Anda di halaman 1dari 16

STRATEGI PEMASARAN TANAMAN BAWANG MERAH

Studi Kasus di Desa Duwel, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro, Propinsi Jawa Timur

SUHIRMAN
Fakultas Pertanian Universitas Bojonegoro
Jl. Lettu Suyitno No.2, Bojonegoro, 62119
E-mail: suhirman01@yahoo.co.id

Abstrak
Dalam rangka memuaskan konsumen dalam menikmati hasil produksi, maka petani akan
mengembangkan varietas terbaru dan akan mengefaluasi pasar. Sesuai dengan hokum alam jika
produk baru dinikmati konsumen, maka produk lainya akan menggeser harga produk lama maka
produk baru akan mengguasai pasar. Begitu besarnya petani dalam mengembangkan tanaman bawang
merah dan sistem pemasaran yang dihadapi petani maka peneliti usatani , pemasaran yang berlangsung
selama ini. Sehingga dapat diketahui apa penyebab permasalahan pemasaran. Hal tersebut yang
menyebabkan peneliti berminat untuk mencari penyebab permasalahan tanaman bawang merah,
sehingga dapat di ketahui strategi apa yang tepat untuk digunakan dalam pemasaran tanaman bawang
merah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1 ) Mengetahui efisiensi usahatani tanaman bawang
merah ( 2 ) Mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pemasaran bawang merah di
daerah penelitian. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah observsi, identifikasi masalah,
analisis faktor internal dan eksternal, analisis strategi dengan metode SWOT, penetapan strategi,
perancangan rencana kerja, kesimpulan. Hipottesis dalam penelitian ini bahwa hipotesis ini adalah
1.Diduga usahatani tanaman bawang merah Desa Duwel Kecamatan Kedungadem efisien. 2. Diduga
strategi pemasaran tanaman bawang merah Desa Duwel Kecamatan Kedungadem baik untuk
dikembangkan. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah (purposive), dengan jumlah
populasi 281 dan diambil 10% maka jumlah sampel 30 petani responden.dengan analisis R/C Ratio,
analisis IFAS, dan EFAS dan analisis SWOT. Berdasarkan hasil penelitian,maka diperoleh besarnya
total biaya usahatani yang dikeluarkan sebesar Rp 16.487.500/hektar, dan penerimaan sebesar Rp
64.962.500 dan dapat ketahui bahwa perhitungan R/C Ratio usaha tani bawang merah, berarti dalam
usaha tani efisien atau usahatani atau usahatani bila R/C Ratio < 1. Dengan demikian hipotesis
penelitian ini terbukti bahwa diduga usahatani Tanaman Bawang Merah Desa Duwel Kecamatan
Kedungadem efisien. Nilai skor dari matrik IFAS sebesar 1,29 yang menggambarkan bahwa
kemampuan petani dalam mengakomodir fakta strategi internal dalam kondisi rata-rata. Pada matrik
EFAS memiliki total skor sebesar 2,65 yang mengabarkan bahwa bahwa kemampuan petani dalam
menghadapi peluang dan ancaman juga dalam kondisi rata-rata. Berdasarkan penetapan kedalam
matriek IE memiliki titik kuadran P sebesar (3,50:2,35) dari masing-masing total skor faktor internal
dan eksternal, maka penetapan Strategi Tanaman Bawang Merah di Desa Duwel Kecamatan
Kedungadem Kabupaten Bojonegoro berada pada kuadran I ( satu ) yaitu menggunkan strategi agresif
dan strategi yang paling sesuai di gunakan pada posisi ini penetrasi pasar dan pengembangan pasar.
Pada analisis mtrik SWOT diperoleh beberapa alternatif strategi yaitu mempertahankan kualitas,
memperluas pangsa pasar, meningkatkan kerjasama dengan menjaga hubungan baik dengan pedagang
pengepul, mempererat hubungan baik dengan pelanggan, memper luas tempat penyimpanan gudang
dan menjaga tempat penyimpanan agar tetap bersih dan kering dan meningkatkan kegiatan promosi

Katakunci – bawang merah, strategi pemasaran, usahatani

1
PENDAHULUAN perbandingan antara volume penjualan dengan
Indonesia merupakan negara agraris pendapatan petani.
dengan luas lahan yang sangat luas dan Dalam hal strategi pemasaran petani
keanekaragaman hayati yang sangat beragam. Di harus mempunyai jiwa kompetitif dan
negara agraris seperti Indonesia, pertanian kompleksitas untuk menarik pasar agar data
mempunyai kontribusi penting baik terhadap penjualan produk yang dihasilkan petani bisa
perekonomian maupun terhadap pemenuhan masuk dalam sekala besar, sehingga pasar
kebutuhan pokok masyarakat, apalagi dengan tersebut bisa menuntut hubungan yang lebih
semakin meningkatnya jumlah penduduk yang antara penjual dan pelaku pasar.
berarti bahwa kebutuhan akan pangan juga Di Desa Duwel Kecamatan
semakin meningkat. Selain itu, ada peran Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro
tambahan dari sektor pertanian yaitu merupakan desa yang penduduknya mayoritas
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani bawang
sebagian besar sekarang berada di bawah garis merah. Petani di daerah tersebut percaya, bahwa
kemiskinan. prospek tersebut menjanjikan. Terbukti dengan
Indonesia terletak di daerah tropis yang hampir seluruh petani yang mengaku jika
memiliki berbagai tipe iklim, sehingga prospek bawang merah membuat mereka
memungkinkan untuk mengembangkan berbagai sejahtera, karena keuntungan yang diperoleh
jenis hortikultura. Bawang merah (Allium dapat mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.
ascalonicum) merupakan tanaman semusim dan Begitu besarnya minat petani dalam
salah satu komoditas sayuran bernilai ekonomi mengembangkan tanaman bawang merah dan
tinggi yang banyak dibutuhkan dalam kehidupan sistem pemasaran yang dihadapi petani maka
sehari-hari serta tidak sedikit memberikan peneliti ingin mengetahui sistem pemasaran
sumbangan dalam peningkatan kesejahteraan yang berlangsung selama ini . Sehingga dapat
petani. diketahui berapakah besarnya usahatani dalam
Persaingan dalam bidang pertanian ini permasalahan pemasaran.
sangat menguntungkan bagi petani bawang Hal tersebut yang menyebabkan peneliti
merahagar dapat bersaing di dalam pasar,karena berniat untuk mengetahui strategi apa yang
itu petani lokal harus memiliki strategi digunakan dalam pemasaran tanaman bawang
pemasaran yang tepat agar tanaman bawang merah. Maka penelitian ini berjudul "Strategi
merah bisa bersaing dalam pasar. Dalam strategi Pemasaran Tanaman Bawang Merah di Desa
pemasaran petani juga harus melihat kebutuhan Duwel Kecamatan Kedungadem Kabupaten
konsumen maupun kebutuhan pasar. Merancang Bojonegoro".
strategi pemasaran yang kompetitif dimulai
dengan melakukan analisis terhadap pesaing, METODE
petani secara terus menurus membandingkan Metode penentuan Daerah Penelitian
nilai dan kepuasan pelanggan dengan nilai Dalam penentuan lokasi penelitian
kualitas bawang merah tersebut. dilakukan secara sengaja atau (purposive)
Menurut (kotler dan Armstrong, 2001) sampling atau terjun langsung di daerah yang
ada 2 jalur idenfikasi dan peluang pasar yaitu. akan diteliti secara terarah. Penelitian ini
Identifikasi terhadap produk baru (varietas merupakan studi kasus di Desa Duwel,
bawang merah baru) dan identifikasi terhadap Kecamatan Kedungadem, Kabupaten
produk yang sudah ada dalam pasar, dari kedua Bojonegoro. Alasan melakukan penelitian di
identifikasi tersebut maka ada tiga bagian utama daerah tersebut, bahwa di daerah tersebut
yang harus dilakuakan oleh pemasar, yaitu: merupakan sentra budidaya bawang merah, yang
penetrasi pasar,perluasan pasar,pengembangan mana hampir seluruh petani di daerah tersebut
produk baru. Kegiatan pemasaran umumnya menanam bawang merah. Selain itu di daerah
memfokuskan pada produk dan harga . tersebut terdapat tiga kelompok tani yang
Aktifitas pemasaran dalam suatu produk beranggotakan seluruh petani yang ada di daerah
dapat dilihat dari besar kecilnya volume tersebut. Kelompok tani tersebut merupakan
penjualan yang dicapai petani yang bersangkutan lembaga petani yang aktif sebagai wadah untuk
dalam suatu periode. Umumnya bila volume menyalurkan adanya inovasi baru serta untuk
penjualan diperoleh rendah maka keuntungan membantu petani dalam berusahatani.
akan rendah pula. Hal ini mempunyai

