Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KELOMPOK

MATA PELAJARAN DPPHP

OLEH : KELOMPOK

ANGGOTA : 1. DITA
2. TUTI
3. FADLIA
4. RURI
5. WANDA
6. AKSAL

KELAS : X APHP 1

GURU PEMBIMBING :

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 PANGKALAN


KECAMATAN PANGKALAN KOTO BARU
TP. 2017/2018
PROSES SULFITASI DAN KARBONATASI

1. PROSES SULFITASI
Pemurnian dengan sulfitasi lebih baik dan banyak digunakan jika dibandingkan cara
defekasi. Pemurnian sulfitasi dilakukan dengan menggunakan Ca(OH)2 dan gas SO2.
Penambahan Ca(OH)2 pada nira mentah dilakukan secara berlebih untuk mendapatkan
suasana basa pada nira, sebab pada suasana ini pengendapan kotoran yang dibawa nira akan
lebih banyak. Kelebihan Ca(OH)2 akan dinetralkan kembali oleh gas SO2 yang didapat dari
pembakaran belerang padat.
Macam-macam sulfitasi :
a. Sulfitasi Asam
Nira mentah disulfitasi pendahuluan dengan gas sulfat pH rendah (6,5) dengan diikuti
netralisasi yaitu penambahan susu kapur hingga mencapai pH 7 – 7,2.
b. Sulfitasi Netral
Nira mentah ditambah susu kapur hingga pH 8 – 8,5, kemudian dialiri gas sulfit hingga
pH 7 – 7,2.
c. Sulfitasi Basa
Nira mentah diberi susu kapur sampai pH mencapai 10,5 kemudian kelebihan susu kapur
ini dinetralkan dengan gas sulfit (SO2) hingga pH 7 – 7,2.

2. PROSES KARBONATASI
Secara umum, proses pemurnian nira dilakukan dengan defekasi, sulfitasi, dan
karbonatasi. Defekasi hanya menghasilkan gula kasar yang masih banyak mengandung
bahan pengotor. Pada sulfitasi, bahan pengotor yang dihilangkan masih lebih rendah
dibandingkan karbonatasi. Selain itu, sulfitasi akan menyebabkan korosi besi pada pipa-
pipa. Bahan pengotor yang dapat dihilangkan dengan defekasi, sulfitasi, dan karbonatasi
adalah 12,7 %, 11,7 %, dan 27,9 % (Mathur, 1978).
Karbonatasi merupakan reaksi yang terjadi akibat interaksi susu kapur (Ca(OH)2)
dan gas CO2 membentuk endapan senyawa kalsium karbonat (CaCO3) melalui
mekanisme yang dapat dilihat pada persamaan di bawah. (Mathur, 1978).
Dalam karbonatasi, akan terjadi adsorpsi bahan pengotor, bahan penyebab warna,
gum, asam organik, dan lain-lain. Proses ini diawali dengan terbentuknya senyawa
intermediet antara sukrosa dan kalsium hidroksida. Sukrosa memiliki karakteristik
kimiawi membentuk metal sakarat. Apabila dalam larutan sukrosa diberi metal
hidroksida, maka akan terjadi reaksi yang akan membentuk suatu koloid keruh, bersifat
gel, atau endapan. Koloid tersebut adalah ikatan sukrosa dengan metal hidroksida,
misalnya satu mol sukrosa dengan satu mol kalsium hidroksida (Ca(OH)2) yang
dinyatakan dengan rumus C12H22O11.Ca(OH)2, C12H22O11.CaO, dan C12H22O11.Ca
(Goutara dan Wijandi, 1975). Sakarat dapat terurai oleh asam, bahkan oleh penambahan
asam karbonat yang dihasilkan oleh pemberian gas CO2. Apabila sakarat diberi perlakuan
dengan penambahan sedikit asam karbonat maka akan terbentuk senyawa intermediet
(Mathur, 1978). Senyawa intermediet tersebut bersifat gel yang mempunyai komposisi :
. . – Ca – C12H20O11 – Ca – CO3 – Ca - C12H20O11 - Ca – CO3 – . .
Peningkatan absorpsi gas CO2 dapat meningkatkan kondisi asam dan mengganggu
kestabilan senyawa intermediet sehingga senyawa tersebut terurai menjadi sukrosa dan
kalsium karbonat. Terbentuknya senyawa kalsium karbonat dapat mengadsorpsi dan
mengendapkan bahan pengotor (Goutara dan Wijandi, 1975). Namun, apabila gas CO2
yang ditambahkan berlebih dalam nira maka kalsium karbonat yang telah terbentuk akan
kembali menjadi senyawa bikarbonat yang larut. Mekanisme penguraian kalsium
karbonat dapat dilihat pada persamaan di bawah. (Mathur, 1978).
Pada kondisi suhu 45°C, karbonatasi berlangsung lambat dan kurang sempurna,
sedangkan pada suhu di atas 55°C akan terjadi penguraian gula pereduksi yang
memunculkan warna coklat. Namun, kelemahan proses berlangsung pada suhu 55°C,
yaitu memicu terjadinya fermentasi asam laktat. Dalam karbonatasi tunggal, sekitar 7 –
10 % volume larutan gula kasar yang dipanaskan pada suhu 45 – 55°C, membutuhkan 20
beaume susu kapur (Mathur, 1978). Berikut ini merupakan gambar nira encer hasil
pemurnian dengan metode karbonatasi :

