SKRIPSI
Oleh:
Ahmadi Imam Muslim
NIM 130910201026
SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Ilmu Administrasi Negara
dan mencapai gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Ahmadi Imam Muslim
NIM 130910201026
ii
PERSEMBAHAN
iii
MOTTO
Bekerja dan Berbagi untuk Negeri, Never Ending Innovation for A Better Indonesia.
(AKBP M.Sabilul Alif, S.H., S.I.K., M.Si.)
To give real service you must add something which cannot be bought or measured
with money, and that is sincerity and integrity.
(Douglas Adams)
iv
PERNYATAAN
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan dan
paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata
di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.
v
SKRIPSI
Oleh:
Pembimbing
vi
PENGESAHAN
Tim Penguji,
Ketua,
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
vii
RINGKASAN
viii
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran inovasi pelayanan
pelaporan gangguan Kamtibmas Polres Jember. Penelitian ini merupakan penelitian
dengan pendekatan kualitatif yang menggunakan metode deskriptif. Fokus penelitian
ini adalah menggambarkan inovasi pelayanan gangguan kamtibmas melalui
Kentongan Online Polres Jember dilihat dari segi inovasi proses, dan metode
pelayanan. Lokasi penelitian adalah di Polres Jember. Pengumpulan data
menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan wawancara. Analisis data
menggunakan analisis Miles dan Huberman. Derajat kepercayaan (validitas)
menggunakan ketekunan pengamatan, pengecekan sejawat, dan triangulasi.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa terdapat inovasi
pelayanan gangguan kamtibmas Polres Jember melalui Kentongan Online Polres
Jember merupakan pelayanan yang efisien. Hal ini dapat dilihat dari inovasi proses
dan inovasi metode pelayanan. Adanya perubahan pada proses pelayanan yang lebih
sederhana dapat memudahkan masyarakat dalam melaporkan gangguan Kamtibmas,
karena masyarakat tidak perlu pindah dari lokasi kejadian, sehingga dapat
menghemat waktu, biaya dan tenaga. Selain itu Kentongan Online juga dapat
memberikan kemudahan dan kecepatan bagi masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan dan petugas dalam memberikan pelayanan. Kemudahan akses pelayanan
tersebut, didukung adanya inovasi metode pelayanan yang merubah metode
komunikasi manual ke metode komunikasi berbasis teknologi, sehingga pelayanan
menjadi lebih cepat. Adanya kemudahan akses pada layanan disebabkan layanan
Kentongan Online memiliki jangkauan yang luas.
Tetapi dalam pelaksanaannya berjalan tidak maksimal. Hal ini disebabkan
beberapa faktor yang mempengaruhi baik pendukung maupun penghambat. Adapun
faktor pendukungnya, yaitu; disepakatinya penerapan e-service di lingkungan Polri,
kontinyuitas penerapan, kemampuan SDM, ketersediaan insfrastruktur IT, aplikasi
mudah di operasikan. Sedangkan faktor penghambatnya ada dari internal dan
eksternal. Faktor penghambat dari internal, yaitu; sosialisasi kurang maksimal, belum
ada kerjasama dengan intansi lain terkait pelayanan emergency, operator tidak
ix
disiplin, belum ada tenaga ahli terkait programing aplikasi, insfrastruktur IT tidak
dimanfaatkan secara maksimal, dan sistem belum dibangun secara menyeluruh.
Faktor penghambat dari internal, yaitu; kurangnya partisipasi masyarakat; tidak
semua masyarakat menggunakan android, dan kurangnya pemahaman masyarakat
tentang IT.
x
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Inovasi Pelayanan
Publik Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Pada Pelayanan Laporan
Gangguan Kamtibmas Melalui “Kentongan Online” Polres Jember”. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan strata satu (S1)
pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Ardiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas jember
2. Dr. Edy Wahyudi, S.Sos., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Adminiatrasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember;
3. Dra. Anastasia Murdiyastuti, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu
Adminiatrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Jember;
4. Drs. Agus Suharsono, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing selama penulis menjadi mahasiswa;
5. Drs. Anwar, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Utama, Drs. Supranoto, M.Si
selaku Dosen Pembimbing Anggota yang telah meluangkan waktu, pikiran,
dan perhatian dalam penyusunan skripsi ini;
6. Tim Penguji yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran guna menguji
sehingga menyempurnakan skripsi ini;
7. AKBP. Kusworo Wibowo, S.H., S.IK., M.H. selaku Kepala Kepolisian Resort
Kabupaten Jember, Edo Satya Kentriko, S.H.,S.I.K., M.H. selaku Wakil
xi
Kepala Kepolisian Resort Kabupaten Jember yang telah berkenan
memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Polres Jember;
8. AKBP. H.M. Sabillul Alif, S.H., S.I.K., M.Si. selaku penggagas inovasi We
Are Ready (WAR) Polres Jember sekaligus mantan Kapolres Jember yang
telah menginspirasi dalam penulisan skripsi ini;
9. Keluarga Besar Institusi Kepolisian Resort (Polres) Kabupaten Jember dan
juga para informan yang telah membantu memberikan informasi sebagai
bahan skripsi ini;
10. Ayahanda Khotib dan Ibunda Muslimah beserta keluarga besar yang ada di
Blitar yang senantiasa memberikan segala bentuk dukungan, motivasi dan doa
selama menempuh pendidikan di Universitas Jember sampai terselesaikannya
skripsi ini;
11. Keluarga besar Administrasi Negara angkatan 2013 yang telah memberikan
bantuan, semangat, dan kasih sayang khusunya teman-teman konsentrasi
Management Publik angkatan 2013 (MP13).
12. Keluarga Besar rumah kos 14M yang telah memberikan dukungan dan
memberikan nilai kekeluargaan dan kebersamaan;
13. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
xii
DAFTAR ISI
Halaman,
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................................... v
HALAMAN PEMBIMBING .................................................................................... vi
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... vii
RINGKASAN ........................................................................................................... viii
PRAKATA .................................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xx
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 12
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 12
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 13
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 14
2.1 Inovasi 15
2.1.1 Definisi Inovasi .......................................................................... 15
2.1.2 Karakteristik Inovasi .................................................................. 17
2.1.3 Tipologi Inovasi 18
2.2 Pelayanan Publik ................................................................................. 20
xiii
2.2.1 Definisi Pelayanan Publik .......................................................... 20
2.2.2 Unsur-Unsur Pelayanan Publik .................................................. 22
2.2.3 Azas, Prinsip dan Standar Pelayanan Publik ............................. 23
2.3 Elektronic Government......................................................................... 25
2.3.1 Pengertian e-Government ........................................................... 25
2.3.2 Jenis-Jenis Pelayanan E-Government ........................................ 27
2.3.3 Elemen Sukses Pengembangan E-Governtment ........................ 30
2.4 Elektronic Service ................................................................................. 33
2.4.1 Pengertian E-Service .................................................................. 33
2.4.2 Konsep dan Karakteristik E-Services ......................................... 35
2.5 Pelayanan Laporan Gangguan Kamtibmas ...................................... 39
2.5.1 Layanan Laporan Gangguan Kamtibmas melalui SPKT ........... 40
2.5.2 Kentongan Online Polres Jember............................................... 40
2.6 Studi Terdahulu .................................................................................... 42
2.7 Kerangka Konseptual .......................................................................... 45
BAB 3. METODE PENELITIAN ............................................................................ 46
3.1 Pendekatan Penelitian ......................................................................... 47
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 47
3.3 Situasi Sosial ......................................................................................... 48
3.4 Desain Penelitian .................................................................................. 49
3.4.1 Fokus Penelitian ......................................................................... 49
3.4.2 Data dan sumber data ................................................................. 49
3.4.3 Penentuan Informan Penelitian .................................................. 50
3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data .......................... 52
3.5.1 Observasi .................................................................................... 52
3.5.2 Dokumentasi .............................................................................. 53
3.5.3 Wawancara 53
3.6 Teknik Menguji Keabsahan Data ............................... 54
3.6.1 Ketekunan pengamatan .............................................................. 55
xiv
xv
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. 1 Data laporan masyarakat terhadap Kepolisian Tahun 2013-2016............ 4
Gambar 1. 2 Mekanisme Pelaporan Konvensional ....................................................... 7
Gambar 1. 3 Partisipasi dan penilaian pengguna ........................................................ 10
Gambar 2. 1 Tipologi inovasi sektor publik ................................................................ 19
Gambar 2. 2 Pelayanan Informasi pada E-Government.............................................. 26
Gambar 2. 3 Kerangka Konseptual ............................................................................. 45
Gambar 3. 1 Komponen analisis data kualitatif .......................................................... 57
Gambar 4. 1 Alur Laporan Kepolisian secara Konvensional ...................................... 45
Gambar 4. 2 Peta wilayah Kabupaten Jember............................................................. 62
Gambar 4. 3 Struktur organisasi Polres Jember .......................................................... 65
Gambar 4. 4 Jumlah Pengguna Kentongan Online ..................................................... 80
Gambar 4. 5 Rekapitulasi History Laporan Melalui Kentongan Online Bulan Juli
2016 - Mei 2017 ..................................................................................... 81
Gambar 4. 6 Menu kasus kentongan ........................................................................... 83
Gambar 4. 7 Tampilan WAR Police Control PC ........................................................ 84
Gambar 4. 8 Tampilan WAR Police Control pada HP petugas di lapangan ............... 85
Gambar 4. 9 Tampilan kolom “Daftar” ....................................................................... 88
Gambar 4. 10 Tampilan "Home" ................................................................................. 88
Gambar 4. 11 Icon menu dalam "Home" .................................................................... 89
Gambar 4. 12 Tampilan data lokasi ............................................................................ 89
Gambar 4. 13 Tampilan Peta Lokasi ........................................................................... 90
Gambar 4. 14 Tampilan Pengaduan ............................................................................ 90
Gambar 4. 15 Tampilan Pelayanan Satlantas .............................................................. 91
Gambar 4. 16 Tampilan Kasus Kentongan Online ..................................................... 92
xviii
Gambar 4. 17 Mekanisme pelayanan Kentongan Online............................................ 93
Gambar 4. 18 Alur proses pengaduan masyarakat melalui Call Center 110 .............. 97
Gambar 4. 19 Alur Laporan Kepolisian secara Konvensional .................................... 98
Gambar 4.20 Proses Pelayanan Pelaporan Melalui Kentongan Online .................... 101
Gambar 4. 21 Alur komunikasi antar interface ......................................................... 107
Gambar 4. 22 Metode komunikasi sebelum inovasi ................................................. 107
Gambar 4. 23 Metode komunikasi setelah inovasi ................................................... 108
xix
DAFTAR LAMPIRAN
xx
BAB 1. PENDAHULUAN
Penyelenggaraan pelayanan publik saat ini masih dihadapkan pada kondisi yang
belum sesuai dengan kebutuhan dan perubahan di berbagai bidang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu penyelenggaraan pelayanan
publik saat ini masih bercirikan berbelit-belit dan lamban, seperti yang dijelaskan
Sinambela (2014:4), sebagai berikut.
“Masyarakat setiap waktu selalu menuntut pelayanan publik yang
berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan tersebut sering tidak sesuai
dengan harapan karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi
selama ini masih bercirikan berbelit-belit, lambat, mahal, dan
melelahkan.”
diri (Esteem needs) dan; (5) kebutuhan akan perwujudan diri (Self Actualitation
needs). Berdasarkan hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow tersebut
kebutuhan akan keselamatan (safety need) menjadi hal yang utama setelah kebutuhan
fisiologi. Safety need meliputi keamanan, kemantapan, ketergantungan, kebebasan
dari rasa takut, cemas dan kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum,
batas-batas kekuatan pada diri, perlindungam dan sebagainya. Dalam hal ini institusi
kepolisian memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memberikan pelayanan bagi
masyarakat berkaitan dengan keamanan warga Negara.
Kepolisian dalam Undang-undang No. 2 tahun 2002 merupakan sebagai alat
negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Kepolisian
dalam undang-undang tersebut juga disebutkan mempunyai tujuan untuk
mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan
ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
1800 18,50%
1600
1400
1200
1000 12,76% 11,75%
800 1675
600 14,77%
400 852 806
200 431
0
2013 2014 2015 2016
Masyarakat
SPKT
dibuat rekomendasi
Buat nota dinas
diterima dan
dan petugas
dibuatkan Surat Tanda
mendatangi lokasi
Terima Laporan
gagasan yang menjawab tantangan tersebut. Inovasi yang dilakukan yaitu layanan
pelaporan gangguan kamtibmas melalui Kentongan Online pada aplikasi WAR (We
Are Ready) Polres Jember yang dapat diunduh di Play Store.
Inovasi tersebut dilakukan oleh AKBP. H. M. Sabilul Alif., S.H., S.I.K., M.Si
karena Beliau memandang bahwa kondisi Kabupaten Jember memiliki lebih
komplekas daripada daerah tempat Beliau menjabat sebelumnya. Beliau menyatakan,
bahwa;
“tak dipungkiri, tantangan di Jember, tentu lebih kompleks dibandingkan
Bondowoso, populasi dan mobilitas masyarakat Jember yang tinggi, berikut
segala dinamika yang ada, menjadikan pemicu motivasi bagi saya untuk
meledakkan bukti karya nyata menjalankan tugas dari negara.” (2016:4)
Berdasarkan hasil observasi awal di lapangan, inovasi pelayanan Kentongan
Online merupakan pelayanan baru dan melengkapi model pelayanan yang
konvensional. Kentongan Online / WAR Polres Jember adalah inovasi pelayanan
pertama di Indonesia yang dimiliki oleh Polres Jember. Inovasi Polres Jember
menjadi percontohan bagi Institusi kepolisian lainnya. Seperti yang dikemukakan
Kapolri, Tito Karnavian sebagai berikut.