2
Tempat dan Waktu Penelitian seperti pajak,dan sewa lahan.
Tempat penelitian di Desa Duwel, Untuk menguji hipotesi yaitu: diduga bahwa
Kecamatan Kedungadem, Kabupaten usahatani Bawang Merah adalah efisien.
Bojonegoro. Waktu penelitian di mulai pada Dibuktikan dengan membandingkan penerimaan
bulan Maret sampai bulan Juni 2015. dan pengeluaran atau dengan menguji nilai RC
Metode Pengumpulan Data ratio.
Populasi dalam penelitian ini adalah Digunakan rumus uji sebagai berikut
petani komoditas hortikultura yang (hertanto,F.1989) :
membudidayakan bawang merah di Desa Duwel, TR
Kecamatan Kedungadem, Kabupaten RC ratio =
Bojonegoro. TC
Setelah mengetahui jumlah populasi pada Keterangan :
daerah penelitian langkah berikutnya adalah
memilih secara acak sejumlah sampel petani. RC ratio = Rentur and cost ratio ( Imbangan
Untuk menentukan besarnya sampel dari suatu biaya dan penerimaan)
populasi dapat dihitung dan menggunakan TR = Total Revenue ( Total penerimaan)
metode acak sederhana ( simple random TC = Total cost ( Total biaya)
sampling ). Adapun acuan yang digunakan Kaidah pengujian dari uji ini adalah :
yaitu peendapat Suharsimi Arikunto (2004) Bila RC ratio >1, maka usahatani tersebut efisien
yang mengatakan bahwa “ untuk populasi yang / menguntungkan.
subjeknya kurang dari 100 responden, maka Bila RC ratio <1, maka usahatani tersebut tidak
lebih baik diambil semua, sehingga efisien merugi.
penelitiannya adalah penelitian populasi dan Bila RC ratio = 1, maka usahatani tersebut
selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih dari dinyatakan impas.
100 responden dapat diambil antara 10% - 15% Analisis lingkungan internal dan eksternal
dari jumlah popula. Analisis dengan menggunakan matriks
Metode Analisis Data IFAS (internal strategic factors analysis
Data usahatani tanaman bawang summary) dan EFAS ( external strategic factor
merah,dalam hal ini komoditas bawang merah analisis summary) yaitu untuk mengetahui
yang telah terkumpul selanjutnya ditabulasi dan seberapa besar pengaruh faktor-faktor internal
dianalisis dengan pendekatan analisih usahatani. dan eksternal yang dianalisis dalam strategi
Selanjutnya informasi data dihimpun kemudian pemasaran bawang merah di Desa Duwel
dilakukan identifikasi faktor yang Kecamatan Kedungadem Kabupaten
mempengaruhi pemasaran bawang merah di Bojonegoro.
Desa Duwel Kecamatan Kedungadem Analisis internal dilakukan untuk
Kabupaten Bojonegoro dengan menggunakan mengetahui faktor-faktor kekuatan dan
teknik perbandingan berpasangan (paired kelemahan yang dimiliki oleh petani bawang
compariso) untuk setiap kegiatan bila ditinjau merah. Faktor tersebut dievaluasi dengan
dari lingkungan internal dan eksternal, kemudian menggunakan matrik IFAS (internal strategi
faktor tersebut dianalisis dan dievaluasi. factors analysis summary) dengan langkah-
Selanjutnya hasil analisi lingkungan internal dan langkah sebagai berikut.
eksternal ini dilanjutkan dengan tahap SWOT 1. Menyusun dalam kolom 1kekuatan dan
(strengths, weaknesses, oppotunities, threats). kelemahan petani bawang merag di Desa
Analisis usahatani Duwel Kabupaten Bojonegoro. Kecamatan
Analisis ini dilakukan untuk Kedungadem
menentukan semua unsur-unsur biaya dan 2. Memberi bobot pada setiap faktor kekuatan
penerimaan tunai dan non tunai pada usaha tani dan kelemahan dengan range 0,0 (tidak
yang tepat. biaya usaha tani dapat diturunkan penting) dan total bobot nilai sama dengan1
dari: (kolom 2)
1. Variabel Cost: biaya langsung produksi 3. Menghitung ranting (kolom 3), masing-
seperti benih,pupuk, pestisida,dan tenaga masing faktor dengan skala 4 faktor
kerja. tersebut terhadap kodisi petani bawang
merah di Desa Duwel Kecamatan
2. Fixet cost/ biaya tetap atau biaya tiadak Kedungadem Kabupaten Bojonegoro.
langsung atau overhead cost Pemberian ranting untuk fakfor yang

3
bersifat positif (kekuatan) diberi nilai +1 untuk faktor yang bersifat positif (peluang)
(sangat kurang) sampai dengan +4 (sangat diberi nilai + 1 (sangat kurang) sampai
baik). Faktor yang bersifat negatif dengan nilai + (sangat baik). Faktor yang
(kelemahan), kebalikannya. bersifat negatif (ancaman) kebalikannya.
4. Penghitungan skor pada kolom 4 yaitu 4. Mengalikan niali bobot poda kolom 2
dengan mengalihkan bobot pada kolom 2 dengan nlai ranting pada kolom 3 untuk
dengan ranting dengan kolom 3. mendapatkan skor pada kolom 4.
5. Menjumlahkan semua skor untuk 5. Skor yang diperoleh dijumlahkan sehingga
mendapatkan skor total pada petani bawang di peroleh jumlah skor pemasaran bawang
merah di Desa Duwel Kecamatan merah di Desa Duwel Kecamatan
Kedungadem Kabupaten Bojonegoro yang Kedungadem Kabupaten Bojonegoro. Total
tinggi. Nilai rata-rata adalah 2,5.jika skor berkisar antara 1,0 sampai dengan 4,0
nilainya di bawah 2,5 menandakan secara dengan rata-rata 2,5 total skor 4,0
internal petanai bawang merah di Desa menunjukan pemasaran bawang merah di
Duwel Kecamatan Kedungadem Kabupaten Desa Duwel Kecamatan Kedungadem
Bojonegoro adalah lemah, sedangkan nilai Kabupaten Bojonegoro merespon total skor
yang berada diatas 2,5 yang menunjukkan 1,0 menunjukkan pemasaran bawang merah
posisi internal yang cukup di Desa Duwel Kecamatan Kedungadem
Matrik INFAS seperti di sajikan pada Kabupaten Bojonegoro tidak dapat
tabel 1. memanfaatkan peluang dan mengatasi
Tabel 1 : Matriks IFAS (internal strategic ancaman yang ada.
factor analysis summary) Matrik EFAS seperti pada Tabel 2 berikut ini.
Sumber : Rangkuti, (2004). Tabel 2 : Matrik EFAS (external strategic
Analisis eksternal dilakukan dengan faktor analysis summary)
maksud untuk mengetahui dan mengidintifikasi Faktor-faktor
Bobot Ranting Skor
peluang dan ancaman yang ada. Faktor eksternal Innternal
(2) (3) (4)
(1)
yang di evaluasi tentunya yang berpengaruh
Kekuatan
secara lansung maupun tidak lansungterhadap 1.........................
pemasaran bawang merah di Desa Duwel ..
2.........................
Faktor-faktor Bobot Ranting Skor .dst.
Eksternal (1) (2) (3) (4)
Kelemahan
Peluang 1.........................
1........................ ...
2....................dst 2.........................
Ancaman ...dst.
1......................... Total
2.....................dst
Total

Kecamatan Kedungadem Kabupaten Sumber : Rangkuti,(2004)


Bojonegoro. Dalam hal ini digunakan Matriks
EFAS (external strategik factors analisis Analisis SWOT (strengths,weaknesses,
summany) yang tahapannya sebagai berikut. opportunities, threats)
1. Menyusun dalam kolom 1 semua macam Analisis SWOT merupakan alat bantu
dan ancaman . berupa matrikyang dapat digunakan untuk
2. Memberikan bobot dengan range 0,0 (tidak mengembangakan strategi yang didasarakan
penting) sampai 1,0 (sangat penting), pada situasi lingkungan internal dan eksterna.
sehingga total nilai sama dengan 1 (kolom Analisis SWOT adalah kelanjutan dari analisis
2). situasi internal dan eksternal, dimana faktor-
3. Menghitung ranting pada kolom 3,untuk faktor internal berupa faktor-faktor kekuatan dan
masing -masing faktor dengan skala 4 kelemahan dikombinasikan dengan faktor-faktor
(sangat baik) samapi dengan 1 (sangat eksternal berupa faktor-faktor peluang dan
kurang), berdasarkan pengaruh faktor ancaman , dimana kombinasi ini akan
tersebut terhadap pemasaran bawang merah menghasilkan beberapa strategi umum
di Desa Duwel Kecamatan Kedungadem pemasaran tanaman bawang merah di Desa
Kabupaten Bojonegoro.pemberian ranting Duwel Kecamatan Kedungadem Kabupaten
Bojonegoro.

