Anda di halaman 1dari 204

DOKUMEN LENGKAP AKSES

KE PELAYANAN DAN
KONTINUITAS PELAYANAN
(APK)
PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH
RUMAH SAKIT DAERAH MADANI
Jl. Thalua Kontji No. 11 KM 13 Mamboro Tlp. (0451) 491470 Fax. (0451) 491605

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH MADANI


PROVINSI SULAWESI TENGAH
NOMOR : VI.01/ SK / DIR / III /2016

TENTANG:
KEBIJAKAN AKSES KE PELAYANAN DAN KONTINUITAS PELAYANAN
RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH

DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit


Daerah Madani Provinsi Sulawesi Tengah, maka diperlukan
penyelenggraan pelayanan yang bermutu tinggi;
b. bahwa agar pelayanan di Rumah Sakit Daerah Madani Provinsi
Sulawesi Tengah dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya
Peraturan Direktur tentang Kebijakan Akses ke Pelayanan Dan
Kontinuitas Pelayanan Rumah Sakit Daerah Madani sebagai
landasan bagi penyelenggaraan seluruh pelayanan di Rumah
Sakit;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
a dan b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit
Daerah Madani Provinsi Sulawesi Tengah.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undarig Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek
kedokteran;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/menkes/Per/II/2008 tentang Rekani Medis;
5. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 7 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat.Badan
Perencanaan Pembangunan dan Lembaga Tehnis Daerah
Provinsi Sulawesi Tengah;
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Pertama : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH MADANI
PROVINSI SULAWESI TENGAH TENTANG KEBIJAKAN AKSES
KE PELAYANAN DAN KONTINUITAS PELAYANAN
Kedua : Kebijakan Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan Rumah
Sakit Daerah Madani Provinsi Sulawesi Tengah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Peraturan ini
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan dilaksanakan oleh Kasi Pelayanan
Medik dan Non Medik, Kasi Keperawatan dan Kasi Penunjang Medik
dan Non Medik Rumah Sakit Daerah Madani Provinsi Sulawesi
Tengah.
Keempat : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini,
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : PALU
Pada tanggal : 07 Maret 2016
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah,

dr. Isharwati, M.Kes


Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH MADANI
PROVINSI SULAWESI TENGAH
Nomor : VI. 01/ SK / DIR / 2016
Tanggal : 07 Maret 2016

KEBIJAKAN AKSES KE PELAYANAN DAN KONTINUITAS PELAYANAN


DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH

1. SKRINING
a. Skrining dilakukan pada kontak pertama didalam atau diluar rumah sakit
untuk menentukan kebutuhan pasien sesuai dengan kriteria skrining kasus
yang tidak dapat dilayani di Rumah Sakit Daerah Madani.
b. Kriteria skrining di Rumah Sakit Daerah Madani:
1. Kasus THT
2. Pasien dengan infeksi dan penyakit menular yang memerlukan perhatian
khusus (misalnya TB MDR)
3. Pasien dengan penurunan sistem imun
c. Proses melengkapi skrining dengan hasil tes diagnostik yang diperlukan
sebagai penunjang dalam pengambilan keputusan pasien dirawat atau
dirujuk.
d. Pemilihan jenis pelayanan atau unit pelayanan berdasar atas temuan
pemeriksaan hasil skrining.
e. Kebutuhan pasien yang berkenaan dengan pelayanan preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan paliatif diprioritaskan.

2. PENDAFTARAN DAN ADMISI


a. Semua pasien yang hendak menerima pelayanan di Rumah Sakit Daerah
Madani harus melalui pendaftaran terlebih dahulu.
b. Pasien rawat inap harus melalui admisi rawat inap di Instalasi Rekam Medis.
c. Penjelasan tentang hak dan kewajiban pasien serta general consent
dilakukan pada saat admisi.
d. Apabila tidak tersedia tempat tidur sesuai kebutuhan pasien, informasikan
dengan jelas kepada pihak keluarga, dan tawarkan kepada keluarga untuk
bersedia dirujuk ke rumah sakit lain setelah kondisi pasien stabil terlebih
dahulu.
e. Pasien yang karena kondisinya memerlukan observasi di IGD, maka
informasikan kepada keluarganya.

3. TRIAGE
a. Triage adalah suatu sistem pembagian / klasifikasi prioritas klien berdasarkan
berat ringannya kondisi klien / kegawatannya yang memerlukan tindakan
segera.
b. Triage di Rumah Sakit Daerah Madani menggunakan skala prioritas warna,
menurut klasifikasi penentuan / penyeleksian mana yang harus didahulukan
mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang
timbul dengan seleksi pasien berdasarkan:

1. Merah (skala prioritas I emergency / gawat darurat)


2. Kuning (proritas II atau urgent / gawat tidak darurat)
3. Hijau ( prioritas III atau tidak gawat dan tidak darurat)
4. Hitam (Sudah meninggal)
c. Semua tenaga medis dan paramedis di Rumah Sakit Daerah Madani harus
mampu melakukan triage.
d. Proses triage didokumentasikan dalam rekam medis pasien.

4. TRANSFER
a. Proses transfer dilakukan setelah kondisi pasien stabil.
b. Proses transfer keluar Rumah Sakit Daerah Madani dilakukan setelah ada
kejelasan bahwa rumah sakit tempat rujukan mampu menyediakan
kebutuhan pasien.
c. Dalam proses transfer tentukan terlebih dahulu level kondisi pasien?
d. Proses transfer dilalukan sesuai level kategori kondisi pasien yang terdiri dari
4 (empat) level.
e. Proses transfer intra Rumah Sakit Daerah Madani untuk kasus jiwa
menggunakan instrumen PANSS EC.
f. Proses transfer intra Rumah Sakit Daerah Madani untuk kasus pasien umum
menggunakan kriteria vital sign
g. Semua staf medis dan para medis harus mampu melakukan proses transfer
sesuai level kondisi pasien.
h. Proses transfer didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
5. PENETAPAN DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN (DPJP)
a. Dokter penanggung jawab pelayanan bedah :
1. dr. Roberthy David Maelissa, Sp.B
2. dr. I Made Wirka, Sp.B
b. Dokter penanggung jawab pelayanan Obgyn :
1. dr. Sasono Udijanto, Sp. OG
c. Dokter penanggung jawab pelayanan Interna :
1. dr. Nurfaita Mislihar, Sp. PD
2. dr. Jimmy Haskel Sampeliling, Sp. PD
d. Dokter penanggung jawab pelayanan pediatric :
1. dr. Suldiah, Sp. A
2. dr. Kartin Akune, Sp. A
e. Dokter penanggung jawab pelayanan mata :
1. dr. Neni Khristina Parimo, Sp. M
f. Dokter penanggung jawab pelayanan syaraf :
1. dr. Alfrida Minggus Wara, M.Kes, Sp. S
g. Dokter penanggung jawab pelayanan ICU :
1. dr. Salsiah, Sp. An
h. Dokter penanggung jawab pelayanan gigi dan mulut :
1. drg. Ni Ketut Ida Evayani Wendra
2. drg. Ester Natalia Tambunan
3. drg. Irawati Widyaningsih
4. drg.Meliana
5. drg. Nurdian Afriani
i. Dokter penanggung jawab pelayanan anestesi :
1. dr. Salsiah, Sp. An
j. Dokter penanggung jawab pelayanan jiwa :
1. dr. Patmawati P, M.Kes, Sp. KJ
2. dr. Nyoman Sumiati, M.Biomed, Sp. KJ
3. dr. Merry Tjandra, M.Kes, Sp. KJ
4. dr. Rinvil Renaldi, M.kes, Sp.KJ
k. Dokter penanggung jawab pelayanan radiologi :
1. dr. Dafriana Darwis, Sp. Rad
l. Dokter penanggung jawab pelayanan patologi klinik :
1. dr. Renny Lamadjido, M.Kes, Sp.PK
m. Dokter penanggung jawab pelayanan Instalasi gawat darurat (IGD) :
1. dr. Masdar Murtada, M.Kes (MARS)
2. dr. Hairudin
3. dr. Selvy Romberante
4. dr. Siti Nawira Septiani
5. dr. Munawarah
6. dr. Saifullah
7. dr. Ryzqa, M.Kes
8. dr. Muhammad Ali Hi Palandro
9. dr. Faisal Fackhri
10. dr. Reviera Y Lalusu
11. dr. Marannu C Sambo
12. dr. Ayu Sekarani D.P
13. dr. Riani Gustina

Uraian tugas dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) :

1. mengelola asuhan medis perawatan pasien secara mandiri yang mengacu


pada panduan praktek klinik rumah sakit secara komprehensif mulai dari
diagnosis, terapi, tindak lanjut sampai rehabilitasi
2. melakukan konsultasi dengan disiplin ilmu lain yang dianggap perlu untuk
meminta pendapat atau perawatan bersama.
3. Membuat rencana pelayanan pasien dalam berkas rekam medis pasien yang
memuat segala aspek asuhan medis yang akan dilakukan, termasuk
konsultasi, rehabilitasi dan lain-lain.
4. Memberikan pendidikan / edukasi kepada pasien tentang rencana dan hasil
pelayanan, pengobatan dan prosedur untuk pasien termasuk terjadinya
kejadian yang diharapkan atau yang tidak diharapkan.
5. Memberi kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya hal yang
belum dimengerti.
6. Menyeleksi dan mengefisienkan pengobatan yang akan diberikan
7. Resume medis pasien dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang dari rumah
sakit
8. Penetapan dokter penanggung jawab (DPJP) sepenuhnya hak pasien
9. DPJP di ICU adalah dokter spesialis anestesi
10. DPJP di IGD adalah dokter umum yang bertugas jaga saat itu
11. DPJP bertanggung jawab terhadap semua pelayanan kepada pasien
12. DPJP wajib melengkapi berkas rekam medis pasien
13. DPJP wajib memenuhi hak pasien

6. PENUNDAAN PELAYANAN
a. Pasien dan keluarganya diberi informasi bila akan terjadi penundaan
pelayanan atau pengobatan.
b. Pemberian informasi kepada pasien tentang alasan penundaan dan tentang
alternatif yang tersedia sesuai keperluan klinik pasien.
c. Pemberian informasi penundaan pelayanan dan pengobatan
didokumentasikan didalam rekam medis pasien.
d. Pemberian informasi penundaan pelayanan dan pengobatan dilakukan oleh
medis dan paramedis.

7. PEMBERIAN INFORMASI
a. Pemberian informasi kepada pasien dan keluarganya dilakukan saat proses
admisi.
b. Pemberian informasi kepada pasien dan keluarganya tentang pelayanan
yang ditawarkan.
c. Pemberian informasi kepada pasien dan keluarganya tentang hasil pelayanan
yang diharapkan.
d. Pemberian informasi kepada pasien dan keluarganya tentang estimasi biaya.
e. Pemberian informasi yang memadai bagi pasien dan keluarganya untuk
mengambil keputusan secara benar.
f. Pemberian informasi kepada pasien dan keluarganya tentang pelayanan
yang ditawarkan dilakukan oleh petugas admisi.
8. HAMBATAN DALAM POPULASI
a. Identifikasi pasien dilakukan saat pendaftaran, admisi, maupun pengkajian
awal tentang hambatan yang ada pada pasien.
b. Hambatan yang ada bisa berupa bahasa sehari-hari, ketidakcakapan fungsi
tubuh (tuna netra, tuna daksa, dll).

9. RENCANA PEMULANGAN
a. Rencana Pemulangan (Dischard Planning) dapat diproses lebih awal saat
melakukan pengkajian awal dengan mengikut sertakan keluarga.
b. Rumah Sakit Daerah Madani tidak mengijinkan pasien meninggalkan rumah
sakit untuk waktu tertentu (cuti perawatan).
c. Pasien dirujuk dan dipulangkan berdasarkan atas kebutuhannya.
d. Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang dan
kelanjutan pelayanan medis.
e. Identifikasi organisasi dan individu penyedia layanan kesehatan di lingkungan
sekitar pasien yang berkaitan dengan kebutuhan pasien akan pelayanan
berkelanjutan.

10. TRANSPORTASI
a. Pelayanan ambulan adalah suatu prosedur pemindahan pasien dengan
menggunakan kendaraan ambulan yang memiliki fasilitas yang lengkap dan
didampingi oleh perawat atau dokter yang mampu menangani keadaan gawat
darurat untuk tujuan pemeriksaan penunjang, tindakan medis dan alih rawat
ke rumah sakit lain.
b. Pelayanan ambulans Rumah Sakit Daerah Madani secara operasional
menjadi tanggung jawab Instalasi Gawat Darurat.
c. Pelayanan ambulans Rumah Sakit Daerah Madani secara teknis menjadi
tanggung jawab Instalasi Pemsar, Ambulans dan Pemulasaran Jenazah
d. Pemeliharaan dan pengadaan fasilitas medis/non medis di ambulan menjadi
tanggung jawab Kepala Ruang IGD.
e. Pembersihan mobil ambulan (bagian luar dan dalam) menjadi tanggung
jawab urusan rumah tangga (pengemudi yang sedang bertugas pada
shiftnya).
f. Untuk kelengkapan alat tenun (laken, boven laken, selimut, bantal, dll) bagi
pasien yang akan menggunakan ambulan harus disiapkan oleh perawat
ruangan.
g. Perawat ruangan yang akan membawa pasien dengan ambulan harus
bertanggung jawab atas penggunaan semua fasilitas medis/non medis yang
ada di ambulan.
h. Bila ada kerusakan alat medis/non medis yang ada di ambulan setelah
penggunaan mobil ambulan harus segera dilaporkan pada Kepala Ruang
IGD/ PJ shift IGD yang bertugas.
i. Pengadaan kendaraan ambulan harus sesuai standar dan peraturan yang
berlaku.
j. Evaluasi dan monitor kualitas dan keamanan ambulan harus dilakukan
secara berkala.

11. RUJUKAN
a. Rujukan pasien berdasarkan atas kebutuhan pasien untuk pelayanan
berkelanjutan.
b. Proses rujukan mencakup pengalihan tanggung jawab kerumah sakit yang
menerima.
c. Proses rujukan menunjuk orang/siapa yang bertanggung jawab selama
proses rujukan serta perbekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan selama
transportasi.
d. Proses rujukan menjelaskan situasi dimana rujukan tidak mungkin
dilaksanakan.
e. Pasien dirujuk secara tepat ke rumah sakit penerima.
f. Rumah sakit yang merujuk menentukan bahwa rumah sakit penerima dapat
menyediakan kebutuhan pasien yang akan dirujuk.
g. Kerja Sama yang resmi atau tidak resmi dibuat dengan rumah sakit penerima
terutama apabila pasien sering dirujuk ke rumah sakit penerima.
h. Di rekam medis pasien yang pindah dicatat nama rumah sakit dan nama staf
yang menyetujui penerimaan pasien.
i. Di rekam medis pasien yang pindah dicatat hal-hal lain yang diperlukan
sesuai dengan kebijakan rumah sakit yang merujuk.
j. Di rekam medis pasien yang dirujuk dicatat alasan rujukan.
k. Di rekam medis pasien yang dirujuk dicatat kondisi khusus sehubungan
dengan proses rujukan.
l. Di rekam medis pasien yang dirujuk dicatat segala perubahan dan kondisi
pasien selama proses rujukan.

Ditetapkan di : PALU
Pada tanggal : 07 Maret 2016
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah,

dr. Isharwati, M.Kes


Nip. 19590120 198711 2 001
PANDUAN SKRINING
BAB I
PENGERTIAN

Skrining adalah suatu strategi mendeteksi penyakit pada individu tanpa tanda-
tanda atau gejala penyakit, atau suatu usaha secara aktif untuk mendeteksi atau
mencari penderita penyakit tertentu yang tampak gejala atau tidak tampak, melalui
suatu test atau pemeriksaan yang secara singkat dan sederhana dapat memisahkan
mereka yang sehat terhadap mereka yang kemungkinan besar menderita, yang
selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.
Skrining dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan prosedur sederhana dan
cepat untuk mengidentifikasikan individu yang diduga mengidap penyakit sehingga
mereka dapat dikirim untuk menjalani pemeriksaan medis dan studi diagnostik lebih
pasti.
Proses Skrining bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada pasien baik
rawat inap maupun rawat jalan sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan mereka yang
telah diidentifikasi dan sesuai dengan misi serta sumber daya rumah sakit yang ada.
Proses skrning terdiri dan dua tahap:
1. Melakukan pemeriksaan terhadap individu yang dianggap mempunyai resiko
tinggi menderita penyakit dan bila hasil test negatif maka dianggap orang
tersebut tidak menderita penyakit
2. Bila hasil positif maka dilakukan pemeriksaan diagnostik dan bila hasilnya
positif akan dilakukan pengobatan
Pemeriksaan yang biasa digunakan untuk skrining dapat berupa pemeriksaan
laboratorium atau radiologi. Pemeriksaan tersebut harus dapat dilakukan :
1. Dengan cepat sehingga dapat memilah sasaran untuk pemeriksaan lebih lanjut
2. Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan
3. Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa

Prinsip deteksi dini adalah :


1. Suatu kondisi yang menjadi problem kesehatan yang penting
2. Bila terdeteksi dapat dilanjutkan dengan pengobatan yang dapat dilakukan
3. Fasilitas untuk diagnosis dan pengobatan harus tersedia
4. Didasari pengetahuan untuk dapat mendeteksi dini
5. Harus ada pemeriksaan dan tes yang cocok
6. Tes yang dilakukan harus dapat diterima masyarakat
7. Riwayat penyakit harus secara rinci diketahui
8. Harus ada kebijakan yang disetujui terhadap siapa yang akan merawat pasien
9. Biaya yang diperlukan baik untuk diagnosis dan pengobatan diharapkan
terjangkau
10. Penemuan kasus harus merupakan proses yang berkelanjutan

Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,


pemeriksaan fisik atau hasil dan pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik
atau diagnostik imajing, dan review dokumen rekam medis sebelumnya.
Pasien rawat jalan dan yang atau akan rawat inap srining menentukan
kebutuhan pasien apakah layanan preventif, kuratif, rehabilitative, atau paliatif yang
akan dijalani oleh pasien. Hal ini juga untuk menentukan unit atau ruangan yang
paling sesuai untuk pasien.
BAB II
RUANG LINGKUP

Skrining dilakukan pada kontak pertama antara pasien dengan Rumah Sakit
yang dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik
atau diagniostik imajing sebelumnya dan review dokumen rekam medis sebelumnya

Skrining dapat terjadi di asal rujukan, pada saat pasien ditranspontasi emergensi
atau waktu pasien tiba di rumah sakit. Hal ini penting bahwa keputusan untuk
mengobati, mengirim atau merujuk dibuat hanya setelah ada hasil skrining dan
evaluasi. Hanya rumah sakit yang mempunyai kemampuan menyediakan pelayanan
yang dibutuhkan dan konsisten dengan misinya dapat dipertimbangkan untuk
menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan.

Apabila pasien dipertimbangkan diterima sebagai pasien rawat inap rumah sakit,
pemeriksaan skrining membantu staf/karyawan untuk mengidentifikasi dan
memprioritaskan kebutuhan pasien untuk pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan
rehabilitatif dan memilih pelayanan yang paling tepat sesuai dengan urgensinya.

Proses skrining di Rumah Sakit Daerah Madani dilakukan oleh tenaga medis dan
paramedis saat kontak pertama dengan pasien, bisa dilakukan di Instalasi Gawat
Darurat maupun di bagian pendaftaran.
BAB III
PENATALAKSANAAN

A. KRITERIA PASIEN YANG TIDAK SESUAI DENGAN SUMBER DAYA


RUMAH SAKIT DAERAH MADANI
Kriteria Pasien yang tidak bisa dilayani oleh Rumah Sakit Daerah Madani
sesuai misi dan sumber daya rumah sakit adalah :
1. Kasus penyakit THT
2. Pasien dengan infeksi dan penyakit menular yang memerlukan perhatian
khusus (misalnya TB MDR)
3. Pasien dengan penurunan sistem imun

B. TATA LAKSANA SKRINING PASIEN RAWAT JALAN


Di dalam memberikan pelayanan kepada pasien rawat jalan petugas
pendaftaran dapat mengarahkan pasien berdasarkan:
1. Kasus Preventif
Pasien dapat melakukan tindakan preventif dengan cara medical check
up. Untuk pasien yang hanya akan melakukan pemeriksaan penunjang
saja terlebih dahulu diarahkan ke klinik umum/ klinik spesialistik sesuai
dengan kebutuhan pasien.
2. Kasus Kuratif
Dalam pelayanan kasus kuratif, pasien dapat diarahkan ke klinik umum
atau ke Klinik Spesialis sesuai dengan keluhan pasien
3. Kasus Rehabilitasi
Untuk melakukan tindakan rehabilitasi pasien harus sudah membawa
surat pengantar dari dokter yang merujuk (dokter klinik umum/ dokter
spesialistik) dengan mencantumkan nama tindakan yang harus dilakukan.
Sedang untuk tindakan yang berulang pasien tetap harus membawa surat
pengantar dari dokter yang merujuk (dokter klinik umum/ dokter
spesialistik) dengan tetap mencantumkan nama tindakan yang harus
dilakukan .
C. TATA LAKSANA SKRINING PASIEN RAWAT INAP
Setiap pasien yang datang ke RS. Daerah Madani akan dilakukan:
a. Pemeriksaan fisik
b. Vital sign: TB, BB, tekanan darah, nadi, dan suhu tubuh Pasien akan
dilakukan pemilihan oleh petugas triase kondisi pasien.
Jika pasien indikasi untuk rawat inap maka akan dilakukan hal sebagai berikut:
Setiap pasien baru (dewasa) rawat inap wajib dilakukan pemeriksaan
penunjang minimal berupa pemeriksaan darah rutin, urine rutin, dan untuk
pasien >35 tahun ditambah dengan pemeriksaan X foto thorax (kecuali ada
kontraindikaSi) dan EKG, kecuali pasien telah membawa hasil pemeriksaan
laboratorium / penunjang medis yang tersebut di atas yang dilakukan ≤ 1 bulan.
Bila pasien telah membawa hasil pemeriksaan laboratorium/penunjang medis
yang tersebut diatas yang dilakukan ≤ 1 bulan namun terdapat perubahan klinis
yang bermakna, maka pemeriksaan penunjang minimal tetap dilakukan.

D. TATA LAKSANA SKRINING PASIEN AKAN RUJUK


a. Menanyakan identitas instansi perujuk
b. Menanyakan Diagnosis Kerja di instansi perujuk atau pada Dokter
Penanggung jawab
c. Menanyakan kondisi pasien selengkap mungkin
d. Menanyakan mengapa pasien perlu dirujuk di Rumah Sakit Daerah
Madani
e. Menanyakan ke unit terkait sesuai kebutuhan atau tujuan pasien dirujuk
f. Menghubungi kembali instansi perujuk setempat dapat tidaknya pasien
diterima.
BAB IV
PENDOKUMENTASIAN

Dokumentasi dari hasil skrining berupa laporan atau catatan medis yang dibuat oleh
dokter penanggung jawab, dengan hasil pemeriksaan fisik serta hasil pemeriksaan
penunjang
Diagnosa tercatat dalam catatan rekam medis pasien rawat inap dan gawat darurat,
yaitu
BAB V
PENUTUP

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan skrining pasien sesuai
prosedur di Rumah Sakit Daerah Madani Tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atas dasar referensi.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di
kesempatan berikutnya. Semoga panduan ini berguna bagi pokja Akses Pelayanan
dan kontinuitas Pelayanan Rumah Sakit Daerah Madani pada khususnya juga untuk
para pembaca pada umumnya.

Direktur Rumah Sakit Daerah Madani


Provinsi Sulawesi Tengah

dr. Isharwati, M.Kes


Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
PANDUAN PENDAFTARAN
PASIEN
BAB I
PENGERTIAN

Rumah sakit memiliki fungsi utama untuk memberikan perawatan dan


pengobatan yang sempurna kepada pasien baik pasien rawat inap, jalan maupun
pasien gawat darurat. Tata cara penerimaan pasien harus wajar sesuai dengan
keperluannya.
Pengertian Pelayanan pendaftaran adalah mencatat data sosial/mendaftar
pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan mencatat
hasil pelayanannya.

Pasien dalam praktek sehari-hari sering dikelompokkan menjadi:


a. Pasien dalam, pasien yang memperoleh pelayanan tinggal atau dirawat khusus
pada suatu unit pelayanan kesehatan tertentu.
b. Pasien jalan/luar, yaitu pasien yang hanya memperoleh pelayanan kesehatan
yang biasa juga disebut dengan pasien rawat jalan, biasanya pasien yang
sudah sembuh tapi masih dalam pengobatan juga.
c. Pasien opname, yaitu pasien yang mernperoleh pelayanan kesehatan dengan
cara menginap dan dirawat dirumah sakit atau disebut juga dengan paslen
rawat inap.
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan ini menjelaskan tanggung jawab petugas pendaftaran dalam


melaksanakan pelayanan pendaftaran pasien mulai dan menerima pasien,
menyiapkan/mencari dokumen pasien, memasukkan data pendaftaran,
mendistribusikan ke masing-masing unit, pencatatan hasil pelayanan kesehatan
(Rekam Medik) ke komputer sampai mengembalikan status pasien ke dalam rak
status. Pendaftaran pasien berkaitan dengan unit kerja lain diantaranya:
1. Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Poliklinik Rawat Jalan
3. Poliklinik Rawat Inap
4. IGD
Semua petugas yang bekerja di rumah sakit harus memahami bahwa semua
pasien yang akan melakukan pelayanan kesehatan harus telah terdaftar terlebih
dahulu. Dalam hal ini petugas penanggung jawab adalah:
a. Petugas Pendaftaran (admission)
b. Petugas Billing
Perangkat Kerja yang harus disiapkan adalah :
1. Formulir Pendaftaran Pasien
2. Kartu Berobat Pasien
3. Status Rekam Medis Pasien
4. Alat tulis
BAB III
TATA LAKSANA

Pembinaan dan pelaksanaan pekerjaan penerimaan pasien dengan baik


menciptakan tanggapan yang baik dan pasien-pasien yang baru masuk, menjamin
kelancaran dan kelengkapan catatan-catatan serta menghemat waktu dan tenaga.
Untuk lancarnya proses penerimaan pasien 4 hal berikut ini perlu diperhatikan:
a. Petugas yang kompeten
b. Cara penerimaan pasien yang tegas dan jelas
c. Ruang kerja yang ergonomis dan nyaman
d. Lokasi yang strategis
Untuk memperlancar tugas-tugas bagian lain yang erat hubungannya dengan
proses penerimaan pasien, aturan penerimaan pasien perlu ditetapkan, aturan yang
baik harus memenuhi hal-hal berikut:
1) Bagian penerimaan pasien bertanggung jawab sepenuhnya mengenai
pencatatan seluruh informasi yang berkenaan dengan diterimanya seorang
pasien di rumah sakit
2) Bagian penerimaan pasien harus segera memberitahukan bagian-bagian lain
terutama bagian yang berkepentingan langsung, setelah diterimanya seorang
pasien untuk dirawat.
3) Semua bagian harus memberitahukan bagian penerimaan pasien, apabila
seorang pasien di ijinkan meninggalkan rumah sakit.
4) Membuat catatan yang lengkap tentang jumlah tempat tidur yang terpakai dan
yang tersedia di seluruh rumah sakit.
5) Rekam medis yang lengkap, terbaca dan seragam harus disimpan oleh semua
bagian selama pasien dirawat
6) lnstruksi yang jelas harus diketahui oleh setiap petugas yang bekerja dalam
proses penerimaan dan pemulangan pasien.

A. Prosedur penerimaan pasien rawat jalan:


1) Pasien baru
 Menyiapkan form rekam medis rawat jalan
 Mendaftar pasien dengan menyalin identitas pasien dari KTP, SIM,
atau identitas lainnya
 Memasukan data pasien ke komputer sesuai klinik yang dikehendaki
 Memberikan kartu berobat kepada pasien
 Mencetak nomor urut pasien dan memberikannya kepada pasien
 Mempersilahkan keluarga pasien atau keluarga untuk menunggu di
klinik yang dikehendaki
 Menyerahkan form rawat jalan kepada petugas billing untuk
dibuatkan dokumen rekam medisnya
2) Pasien lama
 Mendaftar pasien dengan menanyakan kartu berobat
 Memasukan data pasien ke komputer sesuai kilnik yang dikehendaki
 Membenikan kartu berobat kepada pasien
 Mencetak nomor urut pasien dan memberikannya kepada pasien
 Mempersilahkan keluarga pasien atau keluarga untuk menunggu
diklinik yang dikehendaki
 Mengkomunikasikan kepada petugas filling agar mengambil
dokumen rekam medis dan rak penyimpanan untuk diserahkan ke
klinik yang dikehendaki
B. Prosedur peneriman pasien di IGD
1. Mendaftar pasien dengan menyalin identitas pasien dan KTP, SIM, atau
identitas lainnya, kecuali pasien yang tidak memiliki identitas /
penanggung jawab (pasien X)
2. Memasukan data pasien ke komputer
3. Meminta bagian billing untuk menyiapkan dokumen rekam medisnya
C. Ketentuan dan prosedur penerimaan pasien rawat inap
 Pasien yang diterima untuk rawat inap harus sesuai dengan sumber daya
yang ada di Rumah Sakit Daerah Madani. Selama ruangan dan fasilitas
saran dan prasarana yang memadai tersedia. Dapat diterima di rumah
sakit.
 Tanpa diagnosa yang tercantum dalam surat pengantar di rawat, pasien
tidak dapat diterima
 Tanda tangan persetujuan untuk tindakan medis (apabila dilakukan)
dilaksanakan di masing-masing unit pelayanan
 Pasien dapat diterima apabila :
1) Ada surat rekomendasi dan dokter yang mempunyai wewenang
untuk merawat pasien di rumah sakit
2) Dikirim oleh dokter klinik
3) Dikirim oleh dokter Instalasi Gawat Darurat
 Pasien yang masuk dan klinik rawat jalan, apabila kondisinya tidak
darurat, maka pemasangan infus dan atau kateter dapat dilakukan di
bangsal perawatan, dan apabila kondisinya darurat maka pemasangan
infus dan atau kateter dilakukan di IGD.
 Pasien gawat darurat harus diprioritaskan

D. Prosedur pasien masuk untuk dirawat


 Pasien urgen tetapi tidak darurat
 Pasien yang tidak urgen
 Atas permintaan pasien / keluarga untuk rawat inap
a) Pasien segera mendaftar di Admisi
b) Pada saat mendaftar dia akan mendapat penerangan tentang:
o Kapan dapat masuk
o Bagaimana cara pembayaran serta tarif-tarifnya
o Peraturan selama pasien dirawat
o Hak dan kewajiban pasien
c) Dibuatkan kartu identitas penderita dirawat yang minimal berisi:
o Nama lengkap pasien
o Jenis kelamin pasien
o Nomor rekam pasien
o Nama ruangan dan kelas
o Diagnose awal (diagnose kerja)
o Nama dokter yang mengirim
E. Prosedur selama pasien d ruang perawatan
 Pada waktu pasien tiba di ruang perawatan dan diterima oleh perawat,
pasien diberi tanda pengenal
 Perawat menambah formulir-formulir yang diperlukan oleh dokter maupun
perawat sendiri.
 Selama perawatan, perawat mencatat semua data perawatan yang
diberikan dan mulai saat pasien tiba diruangan sampai pasien tersebut
dipindahkan atau pulang.
F. Ketentuan dan prosedur pasien rawat inap pulang
 Pasien dinyatakan sembuh oleh dokter yang merawat
 Pasien diizinkan pulang oleh dokter yang merawat
 Bagaimana cara pulang pasien harus terekam dalam rekam medisnya
G. Ketentuan dan prosedur pasien keluar rumah sakit
 Pasien atau keluarga pasien menyelesaikan administrasi rawat inap
 Bila pasien tidak bisa menyelesaikan administrasi dengan catatan
meninggalkan jaminan sebagai anggunan
H. Ketentuan dan prosedur konsul pasien
 Konsul pasien dilakukan antar dokter spesialis
 Setelah konsul, adanya pelimpahan tanggung jawab terhadap pasien,
rawat bersama atau alih rawat
 Bukti konsul harus terekam dalam rekam medis

I. Ketentuan dan prosedur pasien pulang paksa


 Pasien belum dianjurkan pulang dokter yang merawat
 Pasien/keluarga pasien mengisi blangko APS dan mengisi kolom alasan
pulang paksa karena apa (Biaya, Kondisi dan Lain-lain)
 Menyelesaikan administrasi rumah sakit
BAB IV
DOKUMENTASI

Bukti Dokumen
1. KIB (Kartu Identitas Berobat)
2. Dokumen rekam medis rawat jalan
3. Dokumen rekam medis rawat inap
4. Softcopy dan hardcopy register pendaftaran pasien rawat jalan
5. Softcopy dan hardcopy register pendaftaran pasien rawat inap
6. Softcopy dan hardcopy catatan penggunaan nomor rekam medis
7. Buku catatan penggunaan formulir rekam medis
8. Tracer
9. Buku ekspedisi
BAB VII
PENUTUP

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan pendaftaran pasien


sesuai prosedur di Rumah Sakit Daerah Madani. Tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atas dasar referensi.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik membangun
kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan berikutnya Semoga panduan ini
berguna bagi pokja Akses Pelayanan pelayanan Rumah Sakit Daerah Madani pada
khususnya juga untuk para umumnya.

