KE PELAYANAN DAN
KONTINUITAS PELAYANAN
(APK)
PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH
RUMAH SAKIT DAERAH MADANI
Jl. Thalua Kontji No. 11 KM 13 Mamboro Tlp. (0451) 491470 Fax. (0451) 491605
TENTANG:
KEBIJAKAN AKSES KE PELAYANAN DAN KONTINUITAS PELAYANAN
RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Menetapkan :
Pertama : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH MADANI
PROVINSI SULAWESI TENGAH TENTANG KEBIJAKAN AKSES
KE PELAYANAN DAN KONTINUITAS PELAYANAN
Kedua : Kebijakan Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan Rumah
Sakit Daerah Madani Provinsi Sulawesi Tengah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Peraturan ini
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan dilaksanakan oleh Kasi Pelayanan
Medik dan Non Medik, Kasi Keperawatan dan Kasi Penunjang Medik
dan Non Medik Rumah Sakit Daerah Madani Provinsi Sulawesi
Tengah.
Keempat : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini,
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : PALU
Pada tanggal : 07 Maret 2016
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah,
1. SKRINING
a. Skrining dilakukan pada kontak pertama didalam atau diluar rumah sakit
untuk menentukan kebutuhan pasien sesuai dengan kriteria skrining kasus
yang tidak dapat dilayani di Rumah Sakit Daerah Madani.
b. Kriteria skrining di Rumah Sakit Daerah Madani:
1. Kasus THT
2. Pasien dengan infeksi dan penyakit menular yang memerlukan perhatian
khusus (misalnya TB MDR)
3. Pasien dengan penurunan sistem imun
c. Proses melengkapi skrining dengan hasil tes diagnostik yang diperlukan
sebagai penunjang dalam pengambilan keputusan pasien dirawat atau
dirujuk.
d. Pemilihan jenis pelayanan atau unit pelayanan berdasar atas temuan
pemeriksaan hasil skrining.
e. Kebutuhan pasien yang berkenaan dengan pelayanan preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan paliatif diprioritaskan.
3. TRIAGE
a. Triage adalah suatu sistem pembagian / klasifikasi prioritas klien berdasarkan
berat ringannya kondisi klien / kegawatannya yang memerlukan tindakan
segera.
b. Triage di Rumah Sakit Daerah Madani menggunakan skala prioritas warna,
menurut klasifikasi penentuan / penyeleksian mana yang harus didahulukan
mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang
timbul dengan seleksi pasien berdasarkan:
4. TRANSFER
a. Proses transfer dilakukan setelah kondisi pasien stabil.
b. Proses transfer keluar Rumah Sakit Daerah Madani dilakukan setelah ada
kejelasan bahwa rumah sakit tempat rujukan mampu menyediakan
kebutuhan pasien.
c. Dalam proses transfer tentukan terlebih dahulu level kondisi pasien?
d. Proses transfer dilalukan sesuai level kategori kondisi pasien yang terdiri dari
4 (empat) level.
e. Proses transfer intra Rumah Sakit Daerah Madani untuk kasus jiwa
menggunakan instrumen PANSS EC.
f. Proses transfer intra Rumah Sakit Daerah Madani untuk kasus pasien umum
menggunakan kriteria vital sign
g. Semua staf medis dan para medis harus mampu melakukan proses transfer
sesuai level kondisi pasien.
h. Proses transfer didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
5. PENETAPAN DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN (DPJP)
a. Dokter penanggung jawab pelayanan bedah :
1. dr. Roberthy David Maelissa, Sp.B
2. dr. I Made Wirka, Sp.B
b. Dokter penanggung jawab pelayanan Obgyn :
1. dr. Sasono Udijanto, Sp. OG
c. Dokter penanggung jawab pelayanan Interna :
1. dr. Nurfaita Mislihar, Sp. PD
2. dr. Jimmy Haskel Sampeliling, Sp. PD
d. Dokter penanggung jawab pelayanan pediatric :
1. dr. Suldiah, Sp. A
2. dr. Kartin Akune, Sp. A
e. Dokter penanggung jawab pelayanan mata :
1. dr. Neni Khristina Parimo, Sp. M
f. Dokter penanggung jawab pelayanan syaraf :
1. dr. Alfrida Minggus Wara, M.Kes, Sp. S
g. Dokter penanggung jawab pelayanan ICU :
1. dr. Salsiah, Sp. An
h. Dokter penanggung jawab pelayanan gigi dan mulut :
1. drg. Ni Ketut Ida Evayani Wendra
2. drg. Ester Natalia Tambunan
3. drg. Irawati Widyaningsih
4. drg.Meliana
5. drg. Nurdian Afriani
i. Dokter penanggung jawab pelayanan anestesi :
1. dr. Salsiah, Sp. An
j. Dokter penanggung jawab pelayanan jiwa :
1. dr. Patmawati P, M.Kes, Sp. KJ
2. dr. Nyoman Sumiati, M.Biomed, Sp. KJ
3. dr. Merry Tjandra, M.Kes, Sp. KJ
4. dr. Rinvil Renaldi, M.kes, Sp.KJ
k. Dokter penanggung jawab pelayanan radiologi :
1. dr. Dafriana Darwis, Sp. Rad
l. Dokter penanggung jawab pelayanan patologi klinik :
1. dr. Renny Lamadjido, M.Kes, Sp.PK
m. Dokter penanggung jawab pelayanan Instalasi gawat darurat (IGD) :
1. dr. Masdar Murtada, M.Kes (MARS)
2. dr. Hairudin
3. dr. Selvy Romberante
4. dr. Siti Nawira Septiani
5. dr. Munawarah
6. dr. Saifullah
7. dr. Ryzqa, M.Kes
8. dr. Muhammad Ali Hi Palandro
9. dr. Faisal Fackhri
10. dr. Reviera Y Lalusu
11. dr. Marannu C Sambo
12. dr. Ayu Sekarani D.P
13. dr. Riani Gustina
6. PENUNDAAN PELAYANAN
a. Pasien dan keluarganya diberi informasi bila akan terjadi penundaan
pelayanan atau pengobatan.
b. Pemberian informasi kepada pasien tentang alasan penundaan dan tentang
alternatif yang tersedia sesuai keperluan klinik pasien.
c. Pemberian informasi penundaan pelayanan dan pengobatan
didokumentasikan didalam rekam medis pasien.
d. Pemberian informasi penundaan pelayanan dan pengobatan dilakukan oleh
medis dan paramedis.
7. PEMBERIAN INFORMASI
a. Pemberian informasi kepada pasien dan keluarganya dilakukan saat proses
admisi.
b. Pemberian informasi kepada pasien dan keluarganya tentang pelayanan
yang ditawarkan.
c. Pemberian informasi kepada pasien dan keluarganya tentang hasil pelayanan
yang diharapkan.
d. Pemberian informasi kepada pasien dan keluarganya tentang estimasi biaya.
e. Pemberian informasi yang memadai bagi pasien dan keluarganya untuk
mengambil keputusan secara benar.
f. Pemberian informasi kepada pasien dan keluarganya tentang pelayanan
yang ditawarkan dilakukan oleh petugas admisi.
8. HAMBATAN DALAM POPULASI
a. Identifikasi pasien dilakukan saat pendaftaran, admisi, maupun pengkajian
awal tentang hambatan yang ada pada pasien.
b. Hambatan yang ada bisa berupa bahasa sehari-hari, ketidakcakapan fungsi
tubuh (tuna netra, tuna daksa, dll).
9. RENCANA PEMULANGAN
a. Rencana Pemulangan (Dischard Planning) dapat diproses lebih awal saat
melakukan pengkajian awal dengan mengikut sertakan keluarga.
b. Rumah Sakit Daerah Madani tidak mengijinkan pasien meninggalkan rumah
sakit untuk waktu tertentu (cuti perawatan).
c. Pasien dirujuk dan dipulangkan berdasarkan atas kebutuhannya.
d. Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang dan
kelanjutan pelayanan medis.
e. Identifikasi organisasi dan individu penyedia layanan kesehatan di lingkungan
sekitar pasien yang berkaitan dengan kebutuhan pasien akan pelayanan
berkelanjutan.
10. TRANSPORTASI
a. Pelayanan ambulan adalah suatu prosedur pemindahan pasien dengan
menggunakan kendaraan ambulan yang memiliki fasilitas yang lengkap dan
didampingi oleh perawat atau dokter yang mampu menangani keadaan gawat
darurat untuk tujuan pemeriksaan penunjang, tindakan medis dan alih rawat
ke rumah sakit lain.
b. Pelayanan ambulans Rumah Sakit Daerah Madani secara operasional
menjadi tanggung jawab Instalasi Gawat Darurat.
c. Pelayanan ambulans Rumah Sakit Daerah Madani secara teknis menjadi
tanggung jawab Instalasi Pemsar, Ambulans dan Pemulasaran Jenazah
d. Pemeliharaan dan pengadaan fasilitas medis/non medis di ambulan menjadi
tanggung jawab Kepala Ruang IGD.
e. Pembersihan mobil ambulan (bagian luar dan dalam) menjadi tanggung
jawab urusan rumah tangga (pengemudi yang sedang bertugas pada
shiftnya).
f. Untuk kelengkapan alat tenun (laken, boven laken, selimut, bantal, dll) bagi
pasien yang akan menggunakan ambulan harus disiapkan oleh perawat
ruangan.
g. Perawat ruangan yang akan membawa pasien dengan ambulan harus
bertanggung jawab atas penggunaan semua fasilitas medis/non medis yang
ada di ambulan.
h. Bila ada kerusakan alat medis/non medis yang ada di ambulan setelah
penggunaan mobil ambulan harus segera dilaporkan pada Kepala Ruang
IGD/ PJ shift IGD yang bertugas.
i. Pengadaan kendaraan ambulan harus sesuai standar dan peraturan yang
berlaku.
j. Evaluasi dan monitor kualitas dan keamanan ambulan harus dilakukan
secara berkala.
