Anda di halaman 1dari 41

MODEL PEMBELAJARAN

Model pembelajaran merupakan suatu kerangka berpikir yang dipakai sebagai panduan untuk melaksanakan
kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan tertentu .
Macam model pembelajaran meliputi :
1. Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching Learning/ CTL)
Pembelajaran Kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara
materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata peserta didik. Dan juga mendorong peserta didik membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual ;
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri
dan mengkons-truksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan Inkuiri (menemukan) untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya.
d. Ciptakan masyarakat belajar ( belajar dalam kelompok-kelompok).
e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f. Lakukan refleksi di akhir penemuan.
g. Lakukan penilaian nyata/yang sebenarnya dengan berbagai cara.

2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)

Pembelajaran kooperatif, merupakan model pembelajaran dengan peserta didik bekerja sama dalam kelompok
kecil yang memiliki kemampuan heterogen. Mereka saling membantu menyelesaikan permasalahan dan
menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran.
b. Menyampaikan informasi.
c. Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar.
d. Membantu peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok.
e. Evaluasi atau memberikan umpan balik.
f. Memberikan penghargaan.

3. Belajar Memecahkan Masalah Dan Penemuan (Problem Solving, Discovery Inquiri)


Model pembelajaran ini menerapkan pendekatan berbasis masalah (problem-based approach). Kegiatan
pembelajaran model ini dengan jalan melatih peserta didik menghadapi berbagai masalah baik itu masalah
pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Strategi instruksional yang digunakan dalam model ini, pada dasarnya bertolak dari esensi strategi :
- Problem Solving Learning (Belajar Pemecahan Masalah)
- Discovery Learning (Belajar Penemuan – menekankan pada pemecahan masalah)
- Inquiry Learning (Belajar Inquiri – menekankan pada proses investigasi masalah)
Dalam hal ini ditetapkan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi Masalah Kebijakan Publik Dalam Masyarakat
b. Memilih Suatu Masalah Untuk Dikaji Oleh Kelas
c. Mengumpulkan Informasi Yang Terkait Pada Masalah Itu
d. Mmengembangkan Portofolio Kelas
e. Menyajikan Portofolio
f. Melakukan Refleksi Pengalaman Belajar

4. Pembelajaran BerbasisMasalah (Problem Based Learning)


Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk
memecahkan masalah. Problem Based Learning memadukan berbagai disiplin ilmu dalam memecahkan
masalah.
Langkah-langkah model Pembelajaran Berbasis Masalah:
a. Orientasi peserta didik kepada masalah
b. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar (mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas yang
berhubungan dengan masalah)
c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya (seperti laporan video dan model)
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Macam-Macam Pembelajaran Berdasarkan Masalah :
 Pembelajaran Berdasarkan Proyek (Project-Based Learning) – melalui proyek tertentu
 Pembelajaran Berdasarkan Pengalaman (Experience-Based Learning) – melalui praktik kerja terstruktur
dan penempatan kerja
 Belajar Otentik (Authentic Learning) – melalui tugas-tugas otentik.
 Pembelajaran Bermakna (Anchored Instruction) – melalui kegiatan bermakna
 Pembelajaran Berbasis Kerja (Work Based Learning) – merasakan dunia kerja
5. Resource based learning (Pembelajaran Berbasis Sumber) Terdiri atas :
a. Open Learning (Belajar Terbuka)
Belajar yang bebas dalam hal waktu, tempat, langkah, cara belajar serta terbuka bagi semua orang, semua
umur tanpa terkecuali
b. Distance Learning (Belajar Jarak Jauh)
Belajar dimana terdapat jarak antara peserta didik dengan penyaji materi belajar. Sumber belajar yang
digunakan bisa berupa buku, video, komputer, dll
c. Fleksible Learning (Belajar Fleksibel)
Cara belajar dengan segala bentuk sumber belajar untuk tujuan tertentu.
6. Quantum Learnuing
Pembelajaran Quantum merupakan pembelajaran dengan menciptakan interaksi didalam dan disekitar
momen belajar yang menyenangkan, konstruktif, komunikatif, bermakna, serta mengedepankan unsur :
kebebasan, santai, menakjubkan, menggairahkan.
Prinsip Pembelajaran Quantum :
a. Bawalah dunia mereka (pembelajar) ke dalam dunia kita (pengajar), dan antarkan dunia kita (pengajar) ke
dalam dunia mereka (pembelajar)
b. Segalanya berbicara (semua hal mengirimkan pesan pembelajaran)
c. Segalanya betujuan (semua yang terjadi dalam proses pengubahan mempunyai tujuan)
d. Berangkat dari pengalaman
e. Hargai setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran
f. Rayakan setiap keberhasilan
Kerangka pembelajaran quantum menggunakan konsep TANDUR yang merupakan akronim dari :
 Tumbuhkan : minat dengan mengatakan “Apa manfaatnya bagiku?
 Alami : ciptakan pengalaman umun yang dapat dimengerti semua peserta didik
 Namai : sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah masukan
 Demonstrasikan : sediakan kesempatan peserta didik untuk menunjukkan bahwa mereka tahu.
 Ulangi : tunjukkan kepada peserta didik cara mengulang materi dan menegaskan “aku tahu bahwa aku
memang tahu.
 Rayakan : pengakuan untuk suatu penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan pengetahuan dan ketrampilan.
7. Model pembelajaran langsung
Pembelajaran langsung atau direct instruction dikenal dengan sebutan active teaching ataujuga whole class
teaching. Penyebutan tersebut mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi
pembelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas.
Ciri-Ciri pada Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung mempunyai ciri-ciri, antara lain :
 Proses pembelajaran didominasi oleh keaktifan guru.
 Suasana kelas ditentukan oleh guru sebagai perancang kondisi.
 Lebih mengutamakan keluasan materi ajar daripada proses terjadinya pembelajaran.
 Materi ajar bersumber dari guru.
Langkah :
a. Fase establising set : menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
b. Fase domonstrating : mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
c. Fase giuded practice : merencanakan dan memberi pelatihan awal
d. Fase feed back : mengecek pemahaman kemudian memberi umpan balik
e. Fase extended practice : memberi kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus
pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kahidupan
8. Student Teams-Achievement Division (STAD)
STAD atau Tim Pebelajar-Kelompok Prestasi, merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana. Dalam STAD pebelajar dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4-5 orang,
dan setiap kelompok haruslah heterogen. Pembelajar menyajikan pelajaran, dan kemudian pebelajar bekerja di
dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya
seluruh peserta didik dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling
membantu.
Dalam STAD, penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan olehkelompok dan skor kelompok
ini diperoleh dari peningkatan individu dalam setiap kuis. Sumbangan poin peningkatan peserta didik terhadap
kelompoknya didasarkan atas ketentuan :
Skor Kuis Poin peningkatan
> 10 point di bawah skor dasar 5
1-10 point di bawah skor dasar 10
Skor dasar - 10 poin di atas skor dasar 20
> 10 poin di atas skor dasar 30
Hasil sempurna (tidak mempertimbangkan skor dasar) 30

Skor kelompok untuk setiap kelompok didasarkan pada sumbangan poin peningkatan yang diperoleh oleh
setiap anggota kelompok yaitu dengan menjumlah seluruh poin peningkatan anggota kelompok dibagi dengan
jumlah anggota kelompok. Satu periode penilaian (3 – 4 minggu)
Secara singkat langkah-langkah pembelajaran STAD terdiri atas:
a. Membentuk kelompok heterogen a 4-5 orang anggotanya
b. Guru menyajikan pelajaran
c. Guru memberi tugas kelompok
d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab kuis, tidak dibolehkan
peserta didik saling membantu.
e. Memberi evaluasi
f. Penghargaan kelompok
g. Kesimpulan
9. Teams-Gamnes-Tournaments (TGT)
Dalam Kooperatif tipe TGT atau Pertandingan-Permainan-Tim, pebelajar memainkan permainan dengan
anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin pada skor tim mereka. Tiap-tiap pebelajar akan
mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan
angka tersebut.
Ada 5 (lima) komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
a. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran pembelajar menyampaikan materi dalam penyajian kelas
b. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang pebelajar yang anggotanya heterogen. Fungsi kelompok
adalah untuk lebih mendalami materi / mengerjakan tugas bersama teman kelompoknya dan lebih khusus
untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
c. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat pebelajar
dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Game dilakukan padatiap meja tournament. Secara bergiliran
peserta didik mengambil sebuah kartu nomor dan membacakan soal tersebut. Peserta didik yang membaca
soal mendapatkan kesempatan pertama untuk menjawab pertanyaan tersebut. Peserta didik lain (sebagai
penantang) yang berada disebelah kirinya jika menganggap jawaban yang diberikan tadi salah, maka ia
boleh menantang dan memberikan jawaban yang berbeda. kemudian jawaban peserta didik dicocokkan
dengan kunci jawaban yang telah tersedia dimeja tournament. Pemain yang memberikan jawaban yang benar
menyimpan kartu tersebut. Apabila tidak ada satu pun jawaban yang benar, kartu tersebut dikembalikan
ketumpukan permainan berlanjut sampai waktu yang ditetapkan guru, sampai jam pelajaran habis atau
tumpukan kartu habis.
d. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah pembelajar melakukan
presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Pada turnamen pertama pembelajar
membagi pebelajar ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga pebelajar tertinggi prestasinya dikelompokkan
pada meja I, tiga pebelajar selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
e. Team Recognize (penghargaan kelompok)
Pembelajar kemudian mengumumkan kelompok yang menang (total skor tertinggi/kartu terbanyak dari
perolehan anggota di tiap meja turnamen) dan memberikan penghargaan/hadiah

10. Jigsaw (Tim Ahli)


Dalam penerapan kooperatif tipe jigsaw, peserta didik dibagi berkelompok dengan lima atau enam anggota
kelompok belajar heterogen. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari, menguasai bagian tertentu
bahan yang diberikan kemudian menjelaskan pada anggota kelompoknya.
Para anggota dari kelompok lain yang bertugas mendapat topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang
topik tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli. Kemudian anggota tim ahli kembali ke kelompok
asal dan mengajarkan apa yang telah dipelajarinya dan didiskusikan didalam klompok ahlinya untuk diajarkan
kepada teman kelompoknya sendiri.
Secara singkat, langkah-langkah pembelajaran Jigsaw terdiri atas :
a. Peserta didik dikelompokkan menjadi beberapa kelompok heterogen a 4-5 orang
b. Tim anggota dalam kelompok/tim diberi bagian materi yang berbeda
c. Anggota dari tim tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam
kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
d. Jika kelompok ahli selesai mendiskusikan tugasnya, maka anggota kelompok kembali ke kelompok
asal/semula (home teams) untuk mengajar anggota lainnya pada kelompok semula tentang sub bab yang ia
diskusikan.
e. Tiap kelompok/tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
f. Guru memberi kesimpulan

11. Think-Pair-Share (TPS)


Kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) atau berpikir-berpasangan-berbagi memiliki prosedur yang ditetapkan
secara eksplisit untuk memberi pebelajar waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu
satu sama lain. Think Pair Share terdiri dari 3 tahapan yakni : Tahap-1: Thinking (berpikir), Tahap-2: Pairing
(berpasangan), Tahap-3: Sharing (berbagi).

Ada beberapa variasi dari model think pair share ini yakni :
Export to think : menekankan pada kegiatan berfikir
Write pair share : menekankan pada kegiatan menulis berpasangan
Think pair square : menekankan pada berfikir oleh 4 orang
Write pair square : menekankan pada menulis oleh 4 orang
Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
b. Peserta didik secara individu diminta untuk berfikir tentang materi/ permasalahan yang disampaikan guru
c. Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil
pemikiran masing-masing
d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok membagikan / mengemukakan hasil diskusinya
e. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah
materi yang belum diungkapkan para peserta didik
f. Guru memberi kesimpulan

12. Group Investigation (GI)


Pada model kooperatif tipe group investigation, sejak awal peserta didik dilibatkan mulai dari tahap
perencanaan baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.
Pengelompokan peserta didik dapat didasarkan pada kesenangan berteman atau kesamaan minat. Para peserta
didik memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti/melakukan investigasi mendalam terhadap berbagai
subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara
keseluruhan. Secara singkat langkah-langkah group investigation adalah sbb. :
Langkah-langkah :
a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok @ 5-6 orang secara heterogen
b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
c. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari
kelompok lain
d. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan.
e. Setelah selesai mengumpulkan informasi dan berdiskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil
pembahasan kelompok.
f. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan

13. Numbered-Head-Together (NHT)


Numbered-Head-Together (NHT) atau Penomoran-Berpikir-Bersama merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang sejenis dengan TPS. Sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas,
pembelajar menggunakan 4 tahap dalam NHT yakni : Tahap Penomoran, Tahap Mengajukan Pertanyaan,
Tahap Berpikir Bersama., Tahap Menjawab.
Langkah-langkah :
a. Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor
b. Guru memberikan tugas (pertanyaan) dan masing-masing kelompok mengerjakannya
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya/ mengetahui jawabannya
d. Guru memanggil salah satu nomor peserta didik dan peserta didik yang nomornya dipanggil melaporkan
hasil kerjasama diskusi kelompoknya atau menjawab pertanyaan dari guru.
e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain, dst
f. Kesimpulan
14. Kepala Bernomor Struktur
Pembelajaran kooperatif yang merupakan modifikasi dari Numbered-Head-Together (NHT)
Langkah-langkah :
a. Peserta didik dibagi dalam kelompok. Setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor
b. Penugasan diberikan kepada setiap peserta didik berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai.
Misalnya : peserta didik nomor satu bertugas mencatat soal. Peserta didik nomor dua mengerjakan soal
dan peserta didik nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
c. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Peserta didik disuruh keluar dari
kelompoknya dan bergabung bersama beberapa peserta didik bernomor sama dari kelompok lain. Dalam
kesempatan ini peserta didik dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja
sama mereka
d. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
e. Kesimpulan

15. Kancing gemerincing (talking chips)


Model kooperatif ini mengembangkan hubungan timbal balik antara angota kelompok dengan didasari adanya
kepentingan yang sama. Tiap anggota mendapatkan chips yang berbeda yang harus digunakan setiap l kali
mereka ingin berbicara mengenai ; menyatakan keraguan, menjawab pertanyaan, bertanya, mengungkapkan
ide, mengklarifikasi peryataan, mengklarifikasi ide, merangkum, mendorong partisipasi angota lainnya. Model
ini juga bisa diterapkan pada peserta didik secara individu. Tiap peserta didik diberi 2-3 chips yang nantinya
dapat digunakan sampai beberapa kali pertemuan pembelajaran.
Langkah-langkah Pelaksanaan Tipe kancing gemerincing
a. Pengelompokan peserta didik suatu kelas menjadi kelompok-kelompok kecil (@4-6 anak)
b. Menyiapkan satu kotak berisi benda-benda kecil seperti potongan sedotan, kelereng kecil, dan sebagainya
yang berfungsi sebagai tanda untuk anggota kelompok yang akan mengemukakan pendapat.
c. Membagikan benda-benda kecil tersebut dengan jumlah yang sama kepada tiap anggota kelompok.
Jumlahnya tergantung pada tingkat kesulitan tugas yang diberikan
d. Memulai proses belajar mengajar
Pada proses ini setiap kali peserta didik mengeluarkan pendapat dalam kelompoknya, dia harus menyerahkan
salah satu benda yang dipegangnya dengan diletakan ditengah-tengah kelompok. Apabila benda yang
dipegang seorang peserta didik telah habis, maka dia tidak bisa mengemukakan pendapat lagi sampai semua
temannya dalam kelompok tersebut menghabiskan benda yang dipegang mereka. Jika semua benda yang
dipegang sudah habis sedangkan tugas belum selesai, maka kelompok bisa mengambil kesepakatan untuk
membagi kembali benda-benda kecil tersebut dan mengulangi prosedurnya kembali tanpa mengabaikan
waktu pengajaran. Guru pada proses ini berperan sebagai fasilitator dan motivator.
e. Presentasi hasil diskusinya di depan kelas.
f. Melakukan evaluasi.