Hal di atas terbukti bahwa inovasi pelayanan Kentongan Online Polres Jember
telah diterapkan juga oleh Polres Wonogiri. Aplikasi tersebut merupakan sebuah
aplikasi keamanan yang dapat merespon dengan cepat setiap dinamika informasi dari
masyarakat, baik informasi tentang tindak pidana, kecelakaan lalu lintas dan bencana
alam serta gangguan kamtibmas lainnya yang langsung diterima oleh seluruh petugas
Polri yang tersebar di wilayah hukum Polres Jember untuk selanjutnya pada
kesempatan pertama dituntut untuk mendatangi TKP guna melakukan tindakan
Kepolisian.
10
Aplikasi We Are Ready (WAR) Polres Jember di launching pada 7 Mei 2016.
Aplikasi WAR Polres Jember mendapatkan penilaian atau respon yang baik dari
pengunduh aplikasi yang memberikan feedback. Dapat dilihat pada tabel 1.2 bahwa
lebih dari 90% pengunduh aplikasi memberikan respon yang baik, tercatat pada
27/09/2016. Hal ini berarti pelayanan berbasis aplikasi seperti ini perlu mendapatkan
perhatian dan perlu dilakukan sebuah pengembangan.
Inovasi layanan kentongan online polres Jember menjadi kebanggaan bagi
kabupaten Jember, karena telah dipublikasikan dalam pameran bertaraf internasional.
Polres Jember diundang untuk mewakili Indonesia dalam pameran inovasi pelayanan
publik di Bussan, Korea Selatan pada 9-13 November 2016.
http://surabaya.tribunnews.com/2016/11/08/kapolres-jember-pameran-di-korea-
selatan-bawa-kentongan-dan-jempol (diakses 04/04/2017). Hal ini menjadi salah satu
wujud keberhasilan dari Polres Jember dalam berinovasi di bidang pelayanan. Tetapi
berbagai apresiasi positif dari berbagai pihak bukan menjadi acuan keberhasilan yang
sebenarnya. Keberhasilan yang paling penting adalah keberhasilan penerapan di
lapangan.
Pada penerapannya jumlah pengguna terdaftar sebanyak 8.222 pengguna
(tercatat pada 1 Februari 2017). Angka pengguna tersebut tergolong kecil jika
dibandingkan dengan populasi Kebupaten Jember. Berdasarkan data BPS Tahun 2016
pada Tahun 2015 sebanyak 2.407.115 jiwa. Jumlah penduduk tersebut belum
termasuk penduduk pendatang seperti mahasiswa. Jika dipersentasekan jumlah
pengguna aplikasi tersebut hanya 0,34% dari jumlah penduduk.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 pengguna layanan pelaporan gangguan
Kamtibmas melalui Kentongan Online Polres Jember, 1 dari 5 laporan tidak
ditanggapi oleh operator. Salah satu pengguna tersebut adalah Fi, beliau
menyampaikan bahwa, “waktu itu saya lapor, tapi gak ada tanggapan dari Polres.”
(wawancara pada 14/02/2017). Selanjutnya berdasarkan observasi di lapangan,
terdapat ruang kontrol yaitu WAR Command Center yang di dalamnya terdapat
perlengkapan IT untuk menunjang pelaksanaan pelaporan gangguan Kamtibmas
12
melalui Kentongan Online. Hanya saja ruangan tersebut tidak dimanfaatkan dengan
maksimal. Padahal pelayanan tersebut harus beroperasi selama 24 jam.
Berangkat dari latar belakang mengenai kebutuhan keamanan dan keselamatan
masyarakat disertai dengan tuntutan masyarakat dan adanya perkembangan teknologi
yang tidak dapat lepas dari segala aktivitas masyarakat. Institusi Kepolisian Resort
Kabupaten Jember menggagas dan menerapkan inovasi pelayanan publik berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Kentongan Online pada Aplikasi We Are
Ready (WAR) Polres Jember. Maka Peneliti berkeinginan untuk meneliti tentang
Inovasi layanan pelaporan gangguan kamtibmas berbasis teknologi informasi dan
Komunikasi melalui Kentongan Online pada aplikasi WAR Polres Jember.
2.1 Inovasi
2.1.1 Definisi Inovasi
Konsep Inovasi memiliki arti yang cukup luas. Salah satu arti sederhana dari
inovasi adalah sebuah ide yang dianggap baru bagi individu. Inovasi secara umum
dipahami dalam konteks perubahan individu. Rogers (2003:12) menjelaskan inovasi
sebagai berikut.
“An innovation is an idea, practice, or object that is perceived as new by
an individual or other unit of adoption. It matters little, so far as human
behavior is concerned, whether or not an idea is "objectively" new as
measured by the lapse of time since its first use or discovery.”
publik lebih banyak diterapkan di bidang pelayanan publik. Dengan demikian inovasi
di sektor publik terutama pada bidang pelayanan publik tidak mutlak harus sebuah
penemuan baru dapat berupa memperbaharui yang sudah ada.
pelayanan. Dengan demikian inovasi di sektor publik terutama pada bidang pelayanan
publik tidak mutlak sebuah penemuan baru, dapat berupa memperbaharui yang sudah
ada.
Berdasarkan penjelasan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat dilihat bahwa
secara garis besar inovasi yang dijelaskan di atas memiliki kesamaan baik pada aspek
bisnis maupun inovasi organisasi publik yaitu inovasi dilakukan untuk sebuah
perubahan melalui perbaruan yang sudah ada ataupun penemuan baru. Sehingga
peneliti dapat menyimpulkan bahwa inovasi adalah gagasan berupa penemuan baru
dan atau memodifikasi yang sudah ada, dapat berupa produk, jasa, teknologi, dan
administrasi baru yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan dengan tujuan untuk
memperbaiki suatu produk dan jasa yang mampu mendorong suatu perubahan. Dalam
hal ini peneliti akan menekankan pada inovasi dalam upaya perubahan metode dan
atau prosedur administrasi pelayanan publik.
3. Kerumitan (complexity)
Kompleksitas ialah, tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan
inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah
digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar
dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses
penyebarannya.
4. Kemampuan diujicobakan (triability)
Kemampuan untuk diujicobakan adalah suatu inovasi dapat dicoba atau
tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Jadi agar dapat dengan cepat di adopsi,
suatu inovasi harus mampu mengemukakan keunggulanya.
5. Kemampuan untuk diamati (observability)
Yang dimaksud dengan dapat diamati ialah mudah atau tidaknya pengamatan
suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin
cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya bila sukar diamati hasilnya,
akan lama diterima oleh masyarakat.
Inovasi
Produk/
Layanan
Inovasi
Inovasi
Proses
Sistem
Inovasi Pelayanan
Sektor
Publik
Inovasi
Inovasi
Metode
Kebijakan
Pelayanan
Jenis inovasi sektor publik di atas mengacu pada keberhasilan inovasi, seperti
yang dikemukakan oleh Albury (2003) dalam Muluk (2008:44) yang menyatakan
sebagai berikut.
"Successful innovation is the creation and implementation of new
process, products, services, and methods of delivery which result in
significant improvements in outcomes efficiency, effectiveness or quality.
Inovasi yang berhasil merupakan kreasi dan implementasi dari proses,
produk, layanan, dan metode pelayanan baru yang merupakan hasil
pengembangan nyata dalam hal efisiensi, efektivitas atau kualitas hasil.”
menggunakan peralatan berupa organisasi atau lembaga perusahaan. Hal ini berarti
pelayanan memiliki tujuan untuk membantu orang lain dalam mengurus sesuatu yang
dibutuhkan.
Pelayanan Publik dalam KBBI (1990), dirumuskan sebagai berikut.
1. Pelayanan adalah perihal atau cara melayani.
2. Pelayanan adalah kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli
barang dan jasa.
3. Pelayanan medis merupakan pelayanan yang diterima seseorang dalam
hubungannya dengan pencegahan, diagnosa dan pengobatan suatu gangguan
kesehatan tertentu.
4. Publik berarti orang banyak (umum)
Pengertian publik menurut Syafi’ie, dkk (1999:18) yaitu sejumlah manusia
yang memiliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang
benar dan baik berdasarkan nilai- nilai norma yang mereka miliki. Pengertian lain
berasal dari pendapat Moenir (1995:7) yang menyatakan sebagai berikut.
Pelayanan merupakan kegiatan utama pada orang yang bergerak di bidang jasa,
baik itu orang yang bersifat komersial ataupun yang bersifat non komersial. Namun
dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan antara pelayanan yang dilakukan oleh
orang yang bersifat komersial yang biasanya dikelola oleh pihak swasta dengan
pelayanan yang dilaksanakan oleh organisasi non komersial yang biasanya adalah
pemerintah. Kegiatan pelayanan yang bersifat komersial melaksanakan kegiatan
dengan berlandaskan mencari keuntungan, sedangkan kegiatan pelayanan yang
bersifat non-komersial kegiatannya lebih tertuju pada pemberian layanan kepada
masyarakat (layanan publik atau umum) yang sifatnya tidak mencari keuntungan
akan tetapi berorientasikan kepada pengabdian.
22
Pengertian pelayanan publik dalam UU No.25 Tahun 2009 adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik. Selanjutnya menurut Kurniawan (2005:4) dalam sinambela (2014:5)
menjelaskan bahwa pelayanan publik diartikan, pemberi layanan (melayani)
keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu
sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Dapat digarisbawahi
bahwa pelayanan publik merupakan upaya pemenuhan kebutuhan atau kepentingan
publik melalui orang lain atau pemberi layanan. Pelayanan publik dapat berupa
berupa barang ataupun jasa.
Berdasarkan penjelasan beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa
pelayanan dapat dibedakan menjadi dua sesuai dengan tujuannya yaitu komersil dan
non komersil. Pelayanan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pelayanan
publik yang bersifat non-komersil. Jadi dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik
adalah segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa
publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi
pemerintah di Pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau
Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
publik menurut Keputusan MENPAN No. 63/ KEP/ M. PAN/ 7/ 2003 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik antara lain sebagai berikut.
a. Kesederhanaan: prosedur pelayanan publik tidak berbelit- belit, mudah
dipahami dan mudah dilaksanakan.
b. Kejelasan: persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik; unit kerja
atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan
pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dan sengketa dalam
pelaksanaan pelayanan publik; rincian biaya pelayanan publik dan tata cara
pembayaran.
c. Kepastian waktu: pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan.
d. Akurasi: produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.
e. Keamanan: proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan
kepastian hukum.
f. Tanggung jawab: pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang
ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian
keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
g. Kelengkapan sarana dan prasarana: tersedianya sarana dan prasarana kerja dan
pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi
telekomunikasi dan informatika.
h. Kemudahan akses: tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai,
mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi
telekomunikasi dan informatika.
i. Kedisiplinan, kesopan dan keramahan: pemberi pelayanan harus bersikap
disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.
j. Kenyamanan: lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang
tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta
dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parkir, toilet, tempat
ibadah, dan lain- lain.
25
Azas, prinsip, dan standar pelayanan tersebut diatas merupakan pedoman dalam
penyelenggaraan pelayanan publik oleh instansi pemerintah dan juga berfungsi
sebagai indikator dalam penilaian serta evaluasi kinerja bagi penyelenggara
pelayanan publik. Dengan adanya standar dalam kegiatan pelayanan publik ini
diharapkan masyarakat bisa mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan
dan prosesnya memuaskan dan tidak menyulitkan masyarakat.
Dari penjelasan tipe penerapan e-government di atas, pada penelitian ini yang
merupakan penerapan inovasi layanan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,
masuk pada tipe Government to Citizens. Penerapan e-government pada penelitian ini
merupakan upaya memperbaiki kualitas layanan publik. Sehingga aplikasi yang di
terapkan merupakan upaya membangun dan memperbaiki kinerja instansi yang
berkaitan dengan publik langsung.
“impian” e-Government terkait menajdi kenyataan. Ada tiga hal minimum yang
paling tidak harus dimiliki oleh pemerintah sehubungan dengan elemen ini,
yaitu sebagai berikut.
a. Ketersediaan sumber daya yang cukup untuk melaksanakan berbagi inisiatif
e- Government, terutama yang berkaitan dengan sumber daya finansial.
b. Ketersedaan infrastruktur teknologi informasi yang memadai karena fasilitas
ini merupakan 50% dari kunci keberhasilan penerapan konsep e-
Government.
c. Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keahlian
yang dibutuhkan agar penerapan e-Government dapat sesuai dengan asas
manfaat yang diharapkan. Perlu diperhatikan di sini bahwa ketiadaan satu
atau lebih elemen prasyarat tersebut janganlah dijadikan alasan tertundanya
sebuah pemerintah tertentu dalam usahanya untuk menerapkan e-
Government, terlebih-lebih karena banyaknya fasilitas dan sumber daya
krusial yang berada di luar jangkauan (wilayah kontrol) pemerintah. Justru
pemerintah harus mencari cara yang efektif agar dalam waktu cepat dapat
memiliki ketiga prayarat tersebut, misalnya melalui usaha-usaha kerja sama
dengan swasta, bermitra dengan pemerintah daerah/Negara tetangga,
merekrut SDM terbaik dari sektor non publik, mengalihdayakan
(outsourcing) berbagai teknologi yang tidak dimiliki, dan lain sebagainya.
c. Value
Elemen pertama dan kedua merupakan dua buah aspek yang dilihat dari
sisi pemerintah selaku pihak pemberi jasa (supply side). Berbagai inisiatif e-
Government tidak akan ada gunanya jika tidak ada pihak yang merasa
diuntungkan dengan adanya implementasi konsep tersebut; dan dalam hal ini,
yang menentukan besar tidaknya manfaat yang diperoleh dengan adanya e-
Government bukanlah kalangan pemerintah saja, melainkan masyarakat dan
mereka yang berkepentingan (demand side). Untuk itulah maka pemerintah
harus benar-benar teliti dalam memilih prioritas jenis aplikasi e-Government
33
3. Van Riel, Liljander dan Jurriens (2001) berpendapat tentang konsep e-Service
yang menawarkan lima komponen, yaitu sebagai berikut.
a) Layanan inti, misalnya; jurnal, berita, saran, tampilan buku medis, dan
informasi tentang produk baru.
b) Fasilitas layanan, misalnya; arsip, fasilitas pencarian, fungsi bantuan,
rekening online, dan browsing.
c) Jasa pendukung, misalnya; diskusi kelompok, tes pengetahuan, link, dan
informasi perusahaan.
d) Layanan pelengkap, misalnya; informasi perjalanan, men-download
software, nasihat keuangan, dan penyediaan obat-obatan.
e) User interface, misalnya; desain mudah digunakan, download cepat, bebas
masalah akses, dan bahasa.
