mempersingkat waktu proyek, maka biaya overhead dapat
dikurangi. Keberadaan tim MK sangat dirasakan manfaatnya terutama bila proyek yang dikerjakan
perancangan dari sudut kebenaran sumber daya dan biaya, rancangan dan kemungkinan
pelaksanaannya.
o Mengendalikan program, yang meliputi evaluasi program-program terhadap hasil
perancangan, dampak lingkungan, penyimpangan teknis dan manajerial atas
permasalahan yang timbul, dan mengusulkan koreksi program.
o Melakukan koordinasi antar pihak yang terlibat dalam tahap perancangan, menyusun
laporan kegiatan perancangan secara berkala, perumusan evaluasi status serta koreksi
teknis apabila terjadi penyimpangan, meneliti kelengkapan dokumen perencanaan dan
dokumen pelelangan, bersama dengan konsultan perencana menyusun program
pelelangan serta memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu pelelangan.
o Menyusun berita acara mengenai persetujuan kemajuan pekerjaan perancangan untuk
pembayaran angsuran, berita acara serah terima hasil pekerjaan perencanaan.
o Menyelenggarakan dan memimpin rapat-rapat koordinasi perancangan, menyusun
laporan hasil rapat-rapat koordinasi, membuat laporan kemajuan pekerjaan manajemen
konstruksi serta membuat laporan pelaksanaan VE tahap perencanaan.
c) Pada tahap pelaksanaan fisik ;
o Membantu pemilik dalam pelaksanaan VE yang dilakukan oleh konsultan VE sendirian,
atau bersama-sama dengan kontraktor utama pemenang lelang mengajukan value
engineering change proposal (VECP).
o Mengevaluasi program kegiatan konstruksi fisik yang disusun oleh kontraktor, yang
meliputi program-program pencapaian sasaran konstruksi, pengerahan dan penggunaan
tenaga kerja, penyediaan dan penggunaan peralatan, material, informasi, dana serta
program keselamatan kerja.
o Mengendalikan program pelaksanaan konstruksi fisik, yang meliputi program-program
pengendalian sumber daya dan biaya, waktu, sasaran fisik (kuantitas dan kualitas) hasil
konstruksi, tertib administrasi, keselamatan kerja, evaluasi program terhadap
penyimpangan teknis dan manajerial yang mungkin timbul, usulan koreksi program dan
tindakan turun tangan, melakukan koreksi teknis bila terjadi penyimpangan, melakukan
koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi fisik.
o Melaksanakan tugas-tugas pengawasan pekerjaan, yang meliputi :
Mengawasi pekerjaan serta produksinya, peralatan dan metoda, ketepatan waktu dan
biaya pekerjaan konstruksi, serta meneliti penggunaan material.
Mengawasi pelaksanaan konstruksi fisik dari segi kualitas dan kuantitas produk, serta
laju pencapaian volume pekerjaan.
Mengusulkan perubahan-perubahan serta penyesuaian di lapangan jika timbul
permasalahan perencanaan yang tidak sesuai.
Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat laporan-laporan
mingguan dan bulanan atas pelaksanaan manajemen konstruksi berdasarkan
masukan hasil rapat lapangan serta laporan pelaksanaan harian, mingguan dan
bulanan yang dibuat oleh kontraktor.
Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan konstruksi guna pembayaran
angsuran, pemeliharaan pekerjaan, serta serah terima pekerjaan yang pertama dan
kedua.
kreatif. Berbagai bidang konsultasi yang biasanya disediakan oleh konsultan perencana meliputi
penyiapan paket kerja, survey, studi dan penelitian dan lain-lain.Dalam proyek konstruksi tugas
dan kegiatan dari konsultan perencana antara lain adalah sebagai berikut :
- Kegiatan pada tahap persiapan, yang meliputi mengumpulkan data dan informasi lapangan,
membuat penafsiran secara garis besar terhadap arahan penugasan, melakukan konsultasi
dengan pemerintah daerah setempat mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
rencana proyek, perizinan dan lain sebagainya.
- Menyusun pra-rancangan, yang meliputi membuat rancangan tapak, perkiraan biaya dan
mengurus untuk mendapatkan izin pendahuluan, izin prinsip atau advice planning dari
Pemerintah Daerah setempat.