4
Menurut Rangkuti (2004) tahapan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
rumuskan strategi pemasaran bawang merah di Hasil Penelitian
Desa Duwel Kecamatan Kedungadem Karakteristik Petani Responden
Kabupaten Bojonegoro melalui matrik SWOT Karakteristik petani responden dapat
sebagai berikut. dilihat dari beberapa aspek yaitu umur
1. Meletakkan faktor-faktor kekuatan dan responden, jumlah anggota keluarga yang
kelemahan pada kolom 2 dan kolom 3 , menjadi tanggungan, tingkat pendidikan,
faktor-faktor peluang dan ancaman masing- pengalaman bertani, luas lahan yang dimiliki,
masing pada baris 2 dan baris 3 pada jenis pengairan, beberapa faktor yang
matriks SWOT (tabe 3). mempengaruhi keputusan responden dalam
2. Merumuskan strategi SO yang merupakan mengelola usaha tani yang dijalankannya.
kombinasi faktor-faktor kekuatan-peluang a. Usia Responden
yang diletakkan dalam sel strategi SO. Usia petani bawang merah responden di
3. Merumuskan strategi WO yang merupakan Desa Duwel berkisar dari 22 tahun sampai
kombinasi faktor-faktor kelemahan-peluang dengan 52 tahun. Menurut ( Adjid, D 2001 ),
yang diletakkan dalam sel strategi WO. bahwa semakin muda umur petani maka
4. Merumuskan strategi ST yang merupakan semakin semangat untuk mengetahui hal yang
kombinasi faktor-faktor kekuatan-ancaman baru, sehingga dengan demikian mereka
yang diletakkan dalam sel strategi ST. berusaha untuk cepat melakukan adobsi
5. Merumuskan strategi WT yang merupakan walaupun sebenarnya mereka masih belum
kombinasi faktor-faktor kelemahan- berpengalaman soal adobsi tersebut. Dalam
ancaman yang diletakkan dalam sel strategi pengelompokan usia dibedakan menjadi 3
WT. golongan antara lain usia muda (17-34), usia
Matrik SWOT digambarkan Sebagai berikut : setengah tua (35-50) dan usia tua (50>). Berikut
Gambar 1 Matriks SWOT hasil penelitian berdasarkan pengelompokan usia
petani resoponden diDesa Duwel tersaji dalam
Situasi STRENGTH (S) WEAKNESS (W)
Internal Identifikasi Identifikasi tabel 10 sebagai berikut.
Faktor-faktor Faktor-faktor Tabel 10: Prosentase Jumlah Petani Responden
Situasi Eksternal kekuatan kelemahan Menurut Klasifikasi Umur Desa
OPPORTUNITY (O) STRATEGI SO STRATEGI WO Duwel 2015
Identifikasi Strategi yang Strategi yang No. Klasifikasi umur Jumlah Prosentase (%)
Faktor-faktor peluang menggunakan Meminimalkan (Th) (orang)
kekuatan untuk kelemahan untuk 1. (17-34) 3 10
memanfaatkan memanfaatkan
2. (35-50) 21 70
peluang peluang
3. (>50) 6 20
THREAT (T) STRATEGI ST STRATEGI WT Jumlah 30 100
Identifikasi Strategi yang Strategi yang
Faktor-faktor menggunakan meminimalkan Sumber: Data Primer Diolah 2015
ancaman kekuatan untuk kelemahan dan Dari tabel diatas menunjukan bahawa
mengatasi menghindari
ancaman ancaman petani yang berusia muda(17-34) Sejumlah 4
Sumber : Rangkuti, (2004). orang atau 10%, petani usia setengah tua (35-50)
Strategi Matrik SWOT sebagai berikut : sejumlah 21 orang atau 70%, sedangan usia tua
1. Strategi SO (strenght-oppotunity) sejumlah 6 orang atau 20%. Berdasarkan data
Mengunakan kekuatan yang meilik untuk tabel diatas bahwa usahatani didaerah penelitian
mengambil peluang yang banyak dikembangkan oleh petani usia setengah
ada, tua. Usia tersebut merupakan usia yang dapat
2. Strategi ST (strenght-threat) dikatakan sebagai usia produktif. Usia produktif
Mengunakan kekuatan untuk menghindari merupakan suatu tahap dimana pada usia
dari mengatsi ancaman. tersebut kemampuan fisik petani cukup potensial
3. strategi WO (weakness-opprortunity) untuk menjalankan aktivitasnya baik untuk
Mengunakan peluang yang di miliki untuk mengolah lahan maupun untuk mengembangkan
mengatsi kelemahan. usaha tani yang mereka miliki dalam hal ini
4. strategi WT ( weakness-threat) usaha tani bawang merah.
Berupanya meminimalkan kelemahan dan b. Tingkat Pendidikan
menghindari ancaman. Tingkat pendidikan yang pernah ditempuh
petani juga berpengaruh terhadap pola pikir dan

5
penguasaan teknologi. Berdasar pada tingkat memiliki jumlah anggota keluarga 4 sebanyak 4
pendidikan formal, sebagian besar responden orang atau 13,3%, sedangkan yang memeiliki
menempuh pendidikan setara sekolah dasar (SD) jumlah anggota keluarga kurang dari sama
yaitu sejumlah 4 orang atau 13,3%, sedangkan dengan 3 sebanyak 21 orang atau 70%. Dalam
untuk sekolah menengah pertama (SMP) hal ini berkaitan dengan seberapa banyak
sejumlah 12 atau 40% dan sekolah menengah kontribusi yang diberikan dalam kegiatan
atas (SMA) ditempuh oleh 12 orang atau 40% usahatani bawang merah.
dan bahkan sebanyak 2 orang atau 6,7% tidak
pernah merasakan dunia pendidikan, seperti d. Pengalaman Bertani
yang terlihat pada Tabel 11. Aspek pengalaman bertani juga
Tabel 11 : Tingkat Pendidikan Petani Responden berpengaruh terhadap keputusan petani untuk
Desa Duwel 2015 mengembangkan usaha tani bawang putih.
No. Pendidikan Jumlah(org) Prosentase(%) Pengalaman bertani responden berkisar dari 1
1. Tidak sekolah 2 6,7 tahun sampai dengan 20 tahun. Tabel 13
2. SD 4 13,3 menunjukkan bahwa petani dengan pengalaman
3. SMP 12 40 bertani 0 – 5 tahun sejumlah 5 orang atau 16,6%,
4. SMA 12 40
pengalaman bertani 6 -10 tahun sejumlah 10
Jumlah 30 100
orang atau 33,3%, pengalaman bertani 11 – 15
Sumber: Data Primer Diolah 2015 tahun sejumlah 12 orang atau 40%, pengalaman
Dengan jenjang pendidikan formal yang bertani 16 – 20 tahun hanya sejumlah 3 orang
ditempuh petani relatif terbatas maka atau 10%. Berikut data pengalaman bertani
pengelolaan usaha tani bawang merah hanya petani responden diDesa Duwel dalam tabel 13.
dijalankan secara sederhana sesuai dengan Tabel 13 : Pengalaman bertani Responden Desa
kebiasaan yang selama ini dilakukan dan Duwel 2015
Pengalaman
informasi yang didapatkan antar petani. Selain No. Jumlah(org) Prosentase(%)
bertani (tahun)
itu, petani juga mendapatkan pendidikan 1. 0–5 5 16,6
informal berupa penyuluhan yang diadakan oleh 2. 6 – 10 10 33,3
Petugas Penyuluh Lapangan Kecamatan 3. 11 – 15 12 40
Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro sehingga 4. 16 – 20 3 10
dapat menjadi faktor pendukung baik Jumlah 30 100
pengetahuan maupun informasi yang lebih Sumber: Data Primer Diolah 2015
banyak bagi petani untuk mengelola usaha tani e. Luas Lahan
bawang merah. Luas garapan adalah luas lahan yang
c. Jumlah Anggota yang Menjadi dikerjakan oleh petani dalam berusahatani
Tanggungan bawang merah. Luas lahan dibagi menjadi tiga
Jumlah anggota keluarga yang menjadi golongan yaitu dengan luas lebih dari 0,8 hektar
tanggungan bagi petani sebagai kepala keluarga golongan lahan yang luas , 0,5 – 0,8 hektar
akan berpengaruh terhadap motivasi berusaha golo0ngan lahan sedang, dan kurang dari 0,5
tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hektar golongan lahan sempit ( Soekartawi ,
hari. Jumlah anggota keluarga berkisar dari 1 1989). Berdasarkan data primer yang telah
anggota sampai dengan 5 anggota. Berikut diolah luas lahan petani responden dapat
pengelompokan berdasarkan jumlah anggota disajikan dalam tabel 14 berikut:
keluarga tersaji dalam tabel 12 sebagai berikut. Tabel 14 : Luas Lahan Petani Responden Desa
Tabel 12 : Jumlah dan presentase anggota Duwel 2015
keluarga petani responden Desa No. Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Prosentase(%)
Duwel 2015 1. < 0,5 4 13,3
Jumlah anggota Jumlah petani 2. 0,5 – 0,8 18 60
No. Prosentase(%)
keluarga (jiwa) responden
3. > 0,8 8 26,3
1. 5 5 16,6 Jumlah 30 100
2. 4 4 13,3
3.. 3 21 70 Sumber: Data Primer Diolah
Jumlah 30 100 . Luas lahan akan mempengaruhi
Sumber: Data Primer Diolah 2015 produktifitas, dengan yang lahan sempit akan
Dari tabel 12 nenunjukan bahwa petani mempermudah dalam melakukan usahatani
responden yang memiliki jumlah keluarga lebih bawang merah atau lebih terkontrol
dari 5 sebanyak 5 orang atau 16%, yang