4. Menurut Boyer, Hallowell dan Roth (2001), e-service memberikan kesempatan
unik bagi perusahaan untuk menawarkan model-model baru desain strategi
layanan dan pengembangan layanan baru.
a. Pertama, semua penyedia layanan memiliki lebih banyak pilihan saluran
untuk bersaing.
b. Kedua, banyak layanan baru dapat ditawarkan lebih ekonomis dengan
kedua jangkauan geografis yang lebih besar dan berbagai produk.
5. Heinonen (2006) mengembangkan sebuah kerangka kerja untuk nilai manfaat
dari model e-service yang dirasakan pelanggan. Kerangka tersebut didefinisikan
sebagai hasil yang dirasakan dari nilai manfaat dan pengorbanan teknis,
dimensi fungsional, temporal, dan spasial.
a) Dimensi teknis menunjukkan hasil dari interaksi layanan.
b) Dimensi fungsional melibatkan persepsi pelanggan dari proses bagaimana
interaksi layanan terjadi.
c) Dimensi temporal mengacu pada persepsi pelanggan saat interaksi layanan
terjadi.
37
Grönroo, Rust, Lemon, Van Riel, Boyer, Hallowell, Heinone, Essen &
Heinone, 2001 Liljander, Roth, 2001 2006 Conrick,
Isoniemi, Jurriëns, 2001 2008
Lindholm, 2000
• Layanan Inti • Situasi tertentu, • Layanan Inti • Peningkatan • Nilai sebagai • Konsep inovasi
• Menawarkan komunikasi • Memfasilitasi pilihan untuk fungsi manfaat • Sistem Layanan
konsep layanan pribadi layanan, pelayanan dan inovasi
melalui Internet, • Real-time • Mendukung • Layanan baru pengorbanan • Proses Layanan
partisipasi penyesuaian layanan dapat • Nilai dimensi: Inovasi
pelanggan dan perusahaan • Pelengkap ditawarkan lebih teknis,
komunikasi persembah layanan secara ekonomis fungsional,
• Kolaboratif • User interface dengan lebih temporer,
pengembangan geografis Spasial
produk mencapai dan
• Peluang untuk berbagai produk
mengembangka
n Pelanggan
Sumber: Ojasalo (2010:30)
38
39
informasi dari masyarakat, baik informasi tentang tindak pidana, kecelakaan lalu
lintas dan bencana alam serta gangguan kamtibmas lainnya yang langsung diterima
oleh seluruh petugas Polri yang tersebar di wilayah hukum Polres Jember untuk
selanjutnya pada kesempatan pertama dituntut untuk mendatangi TKP guna
melakukan tindakan kepolisian. Bedasarkan pengertian cakupan pelayanan melalui
Kentongan Online, yaitu; (a) adanya gangguan Kamtibmas; (b) tindak pidana; dan (c)
gangguan kamtibmas. Kentongan Online Polres Jember merupakan inovasi pelayanan
yang digagas oleh Polres Jember. Kentongan Online berada di dalam aplikasi WAR
(We Are Ready) Polres Jember. Pelayanan utama yang dirancang dalam aplikasi
WAR Polres Jember adalah pelayanan laporan gangguan kamtibmas melalui
Kentongan Online.
2.6 Studi Terdahulu
Implementasi E-Service pada
Inovasi Layanan
Organisasi Publik di Bidang
(Studi Kasus Call Center Pelayanan Publik Berbasis Teknologi
Pelayanan Pendidikan (Studi
Judul SPGDT 119 sebagai Layanan Informasi dan Komunikasi (TIK),
tentang Program Penerimaan
Penelitian Gawat Darurat pada Dinas Elektronik Rukun Tetangga/Rukun
Siswa Baru (PSB) Real Time
Kesehatan Provinisi DKI Warga (E-Rt/Rw)
Online Dinas Pendidikan Kota
Jakarta)
Malang)
Tahun 2014 2015 2013
Penulis Maulana Arief Prawira Ristya Dwi Anggraini Yuliatina Pratiwi
Lembaga Universitas Brawijaya Universitas Brawijaya Universitas Brawijaya
.3 Bagaimana pemanfaatan program e- Bagaimana implementasi e-
RT/RW di Kel. Ketintang Kec. Service pada program PSB
Gayungan kota Surabaya? Real Time Online dan hasil
Bagaimana inovasi dan
Rumusan .4 Apa saja faktor penghambat dan kerja dari implementasi e-
kualitas layanan Call Center
Masalah faktor pendukung dalam Service program PSB Real
SPGDT 119.?
menerapkan program e-RT/RW di Time Online dalam perspektif
Kel. Ketintang Kec. Gayungan kota Good Governance?
Surabaya?
42
Metode
Kualitatif Deskriptif Kualitatif deskriptif Kualitatif deskriptif
Penelitian
Call Center SPGDT 119 Program e-RT/RW bersumber dari Implementasi Program PSB
adalah inovasi proses Walikota Surabaya Faktor pendukung Real Time Online berhasil
pemberian layanan program e-RT/RW di Kelurahan dalam menyelenggarakan
kegawatdaruratan kepada Ketintang, Kecamatan Gayungan, Kota pelayanan publik yang
masyarakat karena Surabaya adalah support penuh dari mengadopsi penggunaan
memberikan cara baru dalam pemerintah dan pihak terkait, adanya teknologi informasi dan
pelayanannya. Layanan ini standar pelayanan baku dan komunikasi dan mewujudkan
Hasil berkualitas baik. Selain itu infrastruktur yang mumpuni. Sedangkan prinsip-prinsip Good
Penelitian layanan ini memiliki faktor penghambatnya yaitu animo Governance terutama dalam
kelebihan dibandingkan masyarakat, kurangnya dukungan pihak aspek tranparansi, efisiensi dan
dengan layanan lainnya, yaitu internal, dan kurangnya maintenance kesederhanaan.
kemudahan akses layanan sarana prasarana.
dengan menelepon secara
langsung ke nomor 119 serta
proses pemberian layanan 24
jam selama 7 hari.
Persamaan a. Jenis penelitian yang sama a. Menggunakan konsep E- a. Menggunakan konsep E-
43
dengan yaitu kualitatif deskriptif Government Government dan e-service
penelitian b. Objek yang diteliti bersifat b. Jenis penelitian yang sama yaitu b. Metodologi penelitian
memediasi dalam kualitatif deskriptif kualitatif deskriptif
penyampaian informasi
a. Tempat penelitian a. Objek penelitian a. Objek penelitian
Perbedaan b. Menggunakan konsep e- b. Tempat penelitian, b. Tempat penelitian
dengan government dan e- c. Fokus penelitiannya c. Fokus penelitian
penelitian service
c. Objek yang diteliti
44
45
E-Government
E-service
3.5.1 Observasi
Observasi menurut Usman dan Akbar (2009:52) merupakan usaha peneliti
untuk mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.
Penggunaan teknik observasi membutuhkan kecermatan dan daya ingat yang kuat
dalam pengamatan sehingga diperoleh data-data yang relevan. Untuk membantu
teknik observasi ini Usman dan Akbar (2009:54) menyebutkan diperlukannya alat
bantu observasi yaitu daftar riwayat kelakuan, catatan berkala, daftar catatan, alat
elektronik seperti kamera dan alat perekam. Jenis-jenis teknik observasi menurut
Usman dan Akbar (2009:54) terdiri dari tiga yaitu:
a. Partisipasi atau lawannya nonpartisipasi;
b. Sistematis atau lawannya nonsistematis; dan
c. Eksperimental atau lawannya noneksperimental.
Penelitian ini menggunakan teknik observasi non-partisipasi. Pengertian teknik
observasi non-partisipasi menurut Usman dan Akbar (2009:54) merupakan teknik
observasi yang observer tidak terlibat langsung dengan objek yang diteliti. Peneliti
dalam penelitian ini mengamati secara langsung dan membuat kerangka observasi
terlebih dahulu untuk mengamati bagaimana penerapan inovasi layanan pelaporan
53
gangguan kamtibmas melalui Kentongan Online pada aplikasi We Are Ready (WAR)
Polres Jember.
3.5.2 Dokumentasi
Dokumentasi menurut Usman dan Akbar (2009:69) merupakan teknik untuk
memperoleh data yang berasal dari dokumen-dokumen. Data yang diambil
menggunakan teknik dokumetasi biasanya berbentuk data sekunder. Manfaat
penggunaaan dokumen dalam penelitian menurut Moleong (2014:217) adalah untuk
menguji, menafsirkan dan bahkan untuk meramalkan. Guba dan Lincoln dalam
Moleong (2014:217) menyebutkan bahwa dokumen diperlukan dalam penelitian
karena alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan berikut ini:
a. dokumen merupakan sumber data yang stabil, kaya dan mendorong;
b. berguna sebagai suatu bukti untuk penelitian; dan
c. sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatanya yang alamiah, sesuai dengan
konteks, lahir dan berada dalam konteks.
Penelitian ini membutuhkan beberapa dokumen yang relevan dengan masalah
penelitian untuk mendukung data-data yang diperoleh dari teknik penelitian lainnya.
Beberapa dokumen yang relevan dengan masalah penelitian ini diperoleh oleh
peneliti dari Markas Kepolisian Resort Kabupaten Jember, data di playstore yang
terkait dengan aplikasi WAR Polres Jember, peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan masalahah penelitian dan juga buku terkait dengan Kentongan Online
yang diterbitkan oleh penggagas inovasi dalam hal ini mantan Kapolres Jember.
3.5.3 Wawancara
Menurut Silalahi (2012:312) wawancara merupakan suatu metode
pengumpulan data berupa percakapan yang berlangsung secara sistematis dan
terorganisasi yang dilakukan oleh peneliti sebagai pewawancara (interviewer) dengan
seseorang atau sejumlah orang sebagai responden atau yang diwawancarai
(interviewee) untuk mendapatkan sejumlah informasi terkait masalah yang diteliti.
Menurut Usman dan Akbar (2009:55) manfaat penggunaan wawancara dalam sebuah
54
penelitian adalah untuk mendapatkan data primer atau data dari tangan pertama yang
paham mengenai masalah yang diteliti, data yang diperoleh dari wawancara berupa
penjelasan mendalam terkait masalah yang diteliti sekaligus sebagai pelengkap teknik
pengumpulan data lainnya serta untuk menguji data yang diperoleh dari teknik
pengumpulan data lainnya. Pelaksanaan wawancara membutuhkan alat bantu untuk
menunjang proses dan hasil data yang diperoleh dari wawancara seperti draf
wawancara, buku catatan, alat perekam dan kamera untk mendokumentasikan proses
dan hasil wawancara.
Pada penelitian ini penulis melakukan wawancara secara mendalam dan tidak
terstruktur kepada subjek penelitian dengan pedoman yang telah di buat. Untuk
menghindari kehilangan informasi, maka peneliti meminta ijin kepada informan
untuk menggunakan alat perekam. Sebelum dilangsungkan wawancara mendalam,
peneliti menjelaskan atau memberikan sekilas gambaran dan latar belakang secara
ringkas dan jelas mengenai topik penelitian.
4. Pengecekan sejawat
5. Kecukupan referensial
6. Kajian kasus negatif
7. Pengecekan anggota
Kepastian 8. Uraian rinci
Kebergantungan 9. Audit kebergantungan
Kepastian 10. Audit kepastian
Sumber: Moleong (2014:327)
Berdasarkan teknik-teknik pemeriksaan keabsahan data di atas, penelitian ini
menggunakan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data sebagai berikut.
menjajaki dan menguji hipotesis kerja yang muncul dari pemikiran peneliti. Peneliti
memberikan kesempatan kepada salah satu teman yang peneliti anggap mampu untuk
mengoreksi isi dari proposal ini dan melakukan diskusi mengenai titik kekurangan
dari isi proposal tersebut. Selanjutnya diskusi dilakukan dengan dosen pembimbing
untuk dilakukan koreksi terhadap isi dari skripsi ini.
3.6.3 Triangulasi
Triangulasi menurut Moleong (2014:332) teknik pengujian keabsahan data
yang diperoleh dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Denzin dalam Moleong
(2012:330) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaaan yang
memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Triangulasi
berfungsi untuk menyamakan berbagai pandangan terhadap data yang diperoleh
melalui cara seperti yang dikemukakan Moleong (2014:332) berikut ini;
a. mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan;
b. mengecek dengan berbagai sumber data; dan
c. memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat
dilakukan.
Dari ke empat macam triangulasi diatas peneliti menggunakan triagulasi
sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mencari
kebenaran yang diungkapkan oleh informan satu dengan informan yang lain. Peneliti
melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan yang sama pada setiap
informan. Sedangkan triangulasi metode dilakukan dengan cara mencocokan antar
pengumpulan data yang di dapat dari wawancara dengan data yang di dapat dari
observasi atau dokumentasi.
dan mengolah data awal atau data mentah menjadi informasi dan uraian tentang cara
analisisnya. Teknik penyajian (display) menurut Usman dan Akbar (2009:85) data
merupakan kegiatan penyajian data dalam bentuk matriks, network, chart atau grafik
dan sebagainya dalam usaha untuk memberikan sajian singkat dan menarik terkait
data namun tetap dapat memberikan gambaran keseluruhan data tersebut. Secara
umum teknik analisis data dapat dibedakan menjadi dua yaitu analisis data kuantitatif
dan analisis data kualitatif. Penggolongan teknis analisis data ini dilakukan
berdasarkan data yang menjadi bahan analisis dalam penelitian.