Direktur Rumah Sakit Daerah Madani


Provinsi Sulawesi Tengah

dr. Isharwati, M.Kes


Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
PANDUAN TRIASE
BAB I
PENGERTIAN

Triase adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu
cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta
fasilitas yang paling efesien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan
semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas
penanganannya (kaehleen dkk.2008)
Triase adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat
kegawat daruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas
penanganan dan sumber daya yang ada.
Triase adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan
berat ringannya kondisi klien/kegawatannya yang memerlukan tindakan segera.
Dalam triase, perawat dan dokter di Rumah Sakit Daerah Madani mempunyai
batasan. waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi
secepatnya yaitu <5 menit.
Untuk mengklasifikasi pasien yang datang ke IGD adalah dengan penilaian
kegawatan klinis yang bertujuan untuk memastikan bahwa pasien ditangani secara
tepat waktu, sesuai dengan kondisi urgensi klinisnya. Skala ini disebut juga dengan
triase kode dengan berbagai ukuran hasil (lama perawatan, masuk ICU, angka
kematian) dan penggunaan sumber daya (waktu, staf, biaya). Sehingga parameter
kinerja di lnstalasi Gawat Darurat (kasus, efisiensi operasional, review pemanfaatan,
efektivitas hasil dan biaya) dapat dipantau.
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Persyaratan Area dan lingkungan


Area triase harus mudah diakses dan tandanya jelas. Ukuran dan desain
ruangan harus memenuhi kebutuhan untuk pemeriksaan pasien, privasi dan
akses visual untuk pintu masuk dan ruang tunggu, serta untuk keamanan staf.
Area triase harus dilengkapi dengan peralatan darurat, fasilitas untuk
kewaspadaan standar (Fasilitas cuci tangan, sarung tangan), langkah-langkah
keamanan (alarm atau akses untuk keamanan bantuan), perangkat komunikasi
yang memadai (telepon dan/ atau interkom dll) dan fasilitas untuk triase
mencatat kondisi klinis pasien.
B. Prosedur
Semua pasien yang datang, ke sebuah unit gawat darurat harus di triase
pada saat kedatangan oleh tenaga terlatih dan perawat berpengalaman.
Penilaian triase harus dicatat. Perawat triase harus memastikan penilaian ulang
terus menerus terhadap pasien yang diobservasi dan jika terjadi perubahan
kondisi klinis, bisa dilakukan triase ulang.
Triase diberlakukan sistem prioritas, menurut klasifikasi
penentuan/penyeleksian mana yang harus didahulukan mengenai penanganan
yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul dengan seleksi pasien
berdasarkan:
5. Merah (skala prioritas I emergency / gawat darurat)
6. Kuning (proritas II atau urgent / gawat tidak darurat)
7. Hijau ( prioritas III atau tidak gawat dan tidak darurat)
8. Hitam (Sudah meninggal)
Pada umumnya penilaian pasien dalam triase RS. Daerah Madani dapat
dilakukan dengan :
 Menilai tanda vital dan kondisi umum korban
 Menilai kebutuhan medis
 Menilai kemungkinan bertahan hidup
 Menilai bantuan yang memungkinkan
 Memprioritaskan penanganan definitive
BAB III
TATA LAKSANA

1. Pemeriksaan saat pasien datang.


Proses triase dimulai ketika pasien masuk ke pintu IGD Rumah Sakit
Daerah Madani. Semua pasien yang datang ke IGD harus diprioritaskan pada
saat kedatangan oleh tenaga terlatih dan perawat berpengalaman. Penilaian
triase harus dilakukan dengan cepat tidak boleh lebih dari dua sampai lima
menit. Ukur tanda vital di triase untuk estimasi kegawatan.
2. Tentukan kegawatan klinis dari pasien.
Gunakan kombinasi dan masalah yang diajukan, penampilan umum dan
observasi fisiologis untuk menilai kegawatan pasien. Beritahu dokter tentang
kedatangan pasien.
3. Mengklasifikasikan Skala prioritas yaitu :
 Prioritas I, emergency yaitu kondisi pasien mengancam jiwa /
mengancam fungsi vital, dan pasien ditempatkan diruang resusitasi.
Pasien harus diperiksa dan ditangani oleh dokter sesegera mungkin
untuk dilakukan diagnosis dan terapi fungsi vital dilanjutkan dengan
persiapan dan terapi definitif
 Prioritas II, urgent yaitu kondisi pasien yang potensial mengancam jiwa /
fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Pasien
ditempatkan diruang tindakan baik pasien bedah ataupun pasien non
bedah. Pasien perlu dievaluasi secara menyeluruh dan ditangani oleh
dokter untuk dilakukan stabilisasi dan diagnosis dan terapi definitive.
 Prioritas III, non emergency yaitu kondisi pasien yang tidak memerlukan
pemeriksaan segera, dapat menunggu sesuai antrian sambal tetap
dilakukan observasi longgar. Penanganan lanjut dan pemindahan pasien
bersifat terakhir.
 Prioritas IV, yaitu pasien yang datang ke IGD sudah dalam keadaan
meninggal
4. Penggunaan kode warna yang dilakukan di IGD :
 Merah : Pasien yang membutuhkan penanganan atau stabilisasi dengan
segera, antara lain : syok dengan berbagai kausa, gangguan pernafasan,
trauma kepala dengan pupil anisokor, perdarahan eksternal massif,
gangguan jantung yang mengancam, luka bakar > 50% atau luka bakar
daerah thoraks.
 Kuning : Pasien memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat
ditunda sementara, antara lain : pasien dengan resiko syok (pasien
jantung, trauma abdomen berat), fracture multiple, fracture femur / pelvis,
luka bakar luas, gangguan kesadaran / trauma kepala,
 Hijau : kelompok pasien yang tidak memerlukan pengobatan atau
pemberian pengobatan dapat ditunda, antara lain : fraktur minor, luka
bakar minor, dll.
 Hitam : pasien yang telah meninggal dunia
5. Lakukan tindakan sesuai kebutuhan pasien. Tindakan mandiri mungkin berlaku.
6. Pemeriksaan penunjang seperti radiologi dan laboratorium dan pemeriksaan
imaging lainnya dilakukan sesuai dengan prosedur rumah sakit.
7. Lakukan observasi ulang dan terus menerus setiap 15 menit untuk pasien yang
menunggu. Lakukan triase ulang jika:
 Perubahan kondisi pasien sementara mereka menunggu untuk
pengobatan.
 Adanya informasi tambahan yang relevan yang berpengaruh pada
kegawatan pasien.
Baik triase awal dan selanjutnya harus dicatat dan alasan triase ulang
didokumentasikan.
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi yang dijadikan bukti bahwa petugas triase sudah melakukan


pemantauan dengan tepat dan mengkomunikasikan perkembangan pasien kepada
tim kesehatan. Pada tahap pengkajian, pada proses triase yang mencakup
dokumentasi :
1. Waktu dan datangnya pasien
2. Keluhan utama
3. Pengkodean prioritas atau keakutan perawatan
4. Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat
5. Penempatan di area penanganan yang tepat
6. Permulaan intervensi
Petugas triase harus mengevaluasi secara kontinue parawatan pasien
berdasarkan hasil yang dapat diobservasi untuk penentuan perkembangan pasien ke
arah hasil dan tujuan serta harus mendokumentasikan respon pasien terhadap
intervensi pengobatan dan perkembangannya.
Proses dokumentasi triase RS. Daerah Madani menggunakan:
a. Lembar Rekam Medis RM 06 tentang FORM TRIASE
b. Lembar Rekam Medis RM 25 tentang ASSESMENT IGD MEDIS
BAB VII
PENUTUP

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan triase pasien sesuai
prosedur di Rumah Sakit Daerah Madani. Tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam pembuatan panduan ini karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atas dasar referensi.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di
kesempatan berikutnya. Semoga panduan ini berguna bagi pokja Akses Pelayanan
dan kontinuitas Pelayanan Rumah Sakit Daerah Madani pada khususnya juga untuk
para pembaca pada umumnya.

Direktur Rumah Sakit Daerah Madani


Provinsi Sulawesi Tengah

dr. Isharwati, M.Kes


Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
PANDUAN PENUNDAAN
PELAYANAN DAN
PENGOBATAN
BAB I
PENGERTIAN

Dalam pelayanan Kesehatan di rumah sakit, tidak terlepas adanya penundaan


pelayanan yang terjadi dengan pasien di rumah sakit. Penundaan merupakan akibat
butuhan klinis pasien pada waktu menunggu untuk pelayanan diagnostik dan
pengobatan, bisa juga diKarenakan situasi dimana tim medis dan atau fasilitas
penunjang berrmasalah/mengalami Kendala untuk melayani pasien. Untuk itu,
keadaan tersebut perlu du informasikan dan dicarikan solusi sehingga pasien dapat
memahami dan memilih/ alternative solusinya akibat penundaan pelayanan ini. Agar
pasien dan keluarga merasa puas.
Penundaan atau perubahan jadwal adalah penundaan atau perubahan jadwal
pelayanan atau pengobatan yang disebabkan oleh berbagai hal seperti kondisi
pasien, dokter berhalangan, kerusakan alat, masalah administrasi dan lain-lain
(bukan berasal dari keinginan pasien).
BAB II
RUANG LINGKUP

penundaan atau perubahan jadwal pelayanan pada pasien harus dilihat sebagai
masalah antar disiplin dan atau multidisplin.

penundaan pelayanan ini mencakup:


1. Penundaan Pelayanan Dokter
2. Penundaan Pelayanan penunjang medis, seperti laboratorium, radiologi
3. Penundaan Pelayanan Obat

Tujuan:
1. Agar segera cepat dan tepat petugas rumah sakit dapat memberi informasi
tentang adanya penundaan pelayanan.
2. Memberikan informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan
alternatif yang tersedia sesuai dengan keperluan klinis pasien.
3. Agar pelayanan atau pengobatan dapat berjalan dengan lancar

Tujuan Khusus:
Kepuasan pasien dan keluarganya
BAB III
TATA LAKSANA

I. TATALAKSANA PENUNDAAN PELAYANAN DOKTER:


A. Penundaan Pelayanan dengan pemberitahuan:
1. Petugas admisi mendapatkan informasi dari dokter bahwa dokter
yang bersangkutan tidak bisa praktek. Hal ini mengakibatkan
terjadinya penundaan pelayanan terhadap pasien.
2. Petugas admisi menghubungi pasien untuk menginformasikan
bahwa akan terjadi penundaan pelayanan yang dikarenakan dokter
cuti (berhalangan lainnya).
3. Petugas admisi menawarkan alternatife pelayanan yang dibutuhkan
pasien saat itu.
4. Bila pasien setuju, maka petugas admisi langsung mendaftarkan
pasien.
5. Bila pasien tidak setuju, maka petugas admisi langsung menawarkan
penjadwalan ulang.
B. Penundaan Pelayanan tanpa pemberitahuan
1. Pada saat pasien menanyakan kedatangan dokter, petugas segera
mencari tahu keberadaan dokter yang bersangkutan.
2. Hubungi dokter yang bersangkutan untuk mengetahui dimana lokasi
dokter dan jam berapa sampai di Rumah Sakit Daerah Madani.
3. Jika dokter terlambat, maka sampaikan kepada pasien:
“Mohon maaf bpk/ibu, kami baru saja mendapat informasi bahwa
dokter ………. (sebut nama dokter) baru selesai operasi. Saat ini
dokternya sedang menuju ke Rumah Sakit Daerah Madani. Mohon
maaf pak/bu atas ketidaknyamanannya yang membuat bpk/ibu harus
menunggu”
Sarankan :
 Jika pasiennya gawat, untuk segera ke IGD
 Jika pasiennya waktunya terbatas, sarankan untuk ke dokter
lainnya.
 Jika pasien tidak mau ke dokter lainya, sarankan untuk di daftar
ulang
Jika dokternya membatalkan untuk praktik di Rumah Sakit Daerah
Madani
“ Mohon maaf bpk/ibu, saya baru saja mendapat informasi dari
dokter ……… (sebut nama dokter) bahwa beliau tidak bisa datang ke
Rumah Sakit Daerah Madani Mohon maaf bpk/ibu atas
ketidaknyamanannya”
Sarankan:
a. Untuk daftar ulang.
b. Jika pasien tidak mau daftar ulang karena tidak ada waktu,
sarankan ke dokter lainnya
c. Jika kondisi fisik pasien lemah, sarankan ke IGD.

II. TATALAKSANA - PENUNDAAN PELAYANAN OBAT, LABORATORIUM DAN


RADIOLOGI
1. Penundaan pemberian obat di farmasi:
a. Obat tidak tersedia/stok di gudang habis : petugas menginformasikan
bahwa jenis obat yang diresepkan stoknya habis difarmasi dan akan
diambil di logistic farmasi hari ini dan segera diberikan ke pasien.
Sarankan pasien bayar dahulu setelah itu berikan estimasi waktu
untuk menunggu atau diantar. “Bpk/ibu, kebetulan obat resepnya di
farmasi stoknya sedang habis, nanti akan kami ambil dilogistik
farmasi dan butuh waktu. Bpk/ibu bayar dulu di kasir, nanti kami
akan siapkan obatnya hari ini juga”.
b. Jumlah resep dalam waktu tertentu Ramai: petugas
menginformasikan kepada pasien bahwa untuk obat jadi 10 menit
dan obat racikan 30 menit. Namun saat resep obat racikan lagi
banyak, kami usahakan agar selesai secepatnya.
2. Penundaan hasil di Radiologi:
a. Penundaan dikarenakan jaringan helix bermasalah dan dokter on
site. Petugas menginformasikan kendala teknis dan
menginformasikan hasil secepatnya apabila sudah selesai.
“Bpk/ibu, Mohon maaf atas ketidaknyamanannya dikarenakan ada
kendala teknis, sehingga hasil radiologi yang seharusnya selesai jam
(…….), kemungkinan akan sedikit terkendala. Kami akan segera
hubungi bpk/ibu secepatnya jika hasilnya sudah selesai”.
3. Penundaan hasil laboratorium:
a. Penundaan dikarenakan hasil yang diperoleh membutuhkan
konsultasi dan penanggung jawab laboratorium. Petugas
menginformasikan bahwa hasil yang diperoleh memerlukan
konsultasi lebih lanjut kepada penanggung jawab lab. Sehingga hasil
yang seharusnya selesai, akan mengalami penundaan.
“Bpk/ibu, Mohon maaf hasil labnya belum bisa kami keluarkan. Hal
ini disebabkan hasil Lab. Tersebut perlu kami konsultasikan dengan
penanggung jawab lahoratorium. Jika sudah selesai, kami
secepatnya akan informasikan kepada bpk/ibu”.
b. Penundaan hasil dikarenakan alat error. Petugas menginformasikan
bahwa ada kendala teknis pada alat medis yang menyebabkan hasil
yang seharusnya selesai pada jam (…….), akan mengalami
penundaan kendala. “Bpk/ibu, Mohon maaf atas
ketidaknyamanannya dikarenakan ada kendala teknis, sehingga
hasil laboratorium yang seharusnya selesai jam (……..),
kemungkinan akan sedikit terkendala. Kami akan segera hubungi
bpk/ibu secepatnya jika hasilnya sudah selesai”.
c. Penundaan Hasil dikarenakan kesalahan petugas dalam mengambil
specimen darah. Petugas menginformasikan bahwa ada kekurangan
darah yang harus diambil oleh petugas laboratorium, sehingga harus
melakukan pengambilan darah ulang.
“Bpk/ibu, Mohon maaf sebelumnya, dikarenakan sampel darah yang
diambil sebelumnya belum mencukupi untuk pemeriksaan, maka
saya akan mengambil ulang sample darah kembali untuk memenuhi
kebutuhan pemeriksaan.
BAB IV
DOKUMENTASI

Semua informasi akan adanya penundaan pelayanan dan alasannya harus


didokumentasikan. Dokumentasi yang dijadikan bukti bahwa petugas sudah
melakukan pemberian informasi dengan tepat dan mengkomunikasikan penundaan
pelayanan dan alasannya kepada pasien mencakup dokumentasi:
1. Tanggal dan waktu pemberian informasi
2. Isi informasi yang disampaikan kepada pasien
3. Nama petugas pemberi informasi dan tanda tangan
4. Nama penerima informasi dan tanda tangan.
BAB V
PENUTUP

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan penundaan pelayanan


pengobatan pasien sesuai prosedur di Rumah Sakit Daerah Madani Tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atas dasar referensi.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di
kesempatan berikutnya. Semoga panduan ini berguna bagi pokja Akses Pelayanan
dan kontinuitas Pelayanan Rumah Sakit Daerah Madani pada khususnya juga untuk
para pembaca pada umumnya.

Direktur Rumah Sakit Daerah Madani


Provinsi Sulawesi Tengah

dr. Isharwati, M.Kes


Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
PANDUAN PENAHANAN
OBSERVASI IGD
BAB I
PENGERTIAN

Pasien yang masuk IGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat
dan tepat untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan gawat
darurat sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin
suatu kasus penanganan gawat darurat dengan respon time yang cepat dan
penanganan yang tepat. Pada pasien yang sudah diatasi kegawat daruratannya
tentunya perlu diobservasi hingga pasien layak transfer atau pindah ketempat yang
lebih sesuai dengan kondisinya.
Observasi pasien IGD adalah melakukan penilaian dan pengawasan kepada
pasien yang sudah diatasi kegawat daruratannya. Tujuannya adalah mencegah
terjadi perburukan kondisi pasien dan memonitor ulang kondisi pasien.
BAB II
RUANG LINGKUP

Proses penahanan pasien untuk observasi di IGD memerlukan waktu paling


lama 2 jam. Pasien yang mengalami observasi adalah Pasien yang menurut
penilalan dokter IGD memerlukan pengawasan sarnpai kondisi pasien stabil, dengan
kriteria:
a) Gagal jantung
b) Gangguan Pernapasan
c) Sumbatan jalan napas
d) Frekuensi Pernapasan <10/mm atau >28 x/min
e) Distres pernapasan berat
f) Tekanan darah <80 (dewasa) atau syok pada anak / bayi
g) Tidak responsif atau hanya respon nyeri (GCS <9)
h) Nyeri hebat
i) Gangguan kesadaran
j) Berkelanjutan / kejang berkepanjangan
k) Gangguan perilaku berat dengan ancaman langsung kekerasan berbahaya
BAB III
TATA LAKSANA

1. Pasien baru di Rumah Sakit Daerah Madani Provinsi Sulawesi Tengah


dilakukan assesmen oleh dokter jaga lGD dan jika hasil pemeriksaan perlu
dilakukan observasi, maka pasien dan keluarga akan diberikan informasi dan
diberi penjelasan oleh dokter jaga lGD bahwa pasien memerlukan tindakan
pengawasan atau observasi di lGD.
2. Observasi dilakukan oleh perawat dan dokter jaga
3. Dokter memberi terapi sesuai dengan kebutuhan klinis pasien.
4. Observasi dilakukan tiap 5-15 menit sesuai dengan tingkat kegawat
daruratanya. Hal- hal yang perlu diobservasi antara lain keadaan umum pasien,
kesadaran pasien, airway (jalan nafas) dan tanda vital.
5. Apabila dalam masa observasi keadaan pasien memburuk maka perawat yang
melakukan observasi akan melaporkan kepada dokter jaga, dokter jaga akan
melakukan reasesmen terhadap kondisi pasien.
6. Batas observasi di lGD selama 2 jam apabila selama waktu yang ditentukan
belum baik maka pasien tersebut dianjurkan untuk rawat inap, jika kondisi
pasien membaik maka pasien diperkenankan pulang dan dokter akan memberi
resep untuk dirumah.
7. Perkembangan pasien selama observasi dicatat di lembar observasi pasien.
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi yang dijadikan bukti bahwa dokter dan perawat IGD sudah
melakukan observasi, yang didokumentasikan pada proses observasi pasien di IGD
adalah:
- Tanggal dan Waktu
- Nama pasien
- Umur atau tanggal lahir
- Alamat
- Nomor RM
- Nama dokter dan perawat IGD
- Kondisi umum pasien, kesadaran dan tanda-tanda vital
- Tindakan yang sudah dilakukan dan obat-obatan yang sudah diberikan
Pada proses observasi di Rumah Sakit Daerah Madani menggunakan lembar rekam
medis:
- Form pengkajian pasien IGD atau triase
- Lembar monitoring pasien
- Persetujuan tindakan medis
BAB VII
PENUTUP

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan pendaftaran pasien


sesuai prosedur di Rumah Sakit Daerah Madani. Tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atas dasar referensi.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di
kesempatan berikutnYa. Semoga panduan ini berguna bagi pokja Akses Pelayanan
dan kontinuitas pelayanan Rumah Sakit Daerah Madani pada khususnya juga untuk
para pembaca pada umumnya.

Direktur Rumah Sakit Daerah Madani


Provinsi Sulawesi Tengah

dr. Isharwati, M.Kes


Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
PANDUAN PEMBERIAN
INFORMASI
BAB I
PENGERTIAN

Informasi pelayanan adalah informasi yang diberikan kepada pengunjung


tentang pelayanan yang ada di lingkup Rumah Sakit Daerah Madani. Informasi bisa
berupa lesan atau tertulis dengan leflet I brosur/ banner/ spanduk.
Di era keterbukan informasi publik, Rumah Sakit Daerah Madani juga telah
menyediakan website bagi pengunjung dunia maya untuk melihat informasi
pelayanan yang ditawarkan.
BAB II
RUANG LINGKUP

Pemberian Informasi Pelayanan mencakup:


1. Informasi tentang Rumah Sakit
2. Informasi tentang jenis-jenis pelayanan
3. Informasi tentang kamar perawatan dan fasilitas serta sumberdayanya
4. Informasi tentang pemeriksaan penunjang
5. Informasi tentang tarif pelayanan
BAB III
PENATALAKSANAAN

Segala informasi yang ada di Rumah Sakit Daerah Madani dikelola oleh Pusat
pelayanan informasi dan Dokumentasi (PPID).
Ruang PPID Rumah Sakit Daerah Madani terletak di tempat yang strategis sehingga
bisa diakses semua pengunjung.
lnformasi yang bisa diperoleh oleh pengunjung adalah informasi tentang:

A. VISI MISI RUMAH SAKIT DAERAH MADANI


VISI
Menjadi Rumah Sakit Dengan Keunggulan Pelayanan Kesehatan Holistik yang
Menjadi pusat rujukan kesehatan jiwa di sulawesi.
MISI
1. Menyajikan pelayanan kesehatan yang holistik berorientasi kebutuhan
masyarakat.
2. Meningkatkan profesionalisme secara berkesinambungan dalam
pelayanan kesehatan bermutu dan berdedikasi dengan menjunjung tinggi
etika
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
4. Mewujudkan manajemen Rumah Sakit yang kredibal, akuntabel,
transparan, bertanggung jawab dan adil, dan
MOTTO
“Mosintuwu Mosipakalompe” bersatu untuk saling memperbaiki dengan motto
pelayanan “Kepuasan Anda Kebahagiaan Kami”

SUMBER DAYA MANUSIA


Kompetensi Jumlah
Medis 30
Keperawatan 258
Kesehatan lain 115
Administrasi 139
Jumlah 542
KAPASITAS TEMPAT TIDUR
KELAS
NO BANGSAL JUMLAH KETERANGAN
Intensif VIP Utama I II III
1 Mangga 16 16 Psikiatrik Laki
2 Manggis 18 18 Psikiatrik Wanita
3 Salak 18 18 Psikiatrik Laki
4 Srikaya 18 18 Psikiatrik Laki
5 Anggur 2 4 5 11 Psikiatrik Laki/Wanita
6 Langsat 8 3 3 14 Psikiatrik Laki/Wanita
TOTAL 95

B. JENIS PELAYANAN
1. INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)
Pelayanan gawat darurat diberikan selama 24 jam, dengan tenaga ahli
yang profesional dan terlatih baik. Serta dilengkapi dengan peralatan
modern dan canggih.
Sistem Pelayanan IGD
Dengan skala prioritas warna (merah, kuning, hijau, hitam), penderita
dipilah dan dilayani berdasarkan tingkat kegawatannya.
Instalasi Gawat Darurat RS. Daerah Madani juga menangani Kedaruratan
Psikiatri
2. INSTALASI RAWAT JALAN (IRJ)
Instalasi Rawat Jalan terdiri dari :
a. Poliklinik Jiwa
b. Poliklinik Penyakit Dalam
c. Poliklinik Bedah
d. Poliklinik Saraf
e. Poliklinik Gigi dan Mulut
f. Poliklinik Kandungan
g. Poliklinik Tumbuh Kembang Anak dan Remaja
h. Poliklinik Mata
i. Poliklinik Kulit
j. Poliklinik Anak
Jam Buka Poliklinik
 Hari : Senin – Kamis
Jam Pelayanan : 08.00 – 12.00 WITA

 Hari : Jumat
Jam Pelayanan : 08.00 – 10.00 WITA
 Hari : Sabtu
Jam Pelayanan : 08.00 – 11.00 WITA

3. INSTALASI PERAWATAN INTENSIF PSIKIATRI


4. INSTALASI RAWAT INAP
a. Bangsal Maintanance Kelas III
b. Bangsal Maintanance Kelas I & II
c. Bangsal Maintanance Kelas VIP
d. Bangsal Perawatan Gangguan Fisik.
e. Bangsal Stroke
5. INSTALASI PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
b. Radiologi
c. USG
d. EEG dan TMS
6. INSTALASI REHABILITASI MEDIS
a. Fisioterapi
b. Psikologi
c. Okupasi Terapi
d. Terapi Wicara
7. INSTALASI REHABILITASI MENTAL

C. RUANG PERAWATAN RAWAT INAP


1. INSTALASI PERAWATAN INTENSIF PSIKIATRI
Bangsal Intensif Psikiatri
Nama Bangsal : Mangga
Jumlah Dokter Ruangan : 1 Dokter Spesialis
Jumlah Perawat : 14 Orang
Fasilitas :
 Jumlah tempat tidur : 16 Tempat tidur
 Jumlah Kamar Mandi : 5 Kamar Mandi
 Ruang Fiksasi pasien Pria :1 4
 Ruang Fiksasi pasien wanita :1 4
 Ruang Isolasi :1
 Ruang Makan
 Ruang Berkunjung
2. INSTALASI RAWAT INAP
a. Ruang Tenang Jiwa kelas III
1. Bangsal Manggis
Jumlah Dokter Ruangan : 1 Dokter Umum + 1 Dokter Spesialis
Jumlah Perawat : 11 Orang
Khusus pasien Wanita :
Fasilitas
 Jumlah tempat tidur : 18 tempat tidur
 Jumlah Kamar Mandi : 5 Kamar Mandi
 Ruang isolasi/Observasi :
 Ruang Terapi Aktifitas Kelompok : 1
 Ruang Makan :1
 Ruang Berkunjung :1
2. Bangsal Salak
Jumlah Dokter Ruangan : 1 Dokter Umum + Dokter Spesialis
Jumlah Perawat : 10 Orang
Khusus pasien Pria
Fasilitas
 Jumlah tempat tidur : 18 tempat tidur
 Jumlah Kamar Mandi : 5 Kamar mandi
 Ruang Terapi Aktifitas Kelompok : 1
 Ruang Makan
 Ruang berkunjung

3. Bangsal Srikaya
Jumlah Dokter Ruangan : 1 Dokter Umum + Dokter Spesialis
Jumlah Perawat : 10 Orang
Khusus pasien Pria
Fasilitas
 Jumlah tempat tidur : 18 tempat tidur
 Jumlah Kamar Mandi : 4 Kamar mandi
 Ruang Terapi Aktifitas Kelompok : 1
 Ruang Makan: 1
 Ruang berkunjung
b. Ruang Perawatan geriatric psikiatri
Nama Bangsal : Langsat
Jumlah Dokter Ruangan : 1 Dokter Spesialis
Jumlah Perawat : 11 Orang
Khusus pasien dengan umur ≥ 60 tahun kelas 1
Fasilitas
 Jumlah tempat tidur : 8 Tempat Tidur
 Jumlah Kamar Mandi : 7 Kamar Mandi
 Ruang Makan

Kelas
Fasilitas
VIP Utama I II III
1 Kamar - - 4 2 2
Kulkas - - - - -
AC - - 1 - -
Kipas Angin - - - - -
Sofa - - - - -
Kamar Mandi Dalam - - 1 - -

c. Ruang Perawatan Gangguan Fisik


Nama Bangsal : Anggur
Jumlah Dokter Ruangan : 1 Dokter Umum + 1 dokter spesialis
Jumlah Perawat : 12 Orang
Jumlah tempat tidur : 10 tempat tidur
Jumlah kamar mandi : 6 kamar mandi
Fasilitas
Kelas
Fasilitas
VIP Utama I II
1 Kamar - - 1 -
Kulkas - - 1 -
AC - - - -
Kipas Angin - - - -
Sofa - - - -
Kamar Mandi Dalam - - 1 -

d. Ruang Perawatan
Nama Bangsal : Nangka
Jumlah Dokter Ruangan : 1 Dokter Umum
Jumlah Perawat : 11 Perawat
Kelas
Fasilitas
VIP I
1 kamar 1 Bed 7 Bed

Kulkas √ -

AC √ √

Kipas Angin - -

Sofa √ √

Kamar Mandi Dalam √ √


(norma) (normal)

Untuk idnetifikasi pasien dalam upaya peningkatan keselamatan


pasien di rumah sakit, maka di Rumah Sakit Daerah Madani
memberlakukan identifikasi pasien sebagai berikut :
1. Untuk pasien jiwa dengan menggunakan foto
2. Untuk pasien non jiwa dengan menggunakan gelang identitas
- Warna biru untuk pasien pria
- Warna merah muda untuk pasien wanita
- Warna putih untuk pasien anak dan bayi

Selain itu juga ada klip sebagai penanda bila ada resiko yang dialami
pasien, yaitu:
1. Klip merah untuk resiko alergi
2. Klip kuning untuk resiko jatuh

D. PELAYANAN PENUNJANG
1. Instalasi Laboratorium
Jam Pelayanan 24 jam
Jenis pemeriksaan:
a. Darah Rutin
b. Kimia Klinik
c. Urinalisa
d. Pemeriksaan Narkoba
2. Instalasi Radiologi
Jam Pelayanan : Jam 07.00 - 20.00 WIB
Jenis Pemeriksaan antara lain:
a. CT Scan
b. HSG
c. USG
d. Panoramic Gigi
e. Rongent Thorax
a. Instalasi Gizi
b. Instalasi farmasi
c. Instalasi Sanitasi
d. Instalasi Pemeliharaan Sarana Medis

E. TARIF PELAYANAN
Tarif Pelayanan kesehatan dan Pelayanan penunjang Badan Layanan Umum
Rumah Sakit Daerah Madani mengacu pada Peraturan Gubernur Sulawesi
Tengah No 51 Tahun 2011
1. Tarif Pelayanan Rawat Jalan

No Jenis Pelayanan Tarif


1. Format Rekam Medik Rp. 5.000,-
2. Konsultasi Dokter Ahli Rp. 30.000,-
3. Pemeriksaan Dokter Umum ( Asisten ) Rp. 20.000.-
2. Tarif Pelayanan Rawat Darurat

No Jenis Pelayanan Tarif


1. Format Rekam Medik Rp. 8.000,-
2. Konsul Dokter Ahli Rp. 35.000,-
3. Pemeriksaan Dokter IGD Rp. 25.000’-

3. Tarif Pelayanan Rawat Inap


No Jenis Pelayanan Tarif
1. Akomodasi Kelas VIP A Rp. 200.000,-
2. Akomodasi Kelas VIP B Rp. 160.000,-
3. Akomodasi Kelas I Rp. 120.000,-
4. Akomodasi Kelas II Rp. 70.000,-
5. Akomodasi Kelas III Rp. 40.000,-

Waktu berkunjung Pasien :


1. Waktu Berkunjung untuk pasien non jiwa
Pagi : 10.00-12.00 WIB
Siang : 15.30-20.00 WIB
2. Waktu Berkunjung untuk pasien jiwa
Pagi : 10.00-12.00 WIB
Siang : 15.30-17.00 WIB
Rumah Sakit Daerah Madani melayani pasien BPJS dengan system
pembayaran INA CBG’s dengan mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
BAB IV
PENDOKUMENTASIAN

Informasi pelayanan yang dikeluarkan Rumah Sakit Daerah Madani bisa diakses
oleh masyarakat melalui :
1. Website
2. Spanduk, Banner, Leaflet
BAB VII
PENUTUP

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan pemberian informasi


pelayanan di Rumah Sakit Daerah Madani Tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atas dasar referensi.

Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di
kesempatan berikutnya Semoga pandua ini berguna bagi semua unsur civitas
hospitalia Rumah Sakit Daerah Madani pada khususnya juga untuk para pembaca
pada umumnya.

Direktur Rumah Sakit Daerah Madani


Provinsi Sulawesi Tengah

dr. Isharwati, M.Kes


Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
PANDUAN DOKTER
PENANGGUNG JAWAB
PELAYANAN (DPJP)
BAB I
PENGERTIAN

DPJP (dokter penanggung jawab pelayanan) adalah seorang dokter sesuai


dengan kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis
lengkap kepada satu pasien dengan satu patologi / penyakit, dari awal sampai
dengan akhir perawatan dirumah sakit, baik pada pelayanan rawat jalan dan rawat
inap. Asuhan medis lengkap artinya melakukan asessmen medis sampai dengan
implementasi rencana serta tindak lanjutnya sesuai dengan kebutuhan pasien.
Pasien dengan lebih dari satu penyakit dikelolah oleh lebih dari satu DPJP
sesuai kewenangan klinisnya, dalam pola asuhan secara tim atau terintegrasi.
Contoh pasien dengan diabetes mellitus, katarak dan stroke, dikelola oleh lebih dari
satu DPJP : dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis mata dan dokter
spesialis saraf.
DPJP utama : bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka asuhan
medis tersebut dilakukan secara terintegrasi dan secara tim diketuai oleh seorang
DPJP utama. Peran DPJP utama adalah sebagai coordinator proses pengelolaan
asuhan medis bagi pasien yang bersangkutan, dengan tugas menjaga terlaksananya
asuhan medis komprehensif – terpadu – efektif, demi keselamatan pasien melalui
komunikasi efektif dengan membangun sinergisme dan mencegah duplikasi.
Dokter yang memberikan pelayanan interpretative, misalnya memberikan
uraian / data tentang hasil laboratorium atau radiologi, tidak dipakai istilah DPJP,
karena tidak memberikan asuhan medis yang lengkap.
Asuhan pasien (patient care) diberikan dengan pola pelayanan berfokus pada
pasien (patient centered care), dan DPJP adalah ketua (team Leader) dari tim yang
terdiri dari para professional pemberi asuhan pasien / staf klinis dengan kompetensi
dan kewenangan yang memadai, yang antara lain terdiri dari dokter, perawat, ahli
gizi, apoteker, fisioterapis.
BAB II
RUANG LINGKUP

Di rumah sakit daerah madani ditetapkan bahwa setiap pasien yang dirawat harus
mempunyai DPJP yaitu seorang dokter spesialis yang bertanggung jawab atas
pengelolaan pelayanan medis seorang pasien dan mempunyai tanggung jawab
utama untuk memberikan informasi dan penjelasan mengenai penyakit dan tindak
lanjut penanganannya. DPJP di pelayanan rawat jalan meliputi dokter umum / dokter
gigi / dokter spesialis.

Pedoman ini berlaku pada semua pelayanan rumah sakit yang meliputi : emergenci,
rawat jalan, rawat inap, ruang tindakan, ruang perawatan khusus (ICU). Penetapan
DPJP dalam pelayanan medis pasien bertujuan :

1. Untuk memastikan bahwa pasien mendapatkanpelayanan medis sesuai


standar pelayanan kedokteran / standar operasional prosedur yang berlaku di
rumah sakit daerah madani dan mendapatkan informasi yang benar tentang
penyakitnya.
2. Untuk memastikan asuhan medis pasien dilakukan oleh dokter yang
berkompeten dengan kasusnya / penyakitnya
3. Untuk menjamin kualitas pelayanan dan keselamatan pasien
BAB III
TATA LAKSANA

 Setiap pasien yang mendapat asuhan medis di rumah sakit baik rawat jalan
maupun rawat inap harus memiliki DPJP
 Pada unit / instalasi gawat darurat, dokter jaga menjadi DPJP pada pemberian
asuhan medis awal / penanganan kegawat-daruratan. Kemudian selanjutnya
saat dilakukan konsultasi / rujuk ditempat (on side) atau konsultasi lisan
kepada dokter spesialis, dan dokter spesialis tersebut memberikan asuhan
medis (termasuk instruksi secara lisan) maka dokter spesialis tersebut telah
menjadi DPJP pasien yang bersangkutan, sehingga saat itulah DPJP telah
berganti dari dokter jaga IGD kepada dokter spesialis tersebut.
 Apabila pasien mendapat asuhan medis lebih dari satu DPJP, maka harus
ditunjuk DPJP utama yang berasal dari para DPJP pasien terkait. Kesemua
DPJP tersebut bekerja sama secara tim dalam tugas mandiri maupun
kolaboratif, berinteraksi dan berkoordinasi (dibedakan dengan bekerja sendiri
– sendiri).
 Peran DPJP utama adalah sebagai coordinator proses pengelolaan asuhan
medis bagi pasien yang bersangkutan (sebagai “ketua tim”), dengan tugas
menjaga terlaksananya asuhan medis komprehensif – terpadu – efektif, demi
keselamatan pasien melalui komunikasi yang efektif dan membangun
sinergisme dengan mendorong penyesuaian pendapat (adjustment) antar
anggota, mengarahkan agar tindakan masing – masing DPJP bersifat
kontributif (bukan intervensi), dan juga mencegah duplikasi.
 Tim membuat keputusan melalui DPJP utama, termasuk keinginan DPJP
untuk mengkonsultasikan ke dokter spesialis lain agar dikoordinasikan dengan
DPJP utama. Kepatuhan DPJP terhadap jadwal kegiatan dan ketepatan waktu
misalnya antara lain kehadiran atau menjanjikan waktu kehadiran, adalah
sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan pasien serta untuk kepentingan
koordinasi sehari – hari.
 Dibawah koordinasi DPJP utama, sekurang – kurangnya ada rapat tim yang
melibatkan semua DPJP yang bersangkutan sesuai kebutuhan pasien, rumah
sakit diharapkan menyediakan ruangan untuk rapat tim ditempat-tempat
pelayanan, misalnya dirawat inap, ICU, IGD. DPJP utama juga bertugas untuk
menghimpun komunikasi / data tentang pasien.
 Setiap penunjukan DPJP harus diberitahu kepada pasien dan keluarga,
dimana pasien / keluarga dapat menyetujuinya atau sebaliknya. Rumah sakit
berwenang mengubah DPJP bila terjadi pelanggaran prosedur.
 Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dilakukan secara lisan dan
tertulis sesuai kebutuhan. Bila ada pergantian DPJP pencatatan di rekam
medis harus jelas tentang alih tanggung jawabnya. Harap digunakan formulir
daftar DPJP. (contoh formulir daftar DPJP terlampir)
 Pada unit pelayanan intensif DPJP utama adalah dokter intensifies. Koordinasi
dan tingkatan keikut-sertaan para DPJP terkait.
 Pada kamar operasi DPJP bedah adalah ketua dalam seluruh kegiatan pada
saat dikamar operasi tersebut.
 Pada keadaan khusus misalnya seperti konsul diatas meja operasi / sedang
operasi, dokter yang dirujuk tersebut melakukan tindakan / memberikan
instruksi, maka otomatis menjadi DPJP juga bagi pasien tersebut.
 Dalam pelaksanaan pelayanan dan asuhan pasien, bila DPJP dibantu oleh
dokter lain (dokter ruangan) dimana yang bersangkutan boleh menulis /
mencatat direkam medis, maka tanggung jawab tetap ada pada dokter DPJP,
sehingga DPJP yang bersangkutan harus memberikan supervise, dan
malakukan validasi berupa pemberian paraf / tandatangan pada setiap
catatan kegiatan tersebut di rekam medis.
 Asuhan pasien dilaksanakan oleh para professional pemberi asuhan yang
bekerja secara tim ( Tim interdisiplin) sesuai konsep pelayanan focus pada
pasien (pasient centered care), DPJP sebagai ketua tim harus proaktif dalam
melakukannkoordinasi dan mengintegrasikan asuhan pasien, serta
berkomunikasi intensif dan efektif dalamn tim. Termasuk dalam kegiatan ini
adalah perencanaan pulang (discharge plan)yang dapat dilakukan pada awal
masuk rawat inap atau pada akhir rawat inap.
 DPJP harus aktif dan intensif dalam pemberian edukasi / informasi kepada
pasien dan keluarganya. Gunakan dan kembangkan tehnik komunikasi yang
berempati. Komunikasi merupakan elemen yang penting dalam konteks
pelayanan focus pada pasien, selain juga merupakan kompetensi dokter
dalam area kompetensi ke 3.
 Pendokumentasian yang dilakukan oleh DPJP direkam medis harus
mencantumkan nama dan paraf / tanda tangan. Pendokumentasian tersebut
dilakukan antara lain diform asessmen awal medis, catatan perkembangan
pasien terintegrasi (CPPT), form asessmen pra anestesi / sedasi, instruksi
pasca bedah, form edukasi / informasi ke pasien, dan sebagainya. Termasuk
juga pendokumentasian keputusan hasil pembahasan tim medis, hasil ronde
bersama multi kelompok staf medis / departemen, dan sebagainya.
 Pada kasus tertentu DPJP sebagai ketua tim dari para professional pemberi
asuhan bekerja sama erat dengan manager pelayanan pasien (hospital case
manager), sesuai dengan panduan pelaksanaan manager pelayanan pasien,
agar terjaga kontinuitas pelayanan baik waktu rawat inap, rencana
pemulangan, tindak lanjut asuhan mandiri dirumah, control dan sebagainya.
 Pada setiap rekam medis harus ada pencatatan (kumulatif, bila lebih dari satu)
tentang DPJP, dalam bentuk satu formulir yang diisi secara periodic sesuai
dengan kebutuhan / penambahan / pengurangan / penggantian, yaitu nama
dan gelar setiap DPJP, tanggal mulai dan akhir penanganan pasien, DPJP
utama nama dan gelar, tanggal mulai dan akhir sebagai DPJP utama. Daftar
ini bukan berfungsi sebagai daftar hadir.
 Keterkaitan DPJP dengan panduan praktek klinis / alur perjalanan klinis /
clinical pathway, setiap DPJP bertanggung jawab mengupayakan proses
asuhan pasien (baik asuhan medis maupun asuhan keperawatan) yang
diberikan kepada pasien patuh pada panduan praktek klinis / alur perjalanan
klinis / clinical pathway yang telah ditetapkan oleh RS. Tingkat kepatuhan
pada panduan praktek klinis / alur perjalanan klinis / clinical pathway ini akan
menjadi objek audit klinis dan audit medis.
 Apabila dokter tidak mematuhi panduan praktek klinis / alur perjalanan klinis /
clinical pathway maka harus memberi penjelasan tertulis dan dicatat direkam
medis.

Di unit / instalasi gawat darurat dokter jaga yang bersertifikat kegawat daruratan,
antara lain : ATLS, ACLS, PPGD, menjadi DPJP pada saat asuhan medis awal
pasien gawat darurat. Saat pasien dikonsul / rujuk kedokter spesialis dan
memberikan asuhan medis, maka dokter spesialis tersebut menjadi DPJP terhadap
pasien tersebut menggantikan DPJP sebelumnya yaitu dokter jaga tersebut diatas.
Penunjukan / penetapan DPJP :
a) Penetapan DPJP harus dilakukan sejak pertama pasien masuk rumah sakit,
baik dari instalasi rawat jalan maupun instalasi gawat darurat.
b) Penentuan dan pengaturan DPJP pasien berdasarkan jadwal konsulen jaga,
dimana konsulen jaga hari itu menjadi DPJP pasien baru, kecuali kasus
rujukan yang ditujukan langsung kepada salah seorang konsulen.
c) Juga berdasarkan surat rujukan langsung kepada salah satu dokter spesialis
yang dituju otomatis menjadi DPJP pasien ang dimaksud, kecuali bila dokter
tersebut berhalangan karena sesuatu hal, maka pelimpahan DPJP beralih
kepada konsulen jaga pada hari itu.
d) Jika dalam pemeriksaan oleh dokter jaga ditemukan penyakit pasien tidak
sesuai dengan SMF dokter spesialis yang dituju, maka dokter jaga
mengkomunikasikan dengan pasien tentang DPJP pasien yang bersangkutan
dan penetapan DPJP dilakukan oleh dokter jaga atas seijin pasien.
e) Atas permintaan pasien. Pasien dan keluarga berhak meminta salah seorang
dokter sebagai DPJP apabila ada relevansinya, hendaknya diberikan
alternative DPJP lain. Penjelasan sebaiknya diberikan / dilakukan oleh dokter
jaga.
f) Pada kasus yang sangat kompleks atau jarang penentuan DPJP / DPJP
utama dapat ditentukan berdasarkan rapat komite medis.
g) Kriteria penunjukan DPJP utama untuk seorang pasien sebagai berikut :
 DPJP utama dapat merupakan DPJP yang pertama kali mengelola
pasien pada awal perawatan.
 DPJP utama dapat merupakan DPJP yang mengelola pasien dengan
penyakit dalam kondisi (relative)
 DPJP utama dapat ditentukan melalui kesepakatan antar para DPJP
penyakit.
 DPJP utama dapat merupakan pilihan dari pasien.
h) Penentuan atau penetapan DPJP adalah penentuan dokter yang bertanggung
jawab dalam memberikan rangkaian asuhan medis kepada pasien sehingga
pasien mendapatkan pelayanan medis oleh dokter sesuai dengan bidang
kompetensi dan keahliannya.
i) Uraian tugas DPJP
 Mengelola asuhan medis seorang pasien sesuai dengan standar
pelayanan medis yang meliputi : anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, perencanaan pemberian terapi, tindak lanjut /
follow up (evaluasi asuhan medis) sampai rehabilitasi.
 Melakukan konsultasi dengan disiplin terkait lain untuk meminta
pendapat atau perawatan bersama.
 Membuat rencana pelayanan dalam berkas rekam medis yang memuat
segala aspek asuhan medis yang akan dilakukan termasuk
pemeriksaan konsultasi, rehabilitasi pasien dan sebagainya.
 Memberikan penjelasan secara rinci kepada pasien dan keluarga
tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk
pasien termasuk kejadian yang tidak diharapkan.
 Memberikan pendidikan / edukasi kepada pasien tentang kewajibannya
terhadap rumah sakit dan bila diperlukan dibantu oleh staf dokter /
perawat / staf administrasi.
 Pemberian pendidikan / edukasi kepada pasien tentang penyakit
pasien tersebut, dan harus dicatat dalam rekam medis, bahwa DPJP
telah memberikan penjelasan.
 DPJP harus memberikan penjelasan mengenai kewajiban pasien yaitu :
1. Pasien dan keluarganya wajib memberi informasi yang jelas,
benar dan jujur tentang penyakit dan kondisi lain.
2. Pasien dan keluarganya wajib mengetahui kewajiban dan
tanggung jawabnya.
3. Pasien dan keluarganya wajib mengajukan pertanyaan untuk
hal-hal yang tidak dimengerti.
4. Pasien dan keluarganya wajib memperlihatkan sikap
menghormati dan tenggang rasa.
5. Pasien dan keluarganya wajib mamahami dan menerima
konsekuensi pelayanan.
6. Pasien dan keluarganya wajib mengikuti instruksi dan
menghormati peraturan rumah sakit.
7. Pasien dan keluarganya wajib memenuhi kewajiban finansial
yang disepakati.
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Formulir persetujuan dokter penanggung jawab pelayanan pasien (DPJP) RM


46
2. Formulir daftar dokter penanggung jawab pelayanan pasien (DPJP) RM 56
BAB V
PENUTUP

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan dalam penetapan dokter penanggung
jawab pelayanan (DPJP) terhadap pasien sesuai prosedur di Rumah Sakit Daerah
Madani. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan
panduan ini, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atas dasar
referensi.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di
kesempatan berikutnya. Semoga panduan ini berguna bagi pokja Akses Pelayanan
dan kontinuitas pelayanan Rumah Sakit Daerah Madani pada khususnya juga untuk
para pembaca pada umumnya.

Direktur Rumah Sakit Daerah Madani


Provinsi Sulawesi Tengah

dr. Isharwati, M.Kes


Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
DOKUMEN DAN SPO CASE
MANAGER
PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH
RUMAH SAKIT DAERAH MADANI
Jl. Thalua Kontji No. 11 KM 13 Mamboro Tlp. (0451) 491470 Fax. (0451) 491605

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH MADANI


NOMOR : VI.02/SK/DIRT/III TAHUN : 2017
TENTANG
SUSUNAN CASE MANAGER RUMAH SAKIT DAERAH MADANI
PROPINSI AULAWESI TENGAH

Menimbang : a. Bahwa RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah


dalam melaksanakan fungsinya senantiasa dituntut
untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas kepada masyarakat;
b. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf
a, diperlukan sistem yang dapat bekerja secara efektif
dan efisien, termasuk pelayanan keperawatan;
c. Bahwa untuk Implementasi kebijakan
pelayanan berkualitas di RSD Madani Provinsi
Sulawesi Tengah memerlukan fasilitator yang mampu
menerjemahkan kebijakan pelayanan yang telah
ditetapkan yaitu Case Manager.
d. Bahwa untuk mencapai tujuan(a), (b) dan (c) diatas
perlu menetapkan Keputusan Direktur tentang
Susunan Case Manager RSD Madani Provinsi
Sulawesi Tengah.
Mengingat : 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1441
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
3. Permenkes Nomor 49 Tahun 2013 tentang
Komite
Keperawatan
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2001
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Rumah Sakit Daerah;
5. Peraturan Pemerintah Daerah Propinsi Sulawesi
Tengah nomor.12 Thn. 2002 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa Madani Daerah Propinsi
Sulawesi Tengah.
DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH MADANI
MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN :
KESATU : Susunan Case Manager RSD Madani Provinsi Sulawesi
Tengah sebagaimana tersebut dalam Lampiran I Keputusan
ini.
KEDUA : Pengertian, Tujuan, Ruang Lingkup, Tata Laksana, Tugas
dan Wewenang Case Manager RSD Madani Provinsi
Sulawesi Tengah sebagaimana tersebut dalam Lampiran
II Keputusan ini.
KETIGA : Case Manager sebagaimana diktum kesatu bertanggung
jawab kepada Kepala Seksi Keperawatan RSD Madani
Provinsi Sulawesi Tengah
KEEMPAT : Biaya yang timbul sebagai akibat dikeluarkannya
keputusan ini dibebankan pada Anggaran APBD Sulawesi
Tengah.
KELIMA : Surat Keputusan ini merupakan revisi Surat Keputusan Nomor
870/867.1/RSDM 2017, dengan demikian maka SK tersebut
dinyatakan ditarik dan dan tidak berlaku.
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan dalam keputusan ini, akan diperbaiki
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Palu
Pada tanggal :

DIREKTUR
RS Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tangah

dr. Isharwati, M.Kes


NIP. 19590120 1987 11 2 001

TEMBUSAN, disampaikan kepada yth;


1. Kepala Seksi Pelayanan Medik
2. Kepala Seksi Keperawatan
3. Kepala Seksi Penunjang Medik
4. Kepala Su Bagian Tata Usaha;
5. Kepala Instalasi/ Kepala-kepala Ruangan di RSD Madani
6. Pegawai yang bersangkutan
Lampiran I :
Keputusan Direktur RS Daerah Madani Provinsi Sulawesi Tengah
Tentang Susunan Case Manager RSD Madani
Periode 2016 - 2018
Nomor :
Tanggal :

SUSUNAN CASE MANAGER RSD MADANI PROVINSI SULAWESI


TENGAH

NO NAMA AREA PELAYANAN


KEPERAWATAN
1 Suprataba,S.Kep,Ns Ruang IGD Umum, ICU, Kamar
NIP. 19760622 199703 1 007 Operasi
2 Sukrang,S.Kep,Ns. M.Kep Ruangan Manggis dan Poliklinik
NIP. 19800501 199903 1 004
3 Supirno, S.Kep, Ns, M.Kep Ruangan Melon, Rambutan, Nangka,
NIP. 19730527 199403 1003 Markisa, Jambu
4 Marya D, S.Tr.Keb Ruangan IGD Ponek, Semangka,
NIP. 19750717 199703 1 003 Perinatologi
5 Hedwig Oktora, S.Kep.,Ns.M.Kes Ruangan Salak, Sarikaya, Anggur dan
Langsat

Ditetapkan di : Palu
Pada tanggal :

DIREKTUR
RS Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tangah

dr. Isharwati, M.Kes


NIP. 19590120 1987 11 2 001
Lampiran II :
Keputusan Direktur RSD Madani
Provinsi Sulawesi tengah
Tentang Susunan Case Manager RS Daerah Madani
Periode 2016 - 2018
Nomor :
Tanggal :

PENGERTIAN, TUJUAN, RUANG LINGKUP, TATA LAKSANA,


TUGAS DAN WEWENANG CASE MANAGER

A. PENGERTIAN
Case manager merupakan tenaga ahli di rumah sakit yang memberikan
dukungan dan keahlian yang berkesinambungan melalui assesmen yang
komprehensif, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi menyeluruh mengenai
kebutuhan individu pasien sejak pasien datang hingga perencanaan pulang.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memfasilitasi kesinambungan pelayanan berkualitas di RSD Madani Provinsi
Sulawesi Tengah.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kualitas manajemen dan kepuasan pasien
b. Mempromosikan kontinuitas perawatan
c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan
d. Mengintegrasikan fungsi manajemen kasus, peninjauan, pengelolaan dan
perencanaan pulang.

C. RUANG LINGKUP
Case manajer bertanggung jawab memfasilitasi dalam kesinambungan pelayanan
berfokus pada pasien di semua tatanan layanan Rumah Sakit. Termasuk Instalasi
Rawat Khusus (IGD Umum, ICU dan kamar Operasi); Instalasi Rawat Inap, Rawat
Jalan/ poliklinik. Utamanya kasus pelayanan yang kompleks pada pasien umum, jiwa
dan kebidanan. Di area praktik keperawatan biasa dikenal dengan Kelompok Staf
Keperawatan (KSKp) yang meiliputi Jiwa, Anak, Medikal bedah, Gawat Darurat/Kritis
dan maternitas/ Kebidanan.

Sesuai dengan kondisi yang ada di RS Daerah Madani Area KSKp Anak meliput
Ruang Rambutan, perinatologi. KSKp Medikal Bedah meliputi ruangan Melon,
Nangka, Jambu, Markisa, KSKp Gawat darurat/ kritis meliputi IGD, ICU Kamar
Operasi, Area Maternitas/ kebidanan meliputi IGD Ponek dan Semangka.
D. TATA LAKSANA
Case manager memfasilitasi kesinambungan pelayanan berfokus pada pasien di
masing-masing area KSKp yang menjadi tanggung jawabnya. Secara manajemen
struktur bertanggung jawab kepada Kepala Seksi keperawatan. Untuk
manajemen operasionalnya bekerja sama dan berkoordinasi dengan dokter
penanggung Jawab pasien (DPJP) dan Kepala Instalasi di masing-masing
ruangan.
E. URAIAN TUGAS WEWENANG
1. ADMINISTRASI PELAYANAN
a. Mengkoordinasikan pelayanan berfokus pada pasien selama perawatan,
pemulangan dan perencanaan saat di rumah dengan fasilitas kesehatan
lain.
b. Melakukan supervisi dan evaluasi kelengkapan dokumentasi rekam
medis.
c. Bertindak sebagai advokat pasien, mengidentifikasi kejadian-kejadian
yang merugikan, dan melakukan pendidikan pada pasien, keluarga dan
staf yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya, perencanaan
pulang dan aspek psikososial pelayanan kesehatan.
d. Memobilisasi sumber daya yang efektif dan efisien sesuai kebutuhan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan mencapai hasil klinis yang
diinginkan dalam jangka waktu yang diinginkan.
e. Memastikan ketepatan pemeriksaan pasien, diperlukan, dilakukan dalam
jangka waktu yang ditetapkan dan hasilnya segera tersedia.
f. Mengevaluasi kepuasan pasien dan kualitas perawatan yang diberikan.
g. Berkomunikasi dengan dokter penanggung jawab pasien dan keluarga
pasien secara berkala selama masa perawatan pasien dan
mengembangkan hubungan kerja yang efektif.
h. Memfasilitasi dan berkolaborasi dalam perawatan interdisipliner dengan
PPA (Profesi Pemberi Asuhan) untuk meninjau tujuan pengobatan,
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya, memberikan edukasi pada
keluarga dan mengidentifikasi kebutuhan pasca sakit.
i. Memfasilitasi pasien dan keluarganya dalam penyelesaian administrasi
dan pembiayaan pelayanan di Rumah Sakit baik pembayaran mandiri
maupun asuransi kesehatan.

2. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Menerima konsultasi pengakajian keperawatan lanjutan.
b. Menerima konsultasi analisis data keperawatan kompleks.
c. Menerima konsultasi rencana tindakan keperawatan komplek.
d. Menerima konsultasi penyusunan program pelatihan.
e. Menerima konsultasi evaluasi keperawatan kompleks pada
individu dan kelompok.
f. Melaksanakan tugas sebagai pengawas keliling
g.
3. PENGEMBANGAN PROFESI
a. Mengajar/melatih pada diklat pegawai/SDM Keperawatan dan lainya.
b. Menjadi pengurus aktif organisasi profesi keperawatan.
c. Mengarahkan dan berpartisipasi dalam pengembangan dan
pelaksanaan kebijakan serta prosedur perawatan pasien untuk
memberikan saran dan bimbingan dalam menangani kasus-kasus
khusus atau kebutuhan pasien.

Ditetapkan di : Palu
Pada tanggal :

DIREKTUR
RS Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tangah

dr. Isharwati, M.Kes


NIP. 19590120 1987 11 2 001
Lampiran III :
Keputusan RS Daerah Madani Provinsi Sulawesi Tengah
Periode 2016 - 2018
Nomor :
Tanggal :

STRUKTUR PENGORGANISASIAN CASE MANAGER

DIREKTUR

Kepala Seksi
Keperawatan

Ketua Komite Medik

Ketua Komite
Keperawatan

KA. INSTALASI

DPJP

CASE MANAGER

KEPALA RUANG

Ditetapkan di : Palu
Pada tanggal :

DIREKTUR
RS Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tangah

dr. Isharwati, M.Kes


NIP. 19590120 1987 11 2 001
PELAKSANAAN MANAJER PELAYANAN PASIEN
(CASE MANAGER)

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


DAERAH MADANI 0022/APK/III/2016 No. Revisi : 0
1 dari 3

Disahkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah
STANDAR
Tanggal Tertib
OPERASIONAL
10 Maret 2016
PROSEDUR

dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001

PENGERTIAN Case manager merupakan tenaga profesional di rumah sakit


yang memberikan dukungan dan keahlian yang
berkesinambungan melalui assesmen yang komprehensif,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi menyeluruh
mengenai kebutuhan individu pasien sejak pasien datang
hingga perencanaan pulang.

