Anda di halaman 1dari 33

Kehamilan dengan Mioma Uteri

Disusun Oleh :

Sylvia Wijaya

11-2014-034

Pembimbing:

Dr Wahyu Jatmika, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

RS MARDI RAHAYU

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRIDA WACANA

PERIODE 29 Juni 2015 -05 September 2015

1
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat
SMF OBSTETRI RS MARDI RAHAYU KUDUS

Nama : Sylvia Wijaya Tanda tangan :


NIM : 11.2014.034
Dr pembimbing / penguji : Dr. Wahyu Jatmika,Sp.OG

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny.M Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 42 tahun Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Kawin (GIP0A0) Agama : Islam
Pekerjaan :Ibu rumah tangga Pendidikan : SMA
Alamat : Garung Lor rt 01 rw 01 Kaliwungu Masuk Rumah Sakit :9 Agustus 2015
Kudus

Nama suami : Tn. A


Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Garung Lor rt 01 rw 01 Kaliwungu Kudus

Anamnesis

Dilakukan autoanamnesis tanggal 9 Agustus 2015 Pukul 18.00 WIB

Keluhan utama :
Perut terasa kencang kencang

2
Riwayat Penyakit Sekarang
Wanita berusia 42 tahun, hamil 40 minggu, datang dengan keluhan perut kencang yang
dirasakan sejak satu SMRS. Pasien mangatakan mengeluarkan darah dan lender dari jalan
lahir. Gerakan janin aktif dan masih dapat dirasakan. Pasien mengatakan ini kehamilan
yang pertama. Dari hasil pemeriksaan waktu masa kehamilan pasien juga mengeluhkan
ada benjolan pada perut yang dirasakan selain janin. Pasien tidak mengeluh mual,
muntah, pusing, mata berkunang, dan mata tidak kabur. Buang air besar dan buang air
kecil lancar. Pasien mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya setiap bulan ke bidan.
Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi, baik sebelum dan selama kehamilan.
Tidak ada riwayat operasi sebelumnya.

Riwayat Kehamilan:
ANC rutin di bidan, tidak ditemukan masalah dalam kehamilan sebelumnya.

Riwayat Haid:
Menarche : 15 Tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
HPHT : 3 November 2014
HPL : 10 Agustus 2015

- Perkawinan :1 kali
- Menikah usia : 40 tahun
- Lama menikah : 2 tahun
- Riwayat KB : tidak ada
- ANC : teratur ke bidan

3
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Hamil Usia Jenis Penyulit penolong Jenis BB/TB Umur Masa
ke kehamilan persalinan kelamin lahir sekarang Nifas

1 Hamil ini

Riwayat Penyakit Dahulu


 Tidak pernah menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, asma dan alergi.
 OS tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, asma
dan alergi.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,7oC
Tinggi Badan : 150 cm
Berat : 50 kg

4
Kulit
Warna sawo matang, turgor kulit baik, ikterus(-),

Kepala
Normocephali, Rambut hitam, distribusi merata

Mata
Pupil isokor Ø 3mm, refleks cahaya (+/+), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),
edema palpebra (-/-)

Telinga
Selaput pendengaran utuh, serumen (-), perdarahan (-)

Hidung
Sekret (-), deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung (-), epistaksis (-)

Mulut
Lidah dalam batas normal, mukosa bucal merah muda.

Leher
Tidak terdapat pembesaran Tiroid dan KGB, Deviasi trachea (−), Hipertrofi otot pernapasan
tambahan (−), Retraksi suprasternal (−)

5
Dada
Paru-paru (Pulmo)
Inspeksi : warna kuning langsat, sela iga tidak melebar, retraksi (-), pergerakan
simetris pada saat statis dan dinamis, pernapasan abdominotorakal.
Palpasi : sela iga tidak melebar, pergerakan simetris pada saat statis dan
dinamis, vokal fremitus simetris kanan dan kiri.
Perkusi : sonor +/+
Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung (Cor)
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada sela iga V, 2 cm medial dari linea
midclavicularissinistra
Perkusi :
Batas atas : pada sela iga II garis parasternal kiri
Batas kiri : pada sela iga V, 2 cm medial dari garis midclavicularis
sinistra
Batas kanan : pada sela iga V, pada garis parasternal sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada ke
4 katup jantung

Perut (Abdomen)
Inspeksi : membuncit, tidak ada luka bekas operasi, tampak benjolan abnormal
pada kanan atas
Palpasi : nyeri tekan ( - ), massa ( + ), defans muskuler (-)
Hati : tidak teraba
Limpa : tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+)

6
Anggota gerak : Tangan Edema -/-, kaki edema -/-, sianosis -/-, clubbing finger -/-
Kelenjar getah bening
Submandibula : tidak ditemukan pembesaran
Supraklavikula : tidak ditemukan pembesaran
Lipat paha : tidak ditemukan pembesaran
Leher : tidak ditemukan pembesaran
Ketiak : tidak ditemukan pembesaran

Aspek kejiwaan
Tingkah laku : tenang
Alam perasaan : biasa
Proses pikir : wajar

A. PEMERIKSAAN OBSTETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah : chloasma gravidarum (-)
Payudara : pembesaran (+), puting susu menonjol, cairan dari puting (-)
Abdomen : membuncit memanjang
linea nigra (+), striae gravidarum (+)
bekas operasi (-)
Palpasi
TFU : 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (32 cm)
Tafsiran Berat Janin: (32-12)x155= 3100 gram
Leopold I :Teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong).
Leopold II :Teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kanan
(PUKA)
Leopold III : Teraba bagian bulat, melenting, dan keras (kepala)
Leopold IV : Kepala belum masuk PAP

