Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MATA KULIAH

NTSI6602 ESTIMASI BIAYA


Dosen Pembina : Mohammad Musthofa Al Ansyorie

MAKALAH
ESTIMASI BIAYA BANGUNAN

OLEH
Dio Septya Nugraha (170523627
Dito Septyo Nugraha (170523627
Felicito Rizal Putra (170523627061)
Harfian Muhammad Ashari (170523627090)
Off A

PROGRAM S1 TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan perhitungan ini yang
berjudul “Estimasi Biaya Bangunan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
syarat matakuliah Estimasi Biaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Mohammad Musthofa Al
Ansyorie sebagai dosen pengampu karena telah membina dan bersedia
membagikan ilmunya kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun
perhitungan ini. Terima kasih penulis juga ucapkan kepada orang tua yang selalu
mendoakan penulis, dan pihak-pihak lain yang turut membantu penyusunan
Perhitungan ini sehingga dapat dinikmati oleh pembaca.
Penulis bersedia menerima baik kritik maupun saran yang dapat
membangun baik penulis maupun pembaca agar dapat berkarya dengan lebih baik
lagi. Penulis meminta maaf jika terdapat kekurangan dalam perhitungan ini.
Semoga bermanfaat. Terima kasih.

Malang, 22 Juli 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Dasar-dasar Estimasi Biaya......................................................................3
2.2 Perhitungan Volume Pekerjaan.................................................................4
2.3 Perhitungan Koefisien Pekerjaan............................................................15
2.4 Perhitungan Biaya (Material dan Upah).................................................17
2.4.1 Analisa Harga Satuan Bahan/Material................................................17

2.4.2 Analisa Harga Satuan Upah................................................................18

2.5 Pembobotan Pekerjaan............................................................................22


BAB 3 PENUTUP 24
3.1 Simpulan......................................................................................................24
3.2 Saran............................................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Estimasi biaya merupakan hal penting dalam industri konstruksi.
Ketidakakuratan dalam estimasi dapat memberikan efek negatif dalam proses
konstruksi dan semua pihak yang terlibat. Definisi estimasi biaya menurut
National Estimating Society – USA adalah seni memperkirakan (the art of
approximating) kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan
yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada waktu itu.
Estimasi biaya erat kaitannya dengan analisis biaya, yaitu pekerjaan yang
menyangkut pengkajian biaya kegiatan-kegiatan terdahulu yang akan dipakai
sebagai bahan untuk menyusun perkiraan biaya. Dengan kata lain, menyususn
estimasi biaya berarti melihat masa depan, memperhitungkan, dan mengadakan
perakiraan atas hal-hal yang akan mungkin terjadi. Sedangkan analisis biaya
menitikberatkan pada pengkajian dan pembahasan biaya kegiatan masa lalu yang
akan dipakai sebagai masukan.
Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan penelitian untuk mengetahui
dasar-dasar estimasi biaya, perhitungan volume pekerjaan, perhitungan koefisien
pekerjaan, perhitungan biaya (material dan upah), dan pembobotan pekerjaan.
Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Estimasi Biaya Bangunan”.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berikut rincian rumusan pada makalah ini.
a. Dasar-dasar Estimasi Biaya.
b. Perhitungan volume pekerjaan.
c. Perhitungan koefisien pekerjaan.
d. Perhitungan biaya (material dan upah).
e. Pembobotan pekerjaan.

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.
a. Agar pembaca mengetahui dasar-dasar estimasi biaya.
b. Agar pembaca mengetahui perhitungan volume pekerjaan.
c. Agar pembaca mengetahui perhitungan koefisien pekerjaan.
d. Agar pembaca mengetahui perhitungan biaya (material dan upah).
e. Agar pembaca mengetahui pembobotan pekerjaan.

BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan pada BAB 1, pada bagian ini
disajikan tentang (1) dasar-dasar estimasi biaya, (2) perhitungan volume
pekerjaan, (3) perhitungan koefisien pekerjaan, (4) perhitungan biaya (material
dan upah), dan (5) pembobotan pekerjaan.
2.1 Dasar-dasar Estimasi Biaya
Estimasi biaya merupakan hal penting dalam industri konstruksi.
Ketidakakuratan dalam estimasi dapat memberikan efek negatif dalam proses

