Anda di halaman 1dari 10

TATANAN STRATIGRAFI LENGAN TENGGARA SULAWESI

1. Pendahuluan

Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia


Pasifik dan yaitu Eurasia, Pasifik,dan IndoAustralia serta sejumlah lempeng
lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat
kompleks. Kumpulan batuan dari busur kepulauan batuan, batuan bancuh,
ofiolit, dan bongkahan dari mikrokontinen terbawa bersama proses
penunjaman, tubrukan, serta proses tektonik lainnya serta proses tektonik

lainnya (Van Leeuwen, 1994).

Gambar 1.1 Peta Geologi Sulawesi (Hamilton 1979)

Adapun yang menjadi pokok Pembahasan yang tersaji pada makalah


ini adalah membahas tentang Kondisi Stratigrafi Lengan Tenggara Sulawesi.
2. Stratigrafi Lengan Tenggara Sulawesi

Berdasarkan peta geologi Sulawesi (Hamilton,1979), Lengan Tenggara


Sulawesi secara umum disusun oleh batuan Lajur Metamorfik dan Batuan
Kerak Samudra (Lajur Ofiolit). Selain itu Pengklasifikasin Batuan Penyusun
lengan tenggara Sulawesi menurut (Rusmana dan Sukarna,1985), Batuan
Penyusun lengan tenggara Sulawesi dibagi menjadi 2 lajur yaitu :
- Lajur Tinondo, yang menempati bagian barat daya, yang dicirikan
dengan batuan asal paparan benua yaitu batuan melihan paleozoikum
dan diduga berumur karbon.
- Lajur hialu, yang menempati bagian timur laut yang tersusun dari
himpunan batuan asal kerak samudra. Kedua lajur ini dipishkan oleh
sesar Lasolo yang merupakan sesar geser.

berdasarkan hasil penelitian terakhir yang dilakukan oleh Surono,dkk

seperti yang tersaji dalam bukunya berjudul “Publikasi Khusus Geologi Lengan

Tenggara Sulawesi” tahun 2012, Batuan Penyusun Lengan tenggara Sulawesi

terdiri dari kepingan benua yang dinamai Mintakat Benua Sulawesi tenggara

dan mintakat Matarombeo, dimana kedua lempeng dari dari jenis yang

berbeda ini bertabrakan pada oligosen akhir-Miosen awal dan kemudian

ditindih oleh endapan Molasa Sulawesi,yang terdiri atas batuan sedimen klastik

dan karbonat, terendapkan selama akhir dan sesudah tumbukan, sehingga

molasa menindih takselaras Mintakat benua Sulawesi tenggara dan kompleks


Ofiolit tersebut. Pada akhir Kenozoikum lengan ini dikoyak oleh sesar

Lawanopo dan beberapa pasanganya, termasuk sesar Kolaka. Adapun

stratigrafi Regional Lengan Tenggara Sulawesi dapat dilihat pada gambar

dibawah ini.

Gambar 1.2 Stratigrafi Regional Lengan Tenggara Sulawesi (Rusmana


dkk,1993b;Simandjuntak dkk,1993a;Surono,1994)

2.1. Kepingan Benua


Kepingan benua tersebar dilengan Tenggara Sulawesi Dinamai Lajur
Tinondo Oleh Rusmana dan Sukarna (1985), Benua Renik Sulawesi
Tenggara/Muna Oleh Davidson (1991), dan Mintakat Banua Sulawesi Tenggara
Oleh Surono (1994). Batuan tertua dari Mintakat Benua Sulawesi Tenggara
adalah Kompleks Batuan Malihan yang tersingkap luas dipegunungan Rumbia
dan Mendoke yang diterobos oleh batuan granitan dibeberapa tempat. Kedua
batuan itu Menjadi batuan alas Sedimen Mesozoikum yang terendapkan

Kemudian.
Gambar 1.3 Peta Geologi Lengan Tenggara Sulawesi (disederhanakan dan

dimodifikasi dari Rusmana dkk,1993;Simandjuntak dkk,1993a,b,c)

Kompleks batuan malihan menempati bagian tengah Lengan Tenggara


Sulawesi Membentuk Pegunungan Mendoke dan ujung selatanya membentuk
pegunungan Rumbi. Kompleks ini terdiri dari Sekis,Kuarsit, Sabak dan Marmer
(Simandjuntak dkk,1993c;Rusmana dkk,1993b) dan diterobos oleh aplit dan
diabas (Surono,1986).