7
DJJ :11-12-12(140 x/menit)
His :(+) 1x dalam 10 menit selama 35 detik.
PPV : (+)

Pemeriksaan dalam:
Vaginal Toucher
Ø 2 cm,KK (+), effacement 25%
bagian bawah janin kepala, hodge I
UUK kanan

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap

Hemoglobin 9,9 g/dL 11,7=15,5 g/dL


Lekosit 10.600 /uL 3600-11000 /uL
Eosinofil 1,10 1-3
Basofil 0,20 0-1
Neutrofil 78,10 50-70
Limfosit 13,20 25-40
Monosit 7,40 2-8
Hematokrit 29.30 % 36-46 %
Trombosit 333.000 /uL 150000-400000 /uL
Led 1 jam 68 mm/jam 0-20
Golongan darah A+
Waktu Pembekuan / CT 5.00 menit 3-6 menit
Waktu Perdarahan / BT 1.00 menit 1-3 menit
HbsAg Negative Negative

8
C. RINGKASAN (RESUME)
Wanita 42 tahun, GIP0A0, hamil 40 minggu, datang dengan keluhan perut kencang sejak 1 hari
SMRS. Ada lendir dan darah dari jalan lahir. Gerakan janin aktif dan masih dapat dirasakan.
Dari hasil pemeriksaan waktu masa kehamilan pasien juga mengeluhkan ada benjolan dan
perut yang dirasakan selain janin. Pasien tidak mengeluh mual, muntah, pusing, mata
berkunang, dan mata tidak kabur. BAB dan BAK lancar. Hipertensi (-), Diabetes melitus (-),
riwayat operasi (-)
HPHT : 3 November 2014
HPL : 10 Agustus 2015

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,7oC
Tinggi Badan : 150 cm
Berat : 50 kg
PEMERIKSAAN OBSTETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Payudara : pembesaran (+), puting susu menonjol, cairan dari puting (-)
Abdomen : membuncit memanjang
linea nigra (+), striae gravidarum
Palpasi
TFU : 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (32 cm)
Tafsiran Berat Janin: (32-12)x155= 3100 gram
Leopold I : Teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong).

9
Leopold II : Teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kanan(PUKA)
Leopold III : Teraba bagian bulat, melenting, dan keras (kepala)
Leopold IV : Kepala belum masuk PAP
DJJ :11-12-12(140 x/menit)
His :(+) 1x dalam 10 menit selama 35 detik.
PPV : (+)
Pemeriksaan dalam:
Vaginal Toucher
Ø 2 cm,KK (+), effacement 25%
bagian bawah janin kepala, hodge I
UUK kanan

D. DIAGNOSIS
GIP0AI, 42 tahun, hamil 40 minggu
Anak I, hidup intrauterine
Presentasi kepalaU, PUKA
Inpartu kala 1 fase laten
Mioma Uteri

Pemeriksaan yang dianjurkan


Pemeriksaan USG
Foto thoraks

E. PENATALAKSANAAN
 Pengawasan 10
 IVFD RL 20 tetes per menit
 Ceftriaxone 2x 1 gram IV
 Tirah baring
 Persiapan Sectio Caesarea: puasa, cukur rambut pubis, pemasangan DC

10
F. PROGNOSIS
Power : ad bonam
Passage : ad bonam
Passenger : ad bonam

G. OPERASI SECTIO CAESAREA


Tanggal 10 Agustus 2015 pukul 09.00
- Insisi abdomen di linea mediana sepanjang 10 cm di atas symphisis
- Insisi diperdalam lapis demi lapis hingga peritoneum terbuka
- Tampak uterus sesuai umur hamil aterm dan mioma uteri
- Buka plica vesica uterina semilunar
- Insisi pada Segmen bawah rahim ± 10 cm
- Air ketuban banyak, warna hijau keruh
- Kepala bayi diluksir, bayi dilahirkan kepala, bahu, badan
- Bayi laki laki 2990 gram, 47 cm, Apgar score 9-10-10
- Plasenta dilahirkan manual, kotiledon lengkap
- Jahit SBR dengan chromic cutgult no. 2 jelujur
- Over hecting dengan CC no. 2
- Kontrol perdarahan, perdarahan (-)
- Jahit peritoneum dengan plain cutgult no. 1-0
- Jahit otot dengan plain cutgult no. 1-0
- Jahit fascia dengan dexon no. 1
- Jahit lemak subkutan dengan plain cutgult no. 2-0
- Jahit kulit dengan jahitan subkutan dexon no. 4.0
- Perdarahan selama op ± 400 cc
- Tindakan selesai

Instruksi Post Operasi


- Infus RL 20 tpm
- Amoxan 3x 1gram IV
- Tramadol 2 x 1 IV

11
- Alinamin 2 x 1 IV
- Vitamin C 1 x 500mg IV
- Cek Hb post operasi

H. FOLLOW UP
11 Agustus 2015 Pukul 08.00
S: Nyeri pada luka post operasi
O: Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg RR : 20x/menit
HR : 78x/menit T : 36,8oC
Mata : CA -/- SI -/-
C/P : BJ I-II murni reguler, SN Vesikuler +/+
Mammae : Puting menonjol, ASI (-)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (+), bising usus (-), kontraksi uterus baik
TFU : 2 Jari di bawah pusat
PPV : Lochea (+)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

A: PIA0 Post Sectio Caesarea hari ke-1 atas indikasi mioma uteri
P: Infus RL 20 tpm
o Amoxan 3x 1gram IV
o Tramadol 2 x 1 IV
o Alinamin 2 x 1 IV
o Vitamin C 1 x 500mg IV
o Tirah baring
o Minum, makan bubur halus

