Anda di halaman 1dari 267

PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Penulis:

Hendra Wahyu Cahyaka, ST, MT


Drs. Bambang Sabariman, ST, MT
Drs. Ir. Sutikno, MT
Drs. Ir. Karyoto, MS
Prof. Dr. Drs. Ir. Kusnan, SE, MT, MM
Mas Suryanto, ST, MT

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru Page |i


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................................... i


Daftar Isi .................................................................................................................................. ii

Bab I. Model dan Perangkat Pembelajaran ........................................................................... 1


A. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan ......................................... 1
B. Media Pembelajaran ...................................................................................................... 26
C. Asesmen ....................................................................................................................... 42
D. Pengembangan Silabus dan RPP ..................................................................................... 62

Bab II. Materi Teknik Bangunan ........................................................................................... 83


A. Gambar, Autocad, dan Struktur Bangunan ...................................................................... 83
B. Mekanika Teknik ........................................................................................................... 108
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

C. Konstruksi Beton dan Baja ............................................................................................ 126


D. Konstruksi Kayu ............................................................................................................ 158
E. Rencana Anggaran Biaya, K3, dan Metode Konstruksi ..................................................... 227

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | ii


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
BAB I
MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

A. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan

1. Kata Pengantar
Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami keterbelakangan. Keterbelakangan tersebut
disebabkan oleh (1) pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan penyelenggara bukan untuk
peserta didik; (2) pembelajaran yang diselenggarakan bersifat pemindahan isi (content transmission).
Tugas pengajar hanya sebagai penyampai pokok bahasan. Mutu pengajaran menjadi rendah karena
yang diukur hanya daya serap sesaat yang dungkap lewat proses penilaian hasil belajar yang artifisial.
Pengajaran tidak diarahkan kepada partisipasi total peserta didik yang pada akhirnya dapat melekat
sepenuhnya dalam diri peserta didik; (3) aspek afektif cenderung terabaikan; (4) diskriminasi
penguasaan wawasan yang terjadi akibat anggapan bahwa yang di pusat mengetahui segalanya
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

dibandingkan dengan yang di daerah, yang di daerah merasa mengetahui semuanya dibandingkan
dengan yang di cabang, yang di cabang merasa lebih tahu di bandingkan dengan yang di ranting,
begitu seterusnya. Jadi, diskriminasi sistematis terjadi akibat pola pembelajaran yang subjek—objek;
dan (5) pengajar selalu mereduksi teks yang ada dengan harapan tidak salah melangkah. Teks atau
buku acuan dianggap segalanya jika telah menyampaikan isi buku acuan berhasillah dia.
Dapat pula dikatakan bahwa sistem pendidikan yang ada selama ini ibarat sebuah bank.
Peserta didik diberikan pengetahuan agar kelak mendatangkan hasil yang berlipat-lipat. Peserta didik
lantas diperlakukan sebagai bejana kosong yang akan diisi, sebagai sarana tabungan. Guru atau
pelatih adalah subjek aktif. Peserta didik adalah subjek pasif yang penurut dan diperlakukan tidak
berbeda. Pendidikan akhirnya bersifat negatif dengan guru memberikan informasi yang harus ditelan
oleh peserta didik yang wajib diingat dan dihapalkan. Berikut daftar antagonis pendidikan gaya bank
yang sangat magis dan naif.
 guru mengajar murid belajar
 guru tahu segalanya murid tidak tahu apa-apa
 guru berpikir murid dipikirkan
 guru bicara murid mendengarkan
 guru mengatur murid diatur
 guru memilih dan memaksakan pilihannya murid menuruti
 guru bertindak murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan guru
 guru memilih apa yang diajarkan murid menyesuaikan diri
 guru mengacaukan wewenang wawasan yang dimilikinya dengan wewenang profesionalismenya
dan mempertentangkannya dengan kebebasan murid
 guru adalah subjek proses belajar murid objeknya.
Oleh karena guru atau pelatih menjadi pusat segalanya. Karenanya menjadi hal yang wajar
jika murid mengidentifikasikan diri seperti gurunya sebagai prototipe manusia ideal yang harus ditiru
dan digugu serta diteladani dalam segala hal. Implikasinya, kelak murid-murid itu sebagai duplikasi
guru mereka dulu. Pada saat itu, akan lahir generasi baru yang penindas. Jadi, penindasan bisa jadi
diawali dari dunia pendidikan.
Berdasar beragam kesenjangan dan kelemahan praktik pendidikan, khususnya pembelajaran
tersebut, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005,
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 mengamanatkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi
dan kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi akademik, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial. Bahkan, untuk memenadu impelementasi kompetensi pedagogis di kelas,
diterbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses yang
mengatur aktivitas guru menyusun perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan
pengevaluasiannya. Tiap guru dituntut mengembangkan kapasitasnya secara optimal, kreatif, dan
adaptif dalam situasi yang cepat berubah.
Sistem transformasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap di sekolah dikembangkan agar
sesuai dengan karakteristik siswa. Sistem transformasi itu dikembangkan melalui model-model
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). Model PAIKEM
merupakan model pembelajaran yang dipayungi oleh teori psikologi mutakhir, antara lain kognitif,
konstruktivistik, dan humanistik yang menekankan pada belajar untuk menjadi tahu ( learning to

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru Page |1


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
know), belajar untuk bekerja (learning to do), belajar untuk menjadi (learning to be), dan belajar
untuk hidup bersama (learning to live together).
Tuntutan profesi mengharuskan guru mampu mengaplikasikan model PAIKEM. Kebutuhan
guru untuk dapat mengimplementasikan model-model tersebut dalam pembelajaran sesuai
karakteristik mata pelajaran merupakan pondasi bagi penulisan modul PAIKEM ini. Akhir kata, besar
harapan MODUL PAIKEM bermanfaat bagi Anda.

2. Tinjauan Mata Diklat


Pernahkah Anda mendengar kata PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan) dalam dunia pendidikan? Pasti, Anda pernah mendengarnya; bahkan, mendapatkan
informasinya melalui berbagai pelatihan. Nah, dalam modul ini, dikupas tentang PAIKEM beserta teori
belajar yang melatarinya dan model pembelajarannya. PAIKEM menjawab isu saat ini tentang
pergeseran paradigma mengajar dari guru sentris ke siswa sentris. Isu tersebut sejalan dengan
perkembangan zaman, yakni proses transformasi pendidikan menuju pada learning to know, learning
to do, learning to be, dan learning to live together.
Pada modul ini, Anda akan mengenali konsep dasar PAIKEM, selayang pandang teori belajar,
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

model-model pembelajaran, dan contoh pembelajaran PAIKEM. Setelah itu, Anda dapat menguatkan
pemahaman melalui rangkuman dan evaluasi yang terdapat pada modul ini. Selamat belajar modul
ini. Salam PAIKEM!
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat:
a. mengenali PAIKEM baik dari segi konsep dan ciri-ciri nya;
b. mengenali selayang pandang teori belajar yang melandasi model-model PAIKEM;
c. mengidentifikasi model- model pembelajaran berbasis PAIKEM sehingga dapat membedakan
model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lain;
d. mengenali contoh-contoh kegiatan pembelajaran yang berbasis PAIKEM.

Sebelum mempelajari modul ini, Anda diharapkan memahami teori belajar dan karakteristik
peserta didik agar lebih menguatkan pemahaman Anda tentang PAIKEM. Agar isi modul dapat
melekat dalam pengalaman belajar Anda, cara penggunaan modul ini perlu Anda cermati dengan
seksama. Berikut ini cara menggunakan modul tersebut.
a. Lakukanlah orientasi modul terdahulu dengan membaca sekilas dari awal sampai akhir modul.
b. Bacalah daftar isi untuk memberikan pemahaman awal tentang isi modul.
c. Cermati dengan seksama tujuan, prasyarat, dan cara menggunakan modul untuk membekali
arah yang akan dituju dalam mempelajari modul ini.
d. Bacalah secara cermat dari pengantar sampai pada rangkuman.
e. Contoh pembelajaran berbasis PAIKEM pada modul ini hanya sebatas ilustrasi sebagian, Anda
dapat mengembangkan dan menerapkan dengan contoh-contoh lainnya di kelas masing-masing.
f. Silahkan menguji diri melalui mengerjakan evaluasi dengan cara menjawab pertanyaan yang
ada pada evaluasi.
g. Berdiskusilah dengan teman lain tentang isi modul ini untuk memperdalam kemampuan Anda di
bidang PAIKEM.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru Page |2


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Peta Kompetensi
Model Pembelajaran berbasis PAIKEM

TUJUAN MATA DIKLAT

Peserta diklat mampu menerapkan berbagai model


pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan yang
sesuai dengan karaktersitik siswa dan materi ajar serta taat
asas pada teori belajar yang relevan dan mutakhir.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Peserta diklat mampu menerapkan Peserta diklat mampu menerapkan


konsep dan implikasi teori belajar teori konstruktivistik dalam model
sosial (humanistik) dalam model pembelajaran berbasis PAIKEM yang
pembelajaran berbasis PAIKEM yang relevan
relevan

Mahasiswa mampu Mahasiswa mampu Peserta diklat mampu


mendeskripsikan konsep menerapkan konsep menerapkan teori belajar
belajar belajar behavioristik dalam kognitif dalam model
pembelajaran pembelajaran PAIKEM yang
1 relevan
2
3
3. Teori Belajar
Sebenarnya siapa siswa itu? Semua yang terlibat dalam pendidikan harus sadar bahwa (1)
setiap peserta didik adalah unik. Peserta didik mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Oleh karena itu, proses penyeragaman dan penyamarataan akan membunuh keunikan tersebut.
Keunikan harus diberi tempat dan dicarikan peluang agar dapat lebih berkembang; (2) anak bukan
orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir anak tidak selalu sama dengan jalan pikir orang dewasa.
Orang dewasa harus dapat menyelami cara merasa dan berpikir anak-anak. Yang terjadi justru
sebaliknya, pendidik memberikan materi pelajaran lewat ceramah seperti yang mereka peroleh dari
bangku sekolah yang pernah diikuti; (3) dunia anak adalah dunia bermain tetapi materi pelajaran
banyak yang tidak disajikan lewat permainan. Hal itu salah satunya disebabkan oleh pemberian materi
pelajaran yang jarang diaplikasikan melalui permainan yang mengandung nuansa filsafat pendidikan;
(4) Usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia. Namun, dunia pendidikan
tidak memberikan kesempatan bagi kreativitas; dan (5) dunia anak adalah dunia belajar aktif. Banyak
guru yang tidak mampu mengaktifkan belajar siswa karena menganggap siswa sebagai objek yang
tidak dapat bertindak, berpikir, dan berlaku seperti yang diharapkan guru.
Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan berbagai teori belajar yang lain, misalnya
Gagne (1985) yang menekankan pada behavior development atau perkembangan perilaku sebagai
produk dari cumulative effects of learning atau efek komulatif. Menurut Gagne bahwa belajar adalah
proses perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses
pertumbuhan. Learning is a change in human disposition of capability that persists over a period of
time and is not simply ascribable to processes of growth. Pendapat Gagne telah mempengaruhi
pandangan tentang bagaimana menata lingkungan belajar.
Dalam modul ini Anda diajak membahas konsep belajar dari pandangan teori belajar
behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar konstruktivistik dan teori belajar humanistik. Selesai

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru Page |3


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
belajar modul ini, diharapkan Anda dapat menerapkan dalam pembelajaran. Tujuan khusus yang
dapat Anda peroleh setelah belajar modul ini, Anda dapat :
a. Menjelakan hakikat teori belajar Behavioristik, teori belajar Kognitif, teori belajar Konstruktivistik,
dan teori belajar Humanistik
b. Memilih di antara pandangan teori belajar dalam melaksanakan proses pembelajaran.

4. Teori Belajar Behavioristik


Penerapan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan tidak serta
merta dapat dilakukan jika siswa belum memiliki stock of knowledge atau prior knowledge dari hal
yang sedang dipelajarinya. Pemberian pengalaman belajar sebagai previous experience sangat
dibutuhkan. Teori Behavioristik memiliki andil besar terhadap hal tersebut. Proposisi-proposisi
Behavioristik menjadi landasan logika pengorganisasian pembelajaran yang beraksentuasi pada
terbentuknya prior knowledge.
Belajar menurut perspektif Behavioristik adalah perubahan perilaku sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungannya. Proses interaksi tersebut merupakan hubungan antara stimuli (S) dan
respon (R). Muara belajar adalah terbentuknya kebiasaan. Watson mengemukakan ada dua prinsip
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

dalam pembentukan kebiasaan yaitu kekerapan dan kebaruan. Prinsip kekerapan menyatakan
bahwa makin kerap individu bertindak balas terhadap suatu stimuli, apabila kelak muncul lagi stimuli
itu maka akan lebih besar kemungkinan individu memberikan respon yang sama terhadap stimuli
tersebut.
Edwin Guthrie berdasarkan konsep contiguity menyatakan bahwa suatu kombinasi stimuli
yang dipasangkan dengan suatu gerakan akan diikuti oleh gerakan yang sama apabila stimuli tersebut
muncul kembali. Pergerakan ini diperoleh melalui latihan. Guthrie juga mengemukakan prinsip tentang
pembinaan dan perubahan kebiasaan. Pada dasarnya pembinaan dan perubahaan kebiasaan dapat
dilakukan melalui threshold method (metode ambang), the fatigue method (metode meletihkan), dan
the incompatible response method (metode rangsangan tidak serasi).
Thorndike berpendapat bahwa belajar pada dasarnya merupakan pembinaan hubungan
antara stimuli tertentu dengan respon tertentu. Semua proses belajar dilakukan dengan coba-salah
(trial and error). Ada tiga hukum dalam hal tersebut yaitu (1) hukum hasil (law of effect), (2) hukum
latihan (law of exercise), (3) hukum kesiapan (law of readiness). Skinner menyatakan bahwa
peneguhan (reinforcement) memegang peran penting dalam mewujudkan tindak balas baru.
Peneguhan diartikan sebagai suatu konsekuensi perilaku yang memperkuat perilaku tertentu.
Kegiatan belajar mengajar berdasarkan prinsip-prinsip Behavioristik merupakan kegiatan
belajar figuratif. Belajar seperti ini hanya menekankan perolehan informasi dan penambahan
informasi. Belajar merupakan proses dialog imperatif, bukan dialog interaktif. Belajar bukan proses
organik dan konstruktif melainkan proses mekanik. Aktivitas belajar didominasi oleh kegiatan
menghafal dan latihan.

5. Teori Belajar Kognitif


Dalam perspektif teori kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral
meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar.
Perilaku siswa bukan semata-mata respon terhadap yang ada melainkan yang lebih penting karena
dorongan mental yang diatur oleh otaknya. Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai,
mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah perceptual.
Konsep-konsep terpenting dalam teori kognitif selain perkembangan kognitif adalah adaptasi
intelektual oleh Jean Peaget, discovery learning oleh Jerome Bruner, reception learning oleh Ausubel.
Perkembangan kognitif menurut Jean Peaget dapat digambarkan dalam tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Perkembangan Kognitif Anak menurut Jean Piaget

TAHAP UMUR CIRI POKOK PERKEMBANGAN


SENSORIMOTORIK 0-2 Tahun Berdasarkan tindakan langkah demi
langkah
PRAOPERASIONAL 2 – 7 Tahun Penggunaan symbol/bahasa
tanda
konsep intuitif
OPERASI KONKRET 8 – 11 Tahun Pakai aturan jelas/logis
reversibel dan kekelan

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru Page |4


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
OPERASI FORMAL 11 Tahun ke atas Hipotesis
abstrak
deduktif dan induktif
logis dan probabilitas

Perkembangan kognitif yang digambarkan oleh Peaget merupakan proses adaptasi intelektual.
Proses adaptasi tampak pada asimilasi, akomodasi, dan equilibration. Asimilasi ialah proses
perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur kognitif (skemata) yang ada sebelumnya.
Pengintegrasian informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Akomodasi
adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi. Equilibration adalah pengaturan diri
secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Dengan demikian
proses belajar terjadi jika mengikuti tahap-tahap tersebut.
Menurut Bruner, kognitif berkembang melalui tiga tahap yaitu, enaktif (melakukan aktivitas
memahami lingkungan), ikonik (memahami objek melalui gambar dan visualisasi verbal), dan
simbolik (memiliki ide abstrak yang dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa dan berlogika).
Jika Jean Peaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif sangat berpengaruh terhadap
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

perkembangan bahasa seseorang, Bruner menyatakan perkembangan bahasa besar pengaruhnya


terhadap perkembangan kognitif. Dalam memahami dunia sekitarnya orang belajar melalui simbol
bahasa, logika, matematika. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem simbol.
Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya semakin dominan sistem simbolnya.
Meskipun teori belajar sosial dari Albert Bandura menekankan pada perubahan perilaku
melalui peniruan, banyak pakar tidak memasukkan teori ini sebagai bagian dari teori belajar
behavioristik. Sebab, Albert Bandura menekankan pada peran penting proses kognitif dalam
pembelajaran sebagai proses membuat keputusan yaitu bagaimana membuat keputusan perilaku
yang ditirunya menjadi perilaku miliknya.

6. Teori Belajar Konstruktivistik


Belajar menurut perspektif Konstruktivistik adalah pemaknaan pengetahuan. Hal tersebut
didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka.
Pengetahuan merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. Pikiran berfungsi sebagai
alat menginterpretasi, sehingga muncul makna yang unik. Teori Konstruktivistik memandang bahwa
ilmu pengetahuan harus dibangun oleh siswa di dalam benak sendiri melalui pengembangan proses
mentalnya. Dalam hal ini iswalah yang membangun dan menciptakan makna pengetahuannya (Nur,
2000).
Konstruktivistik menekankan pada belajar sebagai pemaknaan pengetahuan struktural,
bukan pengetahuan deklaratif sebagaimana pandangan behavioristik. Pengetahuan dibentuk oleh
individu secara personal dan sosial. Pemikiran Konstruktivisme Personal dikemukakan oleh Jean
Peaget dan KOnstruktivisme Sosial dikemukakan oleh Vygotsky.
Belajar berdasarkan Konstruktivistik menekankan pada proses perubahan konseptuall
(conceptual-change process). Hal ini terjadi pada diri siswa ketika peta konsep yang dimilikinya
dihadapkan dengan situasi dunia nyata. Dalam proses ini siswa melakukan analisis, sintesis,
berargumentasi, mengambil keputusan, dan menarik kesimpulan sekalipun bersifat tentatif. Konstruksi
pengetahuan yang dihasilkan bersifat viabilitas, artinya konsep yang telah terkonstruksi bisa jadi
tergeser oleh konsep lain yang lebih dapat diterima. Degeng (2000) memaparkan hasil ananlisis
komparatif pandangan Behavioristik-konstruktivistik tentang belajar dikemukakan dalam tabel 1.2
berikut ini.

Tabel 1.2 Perbandingan Pandangan Behavioristik-Konstruktivik tentang Belajar

Behavioristik Konstruktivistik
Pengetahuan adalah objektif, pasti, dan Pengetahuan adalah non-objective, tempo- rer,
tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah selalu berubah, dan tidak menentu
terstruktur dengan rapi.
Belajar adalah perolehan pengetahuan, Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari
sedang mengajar adalah memindah pengalaman konkret, aktivitas kolaboratif, dan
pengetahuan ke orang yang belajar. refleksi serta interpretasi. Mengajar adalah
menata lingkungan agar siswa termotivasi dalam
menggali makna dan menghargai ketidakmampuan

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru Page |5


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Siswa diharapkan memiliki pemahaman Siswa akan memiliki pemahaman yang berbeda
yang sama terhadap pengetahuan yang terhadap pengetahuan tergantung pada
diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam
pengajar itulah yang harus dipahami oleh menginterpretasikannya.
siswa.
Fungsi mind adalah menjiplak struktur Mind berfungsi sebagai alat untuk menginterpretasi
penge-tahuan melalui proses berpikir yang peristiwa, objek, atau perspektif yang ada dalam
dapat dianalisis dan dipilah sehingga dunia nyata sehingga makna yang dihasilkan
makna yang dihasilkan dari proses berpikir bersifat unik dan individualistik.
ditentukan oleh karakteristik struktur
pengetahuan.

Berikutnya, bagaimana implikasi proposisi-proposisi tersebut dalam kegiatan belajar mengajar ?


Silakan Anda refleksikan bagaimana Anda mengajar selama ini! Demikian juga, refleksikan cara
mengajar Anda selama ini dengan teknik pengaorganisasian pembelajaran Konstuktivistik?
Bandingkan hasil refleksi Anda dengan rumusan-rumusan di bawah ini. Secara hirarki Driver dan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Oldham memberikan strategi pembelajaran konstruktivistik sebagai berikut.

ORIENTATION

ELICITATION OF IDEAS

RESTRUCTURING OF
IDEAS

Clarification and Exchange


COMPARISON
WITH PREVIOUS
IDEAS Exposure to conflict
situation

Construction of new ideas

Evaluation

APPLICATION OF IDEAS

REVIEW CHANGE IN
IDEAS

a. Orientasi merupakan fase untuk memberi kesempatan kepada siswa memperhatian dan
mengembangkan motivasi terhadap topik materi pembelajaran.
b. Elicitasi merupakan fase untuk membantu siswa menggali ide-ide yang dimilikinya dengan
memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan
dasar atau ide mereka melalui poster, tulisan yang dipresentasikan kepada seluruh siswa.
c. Restrukturisasi ide dalam hal ini siswa melakukan klarifikasi ide dengan cara
mengkontraskan ide-idenya dengan ide orang lain atau teman melalui diskusi. Berhadapan

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru Page |6


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dengan ide-ide lain seseorang dapat terangsang untuk merekonstruksi gagasannya, kalau tidak
cocok. Sebaliknya menjadi lebih yakin jika gagasannya cocok. Membangun ide baru hal ini
terjadi jika dalam diskusi idenya bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman-temannya. Mengevaluasi ide barunya dengan
eksperimen. Jika dimungkinkan, sebaiknya gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu
percobaan atau persoalan yang baru.
d. Aplikasi ide dalam langkah ini ide atau pengetahuan yang telah dibentuk siswa perlu
diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan
siswa lebih lengkap bahkan lebih rinci.
e. Review dalam fase ini memungkinkan siswa mengaplikasikan pengetahuannya pada situasi yang
dihadapi sehari-hari, merevisi gagasannya dengan menambah suatu keterangan atau dengan
cara mengubahnya menjadi lebih lengkap. Jika hasil review kemudian dibandingkan dengan
pengetahuan awal yang telah dimiliki maka akan memunculkan kembali ide-ide (elicitasi) pada
diri siswa.

7. Teori Belajar Sosial (Humanistik)


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Teori belajar sosial (Humanistik) diperkenalkan oleh Albert Bandura (1977--1986) yang
menjelaskan tentang pengaruh penguatan dari luar diri atau lingkungan seorang siswa. Aktivitas
kognitif dalam diri siswa (kemampuan) belajar iswa dilaului dengan cara “modelling” atau mencontoh
perilaku orang lain. Teori ini mementingkan pilihan pribadi, kreativitas, dan aktualisasi dari setiap
individu yang belajar.
Bandura mengemukakan ada 6 (enam) prinip yang mendasar dalam menerapkan teori belajar
Humanistik, yaitu (1) menyatakan perilaku, (2) kemampuan membuat atau memahami
simbol/tanda/lambang, (3) kemampuan berpikir ke depan, (4) kemampuan untuk seolah-olah
mrngalami sendiri apa yang dialami orang lain, (5) kemampuan mengatur diri sendiri dan (6)
kemampuan untuk berefleksi.

a. Faktor-faktor yang Saling Menentukan


Dalam hal ini ada tiga faktor yang saling menentukan, yaitu (a) perilaku, (b) berbagai faktor yang
ada pada pribadi seseorang dan (c) peristiwa-peristiwa yang terjadi pada lingkungan diri orang
tersebut. Ketiga faktor tersebut secara bersama-sama saling bertindak sebagai penentu atau
penyebab yang satu terhadap yang lain.
b. Kemampuan Membuat atau Memahami Simbol/Tanda/Lambang
Bandura berpendapat bahwa seseorang dalam memahami dunia ini secara simbolis melalui
gambar-gambar kognitif (cognitive representation). Oleh karena itu seseorang termasuk Anda lebih
cepat bereaksi terhadap gambaran kognitif dari dunia sekitar daripada terhadap dunia itu sendiri.
Artinya Anda memiliki kemampuan berpikir dan memanfaatkan bahasa sebagai alat untuk berpikir
yang kemudian tersimpan dalam ngatan dan hal-hal yang akan datang dapat pula diuji coba
secara simbolis dalam pikiran. Pikiran-pikiran merupakan simbol-simbol atau gambaran kognitif
dari masa lalu maupun masa depan yang dapat memengaruhi atau menyebabkan munculnya
perilaku tertentu.
c. Kemampuan Berpikir ke Depan
Kemampuan berpikir atau mengolah simbol dapat dimanfaatkan untuk merencanakan masa depan.
Anda dapat menduga bagaimana orang lain akan bereaksi terhadap Anda berkaitan dengan tujuan
yang ingin dicapai, merencanakan tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencapai tujuan
tersebut. Kondisi inilah yang disebut berpikir ke depan, dan cenderung tindaakan diawali oleh
pikiran.
d. Kemampuan untuk Seolah-olah Mengalami Sendiri apa yang Dialami Orang Lain
Anak-anak maupun orang dewasa mampu belajar dengan cara memperhatikan perilaku orang lain
dan memperhatikan konsekuensi dari perilaku tersebut. Keadaan inilah yang disebut belajar
berdasarkan apa yang dialami orang lain. Selain itu seseorang belajar dengan melakukan sendiri
dalam berbagai hal dan terjadi konsekuensi dari perbuatan/perilakunya. Cara belajar dari
pengalaman orang lain merupakan upaya seseorang untuk mengembangkan sesuatu yang
dipikirkan.
e. Kemampuan Mengatur Diri Sendiri
Setiap orang pada umumnya memiliki kemampuan mengendalikan perilaku diri sendiri. Anda telah
mengatur kegiatan sehari-hari, misalnya kapan harus memeriksa kesehatan secara rutin, berapa
jam harus tidur, jam berapa harus berangkat mengajar, kapan harus menyiapkan perangkat
pembelajaran, kapan melakukan evaluasi setiap mata pelajaran, kapan Anda mengajukan kenaikan

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru Page |7


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
pangkat, Anda melaksanakan tugas sebagai guru secara optimal, kapan melaksanakan penelitian
dan tentunya masih banyak kegiatan yang Anda atur baik yang yang bersifat rutin, maupun skala
prioritas. Perilaku-perilaku ini Anda kerjakan selain untuk melaksanakan kewajiban sebagai guru,
juga berdasarkan standard an motivasi yang telah anda tetapkan sendiri.
f. Kemampuan untuk Berefleksi
Prinsip ini menjelaskan bahwa sebagian besar orang cenderung melakukan refleksi atau
perenungan untuk memikirkan tentang kemampuan pribadi masing-masing. Mereka umumnya
mampu memantau ide-ide, dan kepantasan menilai ide tersebut serta menilai dirinya dengan
memperhatikan konsekuensi dari perilakunya. Berdasarkan semua penilaian dirinya itu, yang paling
penting adalah penilaian terhadap tingkat kompetensi atau kemampuan mereka dapat
mengerjakan suatu tugas dengan sukses. Penilaian terhadap diri sendiri disebut keyakinan akan
kemampuan diri (self efficacy) yang ternyata memengaruhi pilihan seseorang terhadap kegiatan
yang akan dilakukan, besarnya usaha yang akan ditunjukkan untuk menyelesaikan tugas tersebut,
besarnya tantangan saat menghadapi kesulitan, dan kemungkinan muncul rasa khawatir
menghadapi suatu tugas, bahkan ada rasa takut ataupun kurang percaya diri.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

8. Rangkuman
a. Belajar menurut perspektif Behavioristik adalah perubahan perilaku sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungannya. Proses interaksi tersebut merupakan hubungan antara stimuli
(S) dan respon (R). Muara belajar adalah terbentuknya kebiasaan.
b. Teori Kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral meskipun hal-
hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar. Belajar
adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, danmenggunakan pengetahuan.
Belajar menurut teori kognitif adalah perceptual.
c. Pandangan belajar menurut teori Konstruktivistik memandang bahwa ilmu pengetahuan harus
dibangun oleh siswa di dalam benaknya sendiri melalui pengembangan proses mentalnya, dan
siswalah yang membangun dan menciptakan makna pengetahuannya.
d. Belajar menurut pandangan teori sosial (Humanistik) merupakan suatu proses di mana siswa
mengembangkan kemampuan pribadi yang khas dalam bereaksi terhadap lingkungan sekitar.
Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa tersebut mengembangkan kemampuan terbaik dalam
diri pribadinya.
e. Bandura mengemukakan ada 6 (enam) prinip yang mendasar dalam menerapkan teori belajar
humanistik yaitu: (1) menyatakan perilaku, (2) kemampuan membuat atau memahami
simbol/tanda/lambang, (3) kemampuan berpikir ke depan, (4) kemampuan untuk seolah-olah
mrngalami sendiri apa yang dialami orang lain, (5) kemampuan mengatur diri sendiri, dan (6)
kemampuan untuk berefleksi.

9. Pelatihan
a. Jelaskan perbedaan antara teori behavioristik dan konstrukstif dalam hal
1) Belajar
2) Mengajar
3) Kedudukan peserta didik
4) Pengetahuan
5) Fungsi Mind
b. Jelaskan secara runtut perkembangan teori belajar behavioristik berdasarkan prespektif
sekurang-kurangnya dua tokoh yang Anda ketahui!
c. Jelaskan secara runtut tahapan perkembangan kognitif anak menurut Piaget!
d. Jelaskan perbedaan penerapan kegiatan pembelajaran yang menganut pandangan teori
belajar behavioristik dan konstruktivistik secara aplikatif yang selama ini telah Anda lakukan!
e. Jelaskan 6 (enam) prinip yang mendasar dalam menerapkan teori belajar humanistik yang
dikemukan oleh Bandura!

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru Page |8


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
10. Model-Model Pembelajaran Paikem
Salah satu kelemahan sistem pendidikan di Indonesia cenderung berorientasi pada input dan
output, kurang memperhatikan aspek proses. Padahal, proses akan sangat menentukan hasil. Salah
satu upaya meningkatkan kualitas proses belajar itu ialah melalui PAIKEM. Apa yang dimaksud
dengan PAIKEM? Mengapa harus PAIKEM? Apa ciri-ciri PAIKEM? Apa yang harus dipersiapkan dalam
PAIKEM? Model-model pembelajaran apa saja yang menggunakan pendekatan PAIKEM?
Anda dapat menjawab semua pertanyaan tersebut dengan memelajari dan menelaah
penjelasan yang disajikan berikut.
a. Konsep dan Ciri-ciri PAIKEM
Sebenarnya, guru termasuk orang yang kreatif. Berarti, guru mempunyai sikap kreatif. Sikap
kreatif ditandai dengan (a) keterbukaan terhadap pengalaman baru, (b) kelenturan dalam berpikir, (c)
kebebasan dalam ungkapan diri, (d) menghargai fantasi, (e) minat terhadap kegiatan kreatif, (f)
kepercayaan terhadap gagasan sendiri, dan (g) kemandirian dalam memberikan pertimbangan sendiri.
Sebagai modal melaksanakan PAIKEM, tentunya guru mempunyai ciri-ciri:
1) rasa ingin tahu yang luas dan mendalam,
2) sering mengajukan pertanyaan yang baik,
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

3) memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah,


4) bebas dalam menyatakan pendapat,
5) mempunyai rasa keindahan yang mendalam,
6) menonjol dalam salah satu seni,
7) mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang,
8) mempunyai rasa humor yang luas,
9) mempunyai daya imajinasi, dan
10) orisinal dalam gagasan dan pemecahan masalah.

Banyak guru yang apatis untuk terus membangun prestasi. Sikap apatis tersebut biasanya
dipengaruhi oleh usia yang menjelang pensiun, kondisi tempat mengajar yang tidak mendukung,
teman-teman lain yang juga apatis, serta kepala sekolah yang tidak menuntut apa-apa dari guru.
Hilman (sebut saja begitu) suatu saat berkata, "Mengapa bersusah payah, kan sebentar lagi pensiun",
jawabnya dengan enteng ketika ditanya tentang mengapa tidak kreatif. Kebiasaan mengajar
dijalaninya seperti biasanya. Kebiasaan itu telah dibangunnya dari 20 tahun yang lalu. Jadi, gaya
mengajar saat ini sama dengan gaya mengajar 20 tahun yang lalu. Padahal, rentang tahun yang
begitu panjang amat baik jika diisi dengan perubahan positif gaya mengajar.
Lain lagi dengan Dewi (nama disamarkan), apa yang dilakukannya tidak sedikit pun
mencerminkan perubahan karena teman guru di sekolahnya tidak aktif dan tidak berprestasi. "Maunya
sih kreatif dan kepingin berprestasi, tapi teman lain juga biasa-biasa saja. Saya ya ngikut aja", ujarnya
tanpa beban. Ungkapan seperti tersebut tampaknya juga dilakukan oleh guru-guru yang lainnya.
Budi (lagi-lagi nama samaran) sangat jengah karena kreativitas yang pernah dimunculkannya suatu
waktu tidak mendapatkan tanggapan dari kepala sekolahnya. Sejak kejadian itu, Budi pasif dan apatis.
Tidak ada satu pun pembaharuan dilakukannya.
Dari ilustrasi di atas, terlihat bahwa pengaruh lingkungan tempat berkomunitas teramat kuat.
Pengaruh diri sendiri tidak muncul. Bahkan, pengaruh diri sendiri tenggelam jauh di lubuk hati. Untuk
itu, agar dapat kreatif, Anda harus berani menutup kran pengaruh dari luar. Guru kreatif
menggunakan kata jangan berikut.
1) Jangan membayangkan sesuatu itu sulit dan akan menemui kegagalan sebelum Anda mencoba
beberapa kali.
2) Jangan takut dengan alat dan bahan yang sulit didapat
3) Jangan berpikiran bahwa kreatif itu berkaitan dengan dana besar
4) Jangan beranggapan bahwa kreativitas itu membutuhkan waktu yang banyak.
5) Jangan percaya dengan anggapan bahwa untuk kreatif dibutuhkan pemikiran yang mendalam.
6) Jangan memvonis bahwa kreativitas itu milik orang-orang tertentu.
7) Jangan menuduh bahwa diri Anda tidak dapat kreatif.
8) Jangan takut bertanya kepada siapa saja.
9) Jangan terlalu asyik dengan kebiasaan selama ini
10) Jangan mudah putus asa, mudah jenuh, mudah marah, dan mudah mengatakan gagal.
Mengajar merupakan tugas yang sangat kompleks. Menurut Arends (dalam Kardi dan Nur,
2000:6), menjadi seorang guru yang berhasil memerlukan sifat-sifat sebagai berikut.
1) Guru yang berhasil memiliki kualitas pribadi yang memungkinkan ia mengembangkan hubungan
kemanusiaan yang tulus dengan siswa, orang tua, dan kolega-koleganya.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru Page |9


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2) Guru yang berhasil mempunyai sikap yang positif terhadap ilmu pengetahuan. Mereka menguasai
dasar-dasar pengetahuan tentang belajar dan mengajar; menguasai pengetahuan tentang
perkembangan manusia dan cara belajar; dan menguasai pengajaran dan pengelolaan kelas.
3) Guru yang berhasil menguasai sejumlah keterampilan mengajar yang telah dikenal di dunia
pendidikan untuk mendorong keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan
hasil belajar.
4) Guru yang berhasil memiliki sikap dan keterampilan yang mendorong siswa untuk berpikir reflektif
dan mampu memecahkan masalah. Mereka memahami bahwa belajar pengelolaan pembelajaran
yang baik merupakan proses yang amat panjang sama halnya dengan profesi lain, yang
memerlukan belajar dan interaksi secara berkelanjutan dengan kolega seprofesi.

Dryden dan Vos (2000:296) secara khusus menyarankan kepada guru agar menggunakan
enam kiat mengajar dengan efektif apabila mengharapkan hasil belajar siswa secara maksimal.
Keenam kiat mengajar dengan efektif di kelas sebagai berikut.
1) Ciptakan kondisi yang benar
a) Orkestrakan lingkungan;
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

b) Ciptakan suasana positif bagi guru dan murid;


c) Kukuhkan, jangkarkan, dan fokuskan;
d) Tentukan hasil dan sasaran; AMBAK—Apa Manfaatnya Bagiku?
e) Visualisasikan tujuan Anda;
f) Anggaplah kesalahan sebagai umpan balik;
g) Pasanglah poster di sekeliling dinding.
2) Presentasikan dengan benar
a) Dapatkan gambar menyeluruh dahulu, termasuk perjalanan lapangan;
b) Gunakan semua gaya belajar dan semua ragam kecerdasan;
c) Gambarlah, buatlah pemetaan pikiran, dan visualisasikan;
d) Gunakan konser musik aktif dan pasif.
3) Pikirkan
a) Berpikirlah kreatif;
b) Berpikirlah kritis—konseptual, analitis, dan reflektif;
c) Lakukan pemecahan masalah secara kreatif;
d) Gunakan teknik memori tingkat tinggi untuk menyimpan informasi secara permanen;
e) Berpikirlah tentang pikiran Anda.
4) Ekspresikan
a) Gunakan dan praktikkan;
b) Ciptakan permainan, lakon pendek, diskusi, sandiwara—untuk melayani semua gaya belajar
dan semua ragam kecerdasan.
5) Praktikkan
a) Gunakan di luar sekolah;
b) Lakukan;
c) Ubahlah murid menjadi guru;
d) Kombinasikan dengan pengetahuan yang sudah Anda miliki.
6) Tinjau, Evaluasi, dan Rayakan
a) Sadarilah apa yang Anda ketahui;
b) Evaluasilah diri/teman/dan siswa Anda;
c) Lakukan evaluasi berkelanjutan.

Salah satu bentuk yang diujicobakan dalam sekolah rintisan adalah pendekatan PAIKEM.
PAIKEM adalah sebuah istilah untuk menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang
agar mengaktifkan peserta didik, mengembangkan inovasi dan kreativitas sehingga proses
pembelajaran efektif dalam suasana menyenangkan. Pembelajaran tersebut juga dikenal dengan
nama Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang lazim disebut pembelajaran
CTL.
Pembelajaran aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan
suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, menanyakan, dan mengemukakan
gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran informasi atau pengetahuan dari
guru belaka.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 10


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas guru atas dorongan gagasan baru
untuk melakukan langkah-langkah belajar dengan metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil
belajar. Paradigma pembelajaran inovatif diyakini mampu memfasilitasi siswa untuk mengembangkan
kecakapan hidup dan siap terjun di masyarakat. Dengan begitu, pembelajaran inovatif ditandai
dengan prinsip-prinsip: (1) pembelajaran bukan pengajaran, (2) guru sebagai fasilitator bukan bukan
intrukstur, (3) siswa sebagai subjek bukan objek, (4) multimedia bukan monomedia, (5) sentuhan
manusiawi bukan hewani, (6) pembelajaran induktif bukan deduktif, (7) materi bermakna bagi siswa
bukan sekadar dihafal, dan (8) keterlibatan siswa partisipatif bukan pasif. Dalam menangani siswa,
pembelajaran inovatif haruslah seirama dengan karakteristik siswa sebagai pembelajar. Bobbi de
Porter menyatakan, “bawalah dunia mereka ke dunia kita dan hantarkan dunia kita ke dunia mereka”.
Pembelajaran kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan peserta didik, siswa dapat menjadi kreatif dalam
proses pembelajarannya. Artinya, siswa kretaif dalam memahami masalah, menemukan ide yang
terkait, mempresentasikan dalam bentuk lain yang lebih mudah diterima, dan menemukan
kesenjangan yang harus diisi untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran yang menyenangkan bukan semata-mata pembelajaran yang menjadikan siswa
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran yang di dalamnya terdapat kohesi yang
kuat antara guru dan peserta didik dalam suasana yang sama sekali tidak ada tekanan, baik fisik
maupun psikologis. Jika pembelajaran berada dalam kondisi tekanan, maka akan mengerdilkan pikiran
siswa, sedangkan kebebasan apapun wujudnya akan dapat mendorong terciptanya iklim
pembelajaran (learning climate) yang kondusif.
Berdasarkan uraian di atas, sudahkan Anda memahami PAIKEM? Dapatkah Anda
menyebutkan ciri-ciri PAIKEM? Cobalah cocokkan pemahaman Anda tentang PAIKEM dengan uraian
berikut. PAIKEM mengambarkan hal-hal sebagai berikut:
1) Peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2) Guru menggunakan berbagai media pembelajaran dan berbagai cara untuk membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan
pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik.
3) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan
menyediakan ‘pojok baca’ dan memajang hasil karya siswa.
4) Guru menerapkan strategi pembelajaran yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara
belajar kelompok.
5) Guru mendorong peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam peserta didik dalam menciptakan
lingkungan sekolahnya.

Gambaran pelaksanaan pendekatan PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang


terjadi selama proses pembelajaran. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan
kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut adalah tabel
beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru yang berkesesuaian.

Tabel 2.1 Tingkat Kemampuan Guru yang harus Dikuasai dalam Pembelajaran
Kemampuan Guru Kegiatan Belajar Mengajar
1. Guru merancang dan  Guru melaksanakan KBM, mendorong peserta didik berperan aktif
mengelola pembelajaran yang dalam kegiatan yang beragam, misalnya:
mendorong peserta didik untuk  Percobaan
berperan aktif dalam  Diskusi kelompok
pembelajaran.  Memecahkan masalah
 Mencari informasi
 Menulis laporan/cerita/puisi
 Berkunjung keluar kelas
2. Guru menggunakan media  Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal:
pembelajaran dan sumber - media yang tersedia atau yang dibuat sendiri
belajar yang beragam. - gambar
- studi kasus
- nara sumber
- lingkungan
3. Guru memberi kesempatan Peserta didik:
kepada peserta didik untuk  melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 11


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
mengembangkan  mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
keterampilan.  menarik kesimpulan
 memecahkan masalah, mencari rumus sendiri
 menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
4. Guru memberi kesempatan Melalui:
kepada peserta didik untuk  diskusi
mengungkapkan gagasannya  pertanyaan terbuka
sendiri secara lisan atau  hasil karya yang merupakan pemikiran peserta didik sendiri
tulisan.
5. Guru menyesuaikan bahan dan  Peserta didik dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk
kegiatan belajar dengan kegiatan tertentu)
kemam-puan peserta didik.  Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok
tersebut.
 Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
6. Guru mengaitkan  Peserta didik menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya
pembelajaran dengan sendiri.
pengalaman peserta didik  Peserta didik menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

sehari-hari. sehari-hari
7. Menilai proses pembelajaran  Guru memantau kerja peserta didik
dan kemajuan belajar peserta  Guru memberikan umpan balik
didik secara terus menerus.

Berdasarkan paparan tersebut, hubungan antara teori, model pembelajaran PAIKEM , dan CTL
dapat digambarkan sebagai berikut.

11. Model-model PAIKEM


Selama bertahun-tahun telah banyak diteliti dan diciptakan bermacam-macam pendekatan
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang diuraikan di dalam modul ini didasarkan pada konsep
model pembelajaran yang pada awalnya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya (Joyce, Weil, dan
Showers, 1992) dan diberi nama model pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai
empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah
(1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, (2) landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (3)
tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan
(4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Berikut ini
disajikan model-model pembelajaran.

a. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan oleh John Dewey dan Herbert Thelan. Menurut
Dewey seharusnya kelas merupakan cerminan masyarakat yang lebih besar. Thelan telah
mengembangkan prosedur yang tepat untuk membantu para siswa bekerja secara berkelompok.
Tokoh lain adalah ahli sosiologi Gordon Alport yang mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam
kelompok akan memberikan hasil lebih baik. Menurut Shlomo Sharan dalam model pembelajaran
kooperatif haruslah diciptakan setting kelas dan proses pengajaran yang mensyaratkan adanya
kontak langsung, berperan serta dalam kerja kelompok dan adanya persetujuan antar anggota
dalam kelompok.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai sintaks tertentu yang merupakan ciri khususnya.
Tabel 2.2 berikut ini adalah sintaks model pembelajaran kooperatif dan perilaku laku guru pada setiap
sintaks.
Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Perilaku Guru


Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
Menyampaikan tujuan dan memotivasi ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
siswa memotivasi siswa belajar.
Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
Menyajikan informasi jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara
Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok- membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok belajar kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 12


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada
Membimbing kelompok bekerja dan belajar saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Evaluasi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
Memberikan penghargaan upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif seperti tipe STAD ( Student Teams
Achievement Division), tipe Jigsaw dan investigasi kelompok dan pendekatan struktural.

1). Student Teams-Achievement Division (STAD)


Pada Kooperatif tipe STAD siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok
dengan anggota 4-5 orang. Setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri atas laki dan perempuan,
berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota kelompok
menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

pelajarannya. Siswa dalam kelompok kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami
bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, atau melakuan diskusi. Setiap periode waktu tertentu, misalnya
dua minggu siswa diberi kuis. Kuis tersebut menghasilkan skor, dan tiap individu dapat diukur skor
perkembangannya.

2). Jigsaw
Tipe Jigsaw diterapkan dengan membagi siswa dalam kelompok dengan 5 atau 6 orang
anggota kelompok belajar heterogen. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks.
Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari bahan yang diberikan
tersebut. Sebagai contoh, jika materi yang diajarkan itu adalah hirarki kehidupan dalam ekosistem,
seorang siswa mempelajari tentang populasi, siswa lain mempelajari tentang komunitas, siswa lain
lagi belajar tentang ekosistem, dan yang terakhir belajar tentang biosfer. Anggota dari kelompok lain
yang mendapat tugas topic yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topic tersebut. Kelompok ini
disebut kelompok ahli. Setelah berdiskusi dalam kelompok ahli selama selang waktu tertentu, setiap
anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menyampaikan apa yang telah didiskusikan di
dalam kelompok ahli kepada teman-temannya dalam kelompok asal. Evaluasi dilakukan pada
kelompok asal (lihat gambar 112)

1 2 1 2 1 2 1 2 Kelompok asal

3 3 3 3

1 1 2 2 3 3
Kelompok ahli
1 1 2 2 3 3
Gambar 1.2
Model Kooperatif Tipe Jigsaw
Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap kelompok asal

3) Investigasi Kelompok
Dalam penerapan Investigasi Kelompok guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok
dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Untuk beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk
dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu.
Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan diteruskan melakukan penyelidikan yang
mendalam atas topik yang dipilih itu. Akhirnya kelompok-kelompok tersebut akan menyiapkan dan
mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 13


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tabel 2.3 Perbandingan Empat Tipe Pembelajaran Kooperatif

Pendekatan
Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw Investigasi Kelompok
Struktural
Tujuan Informasi akademik Informasi akademik Informasi akademik Informasi
kognitif sederhana sederhana tingkat tinggi & ketr. akademik
inkuiri sederhana
Tujuan Kerja kelompok dan Kerja kelompok dan Kerjasama dalam Keterampilan
sosial kerja sama kerja sama kelompok kompleks kelompok an
keterampilan
sosial
Struktur tim Kelompok Kelompok belajar Kelompok belajar Bervariasi, berdua,
heterogen dengan heterogen dengan 5-6 dengan 5-6 anggota bertiga, kelompok
4-5 orang anggota orang anggota heterogen dengan 4-6
menggunakan pola anngota.
kelompok ”asal” dan
kelompok ”ahli”
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Pemilihan Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru


topik
Tugas Siswa dapat Siswa mempelajari Siswa menyelesaikan Siswa
Utama menggunakan materi dalam kelompok” inkuiri kompleks mengerjakan
lembar kegiatan ahli” kemudian tugas-tugas yang
dan saling membantu anggota diberikan sosial
membantu untuk kelompok asal dan kognitif
menuntaskan mempelajari materi itu
materi belajarnya
Penilaian Tes mingguan Bervariasi dapat berupa Menyelesaikan proyek Bervariasi
tes mingguan dan menulis laporan,
dapat menggunakan
tes essay
Pengakuan Lembar Publikasi lain Lembar pengetahuan Bervariasi
pengetahuan dan dan publikasi lain
publikasi lain

b. Inkuiri atau Belajar Melalui Penemuan


Para siswa dapat belajar menggunakan cara berpikir dan cara bekerja para ilmuwan dalam
menemukan sesuatu. Tokoh-tokoh dalam belajar melalui penemuan ini antara lain adalah Bruner,
yang merupakan pelopor pembelajaran penemuan. Pembelajaran penemuan merupakan suatu
model pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide kunci
dari suatu disiplin ilmu, perlunya siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran, dan suatu keyakinan
bahwa pembelajaran yang sebenarnya akan terjadi melalui penemuan pribadi. Tokoh lain adalah
Richard Suchman yang mengembangkan suatu pendekatan yang disebut latihan inkuiri.
Sintaks belajar melalui penemuan tidak jauh berbeda dengan langkah-langkah kerja ilmiah yang
ditempuh oleh para ilmuwan dalam menemukan sesuatu yang dapat dicermati dalam tabel 2.4 berikut
ini.

Tabel 2.4 Sintaks Model Belajar melalui Penemuan

Tahap Tingkah Laku Guru


Tahap 1 Guru menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena
Observasi menemukan masalah yang memungkinkan siswa menemukan masalah.
Tahap 2 Guru membimbing siswa merumuskan masalah
Merumuskan masalah penelitian berdasarkan kejadian dan fenomena
yang disajikannya.
Tahap 3 Guru membimbing siswa untuk mengajukan
Mengajukan hipotesis hipotesis terhadap masalah yang telah
dirumuskannya.
Tahap 4 Guru membimbing siswa untuk merencanakan
Merencanakan pemecahan masalah pemecahan masalah, membantu menyiapkan alat
(melalui eksperimen atau cara lain) dan bahan yang diperlukan dan menyusun
prosedur kerja yang tepat.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 14


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 5 Selama siswa bekerja guru membimbing dan
Melaksanakan eksperimen (atau cara memfasilitasi.
pemecahan masalah yang lain)
Tahap 6 Guru membantu siswa melakukan pengamatan
Melakukan pengamatan dan tentang hal-hal yang penting dan membantu
pengumpulan data mengumpulkan dan mengorganisasi data.
Tahap 7 Guru membantu siswa menganalisis data supaya
Analisis data menemukan sesuatu konsep
Tahap 8 Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan
Penarikan kesimpulan atau penemuan berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep
yang ingin ditanamkan.

c. Pembelajaran berdasarkan Masalah


Model pengajaran berdasarkan masalah lebih kompleks dibandingkan dua model yang telah
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

diuraikan sebelumnya. Model pengajaran berdasarkan masalah mempunyai ciri umum, yaitu
menyajikan kepada siswa tentang masalah yang autentik dan bermakna yang akan memberi
kemudahan kepada para siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Model ini juga mempunyai
beberapa ciri khusus yaitu adanya pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus pada keterkaitan
antar disiplin ilmu, penyelidikan autentik, menghasilkan produk/karya dan memamerkan produk
tersebut serta adanya kerja sama. Sebagai contoh masalah autentik adalah ”bagaimanakah kita dapat
memperbanyak bibit bunga mawar dalam waktu yang singkat supaya dapat memenuhi permintaan
pasar” Apabila pemecahan terhadap masalah ini ditemukan, maka akan memberikan keuntungan
secara ekonomis. Masalah seperti ”bagaimanakah kandungan klorofil daun pada tumbuhan-tumbuhan
yang tumbuh pada tempat yang tingkat intensitas cahanyanya berbeda” merupakan masalah
akademis yang apabila ditemukan jawabannya belum dapat memberi manfaat praktis secara
langsung.
Landasan teoretik dan empirik model pengajaran berdasarkan masalah adalah gagasan dan ide-
ide para ahli seperti Dewey dengan kelas demokratisnya, Piaget yang berpendapat bahwa adanya
rasa ingin tahu pada anak akan memotivasi anak untuk secara aktif membangun tampilan dala otak
mereka tentang lingkungan yang mereka hayati, Vygotsky yang merupakan tokoh dalam
pengembangan konsep konstruktivisme yang merupakan konsep yang dianut dalam model
pengajaran berdasarkan masalah.
Model pengajaran berdasarkan masalah juga mempunyai sintaks tertentu yang merupakan ciri
khas dari model ini. Tabel 2.5 berikut ini adalah sintaks model pengajaran berdasarkan masalah dan
tingkah laku guru pada setiap tahap sintaks.

Tabel 2.5 Sintaks Model Pengajaran Berdasarkan Masalah

Tahap Tingkah Laku Guru


Tahap 1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang
Orientasi siswa kepada masalah dibutuhkan, memotivasi siswa untuk terlibat pada
aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap 2 Guru membantu siswa mendefinisikan dan
Mengorganisasi siswa untuk mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan
belajar dengan masalah tersebut.
Tahap 3 Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
Membimbing penyelidikan yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk
individual maupun kelompok mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap 4 Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
Mengembangkan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video,
menyajikan hasil karya dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya.
Tahap 5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
Menganalisis dan mengevaluasi evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-
proses pemecahan masalah proses yang mereka gunakan.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 15


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
d. Pembelajaran Langsung
Pengajaran langsung banyak diilhami oleh teori belajar sosial yang juga sering disebut belajar
melalui observasi. Dalam bukunya Arends menyebutnya sebagai teori pemodelan tingkah laku. Tokoh
lain yang menyumbang dasar pengembangan model pengajaran langsung John Dolard dan Neal Miller
serta Albert Bandura yang mempercayai bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan
secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain.
Pemikiran mendasar dari model pengajaran langsung adalah bahwa siswa belajar dengan
mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku gurunya. Atas dasar pemikirian
tersebut hal penting yang harus diingat dalam menerapkan model pengajaran langsung adalah
menghindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks.
Pengajaran langsung dicirikan oleh sintaks tertentu. Pada Tabel 2.6 berikut ini akan diberikan
sintaks model pengajaran langsung dan peran yang dijalankan oleh guru pada tiap-tiap sintaks.

Tabel 2.6 Sintaks Model Pengajaran Langsung

Fase Peran Guru


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

1. Menyampaikan tujuan dan Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar


mempersiapkan siswa. belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar.
2. Mendemonstrasikan keterampilan Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar,
(pengetahuan prosedural) atau atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
mempresentasikan pengetahuan
(deklaratif)
3. Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan
4. Mengecek pemahaman dan Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan
memberikan umpan balik tugas dengan baik, memberi umpan balik.
5. Memberikan kesempatan untuk Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan
pelatihan lanjutan dan penerapan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan
kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

e. Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi
menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu
bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan menulis.
Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan membaca. Materi kebahasaan diintegrasikan dengan
keterampilan bahasa. Sedangkan, antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa
bidang studi. Misalnya, antara bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi
lainnya.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang studi lebih banyak digunakan.
Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara langsung menyodorkan materi kalimat ke siswa tetapi
diawali dengan membaca atau yang lainnya. Perpindahannya diatur secara tipis. Bahkan, guru yang
pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat menyebabkan siswa tidak merasakan
perpindahan materi.
Pengintegrasian diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang perlu dimiliki siswa.
Materi tidak dipisah-pisahkan. Materi ajar justru merupakan kesatuan yang perlu dikemas secara
menarik.

f. Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema
yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah bahwa tema bukanlah tujuan
tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan
disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, kongkret, dan konseptual.
Tema yang telah ditentukan haruslah diolah dengan perkembangan lingkungan siswa yang
terjadi saat ini. Budaya, sosial, dan religiusitas mereka menjadi perhatian. Begitu pula, isi tema
disajikan secara kontemporer sehingga siswa senang. Apa yang terjadi sekarang di lingkungan siswa
juga harus terbahas dan terdiskusikan di kelas. Kemudian, tema tidak disajikan secara abstrak tetapi
diberikan secara kongkret. Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 16


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dipunyainya. Konsep-konsep dasar tidak terlepas. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari
analisis ke konsep.
Dari uraian di atas, tampaklah bahwa peran guru amat menentukan dalam mendesain
kesuksesan pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, guru bahasa Indonesia diharapkan
sebagai berikut.
 Guru perlu menekankan bahwa bahasa merupakan sarana berpikir. Keterampilan berbahasa siswa
menjadi tolok ukur kemampuan berpikir siswa.
 Kreativitas siswa perlu diperhatikan oleh guru terutama dalam kreativitas berbahasa yang sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia.
 Pembelajaran bahasa Indonesia harus menyenangkan siswa. Oleh karena itu minat,
keingintahuan, dan gairah siswa perlu mendapatkan perhatian.
 Ada banyak metode dan teknik yang cocok yang dapat digunakan. Guru tidak perlu monoton,
klise, jenuh, dan kehabisan teknik pembelajaran bahasa Indonesia.
 Guru harus lebih dahulu memperhatikan apa yang diucapkan siswa sebelum memperhatikan
bagaimana siswa mengungkapkan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

g. Metode Kuantum
Metode Pembelajaran kuantum (Quantum Learning and Teaching) dimulai di Super Camp,
sebuah program percepatan berupa Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu
sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan
akademis dan keterampilan pribadi (DePorter, 1992). Metode kuantum diciptakan berdasarkan teori
pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intellegences (gardner), Neuro-Linguistic
Programming (Grinder dan Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative
Learning (Johnson dan Johnson), dan Element of Effective Instruction (Hunter).
Dalam QL, yang dipentingkan adalah pemercepatan belajar, fasilitasi, dan konteks dengan
prinsip segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum menemukan, akui setiap
usaha pembelajar, dan jika layak dipelajari berarti layak untuk dirayakan. QL menutamakan konteks
dan isi. Konteks berisi tentang (1) suasana yang memberdayakan, (2) landasan yang kukuh, (3)
lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Kemudian isi terdiri atas (1)
penyajian yang prima, (2) fasilitas yang luwes, (3) keterampilan belajar untuk belajar, dan
keterampilan hidup.
Metode kuantum mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar. Ada lima
prinsip yang mempengaruhi seluruh aspek metode kuantum. Prinsip tersebut adalah (1) segalanya
berbicara, (2) segalanya bertujuan, (3) pengalaman sebelum pemberian nama, (4) akui setiap usaha,
dan (5) jika layak dipelajari, layak pula dirayakan. Konteks dan isi sangat mendominasi dalam
pelaksanaan pembelajaran kuantum. Konteks adalah latar untuk pengalaman pembelajaran. Konteks
dianggap sebagai suasana yang mampu memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang
mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Sedangkan isi berkaitan dengan penyajian yang
prima, fasilitas yang luwes, keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.
Keranngka perancangan pembelajaran kuantum lebih popular dengan istilah TANDUR, yaitu
1) TUMBUHKAN : sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan AMBAK
2) ALAMI: berikan pengalaman belajar dan kebutuhan untuk mengetahui
3) NAMAI: berikan data yang tepat saat minat memuncak
4) DEMONSTRASIKAN: kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan data
baru
5) ULANG: rekatkan gambaran keseluruhan”saya tahu”
6) RAYAKAN: jika layak dipelajari, layak pula dirayakan

Oleh metode kuantum, siswa dianggap sebagai pusat keberhasilan belajar. Saran-saran yang
dikemukakan dalam membangun hubungan dengan siswa adalah:
 perlakukan siswa sebagai manusia sederajat;
 ketahuilah apa yang disukai siswa, cara pikir mereka, dan perasaan mereka;
 bayangkan apa yang mereka katakan kepada diri sendiri dan mengenai diri sendiri;
 ketahuilah apa yang menghambat mereka untuk memperoleh hal yang benar-benar mereka
inginkan jika guru tidak tahu tanyakanlah ke siswa;
 berbicaralah dengan jujur kepada mereka dengan cara yang membuat mereka mendengarnya
dengan jelas dan halus; dan
 bersenang-senanglah bersama mereka.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 17


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
h. Metode Partisipatori
Metode pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa
dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan
berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau
fasilitator.
Berkaitan dengan penyikapan guru kepada siswa, partisipatori beranggapan bahwa
1) setiap siswa adalah unik. Siswa mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Oleh
karena itu, proses penyeragaman dan penyamarataan akan membunuh keunikan tersebut.
Keunikan harus diberi tempat dan dicarikan peluang agar dapat lebih berkembang;
2) anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir anak tidak selalu sama dengan jalan
pikir orang dewasa. Orang dewasa harus dapat menyelami cara merasa dan berpikir anak-anak;
3) dunia anak adalah dunia bermain;
4) Usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia.

Dalam metode partisipatori, siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek. Namun, bukan berarti
guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar,
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

tulisan dinding, dan sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi,
pandai berperan sebagai mediator, dan kreatif. Konteks siswa menjadi tumpuan utama.
Menurut Freire (dalam Fakih, 2001:58) Pemandu diharapkan memiliki watak sebagai berikut.
 Kepribadian yang menyenangkan dengan kemampuannya menunjukkan persetujuan dan apa
yang dipahami partisipan.
 Kemampuan sosial dengan kecakapan menciptakan dinamika kelompok secara bersama-sama
dan mengontrolnya tanpa merugikan partisipan.
 Mampu mendesain cara memfasilitasi yang dapat membangkitkan partisipan selama proses
berlangsung.
 Kemampuan mengorganisasi proses dari awal hingga akhir.
 Cermat dalam melihat persoalan pribadi partisipan dan berusaha memberikan jalan agar
partisipan menemukan jalannya.
 Memilki ketertarikan kepada subjek belajar.
 Fleksibel dalam merespon perubahan kebutuhan belajar partisipan.
 Pemahaman yang cukup atas materi pokok kursus.
Berikutnya, metode partisipatori mempunyai ciri-ciri pokok:
 belajar dari realitas atau pengalaman,
 tidak menggurui, dan
 dialogis.

Kemudian, panduan prosesnya disusun dengan sistem daur belajar dari pengalaman yang
distrukturkan saat itu (structural experiences learning cycle). Proses tersebut sudah teruji sebagai
suatu proses yang memenuhi tuntutan pendidikan partisipatori.
Berikut rincian proses tersebut.
 Rangkai-Ulang
 Ungkapan
 Kaji-Urai
 Kesimpulan
 Tindakan

Hal di atas sebagai metode pertama. Kemudian, metode berikutnya adalah siswa sebagai subjek,
pendekatan prosesnya menerapkan pola induktif kemudian tahapannya sebagai berikut.
 Persepsi
 Identifikasi diri
 Aplikasi diri
 Penguatan diri
 Pengukuhan diri
 Refleksi diri
Semua metode tersebut tentunya memperhatikan tujuan yang akan dicapai, bentuk
pendidikannya, proses yang akan dilakukan, materi yang akan disajikan, media atau sarana yang
perlu disiapkan, dan peran fasilitator/pemandu.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 18


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
i. Pembelajaran Kontekstual
Sebenarnya, siswa dalam belajar tidak berada di awan tetapi berada di bumi yang selalu
menyatu dengan tempat belajar, waktu, situasi, dan suasana alam dan masyarakatnya. Untuk itu,
metode yang dianggap tepat untuk mengembangkan pembelajaran adalah metode kontekstual.
Sebenarnya, metode kontekstual (Contextual Teaching and Learning) bukan barang baru. John Dewey
sudah mengemukakan pembelajaran kontekstual pada awal abad 20, diikuti oleh katz (1918) dan
Howey & Zipher (1989). Ketiga pakar itu menyatakan bahwa program pembelajaran bukanlah sekadar
deretan satuan pelajaran (Kasihani dan Astini, 2001).
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru
menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa
agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota
keluarga dan masyarakat (Ardiana, 2001). Pembelajaran kontekstual muncul sebagai reaksi terhadap
teori behavioristik yang telah mendominasi pendidikan selama puluhan tahun. Metode kontekstual
mengakui bahwa pembelajaran merupakan proses kompleks dan banyak faset yang berlangsung jauh
melampaui drill oriented dan metode Stimulus and Response. Menurut Nur (2001) pengajaran
kontekstual memungkinkan siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan di luar sekolah
agar siswa dapat memecahakan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang
disimulasikan. Dalam perkembangannya, metode kontekstual terdiri atas berbagai strategi yang
dikembangkan oleh berbagai institusi. University of Washington (2001) mengembangkan metode
kontekstual dengan strategi (1) pengajaran autentik, (2) pembelajaran berbasis inkuiri, (3)
pembelajaran berbasis masalah, dan (4) pembelajaran berbasis kerja.
Blanchard (2001) mengembangkan strategi pembelajaran metode kontekstual dengan:
1) menekankan pemecahan masalah,
2) menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam berbagai konteks seperti
rumah, masyarakat, dan pekerjaan,
3) mengajar siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri sehingga menjadi
siswa mandiri,
4) mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda,
5) mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman dan belajar bersama, dan
6) menerapkan penilaian autentik.
Dalam strategi ini ada tujuh elemen penting, yaitu: inquiry, questioning, constructivism,
metodeling, learning, community, authentic assesment, dan reflection. Diha-rapkan ketujuh unsur ini
dapat diaplikasikan dalam keseluruhan proses pembelajaran.

2) Penemuan
Penemuan (inquiry) merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Siswa
tidak menerima pengetahuan dan keterampilan hanya dari mengingat seperangkat fakta-fakta saja,
tetapi berasal dari pengalaman menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang pembelajaran yang
bersumber dari penemuan. Tentunya, pembelajaran dirancang dengan menarik dan menantang.
Siswa dapat menemukan sendiri tanpa harus dari buku.
Berikut ini siklus penemuan:
a) observasi
b) bertanya
c) mengajukan dugaan
d) pengumpulan data
e) penyimpulan

3) Pertanyaan
Biasanya, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang berawal dari sebuah
pertanyaan. Untuk mengetahui Chairil Anwar, biasanya muncul pertanyaan Siapa Chairil Anwar itu?
Barulah, seseorang membuka buku, bertanya, dan mendiskusikan Chairil Anwar. Pertanyaan berguna
untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan siswa. Bagi siswa, pertanyaan berguna
untuk menggali informasi, mengecek informasi yang didapatnya, mengarahkan perhatian, dan
memastikan penemuan yang dilakukannya.

4) Konstruktivistik
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-idenya. Dengan begitu, siswa dapat mengkonstruksikan gejala-gejala

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 19


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dengan pemikirannya sendiri. Konstruktivistik merupakan landasan berpikir (filosofis) metode
kontekstual, yaitu bahwa pengetahauan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak seketika. Manusia harus mengkonstruksikan pengetahuan dan
memberi makna melalui pengalaman tidak melalui ingtana dan hafalan saja.

5) Pemodelan
Pernahkah Anda menunjukkan rekaman membaca puisi kepada siswa agar siswa tahu bahwa
membaca puisi yang indah dan bagus itu seperti suara dari rekaman? Jika pernah, berarti Anda telah
melakukan pemodelan. Pemodelan adalah pemberian model agar siswa dapat belajar dari model
tersebut. Bisa jadi, guru memberikan model karya tulis, model paragraf, model kalimat, dan
seterusnya. Dari model itu, siswa mengidentifikasi selanjutnya membuat seperti model yang
ditunjukkan. Dalam kontekstual, guru bukanlah model satu-satunya. Model dapat diambil dari mana
saja.

6) Komunitas Belajar
Kerja sama dengan orang lain dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa. Siswa dapat
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

mengembangkan pengalaman belajarnya setelah berdiskusi dengan temannya. Masyarakat belajar


menyarankan bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar
diperoleh dari bertukar pendapat dengan temannya, denagan orang lain, antara yang tahu dengan
yang belum tahu, di ruang kelas, di ruang lain, di halaman, di pasar, atau di manapun. Dalam kelas
yang kontekstual, Anda disarankan selalu melaksanakan pemebelajaran dalam kelompok belajar.
Siswa belajar di kelompok yang anggota-anggotanya diharapkan heterogen. Yang pandai mengajari
yang lemah. Yang tahu berada di kelompok yang belum tahu. Yang cepat menangkap berada satu
kelompok dengan yang lambat. Kelompok siswa upayakan dapat selalu bervariasi dari segi apapun.

7) Penilaian Autentik
Perkembangan belajar siswa tentunya perlu Anda ketahui. Dalam kontekstual, perkembangan
belajar siswa dapat diketahui melalui pengumpulan data dari aktivitas belajar siswa secara langsung di
kelas. Penilaian tidak dilakukan di belakang meja atau di rumah saja tetapi juga di saat siswa aktif
belajar di kelas. Dengan begitu, tidak akan ada komentar dari siswa bahwa siswa X meskipun tidak
banyak omong di kelas ternyata nilainya bagus. Sedangkan siswa Y yang banyak mendebat,
berbicara, dan bercerita mendapatkan nilai rendah karena dalam ujian tulis bernilai rendah.

8) Refleksi
Refleksi merupakan respon terhadap pengalaman yang telah dilakukan, aktivitas yang baru
dijalani, dan pengetahuan yang baru saja diterima. Dengan merefleksikan sesuatu, siswa merasa
memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajari. Refleksi tersebut
dapat dilakukan per bagian, di akhir jam pelajaran, di akhir bab/tema, atau dalam kesempatan
apapun. Realisasi refleksi dapat berupa pernyataan spontan siswa tentang apa yang diperolehnya hari
itu, lagu, puisi, kata kunci, cerita siswa, cerita guru, catatan di lembar kertas, diskusi, dan yang lain-
lainnya.
Contoh refleksi sebagai berikut. Setelah siswa melakukan pembelajaran menulis. Siswa
menuliskan di kertas yang di tempel di tembok dengan spidol besar. Tulisan yang muncul adalah aha
saya bisa, gampang, logis, ide, gabungan kalimat, dan seterusnya. Bisa juga siswa menulis puisi yang
isinya tenatang pembelajaran yang baru saja dilakukan. Misalnya puisi menulis itu gampang/ seperti
makan pisang/ kita tidak perlu bimbang/ karena hati senang.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 20


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
STANDAR PROSES

Agar pembelajaran memenuhi teori belajar, karaktersitik siswa, dan prinsip-prinsip


pembelajaran, Kementerian Pendididikan dan Kebudayaan mengaturnya dalam kebijakan Standar
Proses (Permendiknas 41/2007 Tanggal 23 November 2007). Dalam standar tersebut diatur
bagaimana guru menyusun perencanaan pembelajaran. Diatur pula bagaimana guru melaksanakan
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
1. Perencanaan Proses Pembelajaran
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP).
a. Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran,
SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan
Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Ting-
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

kat Satuan Pendidikan (KTSP).


Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri
atau berkelompok dalam sebuah sekolah/ madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan
silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang
pendidikan untuk SD dan SMP, dan divas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan
untuk SMA dan SMK, serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk
MI, MTs, MA, dan MAK.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya
mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan
sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Berikutnya, informasi detail tentang kebijakan penyusunan silabus dan RPP
terdapat pada modul ”Pengembangan Silabus Dan RPP”

2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran

a. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran

1) Rombongan belajar
Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah:
 SD/MI : 28 peserta didik
 SMP/MTs : 32 peserta didik
 SMA/MA : 32 peserta did 1k
 SMK/MAK : 32 peserta didik
1) Beban kerja minimal guru
a) beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta
didik, serta melaksanakan tugas tambahan;
b) beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas adalah se kurang-kurang nya
24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
2) Buku teks pelajaran
a) buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah dipilih melalui rapat guru
dengan pertimbangan komite sekolah/madrasah dari bukubuku teks pelajaran yang
ditetapkan oleh Menteri;
b) rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata pelajaran;
c) selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku pengayaan, buku
referensi dan sumber belajar lainnya;
d) guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain yang ada
di perpustakaan sekolah/madrasah.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 21


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3) Pengelolaan kelas
a) guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran,
sertaaktivitas pembelajaran yang akan dilakukan;
b) volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan
baik oleh peserta didik;
c) tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik;
d) guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta
didik;
e) guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dankeputusan pada
peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran;
f) guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta
didik selama proses pembelajaran berlangsung;
g) guru menghargai pendapat peserta didik;
h) guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi;
i) pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran
j) yang diampunya; dan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

k) guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.

3. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran
meliputi kegiatan pendahuluan, ::ayiatan inti dan kegiatan penutup.

a. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan
materi yang akan dipelajari;
3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
4) menyampaikan cakupan materi dan penjelasanuraian kegiatan sesuai silabus.

b. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang
dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
1) Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema
materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan
belajar dari aneka sumber;
b) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber
belajar lain;
c) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan
guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
d) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
e) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau
lapangan.
2) Elaborasi
Dalarn kegiatan elaborasi, guru:
a) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas
tertentu yang bermakna;
b) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
c) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut;
d) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can kolaboratif;

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 22


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
e) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi
belajar;
f) rnenfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan balk lisan
maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
g) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan r iasi; kerja individual maupun kelompok;
h) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang
dihasilkan;
i) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan
rasa percaya diri peserta didik.
3) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
a) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat,
maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
b) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui
berbagai sumber,
c) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

yang telah dilakukan,


d) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam
mencapai kompetensi dasar:
a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta
didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan
benar;
b) membantu menyelesaikan masalah;
c) memberi acuan agar peserta didik dapatmelakukan pengecekan hasil eksplorasi;
d) memberi informasi untuk bereksplorasi Iebih jauh;
e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi
aktif.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan
pelajaran;
b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara
konsisten dan terprogram;
c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas balk tugas individual maupun
kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
e. menyampaikan iencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
4. Rangkuman
a. PAIKEM adalah sebuah istilah untuk menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Disebut demikian karena pembelajaran ini
dirancang agar mengaktifkan peserta didik, mengembangkan inovasi dan kreativitas
sehingga proses pembelajaran efektif dalam suasana menyenangkan.
b. Paradigma pembelajaran inovatif diyakini mampu memfasilitasi siswa untuk mengembangkan
kecakapan hidup dan siap terjun di masyarakat. Dengan begitu, pembelajaran inovatif
ditandai dengan prinsip: (1) pembelajaran bukan pengajaran, (2) guru sebagai fasilitator
bukan bukan intrukstur, (3) siswa sebagai subjek bukan objek, (4) multimedia bukan
monomedia, (5) sentuhan manusiawi bukan hewani, (6) pembelajaran induktif bukan
deduktif, (7) materi bermakna bagi siswa bukan sekadar dihafal, dan (8) keterlibatan siswa
partisipatif bukan pasif .
c. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau
prosedur tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah (1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh
para pencipta atau pengembangnya, (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana
siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (3) tingkah laku mengajar yang
diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan (4) lingkungan
belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
d. Model PAIKEM beragam banyak, di antaranya (a) pembelajaran kooperatif, (b) pembelajaran
berbasis masalah, (c) pembelajaran melalui penemuan, (d) pembelajaran langsung, (e)

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 23


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
pembelajaran komunikatif, (f) integratife, (g) tematik, (h) kuantum, (i) partisipatori, dan (j)
kontekstual.
e. Model pembelajaran kooperatif beragam tipenya, di antaranya: (a) tipe STAD, (b) tipe Jigsaw,
(c) tipe Investigasi kelompok, dan (d) tipe Pendekatan Struktural.
f. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan
teori belajar konstruktivis. Selain keterampilan akademik, model pembelajaran kooperatif
menekankan pada pelatihan keterampilan sosial, misalnya bekerjasama dan menghargai
pendapat orang lain. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa diberi ruang yang sangat luas
untuk berinteraksi dengan siswa lain, guru, dan sumber belajar. Guru diharapkan selalu
memberikan penghargaan kepada kelompok kooperatif yang paling kinerjanya bagus.
g. Pembelajaran berdasarkan masalah menekankan pada pemecahan masalah autentik, yaitu
permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan nyata, yang dirasakan siswa dalam
kehidupan sehari-hari.
h. Belajar melalui penemuan (inkuiri) memberikan pengalaman kepada siswa sebagaimana
ilmuwan membangun pengetahuan. Secara garis besar tahapannya meliputi: menemukan
masalah, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, merancang dan melakukan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

eksperimen untuk menguji hipotesis, menganalisis data hasil eksperimen, dan menarik
kesimpulan.
i. Secara umum pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua yaitu, pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu.
Sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan
sesuatu.
j. Pembelajaran langsung sangat cocok diberikan pada penguasaan keterampilan prosedural
terutama yang mengandung resiko (berbahaya) tetapi model ini kurang merangsang
penalaran tingkat tinggi, keterampilan sosial dan kreativitas.

5. Pelatihan
a. Jelaskan hubungan antara teori belajar, model pembelajaran PAIKEM dan CTL!
b. Jelaskan perbedaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tipe Jigsaw!
c. Jelaskan perbedaan penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dan model
pembelajaran melalui penemuan!
d. Jelaskan karakteristik tipe materi ajar yang sesuai dibelajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw?
e. Pilihlah contoh materi (sesuai dengan latar belakang keilmuan Anda), kemudian deskripsikan
tahapan implementasi pembelajaran model Jigsaw!
f. Siswa ingin memcahkan masalah “Bagaimanakah hubungan jumlah baterai terhadap nyala
lampu?” Untuk memecahkan masalah tersebut model pembelajaran kooperatif tipe investigasi
kelompok atau model pembelajaran problem based instruction yang tepat untuk dipilih,
berikan argumentasi Anda!
g. Jelaskan alasan bahwa hanya siswa yang nomornya disebut yang boleh menjawab dalam
pembelajaran kooperatif tipe numbered-head together, padahal sebelum menjawab semua
anggota kelompok telah berdiskusi dulu!
h. Buatlah contoh langkah pembelajaran yang menerapkan model kooperatif tipe think-pair-
share!
i. Buatlah contoh permasalahan autentik yang tepat untuk dipecahkan melalui model
pembelajaran problem based instruction?
j. Jelaskan kelebihan dan kelemahan penggunaan model pembelajaran langsung.
k. Berikan contoh materi pembelajaran yang bisa diberikan melalui model pembelajaran
langsung.
l. Jelaskan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam meningkatkan proses
pembelajaran!
m. Aspek apa saja yang diatur oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait dengan
persiapan proses pembelajaran?
n. Jelaskan yang bdimaksud eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dalam proses pelaksanaan
pembelajaran!
o. Bagaimana hubungan antara eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dengan pembelajaran CTL!
p. Bagaimana hubungan antara eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dengan pembelajaran
PAIKEM!

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 24


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Daftar Pustaka

Ardiana, Leo Idra, 2001. Pembelajaran Kontekstual. Makalah.