6
dibandingkan dengan lahan yang luas yang usahatani bawang merah dapat dilihat pada tabel
membutuhkan pengawasan yang ekstra. 16 sebagai berikit.
Pembahasan Tabel 16. Rata-rata biaya tidak tetap usahatani
Analisis Deskriptif Usahatani bawang merah perhektar/musim tanam.
Dalam suatu proses produksi, baik No Uraian Jumlah Harga Jumlah
(kg) satuan( (Rp)
produksi pertanian maupun produksi lainnya, Rp)
persoalan biaya memiliki kedudukan yang 1 Biaya tidak tetap
sangat penting, biaya produksi akan muncul a. Bibit 123 19.000 2.337.000
b. Pupuk
dalam setiap kegiatan ekonomi dimana usahanya
 ZA 520 2.000 1.039.738
akan selalu berkaitan dengan diperlakuannya  SP 36 531 2.000 1.061.738
input( factor-faktor produksi) atau input lainnya  NPK 52 8.000 416.000
yang digunakan dalam proses produksi tersebut (  KCL 73 7.000 511.000
Total 3.028.476
Kartasapoetra, 1988) 2 c. Pestisida
a. Biaya produksi usahatani  Cair 1.441.000
Biaya produksi usahatani adalah adalah  Padat 487.000
semua pengeluaran yang harus dikeluarkan Total 1.928.000
petani untuk memperoleh input atau factor- 3 d. Tenaga kerja
faktor produksi dalam usahatani guna untuk  Pria 145 85.000 4.810.000
 Wanita 74 65.000 17.135.000
memeperoleh output yang diinginkan. Menurut (
Total 17.135.000
Kartasapoetra, 1993 ), pada hakekatnya biaya Jumlah 23.501.477
adalah sejumlah uang tertentu yang telah
diputuskan guna pembelian atau pembayaran Sumber : Analisis data primer 2015
input yang diperlukan sehingga dengan Dari 16 diatas dapat kita ketahui bahwa faktor –
tersedianya sejumlah uanag atau biaya yanag faktor produksi selain luas lahan adalah bibit,
benar- benar diperhitungkan sedemikian rupa pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Untuk bibit
agar produksi dapat berlangsung lebih lanjut. menggunakan jenis yang sama, jenis bibit yang
Menurut (Soekartawi, 2002) biaya digolongkan digunakan adalah varietas bauji yang cocok
menjadi dua yaitu biaya tetap ( fixed cost) dan ditanam pada saat musim hujan. Sementara
biaya tidak tetap ( variable cost ). pupuknya adalah ZA, SP 36, NPK, dan KCL
b. Biaya tetap ( Fixed coxt) serta pestisida yang digunakan relatif sama
hanya saja harga yang membedakan tiap masing
Biaya yang dikeluarkan untuk pembiayaan masing petani, sehingga peneliti menghitung
input atau factor – factor produksi yang sifatnya besarnya rata-rata jumlah biaya yang
tetap, waluapun produk atau output yang dikeluarkan petani untuk satu kali musim tanam.
dihasilkan berubah. Biaya tetap pada usahatani Rata – rata biaya yang dikeluarkan
bawang merah dapat dilihat pada tabel 15 petani bawang merah untuk penggunaan faktor -
dibawah ini. faktor produksi diDsesa penelitian adalah untuk
Tabel 15 : Rata – rata biaya tetap usahatani bibit sebesar 123 kg/ha, dengan harga Rp 19.000
bawang merah per hektar/ musim kg. Untuk penggunaan pupuk sejumlah 1.176
tanam. kg/ha yang terdiri dari pupuk ZA 520 kg/ha
No Uraian Jumlah biaya tetap (Rp )
dengan harga Rp 2000/kg, SP 36sebanyak 531
1 Biaya tetap kg/ha dengan harga Rp 2000/kg, NPK sebanyak
Pajak 14.500 52 kg/ha dengan harga Rp 8000/kg, dan KCL
Bunga modal 1.367.000 sebanyak 73kg/ha dengan harga Rp 7000./kg.
Sewa lahan 1.239200
Jumlah 2.620.700 Sedangkan untuk pestida digunakan sebesar Rp
Sumber : Analisis data primer 2015 1.928.000/ha untuk pestisida cair dan sebesar Rp
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 1.441.000/ha untuk pestisida berbentuk padat
biaya tetap yang dibutuhkan dalam satu kali Rp.487.000 Penggunaan rata – rata tenaga kerja
tanam bawang merah per hektar sebesar Rp sebesar 219 HKSP/ha , yang terdiri dari tenaga
a. Biaya tidak tetap ( Variable cost) pria 145 HKSP/ha dan tenaga wanita 74
Biaya yang dibutuhkan untuk pembiayaan input HKSP/ha. Untuk satu tenaga kerja HKSP
atau faktor – faktor produksi yang sifatnya dihitung dengan satuan rupiah perhari, untuk
berubah ubah atau mempengaruhi jumlah output tenaga wanita setara dengan 0,7 HKSP
yang dihasilkan. Biaya tidak tetap untuk (Soekartawi, 2002 ), ditempat penelitian biaya

7
yang dikeluarkan sebesar HKSP Pria Rp 85.000, berbagai bentuk macam olahan tanaman bawang
dan HKSP wanita sebesar Rp.65.000 merah seperti, dibuat bawang goreng, kripik
5.2.2. Pendapatan usahatani dan R/C Ratio bawang merah, buat bumbu masak siap saji, dan
Menurut Soekartawi, dkk 1986, sebagainya. Dengan meningkatkan kegunaan
pendapatan usahatani adalah selisih antara bentuk, produsen dapat meningkatakan harga
penerimaan dengan pengeluaran total ( net farm jual dalam bentuk lain. Dengan demikian dapat
income). Dari hasil analisis data primer meningkatkan pendapatan
didapatkan hasil, untuk jumlah produksi bawang 2. Kegunaan tempat
merah rata – rata per hektar sebanyak 8175 kg, Areal penanaman tanaman bawang
dengan harga rata-rata ditingkat petani sebesar merah terpencar dan umamnya berjauhan dengan
Rp 7950 /kg, maka diperoleh penerimaan konsumen atau pusat pusat-pusat pemasaran
sebesar Rp 64.489.500 yang letaknya juga terpencar-pencar pada daerah
Sedangkan total biaya produksi yang yang berlainan. Untuk menjangkau pusat-pusat
dikeluarkan petani bawang merah sebesar Rp pemasaran tersebut, maka harus ada sarana
16.498.500/ha, pendapatan adalah selisih transportasi untuk menyambungkan barang dari
penerimaan dengan biaya produkanisi untuk produsen ke konsumen. Di samping itu juga
usahatini bawang merah pendpatanya yaitu pengemasan juga berpengaruh terhadap tingkat
sebesar total didapatkan sebesar Rp 48.464.000 perlindungan bawang merah dari kerusakan yang
/ha, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam mungkin terjadi dalam kegitan pemasaran.
tabel sebagai berikut. Dengan demikian penggunaan tempat sangat
Tabel 17 : Rata-rata biaya produksi , berpengaruh terhadap kualitas sampai ke
penerimaan dan pendapatan konsumen.
3. Kegunaan waktu
Jumlah ( Kebutuhan konsumen terhadap bawang
No Uraian R/C Ratio
Rp )
merah dapat dipastikan akan selalu ada dan
1 Total penerimaan 64.962.500 2,8
meningkat dari tahun ke tahun. Akan tetapi pada
2 Total biaya 16.498.500 umumnya produksi bawang merah belum tentu
3 Total pendapatan 48.464.000 berkesinambungan sepanjang tahun, tergantung
Sumber : Analisis data primer diolah 2015 pada musim yang ada. Oleh karena itu, tata
Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat niaga bawang merah perlu pergudangan atau
efisiensi usahatani bawang merah ditempat penyimpanan yang baikuntuk memenuhi
penelitian. R/C ratio merupakn perbandingan kebutuhan konsumen. Namun di Indonesia,
antara t otal penerimaan dengan total biaya sarana penyimpanan yang demikian itu dirasa
pengeluaran. Maka dari tabel diatas dapat perlu untuk mengantisipasi kelang kaan
diketahui bahwa nilai R/C ratio sebesa,2,8 dipasaran, sehingga bawang merah tersedia di
berarti bahwa usahatani bawang merah diDesa pasaran sepanjang tahun.
Duwel Kecamatan Kedungadem layak dan 4. Kegunaan hak milik
menguntungkan. ( Simatupang,2002 dan Dengan adanya proses pemasaran, maka
Rusastra 1996 dalam Siregar dan Sumaryanto terjadi pemindahan hak dari produsen ke
2003). konsumen melalui pihak-pihak lain yang terlibat
Gambaran Umum Pemasaran Tanaman dalam dalam proses pemasaran, sehingga terjadi
Bawang Merah pertukaran yang dapat memberikan nilai. Di
Desa Duwel Kecamatan Kedungadem dalam program pemasaran bawang merah, selain
Kabupaten Bojonegoro Pemasaran merupakan meningkatkan kegunaan, penentuan harga dan
kegiatan akhirdari penanganan paska panen yang jalur-jalur lembaga tata niaga harus diperhatikan.
dilakukan oleh petani responden terhadap Penentuan harga harus disesuaikan dengan
konsemen. Secara teoritis, untuk kualitas tanaman bawang merah. Tanaman
meningkatkanarus barang, terhadap empat jenis bawang merah tergolong dalam kelas harus
kegunaan yang dapat ditingkatkan dalam proses memiliki tingkat harga.
tata niaga yang efisien, yaitu sebagai berikut. Lembaga-lembaga yang berperan dalam
1. Kegunaan bentuk pendistribusian tanaman bawang merah dari
Perubahan atau pengolahan tanaman bawang petani produsen hingga ke konsumen adalah
merah menjadi bentuk atau bentuk lain sangat sebagai berikut :
berguna memenuhi kebutuhan atau keinginan 1. tengkulak
konsumen yang beragam. Untuk meningkatakan 2. pedagang pengepul