11. RUJUKAN
a. Rujukan pasien berdasarkan atas kebutuhan pasien untuk pelayanan
berkelanjutan.
b. Proses rujukan mencakup pengalihan tanggung jawab kerumah sakit yang
menerima.
c. Proses rujukan menunjuk orang/siapa yang bertanggung jawab selama
proses rujukan serta perbekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan selama
transportasi.
d. Proses rujukan menjelaskan situasi dimana rujukan tidak mungkin
dilaksanakan.
e. Pasien dirujuk secara tepat ke rumah sakit penerima.
f. Rumah sakit yang merujuk menentukan bahwa rumah sakit penerima dapat
menyediakan kebutuhan pasien yang akan dirujuk.
g. Kerja Sama yang resmi atau tidak resmi dibuat dengan rumah sakit penerima
terutama apabila pasien sering dirujuk ke rumah sakit penerima.
h. Di rekam medis pasien yang pindah dicatat nama rumah sakit dan nama staf
yang menyetujui penerimaan pasien.
i. Di rekam medis pasien yang pindah dicatat hal-hal lain yang diperlukan
sesuai dengan kebijakan rumah sakit yang merujuk.
j. Di rekam medis pasien yang dirujuk dicatat alasan rujukan.
k. Di rekam medis pasien yang dirujuk dicatat kondisi khusus sehubungan
dengan proses rujukan.
l. Di rekam medis pasien yang dirujuk dicatat segala perubahan dan kondisi
pasien selama proses rujukan.
Ditetapkan di : PALU
Pada tanggal : 07 Maret 2016
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah,
Skrining adalah suatu strategi mendeteksi penyakit pada individu tanpa tanda-
tanda atau gejala penyakit, atau suatu usaha secara aktif untuk mendeteksi atau
mencari penderita penyakit tertentu yang tampak gejala atau tidak tampak, melalui
suatu test atau pemeriksaan yang secara singkat dan sederhana dapat memisahkan
mereka yang sehat terhadap mereka yang kemungkinan besar menderita, yang
selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.
Skrining dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan prosedur sederhana dan
cepat untuk mengidentifikasikan individu yang diduga mengidap penyakit sehingga
mereka dapat dikirim untuk menjalani pemeriksaan medis dan studi diagnostik lebih
pasti.
Proses Skrining bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada pasien baik
rawat inap maupun rawat jalan sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan mereka yang
telah diidentifikasi dan sesuai dengan misi serta sumber daya rumah sakit yang ada.
Proses skrning terdiri dan dua tahap:
1. Melakukan pemeriksaan terhadap individu yang dianggap mempunyai resiko
tinggi menderita penyakit dan bila hasil test negatif maka dianggap orang
tersebut tidak menderita penyakit
2. Bila hasil positif maka dilakukan pemeriksaan diagnostik dan bila hasilnya
positif akan dilakukan pengobatan
Pemeriksaan yang biasa digunakan untuk skrining dapat berupa pemeriksaan
laboratorium atau radiologi. Pemeriksaan tersebut harus dapat dilakukan :
1. Dengan cepat sehingga dapat memilah sasaran untuk pemeriksaan lebih lanjut
2. Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan
3. Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa
Skrining dilakukan pada kontak pertama antara pasien dengan Rumah Sakit
yang dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik
atau diagniostik imajing sebelumnya dan review dokumen rekam medis sebelumnya
Skrining dapat terjadi di asal rujukan, pada saat pasien ditranspontasi emergensi
atau waktu pasien tiba di rumah sakit. Hal ini penting bahwa keputusan untuk
mengobati, mengirim atau merujuk dibuat hanya setelah ada hasil skrining dan
evaluasi. Hanya rumah sakit yang mempunyai kemampuan menyediakan pelayanan
yang dibutuhkan dan konsisten dengan misinya dapat dipertimbangkan untuk
menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan.
Apabila pasien dipertimbangkan diterima sebagai pasien rawat inap rumah sakit,
pemeriksaan skrining membantu staf/karyawan untuk mengidentifikasi dan
memprioritaskan kebutuhan pasien untuk pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan
rehabilitatif dan memilih pelayanan yang paling tepat sesuai dengan urgensinya.
Proses skrining di Rumah Sakit Daerah Madani dilakukan oleh tenaga medis dan
paramedis saat kontak pertama dengan pasien, bisa dilakukan di Instalasi Gawat
Darurat maupun di bagian pendaftaran.
BAB III
PENATALAKSANAAN
Dokumentasi dari hasil skrining berupa laporan atau catatan medis yang dibuat oleh
dokter penanggung jawab, dengan hasil pemeriksaan fisik serta hasil pemeriksaan
penunjang
Diagnosa tercatat dalam catatan rekam medis pasien rawat inap dan gawat darurat,
yaitu
BAB V
PENUTUP
Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan skrining pasien sesuai
prosedur di Rumah Sakit Daerah Madani Tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atas dasar referensi.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di
kesempatan berikutnya. Semoga panduan ini berguna bagi pokja Akses Pelayanan
dan kontinuitas Pelayanan Rumah Sakit Daerah Madani pada khususnya juga untuk
para pembaca pada umumnya.
Bukti Dokumen
1. KIB (Kartu Identitas Berobat)
2. Dokumen rekam medis rawat jalan
3. Dokumen rekam medis rawat inap
4. Softcopy dan hardcopy register pendaftaran pasien rawat jalan
5. Softcopy dan hardcopy register pendaftaran pasien rawat inap
6. Softcopy dan hardcopy catatan penggunaan nomor rekam medis
7. Buku catatan penggunaan formulir rekam medis
8. Tracer
9. Buku ekspedisi
BAB VII
PENUTUP
Triase adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu
cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta
fasilitas yang paling efesien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan
semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas
penanganannya (kaehleen dkk.2008)
Triase adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat
kegawat daruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas
penanganan dan sumber daya yang ada.
Triase adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan
berat ringannya kondisi klien/kegawatannya yang memerlukan tindakan segera.
Dalam triase, perawat dan dokter di Rumah Sakit Daerah Madani mempunyai
batasan. waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi
secepatnya yaitu <5 menit.
Untuk mengklasifikasi pasien yang datang ke IGD adalah dengan penilaian
kegawatan klinis yang bertujuan untuk memastikan bahwa pasien ditangani secara
tepat waktu, sesuai dengan kondisi urgensi klinisnya. Skala ini disebut juga dengan
triase kode dengan berbagai ukuran hasil (lama perawatan, masuk ICU, angka
kematian) dan penggunaan sumber daya (waktu, staf, biaya). Sehingga parameter
kinerja di lnstalasi Gawat Darurat (kasus, efisiensi operasional, review pemanfaatan,
efektivitas hasil dan biaya) dapat dipantau.
BAB II
RUANG LINGKUP
Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan triase pasien sesuai
prosedur di Rumah Sakit Daerah Madani. Tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam pembuatan panduan ini karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atas dasar referensi.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di
kesempatan berikutnya. Semoga panduan ini berguna bagi pokja Akses Pelayanan
dan kontinuitas Pelayanan Rumah Sakit Daerah Madani pada khususnya juga untuk
para pembaca pada umumnya.
penundaan atau perubahan jadwal pelayanan pada pasien harus dilihat sebagai
masalah antar disiplin dan atau multidisplin.
Tujuan:
1. Agar segera cepat dan tepat petugas rumah sakit dapat memberi informasi
tentang adanya penundaan pelayanan.
2. Memberikan informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan
alternatif yang tersedia sesuai dengan keperluan klinis pasien.
3. Agar pelayanan atau pengobatan dapat berjalan dengan lancar
Tujuan Khusus:
Kepuasan pasien dan keluarganya
BAB III
TATA LAKSANA
Pasien yang masuk IGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat
dan tepat untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan gawat
darurat sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin
suatu kasus penanganan gawat darurat dengan respon time yang cepat dan
penanganan yang tepat. Pada pasien yang sudah diatasi kegawat daruratannya
tentunya perlu diobservasi hingga pasien layak transfer atau pindah ketempat yang
lebih sesuai dengan kondisinya.
Observasi pasien IGD adalah melakukan penilaian dan pengawasan kepada
pasien yang sudah diatasi kegawat daruratannya. Tujuannya adalah mencegah
terjadi perburukan kondisi pasien dan memonitor ulang kondisi pasien.
BAB II
RUANG LINGKUP
Dokumentasi yang dijadikan bukti bahwa dokter dan perawat IGD sudah
melakukan observasi, yang didokumentasikan pada proses observasi pasien di IGD
adalah:
- Tanggal dan Waktu
- Nama pasien
- Umur atau tanggal lahir
- Alamat
- Nomor RM
- Nama dokter dan perawat IGD
- Kondisi umum pasien, kesadaran dan tanda-tanda vital
- Tindakan yang sudah dilakukan dan obat-obatan yang sudah diberikan
Pada proses observasi di Rumah Sakit Daerah Madani menggunakan lembar rekam
medis:
- Form pengkajian pasien IGD atau triase
- Lembar monitoring pasien
- Persetujuan tindakan medis
BAB VII
PENUTUP
Segala informasi yang ada di Rumah Sakit Daerah Madani dikelola oleh Pusat
pelayanan informasi dan Dokumentasi (PPID).