Arends, Richard I, (1997), Classroom Instruction and Management, The Mc.Graw-Hill Companies.
______________, (1998), Learning to Teach, The Mc.Graw-Hill Companies.
Bandura, A., & cervone, D. (1986). Social Foundation of thought and Action. Englewood Cliffs, NJ:
prientice Hall
B. Johnson, Elaine, (2006), Contextual Teaching & Learning, terj. Ibnu Setiawan, Bandung:MLC.
Brown, H. Douglas. 1987. Principles of Language Learning and Teaching. New Jersey: Prentice-Hall.
Bruner, J.S. (1962). The Process of Education. Cambridge, MA: Harvard University Press
Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdikbud. 1993. Kurikulum Bahasa Indonesia di MA/MA. Jakarta: Depdikbud.
De Porter, Bobbi dkk. 1999. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
---------. 1999. Quantum Bussines. Bandung: Kaifa.
Donovan, M.Suzanne, (2005), How Student Learn Science in The Classroom, Washington DC: National
Research Council.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Dryden, Gordon dan Vos, Jeanette. Revolusi Cara Belajar (bagian I dan II). Bandung: Kaifa.
Fakih, Mansur, dkk. 2001. Pendidikan Popular, Membangun Kesadaran Kritis. Jogyakarta: Insist dan
Read Book.
Fairclough, Norman. 1995. Kesadaran Bahasa Kritis (terj. Hartoyo). Semarang: IKIP Semarang Press.
Gardner, Howard. 2003. Kecerdasan Majemuk . Batam: Interaksara.
Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press, Inc.
Nur, M. dan Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivistik
dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya

Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Nurhadi, Buhan Yasin, Agus. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning
(CTL)) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang : UM PRESS.
Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Nurhadi, Buhan Yasin, Agus. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning
(CTL)) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang : UM PRESS.
Rooijakkers, 1982. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Gramedia.
Saekhan, Muchith, 2008, Pembelajaran Kontekstual, Semarang: Rasail
Silberman, Melvin L. 2004. Active Learning. Bandung: Nusa Media.
Sindhunata (ed.). 2000. Membuka Masa Depan Anak-Anak Kita, Mencari Kurikulum Pendidikan Abad
XXI. Jogyakarta: Kanisius.
Suyatno dan Subandiyah, Heny. 2002. Metode Pembelajaran. Jakarta: Modul Pelatihan Guru
Terintegrasi Berbasis Kompetensi.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 25


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
B. Media Pembelajaran

1. Pengertian, Rasional, Dan Fungsi Media Pembelajaran

a. Pengertian Media
Medium atau media (jamak) berasal dari kata Latin “medium” yang berarti “di antara”, suatu
istilah yang menunjukkan segala sesuatu yang membawa informasi antara sumber dan penerima
(Soekamto, 1993). Martin dan Briggs (1986) menyatakan bahwa media pembelajaran mencakup
semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa, dapat berupa perangkat
keras, seperti komputer, televisi, projektor, dan perangkat lunak yang digunakan dalam perangkat-
perangkat keras tersebut. Dengan menggunakan batasan Martin dan Briggs, guru atau pengajar juga
termasuk media pembelajaran (Degeng, Tanpa Tahun).
Dengan demikian, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan bahan pembelajaran sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan
perasaan pebelajar (siswa) dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Tidak dapat dipisahkannya antara materi, media, dan sumber, dilihat dari pengertian dan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

klasifikasi media pembelajaran. Dalam Dictionary of Education dikemukakan bahwa instructional


media is devices and other materials which present a complete body of information and are largely
self-supporting rather than supplementary in the teaching-learning process. Media pembelajaran
adalah alat atau materi lain yang menyajikan bentuk informasi secara lengkap dan dapat menunjang
proses belajar mengajar. Ruseffendi (1982) menyatakan bahwa media pendidikan adalah perangkat
lunak (software) dan atau perangkat keras ( hardware) yang berfungsi sebagai alat belajar dan alat
bantu belajar. Sementara itu, Brown, dkk. (1977) membuat klasifikasi media pembelajaran yang
sangat lengkap yang mencakup sarana belajar (equipment for learning), sarana pendidikan untuk
belajar (educational media for learning), dan fasilitas belajar (facilities for learning). Sarana belajar
mencakup tape recorder, radio, OHP, video player, televisi, laboratorium elektronik, telepon, kamera,
dan lain-lain. Sarana pendidikan untuk belajar mencakup buku teks, buku penunjang, ensiklopedi,
majalah, surat kabar, kliping, program TV, program radio, gambar dan lukisan, peta, globe, poster,
kartun, boneka, papan planel, papan tulis, dan lain-lain. Fasilitas belajar mencakup gedung, kelas,
ruang diskusi, laboratorium, studio, perpustakaan, tempat bermain, dan lain-lain.
Meskipun dari pengertian dan klasifikasi di atas tampak bahwa pengertian materi, media, dan
sumber bahan sulit dipisahkan, tetapi rambu-rambu pertanyaan berikut kiranya dapat digunakan
untuk memperjelas perbedaan konsep ketiganya. Pertama, apa yang Anda ajarkan? Jawaban
terhadap pertanyaan ini dapat Anda masukkan dalam kategori materi pembelajaran. Kedua, dari
mana materi pembelajaran itu Anda dapatkan? Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat Anda
masukkan dalam kategori sumber bahan atau sumber materi. Ketiga, dengan alat bantu apa Anda
mengajarkan materi itu? Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat Anda masukkan dalam kategori
media pembelajaran.
Untuk memperjelas perbedaan konsep ketiganya dapat Anda ikuti contoh uraian berikut ini.
Ketika Anda akan mengajar dengan kompetensi dasar membaca cepat 250 kata per menit, gunakan
ketiga pertanyaan tersebut. Pertama, apa yang Anda ajarkan? Jawabannya adalah teks bacaan.
Dengan demikian, teks bacaan dalam pembelajaran Anda ini adalah materi pembelajaran. Kedua, dari
mana teks bacaan tersebut Anda peroleh? Jawabannya terhadap pertanyaan ini adalah dari surat
kabar Kompas, dari buku paket, dari majalah Intisari, dan lain-lain. Dengan demikian, surat kabar
Kompas, buku paket, majalah Intisari, dan lain-lain merupakan sumber bahan atau sumber materi.
Dengan alat apa Anda mengajarkan materi tersebut agar siswa memiliki kompetensi dasar itu?
Mungkin jawabannya adalah arloji atau stop watch, handphone, dan tabel isian yang berisi nama
siswa, jumlah kata, dan lama waktu membaca. Dalam hal ini, arloji, stopwatch, handphone, dan tabel
isian tersebut dapat Anda kategorikan sebagai media pembelajaran.

b. Rasional Penggunaan Media


1) Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Komunikasi
Mengapa dalam proses pembelajaran diperlukan media? Proses pembelajaran pada dasarnya
mirip dengan proses komunikasi, yaitu proses beralihnya pesan dari suatu sumber, menggunakan
saluran, kepada penerima, dengan tujuan untuk menimbulkan akibat atau hasil (Gafur, 1986, p.16).
Model komunikasi terebut dikenal dengan nama model: Source – Message – Channel – Reciever –
Effect. Dalam proses pembelajaran, pesan itu berupa materi pelajaran, sumber diperankan oleh
pendidik, saluran berupa media, penerima adalah siswa, sedangkan hasil berupa bertambahnya
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 26


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2) Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Informasi
Proses informasi adalah proses menerima, menyimpan dan mengungkap kembali informasi.
Dalam proses pembelajaran, proses menerima informasi terjadi pada saat siswa menerima pelajaran.
Proses menyimpan informasi terjadi pada saat siswa harus menghafal, memahami, dan mencerna
pelajaran. Sedangkan proses mengungkap kembali informasi terjadi pada saat siswa menempuh ujian
atau pada saat siswa harus menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu perlu dikemukakan bahwa informasi masuk ke dalam kesadaran manusia melalui
pancaindera, yaitu indera pendengaran, penglihaan, penciuman, perabaan, dan pengecapan.
Informasi masuk ke kesadaran manusia paling banyak melalui indera pendengaran dan penglihatan.
Berdasarkan alasan tersebut , maka media yang banyak digunakan adalah media audio, media visual,
dan media audiovisual (gabungan media audio dan visual). Belakangan berkembang konsep
multimedia, yaitu penggunaan secara serentak lebih dari satu media dalam proses komunikasi,
informasi dan pembelajaran. Konsep multimedia diasarkan atas pertimbangan bahwa penggunaan
lebih dari pada satu media yang menyentuh banyak indera akan membuat proses komunikasi
termasuk proses pembelajaran lebih efektif.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Dalam proses komunikasi atau proses informasi (dan juga proses pembelajaran) sering
dijumpai masalah atau kesulitan. Beberapa masalah dalam proses komunikasi, misalnya: a) Ditinjau
dari pihak siswa: Kesulitan bahasa, sukar menghafal, terjadi distorsi atau ketidakjelasan, gangguan
pancaindera, sulit mengungkap kembali, sulit menerima pelajaran, tidak tertarik terhadap materi yang
dipelajari, dan sebagainya; b) Ditinjau dari pendidik, misalnya pendidik tidak mahir mengemas dan
menyajikan materi pelajaran, faktor kelelahan, ketidakajegan, dan sebagainya; dan c) Ditinjau dari
pesan atau materi yang disampaikan, misalnya: materi berada jauh dari tempat siswa, materi terlau
kecil, abstrak, terlalu besar, berbahaya kalau disentuh, dan sebagainya.

3). Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Kerucut Pengalaman (Cone of Experience)
Berdasar alasan bahwa tidak semua pengalaman dapat diberikan secara langsung, maka
diperlukan media. Dengan menggunakan media, diharapkan masalah-masalah komunikasi dan
masalah pembelajaran dapat diatasi. Kerucut Pengalaman Edgar Dale sebagaimana pada Gambar 1
menggambarkan semakin ke atas semakin abstrak, semakin ke bawah semakin konkret. Dalam proses
pembelajaran, manakala pendidik dapat memberikan pengalaman langsung, nyata, dan konkret
kepada peserta didik adalah ideal. Jika tidak mungkin, maka diberikan berturut-turut pengalaman
tiruan, dramatisasi, demonstrasi, pengalaman lapangan, pameran, gambar bergerak, gambar mati,
rekaman radio/audio, lambang visual, dan lambang verbal.
Teori kerucut pengalaman tersebut dikembangkan Edgar Dale. Berdasar kerucut pengalaman
tersebut, dalam pembelajaran mula pertama kita mengajak siswa terlibat dalam pengalaman nyata
atau pengalaman langsung. Jika tidak memungkinkan, kita mengajak siswa untuk mengamati
peristiwa yang dimediakan (peristiwa yang disajikan dengan menggunakan media), dan akhirnya kita
mengajak siswa mengamati lambang atau simbul yang merupakan representasi kejadian.

c. Fungsi Media
Menurut Degeng (1998), media-media tertentu memiliki keistimewaan, antara lain: a)
Kemampuan fiksatif, artinya media memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan, kemudian
menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan kemampuan ini berarti suatu objek atau
kejadian dapat digambar, dipotret, difilmkan, atau direkam kemudian disimpan lama dan pada saat
diperlukan dapat ditunjukkan lagi dan diamati seperti keadaan aslinya; b) Kemampuan manipulatif,
artinya media dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam cara
disesuaikan dengan keperluan. Maksudnya, penampilan suatu objek atau kejadian dapat diubah-ubah
ukurannya, kecepatannya serta dapat diulang-ulang penampilannya; dan c) Kemampuan distributif,
artinya dalam sekali penampilan suatu objek atau kejadian dapat menjangkau pengamat yang sangat
banyak, misalnya dengan media TV atau radio.
Dilihat dari keistimewaan yang dimilikinya, media mempunyai fungsi yang jelas untuk
menghindari atau memperkecil gangguan komunikasi penyampaian pesan pembelajaran. Secara garis
besar, fungsi media menurut (Degeng, 1998) dapat dikemukakan sebagai berikut, yakni (1)
menghindari terjadinya verbalisme, (2) membangkitkan minat/motivasi, (3) menarik perhatian siswa,
(4) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran, (5) mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar,
serta (6) mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 27


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2. Jenis, Klasifikasi, Dan Pemilihan Media Pembelajaran

a. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran


Berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya, secara umum, ada 4 klasifikasi, yakni: (a) media
visual, (b) media audio (c) media audio visual, dan (d) multi media.

1). Media visual


Ada beberapa jenis media visual, di antaranya adalah media grafis, media cetak, dan media
OHP.
a) Media Grafis
Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui penyajian
kata-kata, kalimat, angka-angka, dan simbol/gambar. Grafis biasanya digunakan untuk menarik
perhatian, memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan fakta-fakta sehingga menarik dan mudah
diingat orang.
Yang termasuk media grafis antara lain : (1) grafik, yaitu penyajian data berangka melalui
perpaduan antara angka, garis, dan simbol, (2) d iagram, yaitu gambaran yang sederhana yang
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

dirancang untuk memperlihatkan hubungan timbal balik yang biasanya disajikan melalui garis-garis
simbol, (3) bagan, yaitu perpaduan sajian kata-kata, garis, dan simbol yang merupakan ringkasan
suatu proses, perkembangan, atau hubungan-hubungan penting, (4) sketsa, yaitu gambar yang
sederhana atau draf kasar yang melukiskan bagian-bagian pokok dari suatu bentuk gambar, (5)
poster, yaitu sajian kombinasi visual yang jelas, menyolok, dan menarik dengan maksud untuk
menarik perhatian orang yang lewat, (6) papan flanel, yaitu papan yang berlapis kain flanel untuk
menyajikan gambar atau kata-kata yang mudah ditempel dan mudah pula dilepas, (7) bulletin board,
yaitu papan biasa tanpa dilapisi kain flanel. Gambar-gambar atau tulisan-tulisan biasanya langsung
ditempelkan dengan menggunakan lem atau alat penempel lainnya.

Lambang

verbal
Lambang

Rekaman
Visualradio/

Gambar
audiomati

Gambar bergerak

Pameran

Pengalaman lapangan

Demonstrasi

Dramatisasi

Tiruan pengalaman (simulasi)

Pengalaman langsung

Gambar 1: Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 28


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b) Media Cetak
Media bahan cetak adalah media visual yang pembuatannya melalui proses pencetakan/ printing
atau offset. Media bahan cetak ini menyajikan pesan melalui huruf dan gambar-gambar yang
diilustrasikan untuk lebih memperjelas pesan atau informasi yang disajikan.
Jenis media bahan cetak ini di antaranya: a) Buku teks, yaitu buku tentang suatu bidang studi
atau ilmu tertentu yang disusun untuk memudahkan para guru dan siswa dalam upaya mencapai
tujuan pembelajaran. Penyusunan buku teks ini disesuaikan dengan urutan (sequence) dan ruang
lingkup (scope) GBPP tiap bidang studi tertentu; b) Modul, yaitu suatu paket progaram yang disusun
dalam bentuk satuan tertentu dan didesain sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa. Satu
paket modul biasanya memiliki komponen petunjuk guru, lembaran kegiatan siswa, lembaran kerja
siswa, kunci lembaran kerja, lembaran tes, dan kunci lembaran tes; dan c) Bahan pengajaran
terprogram, yaitu paket program pengajaran individual, hampir sama dengan modul. Perbedaannya
dengan modul, bahan pengajaran terprogram ini disusun dalam topik-topik kecil untuk setiap
bingkai/halamannya. Satu bingkai biasanya berisi informasi yang merupakan bahan ajaran,
pertanyaan, dan balikan/respons dari pertanyaan bingkai lain.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

c) Media OHP
OHT (Overhead Transparency) adalah media visual yang diproyeksikan melalui alat proyeksi
yang disebut OHP (Overhead Projector). OHT terbuat dari bahan transparan yang biasanya berukuran
8,5 X 11 inci.
Ada 3 jenis bahan yang dapat digunakan sebagai OHT, yaitu: a) Write on film (plastik
transparansi), yaitu jenis transparansi yang dapat ditulisi atau digambari secara langsung dengan
menggunakan spidol; b) PPC transparancy film (PPC= Plain Paper Copier), yaitu jenis transparansi
yang dapat diberi tulisan atau gambar dengan menggunakan mesin fotokopi; dan c) Infrared
transparancy film, yaitu jenis transparansi yang dapat diberi tulisan atau gambar dengan
menggunakan mesin thermofax.
OHP (Overhead Projector) adalah media yang digunakan untuk memproyeksikan program-
program transparansi pada sebuah layar. Biasanya alat ini digunakan untuk menggantikan papan tulis.
Ada dua jenis model OHP, yaitu: a) OHP Classroom, yaitu OHP yang dirancang dan dibuat
secara permanen untuk disimpan di suatu kelas atau ruangan. Biasanya memiliki bobot yang lebih
berat dibandingkan dengan OHP jenis portable; dan b) OHP Portable, yaitu OHP yang dirancang agar
mudah dibawa ke mana-mana, ukurannya lebih kecil dan bobot beratnya lebih ringan.

2). Media Audio


Media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya dapat diterima oleh indera
pendengaran. Pesan atau informasi yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang
auditif yang berupa kata-kata, musik, dan sound effect.
Jenis media audio ini di antaranya adalah radio. Radio adalah media audio yang
penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran gelombang elektromagnetik dari suatu pemancar.
Pemberi pesan (penyiar) secara langsung dapat mengkomunikasikan pesan atau informasi melalui
suatu alat (microfon) yang kemudian diolah dan dipancarkan ke segenap penjuru melalui gelombang
elektromagnetik dan penerima pesan (pendengar) menerima pesan atau informasi tersebut dari
pesawat radio di rumah-rumah atau para siswa mendengarkannya di ruang-ruang kelas.

3). Media Audio Visual


Media audio-visual diam adalah media yang penyampaian pesannya dapat diterima oleh
indera pendengaran dan indera penglihatan, akan tetapi gambar yang dihasilkannya adalah gambar
diam atau sedikit memiliki unsur gerak. Salah satu jenis media itu adalah televisi. Televisi adalah
media yang dapat menempilkan pesan secara audio-visual dan gerak (sama dengan film). Jenis media
televisi di antaranya: televisi terbuka (open boardcast television ), televisi siaran terbatas/TVST (Cole
Circuit Televirion/CCTV), dan video-cassette recorder (VCR).
Berbeda dengan media televisi, media VCR dengan menggunakan kaset video, dan
penayangannya melalui pesawat televisi. Secara umum, kelebihan media VCR sama dengan kelebihan
yang dimiliki oleh media televisi. Selain itu, media VCR ini memiliki kelebihan lainnya yaitu
programnya dapat diulang-ulang. Akan tetapi kelemahannya adalah jangkauannya terbatas.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 29


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4). Multimedia
Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri atas
teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi.
Multimedia terbagi menjadi dua katagori yaitu: a) Multimedia linier yaitu multimedia yang
tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasionalkan oleh pengguna.
Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan). Contoh multimedia linier: film dan TV; dan b)
Multimedia interaktif yaitu suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat
dioperasionalkan oleh pengguna sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk
proses selanjutnya. Contoh multimedia interaktif: aplikasi game.
Karakteristik terpenting kelompok media ini adalah bahwa siswa tidak hanya memperhatikan
media atau objek saja, melainkan juga dituntut untuk berinteraksi selama mengikuti pembelajaran.
Sedikitnya ada tiga macam interaksi. Interaksi yang pertama ialah yang menunjukkan siswa
berinteraksi dengan sebuah program, misalnya siswa diminta mengisi blangko pada bahan belajar
terprogram. Bentuk interaksi yang kedua ialah siswa berinteraksi dengan mesin, misalnya mesin
pembelajaran, simulator, laboratorium bahasa, komputer, atau kombinasi di antaranya yang
berbentuk video interaktif. Bentuk interaksi ketiga ialah mengatur interaksi antarsiswa secara teratur
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

tapi tidak terprogram; sebagai contoh dapat dilihat pada berbagai permainan pendidikan atau simulasi
yang melibatkan siswa dalam kegiatan atau masalah, yang mengharuskan mereka untuk membalas
serangan lawan atau kerjasama dengan teman seregu dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini
siswa harus dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang timbul karena tidak ada batasan yang kaku
mengenai jawaban yang benar. Jadi permainan pendidikan dan simulasi yang berorientasikan pada
masalah memiliki potensi untuk memberikan pengalaman belajar yang merangsang minat dan
realistis.
Karakteristik pembelajaran dengan multimedia, antara lain: a) Memiliki lebih dari satu media
yang konvergen, misalnya media yang menggabungkan unsur audio dan visual; b) Bersifat interaktif,
memiliki kemampuan untuk mengakomodasikan respon pengguna; dan c) Bersifat mandiri, member
kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan media tanpa
bimbingan orang lain.

3. Pemilihan Media
Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan pengertian, media pembelajaran pada
dasarnya merupakan semua alat bantu yang dimanfaatkan guru dalam rangka mempermudah
pembelajaran.
Berkaitan dengan media pembelajaran itu, berikut dikemukakan beberapa prinsip yang dapat
Anda gunakan sebagai pertimbangan untuk memilih dan menentukan media pembelajaran.

a. Sesuai dengan Tujuan dan Fungsional


Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum
mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan/dipertunjukkan oleh siswa,
seperti menghafal, melakukan kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik atau pemakaian prinsip-prinsip
seperti sebab dan akibat, melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsep-konsep atau
hubungan-hubungan perubahan, dan mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan pemikiran pada
tingkatan lebih tinggi.
Di samping sesuai dengan tujuan, aspek yang perlu Anda pertimbangkan dalam memilih dan
menentukan penggunaan media pembelajaran adalah kefungsionalan media tersebut. Media
pembelajaran yang baik adalah media pembelajaran yang benar-benar fungsional dalam arti cocok
dengan tujuan pembelajaran dan benar-benar berfungsi untuk menunjang ketercapaian tujuan
pembelajaran. Media pembelajaran yang Anda gunakan bukan sekadar sebagai pelengkap proses
pembelajaran, tetapi benar-benar merangsang siswa untuk berlatih, berlatih, dan berlatih.

b. Tersedia
Pertimbangan lain dalam pemilihan dan penentuan media pembelajaran adalah ketersediaan
media itu. Artinya, pada saat Anda perlukan dalam pembelajaran, media itu dapat Anda dapatkan.
Misalnya, ketika Anda akan melatih siswa agar siswa Anda memiliki kompetensi tertentu dan Anda
memutuskan untuk menggunakan media pembelajaran yang berupa kaset rekaman berita dan tape
recorder, kaset rekaman berita dan tape recorder itu benar-benar tersedia. Seandainya tidak tersedia,
kaset rekaman berita dan tape recorder itu dapat Anda upayakan sehingga pada saat Anda perlukan
media itu tersedia. Ternyata, di sekolah Anda kaset rekaman berita, tape recorder, beserta perangkat

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 30


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
pendukungnya (misalnya listrik) tidak tersedia. Dengan demikian, kaset rekaman dan tape recorder
bukan media pembelajaran yang tepat Anda gunakan saat itu.

c. Murah
Media pembelajaran yang Anda gunakan untuk melatih siswa tidak harus yang mahal. Pada
dasarnya segala sesuatu yang ada di lingkungan siswa, di lingkungan sekolah, dan di lingkungan Anda
dapat Anda gunakan untuk media pembelajaran. Misalnya, pada saat tertentu Anda membeli surat
kabar. Dalam surat kabar itu ada berita, ada iklan, ada surat pembaca, dan lain-lain. Koran yang Anda
beli itu dapat Anda gunakan sebagai media pembelajaran. Di sekolah Anda terdapat taman atau
pohon besar dengan berbagai jenisnya. Taman dan berbagai pohon besar di sekolah Anda itu dapat
Anda gunakan sebagai media pembelajaran. Bahkan, Anda dapat meminjam alat peraga mata
pelajaran yang lain, misalnya IPA, untuk Anda gunakan sebagai media pembelajaran bahasa. Hal ini
dapat dipahami karena membicarakan tentang apa pun melibatkan kemahiran berbahasa dalam
proses komunikasi. Oleh karena itu, Anda tidak perlu memikirkan media pembelajaran yang mahal
yang memang tidak dapat Anda dapatkan di sekolah Anda. Bungkus obat, bungkus roti, bungkus
makanan, slogan di sekolah, dan lain-lain dapat pula Anda manfaatkan sebagai media pembelajaran.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

d. Menarik
Pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya dalam pemilihan dan penentuan media
pembelajaran adalah tingkat kemenarikan. Artinya, media pembelajaran yang Anda gunakan dalam
pembelajaran Anda adalah media yang menarik bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk terlibat
dalam proses pembelajaran Anda secara lebih inten. Untuk dapat memilih dan menentukan media
pembelajaran yang menarik, setidaknya Anda perlu mempertimbangkan (1) kesesuaian media itu
dengan kebutuhan siswa, (2) kesesuaian media pembelajaran itu dengan dunia siswa, (3) baru, (4)
menantang, dan (5) variatif.

e. Guru Terampil Menggunakannya


Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apapun media itu, guru harus mampu
menggunakannya dalam proses pembelajaran. Peralatan di laboratorium, peralatan multimedia tidak
akan berarti apa-apa jika guru belum mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media antara lain: a)
Karakteristik materi pembelajaran; b) Media yang paling praktis untuk dipilih; c) Ketersediaan
perlengkapan yang diperlukan; dan d) Harus sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik ditinjau
dari budaya, usia, kebiasaan, pengalaman dasar, minat dan perhatian siswa; e) Seberapa jauh media
tersebut mampu membawa peserta didik mencapai sasaran belajarnya; dan f) Apakah media yang
dipilih guru cukup memadai dengan hasil yang akan dicapai, termasuk dana yang diperlukan, waktu
yang dipergunakan dan kegiatan yang harus dilakukan.
Dalam hal ini akan berhadapan dengan masalah “sejauh mana proses encoding dan decoding
dapat terjadi secara tepat sehingga mampu mengefektifkan dan mengefisienkan proses pencapaian
tujuan”. Peranan perangkat akal (brain ware) sangat menentukan dalam menganalisis hubungan
fungsional antara karakteristik materi pelajaran dengan karakteristik metode transmisi, perangkat
media, dan karakteristik penerima pesan (peserta didik).
Ketidakberhasilan melakukan analisis ini akan terjadi “barier” atau “noices” yang sering
disebut sebagai hambatan komunikasi. Hambatan dapat berbentuk hambatan psikologis (minat, sikap,
pendapat, kepercayaan, intelegensia, pengetahuan), hambatan fisik (kelelahan, sakit, keterbatasan
daya indera), serta hambatan kultural seperti perbedaan adat, nilai, kebiasaan, dan kepercayaan.
Juga dapat terjadi hambatan pada lingkungan. Pada hakikatnya media pembelajaran harus mampu
mengatasi hambatan tersebut.
Masalah yang mungkin terjadi dalam memilih media pembelajaran antara lain: a)
Memperkirakan biaya yang diperlukan untuk pembuatan media dan perlengkapan yang diperlukan; b)
Perangkat media yang mudah out of date akibat kemajuan teknologi yang cepat; c) Tidak
memungkinkannya memilih media yang sesuai dengan tuntutan karakteristik materi dan kebutuhan
belajar; d) Terbatasnya kemampuan, pengetahuan, keterampilan dalam memilih, mengembangkan,
mengopersionalkan media dalam pembelajaran; dan e) Orientasi berfikir terhadap konsep media
pembelajaran yang selalu berorientasi pada media perangkat keras daripada media perangkat lunak.
Asumsi yang perlu dikembangkan dalam memilih media antara lain: a) Pemilihan media
merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pengembangan pembelajaran; b) Dalam proses
pemilihan media pembelajaran yang efektif dan efisien, makna isi dan tujuan haruslah sesuai dengan
karakteristik media tertentu khususnya media perangkat lunak; c) Dalam proses pemilihan sering

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 31


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
diperlukan kompromi dan dilakukan sesuai dengan kepentingan, kondisi serta fasilitas dan sarana
yang ada; d) Dalam membicarakan media pembelajaran, kita harus mengacu pada konsep pengertian
media pada media perangkat keras dan media perangkat lunak; e) Pengembangan media perangkat
lunak akan memiliki peranan yang lenih fungsional dibandingkan pengembangan media perangkat
keras; dan f) Pengembangan media perangkat keras harus dilakukan secara kondisional sesuai
dengan tersedianya fasilitas, sarana dan dana yang ada.

4. Pembuatan Media Pembelajaran


a. Pembuatan Media Visual
Media visual yang sering digunakan dalam pembelajaran antara lain benda aslinya, prototipe
alat atau alat peraga, dan grafis. Alat-alat di laboratorium, benda-benda yang ada di sekitar kita
merupakan merupakan media pembelajaran. Benda-benda tersebut dapat dibawa ke kelas untuk
memperjelas konsep yang diajarkan. Jika media tersebut tidak memungkinkan di bawa ke kelas, guru
dapat mengajak siswa ke tempat media tersebut berada, misalnya ke kebun, ke pasar.
Ketika benda aslinya sulit diperoleh dengan alasan tertentu misalnya harga terlalu mahal,
ketersediaan terbatas, terlalu rumit, benda tersebut dapat digantikan dengan prototipe. Beberapa hal
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

yang harus diperhatikan dalam membuat prototipe suatu alat adalah: a) Jika prototipe dari suatu alat
ukur , maka prinsip kerja harus sesuai dengan benda aslinya; b) Jika prototipe suatu alat untuk
menjelaskan komponen-komponen alat tersebut, maka komponen penting dari alat tersebut harus
terwakili dalam prototipe tersebut; dan c) Jika prototipe berupa maket, maka perbandingan ukuran
benda asli dan prototipe harus mengacu pada skala tertentu.
Prinsip-prinsip pembuatan media visual dalam bentuk grafis yaitu: kesederhanaan, kesatuan,
penekanan, dan keseimbangan serta dilengkapi dengan garis, bentuk, warna, tekstur, dan ruang.
1) Kesederhanaan. Bentuk media harus diringkas, sederhana, dan dibatasi pada hal hal yang
penting saja. Konsep tergambar dengan jelas, tulisan jelas, sederhana dan mudah dibaca.
2) Kesatuan. Adanya hubungan antara unsur-unsur visual yang ada dalam kesatuan fungsinya
secara keseluruhan. Bentuk kesatuan ini dapat dinyatakan dengan unsur-unsur yang saling
menunjang. Kesatuan dapat ditunjukkan dengan alur-alur tertentu, misalnya dengan garis, anak
panah, bentuk, warna, dan sebagainya.
3) Penekanan. Media visual ditunjukkan sebagai suatu gagasan tunggal, yang dikembangkan
secara sederhana, merupakan suatu kesatuan, dan diperlukan penekanan pada bagian-bagian
tertentu untuk memusatkan perhatian. Penekanan dapat ditunjukkan melalui penggunaan ukuran
tertentu, warna tertentu, dan sebagainya.
4) Keseimbangan. Ada dua macam yaitu: keseimbangan formal, ditunjukkan dengan pembagian
secara simetris, sedang keseimbangan informal , yang ditunjukkan dengan pembagian yang
asimetris.

Prinsip-prinsip pembuatan media, keberhasilannya ditunjang dengan unsur-unsur visual


seperti: garis, bentuk, tekstur, dan ruang.
1) Garis, dalam media visual dapat menghubuingkan unsur-unsur bersama dan akan membimbing
pemirsa untuk mempelajari media tersebut dalam suatu urutan tertentu.
2) Bentuk yang aneh (tidak biasa) dapat menimbulkan suatu perhatian khusus pada suatu yang
divisualkan.
3) Ruang terbuka diiringi dengan unsur-unsur visual dan kata-kata akan mencegah rasa berjejal
dalam suatu media visual. Kalau ruang itu digunakan dengan cermat, maka unsur-unsur yang
dirancang menjadi efektif.
4) Tekstur, adalah unsur visual yang disajikan sebagai pengganti sentuhan rasa tertentu dan dapat
juga dipakai sebagai pengganti warna, memberikan penekanan, pemisahan atau untuk
meningkatkan kesatuan.
5) Warna. Warna merupakan unsur tambahan yang terpenting dalam media visual, tetapi harus
digunakan secara hati-hati untuk memperoleh pengaruh terbaik. Digunakan pada unsur-unsur
visual untuk memberikan penekanan, pemisahan atau meningkatkan kesatuan. Dipilih warna yang
merupakan kesatuan harmonis, dan jangan terlalu banyak macam warna akan mengganggu
pandangan dan dapat menimbulkan salah persepsi pada pesan yang dibawakan. Hal yang harus
diperhatikan dalam pemilihan warna yaitu : warna (merah, biru, dan lain-lain.), nilai warna (gelap,
terang), kekuatan warna (efeknya).

Dengan memperhatikan prinsip-prinsip di atas, dapat dibuat lay-out atau susunan suatu media grafis
dengan baik. Lay-out dibuat jika akan menyusun beberapa benda, gambar, atau tulisan menjadi satu

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 32


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
kesatuan. Prinsip umum dan pembuatan lay-out digunakan sebagai pedoman berbagai media grafis
yang tidak diproyeksikan, misalnya: gambar, ilustrasi, karikatur, poster, bagan, diagram,
transparansi, dan lain-lain.
Dengan kemajuan teknologi komputer, pembuatan media grafis dapat dilakukan dengan
bantuan komputer. Beberapa software yang dapat digunakan adalah powerpoint, adobe photoshop,
frehand, dan lain-lain. Sumber gambar dapat diperoleh dengan cara scaner gambar, kamera,
download dari internet, dan lain-lain.

b. Pembuatan Media Audio


1) Penyusunan Naskah
Beberapa langkah yang harus dilalui dalam penyusunan naskah audio:
a) Menentukan topik program dan sasarannya. Untuk media audio yang akan digunakan sebagai
media pembelajaran sehingga berkaitan dengan bisdang studi tertentu, maka harus
memperhatikan materi yang telah tersusun di dalam GBPP yang berlaku.
b) Merumuskan tujuan program audio. Dalam merumuskan tujuan program maka dapat
memakai acuan tujuan pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum .
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

c) Melakukan penelitian mengenai pokok permasalahannya. Dengan melakukan penelitian


banyak diperoleh informasi, mengkaji bahan-bahan baik yang tertulis dari suatu kepustakaan
atau sumber lain, atau saran dan kritik dari pakar yang memahami. Hal lain yang
diperhatikan adalah pengamatan terhadap siswa yang akan menjadi sasaran atau
pendengarnya.
d) Membuat garis besar atau out-line program audio. Garis besar program audio berisi tentang
isi dari program yang akan dibuat.
e) Menentukan format program. Pemilihan format program berdasarkan : tujuan , bahan yang
disajikan, pendengar yang mengikuti, kemampuan peyusun program, dan fasilitas yang
tersedia.
f) Membuat draft atau naskah kasar
g) Mengevaluasi naskah kasar
h) Menulis naskah jadi. Naskah program media audio bermacam-macam, setiap jenis mempunyai
bentuk yang berbeda. Akan tetapi pada dasarnya sama, yaitu sebagai penuntun dalam
mengambil gambar dan merekam suara. Naskah berisi urutan gambar dan grafis yang harus
diambil oleh kamera serta bunyi dan suara yang harus direkam.

2) Pemberian Suara.
Pemberian suara dapat berasal dari suara manusia, musik, atau suara efek ( sound-effect ).
Pemberian suara manusia dapat dilakukan oleh penyiar (announcer), yang di dalam penulisan naskah
dengan istilah ANN yaitu penyiar yang tugasnya memberitahukan bahwa suatu acara atau program
akan disampaikan. Selain itu dapat dilakukan oleh narator, yang di dalam penulisan naskah dengan
istilah NAR yaitu hampir sama dengan penyiar , bedanya apa yang dibaca narator sudah memasuki
program. Yang akan disampaikan mungkin tentang pokok bahasan, tujuan, dan sebagainya. Untuk
membedakan pembaca narasi laki-laki atau perempuan , pada penulisan naskah ditulis NAR 1 dan
NAR 2.
Pemberian suara berbentuk musik dalam program audio berfungsi untuk:
a) Menggambarkan suasana, yaitu membantu melukiskan suasana atau situasi yang dikehendaki
dalam naskah.
b) Melatar belakangi suatu adegan agar dapat merangsang emosi pendengar.
c) Jembatan, untuk menyambung bagian yang satu dengan yang lain, sehingga mempercepat
kelangsungan cerita dan memperjelan kesan yang sedang dirangsang.
d) Pemersatu, sehingga cerita atau pesan yang disampaikan merupakan suatu kesatuan yang utuh.

Pemberian suara berupa efek suara (sound-effect). Efek suara adalah bunyi benda, gerakan,
dan suara yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu, yang dalam penulisan naskah ditulis
dengan FX. Ada dua jenis efek suara, yaitu: pertama adalah bunyi dan suara tiruan, yang kedua
adalah bunyi barang, gerakan atau suara yang sesungguhnya. Efek suara ada yang sudah tersedia
dalam bentuk rekaman, tetapi ada juga efek suara yang dibuat di luar studio dan dibuat di dalam
studio secara hidup dengan alat-alat yang tersedia, misalnya membuka dan menutup pintu, orang
berjalan mendekat dan menjauh, orang berteriak dan sebagainya.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 33


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3) Format Program Audio
Format program berkaitan dengan bentuk pengajaran yang pemilihannya berdasarkan pada:
tujuan, sasaran, kemampuan menyusun naskah, dan fasilitas yang tersedia.
Beberapa macam format yang sering digunakan dalam media audio, antara lain:
a) Format Uraian: sering disebut “talk” atau “single voicing”. Program audio tanpa adanya
uraian maka tidak dapat ditayangkan, karena uraian di perlukan untuk memberi penjelasan
agar masalah mudah dimengerti. Agar format uraian menghasilkan naskah yang baik, perlu
diperhatikan beberapa penjelasan hal, yaitu: uraian yang bentuknya sederhana, singkat,
bersikap akrab, dan hendaknya menggunakan narasi yang bervariasi. Sebagai cara untuk
mengutarakan informasi secara langsung, maka uraian tidak memerlukan persiapan yang
terlalu rumit, dan tidak menuntut hiasan musik atau efek suara.
b) Format Dialog: merupakan format program yang berupa percakapan dua pihak mengenai
satu masalah yang ditinjau dari sudut pandang yang berbeda. Jika penyajian program
disampaikan dengan naskah yang lengkap, biasa disebut percakapan, dan apabila
disampaikan dengan naskah yang tidak lengkap atau garis besarnya, biasa disebut obrolan.
Agar dialog menjadi hidup, perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: harus dibawakan oleh
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

pelaku yang baik, lincah, hidup, sehingga seolah-olah peristiwa itu benar-benar terjadi. Selain
itu hendaknya pelaku mempunyai dua tipe suara yang berbeda, dan naskah menunjukkan
kesinambungan argumentasi.
c) Format Wawancara: merupakan format percakapan antara dua pihak yang berbeda
kedudukannya. Yang satu berperan sebagai pewawancara yang bertugas untuk menggali
informasi sebanyak-banyaknya, dan yang satu sebagai yang diwawancarai. Jika wawancara
dlakukan di luar studio, maka diperlukan peralatan untuk merekam.
d) Format Diskusi: merupakan bentuk pembicaraan yang khusus dimana masing-masing
pembicara mempertahankan pernyataannya tentang suatu masalah rasional dalam suatu
tempat, waktu, dan bentuk tertentu. Agar dapat dibedakan antara format wawancara dan
format diskusi.

Perangkat keras yang biasa digunakan untuk merekam audio adalah tape recorder. Pada saat
ini proses merekam audio banyak dilakukan dengan bantuan komputer. Dengan bantuan komputer
proses editing dapat dilakukan lebih mudah.

c. Pembuatan Media Audio-Visual


Pembuatan media audio-visual pada umumnya sama dalam perencanaannya, yang berbeda
adalah teknik-teknik yang dilakukan selama produksi. Misalnya saja untuk pembuatan slide – suara,
seperti pada pembuatan media audio sebelum memproduksi diperlukan penyusunan naskah.
Langkah-langkah dalam pembuatan slide suara adalah sebagai berikut :
1) Penyusunan ide. Ide yang akan dituangkan ke dalam slide harus diolah sehingga mudah
dicerna secara visual. Cara penyajiannya dapat dengan urutan kronologis, flash back,
membandingkan, menguraikan dari keseluruhan menjadi bagian-bagiannya atau sebaliknya.
2) Visualisasi ide. Merupakan terjemahan ide dalam bentuk gambar. Dalam hal ini dapat disajikan
bentuk aslinya (non dramatis), atau dramatis di mana objek tersebut mampu menyajikan ilusi arti
tersendiri.
3) Penyusunan naskah kasar. Dapat secara kronologis (disusun secara berutan mulai dari awal
akhir program). Atau babak demi babak dimana setiap babak ( sequence) terdiri dari beberapa
adegan (scene), dan setiap adegan memerlukan satu atau lebih satu pemotretan (shoot). Dengan
demikian dapat diketahui jumlah pemotretan dalam satu progam.
4) Penyusunan narasi untuk ide visual. Narasi merupakan kalimat untuk mendukung
penampilan slide. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun narasi adalah: jangan
terlalu panjang/pendek, gunakan kat-kata yang mudah dimengerti, kata-kata/kalimatnya jangan
diulang-ulang, kalimat ditujukan kepada pendengar. Perlu pula diingat bahwa narasi bukan
sekedar kometar slide, tetapi merupakan penjelasan slide.
5) Pengerjaan kelengkapan grafis. Perlu diperhatikan untuk memberi pengarahan kepada juru
potret tentang obyek yang diperlu diambil.
6) Pemilihan musik untuk ilustrasi. Fungsi musik dalam progam slide suara agak berbeda
dengan progam audio. Di sini musik biasanya dipakai pada awal dan akhir progam, sedang di
tengah digunakan sebagai selingan atau untuk mengiringi gambar/grafis yang disajikan tanpa
narasi. Efek suara (FX) yang digunakan pada progam audio tidak begitu banyak digunakan.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 34


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
7) Penuangan naskah kasar (draft) ke dalam blanko naskah. Naskah kasar yang telah selesai
dibuat, disusun dalam format naskah slide. Hasil pemotretan ditandai dengan beberapa istilah,
yaitu: life (berasal dari objek sesungguhnya), caption (berasal dari tulisan yang dibuat pada kertas
karton), grafis (berasal dari gambar yang dibuat dengan tangan atau komputer).

5. Pembuatan Multimedia
Berbagai kemungkinan penggunaan komputer meliputi: tutorial, latihan tes, simulasi,
permainan, dan pemecahan masalah (Sudjana dan Rivai, 1989).
Tutorial. Tutorial digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dengan menguraikan
penjelasan setahap demi setahap. Paket program tutorial ini mula-mula menyajikan materi pelajaran
tertentu, adakalanya komputer memberikan suruhan-suruhan yang harus dijawab oleh siswa. Bila
siswa menjawab degan benar maka komputer akan menyajikan materi berikutnya. Bila siswa
menjawab salah atau tidak menjawab dalam waktu tertentu, maka komputer akan menuntun siswa
agar mendapat jawaban yang benar. Jawaban siswa perlu diketik melalui papan ketik agar dapat
memperoleh umpan balik lebih lanjut dalam komputer.
Latihan. Latihan digunakan memantapkan konsep yang telah dipelajari dan merangsang
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

siswa untuk bekerja secara tepat dalam menyelesaikan soal-soal dari yang seerhana sampai
kompleks. Setelah siswa selesai menjawab melalui papan ketik, komputer segera memberi umpan
balik yang berupa penguatan jika siswa menjawab benar atau dapat berupa informasi lain yang dapat
membimbing siswa untuk menjawab dengan benar pada akhir latihan. Siswa juga mendapatkan
informasi yang jelas tentang kemampuannya dalam menerima pelajaran, sehingga dapat segera
dilakukan perbaikan apabila terjadi kekurangan atau langsung melanjutkan ke materi selanjutnya.
Tes. Tes hanya berisi pertanyaan-pertanyaan. Perbedaan dengan latihan adalah pada tes
tidak tidak diberikan umpan balik pada siswa, tidak peduli jawaban siswa benar atau salah,
pertanyaan berikutnya segera muncul setelah pertanyaan berikutnya selesai dijawab. Rangkaian tes
yang biasanya digunakan adalah tes objektif atau isian singkat. Sampai saat ini pemeriksaan jawaban
soal-soal esai dengan komputer masih belum berhasil dengan memuaskan.
Simulasi. Paket program digunakan sebagai model di suatu proses atau sistem dan siswa
mencobanya. Di sini komputer dapat digunakan untuk memperagakan untuk hal-hal yang tidak
mungkin diperagakan secara langsung seperti reaksi kimia yang menimbulkan ledakan, mengukur
ledakan laut, mengukur tinggi menara atau menentukan proses suatu tempat pada pola bumi.
Permainan. Paket program permainan ini diarahkan agar siswa dapat belajar sambil
bermain, karena isinya dibuat sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur tantangan, rasa
ingin tahu, menyenangkan dan fantasi tanpa mengabaikan unsur mendidik. Paket program ini dapat
mengembangkan daya pikir siswa.
Pemecahan Masalah. Paket program ini diarahkan agar siswa dapat belajar berbuat karena
siswa dituntut dapat memecahkan permasalahan secara aktif. Paket program ini bervariasi dari yang
sederhana sampai dengan yang rumit. Tergantung pada rumitnya permasalahan dan kecanggihan
respon komputer terhadap respon siswa. Misalnya; persoalan pemacahan terhadap pencemaran
lingkungan. Bentuk penyajian materi, digunakan bentuk tutorial, yaitu menyampaikan materi
pelajaran setahap demi setahap meliputi materi, contoh soal latihan, dan kesimpulan.
Sebuah media pembelajaran berbasis komputer tidak hanya menuangkan teks atau buku ke
dalam medium elektronik. Jika hal itu dilakukan maka akan mengkasilkan “buku elektronik” yang
manfaatnya tidak jauh berbeda dengan membaca buku secara langsung.
Untuk menghasilkan suatu media pembelajaran yang baik diperlukan kerjasama yang baik
antara guru, desainer, analis, image supplier, programer, dan maintenance, dengan tugas masing-
masing: a) Guru: sebagai orang yang menguasai materi pelajaran dan teori belajar; b) Desainer:
sebagai penerjemah ide guru ke dalam skenario atau skrip media; c) Analis: melakukan analisis
skenario/skrip media dalam hal: kelengkapan komponen skenario, struktur skenario, dan dapat
tidaknya skenario dipahami oleh programer; d) Image supplier: sebagai pemasok gambar ( foto,
ilustrasi, grafik) dan audio; e) Programer: merupakan pekerjaan inti dalam membuat media berbasis
komputer, yang bertugas menuangkan skenario/skrip media ke dalam komputer dengan bahasa
pemrograman tertentu; dan f) Maintenance: bertugas menjaga keberlangsungan program yang
dihasilkan agar tetap up to date.
Idealnya, keenam pihak tersebut duduk bersama untuk menghasilkan media yang baik. Tetapi
hal tersebut sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu diusahakan syarat minimal yang harus dipenuhi
agar pemrograman dapat dilakukan. Salah satu alternatif adalah membekali orang yang mempunyai
salah satu keahlian dengan keahlian yang lain. Membekali seorang programer dengan materi-materi
bidang studi dan teori belajar tentu sangat tidak mungkin. Alternatif yang lebih mungkin adalah

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 35


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
membekali seorang guru bidang studi tertentu dengan pengetahuan pembuatan skrip media dan
bahasa pemrograman sederhana atau guru didampingi seorang programer yang sekaligus dapat
memasok gambar, sehingga tim yang diperlukan menjadi lebih sedikit.
Program aplikasi yang memungkinkan digunakan para guru (khususnya untuk pemula) untuk
mengembangkan media pembelajaran berbasis komputer adalah Microsoft PowerPoint. Namun untuk
menghasilkan media yang lebih baik, diperlukan software lain sesuai keperluan, antara lain yakni (1)
Macromedia Flash, Gif Animator untuk membuat animasi benda, (2) Macromedia FreeHand,
Photoshop, UnleadPhotoImpac, untuk mengolah gambar 2D, (3) Maya, 3Dmax, untuk mengambar
dan animasi 3D, (4) Adobe premier, VCD Cutter, sebagai program mengolah movie, dan (5) Program
Sound Forge, untuk mengolah suara. Untuk keperluan praktis, gambar, animasi, efek suara dapat
diperoleh di toko-toko penjual software komputer.

6. Penggunaan Media Pembelajaran


Ada 3 format pembelajaran, yakni (1) belajar secara individual, (2) belajar secara klasikal, dan
(3) belajar secara kelompok. Ketiga format pembelajaran itu berpenggaruh terhadap penggunaan
media pembelajaran. Berikut diuraikan penggunaan media berdasarkan format pembelajarannya.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

a. Penggunanan Media dengan Format Belajar Individual.


Pola komunikasi dalam belajar individual sangat dipengaruhi oleh peranan media yang
digunakan dalam proses pembelajaran. Penekanan proses pembelajaran adalah pada siswa, sedang
guru berperan sebagai fasilitator. Dengan demikian maka peranan media sangat penting karena dapat
membantu menentukan keberhasilan belajar siswa. Penggunaan media dalam belajar secara
individual disajikan pada Gambar 1 sebagai berikut :

Media Siswa
Keterangan :
:
komunikasi
Guru utama
: konsultatif (kalau perlu saja)
Tugas guru : Fasilitator pembelajaran
Gambar 1:
Penggunaan Media dalam Belajar Individual
Belajar individual adalah tipe belajar yang berpusat pada siswa, sehingga dituntut peran dan
aktivitas siswa secara utuh dan mandiri agar prestasi belajarnya tinggi. Dalam belajar individual ada
tiga pendekatan atau cra belajar individual yang banyak dikenal sekarang ini, antara lain adalah
belajar jarak jauh.
b. Penggunaan Media dengan Format Belajar Secara Klasikal
Pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi langsung antara guru dan siswa.
Keberhasilan belajar amat ditentukan oleh kualitas guru, karena guru merupakan media utama. Media
lain seolah-olah tidak ada perannya karena frekuensi belajar dengan guru hampir 90% dari waktu
yang tersedia. Bentuk komunikasinya dapat disajikan pada Gambar 2 sebagai berikut:

Guru Siswa
Keterangan :
: komunikasi utama
: Media Lain
konsultatif
(kalau perlu saja)
Gambar 2:
Penggunaan Media dalam Belajar Klasikal

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 36


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
c. Penggunaan Media dengan Format Belajar Kelompok
Dalam kenyataannya teknik-teknik yang digunakan dalam belajar kelompok dapat
merangsang kreativitas, aktivitas dan interaksi setiap anggota kelompok. Untuk menjamin mutu dalam
belajar kelompok maka perlu ditentukan besar kecilnya kelompok sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan belajarnya.
Berikut ini disajikan penggunaan media dalam belajar kelompok seperti pada Gambar 3
sebagai berikut.
 Pada pola a) guru mengontrol kegiatan diskusi
G
siswa. Pola dasarnya adalah serangkaian dialog
antara guru dan setiap individu, dengan cara
seperti ini maka interaksi antara siswa yang satu
dan siswa yang lain relatif lebih kecil dibandingkan
dengan pola b).
S S  Pada pola b) dapat disebut sebagai pola multi
S GS S komunikasi, karena komunikasi dapat dilakukan
dari dan ke berbagai arah.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

S S  Pengendalian diri dan kontrol dilakukan oleh


anggota masing-masing dengan cara menahan diri
dan memberi kesempatan kepada anggota lain.

Keterangan:
G : Guru
S : Siswa
S S : Arus interaksi

S Gambar 3:
Penggunaan Media dalam Belajar Kelompok

7. Strategi Penggunaan Media Pembelajaran


Terdapat berbagai macam strategi yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran. Pada
modul ini dikemukakan tiga jenis strategi pembelajaran, masing-masing sesuai untuk mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran tertentu pada pembelajaran dengan karakteristik tertentu.

a. Strategi untuk pembelajaran yang bersifat teoretik dan media dipergunakan oleh guru
untuk membantu proses mengajarnya
Jika materi yang akan disajikan bersifat teoretik dan media yang digunakan (kebanyakan
bersifat by design) terutama untuk membantu guru dalam proses mengajarnya, strategi yang
dikembangkan oleh Ivor K. Davies ini dapat dipertimbangkan untuk digunakan, meliputi:
1) Tahap pendahuluan
Tahap ini umumnya terdiri atas 3 peristiwa pembelajaran, yakni (1) pembukaan pelajaran, (2)
pemberitahuan tujuan pembelajaran, dan (3) menarik perhatian siswa ke arah materi baru yang
akan disajikan dengan cara memberikan bahan pengait. Media yang dapat digunakan pada
tahapan ini, misalnya media cetak, medis grafis, media audio, media audio-visual, atau
pengamatan di lingkungan dan berbagai media tiga dimensi.
2) Tahap pengembangan
Pada tahap ini materi baru disajikan. Disarankan agar materi baru tersebut dibagi dalam beberapa
unit. Pada akhir setiap unit atau bagian materi, diadakan tanya jawab (review) untuk mengetahui
tingkat penguasaan siswa atas materi yang baru disajikan. Dengan demikian kesalahpahaman atau
kekurangjelasan materi dapat segera diatasi. Pada tahap pengembangan ini sebaiknya digunakan
berbagai media seperti halnya pada tahap pendahuluan, yang disesuaikan dengan karakteristik
tujuan pembelajaran, materi dan siswa.
3) Tahap konsolidasi
Tahap ini merupakan akhir pembelajaran. Ada 3 peristiwa pembelajaran yang hendaknya
dilaksanakan pada tahap ini, yakni (1) penyimpulan seluruh materi yang telah disajikan, (2)
pemberian tugas/latihan, (3) pemberian umpan balik atas tugas/pelatihan yang telah dikerjakan
siswa, dan (4) pemberian pekerjaan rumah jika diperlukan. Pada tahap ini dapat digunakan media,
media cetak (bagan), OHP atau papan tulis dan beberapa media yang lain.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 37


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b. Strategi untuk pembelajaran yang memerlukan praktik, atau yang memerlukan banyak
berlatih
Jika pembelajaran yang dilaksanakan lebih banyak berorientasi kepada kegiatan belajar mandiri
oleh siswa, strategi yang disarankan ialah strategi yang dikembangkan berdasarkan teori Galperin
yaitu Pendekatan Terapan, meliputi:
1) Tahap Orientasi
Pada tahap ini seperti halnya strategi Davies (1986) dilaksanakan beberapa peristiwa
pembelajaran, pemberian bahan pengait, kemudian disusul dengan penyajian materi baru
terutama ditinjau dari aspek teoretiknya. Atau dengan kata lain, landasan teoretik yang merupakan
rasional serta akan menjadi acuan dalam pengerjaan tugas/latihan, disajikan pada tahap ini. Selain
itu diintermasikan juga prosedur kerja serta jika diperlukan, cara berpikir ilmiah dalam pengerjaan
tugas/pelatihan.
2) Tahap berlatih/pengerjaan tugas
Pada tahap ini siswa mengerjakan tugas/pelatihan yang diberikan guru. Pengerjaan bisa di
laboratorium, bengkel, lingkungan sekolah. Di dalam kelas, perpustakaan, ruang audio visual atau
di mana saja. Semua media dan peralatan yang diperlukan oleh siswa untuk memfasilitasi belajar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

mereka hendaknya sudah disiapkan sebelumnya. Selama siswa mengerjakan tugas/pelatihan, guru
hendaknya berkeliling melihat apakah siswa telah melakukan prosedur kerja yang benar.
3) Tahap pemberian umpan balik kepada siswa
Setelah tahap berlatih/pengerjaan tugas selesai, siswa perlu mendapat informasi tentang hasil
belajarnya atau sekurang-kurangnya, kesalahan-kesalahan yang telah mereka lakukan. Dengan
demikian siswa mendapat umpan balik yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar
mereka.
4) Tahap evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui pemahaman dan penguasaan siswa atas materi yang telah
disajikan, juga seberapa jauh siswa telah memilih keterampilan/kemampuan yang diajarkan. Hasil
evaluasi akan dapat memberikan gambaran tentang keberhasilan pembelajaran guru.

c. Strategi pembelajaran yang berpusat pada media tertentu


Jika penyaji materi dalam suatu pembelajaran bukan guru tetapi media tertentu seperti TV,
Film atau Slide, maka strategi yang disarankan untuk digunakan adalah strategi pembelajaran
bermedia, yang meliputi empat tahap, yaitu:
1) Tahap persiapan
Pada tahap ini yang perlu dipersiapkan adalah:
Media yang akan digunakan yang meliputi baik bahan ( software) dan peralatan (hardware) yang
akan digunakan. Perlu diteliti apakah media dalam kondisi baik dan siap untuk dioperasikan.
a). Kelas, apakah memenuhi syarat untuk pembelajaran bermedia. Misalnya, sarana dan
prasarananya memungkinkan. Juga perlu sebelumnya dipikirkan, di mana tempat duduk siswa
akan diatur sehingga siswa akan dapat melihat tayangan media dengan jelas.
b). Siswa, terutama jika mereka belum pernah mendapat pengalaman belajar dengan media.
Dalam hal seperti ini perlu disediakan waktu sekitar beberapa menit untuk memperkenalkan
siswa dengan media yang akan digunakan. Dengan demikian kemungkinan bahwa siswa akan
lebih tertarik pada medianya daripada materinya dapat dihindarkan.
c). Guru juga perlu mempersiapkan dirinya untuk pembelajaran bermedia. Persiapan meliputi,
misalnya, belajar mengoperasikan media yang akan digunakan, mempelajari bahan (materi)
yang akan ditayangkan, mengantisipasi kegiatan yang akan dilakukan siswa setelah
penayangan, dan lain-lain yang terkait.
2) Tahap pelaksanaan
Prosedur pembelajaran pada tahap pelaksanaan tak berbeda dengan pelaksanaan pada
strategi lain, ialah meliputi: pendahuluan, penyajian isi/pengembangan, umpan balik, dan
evaluasi. Yang perlu diperhatikan pada pembelajaran bermedia ialah, agar guru tidak
memberitahukan garis besar isi tayangan kepada siswa sebelum program ditayangkan. Yang perlu
diberitahukan kepada siswa adalah bagaimana cara menonton yang benar, kegiatan yang akan
dilakukan siswa setelah menonton, dan apa yang perlu disiapkan siswa untuk menonton.
3) Tahap tindak lanjut
Pembelajaran bermedia akan lebih bermakna jika setelah menonton, siswa melakukan kegiatan-
kegiatan yang ada hubungannya dengan materi tontonan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain,
berupa membuat laporan, melakukan pengamatan di lapangan, dan sebagainya.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 38


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4) Tahap evaluasi
Pada tahap evaluasi akhir ini, semua kegiatan yang telah dilakukan siswa yang berpusat pada
pembelajaran bermedia yang telah dilaksanakan, dievaluasi. Jadi tidak hanya meliputi
penguasaan siswa akan materi tontonan saja, tetapi juga hasil kegiatan tindak lanjut. Dengan
demikian apa yang diperoleh siswa akan benar-benar bermakna.

Prosedur penggunaan media pembelajaran (baik audio, audio visual, maupun media grafis)
secara klasikal terdiri dari 4 kegiatan, yakni (1) persiapan, (2) pelaksanaan, (3) evaluasi, dan (4)
tindak lanjut. Keempat kegiatan itu disajikan dalam Gambar 4 sebagai berikut.

Kegiatan Persiapan

1. Guru mempersiapakan diri dalam penguasaan materi


pembelajaran
2. Guru menyiapkan media
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

3. Guru menyiapkan ruangan dan peralatan


4. Guru menyiapkan siswa

Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran

Guru menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakan media

Kegiatan Evaluasi

1. Guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui penguasaan


siswa terhadap materi yang diajarkan dengan menggunakan
media
2. Guru menerangkan hal-hal yang belum jelas

Kegiatan Tindak Lanjut

Guru mengadakan evaluasi kegiatan yang mengarahkan kepada


pemhaman lebih luas dan mendalam terhadap materi pembelajaran

Gambar 4:
Prosedur Penggunaan Media Pembelajaran

8. Lembar Latihan
a. Setelah membaca deskripsi pengertian media dalam modul ini, selanjutnya, jelaskan
pengertian media pembelajaran menurut Anda secara sederhana.
b. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengklasifikasian media ini. Berdasarkan
bentuk dan cara penyajiannya, sebutkan jenis media pembelajaran?
c. Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk memilih dan
menentukan media pembelajaran. Apa saja yang menjadi pertimbangan dalam memilih dan
menentukan media pembelajaran?
d. Jelaskan langkah-langkah penyusunan dalam pembuatan slide suara media audio untuk
pembelajaran.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 39


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Lembar Asesmen:
1. Berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya, secara umum, ada 4 klasifikasi, yakni (a) media visual,
(b) media audio (c) media audio visual, (d) multi media. Berikut ini adalah contoh media visual:
A. Papan flanel, bulletin board, dan poster
B. Grafik, diagram, sound effect
C. Modul, OHP, microfon
D. TV, OHP, papan flanel
E. Bahan pengajaran terprogram dan OHP
2. Media yang tidak hanya menuntut siswa untuk memperhatikan media itu sendiri atau objeknya
saja, namun juga harus berinteraksi dengan media tersebut selama mengikuti pembelajaran,
disebut media:
A. Media audio
B. Media audiovisual
C. Media Visual
D. Multimedia interaktif
E. Media Televisi
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

3. Berikut ini adalah beberapa prinsip yang dapat Anda gunakan sebagai pertimbangan untuk memilih
dan menentukan media pembelajaran, kecuali:
A. Sesuai dengan tujuan fungsional
B. Perlu tenaga khusus untuk menggunakannya
C. Murah dan menarik
D. Tersedia
E. Sesuai dengan tujuan fungsional
4. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media antara lain:
A. Karakteristik materi pembelajaran dan kebutuhan belajar peserta didik
B. Perlu tenaga khusus untuk menggunakannya
C. Media yang dipilih cukup memadai dengan hasil yang dicapai
D. Tidak semua guru bisa memanfaatkannya
E. A dan C benar
5. Berikut ini adalah asumsi yang perlu dikembangkan dalam memilih media, kecuali:
A. Pemilihan media merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pengembangan
pembelajaran
B. Pengembangan media perangkat lunak akan memiliki peranan yang lebih fungsional
dibandingkan pengembangan media perangkat keras
C. Dalam proses pemilihan sering diperlukan kompromi dan dilakukan sesuai dengan kepentingan,
kondisi serta fasilitas dan sarana yang ada
D. Dalam proses pemilihan media pembelajaran yang efektif dan efisien, makna isi dan tujuan
haruslah sesuai dengan karakteristik media tertentu
E. Pengembangan media perangkat keras tidak harus dilakukan secara kondisional sesuai dengan
tersedianya fasilitas, sarana dan dana yang ada

Lembar Kunci Jawaban:

a. Lembar Kunci Jawaban Latihan


1. Medium atau media (jamak) berasal dari kata Latin “medium” yang berarti “di antara”, suatu istilah
yang menunjukkan segala sesuatu yang membawa informasi antara sumber dan penerima.
2. Untuk membuat klasifikasi media pembelajaran yang lengkap perlu diperhatikan sarana belajar
(equipment for learning), sarana pendidikan untuk belajar (educational media for learning), dan
fasilitas belajar (facilities for learning). Sarana belajar mencakup tape recorder, radio, OHP, video
player, televisi, laboratorium elektronik, telepon, kamera, dan lain-lain. Sarana pendidikan untuk
belajar mencakup buku teks, buku penunjang, ensiklopedi, majalah, surat kabar, kliping, program
TV, program radio, gambar dan lukisan, peta, globe, poster, kartun, boneka, papan planel, papan
tulis, dan lain-lain. Fasilitas belajar mencakup gedung, kelas, ruang diskusi, laboratorium, studio,
perpustakaan, tempat bermain, dan lain-lain.
3. Berkaitan dengan media pembelajaran itu, berikut dikemukakan beberapa prinsip yang dapat
digunakan sebagai pertimbangan untuk memilih dan menentukan media pembelajaran yaitu:
sesuai tujuan dan fungsi, tersedia, murah, menarik, dan guru terampil menggunakannya.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 40


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4. Beberapa langkah yang harus dilalui dalam penyusunan naskah media audio:
a) Menentukan topik program dan sasarannya. Untuk media audio yang akan digunakan sebagai
media pembelajaran sehingga berkaitan dengan bisdang studi tertentu, maka harus
memperhatikan materi yang telah tersusun di dalam GBPP yang berlaku.
b) Merumuskan tujuan program audio. Dalam merumuskan tujuan program maka dapat
memakai acuan tujuan pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum .
c) Melakukan penelitian mengenai pokok permasalahannya. Dengan melakukan penelitian
banyak diperoleh informasi, mengkaji bahan-bahan baik yang tertulis dari suatu kepustakaan
atau sumber lain, atau saran dan kritik dari pakar yang memahami. Hal lain yang
diperhatikan adalah pengamatan terhadap siswa yang akan menjadi sasaran atau
pendengarnya.
d) Membuat garis besar atau out-line program audio. Garis besar program audio berisi tentang
isi dari program yang akan dibuat.
e) Menentukan format program. Pemilihan format program berdasarkan : tujuan , bahan yang
disajikan, pendengar yang mengikuti, kemampuan peyusun program, dan fasilitas yang
tersedia.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

f) Membuat draft atau naskah kasar


g) Mengevaluasi naskah kasar
Menulis naskah jadi. Naskah program media audio bermacam-macam, setiap jenis mempunyai
bentuk yang berbeda. Akan tetapi pada dasarnya sama, yaitu sebagai penuntun dalam
mengambil gambar dan merekam suara. Naskah berisi urutan gambar dan grafis yang harus
diambil oleh kamera serta bunyi dan suara yang harus direkam.

b. Lembar Kunci Jawaban Assesmen


1. A 2. D 3. B. 4. E 5. E

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


Davies, Ivor K. 1986. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Degeng, I Nyoman Sudana. 1998. Teori Pembelajaran 2: Terapan. Program Magister Manajemen
Pendidikan Universitas Terbuka.
Heinich, R., et al. 1996. Instructional Media and Technology for Learning. New Jersey: Prentice Hall,
Englewood Cliffs.
Pribadi, Benny Agus dan Dewi Padmo Putri. 2001. Ragam Media dalam Pembelajaran. Proyek
Pengembangan Universitas Terbuka Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional.
Sadiman, Arief S., dkk. 2008. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Soekamto, Toeti. 1993. Perancangan dan Pengembangan Sistem Instruksional. Jakarta: Intermedia.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 41


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
C. Asesmen

1. Hakikat Asesmen

Tujuan:
1. Membandingkan pengukuran, asesmen, dan evaluasi
2. Menjelaskan berbagai metode asesmen

A. Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi


Istilah asesmen (assessment) sering dipertukarkan secara rancu dengan dua istilah lain, yakni
pengukuran (measurement) dan evaluasi (evaluation). Padahal ketiga istilah tersebut memiliki makna
yang berbeda, walaupun memang saling berkaitan.
Menurut Oosterhof (2003), pengukuran dan asesmen memiliki makna yang hampir serupa
walaupun tidak mutlak sama. Griffin & Nix (1991) memberikan gambaran yang lebih konkret tentang
kaitan antara pengukuran, asesmen, dan evaluasi. Menurut Griffin dan Nix, ketiga kegiatan tersebut
merupakan suatu hierarki. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

suatu kriteria atau ukuran; asesmen adalah proses mengumpulkan informasi/bukti melalui
pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti hasil pengukuran,
sedangkan evaluasi adalah proses mengambil keputusan (judgment) berdasarkan hasil-hasil asesmen.
Johnson & Johnson (2002) menegaskan tidak seharusnya melakukan evaluasi tanpa melakukan
pengukuran dan penilaian terlebih dulu.
Cakupan asesmen amat luas, meliputi berbagai aspek pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan sikap. Berbagai metode dan instrumen -baik formal maupun nonformal- digunakan
dalam asesmen untuk mengumpulkan informasi. Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua
perubahan yang terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Johnson & Johnson, 2002; Gronlund,
2003; Oosterhof, 2003). Asesmen yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung disebut sebagai
asesmen proses, sedangkan asesmen yang dilakukan setelah pembelajaran usai dilaksanakan dikenal
dengan istilah asesmen hasil/produk. Asesmen proses dibedakan menjadi asesmen proses informal
dan asesmen proses formal.
Asesmen informal bisa berupa komentar-komentar guru yang diberikan/diucapkan selama
proses pembelajaran. Saat seorang peserta didik menjawab pertanyaan guru, saat seorang peserta
didik atau beberapa peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat
seorang peserta didik memberikan komentar terhadap jawaban guru atau peserta didik lain, guru
telah melakukan asesmen informal terhadap performansi peserta didik-peserta didik tersebut.
Asesmen proses formal, sebaliknya, merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang
dirancang untuk mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Berbeda
dengan asesmen proses informal, asesmen proses formal merupakan kegiatan yang disusun dan
dilakukan secara sistematis dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan peserta
didik.

B. Metode Asesmen
Asesmen dapat dilakukan melalui metode tes maupun nontes. Metode tes dipilih bila respons
yang dikumpulkan dapat dikategorikan benar atau salah (Djemari, 2008). Bila respons yang
dikumpulkan tidak dapat dikategorikan benar atau salah digunakan metode nontes.
Menurut Gronlund (2008), metode tes dapat berupa tes tulis ( paper and pencil) atau tes kinerja
(performance test). Tes tulis dapat dilakukan dengan cara memilih jawaban yang tersedia ( selected-
response), misalnya soal bentuk pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan; ada pula yang
meminta peserta menuliskan sendiri responsnya (supply-response), misalnya soal berbentuk esai, baik
esai isian singkat maupun esai bebas.
Tes kinerja juga dibedakan menjadi dua, yaitu restricted performance, yang meminta peserta
untuk menunjukkan kinerja dengan tugas-tugas tertentu yang terstruktur secara ketat, misalnya
peserta diminta menulis paragraf dengan topik yang sudah ditentukan, atau mengoperasikan suatu
alat tertentu; dan extended performance, yang menghendaki peserta untuk menunjukkan kinerja
lebih komprehensif dan tidak dibatasi, misalnya peserta diminta merumuskan suatu hipotesis,
kemudian diminta membuat rancangan dan melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis
tersebut.
Dari segi otentisitas dan kompleksitas tugas, selected response memiliki cakupan aspek yang
lebih sederhana dibandingkan supply response dan performance assessment. Hal ini antara lain
dikarenakan pada selected response: (a) alternatif pilihan jawaban sudah disediakan, (b) pada

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 42


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
umumnya hanya berkaitan dengan tugas-tugas yang dapat diselesaikan dengan bekal pengetahuan
dan pemahaman; dan (c) tugas-tugas direspons secara tidak langsung. Hal yang sebaliknya terjadi
pada penilaian kinerja, tugas-tugas yang dinilai dengan penilaian kinerja menuntut respons yang
murni dan aktual dari peserta, juga membutuhkan berbagai keterampilan di samping bekal
pengetahuan dan pemahaman. Penilaian kinerja juga direspons peserta dengan cara
mendemonstrasikan kemampuannya secara langsung. Oleh karena itu, penilaian kinerja lebih rumit
dibandingkan dengan selected response baik dari segi cakupan tugasnya maupun cara atau struktur
mengasesnya.
Meskipun selected response memiliki berbagai keterbatasan, tetapi memiliki keunggulan dalam
hal penskoran jika dibandingkan supply-response, apalagi jika dibandingkan dengan penilaian kinerja.
Karena respons peserta pada selected response hanyalah berdasar pilihan-pilihan yang telah
disediakan, maka skor yang diberikan menjadi lebih pasti, lebih objektif, lebih mudah dilakukan, dan
relatif bebas dari bias atau subjektivitas penilai. Sebaliknya, pada supply response dan penilaian
kinerja meskipun telah disediakan rubrik yang harus diacu saat melakukan penskoran, tetapi masalah
krusial yang selalu muncul adalah rendahnya kekonsistenan antar penilai ( interater reliability) ketika
kemampuan yang sama dinilai oleh lebih dari satu penilai. Metode selected response juga memiliki
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

kelebihan dalam hal waktu. Karena tugas yang dinilai tidak begitu kompleks, maka waktu yang
diperlukan untuk menyelenggarakan tes menjadi relatif lebih singkat. Karena penskorannya relatif
mudah dilakukan, maka waktu penskoran dan pengolahannya juga menjadi relatif lebih cepat.
Kelebihan dalam hal penskoran dan waktu itulah yang menyebabkan metode selected response
utamanya bentuk pilihan ganda tetap dipilih untuk melakukan penilaian-penilaian dalam skala besar,
misalnya ujian semester, ujian kenaikan kelas, ujian sekolah, seleksi masuk perguruan tinggi, dan
ujian akhir nasional (Dittendik, 2003; Oosterhof, 2005; Rodriguez, 2005).
Metode nontes digunakan bila kita ingin mengetahui sikap, minat, atau motivasi. Metode
nontes umumnya digunakan untuk mengukur ranah afektif dan lazimnya menggunakan instrumen
angket atau kuisioner. Respons yang dikumpulkan melalui angket atau kuisioner tidak dapat
diinterpretasi ke dalam kategori benar atau salah.
Berdasar uraian di atas, setiap metode asesmen memiliki keunggulan dan keterbatasan,
sehingga tidak ada satu pun metode yang selalu cocok untuk semua keperluan, kondisi, situasi,
cakupan, dan karakteristik kemampuan yang hendak diukur. Karena itu, untuk melakukan asesmen
yang lengkap, utuh, dan akurat sebaiknya dipergunakan berbagai metode sesuai dengan karakteristik
dan tujuannya.

Pertanyaan:
1. Apakah perbedaan antara pengukuran, asesmen, dengan evaluasi?
2. Berikan contoh aktivitas riil dalam dunia pendidikan yang menunjukkan kegiatan pengukuran,
asesmen, dan evaluasi!
3. Identifikasi berbagai metode asesmen beserta kelebihan dan kekurangannya!
4. Jelaskan mengapa asesmen harus dilakukan dengan berbagai metode?

2. Karakteristik Dan Teknik Asesmen

Tujuan:
1. Menjelaskan karakteristik asesmen dalam KBK/KTSP
2. Menerapkan berbagai teknik asesmen

C. a. Karakeristik Asesmen dalam KBK/KTSP


1) Belajar Tuntas (mastery learning)
Peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu
menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik. Asumsi yang
digunakan dalam mastery learning adalah peserta didik dapat belajar apapun, hanya waktu
yang dibutuhkan yang berbeda. Peserta didik yang belajar lambat perlu waktu lebih lama
untuk materi yang sama, dibandingkan peserta didik pada umumnya.
2) Otentik
Memandang asesmen dan pembelajaran secara terpadu. Asesmen otentik harus
mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan
kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap).

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 43


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Asesmen otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih
menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
3) Berkesinambungan
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil
belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam
bentuk Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester, atau Ulangan
Kenaikan Kelas.
4) Berdasarkan acuan kriteria
Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan
terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya KKM (kriteria ketuntasan minimal)
5) Menggunakan teknik asesmen yang bervariasi
Teknik asesmen yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja,
proyek, pengamatan, dan penilaian diri.

b. Teknik Asesmen
Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik dapat dilakukan berbagai
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

teknik, baik berhubungan dengan proses maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi
tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian
kompetensi. Asesmen dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil relajar, baik pada
domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu :

1) Penilaian Unjuk Kerja


a) Pengertian
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan
peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian
kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di
laboratorium, praktek sholat, praktek olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi,
membaca puisi/deklamasi dll. Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
1) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja
dari suatu kompetensi.
2) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
4) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati.
5) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan pengamatan.

b) Teknik Penilaian Unjuk Kerja


Untuk menilai unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan daftar cek (check-list) dan
skala penilaian (rating scale).
1) Daftar Cek (Check-list)
Dafatar cek dipilih jika unjuk kerja yang dinilai relatif sederhana, sehingga kinerja peserta
didik representatif untuk diklasifikasikan menjadi dua kategorikan saja, ya atau tidak. Berikut
contoh penilaian unjuk kerja dengan check-list.
Penilaian Kedisiplinan
Nama peserta didik: ________ Kelas: _____
No. Aspek yang dinilai Ya Tidak
1. Datang tepat waktu
2. Pakaian sesuai aturan
3. Bertanggungjawab pada tugas
4. Pulang tepat waktu
Nilai
2) Skala Penilaian (Rating Scale)
Ada kalanya kinerja peserta didik cukup kompleks, sehingga sulit atau merasa tidak adil kalau
hanya diklasifikasikan menjadi dua kategori, ya atau tidak, memenuhi atau tidak memenuhi.
Karena itu dapat dipilih skala penilaian lebih dari dua kategori, misalnya 1, 2, dan 3. Tetapi
setiap kategori harus dirumuskan deskriptornya sehingga penilai mengetahui kriteria secara
akurat kapan mendapat skor 1, 2, atau 3. Daftar kategori beserta deskriptor kriterianya itu
disebut rubrik. Di lapangan sering dirumuskan rubrik universal, misalnya 1 = kurang, 2 =
cukup, 3 = baik. Deskriptor semacam ini belum akurat, karena kriteria kurang bagi seorang

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 44


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
penilai belum tentu sama dengan penilai lain, karena itu deskriptor dalam rubrik harus jelas
dan terukur. Berikut contoh penilaian unjuk kerja dengan rating scale beserta rubriknya.

Penilaian Kinerja Melakukan Praktikum

Penilaian
No Aspek yang dinilai
1 2 3
1 Merangkai alat
2 Pengamatan
3 Data yang diperoleh
4 Kesimpulan

Rubriknya
Penilaian
Aspek yang dinilai
1 2 3
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Rangkaian alat benar, Rangkaian alat


Rangkaian alat tetapi tidak rapi atau tidak benar, rapi, dan
Merangkai alat
tidak benar memperhatikan memperhatikan
keselamatan kerja keselamatan kerja
Pengamatan
Pengamatan Pengamatan cermat, tetapi
Pengamatan cermat dan bebas
tidak cermat mengandung interpretasi
interpretasi
Data lengkap,
Data lengkap, tetapi tidak
Data tidak terorganisir, dan
Data yang diperoleh terorganisir, atau ada yang
lengkap ditulis dengan
salah tulis
benar
Tidak benar Sebagian kesimpulan ada
Semua benar atau
Kesimpulan atau tidak yang salah atau tidak
sesuai tujuan
sesuai tujuan sesuai tujuan

2) Penilaian Sikap
a) Pengertian
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan
seseorang dalam merespons sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau
pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif,
kognitif, dan konatif/perilaku. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang
atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan
seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku
atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah:
1) Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap mata
pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat
belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran
yang diajarkan.
2) Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru.
Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan
hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap
guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
3) Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhadap
proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana
pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses
pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi
belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
4) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran.
Misalnya, masalah lingkungan hidup (materi Biologi atau Geografi). Peserta didik perlu
memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus lingkungan
tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik
memiliki sikap positif terhadap program perlindungan satwa liar.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 45


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b) Teknik Penilaian Sikap
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut
antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Teknik-teknik tersebut
secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu
hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai kecenderungannya yang
senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap peserta didik
yang dibinanya. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan.
Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus
tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah.
2) Pertanyaan langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan dengan
sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang baru
diberlakukan di sekolah mengenai “Peningkatan Ketertiban”.
Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

sikap peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di sekolah,
guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta didik.
3) Laporan pribadi
Teknik ini meminta peserta didik membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya
tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, peserta didik
diminta menulis pandangannya tentang “Kerusuhan Antaretnis” yang terjadi akhir-akhir ini di
Indonesia. Dari ulasan yang dibuat peserta didik dapat dibaca dan dipahami kecenderungan
sikap yang dimilikinya.

Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Peserta didik

Hormat pada orang tua


Ramah dengan teman
Ketekunan belajar

Tanggung jawab
SIKAP
Tenggang rasa

Menepati janji
Keterbukaan

Kedisiplinan

Kepedulian
Kerjasama

Kejujuran
Kerajinan

No

NAMA

1
2
3
4
5
6
7
8

Keterangan:
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 sampai dengan 5.
1 = sangat kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik dan 5 = amat baik.

3) Tes Tertulis
a) Pengertian
Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik
dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk
menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai,
menggambar, dan lain sebagainya.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 46


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b) Teknik Tes Tertulis
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
1) Soal dengan memilih jawaban (selected response), mencakup: pilihan ganda, benar-
salah, dan menjodohkan.
2) Soal dengan mensuplai jawaban (supply response), mencakup: isian atau melengkapi,
uraian objektif, dan uraian non-objektif.
Penyusunan instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut.
1) materi, misalnya kesesuaian soal dengan kompetensi dasar dan indikator pencapaian
pada kurikulum tingkat satuan pendidikan;
2) konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
3) bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan
penafsiran ganda.
4) kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku dari berbagai
bentuk soal penilaian.

4) Penilaian Proyek
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

a) Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian
proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan,
kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran
tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu
pengumpulan data serta penulisan laporan.
2) Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta
didik.
b) Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir
proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti
penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis.
Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan
penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala
penilaian.

Contoh Teknik Penilaian Proyek

Mata Pelajaran :
Nama Proyek :
Alokasi Waktu :
Guru Pembimbing :

Nama :
NIS :
Kelas :
No. ASPEK SKOR (1 - 5)
1 PERENCANAAN :
a. Persiapan
b. Rumusan Judul

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 47


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2 PELAKSANAAN :
a. Sistematika Penulisan
b. Keakuratan Sumber Data / Informasi
c. Kuantitas Sumber Data
d. Analisis Data
e. Penarikan Kesimpulan
3 LAPORAN PROYEK :
a. Performans
b. Presentasi / Penguasaan

TOTAL SKOR

Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan , proses pengerjaan sampai dengan
akhir proyek. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai.
Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan rating scale dan cheklist
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

5) Penilaian Produk
a) Pengertian
1) Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk.
Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk
teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar),
barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan produk
meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
2) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali,
dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
3) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam
menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
4) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik
sesuai kriteria yang ditetapkan.
b) Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada
tahap appraisal.
2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua
kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.

Contoh Penilaian Produk


Mata Ajar :
Nama Proyek :
Alokasi Waktu :
Nama Peserta didik :
Kelas / SMT :

No. Tahapan Skor ( 1 – 5 )*


1 Tahap Perencanaan Bahan
2 Tahap Proses Pembuatan :
a. Persiapan alat dan bahan
b. Teknik Pengolahan
c. K3 (Keselamatan kerja, keamanan dan kebersihan)
3 Tahap Akhir (Hasil Produk)
a. Bentuk fisik
b. Inovasi
TOTAL SKOR

Catatan :
*) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 5, dengan ketentuan semakin
lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses pembuatan maka semakin tinggi nilainya.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 48


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
6) Penilaian Portofolio
a) Pengertian
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode
tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang
dianggap terbaik oleh peserta didik.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individu pada
satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu priode hasil karya tersebut dikumpulkan dan
dinilai oleh guru dan peserta didik. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan
peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan
perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar
peserta didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian
portofolio di sekolah, antara lain:
1) Karya peserta didik adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri.
Guru melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang dijadikan bahan penilaian
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh peserta didik itu
sendiri.
2) Saling percaya antara guru dan peserta didik
Dalam proses penilaian guru dan peserta didik harus memiliki rasa saling percaya, saling
memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses pendidikan berlangsung dengan
baik.
3) Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu dijaga dengan
baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan sehingga memberi
dampak negatif proses pendidikan
4) Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru
Guru dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio sehingga peserta
didik akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan akhirnya akan berupaya terus
meningkatkan kemampuannya.
5) Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang memberikan dorongan
peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.
6) Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi yang
tercantum dalam kurikulum.
7) Penilaian proses dan hasil
Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya
diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan karya peserta didik.
8) Penilaian dan pembelajaran
Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Manfaat
utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan
dan kekurangan peserta didik.

b) Teknik Penilaian Portofolio


Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan
kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan guru untuk penilaian, tetapi digunakan
juga oleh peserta didik sendiri. Dengan melihat portofolio peserta didik dapat mengetahui
kemampuan, keterampilan, dan minatnya.
2) Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat.
Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda.
3) Kumpulkan dan simpanlah karya-karya peserta didik dalam satu map atau folder di rumah
masing atau loker masing-masing di sekolah.
4) Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik
sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
5) Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para peserta didik.
Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta didik.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 49


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
6) Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat membimbing
peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan dan
kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan
pada saat membahas portofolio.
7) Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik diberi
kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara peserta didik dan guru perlu dibuat “kontrak”
atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang telah
diperbaiki harus diserahkan kepada guru.
8) Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu, undang orang tua
peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan portofolio, sehingga
orangtua dapat membantu dan memotivasi anaknya.

Berikut Ini Contoh Penilaian Portofolio

Sekolah :
Mata Pelajaran :
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Durasi Waktu :
Nama Peserta didik :
Kelas / SMT :

KRITERIA
No. SK / KD / PI Waktu Ket
Speaking Grammar Vocab Pronounciation
16/07/07
24/07/07
1 Introduction
17/08/07
Dst....
12/09/07
2 Writing 22/09/07
15/10/07
Memorize 15/11/07
3
Vocab 12/12/07

Catatan : PI = Pencapaian Indikator

Untuk setiap karya peserta didik dikumpulkan dalam satu file sebagai bukti pekerjaan sesuai
dengan SK/KD/PI, yang masuk dalam portofolio. Skor yang digunakan dalam penilaian portofolio
menggunakan rentang antara 0 -10 atau 10 – 100. Kolom keterangan diisi oleh guru untuk
menggambarkan karakteristik yang menonjol dari hasil kerja tersebut.

7) Penilaian Diri (self assessment)


a) Pengertian
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai
dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang
dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif
dan psikomotor. Penilaian konpetensi kognitif di kelas, misalnya: peserta didik diminta untuk
menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu
mata pelajaran tertentu. Penilaian dirinya didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah
disiapkan. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat
tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu. Selanjutnya, peserta
didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai
kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah
disiapkan.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan
kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain:
1) dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan
untuk menilai dirinya sendiri;

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 50


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2) peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka
melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan
yang dimilikinya;
3) dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena
mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.

b) Teknik Penilaian Diri


Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh karena itu,
penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
2) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
3) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau
skala penilaian.
4) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
5) Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta didik supaya
senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

6) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap sampel
hasil penilaian yang diambil secara acak.

Contoh Format Penilaian Konsep Diri Peserta Didik


Nama sekolah :
Mata Ajar :
Nama :
Kelas :

Alternatif
No Pernyataan
Ya Tidak
1 Saya berusaha meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan YME agar mendapat ridho-Nya dalam belajar
2 Saya berusaha belajar dengan sungguh-sungguh
3 Saya optimis bisa meraih prestasi
4 Saya bekerja keras untuk meraih cita-cita
5 Saya berperan aktif dalam kegiatan sosial di sekolah dan
masyarakat
6 Saya suka membahas masalah politik, hukum dan
pemerintahan
7 Saya berusaha mematuhi segala peraturan yang berlaku
8 Saya berusaha membela kebenaran dan keadilan
9 Saya rela berkorban demi kepentingan masyarakat, bangsa
dan negara
10 Saya berusaha menjadi warga negara yang baik dan
bertanggung jawab
JUMLAH SKOR

Inventori digunakan untuk menilai konsep diri peserta didik dengan tujuan untuk mengetahui
kekuatan dan kelemahan diri peserta didik. Rentangan nilai yang digunakan antara 1 dan 2. Jika
jawaban YA maka diberi skor 2, dan jika jawaban TIDAK maka diberi skor 1. Kriteria penilaianya
adalah jika rentang nilai antara 0 – 5 dikategorikan tidak positif; 6 – 10 kurang positif; 11 – 15 positif
dan 16 – 20 sangat positif.