16. The Power of Two


Model belajar kekuatan berdua (the power of two) termasuk bagian dari belajar kooperatif dimana pebelajar
belajar dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal dengan anggota dua orang
(berpasangan) untuk mencapai kompentensi dasar".
Prosedur model pembelajaran ini sebagai berikut:
a. Guru memberi peserta didik satu atau lebih pertanyaan yang membutuhkan refleksi dan pikiran.
b. Guru meminta peserta didik untuk menjawab pertanyaan sendiri-sendiri
c. Setelah semua melengkapi jawabannya, guru membentuk peserta didik ke dalam pasangan dan meminta
mereka untuk berbagi (sharing) jawabannya dengan jawaban yang dibuat teman yang lain.
d. Guru meminta pasangan tadi untuk membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan
memperbaiki respons masing-masing individu.
e. Ketika semua pasangan selesai menulis jawaban baru, guru membandingkan jawaban dari masing-masing
pasangan ke pasangan yang lain.
f. Kesimpulan

17. TS-TS (Two Stay – Two Stray)


Pembelajaran Two Stay – Two Stray (2 Tinggal-2 Tamu) adalah dengan cara peserta didik berbagi
pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. 2 anak sebagai tamu bertugas mencari informasi/materi
dari kelompok lain lalu melaporkannya ke kelompok mereka, sementara 2 sisanya membagikan hasil kerja
kelompok mereka ke tamu dari kelompok lain.
Langkah-langkah :
a. Peserta didik bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang
b. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang lain
c. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka
d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok
lain
e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka
f. Kesimpulan

18. Talking stik


Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan
bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta didik
mempelajari materi pokoknya.
Langkah-langkah penerapannya dapat dilakukan sebagai berikut.
a. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang.
b. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
c. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para
kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.
d. Peserta didik berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
e. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan
anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.
f. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi
pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar peserta didik mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari
guru.
g. Peserta didik lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab
pertanyaan.
h. Guru memberikan kesimpulan.

19. Inside-outside-circle /IOC


Model pembelajaran dengan mengajak peserta didik membentuk lingkaran kecil dan lingkaran besar. Peserta
didik saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan
teratur.
Langkah-langkah :
a. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar
b. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam
c. Dua orang peserta didik yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran
informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan
d. Kemudian peserta didik yang berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara peserta didik yang berada
di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
e. Sekarang giliran peserta didik yang berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian
seterusnya

20. Tari Bambu (Bamboo Dancing)


Model ini hampir sama dengan model insid-outside circle. Perbedaannya hanya pada cara mebuat jajaran.
Pada tali bambu jajaran tidak berbentuk lingkaran luar dan dalam melainkan menbentuk garis yang sejajar
Langkah-langkah :
a. Separuh kelas atau seperempat jika jumlah peserta didik terlalu banyak berdiri berjajar . Jika ada cukup
ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah peserta didik berjajar di sela-sela
deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu
relatif singkat.
b. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
c. Dua orang peserta didik yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi.
d. Kemudian satu atau dua peserta didik yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di
jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing peserta didik mendapat
pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan

21. Time Token


Model ini digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar peserta didik tidak
mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Langkahnya adalah kondisikan kelas untuk melaksanakan
diskusi, tiap peserta didik diberi kupon bahan pembicaraan (1 menit), peserta didik berbicara (pidato-tidak
membaca) berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai kupon dikembalikan.
Langkah-langkah :
a. Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL)
b. Tiap peserta didik diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Tiap peserta didik diberi sejumlah nilai
sesuai waktu yang digunakan.
c. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang peserta didik diserahkan. Setiap bebicara satu kupon.
d. Peserta didik yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon harus bicara
sampai kuponnya habis.
e. Sehingga semua peserta didik memiliki hak bicara yang sama, dan sampai semua peserta didik berbicara (
berpendapat)
f. Guru dan peserta didik membuat kesimpulan bersama dari hasil diskusi

22. Make-A Match (Mencari pasangsan)


Model Pembelajaran Make a Match artinya model pembelajaran Mencari Pasangan. Setiap peserta didik
mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu
yang ia pegang.
Langkah-langkah :
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review,
satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
b. Setiap peserta didik mendapat satu kartu
c. Tiap peserta didik memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
d. Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
e. Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
f. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya.
g. Kesimpulan

23. Bertukar pasangan


Model pembelajaran bertukar pasangan memungkinkan peserta didik untuk melakukan pertukaran informasi
sehingga mendapatkan informasi tambahan tentang suatu materi dari pasangan yang lain. Biasanya materi
yang cocok untuk model ini adalah materi-materi yang memerlukan pertukaran informasi dan membahas
informasi serta membahas konsep-konsep.
Langkah-langkah :
a. Setiap peserta didik mendapat satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau peserta didik memilih
sendiri pasangannya).
b. Guru memberikan tugas dan peserta didik mengerjakan tugas dengan pasangannya.
c. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
d. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan
mencari kepastian jawaban mereka.
e. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
f. Penutup

24. Pair Checks


Model pembelajaran dengan Peserta didik berkelompok berpasangan sebangku, salah seorang berperan
menyajikan persoalan dan nantinya mengecheck kebenaran jawaban, dan teman satunya mengerjakan.
Kemudian dilanjutkan dengan pertukaran tugas/peran
Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Peserta didik berkelompok berpasangan sebangku
c. Dalam 1 kelompok, salah satu peserta didik sebagai penyaji soal dan satunya lagi sebagai yang
mengerjakan.
d. Penyaji soal bertugas menyajikan persoalan serta mengecheck kebenaran jawaban dari peserta didik yang
mengerjakan
e. Kemudian kedua peserta didik salang bertukar peran
f. Guru membuat kesimpulan.

25. Keliling Kelompok


Model Pembelajaran Round Club Atau Keliling Kelompok adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep. Menyelesaikan persoalan atau
inkuiri. Setiap anggota kelompok wajib mengungkapkn hasil pemikiran secara bergantian
Langkah-langkah
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompotensi dasar
b. Guru membagi peserta didik menjadi kelompok
c. Guru memberikan tugas atau lembar kerja
d. Salah satu peserta didik dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan
pemikiran mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
e. Peserta didik berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
f. Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jamk atau dari kiri ke
kanan

26. Rotating trio exchange


Model ini merupakan cara peserta didik untuk mendiskusikan permasalahan dengan beranggotakan tiga orang.
Penerapan tehnik merotasi pertukaran pendapat kelompok tiga orang ini diarahkan pada materi pelajaran
(kompetensi dasar)yang akan diajarkan dikelas.
Prosedur pelaksanaan Rotating Trio Exchange antara lain:
a. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Pembentukan kelompok oleh guru yang terdiri dari 3 orang peserta didik.Masing-masing diberi simbol 0,1,
dan 2. Setelah terbentuk kelompok maka guru memberikan bahan diskusi untuk dipecahkan trio tersebut.
c. Selanjutnya berdasarkan waktu maka peserta didik yang mempunyai simbol 1 berpindah searah jarum jam dan
simbol 2 sebaliknya,berlawanan jarum jam. Sedangkan nomor 0 tetap di tempat.
d. Guru memberikan pertanyaan baru untuk didiskusikan oleh triobaru tersebut.
e. Rotasikan kembali peserta didik seusai setiap pertanyaan yang disiapkan.
f. Penyajian hasil diskusi oleh kelompok.
g. Menyimpulkan.

27. Group resume


Biasanya resume menggambarkan hasil yang telah dicapa oleh individu. Melalui model ini peserta didik akan
lebih saling mengenal serta resume harus mencakuop informasi yang “menjual” kelompok. Data resume dapat
berupa : latar belakang pendidikan, kursus yang diikuti, pemahaman tentang mapel yang dikuasai, pengalaman
kerja, ketrampilan, hobi, bakat, dll
Langkah-langkahnya antara lain:
a. Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari 3-6 orang peserta didik.
b. Guru memberikan penekanan bahwa mereka adalah kelompok yang bagus,baik bakat ataupun
kemampuannya di kelas.
c. Kelompok-kelompok tersebut membuat kesimpulan yang di dalamnya terdapat data-data latar belakang
pendidikan, pengetahuan akan isi kelas,pengalaman kerja, kedudukan yang dipegang sekarang,
keterampilan,hobby, bakat dan lain-lain.
d. Setiap kelompok mempresentasikan

28. Listening team


Dalam kegiatan ini,dibentuk kelompok-kelompok kecil yang bertanggung jawab menjelaskan materi
pembelajaran sesuai tugas masing-masing kelompok, hampir sama dengan Model Jigsaw , namun dalam
Listening Team disini tidak ada pertukaran anggota tim. Berikut ini adalah prosedur proses pembelajaran
dari Listening Team
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
c. Bagi seluruh peserta didik menjadi minimal 4 Tim. Masing-masing tim mempunyai peran dan tugas
masing-masing
- Penanya, Tugasnya : Setelah pelajaran yang umumnya dipenuhi oleh kegiatan Ceramah, paling
tidak penanya menyuguhkan 2 pertanyaan tentang apa yang baru saja mereka dengarkan.
- Pendukung : Tugasnya : Menanyakan poin-poin mana yang mereka sepakati. ( seluruh anggota tim
"Orang yang Setuju" ini harus memang benar-benar setuju terhadap poin yang akan mereka
utarakan. Dan juga mereka harus mengutakan alasan "mengapa kami setuju"
- Penentang : Tugasnya : Sama tugasnya dengan tim "Orang Yang Setuju", hanya saja terhadap poin
yang tidak mereka setujui.
- Pemberi Contoh , tugasnya : memberikan contoh-contoh khusus atau aplikasi dari materi yang
telah di ceramahakan oleh guru.
- Pembagian tugas juga dapat berupa : team penanya, penjawab 1, penjawab 2 (dengan perspektif
yang berbeda, pengambil kesimpulan.
d. Tiap kelompok diberikan Lembar kerja untuk dikerjakan sesuai tugas kelompok mereka.
e. Setelah selesai beri waktu Tim untuk menyelesaikan tugas mereka masing – masing, minta tiap
kelompok menyajikan hasil pekerjaan mereka.

29. Cooperative Script (Skrip kooperatif)


Model belajar dimana peserta didik bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-
bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah :
a. Guru membagi peserta didik untuk berpasangan
b. Guru membagikan wacana/materi tiap peserta didik untuk dibaca dan membuat ringkasan
c. Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang
berperan sebagai pendengar
d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam
ringkasannya. Sementara pendengar :
 Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap;
 Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau
dengan materi lainnya.
e. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti
diatas.
f. Kesimpulan Peserta didik bersama-sama dengan guru.

30. Role Playing (Bermain Peran)


adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan
peserta didik. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan peserta didik dengan memerankannya
sebagai tokoh hidup atau benda mati. Pembelajaran ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat
dalam „pertunjukan‟, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.
Langkah-langkah :
a. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
b. Menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KBM
c. Guru membentuk kelompok peserta didik yang anggotanya 5 orang.
d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
e. Memanggil para peserta didik yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.
f. Masing-masing peserta didik berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.
g. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing peserta didik diberikan lembar kerja untuk membahas
penampilan masing-masing kelompok.
h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
i. Guru memberikan kesimpulan secara umum.

31. Examples Non Examples


Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari
kasus / gambar/diagram/tabel yang relevan dengan KD. sajikan gambar ditempel atau pakai OHP, dengan
petunjuk guru peserta didik mencermati sajian, Strategi model ini dengan menggunakan 2 hal yang
terdiri dari example dan non-exampledari suatu definisi konsep yang ada
 Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi.
 Non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang
dibahas.
Langkah-langkah :
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/In Focus
c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan/menganalisa
gambar
d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada
kertas
e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
f. Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin
dicapai
g. Kesimpulan

32. Artikulasi
Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti pesan berantai, artinya apa yang
telah diberikan Guru, seorang peserta didik wajib meneruskan menjelaskannya pada peserta didik lain
(pasangan kelompoknya). Pada model pembelajaran ini. Peserta didik dituntut untuk bisa berperan sebagai
„penerima pesan‟ sekaligus berperan sebagai „penyampai pesan. Peserta didik dibentuk menjadi kelompok
kecil yang masing-masing peserta didik dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman
kelompoknya tentang materi yang baru dibahas.
Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
c. Untuk mengetahui daya serap peserta didik, dibentuklah kelompok berpasangan dua orang
d. Menugaskan salah satu peserta didik dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru
dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga
kelompok lainnya
e. Menugaskan peserta didik secara bergiliran / diacak menyampaikan penjelasan teman pasangannya.
Sampai sebagian peserta didik sudah menyampaikan penjelasannya
f. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami peserta didik
g. Kesimpulan

33. Picture And Picture


Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan
menjadi urutan logis.
langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Menyajikan materi sebagai pengantar
c. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
d. Guru menunjuk / memanggil peserta didik secara bergantian memasang/ mengurutkan gambargambar
menjadi urutan yang logis
e. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
f. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi
yang ingin dicapai
g. Kesimpulan/rangkuman
34. Snowball Throwing
Model Snowball Throwing (Bola Salju Bergulir) merupakan salah satu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL). Snowball Throwing dapat diartikan sebagai model
pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian
dilemparkan secara bergiliran di antara sesama anggota kelompok
Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
b. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk
memberikan penjelasan tentang materi
c. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi
yang disampaikan oleh guru kepada temannya
d. Masing-masing peserta didik diberi satu lembar kertas, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang
menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
e. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu peserta didik
ke peserta didik yang lain selama ± 5 menit
f. Setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
g. Kesimpulan

35. Concept Sentence


Consepct sentence merupakan salah satu teknik dari cooperative Learning,dimana peserta didik belajar dengan
kelompoknya untuk membuat beberapa kalimat sesuai dengan kata kunci yang telah diberikan oleh guru
kepada peserta didik.Pembentukan kelompok didasarkan pada kartu kata yang dimiliki oleh setiap peserta
didik.
Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan kompentensi yang ingin dicapai.
b. Guru menyajikan materi secukupnya.
c. Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen.
d. Guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan.
e. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap
kalimat.
f. Hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali secara pleno yang dipandu oleh Guru.
g. Kesimpulan.