8
3. pedagang besar mendistribusikan hasil panenya keluar daerah
4. industry makanan seperti. Jakarta, Semarang,Lamongan,
5. pedagang kecil khususnya untuk wilayah Jawa Timur dan Jawa
6. pedagang pengecer ( pasar umum, swalayan, Tengah.
supermarket) Berdasarkan pada hasil penelitian dalam
dalam pemasaran tanaman bawang usaha tani terhadap strategi pemasaran tanaman
merah, umunya petani melakukannya melalui bawang merahyang sedang berjalan di Desa
tiga pola pemasaran, yaitu dari petani produsen Duwel Kecamatan Kedungadem Kabupaten
ke pengecer kemudian ke konsumen. Bias juga Bojonegoro terdapat kekurangan pengetahuan
dari petani produsen kepada pedagang besar dan tentang peluang pasar yang sedang berlaku di
dari pedagang besar melanjutkan lagi ke pasaran. Berdasarakan dari hasil kuisioneryang
pengecer lalu ke konsumen. Selain itu bias sudah di ketahui petani dan wawancara yang
jugadari petani produsen kepedagang pengepul telah dilakukan, sistem penjualan masih manual,
lalu di jualnya ke pada pedagang besar. Dari yang masih mengandalkan lembaga pemasaran.
pedagang besar menjualnya lagi ke pengecer Sehingga petani lambat mengetahui permintaan
kemudian ke konsumen. Pola mana yang akan di yang sedang berjalan di di pasaran.
pilih dalam pemasran bawang merah tergantung Sebagian petani di Desa Duwel ada yang
pada beberapa pertimbangan seperti daya serap melakukan penjualan langsung ke konsumen,
pasar, selera konsumen dan sifat tanaman yang akibatnya petani mengalami kesulitan apabila
cepat rusak. bawang merah dalam jumlah banyak tidak sesuai
Penyampaian produk hasil panen dengan harga yang di inginkan,sehingga secara
tanaman bawang merah dari petani produsen tidak langsung pentani menjualnya karena tidak
sampai ke konsumen dapat melalui mata rante mempunyai tempat penyimpanan yang sesuai.
pemasaran yang panjang maupun jalur distribusi Indentifikasi Lingkungan Internal dan
yang pendek. Tipe pemasaran dengan mata Eksternal Petani Bawang Merah di Desa
rantai yang panjang akan melibatkan lebih Duwel Kedungadem.
banyak lembaga pemasaran sehingga menjadi Identifikasi Lingkungan Internal
tidak efisien, karena akan memperbesar biaya Faktor internal petani merupakan
pemasaran dan akan berakibat mahalnya hara lingkungan yang terdiri dari kekuatan dan
bawang merah. Sebaliknya dngan jalur rantai kelemahan yang dimiliki oleh petani.
pemasaran yang pendek dapat meningkatkan Lingkungan internal petani adalah sumberdaya
daya beli konsumen pada harga yang layakdan petani. Sumberdaya petani meliputi aspek
meningkatkan penerimaan petani produsen, operasional, sumber daya manusia, pemasaran,
karena dengan jalur tata niaga yang pendek , dan keuangan petani. Petani bawang merah di
petani produsen dapat menjual produknya secara Desa Duwel Kecamatan Kedungadem memiliki
lebih tingi. pengalanam di bidang budidaya bwang merah
Pemasaran tanaman bawang merah oleh cukup lama sekitar 8 tahun, hal ini menjadi
petani di Desa Duwel Kecamtan Kedungadem kekuatan.
Kabupaten Bojonegoro selama ini di jalankan Selama ini kontinyuitas produk yang di
dengan sistem kemitraan. Biasanya para dukung dengan kemitraan dengan pedagang
pedagang pengepul atau pedagang perantara pengepul dan pedagang besar sangat
menawarkan harga beli yang sama-sama baik.identifikasi terhadap aspek operasional
menguntungkan kedua kedua belah pihak menunjukan bahwa kualitas produkyang
contohnya dengan harga beli Rp 8.000.00 per bermutu dan ketepatan waktu dalam
kg. kekurangan cara ini petani tidak bisa pendistribusian merupakan kekuatan dari petani,
menentukan harga karena biasanya harga sudah yang selalu tepat waktu dalam
di tentukan oleh pedagang perantara tersebut. pengiriman,sehingga jadwal pengiriman ke
Disamping itu, para petani bawang pembeli sesuai dengan jadwal yang telah
merah juga memasarkan hasil panenya ke kota- ditentukan.
kota besar atau di beberapa daerah yang Pedagang pengepul atau pedagang
memiliki menat pasar yang cukup potensial. perantara dalam menetapkan harga sesuai
Dengan ini petani menjalin mitra dengan dengan mekanisme pasar, jika permintaan
pedagang besar yang memiliki jaringan meningkat maka harga jual juga meningakat dan
pedagang pengecer tanaman bawang merah di sebaliknya. Dalam penetapan harga,petani
wilayah setempat. Misalnya saja seperti berusaha menetapkan harga yang kompetitif.