Memperhatikan definisi mengenai teknis analisi data diatas, penelitian ini
menggunakan analisi data kualitatif sesuai dengan jenis data yang digunakan yaitu
data kualitatif. Menurut Miles dan Huberman dalam Silalahi (2012:339) kegiatan
analisis data kualitatif terdiri dari tiga kegiatan yang membentuk siklus dan
dilaksanaan secara bersamaan, tiga alur tersebut terdiri dari reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Proses siklus analisis data kualitatif ini
berlangsung dari sebelum pengumpulan data, selama pengumpulan data hingga
sesudah pengumpulan dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan yang
mendalam terkait masalah yang diteliti.
selasai pengumpulan data atau sampai laporan akhir penelitian telanh tersusun
lengkap. Menurut Silalahi (2012:340) reduksi data adalah bentuk analisis data dengan
cara menyederhanakan, mengabstraksikan, menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian
rupa untuk mendapatkan kesimpulan-kesimpulan atas data yang direduksi tersebut.
Reduksi data yang dilakukan peneliti adalah memusatkan perhatian pada
sesuatu yang berhubungan dengan topik yang diteliti. Dari perolehan data observasi,
dokumentasi dan wawancara, peneliti memilih dan memilah hal-hal yang terkait
dengan masalah penelitian yaitu terkait inovasi layanan Kentongan Online Polres
Jember.
Kejelasan kesimpulan penelitian yang diambil oleh peneliti sangat tergantung pada
kecakapan peneliti dalam mengumpulkan catatan-catatan lapangan, pengkodean
data, pencarian data ulang untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan. Hasil
kesimpulan ini menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan asumsi awal yang
dibangun peneliti terkait masalah yang ditelitinya.
Verifikasi atas kesimpulan-kesimpulan yang diambil peneliti dilakukan selama
penelitian berlangsung. Menurut Silalahi (2012:341) verifikasi merupakan proses
pengujian kebenaran, kekukuhan dan kecocokan makna-makna yang muncul dari
data sehingga terbukti validitas data tersebut.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
lingkungan Provinsi Jawa Timur (dengan Perda), antara lain Daerah Kabupaten
Jember ditetapkan menjadi Kabupaten Jember.
Dengan dasar Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1976 tanggal 19 April
1976, dibentuklah Wilayah Kota Jember dengan penataan wilayah-wilayah baru
sebagai berikut.
a) Kacamatan Jember dihapus, dan dibentuk tiga kecamatan baru, masing-masing
Sumbersari, Patrang dan Kaliwates.
b) Kecamatan Wirolegi menjadi Kecamatan Pakusari dan Kecamatan Mangli
menjadi Kecamatan Sukorambi.
Bersamaan dengan pembentukan Kota Administratif Jember, wilayah
Kewedanan Jember bergeser pula dari Jember ke Arjasa dengan wilayah kerja
meliputi Arjasa, Pakusari, dan Sukowono yang sebelumnya masuk Distrik Kalisat.
Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, pada perkembangan berikutnya,
secara administratif Kabupaten Jember saat itu terbagi menjadi tujuh Wilayah
Pembantu Bupati, satu wilayah Kota Administratif, dan 31 Kecamatan.
Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah sejak 1 Januari 2001 sebagai
tuntutan No 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Kabupaten Jember
telah melakukan penataan kelembagaan dan struktur organisasi, termasuk
penghapusan lembaga Pembantu Bupati yang kini menjadi Kantor Koordinasi Camat.
Selanjutnya, dalam menjalankan roda pemerintah di era Otonomi Daerah ini
Pemerintah Kabupaten Jember dibantu empat Kantor Koordinasi Camat, yakni;
1. Kantor Koordinasi Camat Jember Barat di Tanggul;
2. Kantor Koordinasi Camat Jember Selatan di Balung;
3. Kantor Koordinasi Camat Jember Tengah di Rambipuji;
4. Kantor Koordinasi Camat Jember Timur di Kalisat.
Kabupaten Jember mencakup area seluas 3.293,34 Km2, dengan karakter topografi
dataran ngarai yang subur pada bagian tengah dan selatan dan dikelilingi pegunungan
yang memanjang batas barat dan timur. Selain itu, di Kabupaten Jember terdapat
sekitar 82 pulau, dan pulau yang terbesar adalah Nusa Barong. Kabupaten Jember
berada pada ketinggian 0–3.300 meter di atas permukaan laut (dpl). Sebagian besar
wilayah ini berada pada ketinggian antara 100 hingga 500 meter di atas permukaan
laut (37,75%), selebihnya 17,95 % pada ketinggian 0 sampai dengan 25 m, 20,70%
pada ketinggian 25 sampai dengan 100 m, 15,80% berada pada ketinggian 500
sampai dengan 1.000 m di atas permukaan laut dan 7,80% pada ketinggian lebih dari
1.000 m. Wilayah barat daya memiliki dataran dengan ketinggian 0–25 meter dpl.
Sedangkan daerah timur laut yang berbatasan dengan Bondowoso dan tenggara yang
berbatasan dengan Banyuwangi memiliki ketinggian di atas 1.000 meter dpl.
Sumber: www.jemberkab.go.id
63
Dilihat dari kondisi topografi yang ditunjukkan dengan kemiringan tanah atau
elevasi, sebagian besar wilayah Kabupaten Jember (36,60%) berada pada wilayah
datar dengan kemiringan lahan 0 – 2%, sehingga daerah ini baik untuk kawasan
permukiman perkotaan dan kegiatan pertanian tanaman semusim. Selanjutnya
wilayah yang bergelombang sampai berbukit dengan kemiringan sangat curam di atas
40% menempati wilayah 31,28%, daerah tersebut harus dihutankan sehingga dapat
berfungsi sebagai perlindungan hidrologi untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
Selebihnya wilayah landai sampai bergelombang, dengan kemiringan antara 2 – 15%
menempati wilayah 20,46%, yang digunakan untuk usaha pertanian dengan tanpa
memperhatikan usaha pengawetan tanah dan air.
Sedangkan daerah bergelombang dengan kemiringan 15 – 40% menempati
wilayah 11,66%, daerah tersebut mudah terkena erosi, maka diperlukan usaha
pengawetan tanah dan air.Penggunaan lahan di Kabupaten Jember sebagian besar
merupakan kawasan hijau, terdiri hutan, sawah, tegal dan perkebunan
modern, dan terpercaya, merupakan bentuk yang tak bisa diganggu gugat
di zaman menggila informasi dan terknologi. Apalah arti polisi jika
bekerja sendiri? Apalah daya prajurit Bhayangkara, jika tak menuai
dukungan dari masyarakat? polisi bukan dewa, sinergitas dan sistem
Harkamtibmas, tentu tidak boleh ditinggalkan.” (Sabillul, 2016:8)
segala dinamika yang ada, menjadikan pemicu motivasi bagi saya untuk
meledakkan bukti karya nyata menjalankan tugas dari negara.”
Dari pernyataan Bapak Sabillul Alif di atas dapat digarisbawahi bahwa di setiap
daerah memiliki potensi yang berbeda yang dapat dikembangkan dan mampu memicu
untuk melakukan sebuah perubahan. Berdasarkan kajian di lapangan, terdapat inovasi
oleh AKBP. H. M. Sabilul Alif., S.H., S.I.K., M.Si Kepala Kepolisian Resort (Polres)
Jember Tahun 2014. Inovasi yang dilakukan oleh Polres Jember bukan serta merta
sebuah perubahan tanpa dasar. Mengingat Kapolri Jendral Tito Karnavian memiliki
program “Promoter” yaitu Profesional, Modern, dan Terpecaya. Program promoter
di terapkan di seluruh institusi Polri dari pusat sampai daerah. Inovasi yang dilakukan
merupakan bentuk tindak lanjut dari Polres Jember terhadap program Kapolri
tersebut.
“Inovasi ini terkait program Polri yaitu Promoter. Promoter kan polisi
professional, modern dan terpercaya. Kapolri menekankan seluruh personil
polri menerapkan semboyan tersebut. Program unggulan polri salah satunya
memanfaatkan teknologi. dari semangat itulah yang menjadi salah satu
pemicu bagi jajaran polri khususnya polres jember untuk terus melakukan
pembanahan diri atau perubahan melalui ide dan gagasan baru. Kebetulan
pada saat itu, di masa kepemimpinan pak sabilul, beliau memiliki banyak
terobosan yang diterapkan di polres jember, hingga banyak mendapat
apresiasi dari kapolri dan instansi lain.” (wawancara dengan Kompol Edo
Satya Kentriko S.H., S.I.K., M.H. selaku wakapolres, 01/03/2017)
disesuaikan dengan kondisi sumber daya yang ada. Saat ini penerapan e-government
telah banyak dilakukan oleh lembaga publik di tingkat nasional (pusat) sampai
pemerintah daerah.
Upaya inovatif dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik harus
berbanding lurus dengan kondisi perkembangan zaman. Era globalisasi saat ini
merupakan era modern yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi.
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tersebut menjadi
tantangan dan peluang bagi aparatur Negara dalam meningkatkan kualitas pelayanan
publik. Tantangan dan peluang tersebut mampu dijawab oleh banyak instansi
pemerintah, termasuk institusi Kepolisian Resort (Polres) Jember.
dengan Polres Jember. Ada beberapa cara untuk memberikan akses informasi melalui
Jempol tersebut adalah sebagai berikut.
a. Membuat website/ situs Polres Jember yang aktif dan update sebagai media
informasi dan komunikasi dunia yang terintegrasi dengan situs Pemkab Jember.
b. Optimalisasi program Jatim dalam satu genggaman dengan fokus wilayah
hukum Jember, intel dasar dan jaringan serta situasi kamtibmas sebagai basis
yang menjadi alat deteksi dini, peringatan dini, dan deteksi aksi.
c. Membuat jaringan online polisi (media sosial, temu hacker dan programmer,
kerjasama dengan fakultas Teknologi Informasi di Perguruan Tinggi, dll)
d. Membuat SMS broadcast pesan kamtibmas dengan sender RES JBR
e. Kampanye Kamtibmas dan Kamseltiblantas melalui dunia maya bekerjasama
dengan instansi pemerintahan dan swasta yang telah memiliki situs.
f. Kampanye anti narkoba di dunia maya.
g. Upgrade anggota Kepolisian mengenai sistem elektronik untuk kepentingan
tugas polisi
h. Membuat Smart Center WAR Polres Jember: Inovasi Pelayanan Publik
Berbasis IT (Kentongan Online).
Kentongan Online menjadi bentuk penerapan konsep e-service oleh Polres
Jember yang merupakan inovasi pelayanan publik yang memanfaatkan IT dan di
mediasi oleh internet dalam penyelenggaraannya. Berawal dari program Jember
Police Online (Jempol) yang identik dengan pemanfaatan teknologi informasi, Bapak
Sabillul Alif memiliki ide kreatif untuk mengadopsi budaya lokal yang saat ini
semakin punah karena tergerus oleh perkembangan zaman. Budaya lokal yang erat
kaitannya dengan Kamtibmas adalah Kentongan.
Kentongan dalam intisari jurnal yang ditulis oleh Surono (2015) dengan judul
Kentongan: Pusat Informasi, Identitas dan Keharmonisan Pada Masyarakat Jawa
dijelaskan sebagai berikut.
“Kentongan adalah alat komunikasi tradisional yang pernah berjaya pada
masa lalu yang mampu menyampaikan pesan secara cepat dan massal
79
170
120
70
70 54
48 44 46
37 35 31
24
20 9
Jul-16 Agt-16 Sep-16 Okt-16 Nov-16 Des-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 Mei-17
-30
Sumber: WAR Command Center Polres Jember
Tanda bahaya yang disampaikan dengan cepat diterima oleh pusat komando di
Markas Polres Jember yaitu WAR Command Center. Pusat Komando dapat
memantau melalui interface komputer dan juga HP Tablet yang telah disediakan oleh
Polres Jember. Untuk mengoperasikan aplikasi, data internet dan GPS pengguna atau
pelapor harus dalam kondisi menyala. Ketika ada kejadian gangguan kamtibmas,
operator WAR Command Center melalui WAR Police Control langsung memonitor
dari GPS Android di pelapor, dilanjutkan memberikan notifikasi kentongan, personil
yang terdekat dari posisi pelapor dengan jarak maksimal 5 km akan mendapatkan
notifikasi dan anggota langsung menuju ke TKP.
Inovasi pelayanan publik berbasis teknologi informasi dan komunikasi
berkaitan dengan adanya perbaruan software, hardware, dan brainware. Begitu pula
dengan inovasi pelayanan pelaporan gangguan Kamtibmas Polres Jember yang
menunjukkan adanya perbaruna dari ketiga tersebut, yakni sebagai berikut.
“untuk operator dipilih yang masih muda, karena anggota yang muda
sekarang sudah tidak asing dengan gadget. Jadi kalau sudah ngerti
Android pasti gampang lah” (wawancara dengan Hadi Purnomo, pada
08/02/2017)
Pada awal penerapannya dibentuk TIM Operator, ada 8 orang yang terdiri dari
4 satuan fungsi yaitu Satbinmas, Sabhara, Satreskrim, dan Humas yang masing-
masing fungsi diambil 2 orang. Selanjutnya berdasarkan Surat Perintah dari Kapolres
87
dibentuk tim multimedia. Dengan dibentuknya tim tersebut, tugas operator WAR
Polres Jember dialihkan ke Tim ini yang Sumber Daya Manusianya semua dari
bagian Humas. Hal ini dilakukan karena keterbatasan Sumber Daya Manusia, seperti
yang disampaikan oleh Hadi Purnomo selaku anggota humas dan operator WAR, saat
wawancara (5 juni 2017) bahwa penggabungan dilakukan karena keterbatasan
personil. Hal ini dilakukan karena belum maksimalnya penerapan pelayanan
pelaporan gangguan Kamtibmas Polres Jember, sehingga fungsi operator
digabungkan dengan tim Multimedia. Hal ini dilakukan untuk efisiensi personil.