36. Complette Sentence


Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran dimana peserta didik belajar melengkapi
paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru Menyampaikan materi secukupnya atau peserta didik disuruh membacakan buku atau modul dengan
waktu secukupnya.
c. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen.
d. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.
e. Peserta didik berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
f. Peserta didik berdiskusi secara berkelompok.
g. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta membaca sampai mengerti
atau hafal.
h. Kesimpulan.

37. Mind Mapping


Peta pikiran ( mind Mapping ) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta
pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan
adanya keterlibatan kedua belah otak, maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat
segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, symbol, bentuk
dan sebagainya. Peta pikiran yang dibuat oleh peserta didik dapat divariasikan setiap hari.
Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru mengemukakan konsep /permasalahan yang akan ditanggapi oleh peserta didik dan sebaiknya
permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban.
c. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.
d. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.
e. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan
dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.
f. Dari data-data di papan peserta didik diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan
sesuai konsep yang disediakan guru.

38. Tebak Kata


Model pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang menggunakan media kartu teka-teki yang
berpasangan dengan kartu jawaban teka-teki. Permainan tebak kata dilaksanakan dengan cara peserta didik
menjodohkan kartu soal teka-teki dengan kartu jawaban yang tepat.
Media :
Buat kartu ukuran 10 X 10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah)
pada kartu yang ingin ditebak.
Buat kartu ukuran 5 X 2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan
ditempel pada dahi atau diselipkan di telinga).
Langkah-langkah :
a. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
b. Guru menyuruh peserta didik berdiri berpasangan di depan kelas.
c. Seorang peserta didik diberi kartu yang berukuran 10 x 10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya.
Seorang peserta didik yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5 x 2 cm yang isinya tidak boleh dibaca
(dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga. Peserta didik yang membawa kartu 10 x
10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang
dimaksud dalam kartu 10 x 10 cm. Jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan tsb.
d. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat
pada waktu yang telah ditetapkan, peserta didik boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan
langsung memberi jawabannya.
e. Dan seterusnya.
Contoh Kartu - 1
Aku sebuah perusahaan
Tanggung-jawabku tidak terbatas
Aku dimiliki oleh 1 orang
Struktur organisasiku tidak resmi
Bila untung dimiliki, diambil sendiri
NAH … SIAPA … AKU ?

JAWAB : Perusahan Perseorangan

LATAR BELAKANG TIMBULNYA KOPERASI INDONESIA

Kata Konsep
Penjajahan UU Kep/stb NO 91 Tahun 1992
Penderitaan Asas Demokrasi
Kemiskinan Ekonomi Rakyat
Solidaritas Alat Distribusi
Organisasi Koperasi Asas Pancasila
Aria Wirya Atmaja UUD 1945 Pasal 23
Bank Penolong & tabungan UU No 12 Tahun 1997
Koperasi Simpan Pinjam UU No 25 Tahun 1992
Budi Utomo Serikat Dagang Islam
Tugas :
a. Buatlah sekurang-kurangnya lima kalimat menurut pendapatmu sendiri. Secara ringkas harus mencakup paling
sedikit 4 kata dari daftar di atas dan setiap kata dapat dipakai berulang-ulang
b. Kerja kelompok : Diskusikanlah kalimat-kalimat anda apabila kalimat anda sudah benar
c. Hasil diskusi kelompok. Didiskusikan kembali untuk mendapatkan Kesimpulan

39. Word Square


Model Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab
pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti
mengisi Teka-Teki Silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan
kotak tambahan dengan sembarang huruf/angka penyamar atau pengecoh.
Media :
* Buat kotak sesuai keperluan
* Buat soal sesuai kompetensi yang ingin dicapai
Langkah-langkah Model Pembelajaran Word Square adalah sebagai berikut :
a. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.
c. Peserta didik menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban secara vertikal,
horizontal maupun diagonal.
d. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.
CONTOH JAWABAN (Untuk Mapel PKn)

S Y E N I E K K K
A G U A N D M E N
N B A R T I R T D
G A N R N R S U S
U D G T U T G R Z
I O O L S A I U I
N R P A I P A N F
I A S O L I O A U
S R I N H B C N U
Contoh Soal :
1. Asas dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat orang tersebut dilahirkan disebut
asas…
2. Negara Indonesia memakai asas kewarganegaraan berdasarkan keturunan yang disebut asas ius…
3. Seseorang yang mempunyai dua kewarganegaraan dari dua Negara yang berbeda disebut...
4. Hak dimiliki seseorang untuk memilih kewarganegaraannya disebut hak...
5. Penentuan kewarganegaraan seseorang berdasarkan kelahiran dan…

40. Scramble
Model pembelajaran scramble tampak seperti model pembelajaran word square, bedanya jawaban soal tidak
dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan, namun dengan susunan yang acak, jadi
peserta didik bertugas mengoreksi (membolak-balik huruf) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang
tepat / benar.
Media :
1. Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
2. Buat jawaban yang diacak hurufnya
Langkah-langkah :
a. Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
b. Membagikan lembar kerja sesuai contoh
Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan kolom A.
Contoh lembar kerja siswa :
Susunlah huruf-huruf pada kolom sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan kolom
A.
No A B
1. Sebuah benda langit berupa bola gas Ratamhai
(hydrogen dan helium) yang bercahaya
/ berpijar dan mempunyai suhu sekitar
6000oC, disebut ………
2 Peredaran planet mengelilingi matahari, Olusicer
disebut ……..
3 Planet yang merupakan planet paling Suirukrem
dekat dengan matahari, yaitu ……….
4 Planet apa yang disebut juga planet Arms
merah, yaitu ………….

41. Take And Give


Model Pembelajaran menerima dan memberi (Take and Give) merupakan model pembelajaran yang menuntut
peserta didik mampu memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan teman sebayanya (peserta didik
lain) melalui media kartu.
Media :
 Kartu ukuran ± 10 x 15 cm sejumlah peserta. Tiap kartu berisi sub materi (yang berbeda dengan kartu yang
lainnya), materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
 Kartu contoh sejumlah peserta didik
Contoh Kartu :

Langkah-langkah :
a. Siapkan kelas sebagaimana mestinya
b. Jelaskan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
c. Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap peserta didik diberi masing-masing satu kartu untuk dipelajari
(dihapal) lebih kurang 5 menit
d. Semua peserta didik disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi informasi. Tiap peserta
didik harus mencatat nama pasangannya pada kartu contoh.
e. Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing-masing (take
and give).
f. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan peserta didik pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu
orang lain).
g. Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan
h. Kesimpulan

42. Student Facilitator and Explaining


Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana peserta didik
/ peserta didik belajar mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya.
Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
c. Memberikan kesempatan peserta didik untuk menjelaskan kepada peserta didik lainnya misalnya melalui
bagan/peta konsep.
d. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari peserta didik.
e. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
f. Penutup

43. Course Review Horay


Model course review horay merupakan suatu metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman peserta didik
menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk
peserta didik atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus
langsung berteriak “horay” atau menyanyikan yel-yel kelompoknya.
Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
c. Memberikan kesempatan peserta didik tanya jawab
d. Guru membagi peserta didik dalam kelompok-kelompok.
e. Untuk menguji pemahaman, peserta didik disuruh membuat kotak sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi
angka sesuai dengan selera masing-masing peserta didik
f. Guru membaca soal secara acak dan peserta didik menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru
dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar () dan salah diisi tanda silang (x)
g. Peserta didik yang sudah mendapat tanda () vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau
yel-yel lainnya
h. Nilai peserta didik dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh
i. Kesimpulan

44. Explicit Instruction


Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan cara belajar peserta didik tentang pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah.
Langkah-langkah :
a. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
b. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
c. Membimbing pelatihan
d. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
e. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan
f. Kesimpulan
g. Evaluasi

45 Debat
Kegiatan yang menekankan pada keaktifan peserta didik untuk memberikan argumen atau mempertahankan
argumennya ataupun kelompoknya. Melalui model ini peserta didik dituntut untuk dapat berfikir secara kritis dan
saling bekerja sama dalam kelompok untuk mempertahankan pendapat kelompok.
Langkah-langkah :
a. Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
b. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok di atas
c. Setelah selesai membaca materi, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu,
kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik bisa
mengemukakan pendapatnya.
d. Sementara peserta didik menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan sampai
mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan.
e. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
f. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak peserta didik membuat kesimpulan/ rangkuman yang
mengacu pada topik yang ingin dicapai.

46. Problem Based Introductuon/ PBI (Pembelajaran Berdasarkan Masalah)


Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi peserta
didik, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Langkah-langkah :
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan.
Memotivasi peserta didik terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
b. Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
c. Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
d. Guru membantu peserta didik dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan
membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
e. Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan
f. Kesimpulan

47. TAI (Team Assisted Individualy)


Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK). Model
pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang
heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap peserta didik
lain yang membutuhkan bantuan. Dalam model ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu peserta didik
yang pandai bertanggung jawab terhadap peserta didik yang lemah. Peserta didik yang pandai dapat
mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan peserta didik yang lemah dapat terbantu
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut:
a. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual
yang sudah dipersiapkan oleh guru.
b. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 peserta didik dengan tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah).
c. Hasil belajar peserta didik secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap
anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok. peserta didik belajar kelompok dengan
dibantu oleh peserta didik pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi.
d. Guru memfasilitasi peserta didik dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan
pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
e. Guru memberikan kuis kepada peserta didik secara individual.
f. Guru memberi penghargaan bagi kelompok

48. Demostration
Cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu
proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam
bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain ahli dalam topic bahasan yang harus
didemonstrasikan. Metode ini biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang dilakukan,
misalnya: proses mengerjakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, untuk mengetahui
/ melihat kebenaran sesuatu.
Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
c. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
d. Menunjuk salah seorang peserta didik untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.
e. Seluruh peserta didik memperhatikan demontrasi dan menganalisisnya.
f. Tiap peserta didik mengemukakan hasil analisisnya dan juga pengalaman peserta didik didemontrasikan.
g. Guru membuat kesimpulan.

49. Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)


Pembelajaran efektif secara bersiklus, dimulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan
diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan prasyarat, eksplanasi berarti
mengenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks
yang berbeda.
Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Bersiklus (cycle learning) yaitu :
a. Peserta didik dikelompokan menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
b. Fase eksplorasi, mengembangkan kreativitas anak dengan bantuan media untuk menemukan konsep yang
dipelajari sehingga menimbulkan pengalaman baru untuk membangkitkan minat anak agar senang belajar
matematika.
c. Fase Invention, menciptakan suatu konsep, prinsip, serta hubungan-hubungan yang secara langsung
berkaitan dengan hasil eksplorasi.
d. Peserta didik diminta mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari situasi masalah yang diajukan. peserta didik
diberi kesempatan untuk menerapkan pemahaman baru pada konteks yang berbeda.
e. Fase Discovery, peserta didik menemukan pemecahan masalahnya berdasarkan kesepakatan kelompok.
f. Wakil dari kelompok peserta didik tampil di depan kelas mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
g. Kelompok lain melengkapi, dan menyimpulkannya.

50. Problem Posing


Bentuk lain dari problem posing adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui
elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami.
Langkah-langkah Pendekatan Pembelajaran Problem Posing, yaitu :
a. Peserta didik dikelompokkan 5 atau 6 orang yang heterogen
b. Peserta didik dihadapkan pada situasi masalah
c. Berdasarkan kesepakatan peserta didik menganalisis masalah dalam hal jalan keluar, identifikasi
kekeliruan, meminimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan
d. Berdasarkan kesepahaman peserta didik menyelesaikan masalah
e. Peserta didik mempresentasikan hasil pemecahan masalah.

51. CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition)


CIRC atau Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis termasuk salah satu model pembelajaran cooperative
learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis yaitu sebuah
program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi
sekolah dasar. Namun, CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga pelajaran
eksak seperti pelajaran matematika.
Model pembelajaran ini, dibagi menjadi beberapa fase :
a. Fase orientasi : Guru melakukan apersepsi dan pengetahuan awal peserta didik tentang materi yang akan
diberikan. Selain itu juga memaparkan tujuan pembelajaran;
b. Fase organisasi : Guru membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok, secara heterogen (4-5 anak).
Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas kepada peserta didik. Selain itu menjelaskan
mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang harus diselesaikan
c. Fase pengenalan konsep : Mengenalkan tentang suatu konsep baru yang mengacu pada hasil penemuan selama
eksplorasi. Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, film, kliping, poster atau media lainnya.
d. Fase publikasi : Peserta didik mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya, membuktikan, memperagakan
tentang materi yang dibahas baik dalam kelompok maupun di depan kelas.
e. Fase penguatan dan refleksi : Guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari melalui
penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan seharihari.
f. Evaluasi

52. Model Pembelajaran Co-op Co-op


Co-op Co-op merupakan model pembelajaran kooperatif yang berorientasi pada tugas pembelajaran dan peserta
didik mengendalikan apa dan bagaimana mempelajari bahan yang harus ditugaskan kepada mereka Setiap peserta
didik mempunyai topik mini yang harus diselesaikan, dan setiap kelompok memberikan kontribusi yang
menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.
a. Pada awal memulai pembelajaran Co-op Co-op, guru mendorong peserta didik untuk menemukan dan
mengekspresikan ketertarikan peserta didik terhadap subjek yang akan dipelajari.
b. Guru mengatur peserta didik ke dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 peserta didik.
c. Guru membiarkan peserta didik memilih topik untuk kelompok mereka.
d. Tiap kelompok membagi topiknya untuk membuat pembagian tugas di antara anggota kelompok. Anggota
kelompok didorong untuk saling berbagi referensi dan bahan pelajaran. Tiap topik kecil harus memberikan
kontribusi yang unik bagi usaha kelompok.
e. Setelah para peserta didik membagi topik kelompok mereka menjadi kelompok-kelompok kecil, mereka akan
bekerja secara individual. Mereka akan bertanggung jawab terhadap topik kecil masing-masing karena
keberhasilan kelompok bergantung pada mereka. Persiapan topik kecil dapat dilakukan dengan mengumpulkan
referensi-referensi yag terkait.
f. Setelah peserta didik menyelesaikan kerja individual mereka, mereka mempresentasikan topik kecil mereka
kepada teman satu kelompoknya.
g. Para peserta didik didorong untuk memadukan semua topik kecil dalam presentasi kelompok.
h. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya pada topik kelompok. Semua anggota kelompok bertanggung
jawab terhadap presentasi kelompok.
i. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu pada saat presentasi kelompok dievalusi oleh kelas, kontribusi
individual terhadap kelompok dievaluasi oleh teman satu kelompok, presentasi kelompok dievaluasi oleh semua
peserta didik.

53. VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)


Model pembelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut
di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa yang telah dimilikinya dengan melatih,
mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan
kinesthetic. Pembelajaran VAK adalah strategi pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah
memanfaatkan alat indra yang dimiliki peserta didik.
 Visualization adalah bahwa belajar harus menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar,
mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga.
 Auditory bermakna bahwa belajar haruslah mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, mengemukakan
pendapat, gagasan, menanggapi dan beragumentasi.
 Kinestetic bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik), belajar itu haruslah mengalami dan melakukan.
Langkah-langkah Pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK), yaitu :
a. Peserta didik dikelompokkan menjadi beberapa kelompok.
b. Peserta didik diajukan untuk kolaborasi mengeksplor konsep melalui media, peserta didik mendemonstrasikan alat
peraga untuk menggali konsep yang ada di LKS.
c. Peserta didik bekerja kelompok, sharing, berbagi gagasan, wawasan, pengalaman, dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada di LKS.
d. Salah seorang peserta didik wakil dari kelompok mempresentasikan hasil kesepahaman dengan kelompoknya.
e. kelompok lain menanggapi, melengkapi, dan menyimpulakan hasil diskusi.

54. AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)


Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang
bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara peserta didik dilatih melalui pemberian tugas atau
quis.
AIR adalah strategi pembelajaran yang efektif dengan memperhatikan tiga hal, yaitu :
 Auditory, yang berarti indra telinga digunakan dalam belajar dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara,
mengemukakan pemdapat, menanggapi, presentasi, dan argumentasi.
 Intellectualy, yang berarti kemampuan berfikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mengkonstruksi, menerapkan
gagasan, mengajukan pertanyaan, dan memecahkan masalah.
 Repetition (pengulangan), yang berarti pemberian kuis, tugas PR agar pemahaman peserta didik lebih luas dan
mendalam.
Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR), yaitu :
a. Peserta didik dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
b. Guru membagikan LKS.
c. Guru mengarahkan dan memberi petunjuk cara penyelesaian konsep yang ada di LKS dengan cara eksplorasi
media pembelajaran (auditory).
d. Secara berpasangan peserta didik tampil di depan berbagi ide mendemonstrasikan media untuk memecahkan
permasalahan (Intellectualy).
e. Peserta didik mengerjakan lembar permasalahan secara individu dengan cara mengajukan pertanyaan
(Intellectualy).
f. Diskusi kelompok (sharing) berbicara, mengumpulkan informasi, membuat model, mengemukakan gagasan untuk
memecahkan permasalahan yang diajukan (Intellectualy).
g. Wakil dari kelompok tampil di depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, kelompok lain
menanggapi, melengkapi, dan menyetujui kesepakatan (Intellectualy).
h. Seorang peserta didik wakil dari kelompok kawan menyimpulkan (Intellectualy).
i. Kegiatan penutupan peserta didik diberi kuis (Repetition).

55. Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)


Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku
sosial. Dalam model pembelajaran ini, peserta didik didorong untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan
berkenaan dengan suatu topik. Artinya, Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) membangun pemikiran,
merefleksi, dan mengorganisasi ide, kemudian menguji ide tersebut sebelum peserta didik diharapkan untuk
menulis.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
a. Guru membagi Lembar Kerja Peserta didik (LKS) yang berisi masalah yang harus diselesaikan oleh peserta didik.
Jika diperlukan diberikan sedikit petunjuk.
b. Peserta didik membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat catatan kecil secara individu tentang apa yang
ia ketahui dan tidak ketahui dalam masalah tersebut. Ketika peserta didik membuat catatan kecil inilah akan terjadi
proses berpikir (think) pada peserta didik. Setelah itu peserta didik berusaha untuk meyelesaikan masalah tersebut
secara individu.
c. Peserta didik berdiskusi dengan teman dalam kelompok membahas isi catatan yang dibuatnya dan penyelesaian
masalah dikerjakan secara individu (talk). Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan kata-kata mereka
sendiri untuk menyampaikan ide-ide matematika dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi
atas soal yang diberikan. Diskusi akan efektif jika anggota kelompok tidak terlalu banyak dan terdiri dari anggota
kelompok dengan kemampuan yang heterogen.
d. Dari hasil diskusi, peserta didik secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal (berisi
landasan dan keterkaitan konsep, metode, dan solusi) dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri.
e. Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan kelompok lain diminta memberikan
tanggapan.
f. Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu
dipilih beberapa atau satu orang peserta didik sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawabannya,
sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.

56. Pendekatan Pembelajaran Problem Terbuka (OE/ Open Ended).


Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan
pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Sajian masalah
haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan permasalahan
sesuai dengan kemampuan berpikir peserta didik, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan
(sedikit demi sedikit dilepas mandiri).
Langkah-langkah Pembelajarannya yaitu :
a. Peserta didik dihadapkan pada problem terbuka yang menekankan bagaimana sampai pada suatu jawaban.
b. Guru mengorganisasi pembelajaran, membimbing peserta didik dan memberikan pengarahan hingga peserta didik
dapat belajar secara mandiri
c. Peserta didik menemukan pola untuk mengkonstruksi permasalahannya sendiri.
d. Peserta didik memecahkan masalah dengan banyak cara penyelesaian dan mungkin banyak jawaban.
e. Peserta didik menyajikan hasil temuannya.
f. Menyimpulkan

57. Reciprocal Learning


Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu
bagaimana peserta didik mau belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999)
mengemukan bahwa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi,
hipotesis. Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal,
yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.
Prosedur Pengajaran Terbalik, yaitu:
a. membagikan bacaan pada hari ini
b. menjelaskan bahwa Anda akan bertindak sebagai guru pada bagian pertama bacaan;
c. meminta peserta didik membaca bagian yang telah ditetapkan
d. setelah membaca, peserta didik disuruh melakukan pemodelan;
e. meminta peserta didik membuat komentar tentang pengajaran guru;
f. peserta didik yang lain membaca dalam hati bagian yang lain;
g. memilih salah satu peserta didik yang berperan sebagai guru,
h. membimbing peserta didik yang berperan sebagai guru, dan
i. mengurangi bimbingan peserta didik yang berperan sebagai guru.

58. SAVI
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat
indra yang dimiliki peserta didik. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan
tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna
bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi,
mengemukakan penndepat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra
mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan
Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar
haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki,
mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
Langkah-langkah pembelajaran SAVI menurut Meier (2002 : 33-34), yaitu :
a. Proses pembelajaran dikelompokan yang terdiri dari 5 atau 6 orang peserta didik yang heterogen.
b. Proses pembelajaran menggunakan media.
c. Mendemonstrasikan konsep matematika.
d. Memecahkan masalah dalam kelompok.
e. Presentasi hasil diskusi ke depan kelas.

59. MEA (Means-Ends Analysis)


Means-Ends Analysis terdiri dari tiga unsur kata yakni; Mean, End dan Analysis. Mean menurut bahasa yakni
berarti, banyaknya cara. Sedangkan End adalah akhir atau tujuan, dan Analysis berarti analisa atau penyelidikan
secara sistematis. Jadi, Means-Ends Analysis adalah strategi belajar mengajar yang menganalisa suatu masalah
dengan bermacam cara sehingga mendapatkan hasil atau tujuan akhir. pemecahan masalah yang dalam hal ini
membagi masalah ke dalam masalah yang lebih sederhana, atau dari masalah yang khusus ke masalah yang lebih
umum. Sehingga dengan begitu akan mendapatkan kesimpulan atau tujuan pembelajaran yang lebih dipahami dan
dimengerti. Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks:
a. Sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic,
b. Menguraikan pernyataan menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana,
c. Identifikasi perbedaan antara pernyataan sekarang dan tujuan yang ditentukan.
d. Susun sub-sub masalah sehingga terjadi koneksivitas
e. Mengurangi pernyataan dengan menggunakan operasi
f. Ulangi sehingga mendapatkan tujuan akhir
g. Pilih strategi solusi
Contoh :
Masalah: Selesaikan persamaan 2(x + 1) = 5(x - 2)
Rumusan Tujuan: Suku x berada di ruas kiri persamaan dan semua suku yang lain berada di ruas kiri persamaan.
Langkah-langkah:
1. Pernyataan sekarang: 2(x + 1) = 5(x – 2)
Perbedaan: 2(x + 1) di kiri, dan 5(x-2) di kanan persamaan.
Gunakan Operasi: Pada ruas kiri 2 dikalikan dengan x dan 2 dikalikan dengan
1, pada ruas kanan 5 dikalikan dengan x dan 5 dikalikan dengan
2. Pernyataan sekarang: 2x + 2 = 5x – 10
Perbedaan: 2x dikiri, 2 di kiri, 5x di kanan dan -10 di kanan persamaan.
Gunakan Operasi: Tambahkan 10 pada kedua ruas persamaan.
3. Pernyataan sekarang: 2x + 12 = 5x
Perbedaan: 2x dikiri, 12 di kiri, 5x di kanan persamaan.
Gunakan Operasi: Kurangkan 12 pada kedua ruas persamaan.
4. Pernyataan sekarang: 2x = 5x – 12
Perbedaan: 2x di kiri, 5x dan -12 di kanan persamaan.
Gunakan Operasi: Kurangkan 5x pada kedua ruas persamaan
5. Pernyataan sekarang: 2x – 5x = -12
6. Perbedaan: 2x di kiri, -5x di kiri dan -12 dikanan persamaan
Gunakan Operasi: Sederhanakan ruas kiri persamaan
7. Pernyataan sekarang: -3x = -12
Perbedaan: -3x di kiri dan -12 di kanan persamaan
Gunakan Operasi: dikalikan pada ruas persamaan.
8. Pernyataan sekarang: x = 4
Perbedaan: Tidak ada
Masalah telah diselesaikan

60. CPS (Creative Problem Solving)


Model pembelajaran CPS adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan
keterampilan pemecahan masalah, kemudian diikuti dengan penguatan keterampilan. Ketika dihadapkan dengan
suatu masalah, peserta didik dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan
mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan
masalah memperluas proses berpikir.
Langkah-langkah Creative Problem Solving
a. Kegiatan Awal
Guru menanyakan kesiapan peserta didik untuk mengikuti pelajaran, guru mengulas kembali materi sebelumnya
sebagai prasyarat pada materi saat ini kemudian guru menjelaskan aturan main dalam pelaksanaan metode
pembelajaran CPS serta memberi motivasi kepada peserta didik akan pentingnya pembahasan materi melalui
pembelajaran CPS.
b. Kegiatan Inti
Peserta didik membentuk kelompok kecil untuk melakukan small discussion. Tiap kelompok terdiri atas 4-5 orang.
Secara berkelompok, peserta didik memecahkan permasalahan yang disajikan sesuai dengan petunjuk yang
tersedia. Peserta didik mendapat bimbingan dan arahan dari guru dalam memecahkan permasalahan (peranan guru
dalam hal ini menciptakan situasi yang dapat memudahkan munculnya pertanyaan dan mengarahkan kegiatan
brainstorming serta menumbuhkan situasi dan kondisi lingkungan yang dihasilkan atas dasar interest peserta
didik). Adapun penekanan dalam pendampingan peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan sebagai berikut:
o Klarifikasi Masalah
Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada peserta didik tentang masalah yang diajukan agar
peserta didik dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan.
o Brainstorming/ Pengungkapan pendapat
Pada tahap ini peserta didik dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi
penyelesaian masalah, tidak ada sanggahan dalam mengungkapan ide gagasan satu sama lain.
o Evaluasi dan Seleksi
Pada tahap ini, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi-strategi mana yang cocok untuk
menyelesaikan masalah.
Implementasi
Pada tahap ini, peserta didik menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah
kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut.
c. Kegiatan Akhir
Lebih lanjut, perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil yang telah didiskusikan ke depan
kelas dan peserta lain menanggapinya. Kemudian guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil diskusi.

61. Generatif
Pembelajaran Generatif (PG) merupakan terjemahan dari Generative Learning (GL). Pembelajaran generatif
merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru
dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik sebelumnya. Pengetahuan baru itu akan diuji
dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu
berhasil menjawab permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam memori jangka
panjang

Langkah-langkah atau tahapan pembelajaran generatif menurut terdiri atas 5 tahap dengan penjelasan sebagai
berikut :
a. Pengingatan : Pada tahap awal ini guru menuliskan topik dan melibatkan peserta didik dalam diskusi yang
bertujuan untuk menggali pemahaman mereka tentang topik yang akan dibahas. Mereka diajak untuk
mengungkapkan pemahaman dan pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tantangan dan Konfrontasi: Setelah guru mengetahui pandangan sebagian peserta didiknya, guru mengajak
mereka untuk mengemukakan fenomena atau gejala-gejala yang diperkirakan muncul dari suatu peristiwa yang
akan didemonstrasikan kemudian. Mereka diminta mengemukakan alasan untuk mendukung dugaan mereka.
c. Reorganisasi Kerangka Kerja Konsep : Pada tahap ini guru membantu peserta didik dengan mengusulkan
alternatif tafsiran menurut fisikawan dan menunjukkan bahwa pandangan yang dia usulkan dapat menjelaskan
secara koheren gejala yang mereka amati. Peserta didik diberikan beberapa persoalan sejenis dan menyarankan
mereka menjawabnya dengan pandangan alternatif yang diusulkan guru.
d. Aplikasi Konsep : Pada tahap ini, guru memberikan berbagai persoalan dengan konteks yang berbeda untuk
diselesaikan oleh peserta didik dengan kerangka konsep yang telah mengalami rekonstruksi.
e. Menilai Kembali : Dalam suatu diskusi, guru mengajak peserta didiknya dalam menilai kembali kerangka kerja
konsep yang telah mereka dapatkan

62. RME (Realistic Mathematics Education)


Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan dengan pola guided reinvention dalam
mengkontruksi konsep-aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta,
konsep, prinsip, algoritma, aturan untuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik)
dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengembangan matematika).
Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman
(menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-
intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan.
Penerapan Model RME di Kelas :
Untuk memberikan gambaran tentang implementasi pembelajaran matematika realistik, misalnya diberikan
contoh tentang pembelajaran pecahan di sekolah dasar (SD). Sebelum mengenalkan pecahan kepada
peserta didik sebaiknya pembelajaran pecahan dapat diawali dengan pembagian menjadi bilangan yang
sama misalnya pembagian kue, supaya peserta didik memahami pembagian dalam bentuk yang sederhana
dan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga peserta didik benar-benar memahami pembagian
setelah peserta didik memahami pembagian menjadi bagian yang sama, baru diperkenalkan istilah
pecahan.

63. CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)


Model Pembelajaran dengan Sintak:
a. (Connecting) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep,
b. (Organizing) organisasi ide untuk memahami materi,
c. (Refleting) memikirkan kembali, mendalami, dan menggali
d. (Extending) mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.

64. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)


Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif peserta didik, yaitu
dengan menugaskan peserta didik untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat.
Sintak pembelajaran :
a. Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci,
b. Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi
bahan ajar)
c. Read dengan membaca teks dan cari jawabanya
d. Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (catat-bahas bersama), dan
e. Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh

65. SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review)


SQ4R adalah pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect
Sintak pembelajaran :
a. Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci,
b. Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi
bahan ajar)
c. Read dengan membaca teks dan cari jawabanya
d. Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (catat-bahas bersama), dan
e. Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh
f. Reflect, dengan aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan konteks aktual yang
relevan

66. MID (Meaningful Instructionnal Design)


Model ini adalah pembelajaran yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektifivitas dengan cara
membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-konstruktivis.
Sintak pembelajaran :
a. Lead-in dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan pengalaman, analisis pengalaman, dan konsep-
ide;
b. Reconstruction melakukan fasilitasi pengalaman belajar
c. Production melalui ekspresi-apresiasi konsep

67. KUASAI
Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut ini KUASAI,
a. Kerangka pikir untuk sukses,
b. Uraikan fakta sesuai dengan gaya belajar,
c. Ambil pemaknaan (mengetahui-memahami-menggunakan-memaknai),
d. Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci serta koneksinya,
e. Ajukan pengujian pemahaman, dan
f. Introspeksi melalui refleksi diri tentang gaya belajar.

