101 Model Pembelajaran
101 Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan suatu kerangka berpikir yang dipakai sebagai panduan untuk melaksanakan
kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan tertentu .
Macam model pembelajaran meliputi :
1. Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching Learning/ CTL)
Pembelajaran Kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara
materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata peserta didik. Dan juga mendorong peserta didik membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual ;
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri
dan mengkons-truksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan Inkuiri (menemukan) untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya.
d. Ciptakan masyarakat belajar ( belajar dalam kelompok-kelompok).
e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f. Lakukan refleksi di akhir penemuan.
g. Lakukan penilaian nyata/yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Pembelajaran kooperatif, merupakan model pembelajaran dengan peserta didik bekerja sama dalam kelompok
kecil yang memiliki kemampuan heterogen. Mereka saling membantu menyelesaikan permasalahan dan
menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran.
b. Menyampaikan informasi.
c. Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar.
d. Membantu peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok.
e. Evaluasi atau memberikan umpan balik.
f. Memberikan penghargaan.
Skor kelompok untuk setiap kelompok didasarkan pada sumbangan poin peningkatan yang diperoleh oleh
setiap anggota kelompok yaitu dengan menjumlah seluruh poin peningkatan anggota kelompok dibagi dengan
jumlah anggota kelompok. Satu periode penilaian (3 – 4 minggu)
Secara singkat langkah-langkah pembelajaran STAD terdiri atas:
a. Membentuk kelompok heterogen a 4-5 orang anggotanya
b. Guru menyajikan pelajaran
c. Guru memberi tugas kelompok
d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab kuis, tidak dibolehkan
peserta didik saling membantu.
e. Memberi evaluasi
f. Penghargaan kelompok
g. Kesimpulan
9. Teams-Gamnes-Tournaments (TGT)
Dalam Kooperatif tipe TGT atau Pertandingan-Permainan-Tim, pebelajar memainkan permainan dengan
anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin pada skor tim mereka. Tiap-tiap pebelajar akan
mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan
angka tersebut.
Ada 5 (lima) komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
a. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran pembelajar menyampaikan materi dalam penyajian kelas
b. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang pebelajar yang anggotanya heterogen. Fungsi kelompok
adalah untuk lebih mendalami materi / mengerjakan tugas bersama teman kelompoknya dan lebih khusus
untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
c. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat pebelajar
dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Game dilakukan padatiap meja tournament. Secara bergiliran
peserta didik mengambil sebuah kartu nomor dan membacakan soal tersebut. Peserta didik yang membaca
soal mendapatkan kesempatan pertama untuk menjawab pertanyaan tersebut. Peserta didik lain (sebagai
penantang) yang berada disebelah kirinya jika menganggap jawaban yang diberikan tadi salah, maka ia
boleh menantang dan memberikan jawaban yang berbeda. kemudian jawaban peserta didik dicocokkan
dengan kunci jawaban yang telah tersedia dimeja tournament. Pemain yang memberikan jawaban yang benar
menyimpan kartu tersebut. Apabila tidak ada satu pun jawaban yang benar, kartu tersebut dikembalikan
ketumpukan permainan berlanjut sampai waktu yang ditetapkan guru, sampai jam pelajaran habis atau
tumpukan kartu habis.
d. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah pembelajar melakukan
presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Pada turnamen pertama pembelajar
membagi pebelajar ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga pebelajar tertinggi prestasinya dikelompokkan
pada meja I, tiga pebelajar selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
e. Team Recognize (penghargaan kelompok)
Pembelajar kemudian mengumumkan kelompok yang menang (total skor tertinggi/kartu terbanyak dari
perolehan anggota di tiap meja turnamen) dan memberikan penghargaan/hadiah
Ada beberapa variasi dari model think pair share ini yakni :
Export to think : menekankan pada kegiatan berfikir
Write pair share : menekankan pada kegiatan menulis berpasangan
Think pair square : menekankan pada berfikir oleh 4 orang
Write pair square : menekankan pada menulis oleh 4 orang
Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
b. Peserta didik secara individu diminta untuk berfikir tentang materi/ permasalahan yang disampaikan guru
c. Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil
pemikiran masing-masing
d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok membagikan / mengemukakan hasil diskusinya
e. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah
materi yang belum diungkapkan para peserta didik
f. Guru memberi kesimpulan
32. Artikulasi
Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti pesan berantai, artinya apa yang
telah diberikan Guru, seorang peserta didik wajib meneruskan menjelaskannya pada peserta didik lain
(pasangan kelompoknya). Pada model pembelajaran ini. Peserta didik dituntut untuk bisa berperan sebagai
„penerima pesan‟ sekaligus berperan sebagai „penyampai pesan. Peserta didik dibentuk menjadi kelompok
kecil yang masing-masing peserta didik dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman
kelompoknya tentang materi yang baru dibahas.
Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
c. Untuk mengetahui daya serap peserta didik, dibentuklah kelompok berpasangan dua orang
d. Menugaskan salah satu peserta didik dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru
dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga
kelompok lainnya
e. Menugaskan peserta didik secara bergiliran / diacak menyampaikan penjelasan teman pasangannya.
Sampai sebagian peserta didik sudah menyampaikan penjelasannya
f. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami peserta didik
g. Kesimpulan
Kata Konsep
Penjajahan UU Kep/stb NO 91 Tahun 1992
Penderitaan Asas Demokrasi
Kemiskinan Ekonomi Rakyat
Solidaritas Alat Distribusi
Organisasi Koperasi Asas Pancasila
Aria Wirya Atmaja UUD 1945 Pasal 23
Bank Penolong & tabungan UU No 12 Tahun 1997
Koperasi Simpan Pinjam UU No 25 Tahun 1992
Budi Utomo Serikat Dagang Islam
Tugas :
a. Buatlah sekurang-kurangnya lima kalimat menurut pendapatmu sendiri. Secara ringkas harus mencakup paling
sedikit 4 kata dari daftar di atas dan setiap kata dapat dipakai berulang-ulang
b. Kerja kelompok : Diskusikanlah kalimat-kalimat anda apabila kalimat anda sudah benar
c. Hasil diskusi kelompok. Didiskusikan kembali untuk mendapatkan Kesimpulan
S Y E N I E K K K
A G U A N D M E N
N B A R T I R T D
G A N R N R S U S
U D G T U T G R Z
I O O L S A I U I
N R P A I P A N F
I A S O L I O A U
S R I N H B C N U
Contoh Soal :
1. Asas dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat orang tersebut dilahirkan disebut
asas…
2. Negara Indonesia memakai asas kewarganegaraan berdasarkan keturunan yang disebut asas ius…
3. Seseorang yang mempunyai dua kewarganegaraan dari dua Negara yang berbeda disebut...
4. Hak dimiliki seseorang untuk memilih kewarganegaraannya disebut hak...
5. Penentuan kewarganegaraan seseorang berdasarkan kelahiran dan…
40. Scramble
Model pembelajaran scramble tampak seperti model pembelajaran word square, bedanya jawaban soal tidak
dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan, namun dengan susunan yang acak, jadi
peserta didik bertugas mengoreksi (membolak-balik huruf) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang
tepat / benar.
Media :
1. Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
2. Buat jawaban yang diacak hurufnya
Langkah-langkah :
a. Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
b. Membagikan lembar kerja sesuai contoh
Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan kolom A.
Contoh lembar kerja siswa :
Susunlah huruf-huruf pada kolom sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan kolom
A.
No A B
1. Sebuah benda langit berupa bola gas Ratamhai
(hydrogen dan helium) yang bercahaya
/ berpijar dan mempunyai suhu sekitar
6000oC, disebut ………
2 Peredaran planet mengelilingi matahari, Olusicer
disebut ……..
3 Planet yang merupakan planet paling Suirukrem
dekat dengan matahari, yaitu ……….
4 Planet apa yang disebut juga planet Arms
merah, yaitu ………….
Langkah-langkah :
a. Siapkan kelas sebagaimana mestinya
b. Jelaskan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
c. Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap peserta didik diberi masing-masing satu kartu untuk dipelajari
(dihapal) lebih kurang 5 menit
d. Semua peserta didik disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi informasi. Tiap peserta
didik harus mencatat nama pasangannya pada kartu contoh.
e. Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing-masing (take
and give).
f. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan peserta didik pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu
orang lain).
g. Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan
h. Kesimpulan
45 Debat
Kegiatan yang menekankan pada keaktifan peserta didik untuk memberikan argumen atau mempertahankan
argumennya ataupun kelompoknya. Melalui model ini peserta didik dituntut untuk dapat berfikir secara kritis dan
saling bekerja sama dalam kelompok untuk mempertahankan pendapat kelompok.
