Anda di halaman 1dari 223

INOVASI PELAYANAN PUBLIK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

DAN KOMUNIKASI PADA PELAYANAN LAPORAN GANGGUAN


KAMTIBMAS MELALUI “KENTONGAN ONLINE”
POLRES JEMBER

The Innovation of IT-Based Public Service in Reporting Service of Interference to


Public Order and Security through “Kentongan Online”at Police Department of
Jember District

SKRIPSI

Oleh:
Ahmadi Imam Muslim
NIM 130910201026

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2017
INOVASI PELAYANAN PUBLIK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI PADA PELAYANAN LAPORAN GANGGUAN
KAMTIBMAS MELALUI “KENTONGAN ONLINE”
POLRES JEMBER

The Innovation of IT-Based Public Service in Reporting Service of Interference to


Public Order and Security through “Kentongan Online”at Police Department of
Jember District

SKRIPSI

diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Ilmu Administrasi Negara
dan mencapai gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:
Ahmadi Imam Muslim
NIM 130910201026

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2017

ii
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:


1. Ibunda Muslimah dan Ayahanda Khotib yang tercinta, terima kasih atas kasih
sayang yang tidak pernah luntur, dukungan moril dan materil, serta barokah doa
yang selalu menyertai di setiap langkahku menuju keberhasilan dan kesuksesan;
2. Kakak-kakakku, Muhammad Iswanto dan Ahmad Rizaqi Nur Yasin serta
keluarga di Blitar dan di Semarang yang senatiasa memberikan dukungan dan
doanya;
3. Guru-guruku sejak Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi, serta para
Ustadz yang telah menuntun membimbingku ke arah yang terang penuh ilmu
pengetahuan.
4. Almamater Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember.

iii
MOTTO

Bekerja dan Berbagi untuk Negeri, Never Ending Innovation for A Better Indonesia.
(AKBP M.Sabilul Alif, S.H., S.I.K., M.Si.)

To give real service you must add something which cannot be bought or measured
with money, and that is sincerity and integrity.
(Douglas Adams)

iv
PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Ahmadi Imam Muslim
NIM : 130910201026

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul ”Inovasi


Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Pada Pelayanan
Laporan Gangguan Kamtibmas Melalui “Kentongan Online” Polres Jember” adalah
benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan
sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi mana pun, dan bukan karya
jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan
sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan dan
paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata
di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 26 Mei 2017


Yang menyatakan,

Ahmadi Imam Muslim


NIM 130910201026

v
SKRIPSI

INOVASI PELAYANAN PUBLIK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI


DAN KOMUNIKASI PADA PELAYANAN LAPORAN GANGGUAN
KAMTIBMAS MELALUI “KENTONGAN ONLINE”
POLRES JEMBER

The Innovation of IT-Based Public Service in Reporting Service of Interference to


Public Order and Security through “Kentongan Online”at Police Department of
Jember District

Oleh:

Ahmadi Imam Muslim


130910201026

Pembimbing

Pembimbing Utama : Drs. Anwar, M.Si

Pembimbing Anggota : Drs. Supranoto, M.Si

vi
PENGESAHAN

Skripsi berjudul ”Inovasi Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Informasi dan


Komunikasi Pada Pelayanan Laporan Gangguan Kamtibmas Melalui “Kentongan
Online” Polres Jember” karya Ahmadi Imam Muslim telah diuji dan disahkan pada:
Hari, Tanggal : Jumat, 26 Mei 2017
tempat : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember.

Tim Penguji,
Ketua,

Dr. Anastasia Murdyastuti, M.Si


NIP. 195805101987022001

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

Drs. Anwar, M.Si Drs. Supranoto, M.Si


NIP. 196306061988021001 NIP. 196102131988021001

Anggota I, Anggota II,

Dr. Sutomo, M.Si Hermanto Rohman, S,Sos, MPA


NIP. 196503121991031003 NIP. 196503121991031003

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dr. Ardiyanto, M.Si


NIP. 1958081019870210002

vii
RINGKASAN

“Inovasi Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Pada


Pelayanan Laporan Gangguan Kamtibmas Melalui “Kentongan Online” Polres
Jember”; Ahmadi Imam Muslim, 130910201026; 2017: xx + 121 halaman; Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember.

Kebutuhan keamanan (safety need) bagi masyarakat merupakan salah satu


kebutuhan yang harus terpenuhi setiap saat. Terjadinya gangguan kemanan dan
ketertiban masyarakat (Kamtibmas) harus dapat dikendalikan dengan cepat dan tepat.
Berdasarkan Undang-undang No. 2 tahun 2002, Kepolisian memiliki fungsi, salah
satunya memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat (harkamtibmas), sehingga
pelayanan Kepolisian harus ditingkatkan agar dapat tercipta kondisi lingkungan yang
aman dan kondusif. Selama ini ketika terjadi gangguan Kamtibmas, masyarakat harus
datang langsung ke Kantor Polisi, pos polisi, ataupun Polisi patroli. Selain itu juga
dapat melalui sambungan telepon. Namun pelayanan pelaporan adanya gangguan
kamtibmas tersebut masih memiliki kekurangan, yang menghambat masyarakat
dalam melaporkan adanya gangguan kamtibmas. Padahal gangguan kamtibmas harus
segara ditangani agar tercipta kondisi lingkungan yang kondusif.
Beberapa hal di atas menjadikan tantangan bagi kepolisian untuk terus
melakukan perbaikan pelayanan. Di era modern saat ini, Teknologi Informasi dan
Komunikasi menjadi alternatif yang dapat digunakan untuk memediasi pelaksanaan
pelayanan publik yang dikenal dengan konsep e-service. Hal tersebut dilakukan guna
meningkatkan kualitas pelayanan publik. Didasari dengan semangat “Promoter”
(professional, modern, dan terpercaya), Polres Jember berhasil mengolaborasikan
teknologi informasi dan komunikasi dengan budaya lokal (kentongan), yaitu layanan
berbasis android “We Are Ready (WAR) Polres Jember/ Kentongan Online”

viii
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran inovasi pelayanan
pelaporan gangguan Kamtibmas Polres Jember. Penelitian ini merupakan penelitian
dengan pendekatan kualitatif yang menggunakan metode deskriptif. Fokus penelitian
ini adalah menggambarkan inovasi pelayanan gangguan kamtibmas melalui
Kentongan Online Polres Jember dilihat dari segi inovasi proses, dan metode
pelayanan. Lokasi penelitian adalah di Polres Jember. Pengumpulan data
menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan wawancara. Analisis data
menggunakan analisis Miles dan Huberman. Derajat kepercayaan (validitas)
menggunakan ketekunan pengamatan, pengecekan sejawat, dan triangulasi.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa terdapat inovasi
pelayanan gangguan kamtibmas Polres Jember melalui Kentongan Online Polres
Jember merupakan pelayanan yang efisien. Hal ini dapat dilihat dari inovasi proses
dan inovasi metode pelayanan. Adanya perubahan pada proses pelayanan yang lebih
sederhana dapat memudahkan masyarakat dalam melaporkan gangguan Kamtibmas,
karena masyarakat tidak perlu pindah dari lokasi kejadian, sehingga dapat
menghemat waktu, biaya dan tenaga. Selain itu Kentongan Online juga dapat
memberikan kemudahan dan kecepatan bagi masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan dan petugas dalam memberikan pelayanan. Kemudahan akses pelayanan
tersebut, didukung adanya inovasi metode pelayanan yang merubah metode
komunikasi manual ke metode komunikasi berbasis teknologi, sehingga pelayanan
menjadi lebih cepat. Adanya kemudahan akses pada layanan disebabkan layanan
Kentongan Online memiliki jangkauan yang luas.
Tetapi dalam pelaksanaannya berjalan tidak maksimal. Hal ini disebabkan
beberapa faktor yang mempengaruhi baik pendukung maupun penghambat. Adapun
faktor pendukungnya, yaitu; disepakatinya penerapan e-service di lingkungan Polri,
kontinyuitas penerapan, kemampuan SDM, ketersediaan insfrastruktur IT, aplikasi
mudah di operasikan. Sedangkan faktor penghambatnya ada dari internal dan
eksternal. Faktor penghambat dari internal, yaitu; sosialisasi kurang maksimal, belum
ada kerjasama dengan intansi lain terkait pelayanan emergency, operator tidak

ix
disiplin, belum ada tenaga ahli terkait programing aplikasi, insfrastruktur IT tidak
dimanfaatkan secara maksimal, dan sistem belum dibangun secara menyeluruh.
Faktor penghambat dari internal, yaitu; kurangnya partisipasi masyarakat; tidak
semua masyarakat menggunakan android, dan kurangnya pemahaman masyarakat
tentang IT.

x
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Inovasi Pelayanan
Publik Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Pada Pelayanan Laporan
Gangguan Kamtibmas Melalui “Kentongan Online” Polres Jember”. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan strata satu (S1)
pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Ardiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas jember
2. Dr. Edy Wahyudi, S.Sos., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Adminiatrasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember;
3. Dra. Anastasia Murdiyastuti, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu
Adminiatrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Jember;
4. Drs. Agus Suharsono, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing selama penulis menjadi mahasiswa;
5. Drs. Anwar, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Utama, Drs. Supranoto, M.Si
selaku Dosen Pembimbing Anggota yang telah meluangkan waktu, pikiran,
dan perhatian dalam penyusunan skripsi ini;
6. Tim Penguji yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran guna menguji
sehingga menyempurnakan skripsi ini;
7. AKBP. Kusworo Wibowo, S.H., S.IK., M.H. selaku Kepala Kepolisian Resort
Kabupaten Jember, Edo Satya Kentriko, S.H.,S.I.K., M.H. selaku Wakil

xi
Kepala Kepolisian Resort Kabupaten Jember yang telah berkenan
memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Polres Jember;
8. AKBP. H.M. Sabillul Alif, S.H., S.I.K., M.Si. selaku penggagas inovasi We
Are Ready (WAR) Polres Jember sekaligus mantan Kapolres Jember yang
telah menginspirasi dalam penulisan skripsi ini;
9. Keluarga Besar Institusi Kepolisian Resort (Polres) Kabupaten Jember dan
juga para informan yang telah membantu memberikan informasi sebagai
bahan skripsi ini;
10. Ayahanda Khotib dan Ibunda Muslimah beserta keluarga besar yang ada di
Blitar yang senantiasa memberikan segala bentuk dukungan, motivasi dan doa
selama menempuh pendidikan di Universitas Jember sampai terselesaikannya
skripsi ini;
11. Keluarga besar Administrasi Negara angkatan 2013 yang telah memberikan
bantuan, semangat, dan kasih sayang khusunya teman-teman konsentrasi
Management Publik angkatan 2013 (MP13).
12. Keluarga Besar rumah kos 14M yang telah memberikan dukungan dan
memberikan nilai kekeluargaan dan kebersamaan;
13. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Jember, 26 Mei 2017


Penulis

xii
DAFTAR ISI
Halaman,
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................................... v
HALAMAN PEMBIMBING .................................................................................... vi
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... vii
RINGKASAN ........................................................................................................... viii
PRAKATA .................................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xx
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 12
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 12
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 13
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 14
2.1 Inovasi 15
2.1.1 Definisi Inovasi .......................................................................... 15
2.1.2 Karakteristik Inovasi .................................................................. 17
2.1.3 Tipologi Inovasi 18
2.2 Pelayanan Publik ................................................................................. 20

xiii
2.2.1 Definisi Pelayanan Publik .......................................................... 20
2.2.2 Unsur-Unsur Pelayanan Publik .................................................. 22
2.2.3 Azas, Prinsip dan Standar Pelayanan Publik ............................. 23
2.3 Elektronic Government......................................................................... 25
2.3.1 Pengertian e-Government ........................................................... 25
2.3.2 Jenis-Jenis Pelayanan E-Government ........................................ 27
2.3.3 Elemen Sukses Pengembangan E-Governtment ........................ 30
2.4 Elektronic Service ................................................................................. 33
2.4.1 Pengertian E-Service .................................................................. 33
2.4.2 Konsep dan Karakteristik E-Services ......................................... 35
2.5 Pelayanan Laporan Gangguan Kamtibmas ...................................... 39
2.5.1 Layanan Laporan Gangguan Kamtibmas melalui SPKT ........... 40
2.5.2 Kentongan Online Polres Jember............................................... 40
2.6 Studi Terdahulu .................................................................................... 42
2.7 Kerangka Konseptual .......................................................................... 45
BAB 3. METODE PENELITIAN ............................................................................ 46
3.1 Pendekatan Penelitian ......................................................................... 47
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 47
3.3 Situasi Sosial ......................................................................................... 48
3.4 Desain Penelitian .................................................................................. 49
3.4.1 Fokus Penelitian ......................................................................... 49
3.4.2 Data dan sumber data ................................................................. 49
3.4.3 Penentuan Informan Penelitian .................................................. 50
3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data .......................... 52
3.5.1 Observasi .................................................................................... 52
3.5.2 Dokumentasi .............................................................................. 53
3.5.3 Wawancara 53
3.6 Teknik Menguji Keabsahan Data ............................... 54
3.6.1 Ketekunan pengamatan .............................................................. 55
xiv

3.6.2 Pengecekan Sejawat melalui Diskusi ......................................... 55


3.6.3 Triangulasi ................................................................................. 56
3.7 Teknik Penyajian dan Analisis Data........................... 56
3.7.1 Reduksi Data 57
3.7.2 Penyajian Data ........................................................................... 58
3.7.3 Penarikan Kesimpulan ............................................................... 58
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 60
4.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Jember ............................... 60
4.1.1 Sejarah Kabupaten Jember ......................................................... 60
4.1.2 Kondisi Geografis dan Tipografi ............................................... 61
4.2 Deskripsi Lokasi Penelitian................................................................. 63
4.2.1 Gambaran Umum Polres Jember ............................................... 63
4.2.2 Visi dan Misi Polres Jember ...................................................... 64
4.2.3 Struktur Organisasi Polres Jember ............................................. 65
4.2.4 Deskripsi Tugas 66
4.3 Gambaran Inovasi Pelayanan Kamtibmas Polres Jember .............. 72
4.4 Gambaran Inovasi Pelayanan Laporan Gangguan Kamtibmas
Melalui “Kentongan Online” (WAR) Polres Jember ....................... 76
4.4.1 Perbaruan Perangkat Lunak (Software) ..................................... 82
4.4.2 Perbaruan Perangkat Keras (Hardware) .................................... 85
4.4.3 Sumber Daya Manusia (Brainware) .......................................... 86
4.4.4 Gambaran Aplikasi WAR Polres Jember (Kentongan Online) . 87
4.4.5 Prosedur Pelaporan Gangguan Kamtibmas melalui Kentongan
Online ......................................................................................... 92
4.5 Inovasi Proses Pelayanan .................................................................... 94
4.5.1 Proses Pelayanan Sebelum Adanya Inovasi ............................... 95
4.5.2 Proses Pelayanan Sesudah Adanya Inovasi ............................. 100
4.6 Inovasi Metode Pelayanan ................................................................ 106

xv

4.7 Kemudahan dan Kecepatan bagi Masyarakat dalam Mendapatkan


Pelayanan Kamtibmas ....................................................................... 108
4.8 Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Inovasi
Pelayanan Kentongan Online ........................................................... 111
4.8.1 Faktor Pendukung .................................................................... 112
4.8.2 Faktor Penghambat .................................................................. 115
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 119
5.1 Kesimpulan 119
5.2 Saran 121
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xvi
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1. 1 Dugaan maladministrasi pada instansi Kepolisian Tahun 2016 .................. 5


Tabel 1. 2 Hasil Respon / Penilaian Masyarakat pada Aplikasi WAR ....................... 10
Tabel 2. 1 Perspektif inovasi menurut paradigma-paradigma administrasi Negara ... 16
Tabel 2. 3 Karakteristik e- Service .............................................................................. 38
Tabel 3. 1 Tabel teknik pemeriksaan keabsahan data ................................................. 54
Tabel 4. 1 Daftar pengguna layanan kentongan online Polres Jember ..................... 103
Tabel 4. 2 Proses pelayanan laporan gangguan kamtibmas ...................................... 104
Tabel 4. 3 Kelebihan dan Kekurangan Proses Pelayanan Setelah Inovasi ............... 105
Tabel 4. 4 Indikator kualitas pelayanan sebelum dan sesudah adanya inovasi ......... 110

xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. 1 Data laporan masyarakat terhadap Kepolisian Tahun 2013-2016............ 4
Gambar 1. 2 Mekanisme Pelaporan Konvensional ....................................................... 7
Gambar 1. 3 Partisipasi dan penilaian pengguna ........................................................ 10
Gambar 2. 1 Tipologi inovasi sektor publik ................................................................ 19
Gambar 2. 2 Pelayanan Informasi pada E-Government.............................................. 26
Gambar 2. 3 Kerangka Konseptual ............................................................................. 45
Gambar 3. 1 Komponen analisis data kualitatif .......................................................... 57
Gambar 4. 1 Alur Laporan Kepolisian secara Konvensional ...................................... 45
Gambar 4. 2 Peta wilayah Kabupaten Jember............................................................. 62
Gambar 4. 3 Struktur organisasi Polres Jember .......................................................... 65
Gambar 4. 4 Jumlah Pengguna Kentongan Online ..................................................... 80
Gambar 4. 5 Rekapitulasi History Laporan Melalui Kentongan Online Bulan Juli
2016 - Mei 2017 ..................................................................................... 81
Gambar 4. 6 Menu kasus kentongan ........................................................................... 83
Gambar 4. 7 Tampilan WAR Police Control PC ........................................................ 84
Gambar 4. 8 Tampilan WAR Police Control pada HP petugas di lapangan ............... 85
Gambar 4. 9 Tampilan kolom “Daftar” ....................................................................... 88
Gambar 4. 10 Tampilan "Home" ................................................................................. 88
Gambar 4. 11 Icon menu dalam "Home" .................................................................... 89
Gambar 4. 12 Tampilan data lokasi ............................................................................ 89
Gambar 4. 13 Tampilan Peta Lokasi ........................................................................... 90
Gambar 4. 14 Tampilan Pengaduan ............................................................................ 90
Gambar 4. 15 Tampilan Pelayanan Satlantas .............................................................. 91
Gambar 4. 16 Tampilan Kasus Kentongan Online ..................................................... 92

xviii
Gambar 4. 17 Mekanisme pelayanan Kentongan Online............................................ 93
Gambar 4. 18 Alur proses pengaduan masyarakat melalui Call Center 110 .............. 97
Gambar 4. 19 Alur Laporan Kepolisian secara Konvensional .................................... 98
Gambar 4.20 Proses Pelayanan Pelaporan Melalui Kentongan Online .................... 101
Gambar 4. 21 Alur komunikasi antar interface ......................................................... 107
Gambar 4. 22 Metode komunikasi sebelum inovasi ................................................. 107
Gambar 4. 23 Metode komunikasi setelah inovasi ................................................... 108

xix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Matrik Pengumpulan Data ..................................................................... 127


Lampiran 2 Pedoman Observasi ............................................................................... 129
Lampiran 3 Pedoman Wawancara ............................................................................ 130
Lampiran 4 Surat Rekomendasi Pengambilan Data Awal ........................................ 134
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian............................................................................... 135
Lampiran 6 Surat Keterangan Selesai Penelitian ..................................................... 135
Lampiran 7 Buku Panduan WAR Polres Jember ...................................................... 136
Lampiran 8 Standar Operasional Prosedur WAR Polres Jember.............................. 136
Lampiran 9 Perkap RI Nomor 7 Tahun2009 tentang Sistem Laporan Gangguan
Kamtibmas ............................................................................................. 136
Lampiran 10 Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2013 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pelayanan Publik .................................................................................... 136
Lampiran 11 Undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Republik
Indonesia ................................................................................................ 136

xx
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan inovasi pelayanan publik yang
digagas oleh Kepolisian Resort (Polres) Jember, yaitu pelayanan pelaporan adanya
gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) melalui Kentongan
Online pada aplikasi WAR Polres Jember. Peneliti mencoba untuk menggambarkan
adanya perubahan dari pelayanan konvensional ke pelayanan modern. Inovasi yang
dimaksudkan adalah inovasi proses dan inovasi metode. Kentongan online
merupakan bentuk pemanfaatan teknologi dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di era modern saat
ini sangat berdampak luas di berbagai aspek kehidupan manusia, seperti pada aspek
sosial, politik, ekonomi, pendidikan, keamanan, pemerintahan, pelayanan publik dan
lain sebagainya. Jika melihat pada tatanan global, manusia dihadapkan pada
tantangan yang bersumber dari perkembangan global sebagai akibat pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tucker (2001) dalam (Surya, 2016:2)
mengidentifikasi adanya sepuluh tantangan di abad 21 yaitu: (1) kecepatan (speed);
(2) kenyamanan (convidence); (3) gelombang generasi (Age wave); (4) pilihan
(choice); (5) ragam gaya hidup (life style); (6) kompetisi harga (discounting); (7)
pertambahan nilai (value added); (8) pelayanan pelanggan (customer service); (9)
teknologi sebagai andalan (techno age) dan; (10) jaminan mutu (quality control). Hal
ini berkaitan dengan tuntutan persaingan era globalisasi yang menjadikan teknologi
informasi dan komunikasi sangat berguna untuk membatu manusia dalam memenuhi
kebutuhannya dengan lebih efektif dan efisien. Tuntutan persaingan era globalisasi
tersebut juga menjadi tantangan pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat
melalui pelayanan publik.
2

Penyelenggaraan pelayanan publik saat ini masih dihadapkan pada kondisi yang
belum sesuai dengan kebutuhan dan perubahan di berbagai bidang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu penyelenggaraan pelayanan
publik saat ini masih bercirikan berbelit-belit dan lamban, seperti yang dijelaskan
Sinambela (2014:4), sebagai berikut.
“Masyarakat setiap waktu selalu menuntut pelayanan publik yang
berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan tersebut sering tidak sesuai
dengan harapan karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi
selama ini masih bercirikan berbelit-belit, lambat, mahal, dan
melelahkan.”

Kondisi pelayanan publik yang demikian menjadikan tantangan-tatangan abad


21 terkait perkembangan teknologi informasi dirasa relevan dalam upaya
memperbaiki kualitas pelayanan publik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
dengan menghilangkan prosedur pelayanan yang berbelit dan lamban adalah melalui
pemangkasan birokrasi atau yang sering disebut dengan reformasi birokrasi atau
reformasi pelayanan. Hal ini berarti dibutuhkan sebuah perubahan atau inovasi
berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Kebutuhan akan perubahan dalam bidang pelayanan publik di era digital,
penerapan inovasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dirasa
mampu meningkatkan pelayanan menjadi lebih cepat dan transparan, sehingga
pelayanan publik menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu pelayanan publik
berbasis teknologi informasi perlu diterapkan untuk mengurangi resiko terjadinya
diskriminasi dalam memberikan pelayanan, ketidakpastian mengenai waktu ataupun
biaya pelayanan dan tentunya mengurangi pungutan liar yang sering terjadi.
Inovasi pelayanan berbasis teknologi salah satu alat yang digunakan untuk
mewujudkan pelayanan yang akuntabel dan transparan sebagai pilar dasar paradigma
Good Governance. Komponen utama untuk menyukseskan akuntabilitas publik
adalah adanya sistem transparansi informasi. Transparansi informasi ini merupakan
modal dasar yang dapat dimanfaatkan untuk menilai kinerja pelayanan sektor publik
dan untuk mengevaluasi pertanggungjawaban pelaksana sektor publik atas segala
3

keputusan dan tindakannya. Inovasi pelayanan berbasis teknologi dengan desain


tertentu dirasa mampu menjawab permasalahan birokratis, tepatnya melalui e-
government. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, bahwa;
“penggunaan e-government sudah menjadi kebutuhan bagi kepala daerah
untuk menjalankan pemerintahannya. Sebab, manfaatnya sangat banyak,
yang paling utama adalah dapat mengurangi potensi korupsi karena
memangkas celah terjadinya permainan antara oknum birokrat dan pihak
luar.” (https://m.tempo.co/read/news/2016/09/28/058808123/sistem-e-
government-ala-risma-diadopsi-41-kepala-daerah) [diakses 10 oktober
2016].

Hal senada dikemukakan oleh MenpanRB, sebagai berikut.


“Cara menangulangi pungli tidak lain kita harus fokus memperbaiki
sistem. Untuk itu tidak boleh lagi ditawar-tawar tahun depan seluruh
pemerintah kabupaten kota provinsi harus menerapkan sistem e-
government.” (http://www.antaranews.com/berita/592421/menpan-
nyatakan-seluruh-pemda-wajib-terapkan-e-government-2017) [diakses
18/01/2017]

Implementasi e-government saat ini sudah banyak dilakukan oleh instansi


pemerintah dan dinas-dinas penyedia layanan publik. Metode pelayanan e-
government disebut dengan e-service yang merupakan bentuk pelayanan yang
dimediasi oleh aplikasi yang berbasis internet. Hal ini berarti e-service sangat erat
kaitanya dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). E-services
merupakan bentuk layanan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
yang aparat pelayanan publik tidak lagi bertemu langsung dengan warga masyarakat
pengguna jasa layanan. E-Service merupakan metode yang dianggap lebih efektif dan
efisien dalam pelayanan publik, karena adanya pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi sebagai alat mediasi antara publik dengan pemberi layanan.
Berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan publik, perlu kita ingat bahwa
kebutuhan dasar manusia menurut Maslow (1988: 39) dalam teori hirarki kebutuhan
menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu: (1)
kebutuhan fisiologi (Basic needs); (2) kebutuhan akan keselamatan (Safety needs);
(3) kebutuhan rasa memiliki dan rasa cinta (Love needs); (4) kebutuhan akan harga
4

diri (Esteem needs) dan; (5) kebutuhan akan perwujudan diri (Self Actualitation
needs). Berdasarkan hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow tersebut
kebutuhan akan keselamatan (safety need) menjadi hal yang utama setelah kebutuhan
fisiologi. Safety need meliputi keamanan, kemantapan, ketergantungan, kebebasan
dari rasa takut, cemas dan kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum,
batas-batas kekuatan pada diri, perlindungam dan sebagainya. Dalam hal ini institusi
kepolisian memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memberikan pelayanan bagi
masyarakat berkaitan dengan keamanan warga Negara.
Kepolisian dalam Undang-undang No. 2 tahun 2002 merupakan sebagai alat
negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Kepolisian
dalam undang-undang tersebut juga disebutkan mempunyai tujuan untuk
mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan
ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Gambar 1. 1 Data laporan masyarakat terhadap Kepolisian Tahun 2013-2016

1800 18,50%
1600
1400
1200
1000 12,76% 11,75%
800 1675
600 14,77%
400 852 806
200 431
0
2013 2014 2015 2016

Jumlah Laporan Masyarakat Persentase

Sumber: Laporan tahunan Ombudsman RI Tahun 2013-2016 (diolah)


5

Kebutuhan masyarakat terkait keamanan menjadikan peran Kepolisian dalam


memberikan pelayanan kepada masyarakat menjadi sangat penting, tetapi dalam
penyelenggaraan pelayanan kepolisian perlu adanya peningkatan. Berdasarkan
laporan tahunan Ombudsman RI, laporan/ pengaduan masyarakat terhadap instansi
Kepolisian menunjukkan adanya peningkatan. Pada gambar 1.1 di atas dapat di lihat
bahwa jumlah pengaduan masyarakat terhadap instansi kepolisian tiap tahunnya terus
mengalami peningkatan, hanya sedikit mengalami penurunan di tahun 2015.
Kemudian pengaduan masyarakat pada instansi kepolisian pada tahun 2016
mengalami peningkatan dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Pengaduan yang
dilakukan masyarakat tersebut terkait dengan performansi instansi Kepolisian yang
menunjukkan adanya dugaan-dugaan maladministrasi. Berdasarkan laporan tahunan
Ombudsman Tahun 2016, dugaan maladminitrasi pada instansi kepolisian ada
beberapa subtansi, yaitu sebagai berikut.
Tabel 1. 1 Dugaan maladministrasi pada instansi Kepolisian Tahun 2016
No. Subtansi Persentase
1. Berpihak 0,5%
2. Diskriminasi 0,2%
3. Konflik Kepentingan 0,3%
4. Penundaan Berlarut 67,7%
5. Penyalahgunaan Wewenang 5,6%
6. Penyimpangan Prosedur 8,2%
7. Permintaan Imbalan Uang, Barang, dan Jasa 2,1%
8. Tidak Kompeten 7,8%
9. Tidak memberikan pelayanan 5,1%
10. Tidak Patut 2,4%
Baseline 1675
Jumlah 100%
Sumber: Laporan tahunan Ombudsmand RI Tahun 2016

Berdasarkan tabel di atas, dugaan maladministrasi terbesar yang dilaporkan


oleh masyarakat terhadap instansi kepolisian adalah adanya penundaan berlarut yaitu
sebesar 67,7% dari baseline 1675 pengaduan. Adanya penundaan yang berlarut
6

membuat lamanya pelayanan yang diberikan. Selanjutnya diikuti dugaan


maladministrasi pada subtansi penyimpangan prosedur sebesar 8,2% dari baseline
sebesar 1675. Laporan yang dilakukan oleh masyarakat menunjukkan adanya
partisipasi masyarakat dalam upaya untuk menuntut diselenggarakannya pelayanan
publik yang prima.
Berkaitan dengan beberapa hal di atas, institusi kepolisian terus melakukan
peningkatan kualitas pelayanannya, baik pada pelayanan lalu lintas umum,
penyelamatan warga masyarakat yang mengalami kecelakaan atau musibah bencana,
dan perlindungan penduduk dari berbagai aksi kejahatan multi dimensi. Salah satu
institusi kepolisian yang melakukan upaya perbaikan kualitas pelayanan melalui
sebuah inovasi pelayanan adalah Kepolisian Resort (Polres) Kabupaten Jember.
Polres Jember adalah institusi kepolisian Republik yang memiliki tugas dan
fungsi dalam menjaga kondisi lingkungan yang aman, tenteram, dan kondusif di
seluruh wilayah hukum Kabupaten Jember. Jember merupakan salah satu kabupaten
yang rata rata penduduknya adalah masyarakat pendatang. Berdasarkan data BPS
Tahun 2016, Kabupaten Jember menduduki peringkat ke tiga di Provinsi Jawa Timur
dengan jumlah penduduk tahun 2015 sebanyak 2.407.115 jiwa. Jumlah tersebut
mengalami peningkatan dibanding tahun 2010 sebesar 2.337.909 dengan laju
pertumbuhan sebesar 0,59%. Jumlah penduduk ini dapat bertambah dengan adanya
pendatang yang bukan penduduk terdaftar di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Jember seperti halnya mahasiswa.
Dalam situs www.jemberkab.go.id menyebutkan jumlah Perguruan tinggi yang
ada di Kabupaten Jember sebanyak delapan, yaitu; Universitas Moch Sroedji, STIE
Mandala, Universitas Jember, Politeknik Negeri Jember, Akademi Kebidanan DR.
Soebandi Jember, Universitas Muhamadiyah Jember, STAIN Jember, dan Universitas
Islam Jember. Banyaknya perguruan tinggi di Kabupaten Jember, tidak dipungkiri
akan ada mahasiswa yang datang dari luar kota, sehingga meningkatkan jumlah
penduduk yang tinggal di Kebupaten Jember. Selain itu dengan adanya perguruan
7

tinggi di Kabupaten Jember tentu akan meningkatkan tingkat mobilitas penduduk


Kabupaten Jember.
Meningkatnya jumlah penduduk akan menyebabkan permasalahan di dalam
masyarakat akan lebih kompleks. Hal ini disebabkan adanya peningkatan dalam
persaingan dalam memenuhi kebutuhan. Selama ini ketika terjadi tindak kriminalitas
atau gangguan Kamtibmas lainnya, masyarakat ha rus melapor secara konvensional
dengan mendatangi SPKT atau pos-pos polisi terdekat atau lapor melalui sambungan
telepon. Berikut merupakan prosedur laporan masyarat kepada kepolisian secara
konvensional.

Gambar 1. 2 Prosedur Pelaporan Konvensional

Masyarakat

SPKT

1. Tatap Muka Laporan Polisi Analisis Laporan


2. Media Komunikasi

dibuat rekomendasi
Buat nota dinas
diterima dan
dan petugas
dibuatkan Surat Tanda
mendatangi lokasi
Terima Laporan

Sumber: SPKT Polres Jember (diolah)


Model pelayanan konvensional dengan cara datang langsung ke lokasi
pelayanan memiliki beberapa kelemahan diantaranya yaitu;
a) masyarakat membutuhkan waktu yang lebih lama untuk perjalanan menuju
pusat layanan atau pos polisi terdekat;
b) pelayanan prosedural;
c) waktu analisis laporan 30-45 menit;
8

Berdasarkan wawancara dengan salah satu pengguna layanan SPKT Polsek,


Beliau menyampaikan bahwa;
“Pelayanannya lama, jadi kita istilahnya kerja dua kali. Soalnya harus
bolak-balik. Datang ke Polsek, kita di ajak ke TKP, terus balik lagi ke
Polsek lagi dimintai keterangan lagi itu tadi. Padahal pertanyaan yang
diajukan sama saja” (wawancara dengan S pada tanggal 10/05/2017)
Sedangkan pelayanan konvensional melalui media komunikasi atau sambungan
telepon juga memiliki kelemahan, diantaranya yaitu;
1) masyarakat banyak yang tidak mengetahui nomor kantor polisi terdekat;
2) berpotensi terjadi pelaporan iseng;
3) telepon berbayar; dll
Beberapa kelemahan pada pelayanan konvensional di atas menjadi kendala bagi
masyarakat dalam melaporkan gangguan kamtibmas atau tindakan kriminalitas yang
terjadi. Padahal adanya gangguan kamtibmas dan tindakan kriminalitas harus segera
ditangani agar kondisi lingkungan masyarakat selalu kondusif. Agar harapan
lingkungan yang kondusif dapat terwujud, dibutuhkan solusi yang tepat.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor: SE/2/III/2015 tentang Pedoman Perencanaan
(Dormen) Kapolri Tahun 2016, disebutkan arah kebijakan Polri 2015-2019 salah
satunya adalah membangun dan mengembangkan sarana prasarana yang berbasis
teknologi dan informasi dalam rangka sebaran pelayanan kamtibmas dan penegakan
hukum. Hal ini selaras dengan yang dilakukan oleh institusi Kepolisian Resort
Kabupaten Jember untuk melakukan sebuah perubahan yaitu menggagas suatu
program unggulan yaitu program meng-online-kan Polres Jember (Jempol) dalam
tugas dan fungsinya. Dengan demikian Polres Jember dapat memberikan pelayanan
dan menyentuh langsung kepada masyarakat yang saat ini mayoritas sebagai netizen,
sehingga layanan yang telah diberikan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
Mengingat pentingnya memelihara Kamtibmas dan perkembangan teknologi
yang hampir tidak dapat lepas dari berbagai aktivitas manusia ditambah dengan
semangat “Promoter” (professional, modern, dan terpercaya), Polres Jember memiliki
9

gagasan yang menjawab tantangan tersebut. Inovasi yang dilakukan yaitu layanan
pelaporan gangguan kamtibmas melalui Kentongan Online pada aplikasi WAR (We
Are Ready) Polres Jember yang dapat diunduh di Play Store.
Inovasi tersebut dilakukan oleh AKBP. H. M. Sabilul Alif., S.H., S.I.K., M.Si
karena Beliau memandang bahwa kondisi Kabupaten Jember memiliki lebih
komplekas daripada daerah tempat Beliau menjabat sebelumnya. Beliau menyatakan,
bahwa;
“tak dipungkiri, tantangan di Jember, tentu lebih kompleks dibandingkan
Bondowoso, populasi dan mobilitas masyarakat Jember yang tinggi, berikut
segala dinamika yang ada, menjadikan pemicu motivasi bagi saya untuk
meledakkan bukti karya nyata menjalankan tugas dari negara.” (2016:4)
Berdasarkan hasil observasi awal di lapangan, inovasi pelayanan Kentongan
Online merupakan pelayanan baru dan melengkapi model pelayanan yang
konvensional. Kentongan Online / WAR Polres Jember adalah inovasi pelayanan
pertama di Indonesia yang dimiliki oleh Polres Jember. Inovasi Polres Jember
menjadi percontohan bagi Institusi kepolisian lainnya. Seperti yang dikemukakan
Kapolri, Tito Karnavian sebagai berikut.

