Anda di halaman 1dari 17

Nabi Muhammad s.

a w menjadi suami Siti Khadijah


Cerita nabi muhammad ini merupakan lanjutan dari cerita nabi muhammad sebelumnya yang
berjudul Nabi Muhammad SAW menjadi yatim piatu
Abu Thalib yang mengasuh Nabi s.a.w adalah seorang yang kurang mampu dalam
perekonomiannya, lagi pula banyak anaknya. Namun demikian setelah Muhammad s.a.w hidup
bersamanya, Abu Thalib dapat merasakan keanehan, jika ia makan bersama Muhammad s.a.w,
maka makanan yang sedikit itu bisa berkat, cukup dan merasa kenyang, tetapi jika makan tidak
bersama Muhammad s.a.w, makanan itu menjadi kurang-kurang saja dirasakan.

Sebab itulah Nabi Thalib sekeluarga selalu makan bersama Muhammad. Rasa sayang Abu
Thalib kepada Muhammad s.a.w melebihi dari rasa sayang kepada putranya sendiri. Karena dari
sangat sayangnya, kemana saja Muhammad s.a.w berjalan sering diikuti Abu Thalib.

Pernah pada satu saat Abu Thalib pergi berdagang ke negeri syam Nabi Muhammad s.a.w
dibawa serta. Saat itu Muhammad masih baru berusia 12 tahun. Ditengah perjalanan
rombongannya itu bertemu dengan seorang pendeta Nasrani “Bahira” namanya. Dan kebetulan
sekali pendeta itu memang mencari-cari siapakah Rasul yang penghabisan yang disebut dalam
Taurat dan Injil itu ….? Setelah pendeta itu melihat Muhammad s.a.w, tahulah ia akan tanda-
tanda keNabian yang ada pada Muhammad , s.a.w, maka ia pun menasehati abu Thalib agar
Muhammad dibawa kembali ke Makkah, sebab sangat mengkhawatirkan kalau ditemukan oleh
orang Yahudi pasti dianiayanya. Atas keterangan pendeta itu diterima baik oleh Abu Thalib,
sehingga iapun kembali ke Makkah bersama Muhammad s.a.w.
Sejak itu Nabi s.a.w bekerja dirumah saja mengembalakan kambing-kambing keluarga dan
kambing-kambing orang lain yang dipercayakan kepada beliau. Setelah beliau menginjak
dewasa, mulailah berusaha sendiri dalam perdagangan.
Pada waktu itu siapa saja pasti mengenal Muhammad adalah seorang pemuda yang jujur, maka
itulah Khadijah seorang janda yang kaya telah mempercayakan kepada beliau untuk membawa
barang dagangannya. Selama beliau mendagangkan barang-barangnya Khadijah, semakinlah
kepopuleran kejujuran itu, bukan saja di negeri Makkah bahkan sampai terkenal ke negeri Syam
dan lain-lainnya.

Khadijahpun menaruh hati ingin menjadikan Muhammad. sebagai suami. Akhirnya Khadijah
ingin menyampaikan isi hatinya, maka diutuslah seorang teman dekatnya untuk melamar
Muhammad. Utusan Khadijah itupun datang kepada Muhmmad dan menyampaikan apa
maksudnya, seraya berkata : Hai Muhammad, saya datang kepada engkau ingin menanyakan
sesuatu padamu. Tanya Nabi s.a.w: Sesuatu apakah yang engkau tanyakan itu ….? Kemudian
utusan itupun mengatakan bahwa Muhammad s.a.w sekarang sudah berumur cukup dewasa,
kenapa belum juga ada minat berumah tangga? Dan Muhammad s a w menjawab: Memang
belum ada minat berumah tangga, karena merasa masih belum sanggup menegakkan rumah
tangganya. Setelah utusan itu: Seandainya ada seseorang yang sanggup menanggung akan rumah
tanggamu, adakah engkau mau hidup bersamanya…?

Selanjutnya Nabi Muhammad menanyakan siapa orang itu? Maka utusan itu memberitahukan,
bahwa yang melamar adalah Khadijah binti Khuwalid sijanda yang kaya itu. Mendengar utusan
itu, Nabipun berdebar terkejut dan berdiam diri, sejenak kemudian beliau mengatakan akan
dipikir-pikir dahulu dan akan diberitahukan kepada keluarganya untuk dimusyawarahkan.
Rupanya keluarga Nabi s.a.w itupun menyetujui, maka diterimalah lamaran itu dan akhirnya
beliau melangsungkan pernikahan dengan Khadijah yang sudah berumur 40 tahun itu, sedang
Nabi s.a.w masih baru berumur 25 tahun. Atas perkawinan beliau yang tidak sebanding umurnya
itu, kita bisa membayangkan, tetapi bagi pasangan beliau berdua tidak seperti apa yang kita
bayangkan, karena Khadijah yang cantik itu masih nampak muda serta memipunyai budi pekerti
yang sangat mulia.
Nabi Muhammad s.a w menjadi suami Siti Khadijah
Cerita nabi muhammad ini merupakan lanjutan dari cerita nabi muhammad sebelumnya yang
berjudul Nabi Muhammad SAW menjadi yatim piatu
Abu Thalib yang mengasuh Nabi s.a.w adalah seorang yang kurang mampu dalam
perekonomiannya, lagi pula banyak anaknya. Namun demikian setelah Muhammad s.a.w hidup
bersamanya, Abu Thalib dapat merasakan keanehan, jika ia makan bersama Muhammad s.a.w,
maka makanan yang sedikit itu bisa berkat, cukup dan merasa kenyang, tetapi jika makan tidak
bersama Muhammad s.a.w, makanan itu menjadi kurang-kurang saja dirasakan.

Sebab itulah Nabi Thalib sekeluarga selalu makan bersama Muhammad. Rasa sayang Abu
Thalib kepada Muhammad s.a.w melebihi dari rasa sayang kepada putranya sendiri. Karena dari
sangat sayangnya, kemana saja Muhammad s.a.w berjalan sering diikuti Abu Thalib.