Latihan
Pilihlah salah satu Kompetensi Dasar dan buatlah rancangan asesmen sesuai dengan karakteristik
Kompetensi Dasar tersebut!

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 51


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3. Pemanfaatan dan pelaporan hasil asesmen

Tujuan:
Peserta mampu memanfaatkan hasil asesmen untuk meningkatkan proses pembelajaran dan mampu
menyusun laporan hasil asesmen.

Penilaian kelas menghasilkan informasi pencapaian kompetensi peserta didik yang dapat
digunakan antara lain: (1) perbaikan (remedial) bagi peserta didik yang belum mencapai kriteria
ketuntasan, (2) pengayaan bagi peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan lebih cepat dari
waktu yang disediakan, (3) perbaikan program dan proses pembelajaran, (4) pelaporan, dan (5)
penentuan kenaikan kelas.
a. Pemanfaatan Hasil Penilaian
1) Bagi peserta didik yang memerlukan remedial
Remedial dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru kelas, atau oleh guru lain yang
memiliki kemampuan memberikan bantuan dan mengetahui kekurangan peserta didik.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar.
Kegiatan dapat berupa tatap muka dengan guru atau diberi kesempatan untuk belajar sendiri,
kemudian dilakukan penilaian dengan cara: menjawab pertanyaan, membuat rangkuman
pelajaran, atau mengerjakan tugas mengumpulkan data. Waktu remedial diatur berdasarkan
kesepakatan antara peserta didik dengan guru, dapat dilaksanakan pada atau di luar jam
efektif. Remedial hanya diberikan untuk indikator yang belum tuntas.
2) Bagi peserta didik yang memerlukan pengayaan
Pengayaan dilakukan bagi peserta didik yang memiliki penguasaan lebih cepat
dibandingkan peserta didik lainnya, atau peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar
ketika sebagian besar peserta didik yang lain belum. Peserta didik yang berprestasi baik perlu
mendapat pengayaan, agar dapat mengembangkan potensi secara optimal.
3) Bagi Guru
Guru dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan program dan kegiatan
pembelajaran. Misalnya, guru dapat mengambil keputusan terbaik dan cepat untuk
memberikan bantuan optimal kepada kelas dalam mencapai kompetensi yang telah
ditargetkan dalam kurikulum, atau guru harus mengulang pelajaran dengan mengubah
strategi pembelajaran, dan memperbaiki program pembelajarannya.
4) Bagi Kepala Sekolah
Hasil penilaian dapat digunakan Kepala sekolah untuk menilai kinerja guru dan tingkat
keberhasilan peserta didik.

b. Pelaporan Hasil Penilain Kelas


1) Laporan Sebagai Akuntabilitas Publik
Laporan kemajuan hasil belajar peserta didik dibuat sebagai pertanggungjawaban
lembaga sekolah kepada orangtua/wali peserta didik, komite sekolah, masyarakat, dan
instansi terkait lainnya. Laporan tersebut merupakan sarana komunikasi dan kerja sama
antara sekolah, orang tua, dan masyarakat yang bermanfaat baik bagi kemajuan belajar
peserta didik maupun pengembangan sekolah.
Pelaporan hasil belajar hendaknya:
a. Merinci hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan dikaitkan
dengan penilaian yang bermanfaat bagi pengembangan peserta didik
b. Memberikan informasi yang jelas, komprehensif, dan akurat.
c. Menjamin orangtua mendapatkan informasi secepatnya bilamana anaknya bermasalah
dalam belajar
2) Bentuk Laporan
Laporan kemajuan belajar peserta didik dapat disajikan dalam data kuantitatif maupun
kualitatif. Data kuantitatif disajikan dalam angka (skor), misalnya seorang peserta didik
mendapat nilai 6 pada mata pelajaran matematika. Namun, makna nilai tunggal seperti itu
kurang dipahami peserta didik maupun orangtua karena terlalu umum. Hal ini membuat
orangtua sulit menindaklanjuti apakah anaknya perlu dibantu dalam bidang aritmatika,
aljabar, geometri, statistika, atau hal lain.
Laporan harus disajikan dalam bentuk yang lebih komunikatif dan komprehensif agar
“profil” atau tingkat kemajuan belajar peserta didik mudah terbaca dan dipahami). Dengan

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 52


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
demikian orangtua/wali lebih mudah mengidentifikasi kompetensi yang belum dimiliki peserta
didik, sehingga dapat menentukan jenis bantuan yang diperlukan bagi anaknya. Dipihak
anak, ia dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya serta aspek mana yang perlu
ditingkatkan.
Isi Laporan
Pada umumnya orang tua menginginkan jawaban dari pertanyaan sebagai berikut;
 Bagaimana keadaan anak waktu belajar di sekolah secara akademik, fisik, sosial dan
emosional?
 Sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah?
 Kemampuan/kompetensi apa yang sudah dan belum dikuasai dengan baik?
 Apa yang harus orangtua lakukan untuk membantu dan mengembangkan prestasi anak
lebih lanjut?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, informasi yang diberikan kepada orang tua
hendaknya;
 Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

 Menitikberatkan kekuatan dan apa yang telah dicapai anak.


 Memberikan perhatian pada pengembangan dan pembelajaran anak.
 Berkaitan erat dengan hasil belajar yang harus dicapai dalam kurikulum.
 Berisi informasi tentang tingkat pencapaian hasil belajar.
3) Rekap Nilai
Rekap nilai merupakan rekap kemajuan belajar peserta didik, yang berisi informasi
tentang pencapaian kompetensi peserta didik untuk setiap KD, dalam kurun waktu 1
semester. Rekap nilai diperlukan sebagai alat kontrol bagi guru tentang perkembangan hasil
belajar peserta didik, sehingga diketahui kapan peserta didik memerlukan remedial.
Nilai yang ditulis merupakan rekap nilai setiap KD dari setiap aspek penilaian. Nilai suatu
KD dapat diperoleh dari tes formatif, tes sumatif, hasil pengamatan selama proses
pembelajaran berlangsung, nilai tugas perseorangan maupun kelompok. Rata-rata nilai KD
dalam setiap aspek akan menjadi nilai pencapaian kompetensi untuk aspek yang
bersangkutan.
4) Rapor
Rapor adalah laporan kemajuan belajar peserta didik dalam kurun waktu satu semester.
Laporan prestasi mata pelajaran, berisi informasi tentang pencapaian kompetensi yang telah
ditetapkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Untuk model rapor, masing-masing
sekolah boleh menetapkan sendiri model rapor yang dikehendaki asalkan menggambarkan
pencapaian kompetensi peserta didik pada setiap matapelajaran yang diperoleh dari
ketuntasan kompetensi dasarnya.
Nilai pada rapor merupakan gambaran kemampuan peserta didik, karena itu kedudukan
atau bobot nilai harian tidak lebih kecil dari bobot nilai sumatif. Kompetensi yang diuji pada
penilaian sumatif berasal dari SK, KD dan indikator semester bersangkutan. Menurut
Permendiknas No 20 Tahun 2007, hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidika
disampaikan dalam bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran, disertai dengan
deskripsi kemajuan belajar.

D. Penentuan Kenaikan Kelas


Peserta didik dinyakan tidak naik kelas apabila: 1) memperoleh nilai kurang dari kategori baik
pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia 2) Jika peserta didik tidak menuntaskan
50 % atau lebih KD dan SK lebih dari 3 mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran
sampai pada batas akhir tahun ajaran, dan 3) Jika karena alasan yang kuat, misal karena
gangguan kesehatan fisik, emosi atau mental sehingga tidak mungkin berhasil dibantu mencapai
kompetensi yang ditargetkan.
Untuk memudahkan administrasi, peserta didik yang tidak naik kelas diharapkan mengulang
semua mata pelajaran beserta SK, KD, dan indikatornya dan sekolah mempertimbangkan mata
pelajaran, SK, KD, dan indikator yang telah tuntas pada tahun ajaran sebelumnya.
Apabila setiap anak bisa dibantu secara optimal sesuai dengan keperluannya mencapai
kompetensi tertentu, maka tidak perlu ada anak yang tidak naik kelas ( automatic promotion).
Automatic promotion apabila semua indikator, kompetensi dasar (KD), dan standar kompetensi
(SK) suatu mata pelajaran telah terpenuhi ketuntasannya, maka peserta didik dianggap layak naik
ke kelas berikutnya.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 53


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Latihan
Apakah pelaporan hasil belajar di sekolah Anda sudah sesuai dengan Permendiknas No 20 Tahun
2007? Bila belum, mengapa?

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Lorin W. (2003). Classroom assessment, enhancing the quality of teacher decision making.
Marwah: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
Anderson, O.W. dan Krathwohl, D. R. (2001). A taxonomy for learning, teaching, and assessing. New
York:
Bailey, D. Kenneth. 1982. Methods of Social Research (second edition). New York. The Free Press.
Brown, D.H. 2004. Language Assessment: Principles and Classroom Practices. White Plains, NY:
Pearson Education, Inc.
Cohen, Louis and Lawrence Manion. 1990. Research Methods in Education (third edition). London:
Routledge.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Djemari Mardapi. 2008. Teknik Penyususnan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra Cendekia
Johnson D.W. dan Johnson R.T. (2002). Meaningful assessment. Boston: Allyn and Bacon.
Kaufman, R. & Thomas, S. (1980). Evaluation without fear. New York: NewViewpoints.
Kemp, J.E., G.R. Morrison, M.R. Ross. 1991. Designing Effective Instruction. New York: Macmillan
College Publishing Company.
National Research Council (2000). The assessment of science meets the science of assessment.
Washington, D.C.: National Academy Press. Diambil pada tanggal 27 September 2002 dari
http://www.nap.edu
Phillips, J.J. (1991). Handbook of evaluation and measurement methods. Houston: Gulf Publishing
Company.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Model
Penilaian Kelas KTSP SMP/MTs.
Stufflebeam, D.L. dan Shinkfield, A.J. (1985). Systematic evaluation. Boston: Kluwer-Nijhoff
Publishing.
Tierney, R.J., M.A. Carter, dan L.E. Desai. 1991. Portfolio Assessment in the Reading-Writing
Classroom. Norwood, MA: Christopher-Gordon.
Tuckman, Bruce W. 1975. Measuring Educational Outcomes: Fundamentals of Testing . New York:
Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
________. 2007. Permendiknas No 20 tentang Standar Penilaian.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 54


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
SUPLEMEN MODUL ASESMEN KELAS

Proses asesmen dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasikan bermacam-macam teknik


asesmen dan mengambil keputusan tentang ketepatannya.

Proses asesmen mencakup3 kegiatan:


a. Demonstrasi kompetensiyang ditunjukkan siswa
b. Pengumpulan dan pencatatan bukti-bukti hasil demonstrasi kompetensi yang
ditunjukkan siswa
c. Penilaian secara menyeluruh demonstrasi kompetensi siswa berdasarkan bukti-bukti.

Asesmen ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran. Pelaksanaan asesmendapat
dilakukan saat awal, selama dan di akhir pembelajaran. Salah satu tugas guru adalah membuat
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

rencana asesmen dalam bentuk a) penilaian proses, b) portofolio, c) wawancara dan diskusi, serta d)
tes formatif/sumatif.Asesmen dilakukan oleh guru melalui bukti-bukti kegiatan yang dilakukan oleh
siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan data empirik yang diperoleh dari kelas melalui
teknik-teknik yang tepat seperti observasi, wawancara, dan evaluasi.

Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik dan terprogram menggunakan bentuk tes
atau non tes, bentuk soal tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap,
penilaian hasil karya (berupa tugas, proyek dan/atau produk), portofolio dan penilaian diri.

Berikut ini diberikan contoh membuatkisi-kisi penilaian berbasis pendidikan karakter, Lembar Kegiatan
Siswa, Lembar Penilaian (LP1, LP2, LP3, LP4, dan LP5) dalam bentuk pengamatan (daftar cek dan
skor),dilengkapi dengan rubrik kemajuan belajar pada mata pelajaran Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi Beton.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 55


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
CONTOH KISI-KISI LEMBAR PENILAIAN
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Kelas/semester : XI/1
Mata Pelajaran : Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Beton
Standar Kompetensi : Memasang Tulangan / Pembesian

No. Kompetensi Dasar Indikator Lembar Penilaian dan Butir Kunci Lembar
Soal Penilaian
3. Menempatkan dan 1. Kognitif
memasang tulangan Produk LKS
pada setiap elemen a. Menjelaskan simbol arah tulangan dan posisi pembesian LP1: Produk Kunci LP 1: Produk
struktur. pada gambar kerja. Butir 1, 2, 3 Butir 1, 2,3
b. Menjelaskan posisi pembesian pada pelat kantilever.
c. Menjelaskan posisi bidang geser pada gambar kerja.
Proses
a. Membedakan simbol arah tulangan dan posisi pembesian LP2: Kunci LP 2: Proses
pada gambar kerja dari pelat lantai satu arah dan dua Butir 4 Butir 4
arah.
2. Psikomotorik
a. Menggambar sketsa rangkaian pembesian pada pelat LP3: Kunci LP3:
lantai dengan ly/lx ≥ 2 (satu arah) dan ly/lx ≤ 2 (dua arah) Butir 5 Psikomotorik
Butir 5
3. Afektif
a. Mengembangkan perilaku karakter, meliputi jujur, peduli, LP4:perilaku karakter Sesuai rincian tugas
teliti, kedisiplinan, tidak bergurau, dan tanggungjawab Pengamatan perilaku berkarakter kinerja LP 4.
b. Mengembangkan keterampilan sosial, meliputi bertanya,
menjadi pendengar yang baik, menyumbang
ide/berpendapat, dan berkomunikasi dalam bekerja LP 5: Keterampilan Sosial Sesuai rincian tugas
kelompok. Pengamatan keterampilan sosial kinerja LP 5

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 56


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Contoh Lembar Kerja Siswa (LKS)

A. Soal Obyektif
1. Cocokkan dengan pilihan jawaban di samping
a
1. Besi tulangan
menghadap ke
b bawah
2. Besi tulangan
menghadap ke
c atas
3. Besi tulangan
d pada arah lx
4. Besi tulangan
pada arah ly
e

f
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

2. Manakah dari Gambar 1. berikut menunjukkan letak pembesian penahan momen pada balok
kantilever yang tepat?

a c

b d

Gambar 1. Konstruksi struktur kantilever

3. Pelat pada Gambar 2 mempunyai posisi bidang geser pada:


a. Arah lx = 1/5 lx c. Arah lx = 1/5 lx dan ly = 1/5 ly
b. Arah lx = 1/4 lx d. Arah lx = 1/4 lxArah ly = 1/4 ly
lx=1.800

ly=4.000

Gambar 2. Denah Penulangan Pelat Lantai

B. Soal Subyektif (Esay)


4. Gambar sketsa pelat satu arah dengan ly/lx ≥ 2 dari Gambar 2!

Kunci Soal LKS


A. 1. (a-1); (b-1); (c-4); (d-3); (e-1); (f-2)
2. c
3. d
B. 4. Sketsa pelat satu arah

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 57


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 3. Sketsa pelat satu arah

Contoh Lembar Penilaian Produk (LP1)

1. Lengkapi notasi pada Gambar 4. Penampang pelat berikut.

Gambar 4. Penampang pelat

pembesianlapangan ........ pembesiantumpuan ........


panjang pelat ........ tinggi pelat ........

Gambar 5. Denah Pelat

2. Gambarkan posisi bidang geser pada Gambar 5.berikut!


3. Lengkapi notasi pada pelat S1 Gambar 5. Denah pelat berikut!

Kunci LP1 Produk:


1. Notasi penampang pelat

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 58


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2. Bidang geser pada pelat dItunjukkan pada Gambar 6. berikut.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 6. Bidang geser pada pelat

3. Notasi pelat S1 ditunjukkan pada Gambar 7. berikut.

Gambar 7. Notasi pelat S1

Contoh Lembar Penilaian Proses (LP2)


Bedakan sistem pembesian pada pelat S1 dan S2 dari Gambar 5. Denah pelat!
Kunci LP2:
Kedua jenis pelat (Type S1 = pelat dua arah dan Type S2 = pelat satu arah) ditinjau dari arah dan
posisi pembesiannya, maka perbedaan terletak pada:
1. Perbandingan ly/lx. Bila dengan ly/lx ≥ 2 maka pembesian pada lapangan/tumpu arah x yang
akan menerima momen negatif (tarik), sedangkan bila l y/lx ≤ 2maka pembesian pada
lapangan/tumpu kedua arah menerima momen negatif.
2. Pembesian dua arah ly/lx ≤ 2menggunakan besi pembagi yang diperhitungkan, sedangkan
pada pelat satu arah biasanya diambil praktis ±20% dari luas penampang hasil perhitungan.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 59


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Contoh Lembar Penilaian Psikomotorik (LP3)
Diketahui Gambar 5. Denah pelat.
Sketsa Gambar Kerja dengan merangkai pembesian lengkap dengan simbolnya!

Kunci LP3:
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 8. Sketsa pelat S1 dan S2

Contoh Rubrik untuk Penilaian Kemajuan Belajar


Kriteria pemberian skor,
Dimensi : Kemajuan dan perkembangan siswa pada pembelajaran Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi Beton
Deskripsi : Siswa menunjukkan kemajuan dan perkembangan konsep Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi Beton dengan berbagai keterampilan. Kemajuan dan perkembangan konsep
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.

skor Deskripsi
Istimewa (4) Siswa menampilkan kinerja yang sangat baik, konsisten dan
terus berusaha meningkatkan kinerjanya.
Baik (3) Siswa menampilkan kinerja yang baik dan menunjukkan
peningkatan secara umum.
Cukup (2) Siswa menampilkan sedikit kinerja yang baik dan
menunjukkan beberapa ketidak-konsistenan.
Kurang (1) Kinerja siswa kurang baik dari waktu ke waktu atau kinerja
siswa benar-benar tidak konsisten
Sangat kurang Tidak ada upaya untuk menampilkan kemajuan dan
(0) pencapaian tujuan

LP4: Penilaian Pengamatan Perilaku Berkarakter


Nama/Kelompok : …………………………
Hari/tanggal : ............................
Materi Pembelajaran : ............................

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 60


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pengamatan Perilaku Berkarakter
Tujuan : Agar pembelajaran berpusat pada siswa berhasil, antara lain siswa
harus aktif dan saling membantu satu sama lain, terutama dalam
satu kelompok yang didasarkan pada kejujuran, kepedulian, dan
rasa tanggungjawab. Pengamatan ini akan memusatkan pada
bagaimana perilaku berkarakter siswa pada saat berada di kelas dan
di luar kelas/lapangan di dalam kelompok mereka.
Petunjuk : Amati untuk setiap perilaku berkarakter berikut ini selama pelajaran
berlangsung, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Beri
penilaian atas perilaku berkarakter siswa menggunakan skala
berikut.
Kriteria:
4 = Sangat baik
3 = Memuaskan
2 = Menunjukkan kemajuan
1 = Memerlukan perbaikan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Penilaian
No. Rincian Tugas Kinerja (RTK)
1 2 3 4
1. Kejujuran
2. Peduli
3. Teliti
4. Disiplin
5. Tidak bergurau
6. Tanggungjawab

LP5: Penilaian Pengamatan Keterampilan Sosial


Nama/Kelompok : …………………………
Hari/tanggal : ............................
Materi Pembelajaran : ............................

Pengamatan Keterampilan Sosial


Tujuan : Agar pembelajaran berpusat pada siswa berhasil, antara lain siswa harus
aktif dan saling membantu satu sama lain, terutama dalam satu kelompok.
Pengamatan ini akan memusatkan pada bagaimana perilaku siswa pada saat
berada di kelas dan di luar kelas/lapangan di dlaam kelompok mereka.
Petunjuk : Amati suatu kelas mulai dari pendahuluan sampai dengan penutup. Untuk
aktivitas 1 s.d. 5 amati seluruh kelas. Untuk aktivitas 6 s.d 8 amatilah setiap
kelompok di lapangan.

AKTIVITAS SISWA FREKUENSI/KETERANGAN


SAAT DI KELAS
1. Bertanya pada guru(ada berapa pertanyaan
yang muncul, bubuhkan toli)
2. Perilaku tidak relevan
(ada berapa perilaku yang tidak relevan,
bubuhkan toli)
3. Mendengarkan ceramah/penjelasan a. Sangat kondusif
guru(lingkari kondisi yang sesuai) b. Kondusif
c. Kurang kondusif
d. Sangat tidak kondusiF
4. Mencatat(lingkari kondisi yang sesuai) a. Semua rajin mencatat
b. Sebagian besar mencatat
c. Sebagian kecil mencatat
d. Tidak ada yang mencatat
5. Menyampaikan pendapat
(ada berapa pendapat, bubuhkan toli)

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 61


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
SAAT DI LAPANGAN
6. Membaca(berapa kali kelompok ini membaca
bareng, bubuhkan toli)
7. Mendiskusikan tugas(Berapa kali melakukan
diskusi, bubuhkan toli)
8. Kerjasama (Lingkari kondisi yang sesuai) a. Sangat kompak
b. Biasa
c. Kurang
d. Sangat kurang

D. Pengembangan Silabus dan RPP

1. Pengembangan Silabus

E. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 10
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah berhak mengarahkan, membimbing, dan
mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya, Pasal 11 Ayat (1) juga menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu
bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, wewenang Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pendidikan di
daerah menjadi semakin besar. Lahirnya kedua undang-undang tersebut menandai sistem baru dalam
penyelenggaraan pendidikan dari sistem yang cenderung sentralistik menjadi lebih desentralistik.
Selain itu dalam UU No 20 Tahun 2003 Pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang,
harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan
dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan
santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika
Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh
pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri
dan orang lain (soft skill). Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih
banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu
pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu didesentralisasikan terutama dalam
pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa,
keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan demikian, sekolah atau daerah memiliki
cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
Banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh daerah karena sebagian besar kebijakan yang
berkaitan dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan dilaksanakan oleh sekolah atau daerah.
Sekolah harus menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang terdiri dari tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan, dan silabus
dengan cara melakukan penjabaran dan penyesuaian Standar Isi yang ditetapkan dengan
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dan Standar Kompetensi Lulusan yang ditetapkan dengan
Permendiknas No. 23 Tahun 2006
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
dijelaskan:
a. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan
kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum
dan standar kompetensi lulusan di bawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang
bertangung jawab terhadap pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, serta Departemen
yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK ( Pasal
17 Ayat 2)

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 62


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b.Perencanan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanan pembelajaran yang
memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber
belajar, dan penilaian hasil belajar (Pasal 20)
Berdasarkan ketentuan di atas, daerah atau sekolah memiliki ruang gerak yang luas untuk
melakukan modifikasi dan mengembangkan variasi-variasi penyelengaraan pendidikan sesuai dengan
keadaan, potensi, dan kebutuhan daerah, serta kondisi siswa. Untuk keperluan di atas, perlu adanya
panduan pengembangan silabus untuk setiap mata pelajaran, agar daerah atau sekolah tidak
mengalami kesulitan.

F. Pengertian, Prinsip, Komponen, Pengembang dan Tahap-Tahap Silabus


1) Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema
tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber
belajar.
Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya berisikan Identitas Mata Pelajaran,
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), Materi Pokok/Pembelajaran, Kegiatan
Pembelajaran, Indikator, Penilaian, Alokasi Waktu, dan Sumber Belajar. Dengan demikian, silabus
pada dasarnya menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut.
a) Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang dirumuskan oleh Standar
Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar).
b) Materi Pokok/Pembelajaran apa saja yang perlu dibahas dan dipelajari peserta didik untuk
mencapai Standar Isi.
c) Kegiatan Pembelajaran apa yang seharusnya diskenariokan oleh guru sehingga peserta didik
mampu berinteraksi dengan sumber-sumber belajar.
d) Indikator apa saja yang harus dirumuskan untuk mengetahui ketercapaian KD dan SK.
e) Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan Indikator sebagai
acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai.
f) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar Isi tertentu.
g) Sumber Belajar apa yang dapat diberdayakan untuk mencapai Standar Isi tertentu.

2) Prinsip Pengembangan Silabus


a) Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan
dapat dipertangungjawabkan secara keilmuan.
b) Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai
dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
c) Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai
kompetensi.
d) Konsisten
Ada hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.
e) Memadai
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan
sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapain kompetensi dasar.
f) Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan sistem penilaian
memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata,
dan peristiwa yang terjadi.
g) Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik, pendidikan,
serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. Sementara itu,
materi ajar ditentukan berdasarkan dan atau memperhatikan kultur daerah masing-masing.
Hal ini dimaksudkan agar kehidupan peserta didik tidak tercerabut dari lingkungannya.
h) Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 63


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3) Pengembang Silabus
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru mata pelajaran secara mandiri atau
berkelompok dalam sebuah sekolah (MGMPS) atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP), dibawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Propinsi.
a) Sekolah dan Komite Sekolah
Pengembang silabus adalah sekolah bersama komite sekolah. Untuk menghasilkan silabus
yang bermutu, sekolah bersama komite sekolah dapat meminta bimbingan teknis dari
perguruan tinggi, LPMP, dan lembaga terkait seperti Balitbang Depdiknas.
b) Kelompok Sekolah
Apabila guru kelas atau guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan
pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat mengusahakan untuk
membentuk kelompok guru kelas atau guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus
yang akan dipergunakan oleh sekolah tersebut
c) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Beberapa sekolah atau sekolah-sekolah dalam sebuah yayasan dapat bergabung untuk
menyusun silabus. Hal ini dimungkinkankarena sekolah dan komite sekolah karena sesuatu
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

hal belum dapat melaksanakan penyusunan silabus. Kelompok sekolah ini juga dapat
meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, dan lembaga terkait seperti
Balitbang Depdiknas dalam menyusun silabus.
d) Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk
sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya masing-masing. Dalam
pengembangan silabus ini sekolah, kelompok kerja guru, atau dinas pendidikan dapat
meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, atau unit utama terkait yang ada di
Departemen Pendidikan Nasional.

G. Komponen silabus
Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen berikut ini.
1. Identitas silabus
2. Standar Kompetensi
3. Kompetensi Dasar
4. Indikator
5. Materi Pembelajaran
6. Kegiatan Pembelajaran
7. Penilaian
8. Alokasi waktu
9. Sumber BelajarKomponen-komponen silabus di atas, selanjutnya dapat disajikan dalam
contoh format silabus secara horisontal atau vertikal sebagai berikut.

H. Langkah-langkah Pengembangan Silabus


1) Mengisi identitas Silabus
Identitas terdiri dari nama sekolah, mata pelajaran, kelas, dan semester. Identitas silabus
ditulis di atas matriks silabus.

2) Menuliskan Standar Kompetensi


Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran
tertentu. Standar Kompetensi diambil dari Standar Isi Mata Pelajaran. Sebelum menuliskan Standar
Kompetensi, penyusun terlebih dahulu mengkaji Standar Isi mata pelajaran dengan memperhatikan
hal-hal berikut:
a) urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau SK dan KD;
b) keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
c) keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.

3) Menuliskan Kompetensi Dasar


Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta didik
dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu. Kompetensi dasar dipilih dari yang tercantum
dalam Standar Isi. Sebelum menentukan atau memilih Kompetensi Dasar, penyusun terlebih dahulu

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 64


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a) urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan Kompetensi
Dasar;
b) keterkaitan antar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam mata pelajaran; dan
c) keterkaitan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar antarmata pelajaran.

4) Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran


Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran harus dipertimbangkan:
a) potensi peserta didik
b) relevansi materi pokok dengan SK dan KD;
c) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual
d) peserta didik;
e) kebermanfaatan bagi peserta didik;
f) struktur keilmuan;
g) kedalaman dan keluasan materi;
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

h) relevansi dengan kebutuhan peseta didik dan tuntutan lingkungan;


i) alokasi waktu.

Selain itu harus diperhatikan:


a) kesahihan (validity): materi memang benar-benar teruji kebenaran dan
b) kesahihannya;
c) tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan memang benar-benar diperlukan
oleh siswa diperlukan oleh siswa;
d) kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan dasar-dasar pengetahuan dan
keterampilan pada jenjang berikutnya;
e) layak dipelajari (learnability): materi layak dipelajari baik dari aspek tingkat kesulitan maupun
aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat;
f) menarik minat (interest): materinya menarik minat siswa dan memotivasinya untuk
mempelajari lebih lanjut.

5) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran


Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan
proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan,
dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran yang
dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan
berpusat pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai
peserta didik.
Kriteria dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
a) Kegiatan pembelajaran disusun bertujuan untuk memberikan bantuan kepada para pendidik,
khususnya guru, agar mereka dapat bekerja dan melaksanakan proses pembelajaran secara
profesional sesuai dengan tuntutan kurikulum.
b) Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi dasar secara utuh.
c) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa secara
berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
d) Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered). Guru harus selalu berpikir
kegiatan apa yang bisa dilakukan agar siswa memiliki kompetensi yang telah ditetapkan.
e) Materi kegiatan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, sikap (termasuk karakter yang
sesuai), dan keterampilan yang sesuai dengan KD.
f) Perumusan kegiatan pembelajaran harus jelas memuat materi yang harus dikuasai untuk
mencapai Kompetensi Dasar.
g) Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep mata pelajaran.
h) Pembelajaran bersifat spiral (terjadi pengulangan-pengulangan pembelajaran materi tertentu).
i) Rumusan pernyataan dalam Kegiatan Pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri
yang mencerminkan pengelolaan kegiatan pembeljaran siswa, yaitu kegiatan dan objek belajar.

Pemilihan kegiatan pembelajaran mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:


a) memberikan peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan sendiri
pengetahuan, di bawah bimbingan guru;

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 65


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b) mencerminkan ciri khas dalam pengembangan kemampuan mata pelajaran;
c) disesuaikan dengan kemampuan siswa, sumber belajar dan sarana yang tersedia;
d) bervariasi dengan mengombinasikan kegiatan individu/perorangan, berpasangan, kelompok,
dan klasikal; dan
e) memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa seperti: bakat, minat,
kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-ekomomi, dan budaya, serta masalah khusus yang
dihadapi siswa yang bersangkutan.

6) Merumuskan Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang
dapat diukur mencakup ranah atau dimensi pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan
sikap (afektif). Ranah kognitif meliputi pemahaman dan pengembangan keterampilan intelektual,
dengan tingkatan: ingatan, pemahaman, penerapan/aplikasi, analisis, evaluasi, dan kreasi. Indikator
kognitif dapat dipilah menjadi indikator produk dan proses. Ranah psikomotorik berhubungan dengan
gerakan sengaja yang dikendalikan oleh aktivitas otak, umumnya berupa keterampilan yang
memerlukan koordinasi otak dengan beberapa otot. Ranah afektif meliputi aspek-aspek yang
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

berkaitan dengan hal-hal emosional seperti perasaan, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap.
Ranah afektif terentang mulai dari penerimaan terhadap fenomena, tanggapan terhadaap fenomena,
penilaian, organisasi, dan internalisasi atau karakterisasi. Berkaitan dengan hal ini, maka karakter
merupakan bagian dari indikator pada ranah afektif.
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang
dapat diukur mencakup sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Untuk mengembangkan instrumen
penilaian, terlebih dahulu diperhatikan indikator. Oleh karena itu, di dalam penentuan indikator
diperlukan kriteria-kriteria berikut ini.
Kriteria indikator adalah sebagai berikut.
a) Setiap KD dikembangkan menjadi beberapa indikator (lebih dari dua)
b) Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan/atau diobservasi
c) Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan kata kerja dalam KD
maupun SK
d) Prinsip pengembangan indikator adalah sesuai dengan kepentingan (Urgensi), kesinambungan
(Kontinuitas), kesesuaian (Relevansi) dan Kontekstual
e) Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku, dan lain-lain untuk
pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara
konsisten.
f) Sesuai tingkat perkembangan berpikir siswa.
g) Berkaitan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
h) Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skills).
i) Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh (kognitif, afektif, dan
psikomotor).
j) Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan.
k) Dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati.
l) Menggunakan kata kerja operasional.

7) Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan
proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan untuk menentukan tingkat
keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah ditentukan. Penilaian pencapaian kompetensi dasar
peserta didik dilakukan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan mencakup tiga ranah (kognitif,
psikomotor dan afektif). Perkembangan karakter peserta didik dapat dilihat pada saat melakukan
penilaian ranah afektif.. Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat tiga komponen penting, yang
meliputi: (a) teknik penilaian, (b) bentuk instrumen, dan (c) contoh instrumen.

I. Teknik Penilaian
Teknik penilaian adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh informasi mengenai
proses dan produk yang dihasilkan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Ada beberapa
teknik yang dapat dilakukan dalam rangka penilaian ini, yang secara garis besar dapat dikategorikan
sebagai teknik tes dan teknik nontes. Penggunaan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 66


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan
portofolio, dan penilaian diri.
Dalam melaksanakan penilaian, penyusun silabus perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut
ini.
(1) Pemilihan jenis penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang akan dinilai sehingga
memudahkan dalam penyusunan soal.
(2) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator.
(3) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan siswa
setelah siswa mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi
seseorang terhadap kelompoknya.
(4) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam
arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi
dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
(5) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Pada bagian indikator yang belum
tuntas perlu dilakukan kegiatan remidi.
(6) Penilaian dilakukan untuk menyeimbangkan berbagai aspek pembelajaran: kognitif, afektif,
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

dan psikomotor dengan menggunakan berbagai model penilaian, baik formal maupun
nonformal secara berkesinambungan.
(7) Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan dan penggunaan informasi tentang hasil
belajar siswa dengan menerapkan prinsip berkelanjutan, bukti-bukti outentik, akurat, dan
konsisten sebagai akuntabilitas publik.
(8) Penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang
dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai
disertai dengan peta kemajuan hasil belajar siswa.
(9) Penilaian berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator. Dengan
demikian, hasilnya akan memberikan gambaran mengenai perkembangan pencapaian
kompetensi.
(10) Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan dilakukan terus menerus) guna
mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan penguasaan kompetensi
siswa, baik sebagai efek langsung (main effect) maupun efek pengiring (nurturant effect)
dari proses pembelajaran.
(11) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang ditempuh dalam
proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas
observasi lapangan, penilaian harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses)
misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil dengan melakukan observasi lapangan
yang berupa informasi yang dibutuhkan.

J. Bentuk Instrumen
Bentuk instrumen yang dipilih harus sesuai dengan teknik penilaiannya. Berikut ini disajikan
ragam teknik penilaian beserta bentuk instrumen yang dapat digunakan.
Tabel 1. Ragam Teknik Penilaian beserta Ragam Bentuk Instrumennya
Teknik Bentuk Instrumen
 Tes tulis  Tes isian
 Tes uraian
 Tes pilihan ganda
 Tes menjodohkan
 Dll.
 Tes lisan  Daftar pertanyaan
 Tes unjuk kerja  Tes identifikasi
 Tes simulasi
 Uji petik kerja produk
 Uji petik kerja prosedur
 Uji petik kerja prosedur dan produ
 Penugasan  Tugas proyek
 Tugas rumah
 Observasi  Lembar observasi
 Wawancara  Pedoman wawancara
 Portofolio  Dokumen pekerjaan, karya, dan/atau prestasi siswa
 Penilaian diri  Lembar penilaian diri

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 67


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
K. Contoh Instrumen
Setelah ditetapkan bentuk instrumennya, selanjutnya dibuat contohnya. Contoh instrumen
dapat dituliskan di dalam kolom matriks silabus yang tersedia. Namun, apabila dipandang hal itu
menyulitkan karena kolom yang tersedia tidak mencukupi, selanjutnya contoh instrumen penilaian
diletakkan di dalam lampiran.

8) Menentukan Alokasi Waktu


Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian suatu Kompetensi
Dasar tertentu, dengan memperhatikan:
1) minggu efektif per semester,
2) alokasi waktu mata pelajaran per minggu, dan
3) jumlah kompetensi per semester.
Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk
menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

9) Menentukan Sumber Belajar


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran,
yang dapat berupa: buku teks, media cetak, media elektronika, nara sumber, lingkungan alam sekitar,
dan sebagainya.

L. Contoh Format Silabus.


Dengan memperhatikan langkah-langkah pengembangan silabus dan komponen-komponen
yang terdapat dalam silabus, berikut ini diberikan beberapa contoh format silabus.

Format 1: Horizontal
SILABUS

Nama Sekolah : ........


Mata Pelajaran : .........
Kelas / Semester : .........
Standar Kompetensi: 1. ........

Kompe- Materi Kegiatan Indikator Penilaian Alokasi Sumber


tensi pokok/ Pembela- Teknik Bentuk Contoh Waktu Belajar
Dasar Pembela- Jaran Instrumen Instrumen
jaran

Format 2: Vertikal

SILABUS

Nama Sekolah : ...............


Mata Pelajaran : ...............
Kelas / semester : ...............
1. Standar Kompetensi : ..............
2. Kompetensi Dasar : ..............
3. Materi Pokok/Pembelajaran : ..............
4. Kegiatan Pembelajaran : ..............
5. Indikator : ..............
6. Penilaian : ..............
7. Alokasi Waktu : ..............
8. Sumber Belajar : ..............

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 68


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Catatan:
 Kegiatan Pembelajaran adalah kegiatan-kegiatan spesifik yang dilakukan siswa untuk
mencapai SK dan KD
 Alokasi waktu, termasuk alokasi penilaian yang terintegrasi dengan pembelajaran
 Sumber belajar dapat berupa buku teks, alat, bahan, nara sumber, atau lainnya.

2. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

a. Latar Belakang
Dalam rangka mengimplementasikan program pembelajaran yang sudah dituangkan di dalam
silabus, guru harus menyusun sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP ini merupakan
pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, di laboratorium, dan/atau di
lapangan untuk setiap Kompetensi Dasar. Oleh karena itu, RPP harus memuat hal-hal yang langsung
berkait erat dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya penguasaan satu Kompetensi Dasar.
Landasan yang digunakan dalam penyusunan RPP adalah Peraturan Pemerintah Nomor
19/2005 Pasal 20, yang berbunyi: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi


pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Dengan demikian,
dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan Standar Kompetensi yang memayungi Kompetensi
Dasar dan indikator ketercapaian KD. Secara terinci RPP minimal harus memuat Tujuan
Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian.

b. Pengertian dan Prinsip Pengembangan RPP


1) Pengertian RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur
dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup
1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali
pertemuan atau lebih.
Khusus untuk RPP Tematik, pengertian satu KD adalah satu KD untuk setiap mata pelajaran.
Maksudnya, dalam menyusun RPP Tematik, guru harus mengembangkan tema berdasarkan satu KD
yang terdapat dalam setiap mata pelajaran yang dianggap relevan.

2) Prinsip-prinsip Pengembangan RPP


Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP dapat dijelaskan sebagai
berikut.
a) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat
intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar,
kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau
lingkungan peserta didik.
b) Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong
motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.
c) Mengembangkan budaya membaca dan menulis
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman
beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
d) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan
remedi.
e) Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan
sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan
mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek
belajar, dan keragaman budaya.
f) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan memper-timbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi
secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 69


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
c. Pengembang RPP
Dalam silabus, yang bertanggung jawab untuk menyusunnya adalah sejumlah guru mata
pelajaran tertentu yang ada di satu sekolah. Jadi, jika terdapat empat guru matematika dalam satu
sekolah maka yang bertanggung jawab menyusun silabus adalah keempat guru tersebut. Selanjutnya,
yang bertanggung jawab dalam menyusun RPP adalah guru mata pelajaran tertentu secara individu,
di bawah koordinasi Kepala Sekolah atau MGMP. Oleh karena itu, setiap guru secara individu dituntut
untuk memiliki kemampuan atau kompetensi dalam menyusun atau mengembangkan RPP.

d. Komponen/Sistematika dan Langkah-langkah Pengembangan RPP


1. Komponen/Sistematika RPP
RPP memuat komponen yang terdiri atas:
Identitas, terdiri atas:
Sekolah :
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Alokasi Waktu :
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Standar Kompetensi:
Kompetensi Dasar :
Indikator :
Kognitif
Psikomotor
Afektif (termask perilaku berkarakter)
A. Tujuan Pembelajaran
Kognitif
Psikomotor
Afektif
B. Materi Pembelajaran
C. Metode Pembelajaran
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran (menunjukkan / mengeksplisitkan bentuk-bentuk
perilaku berkarakter dalam setiap langkah)
Pertemuan Kesatu:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (…menit)
Pertemuan Kedua:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (…menit)
E. Media/Alat/Sumber Belajar
a) Media
b) Alat/Bahan
c) Sumber Belajar
F. Penilaian
1. Jenis/teknik penilaian (harus dibedakan untuk ranah kognitif, psikomotor, dan afektif)
2. Bentuk instrumen dan instrumen (disertai kunci jawaban atau rambu-rambu jawaban
3. Pedoman penskoran (untuk penilaian ranah afektif digunakan lembar observasi/lembar
pengamatan)

2. Langkah-langkah Pengembangan/Penyusunan RPP


a. Mencantumkan identitas
Identitas meliputi: Sekolah, Kelas/Semester, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar,
Indikator, Alokasi Waktu.
b. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran memuat penguasaan kompetensi yang bersifat operasional yang
ditargetkan/dicapai dalam RPP. Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan mengacu pada
rumusan yang terdapat dalam indikator, dalam bentuk pernyataan yang operasional. Dengan
demikian, jumlah rumusan tujuan pembelajaran dapat sama atau lebih banyak dari pada
indikator.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 70


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Mengapa guru harus merumuskan Tujuan Pembelajaran? dalam hal ini terdapat
beberapa alasan, yaitu: (a) agar mereka dapat melakukan pemilihan materi, metode, media,
dan urutan kegiatan; (b) agar mereka memiliki komitmen untuk menciptakan lingkungan
belajar sehingga tujuan tercapai; dan (c) membantu mereka dalam menjamin evaluasi yang
benar. Guru tidak akan tahu apakah siswanya telah mencapai sebuah tujuan kecuali guru itu
mutlak yakin apa tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan pembelajaran mengandung unsur audience (A), behavior (B), condition (C), dan
degre (D). Audience (A) adalah peserta didik yang menjadi subyek tujuan pembelajaran
tersebut. Behavior (B) merupakan kata kerja yang mendeskripsikan kemampuan audience
setelah pembelajaran. Kata kerja ini merupakan jantung dari rumusan tujuan pembelajaran
dan HARUS terukur. Condition (C) merupakan situasi pada saat tujuan tersebut diselesaikan.
Degree (D) merupakan standar yang harus dicapai oleh audience sehingga dapat dinyatakan
telah mencapai tujuan. Perhatikan contoh tujuan pembelajaran berikut ini:
Diperdengarkan sebuah cerita rakyat, siswa dapat mengidentifikasikan paling sedikit
lima unsur cerita dengan benar. Berdasarkan contoh tersebut, maka A: siswa, B:
mengidentifikasikan unsur cerita, C: diperdengarkan sebuah cerita rakyat, D: lima unsur cerita
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

(dari enam unsur) dengan benar.


c. Mencantumkan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Yang harus diketahui adalah bahwa materi dalam RPP merupakan pengembangan dari materi
pokok yang terdapat dalam silabus. Oleh karena itu, materi pembelajaran dalam RPP harus
dikembangkan secara terinci bahkan jika perlu guru dapat mengembangkannya menjadi Buku
Siswa.
d. Mencantumkan Model/Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai
model atau pendekatan pembelajaran. Penetapan ini diambil bergantung pada karakteristik
pendekatan dan atau strategi yang dipilih. Selain itu, pemilihan metode/pendekatan
bergantung pada jenis materi yang akan diajarkan kepada peserta didik. Ingatlah, tidak ada
satu metode pun yang dapat digunakan untuk mengajarkan semua materi.
e. Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Untuk mencapai satu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap
pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat pendahuluan/kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup, dan masing-masing disertai alokasi waktu yang
dibutuhkan. Akan tetapi, dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan
karakteristik model yang dipilih, menggunakan sintaks yang sesuai dengan modelnya. Selain
itu, apabila kegiatan disiapkan untuk lebih dari satu kali pertemuan, hendaknya diperjelas
pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2 atau ke-3 nya (lihat contoh komponen/sistematika RPP).
f. Mencantumkan Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang terdapat dalam silabus. Jika
memungkinkan, dalam satu perencanaan disiapkan media, alat/bahan, dan sumber belajar.
Apabila ketiga aspek ini dipenuhi maka penyusun harus mengeksplisitkan secara jelas: a)
media, b) alat/bahan, dan c) sumber belajar yang digunakan. Oleh karena itu, guru harus
memahami secara benar pengertian media, alat, bahan, dan sumber belajar (lihat contoh
komponen/sistematika RPP).
g. Mencantumkan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas jenis/teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrument yang
digunakan untuk mengukur ketercapaian indikator dan tujuan pembelajaran. dalam sajiannya
dapat dituangkan dalam bentuk matriks horisontal maupun vertikal. Dalam penilaian
hendaknya dicantumkan: teknik/jenis, bentuk instrumen dan insrumen, kunci jawaban/rambu-
rambu jawaban dan pedoman penskorannya (lihat contoh komponen/sistematika RPP).

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 71


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
e. Contoh Format RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Mata Pelajaran : …………
Kelas / Semester : …………
Pertemuan ke- : ...............
Alokasi Waktu : ...............
Standar Kompetensi : ...............
Kompetensi Dasar : ...............
Indikator : ...............
I. Tujuan Pembelajaran : ...............
II. Materi Ajar : ...............
III. Metode Pembelajaran : ...............
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal : ..........
B. Kegiatan Inti : ..........
C. Kegiatan Akhir : ..........
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

V. Alat/Bahan/Sumber Belajar : .............


VI. Penilaian : .............

3. Pengembangan Silabus Dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

A. Latar Belakang
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas I, II, dan III berada pada rentangan usia
dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan
berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu
sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara
sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang
dialami secara langsung. Oleh sebab itu sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih
melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistik) tersebut, pembelajaran yang menyajikan
mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir
holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik
Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam
Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yakni kelas I, II, dan
III lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik.
Landasan psikologis: dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi
perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama
dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat
keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar
memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan
kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
Landasan yuridis: dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau
peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis
tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap
anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan
tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V
Pasal 1-b).

B. Pengertian dan Prinsip Pembelajaran Tematik, dan Tahap-Tahap Pengembangan


Silabus dan RPP Tematik
1) Pengertian
Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada
siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan
(Poerwadarminta, 1983).
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 72


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
a) Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan
pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar
sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-
kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
b) Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct
experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata
(konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
c) Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.
Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan
dengan kehidupan siswa.
d) Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
e) Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar
dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan
kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
f) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat
dan kebutuhannya.
g) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

2) Prinsip Pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Tematik
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema
tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber
belajar. Berdasar pada pengertian tersebut, silabus menjawab pertanyaan: (a) Apa kompetensi yang
harus dikuasai siswa?, (b) Bagaimana cara mencapainya?, dan (c) Bagaimana cara mengetahui
pencapaiannya?
Prinsip pengembangan silabus tematik, sama dengan prinsip pengembangan silabus secara
umum, yakni (a) ilmiah, (b) relevan, (c) sistematis, (d) konsisten, (e) memadai, (f) aktual, (g)
fleksibel, dan (h) menyeluruh. (Uraian lebih lanjut lihat subbab A).
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tematik, adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai beberapa kompetensi dasar dari
beberapa mata pelajaran yang dipayungi dalam satu tema. Lingkup Rencana Pembelajaran tematik
mencakup beberapa materi pelajaran di SD antara lain Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, PKN.
Setiap satu RPP memuat 1 (satu) kompetensi dasar dari tiap mata pelajaran yang dipadukan yang
masing-masing mata pelajaran terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali
pertemuan atau lebih.
Prinsip pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tematik sama dengan
prinsip pengembangan RPP secara umum (lihat subbab II).

Rambu-Rambu
a) Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan
b) Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
c) Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan.
Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.
d) Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik
melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.
e) Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung
serta penanaman nilai-nilai moral dan perilaku berkarakter.
f) Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan
daerah setempat

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 73


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3) Tahap-Tahap Pengembangan Silabus dan RPP Tematik
Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap
perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema,
pengembangan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.

C. Tahap Pengembangan Silabus RPP


Dalam pelaksanaan pengembangan silabus tematik, langkah yang harus dilakukan, adalah
(1) menentukan tema (2) memetakan kompetensi dasar, (3) mengembangkan jaringan tema,(3)
mengembangan silabus dan (4) penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.

1. Menentukan tema
Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:
a. Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:
b. Dari yang termudah menuju yang sulit
c. Dari yang sederhana menuju yang kompleks
d. Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

e. Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa
f. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat,
kebutuhan, dan kemampuannya.

2. Pemetaan Kompetensi Dasar


Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh
semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang
dipadukan dalam tema yang dipilih.

3. Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator Melakukan


Kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke
dalam indikator. Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik
b. Indikator dikembangkan sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir peserta didik
c. Berkaitan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
d. Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skill)
e. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
f. Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh (kognitif, psikomotorik,
dan afektif).
g. Indikator dikembangkan meliputi kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), dan
afektif (sikap) yang terdiri atas perilaku berkarakter dan keterampilan sosial.
h. Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau dapat diamati.

4. Identifikasi dan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan Indikator


Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan
indikator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator terbagi habis.

5. Menetapkan Jaringan Tema


Membuat jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema
pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan
indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi
waktu setiap tema.

6. Menyusunan Silabus
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar
dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, pengalaman belajar, alat/sumber, dan penilaian.

7. Penyusunan Rencana Pembelajaran


Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran. Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang
telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 74


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
a. Identitas mata pelajaran
1) Nama sekolah,
2) Tema (tema yang digunakan untuk memadukan mata pelajaran)
3) Nama mata pelajaran yang akan dipadukan
4) Kelas/ semester,
5) Alokasi waktu,
6) Waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
b. Standar Kompetensi : ditulis sesuai standar kompetensi dari beberapa mata pelajaran yang
dipadukan.
c. Kompetensi dasar : ditulis sesuai kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang
dipadukan ( masing-masing mata pelajaran hanya satu KD)
d. Indikator yang akan dilaksanakan( dijabarkan dari KD mata pelajaran yang dipadukan)
e. Materi Pembelajaran beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai
kompetensi dasar dan indikator.
f. Metode pembelajaran/Model Pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar
untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan
pembukaan, inti dan penutup).
g. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta
sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai.
h. Penilaian
Pada pembelajaran tematik penilaian dilakukan untuk mengkaji ketercapaian Kompetensi
Dasar dan Indikator pada tiap-tiap mata pelajaran yang terdapat pada tema tersebut. Dengan
demikian penilaian dalam tematik tidak lagi terpadu melalui tema, melainkan sudah terpisah-pisah
sesuai dengan Kompetensi Dasar, Hasil Belajar dan Indikator mata pelajaran.

LATIHAN
1. Komponen-komponen dalam silabus harus saling berhubungan secara fungsional dalam rangka
mencapai kompetensi tertentu. Pernyataan tersebut merupakan prinsip pengembangan silabus:
A. ilmiah
B. relevan
C. sistematis
D. Aktual dan kontekstual
2. Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan sistem penilaian perlu
memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata.
Pernyataan tersebut merupakan prinsip pengembangan silabus:
A. ilmiah
B. relevan
C. sistematis
D. aktual dan kontekstual
2. Koordinator dan supervisor pengembangan silabus dilakukan oleh ...
A. kepala sekolah
B. Ketua KKG
C. KKKS
D. Dinas Pendidikan
3. Untuk mengimplementasikan program pembelajaran yang tertuang dalam silabus, guru
mengembangkan ....
A. RPP
B. Media pembelajaran
C. Bahan pembelajaran
D. Penilaian pembelajaran
4. Rumusan tujuan pembelajaran yang tepat adalah ....
A. Siswa dapat menunjukkan ibu kota Provinsi Jawa Timur.
B. Ditampilkan peta siswa dapat menunjukkan ibu kota Provinsi Jawa Timur.
C. Ditampilkan peta Pulau Jawa siswa dapat menunjukkan ibu kota Provinsi Jawa Timur.
D. Ditampilkan peta Pulau Jawa siswa dapat menunjukkan ibu kota Provinsi Jawa Timur
dalam waktu 5 menit.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 75


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
5. Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik, pendidikan, serta
dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. Pernyataan tersebut
menyatakan prinsip pengembangan silabus ....
A. Ilmiah
B. fleksibel
C. sistematis
D. Aktual dan kontekstual
6. Rumusan tujuan pembelajaran yang tepat adalah ....
A. Melalui diskusi siswa dapat mengidentifikasi kegiatan yang berupa tarikan atau dorongan
dengan tepat.
B. Diberikan gambar, siswa dapat mengidentifikasi kegiatan yang berupa tarikan atau dorongan
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
C. Siswa dapat mengidentifikasi kegiatan yang berupa tarikan atau dorongan sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan.
D. Setelah pembelajaran selesai siswa dapat mengidentifikasi kegiatan yang berupa tarikan atau
dorongan dengan tepat.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

7. Kegiatan pembelajaran dalam Silabus memuat kegiatan yang berfokus pada ....
A. kegiatan siswa
B. kegiatan guru
C. kegiatan siswa dan guru
D. pengalaman guru
8. Berikut ini merupakan prinsip pengembangan indikator, KECUALI....
A. sesuai dengan SK dan KD
B. menggunakan kata kerja operasional yang terukur
C. memperhatikan tingkat perkembangan berpikir siswa
D. kata kerja operasionalnya lebih tinggi dari kata kerja dalam SK/KD
9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai ....
A. satu SK
B. satu KD
C. satu tujuan
D. satu indikator

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kerangka Dasara dan Struktur Lurikulum


Depdikbud. 2006. Permen no. 22 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah: Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta:BNSP.
Dworetzky. Johan, Piaget. 1990. Introduction to Child Development. St. Paul :West Publishing
Company
Pusat Kurikulum. 2006. Pembelajaran Tematik. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pendidikan Nasional
................................... Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No, 22 Tahun
2006 Tanggal 23 Mei 2006 Tentang Standar Isi
................................... Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 23 Tahun
2006 Tanggal 23 Mei 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
................................... Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 23 Tahun
2006 Tanggal 24 Mei 2006dan No. 6 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Standar Isi
dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
................................... Pengembangan Silabus, Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
................................... Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
................................... Model Penilaian Berbasis Kelas Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan SMP/MTs, Pusat Kurikulum Balitbang.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 76


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Contoh: SILABUS

Satuan Pendidikan : SMKN Bojonegoro


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Mata Pelajaran : Kusen,daun pintu dan jendela


Kelas /Semester : XII/1
Pertemuan Ke- : 4(4 jam a 45 menit)
STANDAR KOMPETENSI: 10. Membuat kusen daun pintu dan jendela

ALOKASI
KOMPETENSI MATERI KEGIATAN WAKTU SUMBER
INDIKATOR PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
10. 4. Merakit A.Indikator Kognitif  Ku sen  Ceramah Penjelasan  Tanya jawab 4 12  AG Tamrin.
bagian- 1. Indikator Produk  Komponen ranka pemahaman kusen Mengacu pada (24) Ilmu Teknik
bagian a. Menjelaskan komponen kosen dibuat kosen  Demosntrasi LP1, LP2 konstruksi
komponen sesuai gambar kerja  Komponen Kusen menunjukkan danLP.3 bangunan
kusen, daun b. Menjelaskan sambungan rangka kusen,  Sistem perakitan bagian-baian  Pengamatan Gedung jilid 2.
pintu dan yang digunakan sesuai gambar kerja komponen kusen kerangka kusen karakter LP.4 SMK. Depen
jendela kayu 2. Indikator Proses  Penjelsan komponen dan  Nur, Muhamad,
a. Mengidentifikasi pekerjaan persiapan kusen LP 5 dkk. 2008.
perakitan rangka kosen kayu, berdasarkan  Melaksanakan Model
gambar kerja perakitan bagian- Pembelajaran
b. Menganalisis komponen kosen bagian komponen Langsung
B. Indikator Psikomotor kusen, daun pintu, Surabaya: PSMS
a. Menjelaskan kedepan pengecekan dan jendela. UNESA
rangkaian kusen untuk menjamin kusen  Menggunakan  Hand out
tidak berubah bentuk. peralatan dan Sambungan Pen
b. Menjelaskan kedepan cara meratakan di perlengkapan
bagian sambungan. perakitan sesuai
C. Indikator Afektif dengan jenis dan
1. Mengembangkan perilaku berkarakter spesipikasi
Tanggungjawab, Peduli, Bersikap positip, pekerjaan.
Bekerjasama/bersikap terbuka,
Disiplin/tangguh Jujur, Percaya diri
2. Mengembangkan berketrampilan sosial
Mendengarkan (menerima) , Bertanya,
Menyampaikan ide menghargai,
Mendiskusikan tugas/aktif berpatisipasi,
Berkomunikasi

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 77


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMKN Bojonegoro


Mata Pelajaran : Kusen,daun pintu dan jendela
Kelas /Semester : XII/1
Pertemuan Ke- : 4
Alokasi Waktu : 4 jam a 45 menit (180 menit)

I. STANDAR KOMPETENSI: 10. Membuat kusen daun pintu dan jendela


II. KOMPETENSI DASAR:
10.1 Merakit bagian-bagian kusen
III. INDIKATOR
A. Indikator Kognitif
1. Indikator Produk
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

a. Menjelaskan komponen kosen dibuat sesuai gambar kerja


b. Menjelaskan Sambungan antar komponen rangka kusen, yang digunakan sesuai
gambar kerja
2. Indikator Proses
a. Mengidentifikasi pekerjaan persiapan perakitan rangka kosen kayu, berdasarkan
gambar kerja dan spesifikasi.
b. Menganalisis komponen kosen
B. Indikator Psikomotor
a. Menjelaskan kedepan pengecekan rangkaian kusen tentang ukuran dan kesikuannya,
kemudian diberi pengaku-pengaku diagonal untuk menjamin kusen tidak berubah
bentuk.
b. Menjelaskan kedepan cara meratakan sisi samping kusen diketam untuk menjamin
kerataan permukaan terutama di bagian sambungan.
C. Indikator Afektif
1. Mengembangkan perilaku berkarakter
Tanggungjawab, Peduli, Bersikap positip, Bekerjasama/bersikap terbuka, Disiplin/tangguh
Jujur, Percaya diri
2. Mengembangkan berketrampilan sosial
Mendengarkan (menerima) , Bertanya, Menyampaikan ide menghargai, Mendiskusikan
tugas/aktif berpatisipasi, Berkomunikasi

IV. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Kognitif
1. Produk
a. Dengan menutup buku siswa dapat menjawab 80 % dari pertanyaan secara
umpanbalik dari fungsi, bahan, yang memproduksi, sifat keawetan dari bahan kusen,
ukuran kayu dan penampang yang digunakan untuk jendela.
b. 1) Dengan diberi pemahaman siswa dapat menggambarkan sket model kosen
kedepan sesuai yang ada dalam buku ajar
2) Dengan ditunjukkan model kosen siswa dapat menjawab 80 % dari komponen-
komponen kosen secara bergantian.
3) Dengan ditunjukkan model kosen siswa dapat menjawab 80 % dari fungsi
komponen-komponen kosen secara bergantian.
c. 1) Dengan ditunjukkan gambar kosen siswa dapat menjelaskan Sambungan antara
komp. rangka kusen, sesuai kunci jawaban
2) Menentukan Sistem sambungan dibuat pada masing-masing komponen rangka
kayu sesuai dengan gambar kerja
2. Proses
Diberikan tugas membaca dan menggaris bawahi dan membuka kembali tentang
sambungan kayu pen dan pemahan tentang kosen (sebagai tugas pembelajaran
sebelumnya hal 130-136) :
a. Siswa dapat menentukan sistem sambungan yang digunakan pada komponen rangka
kosen kayu sesuai dengan gambar kerja

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 78


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b. Siswa dapat mengidentifikasi pekerjaan persiapan perakitan rangka kosen kayu,
berdasarkan gambar kerja dan spesifikasi.
c. Siswa dapat menganalisis komponen kosen
B. Psikomotor.
Dengan diberi model kusen/gambar komponen kosen, 80 % siswa dapat
menjelaskan/menerangkan/ mendemostrasikan ke depan tentang:
a. Menjelaskan kedepan penyambungan antar komponen rangka kusen dimatikan dengan
paku/sekrup/pasak, lem sesuai dengan spesifikasi.
b. Menjelaskan kedepan pengecekan rangkaian kusen tentang ukuran dan kesikuannya,
kemudian diberi pengaku-pengaku diagonal untuk menjamin kusen tidak berubah
bentuk.
c. Menjelaskan kedepan cara meratakan sisi samping kusen diketam untuk menjamin
kerataan permukaan terutama di bagian sambungan.
C. Indikator Afektif
1. Ketrampilan Karakter, diharapakan pada saat KBM siswa mempunyai kemampuan
berkarakter , sesuai pengamatan dalam LP.4
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

a. Pada saat guru menjelaskan siswa mendengarkan dengan sopan, tidak ramai,
berkomunikasi dengan baik.
b. Pada saat menjawab pertanyaan siswa jujur , berani, penuh tanggung jawab,
terbuka dan percaya diri.
2. Ketrampilan Sosial, diharapakan pada saat KBM siswa mempunyai ketrampilan sosial ,
sesuai pengamatan dalam LP.5
a. Pada saat guru menjelaskan siswa mendengarkan dg tidak ramai
b. Siswa aktip bertanya dan menjawab pertanyaan dengan jujur.
c. Pada saat tanya jawab/ umpan balik, berkomunikasi dengan baik, saling menghargai
sesama tim
V. MATERI PEMBELAJARAN: Komponen rangka kusen dan kompunen kosen
VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
1. Model pembelajaran : Model pembelajaran langsung
2. Metode pembelajaran : Ceramah (Menjelaskan), demonstrasi , tanya jawab, pemberian tugas
dan diskusi,
VII. BAHAN PEMBELAJARAN
1. Model Kusen dan sambungan
2. Buku Konstruksi Bangunan Gedung hal 125 s/d 144
VIII. ALAT PEMBELAJARAN
1. Alat tulis Guru : LCD/OHP, papan, boardmarker, pensil, pulpen, penghapus.
2. Alat tulis Siswa : pensil, pulpen, busur, penggaris, busur, penghapus

IX. LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


A. Pendahuluan (9 menit)

Uraian Terlaksana
1 2 3 4
Fase 1: Mempersiapkan siswa dengan memberi motivasi siswa tentang
pentingnya menyambung komponen kusen supaya tidak baling dan ukuran sesuai
dengan gambar kerja dan mencapaikan tujuan.
1. Memotivasi siswa memperlihatkan model kusen dan menunjukan hasil
pembuatan kusen yang ada di dalam ruangan. Sambil memberikan orientasi
masalah dengan mengajukan pertanyaan: (misalnya: apakah anak-anak dapat
menjawab tentang kompunen pada kosen ini dan bagaimana cara perakitan
supaya tidak baling? Dilanjutkan dengan memberi kesempatan siswa untuk
menjawab dengan sopan atau membantu meneruskan jawaban temannya
dengan jujur. Guru mendengarkan dan memberikan ucapan membenarkan
/ memberi pujian pada siswa yang menjawab dan bertanya tanpa ada
penjelasan, dan menekankan pada siswa bahwa semua itu benar akan lebih
sempurna bila ada penjelasan yang tepat dari pemahaman setelah
pembelajaran ini selesai.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran: ”Siswa dapat pengetahuan tentang cara
nenganalisis komponen kosen untuk pembuatan kosen”.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 79


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
B. Kegiatan Inti (165 menit)

Memberi pengetahuan dan pemahaman secara bertahap


Penggalan pertama (30 menit)
Fase 2
1. Guru menyuruh siswa mengeluarkan buku teks, hasil pengamatan tentang
komponen- komponen kosen, sambil mengamati siswa untuk mengecek
apakah benar-benar siswa bertanggungjawab mengerjakan tugas dan
menulis pada lembar pengamatan LP. 4 dan 5.
2. Menganjurkan siswa untuk mengeluarkan buku diktat dan membuka buku
tentang kosen (hal 125 s/d 144). Sambil menanyakan pada sebagaian siswa
(isi materi yang dibaca)?Siswa menjawab dengan percaya diri ( ada/tidak
ada/berkaitan dsbnya).
3. Sebelum penjelasan meminta siswa untuk memperhatikan dan
mendengarkan dengan serius penjelasan guru Memberi kesempatan pada
siswa untuk aktip bertanya, dengan mengcungkan jari. Meminta siswa yang
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

lain untuk menghargai pertanyaan temannya, berkomunikasi dengan


baik dan bila bisa ikut memberi ide dari pertanyaan temannya.
4. Guru memberi penjelasan dengan ceramah, media power pointyang disertai
dengan demonstrasi tentang fungsi, bahan, yang memproduksi, sifat
keawetan dari bahan kusen, ukuran kayu dan penampang yang digunakan
untuk kosen.
5. Guru memberi penjelasan gambar dengan sket model-model kusen.
6. Guru memberi kesempatan untuk tanya jawab siswa dan memberi
kesempatan temannya untuk menjawab secara jujur.sambil membawa lembar
pengamatan sosial LP.5. (fase 3).
7. Guru memberi penjelasan fungsi dari komponen-komponen kosen dan
pemahaman penyetelan kosen dengan menunjukan model kosen
8. Membimbing pelatihan dengan menyuruh siswa menunjukkan dan
menyebutkan fungsi komponen-komponen kosen.
9. Guru menjelaskan sistem sambungan antara komponen rangka kusen, yang
digunakan sesuai gambar kerja Guru
10. Membimbing pelatihan dengan menyuruh siswa kedepan untuk menunjukkan
dan menyebutkan jenis sambungan rangka kosen, sambil memberi komentar.
11. Mengecek pemahaman dengan memberi umpan balik, pemberian tugas dan
diskusi yang mengacu pada LP.1, Lp.2 dan LP.3 dan kunci jawaban LP.1, Lp.2,
LP.3 dan LP.4 (Fase 4)
12. Guru menjelaskan tentang latihan lanjutan yang terkait demgan pelaksanaan
dilapangan tentang syarat-syarat hasil pembuatan kusen yang akan
digunakan. Siswa memperhatikan dengan keingintahuan penjelasan
guru.

C. Penutup (5 menit)

13. Menutup pelajaran dengan menyimpulkan cara menganalisis komponen kosen


14. Memberi tugas lelompok, untuk masing-masing kelompok ovservasi
penggunaan kosen di lapangan (rumah, pertokoan, gedung dsbnya)
mendapatkan tugas yang berbeda tentang kesamaan ukurannya, kerataan
sambungan, kekohan kusen/terjadi kelengkungan, ketepatan antara kosen dan
daun pintu atau jendela dsbnya bentuk-bentuk kosen

X. SUMBER PEMBELAJARAN
1. Silabus
2. Buku Siswa : Ilmu Teknik konstruksi bangunan Gedung jilid 2, SMK , AG Tamrin
3. Handout sambungan pen
4. LP.1. Siswa : Pemahaman kognitip produk komponen kosen
5. LP.2. Siswa : Pemahanan kognitip proses komponen kosen
6. LP.3. Siswa : Pemahanan psikomotor komponen kosen
7. LP.4. Siswa : Pengamatan Perilaku Berkarakter

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 80


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
8. LP.5 Siswa : Pengamatan Ketrampilan Sosial
9. Tabel Spesifikasi Lembar Penilaian RPP Penutup Bidang Atap Bangunan Pertemuan 1

DAFTAR PUSTAKA

AG Tamrin. Ilmu Teknik konstruksi bangunan Gedung jilid 2. SMK. Depen.


Nur, Muhamad, dkk. 2008. Model Pembelajaran Langsung Surabaya: PSMS UNESA.
Team Pengembang PSMS. 20054. Contoh RP Pengajaran Langsung dan Perangkat Pembelajaran .
UNESA: PSMS.
------- Hand out Sambungan Pen.

TABEL SPESIFIKASI LEMBAR PENILAIAN RPP


PENUTUP BIDANG ATAP BANGUNAN
PERTEMUAN I
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

LP DAN KUNCI
INDIKATOR BUTIR JAWABAN
SOAL
A. Indikator Kognitif
1. Indikator Produk
a. Menjelaskan komponen kosen dibuat LP.1: 1, 2 LP.1: 1, 2
b. Menjelaskan Sambungan antara komponen
keranggka kosen LP.1: 3-5 LP.1: 3-5
2. IndikatorProses
a. Mengidentifikasi pekerjaan persiapan LP.2: 1 LP.2: 1
perakitan rangka kosen kayu
b. Menganalisis komponen kosen LP.2: 2 LP.2: 2
B. Indikator Psikomotor
1. Menjelaskan kedepan penyambungan antar LP.2: 3 LP.2: 3
komponen rangka kusen
2. Menjelaskan kedepan pengecekan rangkaian LP.3: 1 LP.3: 1
kusen tentang ukuran dan kesikuannya,
kemudian diberi pengaku-pengaku untuk LP.3: 2 LP.3: 2
menjamin kusen tidak berubah bentuk.
3. Menjelaskan kedepan cara meratakan sisi LP.3: 3 LP.3: 3
samping kusen kerataan permukaan terutama di
bagian sambungan.
C. Indikator Afektif
1. Mengembangkan perilaku berkarakter
a. Tanggungjawab, Peduli, Bersikap positip LP 4.
b. Bekerjasama/bersikap terbuka Disiplin Kemampuan
c. Jujur, Percaya diri Berkarakter
2. Mengembangkan berketrampilan sosial
a. Mendengarkan (menerima) LP 4. Sikap
b. Bertanya Sosial
c. Menyampaikan ide
d. menghargai
e. Mendiskusikan tugas/aktif berpatisipasi
Berkomunikasi

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 81


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
LP. 1 SISWA:PEMAHAMAN KUSEN
(Kognitif-Produk)

Soal : dalam bentuk pertanyaan


1. Apakah yang dimaksud dari:
a. fungsi kosen e. bahan yang digunakan
b. tempat produksi kosen f. sifat keawetan dari bahan kusen kayu
c. ukuran kayu g. penampang yang digunakan untuk kosen
2. Memminta siswa untuk menggambarkan sket 3 model kosen pada papan tulis
3. Memberi pertanyaan dengan menunjukkan model kosen tentang komponen-komponen rangka
kosen secara bergantian.
4. Memminta siswa untuk melengkapai gambar kosen (no.2) dengan komponen-komponen kosen
secara bergantian
5. Memminta siswa menunjukkan gambar kerja kosen (no2) siswa dapat menjelaskan sambungan
antar komponen rangka kusen,
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

LP. 2 SISWA:PEMAHAMAN KUSEN


(Kognitif-Proses)

Dengan diberi gambar kerja/model kosen:


1. Meminta siswa menjelaskan sistem sambungan yang dibuat pada masing-masing komponen
rangka kayu
2. Meminta siswa mengidentifikasi pekerjaan persiapan perakitan rangka kosen kayu, berdasarkan
gambar kerja secara bergantian
3. Meminta siswa secara kelompok menganalisis pemasangan dari komponen kosen

LP. 3 SISWA:PEMAHAMAN KUSEN


(Psikomotor)

Dengan memberi model kusen/gambar komponen kosen, siswa dapat:


1. Menjelaskan kedepan penyambungan antar komponen rangka kusen dimatikan dengan
paku/sekrup/pasak dan lem sesuai dengan spesifikasi.
2. Menjelaskan kedepan pengecekan rangkaian kusen tentang ukuran dan kesikuannya, kemudian
diberi pengaku-pengaku diagonal untuk menjamin kusen tidak berubah bentuk.
3. Menjelaskan kedepan cara meratakan sisi samping kusen diketam untuk menjamin kerataan
permukaan terutama di bagian sambungan.

LP. 4 dan LP 5
Pengamatan Perilaku Berkarakter dan Pengamatan Ketrampilan Sosial
(Sesuai teori)

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 82


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
BAB II
MATERI TEKNIK BANGUNAN

A. GAMBAR, AUTOCAD, DAN STRUKTUR BANGUNAN

1. Membedakan Gambar Denah, Tampak, dan Potongan


Gambar denah, tampak dan potongan bersifat ortagonis: arah penglihatan orang yang
melihat gambar tersebut dianggap tegak lurus terhadap bidang gambar maupun permukaan
bangunanyang dilihatnya. Dengan demikian permukaan bidang gambar selalu sejajar dengan
permukaan utama dari bangunan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 1.1
Contoh Gambar Ortagonis

Dalam menggunakan gambar-gambar denah, tampak dan potongan untuk menunjukkan


karya gambar bangunan, Sebenarnya kita menggunakan cara yang abstrak untuk menunjukkan
sesuatu yang nyata.

Gambar 1.2 Hubungan Gambar Denah, Potongan, dan Tampak

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 83


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Walaupun keempat objek ini mempunyai bentuk yang berbeda-beda, semua gambar denahnya
(pandangan dan atas) tampak sama. Oleh karena itu, hubungan antara gambar denah, potongan dan
tampak sangat erat untuk menjelaskan arti dari apa yang kita gambar. Jika gambar-gambar denah,
tampak dan potongan dipakai untuk menjelaskan sebuang gambar, kita harus melihatnya sebagai
suatu rangkaian beberapa arah pandangan yang satu dengan yang lain mempunyai kaitan yang
sangat erat yang menjelaskan apa yang kita gambar.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 1.3
Gambar Denah, Potongan, dan Tampak

Denah dan potongan bangunan keduanya merupakan potongan atau irisan: denah terpotong
menurut arah horizontal; potongan merupakan irisan arah vertikal. Di dalam gambar-gambar kerja
(untuk pelaksanaan denah dan potongan) menunjukkan bagaimana bangunan tersebut dirangkai, di
dalam gambar-gambar perencanaan atau penyajian tujuannya adalah untuk menunjukkan bentuk dai
hubungan ruang-ruangnya maupun sifat-sifat unsur dai permukaan bidang yang membentuk ruang-
ruang tersebut.

Gambar denah adalah pandangan dari atas


potongan horizontal suatu bangunan di mana bagian
atas dari bangunan yang terpotong dihilangkan.

Potongan horisontal biasanya melewati semua


unsur-unsur vertikal dan semua pintu maupun
jendela. Umumnya potongan ini terletak 4’(1 meter)
di atas lantai, tetapi ini bisa sedikit bergeser
tergantung dan apa yang akan ditunjukkan.

Gambar denah biasanya dibuat dengan skala 1:100


tetapi untuk bangunan-bangunan yang besar dan

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 84


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
komplek-kompleks bangunan, skalanya bisa lebih
kecil lagi. Semakin besar skala denahnya, semakin
detail yang harus ditunjukkan supaya gambarnya
lebih berarti dan terpercaya.

Gambar 1.4
Denah Sebagai Irisan Bangunan

2. Membedakan Gambar Proyeksi


Dalam gambar teknikbentuk suatu benda atau obyek selalu digambarkan dalam suatu gambar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

proyeksi. Pada hakekatnya gambar proyeksi ini dibagi dalam 3 (tiga) bagian yaitu:
- Proyeksi Ortogonal
- Proyeksi Piktorial dan
- Proyeksi Perspektif / Gambar Perspektif
Pada proyeksi ortogonal benda atau obyek dapat dilihat dalam satu arah bidang saja,
misalnya dari arah muka, samping atau atas, dan seterusnya. Sedangkan pada proyeksi piktorial
benda atau obyek dapat dilihat langsung dalam tiga arah bidang pandangan dari arah depan, samping
dan atas, sehingga memberikan kesan gambaran yang lebih nyata pada benda atau obyek tersebut,
dan pada proyeksi perspektif / gambar perspektif serupa dengan gambar proyeksi piktorial, namun
pada gambar ini mempunyai kekhususan dalam tarikan garisnya selalu menuju pada satu titik yang
dinamakan titik hilang, dan sering digunakan dalam gambar arsitektur, dari ketiga bagian ini sering
dilakukan pada proyek / pekerjaan dibidang teknik sipil terutama pada pembangunan gedung.

3. Proyeksi Ortogonal
Gambar proyeksi ortogonal dipergunakan untuk memberikan informasi yang lengkap dan
tepat dari suatu benda tiga dimensi dengan meletakan benda dan bidang-bidangnya sejajar dengan
bidang proyeksi terutama bidang yang penting diletakkan sejajar dengan bidang proyeksi vertikal.
Proyeksi ortogonal memberi gambaran lengkap dari benda dalam beberapa bidang proyeksi.
dengan menggabungkan gambar proyeksi dari beberapa bidang proyeksi tersebut dapat diperoleh
gambaran yang jelas dari benda yang dimaksud.
Karena proyeksi ortogonal memberikan gambaran dari benda dalam beberapa bidang proyeksi
maka cara proyeksi ini juga dikenal dengan istilah gambar pandangan majemuk.
Cara menggambar proyeksi ortogonal ada dua cara yaitu :
a. Proyeksi Eropa (Kuadran I)
Cara Eropa, memberikan bentuk pandangan yang dilihat dari bidang yang dibekangnya/ baliknya
sehingga bila dibandingkan dengan cara Amerika pandangannya berlawanan, tetapi untuk
pandangan depan tetap ditengah cara ini banyak dipakai negara Eropa kecuali Belanda.
b. Proyeksi Amerika (Kuadran III )
Cara Amerika, memberikan bentuk pandangan proyeksi dari bidang yang dilihat, jadi misalnya
pandangan sisi kiri harus ditempatkan pada sisi tersebut. begitu pula pada pandangan yang lain,
misalnya pandangan atas, harus diatas dan seterusnya kecuali pandangan depan tetap ditengah,
cara ini banyak dipakai di negara- negara Pantai Laut Pasifik misalnya USA, Kanada Jepang.
Korea-Australia dan bagaimana dengan Indonesia ?

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 85


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar 1.5
Proyeksi Eropa
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 1.6
Proyeksi Amerika

4. Sistem Kuadran
Kemudian pada tata letak menggambarnya proyeksi ortogonal ada 4 (empat) model dalam
satuan sistem kuadran yaitu :
a. Kuadran I (biasa disebut sebagai cara proyeksi Eropa/Gambar 1.7 dan 1.8)
b. Kuadran II
c. Kuadran III (biasa disebut sebagai cara proyeksi Amerika)
d. Kuadran IV.

5. Menggunakan Program Autocad


CADD merupakan sistem komputer yang memberikan kemudahan dalam proses
penggambaran melalui otomatisasi yang dimilikinya. CADD juga menggantikan tugas-tugasyang
membosankan dan memakan waktu lama, misalnya pengulangan gambar dalam jumlah besar. CADD
juga menawarkan kecermatan dan ketepatan gambar yang tinggi, kemampuan memperbesar
(zooming) yangtidak terbatas, sehingga memudahkan kita melihat bagian-bagian gambar dengan
cepat dan tepat. Salah satu software CADD dikeluarkan perusahaan Autodesk bernama AutoCAD.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 86


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 1.7
Bidang Koordinat Utama Pada Sistem Kuadran

Gambar 1.8
Bukaan Sistem Kuadran

Untuk menjalankan AutoCAD, mula-mula klik tombol ‘Start’ pada sudut kiri bawah tampilan
Windows, kemudian arahkan kursor pada item ‘All Programs’ dan pilihlah Autodesk → AutoCAD.
Tampilan AutoCAD yang pertama kali atau disebut AutoCAD Screen akan muncul seperti pada Gambar
1.9 baik pada saat memulai suatu file baru maupun membuka file yang telah ada.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 87


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 1.9
Tampilan Awal AutoCAD

Keterangan :
- Command Window / Command Line, adalah tempat memasukkan perintah melalui keyboard
dan melihat pesan-pesan atau penuntun tiap perintah yang diberikan oleh AutoCAD. Command
Line ini dapat diubah ukuran dan letaknya sesuai dengan kemauan kita.
- Status Bar, selalu terletak di sebelah bawah dari menu AutoCAD, menunjukkan informasi
koordinat dan setting yang bekerja pada saat kita menggambar seperti grid, snap, dan
model/paperspace
- Drawing Area, merupakan area tempat kita menggambar atau mengedit gambar
- Scrollbars, untuk menggeser tampilan, baik secara vertikal maupu horisontal
- Menu Bar, berisi pull-down menus, yang dapat diaktifkan dengan menggerakkan kursor menuju
menu bar dan menentukan pilihan dengan menekan tombol kiri mouse. Ketika anda memilih
salah satu menu, menu tersebut akan memperlihatkan berbagai pilihan dimana anda dapat
memilih satu dari berbagai pilihan tersebut.
- Floating Toolbar, merupakan menu atau perintah yang berbentuk gambar. Ketika ursor
terletak di atas gambar, akan tampil keterangan perintah dari gambar tersebut. Jika pada
gambar tersebut terdapat tanda segitiga di sebelah kanan bawah ( flyout indicator), hal itu
menandakan gambar tersebut mempunyai gambar atau perintah berikutnya ( sub-command).
- Cursor Menu, merupakan menu yang tampil jika kita menggabungkan tombol keyboard dengan
tombol mouse, misalnya Shift + tombol kanan mouse untuk menampilkan Object Snap Mode dan
Filters Menu
- Dialogue Boxes, merupakan tampilan pendukung perintah yang kita masukkan melalui
keyboard atau melalui menu pick
- Crosshairs Cursor, merupakan alat gambar dan alat pemilih objek
- UCS Icon, merupakan tanda letak bidang gambar

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 88


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
6. Skala Gambar Satuan Sistem Internasional (SI)
Sistem metrik secara resmi dipergunakan di Perancis pada tahun 1866. Sistem ini dibagi
dalam dua kelompok/bagian:
- Sistem MKS (meter- kilogram – sekon)
- Sistem CGS (centimeter – gram – sekon)
a. Sistem MKS dan CGS

Pada tahun 1960 Conference Generale des Poids st Measures (CGPM) meresmikan suatu sitem
satuan yang dikenal sebagai System Internationale d’United disingkat SI.SI adalah suatu satuan
yang koheren bila hasil kali atau hasil bagi antara dua satuan besaran dalam suatu sistem akan
menghasilkan satuan besaran lainnya. Setiap sistem koheran satuan luas dihasilkan bila satuan
panjang dikalikan dengan satuan lebar, kecepatan bila satuan jarak dibagi dengan satuan waktu
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

dan satuan gaya dihasilkan dari satuan massa dikalikan dengan satuan percepatan.Dalam Si ini
terdapat tujuh besaran pokok berdimensi dan dua buah besaran tambahan tak berdimensi.
Simensi adalah suatu besaran yang tersusun oleh besaran pokok.