Berdasarkan surat perintah Kapolres tersebut, terdapat 11 orang yang ditunjuk
untuk bertugas di bidang pelayanan Informasi Berbasis IT, baik melalui Web,
manajemen media online, pelayanan WAR Polres Jember, dll. Adapun tugas pokok
dan fungsi tim Multimedia, sebagai berikut.
1. Menyajikan informasi atau data terkait tugas Polres untuk disampaikan
kepada masyarakat.
2. Mengelola media sosial milik Polres Jember, seperti Web, facebook,
Instagram, dan Tweeter.
3. Melaksanakan komunikasi eksternal yaitu komunikasi kepada masyarkat
melalui media elektronik dan online
4. Menerima laporan dari masyarakat melalui aplikasi WAR Polres jember dan
menginformasikan kepada satuan internal yang bersangkutan.
siapapun dapat melaporkan kejadian gangguan Kamtibmas yang dilihat tanpa harus
takut identitasnya diketahui sebagai pelapor oleh terlapor. Selain itu kelengkapan
biodata tersebut akan mempermudah kerja petugas WAR Command Center.
“dengan adanya war ini diharapkan masyarat lebih peduli pada kejadian-
kejadian disekitarnya tanpa harus takut privasi pelapor akan diketahui
oleh pelaku.” (wawancara pada 01/03/2017)
terdapat beberapa menu yang memiliki fungsi masing-masing. Adapun menu pada
tampilan “Home” adalah sebagai berikut.
b. Kirim Pengaduan
Penggunaan pengaduan (lihat gambar 4.14) ini berfungsi untuk melaporkan
kondisi di lingkungan sekitar, seperti kemacetan atau suatu kondisi yang
berpotensi mengganggu kamtibmas yang tidak tergolong emergency,
dengan cara memfoto kondisi dan melaporkan pegaduan. Tujuan yang
ditekakankan adalah mengajak masyarakat untuk menjadi mitra polisi,
sehingga akan terjalin kerjasama dalam memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat.
c. Call Center
Menu ini merupakan layanan panggilan telepon yang ditujukan pada
operator WAR Polres Jember. Masyarakat yang memiliki pertanyaan dapat
menekan icon call center, otomatis langsung menghubungi nomor operator.
d. Satlantas
91
e. Kentongan Online
Menu kentongan ini merupakan kentongan online. Menu ini sama dengan
tombol cepat (lihat gambar 4.12) untuk layanan laporan gangguan
kamtibmas yang bersifat darurat/ emergency.
92
Sumber : www.polri.go.id
Pelaporan melalui call center 110 ini layanan tanpa biaya. Masyarakat
dapat langsung menghubungi 110 tanpa kode, hanya saja terbatas bagi
pengguna provider Telkomsel, Flexy atau sambungan telepon rumah
(Telkom grup). Bagi masyarakat pengguna provider lainnya, harus
menekan angka 021 dahulu sebelum 110. Masyarakat yang
menggunakan provider selain tersebut di atas akan mengalami kesulitan
untuk tersambung dengan operator layanan. Hal ini sudah dilakukan uji
coba sambungan oleh peneliti. Prosedur pelayanan untuk tersambung
dengan kepolisian terdekat melalui call center 110 dapat dilihat pada
gambar 4.13 di atas. Setiap laporan akan di filter oleh operator pusat,
apabila laporan valid, maka telepon akan disambungkan ke Polres yang
sesuai dengan lokasi kejadian yang dilaporkan. Selanjutnya pengaduan
akan segera diproses oleh Polres yang bersangkutan dan sesuai dengan
prosedur pelayanan yang ada.
98
Polisi
Pelapor
Polisi Analisis mendatangi
datang ke Pelapor
Laporan TKP /
Polres/ membuat
& melakukan
Polsek atau Laporan
Menunggu tindakan yang
menghubungi Polisi
rekomendasi sesuai dengan
nomor Polisi
kondisi
Gambar 4. 19 Alur Laporan Kepolisian secara Konvensional
1. Nama : IF
Pekerjaan : Mahasiswa
Kronologi Kejadian :
- Sekitar Pukul 12 malam, IF mengetahui sepedah motor miliknya tidak
ada di parkiran kosnya.
- IF langsung datang ke Polres Jember untuk melaporkan kejadian.
- Setelah laporannya dicatat oleh Polres Jember, IF diminta untuk
membuat laporan ke Polses Sumbersari.
- Keesokan harinya pukul 08.00 WIB, IF datang ke Polsek Sumbersari
untuk membuat laporan.
- Sekitar pukul 10.30, IF dan petugas datang ke TKP, dan dilakukan olah
TKP.
99
2. Nama :S
Pekerjaan : Mahasiswa
Waktu : 26 April 2017
Kronologi Kejadian :
- Pada waktu itu, sekitar menjelang magrib saya keluar ambil uang ke
ATM
- Terus ke BPJS jalan jawa itu
- Sekitar jam 18.00 WIB itu saya pulang, motor saya parkir di luar (depan
gerbang) karena mau dipinjam temen (tetapi tidak jadi kuliah)
- Saya naik ke atas (kosan lantai dua).
- Sekitar jam 20.00 WIB, saya turun mau keluar pakai motor, sudah tidak
ada. (pukul 19.30 WIB, motornya masih ada)
- Saya langsung lapor ke polsek sumbersari, membuat laporan dll.
- Menunggu sekitar 30 menitan.
- Petugas bersama pelapor datang ke TKP
- Kembali lagi ke Polsek dimintai keterangan di Reskrim
Polisi
Operator mendatangi TKP
Pelapor Operator
meneruskan / melakukan
menekan menghubungi
laporan ke tindakan yang
Kentongan pelapor
petugas di sesuai dengan
Online (1-2 menit)
lapangan kondisi (maks.
15 menit)
Gambar 4.20 Proses Pelayanan Pelaporan Melalui Kentongan Online
“Aplikasi eror jarang sekali terjadi, eror hanya terjadi karena server
data mengalami pemadaman listrik atau jaringan internet.”
(Wawancara dengan Eka Hadi, pada 14/02/2017)
“untuk biaya saya kira gak ada masalah, kan kita cuma modal peketan
aja, dan polresnya yang telpon balik.” (Wawancara dengan Se, pada
14/02/2017)
4) Nama :D
Alamat : Jl. Merapi
Waktu Pelaporan : 26-08-2016, 20:59;11
Kronologi Kejadian :
- Pada waktu itu, rumah tetangga sedang kosong di tinggal ke luar kota.
- Pada hari itu sekitar pukul 20:30 an pemilik rumah mengetahui kalau
rumahnya kemalingan.
- Kemudaian D langsung melaporkan melalui Kentongan Online.
- Selang beberapa menit ± 1 menit ditelepon oleh operator dari Polres
Jember untuk memastikan kejadian.
- Kurang lebih 10 menit polisi datang ke TKP.
Penerapan pelayanan berbasis IT Kentongan Online mampu mengurangi
adanya informasi yang tidak benar dari pelapor melalui melalui sambungan
telepon. Hal ini disampaikan oleh Kasat Shabara sebagai berikut.
“untuk mengurangi orang yang main-main, pengguna harus
mendaftar dengan mencantumkan identitas yang jelas. Sehingga
diketahui identitas pengguna, dan posisi pelapor secara real time.
Kalau pelaporan melalui call center 110, identitas pelapor kurang
jelas, bisa saja orang iseng. Ketika melapor, lokasinya jauh ternyata
sampai TKP tidak ada, sehingga akan menyulitkan petugas.”
(wawancara dengan AKP Ahmad Musofah, 01/03/2017)
Inovasi proses layanan yang dilakukan harus lebih baik dari proses layanan
yang sebelumnya. Proses layanan Kentongan Online merupakan bentuk
perubahan proses layanan yang lebih cepat dari layanan sebelumnya. Kedua
prosedur pelayanan sebelum dan sesudah ada inovasi jika dibandingkan memiliki
perbedaan seperti pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4. 2 Proses pelayanan laporan gangguan kamtibmas
Pelapor harus - -
mengantri
Pelapor membuat Pelapor membuat operator menghubungi pelapor
laporan laporan secara lisan untuk memastikan kebenaran
laporan diteruskan ke petugas
di lapangan, SPKT, dan grup
whatsapp kepolisian.
Petugas datang ke Petugas datang ke piket -
piket Reskrim untuk Reskrim untuk meminta
memints surat rekomendasi
rekomendasi
Dibuatkan surat Dibuatkan laporan -
tanda terima laporan polisi
polisi
Petugas Petugas mendatangi - Petugas yang dekat dengan
mendatangi TKP TKP untuk olah TKP lokasi, langsung merapat
untuk olah TKP (waktu tergantung jarak ke TKP untuk
(waktu tidak tentu) lokasi dengan Kantor mengamankan TKP
Polisi) (waktu yang dibutuhkan
maks. 15 menit)
- - - Operator mencatat di buku
mutasi
Sumber: diolah dari berbagai sumber (2017)
Bentuk inovasi proses pelayanan gangguan kamtibmas polres jember,
adanya perubahan prosedur yang berawal dari pelaporan sampai petugas datang
ke lokasi untuk melakukan olah TKP. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada
perubahan proses pelayanan. Pelayanan sebelum ada layanan, petugas yang
datang ke lokasi setelah melalui prosedur pembuatan surat rekomendasi dan surat
tanda terima laporan. Sedangkan setelah ada inovasi, setelah melapor dan
dikonfirmasi kebenaran laporan, petugas (seluruh anggota baik dari polres
maupun polsek) yang paling dekat dengan lokasi langsung ke lokasi untuk
mengamankan TKP atau memberikan tindakan pertama.
aplikasi aplikasi
Masyarakat Petugas di
Operator
lapangan
Telepon Via HT
Via HT/ telepon
SPKT
terkait dengan merubah pola pikir baik dari aparatur pemerintah dan juga
masyarakat. Selain itu merubah kebiasaan yang sudah untuk membiasakan dengan
kondisi yang baru merupakan hal yang cukup sulit. Meskipun penerapan layanan
Kentongan Online Polres Jember banyak mendapat apresiasi dari berbagai pihak,
bukan berarti pelaksanaannya serta merta berjalan dengan mulus. Apalagi
Kentongan Online adalah hal yang sangat baru di Kabupaten Jember, tentu perlu
adanya pengembangan layanan, agar tercapai pelaksanaan yang sempurna, sesuai
dengan harapan awalnya. Berdasarkan dari itu dan hasil kajian di lapangan, dapat
dilihat hal yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
dan pengembangan layanan Kentongan Online, yaitu sebagai berikut.
android oleh Polres Jember bukan menjadi beban bagi personil yang ada di
dalamnya. Saat ini android sudah menjadi kebutuhan, sehingga hampir
semua personil paham dalam pengoperasian android. Strategi yang
dilakukan dalam penerapan inovasi terkait SDM adalah menempatkan
personil yang masih muda untuk mejadi operator. Selain itu kemudahan
aplikasi untuk dipelajari menjadikan para personil lebih cepat menyesuaikan
diri dengan layanan yang baru.
4. Ketersediaan insfrastruktur IT
Teknologi informasi menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam inovasi pelayana yang dilakukan oleh Polres Jember. Perangkat
teknologi menjadi alat pelaksanaan inovasi pelayanan. Insfrastruktur
Teknologi Informasi Polres Jember dalam penerapan inovasi pelayanan
Kentongan Online telah tersedia sesuai dengan kebutuhan inovasi yang
dilakukan. Sehingga pengembangan e-government di Polres Jember dapat
dilakukan jika dilihat dari ketersediaan insfrastruktur teknologi
informasinya.
5. Jangkauan Luas
Pelayanan pelaporan gangguan kamtibmas Polres Jember tidak hanya
cepat, mudah, dan murah saja. Inovasi pelayanan berbasis TI berupa aplikasi
android tersebut jangkauannya luas. Kentongan konvensional yang
digunakan untuk memberikan tanda terjadinya gangguan kamtibmas
jangkaunnnya sangat terbatas, tergantung ukuran dari kentongan. Tetapi
dengan adanya inovasi pelayanan pelaporan gangguan kamtibmas yang
mengadopsi budaya lokal (kentongan) jangkauan dalam memberikan tanda
adanya gangguan kamtibmas menjadi sangat luas. Hal ini jugalah yang
menjadi salah satu keunggulan dari pelayanan Kentongan Online.
Keunggulan jangkauan yang luas didukung dan dapat dikendalikan melalui
aplikasi menjadikan pelayanan gangguan kamtibmas menjadi lebih cepat,
mudah, dan murah.
6. Aplikasi mudah di operasikan
115
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pelaksanaan inovasi pelayanan
gangguan Kamtibmas Polres Jember, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
120
5.2 Saran
Dari kesimpulan di atas, dapat diketahui gambaran pelaksanaan inovasi
pelayanan publik berbasis teknologi informasi dan komunikasi Polres Jember
serta faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan dan pengembangan
layanan. Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan tersebut, penulis mencoba
memberikan beberapa saran sebagai upaya meminimalisir hambatan atau kendala
dalam rangka mengembangkan pelaksanaan inovasi pelayanan publik yang lebih
maksimal. Adapun beberapa saran yang dapat penulis berikan yaitu sebagai
berikut.
1. Sosialisasi kepada masyarakat sebaiknya lebih ditingkatkan lagi agar
partisipasi masyarakat dalam menggunakan pelayanan ini dapat
ditingkatkan. Karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui
pelayanan Kentongan Online.
2. Pelayanan Kentongan Online diperuntukkan untuk melaporkan kejadian
kriminalitas dan lakalantas yang bersifat emergency. Sebaiknya layanan ini
diintegrasikan dengan pelayanan publik yang bersifat emergency lainnya,
contohnya pemadam kebakaran, layanan ambulan, dll.
