IPA/PASCASARJANA UNNES
LAPORAN PRAKTIKUM
KULTUR JARINGAN
(PENYIAPAN MEDIA KULTUR, STERILISASI,
INISIASI BIJI KACANG PANJANG, INISIASI DAN
INDUKSI TUNAS PADA UMBI TALAS JEPANG)
A. PENDAHULUAN
Dalam 20 tahun terakhir ini, Ratusan juta tanaman diperbanyak melalui
teknik mikropropagasi atau untuk lebih spesifik lagi melalui teknik in vitro
setiap tahun di seluruh dunia. Karena teknik ini dipandang sebagai teknik
yang dapat dibisniskan dan dibandingkan dengan perbanyakan tanaman
secara konvensional. Perbanyakan tanaman melalui mikropropagasi memiliki
banyak kelebihan. Untuk memperbanyak tanaman tertentu yang sulit atau
sangat lambat diperbanyak secara konvensional, perbanyakan tanaman
secara mikropropagasi menawarkan peluang besar untuk menghasilkan
jumlah bibit tanaman yang banyak dalam waktu relatif singkat sehingga
lebih ekonomis. Dalam bidang pertanian sendiri, penggunaan teknik ini
sangat berpengaruh besar dan mengalami banyak kemajuan meliputi hal-hal
sbb :
1. Produksi tanaman bebas patogen
2. Produksi bahan-bahan farmasi
3. Pelestarian plasma nutfah
4. Pemuliaan tanaman dan rekayasa genetika
5. Perbanyakan klonal tanaman dengan cepat.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, manfaat utama dari teknik ini
adalah untuk perbanyakan vegetatif tanaman yang permintaanya tinggi
tetapi pasokannya rendah, karena laju perkembangannya dianggap lambat.
Produsen benih dapat memanfaatkan teknik ini untuk memperbanyak
tanaman tertua dari galur murni tertntu dalam jumlah besar, yang nantinya
digunakan untuk memproduksi benih hibrida. Namun perlu diingat bahwa
tanaman yang diperbanyak melalui teknik ini harus true-to- type, artinya
sifat-sifat tanaman baru harus sama dengan tanaman induk atau tanaman
sumber eksplan.Perbanyakan tanaman dengan mikrorpopagasi dilaksanakan
dalam suatu laboratorium yang aseptik. Laboratorium ini berfungsi untuk
mengkondisikan kultur dalam suhu dan pencahayaan terkontrol yang
dilengkapi dengan alat dan bahan untuk pembuatan media, penanaman,
serta pemindahan kultur, yang harus dilakukan dalam keadaan steril.
[2]
Laporan Praktikum Kultur Jaringan
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui cara pembuatan media kultur jaringan, sterilisasi alat dan bahan
serta proses inisiasi kultur khususnya dari biji kacang panjang.
D. CARA KERJA
i. Pembuatan Media Kultur
1) Pembuatan Larutan StokMS sebanyak 1 L.
a. stok larutan A (50 x) NH4NO3 82.5 gL-1
Menimbang 82.5 gram NH4NO3 kemudian melarutkannya
dalam beaker glass 100 ml yang telah dibilas dengan aquades.
Memasukkan larutan tersebut dalam labu takar 1 L yang
telah dibilas dengan aquades.
[3]
Laporan Praktikum Kultur Jaringan
[4]
Laporan Praktikum Kultur Jaringan
[5]
Laporan Praktikum Kultur Jaringan
[6]
Laporan Praktikum Kultur Jaringan
E. HASIL PRAKTIKUM
[7]
Laporan Praktikum Kultur Jaringan
F. PEMBAHASAN
Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap inisiasi adalah pembuatan
kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan
baru. Ditambahkan pula bahwa pada tahap ini mengusahakan kultur yang
aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme, sedangkan
aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam
tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi
pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan
bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk perbanyakan
(multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya (http://www.kultur-
jaringan.blogspot.com).
Pada inisiasi kultur biji kacang panjang yang diamati telah mengalami
pertumbuhan dalam kondisi in vitro setelah 1 minggu perlakuan, namun saat
akan diaklimatisasi terdapat kontaminasi yang disebabkan oleh jamur.