TUJUAN Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Rumah sakit


serta untuk mencapai produktifitas dan efisiensi kerja yang
optimal

KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Daerah Madani No.


067/7140.1/RSDM/2016 tentang Kebijakan Manajer
Pelayanan Pasien (Case Manager)

PROSEDUR 1. Melakukan skrining pasien yang membutuhkan manajemen


pelayanan pasien, pada waktu admisi atau bila dibutuhkan
pada waktu ruang rawat inap, berdasarkan pasien yang
meliputi:
a. Risiko tinggi yaitu pasien yang dirawat minimal oleh 3
dokter spesialis
b. Biaya tinggi diatas 50 juta rupiah
c. Kasus dengan penyakit kronis
d. Kasus melebihi rata-rata lama dirawat minimal 10 hari
PELAKSANAAN MANAJER PELAYANAN PASIEN
(CASE MANAGER)

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


DAERAH MADANI 0022/APK/III/2016 No. Revisi : 0
2 dari 3

e. Kasus yang diidentifikasi rencana pemulangannya kritis


atau yang membutuhkan kontinuitas pelayanan

2. Setelah pasien ditentukan sebagai pasien MPP, maka


dilakukan asesmen utilitas dengan mengumpulkan berbagai
informasi klinis, psikososial, sosioekonomi, maupun sistem
pembayaran yang dimiliki pasien.
3. Menyusun rencana manajemen pelayanan pasien tersebut,
berkolaborasi dengan DPJP serta para anggota tim klinis
lainnya, yang mencerminkan kelayakan/ kepatutan dan
efektifitas biaya dari pengobatan medis dan klinis serta
kebutuhan pasien untuk mengambil keputusan
4. Melakukan fasilitasi yang mencakup interaksi antara MPP
dan DPJP serta para anggota tim klinis lainnya dari
berbagai unit pelayanan, pelayanan administrasi,
perwakilan pembayar. Fasilitasi untuk koordinasi,
komunikasi dan kolaborasi antara pasien dan pemangku
kepentingan, serta menjaga kontinuitas pelayanan.
5. Memfasilitasi untuk kemungkinan pembebasan dari
hambatan yang tidak mempengaruhi kinerja/ hasil
6. Memfasilitasi dan memberikan advokasi agar pasien
memperoleh pelayanan yang optimal sesuai dengan sistem
pembiayaan dan kemampuan finansial dengan
berkonsultasi dengan DPJP, memperoleh edukasi yang
adekuat, termasuk rencana pemulangan yang
memperhatikan kontinuitas pelayanan yang aman.
7. Melakukan monitoring dan evaluasi proses-proses
pelayanan dan asuhan pasien
PELAKSANAAN MANAJER PELAYANAN PASIEN
(CASE MANAGER)

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 0022/APK/III/2016 3 dari 3

8. Mendokumentasikan kegiatan MPP, termasuk dalam rekam


medis seperti pencatatan dalam formulir edukasi-informasi.

UNIT TERKAIT  Poliklinik


 Pengendali BPJS
 Laboratorium
 Radiologi
PANDUAN RENCANA
PEMULANGAN PASIEN
BAB I
PENGERTIAN

Discharge planning/ rencana pmulangan pasien adalah suatu proses sistematik


untuk perkiraan, persiapan dan koordinasi yang dilakukan petugas kesehatan untuk
memfasilitasi perbekalan perawatan kesehatan pasien sebelum dan setelah
pemulangan.
Discharge planning juga merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan
harus sudah dimulai sejak awal pasien masuk ke rumah sakit (untuk rawat inap yang
telah direncanakan sebelumnya/ elektif) dan sesegera mungkin pada pasien-pasien
non-elektif.
Merujuk pasien ke praktisi kesehatan lain di luar rumah sakit atau ke rumah
sakit Lain, memulangkan pasien ke rumah atau ke tempat keluarga harus
berdasarkan kondisi kesehatan pasien dan kebutuhan akan kelanjutan pelayanan.
DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus menentukan
kesiapan pasien untuk dipulangkan. Kebutuhan pelayanan berkelanjutan dapat
berarti rujukan ke dokter spesialis, terapis rehabilitasi atau kebutuhan pelayanan
preventif yang dilaksanakan di rumah oleh keluarga.
Proses yang terorganisir dibutuhkan untuk memastikan bahwa kebutuhan
pelayanan berkelanjutan ditangani oleh ahli yang tepat di luar rumah sakit dan
apabila diperlukan proses ini dapat mencakup merujuk pasien ke rumah sakit lain.
Bila ada indikasi, rumah sakit dapat membuat rencana kontinuitas pelayanan yang
diperlukan pasien sediri mungkin.
Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang
terbaik atau sesuai kebutuhan pasien
BAB II
RUANG LINGKUP

Discharge planning/ perencanaan untuk merujuk dan memulangkan pasien


diproses sejak awal saat admisi dari mengikut sertakan keluarga, proses ini bisa
terjadi di:
1. lnstalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat inap
Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang dan
Kelanjutan pelayanan medis
Merujuk atau memulangkan pasien berdasarkan atas kondisi kesehatan dan
kebutuhan akan pelayanan berkelanjutan, Kebutuhan pelayanan berkelanjutari dapat
berarti rujukan ke dokter spesialis, terapis rehabilitasi atau kebutuhan pelayanan
preventif yang dilaksanakan di rumah oleh keluarga.

.
BAB Ill
TATALAKSANA

Kriteria disharge planning yang kritikal di Rumah Sakit Daerah Madani:


1. Tidak ada penanggung jawab
2. Pasien yang masih membutuhkan perawatan medis dan perawatan
berkelanjutan termasuk terpasangnya alat-alat medis.
3. Pasien dengan hambatan mobilisasi
4. Pasien kurang dukungan keluarga
5. Tergantung dengan orang lain dalam aktivitas harian
Asesmen awal saat pasien masuk rumah sakit
a. Identifikasi, persiapkan, dan rancang Discharge planning
b. Peninjauan ulang rekam medis pasien (anamnesis, hasil pemeriksaan fisik,
diagnosis dan tatalaksana)
c. Lakukan anamnesis: Identifikasi alasan pasien dirawat, termasuk masalah
sosial dan perubahan terkini.
d. Asesmen kebutuhan perawatan pasien berdasarkan kondisi dan penyakit yang
dideritanya
e. Asesmen mengenal kemampuan fungsional pasien saat ini, misalnya fungsi
kognitif, mobilitas
f. Asesmen mengenal kondisi keuangan dan status pendidikan pasien
g. Asesmen mengenai status mental pasien
h. Asesmen mengenai kondisi rumah/tempat tinggal pasien
i. Tanyakan mengenai medikasi terkini yang dikonsumsi pasien saat di rumah
j. Identifikasi siapa pendamping utama/penanggung jawab perawatan pasien
k. Diskusikan mengenai kebutuhan pasien dan pendamping utama/penanggung
jawab perawatan pasien
l. Tanyakan mengenai keinginan/harapan pasien atau keluarganya
m. Libatkanlah mereka dalam perencanaan Discharge planning (karena pasien
yang paling tahu mengenai apa yang dirasakannya dan ingin dirawat oleh
siapa)
n. Gunakanlah bahasa awam yang dimengerti oleh pasien dan keluarganya
o. Setelah asesmen pasien dilakukan, tim Discharge planner/DPJP, PPJP dan
karu akan berdiskusi dengan tim multidisipliner meliputi :
1) Asesmen resiko : pasien dengan risiko tinggi membutuhkan Discharge
planning yang baik dan adekuat. Berikut adalah kriteria pasien risiko
tinggi:
 Usia ≥ 65 tahun
 Tinggal sendirian tanpa dukungan sosial secara langsung
 Stroke, serangan jantung, PPOK, gagal jantung kongestif, emfisema,
demensia, alzeimer, AIDS, atau penyakit dengan potensi
mengancam nyawa lainnya
 Pasien berasal dari panti jompo
 Alamat tidak diketahui atau berasal dari luar kota
 Tunawisma
 Dirawat kembali dalam 30 hari
 Percobaan bunuh diri
 Pasien tidak dikenal/ tidak ada identitas
 Korban dan kasus criminal
 Trauma multiple
 Tidak bekerja/tidak ada asuransi
2) Identifikasi dan diskusi pilihan perawatan apa yang tersedia untuk pasien
3) Verifikasi availabilitas tempat perawatan pasien setelah pulang dari rumah
sakit
Saat diruang inap:
a. Tetapkan prioritas mengenai hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien
dan keluarga
b. Gunakan pendekatan multidisiplin dalam menyusun perencanaan
dan tatalaksana pasien
c. DPJP dan PPJP diruangan harus memastikan pasien memperoleh
perawatan yang sesuai dan adekuat serta proses Discharge planning
berjalan lancar
d. DPJP, PPJP dan Karu, harus memahami mengenai Discharge
planning
e. Tugas PPJP, Karu adalah :
1) Mengkoordinasi semua aspek perawatan pasien termasuk
Discharge planning, asesmen, dan peninjauan ulang rencana
perawatan
2) Memastikan semua rencana berjalan dengan lancer
3) Mengambil tindakan segera bila terdapat masalah
4) Mendiskusikan dengan pasien mengenai perkiraan tanggal
pemulangan pasien dalam 24 jam setelah pasien dirawat.
5) Identifikasi, melibatkan dan menginformasikan pasien
mengenai rencana keperawatan, pastikan bahwa kebutuhan-
kebutuhan khusus pasien terpenuhi
6) Catat semua perkembangan ke dalam rekam medis pasien
7) Finalisasi Discharge planning pasien 24 jam sebelum pasien
dipulangkan, dan konfirmasikan dengan pasien dan keluarga/
PJ Perawatan Pasien

Checklist Discharge planning yang harus dilengkapi 24 jam sebelum


pasien pulang

PJ
Petugas yg
Rencana Pemulangan Perawatan
menjelaskan
Pasien
A. Informasi Kesehatan
Pemberian informasi tentang hasil
pengkajian medis, diagnosis,
tatalaksana, prognosis, rencana
pemulangan pasien
Rencana pemulangan pasien
didiskusikan dengan keluarga/PJ
perawatan pasien dirumah
Pemberitahuan tanggal rencana
pemulangan pasien
Tanda dan gejala yang perlu
dilaporkan
Tindakan/pengobatan yang dapat
dilakukan sebelum ke rumah sakit
Pemberian nomor telepon yang
bisa dihubungi saat pasien
membutuhkan bantuan
B. Edukasi Kesehatan untuk Pasien
Dirumah
Pemberian edukasi kesehatan
sesuai dengan diagnosis
Informasi tentang clinical pathway
Pemberian leaflet edukasi
kesehatan
Pemberian informasi pada
pasien/PJ perawatan pasien
dirumah tentang aktivitas pasien
Pemberian edukasi tentang nutrisi
Pemberian edukasi tentang
perawatan di rumah
Pemberian edukasi tentang
pemberian obat-obatan
C. Persiapan pemulangan
Tempat perawatan selanjutnya
setelah pulang
Obat untuk dirumah
Alat bantu/ peralatan kesehatan
untuk di rumah
Rencana Kontrol
Format ringkasan pulang/resume
medis yang sudah terisi
Format ringkasan keperawatan
yang sudah terisi
Alat transportasi yang digunakan
untuk pulang: ambulans/ mobil
pribadi
Kelengkapan admnistrasi
f. Berikut adalah beberapa peralatan tambahan yang diperlukan pasien
sepulangnya dari rumah sakit (bila diperlukan):
1) Peralatan yang portabel dan sederhana: mudah digunakan,
instruksi penggunaan minimal. Contoh: tongkat, toilet duduk.
2) Peralatan yang membutuhkan pelatihan mengenai cara
menggunakannya. Contoh: tempat tidur khusus, pegangan
terfiksasi (grab rails), oksigen
3) Kursi roda (manual/ listrik)
g. Pilihan transportasi yang dapat digunakan adalah :
1) Ambulans
2) Mobil pribadi
3) Taksi
h. Identifikasi dan tatihlah professional kesehatan yang dapat merawat
pasien serta lakukan koordinasi dengan tim multi disiplin dalam
merancang Discharge planning pasien.
i. Yang dimaksud tim multi disiplin ini adalah para professional
kesehatan dan disiplin ilmu yang berbeda beda, seperti pekerjaan
sosial, perawat, terapis, dokter.
j. Lakukan diskusi dengan pasien dan keluarga mengenai alasan
pasien dirawat, tatalaksana, prognosis, dan rencana pemulangan
pasien
k. Tanyakan kepada pasien: “Anda ingin dirawat oleh siapa
sepulangnya dan rumah sakit?
l. Biasanya pasien akan rnemilih untuk dirawat oleh anggota
keluarganya.
m. Tanyakan kepada keluarganya mengenai kesediaan mereka untuk
merawat pasien. Berikanlah mereka waktu untuk memutuskan
n. Berikut adalah hal-hal yang harus diketahui oleh pemberi Iayanan
perawatan pasien sepulangnya dan rumah sakit/care (biasanya
keluarga):
1) Rencana pemulangan pasien secara tertulis dan lisan
2) Kondisi medis pasien
3) Hak carer untuk memperoleh asesmen
4) Penjelasan mengenai seperti apa terlibat dalam perawatan
pasien
5) Keuntungan yang didapat
6) Dampak finansial
7) Akses penerjemah untuk memungkinkan komunikasi dan
pemahaman yang efektif
8) Pemberitahuan mengenai kapan pasien akan dipulangkan
9) Pengaturan transportasi
10) Demonstrasikan cara menggunakan peralatan tertentu sebelum
pasien dipulangkan dan pastikan terdapat jadwal pengecekan
alat yang rutin.
11) Aturlah jadwal pertemuan berikutnya dengan pasien dan
pendamping/PJ Perawatan Pasien

Tabel Asesmen Dan Rencana Perawatan oleh Pendamping pasien/PJ


Perawatan Pasien

Kebutuhan pendampingan pasien/PJ Oleh siapa


Tindakan
Perawatan pasien dan kapan
Tugas asuhan keperawatan
Bagaimana mencari saran dan bantuan
Informasi mengenai perawatan
Informasi mengenai gangguan jiwa

Keterlibatan dalam perencaan perawatan


dan tatalaksana
Dukungan untuk pendampinh pasien/PJ
perawatan pasien
Hubungan dengan pasien
Keluarga dan teman
Uang
Kesehatan pendamping pasien
Risiko dan keamanan
Pilihan perawatan
Masalah lainnya
*Lampirkan satu Salinan da rekam medis pasien dan berikan Salinan lainnya kepada
pendamping pasien
o. Jika pasien menolak keterlibatan keluarga dalam diskusi, staf harus
memberitahukannya kepada keluarga dan menghargai keinginan
pasien.
p. Jika terdapat konflik antara keinginan pasien dan keluarganya dalam
merancang Discharge planning, staff harus melakukan peninjauan
ulang mengenai rencana perawatan dan mencari solusi realistis dan
masalah yang timbul salah satu cara adalah dengan konferensi
kasus yang melibatkan multidisipliner

Saat pasien akan dipulangkan dari rumah sakit:

a. Saat pasien tidak lagi memerlukan perawatan rumah sakit,


pasien sebaiknya dipulangkan dan memperoleh Discharge
planning yang sesuai
b. Yang berwenang memutuskan bahwa pasien boleh pulang atau
tidak adalah DPJP/konsultan penanggungjawab pasien (atau
oleh orang lain yang mendapat delegasi kewenangan dan
konsultan).
c. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya berperan aktif dalam
perencanaan dan pelaksanaan pemulangan pasien.
d. Lakukan penilaian pasien secara menyeluruh (holistik)
e. Nilailah kondisi fisik, mental, emosional, dan spiritual pasien
f. Pertimbangkan juga aspek sosial, budaya, etnis, dan pasien
g. Tentukan tempat perawatan selanjutnya (setelah pasien
dipulangkan dan rumah sakit) yang disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan pasien. Penentuan tempat ini dilakukan oleh
DPJP dan tim perawatan bersama dengan penagnggungjawab
pasien. Berikut adalah beberapa contoh tempat perawatan:
1) Perawatan di rumah dengan penggunaan peralatan
tambahan untuk menunjang perawatan pasien
2) Pemulangan pasien ke rumah tanpa perlu perawatan
khusus
3) Perawatan di rumah dengan didampingi oleh perawat/
pendamping pasien
4) Rumah sakit/fasilitas perawatan jangka panjang
5) Fasilitas keperawatan yang terlatih
6) Rumah perawatan umum, seperti panti jompo, dan
sebagainya.
h. Jika tempat perawatan selanjutnya tidak memadai (tidak dapat
memenuhi kebutuhan pasien), maka pasien tidak dapat
dipulangkan.
i. Tim Discharge planner (DPJP, PPJP, Karu, Tim PKRS) harus
berusaha untuk mencari tempat perawatan yang dapat
menunjang kebutuhan pasien
j. Pastikan terjadinya komunikasi efektif antara pelaksanaan
perawatan primer, sekunder, dan sosial untuk menjamin bahwa
setiap pasien menerima perawatan dan penanganan yang
sesuai dan adekuat.
k. Petugas rumah sakit sebaiknya melakukan komunikasi dengan
dokter keluarga pasien/tim layanan primer mengenai rencana
pemulangan pasien.
l. Identifikasi pasien-pasien yang memerlukan perawatan khusus/
ekstra seperti kebutuhan perawatan kebersihan diri, social, dan
sebagainya. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan
berikan dukungan tambahan.
m. Diskusikan kembali dengan pasien dan buatlah kesepakatan
mengenai rencana keperawatan
n. Finansial rencana keperawatan dan aturlah proses pemulangan
o. Pastikan bahwa pasieri dan keluarga/pendamping telah
memperoleh informasi yang adekuat.
p. Hak pasien sebelum dipulangkan :
1) Memperoleh informasi yang lengkap mengenai diagnosis,
asesmen medis, rencana perawatan, detail kontak yang
dapat dihubungi, dan informasi relevan lainnya mengeni
rencana perawatan dan tatalaksana selanjutnya.
2) Terlibat sepenuhnya dalam Discharge planning dirinya,
bersama dengan kerabat, pendamping atau teman pasien.
3) Rancangan rencana pemulangan dimulai sesegera
mungkin baik sebelum/saat pasien masuk rumah sakit
4) Memperoleh informasi lengkap mengenai layanan yang
relevan dengan perawatannya dan tersedia di
masyarakat.
5) Memperoleh informasi lengkap mengenai fasilitas
perawatan jangka panjang, termasuk dampak
finansialnya.
6) Diberikan nomor kontak yang dihubungi saat pasien
membutuhkan bantuan/saran mengenai pemulangannya.
7) Diberikan surat pemulangan yang resmi, dan berisi detail
layanan yang dapat diakses
8) Memperoleh informasi lengkap mengenai kriteria
dilakukannya perawatan yang berkesinambungan
9) Tim Discharge planner (DPJP, PPJP, Karu, Tim PKRS)
tersedia sebagai orang yang dapat dihubungi oleh pasien
dalam membantu memberikan saran
10) Memperoleh akses untuk memberikan complain mengenai
pengaturan Discharge planning pasien dan memperoleh
penjelasannya.
q. Pada pasien yang ingin pulang dengan sendirinya atau pulang
paksa (di mana bertentangan dengan saran dan kondisi
medisnya), dapat dikategorikan sebagai berikut :
1) Pasien memahami nisiko yang dapat timbul akibat pulang
paksa
2) Pasien tidak kompeten untuk memahami risiko yang
berhubungan dengan pulang paksa, dikanenakan kondisi
medisnya.
3) Pasien tidak kompeten untuk memahami risiko yang
berhubungan dengan pulang paksa, dikarenakan
gangguan jiwa.
r. Dokumentasikan rencana pemulangan pasien di rekam medis
dan berikan salinannya kepada pasien dan dokter keluarganya.
s. Ringkasan/resume Discharge planning pasien berisi :
1) Resume perawatan pasien selama di rumah sakit
2) Resume rencana penanganan/tatalaksana pasien
selanjutnya
3) Regimen pengobatan pasien
4) Detail mengenai pemeriksaan lebih lanjut yang diperlukan
dan terapi selanjutnya
5) Janji temu dengan professional kesehatan lainnya
6) Detail mengenai pengaturan layanan di komunitas/ publik
dan waktu pertemuan/muncul masalah-masalah medis
pada pasien.
t. Rencanakan dan aturlah pertemuan selanjutnya dengan
pasien.

Evaluasi : monitor dan evaluasi efikasi dan kelayakan rencana


perawatan pasien secara periodik, dengan cara:

a. Peninjauan ulang rekam medis/catatan pasien


b. Gunakan checklist untuk menilai perkembangan dan kemajuan
Discharge planning
c. Lakukan perencanaan ulang, jika diperlukan

Peninjauan Ulang Dan Audit

Peninjauan ulang dan audit dilakukan untuk mengevaluasi dan


memastikan bahwa panduan berjalan dengan lancar dan diterapkan
oleh seluruh professional kesehatan di rumah sakit.
BAB IV
DOKUMENTASI

Semua SDM (case manager) yang melakukan discharge planning/rencana


pemulangan mendokumentasikan pada rekam pada formulir yang tersedia di formulir
discharge planning RM 23 sejak diagnosis medis sampai maksimak 1x24 jam
sebelum pasien pulang.
BAB V

PENUTUP

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan transfer pasien sesuai
prosedur di Rumah Sakit Daerah Madani. Tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atas dasar referensi.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di
kesempatan berikutnya. Semoga panduan ini berguna bagi pokja Akses Pelayanan
dan kontinuitas Pelayanan Rumah Sakit Daerah Madani pada khususnya juga untuk
para pembaca pada Umumnya.

Direktur Rumah Sakit Daerah Madani


Provinsi Sulawesi Tengah

dr. Isharwati, M.Kes


Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
PANDUAN TRANSFER
PASIEN
BAB I
PENGERTIAN

Transfer antar Rumah Sakit adalah proses penerimaan atau perpindahan


pasien ke dan dari unit pelayanan intensif atau pelayanan khusus dalam kondisi
pasien stabil (transportable).
Transfer antar Rumah Sakit adalah proses penerimaan atau perpindahan
pasien ke Rumah Sakit lain sesuai kebutuhan pasien dikarenakan ketersediaan
sumber daya dan misi Rumah Sakit dalam kondisi pasien stabil (transportable).

Tujuan transfer pasien adalah:


1. Mendapatkan pengobatan dan perawatan lanjutan.
2. Mendapatkan pengobatan dan perawatan yang optimal sesuai kebutuhan
pasien.
Positive And Negative Symptoms Scale (PANSS EC) adalah suatu
instrumen yang digunakan untuk mengukur gejala positif dan negative pada
penderita skizofrenia. Instrument ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain,
metode operasionalnya lebih jelas, penilaian gejalanya lebih menyeluruh, penentuan
skornya lebih terstandanisasi serta sudah di validasi di Indonesia.

Pengukuran PANSS berdasarkan hasil wawancara klinis empat tahap,


ditambah informasi perilaku pasien yang didapatkan dan laporan keluarga atau
perawat. Skala terdiri dari tujuh angka untuk menilai 30 butir gejala dengan derajat
beratnya masing-masing skala penilaian diberikan definisi yang jelas dan terperinci.
Skala I = tidak ada gejala, skala 2=gejala minimal, skala 3= gejala ringan, skala 4=
gejala sedang,skala 5=gejala agak berat, skala 6=gejala berat, dan skala 7= gejala
sangat berat. Instrument PANSS dapat digunakan untuk mengukur respons tapi
yang diberikan terhadap pendenita skizofrenia yang ditandai dengan menurunnya
nilai total skor PANSS.

PANSS terdiri dari skala positif, skala negative, dan skala Psikpatologi umum.
1. Skala Positif
Waham, kekacauan proses pikir, perilaku halusinasi, ganduh gelisah, waham
kebesaran, kecurigaan atau kejaran dan permusuhan.
2. Skala Negativ
Afek tumpul, penarikan emosional, kemiskinan rapport, kesulitan dalam
pemikiran abstrak, kurangnya spontanitas dan arus percakapan, dan pemikiran
stereotipik.
3. Skala Psikopatologi Umum
Kekhawatiran somatic, ansietas, rasa bersalah, ketegangan, mannerism dan
sikap tubuh, depresi, reterdasi motonic, ketidakkooperatifan, isi pikiran yang
tidak biasa, disorientasi, perhatian buruk, kurangnya daya nilai dan tilikan,
gangguan dorongan kehendak, pengendalian impuls yang buruk, preokupasi
dan penghindaran social secara aktif.

Skala Positif (P) terdiri dari:


P1. Waham
Keyakinan yang tidak mempunyai dasar, tidak realistic dan aneh (idiosinkratik).
Dasar penilaian: isi pikir yang diekspresikan dalam wawancara dan
pengaruhnya terhadap realisasi social dan perilaku.

P2. Kekacauan proses pikir (Conceptual Disorganization)


Kekacauan proses pikir ditandai oleh putusnya tahapan penyampaian maksud,
misalnya sirkumstansial, asosiasi longgar, tidak berurutan, ketidaklogisan yang
parah, atau putusnya arus pikir.
Dasar penilaian: proses pikir kognitif verbal yang diamati selama wawancara.

P3. Perilaku Halusinasi


Laporan secara verbal atau perilaku yang menunjukkan persepsi yang tidak
dirangsang oleh stimuli luar. Dapat terjadi halusinasi pendengaran, penglihatan,
penciuman, atau somatic.
Dasar penilaian: laporan verbal dan manifestasi fisik selama wawancara dan
juga perilaku yang dilaporkan oleh perawat atau keluarga.

P4. Ganduh Gelisah (Exicitement)


Hiperaktifitas yang ditampilkan dalam bentuk percepatan perilaku motoric,
peningkatan respon terhadap stimuli, waspada berlebihan (hipervigilence) atau
labilitas alam perasaan (mood) yang berlebihan.

Dasar penilaian: manifestasi perilaku selama wawancara dan juga laporan


perawat atau keluarga tentang perilaku.
P5. Waham Kebesaran
Pendapat tentang diri sendiri yang berlebihan dan keyakinan tentang
superioritas yang tidak realistic, termasuk waham tentang kemampuan diri yang
luar biasa, kekayaan, pengetahuan, kemasyuran, kekuasaan dan kebajikan
moral.
Dasar penilaian: isi pikiran yang diekspresikan selama wawancara dan
pengaruhnya terhadap perilaku.

PG. Kecurigaan atau Kejaran


Ide-ide kejaran yang tidak realistic atau berIebihn, yang tercermin dalam sikap
berjaga-jaga, sikap tidak percaya, kewaspadaan yang berlebihan berdasarkan
kecunigaan atau waham jelas bahwa orang lain berniat mencelakakan.
Dasar penilaian: isi pikiran yang diekspresikan dalam wawancara dan
pengaruhnya terhadap perilaku.
P7. Permusuhan
Ekspresi verbal dan non verbal tentang kemarahan dan kebencian, termasuk
sarkasme, perilaku pasif agresif, caci maki dan penyerangan.
Dasar penilaian : perilaku interpersonal yang diamati selama wawancara dan
laporan dan perawat atau keluarga
Skala negative (N) terdiri dari:
N1. AfekTumpul
Berkurangnya respon emosional yang ditandai oleh berkurangnya ekspresi
wajah, gelombang (modulation) perasaan dan gerak-gerik komunikatif.
Dasar penilaian : observasi manifestasi fisik, suasana afek dan respon
emosional
N2. Penarikan Emosional (Emotional withdrawal)
Berkurangnya minat dan keterlibatan serta curahan perasaan terhadap
peristiwa kehidupan.
Dasar penilaian : laporan-laporan tentang fungsi dari perawat atau keluarga dan
observasi perilaku interpersonal selama wawancara.
N3. Kemiskinan rapport
percakapan dan rasa keakraban, minat atau keterlibatan dengan pewawancara
ini ditandai oleh adanya jarak interpersonal dan berkurangnya komunikasi
verbal dan non verbal.
Dasar penilaian : perilaku interpersonal selama wawancara.
N4. Penarikan diri dan hubungan sosial secara pasif atau apatis
Berkurangnya minat dan inisiatif dalam interaksi social, yang disebabkan oleh
pasivitas, apatis, anergi atau tidak ada dorongan kehendak. Hal ini mengarah
pada berkurangnya keterlibatan interpersonal dan mengabaikan aktifitas
kehidupan sehari-hari.

Dasar penilaian : laporan social penderita dan perawat atau keluarga.

N5. Kesulitan dalam pemikiran abstrak


Hendaya dalam penggunaan cara berfikir abstrak atau simbolik, yang
dibuktikan dalam kesulitan mengklasifikasikan, membentuk generalisasi dan
berfikir secara konkrit atau egosentrik dalam memecahkan masalah.

Dasar penilaian : respon terhadap pertanyaan mengenai interprestasi


persamaan dan peribahasa, dan menggunakan cara berfikir konkrit dengan
abstrak selama wawancara.

N6. Kurangnya Spontanitas dan Arus Percakapan


Berkurangnya arus normal percakapan yang disertai dengan apatis, avolisi
(tidak ada dorongan kehendak), defensive atau deficit kognitif. mi
dimanifestasikan oleh berkurangnya kelancaran dan produktivitas dalam proses
interaksi verbal.

Dasar penilaian : proses kognitif verbal yang dapat diobservasi selama


wawancara.
N7. Pemikiran Stereotipik
Berkurangnya kelancaran, spontanitas dan fleksibilitas proses pikir yang
terbukti dan kekakuan, pengulangan atau isi pikir yang miskin.

Dasar penilaian : proses kognitif verbal yang diobservasi selama wawancara.

Skala Psikopatologi Umum (G) terdiri dari :

GI. Kekhawatiran Somatik

Keluhan-keluhan fisik atau keyakinan tentang penyakit atau malfungsi tubuh. ini
mungkin berkisar dan rasa yang samar tentang perasaan tidak sehat sampai
pada waham yang jelas tentang penyakit fisik yang parah.
Dasar penilaian : isi pikiran yang diekspresikan dalam wawancara.
G2. Anxietas
Pengalaman subyektifitas tentang kegelisahan, kekhawatiran, ketakutan
(apprehension), atau ketidaktenangan yang berkisar dan kekhawatiran yang
berlebihan tentang masa kini atau masa depan sampai perasaan panik.