PROSES NETRALISASI DAN HIDROLISIS

1. NETRALISASI MINYAK
Netralisasi ialah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau lemak,
dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga
membentuk sabun (soap stock). Pemisahan asam lemak bebas dapat juga dilakukan dengan
cara penyulingan yang dikenal dengan istilah de-asidifikasi. Tujuan proses netralisasi adalah
untuk menghilangkan asam lemak bebas (FFA) yang dapat menyebabkan bau tengik.
Contoh aplikasi netralisasi minyak ada pada:
1. Proses Pembuatan Minyak Ikan
Proses netralisasi dilakukan dengan menambahkan larutan alkali atau pereaksi lainnya
untuk membebaskan asam lemak bebas dengan membentuk sabun dan membentuk
koagulasi bahan-bahan yang tidak diiinginkan. Penambahan larutan alkali ke dalam
minyak mentah akan menyebabkan reaksi kimia maupun fisik, yaitu:
1. Alkali akan bereaksi dengan asam lemak bebas dan membentuk sabun,
2. Gum menyerap air dan menggumpal melaliu reaksi hidrasi,
3. Bahan-bahan warna terdegradasi, terserap oleh gum atau larutan oleh alkali,
4. Bahan-bahan yang tidak terlatur yang terdapat dalam minyak akan
menggumpal.
Selanjutnya minyak yang telah dinetralkan dibiarkan beberapa saat supaya terjadi
pemisahan sabun yang terbentuk. Lapisan sabun berada pada lapisan bawah dan
lapisan minyak pada bagian bawah. Kemudian sabun tersebut diambil. Untuk
menghilangkan sabun-sabun yang masih tersisa, pada minyak ikan ditambahkan air
panas sambil diaduk dan kemudian dibiarkan supaya terjadi pemisahan minyak dan
air. Setelah itu air yang terpisah dibuang.

2. Proses Pembuatan Minyak Sawit


Proses netralisasi konvensional dengan penambahan soda kaustik merupakan proses
yang paling luas digunakan dan juga proses purifikasi terbaik yang dikenal sejauh ini.
Penambahan larutan alkali ke dalam CPO menyebabkan beberapa reaksi kimia dan
fisika sebagai berikut:
1. Alkali bereaksi dengan Free Fatty Acid (FFA) membentuk sabun.
2. Fosfatida mengabsorb alkali dan selanjutnya akan terkoagulasi melalui proses
hidrasi.
3. Pigmen mengalami degradasi, akan terabsorbsi oleh gum.
4. Bahan-bahan yang tidak larut akan terperangkap oleh material terkoagulasi.
Efisiensi pemisahan sabun dari minyak yang sudah dinetralisasi, yang biasanya
dilakukan dengan bantuan separator sentrifugal, merupakan faktor yang signifikan
dalam netralisasi kaustik. Netralisasi kaustik konvensional sangat fleksibel dalam
memurnikan minyak mentah untuk menghasilkan produk makanan.
2. PROSES HIDROLISIS
Hidrolisis Pati
Hidrolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunakan air untuk memisahkan
ikatan kimia dari substansinya. Hidrolisis pati merupakan proses pemecahan molekul amilum
menjadi bagian-bagian penyusunnya yang lebih sederhana seperti dekstrin, isomaltosa,
maltosa dan glukosa (Rindit et al, 1998).
Proses hidrolisis dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Enzim, ukuran partikel, temperatur,
pH, waktu hidrolisis, perbandingan cairan terhadap bahan baku (volume substrat), dan
pengadukan.

B1. Hidrolisis dengan Asam


Metode kimiawi dilakukan dengan cara hidrolisis pati menggunakan asam-asam
organik, yang sering digunakan adalah H2SO4, HCl, dan HNO3. Pemotongan rantai
pati oleh asam lebih tidak teratur dibandingkan dengan hasil pemotongan rantai pati
oleh enzim. Hasil pemotongan oleh asam adalah campuran dekstrin, maltosa dan glukosa,
sementara enzim bekerja secara spesifik sehingga hasil hidrolisis dapat dikendalikan
(Assegaf, 2009).