“Saya diberitahu Menpan, Polres Jember melakukan inovasi pelayanan


publik. Saya minta Polres-Polres lain mencontohnya.”
http://tribratanews-polreswonogiri.com/polres-wonogiri-wujudkan-
promoter-dengan-aplikasi-layanan-berbasis-teknologi-war/. [diakses
19/01/2017]

Hal di atas terbukti bahwa inovasi pelayanan Kentongan Online Polres Jember
telah diterapkan juga oleh Polres Wonogiri. Aplikasi tersebut merupakan sebuah
aplikasi keamanan yang dapat merespon dengan cepat setiap dinamika informasi dari
masyarakat, baik informasi tentang tindak pidana, kecelakaan lalu lintas dan bencana
alam serta gangguan kamtibmas lainnya yang langsung diterima oleh seluruh petugas
Polri yang tersebar di wilayah hukum Polres Jember untuk selanjutnya pada
kesempatan pertama dituntut untuk mendatangi TKP guna melakukan tindakan
Kepolisian.
10

Tujuan dari pembuatan aplikasi WAR (We Are Ready) adalah:


a. mempermudah akses masyarakat melakukan pelaporan tindak kejahatan kepada
Polisi;
b. membantu dan mempercepat tugas Polri dalam melakukan tindakan pertama di
tempat kejadian perkara (TPTKP) / quick respon;
c. dengan adanya WAR akan tercipta Jember zero crime, sehingga Jember suwar-
suwir dapat tercapai lebih optimal.
Gambar 1. 3 Partisipasi dan penilaian pengguna

Sumber: Screen Shoot pada Play Store

Tabel 1. 2 Hasil Respon / Penilaian Masyarakat pada Aplikasi WAR


Kategori Jumlah
1. * = hated it 9 (1,95%)
2. ** = disliked it 2 (0,40%)
3. *** = it’s ok 20 (4,35%)
4. ****= liked it 52 (11,30%)
5. *****= loved it 377 (82,00%)
Total 460
Sumber: diolah dari Play Store, 2016
11

Aplikasi We Are Ready (WAR) Polres Jember di launching pada 7 Mei 2016.
Aplikasi WAR Polres Jember mendapatkan penilaian atau respon yang baik dari
pengunduh aplikasi yang memberikan feedback. Dapat dilihat pada tabel 1.2 bahwa
lebih dari 90% pengunduh aplikasi memberikan respon yang baik, tercatat pada
27/09/2016. Hal ini berarti pelayanan berbasis aplikasi seperti ini perlu mendapatkan
perhatian dan perlu dilakukan sebuah pengembangan.
Inovasi layanan kentongan online polres Jember menjadi kebanggaan bagi
kabupaten Jember, karena telah dipublikasikan dalam pameran bertaraf internasional.
Polres Jember diundang untuk mewakili Indonesia dalam pameran inovasi pelayanan
publik di Bussan, Korea Selatan pada 9-13 November 2016.
http://surabaya.tribunnews.com/2016/11/08/kapolres-jember-pameran-di-korea-
selatan-bawa-kentongan-dan-jempol (diakses 04/04/2017). Hal ini menjadi salah satu
wujud keberhasilan dari Polres Jember dalam berinovasi di bidang pelayanan. Tetapi
berbagai apresiasi positif dari berbagai pihak bukan menjadi acuan keberhasilan yang
sebenarnya. Keberhasilan yang paling penting adalah keberhasilan penerapan di
lapangan.
Pada penerapannya jumlah pengguna terdaftar sebanyak 8.222 pengguna
(tercatat pada 1 Februari 2017). Angka pengguna tersebut tergolong kecil jika
dibandingkan dengan populasi Kebupaten Jember. Berdasarkan data BPS Tahun 2016
pada Tahun 2015 sebanyak 2.407.115 jiwa. Jumlah penduduk tersebut belum
termasuk penduduk pendatang seperti mahasiswa. Jika dipersentasekan jumlah
pengguna aplikasi tersebut hanya 0,34% dari jumlah penduduk.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 pengguna layanan pelaporan gangguan
Kamtibmas melalui Kentongan Online Polres Jember, 1 dari 5 laporan tidak
ditanggapi oleh operator. Salah satu pengguna tersebut adalah Fi, beliau
menyampaikan bahwa, “waktu itu saya lapor, tapi gak ada tanggapan dari Polres.”
(wawancara pada 14/02/2017). Selanjutnya berdasarkan observasi di lapangan,
terdapat ruang kontrol yaitu WAR Command Center yang di dalamnya terdapat
perlengkapan IT untuk menunjang pelaksanaan pelaporan gangguan Kamtibmas
12

melalui Kentongan Online. Hanya saja ruangan tersebut tidak dimanfaatkan dengan
maksimal. Padahal pelayanan tersebut harus beroperasi selama 24 jam.
Berangkat dari latar belakang mengenai kebutuhan keamanan dan keselamatan
masyarakat disertai dengan tuntutan masyarakat dan adanya perkembangan teknologi
yang tidak dapat lepas dari segala aktivitas masyarakat. Institusi Kepolisian Resort
Kabupaten Jember menggagas dan menerapkan inovasi pelayanan publik berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Kentongan Online pada Aplikasi We Are
Ready (WAR) Polres Jember. Maka Peneliti berkeinginan untuk meneliti tentang
Inovasi layanan pelaporan gangguan kamtibmas berbasis teknologi informasi dan
Komunikasi melalui Kentongan Online pada aplikasi WAR Polres Jember.

1.2 Rumusan Masalah


Pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data
yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Masalah dapat digambarkan
sebagai suatu perasaan keingintahuan, kegundahan dan kebingungan yang timbul
akibat adanya ketidakjelasan atas suatu fenomena yang terjadi. Menurut Silalahi
(2012:44) masalah adalah perasaaan tidak menyenangkan dan sulit atas suatu kondisi
atau fenomena tertentu. Lebih lanjut, masalah penelitian dapat muncul akibat adanya
keingintahuan, keraguan, kesangsian, kebingungan atas adanya suatu fenomena.
Berdasarkan pengertian mengenai masalah di atas dan dipadukan dengan latar
belakang yang dibangun peneliti, maka muncul rumusan masalah yaitu: “Bagaimana
inovasi layanan pelaporan gangguan kamtibmas melalui Kentongan Online
pada Aplikasi We Are Ready (WAR) Polres Jember?”

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian merupakan target yang hendak diraih dari pelaksanaan
penelitian. Tujuan penelitian merupakan hasil yang ingin dicapai atas jawaban
rumusan penelitian. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
13

penelitian ini adalah tendiskripsikan inovasi layanan Kentongan Online Kepolisian


Resort Jember pada aplikasi We Are Ready (WAR) Polres Jember;

1.4 Manfaat Penelitian


Sebuah penelitian dilaksanakan dalam upaya menjawab masalah penelitian
yang mana jika jawaban atas pertanyaan tersebut tercapai dapat memberikan manfaat
bagi lingkungan penelitian maupun bagi bahasan penelitian terkait. Adapun manfaat
dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Manfaat teoritis bagi kepentingan ilmu pengetahuan.
Manfaat teoritis yang diharapkan dari penulisan laporan penelitian ini adalah
dapat menambah khasanah dan literatur penelitian mengenai penerapan e-
governance terutama dalam bidang Inovasi Pelayanan Publik.
b. Manfaat praktis bagi lembaga pemerintah terkait.
Manfaat praktis yang diharapkan bagi lembaga pemerintah adalah dapat
dijadikan bahan masukan positif dalam pengembangan inovasi pelayanan
Institusi Kepolisian yang tidak hanya secara lokal saja, tetapi dapat
dikembangkan secara menyeluruh.
c. Manfaat bagi masyarakat.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah dan memperluas wawasan
dan pengetahuan pembaca atau masyarakat luas, terkait inovasi pelayanan
kentongan online. Sehingga masyarakat dapat mengerti cara dan prosedur
dalam memanfaatkan layanan yang ada.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Jember (2016:39)


menyebutkan bahwa tinjauan pustaka memuat kajian teori, hasil-hasil penelitian
terdahulu (kajian empiris) berkaitan dengan masalah yang dibahas, serta kerangka
konseptual yang merupakan sintesis dari kajian-kajian sebelumnya yang dikaitkan
dengan permasalahan yang dihadapi, dan perumusan hipotesis atau asumsi (jika
diperlukan) sebagai hasil akhir dari kajian teori. Tinjauan pustaka merupakan alat
bagi seorang peneliti untuk menegaskan identitas dan originalitas penelitiannya
dengan bertumpu pada teori-teori, konsep-konsep dan hasil penelitian terdahulu
terkait topik penelitiannya serta kerangka berpikir peneliti dalam membangun
konsep-konsep yang mendasari penelitiannya.
Konsep dasar dalam penelitian berperan penting untuk membangun kerangka
berpikir peneliti. Konsep menurut Silalahi (2012:112) adalah sebagai abstraksi
mengenai fenomena sosial yang dirumuskan dalam generalisasi dari sejumlah
karakteristik peristiwa atau keadaan fenomena sosial tertentu. Berdasarkan definisi
mengenai konsep tersebut dapat ditarik benang merah bahwa konsep merupakan
gambaran umum mengenai fenomena sosial yang terjadi yang dikonstruksi atas
karakter-karakter mengenai suatu fenomena tertentu. Konsep dasar dalam penelitian
ini dibangun atas beberapa teori-teori mengenai kegiatan publik yang terkait dalam
inovasi pelayanan publik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang
digagas oleh Kapolres Kabupaten Jember yaitu sebagai berikut.
1. Inovasi.
2. Pelayanan Publik.
3. E-Government.
4. E-Service.
5. Pelayanan Laporan Gangguan Kamtibmas
15

2.1 Inovasi
2.1.1 Definisi Inovasi
Konsep Inovasi memiliki arti yang cukup luas. Salah satu arti sederhana dari
inovasi adalah sebuah ide yang dianggap baru bagi individu. Inovasi secara umum
dipahami dalam konteks perubahan individu. Rogers (2003:12) menjelaskan inovasi
sebagai berikut.
“An innovation is an idea, practice, or object that is perceived as new by
an individual or other unit of adoption. It matters little, so far as human
behavior is concerned, whether or not an idea is "objectively" new as
measured by the lapse of time since its first use or discovery.”

Roger dalam Diffusion of Innovation menjelaskan bahwa inovasi adalah ide,


praktek, atau objek yang dianggap baru baik oleh individu ataupun oleh unit adopsi
yang lain. Pendapat di atas menunjukkan bahwa inovasi sangat erat kaitnnya dengan
sebuah kebaruan. Kebaruan tersebut dapat dinyatakan dalam hal pengetahuan,
persuasi, atau keputusan untuk mengadopsi. Lebih lanjut O’Sullivan dan Dooley
dalam LAN (2014:17) menyebutkan inovasi adalah proses membuat perubahan
terhadap sesuatu yang telah mapan melalui introduksi suatu hal baru yang
memberikan nilai tambah bagi konsumen.
Pegertian inovasi dalam Permenpan RB No.31 Tahun 2014, adalah proses
kreatif penciptaan pengetahuan dalam melakukan penemuan baru yang berbeda dan
atau memodifikasi dari yang sudah ada. Sedangkan Inovasi menurut Yogi dalam
LAN (2007:115), inovasi biasanya erat kaitannya dengan lingkungan yang
berkarakteristik dinamis dan berkembang. Pengertian inovasi sangat beragam dan
lebih erat kaitannya dengan sektor bisnis. Tetapi kemudian dalam perkembangan ilmu
administrasi publik, inovasi memiliki arti, ranah dan tujuan yang berbeda, seperti
pada tabel 2.1. Tepatnya paradigma New Public Manajemen yang merupakan
perkembangan ilmu administrasi publik yang mengadopsi nilai-nilai dari manajemen
bisnis. Meskipun demikian, organisasi sektor publik tidak serta merta menerapkan
sama persis dengan prinsip organisasi bisnis. Perbaharuan dalam organisasi sektor
16

publik lebih banyak diterapkan di bidang pelayanan publik. Dengan demikian inovasi
di sektor publik terutama pada bidang pelayanan publik tidak mutlak harus sebuah
penemuan baru dapat berupa memperbaharui yang sudah ada.

Tabel 2. 1 Perspektif inovasi menurut paradigma-paradigma administrasi Negara


OPA NPA NPM NPS
Arti penting Kurang Sangat
Penting Penting
inovasi Penting penting
Praktik-praktik
administrator publik Hubungan
Ranah Internal yang lebih adil dan Organisasi Holistik dan
inovasi Organisasi mampu publik- integral
menyelesaikan pelanggan
masalah publik
Menjalankan Menjalankan sistem Meningkatkan
Memenuhi
Tujuan sistem dan administrasi yang produktivitas
kepentingan
inovasi aturan secara sadar akan nilai dan dan efisiensi
publik
efektif norma kerja
Sumber: Handbook Inovasi Administrasi Negara (LAN, 2014:14)

Selanjutnya pada perkembangan paradigma administrasi Negara, yang terakhir


adalah new public service (NPS). LAN (2014:12) menyebutkan bahwa NPS
merupakan seperangkat gagasan mengenai peran administrasi Negara dalam sistem
governance yang menempatkan pelayanan publik, tata kelola demokratis, dan
keterlibatan publik di pusatnya. Paradigma ini memiliki tujuan untuk mewujudkan
kepentingan publik. Untuk itu dibutuhkan sebuah inovasi yang seluas-luasnya.
Selanjutnya dalam jurnal yang berjudul Inovasi pelayanan Publik di Kecamatan
Sungai Kunjang Kota Samarinda, Djamrut (2015:1476) menyebutkan pengertian
inovasi di bidang pelayanan publik merupakan ide kreatif teknologi atau cara baru
dalam teknologi pelayanan atau memperbarui yang sudah ada di bidang aturan,
pnedekatan, prosedur, metode, maupun struktur organisasi pelayanan yang
manfaatnya hasil mempunyai nilai tambah baik dari segi kuantitas maupun kualitas
17

pelayanan. Dengan demikian inovasi di sektor publik terutama pada bidang pelayanan
publik tidak mutlak sebuah penemuan baru, dapat berupa memperbaharui yang sudah
ada.
Berdasarkan penjelasan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat dilihat bahwa
secara garis besar inovasi yang dijelaskan di atas memiliki kesamaan baik pada aspek
bisnis maupun inovasi organisasi publik yaitu inovasi dilakukan untuk sebuah
perubahan melalui perbaruan yang sudah ada ataupun penemuan baru. Sehingga
peneliti dapat menyimpulkan bahwa inovasi adalah gagasan berupa penemuan baru
dan atau memodifikasi yang sudah ada, dapat berupa produk, jasa, teknologi, dan
administrasi baru yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan dengan tujuan untuk
memperbaiki suatu produk dan jasa yang mampu mendorong suatu perubahan. Dalam
hal ini peneliti akan menekankan pada inovasi dalam upaya perubahan metode dan
atau prosedur administrasi pelayanan publik.

2.1.2 Karakteristik Inovasi


Cepat atau lambat penerimaan inovasi oleh masyarakat sangat tergantung pada
karakteristik inovasi. Karakteristik inovasi menurut Rogers (2003:15-16), sebagai
berikut.
1. Keunggulan relatif (relative advantage)
Keunggulan relatif yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi
penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat di ukur
berdasarkan nilai ekonominya, atau dari faktor status sosial, kesenangan,
kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat penting. Makin
menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya inovasi.
2. Kompatibilitas (compatibility)
Kompatibel ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai, pengalaman lalu, dan
kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma
yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai
dengan norma yang ada di masyarakat.
18

3. Kerumitan (complexity)
Kompleksitas ialah, tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan
inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah
digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar
dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses
penyebarannya.
4. Kemampuan diujicobakan (triability)
Kemampuan untuk diujicobakan adalah suatu inovasi dapat dicoba atau
tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Jadi agar dapat dengan cepat di adopsi,
suatu inovasi harus mampu mengemukakan keunggulanya.
5. Kemampuan untuk diamati (observability)
Yang dimaksud dengan dapat diamati ialah mudah atau tidaknya pengamatan
suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin
cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya bila sukar diamati hasilnya,
akan lama diterima oleh masyarakat.

2.1.3 Tipologi Inovasi


Pemahaman tentang konsep inovasi selama ini tidaklah sesederhana seperti
mendifinisikan dengan sebuah kebaruan saja. Sampai saat ini inovasi telah
berkembang menjadi lebih luas yang tidak hanya mencakup inovasi dalam hal produk
dan proses semata, terutama inovasi di sektor publik. Inovasi di sektor publik
melibatkan banyak aspek yang lebih kompleks. Inovasi dalam pelayanan publik
mempunyai ciri khas, yaitu bersifat intangible yaitu karena inovasi pelayanan publik
dalam organisasi tidak hanya diartikan dengan munculnya suatu produk baru yang
dapat dilihat, tetapi dapat dilihat dari hubungan pelakunya dalam suatu perubahan.
Adapun jenis inovasi dalam sektor publik dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai
berikut.
19

Gambar 2. 1 Tipologi inovasi sektor publik

Inovasi
Produk/
Layanan

Inovasi
Inovasi
Proses
Sistem
Inovasi Pelayanan
Sektor
Publik

Inovasi
Inovasi
Metode
Kebijakan
Pelayanan

Sumber: Muluk (2008:45)

Jenis inovasi sektor publik di atas mengacu pada keberhasilan inovasi, seperti
yang dikemukakan oleh Albury (2003) dalam Muluk (2008:44) yang menyatakan
sebagai berikut.
"Successful innovation is the creation and implementation of new
process, products, services, and methods of delivery which result in
significant improvements in outcomes efficiency, effectiveness or quality.
Inovasi yang berhasil merupakan kreasi dan implementasi dari proses,
produk, layanan, dan metode pelayanan baru yang merupakan hasil
pengembangan nyata dalam hal efisiensi, efektivitas atau kualitas hasil.”

Adapun penjelasan tipologi inovasi sektor publik adalah sebagai berikut.


a. Inovasi produk atau layanan berdasarkan pada perubahan bentuk dan desain
produk.
b. Inovasi proses pelayanan berasal dari adanya perubahan kualitas yang
berkelanjutan dan berkombinasi dengan perubahan organisasi, prosedur dan
kebijakan yang dibutuhkan dalam berinovasi. Selanjutnya dalam LAN
20

(2014:22-23) inovasi proses dapat dipahami sebagai upaya peningkatan kualitas


proses kerja baik internal dan eksternal yang lebih efisien dan sederhana.
Sehingga dapat inovasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya
perubahan proses pelayanan publik yang lebih efisien dan sederhana.
c. Inovasi metode pelayanan adalah cara baru berinteraksi dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Metode pelayanan yang biasanya dapat
dirasakan ketika face to face, kini dapat berkembang hanya dengan
menggunakan teknologi digital.
d. Inovasi kebijakan mengacu pada visi, misi, tujuan dan strategi yang baru.
e. Inovasi sistem adalah berkembangnya interaksi sistem yang mencakup cara
baru atau cara yang diperbarui dalam berinteraksi dengan aktor-aktor lain atau
dapat dikatakan adanya perubahan dalam tata kelola pemerintahan.

2.2 Pelayanan Publik


2.2.1 Definisi Pelayanan Publik
Istilah pelayanan dalam bahasa Inggris adalah “service”. Moenir (2002:26-27)
mendefinisikan pelayanan adalah;
“pelayanan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan landasan tertentu dimana tingkat pemuasannya
hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani atau dilayani,
tergantung kepada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan
pengguna.”

Pelayanan merupakan serangkaian kegiatan yang melibatkan dua pihak dalam


hal ini penerima dan pemberi pelayanan yang saling berinteraksi untuk memenuhi
kebutuhannya. Proses pelayanan tersebut dilakukan secara rutin dan
berkesinambungan yang melibatkan seluruh kehidupan organisasi dalam masyarakat.
Selanjutnya Moenir (2002:16) menyatakan bahwa proses pemenuhan kebutuhan
melalui aktivitas orang lain yang langsung inilah yang dinamakan pelayanan. Dari
definisi tersebut dapat dimaknai bahwa pelayanan adalah serangkaian aktivitas yang
dapat dirasakan melalui hubungan antara penerima dan pemberi pelayanan yang
21

menggunakan peralatan berupa organisasi atau lembaga perusahaan. Hal ini berarti
pelayanan memiliki tujuan untuk membantu orang lain dalam mengurus sesuatu yang
dibutuhkan.
Pelayanan Publik dalam KBBI (1990), dirumuskan sebagai berikut.
1. Pelayanan adalah perihal atau cara melayani.
2. Pelayanan adalah kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli
barang dan jasa.
3. Pelayanan medis merupakan pelayanan yang diterima seseorang dalam
hubungannya dengan pencegahan, diagnosa dan pengobatan suatu gangguan
kesehatan tertentu.
4. Publik berarti orang banyak (umum)
Pengertian publik menurut Syafi’ie, dkk (1999:18) yaitu sejumlah manusia
yang memiliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang
benar dan baik berdasarkan nilai- nilai norma yang mereka miliki. Pengertian lain
berasal dari pendapat Moenir (1995:7) yang menyatakan sebagai berikut.

“Pelayanan umum adalah suatu usaha yang dilakukan kelompok atau


seseorang atau birokrasi untuk memberikan bantuan kepada masyarakat
dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu”.

Pelayanan merupakan kegiatan utama pada orang yang bergerak di bidang jasa,
baik itu orang yang bersifat komersial ataupun yang bersifat non komersial. Namun
dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan antara pelayanan yang dilakukan oleh
orang yang bersifat komersial yang biasanya dikelola oleh pihak swasta dengan
pelayanan yang dilaksanakan oleh organisasi non komersial yang biasanya adalah
pemerintah. Kegiatan pelayanan yang bersifat komersial melaksanakan kegiatan
dengan berlandaskan mencari keuntungan, sedangkan kegiatan pelayanan yang
bersifat non-komersial kegiatannya lebih tertuju pada pemberian layanan kepada
masyarakat (layanan publik atau umum) yang sifatnya tidak mencari keuntungan
akan tetapi berorientasikan kepada pengabdian.
22

Pengertian pelayanan publik dalam UU No.25 Tahun 2009 adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik. Selanjutnya menurut Kurniawan (2005:4) dalam sinambela (2014:5)
menjelaskan bahwa pelayanan publik diartikan, pemberi layanan (melayani)
keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu
sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Dapat digarisbawahi
bahwa pelayanan publik merupakan upaya pemenuhan kebutuhan atau kepentingan
publik melalui orang lain atau pemberi layanan. Pelayanan publik dapat berupa
berupa barang ataupun jasa.
Berdasarkan penjelasan beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa
pelayanan dapat dibedakan menjadi dua sesuai dengan tujuannya yaitu komersil dan
non komersil. Pelayanan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pelayanan
publik yang bersifat non-komersil. Jadi dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik
adalah segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa
publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi
pemerintah di Pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau
Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang- undangan.

2.2.2 Unsur-Unsur Pelayanan Publik


Dalam proses kegiatan pelayanan publik terdapat beberapa faktor atau unsur
yang mendukung jalannya kegiatan. Menurut Moenir (1995:8), unsur-unsur tersebut
adalah sebagai berikut.
a) Sistem, Prosedur dan Metode Yaitu di dalam pelayanan publik perlu adanya
sistem informasi, prosedur dan metode yang mendukung kelancaran dalam
memberikan pelayanan.
23

b) Personil, terutama ditekankan pada perilaku aparatur; dalam pelayanan publik


aparatur pemerintah selaku personil pelayanan harus profesional, disiplin dan
terbuka terhadap kritik dari pelanggan atau masyarakat.
c) Sarana dan prasarana, dalam pelayanan publik diperlukan peralatan dan ruang
kerja serta fasilitas pelayanan publik. Misalnya ruang tunggu, tempat parker
yang memadai.
d) Masyarakat sebagai pelanggan, dalam pelayanan publik masyarakat sebagai
pelanggan sangatlah heterogen baik tingkat pendidikan maupun perilakunya.

2.2.3 Azas, Prinsip dan Standar Pelayanan Publik


Secara teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan
masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan publik yang
profesional, kemudian Sinambela (2014:6) mengemukakan azas-azas dalam
pelayanan publik tercermin sebagai berikut.
1. Transparansi bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang
membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
2. Akuntabilitas, dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Kondisional, sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima
pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.
4. Partisipatif, mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan
masyarakat.
5. Keamanan Hak, tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, agama,
ras, golongan, gender dan status ekonomi.
6. Keseimbangan Hak dan kewajiban, pemberi dan penerima pelayanan publik
harus memenuhi hak dan kewajiban masing- masing pihak.
Dalam proses kegiatan pelayanan diatur juga mengenai prinsip pelayanan
sebagai pegangan dalam mendukung jalannya kegiatan. Adapun prinsip pelayanan
24

publik menurut Keputusan MENPAN No. 63/ KEP/ M. PAN/ 7/ 2003 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik antara lain sebagai berikut.
a. Kesederhanaan: prosedur pelayanan publik tidak berbelit- belit, mudah
dipahami dan mudah dilaksanakan.
b. Kejelasan: persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik; unit kerja
atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan
pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dan sengketa dalam
pelaksanaan pelayanan publik; rincian biaya pelayanan publik dan tata cara
pembayaran.
c. Kepastian waktu: pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan.
d. Akurasi: produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.
e. Keamanan: proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan
kepastian hukum.
f. Tanggung jawab: pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang
ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian
keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
g. Kelengkapan sarana dan prasarana: tersedianya sarana dan prasarana kerja dan
pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi
telekomunikasi dan informatika.
h. Kemudahan akses: tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai,
mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi
telekomunikasi dan informatika.
i. Kedisiplinan, kesopan dan keramahan: pemberi pelayanan harus bersikap
disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.
j. Kenyamanan: lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang
tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta
dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parkir, toilet, tempat
ibadah, dan lain- lain.
25

Azas, prinsip, dan standar pelayanan tersebut diatas merupakan pedoman dalam
penyelenggaraan pelayanan publik oleh instansi pemerintah dan juga berfungsi
sebagai indikator dalam penilaian serta evaluasi kinerja bagi penyelenggara
pelayanan publik. Dengan adanya standar dalam kegiatan pelayanan publik ini
diharapkan masyarakat bisa mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan
dan prosesnya memuaskan dan tidak menyulitkan masyarakat.

2.3 Elektronic Government


2.3.1 Pengertian e-Government
Definisi e-government menurut Bank Dunia (World Bank) dalam Indrajit
(2006:6-7) adalah sebagai berikut.
“E-Government refers to the use by government agencies of information
technologies (such as Wide Area Networks, the Internet, and mobile
computing) that have the ability to transform relations with citizens,
businesses, and other arms of government.”
Definisi e-government tersebut dapat dipahami bahwa penggunaan teknologi
informasi oleh aparat pemerintah mampu meningkatkan hubungan dengan warga
negara, pelaku bisnis dan dengan sesama pemerintah. Peran teknologi informasi di
dalam proses pemerintahan mampu meningkatkan kinerja yang terkait dengan
aktivitas koordinasi, komunikasi, dan termasuk aktivitas pelayanan. Sedangkan
Pemerintah Federal Amerika Serikat mendefinisikan e-Government secara ringkas,
padat, dan jelas, bahwa e-government refers to the delivery of government
information and services online through the Internet or other digital means.
Pengertian tersebut dimaksudkan bahwa e-government mengacu kepada
penyampaian informasi dan layanan pemerintah secara online melalui internet atau
alat digital lainnya. Selanjutnya dalam Habibullah (2010:188), Mustopadijaya (2003)
mengemukakan electronic administration (e-adm) merupakan substitusi ungkapan
electronic government (e-gov) yang diberikan untuk suatu pemerintahan yang
mengadopsi teknologi yang berbasis internet, intranet yang dapat melengkapi dan
meningkatkan program dan pelayanannya. Pemanfaaatan teknologi berbasis internet
26

dalam proses penyelenggaraan pemerintahan merupakan upaya untuk memperbaiki


kualitas pelayanan dan kinerja instansi agar lebih efektif dan efisien. Selanjutnya e-
government dalam Keppres No. 20 Tahun 2006 adalah pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi dalam proses pemerintahan untuk meningkatkan efisiensi,
efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan. Dalam hal
ini yang menjadi penting untuk digarisbawahi adalah terwujudnya nilai efektif,
efisien, transparanasi, dan akuntable.
E-government didefinisikan secara berbeda oleh beberapa kalangan. Pada
gambar 2.2 dapat dilihat bentuk pelayanan informasi pada e-government pada
pemerintah. Berkaitan dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam pelayanan
informasi pada e-government di atas ada dua kategori yaitu intern dan ekstern
pemerintah. Kedua kategori tersebut memiliki perbedaan dalam tataran fungsi.
Pemanfaatan teknologi informasi oleh pemerintah tersebut, secara fungsi intern
digunakan untuk fungsi koordinasi, komunikasi internal, dll. Untuk kategori ekstern
berkaitan dengan fungsi interaksi (komunikasi) pemerintah dengan faktor luar seperti
masyarakat, bisnis dan agen pemerintah.
Gambar 2. 2 Pelayanan Informasi pada E-Government

Sumber: Yudono (2013) dalam Materi Kegiatan dan Pengembangan


Data Center Depkominfo
27

Beberapa pendapat mengenai pengertian e-government di atas, terdapat dua hal


utama dalam pengertian E-Government, yaitu;
1. penggunaan teknologi komunikasi informasi berbasis internet sebagai alat
bantu;
2. tujuan pemanfaatannya agar kinerja pemerintahan dapat lebih efisien.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, e-government yang dimaksud oleh
peneliti adalah pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi berbasis internet
untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas
penyelenggaraan pelayanan publik.

2.3.2 Jenis-Jenis Pelayanan E-Government


Indrajit (2006:29-34) menjelaskan bahwa dalam implementasi e-government,
dapat dilihat sedemikian beragam tipe pelayanan yang ditawarkan oleh pemerintah
kepada masyarakatnya melalui e-government. Salah satu cara mengkategorikan jenis-
jenis pelayanan tersebut adalah dengan melihatnya dari dua aspek utama sebagai
berikut.
a) Aspek Kompleksitas, yaitu yang menyangkut seberapa rumit anatomi sebuah
aplikasi e-government yang ingindibangun dan diterapkan; dan
b) Aspek Manfaat, yaitu menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan besarnya
manfaat yang dirasakan oleh para penggunanya.
Berdasarkan dua aspek di atas, maka jenis-jenis proyek e-government dapat
dibagi menjadi tiga kelas utama, yaitu: Publish, Interact,dan Transact.
1) Publish
Jenis ini merupakan implementasi e-government yang termudah karena selain
proyeknya yang berskala kecil, kebanyakan aplikasinya tidak perlu melibatkan
sejumlah sumber daya yang besar dan beragam. Di dalam kelas publish ini yang
terjadi adalah sebuah komunikasi satu arah, dimana pemerintah
mempublikasikan berbagai data dan informasi yang dimilikinya untuk dapat
secara langsung dan bebas diakses oleh masyarakat dan pihak-pihak lain yang
28

berkepentingan melalui internet. Biasanyakanal akses yang dipergunakan


adalah komputer atau handphone melalui medium internet, dimana alat-alat
tersebut dapat dipergunakan untuk mengakses situs (website) department atau
divide terkait dimana kemudian user dapatmelakukan browsing (melalui link
yang ada) terhadap data atau informasi yang dibutuhkan.
2) Interact
Berbeda dengan kelas publish yang sifatnya pasif, pada kelas interact telah
terjadi komunikasi dua arah antara pemerintah dengan mereka yang
berkepentingan. Ada dua jenis aplikasi yang biasa dipergunakan. Yang pertama
adalah bentuk portal dimana situs terkait memberikan fasilitas searching bagi
mereka yang ingin mencari data atau informasi secara spesifik (pada kelas
publish, user hanya dapat meikuti link saja). yang kedua adlah pemerintah
menyediakan kanal dimana masyarakat dapat melakukan diskusi dengan unit-
unit tertentu yang berkepentingan, baik secara langsung (seperti chatting, tele-
conference, web-TV, dan lain sebagainya) maupun tidak langsung (melalui
email, frequent ask questions, newsletter, mailing list, dan lain sebagainya).
3) Transact
Pada kelas ini terjadi interaksi dua arah seperti pada kelas interact, hanya saja
terjadi sebuah transaksi yang berhubungan dengan perpindahan uang dari satu
pihak ke pihak lainnya (tidak gratis, masyarakat harus membayar pelayanan
yang diberikan oleh pemerintah atau mitra kerjanya). Aplikasi ini jauh lebih
rumit dibandingkandengandua kelas lainnya karena harus adanya sistem
keamanan yang baik agar perpindahan uang dapat dilakukan secara aman dan
hak-hak privacy berbagai pihak yang bertransaksi terlindungi dengan baik.
Jenis-jenis pelayanan e-government tersebut di atas merupakan bentuk interaksi
antara pengguna dan pemberi layanan. Penerapannya disesuaikan dengan tujuan dari
pelayanan tergantung tipe penerapannya. Adapun tipe-tipe penerapan e-government
menurut Seifert dan Bonham (2003) dalam tesis Iswahyudi (2014:10-11) ada empat
tipe penerapan e-government sebagai berikut.
29

a. Government to Citizens, tipe G-to-C ini merupakan aplikasi e-government yang


paling umum, yaitu di mana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai
portofolio teknologi informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki
hubungan interaksi dengan masyarakat (rakyat). Dengan kata lain, tujuan dari
dibangun aplikasi e-government; bertipe G-to-C adalah untuk mendekatkan
pemerintah dengan rakyatnya melalui kanal-kanal akses yang beragam agar
masyarakat dapat dengan mudah menjangkau pemerintahannya untuk
pemenuhan berbagai kebutuhan pelayanan sehari-hari. Contoh aplikasinya
adalah sebagai berikut: Departemen Agama membuka situs pendaftaran bagi
mereka yang berniat untuk melangsungkan ibadah haji di tahun-tahun tertentu
sehingga pemerintah dapat mempersiapkan kuota haji dan bentuk pelayanan
perjalanan yang sesuai.
b. Government to Business
Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk sebuah
lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekonomian sebuah negara dapat
berjalan sebagaimana mestinya. Contoh dari aplikasi E-Government berjenis
Gto-B ini adalah sebagai berikut: Para perusahaan wajib pajak dapat dengan
mudah menjalankan aplikasi berbasis web menghitung besarnya pajak yang
harus dibayarkan ke pemerintah dan melakukan pembayaran melalui internet.
c. Government to Government
Di era globalisasi ini terlihat jelas adanya kebutuhan bagi negara-negara untuk
saling berkomunikasi secara lebih intens dari hari ke hari. Berbagai penerapan
E-Government bertipe G-to-G ini yang telah dikenal antara lain: Hubungan
administrasi antara kantor-kantor pemerintah setempat dengan sejumlah
kedutaan-kedutaan besar atau konsulat jendral untuk membantu penyediaan
data dan informasi akurat yang dibutuhkan oleh para warga negara asing yang
sedang berada di tanah air. Aplikasi yang menghubungkan kantor-kantor
pemerintahan setempat dengan bank-bank asing milik pemerintah di negara lain
di mana pemerintah setempat menabung dan menanamkan uangnya.
30

Pengembangan suatu sistem basis data intelijen yang berfungsi untuk


mendeteksi mereka yang tidak boleh masuk atau keluar dan wilayah negara
(cegah dan tangkal).
d. Government to Employees
Pada akhirnya aplikasi E-Government juga diperuntukkan untuk meningkatkan
kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan pemerintahan
yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayanan masyarakat. Berbagai jenis
aplikasi yang dapat dibangun dengan menggunakan format G-to-E ini salah
satunya: Aplikasi terpadu untuk mengelola berbagai tunjangan kesejahteraan,
yang merupakan hak dari pegawai hak pemerintahan sehingga yang
bersangkutan dapat terlindungi hak-hak individualnya.

Dari penjelasan tipe penerapan e-government di atas, pada penelitian ini yang
merupakan penerapan inovasi layanan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,
masuk pada tipe Government to Citizens. Penerapan e-government pada penelitian ini
merupakan upaya memperbaiki kualitas layanan publik. Sehingga aplikasi yang di
terapkan merupakan upaya membangun dan memperbaiki kinerja instansi yang
berkaitan dengan publik langsung.