12 Agustus 2015 Pukul 08.00


S: Masih nyeri pada luka bekas operasi.
O: Keadaan Umum : Baik

12
Kesadaran : Compos mentis
TD : 120/80 mmHg RR : 19x/menit
HR : 84x/menit T : 36,5oC
Mata : CA -/- SI -/-
C/P : BJ I-II murni reguler, SN Vesikuler +/+
Mammae : Puting menonjol, ASI (+)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (+), bising usus (+), kontraksi uterus baik
TFU : 2 Jari di bawah pusat
PPV : Lochea (+)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
A: PIA0 Post Sectio Caesarea hari ke-2 atas indikasi mioma uteri
P: Infus RL 20 tpm
o Amoxan 3x 1gram IV
o Tramadol 2 x 1 IV
o Alinamin 2 x 1 IV
o Vitamin C 1 x 500mg IV
o Aff DC
o Latihan duduk
o Makan bubur kasar

13 Agustus 2015 Pukul 08.00


S: Nyeri pada luka bekas operasi berkurang.
O: Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
TD : 120/80 mmHg RR : 18x/menit
HR : 76x/menit T : 36,5oC
Mata : CA -/- SI -/-
C/P : BJ I-II murni reguler, SN Vesikuler +/+
Mammae : Puting menonjol, ASI (+)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (+), bising usus (+), kontraksi uterus baik
TFU : 2 Jari di bawah pusat

13
PPV : Lochea (+)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
A: PIA0 Post Sectio Caesarea hari ke-3 atas indikasi mioma uteri
- P: Infus RL 20 tpm
o Amoxan 3x 1gram IV
o Tramadol 2 x 1 IV
o Vitamin C 1 x 500mg IV
Mobilisasi
Makan normal

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Miomaadalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos, sedangkan untuk otot- otot rahim disebut
dengan mioma uteri. Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya. 1,2

Mioma Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam
kepustakaan disebut juga leiomioma atau fibrioma. 1,2

Dari berbagai pengertian dapat disimpulkan bahwa mioma uteri adalah suatu pertumbuhan jinak dari
otot-otot polos rahim, disertai jaringan ikat.Neoplasma yang berasal dari otot uterus yang merupakan
jenis tumor uterus yang paling sering, dapat bersifat tunggal, ganda, dapat mencapai ukuran besar,
biasanya mioma uteri banyak terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35 tahun. 1,2

Klasifikasi

Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.

1. Lokasi
a. Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
b. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.
c. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.

14
Gambar 2. Jenis Mioma Uteri Berdasarkan Lokasinya

2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 4 jenis 1-4
a. Submukosa
Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks
disebut mioma geburt. Hal ini dapaat menyebabkan dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari
serviks dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah yang tidak regular dan dapat
disalah artikan dengan kanker serviks. Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang
lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural
walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya
pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina.
Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.

b. Mioma Uteri Subserosa


Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa
yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam
ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi
rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di
sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih daritangkai ke omentum. Akibatnya

15
tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor
yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.

c. Mioma Uteri Intramural


Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk
uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan
berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak
karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma
subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat
(jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan). Secara makroskopis terlihat uterus
berbenjol-benjol dengan permukaan halus. Pada potongan, tampak tumor berwarna putih dengan
struktur mirip potongan daging ikan. Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang
sehat, sehingga tumor mudah dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka
konsistensi menjadi lunak.

Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik tumor ditandai oleh gambaran
kelompok otot polos yang membentuk pusaran, meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium.
Fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot polos
cenderung mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada mioma uteri dapat terjadi
perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya
pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan ini terjadi secara sekunder dari atropi
postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau transformasi maligna.

d. Mioma Intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum atau omentum
dan kemudian membebaskan diri dari uterus. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam
satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam satu saluran serviks sehingga ostium uteri
eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari
berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorle like pattern) dengan
pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma
ini.

16
Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik tumor ditandai oleh gambaran
kelompok otot polos yang membentuk pusaran, meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium.
Fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot polos
cenderung mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada mioma uteri dapat terjadi
perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya
pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan ini terjadi secara sekunder dari atropi
postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau transformasi maligna.

Gambar 1. Jenis Mioma Uteri Berdasarkan Lapisan Uterus

Epidemiologi

Seleksi uteri dilakukan dari 100 wanita yang menjalankan histerektomi ditemukan 77% mempunyai
mioma uteri termasuk yang berukuran sekecil 2mm. Mioma uteri juga sering ditemukan pada wanita
yang menjalankan histerektomi untuk indikasi yang lain walaupun ditemukan kecil dan tidak banyak. Ini
karena kebanyakan tehnik pemeriksaan imaging tidak mempunyai resolusi di bawah 1 cm maka
insidensi kejadian sebenar mioma uteri tidak dapat dipastikan meskipun mioma uteri yang kecil tidak
memberikan gejala klinis. Spesimen histerektomi daripada wanita premenopause dengan mioma uteri
adalah rata – rata 7,6. Wanita postmenopause pula adalah 4,2. Random sampling daripada wanita
berusia 35 – 49 tahun yang menjalani pemeriksaan rutin, hasil rekam medis dan pemeriksaan sonografi
didapatkan pada usia 35 tahun insidensi terjadinya mioma uteri adalah sebanyak 60% untuk wanita
Afrika-Amerika; insidensi ini meningkat sehingga 80% pada usia 50 tahun. Wanita caucasia pula

17
mempunyai insidensi setinggi 40% pada usia 35 tahun dan meningkat sehingga 70% pada usia 50
tahun.5,6

Keluhan utama terbanyak pada penderita mioma uteri adalah perdarahan pervaginam abnormal
(44,1%). Mioma uteri tipe intramural adalah yang terbanyak dari tipe mioma uteri secara patologi
anatomi (51,3%). Kadar haemoglobin (Hb) rata-rata penderita mioma uteri adalah 10,92gr% dan 37,6%
diantaranya dilakukan transfusi darah. Histerektomi total ditemukan sebagai tindakan penatalaksanaan
terbanyak pada kasus-kasus mioma uteri (91,5%).5,6