Langkah-langkah :
a. Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
b. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok di atas
c. Setelah selesai membaca materi, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu,
kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik bisa
mengemukakan pendapatnya.
d. Sementara peserta didik menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan sampai
mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan.
e. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
f. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak peserta didik membuat kesimpulan/ rangkuman yang
mengacu pada topik yang ingin dicapai.
48. Demostration
Cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu
proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam
bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain ahli dalam topic bahasan yang harus
didemonstrasikan. Metode ini biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang dilakukan,
misalnya: proses mengerjakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, untuk mengetahui
/ melihat kebenaran sesuatu.
Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
c. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
d. Menunjuk salah seorang peserta didik untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.
e. Seluruh peserta didik memperhatikan demontrasi dan menganalisisnya.
f. Tiap peserta didik mengemukakan hasil analisisnya dan juga pengalaman peserta didik didemontrasikan.
g. Guru membuat kesimpulan.
58. SAVI
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat
indra yang dimiliki peserta didik. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan
tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna
bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi,
mengemukakan penndepat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra
mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan
Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar
haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki,
mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
Langkah-langkah pembelajaran SAVI menurut Meier (2002 : 33-34), yaitu :
a. Proses pembelajaran dikelompokan yang terdiri dari 5 atau 6 orang peserta didik yang heterogen.
b. Proses pembelajaran menggunakan media.
c. Mendemonstrasikan konsep matematika.
d. Memecahkan masalah dalam kelompok.
e. Presentasi hasil diskusi ke depan kelas.
61. Generatif
Pembelajaran Generatif (PG) merupakan terjemahan dari Generative Learning (GL). Pembelajaran generatif
merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru
dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik sebelumnya. Pengetahuan baru itu akan diuji
dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu
berhasil menjawab permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam memori jangka
panjang
Langkah-langkah atau tahapan pembelajaran generatif menurut terdiri atas 5 tahap dengan penjelasan sebagai
berikut :
a. Pengingatan : Pada tahap awal ini guru menuliskan topik dan melibatkan peserta didik dalam diskusi yang
bertujuan untuk menggali pemahaman mereka tentang topik yang akan dibahas. Mereka diajak untuk
mengungkapkan pemahaman dan pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tantangan dan Konfrontasi: Setelah guru mengetahui pandangan sebagian peserta didiknya, guru mengajak
mereka untuk mengemukakan fenomena atau gejala-gejala yang diperkirakan muncul dari suatu peristiwa yang
akan didemonstrasikan kemudian. Mereka diminta mengemukakan alasan untuk mendukung dugaan mereka.
c. Reorganisasi Kerangka Kerja Konsep : Pada tahap ini guru membantu peserta didik dengan mengusulkan
alternatif tafsiran menurut fisikawan dan menunjukkan bahwa pandangan yang dia usulkan dapat menjelaskan
secara koheren gejala yang mereka amati. Peserta didik diberikan beberapa persoalan sejenis dan menyarankan
mereka menjawabnya dengan pandangan alternatif yang diusulkan guru.
d. Aplikasi Konsep : Pada tahap ini, guru memberikan berbagai persoalan dengan konteks yang berbeda untuk
diselesaikan oleh peserta didik dengan kerangka konsep yang telah mengalami rekonstruksi.
e. Menilai Kembali : Dalam suatu diskusi, guru mengajak peserta didiknya dalam menilai kembali kerangka kerja
konsep yang telah mereka dapatkan
67. KUASAI
Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut ini KUASAI,
a. Kerangka pikir untuk sukses,
b. Uraikan fakta sesuai dengan gaya belajar,
c. Ambil pemaknaan (mengetahui-memahami-menggunakan-memaknai),
d. Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci serta koneksinya,
e. Ajukan pengujian pemahaman, dan
f. Introspeksi melalui refleksi diri tentang gaya belajar.