2.3.3 Elemen Sukses Pengembangan E-Governtment


Menurut hasil kajian dan riset dari Harvard JFK School of Government
(Indrajit,2006:13-15), untuk menerapkan konsep-konsep digitalisasi pada sektor
publik, ada tiga elemen sukses yang harus dimiliki dan diperhatikan sungguh-
sungguh. Masing-masing elemen sukses tersebut adalah: Support, Capacity, dan
Value.
a. Support
Elemen pertama dan paling krusial yang harus dimiliki oleh pemerintah
adalah keinginan (intent) dari berbagai kalangan pejabat publik dan politik
untuk benar-benar menerapkan konsep e-Government, bukan hanya sekedar
mengikuti trend atau justru menentang inisiatif yang berkaitan dengan prinsip-
31

prinsip e-Government. Tanpa adanya unsur “political will” ini, mustahil


berbagai inisiatif pembangunan dan pengembangan e-Government dapat
berjalan dengan mulus. Karena budaya birokrasi cenderung bekerja berdasarkan
model manajemen “top down”, maka jelas dukungan implementasi program e-
Government yang efektif harus dimulai dari para pimpinan pemerintahan yang
berada pada level tertinggi (Presiden dan para pembatunya – Menteri) sebelum
merambat ke level-level di bawahnya (Eselon 1, Eselon 2, Eselon 3, dan
seterusnya). Yang dimaksud dengan dukungan di sini juga bukanlah hanya pada
omongan semata, namun lebih jauh lagi dukungan yang diharapkan adalah
dalam bentuk hal-hal sebagai berikut.
1. Disepakatinya kerangka e-Government sebagai salah satu kunci sukses
negara dalam mencapai visi dan misi bangsanya, sehingga harus diberikan
prioritas tinggi sebagaimana kunci-kunci sukses lain diperlakukan.
2. Dialokasikannya sejumlah sumber daya (manusia, finansial, tenaga, waktu,
informasi, dan lain-lain) di setiap tataran pemerintahan untuk membangun
konsep ini dengan semangat lintas sektoral.
3. Dibangunnya berbagai infrastruktur dan superstruktur pendukung agar
tercipta lingkungan kondusif untuk mengembangkan e-Government (seperti
adanya Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang jelas, ditugaskannya
lembaga-lembaga khusus, misalnya kantor e-Envoy sebagai penanggung
jawab utama, disusunnya aturan main kerja sama dengan swasta, dan lain
sebagainya).
4. Disosialisasikannya konsep e-Government secara merata, kontinyu,
konsisten, dan menyeluruh kepada seluruh kalangan birokrat secara khusus
dan masyarakat secara umum melalui berbagai cara kampanye yang
simpatik.
b. Capacity
Yang dimaksud dengan elemen kedua ini adalah adanya unsur
kemampuan atau keberdayaan dari pemerintah setempat dalam mewujudkan
32

“impian” e-Government terkait menajdi kenyataan. Ada tiga hal minimum yang
paling tidak harus dimiliki oleh pemerintah sehubungan dengan elemen ini,
yaitu sebagai berikut.
a. Ketersediaan sumber daya yang cukup untuk melaksanakan berbagi inisiatif
e- Government, terutama yang berkaitan dengan sumber daya finansial.
b. Ketersedaan infrastruktur teknologi informasi yang memadai karena fasilitas
ini merupakan 50% dari kunci keberhasilan penerapan konsep e-
Government.
c. Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keahlian
yang dibutuhkan agar penerapan e-Government dapat sesuai dengan asas
manfaat yang diharapkan. Perlu diperhatikan di sini bahwa ketiadaan satu
atau lebih elemen prasyarat tersebut janganlah dijadikan alasan tertundanya
sebuah pemerintah tertentu dalam usahanya untuk menerapkan e-
Government, terlebih-lebih karena banyaknya fasilitas dan sumber daya
krusial yang berada di luar jangkauan (wilayah kontrol) pemerintah. Justru
pemerintah harus mencari cara yang efektif agar dalam waktu cepat dapat
memiliki ketiga prayarat tersebut, misalnya melalui usaha-usaha kerja sama
dengan swasta, bermitra dengan pemerintah daerah/Negara tetangga,
merekrut SDM terbaik dari sektor non publik, mengalihdayakan
(outsourcing) berbagai teknologi yang tidak dimiliki, dan lain sebagainya.
c. Value
Elemen pertama dan kedua merupakan dua buah aspek yang dilihat dari
sisi pemerintah selaku pihak pemberi jasa (supply side). Berbagai inisiatif e-
Government tidak akan ada gunanya jika tidak ada pihak yang merasa
diuntungkan dengan adanya implementasi konsep tersebut; dan dalam hal ini,
yang menentukan besar tidaknya manfaat yang diperoleh dengan adanya e-
Government bukanlah kalangan pemerintah saja, melainkan masyarakat dan
mereka yang berkepentingan (demand side). Untuk itulah maka pemerintah
harus benar-benar teliti dalam memilih prioritas jenis aplikasi e-Government
33

apa saja yang harus didahulukan pembangunannya agar benar-benar


memberikan value (manfaat) yang secara signifikan dirasakan oleh
masyarakatnya. Salah dalam mengerti apa yang dibutuhkan masyarakat justru
akan mendatangkan bumerang bagi pemerintah yang akan semakin
mempersulit meneruskan usaha mengembangkan konsep e-Government.
Perpaduan antara ketiga elemen terpenting di atas akan membentuk sebuah
nexus atau pusat syaraf jaringan e-Government yang akan merupakan kunci sukses
utama penjamin keberhasilan. Atau dengan kata lain, pengalaman memperlihatkan
bahwa jika elemen yang menjadi fokus sebuah pemerintah yang berusaha
menerapkan konsep e-Government berada di luar area tersebut (ketiga elemen
pembentuk nexus) tersebut, maka probaoubilitas kegagalan proyek tersebut akan
tinggi.

2.4 Elektronic Service


2.4.1 Pengertian E-Service
Ada banyak definisi dari e-service. Dalam Scupola (2010:13) (Hofacker,
Goldsmith, Bridges, & Swilley, 2007) mengemukakan bahwa beberapa definisi
memiliki fokus pada delivery dan jaringan digital. Sementara yang lain menekankan
baik proses delivery dan manfaat atau hasil dari layanan. Namun, pada umumnya
definisi e-service ditandai dengan pengiriman layanan elektronik. Salah satu definisi
e-service (Tiwana & Balasubrama, 2001) disefinisikan sebagai berikut.

“We view e-services as Internet-based applications that fulfil service


needs by seamlessly bringing together distributed, specialized resources
to enable complex, (often real-time) transactions. Examples of e-services
include supply chain management, customer relationship management,
accounting, order processing, resource management, and other services
that are electronically delivered through the Internet. (Kami melihat e-
service adalah aplikasi berbasis internet yang memenuhi kebutuhan
layanan yang didistribusikan bersama tanpa sambungan, sumber daya
khusus yang kemungkinan kompleks, (real-time) transaksi. Contoh e-
service termasuk manajemen pasokan, manajemen hubungan pelanggan,
34

akuntansi, pemrosesan order, manajemen sumber daya, dan layanan


lainnya yang disampaikan secara elektronik melalui internet.)”

Internet merupakan komponen yang erat dengan perkembangan teknologi


informasi. Hal ini menunjukkan bahwa internet mampu menggantikan metode
konvensional dan menjembatani interaksi antara pemberi layanan dan penerima
layanan. Selanjutnya e-service dijelaskan dalam Zericka (2013:351) oleh Rowley
(2006) yang mengungkapkan bahwa e-service adalah perbuatan, usaha atau
pertunjukan yang pengiriman dimediasi oleh teknologi informasi. Definisi tersebut
menunjukkan adannya tiga komponen utama dalam e-service, yakni penyedia
layanan, penerima layanan dan saluran pelayanan (yaitu, teknologi). E-Service
merupakan gabungan antara pelayanan dan elektronik. E-Service adalah sebuah
langkah yang dirasa mampu menjadi solusi dalam mengatasi kesulitan dari pelayanan
tradisional. Di mana kendala yang sering ada pada keterbatasan fasilitas perusahaan
atau organisasi publik. Dari segi efisiensi waktu, E-Service bisa diakses lebih
fleksibel bagi pelanggan dimanapun dan waktu respon dari perusahaan yang
tergolong cepat.
Pengertian e-service yang dipaparkan oleh beberapa ahli di atas, secara garis
besar memiliki kesamaan maksud dan tujuan. Objek sebagai mediasi dapat berupa
teknologi informasi dan dispesifikasikan ke aplikasi berbasis internet. Dengan
demikian, beberapa konsep yang dijelaskan oleh para ahli tersebut tidak ada
pertentangan. Sehingga yang dimaksud e-service oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah proses pelayanan publik yang dimediasi oleh teknologi informasi (termasuk
internet) untuk mewujudkan pelayanan yang efektif dan efisien. Pelayanan publik
yang berjalan dengan efektif dan efisien akan meningkatkan Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) serta meningkatkan angka kepercayaan masyarakat pada instansi
pemerintah.
35

2.4.2 Konsep dan Karakteristik E-Services


Dalam International Journal of Arts and Sciences, di dalam karya Ojasalo
(2010:128) dengan judul “E-Service Quality: A Conceptual Model” dipaparkan
mengenai konsep dan karakteristik e-service. Penelitian yang ada telah diidentifikasi
dan menyarankan beberapa karakteristik khusus yang berkaitan dengan e-Services.
Karakteristik ini secara ringkas dapat dilihat dalam tabel Tabel 2.2. Berikut
merupakan pendapat mengenai konsep dan karakteristik e-service dari beberapa ahli.
1. Gronroos, Heinonen, Isoniemi dan Lindholm mengembangkan model Net Offer
untuk pasar virtual (2000). Model yang dikembangkan merupakan model
pelayanan yang menjadikan internet sebagai bagian inti dari pelayanan. Dalam
hal ini konsep pelayanan, partisipasi pelanggan, dan komunikasi dalam layanan
tergantung pada jaringan internet. Komunikasi yang dirancang melalui internet
sangat membantu pengguna atau pelanggan dalam memenuhi kebutuhan, dalam
hal ini untuk memberli dan mengkonsumsi barang dan jasa yang ditawarkan
melalui internet. Dengan adanya model komunikasi tersebut dan didukung
adanya kemampuan atau keterampilan pelanggan dalam mengoperasikan
teknologi internet, maka kualitas pelayanan akan ditingkatkan dan pelanggan
dapat merasakan kualitas hasil apa yang ditawarkan.
2. Rust dan Lemon (2001) menjelaskan peran layanan di dunia maya. Rust dan
Lemon berpendapat bahwa strategi e-service berpusat pada hubungan interaktif
antara pelanggan dan pemberi layanan yang dapat memberikan kesan positif
bagi pelanggan. Hal ini disebabkan adanya internet yang dapat dijadikan alat
komunikasi dua arah bagi pelanggan. Dengan internet penawaran dapat
disesuaikan sesuai keinginan pelanggan secara real-time. Peran internet ini
menjadi peluang dan kunci bagi perusahaan atau pemberi layanan dalam
mengembangakan aset yang dimilikinya. Selain itu secara kolaboratif dapat
digunakan untuk mengembangkan produk dan juga memperluas pangsa pasar
atau mendapatkan pelanggan baru.
36

3. Van Riel, Liljander dan Jurriens (2001) berpendapat tentang konsep e-Service
yang menawarkan lima komponen, yaitu sebagai berikut.
a) Layanan inti, misalnya; jurnal, berita, saran, tampilan buku medis, dan
informasi tentang produk baru.
b) Fasilitas layanan, misalnya; arsip, fasilitas pencarian, fungsi bantuan,
rekening online, dan browsing.
c) Jasa pendukung, misalnya; diskusi kelompok, tes pengetahuan, link, dan
informasi perusahaan.
d) Layanan pelengkap, misalnya; informasi perjalanan, men-download
software, nasihat keuangan, dan penyediaan obat-obatan.
e) User interface, misalnya; desain mudah digunakan, download cepat, bebas
masalah akses, dan bahasa.
4. Menurut Boyer, Hallowell dan Roth (2001), e-service memberikan kesempatan
unik bagi perusahaan untuk menawarkan model-model baru desain strategi
layanan dan pengembangan layanan baru.
a. Pertama, semua penyedia layanan memiliki lebih banyak pilihan saluran
untuk bersaing.
b. Kedua, banyak layanan baru dapat ditawarkan lebih ekonomis dengan
kedua jangkauan geografis yang lebih besar dan berbagai produk.
5. Heinonen (2006) mengembangkan sebuah kerangka kerja untuk nilai manfaat
dari model e-service yang dirasakan pelanggan. Kerangka tersebut didefinisikan
sebagai hasil yang dirasakan dari nilai manfaat dan pengorbanan teknis,
dimensi fungsional, temporal, dan spasial.
a) Dimensi teknis menunjukkan hasil dari interaksi layanan.
b) Dimensi fungsional melibatkan persepsi pelanggan dari proses bagaimana
interaksi layanan terjadi.
c) Dimensi temporal mengacu pada persepsi pelanggan saat interaksi layanan
terjadi.
37

d) Dimensi spasial menunjukkan persepsi lokasi di mana interaksi layanan


terjadi.
6. Essen dan Conrick (2008) mengembangkan model baru melalui e-service.
Model yang dikembangkan mencakup tiga elemen utama.
a. Inovasi konsep layanan yang melibatkan penyesuaian teknologi baru dan
layanan.
b. Inovasi layanan sistem yang melibatkan pemahaman dan adaptasi. Ini
berarti membedakan antara kemungkinan teknis dan manfaat dalam konteks
yang sebenarnya. Ini termasuk mendefinisikan peran teknologi baru dan
aktor internal dan eksternal. Ini juga mencakup alokasi sumber daya dan
wewenang untuk mendukung peran ini.
c. Inovasi proses pelayanan melibatkan pelaksanaannya yang mencakup
penerapan peran dan mengkonfigurasi sistem teknis, memperluas tugas
teknologi dieksekusi dengan unsur-unsur manusia, dan juga termasuk
menciptakan rutinitas untuk bagaimana personil harus bertindak atas solusi
teknologi yang spesifik.
Beberapa konsep dan karakteristik e-service yang disarankan oleh beberapa
akhli di atas dapat dipahami bahwa sebenarnya konsep e-service merupakan konsep
pelayanan yang ada di dalam bidang bisnis. Pelayanan sektor publik lebih
mengedepankan kepuasan publik. Dalam hal ini pelayanan publik terus berupaya
melakukan perubahan dan perbaikan kualitas pelayanannya, salah satunya dengan
mengadopsi konsep e-service tersebut. Penggunaan konsep e-service di sektor publik
bertujuan untuk memberikan pelayanan yang lebih efektif dan efisien. Dari beberapa
pendapat di atas, pelayanan sektor publik atau dalam penelitian ini lebih condong
pada pendapat dari Essen dan Conrick (2008) yang mengembangkan model baru
melalui e-service, yang mencakup tiga elemen inovasi yang telah disebutkan di atas.
Pengembangan melalui inovasi baik konsep, proses, maupun sistem dirancang atau
dapat disesuaikan dengan kondisi pelayanan sektor publik.
Tabel 2. 2 Karakteristik e- Service

Grönroo, Rust, Lemon, Van Riel, Boyer, Hallowell, Heinone, Essen &
Heinone, 2001 Liljander, Roth, 2001 2006 Conrick,
Isoniemi, Jurriëns, 2001 2008
Lindholm, 2000
• Layanan Inti • Situasi tertentu, • Layanan Inti • Peningkatan • Nilai sebagai • Konsep inovasi
• Menawarkan komunikasi • Memfasilitasi pilihan untuk fungsi manfaat • Sistem Layanan
konsep layanan pribadi layanan, pelayanan dan inovasi
melalui Internet, • Real-time • Mendukung • Layanan baru pengorbanan • Proses Layanan
partisipasi penyesuaian layanan dapat • Nilai dimensi: Inovasi
pelanggan dan perusahaan • Pelengkap ditawarkan lebih teknis,
komunikasi persembah layanan secara ekonomis fungsional,
• Kolaboratif • User interface dengan lebih temporer,
pengembangan geografis Spasial
produk mencapai dan
• Peluang untuk berbagai produk
mengembangka
n Pelanggan
Sumber: Ojasalo (2010:30)

38
39

2.5 Pelayanan Laporan Gangguan Kamtibmas


Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga
polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan (dalam pasal 1 ayat 1 Undang-
Undang No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia).
Selanjutnya dalam pasal 4 dijelaskan bahwa tujuan dari Kepolisian Negara Republik
Indonesia adalah untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi
terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum,
terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta
terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Pengertian Kamtibmas dalam pasal 1 ayat 5, Undang-Undang RI No. 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah suatu kondisi dinamis
masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan
nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya
keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang
mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan
masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk
pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan
masyarakat.
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2009
tentang Sistem laporan Gangguan Kamtibmas Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
memiliki ruang lingkup, yaitu; pengumpulan data; pengolahan data; penyajian
informasi; dan penggunaan informasi. Berdasarkan ruang lingkup tersebut,
Kamtibmas digolongkan ke dalam beberapa data gangguan Kamtibmas, yaitu:
a. kejahatan;
b. pelanggatan;
c. gangguan terhadap ketentraman/ ketertiban umum; dan
d. bencana
Pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi
kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,
40

penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat


dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku alat negara yang
dibantu oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Selanjutnya
pada pasal 1 ayat 6, dijelaskan bahwa Keamanan dalam negeri adalah suatu keadaan
yang ditandai dengan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan
tegaknya hukum, serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat.
Untuk menjamin keamanan dan ketertiban masyarakat, instansi kepolisian
memiliki pelayanan pelaporan gangguan kamtibmas yaitu dapat melalui SPKT, pos
polisi terdekat atau polisi patrol, dan juga dapat dilakukan melalui media komunikasi.
Selain itu laporan terkait gangguan kamtibmas di wilayah Kabupaten Jember dapat
dilakukan melalui aplikasi berbasis Android, yaitu Kentongan Online (WAR Polres
Jember).

2.5.1 Layanan Laporan Gangguan Kamtibmas melalui SPKT


Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) dalam pasal 1 ayat 14 Perkap
No. 23 Tahun 2009 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat
Kepolisian Resort Dan Kepolisian Sektor adalah unsur pelaksana tugas pokok di
bidang pelayanan kepolisian pada tingkat Polres yang berada di bawah Kapolres.
Pelayanan laporan gangguan Kamtibmas melalui SPKT dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu;
a) melalui face to face atau datang langsung ke pusat layanan terdekat, baik
Polsek, Polres, Polresta, Polda, maupun Polri;
b) melalui media komunikasi yaitu dilakukan dengan menghubungi nomor polisi
atau call center 110.

2.5.2 Kentongan Online Polres Jember


Dalam panduan umum penggunaan Aplikasi WAR Polres Jember dijelaskan
bahwa Aplikasi WAR Polres Jember (Kentongan Online) adalah sebuah aplikasi
keamanan yang dapat menerima dan merespon dengan cepat setiap dinamika
41

informasi dari masyarakat, baik informasi tentang tindak pidana, kecelakaan lalu
lintas dan bencana alam serta gangguan kamtibmas lainnya yang langsung diterima
oleh seluruh petugas Polri yang tersebar di wilayah hukum Polres Jember untuk
selanjutnya pada kesempatan pertama dituntut untuk mendatangi TKP guna
melakukan tindakan kepolisian. Bedasarkan pengertian cakupan pelayanan melalui
Kentongan Online, yaitu; (a) adanya gangguan Kamtibmas; (b) tindak pidana; dan (c)
gangguan kamtibmas. Kentongan Online Polres Jember merupakan inovasi pelayanan
yang digagas oleh Polres Jember. Kentongan Online berada di dalam aplikasi WAR
(We Are Ready) Polres Jember. Pelayanan utama yang dirancang dalam aplikasi
WAR Polres Jember adalah pelayanan laporan gangguan kamtibmas melalui
Kentongan Online.
2.6 Studi Terdahulu
Implementasi E-Service pada
Inovasi Layanan
Organisasi Publik di Bidang
(Studi Kasus Call Center Pelayanan Publik Berbasis Teknologi
Pelayanan Pendidikan (Studi
Judul SPGDT 119 sebagai Layanan Informasi dan Komunikasi (TIK),
tentang Program Penerimaan
Penelitian Gawat Darurat pada Dinas Elektronik Rukun Tetangga/Rukun
Siswa Baru (PSB) Real Time
Kesehatan Provinisi DKI Warga (E-Rt/Rw)
Online Dinas Pendidikan Kota
Jakarta)
Malang)
Tahun 2014 2015 2013
Penulis Maulana Arief Prawira Ristya Dwi Anggraini Yuliatina Pratiwi
Lembaga Universitas Brawijaya Universitas Brawijaya Universitas Brawijaya
.3 Bagaimana pemanfaatan program e- Bagaimana implementasi e-
RT/RW di Kel. Ketintang Kec. Service pada program PSB
Gayungan kota Surabaya? Real Time Online dan hasil
Bagaimana inovasi dan
Rumusan .4 Apa saja faktor penghambat dan kerja dari implementasi e-
kualitas layanan Call Center
Masalah faktor pendukung dalam Service program PSB Real
SPGDT 119.?
menerapkan program e-RT/RW di Time Online dalam perspektif
Kel. Ketintang Kec. Gayungan kota Good Governance?
Surabaya?

42
Metode
Kualitatif Deskriptif Kualitatif deskriptif Kualitatif deskriptif
Penelitian
Call Center SPGDT 119 Program e-RT/RW bersumber dari Implementasi Program PSB
adalah inovasi proses Walikota Surabaya Faktor pendukung Real Time Online berhasil
pemberian layanan program e-RT/RW di Kelurahan dalam menyelenggarakan
kegawatdaruratan kepada Ketintang, Kecamatan Gayungan, Kota pelayanan publik yang
masyarakat karena Surabaya adalah support penuh dari mengadopsi penggunaan
memberikan cara baru dalam pemerintah dan pihak terkait, adanya teknologi informasi dan
pelayanannya. Layanan ini standar pelayanan baku dan komunikasi dan mewujudkan
Hasil berkualitas baik. Selain itu infrastruktur yang mumpuni. Sedangkan prinsip-prinsip Good
Penelitian layanan ini memiliki faktor penghambatnya yaitu animo Governance terutama dalam
kelebihan dibandingkan masyarakat, kurangnya dukungan pihak aspek tranparansi, efisiensi dan
dengan layanan lainnya, yaitu internal, dan kurangnya maintenance kesederhanaan.
kemudahan akses layanan sarana prasarana.
dengan menelepon secara
langsung ke nomor 119 serta
proses pemberian layanan 24
jam selama 7 hari.
Persamaan a. Jenis penelitian yang sama a. Menggunakan konsep E- a. Menggunakan konsep E-

43
dengan yaitu kualitatif deskriptif Government Government dan e-service
penelitian b. Objek yang diteliti bersifat b. Jenis penelitian yang sama yaitu b. Metodologi penelitian
memediasi dalam kualitatif deskriptif kualitatif deskriptif
penyampaian informasi
a. Tempat penelitian a. Objek penelitian a. Objek penelitian
Perbedaan b. Menggunakan konsep e- b. Tempat penelitian, b. Tempat penelitian
dengan government dan e- c. Fokus penelitiannya c. Fokus penelitian
penelitian service
c. Objek yang diteliti

44
45

2.7 Kerangka Konseptual


Gambar 2. 3 Kerangka Konseptual
1. Tuntutan Reformasi Pelayanan Publik
2. Tantangan Global abad 21

UU No. 2 Tahun 2002, Pasal 13 berbunyi; Tugas pokok Kepolisian Negara


Republik Indonesia adalah; a) memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
b) menegakkan hukum; dan c) memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat.

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No Nomor: 7 Tahun


2009 tentang sistem laporan gangguan keamanan dan ketertiban Masyarakat

Aplikasi WAR Polres Jember Polres Jember

Samsat Pelaksanaan Pendaftaran


Homecare Kentongan Online SIM Online

E-Government

E-service

Inovasi Sektor Publik,


Muluk (2008:44)

Inovasi Inovasi Inovasi Inovasi Inovasi


Kebijakan Proses Metode Sistem Produk

Kemudahan dan kGambar 4. 1 Alur Laporan Kepolisian secara


BAB 3. METODE PENELITIAN

Silalahi (2012:6) menyebutkan bahwa metode ilmiah merupakan sebuah usaha


atau cara yang sahih dan andal untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah. Metode
ilmiah dianggap reliabel dan efisien karena pengetahuan ilmiah yang diperoleh
melalui metode ilmiah tersebut dapat dikoreksi melalui prosedur pengujian secara
terbuka baik oleh diri sendiri peneliti maupun pihak lain yang berkepentingan atas
pengetahuan ilmiah tersebut. Definisi mengenai metode oleh Usman dan Akbar
(2009:41) adalah suatu cara dengan langkah-langkah yang sistematis untuk
mengetahui sesuatu. Menurut buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas
Jember (2016:3) metode penelitian merupakan pendekatan yang dilakukan, konsep-
konsep dasar yang hendak digunakan, populasi dan sampel, metode penentuan
sampel, metode pengambilan data, rumus statistik yang hendak digunakan dalam
menganalisis data. Berdasarkan definisi mengenai metode dan metode penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan cara yang dapat
ditempuh oleh peneliti untuk mencapai tujuan penelitian dengan langkah-langkah
sistematis.
Adapun cara yang dapat ditempuh oleh peneliti dalam penelitian ini diuraikan
ke dalam beberapa bagian, yaitu meliputi;
a. pendekatan penelitian;
b. tempat dan waktu penelitian;
c. situasi sosial;
d. desain penelitian;
e. teknik dan alat pengumpulan data;
f. teknik menguji keabsahan data; dan
g. teknik penyajian dan analisis data.
47

3.1 Pendekatan Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan sifat deskriptif.
Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2007:4), metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut Nawawi (1998:63),
penelitian dengan dengan metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan
keadaan subjek/ objek penelitian (sesorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Penelitian kualitatif yang bersifat dekriptif merupakan penggambaran secara
mendalam tentang situasi atau proses yang diteliti (Idrus, 2009:24). Sesuai definisi
tersebut, penelitian ini dilakukan bukan untuk menguji hipotesis tertentu, akan tetapi
hanya untuk menggambarkan inovasi pelayanan dilihat dari perubahan proses dan
metode layanan, serta menggambarkan faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan layanan Kentongan Online Polres Jember.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat dan waktu penelitian merupakan komponen yang penting dalam sebuah
penelitian. Hal ini karena penelitian yang dilakukan bermula dari adanya suatu
permasalahan yang terjadi di suatu lokasi tertentu dalam kurun waktu tertentu pula.
Oleh karena itu, penentuan tempat dan waktu penelitian haruslah memiliki relevansi
dengan lokasi, waktu pelaksanaan penelitian serta kurun waktu terjadinya masalah
yang menjadi objek dan bahasan penelitian. Penelitian ini dilakukan di Kantor
Kepolisian Resort (Polres) Kabupaten Jember sebagai tempat penelitian dengan
pertimbangan sebagai berikut ini.
a. Belum ada penelitian di Markas Kepolisian Resort (Mapolres) Kabupaten Jember
terkait dengan inovasi pelayanan (e-service) Kentongan Online yang berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi.
48

b. Polres Jember merupakan instansi kepolisian pertama yang menggagas


pelayanan Kentongan Online di Indonesia.
Waktu penelitian ini dilakukan peneliti pada 18 Januari-18 Maret 2017. Rentang
waktu yang diteliti oleh peneliti adalah dari sejak diberlakukannya Aplikasi WAR
Polres Jember pada tahun 2016 sampai penelitian dilakukan.

3.3 Situasi Sosial


Penelitian kualitataif menggunakan istilah situasi sosial. Dalam buku pedoman
penulisan karya tulis ilmiah Universitas Jember (2016:52) disebutkan bahwa pada
bagian ini terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas
(activity) yang berinteraksi secara sinergis. Menurut Sugiyono (2009:390), penelitian
kualitatif tidak menggunakan populasi karena penelitian kualitatif berangkat dari
kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan
diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang
memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari.
Berdasarkan penjelasan di atas, elemen situasai sosial yang berinteraksi secara
sinergis sebagai berikut.
1) Tempat (Place): di wilayah hukum kabupaten, khusunya di Kantor Kepolisian
Resort Jember.
2) Pelaku (Actor): Penggagas Inovasi, Kapolres/ Wakapolres Jember, Kasat Sabhara
Polres Jember, Kepala KSPT Polres Jember, Operator command center WAR
Polres Jember, Anggota Polres Jember yang bertugas dibidang teknologi
informasi, Anggota Polres Jember yang bertugas di lapangan, dan juga
masyarakat yang menggunakan aplikasi Kentongan Online WAR Polres Jember.
3) Aktivitas; layanan Kentongan Online pada Aplikasi WAR Polres Jember.
49

3.4 Desain Penelitian


Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (2016:52), peneliti dalam penelitian
kualitatif berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber
data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan
data dan membuat kesimpulan. Peneliti dalam penelitian kualitatif sebagai instrumen
penelitian artinya peneliti sebagai pelaku utama penelitian. Moloeng (2012:168)
menjelaskan bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif sebagai perencana,
pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data dan pelapor penelitian.
Berdasarkan dua pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peneliti dalam
penelitian kualitatif sebagai instrumen penelitian.

3.4.1 Fokus Penelitian


Fokus penelitian bertujuan untuk membatasi peneliti sehingga terhindar dan
tidak terjebak dalam pengumpulan data pada bidang yang sangat umum dan luas atau
kurang relevan dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian. Fokus penelitian ini
sangat penting dijadikan sarana untuk memandu dan mengarahkan jalannya
penelitian, berpedoman kepada fokus penelitian, maka peneliti membatasi bidang-
bidang temuan dengan arahan fokus penelitian, sehingga peneliti mengetahui dengan
pasti data mana yang perlu dimasukkan kedalam sejumlah data yang sedang
dikumpulkan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka fokus yang membatasi penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1) Inovasi layanan yakni mendeskripsikan inovasi dari segi perubahan proses dan
metode layanan pelaporan gangguan Kamtibmas melalui Kentongan Online

3.4.2 Data dan sumber data


Data memegang peranan penting dalam penelitian. Tanpa adanya data yang
tersedia, sebuah penel itian tidak dapat dilaksanakan. Hal ini karena data yang
lengkap dan valid berfungsi sebagai sumber informasi mengenai teori maupun objek
dan bahasan penelitian yang disajikan, dianalisis dan diuji keabsahannya sehingga
50

mampu menjawab masalah penelitian. Menurut buku Pedoman Penulisan Karya


Ilmiah Universitas Jember (2012:23) data adalah himpunan fakta dan informasi yang
dapat berbentuk angka maupun deskripsi yang berasal dari sumber data. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang menurut Silalahi
(2012:284) data kualitatif adalah data yang dalam bentuk bukan angka. Miles dan
Huberman dalam Silalahi (2012:284) menjelaskan, “Data kualitatif merupakan
sumber dari deskripsi yang luas dan berlandaskan kukuh, serta memuat penjelasan
tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat”.
Menurut Silalahi (2012:289) sumber data primer merupakan objek atau
dokumen original yang diperoleh dari pelaku yang disebut “first hand information”
dan sumber data sekunder dijelaskan sebagai objek atau data yang diperoleh dari
tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian
dilakukan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis
sumber data yang meliputi.
1. Data Primer
Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data yang
diperoleh peneliti secara langsung terkait dengan masalah yang dikaji yaitu tentang
inovasi Layanan We Are Ready (WAR) Polres Jember dari hasil observasi atau
pengamatan lapangan secara langsung, dokumentasi dan wawancara.
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini didapat peneliti dari
hasil studi literatur dan dokumentasi terkait mengenai masalah

3.4.3 Penentuan Informan Penelitian


Istilah informan muncul sebagai pemberi informasi yang terkait mengenai topik
penelitian. Pemilihan informan dalam penelitian kualitatif harus diperhatikan
mengingat informan sebagai pemegang kunci jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
penelitian. Menurut Faisal dalam Sugiyono (2011:221) seorang informan dalam
penelitian harus memiliki ciri-ciri, yaitu:
51

a. mampu memahami masalah penelitian tidak hanya sekedar mengetahui


melainkan lebih secara enkulturasi atau penghayatan;
b. berkecimpung dalam masalah yang sedang diteliti;
c. memiliki waktu yang memadai untuk diwawancarai; dan
d. mampu memberikan informasi secara objektif dan mampu mengendalikan sifat
subjektivitasnya atas masalah yang diteliti.
Menurut buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Jember (2012:24)
seorang informan harus menguasai dan memahami objek penelitian yang mampu
menjelasakan secara jelas dan rinci terkait masalah penelitian. Sesuai dengan jenis
penelitian kualitatif yang diusung peneliti, penelitian ini menggunakan informan yang
ditentukan dengan teknik purposive sampling. Menurut Silalahi (2012:272) purposive
sampling merupakan teknik pengambilan sampel atau informan yang ada dalam
posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan terkait masalah
penelitian. teknik sampling ini digunakan dalam penelitian kualitatif karena tujuan
penentuan sampel atau informan dalam penelitian kualitatif adalah untuk menggali
informasi yang sedalam-dalamnya terkait masalah yang diteliti.
Berdasarkan definisi informan dan melihat situasi sosial di atas, peneliti
menentukan sejumlah informan yang dinilai peneliti memenuhi kriteria atau ciri-ciri
sebagai informan yang dapat dimintai informasi terkait penerapan inovasi Layanan
We Are Ready (WAR) Polres Jember sebagai berikut.
a. Kepala Bagian Humas Polres Jember.
b. Kepala Satuan Sabhara Polres Jember.
c. Kepala Bagian Teknologi Informasi (TI) Polres Jember.
d. Kepala Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (KSPKT) Polres Jember.
e. Operator Pelayanan Command Center WAR Polres Jember.
f. Masyarakat sebagai pengguna aplikasi.
52

3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data


Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Jember (2012:23)
menjelaskan bahwa teknik dan alat pengumpulan data merupakan cara dan instrumen
yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data. Teknik pengumpulan data
dapat berupa observasi, dokumentasi, wawancara, survei, angket atau pengukuran.
Sedangakan alat untuk pengumpulan data dapat berupa alat perekam, alat ukur, draf
wawancara, kuisioner atau alat elektronik. Teknik dan alat pengumpulan digunakan
dalam penelitian untuk menggali data-data relevan yang dibutuhkan dalam penelitian.
Sesuai dengan definisi dan keterangan mengenai teknik pengumpulan tersebut,
peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik penelitian yang akan dijabarkan,
yaitu; (a) observasi, (b) dokumentasi, dan (c) wawancara.

3.5.1 Observasi
Observasi menurut Usman dan Akbar (2009:52) merupakan usaha peneliti
untuk mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.
Penggunaan teknik observasi membutuhkan kecermatan dan daya ingat yang kuat
dalam pengamatan sehingga diperoleh data-data yang relevan. Untuk membantu
teknik observasi ini Usman dan Akbar (2009:54) menyebutkan diperlukannya alat
bantu observasi yaitu daftar riwayat kelakuan, catatan berkala, daftar catatan, alat
elektronik seperti kamera dan alat perekam. Jenis-jenis teknik observasi menurut
Usman dan Akbar (2009:54) terdiri dari tiga yaitu:
a. Partisipasi atau lawannya nonpartisipasi;
b. Sistematis atau lawannya nonsistematis; dan
c. Eksperimental atau lawannya noneksperimental.
Penelitian ini menggunakan teknik observasi non-partisipasi. Pengertian teknik
observasi non-partisipasi menurut Usman dan Akbar (2009:54) merupakan teknik
observasi yang observer tidak terlibat langsung dengan objek yang diteliti. Peneliti
dalam penelitian ini mengamati secara langsung dan membuat kerangka observasi
terlebih dahulu untuk mengamati bagaimana penerapan inovasi layanan pelaporan
53

gangguan kamtibmas melalui Kentongan Online pada aplikasi We Are Ready (WAR)
Polres Jember.

3.5.2 Dokumentasi
Dokumentasi menurut Usman dan Akbar (2009:69) merupakan teknik untuk
memperoleh data yang berasal dari dokumen-dokumen. Data yang diambil
menggunakan teknik dokumetasi biasanya berbentuk data sekunder. Manfaat
penggunaaan dokumen dalam penelitian menurut Moleong (2014:217) adalah untuk
menguji, menafsirkan dan bahkan untuk meramalkan. Guba dan Lincoln dalam
Moleong (2014:217) menyebutkan bahwa dokumen diperlukan dalam penelitian
karena alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan berikut ini:
a. dokumen merupakan sumber data yang stabil, kaya dan mendorong;
b. berguna sebagai suatu bukti untuk penelitian; dan
c. sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatanya yang alamiah, sesuai dengan
konteks, lahir dan berada dalam konteks.
Penelitian ini membutuhkan beberapa dokumen yang relevan dengan masalah
penelitian untuk mendukung data-data yang diperoleh dari teknik penelitian lainnya.
Beberapa dokumen yang relevan dengan masalah penelitian ini diperoleh oleh
peneliti dari Markas Kepolisian Resort Kabupaten Jember, data di playstore yang
terkait dengan aplikasi WAR Polres Jember, peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan masalahah penelitian dan juga buku terkait dengan Kentongan Online
yang diterbitkan oleh penggagas inovasi dalam hal ini mantan Kapolres Jember.