Pernah pada satu saat Abu Thalib pergi berdagang ke negeri syam Nabi Muhammad s.a.w
dibawa serta. Saat itu Muhammad masih baru berusia 12 tahun. Ditengah perjalanan
rombongannya itu bertemu dengan seorang pendeta Nasrani “Bahira” namanya. Dan kebetulan
sekali pendeta itu memang mencari-cari siapakah Rasul yang penghabisan yang disebut dalam
Taurat dan Injil itu ….? Setelah pendeta itu melihat Muhammad s.a.w, tahulah ia akan tanda-
tanda keNabian yang ada pada Muhammad , s.a.w, maka ia pun menasehati abu Thalib agar
Muhammad dibawa kembali ke Makkah, sebab sangat mengkhawatirkan kalau ditemukan oleh
orang Yahudi pasti dianiayanya. Atas keterangan pendeta itu diterima baik oleh Abu Thalib,
sehingga iapun kembali ke Makkah bersama Muhammad s.a.w.
Sejak itu Nabi s.a.w bekerja dirumah saja mengembalakan kambing-kambing keluarga dan
kambing-kambing orang lain yang dipercayakan kepada beliau. Setelah beliau menginjak
dewasa, mulailah berusaha sendiri dalam perdagangan.
Pada waktu itu siapa saja pasti mengenal Muhammad adalah seorang pemuda yang jujur, maka
itulah Khadijah seorang janda yang kaya telah mempercayakan kepada beliau untuk membawa
barang dagangannya. Selama beliau mendagangkan barang-barangnya Khadijah, semakinlah
kepopuleran kejujuran itu, bukan saja di negeri Makkah bahkan sampai terkenal ke negeri Syam
dan lain-lainnya.

Khadijahpun menaruh hati ingin menjadikan Muhammad. sebagai suami. Akhirnya Khadijah
ingin menyampaikan isi hatinya, maka diutuslah seorang teman dekatnya untuk melamar
Muhammad. Utusan Khadijah itupun datang kepada Muhmmad dan menyampaikan apa
maksudnya, seraya berkata : Hai Muhammad, saya datang kepada engkau ingin menanyakan
sesuatu padamu. Tanya Nabi s.a.w: Sesuatu apakah yang engkau tanyakan itu ….? Kemudian
utusan itupun mengatakan bahwa Muhammad s.a.w sekarang sudah berumur cukup dewasa,
kenapa belum juga ada minat berumah tangga? Dan Muhammad s a w menjawab: Memang
belum ada minat berumah tangga, karena merasa masih belum sanggup menegakkan rumah
tangganya. Setelah utusan itu: Seandainya ada seseorang yang sanggup menanggung akan rumah
tanggamu, adakah engkau mau hidup bersamanya…?

Selanjutnya Nabi Muhammad menanyakan siapa orang itu? Maka utusan itu memberitahukan,
bahwa yang melamar adalah Khadijah binti Khuwalid sijanda yang kaya itu. Mendengar utusan
itu, Nabipun berdebar terkejut dan berdiam diri, sejenak kemudian beliau mengatakan akan
dipikir-pikir dahulu dan akan diberitahukan kepada keluarganya untuk dimusyawarahkan.
Rupanya keluarga Nabi s.a.w itupun menyetujui, maka diterimalah lamaran itu dan akhirnya
beliau melangsungkan pernikahan dengan Khadijah yang sudah berumur 40 tahun itu, sedang
Nabi s.a.w masih baru berumur 25 tahun. Atas perkawinan beliau yang tidak sebanding umurnya
itu, kita bisa membayangkan, tetapi bagi pasangan beliau berdua tidak seperti apa yang kita
bayangkan, karena Khadijah yang cantik itu masih nampak muda serta memipunyai budi pekerti
yang sangat mulia.
Cerita Nabi Muhammad SAW Menjadi Yatim Piatu

