Anda di halaman 1dari 2

3.

MEKANISME KOMPENSASI TUBUH TERHADAP SYOK


Syok merupakan suatu sindrom klinis kompleks yang mencakup sekelompok keadaan
dengan berbagai manifestasi hemodinamik; petunjuk umumnya adalah tidak memadainya
perfusi jaringan. Keadaan hipoperfusi ini memperburuk hantaran oksigen dan nutrisi, serta
pembuangan sisa-sisa metabolit pada tingkat jaringan. Hipoksia jaringan akan menggeser
metabolisme dari jalur oksidatif ke jalur anaerob, yang mengakibatkan pembentukan asam
laktat. Kekacauan metabolisme yang progresif menyebabkan syok menjadi berlarut-larut, yang
pada puncaknya akan menyebabkan kemunduran sel dan kerusakan multisistem.
Syok bersifat progresif dan terus memburuk. Syok dapat dibagi dalam tiga tahap yang
makin lama makin berat: (1) Tahap I, syok terkompensasi (non-progresif), yaitu tahap
terjadinya respons kompensatorik, dapat menstabilkan sirkulasi, mencegah kemunduran lebih
lanjut. (2) Tahap II, tahap progresif, ditandai oleh manifestasi sistemik dari hipoperfusi dan
kemunduran fungsi organ, dan (3) Tahap III, refrakter, (atau ireversibel), yaitu tahap saat
kerusakan sel yang hebat tidak dapat lagi dihindari, yang pada akhirnya menuju kematian.
Syok dapat terjadi akibat berbagai keadaan yang dapat digolongkan sesuai empat
mekanisme etiologi dasarnya : (1) mekanisme kardiogenik, (2) mekanisme obstruktif, (3)
perubahan dalam distributif sirkulasi.1
Syok hipovolemik merupakan suatu kondisi ketika terjadi penurunan volume
intravaskular secara signifikan. Hal ini diakibatkan karena perdarahan atau kehilangan cairan
secara berlebihan salah satunya saat kondisi dehidrasi berat. Selain itu, syok hipovolemik juga
dapat terjadi akibat pergesaran cairan yaitu cairan ekstraseluler yang bergeser dari
kompartemen vaskular ke ruang interstitial. Ketika tubuh kehilangan banyak darah atau cairan,
akan mempengaruhi pengembalian darah melalui vena ke jantung. Ketika darah yang dibawa
oleh vena mempunyai kapasitas atau volume yang sedikit, pengisian ventrikel pun akan
menjadi sedikit sehingga, akan terjadi penurunan stroke volume (sv) dan mempengaruhi
penurunan cardiac output serta penurunan tekanan darah.
Pada kondisi syok hipovolemik, terjadi ketidakadekuatan volume darah yang
bersirkulasi ke jaringan sehingga tubuh akan berusaha untuk menyesuaikan segala perubahan
yang terjadi dengan melakukan mekanisme kompensasi. Tanpa adanya mekanisme
kompensasi, maka tubuh akan kehilangan volume vaskuler yang sangat cepat dan hal ini dapat
mengakibatkan syok ireversibel. Mekanisme kompensasi syok terbagi menjadi 2 yaitu untuk
mempertahankan fungsi jantung dan mempertahankan volume darah. Pada mekanisme
kompensasi untuk mempertahankan fungsi jantung dipengaruhi oleh saraf simpatik dimana
saraf tersebut memiliki respon yang sangat cepat apabilan terjadi penurunan perfusi. Jantung
akan menjadi takikardia akibat respin dari saraf simpatis. Selain itu, akan terjadi vasokonstriksi
pembuluh darah supaya meningkatkan aliran balik vena ke jantung. Selanjutnya, untuk
mekanisme pertahanan volume darah terjadi di hipotalamus dan liver. Pada hipotalamus akan
teraktivasi stimulasi rasa haus agar mempunyai keinginan memasukkan cairan ke tubuhnya.
Sistem saraf simpatis akan menstimulasi kelenjar adrenal untuk mensekresikan hormon
adrenalin dan noradrenalin. Hormon ini akan berikatan dengan α-receptor yang akan
menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh darah (kecuali pada otak dan jantung) agar aliran
darah lebih banyak mengalir pada daerah otak dan jantung.
Ginjal juga akan mengaktifkan RAAS (Renin Angiotensin Aldosterone System) melalui
stimulasi saraf simpatis untuk meningkatkan tekanan darah serta volume darah. Aktivasi
RAAS diawali dari terjadinya penurunan perfusi pada ginjal sehingga ginjal akan
mengeluarkan renin yang menjadi angiotensin I dengan bantuan enzim angiotensinogen.
Selanjutnya, angiotensin I akan berubah menjadi angiotensin II dengan bantuan enzim ACE
dari paru-paru. Angiotensin II berperan sebagai vasokonstruktor yang mengakibatkan
vasokonstriksi pembuluh darah. Selain itu, terjadi pelepasan aldosteron oleh korteks adrenal
yang berfungsi untuk retensi natrium dan air sehingga, volume darah dapat meningkat dan
urine output juga dapat menurun.2

Daftar pustaka :
1. O’Donnel M, Carleton PF. Disfungsi Mekanis Jantung dan Bantuan Sirkulasi. Dalam :
Sylvia AP, Wilson, LM. Patofisiologi Konsep klinis proses-proses penyakit. Volume
1.6 ed. Jakarta: EGC; 2006. hal. 641–645.
2. Pendit BU. Fisiologi manusia: dari sel kesistem. 6 ed. Yesdelita N, editor. Vol. 6.
Jakarta: EGC; 2011. 708-710 hal.

Anda mungkin juga menyukai