Tabel 1.1
Besar Pokok Dalam SI

Tabel 1.2
Besaran Tambahan

b. Besaran turunan
Besaran turunan adalah besaran-besaran yang terbentuk dari besaran-besaran pokok. Bila
besaran pokok kita gunakan dalam pengukuran besaran-besaran turunan maka akan diperoleh:

Tabel 1.3
Besaran Turunan

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 89


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
7. Skala Gambar
Untuk menggambarkan benda dalam kertas gambar agar dapat dilihat dengan jelas maka
perlu adanya pengaturan letak gambar dan besar kecilnya gambar.Dengan penampilan gambar sesuai
dengan proporsi dan ketentuan dalam penggambaran maka gambar akan terlihat menjadi baik.Skala
adalah perbandingan antara obyek aslinya turunan pandangan, baik perbandingan diperbesar ataupun
perbandingannya diperkecil dari bentuk aslinya.Pada prinsipnya penggunaan skala dapat dibagi
menjadi:
- skala mendatar (horisontal)
- skala tegak (vertikal)
- skala kemiringan
- skala balok

a. Cara Perhitungan Besaran Skala


Sebagai contoh kita mau menggunakan skala 1 : 100, sedangkan yang akan digunakan dalam
penggambaran dalam milimeter (mm), dan obyek aslinya menggunakan meter (m), maka 1 m →
1000 mm. Jadi penggambaran skala 1 : 100 menjadi 1000 mm : 100 = 10 mm = 1 cm untuk setiap 1
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

meter (obyek asli).

b. Skala Mendatar (Horisontal)


Skala yang menyatakan arah perbandingan ukurannya mendatar

Gambar 1.10
Skala Mendatar

c. Skala Tegak (Vertikal)


Skala yang menyatakan arah perhitungan perbandingan ukurannya tegak. Penggambaran ini
biasanya dipergunakan untuk menyatakan ketinggian bangunan yaitu yang terlihat dalam gambar
potongan

Gambar 1.11
Skala Tegak

d. Skala Kemiringan
Skala yang menyatakan perbandingan antara sisi tegak dan sisi mendatar, sehingga
mendapatkan hasil kemiringan suatu lereng atau kemiringan dataran. Dan dapat juga dipakai
pedoman dalam menentukan kemiringan saluran untuk arah pengaliran.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 90


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar 1.12
Skala Kemiringan

e. Skala Balok
Skala yang menyatakan perbandingan antara ukuran gambar yang diperkecil atau diperbesar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

tidak sesuai aturan. Gambar balok sudah diukur berdasarkan skala awal. Jadi skala yang dibuat
mengikuti perbandingan panjang balok, karena bila diperhitungkanakan mengalami kesulitan dalam
perkaliannya.

Gambar 1.13
Skala Balok

8. Jenis dan Garis Gambar


Sebuah garis dalam sebuah gambar bangunan mempunyai makna atau arti tersendiri.
• potongan/profit/belahan ruang

• tampak/sudut-
sudut/perpotongan bidang-
bidang

• konstruksi/rencana/garis-garis di
atas bidang-bidang/tekstur

Jenis – Jenis Garis :


garislurus tegas/potongan/garis profit
garis lurus halusgaris-garis tampak
garis putus-putus/untuk garnbar bagian di atas potongan
garis putus-putus/untuk gambar di bawah garis potongan
garis tengah: garis yang panjang harus benar-benar lama
panjangnya..
garis-garis grid/grid garis tengah
biasanya dipakai untuk menunjukkan modul atau sistem struktur

batas atau Batas dan tapak/kapling


garis kabel telepon
garis utilitas

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 91


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Perhatikan proporsi antara masing-masing garis dan jarak antaranya, buat sedekat mungkin supaya
kontinuitas garisnya lebih baik
Mutu garis berkaitan dengan tajam dan jelasnya garis hitam dan kepekatan, dan tebalnya
yang sesuai.Jika garis yang dibuat dengan tinta hanya berbeda lebarnya (kecuali jika tintanya
diencerkan) maka garis yang dibuat dengan pensil dapat berbeda baik dari lebar maupun tingkat
kehitamannya. Jadi garis yang dibuat dengan pensil ditentukan oleh tingkat pekatnya isi pensil (yang
ditentukan oleh jenis pensil, permukaan kertas gambar, kelembaban) maupun tekanan tangan pada
waktu mengambar.Perlu Anda mengerti arti setiap garis yang Anda gambar, apakah itu gambar sudut,
perpotongan dua buah bidang, atau sekedar perubahan bahan atau tekstur.Semua garis harus dimulai
dan diakhiri dengan tegas, ujungnya harus bertemu, selalu mempunyai kaitan yang logis dengan
garis-garis lainnya dari permulaan sampai akhir.

Garis yang menipis tampak tak terkendali

Garis yang sedikit berlebih tampak lebih tegas pengakhirannya


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Jika dua garis yang membentuk sudut tidak bertemu, sudutnya tampak
tumpul.
benar

Garis yang dibuat dengan sekali tarik jadi selalu lebih baik.

Kelebihan yang terlalu panjang pada gambar sudut tampak kurang


serasi untuk ukuran gambar tertentu.
Gambar sudut harus diperhatikan. Garis garisnya harus bersinggungan
dengan tepat.

Urutan yang harus Anda ikuti dalam menggambar adalah sebagai


berikut:
1. Buatlah kerangka gambar yang terdiri dari garis-garis vertikal dan
horizontal tipistipis.
2. Gambarkan garis-garis sekundernya.
3. Tebalkan garis-garis yang sudah benar, ingat ketebalan yang sesuai
untuk masing-masing garis

Jangan membuat garis dengan menggosok berulang-ulang: coba buat


supaya sekali jadi.

9. Simbol dalam Gambar Konstruksi


Simbol yang biasanya digunakan dalam gambar konstruksi selanjutnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 92


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tabel 1.4
Simbol Gambar Konstruksi
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 93


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
10. Menggambar Konstruksi Lantai dari Keramik/Ubin/Parket
Pemasangan keramik/ubin/parket tergantung dari bentuk ruangan dan tata letak lubang
pintunya. Untuk mendapatkan pemasangan ubin yang baik harus diperhatikan perencanaan secara
menyeluruh untuk pasangan ubin semua ruangan yang berkaitan.
Dibuat demikian untuk mendapatkan kesan bahwa setiap ruangan seolah-olah tidak berdiri
sendiri.
Dan kebiasaannya perencanaan pemasangan keramik atau ubin berpedoman pada pintu
utama. Dan bila mana rumah bertingkat maka pemasangannya selain berpedoman pintu utama juga
harus memperhatikan arah yang ke anak tangga, karena akan berkaitan dengan pemasangan lantai
atas.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 1.14
Pemasangan Keramik/Ubin Satu Ruangan

Gambar 1.15
Pemasangan Keramik/Ubin Seluruh Ruangan
Sumber: Petunjuk Praktek Batu dan Beton, DPMK, jakarta

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 94


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
11. Menentukan Pasangan Dinding Batu Bata
Menggambar susunan batu bata harus mengingat teori susunan batu bata dalam ilmu
bangunan, antara lain:
a. Ukuran batu bata belum distandarisasi
Untuk tebal (t) 5 cmdebar (b) = 10 cm, panjang ( 1) = 21 cm
Untuk tebal (t) 5’/7 cm, lebar (b) = 11 cm, panjang (1) = 23 cm
Ukuran secara umum untuk tebal (t ), lebar (b) = 2 t, dan panjang (l ) = 2b + 1 cm
b. Siar
Siar merupakan bagian paling lemah dari susunan batu bata, oleh sebab itu antara dua lapisan
dalam susunan batu bata siar tegak tidak boleh segaris. Tebal siar 1 cm s/d 1 ½ .Menggambar
siar dapat dibuat satu garis atau dua garis, bergantung dari skala gambar detail. Bila detail
susunan batu bata diperbesar siar dapat digambar dua garis, sedangkan bila gambar kecil (skala
1:50 / 1 : 20 / 1 : 10) siar digambar satu garis.
c. Simbol/tanda batu bata dibedakan:
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Bata utuh/streek

Bata

Bata ½

Penampang bata disebut kop (kepala)

Berikut ini contoh-contoh gambar susunan batu bata dapat digambar dengan Skala 1 : 5.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 95


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 1.16

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 96


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Susunan Bata Serong ½ Bata


Gambar 1.17
Susunan Bata Silang Tegak

12. Menggambar Pondasi Batu Kali


Seperti halnya menggambar pondasi batu bata, pondasi batu kali memerlukan garis-garis
bantu, seperti garis sumbu, garis lantai, batas kedalaman tanah galian, dan garis alas pondasi, serta
garis muka tanah (MT).
Penting untuk diperhatikan, bahwa balok sloof selalu berada di bawah garis lantai. Agar
pasangan pondasi mantap di atas pasir maka sebelum dilakukan pasangan pondasi ditata pasangan
batu kosong satu lapis yang disebut aanstamping. Kemiringan garis galian dapat digambar tegak bila
tanah keras, tetapi lebih aman digambar miring 1 : 5.
Selanjutnya, ikuti langkah kerja cara menggambar pondasi batu kali seperti di bawah ini:
a. Buat garis bantu vertikal, garis lantai, garis muka` tanah asli, garis dasar pondasi, dan garis
kedalaman galian tanah. Pasir urug minimal tebal 10 cm.
b. Tetapkan tebal tembok.
c. Gambarkan balok sloof beton bertulang di bawah garis lantai. Garis lantai minimal 30 cm dari
permukaan tanah (MT).
d. Ukuran kedalaman galian tidak sama pada setiap tempat, tetapi secara umum dapat diambil
ukuran 80 cm sampai dengan 120 cm.
e. Selanjutnya, ikuti seperti contoh. Bentuk ideal pondasi, merupakan trapesium dengan lebar bawah
alas kurang lebih 2,5 kali lebar atas.
Contoh tahapan ini menggambar pondasi batu kali skala 1 : 10. Gambar ini belum selesai, dan
harus disclesaikan dengan memperhatikan gambar berikut.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 97


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 1.18
Gambar Pondasi Batu Kali

13. Perangkat Lunak untuk Menggambar Bangunan


Teknologi komputer teraplikasi dalam semua bidang kehidupan manusia. Pada prinsipnya
komputer digunakan untuk mengolah data hingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan. Untuk itu
sistem komputer terdiri dari satu kesatuan elemen:
- Hardwareatau perangkat keras, merupakan seperangkat komponen yang berfungsi untuk
mengoperasikan proses pengolahan data. Personal Komputer (PC) dan Laptop merupakan jenis
yang paling umum digunakan.
- Softwareatau perangkat lunak, merupakan program yang berisi instruksi untuk mengolah data.
Perkembangan program pada saat ini telah berkembang dengan pesat untuk semua bidang
kehidupan.
- Brainware atau pengguna, merupakan orang yang mengoperasikan dan menjalankan program
komputer tersebut.
Dalam bidang teknik bangunan teknologi komputer memegang peranan penting baik pada
aspek pelaksanaan, penelitian, maupun pendidikan. Program-program aplikasi komputer berkembang
dengan cepat.
Bahasa program tersebut berkembang dari berbagai variasi pendukung yang dapat
dikelompokkan ke dalam dua kategori. Kategori pertama adalah komponen program utama seperti
manajemen database, gambar, permodelan geometri yang biasa digunakan oleh para programer atau
pembuat program dan kategori kedua adalah program aplikasi pendukung yang biasa digunakan oleh
umum (non-programer) seperti misalnya pengolahan data, pengolahan kata dan lain-lain.
Berbagai variasi aplikasi program komputer yang saat ini digunakan pada teknik bangunan
dapat dikategorikan dalam kelompok:
- Pengolahan data (data capture)
- Desain konseptual (conceptual design)
- Desain detail (detail design)
- Interpertasi model dan pemodelan (modeling and model interpretation)

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 98


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
- Analisa (analysis)
- Evaluasi kinerja (performance evaluation)
- Mendesain ulang dan optimasi (redesign and optimization)
- Gabungan dengan disiplin ilmu lain (integration with other disciplines)
- Pembuatan dokumen (preparation of design document)
Aplikasi program komputer di bidang bangunan merupakan upaya penyelesaian permasalahan
yang muncul sebagai hambatan atau tantangan dalam mendesain pengerjaan serta koreksi terhadap
kerja yang telah dicanangkan. Misalnya seperti permasalahan pengujian kekuatan sebuah struktur
dengan material baru, pemodelan aliran air sungai, penyebaran limbah dalam tanah hingga tantangan
untuk proyek yang dapat membahayakan jiwa seperti pemodelan pembangunan reaktor nuklir dan
bendungan dilengkapi dengan faktor bahaya yang mungkin terjadi seperti gempa bumi dan banjir
badang. Pada awalnya banyak digunakan tenaga ilmuwan informatika secara murni untuk terjun
didalamnya, tapi karena keunikan proyek bangunan dan permasalahannya maka diperlukan
aplikasiaplikasi program komputer yang berkaitan dengan permasalahan keilmuan khas teknik
bangunan.
Beberapa pengetahuan dasar yang harus dipunyai dalam menggunakan program-program
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

aplikasi komputer di bidang teknik bangunan antara lain:


- Konsep dasar dari Finite Element Method, Finite Differential Method atau Finite Volume Method,
yang biasanya dibutuhkan untuk menyelidiki kemampuan suatu materi dengan dibagi material
tersebut dalam beberapa segmen pengukuran. Setiap segmen pengukuran akan menghasilkan
nilai nilai. Kumpulan dari hasil nilai tersebut didapatkan nilai optimum analisa tersebut.
- Beberapa jenis bahasa pemrograman komputer diperlukan mengingat setiap bahasa
pemrograman mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing masing. Minimal seorang ahli
dibidang teknik menguasai bahasa pemrograman C++ dan Java.
- ComputerAided Design (CAD), yakni kemampuan mengerti konsep dan cara komputer bekerja
dalam permasalahan desain baik secara 2 dimensi hingga 3 dimensi. Pada beberapa institusi
pendidikan bahkan diajarkan penggunaan library khusus untuk menambah atau menyesuaikan
program CAD tersebut dengan kekhususan pada sebuah proyek bangunan.
- Pada ahli teknik sipil yang berkecimpung di bidang penelitian, misalnya tentang kekuatan material
atau pada bidang hidrologi, sering mendapatkan permasalahan yang rumit berkaitan dengan
jumlah data yang berjalan terus menerus ("real time"). Untuk menyelesaikan sebuah
permasalahan tersebut, sering digunakan beberapa komputer yang disatukan ini. Oleh karena itu
perlu juga dikuasai kemampuan bekerja secara paralel dengan komputer pada tingkat dasar.
Contoh-contoh program aplikasi komputer dalam bidang bangunan yang banyak digunakan di
Indonesia terbagi atas :
- Administrasi proyek: MS Office (Word, Excel, Power Point)
- Manajemen proyek: MS Project, Primavera
- Program analisis struktur: SAP 2000, STAAD Pro
- Desain dan penggambaran: Autocad, Architectural Desktop, Archicad, Autodesk Building Revit, 3D
Home Designer.

14. Bahan untuk Perabot


Pemilihan dan penggunaan kayu untuk sesuatu tujuan pemakaian,memerlukan pengetahuan
sifat-sifat kayu yang bersangkutan, terutama:berat jenis, kelas awet, dan kelas kuat. Sifat-sifat ini
penting sekali untukdiketahui setiap orang yang bergerak pada bidang industri danpengolahan kayu,
sebab dari pengetahuan sifat-sifat tersebut tidak sajadapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam
penggunaan yangmemungkinkan, akan tetapi juga dapat ditentukan kemungkinanpengisian oleh jenis
kayu yang lainnya, apabila jenis yang bersangkutansulit didapat secara terus-menerus atau terlalu
mahal.
Seringkali terjadi pemilihan dan penggunaan sesuatu jenis kayu yang tidak tepat karena tidak
sesuai dengan sifat-sifatnya. Tentu saja dalam hal ini hasilnya tidak akan memuaskan. Bahan, biaya
tenaga dan waktu banyak terbuang sehingga merugikan perusahaan.
Hutan Indonesia memiliki potensi ± 4000 jenis pohon berkayu yang tersebar di seluruh
nusantara. Dari jumlah tersebut baru sebagian kecil saja yang telah diketahui sifat-sifatnya.
Untuk mengenal nama kayu bisa dari nama umum dalam perdagangan atau nama botanik
dalam system klasifikasi tumbuh-tumbuhan (nama ilmiah), yaitu: SPECIES (jenis) dan FAMILIA (suku).
Nama ilmiah untuk jenis (species) terdiri dari 2 kata. Kata pertama menunjukan nama marga (genus),
sedangkan kata kedua menunjukkan jenis tersebut. Umumnya nama ilmiah yang lengkap disertai
nama orang yang pertama kali memberikan nama yang tepat untuk jenis yang bersangkutan.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 99


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Misalnya: Pinus merkusii Jungh et de Vr. (Tusam), artinya adalah sebagai berikut: Pinus = nama
marga, merkusii = nama jenis, Jung et de Vr. = namaorang yang memberi nama “merkusii”. (Tusam
= nama dagang). Pinusmerkusii Jungh et de Vr. Tergolong ke dalam suku Pinaceae.
Kadangkala nama orang yang memberikan nama jenis tidak ditulislengkap, melainkan
disingkat, misalnya: Santalum album L. (Cendana).
Nama dari jenis kayu perdagangan yang ditampilkan sering kalimerupakan nama untuk
sekelompok jenis botanik lebih dari satu yangmempunyai ciri dan sifat kayu yang hampir sama,
sehingga di belakangnama marga tidak ditulis nama jenis tertentu, melainkan ditulis spp atauspec.
div. misalnya: Alstonia spp atau Alstonia spec. div. (Pulai).
Pulai merupakan nama kelompok untuk 4 jenis botanik dalam margaAlstonia yaitu: Alstonia
angustiloba Miq., Alstonia pneumatophora Back,dan Alstonia scholaris R. Br. Kadang-kadang nama
perdagangan itu merupakan nama kelompok untuk lebih dari 1 marga, misalnya: Melur, merupakan
nama kelompok untuk 3 marga, yaitu: Dacrydium spp.; Phyllocladus spp. dan Podocarpus spp.
Pada belakang nama ilmiah untuk jenis kayu (species) diberi tandaindeks dalam lingkaran. Untuk jenis
kayu yang dianalisa kayu terasnyadiberi tanda X. untuk kayu gubal diberi tanda O. sedangkan tanda –
menunjukkan bahwa jenis kayu yang dianalisa tidak diketahui jelas kayugubal atau kayu teras, sebab
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

batasnya tidak ada (tidak jelas).

a. Kebutuhan Bahan Pekerjaan Mebel Sederhana


Bahan kerja untuk pembuatan mebel kayu harus memenuhi syarat kekeringanya (kadar air),
cacat /serat, kelas, umur dan pada umumnya kayu tua lebih tahan terhadap serangan hama.
Proses penyediaan bahan mebel mulai dari bahan glondongan/kayu bulat menjadi bahan
mebel seperti pada alur gambar diatas adalah kayu glondong digergaji dengan ukuran sesuai dengan
perencanaanakan menghasilkan bahan mentah kayu masip, sedang sisanya/limbahnyadapat diproses
menjadi bahan block board seperti berikut: pada umumnya papan blok terdiri dari 5 lapis (satu lapisan
muka, dualapisan silang, satu lapisan inti dan satu lapisan belakang). Lapisanmuka, lapisan silang dan
lapisan belakang terdiri dari lembaran finirsedangkan lapisan inti terdiri dari strip-strip kayu solid
berdimensi kecil(lebar < 1 cm – 12 cm dan tebal 1 cm – 2 cm).

Gambar 1.19
Proses Penyediaan Bahan

Konstruksi papan blok sama dengan kayu lapis yaitu saling tegak lurusantar lapisan. Persiapan
strip-strip kayu untuk inti menurut Tsoumis (1991), strip inti dibuat dari kayu yang bebas dari cacat-
cacat yang serius, umumnya dengan kayu yang berat jenisnya rendah dan stabilitas yang cukup
tinggi, jenis yang umum digunakan adalah spruce, fir, pine, poplar danberbagai jenis kayu tropika.
Selanjutnya dinyatakan bahwa strip berubah-ubah dalam ukuran lebar, tebal dan panjang,
lebar bervariasi dari ukuran kurang dari 1 cm – 12cm, ketebalan 1 – 2 cm. Strip biasa diproduksi
dengan menggergaji,tetapi strip yang tipis (0,6 – 0,8 cm) dibuat dengan mesin rotari.
Ukuran strip umumnya sempit dan lebar strip dirancang dengan arahtangensial yang
mempunyai kecendrungan alami melengkung jikadigunakan, dan idealnya disusun berlawanan
menurut lingkaran tumbuhnamun prosedurnya tidak praktis dan pada industri diproduksi secaraacak.
Inti dibuat dengan mesin dan jarang dengan tangan, mesin secara terusmenerusmemotong
strip dari awal sampai akhir, perekat diberikansambil dipanaskan dan keluar setelah dilapisi, dimana

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 100


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
bahagian panjangpanel dirancang sebelumnya. Sedangkan inti yang dibuat secaramanual, setelah
diolesi perekat disusun berdampingan menghasilkanluasan panel dan di kempa.
Dalam produksi lanjutan masing-masing lembaran inti ditempatkanterpisah dan dikempa
secara pelan dan bergiliran. Setelah tertata ukuranakhir, panjang dan lebar digergaji, inti diketam
(diserut) untukmenghasilkan permukaan yang halus untuk persiapan pelapisan finir.
Seleksi dan persiapan finir menurut Tsoumis (1991), pembuatan papanblok, sama halnya
seperti untuk pembuatan kayu lapis, lembaran finirjuga harus diseleksi. Untuk tujuan dekoratif
(Furniture, dinding penutup),finir lapisan permukaan harus dari kayu yang berkualitas tinggi
yangdiseleksi dari segi penampilan dan warna.
Sebaliknya untuk lapisan belakang dan lapisan silang dibuat dari kualitasyang rendah dari
jenis yang sama atau jenis lainnya. Papan blok untuktujuan konstruksi kriteria utama adalah kekuatan
bukan nilai dekoratif.Selanjutnya dinyatakan, finir yang bernilai dekoratif diutamakan dariproduksi
hardwood (oak, walnut, birch, elm dan kayu-kayu tropis seperti
jati, mahoni, meranti dll.) dan pada umumnya dibuat dengan cara slicing.Namun demikian
finir yang dibuat dari softwood (pine, douglas-fir,spruce) dan hardwoods (poplar, beech, maple dan
kayu tropika) dibuathampir selalu dengan cara rotari, biasanya dengan ketebalan 0,6 mm –0,8 mm
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

untuk finir indah, dan 1,5 mm – 3 mm untuk kegunaan lainnya.


Persyaratan lainnya, finir harus mempunyai permukaan denganketebalan seragam, dan kadar
air yang sesuai. Kebanyakan finir dikeringkan sampai kadar air kurang dari 5 %. Setelah pengeringan
pinggir finir dikuatkan dengan penempelan pita kertas berlobang supaya ujungnya terpelihara,
kemudian disimpan dengan rapi sebelum direkat.
Pelapisan inti dengan finir yaitu inti akan dilapisi setelah dikondisikan (agar kadar airnya sama
dengan kadar air lingkungan). Ketidak sempurnaan pemesinan akan menyebabkan kurangnya kualitas
permukaan pada waktu pelapisan sertelah pengeringan, selanjutnya penguapan kandungan air
perekat akan menghasilkan penyusutan, bekasnya seperti depresi akan terlihat pada permukaan finir
panel.Penyusunan lapisan (finir dan inti) ditata secara paralel dan silang.
Perekatan menurut Tsoumis (1991), menyatakan, seperti kebanyakanproses pembuatan kayu
lapis, papan blok kebanyakan direkat denganresin thermosetting: Phenol-formaldehida digunakan
untuk tipe eksterior(bermaksud untuk penggunaan di luar) dan Urea-formaldehida untuk tipeinterior.
Tipe interior dengan batas ketahanan air dapat diproduksidengan meningkatkan penggunaan resin
urea, dan kadang-kadangpolyphenols alami (tanin) dicampur dengan resin synthetic.
Perekat disiapkan dengan waktu yang singkat sebelum digunakandengan penambahan air,
fillers, extenders dan catalysts. Resin solidbervariasi dari 22 – 30 % untuk tipe eksterior dan 12 – 18
% untukpenggunaan interior (kadang-kadang 30 % untuk urea-formaldehida).
Additive untuk resin-resin phenolic mengandung furrafil. Ureaformaldehidedipersiapkan
dengan menambah tepung terigu danamonium chloride sebagai catalyst.
Selanjutnya dinyatakan bahwa perekat dipakai dengan cara roller, spray,lapisan tirai (curtain
coating) yaitu suatu sistem dimana lembaran tipisdari perekat (adhesive) dilewatkan di atas finir,
conveyor di bawahwaduk perekat, garis rekat yang dibentuk di atas finir adalah paralel.
Penyebaran perekat pada luasan permukaan finir sangat beragam yaitudari 100 gr/m2 – 500
gr/m2 dan ini tergantung dari beberapa faktor:kontak dengan kayu, jenis perekat dan cara aplikasi.
Kebanyakanperekat dibutuhkan untuk mengikat poroduk dalam bentuk encer.
Pedoman penggunaan perekat dibantu dengan mengikuti instruksipabrik, tetapi pengujian daya ikat
perekat dibutuhkan untuk control kualitiproduk. Aplikasi perekat diikuti oleh pelapisan panels,
pelapisan manualatau semi manual bahkan system automatic.

b. Peralatan Mesin dalam Pekerjaan Furniture

Mesin Bor
Bor tangan listrik yang dapat dijinjing merupakan sebuah alat yang
sangat populer dan berguna untuk pekerjaan kayu.
Alat tersebut tersedia dalam bermacam-macam ukuran, fungsi,
bentuk dan kapasitas.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 101


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Mesin Amplas
Mesin amplas getar yang dapat dijinjing merupakan sebuah alatyang
sangat modern dan bergunauntuk pekerjaan kayu.
Kususnya dalam pekerjaanfinishing kayu alat tersebut
tersedia dalam bermacam-macammodel, fungsi, bentuk dankapasitas.
Mesin Lamello

Jenis mesin ini punyakeistimewaan tersendiri , karenaharus


menggunakan isian kususyang terbuat dari kayu.Jika kenalem akan
mengembang sehinggasambungan akan menjadi kuatdan kokoh.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Mesin Router

Mesin ini bisa digunakan untuk membuat kombinasi bentuk sesuai


dengan keinginan.
Diantaranya untuk membuat Panil, Profile, Sponing dan Alur.
Sehingga lebih efektif memakai jenis mesin Router.

Mesin Gergaji Jig (Jig Saw)


Jenis mesin jig saw ini sangat bermanfaat untuk pekerjaan kayu
karenanya bisa memotong bervariasi. Keuntungannya adalah memiliki
daun gregaji yang tipis sehingga sangat menguntungkan bagi
pekerjaan yang bervariasi bentuk.

Mesin Gergaji Pita


Mesin gergaji pita adalah mesin perkayuan yang mempunyai mata
gergaji bentuk pita. Penyetelan daun gergaji setelah terpasang pada
kedua roda antar atas dan bawah kemudian di tegangkan dengan
menyetel roda penegang dengan merujuk tabel ketegangan.
Selanjutnya rol antar diatur ½ -1 cm diatas benda kerja dengan cara
membuka pengunci rol antar kemudian memutar pengatur rol antar
pita ke kanan atau kekiri
hingga mencapai yang dikehendaki. Mesin gergaji pita dapat
digunakan:
- Membelah papan kayu
- Memotong papan kayu
- Memotong kayu bulat
- Memotong / membelah miring
- Menggergaji bulatan /
lengkungan dengan diameter tertentu Setiap selesai jam kerja daun
gergaji di kendorkan kembali.

c. Hubungan dengan Ekor Burung


Pada hubungan dengan coakan ½ tebal kayu, terdapat kelemahan yaitu batang horizontal
(kayu H) tidak kuat menahan gaya tarik walaupun telah diperkuat dengan pemasangan paku. Untuk

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 102


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
mengatasi kelemahan dibuatlah hubungan dengan ekor burung layang-layang. Dua batang kayu H
dan kayu V yang akan dibuat hubungan dengan ekor burung saling bertemu membentuk sudut siku-
siku. Pada kayu H bekerja gaya yang akan menarik lepas kayu H dari kayu V. pada ujung kayu H
dibuat sebuah bibir dengan coakan/takikan ½ tebal kayu. Bibi, i ini pada sisi dadanya dicoak sedalam
1/8-1/6 lebar kayu H, kemudian dibuat bentuk trapesium, yang dinamakan ekor burung. Coakan pada
kayu V dibuat sesuai dengan bibir pada kayu H.
Hubungan dengan ekor burung dapat dibuat dengan bermacam-macam bentuk seperti di
bawah ini.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 1.20
Hubungan Ekor Burung Terbuka (Tembus)

Gambar 1.21
Hubungan Ekor Burung Tertutup (Tak Tembus)IO

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 103


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 1.22
Hubungan Ekor Burung TertutupSorong

Gambar 1.23
Hubungan Ekor Burung Tertutup (Tidak Rata Sisinya)

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 104


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 1.24
Hubungan Ekor Burung Pada Konstruksi Kuda-kuda

d. Hubungan dengan Pen dan Lobang

Gambar 1.25
Hubungan dengan Pen dan Lobang Terbuka

Hubungan kayu banyak dibuat dengan pen dan lobang, bila ukuran penampang kayu cukup
besar. Hubungan dengan pen dan. lobang lebih kuat jika dibandingkandengan coakan ½ tebal kayu,
karena pada hubungan pen lobang dibatasi/ditahari oleh dua atau lebih bidang pengapit. Apabila akan
menghubungkan kayu yang sangat tebal, maka lebih baik/kuat kalau dibuatkan dengan pen ganda
(dobel). Untuk memperkuat (mengunci) hubungan pen dan lobang selalu menggunakan paku kayu
atau paku bambu yang cukup keras yang dinamakan toog. Toog ini terbuat dari kayu kering dan kuat
yang berserat lurusatau dapat juga dari bambu yang telah betul-betul kering dan keras. Bentuk toog
ini bersegi banyak, dengan penampang mendekati lingkaran yang berdiameter 6 @ 12mm. Bentuknya
ke arah panjang sedikit demi sedikit mengecil/agak runcing dengan maksud agar lebih mudah dapat

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 105


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dimasukkan ke dalam lobangnya. Hubungan pen dan lobang dapat dibuat dalam bentuk yang
bermacam-macam, yang tentunya disesuaikan dengan sifat-sifat gaya yang bekerja padanya.

e. Langkah Pekerjaan Finishing Melamin


Pedoman langkah kerja sangat membantu seseorang untuk melakukanpekerjaan secara urut
menurut prosedur dan standar kerja yangdisyaratkan. Berikut ini akan diuraikan langkah kerja
beberapa aplikasisistem finishing diantaranya adalah:
a. Sistem Melamine Warna Transparant
b. Sistem Melamine Warna Enamel
c. Sistem Finishing Alkyd Synthetic Resin Enamel
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 1.26
Sistem Melamine Warna Transparan

Gambar 1.27
Sistem Melamine Warna Enamel

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 106


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 1.28
Sistem Alkyd Synthetic Resin Enamel (Cat Enamel)

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 107


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
B. MEKANIKA TEKNIK

Ilmu Statika mempelajari tentang keseimbangan gaya (gaya luar dan gaya dalam) tentunya
berbeda dengan Ilmu Dinamika yang mempelajari gerak dan sebab-sebabnya. Tetapi pada tingkatan
lebih lanjut dalam dunia teknik bangunan dipelajari juga statika akibat beban statis dan beban dinamis
yang bekerja pada konstruksi.
Gaya luar dan beban sendiri yang bekerja pada konstruksi akan menimbulkan GAYA-GAYA
DALAM yang lazim disebut M = momen, N = gaya normal/aksial, D = gaya lintang/geser, serta
deformasi (perubahan bentuk) berupa defleksi  dan rotasi . Kegunaan analisis statika dalam dunia
teknik bangunan adalah hasilnya dapat dijadikan input dalam perencanaan struktur bangunan.
Setelah didapat Gaya-gaya Dalam berupa M, N, D, ,  maka nilai-nilainya dapat diaplikasikan
dalam penentuan:
 Dimensi, perhitungan dimensi akan menentukan ukuran-ukuran dari konstruksi bangunan secara
ilmiah dengan penggunaan bahan bangunan seefisien mungkin dengan faktor keamanan tertentu.
 Kontrol Kekuatan, kontrol ini menekankan pada pemeriksaan apakah elemen/struktur bangunan
cukup kaku/kuat terhadap beban-beban yang bekerja/direncanakan juga apakah perubahan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

bentuk, peralihan-peralihan, lendutan-lendutan dari suatu konstruksi telah memenuhi syarat


sesuai peraturan yang berlaku.
 Kontrol Stabilitas, stabilitas diperlukan agar bangunan dalam keadaan kokoh misal bangunan
dijamin tidak bergeser dan berguling, materi stabilitas akan dipelajari lebih lanjut pada
perencanaan struktur bangunan (struktur bagian atas maupun struktur bagian bawah).

1. Pemakain Satuan SI.


Satuan Sistem Internasional atau System Internasional d’unitas (SI) pada era global ini
diharapkan dipakai secara luas terutama di Indonesia. Satuan SI yang dikenal antara lain:

Tabel 2.1
Satuan Dasar SI

Kuantitas Satuan Singkatan/Simbol SI


Panjang Meter, Milimeter = 10-3 m m, mm
Luas Meter persegi, milimeter persegi m2 , mm2
Volume Meter kubik m3
Frekuensi Hertz = 1 putaran per detik Hz
Massa Kilogram kg
Kerapatan Kilogram per meter kubik kg/m3
Gaya Newton, KiloNewton N, kN
Tegangan Newton per meter persegi N/m2
Newton per milimeter persegi N/mm2
Pascal (N/m2) Pa
Mega Pascal (MPa) 106 Pa=106N/m2 =N/mm2

Tabel 2.2
Nomenklatur Untuk Perkalian Satuan SI

Faktor perkalian Awalan Singkatan/Simbol


SI
1.000.000.000 = 109 Giga G
1.000.000 = 106 Mega M
1.000 = 103 Kilo K
0,001 = 10-3 Mili M
0,000 001 = 10-6 Mikro 
0,000 000 001 = 10-9 Nano N

2. Pengertian Gaya
Gaya adalah penyebab sebuah benda yang awalnya diam kemudian bergerak, perubahan
gerak ini menyebabkan besar dan atau arah kecepatannya berubah pula. Gaya ditentukan oleh
besarnya garis kerja, arah kerja dan titik tangkapnya. Besarnya gaya (dimensi) yang dipakai dalam

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 108


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
satuan SI adalah N atau kN dan digambarkan pada sebuah garis. Bila panjang garis diambil suatu
perbandingan misal 1 cm  2 kN maka ini disebut sebagai skala gaya. Arah gaya ialah arah
bergeraknya benda dan diberi tanda panah bermata satu. Letak gaya disebut sebagai titik tangkap
gaya dan titik tangkap gaya terletak pada titik berat benda, sedang garis yang berimpit dengan gaya
itu adalah garis kerja gaya.

P = 30 kN
Garis kerja gaya
A
Gambar 2.1
Menggambar Gaya Dengan Skala 1 cm : 10 kN
Titik A Adalah Titik Tangkap Gaya (Titik Berat benda).

3. Skalar dan Vektor


Skalar ialah besaran yang hanya ditentukan oleh besarnya saja (panjang, luas, volume,
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

energi) dan lain-lain. Sedangkan vektor ialah besaran yang ditentukan oleh arah dan besarnya, misal
gaya, kecepatan, impuls, dan sebagainya).
Menyusun Gaya, bila dua gaya atau lebih bekerja pada satu sistem diganti dengan satu gaya
yang ekivalen, maka gaya ekivalen ini disebut dengan resultan gaya (R). Mengganti dua gaya atau
lebih menjadi sebuah R disebut menyusun gaya sedang gaya-gaya yang diganti kemudian disebut
sebagai komponen gaya. Untuk menyusun gaya dapat digunakan dua cara: Cara Analitis dan Cara
Grafis.

4. Pengertian Beban
Pengertian “muatan” pada peraturan lama (PMI’71) telah disepakati oleh para ahli bahasa
untuk diganti dengan “pembebanan” sebagai terjemahan yang benar dari istilah Inggris yaitu
“loading”, hal ini terlihat pada Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 yang diterbitkan
oleh Departemen Pekerjaan Umum atau disingkat dengan PPI’83. PPI’83 memuat informasi lebih
lengkap daripada PMI’71 karena telah ditambah tentang pembebanan untuk kemiringan atap > 1:20,
gedung parkir bertingkat dan beban hidup helicopter.
Dalam rekayasa teknik sipil, struktur yang dirancang harus kokoh dan kuat artinya struktur
tersebut harus mampu menahan beban dari luar maupun beban berat sendiri dari struktur. Beban
dari luar biasanya bersesuaian dengan fungsi/kegunaan struktur/bangunan tersebut dibangun, maka
beban yang bekerja dapat berupa (PPI’83):
 Beban Mati ialah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala
unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari gedung itu.
 Beban Hidup ialah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung,
dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat
berpindah, mesin-mesin serta peeralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatjkkan
perubahan dalam pembebanan lantai atau atap tersebut. Khusus pada atap kedalam beban hidup
dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan, baik akibat genangan maupun akibat tekanan
jatuh (energi kinetik) butiran air. Ke dalam beban hidup tidak termasuk beban angin, beban
gempa dan beban khusus.
 Beban Angin ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan
oleh selisih dalam tekanan udara.
 Beban Gempa ialah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Dalam hal pengaruh gempa pad
struktur gedung ditentukan berdasarkan suatu analisa dinamik, maka yang diartikan dengan
beban gempa disini adalah gaya-gaya di dalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah
akibat gempa itu.
 Beban Khusus ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian yang terjadi akibat
seleisih suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan pondasi, susut, gaya-gaya tambahan
yang berasal dari beban hidup seperti gaya rem yang berasal dari keran, gaya sentrifugal dan
gaya dinamis yang berasal dari mesin-mesin, serta pengaruh-pengaru khusus lainnya.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 109


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Sebagian beban tersebut diatas dapat dirinci sebagai berikut (PPI’83):
a. Beban mati, antara lain:
Beton ............................................................ = 2200 kg/m3
Beton bertulang ............................................. = 2400 kg/m3
Pasangan bata merah ................................... = 1700 kg/m3
Asbes semen (eternit&sejenisnya), tebal maks 4mm ................ = 11 kg/m2
Kaca dgn tebal 3-4 mm .......................................................... = 10 kg/m2
Spesi semen per cm tebal ...................................................... = 21 kg/m2
Tegel lantai per-cm tebal, tanpa spesi ..................................... = 24 kg/m2
Aspal + bahan mineral penambah per-cm tebal ...................... = 14 kg/m2
Atap genting + reng + usuk per m bidang atap ...................... = 50 kg/m2
Dan lain-lain, lihat PPI’83
b. Beban hidup, muatan hidup pada lantai bangunan, antara lain:
Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana, bukan untuk toko, pabrik atau
bengkel = 125 kg/m2
Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, restoran, hotel dan asrama =
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

250 kg/m2
Tangga & Bordes untuk lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, restoran,
hotel dan asrama = 300 kg/m2
Lantai ruang olahraga = 400 kg/m2
Lantai ruang dansa = 500 kg/m2
Dan lain-lain, lihat PPI’83

5. Pemodelan Beban pada Struktur


Beban yang bekerja pada struktur berupa beban tetap, beban hidup, beban angin, beban
gempa, dan beban lainnya harus dimodelkan terlebih dahulu sebelum dianalisis pengaruh beban
terhadap struktur yang ditinjau. Pemodelan beban tersebut dapat berupa:

Beban Terpusat, misal:


P1 P2

Gambar 2.2
Beban Terpusat, P1& P2 = Bisa Berasal dari Beban Balok Anak (Balok Memanjang) atau
Beban Roda Kendaraan

Beban Terbagi Merata, misal:

Plat Beton Kolom Beton

Balok Beton q = …. kN/m’

(a) (b)
Gambar 2.3
Beban Merata

Beban pada struktur Gambar 2.3.(a), dapat dimodelkan menjadi Gambar 2.3.(b). Beban q
dapat berasal dari berat sendiri balok beton, berat sendiri plat, berat spesi + tegel, berat plafon,
beban berguna dan lain-lain, bergantung dari fungsi bangunannya.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 110


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Contoh perhitungan beban q pada plat:
Beban Mati Plat:
Berat sendiri plat = 0,12 m x 1m x 2400 kg/m3= 288 kg/m’
Berat spesi semen = 2 cm x (17 kg/m2 per cm tebal)= 34
Berat tegel teraso = 2 cm x (24 kg/m2 per cm tebal)= 48
qD = 370 kg/m’
Beban hidup plat untuk pertokoan qL = 1mx250 kg/m2 = 250 kg/m’

Beban Terbagi Tidak Merata:

R = 1/2h2 h
Kolam air
h
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 2.4
Beban Terbagi Tidak Merata

6. Gaya Dalam
Beban yang dikerjakan pada konstruksi disebut gaya luar, akibat gaya luar akan timbul
perubahan bangun (deformasi) pada konstruksi, untuk melawan perubahan tersebut timbul gaya-gaya
yang disebut gaya dalam. Gaya dalam dibagi menjadi:
 Internal force (gaya internal, bisa berupa Fx, Fy, Fz) berupa gaya normal/aksial dan gaya
lintang/geser  gaya N dan D
 Internal momen (momen internal, bisa berupa Mx, My, Mz)  M
 Akibat gaya luar juga terjadi defleksi/penurunan () dan rotasi ()
Dengan adanya gaya dalam N dan D diharapkan struktur kemungkinan tidak terjadi
penurunan, sedang adanya momen diharapkan tidak terjadi rotasi pada struktur.
Bila konstruksi dalam keseimbangan maka gaya dalam harus sama dengan gaya luar,
sehingga tidak terjadi perubahan bentuk. Perubahan bentuk sebenarnya juga bergantung dari cara
pembebanan struktur. Beberapa jenis pembebanan gaya luar:
 Pembebanan dari gaya luar berupa beban tarik
 Pembebanan dari gaya luar berupa beban tekan
 Pembebanan dari gaya luar berupa beban geser
 Pembebanan dari gaya luar berupa beban lentur (momen)
 Pembebanan dari gaya luar berupa beban puntir/torsi

Pembebanan dari Gaya Luar Berupa Beban Tarik


Beban tarik adalah beban yang diberikan sejajar dengan sumbu longitudinal batang/benda.

Timbul gaya dalam berupa gaya


normal tarik atau aksial tarik

Pluar

Gambar 2.5
Gaya Dalam Akibat Pluar Tarik

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 111


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pembebanan dari Gaya Luar Berupa Beban Tekan
Beban tekan adalah beban yang diberikan sejajar dengan sumbu longitudinal batang/benda.

Timbul gaya dalam berupa


normal tekan atau aksial tekan

Pluar

Gambar 2.6
Gaya Dalam Akibat Pluar Tekan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Pembebanan dari Gaya Luar Berupa Beban Geser

Pluar

Timbul gaya dalam berupa gaya geser yg bekerja tegak


lurus sumbu longitudinal, juga timbul momen

Gambar 2.7
Gaya Dalam Akibat Pluar Beban Geser

Pembebanan dari Gaya Luar Berupa Beban Lentur (Momen)


Mluar

Momen dalam = momen luar

Gambar 2.8
Gaya Dalam Akibat Mluar (Beban Lentur)

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 112


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pembebanan dari Gaya Luar Berupa Beban Puntir/Torsi

P luar

P luar akan menjadi M puntir


(Mp), M puntir = M luar = Torsi

Mp dalam = Torsi
(a)
Fy
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

My

Fx
Mx
Mz
Fz

(b)

Gambar 2.9
Ilustrasi Putaran Momen

Apabila pada Gambar 2.9.(b) dikerjakan beban P yang miring terhadap sumbu X, Y dan Z maka akan
timbul enam buah stress resultante yang merupakan gaya-gaya dalam Internal force (gaya internal
Fx, Fy, Fz) berupa gaya normal/aksial (N) dan gaya lintang/geser (D) serta Internal momen (momen
internal Mx, My, Mz).
Dimana:
Fx = gaya aksial
Fy = gaya vertikal (geser vertikal)
Fz = gaya horisontal (geser horisontal)
Mx = momen yang melintasi sb.X, merupakan momen torsi
My = momen yang melintasi sb.Y, merupakan momen lentur horisontal
Mz = momen yang melintasi sb.Z, merupakan momen lentur vertikal

7. Macam-macam Tumpuan
Konstruksi apapun biasanya mempunyai tugas mendukung gaya-gaya luar (beban) yang
bekerja padanya. Agar memenuhi tugas itu maka konstruksi harus ditumpu atau diletakkan pada
perletakan tertentu. Perletakan ini dapat berupa tanah, pondasi atau kontruksi yang difungsikan
sebagai perletakan. Seperti sebuah jembatan, gaya yang bekerja pada jembatan akan diterima oleh
pangkal jembatan berupa gaya tumpuan (reaksi perletakan) keatas, kemudian tumpuan ini mendesak
tanah.Mencari reaksi gaya dapat dengan cara: Analitis (perhitungan matematis) & Grafis (bantuan
gambar).
Beberapa macam tumpuan: tumpuan bidang datar/miring, tumpuan titik, tumpuan
engsel/sendi, tumpuan rol, tumpuan jepit, pendel, tali/kabel dan lain-lain.

Tumpuan Bidang Datar/Miring


Suatu benda diletakkan pada bidang datar/bidang miring maka akan timbul reaksi gaya oleh bidang
tersebut berupa gaya normal N yang bekerja tegak lurus pada bidang datar/bidang miring.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 113


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
N N

G
G

Gambar 2.10
Reaksi Gaya pada Bidang
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Tumpuan Titik
Bila suatu batang/benda disandarkan pada garis potong dua bidang datar atau titik singgung
silinder, maka gaya reaksi berupa bidang normal N akan bekerja tegak lurus batang/benda
N
N

Gambar 2.11
Arah Reaksi Gaya Tumpuan Titik

Tumpuan Engsel/Sendi
Tumpuan engsel dapat menerima gaya arah sembarang asal melalui titik pusat engsel, gaya
ini dapat diurai menjadi vertikal dan gaya horisontal, maka gaya engsel dapat berupa R, R V dan RH.
Tetapi tumpuan ini tidak dapat menerima momen karena tumpuan ini masih menyebabkan
batang/benda bisa berotasi. Persamaan keseimbangan yang tidak diketahui hanya ada dua, yaitu  V
= 0 dan  H = 0.
Rv
R Rv R

RH
RH

Perletakan engsel/sendi Pemodelan tumpuan sendi

Gambar 2.12
Arah Reaksi Gaya Tumpuan Engsel/Sendi
Tumpuan Rol
Tumpuan rol hanya dapat menerima gaya searah tegak lurus bidang perletakan rol, juga tidak
dapat menerima momen karena tumpuan ini masih menyebabkan batang/benda bisa berotasi.
Persamaan keseimbangan yang tidak diketahui hanya ada satu persamaan, yaitu V= 0 atau H = 0,
bergantung bidang perletakan rolnya, pada Gambar 2.13, RV≠ 0 tapi RH = 0.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 114


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Rv
Rv

Perletakan rol Pemodelan tumpuan rol

Gambar 2.13
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Arah Reaksi Gaya Tumpuan Rol

Tumpuan Jepit
Pada beam column joint atau pertemuan balok dan kolom yang di cor secara monolit, pertemuan ini
dapat dianggap sebagai tumpuan jepit. Persamaan keseimbangan yang tidak diketahui terdapat tiga
persamaan, yaitu V=0 , H=0, dan M= 0. Dengan demikian tumpuan ini dapat menerima gaya
dan momen jepit. Gaya yang diterima tumpuan jepit dapat berarah sebarang, gaya ini dapat diurai
menjadi vertikal dan gaya horisontal, maka gayanya berupa R, RV dan RH. Momen jepit yang diterima
oleh tumpuan jepit sebenarnya dalam rangka mengamankan batang/benda tidak terjadi rotasi atau 
= 0.
Kolom beton

M
M
RH
RH Balok beton

Rv
Rv

Perletakan Jepit Pemodelan tumpuan jepit

Gambar 2.14
Arah Reaksi Gaya Tumpuan Jepit

Pendel
Pendel ialah suatu batang dengan kedua ujung batang berupa engsel, batang ini tidak boleh dibebani
dengan gaya, reaksi yang timbul pada pendel ialah gaya yang berimpit dengan batang tersebut.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 115


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Rv

Gambar 2.15
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Arah Reaksi Gaya pendel

Tali/Kabel
Gaya reaksi F yang diterima oleh tali/kabel ialah gaya yang terletak didalam tali/kabel, contoh seperti
gaya kabel pada katrol.

F F1
F2

G G

Gambar 2.16
Arah Reaksi Gaya Kabel

8. Tinjauan Perilaku Struktur dan Elemen


Pada materi sebelumnya disebutkan bahwa akibat beban yang bekerja pada struktur akan
timbul gaya dalam antara lain:
 Momen (M), berupa momen lentur dan atau momen puntir. Dalam perhitungan dan aplikasinya
pada struktur dikenal dengan momen positif dan momen negatif. Momen positif terjadi apabila
serat bawah elemen/struktur tertarik dan serat atas tertekan. Sedang momen negatif terjadi
apabila serat bawah elemen/struktur tertekan dan serat atas tertarik
 Gaya lintang/geser (D) adalah gaya dalam yang bekerja tegak lurus sumbu longitudinal/serat
elemen
 Gaya normal/aksial (N) adalah adalah gaya dalam yang bekerja sejajar sumbu longitudinal/serat
elemen.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 116


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Dapat digambarkan dengan notasi sebagai berikut:

+M -M +D -D

+N -N

Gambar 2.17
Gambar Notasi Elemen yang Mengalami Deformasi

9. Keseimbangan Gaya dan Tumpuan


Bila gaya aksi dan reaksi gaya bekerja di suatu titik tangkap, maka benda itu dalam
keseimbangan, hal ini dapat terjadi jika syarat-syarat keseimbangan dipenuhi, dimana terdapat tiga
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

syarat-syarat keseimbangan gaya, yaitu:


  Px = 0 atau  H = 0 (adalah jumlah semua gaya arah sumbu x atau jumlah semua gaya arah
horisontal dari titik awal sampai dengan titik yang ditinjau)
  Py = 0 atau  V = 0 (adalah jumlah semua gaya arah sumbu y atau jumlah semua gaya arah
vertikal dari titik awal sampai dengan titik yang ditinjau)
  M = 0 (adalah jumlah semua gaya kali jarak dari titik awal sampai dengan titik yang ditinjau).

z
W P

Gambar 2.18
Arah Gaya Aksi dan Arah Reaksi Gaya

Dari gambar diatas ditinjau dengan tiga persamaan kesetimbangan didapat sebagai berikut:
  Px = 0 atau  H = 0, didapat P – W = 0
  Py = 0 atau  V = 0, didapat N – G = 0
  M = 0, didapat jumlah semua momen = 0, karena titik z terletak pada garis kerja kerja gaya-
gaya yang ada atau karena lengan gaya = 0 maka gaya kali jarak = 0.
Jenis gaya yang menyebabkan suatu benda dalam keseimbangan adalah:
 Adanya gaya-gaya luar (gaya aksi), gaya luar bisa diartikan beban yang bekerja pada suatu benda
 Akibat gaya luar maka akan timbul reaksi gaya (gaya tumpuan).

Momen Gaya terhadap Poros


Momen gaya terhadap poros momen dari suatu gaya P terhadap sebarang poros ialah hasil
kali proyeksi P’ pada sebuah bidang datar yang tegak lurus poros tersebut dengan jarak d dari titik
potong poros dengan bidang itu ke proyeksi gaya P’, atau M = P’.d
Arah rotasi searah jarum jam diberi tanda positip (+), sebaliknya arahnya yang berlawanan
dengan arah jarum jam diberi tanda negatif (-).

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 117


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Poros
P

d
P’ O

Bidang datar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 2.19
Momen Gaya Terhadap Poros.
Dimensi: Gaya P Dalam N, Jarak d Dalam m, Momen M Dalam N.m.

Momen Gaya terhadap Titik


Momen Mo suatu gaya P terhadap titik o pada bidang datar ialah hasil kali dari gaya P
dengan jarak d ke garis kerja P ke titik o, dan diberi tanda sesuai dengan rotasinya. Bila arah rotasi
searah jarum jam diberi tanda positip (+), sebaliknya arahnya yang berlawanan dengan arah jarum
jam diberi tanda negatif (-).

P2
P1
Mo = + P1.d
d d

O O
Mo = - P2.d

Gambar 2.20
Momen Gaya Terhadap Suatu Titik O

Vektor Momen
Bila kita menggambar momen Mo sebagai vektor momen, maka arah vektor itu disesuaikan dengan
arah memasukkan sekrup dan vektornya diambil tegak lurus pada bidang datar yang ditentukan oleh
titik o dan garis kerjanya.Arah vektor momen sebenarnya juga mengikuti aturan (kaidah) tangan
kanan seperti gambar berikut ini.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 118


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P
d
o

Bidang datar

Mo
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 2.21
Vektor Momen

Y
Y

Z
X

X
Z
Gambar 2.22
Ilustrasi Arah Vektor Momen Mengikuti Kaidah
Tangan Kanan

Kopel
Kopel adalah sistem dua gaya dimana kedua gaya tersebut sama besarnya tetapi berlawanan
arah serta garis kerjanya sejajar. Momen kopel = hasil kali salah satu P dengan panjang lengannya =
P.d, dan diberi tanda sesuai dengan rotasinya. Bila arah rotasi searah jarum jam diberi tanda positip
(+), sebaliknya arahnya yang berlawanan dengan arah jarum jam diberi tanda negatif (-).

P1 P1 B
P
d d d
P1 P1 P A
M = + P1.d M = - P2.d
O
Gambar 2.23
Momen Kopel
Sifat kopel:
 Kopel memberi sifat rotasi dalam bidang datar kopel.
 Kopel boleh dipindahkan pada bidang tempat kopel itu berada dan bidang datar sejajar dengan
bidang kopel itu sendiri.
Kontrol momen kopel:
Mo = -P.OA + P.OB = P.(OB – OA) = P.(d)
Mo = P.d.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 119


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Letak titik O sebarang, maka momen kopel tidak berubah besarnya, jadi kopel boleh dipindahkan
pada bidang datar, maka momen kopelnya tetap Mo = P.d.

10. Pengertian Konstruksi


Konstruksi adalah susunan/rangkaian (model, tata letak) suatu bangunan. Bangunan teknik
sipil yang dikenal antara lain: Bangunan Gedung (beton, baja, kayu dan lain-lain), Jembatan, Jalan,
Bangunan Keairan (saluran, bendung, bendungan dan lain-lain). Perencanaan konstruksi bergantung
pada: fungsinya, beban yang bekerja, material yang digunakan, dimensi, asumsi sistem struktur yang
dipakai, dan lain-lain.

Pengertian Konstruksi Statis Tertentu.


Balok sederhana (simple beam) adalah balok yang ditumpu oleh tumpuan sendi dan rol saja,
atau dapat dikatakan bahwa balok sederhana termasuk dalam kategori struktur statis tertentu. Portal
dengan tumpuan sendi dan rol juga masuk dalam kategori konstruksi statis tertentu, karena dapat
dianalis dengan tiga syarat kesetimbangan secara langsung. Tiga syarat keseimbangan yang
dimaksud adalah M = 0, V = 0 dan H = 0. Dari analisis ini dapat diketahui besarnya reaksi
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

tumpuan, gaya D, gaya N, momen, gambar bidang D, gambar bidang N dan gambar bidang M.
Apabila ada struktur yang persamaan keseimbangan lebih dari tiga syarat tersebut di atas maka
termasuk konstruksi statis tak tentu, ketidaktentuan statisnya bisa tingkat satu, dua, tingkat n. Hal ini
sangat bergantung dengan sistem struktur yang dirancang oleh konstruktor (perancang konstruksi).
Dalam bahasan ini diberikan beberapa contoh jenis konstruksi statis tertentu dan statis tak
tentu. Tetapi pembahasan utamanya hanya akan dibahas struktur statis tertentu (disesuaikan dengan
kisi-kisi dari KSG).

3
(a)
1 2
3
2
3
(b) P
1 (c) 2
1
3 4

1 (d) 2

Gambar 2.24
Konstruksi Statis Tertentu
Gambar 2.24.a. Konstruksi balok statis tertentu dengan tiga unknow, hanya ada tiga bilangan yang
tidak diketahui yaitu gaya 1,2,3.
Gambar 2.24.b. Konstruksi konsol statis tertentu dengan tiga unknow, hanya ada tiga bilangan
yang tidak diketahui yaitu gaya 1,2 dan momen 3.
Gambar 2.24.c. Konstruksi portal statis tertentu dengan tiga unknow, hanya ada tiga bilangan yang
tidak diketahui yaitu gaya 1,2,3.
Gambar 2.24.d. Konstruksi balok statis tak tentu dengan empat unknow, lebih dari ada tiga
bilangan yang tidak diketahui yaitu gaya 1,2,3, 4.

11. Contoh Soal

Contoh Soal 1:
Diketahui struktur di bawah ini, hitung dan gambar bidang M, N dan D.
Penyelesaian:
P2X = P2. cos600 = 3000.cos600 = 1500 kN
P2Y = P2. sin600 = 3000.sin600 = 2598 kN
MB = 0

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 120


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Av.6 – P1.4 - P2Y.2 = 0, 6Av –2000.4 – 2598.2 = 0, 6Av - 13196 = 0
13196
Av   2199
6 kN ( )
MA = 0

P1 = 2000 P2 = 3000
kN P2Y kN

+
0
60 P2X
A
AH B
+
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

+
Av Bv
2m 2m 2m

6m

Gambar 2.25
Struktur Contoh 1, dan Perjanjian Tanda Putaran Momen

P1.2 + P2Y.4 – Bv.6 = 0, 2000.2 + 2598.4 – 6Bv = 0, 14392 – 6Bv = 0


14392
Bv   2399
6 kN ( )
H = 0
AH - P2X = 0,  AH = P2X = 1500 kN ( )
Kontrol:
V = 0
Av + Bv = P1 + P2Y
2199 + 2399 = 2000 + 2598
4598 = 4598 kN  Ok.

Bidang D
DA = Av = 2199 kN, Dc = DA - P1 = 2199 – 2000 = 199 kN
DD = Dc - P2Y = 199 – 2598 = - 2399 kN, DB kiri = Bv = 2399 kN
DB kanan = DB kiri + Bv = - 2399 + 2399 = 0

Bidang N
NA = AH = 1500 kN, Nc = NA = 1500 kN, ND = Nc - P2X = 1500 – 1500 = 0, NB = 0

Bidang M  dari kiri ke kanan


MA = 0, karena tumpuan titik A adalah sendi
Mc = Av.2 = 2199.2 = 4398 kN.m, MD = Av.4 - P1.2 = 2199.4 – 2000.2 = 4796 kN.m
MB = Av.6 - P1.4 - P2Y.2 = 2199.6 – 2000.4 – 2598.2  0 atau
MB = 0, karena tumpuan titik B adalah rol

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 121


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P1 = 2000 kN P2 = 3000 kN
P2Y

600 P2X
A
AH=1500 kN B

Av = 2199 kN 2m 2m 2m Bv = 2399 kN

6m

2000
2199 + 199
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

- 2399
Bid. D

0 0
+ 4796
4398

Bid. M

1500 -
Bid. N

Gambar 2.26
Gambar Bidang M, N dan D Contoh 1
Contoh Soal 2:
Diketahui struktur di bawah ini, hitung dan gambar bidang M, N dan D.
q = 1000 kN/m’

A B A B
D C E
Q= q.L = 1000.4 = 4000
Av 4m Bv Av ½.L Bv
kN½.L

Gambar 2.27
Struktur Contoh 2

Penyelesaian:
Titik C berada ditengah-tengah bentang (½.L)
Titik D dan E masing berada di ¼.L
MB = 0
Av.4 – Q. ½.L = 0, 4Av –q.L. ½.L = 0, 4Av – ½.q.L2 = 0, 4Av – 4000.2 = 0
8000
Av   2000
4 kN ( )
Karena simetris, maka:
Av = Bv = 2000 kN ( ) atau
Bv = Q – Av = 4000 – 2000 = 2000 kN ( )
H = 0, maka AH = 0.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 122


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Bidang D

A D A C A E
Av Q1=¼.L.q=1000 Av Q2=½.L.q=2000 Q3 =¾.L.q=3000
kN
¼.L=1 kN kN
½.L= Av ¾.L=3
2
Gambar 2.28
Irisan Beban Pada Titik D, C, & E.

DA = Av = 2000 kN
DD = DA - Q1 = 2000 – ¼.L.q = 2000 – ¼.4.1000 = 2000 – 1000 = 1000 kN
Dc = DA - Q2 = 2000 – ½.L.q = 2000 – ½.4.1000 = 2000 – 2000 = 0
DE = DA - Q3 = 2000 – ¾.L.q = 2000 – ¾.4.1000 = 2000 – 3000 = - 1000 kN
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

DB kiri = Bv = 2000 kN
DB kanan = DA – Q + Bv = 2000 – 4000 + 2000 = 0

Bidang N
NA = AH = 0

Bidang M  dari kiri ke kanan


MA = 0, karena tumpuan titik A adalah sendi
MC = Av.2 – ½.L.q. (½.½.L) = 2000.2 – ½.4.1000. (½.½.4)
= 4000 – 2000.1 = 2000 kN.m
MD = Av.1 – 1000.0,5 = 1500 kN.m
ME = Av.3 – 3000.1,5 = 2000.3 - 4500 = 1500 kN.m
MB = Av.4 – 4000.2 = 2000.4 – 4000.2 = 0, atau
MB = 0, karena tumpuan titik B adalah rol.

q = 1000 kN/m’

A B
D C E

Av 4m Bv

2000
+

Bid. D _- 2000

+ 2000

1500 1500
Bid. M

Bid. N = 0
Gambar 2.29
Gambar Bidang M, N, dan DContoh Soal 2.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 123


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Contoh Soal 3:
Diketahui struktur konsol di bawah ini, hitung dan gambar bidang M, N dan D.

P1 = 20 kN P2Y P2 = 60 kN
P3 = 10 kN
0
30 P2X

A B C D

Av 1,5 m 1,5 m 2m

5m

Gambar 2.30
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Struktur Contoh 3

Penyelesaian:
P2X = P2. cos300 = 60.cos300 = 51,96 kN
P2Y = P2. sin300 = 6000.sin300 = 30 kN
V = 0
Av = P1 + P2Y + P3 = 20 + 30 + 10 = 60 kN ( )
H = 0
AH - P2X = 0, AH = P2X = 51,96 kN ( )

Bidang D
DA = Av = 60 kN, DB = DA - P1 = 60 – 20 = 40 kN, Dc = DB - P2Y = 40 – 30 = 10 kN
DD = Dc - P3 = 10 – 10 = 0

Bidang N
NA = AH = 51,96 kN, NB = NA = 51,96 kN

Bidang M
MAD = 0  dari D ke A
MAD + P1.1,5 + P2Y.3 + P3.5 = 0, MAD + 20.1,5 + 30.3 + 10.5 = 0
MAD +170 = 0  MA = - 170 kN
MBD = 0  dari D ke B
MBD + P2Y.1,5 + P3.3,5 = 0, MBD + 30.1,5 + 10.3,5 = 0
MBD + 80 = 0  MBD = - 80 kN
MC = 0  dari D ke C
MCD + P3.2 = 0, MCD + 10.2 = 0, MCD + 20 = 0  MCD = - 20 Kn

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 124


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P1 = 20 kN P2Y P2 = 60 kN
P3 = 10 kN
0
30 P2X
AH = 51,96 kN
A B C D
Av = 60 kN 1,5 m 1,5 m 2m

5m

20
60  30
10
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Bid. D
170

80

- 20

0
Bid. M

51,96 -
Bid. N
Gambar 2.31
Bidang M, N, dan D Contoh 3

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 125


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
C. Konstruksi Beton dan Baja

1. Merancang Campuran Beton


Prosedur merancang campuran beton terdiri dari:
a. Penakaran Bahan
Penakaran bahan-bahan campuran beton untuk pekerjaan-pekerjaan penting dan besar harus
dilaksanakan dengan cara penimbangan. Untuk pekerjaan kecil dapat digunakan penakaran
volumetrik. Bilamana dikehendaki campuran-campuran beton yang seragam dengan
perbandingan-perbandingan bahan yang betul serta konsistensi yang baik, penakaran bahan-
bahan campuran perlu diawasi dengan seksama.
1) Penakaran Semen.
Gunakan ukuran sak-sak semen penuh untuk suatu campuran beton, sebagai takaran berat
semen. Perlu diperhatikan berat semen per sak untuk setiap merek semen akan berbeda dan
biasanya dicantumkan pada kantongnya. Bilamana hanya sebagian sak semen yang
digunakan, maka bagian semen ini harus ditimbang.
2) Penakaran air.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Anggap 1 liter air = 1 kg. Penakaran air harus dilakukan dengan teliti mengingat pentingnya
perbandingan air-semen yang dapat mempengaruhi kekuatan beton.
3) Penakaran Agregat.
Menakar bahan-bahan agregat dengan ukuran isi tidak dibenarkan, kecuali bila disertai
pengawasan yang ketat.Sedikit saja air dalam bahan agregat halus dapat menyebabkan
bahan itu mengembang yang dapat merubah harga berat isinya. Kadar air bebas pada
agregat harus ditentukan, diperhitungkan dan diawasi dengan teliti. Kadar air dari agregat
dapat beubah setiap saat dan perbedaan kecil saja sudah cukup menyebabkan penambahan
isi yang cukup berarti, sehingga cara yang praktis untuk menakar agregat, terutama agregat
halus, adalah penimbangan.
b. Pengadukan dengan tangan.
Untuk beton yang bermutu rendah, atau pada saat pengaduk mekanis rusak, dapat
dipertimbangkan untuk mengaduk beton dengan tangan, dengan catatan hanya untuk pekerjaan
kecil dalam keadaan darurat. Untuk beton pratekan, tidak diperkenankan pengadukan dengan
tangan.Adukan beton hanya boleh dibuat sebanyak yang dibutuhkan, dan bilamana ada sisa
adukan beton yang belum dpat dicorkan, maka sisa ini harus dilindungi dari panas matahari atau
hujan untuk tetap mempertahankan banyaknya kandungan air. Sebelum pengecoran dilanjutkan,
beton harus diaduk kembali sampai merata.Penambahan air kepada adukan beton yang telah
menjadi lebih kental dari yang disyaratkan, tidak diizinkan. Adukan beton yang telah dibiarkan
mengering lebih dari ½ jam setelah selesai pengadukan, tidak boleh digunakan lagi.Jumlah
semen yang digunakan harus 10% lebih banyak dibandingkan dengan jumlah semen pada
pengadukan mekanis dan penurunan tidak boleh melebihi 150 mm.Prosedur pengadukan beton
dengan tangan dilakukan diatas sebuah kotak kayu yang kuat serta cukup luas, atau diatas lantai
bersih yang tidak menyerap air. Bilamana beton yang akan diaduk itu jumlahnya banyak,
pekerjaan harus dilakukan ditempat yang terlindung dari sinar matahari dan hujan.Hamparkanlah
pasir sebanyak yang dibutuhkan, kemudian diatasnya dituangkan semen sesuai dengan yang
diperlukan, sambil diusahakan terbentuknya lapisan semen yang sama tebalnya. Semen dan pasir
ini diaduk sampai merata, minimum dilakukan 2 kali sampai terdapat suatu campuran yang sama
warnanya. Diatas campuran kering ini dituangkan agregat kasar dan diaduk sambil diberi air
sedikit demi sedikit sampai menghasilkan adukan yang seragam, pengadukan paling sedkit
dilakukan 2 kali.

c. Campuran Beton
Untuk beton mutu Bo dapat dipakai setiap campuran yang lazim dipakai untuk pekerjaan-
pekerjaan non strukturil dengan syarat bahwa perbandingan jumlah pasir & kerikil terhadap jumlah
semen tidak melampui 8 : 1 atau 1PC : 3 PS : 5 KR.
Untuk beton mutu B1 dan K125 harus dipakai campuran nominal semen :Pasir:Kerikil dalam
perbandingan isi 1 : 2 : 3 atau 1 : 1 ½ : 2 ½.
Untuk beton mutu K175 dan mutu-mutu lainnya yang lebih tinggi, harus dipakai campuran
yang direncanakan. Yang diartikan dengan campuran beton yang direncanakan adalah campuran
yang dapat dibuktikan dengan data otentik dari pengalaman-pengalaman pelaksanaan beton diwaktu
yang lalu atau dengan data dari percobaan-percobaan pendahuluan, bahwa kekuatan karakteristik
yang diisyaratkan dapat tercapai.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 126


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Untuk membuat perencanaan campuran beton mutu diatas K 175 perlu diperiksa material
atau bahan-bahan yang digunakan:
1) Untuk bahan semen yang diperiksa:
 Konsistensi normal semen
 Waktu ikat awal dan ikat akhir semen
 Berat jenis semen
2) Untuk bahan pasir yang diperiksa:
 Analisa ayakan pasir
 Kotoran organis pasir
 Berat jenis dan penyerapan pasir
 Berat per volume pasir
 Kadar lumpur pasir
3) Untuk bahan kerikil yang diperiksa:
 Analisa ayakan kerikil
 Uji kekerasan kerikil
 Berat Jenis dan penyerapan kerikil
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

 Berat per volume kerikil


 Kadar lumpur kerikil
Setelah ketiga bahan tersebut selesai diperiksa, maka diadakan perencanaan campuran beton.

d. Pemeriksaan Bahan Semen


Pemeriksaan bahan semen terdiri atas tiga jenis, yaitu:
1) Konsistensi normal semen
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan konsistensi normal semen dengan jarum
vicat. Konsistensi normal semen adalah suatu kondisi standart yang menunjukkan kebasahan
pasta.Kekuatan semen yang telah mengeras tergantung pada jumlah air yang dipakai waktu
proses hidrasi berlangsung. Pada dasarnya jumlah air yang diperlukan untuk proses hidrasi
hanya kira-kira 25 % dari berat semennya, penambahan jumlah air akan mengurangi
kekuatan setelah mengeras.
2) Pemeriksaan waktu ikat awal dan ikat akhir semen
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan waktu pengikatan awal dari semen dan
waktu pengikatan akhir dari semen. Waktu pengikatan awal adalah jangka waktu dari
mulainya pengukuran pasta pada konsistensi normal sampai pasta kehilangan sebagian sifat
plastis (menjadi beku).Waktu pengikatan akhir adalah jarum vicat sudah tidak dapat
menembus pasta lagi.Semen jika dicampur dengan air membentuk bubur yang secara
bertahap menjadi kurang plastis dan akhirnya menjadi keras. Pada proses ini tahap pertama
dicapai ketika pasta semen cukup kaku untuk menahan suatu tekanan. Waktu untuk
mencapai tahapan ini disebut sebagai waktu ikatan.Waktu tersebut dihitung sejak air
dicampur dengan semen. Waktu ikatan dibagi menjadi dua bagian yaitu waktu ikatan awal
(initial time) dan waktu ikatan akhir (final setting time). Waktu dari pencampuran semen dan
air sampai saat kehilangan sifat keplastisannya disebut waktu ikat awal dan waktu sampai
mencapai pastanya menjadi massa yang keras disebut waktu ikatan akhir. Pada semen biasa
ikatan awal tidak boleh kurang dari 60 menit dan waktu ikat akhir tidak boleh lebih dari 480
menit.
3) Pemeriksaan Berat Jenis Semen
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis semen.Berat jenis semen adalah
perbandingan antara berat isi kering semen pada suhu kamar dengan berat isi kering air
suling pada suhu 4o C yang isinya sama dengan isi semen. Berat jenis semen sekitar antara
3,15 – 3,17. Percobaan dapat dibuat dua kali selisihnya yang diijinkan 0,01.

e. Pemeriksaan Bahan Pasir


Pemeriksaan bahan pasir terdiri:
1) Pemeriksaan analisa ayakan pasir
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus
dengan menggunakan ayakan.Gradasi agregat halus ialah distribusi ukuran butiran dari
agregat halus. Bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang sama ( seragam ) volume
pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butiran bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil.
Hal ini karena butiran yang kecil mengisi pori di antara butiran yang lebih besar, sehingga
pori-porinya menjadi sedikit.Sebagai pernyataan gradasi dipakai nilai prosentase dari berat

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 127


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
butiran yang tertinggal atau lolos di dalam suatu susunan ayakan. Susunan ayakan ialah
ayakan dengan lubang no.4 (4,80 mm), 8 (2,40 mm), 16 (1,20 mm), 30 (0,60 mm), 50 (0,30
mm), 100(0,15mm),pan.Menurut peraturan di Inggris ( British Standart ) yang juga dipakai di
Indonesia saat ini ( dalam SKSNI-T15-1991) kekasaran pasir dapat dibagi menjadi empat
kelompok menurut gradasinya, yaitu pasir halus daerah IV, agak halus daerah III,agak kasar
daerah II dan kasar daerah I.Menurut PBI 1971 halaman 25 menjelaskan bahwa untuk
mencapai suatu kekuatan beton tertentu pada nilai slump tertentu, pada umumnya diperoleh
penghematan semen sebanyak 25 kg/m3 beton pada zone 2 dibandingkan dengan dengan
zone 1.
Tabel 3.1
Pembagian Kelompok Gradasi Pasir

Prosentase Berat Butir yang Lolos Ayakan


Lubang Ayakan
Daerah I Daerah II Daerah III Daerah IV
No 4 (4,80mm) 90-100 90-100 90-100 95-100
No.8 (2,40 mm) 60-95 75-100 85-100 95-100
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

No.16 (1,20mm) 30-70 55-90 75-100 90-100


No.30(0,60mm) 15-34 35-59 60-79 80-100
No.50(0,30mm) 5-20 8-30 12-40 15-50
No.100(0,15mm) 0-10 0-10 0-10 0-15
Pan 0 0 0 0

2) Pemeriksaan kotoran organis pasir


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan kotoran organis dalam pasir. Dan
berguna untuk mengantisipasi bahwa pasir akan selalu terjamin mutunya.Reaksi alkali silica
merupakan reaksi antara kandungan silica aktif dalam agregat dan alkali dalam semen.
Bentuk silica yang reaktif ada dalam opaline,chalcodonic,cherts,phylites,rhyolites,tuff rhyolites,
andesit, tuff andesit batu gamping silica dan sebagainya. Reaksi dimulai dengan serangan
terhadap mineral-mineral silica dalam agregat oleh alkalin hidroksida yang ada dalam semen.
Reaksi ini membentuk suatu gel alkali silica yang menyelimuti butiran-butiran agregat. Gel
tersebut dikelilingi oleh pasta semen dank arena terjadi pemuaian maka terjadilah tegangan
internal yang dapat mengakibatkan retakan atau pecahnya pasta semen. Pemuaian ini
disebabkan oleh hasil reaksi alkali-silika itu sendiri dan ditambah dengan tekanan hidrolik
melalui proses osmosis.Pemuaian akibat reaksi alkali silica ini dapat dikurangi dengan
menambah bubuk halus silica reaktif ke dalam campuran adukan betonnya. Adanya bubuk
silica reaktif akan menambah luas permukaan agregat, dan terbentuk silica kalsium alkali
yang tidak memuai. Pada umumnya sebagai pedoman dapat dipakai silica reaktif sebanyak 20
gram untuk tiap gram alkali yang memebihi 0,5 % dari berat semen.
3) Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan pasir
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis kering permukaan jenuh (
saturated surface dry = ssd ),berat jenis kering oven, berat jenis semu dan penyerapan
pasir.Berat jenis kering permukaan jenuh ( SSD = saturated surface dry ) yaitu perbandingan
antara berat agregat kering pemukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.Berat jenis kering oven yaitu perbandingan
antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu tertentu.Berat jenis semu yaitu perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada
suhu tertentu.Penyerapan ialah prosentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat
agregat kering.
4) Pemeriksaan berat per volume pasir
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi pasir, berat isi adalah perbandingan
berat dan isi yang digunakan untuk mengkonversikan dari berat menjadi volume.Volume pasir
biasanya mengembang bila sedikit mengandung air.Pengembangan volume ini disebabkan
karena adanya lapisan tipis air disekitar butir-butir pasir. Ketebalan lapisan air itu bertambah
dengan bertambahnya kandungan air didalam pasir, ini berarti pengembangan volume secara
keseluruhan. Pasir yang halus mengembang lebih banyak dari pada pasir yang kasar. Besar
pengembangan volume pasir antara 25 – 40 persen dan kadar airnya antara 5 – 8 %.Berat isi
pasir antara 1 – 2 gram / cc.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 128


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
5) Pemeriksaan kadar lumpur pasir
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berapa banyaknya lumpur yang dikandung
oleh pasir.Agregat halus atau pasir tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari 5 %
ditentukan dari berat kering. Yang diartikan dengan Lumpur adalah bagian-bagian yang dapat
melalui ayakan no.200 atau 0,063 mm. Apabila kadar Lumpur melampoi 5 % , maka agregat
halus harus dicuci. ( PBI 1971 hal.23 ).

f. Pemeriksaan Bahan Kerikil


Pemeriksaan kerikil untuk campuran beton terdiri dari:
1) Analisa ayakan kerikil
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat kasar dengan
menggunakan ayakan.Gradasi agregat kasar ialah distribusi ukuran butiran dari agregat kasar.
Bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang sama ( seragam ) volume pori akan besar.
Sebaliknya bila ukuran butiran bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena
butiran yang kecil mengisi pori di antara butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi
sedikit.Sebagai pernyataan gradasi dipakai nilai prosentase dari berat butiran yang tertinggal atau
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

lolos di dalam suatu susunan ayakan. Susunan ayakan ialah ayakan dengan lubang 3 “, 2 ½ “, 2
“, 1 ½ “,1 “,3/4 “, ½ “, 3/8 “, no.4 (4,80 mm), 8 (2,40 mm), 16 (1,20 mm), 30 (0,60 mm), 50
(0,30 mm) 100 (0,15mm), pan.Menurut peraturan di Inggris ( British Standart ) yang juga dipakai
di Indonesia saat ini ( dalam SKSNI-T15-1991) kekasaran pasir dapat dibagi menjadi 3 kelompok
menurut gradasinya, yaitu kerikil dengan butiran maks 10 mm, butiran 20 mm , butiran 30
mmdan butiran 40 mm.Gradasi kerikil masuk pada kurva 1 dan 2 akan diperoleh adukan beton
yang kasar diperlukan factor air semen yang rendah , bila gradasi kerikil masuk kurva 3 dan 4
akan diperoleh adukan beton yang halus diperlukan factor air semen yang tinggi, jadi sebaiknya
gradasi yang baik masuk dalam kurva 2 dan 3.

Tabel 3.2
Persen Butiran yang Lolos Ayakan , Ukuran Maks Kerikil 40 mm

Lubang (mm) Kurva 1 Kurva 2 Kurva 3 Kurva 4


38 100 100 100 100
19 50 59 67 75
9,6 36 44 52 60
4,8 24 32 40 47
2,4 18 25 31 38
1,2 12 17 24 30
0,6 7 12 17 23
0,3 3 7 11 15
0,15 0 0 2 5

Tabel 3.3
Persen Butiran yang Lolos Ayakan , Ukuran Maks Kerikil 30 mm

Lubang (mm) Kurva 1 Kurva 2 Kurva 3


38 100 100 100
19 74 86 93
9,6 47 70 82
4,8 28 52 70
2,4 18 40 57
1,2 10 30 46
0,6 6 21 32
0,3 4 11 19
0,15 0 1 4

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 129


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tabel3.4
Persen Butiran yang Lolos Ayakan, Ukuran Maks. Kerikil 20 mm

Lubang (mm) Kurva 1 Kurva 2 Kurva 3 Kurva 4


19 100 100 100 100
9,6 45 55 65 75
4,8 30 35 42 48
2,4 23 28 35 42
1,2 16 21 28 34
0,6 9 14 21 27
0,3 2 3 5 12
0,15 0 0 0 2

Tabel3.5
Persen Butiran yang Lolos Ayakan, Ukuran Maks. Kerikil 10 mm
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Lubang (mm) Kurva 1 Kurva 2 Kurva 3 Kurva 4


9,6 100 100 100 100
4,8 30 45 60 75
2,4 20 33 46 60
1,2 16 26 37 46
0,6 12 19 28 34
0,3 4 8 14 20
0,15 0 1 3 6

2) Pemeriksaan kekerasan kerikil


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan
dengan menggunakan mesin Los Angeles Abration. Keausan tersebut dinyatakan dengan
perbandingan antara berat bahan aus lolos ayakan No.12 terhadap berat semula dalam
prosen.Agregat untuk bahan bangunan sebaiknya dipilih yang memenuhi syarat sebagai
berikut:Butir-butirnya tajam,kuat dan bersudut. Ukuran kekuatan agregat dapat dilakukan dengan
pengujian ketahanan aus dengan mesin uji Los Angeles atau dengan bejana Rudeloff.
Persayaratan menurut standart bidang pekerjaan umum dapat dibaca dibawah ini.