Dasar penilaian : laporan lisan selama wawancara dan manifestasi fisik yang
terkait.

G3. Rasa Bersalah


Rasa penyesalan yang mendalam atau menyalahkan diri sendiri terhadap
perbuatan salah satu atau bayangan kelakuan buruk pada masa lampau.

Dasar penilaian : laporan lisan mengenai perasaan bersalah selama


wawancara dan pengaruhnya terhadap sikap dan pikiran.

G4. Ketegangan
Manifestasi fisik yang jelas tentang ketakutan, ansietas, dan agitasi, seperti
kekakuan, tremor, keringat berlebihan, dan ketidaktenangan.

Dasar penilaian : laporan lisan membuktikan adanya anxietas dan karenanya


derajat keparahan menifestasi fisik ketegangan dapat dilihat secara
wawancara.

G5. Mannerisme dan Sikap Tubuh


Gerakan atau sikap yang tidak wajar seperti yang ditandai oleh kejanggalan,
kaku, disorganisasi atau penampilan yang bizar.

Dasar penilaian : observasi tentang manifestasi fisik selama wawancara dan


juga laporan dan perawat atau keluarga.

G6. Depresi
Perasaa sedih, putus asa, rasa tidak berdaya, dan pesimisme.

Dasar penilaian : laporan lisan tentang alam perasaan depresi selama


wawancara dan yang teramati pengaruhnya terhadap sikap dan perilaku.

G7. Retardasi Motorik


Penurunan aktivitas seperti tampak dalam perlambatan atau kurangnya
gerakan dan pembicaraan, penurunan respons terhadap stimuli dan
pengurangan tonus tubuh.
Dasar penilaian : manifestasi selama wawancara dan juga laporan oleh perawat
atau keluarga.

G8. Ketidakkooperatifan
Aktivitas menolak untuk patuh terhadap keinginan tokoh bermakna termasuk
pewawancara, staf rumah sakit, atau keluarga, yang mungkin disertai dengan
rasa tidak percaya, defensive, keras kepala, negativistic, penolakan terhadap
otoritas, hostilitas, atau suka membangkang.

Dasar penilaian : perilaku interpersonal yang diobservasi selama wawancara,


dan juga dilaporkan oleh perawat atau keluarga.

G9. Isi Pikiran Yang Tidak Biasa


Proses pikir ditandai oleh ide-ide yang asing, fantastic atau bizar berkisar dari
yang ringan atau atipikal sampai distorsi tidak logis dan sangat tidak masuk
akal.

Dasar penilaian : isi pikiran yang diekspresikan selama wawancara.

G10. Disorientasi
Kurang menyadari (awareness) hubungan seseorang dengan lingkungan,
termasuk orang, tempat, dan waktu, yang mungkin disebabkan oleh kekacauan
atau penarikan diri.

Dasar penilaian : respons terhadap pertanyaan tentang orientasi.

G11. Perhatian Buruk


Gagal dalam memusatkan perhatian yang ditandai oleh konsentrasi yang buruk,
perhatian mudah teralih oleh stimuli eksternal dan internal dan kesulitan dalam
mengendalikan (harnessing), mempertahankan, atau mengalihkan (shifting)
focus pada stimulasi baru.

Dasar penilaian : manifestasi-manifestasi selama wawancara.

G12. Kurangnya Daya Nilai dan Tilikan


Hendaya kesadaran (awareness) atau pemahaman atas kondisi psikiatrik dan
situasi kehidupan dirinya. Dibuktikan oleh kegagalan untuk mengenali penyakit
atau gejala-gejala psikiatrik yang lalu atau sekarang, menolak perlunya
perawatan atau pengobatan psikiatrik, keputusan ditandai oleh buruknya
antisipasi terhadap konsekuensi, serta rencana jangka pendek dan jangka
panjang yang tidak realistic.
Dasar Penilaian : isi pikiran yang diekspresikan selama wawancara.

G13. Gangguan Dorongan Kehendak


Gangguan dalam dorongan kehendak, makan dan minum, dan pengendalian
pikiran, perilaku, gerakan-gerakan, serta pembicaraan.

Dasar penilaian : isi pikiran dan perilaku yang dimanifestasikan selama


wawancara.

G14. Pengendalian Impuls yang Buruk


Gangguan pengaturan dan pengandalian impuls yang mengakibatkan
pelepasan ketegangan dan emosi yang tiba-tiba, tidak teratur, sewenang-
wenang atau tidak terarah tanpa merisaukan konsekuensinya.

Dasar penilaian : perilaku selama wawancara dan yang dilaporkan oleh perawat
atau keluarganya.

G15. Preokupasi
Terpaku pada pikiran dan perasaan yang timbul dan dalam diri dan disertai
pengalaman autistic sedemikian rupa sehingga terjadi gangguan orientasi
realita dan perilaku adaptif.
Dasar penilaian : perilaku interpersonal yang tampak selama wawancara.
BAB II
RUANG LINGKUP

a. Pasien rawat inap setelah dilakukan skrining dan triage dan setelah kondisinya
distabilkan bisa dilakukan proses transfer
b. Proses transfer bisa terjadi intra rumah sakit dan antar rumah sakit
c. Proses transfer intra rumah sakit:
1. Dari Instalasi Gawat Darurat atau klinik jiwa ke unit pelayanan intensif
psikiatri
2. Dari Instalasi Gawat Darurat atau klinik jiwa ke unit perawatan
maintenance
3. Dari Instalasi Gawat Darurat atau kilnik umum ke intensif care unit atau
ruang perawatan
4. Dari unit pelayanan ruang akut ke unit perawatan tenang
5. Dari unit perawatan maintance ke unit pelayanan ruang akut
6. Dari intensif care unit ke unit perawatan
7. Dari unit perawatan ke intensif care unit atau unit perawatan
8. Dari unit pelayarian intensif atau unit perawatan tenang Rumah Sakit lain
untuk memenuhi kebutuhan atas kondisi pasien yang tidak tersedia di
Rumah Sakit Daerah Madani sehubungan dengan misi dan sumber daya
Rumah Sakit
d. Selama proses transfer, kondisi pasien harus selalu dipantau
e. Proses rujukan didokumentasikan didalam rekam medis pasien
f. Proses transfer antar rumah sakit menyertakan juga resume medis pasien
1. Informasi klinis pasien atau resume klinis pasien dikirim ke rumah sakit
bersama pasien
2. Resume klinis termasuk kondisi pasien
3. Resume klinis termasuk prosedur dan tindakan-tindakan lain yang telah
dilakukan
4. Resume klinis termasuk kebutuhan pasien akan pelayanan lebih lanjut
BAB Ill
TATA LAKSANA

1. Sebelum di transfer di pastikan kondisi pasien stabil/ transportable (airway,


brathing, circulation)
2. Motifasi dan informasi pada keluarga oleh DPJP tentang kondisi pasien.
3. Melakukan pemeriksaan penunjang yang di butuhkan.
4. Melakukan pengawasan keadaan umum pasien dan vital sign selama
transportasi.
5. Memastikan dengan jelas tentang tempat (ruangan)/ Rumah Sakit yang di tuju
dalam keadaan siap.
6. Menyertakan kelengkapan status, pemeriksaan penunjang yang telah di
lakukan.
7. Melakukan serah terima pasien dengan petugas dan mendokumentasikan
dengan jelas.

A. Kasus Jiwa
Untuk kasus jiwa menggunakan instrumen PANSS EC untuk menilai unit
pelayanan mana yang sesuai dengan kondisi pasien

Pedoman Definisi PANSS - EC (Positive And Negative Symptoms Scale)

P4. GADUH GELISAH

Hiperaktifitas yang ditampilkan dalam bentuk percepatan perilaku motorik,


peningkatan espons terhadap stimuli, waspada berlebihan (hypervigilance) atau
labilitas alam perasaan (mood) yang berlebihan.

Dasar penilaian: Manifestasi perilaku selama wawancara dan juga laporan


perawat atau keluarga tentang perilaku.

1 Tidak ada Definisi tidak terpenuhi


2 Minimal patologis diragukan, mungkin suatu ujung ekstrim dan
batasan normal
3 Ringan Cenderung sedikit agitatif, waspada berlebihan, atau
sedikit mudah terangsang selama wawancara, tetapi
tanpa episode yang jelas dan gaduh gelisah atau
labilitas alam perasaan yang mencolok. Pembicaraan
mungkin sedikit mendesak.

4 Sedang Agitasi atau mudah terangsang yang jelas terbukti


selarna wawancara, mempengaruhi pembicaraan dan
mobilisasi umum atau ledakan-ledakan episodik yang
terjadi secara sporadic
5 Agak berat Tampak hiperaktifitas yang bermakna atau sering terjadi
ledakan-ledakan atau aktivitas motorik, menyebabkan
kesulitan bagi pasien tetap duduk untuk waktu yang
lebih lama dan beberapa menit dalam setiap
kesempatan
6 Berat Gaduh gelisah yang mencolok mendominasi
wawancara, membatasi perhatian, demikian rupa
sehingga mempengaruhi fungsi sehari-hari seperti
makan dan tidur
7 Sangat berat Gaduh gelisah yang mencolok, secara serius
mempengaruhi kegiatan makan dan tidur, serta jelas
tidak memungkinkan interaksi interpersonal. Percepatan
pembicaraan dan aktivitas motorik dapat menimbulkan
inkoherensi dan kelelahan

P7. PERMUSUHAN
Ekspresi verbal dan nonverbal tentang kemarahan dan kebencian, termasuk
sarkasme, perilaku pasif agresif, cad maki dan penyerangan.

Dasar Penilaian: Perilaku interpersonal yang diamati selama wawancara dan


laporan oleh perawat atau keluarga.

1 Tidak ada definisi tidak terpenuhi


2 Minimal patologis diragukan, mungkin suatu ujung ekstrim dan
batasan normal
3 Ringan Melampiaskan kemarahan secara tidak langsung atau
ditahan, seperti sarkasme, sikap tidak sopan, ekspresi
bermusuhan dan kadang-kadang iritabilitas
4 Sedang Adanya sikap bermusuhan yang nyata, sering
memperlihatkan initabilitas dan ekspresi kemarahan
atau kebencian langsung.
5 Agak berat Pasien sangat mudah marah dan kadang-kadang
memaki dengan kata-kata kasar atau mengancam

6 Berat Tidak kooperatif dan mencaci maki dengan kasar atau


mengancam khususnya mempengaruhi wawancara, dan
berdampak serius terhadap relasi sosial. Pasien dapat
beringas dan merusak tetapi tidak menyerang orang lain
secara fisik.
7 Sangat berat Kemarahan yang hebat berakibat sangat tidak
kooperatif, menghalangi interaksi, atau secara episodik
melakukan penyerangan fisik terhadap orang lain.

G4. KETEGANGAN
Manifestasi fisik yang jelas tentang ketakutan, anxietas, dan agitasi, seperti
kekakuan, tremor, keringat berlebihan, dan ketidaktenangan.

Dasar Penilaian : Laporan lisan membuktikan adanya anxietas dan karenanya


derajat keparahan manifestasi fisik ketegangan dapat dilihat selama
wawancara.

1 Tidak ada definisi tidak terpenuhi


2 Minimal patologis diragukan, mungkin suatu ujung ekstrim dan
batasan normal
3 Ringan Postur dan gerakan-gerakan menunjukkan kekawatiran
ringan seperti rigiditas yang ringan, ketidaktenangan
yang sekali-kali, perubahan posisi, atau tremor tangan
yang halus dan cepat.
4 Sedang Suatu penampilan yang nyata-nyata gelisah yang
terbukti dan adanya berbagai manifestasi seperti
perilaku tidak tenang, tremor tangan yang nyata,
keringat berlebihan, atau manerisme karena gugup
5 Agak berat Ketegangan yang berat yang dibuktikan oleh berbagai
manifestasi seperti gemetar karena gugup, keringat
sangat berlebihan dan ketidaktenangan, tetapi perilaku
selama wawancara tidak terpengaruh secara bermakna.
6 Berat Tidak kooperatif dan mencaci maki dengan kasar atau
mengancam khususnya mempengaruhi wawancara, dan
berdampak serius terhadap relasi sosial. Pasien dapat
beringas dan merusak tetapi tidak menyerang orang lain
secara fisik.
7 Sangat berat Kemarahan yang hebat berakibat sangat tidak
kooperatif, menghalangi interaksi, atau secara episodik
melakukan penyerangan fisilk terhadap orang lain.

G8. KETIDAKKOOPERATIFAN
Aktif menolak untuk patuh terhadap keinginan tokoh bermakna termaksud
pewawancara, staf rumah sakit, atau keluarga, yang mungkin disertai dengan
rasa tidak percaya, defensif, keras kepala, negativistik, penolakan terhadap
otoritas, hostilitas, atau suka membangkang.
Dasar Penilaian : Perilaku interpersonal yang diobservasi selama wawancara,
dan juga dilaporkan oleh keluarga atau perawat.

1 Tidak ada definisi tidak terpenuhi


2 Minimal patologis diragukan, mungkin suatu ujung ekstrim dan
batasan normal
3 Ringan Patuh tetapi disertai sikap marah, tidak sabar, atau
sarkasme. Mungkin ada penolakan yang tidak
mengganggu terhadap penyelidikan yang sensitif
selama wawancara.
4 Sedang Kadang-kadang terdapat penolakan langsung untuk
patuh terhadap tuntutan-tuntutan sosial yang normal
seperti merapikan tempat tidur, mengikuti acara yang
telah dijadwalkan. Pasien mungkin memproyeksikan
hostilitas, defensif, atau bersikap negatif, tetapi biasanya
masih dapat diatasi.

5 Agak berat Pasien seringkali tidak patuh terhadap tuntutan


lingkungannya dan mungkin dijuluki sebagai ‘orang
buangan’ atau ‘orang yang mempunyai problem sikap
yang serius’. Ketidakkooperatifan tercermin dalam
benar-benar defensif, atau iritabilitas terhadap
pewawancara dan mungkin tidak bersedia menghadapi
banyak pertanyaan.
6 Berat Pasien sangat tidak kooperatif, negativistik, dan
mungkin juga suka membangkang. Menolak untuk patuh
terhadap sebagian besar tuntutan sosial dan mungkin
tidak mau memulai atau mengikuti wawancara
sepenuhnya.
7 Sangat berat Resistensi aktif yang jelas berdampak serius terhadap
seluruh bidang fungsi utama. Pasien mungkin menolak
untuk ikut dalam aktivitas sosial apapun, mengurus
kebersihan diri, bercakap-cakap dengan keluarga atau
staf, dan bahkan untuk berpartisipasi dalam wawancara
singkat sekali pun.

G14. PENGENDALIAN IMPULS YANG BURUK


Gangguan pengaturan dan pengendalian impuls yang mengakibatkan
pelepasan ketegangan dan emosi yang tiba-tiba, tidak teratur, sewenang-
wenang, atau tidak terarah tanpa merisaukan konsekuensinya.

Dasar Penilaian : Perilaku selama wawancara dan yang dilaporkan oleh


perawat dan keluarganya.

1 Tidak ada definisi tidak terpenuhi


2 Minimal patologis diragukan, mungkin suatu ujung ekstrim dan
batasan normal
3 Ringan Pasien cenderung mudah marah dan frustasi bila
menghadapi stress atau pemuasannya ditolak tetapi
jarang bertindak impulsive
4 Sedang Dengan provokasi yang minimal pasien menjadi marah
dan mencaci maki. Mungkin sekali-kali mengancam,
merusak atau terdapat satu atau dua episode yang
melibatkan konfrontasi fisik atau perselisihan ringan
5 Agak berat Pasien memperlihatkan episode impulsif yang berulang-
ulang, termasuk mencaci maki, pengrusakan harta
benda atau ancaman fisik. Mungkin ada satu atau dua
episode yang melibatkan serangan serius, sehingga
pasien perlu dilsolasi, difiksasi dan bila perlu diberi
sedasi
6 Berat Pasien sering agresif secara impulsif, mengancam,
menuntut dan merusak, tanpa pertimbangan yang nyata
tentang konsekuensinya. Menunjukkan perilaku
menyerang dan mungkin juga serangan seksual, dan
kemungkinan berperilaku yang merupakan respon
terhadap perintah-perintah yang bersifat halusinasi.
7 Sangat berat Pasien memperlihatkan serangan yang dapat
membunuh orang, penyerangan seksual, kebrutalan
yang berulang, atau perilaku merusak diri sendiri.
Membutuhkan pengawasan langsung yang
terus menerus atau fiksasi karena ketidakmampuan
mengendalikan impuls yang berbahaya.

Instrument penilaian PANSS EC

PENILAIAN PANSS

NAMA : NO CM :
RUANG KELAS : UMUR :
Hr Hr Hr Hr Hr Hr Hr
No Penilaian Ket
1 2 3 4 5 6 7
1 P4
GADUHGELISA Nilai
H
2 P7
PERMUSUHAN Nilai
3 G4 Nilai
KETEGANGAN

4 G5
KETIDAK- Nilai
KOOPERATIFAN
5 G14
PENGENDALIAN
Nilai
IMPULS YANG
BURUK
Jumlah
Paraf Dokter Penilai

Hasil penilalan PANSS EC menjadi panduan dalam transfer pasien sesuai


kondisi:
1. Indikasi masuk Unit Intensif bila Nilal PANSS EC > 20
2. Indikasi masuk Unit Perawatan tenang bila nilai PANSS EC <20
3. Indikasi masuk Unit Rehabilitasi bila nilai PANSS

B. KASUS NON JIWA


Kriteria Rawat inap
1. STROKE
- Semua pasien dengan kecurigaan stroke harus segera dirawat di
rumah sakit. Fase akut stroke infark berlangsung selama 7 hari
setelah awitan (serangan pertama). Seringkali komplikasi stroke
yang fatal terjadi pada saat tersebut, sehingga semua pasien stroke
pada fase akut harus segera dirawat di ruang perawatan saraf.
- Apabila setelah melewati fase akut ternyata pasien masih
memerlukan perawatan lebih lanjut sehubungan dengan kondisi
yang belum stabil (tensi, gula darah dan kondisi medis lainnya) maka
pasien bisa dipindahkan ke bangsal perawatan biasa.
2. CEDERA KEPALA
Penderita dengan cedera kepala memerlukan observasi rawat inap di
rumah sakit apabila:
- Tak ada fasilitas CT scanner.
- CT kepala abnormal.
- Riwayat hilang kesadaran (pingsan).
- Adanya keluhan nyeri kepala sedang-berat, pusing.
- Pendamping di rumah meragukan.
- Tak mampu cepat kembali ke RS.
- Di dapatkan gejala amnesia.
Penderita cedera kepala dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai
fasilitas lebih memadai apabila didapatkan tanda atau gejala :
- Luka tembus di kepala
- Fraktur tengkorak
- LCS bocor: rhinorhrea/otorhea
- Cedera berat di tempat lain.
- lntoksikasi alkohol/obat berat.

3. STATUS EPILEPTIKUS
Merupakan keadaan gawat darurat dengan manifestasi berupa kejang
yang berlangsung lebih dari 30 menit atau terjadi kejang dengan disertai
gangguan fungsi vital, atau kejang berulang dimana di antara kejang
penderita tidak sadar, sehingga memerlukan penanganan yang cepat dan
tepat di rumah sakit (rawat inap).
4. ASCENDING PARALYSIS (AP)
Merupakan kegawatdaruratan yang menyerang sistem saraf tepi yang
secara klinis ditandai dengan perburukan kelainan motorik, sensibilitas
(parestesi, nyeri, kram pada otot), arefleksia/hiporefleksia, bisa disertai
gejala disotonomia yang dimulai dari arah distal ke arah proksimal. Gejala
klinis terjadi pada awal minggu pertama sampai minggu ketiga.
Komplikasi berupa kegagalan pernafasan akibat paralisis otot-otot
diafragma dapat terjadi, sehingga pasien dengan kecurigaan AP perlu
segera mendapat perawatan di rumah sakit (rawat inap) untuk
mendapatkan terapi yang optimal.
C. KRITERIA / LEVEL TRANSFER

KRITERIA TRANSFER INTRA RS

PETUGAS
KETERAMPILAN YANG PERALATAN
PASIEN PENDAMPING
DIBUTUHKAN UTAMA
(MINIMAL)
DERAJAT 0 TPK/Petugas Bantuan hidup dasar
Keamanan
DERAJAT 0,5 TPK/Petugas Bantuan hidup dasar
(ORANG Keamanan
TUA/DELIRIUM)
DERAJAT Perawat/Petugas Bantuan hidup dasar, Oksigen,
1 yang Pelatihan tabung gas, suction, tiang
berpengalaman pemberian obat-obatan, kenal infuse
(sesuai dengan akan tanda deteriorasi, portabel,
kebutuhan keterampilan trakeostomi dan pompa infuse
pasien) suction dengan
Baterai,
DERAJAT Perawat dan Semua ketrampilan di atas, Semua
2 Petugas ditambah:Dua tahun peralatan di
keamanan/TPK pengalaman dalam perawatan atas,
, intensif (oksigenasi, sungkup ditambah:
pernapasan, defibrillator, Monitor EKG
monitor) dan tekanan
darah dan
Defibrillator

DERAJAT Dokter, perawat, Standar kompetensi dokter Monitor ICU


3 dan TPK / harus di atas standar minimal: portabel yang
Petugas Dokter : Lengkap,
keamanan  Minimal 6 bulan ventilator dan
pengalaman mengenai peralatan
perawatan pasien iritensif transfer yang
dan bekerja di ICU memenuhi
 Keterampilan bantuan hidup standar
dasar dan lanjut minimal
 Keterampilan menangani
permasalahan jalan napas
dan pernapasan, minimal
level ST 3 atau sederajat.
 Harus mengikuti pelatihan
untuk transfer pasien
dengan sakit berat/kritis

KRITERIA TRANSFER ANTAR RS

PETUGAS
KETERAMPILAN YANG PERALATAN
PASIEN PENDAMPING
DIBUTUHKAN UTAMA
(MINIMAL)
DERAJAT 0 Petugas Bantuan hidup dasar Kendaraan
ambulans High
Dependency
Service
(HDS)/Ambulan
DERAJAT 0,5 Petugas Bantuan hidup dasar Kendaraan
(ORANG ambulans dan HDS / Ambulan
TUA/DELIRIUM) perawat
DERAJAT Petugas Bantuan hidup besar, Kendaraan
1 ambulans dan pemberian oksigen, HDS/ambulan,
perawat pemberian obat-obatan, kenal oksigen,
akan tanda deteriorasi, suction, tiang
keterampilan perawatan, infus portable,
trakeostomi dansuction infus pump
dengan baterai,
oksimetri
DERAJAT Dokter, perawat Semua keterampilan diatas, Ambulans,
2 dan petugas ditambah : penggunaan alat semua
ambulans pernapasan, bantuan hidup peralatan di
lanjut, penggunaan kantong atas,
pernapasan (bag-valve mask), ditambah :
penggunaan defibrillator, monitor EKG
penggunaan monitor intensif dan tekanan
darah dan
defibrillator
bila
diperlukan
DERAJAT Dokter, perawat, Dokter : Ambulans
3 dan petugas  Minilai 6 bulan pengalaman lengkap/AGD
ambulan mengenai perawatan pasien 118, monitor
intensif dan Bekerja di ICU ICU portable
 Keterampilan bantuan hidup yang lengkap
dasar dan lanjut ventilator dan
 Keterampilan menangani peralatan
permasalahan jalan napas transfer yang
dan pernapasan, minimal memenuhi
level ST 3 atau sederajat. standar
 Harus mengikuti pelatihan minimal
untuk transfer pasien
dengan sakit berat/kritis
Perawat:
 Minimal 2 tahun bekerja di
ICU
 keterampilan bantuan hidup
dasar dan lanjut
 Harus mengikuti pelatihan
untuk transfer pasien
dengan sakit berat/kritis
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi yang dijadikan bukti telah dilakukan transfer adalah :


1. Formulir No RM 25 tentang Resume Medis
2. Formulis No RM 24 tentang Formulir Tranfer Intra Rumah Sakit
3. Formulir No RM 50 tentang Formulir Transfer Antar Rumah Sakit
4. Formulir No RM 14 tentang Formulir Catatan Perkembangan Pasien
Terintregasi RI
5. Formulir No RM 14 tentang Formulir Catatan Perkembangan Pasien
Terintregasi RJ
BAB V
PENUTUP

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan transfer pasien sesuai
prosedur di Rumah Sakit Daerah Madani. Tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atas dasar referensi.

Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di
kesempatan berikutnya. Semoga panduan ini berguna bagi pokja Akses Pelayanan
dan kontinuitas Pelayanan Rumah Sakit Daerah Madani pada khususnya juga untuk
para pembaca pada Umumnya.

Direktur Rumah Sakit Daerah Madani


Provinsi Sulawesi Tengah

dr. Isharwati, M.Kes


Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
PANDUAN PELAYANAN
AMBULANS
BAB I
PENGERTIAN

A. Definisi
Pelayanan ambulans adalah suatu prosedur pemindahan pasien dengan
menggunakan kendaraan pelayanan medis yang memiliki fasilitas yang lengkap
dan didampingi oleh perawat atau dokter yang mampu menangani keadaan
gawat darurat untuk tujuan pemeriksaan penunjang, tindakan medis dan alih
rawat ke rumah sakit lain
Ambulan sebagai sarana transportasi di sebuah rumah sakit sangatlah
penting baik itu rumah sakit berskala besar ataupun rumah sakit kecil.
Rumah Sakit Daerah Madani sebagai salah satu pemberi jasa pelayanan
kesehatan pada masyarakat di wilayah Palu dan sekitarnya juga memiliki
ambulans yang digunakan sebagai sarana transportasi pasien dan dan ke luar
Rumah Sakit Daerah Madani.
Fungsi ambulan sebagai sarana transportasi pasien di rumah sakit harus
dapat menjamin keselamatan dan kenyamanan pasien sambil ketempat yang
dituju. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas ambulan harus dilengkapi
dengan fasilitas yang sesual dengan ketentuan yang berlaku.

B. Tujuan
1. Memindahkan pasien gawat darurat dengan aman tanpa memberatkan
keadaan pasien ke sarana kesehatan yang memadahi
2. Sebagai alat trasnportasi bagi pasien yang memerlukan tindakan medis
atau pemeriksaan penunjang ke rumah sakit lain
3. Memberikan pelayanan bagi masyarakat umum di area lingkungan
4. palu dan sekitarnya yang memerlukan pelayanan medis di Rumah Sakit
Daerah Madani
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Ruang Lingkup
1. Pasien rawat inap yang memerlukan transportasi ke luar Rumah Sakit
Daerah Madani dengan tujuan untuk pemeriksaan penunjang, tindakan
medis atau rujukan untuk alih rawat.
2. Masyarakat umum yang anggota keluarganya memerlukan pelayanan
ambulan untuk tindakan medis di Rumah Sakit Daerah Madani.
3. Institusi masyarakat yang memerlukan pelayanan ambulans untuk
kegiatan sosial, olah raga atau kegiatan lain.
B. Pengorganisasian
1. Pelayanan ambulan Rumah Sakit Daerah Madani secara operasional
menjadi tanggung jawab Instalasi Gawat Darurat.
2. Pelayanan ambulans Rumah Sakit Daerah Madani secara teknis menjadi
tanggung jawab Kepala Instalasi Pemsar, Ambulans dan Pemulasaran
Jenazah.
C. Jenis Ambulanc
1. Ambulan Transportasi
Tujuan penggunaan :
Pengangkutan pasien yang tidak memerlukan khusus/tindakan darurat
untuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak akan timbul
kegawatan selama dalam perjalanan.
Persyaratan kendaraan:
a. Teknis
1) Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspense lunak
2) Ruangan pasien mudah dicapai dan tempat pengemudi
3) Tempat duduk pagi petugas di ruang pasien
4) Dilengkapi sabuk pengaman
5) Ruangan pasien cukup luas untuk sekurang-kurangnya 2
stretcher
6) Gantungan infus terletak sekurang-kurangnya 90 cm di atas
tempat pasien
7) Stop kontak khusus untuk 12 volt DC di ruang pasien
8) Lampu ruangan secukupnya
9) Lemari obat dan peralatan
10) Air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah
11) Sirine satu nada
12) Lampu rotator warna merah
13) Persyaratan lain sesuai peraturan perundangan yang berlaku
14) Tanda pengenal ambulan transportasi dan bahan yang
memantulkan sinar
15) Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia
b. Medis
1) Tabung oksigen dengan peralatannya
2) Peralatan medis P3K
3) Obat-obatan sederhana, cairan infus secukupnya
c. Petugas
1) Satu sopir dengan kemampuan P3K dan komunikasi
2) Satu perawat dengan kemampuan PPGD
d. Tata tertib
1) Sewaktu menuju tempat pasien boleh menggunakan sirine dan
lampu rotator
2) Selama mengangkut pasien hanya boleh menggunakan lampu
rotator. Semua peraturan lalu lintas harus ditaati
3) Kecepatan kendaraan setinggi 40 km di jalan biasa dan 80 km
di jalan bebas hambatan
2. Ambulans Gawat Darurat
Tujuan penggunaan :
Pengangkutan pasien gawat darurat yang sudah distabilkan ke tempat
tindakan definitif/ distabilkan rumah sakit
Persyaratan kendaraan:
a. Teknis
1) Kendaraan roda empat atau Iebih dengan suspense lunak
2) Ruangan pasien mudah dicapai dan tempat pengemudi
3) Tempat duduk pagi petugas di ruang pasien
4) Dilengkapi sabuk pengaman
5) Ruangan pasien cukup luas untuk sekurang-kurangnya 2
stretcher
6) Gantungan infus tenletak sekurang-kurangnya 90 cm di atas
tempat pasien
7) Stop kontak khusus untuk 12 volt DC di ruang pasien
8) Lampu ruangan secukupnya
9) Lemari obat dan peralatan
10) Air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah
11) Sirine dua nada
12) Lampu rotator warna merah dan biru
13) Radio komunikasi
14) Persyaratan lain sesuai peraturan perundangan yang berlaku
15) Tanda pengenal ambulan transportasi dan bahan yang
memantulkan sinar
16) Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia
17) Perelatan resque
b. Medis
1) Tabung oksigen dengan peralatannya untuk 2 orang
2) Peralatan medis P3K
3) Peralatan resusitasi lengkap bagi orang dewasa dan anak/bayi
4) Suction pump manual dan listrik 12 volt DC
5) Peralatan EKG dan monitoring Iainnya
6) Minor sugery set
7) Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya
c. Petugas
1) Satu sopir, dengan kemampuan mengemudi dan komunikasi
2) Satu perawat gawat darurat
3) Satu dokter gawat darurat (tergantung keadaan)
d. Tata tertib
1) Sewaktu menuju tempat pasien boleh menggunakan sirine dan
lampu rotator
2) Selama mengangkut pasien hanya boleh menggunakan lampu
rotator. Semua peraturan lalu lintas harus ditaati
3) Kecepatan kendaraan setinggi 40 km di jalan biasa dan 80 km
di jalan bebas hambatan
BAB III
TATA LAKSANA

A. Tatalaksana Penggunaan Ambulans Pasien Rawat Inap


1. Perawat rawat inap menginformasikan pemakaian ambulans sesuai
dengan waktu, tujuan dan kondisi pasien yang akan di bawa ke Instalasi
Gawat Darurat
2. Perawat Instalasi Gawat Darurat menuliskan informasi tersebut pada
formulir permintaan ambulan Rumah Sakit Daerah Madani
3. Perawat Instalasi Gawat Darurat menghubungi bagian rumah tangga
untuk menginformasikan waktu dan tujuan transportasi pasien
4. Perawat Instalasi Gawat Darurat menyiapkan fasilitas ambulan sesuai
dengan kondisi pasien yang akan di bawa
B. Tatalaksana Penggunaan Ambulans Bagi Pasien di Luar Rumah Sakit
Daerah Madani
1. Petugas Instalasi Gawat Darurat menerima permintaan ambulans dari
keluarga pasien
2. Perawat menanyakan kondisi dan kebutuhan pasien pada keluarga
3. Perawat mengiriformasikan kepada dokter jaga tentang kondisi pasien
4. Perawat menginformasikan rencana penggunaan ambulans pada bagian
Kepala Instalasi Pemsar, Ambulans dan Pemulasaran Jenazah, Perawat
menyiapkan fasilitas ambulans/ sesuai dengan kondisi pasien yang akan
dijemput
C. Persyaratan Transportasi Pasien Dengan Ambulans
1. Pasien sudah dalam kondisi hemodinamik yang stabil (sesuai dengan
hasil pemeriksaan DPJP)
2. Bila kondisi pasien sangat lemah sdn terpasang alat bantu (ETT,
Trakeostomi) dan lain-lain, harus tersedia monitor, suction, obat-obatan
emergency dan harus didampingi oleh dokter anestesi/dokter jaga.
3. Petugas medis/ paramedik yang menyertai pasien harus
duduk)mendampingi pasien
4. Bila ada keluarga yang ikut dalam ambulan diminta untuk duduk di bagian
depan/samping pengemudi
5. Perawat/dokter harus memonitor keadaan pasien selama dalam perjaanan
sampai ke tempat tujuan dengan mengisi formulir yang sudah tersedia.
D. Pemeliharaan Fasilitas Ambulans
1. Pemeliharaan dan pengadaan fasilitas medis/non medis di ambulans
menjadi tanggung jawab Pemsar
2. Pembersihan mobil ambulan (bagian luar dan dalam) menjadi tanggung
jawab bagian rumah tangga (pengemudi yang sedang bertugas pada
shiftnya)
3. Untuk kelengkapan alat tenun (laken, boven laken, selimut, bantal, dll)
bagi pasien yang akan menggunakan ambulan harus disiapkan oleh
perawat ruangan
4. Perawat ruangan yang akan membawa pasien dengan ambulan harus
bertanggung jawab atas penggunaan semua fasilitas medis/non medis
yang ada di ambulan
5. Bila ada kerusakan alat medis/non medis yang ada di ambulan setelah
penggunaan mobil ambulan harus segera dilaporkan pada Kepala Ruang
IGD/ PJ shift 1GD yang bertugas
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Matrik Persyaratan Ambulans


2. Checklist Perlengkapan Kendaraan / Ambulans
3. Daftar Kelengkapan Kendaraan
4. Formulir Permintaan Ambulans
5. Lembar Monitoring Pasien
6. Lembar Transfer Pasien
BAB VII
PENUTUP

Ambulans sebagai sarana transportasi bagi pasien yang memerlukan sangat


penting dalam suatu institusi pelayanan sebuah rumah sakit. hal ini tentunya terkait
dengan mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien dan keluarganya.