68. CRI (Certainly of Response Index)


CRI digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang berkenaan dengan tingkat keyakinan
peserta didik tentang kemampuan yang dimilkinya untuk memilih dan menggunakan pengetahuan yang
telah dimilikinya. Soal biasa berbentuk pilihan ganda
Skala Keterangan
0 Totally Guessed answer (menebak seluruhnya)
1 Almost guess (hampir menebak)
2 Not Sure (ragu)
3 Sure (yakin atau benar)
4 Almost Certain (hampir pasti)
5 Certain (Pasti)

69. DLPS (Double Loop Problem Solving)


DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian
kausal (penyebab) utama daritimbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan
mengapa. Selanutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap yang
menyebabkan munculnya masalah tersebut.
Sintaknya adalah: identifkasi, deteksi kausal,solusi tentative, pertimbangan solusi, analisis kausal, deteksi
kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih.
Langkah penyelesaian masalah DLPS sebagai berikut :
a. Menuliskan pernyataan masalah awal,
b. Mengelompokkan gejala,
c. Menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi,
d. Mengidentifikasi kausal
e. Implementasi solusi
f. Identifikasi kausal utama
g. menemukan pilihan solusi utama dan,
h. Implementasi solusi utama.

70. DMR (Diskursus Multy Reprecentacy)


DMR adalah pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan, penggunaan, dan pemanfaatan berbagai
representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok.
Sintaksnya adalah:
a. Persiapan
b. Pendahuluan
c. Pengembangan
d. Penerapan,dan
e. Penutup.

71. LAPS-Heuristik
Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bersifat tuntunan dalam rangka solusi masalah. LAPS ( Logan
Avenue Problem Solving) dengan kata Tanya apa masalahnya, adakah alternative, apakah bermanfaat,
apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya.
Sintak pembelajaran :
a. Pemecahan masalah
b. Rencana
c. Solusi, dan
d. Pengecekan.

72. Improve
Improve singkatan dari Introducing new concept, Metakognitive questioning, Practicing, Reviewing and
reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Enrichment.
Sintaknya adalah:
a. Guru menyajikan pertanyaan untuk mengantarkan konsep,
b. Peserta didik latihan dan bertanya,
c. Balikan-perbaikan-pengayaan-interaksi.

73. Circuit Learning


Pembelajaran ini adalah dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola
bertambah dan mengulang. Sintaknya adalah kondisikan situasi belajar kondusif dan fokus, peserta didik
membuat catatan kreatif sesuai dengan pola pikirnya-peta konsep-bahasa khusus, Tanya jawab dan refleksi
Strategi ini meliputi empat langkah pokok, yaitu:
a. Identifikasi modalitas belajar peserta didik;
b. Penciptaan situasi konflik pada struktur kognitif peserta didik dengan pemberian latihan dan ulangan harian;
c. Pemberian bimbingan belajar dan pendekatan emosional pada peserta didik untuk melakukan proses
ekuilibrasi; dan
d. Rekonstruksi pemahaman peserta didik dengan remidiasi berulang.

74. Superitem
Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada peserta didik secara bertingkat-bertahap dari
simpel ke kompleks, berupa pemecahan masalah.
Sintaks pembelajaran adalah :
a. Ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi,
b. Berikan latihan soal bertingkat,
c. Berikan sal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi informasi,
d. Integrasi, dan
e. Hipotesis.

75. Hibrid
Model hibrid adalah gabungan dari beberapa metode yang berkenaan dengan cara peserta didik
mengadopsi konsep.
Sintaknya adalah
a. pembelajaran ekspositori,
b. koperatif
c. inkuiri
d. solusi
e. workshop,
f. virtual workshop menggunakan computer-internet.

76. Treffinger
Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap.
Sintaks pembelajaran:
a. Keterbukaan-urun ide-penguatan,
b. Penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill,
c. Proses rasa-pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui pemanasan-minat-kuriositi-
tanya,
d. Kelompok-kerjasama,
e. Kebebasan-terbuka,
f. Reward.

77. Kumon
Pembelajaran dengan mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual, dan menjaga suasana nyaman-
menyenangkan.
Sintaks pembelajaran adalah:
a. Sajian konsep,
b. Latihan,
c. Tiap peserta didik selesai tugas langsung diperiksa-dinilai,
d. Jika keliru langsung dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa lagi,
e. Lima kali salah guru membimbing.

78. Probing-prompting
Menurut arti katanya, probing adalah penyelidikan, pemeriksaan dan prompting adalah mendorong atau menuntun.
Pembelajaran probing prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang
sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap peserta didik
dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya peserta didik mengkonstruksi
konsep-prinsip dan aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Langkah-langkah pembelajaran probing prompting dijabarkan melalui tujuh tahapan teknik probing (Sudarti,
2008:14) yang dikembangkan dengan prompting adalah sebagai berikut:
a. Guru menghadapkan peserta didik pada situasi baru, misalkan dengan memperhatikan gambar, rumus, atau situasi
lainnya yang mengandung permasalahan.
b. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merumuskan jawaban atau
melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.
c. Guru mengajukan persoalan kepada peserta didik yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus (TPK) atau
indikator kepada seluruh peserta didik.
d. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merumuskan jawaban atau
melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.
e. Menunjuk salah satu peserta didik untuk menjawab pertanyaan.
f. Jika jawabannya tepat maka guru meminta tanggapan kepada peserta didik lain tentang jawaban tersebut untuk
meyakinkan bahwa seluruh peserta didik terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Namun jika peserta
didik tersebut mengalami kemacetan jawab dalam hal ini jawaban yang diberikan kurang tepat, tidak tepat, atau
diam, maka guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain yang jawabannya merupakan petunjuk jalan
penyelesaian jawab. Lalu dilanjutkan dengan pertanyaan yang menuntut peserta didik berpikir pada tingkat yang
lebih tinggi, sampai dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan kompetensi dasar atau indikator. Pertanyaan yang
dilakukan pada langkah keenam ini sebaiknya diajukan pada beberapa peserta didik yang berbeda agar seluruh
peserta didik terlibat dalam seluruh kegiatan probing prompting.
g. Guru mengajukan pertanyaan akhir pada peserta didik yang berbeda untuk lebih menekankan bahwa
TPK/indikator tersebut benar-benar telah dipahami oleh seluruh peserta didik.

79. Model ARIAS


Pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence,
Satisfaction) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi
berprestasi dan hasil belajar.
Model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen (assurance, relevance, interest, assessment, dan
satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang
diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Deskripsi singkat masing-masing komponen dan beberapa contoh yang
dapat dilakukan untuk membangkitkan dan meningkatkannya kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Komponen pertama adalah assurance (percaya diri), yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil
atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil :
b. Komponen kedua, relevance, yaitu berhubungan dengan kehidupan peserta didik baik berupa pengalaman
sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan
datang
c. Komponen ketiga, interest, adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian peserta didik.
d. Komponen keempat adalah assessment, yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap peserta didik. Evaluasi
merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid
e. Komponen kelima adalah satisfaction yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai.
Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan).

80. Point counterpoint


Langkah pembelajaran :
a. Pilihlah isu-isu yang mempunyai beberapa perspektif
b. Bagilah peserta didk ke dalam kelompok-kelompok sesuai dengan jumlah perspektif yang telah ditentukan.
c. Minta masing-masing kelompok menyiapkan argumen-argumen sesuai dengan pandangan kelompok yang
diwakili. Dalam aktivitas ini, pisahlah tempat duduk masing-masing kelompok.
d. Kumpulkan kembali semua peserta didk dengan catatan, peserta didk duduk berdekatan dengan teman-teman satu
kelompok.
e. Mulai debat dengan mempersilakan kelompok mana saja yang akan memulai.
f. Setelah salah seorang peserta didk menyampakan satu argumen sesuai dengan pandangan kelompoknya, mintalah
tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok lain perihal issu yang sama.
g. Lanjutkan proses ini sampai waktu yang memungkinkan.
h. Kesimpulan

81. SETS (Science Environment Technology & Society)


Di Indonesia istilah Science, Technology, and Society atau STS diterjemahkan menjadi Sains
Teknologi Masyarakat atau STM. istilah ini sekarang lebih dikenal oleh para pendidik atau praktisi pendidikan
dengan istilah Science, Environment, Technology, and Society (SETS) atau Sains, Lingkungan, Teknologi,
dan Masyarakat (Salingtemas).
Kekhasan model ini adalah adanya pendahuluan dikemukakannya isu-isu masalah yang ada di masyarakat yang
digali dari peserta didk, tetapi apabila tidak memperoleh tanggapan peserta didk dapat saja dikemukakan oleh guru
sendiri. Tahap ini disebut dengan tahap inisiasi atau menggali, memulai, dan dapat pula disebut dengan tahap
invitasi, yaitu undangan agar peserta didk memusatkan perhatian pada pembelajaran.
Sintaks pembelajaran SETS adalah:
a. Pendahuluan: inisiasi/invitasi/apersepsi
b. Pembentukan konsep
c. Aplikasi konsep dalam kehidupan
d. Pemantapan konsep, dan
e. Penilaian.

82. Model Pembelajaran Kolaboratif MURDER


Pembelajaran MURDER merupakan pembelajaran yang merupakan gabungan dari beberapa kata yang
meliputi: Mood (Suasana
Hati), Understand (Pemahaman), Recall(Pengulangan), Digest (Penelaahan), Expand (Pengembangan), Review (
Pelajari Kembali)
Langkah- langkah pembelajaran MURDER adalah sebagai berikut:
a. Langkah pertama berhubungan dengan suasana hati (mood) adalah ciptakan suasana hati yang positif untuk
belajar. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menentukan waktu, lingkungan dan sikap belajar yang sesuai dengan
kepribadian peserta didk.
b. Langkah kedua berhubungan dengan pemahaman adalah segera tandai bahan pelajaran yang tidak dimengerti.
Pusatkan perhatian pada mata pelajaran tersebut atau ada baiknya melakukan bersama beberapa kelompok latihan.
c. Langkah ketiga berhubungan dengan pengulangan adalah setelah mempelajari satu bahan dalam suatu mata
pelajaran, segeralah berhenti. Setelah itu, ulangi membahas bahan pelajaran itu dengan kata-kata peserta didk.
d. Langkah keempat yang berhubungan dengan penelaahan adalah segera kembali pada bahan pelajaran yang tidak
dimengerti. Carilah keterangan mengenai mata pelajaran itu dari artikel, buku teks atau sumber lainnya. Jika masih
belum bisa, diskusikan dengan guru atau teman kelompok.
e. Langkah kelima berhubungan dengan pengembangan adalah tanyakan pada diri sendiri mengenai tiga masalah di
bawah ini, begitu selesai mempelajari satu mata pelajaran, yaitu:
 Andaikan bisa bertemu dengan penulis materi, pertanyaan atau kritik apa yang diajukan?
 Bagaimana bisa mengaplikasikan materi tersebut pada hal yang disukai?
 Bagaimana bisa membuat informasi ini menjadi menarik dan mudah dipahami oleh peserta didk lainnya?
f. Langkah keenam yang berhubungan dengan review adalah pelajari kembali materi pelajaran yang sudah
dipelajari.

83. PQ4R
Langkah pembelajaran :
a. Preview : peserta didik menemukan ide-ide pokok yang dikembangkan dalam bahan bacaan.
b. Question : peserta didik merumuskan pertanyaan untuk dirinya sendiri
c. Read : mencari jawaban dengan membaca secara detail bahan bacaan yang dipelajari
d. Reflect : tidak hanya mengingat dan menghapal namun juga peserta didik berdialog dengan apa yang dibacanya
e. Recite : peserta didik merenungkan kembali informasi yang telah dipelajari
f. Review : peserta didik membuat rangkuman atau merumuskan inti sari dari materi yang mereka pelajari.

84. Guided note talking


Langkah pembelajaran :
a. Guru memberikan handout dari materi ajar yang disampaikan dengan ceramah
b. Pada handout point-point yang penting / istilah-istilah/ kata kunsi dikosongi atau dihilangkan
c. Menjelaskan pada peserta didik bahwa bagian yang kosong pada handout sengaja dibuat supaya mereka
berkonsentrasi mengikuti pelajaran
d. Selama ceramah berlangsung, peserta didik diminta mengisi bagian yang kosong
e. Setelah penyampaian meteri dengan ceramah selesai, minta bebrapa peserta didik membacakan handoutnya.

85. Everyone is teacher here


Pada model ini, memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk berperan sebagai guru bagi kawa-
kawannya.
Langkah pembelajaran :
a. Bagikan secarik kertas/ kartu indeks kepada sekluruh peserta didik
b. Satiap peserta didik diminta menulis satu pertanyaan mengenai materi pelajaran yang sedang dipelajari
c. Kumpulkan kertas tersebut, acak kertas, kemudian bagikan kepada setiap peserta didik. (Pastikan mereka tidak
menerima hasil pekerjaan mereka sendiri)
d. Minta peserta didik untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan pada kertas yang ia terima.
e. Mintalah peserta didik secara sukarela membackan pertanyaan tersebut dan menjawabnya.
f. Setelah jawaban diberikan, mintalah kepada peserta didik lainnya untuk menambahkan. Lanjutkan dengan
sukarelawan berikutnya

86. Team quiz


Langkah pembelajaran :
a. Pilihlah topik yang dpat disampaikan dalam 3 bagian
b. Bagi peserta didik menjadi 3 kelompok yakni kelompok A,B, dan C
c. Sampaikan format penyampaian pelajaran lalu sampaikan materi. Penyampaian materi ± 10 menit
d. Setelah penyampaian, mintalah kelompok A menyiapkan pertanyaan yang berkaitan dengan matri yang baru saja
disampaikan. Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk melihat kembali cacatan mereka.
e. Mintalah kepada kelompok A untuk memberikan pertanyaan kepada kelompok B. Jika kelompok B tidak dapat
menjawab, lempar pertanyaan tersebut ke kelompok C
f. Kelompok A untuk memberikan pertanyaan kepada kelompok C. Jika kelompok C tidak dapat menjawab, lempar
pertanyaan tersebut ke kelompok B
g. Jika tanya jawab selesai, lanjutkan pelajaran kedua dan tunjuk kelompok B menjadi kelompok penanya. Lakukan
proses seperti pada kelompok A
h. Setelah kelompok B selesai dilanjutkan dengan giliran kelompok C
i. Kesimpulan

87. Learning cell


Pembelajaran kooperatif berpasangan, dimana peserta didik bertanya dan menjawab secara bergantian dengan
materi bacaan yang sama.
Langkah pembelajaran :
a. Peserta didik diberi tugas membaca suau bacaan kemjdian menulis pertanyaan yang berhubungan dengan masalah
pokok yang muncul dari bacaaan atau materi terkait lainnya
b. Peserta didik ditunjuk untuk berpasangan dengan mencari kawan yang disenangi. Peserta didik A mebacakan
pertanyaan, dan peserta didik B menjawab
c. Setelah menjawab dan mungkin telah dilakukan koreksi atau tambahan informasi, giliran peserta didik B
mengajukan pertanyan, dan peserta didik A menjawab
d. Setelah itu giliran kembali seperti semula dan begitu pula selanjutnya.
e. Selama tanya jawab, guru bergerak dari satu pasangan ke pasangan lain sambil emberi masukan dan penjelasan
dengan bertanya atau menjawab pertanyaan.