71. LAPS-Heuristik
Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bersifat tuntunan dalam rangka solusi masalah. LAPS ( Logan
Avenue Problem Solving) dengan kata Tanya apa masalahnya, adakah alternative, apakah bermanfaat,
apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya.
Sintak pembelajaran :
a. Pemecahan masalah
b. Rencana
c. Solusi, dan
d. Pengecekan.
72. Improve
Improve singkatan dari Introducing new concept, Metakognitive questioning, Practicing, Reviewing and
reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Enrichment.
Sintaknya adalah:
a. Guru menyajikan pertanyaan untuk mengantarkan konsep,
b. Peserta didik latihan dan bertanya,
c. Balikan-perbaikan-pengayaan-interaksi.
74. Superitem
Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada peserta didik secara bertingkat-bertahap dari
simpel ke kompleks, berupa pemecahan masalah.
Sintaks pembelajaran adalah :
a. Ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi,
b. Berikan latihan soal bertingkat,
c. Berikan sal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi informasi,
d. Integrasi, dan
e. Hipotesis.
75. Hibrid
Model hibrid adalah gabungan dari beberapa metode yang berkenaan dengan cara peserta didik
mengadopsi konsep.
Sintaknya adalah
a. pembelajaran ekspositori,
b. koperatif
c. inkuiri
d. solusi
e. workshop,
f. virtual workshop menggunakan computer-internet.
76. Treffinger
Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap.
Sintaks pembelajaran:
a. Keterbukaan-urun ide-penguatan,
b. Penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill,
c. Proses rasa-pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui pemanasan-minat-kuriositi-
tanya,
d. Kelompok-kerjasama,
e. Kebebasan-terbuka,
f. Reward.
77. Kumon
Pembelajaran dengan mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual, dan menjaga suasana nyaman-
menyenangkan.
Sintaks pembelajaran adalah:
a. Sajian konsep,
b. Latihan,
c. Tiap peserta didik selesai tugas langsung diperiksa-dinilai,
d. Jika keliru langsung dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa lagi,
e. Lima kali salah guru membimbing.
78. Probing-prompting
Menurut arti katanya, probing adalah penyelidikan, pemeriksaan dan prompting adalah mendorong atau menuntun.
Pembelajaran probing prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang
sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap peserta didik
dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya peserta didik mengkonstruksi
konsep-prinsip dan aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Langkah-langkah pembelajaran probing prompting dijabarkan melalui tujuh tahapan teknik probing (Sudarti,
2008:14) yang dikembangkan dengan prompting adalah sebagai berikut:
a. Guru menghadapkan peserta didik pada situasi baru, misalkan dengan memperhatikan gambar, rumus, atau situasi
lainnya yang mengandung permasalahan.
b. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merumuskan jawaban atau
melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.
c. Guru mengajukan persoalan kepada peserta didik yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus (TPK) atau
indikator kepada seluruh peserta didik.
d. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merumuskan jawaban atau
melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.
e. Menunjuk salah satu peserta didik untuk menjawab pertanyaan.
f. Jika jawabannya tepat maka guru meminta tanggapan kepada peserta didik lain tentang jawaban tersebut untuk
meyakinkan bahwa seluruh peserta didik terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Namun jika peserta
didik tersebut mengalami kemacetan jawab dalam hal ini jawaban yang diberikan kurang tepat, tidak tepat, atau
diam, maka guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain yang jawabannya merupakan petunjuk jalan
penyelesaian jawab. Lalu dilanjutkan dengan pertanyaan yang menuntut peserta didik berpikir pada tingkat yang
lebih tinggi, sampai dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan kompetensi dasar atau indikator. Pertanyaan yang
dilakukan pada langkah keenam ini sebaiknya diajukan pada beberapa peserta didik yang berbeda agar seluruh
peserta didik terlibat dalam seluruh kegiatan probing prompting.
g. Guru mengajukan pertanyaan akhir pada peserta didik yang berbeda untuk lebih menekankan bahwa
TPK/indikator tersebut benar-benar telah dipahami oleh seluruh peserta didik.