9
Perang harga sering terjadi diantara 1 Kualitas tanaman yang
7 Tidak memiliki modal
pesaingnya,dan apa bila terjadi perang harga sendiri
bermutu
8 Tanaman dalam bentuk
petani harus siap menanggung kurigian. Hal ini 2 Ketetapan waktu dalam
segar tidak tahan lama
3 pendistribusian
juga menjadi kekuatan bagi petani. 4 Pengalaman usahatani
9 Kondisi tempat
penyimpanan kurang
Namun dalam hal menjalin kemitraan cukup lama
memadai
dengan pedagang pengepul dan pedagang besar 5 Harga yang kompetitif
10 Kurangnya promosi
6 Kemitraan dengan
belum berkembang baik. Dalam hal ini masih 11 Hasil produksi kurang
pedagang pengepul dan
optiamal
tergantung pada pedagang pengepul dan pedagang besar baik
pedagang besar lama.sehingga wilayah daerah
Sumber : Analisis data primer diolah 2015
pemasaran masih terbatas.
Identifikasi Lingkungan Eksternal
Disisi lain kelemahan utama petani
Identifikasi faktor-faktor eksternal
adalah aspek modal. Modal usahatani bawang
petani meliputi faktor-faktor peluang yang harus
merah ini sebagian besar di usahakan petani
dimanfaatkan oleh petani dan faktor-faktor
dengan pinjaman sehingga keuntungan yang
ancaman yang harus dihadapi oleh petani.
diperoleh belum dapat digunakan untuk
Faktor-faktor eksternal ini terdiri dari
pengembangan usaha. Hanya sedikit petani
lingkungan makro petani dan lingkungan mikro
bawang merah yang mampu mengelola dari
petani.
modal sendiri untuk mengembangkan
Identifikasi terhadap lingkungan makro
usahataninya.
petani menunjukkan bahwa secara demografi
Namun pengadaan bawang merah oleh
dengan bertambahnya jumlah penduduk dan
petani oleh petani belum optimal, hal ini
semakin semakin tingginya tingkat pendidikan
didasarkan masih adanya pesanan yang tidak
masyarakat yang menyebabkan meningkatnya
dapat di penuhi oleh pihak petani. Di sisi lain,
kesadaran masyarakat akan gisi dan kesehatan,
sebagian besar petani masih menghadapi kendala
serta langsung akan mempengaruhi pada
dalam penyediaan tempat penyimpanan bawang
peningkatan konsumsi bawang merah sebagai
yang memadai, hal ini dilihat dari daya tamping
pelengkat masakan atau kebutuhan lainya.
tempat penyimpananyang terkadang tidak dapat
Petani bawang merah di Desa Duwel
menampung bawang merah setelah panen.
Kecamatan Kedungadem sudah memiliki tujuan
Bawang meraha yang masih tertumpuk, belum
pemasaran yang jelas, dengan jelasnya tujuan
dapat ditata kondisi ini yang menyebabkan
pemasaran tersebut menjadi peluang petani
bawang merah cepat rusak dan cepat membusuk.
karena dimungkinkan adanya peningkatan
Promosi yang dilakukan oleh petani
produksi, akibat dari peningkatan jumlah
bawang merah Desa Duwel Keamatan
penduduk.
Kedungadem kurang berkembang karena
Petani bawang merah cukup banyak, di
pedagang pengepul dan pedagang
Kabupaten Bojonegoro sendiri terdapat sentra
besarmerupakan pelanggan-pelanggan lama dan
petani bawang merah di Kecamatan Gondang,
sedikit sekali adanya pembeli baru. Disisi lain
Kecamatan Kepohbaru. Hal ini merupakan suatu
adanya upanya bersama untuk menciptakan atau
ancaman bagi petani bawang merah di
menggunakan media promosi yang dapat
Kecamatan Kedungadem khusnya di Desa
menjangkau luas yang yang bias di jangkau oleh
Duwel karena berpengaruh terhadap penjualan
masarakat.
maupun pendapatan petani. Ancaman lain yang
Berdasarkan uraian diatas, maka faktor-
dihadapi petani adalah kenaikan BBM yang
faktor kekuatan dan kelemahan yang di miliki
berpengaruh terhadap biaya produksi dan
oleh petani bawang merah Desa Duwel
pemasaran yang semakin tinggi.
Kecamatan Kedungadem yang berkaitan dengan
Nilai inflasi yang tinggi merupakan
pemasaran bawang merah bias dilihat pada
ancaman yang kuat bagi petani karena hal ini
Tabel 18.
berpengaruh pada kenaikan harga bahan bak ar
Tabel 18 : Identifikasi Lingkungan Internal
minyak yang akan berdampa pada kenaikan
Petani Bawang Merah di Desa Duwel
harga lainya yang yang berpengaruh ancaman
Kecamatan Kedungadem
Faktor-faktor Internal
pada nilai tukar rupiah yang tidak stabil dan
Kekuatan Kelemahan berdampak juga pada kenaikan harga produksi
bawang merah berpengaruh terhadap kenaikan
harga jual bawang merah yang mempengaruhi

10
pertimbangan konsumen untuk membeli bawang matriks IFAS strategi pemasaran bawang merah
merah. di Desa Duwel Kecamatan Kedungadem
Faktor pengaruh perubahan iklim, Kabupaten Bojonegoro dapat di ketahui pada
musim kemarau yang tidak dapat ditentukan tabel 20 berikut ini.
sepanjang tahu. Hama dan penyakit dampak Tabel 20 : Hasil analisis Matriks IFAS Strategi
terhadap sistem budi daya bawang merah Pemasaran Bawang Merah di Desa
diperkirakan bias terjadi dalam curah hujan Duwel Kecamatan Kedungadem
tinggi. Sehingga pembusukan pada bawang Faktor- faktor Internal Bobot Ranting Skor
( 1) (2) (3) (4)
merah lebih cepat terjadi. Kekuatan
Pergantian cuaca ekstrem yang biasanya A. Kualitas tanaman 0, 112 2, 39 0, 33
banya turun, kemusim , membuat hama tanaman yang bermutu 0, 133 1, 75 0, 26
B. Ketepatan waktu
tanaman bawang merah berkembange baik dan dalam 0, 115 2, 54 0, 45
cepat. Tanaman bawang merah para petani yang pendistribusian 0, 117 2, 59 0,35
C. Pengalaman 0, 126 2, 95 0,37
baru di tanam rusak. Hama ini menyerang daun, usahatani cukup lama
akibatnya daun menjadi kriting. D. Harga yang
Berdasa hasil identifikasi faktor-faktor kompetitif
E. Kemitraan dengan
eksternal petani dan wawancara dengan para pedagang pengepul
petani di peroleh peluang dan ancaman petani dan pedagang besar
yang dapat dilihat pada tabel 19 baik
Kelemahan
Tabel 19. : Identifikasi Lingkungan Eksternal F. Tidak memiliki 0, 084 2, 09 0, 40
Petani Bawang Merah Desa Duwel modal sendiri
Kecamatan Kedungadem G. Tanaman dalam 0, 077 2, 80 0, 42
bentuk segak tidak 0, 076 1,45 0, 39
Faktor-faktor eksternal tahan lama 0, 087 1, 79 0, 22
Peluang Ancaman H. Harga yang 0, 074 4, 04 0, 39
kompetitif
F. Persaingan dalam
I. Kurangnya promosi
A. Pasar Global usaha
J. Hasil produksi
B. Peningkatan jumlah penduduk G. Kenaikan harga
kurang optimal
C. Meningkatnya kesadaran BBM
masyarakat akan gizi H. Inflasi Total 1 2, 59
D. Peningkatan Jumlah I. Pemanasan global
Pendduduk perubahan iklim
E. Daerah pemasaran jelas J. Serangan hama Berdasarakan tabel 20 bahwa kualiatas
produk yang bermutu,, ketetapan waktu dalam
Sumber : Analisis data primer diolah 2015 pendistribusian dan harga yang kompetitif
5.5. Perumusan Alternatif Strategi merupakan kekuatan pertama petani bawang
Perumusan alternative strategi dianalisis merah di Desa Duwel Kecamatan Kedungadem
dengan menggunakan matriks IFAS dan IFAS yang ditunjukkan dengan nilai ranting tinggi..
yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Indicator harga yang kompetitif mempunyai nilai
faktor- faktor internal dan eksternal yang ranting 2,59 , kualitas produk yang bermutu dan
dianalisis dalam strategi pemasaran bawang ketetapan waktu dalam pendistribusian
merah di Desa Duwel Kecamatan Kedungadem mempuyai nilai ranting 4,0 ini merupakan
Kabupaten Bojonegoro. indicator yang paling penting dalam pemasaran
tanaman bawang merah di Desa Duwel
5.5.1. Analisis Matrik Strategi Evaluasi Kecamatan Kedungadem. Sedangkan kurangnya
Faktor Internal (IFAS) promosi dan belum cukupnya modal sendiri
Analisis matrik IFAS merupakan hasil merupakan kelemahan petani bawang merah di
dari identifikasi faktor internal berupa kekuatan Desa Duwel Kecamatan Kedungadem
(strengths) dan kelemahan (weakness) yang Kabupaten Bojonegoro.
berpengaruh terhadap strategi pemasaran Total skor rata-rata untuk matriks IFAS
bawang merah di Desa Duwel Kecamatan adalah 2,53. Hal ini menunjukan bahwa petani
Kedungadem Kabupaten Bojonegoro. Penentuan bawang merah di Desa Duwel Kecamatan
nilai dan bobot. Penentuan ranting di peroleh Kedungadem Kabupaten Bojonegoro
dari tiga puluh orang responden,sedangkan total mempunyai kekuatan internal diatas rata-rata
skor dengan mengalikan bobot dan ranting. yaitu 2, 50. Ini berarti bawang merah di Desa
Hasil identifikasi diperoleh melalui kuis Duwel Kecamatan Kedungadem mempunyai
sioner dari tiga puluh orang responden yang kekuatan yang besar sehingga mampu mengatasi
sudah diolah dengan nilai rata-rata. Hasil analisis kelemahan dalam berusahatani.