88. Plantet question


Langkah pembelajaran :
a. Pilihlah pertanyaan yang akan mengarahkan pada materi pelajaran yang akan disajikan. Tulislah tiga sampai enam
pertanyaan dan urutkan pertanyaan tersebut secara logis
b. Tulislah setiap pertanyaan pada sepotong kertas (10 x 15 cm), dan tulis isyarat yang akan digunakan untuk
memberi tanda kapan pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan. Tanda yang bisa digunakan diantaranya :
Menggaruk atau mengusap hidung
Membuka kaca mata
Membunyikan jari jari dan lain-lain.
c. Sebelum pelajaran dimulai, pilihlah peserta didik yang akan mengajukan pertanyaan tersebut. Yakinkan bahwa
pertanyaan – pertanyan tersebut tidak diketahui oleh peserta didik lain
d. Buka sesi tanya jawab dengan mengajukan topik yang akan dibahas dan berilah isyarat pertama, kemudian
teruskan dengan tanda dan pertanyaan berikutnya.
e. Sekarang buka forum untuk pertanyaan baru

89. Silent demonstration


Langkah pembelajaran :
a. Tentukan prosedur atau langkah yang akan diajarkan kepada peserta didik
b. Minta kepada peserta didik untuk memerhatikan anda mengerjakan prosedur tertentu. Lakukan dengan penjelasan
atau komentar yang seminim mungkin. Jangan terlalu berharap peserta didik banyak mengingat apa yang anda
lakukan.
c. Bentuk peserta didik menjadi pasangan-pasangan. Demonstrasikan lagi bagian pertama dari prosedur, usahakan
tidak terlalau banyak memberi penjelasan. Minta masing –masing pasangan untuk mendiskusikan apa yang
mereka saksikan dari demonstrsi guru.
d. Minta beberapa orang untuk menjelaskan apa yang anda lakukan. Jika peserta didik masih mengalami kesulitan,
ulangi demonstrasi yang anda lakukan, komentari demonstrasi yang benar
e. Akhiri dengan memberi tantangan kepada peserta didik unutk melakukan prosedur dari awal hingga akhir.

90. Reflektif
Langkah pembelajaran :
a. Guru mempersiapkan konsep dasar yang akan dibelajarkan kepada peserta didik. Sebaiknya, kata kunci dituliskan
dalam potongan kertas.
b. Guru mempersiapkan hal-hal yang akan direfleksikan oleh peserta didik. Hal-hal yang direfleksikan harus
mempunyai kesamaan dengan konsep yang sedang dipelajari.
c. Peserta didik diminta untuk menceritakan, mendeskripsikan, mengingat kembali, hal-hal yang pernah dialami.
Sebaiknya hal tersebut dituliskan.
d. Peserta didik melakukan analisis atas hasil refleksinya dengan cara menandai, menggaris bawahi simbol, istilah-
istilah, nama, dan sebagainya. Setelah peserta didik melakukan sintesis terhadap unsur hasil analisisnya. Sebaiknya
hasil sintesis dan analisis ditabulasi
e. Peserta didik mencocokkan hasil sintesis dan analisis dengan konsep yang mereka pelajari dengan cara mencari
kesesuaian penertian hasil sintesis dan anlisis denagn konsep yang dipelajari.
f. Peserta didik diminta merumuskan defiisi atas konsep yang telah ditemukan.

91. Learning contract


Dikembangkan guru untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan siswa dalam pembelajaran dan aktivitas yang
hendak dikerjakan siswa untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Langkah pembelajaran :
a. Mintalah setiap peserta didik untuk memilih tugas yang ia inginkan untuk dipelajari dan dikerjakan secara
independent
b. Doronglah setiap peserta didik untuk memikirkan secara hati-hati melalui rencana studi
c. Berikan waktu yang cukup untuk konsultasi dalam menyusun rencana
d. Mintalah kontrak yang ditulis peserta didik yang mencakup topik, tujuan pembelajaran, pengetahuan khusus,
strategi pembelajaran, serta tanggal penyelesaian.

92. Learning journal


Model dengan membuat catatan reflektif atau diari yang dibuat oleh siswa dari hari ke hari dalam hal aktivitas
belajarnya
Langkah pembelajaran :
a. Jelaskan kepada peserta didik bahwa pembelajaran tidak mesti merupakan guru terbaik, sangatlah pnting untuk
merenungkan kembali pengalaman guna menyadari pelajaran apa yang kita dpatkan dari pengalaman itu.
b. Perintahkan peserta didik untuk membuat jurnal tentang refleksi dan pembelajaran mereka
c. Sarankan agar mereka menulis, 2 kali seminggu, sebagian dari apa yang mereka pikirkan dan rasakan tentang apa
yang mereka pelajari. Katakan pada mereka untuk mencatat semua komentar itu sebagai cacatan pribadi. (tanpa
takut dalam salah penulisan, tata bahasa ataupun tanda baca)
d. Perintahkan siswa untuk berfokus pada beberapa atau semua kategori berikut :
Apa yang belum jelas atau tidak mereka setujui
Bagaiman akaitan pengalaman belajar dengan kehidupan sehari-hari
Bagaimana pengalaman belajar terrefleksikan dalam hal yang dapat merka baca, lihat, kerjakan
Apa yang telah mereka amati tentang diri sendiri dan orang lain semenjak merasakan pengalaman belajar.
Apa yang mereka petik dari pengalaman belajar
Apa yang hendak mereka kerjakan sebagai hasil dari pengalaman belajar
e. Kumpulkan, baca, dan komentari jurnal tersebut secara berkala agar siswa menjadi merasa bertanggung jawab
untuk menyimpannya dan agar dapat menerima umpan balik tentang hasil belajar mnereka.

93. Giving question and getting answer


Langkah pembelajaran :
a. Membagi 2 potong kertas pada peserta didik. Selanjutnya peserta didik menulis pada kartu : 1. Kartu
menjawab. 2. Kartu bertanya
b. Mulai pembelajaran dengan pertanyaan. Baik dari guru maupun dari peserta didik.
c. Jika pertanyaan berasal dari peserta didik , maka peserta didik ini diminta menyerahkan kartu bertuliskan “kartu
bertanya”
d. Setelah pertanyaan diajukan, mintalah peserta didik menjawab. Setiap pesert adidik yang menjawab harus
menyerahkan kartu bertuliskan “kartu menjawab”. Jadi setiap menjawab atau bertnya peserta didik harus
menyerahkan kartu itu pada guru
e. Jika sampai akhir sesi ada peserta didik yang masih memiliki 2 potong kertas atau salah satu potong kertas, maka
mereka diminta membuat resume ataiu proses tanya jawab yang sudah berlangsung. Tentu keputusan ini harus
disepakati dari awal.

94. Practice-Rehears Pairs


Langkah pembelajaran :
a. Pilih satu ketrampilan yang akan dipelajri peserta didik
b. Bentuk pasangan-pasangan. Dalam pasangan, buat dua peran yaitu pnjelas atau pendemonstrasi dan pemerhati
c. Orang yang bertugas sebagai penjelas menjelaskan atau mendemonstrasikan cara mengerjakan ketrampilan yang
telah ditentukan. Pemerhati bertugas mengamati dan menilai penjelasan atau demonstrasi yang dilakukan
temannya.
d. Pasangan bertukar peran. Demonstrator kedua diberi ketrampilan yang lain
e. Proses diteruskan sampai semua ketrampilan atau prosedur dapat dikuasai.

95. True or false? (Benar atau Salah)


Langkah pembelajaran :
a. Susunlah daftar pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran, yang setengahnya benar dan setengahnya salah.
Tulis tiap pertanyaan pada kartu indeks yang terpisah. Pastikan jumlah kartu sesuai dengan jumlah peserta didik
yang hadir. (jika jumlahnya ganjil, pilih satu kartu untuk anda sendiri)
b. Bagikan kartu untuk masimg-masing peserta didik. Katakan kepada peserta didik bahwa misi mereka adalah
menentukan kartu mana yag benar(berisi pernyataan benar) dan kartu mana yang salah
c. Bila sudah selesai, perintahkan agar setiap kartu dibaca dan dimintakan pendapat peserta didik tentang benar atau
salahkah pernyataan tersebut. Beri kesempatan peserta didik berpendapat
d. Berikan umpan balik tentang masing-masing kartu, dan catat cara-cara peserta didik dalam bekerja sama
menyelesaikan tugas ini.
e. Tunjukkan bahwa dalam pembelajaran ini diperlukan ketrampilan tim yang positif karena hal ini menunjukkan
kegiatan belajar yang sifatnya aktif.

96. Tebak Pelajaran


Langkah pembelajaran :
a. Tulislah atau tayangkan melalui LCD subjek matter dari pelajaran yang akan disampaikan
b. Mintalah kepada peserta didik untuk menulis kata-kata kunci apa saja yang diprediksikan muncul dari materi
pelajaran yang akan disampaikan oleh guru.
c. Sampaikan materi pelajaran secara interaktif
d. Selama proses pembelajran peserta didik diminta menandai hasil prediksi mereka yang sesuai dengan materi yang
disampaikan oleh guru
e. Di akhi pelajaran tanyakan berapa jumlah teakan mereka yang benar.

97. Question Student Have


Langkah pembelajaran :
a. Pembelajaran diawali dengan membagi kelas ke dalam 4 kelompok atau lebih
b. Bagikan kartu kosong terhadaop semua peserta didik
c. Mintalah peserta didik menuliskan beberapa pertanyaan tentang materi
d. Dalam tiap kelompok putar kartu searah jarum jam. Ketika kartu diedarkan pada anggota, anggota tersebut harus
membacanya dan memberikan tanda (v) jika pertaanyaan dianggap penting.
e. Perputaran berhenti sampai kartu kembali pada pemiliknya masing-masing.
f. Setiap pemilik kartu harus memeriksa pertanyaan mana yang mendapat suara terbanyak kemudian bandingkan
dengan perolehan anggota lain dalam kelompok.
g. Setiap kelompok melaporkan secara tertulis pernyataan yang menjadi milik kelompok. Guru memeriksa
pertanyaandari masing-masing kelompok.
h. Pertanyaan yang sudah diseleksi dikembalikan untuk dijawab secara individu ataupun kelompok peserta didik.

98. Galeri Belajar


Langkah pembelajaran :
a. Bagilah peserta didik menjadi beberapa kelompok beranggotakan dua hingga empat orang.
b. Perintahkan tiap kelompok untuk mendiskusikan apa yang didapat oleh para anggotanya dari pelajarn yang
mereka ikuti. Hal ini bisa mencakup :
c. Pengetahuan baru, ketrampilan baru, peningkatan dalam didang, minat baru dibidang, percaya diri dalam hal.....
d. Kemudian perintahkan mereka untuk membuat sebuah daftar pada kertas lembar berisi hasil pembelajaran. Beri
judul yang menari misal : Hal Yang kita Dapatkan
e. Tempelkan daftar tersebut pada dinding.
f. Perintahkan peserta didik untuk berjalan melewati tiap daftar. Perintahkan peserta didik membuat tanda centang di
dekat hasil belajar yang juga dia dapatkan pada daftar selain dari daftarnya sendiri.
g. Survei hasilnya, cermati hasil pembelajaran yang paling umum didapatkan. Jelaskan sebagiab hasil pembelajaran
yang tidak biasa atau tidak diduga-duga.

99. Tinjauan Ala Hollywood Squares


Langkah pembelajaran :
a. Perintahkan tiap peserta didik untuk menuliskan dua atau tiga pertanyaan yang terkait dengan mata pelajaran.
Pertanyaannya bisa dalam format pilihan ganda, benar salah, atau isian
b. Kumpulkan petanyaan. Jika anda menghendaki, tambahkan beberapa pertanyaan dari anda sendiri
c. Simulasikan format tayangan permaian tic-tac-toe yang digunakan dalam Hollywood Squares. Tatalah kursi
didepan kelas. Perintahkan tiga peserta didik untuk duduk dilantai di depan kursi, tiga duduk dikursi dan tiga lagi
berdiri dibelakangnya.
d. Berikan kepada sembilan “selebriti” itu sebuah kartu dengan tanda X tercetak di satu sisi dan sisi lain untuk
ditempelkan ke tubuh mereka bila pertanyaannya berhasil dijawab
e. Perintahkan dua peserta didik untuk bertugas selaku kontestan. Kontestan memilih anggota dari “celebrity square”
untuk menjawab pertanyaan permainan.
f. Ajukan pertanyaan kontestan secara bergiliran. Kontestan menjawab dengan setuju atau tidak setuju kepada
tanggapan panel manakala mereka berusaha membentuk tic-tac-toe.
g. Peserta didik lain yang tidak terlibat dalam permainan diberi kartu yang menyatakan setuju dan tidak setuju di satu
sisi dan tidak setuju disisi lain untuk diberikan kepada kontestan untuk membantu meraka dalam membuat
keputusan.
h. Lakukan rotasi pada para selebriti.

100. Kembali ke Tempat Semula


Langkah pembelajaran :
a. Tempelkan sejumlah tanda di seluruh dinding kelas. Anda dapat menggunakan dua tanda untuk menciptakan
pilihan dikotomis atau beberapa tanda untuk menyediakan lebih banyak pilihan.
b. Tanda-tanda ini bisa menunjukkan beragam preferensi :
- Topik atau ketrampilan yang menarik
- Pertanyaan tentang materi
- Solusi persoalan
- Nilai-nilai yang berbeda
- Karakteristik atau gaya kepribadian yang berbeda.
- Berbagai penulis
- Kutipan, peribahasa, dll
c. Perintahkan peserta didik melihat tanda tersebut dan memilih salah satunya. Suruh mereka menunjukakan
kelebihsukaannya dengan beranjak menuju tempat diruang kelas dimana tanda pilihan mereka ditempelkan
d. Perintahkan sub-sub kelompok yang telah terbentuk untuk mendiskusikan alasan mereka menempatkan diri pada
tnda yang mereka pilih. Minta perwakilan untuk menyimpulkan alasan mereka
101. Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa
aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antarmata pelajaran.