Tujuan dari pemberian pelayanan ambulans akan dapat dirasakan oleh pasien
dan keluarganya apabila setiap petugas medis dan paramedik yang terkait di
dalamnya dapat menjalankan fungsi dan tugasnya sesuai dengan ketentuan dan
prosedur yang berlaku.

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan pelayanan ambulans


sesuai prosedur di Rumah Sakit Daerah Madani. Tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atas dasar referensi.

Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang rnembangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di
kesempatan berikutnya. Semoga panduan ini berguna bagi pokja Akses Pelayanan
dan Kontinuitas Pelayanan Rumah Sakit Daerah Madani pada khususnya juga untuk
para pembaca pada umumnya.

Direktur Rumah Sakit Daerah Madani


Provinsi Sulawesi Tengah

dr. Isharwati, M.Kes


Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
DSCHARGE PLANNING
(PERENCANAAN PEMULANGAN)
No. Dokumen :
0021/APK/III/2 No. Revisi : 0 Halaman
RUMAH SAKIT 1 dari 2
DAERAH MADANI 016
Disahkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
09 Maret 2016
PROSEDUR

dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001

PENGERTIAN Discharge Planning (perencanaan pulang) merupakan


komponen system perawatan berkelanjutan, pelayanan yang
diperlukan pasien secara berkelanjutan dan bantuan untuk
perawatan berlanjut pada pasien dan membantu keluarga
menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat
tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau

Rencana pulang dimulai pada saat pasien masuk rumah sakit


dan secara periodic diperbaiki mencapai tahap akhir dan segera
dilaksanakan, Periksa apakah pasien/orang terdekat telah
mendapat instruksi tertulis atau instruksi verbal tentang
penanganan, obat-obatan dan aktivitas yang boleh dilakukan di
rumah. Tanda dan gejala yang menunjukkan perlunya kontak
yang terus-menerus dengan pelayanan kesehatan perlu ditinjau.

TUJUAN Membantu pasien dan keluarga untuk mencapai tingkat


kesehatan yang optimal. Discharge planning yang efektif juga
menjamin perawatan yang berkelanjutan di saat keadaan yang
penuh dengan stress.
DSCHARGE PLANNING
(PERENCANAAN PEMULANGAN)

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 0021/APK/III/2016 2 dari 2

PROSEDUR 1. Siapkan form rencana pemulangan(discharge planing),


lengkapi dan digabungkan dengan form pengkajian awal
2. Tulis diagnose medis pasien dan ruangan dimana pasien
pertama kali dirawat inap
3. Buat tanggal dan jam MRS pasien di rumah sakit serta alasan
4. Tulis jam dan tanggal initial assessment perencanaan
pemulangan pasien dilakukan
5. Tulis tanggal estimasi pemulangan pasien
6. Tulis nama perawat yang mengkaji dan nama dr DPJP yang
merawat pasien
7. Centang pada kolom yang tersedia sesuai daftar pertanyaan
yang ada bila ya, jelaskan secara detail
8. Apabila ada perubahan tulis perubahan yang harus
dipersiapkan pada saat pemulangan pasien pada kolom yang
tersedia dan dilengkapi paraf dan nama terang perawat

UNIT TERKAIT  Instalasi Rawat map RSD Madani


 Instalasi Rehabilitasi Medik
 SMF semua departemen
 Komite Medik
 Komite Keperawatan
DSCHARGE PLANNING
(PERENCANAAN PEMULANGAN)

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 0021/APK/III/2016 1 dari 2

Ditetapkan
Direktur Rumah Sakit DaerahMadani
STANDAR Tanggalterbit : ProvinsiSulawesi Tengah
OPERASIONAL .............................
PROSEDUR .
dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001

PENGERTIAN Discharge Planning (perencanaanpulang)


merupakankomponensistemperawatanberkelanjutan, pelayanan
yang
diperlukanpasiensecaraberkelanjutandanbantuanuntukperawatan
berlanjutpadapasiendanmembantukeluargamenemukanjalanpem
ecahanmasalahdenganbaik

TUJUAN Membantupasiendankeluargauntukmencapaitingkatkesehatan
yang optimal. Discharge planning yang efektif juga
menjaminperawatan yang berkelanjutan di saatkeadaan yang
penuhdengan stress.

KEBIJAKAN Surat
keputusanDirekturtentangKebijakanAkseskePelayanandankontinu
itaspelayanan

PROSEDUR 1. Semuapasienrawatinapharusdibuatkanperencanaanpemulang
ansegerasetelahrawatinap.
2. Apabilaadaperubahansejak initial assesment yang
dilakukandicatatperubahan yang hams
disiapkanpadasaatpemulanganpasien.
3. Siapkan form rencanapemulangan(discharge planing) ,
lengkapidandigabungkandengan form pengkajianawal
DSCHARGE PLANNING
(PERENCANAAN PEMULANGAN)

RUMAH SAKIT
DAERAH MADANI No. Dokumen : Halaman
No. Revisi : 0
0021/APK/III/2016 2 dari 2

4. Tulisidentitaspasienpadakolom yang tersedia


5. Tulis diagnose
medispasiendanruangandimanapasienpertama kali
dirawatinap
6. Buattanggaldan jam MRS pasien di rumahsakitsertaalasan
7. Tulis jam dantanggal initial
assesmentperencanaanpemulanganpasiendilakukan
8. Tulistanggalestimasipemulanganpasien

9. Tulisnamaperawat yang mengkajidannamadr DPJP yang


merawatpasien
10. Centangpadakolom yang tersediasesuaidaftarpertanyaan
yang adabilaya, jelaskansecara detail
11. Apabilaadaperubahantulisperubahan yang
harusdipersiapkanpadasaatpemulanganpasienpadakolom
yang tersediadandilengkapiparafdannamaterangperawat

UNIT TERKAIT  InstalasiRawatInap Rumah Sakit Daerah Madani


 Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Daerah Madani
 Instalasi Rehabilitasi Medik
 SMF semuadepatemen
 KomiteKeperawatan
 KomiteMedik
DPJP IJIN / BERHALANGAN DALAM PEMBERIAN
PELAYANAN

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 020/HPK/III/2016 1 dari 2

Disahkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL V
11 Maret 2016
PROSEDUR
dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001

PENGERTIAN Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) ijin / berhalangan


adalah dokter yang bertugas mengelola asuhan medis pada
pasien, berhalangan untuk dapat menjalankan tugasnya

TUJUAN Sebagai acuan dalam pengelolaan DPJP ijin / berhalangan


dalam pemberian pelayanan pasien dirumah sakit

KEBIJAKAN Keputusan Direktur tentang Kebijakan penetapan dokter


penanggung jawab pelayanan (DPJP)

PROSEDUR 1. DPJP mengajukan permohonan ijin / berhalangan dalam


memberikan pelayanan medis secara tertulis kepada
direktur
2. Surat permohonan ijin / berhalangan dalam bentuk
tertulis, yang mencakup hari, tanggal dan DPJP
pengganti (sesuai kompetensi) pelayanan baik untuk
rawat jalan maupun rawat inap beserta alasan
mengajukan ijin / berhalangan yang dikirim kebagian
kepegawaian
3. Surat permohonan ijin / berhalangan karena mengikuti
kegiatan seperti pelatihan / seminar / workshop agar
dapat disertai dengan lampiran brosur pelatihan /
seminar / workshop bila ada.
4. DPJP yang mengajukan surat ijin / berhalangan
berkoordinasi dengan DPJP pengganti secara langsung.
DPJP IJIN / BERHALANGAN DALAM PEMBERIAN
PELAYANAN

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


DAERAH MADANI No. Revisi : 0
020/HPK/III/2016 2 dari 2

5. DPJP pengganti adalah dokter yang sama


kompetensinya dan memiliki SIP dirumah sakit RSD
Madani, dan jika DPJP yang mengajukan ijin /
berhalangan hanya ada satu atau dokter yang sama
kompetensinya juga berhalangan / ijin, maka DPJP
pengganti adalah dokter umum yang menjadi dokter
asisten ruangan, apabila DPJP yang ijin / berhalangan
tidak memiliki dokter umum asisten ruangan maka DPJP
pengganti adalah dokter umum yang ditentukan atau
sebelumnya telah berkoordinasi langsung dengan DPJP
yang ijin / berhalangan tersebut dengan tetap
berkoordinasi dengan dokter spesialis melalui lisan
(komunikasi langsung) ataupun melalui / via alat
komunikasi.
6. DPJP pengganti akan dihubungi oleh petugas jika ada
pasien yang memerlukan pelayanan gawat darurat /
rawat jalan yang memerlukan rawat inap, bagian rawat
inap yang memerlukan visite.

UNIT TERKAIT  Ruang Perawatan


 Rawat jalan
PROSEDUR PENETAPAN DPJP

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


DAERAH MADANI No. Revisi : 0
021/HPK/III/2016 1 dari 2

Disahkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
11 Maret 2016
PROSEDUR

dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001

PENGERTIAN Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) adalah dokter


yang bertugas mengelola asuhan medis pada pasien

TUJUAN Memberikan pelayanan medis sesuai dengan bidang


kompetensi dan keahliannya

KEBIJAKAN 1. Keputusan Direktur tentang Kebijakan penetapan dokter


penanggung jawab pelayanan (DPJP)

PROSEDUR 1. Penentuan DPJP harus dilaksanakan sejak pertama pasien


masuk rumah sakit baik di IGD maupun poliklinik dengan
menggunakan formulir DPJP
2. Apabila dari IGD maupun poliklinik belum ditentukan, maka
petugas ruangan diwajibkan segera melakukan klarifikasi
tentang siapa DPJP pasien tersebut, termasuk melakukan
klarifikasi DPJP utama di DPJP tambahan bila pasien sejak
awal telah dirawat bersama oleh beberapa dokter sesuai
dengan bidang terkait yang menangani pasien tersebut.
3. Penentuan dan pengaturan DPJP tersebut berdasarkan :
a. Jadwal konsulen jaga
b. Konsulen jaga hari itu menjadi DPJP pasien baru,
kecuali kasus rujukan yang ditujukan kepada salah
satu konsulen
PROSEDUR PENETAPAN DPJP

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


DAERAH MADANI No. Revisi : 0
021/HPK/III/2016 2 dari 2

c. Atas permintaan pasien atau keluarga, pasien dan


keluarga berhak meminta salah satu dokter sebagai
DPJP apabila ada relevansinya dengan bidang
spesialisasi dokter yang bersangkutan
d. Hasil rapat komite medik pada kasus tertentu, pada
kasus yang sangat kompleks dan jarang, penentuan
DPJP utama dapat ditentukan berdasarkan rapat
komite medis.

UNIT TERKAIT  Instalasi Rawat Jalan


 Instalasi Rawat Inap
 Instalasi Gawat Darurat (IGD)
 Intensive Care Unit (ICU)
 Komite Medis
INFORMASI PASIEN RAWAT INAP

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
006/APK/III/2016 1 dari 2
DAERAH MADANI
Disahkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
07 Maret 2016
PROSEDUR
dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001

PENGERTIAN Informasi pasien adalah keterangan yang perlu disampaikan


oleh petugas kesehatan (dokter dan perawat dan petugas
kesehatan lain terkait) kepada pasien dan keluarganya yang
dapat mencerminkan profesionalisme dalam pelayanan
kesehatan dengan mengoptimalkan peran dan fungsi tenaga
kesehatan.

TUJUAN Tenaga kesehatan dapat memberikan informasi kepada pasien


dan keluarga dengan tujuan memberikan kenyamanan kepada
pasien, meminimalkan complain, sebagai alat komunikasi
efektif, sebagai bukti pemberian pelayanan kesehatan yang
komprehensif serta sebagai aspek legal.

KEBIJAKAN Keputusan Direktur tentang Kebijakan Akses ke Pelayanan dan


Kontinuitas Pelayanan

PROSEDUR 1. Menerima pasien masuk dan menempatkan pasien sesuai


ketentuan yang berlaku di RSD. Madani
2. Memperkenalkan diri
3. Memberikan orientasi pasien dan keluarga yang akan
masuk perawatan untuk melihat fasilitas
INFORMASI PASIEN RAWAT INAP

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


006/APK/III/2016 No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 2 dari 2

4. Menginformasikan fasilitas ruang perawatan, dokter dan


perawat yang merawat, hak dan kewajiban pasien,
peraturan dan tata tertib ruang perawatan kepada
pasien/Keluarga
5. Melaksanakan pengkajian fisik dan pemeriksaan penunjang
menyusun perencanaan dan membuat catatan
perkembangan pasien, konsultasi dokter, dan rencana
pulang perawatan
6. Edukasi kesehatan berhubungan dengan perawatan pasien
7. Kebijakan rumah sakit berhubungan dengan hak pasien:
pulang atas permintaan pasien/ keluanga (pulang paksa)
pasien dengan syarat dan criteria (khusus pasien jiwa)
8. Persetujuan dan penolakan pasien dalam tindakan medis
dan keperawatan
9. Mendokumentasikan seluruh informasi yang diterima
pasien

UNIT TERKAIT  Instalasi Rawat Inap RSD Madani


 SMF semua departemen
 Bagian administrasi pasien dan informasi medis RSD
Madani
 Komite Keperawatan
 Komite Medik
KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PULANG ANTAR
(DROPING)

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 0016/APK/III/2016 1 dari 2

Disahkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
09 Maret 2016
PROSEDUR
dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001
PENGERTIAN Droping adalah proses mengantar pulang pasien yang sudah
dalam keadaan stabil kembali ke rumah tanpa permintaan
keluarga Pelaksanaan droping klien adalah mengantarkan
klien pada keluarga dengan alasan:
 Pasien sudah dalam kondisi stabil
 Keluarga menolak membawa pulang

TUJUAN Mengembalikan hak dan kewajiban pasien sebagai warga


masyarakat agar bisa bersosialisasi dalam masyarakat.

KEBIJAKAN Keputusan Direktur tentang Kebijakan Akses ke Pelayanan


dan Kontinuitas Pelayanan

PROSEDUR 1. Ada instruksi dan DPJP


2. Perawat ruangan menindaklanjuti instruksi DPJP dengan
menghubungi Kepala Seksi Keperawatan
3. Instalasi Keswamas menerima laporan dari Kepala
Ruangan Ruangan dan menindaklanjuti dengan
menghubungi keluarga pasien dan pemerintah desa tempat
tinggal pasien
KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PULANG ANTAR
(DROPING)

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 0016/APK/III/2016 2 dari 2

4. Kepala Ruangan melapor ke Kepala Seksi Keperawatan


untuk pembuatan surat tugas dan penyediaan alat
transportasi untuk proses droping
Kepala Ruangan berkoordinasi dengan perawat ruangan
untuk menyiapkan pasien beserta kelengkapan
administrasinya
5. Setelah pasien siap, proses droping dilakukan oleh tim
droping (terdiri dari pekerja sosial, perawat dan sopir
ambulans
6. Setelah proses droping selesai, perawat membuat laporan
pelaksanaan dropping dan dilaporkan ke Kepala Ruangan
7. Dokumentasikan proses droping di Rekam Medis pasien

UNIT TERKAIT  Instalasi Rawat Inap


 Kepala Seksi Keperawatan
 Kepala Instalasi Permsar, Ambulans dan Pemulasaran
Jenazah
PASIEN PULANG DARI RAWAT INAP

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
0013/APK/III/2016 1 dari 2
DAERAH MADANI

Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
08 Maret 2016.
PROSEDUR Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
PENGERTIAN Langkah- langkah perawat dalam memproses pasien pulang
dan rawat inap setelah dinyatakan boleh pulang oleh DPJP
dalam keadaan sembuh, perbaikan kesehatan, pulang atas
permintaan sendiri, rujuk rumah sakit lain atau dalam keadaan
meninggal.
TUJUAN Sebagai acuan perawat dalam memproses pasien pulang dari
ruang rawat inap.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur tentang Kebijakan Akses ke Pelayanan dan
Kontinuitas Pelayanan
PROSEDUR 1. DPJP menyatakan pasien boleh pulang
2. Perawat menyelesaikan administrasi pasien
3. Perawat mengarahkan keluarga pasien untuk ke instalasi
farmasi
4. Instalasi farmasi membuat nota obat dalam billing system
dan mengarahkan keluarga pasien ke kasir rawat inap
5. Kasir rawat inap memproses pulang dengan men-checkout
status pasiên pada billing system
6. Keluarga Pasien diarahkan kembali ke ruangan rawat inap
7. Perawat melepas seragam Rumah Sakit Daerah Madani
yang dikenakan pasien khas jiwa
PASIEN PULANG DARI RAWAT INAP

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
0013/APK/III/2016 2 dari 2
DAERAH MADANI

8. Perawat melepas (memotong) gelang pasien dengan


melihat bukti pelunasan

UNIT TERKAIT  Instalasi Rawat Inap


 Instalasi Farmasi
 Kasir Rawat Inap
PENERIMAAN PASIEN YANG TIDAK MEMILIKI IDENTITAS
ATAU PENANGGUNG JAWAB (PASIEN X)

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 008/APK/III/2016 1 dari 2

Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani

STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
07 Maret 2016
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001

PENGERTIAN 1. Prosedur penerimaan pasien yang tidak memiliki identitas


atau penanggung jawab (pasien X) adalah suatu system
penerimaan pasien mulai dari pendaftaran sampai
pencatatan identitas pasien.
2. Penerimaan pasien yang tidak memiliki identitas atau
penanggung jawab (pasien X) dilakukan di Instalasi Gawat
Darurat setiap saat dan dilakukan oleh petugas admisi yang
berada diIGD umum RSDMadani

TUJUAN Sebagai acuan untuk penerapan langkah – langkah


penerimaan pasien yang tidak memiliki identitas atau
penanggung jawab (pasien X) di Rumah sakit Daerah Madani
Propinsi Sulawesi Tengah.

KEBIJAKAN 1. Keputusan Direktur tentang Kebijakan Akses ke Pelayanan


dan Kontinuitas Pelayanan
2. Keputusan Direktur tentang Kebijakan Pelayanan Rumah
Sakit

PROSEDUR Pelaksanaan
1. Pasien masuk dan diterima di IGD Umum RSD Madani
setiap saat, baik pasien umum maupun pasien dengan
gangguan jiwa,
PENERIMAAN PASIEN YANG TIDAK MEMILIKI IDENTITAS
ATAU PENANGGUNG JAWAB (PASIEN X)

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 008/APK/III/2016 2 dari 2

2. Pasien dilakukan pemeriksaan oleh dokter atau petugas


terlatih untuk menentukan jenis dan berat ringannya
penyakit dengan prosedur triase untuk pasien umum dan
khusus pasien jiwa menggunakan kriteria PANNS EC
3. Setelah dilakukan prosedur triase (kriteria PANNS EC
khusus untuk pasien jiwa) dan telah ditentukan skala
prioritas dan warna, pasien ditempatkan ketempat
pemeriksaan sesuai dengan penyakitnya.
4. Dokter melakukan pemeriksaan dan memberikan
penanganan atau tindakan serta terapi, perawat
memberikan terapi sesuai dengan instruksi dokter
5. Dokter mengisi status rekam medis kemudian diserahkan
oleh perawat ke petugas admisi untuk kelengkapan berkas
rekam medik pasien baik pasien yang rawat jalan atau rawat
inap.
6. Perawat menghubungi kepala urusan instalasi khusus untuk
selanjutnya dicarikan solusi untuk penanganan lanjutan
atau siapa penanggung jawab terhadap pasien tersebut.
7. Setelah berkas lengkap petugas membawa serta
menyerahkan pasien beserta dokumen rekam medis pada
petugas ruangan tempat pasien tersebut akan dirawat
sesuai dengan penyakitny

UNIT TERKAIT  Instalasi Gawat Darurat


 Bagian admission
 Laboratorium
 Ruang perawatan ( Umum, jiwa, ICU, Isolasi)
 Kepala urusan instalasi khusus
PELAKSANAAN TRANSFER EKSTERNAL

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
0017/APK/III/2016 1 dari 3
DAERAH MADANI

Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani

STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
09 Maret 2016.
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001

PENGERTIAN Transfer ekternal adalah proses Penerimaan atau perpindahan


pasien ke Rumah Sakit lain sesuai kebutuhan pasien
dikarenakan ketersediaan sumber daya dan misi rumah sakit
dalam kondisi pasien stabil (transportable).

TUJUAN Tujuan transfer pasien adalah:


1. Mendapatkan pengobatan dan perawatan lanjutan.
2. Mendapatkan pengobatan dan perawatan yang optimal
sesuai kebutuhan pasien.

KEBIJAKAN Keputusan Direktur tentang Kebijakan Akses ke Pelayanan dan


Kontinuitas Pelayanan

PROSEDUR 1. Ucapkan salam


“Selamat pagi/siang/malam, Bapak/Ibu”
2. Informasikan pada pasien dan kelurga tentang rencana
transfer yang akan dilakukan
“Bapak/Ibu, sehubungan dengan kebutuhan pelayanan
Bapak/Ibu, kami akan merujuk Bapak/Ibu ke Rumah Sakit
(sebutkan nama rumah sakit yang dituju) yang sesuai
dengan kebutuhan Bapak/Ibu, sebelumnya kami akan
PELAKSANAAN TRANSFER EKSTERNAL

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 0017/APK/III/2016 2 dari 3

siapkan terlebih dahulu peralatan yang diperlukan untuk


pemindahan”.
3. Lakukan koordinasi dengan petugas (dokter) rumah sakit
yang dituju dan komunikasikan tentang rencana
pemindahan pasien yang meliputi :
a. Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin)
b. Diagnosa medis dan riwayat penyakit
c. Keadaan umum pasien
d. Dokter yang merawat
e. Alasan pasien dipindahkan
4. Saranlcan pada pasien/keluarga untuk mendapatkan
informasi Iebih lanjut kepada dokter (bila perlu)
5. Pastikan adanya tempat dan pelayanan yang dibutuhkan
pasien di rumah sakit lain
6. Periksa kelayakan kondisi pasien untuk ditransfer (oleh
DPJP/Dokter Anesthesi/Dokter IGD/Dokter Ruangan)
7. Tentukan SDM yang akan mendampingi pasien selama
transfer sesuai level
8. Siapkan peralatan yang harus disertakan saat transfer
pasien, sesuai dengan kondisi pasien berdasarkan Level
9. Hubungi petugas ambulan dan informasikan tentang
rencana transfer pasien
10. Isi forrnulir transfer/serah terima dengan lengkap
11. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien,
sebelum pasien transfer oleh perawat pendamping
PELAKSANAAN TRANSFER EKSTERNAL

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 0017/APK/III/2016 3 dari 3

12. Informasikan pada pasien dan keluarga saat pasien akan


ditransfer
“Bapak/Ibu, kita pindah ke RS (sebutkan nama rumah sakit
yang dituju), sekarang”.
13. Antar pasien ke rumah sakit yang dituju
14. Monitor kondisi pasien (keadaan umum, kesadaran, tanda-
tanda vital) selama transfer.
15. Catat hasil monitor kondisi pasien pada format monitor
pasien
Lakukan serah terima dengan petugas (dokter/perawat)
rumah sakit yang dituju dengan menyerahkan salman
resume medis pasien serta formulir transfer pasien
16. Tandatangani formulir serah terima
17. Setelah petugas kembali ke Rumah Sakit Daerah Madani,
masukkan formulir transfer pasien ke dalam rekam medis
pasien dan Kembalikan peralatan yang telah selesai dipakai
saat transfer ke tempat semula

UNIT TERKAIT  Instalasi Rawat Inap


 Instalasi Gawat Darurat
 Rumah Sakit Rujukan
PELAKSANAAN TRANSFER PASIEN KE RUMAH SAKIT
LAIN UNTUK TINDAKAN PENUNJANG

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 0020/APK/III/2016 1 dari 4

Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani

STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
09 Maret 2016.
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001

PENGERTIAN Transfer pasien ke rumah sakit lain untuk tindakan medis/


pemeriksaan penunjang adalah memindahkan sementara
pasien dan RS. Daerah Madani ke RS lain untuk dilakukan
tindakan medis/pemeriksaan penunjang karena tidak
tersedianya fasilitas pelayanan yang dibutuhkan pasien di RS.
Daerah Madani

TUJUAN Agar proses transfer/pemindahan pasien berlangsung dengan


aman dan lancar serta pelaksanaannya sesuai dengan
procedure yang telah ditetapkan.

KEBIJAKAN Keputusan Direktur tentang kebijakan Akses ke Pelayanan dan


Kontinuitas Pelayanan

PROSEDUR 1. Ucapkan salam “Selamat pagi/siang/malam, Bapak/Ibu”


serta perkenalan diri
2. Informasikan pada pasien dan kelurga tentang rencana dan
maksud transfer yang akan dilakukan
“Bapak/Jbu, sesuai pesanan dan dr (sebutkan nama DPJP
yang member pesanan) bahwa Bapak/Ibu akan dilakukan
tindakan medis/pemeriksaan penunjang (sebutkan jenis
tindakan medis/pemeriksaan penunjang yang akan
dilakukan)
PELAKSANAAN TRANSFER PASIEN KE RUMAH SAKIT
LAIN UNTUK TINDAKAN PENUNJANG

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
0020/APK/III/2016 2 dari 4
DAERAH MADANI

di RS (sebutkan nama rumah sakit yang dituju) pada


tanggal , jam .... (sebutkan jam berangkat), kami akan
mengantarkan Bapak/ibu ke RS tersebut
3. Lakukan verifikasi terhadap pernyataan persetujuan
pasien/keluarga tentang tindakan media/pemeriksaan
penunjang yang akan dilakukan dengan menandatangani
lembar persetujuan.
4. Lakukan koordinasi dengan petugas (dokter) rumah sakit
yang di tuju dan komunikasikan tentang kondisi pasien dan
rencana tindakan dan pemindahan pasien yang meliputi :
a. Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin)
b. Diagnosa medis dan riwayat penyakit
c. Keadaan umum pasien
d. Dokter yang merawat
e. Jenis tindakan rnedis/pemeriksaan penunjang yang
akan dilakukan
5. Periksa kelayakan kondisi pasien sebelum ditransfer
meliputi keadaan umum dan tanda- tanda vital pasien untuk
di transfer (oleh DPJP/ Dokter Anestesi/ Dokter IGD/Dokter
Ruangan) serta tentukan SDM yang akan mendampingi
pasien selama transfer sesuai dengan level
6. Siapkan peralatan yang harus disertakan saat transfer
pasien, sesuai dengan kondisi pasien.
7. Hubungi petugas ambulan dan informasikan tentang
rencana transfer pasien
8. Isi formulir mrliputi formulir observasi pasien dan formulir
transfer ambulans
PELAKSANAAN TRANSFER PASIEN KE RUMAH SAKIT
LAIN UNTUK TINDAKAN PENUNJANG

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


DAERAH MADANI 0020/APK/III/2016 No. Revisi : 0
3 dari 4

9. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien,


sebelum pasien ditransfer oleh perawat pendamping
10. Informasikan pada pasien dan keluarga saat pasien akan
ditransfer
“Bapak/Ibu, kita berangkat untuk tindakan/pemeriksaan
(sebut jenis tindakan/pemeriksaan yang akan dilakukan) ke
Rumah Sakit (sebutkan nama rumah sakit yang dituju),
sekarang”.
11. Antar pasien ke rumah sakit yang dituju
12. Monitor kondisi pasien (keadaan umum, kesadaran, tanda-
tanda vital) selama transfer.
13. Catat hasil monitor kondisi pasien pada formulir obserfasi
pasien
14. Lakukan serah terima dengan petugas (dokter/perawat)
rumah sakit yang dituju.
15. Tandatangani formulir serah terima oleh pengantar dan
penerima
16. Setelah tindakan penunjang dilakukan, bawa kembali
pasien ke Rumah Sakit Daerah Madani
Setelah petugas kembali ke Rumah Sakit Daerah Madani,
masukkan formulir transfer pasien ke dalam rekam medis
pasien dan Kembalikan peralatan yang telah selesai dipakai
saat transfer ke tempat semula
PELAKSANAAN TRANSFER PASIEN KE RUMAH SAKIT
LAIN UNTUK TINDAKAN PENUNJANG

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


DAERAH MADANI 0020/APK/III/2016 No. Revisi : 0
4 dari 4

1. Instalasi Rawat Inap


UNIT TERKAIT 2. Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Rujukan
PELAYANAN AMBULAN TRANFER KE LUAR

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 0018/APK/III/2016 1 dari 3

Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani

STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
09 Maret 2016.
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
PENGERTIAN Suatu tata cara penggunaan alat transportasi medis bagi
pasien yang akan dirujuk ke luar RSD. Madani.