Ruang PPID Rumah Sakit Daerah Madani terletak di tempat yang strategis sehingga
bisa diakses semua pengunjung.
lnformasi yang bisa diperoleh oleh pengunjung adalah informasi tentang:
B. JENIS PELAYANAN
1. INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)
Pelayanan gawat darurat diberikan selama 24 jam, dengan tenaga ahli
yang profesional dan terlatih baik. Serta dilengkapi dengan peralatan
modern dan canggih.
Sistem Pelayanan IGD
Dengan skala prioritas warna (merah, kuning, hijau, hitam), penderita
dipilah dan dilayani berdasarkan tingkat kegawatannya.
Instalasi Gawat Darurat RS. Daerah Madani juga menangani Kedaruratan
Psikiatri
2. INSTALASI RAWAT JALAN (IRJ)
Instalasi Rawat Jalan terdiri dari :
a. Poliklinik Jiwa
b. Poliklinik Penyakit Dalam
c. Poliklinik Bedah
d. Poliklinik Saraf
e. Poliklinik Gigi dan Mulut
f. Poliklinik Kandungan
g. Poliklinik Tumbuh Kembang Anak dan Remaja
h. Poliklinik Mata
i. Poliklinik Kulit
j. Poliklinik Anak
Jam Buka Poliklinik
Hari : Senin – Kamis
Jam Pelayanan : 08.00 – 12.00 WITA
Hari : Jumat
Jam Pelayanan : 08.00 – 10.00 WITA
Hari : Sabtu
Jam Pelayanan : 08.00 – 11.00 WITA
3. Bangsal Srikaya
Jumlah Dokter Ruangan : 1 Dokter Umum + Dokter Spesialis
Jumlah Perawat : 10 Orang
Khusus pasien Pria
Fasilitas
Jumlah tempat tidur : 18 tempat tidur
Jumlah Kamar Mandi : 4 Kamar mandi
Ruang Terapi Aktifitas Kelompok : 1
Ruang Makan: 1
Ruang berkunjung
b. Ruang Perawatan geriatric psikiatri
Nama Bangsal : Langsat
Jumlah Dokter Ruangan : 1 Dokter Spesialis
Jumlah Perawat : 11 Orang
Khusus pasien dengan umur ≥ 60 tahun kelas 1
Fasilitas
Jumlah tempat tidur : 8 Tempat Tidur
Jumlah Kamar Mandi : 7 Kamar Mandi
Ruang Makan
Kelas
Fasilitas
VIP Utama I II III
1 Kamar - - 4 2 2
Kulkas - - - - -
AC - - 1 - -
Kipas Angin - - - - -
Sofa - - - - -
Kamar Mandi Dalam - - 1 - -
d. Ruang Perawatan
Nama Bangsal : Nangka
Jumlah Dokter Ruangan : 1 Dokter Umum
Jumlah Perawat : 11 Perawat
Kelas
Fasilitas
VIP I
1 kamar 1 Bed 7 Bed
Kulkas √ -
AC √ √
Kipas Angin - -
Sofa √ √
Selain itu juga ada klip sebagai penanda bila ada resiko yang dialami
pasien, yaitu:
1. Klip merah untuk resiko alergi
2. Klip kuning untuk resiko jatuh
D. PELAYANAN PENUNJANG
1. Instalasi Laboratorium
Jam Pelayanan 24 jam
Jenis pemeriksaan:
a. Darah Rutin
b. Kimia Klinik
c. Urinalisa
d. Pemeriksaan Narkoba
2. Instalasi Radiologi
Jam Pelayanan : Jam 07.00 - 20.00 WIB
Jenis Pemeriksaan antara lain:
a. CT Scan
b. HSG
c. USG
d. Panoramic Gigi
e. Rongent Thorax
a. Instalasi Gizi
b. Instalasi farmasi
c. Instalasi Sanitasi
d. Instalasi Pemeliharaan Sarana Medis
E. TARIF PELAYANAN
Tarif Pelayanan kesehatan dan Pelayanan penunjang Badan Layanan Umum
Rumah Sakit Daerah Madani mengacu pada Peraturan Gubernur Sulawesi
Tengah No 51 Tahun 2011
1. Tarif Pelayanan Rawat Jalan
Informasi pelayanan yang dikeluarkan Rumah Sakit Daerah Madani bisa diakses
oleh masyarakat melalui :
1. Website
2. Spanduk, Banner, Leaflet
BAB VII
PENUTUP
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di
kesempatan berikutnya Semoga pandua ini berguna bagi semua unsur civitas
hospitalia Rumah Sakit Daerah Madani pada khususnya juga untuk para pembaca
pada umumnya.
Di rumah sakit daerah madani ditetapkan bahwa setiap pasien yang dirawat harus
mempunyai DPJP yaitu seorang dokter spesialis yang bertanggung jawab atas
pengelolaan pelayanan medis seorang pasien dan mempunyai tanggung jawab
utama untuk memberikan informasi dan penjelasan mengenai penyakit dan tindak
lanjut penanganannya. DPJP di pelayanan rawat jalan meliputi dokter umum / dokter
gigi / dokter spesialis.
Pedoman ini berlaku pada semua pelayanan rumah sakit yang meliputi : emergenci,
rawat jalan, rawat inap, ruang tindakan, ruang perawatan khusus (ICU). Penetapan
DPJP dalam pelayanan medis pasien bertujuan :
Setiap pasien yang mendapat asuhan medis di rumah sakit baik rawat jalan
maupun rawat inap harus memiliki DPJP
Pada unit / instalasi gawat darurat, dokter jaga menjadi DPJP pada pemberian
asuhan medis awal / penanganan kegawat-daruratan. Kemudian selanjutnya
saat dilakukan konsultasi / rujuk ditempat (on side) atau konsultasi lisan
kepada dokter spesialis, dan dokter spesialis tersebut memberikan asuhan
medis (termasuk instruksi secara lisan) maka dokter spesialis tersebut telah
menjadi DPJP pasien yang bersangkutan, sehingga saat itulah DPJP telah
berganti dari dokter jaga IGD kepada dokter spesialis tersebut.
Apabila pasien mendapat asuhan medis lebih dari satu DPJP, maka harus
ditunjuk DPJP utama yang berasal dari para DPJP pasien terkait. Kesemua
DPJP tersebut bekerja sama secara tim dalam tugas mandiri maupun
kolaboratif, berinteraksi dan berkoordinasi (dibedakan dengan bekerja sendiri
– sendiri).
Peran DPJP utama adalah sebagai coordinator proses pengelolaan asuhan
medis bagi pasien yang bersangkutan (sebagai “ketua tim”), dengan tugas
menjaga terlaksananya asuhan medis komprehensif – terpadu – efektif, demi
keselamatan pasien melalui komunikasi yang efektif dan membangun
sinergisme dengan mendorong penyesuaian pendapat (adjustment) antar
anggota, mengarahkan agar tindakan masing – masing DPJP bersifat
kontributif (bukan intervensi), dan juga mencegah duplikasi.
Tim membuat keputusan melalui DPJP utama, termasuk keinginan DPJP
untuk mengkonsultasikan ke dokter spesialis lain agar dikoordinasikan dengan
DPJP utama. Kepatuhan DPJP terhadap jadwal kegiatan dan ketepatan waktu
misalnya antara lain kehadiran atau menjanjikan waktu kehadiran, adalah
sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan pasien serta untuk kepentingan
koordinasi sehari – hari.
Dibawah koordinasi DPJP utama, sekurang – kurangnya ada rapat tim yang
melibatkan semua DPJP yang bersangkutan sesuai kebutuhan pasien, rumah
sakit diharapkan menyediakan ruangan untuk rapat tim ditempat-tempat
pelayanan, misalnya dirawat inap, ICU, IGD. DPJP utama juga bertugas untuk
menghimpun komunikasi / data tentang pasien.
Setiap penunjukan DPJP harus diberitahu kepada pasien dan keluarga,
dimana pasien / keluarga dapat menyetujuinya atau sebaliknya. Rumah sakit
berwenang mengubah DPJP bila terjadi pelanggaran prosedur.
Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dilakukan secara lisan dan
tertulis sesuai kebutuhan. Bila ada pergantian DPJP pencatatan di rekam
medis harus jelas tentang alih tanggung jawabnya. Harap digunakan formulir
daftar DPJP. (contoh formulir daftar DPJP terlampir)
Pada unit pelayanan intensif DPJP utama adalah dokter intensifies. Koordinasi
dan tingkatan keikut-sertaan para DPJP terkait.
Pada kamar operasi DPJP bedah adalah ketua dalam seluruh kegiatan pada
saat dikamar operasi tersebut.
Pada keadaan khusus misalnya seperti konsul diatas meja operasi / sedang
operasi, dokter yang dirujuk tersebut melakukan tindakan / memberikan
instruksi, maka otomatis menjadi DPJP juga bagi pasien tersebut.
Dalam pelaksanaan pelayanan dan asuhan pasien, bila DPJP dibantu oleh
dokter lain (dokter ruangan) dimana yang bersangkutan boleh menulis /
mencatat direkam medis, maka tanggung jawab tetap ada pada dokter DPJP,
sehingga DPJP yang bersangkutan harus memberikan supervise, dan
malakukan validasi berupa pemberian paraf / tandatangan pada setiap
catatan kegiatan tersebut di rekam medis.