3.5.3 Wawancara
Menurut Silalahi (2012:312) wawancara merupakan suatu metode
pengumpulan data berupa percakapan yang berlangsung secara sistematis dan
terorganisasi yang dilakukan oleh peneliti sebagai pewawancara (interviewer) dengan
seseorang atau sejumlah orang sebagai responden atau yang diwawancarai
(interviewee) untuk mendapatkan sejumlah informasi terkait masalah yang diteliti.
Menurut Usman dan Akbar (2009:55) manfaat penggunaan wawancara dalam sebuah
54

penelitian adalah untuk mendapatkan data primer atau data dari tangan pertama yang
paham mengenai masalah yang diteliti, data yang diperoleh dari wawancara berupa
penjelasan mendalam terkait masalah yang diteliti sekaligus sebagai pelengkap teknik
pengumpulan data lainnya serta untuk menguji data yang diperoleh dari teknik
pengumpulan data lainnya. Pelaksanaan wawancara membutuhkan alat bantu untuk
menunjang proses dan hasil data yang diperoleh dari wawancara seperti draf
wawancara, buku catatan, alat perekam dan kamera untk mendokumentasikan proses
dan hasil wawancara.
Pada penelitian ini penulis melakukan wawancara secara mendalam dan tidak
terstruktur kepada subjek penelitian dengan pedoman yang telah di buat. Untuk
menghindari kehilangan informasi, maka peneliti meminta ijin kepada informan
untuk menggunakan alat perekam. Sebelum dilangsungkan wawancara mendalam,
peneliti menjelaskan atau memberikan sekilas gambaran dan latar belakang secara
ringkas dan jelas mengenai topik penelitian.

3.6 Teknik Menguji Keabsahan Data


Menguji keabsahan data merupakah langkah yang tidak bisa dipisahkan dari
penelitian kualitatif. Hal ini karena kebasahan data merupakan alat untuk
membuktikan keilmiahan suatu penelitian kualitatif. Seperti yang dikemukakan
Moleong (2014:320) bahwa pemeriksaan terhadap keabsahan data menjadi bukti
bahwa penelitian kualitatif tersebut ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan dari
segala segi. Berbagai teknik pemeriksaaan keabsahan data yang harus peneliti pelajari
untuk membuktikan dan mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya terdiri dari
beberapa teknik pemriksaan keabsahan data berikut ini.

Tabel 3. 1 Tabel teknik pemeriksaan keabsahan data


Kriteria Teknik Pemeriksaan
Kredibilitas (derajat kepercayaan) 1. Perpanjangan keikut-sertaan
2. Ketekunan pengamatan
3. Triangulasi
55

4. Pengecekan sejawat
5. Kecukupan referensial
6. Kajian kasus negatif
7. Pengecekan anggota
Kepastian 8. Uraian rinci
Kebergantungan 9. Audit kebergantungan
Kepastian 10. Audit kepastian
Sumber: Moleong (2014:327)
Berdasarkan teknik-teknik pemeriksaan keabsahan data di atas, penelitian ini
menggunakan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data sebagai berikut.

3.6.1 Ketekunan pengamatan


Seorang peneliti dituntut untuk tekun dalam pengumpulan dan analisis data
sehingga peneliti dapat menjelaskan secara rinci terkait data yang diperoleh sekaligus
hasil analisisnya. Oleh karena itu seorang peneliti menurut Moleong (2014:330)
seharusnya mengadakan pengamatan secara teliti, rinci, dan berkesinambungan
terhadap faktor-faktor yang menonjol yang kemudian dianalisis secara rinci sehingga
hasilnya dapat dipahami.
Peneliti melakukan pengamatan terkait pelayanan gangguan Kamtibmas Polres
Jember, baik di dalam Markas Polres Jember maupun yang ada di luar Polres Jember.
Pengamatan di luar Mapolres Jember dilakukan tidak terjadwal. Pengamatan
dilakukan setiap waktu dan spontanitas, seperti halnya ketika melewati pos-pos polisi
dan hal-hal lain yang terkait masalah yang sedang diteliti.

3.6.2 Pengecekan Sejawat melalui Diskusi


Pengecekan sejawat menurut Moleong (2007:332) merupakan teknik yang
dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh
dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Teknik ini mengandung beberapa
maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data. Pertama, untuk
membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran. Kedua,
diskusi dengan sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk
56

menjajaki dan menguji hipotesis kerja yang muncul dari pemikiran peneliti. Peneliti
memberikan kesempatan kepada salah satu teman yang peneliti anggap mampu untuk
mengoreksi isi dari proposal ini dan melakukan diskusi mengenai titik kekurangan
dari isi proposal tersebut. Selanjutnya diskusi dilakukan dengan dosen pembimbing
untuk dilakukan koreksi terhadap isi dari skripsi ini.

3.6.3 Triangulasi
Triangulasi menurut Moleong (2014:332) teknik pengujian keabsahan data
yang diperoleh dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Denzin dalam Moleong
(2012:330) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaaan yang
memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Triangulasi
berfungsi untuk menyamakan berbagai pandangan terhadap data yang diperoleh
melalui cara seperti yang dikemukakan Moleong (2014:332) berikut ini;
a. mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan;
b. mengecek dengan berbagai sumber data; dan
c. memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat
dilakukan.
Dari ke empat macam triangulasi diatas peneliti menggunakan triagulasi
sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mencari
kebenaran yang diungkapkan oleh informan satu dengan informan yang lain. Peneliti
melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan yang sama pada setiap
informan. Sedangkan triangulasi metode dilakukan dengan cara mencocokan antar
pengumpulan data yang di dapat dari wawancara dengan data yang di dapat dari
observasi atau dokumentasi.

3.7 Teknik Penyajian dan Analisis Data


Data-data yang diperlukan telah diperoleh dari proses pengumpulan data
selanjutnya dianalisis untuk mengetahui esensi dari data tersebut terkait masalah yang
diteliti. Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Jember (2012:23)
menjelaskan teknik penyajian dan analisis data sebagai metode atau cara mengkaji
57

dan mengolah data awal atau data mentah menjadi informasi dan uraian tentang cara
analisisnya. Teknik penyajian (display) menurut Usman dan Akbar (2009:85) data
merupakan kegiatan penyajian data dalam bentuk matriks, network, chart atau grafik
dan sebagainya dalam usaha untuk memberikan sajian singkat dan menarik terkait
data namun tetap dapat memberikan gambaran keseluruhan data tersebut. Secara
umum teknik analisis data dapat dibedakan menjadi dua yaitu analisis data kuantitatif
dan analisis data kualitatif. Penggolongan teknis analisis data ini dilakukan
berdasarkan data yang menjadi bahan analisis dalam penelitian.
Memperhatikan definisi mengenai teknis analisi data diatas, penelitian ini
menggunakan analisi data kualitatif sesuai dengan jenis data yang digunakan yaitu
data kualitatif. Menurut Miles dan Huberman dalam Silalahi (2012:339) kegiatan
analisis data kualitatif terdiri dari tiga kegiatan yang membentuk siklus dan
dilaksanaan secara bersamaan, tiga alur tersebut terdiri dari reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Proses siklus analisis data kualitatif ini
berlangsung dari sebelum pengumpulan data, selama pengumpulan data hingga
sesudah pengumpulan dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan yang
mendalam terkait masalah yang diteliti.

Gambar 3. 1 Komponen analisis data kualitatif

Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Data Penarikan Kesimpulan/


Verifikasi
Sumber: Miles dan Huberman dalam Silalahi (2012:340)

3.7.1 Reduksi Data


Reduksi data merupakan salah satu kegiatan dalam siklus analisis data kualitatif
yang dilakukan secara terus menerus dari proses pengumpulan data hingga setelah
58

selasai pengumpulan data atau sampai laporan akhir penelitian telanh tersusun
lengkap. Menurut Silalahi (2012:340) reduksi data adalah bentuk analisis data dengan
cara menyederhanakan, mengabstraksikan, menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian
rupa untuk mendapatkan kesimpulan-kesimpulan atas data yang direduksi tersebut.
Reduksi data yang dilakukan peneliti adalah memusatkan perhatian pada
sesuatu yang berhubungan dengan topik yang diteliti. Dari perolehan data observasi,
dokumentasi dan wawancara, peneliti memilih dan memilah hal-hal yang terkait
dengan masalah penelitian yaitu terkait inovasi layanan Kentongan Online Polres
Jember.

3.7.2 Penyajian Data


Penyajian data menurut Silalahi (2012:340) merupakan kegiatan dalam proses
analisi data yang ditempuh untuk memahami data-data yang disajikan sehingga
peneliti dapat mengambil tidakan atau melakukan penarikan kesimpulan atas data
yang disajikan tersebut. Penyajian data kualitatif dapat dilakukan dengan
menggunakan teks naratif, matriks, grafik, jaringan, bagan. Penyajian data tersebut
dilakukan untuk mempermudah peneliti untuk memahami esensi atau abstraksi dari
data yang diperoleh sehinggga peneliti dapat melakukan tindakan atau melakukan
penarikan kesimpulan atas data yang disajikan tersebut. Penyajian data yang
dilakukan oleh peneliti adalah menggunakan teks naratif yang bertujuan untuk
memudahkan peneliti dalam mendiskripsikan masalah penelitian.

3.7.3 Penarikan Kesimpulan


Tahapan akhir dari proses analisis data adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Menurut Silalahi (2012:341) pada asaat peneliti melakukan proses
pengumpulan data, peneliti tersebut mulai mencari arti benda-benda, mencatat
keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab
akibatdan proporsi untuk menarik kesimpulan awal yang mula-mula tidak begitu jelas
atau terperinci namun kemudian terus kian mengikat menjadi lebih terperinci.
59

Kejelasan kesimpulan penelitian yang diambil oleh peneliti sangat tergantung pada
kecakapan peneliti dalam mengumpulkan catatan-catatan lapangan, pengkodean
data, pencarian data ulang untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan. Hasil
kesimpulan ini menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan asumsi awal yang
dibangun peneliti terkait masalah yang ditelitinya.
Verifikasi atas kesimpulan-kesimpulan yang diambil peneliti dilakukan selama
penelitian berlangsung. Menurut Silalahi (2012:341) verifikasi merupakan proses
pengujian kebenaran, kekukuhan dan kecocokan makna-makna yang muncul dari
data sehingga terbukti validitas data tersebut.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Jember


4.1.1 Sejarah Kabupaten Jember
Kabupaten Jember dibentuk berdasarkan Staatsblad Nomor 322 tanggal 9
Agustus 1928 dan sebagai dasar hukum mulai berlaku tanggal 1 Januari 1929.
Pemerintah Hindia Belanda telah mengeluarkan ketentuan tentang penataan kembali
pemerintah desentralisasi di wilayah Provinsi Jawa Timur, antara lain dengan
menunjuk Regenschap Djember sebagai masyarakat kesatuan hukum yang berdiri
sendiri. Secara resmi ketentuan tersebut diterbitkan oleh Sekretaris Umum
Pemerintah Hindia Belanda (De Aglemeene Secretaris) G.R. Erdbrink, 21 Agustus
1928.
Pemerintah Regenschap Jember yang semula terbagi dalam tujuh Wilayah
Distrik, pada tanggal 1 Januari 1929 sejak berlakunya Staatsblad No. 46/1941 tanggal
1 Maret 1941 Wilayah Distrik dipecah menjadi 25 Onderdistrik, yaitu:
1) Distrik Jember, meliputi onderdistrik Jember, Wirolegi, dan Arjasa.
2) Distrik Kalisat, meliputi onderdistrik Kalisat, Ledokombo, Sumberjambe, dan
Sukowono.
3) Distrik Rambipuji, meliputi onderdistrik Rambipuji, Panti, Mangli, dan
Jenggawah.
4) Distrik Mayang, meliputi onderdistrik Mayang, Silo, Mumbulsari, dan
Tempurejo.
5) Distrik Tanggul meliputi onderdistrik Tanggul, Sumberbaru, dan Bangsalsari.
6) Distrik Puger, meliputi onderdistrik Puger, Kencong Gumukmas, dan Umbulsari.
7) Distrik Wuluhan, meliputi onderdistrik Wuluhan, Ambulu, dan Balung.
Berdasarkan Undang Undang No. 12/1950 tentang Pemerintah Daerah
Kabupaten di Jawa Timur, ditetapkan pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam
61

lingkungan Provinsi Jawa Timur (dengan Perda), antara lain Daerah Kabupaten
Jember ditetapkan menjadi Kabupaten Jember.
Dengan dasar Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1976 tanggal 19 April
1976, dibentuklah Wilayah Kota Jember dengan penataan wilayah-wilayah baru
sebagai berikut.
a) Kacamatan Jember dihapus, dan dibentuk tiga kecamatan baru, masing-masing
Sumbersari, Patrang dan Kaliwates.
b) Kecamatan Wirolegi menjadi Kecamatan Pakusari dan Kecamatan Mangli
menjadi Kecamatan Sukorambi.
Bersamaan dengan pembentukan Kota Administratif Jember, wilayah
Kewedanan Jember bergeser pula dari Jember ke Arjasa dengan wilayah kerja
meliputi Arjasa, Pakusari, dan Sukowono yang sebelumnya masuk Distrik Kalisat.
Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, pada perkembangan berikutnya,
secara administratif Kabupaten Jember saat itu terbagi menjadi tujuh Wilayah
Pembantu Bupati, satu wilayah Kota Administratif, dan 31 Kecamatan.
Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah sejak 1 Januari 2001 sebagai
tuntutan No 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Kabupaten Jember
telah melakukan penataan kelembagaan dan struktur organisasi, termasuk
penghapusan lembaga Pembantu Bupati yang kini menjadi Kantor Koordinasi Camat.
Selanjutnya, dalam menjalankan roda pemerintah di era Otonomi Daerah ini
Pemerintah Kabupaten Jember dibantu empat Kantor Koordinasi Camat, yakni;
1. Kantor Koordinasi Camat Jember Barat di Tanggul;
2. Kantor Koordinasi Camat Jember Selatan di Balung;
3. Kantor Koordinasi Camat Jember Tengah di Rambipuji;
4. Kantor Koordinasi Camat Jember Timur di Kalisat.

4.1.2 Kondisi Geografis dan Tipografi


Secara geografis Kabupaten Jember berada pada posisi 7059’6” sampai
8033’56” Lintang Selatan dan 113016’28” sampai 114003’42” Bujur Timur. Wilayah
62

Kabupaten Jember mencakup area seluas 3.293,34 Km2, dengan karakter topografi
dataran ngarai yang subur pada bagian tengah dan selatan dan dikelilingi pegunungan
yang memanjang batas barat dan timur. Selain itu, di Kabupaten Jember terdapat
sekitar 82 pulau, dan pulau yang terbesar adalah Nusa Barong. Kabupaten Jember
berada pada ketinggian 0–3.300 meter di atas permukaan laut (dpl). Sebagian besar
wilayah ini berada pada ketinggian antara 100 hingga 500 meter di atas permukaan
laut (37,75%), selebihnya 17,95 % pada ketinggian 0 sampai dengan 25 m, 20,70%
pada ketinggian 25 sampai dengan 100 m, 15,80% berada pada ketinggian 500
sampai dengan 1.000 m di atas permukaan laut dan 7,80% pada ketinggian lebih dari
1.000 m. Wilayah barat daya memiliki dataran dengan ketinggian 0–25 meter dpl.
Sedangkan daerah timur laut yang berbatasan dengan Bondowoso dan tenggara yang
berbatasan dengan Banyuwangi memiliki ketinggian di atas 1.000 meter dpl.

Gambar 4. 2 Peta wilayah Kabupaten Jember

Sumber: www.jemberkab.go.id
63

Dilihat dari kondisi topografi yang ditunjukkan dengan kemiringan tanah atau
elevasi, sebagian besar wilayah Kabupaten Jember (36,60%) berada pada wilayah
datar dengan kemiringan lahan 0 – 2%, sehingga daerah ini baik untuk kawasan
permukiman perkotaan dan kegiatan pertanian tanaman semusim. Selanjutnya
wilayah yang bergelombang sampai berbukit dengan kemiringan sangat curam di atas
40% menempati wilayah 31,28%, daerah tersebut harus dihutankan sehingga dapat
berfungsi sebagai perlindungan hidrologi untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
Selebihnya wilayah landai sampai bergelombang, dengan kemiringan antara 2 – 15%
menempati wilayah 20,46%, yang digunakan untuk usaha pertanian dengan tanpa
memperhatikan usaha pengawetan tanah dan air.
Sedangkan daerah bergelombang dengan kemiringan 15 – 40% menempati
wilayah 11,66%, daerah tersebut mudah terkena erosi, maka diperlukan usaha
pengawetan tanah dan air.Penggunaan lahan di Kabupaten Jember sebagian besar
merupakan kawasan hijau, terdiri hutan, sawah, tegal dan perkebunan

4.2 Deskripsi Lokasi Penelitian


4.2.1 Gambaran Umum Polres Jember
Kepolisian Resort (Polres) Jember adalah pelaksana tugas dan wewenang polri
yang berperan sebagai pemelihara keamanan, ketertiban masyarakat serta penegakan
hukum untuk memberi perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
di wilayah hukum Polres Jember. Kabupaten Jember memiliki 31 Kecamatan yang
masing-masing memiliki instansi kepolisian sektor (polsek) berada di bawah struktur
dari Polres Jember.
Nama Instansi : Kepolisian Resort (Polres) Kabupaten Jember
Alamat : Jalan Kartini No.17, Kepatihan, Kabupaten Jember,
Kode Pos 68131, No. Tlp. (0331) 487012
64

4.2.2 Visi dan Misi Polres Jember


Setiap organisasi dalam menjalankan tugas dan untuk mencapai tujuannya
didasari oleh visi dan misi yang telah ditetapkan. Begitupun dengan institusi
Kepolisian Resort (Polres) Kabupaten Jember yang mengacu pada visi dan misi.
Adapun visi dan misi Polres Jember sebagai berikut:
a. Visi
Terwujudnya Polri jajaran Polres Jember yang professional, bermoral, modern
dan dapat dipercaya masyarakat
b. Misi
1. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secar responsive dan
tidak diskriminatif.
2. Memberikan bimbingan kepada masyarakat melalui upaya promotif,
prefentif yang dapat meningkatkan kesadaran dan kekuatan serta kepatuhan
hukum masyarakat.
3. Menegakkan hukum secara professional dan proporsional dengan menjujung
tinggi supremasi hukum dan hak azasi manusia menuju kepada adanya
kepastian hukum dan rasa keadilan.
4. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dengan tetap
memperhatikan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam bingkai
integritas wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Meningkatkan upaya konsolidasi ke dalam (internal Polri) sebagai upaya
menyamakan Visi dan Misi Polri kedepan.
6. Memelihara solidaritas institusi Polri dari berbagai pengaruh eksternal yang
sangat merugikan organisasi.
7. Meningkatkan kesadaran hukum dan kesadaran berbangsa dari
masyarakatyang berbhineka tunggal ika.
8. Mengelola secara professional, transparan, akuntabel dan modern seluruh
sumber daya polri guna mendukung operasional tugas Polri.
65

4.2.3 Struktur Organisasi Polres Jember


Struktur organisasi sebagai penentuan bagaimana pekerjaan dibagi, dibagi, dan
dikelompokkan secara formal. Struktur organisasi dapat memperlihatkan bagaimana
rantai komando atau koordinasi dalam suatu organisasi, baik koordinasi secara
vertical maupun horizontal. Adapun struktur organisasi Polres Jember dapat dilihat
dalam gambar 4.3.

Gambar 4. 3 Struktur organisasi Polres Jember

Sumber: Polres Jember


66

4.2.4 Deskripsi Tugas


Berdasarkan struktur organisasi pada gambar 4.2 dapat dijelaskan deskripsi
tugas setiap bagiannya. Adapun deskripsi tugas tersebut berdasarkan pada Peraturan
Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Susunan
Organisasi Dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Resort Dan Kepolisian Sektor,
yaitu:
1. Kepala Kepolisian Resort (Kapolres)
a. Kapolres merupakan pimpinan Polres yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kapolda.
b. Kapolres bertugas;
1) memimpin, membina, mengawasi, dan mengendalikan satuan organisasi
di lingkungan Polres dan unsur pelaksana kewilayahan dalam jajarannya;
dan
2) memberikan saran pertimbangan kepada Kapolda yang terkait dengan
pelaksanaan tugasnya.
2. Wakil Kepala Kepolisian Resport (Wakapolres)
a. Wakapolres merupakan unsur pimpinan Polres yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kapolres.
b. Wakapolres bertugas;
1) membantu Kapolres dalam melaksanakan tugasnya dengan mengawasi,
mengendalikan, mengkoordinir pelaksanaan tugas seluruh satuan
organisasi Polres;
2) dalam batas kewenangannya memimpin Polres dalam hal Kapolres
berhalangan; dan
3) memberikan saran pertimbangan kepada Kapolres dalam hal
pengambilan keputusan berkaitan dengan tugas pokok Polres.
3. Bagian Operasi (Bangops)
a. Bagops merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada di
bawah Kapolres.
67

b. Bagops bertugas merencanakan dan mengendalikan administrasi operasi


kepolisian, pengamanan kegiatan masyarakat dan/atau instansi pemerintah,
menyajikan informasi dan dokumentasi kegiatan Polres serta mengendalikan
pengamanan markas.
4. Bagian Perencanaan (Bagren)
a. Bagren merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada di
bawah Kapolres.
b. Bagren bertugas menyusun Rencana Kerja (Renja), mengendalikan program
dan anggaran, serta menganalisis dan mengevaluasi atas pelaksanaannya,
termasuk merencanakan pengembangan satuan kewilayahan.
5. Bagian Sumber Daya
a. Bagsumda merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada
di bawah Kapolres.
b. Bagsumda bertugas melaksanakan pembinaan administrasi personel, sarana
dan prasarana, pelatihan fungsi, pelayanan kesehatan, bantuan dan penerapan
hukum.
6. Seksi Pengawas (Siwas)
a. Siwas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d merupakan unsur
pengawas dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolres.
b. Siwas bertugas melaksanakan monitoring dan pengawasan umum baik secara
rutin maupun insidentil terhadap pelaksanaan kebijakan pimpinan Polri di
bidang pembinaan dan operasional yang dilakukan oleh semua unit kerja,
mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan pencapaian kinerja serta
memberikan saran tindak terhadap penyimpangan yang ditemukan.
7. Seksi Profesi dan Pengamanan (Sipropam)
a. Sipropam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf e merupakan unsur
pengawas dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolres.
b. Sipropam bertugas melaksanakan pembinaan dan pemeliharaan disiplin,
pengamanan internal, pelayanan pengaduan masyarakat yang diduga
68

dilakukan oleh anggota Polri dan/atau PNS Polri, melaksanakan sidang


disiplin dan/atau kode etik profesi Polri, serta rehabilitasi personel;
8. Seksi Keuangan (Sikeu)
a. Sikeu merupakan unsur pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolres.
b. Sikeu bertugas melaksanakan pelayanan fungsi keuangan yang meliputi
pembiayaan, pengendalian, pembukuan, akuntansi dan verfikasi, serta
pelaporan pertanggungjawaban keuangan.
9. Seksi Umum (Sium)
a. Sium merupakan unsur pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolres.
b. Sium bertugas melaksanakan pelayanan administrasi umum dan ketatausahaan
serta pelayanan markas di lingkungan Polres.
10. Satuan Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT)
a. SPKT merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah
Kapolres.
b. SPKT bertugas memberikan pelayanan kepolisian secara terpadu terhadap
laporan/pengaduan masyarakat, memberikan bantuan dan pertolongan, serta
memberikan pelayanan informasi.
11. Satuan Intelejen Keamanan (Satintelkam)
a. Satintelkam merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah
Kapolres.
b. Satintelkam bertugas menyelenggarakan dan membina fungsi Intelijen bidang
keamanan, pelayanan yang berkaitan dengan ijin keramaian umum dan
penerbitan SKCK, menerima pemberitahuan kegiatan masyarakat atau
kegiatan politik, serta membuat rekomendasi atas permohonan izin pemegang
senjata api dan penggunaan bahan peledak.
12. Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim)
a. Satreskrim merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah
Kapolres.
69

b. Satreskrim bertugas melaksanakan penyelidikan, penyidikan, dan pengawasan


penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi dan laboratorium
forensik lapangan serta pembinaan, koordinasi dan pengawasan PPNS.
13. Satuan Reserse Narkoba (Satresnarkoba)
a. Satresnarkoba merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah
Kapolres.
b. Satresnarkoba bertugas melaksanakan pembinaan fungsi penyelidikan,
penyidikan, pengawasan penyidikan tindak pidana penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkoba berikut prekursornya, serta pembinaan dan
penyuluhan dalam rangka pencegahan dan rehabilitasi korban penyalahgunaan
Narkoba.
14. Satuan Pembinaan Masyarakat (Binmas)
a. Satbinmas merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah
Kapolres.
b. Satbinmas bertugas melaksanakan pembinaan masyarakat yang meliputi
kegiatan penyuluhan masyarakat, pemberdayaan Perpolisian Masyarakat
(Polmas), melaksanakan koordinasi, pengawasan dan pembinaan terhadap
bentuk-bentuk pengamanan swakarsa (pam swakarsa), Kepolisian Khusus
(Polsus), serta kegiatan kerja sama dengan organisasi, lembaga, instansi,
dan/atau tokoh masyarakat guna peningkatan kesadaran dan ketaatan
masyarakat terhadap hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan
serta terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat.
15. Satuan Samapta Bhayangkara (Satshabara)
a. Satsabhara merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah
Kapolres.
b. Satsabhara bertugas melaksanakan Turjawali dan pengamanan kegiatan
masyarakat dan instansi pemerintah, objek vital, TPTKP, penanganan
Tipiring, dan pengendalian massa dalam rangka pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat serta pengamanan markas.
70

16. Satuan Lalu Lintas (Satlantas)


a. Satlantas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf g merupakan unsur
pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolres.
b. Satlantas bertugas melaksanakan Turjawali lalu lintas, pendidikan masyarakat
lalu lintas (Dikmaslantas), pelayanan registrasi dan identifikasi kendaraan
bermotor dan pengemudi, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan
hukum di bidang lalu lintas.
17. Satuan Pengamanan Objek Vital (Pamobvit)
a. Satpamobvit merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah
Kapolres.
b. Satpamobvit bertugas melaksanakan kegiatan pengamanan objek vital
(Pamobvit) yang meliputi proyek/instalasi vital, objek wisata, kawasan
tertentu, dan VIP yang memerlukan pengamanan kepolisian.
18. Satuan Polisi Perairan (Satpoait)
a. Satpolair merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah
Kapolres.
b. Satpolair bertugas melaksanakan fungsi kepolisian perairan, yang meliputi
patroli perairan, penegakan hukum di perairan, pembinaan masyarakat pantai
dan perairan lainnya, serta SAR.
19. Satuan Tahanan dan Barang Bukti (Sattahti)
a. Sattahti merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah
Kapolres.
b. Sattahti bertugas menyelenggarakan perawatan tahanan meliputi pelayanan
kesehatan tahanan, pembinaan tahanan serta menerima, menyimpan, dan
mengamankan barang bukti beserta administrasinya di lingkungan Polres,
melaporkan jumlah dan kondisi tahanan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
20. Seksi Teknologi Informasi Kepolisian (Sitipol)
a. Sitipol merupakan unsur pendukung yang berada di bawah Kapolres.
71

b. Sitipol bertugas menyelenggarakan pelayanan teknologi komunikasi dan


informasi, meliputi kegiatan komunikasi kepolisian, pengumpulan dan
pengolahan serta penyajian data, termasuk informasi kriminal dan pelayanan
multimedia.
21. Kepolisian Sektor (Polsek)
a. Polsek merupakan unsur pelaksana tugas kewilayahan yang berada di bawah
Kapolres.
b. Polsek berkedudukan di wilayah kecamatan sesuai dengan daerah hukum
masing-masing.
c. Polsek bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, pemberian
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta tugas-
tugas Polri lain dalam daerah hukumnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
72

4.3 Gambaran Inovasi Pelayanan Kamtibmas Polres Jember


Pelayanan publik menjadi salah satu aspek penting dalam pemerintahan, karena
pemerintah atau Negara memiliki kewajiban untuk memenuhi hak dan kebutuhan
dasar dari penduduk dan warga Negara dalam kerangka pelayanan publik yang
merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar 1945. Hal tersebut dipertegas dalam
bagian penjelasan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
bahwa Negara memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan setiap warga Negara
melalui sesuatu sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya penyelenggaraan
pelayanan publik yang prima, dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil
setiap warga negara atas barang publik, jasa publik, dan pelayanan admisitratif.
Selain terpenuhinya kebutuhan dasar setiap warga Negara, kepuasan masyarakat
terhadap pelayanan publik harus tercipta, karena hal ini menjadi salah satu indikator
keberhasilan terselenggaranya pelayanan publik. Dengan demikian untuk
terpenuhinya kebutuhan dasar dan terciptanya kepuasan masyarakat diperlukan upaya
peningkatan kualitas pelayanan publik secara berkelanjutan.
Penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia saat ini sedang dalam proses
transformasi dari tradisional ke modern. Hal ini dilakukan guna meningkatkan
kepuasan dan kepercayaan publik pada pemerintah. Peningkatan kualitas pelayanan
publik tersebut harus diikuti dengan perubahan pola pikir tentang peran aparat
birokrasi sebagai aktor yang harus dilayani menjadi aparat birokrasi yang
meposisikan dirinya sebagai aktor pelayan masyarakat. Adanya perubahan pola pikir
tersebut akan membangun birokrasi yang sehat dan sesuai dengan tuntutan publik.
Selain itu diperlukan sebuah kepekaan dari instansi penyelanggara pelayanan publik
dalam menyikapi kondisi perkembangan zaman dan kondisi lingkungannya. Sikap
tersebut harus dimiliki oleh semua lembaga pemerintahan, termasuk institusi
Kepolisian Republik Indonesia, karena kebutuhan akan rasa aman menjadi salah satu
kebutuhan publik yang harus terpenuhi setiap saat.
“Tanggap dan cepat merespon perubahan di lingkungan sekitar,
seyogyanya mendarahdaging di tubuh polri. Menjadi professional,
73

modern, dan terpercaya, merupakan bentuk yang tak bisa diganggu gugat
di zaman menggila informasi dan terknologi. Apalah arti polisi jika
bekerja sendiri? Apalah daya prajurit Bhayangkara, jika tak menuai
dukungan dari masyarakat? polisi bukan dewa, sinergitas dan sistem
Harkamtibmas, tentu tidak boleh ditinggalkan.” (Sabillul, 2016:8)

Keberhasilan sebuah organisasi tidak lepas dari peran seorang pemimpinnya,


termasuk dalam berinovasi. Dalam upaya memperbaiki birokrasi dibutuhkan seorang
pemimpin yang memiliki semangat dan dedikasi yang tinggi, seperti halnya institusi
Polres Jember di masa Kepemimpinan AKBP. H. M. Sabilul Alif., S.H., S.I.K., M.Si,
banyak membuat perubahan dalam meningkatkan kinerja Polres Jember. Gebarakan-
gebrakan yang dilakukan mampu menarik perhatian dan mampu mendapat apresiasi
dari berbagai pihak, termasuk Kemeterian Pendayagunaan Aparatur Negara
(Kemenpan RB), Kapolda Jawa Timur, dan juga Kapolri.
Sesuai dengan Surat Telegram dari markas besar kepolisian Republik Indonesia
Nomor: ST/2226/X/2014/RO.SDM TGL 31-10-2014, tentang mutasi jabatan Kapolres
se-Indonesia, menyatakan bahwa AKBP. H. M. Sabilul Alif., S.H., S.I.K., M.Si, pada
saat itu menjabat sebagai Kapolres Bondowoso dipindah tugaskan ke Polres Jember
dengan jabatan sebagai Kapolres menggantikan AKBP. Awang Joko Rumitro.
Berpindah tugas dari daerah satu ke daerah lain tentu menjadi sebuah tantangan baru,
seperti yang disampaikan oleh AKBP. H. M. Sabilul Alif., S.H., S.I.K., M.Si
(2016:3), sebagai berikut.
“Hijarah tentu melahirkan dilema baru. Meski tempat yang dituju lebih baik,
akan tetapi meninggalkan tempat lama, tentu bukan perkara mudah.
Kenangan, pengalaman, sahabat, dan orang yang sudah seperti keluarga
sendiri, tentu memberikan magnet besar seolah tak ingin ditinggalkan.
Hijrakh ke tempat baru telah menjadi suratan dari Lembaga Bhayangkara
yang harus saya terima dan laksanakan.”

Lebih lanjut AKBP. H. M. Sabilul Alif., S.H., S.I.K., M.Si (2016:4)


menyatakan, bahwa;
“tak dipungkiri, tantangan di Jember, tentu lebih kompleks dibandingkan
Bondowoso, populasi dan mobilitas masyarakat Jember yang tinggi, berikut
74

segala dinamika yang ada, menjadikan pemicu motivasi bagi saya untuk
meledakkan bukti karya nyata menjalankan tugas dari negara.”

Dari pernyataan Bapak Sabillul Alif di atas dapat digarisbawahi bahwa di setiap
daerah memiliki potensi yang berbeda yang dapat dikembangkan dan mampu memicu
untuk melakukan sebuah perubahan. Berdasarkan kajian di lapangan, terdapat inovasi
oleh AKBP. H. M. Sabilul Alif., S.H., S.I.K., M.Si Kepala Kepolisian Resort (Polres)
Jember Tahun 2014. Inovasi yang dilakukan oleh Polres Jember bukan serta merta
sebuah perubahan tanpa dasar. Mengingat Kapolri Jendral Tito Karnavian memiliki
program “Promoter” yaitu Profesional, Modern, dan Terpecaya. Program promoter
di terapkan di seluruh institusi Polri dari pusat sampai daerah. Inovasi yang dilakukan
merupakan bentuk tindak lanjut dari Polres Jember terhadap program Kapolri
tersebut.
“Inovasi ini terkait program Polri yaitu Promoter. Promoter kan polisi
professional, modern dan terpercaya. Kapolri menekankan seluruh personil
polri menerapkan semboyan tersebut. Program unggulan polri salah satunya
memanfaatkan teknologi. dari semangat itulah yang menjadi salah satu
pemicu bagi jajaran polri khususnya polres jember untuk terus melakukan
pembanahan diri atau perubahan melalui ide dan gagasan baru. Kebetulan
pada saat itu, di masa kepemimpinan pak sabilul, beliau memiliki banyak
terobosan yang diterapkan di polres jember, hingga banyak mendapat
apresiasi dari kapolri dan instansi lain.” (wawancara dengan Kompol Edo
Satya Kentriko S.H., S.I.K., M.H. selaku wakapolres, 01/03/2017)

Demi menuju Polri yang Profesional, Modern, dan Terpercaya, dijabarkan


dalam sebelas program prioritas, yaitu sebagai berikut.
1. Pemantapan reformasi internal Polri.
2. Peningkatan pelayanan publik yang lebih mudah bagi masyarakat dan berbasis
TI.
3. Penanganan kelompok radikal prokekerasan dan intoleransi yang lebih optimal.
4. Peningkatan profesionalisme Polri menuju keunggulan.
5. Peningkatan kesejahteraan anggota Polri.
75

6. Tata kelembagaan, pemenuhan proporsionalitas anggaran dan kebutuhan Min


Sarpras.
7. Bangun kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap Kamtibmas.
8. Penguatan Harkamtibmas (Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat).
9. Penegakan hukum yang lebih profesional dan berkeadilan.
10. Penguatan pengawasan.
11. Quick Wins Polri.
Salah satu tugas pokok Polri dalam pasal 13, UU Nomor 2 Tahun 2002 Tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat. Kebutuhan rasa aman merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus
terpenuhi dalam kehidupan manusia baik tataran individu ataupu kehidupan sosial.
Menjaga keamanan dan ketertiban di dalam masyarakat menjadi tugas seluruh lapisan
masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat tentu tidak dipungkiri terjadi sebuah
gesekan antar masyarakat, karena kepentingan yang berbeda, bahkan sampai terjadi
kontak fisik. Sehingga dalam kehidupan masyarakat diperlukan adanya kerjasama
antara pihak keamanan dan masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi
terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat.
Penguatan Harkamtibmas menjadi perhatian Polres Jember dalam upaya
membangun citra positif institusi Polri bagi Masyarakat. Demi terciptanya citra
tersebut, Polres Jember melakukan inovasi Kamtibmas dengan mengangkat kearifan
lokal Masyarakat Jember yaitu Suwar Suwir. Jember Suwar Suwir (Jember suasana
warga yang aman, religius, bersahabat, berwawasan intelektual dan kreatif)
merupakan program Polres Jember yang diciptakan dengan sentuhan kearifan lokal
Masyarakat Jember. Inovasi yang dibuat dengan menyesuaikan dengan potensi
daerah menjadi harapan bagi instansi atau lembaga pemerintah untuk semakin dekat
dengan masyarakat. Polres Jember melakukan hal tersebut tidak lain untuk
membangun persahabatan Polisi dengan Masyarakat yang mendorong produktivitas
semangat pembaharuan, berkesinambungan, dan berdaya guna. Selain itu dengan
76

semakin dekatnya penyelenggara pelayanan publik, dapat meningkatkan partisipasi


masyarakat. Dalam hal ini Polres Jember menginginkan adanya kerjasama untuk
saling bahu membahu antara Polres Jember dengan masyarakat untuk menciptakan
kondisi Kabupaten Jember yang aman, tertib, dan kondusif.
Kegiatan dalam Program Suwar Suwir tersebut dikemas dengan semangat
Nawa Karya Tama atau 9 (Sembilan) program unggulan/prioritas, sebagai berikut.
a) Prol Tape : Polisi Patroli Tiap Pagi dan Sore
b) Pos Khidmad : Polisi Ceramah Kamtibmas Selesai Sholat Jumat
c) Pos Wedang Cor : Pos Warga Cangkrukan dan Koordinasi
d) Pos Sagita : Polisi Setiap Saat Sinergi & Kemitraan Masyarakat
e) Pos Jagung : Polisi Peduli Pekerja dan Pengangguran
f) Pos Perwira : Polisi Peduli Pariwisata dan Dunia Kreatif
g) Pos Purna : Polisi peduli Perempuan dan Anak
h) Jempol : Jember Police Online
Kesembilan program unggulan di atas dilakukan guna menyentuh seluruh lapisan
masyarakat. Program-program tersebut merupakan bentuk tindakan prefentif polri
yang menuntut para atasan maupun bawahan di institusi Polres Jember untuk turun
langsung ke masyarakat. Hal ini selain bertujuan untuk meminimalisir terjadinya
gangguan Kamtibmas juga untuk menjalin komunikasi yang baik antara polisi dan
masyarakat, sehingga mampu mendorong perbaikan pelayanan publik di institusi
Polri.