Setahun kemudian menjadi genap enam tahun umur Nabi s.a.w, saat beliau diajak oleh ibunya
pergi ke Madinah untuk diperkenalkan kepada keluarga neneknya Bani Najjar yang sekaligus
diajak berziarah kepusara ayahnya dimana dikuburkan. Disebuah rumah ditunjukkan kepada
Nabi s a w dan dengan nada menunjukkan perasaan pilu dan terharu yang menghimpun segala
kesedihan diceritakan ketika ayahnya pulang berdagang dari negeri Syam, sampai disitu telah
jatuh sakit dan dirawat dirumah itu sampai datang ajalnya. Demikianlah SitiAminah
menceritakan kepda anaknya tentang peristiwa masa lalunya yang tidak dapat dilupakan selama
hidupnya.
Rupanya hal itu membawa Nabi s a w kepada keharuan juga, sehingga setelah beliau diangkat
menjadi Rasul dan setelah hijrah ke Madinah peristiwa itu selalu disebut-sebutnya. Satu bulan
beliau tinggal di Madinah bersama ibunya, kemudian kembali ke Makkah. Dalam perjalanan
mereka ke makkah, baru sampai disebuah kampung yang bernama Abwa’ mendadak Siti
Aminah yaitu ibu Nabi saw jatuh sakit sehingga wafat disitu juga.
Betapakah bertambah beban kesedihannya dikala itu, beliau yang baru beberapa hari saja
mendengar cerita duka cita, ketika beliau masih dalam kandungan ibunya telah ditinggal ayahnya
untuk pergi selama-lamanya, kini telah menyusul ibunya pulang kerahmatullah. Nabi s a w
menjadi sedih mengenang nasibnya yang masih berusia enam tahun sudah tiada ayah dan ibu,
maka jadilah beliau bocah yatim piatu. Setelah pemakaman ibunya sudah selesai, beliaupun
meninggalkan kampung itu, meneruskan perjalanannya menuju Makkah bersama-sama dengan
kakeknya yaitu Abdul Muthalib.
Nabi Muhammad SAW menjadi kesayangan kakeknya
Sejak ibunda Nabi SAW meninggal dunia, ia diasuh sendiri oleh kakek dari ayahnya yang
bernama Abdul Muthalib, kakek Muthalib sangat menyayangi Nabi Muhammad. Ketika nabi
muhammad dilahirkan, ia sangat senang sekali. Sehingga ia sendiri yang memberi nama
“Muhammad” yang memiliki arti “orang yang terpuji”. Sebuah nama yang diberikan oleh
kakeknya itu sesuai dengan nama pemberian dari Allah yaitu “Ahmad” yang artinya adalah
“Orang yang lebih terpuji”
Seperti yang difirmankan oleh Allah dalam surat ash-shaf ayat 16 :
Ingatlah ketika Isa anak Maryam berkata : Yaa Bani Israil . .! Sesungguhnya saya utusan Allah
kepadamu membenarkan bagi apa yang antara hadapanmu dan saya memberi kabar gembira
dengan kedatangan seorang rasul yang datang sesudah saya nanti, yang bernama Ahmad Ketika
datang ia dengan membawa keterangan yang nyata, mereka berkata : Ini adalah sihir yang
nyata
Ditinjau dan ayat ini, maka jelas bahwa nama Nabi Muhammad s.a.w ada dua : Muhammad
nama pemberian kakeknya dan Ahmad satu nama yang diberikan oleh Allah S W T. Abdul
Muthalib kakek Nabi s a w merupakan seorang pembesar yang berwibawa, ia sangat disegani
dan dihormati oleh kaum yakni kaum Quraisy. Maka dihamparkan orang permadani kebesaran
untuk tempat duduknya, ketika hendak duduk bersama-sama kaumnya. Pada suatu ketika Abdul
Muthalib hendak duduk-duduk dipermadani yang telah dihamparkan, tiba-tiba Nabi s.a.w yang
masih bocah itu ikut serta bersama kakeknya duduk dipermadam itu. Orang-orang yang melihat
kejadian ini, merekapun melarangnya karena tidak sopanlah bocah sekecil itu jika ikut duduk
dipermadani kehormatan. Namun Abdul Muthalib mencegah mereka agar tidak mengusik
Muhammad saw yang duduk bersamanya. Demikianlah Abdul Muthalib yang sangat sayang
kepada cucunya itu, dengan harapan agar cucunya bisa terhibur, sehingga dapat terlupakan
kesedihan atas kematian ayah dan ibunya.
Kira-kira dua tahun Abdul Muthalib mengasuh Muhammad s a w, kemudian meninggal dunia.
Meninggalnya Abdul Muthalib itu, bukan saja merupakan kesedihan yang amat sangat bagi
Muhammad saw, bahkan semua penduduk Makkahpun seperti itu juga kesedihannya. Karena
kematian Abdul Muthalib semua penduduk Makkah kehilangan seorang pemimpin yang cerdas,
bijaksana, berani dan kepahlawannya, sehingga bagi mereka sukar untuk mencari penggantinya.
Disaat itulah Nabi Muhammad s.a.w kemudian diasuh oleh pamannya yaitu Abu Thahb,
merupakan wasiat Abdul Muthalib kepada anaknya yakni Abu Thalib.
Cerita Nabi Muhammad kelahiran di Tahun Gajah
Pada cerita islami kali ini diceritakan mengenai cerita nabi muhammad SAW, nabi terakhir atau
nabi penutup dari nabi nabi sebelumnya, tidak ada nabi lagi setelah nabi Muhammad.
Dikala manusia masih rendah peradabannya, adalah bangsa Arab yang amat sangat dalam
kerusakan moralnya. Itulah sebabnya Allah menjadikan seorang nabi akhiruz zaman dari
kalangan bangsa Arab. Saat itulah lahir dari keluarga yang sederhana, seorang bayi yang kelak
akan membawa kemajuan peradaban manusia makhluk yang mempunyai akal dan pikiran. Bayi
itu yatim, bapanya yang bernama Abdullah telah meninggal dunia kurang lebih 3 bulan sebelum
dia dilahirkan. Atas kelahiran bayi itu disambut oleh kakeknya yang bernama Muththalib dengan
penuh kasih sayang dan kemudian bayi itu dibawanya kekaki Ka’bah.
Ditempat suci inilah bayi itu diberi nama Muhammad, satu nama yang belum pernah ada
sebelumnya menurut penelitian para ahli. Kelahiran Nabi Muhammad s.a.w.pada tanggal 12
Rabiul awal tahun gajah bertepatan dengan tanggal 20 April tahun 571 Masehi. Tahun kelahiran
beliau disebut tahun gajah, karena pada waktu negeri Makkah kedatangan tentara pasukan yang
berkendaraan gajah hendak menghancurkan-Ka’bah, maka orang-orang Arab menamakan tahun
gajah. Adalah seorang raja Najasyi pemeluk agama Nasrani (Kristen) telah selesai membangun
gereja dinegeri Shan’a ibukota negeri Yaman. Setelah itu, bermaksud hendak meruntuhkan
Ka’bah, agar tiada lagi manusia yang berziarah ke Ka’bah j rumah Allah itu flan supaya pindah
saja ke gereja yang baru dibangunnya itu.

Kemudian raja mengirim pasukan yang berkendaraan gajah dibawah pimpinan Abraha untuk
menghancurkan Ka’bah. Pembesar- pembesar Makkah, seperti Abdul Muthalib dan lainnya
merasa tidak mampu lagi melawannya, karena pasukan Abraha sangat kuat dengan peralatan
senjata yang cukup lengkap. Oleh sebab itu mereka hanya bisa berserah saja kepada Tuhan yang
memiliki Ka’bah dan mereka pun meninggalkan kota Makkah mencari perlindungan masing-
masing. Mereka yang dalam keadaan demikian hanya bisa berbuat mengajukan permohonan doa
kepada Tuhan, agar Ka’bah yang mereka cintai itu selalu mendapat perlindungan dari Tuhan.
Ketika pasukan itu hendak meruntuhkan Ka’bah, maka Allah mengutus burung Ababil untuk
menghancurkan pasukan itu dengan melempari kerikil-kerikil batu, sehingga mereka bagaikan
daun-daun kayu yang dimakan ulat.
Hal ini difirmankan Allah dalam Al Qur’an pada surah Al-Fil:
Artinya:
Adakah tiada tahu hai Muhammad, bagaimana Tuhanmu berbuat kepada tentara gajah itu …?
Adakah tidak menjadikan Tuhan akan tipu daya mereka dalam kesesatan . .? Tuhan telah
mengutus kepada mereka burung Ababil yang melempari mereka dengan batu-batu kerikil.
Maka jadilah mereka bagaikan daun-daun kayu yang dimakan ulat.
Demikianlah salah satu tanda bukti bahwa Allah Maha Kuasa dengan, kekuasaanNya sangat
mudah sekali untuk membinasakan manusia yang durhaka itu, walaupun hanya dengan lantaran
binatang yang berupa burung