B2. Hidrolisis dengan Enzim Amilase


Enzim merupakan senyawa protein kompleks yang dihasilkan oleh sel-sel organisme dan
berfungsi sebagai katalisator suatu reaksi kimia (Harwati dkk,1997). Kerja enzim sangat
spesifik, karena strukturnya hanya dapat mengkatalisis satu tipe reaksi kimia saja dari suatu
substrat, seperti hidrolisis, oksidasi dan reduksi. Ukuran partikel mempengaruhi laju
hidrolisis. Ukuran partikel yang kecil akan meningkatkan luas permukaan serta meningkatkan
kelarutan dalam air (Saraswati, 2006). Temperatur hidrolisis berhubungan dengan laju reaksi.
Makin tinggi temperatur hidrolisis, maka hidrolisis akan berlangsung lebih cepat. Hal ini
disebabkan konstanta laju reaksi meningkat dengan meningkatnya temperatur operasi. Enzim
dapat diisolasi dari hewan, tumbuhan dan mikroorganisme (Azmi, 2006).
Pati merupakan cadangan karbohidrat pada tanaman berbentuk granula-granula tak larut yang
tersusun dari dua macam molekul polisakarida yaitu amilosa dan amilopektin, umumnya
ditemukan pada umbi, akar dan biji. Gula reduksi terutama dalam bentuk glukosa diperoleh
dari hidrolisis pati oleh enzim amilase yang terdapat pada kapang Rhizopus. Selain dari pati,
glukosa dapat diperoleh dari hidrolisis isoflavon glikosida oleh kapang Rhizopus (Septiani
dkk., 2004). pH untuk enzim acid fungal amilase optimum pada 4 – 5 dan untuk enzim
glukoamilase pada 3,5 – 5 (Novo,1995).
Hidrolisis amilosa oleh a-amilase terjadi melalui dua tahap. Tahap pertama adalah degradasi
menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak. Degradasi ini terjadi secara cepat
diikuti pula dengan menurunnya viskositas dengan cepat. Tahap kedua relatif lambat dengan
pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil akhir. Sedangkan untuk amilopektin,
hidrolisis dengan a-amilase menghasilkan glukosa, maltosa dan berbagai jenis a-limit
dekstrin yang merupakan oligosakarida yang terdiri dari 4 atau lebih residu gula yang
semuanya mengandung ikatan a-1,6 glikosidik (Suhartono, 1989).