4.4 Gambaran Inovasi Pelayanan Laporan Gangguan Kamtibmas Melalui


“Kentongan Online” (WAR) Polres Jember
Pesatnya perkembangan teknologi saat ini menjadikan konsep e-government
menjadi konsep yang dapat menjawab tuntutan terkait kualitas pelayanan publik. E-
government adalah penggunaan teknologi informasi oleh instansi pemerintah dengan
salah satu tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Pelaksanaan e-government di setiap daerah tentu memiliki perbedaan yang
77

disesuaikan dengan kondisi sumber daya yang ada. Saat ini penerapan e-government
telah banyak dilakukan oleh lembaga publik di tingkat nasional (pusat) sampai
pemerintah daerah.
Upaya inovatif dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik harus
berbanding lurus dengan kondisi perkembangan zaman. Era globalisasi saat ini
merupakan era modern yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi.
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tersebut menjadi
tantangan dan peluang bagi aparatur Negara dalam meningkatkan kualitas pelayanan
publik. Tantangan dan peluang tersebut mampu dijawab oleh banyak instansi
pemerintah, termasuk institusi Kepolisian Resort (Polres) Jember.

“Saat ini, perkembangan teknologi semakin pesat. Nyaris, apapun


disekitar manusia, tak lepas dari perangkat berteknologi. Begitu penting
teknologi, hingga mendorong kemudahan mendapatkan akses informasi
yang dibutuhkan publik untuk tak kalah dan tergerus perkembangan
zaman, Polres Jember berupaya menyamakan langkah dan memberikan
kemudahan kepada publik.” jelas pak Sabilul Alif (2016:41)

Berdasarkan kajian di lapangan penyelenggaraan pelayanan publik oleh


institusi Kepolisian Resort (Polres Jember) telah menerapkan e-government.
Pemanfaatan teknologi informasi sangat relevan dengan semangat dari visi Polres
Jember, yaitu terwujudnya Polri jajaran Polres Jember yang professional, bermoral,
modern dan dapat dipercaya masyarakat. Polres Jember berupaya mewujudkan diri
sebagai institusi Polri yang professional, bermoral, modern dan dapat dipercaya
masyarakat. Dalam buku yang ditulis oleh Bapak Sabilul Alif, dijelaskan bahwa
upaya yang dilakukannya bertujuan agar Polres Jember tidak lagi berkesan seperti
menara gading atau istana Barbie.
Terkait dengan penyelenggaraan e-government, dari penjelasan sebelumnya
pelayanan Kamtibmas Polres Jember telah dilakukan inovasi yang memanfaatkan
teknologi informasi, yaitu Program Jempol (Jember Online). Program Jempol ini
bertujuan untuk memberikan kemudahan akses informasi kepada publik terkait
78

dengan Polres Jember. Ada beberapa cara untuk memberikan akses informasi melalui
Jempol tersebut adalah sebagai berikut.
a. Membuat website/ situs Polres Jember yang aktif dan update sebagai media
informasi dan komunikasi dunia yang terintegrasi dengan situs Pemkab Jember.
b. Optimalisasi program Jatim dalam satu genggaman dengan fokus wilayah
hukum Jember, intel dasar dan jaringan serta situasi kamtibmas sebagai basis
yang menjadi alat deteksi dini, peringatan dini, dan deteksi aksi.
c. Membuat jaringan online polisi (media sosial, temu hacker dan programmer,
kerjasama dengan fakultas Teknologi Informasi di Perguruan Tinggi, dll)
d. Membuat SMS broadcast pesan kamtibmas dengan sender RES JBR
e. Kampanye Kamtibmas dan Kamseltiblantas melalui dunia maya bekerjasama
dengan instansi pemerintahan dan swasta yang telah memiliki situs.
f. Kampanye anti narkoba di dunia maya.
g. Upgrade anggota Kepolisian mengenai sistem elektronik untuk kepentingan
tugas polisi
h. Membuat Smart Center WAR Polres Jember: Inovasi Pelayanan Publik
Berbasis IT (Kentongan Online).
Kentongan Online menjadi bentuk penerapan konsep e-service oleh Polres
Jember yang merupakan inovasi pelayanan publik yang memanfaatkan IT dan di
mediasi oleh internet dalam penyelenggaraannya. Berawal dari program Jember
Police Online (Jempol) yang identik dengan pemanfaatan teknologi informasi, Bapak
Sabillul Alif memiliki ide kreatif untuk mengadopsi budaya lokal yang saat ini
semakin punah karena tergerus oleh perkembangan zaman. Budaya lokal yang erat
kaitannya dengan Kamtibmas adalah Kentongan.
Kentongan dalam intisari jurnal yang ditulis oleh Surono (2015) dengan judul
Kentongan: Pusat Informasi, Identitas dan Keharmonisan Pada Masyarakat Jawa
dijelaskan sebagai berikut.
“Kentongan adalah alat komunikasi tradisional yang pernah berjaya pada
masa lalu yang mampu menyampaikan pesan secara cepat dan massal
79

dan mampu menjadi sarana bagi masyarakat untuk membangun


kerukunan.”
Dilatarbelakangi oleh upaya melestarikan budaya lokal melalui revitalisasi
kentongan, terciptalah aplikasi WAR Polres Jember. Revitalisasi Kentongan adalah
upaya mengangkat budaya dan kearifan lokal melalui pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi. Hal tersebut menjadi salah satu upaya untuk menjawab
tuntutan publik berkaitan dengan keamanan dan ketertiban masayarakat. WAR Polres
Jember merupakan inovasi yang memadukan program Revitalisasi Kentongan dan
Jember Police Online berbasis android sebagai sarana pemberi tanda bahaya guna
mewujudkan icon Jember suwar-suwir.

“Cikal bakal revitalisasi program Jember Police Online, akhirnya


menggelitik saya untuk selalu Smart to Update. Berawal dari diskusi
sederhana bersama team konsultasi IT, saya menelorkan kembali
terobosan inovasi pelayanan kamtibmas berbasis IT. We Are Ready
(WAR) adalah inovasi memadukan program revitalisasi kentongan dan
Jember Police Online (Jempol) berbasis android.” jelas pak Sabillul Alif
(2016:130)

Selanjutnya Wakapolres Jember, dengan Kompol Edo Satya Kentriko


S.H., S.I.K., M.H. menambahkan,
“Kentongan online atau war polres jember merupakan layanan berbasis
teknologi informasi. Cikal bakal terbentuknya WAR Polres Jember ini
adalah kita mengangkat atau mengadopsi budaya lokal masyarakat
jember, yaitu kentongan. Masyarakat Indonesia khususnya di kampung-
kampung dalam mewujudkan rasa guyupnya, mewujudkan rasa
keamanannya, mereka mengadakan siskamling yang menjadikan
kentongan sebagai alat komunikasi atau dijadikan untuk sarana
informasi atau untuk memberikan tanda adanya suatu kejadian.”
(wawancara pada 01/03/2017)
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan aplikasi WAR (We Are Ready)
adalah sebagai berikut.
1. Mempermudah akses masyarakat melakukan pelaporan tindak kejahatan kepada
Polisi.
80

2. Membantu dan mempercepat tugas Polri dalam melakukan tindakan pertama di


tempat kejadian perkara (TPTKP)/ quick respon.
3. Dengan adanya WAR akan tercipta Jember zero crime, sehingga Jember suwar-
suwir dapat tercapai lebih optimal.
Selain tujuan di atas, terdapat tujuan lain dari dibentukknya layanan Kentogan
Online yaitu untuk meningkatkan kepekaan masyarakat dalam menanggapi kondisi
lingkungan di sekitarnya, seperti yang disampaikan oleh Kompol Edo Satya Kentriko
S.H., S.I.K., M.H. selaku wakapolres (wawancara pada 01/03/2017) bahwa, selama
ini kan masyarakat cuek ketika ada kejadian. Beliau berharap adanya saling
mendukung antara masyarakat dan kepolisian. Artinya setiap masyarakat yang
melihat kejadian dapat melaporkan melalui aplikasi kentongan online tanpa harus
khawatir data diri sebagai pelapor diketahui oleh terlapor. Selama ini ketika ada
kejadian berpotensi meresahkan dan mengganggu Kamtibmas, masyarakat banyak
yang tidak peduli. Selain itu ketidaktahuan masyarakat nomor yang harus dihubungi,
menjadikan kejadian tidak cepat teratasi. Ketidaktahuan nomor kepolisian tersebut
membuat masyarakat harus datang langsung ke SPKT terdekat dan harus berurusan
dengan birokrasi atau mencari pos polisi (polisi patroli).

Gambar 4. 4 Jumlah Pengguna Kentongan Online

Sumber: WAR Command Center Polres Jember


81

Gambar 4. 5 Rekapitulasi History Laporan Melalui Kentongan Online Bulan Juli


2016 - Mei 2017
220 204

170

120

70
70 54
48 44 46
37 35 31
24
20 9

Jul-16 Agt-16 Sep-16 Okt-16 Nov-16 Des-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 Mei-17
-30
Sumber: WAR Command Center Polres Jember

Penerapan pelayanan kentongan online ini, berdasarkan grafik data pengguna


layanan, tercatat pada 1 Februari 2017 jumlah penggunanya sebanyak 8.222
pengguna terdaftar (lihat pada gambar 4.3). Berdasarkan data rekapitulasi laporan
melalui kentongan Online (gambar 4.4) terlihat masih sedikit laporan yang masuk.
Data history tersebut merupakan data seluruh laporan, baik yang masyarakat yang
melakukan uji coba ataupun laporan masyarakat akan terjadinya gangguan
Kamtibmas dan juga anggota yang melakukan uji coba, sehingga data tersebut belum
dapat menunjukkan seberapa besar efektivitas adanya pelayanan yang baru. Tetapi
berdasarkan jumlah data pengguna dan juga data Laporan tersebut, dapat dijadikan
gambaran seberapa besar inovasi yang dilakukan diterima oleh masyarakat.
Pelayanan Kentongan Online dapat diakses di seluruh wilayah hukum
Kabupaten Jember, karena seluruh Polsek di Kabupaten Jember juga menerapkan
layanan ini, yaitu dengan cara seluruh jajaran di bawah Polres Jember diharuskan
menginstall aplikasi khusus untuk anggota. Selanjutnya pusat kontrol pelayanan
pelaporan gangguan kamtibmas melalui Kentongan Online dikendalikan secara
terpusat oleh Polres Jember. Untuk mencapai hal tersebut, maka Polres Jember
82

memanggil seluruh Kapolsek di kabupaten Jember, agar disosialisasikan secara


internal maupun eksternal. Hal ini dikemukakan oleh Wakil Kepala Polres Jember,
sebagai berikut.

“Kemudian kita panggil para kapolsek, untuk diberikan CD. Dalam


CD itu sudah ada semacam nilai value lebih, dan tutorialnya. Kita
sudah sebar ke 31 polsek, dan polsek akan menyebarkan ke
kecamatan-kecamatan, nanti sampai ke desa-desa sampai ke
pelosok.” (wawancara dengan Kompol Edo Satya Kentriko S.H.,
S.I.K., M.H., 01/03/2017)

Tanda bahaya yang disampaikan dengan cepat diterima oleh pusat komando di
Markas Polres Jember yaitu WAR Command Center. Pusat Komando dapat
memantau melalui interface komputer dan juga HP Tablet yang telah disediakan oleh
Polres Jember. Untuk mengoperasikan aplikasi, data internet dan GPS pengguna atau
pelapor harus dalam kondisi menyala. Ketika ada kejadian gangguan kamtibmas,
operator WAR Command Center melalui WAR Police Control langsung memonitor
dari GPS Android di pelapor, dilanjutkan memberikan notifikasi kentongan, personil
yang terdekat dari posisi pelapor dengan jarak maksimal 5 km akan mendapatkan
notifikasi dan anggota langsung menuju ke TKP.
Inovasi pelayanan publik berbasis teknologi informasi dan komunikasi
berkaitan dengan adanya perbaruan software, hardware, dan brainware. Begitu pula
dengan inovasi pelayanan pelaporan gangguan Kamtibmas Polres Jember yang
menunjukkan adanya perbaruna dari ketiga tersebut, yakni sebagai berikut.

4.4.1 Perbaruan Perangkat Lunak (Software)


Berdasarkan kajian lapangan, inovasi pelayanan WAR Polres Jember
(Kentongan Online) merupakan bukti adanya perbaruan software dalam bentuk
aplikasi berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Perbaruan software
pada inovasi ini terdapat 3 (tiga) interface, yaitu:
1) Interface WAR Polres Jember (Kentongan Online)
83

Interface ini yang digunakan masyarakat untuk melaporkan gangguan


kamtibmas pada Aplikasi WAR Polres Jember dengan cara mengakses menu
“kentongan online” atau melalui tombol cepat. Tombol kentongan dapat
dipakai ketika kondisi darurat / emergency. Adapun beberapa kasus yang ada
dalam menu Kentongan Online (gambar 4.6) , yaitu sebagai berikut.
a. Kasus Begal/ Curas. i. Kasus Perjudian.
b. Kasus Curanmor. j. Kasus Pengrusakan.
c. Kasus Pencuri/ perampokan. k. Kasus Penipuan.
d. Kasus Peculikan. l. Kasus Penggelapan.
e. Kasus Pemerkosaan. m. Kasus Perampasan.
f. Kasus Penganiayaan. n. Kasus Senpi/ Handak/ Sajam.
g. Kasus Pembunuhan. o. Kasus Lakalantas.
h. Kasus Pemerasan.

Gambar 4. 6 Menu kasus kentongan


84

2) interface WAR Police Control yang diperuntukkan bagi operator;


Interface yang diperuntukkan untuk operator WAR Command Center
untuk mengontrol dan mengomando setiap ada pengaduan. Interface ini
berfungsi untuk menghubungkan antara petugas dengan masyarakat. Pada saat
ada laporan, operator akan memastikan laporan bisa untuk ditindak lanjuti.
Selanjutnya operator akan menekan push notification yang selanjutnya akan
diterima oleh petugas yang ada di lapangan.

Gambar 4. 7 Tampilan WAR Police Control PC


Backdoor dari interface operator ini dirancang berbasis Website, sehingga
operator dapat memantau selain melalui perangkat komputer juga dapat
dipantau melalui perangkat Tablet atau smartphone. Hal ini disampaikan oleh
Bapak Eka Hadi selaku anggota satlantas Polres Jember sekaligus yang turut
mengawaki Aplikasi WAR Polres Jember, sebagai berikut.
“ya, memang kalau perangkat komputer di WAR Command Center
memang tidak selalu nyala. Karena backdoor dari WAR Command
berbasis website. Jadi pengendaliannya bisa melalui PC maupun
Smartphone karena bisa dibuka melalui browser.” (wawancara pada 14
Februari 2017)
85

2. Interface WAR Police Control yang diperuntukkan bagi petugas di lapangan.


Aplikasi ini merupakan interface yang diperuntukkan untuk petugas yang
ada di lapangan. Petugas akan menindaklanjuti laporan gangguan kamtibmas,
setelah mendapatkan notifikasi dari operator. Ketika ada pelaporan kejadian,
notifikasi akan berbunyi setelah petugas WAR Command Center menekan Push
Notification. Petugas yang berada di jarak maksimal 5 km dari lokasi pelapor
akan menerima alarm notifikasi dan sekaligus lokasi kejadian melalui Maps.
Sehingga petugas tidak lagi mencari lokasi secara manual, karena sudah
ditunjukkan oleh Maps.

Gambar 4. 8 Tampilan WAR Police Control pada HP petugas di lapangan

4.4.2 Perbaruan Perangkat Keras (Hardware)


Perbaruan pelayanan publik berbasis teknologi informasi dan komunikasi
membutuhkan perbaruan hardware. Inovasi pelayanan pelaporan gangguan
kamtibmas Polres Jember merupakan produk layanan baru atau dapat dikatakan
pelayanan tambahan untuk menyempurnakan pelayanan yang lama. Berdasarkan hasil
86

pengamatan ada penambahan perangkat keras (hardware) yaitu dibuatnya ruangan


baru untuk dijadikan ruang kendali layanan gangguan kamtibmas berbasis IT.
Sedangkan petugas di lapangan dalam menjalankan aplikasi harus menggunakan
android. HP android yang digunakan merupakan handphone pribadi.
Adapun penambahan insfrastuktur di dalam ruangan WAR Command Center,
yaitu;
a. komputer, yang digunakan untuk menjalankan aplikasi WAR Police
Control operator;
b. layar LED, yang digunakan untuk memantau CCTV dan memantau lokasi
melalui Map;
c. HP Tablet, yang digunakan untuk menjalankan aplikasi WAR Police
Control operator.

4.4.3 Sumber Daya Manusia (Brainware)


Sumber Daya Manusia merupakan salah satu aktor yang harus ada, guna
menjalankan software dan hardware. Untuk itu diperlukan keterampilan di bidang
Teknologi Informasi. Inovasi Kentongan Online Polres Jember, dibutuhkan SDM
yang memiliki keterampilan mengoperasikan perangkat Android dan WEB. Untuk itu
Polres Jember melakukan pelatihan terkait dengan WEB. Selain itu Polres Jember
memilih SDM yang masih muda untuk dijadikan operator WAR Polres Jember. Hal
ini disampaikan oleh Operator sekaligus anggota humas Polres Jember sabagai
berikut.

“untuk operator dipilih yang masih muda, karena anggota yang muda
sekarang sudah tidak asing dengan gadget. Jadi kalau sudah ngerti
Android pasti gampang lah” (wawancara dengan Hadi Purnomo, pada
08/02/2017)

Pada awal penerapannya dibentuk TIM Operator, ada 8 orang yang terdiri dari
4 satuan fungsi yaitu Satbinmas, Sabhara, Satreskrim, dan Humas yang masing-
masing fungsi diambil 2 orang. Selanjutnya berdasarkan Surat Perintah dari Kapolres
87

dibentuk tim multimedia. Dengan dibentuknya tim tersebut, tugas operator WAR
Polres Jember dialihkan ke Tim ini yang Sumber Daya Manusianya semua dari
bagian Humas. Hal ini dilakukan karena keterbatasan Sumber Daya Manusia, seperti
yang disampaikan oleh Hadi Purnomo selaku anggota humas dan operator WAR, saat
wawancara (5 juni 2017) bahwa penggabungan dilakukan karena keterbatasan
personil. Hal ini dilakukan karena belum maksimalnya penerapan pelayanan
pelaporan gangguan Kamtibmas Polres Jember, sehingga fungsi operator
digabungkan dengan tim Multimedia. Hal ini dilakukan untuk efisiensi personil.
Berdasarkan surat perintah Kapolres tersebut, terdapat 11 orang yang ditunjuk
untuk bertugas di bidang pelayanan Informasi Berbasis IT, baik melalui Web,
manajemen media online, pelayanan WAR Polres Jember, dll. Adapun tugas pokok
dan fungsi tim Multimedia, sebagai berikut.
1. Menyajikan informasi atau data terkait tugas Polres untuk disampaikan
kepada masyarakat.
2. Mengelola media sosial milik Polres Jember, seperti Web, facebook,
Instagram, dan Tweeter.
3. Melaksanakan komunikasi eksternal yaitu komunikasi kepada masyarkat
melalui media elektronik dan online
4. Menerima laporan dari masyarakat melalui aplikasi WAR Polres jember dan
menginformasikan kepada satuan internal yang bersangkutan.

4.4.4 Gambaran Aplikasi WAR Polres Jember (Kentongan Online)


Aplikasi WAR Polres Jember diperuntukkan bagi masyarakat pengguna
android. Untuk mengakses layanan dan fitur-fitur yang ada di dalamnya, masyarakat
harus sudah menginstall aplikasi dan selanjutnya mendaftarkan diri dengan mengisi
biodata sesuai kolom yang disediakan. Di kolom “daftar” (lihat gambar 4.9)
diwajibkan untuk mengisi nama, alamat, nomor KTP, nomor handphone. Dalam
bagian ini diharapkan pengguna mengisi biodata yang sesuai dan nomor handphone
yang aktif. Biodata yang telah terdaftar akan dijamin keamanannya. Sehingga
88

siapapun dapat melaporkan kejadian gangguan Kamtibmas yang dilihat tanpa harus
takut identitasnya diketahui sebagai pelapor oleh terlapor. Selain itu kelengkapan
biodata tersebut akan mempermudah kerja petugas WAR Command Center.

Gambar 4. 9 Tampilan kolom “Daftar” Gambar 4. 10 Tampilan "Home"


Biodata yang telah terdaftar akan dijamin keamanannya, sehingga siapapun
dapat melaporkan kejadian gangguan Kamtibmas, tindak kriminal, dan lakalantas
yang dilihat tanpa harus takut, karena kerahasiaan data dijamin oleh Petugas. Seperti
yang disampaikan oleh AKP Ahmad Musofah, S.H selaku Kasatsabhara, sebagai
berikut.

“dengan adanya war ini diharapkan masyarat lebih peduli pada kejadian-
kejadian disekitarnya tanpa harus takut privasi pelapor akan diketahui
oleh pelaku.” (wawancara pada 01/03/2017)

Setelah terdaftar, pengguna aplikasi WAR Pores Jember akan menjumpai


beberapa fitur yaitu pada tampilan “Home” (gambar 4.10). pada tampilan tersebut
89

terdapat beberapa menu yang memiliki fungsi masing-masing. Adapun menu pada
tampilan “Home” adalah sebagai berikut.

Gambar 4. 11 Icon menu dalam "Home"

Gambar 4. 12 Tampilan data lokasi


a. Data Lokasi
Pada Menu utama terdapat beberapa pilihan (gambar 4.11) yang menunjukkan
data informasi. Informasi tersebut mencakup data posisi polsek, posisi polisi,
dan layanan kepolisian dari yang terdekat, sampai terjauh secara real time,
lengkap dengan informasi nomor telepon yang bisa dihubungi dan alamat untuk
memandu menuju lokasi dengan menggunakan Google Maps (gambar 4.10).
Gambar 4. 13 Tampilan Peta Lokasi Gambar 4. 14 Tampilan Pengaduan

b. Kirim Pengaduan
Penggunaan pengaduan (lihat gambar 4.14) ini berfungsi untuk melaporkan
kondisi di lingkungan sekitar, seperti kemacetan atau suatu kondisi yang
berpotensi mengganggu kamtibmas yang tidak tergolong emergency,
dengan cara memfoto kondisi dan melaporkan pegaduan. Tujuan yang
ditekakankan adalah mengajak masyarakat untuk menjadi mitra polisi,
sehingga akan terjalin kerjasama dalam memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat.
c. Call Center
Menu ini merupakan layanan panggilan telepon yang ditujukan pada
operator WAR Polres Jember. Masyarakat yang memiliki pertanyaan dapat
menekan icon call center, otomatis langsung menghubungi nomor operator.

d. Satlantas
91

Aplikasi WAR Polres Jember merupakan sebuah aplikasi yang awalnya


difokuskan untuk layanan pelaporan gangguan kamtibmas yaitu kentongan
online, tetapi aplikasi ini dilengkapi juga dengan pelayanan Satuan Lalu
Lintas (Satlantas). Ada dua layanan dari satlantas yaitu; Samsat Home Care
(Samsat Hore) dan Pendaftaran SIM Online.

Gambar 4. 15 Tampilan Pelayanan Satlantas

e. Kentongan Online
Menu kentongan ini merupakan kentongan online. Menu ini sama dengan
tombol cepat (lihat gambar 4.12) untuk layanan laporan gangguan
kamtibmas yang bersifat darurat/ emergency.
92

Gambar 4. 16 Tampilan Kasus Kentongan Online

4.4.5 Prosedur Pelaporan Gangguan Kamtibmas melalui Kentongan Online


Mekanisme atau prosedur pelayanan Kentongan Online telah ditetapkan
dalam Standar Operasional (SOP) Pelayanan WAR Polres Jember. Prosedur yang
dapat dilalui oleh masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Pelapor menekan Kentongan Online
2. Tidak lama kemudian operator menghubungi pelapor, untuk memastikan
kejadian dengan menanyakan identitas diri, lokasi kejadian, dan kronologi
kejadian.
3. Operator WAR meneruskan laporan kepada Pa Siaga (petugas di lapangan),
SPKT dan melalui Whatsapp (Apabila laporannya benar dan tergolong
dalam gangguan kamtibmas).
4. Dalam Waktu maksimal 15 menit, polisi datang di lapangan.
5. Operator mencatat pelaporan di buku mutasi
6. Penghapusan pelaporan/ pengaduan dari WAR.
93

Gambar 4. 17 Mekanisme pelayanan Kentongan Online

Sumber: SOP Pelayanan WAR Polres Jember

Inovasi di sektor publik melibatkan banyak aspek yang kompleks. Inovasi


dalam pelayanan publik mempunyai ciri khas, yaitu bersifat intangible yaitu
karena inovasi pelayanan publik dalam organisasi tidak hanya diartikan dengan
munculnya suatu produk baru yang dapat dilihat, tetapi dapat dilihat dari
hubungan pelakunya dalam suatu perubahan. Adapun jenis inovasi dalam sektor
publik, yaitu; (1) inovasi layanan produk; (2) inovasi proses layanan; (3) inovasi
metode pelayanan; (4) inovasi kebijakan; (5) inovasi sistem. Perubahan atau
inovasi yang dilakukan oleh Polres Jember merupakan bentuk inovasi proses
layanan dan inovasi metode pelayanan.
94

4.5 Inovasi Proses Pelayanan


Perbaruan kulitas pelayanan sektor publik harus dilakukan berkelanjutan
karena tuntutan publik yang terkait kemudahan pelayanan semakin meningkat
mengikuti perkembangan zaman. Untuk mencapai pelayanan yang memudahkan
masyarakat, diperlukan inovasi proses pelayanan yang mengombinasikan
perubahan kualitas pelayanan dengan perubahan organisasi, prosedur dan
kebijakan yang dibutuhkan dalam berinovasi.
Inovasi proses pelayanan dapat dibedakan menjadi dua kriteria yaitu
sustaining innovation (inovasi terusan) dan discontinues innovation (inovasi
terputus). Inovasi pelayanan Kamtibmas Polres Jember merupakan inovasi yang
mendasarkan diri pada kondisi pelayanan dan sistem yang sedang berjalan atau
produk yang sudah ada atau disebut sustaining innovation. Tetapi inovasi yang
dilakukan tersebut tidak serta merta menggantikan pelayanan yang lama.
Pelayanan sebelum adanya inovasi tetap diterapkan. Hal ini disebabkan karena
tidak semua masyarakat menggunakan teknologi yang dipakai dalam pelayanan
yang baru.
Prinsip pelayanan laporan gangguan kamtibmas dalam Perkap No. 7 Tahun
2009 tentang Sistem Laporan Gangguan Kamtibmas pasal 3, yaitu;
b. cepat, yaitu data/informasi yang disajikan tepat waktu;
b. tepat, yaitu data/informasi yang disajikan sesuai dengan kebutuhan;
c. akurat, data/informasi yang disajikan secara lengkap baik kuantitas maupun
kualitas;
d. aman, yaitu data/informasi yang disajikan dijamin kerahasiaan;
e. akuntabel, yaitu data/informasi yang disajikan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Perbaruan pelayanan laporan gangguan keamanan dan ketertiban
masyarakat harus tetap mengacu pada prinsip di atas. Inovasi pelayanan yang
dilakukan oleh Polres Jember mengacu landasan hukum Perkap No. 7 Tahun 2009
tentang Sistem Laporan Gangguan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat.
Perbaruan pelayanan publik tentu harus memperhatikan beberapa hal, yaitu
diantaranya terkait waktu, biaya dan kemampuan publik dalam menjangkau
95

pelayanan. Ketika pelayanan berbasis teknologi diterapkan dan pelayanan


konvensional ditinggalkan, sedangkan kondisi masyarakat pengguna layanan
sebagian masih belum mengetahui atau memakai teknologi yang dimaksud, maka
akan terjadi diskriminasi pada layanan.

4.5.1 Proses Pelayanan Sebelum Adanya Inovasi


Kamtibmas merupakan salah satu layanan utama dilakukan oleh institusi
Polri. Pelayanan ini sangat penting karena keamanan dan ketertiban masyarakat
merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi setiap waktu serta menjadi salah satu
tanggung jawab pihak keamanan. Tindak pidana atau gangguan kamtibmas dapat
dilaporkan sesuai dengan wilayahnya. Seperti contohnya ketika terjadi gangguan
kamtibmas di kecamatan, maka masyarakat dapat melaporkan ke Polsek. Tetapi
masyarakat juga diperbolehkan untuk melapor ke Polsek atau ke Polda atau ke
Polri. Laporan dapat berupa laporan lisan maupun tertulis yang selanjutnya
pelapor berhak menerima tanda terima laporan.
Pelayanan laporan gangguan Kamtibmas di Kabupaten Jember dapat di
akses di 31 Polsek yang tersebar di wilayah hukum Kabupaten Jember dan di
Polres Jember. Kebutuhan terhadap pihak keamanan yang cepat dan tanggap
merespon laporan sangat dibutuhkan masyarakat. Pelayanan pelaporan gangguan
kamtibmas polres Jember melalui SPKT merupakan pelaporan konvensional.
Pelayanan pelaporan gangguan keamanan melalui SPKT dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu;
1. tatap muka (datang langsung)
Cara melaporkan gangguan kamtibmas ini merupakan pelayanan
konvensional/ tradisional yang biasanya identik dengan proses yang
prosedural. Pelayanan yang prosedural membutuhkan waktu yang lebih
lama.
2. Melalui media komunikasi
Pelayanan gangguan kamtibmas Polres Jember melalui media komunikasi,
khusunya sambungan telepon, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu;
a. Sambungan telepon kepolisian (0331) 487012.
96

Cara melaporkan gangguan kamtibmas ini yaitu dilakukan melalui


sambungan nomor polres atau polsek setiap wilayah. Cara melaporkan
tersebut dapat dikatakan lebih praktis bagi masyarakat karena pelapor
tidak perlu datang ke lokasi pelayanan. Tetapi kondisinya saat ini
masyarakat banyak yang tidak mengetahui nomor kepolisian, minimal
nomor polsek terdekat, sehingga gangguan kamtibmas tidak segera
tertangani. Meskipun demikian, pelayanan pelaporan gangguan
kamtibmas melalui media komunikasi ini memiliki kelebihan dan
kekurangan, sebagai berikut.
b. Call Center 110
Layanan pengaduan masyarakat dalam hal ini pelaporan gangguan
kamtibmas melalui call center 110 merupakan layanan yang
dikembangkan oleh Kepolisian Republik Indonesia bekerja sama
dengan PT Telkom. Pelayanan ini tersentralisasi di Polda Metro Jaya
sebagai Pilot Project dan akan diteruskan ke Kepolisian terdekat dari
masyarakat yang melapor. Hal ini disampaikan oleh Kasubbid Teknik
Komunikasi Polda Jatim, AKBP Syamsul Arief ,
"Masyarakat atau pelapor hanya menekan 110 dan akan
ditindaklanjuti oleh aparat. Laporan yang masuk langsung di
Mabes Polri dan segera disalurkan ke polres dan polsek
setempat.” (https://www.merdeka.com/teknologi/telkom-
dan-polda-jatim-sediakan-layanan-pengaduan-110.html,
diakses 05/04/2017)
97

Gambar 4. 18 Alur proses pengaduan masyarakat melalui Call Center 110

Sumber : www.polri.go.id

Pelaporan melalui call center 110 ini layanan tanpa biaya. Masyarakat
dapat langsung menghubungi 110 tanpa kode, hanya saja terbatas bagi
pengguna provider Telkomsel, Flexy atau sambungan telepon rumah
(Telkom grup). Bagi masyarakat pengguna provider lainnya, harus
menekan angka 021 dahulu sebelum 110. Masyarakat yang
menggunakan provider selain tersebut di atas akan mengalami kesulitan
untuk tersambung dengan operator layanan. Hal ini sudah dilakukan uji
coba sambungan oleh peneliti. Prosedur pelayanan untuk tersambung
dengan kepolisian terdekat melalui call center 110 dapat dilihat pada
gambar 4.13 di atas. Setiap laporan akan di filter oleh operator pusat,
apabila laporan valid, maka telepon akan disambungkan ke Polres yang
sesuai dengan lokasi kejadian yang dilaporkan. Selanjutnya pengaduan
akan segera diproses oleh Polres yang bersangkutan dan sesuai dengan
prosedur pelayanan yang ada.
98

Polisi
Pelapor
Polisi Analisis mendatangi
datang ke Pelapor
Laporan TKP /
Polres/ membuat
& melakukan
Polsek atau Laporan
Menunggu tindakan yang
menghubungi Polisi
rekomendasi sesuai dengan
nomor Polisi
kondisi
Gambar 4. 19 Alur Laporan Kepolisian secara Konvensional

Hasil dari pelayanan pelaporan gangguan Kamtibmas adalah berupa


tindakan pertama kepolisian terhadap laporan, yaitu datangnya polisi ke lokasi
kejadian untuk dilakukan tindakan kepolisian sesuai dengan kondisi. Pada
pelayanan konvensional ini, peneliti melakukan wawancara dengan 2 orang
pengguna layanan laporan datang langsung ke SPKT. Wawancara dilakukan
untuk mengetahui bagaimana pelayanan pelaporan gangguan kamtibmas dari segi
waktu dan prosedur pelayanan. Untuk mengetahui bagaimana kondisi pelayanan
pelaporan gangguan kamtibmas secara konvensional, berikut merupakan salah
satu kronologi kejadian yang dilaporkan oleh pelapor melalui SPKT Kepolisian
Polres Jember.

1. Nama : IF
Pekerjaan : Mahasiswa
Kronologi Kejadian :
- Sekitar Pukul 12 malam, IF mengetahui sepedah motor miliknya tidak
ada di parkiran kosnya.
- IF langsung datang ke Polres Jember untuk melaporkan kejadian.
- Setelah laporannya dicatat oleh Polres Jember, IF diminta untuk
membuat laporan ke Polses Sumbersari.
- Keesokan harinya pukul 08.00 WIB, IF datang ke Polsek Sumbersari
untuk membuat laporan.
- Sekitar pukul 10.30, IF dan petugas datang ke TKP, dan dilakukan olah
TKP.
99

- IF dan petugas kembali ke Polsek Sumbersari proses selanjutnya, dan


selesai pukul 16.00 WIB.