Asuhan pasien dilaksanakan oleh para professional pemberi asuhan yang
bekerja secara tim ( Tim interdisiplin) sesuai konsep pelayanan focus pada
pasien (pasient centered care), DPJP sebagai ketua tim harus proaktif dalam
melakukannkoordinasi dan mengintegrasikan asuhan pasien, serta
berkomunikasi intensif dan efektif dalamn tim. Termasuk dalam kegiatan ini
adalah perencanaan pulang (discharge plan)yang dapat dilakukan pada awal
masuk rawat inap atau pada akhir rawat inap.
DPJP harus aktif dan intensif dalam pemberian edukasi / informasi kepada
pasien dan keluarganya. Gunakan dan kembangkan tehnik komunikasi yang
berempati. Komunikasi merupakan elemen yang penting dalam konteks
pelayanan focus pada pasien, selain juga merupakan kompetensi dokter
dalam area kompetensi ke 3.
Pendokumentasian yang dilakukan oleh DPJP direkam medis harus
mencantumkan nama dan paraf / tanda tangan. Pendokumentasian tersebut
dilakukan antara lain diform asessmen awal medis, catatan perkembangan
pasien terintegrasi (CPPT), form asessmen pra anestesi / sedasi, instruksi
pasca bedah, form edukasi / informasi ke pasien, dan sebagainya. Termasuk
juga pendokumentasian keputusan hasil pembahasan tim medis, hasil ronde
bersama multi kelompok staf medis / departemen, dan sebagainya.
Pada kasus tertentu DPJP sebagai ketua tim dari para professional pemberi
asuhan bekerja sama erat dengan manager pelayanan pasien (hospital case
manager), sesuai dengan panduan pelaksanaan manager pelayanan pasien,
agar terjaga kontinuitas pelayanan baik waktu rawat inap, rencana
pemulangan, tindak lanjut asuhan mandiri dirumah, control dan sebagainya.
Pada setiap rekam medis harus ada pencatatan (kumulatif, bila lebih dari satu)
tentang DPJP, dalam bentuk satu formulir yang diisi secara periodic sesuai
dengan kebutuhan / penambahan / pengurangan / penggantian, yaitu nama
dan gelar setiap DPJP, tanggal mulai dan akhir penanganan pasien, DPJP
utama nama dan gelar, tanggal mulai dan akhir sebagai DPJP utama. Daftar
ini bukan berfungsi sebagai daftar hadir.
Keterkaitan DPJP dengan panduan praktek klinis / alur perjalanan klinis /
clinical pathway, setiap DPJP bertanggung jawab mengupayakan proses
asuhan pasien (baik asuhan medis maupun asuhan keperawatan) yang
diberikan kepada pasien patuh pada panduan praktek klinis / alur perjalanan
klinis / clinical pathway yang telah ditetapkan oleh RS. Tingkat kepatuhan
pada panduan praktek klinis / alur perjalanan klinis / clinical pathway ini akan
menjadi objek audit klinis dan audit medis.
Apabila dokter tidak mematuhi panduan praktek klinis / alur perjalanan klinis /
clinical pathway maka harus memberi penjelasan tertulis dan dicatat direkam
medis.
Di unit / instalasi gawat darurat dokter jaga yang bersertifikat kegawat daruratan,
antara lain : ATLS, ACLS, PPGD, menjadi DPJP pada saat asuhan medis awal
pasien gawat darurat. Saat pasien dikonsul / rujuk kedokter spesialis dan
memberikan asuhan medis, maka dokter spesialis tersebut menjadi DPJP terhadap
pasien tersebut menggantikan DPJP sebelumnya yaitu dokter jaga tersebut diatas.
Penunjukan / penetapan DPJP :
a) Penetapan DPJP harus dilakukan sejak pertama pasien masuk rumah sakit,
baik dari instalasi rawat jalan maupun instalasi gawat darurat.
b) Penentuan dan pengaturan DPJP pasien berdasarkan jadwal konsulen jaga,
dimana konsulen jaga hari itu menjadi DPJP pasien baru, kecuali kasus
rujukan yang ditujukan langsung kepada salah seorang konsulen.
c) Juga berdasarkan surat rujukan langsung kepada salah satu dokter spesialis
yang dituju otomatis menjadi DPJP pasien ang dimaksud, kecuali bila dokter
tersebut berhalangan karena sesuatu hal, maka pelimpahan DPJP beralih
kepada konsulen jaga pada hari itu.
d) Jika dalam pemeriksaan oleh dokter jaga ditemukan penyakit pasien tidak
sesuai dengan SMF dokter spesialis yang dituju, maka dokter jaga
mengkomunikasikan dengan pasien tentang DPJP pasien yang bersangkutan
dan penetapan DPJP dilakukan oleh dokter jaga atas seijin pasien.
e) Atas permintaan pasien. Pasien dan keluarga berhak meminta salah seorang
dokter sebagai DPJP apabila ada relevansinya, hendaknya diberikan
alternative DPJP lain. Penjelasan sebaiknya diberikan / dilakukan oleh dokter
jaga.
f) Pada kasus yang sangat kompleks atau jarang penentuan DPJP / DPJP
utama dapat ditentukan berdasarkan rapat komite medis.
g) Kriteria penunjukan DPJP utama untuk seorang pasien sebagai berikut :
DPJP utama dapat merupakan DPJP yang pertama kali mengelola
pasien pada awal perawatan.
DPJP utama dapat merupakan DPJP yang mengelola pasien dengan
penyakit dalam kondisi (relative)
DPJP utama dapat ditentukan melalui kesepakatan antar para DPJP
penyakit.
DPJP utama dapat merupakan pilihan dari pasien.
h) Penentuan atau penetapan DPJP adalah penentuan dokter yang bertanggung
jawab dalam memberikan rangkaian asuhan medis kepada pasien sehingga
pasien mendapatkan pelayanan medis oleh dokter sesuai dengan bidang
kompetensi dan keahliannya.
i) Uraian tugas DPJP
Mengelola asuhan medis seorang pasien sesuai dengan standar
pelayanan medis yang meliputi : anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, perencanaan pemberian terapi, tindak lanjut /
follow up (evaluasi asuhan medis) sampai rehabilitasi.
Melakukan konsultasi dengan disiplin terkait lain untuk meminta
pendapat atau perawatan bersama.
Membuat rencana pelayanan dalam berkas rekam medis yang memuat
segala aspek asuhan medis yang akan dilakukan termasuk
pemeriksaan konsultasi, rehabilitasi pasien dan sebagainya.
Memberikan penjelasan secara rinci kepada pasien dan keluarga
tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk
pasien termasuk kejadian yang tidak diharapkan.
Memberikan pendidikan / edukasi kepada pasien tentang kewajibannya
terhadap rumah sakit dan bila diperlukan dibantu oleh staf dokter /
perawat / staf administrasi.
Pemberian pendidikan / edukasi kepada pasien tentang penyakit
pasien tersebut, dan harus dicatat dalam rekam medis, bahwa DPJP
telah memberikan penjelasan.
DPJP harus memberikan penjelasan mengenai kewajiban pasien yaitu :
1. Pasien dan keluarganya wajib memberi informasi yang jelas,
benar dan jujur tentang penyakit dan kondisi lain.
2. Pasien dan keluarganya wajib mengetahui kewajiban dan
tanggung jawabnya.
3. Pasien dan keluarganya wajib mengajukan pertanyaan untuk
hal-hal yang tidak dimengerti.
4. Pasien dan keluarganya wajib memperlihatkan sikap
menghormati dan tenggang rasa.
5. Pasien dan keluarganya wajib mamahami dan menerima
konsekuensi pelayanan.
6. Pasien dan keluarganya wajib mengikuti instruksi dan
menghormati peraturan rumah sakit.
7. Pasien dan keluarganya wajib memenuhi kewajiban finansial
yang disepakati.
BAB IV
DOKUMENTASI
Panduan ini disusun untuk menjadi acuan dalam penetapan dokter penanggung
jawab pelayanan (DPJP) terhadap pasien sesuai prosedur di Rumah Sakit Daerah
Madani. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan
panduan ini, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atas dasar
referensi.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di
kesempatan berikutnya. Semoga panduan ini berguna bagi pokja Akses Pelayanan
dan kontinuitas pelayanan Rumah Sakit Daerah Madani pada khususnya juga untuk
para pembaca pada umumnya.
MENETAPKAN :
KESATU : Susunan Case Manager RSD Madani Provinsi Sulawesi
Tengah sebagaimana tersebut dalam Lampiran I Keputusan
ini.
KEDUA : Pengertian, Tujuan, Ruang Lingkup, Tata Laksana, Tugas
dan Wewenang Case Manager RSD Madani Provinsi
Sulawesi Tengah sebagaimana tersebut dalam Lampiran
II Keputusan ini.
KETIGA : Case Manager sebagaimana diktum kesatu bertanggung
jawab kepada Kepala Seksi Keperawatan RSD Madani
Provinsi Sulawesi Tengah
KEEMPAT : Biaya yang timbul sebagai akibat dikeluarkannya
keputusan ini dibebankan pada Anggaran APBD Sulawesi
Tengah.
KELIMA : Surat Keputusan ini merupakan revisi Surat Keputusan Nomor
870/867.1/RSDM 2017, dengan demikian maka SK tersebut
dinyatakan ditarik dan dan tidak berlaku.