Etiologi

Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari hasil penelitian Miller
dan Lipschlutz dikatakan bahwa mioma uteri terjadi tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat
pada “Cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen. Namun
demikian, beberapa faktor yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya mioma adalah wanita usia
35-45 tahun, hamil pada usia muda, genetik, zat-zat karsinogenik, sedangkan yang menjadi faktor
pencetus dari terjadinya mioma uteri adalah adanya sel yang imatur.1,2,7

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit
multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari
mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom,
khususnya pada kromosom lengan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping
faktor predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.

a. Estrogen.
Mioma Uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat selama
kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan
pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti
endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia
endometrium (9,3%). Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita
dengan sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat)
menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga
mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal.
b. Progesteron

18
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor
dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17Bhidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor
estrogen pada tumor.
c. Hormon Pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai struktur dan
aktivitas biologik serupa yaitu Human Placental Lactogen (HPL), terlihat pada periode ini, memberi kesan
bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi
sinergistik antara HPL dan Estrogen. 1,2,7

Faktor Risiko

a. Usia penderita
Wanita kebanyakannya didiagnosa dengan mioma uteri dalam usia 40-an; tetapimasih tidak diketahui
pasti apakah mioma uteri yang terjadi disebabkan oleh peningkatan formasi atau peningkatan
pembesaran secara sekunderterhadap perubahan hormon pada waktu usia ini. Berdasarkan otopsi,
Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahunmempunyai sarang mioma. Mioma belum pernah
dilaporkan terjadi sebelum menarke dan setelah menopause hanya 10% mioma yang masih
bertumbuh.1,2,7,8
b. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Mioma uteri jarang ditemukan pada spesimen yang diambil dari hasil histerektomi wanita yang telah
menopause. Hormon esterogen endogen pada wanita-wanita menopause berada pada kadar yang
rendah atau sedikit. Awal menarke (usia di bawah 10 tahun) dijumpai peningkatan resiko (RR 1,24) dan
setelah menarke (usia setelah 16 tahun) menurunkan resiko (RR 0,68) untuk menderita mioma uteri.
1,2,7,8

c. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama penderita mioma uteri mempunyai peningkatan risiko
2,5 kaliuntuk menderita mioma uteri dibanding dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma
uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri mempunyai 2 kali lipat
kekuatan ekspresi dari VEGF-α (Vascular EndothelialGrowth Factor alfa) dibandingkan dengan penderita
mioma yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri. 1,2,7,8
d. Etnik

19
Dari studi yang dijalankan melibatkan laporan sendiri oleh pasien mengenai mioma uteri, rekam medis,
dan pemeriksaan sonografi menunjukkan golongan etnik Afrika-Amerika mempunyai kemungkinan risiko
menderita mioma uteri setinggi 2,9 kali berbanding wanita etnik caucasia, dan risiko ini tidak
mempunyai kaitan dengan faktor risiko yang lain. Didapati juga wanita golongan Afrika-Amerika
menderita mioma uteri dalam usia yang lebih muda dan mempunyai mioma yang banyak dan lebih
besar serta menunjukkan gejala klinis. Namun masih belum diketahui jelas apakah perbedaan ini
disebabkan masalah genetik atau perbedaan pada kadar sirkulasi estrogen, metabolisme estrogen, diet,
atau peran faktor lingkungan. Walau bagaimanapun, pada penelitian terbaru menunjukkan Val/Val
genotype untuk enzim essensial kepada metabolisme estrogen, catechol-O-methyltransferase (COMT)
ditemui sebanyak 47% pada wanita Afrika - Amerika berbanding hanya 19% pada wanita kulit putih.
Wanita dengan genotype ini lebih rentan untuk menderita mioma uteri. Ini menjelaskan mengapa
prevalensi yang tinggi untuk menderita mioma uteri dikalangan wanita Afrika - Amerika lebih tinggi. 1,2,7,8
e. Berat Badan
Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan risiko menderita mioma uteri adalah setinggi
21% untuk setiap kenaikan 10kg berat badan dan dengan peningkatan indeks massa tubuh. Temuan
yang sama juga dilaporkan untuk wanita dengan 30% kelebihan lemak tubuh. Ini terjadi kerana obesitas
menyebabkan peningkatan konversi androgen adrenal kepada estrone dan menurunkan hormon sex-
binding globulin. Hasilnya menyebabkan peningkatan estrogen secara biologikal yang menyebabkan
peningkatan prevalensi mioma uteri dan pertumbuhannya. Beberapa penelitian menemukan hubungan
antara obesitas dan peningkatan insiden mioma uteri. Suatu studi di Harvard yang dilakukan oleh Dr.
Lynn Marshall menemukan bahwa wanita yang mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas normal,
berkemungkinan 30,23% lebih sering menderita mioma uteri. 1,2,7,8

f. Diet
Ada studi yang mengaitkan dengan peningkatan terjadinya mioma uteri dengan konsumsi makanan
tertentu seperti daging sapi atau daging merah atau ham dapat meningkatkan insidensi mioma uteri dan
sayuran hijau bisa menurunkannya. Studi ini sangat sukar untuk diintepretasikan kerana studi ini tidak
menghitung nilai kalori dan pengambilan lemak tetapi sekadar informasi saja dan juga tidak diketahui
dengan pasti apakah vitamin, serat atau phytoestrogen berhubung dengan mioma uteri. 1,2,7,8
g. Kehamilan dan paritas