3. Dibentuknya regulasi yang mengatur pelaksanaan (operasional) oleh
petugas (operator)
4. Aplikasi lebih baik dikembangkan lagi, tidak hanya untuk android saja
tetapi untuk smartphone dengan sistem operasi yang lain, seperti iOS
(iPhone) dan Windows Phone. Sehingga pengguna tidak sebatas pengguna
android saja.
5. Terkait dengan metode komunikasi pada layanan WAR Polres Jember, perlu
dibangun sistem yang menyeluruh dalam satu aplikasi, sehingga akan
mempermudah operator dalam menyebarkan informasi adanya kejadian.
6. Sebaiknya aplikasi ditambahkan kolom penilaian atau pengaduan terkait
pelayanan pelaporan Kamtibmas melalui Kentongan Online. Hal ini dapat
digunakan bahan evaluasi untuk perbaikan dan memaksimalkan pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Alif, S. 2016. Down To Earth: Catatan Abdi Bhayangkara di Bumi Pandalungan.
Jember: Jember Katamedia.
Daymon dan Holloway. 2008. Riset Kualitatif dalam Public Relation & Marketing
Communication. Bandung: Bentang Pustaka.
Idrus, Muhammad.2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Penerbit
Erlangga
Indrajit, Richardus Eko. 2006. Elektronic Government: Strategi Pembangunan dan
Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital.
Yogyakarta: ANDI
Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Pembaharuan.
Maslow, H.A. 1988, Motivasi dan Kepribadian, Jakarta: Pustaka Binaman Persindo.
Moenir, 1995. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Moenir, 2002. Manajemen Pelayanan Umum Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Moleong, Lexy J. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muluk, M.R Khairul. 2008. Knowledge Management: Kunci Sukses Inovasi
Pemerintahan Daerah. Malang: Bayumedia.
Rogers, Everret M. 2003. Diffusion of Innovation. 5th edition. New York: Free Press.
Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Revika Aditama.
Sinambela, Litjen P. 2014. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Syafi’ie, I. K, dkk. 1999. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta PT: Rineka Cipta.
123
Jurnal Ilmiah
Habibullah, Achmad. 2010. Kajian Pemanfaatan dan Pengembangan E-Government.
Jurnal Fisip Unej Volume 23, Nomor 3 Hal: 187-195.
Iswahyudi. 2014. Kualitas Layanan Kantor Imigrasi Kelas 1 Yogyakarta dalam
Pembuatan Paspor Berbasis E-Goverment (Studi Kasus Pada Kantor Imigrasi
Kelas 1 Yogyakarta). Tesis. Yogyakarta: Program Studi Magister Ilmu
Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
124
Peraturan Perundang-undangan:
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003
tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun2009
tentang Sistem Laporan Gangguan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
Peraturan Menpan RB No. 31 Tahun 2014 tentang Pedoman Mystery
Shopping Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia
Undang-undang No. 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik
125
Internet
Nouval, Alvin. 2013. Telkom dan Polda Jatim sediakan layanan pengaduan 110.
(https://www.merdeka.com/teknologi/telkom-dan-polda-jatim-sediakan-
layanan-pengaduan-110.html, diakses 05/04/2017)
Haorrahman, S. 2016. Kapolri Minta Seluruh Polres Tiru Inovasi Kentongan Online
Polres Jember. http://www.tribunnews.com/regional/2016/07/18/kapolri-minta-
seluruh-polres-tiru-inovasi-kentongan-online-polres-jember [18 Januari 2017]
Haorrahman. 2016. Aplikasi Kentongan Online Milik Polres Jember Pertama di
Indonesia. http://www.tribunnews.com/regional/2016/05/08/aplikasi-
kentongan-online-milik-polres-jember-pertama-di-indonesia [12 oktober 2016]
Iwan. 2016. Polres Wonogiri Wujudkan Promoter Dengan Aplikasi Layanan
Berbasis Teknologi “WAR”. http://tribratanews-polreswonogiri.com/polres-
wonogiri-wujudkan-promoter-dengan-aplikasi-layanan-berbasis-teknologi-war/.
[diakses 19/01/2017]
LAMPIRAN
127
Judul : Inovasi Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi oleh Kepolisian
Resort (Polres) Kabupaten Jember (Studi E-Service Kentongan Online Pada Layanan Berbasis
Teknik Instrumen
Jenis
No Data/Informasi yang Dibutuhkan Sumber Data Pengumpulan Pengumpulan Keterangan
Data
Data Data
Kondisi fisik maupun non fisik
pelaksanaan layanan Kentongan Hp/ kamera/ alat Pedoman
1 Sekunder Polres Jember Observasi
Online pada aplikasi We Are Ready tulis Observasi
(WAR) Polres Jember.
Website Kab. Pedoman Studi
2 Profil Kabupaten Jember Sekunder Dokumentasi Hp/ Laptop
Jember Dokumentasi
Profil Polres Jember
Hp/ Laptop/ Pedoman Studi
3 - Sejarah Singkat Sekunder Polres Jember Dokumentasi
Flashdisk Dokumentasi
- Visi & Misi
128
- Struktur Organisasi
- Deskripsi Tugas
Satreskrim Hp/ Laptop/ Pedoman Studi
4 Data Kriminalitas Kab. Jember Sekunder Dokumentasi
Polres Jember Flashdisk Dokumentasi
Data mengenai layanan WAR
- Salinan SK Program
- SOP Layanan HP/Laptop/
Studi
5. - Data Jumlah pengunduh Sekunder Polres Jember Dokumentasi flashdisk/ mesin
Dokumentasi
- Data Jumlah pengguna/ fotocopy
pendaftar
- Data history layanan
Data respon mengenai aplikasi WAR Studi
7. Sekunder Play Store Dokumentasi HP/ Laptop
Polres Jember Dokumentasi
Gambaran Umum Aplikasi WAR HP/ kamera, alat Pedoman
8. Primer Informan Wawancara
Polres Jember tulis Wawancara
Pelaksanaan teknis layanan pada
HP/ kamera, alat Pedoman
9. WAR Polres Jember dengan layanan Primer informan Wawancara
tulis Wawancara
sebelumnya
Support, Cappasity,dan velue dalam HP/ kamera, alat Pedoman
10. Primer Informan Wawancara
pengembangan pelayanan tulis Wawancara
129
A. Tujuan
Untuk memperoleh informasi dan data baik mengenai kondisi fisik maupun non
fisik pelaksanaan layanan Kentongan Online pada aplikasi We Are Ready (WAR)
Polres Jember.
B. Aspek yang di amati
1. Alamat / Lokasi Polres
2. Lingkungan fisik Polres Jember pada umumnya
3. Kondisi pelayanan konvensional
4. Kondisi command center WAR Polres Jember
- Teknologi yang digunakan
- Jaringan Internet
- Siaga 24 jam
- Jumlah Petugas
5. Tampilan Aplikasi Kentongan Online
6. Data respon terhadap aplikasi WAR Polres Jember
7. Pihak yang berperan pada penerapan aplikasi WAR Polres Jember
130
1. Pedoman Wawancara 1
Topik : Gambaran Umum Layanan Aplikasi WAR Polres Jember
Subtopik :
a) Sejarah munculnya Aplikasi WAR Polres Jember.
b) Konsep Layanan Kentongan Online.
c) Pelaksanaan dan pengembangan layanan pada aplikasi WAR Polres
Jember.
Pertanyaan:
2. Pedoman Wawancara 2
Support
1. Kesepakatan
- Sejauh mana dukungan Pemerintah Kabupaten Jember terhadap adanya
pelayanan Kentongan Online, termasuk dengan pengembangannya?
- Bagaimana dengan dukungan dari Polda ataupun Polri?
- Apakah ada kesepakatan-kesepakatan dalam menerapkan Kentongan
online?
2. Sosialisasi
- Apakah layanan disosialisasikan secara merata, kontiyu, dan konsisten
serta menyeluruh di seluruh kalangan?
- Bagaimana bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh Polres Jember dalam
memperkenalkan Kentongan Online ini kepada anggota dan masyarakat?
Serta bagaimana tanggapan dari masyarakat?
3. Kontinyuitas:
- Bagaimana keberlanjutan dari penerapan Kentongan Online di Kabupaten
Jember mencakup perencanaan pengembangannya ke depan?
Capacity
1. Sumber Daya Finansial
- Bagaimana anggaran atau pembiayaan dalam penerapan dan
pengembangan layanan ini?
2. Infrastruktur teknologi informasi
132
Value
1. Manfaat apa yang di dapatkan baik dari pemberi layanan (Polres Jember)
dan juga masyarakat?
133
3. Pedoman Wawancara 3
dalam segala keadaan. Sinergitas dan soliditas antar elemen masyarakat menjadi
sesuatu yang mutlak dan wajib dipenuhi.
Dalam menjalankan program yang sudah dicanangkan, kami berupaya
menggandeng pihak ataupun instansi terkait. Tujuannya, menguatkan daya ungkit
(key lavarage) untuk mencapai target pelayanan prima. Tak lupa, kami juga
berusaha selalu dekat dan bersahabat dengan masyarakat di semua lapisan. Sebab,
mereka adalah mitra yang akan dengan senang hati memberikan early warning
dan early detection dalam melaksanakan tupoksi Polri.
Keselamatan dan keamanan adalah hak dari setiap insan manusia, dengan
tatanan dan peraturan maka manusia memiliki kontrol sosial yang baik. Teknologi
akan menunjang keamanan maupun keselamatan pengguna jalan tersebut sesuai
kapasitas dan fungsionalnya terhadap suatu wilayah maupun tempat. Oleh karena
itu Polres Jember menciptakan suatu Program berbasis teknologi yaitu aplikasi
WAR (We Are Ready) atau kentongan Online yang akan dilaunching pada hari
ini, Sabtu tanggal 7 Mei 2016.
Diharapkan aplikasi ini dapat membantu tugas-tugas Kepolisian dan
meningkatkan quickrespon Polri dalam menangani suatu kejadian kamtibmas
yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, serta mempermuda masyarakat dalam
memberikan segala bentuk informasi terkait gangguan kamtibmas kepada Polri.
Demikian sambutan saya , semoga Allah SWT senantiasa memberikan
bimbingan-nya kepada kita sekalian dalam melaksanakan pengabdian yang
terbaik, bagi kejayaan masyarakat, bangsa dan negara kesatuan Republik
Indonesia yang kita cintai bersama..
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jember, 7 Mei 2016
Ketua Tim Penyusun
I. Pendahuluan
Jember merupakan kota terbesar ketiga di Jawa Timur setelah Malang dan
Banyuwangi, apa yang terjadi di salah satu kawasan tapal kuda ini, dapat
berpengaruh bagi wilayah lain di sekitarnya. oleh karena itu, para anggota Polri
dituntut melaksanakan tugas yang lebih optimal dalam memberikan pengayoman
dan pelayanan kepada masyarakat di wilayah ini.
Seperti kita ketahui bersama bahwa Polres Jember mempunyai program
utama yaitu JEMBER SUWAR-SUWIR (Jember suasana warga yang aman,
religius, bersahabat, berwawasan intelektual dan kreatif) sebagai langkah
akselerasi dan tindak lanjut program Kapolri dan Kapolda Jawa Timur yang
dijabarkan ke dalam 9 (Sembilan) bentuk program unggulan salah satunya adalah
Program Jempol (Jember Police Online).
Jempol adalah program meng-online-kan Polres Jember dalam tugas dan
fungsinya, dengan demikian Polres Jember dapat memberikan pelayanan dan
menyentuh langsung kepada masyarakat yang saat ini mayoritas sebagai netizen,
sehingga layanan yang telah diberikan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
Polres Jember juga pernah menggagas suatu program unggulan yaitu
Revitalisasi Kentongan, dimana kegiatan tersebut sukses dilaksanakan dan sangat
ampuh dan efektif sebagai tindakan preventif dan represif untuk menanggulangi
gangguan kamtibmas di Kabupaten Jember.
Kentongan adalah salah satu simbol kearifan lokal dan menjadi budaya
Nasional. alat komunikasi ini dipakai masyarakat sejak zaman dahulu sebagai
sarana menjaga keamanan dan ketertiban. teknik dan pola pukulan kentongan
memiliki arti tersendiri untuk menyampaikan pesan pada masyarakat.
Misalnya, saat ingin mengumumkan bahwa terjadi kematian, kentongan
dipukul konstan satu-satu secara terus menerus. sedangkan saat ingin
143
III. Manfaat
Manfaat yang didapat dengan adanya aplikasi WAR (We Are Ready)
adalah.
1. Bagi pengguna/masyarakat
Pengguna dapat dengan mudah mengetahui Pos Polisi dan Pelayanan
Kepolisian pada menu map.
Pengguna mendapatkan informasi yang di terbitkan oleh Polres Jember
melalui Media Sosial seperti Facebook dan Twitter.
Pengguna dapat dengan cepat melapor kepada petugas Kepolisian jika
ada tindak kejahatan maupun membutuhkan bantuan Kepolisian.
2. Bagi Polri
a. Meningkatkan citra Kepolisian terhadap masyarakat, dimana hingga
saat ini masyarakat enggan untuk melapor bahkan meminta bantuan
terhadap Polisi.
b. Meringankan tugas Kepolisian dengan menempatkan masyarakat
sebagai mitra Kepolisian sebagai early warning dan early detection.
c. Mempermudah giat pelayanan yang bisa dideteksi oleh masyarakat
melalui icon-icon pada fitur map di aplikasi WAR.
145
Aplikasi WAR (We are ready) Polres Jember adalah sebuah aplikasi
keamanan yang dapat menerima dan merespon dengan cepat setiap dinamika
informasi dari masyarakat, baik informasi tentang tindak pidana, kecelakaan lalu
lintas dan bencana alam serta gangguan kamtibmas lainnya yang langsung
diterima oleh seluruh petugas Polri yang tersebar di wilayah hukum Polres Jember
146
untuk selanjutnya pada kesempatan pertama dituntut untuk mendatangi TKP guna
melakukan tindakan kepolisian.