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan dalam keputusan ini, akan diperbaiki
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Palu
Pada tanggal :
DIREKTUR
RS Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tangah
Ditetapkan di : Palu
Pada tanggal :
DIREKTUR
RS Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tangah
A. PENGERTIAN
Case manager merupakan tenaga ahli di rumah sakit yang memberikan
dukungan dan keahlian yang berkesinambungan melalui assesmen yang
komprehensif, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi menyeluruh mengenai
kebutuhan individu pasien sejak pasien datang hingga perencanaan pulang.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memfasilitasi kesinambungan pelayanan berkualitas di RSD Madani Provinsi
Sulawesi Tengah.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kualitas manajemen dan kepuasan pasien
b. Mempromosikan kontinuitas perawatan
c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan
d. Mengintegrasikan fungsi manajemen kasus, peninjauan, pengelolaan dan
perencanaan pulang.
C. RUANG LINGKUP
Case manajer bertanggung jawab memfasilitasi dalam kesinambungan pelayanan
berfokus pada pasien di semua tatanan layanan Rumah Sakit. Termasuk Instalasi
Rawat Khusus (IGD Umum, ICU dan kamar Operasi); Instalasi Rawat Inap, Rawat
Jalan/ poliklinik. Utamanya kasus pelayanan yang kompleks pada pasien umum, jiwa
dan kebidanan. Di area praktik keperawatan biasa dikenal dengan Kelompok Staf
Keperawatan (KSKp) yang meiliputi Jiwa, Anak, Medikal bedah, Gawat Darurat/Kritis
dan maternitas/ Kebidanan.
Sesuai dengan kondisi yang ada di RS Daerah Madani Area KSKp Anak meliput
Ruang Rambutan, perinatologi. KSKp Medikal Bedah meliputi ruangan Melon,
Nangka, Jambu, Markisa, KSKp Gawat darurat/ kritis meliputi IGD, ICU Kamar
Operasi, Area Maternitas/ kebidanan meliputi IGD Ponek dan Semangka.
D. TATA LAKSANA
Case manager memfasilitasi kesinambungan pelayanan berfokus pada pasien di
masing-masing area KSKp yang menjadi tanggung jawabnya. Secara manajemen
struktur bertanggung jawab kepada Kepala Seksi keperawatan. Untuk
manajemen operasionalnya bekerja sama dan berkoordinasi dengan dokter
penanggung Jawab pasien (DPJP) dan Kepala Instalasi di masing-masing
ruangan.
E. URAIAN TUGAS WEWENANG
1. ADMINISTRASI PELAYANAN
a. Mengkoordinasikan pelayanan berfokus pada pasien selama perawatan,
pemulangan dan perencanaan saat di rumah dengan fasilitas kesehatan
lain.
b. Melakukan supervisi dan evaluasi kelengkapan dokumentasi rekam
medis.
c. Bertindak sebagai advokat pasien, mengidentifikasi kejadian-kejadian
yang merugikan, dan melakukan pendidikan pada pasien, keluarga dan
staf yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya, perencanaan
pulang dan aspek psikososial pelayanan kesehatan.
d. Memobilisasi sumber daya yang efektif dan efisien sesuai kebutuhan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan mencapai hasil klinis yang
diinginkan dalam jangka waktu yang diinginkan.
e. Memastikan ketepatan pemeriksaan pasien, diperlukan, dilakukan dalam
jangka waktu yang ditetapkan dan hasilnya segera tersedia.
f. Mengevaluasi kepuasan pasien dan kualitas perawatan yang diberikan.
g. Berkomunikasi dengan dokter penanggung jawab pasien dan keluarga
pasien secara berkala selama masa perawatan pasien dan
mengembangkan hubungan kerja yang efektif.
h. Memfasilitasi dan berkolaborasi dalam perawatan interdisipliner dengan
PPA (Profesi Pemberi Asuhan) untuk meninjau tujuan pengobatan,
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya, memberikan edukasi pada
keluarga dan mengidentifikasi kebutuhan pasca sakit.
i. Memfasilitasi pasien dan keluarganya dalam penyelesaian administrasi
dan pembiayaan pelayanan di Rumah Sakit baik pembayaran mandiri
maupun asuransi kesehatan.
2. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Menerima konsultasi pengakajian keperawatan lanjutan.
b. Menerima konsultasi analisis data keperawatan kompleks.
c. Menerima konsultasi rencana tindakan keperawatan komplek.
d. Menerima konsultasi penyusunan program pelatihan.
e. Menerima konsultasi evaluasi keperawatan kompleks pada
individu dan kelompok.
f. Melaksanakan tugas sebagai pengawas keliling
g.
3. PENGEMBANGAN PROFESI
a. Mengajar/melatih pada diklat pegawai/SDM Keperawatan dan lainya.
b. Menjadi pengurus aktif organisasi profesi keperawatan.
c. Mengarahkan dan berpartisipasi dalam pengembangan dan
pelaksanaan kebijakan serta prosedur perawatan pasien untuk
memberikan saran dan bimbingan dalam menangani kasus-kasus
khusus atau kebutuhan pasien.
Ditetapkan di : Palu
Pada tanggal :
DIREKTUR
RS Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tangah
DIREKTUR
Kepala Seksi
Keperawatan
Ketua Komite
Keperawatan
KA. INSTALASI
DPJP
CASE MANAGER
KEPALA RUANG
Ditetapkan di : Palu
Pada tanggal :
DIREKTUR
RS Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tangah
Disahkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah
STANDAR
Tanggal Tertib
OPERASIONAL
10 Maret 2016
PROSEDUR
dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001
.
BAB Ill
TATALAKSANA
PJ
Petugas yg
Rencana Pemulangan Perawatan
menjelaskan
Pasien
A. Informasi Kesehatan
Pemberian informasi tentang hasil
pengkajian medis, diagnosis,
tatalaksana, prognosis, rencana
pemulangan pasien
Rencana pemulangan pasien
didiskusikan dengan keluarga/PJ
perawatan pasien dirumah
Pemberitahuan tanggal rencana
pemulangan pasien
Tanda dan gejala yang perlu
dilaporkan
Tindakan/pengobatan yang dapat
dilakukan sebelum ke rumah sakit
Pemberian nomor telepon yang
bisa dihubungi saat pasien
membutuhkan bantuan
B. Edukasi Kesehatan untuk Pasien
Dirumah
Pemberian edukasi kesehatan
sesuai dengan diagnosis
Informasi tentang clinical pathway
Pemberian leaflet edukasi
kesehatan
Pemberian informasi pada
pasien/PJ perawatan pasien
dirumah tentang aktivitas pasien
Pemberian edukasi tentang nutrisi
Pemberian edukasi tentang
perawatan di rumah
Pemberian edukasi tentang
pemberian obat-obatan
C. Persiapan pemulangan
Tempat perawatan selanjutnya
setelah pulang
Obat untuk dirumah
Alat bantu/ peralatan kesehatan
untuk di rumah
Rencana Kontrol
Format ringkasan pulang/resume
medis yang sudah terisi
Format ringkasan keperawatan
yang sudah terisi
Alat transportasi yang digunakan
untuk pulang: ambulans/ mobil
pribadi
Kelengkapan admnistrasi
f. Berikut adalah beberapa peralatan tambahan yang diperlukan pasien
sepulangnya dari rumah sakit (bila diperlukan):
1) Peralatan yang portabel dan sederhana: mudah digunakan,
instruksi penggunaan minimal. Contoh: tongkat, toilet duduk.
2) Peralatan yang membutuhkan pelatihan mengenai cara
menggunakannya. Contoh: tempat tidur khusus, pegangan
terfiksasi (grab rails), oksigen
3) Kursi roda (manual/ listrik)
g. Pilihan transportasi yang dapat digunakan adalah :
1) Ambulans
2) Mobil pribadi
3) Taksi
h. Identifikasi dan tatihlah professional kesehatan yang dapat merawat
pasien serta lakukan koordinasi dengan tim multi disiplin dalam
merancang Discharge planning pasien.
i. Yang dimaksud tim multi disiplin ini adalah para professional
kesehatan dan disiplin ilmu yang berbeda beda, seperti pekerjaan
sosial, perawat, terapis, dokter.
j. Lakukan diskusi dengan pasien dan keluarga mengenai alasan
pasien dirawat, tatalaksana, prognosis, dan rencana pemulangan
pasien
k. Tanyakan kepada pasien: “Anda ingin dirawat oleh siapa
sepulangnya dan rumah sakit?
l. Biasanya pasien akan rnemilih untuk dirawat oleh anggota
keluarganya.
m. Tanyakan kepada keluarganya mengenai kesediaan mereka untuk
merawat pasien. Berikanlah mereka waktu untuk memutuskan
n. Berikut adalah hal-hal yang harus diketahui oleh pemberi Iayanan
perawatan pasien sepulangnya dan rumah sakit/care (biasanya
keluarga):
1) Rencana pemulangan pasien secara tertulis dan lisan
2) Kondisi medis pasien
3) Hak carer untuk memperoleh asesmen
4) Penjelasan mengenai seperti apa terlibat dalam perawatan
pasien
5) Keuntungan yang didapat
6) Dampak finansial
7) Akses penerjemah untuk memungkinkan komunikasi dan
pemahaman yang efektif
8) Pemberitahuan mengenai kapan pasien akan dipulangkan
9) Pengaturan transportasi
10) Demonstrasikan cara menggunakan peralatan tertentu sebelum
pasien dipulangkan dan pastikan terdapat jadwal pengecekan
alat yang rutin.
11) Aturlah jadwal pertemuan berikutnya dengan pasien dan
pendamping/PJ Perawatan Pasien
PENUTUP
Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan transfer pasien sesuai
prosedur di Rumah Sakit Daerah Madani. Tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atas dasar referensi.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di
kesempatan berikutnya. Semoga panduan ini berguna bagi pokja Akses Pelayanan
dan kontinuitas Pelayanan Rumah Sakit Daerah Madani pada khususnya juga untuk
para pembaca pada Umumnya.