Bayi Muhammad s.a. w. membawa keberkahan

Sudah menjadi adat kebiasaan orang-orang Makkah di zaman itu, setiap bayi dicarikan orang
dari pegunungan untuk mengasuh dan memeliharanya, karena dikota Makkah hawanya tidak
cocok untuk bayi. Maka bayi Muhammad s.a. w dicarikan orang dari pegunungan untuk
menetekinya dan dipilihkan orang yang berketurunan baik agar berpengaruh pada bayinya. Saat
itulah seorang perempuan suku Badwi, Halimatus Sa’diyah namanya datang kepada Siti Aminah
ibu Nabi SAW, menawarkan dirinya untuk merawat Muhamaad s.a.w. Atas persetujuan semua
keluarga, maka diserahkanlah bayi Muhammad s.a.w itu kepada Halimatus Sa’diyah. Setelah
mendapat bayi Muhammad s.a.w, ia benar-benar dapat merasakan perubahan nasib hidupnya.

Jika sebelumnya ia selalu menemui hidup serba susah, binatang ternaknya kurus-kurus dan pula
perekonomiannya lemah, sehingga kesusahan yang merundung membuat dirinya kurus.
Sementara anak kandungnya sendiri sering menangis karena kelaparan dan kekurangan air susu.
Atas pertolongan Allah jugalah setelah bayi Muhammad s.a.w tinggal bersamanya, binatang
ternaknya menjadi gemuk-gemuk dan berkembang biak serta tanaman-tanamannya ikut menjadi
subur.

Maka kini hidupnya menjadi makmur, air susunya menjadi banyak, sehingga anaknya tidak
kelaparan lagi dan Halimah pun kembali gemuk dan sehat. Saat itulah Halimah baru dapat
merasakan bahwa dirinya mendapat rahmat dari Allah lantaran bayi Muhammad s.a.w yang
dikaruniai keberkahan itu. Mungkin juga disebabkan karena ia sangat sayang sekali kepada
Muhammad s.a.w sebagaimana ia menyayangi anaknya sendiri. Setelah ternyata demikian, yang
mulanya Halimatus Sa’diyah dijanjikan hanya dua tahun saja mengasuh Muhammad s.a.w, ia
pun merasa bahwa dua tahun itu hanya sekejap mata saja.

Maka itu setelah habis waktu yang dijanjikan itu, ia datang kepada Siti Aminah untuk minta
tambah dua tahun lagi mengasuhnya. Dan setelah disepakati dalam musyawarah keluarga, maka
Muhammad s.a.w diserahkan kepada Halimah untuk diasuh selama dua tahun lagi. Selama empat
tahun itulah Muhammad s.a.w diasuh dan dibesarkan dalam pengawasan Halimatus Sa’diyah.
Dengan perasaan yang masih keberatan dan terharu, Halimatus Sa’diyah terpaksa menyerahkan
Muhammad s.a.w kepada ibu kandungnya yang setelah habis masa perjanjiannya. Sedang Siti
Aminahpun juga sudah ingin cepat-cepat mengasuh anaknya dirumah. Maka kini Nabi
Muhammad s.a.w yang baru berumur lima tahun kembali diasuh oleh ibunya sendiri yaitu Siti
aminah.

Kisah Menjelang Wafatnya Muhammad Rasulullah SAW


Cerita islami ini mengisahkan tentang menit menit menjelang wafatnya Muhammad Rasulullah
SAW. Ketahuilah bagaimana kisah wafatnya beliau yang merupakan junjungan kita, suri
teladang kita, panutan kita, Selamat membaca.

Kisah Wafatnya Muhammad Rasulullah SAW


Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. ‘Dapatkah saya
masuk?’ tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, ‘Maafkanlah, ayahku sedang
demam’, kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali
menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, ‘Siapakah
itu wahai anakku?’ ‘Tak tahulah ayahku, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya, ‘tutur
Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. ‘Ketahuilah,
dialah yang menghapus kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia.
Dialah malaikat maut, ‘kata Rasulullah, Fatimah pun menahan Ledakkan tangisnya. Malaikat
maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai.
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh
kekasih Allah dan penghulu dunia ini. ‘Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?’, tanya
Rasululllah dengan suara yang amat lemah. ‘Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah
menanti ruhmu. ‘Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu, “kata Jibril.

Namun hal itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
‘Engkau tidak senang mendengar kabar ini?’, Tanya Jibril lagi. ‘Kabarkan kepadaku bagaimana
nasib umatku kelak?’ ‘Jangan khawatir, wahai Rasul! Allah, aku pernah mendengar Allah
berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada
di dalamnya, ‘kata Jibril. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan
ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya
menegang. ‘Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.’

Kisah menjelang Wafatnya Muhammad Saw, Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam,
Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. ‘Jijikkah kau
melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?’ Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar
wahyu itu.. ‘Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal, “kata Jibril. Sebentar
kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi .. ‘Ya Allah,
dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.’

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar
seakan hendak membisikkan sesuatu,! Ali segera mendekatkan telinganya. ‘Uushiikum bis
shalati, wa maa malakat aimanuku’ ‘peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di
antaramu.’ Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah
yang mulai kebiruan.

‘Ummatii, ummatii, ummatiii’ – ‘Umatku, umatku, umatku’ Dan, berakhirlah hidup manusia
mulia yang memberi sinar itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli ‘ala
Muhammad wa baarik wa salim’ alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Mari Cintai
Beliau sebagaimana beliau mencintai kita sebagai Ummatnya. Wallahu A’lam Bissawab

Itulah cerita kisah menjelang wafatnya muhammad saw, semoga dapat menambah kecintaan kita
kepada Muhammad SAW dan juga bisa menambah pengetahuan kita mengenai orang orang
terdahulu yang dipilih oleh untuk berdakwah di jalan agama Alloh.