Tabel 3.6
Persyaratan Kekerasan Agregat Kasar

Bejana Rudeloff
Kuat beton Mesin Los Angeles
19-30 mm 9,5 – 19 mm
Kelas I
30 32 50
Sd 10 MPa
Kelas II
22 24 40
10-20MPa
Kelas III
14 16 27
> 20 Mpa

3) Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan kerikil


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis kering permukaan jenuh ( saturated
surface dry = ssd),berat jenis kering oven, berat jenis semu dan penyerapan kerikil.Berat jenis
kering permukaan jenuh ( SSD = saturated surface dry ) yaitu perbandingan antara berat agregat
kering pemukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
jenuh pada suhu tertentu.Berat jenis kering oven yaitu perbandingan antara berat agregat kering
dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu
tertentu.Berat jenis semu yaitu perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling
yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu tertentu.Penyerapan ialah
prosentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 130


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4) Pemeriksaan berat per volume kerikil
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi kerikil, berat isi adalah perbandingan
berat dan isi yang digunakan untuk mengkonversikan dari berat menjadi volume.Volume kerikil
biasanya mengembang bila sedikit mengandung air. Pengembangan volume ini disebabkan
karena adanya lapisan tipis air disekitar butir-butir kerikil. Ketebalan lapisan kerikil itu bertambah
dengan bertambahnya kandungan air didalam kerikil, ini berarti pengembangan volume secara
keseluruhan. Kerikil yang terlalu halus mengembang lebih banyak dari pada kerikil yang kasar.
Besar pengembangan volume kerikil antara 25 – 40 persen dan kadar airnya antara 5 – 8 %.Berat
isi kerikil antara 1 – 2 gram / cc.
5) Pemeriksaan kadar lumpur kerikil
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berapa banyaknya lumpur yang dikandung oleh
kerikil.Agregat kasar atau kerikil tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari 1 % ditentukan dari
berat kering. Yang diartikan dengan Lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan
no.200 atau 0,063 mm. Apabila kadar Lumpur melampoi 1 %, maka agregat halus harus dicuci (
PBI 1971 hal.23 ).
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

g. Pemeriksaan Analisa Ayakan Campuran


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berapa prosen yang dibutuhkan untuk pasir
dan berapa prosen untuk kerikil dalam suatu campuran beton (mix design).
Susunan gradasi campuran merupakan hal yang sangat penting.Susunan gradasi agregat
tersebut akan menentukan sifat dari beton yaitu kemudahan pengerjaan, ekonomis dari campuran
beton. Gradasi agregat dapat mempengaruhi hal-hal sebagai berikut : a). Jumlah pemakaian air,
Bleeding,pengecoran beton,pemadatan beton. b) Penyelesaian beton dan sifat-sifat beton yang
sudah mengeras.
Gradasi yang baik akan dapat mengahsilkan density maksimum dan minimum void (porositas)
dan minimum luas permukaan agregat. Dalam pelaksanaan sedapat mungkin gradasi ini
dipertahankan constant, karena ketidak seragaman gradasi akan mengakibatkan variasi kekuatan
yang cukup besar.
Pada penjelasan ini tiadak dibahas mengenai criteria dan persyaratan dari bahan beton. Pembahasan
ini hanya menyangkut metode penggabungan agregat kasar dan agregat halus yang optimal sehingga
didapat campuran beton yang murah dan gampang dikerjakan. Walaupun demikian batasan-batasan
gradasi agregat akan ditampilkan sebagai pegangan batasan maksimum dan minimum untuk modulus
kehalusan butiran.

Tabel 3.7
Pembatasan Modulus Kehalusan

Diameter Maks. Modulus Kehalusan


Type Agregat
Agregat ( mm ) Minimum Maksimum
Agregat halus 4,76 2,0 3,5
Agregat kasar 20 6,0 6,9
40 6,9 7,5
75 7,5 8,0
Agregat 20 4,7 5,1
campuran 25 5,0 5,5
32 5,2 5,7
40 5,4 5,9
75 5,8 6,3

Untuk penyelesaian analisa ayakan campuran ini sebetulnya banyak cara menganalisa seperti : cara
Grafis, Cara Matematis dan cara Numerik. Untuk hal numeric memakai persamaan dasar yaitu :

p.x k(100-x)
A= 100 100

Yp adalah komulatif yang tertinggal untuk pasir.


Yk adalah komulatif yang tertinggal untuk kerikil.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 131


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tabel 3.8
Nilai A Untuk Persamaan Dasar

Diameter yangDisamakan Nilai A


19mm 100%
9,51mm 55%
4,76mm 35%
2,36mm 28%
1,18mm 21%
0,60mm 14%
0,30mm 3%

h. Perencanaan Campuran Beton Metode British Standart


Perencanaan campuran beton dimaksudkan untuk menentukan banyaknya perbandingan
material beton guna mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan permintaan perencana.
Perencanaan campuran beton Metode British Standart dilakukan dengan cara:
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

1) Penetapan kekuatan beton karakteristik pada umur tertentu. Yang dimaksudkan adalah kuat
tekan beton yang disyaratkan dari sejumlah benda uji yang kekuatannya lebih rendah dari yang
disyaratkan hanya 5 % saja. Mutu beton karakteristik dapat juga ditulis K175, K200, K225, K250,
K275, K300, K350, K400 diatas K400 termasuk beton mutu tinggi.
2) Penetapan standart deviasi (s) , adalah berdasarkan tingkat mutu pengendalian pelaksanaan
pencampuran beton dilapangan, makin baik mutu pelaksanaannya makin kecil standart
deviasinya, makin jelek mutu pelaksanaannya makin besar standart deviasinya.

Tabel 3.9
Mutu Pelaksanaan Diukur dengan Standart Deviasi

Isi Pekerjaan Standart Deviasi (s)/(kg/cm2)


Jumlah beton (
Sebutan Baik sekali Baik Dapat diterima
m3 )
Kecil <1000 45<s<55 55<s<65 65<s<85
Sedang 1000-3000 35<s<45 45<s<55 55<s<75
Besar >3000 25<s<35 35<s<45 45<s<65

3) Penghitungan nilai tambah : Jika dihitung nilai tambah berdasarkan standart deviasi maka
besarnya = 1,64 x s
4) Menetapkan kekuatan beton rata-rata yaitu dengan cara mutu beton yang direncanakan ditambah
dengan nilai tambah sebagai contoh mutu beton K175 dan s = 46 kg/cm2 , maka besarnya mutu
beton rata-rata yang dikehendaki = 175 + 1,64 x 46 = 250 kg/cm2
5) Menetapkan jenis semen, semen normal type I atau S 550.
6) Menetapkan jenis agregat: Agregat halus memakai pasir alami atau yang diambil dari sungai dan
agregat kasar memakai kerikil buatan atau kerikil pecah ( crushed aggregate ).
7) Faktor air semen bebas menggunakan Tabel 5.2 dan Grafik 5.2 akan mendapatkan nilai.
8) Faktor air semen maksimum dapat ditetapkan dengan PBI 1971 Tabel 3.10.

Tabel 3.10
Jumlah Semen Minimum dan Nilai fas Maksimum

Jumlah Semen
Nilai Faktor Air
Uraian Minimum per m3
Semen Maksimum
Beton (kg)
Beton didalam ruangan bangunan:
a. Keadaan keliling non korosif 275 0,60
b. Keadaan keliling korosif disebabkab oleh 325 0,52
kondensasi atau uap-uap korosif
Beton diluar ruang bangunan:
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari
langsung 325 0,60

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 132


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari
Beton yang masuk kedalam tanah: 275 0,60
a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-
ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat alkali dari tanah atau 325 0,55
air tanah
Beton yang kontinyu berhubungan dengan 375 0,52
air:
a. Air tawar
b. Air laut
275 0,57
375 0,52

Tabel 3.11
Nilai Slump Untuk Berbagai-bagi Pekerjaan Beton
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Slump ( cm )
Uraian
Minimum Maksimum
Dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak 5,0 12,5
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan konstruksi 2,5 9,0
dibawah tanah
Pelat , balok, kolom dan dinding 7,5 15,0
Pengerasan jalan 5,0 7,5
Pembetonan massal 2,5 7,5

9) Ukuran agregat maksimum ditetapkan dari hasil percobaan analisa ayakan


10) Kadar air bebas diambil dari Tabel 5.5
11) Kadar semen = 11 : 8
12) Kadar semen maksimum = -
13) Kadar semen minimum ditetapkan PBI 1971
14) Faktor air semen yang disesuaikan = -
15) Susunan besar butir agregat halus : Daerah (zone)
16) Persen bahan lebih halus dari 4,8 mm Grafik 5.6
17) Berat jenis riil agregat gabungan antara kerikil dan pasir.
18) Berat jenis beton diambil dari Grafik 5.5
19) Kadar agregat gabungan = 19-12-11
20) Kadar agregat halus = ….. % x 20
21) Kadar agregat kasar = ……% x 20

Banyaknya bahan Semen (kg) Pasir (kg) Kerikil (kg) Air (kg)
Tiap 1 m3 ………….. ……………. …………….. …………….

i. Pekerjaan Pengecoran Beton


Cara-cara pengecoran yang baik akan mencegah pergeseran tempat dari acuan atau
tulangan, menghasilkan lekatan-lekatan yang baik antara lapisan-lapisan yang dicor, memperkecil
penyusutan dan retak-retak serta menghasilkan suatu permukaan yang rapi dan teratur. Pemisahan-
pemisahan agregat dapat dihindari dan beton bermutu seragam dapat diperoleh.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan pengecoran beton adalah:
1) Tebal lapisan pengecoran
Beton di cor lapisan demi lapisan, tiap lapisan haris dipadatkan dengan seksama. Sebelum dimulai
pengecoran dengan lapisan yang baru. Tebal tiap lapisan tergantung dari macam pekerjaan beton
yang sedang dilaksanakan, tetapi pada pekerjaan beton bertulang tebal lapisan-lapisan itu
berkisar antara 15 – 30 cm. Untuk konstruksi yang terbuka, lapisan dapat dibuat setebal kira-kira
60 cm.Saat pengecoran harus dipilih demekian rupa, sehingga pengecoran lapisan baru dimulai
waktu lapisan sebelumnya masih plastis atau setengah keras seluruhnya, bilamana lapisan ini
dalam keadaan setengah keras, maka ada kemungkinan untuk rusak akibat pengecoran-
pengecoran baru.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 133


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2) Acuan yang dalam
Bilamana acuan itu dalam, adukan beton diisikan kedalam sebuah talang penghantar yang
dipasang diluar acuan, akhirnya adukan dapat masuk kedalam acuan tanpa menimbulkan
pemisahan-pemisahan.Cara yang baik untuk mengisi acuan yang dalam adalah dengan
mengisikan adukan beton yang makin keatas makin kental konsistensinya, bilana tidak demikian,
maka lapisan-lapisan atas akan basah berlebihan sehingga mengurangi kekuatan beton.
3) Acuan yang sempit dan dangkal
Jika acuan itu sempit dan dangkal, dapat dipakai gerobak-gerobak sorong yang mengisi acuan itu
melalui sebuah corong dari pipa yang dipasang tegak lurus. Dengan mengisi acuan secara
demikian dapat dicegah pemisahan-pemisahan dan tulangan-tulangn tetap bersih.
4) Acuan miring
Bilamana harus mengecor beton diatas lereng dengan sudut kemiringan besar, maka untuk
mencegah pemisahan-pemisahan dekat pada akhir tulangan, harus digunakan
penghalang.Bilamana sudut kemiringan lering itu kecil, maka pengecoran harus dimulai pada
bagian lereng sebelah bawah.
5) Karang beton
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Karang-karang beton dapat diperbaiki dengan mengaduk butir-butir agregat kasar yang terpisah
dengan adukan beton yang masih lembek dengan pertolongan getaran atau cara lain. Cara ini
tidak dapat memperbaiki kesalahan yang telah terjadi dengan sempurna. Yang paling baik
adalah mencegah terjadinya pemisahan-pemisahan dengan cara-cara pengecoran yang baik.

j. Perawatan Beton Setelah Pengecoran


Dilapangan sulit untuk memahami beton untuk jangka waktu yang lama, oleh sebab itu
setelah selesai pengecoran, beton cukup dibasahi sampai tercapai kekuatan yang
disyaratakan.Sebagai pegangan dapat dikemukakan disini, bahwa spesifikasi menentukan:
 Untuk melindungi permukaan beton yang telah dicor selama paling tidak antara 7 – 14 hari kalau
digunakan semen umum.
 Bila digunakan semen dengan kekuawal yang tinggi, jangka waktu perawatan dapat dikurangi
menjadi separohnya.
 Untuk semen dengan waktu pengerasan lambat, jangka waktu perawatan beton harus lebih lama
dari semen umum.

Terdapat beberapa jenis perawatan yang dapat dilakukan, antara lain:


1) Perawatan
Membiarkan acuan, tanpa membongkarnya, akan membantu kelembaban beton. Pada waktu
cuaca panas, kayu acuan perlu diperciki dengan air untuk mengimbangi penguapan. Cara ini
digunakan untuk bagian-bagian konstruksi beton yang letaknya tegak lurus.
2) Perawatan dengan air
Untuk bagian-bagian yang datar seperti perkerasan jalan, lantai, trotoir, dapat digunakan cara
penggenangan dengan air. Untuk bagian-bagian ini dapat dibuat bendungan kecil dari lempung
yang mengelilingi bagian yang akan digenangi, yang kemudian diisi dengan air. Cara
penggenangan dengan air adalah cara yang terbaik karena pembasahan terjadi terus
menerus.Periode pembasahan yang disusul oleh periode pengeringan berganti-ganti supaya
dihindari, karena dapat menyebabkan retak-retak pada permukaan beton.Lebih baik beton
dibasahi merus-menerus dengan percikan air dari pada kadang-kadang menyiramnya sekaligus.
3) Menahan penguapan
Lap dan karung penutup atau lapisan pasir dan tanah yang basah dapat digunakan untuk
menghalangi penguapan.
4) Penghalang mekanis
Penutup-penutup kedap air yang dapat digunakan untuk menghalangi penguapan antara lain
adalah kertas kedap air dan lembaran plastik. Bahan-bahan ini mempunyai kebaikan-kebaikan
antara lain ringandan mudah diselubungkan pada bagian-bagian yang terbentuk rumit.
5) Selaput kimia
Beberapa bahan kimia dapat digunakan sebagai lapisan penutup berbentuk selaput tipis yang
memperlambat penguapan air. Bahan yang digunakan berbentuk cairan yang dipakai sebagai cat,
tetapi pencegahan penguapan secara mutlak tidak dapat diperoleh karena tipisnya selaput yang
terbentuk.Penggunaan penghalang baik mekanis maupun kimia, terbatas pada beton yang
menggunakan perbandingan air semen diatas 0,4.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 134


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
6) Perawatan dengan uap
Perawatan dengan uap dilakukan untuk beton pracetak ditempat yang tertutup. Sehabis dicetak
beton dipanaskan dengan uap dari 60oC ke 80oC. dalam jangka waktu antara 3 – 4 jam, ditahan
pada suhu 80oC selama 3 – 4 jam. Pendinginan kembali ke suhu 60oC harus dilakukan perlahan-
lahan selama 10 jam (penurunan suhu 2oC/jam).Dengan cara ini kekuatan beton akan mencapai
70% kekuatan beton pada umur 28 hari.

k. Menentukan Waktu dan Cara Pembongkaran Bekesting


Cetakan dan acuan hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi tersebut dengan sistem
cetakan dan acuan yang masih ada telah mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri
dan beban-beban pelaksanaan yang bekerja padanya. Kekuatan ini harus ditunjukkan dengan hasil
pemeriksaan benda uji yang disebut diatas dengan perhitungan-perhitungan. Apabila untuk
menentukan saat pembongkaran cetakan dan acuan tidak dibuat benda uji baru boleh dibongkar
setelah beton berumur 3 minggu. Apabila dalam hal ini ada jaminan bahwa setelah cetakan dan acuan
dibongkar, beban yang bekerja pada bagian konstruksi itu tidak melapoi 50 % dari beban rencana
total, maka pembongkaran cetakan dapat dilakukan setelah beton umur 2 minggu. Jika tidak
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

ditentukan lain cetakan samping dari balok, kolom dan dinding boleh dibongkar setelah 3 hari.

2. Konstruksi Baja
Modul ini mengungkapkan aktualisasi sikap dan perilaku yang harus dimiliki seoarang tenaga
teknik bangunan dalam menghadapi pekerjaan konstruksi baja. Hal yang dimaksudkan adalah
mengetahui detail-detail perencanaan dan dapat menjelaskan secara nyata atau mempresentasikan
hasil karyanya.Modul ini mengungkapkan cara-cara serta langkah-langkah merncanakan bangunan
konstruksi baja yang terdiri dari bangunan tertutup dan bangunan terbuka, konstruksi bangunan
menggunakan konstruksi atap kerangka dan konstruksi portal gewel (gable frames).
Perencanaan akan diuraikan secara singkat dan berurutan dengan menggunakan metode
elastis (Allowable Stress Design), yang disesuaikan dengan peraturan baja di Indonesia (PPBBI-
1983).Sedangkan untuk menggambarkan hasil secara nyata akan digunakan gambar-gambar
dalambentuk tiga dimensi, dengan tujuan untuk lebih mengenalkan hasil perencanaan lebih
komunikasi. Untuk menggambar tiga dimensi digunakan program 3DSMax.
Pada sesi latihan peserta akan dikenalkan penggunaan program tersebut sehingga peserta
nantinya akan dapat melanjutkan dan menggembangkan materi yang diperolah. Berikut akan
dijelaskan perhitungan konstruksi baja untuk perencanaan gudang terbuka.
Data perencanaan:
Bentang kuda-kuda = 16,000 m
Panjang gudang = 40,000 m
Tinggi kolom = 9,000 m
Jarak kolom = 5,000 m
Tipe kuda-kuda : Polenceau
Penutup atap : Seng gelombang
Mutu baja : BJ.37 tegangan dasar (  ) = 1600 kg/cm2
Peraturan muatan : PMI tahun 1983
Peraturan baja : PPBBI-1983
Metode : Analisis elastis
Bagian-bagian perencanaan:

Gambar 3.1
Bagian-bagian Perancanaan

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 135


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar 3.2
0
Type Kuda-kuda Sudut Atap 17

a. Perhitungan Gording
Panjang lereng atap = 8: 0,9563 = 8,366 m
Jumlah lapangan gording = 8,366 : (1,80-0,20) = 5,235
Jarak gording = 8,366 : 5 = 1,674 m
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Direncanakan gording C.120.60.20.2,5


A = 6,525 cm2 g = 5,122 kg/m Ix = 148,24 cm4
4 3
Iy = 32,96 cm Wx = 24,706 cm Wy = 8,429 cm3

Penggantung gording dipasang 3 (tiga) lapangan pada sumbu y.


Pembebanan :
1) Akibat beban mati :
Beban atap seng = 10 x 1,674 x 1 = 16,74 kg/m
Beban sendiri gording = 5,122 kg/m
Jumlah = 21,862 kg/m
Besi-besi kecil 10% = 2,186 kg/m
Jumlah = 24,048 kg/m
Bibulatkan = 25,000 kg/m

y
x
q.sin 

q q.cos 

Gambar 3.3
Uraian Pembebanan pada Gording

Mx = 1/8.(25.0,9563). 52 = 74,711 kgm


My = 1/8.(25.0,2924).(5/3) 2 = 7,615 kgm

2) Akibat pembebanan angin


-1,2 -0,4 +0,8

Keadaan I Keadaan II

Gambar 3.4
Koefisien Angin (c) pada Bangunan Terbuka

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 136


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Yang menentukan q = 0,8x40x1,674 = 53,57 kg/m dibulatkan = 54 kg/m
Mx = 1/8x 54x 52=168,75 kgm
My = 0

3) Akibat beban P = 100 kg


Mx = 1/4x(100x0,9563)x 5 = 119,54 kgm
My = 1/4x(100x0,2924)x(5/3) = 12,18 kgm

4) Kontrol tegangan :
a. Kombinasi beban 1 + 2 :
(7471,1  16875) (761,5  0)
 
24,706 8,429
= 985,5 + 90,4 = 1075,9 kg/cm2 < 1600 kg/cm2

b. Kombinasi beban 1 + 3 :
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

(7471,1  11954) (761,5  1278)


 
24,706 8,429
= 786,3 + 234,9 = 1021,2 kg2 < 1600 kg/cm2

5) Kontrol lenturan
a. Kombinasi 1 + 2 :
5 x(0,2391  0,54) x500 4
fx = = 2,04 cm
384 x 2,1x10 6 x148,24
5 x(0,073  0) x(500 / 3) 4
fy = = 0,011 cm
384 x 2,1x10 6 x32,96
f= (2,04) 2  (0,11) 2 = 2,05 cm

b. Kombinasi 1 + 3 :
5 x0,2391x500 4 96,53x500 3
fx =  = 1,43 cm
384 x 2,1x10 6 x148,24 48 x2,1x10 6 x148,24
5 x0,073x(500 / 3) 4 29,24 x(500 / 3) 2
fy =  = 0,052 cm
384 x 2,1x10 6 x32,96 48 x2,1x10 6 x32,96
f= (1,43) 2  (0,052) 2 =1,44 cm

c. Lenturan maksimal = 2,05 cm < f ijin = 1/180 x 500 = 2,75 cm ---- OK

b. Perhitungan Penggantung Gording

T/sin T T T/sin

 

5,000m

Gambar 3.5
Penggantung Gording dan Uraian Gaya

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 137


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
T = 6x(7,615x5/3+29,24) = 252 kg
252
T/sin = = 319 kg diterima batang tarik
1,674 : (5 / 3) 2  (1,679) 2

Luas bt.tarik = 319/1600 = 0,228 cm2,digunakan 10 dengan A=0,79 cm2

c. Perhitungan Regel (Pengaku)

0,500m

8,500m

5,000m
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 3.6
Pemasangan Regel (pengaku)

Beban sendiri ( C.120.60.20.2,5) = 10,244 kg/m


Perangkai = 10,244 kg/m
Jumlah (q) = 20,288 kg/m ,dibulatkan = 21 kg/m
Ix = (2x32,96)+(6,525x502)= 16378 cm4
S = 5,122x25 = cm3
Mx = 1/8x21x52 = 65,625 kgm
 = (6562,5 x25):16378 = 9,5 kg/cm2< 1600 kg/cm2
Tinjauan perangkai diagonal (baja 10)
 = D.S/b.I = 0,5 kg/cm2
Gaya pada batang = (0,5x5,122)xcos.45=1,82 kg
 = 1,82 :(1/4x3,14x12) = 2,32 kg/cm2< 1200 kg/cm2
Penghubung menggunakan las (a=3mm)
Panjang las min.=(10x0,3)+(3x0,3)= 4 cm

d. Perhitungan Rangka Batang Kuda-kuda

1) Beban yang bekerja


a) Beban mati (P)
Beban atap : 18,81x5x10 = 940,5 kg
Beban gording : 14x5x6,31 = 441,7 kg
Beban rangka : 112 x 2 x 3,77 = 844,5 kg (ditafsir 50.50.5, g=3,77 kg/m)
Jumlah = 2226,7 kg
Besi-besi kecil 20% = 445,34 kg
Jumlah = 2672,04 kg
Beban mati (P) = 2672,04 : 13 = 205,55 kg, dibulatkan = 210 kg
b) Beban angin (W), coef.angin = +0,8
W = 1,674x40x0,8x5 = 267,84 kg, dibulatkan = 270 kg
2) Perhitungan gaya-gaya batang menggunakan Diagram Cremona yang hasilnya dimasukkan
kedalam tabel.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 138


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 3.7
Pembebanan pada Konstruksi Kuda-kuda

Gambar 3.8
Diagram Cremona Akibat Beban P

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 139


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 3.9
Diagram Cremona Akibat Beban Angin Dari Kiri

Gambar 3.10
Diagram Cremona Akibat Beban Angin Dari Kanan

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 140


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tabel 3.12
Gaya-gaya Batang

Beban Beban angin(kg) Beban gabungan(kg)


Nomor Panjang
mati Angin Angin Profil
Batang 2+3 2+4 batang
(kg) Kiri kanan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 +231 +270 +270 +501 +501 1,063
2 +231 +189 +189 +420 +420 1,673
3 -1705 -1512 -1620 -3297 -3405 1,673
4 -2142 -1755 -1890 -3897 -4032 1,673
5 -2730 -2430 -2484 -5160 -5214 1,673
6 -2730 -2430 -2457 -5106 -5187 1,673
7 -420 -2376 -243 -690 -663 1,673
8 -420 -270 -324 -517 -544 1,000
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

9 +1701 +2349 +1269 +4050 +2970 1,600


10 +2058 +1971 +1512 +4029 +3570 1,600
11 +2058 +1836 +1377 +3894 +3435 1,600
12 +1470 +932 +589 +2402 +2059 3,200
13 -210 -284 -297 -494 -507 0,500
14 -210 -1782 -1890 -3987 -4095 1,870
15 +3360 +162 +189 +3522 +3549 0,968
16 -525 -270 -324 -795 -849 2,150
17 +50 -162 -162 -112 -112 1,436
18 -50 +216 +189 +166 +106 2,486
19 -567 -810 -729 -1377 -162 1,903
20 +820 +1215 +999 +2038 +1819 2,175
21 +567 +675 +648 +1242 +1215 1,673
22 -651 -810 -729 -1461 -1380 1,004
23 +1533 +2079 +1890 +3612 +3423 2,175
24 +459 +459 +378 +918 +837 1,046
25 -432 -459 -405 -891 -837 1,000
26 -651 -675 -594 -1326 -1245 1,000
27 +945 +594 +486 +1539 +1431 1,673

e. Perhitungan ukuran batang-batang:


1) Batang tekan 6
F6 = - 5214 kg
Lx =Ly=1,673 m
Pendekatan menurut EULER:
Ix =2,412xAxL2 (untuk =1200 kg/cm2)
Ix =1,930xAxL2 (untuk = 1400 kg/cm2)
Ix =1,690xAxL2 (untuk = 1400 kg/cm2)
Pendekatan menurut BUSTRAAN:
P
A= +2,5.L2 ( untuk profil )

Syarat : i min = Lk : 200
Pendekatan :
EULER : Ix =1,69x5,214x1,6732 = 24,67 cm4
BUSTRAAN: A =5,216/1,6+2,5x1,673 = 10,26 cm2
2

i min = 167,3 : 200 = 0,84 cm


Dicoba profil 50.50.6 Ix=25,6cm4, A=11,38 cm2, ix=iy=1,5 cm
x = 167,3:1,5 = 122 x =2,421
2,421x5214
x = = 1110 kg/cm2 < 1600 kg/cm2
11,38

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 141


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tinjauan sumbu bebas bahan (y-y): y
Iy = 2 x (Iy + A.e2) = 2 x (12,88 + 5,69. e = 5+14,5 =19,5mm
1,952)
= 68,87 cm2
68,87 x x 60
iy = = 2,46 cm
2 x5,69
y = 167,3 : 2,46 = 68 , y = 1,438 60 10 60
y = 1,438 x 5214 : 11,38 = 659 kg/cm2 y
< 1600 kg/cm2  OK ! Gambar 3.11
Penampang Profil
Pemasangan pelat kopel pada bentangan Ly:
iy = 1,5 cm, jarak kopel = 60 x 1,5 = 90 cm
Jumlah lapangan ganjil, n =3 maka Lky = 167,3 : 3 = 55,77 cm <90 cm ... OK

2) Batang tarik 9.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

F9 = +4050 kg
Lx =Ly = 1,600 m
An = F : (0,75x) = 4050 : (0,75x1600) = 3,375 cm2
i min = (Lk/240) = 1600 : 240 = 0,667 cm
Dipakai profil 40.40.5 A = 2x3,24 = 6,48 cm2 ,iy = 1,20 cm

f. Perhitungan Sambungan
1) Apabila menggunakan baut 10 mm
P ijin geser = (1/4 x 3,14 x 12 )x 2 x (0,6 x 1600) = 1507 kg
P ijin tumpu = 1 x 1 x (1,2 x 1600) = 1920 kg

2) Apabila menggunakan paku keling 11 mm


P ijin geser = (1/4 x 3,14 x 1,12) x 2 x (0,8x1600) = 2431 kg
P ijin tumpu = 1,1x (1,6x1600) = 2816 kg

3) Apabila menggunkan las, tebal las (a) = 0,7x0,5 = 3,5mm


Pijin las = 2 x 0,35 x (0,58x1600) = 649,6 kg tiap 1 cm

Contoh:
Batang 6, F6=5214 kg
a. Apabila menggunakan baut 10 mm, n = 5214:1507 = 4 buah
b. Apabila menggunakan paku keling 11 mm, n = 5214:2431 = 3 buah
c. Apabila menggunakan las, l netto = 5214 : (5214x4) = 2,25 cm (4 sisi)
l bruto = 2,25 +(3x0,35) = 3,3 cm

g. Perhitungan Kolom
1) Beban vertikal (V)
Beban mati = 7x210 = 1470 kg
Beban angin = 4,7x270 = 1269 kg
Beban kolom (ditafsir) = 9x45 = 405 kg
Jumlah = 3144 kg
Besi-besi kecil = 20% = 629 kg
Jumlah (V) = 3773 kg
2) Beban horisontal (H) = 540 kg
3. Perhitungan penampang:

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 142


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
V V = 3773 kg
H = 540 kg
H Mx1 Mx1 = 0
0,5m Mx2 =540 x 9 = 4860 kgm
Lkx = 2.9 = 18 m
9m Lky = 8,50 m

Mx2

Gambar 3.12
Pembebanan pada kolom

Direncanakan profil tunggal


Pendekatan :
Ix = 1,69 x 3,773 x 92 = 517 cm
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

ix = (2x900) : 200 = 9 cm
iy = 850 : 200 = 4,25 cm  Dicoba profil WF.300.200.8.12
2
A = 73,38 cm ; b = 200 mm; h = 294 mm; tb =8 mm ; ts =12mm; ix = 12,5 cm; iy= 4,71
cm; Wx = 771 cm3; Wy = 160 cm3 ; Ix = 11300 cm4 ; Iy =1600 cm4

a) Faktor KIP (  )
Lky =850 cm
h/tb = 29,4:0,8 = 36,75 < 75
L/h = 850: 147 = 57 >1,25x b/ts = 20,8
Katagori: penampang tidak berubah bentuk
Lxh 850 x 29,4
C1 =   1041
bxts 20 x1,2
0,63xE 0,63x 2,1x10 6
C2 =   827 < 1041
 1600
827
 kip  x0,7 x1600  889 kg/cm2
1041
5 x1600
  1,19
0
889.(8  3x )
4860

b) Kontrol lipat
Kontrol lipat pada sayap:
 r = 3267 kg/cm2
3773 486000
d    52  631 = 683 kg/cm2
72,38 771
3267
bs/ts = 10/1,2=8,4 < 10  21,8  OK
683
Kontrol lipat pada badan:
0,8 2
 pl  1,266.10 6.( )  93 kg/cm2
29,4
 1 =52+631=683 kg/cm2
 2 =52-631=-579 kg/cm2
 579  
  0,85 ;
683
 kr = 19,1x93=1776 kg/cm2> 1600 kg/cm2

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 143


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
 kr = 5,35x93=497 kg/cm2 < 928 kg/cm2
 = 540:(0,8x29,4)=23 kg/cm2
Rumus kontrol :
683 2 23 2
( ) ( ) = 0,44 < 1 --- OK
1600 497

nx
c) Faktor pembesaran momen ( )
nx  1
 = (2x900):12,5 = 144 < 200, ex = 1000 kg/cm2
nx =Ax ex/V = 72,28x1000/3773 = 19
nx/(nx-1) = 19/18 = 1,06

d) Faktor tekuk (max)


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Lky = 850 cm
y = 850: 4,71 = 181 >x yang menentukan  mak = 6,323

f) Kontrol interaksi
6,323x3773 486000
  0,85 x1,19 x1,04 x = 994 kg/cm2< 1600 kg/cm2
72,38 771
3773 486000
  1,19 x = 804 kg/cm2 < 1600 kg/cm2
72,8 771
Profil WF.300.200 .8.12 dapat dipakai.

h. Perencanaan Kaki Kolom


V=3773kg

M=4860 kgm

H=540 Kg

340 mm
L

T T
50

300

50

53 294 53

Gambar 3.13
Penampang Kaki Kolom

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 144


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pemeriksaan tegangan :
1) Tinjauan las
4
Ix las= 2x(1/12x0,5x27)+ 2x(0,5x19,2x13,5)+2x(0,5x20x14,7) = 9461 cm
M = 4860 kgm ; b= (486000x14,7)/9461 = 756 kg/cm2
V = 3773 kg ; d= 3773 : 66,2 = 56 kg/cm2
H = 540 kg ;  = 540 : 27 = 20 kg/cm2
 i  (756  56) 2  3.(20) 2 = 813 kg/cm2 < 0,58x1600 = 928 kg/cm2

2) Pemeriksaan angker
T = 486000/34 + 3773/2 =16181 kg ; Luas angker = 16181 : 1600 = 10,12 cm2
Dipasang 3 22, A=11,39 cm2 >10,12cm2 ---OK
akibat M,  = 16181 : 11,39 = 1420 kg/cm2
akibat H,  = 540 : 22,78 = 24 kg/cm2
 i  1420 2  3.(24) 2 = 1421 kg/cm2 < 1600 kg/cm2
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Panjang angker:
16181
lekat = 15 kg/cm2 ,
L= = 79 cm
15 x 2 x(3,14 x 2,2)
3) Pemeriksaan pelat kaki
Dicoba ukuran 300x400 mm
 beton = 60 kg/cm2
3773 486000
 terjadi =  = 23,4 kg/cm2 < 60 kg/cm2  OK
30 x 40 1 2
x 40 x60
6
Tebal pelat kaki :
1422
M = 1/12x23,4x272 = 1422 kgcm ; t = 2,31 cm
1600 x1 / 6 x1

i. Perhitungan Ikatan Angin

3,348m

5,022m

S1
5,000m

H1 5,022m H2 3,348m H3

Gambar 3.14
Pembebanan Pada Ikatan Angin

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 145


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pada bangunan terbuka pembebanan seluas 30%
Tekanan angin = 0,9x40 = 36 kg/m2
H1 = A1x36x0,3=2,1x36x0,3 = 23 kg
H2 =A2x36x0,3= 7,6x36x0,3 = 83 kg
H3 =A3x36x0,3=11.55x36x0,3 = 125 kg
R = 23+83+0,5x125 = 168,5 kg
S1= (168,5):(5/7,09) = 239 kg
A = 239:1600 = 0,15 cm2 digunakan baja  12, A=1,13 cm2 > 0,15 cm2

Tinjauan terhadap bentangan :


Gudang terdiri dari 9 buah kuda-kuda, bentang kuda-kuda di antara dua buah ikatan angin (n) = 6
bentang.
Q = (2672,04 : 5) : 6 = 34 kg/cm2
dk = 5 m (jarak kuda-kuda) ; dg = 1,674 m (jarak gording)
h = 5m (jarak kuda-kuda ikatan angin) ; L = 8,37x2=16,74 m (miring atap)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

A tepi 50.50.5 = 11,38 cm2


Q = n.q.dk.L = 17074,8 kg
0,25 x17074,8
N/L= 0.298  = 0,02  OK
2,1x10 6 x11,38

j. Perhitungan Penurunan di Titik D

Gambar 3.15
Pembebanan 1 Satuan di Pucak

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 146


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 3.16
Diagram Cremona Akibat Beban 1 Satuan

Tabel 3.13
Perhitungan Penurunan Kuda-kuda

No. Beban(P) Panjang(L) Luas(A)  Beban 1 u=5x6


=PL/EA(c
batang (kg) (cm)
2
( cm ) satuan (cm)
m)
1 2 3 4 5 6 7
1 +231 104,6 7,51 +0,002 0 0
2 +231 167,3 7,51 +0,003 0 0
3 -1785 167,3 11,38 -0,013 -0,9 +0,012
4 -2142 167,3 11,38 -0,015 -1,2 +0,018
5 -2730 167,3 11,38 -0,019 -2,1 +0,040
6 -2730 167,3 11,38 -0,019 -2,1 +0,040
7 -420 167,3 11,38 -0,003 -1,6 +0,005
8 -220 100 11,38 -0,002 0 0
9 +1701 160 7,51 +0,017 +0,9 +0,016
10 +2058 160 7,51 +0,011 +1,1 +0,024
11 +2058 160 7,51 +0,021 +1,3 +0,028
12 +1470 320 7,51 +0,030 +0,8 +0,024
13 -210 50 11,38 -0,001 0 0
14 -2205 187 11,38 -0,018 +1 +0,018
15 +3360 96,8 7,51 +0,021 +0,3 +0,007
16 -525 215 11,38 -0,005 -0,4 +0,002
17 +50 143,6 7,51 +0,001 +0,2 +0,001
18 -50 248,6 11,38 -0,001 -0,2 +0,001
19 -567 190,3 11,38 -0,005 -0,5 +0,003
20 +820 217,3 7,51 +0,012 +0,8 +0,010
21 +567 167,3 7,51 +0,006 +0,8 +0,005
22 +651 100,4 11,38 +0,003 -1 +0,003
23 +533 217,5 7,51 +0,022 +1,7 +0,038
24 +459 104,6 7,51 +0,003 0 0
25 -432 100 11,38 -0,002 0 0
26 -651 100 11,38 -0,003 -1 +0,003
27 +945 167,3 7,51 +0,010 +1,6 +0,016
Jumlah +0,476

Penurunan di titik D = 2x0,476 = 0,953 cm


Penurunan yang diijinkan = 1/1000x 1600 = 1,6 cm  OK

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 147


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3. Lembar Kerja

a. Pemeriksaan Bahan Semen


1) Konsistensi Normal Semen
a) Alat
(1) Tempat adukan dari cawan seng beserta sendoknya.
(2) Timbangan analitis, penunjuk waktu.
(3) Gelas ukur 500 cc, cicin conical
(4) Kaca datar tebal 5 mm, ukuran 10 cm x 10 cm.

b) Bahan
(1) Semen
(2) Air suling

c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

(2) Bersihkan bangku-bangku laboratorium dari kotoran-kotoran seperti sisa-sisa semen,pasir


dan sebagainya.
(3) Jagalah alat-alat dan perlengkapan kerja lainnya secara teratur dan rapi.
(4) Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan dalam perhatian kepada benda pekerjaan.
(5) Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya dan hindarilah bekerja sambil bergurau.
(6) Hati-hati waktu mencampur semen dengan air agar air tidak banyak yang hilang.
(7) Hati-hatilah melihat turunnya jarum vicat dalam mengukur penurunannya.

d) Langkah Kerja
(1) Siapkan alat-alat dan bahan tersebut diatas, kemudian mintalah bahan-bahan yang
diperlukan diatas kepada teknisi yang bertugas.
(2) Timbanglah semen sebanyak 250 gram.
(3) Pertama cobalah air suling sebanyak 28 % dari berat semen, kemudian campurkan dengan
semen yang 250 gram tadi selama 1 menit.
(4) Buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tangan, kemudian dilemparkan 6 kali dari
satu tangan ke tangan yang lain dengan jarak kira-kira 15 cm.
(5) Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan kedalam cincin konikal yang
dipegang dengan tangan yang lain melalui lobang besar, sehingga cincin konikal penuh
dengan pasta.
(6) Kelebihan pasta pada lobang besar diratakan dengan sendok perata yang digerakkan
dalam posisi miring terhadap permukaan cincin konikal.
(7) Letakkan pada pelat kaca pada lobang besar cincin konikal, balikkan, ratakan dan licinkan
kelebihan pasta pada lobang kecil cincin konikal dengan sendok perata.
(8) Letakkan cincin konikal dibawah jarum vicat besar dan kontakkan jarum yang diameternya
9mm dengan bagian tengah permukaan pasta.
(9) Jatuhkan jarum dan catat penurunan yang berlangsung selama 30 detik.
(10) Setelah 30 detik langsung dibaca berapa penurunannya, kalau belum mencapai 10
mm dicoba lagi perlu penambahan jumlah air.

2) Pemeriksaan Waktu Ikat Awal dan Ikat Akhir Semen


a) Alat
(1) Neraca analitis dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh.
(2) Gelas ukur 500 cc dengan ketelitian 1 ml.
(3) 1 set jarum vicat terdiri dari alat jarum vicat dan cincin konikalnya.
(4) Stop watch dan thermometer pengukur suhu ruangan.
(5) Sendok perata.
(6) Alat pengaduk

b) Bahan
(1) Semen
(2) Air suling

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 148


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
(2) Bersihkan bangku-bangku laboratorium dari kotoran-kotoran seperti sisa-sisa semen,pasir
dan sebagainya.
(3) Jagalah alat-alat dan perlengkapan kerja lainnya secara teratur dan rapi.
(4) Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan kepada benda pekerjaan.
(5) Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya,hindari bekerja sambil bergurau.
(6) Hati-hati waktu mencampur semen dengan air agar air tidak banyak yang hilang.
(7) Hati-hatilah melihat turunnya jarum vicat dalam mengukur penurunannya.

d) Langkah Kerja
(1) Siapkan alat-alat dan bahan tersebut diatas, kemudian mintalah bahan-bahan yang
diperlukan diatas kepada teknisi yang bertugas.
(2) Timbanglah semen sebanyak 250 gram.
(3) Ambil air suling sebanyak sesuai dengan hasil uji konsistensi semen 29,5 % dari berat
semen misalnya , kemudian campurkan dengan semen yang 250 gram tadi selama 1
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

menit.
(4) Buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tangan, kemudian dilemparkan 6 kali dari
satu tangan ke tangan yang lain dengan jarak kira-kira 15 cm.
(5) Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan kedalam cincin konikal yang
dipegang dengan tangan yang lain melalui lobang besar, sehingga cincin konikal penuh
dengan pasta.
(6) Kelebihan pasta pada lobang besar diratakan dengan sendok perata yang digerakkan
dalam posisi miring terhadap permukaan cincin konikal.
(7) Letakkan pada pelat kaca pada lobang besar cincin konikal, balikkan, ratakan dan licinkan
kelebihan pasta pada lobang kecil cincin konikal dengan sendok perata.
(8) Letakkan cincin konikal dibawah jarum vicat besar dan kontakkan jarum yang diameternya
1mm dengan bagian tengah permukaan pasta.
(9) Jatuhkan jarum setiap 15 menit sampai mencapai penurunan dibawah 25 mm dan setiap
menjatuhkan jarum catat penurunan yang berlangsung selama 30 detik. Jarak antara titik-
titik setiap menjatuhkan jarum adalah ½ cm dan jarak titik dari pinggir cincin konikal tidak
boleh kurang dari 1 cm.

3) Pemeriksaan Berat Jenis Semen


a) Alat
(1) Botol Lie Chatelir
(2) Gelas ukur 500 cc dengan ketelitian 1 ml.

b) Bahan
(1) Minyak tanah dengan berat jenis 62 API (American Petroleum Institute).
(2) Contoh semen sebanyak 64 gram.

c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
(2) Bersihkan bangku-bangku laboratorium dari kotoran-kotoran seperti sisa-sisa semen,pasir
dan sebagainya.
(3) Jagalah alat-alat dan perlengkapan kerja lainnya secara teratur dan rapi.
(4) Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan kepada benda pekerjaan.
(5) Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya ,hindari bekerja sambil bergurau.
(6) Hati-hati waktu mencampur semen dengan minyak tanah agar minyak tanah tidak banyak
yang hilang.
(7) Hati-hatilah melihat hasil pengamatan dalam Lie Chatelir dalam mililiter.

d) Langkah Kerja
(1) Isi botol Lie Chatelir dengan minyak tanah sampai antara sekala 0 .
(2) Masukkan botol kedalam bak air dengan suhu konstan dalam waktu yang lama untuk
menghindarkan variasi suhu botol lebih besar dari 0,2oC.
(3) Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca sekala pada botol ( V1).

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 149


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
(4) Masukkan benda uji sedikit demi sedikit kedalam botol, jangan sampai terjadi ada semen
yang menempel pada dinding dalam botol diatas cairan.
(5) Setelah semua benda uji dimasukkan, putar-putar botol dengan posisi miring secara
perlahan-lahan sampai gelembung udaranya tidak timbul lagi pada permukaan cairan.
(6) Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol baca sekala pada botol ( V2 ).
Beratsemen
(7) Berat Jenis semen = xd
V 2  V1
Dimana : V1 = Pembacaan pertama pada sekala botol
V2 = Pembacaan kedua pada sekala botol
d = Berat isi air pada suhu 4oC (1 gram / cm3)

b. Pemeriksaan Bahan Pasir


1) Pemeriksaan Analisa Ayakan Pasir
a) Alat
(1) Timbangan halus dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

(2) Satu set ayakan No. 4,8,16,30,50,100 dan pan.


(3) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai 110oC.
(4) Alat pemisah contoh atau cawan seng
(5) Mesin pengguncang saringan.
(6) Talam-talam.
(7) Kuas, sikat besi, sendok dan lainnya.
b) Bahan
(1) Agregat halus ukuran maksimum No.4 , berat minimum 500 gram.
(2) Agregat halus ukuran maksimum No.8 ,berat minimum 100 gram.
c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
(2) Bersihkan bangku-bangku laboratorium dari kotoran-kotoran seperti sisa-sisa semen,pasir
dan sebagainya.
(3) Jagalah alat-alat dan perlengkapan kerja secara teratur dan rapi.
(4) Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan dalam perhatian kepada benda pekerjaan.
(5) Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya dan hindarilah bekerja sambil bergurau.
(6) Hati-hati waktu menimbang pasir jagalah dengan cermat jangan sampai ada yang hilang
karena angin.
(7) Hati-hatilah melihat nomor hasil timbangan pasirnya.
d) Langkah Kerja
(1) Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu 110oC sampai beratnya tetap.
(2) Saring benda uji lewat susunan ayakan dengan ukuran ayakan yang paling besar diatas
dan paling kecil dibawah.
(3) Ayakan diguncang dengan tangan atau mesin penguncang selama 15 menit.
(4) Hitung prosentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing ayakan terhadap
berat total benda uji.

2) Pemeriksaan Kotoran Organis Pasir


a) Alat
(1) Gelas ukur dengan volume 500 cc
(2) Botol bening tanpa warna sebanyak 2 biji.
b) Bahan
(1) Membuat NaOH 3 % caranya yaitu ambil air suling sebanyak 970 cc tambahkan soda api
sebanyak 30 gram diaduk hingga campur menjadi satu campuran, kemudian masukkan
dalam botol yang bening satu literan.
(2) Asam tanin
c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
(2) Bersihkan bangku-bangku laboratorium dari kotoran-kotoran seperti sisa-sisa semen,pasir
dan sebagainya.
(3) Jagalah alat-alat dan perlengkapan kerja secara teratur dan rapi.
(4) Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan dalam perhatian kepada benda pekerjaan.
(5) Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya dan hindarilah bekerja sambil bergurau.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 150


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
(6) Hati-hati waktu mengisikan pasir dalam gelas jagalah dengan cermat jangan sampai ada
yang hilang karena angin.
(7) Hati-hatilah melihat nomor ukuran dalam gelas ukurnya.
d) Langkah Kerja
(1) Gelas ukur 500 cc diisi larutan NaOH 3% sebanyak 250 cc.
(2) Kemudian isikan pasir sebanyak 130 cc.
(3) Kocok-kocok hingga NaOh 3% bercampur dengan pasir lalu pindahkan ke botol yang
bening yang kesatu.
(4) Membuat standart warna dengan cara NaOh 3% ambillah sebanyak 97,5 cc campurkan
dengan asam tannin sebanyak 2,5 cc, kocok-kocok hingga bercampur kemudian isikan
kedalam botol bening yang kedua.
(5) Diamkan selama 24 jam lalu bandingkan dari botol bening kesatu dengan botol bening
kedua.

3) Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Pasir


a) Alat
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

(1) Timbangan kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram


(2) Picnometer dengan kapasitas 500 cc.
(3) Kerucut terpancung ( cone ), diameter bagian atas 40 mm, diameter bagian bawah 90
mm, tinggi 75 mmdibuat dari logam tebal 0,8 mm.
(4) Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat 340 gram dengan
diameter permukaan penumbuk 25 mm.
(5) Ayakan no 4
(6) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai 110oC.
(7) Talam
(8) Buret
b) Bahan
(1) Agregat halus ( pasir ) yang lewat saringan no.4 diperoleh dari alat pemisah contoh cara
peremapatan sebanyak 1000 gram
(2) Air suling secukupnya.
c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
(2) Bersihkan bangku-bangku laboratorium dari kotoran-kotoran seperti sisa-sisa semen,pasir
dan sebagainya.
(3) Jagalah alat-alat dan perlengkapan kerja lainnya secara teratur dan rapi.
(4) Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan dalam perhatian kepada benda pekerjaan.
(5) Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya dan hindarilah bekerja sambil bergurau.
(6) Hati-hati waktu mengisikan pasir dalam gelas ukur jagalah dengan cermat jangan sampai
ada yang hilang karena angin.
(7) Hati-hatilah waktu menimbang hasil pengujian.
d) Langkah Kerja
(1) Keringkan benda uji dalam oven pada suhu 110oC , sampai beratnya tetap, ambillah
seberat 500 gram lalu rendam dalam air selama mininam 24 jam.
(2) Buang air perendam hati-hati, jangan ada butiran yang hilang, tebarkan pasir diatas talam,
keringkan diudara panas dengan cara membalik-balikkan benda uji. Lakukan pengeringan
sampai tercapai keadaan kering permukaan jenuh.
(3) Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji kedalam kerucut
terpancung, padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali, angkat kerucut
terpancung. Keadaan kering permukaan jenuh tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi
masih dalam keadaan tercetak.
(4) Segera setelah tercapai kering permukaan jenuh timbanglah 250 gram masukkan benda uji
ke dalam picnometer yang 250 cc. Masukkan air suling sampai mencapai 90% isi
picnometer, putar-putar sambil diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara
didalamnya.
(5) Tambahkan air suling sampai pada batas
(6) Timbang picnometer berisi air dan benda uji ( C )
(7) Keluarkan benda uji keringkan dalam oven sampai suhu 110oCsampai beratnya tetap,
kemudian didinginkan. Setelah dalam keadaan dingin ditimbang ( A )
(8) Tentukan berat picnometer berisi air suling penuh ( B )

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 151


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
250
(9) Perhitungan : Berat jenis SSD =
B  250  C
A
(10) Berat jenis semu =
B AC
A
(11) Berat Jenis Kering oven =
B  250  C
500  A
(12) Penyerapan = x 100 %
A

4) Pemeriksaan Berat Per Volume Pasir


a) Alat
(1) Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh.
(2) Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan agregat contoh.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

(3) Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat sebaiknya terbuat
dari baja tahan karat.
(4) Mistar perata.
(5) Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder berdiameter 15 cm ketinggian 30 cm.
b) Bahan
(1) Pasir secukupnya dimasukkan kedalam oven untuk ditimbang supaya beratnya tetap atau
constant.
c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
(2) Bersihkan bangku-bangku laboratorium dari kotoran-kotoran seperti sisa-sisa semen,pasir
dan sebagainya.
(3) Jagalah alat-alat dan perlengkapan kerja secara teratur dan rapi.
(4) Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan dalam perhatian kepada benda pekerjaan.
(5) Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya dan hindarilah bekerja sambil bergurau.
(6) Hati-hati waktu mengisikan pasir dalam silinder jagalah dengan cermat jangan sampai
ada yang hilang karena angin.
(7) Hati-hatilah waktu menimbang hasil pengujian.
d) Langkah Kerja
(1) Timbang dan catatlah beratnya silinder kosong = W1
(2) Masukkan pasir dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahanbutir –butir, dari ketinggian
maksimum 5 cm ( 1/3 bagian silinder ) diatas wadah dengan menggunakan sendok atau
sekop sampai penuh.
(3) Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
(4) Timbang dan catatlah berat wadah dan benda ujinya = W2
(5) Hitung berat benda uji W3 = W2 – W1
W3
(6) Perhitungan berat isi =
V
(7) V = volume dari silinder

5) Pemeriksaan Kadar Lumpur Pasir


a) Alat
(1) Talam yang cukup besar
(2) Tempat mencuci pasir, pakai timba plastic
(3) Saringan no. 200 atau 0,063 mm
(4) Neraca analitis
(5) Oven
b) Bahan
(1) Pasir
(2) Air
c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
(2) Bersihkan bangku-bangku laboratorium dari kotoran-kotoran seperti sisa-sisa semen,pasir
dan sebagainya.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 152


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
(3) Jagalah alat-alat dan perlengkapan kerja secara teratur dan rapi.
(4) Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan dalam perhatian kepada benda pekerjaan.
(5) Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya .
(6) Hati-hati waktu mencuci pasir dalam talam dan menumpah ke ayakan no. 200 jagalah
dengan cermat jangan sampai ada yang hilang karena guyuran air.
(7) Hati-hatilah waktu menimbang hasil pengujian.
d) Langkah Kerja
(1) Pair diambil dan ditimbang sebanyak 500 gram netto.( A )
(2) Pasir dicuci dengan air PDAM, yang keruh dituangkan kedalam ayakan no.200 dan pasir
yang tertinggal dalam ayakan dikembalikan lagi kedalam talam pasir tadi dan diusahakan
jangan ada yang berceceran.
(3) Pencucian dilakukan berkali-kali hingga air dalam pasir jernih
(4) Pasir hasil cucian yang telah bersih dioven selama 24 jam dengan suhu 110oC.
(5) Setelah 24 jam pasir tersebut didinginkan dan dimbang beratnya.( B )
A B
(6) Kadar Lumpur = x 100 %
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

c. Pemeriksaan Bahan Kerikil


1) Analisa Ayakan Kerikil
a) Alat
(1) Timbangan halus dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji.
(2) Satu set ayakan No.3”, 2 ½ “,2”,1 ½ “,1 “, ¾ “,1/2 “.3/8 “, 4,8,16,30,50,100 dan pan.
(3) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai 110oC.
(4) Alat pemisah contoh atau cawan seng
(5) Mesin pengguncang saringan.
(6) Talam-talam.
(7) Kuas, sikat besi, sendok dan lainnya.

b) Bahan
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau dengan cara perempatan (quartring)
sebanyak :
(1) Agregat kasar ukuran maksimum 2,5“,berat minimum 25 kg.
(2) Agregat kasar ukuran maksimum 2“,berat minimum 20 kg.
(3) Agregat kasar ukuran maksimum 1½“,berat minimum 16 kg.
(4) Agregat kasar ukuran maksimum 1“,berat minimum 12 kg.
(5) Agregat kasar ukuran maksimum ¾“,berat minimum 5 kg.
(6) Agregat kasar ukuran maksimum ½ “,berat minimum 2,5 kg.
(7) Agregat kasar ukuran maksimum 3/8 “,berat minimum 1 kg.

c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
(2) Bersihkan bangku-bangku laboratorium dari kotoran-kotoran seperti sisa-sisa semen,pasir
dan sebagainya.
(3) Jagalah alat-alat dan perlengkapan kerja secara teratur dan rapi.
(4) Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan dalam perhatian kepada benda pekerjaan.
(5) Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya dan hindarilah bekerja sambil bergurau.
(6) Hati-hati waktu menimbang kerikil jagalah dengan cermat jangan sampai ada yang hilang
karena kurang hati-hati.
(7) Hati-hatilah melihat nomor hasil timbangan kerikilnya.

d) Langkah Kerja
(1) Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu 110oC sampai beratnya tetap.
(2) Saring benda uji lewat susunan ayakan dengan ukuran ayakan yang paling besar diatas
dan paling kecil dibawah.
(3) Ayakan diguncang dengan tangan atau mesin penguncang selama 15 menit.
(4) Hitung prosentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing ayakan terhadap
berat total benda uji.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 153


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2) Pemeriksaan Kekerasan Kerikil
a) Alat
(1) Mesin los angeles, mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan
diameter 71 cm, panjang dalam 50 cm. Silinder bertumpu pada dua poros pendek yang tak
meneruis berputar pada poros mendatar. Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji.
Penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak
terganggu.Dibagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 8,9 cm.
(2) Ayakan no.12
(3) Timbangan dengan ketelitian 5 gram
(4) Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 mm dan merat rata-rata 390 gram – 445
gram.

b Bahan
 Benda uji dan gradasi benda uji seperti tabel dibawah ini:
Ukuran Ayakan Berat dan Gradasi Benda Uji (gram)
Lolos Tertahan A B C D E F G
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

76,2 63,5 2500


63,5 50,8 2500
50,8 38,1 5000 5000
38,1 25,4 1250 5000 5000
25,4 19,1 1250 5000
19,1 12,7 1250 2500
12,7 9,51 1250 2500
9,51 6,35 2500
6,35 4,75 2500
4,75 2,36 5000
Jumlah Bola 12 11 8 6 12 12 12
Berat Bola(gram) 5000 4584 3330 2500 5000 5000 5000

c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
(2) Bersihkan bangku-bangku laboratorium dari kotoran-kotoran seperti sisa-sisa semen,pasir
dan sebagainya.
(3) Jagalah alat-alat dan perlengkapan kerja secara teratur dan rapi.
(4) Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan dalam perhatian kepada benda pekerjaan.
(5) Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya dan hindarilah bekerja sambil bergurau.
(6) Hati-hati waktu mengisikan kerikil dalam bejana los angeles abration jagalah dengan
cermat jangan sampai ada yang hilang karena angin.
(7) Hati-hatilah melihat nomor ukuran dalam timbangan.

d) Langkah Kerja
(1) Benda uji dan bola-bola baja dimasukkan kedalam mesin Los Angeles.
(2) Putar mesin dengan kecepatan 30 – 33 rpm sebanyak 500 putaran.
(3) Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring dengan
Ayakan No.12. Butiran yang tertahan diatasnya dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan
dalam oven suhu 110oC.
ab
(4) Keausan = x 100 %
a
Dimana: a= Berat benda uji semula
b= Berat benda uji yang tertahan saringan

3) Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Kerikil


a) Alat
(1) Keranjang kawat ukuran 3,35 mm atau 2,36 mm ( no.6 atau no.8) dengan kapasitas kira-
kira 5 kg.
(2) Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan.
(3) Timbangan dengan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,5 % dari berat contoh yang
ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 154


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
(4) Ayakan no 4
(5) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai 110oC.
(6) Talam

b) Bahan
(1) Agregat kasar (kerikil) yang tertahan saringan No.4 diperoleh dari alat pemisah contoh
cara peremapatan sebanyak 3000 gram
(2) Air PDAM secukupnya.

c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
(2) Bersihkan bangku-bangku laboratorium dari kotoran-kotoran seperti sisa-sisa semen,pasir
dan sebagainya.
(3) Jagalah alat-alat dan perlengkapan kerja lainnya secara teratur dan rapi.
(4) Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan dalam perhatian kepada benda pekerjaan.
(5) Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya dan hindarilah bekerja sambil bergurau.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

(6) Hati-hati waktu mengisikan kerikil dalam cawan jagalah dengan cermat jangan sampai
ada yang hilang karena kurang ketelitian.
(7) Hati-hatilah waktu menimbang hasil pengujian.

d) Langkah Kerja
(1) Keringkan benda uji dalam oven pada suhu 110oC , sampai beratnya tetap, ambillah
seberat 3000 gram lalu rendam dalam air selama mininam 24 jam.
(2) Buang air perendam hati-hati, jangan ada butiran yang hilang, tebarkan kerikil diatas
talam, keringkan diudara panas dengan cara mengelap dengan kain pel satu persatu
hingga kering permukaan(SSD)
(3) Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan menggoreskan tembaga kedalam batu
kalau kelihatan putih maka sudah dapat dikatakan kering udara.
(4) Segera setelah tercapai kering permukaan jenuh timbanglah 2500 gram(Bj) masukkan
benda uji ke dalam bejana dan timbanglah kerikil dalam air (Ba).
(5) Setelah ditimbang dalam air keluarkan kerikilnya dan keringkan oven dan timbanglah
hasilnya (Bk)
Bj
(6) Perhitungan : Berat jenis SSD =
Bj  Ba
Bk
(7) Berat jenis semu =
Bk  Ba
Bk
(8) Berat Jenis Kering oven=
Bj  Ba
Bj  Bk
(9) Penyerapan = x 100 %
Bk

4) Pemeriksaan Berat Per Volume Kerikil


a) Alat
(1) Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh.
(2) Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan agregat contoh.
(3) Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat sebaiknya terbuat
dari baja tahan karat.
(4) Mistar perata.
(5) Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder berdiameter 15 cm ketinggian 30 cm.

b) Bahan
Kerikil secukupnya dimasukkan kedalam oven untuk ditimbang supaya beratnya tetap atau
constant.

c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 155


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
(2) Bersihkan bangku-bangku laboratorium dari kotoran-kotoran seperti sisa-sisa semen,pasir
dan sebagainya.
(3) Jagalah alat-alat dan perlengkapan kerja secara teratur dan rapi.
(4) Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan dalam perhatian kepada benda pekerjaan.
(5) Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya dan hindarilah bekerja sambil bergurau.
(6) Hati-hati waktu mengisikan kerikil dalam silinder jagalah dengan cermat jangan sampai
ada yang hilang karena angin.
(7) Hati-hatilah waktu menimbang hasil pengujian.

d) Langkah Kerja
(1) Timbang dan catatlah beratnya silinder kosong = W1
(2) Masukkan kerikil dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir –butir, dari ketinggian
maksimum 5 cm ( 1/3 bagian silinder ) diatas wadah dengan menggunakan sekop sampai
penuh.
(3) Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
(4) Timbang dan catatlah berat wadah dan benda ujinya = W2
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

(5) Hitung berat benda uji W3 = W2 – W1


W3
(6) Perhitungan berat isi =
V
(7) V = volume dari silinder

5) Pemeriksaan Kadar Lumpur Kerikil


a) Alat
(1) Talam yang cukup besar
(2) Tempat mencuci kerikil, pakai timba plastic
(3) Saringan no. 200 atau 0,063 mm
(4) Neraca analitis
(5) Oven

b) Bahan
(1) Kerikil
(2) Air

c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
(2) Bersihkan bangku-bangku laboratorium dari kotoran-kotoran seperti sisa-sisa semen,pasir
dan sebagainya.
(3) Jagalah alat-alat dan perlengkapan kerja lainnya secara teratur dan rapi.
(4) Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan dalam perhatian kepada benda pekerjaan.
(5) Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya dan hindarilah bekerja sambil bergurau.
(6) Hati-hati waktu mencuci kerikil dalam talam dan menumpah ke ayakan no. 200 jagalah
dengan cermat jangan sampai ada yang hilang karena guyuran air.
(7) Hati-hatilah waktu menimbang hasil pengujian.

d) Langkah Kerja
(1) Kerikil diambil dan ditimbang sebanyak 2500 gram netto( A )
(2) Pasir dicuci dengan air PDAM, yang keruh dituangkan kedalam ayakan no.200 dan kerikil
yang tertinggal dalam ayakan dikembalikan lagi kedalam talam kerikil tadi dan diusahakan
jangan ada yang berceceran.
(3) Pencucian dilakukan berkali-kali hingga air dalam kerikil jernih
(4) Kerikil hasil cucian yang telah bersih dioven selama 24 jam dengan suhu 110oC.
(5) Setelah 24 jam kerikil tersebut didinginkan , ditimbang beratnya.( B )
A B
(6) Kadar Lumpur = x 100 %
B

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 156


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
6) Pemeriksaan Analisa Ayakan Campuran
a) Alat
(1) Kalkulator
(2) Buku skrip ( buku tulis )
b) Bahan
(1) Data-data dari analisa ayakan pasir maupun kerikil.
(2) Tabel-tabel yang diperlukan.
c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
(2) Bersihkan bangku-bangku laboratorium dari kotoran-kotoran seperti sisa-sisa semen,pasir
dan sebagainya.
(3) Jagalah alat-alat dan perlengkapan kerja lainnya secara teratur dan rapi.
(4) Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan dalam perhatian kepada benda pekerjaan.
(5) Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya dan hindarilah bekerja sambil bergurau.
(6) Hati-hati menghitung prosentase baik dari bahan pasir maupun bahan kerikil.
(7) Hati-hatilah waktu menghitung hasilnya.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

d) Langkah Kerja
(1) Siapkan data-data dari analisa ayakan pasir dan kerikil
(2) Tentukan nomor ayakan di mana campuran pasir dan kerikil tertinggal
p.x k.(100-x)
(3) A = 100 100
dimana: A = Persamaan Dasar (Tabel 3.8 Materi)
Yp = Agregat halus yang tertinggal pada ayakan
Yk = Agregat kasar yang tertinggal pada ayakan

7. Membuat Campuran BetonMetode British Standart


a) Alat
(1) Beton molen
(2) Ember atau talam untuk tempat semen, pasir, kerikil .
(3) Gelas ukur untuk tempat air yang diperlukan.
(4) Timbangan
(5) Cetok,sekop,bak beton,slump, dan jerojok

b) Bahan
(1) Hasil perhitungan campuran beton (mix desain)
(2) Semen
(3) Pasir
(4) Kerikil
(5) Air

c) K3
(1) Bersihkan lantai kerja sebelum melaksanakan pemeriksaan bahan.
(2) Bersihkan bangku-bangku laboratorium dari kotoran-kotoran seperti sisa-sisa semen,pasir ,
kerikil dan sebagainya.
(3) Jagalah alat-alat dan perlengkapan kerja secara teratur dan rapi.
(4) Hati-hatilah dalam bekerja dan konsentrasikan dalam perhatian kepada benda pekerjaan.
(5) Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya dan hindarilah bekerja sambil bergurau.
(6) Hati-hati waktu menimbang semen, pasir, kerikil jagalah dengan cermat jangan sampai
ada yang hilang karena kurang hati-hati.
(7) Hati-hatilah melihat hasil timbangan semen,pasir,kerikil, dan jumlah airnya.

d) Langkah Kerja
(1) Timbang semen, pasir, dan kerikil sesuai dengan hasil mix desain
(2) Ukurlah air sesuai dengan hasil mix desain
(3) Masukan bahan-bahan yang telah ditimbang dan diukur ke dalam molen
(4) Setelah bahan telah tercampur dengan baik, lakukanlah pengujian slump
(5) Masukanlah beton segar tersebut ke dalam cetakan benda uji yang telah ditentukan

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 157


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
D. Konstruksi Kayu

1. Pendahuluan
Ada sekitar 4.500 jenis kayu Indonesia, dari jumlah kayu ini hanya sebagian kecil yang dapat
diketahui sifat dan kegunaannya. Sebagian masyarakat masih cenderung menggunakan jenis kayu
tertentu. Yaitu, kayu yang ada di Pulau Jawa, kayu sebagian orang lebih menyukai kayu jati dari pada
kayu lainnya dandi Pulau.Irian Jaya cenderung memakai Kayu Bangalau, yang biasa disebut Kayu Jati
Papua. Demikian pula orang-orang di Kalimantan lebih mantap memakai kayu ulin dan sebagainya.
Akibatnya, jenis lainnya yang justru memiliki potensi besar tidak mendapatkan tepat di hati
masyarakat pemakaian kayu. Jika semua jenis kayu yang telah diketahui sifat-siafatnya, maka akan
dapat dimanfaatkan sesuai tujuan dan penggunaannya, terutama pada konstruksi bangunan.
Kayu sebagai bahan konstruksi sudah sejak dulu dikenal orang. Dahulu menggunakan kayu
sebagai bahan konstruksi hanya didasarkan pada pengalaman dan institusi. Berkat kemajuan ilmu
pengetahuan, terutama dibidang matematik, mekanik teknik dan juga ditemukan alat – alat
penyambung modern, maka dapat dibuat konstruksi yang berat utamanya pada konstruksi kayu.
Kayu sebagai hasil utama hutan akan tetap terjaga keberadaannya selama hutan telah
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

dikelola secara baik menurut aturan pengelolaan dan berkesinambungan. Bila dibandingkan dengan
material struktur lain, material kayu mempunyai berat jenis yang ringan dan proses pengerjaannya
dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana dan ringan. Sebagai bahan dari alam kayu dapat
terurai secara sempurna sehingga tidak ada istilah limbah pada konstruksi kayu ( environmental
friendl). Hutan dan kayu merupakan rahmat pemberiaan Tuhan Yang Maha Esa yang dapat
dimanfaatkan sepenuhnya untuk kesejahteraan manusia dimuka bumi, akan tetapi perlu
memeliharanya secara rutin (reboisasi) supaya dalam siklus ekositem tidak mengalami kepunahan.

2. PengertianTentang Kayu
Kayu suatu bahan bangunan berupa pohon yang disebut bahan pohon kayu, yang diperoleh
dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan yang dipilih secara cemat sesuai penggunaanya atau
sering dikelompokan jenisnya kedalam bagian klas kuat serta awet kayu, sebagai bagian dari satu
pohon. Dalam bagian–bagian inti potongan kayu dapat dilihat struktur bagian kayu yang biasa
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam dasar perhitungan struktur kekuatanya di suatu
bangunan, khususnya bangunan yang dibuat pada konstruksi kuda-kuda kayu. Adapun bagian-bagian
ini dapat diihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
Pohon sebagai satu kesatuan bagian-bagian yang penting. Yaitu bagian –bagian tersebut
ialah akar, batang, cabang, ranting dan daun.Bagian-bagian kayu secara singkat dapat dipaparkan
seperti gambar berikut:

Gambar 4.1
Bagian-bagian di Pohon Kayu

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 158


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
a. Kulit
Kulit terdapat bagian tertular dan mempunyai dua bagian, yaitu.
1) Kulit bagian yang mati dan mempunyai ketebelen yang bervariasi menurut jenispohonnya,
dan
2) Kulit bagian dalam yang bersifat hidup dan tipis.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.2
Kulit pada Pohon Kayu

Kulit berfungsi sebagai pelindung bagian-bagian yang lebih dalam terhadap kemungkinan
pengaruh dari luar bersifat merusak, misalnya iklim, serangan serangga, hama, kebakaran, serta
perusak-perusak kayu lainnya. Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai bahan makanan dari daun
ke bagian-bagian tanaman.
b. Kambium
Kambium merupakan jaringan yang mempunyai lapisan tipis dan bening, melingkari kayu. Fungsi
kambium kearah luar, kambium membentuk kulit baru mengantikan kulit lama yang rusak; dan
kearah dalam, memebentuk kayu yang baru. Dengan adanya kambium pohon lambat laun dapat
bertambah besar. Sementara itu, pertumbuhan meninggi ditentukan jaringan meristem.Kambium
terletak antara kulit dan kayu gubal.
c. Kayu Gubal
Kayu gubal terdiri dari sel-sel yang dibentuk melalui perubahan sel-sel yang masih hidup dan
terletakdi sebelah dalam kambium .Kayu gubal berfungsi sebagai penyalur cairan dan tempat
penimbunan zat-zat makanan.Tebal lapisan kayu gubal bervariasi, menurut jenis
pohonnya.Umumnya jenis pohon yang tumbuh cepat mempunyai lapisan kayu gubal lebih tebal
dibanding kayu terasnya. Kayu gubal biasanya mempunyai warna terang.
d. Kayu Teras
Kayu teras terdiri dari sel-sel yang dibentuk melalui perubahan-perubahan sel hidup pada
lingkaran kayu gubal bagian dalam. Terbentuknya kayu teras disebabkan oleh terhentinya fungsi
sebagai penyalur cairan dan proses lain dalam kehidupan kayu. Ruang dalam kayu teras terdapat
mengandung berbagai macam zat yang memberikan warna lebih gelap, tetapi tidak semua kayu
teras bersifat demikian. Hanya pada jenis-jenis kayu tertentu, terasnya berisi tiloses. Pada
bebrapa jenis kayu yang lain, kayu terasnya banyak mengandung bahan-bahan ekstraktif yang
membuat kayu tersebut lebih berat dan lebih awet . Tetapi tidak semua jenis kayu yang memiliki
zat ekstraktif dapat dipastikan keawetannya.
e. Hati
Hati merupakan bagian kayu yang terletak pada pusat lingkaran tahun (tidak mutlak pada pusat
bontos). Hati berasal dari kayu awal, yaitu bagian kayu yang pertama kali dibentuk oleh cambium
dan umumnya hati mempunyai sifat rapuh atau lunak.
f. Lingkaran Tahun
Lingkaran tahun adalah batas antara kayu yang membentuk pada permulaan dan akhir suatu
musim. Melalui lingkaran-lingkaran tahun ini dapat diketahui umur suatu pohon. Apabila
pertumbuhan diameter (membesar) terganggu musim kering karena pengguran daun atau
serangan serangga/ hama, maka dapat terbentuk lebih dari satu lingkaran tahun (lingkaran
tumbuh) dalam satu musim yang sama. Hal ini disebut lingkaran tahun palsu. Lingkaran tahun
dapat dilihat dengan mudah pada beberapa jenis kayu daun lebar. Pada jenis-jenis kayu yang

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 159


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
lain, lingkaran tahunnya sulit dikenali, terutama kayu-kayu yang tumbuh di daerah tropika. Hal ini
disebabkan pertumbuhan kayu berlangsung sepanjang tahun.
g. Jari-jari
Jari-jari diukur dari luar kedalam, berpusat pada sumbu batang . jari-jari berfungsi sebagai tempat
saluran bahan makanan yang mudah diproses di daun guna pertumbuhan pohon.
h. Kayu Awal
Perkembangan tumbuhnya lapis kulit pohon awal yang membentuk lingkaran tahun, untuk lebih
lanjut menjadikan proses pertumbuhan lapis kulit menjadi berkembang, proses pertuhan kayu.
i. Kayu Akhir
Proses pembesaran pohon melalui lapis kulit berupa lingkaran tahun telah berakhir dan tidak akan
ada penambahan lapis kulit lagi, sehingga pertumbuhan pembesaran pohon melalui pada bagian
antara kulit awal dan kulit luar yang berakhir bagian luar pohon.

3. Sifat-sifat Kayu di Indonesia


Kayu yang berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifat yang berbeda-beda Di samping
sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama lainnya , ada beberapa sifat umum yang
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

terdapat pada semua kayu . Sifat-sifat umum tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Sifat fisik Kayu
Beberapa hal yang tergolong dalam fisik kayu adalah berat jenis , keawetan alami, warna,
higrokopik, tekstur, serat, berat, kekerasan, kesan raba, baudan rasa, nilai dekoratif dan beberapa
sifat lainnya.
Sifat-sifat tersebut antara lain:
1) Berat Jenis
Kayu memiliki berat jenis (BJ) yang berbeda-beda, berkisar anatara minimum 0,2 (kayu balsa)
hingga 1,28 (kayu nani). Berat jenis merupakan petunjuk penting bagi aneka sifat kayu.
Makin berat BJ-nya umumnya makin kuat pula kayunya. Semakin ringan suatu jenis kayu,
akan berkurang pula kekuatannya. Berat jenis ditentukan anatara lain oleh tebal dinding
seldan kecilnya rngga sel yang membentuk pori-pori. Berat jenis diperoleh dari perbandingan
antara berat sesuatu volume kayu tertentu dengan volume air yang sama pada suhu standar.
Umumnya berat jenis kayu ditentukan berdasarkan kayu kering udara atau kering tanur dan
volume kayu pada posisi kadar air tertentu.
2) Keawetan Alami Kayu
Keawetan alami kayu ternyata berbeda-beda. Maksud keawetan alami ialah ketahanan kayu
terhadap serangan unsur-unsur perusak kayu dari luar misalnya jamur,rayap, bubuk, cacing,
laut, dan makluklainnya, yang diukur dengan jangjka waktu tahunan. Keawetan kayu tersebut
disebabkan oleh adanya suatu zat di dalam kayu (zat ekstraktif). Zat-zat tersebut merupakan
sebagian unsur racun bagi perusak-perusak kayu, sehingga perusak tersebut tidak sampai
masuk atau tinggal di dalamnya dan merusak kayu. Misalnya kayu jati memiliki tectoquinon,
kayu ulin memiliki silica, dan lain-lain, sehingga kayu-kayu jenis ini mempunyai tingkat
keawetan secara alami.Indonesia membedakan lima kelas keawetan kayu (PKKI NI-5) Zat
ekstraktif pada kayu mulai terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras. Oleh
karena itu, kayu teras pada semua jenis kayu umumnya lebih awet dibandingkan dengan
kayu gubal. .Hal itu disebabkan pada kayu gubal sel-selnya masih hidup, kayunya lunak dan
sebagi tempat cadangan bahan makanan, sehingga perusak-perusak kayu lebih mudah
menembus dan merusak kayu tersebut.
3) Warna Kayu
Ada beraneka macam warna kayu, antara lain warna kuning, keputih-putihan, cokelat muda,
cokelat tua, kehitam-hitaman, kemerah-merahan, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan
oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda. Warna sesuatu jenis kayu dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain; tempat di dalam batang, umur pohon, dan
kelembaban udara.Kayu teras umumnya warna yang lebih jelasatau lebih gelap dibandingkan
kayu yang ada di luar kayu teras, yakni kayu gubal. Kayu dari pohon yang lebih tua dapat
lebih gelap dari pada kayu dari pohon yang lebih muda meskipun jenisnya sama. Kayu yang
kering berbeda pula warnanya dengan kayu yang basah. Kayu yang lama berada terbuka
dapat lebih gelap, dapat juga lebih pucat dari pada kayu yang segar dan kering udara. Pada
pengenalan kayu, warna kayu yang dipakai adalah warna terasnya. Pada umumnya warna
suatu jenis warna. Kadangkala terdapat satu warna mencolok dengan kombinasi warna-warna
lain yang sukar dipisahkan. Sebagai contoh, kayu yang berwarna putih seperti jelutung dan
kayu yang berwarna merah seperti kempas, renghas, dan lain sebagainya.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 160


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4) Berat Kayu
Berat suatu jenis kayu tergantung pada jumlah zatkayu yang tersusun, rongga-ronggasel atau
pori-pori, kadar air yang dikandung, dan zat-zat ekstraktif di dalamnya. Berat suatu jenis kayu
ditunjukan dengan besarnya berat jenis kayu yang bersangkutan, dan dipakai sebagai
patokan berat kayu. Berdasarkan berat jenisnya, jenis-jeniskayu digolongkan ke dalam kelas-
kelas sebagi berikut.

Tabel 4.1
Kelas Kayu Berdasarkan Berat Jenisnya
Kelas Berat Kayu Berat Jenis Kayu
1. Sangat berat 1. lebih besar dari 0.90
2. Berat 2. 0,75 s/d 0,90
3. Agak Berat 3. 0,60 s/d 0,75
4. Ringan 4. lebih kecil dari 0,60.
Sumber: PKKI NI-5
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

5) Kekerasan
Pada umumnya terdapat hubungan langsung antara kekerasan kayu dan berat kayu. Kayu-
kayu yang keras yang termasuk kayu-kayu yang berat . Sebaliknya kayu ringan adalah juga
kayu yang lunak. Berdasarkan kekerasannya, jenis-jenis kayu dapat digolongkan:
- Kayu sangat keras, contohnya balau dan giam
- Kayu keras, contohnya kulim dan pilang
- Kayu sedang kekerasanya, contohnya mahoni dan meranti
- Kayu lunak, contohnya pinus dan balsa
6) Kesan raba
Kesan raba suatu jenis kayu adalah kesan yang diperoleh pada saat kita meraba permukaaan
kayu tersebut. Jika kayu diraba akan memberikan kesan kasar, halus,licin,dingin dan
sebagainya.Kesan raba yang berbeda-beda untuk tiap-tiap jenis kayu tergantung pada tekstur
kayu, besar kecilnya air yang dikandung, dan kadar zat ekstraktif didalam kayu. Kesan raba
kasar , apabila keadaan bertekstur halus dan berat jenisnya tinggi, sebaliknya terasa panas
jika teksturnya kasar dan berat jenisnya rendah. Jati memberikan kesan agak berlemak atau
berlilin jika diraba, sedangkan kayu renghas memeberikan kesan gatal pada kulit ( alergi).
7) Baudan Rasa
Baudan rasa kayu mudah hilang jika kayu itu lama tersimpan di udara luar.Untuk mengetahui
baudan rasa suatu kayu , perlu dilakukan pemotongan atau sayatan baru pada kayu atau
dengan membasahi kayu tersebut, sebab ada jenis-jenis kayu yang mempunyai bau sangat
cepat hilang, atau memiliki bau yang cukup merangsang . Sifat bau dari kayu dapat
digambarkan sesuai dengan bau yang umumnya di kenal. Untuk menyatakan bau sesuatu
kayu, sering kali kita gunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal, misalnya bau bawang
putih ( kulim), bau keasam-asaman (ulin), bau zat penyamak (Jati), bau kamper (Kapur).
Kesan rasa dan bau tidak jauh berbeda. Adanya persamaaan diantara kesan baudan rasa
disebabkan oleh adanya hubungan erat yang terdapat pada indra pembau dan indra perasa
kita.
8) Nilai dekoratif
Nilai dekoratif umumnya menyangkut jenis-jenis kayu yang akan dibuat untuk tujuan tertentu
yang hanya mementingkan keindahan pada kayu tersebut. Nilai dekoratifsesuatu jenis kayu
tergantung pada penyebaran warna, arah serat kayu, tekstur, dan pemunculan riap-riap
tumbuh bersama muncul dalam pola atau bentuk tertentu. Pola gambar inilah yang membuat
suatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif. Kayu-kayu yang memiliki nilai dekoratif antara
lain sonokeling, sonokembang, renghas, dan eboi.
9) Sifat-sifat lain
Dua hal yang termasuk sifat-sifat lain yaitu pembakaran dan kayu terhadap suara:
- Sifat pembakaran
Sifat lain suatu kayu adalah sifat pembakaran. Semua jenis kayu dapat terbakar, menjadi
arang dan menjadi abu. Sifat mudah terbakar ini pada satu sisi memberi keuntungan,
misalnya kalu kayu itu akan dipergunakan sebagai bahan pembakar.Di sisi lain,
merugikan, misalnya kalau kayu itu dipakai sebagai bahan perabot atau bangunan.
Walaupun demikian kayu tidak dapat ditinggalakan karena memiliki sifat-sifat logam.
Proses pembakaran sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik , kimia dan anatomikayu.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 161


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Umumnya jenis-jenis kayu dengan pembuluh-pembuluh besar lebih mudah terbakar dari
pada jenis-jenis kayu dengan pembuluh-pembuluh besar lebih mudah terbakar dari pada
jenis kayuberat. Selanjutnya kandungan dammar yang banyak akan mempercepat pula
pembakaran . Dengan adanya sifat-sifat ini, maka jenis kayu dapatdigolongkan kedalam
dua kelas, yaitu kayu yang memiliki daya tahan bakar besar, misalnya merbau, ulin, jati,
dan kayu yang memiliki daya tahan bakar kecil , misalnya balsa sengon dan pinus. Daya
tahan bakar kayu dapat ditingkatakan misalnya dengan membuat kayu itu menjadi api
(fire proof), antara lain sebagai berikut:
 Menutup kayu itu dengan bahan lapisan yang tidak mudah terbakar, yang berfungsi
melindungi lapisan kayu dibawahnya terhadap api, misalnya logam.
 Menutup kayu itu dengan bahan-bahan kimia yang bersifat mencegah terbakarnya
kayu, misalnya jenis cat tahan api, persenyawaan garam anatara lain anominium dan
boor zuur.
 Mengimpregnir kayu itu dengan macam-macam bahan kimia yang bersifat
mengurangi terbakarnya kayu.Ada juga bahan-bahan lain yang menghasilkan gas
yang dapat mencegah api tersebut.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

- Sifat terhadap suara


- Sifat akustik
- Sifat resonansi
b. Sifat Mekanik Kayu
Sifat mekanik atau kekuatan kayu ialah kemempuan kayu untuk menahan muatan dari luar.
Maksud muatan dari luar ialah gaya-gaya di luar benda yang mempunyai kecenderungan untuk
mengubah bentuk dan besarnya benda. Kekuatan kayu memegang peranan penting dalam
penggunaannyasebagai bahan bangunanperkakas, dan penggunaan lain. Pada hakikatnya hampir
semua penggunaan kayu, dituntut syarat kekuatan ini. Dalam hubungan dengan hal ini dibedakan
beberapa macam kekuatan sebagai berikut:
1) Keteguhan tarik
2) Keteguhan tekan/kompresi
3) Keteguhan geser
4) Keteguhan lengkung (lentu)
5) Kekakuan
6) Keuletan
7) Kekerasan
8) Keteguhan belah

Tabel 4.2
Kekuatan Kayu Menurut Jenisnya
Kelas Berat Jenis Keteguhan Lentur Keteguhan Tekan
kuat Kering Udara Mutlak (kg/cm2) Mutlak (kg/cm2)
I > 0,90 .> 1100 > 650
II 0,90 – 0,60 1100 – 725 650 – 425
III 0,60 – 0,40 725 – 500 425 – 300
IV 0,40 – 0,30 500 - 360 300 – 215
V < 0,30 < 360 < 215
Sumber: LPHH-Bogor

c. Sifat Kimia Kayu


Komponen kimia dalam kayu mempunyai arti yang penting, karena menetukan kegunaan sesuatu
jenis kayu. Dengan mengetahuinya, kita juga dapat membedakan kegunaan sesuatu jenis kayu.
Susunan kimia kayu digunakan sebagai pengenal membedakan jenis kayu. Susunan kimia kayu ini
digunakan sebagai pengenal ketahanan kayu terhadap serangan makhluk perusak kayu, selain itu
dapat pula menetukan pengerjaan dan pengelolahan kayu, sehingga didapat hasil yang maksimal.
Pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun jarum terdiri dari tiga macam
unsur, yaitu: (1) unsur karbohidrat yang terdiri selulosa dan hemiselulosa, (2) unsur non
kabohidrat yang terdiri dari lignin, (3) Unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses
pertumbuhan yang sering disebut zat ekstraktif.Distribusi komponen kimia tersebut dalam dinding
sel kayu tidak merata. Kadar selulosa dan hemiselulosa banyak terdapat dalam dinding sekunder.
Adapun lignin banyak teradapat dalam dinding primer dan lamella tengah. Zat ekstraktif terdapat

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 162


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
di luar dinding sel kayu. Komposisi unsur-unsur kimia kayu dapat dipaparkan dengan tabel
berikut.

