Abstrak
Proses pelapisan logam (surface treatment) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan performa
dari suatu material. Selain untuk meningkatkan sifat suatu material, proses pelapisan logam biasanya
bertujuan untuk mencegah terjadinya korosi dan juga untuk memperindah penampilan dari suatu logam.
Tinning merupakan salah satu metode pelapisan logam dimana sebagai logam pelapis adalah Sn (timah
putih). Proses ini sering disebut juga Sn plating.
Secara umum proses Tinning bisa dengan dua metode yaitu: electroplating dan hot dipping. Dimana
masing-masing metode memiliki keunggulan dan juga kelemahan. Electroplating merupakan metode
pelapisan logam dengan menggunakan larutan elektrolit sebagai media penghantar proses pelapisan.
Material substrat (yang dilapisi) sebagai katoda (+) dan material pelapis substrat berfungsi sebagai anoda
(-). Arus searah (DC) dialirkan ke Anoda dan Katoda. Hot dipping merupakan proses pelapisan permukaan
suatu material dengan cara mencelupkan substrat kedalam larutan cair. Larutan cair ini akan berfungsi
sebagai bahan pelapis terhadap substrat setelah substrat dicelupkan kedalam larutan.
Tujuan dari tinning (Sn plating) adalah: meningkatkan ketahanan korosi suatu material, memperindah
penampilan material (dekoratif), meningkatkan sifat material, memperbaiki kehalusan permukaan material.
Aplikasi dari Tinning adalah pada proses didalam dunia industry salah satunya adalah industri pembuatan
pembungkus makanan atau pengalengan makanan. Secara umum proses pembuatan kaleng terdiri dari
printing/coating, slitting/shearing, pressing dan assembly.
19
Jurnal Foundry Vol. 3 No. 1 April 2013 ISSN : 2087-2259
V=CIt
20
Jurnal Foundry Vol. 3 No. 1 April 2013 ISSN : 2087-2259
logam yang terlarut dalam elektrolit Terbatas pada benda kerja yg bersifat
dibanding dengan jumlah teoritis yang dapat konduktor
larut menurut Hukum Faraday.Kondisi
plating yang baik bila diperoleh efisiensi
katoda sama dengan efisiensi anoda, 2. HOT DIPPING
sehingga konsentrasi larutan bila Hot dipping merupakan proses pelapisan
menggunakan anoda aktif akan selalu tetap. permukaan suatu material dengan cara
mencelupkan substrat kedalam larutan cair.
Efisiensi arus katoda sering dipakai sebagai Larutan cair ini akan berfungsi sebagai bahan
pedoman menilai apakah semua arus yang pelapis terhadap substrat setelah substrat
masuk digunakan untuk mengendapkan ion dicelupkan kedalam larutan. Metode ini dapat
logam pada katoda sehingga didapat dilakukan apabila substrat mempunyai titik
efisisensi plating sebesar 100 % ataukah lebur lebih tinggi dibanding titik lebur bahan
lebih kecil. Adanya kebocoran arus listrik, pelapis. Logam yang mendapat perlakuan hot
larutan yang tidak homogen dan elektrolisis dipping ini memiliki lapisan transisi berupa
air merupakan beberapa penyebab rendahnya paduan dengan komposisi tertentu. Paling
efisiensi. Potensial elektroda standar dekat dengan substrat umumnya berupa
berdasarkan skala hidrogen, dimana semua “intermetallic coumpounds” dari dua logam.
logam-logam sebelum hidrogen pada skala Lapisan transisi ini mempunyai ikatan adhesi
hidrogen mampu menggantikan hidrogen yang baik dengan substrat.
dari larutan yang mengandung ion hidrogen,
dan logam-logam setelah hidrogen pada
skala hidrogen biasanya tidak dapat
menggantikan hidrogen secara langsung.
Berikut ini adalah skala hidrogen
1) Pembuatan pembungkus makanan atau makanan adalah jenis Tin Free Steel Chrome
kaleng makanan. Type (TFS-CT), yaitu lembaran baja yang
Plat timah (tin plate) adalah bahan yang dilapisi kromium secara elektris, sehingga
digunakan untuk membuat kemasan kaleng, terbentuk khromium oksida di seluruh
terdiri dari lembaran baja dengan pelapis permukaannya. Jenis ini memiliki beberapa
timah. Plat timah ini berupa lembaran atau keunggulan, yaitu harganya murah karena
gulungan baja berkarbon rendah dengan tidak menggunakan timah putih, dan daya
ketebalan 0.15-0.5 mm dan kandungan adhesinya terhadap bahan organik baik.