2
konstruksi dan semua pihak yang terlibat. Definisi estimasi biaya menurut
National Estimating Society – USA adalah seni memperkirakan (the art of
approximating) kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan
yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada waktu itu.
Estimasi biaya erat kaitannya dengan analisis biaya, yaitu pekerjaan yang
menyangkut pengkajian biaya kegiatan-kegiatan terdahulu yang akan dipakai
sebagai bahan untuk menyusun perkiraan biaya. Dengan kata lain, menyususn
estimasi biaya berarti melihat masa depan, memperhitungkan, dan mengadakan
perakiraan atas hal-hal yang akan mungkin terjadi. Sedangkan analisis biaya
menitikberatkan pada pengkajian dan pembahasan biaya kegiatan masa lalu yang
akan dipakai sebagai masukan.
Dalam usaha mencari pengertian lebih lanjut mengenai estimasi biaya,
maka perlu diperhitungkan hubungannya dengan cost engineering. Cost
engineering menurut AACE (The American Association of Cost Engineer) adalah
area dari kegiatan engineering dimana pengalaman dan pertimbangan
engineering dipakai pada aplikasi prinsip-prinsip teknik dan ilmu pengetahuan di
dalam masalah perkiraan biaya dan pengendalian biaya (Soeharto, 1995).
Selain diperlukan pengetahuan teknik dan Engeenering, kualitas
estimasi sangat ditentukanoleh:
1) Tersedianya data dan informasi,
2) Teknik dan metode yang digunakan,
3) Kecakapan dan pengalaman estimator,
4) Tujuan pemakaian perkiraan biaya.
Sumber informasi terbaik adalah pengalaman perusahaan dari proyek-
proyek yang pernah dikerjakan antara lain, informasi mengenai jumlah
material yang terpakai, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk suatu jenis
pekerjaan ( produktivitas perorang ataupun pergroup tenaga kerja ), jam kerja
peralatan, dll.
Estimasi biaya konstruksi dikerjakan sebelum pelaksanaan fisik
dilakukan dan memerlukan analisis detail dan kompilasi dokumen penawaran
dan lainnya. Estimasi biaya mempunyai dampak pada kesuksesan proyek dan
perusahaan. Keakuratan dalam estimasi biaya tergantung pada keahlian dan

3
kerajinan estimator dalam mengikuti seluruh proses pekerjaan dan sesuai
dengan infomasi terbaru. Secara umum komponen biaya yang tercantum
dalam estimasi biaya konstruksi meliputi :
1) Estimasi biaya langsung (material, labor,dan peralatan),
2) Estimasi biaya tak langsung,
3) Biaya tak terduga (overhead),
4) Keuntungan (profit)

2.2 Perhitungan Volume Pekerjaan


Volume suatu pekerjaan adalah menghitung jumlah banyaknya volume
pekerjaan dalam satu satuan. Volume juga disebut sebagai kubikasi pekerjaan.
Volume (kubikasi) yang dimaksud dalam pengertian ini bukanlah merupakan
volume (isi sesungguhnya), melainkan jumlah volume bagian pekerjaan dalam
satu kesatuan. Dari pengertian diatas dapat diketahui dengan jelas bahwa satuan
masing-masing volume pekerjaan, contohnya seperti volume pondasi batu kali 25
m3, atap 140 m2, listplank 28 m, angker besi beton 40 kg, dan kunci tanam 17
buah, bukanlah volume dalam arti sesungguhnya melainkan volume dalam satuan,
kecuali volume pondasi batu kali 25 m3 yang merupakan volume sesungguhnya.
Di bawah ini merupakan materi untuk rumus-rumus cara menghitung volume
setiap item atau elemen pekerjaan. Berikut merupakan beberapa contoh untuk
rumus-rumus cara menghitung volume item atau elemen pekerjaan.

1) Pekerjaan Persiapan, Galian Dan Urugan


(1) Pembersihan Site atau Lokasi Tanah
Cara menghitung volume:
V =PxL
Keterangan:
V = Volume pembersihan lahan
P = Panjang lahan
L = Lebar lahan
(2) Pengukuran Dan Pemasangan Bouwplank

4
Cara menghitung volume untuk lokasi kosong:
V = (P + 2) x 2 + (L + 2) x 2
Cara menghitung volume untuk lokasi yang sekelilingnya telah
terbangun:
V = (P + L) x 2
Keterangan:
V = Volume bouwplank
P = Panjang bangunan
L = Lebar bangunan
(3) Galian Tanah Pondasi
Misal pondasi berukuran lebar tapak 80 cm, lebar atas 30 cm, tinggi
75 cm, dan panjang 48 cm. Cara menghitung volume pondasi
bangunan adalah sebagai berikut:
VA = (a + b)/2 x h x p
Pondasi pagar berukuran lebar tapak 70 cm, lebar atas 30 cm, tinggi
60 cm, dan panjang 38,5 cm. Cara menghitung volume pondasi
pagar adalah sebagai berikut:
VB = (a +b) x h/2 x p
Jumlah total galian tanah pondasi:
Vt = VA + VB
Keterangan:
Vt = Volume tanah galian total
VA = Volume pondasi bangunan
VB = Volume pondasi pagar
A = Lebar galian pondasi bagian bawah
B = Lebar galian pondasi bagian atas
H = Tinggi galian pondasi
P = Panjang galian pondasi
(4) Urugan Pasir Dan Tanah
a) Urugan pasir di bawah pondasi
Cara menghitung volume urugan pasir di bawah pondasi
bangunan:

5
VA =hxbxp
Cara menghitung volume urugan pasir di bawah pondasi pagar:
VA =hxbxp
Jumlah total volume urugan pasir di bawah pondasi:
Vt = VA + VB
Keterangan:
Vt = Volume urugan pasir total
VA = Volume urugan pasir di bawah pondasi bangunan
VB = Volume urugan pasir dibawah pondasi pagar
H = tebal urugan
B = lebar urugan
P = Panjang pondasi
b) Urugan pasir dibawah lantai
Cara menghitung volume:
V =hxL
Keterangan:
V = Volume urugan pasir
L = Luas lantai (l xp)
H = tebal urugan pasir
L = lebar ruangan
P = panjang ruangan
c) Urugan tanah kembali ke sisi pondasi
Cara menghitung volume:
V = V galian tanah – (V pasangan batu kali + V urugan
pasir dibawah pondasi)
d) Urugan tanah peninggian lantai
Misal penimggian lantai dianggap 40 cm dari tanah asli.
Cara menghitung volume:
V = (h x L) – St
Keterangan:
V = Volume urugan tanah
L = Luas ruangan (l xp)

6
L = lebar urugan
H = tebal urugan tanah
P = panjang ruangan
St = sisa volume urugan tanah pondasi
2) Pekerjaan Beton Bertulang
(1) Sloof beton
Cara menghitung volume sloof beton bangunan:
VA =bxhxp
Cara menghitung volume sloof beton pagar:
VB = b x h x p
Keterangan:
VA = Volume sloof beton bangunan
VB = Vlome sloof beton pagar
B = lebar penampang sloof beton
H = tinggi penampang sloof beton
P = panjang pondasi
Cara menghitung volume seluruh sloof
∑V = VA + VB
Keterangan:
∑V = Volume keseluruhan sloof
VA = volume sloof pada bangunan
VB = volume sloof pada pagar
(2) Kolom Beton Bangunan
Cara menghitung volume:
VA = (b x h x t) ∑k
Keterangan:
VA = Volume kolom betob bangunan
B = Lebar kolom
H = Tebal kolom
T = tinggi kolom
∑k = Jumlah kolom
(3) Beton Ringbalk

7
Cara menghitung beton ringbalk pada bangunan:
VA =bxhxp
Keterangan:
VA = Volume kolom betob ringbalk
B = Lebar beton ringbalk
H = Tebal beton ringbalk
3) Pekerjaan Pasangan Dinding Dan Plesteran
(1) Pasangan dinding bata merah trasram 1:3
Cara menghitung volume diatas sloof 30 cm:
V1 = h x p – L pintu
Cara menghitung volume pada dinding KM/WC:
V2 =hxp
Cara menghitung keseluruhan pasangan dinding bata merah 1:3
(trasram):
∑V = V1 + V2
Keterangan:
∑V = Volume pasangan didnding bata merah 1:3 (trasram)
V1 = Volume pasangan didnding bata merah 1:3 setinggi 30 cm
V2 = Volume pasangan didnding bata merah KM/WC 1:3 setinggi
160 cm
H = tinggi didnding trasram
P = panjang dinding trasram
L pintu = Luas pintu
(2) Pasangan dinding bata merah 1:5 pada bangunan
Cara menghitung volume:
V1 = (h x p) - ∑Lp - ∑Lj - ∑Lb
(3) Pasangan Dinding Bata merah 1:5 Pada pagar
Cara menghitung volume:
V2 =hxp
(4) Pasangan dinding bata merah 1:5 pada sopi-sopi
Cara menghitung volume:
V3 = 0,5 x (h1 x p1) x 2 + 0,5 x (h2 xp2)

8
Volume keseluruhan pasangan dinding bata merah 1:5
∑V = V1 + V2 + V3
Keterangan:
∑V = Volume keseluruhan pasangan didnding bata merah 1:5
V1 = Volume pasangan didnding bata merah 1:5 pada bangunan
V2 = Volume pasangan didnding bata merah 1:5 pada pagar
H = tinggi didnding bata 1:5
P = panjang dinding bata 1:5
∑Lp = Jumlah seluruh luas pintu
∑Lj = jumlah seluruh luas jendela
∑Lb = Jumlah seluruh luas bovenlight
(5) Pasangan bata rolag untuk teras
Cara menghitung volume:
V =hxtxp
Keterangan:
V = volume pasangan bata ralog
H = tinggi bata ralog
P = panjang teras
T = tinggi ralog
4) Pekerjaan Plesteran Dan Aci
(1) Plesteran Dan Aci 1:3
Cara menghitung volume:
Vs = {(h plesteran x h plestera) – L pintu} x 2
Atau
∑Vbt = (V1 x 2) + (V2 x 2)
Keterangan:
2 = jumlah dinding yang akan diplester (luar dan dalam)
∑Vbt = Volume plesteran dinding trasram 1:3
H plesteran = tinggi plesteran dinding trasram
P plesteran = panjang plesteran dinding trasram
L pintu = luas pintu
V1 = volume pasangan bata diatas sloof

9
V2 = volume pasangan bata di KM/WC
(2) Plesteran Dinding Bertekstur
Cara menghitung volume:
Vdt = tdt x pdt
Keterangan:
Vdt = Volume dinding bertekstur
Tdt = lebar dinding bertekstur
Pdt = panjang dinding bertekstur
5) Pekerjaan Lantai Keramik
(1) Cara menghitung volume:
V = ∑L – (∑L1 + ∑L2)
Keterangan:
V = Volume lantai keramik ruangan
∑L = jumlah luas lantai yang akan dipasang keramik
6) Pekerjaan Plafon
(1) Rangka Plafon Dan Plafon Triplek
Cara menghitung volume:
V =∑CD + ∑CL
Keterangan:
V = Volume rangka beton
∑CD = jumlah ruangan yang akan dipasang plafon
∑CL = jumlah bagian luar yang akan dipasang plafon (teras)
(2) Lisplafon
Lisplafon kayu profil 5 cm (untuk ditempel pada dinding)
Cara menghitung volume:
V = ∑PLp
Keterangan:
V = Volume lisplafon
∑PLp = jumlah panjang lisplafon
7) Pekerkaan Kusen, Pintu dan Jendela
(1) Kusen Kayu
Cara menghitung volume:

10
V =LXP
=bxhxp
Keterangan:
V = Volume kusen
L = Luas penampang Kayu
P = Pnjang kayu
B = Lebar penampang kayu sebelum diserut
h = Tinggi penampang kayu sebelum diserut
(2) Pekerjaan Daun Pintu Dan jendela
Pekerjaan daun pintu panel teakblock dan daun pintu besi
Cara menghitung volume:
V = l x h x ∑p
Keterangan:
V = Volume daun pintu
L = Lebar daun pintu
H = tinggi daun pintu
∑p = jumlah pintu
(3) Pekerjaan daun pintu KM/WC PVC
Cara menghitung volume
V = ∑p
Keterangan:
V = Volume daun pintu (Pf)
∑p = Jumlah daun pintu PVC
(4) Pekerjaan Daun Jendela
Cara menghitung volume:
V = (l x h x ∑ J1) + (l x h x ∑ J2) + (l x h x ∑ Pj)
Keterangan:
V = volume daun jendela
L = lebar daun jendela
H = tinggi daun jendela
∑J1-4 = jumlah daun jendela
(5) Pekerjaan Bovenlight

11
Cara menghitung volume:
V = ∑ (l x p)
Keterangan:
V = volume bovenlight
L = lebar bovenlight
P = panjang bovenlight
(6) Pekerjaan Kusen Sopi-sopi
Cara menghitung volume:
V = ∑Ks
Keterangan:
V = volume kusen sopi-sopi
∑ Ls = jumlah kusen sopi-sopi
8) Pekerjaan Perlengkapan Pintu Dan Jendela
(1) Kunci pintu panel
Cara menghitung volume kunci pintu:
V = ∑Kp
Keterangan:
V = Jumlah kunci pintu
∑Kp = jumlah kunci pintu yang akan dipasang
(2) Engsel Pintu Dan Jendela
Cara menghitung volume engsel pintu (3 bh/pintu)
V = (∑dp x 3) bh
Keterangan:
V = jumlah engsel pintu
∑dp = jumlah daun pintu
(3) Grendel Pintu Dan Jendela
Cara menghitung volume grendel pintu
V = (∑dp x 1) bh
Keterangan:
V = jumlah Grendel pintu
∑dp = jumlah daun pintu
9) Pekerjaan Atap

12
(1) Rangka atap rumah dan garasi
Kuda-kuda atap rumah
Cara menghitung volume:
Vk1 = h x b x p
Vk2 = h x b x p
Vk3 = h x b x p
Vgp = h x b x p
∑V = V1 + V2 + Vgp
Keterangan:
Vk1-3 = volume kuda-kuda kayu 8/12
Vgp = volume kuda-kuda kayu balok gapit 6/12
H = tinggi penampang kayu
B = lebar penampang kayu
∑V = jumlah seluruh volume balok kuda-kuda dan balok gapit
(2) Kaso Dan Reng
Cara menghitung volume:
V = ∑ LA
Keterangan:
V = Volume kaso dan reng
∑ LA = jumlah luas bidang atap
(3) Lipslang Kayu
Cara menghitung volume:
V = ∑ LP
Keterangan:
V = Volume Lipslang
∑ Lp = panjang overstek
Jurai luar, dalam dan talang
Cara menghitung volume jurai luar:
V = b x h x ∑ Jr
Keterangan:
V = volume jurai luar
H = tinggi penampang kayu

13
B = lebar penampang kayu
∑ Jr = jumlah semua panjang kayu jurai luar, dalam dan talang
(4) Talang jurai
Cara menghitung volume talang jurai:
V = ∑ Tj
Keterangan:
V = volume jurai luar
∑ Tj = panjang talang jurai
(5) Penutup Atap
Cara menghitung volume atap genteng:
V = ∑ LA
Keterangan:
V = volume atap genteng beton warna
∑L = jumlah luas bidang atap = luas kaso reng
(6) Nok genteng
Cara menghitung volume nok genteng beton:
V = ∑ Nb
Keterangan:
V = volume nok genteng beton warna
∑ Nb = jumlah genteng nok

2.3 Perhitungan Koefisien Pekerjaan


Koefisien analisa harga satuan adalah angka–angka jumlah kebutuhan
bahan maupun tenaga yang diperlukan untuk mengerjakan suatu pekerjaan dalam
satu satuan tertentu. koefisien analisa harga satuan berfungsi sebagai pedoman
awal perhitungan rencana anggaran biaya bangunan, kondisi tersebut membuat
koefisien analisa harga satuan menjadi kunci menghitung dengan tepat perkiraan
anggaran biaya bangunan.
Contoh koefisien analisa harga satuan bangunan, misalnya untuk 1 m2
pekerjaan plesteran dinding koefisien analisa harga satuanya adalah sebagai
berikut:
Analisa untuk 1 m2 pekerjaan plesteran 1 pc : 4 ps