Karakteristik Pembelajaran Terpadu


Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai berikut :
 Pembalajaran terpusat pada anak
 Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan
 Belajar melalui proses pengalaman langsung
 Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata
 Sarat dengan muatan keterkaitan
Cara/Strategi Pembalajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu memadukan siswa dan memadukan materi-
materidari matapelajaran-matapelajaran.
 Integrasi melalui pemaduan siswa
Cara ini memadukan beberapa kelas menjadi satu kelas, sehingga 1 pembelajaran kelas diikuti oleh lebih dari satu
tungkat usia siswa. Misalnya kelas 1 dan kelas 2 SD diajar matematika bersama-sama. Cara ini tentunya
memerlukan keahlian guru untuk memberikan tugas yang bertingkat sehingga siswa belajar dari yang mudah
menuju tingkat yang lebih sulit. Siswa kelas 1 dapat belajar dari siswa yang lebih tua dan lebih pengetahuannya,
sedangkan siswa yang lebih tua (kelas 2) dapat mengajarkan pengetahuannya kepada siswa yang lebih muda.
 Integrasi materi/mata pelajaran
Cara ini memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu kesatuan kegiatan pembelajaran. Dalam 1
kegiatan pembelajaran siswa belajar berbagai mata pelajaran misal matematika, Bahasa, IPA, dan IPS. Cara ini
biasanya dilakukan dengan memadukan topik-topik (tema-tema) menjadi satu kesatuan tema yang disebut tematik
unit. Tematik unit merupakan rangkaian tema yang dikembangkan dari suatu tema dasar. Sedangkan tema dasar
merupakan pilihan atau kesepakatan antara guru dengan siswa berdasarkan kajian keseharian yang dialami siswa
dengan penyesuaian dari materi-materi yang ada pada kurikulum. Selanjutnya tema dasar tersebut dikembangkan
menjadi banyak tema yang disebut unit tema (subtema).

Model-model pembelajaran terpadu


Adapun model-model pembelajaran terpadu sebagaimana yang dikemukakan oleh Fogarty, R (1991: 61-65) yaitu
sebanyak sepuluh model pembelajaran terpadu. Kesepuluh model pembelajaran terpadu tersebut adalah :

No Nama Model / Deskripsi Kelebihan Kelemahan Contoh


Gambar
1. Fragmented Berbagai disiplin Adanya kejelasan Keterhubungan Adanya mata
(Terpisah ilmu yang dan pandangan menjadi tidak pelajaran IPA,
/ Penggalan) berbeda dan yang terpisah jelas; lebih IPS, Bahasa
saling terpisah dalam suatu mata sedikit transfer Indonesia,
secara mata pelajaran pembelajaran Matemaatika,
pelajaran dan lain-lain.

2. Connected(Keterkaitan Dalam setiap Konsep–konsep Disiplin- Guru


/ mata pelajaran utama saling disiplin ilmu menghubungkan/
Keterhubungan) berisi konten terhubung sehingga tidak berkaitan; menggabungkan
yang berkaitan memperoleh kontent tetap konsep
antara topik gambaran yang terfokus pada matematika
dengan topik dan lebih jelas dan satu disiplin tentang uang
konsep dengan luas, mengarah ilmu belum dengan konsep
konsep, ide pada pengulangan, memberikan jual beli, untung
dengan ide dalam rekonseptualisasi, gambaran yang rugi, simpan
satu mata dan asimilasi menyeluruh pinjam, dan
pelajaran. gagasan- gagasan bunga.
dalam suatu
disiplin.

3. Nested (Sarang) Memasukkan Guru dapat Apabila tanpa Kegiatan


keterampilan memadukan perencanaan pembelajaran
belajar yang beberapa yang matang pada pemahaman
ingin dilatihkan keterampilan memadukan tata bentuk kata,
guru kepada sekaligus dalam beberapa makna kata, dan
siswa dalam satu pembelajaran satu keterampilan ungkapan dengan
unit mata pelajaran, yang menjadi saran pembuahan
pembelajaran memberikan target dalam keterampilan
untuk perhatian pada pembelajaran dalam
ketercapaian berbagai bidang akan mengembangkan
materi pelajaran penting dalam satu berdampak daya imajinasi,
(content) yang saat sehingga tidak buruk pada daya berpikir
meliputi memerlukan siswa dimana logis,
keterampilan penambahan waktu prioritas menentukan ciri
berfikir, dan guru dapat pelajaran bentuk dan
keterampilan memadukan menjadi kabur. makna kata-kata
sosial, dan kurikulum secara dalam puisi,
keterampilan luas. membuat
mengorganisir. ungkapan dan
menulis puisi.
4. Sequenced(Terurut Model Dengan menyusun Diperlukkan Isi cerita dalam
/Rangkaian) pembelajaran kembali urutan kolaborasi roman sejarah
dimana saat guru topik, bagian dari berkelanjutan misalnya, topik
mengajarkan unit, guru dapat dan fleksibilitas pembahasannya
suatu mata mengutamakan semua orang secara paralel
pelajaran guru prioritas kurikulum yang terlibat atau dalam jam
dapat menyusun daripada hanya dalam content yang sama dapat
kembali topik mengikuti urutan area dalam dipadukan
mata pelajaran yang dibuat penulis mengurutkan dengan ikhwal
lain dalam urutan dalam buku teks, sesuai peristiwa sejarah
pengajaran itu membantu siswa terkini. perjuangan
dalam topik yang memahami isi bangsa,
sama atau pembelajaran karakteristik
relevan. dengan lebih kuat kehidupan sosial
dan bermakna. masyarakat pada
periode tertentu
maupun topik
menyangkut
perubahan makna
kata.
5. Shared (Terbagi) Perencanaan tim Dengan Memerlukan Misalnya pada
dan atau menggabungkan komitmen konsep alur
pengajaran yang disiplin ilmu pasangan untuk tanaman dengan
melibatkan dua serupa yang saling bekerjasama konsep alur air
disiplin tumpang tindih dalam fase terdapat
difokuskan pada akan awal, untuk keterpaduan
konsep, memungkinkan menemukan berupa konsep
keterampilan, mempelajari konsep alur.
dan sikap-sikap konsep yang lebih kurikula yang
yang sama dalam. tumpang tindih
secara nyata
diperlukan
dialog dan
percakapan
yang
mendalam.
6. Webbed (Jaring Laba - Pembelajaran Faktor motivasi Banyak guru Siswa dan guru
laba) Terpadu Webbed sebagai hasil sulit memilih menentukan tema
“Model Pembelajaran menyajikan bentuk seleksi tema. Mereka misalnya air,
Tematik” pendekatan tema yang menarik cenderung maka guru-guru
tematik untuk perhatian paling menyediakan mata pelajaran
mengintegrasikan besar, faktor tema yang dapat
mata pelajaran. motivasi siswa dangkal mengajarkan
Satu tema yang juga dapat sehingga tema air itu ke
subur dijaring berkembang karena kurang dalam sub-sub
laba-labakan adanya pemilihan bermanfaat tema misalnya
untuk isi tema yang bagi siswa, dan siklus air, kincir
kurikulum dan didasarkan pada guru seringkali angin, air waduk,
mata pelajaran. minat siswa. terfokus pada air sungai, bisnis
kegiatan air dari PDAM
sehingga materi yang tergabung
atau konsep dalam mata
menjadi pelajaran
terabaikan. Matematika, IPS,
IPA, dan Bahasa.

7. Threaded(Pasang Menfokuskan Konsep berputar Hubungan isi Pemaduan


Benang / Galur) pada sekitar antar materi bentuk
metakurikulum metakurikulum pelajaran tidak keterampilan
yang yang menekankan terlalu berpikir
menggantikan pada perilaku ditunjukkan misalnya,
atau yang metakognitif; sehingga secara melakukan
berpotongan materi untuk tiap eksplisit siswa prediksi dan
dengan inti mata pelajaran kurang dapat estimasi dalam
materi. tetap murni, dan memahami matematika,
Memasukkan siswa dapat belajar keterkaitan ramalan terhadap
softskill ke dalam bagaimana konten antara kejadian-
1-5 mata seharusnya belajar mata pelajaran kejadian,
pelajaran. di masa yang akan satu dengan antisipasi
datang sesuai yang lainnya. terhadap cerita
dengan laju dalam novel
perkembangan era
globalisasi.
8. Integrated(Integrasi / Menggabungkan Siswa saling Model ini sulit Pada awalnya
Terpadu) bidang studi mengaitkan, saling dilaksanakan guru menyeleksi
denggan cara menghubungkan secara penuh; dalam satu
menemukan diantara macam- membutuhkan semester dari
keterampilan, macam bagian dari keterampilan beberapa mata
konsep dan sikap mata pelajaran. tinggi, percaya pelajaran
yang saling Keterpaduan secara diri dalam misalnya:
berhubungan di sukses prioritas matematika, ips,
dalam beberapa diimplementasikan, konsep, ipa dan bahasa.
bidang studi. pendekatan belajar keterampilan Selanjutnya
Pendekatan yang yang lingkungan dan sikap yang dipilih beberapa
digunakan adalah belajar yang ideal menembus konsep,
pendekatan antar untuk hari terpadu secara urut dari keterampilan dan
bidang studi. (integrated day) mata pelajaran; nilai sikap yang
secara eksternal dan memiliki
dan untuk membutuhkan keterhubungan
keterpaduan belajar model tim ahli yang erat dan
untuk fokus pada bidang tumpang tindih di
internal. Selain itu dan antara beberapa
model ini juga merencanakan mata pelajaran.
mendorong dan mengajar
motivasi murid. bersama.

9. Immersed(Terbenam / Pembelajaran Setiap siswa Siswa yang Seorang


Celupan) yang melibatkan mempunyai tidak senang mahasiswa yang
beberapa mata ketertarikan mata membaca akan memperdalam
pelajaran dalam pelajaran yang mendapat ilmu kedokteran
satu proyek berbeda maka kesulitan untuk maka selain
dengan cara secara tidak mengerjakan biologi, kimia,
memandang langsung siswa proyek ini, komputer, ia juga
seluruh yang lain akan sehingga siswa harus
pengajaran belajar dari siswa menjadi mempelajari
melalui lainnya. Mereka kehilangan fisika dan setiap
perspektif bidang terpacu untuk minat belajar. mata pelajaran
yang disukai dapat tersebut ada
(area of interest) menghubungkan kesatuannya.
mata pelajaran
yang satu dengan
yang lainnya.
10 Networked(Jaringan) Pelajar Siswa memperluas Kemungkinan Pelajar belajar
melakukan wawasan motivasi siswa mengenai topik
proses pemaduan pengetahuan pada akan berubah kebudayaan
topik yang satu atau dua mata kedalaman dengan
dipelajari melalui pelajaran secara materi pemaduan topik
pemilihan mendalam dan pelajaran yang dipelajari
jejaring pakar sempit sasarannya. menjadi melalui berbagai
dan sumber daya. dangkal secara jejaring pakar.
Merupakan tidak sengaja Misal pakar
perpaduan karena budaya, pakar
berbagai model mendapat sejarah, dll
immersed hambatan .
dalam mencari
sumber

METODE PEMBELAJARAN

Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode dapat pula diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk menyampaikan pelajaran.metode ini digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi
menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan
untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode.
Berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengimpelementasikan strategi
pembelajaran berikut kelebihan dan kekurangannya.
A. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini senantiasa bagus bila
pengunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat dan media serta memperhatikan batas-batas
kemungkinan penggunannya. Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh
setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor
kebiasaan baik dari guru atau pun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan
pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru
yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar
dan tidak ada guru berarti tidak ada belajar.
Metode pembelajaran Ceramah yang baik adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih dari satu
metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya. Misalnya dengan tanya jawab ,
diskusi, ataupun latihan. Hal ini bertujuan agar tidak hanya guru yang aktif mengajar, melainkan juga siswa dapat
aktif dalam pembelajaran. Ceramah model ini biasa disebut dengan ceramah bervariatif.
 Kelebihan Metode Ceramah
 Ceramah merupakan metode yang ‟murah‟ dan ‟mudah‟ untuk dilakukan.Murah dalam arti proses ceramah tidak
memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi
atau peragaan. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian tidak
terlalu memerlukan persiapan yang rumit.
 Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya, materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum
atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.
 Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.Artinya, guru dapat mengatur pokok-
pokok materi yang mana yang perluditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
 Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab
guru yang memberikan ceramah.
 Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebihsederhana. Ceramah tidak
memerlukan setting kelas yang beragam, atau tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit. Asal siswa
dapat menempati tempat duduk untuk mendengarkan guru, maka ceramah sudah dapat dilakukan.
 Kelemahan Metode Ceramah
 Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru.
Kelemahan ini memang kelemahan yang paling dominan, sebab apa yang diberikan guru adalah apa yang
dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru.
 Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinyaverbalisme.
 Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah seringdianggap sebagai metode yang
membosankan. Sering terjadi, walau pun secara fisik siswa ada di dalam kelas, namun secara mental siswa
sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran; pikirannya melayang ke mana-mana, atau siswa
mengantuk, oleh karena gaya bertutur guru tidak menarik.
 Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudahmengerti apa yang dijelaskan atau
belum. Walaupun ketika siswa diberikesempatan untuk bertanya, dan tidak ada seorang pun yang bertanya, semua
itu tidak menjamin siswa seluruhnya sudah paham.
Metode ceramah itu wajar dilakukan bila: (a) ingin mengajarkan topic baru, (b) tidak ada sumber bahan pelajaran
pada siswa, (c) menghadapi sejumlah siswa yang cukup banyak.

B. Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan
usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran
dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara
lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi
demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat
digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
 Kelebihan Metode Demonstrasi
 Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung
memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
 Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar,tetapi juga melihat bahkan
mengalami peristiwa yang terjadi.
 Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan
kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.
 Kekurangan Metode Demonstrasi
 Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpapersiapan yang memadai demonstrasi
bisa gagal sehingga dapat menyebabkanmetode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk
menghasilkanpertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga
dapat memakan waktu yang banyak.
 Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadaiyang berarti penggunaan metode ini
memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
 Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja
lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk
keberhasilan proses pembelajaran siswa.

C. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan
utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan
memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998). Karena itu, diskusi bukanlah
debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan
keputusan tertentu secara bersama-sama. Selama ini banyak guru yang merasa keberatan untuk menggunakan
metode diskusi dalam proses pembelajaran. Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi: (1) diskusi merupakan
metode yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antar siswa muncul secara spontan, sehingga hasil dan
arah diskusi sulit ditentukan; (2) diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal waktu
pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas, sehingga keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu
secara tuntas. Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru. Sebab, dengan perencanaan dan persiapan yang
matang kejadian semacam itu bisa dihindari.
Terdapat bemacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain :
1. Diskusi Kelas
Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahanmasalah yang dilakukan oleh seluruh
anggota kelas sebagai peserta diskusi.Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah: (1) guru
membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa yang akan menjadi moderator, siapa yang menjadi
penulis; (2) sumber masalah (guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus dipecahkan
selama 10-15 menit; (3) siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada
moderator; (4) sumber masalah memberi tanggapan; dan (5) moderator menyimpulkan hasil diskusi.
2. Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok
antara 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian
masalah tersebutdibagi-bagi ke dalam submasalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai
diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya.
3. Simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang
berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah
para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka symposium diakhiri dengan
pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang
telah ditentukan sebelumnya.
4. Diskusi Panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri
dari 4-5 orang di hadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi
panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya sekadar peninjau para panelis yang sedang
melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar diskusi panel efektif perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya
dengan metode penugasan. Siswadisuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.
5. Curah Pendapat (Brainstorming)
Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpungagasan, pendapat, informasi,
pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta.Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat
ditanggapi(didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, padapenggunaan metode
curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi.Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat
kompilasi (kumpulan) pendapat,informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda.
Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi
pembelajaran bersama.
 Kelebihan Metode Diskusi
 Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
 Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
 Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi
juga bisa melatih siswa untuk menghargaipendapat orang lain.
 Kekurangan Metode Diskusi
 Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswayang memiliki keterampilan
berbicara.
 Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulanmenjadi kabur.
 Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuaidengan yang direncanakan.
 Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya,
kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran

D. Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode
mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk
memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode
mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang
sebenarnya. Gladiresik merupakan salah satu contoh simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu
upacara tertentu sebagai latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti. Demikian
juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan
sangat bermanfaat.
Simulasi terdiri dari beberapa jenis, di antaranya:
1. Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkanmasalah-masalah yang berkaitan
dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah
kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk
memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa
untuk memecahkannya.
2. Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-
permasalahan psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang
dialaminya.
3. Role Playing
Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk
mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang
mungkin muncul pada masa mendatang. Topik yang dapat diangkat untuk role playing misalnya memainkan peran
sebagai juru kampanye suatu partai atau gambaran keadaan yang mungkin muncul pada abad teknologi informasi.
4. Peer Teaching
Peer teaching merupakan latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa kepadateman-teman calon guru. Selain itu
peer teaching merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang siswa kepada siswa lainnya dan
salah satu siswa itu lebih memahami materi pembelajaran.
5. Simulasi Game
Simulasi game merupakan bermain peranan, para siswa berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu melalui
permainan dengan mematuhi peraturan yang ditentukan.
 Kelebihan Metode Simulasi
 Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
 Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk
memainkan peranan sesuai dengan topic yang disimulasikan.
 Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
 Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalammenghadapi berbagai situasi sosial
yang problematis.
 Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses permbelajaran.
 Kekurangan Metode Simulasi
 Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
 Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan,sehingga tujuan pembelajaran
menjadi terabaikan.
 Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.

E. Metode Pemberian Tugas atau Resitasi


Metode tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih luas dari itu. Tugas dan resitasi
merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu atau kelompok. Tugas dan resitasi bisa dilaksanakan di
rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat lainnya. Jenis-jenis tugas sangat banyak tergantung pada tujuan
yang akan dicapai, seperti tugas meneliti, menyusun laporan, dan tugas di laboratorium
 Kelebihan Metode Pemberian Tugas atau Resitasi
 Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapatdiingat lebih lama
 Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung jawab dan mandiri.
 Kekurangan Metode Pemberian Tugas atau Resitasi
 Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa
mau bersusah payah mengerjakan sendiri
 Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
 Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
 Kadang siswa kurang memahami tugas yang diberikan guru
 Membutuhkan waktu relative lama

F. Metode Tanya Jawab


Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang
bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa
menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik
secara langsung antara guru.
 Kelebihan Metode Tanya jawab
 Siswa lebih aktif karena siswa tidak hanya sekedar mendengarkan
 Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, sehingga gurumengetahui hal-hal yang belum
dimengerti oleh peserta didik
 Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa.
 Kekurangan Metode Tanya jawab
 Membutuhkan waktu yang lebih banyak
 Kadang pembicaraan menyimpang dan pokok persoalan bila dalam mengajukan pertanyaaan, peserta didik
menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok bahasan yang dibicarakan. Dalam hal
ini sering tidak terkendali dan menimbulkan masalah baru.

G. Metode Kerja Kelompok


Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam
satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil
(sub sub kelompok). Mereka bekerja sama dalam memecahkan masalah atau melaksanakan tugas.
 Kelebihan Metode Kerja Kelompok
 Membiasakan siswa bekerja sama, musyawarah dan bertanggung jawab.
 Menimbulkan kompetisi yang sehat antar kelompok, sehingga membangkitkan kemauan belajar yang sungguh-
sungguh.
 Guru dipermudah tugasnya karena tugas kerja kelompok cukup disampaikan kepada para ketua kelompok.
 Ketua kelompok dilatih menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, dan anggotanya dibiasakan patuh pada
aturan yang ada.
 Kekurangan Metode Kerja Kelompok
 Sulit membentuk kelompok yang homogen baik dari segi minat, bakat, prestasi maupun intelegensi.
 Pemimpin kelompok sering sukar untuk memberikan pengertian kepada anggota, menjelaskan, dan pembagian
kerja.
 Anggota kadang-kadang tidak mematuhi tugas-tugas yang diberikan oleh pemimpin kelompok.
 Dalam menyelesaikan tugas, sering menyimpang dari rencana karena kurang control dari pemimpin kelompok
atau guru.
 Sulit membuat tugas yang sama sulit dan luasnya terutama bagi kerja kelompok yang komplementer.

H. Metode Problem Solving


Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga
merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya
dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Metode problem solving merupakan metode
yang merangsang berfikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan
olehsiswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencoba mengeluarkan pendapatnya.
 Kelebihan Metode Problem Solving
 Masing-masing siswa diberi kesempatan yang sama dalam mengeluarkan pendapatnya sehingga para siswa
merasa lebih dihargai dan yang nantinya akan menumbuhkan rasa percaya diri
 Para siswa akan diajak untuk lebih menghargai orang lain
 Untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannya
 Kekurangan Metode Problem Solving
 Karena tidak melihat kualitas pendapat yang disampaikan terkadang penguasaan materi sering diabaikan
 Metode ini sering kali menyulitkan mereka yang sungkan mengutarakan pendapat secara lisan

I. Metode Latihan (Drill)


Metode latihan merupakan metode mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan latihan agar siswa
memiliki ketegasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang
mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpikir, maka hendaknya guru/pengajar memperhatikan tingkat
kewajaran dari metode Drill. Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis,
permainan, pembuatan, Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan penggunaan rumus- rumus, dan
lain-lain, serta Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, simbul peta, dan lain-lain.
 Kelebihan Metode Latihan
 Ketegasan dan ketrampilan siswa meningkat atau lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari
 Seorang siswa benar-benar memahami apa yang disampaikan
 Kekurangan Metode Latihan
 Dalam latihan sering terjadi cara-cara atau gerak yang tidak berubah sehingga menghambat bakat dan inisiatif
siswa
 Sifat atau cara latihan kaku atau tidak fleksibel maka akan mengakibatkan penguasaan ketrampilan melalui
inisiatif individu tidak akan dicapai

J. Metode Karyawisata (Field-Trip)


Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak peserta didik
mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat laporan dan
mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik. Contoh: Mengajak
siswa ke gedung pengadilan untuk mengetahui sistem peradilan dan proses pengadilan, selama satu jam pelajaran.
Jadi, karyawisata di atas tidak mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama.
Karyawisata dalam waktu yang lama dan tempat yang jauh disebut study tour.
 Kelebihan Metode Karyawisata
 Siswa dapat belajar langsung di lapangan sehingga pengetahuan yang diperoleh nyata, hidup, bermakna, dan
komperhensif.
 Siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari masalah atau pertanyaan tentang materi yang dipelajari dengan
melihat, mendengar, mencoba, dan membuktikan sendiri secara langsung.
 Motivasi dan minat belajar siswa tinggi. (siswa senang belajar melalui karya wisata)
 Guru diperingan tugasnya dalam menyampaikan materi pelajaran, karena materi disampaikan oleh nara sumber
atau observasi langsung oleh siswa sendiri.
 Siswa aktif belajar melalui observasi, wawancara, percobaan, mengolong-golongkan
 Kekurangan Metode Karyawisata
 Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
 Memerlukan waktu yang cukup lama, apalagi kalau dilaksanakan terlalu sering dan jauh dari sekolah, sehingga
dapat mengganggu jadwal pelajaran.
 Memerlukan biaya yang relative tinggi.
 Memerlukan pengawasan yang ketat agar siswa fokus kepada tugasnya.
 Laporan hasil krya wisata biasanya diserahkan tidak tepat waktu

K. Metode Kerja Lapangan


Metode kerja lapangan merupakan metode mengajar dengan mengajak siswa kedalam suatu tempat diluar
sekolah yang bertujuan tidak hanya sekedar observasi atau peninjauan saja, tetapi langsung terjun turut aktif ke
lapangan kerja agar siswa dapat menghayati sendiri serta bekerja sendiri didalam pekerjaan yang ada dalam
masyarakat.
 Kelebihan Metode Kerja Lapangan
 Siswa mendapat kesemmpatan untuk langsung aktif bekerja dilapangan sehingga memperoleh pengalaman
langsung dalam bekerja
 Siswa menemukan pengertian pemahaman dari pekerjaan itu mengenai kebaikan maupun kekurangannya
 Kekurangan Metode Kerja Lapangan
 Waktu terbatas tidak memungkinkan memperoleh pengalaman yang mendalam dan penguasaan pengetahuan yang
terbatas
 Untuk kerja lapangan perlu biaya yang banyak. Tempat praktek yang jauh dari sekolah shingga guru perlu
meninjau dan mepersiapkan terlebih dahulu
 Tidak tersedianya trainer guru/pelatih yang ahli

L. Metode Penemuan (Discovery)


Penemuan dapat diartikan sebagai prosedur pembelajaran yang mementingkan pembelajaran perseorangan,
manipulasi objek, melakukan percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Metode penemuan ini lebih
mengutamakan cara belajar siswa aktif (CBSA), berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri,
reflektif.
 Kelebihan Metode Penemuan
 Siswa belajar sebagaimana belajar melalui proses penemuan.
 Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan sangat kokoh.
 Metode penemuan membangkitkan gairah siswa dalam belajar.
 Metode penemuan memungkinkan siswa bergerak untuk maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.
 Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia merasa lebih terlibat dan
termotivasi sendiri untuk belajar.
 Metode ini berpusat pada anak, dan guru sebagai teman belajar atau fasilitator.
 Kekurangan Metode Penemuan
 Metode ini mempersyaratkan kesiapan mental.
 Metode ini kurang berhasil untuk kelas besar karena habis waktu guru untuk membantu siswa dalam kegiatan
penemuannya.
 Dalam pelajaran tertentu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide mungkin terbatas.
 Dalam metode ini terlalu mementingkan untuk memperoleh penertian, sebaliknya kurang memperhatikan
diperolehnya sikap dan keterampilan.
 Metode ini kurang memberi kesempatan untuk berpikir kreatif.
M. Metode Eksperimen
Metode eksperimen dalam pembelajaran adalah cara penyajian bahan pelajaran yang memungkinkan siswa
melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau suatu hipotesis yang dipelajari.
Dalam proses pembelajaran dengan metode eksperimen siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri
atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik
kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses tertentu. Peranan guru dalam metode eksperimen
adalah memberi bimbingan agar eksperimen itu dilakukan dengan teliti sehingga tidak terjadi kekeliruan atau
kesalahan.
 Kelebihan Metode Eksperimen
 Kekuatan Metode Eksperimen
 Membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri daripada menurut cerita orang atau
buku.
 Siswa aktif mengumpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukannya.
 Dapat digunakan untuk melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah.
 Hasil belajar dikuasai siswa dengan baik dan tahan lama dalam ingatan.
 Menghilangkan verbalisme.
 Kekurangan Metode Eksperimen
 Memerlukan peralatan dan bahan percobaan yang lengkap serta umumnya mahal.
 Dapat menghambat lajunya pembelajaran sebab eksperimen umumnya memerlukan waktu lama.
 Kesalahan dalam eksperimen akan berakibat pada kesalahan kesimpulannya.
 Seorang guru harus benar-benar menguasai materi yang diamati dan harus mampu memanage siswanya

N. Metode Pembelajaran Unit


Taredja, dkk. (1980), Sumantri dan Permana (2006) menyatakan bahwa metode pengajaran unit adalah suatu
cara pembelajaran dimana siswa dan guru mengarahkan segala kegiatannya pada pemecahan suatu masalah yang
dipelajari melalui berbagai segi yang berhubungan, sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.
Pengajaran unit ini dinamakan pembelajaran terpadu.
 Kelebihan Metode Pembelajaran Unit
 Siswa dapat belajar secara keseluruhan (utuh). Semua atau beberapa mata pelajaran dipadu jadi satu dalam satu
masalah. Dengan demikian ilmu-ilmu yang ada dihayati secara utuh.
 Pelajaran menjadi lebih berarti. Dalam pelajaran terpadu, siswa belajar sesuai minat, bakat dan tingkat
perkembangannya.
 Situasi kelas lebih demokratis. Prinsip dari pembelajaran terpadu adalah perencanaan bersama, dilaksanakan oleh
siswa, guru hanya sebagai pembimbing.
 Digunakannya asas-asas didaktik secara lebih wajar. Asas-asas didaktik seperti peragaan, minat, kerja kelompok
 Digunakannya prinsip-prinsip psikologi belajar modern, seperti minat anak berhubungan pengalamannya.
 Kekurangan Metode Pembelajaran Unit
 Memilih pokok masalah yang akan dijadikan unit bukan suatu pekerjaan yang mudah.
 Melaksanakan pembelajaran unit menuntut kecakapan tersendiri, sedangkan guru belum semuanya mampu
menyelenggarakannya.
 Memerlukan ketekunan, pekerjaan dan waktu yang lebih banyak.
 Karena melibatkan banyak siswa maka dimungkinkan memerlukan biaya yang lebih banyak.

O. Metode Pengajaran dengan Modul


Metode pembelajaran dengan modul adalah prosedur pembelajaran yang dilakukan dengan menyiapkan
suatu paket belajar yang berisi satu satuan konsep tunggal bahan pelajaran untuk dipelajari sendiri oleh siswa dan
jika telah menguasainya baru boleh pindah ke satuan paket belajar berikutnya.
Komponen modul yang pernah dikembangkan oleh Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) meliputi:
petunjuk guru, lembar kegiatan siswa, lembar kerja siswa, kunci jawaban untuk lembar kerja, lembar penilaian
atau tes, dan kunci jawaban untuk lembar tes.
 Kelebihan Metode Pengajaran dengan Modul
 Ratio guru dan siswa dapat ditingkatkan menjadi sekitar 1 : 200, padahal dengan sistem biasa ratio tersebut adalah
1 : 40.
 Siswa aktif belajar secara mandiri.
 Meningkatkan kualitas hasil belajar, karena siswa yang belum mencapai mastery learning 80% harus mengkaji
ulang materi modul dan tes.
 Siswa termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh untuk segera menyelesaikan modul yang ditargetkan.
 Kekurangan Metode Pengajaran dengan Modul
 Ikatan kelas renggang, belajar bersama berkurang, padahal motivasi belajar dipengaruhi kebersamaan.
 Aspek estetis dan etis kurang diperhatikan.
 Kesulitan dalam menulis modul. Modul yang baik menuntut keahlian, ketrampilan dan pengalaman.
 Pembelajaran dengan modul umumnya kurang memperhatikan aspek perasaan. Manusia dianggap sebagai mesin
yang reaktif terhadap stimulus (modul) yang disajikan.
 Cenderung untuk memuat materi yang banyak dalam modul, sehingga memberatkan siswa.
 Modul menuntut siswa pintar membaca dengan pemahaman, hal ini menjadi hambatan bagi siswa yang kurang
terampil membaca.

Anda mungkin juga menyukai