20
Peningkatan paritas menurunkan insidensi terjadinya mioma uteri. Mioma uteri menunjukkan
karakteristik yang sama dengan miometrium yang normal ketika kehamilan termasuk peningkatan
produksi extracellular matrix dan peningkatan ekspresi reseptor untuk peptida dan hormon steroid.
Miometrium postpartum kembali kepada berat asal, aliran darah dan ukuran asal melalui proses
apoptosis dan diferensiasi. Proses remodeling ini kemungkinan bertanggungjawab dalam penurunan
ukuran mioma uteri. Teori lain mengatakan pembuluh darah diuterus kembali kepada keadaan atau
ukuran asal pada postpartum dan ini menyebabkan mioma uteri kekurangan suplai darah dan nutrisi
untuk terus membesar. 1,2,7,8
h. Kebiasaan merokok
Merokok dapat mengurangi insidensi mioma uteri. Banyak faktor yang bisa menurunkan bioavalibiltas
hormon estrogen pada jaringan seperti penurunan konversi androgen kepada estrone dengan
penghambatan enzim aromatase oleh nikotin. 1,2,7,8

Patofisiologi

Penyebab utama mioma uteri belum diketahui secara pasti, berbagai penelitian telah dilakukan untuk
memahami keterlibatan faktor hormonal, faktor genetik, growth factor, dan biologi molekular untuk
tumor jinak ini. Faktor yang diduga berperan untuk inisiasi pada perubahan genetik pada mioma uteri
adalah abnormalitas intrinsik pada miometrium, peningkatan reseptor estrogen secara kongenital pada
miometrium, perubahan hormonal, atau respon pada cedera iskemik ketika haid. Setelah terjadinya
mioma uteri, perubahan-perubahan genetik ini akan dipengaruhi oleh promotor (hormon) dan efektor
(growth factors).1-3,7,8

Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast. Percobaan Lipschutz yang
memberikan estrogen pada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada
permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan
pemberian preparat progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan - kawan pula menyatakan bahwa
reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati daripada miometrium normal. Menurut Meyer
asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur. 1-3,7,8

Mioma uteri berasal dari sel otot polos miometrium, berdasarkan teori onkogenik, patogenesa mioma
uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan
mioma masih belum diketahui pasti. Dari penelitian menggunakan glucose-6-phosphatase
dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan uniseluler. Transformasi neoplastik dari

21
miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik dari miometrium normal dan interaksi
kompleks dari hormon steroid seks dan growth factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa
awal dalam proses pertumbuhan tumor. 1-3,7,8

Tidak dapat dibuktikan bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma, namun diketahui
estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan
konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari miometrium sekitarnyanamun konsentrasinya lebih rendah
dibanding endometrium. Hormon progesteron meningkatkan aktifitas mitotik dari mioma pada wanita
muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti. 1-3,7,8

Patologi Anatomi

Pada gambaran makroskopik menunjukkan suatu tumor berbatas jelas, bersimpai, pada penampang
menunjukkan massa putih dengan susunan lingkaran-lingkaran konsentrik di dalamnya. Tumor ini bisa
terjadi secara tunggal tetapi kebiasaanya terjadi secara multipel dan bertaburan pada uterus dengan
ukuran yang berbeda-beda. Perubahan-perubahan sekunder yang terjadi pada mioma uteri adalah
sebagai berikut. 1-3

1. Atrofi : Sesudah kehamilan atau sesudah menopause mioma uteri mengalami pengecilan.
2. Degenerasi Hialin: terjadi pada mioma yang telah matang atau “tua” di mana bagian yang
semula aktif tumbuh kemudian terhenti akibat kehilangan pasokan nutrisi dan berubah warnanya
menjadi kekuningan, melunak, atau melebur, menjadi cairan gelatin sebagai tanda terjadinya degenerasi
hialin.
3. Degenerasi Kistik: setelah mengalami hialinisasi, proses degenerasi akan berlanjut dengan
cairnya gelatin sehingga mioma konsistensinya menjadi kistik. Adanya kompresi atau tekanan fisik pada
bagian tersebut dapat menyebabkan keluarnya cairan kista ke kavum uteri, kavum peritoneum, atau
retroperitoneum.
4. Kalsifikasi: disebut juga degenerasi kalkareus yang umumnya mengenai mioma subserosa yang
sangat rentan terhadap defisit sirkulasi yang dapat yang dapat menyebabkan pengendapan kalsium
karbonat dan fosfat di dalam tumor.
5. Septik: defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma mengalami nekosis di bagian tengah tumor
yang berlanjut dengan infeksi yang ditandai dengan nyeri, kak, dinding perut, dan demam akut.

22
6. Degenerasi merah (Kaneus): diakibatkan oleh trombosis yang diikuti dengan terjadinya
bendungan vena dan perdarahan sehingga menyebabkan perubahan warna mioma. Degenerasi jenis ini
seringkali terjadi bersamaan dengan kehamilan karena kecepatan pasokan nutrisi bagi hipertrofi
miometrium lebih diprioritaskan sehingga mioma mengalami defisit pasokan dan terjadi degenerasi
aseptik dan infark. Degenerasi merah tampak khas apabila pada kehamilan muda disertai emesis, haus,
sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar. Degenerasi ini disertai rasa nyeri tetapi akan
menghilang sendiri. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah bewarna
merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Dampak pada kehamilannya sendiri adalah
dapat terjadi partus prematurus atau koagulasi diseminata intravaskuler.