Cerita Nabi Muhammad Rasulullah – Mukjizat air memancar dari


Jarinya

Cerita Nabi Muhammad

Nabi muhammad merupakan nabi yang terakhir, setiap nabi Oleh Allah dianugrai dengan
mukjizat yang unik. Nabi Muhammad pun juga dianugrahi mujizat oleh Allah SWT. Nah
pada cerita nabi muhammad ini akan diceritakan mengenai salah satu mukjizat nabi
muhammad. Selamat membaca.

Ketika waktu untuk shalat subuh tiba, Rasulullah akan berwudhu. Tapi, sama sekali tak ada air,
padahal, yang akan berwuhdu cukup banyak. Para sahabat hendak sholat berjamaah bersama
Rasululloh. Tentunya air banyak sangat diperlukan untuk berwudhu.

Rasulullah bertanya “Apa ada kantung air?”

Seorang sahabat menyaut, “ada, ya rasulullah.

Kemudian seorang sahabat itu membawa kantung air yang bahannya terbuat dari kulit kambing.
Biasanya kantung air itu digunakan untuk membawa persediaan air ketika dalam perjalanan
panjang.

Cerita Mukjizat Nabi Muhammad

Kemudian rasulullah meletakkan tangan kanannya di atas kantung kulit kambing itu. Jari-jatinya
terbuka. Dari sela-sela jarinya memancar air yang bening sekali.

Rasulullah kemudian berseru kepada Bilal bin Rabah, salah satu sahabat rasulullah. “Hai,
Bilal!!”, Panggil orang-orang itu untuk berwudhu!!”

Orang-orang yang akan sholat subuh itu pun dipanggil oleh Bilal untuk berwudhu dengan air
yang memancar dari sela-sela jari Rasulullah. BUkan hanya berwudhu, bahka seorang sahabat
rasul yang bernama Ibnu Mas’ud sampai meminum air tersebut. AIr tersebut memiliki rasa yang
sejuk, seperti air yang memancar lagsung dari sumber dalam bahwa tanah.

Air tersebut mancur terus sampai semua orang dapat berwudhu. Itulah salah satu mukjizat yang
dikaruniakan oleh Alloh yang maha kuasa kepada Nabi Muhammad SAW. Mukjizat merupakan
karunia yang diberikan oleh Alloh kepada para Nabi.

Setelah selesai menjalankan ibadah sholat subuh, Rasulullah duduk dengan para jamaahnya di
masjid. Kemudian Rasulullah bertanya kepada para jamaahnya. “Siapakah orang yang paling
menakjubkan imannya?”. salah satu orang dalam jamaah menjawab “malaikat”.
Rasul pun berkata “Bagaimana malaikat tidak beriman, sedangkan mereka pelaksana perintah
Alloh?”. Berarti, jawaban salah satu sahabat tersebut tidak benar. Tentu saja malaikat beriman,
karena mereka bertugas sebagai pelaksana perintah Alloh.

Kemudian sahabat lain menjawab “Para nabi!”

Rasul pun berkata “bagaimana para nabi tidak beriman, sedangkan wahyu dari Alloh di turunkan
kepada mereka?”

“Kalau begitu, sahabat-sabahat Mu, ya Rasulullah”, jawab sahabat

Rasul pun berkata lagi, “bagimana mereka tidak beriman, sedangkan mereka menyaksikan
mukjizatku, hidup bersamaku, mengenal dan melihatku dengan mata kepala mereka sendiri?”

Sahabat pun bertanya lagi, “jadi siapa makhluk Alloh yang imannya paling menakjubakan, ya
Rasulullah?”

Rasulullah pun menjawab “Kaum yang hidup sesudah kalian,”. Maksudnya adalah umat yang
lahir setelah para sahabat rasul sudah tidak hidup lagi atau manusia yang hidup pada masa yang
akan datang. “Mereka membenarkan aku, padahal mereka tidak pernah menyaksikan aku.
Mereka menemukan tulisan dan beriman. Mereka mengamalkan apa yang ada dalam tulisan itu.
Mereka membelaku, seperti kalian membelaku. Alangkah inginnya aku bertemu dengan
mereka!”

Rasulullah menyebut sahabat kepada kaum mulismin yang berada di sekitar beliau. Sedangkan
kaum muslimin yang beriman tanpa pernah melihat rasulullah disebut ikhwani, yang artinya
adalah “saudara-saudaraku”. Jadi kitalah para ikhwan Rasulullah. Aamiin, insyaAlloh.

Wasiat Rasulullah yang paling berharga


Nabi Muhammad SAW

Wasiat Rasulullah
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah seorang utusan Allah. Manusia
yang mulia dan dimuliakan. Tidak henti-hentinya beliau berwasiat kepada
umat manusia selama masih hidup di dunia ini. Kasih sayang beliau kepada
umatnya tidak tertandingi oleh siapapun. Beliau bahkan menangis jika
mengingat bahwa orang-orang yang kafir akan masuk neraka. Itu adalah
bukti cinta Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada umatnya, bahkan
yang kufur kepada Allah sekalipun, beliau mengasihi mereka. Khusus untuk
umat Islam, Rasulullah meninggalkan banyak wasiat mengenai keimanan
kepada Allah, salah satunya kami kutipkan dalam sebuah hadits berikut.