14
Koefisien analisa bahan,
 0.2170 zak semen
 0.02830 m3 pasir pasang
Koefisien analisa tenaga,
 0.0125 hari mandor
 0.0200 hari kepala tukang
 0.2000 hari tukang batu
 0.2500 hari pekerja
Angka–angka diatas merupakan koefisien analisa harga satuan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan 1 m2 pekerjaan plesteran membutuhkan 0.2170
zak semen, sehingga jika kita akan mengerjakan 100 m2 pekerjaan plesteran maka
kita harus membeli atau menyediakan semen sebanyak 0.2170 x 100 = 21,70 zak.
Begitu juga dengan kebutuhan tenaga sesuai koefisien analisa harga satuan diatas
untuk menyelesaikan 1 m2 pekerjaan plesteran diperlukan 0.20 hari tukang batu,
maka untuk menyelesakan 100 m2 plesteran dibutuhkan 0.20 x 100 = 20 hari kerja
untuk satu tukang, jika ingin menyelesaikan pekerjaan plesteran tersebut dalam
waktu 5 hari maka diperlukan tukang batu sebanyak 20 hari : 5 = 4 tukang batu.
Cara untuk mencari koefisien analisa harga satuan di indonesia bisa
dlakukan dengan berbagai macam cara, diantaranya adalah:
1) Melihat buku Analisa BOW
Koefisien analisa harga satuan BOW ini berasal dari penelitian zaman
belanda dahulu, untuk sekarang ini sudah jarang digunakan karena adanya
pembengkakan biaya pada koefisien tenaga.
2) Melihat Standar Nasional Indonesia (SNI)
standar nasional (SNI) ini dikeluarkan resmi oleh badan standarisasi
nasional, dikeluarkan secara berkala sehigga SNI tahun terbaru merupakan
revisi edisi SNI sebelumya. untuk memudahkan mengetahui edisi yang
terbaru, SNI ini diberi nama sesuai tahun terbitnya misal : SNI 1998, SNI
2002 , SNI 2007, dan SNI tahun terbaru.
3) Melihat standar perusahaan

15
Pada perusahaan tertentu menerbitkan koefisien analisa harga satuan
tersendiri sebagai pedoman kerja karyawan, koefisien analisa harga satuan
perusahaan ini biasanya merupakan rahasia perusahaan.
4) Pengamatan dan penelitian langsung dilapangan.
Cara ini cukup merepotkan dan membutuhkan cukup banyak waktu, tapi
hasilnya akan mendekati ketepatan karena diambil langsung dari
pengalama kita dilapangan, caranya dengan meneliti kebutuhan bahan,
waktu dan tenaga pada suatu pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
5) Melihat standar harga satuan
Harga satuan ini dikeluarkan per wilayah oleh pemerintah indonesia
maupun standar perusahaan masing – masing, jika kita menggunakan
harga satuan ini maka kita tidak memerlukan koefisien analisa harga
satuan karena untuk menghitung rencana anggaran biaya kita hanya perlu
mengalikan volume pekerjaan dengan harga satuan.
Contoh perhitungan koefisien dari galian tanah (m3) dengan tenaga
manusia.
1) Analisa Teknis Satuan Pekerjaan
Pertama adalah menganalisa alat apa yang dibutuhkan dalam
melaksanakan pekerjaan tersebut. Cangkul biasa digunakan untuk
menggali tanah, hasilnya tentu akan berbeda kalau menggunakan alat lain
untuk menggali tanah. Hitung seberapa banyak yang dapat diperoleh dari
sebidang cangkul dalam hal ini dengan satuan m3.
2) Produktifitas
Anggap volume yang diperoleh dari sebidang cangkul adalah P = 200 mm
L = 200 mm, ketebalan tanah yang bisa di angkat adalah 45 mm, jadi
dalam sebidang cangkul di peroleh 200 x 200 x 45 = 0,0018 m3, langsung
dkonversikan ke dalam meter dengan begitu dalam sekali cangkul di dapat
tanah sebanyak 0,0018 m3. Hitung berapa kali tukang gali harus
mencangkul untuk memperoleh 1 m3, berarti 1 m3/0,0018 m3 maka
diperoleh 556 kali mencangkul untuk mendapatkan tanah sebanyak 1 m3.
Ubah kedalam satuan waktu, hitung berapa waktu yang dibutuhkan tukang
gali untuk sekali mencangkul dan membuangnya. Asumsikan waktu yang