7. Miosarkoma: merupakan transformasi ke arah keganasan, terjadi pada 0,1% - 0,5% penderita
mioma uteri.

Manifestasi Klinik

Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang
mengandung satu tumor dalam uterus. Adanya mioma tidak selalu memberikan gejala karena itu
mioma sering ditemukan tanpa disengaja, yaitu pada saat pemeriksaan ginekologik. Gejala yang
ditemukanpun sangat tergantung pada tempat sarang mioma itu berada, besarnya tumor, perubahan
dan komplikasi yang terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi: 1-5

1. Besarnya mioma uteri


2. Lokalisasi mioma uteri
3. Perubahan-perubahan pada mioma uteri

Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % - 50% dari pasien yang terkena. Adapun gejala klinik yang
dapat timbul pada mioma uteri:

a. Perdarahan abnormal uterus


Merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa
menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia
defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah yang besar maka sulit dikoreksi dengan
suplementeasi zat besi.Penyebab perdarahan ini adalah:

23
 Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasa. Permukaan endometrium yang menjadi
lebih luas akibat pertumbuhan mioma sehingga lebih banyak dinding endometrium yang terkikis ketika
menstruasi dan ini menyebabkan perdarahan abnormal.
 Atrofi endometrium di atas mioma submukosa akibat hambatan pasokan darah pada
endometrium.
 Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal kerana adanya sarang mioma diantara serabut
miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
 Tekanan dan bendungan pembuluh darah di daerah tumor atau ulserasi endometrium di atas
tumor.

Pada suatu penelitian yang mengevaluasi wanita dengan mioma uteri dengan atau tanpa perdarahan
abnormal, didapat data bahwa wanita dengan perdarahan abnormal secara bermakna menderita mioma
intramural (58% banding 13%) dan mioma submukosum (21% banding 1%) dibanding dengan wanita
penderita mioma uteri yang asimtomatik. 1-5

b. Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri panggul yang disebabkan mioma uteri
bisa juga disebabkan degenerasi akibat oklusi vaskuler, infeksi, torsi dari mioma yang bertangkai
maupun akibat kontraksi miometrium yang disebabkan mioma subserosum. Tumor yang besar dapat
mengisi rongga pelvik dan menekan bagian tulang pelvik yang menekan saraf sehingga menyebabkan
rasa nyeri yang menyebar ke bagian punggung dan ekstremitas posterior. 1-5

c. Penekanan rahim yang membesar


Gangguan ini tergantung pada tempat dan ukuran mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan
menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urin, pada ureter dapat menyebabkan
hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul
 Terasa berat di abdomen bagian bawah.
 Gejala traktus urinarius: poliuri/anuria, retensi urine, obstruksi ureter, hidroureter dan
hidronefrosis.
 Gejala intestinal: konstipasi dan obstruksi intestinal.

24
 Terasa nyeri karena tertekannya saraf.

Mioma intramural sering dikaitkan dengan penekanan terhadap organ sekitar. Parasitik mioma dapat
menyebabkan obstruksi saluran cerna perlekatannya dengan omentum menyebabkan strangulasi usus.
Mioma serviks dapat menyebabkan sekret serosanguinea vaginal, perdarahan, dispareunia, dan
infertilitas.

Bila ukuran tumor lebih besar lagi, akan terjadi penekanan ureter, kandung kemih dan rektum. Semua
efek penekanan ini dapat dikenali melalui pemeriksaan IVP, kontras saluran cerna, rontgen, dan MRI.
Abortus spontan dapat disebabkan oleh efek penekanan langsung mioma terhadap kavum uteri. 1-5

d. Infertilitas
Akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di kornu. Perdarahan kontinu pada pasien
dengan mioma submukosa dapat menghalangi implantasi. Terdapat peningkatan insiden aborsi dan
kelahiran prematur pada pasien dengan mioma intramural dan submukosa. Mekanisme gangguan

fungsi reproduksi dengan mioma uteri adalah:


 Gangguan transportasi gamet dan embrio.
 Pengurangan kemampuan bagi pertumbuhan uterus.
 Perubahan aliran darah vaskuler.
 Perubahan histologi endometrium

e. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.


f. Abortus spontan. Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran. 1-5

Kebanyakan mioma uteri tumbuh tanpa menimbulkan keluhan atau gejala. Pada perempuan lain
mungkin mengeluh perdarahan menstruasi lebih banyak dari biasa, atau nyeri sewaktu menstruasi,
perasaan penuh dan ada tekanan-tekanan pada rongga perut, atau keluhan anemia karena kurang darah
atau nyeri pada waktu berhubungan seksual, atau nyeri pada waktu bekerja. Perempuan lain yang
mengidap mioma mengeluh susah hamil atau mudah keguguran.

25
Pada mioma yang klasik, uterus membesar merata, dan sekitar 80% perempuan yang menderita mioma
uterus bertambah beratnya sampai 80 gram (berat normal uterus hanya sekitar 50 gram). Pernah
dilaporkan sampai ada uterus yang menderita mioma dengan berat lebih 200 gram.

Mioma sering bersama-sama dengan kelainan uterus lain endometriosis pada 11% penderita dan 7%
penderita mioma juga menderita polip endometrium, hingga kondisi ini mengacaukan diagnosa mioma.
1-5

Mioma Uteri dan Kehamilan

Pengaruh Miomapada Kehamilan dan Persalinan

Terdapatnya mioma uteri dapat memungkinkan beberapa hal terjadi, yaitu:

 Mengurangi kemungkinan perempuan menjadi hamil, terutama pada mioma uteri submukosum.
 Kemungkinan abortus bertambah.
 Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan letak subserosum.
 Menghalangi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang letaknya di serviks.
 Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada miomayang letaknya di dalam dinding rahimatau
apabilaterdapat banyak mioma.
 Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada miomayang submukosum dan intramural.8

Pengaruh Kehamilan dan Persalinan pada Mioma Uteri

Kehamilan dan persalinan dapat mempengaruhi mioma uteri menjadi:

 Tumor tumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertrofidan edema terutama dalam bulan-
bulan pertama, mungkin karena pengaruh hormonal. Setelah kehamilan 4 bulan tumor tidak bertambah
besar lagi.
 Tumor menjadi lebih lunakdalam kehamilan, dapat berubah bentuk, dan mudahterjadi
gangguan sirkulasi di dalamnya, sehingga terjadi perdarahan dan nekrosis, terutama di tengah-tengah
tumor. Perubahan ini menyebabkan rasa nyeri di perut yang disertai gejala rangsangan peritoneum dan
gejalan-gejala peradangan, walaupun dalam hal ini peradangan bersifat suci hama (steril). Lebih sering
lagi komplikasi ini terjadi dalam masa nifas karena sirkulasi dalam tumor mengurang akibat perubahan-
perubahan sirkulasi yang dialami oleh perempuan setelah bayi lahir.