11
5. 5. 2. Analisis Matriks Strategi Evaluasi 5. 5. 3 Matriks Internal Eksternal (IE)
Faktor Eksternal ( EFAS) Matriks IE di peroleh dari hasil
Analisis matriks EFAS merupakan hasil penggabungan matriks IFAS dan EFAS dari
dari identifikasi faktor- faktor eksternal berupa hasil analisis matriks IE ini maka dapat di
peluang ( opportunities) dan ancaman ( threats) ketahui proses Petani Bawang Merah di Desa
yang berpengaruh terhadap Strategi Pemasaran Duwel Kecamatan Kedungadem dalam
Tanaman Bawang Merah di Desa Duwel merumuskan strategi pemasaran. Berdasarkan
Kecamatan Kedungadem. Jumlah responden dari nilai total skor dari matriks IFAS sebesar
yang mengisi kuisioner matriks EFAS adalah 2,59 yang menggabarkan bahwa kemampuan
tiga puluh orang. Penelitian bobot dilakukan petani dalam mengakomodir faktor strategis
dengan cara mencari rata-rata mencari bobot dari internal dalam kondisi rata-rata. Pada matriks
ketiga responden yang mengisi kuisioner, begitu EFAS memiliki total skor 2, 56 yang
juga untuk menentukan nilai ranting dilakukan menggambarkan petani dalam menghadapi
dengan cara mencari rata-rata nilai ranting dari peluang dan ancaman juga dalam kondisi rata-
tiga puluh responden. Hasil analisis matriks rata.
EFAS dapat di lihat pada tabel 22.
Tabel 21 : Hasil analisis Matriks EFAS Strategi Berikut gamba matriks Internal Eksternal
Pemasaran Bawang Merah di Desa Duwel Gambar 2. Matriks Eksternal Strategi
Kecamatan Kedungadem Pemasaran Tanaman Bawang
Faktor- faktor Eksternal Bobot Ranting Skor Merah di Desa Duwel
( 1) (2) (3) (4)
peluang Kecamatan Kedungadem
A. Pasar Global 0,135 2, 09 0, 40 Kabupaten Bojonegoro
B. Peningkatan jumlah 0, 143 2, 20 0, 42 A 0 ( 16,44 )
penduduk 0, 142 1, 45 0, 39
C. Meningkatnya B
kesadaran penduduk 0,111 1, 79 0, 22
akan gisi dan
kesehatan 0, 131 4, 04 0, 39
B. Permintaan jumlah
permintaan
C. Daerah pemasaran
jelas
D P ( 3.50,2,35) T ( - 7,97 )
Ancaman C
D. Persaingan dalam 0, 060 2, 09 0,12
usaha (pesaing 0, 089 2, 80 0,26
domestic) 0, 052 1, 45 0,10
E. Kenaikan harga BBM 0, 062 1, 79 0, 12
F. Inflasi 0, 062 4, 04 0, 24
G. Pemanasan Global
(perubahan iklim)
H. Serangan hama
Total 1 2, 56

di dalam matrik IE, dari masing- masing


Berdasarkan tabel 21 tersebut bahwa hasil total skor faktor internal dan eksternal, maka
identifikasi faktor eksternal berupa ancaman penempatan strategi pemasaran Bawang Merah
bagi Petani Bawan Merah di Desa Duwel di Desa Duwel Kecamatan pada kuadran p.
Kecamatan Kedungadem ada beberapa faktor posisi pada kuadran ini termasuk dalam
yangter besar adalah kenaikan harga BBM juga pertahankan dan pelihara dan strategi yang
merupakan ancaman bagi petani bawang merah paling sesuai di gunakan pada posisi ini adalah
di Desa Duwel Kecamatan Kedungadem di penetrasi pasar dan pengembangan pasar.
tunjukan dengan nilai ranting tertinggi yaitu 2, Strategi penetrasi pasar dan
80 dan serangan hama yang ditunjukan dengan pengembangan pasar berusaha meningkatkan
nilai ranting 4, 04 dan. Total skor rata- rata pangsa pasar untuk produk yang sudah ada di
untuk matriks EFAS adalah 2, 54 yang berada pasar melalui usaha yang lebih gencar.
di atas rata-rata sebesar 2. 50. Total skor rata- Peningkatan pangsa pasar ini dapat dilakukan
rata 2, 54 memperliahtkan bahwa petani dengan menjangkau pasar pasar yang
mengambil keuntungan dari peluang yang ada sebelumnya belum di sentuh oleh pesaing-
dan meminimalkan ancaman untuk pesaing lain dan meningkatkan kerjasama. Hal
mengoptimalkan kegitan kegitan pemasaran ini dapat di lakukan dengan meningkatkan usaha
bawang merah. promosi melelui kegiatan- kegiatan promosi

12
diluar daerah. Penetrasi pasar sebaiknya Opportunities (O) S Strate
1. Pasar t gi W –
dilakukan dengan memperluas atau menjangkau Global r O
pasar yang baru. 2. Peninkata a
5.5 4. Matriks SWOT n t 1. memp
jumlah e erluas
Berdasarkan aspek kekuatan, kelemahan, penduduk g tempat
peluang, dan ancaman yang terdapat dalam 3. .Meningk i penyi
atnya mpana
analisis internal dan eksternal dalam upanya kesadaran S n dan
pengembangan Pemasaran Tanaman Bawang masyarak - memp
Merah Desa Duwel Kecamatan Kedungadem at akan erhati
gisi, O kan
dapat di susun beberapa alternatif strategi kesehatan keada
dengan cara memindahkan hasil analisis data 4. Peningkat 1. Mempert an
matriks IFAS dan EFAS kedal matriks SWOT. an jumlah ahankan lingku
permintaa yang di ngan
Pada matriks SWOT dilakukan pencocokan n miliki
antara kekutan dan kelemahan dengan peluang 5. Daerah (S1, S2,
pemasara S4- O5)
dan ancaman berusahatani. Dari penggabungan n jelas 2. Memperl
matrik SWOT di peroleh beberapa alternatif uas
strategi yaitu strategi S-O, strategi WO, dan jaringan
yang baru
strategi W-T. Hasil analisis matriks SWOT dan
Pemasaran Tanaman Bawang Merah Desa mencari
Duwel Kecamatan Kedungadem dapat dilihat informasi
kebutuha
pada Gambar 3. n
Gamabar 3. : Matriks SWOT Strategi konsume
n (S3, S5,
Pemasaran Tanaman O1,O2,
Bawang Merah di Desa O3, O4)
Duwel Kecamatan 3. Memperl
uas pasar
Kedungadem (S1, S3, -
Strengths (s) Weakness (W) O1)
1. Kualitas 1. Tidak Treaths (T) Strategi S- T Strategi W – O
tanaman memil 1. persaingan 1. meningka 1.Meningkatkan
yang iki dalam usaha tkan kerja promosi ( w4 –
bermutu modal 2. kenaikan sama T1 )
(S1) sendiri harga BBM pedagang
2. Ketetapan 2. Tana 3. Inflasi dan
waktu man 4. Pemanasan mengama
Internal dalam dalam Global/ ti
pendistrib bentuk perubahan perkemba
usian (S2) segar iklim ngan
Eksternal 3. Pengalam tidak 5. Serangan petani
an tahan hama peasing
usahtani lama sebagai
cukup 3. Kondi bahan
lama (S3) si menyusu
4. Harga tempat n strategi
yang penyi yg lebih
kompotitf mpana baik
(S4) n 2. meningka
5. Kemitraa kuran tkan
n dengan g hubungan
pedagang mema baik
pengepul, dai dengan
besar baik 4. Kuran menjual
(S5) gnya produk
promo yang
si kualiasa,p
5. Hasil engiriman
produ tepat
ksi waktu
kuran (S1, S2,-
g T1)
optim
al