2. Nama :S
Pekerjaan : Mahasiswa
Waktu : 26 April 2017
Kronologi Kejadian :
- Pada waktu itu, sekitar menjelang magrib saya keluar ambil uang ke
ATM
- Terus ke BPJS jalan jawa itu
- Sekitar jam 18.00 WIB itu saya pulang, motor saya parkir di luar (depan
gerbang) karena mau dipinjam temen (tetapi tidak jadi kuliah)
- Saya naik ke atas (kosan lantai dua).
- Sekitar jam 20.00 WIB, saya turun mau keluar pakai motor, sudah tidak
ada. (pukul 19.30 WIB, motornya masih ada)
- Saya langsung lapor ke polsek sumbersari, membuat laporan dll.
- Menunggu sekitar 30 menitan.
- Petugas bersama pelapor datang ke TKP
- Kembali lagi ke Polsek dimintai keterangan di Reskrim

Hasil wawancara dengan pengguna pelayanan konvensional


menggambarkan pelayanan yang diberikan membutuhkan waktu yang tidak tentu,
sehingga dapat dikatakan tidak ada kepastian waktu berapa lama tindakan polisi
dilakukan. Selain itu masyarakat membutuhkan waktu untuk perjalanan ke pusat
pelayanan. Selanjutnya dari kerumitan prosedur pelayanan yang, pengguna
pelayanan mengungkapkan sebagai berikut.
“Pelayanannya lama, jadi kita istilahnya kerja dua kali. Soalnya harus
bolak-balik. Datang ke Polsek, kita di ajak ke TKP, terus balik lagi ke
Polsek lagi dimintai keterangan lagi itu tadi. Padahal pertanyaan yang
diajukan sama saja.” (wawancara dengan S, pada 10/05/2017)
100

4.5.2 Proses Pelayanan Sesudah Adanya Inovasi


Perubahan kualitas pelayanan sektor publik tentu tidak lepas dari peran
seorang pemimpin, karena terkait dengan kebijakan yang dibutuhkan dalam
berinovasi. Hal ini terkait dengan bagaimana organisasi bekerja sesuai dengan
misi untuk merealisasikan visi yang ada. Sebagai organisasi penyelenggara
pelayanan publik, visi misi yang terkait dengan pelayanan harus memprioritaskan
kepuasan publik. Sedangkan untuk mencapai kepuasan publik harus diciptakan
sebuah pelayanan yang efektif dan efisien yang didukung dengan adanya
perubahan pola pikir dari aktor pelayanan yang memposisikan dirinya sebagai
pelayan bukannya sebagai orang yang harus disegani atau dihormati oleh
masyarakat.
Kepekaan dalam menyikapi perubahan lingkungan harus dimiliki oleh
semua organisasi sektor publik, mulai dari pimpinan sampai bawahan. Kepekaan
dan cepat merespon perubahan di lingkungan sekitar biasanya diterapkan dan
harus dimiliki oleh institusi Polri, termasuk dalam memberikan pelayanan laporan
gangguan Keamanan dan Ketertiban Masyaratkat (Kamtibmas).
Perubahan pelayanan dari konvensional menjadi pelayanan berbasis
teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tentu merubah proses pelayanan.
Laporan gangguan kamtibmas yang awalnya masyarakat harus datang langsung ke
Kantor Polisi terdekat atau harus mencari nomor pihak kepolisian, setelah adanya
inovasi masyarakat tidak perlu lagi datang ke SPKT kepolisian terdekat atau
menghubungi kepolisian melalui telepon. Adanya perubahan proses dalam
pelayanan berbasis IT tersebut dapat memangkas alur birokrasi yang ada.
“….dengan menggunakan IT ini otomatis akan mengurangi suatu
birokrasi, memberikan pelayanan kepada masyarakat. masyarakat saat
ini sudah paham dengan IT ini, jangan sampai kita ketinggalan. Ini
untuk mempercepat daripada masyarakat untuk melaporkan. Jadi
tidak perlu ke polres, ke polsek. Dengan adanya war ini, akan lebih
cepat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.” (wawancara
dengan AKP Ahmad Musofah, S.H selaku Kasatsabhara pada
01/03/2017)

Polres Jember dalam melakukan inovasi pada pelayanan pelaporan


gangguan kamtibmas tetap mengacu pada pelayanan yang lama. Pelayanan yang
101

baru melengkapi pelayanan yang lama. Sehingga inovasi tersebut merupakan


Sustaining innovation (inovasi terusan) yang merupakan inovasi yang
dilatarbelakangi oleh pelayanan sebelumnya. WAR Polres Jember/ Kentongan
Online merupakan layanan terusan dari layanan laporan gangguang Kamtibmas
konvensional melalui SPKT Polres Jember. Pelayanan konvensional tetap
diterapkan karena Kentongan Online hanya dapat digunakan oleh pengguna
android saja.

Polisi
Operator mendatangi TKP
Pelapor Operator
meneruskan / melakukan
menekan menghubungi
laporan ke tindakan yang
Kentongan pelapor
petugas di sesuai dengan
Online (1-2 menit)
lapangan kondisi (maks.
15 menit)
Gambar 4.20 Proses Pelayanan Pelaporan Melalui Kentongan Online

Proses pelayanan yang dirasakan oleh masyarakat pada pelayanan laporan


gangguan Kamtibmas melalui Kentongan Online dapat mempersingkat waktu
pelayanan tindakan pertama kepolisian untuk sampai di lokasi. Proses pelayanan
tersebut menunjukkan adanya perubahan mekanisme atau prosedur pelayanan
pelaporan gangguan kamtibmas. Ketika masyarakat melaporkan kejadian yang
berpotensi mengganggu Kamtibmas dengan menekan tombol kentongan online
pada aplikasi WAR Polres Jember, maka operator akan menghubungi pelapor
melalui sambungan telepon untuk memastikan kejadian yang dilaporkan benar
atau tidak. Pada proses ini operator menanyakan beberapa hal untuk memastikan
kebenaran kejadian. Adapun yang ditanyakan oleh operator adalah sebagai
berikut.
a. Identitas pelapor.
b. Kronologi kejadian.
c. Lokasi kejadian.
Hal ini dibenarkan oleh oleh salah satu pengguna layanan yang
mengungkapkan, sebagai berikut.
102

“Setelah menekan kentongan, tidak lama kemudian saya dihubungi


operator. Operator menanyakan detail kejadian, lokasi kejadian, dan
memastikan apakah sudah ada petugas yang menangani.”
(Wawancara Se pada 14/02/2017)

Apabila laporan yang dilaporkan benar dan merupakan jenis gangguan


kamtibmas, maka laporan akan ditindaklanjuti, petugas akan tiba lokasi kejadian
(TKP).
Peneliti telah melakukan wawancara pada 5 pengguna layanan atau
pengguna yang pernah melaporkan gangguan kamtibmas melalui aplikasi
Kentongan Online dan beberapa pengguna yang hanya melakukan uji coba
kentongan online. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengguna layanan
Kentongan Online, waktu yang dibutuhkan untuk menunggu polisi datang ke
lokasi kejadian adalah antara 10 menit sampai 15 menit. Hanya saja dari hasil
wawancara dengan pengguna layanan, ada laporan yang tidak ditanggapi. Hal ini
dapat terjadi disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu karena human error
atau tidak disiplin, jaringan yang kurang kuat, atau sistem aplikasi yang error.
Tetapi untuk sistem aplikai yang error, selama penerapan jarang sekali terjadi.
Hal ini disampaikan oleh anggota yang bertugas melakukan kontrol atau testing
aplikasi, sebagai berikut.

“Aplikasi eror jarang sekali terjadi, eror hanya terjadi karena server
data mengalami pemadaman listrik atau jaringan internet.”
(Wawancara dengan Eka Hadi, pada 14/02/2017)

Selanjutnya aplikasi yang digunakan oleh pengguna layanan (masyarakat)


juga tergolong mudah untuk dioperasikan. Hal terseut disampaikan oleh
pengguna pada saat wawancara. Selain itu terkait biaya pelayanan, untuk
pelayanan melalui kentongan online dapat menghemat biaya, karena masyarakat
tidak perlu biaya untuk perjalanan ke kantor polisi atau mencari polisi yang
sedang patrol. Biaya yang dikeluarkan hanya untuk paket data smartphone dalam
pengoperasian aplikasi. Hasil wawancara dengan pengguna, mereka tidak
mempermasalahkan karena sebagai pengguna android, paket data sudah menjadi
kebutuhan, seperti yang disampaikan oleh, salah satu pengguna layanan, sebagai
berikut.
103

“untuk biaya saya kira gak ada masalah, kan kita cuma modal peketan
aja, dan polresnya yang telpon balik.” (Wawancara dengan Se, pada
14/02/2017)

Tabel 4. 1 Daftar pengguna layanan kentongan online Polres Jember


No Nama Pekerjaan Alamat Kasus Waktu
- 1 menit ditelepon
1. D Dosen Jl. Merapi Pencurian
- 10 menit polisi datang
Perum - 2 menit ditelepon
2. Se Mahasiswa Pembunuhan
Muktisari - 15 menit polisi datang
- 1 menit ditelepon
3. W PNS Jl. Brantas Pengrusakan - 10-15 mnt polisi
datang
- 2 menit ditelepon
4. Su Swasta Dsn. Krajan Pencurian
- 15 menit polisi datang
Desa
5. Fi Swasta Perjudian Tidak ada tanggapan
Watukebo
Sumber: Hasil wawancara dengan pengguna layanan
Berikut merupakan beberapa kronologi kasus yang dilaporkan oleh
pengguna layanan.
3) Nama : Se
Alamat : Perum Muktisari
Waktu Pelaporan : 25-08-2016, 14:22:43
Kronologi Kejadian :
- Sekitar pukul 14.15, masyarakat menemukan bayi yang di buang di
sungai di belakang rumah Se.
- Masyarakat melapor ke rumah Se yang Ayahnya seorang polisi, dan
pada waktu itu Se di rumah sendiri.
- Setelah menekan Kentongan Online, 1-2 menit kemudian Se ditelepon
operator untuk memastikan kebenaran laporan.
- Kurang lebih 10-15 menit polisi datang ke TKP.
104

4) Nama :D
Alamat : Jl. Merapi
Waktu Pelaporan : 26-08-2016, 20:59;11
Kronologi Kejadian :
- Pada waktu itu, rumah tetangga sedang kosong di tinggal ke luar kota.
- Pada hari itu sekitar pukul 20:30 an pemilik rumah mengetahui kalau
rumahnya kemalingan.
- Kemudaian D langsung melaporkan melalui Kentongan Online.
- Selang beberapa menit ± 1 menit ditelepon oleh operator dari Polres
Jember untuk memastikan kejadian.
- Kurang lebih 10 menit polisi datang ke TKP.
Penerapan pelayanan berbasis IT Kentongan Online mampu mengurangi
adanya informasi yang tidak benar dari pelapor melalui melalui sambungan
telepon. Hal ini disampaikan oleh Kasat Shabara sebagai berikut.
“untuk mengurangi orang yang main-main, pengguna harus
mendaftar dengan mencantumkan identitas yang jelas. Sehingga
diketahui identitas pengguna, dan posisi pelapor secara real time.
Kalau pelaporan melalui call center 110, identitas pelapor kurang
jelas, bisa saja orang iseng. Ketika melapor, lokasinya jauh ternyata
sampai TKP tidak ada, sehingga akan menyulitkan petugas.”
(wawancara dengan AKP Ahmad Musofah, 01/03/2017)
Inovasi proses layanan yang dilakukan harus lebih baik dari proses layanan
yang sebelumnya. Proses layanan Kentongan Online merupakan bentuk
perubahan proses layanan yang lebih cepat dari layanan sebelumnya. Kedua
prosedur pelayanan sebelum dan sesudah ada inovasi jika dibandingkan memiliki
perbedaan seperti pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4. 2 Proses pelayanan laporan gangguan kamtibmas

Sebelum inovasi Sesudah inovasi


Datang ke SPKT Via Media Kentongan Online
Komunikasi
Pelapor datang ke Pelapor menghubungi Pelapor menekan kentongan
SPKT nomor Kepolisian online.
terdekat atau melalui
call center 110
105

Pelapor harus - -
mengantri
Pelapor membuat Pelapor membuat operator menghubungi pelapor
laporan laporan secara lisan untuk memastikan kebenaran
laporan diteruskan ke petugas
di lapangan, SPKT, dan grup
whatsapp kepolisian.
Petugas datang ke Petugas datang ke piket -
piket Reskrim untuk Reskrim untuk meminta
memints surat rekomendasi
rekomendasi
Dibuatkan surat Dibuatkan laporan -
tanda terima laporan polisi
polisi
Petugas Petugas mendatangi - Petugas yang dekat dengan
mendatangi TKP TKP untuk olah TKP lokasi, langsung merapat
untuk olah TKP (waktu tergantung jarak ke TKP untuk
(waktu tidak tentu) lokasi dengan Kantor mengamankan TKP
Polisi) (waktu yang dibutuhkan
maks. 15 menit)
- - - Operator mencatat di buku
mutasi
Sumber: diolah dari berbagai sumber (2017)
Bentuk inovasi proses pelayanan gangguan kamtibmas polres jember,
adanya perubahan prosedur yang berawal dari pelaporan sampai petugas datang
ke lokasi untuk melakukan olah TKP. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada
perubahan proses pelayanan. Pelayanan sebelum ada layanan, petugas yang
datang ke lokasi setelah melalui prosedur pembuatan surat rekomendasi dan surat
tanda terima laporan. Sedangkan setelah ada inovasi, setelah melapor dan
dikonfirmasi kebenaran laporan, petugas (seluruh anggota baik dari polres
maupun polsek) yang paling dekat dengan lokasi langsung ke lokasi untuk
mengamankan TKP atau memberikan tindakan pertama.

Tabel 4. 3 Kelebihan dan Kekurangan Proses Pelayanan Setelah Inovasi


Kelebihan Kekurangan
Proses Pelayanan mudah, cepat, dan Masih ada laporan yang tidak
106

hemat biaya ditanggapi


Operator ramah dan cara bicaranya Pengguna masih terbatas pengguna
halus, sopan, dan tertata. android.
Pelayanan mudah di akses
Aplikasi mudah di operasikan
Sumber: Diolah dari beberapa sumber

Perbedaan waktu dalam pelayanan konvensional dengan pelayanan setelah


ada inovasi adalah untuk pelayanan konvensional waktu yang dibutuhkan tidak
tentu karena pelaporan harus datang ke tempat layanan. Berdasarkan wawancara
dengan pengguna pelayana konvensional menunjukkan bahwa waktu yang
dibutuhkan dalam pelayanan konvensional tidak tentu. Pelaporan konvensional
harus membuat laporan di Kepolisian sesuai wilayahnya. Sedangkan dari hasil
wawancara dengan pengguna layanan kentongan online, waktu yang dibutuhkan
dalam pelayanan kentongan online mulai masyarakat melapor sampai petugas
datang ke TKP adalah ± 15 menit.

4.6 Inovasi Metode Pelayanan


Pelayanan yang cepat, murah, dan mudah di akses merupakan pelayanan
yang diinginkan oleh masyarakat. Kepuasan masyarakat menjadi salah satu acuan
keberhasilan sebuah pelayanan, dan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan
pelayanan. Pelayanan publik menyangkut metode pelayanan yang terkait
bagaimana cara komunikasi atau interaksi antara pengguna dan pemberi layanan.
Aplikasi yang diterapkan dalam pelayanan publik tentu terkait dengan
interface. Interface di dalam pelayanan merupakan alat penghubung antara
pengguna layanan dengan pemberi layanan. Terdapat 3 (tiga) interface dalam
pelaksanaan pelayanan terkait gangguan Kamtibmas, yaitu; (1) aplikasi WAR
Polres Jember (Kentongan Online) yang diperuntukkan bagi masyarakat, (2)
WAR Police Control yang diperuntukkan bagi operator; (3) WAR Police Control
yang diperuntukkan bagi petugas di lapangan.
107

Konsep inovasi pelayanan tentu tidak lepas dari komunikasi antara


pengguna layanan dengan petugas maupun antar petugas. Komunikasi dalam
inovasi pelayanan Kentongan Online Polres Jember dapat dilihat pada gambar
4.13. WAR Police Control untuk operator menjadi interface yang menjembatani
dengan kedua interface yang digunakan masyarakat dengan interface yang
digunakan oleh petugas di sekitar masyarakat pelapor.

WAR Polres WAR Police WAR Police


Jember (Kentongan Control Control
Online) (Operator) (P. Lapangan)

Gambar 4. 21 Alur komunikasi antar interface

Inovasi metode pelayanan adalah cara baru berinteraksi dalam memberikan


pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan konvensional mengharuskan masyarakat
untuk datang ke lokasi pelayanan, sehingga metode pelayanan dilakukan secara
langsung. Metode pelayanan yang biasanya dapat dirasakan ketika face to face,
kini dapat berkembang hanya dengan menggunakan teknologi digital. Di era
digital saat ini interaksi secara langsung dapat digantikan melalui teknologi
digital. Adanya perubahan metode interaksi melalui teknologi digital dapat
mempercepat, memudahkan dan mengurangi biaya dalam pelayanan.
Inovasi pelayanan gangguan kamtibmas polres jember memanfaatkan
teknologi digital, sehingga ada perubahan cara interaksi antara pelapor dengan
petugas pemberi layanan yang semula harus datang langsung ke tempat
pelayanan, saat ini dapat dilakukan melalui aplikasi Kentongan Online. Cara
interaksi pada layanan Kentongan Online adalah pelapor hanya menekan
kentongan yang ada dalam aplikasi saja, maka petugas operator yang akan
menghubungi pelapor. Sedangkan cara interaksi antara petugas operator dengan
petugas yang ada di lapangan juga digantikan menggunakan teknologi. Interaksi
antara operator dengan petugas di lapangan dilakukan dengan diberikannya
notifikasi oleh operator yang dilengkapi dengan data pelapor dan lokasi pelapor
secara real time melalui Maps.

Gambar 4. 22 Metode komunikasi sebelum inovasi


108

Tatap muka Manual


Petugas piket/
Masyarakat Petugas SPKT
di lapangan
telepon Via HT
CC 110
Operator CC Polda

Gambar 4. 23 Metode komunikasi setelah inovasi

aplikasi aplikasi
Masyarakat Petugas di
Operator
lapangan
Telepon Via HT
Via HT/ telepon

SPKT

Metode komunikasi terkait dengan komunikasi antara petugas dengan


masyarakat dan juga komunikasi antar anggota kepolisian. Pada pelayanan
pelaporan gangguan kamtibmas yang konvensional terlihat pada gambar 4.22
masih menggunakan metode manual yaitu melalui HT atau sambungan telepon.
Sedangkan pelayanan setelah ada inovasi (lihat gambar 4.23) sudah menggunakan
metode komunikasi berbasis aplikasi yang lebih cepat. Hanya saja ketika kita lihat
pada prosedur layanan kentongan online, metode komunikasi operator dengan
SPKT, dalam melaporkan adanya kejadian dengan tujuan agar dicatat di SPKT,
masih menggunakan metode komunikasi manual melalui HT. Jadi dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa sistem belum dibangun secara menyeluruh.

4.7 Kemudahan dan Kecepatan bagi Masyarakat dalam Mendapatkan


Pelayanan Kamtibmas
Inovasi berbasis teknologi informasi bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik. Inovasi pelayanan pelaporan gangguan kamtibmas Polres
Jember berbasis teknologi informasi dan komunikasi “Kentongan Online”
menunjukkan adanya perubahan proses dan metode pelayanan seperti yang
dijelaskan di atas. Perubahan proses pelayanan gangguan kamtibmas Polres
109

Jember menunjukkan adanya pemangkasan birokrasi. Selanjutnya adanya


perubahan metode pelayanan gangguan kamtibmas Polres Jember menunjukkan
adanya perubahan metode komunikasi dari komunikasi konvensional ke arah
komunikasi melalui teknologi informasi dan komunikasi.
Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam
penyelenggaraan pelayanan publik oleh Polres Jember (Kentongan Online)
merupakan penerapan e-government jenis interact dengan tipe hubungan G2C
(Government to Citizens) yang bertujuan untuk mendekatkan pemerintah dengan
rakyatnya melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan
mudah menjangkau pemerintahannya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan
pelayanan sehari-hari. Selain itu penggunaan teknologi dapat mewujudkan
transparansi atau kemudahan mengakses informasi. Begitu halnya pada Aplikasi
WAR Polres Jember yang memberikan informasi terkait data lokasi pelayanan
kepolisian lengkap dengan alamat dan nomor telepon. Selain itu WAR Polres
Jember juga dapat menunjukkan lokasi kantor kepolisian dan pos-pos polisi secara
akurat, karena aplikasi WAR Polres Jember terintegrasi dengan Maps.
Adanya inovasi berbasis IT menguntungkan bagi mayarakat, karena
masyarakat tidak perlu berurusan dengan birokrasi yang lamban. Begitu pula
dengan petugas pelayanan yang dipermudah dalam memberikan pelayanan.
Pelayanan pelaporan gangguan kamtibmas Polres Jember melalui Kentongan
Online merupakan inovasi pelayanan yang memudahkan masyarakat dalam
melaporkan adanya gangguan kamtibmas. Di samping itu, Polres Jember sebagai
pemberi layanan dapat memberikan pelayanan yang lebih cepat, sehingga
keinginan masyarakat terkait kecepatan pelayanan dapat tercapai.
110

Peningkatan kualitas pelayanan publik pada inovasi pelayanan gangguan


kamtibmas “Kentongan Online” polres jember dapat dilihat pada tabel 4.7 di
bawah ini. Indikator kualitas pelayanan yang digunakan berdasarkan pada
Keputusan MENPAN No. 63/ KEP/ M. PAN/ 7/ 2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Tabel 4. 4 Indikator kualitas pelayanan sebelum dan sesudah adanya inovasi


Kualitas
Sebelum Sesudah
Pelayanan
Kesedarhanaan Prosedural Prosedur mudah, tidak berbelit.
Prosedur
Kemurahan Pelayanan gratis, tapi perlu Pelayanan gratis, hanya perlu
Pelayanan mengeluarkan biaya untuk kuota internet untuk mengakses
transportasi menuju ke layanan dan tidak perlu biaya
SPKT. transportasi.
Kepastian Waktu tidak pasti ±15 menit petugas sampai di TKP
Waktu (tergantung jarak TKP)
Akurasi Pelayanan berdasarkan Tidak perlu antri dan langsung
Pelayanan nomor antrian dan langsung ditindaklanjuti.
ditindaklanjuti
Keamanan Keamanan identitas sebagai Keamanan identitas sebagai
Pelayanan pelapor rawan diketahui. pelapor tidak diketahui.
Kemudahan Masyarakat harus datang ke Masyarakat tidak perlu datang ke
Akses SPKT, atau melalui media SPKT dan tanpa harus mencatat
komunikasi dengan syarat atau menghafal nomor kepolisian.
harus mencatat atau
menghafal nomor
kepolisian.
Keadilan Semua kalangan dapat Semua dapat mengakses dengan
Pelayanan mengakses syarat memiliki android
Sumber: data diolah dari berbagai sumber (2017)
111

Berdasarkan pembahasan di atas, menunjukkan adanya perubahan proses


pelayanan dan perubahan metode pelayanan. Inovasi pelayanan pelaporan
gangguan Kamtibmas melalui Kentongan Online merupakan inovasi pelayanan
yang efisien, jangkauan luas, dan memberikan rasa aman.
1. Efisien
Laporan gangguan kamtibmas langsung direspon dan ditindaklanjuti dengan
cepat, sehingga dalam waktu singkat polisi yang bertugas sudah berkumpul
di TKP. Adanya kentongan online tersebut, masyarakat diberikan
kemudahan dalam mengakses bantuan kepolisian. Berdasarkan hasil
wawancara, pengguna layanan menyampaikan bahwa pengguna merasa
diuntungkan, karena pelapor tidak perlu datang ke SPKT terdekat. Selain
itu, terkait dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh pengguna bukan
menjadi kendala, karena sebagai penggunaan android, tentu jaringan internet
juga menjadi kebutuhan. Hal ini berarti bahwa pengguna dapat menghemat
waktu, tenaga dan biaya.
2. Memberikan rasa aman
Adanya layanan Kentongan Online Polres Jember dapat memberikan rasa
aman bagi penggunanya. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengguna
layanan, rata-rata memberikakan jawaban bahwa dengan adanya aplikasi
tersebut, dapat memberikan rasa aman, tetapi hanya pengguna android.
Seperti yang di sampaikan oleh pengguna yang pernah mencoba aplikasi,
“iya, saya merasa aman, tapi hanya yang memakai HP android,
yang HP biasa masih tidak.” (wawancara dengan Bapak Fi
selaku pengguna, 17/02/2017)
Pelaksanaan pelayanan gangguan Kamtibmas oleh Polres Jember melalui
Kentongan Online dapat dikatakan belum maksimal. Penerapan layanan yang
tergolong baru ini berjalan bukan tanpa hambatan atau kendala.

4.8 Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Inovasi Pelayanan


Kentongan Online
Pelaksanaan inovasi pelayanan publik yang produk layanannya benar-benar
baru menjadi pekerjaan yang cukup berat bagi penyelenggaranya. Pasalnya hal ini
112

terkait dengan merubah pola pikir baik dari aparatur pemerintah dan juga
masyarakat. Selain itu merubah kebiasaan yang sudah untuk membiasakan dengan
kondisi yang baru merupakan hal yang cukup sulit. Meskipun penerapan layanan
Kentongan Online Polres Jember banyak mendapat apresiasi dari berbagai pihak,
bukan berarti pelaksanaannya serta merta berjalan dengan mulus. Apalagi
Kentongan Online adalah hal yang sangat baru di Kabupaten Jember, tentu perlu
adanya pengembangan layanan, agar tercapai pelaksanaan yang sempurna, sesuai
dengan harapan awalnya. Berdasarkan dari itu dan hasil kajian di lapangan, dapat
dilihat hal yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
dan pengembangan layanan Kentongan Online, yaitu sebagai berikut.

4.8.1 Faktor Pendukung


Penerapan layanan Kentongan Online Polres Jember, terdapat beberapa
dimensi yang menjadi pendorong keberhasilan pelaksanaan dan
pengembangannya, yaitu; kemampuan SDM, ketersediaan insfrastruktur IT.
1. Adanya perencanaan penerapan e-service di lingkungan Polri
Penerapan inovasi layanan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat
Polres Jember berbasis IT landasan awalnya yaitu pada Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pada
UU tersebut jelaskan bahwa Kamtibmas adalah salah satu syarat
terselenggaranya proses pembangunan nasional. Salah satu tanda
tercapainya tujuan pembangunan nasional yaitu terjaminnya keamanan,
ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman. Regulasi ini
dirancang dengan mempertimbangkan keberhasilan tugas Polri yang
dilandasi oleh proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan serta pengendalian dengan memanfaatkan teknologi informasi
yang tepat guna.
Selanjutnya untuk menetapkan prosedur pelayanannya inovasi layanan
berlandasan pada Perkap RI Nomor 7 tahun 2009 tentang Sistem Laporan
Gangguan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat. Ketiga dasar tersebut
113

dijadikan landasan untuk membentuk Standar Operasional Prosedur layanan


Kentongan Online.
Dari hasil dokumentasi, dalam Grand Strategi Polri 2005-2025,
dijelaskan bahwa ada 3 tahapan dalam kebutuhan publik terhadap pelayanan
publik, yaitu sebagai berikut.
1. Tahapan I Trust Building (2005-2010)
2. Tahapan II Partnership Building (2011-2015)
3. Tahapan III Strive for Excellence (2016-2025)
Pada tahapan ke III merupakan tahapan yang berupaya untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang mengharapakan multi dimensi
Service quality yang efektif dan efisien di tengah globalisasi. Salah satunya
melalui peningkatan kualitas pelayanan publik berbasis teknologi.
Selanjutnya Kapolri Tito Karnavian menjabarkannya pada program
unggulan “Promoter” yang salah satunya menekankan pada pelayanan
berbasis teknologi. Berdasarkan hal tersebut Kapolres Jember
menindaklanjuti dengan berinovasi di bidang pelayanan publik.
Berdasarkan penjelasan di atas menunjukan bahwa pelaksanaan
layanan Kentongan Online Polres Jember sudah tepat karena telah sesuai
dengan grand strategi Polri, program Polri dan juga visi dan misi Polres
Jember. Sehingga kesepakatan mengenai penerapan e-government khusunya
penerapan e-service di lingkungan Polri sudah ada bukti yang kuat.
2. Kontinyuitas Penerapan
Pelayanan pelaporan gangguan kamtibmas melalui Kentongan Online
Polres Jember merupakan inovasi yang di gagas oleh Kapolres Jember
AKBP M.Sabilul Alif, S.H., S.I.K., M.Si. Pada akhir tahun 2016,
Kepemimpinan Polres Jember berganti. Meskipun pimpinan telah berganti,
pelayanan pelaporan gangguan Kamtibmas melalui Kentongan Online tetap
berjalan.
3. Kemampuan SDM
Sumber daya manusia menjadi hal penting karena menjadi penggerak
organisasi dalam mencapai tujuan. Penerapan inovasi layanan berbasis
114

android oleh Polres Jember bukan menjadi beban bagi personil yang ada di
dalamnya. Saat ini android sudah menjadi kebutuhan, sehingga hampir
semua personil paham dalam pengoperasian android. Strategi yang
dilakukan dalam penerapan inovasi terkait SDM adalah menempatkan
personil yang masih muda untuk mejadi operator. Selain itu kemudahan
aplikasi untuk dipelajari menjadikan para personil lebih cepat menyesuaikan
diri dengan layanan yang baru.
4. Ketersediaan insfrastruktur IT
Teknologi informasi menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam inovasi pelayana yang dilakukan oleh Polres Jember. Perangkat
teknologi menjadi alat pelaksanaan inovasi pelayanan. Insfrastruktur
Teknologi Informasi Polres Jember dalam penerapan inovasi pelayanan
Kentongan Online telah tersedia sesuai dengan kebutuhan inovasi yang
dilakukan. Sehingga pengembangan e-government di Polres Jember dapat
dilakukan jika dilihat dari ketersediaan insfrastruktur teknologi
informasinya.
5. Jangkauan Luas
Pelayanan pelaporan gangguan kamtibmas Polres Jember tidak hanya
cepat, mudah, dan murah saja. Inovasi pelayanan berbasis TI berupa aplikasi
android tersebut jangkauannya luas. Kentongan konvensional yang
digunakan untuk memberikan tanda terjadinya gangguan kamtibmas
jangkaunnnya sangat terbatas, tergantung ukuran dari kentongan. Tetapi
dengan adanya inovasi pelayanan pelaporan gangguan kamtibmas yang
mengadopsi budaya lokal (kentongan) jangkauan dalam memberikan tanda
adanya gangguan kamtibmas menjadi sangat luas. Hal ini jugalah yang
menjadi salah satu keunggulan dari pelayanan Kentongan Online.
Keunggulan jangkauan yang luas didukung dan dapat dikendalikan melalui
aplikasi menjadikan pelayanan gangguan kamtibmas menjadi lebih cepat,
mudah, dan murah.
6. Aplikasi mudah di operasikan
115

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengguna layanan, para


pengguna layanan mengungkapkan bahwa aplikasi Kentongan Online ini
termasuk mudah untuk di operasikan. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi
mudah dipahami oleh pengguna. Penerapan aplikasi baru, tentu dibutuhkan
panduan untuk pengoperasiannya. Berdasarkan hasil pengamatan di
playstore, aplikasi ini dilengkapi dengan deskripsi umum dan juga gambar
yang menunjukkan berbagai fitur di dalamnya. Hanya saja gambar tersebut
belum dapat menjelasakan mengenai pengoperasian aplikasi. Untuk
pengguna yang sudah terbiasa dengan android, aplikasi Kentongan Online
mudah untuk dipelajari.
Pengoperasian aplikasi untuk orang yang awam dengan android atau
masih baru menggunakan android, maka dibutuhkan Panduan Umum yang
mana pada aplikasi ini dapat di dapat dari Youtube dan juga di download.
Sayangnya link untuk akses panduan tersebut tidak disertakan di dalam
playstore.

4.8.2 Faktor Penghambat


Kesiapan Polres Jember di atas tidak menjamin berjalannya penerapan
inovasi pelayanan berjalan dengan mulus. Pada penerapannya masih banyak
masyarakat yang belum mengetahui mengenai adanya pelayanan tersebut. Hal ini
menunjukan ada faktor penghambat atau kendala yang dihadapi oleh Polres
Jember. berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, faktor
penghambat pelaksanaan dan pengembangan layanan Kentongan Online Polres
Jember, dapat dilihat dari dua kategori, yaitu penghambat dari internal dan
eksternal.
Adapun faktor-faktor yang penghambat dari internal Polres Jember adalah
sebagai berikut.
1. Sosialisasi kurang maksimal
Sosialisasi merupakan salah satu aspek sangat penting dalam penerapan
konsep baru dalam pelaksanaan pemerintahan. Sosialisasi konsep e-
116

government secara merata, kontinyu, konsisten, dan menyeluruh kepada


seluruh kalangan menjadi hal yang penting dalam mendukung suksesnya
penerapan konsep baru. Adanya perbaruan konsep pelayanan publik harus
diketahui oleh masyarakat sebagai pengguna dan juga aparatur pemerintah.
Sosialisasi berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat terhadap layanan
publik. Karena pada dasarnya penerapan e-government memiliki tujuan
untuk mendekatkan pemerintah dengan Publik. Sehingga agar
pengaplikasian e-government dapat berjalan maksimal diperlukan sosialisasi
yang maksimal pula.
Perbaruan pelayanan berbasis IT yang dilakukan oleh Polres Jember
telah dilakukan sosialisasi melalui berbagai cara. Untuk sosialisasi internal,
pada awal penerapannya Polres Jember selain melakukan sosialisasi untuk
jajaran anggota di lingkungan Polres, dilakukan pula sosialisasi ke seluruh
anggota polsek di Jember melalui Kepala Polsek.

“Kemudian kita panggil para kapolsek, untuk diberikan CD.


Dalam CD itu sudah ada semacam nilai value lebih, dan
tutorialnya. Kita sudah sebar ke 31 polsek, dan polsek akan
menyebarkan ke kecamatan-kecamatan, nanti sampai ke desa-
desa sampai ke pelosok.” (wawancara dengan Kompol Edo Satya
Kentriko S.H., S.I.K., M.H. selaku wakapolres, 01/03/2017)

Selanjutnya sosialisasi dilakukan untuk masyarakat, ada beberapa cara


yaitu; melalui media sosial, media televisi melalui talkshow, dan juga
melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh polres Jember. Selain itu
sosialisasi juga dilakukan melalui getok tular, hal ini ditunjukkan dari
beberapa pengguna layanan yang dapat informasi dari polisi langsung.
Tidak hanya Polres Jember saja yang melakukan sosialisasi tetapi sosialisasi
juga dilakukan oleh polsek yang ada di Jember dan juga masyarakat melalui
media sosial. Seperti yang di posting oleh akun facebook @subagiyo
Regama pada tanggal yang mendokumentasikan kegiatan sosialisasi WAR
Polres Jember.
“Kapolsek bersama anggota melaksanakan sosialisasi War Polres
Jember kepada warga Kecamatan Semboro di Lapangan Bola
117

Volly Dsn Rowo Tenggu Ds Sidomulyo dalam rangka Halal bi


halal.” (diposting pada tanggal 30 Juli 2016)

“Kapolsek Semboro bersama anggota melaksanakan


Sosialisasi War Polres Jember dan T-Bike serta T-Drive kepada
Kelompok Jemaat Petra di Dsn Krajan Desa Rejoagung.”
(diposting pada 24 Agustus 2016)

Sosialisasi yang dilakukan oleh Polres Jember kurang merata, kontinyu,


konsisten, dan menyeluruh, meskipun setiap kegiatan-kegiatan polres juga
dilakukan sosialisasi. Jika membuka akun instagram @warpolresjember,
informasi yang di upload kurang update, sehingga sosialisasi yang
dilakukan tentang inovasi layanan barunya dapat dikatakan kurang
maksimal. Terbukti jumlah pengguna masih sebesar ± 8.222 pengguna, jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk Jember, jumlah tersebut masih
dikatakan kecil.
2. Belum ada kerjasama dengan intansi lain terkait pelayanan emergency
Penerapan layanan Kentongan Online penggunaannya masih sebatas
pelayanan kepolisian terkait gangguan kamtibmas dan lakalantas saja,
belum ada kerjasama dengan instansi lain atau belum diintegrasikan dengan
pelayanan instansi lain yang bersifat emergency juga. Hal ini disampaikan
oleh Wakapolres Jember, Kompol Edo Satya Kentriko S.H., S.I.K., M.H
saat wawancara pada 01-03-2017, bahwa penerapan awalnya dikhususkan
untuk pelayanan emergency atau gangguan kamtibmas saja. Sedangkan
untuk kerjasama dengan instansi lain terkait dengan pelayanan emergency
belum dilakukan.