timah putih berkisar antara 1.0-1.25% dari Tetapi kelemahannya peluang untuk berkarat
berat kaleng. Digunakan untuk produk yang lebih tinggi, sehingga harus diberi lapisan
mengalami sterilisasi. pada kedua belah permukaannya (permukaan
Pembuatan Tin Plate dalam dan luar). Kemasan plat timah
Wadah kaleng pada awalnya terbuat dari plat mempunyai daya tahan terhadap karat yang
timah (tin plate) yang terdiri dari :lembaran rendah, tetapi daya tahannya terhadap reaksi-
dasar baja dilapisi timah putih (Sn) dengan reaksi dengan bahan pangan yang
cara pencelupan dalam timah cair panas (hot dikemasnya lebih lambat dibanding baja.
dipping) atau dengan elektrolisa. Pelapisan Kaleng dengan lapisan timah yang tebal
kaleng dengan cara hot dipped merupakan digunakan untuk mengalengkan bahan
cara yang lama dimana lembaran baja makanan yang mempunyai daya korosif lebih
dicelupkan ke dalam cairan timah panas, tinggi.
sehingga diperoleh lapisan timah yang terlalu Kelebihan dari tin plate adalah
tebal dan tidak menarik. Pelapisan dengan mengkilap, kuat, tahan karat dan dapat
cara elektrolisa adalah cara yang lebih disolder. Tetapi kekurangannya adalah
moderen yaitu pelapisan dengan terjadi penyimpangan warna permukaan tin
menggunakan listrik galvanis sehingga plate karena bereaksi dengan makanan yang
dihasilkan lapisan timah yang lebih tipis dan mengandung sulfur, yang disebut dengan
rata. Pembuatan kaleng plat timah secara sulphur staining/feathering (terbentuknya
tradisional dilakukan dengan memukul besi noda sulfur pada permukaan tin plate).
hingga gepeng dan tipis kemudian direndam Kekurangan ini dapat diatasi dengan proses
dalam larutan asam hasil fermentasi, lacquering dan pasivitasi yaitu melapisi tin
sehingga prosesnya disebut dengan pickling. plate dengan lapisan krom setebal 1-2
Pada pembuatan kaleng plat timah secara mg/m2. Proses lacquering dan pasivitasi
mekanis , pengasaman dilakukan dengan dapat memperpanjang daya simpan tin plate
menggunakan asam sulfat, sedangkan proses dan mencegah terjadinya sulphur staining.
pelembaran dengan menggunakan tekanan Masalah dalam penggunaan kemasan plast
tinggi. Lembaran plat timah ini dapat dibuat timah (tin plate) sebagai bahan kemasan
menjadi kaleng yang berbentuk hollow pangan adalah terjadinya migrasi
(berlubang), atau flat can yaitu kaleng yang (perpindahan) logam berat yaitu Pb dan Sn
digepengkan baru kemudian dibentuk dari kaleng ke makanan yang dikemas. Batas
kembali. maksimum Sn yang diperbolehkan dalam
Plat timah atau tin plate adalah lembaran bahan pangan adalah 200 mg/kg makanan.
atau gulungan baja berkarbon rendah dengan Untuk mencegah terjadinya kontak
ketebalan 0.15 – 0.5 mm. Kandungan timah langsung antara kaleng pengemas dengan
putih pada kaleng plat timah berkisar antara bahan pangan yang dikemas, maka kaleng
1.0-1,25% dari berat kaleng. Kandungan plat timah harus diberi pelapis yang disebut
timah putih ini bisanya dinyatakan dengan dengan enamel. Interaksi antara bahan
TP yang diikuti dengan angka yang pangan dengan kemasan ini dapat
menunjukkan banyaknya timah putih, menimbulkan korosi yang menghasilkan
misalnya pada TP25 mengandung timah warna serta flavor yang tidak diinginkan,
putih sebanyak 2.8 g/m2, TP50 = 5.6 g/m2, misalnya :
TP75 = 8.4 g/m2 dan TP100 =11.2 g/m2. - Terbentuknya warna hitam yang
Kaleng bebas timah (tin-free-steel = disebabkan oleh reaksi antara besi atau
TFS) adalah lembaran baja yang tidak timah dengan sulfida pada makanan
dilapisi timah putih. Jenis TFS yang paling berasam rendah (berprotein tingg).
banyak digunakan untuk pengalengan
22
Jurnal Foundry Vol. 3 No. 1 April 2013 ISSN : 2087-2259
23
Jurnal Foundry Vol. 3 No. 1 April 2013 ISSN : 2087-2259
E.KESIMPULAN
24