PROSES PEMURNIAN DAN KOAGULASI

A. PROSES PEMURNIAN SENYAWA LOGAM


Pemurnian (refining) adalah suatu proses untuk merubah logam kotor menjadi logam
dengan kemurnian tinggi. Ada beberapa cara yang digunaan untuk melakukan pemurnian
logam, yaitu : pelelehan (fusion), destilasi, kristalisasi, elektrolisis, proses Parkes ,
proses Van Arkel (vapour phase refining), zone-refining, proses Mond (purification via
the volatile carbonyl compound), dan proses Bassemer (open hearth process).
1. Pemurnian dengan pelelehan (fusion). Proses ini biasanya dipakai untuk
memurnikan logam Sn, Pb dan Bi. Batang logam kotor ditempatkan dalam tungku
yang dipanaskan pada suhu di atas titik leleh logam. Lelehan logam murni ada di
bagian atas, sedangkan pengotor berada pada bagian bawah. Untuk memisahkan
lelehan logam murni dari pengotor dilakukan dengan memiringkan tungku sehingga
lelehan logam murni mengalir ke celah samping tunggku.
2. Pemurnian dengan destilasi, Logam-logam mudah menguap dapat dimurnikan
dengan destilasi. Misalnya Hg, pemisahan Zn-Cd-Pb dengan destilasi praksional.
terpisahkan dari yang satu dengan yang lainnya.
3. Pemurnian dengan kristalisasi, Metode ini banyak dilakukan untuk memurnikan
logam-logam lantanida melalui garam rangkapnya dengan kalium dan natrium.
Demikian juga untuk pemisahan Pt dan Ir melalui amonium heksakloroplatinat dan
iridiat.
4. Pemurnian dengan elektrolisis , Sel elektrolitik yang dipakai harus terbuat dari
anode logam kotor (logam yang akan dimurnikan), sedangkan katode terbuat dari
logam murni yang dilapisi lapisan tipis grafit agar logam murni yang dihasilkan
mudah dilepas, sedangkan elektrolit yang digunakan adalah larutan garam dari logam
yang akan dimurnikan. Selama elektrolisis berlangsung logam kotor sebagai anode
akan larut, sedangkan logam murni akan diendapkan pada katode. Pemurnian dengan
cara ini hanyalah dapat dilakukan untuk logam-logam yang keelektropositifannya
rendah seperti Cu, Sn, Pb, Au, Zn, Cr, dan Ni. Jadi metode ini digunakan untuk logam
yang tidak bereaksi dengan air, mudah dioksidasi pada anode, dan mudah direduksi
pada katode.
5. Pemurnian proses Parkes, Proses ini digunakan untuk pemurnian logam Pb, juga
pada pemekatan logam Ag. Sekitar 1-2% Zn ditambahkan pada lelehan Pb yang
mengandung pengotor Ag. Perak lebih mudah larut dalam seng, sedangkan Pb tidak
larut. Dengan demikian logam Pb murni mudah dipisahkan.
6. Pemurnian proses Van Arkel, Proses ini disebut juga pemurnian fase uap. Proses
ini dilakukan untuk halida mudah menguap. Halida dimurnikan melalui destilasi
fraksional, halida tersebut mengurai menjadi logam dan halogen pada suhu tinggi.
Misalnya filamen Zr(s) + 2I2(g) ZrI4(s) Zr(s) + 2I2(g) 800 oC Logam-logam Ti, Hf,
Zr, V, W, Si dan Be dimurnikan dengan cara ini.
7. Pemurnian dengan zone-refining, Metode ini digunakan untuk memperoleh unsur
yang kemurniannya sangat tinggi seperti semikonduktor Si, Ge, dan Ga. Sirkulasi
panas dipasang pada batang logam kotor, kemudian digerakan secara lambat.Logam
murni akan mengkristal di sebelah samping lelehan logam, dan pengotor tersebar di
dalam zone lelehan.
8. Pemurnian proses Mond, Pemurnian cara ini disebut juga pemurnian melalui
senyawa mudah menguap karbonil. Prinsipnya sama dengan metode Van Arkel tetapi
cara ini hanya digunakan untuk Ni.
9. Pemurnian proses Bassemer, Proses Bassemen disebut juga proses tungku terbuka
(open hearth process). Karbon dari kokas digunakan sebagai pereduksi. Silikon, fosfor,
dan belerang dari bijih dioksidasi dan menguap sebagai terak (slag) dari besi. Di dalam
proses bassemer besi mentah (pig iron) dari proses tanur tinggi diubah menjadi butiran
(pelet). Udara dialirkan melalui lelehan yaitu untuk mengoksidasi pengotor. Proses
dilangsungkan pada keadaan cepat (10-15 menit).

B. PROSES KOAGULASI
Koagulasi adalah proses perubahan cairan atau larutan menjadi gumpalan-gumpalan lunak
baik secara seluruhan ataupun hanya sebagian. Atau dengan kata lain, koagulasi adalah
proses penggumpalan suatu cairan atau larutan sehingga terbentuk padatan lunak ataupun
keras seperti gel. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) definisi koagulasi adalah
suatu kata yang berhubungan dengan keadaan atau perihal menjadi keras atau padat, baik
secara keseluruhan ataupun sebagian cairan sebagai akibat dari perubahan kimiawi. Contoh
koagulasi yang paling mudah adalah mengeraskan telur saat di panaskan, menggumpalnya
darah saat mengalir keluar dari tubuh, pengerasan yang terjadi pada protoplasma,
menggumpalnya susu yang basi, dll.

Pengertian dan definisi Koagulasi


Peristiwa Koagulasi seringkali kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Saat kita
memasak, membuat adonan, terkadang tanpa kita sadari seringkali benda-benda itu
mengalami koagulasi baik karena peristiwa fisika maupun kimia. Seperti saat kita membuat
tahu, proses penggumpalan susu kedelai sehingga menjadi gumpalan-gumpalan kecil
sebelum kemudian di press sehingga berbentuk menjadi tahu yang kita kenal, merupakan
suatu proses koagulasi.

Dalam ilmu kimia, koagulasi selalu berhubungan erat dengan sistem koloid. Dalam ilmu
kedokteran, koagulasi biasanya berkaitan dengan darah. Dalam kuliner, koagulasi yang
terkenal dan merupakan contoh paling mudah adalah pengerasan yang terjadi pada telur saat
di rebus ataupun di goreng. Koagulasi tidak terjadi dengan sendirinya. Tetapi ada faktor-
faktor yang menyebabkan koagulasi itu terjadi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
proses koagulasi antara lain adalah:
 Pemanasan, contohnya: santan yang di panaskan.
 Penambahan koagulan, contohnya pada pembuatan tahu
 Aktivitas mikroba atau enzim, contohnya pada susu yang basi, dll.

Anda mungkin juga menyukai