26
 Mioma uteri subserosum yang bertangkai dapat mengalami putaran tangkai akibat desakan
uterus yang makin lama makin membesar. Torsi menyebabkan gangguan sirkulasi dan nekrosis yang
menimbulkan gambaran klinik nyeri perut mendadak (akut abdomen). 8

Diagnosis

a. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor resiko serta
kemungkinan komplikasi yang terjadi. 1,2
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga denganpemeriksaan luar
sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit.1,2
c. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan Darah Lengkap: Hb turun, Albumin turun, Leukosit turun/meningkat, Eritrosit
turun.
 USG: terlihat massa pada daerah uterus.
 Vaginal Toucher: didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya.
 Sitologi: menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
 Rontgen: untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan
operasi.
 ECG: Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan operasi. 1,2

Penatalaksanaan

Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak
membutuhkan pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak
menimbulkan gangguan. Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3 - 6 bulan.
Penanganan mioma uteri menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, serta konservasi fungsi
reproduksi terbagi kepada: 2-4

1. Terapi medisinal (hormonal)


Saat ini pemakaian Gonadotropin - releasing hormone (GnRH) agonis memberikan hasil yang baik
memperbaiki gejala klinis mioma uteri. Tujuan pemberian GnRH agonis adalah mengurangi ukuran
mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium. Pemberian GnRH agonis sebelum

27
dilakukan tindakan pembedahan akan mengurangi vaskularisasi pada tumor sehingga akan
memudahkan tindakan pembedahan. Terapi hormonal yang lainnya seperti kontrasepsi oral dan
preparat progesteron akan mengurangi gejala pendarahan tetapi tidak mengurangi ukuran mioma uteri.
2. Terapi pembedahan
Indikasi terapi bedah untuk mioma uteri menurut American College of obstetricians and Gyneclogist
(ACOG) dan American Society of Reproductive Medicine (ASRM) adalah
 Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif.
 Curiga adanya keganasan.
 Pertumbuhan mioma pada masa menopause.
 Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun kerana oklusi tuba.
 Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu.
 Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius.
 Anemia akibat perdarahan

Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah:

a. Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau mempertahankan uterus
demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman, efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik.
Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau
sarkoma uterus, juga dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor
dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan
cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus
dilahirkan dengan seksio sesarea.2-4

b. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Miomektomi ini
dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi reproduksinya dan tidak ingin dilakukan
histerektomi. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum dengan cara ekstirpasi
lewat vagina. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka
kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%.

28
Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi, histeroskopi maupun dengan laparoskopi.
Pada laparotomi, dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk mengangkat mioma dari uterus.
Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan pandang operasi yang lebih luas sehingga
penanganan terhadap perdarahan yang mungkin timbul pada pembedahan miomektomi dapat
ditangani dengan segera. Namun pada miomektomi secara laparotomi resiko terjadi perlengketan lebih
besar, sehingga akan mempengaruhi faktor fertilitas pada pasien, disamping masa penyembuhan paska
operasi lebih lama, sekitar 4 – 6 minggu. Pada miomektomi secara histeroskopi dilakukan terhadap
mioma submukosum yang terletak pada kavum uteri.Keunggulan tehnik ini adalah masa penyembuhan
paska operasi sekitar 2 hari. Komplikasi yang serius jarang terjadi namun dapat timbul perlukaan pada
dinding uterus, ketidakseimbangan elektrolit dan perdarahan.
Miomektomi juga dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi. Mioma yang bertangkai diluar
kavum uteri dapat diangkat dengan mudah secara laparoskopi. Mioma subserosum yang terletak
didaerah permukaan uterus juga dapat diangkat dengan tehnik ini. Keunggulan laparoskopi adalah masa
penyembuhan paska operasi sekitar 2 - 7 hari. Resiko yang terjadi pada pembedahan ini termasuk
perlengketan, trauma terhadap organ sekitar seperti usus, ovarium,rektum serta perdarahan. Sampai
saat ini miomektomi dengan laparoskopi merupakan prosedur standar bagi wanita dengan mioma uteri
yang masih ingin mempertahankan fungsi reproduksinya.2-4

c. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya adalah tindakan terpilih. Tindakan
histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus. Histerektomi dijalankan apabila didapati
keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar
usia kehamilan 12 - 14 minggu.
Tindakan histerektomi dapat dilakukan secara abdominal (laparotomi), vaginal dan pada beberapa kasus
dilakukan laparoskopi.
Pilihan ini bergantung pada jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis penyakit yang mendasari, dan
berbagai pertimbangan lainnya. Histerektomi abdominal tetap merupakan pilihan jika uterus tidak dapat
dikeluarkan dengan metode lain. Histerektomi vaginal awalnya hanya dilakukan untuk prolaps uteri
tetapi saat ini juga dikerjakan pada kelainan menstruasi dengan ukuran uterus yang relatif normal.
Histerektomi vaginal memiliki resiko invasif yang lebih rendah dibandingkan histerektomi abdominal.
Pada histerektomi laparoskopik, ada bagian operasi yang dilakukan secara laparoskopi. 2-4