13
5.5 5. Strategi S-O saja persaingan dalam menjalin
Strategi S-O adalah strategi yang menggunakan kerjasama, tetapi juga persaingan untuk
kekuatan untuk memanfaatkan peluang. memperluas jaringan dan menguasai
Berdasarkan kekuatan yang dimiliki dan peluang pasar setelah mengamati perkembangan
yang dihadapi Petani Bawang Merah Desa kekuatan dan kelemahan petani pesaing.
Duwel Kecamatan Kedungadem dapat Hubungan yang baik dengan pedagang
dirumuskan strategi sebagai berikut : pengepul Bawang Merah dapat menjadi
1. Mempertahankan kualitas dengan keunggulan bagai Petani Bawang
pelangan dengan keunggulan yang Merah Desa Duwel Kecamatan
dimiliki. Keunggulan yang dimiliki Kedungadem dalam mengirim pasokan
Petani Bawang Merah Desa Duwel Bawang Merah yang berkualitas dan
Kecamatan Kedungadem antara lain kontinyu (S5- T1)
adalah kualitas tanaman yang bermutu, 2. Mempererat hubungan baik dengan
ketetapan w Maktu dalam pengiriman, pedagang pengepul dan pedagang besar
harga yang kompetitif, keunggulan- melalui penjualan produk yang
keunggulan tersebut dapt digunakan berkualitas dan pengiriman tepat waktu.
untuk memanfaatkan peluang dimana Dengan produk yang berkualitas dan
Petani Bawang Merah di Desa Duwel pengiriman tepat waktu pedagang
Kecamatan Kedungadem selama ini pengepul akan melakukan pembelian. (
memiliki daerah pemasaran yang jelas S1, S2,-T1).
yaitu Jakarta, Seamarang, Lamongan,
wilayah jawa Tengah, dan Jawa Timur. 5.5.7.Strategi W-O
(S1, S2, S4- O5 ) Stategi W-O adalah strategi yang mengatasi
2. Memperluas jaringan dengan pedagang kelemahan dengan memanfaatkan peluang.
pengepul dan pedagang besar yang baru Berdasarkan kelemahan yang dimiliki dan
dan mencari informasi kebutuhan peluang yang dihadapi Petani Tanaman Bawang
konsumen. Dengan pengalaman di Merah Desa Duwel Kecamatan Kedungadem
bidang usahatani Bawang Merah yang dapat dirumuskan dengan memperluas tempat
cukup lama yaitu 9 tahun memperkuat peyimpanan / gudang yang baik sehingga bias
citra petani di mata pedagang pengepul, mempertahankan stok. Dengan kerjasama yang
ini dapat di laksanakan untuk baik dengan pedagang pengepul dan pedagang
memperluas kerjasa dengan pedagang besar memastikan pasokan Bawang Merah tetap
pengepul dan pedagang besar yang kontinyu, pasokan Bawang Merah tersebut
amsih cukup banyak di Indonesia (S3, tentunya akan disimpan didalam gudang
S5,-O1,O2, O3, O4 ) sebelum dipasarkan, sehingga gudang perlu
3. Memperluas pangsa pasar. Dengan diperluas agar memiliki daya tampung yang
produk yang bermutu dan pengalaman optimal, dan kondisi gudang harus bersih dan
dalam usahatani cukup lama dan kering (w3-O40).
dimanfaatkan untuk menghadapi 5.5 8. Strategi W-T
peluang adanya pasar global. Untuk Strategi W-T adalah strategi yang
pengembangan pasar luas perlu meminimalkan kelemahan dan menghindari
dilakukan. ( S1, S3,-O1 ) ancaman. Dari kelemahan yang dimiliki
ancaman yang dimiliki ancaman yang dihadapi
5.5.6.Strategi S-T Petani Bawang Merah Desa Duwel Kecamatan
Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan Kedungadem dapat dirumuskan dengan
kuatan untuk menghindari ancaman yang di meningkatkan kegiatan promosi tentang
hadapi Petani Bawang Merah di Desa Duwel keunggulan Bawang Merah di Desa Duwel
Kecamatan Bojonegoro. Kekuatan yang dapat di Kecamatan Kedungadem tidak hanya petani
rumuskan sebagai berikut pesaing dalam satu wilayah kabupaten tetapi
1. Meningkatkan kerjasama dan menjaga pesaing dari luar daerah lain. Dengan melakukan
hubungan baikdengan pedagang promosi kepada masyarakat bahwa kualitas
pengepul dan mengamati Bawang Merah dari Desa Duwel Kecamatan
perkembangan petani pesaing sebagai Kedungadem tidak kalah dengan Bawang Merah
bahan menyusun strategi yang lebih dari daerah lain, petani dapat mempertahakan
baik. Persaingan dalam usahatani bukan

14
panngsa pasar yang ada dan memperluas pangsa hubungan baik dengan pelanggan,
pasar baru (W4-T1) memperluas tempat penyimpanan
gudang dan menjaga kondisi tempat
KESIMPULAN penyimpanan agar tetap bersih dan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kering dan meningkatkan kegiatan
dilakukan terhadap strategi pemasaran promosi.
Tanaman Bawang Merah di Desa Duwel
Kecamatan Kedungadem yang meliputi DAFTAR PUSTAKA
Usahatani, analisi IFAS, analisis EFAS, A.G Katrasapoetra, 1993, Pengantar Ekonomi
analisis SWOT maka dapat disimpulkan Produksi Pertanian,
sebagai berikut : Bina Aksara ,Jakarta.
1. Usahatani bawang merah yang diusahakan
oleh petani reponden di daerah penelitian Agustinus Sri Wahyudi, 1999, Manajemen
menunjukan bahwa rata – rata biaya sarana Stratejik, Binarupa Aksara, Jakarta.
produksi (input) yang duikeluarkan sebesar
37.293.448/ha, dengan penerimaan sebesar Agustina Shinta, 2011, Ilamu Usahatani
Rp 68.823.700/ha dan R/C rasio antara Penerbit Universitas Brawidjaya
penerimaan dengan pengeluaran diperoleh Pres ( UB Pres)
nilai perbandingan sebesar 1,8 > 1, atau
dapat dikatan usahatani bawang merah Agus Widarjono, 1999. Penduduk dan
didaerah penelitian layak dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia :
menguntungkan. Pendapatan rata- rata yang Analilisis Kausalitas, Juranal Ekonomi
diperoleh petni sebesar Rp 31.530.252 Pembangunan,
2. Faktor internal yang menjadi kekuatan vol 4 No 2 Tahun 1999.
tanama bawang merah di Desa Duwel
Kecamatan Kedungadem adalah kualitas Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian
yang bermutu, ketetapan waktu dalam Suatu Pendekatan Praktek, PT.Rineka
pengiriman, pengalaman petani di Desa Cipta, Jakarta.
Duwel dalam ber budidaya Tanaman
Bawang Merah cukup lama, memiliki Basu Swastha dan Irawan, 2005, Manajemen
harga yang kompetitif, dan kemitraan Pemasaran Modern. Liberty,
dengan pedagang pengepul baik Yogyakarta.
3. Sedangakan yang menjadi kelemahan
adalah tidak mempunyai modal sendiri, David, Fret R, 2004, Manajemen Strategis
kondisi atau tempat penyimpanan Konsep, Edisi Kesembilan, prentice
kurang memadai, kurangnya promosi, Hall. Indeks, Jakarta.
dan hasil kurang optimal
4. Faktor eksternal yang menjadi peluang Husein Umar, 2004, Metode Penelitian untuk
adalah pasar global/ domestic, Skripsi dan Tesis Bisnis, Cetakan ke-6,
peningkatan jumlah PT Raja Grafindo persada, Jakarta.
penduduk,meningkatkan kesadaran
masyarakat akan gisi dan kesehatan, Koltler Philip dan Amstrong, 2001,Prinsip-
permintaan dan daerah pemasaran yang Prinsip Manajemen, Jilit 1 Edisi
jelas. Sedangkan ancaman dari faktor Kedelapan, Alih B Bahasa Oleh Damos
eksternal adalah pesaingan dalam usaha Sihombing, MBA, Penerbit erlangga,
,kenaikan harga BBM, nilai tuakar Jakarta.
rupiah yang tidak stabil, dan adanya
serangan hama tanaman. Kotler Philip, 2001, Manajemen Pemasrana :
5. Pada analisis SWOT di peroleh beberapa Analisis Perencanaan,
alternatif strategi yaitu mempertahankan Analisis,Implementasi dan Kontrol, PT.
kualitas , memperluas jaringan dengan prenhallindo : Jakarta
pedagang pengepul, memperluas pangsa
pasar, meningkatkan kerjasama dengan Rungkuti, F, 2004, Analisis SWOT Teknik
menjaga hubungan baik dengan Membedah Kasus Bisnis, Penerbit PT.
pedagang pengepul, mempererat Gramedia Pustaka Utama, Jakarta .

15
Salusu, j. (1999), Proses Pengambilan
Keputusan Perencanaan. Modul
Perencanaan Pembangunan. Pusat
Studi Kebijaksanaan dan Manajemen
Pembangunan-LPMP-Universitas
Hasanudin. Program Pendidikan dan
Latihan Teknik dan Manajemen
Perencanaan Pembangunan Tingkat
Dasar (TMPP-D), Kerjasama OTO-
BAPPENAS-Departemen Dalam Negeri
dengan Universitas Hasanudin TA.
1995/1996. Ujung Pandang.

Suratiah, 2006 Ilmu Usahatani . Penerbit Jakarta


Penebar Swadaya, 2008.

Sukartawi, 1990. Pembangunan Pertanian.


Raja Grafindo Jakarta.

Soekartawi, 1995, Teori Ekonomi Produksi,


PT, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Soekartawi, 1995, Teori Ekonomi Produksi,


PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Stanton, William J., 2003, Prinsip- Prinsip


Pemasaran, Erlanngga, Jakarta

Tjiptono, Fandi, 2002, Strategi Pemasaran.


Edisi Kedua. Cetakan Keenam, Penerbit.
Andy, Yogyakarta.s

16

Anda mungkin juga menyukai