3. Belum ada tenaga ahli terkait programing aplikasi


Ketersediaan tanaga ahli di bidang teknologi terkait dengan pengadaan
software belum dimiliki, sehingga masih menggunakan SDM di luar Polres.
Hal ini menjadi penghambat bagi Polres Jember dalam mengembangkan
software karena harus tergantung dari tenaga ahli di luar Polres.
118

4. Operator tidak disiplin


Berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP), ketika operator
menghubungi pelapor dan menanyakan identitas, detail kejadian, dan tempat
kejadian, seharusnya operator mencatatnya, tetapi yang operator hanya
menanyakan saja tanpa mencatat. Selanjutnya pada proses selanjutnya,
setiap laporan yang masuk dan ditindaklanjuti, maka operator wajib
mencatat di buku mutasi selanjutnya menghapus history laporan dari
aplikasi. Tetapi hal tersebut tidak dilakukan oleh operator. Terkait dengan
hal tersebut, dalam pelaksanaannya belum ada regulasi yang mengatur
dalam pelaksanaan penerapan pelayanan.
5. Insfrastruktur IT tidak dimanfaatkan secara maksimal.
Insfrastruktur IT pada inovasi pelayanan Kentonga Online yaitu berupa
dibuatnya ruangan kontrol yang di dalamnya dilengkapi dengan Teknologi
pendukung. WAR Police Control yang digunakan oleh operator dapat
dioperasikan melalui perangkat tablet. Pada pengamatan di lapangan,
Ruangan WAR Command Center dalam kondisi kosong dan perangkatnya
mati. Operator mengontrol melalui perangkat tablet. Sehingga pembangunan
fasilitas IT tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal.
6. Sistem belum dibangun secara menyeluruh
Sistem layanan belum dirancang secara penuh melalui aplikasi. Mengacu
pada alur layanan dari operator ke petugas SPKT menggunakan metode
komunikasi manual belum terintegrasi. Dalam hal ini kemudahan tidak
hanya pada proses pelaporan oleh masyarakat saja, tetapi laporan operator
ke SPKT akan menjadi lebih mudah.

Selain faktor internal tersebut di atas, berikut merupakan faktor penghambat


dari eksternal dalam pelaksanaan pelayanan Kentongan Online.
a) Kurangnya partisipasi masyarakat
Kurangnya partisipasi masyarakat dalam menggunakan aplikasi layanan
Kentongan Online. Hal ini disebabkan karena kurang maksimalnya
sosialisasi yang dilakukan oleh Polres Jember. Berdasarkan wawancara dan
119

pengamatan di lapangan, hambatan berasal dari eksternal Polres Jember


yaitu kurangnya peran serta masyarakat dalam pelayanan ini. Jika dilihat
dari respon masyarakat di google play dapat dikatakan cukup bagus. Tetapi
jumlah penggunanya masih sebanyak 8.222 pengguna (tercatat pada 1
Februari 2017). Angka pengguna tersebut tergolong kecil jika dibandingkan
dengan populasi Kabupaten Jember berdasar data BPS tahun 2016 pada
tahun 2015 sebanyak 2.407.115 jiwa. Jumlah penduduk tersebut belum
termasuk penduduk pendatang seperti mahasiswa. Jika dipersentase jumlah
pengguna aplikasi tersebut hanya 0,34% dari total jumlah penduduk
b) Tidak semua masyarakat menggunakan android
Pelayanan yang dibangun oleh Polres Jember diperuntukkan bagi pengguna
android. Tetapi pada kenyataannya banyak masyarakat yang menggunakan
Hand Phone yang menggunakan sistem operasi ios (iPhone) dan windows
phone. Tidak hanya itu, ada masyarakat yang belum memiliki Smartpone.
Sehingga pelayanan yang lama masih tetap beroperasi.
c) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang IT
Pemahaman masyarakat tenetang IT menjadi salah satu kendala penerapan
layanan Kentongan Online, hal ini disampaikan oleh Bripda Diana Agustin
selaku operator WAR sekaligus anggota Satbinmas Polres Jember, sebagai
berikut.
“Kendala yang kami hadapi adalah untuk penerapan di
masyarakat, khusunya di daerah pelosok. Di sana orang-orang
tua yang kurang sosialisasi selain itu banyak yang belum paham
tentang gadget.” (wawancara pada 27/01/2017)

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pelaksanaan inovasi pelayanan
gangguan Kamtibmas Polres Jember, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
120

1. Inovasi pelayanan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat


(Kamtibmas) melalui kentongan online pada aplikasi WAR Polres Jember
merupakan pelayanan yang efisien. Hal ini dapat dilihat dari inovasi proses
pelayanan dan inovasi metode. Adanya perubahan pada proses pelayanan
yang lebih sederhana dapat memudahkan masyarakat dalam melaporkan
gangguan Kamtibmas, karena masyarakat tidak perlu meninggalkan lokasi
kejadian, sehingga dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga. Selain itu
Kentongan Online juga dapat memberikan kemudahan dan kecepatan bagi
masyarakat dalam mendapatkan pelayanan. Kemudahan akses pelayanan
tersebut, didukung adanya inovasi metode pelayanan yang merubah metode
komunikasi manual ke metode komunikasi berbasis teknologi, sehingga
pelayanan menjadi lebih cepat. Selain itu inovasi pelayanan Kentongan
Online ini memiliki jangkauan yang luas dan memberikan jaminan rasa
aman bagi masyarakat yang menggunakan layanan.
2. Meskipun inovasi pelayanan Kentongan Online Polres Jember merupakan
pelayanan yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan, di dalam
penerapannya dapat dikatakan kurang maksimal. Perlu diketahui bahwa
pada penerapan program baru di dalam organisasi tidak serta merta berjalan
dengan mulus, pasti ada hambatan yang dihadapi. Dalam pelaksanaannya
dan untuk pengembangan e-govenrment Polres Jember kedepannya, ada
beberapa faktor yang mendukung dan menghambat. Adapun faktor
pendukungnya, yaitu; adanya perencanaan penerapan e-service di
lingkungan Polri, kemampuan SDM, ketersediaan insfrastruktur IT,
jangkauan luas, kontinyuitas penerapan, dan aplikasi mudah di operasikan.
Sedangkan faktor penghambatnya, yaitu; kurangnya sosialisasi, belum ada
kerjasama dengan pelayanan emergency lain, sistem belum dibangun secara
menyeluruh, operator tidak disiplin, insfrastruktur IT tidak dimanfaatkan
secara maksimal, kurangnya pemahaman masyarakat tentang IT, tidak
semua masyarakat menggunakan android, dan kurangnya partisipasi
masyarakat.
121

5.2 Saran
Dari kesimpulan di atas, dapat diketahui gambaran pelaksanaan inovasi
pelayanan publik berbasis teknologi informasi dan komunikasi Polres Jember
serta faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan dan pengembangan
layanan. Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan tersebut, penulis mencoba
memberikan beberapa saran sebagai upaya meminimalisir hambatan atau kendala
dalam rangka mengembangkan pelaksanaan inovasi pelayanan publik yang lebih
maksimal. Adapun beberapa saran yang dapat penulis berikan yaitu sebagai
berikut.
1. Sosialisasi kepada masyarakat sebaiknya lebih ditingkatkan lagi agar
partisipasi masyarakat dalam menggunakan pelayanan ini dapat
ditingkatkan. Karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui
pelayanan Kentongan Online.
2. Pelayanan Kentongan Online diperuntukkan untuk melaporkan kejadian
kriminalitas dan lakalantas yang bersifat emergency. Sebaiknya layanan ini
diintegrasikan dengan pelayanan publik yang bersifat emergency lainnya,
contohnya pemadam kebakaran, layanan ambulan, dll.
3. Dibentuknya regulasi yang mengatur pelaksanaan (operasional) oleh
petugas (operator)
4. Aplikasi lebih baik dikembangkan lagi, tidak hanya untuk android saja
tetapi untuk smartphone dengan sistem operasi yang lain, seperti iOS
(iPhone) dan Windows Phone. Sehingga pengguna tidak sebatas pengguna
android saja.
5. Terkait dengan metode komunikasi pada layanan WAR Polres Jember, perlu
dibangun sistem yang menyeluruh dalam satu aplikasi, sehingga akan
mempermudah operator dalam menyebarkan informasi adanya kejadian.
6. Sebaiknya aplikasi ditambahkan kolom penilaian atau pengaduan terkait
pelayanan pelaporan Kamtibmas melalui Kentongan Online. Hal ini dapat
digunakan bahan evaluasi untuk perbaikan dan memaksimalkan pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Alif, S. 2016. Down To Earth: Catatan Abdi Bhayangkara di Bumi Pandalungan.
Jember: Jember Katamedia.
Daymon dan Holloway. 2008. Riset Kualitatif dalam Public Relation & Marketing
Communication. Bandung: Bentang Pustaka.
Idrus, Muhammad.2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Penerbit
Erlangga
Indrajit, Richardus Eko. 2006. Elektronic Government: Strategi Pembangunan dan
Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital.
Yogyakarta: ANDI
Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Pembaharuan.
Maslow, H.A. 1988, Motivasi dan Kepribadian, Jakarta: Pustaka Binaman Persindo.
Moenir, 1995. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Moenir, 2002. Manajemen Pelayanan Umum Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Moleong, Lexy J. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muluk, M.R Khairul. 2008. Knowledge Management: Kunci Sukses Inovasi
Pemerintahan Daerah. Malang: Bayumedia.
Rogers, Everret M. 2003. Diffusion of Innovation. 5th edition. New York: Free Press.
Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Revika Aditama.
Sinambela, Litjen P. 2014. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Syafi’ie, I. K, dkk. 1999. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta PT: Rineka Cipta.
123

Usman, Husaini. Akbar, Purnomo S. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: PT


Bumi Aksara.
Wibowo. 2006. Manajemen Perubahan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Yusuf, M. 2014. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan.
Jakarta: Prenadamedia Group.

Buku Terbitan Lembaga


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka.
Polri. 2005. Grand Strategi Polri 2005-2025. Jakarta: Markas Besar Kepolisian
Republik Indonesia.
LAN, 2007. Dimensi Pelayanan Publik Dan Tantangannya Dalam Administrasi
Negara (Publik) Di Indonesia. Jakarta: Bagian Humas dan Publikasi.
LAN, 2014. Handbook Inovasi Administrasi Negara. Jakarta Pusat: INTAN-DIAN-
LAN
Nawawi, Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Suwarno, Yogi dan Ikhsan, M. 2006. Standar Pelayanan Publik di Daerah.
Manajemen Pemerintah Daerah. PKKOD-LAN
Universitas Jember, 2016. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Jember.
Jember: Jember University Press
Universitas Jember. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Jember.
Jember: Jember University Press

Jurnal Ilmiah
Habibullah, Achmad. 2010. Kajian Pemanfaatan dan Pengembangan E-Government.
Jurnal Fisip Unej Volume 23, Nomor 3 Hal: 187-195.
Iswahyudi. 2014. Kualitas Layanan Kantor Imigrasi Kelas 1 Yogyakarta dalam
Pembuatan Paspor Berbasis E-Goverment (Studi Kasus Pada Kantor Imigrasi
Kelas 1 Yogyakarta). Tesis. Yogyakarta: Program Studi Magister Ilmu
Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
124

Mediaswati, Rina; Sidik, Fajar. 2013. Analisa Penerapan Aplikasi Pelaporan


Kepegawaian Berbasis Web Pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten
Cilacap. JKAP Vol 17 No 1 - Mei 2013, ISSN 0852-9213.
Ojasalo, Jukka. 2010. E-Service Quality: A Conceptual Model. Laurea University of
Applied Sciences, Finland
Pratama, Rizky Hersya, dkk. . Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Informasi
Dan Komunikasi (TIK), Elektronik Rukun Tetangga/Rukun Warga (E-Rt/Rw)
(Studi E-Government Di Kelurahan Ketintang Kecamatan Gayungan Pemerintah
Kota Surabaya). Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 12
Pratiwi, Yuliatina, dkk. . Implementasi E-Service pada Organisasi Publik di
Bidang Pelayanan Publik (Studi tentang Program Penerimaan Siswa Baru (PSB)
Real Time Online Dinas Pendidikan Kota Malang). Jurnal Administrasi Publik
(JAP), Vol 1, No.1
Scupola, Ada. 2009. E-Services: Characteristics, Scope and Conceptual Strengths.
International Journal of E-Services and Mobile Applications, Volume 1, Issue 3.
Surya, Mohamad. 2016. Guru Profesional: Strategi Membangun Generasi Emas.
(Disampaikan dalam acara Seminar dengan tema: “Peran Guru dalam
mempersiapkan generasi emas Indonesia” diseleggarakan oleh Telkom
University, tanggal 22 Desember 2016)
Zericka, Dhenda. 2013. Penerapan Electronic Service dalam Pengembangan
Informasi di Kabupaten Kutai Kartanegara . eJournal Ilmu Komunikasi, Volume
1, Nomor 1, 2013: 345 – 361.

Peraturan Perundang-undangan:
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003
tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun2009
tentang Sistem Laporan Gangguan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
Peraturan Menpan RB No. 31 Tahun 2014 tentang Pedoman Mystery
Shopping Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia
Undang-undang No. 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik
125

Internet
Nouval, Alvin. 2013. Telkom dan Polda Jatim sediakan layanan pengaduan 110.
(https://www.merdeka.com/teknologi/telkom-dan-polda-jatim-sediakan-
layanan-pengaduan-110.html, diakses 05/04/2017)

Haorrahman, S. 2016. Kapolri Minta Seluruh Polres Tiru Inovasi Kentongan Online
Polres Jember. http://www.tribunnews.com/regional/2016/07/18/kapolri-minta-
seluruh-polres-tiru-inovasi-kentongan-online-polres-jember [18 Januari 2017]
Haorrahman. 2016. Aplikasi Kentongan Online Milik Polres Jember Pertama di
Indonesia. http://www.tribunnews.com/regional/2016/05/08/aplikasi-
kentongan-online-milik-polres-jember-pertama-di-indonesia [12 oktober 2016]
Iwan. 2016. Polres Wonogiri Wujudkan Promoter Dengan Aplikasi Layanan
Berbasis Teknologi “WAR”. http://tribratanews-polreswonogiri.com/polres-
wonogiri-wujudkan-promoter-dengan-aplikasi-layanan-berbasis-teknologi-war/.
[diakses 19/01/2017]

Sudrajat, A. 2016. Menpan nyatakan seluruh pemda wajib terapkan e-government


2017. http://www.antaranews.com/berita/592421/menpan-nyatakan-seluruh-
pemda-wajib-terapkan-e-government-2017 [diakses 18 Januari 2017]
Syarrafah, M. 2016. Sistem e-Government ala Risma Diadopsi 41 Kepala Daerah.
https://m.tempo.co/read/news/2016/09/28/058808123/sistem-e-government-ala-
risma-diadopsi-41-kepala-daerah [diakses 10 oktober 2016]
126

LAMPIRAN
127

Lampiran 1 Matrik Pengumpulan Data

Judul : Inovasi Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi oleh Kepolisian

Resort (Polres) Kabupaten Jember (Studi E-Service Kentongan Online Pada Layanan Berbasis

Aplikasi We Are Ready (WAR) Polres Jember)

Tipe Penelitian : Deskriptif Kualitatif

Desain Penelitian : Studi Kasus

Lokasi Penelitian : Kepolisian Resort (Polres) Kabupaten Jember

Teknik Pengumpulan Data : Observasi, Dokumentasi, Wawancara

Teknik Instrumen
Jenis
No Data/Informasi yang Dibutuhkan Sumber Data Pengumpulan Pengumpulan Keterangan
Data
Data Data
Kondisi fisik maupun non fisik
pelaksanaan layanan Kentongan Hp/ kamera/ alat Pedoman
1 Sekunder Polres Jember Observasi
Online pada aplikasi We Are Ready tulis Observasi
(WAR) Polres Jember.
Website Kab. Pedoman Studi
2 Profil Kabupaten Jember Sekunder Dokumentasi Hp/ Laptop
Jember Dokumentasi
Profil Polres Jember
Hp/ Laptop/ Pedoman Studi
3 - Sejarah Singkat Sekunder Polres Jember Dokumentasi
Flashdisk Dokumentasi
- Visi & Misi
128

- Struktur Organisasi
- Deskripsi Tugas
Satreskrim Hp/ Laptop/ Pedoman Studi
4 Data Kriminalitas Kab. Jember Sekunder Dokumentasi
Polres Jember Flashdisk Dokumentasi
Data mengenai layanan WAR
- Salinan SK Program
- SOP Layanan HP/Laptop/
Studi
5. - Data Jumlah pengunduh Sekunder Polres Jember Dokumentasi flashdisk/ mesin
Dokumentasi
- Data Jumlah pengguna/ fotocopy
pendaftar
- Data history layanan
Data respon mengenai aplikasi WAR Studi
7. Sekunder Play Store Dokumentasi HP/ Laptop
Polres Jember Dokumentasi
Gambaran Umum Aplikasi WAR HP/ kamera, alat Pedoman
8. Primer Informan Wawancara
Polres Jember tulis Wawancara
Pelaksanaan teknis layanan pada
HP/ kamera, alat Pedoman
9. WAR Polres Jember dengan layanan Primer informan Wawancara
tulis Wawancara
sebelumnya
Support, Cappasity,dan velue dalam HP/ kamera, alat Pedoman
10. Primer Informan Wawancara
pengembangan pelayanan tulis Wawancara
129

Lampiran 2 Pedoman Observasi

Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati aktivitas


pelayaanan keamanan Kentongan Online pada aplikasi We Are Ready (WAR) Polres
Jember di Kantor Kepolisian Resort Kabupaten Jember sebagai berikut.

A. Tujuan
Untuk memperoleh informasi dan data baik mengenai kondisi fisik maupun non
fisik pelaksanaan layanan Kentongan Online pada aplikasi We Are Ready (WAR)
Polres Jember.
B. Aspek yang di amati
1. Alamat / Lokasi Polres
2. Lingkungan fisik Polres Jember pada umumnya
3. Kondisi pelayanan konvensional
4. Kondisi command center WAR Polres Jember
- Teknologi yang digunakan
- Jaringan Internet
- Siaga 24 jam
- Jumlah Petugas
5. Tampilan Aplikasi Kentongan Online
6. Data respon terhadap aplikasi WAR Polres Jember
7. Pihak yang berperan pada penerapan aplikasi WAR Polres Jember
130

Lampiran 3 Pedoman Wawancara

1. Pedoman Wawancara 1
Topik : Gambaran Umum Layanan Aplikasi WAR Polres Jember
Subtopik :
a) Sejarah munculnya Aplikasi WAR Polres Jember.
b) Konsep Layanan Kentongan Online.
c) Pelaksanaan dan pengembangan layanan pada aplikasi WAR Polres
Jember.

Pertanyaan:

1) Bagaimana awal terbentuknya inovasi layanan Kentongan Online Polres


Jember?
2) Bagaimana pelaksanaan pelayanan gangguan kamtibmas sebelum adanya
inovasi?
3) Bagaimana alur yang dilakukan Polres Jember untuk menjalankan layanan
Kentongan Online ?
4) Apakah ada kendala atau hambatan dalam pelaksanaan layanan?
5) Bagaimana proses layanan sebelum dan sesudah ada layanan?
6) Bagaimana konsep pengembangan Aplikasi WAR Polres Jember kedepanya?
131

2. Pedoman Wawancara 2

Topik : Faktor Pendukungn dan penghambat dalam pengembangan Pelayanan


Kentongan online
Subtopik :
a. Element Support dalam pengembangan layanan WAR Polres Jember
b. Element Cappacity dalam pengembangan layanan WAR Polres Jember
c. Element Value dalam pengembangan layanan WAR Polres Jember

Support
1. Kesepakatan
- Sejauh mana dukungan Pemerintah Kabupaten Jember terhadap adanya
pelayanan Kentongan Online, termasuk dengan pengembangannya?
- Bagaimana dengan dukungan dari Polda ataupun Polri?
- Apakah ada kesepakatan-kesepakatan dalam menerapkan Kentongan
online?
2. Sosialisasi
- Apakah layanan disosialisasikan secara merata, kontiyu, dan konsisten
serta menyeluruh di seluruh kalangan?
- Bagaimana bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh Polres Jember dalam
memperkenalkan Kentongan Online ini kepada anggota dan masyarakat?
Serta bagaimana tanggapan dari masyarakat?
3. Kontinyuitas:
- Bagaimana keberlanjutan dari penerapan Kentongan Online di Kabupaten
Jember mencakup perencanaan pengembangannya ke depan?

Capacity
1. Sumber Daya Finansial
- Bagaimana anggaran atau pembiayaan dalam penerapan dan
pengembangan layanan ini?
2. Infrastruktur teknologi informasi
132

- Bagaimana ketersediaan infrastruktur TI di Polres Jember yang


dibutuhkan dalam penerapan Layanan Kentongan Online?
- Bagaimana kelengkapan fasilitas yang menunjang pelaksanaan layanan
tersebut di Polres Jember?

3. Sumber Daya Manusia (SDM)


- Bagaimana ketersediaan SDM yang memiliki kompetensi dan keahlian di
bidang TI untuk mengelolanys?
- Bagaimana dengan personil kepolisian yang bertugas dalam kaitanya
penerapan layanan tersebut?
- Apakah ada pelatihan sebelum penerapan layanan kentongan online?

Value
1. Manfaat apa yang di dapatkan baik dari pemberi layanan (Polres Jember)
dan juga masyarakat?
133

3. Pedoman Wawancara 3

Topik : Jejak Pendapat masyarakat yang pernah memakai layanan kentongan


online

1. Bisakah Anda ceritakan pengalaman Anda menggunakan Aplikasi Kentongan


online ini?
2. Bagaimana pendapat anda tentang adanya Kentongan Online?
3. Darimana Anda mengetahui adanya aplikasi WAR Polres Jember?
4. Setelah mengunduh aplikasi, apakah Anda mudah memahami setiap fiturnya?
5. Apakah aplikasinya mudah dioperasikan?
6. Bagaimana respon dari petugas ketika anda melapor (ramah, sopan santun, dan
disiplin) ?
7. Berapa menit petugas sampai di TKP?
8. Apakah anda puas dengan respon petugas tersebut?
9. Apa kendala dalam pemakaian aplikasi dan kekurangan dari layanan kentongan
online?
10. Bagaimana kritik dan saran Anda pada layanan kentongan online?
134

Lampiran 4 Surat Rekomendasi Pengambilan Data Awal


135

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian


136

Lampiran 6 Surat Keterangan Selesai Penelitian


137

Lampiran 7 Buku Panduan WAR Polres Jember


138

Sambutan Kapolda Jatim

Assalamualaikum Wr. Wb.


Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat yang bertugas dan
berfungsi untuk memelihara kemanan, ketertiban masyarakat, penegak hukum,
pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat adalah merupakan salah satu pilar
yang diharapkan mampu mewujudkan apa yang menjadi cita-cita Polri. Dengan
kondisi kehidupan masyarakat yang aman, tertib, dan patuh hukum, roda
pemerintahan, serta kegiatan ekonomi dan dunia usaha juga dapat dijalankan
dengan baik.
Sedangkan dalam upaya melindungi, mengayomi, dan melayani
masyarakat, apa yang telah dilakukan oleh jajaran Polri di seluruh jajaran Polda
Jatim, yang hasil positifnya kian dirasakan oleh masyarakat luas, agar terus
dilanjutkan dan ditingkatkan. Peningkatan pelayanan pada lalu lintas umum, pada
penyelamatan warga masyarakat yang mengalami kecelakaan atau musibah
bencana, dan pada perlindungan penduduk dari berbagai aksi kejahatan multi
dimensi.
Kebutuhan akan teknologi Jaringan Komputer semakin meningkat,
Seiring dengan perkembangan teknologi, menyebabkan munculnya kejahatan
multidimensi yang beraneka ragam. Oleh karena itu, kita tidak boleh kalah
dengan kejahatan, melalui teknologi pulalah kita harus mempunyai gagasan-
139

gagaran kreatif untuk mengkounter dan melawan kejahatan yang beraneka


ragam.
Semoga dengan adanya aplikasi WAR / Kentongan Online ini, dapat
membantu tugas-tugas Kepolisian, sehingga kemanan dalam Negeri dapat
diwujudkan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.


Jember, 7 Mei 2016

IRJENPOL Drs. ANTON SETIADJI, SH, MH


140

Prakata Kapolres Jember

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Jember suwar suwir (Jember suasana warga yang aman, religius,
bersahabat, berwawasan intelektual dan kreatif) ini merupakan program unggulan
Polres Jember sebagai langkah akselerasi dan tindak lanjut program Kapolri dan
Kapolda Jatim. Serta, upaya untuk melakukan file and recording sejumlah
kegiatan di Polres Jember dalam rangka mewujudkan situasi kamtibmas yang
aman kondusif. Kegiatan yang dimaksud dikemas dalam semangat Nawa Karya
Tama atau sembilan program unggulan/prioritas.
Bentuknya antara lain Pos Proltape (Polisi patroli tiap pagi dan sore), Pos
Khidmat (Polisi khotbah sholat jumat), Pos Wedang Cor (Polisi-warga don
candon/cangkrukan dan koordinasi), dan Pos Sagita (Polisi sabtu sinergi dengan
masyarakat).
Ada pula Pos Papuma (Polisi peduli pemuda, pelajar dan mahasiswa). Pos
Jagung (Polisi peduli pekerja dan pengangguran), Pos Perwira (polisi peduli
pariwisata dan dunia kreatif), Pos Purna (Polisi peduli perempuan dan anak) dan
Jempol (Jember Police Online).
Dilihat dari namanya saja, tampak kalau program-program tersebut
berorientasi untuk menyentuh masyarakat secara langsung dengan balutan
kearifan lokal. Karena memang, kami ingin selalu hadir di tengah warga tanpa
sekat sedikitpun. Kami harus sanggup mengambil peran sentral dalam segala
bidang kehidupan sehari-hari.
Jember merupakan kota terbesar ketiga di Jawa Timur setelah Malang dan
Banyuwangi. Karekteristik wilayah dan kondisi masyarakatnya benar-benar
kompleks. Maka itu, kami sebagai anggota Polri harus mampu menyesuaikan dari
141

dalam segala keadaan. Sinergitas dan soliditas antar elemen masyarakat menjadi
sesuatu yang mutlak dan wajib dipenuhi.
Dalam menjalankan program yang sudah dicanangkan, kami berupaya
menggandeng pihak ataupun instansi terkait. Tujuannya, menguatkan daya ungkit
(key lavarage) untuk mencapai target pelayanan prima. Tak lupa, kami juga
berusaha selalu dekat dan bersahabat dengan masyarakat di semua lapisan. Sebab,
mereka adalah mitra yang akan dengan senang hati memberikan early warning
dan early detection dalam melaksanakan tupoksi Polri.
Keselamatan dan keamanan adalah hak dari setiap insan manusia, dengan
tatanan dan peraturan maka manusia memiliki kontrol sosial yang baik. Teknologi
akan menunjang keamanan maupun keselamatan pengguna jalan tersebut sesuai
kapasitas dan fungsionalnya terhadap suatu wilayah maupun tempat. Oleh karena
itu Polres Jember menciptakan suatu Program berbasis teknologi yaitu aplikasi
WAR (We Are Ready) atau kentongan Online yang akan dilaunching pada hari
ini, Sabtu tanggal 7 Mei 2016.
Diharapkan aplikasi ini dapat membantu tugas-tugas Kepolisian dan
meningkatkan quickrespon Polri dalam menangani suatu kejadian kamtibmas
yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, serta mempermuda masyarakat dalam
memberikan segala bentuk informasi terkait gangguan kamtibmas kepada Polri.
Demikian sambutan saya , semoga Allah SWT senantiasa memberikan
bimbingan-nya kepada kita sekalian dalam melaksanakan pengabdian yang
terbaik, bagi kejayaan masyarakat, bangsa dan negara kesatuan Republik
Indonesia yang kita cintai bersama..
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jember, 7 Mei 2016
Ketua Tim Penyusun

AKBP M. SABILUL ALIF, S.H., S.I.K., M.SI


142

WE ARE READY (WAR)

Kentongan Online Polres Jember

“ WARGA JEMBER AMAN DAN MAKMUR “

I. Pendahuluan
Jember merupakan kota terbesar ketiga di Jawa Timur setelah Malang dan
Banyuwangi, apa yang terjadi di salah satu kawasan tapal kuda ini, dapat
berpengaruh bagi wilayah lain di sekitarnya. oleh karena itu, para anggota Polri
dituntut melaksanakan tugas yang lebih optimal dalam memberikan pengayoman
dan pelayanan kepada masyarakat di wilayah ini.
Seperti kita ketahui bersama bahwa Polres Jember mempunyai program
utama yaitu JEMBER SUWAR-SUWIR (Jember suasana warga yang aman,
religius, bersahabat, berwawasan intelektual dan kreatif) sebagai langkah
akselerasi dan tindak lanjut program Kapolri dan Kapolda Jawa Timur yang
dijabarkan ke dalam 9 (Sembilan) bentuk program unggulan salah satunya adalah
Program Jempol (Jember Police Online).
Jempol adalah program meng-online-kan Polres Jember dalam tugas dan
fungsinya, dengan demikian Polres Jember dapat memberikan pelayanan dan
menyentuh langsung kepada masyarakat yang saat ini mayoritas sebagai netizen,
sehingga layanan yang telah diberikan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
Polres Jember juga pernah menggagas suatu program unggulan yaitu
Revitalisasi Kentongan, dimana kegiatan tersebut sukses dilaksanakan dan sangat
ampuh dan efektif sebagai tindakan preventif dan represif untuk menanggulangi
gangguan kamtibmas di Kabupaten Jember.
Kentongan adalah salah satu simbol kearifan lokal dan menjadi budaya
Nasional. alat komunikasi ini dipakai masyarakat sejak zaman dahulu sebagai
sarana menjaga keamanan dan ketertiban. teknik dan pola pukulan kentongan
memiliki arti tersendiri untuk menyampaikan pesan pada masyarakat.
Misalnya, saat ingin mengumumkan bahwa terjadi kematian, kentongan
dipukul konstan satu-satu secara terus menerus. sedangkan saat ingin
143

menyampaikan bahwa ada kejadian pencurian atau perampokan,kentongan


dipukul konstan dua-dua secara terus menerus.
Kentongan memiliki hubungan erat dengan sistem keamanan lingkungan
(Siskamling) dan pengamanan Swakarsa (Pamswakarsa). Keberadaan alat
komunikasi yang biasanya terbuat dari bamboo atau kayu yang dilubangi dan
dipukul-pukul ini bersifat mutlak di sebuah Pos Keamanan Lingkungan (Pos
Kamling). Termasuk, di Poskamling yang berada di daerah Jember.
Di era Teknologi seperti ini, Alat komunikasi seperti kentongan sudah mulai
jarang di pakai oleh masyarakat. Bercikal bakal dari Revitalisasi Kentongan dan
Program Jempol, saat ini Polres Jember mempunyai suatu inovasi dengan
memadukan dari program Revitalisasi Kentongan dan Jember Police Online ke
berbasis android sebagai sarana pemberi tanda bahaya guna mewujudkan icon
Jember suwar-suwir, yaitu program Kentongan Online melalui aplikasi WAR
POLRES JEMBER (We Are Ready). Kentongan Online / WAR POLRES
JEMBER adalah sebuah aplikasi keaman yang dapat merespon dengan cepat
setiap dinamika informasi dari masyarakat, baik informasi tentang tindak pidana,
kecelakaan lalu lintas dan bencana alam serta gangguan kamtibmas lainnya yang
langsung diterima oleh seluruh petugas Polri yang tersebar di wilayah hukum
Polres Jember untuk selanjutnya pada kesempatan pertama dituntut untuk
mendatangi TKP guna melakukan tindakan Kepolisian.
Tanda bahaya yang disampaikan melalui aplikasi WAR mampu diterima
dengan cepat oleh petugas keamanan (Polisi) yang berada pada radius 5km dari
titik pemberi tanda bahaya yang dapat dimonitor di GPS/Map handphone petugas
Polri, diharapkan dengan adanya aplikasi tersebut tindak kejahatan yang saat ini
semakin membahayakan masyarakat dapat di respon dengan cepat oleh petugas
kepolisian dan terwujudnya Jember Suwasana Warga Aman, Religius, Bersahabat,
berwawasan intelektual, dan Kreatif.
II. Tujuan
Tujuan dari pembuatan aplikasi WAR (We Are Ready) antara lain:
144

a) Mempermudah akses masyarakat melakukan pelaporan tindak kejahatan


kepada Polisi.
b) Membantu dan mempercepat tugas Polri dalam melakukan tindakan pertama
di tempat kejadian perkara (TPTKP) / quick respon.
c) Dengan adanya WAR akan tercipta Jember zero crime, sehingga Jember
suwar-suwir dapat tercapai lebih optimal.

III. Manfaat
Manfaat yang didapat dengan adanya aplikasi WAR (We Are Ready)
adalah.
1. Bagi pengguna/masyarakat
 Pengguna dapat dengan mudah mengetahui Pos Polisi dan Pelayanan
Kepolisian pada menu map.
 Pengguna mendapatkan informasi yang di terbitkan oleh Polres Jember
melalui Media Sosial seperti Facebook dan Twitter.
 Pengguna dapat dengan cepat melapor kepada petugas Kepolisian jika
ada tindak kejahatan maupun membutuhkan bantuan Kepolisian.
2. Bagi Polri
a. Meningkatkan citra Kepolisian terhadap masyarakat, dimana hingga
saat ini masyarakat enggan untuk melapor bahkan meminta bantuan
terhadap Polisi.
b. Meringankan tugas Kepolisian dengan menempatkan masyarakat
sebagai mitra Kepolisian sebagai early warning dan early detection.
c. Mempermudah giat pelayanan yang bisa dideteksi oleh masyarakat
melalui icon-icon pada fitur map di aplikasi WAR.
145

PANDUAN UMUM PENGGUNAAN (MANUAL BOOK)


APLIKASI WAR

(WE ARE READY) POLRES JEMBER (ANDROID)

Aplikasi WAR (We are ready) Polres Jember adalah sebuah aplikasi
keamanan yang dapat menerima dan merespon dengan cepat setiap dinamika
informasi dari masyarakat, baik informasi tentang tindak pidana, kecelakaan lalu
lintas dan bencana alam serta gangguan kamtibmas lainnya yang langsung
diterima oleh seluruh petugas Polri yang tersebar di wilayah hukum Polres Jember
146

untuk selanjutnya pada kesempatan pertama dituntut untuk mendatangi TKP guna
melakukan tindakan kepolisian.
Menu Utama

Di dalam menu aplikasi War Polres Jember terdapat Menu Utama terdiri dari:
1. All spots
2. Favorites
3. Polsek
4. Pos Polisi
5. Layanan
Para pengguna pasti ingin mengetahui apa saja fungsi dari menu-menu tersebut.
Kami akan membantu menjelaskan fungsi menu-menu tersebut.
1. All spots
Menu ini berfungsi untuk melihat Kantor Polisi, Pos Polisi dan Kantor Pelayanan
terdekat dengan pengguna aplikasi.
147

2. Favorites
Pada menu ini, akan ditampilkan Kantor Polsek/Pos Polisi/Pelayanan favorit
pengguna aplikasi dengan cara menandai tempat-tempat tersebut. Untuk
menampilkan di menu favorites, pengguna aplikasi terlebih dahulu memilih satu
tempat dan menekan tombol hati.
148

3. Polsek
Pada menu ini ditampilkan jarak dan lokasi Polsek - Polsek Jajaran Polres
Jember yang terdiri dari 30 Polsek jajaran.
149

4. Pos Polisi

Pada menu ini ditampilkan jarak dan lokasi Pos Polisi seperi Pos Lantas RRI, Pos
Lantas Gladak Kerbar, Pos Lantas Sultan Agung, dll.
5. Layanan
Pada menu ini ditampilkan jarak dan lokasi tempat - tempat pelayanan Polres
Jember, seperti Samsat, Satpas, Kantor Pelayanan Perijinan Kegiatan Masyarakat
dll
6. Menu Media Sosial
Aplikasi WAR POLRES JEMBER telah terintegrasi dengan facebook dan twitter
Polres Jember, anda bisa mendapatkan informasi up to date dan berkomunikasi
secara live melalui media social cukup dari aplikasi WAR tanpa harus membuka
aplikasi facebook atau twitter
150

Di dalam menu media sosial aplikasi War Polres Jember terdapat Menu terdiri
dari :
1. Twitter Polres 2. Facebook Polres 3. Maps
Jember Jember
151

Tombol Cepat (Tombol Kentongan)

Jiwa anda dan keluarga terancam? membutuhkan bantuan cepat? segera


“PUKUL” kentongan online anda. gema suaranya akan terdengar sampai pusat
komando Polres dan seluruh pasukan WAR POLRES JEMBER di sekitar anda.
dalam hitungan menit pasukan Polisi hadir di tempat anda dan siap membantu
anda. fitur kentongan online ini bersifat hal yang gawat darurat. ada 14 kondisi
gawat darurat yang tercantum pada fitur kentongan online antara lain :
a. Begal/curas h. Pemerasan
b. Curanmor i. Perjudian
c. pencurian/perampokan j. Pengrusakan
d. penculikan k. Penipuan
e. Pemerkosaan l. Penggelapan
f. Penganiayaan m. Perampasan
g. Pembunuhan n. Senpi/Handak/Sajam
138

Menu Tambahan

Di dalam menu tanbahan aplikasi War Polres Jember terdapat Menu terdiri dari :
1. Rate
pada menu ini, pengguna dapat memberi rating tentang aplikasi WAR
Polres Jember di Play Store.
2. Daftar
Pada menu ini, pengguna aplikasi diwajibkan
untuk mendaftarkan identitas pengguna aplikasi.
139

3. pangaduan
Pada menu ini apabila pengguna aplikasi ini
mengalami gangguan kamtibmas? melihat
kemacetan atau hal-hal lain yang berpotensi
mengganggu keamanan dan kenyamanan di
sekitar anda? buka aplikasi WAR, fotolah
kejadian tersebut dan kirimkan pengaduan
anda. jadilah mitra Polisi dengan menjadi
mata dan telinga polisi. Polisi bersama
masyarakat = JEMBER AMAN

4. Kentongan Online
Sama halnya pada menu tombo cepat/ tombol
kentongan, pada menu ini / menu kentongan
online bersifat darurat / emergency.