Kontaminasi dapat berasal dari beberapa penyebab sebagai berikut:
sterilisasi media yang kurang sempurna, lingkungan kerja dan
pelaksanaan/cara kerja saat penanaman, eksplan, molekul-molekul atau
benda-benda asing berukuran kecil yang jatuh atau masuk ke dalam botol
kultur setelah penanaman dan ketika diletakkan di ruang kultur
(http://www.eshaflora.com/).
[8]
Laporan Praktikum Kultur Jaringan
Saran
Untuk mendapatkan kultur yang bebas dari kontaminasi, eksplan harus
disterilisasi. Sterilisasi merupakan upaya untuk menghilangkan kontaminan
mikroorganisme yang menempel di permukaan eksplan, beberapa bahan
kimia yang dapat digunakan untuk mensterilkan permukaan eksplan adalah
NaOCl, CaOCl2, etanol, dan HgCl2.
H. RUJUKAN
http://www.eshaflora.com/
http://www.kultur-jaringan.blogspot.com
A. PENDAHULUAN
Awal keberadaan Talas Jepang Satoimo di Indonesia adalah pada masa
pendudukan Jepang. Talas Jepang dikenal oleh masyarakat di Toraja dengan
[9]
Laporan Praktikum Kultur Jaringan
nama TALAS BITHEK, dan di Buleleng Bali dikenal dengan KELADI SALAK
karena rangkaian umbinya seperti buah salak (www.lipi.go.id). Konsorsium
Satoimo Indonesia-Jepang bekerjasama dengan KADIN Indonesia, telah mulai
melakukan Pengembangan Budidaya Satoimo di Indonesia sejak tahun 2003.
Hingga akhirnya pada 16 Februari 2006 hingga saat ini satoimo dari
Indonesia telah diekspor ke Jepang.
POTENSI PASAR
50 % penduduk Jepang yang berjumlah ± 120 juta orang, mengkonsumsi
Talas Jepang sebagai makanan pokok selain beras. Sehingga saat ini
kebutuhan Jepang mencapai ± 360.000 ton pertahun (Otsubo,1996),
sedangkan kapasitas produksi di Jepang terus menurun hingga 250.000 ton
pertahun, karena keterbatasan lahan dan faktor iklim yang tidak
memungkinkan untuk bertani sepanjang tahun (JETRO, 1994).
MANFAAT
UMBI SEGAR: Sumber Calsium dan Kalori yang tinggi, tetapi kandungan
karbonhidratnya rendah sehingga dapat dikonsumsi sebagai makanan DIET
juga baik untuk penderita DIABETES.
PATI/POWDER: sebagai bahan produksi makanan/minuman sehat; seperti
pengental (starch), bubur bayi makanan orang tua, bahan baku kue dan roti,
pencampur tepung terigu sebagai pengganti kentang. Farmasi/obat-obatan:
sebagai pengisi kapsul dan tablet.
SERAT/FIBRE : Sebagai bahan campuran pembuatan JELLY, Ice Cream biscuit
filling, preparat sup, minuman berserat, pudding, makanan dan minuman
diet dan penderita diabetes, dll.
[10]
Laporan Praktikum Kultur Jaringan
PEMBIBITAN
Secara konvensional bibit tanaman Satoimo adalah berasal dari umbi .
Selama ini, umbi untuk bibit tersebut diimpor dari Negara China, dengan
resiko yang ditanggung:
1. Kadang2 umbi yang sudah diterima sudah busuk hinggga 25%
2. Membawa hama penyakit dari China yang berbahaya
3. Umbi gagal disemai
4. Kualitas Umbi beragam, baik ukuran maupun umur
6. Karena hasil impor, harga Umbi lebih mahal.
Lab kultur jaringan SEAMEO BIOTROP Sejak tahun 2006 mulai memproduksi
bibit Talas Jepang melalui teknik kultur jaringan, sehingga diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan Petani akan bibit Talas Jepang /Satoimo berkualitas,
bebas penyakit dengan harga terjangkau (
http://atanitokyo.blogspot.com/2008/04/talas-jepang-satoimo.html).