83. PQ4R
Langkah pembelajaran :
a. Preview : peserta didik menemukan ide-ide pokok yang dikembangkan dalam bahan bacaan.
b. Question : peserta didik merumuskan pertanyaan untuk dirinya sendiri
c. Read : mencari jawaban dengan membaca secara detail bahan bacaan yang dipelajari
d. Reflect : tidak hanya mengingat dan menghapal namun juga peserta didik berdialog dengan apa yang dibacanya
e. Recite : peserta didik merenungkan kembali informasi yang telah dipelajari
f. Review : peserta didik membuat rangkuman atau merumuskan inti sari dari materi yang mereka pelajari.
90. Reflektif
Langkah pembelajaran :
a. Guru mempersiapkan konsep dasar yang akan dibelajarkan kepada peserta didik. Sebaiknya, kata kunci dituliskan
dalam potongan kertas.
b. Guru mempersiapkan hal-hal yang akan direfleksikan oleh peserta didik. Hal-hal yang direfleksikan harus
mempunyai kesamaan dengan konsep yang sedang dipelajari.
c. Peserta didik diminta untuk menceritakan, mendeskripsikan, mengingat kembali, hal-hal yang pernah dialami.
Sebaiknya hal tersebut dituliskan.
d. Peserta didik melakukan analisis atas hasil refleksinya dengan cara menandai, menggaris bawahi simbol, istilah-
istilah, nama, dan sebagainya. Setelah peserta didik melakukan sintesis terhadap unsur hasil analisisnya. Sebaiknya
hasil sintesis dan analisis ditabulasi
e. Peserta didik mencocokkan hasil sintesis dan analisis dengan konsep yang mereka pelajari dengan cara mencari
kesesuaian penertian hasil sintesis dan anlisis denagn konsep yang dipelajari.
f. Peserta didik diminta merumuskan defiisi atas konsep yang telah ditemukan.
METODE PEMBELAJARAN
Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode dapat pula diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk menyampaikan pelajaran.metode ini digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi
menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan
untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode.
Berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengimpelementasikan strategi
pembelajaran berikut kelebihan dan kekurangannya.
A. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini senantiasa bagus bila
pengunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat dan media serta memperhatikan batas-batas
kemungkinan penggunannya. Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh
setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor
kebiasaan baik dari guru atau pun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan
pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru
yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar
dan tidak ada guru berarti tidak ada belajar.
Metode pembelajaran Ceramah yang baik adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih dari satu
metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya. Misalnya dengan tanya jawab ,
diskusi, ataupun latihan. Hal ini bertujuan agar tidak hanya guru yang aktif mengajar, melainkan juga siswa dapat
aktif dalam pembelajaran. Ceramah model ini biasa disebut dengan ceramah bervariatif.
Kelebihan Metode Ceramah
Ceramah merupakan metode yang ‟murah‟ dan ‟mudah‟ untuk dilakukan.Murah dalam arti proses ceramah tidak
memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi
atau peragaan. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian tidak
terlalu memerlukan persiapan yang rumit.
Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya, materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum
atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.
Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.Artinya, guru dapat mengatur pokok-
pokok materi yang mana yang perluditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab
guru yang memberikan ceramah.
Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebihsederhana. Ceramah tidak
memerlukan setting kelas yang beragam, atau tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit. Asal siswa
dapat menempati tempat duduk untuk mendengarkan guru, maka ceramah sudah dapat dilakukan.
Kelemahan Metode Ceramah
Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru.
Kelemahan ini memang kelemahan yang paling dominan, sebab apa yang diberikan guru adalah apa yang
dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru.
Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinyaverbalisme.
Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah seringdianggap sebagai metode yang
membosankan. Sering terjadi, walau pun secara fisik siswa ada di dalam kelas, namun secara mental siswa
sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran; pikirannya melayang ke mana-mana, atau siswa
mengantuk, oleh karena gaya bertutur guru tidak menarik.
Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudahmengerti apa yang dijelaskan atau
belum. Walaupun ketika siswa diberikesempatan untuk bertanya, dan tidak ada seorang pun yang bertanya, semua
itu tidak menjamin siswa seluruhnya sudah paham.
Metode ceramah itu wajar dilakukan bila: (a) ingin mengajarkan topic baru, (b) tidak ada sumber bahan pelajaran
pada siswa, (c) menghadapi sejumlah siswa yang cukup banyak.
B. Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan
usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran
dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara
lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi
demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat
digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
Kelebihan Metode Demonstrasi
Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung
memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar,tetapi juga melihat bahkan
mengalami peristiwa yang terjadi.
Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan
kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.
Kekurangan Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpapersiapan yang memadai demonstrasi
bisa gagal sehingga dapat menyebabkanmetode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk
menghasilkanpertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga
dapat memakan waktu yang banyak.
Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadaiyang berarti penggunaan metode ini
memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja
lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk
keberhasilan proses pembelajaran siswa.
C. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan
utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan
memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998). Karena itu, diskusi bukanlah
debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan
keputusan tertentu secara bersama-sama. Selama ini banyak guru yang merasa keberatan untuk menggunakan
metode diskusi dalam proses pembelajaran. Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi: (1) diskusi merupakan
metode yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antar siswa muncul secara spontan, sehingga hasil dan
arah diskusi sulit ditentukan; (2) diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal waktu
pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas, sehingga keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu
secara tuntas. Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru. Sebab, dengan perencanaan dan persiapan yang
matang kejadian semacam itu bisa dihindari.
Terdapat bemacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain :
1. Diskusi Kelas
Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahanmasalah yang dilakukan oleh seluruh
anggota kelas sebagai peserta diskusi.Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah: (1) guru
membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa yang akan menjadi moderator, siapa yang menjadi
penulis; (2) sumber masalah (guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus dipecahkan
selama 10-15 menit; (3) siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada
moderator; (4) sumber masalah memberi tanggapan; dan (5) moderator menyimpulkan hasil diskusi.
2. Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok
antara 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian
masalah tersebutdibagi-bagi ke dalam submasalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai
diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya.
3. Simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang
berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah
para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka symposium diakhiri dengan
pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang
telah ditentukan sebelumnya.
4. Diskusi Panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri
dari 4-5 orang di hadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi
panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya sekadar peninjau para panelis yang sedang
melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar diskusi panel efektif perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya
dengan metode penugasan. Siswadisuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.
5. Curah Pendapat (Brainstorming)
Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpungagasan, pendapat, informasi,
pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta.Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat
ditanggapi(didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, padapenggunaan metode
curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi.Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat
kompilasi (kumpulan) pendapat,informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda.
Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi
pembelajaran bersama.
Kelebihan Metode Diskusi
Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi
juga bisa melatih siswa untuk menghargaipendapat orang lain.
Kekurangan Metode Diskusi
Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswayang memiliki keterampilan
berbicara.
Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulanmenjadi kabur.
Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuaidengan yang direncanakan.
Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya,
kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran
D. Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode
mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk
memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode
mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang
sebenarnya. Gladiresik merupakan salah satu contoh simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu
upacara tertentu sebagai latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti. Demikian
juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan
sangat bermanfaat.
Simulasi terdiri dari beberapa jenis, di antaranya:
1. Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkanmasalah-masalah yang berkaitan
dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah
kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk
memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa
untuk memecahkannya.
2. Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-
permasalahan psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang
dialaminya.
3. Role Playing
Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk
mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang
mungkin muncul pada masa mendatang. Topik yang dapat diangkat untuk role playing misalnya memainkan peran
sebagai juru kampanye suatu partai atau gambaran keadaan yang mungkin muncul pada abad teknologi informasi.
4. Peer Teaching
Peer teaching merupakan latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa kepadateman-teman calon guru. Selain itu
peer teaching merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang siswa kepada siswa lainnya dan
salah satu siswa itu lebih memahami materi pembelajaran.
5. Simulasi Game
Simulasi game merupakan bermain peranan, para siswa berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu melalui
permainan dengan mematuhi peraturan yang ditentukan.
Kelebihan Metode Simulasi
Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk
memainkan peranan sesuai dengan topic yang disimulasikan.
Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalammenghadapi berbagai situasi sosial
yang problematis.
Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses permbelajaran.
Kekurangan Metode Simulasi
Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan,sehingga tujuan pembelajaran
menjadi terabaikan.
Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.