Sejumlah perconto batuan malihan di Lengan Tenggara Sulawesi itu


diambil oleh Bothe (1972) dan sebagian dianalisis oleh De Rover (1956), Ia
mengenali dua periode pemalihan batuan, tua dan muda. Pemalihan tua
menghasilkan fasies epidote-amphibol dan yang muda menghasilkan fasies
sekis glukofan. Pemalihan tua berhubungan dengan penimbunan, sedangkan
yang muda diakibatkan sesar naik. Sangat mungkin sesar naik tersebut terjdi
pada oligosen-awal miosen, sewaktu kompleks ofiolit tersesar naikan ke atas

kepingan benua.

Helmers dkk (1989) meneliti evolusi sekis hijau dilengan tenggara


Sulawesi, terutama dari pegunungan Rumbia dan pulau Kabaena.Menurutnya
peristiwa pemalihan pertama adalah rekristalisasi sekis hijau pada akhir
penimbunan cepat (fast burial). Perconto yang diambil dari sekitar Kolaka
menunjukan bahwa seluruh kompleks pernah mengalami subduksi. Apabila
benar, sekis hijau merupakan hasil penunjaman yang terjadi sebelum
pengendapan formasi meluhu pada trias.
Gambar 1.4 Peta Sebaran Batuan Metamorf di Lengan Tenggara Sulawesi

(Helmers dkk,1989)

2.2. Formasi Meluhu (TrJm)

Nama formasi Meluhu diberikan oleh Rusmana & Sukarna (1985) pada
satuan batuan yang terdiri atas Batupasir Kuarsa, Serpih merah, dan Batu
lumpur dibagian bawah serta perselingan Serpih hitam dan Batugamping di
bagian atas. Formasi Meluhu menindih tak selaras batuan Malihan dan ditindih

tak selaras oleh satuan Batugamping formasi tampakura.

Formasi meluhu mempunyai penyebaran yang sangat luas di Lengan


Tenggara. Surono (1997b), Membagi Formasi meluhu menjadi 3 anggota (dari

bawah ke atas)

- Anggota Toronipa yang didominasi oleh Batupasir dan Konglomerat


- Anggota watutaloboto didominasi Batulumpur, Batulanau dan Serpih.
- Anggota tue-tue dicirikan adanya napal dan batu gamping.

2.2.1. Anggota Toronipa

Formasi meluhu anggota toronipa didominasi oleh Batupasir dan


Konglomerat dengan sisipan Serpih, Batulanau dan Batulempung. Sisipan
Lignit ditemukan setempat disungai kecil dekat masjid nurul huda, Kota
Kendari dan tebing tepi jalan di selatan Tinobu. Lokasi tipe anggota Toronipa
berada ditanjung Toronipa, sebelah tenggara Desa Toronipa. Penampang
tegak hasil pengukuran stratigrafi terperinci di Tanjung Toronipa
memperlihatkan kenampakan Batupasir berlapis baik berfesies St dan Sp telah
ditemukan dibeberapa tempat, Batupasir pejal tersingkap baik, yang diduga
hasil pengendapan grain flow. Secara setempat, Batupasir Kerikilan (Gh) sering
dijumpai sering dijumpai diatas permukaan bidang erosi. Ketebalan anggota
Toronipa pada lokasi tipe tersebut adalah 800m. ketebalan maksimum

anggota ini diduga kearah timur.