16
dibutuhkan adalah 1 menit, maka waktu yang dibutuhkan tukang gali
adalah 556 menit, kemudian dkonversikan ke dalam jam akan didapat
hasil 9,26 jam seorang tukang gali mencangkul 1 m3 tanah.
3) Analisa Harga
Kemudian analisa harga upah tukang gali dimisalkan Rp. 70.000/HO atau
hari dalam standar kerja, maka bisa konversikan ke dalam hari 70.000 /
9,26 = 7.650 HO/jam, Standar kerja berapa diambil contoh selama 7 jam,
maka kalikan saja 7.650 X 7 = 52.920 HO
4) Koefisien
Terakhir bisa ditentukan koefisiennya dengan membagi 52.920 : 70.000
= 0.7560, sementara analisa SNI adalah 0,7500 (SNI revisi 6.1.1).
Sementara kalau untuk pengawas atau mandor biasanya di bagi 30 pekerja,
artinya setiap mandor atau pegawas mengawasi setidaknya 30 orang pekerja maka
akan diperoleh 0,7500 : 30 = 0.0250.
2.4 Perhitungan Biaya (Material dan Upah)
2.4.1 Analisa Harga Satuan Bahan/Material
Jenis bahan yang disebut disini bergantung pada item pekerjaannya
(material pokok) dan metodenya (material penunjang). Bahan bangunan dapat
berupa bahan dasar (raw material) yang harus diproses proyek, atau berupa bahan
jadi/setengah jadi yang tinggal dipasang saja pada saat pekerjaan di lapangan.
Dalam melakukan pekerjaan pada suatu proyek, faktor waste bahan sangat penting
untuk dikendalikan, yang dimaksud dengan waste bahan adalah sejumlah bahan
yang dipergunakan/telah dibeli, tetapi tidak menambah nilai jual dari produknya.

Ada beberapa waste, antara lain:


1) Penolakan oleh owner karena tidak memenuhi syarat
2) Kerusakan karena kelemahan dan handling atau penyimpanan
3) Kehilangan karena kelemahan pengawasan keamanan
4) Pemborosan pemakaian di lapangan.

Analisa bahan suatu pekerjaan ialah menghitung banyaknya/volume


masing-masing bahan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan. Kebutuhan
bahan/material ialah besarnya bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan. Kebutuhan bahan dapat dicari
dengan rumus sebagai berikut:

17
Σ Bahan = Volume Pekerjaan x Koefisisen analisa bahan

Indeks bahan merupakan indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan


bahan bangunan untuk setiap jenis satuan pekerjaan. Analisa bahan dari suatu
pekerjaan merupakan kegiatan menghitung banyaknya volume masing-masing
bahan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan, sedangkan indeks satuan bahan
menunjukkan banyaknya bahan yang akan diperlukan untuk menghasilkan suatu
volume pekerjaan yang akan dikerjakan baik dalam volume 1 m 3, 1 m2 atau per
m’.
2.4.2 Analisa Harga Satuan Upah
Menurut Bachtiar (1994) upah adalah menghitung banyaknya tenaga kerja
yang diperlukan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan untuk
pekerjaan tersebut.
Upah merupakan suatu imbalan yang harus diberikan oleh kontraktor
kepada pekerja sebagai balas jasa terhadap hasil kerja mereka. Upah juga
merupakan salah satu faktor pendorong bagi manusia untuk bekerja karena
mendapat upah berarti mereka akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan pemberian upah yang sesuai dengan jasa yang mereka berikan akan
menimbulkan rasa puas, sehingga mereka akan berusaha atau bekerja lebih baik
lagi.
Kebutuhan tenaga kerja adalah besarnya jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk suatu volume pekerjaan tertentu yang dapat dicari dengan
menggunakan persamaan 2.5.

Σ Tenaga Kerja = Volume Pekerjaan x Koefisisen analisa tenaga kerja

Tingkatan dan tugas tenaga kerja pada masing-masing pekerjaan dapat


dijelaskan
sebagai berikut:
1) Pekerja, jenis tenaga kerja ini berada pada tingkatan tenaga kerja terendah
sehingga
2) upah dari pekerja juga termasuk yang paling rendah. Tugas dari pekerja
membantu dalam persiapan bahan suatu pekerjaan yang tidak
membutuhkan keterampilan khusus.

18
3) Tukang, adalah tenaga kerja yang mempunyai keahlian khusus dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan, seperti tukang kayu,tukang batu, tukang
besi. Keahlian seorang tukang sangat berpengaruh besar pada pelaksanaan
kerja suatu proyek.
4) Kepala Tukang, adalah tenaga kerja yang bertugas mengawasi jalannya
suatu bidang pekerjaan, misalnya kepala tukang kayu, kepala tukang batu,
kepala tukang besi.
5) Mandor, jenis tenaga kerja ini adalah tenaga kerja yang mempunyai
tingkatan paling tinggi dalam suatu pekerjaan dan memantau kinerja
tenaga kerja yang lain.

Untuk pengupahan, secara luas dapat dibedakan beberapa macam yaitu:


1) Upah borongan
Upah borongan adalah upah yang harus dibayarkan kepada pekerja
ditentukan berdasarkan kesepakatan anatar pekerja dengan yang
memberikan pekerjaan pada saat belum dimulai pekerjaan (Soetarno,
1986).
2) Upah per Potong/Upah Satuan
Upah per potong atau upah satuan adalah besar upah yang akan ditentukan
dengan banyaknya hasil produksi yang dicapai oleh pekerja dalam waktu
tertentu.n Keuntungan dari cara pembayaran upah ini bahwa pekerja akan
berusaha segiat-giatnya mengejar penghasilan yang besar sehingga
perusahaan berproduksi (Soetarno, 1986:).