Tabel 4.3
Unsur Kimia dan Komposisi Kayu
Unsur Kimia Komposisi
Karbon 50%
Hidrogen 6%
Nitrogen 0,04 – 0,10 %
Abu 0,20 – 0,50 %
Oksigen Sisanya

Sementara itu bidang orientasi kayu dapat dibedakan menjadi tiga:


1) Bidang tagensial, yaitu yang diperoleh dengan memotong kayu tegak lurus salah satu jari-jari
kayu, searah serat, dan tidak melalui sumbu kayu.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

2) Bidang radial, yaitu bidang kayu yang diperoleh dengan memotong kayu searah serat melalui
sumbu kayu.
3) Bidang aksial /Kepala kayu, yaitu bidang yang diperoleh dengan memotong kayu tegak luruss
dengan sumbu kayu.

Komponen kimia kayu sangat berariasi, karena dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh, iklim dan
letaknya di dalam batang atau cabang. Berikut ini dipaparkan komponen kimia kayu menurut
golongan kayu.

Tabel 4.4
Komponen Kimia Menurut Golongan Kayu
Golongan Kayu
Komponen Kimia
Kayu Daun lebar (%) Kayu Daun Jarum (%)
Selulosa 40 – 45 41 – 44
Lignin 18 – 33 28 -32
Pentosa 21 – 24 8 -13
Zat ekstraktif 1-12 2,03
Abu 0,22 - 6 0,89

Gambar 4.3
Lingkaran Tahun pada Inti Kayu
1) Selulosa
Selulosa adalah bahan kristalis membangun dinding-dinding sel. Bahan dasar selulosa ialah
glukosa, gula bermatabat enam, dengan rumus C6, H12,O6 Mo, Molekul-molekul glukosa
disambung menjadi molekul-molekul besar, panjang dan berbentuk rantai dalam susunan

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 163


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
menjadi selulosa . Selulosa merupakan bahan dasar yang penting bagi industri yang memakai
selulosa sebagai bahan baku, misalnya pabrik kertas dan pabrik sutera tiruan.
2) Lignin
Lignin merupakan bagian yang bukan karbohidrat, persenyawaan kimia yang jauh dari
sederhana tidak berstruktur dan bentuknya amorif. Dinding sel tersusun oleh suatu rangka
molekul selulosa, antara lain terdapat pula lignin. Kedua bagian ini merupakan satu kesatuan
erat, yang menyebabkan dinding sel menjadi kuat menyerupai beton bertulang besi. Selulosa
laksana batang-batang besi dan ligninsebagai semen betonnya. Lignin terletak terutama
dalam lamella tengah dan dinding primer. Kadar lignin dalam kayugubal lebih tinggi
dibandingkan kadar lignin dalam kayu teras, namun kadar selulosanya sebaliknya.
3) Hemiselulosa
Selain kedua bahan tersebut diatas, kayu masih mengandung sejumlah zat lain sampai 15% -
25%, antara lain hemiselulosa , semacam selulosa berupa persenyawaan dengan molekul-
molekul besar bersifat karbonat. Hemiselulosa dapat tersusun oleh gula yang bermartabat
lima dengan rumus C5H10O5 disebut pentosan atau gula bermatabat enam C6H12O6 disebut
hexosan. Zat-zat ini berfungsi sebagai batuan bangunan dinding-dinding sel dan juga sebagi
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

bahan zat cadangan.


4) Zat Ekstraktif.
Zat ektraktif umumnya berupa zat yang mudah larut dalam pelarut misalnya eter, alcohol,
bensin dan air. Banyaknya rat-rata 3% - 8 % dari berat kayu kering tanur. Termasuk di
dalamnya antara lain minyak-minyakan, resin, lilin, lemak, tannin, gula, pati, dan zat warna.
Zat ektraktif tidak merupakan bagian struktur dinding sel, melainkan terdapat dalam rongga
sel. Zat ektraktif memiliki arti yang penting dalam kayu karena:
- dapat mempengaruhi sifat keawetan, warna, bau, dan rasa sesuatu jenis kayu.
- dapat digunakan untuk mengenal sesuatu jenis kayu.
- dapat digunkan sebagai bahan industri.
- dapat menyulitkan pengerjaan dan mengakibatkan kerusakan pada alat-alatpertukangan.
5) Abu
Di samping persenyawaan-persenyawaan organik, di dalam kayu masih ada beberapa zat organik,
yang disebut bagian-bagian abu (mineral pembentuk abu yang tertinggal setelah lignin dan
selulosa habis (terbakar). Kadar zatvariasi antara 0,2%–1% dari berat kayu.

4. Tegangan Kayu
a. Tegangan dan Modulus Elastisitas
Tegangan ijin dan modulus elastisitas kayu mutu A untuk empat kelaskuat kayu dapat dilihat pada
Tabel 4.5. Sedangkan tegangan ijin kayu mutu B adalah 75% dari tegangan ijin kayu mutu A.

Tabel 4.5
Tegangan dan Kelas Kuat Kayu
Teganagan Kelas kuat kayu kg/cm² Kayu Jati
ijin I II III IV V
 lt 150 100 75 50 - 130

 tr //   tk // 130 85 60 45 - 110

 tkL 40 25 15 10 - 30

τ 20 12 8 5 - 15

Tegangan ijin untuk kayu mutu A juga dapat didasarkan pada berat jenis (g), seperti dinyatakan
dalam persamaa dibawah ini :
 lt = 170.g
 tr //   tk // = 150.g
 tkL = 40.g
τ = 20.g

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 164


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tegangan Kayu untuk Sambungan yang membentuk sudut α dan membentuk sudut bagi luar sama
α/2:
 tk =  tr // -(  tr // - tk  ) Sin α (untuk sudut α)
 tk / 2 =  tr // - (  tr // - tk  ) Sin α/2 (untuk sudut bagi luar α/2)
Tabel 4.6
Modulus Elastisitas E Sejajar Serat
Kelas kuat kayu E // (kg/cm²)
I 125.000
II dan Jati 100.000
III 80.000
IV 60.000

Tegangan ijin pada Tabel 4.5perlu dikalikan dengan factor-faktorpengaruh keadaan konstruksi
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

dan sifat pembebanan. Besarnya factor-faktor pembebanan tersebut adalah sebagai berikut:
1) faktor 2/3
- Untuk konstruksi yang selalu terendam air.
- Untuk bagian konstruksi yang tidak terlindung, dan kemungkinan kadar air kayu akan
tinngi.
2) faktor 5/6.
Untuk konstruksi yang tidak terlindung, tetapi kayu dapat cepat mengering.
3) faktor 5/4.
- untuk bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh muatan tetap dan muatan
angin.
- untuk bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh muatan tetap dan muatan
tidak tetap.
Definisi konstruksi yang terlindung adalah konstruksi yang dilindungi dari perubahan udara yang
besar, dari hujan, dari matahari, sehingga tidak akan menjadi basah dan kadar airnya tidak akan
berubah banyak.

b. Hasil Penelitian Keawetan Alami Kayu


Lembaga Penelitian Hasil Hutan (PKKI 1961) mengelompokan tingkat keawetan kayu di
Indonesia kedalam lima kelas awet seperti pada Tabel 8 Kelas Awet Kayu ( PKKI, 1961). Umur
keawetan kayu tercatum pada Tabel 8 hanya berlaku di daerah tropic, sedangkan untuk daerah
penggunungan yang iklimnya lebih sejuk, maka keawetannya dapat lebih tinggi.

Tabel 4.7
Kelas Awet Kayu Pada Kondisi Konstruksi
Kelas awet
Kondisi Konstruksi
I II III IV V
a. Selalu berhubungan dengan 8 5 3 Sangat Sangat
tanah lembab. Tahun Tahun Tahun pendek pendek
b. Hanya terbuka terhadap angin 20 15 10 Beberapa Sangat
dan iklim tetapi dilindungi Tahun Tahun Tahun Tahun pendek
terhadap pemasukan dan
kelemasan
c. Di bawah atap tidak Tak Tak Sangat Beberapa pendek
berhubungan dengan tanah Terbatas terbatas lama Tahun
lembab dan dilindungi terhadap
kelemasan.
d. Seperti no: c tetapi dipelihara Tak Tak Tak 20 20
dengan, baik selalu dicat, dan Terbatas terbatas terbatas Tahun Tahun
sebagainya.
e. Serangan oleh rayap Tidak Jarang Hampir Tak Sangat
tidak seberapa cepat
f. Serangan oleh bubuk kayu kering Tidak Jarang

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 165


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
c. Kayu Yang Ada di Indonesia
Jenis kayu yang ada di Indonesia selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 4.8. Daftar Jenis Kayu Yang Ada di Indonesia


Nama Berat Jenis Kering
Suku Nama dalam Nama Kelas Udara ( g/cm3) Kelas
No.
(Famili) Botanis perdaga- setempat Kuat Mini- Maxi- Rata- awet
ngan mum mum rata
1 Anacardia Koordersio Bugis Menado:kayu I-III 0,41 1,02 0,80 III-IV
Ceae Dendren Bugis,wochis
Pinnatum Sula:hopi:
Merr Kal.Utara:
Rangu
2 Idem Gluta Rengas Rengas,ingas II 0,59 0,84 0,69 II
Renghas L Rangai(Tapan
Nuli) ingha (Kal.
Tenggara)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

3 Idem Melanor- Rengas Rengas burung II-III 0,47 0,93 0,64 II


Rhoea Burung Jingah burung
Spec.div. Jingah manuk
(Kaltenggara)
4 Anacardia- Campnos- Teren- Terentang III-IV 0,32 0,52 0,40 V
Cease. Perma su- tang
Riculata
Hook.f.
5 Apocyna- Dyera Jelutung - III-V 0,22 0,56 0,40 V
cease spec. div.
6 Idem Alstoniz Pulai Kebanyakan IV-V 0,19 0,90 0,46 III-V
Spe.div. Pulai atau
Pelai: Priangan
Lame:Jaw:pule
Madura:polay
7 Araucaria- Agathis Agathis - III 0,36 0,64 0,47 IV
Cease Borneen- (damar)
sis Warb
8 Bomba Ochroma Balsa Balsa V 0,09 0,31 0,16 V
cacease Spec. div.
9 Bomba Durio Duren Durien, duren II-III 0,42 0,91 0,64 IV-V
Cacease spec.div.
10 Boragina- Cordia Salimuli Salimuli II-III 0,44 0,75 0,62 I / II
cease Subcor
Data
11 Casuarna- Cauarina Cemara - I-II 0,79 1,16 1,02 II-III
cease Equiseti-
Folia Forst
12 Caesal Kompas- Kempas - I-I 0,68 1,29 0,95 III-IV
piniacease Siamalac- (Meng-
Cesis geris)
13 Idem Maing Kranji - I-II 0,84 1,04 0,93 I
Dialium
Platyse-
Palum
14 Caesal- Baker Merbau Merbau ipil, I-II 0,52 1,049 0,80 I-II
Piniacease Intsia Anglai
Spec.div. (Ka.tenggara)
Bayam, kayu
besi (maluku)
15 Idem Sindora Sindur Sindur, tamper II-III 0,46 0,74 0,60 IV-V
Leiocarpa Hantu
De Wit.
16 Celastra Lophopeta Perupuk Perupuk talang II-III 0,40 0,69 0,56 IV-V
Cease Lum spec P.Rawang
17 Datisca Octomeles Binuang Mal:benuang - - - - -
Cease Sumatrana Maluku: Kayu
Miq. Pelaka

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 166


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Nama Berat Jenis Kering
Suku Nama dalam Nama Kelas Udara ( g/cm3) Kelas
No.
(Famili) Botanis perdaga- setempat Kuat Mini- Maxi- Rata- awet
ngan mum mum rata
18 Dipterocarpa Shorea Balau Damar laut I-II 0,65 1,22 0,98 I
cease Dan Hopea (sumatr. timur)
Spec.Div. simantok.
(aceh), resak
(Simalur), rikir
19 (Sumatr.Barat)
balau (Riau) &
(Kalbar). Pooti
(Sul Tenggara)
20 Kewang
(Palembang),
Kalepek,tekem
Terndak,benua
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

21 Benuas,bangkira
i,enggelam
Diotero Shorea Bangki (Kaltim) I-II 0,60 1,16 0,91 I-II
Carpacease Laevifolia Rai Kaltim: benua, (III)
22 Endert benuas,enggela
m,bangkirai
Idem Shorea Belange (balik papan) (I)-II 0,73 0,98 0,86 II
Balange Ran Belangeran (I-III)
Ran (Bangka,Biliton,
Kal.Tengga
Ra), kahoi
23 (Kalimatan
Idem Cotyle- Giam Tenggara) I 0,83 1,15 0,99 I
lobium (Resak Resak(juga
24 Spec.div. teem digunakan untuk
Dan Vatica baga) jenis jenis Vatika
Spec.div. drajat rendah)
R.bukit,R.Tem
baga
(Riau)R.tembaga
, R.Durian
25 Dipterocar- Diptero Keruing (Kal.Barat) I-II 0,51 1,01 0,54 III
Pageae Carpus Keruing,Suma
Spec.div. Tera: Lagan
26 Kal.Kruen
Atau Tampudau
Idem Shorea dan Meranti Jawa:palahlar II-IV 0,29 0,96 0,54 II-III
27 Para- putih Banyak sekali
Shorea Nama-nama
Spec.div. yang umum
Adalah me
28 ranti, dammar,
kendontang, d.
buah lempong,
lanan d. kelipik.
Berapa dari
29 nama-nama
tersebut di Atas
juga digunakan
30 Dipteroca- Shorea Meranti untuk jenis lain. II-IV 0,29 1,09 0,55 II-III
Pacease Spec.div. Merah Banyak sekali
dengan jenis
yang variasinya
besar, Nama yg
31 umum ialah
meranti,damar,
seraya,keruko,k
Idem Hopea Mersa- alup, lam pong, II-III 0,42 1,03 0,55 II-III

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 167


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Nama Berat Jenis Kering
Suku Nama dalam Nama Kelas Udara ( g/cm3) Kelas
No.
(Famili) Botanis perdaga- setempat Kuat Mini- Maxi- Rata- awet
ngan mum mum rata
32 Spec.div. Wa lanan
Sumatera:mera
wan,mengerawa
n: Kalimantan :
bangkirai bulan,
33 Dipterocar- Aniso Mersa nyerekat, II-III 0,49 0,85 0,85 IV
Pacease ptera Wa dammar putih
Spec.div. Palembang
tenam: Riau
34 Singkep:mer
Sawa, keruing
idem Dryobala Petanang Kucing Beng- II 0,62 0,91 0,75 III
Nops (Sumsel Kalis: sesawa
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

35 oblong kapur) Kayu kapur


Gifolia Sumatera : peta
Dyer. nang,
idem Rasak kuras:Kalbar, II 0,49 0,99 0,70 III
36 Empedu
Vatica Kebanyakan
idem spec.div. Rasak rasak I-II 0,61 1,01 0,74 III
D.Lanceodata II-III 0,46 0,71 0,59 IV
DRyobala D.Oocarpa
Nops lance D.Lanceodata
oladata D.Oocarpa
37 Burck dan Sintok
Dryobala (Kalte
nops Nggara
38 oocarpa kapur)
V.SI.Jenis-
jenis dg
Ebenacease kayu yg Coro I 0,90 1,14 0,05 I
agak berat man del.
a.Diospy Maka
ros,ferrea sar ebony Kayu arang &
39 Bakh. Kayu item
b.Diospy
Euphorbi- ros,celebi Gadog II 0,55 1,01 0,75 II-III
40 Acease ca,Bakh.
Bischoffa
Javanica BI Gadog,kimia-
41 Euphorbi Kemiri Hung (Sund) IV-V 0,23 0,44 0,31 V
Aceae Gintungan
Aleurites ( Jawa )
Fagaceae Molucca Berang Kemiri,(mun- II-III 0,44 0,80 0,67 III
42 na Willd An Cang). Sund
Castanop
Sis Tunggeureuk,
Idem Javanica.A. Pasang Saninten. Kihiur I-II 0,46 1,15 0,82 II-III
DC ( Sund )
43 Fagaceae Quercus Sanin II 0,63 0,82 0,76 III
Spec.div. ten -
Castanop
44 Elacour sis Hiya Barangan,tungg I-II 0,77 1,06 0,91 I-II
Tiaceae argentea eureuk kihiur
45 A.DC. (Sund)
Homalium
Foetidum Gia
46 Benth (SulawesiTengg
ar)aliwowos
Guttiferae Bintangur (Minahasa) II-III 0,37 1,07 0,78 III
(Kapur samal, atau

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 168


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Nama Berat Jenis Kering
Suku Nama dalam Nama Kelas Udara ( g/cm3) Kelas
No.
(Famili) Botanis perdaga- setempat Kuat Mini- Maxi- Rata- awet
ngan mum mum rata
naga) samara batu
Calophyl- ( Ambon )
Lum Jawa:nyamplung
47 Gultiferae Spec.div Gerungga :Sumatera: III-IV 0,36 0,71 0,47 III
ng nangui,penaga,b
intangur,kapurac
Cratoxy ha:penaga,binta
Lon ngur.
48 Hamameli- arborescen Rasamala Gerunggang II 0,61 0,90 0,81 II-III
Daceae s BI Nama umum
untuk
49 Icacinaceae Altingia Bedaru Cratoxylon di I 0,84 1,36 1,04 I
Excelsa Sumattra, Riau
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Noronha dan Kalimantan


Cntleya Mala, rasamala
cor- ( Sund )
50 Lauraceae niculata Kisereh pulasan, tulasan II-III 0,40 0,86 0,63 III
(meda (Batak)
ng) Bedaru(Kal,Riau)
,garu buaya
Cinnamo (Palembang) .
Mum tusam(Sumsel,S
parthe umbar)
Noxy lon Jenis lain dari
Meison cinnamomum
yang nama
golongan
51 Lauraceae Ulin, perdagangan I 0,88 1,19 1,04 I
Borneo tsb: medang
atau lesah
Pa;emban (Sum),medang
g kayu rawali
Euside besi Tem (Kal,tenggara),
roxylon besu kisereh,gadis,
zwageri.Te talang kipedes (Sund)
52 Logania ceae tB Tem Sumatera:ongle I-II 0,72 0,93 0,81 I
Besu n, bulian,Kal.Ulin
53 Leganiaceae Talang belian.Tem
Tem besu II 0,59 0,75 0,66 II-III
besu
54 Leythida Pagraea talang
Ceae Fragrans Putat I-II 0,62 1,01 1,80 II-III
Roxb.
55 Lythra ceae Fagraea Tembesu
Sororia j.j.s Bungur II-III 0,58 0,81 0,69 II-III

Pllancho Tembesu
Magnolia Nia valida
Ceae BI Cempa III-IV 0,31 0,69 0,53 II
Lagers Ka Putat
troemia
Speciosa
Pers Bungur
Michelia
Malva ceae Spec.div
Waru III 0,41 0,55 0,50 III
Meliaceae gunung Manglid, baros
Mahoni (sund) II-III 0,56 0,72 0,64 III
daun kecil champaka
Meliaceae (jawa), medang
Hibiscus Mindi (Sumatra) II-III 0,42 0,65 0,53 IV-V

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 169


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Nama Berat Jenis Kering
Suku Nama dalam Nama Kelas Udara ( g/cm3) Kelas
No.
(Famili) Botanis perdaga- setempat Kuat Mini- Maxi- Rata- awet
ngan mum mum rata
Similes BI
Meliaceae Swie tenia Warugunung
Mahago Surian Waru laut, waru III-IV 0,27 0,67 0,41 III / IV
Nia Yacq lot
Melia (Sund) Mahoni
azedarach Mahoni
.L
Mimo saceae
Toona Jerugiling Mindi(Sund) IV-V 0,24 0,49 0,33 IV / V
Idem Spec.div. Gringging
(Jawa)
Surian Suren (Jawa) I-II 0,61 1,10 0,87 I-II
Idem Surian
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

(Sumatra)
Albizia Weru ingul (Batam) I – II 0,60 0,95 0,77 II
Moraceae Falcate Lalumpue
Backer (Menado)
Adenan Tempi Jawa:sengon I 0,92 1,20 1,01 I
thera nis Sunda
Spec.div. Jerungjing
Albizia
procera Raja Bunga
Benth Saga
Sloetia (Palembang)
Elongate
Backer Kihiyang
(Sunda)
Weru,Wangkal
Tekik (Jawa)
Mal: kapinis,
tempinis; bat
damuli

5. Penentuan Dimensi Rangka Batang


a. Batang Tarik

Gambar 4.4
Balok Terdapat Gaya Tarikan

Didalam menentukan luas tampang batang yang mengalami tarikan harus diperhitungkan
berkurangnya luas tampang adanya alat-alat sambung (perlemahan). Untuk itu dalam hitungan
digunakan luas tampang netto (Fn). Besarnya Fn= c. Fbr dengan c adalah faktor perlemahan akibat
alat sambung, dan Fbr = luas tampang bruto.
Besarnya faktor perlemahan dapat diambil seperti di bawah ini:
10 % untuk sambungan dengan paku
20 % untuk sambungan dengan baut dan sambungan gigi
20 % untuk sambungan dengan kokot dan cincin belah
30 % untuk sambungan dengan pasak kayu
0 % untuk sambungan dengan perekat (Konstruksi Kayu oleh Ir.Suwamo W)

Contoh Soal 1:
Suatu detail batang kerangka kuda-kuda mendapatkan pembebanan berupa tarikan S=7000 kg,
dengan sambungan perlengkapan baut. Jika kayu yang digunakan adalah kayu Jati Klas II,
rencanakan dimensi batang tersebut ?

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 170


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Penyelesaian:
S 7000
Ditapsir ukuran kayu b= 8 cm  tr //    85 kg/cm 2
Fn 0,8 Fbr
S 7000 7000
Sehingga perumusanya menjadi  tr //     85 kg/cm 2
Fn 0,8 Fbr 0,8.b.h
b.h.  tr // .0,80 = S jika harga dimasuk
maka h. 8. 0,80. 85 = 7000 h= 102,94 / 8 = 12,86 dibulatkan 15 cm
Jadi ukuran kayu yang dipilih adalah b= 8 cm h=15 cm
S 7000
Kontrol tegangan yang terjadi  tr //    58,33  85 kg/cm 2
Fbr 8.15

Contoh Soal2:
Suatu detail batang kerangka kuda-kuda mendapatkan pembebanan berupa tarikan S=9000 kg,
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

dengan sambungan perlengkapan pasak kayu. Jika kayu yang digunakan adalah kayu Jati Klas II,
rencanakan dimensi batang tersebut ?
Jawab :
S 9000
Ditapsir ukuran kayu b= 10 cm  tr //    85 kg/cm 2
Fn 0,7 Fbr
S 9000 9000
Sehingga perumusanya menjadi  tr //     85 kg/cm 2
Fn 0,7 Fbr 0,7.b.h
b.h.  tr // .0,70 = S jika harga dimasuk
maka h.10. 0,70. 85 = 9000 h= 151,26 / 10 = 15,126 dibulatkan 16 cm
Jadi ukuran kayu yang dipilih adalah b= 10 cm h=16 cm
S 9000
Kontrol tegangan yang terjadi  tr //    56,25  85 kg/cm 2
Fbr 10.16

b. Batang Desak (Tekan)

Gambar 4.5
Balok Mendapatkan Gaya Tekanan

Untuk batang yang terkena Gaya desakan tidak perlu adanya perlemahan, yang terjadi pada
batang perlu adanya perhitungan:
1) Batang tunggal

Gambar 4.6
Batang Atau Balok Tegak Terdapat Gaya Tekanan

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 171


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Didalam merencanakan batang desak (tekan) harus diperhatikan adanya bahaya tekuk, tetapi
tidak perlu memperhatikan faktor perlemahan seperti pada batang tarik.Besamya faktor tekuk (ω)
tergantung dari angka kelangsingan batang (λ).
tk
λ
i.min
Itk =panjang tekuk yang tergantung dari sifat-sifat ujung batang, sebagai berikut:
- untuk jepit-sendi , ltk = 1.. 2
2
- untuk jepit-bebas , ltk = 2. 
- untuk sendi-sendi , ltk= 
- untuk konstruksi rangka , ltk = 
Imin
ix dan iy min = jari-jari inersia minimum atau ix=iy = dimana
Fbr
I= 1/12.b.h³ dab Fbr = b.h, maka ix menjadi 0,298h.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Hubungan antara λ belum dapat diketahui maka dapat pendekatan secara praktis λ ≥ 100
akan dipakai rumus dalam mekanika teknik Rumus Euler, sedangkan bila λ ≤ 100 akan dipakai rumus
Tetmayer. Maka umumnya didalam merencanakan sesuatu batang desak dianggap lebih dulu bahwa
batang itu mengikuti rumus Euler, kemudian apabila perlu ukuran-ukuran ditentukan menurut
rumusan EULER dapat diubah menjadi:
Ptk = π². E . I min/ n..lkt²
dimana :
n =Faktor keamanan
Ptk = Gaya tekuk
π² = 10 (dibulatkan)
E = 100.000 kg/cm² (jika kayu yang dipakai adalah kayu Klas II).
Maka akan terdapat perumusan: 10 .n.Ptk.  tk² dan bila sesuai klas kayu masing-maing yang
digunakan untuk batang tunggal desak, dapat memakai pedoman awal dapat digunakan rumus-rumus
sebagai berikut:
- untuk kayu klas-kuat I , Imin = 40 . Ptk .  tk2
- untuk kayu klas-kuat II , Imin = 50 . Ptk .  tk2
- untuk kayu klas-kuat III , Imin = 60 . Ptk .  tk2
- untuk kayu klas-kuat IV, Imin = 80. Ptk.  tk2

Ptk = gaya desak dalam ton


ltk = panjang tekuk dalam meter
I.min dalam cm4
dan ω dapat dilihat pada daftar III PKKI 1961.

Selanjutnya tegangan desak yang terjadi tidak boleh melampaui tegangan desak yang diijinkan.
P.ω
σds   σds //
Fbr
2) Batang ganda
Batang ganda dapat terdiri dari dua, tiga ataupun empat batang tunggal yang digabung
dengan diberi jarak antara. Pemberian jarak ini dengan maksud untuk memperbesar momen inersia
yang berarti juga memperbesar daya dukung.Besamya momen inersia terhadap sumbu bebas bahan
dalam hal ini sumbu Y- (lihat gambar 20) harus diberi faktor reduksi sehingga besarnya dihitung
sebagai berikut:
Iy = ¼ . (It + 3.Ig)
It = Momen inersia yang dihitung secara teoritis (apa–adanya).
Ig = momen inersia yang dihitung dengan menggangap bagian-bagian ganda menjadi
tunggal.
Untuk momen inersia terhadap sumbu X tidak perlu direduksi.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 172


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar 4.7
Potogan Melintang Balok Tekan

Disyaratkan bahwa a < 2b . Jika a > 2b, maka untuk menghitung It tetap diambil a=2b.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

c. Balok Lentur

Gambar 4.8
Balok Terdapat Momen

Pada sebuah balok yang dibebani momen lentur harus dipenuhi syarat batas tegangan lentur dan
lendutan. Tegangan lentur yang terjadi tidak boleh melampaui tegangan lentur yang diijinkan.

Mmaks
σ lt   σlt
Wn

Wn = c . W , dengan c adalah faktor perlemahan seperti pada batang tarik, dan W adalah tahanan
momen. Juga lendutan yang terjadi tidak boleh lebih besar dari lendutan yang diijinkan seperti yang
disyaratkan pada PKKI 1961 ps.125.Syarat panjang betang balok yang efektif dapat dilihat pada PPKI
1961 ps. 12.1.

d. Balok yang mendukung momen dan gaya normal


Balok yang mendukung momen dan gaya normal terdiri dari:
- Lenturan dan Tarikan

Gambar4.9
Balok terdapat Momen dan Gaya Tarikan

Pada konstruksi yang mengalami lenturan dan tarikan, tegangan yang terjadi tidak diijinkan lebih
besar dari tegangan tarik yang disyaratkan.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 173


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P Mmaks σ
σ tot   α.  σ tr// α  tr //
Fnt Wn σ lt

- Lenturan dan desakan


Pada konstruksi yang mengalami lenturan dan desakan, tegangan yang terjadi tidak diijinkan lebih
besar dari tegangan desak yang disyaratkan.
P Mmaks σ ds//
σ tot  .ω  α.  σ ds// dimana : α
Fbr Wn σ lt
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.10
Balok terdapat Momen dan Gaya Tekanan

Contoh Soal3:
Sebuah batang tarik dari kayu dengan Bj = 0,5 menahan gaya sebesar 5 ton. β = 1,  = 1,
sambungan dengan baut. Diminta untuk menentukan dimensi batang tarik tersebut yang aman dan
ekonomis.
Penyelesaian:
Kayu dengan Bj = 0,5, β=1, γ=1
 tr // = 150 .03 = 75 kg/cm2
P = 5000kg

Faktor Perlemahan (FP) = 20 %


P 5000 Fnt 66,67
σ tr  , Fnt   66,67cm2 Fbr    83,34cm3
Fnt 75 0,80 0,80

Diambil b = 7cm
Ϋh = 12 cm (h ~ 2b)

Fbr = 7 .12 = 84 cm2> 83,34 cm2 (cukup dekat)


Dimensi yang aman dan ekonomis = 7/12

Contoh Soal4:
Suatu batang desak panjangnya 2 m mendukung gaya 12 ton. Batang tersebut merupakan bagian
dari suatu konstruksi kuda-kuda dan direncanakan untuk menahan beban tetap + beban angin. Jika
kayu mempunyai Bj = 0,65 , diminta untuk merencanakan dimensi batang desak tersebut.
Penyelesaian :
Konstruksi kuda-kuda, terlindung β = 1
Beban tetap + beban angin, γ = 5/4
Konstruksi kuda-kuda = konstruksi rangka, ltk =  = 2 m

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 174


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Bj = 0,65,  ds // r = 150.0,65.5/4 = 121,875 kg/cm2
Kayu klas-kuat II,
Imin = 50.P.Ltk2
misal direncanakan tampang bujur sangkar,
Imin = 1/12 .b4 = 50.12.22
b4 = 28800 cm4
b = 13.03 cm
diambil b = h =13 cm
1/12.b 4
imin  0,289.b  3,757cm
b2
200 dari daftar III PPKI 1961, dengan
  53,23 
3,757 interpolasi linier didapat ω = 1,5523
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Catatan : Sebenarnya dimensi bisa lebih kecil lagi karena tengangan ijin desak
diperhitungkan dengan faktor 5/4 sedangkan gaya desak pada rumus Imin tidak
dikalikan dengan faktor tersebut.
misal direncanakan tampang empat-persegi-panjang dengan h = 2b
Imin = 50 .Ptk.ltk2
1/12.b3.h = 50.4/5.Ptk.Ltk2
1/6.b4 = 50.4/5.12.4
b = 10,36 cm diambil b = 10 cm
h akan dicari lagi
1/12.b3 .2b
imin  0,289.b  2,89cm
2b.b
200 dari daftar III PPKI 1961, dengan
λ  69,2 
2,89 interpolasi linier didapat ω = 1,854
P.ω 12000.1,854
σ ds    121,875kg/cm2
Fbr 10.h
12000.1,854
h 18,25kg/cm2
10.121,875
Diambil b = 10 cm
h = 19 cm (atau 20 cm tergantung dimensi kayu yang ada)
Catatan : Tampak bahwa luas tampang bujur-sangkar yang digunakan ternyata lebih
kecil dari luas tampang empat-persegi-panjang.Hal ini karena imin tergantung pada
b, sedangkan pada tampang persegi b-nya diam-bil lebih kecil dari b pada tampang
bujur-sangkar.

Contoh Soal5:
Diketahui a = b = 3 cm. Kayu dari Suren. P=3 ton
desak. Batang tersebut (gambar 4) terdapat pada
sebuah konstruksi rangka kuda-kuda. Beban per-
manen. Panjang batang 220 cm Diminta untuk
menentukan h.
Gambar 4.11
Potongan Melintang Batang Tekan

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 175


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Penyelesaian:
Konstruksi rangka kuda-kuda, β = 1 , Itk =  = 220 cm
Beban permanen, γ= 1
Kayu suren dari lampiran I PKKI 1961, klas-kuat IV
dari daftar IIa PKKI 1961,
σ ds//  45kg/cm 2
σds//r  45.1.1  45 kg/cm 2
dicoba h = 10 cm
ix = 0,289.h=2,89 cm
It = 2.1/12/10.33 + 2.10.3.32 = 585 cm4
Ig = 1/12.10.63 = 180 cm4
Iy = ¼.(It +3.Ig) = ¼.(585 + 3.180) = 281,25 cm4
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Iy 281,25
iy    2,17cm
Fbr 2.3.10
P.ω 3000.3,0966
σ ds    154,83kg/cm2  45kg/cm2 - tidak aman –
Fbr 10.6
setelah beberapa kali dicoba,
diambil h = 35 cm
ix = 0,289.h = 10,115 cm
It = 2.1/12.35.33 + 2.35.3.32 = 2047,5 cm4
Ig = 1/12.35.63 = 630 cm4
Iy = ¼.(2047,5 + 3.630) = 984,375 cm4
Iy 984,375
iy    2,17cm
Fbr 2.3.35
220 dari daftar III PPKI 1961, dengan
λ  101,38  interpolasi linier didapat ω = 3,0966
2,17
P.ω 3000.3,0966
σ   44,24kg/cm2  45kg/cm2 -OK-
Fbr 35.6
 h = 35 cm
Ditentukan a = b = 4 cm kayu
Meranti (klas-kuat III) 1 = 250
cm, ujung-ujungnya bersendi.
Tentukan h jika P = 40 ton desak
akibat beban sementara dan
konstruksi terlindung.

Gambar 4.12
Potongan Melintang Batang Tekan

Penyelesaian :
β = 1, γ = 5/4, klas-kuat III daftar Iihat PPKI 1961
σ ds//r  60.1.5/4  75kg/cm 2
ltk =  = 250 cm
dicoba h = 14 cm
ix = 0,289.14 = 4,046 cm
It = 3.1/12.1443 + 2.14.4.82 = 7392 cm4

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 176


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Ig = 1/12.14.123 = 20116 cm4
Iy = ¼.(7392 + 3.2016) = 3360 cm4
Iy 3360
iy    4,47cm
Fbr 14.12
250
λ  61,79  dari daftar III PKKI 1961, dengan interpolasi
4,406 linier didapat ω = 1,6979
P.ω 4000.1,6979
σ ds    40,43kg/cm2  75kg/cm2 -tidak ekonomis
Fbr 14.12

Setelah beberapa kali dicoba


diambil h = 12 cm ix = 0,289.12 = 3,486 cm
It = 3.1/12.12.43 + 2.12.4.82 = 6336 cm4
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Ig = 1/12.12.123 = 1728 cm4Iy = ¼.(6336 + 3.1728) = 2880 cm4


Iy 2880 dari daftar III PKKI 1961, dengan
iy    4,47cm
Fbr 12.12 interpolasi linier didapat ω = 1,9227
250
λ  72,09 
3,468
P.ω 4000.1,9227
σ ds    53,40kg/cm2  75kg/cm2 - OK –
Fbr 12.12
h = 12 cm

Catatan: Di sini tampak bahwa walaupun h berubah namun iy tetap tidak berubah.
Pada soal-10 setelah trial pertama tampak bahwa yang digunakan adalah iy
(selama iy < ix), jadi karena iy tidak berubah untuk semua h, maka h bisa
langsung dicoba sebagai berikut.
P.ω
σ ds   σ ds//r
Fbr
P.ω 3000.3,0966
h   34,41cm  35cm
b.σ ds//r 6.45
300
λ  74,15 
4,046
P.ω 70,83.28.20
σ ds//r  P   20088,53kg P Maks ijin = 20,08853 ton
Fbr 1,9745

ContohSoal6:
Direncanakan sebuah balok pada suatu konstruksi jembatan yang mem-punyai
panjang 4m mendukung beban tank 5 ton serta momen lentur 4 tm. Apabila balok
tersebut mendukung beban tetap + angin serta digunakan kayu Bangkirai pada Bj-
rata-rata, berapakah dimensi balok tersebut yang memenuhi syarat?
Penyelesaian:
Beban tetap + angin, γ =5/4
Konstruksi jembatan, β = 5/6
Kayu Bangkirai dengan Bj-rata-rata = 0,91
 tr // r  150.0,91.5 / 4.5 / 6
= 142,1875 kg/cm2

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 177


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
 lt .r  170.0,91.5 / 4.5 / 6
= 161,1458jg/cm2
 142,1875
  tr // r   0,8824
lt.r 161,1458
di soal ini tidak disyaratkan adanya sambungan, berarti Fn = Fbr.
jika direncanakan h = 2b , maka Fn = b . h = 2 . b2
P Mmaks
σ tot   α.  σ tr//r
Fn Wn
5000 4.10 5
 0 ,8824.  142,1875
2.b 2 1
6 .b.2b
2

142.1875.b3- 2500.b-529440 =0
dengan “trial and error” didapat b = 15,8776 cm
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

diambil b = 16 cm h = 32 cmKontrol lagi;


5000 4.10 5
 0,8824. 1 2
 139,02cm2
16.32 6 .16.32

 σ tr//r  142,1875kg/cm2 - OK-Dimensi yang memenuhi syarat = 16/32

6. Sambungan Baut
a. Sambungan Dengan Perlengkapan Baut
Sambungan baut adalah Sambungan konstruksi kayu dengan baut, dimana
keuntungan yang didapat dari alat sambung baut dengan kuat dukung alat sambung
baut untuk gaya tarik maupun gaya tekan (desak) tidak berbeda dan alat sambung
baut dapat berfungsi dengan baik walaupun pada sambungan tampang banyak.

Gambar 4.13
Sambungan Baut Tampang Satu

Gambar 4.14
Sambungan Baut Tampang Dua
Dalam penggunaan pada sambungan baut digolongkan atau dikempokan
menjadi 2 kelompok yaitu: Sambungan tampang satu (Gambar 4.13)dan tampang
dua atau ganda (Gambar 4.14).

b. Sambungan dengan Baut Tanpa Mur


Sambungan dengan baut tanpa mur dalam praktek tidak pernah
dilaksanakan. Tetapi secara teoritisperhitungan beberapa alat sambung berdasarkan
pada baut tanpa mur.Ada 2 macam sambungan:
- Sambungan tampangsatu

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 178


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Jika baut didesak dengan gaya P, maka disekeliling lubang akan timbul tegangan

merata per cm = . Selain itu juga akan terjadi geseran.

Jika kayu dan besi baut dianggap bahan yang plastis, maka diagram  - 
merupakan garis seperti Gambar 4.15. Dasar perhitungannya tidak berdasarkan
teori elastisitas, tetapi berdasarkan keadaan tegangan sebelum patah baut
dipandang elastis sampai nilai momen tertentu yaitu pada titik L (M L). Setelah ML
tercapai, maka geseran akan bertambah terus tanpa ada penambah momen, dan
dinamakan kayu melumer. Tegangan luncur untuk kayu = tegangan maximum
untuk kayu. Demikian juga untuk besi baut, tegangan luncur untuk besi baut =
tegangan maximum untuk besi.Dalam perhitungan dianggap kayu dan besi baut
adalah bahan plastis. Dalam sambungan tampangsatu ada 2 kemungkinan:
 Baut cukup kaku dan tidak ikut membengkok
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

 Baut ikut membengkok

Gambar 4.15
Grafik Tegangan

Baut cukup kaku dan tidak ikut membengkak (sambungan tampangsatu)


Titik dimana D = 0, akan terjadi Mmax
Titik dimana D = 0 titik pada jarak 2 dari tepi luar
P = P . Z = K . d. z
Kita pandang ujung batang baut
Mmax = p .  . 1 ½  . p . . ½ 
Mmax = p . 2
Kita pandang bagian kanan (dalam)
Mmax = p . z – ½ p . z2
= pz . z – ½ p . z2
= ½ pz2
Jadi px 2 = ½ p z2 x = z 1 / 2
2x + z = 
2 . z 1/2 + z = 
2 (2 1 / 2 + 1) = 

z=  z = 0,414 
2 1/2 1
PLuncur = x . d . z
Gambar 4.16 = x . d . 0,414 
Baut Kaku Tidak Bengkak PLuncur = 0,414 x . d .  …... (1)

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 179


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Persamaan (1) ini adalah dengan anggapan bahwa baut tidak bengkok, berarti
persamaan 1 berlaku selama Mmaxb . W
d3
W= (W dari baut berbentuk bulat)
32
d3
Mmax = ½ p2 ≤ b .
2 jika P = b . W
32
 d3
Maka ½ . x . d. (0,414 l) ≤ b .
2
32
1 / 2 . x..0,17157.32
d≥
k.
x
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

d ≥ 0,93478 
b
x
d ≥ 0,935  ………………………………………. (2)
b

Keadaan baut ikut membengkak (sambungan tampangsatu)


Kayu sepanjang 2z tegangan telah mencapai x, P
Batas sepanjang 2z tersebut ialah dimana D = 0 dan
Mmax.Di luar titik-titik tersebut tegangan kayu
belum mencapai x.
P = p.z = k . d . z
Mmax = p . z – p.z.½ z
= p . z . z – ½ p z2
Mmax = ½ pz2
P
P =p.2z=

2
P
Mmax =½.p. 2

P2 P2
Mmax = =
2 2x.d
 d3
Karena baut bengkok maka Mmax = b . W = b .
32

Gambar 4.17
Baut Ikut Bengkak
P2  d3
Jadi :  . b
2b .d 32
2
P2 = . d4 b .k
32
2
P= . d4 .b .k
32
P = 0,443 d2 .b .k …………………………………………....................... (3.a)

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 180


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P2
Atau dari persamaan Mmax = ………………………………………….. (3.b)
2p
Pluncur = pl = 2 Mmax.p.
Mmax = momen luncur baut
P = tegangan max per cm panjang baut
Mmax diatas (rumus 3.b) adalah momen luncur dari baut, agar terjadi keadaan,
yaitu kayu dari baut bersama-sama membengkok, maka lebar batang kayul harus
lebih besar dari suatu batas, batas ini dicari sebagai berikut:
Dari keadaan kedua (baut meluncur)
2 Mmax
Mmax = ½ p z2 z =
P
Dari keadaan pertama (kayu yang meluncur)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Z = 0,414 L
1 2 Mmax
Sehingga l batas =
0,414 P
M
l batas = lb = 3,414
P
Catatan
Dalam perhitungan dipilih hasil Pl yang paling kecil dari rumus 2 dan 3.a atau
3.b.
- Sambungan tampangdua
Beberapa kemungkinan adalah :
 Baut tidak membengkok

Gambar 4.18
Baut Tidak Bengkok

a. jika m > 2 l, plat sambung akan meluncur (baut tidak membengkok)


pl = 2 p l
Pl = 2 k . d. l…………………………………………………………………..
(4.a)
b. Jika m < 2 l, batang asli akan meluncur (baut tidak membengkok)
Pl = p . m = k .d . m……………………………………………………
(4.b)
c. Jika m = 2l, batang asli dan pelat-pelat sambung akan meluncur (baut
tidak membengkok).

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 181


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
 Baut membengkok di bagian tengah, tetapi tidak membengkok pada bagian
tepi
Kemungkinan terjadi seperti ini adalah, jika m > 2l. Kondisi ini baut telah
mencapai Mmax pada bagian tengah (Mluncur) sedangkan pada bagian tepinya
belum mencapai Mmax.
Pada titik berjarak z dari batas sambungan, mempunyai D = 0, dan M+
maximum dan M- maximum. Gaya-gaya yang bekerja pada pelat sambung
sepanjang l adalah :
Px + ½ p – px - pz = 0 (gaya ½ p bekerja pada batas sambungan)
½ p = pz
P = 2p .z
P = 2 . k . d. z
Diketahui adalah z, dilain Z dengan jalan sebagai berikut.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Karena baut pada m bengkok, maka


M+max = b . Wb
 d3
M+max = b .
32
x 2
- px (1 ½ x + 2z) + p (x + z) ( ) + z – ½ p . z + ½p . z – p.z. ½ z
2
 d3
= b .
32
 d3
- 1 ½p.x2 – 2.p.x.z + p (x + z) ( ½x + 1½ z) – ½ pz2 = b .
32
 d3
- 1 ½p.x –2.p.x.z + ½px + 1½p.x.z + ½ pxz + 1½pz ½pz = b .
2 2 2 – 2
32
d 3
- p.x2 + pz2 = b .
32
l2 l2 2  d3
Jika x = , makaPz2 – p ( ) = b .
2 2 32
 l  2lz  z  2
2 2
d 3
Pz2 – p   = b .
 4  32
pl2 pl z pz2  d3
Pz2 – + – = b .
4 2 4 32
 d3
¾ pz2 + 2/4 plz – ¼ pl2 = b .
32
d 3
¼ p (3z2 + 2 lz – l2) = b .
32
 d3
¼ . x . d (3z + 2lz – l2) = b .
2
32
b d 2
3z2 + 2lz – l2 = .
k 8
b d2
3z2 + 2lz – (l2 + . )=0
k 8

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 182


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Rumus z1.2 =
b  b 2
 4.a.c 
2.a
b d2
 2l  (2l)2  12(l2  )
Z1.2 = k 8
6
12 b 2 l2 3 b d2
d . 2 )  2l  2l 1  3 
 2l  (4l)2  12l2 
8 k l = 8 k l2
=
6 6
l 3 b d 2
= (1  4  . . 2 (diambil yang positif)
3 8 k l
Kembali lagi
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

P = 2.k . d. z
2 3 b d2
P= .b.d.l(1  4  . . 2 …………………………………………. (5)
3 8 k l
2  1
P = .b.d.l(1  4  12. .d3 .b.
3 32 d.b.l2
M
P = 4  12. max2 ……………………………………………………….. (5.a)
tb.d.l
Catatan:
Untuk menghitung Mmax adalah
Mmax = px 1 ½ x – px ½ x
 d3
Karena baut bagian tepi tidak ikut membengkok, maka Mmax ≤ .b
32
 d3
(Px . 1 1/3 x – px ½ x) ≤ b
32
 d3
Pa ≤2 .b
32
 Baut membengkok bagian tengah dan tepi
Kita akan mencari Pluncur (kita sebut dalam gambar P)
½p=p.z
 = 2p . z
Seperti yang lalu kita harus mencariharga z dengan cara sebagai berikut :
Kita pandang M+max. Karena baut dibentang membengkok, makaM+max = b .
Wb
 d3
M+max = .b
32
Sedangkan M+max harus dicari dengan jalan sebagai berikut, ilmu mekanik
terkait di kenalpernyataan“bertambahnya  Mx dari momen lengkung antara
titik x dan x1 adalah sama dengan luas bagian dari bidang gaya lintang antara
x dan x1.”Dengan dalild tersebut, maka:

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 183


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
M+max + Mmax = luas  dengan alas 2z dan
tinggi ½
M+max +Mmax = ½ . 2z . ½ p = ½ p z
Padahal ½  = p.z, jadi
M+max + Mmax = pz2px
Karena baut membengkok pada tengah
(bentang m) dan tepi(bentang l), maka
untuk baut.
M+max = Mmax. (M+max pada bentang m
dan Mmax pada bentang l). Berarti,
2 M+max = pz2
M+max = ½ . p.z.2
Mt+max = ½ . k . dz2
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Kita kembali ke persamaan diatas,


menjadi:
 d3
½ Tk dz2 = . b
32

Gambar 4.19
Baut Ikut Membengkok

 d3  b
z= .
16 d k
b
z = 0,443 d .
k
Kita kembali pada persamaan awal
P = 2p.z
P = 2 . k. d. z
b
P = 2 . k. d2. 0,443
k
b
P = 0,886 d2 ………………………………………………….. (6)
k
Dapat juga  luncur dipecahkan sebagai berikut
M+max = ½ . k. d.z2 (lihat persamaan diatas)
2m
z=
k.d
P = 2 b . d. z
2M 8M.b 2 .d2
P = 2 b . d. P=
b.d b.d
P= 8m. b .d. ……………………………………………………… (6.a)
Catatan :
Mmax = p . x . 3/2x – px . ½ x
Mmax = px2

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 184


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Karena Mmax + M+max = pz2, maka
M+max = pz2 – px2
Keadaan baut akan membengkak di tengah dan di tepi jika bentang m ≥ l ≥ ½
m. Jika l< ½ m kemungkinan baut tepi tidak ikut membengkak. Dalam
praktek pelat sambung biasanya diambil ½ m atau boleh lebih sedikit.
Sehingga rumus 5 dan 5a tidak dipakai dalam praktek.
Dalam perhitungan konstruksi kayu dipakai tegangan ijin (lihat PKKI
lampiran 2 kekuatan kayu). Jika rumus diatas dengan memakai tegangan-
tegangan ijin dan jika ditentukan factor-faktor keamanan tegangan kayu mk
dan faktor keamanan tegangan baut n b, maka rumus-rumus diatas dirubah
dengan memakai tegangan-tegangan ijin (Tk dan Tb).
k b
Tk = dan Tb =
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

nk nb
Sambungan tampangSatu
- Baut kaku dan tidak ikut membengkak
1 …………...…….(7)
P = 0,414 Tk . d . l  jika l/d ≤
0,935
Tb
Tk
- Baut ikut membengkak
1 Tb …………..(8)
P = 0,443 d2 Tb.Tk  jika l/d ≥
0,935 Tk
Sambungan tampangDua
- Baut kaku dan tidak ikut membengkak
P = 2 Tk . d . l  jika m ≥ 2 l ……………(9)
P = Tk . m .dl  jika m ≤ 2 l
- Baut bengkok di tengah, tidak bengkok di tepi
3 b d2 ……………(10)
P = 0,667.Tk. d.l (-1 + . . 4
8 k l2
- Baut bengkok tengah dan tepi
P = 0,886. d2 Tb.Tk ……………(11)

Dalam perhitungan nantinya, kita tidak perlu menghitung kelangsingan baut


(b) = l/d
Perhitungan dari rumus diatas cukup dipilih P yang terkecil (yang paling
kritis). Dengan dasar P yang terkecil untuk menghitung jumlah baut yang
diperlukan yaitu total gaya dibagi dengan P .
P = kemampuan sambungan perbuah baut
P
Jadi jumlah baut n =
P

c. Sambungan dengan Baut dan Mur


Dalam praktek sambungan tidak pernah dengan cara baut tanpa mur. Selalu
sambungan baut dan mur. Dengan sambungan baut dan mur jelas akan lebih kuat
karena:

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 185


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
- Bagian tepi terluar terjadi jepitan dan akan terjadi momen jepit pada tepi luar
tersebut.
- Dengan semakin keras memutar mur maka gaya gesek batas sambungan akan
semakin besar.
Sehingga sambungan baut dengan mur dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:
- Daya dukung baut terhadap benturan
- Daya dukung kayu
- Gaya geser pada batas sambungan
Dalam praktek untuk perhitungan sambungan system ini, pertambahan
kekuatan sambungan karena baut dengan mur tidak pernah dimasukkan dalam
perhitungan. Hal ini disebabkan beberapa pertimbangan yaitu
- Sulit untuk memeriksa para pekerja mengeraskan mur
- Jika kayu menyusut maka gaya geser tidak berfungsi lagi memakan gaya
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Dari hal-hal tersebut diatas maka didalam praktek pertambahan kekuatan


karena mur dengan baut tidak pernah dimasukkan dalam perhitungan. Selanjutnya
ketentuan-ketentuan lain baca PKKI pasal 14 ayat 1, 2, 3, 4. Untuk selanjutnya kita
tetap menggunakan rumus:7 dan 8 untuk tampang satu9, 10 dan 11 untuk tampang
 
dua.Kembali pada tegangan ijin Tk = k dan Tb = b
nk nb
Menurut penyelidikan Ir. Suwarno Wiryomartono  k beberapa kayu adalah sebagai
berikut:

Tabel 4.9
Jenis Kayu dan Tegangan
Jenis Kayu k (kg/cm2)
JATI 470
RASAMALA 550
PINUS 330
DAMAR 300
SUREN 240
dan b = 5400 kg/cm2

Kemudian nk diambil 4 dan nb = 2,25 dengan faktor keamanan tegangan kayu nk = 4,


dan faktor keamanan tegangan baut nb = 2,14, kita akan tinjau faktor keamanan gaya
luncur yang diijinkan Pe yaitu ns.

Pada Rumus 7, P = 0,414 k . d.l, biasanya d d l sudah ditentukan, sehingga rumus
nk
dapt ditulis P = C/nk (C = suatu constanta)
Berarti faktor keamanan P , yaitu ns = nk = 4
b k
Pada Rumus 8, P = 0,443 d2 . , jika d sudah ditentukan, rumus menjadi P = C
nb nk
1
nb .nk

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 186


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
1 C
P =C P =
4 x 2,25 3
Berarti faktor keamanan P yaitu ns = 3
Pada Rumus 9, Kasusnya adalah sama dengan pada rumus 7 jadi ns = 4
Pada Rumus 10, Karena bentuk rumus yang tidak linier, maka dicari dengan mengisi
harga-harganya yang umum.
Misalkan
- baut ½ 11 = 1,27 cm
- Tebal pelat sambung l = 4 cm
- b = 5400 kg/cm2
- k = 500 kg/cm2
500  3 5400 / 2,25 1,272 
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

P = 0,667 x x 1,27 x 4 ( -1 + 4   . . 2 
4  8 500 / 4 4 
P = 637,871 kg/cm2 (perhitungan dengan nk = 4; nb = 2,25)
Jika tanpa faktor keamanan :
  3 5400 1,272  

P = 0,667 x 500 x 1,27 x 4 (-1 +  1  4   . . 
  8 500 4 2  
 
P = 2199,709 kg/cm 2

2199,709
Atau ns = = 3,45
637,871
Pada Rumus 11
Kasusnya sama dengan rumus 8, jadi ns berkisar antar 3 dan 4
Guna penyederhanaan dalam perhitungan, maka kayu digolongkan menjadi 3
golongan, yaitu
Golongan I kayu dengan k = ± 500 kg/cm2
Golongan II kayu dengan k = ± 400 kg/cm2
Golongan III kayu dengan k = ± 300 kg/cm2
Kayu golongan I adalah semua kayu kelas kuat ditambah dengan kayu rasamala.
Kayu golongan II adalah semua kayu kelas kuat II
Kayu golongan III adalah semua kayu kelas kuat II
Dengan penyederhanaan ini maka rumus-rumus diatas dapat disederhanakan
sebagai berikut:
Tampang Satu
- Baut cukup kaku
P = 0,414 k . d. l
500
P = 0,414. . d. l = 51,75 d.l
4
P  50 d.l
- Baut ikut membengkok
P = 0,443 . d2 Tb .Tk
5400 500
P = 0,443.d2 . = 242,64 d2
2,25 4
P  240 d2

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 187


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tampang Dua
- Baut tidak bengkok
 Jika m > 2 l
P = 2Tk . d . l
500
P = 2. . d.l
4
P = 250 d.l
 Jika m < 2 l
P = Tk . d . m
500
P = .d.m
4
P = 125. d . m
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

- Baut bengkok di tengah dan tepi


P = 0,886.d2 Tb .Tk
500 5400
P = 0,886.d2 . = 485,282 d2
4 2,25
P  480 d2
Resume : (untuk kayu golongan I)
Tampang Satu :
- Baut Kaku : P = 50 d.l.
- Baut Bengkok: P = 240 d2

Tampang Dua :
- Baut Kaku
m > 2l : P = 240 d.l
m < 2l : P = 125 d.m
- Baut bengkok tengah dan tepi
: P = 480 d2
Catatan
1) Rumus 5 dan 5a, untuk tampang dua baut bengkok pas bagian tengah, dan
bagian tepi tidak bengkok hanya bisa terjadi, jika 2 l<m. Dalam kenyataan
praktek plat sambung l> ½ m atau minimal l = ½ m, jadi rumus 5 dan 5a tidak
dipakai dalam praktek.
2) Rumus : diatas P dalam kg; d, l dan m dalam cm.
3)  b tidak perlu ditentukan
4) Dari hasil nilai dari rumus-rumus tersebut diatas dipilih yang terkecil.

d. Pengaruh sudut yang dibentuk antara arah gaya dan arah serat pada
sambungan kayu.
Pengaruh sudut yang terbentuk antara arah gaya dan arah serat identik juga
pengaruhnya pada sambungan kayu, yaitu dengan memakai rumus sinusoida (PKKI
PNS 7). Penelitian dari Ir. Suwarno Wiryomantoro tk : tk// = 0,4 sehingga:
tk = tk// – (tk// – tk) sin 
= tk// – (tk// – 0,4 tk) sin 
tk = tk// – (1– 0,6 sin )

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 188


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Untuk sambungan tampang satu
Baut kaku :

P = 0,414 k (1 – 0,6 sin ) d . l
nk

P = 0,414 . k (1 – 0,6 sin ) d. l
nk
500
P = 0,414 . (1 – 0,6 sin ) d. l
4
P  50 d.l (1 – 0,6 sin )
Baut ikut bengkok :
P = 0,443 d2  k . b
P = 0,443 d2  k .  b
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Jadi P berbanding lurus dengan  k . Jika gaya membentuk sudut 90o terhadap arah
serat, maka:
P = 0,443 d2 0,4 k . b
P = 0,443 d2 . 0,632  k . b
Atau
500 5400
P = 0,443 d2 . 0,65 .
4 2,25
P = 242 d2 . 0,65
P  240 d2 . 0,65
P  240 d2 (1 – 0,35)
P  240 d2 (1 – 0,35 sin 90o)
Dengan dasar ini maka
P = 240 d2 (1 – 0,35 sin )
( bergerak dari 0o sampai dengan 90o)

e. Untuk Sambungan Tampang Dua


Baut tidak bengkok
 m> 2l
2 k
P = . d.l karena P berbanding lurus dengan k, maka seperti diatas,
nk
menjadi P = 250 d.l (1 – 0,6 sin )
 m < 2l
Sama dengan diatas, sehingga P = 125 d.m (1 – 0,6 sin )
Baut bengkok ditengah dan tepi
b k
P = 0,886 . d2 .
nb nk
P berbanding lurus dengan  k , seperti penjelasan sebelumnya, menjadi
P = 480 . d2 (1  0,35 sin  )
Dengan penjelasan diatas, dan dengan memasuki nilai k untuk masing-masing
golongan, maka dibuat rumus sebagai berikut :

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 189


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
f. Kekuatan Sambungan Kayu Untuk Tiap Buah Baut
Golongan I (Semua kayu kelas kuat I + Rasamala)
Tampang Satu :
 Baut kaku : P = 50.d.l (1 – 0,6 sin )
 Baut bengkok : P = 240.d2(1 – 0,35 sin )
Tampang Dua :
 Baut kaku
m<2l : P = 125.d.m (1 – 0,6 sin )
m<2l : P = 250.d.l (1 – 0,6 sin )
 Baut bengkok tengah dan tepi
m<2l : P = 480.d2(1 – 0,35 sin )
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Golongan II (Semua kayu kelas kuat II)


Tampang Satu :
 Baut kaku : P = 40.d.l (1 – 0,6 sin )
 Baut bengkok : P = 215.d2(1 – 0,35 sin )
Tampang Dua :
 Baut kaku
m<2l : P = 100.d.m (1 – 0,6 sin )
m<2l : P = 200.d.l (1 – 0,6 sin )
 Baut bengkok tengah dan tepi
m<2l : P = 430.d2(1 – 0,35 sin )
Golongan III (Semua kayu kelas kuat III)
Tampang Satu :
 Baut kaku : P = 25.d.l (1 – 0,6 sin )
 Baut bengkok : P = 170.d2(1 – 0,35 sin )
Tampang Dua :
 Baut kaku
m<2l : P = 60.d.m (1 – 0,6 sin )
m<2l : P = 120.d.l (1 – 0,6 sin )
 Baut bengkok tengah dan tepi
m<2l : P = 340.d2(1 – 0,35 sin )
P dalam kg, l dan m dalam cm,  dalam derajat.
Dalam perhitungan dari tiap-tiap golongan dan tiap tampan diambil nilai
yang terkecil.Kayu kelas kuat IV dan V dianggap tidak memenuhi syarat untuk
sambungan dengan baut karena terlalu lemah untuk dipakai dalam konstruksi
bangunan. Baca jaga PKKI pasal 14.

Tabel 4.10
Rumus Perhitungan Kekuatan Baut Untuk Tampang Satu dan Dua
Golongan Jenis Sambungan
Kayu Tampang Satu Tampang Dua
S= 50 . d . b. ( 1 - 0,6 . Sinα) S= 125 . d . b2. ( 1 - 0,6 . Sinα)
I(satu) S=240. d² . b. ( 1 – 0,35 . S= 250 . d . b1. ( 1 - 0,6 . Sinα)
Sinα)

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 190


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
S= 480 . d² . b. ( 1 – 0,35 .
Sinα)
S= 40. d . b . ( 1 - 0,6 . Sinα) S= 100 . d . b2. ( 1 - 0,6 . Sinα)
II (dua) S=215.d² . b . ( 1 – 0,35 . S= 200 . d . b1. ( 1 - 0,6 . Sinα)
Sinα)
S= 430 . d² . b. ( 1 – 0,35 .
Sinα)
S= 25. d . b . ( 1 - 0,6 . Sinα) S= 60 . d . b2. ( 1 - 0,6 . Sinα)
III (tiga) S=170.d² . b . ( 1 – 0,35 . S= 120 . d . b1. ( 1 - 0,6 . Sinα)
Sinα)
S= 340 . d² . b. ( 1 – 0,35 .
Sinα)
Sumber : PKKI NI-5
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Contoh Soal 7:
Salah satu batang struktur rangka batang pada kuda-kuda dari kayu kelas kuat III,
menerima tarikan sebesar 5000kg dan dimensi kayu dengan ukuran 8/18 cm, karena
kekurangan panang kayu batang tersebut disambung dengan baut. Jika plat
penyambung nya adalah kayu dengan ukuran 2 x 4/18. Rencanakan kebutuhan
baut yang diperlukan pada sambungan tersebut, dengan sambungan tampang dua.
Penyelesaian:
Pemilihan diameter baut, dengan sambungan tampang dua, dan golongan III, maka
menghitug diameter baut dapat diambil perkiraan:
Ǿ (diameter) baut = b1 / λ
= 8/ 5,7 = 1,4 cm digunakan baut diameter 1,59 cm = 5/8"
Kekuatan baut (P1), untuk sambungan tampang dua dan sudut adalah 0 atau sejajar
dengan sumbu inti, maka besarnya α = 0, maka kekuatan baut adalah :
P1 = 60. d. b1. = 60. 1,59. 8 = 636 kg
P1 = 120.d.b2 = 120. 1,59. 4 = 636 kg
P1 = 340. d² . = 340 .1,59² = 860 kg
Jumlah baut yang diperlukan adalah :
n (jumlah baut) = Beban gaya tarik di rangka batang / P1 (kekuatan satu baut)
n = 5000 / 636 = 7,86 baut dibulatkan menjadi 8 baut.

Gambar 4.20
Sambungan Baut Tampang Dua

ContohSoal 8:
Pada buhul di konstruksi kuda-kuda pada bangunan mempunyai beban permanen
(beban tetap γ=1), dalam keadaan terbuka (β=5/6) dan sambungan tersebut
membentuk sudut pertemuan α =90◦ Kayu rasamala batan vertikal ukurana 2 x
4/18 cm, sedangkan batang horizontal ukuran dipakai 8/18 cm. Rencanakan
sambungan tersebut dengan baut.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 191


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Penyelesaian:
Pemiihan diameter baut = b1 /λ
= 6/4,3 = 1,39 dipilih baut 1,59mm (5/6")
Menghitung kekuatan satu baut (P):
Untuk jenis sambungan tampang dua dan sudut datang gaya sejajar dengan serat
kayu dan membentuk sudut α =90◦, maka kekuatan baut adalah:
P1 = 100. d . b. γ . β . ( 1 -0,6. Sin.α )
= 100. d . b. γ . β . ( 1 -0,6. Sin.90 )
= 100. 1,59 . 6 . 1,00 . 5/6 . ( 1 -0,6. 1 )
= 100. 1,59 . 6 . 1,00 . 5/6 . ( 0,40 ) = 318 kg
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.21
Sambungan Dengan Perlengkapan Baut, Dengan Sudut 900

P1 = 200. d . b2. γ . β . ( 1 -0,6. Sin.α )


= 200. d . b2. γ . β . ( 1 -0,6. Sin.90 )
= 200. 1,59 . 4 . 1,00 . 5/6 . ( 1 -0,6. 1 )
= 200. 1,59 . 4 . 1,00 . 5/6 . (0 ,4 ) = 424 kg
P1 = 430. d² . γ . β . ( 1 -0,35. Sin.α )
= 430. d² . γ . β . ( 1 -0,35. Sin.90 )
= 430. (1,59)² . 1,00 . 5/6 . ( 1 -0,35. 1 )
= 430. (1,59)² . 1,00 . 5/6 . ( 0,65 )= 589 kg
Kekuatan baut yang mewakili perhitungan dipilih yang terkecil yaitu :P baut = 318
kg
Menghitung jumlah baut yang diperlukan dalam konsruksi :
n = Gaya yang terjadi (beban pada batang) / kekuatan baut yang terkecil.
n = 1000 / 318
n = 3,14 baut dibulatan 4 buah baut diameter 5/6"

Gambar4.22
Sambungan Perlengkapan Memakai Baut Tampang Dua

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 192


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Contoh Soal 9:
Jika baut diletakan pada arah batang vertikal sejajar serat pada batang, maka perlu
tambahan plat ikutan ukuran 5x l (panjang ) dengan ketebalan 1mm dan l (panjang)
disesuai penempatan letak baut yang sudah diatur dalam PKKI-1961.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.23
Sambungan Perlengkapan Baut, Dengan Penguat Besi Beugel

Karena tambahan plat sabuk ( bentuk U) , maka Gaya yang bekerja pada masing-
masing baut (P) ditambah 25% yaitu menjadi 1,25 x 318 = 397,5 kg
Perhitungan n (jumlah) baut = 1000 / 397,5 = 2,52 baut dibulatkan 3 baut.
Kontrol kekuatan plat besi.
P
Pada bahan plat σ ds   σ ds = 1000/ 0,5. 5.14 = 28,57 kg/cm²< 1400 kg/cm (ok)
Fbr
P
Pada batang σ dskayu   σ ds.Kayu = 1000/5.14 = 4,29 kg/cm² <15 kg/cm² (ok)
Fbr

ContohSoal 10:
Sebuah buhul pada batang Kuda-kuda dengan Bangunan keadaan terlindung seperti
pada Gambar 4.24, Kayu yang dipakai adalah kayu kelas kuat III. Rencanakan
sambungan tersebut memakai perlengkapan baut dimana besaran baut = b1 /λ =
4,3.
a. Penonjolan batang vertikal diperbolehkan
Pemilihan diameter baut = b1 /λ = 8/4,3 = 1,86 dipilih baut 1,59 mm(5/8")
Menghitung kekuatan aut (P1) :
P1 = 200. d . b2. = 200. 1,59. 4 = 1272 kg
P1 = 100. d . b1 . ( 1 -0,6. Sin.α )
= 100. 1,59 . 8. . ( 1 -0,6. Sin.35 ) = 834 kg
P1 = 430. d² . γ . β . ( 1 -0,6. Sin.α )
= 430. 1,59² . 1 . 1 . ( 1 -0,35. Sin.35 ) = 430. (1,59)² . 0,8 = 869 kg
Kekuatan satu baut yang dipilih adalah 834 kgn baut = 2750 / 834 = 3,3
dibulatkan 4 baut.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 193


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.24
Sambungan Dengan Baut Pada Tampang Dua

b. Jika penonjolan batang vertical tidak dierbolehkan


Diameter baut yang dipakai adalah 1,59mm (5/8") baik untuk baut A dan B
dengan susunan pemasangan seperti Gambar 4.24
Menghitung kekuatan baut B
Karena jenis sambungan adalah sambungan ampang dua maka kekuatan satu
baut :
P1 = 100.d.b1.γ.β.(1 -0,6. Sin.α) = 100. 1,59 . 8 . 1 . 1 . (1 -0,6. Sin.35)
= 100. (1,59) 8 . 0,655 = 834 kg.
P1 = 430. d² . γ . β . ( 1 -0,6. Sin.α )
= 430.1,59² . 1 . 1 . ( 1 -0,35. Sin.35 ) = 430. (1,59)² . 0,8 = 869 kg.
Kekuatan baut B adalah 834 kg, karena ada beugel besi maka kekuatan baut B
menjadi 1,25 x 834 = 1042,5 kg dengan baut (5/8"), maka beban tarik sisa yang
harus didukung oleh baut A adalah 2750kg – 1042,5 kg = 1707,5 kg.
Menghitung satu kekuatan baut A
Kekuatan satu baut A dihitung berdasarkan dua kali kekuatan tampang satu
(sambungan 4/15 dengan beugel besi), Keluatan satu baut A adalah :
P1 = 2 . 40 . d. b1 = 2. 40 . 1,59 . 4. = 508 kg.
P1 = 2. 215. d² . = 2. 215. 1,59² = 1086 kg.
Kekuatanbaut A adalah 508 Kg, karena salah satu batangnya adalah beugel besi,
maka kekuatanmenjadi 1,25x508 kg = 635 kg. Untuk jumlah baut di A.

Menghitung lebar beugel besi


Lebar beugel didasarkan pada kekuatan takikan kayu, sudut takikan yang
dibentuk adalah 35◦ terhadap arah serat batang diagonal adalah :
σ ds//  σ ds// -( σ ds// - σ ds ).Sin 35ْ σ ds//  85 – (85-25) Sin35ْ nad 50,6 kg/cm²
Luas takikan kayu = 2750 / 50,6 = 55 cm²lebar beugel besi (b)
b= Luas takikan kayu / lebar kayu diagonal = 55 / 8 = 6,875 cm (digunakan 7
cm)

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 194


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.25
Sambungan dengan Perlengkapan Baut Tampang Satu, Gabungan
Kekuatan Gigi Tunggal dan Penguatan Besi Beugel

g. Sambungan Gigi dan Tumit (Gigi Rangkap)


Sambungan gigi mempunyai fungsi utama untuk mendukung beban desak.
Sambungan inidibuat dengan cara membuat mekanisme takikan pada bagian
pertemuan kayu. Berdasarkan besarnya kemampuan dukung beban desak,
sambungan gigi dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu :
1) Sambungan gigi
2) Sambungan gigi rangkap atau sambungan gigi dan tumit dengan kelengkapan
perkuatan besi plat sabuk

Gambar 4.26
Sambungan Gigi dengan Arah Gigi Tegak Lurus dengan Batang

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 195


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.27
Sambungan Gigi Dengan Membagi Sudut Luar Sama

Gambar 4.28
Sambungan gigi rangkap (gigi dan tumit)

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 196


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

i) Rangka Batang Kuda-kuda Bangunan Gedung


Contoh Soal 11:
Rencanakan Konstruksi Kuda-kuda dari Kayu kelas kuat II dengan sifat muatan
pembebanan Beban Tetap, Sementara dalam keadaan terlindung, tak Terlindung,
Kemiringan atap α=350terdiri dari Genteng (Berat sendiri atap lihat PMI 1970).

Gambar 4.29
Kerangka kuda-kuda bangunan Gedung

Setelah dihitung dengan pemebebanan atap dari genteng, maka gaya-gaya terdapat
pada titik simpul atau batang-batang dapat diketahui gayatarik atau tekan yang
bekerja lewat perhitungan SAP atau Cremona seperti pada tiap simpul masing-
masing sebagai berikut:
Dimensi Rangka Batang

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 197


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
 Perhitungan batang desak (tekan) diambil beban yang maksimal
S = 5000 kg dan l= 412,5 cm lk = 0,75 x 412,5 = 309,375 cm
Direncanakan dengan ukuran 10/15 cm Fbr = 10 x 15 = 150 cm²
ix = 1/12. 10. 153 = 2812,5 cm4
ix = 0,289. h = 0,289. 15 = 4,33 l5
Panjang batang untuk kedua ujungnya jepit-jepit lk = 309,375 cm
lk 309,375
= = = 71,367
imin 4,335
 = 1,91 (daftar angka tekuk Daftar III PKKI 1961 NI.5)
Kontrol tegangan :
Pembebanan tetap dan sementara
S. 5000.1,91
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

tk // = = = 63,67 kg/cm25/4x85 = 106,25 kg/cm2


Fbr 150
ukuran kayu cukup aman.
 Perhitungan batang tarik diambil beban yang maksimal
S = 5826 kg
Fbr = 150 cm² Fn = 0,75 x 150 = 112,50 cm²
Kontrol tegangan :
Pembebanan tetap dan sementara
S 5826
tk // = = = 51,787 kg/cm25/4x85 = 106,25 kg/cm2
Fbr 112,50
ukuran kayu cukup aman (ok), tanpa ada perlemahan jika diperhitungkan
adanya perlu Fbr dimbah angka perlemahan.
Perhitungan sambungan pada titik-titik buhul

Contoh Soal 12:


Titik Simpul A

Sambungan batang 1 & 2 menggunakan sambungan gigi rangkap.