Menu Utama
Di dalam menu aplikasi War Polres Jember terdapat Menu Utama terdiri dari:
1. All spots
2. Favorites
3. Polsek
4. Pos Polisi
5. Layanan
Para pengguna pasti ingin mengetahui apa saja fungsi dari menu-menu tersebut.
Kami akan membantu menjelaskan fungsi menu-menu tersebut.
1. All spots
Menu ini berfungsi untuk melihat Kantor Polisi, Pos Polisi dan Kantor Pelayanan
terdekat dengan pengguna aplikasi.
147
2. Favorites
Pada menu ini, akan ditampilkan Kantor Polsek/Pos Polisi/Pelayanan favorit
pengguna aplikasi dengan cara menandai tempat-tempat tersebut. Untuk
menampilkan di menu favorites, pengguna aplikasi terlebih dahulu memilih satu
tempat dan menekan tombol hati.
148
3. Polsek
Pada menu ini ditampilkan jarak dan lokasi Polsek - Polsek Jajaran Polres
Jember yang terdiri dari 30 Polsek jajaran.
149
4. Pos Polisi
Pada menu ini ditampilkan jarak dan lokasi Pos Polisi seperi Pos Lantas RRI, Pos
Lantas Gladak Kerbar, Pos Lantas Sultan Agung, dll.
5. Layanan
Pada menu ini ditampilkan jarak dan lokasi tempat - tempat pelayanan Polres
Jember, seperti Samsat, Satpas, Kantor Pelayanan Perijinan Kegiatan Masyarakat
dll
6. Menu Media Sosial
Aplikasi WAR POLRES JEMBER telah terintegrasi dengan facebook dan twitter
Polres Jember, anda bisa mendapatkan informasi up to date dan berkomunikasi
secara live melalui media social cukup dari aplikasi WAR tanpa harus membuka
aplikasi facebook atau twitter
150
Di dalam menu media sosial aplikasi War Polres Jember terdapat Menu terdiri
dari :
1. Twitter Polres 2. Facebook Polres 3. Maps
Jember Jember
151
Menu Tambahan
Di dalam menu tanbahan aplikasi War Polres Jember terdapat Menu terdiri dari :
1. Rate
pada menu ini, pengguna dapat memberi rating tentang aplikasi WAR
Polres Jember di Play Store.
2. Daftar
Pada menu ini, pengguna aplikasi diwajibkan
untuk mendaftarkan identitas pengguna aplikasi.
139
3. pangaduan
Pada menu ini apabila pengguna aplikasi ini
mengalami gangguan kamtibmas? melihat
kemacetan atau hal-hal lain yang berpotensi
mengganggu keamanan dan kenyamanan di
sekitar anda? buka aplikasi WAR, fotolah
kejadian tersebut dan kirimkan pengaduan
anda. jadilah mitra Polisi dengan menjadi
mata dan telinga polisi. Polisi bersama
masyarakat = JEMBER AMAN
4. Kentongan Online
Sama halnya pada menu tombo cepat/ tombol
kentongan, pada menu ini / menu kentongan
online bersifat darurat / emergency.
5. about
menu ini digunakan untuk melihat produk dan versi aplikasi serta dapat
melakukan update terbaru.
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah alat
negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.
2. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian dan secara fungsional
terkait satu sama lain serta menunjukkan suatu gerak dalam rangka mencapai
suatu tujuan tertentu.
9. Pelanggaran …..
163
9. Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja, atau
kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi,
dan/atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh undang-undang, dan tidak akan mendapatkan, atau dikhawatirkan
tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.
11. Data adalah fakta dari suatu keadaan atau kejadian yang merupakan bahan
keterangan yang belum diolah.
12. Informasi adalah data yang telah diolah yang menghasilkan keterangan,
pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan,
baik data, fakta, maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca
yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non elektronik yang
digunakan untuk mengambil keputusan.
Pasal 2
Tujuan peraturan ini adalah:
Pasal 3
c. akurat, yaitu data/informasi yang disajikan secara lengkap baik kuantitas maupun
kualitas;
Pasal 4
164
a. pengumpulan data;
b. pengolahan data;
c. penyajian informasi;
d. penggunaan informasi.
BAB II
PENGUMPULAN DATA
Bagian Kesatu
Penggolongan Data
Pasal 5
a. kejahatan;
b. pelanggaran;
d. bencana.
Pasal 6
a. kejahatan konvensional;
b. kejahatan transnational;
Pasal 7
Pasal 9
Bagian Kedua
Pengkodean
Pasal 10
(1) Setiap data gangguan Kamtibmas diberikan kode berupa angka sebanyak 7 (tujuh)
digit untuk memudahkan dalam proses aplikasi komputerisasi sistem informasi
operasional Polri.
(2) Kode gangguan Kamtibmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disusun sebagai
berikut:
a. digit pertama adalah untuk pengolongan data, dengan ketentuan:
1. angka “1” (satu) untuk golongan kejahatan;
2. angka “2” (dua) untuk golongan pelanggaran;
3. angka “3” (tiga) untuk golongan gangguan terhadap ketenteraman/
ketertiban umum; dan
4. angka “4” (empat) untuk golongan bencana;
Pasal 11
Daftar penggolongan data gangguan Kamtibmas tercantum dalam lampiran I yang tidak
terpisahkan dengan peraturan ini.
BAB III …..
BAB III
Pasal 12
167
Pengumpulan data dilakukan melalui laporan gangguan Kamtibmas, yang terdiri dari:
2. laporan kemajuan;
1. laporan harian;
3. laporan bulanan.
Pasal 13
Laporan insidentil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a, dibuat bila terjadi
gangguan Kamtibmas yang sangat menonjol atau meresahkan masyarakat, dan perlu
segera diketahui oleh Pimpinan.
Pasal 14
(1) Laporan segera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a angka 1, memuat
informasi peristiwa/kejadian secara singkat, sekurang-kurangnya memuat unsur:
a. apa yang terjadi;
b. dimana terjadi;
c. kapan terjadi;
d. siapa pelaku; dan
e. siapa korban/saksi.
Pasal 15
Format laporan insidentil tercantum dalam lampiran II yang tidak terpisahkan dengan
peraturan ini.
Pasal 16 …..
Pasal 16
(1) Laporan harian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b angka 1, memuat
data kuantitatif dan kualitatif peristiwa atau kejadian gangguan Kamtibmas selama
1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam (pukul 00.00 s.d. 24.00 waktu setempat).
(2) Laporan harian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secara berjenjang
168
mulai dari tingkat Polsek sampai Markas Besar Polri.
(3) Laporan harian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh Kepala Sentra
Pelayanan Kepolisian (Ka. SPK) atau Kepala Siaga (Ka. Siaga) dengan
menggunakan format Laporan Harian Gangguan Kamtibmas (LHGK).
(4) Entry data LHGK baik secara manual maupun melalui sarana/perangkat
Management Information System Operasional (MIS Opsnal) dilakukan oleh petugas
operator yang ditunjuk dan terlatih.
(5) Format LHGK tercantum dalam lampiran III yang tidak terpisahkan dengan
peraturan ini.
Pasal 17
(2) Laporan mingguan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh Bagian
Operasional (Bag Ops) Polres/ta/tro/Poltabes/Polwil/tabes dan Biro Operasi (Ro
Ops) Polda serta Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Polri yang dibantu oleh
fungsi Intelijen, Reserse, Samapta, Lalu Lintas, Polisi Perairan dan Provos.
(3) Laporan mingguan dibuat secara manual dan melalui sarana teknologi informasi
yang tersedia, dilaporkan setiap hari Senin kepada pimpinan kesatuan dan secara
berjenjang ke kesatuan atas.
Pasal 18
(1) Laporan bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b angka 3, memuat
rekapitulasi peristiwa atau kejadian gangguan Kamtibmas selama 1 (satu) bulan,
yang menggambarkan jumlah peristiwa atau kejadian yang:
a. dilaporkan;
b. diselesaikan; dan
c. merupakan sisa perkara/tunggakan.
(3) Laporan bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh Bagops
Polres/ta/tro/Poltabes/Polwil/tabes dan Roops Polda serta Pusdalops Polri yang
dibantu oleh fungsi Intelijen, Reserse, Samapta, Lalu Lintas, Polisi Perairan, dan
Provos, dan dilaporkan secara berjenjang ke kesatuan atas paling lambat tanggal 5
bulan berikutnya.
(4) Format Laporan Bulanan Gangguan Kamtibmas (LBGK) tercantum dalam lampiran
V .a. s.d. V.f. yang tidak terpisahkan dengan peraturan ini.
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
Pasal 19
(1) Data gangguan Kamtibmas diolah dengan menggunakan rumus yang lazim
digunakan.
(3) Contoh dan rumus yang digunakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
tercantum dalam lampiran VI.1, VI.2, VI.3, VI.4, VI.5, dan VI.6 yang tidak
terpisahkan dengan peraturan ini.
BAB V
PENYAJIAN INFORMASI
Pasal 20
(3) Format penyajian informasi tercantum dalam lampiran VII yang tidak terpisahkan
dengan peraturan ini.
Pasal 21
170
(1) Penyajian informasi dapat berupa tabel dan/atau grafik (chart).
(2) Penyajian informasi dalam bentuk tabel berisi angka-angka gangguan Kamtibmas
secara rinci.
(3) Penyajian informasi dalam bentuk grafik (chart) merupakan visualisasi gangguan
Kamtibmas yang dapat dibaca secara cepat dan mudah.
Pasal 22
BAB VI
PENGGUNAAN INFORMASI
Pasal 23
(2) Untuk kepentingan analisa dan evaluasi kerawanan daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, dapat digunakan informasi dari:
a. perkembangan jumlah kejahatan, pelanggaran, dan penyelesaiannya;
b. persentase jumlah kejahatan yang meresahkan masyarakat;
171
c. resiko terkena kejahatan; dan
d. selang waktu terjadinya kejahatan.
(4) Untuk kepentingan penetapan strategi kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c, digunakan informasi dari:
a. perkembangan jumlah kejahatan disertai prosentase penyelesaian;
b. perkembangan resiko jumlah penduduk menjadi korban kejahatan;
c. persentase jumlah kejahatan yang meresahkan masyarakat;
d. perkembangan selang waktu terjadinya kejahatan;
e. pola kejahatan;
f. operandi kejahatan;
g. pola tempat terjadinya kejahatan;
h. pola waktu terjadinya kejahatan;
i. perkembangan kecelakaan lalu lintas dan korban; dan
j. perkembangan jumlah tahanan.
(5) Untuk kepentingan informasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
dapat disajikan informasi mengenai:
BAB VII
172
ADMINISTRASI
Pasal 24
(2) Personel yang mengawaki Manajemen Informasi Sistem (MIS) Polri ditunjuk
berdasarkan surat perintah kepala kesatuan organisasi.
(3) Materiil/logistik MIS Polri menggunakan sarana dan prasarana yang sudah tergelar
di satuan organisasi.
(4) Kegiatan Pullahjianfo gangguan Kamtibmas yang berbasis MIS Polri menggunakan
anggaran DIPA /RKA-KL Satker.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
b. Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: Skep/46/I/1988 tanggal 26 Januari 1988 tentang
Daftar Gangguan Kamtibmas;
Pasal 26 …..
Pasal 26
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 April 2009
173
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 18 Mei 2009
Ttd.
ANDI MATTALATTA
Menimbang:
a. bahwa keamanan dalam negeri merupakan syarat utama mendukung terwujudnya
masyarakat madani yang adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi
kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan
hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dilakukan oleh
Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku alat negara yang dibantu oleh masyarakat
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
c. bahwa telah terjadi perubahan paradigma dalam sistem ketatanegaraan yang menegaskan
pemisahan kelembagaan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing;
d. bahwa Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia sudah tidak memadai dan perlu diganti untuk disesuaikan dengan pertumbuhan
dan perkembangan hukum serta ketatanegaraan Republik Indonesia;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, dan d, perlu
dibentuk Undang-Undang tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 30 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor VI/MPR/2000 tentang Pemisahan
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia;
3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara
Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia;
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890).
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
2. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
3. Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang berdasarkan undang-undang memiliki wewenang umum Kepolisian.
4. Peraturan Kepolisian adalah segala peraturan yang dikeluarkan oleh Kepolisian Negara
Republik Indonesia dalam rangka memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai
salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka
tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan
tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang mengandung kemampuan membina
serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan
menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya
yang dapat meresahkan masyarakat.
6. Keamanan dalam negeri adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjaminnya
keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, serta terselenggaranya
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
7. Kepentingan umum adalah kepentingan masyarakat dan/atau kepentingan bangsa dan
negara demi terjaminnya keamanan dalam negeri.
8. Penyelidik adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh
undang-undang untuk melakukan penyelidikan.
9. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya
dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang.
10. Penyidik adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh
undang-undang untuk melakukan penyidikan.
11. Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan ditunjuk selaku penyidik dan mempunyai
wewenang untuk melakukan penyidikan tindak pidana dalam lingkup undang-undang yang
menjadi dasar hukumnya masing-masing.
12. Penyidik Pembantu adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diangkat
oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia berdasarkan syarat kepangkatan dan
diberi wewenang tertentu dalam melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam undang-
undang.
13. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
14. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Kapolri adalah
pimpinan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan penanggung jawab penyelenggaraan
fungsi kepolisian.
Pasal 2
Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat.
Pasal 3
(1) Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dibantu
oleh:
a. kepolisian khusus;
b. penyidik pegawai negeri sipil; dan/atau
c. bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.
(2) Pengemban fungsi kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, b, dan c,
melaksanakan fungsi kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar hukumnya masing-masing.
Pasal 4
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang
meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum,
terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta
terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Pasal 5
(1) Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri.