KLASIFIKASI
Colocasia esculenta
Kingdom: Plantae
(unranked): Angiosperms
(unranked): Monocots
Order: Alismatales
Family: Araceae
Subfamily: Aroideae
Tribe: Colocasieae
Genus: Colocasia
Species: C. esculenta
Binomial name Colocasia esculenta
(L.) Schott
Untuk itulah pada kegiatan praktikum kultur jaringan kali ini, diperkenalkan
tentang teknik inisiasi dan induksi tunas pada umbi talas jepang/satoimo.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui proses serta cara inisiasi dan induksi tunas pada umbi talas
jepang/Satoimo (Colocasia esculenta)
[11]
Laporan Praktikum Kultur Jaringan
D. CARA KERJA
Sterilisasi eksplan umbi talas jepang/ Satoimo
1. Direndam betadine 10 menit, bilas dengan aquadest steril 3x
2. Direndam dengan larutan fungisida + 5 tetes tweens selama 60 menit,
bilas dengan aquades 3x
3. Direndam dengan larutan bakterisida+ 5 tetes tweens selama 60 menit,
bilas aquadest 3x
Di dalam LAF
1. Rendam dengan clorox 40% selama 15 menit, kemudian dibilas aquades
steril 3x
2. Rendam dengan alkohol 96 % selama 10 menit kemudian bilas dengan
aquades steril 3x
Dikupas menjadi lebih kecil, kemudian ditanam dalam media.
E. HASIL PENGAMATAN
[12]
Laporan Praktikum Kultur Jaringan
Kontaminasi
Gb 1. Hasil Inisiasi eksplan Gb 2. Hasil Induksi jamur
F. PEMBAHASAN
Umbi talas jepang / satoimo (Colocasia esculenta) merupakan makanan
pokok orang jepang selain beras. Sehingga saat ini kebutuhan Jepang
mencapai ± 360.000 ton pertahun (Otsubo,1996), sedangkan kapasitas
produksi di Jepang terus menurun hingga 250.000 ton pertahun, karena
keterbatasan lahan dan faktor iklim yang tidak memungkinkan untuk bertani
sepanjang tahun (JETRO, 1994). Kekurangan pasokan satoimo sebagaian
besar diimpor Jepang dari China, yaitu mencapai ± 55.000 ton s/d 60.000 ton
(JAPAN IMPORTS/EXPORTS). Oleh karena itu Jepang masih kekurangan
pasokan satoimo sebesar ± 40.000 ton s/d 45.000 ton pertahun. Indonesia
berpotensi untuk memenuhi kekurangan pasokan satoimo ke Jepang, karena
merupakan negara agraris dengan dua musim yang dapat mendukung
[13]
Laporan Praktikum Kultur Jaringan
Salah satu teknik kultur jaringan yang digunakan untuk budidaya talas
jepang adalah kultur mata tunas. Kultur mata tunas ini merupakan salah satu
teknik invitro yang digunakan untuk perbanyakan tanaman dengan
merangsang munculnya tunas-tunas aksilar dari mata tunas yang
dikulturkan. Seperti halnya kultur pucuk, eksplan yang digunakan dalam
kultur mata tunas dapat berasal dari tunas lateral, tunas samping atau
bagian dari batang yang mengandung satu atau lebih mata tunas
(mengandung satu atau lebih buku). Dikenal dua teknik kultur mata tunas
yaitu eksplan yang mengandung mata tunas lebih dari satu ditanam secara
horisontal di atas medium padat (teknik invitro layering) atau (2) tiap buku
yang mengandung satu mata tunas dipotong-potong dan ditanam secara
terpisah dalam tiap-tiap botol kultur.
[14]
Laporan Praktikum Kultur Jaringan
Pada praktikum kultur jaringan umbi talas jepang, setelah inisiasi dan induksi
eksplan selama 1 pekan ternyata mengalami kontaminasi oleh jamur.
Kontaminasi dapat berasal dari beberapa penyebab sebagai berikut:
sterilisasi media yang kurang sempurna, lingkungan kerja dan
pelaksanaan/cara kerja saat penanaman, eksplan, molekul-molekul atau
benda-benda asing berukuran kecil yang jatuh atau masuk ke dalam botol
kultur setelah penanaman dan ketika diletakkan di ruang kultur
(http://www.eshaflora.com/).
H. RUJUKAN
http://www.kultur-jaringan.blogspot.com
http://atanitokyo.blogspot.com/2008/04/talas-jepang-satoimo.html
[15]
Laporan Praktikum Kultur Jaringan
http://www.lipi.go.id
[16]