Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH : KELOMPOK
ANGGOTA : 1. DITA
2. TUTI
3. FADLIA
4. RURI
5. WANDA
6. AKSAL
KELAS : X APHP 1
GURU PEMBIMBING :
1. PROSES SULFITASI
Pemurnian dengan sulfitasi lebih baik dan banyak digunakan jika dibandingkan cara
defekasi. Pemurnian sulfitasi dilakukan dengan menggunakan Ca(OH)2 dan gas SO2.
Penambahan Ca(OH)2 pada nira mentah dilakukan secara berlebih untuk mendapatkan
suasana basa pada nira, sebab pada suasana ini pengendapan kotoran yang dibawa nira akan
lebih banyak. Kelebihan Ca(OH)2 akan dinetralkan kembali oleh gas SO2 yang didapat dari
pembakaran belerang padat.
Macam-macam sulfitasi :
a. Sulfitasi Asam
Nira mentah disulfitasi pendahuluan dengan gas sulfat pH rendah (6,5) dengan diikuti
netralisasi yaitu penambahan susu kapur hingga mencapai pH 7 – 7,2.
b. Sulfitasi Netral
Nira mentah ditambah susu kapur hingga pH 8 – 8,5, kemudian dialiri gas sulfit hingga
pH 7 – 7,2.
c. Sulfitasi Basa
Nira mentah diberi susu kapur sampai pH mencapai 10,5 kemudian kelebihan susu kapur
ini dinetralkan dengan gas sulfit (SO2) hingga pH 7 – 7,2.
2. PROSES KARBONATASI
Secara umum, proses pemurnian nira dilakukan dengan defekasi, sulfitasi, dan
karbonatasi. Defekasi hanya menghasilkan gula kasar yang masih banyak mengandung
bahan pengotor. Pada sulfitasi, bahan pengotor yang dihilangkan masih lebih rendah
dibandingkan karbonatasi. Selain itu, sulfitasi akan menyebabkan korosi besi pada pipa-
pipa. Bahan pengotor yang dapat dihilangkan dengan defekasi, sulfitasi, dan karbonatasi
adalah 12,7 %, 11,7 %, dan 27,9 % (Mathur, 1978).
Karbonatasi merupakan reaksi yang terjadi akibat interaksi susu kapur (Ca(OH)2)
dan gas CO2 membentuk endapan senyawa kalsium karbonat (CaCO3) melalui
mekanisme yang dapat dilihat pada persamaan di bawah. (Mathur, 1978).
Dalam karbonatasi, akan terjadi adsorpsi bahan pengotor, bahan penyebab warna,
gum, asam organik, dan lain-lain. Proses ini diawali dengan terbentuknya senyawa
intermediet antara sukrosa dan kalsium hidroksida. Sukrosa memiliki karakteristik
kimiawi membentuk metal sakarat. Apabila dalam larutan sukrosa diberi metal
hidroksida, maka akan terjadi reaksi yang akan membentuk suatu koloid keruh, bersifat
gel, atau endapan. Koloid tersebut adalah ikatan sukrosa dengan metal hidroksida,
misalnya satu mol sukrosa dengan satu mol kalsium hidroksida (Ca(OH)2) yang
dinyatakan dengan rumus C12H22O11.Ca(OH)2, C12H22O11.CaO, dan C12H22O11.Ca
(Goutara dan Wijandi, 1975). Sakarat dapat terurai oleh asam, bahkan oleh penambahan
asam karbonat yang dihasilkan oleh pemberian gas CO2. Apabila sakarat diberi perlakuan
dengan penambahan sedikit asam karbonat maka akan terbentuk senyawa intermediet
(Mathur, 1978). Senyawa intermediet tersebut bersifat gel yang mempunyai komposisi :
. . – Ca – C12H20O11 – Ca – CO3 – Ca - C12H20O11 - Ca – CO3 – . .
Peningkatan absorpsi gas CO2 dapat meningkatkan kondisi asam dan mengganggu
kestabilan senyawa intermediet sehingga senyawa tersebut terurai menjadi sukrosa dan
kalsium karbonat. Terbentuknya senyawa kalsium karbonat dapat mengadsorpsi dan
mengendapkan bahan pengotor (Goutara dan Wijandi, 1975). Namun, apabila gas CO2
yang ditambahkan berlebih dalam nira maka kalsium karbonat yang telah terbentuk akan
kembali menjadi senyawa bikarbonat yang larut. Mekanisme penguraian kalsium
karbonat dapat dilihat pada persamaan di bawah. (Mathur, 1978).