Dari Abu Dzar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, Mu’az bin Jabal
radhiallahuanhuma dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam beliau
bersabda : “Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah
keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia
dengan akhlak yang baik “
Wasiat Rasulullah yang paling berharga
Satu hadits diatas mengandung tiga wasiat yang sangat penting dan
berharga. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberikan wasiat tersebut
kepada kita supaya kita selalu berada dalam lindungan Allah Ta’ala. Wasiat
ini meliputi bagaimana kita berhubungan dengan Allah, diri sendiri dan
orang lain.
Wasiat Rasulullah “Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada”
Ini berarti bahwa kita haruslah berhubungan terus dengan Sang Maha
Pencipta dengan diwujudkan dengan taqwa kepadanya. Menjalankan seluruh
perintah Allah dan menjauhi larangan Allah. Dalam keadaan apapun,
dimanapun kita berada, kita tidak boleh menduakan Allah, bermaksiat
kepada Allah bahkan ingkar kepada Allah. Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam secara jelas mengatakan hal tersebut dalam hadits ini.
Wasiat Rasulullah “Iringilah keburukan dengan kebaikan nisacaya akan
menghapusnya”
Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak boleh memelihara dendam.
Bagaimanapun sakitnya hati kita dianiaya oleh orang lain, kita tidak boleh
memelihara dendam di dalam hati. Iblis pada akhirnya harus masuk neraka
dikarenakan dendamnya kepada manusia. Maukah anda disamakan dengan
Iblis? Tentu saja tidak. Maka dari itu ada baiknya jika kita mulai
menghilangkan sifat dendam kepada siapapun. Contohlah Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam yang memaafkan penduduk Makkah yang
sebelumnya telah menghina beliau, atau bahkan penduduk Thaif yang telah
menyakiti beliau secara fisik. Jika beliau mau, Allah pasti akan membalaskan
sakit hati beliau dengan adzab. Namun beliau adalah pemaaf dan tidak
pendendam. Kita sebagai umatnya harus berlaku sama seperti itu.
Wasiat Rasulullah “Pergaulilah menusia dengan akhlak yang baik”
Sebagai manusia kita tentu saja kita tak lepas dari kesalahan dan dosa.
Maka dari itu kita harus bisa memelihara akhlak yang baik tersebut dengan
cara meminta maaf apabila salah. Manusia adalah makhluk sosial yang
selalu berinteraksi dengan manusia lain, maka umat Islam harus
mengedepankan akhlak yang mulia dalam hubungan bermasyarakat
tersebut. Hal tersebut dijabarkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
dalam sebuah hadits.
“Siapa yang ingin diselamatkan dari neraka dan masuk syurga maka
hendaknya kematian menjemputkanya dalam keadaan ia beriman kepada
Allah dan hari akhir dan hendaknya ia bergaul dengan orang lain
sebagaimana ia ingin orang lain bergaul dengannya” HR Muslim

Kisah Sifat Penyayang Rasulullah teladan kita yang mulia

Kisah Sifat Penyayang Rasulullah


Sebuah cerita islami yang berisi tentang Kisah Sifat Penyayang Rasulullah. Suatu ketika,
Rasulullah berdakwah di Thaif, kota yang terdekat dengan Makkah. Dakwah yang dilakukan
oleh beliau tidak didengar oleh orang-orang Thaif, namun mereka juga tidak membiarkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi dengan tenang dan aman. Mereka melempari
beliau dengan batu, kayu, kotoran dan apa saja yang ada di sekitar mereka. Pengusiran dan
penghinaan ini begitu dahsyat bahkan membuat tubuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berdarah-darah. Dalam perjalanan pulang tersebut beliau menjumpai suatu tempat yang dirasa
aman untuk beristirahat dan tidak terganggu lagi dengan orang-orang jahat dari Thaif tersebut.
Disana beliau berdo’a kepada Allah, dimana do’a beliau sangat menyayatkan hati.