(2) Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Nasional yang merupakan satu
kesatuan dalam melaksanakan peran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
BAB II
SUSUNAN DAN KEDUDUKAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Pasal 6
(1) Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan peran dan fungsi kepolisian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan 5 meliputi seluruh wilayah negara Republik
Indonesia.
(2) Dalam rangka pelaksanaan peran dan fungsi kepolisian, wilayah negara Republik Indonesia
dibagi dalam daerah hukum menurut kepentingan pelaksanaan tugas Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
(3) Ketentuan mengenai daerah hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 7
Susunan organisasi dan tata kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia disesuaikan dengan
kepentingan pelaksanaan tugas dan wewenangnya yang diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Presiden.
Pasal 8
(1) Kepolisian Negara Republik Indonesia berada di bawah Presiden.
(2) Kepolisian Negara Republik Indonesia dipimpin oleh Kapolri yang dalam pelaksanaan
tugasnya bertanggung jawab kepada Presiden sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 9
(1) Kapolri menetapkan, menyelenggarakan, dan mengendalikan kebijakan teknis kepolisian.
(2) Kapolri memimpin Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab atas:
a. penyelenggaraan kegiatan operasional kepolisian dalam rangka pelaksanaan tugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
b. penyelenggaraan pembinaan kemampuan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pasal 10
(1) Pimpinan Kepolisian Negara Republik Indonesia di daerah hukum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (2), bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan wewenang
kepolisian secara hierarki.
(2) Ketentuan mengenai tanggung jawab secara hierarki sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kapolri.
Pasal 11
(1) Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat.
(2) Usul pengangkatan dan pemberhentian Kapolri diajukan oleh Presiden kepada Dewan
Perwakilan Rakyat disertai dengan alasannya.
(3) Persetujuan atau penolakan Dewan Perwakilan Rakyat terhadap usul Presiden
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus diberikan dalam jangka waktu paling lambat 20
(dua puluh) hari terhitung sejak tanggal surat Presiden diterima oleh Dewan Perwakilan
Rakyat.
(4) Dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat tidak memberikan jawaban dalam waktu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3), calon yang diajukan oleh Presiden dianggap disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.
(5) Dalam keadaan mendesak, Presiden dapat memberhentikan sementara Kapolri dan
mengangkat pelaksana tugas Kapolri dan selanjutnya dimintakan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.
(6) Calon Kapolri adalah Perwira Tinggi Kepolisian Negara Republik Indonesia yang masih aktif
dengan memperhatikan jenjang kepangkatan dan karier.
(7) Tata cara pengusulan atas pengangkatan dan pemberhentian Kapolri sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), (2), dan (6) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.
(8) Ketentuan mengenai pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan selain yang
dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kapolri.
Pasal 12
(1) Jabatan penyidik dan penyidik pembantu adalah jabatan fungsional yang pejabatnya
diangkat dengan Keputusan Kapolri.
(2) Jabatan fungsional lainnya di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia ditentukan
dengan Keputusan Kapolri.
BAB III
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 13
Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:
a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. menegakkan hukum; dan
c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Pasal 14
(1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian
Negara Republik Indonesia bertugas:
a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan
masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas di jalan;
c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum
masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan
perundang-undangan;
d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian
khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;
g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan
hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;
h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium
forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;
i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup
dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan
pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh
instansi dan/atau pihak yang berwenang;
k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam
lingkup tugas kepolisian; serta
l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf f diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 15
(1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14
Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang:
a. menerima laporan dan/atau pengaduan;
b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu
ketertiban umum;
c. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;
d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan
dan kesatuan bangsa;
e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif
kepolisian;
f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam
rangka pencegahan;
g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;
i. mencari keterangan dan barang bukti;
j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
k. mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka
pelayanan masyarakat;
l. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan
pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;
m. menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.
(2) Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan
lainnya berwenang:
a. memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat
lainnya;
b. menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor;
c. memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor;
d. menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;
e. memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata
tajam;
f. memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di
bidang jasa pengamanan;
g. memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas
pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian;
h. melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan
memberantas kejahatan internasional;
i. melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di
wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait;
j. mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional;
k. melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian.
(3) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a dan d
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 16
(1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 di
bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk:
a. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;
b. melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk
kepentingan penyidikan;
c. membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;
d. menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda
pengenal diri;
e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan;
i. menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
j. mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di
tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk
mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;
k. memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta
menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada
penuntut umum; dan
l. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
(2) Tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf l adalah tindakan penyelidikan
dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagai berikut:
a. tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;
b. selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan;
c. harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;
d. pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan
e. menghormati hak asasi manusia.
Pasal 17
Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia menjalankan tugas dan wewenangnya di seluruh
wilayah negara Republik Indonesia, khususnya di daerah hukum pejabat yang bersangkutan
ditugaskan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 18
(1) Untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan
dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan,
serta Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pasal 19
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia
senantiasa bertindak berdasarkan norma hukum dan mengindahkan norma agama, kesopanan,
kesusilaan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Kepolisian
Negara Republik Indonesia mengutamakan tindakan pencegahan.
BAB IV
ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Pasal 20
(1) Pegawai Negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia terdiri atas:
a. anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
b. Pegawai Negeri Sipil.
(2) Terhadap Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b berlaku
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
Pasal 21
(1) Untuk diangkat menjadi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia seorang calon harus
memenuhi syarat sekurang-kurangnya sebagai berikut:
a. warga negara Indonesia;
b. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
d. berpendidikan paling rendah Sekolah Menengah Umum atau yang sederajat;
e. berumur paling rendah 18 (delapan belas) tahun;
f. sehat jasmani dan rohani;
g. tidak pernah dipidana karena melakukan suatu kejahatan;
h. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela; dan
i. lulus pendidikan dan pelatihan pembentukan anggota kepolisian.
(2) Ketentuan mengenai pembinaan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur lebih
lanjut dengan Keputusan Kapolri.
Pasal 22
(1) Sebelum diangkat sebagai anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, seorang calon
anggota yang telah lulus pendidikan pembentukan wajib mengucapkan sumpah atau janji
menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
(2) Ketentuan mengenai tata cara pengambilan sumpah atau janji sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kapolri.
Pasal 23
Lafal sumpah atau janji sebagaimana diatur dalam Pasal 22 adalah sebagai berikut:
“Demi Allah, saya bersumpah/berjanji:
bahwa saya, untuk diangkat menjadi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, akan setia
dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Tri Brata, Catur Prasatya, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah yang
sah;
bahwa saya, akan menaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
melaksanakan kedinasan di Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dipercayakan kepada
saya dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
bahwa saya, akan senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, serta akan senantiasa mengutamakan
kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara daripada kepentingan saya sendiri, seseorang atau
golongan;
bahwa saya, akan memegang rahasia sesuatu yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus
saya rahasiakan;
bahwa saya, akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak akan menerima pemberian berupa hadiah
dan/atau janji-janji baik langsung maupun tidak langsung yang ada kaitannya dengan pekerjaan
saya“.
Pasal 24
(1) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia menjalani dinas keanggotaan dengan ikatan
dinas.
(2) Ketentuan mengenai ikatan dinas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Presiden.
Pasal 25
(1) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia diberi pangkat yang mencerminkan
peran, fungsi dan kemampuan, serta sebagai keabsahan wewenang dan tanggung jawab
dalam penugasannya.
(2) Ketentuan mengenai susunan, sebutan, dan keselarasan pangkat-pangkat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kapolri.
Pasal 26
(1) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia memperoleh gaji dan hak-hak lainnya
yang adil dan layak.
(2) Ketentuan mengenai gaji dan hak-hak lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 27
(1) Untuk membina persatuan dan kesatuan serta meningkatkan semangat kerja dan moril,
diadakan peraturan disiplin anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(2) Ketentuan mengenai peraturan disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 28
(1) Kepolisian Negara Republik Indonesia bersikap netral dalam kehidupan politik dan tidak
melibatkan diri pada kegiatan politik praktis.
(2) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia tidak menggunakan hak memilih dan dipilih.
(3) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat menduduki jabatan di luar kepolisian
setelah mengundurkan diri atau pensiun dari dinas kepolisian.
Pasal 29
(1) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia tunduk pada kekuasaan peradilan umum.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 30
(1) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat diberhentikan dengan hormat atau
tidak dengan hormat.
(2) Usia pensiun maksimum anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia 58 (lima puluh
delapan) tahun dan bagi anggota yang memiliki keahlian khusus dan sangat dibutuhkan
dalam tugas kepolisian dapat dipertahankan sampai dengan 60 (enam puluh) tahun.
(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
BAB V
PEMBINAAN PROFESI
Pasal 31
Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
harus memiliki kemampuan profesi.
Pasal 32
(1) Pembinaan kemampuan profesi pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia
diselenggarakan melalui pembinaan etika profesi dan pengembangan pengetahuan serta
pengalamannya di bidang teknis kepolisian melalui pendidikan, pelatihan, dan penugasan
secara berjenjang dan berlanjut.
(2) Pembinaan kemampuan profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Kapolri.
Pasal 33
Guna menunjang pembinaan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dilakukan
pengkajian, penelitian, serta pengembangan ilmu dan teknologi kepolisian.
Pasal 34
(1) Sikap dan perilaku pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia terikat pada Kode Etik
Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(2) Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat menjadi pedoman bagi
pengemban fungsi kepolisian lainnya dalam melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di lingkungannya.
(3) Ketentuan mengenai Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur dengan
Keputusan Kapolri.
Pasal 35
(1) Pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia oleh pejabat
Kepolisian Negara Republik Indonesia diselesaikan oleh Komisi Kode Etik Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
(2) Ketentuan mengenai susunan organisasi dan tata kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara
Republik Indonesia diatur dengan Keputusan Kapolri.
Pasal 36
(1) Setiap pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dan pengemban fungsi kepolisian
lainnya wajib menunjukkan tanda pengenal sebagai keabsahan wewenang dan tanggung
jawab dalam mengemban fungsinya.
(2) Ketentuan mengenai bentuk, ukuran, pengeluaran, pemakaian, dan penggunaan tanda
pengenal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Kapolri.
BAB VI
LEMBAGA KEPOLISIAN NASIONAL
Pasal 37
(1) Lembaga kepolisian nasional yang disebut dengan Komisi Kepolisian Nasional
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
(2) Komisi Kepolisian Nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibentuk dengan
Keputusan Presiden.
Pasal 38
(1) Komisi Kepolisian Nasional bertugas:
a. membantu Presiden dalam menetapkan arah kebijakan Kepolisian Negara Republik
Indonesia; dan
b. memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pengangkatan dan pemberhentian
Kapolri.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Komisi Kepolisian
Nasional berwenang untuk:
a. mengumpulkan dan menganalisis data sebagai bahan pemberian saran kepada
Presiden yang berkaitan dengan anggaran Kepolisian Negara Republik Indonesia,
pengembangan sumber daya manusia Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan
pengembangan sarana dan prasarana Kepolisian Negara Republik Indonesia;
b. memberikan saran dan pertimbangan lain kepada Presiden dalam upaya mewujudkan
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang profesional dan mandiri; dan
c. menerima saran dan keluhan dari masyarakat mengenai kinerja kepolisian dan
menyampaikannya kepada Presiden.
Pasal 39
(1) Keanggotaan Komisi Kepolisian Nasional terdiri atas seorang Ketua merangkap anggota,
seorang Wakil Ketua merangkap anggota, seorang Sekretaris merangkap anggota dan 6
(enam) orang anggota.
(2) Keanggotaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berasal dari unsur-unsur pemerintah,
pakar kepolisian, dan tokoh masyarakat.
(3) Ketentuan mengenai susunan organisasi, tata kerja, pengangkatan dan pemberhentian
anggota Komisi Kepolisian Nasional diatur dengan Keputusan Presiden.
Pasal 40
Segala pembiayaan yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas Komisi Kepolisian
Nasional dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
BAB VII
BANTUAN, HUBUNGAN, DAN KERJA SAMA
Pasal 41
(1) Dalam rangka melaksanakan tugas keamanan, Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat
meminta bantuan Tentara Nasional Indonesia yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
(2) Dalam keadaan darurat militer dan keadaan perang, Kepolisian Negara Republik Indonesia
memberikan bantuan kepada Tentara Nasional Indonesia sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan.
(3) Kepolisian Negara Republik Indonesia membantu secara aktif tugas pemeliharaan
perdamaian dunia di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pasal 42
(1) Hubungan dan kerja sama Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan badan, lembaga,
serta instansi di dalam dan di luar negeri didasarkan atas sendi-sendi hubungan fungsional,
saling menghormati, saling membantu, mengutamakan kepentingan umum, serta
memperhatikan hierarki.
(2) Hubungan dan kerja sama di dalam negeri dilakukan terutama dengan unsur-unsur
pemerintah daerah, penegak hukum, badan, lembaga, instansi lain, serta masyarakat
dengan mengembangkan asas partisipasi dan subsidiaritas.
(3) Hubungan dan kerja sama luar negeri dilakukan terutama dengan badan-badan kepolisian
dan penegak hukum lain melalui kerja sama bilateral atau multilateral dan badan
pencegahan kejahatan baik dalam rangka tugas operasional maupun kerja sama teknik dan
pendidikan serta pelatihan.
(4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), dan (3) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 43
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
a. semua peraturan perundang-undangan yang merupakan pelaksanaan mengenai Kepolisian
Negara Republik Indonesia dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Undang-Undang ini.
b. tindak pidana yang dilakukan oleh anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
sedang diperiksa baik di tingkat penyidikan maupun pemeriksaan di pengadilan militer dan
belum mendapat putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap berlaku
ketentuan peraturan perundang-undangan peradilan militer.
c. tindak pidana yang dilakukan oleh anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
belum diperiksa baik di tingkat penyidikan maupun pemeriksaan di pengadilan militer berlaku
ketentuan peraturan perundang-undangan di lingkungan peradilan umum.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
81, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3710) dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 45
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 8 Januari 2002
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 8 Januari 2002
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
Ttd
BAMBANG KESOWO