Dipakai atau direncanakan Kayu dengan bentuk Persegi ukuran 10 x 15 cm
tk  = tk – (tk - tk ) Sin  = 85-(85-25) Sin 30° = 55 kg/cm²
tk ½  = tk – (tk - tk ) Sin ½ = 85-(85-25)Sin.15°= 69,47 kg/cm²
S1 Cos2 15o 2500 . 0,932
tm1 = = = 3,35 cm dibulatkan 3,5 cm
tk . 15o . b 69,47 . 10
tm2 = tm1 + 1 cm (syarat PKKI NI-5)
(1/2 S . Cos 30o) (1/2 . 5000 . 0,866)
tm2 = = = 3,939 dibulatkan 4,5cm
tk α . b (55 . 10)
S2 =(tm2.tkα.b) : (cos 30o) = (4,5 cm.55 kg/cm2.10 cm) : 0,866 = 2857,96 kg
S1 = S – S2
= 5000 kg – 2857,96 kg = 2142,04 kg
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 198
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
S1 Cos215o 2142,04 . 0,932
tm1 = = = 2,8cm dibulatkan 3,5 cm
tk.15o
.b 69,47 . 10
tm2 = tm1 = 4,5 – 3,5 1 cm (syarat PKKI NI-5)
S1 = (tm1 x 10 x tk15o) : Cos2 15o = 3,5 x 10 x 69,47/0,932 = 2608,85 kg
S1 + S2 = 2608,85 + 2857,96 = 5466,81 kg > 5000 kg (ok)
Panjang kayu maka :
(S1 . Cos 30o) 2608,85 . 0,866
Lm1 = = = 18,8 cm dibulatkan 20 cm
.b 12 . 10

S . Cos 30o 2857,96 . 0,866


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Lm2 = = = 20,62 cm
.b 12 . 10

Gambar 4.30
Sambungan Gigi Rangkap (Gigi dan Tumit) Pada Titik Buhul A

Contoh Soal 13:


Titik Simpul C

Dipakai atau direncanakan kayu dengan bentuk Persegi Panjang


Kayu klas kuat II, Jati
Sambungan untuk batang 1,2 dengan 25
tk  = tk – (tk - tk ) Sin  = 85-(85-25) Sin 60° = 33 kg/cm²
tk ½  = tk – (tk - tk ) Sin ½ = 85-(85-25)Sin.30°= 55 kg/cm²
Sambungan gigi tunggaldengan sudut =60o
475 . Cos2 ½ 
tm = = 0,64cm dibulatkan menjadi 1 cm
tk ½  . b
Jika tm ditentukan 3 cm S= 55 x 10 x 3 / 0,7499= 2200,29 kg > 475 kg (ok)
Sambungan untuk batang 1,2 dengan 17
Sambungan baut tampang dua golongan II
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 199
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
S = 100 . d . b1(1 – 0,6 Sin )
S = 200 . d . b3 (1 – 0,6 Sin )
S = 430 . d2 (1 – 0,35 Sin )
S = 100 . 1,6 . 10 (1 – 0,6 Sin 60o) = 768,62 kg
S = 200 . 1,6 . 3 (1 – 0,6 Sin 60o)= 461,17 kg
S = 430 . 1,62 (1 – 0,35 Sin 60o)= 767,14 kg

Sambungan batang 1,2 dan 17


Pada titik simpul pada sambungan ini diperkuat besi beugel□ 5 x 60
b = 5,4  5,4 = b : d
d = 40 mm : 5,4 = 7,4  20 mm diambil P terkecil = 419 kg
606
n baut = =1,3142 baut
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

1,25 . 461,17
dipasang syarat minimum 2  10 mm
Kontrol tegangan :
606. Cos 60°
a = = 505 kg/cm2<a = 1400 kg/cm2
2 . (0,5 . 0,6)

Gambar 4.31
Sambungan Baut Dengan Penguat Besi Beugel
Dan Gigi Tunggal Pada Titik Buhul C

Contoh Soal 14:


Titik Simpul D

Sambungan untuk batang 2, 3 dengan 26


tk  = tk – (tk - tk ) Sin  = 85-(85-25) Sin 85° = 25,23 kg/cm²
tk ½  = tk – (tk - tk ) Sin ½ = 85-(85-25)Sin.42,5°= 44,46 kg/cm²
Sambungan gigi tunggal dengan sudut = 85o
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 200
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
576 . Cos2 ½ 
tm = = 0,64 cm dibulatkan menjadi 1 cm
576 . Cos ½  576 . 0,438
tm = = = 0,7 cm < ¼ h
44,46 x 10444,6
Jika tm ditentukan 3 cm S= 44,46x10 x 3 / 0,543=2456,35 kg >576 kg (ok)

Sambungan untuk batang 2, 3 dengan 18


Sambungan baut tampang dua golongan 11
S = 100 . d . b1 (1 – 0,6 Sin )= 100 . 1,6 . 10 (1 – 0,6 Sin 60o) = 768,62 kg
S = 200 . d . b3 (1 – 0,6 Sin )= 200 . 1,6 . 3 (1 – 0,6 Sin 60o) = 461,17kg
S = 430 . d2 (1 – 0,35 Sin )= 430 . 1,62 (1 – 0,35 Sin 60o) = 767,14 kg
diperkuat beugel □ 5 x 60
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

b = 5,4  5,4 = b : d
d = 40 mm : 5,4 = 7,4  20 mdipakai baut  5/8 “ (16 mm)
805
n baut = =1,40 2 baut
1,25 . 461,17

Kontrol tegangan beugel :


S.Cosα 805.Cos 60
a = = = 670kg/cm2< 1400 kg/cm2
F 2. 0,5 . 0,6

Gambar 4.32
Sambungan Baut Dengan Perlengkapan Penguat Besi Beugel
dan Gigi Tunggal Pada Titik Buhul D

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 201


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Contoh Soal 15:
Titik Simpul E

Sambungan untuk batang 3, 4 dengan 27


tk ½  = 85 – (85 - tk ) Sin ½ 
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

= 85 – (85 – 25) Sin ½ .92o


= 85 – (60 . 0,719)
= 85 – 43,16 = 41,64 kg/cm2
S . Cos² ½  628 . 0,516
tm = = = 0,8 cm< ¼ h
tk ½  . b41,64 . 10
Jika tm ditentukan 3 cm S= 41,64x10 x 3 / 0,516= 2420,93 kg >628 kg (ok)
Sambungan Batang 3, 4 dengan 19
S = 100 . d . b1 (1 – 0,6 Sin )
= 100 . 1,6 . 3 ( 1 – 0,6 Sin 60o) = 768,62 kg
S = 200 . d . b3 ( 1 – 0,6 Sin )
= 200 . 1,6 . 10 ( 1 – 0,6 Sin 60o) = 461,17 kg
S = 430 . d2 ( 1 – 0,35 Sin )
= 430 . 1,62 (1 – 0,35 Sin 60o) = 767,14 kg
diperkuat beugel  5 x 60
b = 5,4  5,4 = b/d
40 mm
d= = 7,4  20 mmdipakai baut  5/8 “ (16 mm)
5,4
617
n baut = = 1,07 2 baut
1,25 . 461,17
S.Cosα 617.0,5
 = = = 514,167< 1400 kg/cm2
F 2. 0,5 . 0,6

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 202


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.33
Sambungan Baut Dengan Penguat Beugel Besi
dan Gigi Tunggal Pada Titik BuhulE

Contoh Soal 16:


Titik Simpul F

Sambungan batang 4, 5 dengan 28


tk ½  = tk – (tk - tk ) Sin ½ 
= 85 – (85 – 25) Sin ½ 95o= 40,76 kg/cm2
tk  = tk – (tk - tk ) Sin 
= 85 – (85 – 25) Sin 95o = 25,23 kg/cm2
S . Cos² ½  755 . 0,456
tm = = = 0,8 cm< ¼ h
tk ½  . b 40,76 . 10
Jika tm ditentukan 3 cm S= 40,76x10 x 3 / 0,456= 2681,57 kg >755 kg (ok)
Sambungan untuk batang 4, 5 dengan 20
Sambungan baut tampang dua, golongan II
S = 100 . d . b1 (1 – 0,6 Sin )
= 100 . 1,6 . 3 ( 1 – 0,6 Sin 60o) = 768,62 kg
S = 200 . d . b3 ( 1 – 0,6 Sin )
= 200 . 1,6 . 10 ( 1 – 0,6 Sin 60o) = 461,17 kg
S = 430 . d2 ( 1 – 0,35 Sin )
= 430 . 1,62 (1 – 0,35 Sin 60o) = 767,14 kg
diperkuat besi beugel  5 x 60
b = 5,4  5,4 = b/d
40 mm
d= = 7,4  20 mm dipakai baut  5/8 “ (16 mm)
5,4

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 203


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
755
n baut = = 1,3 2 baut
1,25 . 461,17
S.Cos. 755. 0,5
 = = = 629,2< 1400 kg/cm2
F 2. 0,5 . 0,6
Sambungan batang 4, 5 dengan 28
tk ½  = tk – (tk - tk ) Sin ½ 
= 85 – (85 – 25) Sin ½ 75o
= 85 – (60 . 0,608) = 48,52 kg/cm2
S . Cos ½  755 . 0,793
tm = = = 1,233 cm< ¼ h
tk ½  . b 48,52 . 10
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.34
Sambungan Baut dengan Perlengkapan Penguat Besi Beugel
dan Gigi Tunggal pada Titik BuhulF

Contoh Soal17:
Titik Simpul G

Sambungan untuk batang 5, 6 dengan 21


tk ½  = tk – (tk - tk ) Sin ½ 
= 85 – (85 – 25) Sin ½ 96o= 40,41 kg/cm2
tk  = tk – (tk - tk ) Sin 
= 85 – (85 – 25) Sin 96o = 25,32 kg/cm2
S . Cos² ½  925 . 0,552
tm = = = 0,8 cm< ¼ h
tk ½  . b 40,41 . 10

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 204


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Jika tm ditentukan 3 cm S= 40,41x10 x 3 / 0,552= 2196,2 kg >925 kg (ok)
Sambungan baut tampang dua, golongan II
S = 100.d.b1 (1 – 0,6 Sin )= 100 . 1,6 . 3 ( 1 – 0,6 Sin 60o) = 768,62 kg
S = 200.d.b3 (1 – 0,6 Sin )= 200 . 1,6 . 10 ( 1 – 0,6 Sin 60o) = 461,17 kg
S = 430 . d2 ( 1 – 0,35 Sin )= 430 . 1,62 (1 – 0,35 Sin 60o) =767,14 kg
diperkuat beugel  5 x 60b = 5,4  5,4 = b/d
40mm
d= = 7,4  20 mm dipakai baut  5/8 “ (16 mm)
5,4
925
n baut = = 1,6 2 baut
1,25 . 461,17
S.Cos.α 925.0,5
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

 = = = 770,8< 1400 kg/cm2


F 2.0,5.0,6

Gambar 4.35
Sambungan Baut Dengan Perkuatan Beugel Besi
dan Gigi Tunggal Pada Titik Buhul G

Contoh Soal18:
Titik Simpul H

Sambungan untuk batang 6, 7 dengan 22


tk ½  = tk – (tk - tk ) Sin ½ 
= 85 – (85 – 25) Sin ½ 97o= 40,06 kg/cm2
tk  = tk – (tk - tk ) Sin 
= 85 – (85 – 25) Sin 97o = 25,44 kg/cm2
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 205
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
S . Cos² ½  1046 . 0,438
tm = = = 1,143 cm< ¼ h
tk ½  . b 40,06 . 10
Jika tm ditentukan 3 cm S= 40,06x10 x 3 / 0,438= 2743,84 kg > 1045 kg
Sambungan baut tampang dua, golongan II
S = 100.d.b1 (1 – 0,6 Sin )= 100 . 1,6 . 3 ( 1 – 0,6 Sin 60o) = 768,62kg
S = 200.d.b3 (1 – 0,6 Sin )= 200 . 1,6 . 10 ( 1 – 0,6 Sin 60o) = 461,17kg
S = 430 . d2 ( 1 – 0,35 Sin )= 430 . 1,62 (1 – 0,35 Sin 60o) =767,14 kg
diperkuat beugel  5 x 60b = 5,4  5,4 = b/d
40 mm
d= = 7,4  20 mm bndipakai baut  5/8 “ (16 mm)
5,4
1046
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

n baut = = 1,82 baut


1,25 . 461,17
S.Cos.α 1046.0,5
 = = = 71,67<1400 kg/cm2
F 2. 0,5 . 0,6

Gambar 4.36
Sambungan Baut Dengan Penguat Besi Beugel
dan Gigi Tunggal Pada Titik Buhul H

Contoh Soal19:
Titik Simpul I

Sambungan untuk batang 7, 8 dengan 23


tk ½  = tk – (tk - tk ) Sin ½ 
= 85 – (85 – 25) Sin ½ 97o= 40,06 kg/cm2
tk  = tk – (tk - tk ) Sin 
= 85 – (85 – 25) Sin 97o = 25,44 kg/cm2

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 206


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
S . Cos² ½  1046 . 0,438
tm = = = 1,143 cm< ¼ h
tk ½  . b 40,06 . 10
Jika tm ditentukan 3 cm S= 40,06x10 x 3 / 0,438= 2743,84 kg > 1045 kg
Sambungan baut tampang dua, golongan II
S = 100.d.b1 (1 – 0,6 S in )= 100.1,6.3 (1 – 0,6 Sin 60o) = 768,62 kg
S = 200.d.b3 (1 – 0,6 Sin )= 200 . 1,6 . 10 (1 – 0,6 Sin 60o) = 461,17 kg
S = 430 . d2 (1 – 0,35 Sin )= 430 . 1,62 (1 – 0,35 Sin 60o) = 767,14 kg
diperkuat beugel  5 x 60b = 5,4  5,4 = b/d
40 mm
d= = 7,4  20 mm diapakai baut  5/8 “ (16 mm)
5,4
3189
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

n baut = = 4,151 5 baut


1,25 . 461,17
S.Cos.α 1594,5
a = = = 265,75 kg/cm2<1400 kg/cm2
F 2.0,5 . 0,6

Gambar 4.37
Sambungan Baut Dengan Penguat Beugel
dan Gigi Tunggal Pada Titik Buhul I

Contoh Soal20:
Titik Simpul J

Sambungan untuk batang 8 dengan 24


tk ½  = tk – (tk - tk ) Sin ½ 
= 85 – (85 – 25) Sin ½ 60o= 55 kg/cm2
tk  = tk – (tk - tk ) Sin 
= 85 – (85 – 25) Sin 60o = 33,04 kg/cm2

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 207


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
S . Cos² ½  277,70 . 0,749
tm = = = 0,38 cm < ¼ h
tk ½  . b 55 . 10
Jika tm ditentukan 3 cm S= 55x10 x 3 / 0,749= 2202,93 kg > 277,70 kg
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.38
Sambungan Baut Dengan Penguat Besi Beugel
dan Gigi Tunggal Pada Titik Buhul J

(j) Sambungan Pada Rangka Batang Jembatan

Gambar 4.39
Kerangka Pada Gelegar Jembatan

Suatu kerangka jembatan dibuat terdiri kayu bulat klas II, dengan
pembebanan tetap permanen.
Contoh Soal 21:
Dimensi Rangka Batang
Titik Simpul A

Gambar 4.40
Sambungan Gigi Tunggal Pada Kayu Bulat pada Titik Buhul A

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 208


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
 Batang 1 (tekan ) Miring Atas pada titk simpul A-Bpanjang (l) =1,40 cm
Dicoba kayu ukuran 12 cm.
Fbr =  . r2= 3,14 . 62= 113,04 cm2
 . d4 3,14 .(12)4
Imin = = = 1017,36 cm4
64 64
It = Ix + 3.Ig dimana harga Ix = Iy= Imin = Ig
= 1017 + 3.1017 = 4.068 cm4
lk = 1,4 m 140 cm (panjang batang)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

It 4.068
i min = = = 5,999 cm
Fbr 113,04
Panjang batang untuk kedua ujungnya jepit-jepit
lk = 0,75 x 140 = 105 cm
lk 105
= = = 17,5
imin 5,99
 = 1,125 (daftar angka tekuk Daftar III PKKI 1961 NI.5)
Kontrol tegangan :
Pembebanan tetap dan sementara
S. 6134 . 1,125
tk // = = = 61,05 kg/cm2  5/4x85=106,25 kg/cm2
Fbr 113,04
 Batang 2,3,4 (Tekan) Miring Atas pada titk B-C,C-D dan D-E
diambil beban yang maksimal, Panjang batang 125 cm.
Panjang batang untuk kedua ujungnya jepit-jepit
lk = 0,75 x 135 =101,25 cm
Fbr =  . r2 = 3,14 . 62 = 113,04 cm2
It = Ix + 3.Ig dimana harga Ix = Iy= Imin = Ig
= 1017 + 3.1017 = 4.068 cm4
 . d4 3,14 .(12)4
Imin = = = 1017,36 cm4
64 64

It 1017,36
i min = = = 5,999 cm
Fbr 113,04
Panjang batang untuk kedua ujungnya sendi lk = 140 = 140 cm
lk 101,25
= = = 16,878
imin 5,999
 = 1,13 (daftar angka tekuk Daftar III PKKI 1961 NI.5)

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 209


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kontrol tegangan :
Pembebanan tetap dan sementara
S. 6134 . 1,3
tk // = = = 70,54 kg/cm2 5/4x85=106,25 kg/cm2
Fbr 113,04
 Batang 5 Tarik (datar)pada titk A (panjang batang 125 cm)
dicoba kayu ukuran  12 cm
Fbr =  . r2 = 3,14 . 62= 113,04 cm2
Fn= 0,75 . Fbr (perlemahan sambungan baut 20-25%)
= 0,75 . 133,04 cm² = 84,78 cm2
Kontrol tegangan :
Akibat beban tetap dan sementara
S 7646,5 kg
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

tr // = = = 90,19 kg/cm2 5/4x85=106,25 kg/cm2


Fn 84,78
 Batang 6-7-8 (tarik) datar pada Titik G, H dan Ipanjang batang 110 cm
Batang Tarik 6 datar pada titk F-G
dicoba kayu ukuran 2x 1/2 12 cm
Fbr = . r2 = 3,14 . 62= 113,04 cm2
Fn= 0,75 . Fbr (perlemahan sambungan baut 20-25%)
= 0,75 . 133,04 cm² = 84,78 cm2
Kontrol tegangan :
Akibat beban tetapdan sementara
S 7145,5 kg
tr // = = = 84,26 kg/cm2 5/4x85=106,25 kg/cm2
Fn 84,78
Batang Tarik 7 datar pada titk G-H
dicoba kayu ukuran 2 x 1/2 12 cm
Fbr =  . r2 = 3,14 . 62= 113,04 cm2
Fn = 0,75 . Fbr (perlemahan sambungan baut 20-25%)
=0,75 . 133,04 cm² = 84,78 cm2
Kontrol tegangan :
Akibat beban tetap dan sementara
S 7346,5 kg
tr // = = = 8,65 kg/cm2 5/4x85=106,25 kg/cm2
Fn 84,78
Batang Tarik 8 datar pada titik H-I
dicoba kayu ukuran2 x 1/2 12 cm
Fbr =  . r2 = 3,14 . 62= 113,04 cm2
Fn = 0,75 . Fbr (perlemahan sambungan baut 20-25%)
= 0,75 . 133,04 cm² = 84,78 cm2
Kontrol tegangan :
Akibat beban tetap dan sementara
S 7650,30 kg
tr // = = = 90,24 kg/cm2 5/4x85=106,25 kg/cm2
Fn 84,78

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 210


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
 Batang 9, 10, 11 da 12(Tarik) Vertikal pada titik B-F, C-G, D-Hdan EI
Batang tarik 9 vertikal pada titk B-F (panjang batang 165 cm)
dicoba kayu ukuran  12 cm
Fbr= . r2 = 3,14 . 62 = 113,04 cm2
Fn = 0,75 . Fbr (perlemahan sambungan baut 20-25%)
= 0,75 . 133,04 cm² = 84,78 cm2
Kontrol tegangan :
Akibat beban tetap dan sementara
S 666,5 kg
tr // = = = 78,615 kg/cm2 5/4x85=106,25 kg/cm2
Fn 84,78
Batang tarik 10 vertikal pada titk C-G (panjang batang 175 cm)
dicoba kayu ukuran  12 cm
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Fbr= . r2 = 3,14 . 62= 113,04 cm2


Fn = 0,75 . Fbr (perlemahan sambungan baut 20-25%)
= 0,75 . 133,04 cm² = 84,78 cm2
Kontrol tegangan :
Akibat beban tetap dan sementara
S 7646,5 kg
tr // = = = 90,19 kg/cm2 5/4x85=106,25 kg/cm2
Fn 84,78
Batang tarik 11 vertikal pada titk D-H (panjang batang 195 cm)
dicoba kayu ukuran  12 cm
Fbr =  . r2 = 3,14 . 62 = 113,04 cm2
Fn = 0,75 . Fbr (perlemahan sambungan baut 20-25%)
= 0,75 . 133,04 cm² = 84,78 cm2
Kontrol tegangan :
Akibat beban tetap dan sementara
S 8142,5 kg
tr // = = = 95,836 kg/cm2 5/4x85=106,25 kg/cm2
Fn 84,78
Batang tarik 12 vertikal pada titk E-I (panjang batang 210 cm)
dicoba kayu ukuran  12 cm
Fbr =  . r2 = 3,14 . 62 = 113,04 cm2
Fn= 0,75 . Fbr (perlemahan sambungan baut 20-25%)
= 0,75 . 133,04 cm² = 84,78 cm2
Kontrol tegangan :
Akibat beban tetap dan sementara

S 975,56 kg
tr // = = = 11,506 kg/cm2 5/4x85=106,25 kg/cm2
Fn 84,78

 Batang 13,14, 15 (Tekan) Miring pada titik B-G, C-H dan D-I
Batang Tekan 13 miring pada titik B-G (panjang batang 175 cm)
Dicoba kayu ukuran 2x 1/2 12 cm.
Fbr =2x ½ ( . r2)) = 3,14 . 62= 113,04 cm2

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 211


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
 . D4 3,14 .(12)4
Imin = = = 1017,36 cm4
64 64
lk =0,75 x1,75 m 131,25 cm (kedua ujung jepit )
It = Ix + 3 Ig dimana harga Ix = Iy = 2[½ (D4/64) + F. a²]
dimana harga a=9 cm
It =2[½ (3,14. 124/64) + ½.3,14. (6)² (9)²]
= 2 [508,68 + 4578,12] = 5086,80 cm4

It 5086,80
i min = = = 6,71 cm
Fbr 113,04
Panjang batang untuk kedua ujungnya jepit-jepit lk = 131,25 cm
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

lk 131,25
= = = 19,56
imin 6,71
 = 1,15 (daftar angka tekuk Daftar III PKKI 1961 NI.5)
Kontrol tegangan :
Pembebanan tetap dan sementara
S. 1250.1,15
tk // = = = 12,72kg/cm2 5/4x85=106,25 kg/cm2
Fbr 113,04
Batang 14 miring pada titik B-G (panjang batang 185 cm)
Dicoba kayu ukuran 2x 1/2 12 cm.
Fbr=2x ½ ( . r2)) = 3,14 . 62= 113,04 cm2
 . D4 3,14 .(12)4
Imin = = = 1017,36 cm4
65 64
lk= 0,75 x1,85 m  138,75 cm (kedua ujung jepit-jepit )
It =Ix + 3 Ig dimana harga Ix = Iy = 2[½ (D4/64) + F. a²]
dimana harga a=9 cm
It = 2[½ (3,14. 124/64) + ½.3,14. (6)² (9)²]
= 2 [508,68 + 4578,12] = 5086,80 cm4

It 5086,80
i min = = = 6,71 cm
Fbr 113,04
Panjang batang untuk kedua ujungnya jepit-jepit lk = 138,75 cm
lk 138,75
= = = 20,68
imin 6,71
 = 1, 16 (daftar angka tekuk Daftar III PKKI 1961 NI.5)
Kontrol tegangan :
Pembebanan tetap dan sementara
S. 3436 . 1,16
tk // = = =35,26 kg/cm2 5/4x85=106,25 kg/cm2
Fbr 113,04

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 212


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Batang 15 miring pada titik B-G (panjang batang 195 cm)
Dicoba kayu ukuran 2x 1/2 12 cm.
Fbr =2x ½ ( . r2)) = 3,14 . 62= 113,04 cm2
 . D4 3,14 .(12)4
Imin = = = 1017,36 cm4
66 64
lk = 0,75 x1,95 m 146,25 cm (kedua ujung jepit-jepit)
It= Ix + 3 Ig dimana harga Ix = Iy = 2[½ (D4/64) + F. a²]

dimana harga a=9 cm


It = 2[½ (3,14. 124/64) + ½.3,14. (6)² (9)²]
= 2 [508,68 + 4578,12] = 5086,80 cm4
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

It 5086,80
i min = = = 6,71 cm
Fbr 113,04
Panjang batang untuk kedua ujungnya jepit-jepit lk = 146,25 cm
lk 146,25
= = = 21,79
imin 6,71
 = 1, 17 (daftar angka tekuk Daftar III PKKI 1961 NI.5)

Kontrol tegangan :
Pembebanan tetap dan sementara
S. 3405 . 1,17
tk // = = = 35,24 kg/cm2 5/4x85=106,25 kg/cm2
Fbr 113,04

Contoh Soal 22:


Perhitungan Sambungan pada Titik-titik Buhul
Titik Simpul AHasil Perhitungan Sambungan dan Gambar Detail

Gambar 4.41
Sambungan Gigi Ganda(Gigi dan Tumit)dengan
Kayu Bulat PadaTitik Buhul A

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 213


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
 Sambungan gigi tunggal bagi sudut luar sama tm ditentukan 3cm (≤ ¼ h)
r= 6cm AD =6-3 =3 cm Cosα1 = 3/6=0,5α1=60°
Sudut ABC (α2)= 120° t ▲ADC: 3= Sin 60°
t1▲ADC=3x Sin 60° = 3 x 0866= 2,598 cm
Luas ▲ ADC =1/2 x 2,598 x 6 = 7,794 cm²
Luas bidang Juring lingkaran α2 :360x  . r2=
120/360 . 3,14 . 6². = 37,68 cm²
Fo= 37,68 - 2.7,794 =22,092 cm²
tk ½  yang diijinkan=85 x (85 -25) Sin ½ 3
= 85-(60) Sin ½. 78°= 47,24kg/cm2
Gambar 4.42 tk =85 – (85- 25) Sin 78° = 26,31 kg/ cm²
Potongan Melintang
tk ½  yang timbul : S.(Cos ½.78°)² / Fo =
Kayu Bulat
6134 x (0,777)²/22,092 = 167,705 kg/ cm²
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Tegangan yang timbul 167,705 kg/ cm² ≥ 47,24kg/cm2


Sambungan tidak dapat dipertanggung jawabkan,dipakai sambungan gigiganda
(gigi dan tumit).
tm1 gigi ditentukan3 cm≥¼.12,dan tm2 = tm1+1cm=4cm (syarat PKKI. NI-5)
Jika tm2 = 4 cm
r= 6cm AD =6 – 4 =2 cm Cos.α1 = 2/6=0,333 α1=70,5°
Sudut ABC (α2)= 141° t ▲ADC: 2 = Sin 70.5°
t2 ▲ADC=2 x Sin 70,5° = 2 x 0.942=1,885 cm
Luas ▲ADC = 2 ( ½ x 1,885 x 6) = 11,310 cm²
Luas bidang Juring lingkaran α2 : 360x .r2 =141/360x3,14x6² = 44,274 cm²
Fo.2= 44,27 – 11,31 = 32,96 cm²
S1.( Cos ½ )² tk ½  .Fo. 147,24x22,092
tk ½ = S1 = = = 1727, 85 kg
Fo (Cos ½ )² ( 0,604)

S1.( Cos ) tk  .Fo. 282,27x32,96


tk  = S1 = = = 13036.04 kg
Fo (Cos ) ( 0,208)
Jumlah S1 + S2 = 1.727,65 + 13.036,04 = 14.763,69 kg > 6.134 kg (ok)
Kontrol Kayu Muka:
untuk tm.1 = 3 cm adalah Sin 60° = DC/AC DC = 6 x 0,8667 = 5,20 cm
tm.2 = 4 cm adalah Sin 70,5°= DC/AC DC = 6 x 0,943 = 5,655 cm
Panjang B – C = 2 x 5,20 = 10,40 cm untuk tm1
Panjang B – C = 2 x 5,655 = 11,312 cm untuk tm2
S. Cos.78° 6134 x 0,208
Lm.1 = = = 10,22 cm dijadikan 15 cm (PKKI NI-5)
10,4x 12 124,8
S. Cos.78° 6134 x 0,208
Lm.2 = = = 9,399 cm dijadikan 15 cm (PKKI NI-5)
11,312x 12 135,744
Pada panjang kayu muka (Lm2) dapat disesuaikan pada hasil gambar detail
Konstruksi

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 214


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Titik Simpul BPerhitungan Sambungan dan Gambar Detail
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.43
Sambungan Gigi Ganda (Gigi dan Tumit) dan Baut Dengan Plat Beugel Besi

 Sambungan batang 1-9, 2-9 dan 9-13


Batang 1-9
Sambungan gigi tunggal dengan bagi sudut luar sama diambil gaya yang
maksimal6008 kg, tm ditentukan 3cm (≤ ¼ h)
r= 6cm AD =6-3 =3 cm Cosα1 = 3/6=0,5 α1=60°
Sudut ABC (α2)= 120° t ▲ADC: 3 = Sin 60°
t ▲ADC=3x Sin 60° = 3 x 0866= 2,598 cm
Luas ▲ ADC =1/2 x 2,598 x 6 = 7,794 cm²
Luas bidang Juring lingkaran α2 :360x  . r2
= 120/360 . 3,14 . 6². = 37,68 cm²
Luas tembereng Fo = Luas Juring – Luas ▲ABC=
37,68 -7,794 =22,092 cm²
tk ½  yang diijinkan = 85 x (85 -25) Sin ½.40°= 85-
(60) Sin 40°= 64,478 kg/cm2
tk ½  yang timbul: S.Cos ½  / Fo = 6008x0,939:
22,092 = 255,364 kg/ cm²
Gambar 4.43 Tegangan yang timbul 255,364 kg/ cm²≥
Potongan Melintang 64,48kg/cm²berarti sambungan tidak
Kayu Bulat dipertanggung jawabkandipakai sambungan gigi
ganda (gigi dan tumit).
tm1 gigi dtentukan 3 cm ≥ ¼ .12 ,
tm2=tm1 + 1cm = 4 cm (syarat PKKI. NI-5)
Jika tm2 = 4 cm
r= 6cm AD =6 – 4 =2 cm Cos.α1 = 2/6=0,333 α1=70,5°
Sudut ABC (α2)= 141° t ▲ADC: 2 = Sin 70.5°

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 215


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
t2 ▲ADC=2 x Sin 70,5° = 2 x 0.942= 1,885 cm
Luas ▲ADC = 2 ( ½ x 1,885 x 6) = 11,310 cm²
Luas bidang Juring lingkaran α2 : 360x.r2= 141/360x3,14x6² = 44,274 cm²
Fo.2= 44,27 – 11,31 = 32,96 cm²
S1.( Cos ½ )² tk ½  .Fo.1 47,24x22,092
tk ½  = S1= = = 1727, 85 kg
Fo (Cos ½ )² ( 0,604)
S1.( Cos ) tk  .Fo.2 82,27x32,96
tk  = S1 = = = 13036.04 kg
Fo (Cos ) (0,208)
Jumlah S1 + S2 = 1.727,65 + 13.036,04 = 14.763,69 kg > 6.008 kg (ok)

Kontrol Kayu Muka :


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

untuk tm.1 = 3 cm adalah Sin 60° = DC/AC DC = 6 x 0,8667 = 5,20 cm


tm.2 = 4 cm adalah Sin 70,5°= DC/AC DC = 6 x 0,943= 5,655 cm
Panjang B – C = 2 x 5,20 = 10,40 cm untuk tm1
Panjang B – C = 2 x 5,655 = 11,312 cm untuk tm2
S. Cos.40° 6008 x 0,766
Lm.1 = = = 36,88 cm dijadikan 40 cm (PKKI NI-5)
10,4x 12 124,8
S. Cos.40° 6008 x 0,766
Lm.2 = = = 33,9 cm dijadikan 34 cm (PKKI NI-5)
11,312x 12 135,744
Pada panjang kayu muka (Lm2) dapat disesuaikan pada hasil gambar detail
Konstruksi

 Sambungan batang 9- 13(jika memakai kayu 2 x 1/2 12 cm)


Sambungan menggunakan baut sambungan bertampang dua golongan II
 = b/d ditafsir  7/8 ”  d = 2,22 cm
 = 6/22,2 = 0,27
dipakai sambungan tampang dua  = 4,3
S = 100 . d . b1 ( 1 – 0,6 Sin 50o)
= 100 . 2,22 . 6 (1 – 0,6 . 0,766) = 719,81 kg
S = 200 . d . b3 ( 1 – 0,6 Sin 50o)
= 200 . 2,22 . 12 (1 – 0,6 . 0,766) = 2879,25 kg
S = 430 . d2 ( 1 – 0,35 Sin 50o)
= 430 . 2,222 (1 – 0,35 . 0,766) = 1551,05 kg
2150
n baut = = 2,993 baut
719,81

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 216


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Titik Simpul C Perhitungan Sambungan dan Gambar Detail
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.44
Sambungan Gigi Tunggal dan Baut DenganPenguat
Besi Beugel Kayu Bulat Pada Titik Buhul C

 Sambungan Batang 2-3 dan 14


Sambungan gigi tunggal dengan bagi sudut luar sama tm ditentukan 3cm
(≤ ¼h)
r= 6cm AD =6-3 =3 cm Cosα1 = 3/6=0,5 α1=60°
Sudut ABC (α2)= 120° t ▲ADC: 3= Sin 60°
▲ADC=3x Sin 60° = 3 x 0866= 2,598 cm
Luas ▲ ADC =1/2 x 2,598 x 6 = 7,794 cm²
Luas bidang Juring lingkaran α2 :360x. r2= 120/360.3,14 . 6². = 37,68 cm²
Luas tembereng Fo.1 =Luas Juring – Luas ▲ABC= 37,68 - 2.794 =22,092 cm²
tk ½  yang diijinkan=85 x (85 -25) Sin ½ 3=85-(60)Sin 24 °= 60,59 kg/cm2
tk  yang diijinkan = 85 x (85 -25) Sin 48°=40,41 kg/cm²
tk ½  yang timbul : S. Cos ½  / Fo/ =
6436/22,092= 291,33 kg/ cm²
Karena tegangan yang timbul jauh lebih besar dari
hasil hitungan yang diijinkan yaitu :291,33 kg/ cm²
≥ 65,47 kg/ cm2 berarti sambungan tidak dapat
dipertanggung jawabkan, dipakai sambungan gigi
ganda (gigi dan tumit).
tm1 gigi dtentukan 3 cm ≥ ¼ .12 , tm2 = tm1 + 1cm
Gambar 4.45 = 4 cm (syarat PKKI. NI-5)
Potongan Melintang Jika tm2 = 4 cm
Kayu Bulat r= 6cm AD =6-4 =2 cm Cos.α1 = 2/6=0,333
α1=70,5°

Sudut ABC (α2= 141° t ▲ADC: 2 = Sin 70.5°


t2 ▲ADC=2 x Sin 70,5° = 2 x 0.942= 1,885 cm
Luas ▲ADC = 2 ( ½ x 1,885 x 6) = 11,310 cm²
Luas bidang Juring lingkaran α2 : 360x. r2= 141/360x3,14x6² = 44,274 cm²
Fo.2 = 44,27 – 11,31 = 32,96 cm²

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 217


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
S1.( Cos ½ )² tk ½  .Fo.1 60,59x22,092
tk ½  = S1 = = 1464,5 kg
Fo (Cos 24°)² (0,914 )
S1.( Cos ) tk  .Fo.2 48,06x32,96
tk  = S1= = = 2367,799 kg
Fo (Cos48°) ( 0,669)
Jumlah S1 + S2 = 1.464,5 + 2367,799 = 3832,30 kg> 3436kg (ok)
Kontrol Kayu Muka :
untuk tm.1 = 3 cm adalah Sin 60° = DC/AC DC = 6 x 0,8667 = 5,20 cm
tm.2 = 4 cm adalah Sin 70,5°= DC/AC DC = 6 x 0,943 = 5,655 cm
Panjang B – C = 2 x 5,20 = 10,40 cm untuk tm1
Panjang B – C = 2 x 5,655 = 11,312 cm untuk tm2
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

S. Cos.48° 3436 x 0,669


Lm.1 = = = 19,2 cm dijadikan 20 cm (PKKI NI-5)
10,4x 12 124,8
S. Cos.48° 3436 x 0,669
Lm.2 = = = 17,69 cm dijadikan 20 cm (PKKI NI-5)
11,312x 12 135,744
Pada panjang kayu muka (Lm2) dapat disesuaikan pada hasil gambar detail
Konstruksi
 Sambungan batang 2-3 dan 13.
Sambungan menggunakan baut sambungan bertampang dua golongan II
 = b/d ditafsir  7/8 ”  d = 2,22 cm
= 6/22,2 = 0,27
dipakai sambungan tampang dua  = 4,3
S = 100 . d . b1 ( 1 – 0,6 Sin 72o)
= 100 . 2,22 . 6 (1 – 0,6 . 0,951) = 760,04 kg
S = 200 . d . b3 ( 1 – 0,6 Sin 72o)
= 200 . 2,22 . 12 (1 – 0,6 . 0,951) = 2326,2 kg
S = 430 . d2 ( 1 – 0,35 Sin 72o)
= 430 . 2,222 (1 – 0,35 . 0,951) = 1421,99 kg

1250
n baut = = 1,644 2 baut
760,04

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 218


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Titik Simpul D Perhitungan Sambungan dan Gambar Detail
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.46
Sambungan Gigi Tunggal dan Baut denganPenguat
Besi Beugel Kayu Bulat padaTitik Buhul D

 Sambungan batang 3-4 dan 15


Sambungangigi tunggal bagi sudut luar samatmditentukan3cm (≤ ¼ h)
r= 6cm AD =6 – 3 =3 cm Cosα1 = 3/6=0,5
Sudut ABC(α2)= 120° t ▲ADC: 3 = Sin 60° t
▲ADC=3x Sin 60° = 3 x 0866= 2,598 cm
Luas ▲ ADC =1/2 x 2,598 x 6 = 7,794 cm²
Luas bidang Juring lingkaran α2 :360x  . r2=
120/360 . 3,14 . 6². = 37,68 cm².
Luas tembereng Fo = Luas Juring – Luas
▲ABC=37,68-2 (7,794)= 22,092 cm²
Gambar 4.47 tk ½  yang diijinkan = 85 x (85 -25) Sin 21°
Potongan Melintang = 85-(60) Sin 19°= 63,497 kg/cm2
Kayu Bulat
tk  diijinkan = 85x(85-25) Sin 42°=44,85 kg/cm²
tk ½  yang timbul : S. Cos ½  / Fo =6436/2,092= 271,98 kg/ cm².
Karena tegangan yang timbul jauhlebih besar dari hasil hitungan yang diijinkan
yaitu :271,98 kg/ cm² ≥ 63,497 kg/cm2 berarti sambungan tidak dapat
dipertanggung jawabkan, dipakai sambungan gigi ganda (gigi dan tumit).
tm1 gigi dtentukan 3 cm ≥ ¼ .12 , tm2 = tm1 + 1cm = 4 cm (PKKI. NI-5)
Jika tm2 = 4 cm
r= 6cm AD =6 –4 =2 cm Cos.α1 = 2/6=0,333 untuk α1=70,5°
Sudut ABC (α2)= 141° t ▲ADC: 2 = Sin 70.5°
t2 ▲ADC=2 x Sin 70,5° = 2 x 0.942= 1,885 cm
Luas ▲ADC = 2 ( ½ x 1,885 x 6)= 11,310 cm²
Luas bidang Juring lingkaran α2: 360x . r2=141/360x3,14x6²= 44,274 cm²
Fo.2= 44,27 – 11,31 = 32,96 cm²
S1.( Cos ½ )² tk ½  .Fo.1 63,497x22,092

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 219


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
tk ½  = S1 = = = 1503,51 kg
Fo (Cos 21°)² (0,933 )
S1.( Cos ) tk  .Fo.2 44,85x32,96
tk  = S1= = = 1989,56 kg
Fo (Cos 42°) ( 0,743)
Jumlah S1 + S2 = 1.503,51 + 1989,56 = 3493,07 kg > 3405 kg (ok)

Kontrol Kayu Muka :


untuk tm.1= 3 cmadalah Sin 60° = DC/AC, maka DC = 6 x 0,8667 = 5,20 cm
tm.2= 4 cmadalah Sin 70,5°=DC/AC, maka DC = 6 x 0,943= 5,655 cm
Panjang B – C = 2 x 5,20 = 10,40 cm untuk tm1
Panjang B – C = 2 x 5,655 = 11,312 cm untuk tm2
S. Cos.40° 3436 x 0,766
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Lm.1 = = = 21,09 cm dijadikan 30 cm (PKKI NI-5)


10,4x 12 124,8

S. Cos.40° 3436 x 0,766


Lm.2 = = = 19,39 cm dijadikan 20 cm (PKKI NI-5)
11,312x 12 135,744
Pada panjang kayu muka (Lm2) dapat disesuaikan pada hasil gambar detail
Konstruksi

 Sambungan batang 3-4 dan 11.


Sambungan menggunakan baut sambungan bertampang dua golongan II
 = b/d ditafsir  7/8 ”  d = 2,22 cm
 =6/22,2 = 0,27
dipakai sambungan tampang dua  = 4,3
S = 100 . d . b1 ( 1 – 0,6 Sin 70o)
= 100 . 2,22 . 6 (1 – 0,6 . 0,939) = 581,55 kg
S = 200 . d . b3 ( 1 – 0,6 Sin 70o)
= 200 . 2,22 . 12 (1 – 0,6 . 0,939) = 2326,2 kg
S = 430 . d2 ( 1 – 0,35 Sin 70o)
= 430 . 2,222 (1 – 0,35 . 0,939) = 1421,99 kg
812,50
n baut = = 1,397  2 baut ditambah 1 baut pelengkap
581,55

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 220


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Titik Simpul IPerhitungan Sambungan dan Gambar Detail
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.49
Sambungan Gigi Tunggal dan Baut denganPenguat Besi
Beugel Kayu Bulat padaTitik Buhul I

Sambungan gigi tunggal pembagian sudut luar samaditentukan tm=3 cm (≤ ¼ h) maka :


r= 6cm DA = 6 – 3 = 3 cm
Cos = 3/6 = 0,5 1 = 60o
Sudut  ABC (2) = 120°
t ▲ ADC : 3 = Sin 
t = 3 x Sin 60° = 3 x 0,866 =2,598 cm
Luas ▲ABD = L.▲ADC = ½ x 2,598x 6=7,794 cm².
Luas bidang juring lingkaran = (2):360 .  . r2
= 120/360 . 3,14 . 6². = 37,68 cm².
Gambar 4.50 Luas tembereng Fo = Luas Juring – Luas ▲ABC = 37,68-2
(7,794)= 22,092 cm²= 37,68-2.794 =22,092 cm²
Potongan Melintang
Kayu Bulat
tk ½ yang diijinkan=85x(85-25)Sin ½ 3= 85-(60) Sin 78°= 26,311kg/cm2
tk ½  yang timbul : S. Cos ½  / Fo = 5924,80/22,092= 268,19 kg/ cm²

Karena tegangan yang timbul jauh lebih besar dari hasil hitungan yang diijinkan yaitu:268,19 kg/cm²
≥ 26,311 kg/ cm2, berarti sambungan tidak dapat dipertanggung jawabkan, maka dipakai
sambungan gigi ganda (gigi dan tumit).

j) Sambungan Paku
Sambungan paku termasuk alat bantu sambungan yang jarang sekali atau tidak lazim
diapakai sebagai sambungan pada Kostruksi, karenasementara dianggap tidk kuat tahan terhadap
menahan kekuatan Konstruksi.Padahal di negara lain, sambungan paku termasuk sambungan yang
terua disbanding dengan sambungan baut. Paku biasanya dibuat dari Baja Thomas, yang mempunyai
σ mak = 6000 -8000 kg/cm2 dan σlt max = 8000-12000 kg/cm2.

(1) Bentuk,Ukuran Paku dan Macam Paku.


Paku tampang bulat, paku pada umunya dipakai pada sambungan yang bersifat sementara
atautidak pada Konstruksi yang berhubungan langsung dengan kekuatan, yaitu: Pembuatan perabot,
pengikat batang-batang kayu kosen dan lain-lain. Bentuk paku antara lain terdiri dari:

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 221


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
a. Paku tampang segi tiga. Paku bentuk ini jarang dijumpai di Indonesiaataupun dimanca Negara,
karena jarang dipakai.
b. Paku Tampang persegi, paku ini biasanya dipakai pada sambungan pendung,sebagian besar
pemakaian yang banyak di Benua Eropa.
c. Paku bertampang alur Spiral (Sprally Grooved Naill). Dipakai untuk keperluan-keperluan khusus,
terutama bila diperlukan kuat cambut tinggi, yaitu padasambungan yang kuat tarikan tekanan
tinggi. Paku mempunyai daya dukung yang tinggi, gesekan yang berhungan dengan keliling pada
paku tersebut terhadap pada kayunya sendiri.
d. Paku alur lurus (Longitudionally Grooved Nail), paku ini biasanya dipakai padasambungan
pendung, sebagian besar pemakaian yang banyak di BenuaEropa.
e. Paku tampang bersisik, paku biasanya dipakai pada keperlua khusus, antara lain pembuata peti
kemas barang yang berharga (kotak-kotak dari kayu), yang tidak mudah dibongkar (sebagai
ektra pengaman).

Di Indonesia satu-satunya macam paku yang dipergunakan ialah paku bertampang bulat,
walaupun daya dukungnya rendah (kecil). Paku-paku tampang-tampang tersebut daiatas jarang
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

dijumpai di Indonesia, kecuali paku bentuk tampang bulat, hal ini dikarenakan tidak adanya produksi
yang ada dipasaran.
Sambungan dengan paku pada dasarnya serupa dengan sambungan dengan sambungan
dengan baut tanpa mur serta cicin-cicing (ring penguat/tutup), tetapi pemindahan gaya dapat
berlangung lebih baik dari pada seperi sambungan dengan ring hal ini tidak dapat dilaksanakan,
karena paku itu tertanam erat kedalam batang/papan kayu.
Penanaman paku-paku kedalam batang kayu ini dilakukan dengan bantuan memukul-pukul
memakai palu, sehingga paku-paku masuk kedalam lubang yang lebih sempit menjadika kekuatan
daya lekatnya menjadi kuat dan tidak mudah ditarik atau dicabut.
Jadi pada dasarnya perumusan dapat diasumsikan sambungan baut tanparing penututp
(penguat), maka perumusan dapat dijabarkan sebagai berikut :
P ijin = 0,414 σtk. ld atau P= 0,443 d 2 TtxTb Jika rumus tersebut apabila unsur W paku
bulat = 1/23. .d dan untuk alur persegi W=1/6. d3 dimasukan dalam pertimbangan kesimpulan
3

perumusan, maka rumus menjadikan :


P= 0,58 d2 TtxTb .
dimana :
P = kekuatan tekanan/tarik Gaya pada Paku
σtk= Tekanan yang diijinkan paku (kg/cm2)
ld= Pajang Paku

Di dalam praktek angka kelangsingan paku pada umumnyabesar, sehingga paku-paku itu ikut
membengkok. Jika gaya yang didukung melampaui batas kekuatan sambungan, maka rumus tersebut
dapat dipakai sebagai dasar perhitungan kekuatan paku dan dapat memakai perumusan Sambungan
dengan Paku dibawah:
 Paku yang dipergunakan dapat mempunyai tampang melintang yang berbentukbulat, persegi atau
beralur lurus.
 Kekuatan paku bertampang bulat diberikan dalam daftar Tabel 9 dan berlaku untuktebal kayu
sepert tertera dalam daftar tersebut.
 Untuk sambungan yang menyimpang dari daftar tabel 9 dan 10 dapat dipakai rumus-rumus pada
Sambungan dibawah ini.

Tampang Satu : P ijin paku = 0,5. b.d. σkd b ≤ 7d


P ijin paku = 3,5. d2 σkd 7d ≤ b
Tampang Dua : P ijin paku = b . d .σkd b ≤ 7d
P ijin paku = 7 d2 . σkd 7d ≤ b

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 222


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tabel4.11
Daftar yang Diperkenankan per Paku
Kekuatan 1 Paku tampang Satu (kg)
Bj. Bj. Bj. Bj.
Tebal
Diameter paku Kelang- Kayu=0,3 Kayu=0,3 Kayu=0,3 Kayu=0,3
Kayu
No. d=(1/10mm) singan l/b g/cm3 g/cm3 g/cm3 g/cm3
b
Panjang paku l (mm) λ= b/d σkd=75 σkd=100 σkd=125 σkd=150
(mm)
kg/cm2 kg/cm2 kg/cm2 kg/cm2
(P) (P) (P) (P)
1 20 28/51 (2"BWG 12) 7,2 2,5 20 27 34 41
31/63 (2"BWG 12) 6,5 3,2 23 31 38 46
24/76 (2"BWG 12) 5,9 3,8 25 34 42 51
2 25 31/63 (21/2"BWG 11) 8,1 2,5 24 33 42 50
34/76 (3"BWG 10) 7,4 3,0 32 40 50 60
38/89 (31/2"BWG 9) 6,6 3,6 35 47 59 70
3 30 34/76 (3"BWG 10) 8,8 2,5 30 40 50 60
38/89 (31/2"BWG 9) 7,9 3,0 38 50 63 75
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

42/102 (4"BWG 8) 6,5 3,4 47 63 78 94


4 35 38/89 (31/2"BWG 9) 9,2 2, 38 50 63 75
42/102 (4"BWG 8) 8,3 2,9 46 61 77 92
5 40 42/102 (4"BWG 8) 95 2,5 46 61 77 92
52/114 (41/2"BWG 6) 7,6 2,9 70 94 118 142

Tabel 4.12
Daftar Kawat Biasa untuk Paku
Jumlah paku
No. UkuranPaku d (mm)
kira-kira per kg
1 2" BWG 12 2,77
3" BWG 11 3,05 400
2" BWG 10 3,40
2 21/2" BWG 11 3,05
21/2" BWG 10 3,4 280
21/2" BWG 9 3,76
3 3" BWG 10 3,40
3" BWG 9 3,76 185
3" BWG 8 4,19
4 31/2" BWG 9 3,76
31/2" BWG 8 4,19 120
31/2" BWG 7 4,57
5 4" BWG 8 4,19
4" BWG 7 4,57 93
4" BWG 6 5,15

(2) Sambungan Paku pada Konstruksi Kerangka.


Pada bangunan konstruksi Kayu yang terdiri kerangka berupa batang- batang kayu balok
maupun papan-papan dapat dipakai perlengkapan sambungan memakai paku.Di Indonesia tidak lazim
dipakai, sebab perlengkapan sambungan paku dianggap kurang dapat menahan tekanan/tarikan yang
tidak memadahi, sehingga khusus di pekerjaan yang bersifat konstruksi besar tidak pernah
sambungan paku digunakan, sambungan tersebut hanya dilaksanakan pada bangunan yang sifatnya
sementara.
Di Benua Eropa sebagian besar untuk keperluan bangunan dan perumahan terbiasa
menggunakan sambungan paku, untuk itu perhitungan perlengkapan paku sebenarnya mempunyai
keuntungan kemudahan, cepat dan efektif.

Contoh Soal 23:


Sebuah Batang kayu untuk konstruksi rangka kuda-kuda dari papan terbuat dari Kayu Durian yang
berukuran 10/14 , sebagai plat papan penyambung adalah 2 x 4/14 cm mendapakan gaya yang
terjadi sebesar P = 6000 kg. Konstruksi terlindung dan beban bersifat permanen. Diminta
menyambung dengan Sambungan paku.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 223


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Jawab:

Gambar 4.51
SambunganPapan dengan Paku

a. Dari Tabel Daftar 9 dan 10 diambil ukuran Paku 4" BWG 8 dan Berat Jenis (BJ) = 0,4, terdapat
P ijin per satu paku = 61 kg
Jadi banyak paku yang diperlukan adalah :
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

n = 4000 : 61 = 65,57 paku dibulatkan 66 buah paku.


b. PenempatanPaku.
Pada arah tegak paku dibagi menjadi 4 (empat) baris, sehingga satu baris terdiri dari 17, berarti
jumlah paku menjadi 4x17 = 68 buah paku, untuk penempatan pada arah tegak memerlukan
tempat 3 x 3 d (jarak antar paku 3d) + 2 x jarak tepi penempatan paku (2 d) sesuai lampiran 8
PKKI NI-5 = 13 d, sehingga lebar penempatan paku pada kayu = 13 x 1,02 = 13,26 cm < 14 cm.
Penempatan pada arah memanjang 5 d x (17-1) + 2 x 7 d = 44 d = 44 x 1,02 = 44,88 cm,
Karena setelah ditempatkan ternyata jumlah paku pada baris > 10 paku, kekuatan paku dikurangi
10%, berarti kekuatan pada paku menjadi 0,90 x 61 = 54,90 kg, maka n paku menjadi 4000 :
54,90 = 72 paku, maka jumlah paku dibaris menjadikan 18 buah paku.

Contoh Soal 24:


Rencanakan sambungan paku dari salah satu pada pertemuan dari papan pada Kuda-kuda seperti
gambar detail di bawah. Jika dipakai jenis Kayu adalah Kayu Mahoni dengan Berat Jenis ( BJ) = 0,6
kg/cm3 . Rencanakan sambungan tersebut dengan perlengkapan sambungan paku?
Jawaban:

Gambar 4.52
Sambungan Papan Membentuk Sudut 30º dengan Paku

a. Dalam perhitungan paku tidak perlu adanya pengaruh sudut.


Dipilih paku 3" BWG 10 BJ = 0,6 kg/cm2 kekuatan paku tampang satu = 60 kg
n paku = 1400 : 60 = 2,33 dibulatkan 24 buah paku (Ǿ 0,34)
b. Penempatan letak paku.
Pada arah melintang kayu (6 + 1) x 5 d = 7 x 5 x 0,34 = 11,9 cm
arah miring (α=30º ) = 5d + 3 x 10d + 2d (Lamiran 10 PKKI NI-5)
= 5x0,34 + 10x0,34 + 2x0,34 = 5,78 cm
Bearti jika dilihat letak penempatan paku papan sambungan adalah tempatnya sudah cukup
Kontrol penempatan letak paku Sin 30º = 12/ L.a L.a = 12/ 0,5 =24 cm dan L.b/24 = Cosº
L.b = 24 x 0,886 =21,26 cm (keduanya dalam penempatan cukup)

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 224


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Contoh Soal 25:
Rencanakan sambungan paku dari salah satu pada pertemuan dari papan pada Kuda-kuda seperti
gambar detail di bawah. Jika dipakai jenis Kayu adalah Kayu Meranti dengan Berat Jenis ( BJ) = 0,5
kg/cm3, mendapatkan gaya-gaya yang berkerja P1=1250 kg, P2= 1100 kg dan P3=925 kg
Rencanakan sambungan tersebut dengan perlengkapan sambungan paku?
Jawaban:
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.53
Posisi Letak Papan (Berdampingan)Sambungan Tunggal

Dalam perhitungan paku tidak perlu adanya pengaruh sudut.


Dipilih paku 3 " BWG 10 BJ = 0,6 kg/cm2 kekuatan paku tampang satu = 60 kg
n diambil P yang maksimal = 1100 : 60 = 18,33 dibulatkan 19 paku diameter Ǿ 0,34
jika P = 925 : 60 = 15,4 dibulatkan 16 paku.
panjang paku 76 mm > syarat 2,5 lebar kayu papan (3 cm).
Jika dilihat letak Penempatan paku :
Untuk batang ( 2) La = 6 x 5d (paku) = 6 x 5.0,34 = 10,20 cm
Lb = 7 x 5d (paku) = 7 x 5.0,34 = 11,90 cm
Batang (1) La = 5 x 5d (paku) = 5 x 5.034 = 8,50 cm
Lb = 5 x 5d (paku) = 5 x 5.034 = 8,50 cm
Jadi kalau dilihat tempat yang tersedia pada pertemuan papan disambungan cukup.

Contoh Soal 26:


Rencanakan sambungan paku dari salah satu pada pertemuan dari papan pada Kuda-kuda seperti
gambar detail di bawah. Jika dipakai jenis Kayu adalah Kayu Mahoni dengan Berat Jenis ( BJ) = 0,6
kg/cm3 . Rencanakan sambungan tersebut dengan perlengkapan sambungan paku?
Jawaban :
Dalam perhitungan paku tidak perlu adanya pengaruh sudut.
Dipilih paku 3 " BWG 10 BJ = 0,6 kg/cm2 kekuatan paku tampang satu = 60 kg
n = 1500 : 60 = 25 buah paku

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 225


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar4.54
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Sambungan Papan Tampang Satu (Double)

Kalau diperhatikan ukuran kayu yang digunakan dalam sambungan, sesuai syarat penempatan letak
paku adalah memenuhi syarat (PPKI – N5)

Contoh Soal 27:


Rencanakan sambungan gigi tunggal dan paku dari salah satu pada pertemuan dari papan pada
Kuda-kuda seperti gambar detail di bawah. Jika dipakai jenis Kayu adalah Kayu Mahoni dengan Berat
Jenis ( BJ) = 0,6 kg/cm3. Rencanakan sambungan tersebut dengan perlengkapan sambungan gigi
tunggal dan paku Berapa Gaya yang diijinkan pada Sambungan tersebut?
a. Sambungan dengan Paku
Perhitungan paku tidak perlu adanya pengaruh sudut.
Dipilih paku 3" BWG 10BJ = 0,6 kg/cm2 kekuatan paku tampang satu = 60 kg
n = 8 buah paku P yang terjadi = 28 x 60 = 1680 kg
b. Sambungan gigi

Gambar 4.55
Sambungan Kombinasi Gigi Ganda dan Paku

Pendekatan pertama : S1 = S2 = ½ S = 2500 kg


tk  = tk – (tk - tk ) Sin  = 85-(85-25) Sin 30° = 55 kg/cm²
tk ½  = tk – (tk - tk ) Sin ½ = 85-(85-25)Sin.15°= 69,47 kg/cm²
Jika ukuran kayu 3 x 4 /16 , maka sementara atau ditetapkan tm < ¼ h
tm1 = ¼ x 16 = 4 cm.
tm2 = tm1 + 1 cm = 5 cm (syarat PKKI NI-5)
P2 . Cos 30o
tm2= P2 = tm2. tk α .b/ Cos 30o = 5x55x4/0,866 = 1270,2 kg
tk α . b
P1 Cos2 15o
tm1 = P1 = tm1.tk.15o.b/ Cos215o =4x69,47x4/0,932= 1192,6 kg
o
tk.15 . b
P1 + P2 = 1270,2 + 1192,6 = 2462,80 kg

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 226


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Panjang Kayu maka :
(P1 . Cos 30o) 1270,20 . 0,866
Lm1 = = = 22,90 cm dibulatkan 21 cm
.b 12 . 4
(P1+P2) Cos 30o 2462,8 . 0,866
Lm2 = = = 51,30 cm
.b 12 . 4
Sehingga besarnya Gaya yang diijinkan untuk sambungan kombinasi
Paku dan gigi ganda adalah P = 1680 + 2462,80 = 4142,80 kg

E. Rencana Anggaran Biaya, K3, dan Metode Konstruksi

1. Rencana Anggaran Biaya


Rencana Anggaran Biaya (RAB) memegang peranan yang sangat penting dalam
penyelenggaraan proyek. Pada taraf pertama digunakan untuk mengetahui berapa besar biaya yang
diperlukan untuk membangun proyek (investasi), selanjutnya memiliki fungsi dengan spektrum yang
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

amat luas yaitu merencanakan dan mengendalikan sumber daya lainnya. RAB disusun dengan
memperkirakan biaya komponen-komponennya dengan memperhatikan faktor waktu pelaksanaan
pekerjaan. Sesuai dengan namanya yaitu rencana (estimate), maka RAB mengandung arti bahwa
angka yang dihasilkan tidak akan 100 % akurat.
Meskipun memiliki kegunaan yang sama, namun masing-masing tim peserta proyek memiliki
penekanan yang berbeda-beda tentang RAB. RAB sesungguhnya merupakan suatu perencanaan
terinci perkiraan biaya dari bagian atau keseluruhan kegiatan proyek yang dikaitkan dengan waktu
(time-phased). Menyusun RAB berarti melihat masa depan, memperhitungkan dan mengadakan
prakiraan atas hal-hal yang akan dan mungkin terjadi berdasarkan pada pengkajian dan pembahasan
biaya kegiatan di masa lalu.
Perkiraan biaya menurut National Estimating Society – USA sebagai berikut “Perkiraan biaya
adalah seni memperkirakan (the art of approximating) kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan
untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada waktu itu”. Berdasarkan
pengertian di atas dapat dikatakan bahwa perkiraan biaya erat hubungannya dengan analisis biaya,
berupa pekerjaan yang menyangkut pengkajian biaya kegiatan-kegiatan terdahulu yang akan dipakai
sebagai bahan untuk menyusun perkiraan biaya.

2. Jenis RAB Proyek


Sesuai dengan fungsinya, RAB proyek dibuat pada suatu periode tertentu dalam siklus proyek oleh
pihak-pihak yang terlibat di dalamanya. Secara umum jenis anggaran biaya proyek ditinjau dari
waktu estimasi (di dalam siklus proyek) serta oleh dan untuk siapa rencana anggaran biaya
tersebut dibuat. Semakin jauh kita memasuki siklus perkembangan proyek akan semakin jelas dan
terperinci anggaran biaya proyek.
Besarnya RAB sangat tergantung dari siapa di dalam tim proyek yang membuatnya dan untuk
kepentingan apa. Bagi pemilik angka yang menunjukkan jumlah perkiraan biaya akan menjadi
salah satu patokan untuk menentukan kelanjutan investasi. Bagi kontraktor, keuntungan finansial
yang akan diperoleh tergantung kepada seberapa jauh kecakapannya membuat perkiraan biaya,
jika terlalu tinggi tidak akan memenangkan tender dan jika terlalu rendah akan mengalami
kerugian. Bagi konsultan RAB yang diajukan kepada pemilik sebagai jumlah usulan biaya terbaik
untuk berbagai kegunaan sesuai perkembangan proyek dan sampai derajat tertentu,
kredibilatasnya terkait dengan kebenaran atau ketepatan angka-angka yang diusulkan.
Secara umum anggaran biaya proyek dikategorikan ke dalam 4 (empat) jenis, yaitu:
a. Rencana anggaran biaya kasar
Rencana anggaran biaya kasar ini dibuat sangat global dan dibutuhkan oleh pemilik untuk
memutuskan apakah ide untuk membangun proyek jadi dilaksanakan atau tidak. RAB yang
disusun saat ini dilakukan dengan mempertimbangkan segala aspek dari studi kelayakan
proyek. Besarnya rencana anggaran biaya ini biasanya didasarkan pada standar-standar harga
bangunan yang telah ada.
b. Rencana anggaran biaya pendahuluan
Rencana anggaran biaya ini dibuat ketika desain (gambar dan R.K.S) telah selesai dibuat,
sehingga menghasilkan anggaran biaya yang lebih teliti dari anggaran biaya kasar. Rencana
anggaran biaya pendahuluan yang dibuat oleh pemilik, dikenal dengan istilah harga perkiraan
sendiri (Owner Estimate – OE). Rencana anggaran biaya pendahuluan yang dibuat oleh

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 227


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
konsultan perencana dikenal dengan istilah Engineering Estimate (EE). Kedua rencana
anggaran biaya ini (OE dan EE) yang biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan
ikatan kontrak.
c. Rencana anggaran biaya detail
Rencana anggaran biaya ini umumnya dibuat oleh kontraktor setelah mempelajari gambar
dan R.K.S dengan memperhitungkan segala kemungkinan yang terjadi dengan melihat lokasi,
mempertimbangkan metode pelaksanaan, mempertimbangkan stok bahan-bahan tertentu dan
sebagainya, sehingga lebih terinci dan teliti. Rencana anggaran biaya detail ini dijabarkan
dalam bentuk penawaran (RAB Penawaran) oleh kontraktor pada waktu pelelangan, dan
menjadi fixed price (harga pasti/tertentu) bagi pemilik setelah salah satu rekanan ditunjuk
sebagai pemenang. Setelah memenangkan tender umumnya kontraktor akan membuat
kembali rencana anggaran biaya pelaksanaan (RAB Pelaksanaan) yang isinya lebih jelas dan
terperinci menerangkan biaya-biaya yang akan dikeluarkan dalam pelaksanaan sebuah
proyek. Perbedaan yang mendasar antara RAB Penawaran dan Pelaksanaan adalah:
 Koefisien yang digunakan pada RAB Penawaran menggunakan koefisien standar yang
telah ada seperti BOW, SNI dan HSPK, sedangkan pada RAB Pelaksanaan umumnya
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

menggunakan koefisien kontraktor yang bersangkutan berdasarkan pengalamannya di


lapangan.
 Harga satuan upah, bahan dan alat pada RAB Penawaran umumnya menggunakan harga
satuan tertinggi daerah setempat yang dikeluarkan oleh instansi terkait, sedangkan RAB
Pelaksanaan menggunakan harga satuan hasil survey di lapangan.
 RAB Penawaran hanya terdiri dari biaya langsung proyek (direct cost) ditambah PPN,
sedangkan RAB Pelaksanaan terdiri dari biaya langsung (direct cost) dan biaya tak
langsung (indirect cost).
d. Anggaran biaya sesungguhnya
Anggaran biaya sesungguhnya adalah segala pengeluaran yang sesungguhnya (real of cost)
untuk menyelesaikan sebuah proyek dan hanya diketahui oleh kontraktor. RAB ini diperlukan
untuk melakukan evaluasi dan sebagai data untuk proyek di kemudian hari. Anggaran biaya
detail yang telah diajukan pada waktu pelelangan dikurangi dengan (real of cost) ini adalah
keuntungan sesungguhnya yang diperoleh oleh kontraktor.

3. Metode Perkiraan Biaya Proyek


Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyusun RAB antara lain metode
parametrik, memakai daftar indeks harga atau informasi proyek terdahulu, menganalisis unsur-
unsurnya, metode faktor, quantity take-off dan harga satuan. Penggunaan masing-masing metode
tergantung dari jenis RAB yang akan dibuat.

4. Metode Parametrik
Pendekatan yang dipakai dalam metode ini adalah mencoba meletakkan dasar hubungan
matematis yang mengaitkan biaya dengan karateristik fisik tertentu dari obyek seperti volume,
luas, berat dan lain-lain. Misalnya biaya per luas lantai (Rp/m2), biaya per murid (Rp/org), biaya
per kapasitas produksi (Rp/ton), biaya per km jalan (Rp/km) dan lain-lain. Metode ini amat praktis
untuk melakukan pengujian secara cepat dalam suatu kegiatan menganalisis biaya. Hal ini tepat
digunakan pada waktu belum tersedianya data dan informasi untuk membuat perkiraan biaya yang
lebih akurat.
Terdapat beberapa rumus matematis yang biasa digunakan untuk menghubungkan biaya dengan
variabel fisik pada metode parametrik ini, antara lain:
a. Kurva linier
y = ax
dimana : y = biaya
x = variabel
a = parameter yang menerangkan hubungan antara y dengan x
atau
y = px + y
dimana : y = biaya
px = komponen biaya variabel
q = komponen biaya tetap

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 228


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b. Kurva Pangkat
n
X 
Y2  Y1  2 
 X1 
dimana : Y1 = biaya pembangunan proyek A
Y2 = biaya pembangunan proyek B
X1 = kapasitas proyek A
X2 = kapasitas proyek B
n = indeks harga yang lazimnya = 0,6
Contoh Soal:
Sebuah proyek perumahan dengan tipe yang sama berjumlah 750 unit dibangun dengan biaya Rp.
45.000.000.000,-. Perkirakan biaya pembangunan proyek yang sama dengan jumlah 1000 unit,
dengan menggunakan pendekatan rumus kurva pangkat!
Jawaban:
n
X 
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Y2  Y1  2 
 X1 
0, 6
1000 
Y2  45.000.000.000 
 750 
Y2  53.478.000.000,
Jadi biaya pembangunan proyek perumahan yang sama dengan jumlah 1000 unit adalah Rp.
53.478.000.000,-

5. Metode Indeks Harga dan Informasi Proyek Terdahulu


Indeks harga adalah angka perbandingan antara harga pada suatu waktu (tahun tertentu)
terhadap harga pada suatu waktu (tahun) yang digunakan sebagai dasar. Secara matematis
rumusannya adalah sebagai berikut:
Indeks h arg a tahun A
Harga di tahun A = Harga di tahun B x
Indeks h arg a tahun B

Angka indeks dapat digunakan untuk membuat perkiraan kasar. Penggunaan metode ini dianggap
paling baik untuk menyiapkan perkiraan biaya pendahuluan karena menghasilkan angka yang
masih dalam batas kewajaran, tanpa mengeluarkan usaha dan tenaga yang terlalu banyak.
Terdapat banyak jenis indeks harga yang dikeluarkan oleh instansi atau perusahaan tertentu.
Selain itu data-data dari manual, hand-book, katalog dan penerbitan berkala sangat membantu
dalam memperkirakan biaya proyek. Data dan informasi dari proyek sejenis yang terdahulu amat
berguna sebagai panduan atau referensi. Data dan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber
dapat dikumpulkan, dikaji dan diolah yang akan menghasilkan grafik-grafik korelasi yang sejenis.
Dengan melakukan berbagai penyesuaian seperti eskalasi, perbedaan teknis dan lingkup proyek
data-data tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya biaya proyek.

Contoh Soal:
Harga pembangunan sebuah proyek jalan pada tahun 1993 adalah Rp. 25.000.000,-/km.
Perkirakan harga pembangunan jalan tersebut pada tahun 2003 jika indeks harga pembangunan
jalan tersebut pada tahun 1993 adalah 599 dan pada tahun 2003 adalah 1154!
Jawaban:
1154
Harga di tahun 2003 = 25.000.000 x
599
= 48.163.000,-

Jadi biaya pembangunan jalan tersebut di tahun 2003 diperkirakan Rp. 48.163.000,-/km.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 229


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
6. Metode Menganalisis Unsur-Unsurnya
Metode lain yang dapat digunakan untuk memperkirakan biaya proyek adalah dengan menganalisis
unsur-unsurnya (elemental analysis cost estimating). Pada metode ini lingkup proyek diuraikan
menjadi unsur-unsur menurut fungsinya. Struktur yang diperoleh menjadi sedemikian rupa
sehingga perbaikan secara bertahap dapat dilakukan sesuai dengan kemajuan proyek, dalam arti
masukan yang berupa data dan informasi yang baru diperoleh, dapat ditampung dalam rangka
meningkatkan kualitas perkiraan biaya.
Agar penggunaannya dalam perkiraan biaya efektif, maka hendaknya pemilihan fungsi didasarkan
pada:
 Jelas menunjukkan hubungan antara komponen-komponen proyek, dan bila telah diberi beban
biaya, berarti menunjukkan komponen-komponen biaya proyek.
 Dapat dibandingkan dengan komponen biaya proyek lain yang sejenis.
 Mudah diukur atau diperhitungkan dan dinilai perbandingannya (rasio) terhadap data standar.
Penentuan angka rasio terhadap dasar atau standar memegang peranan yang sangat penting
dalam penggunaan metode ini. Pengembangan rasio dapat dilakukan dari penelitian atas data
proyek terdahulu ataupun informasi dari sumber lain. Bila pengelompokan unsur-unsur
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

berdasarkan fungsi telah tersusun, maka perkiraan biaya dapat dimulai sejak awal proyek
(membuat perkiraan biaya kasar) sampai kepada anggaran yang amat akurat. Penggunaan
metode ini dalam perkiraan biaya seringkali dijumpai pada proyek-proyek gedung.

7. Metode Faktor
Metode faktor memperkirakan biaya proyek dengan menggunakan asumsi bahwa terdapat angka
korelasi (faktor) di antara harga peralatan utama dengan komponen-komponen lainnya yang
terkait. Di sini biaya komponen-komponen tersebut dihitung dengan cara memakai faktor perkalian
terhadap harga peralatan utama. Metode ini memerlukan design engineering sampai suatu
tahapan tertentu sehingga diperoleh data dan informasi mengenai jumlah, ukuran dan spesifikasi
peralatan utama sehingga dapat diperhitungkan perkiraan harganya.
Sistematika perkiraan biaya proyek dengan metode faktor ini selanjutnya adalah sebagai berikut:
a. Menentukan harga yang telah pasti dari peralatan utama (PCE).
b. Mengitung biaya pemasangan sampai peralatan utama berungsi (PPC). Perhitungan ini
dilakukan dengan menggunakan berbagai faktor yang tergantung dari jenis proses dan
material (f1 – fn) dapat dilihat pada Tabel 5.1.
PPC = PCE (1 + f1 + f2 + ... + fn)
c. Menjumlahkan PPC dan biaya engineering (fe), biaya kontigensi (fc) dan fee kontraktor (ff)
sehingga akan diperoleh modal tetap proyek.
Modal tetap = PPC (1 + fe + fc + ff)
d. Menjumlahkan modal tetap dan modal kerja (diperkirakan 5 – 10 %) sehingga diperoleh total
biaya proyek.
Total biaya proyek = modal tetap + modal kerja

Tabel 5.1
Berbagai Angka Metode Faktor
Jenis Proses
Diskripsi Fluida-
Fluida padat
padat
f1 Memasang peralatan 0,40 0,45 0,50
f2 Pipa terpasang 0,70 0,45 0,20
f3 Instrumen terpasang 0,20 0,15 0,10
f4 Alat listrik 0,10 0,10 0,10
f5 Bangunan 0,30 0,20 0,15
f6 Utiliti 0,50 0,45 0,25
f7 Tempat penampungan 0,15 0,20 0,25
f8 Pekerjaan tanah 0,05 0,05 0,05
fe Desain engineering 0,30 0,25 0,20
fc Kontigensi 0,10 0,10 0,10
ff Fee kontraktor 0,05 0,05 0,15

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 230


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Selain itu terdapat beberapa rumusan lain dalam menghitung biaya proyek dengan menggunakan
metode faktor, antara lain Rumus Lang, Faktor Tenaga Kerja dan Rumus Hirsch dan
Glazier.
Rumus Lang:
Modal Tetap = FL x PCE

dimana : PCE = harga pembelian peralatan utama


FL = faktor lang (3,1 untuk instalasi yang memproses material yang sebagian
besar padat ; 4,7 untuk instalasi yang memproses material yang sebagian
besar cair ; 3,6 memproses campuran padat-cair)

Pengelompokkan lain dari metode faktor adalah dengan memisahkan tenaga kerja, seperti
diperlihatkan pada Tabel 5.2.
Rumus Hirch dan Glazier :
I = E [A (1 + Fl + Fp + Fm) + B + C]
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

dimana : I =total investasi


A =total biaya pembelian-fob
B =total biaya terpasang
C =biaya material alloy untuk mencegah korosi
E =biaya tidak langsung (overhead, engineering, kontigensi dan laba), dipakai
angka 1,4
Fl = faktor biaya tenaga kerja lapangan
Fm = faktor biaya untuk bermacam-macam butir (instrumen, isolasi, pondasi,
bangunan sipil dan lain-lain)
Fp = faktor biaya untuk pipa
Tabel 5.2
Metode Faktor Tenaga Kerja
Faktor
Komponen Biaya
Rendah Menengah Tinggi
1. Pembelian peralatan utama 100 100 100
2. Material curah 76 95 152
3. Tenaga kerja yang berkaitan dengan peralatan 10 13 21
4. Tenaga kerja berkaitan dengan material curah 62 77 123
5. Kepenyeliaan konstruksi 8 10 16
6. Biaya konstruksi tidak langsung 16 20 32
7. Biaya kantor pusat (termasuk engineering) 28 35 56
Total 300 350 500

Contoh Soal:
Hitunglah perkiraan biaya total proyek industri yang memproses bahan cair, jika total biaya
peralatan utama adalah Rp. 12.000.000.000,-. Hitunglah perkiraan biaya total proyek dengan
menggunakan metode faktor sesuai Tabel 5.1 dengan mengambil modal kerja 10 %!
Jawaban:
Harga pembelian peralatan utama (PCE) adalah Rp. 12.000.000.000,-
Jumlah faktor f1 – f8 sesuai dengan Tabel 5.1 di atas adalah 2,4.
PPC = PCE (1 + f1 + f2 + ... + f8)
= 12.000.000.000 (1 + 2,4)
= 40.800.000.000,-
Jumlah fe, fc dan ff adalah 0,45
Modal tetap = PPC (1 + fe + fc + ff)
= 40.800.000.000 (1 + 0,45)
= 59.160.000.000,-
Modal kerja 10 %
Total biaya proyek = Modal tetap (1 + 10%)
= 59.160.000.000 (1 + 0.1)
= 65.0760.000.000,-
Jadi biaya pembangunan proyek industri tersebut diperkirakan Rp. 65.0760.000.000,-

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 231


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
8. Quantity Take-Off dan Harga Satuan
Metode Quantity Take-Off dan Harga Satuan adalah metode yang sering dipakai untuk
memperhitungkan rencana anggaran biaya proyek secara lebih terinci. Metode Quantity Take-Off
memperkirakan biaya dengan mengukur kuantitas komponen-komponen proyek dari gambar,
spesifikasi dan perencanaan. Prosedur yang harus ditempuh jika menggunakan Metode Quantity
Take-Off adalah sebagai berikut:
a. Membuat klasifikasi komponen pekerjaan.
b. Membuat diskripsi dari butir-butir komponen pekerjaan.
c. Menentukan dimensi dari butir-butir pekerjaan.
d. Memberi beban jam-orang
e. Memberi beban biaya
Metode Quantity Take-Off dapat diterapkan apabila berbagai spesifikasi (R.K.S) dan gambar-
gambar yang diperlukan telah tersedia. Metode ini biasanya digunakan oleh konsultan dan
kontraktor dalam menghitung biaya tender. Apabila angka yang menunjukkan volume total
pekerjaan belum dapat dihitung dengan pasti, tetapi biaya per unitnya telah dapat dihitung maka
perkiraan biaya dapat menggunakan Metode Harga Satuan. Terdapat beberapa cara menganalisa
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

harga satuan antara lain dengan menggunakan Analisa B.O.W, SNI, HSPK, Man-Day, Man-Hour.
Cara-cara tersebut dalam pemakaiannya masih harus disesuaikan dengan faktor-faktor tertentu
berdasarkan pengalaman masing-masing.

9. Komponen Rencana Anggaran Biaya


Rencana anggaran biaya proyek yang lengkap dan teliti adalah rencana anggaran biaya yang
dibuat oleh kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan. Hal ini dimaklumi karena kontraktor ingin
mendapatkan pekerjaan dengan keuntungan yang wajar. Secara umum komponen rencana
anggaran biaya proyek terdiri dari:
a. Biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya langsung adalah biaya yang langsung berhubungan dengan konstruksi/bangunan
proyek, yang terdiri dari:
1) Bahan/material
2) Upah buruh/labor/man power
3) Biaya peralatan/equipment
b. Biaya Tak Langsung (Indirect Cost)
Biaya tak langsung adalah biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan
konstruksi/bangunan tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek, yang terdiri
dari:
1) Overhead cost
2) Biaya tak terduga
3) Keuntungan/profit

10. Bahan/Material
Dalam perhitungan RAB biaya material kira-kira 70 % dari total biaya proyek, sehingga dalam
perhitungannya perlu mendapat perhatian serius. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menghitung biaya material adalah:
 Bahan sisa yang terbuang (waste) diusahakan seminimal mungkin.
 Harga loco dan franco.
 Cari harga terbaik yang masih memenuhi RKS.
 Cara pembayaran kepada penjual (supplier).
Analisis bahan/material meliputi perhitungan seluruh kebutuhan volume dan biaya material yang
digunakan untuk setiap komponen bangunan, baik material pekerjaan pokok maupun penunjang.
Biaya material diperoleh dengan menerapkan harga satuan yang berlaku pada saat dibeli. Harga
satuan material merupakan harga di tempat pekerjaan jadi sudah termasuk memperhitungkan
biaya pengangkutan, menaikkan dan menurunkan, pengepakan, asuransi, pengujian, penyusutan,
penyipanan di gudang dan lain sebagainya.

11. Upah Buruh


Perhitungan upah buruh hendaklah dikaitkan dengan jadwal pelaksanaan proyek. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam perhitungan upah buruh adalah sebagai berikut:
 Upah buruh dibedakan atas upah harian, borongan per unit volume atau borong keseluruhan.
 Tarif upah harap memperhatikan tingkat kemampuan dan produktivitas pekerjanya.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 232


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
 Buruh hendaklah diperoleh dari daerah setempat.
 Undang-undang perburuhan yang berlaku
Estimasi komponen biaya tenaga kerja/upah buruh merupakan aspek yang memiliki tingkat
ketidakpastian sangat tinggi, karena banyak sekali faktor yang mempengaruhinya (Istimawan
Dipohusodo, 2004). Upah buruh dalam prakteknya dikelompokkan menjadi upah borongan dan
upah harian. Besarnya upah borongan umumnya didasarkan pada volume pekerjaan, sedangkan
besarnya upah harian ditentukan berdasarkan produktivitas pekerja.

12. Peralatan
Dalam memperhitungkan biaya peralatan konstruksi hendaklah diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
 Untuk peralatan yang disewa perlu diperhatikan ongkos sewa, biaya keluar masuk proyek,
ongkos operator, bahan bakar dan biaya reparasi kecil.
 Untuk peralatan yang dibeli perlu diperhatikan bunga investasi, depresiasi, reparasi besar,
pemeliharaan dan ongkos mobilisasi.
Perkiraan biaya peralatan antara lain meliputi pembelian atau sewa alat, mobilisasi dan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

demobilisasi, pemindahan, transportasi, pemasangan, pembongkaran dan pengoperasian selama


proses konstruksi berlangsung. Perhitungan biaya peralatan sebaiknya dihubungkan dengan masa
pakainya, lama pemakainnya pada suatu proyek dan volume pekerjaan yang harus diselesaikan
(Istimawan Dipohusodo, 2004).

13. Overhead Cost


Overhead cost umumnya dapat digolongkan menjadi 2 (dua) jenis biaya, yaitu:
 Overhead cost proyek
Overhead cost proyek adalah salah satu jenis biaya tak langsung yang pasti dikeluarkan di
lapangan selama pelaksanaan proyek. Overhead cost proyek sesungguhnya dapat dihitung
dengan menggunakan matematika biasa pada saat menentukan harga penawaran, meskipun
tingkat keakuratannya sangat bervariasi tergantung dari data dan informasi yang dimiliki.
Overhead cost proyek meliputi biaya personil lapangan, fasilitas sementara proyek (gudang,
kantor, penerangan, pagar, komunikasi, transportasi dan sebagainya), bank garansi, bunga
bank, ijin bangunan, pajak, administrasi, biaya quality control (tes beton, baja, sondir dan
sebagainya), biaya pengukuran, rapat-rapat dan lain-lain.
 Overhead cost kantor
Overhead cost kantor adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh kantor selama menangani
sebuah proyek. Meskipun masih sulit diperkirakan namun hasilnya akan lebih mendekati angka
pasti, karena data dan informasi yang dimiliki lebih akurat dibandingkan dengan overhead cost
proyek. Overhead cost kantor antara lain meliputi biaya sewa kantor, fasilitas, gaji karyawan,
ijin-ijin usaha, prakualifikasi, tender referensi bank, keanggotaan asosiasi dan lain-lain.

14. Biaya Tak Terduga


Karena berbagai faktor perkiraan biaya tidak akan menghasilkan angka yang 100 % akurat. Dalam
hal ini diperlukan suatu biaya, berupa biaya tak terduga untuk siap menutupi kekurangan tersebut.
Tidak ada sebuah rumusan yang baku untuk menentukan besarnya biaya tak terduga sebuah
proyek meskipun berbagai metode, rumus dan grafik telah diusulkan oleh beberapa peneliti. Hal ini
tergantung pada kualitas perkiraan biaya maupun pengalaman seorang estimator atau perusahaan
yang bersangkutan dalam menentukan sebuah judgment. Biasanya biaya tak terduga diambil 0,5 –
5 % dari biaya langsung.
Unsur-unsur biaya tak terduga pada sebuah proyek sangat bervariasi, antara lain:
 Kontigensi (Contigencies)
Kontigensi adalah cadangan biaya dari suatu perkiraan biaya atau anggaran untuk dialokasikan
pada butir-butir yang belum ditentukan, yang menurut pengalaman dan data statistik
menunjukkan selalu diperlukan (Iman Soeharto, 1997). Tidak ada rumusan yang baku dalam
menentukan besarnya biaya kontigensi, lazimnya digunakan angka 10 – 13 % dari total biaya
proyek. Metode lain dalam menentukan besarnya kontigensi adalah dengan menggunakan
angka yang berbeda bagi masing-masing komponen biaya, sesuai dengan besarnya risiko,
yang kemudian dijumlahkan menjadi total kontigensi yang sering dikenal dengan metode
average contigensi. Asumsi yang dipakai adalah lebih banyak diketahui perihal biaya tiap
komponen proyek, dan semakin kurangnya faktor tidak menentu sehingga jumlah kontigensi
yang diperlukan semakin rendah. Jadi dalam metode ini, lingkup kegiatan proyek terlebih

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 233


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dahulu diuraikan menjadi komponen-komponennya kemudian diberi beban biaya serta
prosentase kontigensi yang bersangkutan.
 Allowance
Allowance adalah alokasi biaya untuk butir-butir dalam perkiraan biaya yang diketahui pasti
akan dibutuhkan, tetapi belum dapat ditentukan besarnya (Iman Soeharto, 1997). Misalnya
sewaktu membuat anggaran biaya proyek dimana lingkup kerja proyek telah diidentifikasi
komponen-komponennya, tetapi karena terbatasnya informasi dan waktu belum
memungkinkan untuk menentukan besarnya biaya masing-masing dengan rinci. Bila hal ini
terjadi, maka dibuat daftar butir-butir komponen berikut allowance-nya.
 Inflasi
Inflasi sering diartikan sebagai kenaikan harga barang. Dalam hubungan ini salah satu yang
paling sulit adalah yang berkaitan dengan memperkirakan pergerakan atau perubahan harga
barang, upah tenaga kerja dan lain-lain terhadap waktu. Padahal masalah tersebut dampaknya
terhadap total biaya proyek dapat berkisar antara 7 – 15 % per tahun. Untuk proyek-proyek
yang berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama (lebih dari 3 tahun) inflasi mempunyai
dampak yang cukup besar terhadap total biaya proyek, sehingga perlu mendapat perhatian
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

serius.
 Eskalasi
Eskalasi mempunyai makna yang lebih penting, karena mencerminkan perubahan harga akibat
inflasi ditambah faktor-faktor lain, seperti upah tenaga kerja, subkontrak dan lain-lain yang
dipengaruhi oleh keadaan ekonomi pada saat proyek tersebut dikerjakan. Atau dengan kata
lain, dalam menganalisis ekskalasi perkiraan biaya proyek, estimator menghadapi kenyataan
bahwa harga penjualan barang dan jasa yang sesungguhnya, sebagian besar dipengaruhi oleh
kegiatan usaha atau situasi ekonomi pasar saat itu, tidak hanya oleh biaya sesungguhnya yang
dikeluarkan oleh manufakturer untuk memproduksinya. Eskalasi dapat dikatakan sebagai
provisi atau cadangan pada perkiraan biaya yang dimaksudkan untuk menutup kenaikan
tingkat harga karena waktu. Cara yang lazim dipakai untuk menghitung eskalasi adalah
dengan menggunakan indeks harga atau faktor indeks yang diterbitkan oleh kalangan dagang
dan industri atau oleh pemerintah.

15. Keuntungan/Profit
Keuntungan (profit) merupakan motivasi utama seseorang atau sebuah perusahaan mau
mengambil risiko menjadi rekanan/kontraktor. Kalau tanpa keuntungan siapa yang akan mau
menjadi kontraktor dengan segala risiko yang harus dihadapi. Dalam melakukan penawaran
terhadap sebuah pekerjaan kontraktor telah menghitung segala biaya yang diperlukan untuk
penyelenggaraan proyek ditambah dengan keuntungan sebagai imbalan terhadap jasa yang telah
diberikan. Perlu dipahami bersama bahwa keuntungan bukanlah gaji. Keuntungan adalah hasil
jerih payah dari sebuah keahlian ditambah hasil dari faktor risiko (Paulus Nugraha, dkk, 1985).
Biaya-biaya langsung dan tak langsung yang disebutkan di atas adalah biaya-biaya yang
harus dikeluarkan untuk dapat menyelenggarakan proyek, sehingga mau tak mau harus
dikeluarkan dan tidak dapat dikurangi apabila segala sesuatunya berjalan sesuai rencana. Biaya-
biaya tersebut harus dimasukkan secara keseluruhan di dalam menentukan harga penawaran.
Satu-satunya komponen biaya yang dapat dikurangi atau ditambahkan dalam menentukan harga
penawaran adalah keuntungan/profit. Sehingga nilai keuntungan sebuah proyek memiliki tingkat
ketidakpastian yang sangat tinggi. Karena nilai keuntungan memiliki tingkat ketidakpastian yang
sangat tinggi, maka tidak dapat ditentukan melalui perhitungan matematis biasa.
Besarnya keuntungan sangat tergantung pada masing-masing kontraktor yang dianggap pantas
untuk mendapatkan sebuah kontrak. Sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan besarnya
keuntungan antara lain adalah besarnya risiko pekerjaan, kesulitan-kesulitan yang dihadapi pada
saat melaksanakan pekerjaan ataupun dari cara pembayaran pemberi pekerjaan ( owner).
Besarnya keuntungan yang akan diambil haruslah dikaji dengan lebih mendalam sehingga dapat
memenangkan kontrak dan dalam pelaksanaannya akan menghasilkan sebuah nilai yang wajar.
Bila ingin memenangkan sebuah penawaran sedangkan terdapat banyak saingan, satu-satunya
komponen biaya yang dapat diturunkan adalah keuntungan. Secara praktis untuk proyek kecil
keuntungan diambil 15 %, untuk proyek sedang 12,5 % dan untuk proyek besar 8 % dari biaya
langsung.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 234


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
16. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyusun RAB antara lain Metode
Parametrik, Daftar Indeks Harga atau Informasi Proyek Terdahulu, Menganalisis Unsur-unsurnya,
Metode Faktor, Quantity Take-Off (BOQ) dan Analisa Harga Satuan. Penggunaan masing-masing
metode tergantung dari jenis RAB yang akan dibuat.
Metode Quantity Take-Off (BOQ) dan Analisa Harga Satuan adalah metode yang sering dipakai
untuk memperhitungkan rencana anggaran biaya proyek secara lebih terinci. Metode Quantity
Take-Off (BOQ) memperkirakan biaya dengan mengukur kuantitas komponen-komponen proyek
dari gambar, spesifikasi dan perencanaan. Analisa Harga Satuan memperhitungkan harga per
satuan pekerjaan dengan menggunakan koefisien-koefisien tertentu. Prosedur yang harus
ditempuh dalam perhitungan RAB dengan menggunakan kedua metode tersebut adalah sebagai
berikut:

Meneliti Gambar
&RKS
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Penentuan
Jenis Pekerjaan

Perhitungan
Volume

Analisa Biaya Langsung Analisa Biaya Tak Langsung


 Bahan  Overhead
 Upah  Biaya tak terduga
 Peralatan  Keuntungan

Harga
Satuan

RAB
Proyek

Gambar 5.1
Flow Chart Penyusunan RAB

a. Meneliti gambar dan RKS yang ada.