TUJUAN 1. Sebagai alat transportasi bagi pasien yang akan di rujuk ke


sarana pelayanan di luar RSD. Madani untuk alih rawat atau
pemeriksaan penunjang.
2. Memindahkan pasien gawat darurat dengan aman tanpa
memperberat keadaan umum pasien

KEBIJAKAN Keputusan Direktur tentang Kebijakan Akses ke Pelayanan dan


Kontinuitas Pelayanan

PROSEDUR A. Persiapan
1. Penampilan petugas:
a. Periksa kerapihan pakaian seragam petugas
b. Periksa kelengkapan atribut
2. Persiapan alat - alat:
a. Alat tulis
b. Formulir monitoring
c. Bovenlaken/bed cover
d. Tensimeter
PELAYANAN AMBULAN TRANFER KE LUAR

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 0018/APK/III/2016 2 dari 3

e. Monitor (bila perlu)


f. Obat-obatan (sesuai kondisi pasien)
g. Ambubag (bila perlu)
B. Pelaksanaan
1. Hubungi bagian IGD, ucapkan salam. “ selamat
pagi/siang/ malam”
2. Sebutkan nama dan UNIT TERKAIT anda. “saya
(sebutkan nama), perawat ruang
3. Jelaskan tujuan dan tentang rencana penggunaan
ambulan dan sebutkan data pasien yang berisi:
a. Nama dan tanggal lahir pasien
b. Tujuan
c. Ruangan
d. Jam berangkat
e. Jam tindakan
4. Siapkan perlengkapan yang akan dibawa
5. Isi formulir monitoring ambulan selama pasien dalam
transportasi sampai dengan tempat yang dituju dan
sebaliknya
C. Hal yang harus diperhatikan
1. Perawat yang mendampingi pasien di dalam ambulan
harus bertanggungjawab terhadap penggunaan fasilitas
yang ada di ambulan
PELAYANAN AMBULAN TRANFER KE LUAR

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 0018/APK/III/2016 3 dari 3

2. Bila pasien menggunakan oksigen/soctoin dan ada


kerusakan perawat pendamping harus melaporkan pada
perawat IGD
3. Perawat pendamping hams duduk di bagian belakang
untuk memonitor keadaan umum pasien

UNIT TERKAIT  Instalasi Rekam Medis


 Bangsal Rawat inap / UGD
PEMINDAHAN PASIEN DARI RUANG PERAWATAN
TENANG KE RUANG AKUT

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 0014/APK/III/2016 1 dari 6

Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani

STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
09 Maret 2016
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001

PENGERTIAN Proses pemindahan pasien dan ruang perawatan tenang ke


ruang perawatan Akut (Mangga)

TUJUAN Agar pasien mendapatkan asuhan keperawatan yang sesuai


dengan kondisinya

KEBIJAKAN Keputusan Direktur tentang Kebijakan Akses ke Pelayanan dan


Kontinuitas Pelayanan Panduan Transfer Pasien

PROSEDUR Pada hari kerja untuk shift pagi :


1. Perawat ruang perawatan maintenan psikiatri melakukan
evaluasi klinis terhadap pasien
2. Apabila pasien memiliki nilai PANSS EC ≥ 20, beresiko
besar/ secara actual membahayakan diri dan lingkungan
dapat dilakukan pengekangan sementara
3. Jika dibutuhkan Kepala ruang / perawat berkolaborasi
dengan petugas keamanan Rumah Sakit
4. Dokter ruang melakukan konsultasi dengan dokter
penanggungjawab Pasien mengenai kondisi klinis terakhir
pasien dengan system pelaporan SBAR
PEMINDAHAN PASIEN DARI RUANG PERAWATAN
TENANG KE RUANG AKUT

No. Dokumen :
RUMAH SAKIT No. Revisi : 0 Halaman 2 dari 6
DAERAH MADANI 0014/APK/III/2016

5. DPJD datang ke ruang perawatan untuk memeriksa kondisi


klinis pasien
6. DPJP membuat surat perintah pindah ke ruang intensif
psikiatri
7. Kepala ruang/ perawat bangsal tenang berkoordinasi
dengan
kepala ruang/ perawat ruang akut mengenai rencana
pemindahan pasien, kondisi pasien, dan waktu pemindahan
pasien
8. Perawat ruang maintenan melaksanakan :
a. Persiapan dokumen (RM/ status lengkap, surat pindah
ruang, buku pindah ruang
b. Persiapan obat/resep obat yang belum ditebus
c. Persiapan alat/ titipan (pakaian pasien, perhiasan, uang
jajan) jika ada
d. Pemberitahuan/koordinasi dengan Instalasi Gizi dan
kasir rawat inap, RM
e. Pemindahan pasien dilakukan oleh paling sedikit dua (2)
orang petugas (harus terdapat perawatan ruang tenang)
f. Pemindahan/penyerahan pasien dan kelengkapannya
kepada perawat ruang IPIP dengan menandatangani
buku pindah ruang (kedua belah pihak)
g. Pakaian/ seragam pasien milik ruang perawatan
maintenan dibawa kembali ke ruangan, jika tidak
memungkinkan maka sementara ditinggal di ruang IPIP
PEMINDAHAN PASIEN DARI RUANG PERAWATAN
TENANG KE RUANG AKUT

No. Dokumen :
RUMAH SAKIT No. Revisi : 0 Halaman 3 dari 6
DAERAH MADANI 0014/APK/III/2016

9. Perawat ruang IPIP melaksanakan :


a. Penerimaan pasien, kemudian melakukan pengekangan
sementara terhadap pasien tersebut
b. Pengecekan dokumen (RM/ status lengkap, surat pindah
ruang) dan pendokumentasian di buku pindah ruang,
buku register
c. Pengecekan obat/resep yang belum ditebus
d. Pencatatan dan penyimparian alat/ barang titipan pasien
jika ada)
e. Menandatangani buku pindah ruang (kedua belah pihak)
f. Mengganti pakaian pasien sesuai dengan jadwal
pakaian/ seragam di ruang perawatan maintenan (bisa
dilakukan setelah kondisi pasien memungkinkan)
g. Kolaburasi dengari dokter ruang akut

10. Jika dalam kondisi tertentu sehingga DPJP tidak dapat


melakukan pemeriksaan klinis langsung, dapat mernberikan
rekomendasi kepada dokter ruangan untuk membuatkan
surat penintah pindah ruang ke perawatan intensif psikiatri
11. Rekomendasi pemindahan pasien IPIP ditulis dalam
komunikasi SBAR dan keesokan harinya dilakukan
verifikasi oleh DPJP

Pada hari. kerja untuk shif Siang - Malam dan pada hari libur :

1. Perawat ruang perawatan tenang psikiatri melakukan


evaluasi klinis terhadap pasien
PEMINDAHAN PASIEN DARI RUANG PERAWATAN
TENANG KE RUANG AKUT

No. Dokumen :
RUMAH SAKIT No. Revisi : 0 Halaman 4 dari 6
DAERAH MADANI 0014/APK/III/2016

2. Apabila pasien memiliki nilai PANSS EC ≥ 20, beresiko


besar/ secara actual membahayakan diri dan lingkungan
dapat dilakukan pengekangan sementara
3. Jika dibutuhkan Kepala ruang/ perawat berkolaborasi
dengan petugas keamanan Rumah Sakit
4. Penanggung jawab shif ruang perawatan tenang
melaporkan kondisi pasien dimaksud kepada perawat
pengawas/ supervise
5. Perawat pengawas/ supervisi melaporkan kepada dokter
jaga dengan komunikasi SBAR, dan dokter jaga memeriksa
langsung kondisi klinis pasien
6. Dokter jaga berkonsultasi dengan DPJP dalam komunikasi
SBAR melalui telephone
7. DPJP memberikan rekomendasi pindah ruang perawatan
akut
8. Dokter jaga membuat surat perintah pindah ruang ke
perawatan intensif psikiatrik
9. Rekomendasi pemindahan pasien akut ditulis dalam
komunikasi SBAR dan keesokan harinya dilakukan
verifikasi oleh DPJP
10. Kepala ruang / perawat bangsal tenang berkoordinasi
dengan kepala ruang / perawat bangsal intensif psikiatrik
mengenai rencana pemindahan pasien, kondisi pasien, dan
waktu pemindahan pasien
PEMINDAHAN PASIEN DARI RUANG PERAWATAN
TENANG KE RUANG AKUT

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 0014/APK/III/2016 5 dari 6

11. Perawat ruang tenang melaksanakan :


a. Persiapan dokumen (RM/ status lengkap, surat pindah
ruang, buku pindah ruang)
Persiapan obat / resep obat yang belum ditebus
b. Persiapan alat / titipan (pakaian pasien, perhiasan, uang
jajan) jika ada
c. Pemberitahuan / koordinasi dengan instalasi gizi dan
kasir rawat inap, RM
d. Pemindahan pasien dilakukan oleh paling sedikit dua (2)
orang petugas (harus terdapat perawatan ruang
maintenan)
e. Pemindahan / penyerahan pasien dan kelengkapannya
kepada perawat ruang akut dengan menandatangani
buku pindah ruang (kedua belah pihak)
f. Pakaian / seragam pasien milik ruang perawatan tenang
dibawa kembali ke ruangan, jika tidak memungkinkan
maka sementara ditinggal diruang akut.
12. Perawat ruang akut melaksanakan :
a. Penerimaan pasien, kemudian melakukan pengekangan
sementara terhadap pasien tersebut
b. Pengecekan dokumen (RM/ status lengkap, surat pindah
ruang) dan pendokumentasian di buku pindah ruang,
buku register
c. Pengecekan obat/resep yang belum ditebus
d. Pencatatan dan penyimpanan alat/ barang titipan pasien
(jika ada)
PEMINDAHAN PASIEN DARI RUANG PERAWATAN
TENANG KE RUANG AKUT

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 0014/APK/III/2016 6 dari 6

e. Menandatangani buku pindah ruang (kedua belah pihak)


Mengganti pakaian pasien sesuai dengan jadwal
pakaian/ seragam di ruang perawatan tenang (bisa
dilakukan setelah kondisi pasien memungkinkan)
f. Kolaburasi dengan dokter ruang akut

UNIT TERKAT  Kepala Ruang


 Kepala Instalasi Rawat inap
 Kepala Instalasi Perawatan Intensif Psikiatri
 DPJP
 Dokter Ruangan
 Perawat Pengawas/ Supervisi
 Instalasi Gizi
 Kasir Rawat inap
 Instalasi Rekam Medis
PENANGANAN PASIEN UNTUK OBSERVASI

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 009/APK/III/2016 1 dari 2
Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani

STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
07 Maret 2016..
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001

PENGERTIAN Prosedur yang mengatur langkah-langkah petugas dalam.


Memberikan pelayanan bagi pasien yang dilakukan tindakan
observasi di IGD sesuai dengan jenis penyakitnya

TUJUAN Sebagai acuan petugas IGD di dalam memberikan pelayanan


pasien yang memerlukan observasi di IGD, agar dapat
memberikan pelayanan yang optimal

KEBIJAKAN Keputusan Direktur tentang Kebijakan Akses ke Pelayanan dan


Kontinuitas Pelayanan
keputusan Direktur tantang kebijakan Pelayanan Instalasi
gawat Darurat

PROSEDUR 1. Tenaga medis IGD melakukan pemeriksaan klinis


2. Informasikan hasil pemeriksaan pasien kepada
pasien/keluarganya bahwa pasien memerlukan observasi
atas kondisi klinisnya
3. Berikan penjelasan kepada pasien/keluarganya tentang
penahanan pasien untuk observasi di IGD
4. Dokter memberi terapi sesuai kebutuhan pasien
PENAHANAN PASIEN UNTUK OBSERVASI

No. Dokumen :
RUMAH SAKIT Halaman
009/APK/III/2016 No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 2 dari 2

5. Pasien dilakukan pengawasan setiap 30 menit atau sesuai


kebutuhan/kondisi pasien, meliputi keadaan umum pasien,
kesadaran dan tanda-tanda vital serta dilakukan
pemeriksaan penunjang (Laboratonum, EKG, Radiologi.
6. Batas waktu observasi di JGD selama 2 jam, apabila kondisi
pasien sudah stabil dan perlu perawatan rawat inap, maka
pasien ditransfer ke unit yang sesuai dengan kondisi
pasien, apabila tidak memerlukan perawatan berkelanjutan,
pasien diperbolehkan pulang
7. Bila kondisi pasien sudah stabil dan masih memerlukan
perawatan yang tidak bisa dilakukan di Rumah Sakit
Daerah Madani, maka pasien ditransfer ke rumah sakit
yang mempunyai fasilitas sesuai kebutuhan pasien
8. Pasien/keluarga diminta untuk menyelesaikan
administrasinya ke kasir
9. Tulis semua perkembangan kondisi pasien dengan lengkap
ke formulir lembar observasi (Progress Note), bubuhkan
stempel nama dan paraf petugas

UNIT TERKAIT Instalasi Gawat Darurat


PENANGANAN PASIEN BILA TIDAK TERSEDIA TEMPAT
TIDUR PADA UNIT YANG DITUJU

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 0010/APK/III/2016 1 dari 2

Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani

STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
08 Maret 2016
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001

PENGERTIAN Prosedur yang mengatur langkah-langkah petugas dalam.


Memberikan pelayanan bagi pasien yang dilakukan tindakan
observasi di IGD sesuai dengan jenis penyakitnya

TUJUAN Sebagai acuan petugas IGD di dalam memberikan pelayanan


pasien yang memerlukan observasi di IGD, agar dapat
memberikan pelayanan yang optimal

KEBIJAKAN Keputusan Direktur tentang Kebijakan Akses ke Pelayanan dan


Kontinuitas Pelayanan

PROSEDUR 1. Apabila kondisi pasien tidak stabil, maka petugas IGD akan
melakukan penanganan sesuai standar gawat darurat di
IGD. Bila kondisi pasien sudah stabil dan rawat inap masih
penuh, keluarga akan diberikan penjelasan oleh petugas
agar pasien dirujuk ke rumah sakit lain
Apabila kondisi pasien stabil, maka petugas akan
memberikan alternatif ke keluarga pasien yaitu pulang ke
rumah terlebih dahulu dan meninggalkan identitas yang
dapat dihubungi, sehingga apabila kelas kamar yang
diinginkan sudah ada yang kosong maka petugas UGD
akan menghubungi pasien/keluarga pasien. Alternatif lain
pasien dipersilahkan ke rumah sakit lain.
PENANGANAN PASIEN BILA TIDAK TERSEDIA TEMPAT
TIDUR PADA UNIT YANG DITUJU

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 0010/APK/III/2016 2 dari 2

2. Informasikan kepada pasien dan keluarganya bila tempat


tidur yang dituju tidak dalam kondisi kosong

UNIT TERKAIT 1. Unit Ambulans


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Rawat Khusus
4. Rumah Sakit Lain
PENENTUAN DOKTER PENANGGUNG JAWAB
PELAYANAN (DPJP) DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 021/HPK/III/2016 1 dari 2
Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani

STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
11 Maret 2016
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001

PENGERTIAN 1. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) di ruangan


ICU adalah dokter yang bertugas mengelola asuhan
medis pada pasien selama berada diruang perawatan
ICU
2. DPJP utama adalah coordinator yang memimpin proses
pengelolaan asuhan medis bagi pasien yang harus
dirawat oleh lebih dari satu dokter.
3. DPJP tambahan adalah dokter yang ikut memberikan
asuhan medis pada seorang pasien yang oleh karena
kompleksitas penyakitnya

TUJUAN Sebagai acuan dalam penentuan dokter penanggung jawab


pelayanan (DPJP) pada pasien di ruangan Intensive Care Unit
(ICU) RSD Madani

KEBIJAKAN Keputusan Direktur tentang Kebijakan penetapan dokter


penanggung jawab pelayanan (DPJP)

PROSEDUR 1. Dokter jaga yang bertugas melakukan pemeriksaan


medis kepada pasien untuk menegakkan diagnosis dan
merencanakan terapi kepada setiap pasien baru di
Instalasi gawat darurat (IGD) umum maupun kebidanan.
PENENTUAN DOKTER PENANGGUNG JAWAB
PELAYANAN (DPJP) DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 021/HPK/III/2016 2 dari 2

2. Dokter jaga mengkonsultasikan setiap pasien baru


tentang hasil pemeriksaan dan rencana terapi dan
tindakan kepada DPJP yang bertugas jaga konsulen di
hari tersebut.
3. DPJP melakukan pemeriksaan medis untuk
menegakkan diagnosis, merencanakan dan memberikan
terapi dan atau tindakan medis. Dan dari hasil
pemeriksaan medis pasien memerlukan perawatan di
Intensive Care Unit (ICU)
4. Maka DPJP akan melakukan konsultasi kepada DPJP
ICU secara tertulis dan didokumentasikan dalam rekam
medis pasien
5. Bila pasien sudah berada diruangan ICU maka yang
menjadi DPJP selama dirawat di ICU adalah DPJP di
ruang Intensive Care Unit (ICU)
6. Selama pasien dirawat diruang ICU, maka pasien
dirawat bersama dengan DPJP utama dan DPJP ICU
sampai pasien keluar dari ruangan intensive Care Unit
(ICU)

UNIT TERKAIT  Instalasi Gawat Darurat Umum


 Instalasi Gawat Darurat kebidanan
 Intensive Care Unit (ICU)
PENENTUAN DOKTER PENANGGUNG JAWAB
PELAYANAN (DPJP) DI RAWAT JALAN

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 022/HPK/III/1026 1 dari 2

Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani

STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
11 Maret 2016.
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001

PENGERTIAN Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) di rawat jalan


adalah dokter yang bertugas mengelola asuhan medis pada
pasien di rawat jalan

TUJUAN Sebagai acuan dalam penentuan dokter penanggung jawab


pelayanan (DPJP) pada pasien rawat jalan di RSD Madani

KEBIJAKAN Keputusan Direktur tentang Kebijakan penetapan dokter


penanggung jawab pelayanan (DPJP)

PROSEDUR 1. Dokter konsulen yang bertugas pada hari itu dipoliklinik


menjadi DPJP, melakukan pemeriksaan medis kepada
pasien untuk menegakkan diagnosis dan merencanakan
terapi kepada setiap pasien baru diinstalasi rawat jalan.
2. DPJP mencatat semua hasil didokumen rekam medis
pasien
3. DPJP melakukan follow up sampai rehabilitasi terhadap
pasien, dan memberikan penjelasan secara jelas dan
benar kepada pasien dan keluarganya, tentang rencana
dan hasil pelayanan, pengobatan atau prasedur untuk
pasien termasuk terjadinya kejadian yang diharapkan
dan yang tidak diharapkan.
4. Pasien dan keluarganya memberikan bukti telah
diberikan penjelasan direkam medis pasien
PENENTUAN DOKTER PENANGGUNG JAWAB
PELAYANAN (DPJP) DI RAWAT JALAN

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
022/HPK/III/1026 2 dari 2
DAERAH MADANI
5. DPJP dapat melakukan konsultasi kepada dokter
dibidang lain, sehubungan dengan penyakit pasien
dengan menuliskan pada lembar konsultasi

6. Apabila pasien datang kembali setelah perawatan


dirumah sakit dan dengan kasus yang sama maka DPJP
untuk pasien tersebut adalah DPJP sebelumnya kecuali
pasien meminta DPJP lain atau DPJP yang
bersangkutan berhalangan

UNIT TERKAIT  Instalasi Rawat Jalan.


PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP DARI POLIKLINIK

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


DAERAH MADANI No. Revisi : 0
002/APK/III/2016 1 dari 2

Disahkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
07 Maret 2016
PROSEDUR

dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001
1. Prosedur penerimaan pasien rawat inap adalah suatu
PENGERTIAN
system penerimaan pasien mulai dari pendaftaran
sampai pencatatan identitas pasien.
2. Penerimaan pasien rawat inap terdiri dari penerimaan
waktu jam kerja yaitu
a. Jam 08.00 s/d 13.00 wita (senin s/d kamis)
b. Jam 08.00 s/d 11.00 wita (jumat)
c. Jam 08.00 s/d 11.00 wita (sabtu)
3. Penerimaan pasien pada jam kerja dilakukan oleh
petugas adiniting office (prosedur sama dengan rawat
jalan)
4. Penerimaan pasien diluar jam kerja dilakukan oleh
administrasi office dibagian IGD

TUJUAN Sebagai acuan untuk penerapan langkah-langkah penerimaan


pasien rawat inap di rumah sakit daerah madani

KEBIJAKAN Kebijakan akses pelayanan dan kontinuitas ke pelayanan

PROSEDUR 1. Pasien yang akan dirawat inap melalui poliklinik, setelah


pemeriksaan oleh dokter, kemudian dokter membuat surat
pengantar untuk dirawat.
2. Petugas poliklinik mengisi format persetujuan / perjanjian
perawatan pasien kemudian diserahkan pada keluarga
PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP DARI POLIKLINIK

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


DAERAH MADANI No. Revisi : 0
002/APK/III/2016 2 dari 2

pasien untuk dibaca serta ditanda tangani oleh keluarga dan


petugas poliklinik
3. Petugas poliklinik membawa sertabmenyerahkan pasien
beserta dokumen rekam medik pada petugas diruangan
tempat pasien tersebut akan dirawat
4. Pasien yang dirawat melalui IGD, proses penerimaannya
sama dengan penerimaan pasien rawat jalan

UNIT TERKAIT  Instalasi Rawat Jalan


 Instalasi Rawat Inap
 Instalasi Gawat Darurat (IGD)
 Intensive Care Unit (ICU)
 Komite Medis
PENGIRIMAN PASIEN KE UNIT ELEKTROMEDIK

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
0012/APK/III/2016 1 dari 2
DAERAH MADANI

Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani

STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
08 Maret 2016.
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001

PENGERTIAN Merupakan langkah-langkah kerja mengenai penerapan


penangaan klien yeng memerlukan tindakan elektromedik

TUJUAN Mengatur tentang penanganan klien yang memerlukan


tindakan elektromedik

KEBIJAKAN Keputusan Direktur tentang Kebijakan Akses ke Pelayanan dan


Kontinuitas Pelayanan

PROSEDUR 1. Ruangan menyediakan blangko pengantar tindakan


2. Dokter mengisi blangko sesuai dengan tindakan yang akan
dilakukan
3. Perawat menuliskan pada buku laporan sebagai arsip
tindakan
4. Perawat mengantarkan pasien ke bagian elektromedis
beserta surat pengantar
5. Setelah selesai pasien dibawa kembali ke ruangan
6. Selama proses transfer, pasien didampingi oleh perawat
ruangan
7. Perawat melaporkan hasil ke dokter
PENGIRIMAN PASIEN KE UNIT ELEKTROMEDIK

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
0012/APK/III/2016 2 dari 2
DAERAH MADANI

UNIT TERKAIT  Unit Elektromedis


 Instalasi Rawat Inap
PENUNDAAN PELAYANAN DAN PENGOBATAN

RUMAH SAKIT No. Dokumen :


Halaman :
DAERAH MADANI 004/APK/III/2016 No. Revisi : 0
1 dari 6

Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani

STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
07 Maret 2016
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001

PENGERTIAN Prosedur ini mengatur tata cara pemberian informasi tentang


penundaan pelayanan yang diakibatkan situasi dimana tim
medis atau fasilitas penunjang bermasalah atau mengalami
kendala untuk melayani pasien.Penundaan pelayanan ada 2
macam yaitu penundaan pelayanan oleh dokter dan
penundaan pelayanan oleh karena fasilitas penunjang
radiologi, laboratorium dan farmasi

TUJUAN Petugas dapat memberi informasi dengan cepat dan tepat


tentang adanya penundaan pelayanan kepada pasien. Tujuan
Khusus : Kepuasan pasien dan keluarga

KEBIJAKAN Keputusan Direktur tentang Kebijakan Akses ke Pelayanan


dan Kontinuitas Pelayanan

PROSEDUR A. Penundaan Pelayanan Karena Dokter


1. Pelaksanaan pemberian informasi penundaan pelayanan
oleh karena dokter, penundaan dengan pemberitahuaan
sebelumnya.
a. Petugas mengucapkan salam kepada pasien dan
keluarga.
PENUNDAAN PELAYANAN DAN PENGOBATAN

RUMAH SAKIT No. Dokumen :


Halaman :
DAERAH MADANI 004/APK/III/2016 No. Revisi : 0
2 dari 6

PROSEDUR b. Petugas menginformasikan kepada pasien, bahwa


dokter yang dikehendaki berhalangan hadir.
c. Petugas menawarkan alternative pelayanan yang
dibutuhkan pasien pada saat itu.
d. Kalau pasien setuju, petugas menyarankan kepada
pasien agar segera mendaftarkan untuk pasien
poliklinik
2. Pelaksanaan pemberian informasi penundaan pelayanan
oleh karena dokter tanpa pemberitahuan sebelumnya.
a. Petugas menyapa pasien dengan ramah dan
mengucapkan salam.
b. Pada saat pasien menanyakan kedatangan dokter
yang dikehendaki, petugas segera mencari tahu
keberadaan dokter yang bersangkutan dengan alat
komunikasi yang tersedia
c. Petugas menghubungi dokter yang bersangkutan,
untuk mengetahui posisi, dan pukul berapa sampai di
RS. Daerah Madani
d. Jika dokter terlambat, maka sampaikan kepada pasien
dan keluarga: “ Mohon maaf bapak/ibu, kami baru saja
mendapatkan informasi bahwa dokter (sebut nama
PENUNDAAN PELAYANAN DAN PENGOBATAN

No. Dokumen :
RUMAH SAKIT Halaman
004/APK/III/2016 No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 3 dari 6

dokter) saat ini sedang menuju ke RS. Daerah Madani


Mohon maaf atas ketidaknyamanan yang membuat
bapak/ibu menunggu”
Sarankan:
1) Jika terjadi penurunan kondisi fisik pasien segera
rujuk pasien ke IGD.
2) Jika pasien waktunya terbatas, sarankan
berpindah ke dokter yang lain.
e. Jika dokter membatalkan praktek di Rumah Sakit
Daerah Madani sampaikan kepada pasien dan
keluarga:
“Mohon maaf kepada bapak/ibu, saya baru saja
mendapatkan informasi dan dokter (sebut nama
dokter) bahwa beliau tidak dapat praktek di RS.
Daerah madani.
Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Sarankan:
1) Jika tenjadi penurunan kondisi fisik pasien segera
rujuk pasien ke IGD
2) Jika pasien waktunya terbatas, sarankan
berpindah ke dokter lain.
B. Penundaan Pelayanan Pemberian Obat Di Farmasi
Penundaan pelayanan obat dikarenakan obat tidak
tersedia di farmasi. Petugas menginformasikan bahwa:
“Bapak/ibu kebetulan obat resepnya di farmasi Rumah
Sakit Daerah Madani tidak tersedia, mohon bapak/ibu
untuk membeli resep di apotek luar.”
PENUNDAAN PELAYANAN DAN PENGOBATAN

No. Dokumen :
RUMAH SAKIT Halaman
004/APK/III/2016 No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 4 dari 6

1. Penundaan pelayanan obat dikarenakan jumlah resep


yang ramai.
Petugas menginformasikan kepada pasien:
“Bapak/ibu berhubung hari ini resep obat sedang ramai,
apabila bapak/ibu mendapatkan nomer antrian berwarna
biru itu artinya obat jadi dalam waktu 10 menit, tetapi kalau
mendapat kartu berwarna merah artinya obat racikan yang
memerlukan waktu sekitar 30 menit. Namun apabila resep
obat racikan banyak/ramai akan memerlukan waktu Iebih
banyak lagi. Kami usahakan agar selesai secepatnya.
Terima kasih atas kerjasamanya.”
C. Penundaan Pelayanan Di Radiologi.
1. Penundaan pelayanan dikarenakan dokter ahli. Petugas
menginformasikan kepada pasien:
“Anak/ibu mohon maaf hasil bacaan/expertise foto
rontgen yang bapak/ ibu lakukan belum bisa
kami keluarkan, hal ini disebabkan karena expertise
foto rontgen hanya boleh dilakukan oleh dokter ahli
radiologi yang praktek di Rumah Sakit Daerah Madani
ini setiap sore, jika sudah selesai dibaca oleh dokter ahli,
secepatnya akan kami informasikan kepada bpk/ibu.”
2. Penundaan pelayanan dikarenakan alat yang error.
Petugas menginformasikan kepada pasien:
‘Bapak/ibu mohon maaf atas ketidaknyamanannya
dikarenakan ada kendala teknis sehingga hasil foto
rontgen yang seharusnya selesai pukul (……… )
PENUNDAAN PELAYANAN DAN PENGOBATAN