Contoh kasus penggunaan aplikasi kentongan


online :

pada saat kita tidur, tiba-tiba ada pencuri


bersenjata tajam masuk rumah kita. jika kita
punya aplikasi WAR, kita tinggal ketuk
kentongan online yang pencurian/perampokan.
maka dalam hitungan menit pasukan WAR
bersenjata lengkap akan datang ke lokasi kita
untuk memberi bantuan.

5. about
menu ini digunakan untuk melihat produk dan versi aplikasi serta dapat
melakukan update terbaru.
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 7 TAHUN 2009

TENTANG

SISTEM LAPORAN GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa keberhasilan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia


sangat ditentukan oleh wujud penampilan anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia yang profesional, bermoral, dan
modern, yang dilandasi oleh proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan serta
pengendalian dengan memanfaatkan teknologi informasi yang
tepat guna;

b. bahwa guna menjamin kecepatan, ketepatan, dan keakuratan


penyampaian data/informasi yang efektif dan efisien, yang
dipergunakan untuk merumuskan kebijakan dan tindakan nyata,
maka diperlukan penataan sistem manajemen informasi
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang cepat, tepat dan
akurat;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam


huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Sistem Laporan
Gangguan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara


Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun
2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4168);

2. Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 2002 tentang Organisasi


dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK


INDONESIA TENTANG SISTEM LAPORAN GANGGUAN
KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT.
BAB I …..
162

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah alat
negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

2. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian dan secara fungsional
terkait satu sama lain serta menunjukkan suatu gerak dalam rangka mencapai
suatu tujuan tertentu.

3. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat yang selanjutnya disingkat Kamtibmas


adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat
terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan
nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya
hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang mengandung kemampuan membina
serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal,
mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-
bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.

4. Kejahatan menonjol adalah kejahatan yang meresahkan masyarakat dan perlu


penanganan prioritas.

5. Kejahatan konvensional/nasional adalah kejahatan terhadap jiwa, harta benda, dan


kehormatan yang menimbulkan kerugian baik fisik maupun psikis baik dilakukan
dengan cara-cara biasa maupun dimensi baru, yang terjadi di dalam negeri.

6. Kejahatan lintas batas negara (transnational crimes) adalah kejahatan yang


terorganisir, yang wilayah operasinya meliputi beberapa negara, yang berdampak
kepada kepentingan politik, pemerintahan, sosial budaya dan ekonomi suatu
negara dan bersifat global.

7. Kejahatan terhadap kekayaan negara adalah kejahatan yang berdampak kepada


kerugian negara yang dilakukan oleh perorangan, secara bersama-sama, dan/atau
korporasi (suatu badan).

8. Kejahatan berimplikasi kontijensi adalah kejahatan yang dapat mengganggu aspek-


aspek keamanan, politik, sosial, dan ekonomi serta meresahkan masyarakat yang
terjadi secara mendadak dan sulit diprediksi.

9. Pelanggaran …..
163
9. Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja, atau
kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi,
dan/atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh undang-undang, dan tidak akan mendapatkan, atau dikhawatirkan
tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.

10. Kejahatan yang meresahkan masyarakat adalah bentuk-bentuk kejahatan tertentu


yang menjadi opini publik, sorotan media massa, atensi pimpinan dan perhatian
masyarakat internasional.

11. Data adalah fakta dari suatu keadaan atau kejadian yang merupakan bahan
keterangan yang belum diolah.

12. Informasi adalah data yang telah diolah yang menghasilkan keterangan,
pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan,
baik data, fakta, maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca
yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non elektronik yang
digunakan untuk mengambil keputusan.

Pasal 2
Tujuan peraturan ini adalah:

a. sebagai pedoman bagi kesatuan organisasi Polri dalam melaksanakan proses


sistem laporan gangguan Kamtibmas (Sislap GK);

b. terwujudnya keseragaman bagi kesatuan organisasi Polri dalam Sislap GK yang


dilaksanakan secara cepat, tepat, akurat, aman, dan akuntabel.

Pasal 3

Prinsip-prinsip dalam peraturan ini adalah:

a. cepat, yaitu data/informasi yang disajikan tepat waktu;

b. tepat, yaitu data/informasi yang disajikan sesuai dengan kebutuhan;

c. akurat, yaitu data/informasi yang disajikan secara lengkap baik kuantitas maupun
kualitas;

d. aman, yaitu data/informasi yang disajikan dijamin kerahasiaan;

e. akuntabel, yaitu data/informasi yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan


kebenarannya.
Pasal 4 …..

Pasal 4
164

Ruang lingkup peraturan ini meliputi:

a. pengumpulan data;

b. pengolahan data;

c. penyajian informasi;

d. penggunaan informasi.

BAB II

PENGUMPULAN DATA

Bagian Kesatu
Penggolongan Data

Pasal 5

Penggolongan data gangguan Kamtibmas terdiri dari golongan:

a. kejahatan;

b. pelanggaran;

c. gangguan terhadap ketentraman/ketertiban umum; dan

d. bencana.

Pasal 6

Golongan kejahatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a meliputi:

a. kejahatan konvensional;

b. kejahatan transnational;

c. kejahatan terhadap kekayaan negara;

d. kejahatan berimplikasikan kontinjensi; dan

e. pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).

Pasal 7

Golongan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b meliputi


pelanggaran sebagaimana ditentukan dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) dan di luar KUHP.
Pasal 8 …..
Pasal 8

Golongan gangguan terhadap ketenteraman/ketertiban umum sebagaimana dimaksud


165
dalam Pasal 5 huruf c antara lain gangguan terhadap:
a. orang;
b. barang;
c. hewan;
d. lingkungan hidup;
e. sarana dan fasilitas.

Pasal 9

Golongan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d meliputi bencana:


a. alam;
b. non alam; dan
c. sosial.

Bagian Kedua
Pengkodean

Pasal 10

(1) Setiap data gangguan Kamtibmas diberikan kode berupa angka sebanyak 7 (tujuh)
digit untuk memudahkan dalam proses aplikasi komputerisasi sistem informasi
operasional Polri.

(2) Kode gangguan Kamtibmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disusun sebagai
berikut:
a. digit pertama adalah untuk pengolongan data, dengan ketentuan:
1. angka “1” (satu) untuk golongan kejahatan;
2. angka “2” (dua) untuk golongan pelanggaran;
3. angka “3” (tiga) untuk golongan gangguan terhadap ketenteraman/
ketertiban umum; dan
4. angka “4” (empat) untuk golongan bencana;

b. digit kedua adalah kelompok dalam satu golongan kejahatan, dengan


ketentuan:
1. golongan “1” (kejahatan), kode kelompoknya sebagai berikut:
a) angka “1” (satu) untuk kelompok kejahatan konvensional/
nasional;
b) angka “2” (dua) untuk kelompok kejahatan transnational;
c) angka ”3” .....
c) angka “3” (tiga) untuk kelompok kejahatan terhadap kekayaan
negara;
d) angka “4” (empat) untuk kelompok kejahatan yang
berimplikasikan kontinjensi; dan
166
e) angka ”5” (lima) untuk kelompok pelanggaran HAM;
2. golongan “2” (pelanggaran hukum), kode kelompoknya sebagai berikut:
a) angka “1” (satu) untuk kelompok pelanggaran yang diatur dalam
Buku III KUHP; dan
b) angka “2” (dua) untuk kelompok pelanggaran di luar KUHP;
3. golongan “3” (gangguan ketentraman/ketertiban), kode kelompoknya
sebagai berikut:
a) angka “1” (satu) untuk kelompok gangguan terhadap orang;
b) angka “2” (dua) untuk kelompok gangguan terhadap barang;
c) angka “3” (tiga) untuk kelompok gangguan terhadap hewan;
d) angka “4” (empat) untuk kelompok gangguan terhadap
lingkungan hidup; dan
e) angka “5” (lima) untuk kelompok gangguan terhadap sarana dan
fasilitas umum;
4. golongan “4” (bencana) kode kelompoknya sebagai berikut:
a) angka “1” (satu) untuk kelompok bencana alam; dan
b) angka “2” (dua) untuk kelompok bencana non alam; dan
c) angka “3” (tiga) untuk kelompok bencana sosial;
c. digit ketiga adalah jenis kejahatan/pelanggaran/gangguan, dengan ketentuan:
1. angka “1” (satu) untuk jiwa;
2. angka “2” (dua) untuk harta benda;
3. angka “3” (tiga) untuk susila;
4. angka “4” (empat) untuk keamanan negara;
5. angka “5” (lima) untuk kejahatan/pelanggaran tertentu atau khusus; dan
6. angka “6” (enam) untuk pelanggaran/gangguan terhadap ketertiban
umum;
d. digit keempat sampai dengan ketujuh adalah nomor urut dalam masing-
masing kelompok.

Pasal 11

Daftar penggolongan data gangguan Kamtibmas tercantum dalam lampiran I yang tidak
terpisahkan dengan peraturan ini.
BAB III …..

BAB III

CARA PENGUMPULAN DATA

Pasal 12
167
Pengumpulan data dilakukan melalui laporan gangguan Kamtibmas, yang terdiri dari:

a. laporan insidentil, meliputi:

1. laporan segera; dan

2. laporan kemajuan;

b. laporan berkala (periodik), meliputi:

1. laporan harian;

2. laporan mingguan; dan

3. laporan bulanan.

Pasal 13

Laporan insidentil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a, dibuat bila terjadi
gangguan Kamtibmas yang sangat menonjol atau meresahkan masyarakat, dan perlu
segera diketahui oleh Pimpinan.

Pasal 14

(1) Laporan segera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a angka 1, memuat
informasi peristiwa/kejadian secara singkat, sekurang-kurangnya memuat unsur:
a. apa yang terjadi;
b. dimana terjadi;
c. kapan terjadi;
d. siapa pelaku; dan
e. siapa korban/saksi.

(2) Laporan kemajuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a angka 2,


merupakan laporan perkembangan penanganan dari peristiwa/kejadian, yang telah
dilaporkan sebelumnya.

Pasal 15

Format laporan insidentil tercantum dalam lampiran II yang tidak terpisahkan dengan
peraturan ini.

Pasal 16 …..

Pasal 16
(1) Laporan harian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b angka 1, memuat
data kuantitatif dan kualitatif peristiwa atau kejadian gangguan Kamtibmas selama
1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam (pukul 00.00 s.d. 24.00 waktu setempat).

(2) Laporan harian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secara berjenjang
168
mulai dari tingkat Polsek sampai Markas Besar Polri.

(3) Laporan harian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh Kepala Sentra
Pelayanan Kepolisian (Ka. SPK) atau Kepala Siaga (Ka. Siaga) dengan
menggunakan format Laporan Harian Gangguan Kamtibmas (LHGK).

(4) Entry data LHGK baik secara manual maupun melalui sarana/perangkat
Management Information System Operasional (MIS Opsnal) dilakukan oleh petugas
operator yang ditunjuk dan terlatih.

(5) Format LHGK tercantum dalam lampiran III yang tidak terpisahkan dengan
peraturan ini.

Pasal 17

(1) Laporan mingguan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b angka 2,


memuat rekapitulasi peristiwa atau kejadian gangguan Kamtibmas selama 7 x 24
(tujuh kali dua puluh empat) jam, mulai dari hari Senin sampai dengan hari Minggu.

(2) Laporan mingguan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh Bagian
Operasional (Bag Ops) Polres/ta/tro/Poltabes/Polwil/tabes dan Biro Operasi (Ro
Ops) Polda serta Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Polri yang dibantu oleh
fungsi Intelijen, Reserse, Samapta, Lalu Lintas, Polisi Perairan dan Provos.

(3) Laporan mingguan dibuat secara manual dan melalui sarana teknologi informasi
yang tersedia, dilaporkan setiap hari Senin kepada pimpinan kesatuan dan secara
berjenjang ke kesatuan atas.

(4) Format Laporan Mingguan Gangguan Kamtibmas (LMGK) tercantum dalam


lampiran IV yang tidak terpisahkan dengan peraturan ini.

Pasal 18

(1) Laporan bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b angka 3, memuat
rekapitulasi peristiwa atau kejadian gangguan Kamtibmas selama 1 (satu) bulan,
yang menggambarkan jumlah peristiwa atau kejadian yang:
a. dilaporkan;
b. diselesaikan; dan
c. merupakan sisa perkara/tunggakan.

(2) Laporan …..

(2) Laporan bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:


a. kejahatan;
b. pelanggaran;
c. gangguan terhadap ketentraman/ketertiban;
d. bencana;
e. kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas; dan
169
f. tahanan Polri.

(3) Laporan bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh Bagops
Polres/ta/tro/Poltabes/Polwil/tabes dan Roops Polda serta Pusdalops Polri yang
dibantu oleh fungsi Intelijen, Reserse, Samapta, Lalu Lintas, Polisi Perairan, dan
Provos, dan dilaporkan secara berjenjang ke kesatuan atas paling lambat tanggal 5
bulan berikutnya.

(4) Format Laporan Bulanan Gangguan Kamtibmas (LBGK) tercantum dalam lampiran
V .a. s.d. V.f. yang tidak terpisahkan dengan peraturan ini.

BAB IV

PENGOLAHAN DATA

Pasal 19

(1) Data gangguan Kamtibmas diolah dengan menggunakan rumus yang lazim
digunakan.

(2) Rumus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:


a. perhitungan perkembangan jumlah kejahatan dalam periode waktu tertentu;
b. perhitungan penyelesaian perkara kejahatan dalam periode waktu tertentu;
c. perhitungan resiko jumlah penduduk menjadi korban kejahatan;
d. perhitungan kejahatan yang meresahkan masyarakat; dan
e. perhitungan selang waktu terjadinya kejahatan.

(3) Contoh dan rumus yang digunakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
tercantum dalam lampiran VI.1, VI.2, VI.3, VI.4, VI.5, dan VI.6 yang tidak
terpisahkan dengan peraturan ini.

BAB V

PENYAJIAN INFORMASI

Pasal 20

(1) Penyajian informasi merupakan bagian dari proses Sistem Pengumpulan,


Pengolahan dan Penyajian Informasi (Sispullahjianfo) gangguan Kamtibmas.
(2) Penyajian …..

(2) Penyajian informasi dilakukan dengan menggunakan berbagai media, yang


disajikan dalam bentuk panel data konvensional maupun menggunakan sarana
teknologi informasi.

(3) Format penyajian informasi tercantum dalam lampiran VII yang tidak terpisahkan
dengan peraturan ini.

Pasal 21
170
(1) Penyajian informasi dapat berupa tabel dan/atau grafik (chart).

(2) Penyajian informasi dalam bentuk tabel berisi angka-angka gangguan Kamtibmas
secara rinci.

(3) Penyajian informasi dalam bentuk grafik (chart) merupakan visualisasi gangguan
Kamtibmas yang dapat dibaca secara cepat dan mudah.

Pasal 22

Penyajian informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 berisi tentang:


a. perkembangan jumlah kejahatan disertai persentase penyelesaian;
b. perkembangan resiko jumlah penduduk yang menjadi korban kejahatan;
c. persentase jumlah kejahatan yang meresahkan masyarakat;
d. perkembangan selang waktu terjadinya kejahatan;
e. pola kejahatan;
f. modus operandi kejahatan;
g. pola tempat terjadinya kejahatan;
h. pola waktu terjadinya kejahatan;
i. perkembangan kecelakaan lalu lintas dan korban;
j. perkembangan penindakan pelanggar lalu lintas;
k. perkembangan jumlah penindakan pelanggaran hukum (Tipiring); dan
l. perkembangan jumlah tahanan.

BAB VI

PENGGUNAAN INFORMASI

Pasal 23

(1) Informasi dapat digunakan untuk:


a. kepentingan analisa dan evaluasi terhadap kondisi kerawanan daerah;
b. antisipasi penanggulangan;
c. strategi .....

c. strategi kebijakan; dan


d. publik.

(2) Untuk kepentingan analisa dan evaluasi kerawanan daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, dapat digunakan informasi dari:
a. perkembangan jumlah kejahatan, pelanggaran, dan penyelesaiannya;
b. persentase jumlah kejahatan yang meresahkan masyarakat;
171
c. resiko terkena kejahatan; dan
d. selang waktu terjadinya kejahatan.

(3) Untuk kepentingan antisipasi penanggulangan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf b, digunakan informasi dari:
a. perkembangan jumlah kejahatan dan pelanggaran;
b. persentase jumlah kejahatan yang meresahkan masyarakat;
c. modus operandi kejahatan;
d. pola tempat kejahatan;
e. pola waktu kejahatan; dan
f. pola kejahatan.
g. perkembangan resiko jumlah penduduk menjadi korban kejahatan;
h. perkembangan kecelakaan lalu lintas dan korban;

(4) Untuk kepentingan penetapan strategi kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c, digunakan informasi dari:
a. perkembangan jumlah kejahatan disertai prosentase penyelesaian;
b. perkembangan resiko jumlah penduduk menjadi korban kejahatan;
c. persentase jumlah kejahatan yang meresahkan masyarakat;
d. perkembangan selang waktu terjadinya kejahatan;
e. pola kejahatan;
f. operandi kejahatan;
g. pola tempat terjadinya kejahatan;
h. pola waktu terjadinya kejahatan;
i. perkembangan kecelakaan lalu lintas dan korban; dan
j. perkembangan jumlah tahanan.

(5) Untuk .....

(5) Untuk kepentingan informasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
dapat disajikan informasi mengenai:

a. perkembangan jumlah kejahatan; dan

b. perkembangan jumlah dan korban kecelakaan lalu lintas.

BAB VII
172
ADMINISTRASI

Pasal 24

(1) Penyelenggaraan administrasi Sislap GK berpedoman kepada petunjuk


administrasi yang berlaku.

(2) Personel yang mengawaki Manajemen Informasi Sistem (MIS) Polri ditunjuk
berdasarkan surat perintah kepala kesatuan organisasi.

(3) Materiil/logistik MIS Polri menggunakan sarana dan prasarana yang sudah tergelar
di satuan organisasi.

(4) Kegiatan Pullahjianfo gangguan Kamtibmas yang berbasis MIS Polri menggunakan
anggaran DIPA /RKA-KL Satker.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 25

Pada saat peraturan ini mulai berlaku, maka:

a. Petunjuk Pelaksanaan Kapolri No. Pol.: Juklak/14/XII/1982 tanggal 31 Desember


1982 tentang Sistem Pengumpulan Pengolahan dan Penyajian Data Lingkungan
Operasional Polri; dan

b. Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: Skep/46/I/1988 tanggal 26 Januari 1988 tentang
Daftar Gangguan Kamtibmas;

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 26 …..

Pasal 26

Peraturan Kapolri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Kapolri ini diundangkan dengan


penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 April 2009
173
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

Drs. H. BAMBANG HENDARSO DANURI, M.M.


JENDERAL POLISI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 18 Mei 2009

MENTERI HUKUM DAN HAM


REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

ANDI MATTALATTA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 115


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2002
TENTANG
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:
a. bahwa keamanan dalam negeri merupakan syarat utama mendukung terwujudnya
masyarakat madani yang adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi
kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan
hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dilakukan oleh
Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku alat negara yang dibantu oleh masyarakat
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
c. bahwa telah terjadi perubahan paradigma dalam sistem ketatanegaraan yang menegaskan
pemisahan kelembagaan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing;
d. bahwa Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia sudah tidak memadai dan perlu diganti untuk disesuaikan dengan pertumbuhan
dan perkembangan hukum serta ketatanegaraan Republik Indonesia;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, dan d, perlu
dibentuk Undang-Undang tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 30 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor VI/MPR/2000 tentang Pemisahan
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia;
3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara
Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia;
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890).

Dengan Persetujuan Bersama Antara:


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
DAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
2. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
3. Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang berdasarkan undang-undang memiliki wewenang umum Kepolisian.
4. Peraturan Kepolisian adalah segala peraturan yang dikeluarkan oleh Kepolisian Negara
Republik Indonesia dalam rangka memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai
salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka
tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan
tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang mengandung kemampuan membina
serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan
menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya
yang dapat meresahkan masyarakat.
6. Keamanan dalam negeri adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjaminnya
keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, serta terselenggaranya
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
7. Kepentingan umum adalah kepentingan masyarakat dan/atau kepentingan bangsa dan
negara demi terjaminnya keamanan dalam negeri.
8. Penyelidik adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh
undang-undang untuk melakukan penyelidikan.
9. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya
dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang.
10. Penyidik adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh
undang-undang untuk melakukan penyidikan.
11. Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan ditunjuk selaku penyidik dan mempunyai
wewenang untuk melakukan penyidikan tindak pidana dalam lingkup undang-undang yang
menjadi dasar hukumnya masing-masing.
12. Penyidik Pembantu adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diangkat
oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia berdasarkan syarat kepangkatan dan
diberi wewenang tertentu dalam melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam undang-
undang.
13. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
14. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Kapolri adalah
pimpinan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan penanggung jawab penyelenggaraan
fungsi kepolisian.

Pasal 2
Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat.
Pasal 3
(1) Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dibantu
oleh:
a. kepolisian khusus;
b. penyidik pegawai negeri sipil; dan/atau
c. bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.
(2) Pengemban fungsi kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, b, dan c,
melaksanakan fungsi kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar hukumnya masing-masing.

Pasal 4
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang
meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum,
terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta
terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Pasal 5
(1) Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri.
(2) Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Nasional yang merupakan satu
kesatuan dalam melaksanakan peran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

BAB II
SUSUNAN DAN KEDUDUKAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pasal 6
(1) Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan peran dan fungsi kepolisian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan 5 meliputi seluruh wilayah negara Republik
Indonesia.
(2) Dalam rangka pelaksanaan peran dan fungsi kepolisian, wilayah negara Republik Indonesia
dibagi dalam daerah hukum menurut kepentingan pelaksanaan tugas Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
(3) Ketentuan mengenai daerah hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

Pasal 7
Susunan organisasi dan tata kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia disesuaikan dengan
kepentingan pelaksanaan tugas dan wewenangnya yang diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Presiden.

Pasal 8
(1) Kepolisian Negara Republik Indonesia berada di bawah Presiden.
(2) Kepolisian Negara Republik Indonesia dipimpin oleh Kapolri yang dalam pelaksanaan
tugasnya bertanggung jawab kepada Presiden sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 9
(1) Kapolri menetapkan, menyelenggarakan, dan mengendalikan kebijakan teknis kepolisian.
(2) Kapolri memimpin Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab atas:
a. penyelenggaraan kegiatan operasional kepolisian dalam rangka pelaksanaan tugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
b. penyelenggaraan pembinaan kemampuan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pasal 10
(1) Pimpinan Kepolisian Negara Republik Indonesia di daerah hukum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (2), bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan wewenang
kepolisian secara hierarki.
(2) Ketentuan mengenai tanggung jawab secara hierarki sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kapolri.

Pasal 11
(1) Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat.
(2) Usul pengangkatan dan pemberhentian Kapolri diajukan oleh Presiden kepada Dewan
Perwakilan Rakyat disertai dengan alasannya.
(3) Persetujuan atau penolakan Dewan Perwakilan Rakyat terhadap usul Presiden
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus diberikan dalam jangka waktu paling lambat 20
(dua puluh) hari terhitung sejak tanggal surat Presiden diterima oleh Dewan Perwakilan
Rakyat.
(4) Dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat tidak memberikan jawaban dalam waktu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3), calon yang diajukan oleh Presiden dianggap disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.
(5) Dalam keadaan mendesak, Presiden dapat memberhentikan sementara Kapolri dan
mengangkat pelaksana tugas Kapolri dan selanjutnya dimintakan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.
(6) Calon Kapolri adalah Perwira Tinggi Kepolisian Negara Republik Indonesia yang masih aktif
dengan memperhatikan jenjang kepangkatan dan karier.
(7) Tata cara pengusulan atas pengangkatan dan pemberhentian Kapolri sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), (2), dan (6) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.
(8) Ketentuan mengenai pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan selain yang
dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kapolri.

Pasal 12
(1) Jabatan penyidik dan penyidik pembantu adalah jabatan fungsional yang pejabatnya
diangkat dengan Keputusan Kapolri.
(2) Jabatan fungsional lainnya di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia ditentukan
dengan Keputusan Kapolri.

BAB III
TUGAS DAN WEWENANG

Pasal 13
Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:
a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. menegakkan hukum; dan
c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Pasal 14
(1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian
Negara Republik Indonesia bertugas:
a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan
masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas di jalan;
c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum
masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan
perundang-undangan;
d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian
khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;
g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan
hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;
h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium
forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;
i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup
dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan
pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh
instansi dan/atau pihak yang berwenang;
k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam
lingkup tugas kepolisian; serta
l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf f diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 15
(1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14
Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang:
a. menerima laporan dan/atau pengaduan;
b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu
ketertiban umum;
c. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;
d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan
dan kesatuan bangsa;
e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif
kepolisian;
f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam
rangka pencegahan;
g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;
i. mencari keterangan dan barang bukti;
j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
k. mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka
pelayanan masyarakat;
l. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan
pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;
m. menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.
(2) Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan
lainnya berwenang:
a. memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat
lainnya;
b. menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor;
c. memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor;
d. menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;
e. memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata
tajam;
f. memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di
bidang jasa pengamanan;
g. memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas
pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian;
h. melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan
memberantas kejahatan internasional;
i. melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di
wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait;
j. mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional;
k. melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian.
(3) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a dan d
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 16
(1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 di
bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk:
a. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;
b. melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk
kepentingan penyidikan;
c. membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;
d. menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda
pengenal diri;
e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan;
i. menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
j. mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di
tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk
mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;
k. memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta
menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada
penuntut umum; dan
l. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
(2) Tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf l adalah tindakan penyelidikan
dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagai berikut:
a. tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;
b. selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan;
c. harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;
d. pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan
e. menghormati hak asasi manusia.

Pasal 17
Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia menjalankan tugas dan wewenangnya di seluruh
wilayah negara Republik Indonesia, khususnya di daerah hukum pejabat yang bersangkutan
ditugaskan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 18
(1) Untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan
dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan,
serta Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pasal 19
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia
senantiasa bertindak berdasarkan norma hukum dan mengindahkan norma agama, kesopanan,
kesusilaan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Kepolisian
Negara Republik Indonesia mengutamakan tindakan pencegahan.

BAB IV
ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pasal 20
(1) Pegawai Negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia terdiri atas:
a. anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
b. Pegawai Negeri Sipil.
(2) Terhadap Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b berlaku
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.

Pasal 21
(1) Untuk diangkat menjadi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia seorang calon harus
memenuhi syarat sekurang-kurangnya sebagai berikut:
a. warga negara Indonesia;
b. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
d. berpendidikan paling rendah Sekolah Menengah Umum atau yang sederajat;
e. berumur paling rendah 18 (delapan belas) tahun;
f. sehat jasmani dan rohani;
g. tidak pernah dipidana karena melakukan suatu kejahatan;
h. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela; dan
i. lulus pendidikan dan pelatihan pembentukan anggota kepolisian.
(2) Ketentuan mengenai pembinaan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur lebih
lanjut dengan Keputusan Kapolri.

Pasal 22
(1) Sebelum diangkat sebagai anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, seorang calon
anggota yang telah lulus pendidikan pembentukan wajib mengucapkan sumpah atau janji
menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
(2) Ketentuan mengenai tata cara pengambilan sumpah atau janji sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kapolri.

Pasal 23
Lafal sumpah atau janji sebagaimana diatur dalam Pasal 22 adalah sebagai berikut:
“Demi Allah, saya bersumpah/berjanji:
bahwa saya, untuk diangkat menjadi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, akan setia
dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Tri Brata, Catur Prasatya, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah yang
sah;
bahwa saya, akan menaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
melaksanakan kedinasan di Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dipercayakan kepada
saya dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
bahwa saya, akan senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, serta akan senantiasa mengutamakan
kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara daripada kepentingan saya sendiri, seseorang atau
golongan;
bahwa saya, akan memegang rahasia sesuatu yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus
saya rahasiakan;
bahwa saya, akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak akan menerima pemberian berupa hadiah
dan/atau janji-janji baik langsung maupun tidak langsung yang ada kaitannya dengan pekerjaan
saya“.

Pasal 24
(1) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia menjalani dinas keanggotaan dengan ikatan
dinas.
(2) Ketentuan mengenai ikatan dinas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Presiden.

Pasal 25
(1) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia diberi pangkat yang mencerminkan
peran, fungsi dan kemampuan, serta sebagai keabsahan wewenang dan tanggung jawab
dalam penugasannya.
(2) Ketentuan mengenai susunan, sebutan, dan keselarasan pangkat-pangkat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kapolri.

Pasal 26
(1) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia memperoleh gaji dan hak-hak lainnya
yang adil dan layak.
(2) Ketentuan mengenai gaji dan hak-hak lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 27
(1) Untuk membina persatuan dan kesatuan serta meningkatkan semangat kerja dan moril,
diadakan peraturan disiplin anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(2) Ketentuan mengenai peraturan disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 28
(1) Kepolisian Negara Republik Indonesia bersikap netral dalam kehidupan politik dan tidak
melibatkan diri pada kegiatan politik praktis.
(2) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia tidak menggunakan hak memilih dan dipilih.
(3) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat menduduki jabatan di luar kepolisian
setelah mengundurkan diri atau pensiun dari dinas kepolisian.

Pasal 29
(1) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia tunduk pada kekuasaan peradilan umum.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.

Pasal 30
(1) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat diberhentikan dengan hormat atau
tidak dengan hormat.
(2) Usia pensiun maksimum anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia 58 (lima puluh
delapan) tahun dan bagi anggota yang memiliki keahlian khusus dan sangat dibutuhkan
dalam tugas kepolisian dapat dipertahankan sampai dengan 60 (enam puluh) tahun.
(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.

BAB V
PEMBINAAN PROFESI

Pasal 31
Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
harus memiliki kemampuan profesi.

Pasal 32
(1) Pembinaan kemampuan profesi pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia
diselenggarakan melalui pembinaan etika profesi dan pengembangan pengetahuan serta
pengalamannya di bidang teknis kepolisian melalui pendidikan, pelatihan, dan penugasan
secara berjenjang dan berlanjut.
(2) Pembinaan kemampuan profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Kapolri.

Pasal 33
Guna menunjang pembinaan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dilakukan
pengkajian, penelitian, serta pengembangan ilmu dan teknologi kepolisian.

Pasal 34
(1) Sikap dan perilaku pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia terikat pada Kode Etik
Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(2) Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat menjadi pedoman bagi
pengemban fungsi kepolisian lainnya dalam melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di lingkungannya.
(3) Ketentuan mengenai Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur dengan
Keputusan Kapolri.
Pasal 35
(1) Pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia oleh pejabat
Kepolisian Negara Republik Indonesia diselesaikan oleh Komisi Kode Etik Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
(2) Ketentuan mengenai susunan organisasi dan tata kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara
Republik Indonesia diatur dengan Keputusan Kapolri.

Pasal 36
(1) Setiap pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dan pengemban fungsi kepolisian
lainnya wajib menunjukkan tanda pengenal sebagai keabsahan wewenang dan tanggung
jawab dalam mengemban fungsinya.
(2) Ketentuan mengenai bentuk, ukuran, pengeluaran, pemakaian, dan penggunaan tanda
pengenal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Kapolri.

BAB VI
LEMBAGA KEPOLISIAN NASIONAL

Pasal 37
(1) Lembaga kepolisian nasional yang disebut dengan Komisi Kepolisian Nasional
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
(2) Komisi Kepolisian Nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibentuk dengan
Keputusan Presiden.

Pasal 38
(1) Komisi Kepolisian Nasional bertugas:
a. membantu Presiden dalam menetapkan arah kebijakan Kepolisian Negara Republik
Indonesia; dan
b. memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pengangkatan dan pemberhentian
Kapolri.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Komisi Kepolisian
Nasional berwenang untuk:
a. mengumpulkan dan menganalisis data sebagai bahan pemberian saran kepada
Presiden yang berkaitan dengan anggaran Kepolisian Negara Republik Indonesia,
pengembangan sumber daya manusia Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan
pengembangan sarana dan prasarana Kepolisian Negara Republik Indonesia;
b. memberikan saran dan pertimbangan lain kepada Presiden dalam upaya mewujudkan
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang profesional dan mandiri; dan
c. menerima saran dan keluhan dari masyarakat mengenai kinerja kepolisian dan
menyampaikannya kepada Presiden.

Pasal 39
(1) Keanggotaan Komisi Kepolisian Nasional terdiri atas seorang Ketua merangkap anggota,
seorang Wakil Ketua merangkap anggota, seorang Sekretaris merangkap anggota dan 6
(enam) orang anggota.
(2) Keanggotaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berasal dari unsur-unsur pemerintah,
pakar kepolisian, dan tokoh masyarakat.
(3) Ketentuan mengenai susunan organisasi, tata kerja, pengangkatan dan pemberhentian
anggota Komisi Kepolisian Nasional diatur dengan Keputusan Presiden.

Pasal 40
Segala pembiayaan yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas Komisi Kepolisian
Nasional dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

BAB VII
BANTUAN, HUBUNGAN, DAN KERJA SAMA

Pasal 41
(1) Dalam rangka melaksanakan tugas keamanan, Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat
meminta bantuan Tentara Nasional Indonesia yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
(2) Dalam keadaan darurat militer dan keadaan perang, Kepolisian Negara Republik Indonesia
memberikan bantuan kepada Tentara Nasional Indonesia sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan.
(3) Kepolisian Negara Republik Indonesia membantu secara aktif tugas pemeliharaan
perdamaian dunia di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Pasal 42
(1) Hubungan dan kerja sama Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan badan, lembaga,
serta instansi di dalam dan di luar negeri didasarkan atas sendi-sendi hubungan fungsional,
saling menghormati, saling membantu, mengutamakan kepentingan umum, serta
memperhatikan hierarki.
(2) Hubungan dan kerja sama di dalam negeri dilakukan terutama dengan unsur-unsur
pemerintah daerah, penegak hukum, badan, lembaga, instansi lain, serta masyarakat
dengan mengembangkan asas partisipasi dan subsidiaritas.
(3) Hubungan dan kerja sama luar negeri dilakukan terutama dengan badan-badan kepolisian
dan penegak hukum lain melalui kerja sama bilateral atau multilateral dan badan
pencegahan kejahatan baik dalam rangka tugas operasional maupun kerja sama teknik dan
pendidikan serta pelatihan.
(4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), dan (3) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 43
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
a. semua peraturan perundang-undangan yang merupakan pelaksanaan mengenai Kepolisian
Negara Republik Indonesia dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Undang-Undang ini.
b. tindak pidana yang dilakukan oleh anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
sedang diperiksa baik di tingkat penyidikan maupun pemeriksaan di pengadilan militer dan
belum mendapat putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap berlaku
ketentuan peraturan perundang-undangan peradilan militer.
c. tindak pidana yang dilakukan oleh anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
belum diperiksa baik di tingkat penyidikan maupun pemeriksaan di pengadilan militer berlaku
ketentuan peraturan perundang-undangan di lingkungan peradilan umum.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 44
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
81, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3710) dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 45
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 8 Januari 2002
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 8 Januari 2002
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
Ttd
BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2002 NOMOR 2

Anda mungkin juga menyukai