Pada kondisi suhu 45°C, karbonatasi berlangsung lambat dan kurang sempurna,
sedangkan pada suhu di atas 55°C akan terjadi penguraian gula pereduksi yang
memunculkan warna coklat. Namun, kelemahan proses berlangsung pada suhu 55°C,
yaitu memicu terjadinya fermentasi asam laktat. Dalam karbonatasi tunggal, sekitar 7 –
10 % volume larutan gula kasar yang dipanaskan pada suhu 45 – 55°C, membutuhkan 20
beaume susu kapur (Mathur, 1978). Berikut ini merupakan gambar nira encer hasil
pemurnian dengan metode karbonatasi :
1. NETRALISASI MINYAK
Netralisasi ialah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau lemak,
dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga
membentuk sabun (soap stock). Pemisahan asam lemak bebas dapat juga dilakukan dengan
cara penyulingan yang dikenal dengan istilah de-asidifikasi. Tujuan proses netralisasi adalah
untuk menghilangkan asam lemak bebas (FFA) yang dapat menyebabkan bau tengik.
Contoh aplikasi netralisasi minyak ada pada:
1. Proses Pembuatan Minyak Ikan
Proses netralisasi dilakukan dengan menambahkan larutan alkali atau pereaksi lainnya
untuk membebaskan asam lemak bebas dengan membentuk sabun dan membentuk
koagulasi bahan-bahan yang tidak diiinginkan. Penambahan larutan alkali ke dalam
minyak mentah akan menyebabkan reaksi kimia maupun fisik, yaitu:
1. Alkali akan bereaksi dengan asam lemak bebas dan membentuk sabun,
2. Gum menyerap air dan menggumpal melaliu reaksi hidrasi,
3. Bahan-bahan warna terdegradasi, terserap oleh gum atau larutan oleh alkali,
4. Bahan-bahan yang tidak terlatur yang terdapat dalam minyak akan
menggumpal.
Selanjutnya minyak yang telah dinetralkan dibiarkan beberapa saat supaya terjadi
pemisahan sabun yang terbentuk. Lapisan sabun berada pada lapisan bawah dan
lapisan minyak pada bagian bawah. Kemudian sabun tersebut diambil. Untuk
menghilangkan sabun-sabun yang masih tersisa, pada minyak ikan ditambahkan air
panas sambil diaduk dan kemudian dibiarkan supaya terjadi pemisahan minyak dan
air. Setelah itu air yang terpisah dibuang.
B. PROSES KOAGULASI
Koagulasi adalah proses perubahan cairan atau larutan menjadi gumpalan-gumpalan lunak
baik secara seluruhan ataupun hanya sebagian. Atau dengan kata lain, koagulasi adalah
proses penggumpalan suatu cairan atau larutan sehingga terbentuk padatan lunak ataupun
keras seperti gel. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) definisi koagulasi adalah
suatu kata yang berhubungan dengan keadaan atau perihal menjadi keras atau padat, baik
secara keseluruhan ataupun sebagian cairan sebagai akibat dari perubahan kimiawi. Contoh
koagulasi yang paling mudah adalah mengeraskan telur saat di panaskan, menggumpalnya
darah saat mengalir keluar dari tubuh, pengerasan yang terjadi pada protoplasma,
menggumpalnya susu yang basi, dll.
Dalam ilmu kimia, koagulasi selalu berhubungan erat dengan sistem koloid. Dalam ilmu
kedokteran, koagulasi biasanya berkaitan dengan darah. Dalam kuliner, koagulasi yang
terkenal dan merupakan contoh paling mudah adalah pengerasan yang terjadi pada telur saat
di rebus ataupun di goreng. Koagulasi tidak terjadi dengan sendirinya. Tetapi ada faktor-
faktor yang menyebabkan koagulasi itu terjadi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
proses koagulasi antara lain adalah:
Pemanasan, contohnya: santan yang di panaskan.
Penambahan koagulan, contohnya pada pembuatan tahu
Aktivitas mikroba atau enzim, contohnya pada susu yang basi, dll.