- Menyusun pengembangan rancangan pelaksanaan, yang meliputi pembuatan rancangan
arsitektur beserta uraian dan visualisasi dua atau tiga dimensi bila diperlukan, membuat
rancangan struktur dan utilitas beserta analisis perhitungan.
- Menyusun rancangan detail, yang meliputi pembuatan gambar-gambar detail, rencana kerja
dan syarat-syarat, rincian volume pekerjaan, rencana anggaran biaya dan menyusun
dokumen perencanaan.
- Mempersiapkan paket lelang, yang meliputi membantu pemilik proyek dalam menyusun
dokumen pelelangan dan membantu panitia pelelangan dalam menyusun program
pelelangan.
- Dalam kegiatan pelelangan membantu panitia pelelangan memberikan penjelasan termasuk
menyusun berita acara penjelasan pekerjaan, membantu dalam evaluasi penawaran,
menyusun ulang dokumen pelelangan dan melaksanakan tugas-tugas yang sama jika
pelelangan harus diulang.
- Melaksanakan pengawasan berkala, meliputi pengamatan terhadap proses konstruksi secara
berkala, melakukan penyesuaian gambar dan teknik pelaksanaan konstruksi, memberikan
penjelasan atas permasalahan yang timbul selama konstruksi, memberikan rekomendasi
penggunaan material, menyusun laporan akhir perencanaan.
- Menyusun konsep petunjuk pemakaian dan pemeliharaan hasil proyek, buku manual operasi
peralatan dan perlengkapan fasilitas dengan segala perubahan-perubahan yang telah
dilakukan selama konstruksi dan sesuai dengan as built drawing.
- Dalam kegiatan aplikasi VE memberikan penjelasan rancangan untuk menyusun studi
kelayakan VE, melaksanakan penyempurnaan rancangan sesuai perubahan dari hasil studi VE
yang telah disepakati, bertanggung jawab terhadap hasil perancangan yang diakibatkan oleh
apliksi VE.
4) Konsultan Pengawas
Biasanya konsultan pengawas digunakan apabila perancangan dilakukan oleh satu konsultan
perencana dan pelaksanaan konstruksi fisik dilakukan oleh satu kontraktor. Konsultan pengawas
berfungsi untuk membantu pemilik proyek melaksanakan pengawasan pada tahap konstruksi fisik,
sehingga mulai bertugas sejak pemberian penjelasan pada saat pelelangan sampai penyerahan
hasil konstruksi fisik. Konsultan pengawas dapat dirangkap oleh konsultan perencana dan
pemilihannya berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan.Kegiatan konsultan pengawas dalam
melaksanakan tugasnya selama konstruksi fisik berlangsung, antara lain :
- Membantu pemilik proyek mengurus sampai mendapatkan izin penggunaan hasil proyek dari
pemerintah daerah setempat.
- Menyusun konsep petunjuk pemakaian dan pemeliharaan hasil proyek, buku manual operasi
peralatan dan perlengkapan fasilitas dengan segala perubahan-perubahan yang telah
dilakukan selama konstruksi dan sesuai dengan as built drawing.
- Membantu pemilik proyek dalam menyiapkan dokumen pendaftaran hasil proyek sesuai
dengan peraturan yang ditentukan.
5) Kontraktor
Pada umumnya kehadiran kontraktor dalam tim proyek konstruksi adalah paling akhir yang
ditunjuk oleh pemilik proyek setelah proses perencanaan selesai. Peran utama kontraktor dalam
proyek konstruksi adalah sebagai manajer sumber daya yang bertugas untuk mengubah dokumen
perencanaan menjadi keluaran-keluaran berupa bangunan fisik. Sebagai pengelola segenap
sumber daya kontraktor harus benar-benar memiliki keahlian dalam bidang pengelolaan sumber
daya dengan akal kepintarannya dalam menentukan metode konstruksi berdasarkan teknologi dan
teknik konstruksi yang efektif dan efisien.Dalam melaksanakan konstruksi fisik kontraktor
berdasarkan pada gambar kerja, rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) lengkap dengan
penjelasan dan perubahan yang ditetapkan dalam kontrak, dengan biaya yang ditetapkan telah
termasuk jasa untuk kontraktor, IMB serta pajak-pajak. Termasuk dalam tugas kontraktor adalah
penyusunan value engineering change proposal (VECP) untuk pekerjaan berdasarkan anjuran
yang telah ditetapkan akan menggunakan VE dan disertakan pada surat penawaran. Kemudian
atas dasar keputusan dari pemilik proyek bersama-sama dengan konsultan VE melaksanakan
aplikasi VE. Disamping itu, kontraktor harus membuat dan menyusun as built drawing sebelum
serah terima pertama yang harus disetujui tim MK atau konsultan pengawas dan diketahui oleh
konsultan perencana.Pada saat konstruksi fisik tim kontraktor merupakan tim yang sangat sibuk.