Struktur sedimen yang terekam pada anggota Toronipa berupa silang


siur (Planar,trough,epsilon) dan tikas seruling (Flute mark), bergelombang
(ripple mark),perlapisan bersusun,dan permukaan erosi. Lag deposit umum
ditemukan pada bagian bawah runtunan sedimen di atas permukaan
erosi,batang,dan/atau cetakan daun juga ditemukan pada endapan klastik
halus. Setiap runtunan batuan sedimen menunjukan penghalusan ke atas yang
menunjukan energi melemah kea rah atas. Semua fakta dilapangan
menggambarkan bahwa anggota Toronipa diendapkan pada Lingkungan
Sungai berkelok. Arah arus purba, yang sebagian besar diukur pada silang siur,
menunjukan hasil kecenderungan unimodal. Kondisi seperti ini umum

ditemukan pada arus sungai berkelok.

Gambar 1.5 Penyebaran Formasi Meluhu di Lengan Tenggara Sulawesi (Surono

dkk,2002)
Gambar 1.6 Singkapan Formasi Meluhu Pada tebing Jalan Poros Kendari-

Konawe Utara (Surono dkk,2002)

2.2.2. Anggota Watutaloboto

Anggota Watutaloboto, Formasi Meluhu terdiri atas perselingan,


Batulanau,Batulumpur,dan Serpih. Pengukuran stratigrafi anggota
Watutaloboto, Foramsi Meluhu telah dilakukan sepanjang pantai pada tanjung

Lemobajo . Ketebalan anggota ini pada lokasi tipenya tidak kurang dari 75m

Kehadiran Lag deposits, permukaan erosi intraformasi gerus, Lensa


batupasir crevase-splay, silang-siur epsilon, dan runtunan endapan banjir
dengan retakan dislokasi menunjukan adanya pengaruh energy sungai pada
waktu pengendapan anggota watutaloboto. Sejumlah alur sungai purba dapat
ditemukan pada beberapa lapisan terutama pada bagian bawah anggota
tersebut, sementara pengaruh arus pasang surut dijumpai pada bagian
atasnya. Fakta dilapangan memberikan petunjuk bahwa anggota watutaloboto
diendapkan pada lingkungan delta (Galloway,1975;Boyd dkk,1992), yang
bagian bawahnya sangat dipengaruhi oleh energi sungai sedangkan bagian

atasnya dipengaruhi energi pasang surut.

2.2.3. Anggota Tue-Tue

Anggota Tue-Tue Formasi Meluhu, didominasi oleh Batulumpur, dengan


sisipan Batupasir di bagian bawah, Lensa Batupasir pada bagian Tengah dan
lapisan Batupasir, Napal, dan/atau Batugamping pada bawgian atas. Dibagian
utara Tanjung Labuanbajo,Anggota Tue-Tue, Formasi Meluhu dicirikan oleh
klastika halus yang mengandung buluh (burrow) secara melimpah dan
sedimen sedikit gampingan. Pada umumnya batuan penyusun anggota ini
berlapis baik dengan ketebalan berkisar antara beberapa cm sampai 75cm.
ketebalan anggota Tue-Tue pada lokasi tipenya minimum 140 m. diduga

ketebalan anggota ini menebal kearah barat laut.

Beberapa lapisan mempunyai struktur sedimen pasang-surut seperti flaser –


bedding, silang siur tulang ikan (herring-bone) dan Wavy bedding. Fakta ini
mengindikasikan adanya pengaruh pasang surut pada pengendapan anggota

Tue-Tue.

Bagian bawah anggota Tue-Tue mempunyai Batupasir berstruktur


silang siur planar berukuran cukup planar berukuran cukup besar. Hal ini
mengindikasikan bahwa pada saat pengendapanya dipengaruhi oleh energi
cukup tinggi, mungkin pada offshore bar. Lensa batupasir dengan pemilahan
baik dijumpai pada bagian tengah, antara batupasir dan Batulumpur
mempunyai batas yang tegas. Hal ini dimungkinkan karena adanya pengaruh

taufan (storm) sewaktu pengendapanya.

Bagian atas anggota Tue-Tue mengandung banyak burrow dan lapisan


Batupasir bagian ini juga banyak mengandung fosil kerang berkatub dua
(Bivalve),gastropoda,amonit,dan belemnite, yang mencirikan endapan laut
dangkal. Adanya pengaruh taufan pada waktu pengendapan anggota tue-tue
ini juga ditunjukan oleh kehadiran silang siur

Anda mungkin juga menyukai