Allah mendengar do’a Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut lantas mengutus malaikat
Jibril untuk menemui beliau. Setiba di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, malaikat
Jibril memberi salam dan berkata:
“Allah mengetahui apa yang terjadi kepada engkau dan orang-orang ini. Allah telah
memerintahkan malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintah engkau, ya Rasulullah.”
Jibril lantas memperlihatkan malaikat penjaga gunung tersebut kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Malaikat itu pun berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Wahai Rasulullah, kami siap menjalankan perintah baginda. Jika tuan mau, kami sanggup
menjadikan seluruh gunung di sekitar kota tersebut berbenturan satu sama lain sehingga seluruh
penduduk diantaranya akan mati tertindih. Atau anda menginginkan hukuman yang lain, apa
saja yang engkau inginkan, kami siap melaksanakannya.”
Kisah Sifat Penyayang Rasulullah – Tawaran malaikat tersebut memang menggiurkan. Orang
biasa pasti sudah meminta itu dilaksanakan. Bukankah itu kesempatan untuk membalas sakit
hati? Namun tidak dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah orang yang
pengasih lagi penyayang. Dengan sikap welas asih, beliau menolak tawaran malaikat tersebut.
Beliau berkata kepada para malaikat tersebut.
“Walaupun mereka menolak ajaran Islam, aku berharap dengan kehendak Allah, keturunan
mereka pada suatu saat nanti akan menyembah Allah dan beribadah kepadaNya.”
Maka pada hari itu Thaif tidak jadi dihancurkan. Dan atas ijin Allah, penduduk Thaif menjadi
pemeluk Agama Islam bahkan sebelum wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kisah Kejadian pada Fathul Makkah
Saat Makkah berhasil ditaklukkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berhadapan dengan
orang-orang yang pernah menyiksa dan hendak membunuhnya dahulu. Beliau berkata:
“Bagaimanakah menurut kalian, apakah yang akan kulakukan terhadap kalian?
“Engkau adalah saudara yang mulia, putra saudara yang mulia,” jawab mereka sambil menangis.
Maka Rasulullah bersabda, “Pergilah Kalian! Kalian adalah orang-orang yang dibebaskan.
Semoga Allah mengampuni kalian.” HR. Thabari, Baihaqi, Ibnu Hibban, dan Syafi’i
Masih bercerita mengenai Fathul Makkah. Pada hari itu pembesar Quraisy benar-benar dibuat
malu. Mereka takut bukan main jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membalas apa yang
telah mereka perbuat kepada beliau di masa lalu. Seperti halnya yang ada dalam diri Abu Sufyan
bin Harits. Meskipun dia adalah sepupu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun ia juga
menentang beliau bahkan menghinakan beliau. Pada saat itu Abu Sufyan ketakutan sehingga
membawa seluruh anak-anaknya lari, namun bertemu dengan ‘Ali bin Abi Thalib. Beliau (Ali)
bertanya kepada Abu Sufyan, “Wahai Abu Sufyan, hendak pergi kemanakah engkau?”
Dengan nada ketakutan Abu Sufyan menjawab, “Aku akan keluar ke padang sahara. Biarlah aku
dan anak-anakku mati karena lapar, haus, dan tidak berpakaian.”
Lantas Ali bertanya lagi, “Mengapa kamu lakukan itu?” Abu Sufyan menjawab, “Jika
Muhammad menangkapku, niscaya dia akan mencincangku dengan pedang menjadi potongan-
potongan kecil.”
Ali berkata, “Kembalilah kamu kepadanya dan ucapkan salam kepadanya dengan mengakui
kenabiannya dan katakanlah kepadanya sebagaimana yang pernah dikatakan oleh saudara-
saudara Yusuf kepada Yusuf, yaitu demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas
kami dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa) (QS. Yusuf: 91)”
Lalu Abu Sufyan pun mengurungkan niatnya pergi dan kembali kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Ia berdiri mendekat kepada beliau, mengucapkan salam lalu berkata, “Wahai
Rasulullah, …Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan engkau atas kami dan
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah.” Sama persis yang dikatakan oleh Ali bin
Abi Thalib. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menengadahkan pandangan sementara
air mata beliau bercucuran menbasahi pipi dan jenggot beliau. Beliau menjawab dengan menyitir
firman Allah yang berbunyi:
“Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu. Mudah-mudahan Allah mengampuni dan Dia
adalah Maha Penyayangan diantara para penyayang,” (QS. Yusuf: 92)
Kisah Rasulullah mengasihi orang kafir
Dalam sebuah hadits, Imam Bukhari meriwayatkan bahwa suatu ketika Abdullah bin Mas’ud
bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berkata kepadanya, “bacakan al-
Quran kepadaku.” Ibnu Mas’ud tentu saja kebingungan dan berkata, “bagaimana aku
membacakannya kepada Engkau, sementara al-Quran itu sendiri diturunkan kepada Engkau?”
“Aku ingin mendengarnya dari orang lain,” jawab beliau. Lalu Ibnu Mas’ud membaca surat an-
Nisa hingga sampai firman-Nya, Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti) apabila Kami
mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). (QS. an-
Nisâ: 41)
Saat bacaan tiba pada ayat tersebut, beliau bersabda, “Cukup.” Lantas Ibnu Mas’ud melihat ke
arah beliau dan terlihat bahwa beliau sedang menangis. Kisah ini merupakan pelajaran berharga
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mencintai seluruh umat manusia. Beliau
menginginkan semua orang-orang kafir untuk beriman karena balasan kekafiran adalah neraka
Jahannam yang menyala-nyala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri pernah melihat neraka, oleh karena itu beliau
tidak ingin umat manusia masuk ke dalamnya. Menyadari hal tersebut, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mengalirkan air mata dengan deras. Diriwayatkan oleh Abu Dzar, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendirikan shalat malam sambil menangis membaca
satu ayat yang diulang-ulang, yakni “Jika engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka
adalah hamba-hamba engkau juga” (QS. Al-Maidah:118).
Begitu besar kasih sayang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap umat manusia.
Sudah sepantasnya kita membalas kasih sayang beliau dengan mengikuti syariat yang beliau
bawa.

Kisah Humor dan Canda Rasulullah yang Sarat Hikmah


.507
Kisah humor dan canda Rasulullah SAW menarik untuk dibaca karena mengandung hikmah dan
inspirasi positif. Foto/Istimewa
Beberapa kisah humor dan canda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) selalu menjadi
inspirasi yang sehat, cerdas, positif dan menyegarkan. Meskipun seorang Nabi, beliau tetap
bercanda dan memiliki humor sebagaimana manusia pada umumnya. Hanya saja canda beliau
tak pernah dusta. Berikut beberapa kisah canda Rasulullah SAW:
Seseorang sahabat mendatangi Rasulullah SAW dan meminta agar membantunya mencari unta
untuk memindahkan barang-barangnya. Rasulullah berkata: “Kalau begitu kamu pindahkan
barang-barangmu itu ke anak unta di seberang sana”. Sahabat itu bingung bagaimana mungkin
seekor anak unta dapat memikul beban yang berat. “Ya Rasulullah, apakah tidak ada unta
dewasa yang sekiranya sanggup memikul barang-barangku ini?”

Rasulullah pun menjawab, “Aku tidak bilang anak unta itu masih kecil, yang jelas dia adalah
anak unta. Tidak mungkin seekor anak unta lahir dari ibu selain unta,”. Sahabat tersenyum dan
dia-pun mengerti canda Rasulullah. (Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Seorang perempuan tua bertanya kepada Rasulullah SAW: “Ya utusan Allah, apakah perempuan
tua seperti aku layak masuk surga?” Rasulullah menjawab: “Ya Ummi, sesungguhnya di surga
tidak ada perempuan tua”. Mendengar itu, perempuan tua itu menangis mengingat nasibnya.

Kemudian Rasulullah menjelaskan dengan mengutip salah satu firman Allah di surat Al-Waqi’ah
ayat 35-37: “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan
Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya”. (Riwayat At-
Tirmidzi)

Seorang sahabat bernama Zahir, daya pikirnya agak lemah. Namun, Rasulullah mencintainya,
begitu juga Zahir. Zahir ini sering menyendiri menghabiskan hari-harinya di gurun pasir.
Sehingga kata Rasulullah, “Zahir ini adalah lelaki padang pasir, dan kita semua tinggal di
kotanya”.

Suatu hari ketika Rasulullah ke pasar, dia melihat Zahir sedang berdiri melihat barang-barang
dagangan. Tiba-tiba Rasulullah memeluk Zahir dari belakang dengan erat. Zahir: “Hei siapa ini?
lepaskan aku!” Zahir memberontak dan menoleh ke belakang, ternyata yang memeluknya adalah
Rasulullah. Zahir pun segera menyandarkan tubuhnya dan lebih mengeratkan pelukan
Rasulullah.