Sehingga tim kontraktor harus mampu membangun komunikasi yang baik dengan berbagai pihak
yang terkait dengan pekerjaannya. Agar dapat menjalankan peran utamanya dengan baik maka
struktur organisasi kontraktor harus disusun seefektif dan seefisien mungkin.
Gambar 5.10
Konstruksi Pondasi Batu Kali
Pada umumnya tampang lintang dari badan pondasi batu belah berbentuk trapesium dengan
lebar sisi bagian atas paling sedikit 25 cm, sehingga didapatkan susunan batu yang kokoh. Sebelum
dipasang, batu belah harus disiram air terlebih dahulu. Bila tanah dasar pondasi banyakmengandung
air, maka sebelum pondasi dipasang harus disusun terlebihdahulu pasangan batu kosong yang diisi
pasir pada rongga-rongganya.Bentuk konstruksi pondasi belah antara lain adalah sepertipada Gambar
5.10 di atas.
Gambar 5.11
Susunan Pasangan Batu Kosong (Aanstamping)
Gambar 5.12
Cara Pemasangan Batu Bata
Kualitas batu merah di Indonesia umumnya kurang baik dan seringkurang keras dan padat,
tidak seperti batu merah yang dibuat di Eropa dansebagainya. Hal ini disebabkan oleh bahan dasar
dan cara pembuatan yangmasih sering sangat sederhana. Karena itu, untuk menambah
keawetanterhadap pengaruh-pengaruh iklim, maka terutama dinding batu merahdengan tebal 11 cm
atau 11,5 cm (karena tipisnya dinding terlalu lemahuntuk menahan gaya tekan vertikal dan gaya
horisontal atau gaya gempa)diperkuat dengan rangka yang terdiri dari kolom atau balok beton
bertulangsetiap luas tembok 12.00 m2. Kolom beton bertulang ini selalu dipasang disudut-sudut,
pertemuan dan persilangan dinding, dan pada jarak 3,00 m.
Gambar 5.13
Metode Pemasangan Kusen Pintu
Gambar 5.14
Metode Pemasangan Kusen Jendela
membersihkannya.
Permukaannya anti air (daya serap airnya kecil) sehingga mudahdalam pemeliharaan dan cara
membersihkan)
Tahan terhadap goresan pisau dan juga tahan panas (api).
Kekurangan ubin keramik adalah meledak pada musim kemarau, terjadi akibat udara (tidak
semuabagian di bawah keramik solid terisi adukan) panas yang terperangkap dibawah keramik
memuai dan mendorong keramik hingga pecah (IngatIndonesia beriklim tropik lembab), penyebab
lain adalah adukan kuranghomogen (adukan dilakukan sebentar, kurang lama) yangmengakibatkan
daya rekat tidak tahan lama sehingga beberapa waktukemudian ubin keramik lepas.
Sebelum memasang ubin keramik diatas dasar lantai beton, adabeberapa hal yang harus
diperhatiakn dan dilakukan, yaitu menghitungsecara akurat ubin keramik yang dibutuhkan. Buatlah
gambar desain polalantai dan lajur pemasangan (arah horizontal, vertikal atau diagonal luasruang)
untuk membantu menghitung secara detail kebutuhan keramik(lebihkan sekitar 5 % untuk
persediaan, bila waktu pemasangan pasangada yang rusak, dan cadangan apabila ada kerusakan
dikemudian hari,disebabkan stok terbatas dan selang bebrapa waktu kemungkinan tidakdiproduksi
lagi). Dan pastikan ubin keramik yang datang dan akandipasang sesuai kode, ukuran warna yang
dipesan.