PANSS terdiri dari skala positif, skala negative, dan skala Psikpatologi umum.
1. Skala Positif
Waham, kekacauan proses pikir, perilaku halusinasi, ganduh gelisah, waham
kebesaran, kecurigaan atau kejaran dan permusuhan.
2. Skala Negativ
Afek tumpul, penarikan emosional, kemiskinan rapport, kesulitan dalam
pemikiran abstrak, kurangnya spontanitas dan arus percakapan, dan pemikiran
stereotipik.
3. Skala Psikopatologi Umum
Kekhawatiran somatic, ansietas, rasa bersalah, ketegangan, mannerism dan
sikap tubuh, depresi, reterdasi motonic, ketidakkooperatifan, isi pikiran yang
tidak biasa, disorientasi, perhatian buruk, kurangnya daya nilai dan tilikan,
gangguan dorongan kehendak, pengendalian impuls yang buruk, preokupasi
dan penghindaran social secara aktif.
Keluhan-keluhan fisik atau keyakinan tentang penyakit atau malfungsi tubuh. ini
mungkin berkisar dan rasa yang samar tentang perasaan tidak sehat sampai
pada waham yang jelas tentang penyakit fisik yang parah.
Dasar penilaian : isi pikiran yang diekspresikan dalam wawancara.
G2. Anxietas
Pengalaman subyektifitas tentang kegelisahan, kekhawatiran, ketakutan
(apprehension), atau ketidaktenangan yang berkisar dan kekhawatiran yang
berlebihan tentang masa kini atau masa depan sampai perasaan panik.
Dasar penilaian : laporan lisan selama wawancara dan manifestasi fisik yang
terkait.
G4. Ketegangan
Manifestasi fisik yang jelas tentang ketakutan, ansietas, dan agitasi, seperti
kekakuan, tremor, keringat berlebihan, dan ketidaktenangan.
G6. Depresi
Perasaa sedih, putus asa, rasa tidak berdaya, dan pesimisme.
G8. Ketidakkooperatifan
Aktivitas menolak untuk patuh terhadap keinginan tokoh bermakna termasuk
pewawancara, staf rumah sakit, atau keluarga, yang mungkin disertai dengan
rasa tidak percaya, defensive, keras kepala, negativistic, penolakan terhadap
otoritas, hostilitas, atau suka membangkang.
G10. Disorientasi
Kurang menyadari (awareness) hubungan seseorang dengan lingkungan,
termasuk orang, tempat, dan waktu, yang mungkin disebabkan oleh kekacauan
atau penarikan diri.
Dasar penilaian : perilaku selama wawancara dan yang dilaporkan oleh perawat
atau keluarganya.
G15. Preokupasi
Terpaku pada pikiran dan perasaan yang timbul dan dalam diri dan disertai
pengalaman autistic sedemikian rupa sehingga terjadi gangguan orientasi
realita dan perilaku adaptif.
Dasar penilaian : perilaku interpersonal yang tampak selama wawancara.
BAB II
RUANG LINGKUP
a. Pasien rawat inap setelah dilakukan skrining dan triage dan setelah kondisinya
distabilkan bisa dilakukan proses transfer
b. Proses transfer bisa terjadi intra rumah sakit dan antar rumah sakit
c. Proses transfer intra rumah sakit:
1. Dari Instalasi Gawat Darurat atau klinik jiwa ke unit pelayanan intensif
psikiatri
2. Dari Instalasi Gawat Darurat atau klinik jiwa ke unit perawatan
maintenance
3. Dari Instalasi Gawat Darurat atau kilnik umum ke intensif care unit atau
ruang perawatan
4. Dari unit pelayanan ruang akut ke unit perawatan tenang
5. Dari unit perawatan maintance ke unit pelayanan ruang akut
6. Dari intensif care unit ke unit perawatan
7. Dari unit perawatan ke intensif care unit atau unit perawatan
8. Dari unit pelayarian intensif atau unit perawatan tenang Rumah Sakit lain
untuk memenuhi kebutuhan atas kondisi pasien yang tidak tersedia di
Rumah Sakit Daerah Madani sehubungan dengan misi dan sumber daya
Rumah Sakit
d. Selama proses transfer, kondisi pasien harus selalu dipantau
e. Proses rujukan didokumentasikan didalam rekam medis pasien
f. Proses transfer antar rumah sakit menyertakan juga resume medis pasien
1. Informasi klinis pasien atau resume klinis pasien dikirim ke rumah sakit
bersama pasien
2. Resume klinis termasuk kondisi pasien
3. Resume klinis termasuk prosedur dan tindakan-tindakan lain yang telah
dilakukan
4. Resume klinis termasuk kebutuhan pasien akan pelayanan lebih lanjut
BAB Ill
TATA LAKSANA
A. Kasus Jiwa
Untuk kasus jiwa menggunakan instrumen PANSS EC untuk menilai unit
pelayanan mana yang sesuai dengan kondisi pasien
P7. PERMUSUHAN
Ekspresi verbal dan nonverbal tentang kemarahan dan kebencian, termasuk
sarkasme, perilaku pasif agresif, cad maki dan penyerangan.
G4. KETEGANGAN
Manifestasi fisik yang jelas tentang ketakutan, anxietas, dan agitasi, seperti
kekakuan, tremor, keringat berlebihan, dan ketidaktenangan.
G8. KETIDAKKOOPERATIFAN
Aktif menolak untuk patuh terhadap keinginan tokoh bermakna termaksud
pewawancara, staf rumah sakit, atau keluarga, yang mungkin disertai dengan
rasa tidak percaya, defensif, keras kepala, negativistik, penolakan terhadap
otoritas, hostilitas, atau suka membangkang.
Dasar Penilaian : Perilaku interpersonal yang diobservasi selama wawancara,
dan juga dilaporkan oleh keluarga atau perawat.
PENILAIAN PANSS
NAMA : NO CM :
RUANG KELAS : UMUR :
Hr Hr Hr Hr Hr Hr Hr
No Penilaian Ket
1 2 3 4 5 6 7
1 P4
GADUHGELISA Nilai
H
2 P7
PERMUSUHAN Nilai
3 G4 Nilai
KETEGANGAN
4 G5
KETIDAK- Nilai
KOOPERATIFAN
5 G14
PENGENDALIAN
Nilai
IMPULS YANG
BURUK
Jumlah
Paraf Dokter Penilai
3. STATUS EPILEPTIKUS
Merupakan keadaan gawat darurat dengan manifestasi berupa kejang
yang berlangsung lebih dari 30 menit atau terjadi kejang dengan disertai
gangguan fungsi vital, atau kejang berulang dimana di antara kejang
penderita tidak sadar, sehingga memerlukan penanganan yang cepat dan
tepat di rumah sakit (rawat inap).
4. ASCENDING PARALYSIS (AP)
Merupakan kegawatdaruratan yang menyerang sistem saraf tepi yang
secara klinis ditandai dengan perburukan kelainan motorik, sensibilitas
(parestesi, nyeri, kram pada otot), arefleksia/hiporefleksia, bisa disertai
gejala disotonomia yang dimulai dari arah distal ke arah proksimal. Gejala
klinis terjadi pada awal minggu pertama sampai minggu ketiga.
Komplikasi berupa kegagalan pernafasan akibat paralisis otot-otot
diafragma dapat terjadi, sehingga pasien dengan kecurigaan AP perlu
segera mendapat perawatan di rumah sakit (rawat inap) untuk
mendapatkan terapi yang optimal.
C. KRITERIA / LEVEL TRANSFER
PETUGAS
KETERAMPILAN YANG PERALATAN
PASIEN PENDAMPING
DIBUTUHKAN UTAMA
(MINIMAL)
DERAJAT 0 TPK/Petugas Bantuan hidup dasar
Keamanan
DERAJAT 0,5 TPK/Petugas Bantuan hidup dasar
(ORANG Keamanan
TUA/DELIRIUM)
DERAJAT Perawat/Petugas Bantuan hidup dasar, Oksigen,
1 yang Pelatihan tabung gas, suction, tiang
berpengalaman pemberian obat-obatan, kenal infuse
(sesuai dengan akan tanda deteriorasi, portabel,
kebutuhan keterampilan trakeostomi dan pompa infuse
pasien) suction dengan
Baterai,
DERAJAT Perawat dan Semua ketrampilan di atas, Semua
2 Petugas ditambah:Dua tahun peralatan di
keamanan/TPK pengalaman dalam perawatan atas,
, intensif (oksigenasi, sungkup ditambah:
pernapasan, defibrillator, Monitor EKG
monitor) dan tekanan
darah dan
Defibrillator
PETUGAS
KETERAMPILAN YANG PERALATAN
PASIEN PENDAMPING
DIBUTUHKAN UTAMA
(MINIMAL)
DERAJAT 0 Petugas Bantuan hidup dasar Kendaraan
ambulans High
Dependency
Service
(HDS)/Ambulan
DERAJAT 0,5 Petugas Bantuan hidup dasar Kendaraan
(ORANG ambulans dan HDS / Ambulan
TUA/DELIRIUM) perawat
DERAJAT Petugas Bantuan hidup besar, Kendaraan
1 ambulans dan pemberian oksigen, HDS/ambulan,
perawat pemberian obat-obatan, kenal oksigen,
akan tanda deteriorasi, suction, tiang
keterampilan perawatan, infus portable,
trakeostomi dansuction infus pump
dengan baterai,
oksimetri
DERAJAT Dokter, perawat Semua keterampilan diatas, Ambulans,
2 dan petugas ditambah : penggunaan alat semua
ambulans pernapasan, bantuan hidup peralatan di
lanjut, penggunaan kantong atas,
pernapasan (bag-valve mask), ditambah :
penggunaan defibrillator, monitor EKG
penggunaan monitor intensif dan tekanan
darah dan
defibrillator
bila
diperlukan
DERAJAT Dokter, perawat, Dokter : Ambulans
3 dan petugas Minilai 6 bulan pengalaman lengkap/AGD
ambulan mengenai perawatan pasien 118, monitor
intensif dan Bekerja di ICU ICU portable
Keterampilan bantuan hidup yang lengkap
dasar dan lanjut ventilator dan
Keterampilan menangani peralatan
permasalahan jalan napas transfer yang
dan pernapasan, minimal memenuhi
level ST 3 atau sederajat. standar
Harus mengikuti pelatihan minimal
untuk transfer pasien
dengan sakit berat/kritis
Perawat:
Minimal 2 tahun bekerja di
ICU
keterampilan bantuan hidup
dasar dan lanjut
Harus mengikuti pelatihan
untuk transfer pasien
dengan sakit berat/kritis
BAB IV
DOKUMENTASI
Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan transfer pasien sesuai
prosedur di Rumah Sakit Daerah Madani. Tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atas dasar referensi.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di
kesempatan berikutnya. Semoga panduan ini berguna bagi pokja Akses Pelayanan
dan kontinuitas Pelayanan Rumah Sakit Daerah Madani pada khususnya juga untuk
para pembaca pada Umumnya.