Rasulullah berkata: “Wahai umat manusia, siapa yang mau membeli budak ini?” Zahir: “Ya
Rasulullah, aku ini tidak bernilai di pandangan mereka” Rasulullah: “Tapi di pandangan Allah,
engkau sungguh bernilai Zahir. Mau dibeli Allah atau dibeli manusia?” Zahir pun makin
mengeratkan tubuhnya dan merasa damai di pelukan Rasulullah. (Riwayat Imam Ahmad dari
Anas RA) (Baca Juga: Kisah Orang Buta yang Sembuh Berkat Jubah Rasulullah)

Kisah lain diceritakan Sayyidatina Aisyah RA: “Aku pernah bersama Rasulullah SAW dalam
suatu perjalanan. Saat itu tubuhku masih ramping. Beliau lalu berkata kepada para sahabat
beliau, ”Silakan kalian berjalan duluan!” Para sahabat pun berjalan duluan semua, kemudian
beliau berkata kepadaku, “Marilah kita berlomba.”

Aku pun menyambut ajakan Rasulullah dan ternyata aku dapat mendahului beliau dalam berlari.
Beberapa waktu setelah kejadian itu dalam sebuah riwayat disebutkan: ”Beliau lama tidak
mengajakku bepergian sampai tubuhku gemuk dan aku lupa akan kejadian itu. ”Suatu ketika aku
bepergian lagi bersama beliau. Beliau pun berkata kepada para sahabatnya. “Silakan kalian
berjalan duluan.”

Para sahabat pun kemudian berjalan lebih dulu. kemudian beliau berkata kepadaku, “Marilah kita
berlomba.” Saat itu aku sudah lupa terhadap kemenanganku pada waktu yang lalu dan kini
badanku sudah gemuk. Aku berkata: “Bagaimana aku dapat mendahului engkau, wahai
Rasulullah, sedangkan keadaanku seperti ini?” Beliau berkata, “Marilah kita mulai.” Aku pun
melayani ajakan berlomba dan ternyata beliau mendahului aku. Beliau tertawa seraya berkata:
”Ini untuk menebus kekalahanku dalam lomba yang dulu.” (HR Ahmad dan Abu Dawud)
Rasulullah juga pernah bersabda kepada ‘Aisyah, “Aku tahu saat kamu senang kepadaku dan
saat kamu marah kepadaku.” Aisyah bertanya, “Dari mana engkau mengetahuinya?” Beliau
menjawab, ” Kalau engkau sedang senang kepadaku, engkau akan mengatakan dalam sumpahmu
“Tidak, demi Tuhan Muhammad”. Akan tetapi jika engkau sedang marah, engkau akan
bersumpah, “Tidak, demi Tuhan Ibrahim!”. Aisyah pun menjawab, “Benar, tapi demi Allah,
wahai Rasulullah, aku tidak akan meninggalkan, kecuali namamu saja.” (HR Bukhari dan
Muslim)

Peristiwa Penyebab Sedih dan Marahnya Rasul

Peristiwa itu dikenal dengan tragedi Bi'r Ma'unah, yang jadi dasar disyariatkannya Qunut
Nazilah.
Dream - Rasulullah Muhammad SAW adalah seorang penyabar dan tidak pendendam.
Meski pernah merasakan kesedihan seperti ditinggal istri tercinta, Khadijah, dan paman
yang telah merawatnya sejak kecil, Hamzah bin Abdul Muthalib, Rasulullah tidak pernah
sampai marah.
Meski begitu, Rasulullah ternyata pernah sangat bersedih hingga marah. Sikap yang
mungkin berbenturan dengan karakter Rasulullah yang begitu tenang dan sabar.
Lantas apa yang membuat Rasulullah begitu marah?
Kisah itu dikenal dengan tragedi Bi'r Ma'unah. Dalam tragedi itu, 70 sahabat terbaik
Rasulullah dibantai saat mereka menjalankan misi menyebarkan ajaran Islam.
Kisah ini bermula ketika Rasulullah mendapat kabar yang cukup menggembirakan,
tentang beberapa kaum yang ingin memeluk Islam. Kaum itu sampai meminta Rasulullah
mengirimkan utusan untuk mengajarkan Islam kepada mereka.
Permintaan itu dijawab Rasulullah dengan mengirim 70 sahabat terbaik. Kedudukan
mereka sangat istimewa karena penguasaan atas ilmu agama yang jauh dibandingkan
sahabat-sahabat lainnya.
Para sahabat istimewa ini bahkan sampai tidak dibolehkan ikut perang. Ini semata-mata
agar mereka mendalami ilmu agama seperti diajarkan Rasulullah secara langsung
sehingga bisa menyebarkan Islam.
Bisa dikatakan, mereka adalah kader terbaik Rasulullah. Para sahabat itu sudah mencapai
derajat qurra', yang tidak hanya hafal Alquran, melainkan juga paham hukum-hukum
syariat dan berpengetahuan luas.
Para sahabat itu kemudian berangkat melaksanakan perintah Rasulullah mengajarkan
Islam kepada kaum, yaitu Bani Sulaim. Peristiwa kelam terjadi ketika mereka sampai di
sumur Ma'unah.
Di dekat sumur itu, mereka dibantai secara kejam oleh Bani Sulaim. Kabar itu sampai
ke telinga Rasulullah dan membuat Sang Nabi sangat terpukul.
Selama sebulan penuh, Rasulullah marah dan mengucapkan laknat kepada para pelaku
pembantaian. Peristiwa itulah yang menjadi dasar disyariatkannya Qunut Nazilah.
Doa ini dibaca Rasulullah setiap kali sholat wajib berjemaah selama sebulan penuh.
Berarti dalam sehari, doa ini diucapkan sebanyak lima kali dan diamini oleh para sahabat.
Bahkan, lafal doa yang diucapkan Rasulullah sangat mengerikan. Seperti tertuang dalam
hadis riwayat Bukhari yang artinya,
" Ya Allah, keraskanlah siksa-Mu atas (kaum) Mudhar. Ya Allah, jadikanlah atas mereka
musim kemarau seperti musim kemarau (yang terjadi pada zaman) Yusuf."
Dalam riwayat lain, Rasulullah sampai menyebut nama-nama pelaku pembantaian 70
sahabat itu dalam doanya.
" Ya Allah, laknatlah si fulan, si fulan, dan si fulan."

Anda mungkin juga menyukai