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 004/APK/III/2016. 5 dari 6

akan terkendala, kalau hasil sudah selesai secepatnya


akan kami informasikan kepada bapak/ ibu terima kasih
atas kerjasamanya”
D. Penundaan Pelayanan Di Laboratorium.
1. Penundaan pelayanan dikarenakan kesalahan petugas
di dalam mengambil spesimen darah.
“Mohon maaf bapak/ibu/saudara dikarenakan sampel
darah yang diambil sebelumnya belum mencukupi untuk
pemeriksaan, maka saya akan mengambil ulang sampel
darah untuk memenuhi kebutuhan pemeriksaan.
Terimakasih atas kerjasama bapak/ibu/saudara.”
2. Penundaan pelayanan di laboratorium dikarenakan
alat yang error.
Petugas menginformasikan kepada pasien/keluarga:
“Bapak/ibu/saudara mohon maaf atas ketidak
nyamanannya, dikarenakan ada kendala teknis
sehingga hasil pemeriksaan laboratorium yang
seharusnya selesai. pukul (….) kemungkinan akan
sedikit terkendala. Jika sudah selesai akan segera kami
informasikan kepada bapak/ ibu/ saudara.”
PENUNDAAN PELAYANAN DAN PENGOBATAN

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 004/APK/III/2016 6 dari 6

 Instalasi Rawat Jalan


UNIT TERKAIT
 Instalasi Gawat Darurat
 Instalasi Pemeriksaan Penunjang
 Instalasi Farmasi
PROSEDUR PENGIRIMAN KE UNIT REHABLITASI

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
0014/APK/III/2016 1 dari 2
DAERAH MADANI

Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani

STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
08 Maret 2016.
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001

PENGERTIAN Adalah suatu proses transit dan proses persiapan kearah


pengembangan klien ke masyarakat yang terkondisi, terdiri dari
upaya media, social, edukasi dan vocasional dengan kriteria :
a. Kondisi klien relative tenang
b. Klien sudah dapat melaksanakan ADL
c. Klien tidak ada indikasi bunuh diri
d. Klien sehat fisik, tidak mempunyai penyakit menular
e. Klien tidak mengidap gangguan retardasi mental

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pengiriman


klien ke unit rehabilitasi

KEBIJAKAN Keputusan Direktur tentang Kebijakan Akses ke Pelayanan dan


Kontinuitas Pelayanan

PROSEDUR 1. Pengiriman pasien ke unit rehabilitasi psikososial atas


permintaan dokter ruangan
2. Tim seleksi melaksanakan seleksi evaluasi
3. Petugas ruangan mengirim blanko hasil seleksi ke unit
pelayanan rehabilitasi psikososial
PEMINDAHAN PASIEN DARI RUANG PERAWATAN
TENANG KE RUANG AKUT

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 0014/APK/III/2016 2 dari 2

4. Petugas rehabilitasi psikososial mendokumentasikan


blanko hasil seleksi ke rekam medis pasien berdasarkan
ruangan masing-masing.
5. Pada hari kerja berikutnya pasien yang sudah diseleksi
dikirim ke unit rehabilitasi psikososial oleh petugas
ruangan sesuai hasil seleksi

UNIT TERKAIT  Ruang rawat inap jiwa bangsal tenang


 Instalasi rehabilitasi psikososial
 Bidang pelayanan medik
 Kepala ruang perawatan
RAWAT BERSAMA / KONSULTASI / ALIH RAWAT DPJP

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 023/HPK/III/2016 1 dari 2

Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani

STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
11 Maret 2016
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001

PENGERTIAN 1. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) adalah


dokter yang bertugas mengelola asuhan medis pada
pasien.
2. DPJP utama ada;ah koordinator yang memimpin proses
pengelolaan asuhan medis bagi pasien yang harus
dirawat oleh lebih dari satu dokter.
3. DPJP tambahan adalah dokter yang ikut memberikan
asuhan medis pada seorang pasien yang oleh karena
kompleksitas penyakitnya

TUJUAN Sebagai acuan dalam penentuan rawat bersama, konsultasi


dan alih rawat dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP)
pasien di RSD Madani

KEBIJAKAN Keputusan Direktur tentang Kebijakan penetapan dokter


penanggung jawab pelayanan (DPJP)

PROSEDUR 1. Apabila selama perawatan DPJP menemukan adanya


penyakit dibidang spesifikasi lain, maka DPJP akan
melakukan konsultasi / rawat bersama / alih rawat
dengan DPJP lain yang terkait.
2. DPJP utama mengajukan permintaan konsultasi / rawat
bersama / alih rawat secara tertulis di dokumentasikan
dalam rekam medis pasien di lembar konsultasi pasien.
RAWAT BERSAMA / KONSULTASI / ALIH RAWAT DPJP

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
023/HPK/III/2016 2 dari 2
DAERAH MADANI
3. Permintaan konsultasi / rawat bersama / alih rawat akan
dikomunikasikan oleh perawat ruangan atau DPJP yang
bersangkutan kepada DPJP yang dituju untuk ditindak
lanjuti
4. Dalam hal rawat bersama DPJP utama sebagai
koordinator pada seorang pasien ditentukan
berdasarkan penyakit yang dominan dan memerlukan
perawatan intensif sesuai dengan spesialisasinya.
5. Dalam hal rawat bersama maka DPJP utama harus
bertanggung jawab dalam pelayanan medis pasien dan
bertanggung jawab dalam pengisian resume medis
pasien.
6. Dalam hal pasien memerlukan perawatan intensif, DPJP
pasien adalah DPJP pasien tersebut atau rawat
bersama dengan dokter anastesi

UNIT TERKAIT  Ruang rawat Inap


 Ruang ICU
RUJUKAN INTERNAL DAN EKSTERNAL

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
0019/APK/III/2016 1 dari 2
DAERAH MADANI

Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani

STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
09 Maret 2016.
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001

PENGERTIAN Rujukan internal adalah permintaan konsultasi, rawat bersama


atau alih rawat di lingkungan intern rumah sakit.
Rujukan eksternal adalah rujukan keluar Rumah Sakit atas
permintaan keluarga atau pasien yang memerlukan fasilitas
yang tidak ada di Rumah Sakit.

TUJUAN Untuk memberikan pelayanan yang komprehensif pada pasien.

KEBIJAKAN Keputusan Direktur tentanh Kebijakan Akses ke Pelayanan dan


kontinuitas Pelaayanan
Keputusan Direktur tentang kebijakan Pelayanan Asesmen
Pasien

PROSEDUR 1. DPJP akan melakukan rujukan apabila diperlukan, dengan


tujuan konsultasi
2. DPJP akan melakukan rujukan untuk alih rawat apabila
dibutuhkan
3. DPJP melakukan rujukan untuk rawat bersama apabila
dibutuhkan
RUJUKAN INTERNAL DAN EKSTERNAL

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
0019/APK/III/2016 2 dari 2
DAERAH MADANI

4. Pasien yang memerlukan pemeriksaan yang tidak ada/tidak


dapat dilakukan di rumah sakit atau atas permintaan
keluarga maka DPJP akan membuatkan surat
konsultasinya/ surat rujukannya
5. Proses rujukan/konsultasi internal dan eksternal dimulai
sesegera mungkin setelah pasien masuk sebagai pasien
rawat inap
6. DPJP membuat rujukan internal dan eksternal pada
lembaran konsultasi rujukan eksternal pada lembaran
rujukan eksternal dan diisi tanggal, jam konsultasi dan
tanda tangan DPJP
7. Semua dokumen rujukan baik internal maupun eksternal
didokumentasikan dalam rekam medis pasien

UNIT TERKAIT  Instalasi Rawat Inap RSD. Madani


 Instalasi Rawat Jalan RSD. Madani
 SMF semua depatemen
 Komite medik
 Komite Keperawatan
SKRINING PASIEN

No. Dokumen : Halaman :


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
001/APK/III/2016 1 dari 2
DAERAH MADANI

Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani

STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
07 Maret 2016
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001

PENGERTIAN Skrining dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan prosedur


sederhana dan cepat untuk mengidentifikasikan individu yang
diduga mengidap penyakit sehingga mereka dapat dikirim
untuk menjalani pemeriksaan medis dan studi diagnostic lebih
pasti

TUJUAN Memberikan pelayanan kepada pasien baik rawat inap maupun


rawat jalan sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan mereka
yang telah diidentifikasi dan sesuai dengan misi serta sumber
daya rumah sakit yang ada.

KEBIJAKAN 1. Keputusan Direktur tentang Kebijakan Akses ke Pelayanan


dan Kontinuitas Pelayanan
2. Keputusan Direktur tentang Kebijakan Pelayanan Rumah
Sakit

PROSEDUR Pelaksanaan
1. Lakukan pengamatan sejak awal pasien tiba di Rumah
sakit atau pasien berada ditempat kejadian.
2. Lakukan anamnesis terhadap keluhan kebutuhan dan
keluhan pasien
SKRINING PASIEN

No. Dokumen :
RUMAH SAKIT Halaman :
DAERAH MADANI 001/APK/III/2016 No. Revisi : 0
2 dari 2

3. Apabila kondisi pasien sesuai visi misi rumah sakit,


segera lakukan pemeriksaan fisik, bila diperlukan sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi pasien
4. Apabila didapati kondisi pasien tidak sesuai dengan
kriteria visi misi rumah sakit segera rujuk pasien ke
rumah sakit yang mernpunyai fasiitas sesuai kebutuhan
pasien

UNIT TERKAIT  Instalasi Gawat Darurat


 Pendaftaran Rawat Jalan
TINDAKAN/PENGOBATAN TERMASUK HASIL
ASUHAN/HASIL PENGOBATAN TIDAK DIHARAPKAN
OLEH DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN BAGI
PASIEN RAWAT INAP
RUMAH SAKIT
DAERAH MADANI No. Dokumen : Halaman
No. Revisi : 0
0011/APK/III/2016 1 dari 2

Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani

STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
08 Maret 2016.
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001

PENGERTIAN Langkah-langkah yang dilakukan DPJP (Dokter penanggung


jawab pelayanan) dalam memberikan penjelasan tentang
prosedur pelayanan, pengobatan termasuk hasil asuhan/ hasil
pengobatan yang tidak diharapkan bagi pasien rawat inap

TUJUAN Sebagai acuan dalam membuat rencana pelayanan medik bagi


pasien rawat inap oleh dokter penanggung jawab pelayanan
(DPJP)

KEBIJAKAN Keputusan Direktur tentang Kebijakan Akses ke Pelayanan dan


Kontinuitas Pelayanan

PROSEDUR 1. DPJP memberikan penjelasan tentang prosedur tindakan/


pengobatan hasil asuhan / hasil pengobatan yang tidak
diharapkan kepada pasien dalam suatu lembar format yang
telah ditetapkan yang meliputi:
a) Kondisi pasien
b) Usulan pengobatan
c) Kemungkinan alternatif
d) Kemungkinan keberhasilan
TINDAKAN/PENGOBATAN TERMASUK HASIL
ASUHAN/HASIL PENGOBATAN TIDAK DIHARAPKAN
OLEH DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN BAGI
PASIEN RAWAT INAP
RUMAH SAKIT
DAERAH MADANI No. Dokumen : Halaman
No. Revisi : 0
0011/APK/III/2016 2 dari 2

e. Kemungkinan timbulnya masalah selama masa


pemulihan
f. Kemungkinan hasil yang terjadi apabila tidak dilakukan
tindakan/ pengobatan
g. Nama individu yang memberikan pengobatan
2. Setelah memberikan penjelasan, dokter wajib
menandatangani lembar format tersebut disertai oleh
perawat sebagai saksi

UNIT TERKAIT  Dokter penanggung jawab pasien (DPJP)


 Dokter ruangan
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TRIASE

No. Dokumen : Halaman


RUMAH SAKIT No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 007/APK/III/2016 1 dari 5

Ditetapkan:
Direktur RS.Daerah Madani

STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
07 Maret 2016
PROSEDUR
Dr. Isharwati, M.Kes
Pembina Tingkat I
Nip. 19590120 198711 2 001
1. Triage adalah suatu sistem untuk menyeleksi problem
PENGERTIAN
pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD)
sesuai dengan skala prioritas kegawat daruratannya.
2. Triage officer adalah petugas yang bertanggung jawab
melakukan triage pasien yang datang memerlukan
pelayanan IGD.
3. Triage dilakukan oleh seorang dokter, bila kondisi tidak
memungkinkan triage dilakukan oleh perawat IGD untuk
menyeleksi pasien sesuai dengan prioritas kegawat
daruratannya

TUJUAN Sebagai acuan untuk terselenggaranya pelayanan yang baik


dalam tingkat kedaruratan pasien, sehingga pasien terseleksi
untuk mendapat pertolongan sesuai dengan tingkat
kedaruratan yang ada pada pasien tersebut.

KEBIJAKAN Keputusan Direktur Tentang Kebijakan Akses ke Pelayanan


dan Kontinuitas Pelayanan

PROSEDUR 1. Pasien masuk diterima diruang triase oleh perawat


2. Dokter melakukan seleksi untuk menentukan jenis dan
berat ringannya penyakit
3. Dokter menempatkan pasien ke tempat pemeriksaan
sesuai dengan penyakitnya
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TRIASE

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 007/APK/III/2016 2 dari 5

4. Pembagian Pasien
a. Kategori I warna merah, penilaian dan pengobatan
simultan segera, pasien ditempatkan diruang resusitasi.
Kondisi pasien yang mengancam hidup dan
memerlukan tindakan segera. Antara lain : gagal
jantung, gangguan pernafasan, sumbatan jalan nafas,
frekuensi pernafasan < 10mnt, distress pernafasan
berat, tekanan darah < 80 (dewasa) atau syok pada
anak/ bayi, tidak responsif atau hanya respon nyeri
(GCS 9), kejang berkepanjangan, IV overdosis dan
tidak responsif atau hipoventilasi, ganngguan perilaku
berat dengan ancaman langsung kekerasan berbahaya.
b. Kategori 2 warna kuning, pasien perlu pemeriksaan
dengan segera dan menyeluruh dikarenakan keadaan /
Kondisi pasien cukup serius atau memburuk sangat
cepat sehingga ada potensi ancaman terhadap
kehidupan, perlu evaluasi dan pemeriksaan menyeluruh
untuk stabilisasi, diagnosis, dan terapi definitive,
potensial mengancam jiwa atau kegagalan sistem
organ, jika tidak diobati dalam waktu 10 menit dari
kedatangan. Antara lain : Risiko gangguan jalan nafas –
stridor parah atau mengeluarkan air liur dengan
distress, distress pernafasan berat, peredaran
kompromi: (berkeringat atau belang-belang kulit, perfusi
yang buruk, HR<50 atau>150 (dewasa), hipotensi
dengan efek hemodinamik, kehilangan darah yang
parah, nyeri dada seperti gangguan jantung umumnya),
nyeri hebat, mengantuk respon penurunan penyebab
(GCS < 13), Hemiparese akut / disfasia, demam dengan
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TRIASE

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 007/APK/III/2016 3 dari 5

tanda-tanda kelesuhan (semua usia), asam atau


splash alkali untuk mata yang- membutuhkan irigasi,
trauma multi besar (membutuhkan respon cepat tim
terorganisir), trauma lokal berat( patah tulang
besar,amputasi), riwayat resiko tinggi, meminum obat
penenang beracun yang signifikan berbahaya, perilaku
psikiatri : (kekerasan atau agresif, ancaman langsung
terhadap diri sendiri atau orang lain, membutuhkan
atau telah diperlukan menahan diri, agitasi atau agresi
berat.

Kondisi pasien dapat berlanjut ke kehidupan atau


mengancam extremitas,atau dapat menyebabkan
morbiditas yang signifikan, jika penilaian dan
pengobatan tidak dimulai dalam waktu 30 menit
kedatangan.Antara lain ; Hipertensi berat, kehilangan
cukup banyak darah – apapun penyebabnya ,sesak
nafas sedang, saturasi O2 90–95%,kejang (sekarang
waspada), demam pada pasien imunosupresi, muntah
terus menerus, dehidrasi, nyeri sedang sampai berat,
nyeri dada non jantung dan mungkin mob,nyeri perut
tanpa efek berisiko tinggi- mob parah atau pasien
usia< 65 tahun,cedera ekstremitas moderat–
deformitas, laserasi yang parah, luka lecet, limb-
sensasi diubah, periode tak ada nadi, trauma- riwayat
dengan penyakit berisikotinggi tanpa risiko tinggi
lainnya, neonatus stabil, perilaku/ psikiatri; (sangat
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TRIASE

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 007/APK/III/2016 4 dari 5

tertekan, risiko menyakiti diri, psikotik akut atau


disorder penuh, situasional krisis, merugikan diri
dengan sengaja, gelisah/ menarik diri/ berpotensi
agresif
c. Kategori III warna hijau – Penilaian dan memulai
pengobatan dalam waktu 60 menit, meliputi antara lain
: perdarahan ringan, aspirasi benda asing dengan tidak
ada gangguan pernafasan, cedera dada tanpa rasa
sakit tulang rusuk atau gangguan pernafasan, kesulitan
menelan tetapi tidak ada gangguan pernafasan, cedera
kepala ringan tidak kehilangan kesadaran, nyeri
sedang dengan beberapa faktor resiko, muntah atau
diare tanpa dehidrasi, peradangan mata atau benda
asing tapi pandangan normal, trauma ekstremitas
minor, nyeri kepala tanpa gangguan neurovaskuler,
bengkak pada sendi, nyeri perut non spesifik, perilaku /
psikiatri semi mendesak masalah mental kesehatan
dan berdasarkan pengamatan dan / atau tidak ada
resiko segera untuk diri sendiri atau orang lain.
Dan atau penilaian mulai pengobatan dalam 120 menit
kurang mendesak, meliputi antara lain nyeri minimal
dengan tidak ada fitur berisiko tinggi, riwayat penyakit
dengan risiko rendah dan sekarang asimtomatik, gejala
kecil dengan kondisi yang tidak berbahaya, luka – luka
kecil, lecet ringan (tidak memerlukan jahitan),
dijadwalkan kembali meninjau misalnya luka, perban
yang kompleks, imunisasi, perilaku/ psikiatri.

d. Kategori IV warna hitam, Penilaian dan pemeriksaan


menyeluruh tetap dilakukan oleh dokter dan perawat
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TRIASE

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


No. Revisi : 0
DAERAH MADANI 007/APK/III/2016 5 dari 5
terhadap pasien yang meninggal, bila telah dinyatakan
meninggal perawat IGD membawa pasien ke ruang
jenazah, perawat mendokumentasikan kelembar triase.

UNIT TERKAIT  Instalasi gawat Darurat


RESTRAIN KIMIA

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


DAERAH MADANI No. Revisi : 0
1 dari 2

Disahkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah
STANDAR
Tanggal Tertib
OPERASIONAL
PROSEDUR

dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001

PENGERTIAN Restrain kimia (chemical restraint) adalah suatu tindakan


emergensi untuk mengatasi gaduh/gelisah/tindak kekerasan
pasien dengan cara pemberian medikasi injeksi yang bersifat
sementara

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah melakukan


restrain kimia pada pasien untuk mencegah bahaya dan
cedera yang mungkin bias terjadi pada pasien atau orang lain

KEBIJAKAN 1. Surat Keputusan Direktur RSD Madani Nomor


…………………, tentang Kebijakn Umum Pelayanan Medik
di Rumah Sakit Daerah Madani.
2. Panduan praktek klinis SMF. Ilmu Penyakit Jiwa Tahun
2004

PROSEDUR 1. Persiapan
a. Obat-obatan : Haloperidol/Cholorpromazin, Diazepam
injeksi
b. Informed consent
2. Pelaksanaan
a. Mengidentifikasi perilaku yang memerlukan restrain
kimia
b. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada pasien
dan keluarga dengan menggunakan bahasa yang
RESTRAIN KIMIA

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


DAERAH MADANI No. Revisi : 0
2 dari 2

Sederhana sehingga mudah dimenegerti, trutama


tujuan dan lamanya pengikatan sehingga tidak ada
kesan menghukum.
c. Penandatanganan informed consent
d. Cara pemberian medikasi :
1. GMP ( gangguan mental dan perilaku akibat zat) dan
psikotik : injeksi haloperidol 5 mg intramaskular dan
diazepam 10 mg intravena pelan, dapat diulang tiap
30 menit. Dosis maksimal haloperidol 20 mg/24 jam.
Dosis maksimal diazepam 30 mg/24 jam.
2. GMO (gangguan mental organik) diberikan injeksi
haloperidol 2,5 mg intramaskular, dapat diulangi tiap
30 menit, dosis maksimal kurang dari 20 mg/24 jam
e. Lakukan pemeriksaan vital sign setiap 30 menit
f. Dilakukan bersamaan restrain mekanik
g. Bila pasien sudah terkendali (PANSS-EC 2-3), restrain
dihentikan dilanjutkan dengan medikasi oral.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
a. Dokumentasikan kenapa pasien harus direstain kimia
b. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan
c. Minta bantuan pengamanan satpam
d. Pertahankan privasi pasien
e. Evaluasi secara periodik kelanjutan restrain (tiap 30
menit)
f. Monitoring respon pasien selama restrain
Unit terkait  Instalasi farmasi
 Rawat inap
 Satpam
RESTRAIN MEKANIK

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


DAERAH MADANI No. Revisi : 0
1 dari 3

Disahkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah
STANDAR
Tanggal Tertib
OPERASIONAL
PROSEDUR

dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001

PENGERTIAN Restrain mekanik (mechanical restraint) adalah suatu tindakan


emergensi untuk mengatasi gaduh/gelisah/ tindak kekerasan
pasien dengan pengikatan anggota tubuh menggunakan tali
pengikat khusus yang bersifat sementara.

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah melakukan


restrain mekanik pada pasien untuk mencegah bahaya dan
cedera yang mungkin bias terjadi pada pasien atau orang lain

KEBIJAKAN 1. Surat Keputusan Direktur RSD Madani Nomor


…………………, tentang Kebijakn Umum Pelayanan
Medik di Rumah Sakit Daerah Madani.
2. Panduan praktek klinis SMF. Ilmu Penyakit Jiwa Tahun
2004

PROSEDUR 1. Persiapan
a. Tim pelaksana restrain yang terdiri dari 6 orang terlatih
b. Tali pengikat khusus yang tersedia
c. Informed consent
2. Pelaksanaan
a. Mengidentifikasi perilaku yang memerlukan restrain
kimia
b. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada pasien
dan keluarga dengan menggunakan bahasa yang
RESTRAIN MEKANIK

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


DAERAH MADANI No. Revisi : 0
2 dari 3

Sederhana sehingga mudah dimenegerti, trutama


tujuan dan lamanya pengikatan sehingga tidak ada
kesan menghukum.
c. Penandatanganan informed consent
d. Cara pemberian medikasi :
1. GMP ( gangguan mental dan perilaku akibat zat) dan
psikotik pengikatan dilakukan pada keempat
ekstremitas, dada atas dan lutut.
2. GMO (gangguan mental organik), pengikatan
dilakukan pada keempat ekstremitas saja
e. Pengikatan dilakukan oleh tim dengan susunan
1. Empat orang menahan anggota gerak
2. Satu orang mengendalikan kepala
3. Satu orang melakukan prosedur pengikatan
f. Tiap anggota gerak satu ikatan
g. Perhatikan lokasi ikatan sehingga tidak menggangu
aliran darah atau cairan.
h. Posisi kepala lebih tinggi untuk mencegah aspirasi
i. Lakukan pemeriksaan vital sign setiap 30 menit
j. Tempatkan pasien pada tempat yang mudah dilihat oleh
staf
k. Dilakukan bersamaan dengan restain kimia (pemberian
medikasi)
l. Bila pasien sudah terkendali, ikatan dilepas satu
persatu
m. Dua ikatan terakhir harus dibuka bersama sama. Tidak
dianjurkan untuk mengikat pasien hanya satu ikatan
pada anggota gerak
RESTRAIN MEKANIK

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


DAERAH MADANI No. Revisi : 0
3 dari 3

Hal hal yang harus diperhatikan


a. Dokumentasikan kenapa pasien harus diikat
b. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan
c. Minta bantuan pengamanan satpam
d. Pertahankan privasi pasien
e. Hindari pengikatan pasien pada side rail tempat tidur
f. Jauhkan simpul ikatan dari jangkauan pasien
g. Berikan rasa nyaman selama pengikatan
h. Monitor kondisi area yang diikat selama 15 menit
i. Lakukan perubahan posisi secara periodic setiap 3 jam
j. Sediakan alat untuk memanggil perawat, misalnya bel
k. Bantu pemenuhan kebutuhan dasar pasien seperti
:makan, minum eliminasi, dan kebersihan
l. Evaluasi secara periodic kelanjutan restrain setiap 30
menit
m. Monitoring respon pasien selama restrain
UNIT TERKAIT  Instalasi Farmasi
 Rawat Inap
 Satpam
PELAKSANAAN MANAJER PELAYANAN PASIEN
(CASE MANAGER)

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


DAERAH MADANI 0022/APK/III/2016 No. Revisi : 0
1 dari 3

Disahkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah
STANDAR
Tanggal Tertib
OPERASIONAL
10 Maret 2016
PROSEDUR

dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001

PENGERTIAN Case manager merupakan tenaga profesional di rumah sakit


yang memberikan dukungan dan keahlian yang
berkesinambungan melalui assesmen yang komprehensif,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi menyeluruh
mengenai kebutuhan individu pasien sejak pasien datang
hingga perencanaan pulang.

TUJUAN Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Rumah sakit


serta untuk mencapai produktifitas dan efisiensi kerja yang
optimal

KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Daerah Madani No.


067/7140.1/RSDM/2016 tentang Kebijakan Manajer
Pelayanan Pasien (Case Manager)

PROSEDUR 9. Melakukan skrining pasien yang membutuhkan manajemen


pelayanan pasien, pada waktu admisi atau bila dibutuhkan
pada waktu ruang rawat inap, berdasarkan pasien yang
meliputi:
f. Risiko tinggi yaitu pasien yang dirawat minimal oleh 3
dokter spesialis
g. Biaya tinggi diatas 50 juta rupiah
h. Kasus dengan penyakit kronis
i. Kasus melebihi rata-rata lama dirawat minimal 10 hari
PELAKSANAAN MANAJER PELAYANAN PASIEN
(CASE MANAGER)

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


DAERAH MADANI 0022/APK/III/2016 No. Revisi : 0
2 dari 3

j. Kasus yang diidentifikasi rencana pemulangannya kritis


atau yang membutuhkan kontinuitas pelayanan

10. Setelah pasien ditentukan sebagai pasien MPP, maka


dilakukan asesmen utilitas dengan mengumpulkan berbagai
informasi klinis, psikososial, sosioekonomi, maupun sistem
pembayaran yang dimiliki pasien.
11. Menyusun rencana manajemen pelayanan pasien tersebut,
berkolaborasi dengan DPJP serta para anggota tim klinis
lainnya, yang mencerminkan kelayakan/ kepatutan dan
efektifitas biaya dari pengobatan medis dan klinis serta
kebutuhan pasien untuk mengambil keputusan
12. Melakukan fasilitasi yang mencakup interaksi antara MPP
dan DPJP serta para anggota tim klinis lainnya dari
berbagai unit pelayanan, pelayanan administrasi,
perwakilan pembayar. Fasilitasi untuk koordinasi,
komunikasi dan kolaborasi antara pasien dan pemangku
kepentingan, serta menjaga kontinuitas pelayanan.
13. Memfasilitasi untuk kemungkinan pembebasan dari
hambatan yang tidak mempengaruhi kinerja/ hasil
14. Memfasilitasi dan memberikan advokasi agar pasien
memperoleh pelayanan yang optimal sesuai dengan sistem
pembiayaan dan kemampuan finansial dengan
berkonsultasi dengan DPJP, memperoleh edukasi yang
adekuat, termasuk rencana pemulangan yang
memperhatikan kontinuitas pelayanan yang aman.
15. Melakukan monitoring dan evaluasi proses-proses
pelayanan dan asuhan pasien
PELAKSANAAN MANAJER PELAYANAN PASIEN
(CASE MANAGER)

RUMAH SAKIT No. Dokumen : Halaman


DAERAH MADANI 0022/APK/III/2016 No. Revisi : 0
3 dari 3

16. Mendokumentasikan kegiatan MPP, termasuk dalam rekam


medis seperti pencatatan dalam formulir edukasi-informasi.

UNIT TERKAIT  Poliklinik


 Pengendali BPJS
 Laboratorium
 Radiologi
INFORMASI PASIEN RAWAT JALAN

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman 1 dari 2


RUMAH SAKIT 005/APK/III/2016
DAERAH MADANI

Ditetapkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Daerah Madani
Provinsi Sulawesi Tengah
STANDAR
Tanggal terbit :
OPERASIONAL
07 Maret 2016
PROSEDUR
dr. Isharwati,M.Kes
NIP. 19590120 1987 11 2 001

PENGERTIAN Informasi pasien adalah keterangan yang perlu disampaikan


oleh petugas kesehatan (dokter dan perawat) kepada pasien
dan keluarganya yang dapat mencerminkan profesionalisme
dalam pelayanan kesehatan dengan mengoptimalkan peran
dan fungsi tenaga kesehatan.

TUJUAN Tenaga kesehatan dapat memberikan informasi kepada pasien


dan keluarga dengan tujuan memberikan kenyamanan kepada
pasien, meminimalkan complain, sebagai alat komunikasi
efektif, sebagai bukti pemberian pelayanan kesehatan yang
komprehensif serta sebagai aspek legal.

KEBIJAKAN Keputusan Direktur tentang Kebijakan Akses ke Pelayanan


dan Kontinuitas Pelayanan Keputusan Direktur tentang
Kebijakan Asesmen Pasien

PROSEDUR 1. Pasien melaksanakan pendaftaran di loket pendaftaran


Poliklinik dan IGD
2. Pasien mendapat penjelasan proses administrasi rawat
jalan, informasi hak dan kewajiban
3. Pasien diterima di Poliklinik sesuai penyakit kemudian
diberikan nomor antrian
4. Pasien dengan berkebutuhan khusus dapat
diprioritaskanpelayanan
INFORMASI PASIEN RAWAT JALAN

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman 2 dari 2


RUMAH SAKIT
DAERAH MADANI 005/APK/III/2016

5. Pasien diinformasikan mengenai ruang pemeriksaan dan


dokter yang akan memeriksa
6. Pasien diinformasikari hasil pengkajian dokter dan
keperawatan
7. Pasien diinformasikan tentang rencana pengobatan dan
tindakan yang diperlukan
8. Pasien mendapat penjelasan tentang pengobatan dan
edukasi di rumah
9. Seluruh kegiatan pengkajian dan rencana pengobatan
didokumentasikan

UNIT TERKAIT  Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Daerah Madani


 SMF semua departemen
 Bagian administrasi pasien dan informasi medis RSD
Madani
 Komite Keperawatan
 Komite Medik

Anda mungkin juga menyukai