A. Definisi
Pelayanan ambulans adalah suatu prosedur pemindahan pasien dengan
menggunakan kendaraan pelayanan medis yang memiliki fasilitas yang lengkap
dan didampingi oleh perawat atau dokter yang mampu menangani keadaan
gawat darurat untuk tujuan pemeriksaan penunjang, tindakan medis dan alih
rawat ke rumah sakit lain
Ambulan sebagai sarana transportasi di sebuah rumah sakit sangatlah
penting baik itu rumah sakit berskala besar ataupun rumah sakit kecil.
Rumah Sakit Daerah Madani sebagai salah satu pemberi jasa pelayanan
kesehatan pada masyarakat di wilayah Palu dan sekitarnya juga memiliki
ambulans yang digunakan sebagai sarana transportasi pasien dan dan ke luar
Rumah Sakit Daerah Madani.
Fungsi ambulan sebagai sarana transportasi pasien di rumah sakit harus
dapat menjamin keselamatan dan kenyamanan pasien sambil ketempat yang
dituju. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas ambulan harus dilengkapi
dengan fasilitas yang sesual dengan ketentuan yang berlaku.
B. Tujuan
1. Memindahkan pasien gawat darurat dengan aman tanpa memberatkan
keadaan pasien ke sarana kesehatan yang memadahi
2. Sebagai alat trasnportasi bagi pasien yang memerlukan tindakan medis
atau pemeriksaan penunjang ke rumah sakit lain
3. Memberikan pelayanan bagi masyarakat umum di area lingkungan
4. palu dan sekitarnya yang memerlukan pelayanan medis di Rumah Sakit
Daerah Madani
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Ruang Lingkup
1. Pasien rawat inap yang memerlukan transportasi ke luar Rumah Sakit
Daerah Madani dengan tujuan untuk pemeriksaan penunjang, tindakan
medis atau rujukan untuk alih rawat.
2. Masyarakat umum yang anggota keluarganya memerlukan pelayanan
ambulan untuk tindakan medis di Rumah Sakit Daerah Madani.
3. Institusi masyarakat yang memerlukan pelayanan ambulans untuk
kegiatan sosial, olah raga atau kegiatan lain.
B. Pengorganisasian
1. Pelayanan ambulan Rumah Sakit Daerah Madani secara operasional
menjadi tanggung jawab Instalasi Gawat Darurat.
2. Pelayanan ambulans Rumah Sakit Daerah Madani secara teknis menjadi
tanggung jawab Kepala Instalasi Pemsar, Ambulans dan Pemulasaran
Jenazah.
C. Jenis Ambulanc
1. Ambulan Transportasi
Tujuan penggunaan :
Pengangkutan pasien yang tidak memerlukan khusus/tindakan darurat
untuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak akan timbul
kegawatan selama dalam perjalanan.
Persyaratan kendaraan:
a. Teknis
1) Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspense lunak
2) Ruangan pasien mudah dicapai dan tempat pengemudi
3) Tempat duduk pagi petugas di ruang pasien
4) Dilengkapi sabuk pengaman
5) Ruangan pasien cukup luas untuk sekurang-kurangnya 2
stretcher
6) Gantungan infus terletak sekurang-kurangnya 90 cm di atas
tempat pasien
7) Stop kontak khusus untuk 12 volt DC di ruang pasien
8) Lampu ruangan secukupnya
9) Lemari obat dan peralatan
10) Air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah
11) Sirine satu nada
12) Lampu rotator warna merah
13) Persyaratan lain sesuai peraturan perundangan yang berlaku
14) Tanda pengenal ambulan transportasi dan bahan yang
memantulkan sinar
15) Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia
b. Medis
1) Tabung oksigen dengan peralatannya
2) Peralatan medis P3K
3) Obat-obatan sederhana, cairan infus secukupnya
c. Petugas
1) Satu sopir dengan kemampuan P3K dan komunikasi
2) Satu perawat dengan kemampuan PPGD
d. Tata tertib
1) Sewaktu menuju tempat pasien boleh menggunakan sirine dan
lampu rotator
2) Selama mengangkut pasien hanya boleh menggunakan lampu
rotator. Semua peraturan lalu lintas harus ditaati
3) Kecepatan kendaraan setinggi 40 km di jalan biasa dan 80 km
di jalan bebas hambatan
2. Ambulans Gawat Darurat
Tujuan penggunaan :
Pengangkutan pasien gawat darurat yang sudah distabilkan ke tempat
tindakan definitif/ distabilkan rumah sakit
Persyaratan kendaraan:
a. Teknis
1) Kendaraan roda empat atau Iebih dengan suspense lunak
2) Ruangan pasien mudah dicapai dan tempat pengemudi
3) Tempat duduk pagi petugas di ruang pasien
4) Dilengkapi sabuk pengaman
5) Ruangan pasien cukup luas untuk sekurang-kurangnya 2
stretcher
6) Gantungan infus tenletak sekurang-kurangnya 90 cm di atas
tempat pasien
7) Stop kontak khusus untuk 12 volt DC di ruang pasien
8) Lampu ruangan secukupnya
9) Lemari obat dan peralatan
10) Air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah
11) Sirine dua nada
12) Lampu rotator warna merah dan biru
13) Radio komunikasi
14) Persyaratan lain sesuai peraturan perundangan yang berlaku
15) Tanda pengenal ambulan transportasi dan bahan yang
memantulkan sinar
16) Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia
17) Perelatan resque
b. Medis
1) Tabung oksigen dengan peralatannya untuk 2 orang
2) Peralatan medis P3K
3) Peralatan resusitasi lengkap bagi orang dewasa dan anak/bayi
4) Suction pump manual dan listrik 12 volt DC
5) Peralatan EKG dan monitoring Iainnya
6) Minor sugery set
7) Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya
c. Petugas
1) Satu sopir, dengan kemampuan mengemudi dan komunikasi
2) Satu perawat gawat darurat
3) Satu dokter gawat darurat (tergantung keadaan)
d. Tata tertib
1) Sewaktu menuju tempat pasien boleh menggunakan sirine dan
lampu rotator
2) Selama mengangkut pasien hanya boleh menggunakan lampu
rotator. Semua peraturan lalu lintas harus ditaati
3) Kecepatan kendaraan setinggi 40 km di jalan biasa dan 80 km
di jalan bebas hambatan
BAB III
TATA LAKSANA
Tujuan dari pemberian pelayanan ambulans akan dapat dirasakan oleh pasien
dan keluarganya apabila setiap petugas medis dan paramedik yang terkait di
dalamnya dapat menjalankan fungsi dan tugasnya sesuai dengan ketentuan dan
prosedur yang berlaku.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang rnembangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di
kesempatan berikutnya. Semoga panduan ini berguna bagi pokja Akses Pelayanan
dan Kontinuitas Pelayanan Rumah Sakit Daerah Madani pada khususnya juga untuk
para pembaca pada umumnya.
dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001
Ditetapkan
Direktur Rumah Sakit DaerahMadani
STANDAR Tanggalterbit : ProvinsiSulawesi Tengah
OPERASIONAL .............................
PROSEDUR .
dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001
TUJUAN Membantupasiendankeluargauntukmencapaitingkatkesehatan
yang optimal. Discharge planning yang efektif juga
menjaminperawatan yang berkelanjutan di saatkeadaan yang
penuhdengan stress.
KEBIJAKAN Surat
keputusanDirekturtentangKebijakanAkseskePelayanandankontinu
itaspelayanan
PROSEDUR 1. Semuapasienrawatinapharusdibuatkanperencanaanpemulang
ansegerasetelahrawatinap.
2. Apabilaadaperubahansejak initial assesment yang
dilakukandicatatperubahan yang hams
disiapkanpadasaatpemulanganpasien.