Menurut Saksono (2001) jenis upah yang banyak dimanfaatkan


perusahaan-perusahaan diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu:
1) Upah menurut waktu
Merupakan sisitem pengupahan dimana hasil pekerjaan tidak merupakan
ukuran khusus yaitu pekerja dibayar menurut waktu yang dihabiskan,
misalnya per jam, per hari, per bulan, per tahun, misalnya:
(1) Hari orang standar (standar man day)
Satuan upah dalam 1 hari kerja dan disingkat h.o atau m.d, dimana 1
h.o (m.d) = upah standar dalam 1 hari kerja. Pekerja standar adalah

19
pekerja terampil yang mengerjakan satu jenis pekerjaan saja misalnya
pekerja kayu, tukang batu, tukang kayu, kepala tukang, mandor, dan
lain-lain.
(2) Jam orang standar (standar man hour)
Pemberian upah tenaga kerja yang dihitung berdasarkan jam kerja
efektif dan diberikan kepada pekerja yang yang sungguh-sungguh dan
tidak boleh lengah seperti pekerja pabrik, pekerja konstruksi, dan lain-
lain.
(3) Bulan orang standar (standar man hour)
Pemberian upah untuk bulanan seperti pelaksana lapangan, manajer
proyek dan lain-lain.
2) Upah menurut hasil kerja
Dengan sistem ini tenaga kerja dibayar untuk jumlah unit pekerjaan yang
telah diselesaikan tanpa menghiraukan jumlah waktu yang dipergunakan.
(1) Upah menurut standar waktu
Upah dibayarkan berdasarkan waktu yang telah distandarisasi guna
menyelesaikan suatu pekerjaan.
(2) Upah menurut kerja sama pekerja dan pengusaha
Meliputi pembagian keuntungan yang pembayarannya dilakukan
kemudian sebagai tambahan atau kombinasi dengan sistem
pembayaran upah yang telah disebutkan diiatas.

Menurut Rachman dan Husnan (2002) diantara berbagai faktor yang


memengaruhi tingkat upah adalah :
1) Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja
Untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi dan jumlah
tenaga kerjanya langka, maka upah cenderung tinggi sedangkan untuk
jabatan-jabatan yang mempunyai penawaran melimpah cenderung turun.
2) Organisasi Buruh
Ada tidaknya organisasi buruh serta lemah kuatnya organisasi akan ikut
memengaruhi terbentuknya upah. Adanya serikat buruh yang kuat yang
berarti posisi bargaining karyawan juaga kuat.
3) Kemampuan untuk Membayar

20
Bagi perusahaan upah merupakan salah satu komponen biaya produksi.
Tingginya upah akan mengakibatkan naiknya biaya produksi dan akhirnya
akan mengurangi keuntungan. Walau kendala biaya produksi sampai
mengakibatkan kerugian perusahaan, maka jelas perusahaan akan tidak
mampu memenuhi fasilitas karyawan.
4) Produktivitas
Upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi pekerjaan. Semakin
tinggi prestasi karyawanseharusnya semakin tinggi pula upah yang akan
dia terima. Prestasi biaya ini dinyatakan sebagai produktivitas.
5) Biaya Hidup
Di kota-kota, dimana biaya hidup tinggi, upah juga cenderung tinggi.
Bagaimanapun tampak dari biaya hidup merupakan batas penerimaan upah
dari para karyawan.
6) Pemerintah
Pemerintah dengan peratuaran-peraturannya juga memegaruhi tinggi
rendahnya upah. Peraturan tentang upah minimum merupakan batas dari
tingkat upah yang akan dibayarkan.

2.5 Pembobotan Pekerjaan


Dalam pelaksanaan proyek konstruksi terdapat hitung-hitungan bobot
pekerjaan sebagai data administrasi, mengetahui besarnya progres yang sudak
dikerjakan, maupun dasar untuk mengambil kebijakan percepatan proyek,
contohnya seorang manager kontraktor proyek yang merencanakan akan
mendapatkan progress pembayaran dari owner sebesar sekian rupiah pada bulan
depan, maka ia perlu tahu pekerjaan-pekerjaan mana saja yang bisa diselesaikan
dengan besaran bobot senilai harga tagihan

Selama pelaksana pekerjaan dilapangan kontraktor harus menghitung


Progres fisik di lapangan. Sebelum menghitung Progres fisik di lapangan
kontraktor harus membuat Bobot (%) item pekerjaan yang terdapat di dalam
Rencana Anggaran Biaya ( RAB ). Bobot ( % ) item pekerjaan ini harus dicari
baik anda sebagai Project Manager, General Superitendent, Supervisor, Site

21
Manager atau Pelaksana lapangan yang mana nantinya bobot ( % ) ini lah yang
akan di jadikan untuk menghitung Porgres fisik mingguan di lapangan. Rumus
bobot prestasi pekerjaan proyek adalah sebagai berikut.