Gambar perencanaan maupun pelaksanaan yang telah dibuat dan RKS yang ada harus diteliti
dengan baik, sehingga tidak akan terjadi kekeliruan dalam menentukan jenis pekerjaan yang ada,
perhitungan volume dan analisa harga satuan.
b. Membuat klasifikasi jenis pekerjaan.
Jika gambar perencanaan telah ada dan RKS telah lengkap maka jenis pekerjaan dapat
ditentukan. Penentuan jenis pekerjaan biasanya telah dilakukan oleh konsultan perencana dan
telah ada pada saat penjelasan pekerjaan ( aanwyzing). Penentuan jenis pekerjaan diusahakan

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 235


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
sejelas dan sedetail mungkin. Meskipun pada kenyataannya seringkali terdapat jenis pekerjaan
yang tidak dapat dijelaskan dengan gambar dan RKS.
c. Menghitung volume pekerjaan.
Perhitungan volume pekerjaan dapat dilakukan berdasarkan gambar yang ada. Perhitungan
volume diawali dengan menentukan dimensi dari jenis-jenis pekerjaan, kemudian dengan
menggunakan rumusan yang ada volume pekerjaan dapat dihitung. Satuan volume/kuantitas
pekerjaan harus dihitung berdasarkan analisa harga satuan yang telah ada, jika menggunakan
harga satuan Rp/m2, maka perhitungan volumenya harus menggunakan m2. Jenis dan volume
pekerjaan inilah yang sering diistilahkan dengan Bill of Quantity (BOQ).
d. Membuat analisa harga satuan pekerjaan
Analisa harga satuan pekerjaan adalah perhitungan biaya proyek yang didasarkan pada harga per
satuan unit pekerjaan tertentu. Analisa harga satuan dihitung berdasarkan koefisien-koefisien
tertentu, seperti BOW (Burgerlijke Openbare Werken), Standar Nasional Indonesia (SNI), Harga
Satuan Pokok Kegiatan Daerah Setempat (HSPK), maupun koefisien yang didasarkan pada
pengalaman masing-masing perusahaan. Koefisien antara RAB Tender dan RAB Pelaksanaan
umumnya berbeda. Analisa harga satuan diperoleh dengan menjumlahkan hasil perkalian
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

koefisien bahan, upah dan peralatan suatu item pekerjaan dengan harga satuannya. Harga satuan
bahan, upah dan peralatan juga umumnya berbeda antara RAB Tender dan RAB Pelaksanaan.
e. Menghitung total harga pekerjaan
Total harga pekerjaan dapat dihitung dengan mengalikan volume dengan harga satuan pekerjaan.
Pada RAB Tender total harga pekerjaan yang diperoleh adalah merupakan penggabungan antara
biaya langsung (direct cost) dan biaya tak langsung (indirect cost). Pada RAB Pelaksanaan hasil ini
hanya merupakan biaya langsung, sedangkan biaya tak langsung dihitung secara terpisah.
f. Rencana anggaran biaya
RAB Tender diperoleh dengan langsung menjumlahkan total harga pekerjaan, sedangkan RAB
Pelaksanaan masih harus ditambahkan dengan biaya tak langsung.
g. Perhitungan kebutuhan material, upah dan peralatan
Perhitungan kebutuhan material, upah dan peralatan dapat dilakukan dengan mengalikan
koefisien upah, bahan dan peralatan pada analisa harga satuan dengan volume pekerjaan. Untuk
material tertentu seperti besi, kayu dan material yang dapat dihitung kebutuhannya secara
matematis, maka perhitungan kebutuhan materialnya dilakukan dengan berdasarkan pada
gambar kerja yang ada.

17. Contoh Perhitungan Rencana Anggaran Biaya


a. Pekerjaan Tanah dan Pondasi Batu Kali
Diketahui penampang melintang pondasi batu kali 1 : 4 seperti diperlihatkan pada gambar di
bawah ini (satuan mm). Jika diketahui bahwa panjang pondasi tersebut adalah 87,43 m’,
hitunglah rencana anggaran biaya dan kebutuhan material pekerjaan pondasi tersebut!

Penyelesaian:
1) Meneliti gambar dan RKS yang ada.
Gambar dan RKS sederhana dapat dilihat pada kasus tersebut di atas.
2) Membuat klasifikasi jenis pekerjaan.
Berdasarkan gambar dan RKS yang ada, klasifikasi jenis pekerjaan adalah sebagai berikut :

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 236


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
a) Galian Tanah
b) Urugan Pasir
c) Aanstamping
d) Pasangan Batu Kali 1 : 4
e) Urugan Kembali
3) Menghitung volume pekerjaan.
a). Galian Tanah
 a  b  
V =  2  x t  x p
  
 1,8  0,8  
=   x 0,90 x 87,43
 2  
= 102,29 m3
b). Urugan Pasir
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

V =pxlxt
= 87,43 x 0,80 x 0,10
= 6,99 m3
c). Aanstamping
V =pxlxt
= 87,43 x 0,80 x 0,20
= 13,99 m3
d). Pasangan Batu Kali 1 : 4
 a  b  
V =  2  x t  x p
  
 0,8  0,3  
=   x 0,80 x 87,43
 2  
= 38,47 m3
e). Urugan Kembali
V = Vgalian – Vurugan pasir – Vaanstamping – Vbatu kali
 a  b  
Vbatu kali =  2  x t  x p
  
 0,8  0,43  
=   x 0,60 x 87,43
 2  
= 32,13 m3
= 102,29 - 6,99 - 13,99 - 32,13
= 49,18 m3
4) Membuat analisa harga satuan pekerjaan (HSPK).
a). Galian Tanah (m3)
A. Upah :
Mandor o.h 0.0250 x 60,000.00 = 1,500.00
Pekerja o.h 0.7500 x 25,000.00 = 18,750.00
Total upah = 20,250.00
Harga Satuan Pekerjaan = 20,250.00
b). Urugan Pasir (m3)
A. Bahan :
Pasir Urug m3 1.2000 x 66,600.00 = 79,920.00
Total bahan = 79,920.00
B. Upah :
Mandor o.h 0.0100 x 60,000.00 = 600.00
Pekerja Terampil o.h 0.3000 x 30,000.00 = 9,000.00
9,600.00
Total upah =

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 237


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
C. Alat :
Sewa alat bantu (1 set @
jam 0.0213 x 1,000.00 = 21.25
3 alat)
Total bahan = 21.25
Harga Satuan Pekerjaan (A+B+C) = 89,541.25
c). Aanstamping (m3)
A. Bahan :
Batu Kali Pecah 15/20 m3 1.2000 x 122,500.00 = 147,000.00
Total bahan = 147,000.00
B. Upah :
Mandor o.h 0.0170 x 60,000.00 = 1,020.00
Kepala Tukang Batu o.h 0.0150 x 50,000.00 = 750.00
Tukang Batu o.h 0.1500 x 40,000.00 = 6,000.00
Pekerja o.h 0.3500 x 25,000.00 = 8,750.00
Total upah = 16,520.00
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Harga Satuan Pekerjaan (A+B) = 163,520.00


d). Pasangan Batu Kali 1 : 4 (m3)
A. Bahan :
Batu Kali Pecah 15/20 m3 1.2000 x 122,500.00 = 147,000.00
PC @ 50 kg zak 2.8612 x 40,000.00 = 114,448.00
Pasir Pasang m3 0.5202 x 79,400.00 = 41,303.88
Total bahan = 302,751.88
B. Upah :
Mandor o.h 0.1800 x 60,000.00 = 10,800.00
Kepala tukang o.h 0.1200 x 50,000.00 = 6,000.00
Tukang batu o.h 1.2000 x 40,000.00 = 48,000.00
Pekerja o.h 3.6000 x 25,000.00 = 90,000.00
Total upah = 154,800.00
C. Alat :
Sewa Concrete Mixer 0.50
jam 0.7000 x 50,000.00 = 35,000.00
M3 (min 3 jam)
Sewa alat bantu (1 set @
jam 0.0600 x 1,000.00 = 60.00
3 alat)
Total alat = 35,060.00
Harga Satuan Pekerjaan (A+B+C) = 492,611.88
e). Urugan Kembali (m3)
A. Upah :
Mandor o.h 0.0063 x 60,000.00 = 375.00
Pekerja o.h 0.1875 x 25,000.00 = 4,687.50
Total upah = 5,062.50
Harga Satuan Pekerjaan (A) = 5,062.50
5) Rencana Anggaran Biaya.
Harga Satuan
No. Uraian Pekerjaan Sat. Volume Jumlah Harga (Rp.)
(Rp.)
1 Galian Tanah m3 102.29 20,250.00 2,071,435.28
2 Urugan Pasir m3 6.99 89,541.25 625,893.34
3 Aanstamping m3 13.99 163,520.00 2,287,644.80
4 Pas. Batu Kali 1:4 m3 38.47 492,611.88 18,950,384.93
5 Urugan Kembali m3 49.18 5,062.50 248,973.75
Total 24,184,332.10
6) Perhitungan Kebutuhan Bahan.
Perhitungan kebutuhan bahan dapat diketahui dengan mengalikan koefisien bahan pada analisa
harga satuan dengan volume pekerjaan, sebagai berikut:
Pekerjaan Urugan Pasir:
Pasir Urug m3 1.2000 x 6.99 = 8.39
Pekerjaan Aanstamping:
Batu Kali Pecah 15/20 cm m3 1.2000 x 13.99 = 16.79
Pekerjaan Pondasi Batu Kali 1:4

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 238


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Batu Kali Pecah 15/20 cm m3 1.2000 x 38.47 = 46.16
Semen portland @ 50 kg zak 2.8612 x 38.47 = 110.07
Pasir Pasang m3 0.5202 x 38.47 = 20.01
Rekapitulasi Kebutuhan Bahan:
Batu Kali = 62.9510 = 63.0000 m3
Semen Portland @ 50 kg = 110.0681 = 110.0000 zak
Pasir Urug = 8.3880 = 8.0000 m3
Pasir Pasang = 20.0117 = 20.0000 m3

b. Pekerjaan Beton Bertulang


Berikut diberikan gambar penampang kolom sebuah rumah
tinggal satu lantai (satuan mm). Jumlah kolom tersebut
adalah 16 buah dengan tinggi bersih adalah 3,75 m.
Ukuran sloof 15 x 20 cm dan ring balk adalah 15 x 15 cm.
Diketahui selimut beton 20 mm dengan mutu beton 1 : 2 :
3. Pelaksanaan pengecoran dilakukan secara konvensional.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Hitunglah rencana anggaran biaya pekerjaan kolom


tersebut?
Penyelesaian:
1) Meneliti gambar dan RKS yang ada.
Gambar dan RKS sederhana dapat dilihat pada kasus tersebut di atas.
2) Membuat klasifikasi jenis pekerjaan.
Berdasarkan gambar dan RKS yang ada, klasifikasi jenis pekerjaan adalah sebagai berikut :
a). Pekerjaan Beton 1 : 2 : 3
b). Pekerjaan Pembesian
c). Pekejaan Acuan/Bekisting
3) Menghitung volume pekerjaan.
a). Pekerjaan Beton 1 : 2 : 3
V= PxLxTxJ
= 0,15 x 0,15 x 3,75 x 16
= 1.35 m3
b). Pekerjaan Pembesian
Volume pekerjaan pembesian dapat dihitung dengan menggunakan Bestat atau Bar
Bending Schedule seperti dilihat pada Tabel 5.3. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa
volume pekerjaan pembesian adalah 375,40 kg.

Tabel 5.3
Bestat/Bar Bending Schedule
Diameter Panjang Banyak Total Berat
No. Skets/Bentuk Besi Potongan Potongan Panjang
(mm) (m) (bh) (m) (kg)

1 0.12
 12 4.30 64 275.20 244.38

4.06

0.12

0.11
2 8 0.57 584 331.71 131.03

0.11 0.064 0.11


0.064

0.11

Total Berat 375.40

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 239


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
c). Pekerjaan Acuan/Bekisting
Pekerjaan acuan memiliki dua cara perhitungan volume ada yang didasarkan pada volume beton
(m3) dan ada yang didasarkan pada luas permukaan bekisting (m 2) tergantung pada analisa harga
satuan pekerjaan yang akan digunakan. Untuk contoh soal ini, karena akan menggunakan
koefisien SNI, maka volume acuan didasarkan pada satuan m2.
V = SxLxTxJ
= 4 x 0,15 x 3,75 x 16
= 36.00 m2.

4) Membuat analisa harga satuan pekerjaan (SNI)


a). Pekerjaan Beton 1 : 2 : 3 (m3)
A. Bahan :
Batu pecah m3 0.8100 x 125,000.00 = 101,250.00
Pasir m3 0.5400 x 80,000.00 = 43,200.00
Semen portland @ 50 kg zak 6.7200 x 40,000.00 = 268,800.00
Total bahan= 413,250.00
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

B. Upah :
Tukang batu OH 0.3500 x
40,000.00 = 14,000.00
Kepala tukang OH 0.0350 x
50,000.00 = 1,750.00
Pekerja OH 2.0000 x
25,000.00 = 50,000.00
Mandor OH 1.0000 x
60,000.00 = 60,000.00
Total upah = 125,750.00
Harga Satuan Pekerjaan (A+B) = 539,000.00
b). Pekerjaan Pembesian (kg)
A. Bahan :
Besi kg 1.0500 x 5,500.00 = 5,775.00
Kawat Bendrat kg 0.0150 x 10,000.00 = 150.00
Total bahan = 5,925.00
B. Upah :
Tukang besi OH 0.0070 x 40,000.00 = 280.00
Kepala tukang OH 0.0007 x 50,000.00 =
35.00
Pekerja OH 0.0070 x 25,000.00 = 175.00
Mandor OH 0.0003 x 60,000.00 =
18.00
Total bahan = 508.00
Harga Satuan Pekerjaan (A+B) = 6,433.00
c). Pekerjaan Acuan/Bekisting (m2)
A. Bahan :
Kayu terentang m3 0.040 x 1,600,000 = 64,000
Paku biasa 2" - 5" kg 0.400 x 9,200 = 3,680
Minyak bekisting ltr 0.200 x 2,600 = 520
Balok kayu borneo m3 0.015 x 1,400,000 = 1,000
Plywood tebal 9 mm lbr 0.350 x 86,500 = 0,275
Dolken kayu galam Ø-8-10/4
m btg 2.000 x 8,750 = 7,500
Total bahan = 36,975
B. Upah :
Pekerja OH 0.300 x 25,000 = 7,500
Tukang kayu OH 0.330 x 40,000 = 13,200
Kepala tukang OH 0.033 x 50,000 = 1,650
Mandor OH 0.006 x 60,000 = 360
Total bahan = 22,710
Harga Satuan Pekerjaan (A+B) = 159,685
Harga Satuan Pekerjaan 4 Kali Penggunaan ((A+B)/4) = 39,921
d). Analisa Harga Satuan Pekerjaan Beton Bertulang (m3)
Untuk 1 m3 pekerjaan beton, membutuhkan besi sebanyak : 375,40/1,35 = 278,0769 kg dan
acuan sebanyak : 36/1,35 = 26,6667 m2.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 240


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
a. Pekerjaan Beton m3 1.0000 x 539,000.00 = 539,000.00
b. Pekerjaan Pembesian kg 278.0769 x 6,433.00 = 1,788,868.70
c. Pekerjaan Acuan m2 26.6667 x 39,921.25 = 1,064,568.00
Harga Satuan Pekerjaan (a+b+c) = 3,392,436.70

5) Rencana anggaran biaya


Harga Satuan Jumlah
No. Uraian Pekerjaan Sat. Volume
(Rp.) Harga (Rp.)
1. Pekerjaan Beton Kolom m3 1.35 3,392,436.70 4,579,789.54

c. Pekerjaan Dinding
Diketahui gambar salah satu penampang melintang dinding setengah bata sebuah rumah tinggal
dua lantai dan detail jendelanya adalah sebagai berikut (satuan mm).
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

1) Jika diketahui jarak antar tepi dan as kolom adalah 3 m, dengan ukuran penampang kolom adalah
12x25 cm. Balok lantai berukuran 12x30 cm dan ringbalk berukuran 12x20 cm. Hitunglah rencana
anggaran biaya pekerjaan dinding tersebut hingga pengecatan, dengan spesifikasi trasram dan
plesterannya menggunakan campuran 1 : 2 setinggi 30 cm dari elevasi + 0.00, sedangkan dinding
dan plesterannya menggunakan campuran 1 : 4!
2) Hitunglah seluruh kebutuhan material pekerjaan dinding tersebut hingga pengecatan!

Penyelesaian:
1) Membuat klasifikasi jenis pekerjaan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat diidentifikasi jenis pekerjaan dinding rumah
tersebut adalah:
Lantai I
a) Pasangan Batu Bata Trasram (1 Pc : 2 Ps)
b) Pasangan Batu Bata (1 Pc : 4 Ps)
c) Plesteran Halus Dinding (1 Pc : 2 Ps)
d) Plesteran Halus Dinding (1 Pc : 4 Ps)
e) Pekerjaan Acian
f) Pengecatan

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 241


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Lantai II
a) Pasangan Batu Bata (1 Pc : 4 Ps)
b) Plesteran Halus Dinding (1 Pc : 4 Ps)
c) Pekerjaan Acian
d) Pengecatan
2) Menghitung volume pekerjaan.
Lantai I
a) Pasangan Batu Bata Trasram (1 Pc : 2 Ps)
p = 2,88 m
t = 0,30 m
j = 2 bh
L tot = 1,73 m2
b) Pasangan Batu Bata (1 Pc : 4 Ps)
Dinding Jendela
p = 2,88 1,40 m
t = 3,40 1,70 m
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

j = 2 2 bh
L = 19,58 4,76 m2
Lnetto = 14,82 m2
c) Plesteran Halus Dinding (1 Pc : 2 Ps)
p = 6,00 m
t = 0,30 m
j = 2 bh
L tot = 3,60 m2
d) Plesteran Halus Dinding (1 Pc : 4 Ps)
Dinding Jendela
p = 6,00 1,40 m
t = 3,70 1,70 m
j = 2 4 bh
L = 44,40 9,52 m2
Lnetto = 34,88 m2
e) Pekerjaan Acian
L = 3,60 + 34,88
= 38,48 m2
f) Pengecatan
L = 38,48 m2
Lantai II
a) Pasangan Batu Bata (1 Pc : 4 Ps)
Dinding Jendela
p = 2,88 1,40 m
t = 3,30 1,70 m
j = 2 2 bh
L = 19,01 4,76 m2
Lnetto = 14,25 m2

b) Plesteran Halus Dinding (1 Pc : 4 Ps)


Dinding Jendela
p = 6,00 1,40 m
t = 3,50 1,70 m
j = 2 4 bh
L = 42,00 9,52 m2
Lnetto = 32,48 m2
c) Pekerjaan Acian
L = 32,48 m2
d) Pengecatan
L = 32,48 m2

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 242


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3) Membuat analisa harga satuan pekerjaan (HSPK).
Pasangan Batu Bata Trasram (1 Pc : 2 Ps) (m2)
Mandor 0,0168 O.H x 60.000 = 1.008,00
Kepala Tukang Batu 0,0126 O.H x 50.000 = 630,00
Tukang Batu 0,1260 O.H x 45.000 = 5.670,00
Pekerja/Buruh Tak Terampil 0,3780 O.H x 25.000 = 9.450,00
Semen PC (Portland Cement) 50 kg 0,3832 zak x 50.100 = 19.198,32
Pasir Pasang 0,0348 m3 x 103.400 = 3.598,32
Batu Bata Merah uk. 23x10,5x5,5 cm 52,0000 bh x 400 = 20.800,00
Jumlah = 60.354,64
Dibulatkan = 60.354,00
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Pasangan Batu Bata (1 Pc : 4 Ps) (m2)


Mandor 0,0168 O.H x 60.000 = 1.008,00
Kepala Tukang Batu 0,0126 O.H x 50.000 = 630,00
Tukang Batu 0,1260 O.H x 45.000 = 5.670,00
Pekerja/Buruh Tak Terampil 0,3780 O.H x 25.000 = 9.450,00
Jumlah Upah Lt. 1 = 16.758,00
Jumlah Upah Lt. 2 (Naik 15%) = 19.271,70
Semen PC (Portland Cement) 50 kg 0,2337 zak x 50.100 = 11.708,37
Pasir Pasang 0,0425 m3 x 103.400 = 4.394,50
Batu Bata Merah uk. 23x10,5x5,5 cm 52,0000 bh x 400 = 20.800,00
Jumlah Bahan = 36.902,87
Jumlah Lt. 1 = 53.660,87
Dibulatkan = 53.660,00
Jumlah Lt. 2 = 56.174,57
Dibulatkan = 56.174,00

Plesteran Halus 1 Pc : 2 Ps tebal 1.5 cm (m2)


Mandor 0,0100 O.H x 60.000 = 600,00
Kepala Tukang Batu 0,0150 O.H x 50.000 = 750,00
Tukang Batu 0,1500 O.H x 45.000 = 6.750,00
Pekerja/Buruh Tak Terampil 0,2000 O.H x 25.000 = 5.000,00
Semen PC (Portland Cement) 50 kg 0,1704 zak x 50.100 = 8.537,04
Pasir Pasang 0,0170 m3 x 103.400 = 1.757,80
Jumlah = 23.394,84
Dibulatkan = 23.394,00

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 243


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Plesteran Halus 1 Pc : 4 Ps tebal 1,5 cm (m2)
Mandor 0,0100 O.H x 60.000 = 600,00
Kepala Tukang Batu 0,0150 O.H x 50.000 = 750,00
Tukang Batu 0,1500 O.H x 45.000 = 6.750,00
Pekerja/Buruh Tak Terampil 0,2000 O.H x 25.000 = 5.000,00
Jumlah Upah Lt. 1 = 13.100,00
Jumlah Upah Lt. 2 (Naik 15%) = 15.065,00
Semen PC (Portland Cement) 50 kg 0,1040 zak x 50.100 = 5.210,40
Pasir Pasang 0,0200 m3 x 103.400 = 2.068,00
Jumlah Bahan = 7.278,40
Jumlah Lt. 1 = 20.378,40
Dibulatkan = 20.378,00
Jumlah Lt. 2 = 22.343,40
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Dibulatkan = 22.343,00

Pekerjaan Acian (m2)


Mandor 0,0100 O.H x 60.000 = 600,00
Kepala Tukang Batu 0,0100 O.H x 50.000 = 500,00
Tukang Batu 0,1000 O.H x 45.000 = 4.500,00
Pekerja/Buruh Tak Terampil 0,2000 O.H x 25.000 = 5.000,00
Jumlah Upah Lt. 1 = 10.600,00
Jumlah Upah Lt. 2 (Naik 15%) = 12.190,00
Semen PC (Portland Cement) 50 kg 0,0650 zak x 50.100 = 3.256,50
Jumlah Bahan = 3.256,50
Jumlah Lt. 1 = 13.856,50
Dibulatkan = 13.856,00
Jumlah Lt. 2 = 15.446,50
Dibulatkan = 15.446,00

Pengecatan/Plamur Tembok dengan Cat Tembok(m2)


Mandor 0,0025 O.H x 60.000 = 150,00
Kepala Tukang Cat 0,0075 O.H x 50.000 = 375,00
Tukang Cat 0,0750 O.H x 40.000 = 3.000,00
Pekerja/Buruh Tak Terampil 0,0500 O.H x 25.000 = 1.250,00
Jumlah Upah Lt. 1 = 4.775,00
Jumlah Upah Lt. 2 (Naik 15%) = 5.491,25
Cat Tembok 0,3000 kg x 15.400 = 4.620,00
Plamur Tembok 0,1200 kg x 4.600 = 552,00
Kertas Gosok no 150 0,1000 lbr x 2.800 = 280,00
Jumlah Bahan = 5.452,00
Jumlah Lt. 1 = 10.227,00
Dibulatkan = 10.227,00
Jumlah Lt. 2 = 10.943,25
Dibulatkan = 10.943,00

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 244


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4) Rencana Anggaran Biaya.

HARGA JUMLAH HARGA


NO. URAIAN PEKERJAAN SAT. VOLUME
SATUAN (RP.) (RP.)
1 2 3 4 5 6=4x5

A. LANTAI I
1 Pasangan Batu Bata Trasram (1 Pc : 2 Ps) m2 1,73 60.354,00 104.412,42
2 Pasangan Batu Bata (1 Pc : 4 Ps) m2 14,82 53.660,00 795.241,20
3 Plesteran Halus Dinding (1 Pc : 2 Ps) m2 3,60 23.394,00 84.218,40
4 Plesteran Halus Dinding (1 Pc : 4 Ps) m2 34,88 20.378,00 710.784,64
5 Pekerjaan Acian m2 38,48 13.856,00 533.178,88
6 Pengecatan m2 38,48 10.227,00 393.534,96
SUB TOTAL I 2.621.370,50
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

B. LANTAI II
1 Pasangan Batu Bata (1 Pc : 4 Ps) m2 14,25 56.174,00 800.479,50
2 Plesteran Halus Dinding (1 Pc : 4 Ps) m2 32,48 22.343,00 725.700,64
3 Pekerjaan Acian m2 32,48 15.446,00 501.686,08
4 Pengecatan m2 32,48 10.943,00 355.428,64
SUB TOTAL I 2.383.294,86

TOTAL 5.004.665,36
PPN (10%) 500.466,54
GRANDTOTAL 5.505.131,90
DIBULATKAN 5.505.000,00

5) Perhitungan Kebutuhan Bahan.


Perhitungan kebutuhan bahan dapat diketahui dengan mengalikan koefisien bahan pada analisa
harga satuan dengan volume pekerjaan, sebagai berikut:

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 245


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Jenis Pekerjaan/Kebutuhan Bahan Koef. Sat. V. Pekerjaan V. Material
Pasangan Batu Bata Trasram (1 Pc : 2 Ps) (m2)
Semen PC (Portland Cement) 50 kg 0,3832 zak 2 0,66
Pasir Pasang 0,0348 m3 2 0,06
Batu Bata Merah uk. 23x10,5x5,5 cm 52,0000 bh 2 89,96

Pasangan Batu Bata (1 Pc : 4 Ps) (m2)


Semen PC (Portland Cement) 50 kg 0,2337 zak 29 6,79
Pasir Pasang 0,0425 m3 29 1,24
Batu Bata Merah uk. 23x10,5x5,5 cm 52,0000 bh 29 1.511,64

Plesteran Halus 1 Pc : 2 Ps tebal 1.5 cm (m2)


Semen PC (Portland Cement) 50 kg 0,1704 zak 4 0,61
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Pasir Pasang 0,0170 m3 4 0,06

Plesteran Halus 1 Pc : 4 Ps tebal 1,5 cm (m2)


Semen PC (Portland Cement) 50 kg 0,1040 zak 67 7,01
Pasir Pasang 0,0200 m3 67 1,35

Pekerjaan Acian (m2)


Semen PC (Portland Cement) 50 kg 0,0650 zak 71 4,61

Pengecatan/Plamur Tembok dengan Cat Tembok (m2)


Cat Tembok 0,3000 kg 71 21,29
Plamur Tembok 0,1200 kg 71 8,52
Kertas Gosok no 150 0,1000 lbr 71 7,10

TOTAL KEBUTUHAN MATERIAL


Semen PC (Portland Cement) 50 kg zak 20 20,00
Pasir Pasang m3 3 3,00
Batu Bata Merah uk. 23x10,5x5,5 cm bh 1.602 1.602,00
Cat Tembok kg 21 22,00
Plamur Tembok kg 9 9,00
Kertas Gosok no 150 lbr 7 8,00

d. Pekerjaan Konstruksi Baja


Sebuah gudang rangka baja dengan ukuran 20,00 x 14,00 m mempunyai rangka kuda-kuda
seperti diperlihatkan pada gambar (satuan m). Oversteak atap adalah 0,50 m, jarak antar kuda-kuda
adalah 4,00 m dan jarak antar gording 1,10 m, dengan sudut kemiringan atap 22o. Kuda-kuda
tersebut menggunakan baja profil WF 300.150.6,5 dan gordingnya menggunakan CNP 150.65.20,
dengan sambungan las.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 246


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Penyelesaian:
1) Meneliti gambar dan RKS yang ada.
Gambar dan RKS sederhana dapat dilihat pada kasus tersebut di atas.
2) Membuat klasifikasi jenis pekerjaan.
Berdasarkan gambar dan RKS yang ada, klasifikasi jenis pekerjaan adalah sebagai berikut :
a). Pekerjaan Kuda-kuda WF 300.150.6,5.6
b). Pekerjaan Gording CNP 150.65.20
3) Menghitung volume pekerjaan.
Untuk pekerjaan konstruksi baja, perhitungan volume pekerjaan umumnya dilakukan setelah
membuat gambar kerja (shop drawing). Gambar kerja konstruksi atap baja tersebut selanjutnya
dapat dilihat pada gambar berikut. Perhitungan volume pekerjaan konstruksi baja tersebut
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.4. Dari Tabel 5.4 tersebut di atas dapat dilihat bahwa
hasil perhitungan volume untuk pekerjaan tersebut adalah:
a). Pekerjaan Kuda-kuda WF 300.150.6,5.6 = 11.527,47 kg
b). Pekerjaan Gording CNP 150.65.20 = 2.841,30 kg
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Tabel 5.4
Perhitungan Volume Konstruksi Baja
PANJANG JUMLAH TOTAL
BERAT/M' BERAT
NO. SKETSA POTONGAN PROFIL POTONGAN POTONGAN PANJANG
(M) (BH) (M) (KG/M') (KG)

1 A. WF 300.150.6,5.6 12 6 72.00 36.70 2,642.40


12
B. WF 300.150.6,5.6 3 6 18.00 36.70 660.60
3

2 WF 300.150.6,5.6 8.09 12 97.08 36.70 3,562.84


8.09

3 WF 300.150.6,5.6 3.03 6 18.18 36.70 667.21


3.03

4 WF 300.150.6,5.6 2.99 12 35.88 36.70 1,316.80


2.99

5 WF 300.150.6,5.6 2.45 12 29.40 36.70 1,078.98


2.45

6 WF 300.150.6,5.6 2.22 12 26.64 36.70 977.69


2.22

7 WF 300.150.6,5.6 1.41 12 16.92 36.70 620.96


1.41

Total Berat WF = 11,527.47

8 A. CNP 150.65.20 12 18 216.00 7.52 1,623.60


12
B. CNP 150.65.20 9 18 162.00 7.52 1,217.70
9

Total Berat CNP = 2,841.30

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 247


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4) Membuat analisa harga satuan pekerjaan (HSPK).
Pekerjaan Pabrikasi dan Pemasangan Baja (ELEKTRODE ) Kg
Mandor 0.0003 O.H 60,000 18.00
Tukang Besi 0.0600 O.H 35,000 2,100.00
Pekerja / Buruh Tak Terampil 0.0800 O.H 20,000 1,600.00
Sewa Welding Set (min 5 jam) 0.0700 jam 30,000 2,100.00
Elektroda Baja 1.0000 Kg 12,850 12,850.00
Nilai HSPK : 18,668.00
a). Pekerjaan Kuda-kuda WF 300.150.6,5.6
Pekerjaan Besi Baja Profil WF <= 200 s/d 400mm (Kg)
Besi Profil WF <= 200 mm s/d
400 mm 1.1000 kg 10,250 11,275.00
Elektroda Baja (20%) 0.2000 kg 18,668 3,733.60
Harga Satuan 15,008.60
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

b). Pekerjaan Gording CNP 150.65.20


Pekerjaan Besi Baja C 100 - 150 mm (kg)
Besi Profil C 100 mm s/d 150
mm 1.1000 kg 10,000 11,000.00
Elektroda Baja (20%) 0.2000 kg 18,668 3,733.60
Harga Satuan 14,733.60
5) Rencana Anggaran Biaya.

Harga Satuan
No. Uraian Pekerjaan Sat. Volume Jumlah Harga (Rp.)
(Rp.)
1 Pekerjaan Kuda-kuda
WF 300.150.6,5.6 kg 11.527,47 15,008.60 173.011.186,24
2 Pekerjaan Gording
CNP 150.65.20 kg 2.841,30 14,733.60 41.862.577,68
Total 214.873.763,92

6) Perhitungan Kebutuhan Bahan.


Tabel 5.5
Perhitungan Kebutuhan Bahan
PANJANG JUMLAH SISA
PEMBELIAN
NO. SKETSA POTONGAN PROFIL POTONGAN POTONGAN BANYAK PANJANG
PAKAI KE-
(M) (BH) (BTG) (BTG) (M)

1 A. WF 300.150.6,5.6 12 6 6 6 - -
12
B. WF 300.150.6,5.6 3 6 4 4 - -
3

2 WF 300.150.6,5.6 8.09 12 12 12 3.91 3


8.09 6 0.88 ss. 3

3 WF 300.150.6,5.6 3.03 6 2 2 2.91 -


3.03

4 WF 300.150.6,5.6 2.99 12 2 1 0.04 -


2.99 1 6.02 6

5 WF 300.150.6,5.6 2.45 12 3 3 2.20 -


2.45

6 WF 300.150.6,5.6 2.22 12 2 2 0.90 -


2.22 1 1.58

7 WF 300.150.6,5.6 1.41 12
1.41

8 A. CNP 150.65.20 12 18 18 18 - -
12
B. CNP 150.65.20 9 18 18 18 3.00 -
9

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 248


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Perhitungan kebutuhan bahan untuk pekerjaan konstruksi baja dilakukan dengan cara matematis.
Adapun cara perhitungan kebutuhan bahan dapat dilihat pada Tabel 5.5. Untuk perhitungan
elektroda dapat dilakukan dengan mengalikan koefisien elektroda baja dengan volume pekerjaan
baja, sebagai berikut:
Elektroda Baja = 0.02 x 14,368.77 = 287.38 Kg
Dari Tabel Perhitungan Kebutuhan Bahan, dapat dilihat bahwa kebutuhan material adalah sebagai
berikut:
a). WF 300.150.6,5.6 = 6 + 4 + 12 + 2 + 2 + 3 + 2
= 31 batang
b). CNP 150.65.20 = 18 + 18
= 36 batang

17. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Penerapan prinsip K3 di proyek sangat perlu diperhatikan dalam pekerjaan konstruksi.
Pelaksana konstruksi harus mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip kerja sesuai ketentuan K3 di
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

lingkungan proyek. Setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi kelengkapan


administrasi K3, meliputi (Ariestadi, 2008):
1) Pendaftaran proyek ke departemen tenaga kerja setempat.
2) Pendaftaran dan pembayaran asuransi tenaga kerja (Astek).
3) Pendaftaran dan pembayaran asuransi lainnya, bila disyaratkan proyek.
4) Izin dari instansi terkait tentang penggunaan jalan atau jembatan yang menuju lokasi untuk
lalu lintas alat berat.
5) Keterangan laik pakai untuk alat berat maupun ringan dari instansi yang berwenang
memberikan rekomendasi.
6) Pemberitahuan kepada pemerintah atau lingkungan setempat.

a. Safety Plan
Setelah memenuhi persyaratan tersebut di atas maka proyek wajib menyusun safety plan.
Safety plan adalah rencana pelaksanaan K3 untuk proyek yang bertujuan agar dalam pelaksanaan
nantinya proyek akan aman dari kecelakaan dan bahaya penyakit sehingga menghasilkan
produktivitas kerja yang tinggi. Safety plan berisi:
1) Pembukaan berupa gambar proyek dan pokok perhatian untuk kegiatan K3.
2) Risiko kecelakaan dan pencegahannya.
3) Tata cara pengoperasian peralatan.
4) Alamat instansi terkait yang diperlukan, seperti rumah sakit, polisi, Depnaker, dan dinas
pemadam kebakaran.
Safety plan pada proyek akan risiko kecelakaan dan pencgahannya serta tata cara pengoperasian alat
dapat dilihat ada Tabel 5.6 dan 5.7 berikut ini.

Tabel 5.6
Contoh Safety Plan Risiko Kecelakaan dan Pencegahannya

Lokasi & Risiko Penganggung


No. Pencegahan/Penanganan
Kecelakaan Jawab
Pekerjaan Pondasi
1.
Franki
1.1. Orang jatuh dari crane - Pakai sabuk pengaman wakti naik
1.2. Kejatuhan split/beton - Pakai helm pengaman sewaktu kerja
1.3. Crane ambelas - Ratakan tanah sebelum crane masuk
proyek
- Pakai H-beam untuk dudukan crane
1.4. Orang terperosok/jatuh - Urug segera setelah dicor
ke dalam lubang franki
pile
1.5. Slingcrane putus - Cek kondisi sling sebelum mulai
bekerja setiap hari
2. Galian Bassement

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 249


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Lokasi & Risiko Penganggung
No. Pencegahan/Penanganan
Kecelakaan Jawab
2.1. Lokasi Banjir - Buat side ditch (galian tepi), arahkan
ke sump pit, lalu pompa airnya ke luar
lokasi
2.2. Bekisting batako - Pasang batako dari tinggi rencana
ambruk - Urug segera bekas galian samping dan
bagian atasnya diplester
- Tutup segera dengan terpal bila alam
hujan
2.3. Tanah galian longsor - Buat kemiringan pada galian
- Tutup segera dengan terpal bila akan
hujan
2.4. Terjatuh ke dalam - Buat pagar pengaman
galian - Buat tangga turun ke lokasi galian
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

- Pasang rambu-rambu peringatan


2.5. Jalan depan lokasi - Buat tempat (kolam), cuci ban
proyek kotor kendaraan, dan buang tanah yang
mengendap secara periodik
- Tutup bak kendaraan tanah dengan
terpal
2.6. Kecelakaan mobil waktu- Pasang rambu peringatan lalu lintas di
akan keluar/masuk jalan raya
proyek - Atur lalu lintas bila ada kendaraan
keluar/masuk
3. Erection Tower Crane
3.1. Crane service ambelas - Perkuat tanah dengan matras
3.2. Crane TC miring - Pasang angkur pondasi sehingga
benar-benar level (di-waterpass)
- Cek pengelasan angkur sehingga yakin
kuat
3.3. Baut/kunci-kunci jatuh - Letakkan di keranjang tower crane
3.4. Orang kejatuhan baut - Cegah selama erection agar orang
tidak berada di bawah langsung
- Pasang rambu “Awas Benda Jatuh!”
- Pakai helm selama bekerja
3.5. Tower Crane ambruk - Periksa pondasi agar sesuai ketentuan
- Pasang sabuk pada tiap empat lantai
- Pasang rambu beban
- Dipasang switch otomatis bila ocercut
- Pasang penangkal petir
4. Universal Lift
4.1. Kabin lift meluncur- Cek kondisi lift
melewati rel - Pasang rel lebih tinggi 6 meter dari
pemberhentian lift
- Pasang switch otomatis agar lift-pit
berhenti maksimum pada posisi lantai
teratas
- Cek dudukan lift pada pondasi agar
level (di-waterpass)
- Pasang labrang pegangan setiap dua
lantai
4.2. Orang jatuh - Atur/tempatkan kabin lift sedekat
mungkin dengan pemberhentian
- Pasang pagar pengaman pada daerah
pemberhentian
Sumber: PT. Pembangunan Perumahan, 2003

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 250


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tabel 5.7
Contoh Safety PlanTata Cara Pengoperasian Alat

No. Pemeriksaan Elemen Alat Pencegahan/Penanganan Ket.


1. Alat Pancang
a. Periksa semua slink a. Jalan perlahan-lahan pada besi H-
b. Periksa beam landasan alat beam
pancang b. Posisi hammer selalu di bawah setelah
c. Periksa roda penggerak alat selesai atau istirahat
pancang c. Utamakan keselamatan kerja
d. Periksa selang hidrolik d. Pakai helm
e. Periksa tutup kipas mesin e. Pakai sarung tangan
f. Sepatu kerja
2. Excavator
a. Periksa semua sling hidrolik a. Hindari sewaktu alat memutar
Periksa oli hidrolik b. Memberikan kode (klakson) sewaktu
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

b.
c. Perisa tutup kipas angin alat memutar
d. Periksa pen-pen excavator c. Utamakan keselamatan kerja
e. Periksa switch hidrolik d. Istirahat alat keruk pada posisi bawah
3. Tower Crane
a. Periksa pen-pen booml section a. Angkat sesuai dengan kapasitas
b. Periksa oli hidrolik b. Sewaktu swing sling angkut dalam
c. Periksa sling angkat posisi aman
d. Periksa panel listrik c. Aba-aba sesuai dengan alat HT
e. Periksa switch otomatis d. Pengikat bahan-bahan yang mau
f. Periksa kanvas rem diangkut dalam keadaan kuat
g. Periksa seluruh bearing e. Bucket cor dalam keadaan tidak bocor
h. Periksa poli sling f. Sewaktu istirahat dalam keadaan
terkunci
g. Utamakan keselamatan kerja
4. Bar Cutter
a. Periksa pisau potong a. Pemotongan sesuai dengan kapasitas
b. Periksa switch b. Memakai sarung tangan
c. Periksa kabel-kabel c. Memakai helm
d. Periksa baut-baut d. Memakai sepatu kerja
e. Periksa kekencangan van belt
f. Cek stop limit switch
g. Periksa pelumas
5. Bar Bender
a. Periksa kabel-kabel a. Pembengkokan sesuai dengan
b. Periksa switch-switch kapasitas
c. Periksa stop limit switch b. Memakai sarung tangan
d. Periksa van belt c. Memakai sepatu kerja
e. Periksa baut-baut d. Memakai helm
f. Periksa oli
6. Generating Set
a. Periksa oli mesin Jauhkan tempat bahan bakar
a.
b. Periksa air radiator Memakai tutup telinga
b.
c. Periksa bahan bakar Menyediakan tabung
c.
d. Periksa tutup kipas angin Tidak boleh ada jemuran dekat kipas
d.
e. Periksa van belt radiator
f. Periksa baut-baut e. Sewaktu membersihkan alat mesin
g. Cek warna gas dalam keadaan mati
f. Periksa panel listrik
g. Utamakan keselamatan kerja
Sumber: PT. Pembangunan Perumahan, 2003

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 251


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b. Pelatihan Program K3
Pelatihan Program K3 terdiri atas dua bagian, yaitu:
Pelatihan secara umum, dengan materi pelatihan tentang panduan K3 di proyek, misalnya:
1) Pedoman praktis pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek bangunan
gedung
2) Penanganan, penyimpanan, dan pemeliharaan material
3) Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan sipil
4) Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan finishing luar
5) Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan finishing dalam
6) Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan mekanikal dan elektrikal
7) Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan bekisting
8) Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan pembesian
9) Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan sementara
10) Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan rangka baja
11) Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan struktur khusus
12) Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan pembetonan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

13) Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan pondasi pile dan strutting
14) Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan pembongkaran
Pelatihan khusus proyek, yang diberikan pada saat awal proyek dan di tengah periode
pelaksanaan proyek sebagai penyegaran, dengan peserta seluruh petugas yang terkait dalam
pengawasan proyek, dengan materi tentang pengetahuan umum K3 atau safety plan proyek yang
bersangkutan.

c. Perlengkapan dan Peralatan K3


Perlengkapan dan peralatan penunjang program K3, meliputi:
 Promosi program K3, yang terdiri dari:
- Pemasangan bendera K3, bendera RI, bendera perusahaan.
- Pemasangan sign-board K3 yang berisi antara lain slogan-slogan yang mengingatkan perlunya
bekerja dengan selamat.
 Sarana peralatan yang melekat pada orang atau disebut perlengkapan perlindungan diri ( personal
protective equipment), diantaranya:
- Pelindung mata dan wajah, merupakan peralatan yang paling banyak digunakan sebagai
pelindung mata. Meskipun kelihatannya sama dengan kacamata biasa, namun kaca mata
safety lebih kuat dan tahan benturan serta tahan panas dari pada kaca mata biasa. Goggle
memberikan perlindungan yang lebih baik dibandingkan safety glass sebab lebih menempel
pada wajah. Kacamata safety dan google dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 5.2
Peralatan Pelindung Mata

Pelindung wajah memberikan perlindunganmenyeluruh pada wajah dari bahaya percikan


bahan kimia, obyekyang beterbangan atau cairan besi. Banyak dari pelindung wajah inidapat
digunakan bersamaan dengan penggunaan helm.Helm pengelas memberikan perlindungan
baik padawajah dan juga mata. Helm ini menggunakan lensa penahan khususyang menyaring
intesnsitas cahaya serta energi panas yangdihasilkan dari kegiatan pengelasan.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 252


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 5.3
Peralatan Pelindung Wajah

- Pelindung pendengaran, dan jenis yang paling banyak digunakan adalah foam earplugs, PVC
earplugs, earmuffs.

Gambar 5.4
Macam-macam Pelindung Pendengaran

- Pelindung kepala atau helm (hard hat) yang melindungi kepala karena memiliki hal berikut:
lapisan yang keras, tahan dan kuat terhadap benturan yang mengenai kepala; sistem
suspensi yang ada didalamnya bertindak sebagai penahan goncangan; beberapa jenis
dirancang tahan terhadap sengatan listrik; serta melindungi kulit kepala, wajah, leher, dan
bahu dari percikan, tumpahan, dan tetesan. Jenis-jenis pelindung kepala antara lain:

Gambar 5.5
Jenis Helm Pelindung Kepala

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 253


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
o Kelas G untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh; dan melindungi dari sengatan
listrik sampai 2.200 volts.
o Kelas E untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh, dan dapat melindungi dari
sengatan listrik sampai 20.000 volts.
o Kelas F untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh, TIDAK melindungi dari sengatan
listrik, dan TIDAK melindungi dari bahan-bahan yang merusak (korosif).
- Pelindung kaki berupa sepatu dan sepatu boot, antara lain:
o Steel toe, sepatu yang didesain untuk melindingi jari kaki dari kejatuhan benda (a).
o Metatarsal, sepatu yang didesain khusus melindungi seluruh kaki dari bagian tuas sampai
jari (b).
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 5.6
Jenis Sepatu dan Boots Pelindung Kaki

o Reinforced sole, sepatu ini didesain dengan bahan penguat dari besi yang akan
melindungi dari tusukan pada kaki (c).
o Latex/Rubber, sepatu yang tahan terhadap bahan kimia dan memberikan daya cengkeram
yang lebih kuat pada permukaan yang licin (d).
o PVC boots, sepatu yang melindungi dari lembab dan membantu berjalan di tempat becek
(e).
o Vinyl boots, sepatu yang tahan larutan kimia, asam, alkali, garam, air dan darah (f).
o Nitrile boots, sepatu yang tahan terhadap lemak hewan, oli, dan bahan kimia (g).
- Pelindung tangan berupa sarung tangan dengan jenis-jenisnya antara lain:

Gambar 5.7
Jenis Sarung Tangan Pelindung

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 254


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
o Metal mesh, sarung tangan yang tahan terhadap ujung benda yang tajam dan melindungi
tangan dari terpotong (a).
o Leather gloves, melindungi tangan dari permukaan yang kasar (b).
o Vinyl dan neoprene gloves, melindungi tangan dari bahan kimia beracun (c).
o Rubber gloves, melindungi tangan saat bekerja dengan listrik (d).
o Padded cloth gloves, melindungi tangan dari sisi yang tajam, bergelombang dan kotor (e).
o Heat resistant gloves, melindungi tangan dari panas dan api (f).
o Latex disposable gloves, melindungi tangan dari bakteri dan kuman (g).
- Pelindung bahaya jatuh dengan jenis-jenis antara lain:
o Full Body Hardness (Pakaian penahan Bahaya Jatuh), sistim yang dirancang untuk
menyebarkan tenaga benturan atau goncangan pada saat jatuh melalui pundak, paha dan
pantat. Pakaian penahan bahaya jatuh ini dirancang dengan desain yang nyaman bagi si
pemakai dimana pengikat pundak, dada, dan tali paha dapat disesuaikan menurut
pemakainya. Pakaian penahan bahaya jatuh ini dilengkapi dengan cincin “D” (high) yang
terletak dibelakang dan di depan dimana tersambung tali pengikat, tali pengaman atau
alat penolong lain yang dapat dipasangkan (a).
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

o Life Line (tali kaitan), tali kaitan lentur dengan kekuatan tarik minimum 500 kg yang salah
satu ujungnya diikatkan ketempat kaitan dan menggantung secara vertikal, atau diikatkan
padatempat kaitan yang lain untuk digunakan secara horisontal (b).
o Anchor Point (Tempat Kaitan), tempat menyangkutkan pengait yang sedikitnya harus
mampu menahan 500 kg per pekerja yang menggunakan tempat kaitan tersebut. Tempat
kaitan harus dipilih untuk mencegah kemungkinan jatuh. Tempat kaitan, jika
memungkinkan harus ditempatkan lebih tinggi dari bahu pemakainya (c).

Gambar 5.8
Jenis Peralatan Pelindung Jatuh

o Lanyard (Tali Pengikat), tali pendek yang lentur atau anyaman tali, digunakan untuk
menghubungkan pakaian pelin-dung jatuh pekerja ke tempat kaitan atau tali kaitan.
Panjang tali pengikat tidak boleh melebihi 2 meter dan harus yang kancing pengaitnya
dapat mengunci secara otomatis (d).
o Refracting Life Lines (Pengencang Tali kaitan), komponen yang digunakan untuk
mencegah agar tali pengikat tidak terlalu kendor. Tali tersebut akan memanjang dan
memendek secara otomatis pada saat pekerja naik maupun pada saat turun (e).
 Sarana peralatan lingkungan berupa:
- tabung pemadam kebakaran
- pagar pengamanan
- penangkal petir darurat

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 255


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
- pemeliharaan jalan kerja dan jembatan kerja
- jaring pengamanan pada bangunan tinggi
- pagar pengaman lokasi proyek
- tangga
- peralatan P3K
 Rambu-rambu peringatan, antara lain dengan fungsi:
- peringatan bahaya dari atas
- peringatan bahaya benturan kepala
- peringatan bahaya longsoran
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 5.9
Contoh Rambu-rambu Peringatan

- peringatan bahaya api


- peringatan tersengat listrik
- penunjuk ketinggian (untuk bangunan yang lebih dari 2 lantai)
- penunjuk jalur instalasi listrik kerja sementara
- penunjuk batas ketinggian penumpukan material
- larangan memasuki area tertentu
- larangan membawa bahan-bahan berbahaya
- petunjuk untuk melapor (keluar masuk proyek)
- peringatan untuk memakai alat pengaman kerja
- peringatan ada alat/mesin yang berbahaya (untuk lokasi tertentu)
- peringatan larangan untuk masuk ke lokasi power listrik (untuk orang-orangtertentu)

18. Metode Konstruksi


a. Unsur-unsur Pengelola Pekerjaan Konstruksi
Unsur-unsur pengelola pekerjaan konstruksi antara lain terdiri dari:
1) Pemilik Proyek
Pemilik proyek mulai bertugas semenjak tercetusnya ide diadakannya proyek sampai dengan
tahap operasional. Sebagai pemrakarsa proyek pemilik lebih mengetahui tujuan utama
diadakannya proyek. Sehingga perannya tidak hanya sebagai fasilitator karena proses konstruksi
berlangsung di atas wilayah kekuasaannya,akan tetapi sekaligus juga sebagai motivator,
katalisator dan stabilisator seluruh tim peserta proyek agar tujuan fungsional proyek dapat
tercapai.Pemilik harus cermat dan berhati-hati dalam setiap pengambilan keputusan, mengingat
pengadaan proyek menyangkut investasi yang cukup besar. Di sisi lain pengambilan keputusan

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 256


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
sangat bergantung kepada tim peserta proyek lainnya terutama konsultan. Oleh karena itu pemilik
harus mampu membangun sistem manajemen yang handal, sistematis dan kokoh diantara tim
peserta proyek untuk mengurangi adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam
pelaksanaan proyek. Mekanisme hubungan kerja yang lancar dengan berlandaskan semangat
kerja sama, terbuka, bersih dan profesional merupakan syarat mutlak untuk dicapainya sasaran
proyek.Dalam penyelenggaraan proyek konstruksi tugas dari tim pemilik proyek antara lain
sebagai berikut:
- Pada tahap persiapan dan perancangan;
o Menyiapkan kerangka acuan (term of reference-TOR) sebagai dasar penyusunan studi
kelayakan proyek.
o Memutuskan hasil studi kelayakan (feasibilty study).
o Persiapan untuk penetapan organisasi proyek.
o Batasan dan lingkup proyek serta alokasi bagian lingkup kerja.
o Penyiapan bahan untuk penetapan waktu serta strategi penyelesaian proyek.
o Pengadaan konsultan manajemen konstruksi.
Penyusunan pengarahan penugasan sampai menjadipedoman persyaratan untuk kegiatan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

o
perancangan dan pengadaan konsultan perencana (filosofi desain).
o Pengendalian kegiatan manajemen konstruksi dan kegiatan perancangan.
o Menentukan bobot sasaran pokok proyek.
o Memilih jenis kontrak.
o Penyusunan berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan untuk pembayaran angsuran,
dan berita acara lain yang berkaitan dengan kegiatan perencanaan.
- Pada tahap pelaksanaan fisik;
o Pengadaan pelaksana VE, konsultan pengawas, kontraktor, sub-kontraktor.
o Pengendalian kegiatan VE, MK atau pengawasan dan konstruksi fisik.
o Penilaian terhadap tahap konstruksi.
o Pengelolaan keuangan proyek.
o Administrasi kontrak berupa penyusunan berita acara kemajuan pekerjaan untuk
pembayaran angsuran dan berita acara lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan
konstruksi.
o Penerimaan hasil proyek yang telah selesai dikerjakan oleh kontraktor, sesuai dengan
berita acara.
- Pada tahap pemanfaatan; (khusus untuk proyek pemerintah)
o Penyiapan dokumen teknis dan administratif proyek.
o Penyerahan hasil proyek dari pimpinan proyek kepada departemen atau lembaga
pemerintahan.
2) Konsultan Manajemen Konstruksi (MK)
Konsultan MK termasuk profesi yang baru di Indonesia. Profesi ini tumbuh dengan semakin
meningkatnya kompleksitas pekerjaan proyek konstruksi. Terutama untuk proyek-proyek yang
melibatkan lebih dari satu konsultan perencana atau lebih dari satu kontraktor peranan konsultan
MK sebagai salah satu tim proyek konstruksi sangat dibutuhkan. Konsultan MK bertugas sebagai
pengendali dan koordinator dalam keseluruhan sistem rekayasa, sejak persiapan perencanaan
dimulai sampai dengan pelaksanaan konstruksi berakhir.Tugas dan tanggung jawab konsultan MK
sebagai salah satu tim proyek konstruksi sangat ditentukan oleh kontrak kerja yang
ditandatangani dengan pemilik proyek. Terdapat beberapa jenis hubungan kerja antara tim MK
dalam proyek konstruksi, antara lain sebagai berikut :
a) Konvensional tanpa fast track, dimana tim MK dalam melaksanakan tugasnya cenderung
berfungsi sebagai konsultan pengawas.
b) Semi konvensional tanpa fast track, dimana tim MK berfungsi sebagai koordinator pekerjaan
perencanaan dan kontraktor utama beserta sub kontraktor spesialis lainnya.
c) Semi murni tanpa fast track, yang memungkinkan tim MK memiliki banyak otoritas dalam
mengkoordinir pekerjaan perencanaan maupun pelaksanaan.
d) MK murni dengan fast track, dimana tim MK memiliki otoritas yang paling besar dan bertindak
sebagai perancang dan pengelola teknis operasional secara penuh, baik dalam bidang
rancang bangun, perekayasaan maupun implementasi dari pelaksanaan fisik di lapangan.
Penggunaan konsultan MK memungkinkan pelaksanaan fisik di lapangan dapat langsung dimulai
tanpa harus menunggu pekerjaan perencanaan selesai secara keseluruhan, sehingga waktu
proyek dapat dipersingkat. Dengan mempersingkat waktu proyek, maka biaya overhead dapat
dikurangi. Keberadaan tim MK sangat dirasakan manfaatnya terutama bila proyek yang dikerjakan

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 257


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
termasuk dalam kategori megaproyek. Dengan keberadaan tim MK sebagai tim yang profesional
dan expert sebagai wakil dari pemilik, seluruh tahapan proyek dapat dikoordinasikan secara lebih
efektif karena dilaksanakan dalam satu sistem manajemen yang utuh, kompak dan
terpadu.Secara umum tugas dari konsultan MK dalam pelaksanaan proyek konstruksi adalah
sebagai berikut :
a) Pada tahap persiapan;
o Menyusun program pengendalian perancangan dan pelaksanaan konstruksi, meliputi
program pencapaian sasaran fisik, pengendalian waktu dan biaya.
o Membantu pemilik proyek dalam proses pengadaan konsultan perencana meliputi
penyusunan arahan penugasan, evaluasi pedoman penugasan dan penyusunan Pedoman
Persyaratan Perencanaan (TOR).
o Membantu pemilik proyek dalam proses penyiapan perjanjian pekerjaan perencanaan.
b) Pada tahap perancangan;
o Mengevaluasi program kegiatan perancangan yang diusulkan oleh konsultan perencana,
yang meliputi program penyediaan dan penggunaan tenaga serta informasi.
o Mengadakan konsultasi kegiatan perancangan, yang meliputi konsultasi pekerjaan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

perancangan dari sudut kebenaran sumber daya dan biaya, rancangan dan kemungkinan
pelaksanaannya.
o Mengendalikan program, yang meliputi evaluasi program-program terhadap hasil
perancangan, dampak lingkungan, penyimpangan teknis dan manajerial atas
permasalahan yang timbul, dan mengusulkan koreksi program.
o Melakukan koordinasi antar pihak yang terlibat dalam tahap perancangan, menyusun
laporan kegiatan perancangan secara berkala, perumusan evaluasi status serta koreksi
teknis apabila terjadi penyimpangan, meneliti kelengkapan dokumen perencanaan dan
dokumen pelelangan, bersama dengan konsultan perencana menyusun program
pelelangan serta memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu pelelangan.
o Menyusun berita acara mengenai persetujuan kemajuan pekerjaan perancangan untuk
pembayaran angsuran, berita acara serah terima hasil pekerjaan perencanaan.
o Menyelenggarakan dan memimpin rapat-rapat koordinasi perancangan, menyusun
laporan hasil rapat-rapat koordinasi, membuat laporan kemajuan pekerjaan manajemen
konstruksi serta membuat laporan pelaksanaan VE tahap perencanaan.
c) Pada tahap pelaksanaan fisik ;
o Membantu pemilik dalam pelaksanaan VE yang dilakukan oleh konsultan VE sendirian,
atau bersama-sama dengan kontraktor utama pemenang lelang mengajukan value
engineering change proposal (VECP).
o Mengevaluasi program kegiatan konstruksi fisik yang disusun oleh kontraktor, yang
meliputi program-program pencapaian sasaran konstruksi, pengerahan dan penggunaan
tenaga kerja, penyediaan dan penggunaan peralatan, material, informasi, dana serta
program keselamatan kerja.
o Mengendalikan program pelaksanaan konstruksi fisik, yang meliputi program-program
pengendalian sumber daya dan biaya, waktu, sasaran fisik (kuantitas dan kualitas) hasil
konstruksi, tertib administrasi, keselamatan kerja, evaluasi program terhadap
penyimpangan teknis dan manajerial yang mungkin timbul, usulan koreksi program dan
tindakan turun tangan, melakukan koreksi teknis bila terjadi penyimpangan, melakukan
koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi fisik.
o Melaksanakan tugas-tugas pengawasan pekerjaan, yang meliputi :
 Mengawasi pekerjaan serta produksinya, peralatan dan metoda, ketepatan waktu dan
biaya pekerjaan konstruksi, serta meneliti penggunaan material.
 Mengawasi pelaksanaan konstruksi fisik dari segi kualitas dan kuantitas produk, serta
laju pencapaian volume pekerjaan.
 Mengusulkan perubahan-perubahan serta penyesuaian di lapangan jika timbul
permasalahan perencanaan yang tidak sesuai.
 Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat laporan-laporan
mingguan dan bulanan atas pelaksanaan manajemen konstruksi berdasarkan
masukan hasil rapat lapangan serta laporan pelaksanaan harian, mingguan dan
bulanan yang dibuat oleh kontraktor.
 Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan konstruksi guna pembayaran
angsuran, pemeliharaan pekerjaan, serta serah terima pekerjaan yang pertama dan
kedua.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 258


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
 Meneliti gambar-gambar pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan (as built drawings).
 Menyusun daftar kerusakan-kerusakan dan cacat-cacat pekerjaan dalam masa
pemeliharaan serta mengawasi pelaksanaan perbaikannya.
3) Konsultan Perencana
Dalam menterjemahkan ide pemilik ke dalam bentuk konsep yang lebih nyata tidak semudah yang
dibayangkan, karena pada umumnya pemilik tidak memiliki keahlian dalam bidang proyek
konstruksi. Untuk itulah dibutuhkan lembaga tersendiri yang dikenal dengan istilah konsultan
perencana. Berdasarkan cara kerjanya, secara fisik kegiatan konsultan perencana lebih dipusatkan
di studio perencanaan dan melibatkan banyak dari stafnya yang berkeahlian spesialis untuk
membahas, berdiskusi serta memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.Lingkup pekerjaan
konsultan perencana dalam bidang perancangan sangat ditentukan bagaimana ikatan kerjanya
dengan pemilik proyek dalam bentuk arahan penugasan yang tentunya berdasarkan bidang
konsultasi yang dikuasai. Tidak tertutup kemungkinan dalam satu proyek terdapat lebih dari satu
tim konsultan perencana. Dalam melaksanakan tugasnya kualitas dan kredibilitas konsultan
perencana antara lain ditentukan oleh pendekatan yang bersifat menyeluruh dalam memecahkan
masalah, didasarkan pada kenyataan, kecakapan dalam melihat ke depan, bersifat ulet dan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

kreatif. Berbagai bidang konsultasi yang biasanya disediakan oleh konsultan perencana meliputi
penyiapan paket kerja, survey, studi dan penelitian dan lain-lain.Dalam proyek konstruksi tugas
dan kegiatan dari konsultan perencana antara lain adalah sebagai berikut :
- Kegiatan pada tahap persiapan, yang meliputi mengumpulkan data dan informasi lapangan,
membuat penafsiran secara garis besar terhadap arahan penugasan, melakukan konsultasi
dengan pemerintah daerah setempat mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
rencana proyek, perizinan dan lain sebagainya.
- Menyusun pra-rancangan, yang meliputi membuat rancangan tapak, perkiraan biaya dan
mengurus untuk mendapatkan izin pendahuluan, izin prinsip atau advice planning dari
Pemerintah Daerah setempat.
- Menyusun pengembangan rancangan pelaksanaan, yang meliputi pembuatan rancangan
arsitektur beserta uraian dan visualisasi dua atau tiga dimensi bila diperlukan, membuat
rancangan struktur dan utilitas beserta analisis perhitungan.
- Menyusun rancangan detail, yang meliputi pembuatan gambar-gambar detail, rencana kerja
dan syarat-syarat, rincian volume pekerjaan, rencana anggaran biaya dan menyusun
dokumen perencanaan.
- Mempersiapkan paket lelang, yang meliputi membantu pemilik proyek dalam menyusun
dokumen pelelangan dan membantu panitia pelelangan dalam menyusun program
pelelangan.
- Dalam kegiatan pelelangan membantu panitia pelelangan memberikan penjelasan termasuk
menyusun berita acara penjelasan pekerjaan, membantu dalam evaluasi penawaran,
menyusun ulang dokumen pelelangan dan melaksanakan tugas-tugas yang sama jika
pelelangan harus diulang.
- Melaksanakan pengawasan berkala, meliputi pengamatan terhadap proses konstruksi secara
berkala, melakukan penyesuaian gambar dan teknik pelaksanaan konstruksi, memberikan
penjelasan atas permasalahan yang timbul selama konstruksi, memberikan rekomendasi
penggunaan material, menyusun laporan akhir perencanaan.
- Menyusun konsep petunjuk pemakaian dan pemeliharaan hasil proyek, buku manual operasi
peralatan dan perlengkapan fasilitas dengan segala perubahan-perubahan yang telah
dilakukan selama konstruksi dan sesuai dengan as built drawing.
- Dalam kegiatan aplikasi VE memberikan penjelasan rancangan untuk menyusun studi
kelayakan VE, melaksanakan penyempurnaan rancangan sesuai perubahan dari hasil studi VE
yang telah disepakati, bertanggung jawab terhadap hasil perancangan yang diakibatkan oleh
apliksi VE.
4) Konsultan Pengawas
Biasanya konsultan pengawas digunakan apabila perancangan dilakukan oleh satu konsultan
perencana dan pelaksanaan konstruksi fisik dilakukan oleh satu kontraktor. Konsultan pengawas
berfungsi untuk membantu pemilik proyek melaksanakan pengawasan pada tahap konstruksi fisik,
sehingga mulai bertugas sejak pemberian penjelasan pada saat pelelangan sampai penyerahan
hasil konstruksi fisik. Konsultan pengawas dapat dirangkap oleh konsultan perencana dan
pemilihannya berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan.Kegiatan konsultan pengawas dalam
melaksanakan tugasnya selama konstruksi fisik berlangsung, antara lain :

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 259


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
- Memeriksa dan mempelajari dokumen kontrak yang akan dijadikan dasar dalam tugas
pengawasan.
- Mengawasi pelaksanaan pemakaian material, peralatan serta metode pelaksanaan,
mengawasi ketepatan waktu dan pembiayaan konstruksi.
- Mengawasi pelaksanaan konstruksi dari aspek kualitas, kuantitas dan laju pencapaian volume
pekerjaan.
- Menginventarisasi perubahan dan penyesuaian yang harus dilakukan di lapangan sehubungan
dengan permasalahan yang timbul.
- Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat laporan pekerjaan
pengawasan berkala mingguan dan bulanan dengan masukkan hasil rapat lapangan serta
laporan-laporan pelaksanaan harian, mingguan dan bulanan yang dibuat oleh kontraktor.
- Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan untuk pembayaran angsuran,
pemeliharaan pekerjaan, serta serah terima hasil pekerjaan yang pertama dan kedua.
- Meneliti gambar-gambar yang sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan ( as
built drawing), sebelum serah terima yang pertama.
- Menyusun daftar kerusakan pada masa pemeliharaan dan mengawasi perbaikannya.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

- Membantu pemilik proyek mengurus sampai mendapatkan izin penggunaan hasil proyek dari
pemerintah daerah setempat.
- Menyusun konsep petunjuk pemakaian dan pemeliharaan hasil proyek, buku manual operasi
peralatan dan perlengkapan fasilitas dengan segala perubahan-perubahan yang telah
dilakukan selama konstruksi dan sesuai dengan as built drawing.
- Membantu pemilik proyek dalam menyiapkan dokumen pendaftaran hasil proyek sesuai
dengan peraturan yang ditentukan.
5) Kontraktor
Pada umumnya kehadiran kontraktor dalam tim proyek konstruksi adalah paling akhir yang
ditunjuk oleh pemilik proyek setelah proses perencanaan selesai. Peran utama kontraktor dalam
proyek konstruksi adalah sebagai manajer sumber daya yang bertugas untuk mengubah dokumen
perencanaan menjadi keluaran-keluaran berupa bangunan fisik. Sebagai pengelola segenap
sumber daya kontraktor harus benar-benar memiliki keahlian dalam bidang pengelolaan sumber
daya dengan akal kepintarannya dalam menentukan metode konstruksi berdasarkan teknologi dan
teknik konstruksi yang efektif dan efisien.Dalam melaksanakan konstruksi fisik kontraktor
berdasarkan pada gambar kerja, rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) lengkap dengan
penjelasan dan perubahan yang ditetapkan dalam kontrak, dengan biaya yang ditetapkan telah
termasuk jasa untuk kontraktor, IMB serta pajak-pajak. Termasuk dalam tugas kontraktor adalah
penyusunan value engineering change proposal (VECP) untuk pekerjaan berdasarkan anjuran
yang telah ditetapkan akan menggunakan VE dan disertakan pada surat penawaran. Kemudian
atas dasar keputusan dari pemilik proyek bersama-sama dengan konsultan VE melaksanakan
aplikasi VE. Disamping itu, kontraktor harus membuat dan menyusun as built drawing sebelum
serah terima pertama yang harus disetujui tim MK atau konsultan pengawas dan diketahui oleh
konsultan perencana.Pada saat konstruksi fisik tim kontraktor merupakan tim yang sangat sibuk.
Sehingga tim kontraktor harus mampu membangun komunikasi yang baik dengan berbagai pihak
yang terkait dengan pekerjaannya. Agar dapat menjalankan peran utamanya dengan baik maka
struktur organisasi kontraktor harus disusun seefektif dan seefisien mungkin.

b. Metode Pemasangan Pondasi Batu Kali/Batu Belah


Pondasi merupakan elemen pokok bangunan yang sangat vital,berfungsi sebagai penyangga
konstruksi bangunan di atasnya. Kekuatandan kekokohan suatu konstruksi bangunan gedung sangat
tergantungdari konstruksi pondasi.Konstruksi pondasi suatu bangunan harus memenuhipersyaratan
sebagai berikut:
1) Bentuk dan konstruksinya harus menunjukkan suatu konstruksi yangkokoh dan kuat untuk
mendukung beban bangunan di atasnya.
2) Pondasi harus dibuat dari bahan yang tahan lama dan tidak mudahhancur, sehingga kerusakan
pondasi tidak mendahului kerusakanbagian bangunan di atasnya.
3) Tidak boleh mudah terpengaruh oleh keadaan di luar pondasi, sepertikeadaan air tanah dan lain-
lain.
4) Pondasi harus terletak di atas tanah dasar yang cukup kerassehingga kedudukan pondasi tidak
mudah bergerak (berubah), baikbergerak ke samping, ke bawah (turun) atau terguling.
Batu belah merupakan bahan konstruksi pondasi yang palingbanyak digunakan, karena batu

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 260


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
belah yang umumnya didapatkan daribatu kali tidak mengalami perubahan bentuk dan kualitas bila
tertanam didalam tanah.
Persyaratan batu belah sebagai bahan konstruksi pondasiadalah batu tersebut mempunyai
permukaan yang kasar, berukuran ± 25cm, bersih dari segala kotoran. Batu belah yang
permukaannya haluskurang baik dipakai sebagai bahan pondasi, sehingga harus dipecahterlebih
dahulu agar didapatkatkan permukaan yang kasar. Demikian jugadengan batu belah yang berpori
sebaiknya tidak digunakan untuk bahankonstruksi pondasi. Permukaan batu yang kasar akan
membuat ikatanyang kokoh.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 5.10
Konstruksi Pondasi Batu Kali

Pada umumnya tampang lintang dari badan pondasi batu belah berbentuk trapesium dengan
lebar sisi bagian atas paling sedikit 25 cm, sehingga didapatkan susunan batu yang kokoh. Sebelum
dipasang, batu belah harus disiram air terlebih dahulu. Bila tanah dasar pondasi banyakmengandung
air, maka sebelum pondasi dipasang harus disusun terlebihdahulu pasangan batu kosong yang diisi
pasir pada rongga-rongganya.Bentuk konstruksi pondasi belah antara lain adalah sepertipada Gambar
5.10 di atas.

Gambar 5.11
Susunan Pasangan Batu Kosong (Aanstamping)

c. Metode Pemasangan Pasangan Bata


Dengan aturan pemasangan batu merah kita menghubungkanbatu merah masing-masing
bersama mortar menjadi suatu kesatuan yangjuga dapat menerima beban. Siar-siar vertikal selalu
diusahakan agar tidakmerupakan satu garis, harus bersilang.Siar vertikal pada umumnya kita pilih

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 261


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
sebesar 1 cm dan siar horisontalsetebal 1,5 cm.
Cara pemasangan batu bata adalah: sebelum pemasanganpemasangan perlu dibasahi lebih
dahulu atau direndam sebentar di dalamair. Sesudah lapisan pertama pada lantai atau pondasi
dipasang, makadisiapkan papan mistar yang menentukan tinggi lapisan masing-masing,sehingga
dapat diatur seragam. Kemudian untuk lapisan kedua dan yangberikutnya pada batu masing-masing
diletakkan adukan (mortar) padadinding yang sudah didirikan untuk siar yang horisontal dan pada
batu merahyang akan dipasang pada sisi sebagai siar vertikal. Sekarang batu merahdipasang menurut
tali yang telah dipasang menurut papan mistar sampaibatu merah terpasang rapat dan tepat. Dengan
sendok adukan, mortaryang tertekan keluar siar-siar dipotong untuk digunakan langsung untukbatu
merah berikutnya. Pada musim hujan dinding-dinding pasangan batumerah yang belum kering harus
dilindungi terhadap air hujan. Cara pemasangan batu bata dapat dilihat pada gambar berikut.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 5.12
Cara Pemasangan Batu Bata

Kualitas batu merah di Indonesia umumnya kurang baik dan seringkurang keras dan padat,
tidak seperti batu merah yang dibuat di Eropa dansebagainya. Hal ini disebabkan oleh bahan dasar
dan cara pembuatan yangmasih sering sangat sederhana. Karena itu, untuk menambah
keawetanterhadap pengaruh-pengaruh iklim, maka terutama dinding batu merahdengan tebal 11 cm
atau 11,5 cm (karena tipisnya dinding terlalu lemahuntuk menahan gaya tekan vertikal dan gaya
horisontal atau gaya gempa)diperkuat dengan rangka yang terdiri dari kolom atau balok beton
bertulangsetiap luas tembok 12.00 m2. Kolom beton bertulang ini selalu dipasang disudut-sudut,
pertemuan dan persilangan dinding, dan pada jarak 3,00 m.

d. Metode Pemasangan Kusen


Metode pemasangan kusen pintu adalah sebagai berikut:
1) Siapkan alat dan bahan secukupnya di tempat yang aman dan mudahdijangkau.
2) Rentangkan benang berjarak separuh dari tebal kusen terhadap asbouwplank untuk menentukan
kedudukan kusen.
3) Pasang angker pada kusen secukupnya.
4) Dirikan kusen dan tentukan tinggi kedudukan kusen pintu yaitu 2 meterdari tinggi bouwplank.
5) Setel kedudukan kusen pintu sehingga berdiri tegak dengan menggunakanunting-unting.
6) Pasang skur sehingga kedudukannya stabil dan kokoh.
7) Pasang patok untuk diikat bersama dengan skur sehingga kedudukanmenjadi kokoh.
8) Cek kembali kedudukan kusen pintu, apakah sudah sesuai pada tempatnya,ketinggian dan
ketegakan dari kusen.
9) Bersihkan tempat sekelilingnya.
Metode pemasangan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 262


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Gambar 5.13
Metode Pemasangan Kusen Pintu

Gambar 5.14
Metode Pemasangan Kusen Jendela

Metode pemasangan kusen jendela adalah sebagai berikut:


1) Siapkan alat dan bahan secukupnya di tempat yang aman dan mudahdijangkau.
2) Rentangkan benang selebar setengah ukuran batu bata dari as bouwplank.
3) Pasang bata setengah batu setinggi dasar kusen jendela.
4) Rentangkan benang setinggi 2 meter dari bouwplank.
5) Pasang kusen jendela setinggi benang tersebut.
6) Pasang kusen jendela sampai betul-betul tegak dengan pertolonganunting-unting.
7) Pasang skur agar kedudukannya stabil dan kuat.
8) Cek kembali posisi kusen jendela sampai terpasang pada keadaan yangbenar.
9) Bersihkan tempat sekelilingnya.
Metode pemasangan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.14 di atas.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 263


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
e. Metode Pemasangan Keramik
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani, keramikosyang artinya suatu bentuk dari
tanah liat yang telah mengalami prosespembakaran. Lantai keramik atau ubin keramik adalah bahan
penutup(finishing) lantai dari bahan keramik. Tujuan pemasangan ubin keramikselain sebagi penutup
lantai adalah menambah kekuatan lantai,mempermudah pemeliharaan dan kebersihan lantai, serta
mendekorasiruangan (lantai). Selain fungsi-fungsi tersebut, efek pemasangan keramiklantai juga bisa
menghadirkan atmosfer tertentu pada ruangan,tergantung jenis dan corak keramik yang dipilih.
Dalam kaitan dengan mutu ubin keramik dikenal istilah KW1,KW2, KW3, artinya dalam satu
kotak keramik KW1 berisi keramikkualitas paling baik dan nol kerusakan atau tidak ada yang cacat
(reject),sedangkan KW berikutnya kualitasnya lebih rendah, seperti warna tidaksama persis sama,
ukuran berselisih antara satu dengan lainnya berkisar1 – 1,5 mm. Jenis dan merk lantai keramik yang
ada dipasaran antaralain: Roman, KIA, IKAD, INA, White Horse, Masterina, Mulia, Acura,Hercules,
KIG, Milan, Platinum, Genova dan sebagainya.
Kelebihan ubin keramik, antara lain:
 Kaya akan ragam jenis, corak, tekstur, harga dan bahan pembentuk(batu alam, granit, marmer)
 Kekuatan fisik tinggi (lebih tinggi dari parket), warna tahan sangatlama, serta mudah dalam
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

membersihkannya.
 Permukaannya anti air (daya serap airnya kecil) sehingga mudahdalam pemeliharaan dan cara
membersihkan)
 Tahan terhadap goresan pisau dan juga tahan panas (api).
Kekurangan ubin keramik adalah meledak pada musim kemarau, terjadi akibat udara (tidak
semuabagian di bawah keramik solid terisi adukan) panas yang terperangkap dibawah keramik
memuai dan mendorong keramik hingga pecah (IngatIndonesia beriklim tropik lembab), penyebab
lain adalah adukan kuranghomogen (adukan dilakukan sebentar, kurang lama) yangmengakibatkan
daya rekat tidak tahan lama sehingga beberapa waktukemudian ubin keramik lepas.
Sebelum memasang ubin keramik diatas dasar lantai beton, adabeberapa hal yang harus
diperhatiakn dan dilakukan, yaitu menghitungsecara akurat ubin keramik yang dibutuhkan. Buatlah
gambar desain polalantai dan lajur pemasangan (arah horizontal, vertikal atau diagonal luasruang)
untuk membantu menghitung secara detail kebutuhan keramik(lebihkan sekitar 5 % untuk
persediaan, bila waktu pemasangan pasangada yang rusak, dan cadangan apabila ada kerusakan
dikemudian hari,disebabkan stok terbatas dan selang bebrapa waktu kemungkinan tidakdiproduksi
lagi). Dan pastikan ubin keramik yang datang dan akandipasang sesuai kode, ukuran warna yang
dipesan.

Metode pemasangan keramik antara lain:


1) Rendam keramik dalam air.Hal ini akan membuat keramik menjadi lebih elastis dan pada saat
pemasangan dapat dengan mudah menempel. Perhatikan kualitas keramik. Jika ia keramik kw 1
maka tak ada masalah, namun jika ia merupakan kw 2 atau 3 akan susah memasang untuk
presisi. Untuk itu nat keramik harus longgar karena masing-masing keramik memiliki selisih 0,2-
0,5 mm. Hingga keramik tidak saling bertubrukan.
2) Oleskan air semen.Bilaskan semen yang sudah dicampuri air sedikit ke bawah keramik, hal ini
akan membuat daya rekat keramik ke adukan benar-benar lengket.
3) Adukan dan permukaan dasar lantai beton harus benar-benar bersih.Adukan harus benar-benar
homogen atau semen, pasir dan air sudah sudah diaduk sehingg benar-benar bercampur dengan
baiik dan dasar lantai yang akan dipasang harus bersih dari kerikil, batu atau ganjalan-ganjalan
lain yang akan membuat rongga di bawah keramik.
4) Padatkan secara rata.Ketuk keramik yang baru dipasang dan pastikan tidak ada yang kopong atau
bagian dasar yang berongga. Karena keadaan demikian akan membuat keramik lepas di
kemudian hari. Periksa apakah ketinggiannya sudah sama rata dengan benang yang ditarik untuk
menentukan ketinggian lantai.
5) Nat keramik dipasang belakangan.Jangan pasang semen oker atau nat pada sisi keramik saat itu
juga. Biarkan ubin keramik yang telah terpasang selama 2 atau 3 hari. Hal ini akan membuat sisa
udara yang mengendap akan keluar melalui bagian nat yang belum ditutup. Setelah itu baru
diberi semen nat dan jangan lupa membersihkan nat yang masih kosong dari kotoran yang
mengendap.
6) Jangan diinjak-injak.Amankan areal keramik yang baru dipasang dari lalu lalang orang selama 2-3
hari. Jangan biarkan ubin keramik akan ambles karena adukan dibawahnya masih belum kuat
untuk dibebani.

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 264


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
7) Periksa hasil pemasangan.Periksa kembali semua ubin keramik yang telah terpasang dengan
memukul atau ketukan-ketukan dengan batang kayu pada permukaan satu ubin keramik,
kemudian lakukan pada ubin keramik berikutnya dan seterusnya. Pastikan dibawah ubin keramik
yang terpasang semuanya padat terisi adukan dan tidak ada yang kopong. Dalam sebuah areal
pemasangan seukuran 3 x 3 m biasanya terdapat 3-5 keramik yang kopong. Untuk itu segera
bongkar keramik tersebut dan ulangi pemasangannya.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru P a g e | 265


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar

Anda mungkin juga menyukai