3. Siapkan form rencanapemulangan(discharge planing) ,
lengkapidandigabungkandengan form pengkajianawal
DSCHARGE PLANNING
(PERENCANAAN PEMULANGAN)
RUMAH SAKIT
DAERAH MADANI No. Dokumen : Halaman
No. Revisi : 0
0021/APK/III/2016 2 dari 2
Disahkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL V
11 Maret 2016
PROSEDUR
dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001
Disahkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
11 Maret 2016
PROSEDUR
dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001
Disahkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
09 Maret 2016
PROSEDUR
dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001
PENGERTIAN Droping adalah proses mengantar pulang pasien yang sudah
dalam keadaan stabil kembali ke rumah tanpa permintaan
keluarga Pelaksanaan droping klien adalah mengantarkan
klien pada keluarga dengan alasan:
Pasien sudah dalam kondisi stabil
Keluarga menolak membawa pulang
Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
08 Maret 2016.
PROSEDUR Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
PENGERTIAN Langkah- langkah perawat dalam memproses pasien pulang
dan rawat inap setelah dinyatakan boleh pulang oleh DPJP
dalam keadaan sembuh, perbaikan kesehatan, pulang atas
permintaan sendiri, rujuk rumah sakit lain atau dalam keadaan
meninggal.
TUJUAN Sebagai acuan perawat dalam memproses pasien pulang dari
ruang rawat inap.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur tentang Kebijakan Akses ke Pelayanan dan
Kontinuitas Pelayanan
PROSEDUR 1. DPJP menyatakan pasien boleh pulang
2. Perawat menyelesaikan administrasi pasien
3. Perawat mengarahkan keluarga pasien untuk ke instalasi
farmasi
4. Instalasi farmasi membuat nota obat dalam billing system
dan mengarahkan keluarga pasien ke kasir rawat inap
5. Kasir rawat inap memproses pulang dengan men-checkout
status pasiên pada billing system
6. Keluarga Pasien diarahkan kembali ke ruangan rawat inap
7. Perawat melepas seragam Rumah Sakit Daerah Madani
yang dikenakan pasien khas jiwa
PASIEN PULANG DARI RAWAT INAP
Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
07 Maret 2016
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
PROSEDUR Pelaksanaan
1. Pasien masuk dan diterima di IGD Umum RSD Madani
setiap saat, baik pasien umum maupun pasien dengan
gangguan jiwa,
PENERIMAAN PASIEN YANG TIDAK MEMILIKI IDENTITAS
ATAU PENANGGUNG JAWAB (PASIEN X)
Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
09 Maret 2016.
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
09 Maret 2016.
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
09 Maret 2016.
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
PENGERTIAN Suatu tata cara penggunaan alat transportasi medis bagi
pasien yang akan dirujuk ke luar RSD. Madani.
PROSEDUR A. Persiapan
1. Penampilan petugas:
a. Periksa kerapihan pakaian seragam petugas
b. Periksa kelengkapan atribut
2. Persiapan alat - alat:
a. Alat tulis
b. Formulir monitoring
c. Bovenlaken/bed cover
d. Tensimeter
PELAYANAN AMBULAN TRANFER KE LUAR
Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
09 Maret 2016
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
No. Dokumen :
RUMAH SAKIT No. Revisi : 0 Halaman 2 dari 6
DAERAH MADANI 0014/APK/III/2016
No. Dokumen :
RUMAH SAKIT No. Revisi : 0 Halaman 3 dari 6
DAERAH MADANI 0014/APK/III/2016
Pada hari. kerja untuk shif Siang - Malam dan pada hari libur :
No. Dokumen :
RUMAH SAKIT No. Revisi : 0 Halaman 4 dari 6
DAERAH MADANI 0014/APK/III/2016
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
07 Maret 2016..
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
No. Dokumen :
RUMAH SAKIT Halaman
009/APK/III/2016 No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 2 dari 2
Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
08 Maret 2016
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
PROSEDUR 1. Apabila kondisi pasien tidak stabil, maka petugas IGD akan
melakukan penanganan sesuai standar gawat darurat di
IGD. Bila kondisi pasien sudah stabil dan rawat inap masih
penuh, keluarga akan diberikan penjelasan oleh petugas
agar pasien dirujuk ke rumah sakit lain
Apabila kondisi pasien stabil, maka petugas akan
memberikan alternatif ke keluarga pasien yaitu pulang ke
rumah terlebih dahulu dan meninggalkan identitas yang
dapat dihubungi, sehingga apabila kelas kamar yang
diinginkan sudah ada yang kosong maka petugas UGD
akan menghubungi pasien/keluarga pasien. Alternatif lain
pasien dipersilahkan ke rumah sakit lain.
PENANGANAN PASIEN BILA TIDAK TERSEDIA TEMPAT
TIDUR PADA UNIT YANG DITUJU
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
11 Maret 2016
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
11 Maret 2016.
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
Disahkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
07 Maret 2016
PROSEDUR
dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001
1. Prosedur penerimaan pasien rawat inap adalah suatu
PENGERTIAN
system penerimaan pasien mulai dari pendaftaran
sampai pencatatan identitas pasien.
2. Penerimaan pasien rawat inap terdiri dari penerimaan
waktu jam kerja yaitu
a. Jam 08.00 s/d 13.00 wita (senin s/d kamis)
b. Jam 08.00 s/d 11.00 wita (jumat)
c. Jam 08.00 s/d 11.00 wita (sabtu)
3. Penerimaan pasien pada jam kerja dilakukan oleh
petugas adiniting office (prosedur sama dengan rawat
jalan)
4. Penerimaan pasien diluar jam kerja dilakukan oleh
administrasi office dibagian IGD
Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
08 Maret 2016.
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
07 Maret 2016
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
No. Dokumen :
RUMAH SAKIT Halaman
004/APK/III/2016 No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 3 dari 6
No. Dokumen :
RUMAH SAKIT Halaman
004/APK/III/2016 No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 4 dari 6
Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
08 Maret 2016.
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
11 Maret 2016
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
09 Maret 2016.
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
07 Maret 2016
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
PROSEDUR Pelaksanaan
1. Lakukan pengamatan sejak awal pasien tiba di Rumah
sakit atau pasien berada ditempat kejadian.
2. Lakukan anamnesis terhadap keluhan kebutuhan dan
keluhan pasien
SKRINING PASIEN
No. Dokumen :
RUMAH SAKIT Halaman :
DAERAH MADANI 001/APK/III/2016 No. Revisi : 0
2 dari 2
Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
08 Maret 2016.
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
07 Maret 2016
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
1. Triage adalah suatu sistem untuk menyeleksi problem
PENGERTIAN
pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD)
sesuai dengan skala prioritas kegawat daruratannya.
2. Triage officer adalah petugas yang bertanggung jawab
melakukan triage pasien yang datang memerlukan
pelayanan IGD.
3. Triage dilakukan oleh seorang dokter, bila kondisi tidak
memungkinkan triage dilakukan oleh perawat IGD untuk
menyeleksi pasien sesuai dengan prioritas kegawat
daruratannya
4. Pembagian Pasien
a. Kategori I warna merah, penilaian dan pengobatan
simultan segera, pasien ditempatkan diruang resusitasi.
Kondisi pasien yang mengancam hidup dan
memerlukan tindakan segera. Antara lain : gagal
jantung, gangguan pernafasan, sumbatan jalan nafas,
frekuensi pernafasan < 10mnt, distress pernafasan
berat, tekanan darah < 80 (dewasa) atau syok pada
anak/ bayi, tidak responsif atau hanya respon nyeri
(GCS 9), kejang berkepanjangan, IV overdosis dan
tidak responsif atau hipoventilasi, ganngguan perilaku
berat dengan ancaman langsung kekerasan berbahaya.
b. Kategori 2 warna kuning, pasien perlu pemeriksaan
dengan segera dan menyeluruh dikarenakan keadaan /
Kondisi pasien cukup serius atau memburuk sangat
cepat sehingga ada potensi ancaman terhadap
kehidupan, perlu evaluasi dan pemeriksaan menyeluruh
untuk stabilisasi, diagnosis, dan terapi definitive,
potensial mengancam jiwa atau kegagalan sistem
organ, jika tidak diobati dalam waktu 10 menit dari
kedatangan. Antara lain : Risiko gangguan jalan nafas –
stridor parah atau mengeluarkan air liur dengan
distress, distress pernafasan berat, peredaran
kompromi: (berkeringat atau belang-belang kulit, perfusi
yang buruk, HR<50 atau>150 (dewasa), hipotensi
dengan efek hemodinamik, kehilangan darah yang
parah, nyeri dada seperti gangguan jantung umumnya),
nyeri hebat, mengantuk respon penurunan penyebab
(GCS < 13), Hemiparese akut / disfasia, demam dengan
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TRIASE
Disahkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah
STANDAR
Tanggal Tertib
OPERASIONAL
PROSEDUR
dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001
PROSEDUR 1. Persiapan
a. Obat-obatan : Haloperidol/Cholorpromazin, Diazepam
injeksi
b. Informed consent
2. Pelaksanaan
a. Mengidentifikasi perilaku yang memerlukan restrain
kimia
b. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada pasien
dan keluarga dengan menggunakan bahasa yang
RESTRAIN KIMIA
Disahkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah
STANDAR
Tanggal Tertib
OPERASIONAL
PROSEDUR
dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001
PROSEDUR 1. Persiapan
a. Tim pelaksana restrain yang terdiri dari 6 orang terlatih
b. Tali pengikat khusus yang tersedia
c. Informed consent
2. Pelaksanaan
a. Mengidentifikasi perilaku yang memerlukan restrain
kimia
b. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada pasien
dan keluarga dengan menggunakan bahasa yang
RESTRAIN MEKANIK
Disahkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah
STANDAR
Tanggal Tertib
OPERASIONAL
10 Maret 2016
PROSEDUR
dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001
Ditetapkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
07 Maret 2016
PROSEDUR
dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001