Bobot pekerjaan = (harga pekerjaan / harga total proyek sebelum PPn ) x 100%

Bobot prestasi pekerjaan = (harga yang sudah dikerjakan / harga total proyek) x
100%

Contoh perhitungan bobot pekerjaan dalam proyek pembangunan rumah


tinggal dengan harga proyek Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah), didalamnya
terdapat pekerjaan balok sloof ukuran 15cm x 20 cm sepanjang 100 m dengan
harga satuan pekerjaan balok = Rp.3.000.000,-/m3.
1) Bobot pekerjaan
(1) Total harga pekerjaan sloof = 0,15 m x 0,20 m x 100 m x
Rp.3.000.000,- = Rp.9.000.000,-
(2) Bobot pekerjaan sloof = (Rp.9.000.0000,- / Rp.300.000.000,-) x
100% = 3%.
2) Bobot prestasi pekerjaan
(1) Total harga pekerjaan balok yang sudah dikerjakan = 0,15 m x 0,20 m
x 25 m x Rp.3.000.000,- =Rp.2.250.000,-
(2) Bobot prestasi pekerjaan sloof = (Rp.2.250.0000,- / Rp.300.000.000,-)
x 100% = 0,75%.

22
BAB 3 PENUTUP

Berdasarkan paparan bahasan pada BAB 2, berikut ini disajikan beberapa


simpulan linier mengenai dasar-dasar estimasi biaya, perhitungan volume
pekerjaan, perhitungan koefisien pekerjaan, perhitungan biaya (material dan
upah), dan pembobotan pekerjaan..

3.1 Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa menyususn estimasi biaya berarti melihat masa
depan, memperhitungkan, dan mengadakan perakiraan atas hal-hal yang akan
mungkin terjadi. Sedangkan analisis biaya menitikberatkan pada pengkajian dan
pembahasan biaya kegiatan masa lalu yang akan dipakai sebagai masukan. Hal-
hal yang harus dibutuhkan dalam mengerjakan analisis biaya antara lain,
perhitungan volume pekerjaan untuk mengetahui jumlah volume bagian pekerjaan
dalam satu kesatuan, perhitungan koefisien pekerjaan untuk mengetahui angka–
angka jumlah kebutuhan bahan maupun tenaga yang diperlukan untuk

23
mengerjakan suatu pekerjaan dalam satu satuan tertentu, perhitungan biaya
material serta upah pekerja, dan pembobotan pekekrjaan untuk mengetahui
mengetahui besarnya progres yang sudak dikerjakan, maupun dasar untuk
mengambil kebijakan percepatan proyek.

3.2 Saran
Penulis mengharapkan dengan adanya makalah ini pembaca bisa lebih
memahami tentang dasar-dasar estimasi biaya, perhitungan volume pekerjaan,
perhitungan koefisien pekerjaan, perhitungan biaya (material dan upah), dan
pembobotan pekerjaan sehingga pada saat ingin merencakanan suatau estimasi
anggaran biaya suatu bangunan pembaca sudah bisa memahami apa yang harus
diperlukan dalam keadaan tersebut sesuai fungsi, dan kebutuhan masing-masing
bangunan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Yuliani. 2014. ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI, (Online),


(https://docplayer.info/72584035-Estimasi-biaya-proyek-konstruksi.html),
diakses 22 Juli 2019.
USU. 2014. Estimasi Biaya, (Online),
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/68532/Chapter
%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y), diakses 22 Juli 2019.
Max, Taufick. 2015. Pengertian dan Definisi Volume Pekerjaan, (Online),
(http://kampus-sipil.blogspot.com/2015/05/pengertian-defenisi-volume-
pekerjaan.html), diakses 22 Juli 2019.
Ramadhan, Moldy. 2019. Pengertian dan Definisi Volume Pekerjaan, (Online),
(https://www.asdar.id/pengertian-dan-definisi-volume-pekerjaan/), diakses 22
Juli 2019.
NN. 2018. Rumus Dan Cara Menghitung Volume Pekerjaan (RAB), (Online),
(https://www.situstekniksipil.com/2018/03/rumus-dan-cara-menghitung-
volume.html), diakses 22 Juli 2019.
Ahadi. 2010. Cara menghitung koefisien analisa harga satuan bangunan,
(Online), (http://www.ilmusipil.com/cara-menghitung-koefisien-analisa-
harga-satuan-bangunan), diakses 22 Juli 2019.
Aji, Handoko. 2012. Cara sederhana menghitung koefisien untuk harga satuan
pekerjaan, (Online), (https://handokoaji.wordpress.com/2012/03/13/cara-
sederhana-menghitung-koefisien-untuk-harga-satuan-pekerjaan/), diakses 22
Juli 2019.
Fatwa, Otoman. 2016. Cara Mencari Persentase Bobot Pekerjaan, (Online),
(https://baturisit.blogspot.com/2016/06/cara-mencari-persentase-bobot-
pekerjaan.html), diakses 22 Juli 2019.
Ahadi. 2016. Cara menghitung bobot prestasi pekerjaan proyek, (Online),
(http://www.ilmusipil.com/cara-menghitung-bobot-prestasi-pekerjaan-
proyek), diakses 22 Juli 2019.

25

Anda mungkin juga menyukai