29
Jenis-jenis histerektomi yaitu :
1. Histerektomi Parsial (Subtotal)
Pada jenis ini, histerektomi dilakukan dengan pengangkatan rahim akan tetapi mulut rahim (serviks)
tetap dibiarkan/ditinggal.sehingga oleh karena itu, penderita masih dapat terkena kanker mulut rahim.
Sehingga diperlukan pemerikasaan papsmear (pemeriksaan leher rahim) secara rutin.
2. Histerektomi Total
Histerektomi ini dilakukan dengan mengangkat secara keseluruhan rahim beserta mulut rahim.
3. Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral.
Histerektomi ini mengangkat uterus, mulut rahim, kedua tuba falopii, dan kedua ovarium. Pengangkatan
ovarium menyebabkan keadaan penderita seperti menopause meskipun usianya masih muda.
4. Histerektomi Radikal
Histerektomi ini dilakukan dengan mengangkat bagian atas vagina, jaringan dan kelenjar limfe disekitar
kandungan .operasi ini biasanya dilakukan pada beberapa jenis kanker tertentu guna menyelamatkan
nyawa penderita.
Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total abdominal hysterectomy (TAH)
dan subtotal abdominal hysterectomy (STAH). Masing - masing prosedur ini memiliki kelebihan dan
kekurangan. STAH dilakukan untuk menghindari resiko operasi yang lebih besar seperti perdarahan yang
banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan rektum. Namun dengan melakukan STAH kita
meninggalkan serviks, di mana kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. 2-4

Gambar 3. Jenis – Jenis Histerektomi

Histerektomi juga dapat dilakukan pervaginam, dimana tindakan operasi tidak melalui insisi pada
abdomen. Secara umum histerektomi vaginal hampir seluruhnya merupakan prosedur operasi
ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang dibuka sangat minimal sehingga trauma yang mungkin
timbul pada usus dapat diminimalisasi. Maka histerektomi pervaginam tidak terlihat parut bekas operasi

30
sehingga memuaskan pasien dari segi kosmetik. Selain itu kemungkinan terjadinya perlengketan paska
operasi lebih minimal dan masa penyembuhan lebih cepat dibandng histerektomi abdominal.2-4

Histerektomi laparoskopi ada bermacam - macam tehnik. Tetapi yang dijelaskan hanya 2 yaitu;
histerektomi vaginal dengan bantuan laparoskopi (Laparoscopically assisted vaginal histerectomy /
LAVH) dan classic intrafascial serrated edged macromorcellated hysterectomy (CISH) tanpa colpotomy.
Pada LAVH dilakukan dengan cara memisahkan adneksa dari dinding pelvik dengan memotong
mesosalfing kearah ligamentum kardinale dibagian bawah, pemisahan pembuluh darah uterina
dilakukan dari vagina. CISH pula merupakan modifikasi dari STAH, di mana lapisan dalam dari serviks dan
uterus direseksi menggunakan morselator.

Dengan prosedur ini diharapkan dapat mempertahankan integritas lantai pelvik dan mempertahankan
aliran darah pada pelvik untuk mencegah terjadinya prolapsus. Keunggulan CISH adalah mengurangi
resiko trauma pada ureter dan kandung kemih, perdarahan yang lebih minimal,waktu operasi yang lebih
cepat, resiko infeksi yang lebih minimal dan masa penyembuhan yang cepat. Jadi terapi mioma uteri
yang terbaik adalah melakukan histerektomi. Dari berbagai pendekatan, prosedur histerektomi
laparoskopi memiliki kelebihan kerana masa penyembuhan yang singkat dan angka morbiditas yang
rendah dibanding prosedur histerektomi abdominal. 2-4

5. Penanganan Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause
radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontrak indikasi untuk tindakan operatif akhir-
akhir ini kontraindikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak
ada keganasan pada uterus.
 Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
 Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
 Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause.
 Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan. 2-4

Komplikasi

a. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32 - 0,6% dari seluruh mioma, serta
merupakan 50 - 75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada

31
pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma
uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.1,3,4
b. Torsi (Putaran Tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga
mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan -
lahan, gangguan akut tidak terjadi. 1,3,4
c. Nekrosis dan infeksi
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan kerana gangguan sirkulasi darah
padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia atau
menoragia disertai leukore dan gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.1,3,4

Prognosis

Prognosis baik jika ditemukan mioma berukurankecil, tidak cenderung membesar dan tidak memicu
keluhan yang berarti, cukup dilakukan pemeriksaan rutin setiap 3-6 bulan sekali termasuk pemeriksaan
USG. 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun.
Menopause dapat menghentikan pertumbuhan mioma uteri. Pengecilan tumor sementara
menggunakan obat-obatan GnRH analog dapat dilakukan, akan tetapi pada wanita dengan hormon yang
masih cukup (premenopause), mioma ini dapat membesar kembali setelah obat-obatan ini dihentikan. 7

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Obstetri
Williams. Edisi ke-21, Volume 2. Jakarta: ECG; 2004. h.934,1035-7.
2. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. Edisi ke-3. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2008.
3. Howkin’s & Bourne. Shaw’s Textbook of Gynaecology. Edisi ke-12. New Delhi: B. I.
Churchill Livingstone; 22: 275 - 284
4. Mioma Uteri. Diunduh dari http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-
srirahayug-5147-2-bab2.pdf 14 Agustus 2015
5. Hadibroto BR. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara. Volume 38. No. 3. 2005.
Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15576/1/mkn-sep2005-
%20%289%29.pdf 14 Agustus 2015
6. Chelmow, David. Gynecologic myomectomy. 2005. Diunduh dari
http://www.emedicine.com/med/topic3319.htm 14 Agustus 2015
7. DeCherney AH, Nathan L. Current Obstetri and Gynaecology Diagnosis and Therapy.
McGraw-Hill, 2003; P: 693 - 699

33

Anda mungkin juga menyukai